Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2017 http://jurmafis. untan.ac.id

KETERWAKILAN PEREMPUAN DALAM LEMBAG LEGISLATIF KABUPATEN SUKAMARA TENGAH Studi Calon Anggota Legislatif Perempuan Pada Pemilihan Umum Kabupaten Sukamara Tahun 2014

Oleh: LAILATUL MONAWARAH1* NIM. E1051131069

Prof. Dr. AB. Tangdililing, MA2, Drs. Abi Sofyan, M.Si2

1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak Tahun 2017 2. Dosen Pembimbing Mahasiswa Program Studi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak Tahun 2017

*Email: [email protected]

Abstrak

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk menjelaskan hambatan terhadap Keterwakilan Perempuan dalam Lembaga legislatif Kabupaten Sukamara Kalimanntan Tengah. Metode ini yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif, walaupun secara formal keanggotaan legislatif perempuan masih dibawah kuota 30% yang harus dipenuhi,akan tetapi menunjukan adanya keterwakilan politik yang baik. Budaya patriarki di kalangan masyarakat mengakar dan mendominasi dalam kehidupan, bahkan dalam lingkungan terkecil seperti keluarga nuansa dominasi laki-laki sangat kuat. Dan budaya patriarki memegang peranan dalam pemerintahan politik, walaupun sulit diubah namun sedikit demi sedikit telah mengalami pergeseran nilai mengenai kedudukan dan peran kaum perempuan. Ada empat faktor yang menyebabkan penghambat keterwakilan politik perempuan seperti: kendala sisitem politik, sosial budaya, ekonomi, psikologis menunjukan bahwa kendala sisitem politik yang menjadi penghambat dalam mengikuti pemilihan umum legislatif.

Kata-kata Kunci: Keterwakilan Perempuan,Faktor Penghambat,Pemilu Legislatif

Abstract

This thesis aimed to describe the obstacles on women’s representation in the Legislature of Sukamara . The method used is descriptive qualitative method. Although formally women’s representation in the legislature was still below 30%, but is still showed a good political representation. Patriarchal culture dominated people’s lives, even in the smallest environment like family, the nuances of male domination is really strong. And patriarchal culture hold the role in political goverment. Although difficult to change, but slowly there is a shift in the value of women’s role and position. There are four factors inhibiting women’s representation in politics namely: politics system, social-culture, economy, psychology. The result shows that politics system became the obstacle for women to get involve in legislative election.

Keywords: Women’s Representation, Inhitibing Factor, Legislative Election

1 LAILATUL MONAWARAH, NIM. E1051131069 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2017 http://jurmafis. untan.ac.id

A. PENDAHULUAN publik mengenai pentingnya representasi perempuan dalam parlemen. Keempat, tidak 1. Latar Belakang Penelitian adanya jaringan antara organisasi massa, Secara realitas politik kaum perempuan LSM dan partai-partai politik untuk masih sangat kurang. Kendala utama memperjuangkan representasi perempuan. disebabkan oleh laki-laki dan perempuan Jaringan organisasi-organisasi wanita di dalam memandang dan memperlakukan baru mulai memainkan peranan perempuan. Budaya patriarki di kalangan penting sejak tahun 1999 (Matland, 2001). masyarakat mengakar dan mendominasi Wacana keterlibatan perempuan dalam dalam kehidupan, bahkan dalam lingkungan dunia politik dengan memberikan kouta 30% terkecil seperti keluarga nuansa dominasi masih wacana kontroversi. Banyak kalangan laki-laki sangat kuat. Label dan cap perempuan sendiri menolak dengan alasan diberikan pada sosok perempuan yang membatasi langkah perempuan, ditinjau sangat kental sebagai orang lemah, telah di dengan hitungan statistik berdasarkan doktrin secara turun-temurun. jumlah masih dinilai tidak adil. Sebagian Ada beberapa faktor yang kalangan perempuan yang lain menyambut mempengaruhi pola seleksi antara laki-laki wacana tersebut dengan langkah maju untuk dan perempuan sebagai anggota legislatif. member ruang gerak bagi perekrutan kaum Faktor pertama berhubungan dengan konteks perempuan dalam dunia politik. buda ya di Indonesia yangmasih sangat Lahirnya kuota perempuan melalui kental asas patriarkalnya. Persepsi yang Undang-undang Nomor 12 Tahun 2003 sering dipegang adalah bahwa arena politik tentang pemilihan Umum, pasal 65 ayat 1 untuk laki-laki, dan bahwa tidaklah pantas menyatakan “Setiap partai politik peserta bagi wanita untuk menjadi anggota pemilu dapat mengajukan calon anggota parlemen. Faktor kedua berhubungan dengan DPR, DPRD provinsi, dan DPRD proses seleksi dalam partai politik. Seleksi kabupaten/kota untuk setiap daerah terhadap para kandidat biasanya dilakukan pemilihan dengan memperhatikan oleh sekelompok kecil pejabat atau pimpinan keterwakilan perempuan sekurang- partai, yang hampir selalu laki-laki. kurangnya 30%” tersebut sebenarnya Ketiga, berhubungan dengan media yang menjadi berita baik bagi kaum perempuan. berperan penting dalam membangun opini Secara tekstual, undang-undang tersebut

2 LAILATUL MONAWARAH, NIM. E1051131069 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2017 http://jurmafis. untan.ac.id memang baru mengakui adanya kebutuhan nanti untuk menyiapkan kader-kader yang untuk melibatkan perempuan dalam partai berkualitas untuk duduk dalam politik sebagai upaya agar perempuan dapat pemerintahan, seperti DPRD, DPD, DPR memperoleh akses yang lebih luas dalam dan lain-lain. pengambilan keputusan. Namun dalam Keterwakilan politik perempuan dalam prakteknya, partai politik terkesan setengah- pemilu tahun 2014, menunjukan suatu setengah dalam mengimplementasikannya kebijakan dalam rangka upaya menarik atau karena dianggap sebagai persyaratan mengumpulkan sejumlah kaum perempuan administratif yang sifatnya hanya formalitas. yang berpotensi mengisi jabatan yang Dalam perjalanan sejarah perpolitikan di kosong dalam lembaga atau kursi DPRD Indonesia, jumlah perempuan dalam nantinya, agar dapat menggagas peran-peran parlemen memang belum menunjukkan perempuan, seperti memberikan suara dalam angka yang signifikan. pemilihan umum (Pemilu), menghadiri rapat Peran politik perempuan dalam dunia umum, menjadi anggota partai politik atau politik seakan beraneka ragam. Wilayah kelompok kepentingan dan mengadakan cakupan politik yang mampu dimainkan hubungan dengan pejabat pemerintah atau masih sebatas wacana dalam diskusi dan parlemen. pelatihan. Sebenarnya perempuan biasa Selain itu, kurangnya percaya diri suatu menembus apasaja dengan kualitas yang penyebab utama atas kurangnya dimlikinya. Perempuan mampu menjadi keterwakilan perempuan dalam ruang-ruang pemimpin dari tingkat kepala desa sampai publik. Dan kurangnya sumber pendananan Presiden dan wilayah publik yang signifikan. terlihat dari kondisi ekonomi beberapa caleg, Fungsi keterwakilan politik ini sangatlah faktor lainnya yang menjadi kelemahan berpengaruh penting untuk menghasilkan caleg perempuan adalah sifat hemat yang pemimpin-pemimpin yang berkualitas dimilikinya,sehingga menjadi penghalang sebagai wakil rakyat. Pemimpin yang apabila harus berhadapan dengan kenyataan berkualitas akan memberikan dampak positif harus mengeluarkan biaya yang banyak. bagi masyarakat yaitu suara rakyat terwakili, Maka dari itu penulis ingin meneliti tentang kepentingan rakyat terakomodasi, keterwakilan politik perempuan di parleman terciptanya tranparansi dan pemerintahan yang dalam hal ini adalah DPRD khususnya yang bersih. Fungsi partai politik disini juga di Kabupaten Sukamara.

3 LAILATUL MONAWARAH, NIM. E1051131069 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2017 http://jurmafis. untan.ac.id

memperjuangkan hak politik atas nama suatu 2. Rumusan Masalah kelompok yang lebih besar. Proses ini Berdasarkan latar belakang di atas dan disebut dengan perwakilan yang bersifat untuk memberikan batasan dalam proses politik (political representation). Fenomena penelitian maka penulis memilih beberapa anggota Dewan Perwakilan Rakyat saat ini rumusan masalah adalah “Apa faktor pada umumnya mewakili rakyat melalui penghambat rendahnya keterwakilan partai politik. perempuan di DPRD Kabupaten Sukamara Definisi perwakilan atau representasi Tahun 2014-2019?”. sangat bervariasi. Beberapa diantaranya adalah seperti yang dikemukakan Haris 3. Tujuan Penelitian (2008) yang mendefinisikan representasi Tujuan penelitian pada penulisan ini sebagai hubungan antara dua orang, wakil adalah untuk mengetahui dan menganalisis dengan pihak yang mewakilinya faktor-faktor penghambat keterwakilan (konstituen), di mana wakil memegang perempuan dalam lembaga legislatif di otoritas untuk melaksanakan beberapa aksi DPRD Kabupaten Sukamara yaitu: (1) yang mendapat persetujuan dari Kendala Sistem Politik, (2) Realis Sosial- konstituennya. Argument tersebut juga Budaya, (3) Hambatan Psikologis, (4) Sosial menunjukan bahwa perempuan dekat dengan dan Ekonomi. isu-isu kebijakan publik dalam proses kebijakan, terutama di lembaga perwakilan rakyat (Adinda, 2008:1). Wakil bertindak B. TINJAUAN PUSTAKA sedemikian rupa sehingga diantara wakil dan pihak yang di wakili tidak terjadi konflik dan 1. Konsep Keterwakilan Politik jika pun terjadi maka harus mampu Salah satu konsep politik yang dapat meredakan dengan penjelasan. Perwakilan perhatian seksama dari kalangan adalah konsep bahwa seorang atau suatu ilmuwandan praktisi politik, yaitu konsep kelompok mempunyai kemampuan atau keterwakilan. Konsep ini merujuk pada kebijakan untuk bicara dan berindak atas seseorang atau suatu kelompok yang nama suatu kelompok besar lebih besar mempunyai kemampuan atau kewajiban (Budiardjo, 1996:175).Bila dilihat dari untuk bicara, bertindak atau sejarah politik dan proses pembangunan

4 LAILATUL MONAWARAH, NIM. E1051131069 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2017 http://jurmafis. untan.ac.id politik, konsep demokrasi perwakilan kehidupan politik. Sistem kouta bertujuan sesungguhnya merupakan jawaban terhadap untuk memastikan bahwa perempuan, paling kondisi pertumbuhan dan perkembangan tidak merupakan satu “minoritas kritis” penduduk, baik secara kualitas maupun (critical minority) yang terdiri dari 30 atau kuantitas, sehingga sangat mustahil untuk 40 persen (Dahlerup, dalam Ballington, tetap menerapkan mekanisme dan sistem 2002:14). demokrasi langsung. Pada sisi lain, konsep Keterlibatan perempuan dalam politik perwakilan ini pun merupakan jawaban sebagian besar yang mengkaji dan berfokus terhadap kebutuhan negara modern yang pada analisa tentang hambatan-hambatan pada umumnya memiliki wilayah yang yang dihadapi perempuan dalam politik. Ada sangat besar. Kenyataan ini membuat kajian yang melihat persoalannya ada pula demikrasi langsung menjadi pilihan yang isu keterlibatan dalam politik dan dalam sulit dalam sistem pemerintahan, sehingga membutuhkan dukungan finansial serta konsepsi keterwakilan mau tidak mau network yang kuat. Perempuan adalah menjadi pilihan yang sangat realistik. pendatang baru yang memiliki keterbatasan memobilisasi uang, informasi, serta 2. Kuota 30 Persen Perempuan pendukung. Hambatan yang bersifat Faktor lain yang cukup berpengaruh struktural ini menjadi penyebab minimnya dalam keterwakilan kaum perempuan adalah atau tidak efektifnya keterlibatan mereka. sistem kouta. Dengan sistem kouta ini Ada pula kajian yang berfokus pada diharapkan posisi perempuan dapat lebih hambatan tata nilai, lembaga dan tradisi, terwakili. Hal ini mengingat bahwa serta kewajiban yang sepihak yang membuat keputusan parlemen mencakup semua aspek gerak perempuan dalam politik menjadi kehidupan. Logikanya, semakin banyak terbatas. Tata nilai dalam keluarga dan suara perempuan yang masuk ke parlemen, masyarakat, tradisi dan lembaga yang maka kepentingan perempuan akan semakin menempatkan laki-laki sebagai aktor terakomodasi. wilayah publik akan membuat perempuan Ide inti dibalik sistem kouta adalah tidak memperolah dukungan simbolik dari merekrut perempuan untuk masuk kedalam perannya. Kewajiban-kewajiban dometic dan posisi politik dan memastikan bahwa cuktural yang memberatkan perempuan akan perempuan tidak sekedar sedikit tanda dalam

5 LAILATUL MONAWARAH, NIM. E1051131069 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2017 http://jurmafis. untan.ac.id mengurangi kesempatan dan dukungan 3. Faktor Penghambat Keterwakilan substansi bagi keterlibatan perempuan. Kaum Perempuan di Dunia Politik Selanjutnya ada pula berbagai kajian Rendahnya keterwakilan perempuan di yang melihat kapasitas individual Lembaga Legislatif mengakibatkan perempuan sebagai faktor yang menghambat minimnya peran dan partisipasi perempuan aktivitasnya di dunia politik. Minimnya dalam setiap pengambilan keputusan. Oleh kesempatan untuk menambah kapasitasnya karena itu, sangatlah wajar ketika kebijakan- dalam politik. Berbagai kapasitas tersebut kebijakan yang dibuat sangat maskulin dan meliputi kemampuan mengorganisasi masa, berperspektif gender. Dalam hal ini berkomunikasi, mengorganisasi lembaga, perempuan tidak banyak terlibat dalam merancang program, mengelola keuangan, proses pembuatan keputusan. Menurut merancang strategi kempanye, merancang Ratnawati (2004: 302) perempuan lebih kebijkan, merancang evaluasi kebijakan, dan banyak sebagai penikmat keputusan. Padahal lain-lainnya. keputusan yang dihasilkan sering kali sangat Melibatkan perempuan dalam bidang bias gender, tidak memperhatikan politik berarti memperkuat kapasitas kepentingan perempuan. Melainkan lebih perempuan untuk merespon hambatan banyak membuat perempuan structural, kultural, individual. Kajian menenggelamkan diri pada sektor-sektor terhadap kaderisasi perempuan dalam politik yang sangat tidak strategis. Dalam jangka selanjutnya akan dikaji aspirasi dari panjang, hal ini mengakibatkan posisi perempuan terhadap politik dan partai perempuan berada pada posisi marginal. politik. Realitas politik yang menunjukkan Selain itu perwakilan perempuan sebagai masih rendahnya keterwakilan kaum wakil atau yang diwakili. Dalam teori ini, perempuan diparlemen yaitu masih berada menurut (Darwin, 2005: 53) dapat dibawah proporsi (under-represented) menjelaskan adanya empat bentuk mengindikasikan bahwa keterwakilan kemungkinan hubungan dalam memaknai perempuan dalam kehidupan politik yang relasi antara wakil dengan terwakil yaitu, kurang diperhatian. Hal ini sebagaimana pertama trusthe model, delegation model, dinyatakan ole Sri Lestari Rahayu (2001-69) mandat model, dan politico model. bahwa terdapat empat kendala yang menghambat perempuan untuk terlibat di

6 LAILATUL MONAWARAH, NIM. E1051131069 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2017 http://jurmafis. untan.ac.id bidang politik antara lain dapat disimpulkan sumber keuangan yang memadai, buta huruf sebagai berikut: kendala pertama adalah dan rendahnya akses pendidikan, termasuk kendala sistem poltik, meliputi ; (1) model pendidikan politik, serta beban ganda maskulin yang mendominasi wanita politik perempuan. dimana laki-laki lebih menentukan standar untuk evaluasi dan memformulasi aturan peremouan poltik. (2) kurangnya dukungan C. METODE PENELITIAN partai dan rendahnya rekrutmen kader politik perempuan yang masih memberlakukan 1. Jenis Penelitian standar ganda bagi perempuan dumana Penentuan jenis penelitian yang akan peryaratan pencalonan masih diwarnai digunakan adalah sesuai dengan masalah karakterisitik kaum laki-laki, (3) lemahnya sifat dan tujuan penelitian. Jenis penelitian kerjasama dengan oragnisasi perempuan, (4) ini yang akan digunakan adalah kualitatif ketiadaan sistem pelatihan dan pendidikan dalam bentuk deskriptif. Menurut Faisal yang memadai bagi kaum atau kader (2012: 12) bahwa penelitian deskriptif perempuan dan, (5) sistem pemilihan adalah penelitian yang di dalamnya terdapat (distrik atau proporsional) yang akan upaya mendeskripsikan, mencatat, analisa, menguntungkan kaum perempuan. Kendala dan menginterprestasikan kondisi-kondisi kedua adalah menyangkut realitas sosial sekarang ini. budaya yakni anggapa adanya dominasi budaya patriarki yang menempatkan laki- 2. Tempat dan Waktu Penelitian laki sebagai pusat kekuasaan baik wilayah Tempat penelitian ini adalah di domestik maupun publik yang masih kuat, Kabupaten Sukamara, khususnya Dewan sehingga menyebabkan adanya stereotip Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) terhadap perempuan yang ingin masuk atau Kabupaten Sukamara dengan alasan bahwa berkarir di dunia politik. Kendala ketiga di Kab.Sukamara anggota DPRD masih adalah hambatab psikologis, yakni ketakutan rendah atau belum memenuhi kouta 30% perempuan untuk berkuasa atau meraih keterwakilan perempuan. Dan penelitian ini kekuasaan. Dan kendala keempat adalah berlangsung selama 3 bulan. hambatan sosial ekonomi yakni kemiskinan dan pengangguran, lemahnya sumber- 3. Teknik Pengumpulan Data

7 LAILATUL MONAWARAH, NIM. E1051131069 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2017 http://jurmafis. untan.ac.id

1) Teknik Wawancara melakukan pengumpulan data selanjutnya Teknik wawancara yaitu melakukan dan mencarinya bila diperlukan. tanya jawab secara langsung kepada subjek 2) Penyajian Data penelitian, guna pengumpulan data primer Dalam penelitian kualitatif, penyajian dengan mengacu kepada suatu panduan data bisa dilakukan dalam bentuk uraian wawancara yang sudah dipersiapkan singkat, bagan, hubungan antar kategori, sebelumnya agar tidak menyimpang dari flowchart, dan sejenisnya. Dengan tujuan penelitian yang membahas tentang mendisplay data, maka akan memudahkan faktor penghambat keterwakilan perempuan untuk memahami apa yang telah terjadi, di DPRD Kab.Sukamara periode 2014-2016. merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan 2) Dokumentasi apa yang telah dipahami tersebut. Data yang Dokumentasi yaitu penelitian yang sudah dipilah-pilah untuk segera diolah dilakukan dengan mempelajari dokumen- sehingga dapat dengan mudah ditafsirkan dokumen pemerintah yang erat hubungannya untuk melengkapi pada tahap penarikan dengan materi penelitian dan didukung oleh kesimpulan. alat, arsip-arsip dan dokumen. 3) Verifikasi Data Langkah ketiga dalam analisis data 4. Teknik Analisis Data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan 1) Tahap Reduksi Data verifikasi. Tahap ini adalah tahap terakhir Data yang berhasil dikumpulkan melalui dalam analisis data kualitatif, kesimpulan observasi dan wawancara dilakukan yang diambil adalah kesimpulan yang pemisahan, dipilih hal-hal yang pokok dan didukung oleh kondisi-kondisi yang kuat dan lebih difokuskan pada hal-hal yang berkaitan relavan dengan masalah yang diteliti. dengan masalah yang diteliti. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal 5. Teknik Keabsahan yang pokok, memfokuskan pada hal-hal Untuk menguji data yang diperoleh yang penting dan dicari tema serta polanya. dalam penelitian itu sah dan benar maka Dengan demikian data yang telah direduksi diperlukan uji kredibilitas. Pada penelitian akan memberikan gambaran yang lebih jelas ini penulis menggunakan trianggulasi untuk dan mempermudah peneliti untuk menguji keabsahan data. Moleong (2007: 330) mengatakan bahwa teknik pemeriksaan

8 LAILATUL MONAWARAH, NIM. E1051131069 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2017 http://jurmafis. untan.ac.id keabsahan data yang memanfaatkan suatu urutan bawah, sementara kursi yang yang lain. Dalam teknik triangulasi, peneliti diperebutkan di suatu pemilihan hanya tiga menggunakan teknik pengumpulan data kursi. Di sinilah kepiawaian caleg yang berbeda-beda untuk mendapatkan data perempuan di uji, apalagi banyak daerah- dari sumber yang sama secara serempak. daerah yang budaya patriarkinya sangat kuat Kemudian oleh Denzin dan daya penerimaan terhadap perempuan (Maleong:2007:330), triangulasi dibedakan yang berkiprah di dunia politik sangat menjadi empat macam, yaitu triangulasi rendah. sebagai teknik pemeriksaan yang Partai politik sendiri tidak terlalu memanfaatkan pengguna sumber, metode, merespon adanya kuota 30% perempuan penyidik dan teori. Dalam penelitian ini, yang harus di penuhi. Ada alasan serupa triangulasi yang digunakan adalah yang diungkapkan oleh Ibu SW (Caleg tidak triangulasi sumber. terpilih) bahwa :”Pertama, dengan sistem pemilu proposional terbuka dalam pemilu 2014, perempuan bakal calon bukan hanya D. PEMBAHASAN harus berjuang agar namanya masuk di dalam daftar jadi partainya, tetapi harus 1. Kendala Sistem Politik berada pada urutan pertama atau kedua Tantangan pertama (1) adalah dari sistem dalam daftar calon. Kedua, daerah pemilu baru itu sendiri,yaitu dalam hal pemilihan. Semakin kecil kursi yang bilangan pembagi pemilih, yakni angka diperebutkan di suatu daerah pemilihan, pendapatan suara di suatu wilayah dibagi semakin kecil perempuan akan terpilih. kursi yang diperebutkan. Di sini persaingan Sebaliknya, semakin besar daerah pemilihan, caleg perempuan akan berat mengahadapi maka semakin besar peluang perempuan sesama caleg perempuan dari partai lain dan caleg untuk terpilih”. dengan caleg laki-laki dalam Kendala kedua (2) adalah kurangnya memperebutkan sedikit kursi tersedia. dukungan partai politik. Seperti diketahui Perubahan wilayah pemilihan dan bahwa perempuan memainkan peran penting penempatan calon jadi di partai adalah hal dalam kempanye dan memobilisasi lain yang harus di perhatikan karena tidak dukungan dipartai-partai politik ada gunanya kalau calon legislatif berada di dukungannya, tetapi mereka tidak

9 LAILATUL MONAWARAH, NIM. E1051131069 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2017 http://jurmafis. untan.ac.id memperoleh dukungan dari kegiatan yang usaha yang maksimal secara individu untuk mereka lakukan. melakukan pendekatan kepada masyarakat Berdasarkan hasil wawancara penulis agar mendapatkan suara” pada Ibu JM (caleg tidak terpilih) Kendala keempat (4) pengembangan menyatakan bahwa:”Rendahnya dukungan kapasistas perempuan. Dalam masyarakat baik fasilitas ataupun moril serta patriarki seperti di Indonesia, perempuan keterbatasan pendidikan dan juga harus berhadapan dengan masalah kapsitas pendapatan dari masing-masing calon dalam hal dunia politik, sementara itu legeslatif. Masih maraknya budaya patriaki. kapasitas laki-laki tidak pernah Kendala lainnya karena adanya aturan dalam dipetanyakan. Konsekuensinya adalah caleg partai politik tertentu yang tidak perempuan harus memiliki program kerja memperbolehkan perempuan untuk duduk di yang terfokus dan jelas,serta harus pucuk pimpinan tertentu”. dilengkapi dengan berbagai keterampilan Kendala ketiga (3) Kurangnya Promosi. yang dibutuhkan untuk berhadapan dengan Dengan sistem baru pemilu yang diterapkan, media, berkempanye, mengemas isu persaingan antar partai politik untuk kempanye, dan lain-lainnya. memperoleh suara terbanyak menjadi sangat Kendala kelima (5) penominasian ketat, hal ini di karenakan setiap partai perempuan yang dilakukan oleh partai berusaha memperoleh sebanyak mungkin politik. Di dalam tubuh sebagian partai kursi di legislatif guna menempatkan kader- politik masih terlihat kurangnya demokrasi, kadernya. Selain persaingan di dalam tubuh dimana sebagian partai politik tidak partai, di mana setiap calon legislatif yang di memiliki kriteria nominasi kandidat yang usung oleh partai akan bersaing dengan transparan, terukur dan terpercaya. Terkait calon lainnya. dengan hal tersebut, terdapat bahaya juga Kurangnya promosi yang dilakukan oleh bahwa partai politik yang tidak mampu partai politik terhadap setiap caleg menarik perempuan tidak akan dapat khususnya perempuan yang di alami Ibu TS memenuhi penempatan angka nominasi (Caleg tidak terpilih): “Selama saya minimal 30%. Sebagai implikasinya, harus mengikuti pemilihan legislatif 2014 yang adanya tekanan untuk memastikan agar kemarin, saya belum banyak dikenal oleh proses nominasi kandidat memenuhi kriteria masyarakat. Dan saya sudah melakukan yang transparan, terpercaya, dan terukur,

10 LAILATUL MONAWARAH, NIM. E1051131069 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2017 http://jurmafis. untan.ac.id serta untuk memastikan adanya dorongan tanggung jawab urusan rumah tangga. Selain bagi partai politik untuk mengrekruit itu juga Berhubungan dengan konteks perempuan yang berada di luar keanggotaan budaya di Indonesia yang masih sangat partai. kental asas patriarkalnya. Persepsi yang Hasil wawancara Ketua DPD Partai sering dipegang adalah bahwa arena politik Golkar Bapak EA mangatakan bahwa: adalah untuk laki-laki, dan bahwa tidaklah ”Jumlah partai politik yang ikut bersaing pantas bagi wanita untuk menjadi anggota dalam pemilihan caleg untuk memenangkan parlemen. kursi di parlemen mempengaruhinya tingkat Ketua DPC Partai PDIP Bapak MY representasi perempuan karena setiap partai mengatakan yaitu “kurangnya representasi setiap partai biasa berharap untuk perempuan dalam bidang politik antara lain memperoleh sejumlah kursi di parlemen. di sebabkan oleh kondisi budaya yang Ada juga kecenderungan untuk berbagi patrikal yang berarti tidak diimbangi dengan jumlah kursi yang terbatas itu di antara laki- kemudahan akses dalam bentuk tindakan laki, yang mempunyai pengaruh langsung afirmatif bagi perempuan, seperti pemberian terhadap tingkat perempuan”. kuota, GBHN, dan berbagai instrument politik dan hukum tidak secara eksplisit 2. Kendala Sosial Budaya menunjukan diskriminasi terhadap Dalam negara yang menganut sistem perempuan”. nilai patriarki, seperti Indonesia, kesempatan perempuan untuk menjadi politisi relatif terbatasi karena persepsi masyarakat mengenai pembagian peran antara laki-laki 3. Kendala Psikologis dan perempuan, yang cenderung bias kearah Terlepas dari berbedaan antara laki - laki membatasi peran perempuan wanita pada dan perempuan. Sejak dari Budaya sampai urusan rumah tangga. Namun demikian, Social dan Ekonomi dapat menjadi pada masa perjuangan kemerdekaan, hambatan psikologis bagi calon legeslatif kebutuhan akan kehadiran banyak pejuang, karena ditakutkan gagal tidak terpilih, selain baik laki-laki maupun perempuan, membuka itu kurangnya kesadaran dan kepercayaan kesempatan luas bagi para wanita untuk diri perempuan untuk terlibat di bidang berkiprah di luar lingkup domestic dengan politik dan rendahnya kepercayaan

11 LAILATUL MONAWARAH, NIM. E1051131069 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2017 http://jurmafis. untan.ac.id masyarakat terhadap keberadaan perempuan di lembaga legislatif serta beban ganda yang 4. Kendala Sosial Ekonomi harus ditanggung perempuan yang berkarir Faktor penghambat yang lain adalah di bidang politik. ketergantungan ekonomi wanita terhadap Adanya argument kalau perempuan laki-laki. Ketergantungan ekonomi membuat merupakan mahluk yang tidak lengkap, wanita lemah dalam aspek yang lain, sehingga mereka tidak percaya diri untuk termasuk kemandirian dalam mengambil bersaing dengan kelompok laki-laki, keputusan, akses sosial, politik dan sehingga manakala mereka diberi pekerjaan kesempatan untuk mengembangkan diri. yang sama dengan kaum pria mereka merasa Sebagian besar politisi wanita juga terbentur tidak cukup mampu dalam mengerjakannya. masalah ketergantungan ekonomi. Oleh sebab itu, perempuan hanya baik dan Kampanye politik membutuhkan dana yang sukses apabila menjalankan kodratnya tidak sedikit, di tingkat yang paling rendah sebagai makhluk reproduksi semata dan (pemilihan ketua desa) sekalipun. Wanita bukan bekerja di bidang pemerintahan. yang secara ekonomi sangat tergantung pada Menurut Ibu HS (caleg terpilih) bahwa laki-laki tentu saja akan menemui hambatan faktor yang paling berat saya rasakan ketika besar masalah pendanaan kampanye ini. ikut serta dalam pemilu legislatif saat Meskipun ia memiliki kualifikasi sebagai kemarin. Bagaimana keluarga saya terutama tokoh politik yang potensial, wanita yang suami, anak- anak saya serta orang tua agar tidak mandiri secara ekonomi tidak dapat dapat memberikan dukungan saya, dan berbuat banyak, sehingga dukungan dari bagaimana saya dapat membagi waktu keluarga atau suami sangat dibutuhkan guna dengan keluarga dan pekerjaan. Saya ingin mencukupi kebutuhan sosial ekonomi para membuktikan persepsi bahwa perempuan caleg perempuan. mampu untuk bersaing di dunia politik dan Berdasarkan wawancara penulis bukan sebagai pelengkap dalam kehidupan terhadap Ibu HS (Caleg terpilih) berpendapat berumah tangga. Disisi lain saya ingin bahwa: “Yang paling berat saya rasakan mengetahui tentang politik dan partai dalam dalam mengikuti pemilu legislatif kemarin memberikan pendidikan politik bagi kader- adalah masalah ekonomi. Dikarenakan kadernya yang turut ambil bagian dalam bahwa saya harus mendanai diri saya sendiri pemilu. dan juga saat ini saya sebagai pimpinanan

12 LAILATUL MONAWARAH, NIM. E1051131069 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2017 http://jurmafis. untan.ac.id partai politik yang memerlukan biaya menyangkut diri mereka menjadi sebagai partai perserta pemilu. Namun, diremehkan. banyaknya biaya yang saya keluarkan 2. Faktor lain yang sangat berpengaruh selama mengikuti caleg kemarin”. terhadap sistem politik ialah adanya Kurangnya pendanaan dan beban ganda faktor social - Budaya yang partisispasi perempuan dalam ruang publik menganggap perempuan hanya tepat politik dibatasi juga dengan pendidikan, dan menjadi ibu rumah tangga dan tidak kurangnya akses informasi. Sulit bagi cocok untuk berperan aktif dalam fungsi perempuan untuk berpartisipasi dalam publik di masyarakat, apalagi aktor kehidupan politik ketika perhatian utamanya politik. Pemikiran ini jelas sangat adalah kelangsungan hidup keluarga. Kaum membatasi peluang perempuan untuk perempuan tidak mampu memikirkan berperan aktif di panggung politik. bagaimana mereka turut serta dalam ruang- 3. Hambatan bagi perempuan dapat terjadi ruang publik oleh karena kesibukan dengan karena Kurangnya peran serta kegiatan mereka untuk memenuhi kebutuhan perempuan dalam politik, terutama di hidup mereka. Umumnya mereka yang ikut lembaga-lembaga politik secara tidak sebagai caleg hanya mengandalkan motivasi langsung berhubungan dengan faktor- dari pribadi. faktor Psikologis yang fundamental, 4. Kurangnya sistem pendukung dan basis dukungan bagi kaum dan kelompok- kelompok perempuan juga disoroti sebagai kendala besar terhadap E. KESIMPULAN partisipasi politik perempuan, belum ada satupun organisasi yang bisa berperan 1. Faktor-faktor politik adalah kurangnya melakukan koordinasi pembentukan dukunganS parpol terhadap perempuan. basis dukungan ini secara baik, Secara lebih spesifik, sistem politik dan termasuk partai politik. partai-partai politik Indonesia dinilai 5. Faktor penghambat yang lain adalah sangat tidak peka jender. Akibatnya, ketergantungan ekonomi wanita kaum perempuan berikut isu-isu yang terhadap laki-laki. Ketergantungan ekonomi membuat wanita lemah dalam

13 LAILATUL MONAWARAH, NIM. E1051131069 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2017 http://jurmafis. untan.ac.id

aspek yang lain, termasuk kemandirian b. Partai mengeluarkan kebijakan yang dalam mengambil keputusan, akses menyadarkan pemilih akan sosial, politik dan kesempatan untuk pentingnya memilih wakil-wakil mengembangkan diri. rakyat yang berpihak kepada perempuan c. Partai didorong untuk menempatkan F. SARAN perempuan pada jabatan-jabatan strategis dalam partai 1. Dalam mengatasi tantangan dan d. Partai harus merekruit caleg hambatan-hambatan yang ada, terlebih perempuan dengan Kriteria khusus hambatan tersebut erat kaitannya yaitu caleg perempuan yang dengan budaya, dan ideologi yang telah memiliki amanah Pemilu. tertanam di masyarakat , pemerintah 3. Pemberdayaan perempuan perlu di perlu memberikan solusi seperti tingkatkan terutama pendidikan politik memberikan kesadaran publik melalui perempuan. Untuk sebagai wadah kaum pendidikan kewarganegaraan dan perempuan guna memperoleh pemilih; reformasi hukum, politik, pengetahuan yang banyak tentang dunia kepemiluan, dan kelembagaan; politik agar perempuan mendapatkan dukungan kapasitas; dan pengembangan akses yang sama dalam partisipasi di jejaring dan koalisi. bidang politik. Perlu meningkatkan 2. Dalam usaha meningkatkan wawasan dan pemahaman terhadap keterwakilan perempuan, perlu bidang politik serta selalu aktif dalam melakukan pendekatan perempuan ke setiap organisasi agar dapat melatih diri Partai agar partai mau mengeluarkan menjadi pemimpin politik. berbagai kebijakan yang dapat meningkatkan keterwakilan perempuan antara lain: G. REFERENSI a. Partai mengeluarkan kebijakan untuk meningkatkan kualitas Anugrah, Astrid S.H, ”Keterwakil Perempuan Dalam Politik”, Jakarta : perempuan seperti memberikan Pancuran Alam,2009 pendidikan dan pengkaderan politik

14 LAILATUL MONAWARAH, NIM. E1051131069 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN Aspirasi, Jurnal S-1 Ilmu Politik Volume 5 Nomor 2 Edisi Juni 2017 http://jurmafis. untan.ac.id

Moleong, lexy.J. 2006. “Metode penelitian kualita tif”. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Sugiyono, 2007. “Memahami penelitian kulitatif”. Bandung: penerbit CV Alfabeta

Sugito,dkk.2011. Pedoman Penulisan Skripsi. Pontianak: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura

Sri Lestari Rahayu,2004.”Rintangan- Rintangan Pemberlakuan Kuota 30% bagi Perempuan

Budiarjo, Miriam, “Dasar-Dasar Ilmu Politik”, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008

Mari Rosiena.2013. Keterwakilan Perempuan Dalam Lembaga Legislatif di

Kabupaten Malinau,Kaltim pada tahun 2009-2014. Universitas Mulawarman

15 LAILATUL MONAWARAH, NIM. E1051131069 Program Studi Ilmu Politik Fisip UNTAN