AD-DEENAR JURNAL EKONOMI DAN BISNIS

KEBIJAKAN FISKAL DALAM PERSPEKTIF ISLAM (BAITUL MAAL SEBAGAI BASIS PERTAMA DALAM PENDAPATAN ISLAM) Oleh: Sulaeman Jajuli*

Abstraksi Al-Daulah al-Islâmiyyah pertama kali dibentuk setelah Rasulullah hijrah dari Makkah ke al-Madinah al-Munawarah dan menetapnya Rasulullah di Madinah dengan para sahabat . Kaum Muhajirin sebagai pendatang dan kaum Anshor sebagai ahlulbait atau pemilik tempat telah mengikhlaskan rumah-rumah mereka untuk dijadikan sebagai tempat tinggal oleh para pendatang (kaum Muhajirin). Satu tahun setelah menetapnya kaum Muhajirin dan setelah bersatunya hati-hati kaum Muhajirin dan kaum Anshor, timbullah peperangan antara kaum Musyrikin Makkah dengan kaum Muslimin di Madinah. Kemenangan-kemenangan yang diraih kaum muslimin dalam peperangan terus berlanjut, klimaksnya kaum Muslimin banyak mendapatkan harta ghanîmah, sehingga menimbulkan pertentangan dan perselisihan dalam pembagiannya Adapun pada masa Nabi Muhammad, para shahabat yang telah menang dalam peperarangan, mereka berhak membawa harta ghanîmah ke rumah, maka timbullah berbagai pertanyaan; untuk siapa harta rampasan tersebut, milik siapa, bagaimana cara pembagiannya, tanah yang telah berhasil dikuasai, siapakah yang memiliki dan mengolahnya. Dengan adanya berbagai macam pertanyaan dan permasalahan yang terjadi sekitar harta rampasan/ghanîmah, maka permasalahan tersebut memerlukan jawab-an dengan segera. Rasulullah dan para shahabatnya membuat sebuah lembaga untuk menampung harta yang telah dimiliki kaum muslimin khususnya setelah terjadi peperangan. Tempat penampungan harta tersebut dinamakan dengan Baitul maal. Baitul maal sebagai lembaga dan wadah tempat penyimpanan harta yang dimiliki masyarakat Muslim pertama kali diadakan dalam Islam.

Kata Kunci: Kebijakan Fiskal, Hukum Islam, Baitul Maal

A. Pendahuluan menetapnya Rasulullah di Madinah dengan Agama Islam yang dibawa Nabi para sahabat . Muhammad adalah agama yang Kaum Muhajirin sebagai pendatang sempurna. Kesempurnaan Islam ditulis dan dan kaum Anshor sebagai ahlulbait atau dijadikan pegangan bagi kaum msulimin pemilik tempat telah mengikhlaskan dalam kitab al-Qur’an yang di dalamnya rumah-rumah mereka untuk dijadikan membahas tentang hukum-hukum sebagai tempat tinggal oleh para pendatang ketuhanan, kehidupan manusia, akhlak (kaum Muhajirin). Satu tahun setelah bermuamalah dan lain sebagainya. Selain menetapnya kaum Muhajirin dan setelah dalam kitab al-Qur’an dijelaskan pula bersatunya hati-hati kaum Muhajirin dan dalam Sunnah Nabi Muhammad . kaum Anshor, timbullah peperangan antara Al-Daulah al-Islâmiyyah pertama kali kaum Musyrikin Makkah dengan kaum dibentuk setelah Rasulullah hijrah dari Muslimin di Madinah. Kemenangan- Makkah ke al-Madinah al-Munawarah dan kemenangan yang diraih kaum muslimin

8 Kebijakan Fiskal dalam...

AD-DEENAR JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

dalam peperangan terus berlanjut, an dengan segera. Rasulullah dan para klimaksnya kaum Muslimin banyak shahabatnya membuat sebuah lembaga mendapatkan harta ghanîmah , sehingga untuk menampung harta yang telah dimiliki menimbulkan pertentangan dan perselisih- kaum muslimin khususnya setelah terjadi an dalam pembagiannya. 1 peperangan. Tempat penampungan harta Artinya: “mereka menanyakan ke- tersebut dinamakan dengan Baitul maal. padamu tentang pembagian harta Baitul maal sebagai lembaga dan wadah rampasan perang. Katakanlah: tempat penyimpanan harta yang dimiliki ”Harta rampasan perang itu masyarakat Muslim pertama kali diadakan kepunyaan Allah dan Rasul 2, sebab dalam Islam. itu bertaqwalah kepada Allah dan Pendirian Baitul maal dalam konsep perbaikilah hubungan diantara Islam merupakan tempat pengumpulan sesamamu, dan ta’atlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika kamu harta yang sangat strategis, sehingga harta adalah orang-orang yang beiman”. yang dikumpulkan selain dari ghanîmah (QS.Al-Anfal:1) juga sebagai tempat pengumpulan harta Hal yang terjadi ketika harta , jizyah, fa’i, kharaz,’usyr dan ghanîmah terkumpul, banyak para shahabat sekaligus digunakan sebagai tempat yang belum memahami dengan sepenuhnya pendistribusiannya. Dengan demikian harta tentang harta rampasan, karena mereka yang telah terkumpul dapat disusun dengan belum pernah mendapatkannya dan belum baik, rapih dan dapat disalurkan dan ada contoh sebelumnya. Pada masa Nabi dibagikan kepada ahlinya secara langsung Musa , ketika mereka mendapakan harta dan tertib. ghanîmah , harta tersebut dibakar dan tidak Rasulullah sebagai kepala negara boleh dikonsumsi atau diambil dan di al-Madinah adalah orang pertama dipergunakan kembali. Adapun pada masa memperkenalkan konsep baru di bidang Nabi Muhammad, para shahabat yang telah keuangan pada abad ke-7 M. Cara yang menang dalam peperarangan, mereka dilakukan Rasulullah dalam pengumpulan berhak membawa harta ghanîmah ke harta tersebut adalah harta ghanîmah rumah, maka timbullah berbagai tersebut dikumpulkan terlebih dahulu dan pertanyaan; untuk siapa harta rampasan kemudian dikeluarkan sesuai dengan tersebut, milik siapa, bagaimana cara kebutuhan negara. pembagiannya, tanah yang telah berhasil Hasil pengumpulan itu adalah milik dikuasai, siapakah yang memiliki dan negara dan bukan milik pribadi/individu. mengolahnya. Meskipun demikian para pemimpin Dengan adanya berbagai macam negara/khalifah dapat menggunakannya pertanyaan dan permasalahan yang terjadi untuk keperluan pribadi sesuai dengan sekitar harta rampasan/ ghanîmah , maka kebutuhan hidup yang mereka jalani selama permasalahan tersebut memerlukan jawab- menjabat sebagai khalifah. Semasa Rasulullah masih hidup, masjid Nabawi sebagai pusat kegiatan dan * Dosen Fakultas Ekonomi Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta aktifitas, masjid tersebut digunakan sebagai 1 Said Saad Marthon, a l-Madkhol , hal. 93 kantor pusat negara yang sekaligus menjadi 2 Maksudnya: Harta rampasan perang itu menurut tempat tinggal Rasulullah dan harta Baitul ketentuan Allah dan Rasul-Nya (al-Qur’an Terjemah DEPAG) maal disimpan dalam rumahnya. Untuk

Kebijakan Fiskal dalam... 9

AD-DEENAR JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

harta ghanîmah yang berupa binatang, Baitul maal adalah tempat yang sesuai dengan alamnya ditempatkan di dikhususkan untuk mengumpulkan dan padang terbuka. menjaga harta kekayaan kaum muslimin, Seperti dalam sebuah hadits yaitu sebuah institusi yang bertanggung dikatakan bahwa: jawab atas pemeliharaan public property ”Beberapa orang dari suku Ukraina (harta milik umum), berikut proses alokasi datang ke Madinah dan mereka merasa harta (dana) kepada yang berhak. 4 iklim di daerahnya tidak nyaman, maka Baitul maal adalah lembaga keuangan Rasulullah mengijinkan mereka untuk negara yang bertugas menerima, pergi mengembalakan unta tersebut yang menyimpan, dan mendistribusikan uang diambil dari hasil zakat. Dan di sana negara sesuai dengan ketentuan syari’at. mereka minum susu unta serta Baitul maal dapat disamakan dengan kas menggunakan air seni unta untuk dijadikan negara yang ada dewasa ini. 5 Jadi Baitul sebagai obat. Tetapi mereka kemudian maal memiliki makna sebagai lembaga berbuat curang kepada Rasulullah dengan keuangan dan tempat dikumpulkannya membawa unta ke rumahnya. Rasulullah harta untuk dijaga yang bertanggung jawab kemudian mengirimkan orang untuk dalam pemeliharaannya adalah orang yang menangkap mereka dan membawanya ke dipercaya. Setelah harta Baitul maal hadapan beliau. (H.R. Abu Daud). terkumpul maka harta itu didistribusikan Dengan demikian orang yang kembali sesuai dengan undang-undang dan pertama kali membuat konsep keuangan ketentuan syari’at yang berlaku. negara adalah Rasulullah , uang tersebut Abu al-A’la al-Maududy sebagai diperoleh kaum muslimin dari hasil zakat reformis dalam pemikiran serta atau setelah para shahabat mengikuti pembaharuan yang berasal dari Pakistan peperangan/berjihad yang kemudian menyatakan bahwa: ”Baitul maal disalurkan sesuai kebutuhan negara. Dari merupakan lembaga keuangan yang rakyat untuk negara dan dipergunakan oleh dibangun atas landasan syari’at. Oleh sebab negara sesuai kebutuhan negara. itu pengelolaannya harus sesuai dengan syari’at Islam”. Menurutnya pula, ”Baitul B. Pengertian, Landasan Hukum, dan maal adalah amanat Allah dan Sejarah Baitul Mal. masyarakat Muslim, karenanya tidak Baitul maal berasal dari dua suku diizinkan memasukan sesuatu ke dalamnya dengan mendistribusikan sesuatu dari nya .(ﺍﻟﺒﻴﺖ ﻭ ﺍﻟﻤﺎﻝ) kata yaitu al-bait dan al-mâl Secara harfiah bermakna rumah tangga dan dengan cara yang berlawanan dengan apa harta 3 atau perbendaharaan harta umat. yang ditetapkan dalam syari’at”. 6 Fungsi utamanya adalah sebagai gudang Baitul maal merupakan lembaga pengumpulan dan pngeluaran pendapatan keuangan, cara pemasukan dan negara. Kalimat Baitul maal sekarang pengeluarannya sesuai dengan ketentuan sudah diserap menjadi bahasa Indonesia yang dipergunakan dalam perbankan. 4 Said Sa’ad Marthon, a l-Madkhol , hal. 95 5 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam , Jakarta, PT Intermasa, 1996, hal. 901. 3 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia , Jakrta, 6 Abu A’la al-Maududi, the Islamic Movemen: PT. Hida Karya Agung, 1990, hal. 74 dan The Dynamics of Values, Power and Change. hal.409 Leicestyer .U.K: The Islamic Poundation, hal. 47

10 Kebijakan Fiskal dalam...

AD-DEENAR JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

syari’at yang telah digariskan dalam al- Baitul maal pertama kali berdiri Qur’an dan as-Sunnah. Jika keluar dari sebagai lembaga keuangan, setelah jalur syari’at Islam, maka harta yang ada di Rasulullah dan para shahabat dalamnya akan habis dan pemasukan yang memenangkan perang Badar al-Kubra pada ada tidak bisa ditentukan kehalalan dan tahun ke-2 H. Harta ghanîmah (harta keharamannya. Dengan berlandaskan rampasan perang) yang didapatkan kaum hukum yang benar, Baitul maal akan muslimin awalnya menimbulkan tampak lebih mudah dalam pengecekan, pertentangan dan perselisihan dalam pemasukan dan pengeluaran yang pembagiannya, maka Allah berfirman: digunakan untuk kepentingan negara.   Orang-orang yang dipercaya dalam     pendistribusian harta Baitul maal harus   sesuai dengan ketentuan syari’at,   berkarakter syari’at, bergaul sesuai syari’at   dengan tidak mencuri, menipu, berbohong  atau sifat lainnya yang dilarang dalam Artinya: “ ketahuilah sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh ajaran Islam. Sebab dalam Islam ketika sebagai rampasan perang, maka seseorang mengelola sesuatu yang sesungguhnya seperlima untuk bersangkutan dengan hajat kehidupan Allah, Rasul, Kerabat Rasul, anak- manusia, maka ia disyaratkan harus sesuai anak Yatim, Orang-orang miskin dengan potensi yang dimilikinya dan dan Ibn Sabil 7; jika kamu beriman profesional dalam melakukannya. Bila kepda Allah dan kepada apa yang tidak, maka kehancurannya sudah berada di kami turunkan kepada hamba kami (Muhammad) di hari furqan 8, yaitu ambang pintu. Karenanya Baitul maal di hari bertemunya dua pasukan. adalah amanat Allah dan amanat Dan Allah maha Kuasa atas segala masyarakat muslim yang tidak sesuatu. (QS. Al-Anfâl: 41) sembarangan orang bisa menggunakan dan mengelolanya. Baitul maal pertama kali ada pada masa Rasulullah dan khalifah Abu 7 Maksudnya seperlima dari harta ghanimah itu Bakar. Amirul Mukminin Umar ibn al- dibagikan kepada: Khaththab melanjutkan perjalanan dua a. Allah dan Rasul-Nya b. Kerabat Rasul (Banu Hasyim dan Banu shahabat sebelumnya. Satu hal yang perlu Muthallib) dicatat dalam Baitul maal pada masa c. Anak Yatim Amirul Mukminin Umar ibn al-Khaththab d. Orang Miskin e. Ibnu sabil sedang empat perlima dari adalah lebih terfokus dan lebih tertib, yang ghanimah itu dibgaikan kepda mereka yang mana sebelumnya Baitul maal hanya ikut berperang. 8 disimpan dalam rumah Rasulullah dan Furqon artinya pemisah antara hak dan bathil. Makna hari furqon adalah hari jelasnya Khalifah Abu Bakar. Pada masa Umar kemenangan orang Islam dan kekalahan orang Baitul maal disimpan dalam suatu kafir, yaitu hari bertemunya dua pasukan di peperangan badar, pada hari jum’at tanggal 17 wadah/tempat tertentu yang disebut dengan Ramadhan tahun ke dua hijriyyah. Sebagian lembaga keuangan atau al-dîwân al- mufassirin berpendapat bahwa ayat ini mâliyah. mengisyaratkan kepda hari permulaan turunnya al-Qur’an al-Karim pada malam 17 Ramadhon. (al-Qur’an dan Terjemahnya, DEPAG)

Kebijakan Fiskal dalam... 11

AD-DEENAR JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

Setelah diturunkan ayat ini ada Nya dan walupun ia berhak mendapatkan kejelasan tentang pembagian harta harta ghanîmah , tetapi Rasulullah tidak rampasan perang, seberapa banyak harta pernah mengambil harta ghanîmah secara yang harus diambil dan diberikan untuk berlebihan apalagi memakannya. Allah dan Rasul-Nya untuk dimasukan ke Baitul maal yang terjadi pada masa dalam Baitul maal dan sisa dari harta Amirul Mukminin Umar ibn al-Khaththab ghanîmah lainnya untuk mereka yang ikut telah mengalami kemajuan yang pesat, berjihad. Rasulullah membagi harta karenanya tidak heran seandainya Umar ghanîmah tersebut dan diberikan kembali menjadikan Baitul maal sebagai wadah untuk kaum muslimin dengan yang berdiri sendiri dan dijadikan sebagai menggunakan pembagian al-khumus (1/5), tempat untuk menyimpan dan menyalurkan setelah itu turunlah ayat yang menyatakan harta. cara pembagian harta ghanîmah . Hal yang terjadi dalam pendistribusi- Dengan demikian jelaslah bagi kaum an harta Baitul maal pada masa Umar muslimin, pendapatan yang diraih dalam adalah dengan pembagian pos-pos kerja, peperangan berupa harta ghanîmah , gaji para karyawan yang ikut dan tidak ikut diberikan terlebih dahulu kepada berperang. Sesuai dengan konsep hukum Rasulullah dan diketahui berapa harta yang Islam bahwa harta ghanîmah itu adalah hak harus diambil oleh mereka. Harta yang bagi seseorang yang ikut berperang dan diberikan kepada kaum muslimin sebagai beliau sah mengambil harta tersebut setelah pendistribusian selanjutnya disimpan adanya pehitungan dari khumus (seperlima dalam Baitul maal yang kemudian akan untuk Allah dan Rasul-Nya/kepentingan dibagikan kembali untuk kepentingan kaum kaum muslimin). muslimin yang tidak mampu dan tidak ikut Untuk orang yang tidak ikut berperang karena udzur syar’i. berperang dikarenakan ‘udzur , perempuan, Rasulullah dan para shahabat dalam masih anak-anak, atau sudah pensiun dalam peperangan selanjutnya terus meraih perangan karena sudah lanjut usia (sudah kemenangan, sehingga daerah kekuasaan tua), maka Amirul Mukminin Umar ibn al- Islam semakin berkembang. 9 Rasulullah Khaththab memberikan gaji kepada mereka sebagai Kepala negara, Pemimpin dibidang dari harta Baitul maal dan bagi yang sudah hukum, Panglima perang, Qhodi besar atau tua diberikan dana pensiun yang diambil Mufti, Pemimpin, Penanggung jawab dari dari Baitul maal. keseluruhan administrasi, tidak mendapat- Properti Baitul maal dianggap kan gaji sedikitpun dari negara atau dari sebagai ’harta kaum muslimin’, sedangkan rakyat, Rasulullah hanya mendapatkan khalifah dan amil-amilnya hanyalah sesuatu yang umumnya didapatkan oleh pemegang kepercayaan. Jadi, menjadi orang lain berupa makanan biasa. Dengan tanggung jawab negara menyediakan adanya pembagian harta ghanîmah yang tunjangan yang berkesinambungan untuk merata dan adil, maka Rasulullah janda, anak yatim, anak terlantar, mendapatkan sedikit bagian harta tersebut membiayai penguburan mayat untuk orang sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul- miskin, membayar utang orang yang bangkrut, membayarkan uang diyat untuk 9 Isma’il Pamungkas, Seri Riwayat Nabi , kasus-kasus tertentu seperti membayar Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000, Cet. III, bag. III, hal.11 diyat prajurit muslim yang membunuh

12 Kebijakan Fiskal dalam...

AD-DEENAR JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

seorang Kristen demi menyelamatkan lembaga Baitul maal diambil dari zakat, nyawanya. 10 Sangat besar dan sangat pajak, hasil dari barang-barang tambang, bermanfaat harta yang dikumpulkan dalam perusahaan-perusahaan lokal dan manca Baitul maal, harta yang dikumpulkan negara 12 . Pada masa Umar pemasukan itu didistribusikan kepada yang mereka yang diambil dari harta zakat, ghanimah, fa’i, berhak karena didasarkan atas saling kharaj, jizyah, dan ‘usyr . keterpercayaan anatar umat Muslim. (ﺍﻟﺰﻛﺎﺓ) Selama menjabat sebagai Amirul 1. Zakat Mukminin, Umar Ibn al-Khaththab Makna zakat secara bahasa berarti memelihara Baitul maal secara hati-hati, tumbuh ( al-numuw ) dan bertambah ( al- menerima pemasukan dari yang halal ziyadah ). Makna lain dari zakat secara sesuai dengan syariat Islam dan etimologi adalah suci, dalam artian suci dari mendistribusikannya kepada yang berhak dosa dan kemaksiatan. Secara syar’i zakat menerima. Dalam sebuah pidatonya yang adalah sedekah tertentu yang diwajibkan dicatat oleh Imam Ibnu Katsir tentang hak dalam syariah terhadap orang kaya dan seorang khalifah dalam Baitul maal, Umar diberikan kepada orang yang berhak berkata: “Tidak dihalalkan bagiku dari menerimanya. 13 Istilah lain secara syara harta milik Allah ini melainkan dua potong zakat adalah hak yang wajib dikeluarkan pakaian musim panas dan musim dingin dari harta 14 . serta uang yang cukup untuk kehidupan Zakat merupakan satu rukun sehari-hari layaknya seperti orang biasa islam yang lima, kalimat zakat sering 11 kebanyakan kaum muslimin”. bersanding dengan kalimat shalat dalam al- Umar ibn al-Khaththab sangat Qur’an, artinya betapa pentingnya berhati-hati dan sangat mulia perilaku dan kewajiban mengeluarkan zakat seperti akhlak yang dilakukannya. Karena kewajiban melaksanakan shalat. Dalam al- kehawatiran Umar dengan harta dalam Qur’an yang digandengkan dengan kalimat Baitul maal sampai baju yang dimilkinya shalat terdapat 82 tempat. hanya pakaian sederhana yang sering Zakat pertama kali diwajibkan tidak digunakan masyarakat biasa. Umar tidak ditentukan kadar dan jumlahnya, tetapi pernah menggunakan pakaian kebesaran hanya diwajibkan untuk memenuhi layaknya para raja yang ada di Persia kebutuhan fakir dan miskin. Namun maupun di Romawi, tapi cukup dengan dua kewajiban membayar zakat dengan kadar potong pakaian ketika musim panas dan dan nisab itu ditentukan ketika Rasulullah musim dingin. hijrah ke Madinah. C. Sumber Utama Pemasukan Baitul Pada masa Amirul Mukminin Umar Maal. bin al-Khaththab pendapatan zakat Berbeda dengan kas negara pada sebagai pendapatan negara sangat zaman sekarang, harta pemasukan pada melimpah. Umar dengan kebijakannya telah

10 Khussed Ahmad Farook, Hazrat Umar ke Sarkari , Nadwatul Musanifeen, Delhi. Hal. 28 13 Sa’id Sa’ad Marthon, al-Madkhal fi al-Fikr al- 11 Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, al-Fiqh al- Islam . Hal. 105 Iqtishâdi li Amiri al-Mukminîn Umar ibn al-al- 14 Wahbah al-Zuahayly, al-Fiqh al-Islamy Khaththab , (terjmh.Asmuni Solihan Zmakhsari), Adilatuh , (terjmah:Agus Effendi) Bandung, PT. Jakarta: Khalifa, 2006, hal. 676 Remaja Rosdakarya, 2000, cet. V, hal. 82

Kebijakan Fiskal dalam... 13

AD-DEENAR JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

menjadikan harta zakat sebagai pendapatan  utama. Setelah khalifah Abu Bakar     memerangi orang-orang yang enggan  membayar zakat, pendapatan negara dari Artinya: “Mereka menanyakan zakat bertambah secara signifikan. Umar kepadamu tentang pembagian harta yang diangkat menjadi Amirul Mukminin rampasan perang. Katakanlah: telah mengeluarkan fatwa sebagai ”harta rampasan perang itu 18 kebijakannya mengenai zakat. kepunyaan Allah dan Rasul , sebab Kebijakan-kebijakan yang dilakukan itu bertaqwallah kepada Allah dan perbaikilah hubungan diantara Umar terhadap harta zakat adalah : sesamamu, dan ta’atlah kepada a. Zakat barang-barang perniagaan, Allah dan Rasul-Nya, jika kamu b. Zakat mata uang emas dan perak, adalah orang-orang yang beiman”. c. Zakat binatang ternak, (QS.Al-Anfâl:1) d. Zakat sayur-sayuran dan buah- buahan. Jadi jelaslah bahwa harta ghanîmah e. zakat madu yang dijual bukan unutk itu ada dalam Islam dan harta tersebut sah dikonsumsi. untuk dipakai setelah ada pembagian untuk f. zakat kuda yang diperjual belikan. 15 Allah dan Rasul-Nya yaitu 1/5 bagian. Pembagian harta ghanîmah menurut Amirul 2. Harta Ghanîmah atau al-Anfâl Mukminin Umar Ibn al-Khaththab adalah hanya diperuntukan bagi mereka yang ikut (ﺍﻟﻐﻨﻴﻤﺔ ﺃﻭ ﺍﻷﻧﻔﺎﻝ) Harta ghanîmah secara etimologi berperang, ”maka untuk yang menggunakan berari rampasan perang 16 atau harta yang kuda diberikan 3 bagian dan yang berjalan diambil masyarakat Muslim dalam sebuah kaki hanya satu bagian.” 19 peperangan dengan bentuk yang syah dan Harta ghanîmah atau al-anfâl adalah dibolehkan dalam agama (halal). 17 Harta harta yang diperoleh dari musuh-musuh ghanîmah disebut pula dengan al-Anfâl, al- Islam melalui peperangan dan pertempuran. Nuhbah dan al-Salab. Kata al-Anfal Dihalalkannya harta ghanîmah sesuai terdapat dalam al-Qur’an Surat al-Anfâl dengan petunjuk Allah dalam al-Qur’an ayat pertama berbunyi: surat al-Anfâl ayat 69 yang berbunyi:              .         .       Artinya: ”Maka makanlah oleh kamu sekalian dari apa yang telah 15 Muhammad Abdul Aziz al-Halawi, al-Fatawa aku berikan kepada kalian (harta wa al-‘ Amirul Mukminin Umar ibn al- ghanimah) yang halal lagi baik, dan Khaththab , (terjmh. Zubeir Suryadi Abdullah) 2003, Surabaya, Risalah Gusti, cet II, hal. 96-116 18 Maksudnya: Harta rampasan perang itu menurut 16 Attabik ‘Ali, Kamus al-Ashri , Yogyakarta, Multi ketentuan Allah dan Rasul-Nya karya, cet. VIII, hal. 1361 19 Abu bakar Jabir al-Jazairy, Minhaj al-Muslim , 17 Ibrahim Musthafa, al-Mu’jam al-Washith, al- maktabah al-ulum wa al-hukum, al-Madinah al- Maktabah al-Islamiyyah, Istanbul Turki. Munawwarah, hal. 297

14 Kebijakan Fiskal dalam...

AD-DEENAR JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

bertaqwalah kamu kepada Allah. Dan kharaj (pajak tanah), hibah , harta Sesungguhnya Allah Zat Maha warisan kaum Dzimmi yang tidak Pengampun lagi Maha Penyayang”. mempunyai ahli waris dan sebagainya. (Q.S. al-Anfal/8:69) Dengan diturunkannya ayat ini jelaslah bahwa hukum harta ghanîmah adalah harta yang halal untuk dimakan dan halal juga untuk dikonsumsi. Harta tersebut selain halal juga baik. Artinya harta ghanîmah baik dalam bentuk fisiknya juga halal dalam pemakaiannya. Setelah menjelaskan kehalalan harta ghanîmah , kemudian Allah memerintahkan kepada mereka yang mengkonsumsi harta tersebut agar bertaqwa kepada Allah. Sebab boleh jadi ketika seseorang memiliki harta yang banyak dan melimpah mereka enggan kembali berjihad dan merasa hawatir kalau harta tersebut habis digunakan untuk berjihad, yang biasa terjadi pada diri manusia adalah mereka takut hidupnya jatuh miskin atau takut mati ketika harta terus bertambah banyak. Maka Allah mengatakan dalam al-Qur’an surat al-Anfâl ayat 69 ”Bertaqwalah kamu kepada Allah”, karena taqwalah obatnya penyakit hati dan taqwa sebagai obat bagi mereka yang takut akan mati.

(ﺍﻟﻔﻲء) Harta Fa’i .3 Fa’i secara etimologi berati pajak. 20 Secara epistimologi fa’i berarti harta yang diperoleh dari musuh Nonmuslim bukan dari peperangan, tetapi orang-orang Nonmuslim memberikannya secara suka rela dan ikhlas (tanpa ada unsur paksaan dari mereka setelah adanya perjanjian dengan pemerintah Islam). 21 Termasuk kedalam harta fa’i adalah harta jizyah (pajak yang di pungut dari Non muslim).

20 Atabik Ali, Kamus , hal. 1413 21 Departemen Agama R.I, Proyek pengadaan kitab Suci al-Qur’an, Jakarta, 1983/1984 hal.61

Kebijakan Fiskal dalam... 15

AD-DEENAR JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

Imam al-Mawardi mengatakan:  ”Harta fa’i termasuk hak Baitul   maal karena pendistribusiannya  tergantung dari pertimbangan dan    pemimpin negara. Hal ini    berbeda dengan harta ghanîmah  yang mana didapatkannya setelah    terjadi peperangan dan harta itu  adalah hak para pejuang yang ikut .   22 berperang ”.     Akan tetapi Imam Abu Hanifah dan      Imam Malik memasukan harta ghanîmah  sebagai salah satu sumber Baitul maal.   Menurut dua Imam Mazhab fikih: Artinya: ” Dan apa saja harta ”Sebagian harta ghanîmah dapat dijadikan rampasan (fai) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta wakaf sebagai kepentingan umum yang 23 benda) mereka, maka untuk bermanfaat”. mendapatkan itu kamu tidak Allah membolehkan pengambilan mengerahkan seekor kudapun dan harta fa’i ini dan hukumnya adalah halal. (tidak pula) seekor untapun, tetapi Seperti difirmankan dalam al-qur’an surat Allah yang memberi-kan kekuasaan al-Hasyr /59:6-7 kepada Rasul-Nya terhadap siapa saja yang di-kehendaki-Nya. Dan   Allah Maha Kuasa atas segala    sesuatu (6). Apa saja harta harta   rampaan (fai) yang diberikan Allah  kepada Rasul-Nya yang berasal dari   penduduk kota-kota maka adalah    untuk Allah, Rasul, Kerabat Rasul,   anak-anak yatim, orang-orang  Miskin dan orang-orang dalam      perjalanan, supaya harta itu jangan   hanya beredar diantara orang-   orang kaya saja diantara kamu. Apa    saja yang diberikan Rasul   kepadamu, maka terdiamlah dia.   Dan apa saja yang dilarangnya   bagimu, maka tinggalkanlah;dan   bertakwalah kepada Allah, .  sesungguhnya Allah sanagt keras hukuman-Nya. (Q.S al-Hasyr: 6-7)

22 Imam Taqiyuddin Abi Bakar bin Muhammad al- Husaini, Kifayatu al-Akhyar fi Halli Ghayati al- Penjelasan ayat ini telah dijelaskan Ikhtisor , Darul al-Kutub, Surabaya, Juz II, dalam salah satu kitab tafsir bahwa harta hal.214 fa’i didapatkan bukan dari peperangan yang 23 Muhammad Baltaji, al-Manhaj li Umar ibn al- Al-Khaththab fi at-Tasyri’ , (terjmh. Masturi mengerahkan senjata, kuda dan unta tapi Ilha), Khalifa, Jakarta, 2005, hal.170

16 Kebijakan Fiskal dalam...

AD-DEENAR JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

harta itu adalah harta murni yang Kharaj. Kharaj artinya bea, pajak dan didapatkan dari orang-orang kafir, belasting 26 , akar katanya adalah Kharaja- ketentuan pembagiannya adalah untuk Yakhruju khurujan . Artinya keluar atau Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana sejenis pajak yang dibebankan atas tanah dikatakan dalam kitab tafsir Ibn Katsir, yang dimiliki oleh nonmuslim. 27 Dalam ”Fa’i adalah harta yang diambil dari orang- istilah syar’i kharaj adalah pajak yang orang kafir dengan tanpa ada peperangan dikenakan atas tanah yang ditaklukan oleh didalamnya dan tanpa pengerahan kuda pasukan Islam 28 . Makna lain dari kharaj atau unta”. 24 adalah pajak bumi yang diwajibkan oleh Quttub mengatakan bahwa: kepala negara kepada masyarakat yang ”Ayat-ayat ini menerangkan tentang mengadakan perjanjian perlindungan hukum fa’i dan hukum-hukum yang negara. 29 semisal dengannya. Ayat ini Pada mulanya tanah kharaj adalah menjelaskan tentang hukum fa’i secara terperinci, ia memberikan harta ghanîmah berupa tanah yang diambil penjelasan tentang sebab pembagi- melalui peperangan. Pada masa Amirul an dan meletakan kaidah besar Mukminin Umar ibn al-Khaththab harta dalam sistim ekonomi dan sosial ghanîmah dibagi kedalam dua bagian, harta 25 dalam masyarakat muslim”. bergerak dan harta tidak bergerak. Termasuk ke dalam kategori harta bergerak Jadi jelaslah harta fa’i adalah harta seperti kuda, barang-barang perkakas yang halal untuk umat Islam karena al-Qur’an dibawa perang, alat-alat perang dan lainnya. telah menjelaskan kehalalan harta tersebut, Bagian kedua, harta tidak bergerak yang diperbolehkan mengambil dan meng- berupa tanah. konsumsinya, harta tersebut didapatkan dari Pada masa Amirul Mukminin Umar orang-orang kafir tanpa ada paksaan dan ibn al-Khaththab , harta ghanîmah cukup kekerasan. Dalam pendistribusiannya ketika luas karena adanya perluasan da’wah dan pada masa Rasulullah adalah sebagian tanah tersebut dinamakan tanah saw ad untuk Rasulullah , untuk kerabatnya dari (tanah pertanian yang subur) Karena tanah bani Hasyim dan bani Muthalib, untuk tersebut terletak di tempat yang sangat Yatâmâ, Masâkin dan Ibnu Sabîl . Termasuk subur, khususnya di Irak yang terdapat kedalam harta fa’i adalah harta jizyah, banyak tanah subur. Harta kharaj di ambil kharaj, hibah dan harta warisan dan orang Amirul Mukminin karena telah ditaklukan kafir Dzimmi yang tidak mempunyai ahli daerahnya oleh tentara Muslim. Umar waris dan sebagainya. Harta fa’i tidak berpendapat bahwa untuk kemaslahatan didapatkan dari akibat peperangan. bersama tanah yang dikuasai itu tidak dibagi-bagi demi kepentingan umum, .termasuk lapangan untuk pasukan perang (ﺍﻟﺨﺮﺝ) al-Kharaj .4 Hal lain yang diambil untuk Baitul maal selain dari hasil peperangan adalah 26 Mahmud Yunus, Kamus , hal. 115 24 Isma’il Ibn Katsir, Mukhtasar Tafsir Ibn Katsir , 27 Mahmud Ra’ana, Economic System Under Tahqiqi, Muhammad Ali Ashobuny, jilid 3, Hal. Umar Greath(terjmh, Mansuruddyn Djoely), 472 Pustaka Firdaus, Jakarta, 1997, hal.118 25 Sayyid Quttub, Tafsir Fi Zilal Qur’an , (terjm. 28 M. Rawwas Qal-Haji, Ensiklopedi, hal. 85 As’ad Yasin dkk) Jakarta: Gema Husni, 2004, 29 Ibid., hal. 86 Hal.322 29 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia , hal. 901

Kebijakan Fiskal dalam... 17

AD-DEENAR JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

Amirul Mukminin Umar ibn al- perjanjian perdamian dengan negara Khaththab telah menertibkan Islam agar tanah mereka itu tetap admisnistrasi kharaj . Dalam sejarah dicatat menjadi milik mereka dan Islam tidak bahwa Umar ibn al-Khaththablah orang mengganggu gugatnya tetapi mereka pertama yang mendirikan dewan diwajibkan membayar kharaj . administrasi tanah. Pada masa Bani Umayyah aturan Gagasan yang dilakukan Amirul kharaj diperoleh lebih rinci, seperti halnya Mukminin Umar ibn al-Khaththab pada masa khalifah Abdul Malik, khalifah diawali dari pengiriman pajak tanah dari ini memberlakukan pengawasan yang ketat Bahroin yang dibawa oleh gubernur Abu untuk keperluan perpajakan tanah sampai ia Hurairah . Penggunaan uang tersebut membuat sebuah dewan khusus yang di dimusyawarahkan, Khalid Ibn Walid sebut ” Dar al-Istikhroj” (tempat memberikan usulan kepada Amirul pengelolaan pajak). Mukminin Umar ibn al-Khaththab agar Pada masa Bani Abbas pengawasan mendirikan diwan Kharaj dan Umar harta kharaj lebih ditingkatkan, sampai menyetujuinya. 30 khalifah Harun al-Rosyid meminta kepada Ketika berlangsung penaklukan besar- Abu Yusuf untuk membuatkan sebuah kitab besaran pada masa Amirul Mukminin Umar yang berisi undang-undang negara tentang ibn al-Khaththab , hak milik penduduk masalah kharaj ; tentunya setelah selesai asli dibiarkan tidak terganggu sedikitpun, penulisan buku tersebut, di dalamnya tanah mereka diolah dengan sendirinya oleh membahas selain masalah kharaj juga penduduk asli dengan syarat mereka harus memuat tentang aturan-aturan, pedoman, membayar kharaj . Setelah penaklukan penarikan dan kadar pajak tanah. Inti dari Islam semakin merambah dan meluas kitab tersebut adalah merupakan hasil dari seperti Irak, Suriah, Mesir, kondisi dan fatwa atau ijtihad Amirul Mukminin Umar sistim perpajakan berbeda-beda. Para raja ibn al-Khaththab 31 . dan tuan tanah yang mempunyai pengaruh Adapun cara yang digunakan dalam di daerahnya terpaksa meninggalkan penarikan kharaj pada masa Amirul negerinya masing-masing atau mereka Mukminin Umar ibn al-Khaththab kehilangan kekuasaan. Akhirnya tanah terbagi kedalam dua bagian: tersebut tidak bertuan dan tidak ada yang a. Muqassamah . Sistim yang dipungut memilikinya, Umar-pun menyita tanah pada sistim Muqassamah ini tersebut dan dinyatakan bahwa tanah itu ditetapkan berdasarkan hasil dari adalah milik umat. Kondisi tanah atau bumi porsi tanah tersebut sepertiga (1/3) dilihat dari kewajiban pembayarannya atau setengahnya (½) ketika selesai terhadap pajak terbagi kepada dua bagian: kali panen yang harus diserahkan

a. Bumi yang pemiliknya sudah masuk kepada Baitul maal. Islam, tanah yang seperti ini sah b. Wazîfah . Kewajiban yang harus kepunyaan orang muslim dan tidak dibayar dari pemilik tanah jika telah ada kewajiban kharaj di dalamnya. b. Bumi perdamaian yaitu setiap bumi yang penduduknya mengadakan

30 Muhammad Baltaji, al-Manhaj li Umar, hal.429 31 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia , hal. 901

18 Kebijakan Fiskal dalam...

AD-DEENAR JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

lewat satu tahun dengan ketetapan melakukan perjanjian dengan kaum yang berlaku. 32 muslimin dari ahli kitab. 36 Menurut Abu Yusuf, Kharaj ke dua Landasan hukum jizyah adalah al- ini diambil berbeda-beda menurut hasilnya. Qur’an Surat at-Taubah /9 ayat 29 yang Contoh untuk kebun kurma 10 dirham berbunyi: setiap jarib nya (1 jarib = 60 hasta, 1 hasta  = 1 m), untuk kebun tebu 6 dirham setiap   jarib nya, untuk sayur-sayuran 5-10 dirham    satu jarib nya, sedangkan untuk tanaman  gandum sebanyak 4 dirham satu jarib nya.   Tarif kharaj untuk produksi tanaman baru   dikenakan 8 dirham dalam setiap  . 33   jarib nya.   Dengan demikian tanah kharaj adalah   tanah yang diambil setelah terjadinya   peperangan. Tanah kharaj adalah harta  ghanîmah berupa tanah yang diolah oleh   penduduk asli yang telah tunduk kepada   pemerintah Islam dan hasilnya dibagi     berbeda-beda menurut hasilnya. Pada masa Artinya: ” Perangilah orang-orang sekarang tanah kharaj dikatakan sebagai yang tidak beriman kepada Allah pajak tanah, namun hasil dari harta tanah dan tidak pula kepada hari kharaj diberikan kepada penduduk asli kemudian, dan mereka tidak yang memilki tanah dan untuk pemerintah. mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-

Nya, dan mereka tidak beragama dengan agama yang benar, yaitu (ﺍﻟﺠﺰﻳﺔ) Harta Jizyah .5 Kata Jizyah berasal dari kata jazâ- dari orang-orang yang diberikan al- yang berarti Kitab kepada mereka (Yahudi dan ( ﺟﺰﻯ - ﻳﺠﺰﻱ-ﺟﺰﻳﺔ ) yajzi Nasrani), sehingga mereka balasan. 34 Kata jizyah juga diartikan dengan 35 membayar jizyah dengan patuh, dan al-Dharibah bermakna upeti pajak. mereka itu orang yang tunduk.” Menurut istilah syara’ makna jizyah (QS. Attaubah/ 9 : 29). diartikan dengan sejumlah mata uang yang terpikul pada pundak orang yang berada di Jizyah dipungut dari setiap umat, baik bawah tanggungan kaum muslimin dan mereka ahlul kitab (Yahudi atau Nasarani) atau Majusi dan lainnya, baik itu orang Arab atau Non Arab (menurut pendapat mazhab Imam , al-’Auza’i dari para ahli fikih dari Syam). as-Syafi’i 32 Muhammad Qal’ahji, M ausu’atu al-Fiqhu Umar berpendapat, ” Jizyah diterima dari ahlul Ibn Al-Al-Khaththab , (terjmh: M. Abdul Mujib), PT Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1999, cet. I, kitab baik Arab maupun ’ajam (non Arab) hal.332 termasuk orang Majusi yang menyembah 33 Abu Yusuf, al-Kharaj , Cairo, Mathba’ah as- Salafiah, 1982, Cet.III, hal. 43 api (ketika itu). Jizyah tidak diterima dari 34 Ibrahim Musthafa, Al-Mu’jam , hal. 120 35 Attabik Ali, Kamus, hal. 673 36 Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia, hal.852

Kebijakan Fiskal dalam... 19

AD-DEENAR JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

penyembah berhala secara muthlak.” Abu mempunyai kewajiban terhadap negara Hanifah berpendapat, ”tidak diterima jizyah untuk membayar jizyah , untuk kebutuhan dari orang Arab kecuali masuk Islam atau ekonomi dirumahnya dan karena sudah perang”. 37 tidak bisa lagi bekerja disebabkan sudah Sayyid Sabiq mengatakan: ”Tujuan lanjut usia. Mendengar perkataan orang jizyah yang dibayarkan dari orang-orang tersebut, Amirul Mukminin Umar ibn al- Non muslim yang tinggal di daerah Islam Khaththab ra memegang tangan kakek adalah sebagai berikut: tersebut dan membawanya ke tempat a. Pembagian jizyah sebagai bukti kekhilafahan (Istana Amirul Mukminin) ketundukannya dan bukti bahwa ia dengan memberikan apa saja yang tidak menghalangi dan memerangi dihajatkan oleh kakek tersebut tanpa dakwah kepada agama Allah. memandang agama atau kepercayaan 39 . b. Turut andil memberikan belanja Kemudian Amirul Mukminin Umar pertahanan dirinya, hartanya dan ibn al-Khaththab memanggil al-amîn harga dirinya. (penjaga Baitul maal) dan berkata: ”Buatlah c. Turut andil di dalam Baitul maal ketetapan dalam hal ini (berikan catatan kaum muslimin untuk menanggung khusus) untuk orang yang lanjut usia dan kebutuhan hidup setiap orang yang orang-orang kafir Dzimmi agar ia tidak tidak mampu bekerja.” 38 meminta-minta”. Al-Qur’an menjelaskan tentang Amirul Mukminin Umar ibn al- masalah zakat yang harus diberikan kepada Khaththab tidak memaksakan para Non orang-orang fakir, miskin atau al-asnāf ats- muslim untuk membayarnya, tetapi mereka atsamāniyah (delapan golongan yang diwajibkan membayar jizyah sesuai dengan berhak menerima zakat). Amirul Mukminin ketetapan yang telah berlaku dan Umar ibn al-Khaththab berpendapat kemampuan yang dimilikinya. bahwa fakir ( al-Fuqārā) berarti orang Islam suatu hari saat Amirul Mukminin yang miskin dan tidak mempunyai apa-apa Umar ibn al-Khaththab berkunjung pada dari hartanya untuk hari esok, kata miskin suatu tempat dan beliau menjumpai seorang (al-Masākîn ) meliputi keseluruhan orang- pengemis pria yang buta. Amirul Mukminin orang muslim. Dengan begitu umar Umar ibn al-Khaththab bertanya membebaskan bagi mereka dan menetapkan kepadanya tentang diri dan keadaan orang bantuan untuk mereka dari Baitul maal. tersebut. Orang buta tersebut menjawab (ﺍﻟﻌﺸﺮ) kalau dirinya adalah orang Yahudi. 6. Harta ’Usyr Amirul Mukminin Umar ibn al- Secara harfiah ‘ usy r bemakna Khaththab bertanya kembali tentang sepersepuluh (1/10). 40 Sedangkan dalam keadaan dirinya yang memaksa untuk istilah syara ‘ usyr adalah sesuatu yang meminta-minta padahal sudah lanjut usia. diambil oleh negara dari para pedagang Maka dijawab kembali kalau dirinya yang melewati negaranya. 41 Menurut meminta-minta seperti itu dikarenakan

37 M. Abu Ahmad al-Anshory al-Qurthuby, jami’u 39 Muhhammad Husein Haekal, Umar , hal. 13 al-Ahkam al-Qur’an , Beirut: Dar al-Fikr, 1994, 40 Atabik Ali, Kamus , 1292 juz: 8, hal. 110 41 Muhammad Rawwas Qal’ahji, Ensiklopedi Fiqih 38 Sayyid Quttub, Tafsir, hal. 224 Umar ibn Al-Al-Khaththab, hal. 632.

20 Kebijakan Fiskal dalam...

AD-DEENAR JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

pendapat lain dikatakan bahwa harta ‘usyr shahabat setelah dimusyawarahkan oleh adalah pajak yang dikenakan atas barang- Umar. barang dagangan yang masuk ke negara Alasan ditetapkkan hukum ‘usyr Islam atau orang yang datang dari negara adalah jika tidak ditetapkan atas dagangan Islam itu sendiri untuk berdagang. 42 orang kafir dari dagangan mereka yang Diriwayatkan bahwa orang yang pertama diambil modalnya, maka harga barang kali menetapkan hukum ‘usyr dalam Islam dagangan mereka bisa lebih mahal adalah Amirul Mukminin Umar ibn al- dibandingkan dengan barang kaum Khaththab 43 muslimin yang akhirnya akan merugikan Harta ‘usyr sudah ada semenjak masa kaum muslimin sendiri. Jadi salah satu sebelum Islam yang diterapkan oleh orang- penyebab Amirul Mukminin Umar ibn al- orang Yunani dan Romawi. Pada masa Khaththab menetapkan hukum ijtihadnya, Rasulullah saw hidup dan khalifah Abu ‘usyr harus diterapkan karena orang-orang Bakar as-shiddîq ‘usyr belum diterapkan, kafir yang datang ke negera Islam yang hal itu terjadi karena belum banyaknya tujuannya berdagang kebanyakan diantara orang yang melewati negara Islam dan mereka melakukan monopoli perdagangan ekspansi/penyebaran agama Islam belum di daerah Islam, apalagi dalam negara Islam terlalu jauh. Pada masa Umar ibn al- terdapat barang yang sama yang dibawa Khaththab Islam menyebar lebih luas oleh orang kafir Harbi , maka mereka sering sampai ke semananjung negara luar daerah meninggikan harga dengan tanpa ada jazirah Arabia. Sehingga dengan penetapan pemeriksaan atau memaksakan orang lain ‘usyr , maka bertambahlah pemasukan harta dengan harga yang lebih mahal. Maka Baitul maal. ditetapkan ‘usyr dengan tujuan agar modal Amirul Mukminin Umar ibn al- negara bisa kembali sebagai pemasukan Khaththab menerapkan ‘usyr karena harta Baitul maal. melihat negara-negara luar (selain negara Diantara orang-orang yang dibawah kekuasaan Umar) mereka diwajibkan untuk membayar harta ‘usyr menetapkan sepersepuluh kepada setiap dalam ijtihadnya Amirul Mukminin Umar orang yang melintasi negaranya. Maka ibn al-Khaththab adalah semua barang yang Umar ingin lebih mengetahui berapa jumlah dibawa oleh para pedagang saat melewati yang diambil oleh negara-negara lain dari perbatasan negara baik berupa uang atau pedagang-pedagang muslim yang melintasi berupa barang.yang diperdagangkan. negara tersebut untuk berdagang. Ijtihad lainnya yang dilakukan Amirul Penduduk yang pertama kali dipungut Mukminin Umar ibn al-Khaththab selama pajak dalam sejarah Islam dari harta ‘usyr menjabat sebagai kepala negara adalah adalah penduduk Ming dari kaum kafir membedakan pengambilan harta ‘usyr dari Harbi , hukum ‘usyr bukan bersumber dari orang Islam, kafir Dzimmi dan pedagang al-Qur’an atau al-hadits. Sumbernya yang ikut memerangi orang Islam. Harta merupakan ijtihad Amirul Mukminin Umar ‘usyr diberlakukan untuk kafir Dzimmi dan ibn al-Khaththab dan kesepakatan para tidak untuk kafir Harbi , alasannya adalah karena orang-orang Dzimmi mendapatkan perlindungan dari orang Muslim. 42 Quthb Ibrahim Muhammad, As-Siyâsah, hal. 33 Sedangkan untuk kafir Harbi sangat sulit 43 Muhammad Rawwas Qal’ahji, E nsiklopedi Islam , hal. 632

Kebijakan Fiskal dalam... 21

AD-DEENAR JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

untuk diambil baik ‘usyr maupun harta Baitul maal terbagi ke dalam empat bagian jizyah . berikut: 45 Anggaran pendapatan yang 1. Pendapatan yang diperoleh dari zakat dimasukan Umar ke dalam kas negara yang dan harta ‘usyr yang dikenakan disebut dengan Baitul maal yaitu harta terhadap muslim. ghanĩmah , harta fa’i, harta kharaj , harta 2. Pendapatan yang diperoleh dari jizyah dan harta ’usyr . Adapun tentang khumus dan shadakah zakat sebagai pemasukan aggaran negara 3. Pendapatan yang diperoleh dari terbesar pada masa Amirul Mukminin kharaj, fai dan jizyah ‘usyr dan sewa Umar ibn Al-Khaththab. Penjelasan zakat tetap tahunan. sudah banyak dan kiranya cukup tidak 4. Berbagai macam pendapatan yang dijelaskan kembali dalam tesis ini. diterima dari semua sumber.

D. Pendistribusian Harta Baitul Maal Dalam pendistribusiannya Amirul Setelah pembahasan tentang Mukminin Umar Ibn al-Khaththab pendapatan negara pada masa Amirul merupakan penguasa yang tangguh dan Mukminin, bahasan selanjutnya tentang secara efektif mampu menjaga perbedaan bagaimana pendapatan itu dapat harta secara wajar serta dalam batas-batas 46 didistribusikan dengan baik dan benar yang seimbang. sesuai hukum, pendistribusian itu diberikan Dari kedua pendapat di atas dapat kepada mereka yang berhak diambil kesimpulan, harta yang mendapatkannya, penentuan diantara didistribusikan kepada kaum muslimin dari masyarakat muslim yang berhak dalam Baitul maal yaitu zakat, kharaj, mendapatkan harta tersebut dari Baitul maal jizyah, fa’i, khumus dan berbagai macam dan bagaimana Umar memberikan fatwanya pendapatan yang masuk ke dalam kas dalam pendistribusian harta kepada para negara sebagai anggaran pendapatan. shahabat senior dan para tentara Islam. Dalam pendistribusian terhadap harta Menurut Jamil Ahmad pendapatan ghanîmah , Amirul Mukminin Umar ibn al- persemakmuran pada masa Amirul Khaththab merupakan penguasa yang Mukminin Umar ibn al-Khaththab berasal tangguh dan secara efektif mampu menjaga dari sumber: perbedaan harta secara wajar serta dalam 47 1. Zakat atau pajak yang dikenakan batas-batas yang seimbang. secara bertahap terhadap muslim yang Sebagian Ulama Fiqih mengatakan: berharta. ”Amirul Mukminin Umar Ibn al-Khaththab 2. Kharaj atau pajak bumi. membagi-bagikan harta rampasan 3. Jizyah atau pajak perseorangan. 44 (ghanîmah ), seperlima dari harta harta rampasan tersebut dibagikan kepada tiga Dalam pendapat lain dikatakan golongan yaitu bagian orang-orang miskin, bahwa Pendapatan yang diterima dari 45 Adiwarman Azwar Karim, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam , The International Institute Islamic Thought (IIIT), Jakarta, 2001, hal. 53 46 Afzalur Rahman, Doktirn Ekonomi Islam, Jakarta: PT Bani Bhakti Wakaf, 2003, hal. 163 44 Jamil Ahmad, seribu Muslim Terkemuka , 47 Afzalur Rahman, Doktrin Ekonomi Islam , hal. Jakarta: Pustaka Fidaus, 2003, cet.III, hal. 33 163

22 Kebijakan Fiskal dalam...

AD-DEENAR JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

Yatama, dan bagian Ibnu Sabil”. Di lain sisi setelah ada kesepakatan dari shahabat dikatakan bahwa: ”Amirul Mukminin Umar lainnya. Ibn al-Khaththab menulis surat kepada Dari Abu Umamah ibn Sahl ibn Ammar Ibn Yassir dan Thariq Ibn Syihab Unaif , dia berkata : al-Ahmasi. Dalam suratnya dikatakan ”Dalam kurun waktu yang lama bahwa ”harta rampasan itu hanya untuk Amirul Mukminin Umar Ibn al- orang-orang yang ikut berperang. Karena Khaththab tidak mengambil itu orang-orang yang baru datang dan makanan atau harta lainnya dari setelah perang usai, maka tidak berhak pemasukan harta Baitul maal. mendapatkan apa-apa dari harta ghanîmah Pernah terjadi pada masa sulit (paceklik), Umar meminta pendapat atau al-anfâl ”. 48 kepada para shahabat Rasulullah Menurut Imam Syafi’i pendistribusi- yang lain tentang pengambilan an harta fa’i dibagi ke dalam 5 bagian; 4 harta dari Baitul maal”. diantaranya adalah untuk Nabi saw dan Umar berkata: ”Saya telah menyibuk- lima dari sisanya diberikan untuk lima an diri dengan urusan kekhilafahan ini, lalu bagian dan satu bagian terakhir untuk apakah saya boleh mengambil harta dari Rasulullah saw . Satu bagian untuk kerabat Baitul maal?”, Ali ibn Abi Thallib Rasul (Bani Hasyim dan Bani Muthallib) berkata : ”Anda boleh mengambil makanan karena mereka tidak berhak mendapatkan untuk makan siang dan malam anda harta Zakat dan shadaqoh, dengan demikian secukupnya”, lalu Amirul Mukminin Umar dalam harta fa’i semua kerabat Rasulullah Ibn al-Khaththab mengambil berhak dan diperbolehkan mengkonsumsi- sebagaimana yang disarankan oleh nya. Satu bagian lainnya adalah untuk shahabatnya itu. 50 Yatâmã, satu bagian untuk Masâkĩn , satu Sikap Amirul Mukminin Umar Ibn al- bagian untuk Ibn Sabĩl . 49 Khaththab merupakan sikap yang sangat Amirul Mukminin Umar Ibn al- mulia, Umar merupakan salah seorang Khaththab seorang khalifah yang adil. Amirul Mukminin diantara para Khalifah Keadilan beliau dipercaya dan telah yang teliti dalam pengambilan uang atau dibicarakan baik oleh mereka yang harta milik umat. Dengan kejadian seperti beragama Islam atau Non muslim, bahkan ini hidup Umar lebih terjaga dari orientalis barat-pun mengatakan bahwa rongrongan musuh dan orang yang Amirul Mukminin Umar Ibn al-Khaththab membencinya. adalah orang yang terpercaya dan ’adil Begitulah sikap Amirul Mukminin dalam pemerintahannya. Ketelitian yang Umar Ibn al-Khaththab yang ber- ada pada jiwa Amirul Mukminin Umar Ibn tanggung jawab dengan amanat yang al-Khaththab dalam penditribusian harta diembannya, Karena dalam prinsip Islam Baitul maal sebagai seorang pemimpin, jabatan merupakan amanah yang akan dan Umar tidak berani mengambil atau harus dipertanggung jawabkan pada hari membelanjakan harta Baitul maal kecuali kiamat kelak. Ibnu Sa’ad dan Sa’id ibn Manshur serta yang lainnya meriwayatkan dari jalur 48 M. Rawwas Qal-Haji, Ensiklopedi Fikih Umar ibn al-Al-Khaththab , (terjmh. Muhammad Abdul Mujib), hal. 86 50 Imam Sayuthi, Attarikh al-Khulafa , Dar al- 49 Al-Qurthubi, Jilid 18, hal. 12 Kutub al-Ilmiyyah, hal. 163

Kebijakan Fiskal dalam... 23

AD-DEENAR JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

yang beragam dari Umar bahwa Umar menjalankan administrasi pendapatan berkata: negara 53 . ”Sesungguhnya saya memposisikan Masalah Baitul maal yang merupakan diri terhadap harta Allah laksana perbendaharaan negara, dipisahkan antara posisi seorang wali terhadap anak harta negara untuk kepala negara dan milik yatim dalam hartanya. Jika saya pribadi hasil kerja Umar. Dalam hukum mampu, maka saya akan menahan syara’ ditetapkan bahwa harta Baitul maal diri dari memakan harta Allah itu mempunyai hak berdiri sendiri, (harta Baitul maal) dan jika saya mengendalikan harta rakyat, dapat memiliki tidak mampu (fakir) maka saya akan membayar kembali apa yang saya dan dapat dimiliki, dapat menerima tarikah makan ini.”51 orang yang meninggal yang tidak ada warisannya (ahli waris), ataupun menerima Ini merupakan ucapan dan amanah wasiat dan dapat pula bertindak sebagai Amirul Mukminin Umar ibn al-Khaththab penggugat atau tergugat. 54 dalam pendistribusian harta, Umar tidak Semuanya ini dilakukan oleh al-amîn Baitul maal atau disebut juga dengan (ﺍﻷﻣﻴﻦ) akan memakan hak milik orang lain yang bukan haknya. Umar sangat menjaga al-shâhib Baitul maal sebagai orang yang amanat tersebut walaupun terhadap harta dipercaya dan orang yang berada di bawah orang lain, Umar tidak akan menahan atau pengawasan Amirul Mukminin. Kepala mensuplainya sendiri. Jika harta tersebut negara tidak mempunyai hak dari Baitul tidak ada dan Umar belum mampu maal selain dari sekedar yang diperlukan memberikannya, maka akan meminjam untuk nafkah keluarganya. harta orang lain untuk diberikan kepada orang yang lebih membutuhkan atau yang E. Daftar Pustaka datang kepadanya dengan meminta-minta Al-Maududi, Abu A’la, the Islamic dan Umar sendiri yang akan menggantikan Movemen: The Dynamics of Values, harta pinjaman tersebut. Power and Change. Leicestyer .U.K: The Islamic Poundation Pada suatu hari Amirul Mukminin Al-Zuahayly, Wahbah, al-Fiqh al-Islamy Umar ibn al-Khaththab jatuh sakit, dokter Adilatuh , (terjmah:Agus Effendi) memberikan resep supaya minum madu. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, Sebenarnya banyak madu yang tersimpan 2000, cet. V dalam Baitul maal. Tetapi karena amanah Ash-shiddieqy, T.M Hasbi, Pengantar dan kehati-hatiannya terhadap harta umat, Fiqih Mu’malah , Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1989, cet. III Umar tidak berani untuk mengambilnya Aziz al-Halawi, Muhammad Abdul, al- walaupun hanya satu tetes, kecuali setelah Fatawa wa al-‘Aqidah Amirul 52 adanya ijin dari dewan rakyat. Mukminin Umar ibn al-Khaththab Khalifah menaruh perhatian sangat , (terjmh. Zubeir Suryadi Abdullah) besar dalam usaha perbaikan keuangan 2003, Surabaya, Risalah Gusti, cet II negara dengan menempatkannya pada jalur Baltaji, Muhammad, al-Manhaj li Umar yang sehat. Umar membentuk diwān ibn al-Al-Khaththab fi at-Tasyri’ , (departemen keuangan) yang dipercayakan 53 Ibid ., hal. 33 54 T. M Hasbi Ash-shiddieqy, Pengantar Fiqih 51 Ibid ., hal. 160 Mu’malah , Jakarta: PT. Bulan Bintang, 1989, 52 Jamil Ahmad, Seribu , hal. 38 cet. III, hal. 184.

24 Kebijakan Fiskal dalam...

AD-DEENAR JURNAL EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

(terjmh. Masturi Ilha), Khalifa, Jakarta, 2005 Dahlan, Abdul Aziz, Ensiklopedia Hukum Islam , Jakarta, PT Intermasa, 1996. Departemen Agama R.I, Proyek pengadaan kitab Suci al-Qur’an, Jakarta, 1983/1984 hal.61 Farook, Khussed Ahmad, Hazrat Umar ke Sarkari , Nadwatul Musanifeen, Delhi Imam Taqiyuddin Abi Bakar bin Muhammad al-Husaini, Kifayatu al- Akhyar fi Halli Ghayati al-Ikhtisor , Darul al-Kutub, Surabaya, Juz II Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, al-Fiqh al- Iqtishâdi li Amiri al-Mukminîn Umar ibn al-al-Khaththab , (terjmh.Asmuni Solihan Zmakhsari), Jakarta: Khalifa, 2006 Karim, Adiwarman Azwar, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam , The International Institute Islamic Thought (IIIT), Jakarta, 2001 M. Abu Ahmad al-Anshory al-Qurthuby, jami’u al-Ahkam al-Qur’an , Beirut: Dar al-Fikr, 1994, juz: 8 Pamungkas,Isma’il, Seri Riwayat Nabi , Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000 Qal’ahji, Muhammad, M ausu’atu al-Fiqhu Umar Ibn Al-Al-Khaththab , (terjmh: M. Abdul Mujib), PT Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1999 Quttub, Sayyid, Tafsir Fi Zilal Qur’an , (terjm. As’ad Yasin dkk) Jakarta: Gema Husni, 2004 Ra’ana, Irfan Mahmud, Economic System Under Umar Greath(terjmh, Mansuruddyn Djoely), Pustaka Firdaus, Jakarta, 1997, hal.118 Yunus, Mahmud, Kamus Arab Indonesia , Jakrta, PT. Hida Karya Agung, 1990

Kebijakan Fiskal dalam... 25