PROSIDING

SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SERI KE 2: MEMBANGUN MASYARAKAT SEHAT SEJAHTERA MENUJU PENCAPAIAN SDGs

Gedung Delima Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan , 18 Desember 2018

Disusun Oleh: LPPM Stikes Majapahit

STIKes MAJAPAHIT MOJOKERTO

PROSIDING SEMINAR NASIONAL HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SERI KE 2: MEMBANGUN MASYARAKAT SEHAT SEJAHTERA MENUJU PENCAPAIAN SDGs

Susunan Panitia: Pelindung : Ketua STIKes Majapahit Penanggung Jawab : Wakil Ketua I Stikes Majapahit 1. Ketua : Eka Diah Kartiningrum, MKes 2. Wakil : Dr. Rifaatul Laila Mahmudah, M. Farm.Klin., Apt 3. Sekretaris : Widya Puspitasari, Amd 4. Bendahara : Kamelia, SE a. Sie Acara : Ike Pravitasari, M.Kep Anggota : Dhonna Anggreni,MKes Ika Suhartanti, MKep b. Sie Sekretariat dan Terima Tamu : Dwiharini Puspitaningsih, MKep Fany Rosita Dewi, S.Pd Anggota : Dyah Siwi Hety, S.SiT., MKes Fitri Rahayu, S.AP Erfiani Mail, MKes Asih Media Yuniarti, M.PH c. Sie Perlengkapan dan Transportasi : Mujiadi, M.KKK Anggota Moh. Wahyudi Supar Tono Ainur Rofik d. Sie Konsumsi : Fitria Wahyu Arianti, MKep Anggota Nurul Mawaddah, MKep e. Sie Marketing dan Publikasi : Yudha Laga Hadi Kusuma, S.Psi., MKep Anggota : Agustin Dwi Syalfina, MKes

Reviewer: 1. Dr Henry Sudiyanto, S.Kp., MKes 2. Dr. Rifaatul Laila Mahmudah, S.Farm Klin., Apt 3. Cahyo Seftyono, S.Sos., MA

Editor: Dr. Rifa’atul Laila Mahmudah, M.Farm Klin, Apt

Penyunting: Eka Diah Kartiningrum, MKes

Desain Sampul dan Tata Letak: Widya Puspitasari, A.Md

NO. ISBN. 978-602-53485-2-5 Penerbit: STIKes Majapahit Mojokerto Jalan Raya Jabon Km 02 Kecamatan Mojoanyar Mojokerto 61364 Telp. 0321 329915 Fax. 0321 329915 Email: [email protected]

Cetakan pertama, Januari 2019

Hak Cipta Dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia Nya kepada kita semua sehingga acara Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Seri Ke 2 dengan tema membangun masyarakat sehat sejahtera menuju pencapaian SDGs yang diselenggarakan oleh Stikes Majapahit pada tanggal 18 Desember 2018 dapat terselenggara dengan baik dan lancar serta prosiding artikel ini dapat diterbitkan. Acara ini didukung oleh Perguruan tinggi maupun instansi kesehatan yang berasal dari Propinsi Jawa Timur, Propinsi Bali, Propinsi Papua dan Propinsi Jawa Barat diantaranya Stikes Insan Cendikia Medika Jombang, Universitas , Poltekkes Kemenkes , Universitas Airlangga Surabaya, Stikes Hutama Abdi Husada Tulung Agung, Tenaga Kebidanan dari Kabupaten Merauke, Stikes Wiramedika PPNI Bali, Stikes Ciamis Jawa Barat. Pemilihan tema tersebut diatas merupakan kelanjutan dari tema yang diusung dalam Seminar Nasional Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Tahun 2017. Pelaksanaan Seminar Nasional tahun 2018 merupakan wujud komitmen LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit untuk mempublikasikan hasil penelitian dan pengabdian masyarakat sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat luas khususnya bagi pemegang kebijakan kesehatan agar dapat menyusun program yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat khususnya generasi penerus bangsa. Seminar ini diikuti oleh seluruh peneliti dan pengabdi yang telah lolos seleksi diantaranya bidang keperawatan, kebidanan, kesehatan ibu dan anak, gerontik, kesehatan reproduksi, gizi, kesehatan kerja, dan kesehatan jiwa serta manajemen pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, LPPM Stikes Majapahit menyusun 38 artikel hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat tersebut dalam bentuk prosiding. Akhir kata, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada YKWK Pimpinan Stikes Majapahit, DPRM Universitas Negeri Semarang, Pemakalah, Peserta, Panitia dan pihak sponsor yang telah mendukung pelaksanaan Seminar Nasional ini, smoga Alloh SWT meridhoi semua langkah upaya kita. Amin.

Mojokerto, 11 Januari 2019 Ketua Panitia

Eka Diah Kartiningrum, MKes PROSIDING SEMINAR NASIONAL 1 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Hubungan Lama Kejang dengan Kadar Oksigen Darah Pada Anak yang Mengalami Kejang Demam di IGD

Amirah Firdaus1), Sulastyawati2), Handy Lala3) 1)Prodi D-IV Keperawatan Lawang, Poltekkes Kemenkes Malang email: [email protected] 2)Prodi D-IV Keperawatan Malang, Poltekkes Kemenkes Malang email: [email protected]

Abstract

Febrile seizures are seizures that occurred when rectal temperature was above 38 ° Celcius. Febrile seizures is a complaint in pediatric patients in the ER. Febrile seizures are the most common neurological disorder in children, mostly due to fever. In ER, febrile seizures is most complained at pediatric patient. The purpose of this study was to determine the relationship of the duration of seizures with blood oxygen levels in pediatric patients who had febrile seizures in the emergency room. The research used Analytic Correlational design types. There was 25 respondents which is obtained by Non Probability Sampling method. Data analysis using Pearson Product Moment statistical test with computer with a significant level of α = 0.05. The results showed that there was a long relationship between seizures and oxygen levels in the blood in patients who had febrile seizures (p value = 0,000 <0,05). The recommendation of this study is that children who experience febrile seizures are checked for oxygen in the blood because it can reduce the risk of febrile seizures and find out further medical measures. Keywords: Seizures duration, Blood Oxygen Level, Febrile Seizure

1. PENDAHULUAN dan kebutuhan oksigen. Kondisi ini akan Kejang demam merupakan salah mengakibatkan hipoksemia dan satu kedaruratan medis pada anak yang hiperkapnea. Pada tahap lanjut, metabolism memerlukan pertolongan segera. Hal ini otak akan mengalami peningkatan, terjadi disebabkan karena pada pasien yang metabolisme anaerob yang akan merusak mengalami kejang demam terutama dalam sel neuron dan mengakibatkan kematian. waktu lama, akan menimbulkan terjadinya Oleh karena itu penatalaksanaan hipoksia. Hipoksia yang terjadi pada yang tepat pada kasus kejang demam akhirnya akan mengakibatkan kerusakan sel memegang peran kunci untuk mencegah neuron otak yang berdampak pada dampak kecacatan dan kematian. Tindakan kecacatan dan bahkan kematian. untuk mengatasi kejang demam, Herman Angka kematian akibat kejang (2014) menjelaskan penanganan yang demam ini cukup tinggi. WHO (2005) dilakukan perawat pada saat kejang demam melaporkan bahwa lebih dari 21,65 juta berlangsung adalah memberikan obat penderita kejang demam dan lebih dari 216 anti kejang dan anti piretik sesuai instruksi ribu diantaranya meninggal. Selain itu, dokter kemudian dilakukan tindakan resiko berulangnya kejang demam juga keperawatan non-farmakologis seperti tinggi. Hesti (2015) melaporkan bahwa melonggarkan pakaian ketat klien dan resiko kejang demam lebih sering terulang memberikan kompres hangat. Tetapi itu bila serangan pertama terjadi pada bayi tidak cukup, dibutuhkan juga upaya untuk berumur kurang dari 1 tahun dengan bisa mendeteksi secara cepat kondisi peluang 50%, sedangkan bila kejang hipoksemia yang terjadi pada pasien. Salah pertama terjadi pada usia lebih dari 1 tahun satunya melalui pengukuran saturasi maka resiko peluang berulangnya kejang oksigen dengan oxymetri. adalah 28%. Untuk itu tujuan umum dalam Semakin sering kejang berulang, penelitian ini adalah mengetahui hubungan akan semakin besar dampak yang lama kejang dengan kadar oksigen dalam ditimbulkan. Saat serangan kejang, akan darah pada pasien kejang demam terjadi peningkatan kebutuhan energy otot PROSIDING SEMINAR NASIONAL 2 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

2. METODE PENELITIAN Karakteristik Responden berdasarkan Desain penelitian ini termasuk jenis Riwayat Kejang Demam Sebelumnya penelitian kuantitatif dengan menggunakan 19 Analytic Correlational dengan populasinya 20 6 adalah semua pasien anak yang mengalami Ya kejang demam yang dirawat di IGD. 0 Tidak Criteria sampel adalah sebagai berikut: 1) Memiliki Riwayat Kejang Demam usia 6 bulan sampai 5 tahun dan 2) bersedia menjadi responden. Jumlah sampel yang Gb 2. Diagram Distribusi Karakteristik didapat melalui teknik non probability Responden berdasarkan Riwayat Kejang sampling adalah sejumlah 25 sampel. Demam sebelumnya. Analisis statistic menggunakan uji statistik parametrik Pearson Product Moment untuk Gambar 2 menunjukkan bahwa sebagian mengetahui hubungan antara lama kejang besar responden (76%) memiliki riwayat dengan kadar oksigen dalam darah. kejang dan sisanya (24%) tidak memiliki riwayat kejang demam. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden berdasarkan Tabel 2 Tabel Frekuensi Lama Kejang Jenis Kelamin N Min Max Mean SD Frekuen 25 2 360 61.84 80.97 88% si 100% 12% 88% Lama 0% Kejang 12% Tabel 2 menunjukkan frekuensi lama kejang terendah 2 menit, terlama Gb.1 Diagram Distribusi Karakteristik 360 menit dan rata-rata frekuensi lama Responden Kejang Demam berdasarkan kejang adalah 61,84 menit. Jenis Kelamin. Menurut penelitian Uli (2015) kejang dibagi menjadi dua jenis, yaitu Gambar 1 menunjukkan bahwa jenis kejang sederhana dan kejang kompleks. kelamin terbanyak adalah laki-laki yaitu Dikatakan kejang kompleks yaitu kejang 22 responden (88%), sedangkan yang frekuensi kejangnya lebih dari 15 perempuan berjumlah 3 (12%). menit, sedangkan kejang simpleks yaitu kejang demam yang kurang dari 15 menit Karakteristik Responden berdasarkan dan umumnya akan berhenti sendiri, Umur sehingga dapat disimpulkan bahwa Tabel 1. Tabel Karakteristik Responden responden paling banyak mengalami Kejang Demam berdasarkan kejang demam simpleks. Usia Kejang demam terjadi akibat N Min Max Mean SD rangsang mekanik dan biokimia Umur 25 6 60 23.52 16.03 menyebabkan gangguan keseimbangan Tabel 1 menunjukkan usia paling muda cairan dan elektrolit, menyebabkan pada responden anak yang mengalami ketidakseimbangan potensial membran kejang demam yaitu 6 bulan dan tertua 60 ATP ASE yang menyebabkan kejang, bulan dengan rata-rata usia 23-24 bulan. kejang kurang dari 15 menit tidak menimbulkan gejala sisa, namun beresiko cedera, sedangkan kejang lebih dari 15 menit menyebabkan perubahan suplai darah ke otak dan berisiko terjadinya kerusakan sel neuron otak. Jika dilihat dari hasil penelitian Uli (2015) kejang dengan durasi 2–5 menit termasuk kategori kejang simpleks, kejang simpleks akan berhenti sendiri PROSIDING SEMINAR NASIONAL 3 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 sedangkan kejang yang lebih dari 15 dalam darah pasien kejang demam menit akan menyebabkan gejala sisa dan dinyatakan rendah (<95%) apabila pasien beresiko kekurangan sel neuron otak dan kejang demam mengalami kejang >15 menyebabkan perfusi jaringan cerebral menit, selain itu pasien yang mengalami tidak efektif. Namun pada hasil penelitian kejang demam secara berulang sehingga yang dilakukan penulis pasien dengan frekuensi kejang semakin sering juga bisa durasi kejang 2 – 5 menit terjadi mempengaruhi penurunan kadar oksigen penurunan kadar oksigen cukup banyak dalam darah. Rendahnya kadar oksigen <95 % dikarenakan kejang terjadi dalam darah berdampak terhadap berulang (lebih dari 1 kali), sehingga kebutuhan oksigen yang merupakan dapat disimpulkan kejang dengan durasi kebutuhan yang sangat mendasar dan kurang dari 15 menit bisa menjadi kejang mendesak. Tanpa oksigen dalam waktu kompleks karena mengalami kejang tertentu, sel tubuh akan mengalami berulang yang menyebabkan saturasi kerusakan yang menetap dan oksigen dalam darah menjadi rendah. menyebabkan kematian. Tabel 3 Tabel Kadar Oksigen dalam Menurut karakteristiknya anak yang Darah pada Pasien Kejang Demam mengalami kejang demam terjadi pada N Min Max Mean SD usia 6 bulan - 5 tahun, sedangkan anak Satu 25 76 99 90.80 6.98 dibawah 6 bulan yang mengalami kejang rasi demam didahului dengan demam, O2 kemungkinan lain yaitu infeksi susunan saraf pusat atau epilepsy yang kebetulan Tabel 3 menunjukkan kadar oksigen bersamaan dengan terjadinya demam. tertinggi 99%, terrendah 76% dan rata-rata Sedangkan riwayat kejang demam sendiri kadar oksigen dalam darah adalah 90,80%. juga mempengaruhi penurunan kadar Temuan penelitian ini didapatkan oksigen dalam darah karena kejang lebih sebagian besar responden dengan kadar dari 1x dapat mempengaruhi kadar Oksigen Dalam Darah yang tidak normal, oksigen dalam darah, semakin lama kejang yaitu kadar Oksigen dalam Darah < 95% terjadi maka semakin menurun kadar dimana responden berjumlah 16 (64%), oksigen dalam darah selain itu frekuensi kadar Oksigen dalam Darah yang normal kejang yang berulang juga sangat >95% sebanyak 9 (36%) responden. Dari berpengaruh pada penurunan kadar hasil kadar oksigen dalam darah, yang oksigen dalam darah. terlihat pada gambar 4.4, hal tersebut menunjukkan bahwa semakin lama anak Hubungan Lama Kejang Demam mengalami kejang demam kadar oksigen dengan Kadar Oksigen dalam Darah dalam darah akan menurun (tidak normal), pada Pasien Kejang Demam maka dari itu diharapkan kadar oksigen Tabel 4 Hasil Uji Statistik Pearson dalam darah pada pasien kejang demam Product Moment Hubungan diharapkan slalu stabil >95%, karena Lama Kejang Demam dengan akibat dari kekurangan oksigen dapat Kadar Oksigen Dalam Darah menyebabkan metabolisme berlangsung Kadar pada Responden dengan tidak sempurna adanya kekurangan Kejang Demam Riwa oksigen (O₂) ditandai dengan keadaan Satura yat hipoksia. si O2 Kejang Menurut Harahap (2007), kekurangan Pearson - Lama oksigen dapat menyebabkan metabolisme Corr. 1 .679* Ke Pearson * berlangsung tidak sempurna adanya jang kekurangan oksigen (O₂) ditandai dengan product P Value .000 moment Satur Pearson keadaan hipoksia, yang dalam proses -.679** 1 asi Corr. lanjut dapat menyebabkan kematian O2 P Value .000 jaringan bahkan dapat mengancam kehidupan. Jika dilihat dari hasil penelitian Berdasarkan tabel 4 diketahui yang dilakukan penulis kadar oksigen bahwa didapatkan nilai p=0,000 < p=0,05 PROSIDING SEMINAR NASIONAL 4 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

sehingga H0 ditolak dan H1 diterima c. Terdapat hubungan yang signifikan artinya bahwa ada hubungan yang lama kejang dengan kadar oksigen bermakna atau signifikan antara lama dalam darah pada responden kejang kejang dengan kadar oksigen dalam darah demam sebagian besar hasil pada responden dengan kejang demam. saturasi O2 menunjukkan semakin Berdasarkan nilai r: -0,679 dengan arah lama frekuensi kejang dan riwayat negatif sehingga semakin lama frekuensi kejang berulang kadar oksigen kejang yang terjadi kadar oksigen dalam dalam darah akan semakin darah akan semakin menurun. menurun. Menurut asmadi (2008), Kebutuhan terhadap oksigen merupakan 5. REFERENSI kebutuhan mendasar dan mendesak. Tanpa 1. Asmadi. 2008. Teknik Prosedural oksigen dalam waktu tertentu, sel tubuh Keperawatan: Konsep Aplikasi akan mengalami kerusakan yang menetap Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: dan kematian otak, lama kejang Salemba Medika. mempengaruhi saturasi oksigen dalam 2. Bajaj, N. 2008. Febrile Convulsions. darah karena semakin lama frekuensi Journal of Nepal Pediatric Society, kejang yang terjadi kadar oksigen dalam Jurnal of Medicine, (Online), Vol. 4, darah akan semakin menurun dan No. 5, menyebabkan kerusakan otak. otak (http://www.nepjol.info/index.php/ merupakan kebutuhan organ yang sangat JNPS/article/view/1403/1378, diakses sensitive terhadap kekurangan oksigen. 9 Januari 2017) Otak masih mampu mentoleransi 3. Dewanto, G., Suwono, W.J., Riyanto, kekurangan oksigen antara 1 sampai 5 B. & Turana, Y. 2009. Panduan menit, apabila otak kekurangan oksigen Praktis Diagnosis & Tata Laksana berlangsung lebih dari lima menit, dapat Penyakit Saraf. Jakarta: EGC. terjadi kerusakan sel otak secara permanen 4. Fatwa, I. 2009. Proses Keperawatan. dan menyebabkan hipoksemi. Jakarta: Tiga Serangkai. Pada penelitian ini sebagian 5. Hockenberry, M.J. & Wilson, D. responden didapati kadar oksigen dalam 2009. Wong’s Essentials of Pediatric darah rendah terjadi akibat lama kejang Nursing 7th edition. New York: yang dialami oleh anak yang mengalami Missouri Elsevier Mosby. kejang demam, selain faktor lama kejang 6. Irdawati. 2009. Kejang Demam factor frekuensi kejang berulang juga dan Penatalaksanaanya, (Online), menyebabkan kadar oksigen dalam darah (https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitst menurun dikarenakan terjadinya gangguan ream/handle/11617/2377/KEJANG keseimbangan cairan elektrolit, yang %20DEMAM%20DAN%20PENATA menyebabkan perfusi jaringan cerebral LAKSANAANNYA.pdf?sequence tidak efektif. =1, diakses 30 September 2016) 7. Koesrini, J. 2015. Hubungan 4. KESIMPULAN Pengetahuan Perawat tentang Kejang a. Lama Kejang pada pasien kejang Demam dengan Penanganannya. demam paling panjang selama 360 Jurnal Kesehatan, (Online), Vol. 3, menit dengan responden berjumlah No. 3, 1 (4%), lama kejang paling pendek (http://www.adhamweb.com/jurnalpolt selama 2 menit dengan responden ek/index.php?journal=HWS&page=art berjumlah 1 (4%). icle&op=view&path%5B%5D=93, b. Kadar oksigen dalam darah pada diakses 26 September2016) responden kejang demam 8. Kusuma, D. 2010. Korelasi antara menunjukkan bahwa sebagian besar Kadar Seng Serum dengan Bangkitan memiliki kadar oksigen dalam Kejang Demam. (Online), darah <96% dimana responden (http://eprints.undip.ac.id/29076/2/, berjumlah 16 (64%), kadar oksigen diakses 10 November 2016) dalam darah yang normal >96% 9. Mewangsih, L.D. 2010. Febrile sebanyak 9 (36%) responden. Seizures. Clin Evid, (Online), PROSIDING SEMINAR NASIONAL 5 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

(https://publikasikaryailmiah.uny.ac.id 15. Sodikin. 2012. Prinsip Perawatan /1456/2343/febrile%seizures%.pdf=3, Demam pada Anak. Yogyakarta: diakses 26 September 2016) Pustaka Pelajar. 10. Mick, N.W. & Cummings, B.M. 2006. 16. Tarwoto & Wartonah. 2011. Emergency Management of The Kebutuhan Dasar Manusia dan Pediatric Patient: Cases, Algorithms, Proses Keperawatan Edisi 4. Jakarta: Evidence. USA: Lippincott Williams Salemba Medika. & Wilkins. 17. WHO. 2005. A Riview of Literature on 11. National Institute of Neurological Healthy Environment for the Children Disorders and Stroke (NINDS). 2013. in the Eastern Mediterranean Region: Febrile Seizures FactSheet, (Online), Status of Children Lead Exposure, (http://www.ninds.nih.gov/disorders/fe (Online), brile (http://www.emro.who.int/dsaf/dsa _seizures/detail_febrile_seizures.htm 516.pdf, diakses 22 September 2016) diakses 10 Januari 2017) 18. Wong, D.L. 2008. Buku Ajar 12. Riyadi, Sujono & Sukarmin. 2009. Keperawatan Pediatrik Wong Edisi 6. Asuhan Keperawatan pada Anak, Jakarta: EGC. Edisi 1. Yogyakarta: Graha Ilmu. 19. Vestergaard, M, et al. 2008. Death in 13. Setiadi. 2013. Konsep dan Praktik Children with Febrile Seizures : A Penulisan Riset Keperawatan. Population-Based Cohort Study, Yogyakarta: Graha Ilmu. (Online), Vol. 372 No. 63, 14. Selamiharja. 2008. Karakteristik (https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme Kejang dan Penanganannya, (Online), d/18692714, diakses 22 September (http://www.infosehat.com, diakses 2 2016 November 2016) 20. ) PROSIDING SEMINAR NASIONAL 6 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

KOMBINASI ROM EXERCISE DAN ROM AKTIF-ASISTIF SPHERICAL GRIP TERHADAP KEKUATAN OTOT PASIEN STROKE NON HEMORAGIK

Martoyo Ichwan1), Supono2), Ririn Anantasari3) 1)Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Lawang, Poltekkes Kemenkes Malang email: [email protected] 2) Prodi Sarjana Terapan Keperawatan Lawang, Poltekkes Kemenkes Malang email:[email protected]

Abstract Stroke is condition that arise due to circulatory disorders in the brain. Clinical manifestations of stroke is hemiparese that can arise disability so that patients can not able to perform activities due to weakness of limbs. ROM exercise is one form of exercise that is still considered effective enough to prevent disability. Exercises that can be used ROM exercise or ROM aktif-asistif spherical grip. The aim of study were to know the Effectiveness combination ROM exercise and ROM active-assistive spherical grip with ROM exercise against increasing upper strength muscles in non-hemorrhagic stroke patients in flamboyan room rsud lawang. This research uses Quasi Experimental design with the type of design Non Equivalent Control Group Design. Total sample of 20 respondents were divided into intervention group and control group. The sampling technique is purposive sampling. The results showed increased muscle strength in both groups but no difference of effectivity between combination of ROM exercise and ROM active-asistif spherical grip with ROM exercise with p value = 0,848. Recommendations of the results of this study for modified ROM exercises can be applied to stroke patients to increase of muscle strength.

Keywords: Stroke, Strength Muscles, ROM Exercise, ROM Aktif-Asistif Spherical Grip

1. PENDAHULUAN 75% pasien stroke di Amerika menderita Stroke merupakan suatu keadaan kelumpuhan dan kehilangan pekerjaan. yang timbul karena terjadi gangguan Di Indonesia penelitian berskala peredaran darah di otak yang cukup besar dilakukan oleh survey ASNA menyebabkan terjadinya kematian jaringan di 28 rumah sakit di seluruh Indonesia. otak sehingga mengakibatkan seseorang Penelitian menunjukkan bahwa pasien menderita kelumpuhan atau kematian laki-laki lebih banyak dari perempuan dan (Batticaca, 2008). Jenis-jenis stroke adalah profil usia di bawah 45 tahun cukup stroke non hemoragik yang didefinisikan banyak yaitu 11,8%, usia 45 - 64 tahun sebagai sekumpulan tanda klinik yang berjumlah 54,7 % dan di atas usia 65 berkembang oleh sebab vaskular. Gejala tahun 33,5 %. ( Misbach, 2007 dalam ini berlangsung 24 jam atau lebih pada Liswanti & Nisa, 2014). Sebanyak 28,5% umumnya terjadi akibat berkurangnya penderita meninggal dunia dan sisanya aliran darah ke otak, yang menyebabkan menderita kelumpuhan sebagian atau total. cacat atau kematian (Perdossi, 2007). Hanya 15% saja yang dapat sembuh total Data statistik di Amerika dari serangan stroke dan kecacatan (Lloyd menunjukkan bahwa setiap tahun terjadi et al, 2009). 750.000 kasus stroke baru di Amerika. Jumlah pasien penyakit stroke di Dari data tersebut menunjukkan bahwa Indonesia pada tahun 2013 berdasarkan setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika diagnosis nakes diperkirakan sebanyak yang 1.236.825 orang (7,0‰), sedangkan terkena serangan stroke (Liswanti & Nisa, berdasarkan diagnosis Nakes/gejala 2014). Menurut (World Health diperkirakan sebanyak 2.137.941 orang Organization 2010 dalam Irawati, (12,1‰). Kejadian stroke di provinsi Jawa Sekarsari, & Marsita, 2016), Stroke Timur memiliki jumlah pasien sebanyak merupakan pembunuh nomor 3 setelah 190.449 orang (6,6‰) dan 302.987 orang penyakit jantung dan kanker. Sebanyak (10,5‰) (Kemenkes RI, 2014). Dampak stroke dapat PROSIDING SEMINAR NASIONAL 7 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 menimbulkan berbagai tingkat gangguan, gerak yang dilakukan 2 kali sehari pagi seperti penurunan tonus otot, hilangnya dan sore hari selama 5 hari dengan durasi sensibilitas pada sebagian anggota tubuh, 15 menit menunjukkan perbedaan derajat menurunnya kemampuan untuk kelenturan sendi dibanding dengan menggerakkan anggota tubuh yang sakit kelompok kontrol. dan ketidakmampuan dalam hal Berdasarkan uraian diatas, peneliti melakukan aktivitas tertentu. Immobilisasi tertarik untuk melakukan penelitian yang tidak mendapatkan penanganan yang “Efektivitas kombinasi ROM exercise dan tepat, akan menimbulkan komplikasi ROM aktif-asistif spherical grip dengan berupa abnormalitas tonus, orthostatic ROM exercise terhadap peningkatan hypotension, deep vein thrombosis, dan kekuatan otot ekstremitas atas pada pasien kontraktur (Prok, 2016). stroke non hemoragik di Ruang Hemiparese merupakan masalah Flamboyan RSUD Lawang”. umum yang dialami oleh pasien stroke Tujuan umum dari penelitian ini dapat terjadi di ekstremitas atas yang adalah untuk mengetahui efektifitas mengakibatkan pasien mengalami kombinasi ROM exercise dan ROM aktif- berbagai keterbatasan, sehingga pasien asistif spherical grip dengan ROM banyak mengalami ketergantungan dalam exercise terhadap peningkatan kekuatan beraktivitas (Cahyati, Nurachmah, & otot ekstremitas atas pada pasien stroke Hastono, 2013). non hemoragik. Rehabilitasi diberikan sedini mungkin kepada pasien stroke sehingga 2. METODOLOGI dapat membantu pemulihan fisik yang Penelitian ini menggunakan desain lebih cepat dan optimal. Serta menghindari Quasi Experiment dengan pendekatan terjadinya kelemahan otot yang dapat Non Equivalent Control Group Design. terjadi apabila tidak mendapatkan latihan Populasi dalam penelitian ini adalah setelah pasien terkena stroke. Salah satu seluruh pasien stroke non hemoragik yang latihan yang bisa dilakukan untuk dirawat inap. mengatasi masalah kelemahan otot pada Teknik pengambilan sampel ekstremitas atas pasien stroke adalah menggunakan purposive sampling sesuai dengan melakukan latihan ROM baik aktif, dengan kriteria inklusi sebagai berikut: pasif, maupun aktif-asistif. Penelitian oleh Pasien yang mengalami hemiparesis (Astrid, 2008) mendapatkan hasil bahwa unilateral, pasien dengan kesadaran kekuatan otot meningkat dan kemampuan composmentis, pasien mampu fungsional meningkat secara signifikan berkomunikasi dengan baik, pasien yang setelah diberikan latihan (Cahyati et al., belum pernah mendapatkan terapi ROM. 2013). Untuk kriteria ekslusinya: kondisi pasien Latihan terutama pada tangan memburuk, dan pasien meninggal dunia. yang penting untuk aktifitas keseharian Sampel yang diperoleh berjumlah meliputi latihan seperti fleksi, ekstensi, 20 sampel dengan 10 kelompok perlakuan abduksi, adduksi, pronasi, supinasi, dan dan 10 kelompok kontrol. Instrumen rotasi. Salah satu media latihan yang penelitian untuk menilai kekuatan otot digunakan yaitu bola seperti bola dengan menggunakan Manual Muscle Training tekstur lentur dan halus, sehingga di (MMT). harapkan dapat melatih kemampuan Analisis statistik yang digunakan motorik serta sensorik tangan pasien meliputi usia, jenis kelamin, frekuensi stroke yang mengalami kelemahan (Irfan, serangan stroke yang ditampilkan dalam 2010 dalam Astriani & Ariana, 2016). bentuk nilai distribusi dan frekuensi. Uji Penelitian yang di lakukan oleh Independent T test untuk mengetahui (Gusty, 2014) tentang Pemberian Latihan perbedaan efektivitas peningkatan Rentang Gerak Terhadap fleksibilitas kekuatan otot antara kelompok perlakuan Sendi Anggota Gerak Bawah Pasien dan kelompok control. Fraktur Femur Terpasang Fiksasi Interna Di RSUP. Dr. M. Djamil Padang menunjukkan bahwa perlakuan latihan PROSIDING SEMINAR NASIONAL 8 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

3. HASIL PENELITIAN Tabel 4 Perbandingan Kekuatan Otot Tabel 1 Data Karakteristik Responden Ekstremitas Atas Sebelum Dan Sesudah Berdasarkan Usia Dilakukan Kombinasi ROM Exercise Dan Kelom CI Medi Min- ROM Aktif-Asistif Spherical Grip N Mean SD pok 95% an Max Variabel Mean SD Mean p N Kelom Differen value pok 54,51 - 46- 10 61,00 61,50 9,06 ce Perlak 67,48 77 Sebelum uan 2,700 0,948 tindakan Kelom 0.600 0.005 10 Sesudah pok 52,96 - 49- 3,300 1,159 10 59,10 57,00 8,56 tindakan Kontr 65,23 76 ol Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa Total 20 rerata kekuatan otot sebelum tindakan adalah 2,700. Sedangkan rerata kekuatan otot sesudah Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa usia tindakan adalah 3,300. Sehingga ada responden pada kelompok perlakuan dan peningkatan sebesar 0,600, dan didapatkan p kelompok kontrol cukup berbeda, dari 10 sampel pada kelompok perlakuan rata-rata value = 0,005 < α = 0,05. usianya adalah 61,50 tahun, sedangkan kelompok kontrol rata-rata usianya adalah Tabel 5 Perbandingan Kekuatan Otot 59,10 tahun. Sebelum dan Sesudah Dilakukan Tindakan Tabel 2 Data Karakteristik Responden ROM Exercise. Berdasarkan Jenis Kelamin Variabel Mean SD Mean p N Kelompok Kelompok Differen value Jenis No Perlakuan Kontrol ce Kelamin Sebelum N Presentase N Presentase 2,700 0,948 tindakan 1 Laki – Laki 7 70% 6 60% 0,500 0.015 10 Sesudah 2 Perempuan 3 30% 4 40% 3,200 1,135 tindakan Total 10 100% 10 100% Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan sebagian rerata kekuatan otot sebelum diberi tindakan besar dari 20 responden pasien stroke non adalah 2,700. Sedangkan rerata kekuatan otot hemoragik berjenis kelamin Laki-laki, 7 sesudah tindakan adalah 3,200. Sehingga ada responden laki-laki (70%) pada kelompok peningkatan sebesar 0,500, dan didapatkan p Perlakuan, dan 6 responden laki-laki (60%) value = 0,015 < α = 0,05. pada kelompok Kontrol. Tabel 6 Efektivitas Kombinasi ROM

Exercise Dan ROM Aktif-Asistif Spherical Tabel 3 Data Karakteristik Responden Grip Dengan ROM Exercise Terhadap Berdasarkan Frekuensi Peningkatan Kekuatan Otot Ekstremitas Serangan Stroke Atas. Kelompok Kelompok Frekuensi Perlakuan Kontrol Mean P N Serangan Variabel Mean SD N % N % Differeance value Kelompok Pertama 8 80 8 80 3,30 1,159 perlakuan Kedua/lebih 2 20 2 20 0,100 0,848 20 Kelompok Total 10 100 10 100 3,20 1,135 Berdasarkan Tabel 3 sebagian besar responden kontrol merupakan kasus stroke dengan serangan Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa pertama yaitu sebanyak 8 orang (80%), rerata peningkatan kekuatan otot setelah sedangkan 2 orang (20%) diantaranya pemberian kombinasi ROM Exercise dan ROM merupakan kasus stroke dengan serangan spherical grip aktif-asistif sebesar 3,30 kedua/lebih. sedangkan rerata peningkatan kekuatan otot setelah pemberian ROM Exercise sebesar 3,20. Dari hasil uji statistik independent t test didapatkan p value = 0,848 < α = 0,05, maka dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan efektivitas peningkatan kekuatan otot setelah pemberian kombinasi ROM Exercise dan ROM PROSIDING SEMINAR NASIONAL 9 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 aktif-asistif spherical grip dengan ROM memulihkan kekuatan otot, mencegah exercise. demineralisasi tulang dan memelihara fungsi otot. Kombinasi ROM Exercise 4. PEMBAHASAN dan ROM Aktif-asitif akan 1) Perbandingan Kekuatan Otot menstimulasi otot untuk menciptakan Kelompok Perlakuan Sebelum dan gerakan volunter yang diawali Sesudah Dilakukan Tindakan rangsang gerak yang diberikan melalui Kombinasi ROM Exercise dan ROM aktif maupun pasif akan merangsang Aktif-asistif Spherical Grip. implus pada saraf motorik dan Rerata kekuatan otot kelompok sensorik otak yang kemudian perlakuan sebelum diberi tindakan merangsang kontraksi dan relaksasi kombinasi ROM exercise dan ROM otot, hal ini akan mencegah proses aktif-asistif spherical grip adalah penurunan massa otot sehingga atrofi 2,700. Sedangkan rerata kekuatan otot dapat dicegah sehingga apabila sesudah diberikan adalah 3,300. dilakukan secara teratur kekuatan otot Sehingga ada peningkatan sebesar akan kembali pulih bahkan bertambah. 0,600, dan didapatkan p value = 0,005 Terdapat penelitian sejenis yang < α = 0,05. sejalan dengan hasil penelitian yang Hasil penelitian menunjukkan dilakukan oleh peneliti meliputi bahwa pada kelompok perlakuan penelitian gusty (2014) yang berjudul terdapat penurunan kekuatan otot. Hal “Pemberian Latihan Rentang Gerak ini sesuai dengan konsep yang ada Terhadap Fleksibilitas Sendi Anggota bahwa pasien stroke dapat mengalami Gerak Bawah Pasien Fraktur Femur hemiparese, yang salah satunya Terpasang Fiksasi Interna Di RSUP. ditandai oleh menurunnya kemampuan Dr. M. Djamil Padang” menyatakan motorik pasien stroke yang dapat bahwa dengan melakukan program diidentifikasi dari menurunnya latihan rentang gerak dapat kekuatan otot pasien. Keumudian meningkatkan fleksibilitas sendi, setelah melakukan program latihan kemudian penelitian prok (2016) yang yang telah diprogramkan oleh peneliti, berjudul “Pengaruh latihan gerak rerata kekuatan otot setiap pasien aktif menggenggam bola pada pasien mengalami peningkatan yang stroke diukur dengan handgrip signifikan dibuktikan dengan analisis dynamometer” menyatakan hasil yang telah dilakukan oleh peneliti. bahwa setelah melakukan latihan Menurut peneliti dengan gerak aktif kekuatan otot mengalami melakukan latihan kombinas ROM peningkatan. Exercise dan ROM aktif-asistif 2) Perbandingan Kekuatan Otot Spherical grip dapat meningkatkan Kelompok Kontrol Sebelum dan kekuatan otot pada pasien dengan Sesudah Dilakukan Tindakan ROM kelemahan yang disebabkan oleh Exercise. stroke, proses ini dimulai ketika otot Rerata kekuatan otot kelompok mulai kehilangan implus akbat proses kontrol sebelum diberi tindakan ROM penyakit stroke yang menyebabkan exercise adalah 2,700. Sedangkan otot tidak bisa menerima sinyal untuk rerata kekuatan otot sesudah diberikan melakukan kontraksi dikarenakan adalah 3,200. Sehingga ada kerusakan sel neuron dalam otak peningkatan sebesar 0,500, dan sebagai dampak gangguan sirkulasi didapatkan p value = 0,015 < α = 0,05. yang terjadi dalam otak. Otot yang Manifestasi klinis dari stroke akut mengalami kelemahan semakin lama menurut (Mansjoer, 2000) dapat akan mengalami penurunan fungsi berupa kelumpuhan wajah atau yang akan berdampak pada terjadinya anggota tubuh (biasanya hemiparesis) artropi dan berkuranganya rentang gangguan sensibilitas pada satu atau pergerakan sendi, disinilah peran lebih anggota badan (gangguan ROM exercise dan ROM aktif-asitif hemisensori), afasia, disartria, spherical grip dalam membantu gangguan penglihatan, vertigo, mual PROSIDING SEMINAR NASIONAL 10 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 dan muntah. Perubahan tersebut range of motion selama 6 hari mempengaruhi struktur fisik maupun mengalami peningkatan kekuatan otot. mentalnya (psikologi). Sehingga 3) Efektivitas Kombinasi ROM dengan adanya perubahan tersebut Exercise Dan ROM Aktif-Asistif mobilisasi penderita stroke akan Spherical Grip Dengan ROM mengalami kemunduran aktivitas Exercise Terhadap Peningkatan seperti kelemahan menggerakkan kaki, Kekuatan Otot Ekstremitas Atas kelemahan menggerakkan tangan, Berdasarkan hasil uji yang ketidak mampuan bicara dan ketidak dilakukan terhadap dua kelompok mampuan fungsi motorik lainnya. menggunakan uji Independent T test Program latihan ROM makin dini menunjukan signifikasi dengan nilai p dilakukan maka makin bagus pula value sebesar 0,848, hal ini hasilnya karena tidak ada kerusakan menunjukan bahwa antara kelompok lanjut yang tidak dapat disembuhkan, yang melakukan latihan kombinasi makin cepat otot menjadi kuat maka ROM Exercise dan ROM Aktif-asistif makin sedikit pula kemungkinan spherical grip dengan ROM exercise terjadi atropi. Penanganan yang cepat, tidak terdapat perbedaan yang tepat dan adekuat diharapkan akan signifikan, karena pada hasil kedua mempercepat penyembuhan serta kelompok yang telah melakukan dapat memperkecil risiko kecacatan program latihan sama-sama fisik dan komplikasi lainnya yang mengalami peningkatan kekuatan otot. akan timbul. Hal ini dapat disebabkan karena kedua Sesuai dengan konsep diatas sampel yang digunakan homogen sejalan dengan apa yang peneliti yaitu pasien stroke non hemoragik lakukan. Setelah responden yang mengalami hemiparesis dan dari mendapatkan ROM Exercise kedua tindakan tersebut secara konsep didapatkan kenaikan yang signifikan dapat mempengaruhi dalam pada kekuatan otot pasien. ROM peningkatan kekuatan otot. exercise ini dilakukan pada lengan, Dilihat dari rerata peningkatan tangan, dan bahu. Setelah mengikuti kekuatan otot, pada kedua kelompok program latihan maka akan terjadi terjadi peningkatan kekuatan otot, rangsangan pada motorik setelah namun pada kelompok kombinasi melakukan latihan. Rangsangan ROM Exercise dan ROM Aktif-asistif terhadap gerakan motorik dimulai spherical grip lebih efektif dalam ketika persendian tangan mulai meningkatan kekuatan otot digerakkan sehingga terjadi dibandingkan dengan kelompok ROM rangsangan pada sel saraf sensorik Exercise. Pada hasil akhir rerata yang menimbulkan impuls yang akan kekuatan otot kelompok perlakuan dibawa ke otak kemudian sel saraf sebesar 3,30 kemudian pada kelompok motorik dan terjadi respon gerak, kontrol sebesar 3,20 terdapat selisih semakin lama dilatih maka massa otot 0,10. Menurut Levine (2008) dalam akan semakin bertambah yang pemulihan anggota gerak yang mengakibatkan tujuan akhir tercapai mengalami kelemahan terdapat faktor yaitu terjadinya peningkatan kekuatan yang mempengaruhi peningkatan otot. kekuatan otot. Lamanya pemberian Terdapat penelitian sebelumnya latihan dapat mempengaruhi hasil yang telah dilakukan terkait dengan yang diperoleh. Lama latihan latihan ROM exercise yaitu penelitian tergantung pada stamina pasien. yang dilakukan oleh Marlina (2011) Terapi latihan yang baik adalah latihan yang berjudul “Pengaruh Latihan yang tidak melelahkan, durasi tidak ROM Terhadap Peningkatan terlalu lama namun dengan Kekuatan Otot Pada Pasien Stroke pengulangan sesering mungkin. Iskemik Di RSUDZA Banda Aceh” Sehingga dapat disimpulkan pada dengan hasil penelitian yaitu pasien kelompok dengan latihan kombinasi yang telah diberikan tindakan latihan lebih efektif dalam meningkatkan PROSIDING SEMINAR NASIONAL 11 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

kekuatan otot dibandingkan dengan PASIEN HEMIPARESE MELALUI hanya menggunakan salah satu LATIHAN RANGE OF MOTION latihan. Perbedaan kuantitas dan UNILATERAL Pendahuluan Metode. kualitas latihan pada kelompok yang Jurnal Keperawatan Indonesia, 16(1), 40– melakukan latihan kombinasi akan 46. berbeda dengan kelompok yang 4. Gusty, R. (2014). Pemberian Latihan menggunakan salah satu latihan, Rentang Gerak Terhadap Fleksibilitas mengakibatkan kekuatan otot yang Sendi Anggota Gerak Bawah Pasien semakin banyak dilatih juga Fraktur Femur Terpasang Fiksasi Interna mendapatkan respon yang lebih baik. Di RSUP. Dr. M. Djamil. Jurnal Ners, 10(1), 176–196. Retrieved from 5. KESIMPULAN http://jurnal.fkep.unand.ac.id/index.php/ne Berdasarkan hasil penelitian dan rs/article/view/41 pembahasan maka dapat diambil kesimpulan 5. Irawati, P., Sekarsari, R., & Marsita, A. sebagai berikut: (2016). Efektifitas Latihan Range Of a. Hasil rerata kekuatan otot sebelum Motion Cylindrical Grip Terhadap diberi tindakan kombinasi ROM Peningkatan Kekuatan Otot Ekstremitas exercise dan ROM aktif-asistif Atas Pada Pasien Stroke Non Hemoragik spherical grip adalah 2,700. Di Ruang Rawat Inap Rsu Kabupaten Sedangkan rerata kekuatan otot Tangerang. Universitas Muhammadiyah sesudah diberikan adalah 3,300. Tangerang, 31–40. Sehingga ada peningkatan sebesar 6. Irfan, Muhammad. (2010). Fisioterapi 0,600. Bagi Insan Stroke. Yogyakarta: Graha b. Hasil rerata kekuatan otot sebelum Ilmu diberi tindakan ROM exercise adalah 7. Kemenkes RI. (2014). Infodatin : Situasi 2,700. Sedangkan rerata kekuatan otot Kesehatan Jantung. Pusat Data Dan sesudah diberikan adalah 3,200. Informasi Kementerian Kesehatan RI, 1–8. Sehingga ada peningkatan sebesar https://doi.org/10.1017/CBO97811074153 0,500. 24.004 c. Kedua tindakan tersebut sama-sama 8. Levine, G. Peter. 2008. Stronger After efektif dalam meningkatkan kekuatan Stroke Your Roadmap to recovery. Demos otot, namun akan lebih efektif apabila Medical Publishing menggunakan tindakan kombinasi 9. Liswanti, Y., & Nisa, F. (2014). Jurnal ROM exercise dan ROM aktif-asistif Kesehatan Bakti Tunas Husada Volume spherical grip. 11 No.1 Februari 2014, 129–149. 10. Prok, W. (2016). Pengaruh latihan gerak 6. REFERENSI aktif menggenggam bola pada pasien 1. Astriani, ni made dwi yunica, & Ariana, stroke diukur dengan handgrip putu agus. (2016). Jurnal Kesehatan dynamometer. Jurnal E-Clinic, 4(1), 71– Volume 1 Nomor 1 September 2016. 75. Jurnal Keperawatan Buleleng, 11. Ria. (2016). Solusi Alami & (September). Pencegahan Jantung & Stroke | Kenali, 2. Batticaca, Fransisca B. (2008). Asuhan 8 Penyebab Utama Penyempitan Pembuluh Keperawatan pada Pasien dengan Darah Jantung. Retrieved September 20, Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: 2017, from Salemba Medika http://pembersihlemakdarah.com/kenali-8- 3. Cahyati, Y., Nurachmah, E., & Hastono, penyebab-utama-penyempitan-pembuluh- S. P. (2013). PERBANDINGAN darah-jantung/ PENINGKATAN KEKUATAN OTOT

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 12 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

STUDI KUALITATIF KOMUNIKASI DAN SIKAP PERAWAT DALAM PELAYANAN HOME CARE DI SURAKARTA

Ratih Novitasari1),, Rita Benya Adriani2), Eti Poncorini Pamungkasari3) 12)Poltekkes Kemenkes Surakarta 3Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret Surakarta Korespondensi: [email protected]

Abstract Dynamic changes of non communicable disease due to climate change and lifestyle demands the attention of all parties. The World Health Organization (WHO) states that through the home care needs of patient with chronic non communicable disease can be resolved. Home care allows patients get optimum care without having to face the risk of infection, less attention to family as well as the burden of costs due to long term care in the hospital. As a form of community-based services program, home care are expected to fullfil the community needs of integrated health services. This research used the qualitative study with case study approach. This study was carried out type B Hospital in Surakarta, from February to March 2017. The key informants of this study included nurses, home care coordinator, doctors, dieticians, and physiotherapists. Methods of data collection included interview and document review. Data were analyzed in stages normally employed in case study. Communication between nurses and patients is problematic when nurses can not focus on their job at home care unti because it is still entangled with another unit in hospital. Nurses already have supportive attitude in home care by giving freedom and comfort in home care services.

Keywords: Communication, nurse attitude, home care

1. PENDAHULUAN disertai penyakit kronis. Data statistik dari Fenomena perkembangan penyakit saat ini Kementerian Kesehatan memprediksi jumlah dimana penyakit tidak menular terus lansia akan mencapai 28,8 juta jiwa pada meningkat akibat perubahan iklim dan gaya tahun 2020 (Ananda, 2017) hidup menuntut perhatian berbagai pihak. Harkness dan DeMarco (2012) Terjadinya triple burden disease di Indonesia menyatakan bahwa pasien dengan disbalititas termasuk salah satu gambaran yang juga menjadi salah satu pengguna perawatan menunjukkan peningkatan angka kematian home care terbesar karena keterbatasannya akibat penyakit tidak menular diseluruh dunia untuk melakukan aktivitas serta memenuhi (Nur & Warganegara, 2016) kebutuhan dirinya. Pada tahun 2014 jumlah World Health Organization (WHO) diasabilitas di Indonesia sebanyak 17% dan menyatakan bahwa melalui perawatan pasien meningkat sebanyak 22 % di tahun 2018. Jawa dirumah (home care) kebutuhan perawatan Tengah menjadi salah satu provinsi dengan penyakit tidak menular yang bersifat kronis jumlah disabilitas tertinggi yakni 10,3% dan di dapat teratasi. Bentuk perawatan ini Surakarta mencapai 0,26% (Dinas memungkinkan pasien untuk mendapatkan Perhubungan, Komunikasi dan Informatika, perawatan optimal tanpa harus menghadapi 2013) risiko infeksi dan kurang perhatian keluarga Sebagai bentuk program pelayanan yang yang bisa terjadi akibat perawatan jangka berbasis masyarakat (community panjang di rumah sakit. (Oliviera et al, 2012). basedservices), home care diharapkan mampu Centers for Disease Control (CDC) memenuhi kebutuhan masyarakat akan memperkirakan sebanyak 4,9 juta pasien pelayanan kesehatan terpadu. Komunikasi dan diseluruh dunia yang telah melaksanakan sikap perawat home care menjadi salah satu perawatan home care pada tahun 2014 dari indikator yang mencerminkan kinerja program 12.400 penyedia layanan. Layanan home care home care yang telah berjalan (Winarno, di Indonesia saat ini menjadi trend kesehatan 2012). yang permintaannya bertambah seiring pertumbuhan jumlah lansia yang rata-rata PROSIDING SEMINAR NASIONAL 13 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

2. METODE PENELITIAN “Pernah sih dalam keluarga pasien beda Penelitian ini menggunakan desain kuali- pendapat (anak-anak pasien), dimana tatif dengan pendekatan studi kasus. Lokasi adeknya keberatan karena home care kan penelitian di RS tipe B di Kota Surakarta pada biaya umum ya (tidak ditanggung asuransi) bulan februari sampai maret 2017. Jenis data sehingga keberatan karena biaya, yang digunakan adalah data primer yang sedangkan kakaknya itu menyetujui home diperoleh dari informan yaitu 7 orang care karena kalau harus rawat jalan di pelaksana home care dan data sekunder yang puskesmas kan ibunya harus dibawa2 diperoleh melalui kajian dokumen rumah kesana..sehingga karena masalah tersebut sakit. Teknik sampling yang digunakan adalah kita susah memberikan informasi..ya hanya purposive sampling. pada penelitian ini bisa disampaikan sama yang peduli dengan informan yang digunakan adalah 3 orang pasiennya”(perempuan, perawat) perawat, koordinator program, 3 orang tim Sedangkan bentuk komunikasi dengan kesehatan lain yaitu dokter, ahli gizi dan tim dilakukan baik dalam bentuk laporan fisiotherapis. Teknik pengumpulan data langsung saat pergantian jaga maupun secara melalui in-depth interview, observasi tertulis pelaksanaan proses perawatan dan kondisi “Kan ini kalau home care ada rekam medis lingkungan pasien serta kajian dokumen sendiri, itu kan juga menggambarkan berupa pedoman home care serta SPO kondisi pasien saat ini, jadi untuk kegiatan maupun tindakan. Instrumen komunikasi ada operan buku kegiatan itu penelitian berupa pedoman wawancara dan sambil ada buku rekam medis untuk alat perekam (tape recorder). Analisis data pasiennya sama sharing-sharing kan setiap memalui within-case analysis, cross-case hari ketemu terus, karena kalau lihat cuman analysis serta analisis interpretif laporan kan bisa beda persepsi antara satu dengan lainnya” (laki-laki, perawat) 3. HASIL PENELITIAN Perawat menyampaikan masalah a. Komunikasi dalam Pelayanan Home care komunikasi diantara mereka pernah terjadi Berdasarkan hasil wawancara seluruh ketika mereka tidak hanya diminta untuk perawat menyampaikan komunikasi dengan berkerja di unit home care pada shift mereka, pasien/keluarga ini selalu dijalankan sejak tetapi juga melakukan perawatan di bangsal awal perencanaan kunjungan home care atau unit lain sehingga lupa memberikan ataupun selama pelaksanaan kunjungan. cacatan penting terkait pelayanan home care “Pertama kan kita prospek ke pasien, untuk shift berikutnya dan merugikan pasien. contohnya pasien yang terpasang NGT atau Berdasarkan hasil kajian dokumen, terdapat DC atau pasien medikasi dari dokter dokumen rekam medis pasien yang berisikan advisenya ada medikasi 2 hari kita data hasil pengkajian, tindakan serta hasil komunikasi ke pasien nanti kalau pasien iya evaluasi yang menjadi media komunikasi dan disuruh home care kerumah nanti kan antara perawat dalam tim sehingga pasien menghubungi home care atau dia perkembangan pasien dapat diketahui kasih nomor, alamat, ancer-ancer rumah bersama. Selain itu terdapat buku kegiatan nanti kesana kerumah pasien itu kita yang menjadi pendukung saat dilakukan melakukan tindakan di rumah laporan pada pergantian perawat jaga pada pasien”(perempuan, perawat) akhir jam kerja. Hanya saja bentuk pelaporan Perawat home care menyampaikan bahwa tim perawatnya belum terpadu dengan ahli gizi pernah mengalami hambatan berkomunikasi serta fisiotherapis. dengan keluarga ketika terdapat ketidakmampuan keluarga memberikan b. Sikap perawat dukungan sepenuhnya kepada pasien. Hal ini Berdasarkan hasil wawancara, seluruh juga dapat terjadi ketika keluarga tidak mampu perawat memiliki sikap yang positif terhadap melaksanakan komitmen dalam perencanaan pelaksanaan home care. Perawat kunjungan yang telah dilaksanakan. menyampaikan pentingnya program ini Permasalahan tersebut dapat menyebabkan dilaksanakan dalam menunjang kesembuhan kurang optimalnya pelayanan yang diberikan pasien dalam mencapai perbaikan kondisi pasien “Kalau menurut saya sebenernya perlu sekali, karena kadang ada pasien-pasien PROSIDING SEMINAR NASIONAL 14 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

yang misalkan kondisinya pasien stroke itu diperoleh dengan sebenar-benarnya guna kan lama bed rest, nanti masuk rumah sakit mendukung kesembuhan pasien. Cho et al sudah ada pengobatan, tinggal nanti kan (2017) menyatakan bahwa komunikasi yang dilanjutkan dirumah..misalkan ga bisa baik antara perawat dengan pasien akan makan kan perlu bantuan pakai NGT, nah mengurangi resiko terjadinya kesalahan dalam kalau dirumah sakit kan biaya juga pemberian perawatan. Keterkaitan keluarga membengkak kan jadi makanya dirawat dalam perawatan pasien dimulai terutama dirumah tapi sesuai dengan sejak awal perencanaan sebagaimana pengawasan..biasanya kan dilakukan visit penelitian Newbould et al (2012) bahwa dokter, tapi dokter umum .. untuk cek sebelum kegiatan home care dilaksanakan, kondisi dan lain-lain..baru dikonsulkan pasien dan perawat harus merencanakannya penyakit misalnya saraf atau yang lainnya” secara bersama-sama. Karena merencanakan (laki-laki, perawat) kegiatan adalah terkait bagaimana tindakan Sikap positif tersebut dapat terlihat dalam nantinya dilakukan dan kapan dilaksanakan memberikan pelayanan kepada pasien yang sehingga perlu persamaan persepsi tentang mengutamakan pasien dalam memberikan hasil kegiatan yang diharapkan, kemampuan pilihan, memfasilitasi dan memberikan keluarga dan pasien dalam pelaksanaan home informasi, menghormati hak pasien, saling care serta perencanaan manajemen diri (self menghargai dan kerjasama serta transparansi. management) kondisi psikologis pasien. Seluruh perawat menyampaikan Menurut Philis & Gallo (2014) program mengutamakan pasien/keluarga dalam kesehatan yang melibatkan masyarakat seperti memberikan pilihan terhadap tindakan ataupun home care dalam pelaksanaan perawatan pada program terapi dan berusaha untuk transparan pasien penyakit kronis harus terdokumentasi terutama mengenai pembiayaan. dalam laporan, hasil laboratorium dan segala “Itu tergantung pasien, kalau semisalkan data yang dapat diakses oleh tim kesehatan biaya itu (perawatan) kan belum termasuk yang ada. Gillespie et al (2012) menyatakan alat dan bahan, itu kita tawarkan dulu sama bahwa miscommunikasi dapat menyebabkan pasien, mau alat bahan sama kita atau dia kehilangan informasi yang spesifik yang beli sendiri, kalau alat kan kita semisal terkait dengan keamanan pasien. Efektifitas medikasi ya kan alatnya dari RS harus steril kerja dalam tim tidak hanya dipengaruhi oleh dan bahan-bahannya itu semisal kassa atau kemampuan dan kompetensi anggota tim. ee apa hypafix itu tergantung keluarga Komunikasi menjadi bagian yang penting juga, mau dibeli sendiri atau mau dari meskipun terdapat beberapa faktor lain yang rumah sakit apa dari home care, mungkin menyebabkan tim tidak bisa berjalan gitu..”(perempuan, perawat) dengan baik diantaranya beban kerja, Hasil observasi pada saat melaksanakan efektifitas peralatan dan pengalaman kunjungan, perawat memberikan penawaran Sikap perawat yang menunjukkan kepada keluarga mengenai langkah tindakan interpersonal care yang positif terhadap pasien selanjutnya yang akan dilakukan seiring menentukan baiknya kualitas pelayanan yang dengan perkembangan kondisi pasien, diberikan karena mencerminkan kepuasan selanjutnya setelah disetujui oleh keluarga pasien. Hal ini dapat meningkatkan motivasi perawat melatih keluarga bagaimana pasien untuk mendukung perawatan yang melakukan tindakan dalam upaya mendukung diberikan sehingga program kesehatan yang kemandirian pasien. dilaksanakan bisa mendapatkan hasil yang lebih baik bagi kesembuhan pasien. Pasien akan memberikan sikap mendukung terhadap 4. PEMBAHASAN tindakan yang diberikan dan kooperatif Komunikasi menjadi hal yang penting menjalankan program terapinya (Batbaatar et selama pelaksanaan perawatan pasien, terlebih al, 2017) pada pasien home care yang mendapatkan Mendes (2013) menyatakan bahwa intensitas kunjungan lebih sedikit sebagai salah satu bagian terpenting dalam dibandingkan pasien yang di rawat dirumah mewujudkan pelaksanaan home care yang sakit. Semua data mengenai pasien tidak lepas ideal adalah melalui sikap perawat yang dari proses komunikasi yang baik sehingga memperhatikan kondisi fisik pasien tetapi juga data akurat mengenai kondisi pasien dapat peduli terhadap kenyamanan, perhatian dan PROSIDING SEMINAR NASIONAL 15 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 menghargai pasien. Perawat selayaknya nurse staffing and patients experiences, mampu memenuhi kebutuhan fisik dan mental and the mediating effect of missed nursing dengan bersikap selayaknya pasien berada care. Journal of Nursing Scholarship. dalam kondisi sehat meskipun mereka dalam 49:3, page 347-355 keterbatasan fisik 4. Departemen of Social Services Australia. Pentingnya sikap perawat menurut 2014. Home care Packages Programmes Gagnon and Duggleby (2014) yaitu perawat Guidelines. [online] available at: berperan sebagai kunci dari kepuasan pasien https://www.dss.gov.au/sites/default/files/ terutama pasien yang dalam kondisi menjelang documents/07_2014/hcp-guidelines- ajal atau pasien terminal. Kondisi pasien 1july2014.pdf [diakses] tanggal 24 terminal dengan banyaknya perawatan yang Februari 2017 harus diterima dapat menyebabkan pasien 5. Gagnon J, Duggleby W. 2014. The merasakan terkungkung dan menderita. Sikap provision of end-of-life care by medical perawat yang negatif membuat tujuan untuk surgical nurses working in acute care: a mencapai “good death”dan meninggal dalam literature review. Paliative and supportive damai tidak akan tercapai. care (2014), 12 page 393-408 Dalam melaksanakan keperawatan 6. Gillespie BM, Chaboyer W, Fairweather kesehatan masyarakat, pelaksana perawatan N. 2012. Interruption and yaitu perawat maupun tim kesehatan yang lain miscommunications in surgery: an hendaknya bersikap sesuai standar praktik observational study. AORN Journal. May yang harus dilakukan diantaranya membangun 2012 Vol 95 No.5 page 576-590 dan mendukung kemampuan pasien serta 7. Harkness GA and DeMarco R. 2012. menjalin hubungan kedekatan dengan pasien Community and Public Health Nursing: dan keluarga. Perawat perlu mengembangkan Evidance for Practice. Philadelphia: kemampuan bersikap positif terutama pada Lippincott Williams & Wilkins perawatan pasien dirumah yang sering kali 8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik berkaitan dengan pasien penyakit kronis Indonesia Nomor bahkan pasien terminal. 279/MENKES/SK/IV/2006 Pedoman Penyelenggaraan Upaya Keperawatan 5. KESIMPULAN Kesehatan Masyarakat di Puskesmas. 21 Komunikasi dan sikap pelaksana dalam April 2006. Dinas Pelayanan implementasi pelaksanaan home care antara Keperawatan. Jakarta pasien dan perawat dapat berjalan dengan baik 9. Loghmani L, Borhani F, Abbaszadeh A. selama instansi penyelenggara mampu 2014. Factors affecting the nurse-patients berkomitmen dalam mengatur sumber daya family communication in intensive care perawatan sehingga unit home care dapat lebih unit of Kerman: a qualitative study. fokus melakukan tugasnya dan terhindar dari Journal of Caring Scinces. Vol 3 (1) 2014 misskomunikasi yang merugikan pasien. page 67-82 Sistem pelaporan yang terintegrasi sebagai 10. Mendes MA. 2013. Parents Descriptions media komunikasi dalam tim juga diperlukan of Ideal Home Nursing Care for Their untuk dapat memberikan pelayanan yang Technology-Dependent Children. optimal. Pediatric Nursing. March-April 2013. Vol.39 No.2 page 91-96 6. REFERENSI 11. Mitchell et al. 2012. Core Principles and 1. Ananda, P. 2017. Permintaan Tenaga Values of Effective Team-Based Health Perawat Home care Melonjak. Media Care. Washington DC: Institute of Indonesia. 22 Juni 2017 Medicine 2. Batbaatar E, Dorjdagva J, Luvsannyam A, 12. Napu N, Paramata NR, Pakarya AW. Savino MM, Amenta P. 2017. 2015. Faktor yang berhubungan dalam Determinants of patient satisfaction: a pemilihan home care untuk perawatan systematic review. Perspectives in Public ulkus diabetik di kota Gorontalo. Jurnal Health. March 2017 Vol 132 No 7 page Keperawatan. Vol.3 No.3 Tahun 2015 hal 89-101 ISSN 1757-9139 1-13 3. Cho S, Mark BA, Knafl G, Chang HE, Yoon H. 2017. Relationship between PROSIDING SEMINAR NASIONAL 16 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

13. Newbould et al. 2012. Experiences of care 13.pdf. [diakses] tanggal 5 Desember Planning in England: interviews with 2016 patients with long term condition. BMC 18. Septiyanti M, Damanik SRH, Arneliwati. Family Practice 2012, 13:71 page 1-9 2014. Hubungan tingkat pengetahuan 14. Nur NN dan Warganegara E. 2016. Faktor dengan sikap perawat tentang perawatan risiko perilaku penyakit tidak menular. luka diabetes menggunakan teknik moist Majority. Vol 5 Nomor 2 April 2016 hal wound healing. Jurnal online mahasiswa. 88-94 ISSN 2337-3776 Vol.1 No.1 (2014) hal 1-8 15. Oliveria SG, Quintana AM, Budo MLD, 19. Soesanto E, Chanif, Supradono B. 2015. Kruse MH, Beuter M. 2012. Home care Peningkatan kualitas kesehatan and hospital assistence: similiarities and masyarakat melalui jasa layanan kesehatan differences from the perspective of the holistik on delivery fakultas ilmu family caregiver. Text Context Nursing keperawatan dan kesehatan Universitas Florianopolis. 2012 Jul-September; 21 (3) Muhammadiyah Semarang. Jurnal page 591-599 Keperawatan Kesehatan 16. Philis-Tsimikas A, Gallo LC. 2014. Masyarakat.Vol.1 no 4 Oktober 2015 hal Implementing community-based diabetes 53-61 ISSN: 2252-8865 programs: the scripps whittier diabetes 20. Suarjana K, Agastya, Valentina DY. 2012. institute experience. Curr Diab Rep.2014. Prospek pengembangan pelayanan home page 461-471 care rumah sakit Prima Medika Denpasar. 17. Royal Pharmaceutical Society. 2013. Jurnal Manajemen Pelayanan Profesional Standars for Homecare Kesehatan.Vol 15 No.3 September 2012 Services. [online] available at Hal 97-102 https://www.rpharms.com/support- 21. Winarno, Budi. 2012. Kebijakan Publik pdfs/homecare-standards-final-sept- Teori, Proses dan Studi Kasus. Jakarta: PT Buku Seru.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 17 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

ANALYSIS OF DM-TUBERCULOSIS DISEASE (TB-DM) IN PONOROGO DISTRICT

1) 2) 3) Nurul Sri Wahyuni , Pinaryo , Saiful Nurhidayat 1 Faculty of Health Sciences University of Muhammadiyah Ponorogo email: [email protected] 2 Faculty of Social and Political Sciences, Muhammadiyah Ponorogo email: [email protected] 3 Faculty of Health Sciences University of Muhammadiyah Ponorogo email: [email protected]

Abstract

TB treatment in Ponorogo in three hospitals that have implemented strategies shows a success rate of 94.18%. This condition is closely related to hospital services that have an impact on patient satisfaction. This study aims to analyse the prevalence of TB-DM disease and to determine the level of patient satisfaction at the registration counter, laboratory, poly TB, and follow-up, with descriptive research design (quantitative and qualitative studies). The sampling technique is total sampling, with a population and a sample of 106 respondents. Quantitative data collection using a questionnaire, blood sugar level data using a checklist. Taking qualitative data by indepth interview. Patient satisfaction with services at the registration counter was 64.2% satisfied, and 35.8% were delighted, in the polyclinic 68.9% were satisfied, and 31.1% were very satisfied, 68.9% were satisfied, and 31.1% were very satisfied, and followed up 62.3% were satisfied and 37.7% were very satisfied. RSU ‘Aisyiyah Diponegoro has service excellence at the counter on the empathy component (100%), in the polyclinic on the reliability component (84.6%), in the laboratory (88.5% responsiveness), and follow-up (100% empathy). The highest element of satisfaction is empathy by 100%. These results are supported by excellent service by officers, adequate facilities, interests, motivation from officers. However, there were constraints on HR limitations and lack of allocation of follow-up costs. So that it needs an increase in HR (quantity, quality), operational fund allocation policies. Keywords: Prevalence, TB-HIV, TB-DM

1. PENDAHULUAN untuk tata laksana penanggulangan TB belum Indonesia adalah negara peringkat berjalan dengan maksimal. keempat dengan beban TB tertinggi setelah Strategi penanggulangan TB di India, China dan Afrika Selatan. Laporan Indonesia menggunakan palaksanaan strategi WHO 2013, Indonesia masuk dalam 22 negara Directly Observed Treatment Short Course yang masuk dalam beban TB tertinggi. (DOTS).Strategi DOTS pertama kali Dengan populasi mencapai 240 juta orang, diperkenalkan di Indonesia pada 1995 dan angka prevalensi mencapai 730.000 per tahun telah diimplementasikan secara meluas per 100.000 penduduk.Kemudian angka diseluruh sistem pelayanan kesehatan kematian akibat TB pada tahun 2012 mencapai masyarakat di Indonesia, terutama di 67000 orang pertahun per 100.000 penduduk. Puskesmas dan Rumah Sakit Sementara itu, menurut riset kesehatan dasar Pemerintah.Peranan DOTS sangat besar dalam tahun 2013 prevalensi penduduk Indonesia penanggulangan TB di Indonesia. DOTS yang didiagnosis TB paru oleh tenaga sudah diimplementasikan lebih dari satu kesehatan tahun 2013 adalah 0.4 persen. Dari dekade dan hingga saat ini masih menjadi 33 propinsi di Indonesa ada enam propinsi komponen utama dalam menanggulangi dengan TB paru tertinggi sebagai berikut: TB.Komponen utama pengendalian TB yang Jawa Barat 0.7 persen, Papua 0.6 persen, DKI penting juga adalah tata kelola kasus TB Jakarta 0.6 persen, Gorontalo 0.5 persen, MDR, TB terkait HIV. Banten 0.4 persen dan Papua Barat 0.4 persen. Setidaknya ada lima komponen dan Jika melihat angka prevalensi TB paru strategi yang direkomendasikan dalam menandakan bahwa kebijakan dan program penanggulangan TB dengan menggunakan stragegi DOTS yaitu: 1) Adanya komitmen PROSIDING SEMINAR NASIONAL 18 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 politis; 2) Pemeriksaan dahak mikroskopis dimana data tersebut juga didukung dengan yang terjamin mutunya; 3) Pengobatan jangka data bahwa RSU ‘Aisyiyah Dr. Sutomo pendek yang standar bagi semua kasus TB Ponorogo telah melaksanakan lima dengan tata laksana kasus yang tepat, termasuk komitmen strategi DOTS. Selama ini SSR pengawasanlangsung pengobatan; 4) Jaminan Kabupaten Ponorogo telah melakukan kesehatan OAT yang bermutu; 5) Sistem tindakan dalam rangka menjaring suspek pencatatan dan pelaporan yang mampu TB melalui kader ‘Aisyiyah. Setelah memberikan penilaian terhadap hasil didapatkan suspek, maka dilakukan pengobatan pasien dan kinerja program secara pemeriksaan BTA di RSU ‘Aisyiyah Dr keseluruhan. Pengobatan dengan standar yang Sutomo, RSU ‘Aisyiyah Diponegoro, RS sudah ditentukan bagi penderita TB Griya Waluya . Bagi pasien dengan hasil merupakan salah satu strategi utama pemeriksaan BTA positip akan dilakukan pengendalian TB karena dapat memutuskan pengobatan TB dengan strategi DOTS rantai penularan. Meskipun program diketiga Rumah Sakit tersebut. Namun penanggulangan TB Nasional telah berhasil demikian, karena lokasi ketiga Rumah Sakit mencapai target angka penemuan dan angka tersebut berada di wilayah Kabupaten, kesembuhan, namun tata laksana TB di maka diberikan kebebasan bagi pasien Indonesia sebagian besar rumah sakit dan dengan BTA Positip tersebut menjalani praktik swasta belum sesuai dengan DOTS program pengobatan di wilayah puskesmas dan penerapan standar pelayanan berdasarkan tempat mereka tinggal. Hal tersebut ISTC (Instrumen Standart for Tuberculosis). dimaksudkan untuk menghindari Pada awalnya implementasi DOTS di kemungkinan terjadinya drop out Indonesia hanya diterapkan di puskesmas pengobatan bagi pasien TB. Meskipun kemudian seiring bejalannya waktu demikian, pencapaian dan perkembangan dikembangkan di Balai Kesehatan Paru pasien tetap dapat diakses oleh SSR Masyarakat BKPM dan rumah sakit kabupaten Ponorogo. Studi tentang TB dan pemerintah dan swasta. Namun dalam HIV yang dilakukan di Afrika Selatan oleh Dr. perkembangannya bahwa implementasi DOTS Amrita Daftari dari Universitas Columbia belum sepenunya dilakukan oleh semua mengatakan bahwa para peserta menjelaskan pelaksana kesehatan terutama pada rumah TB dan HIV dalam berbagai istilah. TB sakit swasta dan dokter praktek swasta. dianggap sebagai “alamiah” dan “biasa”, Beberapa temuan kasus juga masih ada para yakni sebuah infeksi yang dapat memengaruhi pasien TB yang dikenakan biaya pengobatan siapapun dan tidak ada yang bertanggung ataupun administrasi oleh pihak rumah sakit. jawab atas penularan penyakit tersebut. Pada Jika merujuk pada survei prevelansi sisi lain, penyakit HIV dianggap sebagai TB tahun 2004, pola pencarian pengobatan perilaku moral seseorang sehingga membuat sebagian besar pasien TB ketika pertama kali mereka cocok untuk dihakimi. Kemudian, sakit adalah rumah sakit sehingga melibatkan infeksi HIV yang dianggap permanen rumah sakit untuk melaksankan DOTS berbanding terbalik dengan infeksi TB yang menjadi penting untuk memberikan kontribusi hanya sementara.Pengobatan TB dianggap berarti terhadap upaya penemuan pasien TB. dapat menyembuhkan, sementara HIV Berbagai permasalahan kesehatan dianggap sebagai penyakit yang “mematikan” yang masih dihadapi hingga kini mulai dari meskipun dengan penggunaan antiretroviral. belum meratanya kesiapan pelayanan Namun, meskipun infeksi ini memiliki kesehatan termasuk sistem rujukannya, juga identitas yang berbeda, kedua infeksi ini persoalan yang masih belum menjadi prioritas menjadi sangat terkait, karena orang yang seperti tenaga kesehatan, dukungan obat, terkena TB juga diasumsikan memiliki sistem akreditasi fasilitas dan beberapa HIV.Stigma ini biasanya terkait dengan HIV pelayanan kesehatan yang belum terbangun juga ditularkan pada orang dengan TB. menjadi hambatan dalam penanggulangan TB. Penyakit TB menjadi tidak diinginkan dan SSR (Sub-Sub Recipience) Kabupaten memiliki stigma yang tinggi seperti HIV, Ponorogo telah menjalin kerjasama dengan apalagi ditunjang dengan meningkatnya RSU ‘Aisyiyah Dr Sutomo, RSU ‘Aisyiyah prevalensi TB-DM. Diponegoro, RS Griya Waluya dan 31 puskesmas diwilayah Kabupaten Ponorogo, PROSIDING SEMINAR NASIONAL 19 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Persepsi masyarakat Indonesia tentang TB Laboratorium sangat erat kaitannya dengan tingkat c) Bagaimana tingkat kepuasan pasien pendidikan. Dengan kondisi pendidikan yang (Tangible, emphaty, Responsivenes, relatif rendah akan memunculkan persepsi Reliability, Assurance) di Poli TB tentang TB yang sangat terbatas. Masih ada d) Bagaimana tingkat kepuasan pasien masyarakat menganggap bahwa penyakit TB (Tangible, emphaty, Responsivenes, adalah penyakit keturunan yang tidak bisa Reliability, Assurance) di Follow Up disembuhkan. Namun demikina, penyakit TB Pada pasien TB yang diobati dengan tidak hanya berpengaruh terhadap munculnya strategi DOTS di RSU ‘Aisyiyah Dr. penyakit-penyakit lain, seperti HIV, namun Sutomo, RSU ‘Aisyiyah Diponegoro, memungkinkan sekali muncul penyakit lain, dan RS Griya Waluya Ponorogo. salah satunya adalah DM (Diabetus Mellitus) Tujuan yang ingin dicapai dalam 3. HASIL DAN PEMBAHASAN penelitian ini adalah untuk menganalisis Hasil penelitian ini diperoleh dua situasi penyakit TB-DM di Kabupaten kelompok data, yaitu data umum menyajikan Ponorogo pada pasien TB yang diobati dengan data demografi yang terdiri dari dan jenis strategi DOTS di NGHS (Non Goverenment kelamin, agama, suku bangsa, pendidikan, Health Service) wilayah kerja SSR Kabuaten pekerjaan, status pernikahan, jumlah Ponorogo dan menganalisis tentang tingkat penghasilan, dan tahap pengobatan. kepuasan pasien (Tangible, emphaty, Sedangkan data khusus menyajikan 5 aspek Responsivenes, Reliability, Assurance) di kepuasan di loket pendaftaran, poli TB, loket pendaftaran, Laboratorium, Poli TB, laboratorium, dan kunjungan, yang meliputi 5 dan Follow Up di RSU ‘Aisyiyah Dr. aspek yaitu Tangibles, Emphaty, Reability, Sutomo, RSU ‘Aisyiyah Diponegoro, dan Responsiveness, dan Assurance. RS Griya Waluya Ponorogo. 1. Data Umum a. Distribusi Responden Berdasarkan 2. METODE PENELITIAN Jenis Kelamin Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis prevalensi kasus TB-DM di Kabupaten Ponorogo.Kegiatan yang akan dilakukan adalah melakukan kajian atas data atau kondisi keadaan kasus TB-HIV yang meliputi aspek prevalensi, demografi, kebijakan, dan anggaran penanggulangan TB- HIV, serta kondisi pelayanan kesehatan di Gambar 1. Distribusi Berdasarkan Jenis lapangan. Secara etimologis, analisa situasi kelamin dalam proses advokasi merupakan proses Berdasarkan gambar di atas, didapatkan 58 menganalisa situasi dan kondisi yang ada, responden (55%) berjenis kelamin laki- guna mendapatkan rekomendasi untuk laki dan 48 responden (45%) berjenis langkah-langkah advokasi yang akan kelamin perempuan. dilakukan. Adapun kegiatan yang dilakukan b. Distribusi Responden Berdasarkan dalam metode penelitian ini adalah: Agama Melakukan analisa situasi pada penyakit TB- DM di Wilayah kerja SSR Kabupaten Ponorogo, dengan melakukan penilaian terhadap kepuasan pasien TB yang diobati dengan strategi DOTS di NGHS Kabupaten Ponorogo, yang meliputi: a) Bagaimana tingkat kepuasan pasien

(Tangible, emphaty, Responsivenes, Gambar 2. Distribusi berdasarkan Agama Reliability, Assurance) di loket pendaftaran Berdasarkan gambar di atas, didapatkan b) Bagaimana tingkat kepuasan pasien 106 responden atau sejumlah 100% (Tangible, emphaty, Responsivenes, beragama Islam. Reliability, Assurance) di PROSIDING SEMINAR NASIONAL 20 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 c. Distribusi Responden Berdasarkan dengan status perkawinan sudah Suku menikah.

g. Distribusi Responden Berdasarkan Penghasilan

Gambar 3. Distribusi Berdasarkan Suku. Berdasarkan gambar di atas, didapatkan 105 responden atau sejumlah 99% berlatar belakang suku Jawa. d. Distribusi Responden Berdasarkan Gambar 7. Distribusi Berdasarkan Penghasilan Pendidikan Berdasarkan gambar di atas, didapatkan 83 responden atau sejumlah 78,3% berpenghasilan kurang dari Rp. 750.000,-

h. Distribusi Responden Berdasarkan Tahap Pengobatan

Gambar 4. Distribusi Berdasarkan Pendidikan Berdasarkan gambar di atas, didapatkan 46 responden atau sejumlah 43,4% berpendidikan SD. e. Distribusi Responden Berdasarkan Gambar 8. Distribusi Berdasarkan Tahap Pekerjaan Pengobatan Berdasarkan gambar di atas, didapatkan 67 responden atau sejumlah 63,2% dalam tahap pengobatan awal.

2. Data Khusus Kuantitatif a. Distribusi Kepuasan Pasien di Loket Pendaftaran di tiga Rumah Sakit

Gambar 5. Distribusi Berdasarkan Pekerjaan Berdasarkan gambar di atas, didapatkan 52 responden atau sejumlah 49,1% sebagai wiraswasta. f. Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan

Gambar 9. Komponen Kepuasan di Loket Pendaftaran Dari gambar diatas dapat disimpulkan

Gambar 6. Distribusi Berdasarkan Status bahwa kepuasan tertinggi adalah di RSU Perkawinan ‘Aisyiyah Diponegoro yaitu pada Berdasarkan gambar di atas, didapatkan komponen emphaty yaitu sebesar 100%. 80 responden atau sejumlah 75,5% PROSIDING SEMINAR NASIONAL 21 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 b. Distribusi Kepuasan Pasien di Poli TB di tiga Rumah Sakit Dari gambar diatas dapat disimpulkan bahwa kepuasan tertinggi adalah di RSU ‘Aisyiyah Diponegoro yaitu pada komponen emphaty yaitu sebesar 100%. Keempat diagram kartesius diatas menunjukkan bahwa RSU ‘Aisyiyah Diponegoro mempunyai keunggulan pelayanan di loket pada komponen emphaty (100%), di poliklinik pada komponen reliability (84,6%), di laboratorium pada komponen responsiveness (88,5%), dan follow up Gambar 10. Komponen Kepuasan pada komponen emphaty (100%). di Poli TB Sedangkan untuk masing-masing Dari gambar diatas dapat disimpulkan komponen kepuasan di ketiga tempat bahwa kepuasan tertinggi adalah di RSU penelitian (NGHS Ponorogo) dapat ‘Aisyiyah Diponegoro yaitu pada didistribusikan sebagai berikut: komponen reliability yaitu sebesar 84,6%. c. Distribusi Kepuasan Pasien di Laboratorium di tiga Rumah Sakit

Gambar 5. Distribusi Komponen Kepuasan Dominan di NGHS Ponorogo Dari gambar diatas dapat disimpulkan Gambar 11. Komponen Kepuasan di bahwa komponen kepuasan terhadap Laboratorium pelasanaan pengobatan dengan strategi Dari gambar diatas dapat disimpulkan DOTS di NGHS Ponorogo adalah pada bahwa kepuasan tertinggi adalah di RSU komponen emphaty yaitu sebesar 100%. ‘Aisyiyah Diponegoro yaitu pada

komponen responsiveness yaitu sebesar 3. Data Khusus Kualitatif 88,5% a. Hasil Wawancara dengan Kelompok

Pemberi Pelayanan (Dokter, Perawat, d. Distribusi Kepuasan Pasien di Follow Laboran, Administrasi) tentang Up di tiga Rumah Sakit Program Penanggulangan TB Paru Melalui Strategi DOTS Berdasarkan pandangan kelompok pemberi pelayanan (dokter, perawat, laboran, administrasi) terhadap pelayanan TB di RSU ‘Aisyiyah Sutomo, RSU ‘Aisyiyah Diponegoro, dan RS Griya Waluya Ponorogo dengan menggunakan teknik depth interview, diindikasikan bahwa petugas loket pendaftaran telah memenuhi unsur-unsur pelayanan Gambar 4. Komponen Kepuasan di prima. Diharapkan, melalui cara-cara Follow Up yang dilakukan petugas tersebut, pasien PROSIDING SEMINAR NASIONAL 22 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 memiliki kepuasan atas layanan yang b. Hasil Wawancara dengan Kelompok diampaikan. Pengelola Program Community TB care Layanan di ruang poliklinik tentang di RSU ‘Aisyiyah Sutomo, RSU Petugas di ruang poliklinik ‘Aisyiyah Diponegoro, dan RS Griya menyampaikan layanan kepada pasien Waluya Ponorogo dengan mempertimbangkan kualitas Berdasarkan hasil wawancara pelayanan yang maksimal. dengan petugas terkait dengan Terkait dengan ketepatan menggunakan teknik depth interview, pelayanan yang disampaikan kepada diperoleh beberapa informasi sebagai pasien, petugas juga menyampaikan berikut: bahwa setiap pasien akan mendapatkan Pelaksanaan program informasi yang dibutuhkan secara penanggulangan TB Paru melalui mendetail. strategi DOTS di RSU ‘Aisyiyah Layanan di ruang laboratorium Diponegoro dimulai pada bulan Maret Dari pasien yang menjadi 2011, yaitu setelah RSU Aisyiyah Dr. responden penelitian ini, diketahui Sutomo, yang telah dimulai sejak tahun bahwa pasien menyatakan puas atas 2005. Pelaksanaan program layanan yang disampaikan petugas penanggulangan TB Paru melalui laboratorium. strategi DOTS di RSU ‘Aisyiyah Berdasarkan beberapa informasi Diponegoro memiliki nilai lebih dan yang disampaikan nara sumber, dapat kurangnya. disimpulkan bahwa layanan petugas di Berdasarkan informasi yang bagian laboratorium terkait dengan diperoleh, diketahui bahwa keberhasilan program penanggulangan TB Paru program penanggulangan TB Paru melalui strategi DOTS sudah baik. melalui strategi DOTS di RSU ‘Aisyiyah Petugas telah memiliki unsur emphaty Diponegoro karena adanya pertimbangan dan juga adanya kelengkapan peralatan jarak tempuh rumah sakit dengan tempat (tangible). tinggal pasien yang dekat. Selain itu, Layanan kunjungan ulang (follow up) pasien yang datang berobat dengan Berdasarkan beberapa informasi memanfaatkan layanan program DOTS yang disampaikan nara sumber, dapat di rumah sakit ini adalah dengan disimpulkan bahwa layanan kunjungan pertimbangan bahwa sebelumnya juga ulang (follow up) telah dikelola dengan telah berobat di rumah sakit ini, sehingga baik. Menurut beberapa informasi dari rumah sakit tidak perlu melakukan nara sumber, menunjukkan adanya anamnesa kembali. tanggung jawab yang tinggi dari petugas untuk memberikan layanan terbaik bagi c. Hasil Wawancara tentang Pelaksanaan pasien. Strategi DOTS Menurut Stakeholders Berdasarkan hasil wawancara, Terkait (Dinas Kesehatan Kabupaten diketahui bahwa layanan yang Ponorogo, SSR Kabupaten Ponorogo disampaikan petugas bagian kunjungan dan Puskesmas Badegan Kabupaten ulang (follow up) sudah baik. Secara Ponorogo) keseluruhan, kualitas layanan yang Pelaksanaan program disampaikan kelompok pemberi penanggulangan TB paru dengan strategi pelayanan (dokter, perawat, laboran, DOTS di RSU ‘Aisyiyah Dr. Sutomo, administrasi) terhadap pelayanan TB di RSU ‘Aisyiyah Diponegoro, dan RS Griya RSU ‘Aisyiyah Sutomo, RSU ‘Aisyiyah Waluya Ponorogo sudah berhasil dan Diponegoro, dan RS Griya Waluya memenuhi prinsip-prinsip kualitas Ponorogo sudah baik. pelayanan prima. Perluasan dan akselerasi rumah sakit lebih difokuskan pada peningkatan mutu dengan mengacu pada International Standart for Tuberculosis Care (ISTC) dan memperhatikan hak-hak pasien TB, serta meningkatkan keterlibatan rumah PROSIDING SEMINAR NASIONAL 23 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 sakit yang selama ini belum menggunakan pengendalian infeksi dan implementasi strategi DOTS melalui kerjasama dengan strategi dengan dua pendekatan, yaitu 1) Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan standardisasi diagnosis dan pengobatan di Kementerian Kesehatan serta pemangku pada gangguan respirasi dan 2) koordinasi kepentingan yang terkait. diantara para petugas kesehatan. Kedua Adapun cara-cara yang dapat hal inilah yang pada akhirnya akan dilakukan dengan pemanfaatan struktur berhasil jika ditunjang kualitas pelayanan dan mekanisme yang ada tersebut adalah: yang disampaikan oleh petugas terkait, (1) penyusunan pedoman klinis rumah khususnya dengan adanya pertimbangan sakit dalam penanganan TB di pelayanan untuk menciptakan kepuasan layanan yang rawat jalan dan rawat inap mengacu pada maksimal bagi pasien. ISTC, (2) advokasi ke dokter, perawat, Untuk itu, setiap pihak yang tenaga kesehatan lainnya dan seluruh unit terlibat program penanggulangan TB pelayanan di rumah sakit yang paru dengan strategi DOTS ini, baik memberikan pelayanan TB, (3) dari unsur stake holders (SSR, Dinas pengembangan dan penerapan tools dan Kesehatan), serta rumah sakit yang mekanisme untuk peningkatan mutu klinis ditunjuk diharapkan mampu mengatasi dalam penanganan TB seperti halnya berbagai kendala yang ada. Jika setiap dengan audit klinik, integrated clinical permasalahan dapat teratasi, maka akan pathway, supervisi klinis, kebijakan dapat digunakan untuk menciptakan penggunaan dan monitoring penggunaan kualitas pelayanan yang prima agar OAT, dan mekanisme lainnya; (4) tercapai kepuasan pasien TB yang diobati penguatan pemantauan implementasi dengan strategi DOTS. Dengan demikian HDL. kepuasan pasien terhadap pelaksanaan Selain upaya peningkatan mutu pengobatan TB dengan strategi DOTS yang dilakukan oleh fasilitas pelayanan dapat meningkat, yang tentunya hal kesehatan, pengembangan mekanisme tersebut merupakan modal awal dan utama regulasi bagi rumah sakit juga diperlukan suksesnya program pemberantasan TB melalui aktivitas regulasi yang telah baik pada skala nasional maupun dikembangkan bagi rumah sakit secara internasional, sesuai dengan target umum, yaitu sertifikasi dan akreditasi kesembuhan yang diharapkan yaitu rumah sakit yang menyediakan pelayanan sebesar 86%. DOTS, monitoring pelaksanaan Standar Pelayanan Medik rumah sakit dan 4. KESIMPULAN mekanisme lainnya. Berdasarkan data temuan dan hasil Berdasarkan data hasil wawancara analisis data, dalam penelitian dapat mendalam terhadap informan kunci, maka disampaikan beberapa simpulan sebagai dapat disimpulkan bahwa pengetahuan berikut. terhadap kualitas pelayanan pada petugas 1) Diketahuinya tingkat kepuasan pasien program penanggulangan TB paru TB yang diobati dengan strategi DOTS dengan strategi DOTS. Pengetahuan di RSU ‘Aisyiyah Dr. Sutomo, RSU yang baik bagi petugas dapat ‘Aisyiyah Diponegoro, dan RS Griya meningkatkan kinerja petugas dalam Waluya Ponorogo sudah tinggi. Hal ini penanggulangan TB Paru yang pada dapat diketahui dari hasil analisis data akhirnya bermuara pada kepuasan pasien. sebagai berikut: Jika pasien TB paru yang menjadi peserta a. Kepuasan pasien terhadap layanan program DOTS mencapai kepuasan yang yang disampaikan petugas di bagian maksimal, maka diharapkan akan loket pendaftaran menunjukkan mendukung keberhasilan program ini. bahwa 64,2% pasien merasa puas Kontribusi program pengendalian dan 35,8% merasa sangat puas. TB untuk penguatan mutu pelayanan b. Kepuasan pasien terhadap layanan kesehatan secara umum, khususnya di yang disampaikan petugas di bagian pelayanan kesehatan primer dan poliklinik menunjukkan bahwa congregate setting, perlu dilakukan 68,9% pasien merasa puas dan melalui akselerasi implementasi 31,1% merasa sangat puas. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 24 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

c. Kepuasan pasien terhadap layanan yang disampaikan petugas di bagian Berdasarkan beberapa permasalahan yang ada, laboratorium menunjukkan bahwa dalam penelitian ini dapat disampaikan 68,9% pasien merasa puas dan beberapa saran, khususnya kepada pihak-pihak 31,1% merasa sangat puas. sebagai berikut. d. Kepuasan pasien terhadap layanan 1) Bagi Program Penanggulangan TB yang disampaikan petugas ‘Aisyiyah kunjungan ulang (follow up) a. Program Penanggulangan TB menunjukkan bahwa 62,3% pasien ‘Aisyiyah sebaiknya menambah merasa puas dan 37,7% merasa jumlah sumber daya manusia sangat puas. (SDM) yang berkualitas, baik e. RSU ‘Aisyiyah Diponegoro dengan pelatihan-pelatihan terhadap mempunyai keunggulan pelayanan di kader yang sudah ada atau melalui loket pada komponen emphaty pembentukan kader-kader baru yang (100%), di poliklinik pada komponen sudah terlatih. reliability (84,6%), di laboratorium b. Menyusun ulang anggaran untuk pada komponen responsiveness alokasi dana kebutuhan penunjang (88,5%), dan follow up pada program penanggulangan TB dengan komponen emphaty (100%). teknik DOTS, terutama dengan f. Komponen kepuasan terhadap melibatkan dinas-dinas terkait dan pelaksanaan pengobatan TB dengan pemerintah daerah setempat. strategi DOTS di NGHS Kabupaten 2) Pengambil kebijakan/Stake Holder Ponorogo adalah pada komponen (Rumah Sakit) emphaty yaitu sebesar 100%. a. Pihak pengambil kebijakan/stake 2) Terdapat beberapa permasalahan terkait holder (rumah sakit) diharapkan dengan program penanggulangan TB untuk secara intens meningkatkan dengan teknik DOTS di RSU ‘Aisyiyah kerja sama, baik dengan pihak Dr. Sutomo, RSU ‘Aisyiyah internal maupun eksternal, terutama Diponegoro, dan RS Griya Waluya untuk menunjang keberhasilan Ponorogo. Permasalahan-permasalahan program penanggulangan TB dengan tersebut adalah: teknik DOTS ini. a. Pelayanan yang disampaikan b. Memperluas jaringan kerjasama agar petugas loket pendaftaran masih jangkauan program penanggulangan kurang efektif. Hal ini disebabkan TB dengan teknik DOTS ini dapat karena petugas loket bukan berasal menyentuh kalangan masyarakat dari perawat, sehingga apabila ada hingga ke daerah-daerah yang sulit pasien yang memerlukan informasi dijangkau. Misalnya, meningkatkan terkait dengan pelayanan yang kerja sama dengan Puskesmas- diinginkannya, maka petugas loket Puskesmas yang ada. tidak bisa mengarahkan pasien 3) Institusi Pendidikan dengan baik. Hasil penelitian ini sebaiknya b. Terdapat keterbatasan SDM untuk digunakan sebagai informasi tambahan melakukan kunjungan ulang (follow dan masukan bagi praktek keperawatan, up) pada pasien. khususnya keperawatan komunitas c. Masih rendahnya alokasi dana untuk dalam memberikan pelayanan kesehatan biaya operasional pendukung, pengobatan TB paru dengan strategi khususnya pada bagian follow up. DOTS di masyarakat. d. Keseluruhan proses mulai dari bagian laboratorium hingga pengambilan obat, dan sebagainya di RSU ‘Aisyiyah Diponegoro hanya ditangani oleh satu orang petugas. Untuk itu, perlu adanya penambahan jumlah petugas yang mumpuni. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 25 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

5. REFERENSI Kepuasan Pasien di Instalasi Rawat 1. Aditama, T.Y. (2002). Tuberkulosis Jalan RSOB Tahun 2011.. Paru, Diagnosis, Terapi dan 10. Muninjaya, A.A. (2004). Manajemen Masalahnya, Edisi 4. Jakarta: IDI. Kesehatan. Edisi: 2. Jakarta. EGC. 2. Arikunto, S. (2006). Manajemen 11. Muttaqin, A. (2013). Asuhan Penelitian, Edisi Revisi. Jakarta: PT. Keperawatan Klien dengan Gangguan Rineka Cipta. Sistem Pernapasan. Jakarata: Salemba 3. Brunner & Suddart. (2002). Medika. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. 12. Nursalam. (20014. Konsep dan Jakarta: EGC. Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu 4. Depkes. (2007). Pedoman Nasional Keperawatan. Jakarta: Salemba Penanggulangan Tuberkulosis. Medika. Jakarta. 13. Parasuraman, A., Zeithaml, W. and 5. Depkes. (2012). Pedoman Nasional Berry, L. (1985), “A conceptual model of Penanggulangan Tuberkulosis. service quality and its implications for Jakarta. future research”, Journal of Marketing, 6. Depkes. (2015). Profit Kesehatan Vol. 49, pp. 41-50. Indonesia 2016. Jakarta. 14. ______(1991), “Refinement and 7. Depkes. (2015). Pengendalian TB di reassessment of the SERVQUAL scale”, Indonesia mendekati target Millenium Journal of Retailing, Vol. 67 No. 4, pp. Development Goals (MDGs). Diambil 420-50. tanggal 30 September 2017 15. Pohan, I.S. (2007). Jaminan Mutu 8. Gerson, R.F (2009). Mengukur layanan Kesehatan. Jakarta: EGC. kepuasan pelanggan. Jakarta : PPM. 16. Santa, dkk. (2009). Seri Asuhan 9. Heriandi. (2011). Faktor-faktor yang Keperawatan Gangguan Sistem Berhubungan dengan Tingkat Pernafasan Akibat Infeksi. Jakarta: TIM

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 26 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

TEKANAN DARAH SISTOLIK DENGAN JENIS STROKE PADA PASIEN STROKE DI RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN

Marsaid 1), Nurul Hidayah 2) 1) Prodi Keperawatan Lawang Poltekkes Kemenkes Malang E-mail: [email protected] 2)Prodi Keperawatan Lawang Poltekkes Kemenkes Malang E-mail: [email protected]

Abstract Stroke is a disease with a high number of deaths as a cause of death in all three worlds. The number of stroke patients in Indonesia in 2013 according to the diagnosis of health workers was estimated at 1,236,825 people. This study aims to determine the relationship between blood pressure and type of stroke in stroke patients in the Krissan Room at Bangil Hospital. This research method includes the type of quantitative research using cross sectional (cross section). The research subjects in this case study were patients who had a stroke. Data analysis in this study used the Spearmen Test statistical test with a significant level of α = 0.05. And from the research obtained p value 0.138> 0.05 which H0 is accepted and H1 is rejected. The result of the analyst is that there is no relationship because the p value is greater than the negligent of the 10 non- hemorrhagic patients with hypertension there are also other diseases such as diabetes mellitus which can cause non-hemorrhagic strokes even with high blood pressure. The cause of a stroke can be caused by age, history of diseases such as high cholesterol, diabetes mellitus, and possibly due to lifestyle factors. Suggestions for the community to better understand the dangers of stroke so that they are able to sensitize the public and respondents (sufferers) to try and be motivated to control various stroke risk factors and it is also expected that patients can get treatment as early as possible. Keywords : blood presure, stroke

1. PENDAHULUAN 9,4 korban jiwa di seluruh dunia. Di setiap Menurut American Heart Association tahunnya. Hipertensi menyebabkan setidaknya {AHA}, penduduk Amerika yang berusia 45% kematian karena penyakit jantung dan diatas 20 tahun menderita hipertensi telah 51% kematian karena penyakit stroke. mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun Kematian yang disebabkan oleh penyakit hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui kardiovaskuler, terutama penyakit jantung penyebabnya. Hipertensi yang juga disebut koroner dan stroke diprediksikan akan terus silent killer dimana gejala dapat bervariasi meningkat mencapai 23,3 juta kematian pada pada masing-masing individu dan hampir tahun 2030 (Kemenkes RI, 2014). sama dengan gejala penyakit lainnya Menurut Kemenkes RI di setiap (Kemenkes RI, 2014). tahunya lebih dari 36 juta orang korban jiwa Definisi Hipertensi atau tekanan darah karena penyakit tidak menular (PTM) (63 % tinggi adalah peningkatan tekanan darah dari seluruh kematian). Lebih dari 9 juta sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan kematian yang disebabkan oleh penyakit tidak darah diastolik lebih dari 90 mmHg.. Pasien menular terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90 hipertensi dengan tekanan darah tidak % dari kematian “dini” tersebut terjadi di terkontrol dan jumlahnya terus meningkat. Negara berpnghasilan rendah dan menengah Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik (Kemenkes RI, 2014). Di tahun 2013 dengan dokter dari berbagai bidang peminatan menggunakan unit analisis individu hipertensi, pemerintah, swasta maupun menunjukkan bahwa secara nasional 25,8% masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat penduduk Indonesia dengan menderita dikendalikan (Kemenkes RI, 2014). penyakit hipertensi. Jika saat ini penduduk Komplikasi hipertensi menyebabkan sekitar Indonesia berjumlah 252.124.458 jiwa maka PROSIDING SEMINAR NASIONAL 27 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita dikumpulkan secara simultan (dalam waktu hipertensi. Suatu kondisi yang cukup yang bersamaan), dan follow up yaitu memprihatinkan (Kemenkes RI, 2014). menganalisis hubungan tekanan darah dengan Hipertensi adalah faktor risiko utama jenis stroke di RSUD Bangil Kabupaten terjadinya stroke. Sering disebut sebagai the Pasuruan. Teknik sampling pada penelitian ini silent killer. Hipertensi dapat dikatakan bila menggunakan teknik consekutive sampling. tekanan darah lebih besar dari 140/90 mmHg. Variabel independen dalam penelitian ini Semakin tinggi tekanan darah pasien adalah tekanan darah. Sedangkan variabel kemungkinan stroke akan semakin besar, dependen dalam penelitian ini adalah jenis karena terjadinya kerusakan pada dinding stroke. pembuluh darah sehingga memudahkan Setelah dilakukan pengumpulan data terjadinya penyumbatan bahkan pecahnya kemudian data dianalisa menggunakan pembuluh darah di otak. Jika serangan stroke statistik deskriptif untuk disajikan dalam terjadi berkali-kali, maka kemungkinan sulit bentuk tabulasi, mean, median, dan standar untuk sembuh dan bertahan hidup. Dengan deviasi dengan cara memasukkan seluruh data mengetahui pengaruh hipertensi terhadap kemudian diolah secara statistik deskriptif kejadian stroke iskemik dan stroke hemoragik, untuk melaporkan hasil dalam bentuk maka diharapkan dapat mencegah terjadinya distribusi dari masing-masing variabel. Uji stroke iskemik maupun stroke hemoragik statistik yang digunakan adalah uji statistik yang berulang (Sayudi, Herawati, & Ali, non parametrik spearman adalah sumber data 2014). untuk kedua variabel yang akan dikonversikan Jumlah penderita penyakit stroke di dapat berasal dari sumber yang tidak sama, Indonesia tahun 2013 mrnurut diagnosis jenis data yang dikorelasikan adalah data tenaga kesehatan (Nakes) diperkirakan ordinal, serta data dari kedua variabel tidak sebanyak 1.236.825 orang. Prevalensi stroke harus membentuk distribusi normal. Jadi di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga spearman rank adalah bekerja dengan data kesehatan sebesar 7 per mil dan yang ordinal atau berjenjang atau rangking dan terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala bebas distribusi. Dengan hasil Jika p > 0,05 sebesar 12,1 per mil. Di Jawa Timur sebesar maka H0 diterima H1 ditolak dan Jika p < 0,05 16 per mil (Penelitian & Pengembangan, maka H0 ditolak dan H1 diterima (Sugiyono, 2013). 2011). Jika seseorang yang pernah terserang stroke mempunyai kecenderungan lebih besar 3. HASIL PENELITIAN akan mengalami serangan stroke berulang, 1) Karakteristik Responden Berdasarkan Karena itu perlu diupayakan prevensi Jenis Kelamin sekunder yang meliputi gaya hidup sehat dan Tabel 1 Distribusi frekuensi responden pengendalian factor risiko, untuk bertujuan berdasarkan Jenis Kelamin mencegah berulangnya serangan stroke pada No Jenis f % seseorang yang sebelumnya pernah terserang Kelamin stroke. Dengan pertimbangan hal-hal di atas 1 Laki Laki 19 63 perlu dilakukan penelitian tentang beberapa 2 Perempuan 11 37 faktor risiko yang mempengaruhi kejadian Total 30 100 stroke. (Siswanto, 2004). Tujuan penelitian ini Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan adalah untuk menganalisisi hubungan tekanan sebagian besar responden berjenis darah sistolik dengan jenis stroke pada pasien kelamin laki-laki yaitu 19 orang (63 %) stroke di RSUD Bangil Kabupaten Pasuruan. 2) Karateristik Responden Berdasarkan Usia Tabel 2 Distribusi frekuensi responden 2. METODE PENELITIAN berdasarkan Usia Desain penelitian ini termasuk jenis No Umur f % penelitian kuantitatif dengan menggunakan 1 55-60 10 33 cross sectional (potong lintang), variabel 2 61-65 12 40 sebab atau risiko dan akibat atau kasus yang 3 66-71 8 27 terjadi pada obyek penelitian diukur atau Total 30 100 PROSIDING SEMINAR NASIONAL 28 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Menurut Tabel 2 menunjukkan hampir dengan hipertensi sebanyak 26 orang setengahnya (40%) yaitu sebanyak 12 (87%). orang responden berumur antara 61-65 4) Jenis Stroke Responden Pasien Stroke tahun. Tabel 4 Distribusi frekuensi Jenis Stroke 3) Tekanan Darah Responden Pasien Stroke pasien stroke Tabel 3 Distribusi frekuensi Tekanan No Jenis Stroke f % Darah pasien stroke 1 Hemoragik 10 33 Tekanan Darah Jumlah % 2 Non Hemoragik 20 67 Hipotensi 0 0 Jumlah 30 100 Normal 4 13 Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan Pra Hipertensi 0 0 sebagian besar responden jenis stroke Hipertensi 26 87 dengan non hemoragik sebanyak 20 orang Jumlah 30 100 (67% ) Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan hampir seluruhnya responden tekanan darah

5) Hubungan Tekanan Darah Dengan Jenis Stroke Pada Pasien Stroke Tabel 5 Hubungan Tekanan Darah Dengan Jenis Stroke Pada Pasien Stroke.

Jenis Stroke No Tekanan Hemoragik Non Jumlah p Darah Hemoragik value f % f % N % 1 Hipotensi 0 0 0 0 0 0 2 Normal 0 0 4 20 4 13 0,138 3 Pra Hipertensi 0 0 0 0 0 0 4 Hipertensi 10 100 16 80 26 87

Jumlah 10 100 20 100 30 100

4. PEMBAHASAN seluruhnya adalah pasien stroke, dan hanya 4 1) Tekanan Darah pasien dengan tekanan darah normal. Hasil penelitian yang telah dilakukan 2) Jenis Stroke dengan jumlah responden hipertensi 26 orang Hasil penelitian ini menunjukan sebagian sebagai tekanan darah terbanyak, dilanjutkan besar responden pada jenis stroke non pasien yang bertekanan darah normal 4 orang, hemoragik adalah sejumlah 20 pasien, dan dan tidak ada pasien dengan hipotensi. pasien jenis stroke hemoragik sebesar 10 Tekanan darah merupakan faktor yang amat pasien. Stroke iskemik terjadi akibat obstruksi penting pada sistem sirkulasi. Peningkatan atau bekuan di satu atau lebih arteri besar atau penurunan tekanan darah akan pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat di mempengaruhi homeostasis di dalam tubuh. sebabkan oleh bekuan (trombus) yang Tekanan darah selalu diperlukan untuk daya terbentuk di dalam suatu pembuluh otak atau dorong mengalirnya darah di dalam arteri, pembuluh organ distal. Trombosis yang arteriola, kapiler dan sistem vena, sehingga menjadi penyulit aterosklerosis merupakan terbentuklah suatu aliran darah yang menetap penyebab pada sebagian besar kasus stroke Tekanan darah diatur melalui beberapa trombolitik, dan embolus dari pembuluh besar mekanisme fisiologis untuk menjamin aliran atau jantung merupakan penyebab tersering darah ke jaringan yang memadai. Tekanan stroke embolitik. Stroke hemoragik dapat darah ditentukan oleh curah jantung (Sari, terjadi bila lesi vaskular intraserebrum 2008). Dari data yang telah dilakukan hampir mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan seluruhnya adalah responden yang tekanan ke dalam ruang subaraknoid atau langsung darahnya tinggi berjumlah 26 pasien dan kedalam jaringan otak. Perdarahan dapat PROSIDING SEMINAR NASIONAL 29 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

dengan cepat menimbulkan gejala neurologik umur, jenis kelamin, ras, dan riwayat keluarga. karena tekanan pada struktur-struktur saraf di Faktor resiko stroke modifiable terdiri dari dalam tengkorak (Sylvia, 2012). tekanan darah tinggi/ hipertensi, fibrilasi Menurut hasil penelitian menunjukkan atrium, kolesterol tinggi,dan diabetes. bahwa sebagian besar responden yang terdapat (Sitanggang, 2014). di ruang krissan adalah pasien dengan stroke Dari penelitian ini bahwa tekanan non hemoragik yaitu jenis stroke yang darah tidak ada hubunganya dengan jenis disebabkan oleh sumbatan pada syaraf stroke, karena dari hasil uji statistik p=0,138 > berjumlah 20 responden dan pasien dengan p=0,05 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak. stroke hemoragik berjumlah 10 responden. Dari 10 pasien non hemoragik dengan 3) Hubungan Tekanan Darah Dengan hipertensi terdapat juga penyakit lain seperti Jenis Stroke diabetes militus yng bias menyebabkan stroke Hasil penelitian ini didapatkan non hemoragik meskipun dengan tekanan sebagian besar pasien Stroke Hemoragik dan darah tinggi. Penyebab stroke bias jadi Non Hemorgik di RSUD Bangil menunjukkan disebabkan oleh factor usia , riwayat penyakit bahwa sebagian besar responden mengalami seperti kolesterol yang tinggi, diabetes militus, Hipertensi sebanyak 26 orang, sedangkan di dan mungkin karena faktor gaya hidup. peringkat kedua terbanyak responden dengan tekanan darah normal yaitu 8 orang , dan tidak 5. KESIMPULAN ada responden yang mengalami hipotensi. Berdasarkan hasil penelitian dan Tidak ada hubungan yang signifikan antara pembahasan pada hubungan tekanan darah tekanan darah dengan jenis stroke. dengan dengan jenis stroke di RSUD Bangil dapat hasil uji statistik p=0,138 > p=0,05 sehingga diambil kesimpulan sebagai berikut: hasil H0 diterima dan H1 ditolak. dimana responden penelitian menunjukkan bahwa sejumlah 26 sebagian besar tekanan darah hipertensi. orang menderita hipertensi, sebagian besar Menurut Sari stroke hemoragi sering terjadi pasien stroke di RSUD Bangil menunjukan pada orang yang mengalami hipertensi karena jenis stroke non hemoragik sejumlah 20 hipertensi bisa menyebabkan kelemahan pasien, dan pasien jenis stroke hemoragik dinding pembuluh darah sehingga rapuh dan sebanyak 10 pasien. Hasil penelitian ini mudah pecah. Selain itu, malformasi menunjukkan bahwa tekanan darah tidak ada arteriovena yang merupakan bawaan sejak hubunganya dengan jenis stroke, karena dari lahir berupa dinding pembuluh darah tipis dan hasil uji statistik p=0,138 > p=0,05 sehingga kusut akibat gangguan pada saat proses H0 diterima dan H1 ditolak. Dari 10 pasien non pembentukan (Sari, 2008). hemoragik dengan hipertensi terdapat juga Stroke iskemik terjadi bila jaringan penyakit lain seperti diabetes militus yng bias dan sel-sel otak mengalami kekurangan menyebabkan stroke non hemoragik meskipun oksigen dan nutrisi yang disebabkan adanya dengan tekanan darah tinggi. Penyebab stroke penyempitan atau penyumbatan pembuluh bias jadi disebabkan oleh factor usia, riwayat darah. Pembuluh darah dapat mengalami penyakit seperti kolesterol yang tinggi, penyempitan karena ateroslerosis, yakni diabetes militus, dan mungkin karena factor pembuluh darah menjadi kaku dan elastisitas gaya hidup. berkurang. Proses aterosklerosis terjadi akibat tertimbunnya lemak dalam dinding pembuluh Saran darah arteri. Timbunan lemak tersebut dapat Saran bagi masyarakat untuk lebih merusak dinding arteri dan menyebabkan luka memahami bahaya stroke sehingga mampu yang akan merangsang trombosit untuk menyadarkan masyarakat dan responden mengeluarkan enzim pembeku darah. Selain (penderita) untuk berupaya dan termotivasi aterosklerosis, gangguan pada jantung juga mengendalikan berbagai faktor risiko stroke dapat menyebabkan stroke iskemik. Menurut dan diharapkan pula penderita dapat menjalani Sitanggang ada dua faktor yang menyebabkan pengobatan sedini mungkin. Saran bagi rumah stroke yaitu faktor resiko stroke non sakit tempat penelitian agar hasil penelitan modifiable dan factor resiko stroke modifiable. sebagai pertimbangan klinis dalam hal Faktor resiko stroke non modifiable terdiri dari diagnosa dan tindakan preventif primer yang PROSIDING SEMINAR NASIONAL 30 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

berhubungan dengan stroke. Bagi partisipan Kadar Hematokrit Dengan Derajat dan peneliti selanjutnya disarankan agar Keparahan Stroke Iskemik Fase Akut penelitian dengan sampel yang besar dan Pada Pasien Di Unit Penyakit Syaraf waktu yang cukup adalah yang dibutuhkan RSUD Dr. Mowardi. Skripsi Di dalam penelitian ini agar hasil yang Publikasikan. [Online] didapatkan dari: diharapkan maksimal dan akurat. http://www.digilib.uns.ac.id/dokumen/det ail/33551/Hubungan-Antara-Kadar- 6. REFERENSI Hematokrit-Dengan-Derajat-Keparahan- 1. Kemenkes.RI. (2014). Pusdatin Stroke-Iskemik-Fase-Akut-Pada-Pasien- Hipertensi. Infodatin, (Hipertensi), Di-Unit-Penyakit-Syaraf-Rsud-Dr- 2. Kemenkes RI. (2014). Infodatin : Situasi Mowardi. Diakses tanggal 26 Oktober Kesehatan Jantung. Pusat Data Dan 2016. Informasi Kementerian Kesehatan RI. 11. Notoatmodjo, S. 2012. Metodologi 3. Penelitian, B., & Pengembangan, (2013). Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Riset Kesehatan Dasar. Cipta. 4. Sayudi, S., Herawati, N., & Ali, A. 12. Potter, P. A. & Perry, A. G. 2005. Buku (2014). 1 , 2 , 2. Analis Kinerja Sistem Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Komunikasi Serat Optik Dengan 13. Proses, Dan Praktik. Ed. 4. Vol. 2. Menggunakan Metode Power Link Jakarta: EGC. Budget Dan Rise Time Budget Pada PT. 14. Price, S. A. & Wilson, L. M, 2012. Telekom (Study Kasus Link Batusangkar Patofisiologi: Konsep Klinis Proses- - Lintau), 2(2), 169–176. Proses Penyakit. Ed. 6. Jakarta: EGC. 5. Siswanto, Y. (2004). Beberapa faktor 15. Sanjaya, RDU. (2012). Hubungan Antara risiko yang mempengaruhi kejadian Kadar Trombosit Dengan Derajat stroke berulang (Studi kasus di RS Dr Keparahan Stroke Iskemik Fase Akut Di Kariadi Semarang). Stroke, 1–10. RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Skripsi 6. Badan Penelitian dan Pengembangan Di Publikasikan. Didapatkan dari: Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan http://www.digilib.uns.ac.id/dokumen/deta Dasar 2013. Jakarta: Kementrian il/24582/Hubungan-Antara-Kadar- Kesehatan RI. Trombosit-Dengan-Derajat-Keparahan- 7. Dinkes Jatim. (2012). Profil Kesehatan Stroke-Iskemik-Fase-Akut-Di-Rsud-Dr- Provinsi Jawa Timur 2012. Surabaya: Moewardi-Surakarta. Diakses tanggal 26 Dinas Kesehatan Profinsi Jawa Timur. Oktober 2016. 8. Hasibuan, AE. (2015). Hubungan Kadar 16. Setiadi. 2007. Konsep & Penulisan Riset Low-Density Lipoprotein Cholesterol Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. Dengan Kejadian dan Keparahan Stroke 17. Sitanggang, P. (2014). Hubungan Tekanan Akut. Skripsi Di Publikasikan. [Online] Darah Dengan Tigkat Keparahan Pada didapatkan dari: Pasien Stroke Akut Di RSUP H. Adam http://www.repository.usu.ac.id/handle/1 Malik. Skripsi Di Publikasikan. [Online] 23456789/59051. Diakses tanggal 26 didapatkan dari: Oktober 2016. http://www.repository.usu.ac.id/handle/12 9. Hasibuan, MAF. (2015). Peran LDL 3456789/48982. Diakses tanggal 27 Kolesterol dan Asam Urat Sebagai Oktober 2016 Faktor Independen Terhadap Stroke 18. Theresa, CDM. (2014). Hubungan Kadar Iskemik di Rumah Sakit Umum Pusat H Lipoprotein dengan Kejadian Stroke dan Adam Malik. Skripsi Di Tumor Otak. Thesis Di Publikasikan. Publikasikan.[Online]didapatkandari:http [Online] didapatkan ://www.repository.usu.ac.id/handle/12345 dari:http://www.repository.usu.ac.id/handl 6789/56772. Diakses tanggal 25 Oktober e/123456789/15589. Dinkes tanggal 25 2016. Oktober 2016. 10. Hidayat, AW. (2013). Hubungan Antara

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 31 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

KAJIAN KOMPETENSI DOSEN PENDIDIKAN KESEHATAN : PERSPEKTIF MAHASISWA

Atikah Fatmawati Program Studi S1 Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit e-mail: [email protected]

Abstract The higher education is one of the levels of education in Indonesia. Higher education aims to produce graduates who master the branches of science and / or technology to meet national interests and increase national competitiveness. Therefore we need competent lecturers who are competent to prepare students to be ready for the needs in the world of work. The method used in this study is a descriptive study to describe the student's assessment of the competence of lecturers in the learning process. The sample used was a number of 97 students in diploma and undergraduate degrees taken randomly. The measuring instrument used is the lecturer competency assessment questionnaire adopted from the educator certification assessment questionnaire in Indonesia. Data were analyzed univariately by looking for the average value of each competency. The results of the study show that students gave an average rating of 3.48 for pedagogical competencies, an average of 3.47 for professional competence, an average of 3.51 for personality competencies, and an average of 3.52 for social competence. The implication of this study is that lecturer lecturers are expected to always improve competence in the field of learning so that they can produce qualified and professional graduates who are ready to compete in the world of work.

Keywords: competence, education, health, lecturer, students

1. PENDAHULUAN menguasai cabang ilmu pengetahuan dan/atau Untuk membangun mutu pendidikan teknologi untuk memenuhi kepentingan yang baik, diperlukan adanya komitmen dari nasional dan peningkatan daya saing bangsa. seluruh pihak terkait yang bertanggung jawab, Program pendidikan tinggi diperlukan untuk dan bukan tindak mungkin akan menghadapi menghasilkan lulusan yang menampilkan berbagai macam hambatan (Susilo, 2015; penguasaan ide-ide teoritis, kompetensi dalam Damasar & Sutadji, 2017). Hal tersebut dirasa menerapkan teori dalam pengaturan tempat tidaklah mudah, sebab ada banyak faktor yang kerja yang kompleks, dan disposisi profesional mempengaruhi. Salah satu pihak terkait yang yang menumbuhkan praktik profesional etis ikut bertanggung jawab dalam membangun dan reflektif (Trede, Macklin, & Bridges, mutu pendidikan adalah institusi pendidikan 2012). Untuk dapat mewujudkan tujuan beserta seluruh sivitas akademika yang ada di tersebut, dibutuhkan suatu proses dalamnya. Tidak terkecuali dosen. pembelajaran yang didukung oleh sumber Berdasarkan data dari Kementerian Riset, daya yang memadai. Salah satunya adalah Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik dosen sebagai tenaga pendidik. Indonesia tahun 2018, jumlah populasi dosen Dosen adalah salah satu komponen yang ada di Indonesia 287.628 orang. Di Jawa penting dalam suatu perguruan tinggi, karena Timur sendiri jumlah dosen adalah 21.075 tugas dan tanggung jawab seorang dosen orang, atau sekitar 7,32% dari seluruh populasi adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dosen yang ada di Indonesia. sesuai amanat dari Undang-Undang Dasar Menurut Undang-Undang Republik Republik Indonesia. Menurut Undang-Undang Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Pendidikan Tinggi, yang dimaksud dengan Dosen, dosen sebagai pendidik profesional pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan memiliki tugas utama mentransformasikan, setelah pendidikan menengah yang mencakup mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu program diploma, sarjana, magister, doktor, pengetahuan, teknologi, dan seni melalui dan profesi. Salah satu tujuan dari pendidikan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada tinggi adalah dihasilkannya lulusan yang masyarakat. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 32 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Dalam menjalankan tugasnya, dosen memiliki pengaruh yang cukup signifikan dituntut untuk memiliki kompetensi dalam hal dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Teori pengajaran. Kompetensi dosen untuk lain menyatakan bahwa kompetensi yang pengajaran haruslah bersifat inovatif, sehingga dibutuhkan oleh instruktur teknis adalah akan tercipta kinerja dan linkungan kompetensi profesional yang terkait dengan pembelajaran yang inovatif pula (Zhu, Brussel, pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan & Cai, 2013; Mata, 2014). Kompetensi tidak yang diperlukan oleh dosen untuk mengajar hanya pengetahuan dan keterampilan, akan secara efektif (Wan Nooraini Wan tetapi juga melibatkan kemampuan untuk Kamaruddin & Mohammed Sani Ibrahim, memenuhi tuntutan kompleks dengan 2010). Seiring dengan perkembangan IPTEKS memanfaatkan dan memobilisasi sumber daya yang begitu pesat, kompetensi dosen tersebut yang dapat mempengaruhi psikososial, haruslah terus ditingkatkan (Susilo, 2015). keterampilan, dan sikap mahasiswa Kompetensi pedagogik mengarah (Nessipbayeva, 1987). kepada kemampuan dosen dalam Salah satu kendala utama institusi pembelajaran. Menurut Nessipbayeva (1987), pendidikan yang ingin menerapkan terdapat beberapa level kompetensi pedagogik, pembelajaran berorientasi mutu adalah masih yaitu pedagogical ability, pedagogical skill, kurangnya kompetensi dosen yang dimiliki pedagogical creativity, dan pedagogical oleh perguruan tinggi karena sebagian besar innovation. Kompetensi profesional lebih tenaga dosen adalah fresh graduate. Alhasil mengarah kepada penguasaan bidang ilmu. dosen tersebut akan mengajarkan sebagaimana Kompetensi sosial mengarah kepada yang pernah diterima saat perkuliahan dulu, kemampuan berkomunikasi. Kompetensi tanpa mempertimbankan apakah hal tersebut keprobadian mengarah kepada kemampuan masih relevan dengan perkembangan yang pengendalian sikap dan perilaku dalam terjadi saat ini (Susilo, 2015). berbagai macam situasi. Salah satu literatur menyebutkan Berdasarkan latar belakang tersebut, bahwa untuk menjadi seorang dosen di bidang menjadi penting untuk dilakukan suatu kajian kesehatan di negara Inggris harus memiliki tentang kompetensi dosen pada pendidikan latar belakang pengalaman klinik dan terdaftar kesehatan berdasarkan penilaian yang di organisasi profesi (Smith & Boyd, 2012). diberikan oleh mahasiswa. Hal tersebut dilakukan agar calon dosen memiliki kompetensi tidak hanya di bidang 2. METODE PENELITIAN pengetahuan, akan tetapi juga kompetensi Metode yang digunakan dalam keterampilan yang dibuthkan oleh mahasiswa. penelitian ini adalah studi deskriptif untuk Selain itu, calon dosen tersebut juga menggambarkan penilaian dari mahasiswa diharapkan dapat menganalisis gap antara teori terhadap kompetensi dosen dalam proses dengan fakta yang ada di klinik. Hal ini sesuai pembelajaran. Sampel yang digunakan adalah dengan salah satu literatur, yaitu salah satu sejumlah 97 orang mahasiswa jenjang diploma tantangan yang besifat abadi dalam dunia dan sarjana di STIKes Majapahit Mojokerto pendidikan adalah hubungan antara teori dan yang diambil secara acak. Alat ukur yang praktik di lapangan (Pantic, 2014). digunakan adalah kuesioner penilaian Kompetensi dosen sendiri terbagi kompetensi dosen yang diadopsi dari menjadi empat aspek, yaitu kompetensi kuesioner penilaian sertifikasi pendidik dari pedagogik, kompetensi profesional, Kementeran Riset, Teknologi, dan Pendidikan kompetensi kepribadian, dan kompetensi Tinggi di Indonesia. Data dianalisis secara sosial (Ahmad & Setyaningsih, 2012). univariate dengan mencari nilai rata-rata dari Keempat kompetensi tersebut saling terkait masing-masing kompetens dan berhubungan satu dengan yang lain dan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 33 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Bidang pokok bahasan/topik secara tepat, kemampuan Studi Kompetensi Rata- membuat contoh relevan dengan konsep yang Profe Kepri Rata Pedago sio badi diajarkan, kemampuan menjelaskan

gik nal an Sosial keterkaitan topik/bidang yang diajarkan Kebidanan 3,43 3,43 3,46 3,44 3,44 dengan topik atau bidang lain, kemampuan Vokasi menjelaskan keterkaitan topik/bidang yang Keperawata 3,31 3,28 3,3 3,35 3,31 diajarkan dengan topik atau bidang lain, n penguasaan isu-isu mutakhir ke dalam Sarjana topik/bidang yang diajarkan, penggunaan Keperawa 3,39 3,38 3,39 3,39 3,39 tan hasil- hasil penelitian untuk meningkatkan Sarjana kualitas perkuliahan, dan kemampuan Kesehatan 3,80 3,82 3,92 3,91 3,86 menggunakan beragam teknologi komunikasi, Masyarakat penilaian yang diberikan mahasiswa adalah Rata-rata 3,48 3,47 3,51 3,52 pada rata-rata nilai 3,47. Penguasaan dosen terhadap materi Berdasarkan tabel tersebut, diketahui yang akan diajarkan menjadi penting untuk bahwa mahasiswa memberikan penilaian rata- diperhatikan, karena itu akan berimplikasi rata 3,48 untuk kompetensi pedagogik, rata- terhadap informasi yang akan diterima oleh rata 3,47 untuk kompetensi professional, rata- mahasiswa. Menjadi seorang dosen dituntut rata 3,51 untuk kompetensi kepribadian, dan untuk terus memperbarui informasi sesuai rata-rata 3,52 untuk kompetensi sosial. perkembangan yang ada, ditambah lagi Pada kompetensi pedagogik yang penerapan hasil-hasil penelitian. Hal tersebut terdiri dari item kesungguhan/kesiapan dalam didasari oleh adanya peningkatan yang terus- mempersiapkan perkuliahan, keteraturan dan menerus terhadap keutuhan ketertiban penyelenggaraan perkuliahan, kompetensi/kualifikasi di dunia kerja karena kemampuan mengolah kehidupan kelas, seluruh elemen di bidang kehidupan juga turut kejelasan menyampaikan materi dan jawaban mengalami perubahan seiring kemajuan terhadap pertanyaan kelas, teknologi (Susilo, 2015). pemanfaatan/penguasaan media dan teknologi Dalam peningkatan kompetensi pembelajaran, keanekaragaman cara profesional dari seorang dosen dapat dilakukan pengukuran hasil belajar, memberi umpan dengan program pelatihan/magang sesuai balik terhadap tugas, kesesuaian materi ujian dengan bidang atau mata kuliah yang diampu. dan atau tugas dengan tujuan mata kuliah, dan Salah satu hasil studi menyebutkan bahwa kesesuaian nilai yang diberikan dengan hasil pelatihan tersebut baik untuk pengembangan belajar, penilaian yang diberikan mahasiswa profesional dan kompetensi dosen untuk adalah pada rata-rata nilai 3,48. memimpin dan melakukan pembelajaran pada Kompetensi pedagogik adalah anak didik ke tingkat pengembangan ilmiah kemampuan untuk mengelola pembelajaran yang tinggi (Morais, Neves, & Afonso, 2005). termasuk pemahaman mahasiswa, desain Pada kompetensi kepribadian yang instruksional dan implementasi, evaluasi hasil terdiri dari item kewibawaan sebagai pribadi belajar, dan pengembangan mahasiswa untuk dosen, kearifan dalam pengambilan keputusan, mengaktualisasikan potensi mereka (Hakim, menjadi contoh dalam bersikap dan bertingkah 2015). Salah satu cara yang dapat dilakukan laku, satu kata dan tindakan, kemampuan untuk meningkatkan kompetensi seorang mengendalikan diri dalam berbagai situasi, dosen dalam hal pedagogik adalah dengan dan adil dalam memperlakukan mahasiswa, mengikuti pelatihan untuk menjadi seorang penilaian yang diberikan mahasiswa adalah tenaga pengajar. Di Indonesia telah terdapat pada rata-rata nilai 3,51. beberapa program pelatihan dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik Menjadi seorang dosen juga harus siap dosen, yaitu PEKERTI (Program Peningkatan untuk menjadi role model bagi mahasiswa dan Ketrampilan dasar Teknik Instruksional) dan lingkungan sekitarnya. Oleh sebab itu, dosen AA (Applied Approach). harus memiliki kemampuan untuk Pada kompetensi profesional yang mengembangkan pribadi secara positif agar terdiri dari item kemampuan menjelaskan dapat menjadi contoh yang baik bagi PROSIDING SEMINAR NASIONAL 35 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 mahasiswa dan lingkungan sekitarnya, 4. KESIMPULAN misalnya kemampuan untuk pemahaman diri, Hasil studi menunjukkan bahwa penerimaan diri, pengarahan diri, dan realisasi penilaian yang diberikan mahasiswa terhadap diri (Hakim, 2015). kompetensi dosen ini telah cukup baik dan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk Pada kompetensi sosial yang terdiri peningkatan kompetensi dosen ke arah yang dari item kemampuan menyampaikan lebih baik bagi. Hal ini bertujuan untuk pendapat, kemampuan menerima kritik, saran meningkatkan kualitas dan mutu proses dan pendapat orang lain, mengenal dengan pembelajaran pada mahasiswa. baik mahasiswa yang mengikuti perkuliahan, mudah bergaul di kalangan mahasiswa, dan 5. REFERENSI toleransi terhadap keberagaman mahasiswa, 1. Abidin, M. Z., Norwani, N. M., & Musa, penilaian yang diberikan mahasiswa adalah K. (2016). Teacher Leadership Knowledge pada rata-rata nilai 3,52. Selain beberapa to Pre-Service Teachers, 6(11), 351–360. kompetensi yang telah dibahas sebelumnya, https://doi.org/10.6007/IJARBSS/v6- kompetensi sosial ini juga merupakan i11/2404 kompetensi yang tidak kalah penting yang 2. Ahmad, A., & Setyaningsih, E. (2012). harus dimiliki oleh seorang dosen. Indikator Teacher professionalism: A study on yang dapat digunakan dalam pengukuran teachers’ professional and pedagogic kompetensi sosial dosen termasuk kemampuan competence at junior, senior, and untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara vocational high schools in Banyumas efektif dengan mahasiswa, sesama dosen, regency, , Indonesia. pribadi pendidikan, orang tua / wali Sosiohumanika, 5(1). mahasiswa, dan masyarakat (Hakim, 2015). 3. Damasar, I., & Sutadji, E. (2017). The Kemampuan komunikasi yang efektif harus Influence Of Information System , dimiliki oleh seorang dosen, agar apa yang Academic Infrastructures , And Lecturer disampaikan akan dapat dengan mudah Professional Competence On The Quality ditangkap maknanya oleh orang lain, tidak Of Academic Services To Improve terkecuali materi perkuliahan. College Student Satisfaction, 588–600. https://doi.org/10.5281/zenodo.842897 Pada abad ke-21 seperti saat ini, 4. Hakim, A. (2015). Contribution of diperlukan kompetensi seorang dosen yang Competence Teacher (Pedagogical, juga mengikuti perkembangan IPTEKS yang Personality, Professional Competence and cukup pesat, diantaranya dapat mencontohkan Social) On the Performance of Learning. dan mendemonstrasikan peran kepemimpinan, The International Journal Of Engineering respek terhadap lingkungan dengan berbagai And Science, 4(2), 1–12. Retrieved from macam perbedaan, memahami konten dan www.theijes.com konteks materi yang diajarkan, dapat 5. Mata, L. (2014). Pedagogical memfasilitasi proses pembelaharn dengan Competencies for Mother-Tongue Teacher baik, dan dapat melakukan refleksi dari apa Education, 14(1), 341–352. yang telah diajarkan dan dipraktikkan https://doi.org/10.12738/estp.2014.1.1723 (Nessipbayeva, 1987; Roelofs, 2007; Abidin, 6. Morais, A. M., Neves, I. P., & Afonso, M. Norwani, & Musa, 2016). Penilaian yang (2005). Teacher training processes and dilakukan oleh mahasiswa terhadap teachers’ competence—a sociological kompetensi seorang dosen diharapkan dapat study in the primary school. Teaching and ditindaklanjuti sebagai upaya untuk Teacher Education, 21(4), 415–437. meningkatkan kualitas proses pembelajaran, 7. Nessipbayeva, O. (1987). The sebagai contoh dosen hendaknya melakukan competencies of the modern teacher, 148– update terhadap materi-materi yang diajarkan 154. agar sesuai dengan perkembangan yang ada, 8. Pantic, N. (2014). The meaning of teacher penggunaan media pembelajaran yang lebih competence in contexts of change : In menarik, dan gaya mengajar yang search of missing elements of a knowledge menyenangkan serta dapat menghidupkan base for teacher education - moral suasana kelas. purposes and change agentry. Universiteit Utrecht. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 36 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

9. Roelofs, E. (2007). Towards a framework for assessing teacher competence, (40). 10. Smith, C., & Boyd, P. (2012). Becoming an academic: the reconstruction of identity by recently appointed lecturers in nursing, midwifery and the allied health professions. Innovations in Education and Teaching International, 49(1), 63–72. https://doi.org/10.1080/14703297.2012.64 7784 11. Susilo, W. (2015). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Tinggi Berbasis Mutu dan KKNI. Jakarta: PT. Vorqistatama Binamega. 12. Trede, F., Macklin, R., & Bridges, D. (2012). Professional identity development: A review of the higher education literature. Studies in Higher Education, 37(3), 365–384. https://doi.org/10.1080/03075079.2010.52 1237 13. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. (n.d.). 14. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi. (n.d.). 15. Wan Nooraini Wan Kamaruddin, & Mohammed Sani Ibrahim. (2010). Lecturer efficacy, professional and general competencies of Malaysian polytechnic technical lecturers. Proceedings of the Regional Conference on Engineering Education & Research in Higher Education, (June), 27–32. 16. Zhu, C., Brussel, V. U., & Cai, Y. (2013). What core competencies are related to teachers â€TM innovative teaching ?, (November 2014). https://doi.org/10.1080/1359866X.2012.75 3984

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 37 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

PENINGKATAN KESEHATAN LANSIA MELALUI POSYANDU LANSIA DENGAN PENGAKTIFAN KEGIATAN SENAM LANSIA DI DESA PAGERNGUMBUK KECAMATAN WONOAYU KABUPATEN SIDOARJO

Zulfa Rufaida1), Sri Wardini Puji Lestari2), Abdul Muhith3) 1Prodi Kebidanan, STIKes Majapahit Mojokerto email: [email protected] 2Prodi Kebidanan, STIKes Majapahit Mojokerto email: [email protected] 3Prodi Keperawatan, STIKes Majapahit Mojokerto email: [email protected]

Abstract Elderly Posyandu is a vehicle for services for the elderly that are carried out from, by, and for the aged who focus on promotive and preventive services without neglecting curative and rehabilitative efforts. The number of elderly people is increasing, therefore the government has formulated various policies on elderly health services aimed at improving the health status and quality of life of the elderly to achieve a happy and useful old age in family and community life in accordance with their existence. The purpose of this community service is to increase knowledge about Elderly Posyandu and active participation in elderly gymnastics. The method used is the method of lecture, discussion, role play and mentoring, the target is the elderly in Pagerngumbuk Village, Wonoayu District, , carrying out activities in April - June 2018. Data analysis uses frequency distribution. The results obtained were as many as 34 counseling participants with the results of the means score pre test 46.18 and post test 87.94. The result is a significant increase in knowledge of 0,000 with a value of t = -16.85, and 95% CI between -46.81 - -36.72, meaning that the effect is strong because it does not pass the number 1; giving treatment can increase 3 - 4x knowledge compared to not given. Whereas for elderly gymnastics assistance the number of participants is on average 27 people. Participants in the Posyandu for Elderly education were enthusiastic about the material presented, the participants were active in the discussion activities as evidenced by the presence of feedback, and when the role play activities the participants actively followed the movements taught by the presenter. There has been an increase in elderly knowledge about the role of Posyandu for the elderly and the importance of elderly gymnastics. Health workers always provide information about Elderly Posyandu activities to cadres, village officials and communities on an ongoing basis.

Keywords: Elderly, Gymnastics, Elderly Posyandu

1. PENDAHULUAN penyelenggaraannya melalui program Pelayanan kesehatan di tingkat Puskesmas dengan melibatkan peran serta masyarakat adalah Posyandu lansia, para lansia, keluarga, tokoh masyarakat dan pelayanan kesehatan lansia tingkat dasar organisasi sosial dalam penyelenggaraannya adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan (Erfandi, 2008). tingkat lanjutan adalah Rumah Sakit. Salah satu indikator keberhasilan Pelayanan Posyandu lansia adalah pos pembangunan adalah semakin pelayanan terpadu untuk masyarakat usia meningkatnya usia harapan hidup lanjut di suatu wilayah tertentu yang sudah penduduk. Populasi lansia pada masa ini disepakati, yang digerakkan oleh semakin meningkat, oleh karena itu masyarakat dimana mereka bisa pemerintah telah merumuskan berbagai mendapatkan pelayanan kesehatan kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut Posyandu lansia merupakan pengembangan ditujukan untuk meningkatkan derajat dari kebijakan pemerintah melalui kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk pelayanan kesehatan bagi lansia yang mencapai masa tua bahagia dan berdaya PROSIDING SEMINAR NASIONAL 38 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Mulai dari individu, keluarga, masyarakat sesuai dengan keberadaannya. dan masyarakat dalam mempraktekkan pola Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan hidup sehat, akademisi, dunia usaha, kesehatan pada kelompok usia lanjut ini, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi pemerintah telah mencanangkan pelayanan profesi dalam menggerakkan anggotanya pada lansia melalui beberapa jenjang untuk berperilaku sehat; serta Pemerintah (Erfandi, 2008). baik di tingkat pusat maupun daerah dalam Jumlah penduduk lanjut usia menyiapkan sarana dan prasarana menunjukkan peningkatan dari tahun ke pendukung, memantau dan mengevaluasi tahun. Hal yang sejalan dengan pelaksanaannya. (Kemenkes, 2017). meningkatnya usia harapan hidup serta Desa Pagerngumbuk Kecamatan menjadi tanda membaiknya tingkat Wonoayu Kabupaten Sidoarjo memiliki kesejahteraan masyarakat. Dari hasil jumlah penduduk sekitar 520.000 jiwa yang Sensus Penduduk tahun 2010 menunjukkan terbagi menjadi 3 dusun, yaitu dusun Pager, bahwa Indonesia termasuk lima besar Ngumbuk dan Bendet. Mata pencaharian negara dengan jumlah penduduk lanjut usia penduduk setempat bervariasi, paling terbanyak di dunia yaitu mencapai 18,1 juta banyak adalah buruh petani, dengan jiwa pada 2010 atau 9,6 persen dari jumlah demikian sebagian besar penghasilan penduduk (Abdi, 2013). Sedangkan di penduduk kurang dari UMR. Jumlah rumah wilayah Jawa timur tahun 2010 lansia secara keseluruhan adalah 625 rumah. sebanyak 7.956.188 jiwa dan 3.399.189 Analisis status kesehatan satu tahun terakhir jiwa diantaranya (42,72%) telah mendapat didapatkan frekuensi penyakit yang sering pelayanan kesehatan (Profil Kesehatan diderita masyarakat adalah ISPA, yaitu 22 Profinsi Jawa Timur, 2010). Oleh karena kunjungan. Kunjungan lansia sakit itu, Kementerian Kesehatan akan sebanyak 46 kunjungan. Tapi pada bulan- menambah jumlah Puskesmas yang santun bulan terakhir pemanfaatan posyandu lansia bagi lanjut usia karena bertambahnya menurun/ tidak teratur dikarenakan jadwal jumlah penduduk lansia akibat yang tidak menetap dari Kader sehingga meningkatnya umur harapan hidup motivasi lansia untuk pergi ke posyandu menyebabkan pelayanan kesehatan yang lansia menurun. Mereka (lansia) pergi ramah bagi kelompok tersebut semakin keposyandu lansia hanya pada saat mereka dibutuhkan. Dari Data Kementerian merasa sakit saja, ketika mereka merasa Kesehatan, saat ini ada 528 Puskesmas sehat jarang pergi/ memanfaatkan posyandu Santun Lansia di 231 Kabupaten/Kota di lansia. Indonesia. Jumlah kelompok lanjut Usia Peningkatan penduduk usia lanjut (Posyandu Lansia) yang memberikan dapat meningkatkan penyakit degeneratif di pelayanan promotif dan preventif ada masyarakat. Tanpa diimbangi dengan upaya 69.500 yang tersebar di semua provinsi di promotif dan preventif maka beban sosial Indonesia. Namun, implementasi posyandu yang ditimbulkan maupun biaya yang akan lansia saat ini belum berjalan maksiamal diikeluarkan untuk pelayanan kesehatan (Kompas, 2013). usia lanjut akan cukup besar, salah satu GERMAS merupakan gerakan sarana pelayanan bagi usia lanjut nasional yang diprakarsai oleh Presiden RI dilaksanakan melalui posyandu lansia yang mengedepankan upaya promotif dan (Profil kesehatan Magetan, 2012). Posyandu preventif, tanpa mengesampingkan upaya lansia berkaitan dengan peningkatan sarana kuratif-rehabilitatif dengan melibatkan untuk mempertahankan kesehatan lansia, seluruh komponen bangsa dalam mencegah gangguan kesehatan, mengobati memasyarakatkan paradigma sehat. Untuk penyakit dan upaya rehabilitasi bagi lansia menyukseskan GERMAS, tidak bisa hanya dengan program-program antara lain mengandalkan peran sektor kesehatan saja. pengukuran tinggi badan dan berat badan, Peran Kementerian dan Lembaga di sektor pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan lainnya juga turut menentukan, dan berkala dan pengobatan ringan, latihan fisik ditunjang peran serta seluruh lapisan seperti olahraga dan diberikan penyuluhan- PROSIDING SEMINAR NASIONAL 39 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

penyuluhan tentang kesehatan. Sehingga  Diskusi lansia yang teratur dalam memanfaatkan Pada metode ini peserta tanya posyandu lansia akan terkontrol jawab tentang materi lansia dan Germas kesehatannya. Peran keluarga dalam pada lansia. merawat lanjut usia sangat penting untuk  Role Play menjaga kesehatan dan kesejahteraan usia Peserta secara acak diminta untuk lanjut. Begitu juga dengan lansia, dengan menyebutkan kegiatan – kegiatan adanya peran keluarga yang baik dan Germas yang dapat dilakuka oleh mendukung akan memberikan motivasi Lansia. dalam diri lansia untuk menjaga Untuk metode ceramah, kesehatannya dan teratur datang ke diskusi dan role play dilaksanaka dalam posyandu lansia. Dengan demikian derajat satu waktu. kesehatan lansia akan meningkat sehingga  Pendampingan tercapai masa tua yang bahagia dan Metode ini dipilih pada saat tim sejahtera. (Azizah, 2011) pelaksana terjun langsung untuk mendampingi Posyandu lansia merupakan suatu lansia dalam melakukan aktivitas fiisk (olah fasilitas pelayanan kesehatan yang berada di raga) dan konseling gizi dan pengaturan diit desa yang bertujuan untuk meningkatkan lansia dengan Germas. Harapannya setelah kesehatan masyarakat khususnya bagi kegiatan ini selesai lansia dapat melakukan warga yang sudah berusia lanjut. Posyandu sendiri dengan mandiri tanpa pendampingan lansia adalah wahana pelayanan bagi kaum tim pelaksana. usia lanjut yg dilakukan dari, oleh, dan untuk kaum usia yg menitikberatkan pada 3. HASIL DAN PEMBAHASAN pelayanan promotif dan preventif tanpa HASIL PELAKSANAAN mengabaikan upaya kuratif dan a. CERAMAH, DISKUSI, ROLE PLAY rehabilitative. Posyandu lansia merupakan Pelaksanaan penyuluhan tentang Posyandu upaya kesehatan lansia yang mencakup Lansia dan Senam Lansia diawali dengan kegiatan pelayanan kesehatan yang kontrak waktu dengan peserta yaitu saat bertujuan untuk mewujudkan masa tua yang kegiatan keagamaan tahlilan dengan waktu bahagia dan berdayaguna. penyajian 90 menit dan jumlah peserta Oleh karena itu, penting sekali yang hadir disesuaikan dengan kriteria lansia tahu bagaimana meningkatkan yaitu lansia laki – laki dan perempuan kualitas hidup dengan aktif ke Posyandu sebanyak 34 orang. Kegiatan diawali Lansia. dengan pre test, kemudian kegiatan inti yaitu penyuluhan dengan metode ceramah, 2. METODE PENELITIAN diskusi, dan role play, kemudian Metode yang digunakan dengan dilanjutkan dengan post test. Kegiatan ini memberikan pendidikan melalui dilaksanakan pada tanggal 04 April 2018 penyuluhan untuk meningkatkan di rumah warga. pengetahuandan ketrampilan mengenai b. PENDAMPINGAN Peningkatan Kualitas Hidup Lansia dengan Pendampingan dilakukan selama tiga kali, Germas di Desa Pagerngumbuk Kecamatan dan disetiap kegiatan pendampingan Wonoayu Kabupaten Sidiarjo. Kegiatan dibantu oleh mahasiswa dengan jadwal yang disampaikan kepada lansia dengan sebagai berikut: beberapa metode sebagai berikut: a) Pendampingan 1 dilaksanakan tanggal  Ceramah 06 April 2018 Metode ini dipilih untuk b) Pendampingan 2 dilaksanakan tanggal menyampaikan teori dan konsep yang 04 Mei 2018 sangat prinsip dan penting untuk c) Pendampingan 1 dilaksanakan tanggal dimengerti serta dikuasai oleh peserta. 01 Juni 2018 Materi yang disampaikan meliputi c. PELAPORAN pengertian, kegiatan apa saja pada Berdasarkan hasil evaluasi dapat Germas untuk lansia. disimpulkan bahwa peserta penyuluhan PROSIDING SEMINAR NASIONAL 40 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Posyandu Lansia dan Senam Lansia antusias Dari Tabel 1 menunjukkan nilai Pre terhadap materi yang disampaikan, peserta Test dan Post Test peserta penyuluhan aktif dalam kegiatan diskusi dengan dibuktikan mengalami peningkatan nilai, yang artinya adanya umpan balik pertayaan, serta saat terjadi perubahan pengetahuan tentang kegiatan role play peserta aktif menngikuti Posyandu Lansia dan Senam Lansia. gerakan yang diajarkan penyaji. Kegiatan tersebut sangat bermanfaat untuk menambah Tabel 2 Paired Samples T Test pengetahuan lansia tentang peran Posyandu Std. lansia dan pentingnya senam lansia Std. Error Mean N Deviation Mean Tabel 1. Distribusi Frekuensi Nilai Pre – Pair 1 Pretest 46,18 34 10,735 1,841 Test Dan Post – Test Pelaksanaan Posttest 87,94 34 8,449 1,449 Penyuluhan Posyandu Lansia Dan Senam Lansia Paired Samples Correlations No. Post – Pre – Test Range N Correlation Sig. Resp Test Pair 1 Pretest 1. 50 80 30 & 34 -0,123 0,489 2. 50 70 20 Posttes 3. 50 80 30 t 4. 60 90 30 5. 40 80 40 Paired Samples Test Sig. 6. 60 90 30 (2- 7. 30 90 60 taile 40 90 50 Paired Differences t df d) 8. Std. 95% Confidence 9. 40 100 60 Devia Interval of the 10. 40 80 40 Mean tion Difference 11. 40 80 40 Lower Upper 12. 50 80 30 Pair 1 Pre test - 13. 60 90 30 -41,77 14,45 -46,81 -36,72 -16,85 33 0,00 70 100 30 Postt 14. est 15. 60 80 20 Hasilnya signifikan terjadi peningkatan 16. 60 90 30 pengetahuan 0.000 dengan nilai t= -16.85. 17. 40 90 50 Sementara 95% CI antara -46.81 – -36.72, 18. 50 90 40 artinya pengaruhnya kuat karena tidak 19. 50 80 30 melewati angka 1; pemberian perlakuan bisa 20. 50 80 30 meningkatkan 3 – 4x pengetahuan dibanding 21. 50 80 30 dengan tidak diberikan. 22. 50 80 30 Tabel 3 Daftar Pertayaan Saat Sesi Diskusi 23. 50 80 30 No Pertayaan Jawaban 24. 30 100 70 1 Posyandu Posyandu Lansia itu 25. 30 100 70 Lansia itu dari, oleh dan untuk 26. 30 90 60 punya siapa? masyarakat sendiri. 27. 40 90 50 Sementara program 28. 30 80 50 Posyandu Lansia ini 29. 30 90 60 ada dari Dinas 30. 40 100 60 Kesehatan dan 31. 40 100 60 langsung di bawah 32. 50 100 50 koordinasi 33. 60 90 30 Puskesmas dan 34. 50 100 50 Bidan Desa. Mean 46.18 87.94 -41.77 2 Apakah Posyandu Lansia ada Posyandu di semua desa, PROSIDING SEMINAR NASIONAL 41 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Lansia di karena Program dari rumah, diawasi oleh petugas dan dipraktekkan desa lain juga Dinas Kesehatan. oleh tiga orang peserta. ada? Dan Namun, aktif apakah tidaknya tergantung e. PENDAMPINGAN kegiatannya dari masyarakat Pendampingan dilakukan selama tiga juga sama setempat. Dan kali, dan disetiap kegiatan pendampingan dengan di kegiatannya untuk dibantu oleh mahasiswa dengan hasil sebagai desa sini pelayanan 5 meja berikut: sama, namun untuk - Pendampingan 1 dilaksanakan tanggal kegiatan tambahan 06 April 2018, peserta hadir 24 orang bervariasi. - Pendampingan 2 dilaksanakan tanggal 3 Apakah yang Senam Lansia 04 Mei 2018, peserta hadir 27 orang boleh ikut ditujukan untuk - Pendampingan 1 dilaksanakan tanggal senam lansia melatih kebugaran 01 Juni 2018, peserta hadir 30 orang hanya yang dari fisik lansia, - Selama pelaksanaan senam lansia ≥ berumur 60 khususnya dan 75% dapat melakukan dengan benar. tahun ke semua orang atas? Yang umumnya yang akan 4. PEMBAHASAN umur 40 masuk lansia. Jadi Hasil kegiatan diatas menunjukkan tahun atau 50 boleh ikut semua bahwa kegiatan penyuluhan dapat tahun tidak meskipun belum meningkatkan pengetahuan dan keaktifan boleh? umur 60 tahun. lansia tentang Posyandu Lansia dan Senam 4 Apakah kerja Istilah olah raga itu Lansia, hal tersebut dapat dilihat dengan di sawah serangkaian gerak terjadinya peningkatan nilai rata – rata peserta seperti macul nada yang teratur dari 46.18 menjadi 87.94 serta pelaksanaan (mencangkul) dan terarah serta senam lansia yang ≥ 75% dapat melakukan juga dapat terencana dengan dengan benar. disebut maksud Pendidikan kesehatan atau penyuluhan senam? meningkatkan merupakan salah satu upaya untuk mencegah kemampuan terjadinya sakit atau penyakit dan fungsional raga. Nah, meningkatkan kemauan serta kemampuan jadi berbeda dengan masyarakat melalui pembelajaran sehingga mencangkul diharapkan masyarakat dapat menolong dirinya walaupun sama – sendiri dan juga mau untuk berperilaku hidup sama mengeluarkan sehat ataupun dapat mempertahankan perilaku keringat, karena sehat yang sudah dimilikinya. (Kholid, 2012) gerakanya tidak Pengetahuan adalah hasil yang terarah. didapatkan dari mengetahui yang terjadi 5 Apakah kader Kader Posyandu setelah seseorang melakukan penginderaan Posyandu Lansia bukan orang terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan Lansia juga lansia, karena seseorang dapat diperoleh dari proses belajar, orang lansia? beberapa tugas kader dalam proses belajar sendiri terdapat faktor membutuhkan yang mempengaruhi seperti motivasi, sarana tenaga, pemikiran informasi, maupun social budaya. Pengetahuan dan ketelitian yang merupakan sesuatu yang dibentuk secara terus mungkin lebih cocok - menerus yang akan mengalami reorganisasi untuk orang dewasa. oleh pemahaman - pemahaman yang baru (Budiman dan Riyanto, 2013) d. ROLE PLAY Pendidikan kesehatan tentang Peserta secara bergantian diminta Posyandu Lansia dan Senam Lansia bertujuan untuk mempraktikan cara melakukan gerakan untuk memberikan informasi kepada responden dasar senam lansia yang bisa dilakukan di tentang pengertian, manfaat, kapan, dan interpretasi. Pengertian dari pendidikan PROSIDING SEMINAR NASIONAL 42 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 kesehatan menurut Notoatmodjo (2005) yang posyandu lansia. Keterbatasan pengetahuan mendefinisikan pendidikan kesehatan akan mengakibatkan dampak yang kurang baik merupakan suatu kegiatan atau usaha untuk dalam pemeliharaan kesehatannya. menyampaikan pesan tentang kesehatan Pengetahuan lansia akan manfatanya dapat kepada individu, kelompok atau masyarakat. diperoleh dari pengalaman pribadi dalam Penelitian Gupta, et al(2009) menjelaskan kehidupan sehari-hari. Menghadiri kegiatan bahwa pendidikan kesehatan dapat posyandu lansia secara aktif, maka responden meningkatkan pengetahuan dan praktek dalam akan mendapatkan pengetahuan tentang melakukan senam lansia. Artinya pendidikan posyandu lansia, mendapatkan penyuluhan kesehatan berupaya agar individu, kelompok, bagaimana cara hidup sehat, dan mengetahui atau masyarakat dapat menyadari atau segala keterbatasan atau masalah kesehatan mengetahui bagaimana cara untuk memelihara yang ada pada lansia. kesehatan, menghindari atau mencegah hal - hal yang dapat merugikan kesehatan. Hal ini 5. KESIMPULAN dijelaskan dalam penelitian Shalini and Nayak Ada peningkatan pengetahuan lansia (2011) bahwa dengan pendidikan kesehatan tentang Posyandu Lansia dan Senam Lansia tentang Posyandu Lansia dan Senam Lansia setelah diberi penyuluhan, hal tersebut dapat membantu meningkatkan kesadaran terbukti dari adanya peningkatan nilai rata – lansia untuk membina sendiri kesehatannya. rata post test lebih tinggi dari pre test. Tetapi secara umum peningkatan Peningkatan keterampilan pengetahuan tersebut terjadi karena melakukan Senam Lansia, yaitu ≥ 75% dipengaruhi oleh factor - faktor seperti dapat melakukan dengan benar. informasi dari luar/media massa, pengalaman, pendidikan, usia, dan lingkungan. Informasi 6. REFERENSI yang didapatkan oleh individu baik dari 1) Penulisan naskah dan sitasi yang diacu pendidikan formal maupun nonformal dapat Buku Panduan Gerakan Masyarakat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga Hidup Sehat (GERMAS). Di kutip dari dapat menghasilkan adanya perubahan atau : www.dinkes.acehprov.go.id (20 peningkatan pengetahuan (Budiman&Riyanto, November 2017). 2013). 2) Depkes. 2016. Germas Wujudkan Hasil dari pendampingan pelaksanaan Indonesia Sehat. Di kutip dari Senam Lansia bahwa peserta dapat melakukan : www.depkes.go.id (20 November dengan baik hampir ≥ 75%. Perilaku seseorang 2017). akan dipengaruhi oleh pengetahuan, semakin 3) Dewi, Shofia Rosma. (2015). Buku baik pengetahuan sesorang tentang kesehatan Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: maka orang tersebut akan melakukan EGC. pemeliharaan kesehatan dengan baik. 4) Kemenkes. (2017). Germas Gerakan Hal ini sejalan dengan penelitian Hidup Sehat . Jakarta: Warta Kesmas. Aryantiningsih, Dwi Septa (2014) Menurut 5) Kemkominfo. (2015). Germas. Jakarta: Green pengetahuan tidak selalu menyebabkan Biro Komunikasi Pelayanan perubahan perilaku, namun menunjukkan Masyarakat dan Tim Komunikasi hubungan yang positif antara kedua variabel Pemerintah Kemkominfo. tersebut. Pengetahuan dibutuhkan seseorang 6) Maryam, R Siti, dkk. 2011. Mengenal untuk menuntunnya dalam bertindak, Usia Lanjut. Jakarta: Salemba Medika. sebagaimana tahapan pengetahuan yang 7) Muhith, Abdul. (2008). Pendidikan dikemukakan Notoadmodjo, yaitu: tahu, Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC. paham, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dinkes Aceh. 2016. Pengetahuan dapat menjadi motivasi seseorang Novayenni, Sabrian dan untuk ikut melaksanakan posyandu lansia. Jumaini.Pengaruh Pendidikan Pengetahuan lansia yang kurang Kesehatan Terhadap Angka Kunjungan mengakibatkan kurangnya pemahaman lansia Lansia ke Posnyandu Lansia. JOM akan pentingnya posyandu lansia, sehingga Ilmu Keperawatan Universitas Riau menyebabkan rendahnya kunjungan lansia ke Vol 02 (01) Februari 2015: 1-8 PROSIDING SEMINAR NASIONAL 43 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

TEKNIK RELAKSASI PERNAFASAN DENGAN SKALA NYERI PERSALINAN PADA IBU INPARTU KALA I FASE AKTIF KABUPATEN MOJOKERTO

Zulfa Rufaida1), Sri Wardini Puji Lestari2), Dyah Permata Sari3) 1Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Email: [email protected] 2Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Email: [email protected] 3Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Email: [email protected]

ABSTRACT

Relaxation technique is one method of non-pharmacological pain management in pain management strategies. Many women have learned breathing techniques to use in labor. However, there are many phenomena that are found by maternity mothers that are wrong in regulating respiratory patterns. This study aims to determine the effect of respiratory relaxation techniques with labor pain when 1 active phase. The study design used quasi experiment. The design used was a pretest - posttest non equivalent control group design. The sampling technique used is consecituive sampling. The population is all Kala I in-part mothers (active phase) in Mojokerto Regency (Rahma Kartika Clinic and Aulia Husada Clinic). The sample size is calculated by a formula, obtained by the results of 15 respondents for each group. The independent variable is the breathing relaxation technique and the dependent variable is labor pain. Data analysis using independent sample t test with 95% confidence interval. The results of the study revealed that before the relaxation technique of 15 people (50%) among them experienced labor pain was very disturbing. Whereas after breathing relaxation techniques, most of the respondents experienced a rather disturbing pain as many as 12 people (40%). Based on the results of the analysis using the t test, the significant value of 0.000 with Confidence Interval (CI) of 95% between 3.94 - 4.59 does not exceed the number 1. This means that there is the influence of breathing relaxation techniques with the incidence of labor pain at 1 phase Active in Mojokerto Regency. Relaxation actions have a direct effect on bodily functions, such as: decreased blood pressure, decreased muscle tension, increased concentration ability. Therefore it is advisable for birth attendants to provide care to maternal breathing techniques patiently so that it is beneficial for the continuity of labor.

Keywords: Respiratory Relaxation, Labor Pain

1. PENDAHULUAN merupakan pengalaman yang baru dan belum Persalinan dan kelahiran merupakan dialami sebelumnya. Bayangan rasa nyeri yang kejadian fisiologi yang normal dalam akan dihadapi oleh ibu hamil primigravida kehidupan. Persalinan adalah proses membuka ketika menjalani persalinan menyebabkan dan menipisnya serviks, dan janin turun ke kecemasan. Menurut Stuart (2007) kecemasan jalan lahir (Sumarah, 2009). Pada proses (Ancietas) adalah kekhawatiran yang tidak persalinan salah satu keadaan yang dirasakan jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan yaitu nyeri kontraksi uterus yang disebabkan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. oleh dilatasi dan penipisan serviks serta Dukungan keluarga yang diberikan oleh suami iskemia rahim (penurunan aliran darah bisa memberikan pengaruh positif kepada ibu sehingga oksigen local mengalami deficit) bersalin. Suami yang mendampingi ibu waktu akibat kontraksi arteri mometrium (Bobaus, bersalin menambah menyebabkan kondisi 2013). Pengalaman bersalin pada primigravida spikologis ibu tenang, nyaman. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 44 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

UNICEF menyebutkan bukti ilmiah dijadikan program kerja rutin tahunan kepada yang di keluarkan oleh jurnal pediatries pada ibu. Pendidikan kesehatan ini bisa dilakukan tahun 2006 di dunia terungkap data bahwa ibu melalui kunjungan rumah yang dilakukan yang mengalami masalah dalam persalinan secara rutin. Disamping itu penyadaran dan sekitar 12.230.142 juta jiwa dari 30% pemahaman tentang persalinan bisa dilakukan diantaranya karena kecemasan sebab hamil dengan pemasangan leaflet dan spanduk yang pertama (Medicastore, 2013). Menurut Data berisikan himbauan untuk mempersiapkan diri Survey Demografi Kependudukan Indonesia menyongsong persalinan. (SDKI) pemahaman tentang persalinan penting dipahami ibu. Data tahun 2011 menunjukkan 2. METODE PENELITIAN terdapat sekitar 45% ibu dari tiap 100 ibu Desain Penelitian bersalin yang mengalami masalah kecemasan Rancang penelitian menggunakan quasi dalam persalinan (Infokita, 2013). Di Jawa experiment. Desain yang dipakai adalah Timur 4 dari 10 primigravida diprediksi pretest – posttest non equivalent control group mengalami kecemasan menjelang persalinan design. yang dijalani (Infokita, 2013). Pada umumnya, proses persalinan Populasi memang diawali dengan adanya kontraksi Seluruh ibu bersalin di Klinik Rahma Kartika uterus, namun tidak semua kontraksi yang dan Klinik Aulia Husada. terjadi merupakan tanda pasti persalinan. Fisiologi kejadian persalinan sebagai berikut Sampel stimulasi hormonal yang dianggap Perhitungan besar sampel dengan rumus pada α berkontribusi terhadap persalinan merupakan = 0.05 diperoleh sampel sebesar 30 orang. interaksi hormonal ibu, bayi, dan plasenta. Sampel dalam penelitian ini dibagi dalam dua (Yuliatun, 2008). Pada primigravida persalinan kelompok, yaitu kelompok A (kelompok merupakan pengalaman pertama yang tentu perlakuan), dan kelompok B (kelompok menyebabkan munculnya rasa cemas. Hal ini kontrol). Ibu bersalin yang masuk dalam disebabkan karena pada proses persalinan salah sampel penelitian adalah ibu bersalin yang satu keadaan yang dirasakan yaitu nyeri, memenuhi kriteria kelayakan yaitu: kontraksi uterus yang disebabkan oleh dilatasi a. Kriteria inklusi: Ibu bersalin normal dan penipisan serviks serta iskemia rahim dengan usia kehamilan ≥ 37 minggu, janin (penurunan aliran darah sehingga oksigen local tunggal hidup, presentasi kepala, tidak mengalami deficit) akibat kontraksi arteri dilakukan induksi persalinan, ibu bersalin mometrium (Bobaus, 2014). Menurut Stuart kala I fase aktif (pembukaan 4-6 cm), his (2007) ancietas adalah respons emosional adekuat (kontraksi uterus > 3 kali dalam 10 terhadap penilaian tersebut. Ancietas dialami menit dengan lama kontraksi > 40 detik), secara subjektif dan dikomunikasikan secara persalinannya didampingi oleh suami atau interpersonal. Kecemasan bisa berkembang keluarga terdekat, penduduk Jawa Timur, menjadi psikosis ataupun skizofrenia tidak menggunakan metode farmakologis (ketakutan berlebihan) (Indri, 2014). dan non farmakologis untuk mengurangi Idealnya persiapan menuju nyeri persalinan selain napas dalam dan keberhasilan persalinan memang harus dimulai sentuhan/ pijatan. sedini mungkin, yaitu saat ANC atau jauh b. Kriteria eksklusi: Ibu bersalin yang tidak sebelum perencanaan kehamilan. Salah satu kooperatif, ibu yang memiliki alergi upaya yang dapat dilakukan oleh bidan selaku terhadap jeruk, ibu dengan disabilitas tenaga kesehatan adalah meningkatkan seperti: tuli, buta, tuna wicara, kelainan pemahaman tentang persalinan. Dengan mental, persalinan tidak maju berdasarkan dilakukannya penyuluhan kesehatan tentang partograf. persalinan, diharapkan ibu bisa mengatasi kecemasan yang muncul. Disamping itu Sampling diharapkan bidan selalu rutin memberikan Penelitian ini menggunakan teknik sampling pendidikan kesehatan khususnya tentang consecutive sampling untuk pengambilan persalinan. Hendaknya kegiatan tersebut PROSIDING SEMINAR NASIONAL 45 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 sampel, dimana mengambil populasi sebagai Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan sampel. bahwa lebih dari 50% paritas responden multipara yaitu 16 orang (53.3%). Instrumen Penelitian Data Khusus Menggunakan data primer dengan observasi a. Nyeri Persalinan Sebelum Diberikan yaitu check list yang berisi nama (inisial), usia, Relaksasi pernafasan dan paritas ibu bersalin. Penilaian nyeri yang Tabel 3 Distribusi Frekuensi Tingkat dipakai dalam penelitian ini adalah penilaian Nyeri Responden intensitas nyeri dengan skala numerik No Tingkat Nyeri Frekuensi Persen (Numeric Rating Scale). (f) tase (%) Lokasi dan Waktu Penelitian 1 Tidak sakit 0 0,0 Lokasi penelitian di di Klinik Rahma Kartika 2 Sedikit Sakit 0 0,0 dan Klinik Aulia Husada. Waktu penelitian 3 Agak mengganggu 4 13,3 dilaksanakan pada bulan Maret – April 2018. 4 Mengganggu 10 33,3 aktivitas Analisis Data 5 Sangat mengganggu 15 50,0 Pengujian hipotesis dilakukan dengan 6 Tak tertahankan 1 3,4 menggunakan independent sample t test. Untuk Total 30 100 kemaknaan klinis digunakan Δ mean dengan Berdasarkan tabel 3 menunjukkan confidence interval 95% dengan nilai P < 0,05. bahwa setengah responden mengalami tingkat nyeri sangat mengganggu sebelum 3. HASIL DAN PEMBAHASAN dilakukan teknik relaksasi nafas dalam Karakteristik Responden sebanyak 15 responden (50%). a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur b. Nyeri Persalinan Setelah Diberikan Tabel 1 Distribusi Frekuensi Relaksasi pernafasan Responden Berdasarkan Umur Tabel 4 Distribusi Frekuensi Tingkat Frekuensi Prosenta No Umur Nyeri Responden (f) se (%) No Tingkat Nyeri Frekuensi Persen 1. Risiko 5 16.7 (f) tase Tinggi 25 83.3 (%) 2. Risiko 1 Tidak sakit 0 0,0 Rendah 2 Sedikit Sakit 0 0,0 Jumlah 30 100 3 Agak mengganggu 6 20,0 Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan 4 Mengganggu 12 40,0 bahwa sebagian besar responden umur aktivitas yang risiko rendah untuk hamil yaitu 25 5 Sangat mengganggu 10 33,3 orang (83.3%). 6 Tak tertahankan 2 6,7

Total 30 100 b. Karakteristik Responden Berdasarkan Berdasarkan tabel 4 menunjukkan Paritas bahwa sebagian kecil responden Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden mengalami tingkat nyeri agak mengganggu Berdasarkan Paritas setelah dilakukan teknik relaksasi nafas Frekuensi Prosenta No Paritas dalam sebanyak 12 responden (40%). (f) se (%)

1. Primipara 12 40

2. Multipara 16 53.3

3. Grande 2 6,7

multipara

Jumlah 30 100

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 46 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 c. Relaksasi pernafasan Dengan Nyeri jaringan dapat di di simpulkan bahwa nyeri Persalinan adalah ketika seorang terluka. Tingkat nyeri Tabel 5 Tabulasi Silang Relaksasi yang sangat mengganggu yang dalami pernafasan dengan Nyeri responden di karenakan responden Persalinan mengalami perubahan psikologis parsalinan Nyeri Sebelum Sesudah seperti, cemas, takut, serta kurangnya Persalinan teknik teknik orang-orang terdekat mendampingi saat Relaksasi Relaksasi persalinan. Nyeri persalinan yang dialami f % f % responden dapat berkurang jika dilakukan Tidak sakit 0 0,0 0 0,0 teknik relaksasi secara tepat dan benar Sedikit sakit 0 0,0 6 0,0 (Prasetyo, 2010: 2). Agak 4 13,3 12 20 Nyeri persalinan yang dirasakan oleh mengganggu ibu bersalin pada kala I fase aktif Mengganggu 10 33,3 10 40 merupakan hal fisiologis yang terjadi pada aktifitas pasien selama masa pembukaan. Respon Sangat 15 50 2 33,3 nyeri yang dirasakan pasien dapat dilihat mengganggu dari ekspresi wajah pasien dan Tak 1 3,4 0 6,7 pengungkapan verbal pasien. Tingkat nyeri tertahankan yang dirasakan pasien berbeda disebabkan Total 30 100 30 100 oleh respon nyeri setiap orang berbeda dan Berdasarkan tabel 5 tabulasi silang di ibu tidak dapat menerapkan tehnik relaksasi atas dapat diketahui bahwa dari 30 dengan benar. responden sebelum dilakukan tehnik Persalinan adalah keluarnya/ lahirnya relaksasi 15 diantaranya mengalami nyeri janin dan plasenta dari rahim (Rustam, persalinan sangat mengganggu. Sedangkan 2005:26). Persalinan merupakan rangkaian sesudah dilakukan tehnik relaksasi peristiwa mulai dari kenceng-kenceng pernafasan sebagian besar responden teratur sampai dikeluarkannya hasil mengalami nyeri yang agak mengganggu konsepsi dari uterus ke dunia luar melalui sebanyak 12 orang. Berdasarkan hasil jalan lahir dengan bantuan atau kekuatan analisa menggunakan uji t didapatkan Hasil sendiri (Sumarah, 2009:1). Partus normal/ uji statistik dengan Uji t didapatkan hasil partus biasa yaitu bayi lahir melalui vagina nilai signifikan 0.000 dengan Confidence dengan letak belakang kepala/ ubun – ubun Interval (CI) 95% antara 3.94 – 4.59 tidak kecil, tanpa memakai alat / pertolongan istimewa, serta tidak melukai ibu maupun melewati angka 1 yang maka H1 diterima. artinya ada hubungan teknik relaksasi bayi (kecuali episiotomi), berlangsung pernafasan dengan kejadian nyeri persalinan dalam waktu kurang dari 24 jam (Saifudin, kala 1 fase Aktif di Kabupaten Mojokerto. 2006:136). Nyeri persalinan yang dirasakan Pembahasan bervariasai dalam intensitas dan tingkat a. Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif keparahan penyakit pada masing- masing Sebelum Relaksasi individu. Nyeri yang yang dirasakan Berdasarkan tabel 3 menunjukkan mungkin terasa ringan, sedang atau bisa jadi bahwa setengah responden mengalami merupakan nyeri yang berat. Dalam tingkat nyeri sangat mengganggu sebelum kaitannya dengan kondisi yang dialami ibu dilakukan teknik relaksasi nafas dalam saat bersalin juga bervariasi, ada yang sebanyak 15 responden (50%). melaporkan nyeri pereganggan panggul saat Nyeri adalah pengalaman sensori dan pembukaan lengkap pada persalinan. emosional yang tidak menyenangkan akibat Sebagian besar pasien baru mengatakan dari kerusakan jaringan yang aktual atau nyeri pada bidan jika nyeri yang dialami potensial (Smeltzer, 2002:212). Mouncastle sangat mengganggu. Pada orang dewasa mendefinisikan nyeri sebagai pengalaman kadang melaporkan nyeri jika sudah sangat sensori yang di bawa oleh stimulus sebagai mengganggu dan menyakitkan. Pada ibu akibat adanya ancaman atau kerusakan bersalin tidak dapat memendam nyeri yang PROSIDING SEMINAR NASIONAL 47 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

dialami karena nyeri yang dialami ibu sungguh-sungguh dan pelaksanaan tehnik bersalin saat pembukaan akan sangat terasa relaksasi nafas dalam yang benar dan teratur ketika timbul kontraksi. nyeri yang dialami dapat mempengaruhi pengurangan rasa ibu bersalin juga dapat dipengaruhi oleh nyeri pada pasien saat persalinan, kemauan belum adanya pengalaman melahirkan responden dalam melakukan teknik sehingga ibu tidak dapat mengatasi nyeri relaksasi tergantung pada kesabaran peneliti yang sedang dirasakan. dalam menyampaikan hal tentang relaksasi Selain itu nyeri yang dialami nafas dalam, peneliti harus menyampaikan responden dipengaruhi sebagian kecil infortmasi bahwa teknik relaksasi dapat responden berusia 20-35 tahun sebanyak 15 mengurangi nyeri saat persalinan responden (50,0%). Umur adalah usia Pernafasan penting untuk kehidupan, seseorang yang menunjukkan tingkat pernafasan yang tepat merupakan penawar kematangan organ reproduksi (Rustam, stress dan nyeri. Pada saat menarik nafas, 2005:16). udara di hirup ke dalam melalui hidung dan Pada usia 20 – 35 tahun merupakan dihangatkan selaput lendir rongga hidung. masa reproduksi sehat dimana seharunya Jika frekuensi (f) udara segar yang masuk responden sudah cukup matang untuk hamil paru-paru tidak mencukupi, darah tidak dan melahirkan. Akan tetapi sebagian besar dibersihkan / dioksigenasi sebagaimana responden banyak merasakan nyeri yang mestinya. Hasil pembakaran (buangan) sangat mengganggu karena belum adanya yang seharusnya di buang tetap ada dalam pengalaman. Pengalaman dalam persalinan sirkulasi darah dan perlahan-lahan meracuni sangat membentu responden saat menjalani sistem tubuh. Jika darah kekurangan persalinan jika responden pada pernah oksigen, darah akan berwarna kebiru-biruan mendengar tentang teknik relaksasi dan hitam, serta dapat dilihat melalui warna tentunya responden sangat kooperatif saat kulit yang kebiruan, pencernaan terhambat, di bimbimbing relaksasi. organ dan jaringan menjadi kurang makanan. Kurangnya oksigen dalam darah b. Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif memperbesar kemungkinan terjadinnya Sesudah Relaksasi cemas, depresi, lelah dan nyeri yang sering Berdasarkan tabel 4 menunjukkan membuat setiap situasi stress menjadi lebih bahwa sebagian kecil responden mengalami sulit diatasi. Kebiasaan bernafas yang tepat tingkat nyeri agak mengganggu setelah penting untuk kesehatan mental dan fisik dilakukan teknik relaksasi nafas dalam (Davis, 2005:36). Bernafas adalah satu- sebanyak 12 responden (40%). satunya fungsi otomatis yang dapat Relaksasi merupakan metode efektif dikendalikan. Sebagian melalui sistem saraf untuk mengurangi rasa nyeri pada klien otonom dan sebagian melalui susunan saraf yang mengalami nyeri kronis. Rileks pusat. Sistem saraf otonom mengendalikan sempurna yang dapat mengurangi fungsi vital, sekresi endokrin (hormon) dan ketegangan otot, rasa jenuh, kecemasan emosi. Dengan mengendalikan pernafasan, sehingga mencegah menghebatnya stimulus seseorang dapat mempengaruhi semua nyeri (Kusyati, 2006:198). Otak mempunyai fungsi tubuh, untuk jangka waktu singkat reseptor spesifik terhadap Benzodia zeping, dapat mengambil alih fungsi-fungsi secara dan reseptor ini berpeluang membantu sadar (Chaitow, 2008:1). untuk meregulasi nyeri. Reseptor Benzodia Relaksasi pernafasan yang dilakukan akan membuat suatu substansi di otak yang oleh pasien sebagian besar tepat dalam nantinya akan mengikat Benzodiazepin melaksanakan tehnik bernafas mendorong tersebut. Inhibitor aminobutyric acid rasa nyeri yang dialami pasien berkurang (GABA) yang ditingkatkan oleh dibandingkan dengan rasa nyeri yang Benzodiazepin juga mempunyai peranan dirasakan oleh pasien sebelum melakukan besar di dalam regulasi nyeri seperti tehnik relaksasi. Hal ini dikarenakan Endorphin (Nugraha, 2012:1). bernafas yang benar dapat merilekskan Berkurangnya tingkat nyeri pada ibu tubuh dan pikiran dan mengalihkan bersali dipengaruhi oleh konsentrasi yang PROSIDING SEMINAR NASIONAL 48 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

perhatian terhadap nyeri yang sedang dari tekanan dan stress. Dengan relaksasi, dirasakan oleh ibu bersalin. klien dapat mengubah persepsi terhadap nyeri. Kemampuannya dalam melakukan c. Teknik Relaksasi Pernafasan Dengan relaksasi fisik dapat menyebabkan relaksasi Kejadian Nyeri Persalinan Kala 1 Fase mental. Relaksasi memberikan efek secara Aktif langsung terhadap fungsi tubuh, seperti: Berdasarkan tabel 5 tabulasi silang di penurunan tekanan darah, nadi, dan atas dapat diketahui bahwa dari 30 frekuensi pernafasan, penurunan konsumsi responden sebelum dilakukan tehnik oksigen oleh tubuh, penurunan ketegangan relaksasi 15 diantaranya mengalami nyeri otot, meningkatkan kemampuan persalinan sangat mengganggu. Sedangkan konsentrasi, menurunkan perhatian terhadap sesudah dilakukan tehnik relaksasi stimulus lingkungan. pernafasan sebagian besar responden Perbedaan nyeri yang dirasakan mengalami nyeri yang agak mengganggu pasien sesudah melakukan tehnik relaksasi sebanyak 12 orang. Berdasarkan hasil yaitu sebagian besar responden merasakan analisa menggunakan uji t didapatkan Hasil nyeri yang sangat mengganggu sebelum uji statistik dengan Uji t didapatkan hasil relaksasi sebanyak 15 orang dan sebagian nilai signifikan 0.000 dengan Confidence besar responden mengalami nyeri yang Interval (CI) 95% antara 3.94 – 4.59 tidak agak mengganggu sesudah tehnik relaksasi melewati angka 1 yang maka H1 diterima. sebanyak 12 orang. Penurunan nyeri artinya ada hubungan teknik relaksasi tersebut menunjukkan bahwa tehnik pernafasan dengan kejadian nyeri persalinan relaksasi merupakan metode yang sangat kala 1 fase Aktif di Kabupaten Mojokerto. efektif dalam mengontrol dan menurunkan Hal tersebut menunjukkan bahwa nyeri yang dirasakan oleh ibu bersalin kala I pengurangan nyeri yang dialami responden fase aktif. Dengan tehnik bernafas yang karena dilakukannya tehnik relaksasi yang benar dan tepat menyebabkan saraf – saraf menyebabkan saraf otonom mengendalikan nyeri yang dirasakan pasien berkurang, hal fungsi vital, sekresi endokrin (hormon) dan tersebut terjadi karena saat nyeri timbul rasa nyeri yang ditimbulkan. Pengurangan pasien melakukan tehnik relaksasi bernafas nyeri semakin signifikan jika tehnik sehingga perhatian pasien terhadap nyeri relaksasi nafas dalam dilakukan secara persalinan teralihkan pada bagaimana cara teratur setiap hari. bernafas yang baik dan benar. Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan 4. KESIMPULAN merilekskan ketegangan otot yang yang Berdasarkan hasil penelitian pada ibu menunjang nyeri. Ada banyak bukti yang bersalin didapatkan bahwa ada pengaruh teknik menunjukkan bahwa relaksasi efektif dalam relaksasi pernafasan dengan skala nyeri meredakan nyeri. Tekhnik relaksasi yang persalinan kala 1 fase Aktif. sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien 5. REFERENSI dapat memejamkan matanya dan bernafas 1. Anon. (2011). Bab I Pendahuluan. dengan perlahan dan nyaman. Irama yang (http Kebidanan Pada Ibu Bersalin. konstan dapat dipertahankan dengan Jakarta: Salemba Medika. menghitung dalam hati dan lambat berirama 2. Baety, 2012. Asuhan Kehamilan. setiap inhalasi (“hirup, dua, tiga”) dan Jakarta: Salemba Medika. ekshalasi (hembuskan, dua, tiga). Periode 3. Bagian Obstetri & Fisiologi (2000). relaksasi yang teratur dapat membantu Obstetri Fisiologi. Bandung : FK untuk melawan keletihan dan ketegangan Unpad. otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan 4. Bobak (2004). Keperawatan yang meningkatkan nyeri (Brunner dan Maternitas. Jakarta : EGC. Suddarth, 2001:233). 5. Danuatmaja, Bonny, (2004). Tindakan relaksasi dapat dipandang Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit. sebagai upaya pembebasan mental dan fisik Jakarta : Puspa Swara. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 49 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

6. Deitra Leonard Lowdermilk, J.E.P., 23. Rejeki, Sri; Hartiti, Tri; Khayati, 2013. Keperawatan Maternitas. Nikmatul. 2014. Nyeri Persalinan Kala Singapura: Elsevier Mosby. I Melalui Praktik Counter-Pressure 7. Depkes Pemprov (2010). AKI Di Jawa Oleh Suami Di RSUD Soewondo Timur. (online) http://pemprov.com Kendal. Jurnal Keperawatan 8. Depkes RI (2007). Angka Kematian Maternitas/ Vol.2 No. 2 Hal: 127-135. Ibu. (online). 24. Rosemary, Mender (2003). Nyeri http://depkesRI2007.angka_kematian_i Persalinan. Jakarta : EGC. bu.html. 25. Saputra, W., 2013. Laju Penuruanan 9. Dinkes Jatim, 2014. Kesehatan Kematian Ibu di Indonesia. Prakarsa Keluarga. Policy. 10. Dinkes Kab. Mojokerto, 2014. Profil 26. Sari, F., 2013. [Online] Available at: Kesehatan Kab. Mojokerto. p.24. HYPERLINK 11. Dewanto (2010). Fisiologi Nyeri. "http://digilib.unimus.ac.id" (online) admingudang pengetahuan. http://digilib.unimus.ac.id [Accessed blogspot.com/…/fisiologi-nyeri- 30 Nopember 2016]. phsycologi-of-pain.html. 27. Sarwono, H., 2014. Kematian 12. Hanafiah, G.A.d.T.M., 2014. Maternal. Ilmu Kandungan. keempat Diagnosis Kehamilan. In Ilmu ed. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Prawirohardjo. p.7. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono 28. Simkin, Penny (2005). Buku Saku Prawirohardjo. p.213. Persalinan. Jakarta : EGC. 13. Http:// Seminar Nasional Teknologi 29. Smeltzer, Suzanne C, (2001). 2007 (SNT 2007) ISSN : 1978-1977 Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Yogyakarta, 24 November 2007). EGC. 14. Hutahaean, 2013. Konsep Asuhan - Sondakh, J.J.S., 2013. Asuhan Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika. Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru 15. Janet Medforth, d., 2011. Kebidanan Lahir. Jakarta:. Erlangga. Oxford dari Bidan untuk Bidan. Jakarta: EGC. 16. JNPK-KR, 2012. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: Depkes RI. 17. Mansjoer, Arif (2002). Kapita Selekta. Jakarta : FKUI. 18. Manuaba, Ida Bagus (1998). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta : EGC 19. Notoatmodjo, Soekidjo (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. 20. Pasongli, Seri; Rantung, Maria; Pesak, Ellen. 2014. Efektifitas Counterpressure Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Kala I Fase Aktif Persalinan Normal Di Rumah Sakit Advent Manado. Jurnal Ilmiah Bidan. ISSN: 2339-1731. 21. Prawirohardjo, Sarwono (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP. 22. Qittun (2008). Konsep Dasar Nyeri. (online) http://qittun.blogspot. com/2008/10/konsep-dasar-nyeri.html. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 50 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HIPERTESI PADA IBU HAMIL DI DESA GAYAMAN KABUPATEN MOJOKERTO

Dhonna Anggreni1), Erfiani Mail22) Ferilia Adiesti3) 1Prodi D3 Kebidanan, Stikes Majapahit email: [email protected] 2Prodi D3 Kebidanan, Stikes Majapahit email: penulis [email protected] 3Prodi D3 Kebidanan, Stikes Majapahit email: [email protected]

Abstract Hypertension that occurs during pregnancy is often the trigger factor for the occurrence of preeclampsia / eclampsia which leads to the occurrence of maternal and neonatal deaths both during pregnancy, labor and childbirth. Many factors influence the incidence of hypertension in pregnant women. The purpose of this study was to analyze factors that influence the incidence of hypertension in pregnant women. The study was conducted with crossectional design with 20 people as samples. The results showed no association between age and maternal parity with the incidence of hypertension in pregnant women and there was a negative correlation between antenatal care and the incidence of hypertension and there was a positive correlation between nutritional status and blood pressure of pregnant women. The higher the nutritional status, the higher the risk of developing hypertension. Therefore, the role of health workers is very much needed as an effort to screen the initial occurrence of hypertension and further risk factors.

Keywords: hypertension, pregnant, parity, nutrient, anc

1. PENDAHULUAN karena terjadinya hamil risti (ibu hamil dengan Hipertensi dalam kehamilan adalah risiko tinggi) yang salah satunya adalah terkena hipertensi yang terjadi saat kehamilan hipertensi dalam kehamilan (Kemenkes, berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir 2014). kehamilan, tekanan darah mencapai nilai Kejadian hipertensi dalam kehamilan 140/90 mmHg atau kenaikan tekanan sistolik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. 30 mmHg dan tekanan diastolik 15 mmHg di Diantaranya usia ibu, pemeriksaan antenatal, atas nilai normal (Junaidi, 2010). paritas, serta status gizi. Semua faktor tersebut Menurut data WHO (World Health merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya Organization) pada tahun 2012 jumlah kasus hipertensi dalam kehamilan.(Prasetyo, 2006). hipertensi ada 839 juta kasus. Kasus ini diperkirakan akan semakin tinggi pada tahun 2. METODE PENELITIAN 2025. Secara global, 80% kematian ibu hamil Jenis penelitian ini adalah penelitian yang tergolong dalam penyebab kematian ibu analitik dengan pendekatan cross sectional. secara langsung, yaitu disebabkan karena Penelitian ini meneliti faktor-faktor yang terjadi perdarahan (25%) biasanya perdarahan mempengaruhi kejadian hpertensi pada ibu pasca persalinan, hipertensi pada ibu hamil hamil didesa gayaman Kabupaten (12%), partus macet (8%), aborsi (13%) dan Mojokerto. Populasi dalam penelitian ini karena sebab lain (7%) (WHO, 2012). adalah seluruh ibu hamil didesa Gayaman Hasil dari SDKI (Survei Demografi dan Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Kesehatan Indonesia) tahun 2012, menyatakan Mojokerto sebanyak 40 orang. Sampel bahwa sepanjang tahun 2007-2012 kasus penelitian diambil dengan menggunakan kematian ibu melonjak naik. Pada tahun 2012 rumus sehingga didapat jumlah sampel AKI mencapai 359 per 100.000 penduduk atau sebanyak 20 orang. meningkat sekitar 57% bila dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007, yaitu sebesar 228 per 100.000 penduduk. Hal ini disebabkan PROSIDING SEMINAR NASIONAL 51 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) Usia ibu hamil sebagian besar (50%) dari ibu hamil yang Tabel 1 Distribusi Frekuensi Usia Ibu hipertensi mempunya status gizi lebih. Hamil Hipertensi Usia Ibu Jumlah Persentase 5) Kejadian Hipertensi pada Ibu Hamil < 20 tahun 0 0 Tabel 5 Distribusi Frekuensi Kejadian 20-35 tahun 17 85 Hipertensi Pada Ibu Hamil >35 tahun 3 15 Kejadian Hipertensi Jumlah Persentase Total 20 100 Tekanan darah 6 30 Hasil penelitian menunjukkan normal bahwa sebagian besar (85%) dari ibu hamil Pre hipertensi (121- 11 55 yang hipertensi berusia 20 – 35 tahun. 139 mmHg) Hipertensi tahap 1 3 15 2) Paritas ibu hamil (140-159 mmHg) Tabel 2 Distribusi Frekuensi Paritas Ibu Hipertensi tahap 2 0 0 Hamil Hipertensi (>= 160mmHg) Paritas Ibu Jumlah Persentase Total 20 100 Primipara 10 50 Hasil penelitian menunjukkan bahwa Multipara 8 40 lebih dari 50% ibu hamil mengalami pre Grande 2 10 hipertensi dan tidak ada ibu yang multipara mengalami hipertensi tahap 2. Total 20 100 Hasil penelitian menunjukkan 6) Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian bahwa sebagian besar (50 %) dari ibu Hipertensi hamil yang hipertensi adalah primipara. Tabel 6 Tabulasi Silang Hubungan Usia Ibu dengan Kejadian 3) Pemeriksaan antenal Hipertensi Tabel 3 Distribusi Frekuensi Usia Ibu Tekanan Pre Hiperten Pemeriksaan Antenatal Ibu Darah Hiperten si Tahap Hamil Hipertensi Normal si 1 Pemeriksaan Jumlah Persentase < 20 tahun 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) Antenatal 20-35 4 4 1 < 4x selama 12 60 tahun (44,4%) (44,4%) (11,2%) kehamilan >35 tahun 2 7 2 >4 x selama 8 40 (18,2%) (63,6%) (18,2%) kehamilan Total 11 3 (15%) 6 (30%) Total 20 100 (55%) Hasil penelitian menunjukkan Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa sebagian besar (60%) dari ibu hamil sebagian besar responden yang berumur > yang hipertensi berusia memeriksakan 35 tahun mengalami pre hipertensi hamilannya < 4 kali selama kehamilan. sedangkan yang memiliki tekanan darah yang normal hanya sebagian kecil saja. 4) Status gizi Sedangkan yang berumur 20-35 tahun juga Tabel 4 Distribusi Frekuensi Status Gizi banyak yang mengalami pre hipertensi dan Hamil Hipertensi hipertensi tahap 1. Hasi uji korelasi Rank Usia Ibu Jumlah Persentase Spearman didapatkan nilai koefisien rank Kurang 4 20 Spearman (rs) sebesar 0,262 dengan p value Normal 6 30 0,264 sehingga disimpulkan bahwa tidak Lebih 10 50 ada hubungan antara usia ibu dengan Total 20 100 kejadian hipertensi pada ibu hamil.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 52 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

7) Hubungan Paritas Ibu dengan Kejadian pemeriksaan antenatal care dengan kejadian Hipertensi hipertensi pada ibu hamil. Ibu dengan jumlah Tabel 7 Tabulasi Silang Hubungan frekuensi pemeriksaan yang semakin tinggi Paritas Ibu dengan Kejadian semakin memiliki tekanan darah yang Hipertensi mendekati normal dibandingkan ibu yang Paritas Tekanan Pre Hiper jarang melakukan pemeriksaan antenatal care. Ibu Darah Hiperten tensi Normal si Tahap 1 Primipara 4 (40%) 5 (50%) 1(10%) 9) Hubungan Status Gizi Ibu dengan Multipara 1 5 Kejadian Hipertensi 2(25%) (12,5%) (62,5%) Tabel 9 Tabulasi Silang Hubungan Grande 0(0%) 1 (50%) 1(50%) Status Gizi Ibu dengan multipara Kejadian Hipertensi Total 11 3 6 (30%) Status Tekanan Pre Hiperten (55%) (15%) Gizi Ibu Darah Hiper si Tahap Tabel 7 menunjukkan bahwa separuh ibu Normal tensi 1 primipara mengalami pre hipertensi Kurang 2 2 0 sedangkan pada ibu yang grande multipara (50%) (50%) (0%) Normal 2 tidak ada yang mempunyai tekanan darah 4 0 (33,3 (66,7%) (0%) yang normal. Hasil uji korelasi spearman %) didapatkan nilai koefisien korelasi lebih 0 7 3 Spearman (rs) sebesar 0,404 dengan p value (0%) (70%) (30%) (0,078) sehingga disimpulkan tidak ada Total 6 11 3 hubungan paritas ibu dengan kejadian (30%) (55%) (15%) hipertensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu hamil dengan status gizi yang kurang, tidak 8) Hubungan Pemeriksaan Antenatal mengalami hipertensi tahap 1 sedangkan ibu dengan Kejadian Hipertensi pada Ibu hamil dengan status gizi lebih, sebagian besar Hamil mempunyai tekanan darah dalam kategori pre Tabel 8 Tabulasi Silang Hubungan hipertensi. Hasil uji korelasi rank spearman Pemeriksaan Antenatal mendapatkan nilai koefisien rank spearman (rs) dengan Kejadian Hipertensi sebesar 0,626 dengan p value 0,003 sehingga pada Ibu Hamil disimpulkan bahwa ada korelasi yang positif Pemerik Tekanan Pre Hipertensi antara status gizi dengan tekanan darah ibu saan Darah Hipertensi Tahap 1 hamil. Semakin tinggi status gizi maka Antenat Normal semakin tinggi resiko mengalami hipertensi. al < 4x 1 9 2 selama 4. PEMBAHASAN (8,3%) (75%) (16,7%) kehamilan Usia 20-30 tahun adalah periode paling >4 x aman untuk hamil/melahirkan. Tetapi kadang selama 5 3 0 banyak faktor yang membuat ibu usia kehamil (62,5%) (37,5%) (0%) reproduksi untuk mengalami hipertensi selama an Total 6 (30%) 11 3 kehamilan. Diantaranya dikarenakan faktor (55%) (15%) keturunan, stress ataupun karena faktor pola Tabel 8 menjelaskan bahwa semakin makan yang salah selama kehamilan. sering ibu melakukan pemeriksaan antenatal Sedangkan wanita yang berada pada akhir usia care maka semakin besar kemungkinan ibu reproduksi, juga rentan mengalami komplikasi mengalami tekanan darah yang normal, kehamilan dikarenakan pada usia datas 35 sedangkan semakin jarang ibu melakukan tahun adalah usia yang rentan untuk terjadinya antenatal care maka semakin besar komplikasi selama kehamilan. Catatan statistik kemungkinan ibu mengalami hipertensi tahap 1 menunjukkan dari seluruh insiden dunia, dalam dan pre hipertensi. Hasil dari uji korelasi rank 5%-8% hipertensi dalam kehamilan dari semua spearman didapatkan nilai koefisien korelasi kehamilan, terdapat 12% lebih dikarenakan spearman sebesar -0,590 (pvalue= 0,006) maka oleh primigravida (kehamilan pertama). Faktor disimpulkan bahwa ada korelasi negatif antara yang mempengaruhi hipertensi dalam PROSIDING SEMINAR NASIONAL 53 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 kehamilan frekuensi primigravida lebih tinggi gizi maka semakin tinggi resiko mengalami bila dibandingkan dengan multigravida, hipertensi. terutama primigravida muda. Persalinan yang berulang-ulang akan mempunyai banyak risiko 6. REFERENSI terhadap kehamilan, telah terbukti bahwa 1. Anonim.2006.BelimbingWuluh..http://ww persalinan kedua dan ketiga adalah persalinan w.idionline.org/05_infodk_obattrad2.htm yang paling aman. Pada The New England (November, 2006). Journal of Medicine tercatat bahwa pada 2. Anonymous. 1989. Vademekum bahan kehamilan pertama risiko terjadi preeklampsia obat alam. Departemen Kesehatan RI, 3,9%, kehamilan kedua 1,7% , dan kehamilan Jakarta. 411 hal. Morton, J. 1987. Bilimbi. ketiga 1,8%. (Rozikhan, 2007). In. J.F. Morton. Fruits of warm climates. Preeklampsia ataupun hipertensi pada Miami : 128-129. ibu hamil tidak memberikan gejala-gejala yang 3. Anonymous. 2009. Anti hypertensive. dapat dirasakan oleh pasien sendiri, maka http://en.wikipedia.org/wiki/ Anti diagnosa dini hanya dapat dibuat dengan hypertensive Diakses tanggal 19 antepartum care. Jika calon ibu melakukan September 2018 kunjungan setiap minggu ke klinik prenatal 4. Anonymous. 2009. Antihypertensive. selama 4-6 minggu terakhir kehamilannya, ada http://en.wikipedia.org/wiki/ kesempatan untuk melekukan tes proteinuri, Antihypertensive Diakses tanggal 19 mengukur tekanan darah, dan memeriksa September 2018 tanda-tanda udema. Setelah diketahui diagnosa 5. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas dini perlu segera dilakukan penanganan untuk Kedokteran Universitas Padjajaran mencegah masuk kedalam eklampsia. Dari Bandung. Obstetri Patologi. 1984. 70% pasien primigrafida yang menderita Bandung: Elstar Offset. preeklampsia, 90% nya mereka tidak 6. Bipat , R., J.R. Tolsie, R.F. Joemnanbaks, melaksanakan atenatal care (Rozikhan, 2007). J.M. Gummels, J. Klavermeide, N. Kegemukan disamping menyebabkan Jhanjan, S. Orie, K. Rarajiawan, A. van kolesterol tinggi dalam darah juga Brusel, R.C. Soekhoe and D.R.A. Mans. menyebabkan kerja jantung lebih berat, oleh 2008. Effects of plants populary used karena jumlah darah yang berada dalam badan against hypertension on sekitar 15% dari berat badan, maka makin nornephineprinestimulated guinea pig atria. gemuk seorang makin banyak pula jumlah Pharmacognosy. 4 (13) : 12-19. darah yang terdapat di dalam tubuh yang 7. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, berarti makin berat pula fungsi pemompaan Hauth JC, Rause DJ, Spancy CY. Williams jantung sehingga mempermudah ibu untuk obstetrics. 23 ed. New York: Mc Graw menderta hipertensi (Rozikhan, 2007) Hill; 2010. p.706-47 8. Cyntia, R. 2006. Pemisahan komponen 5. KESIMPULAN kimia ekstrak daun belimbing wuluh Kesimpulan penelitian ini adalah (Averrhoa bilimbi L.). Laporan Magang. sebagian besar ibu berumur 20-35 tahun, Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor. primipara, melakukan pemeriksaan antenatal 9. DKK 2008. Gawat-Darurat Obsterti- care kurang dari 4 kali selama kehamilan, Ginekologi & Obstetri-Ginekolgi Sosial memiliki status gizi yang lebih serta untuk Profesi Bidan. Jakarta: Buku mengalami pre hipertensi. Hasil uji hubungan Kedokteran EGC menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara 10. Hernani, T. Marwati dan C. Winarti. 2005. usia ibu dengan kejadian hipertensi pada ibu Teknologi pemanfaatan tanaman obat hamil, tidak ada hubungan antara paritas untuk bahan baku industri biofarmaka. dengan kejadian hipertensi, ada korelasi negatif Laporan akhir kegiatan penelitian. Balai antara pemeriksaan antenatal care dengan Besar Penelitian dan pengembangan Pasca kejadian hipertensi pada ibu hamil, dan ada Panen Pertanian. Bogor. korelasi yang positif antara status gizi dengan 11. Hernani, T. Marwati dan C. Winarti. 2006. tekanan darah ibu hamil. Semakin tinggi status Teknologi pemanfaatan tanaman obat untuk bahan baku industri biofarmaka. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 54 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Laporan akhir kegiatan penelitian. Balai Besar Penelitian dan pengembangan Pasca Panen Pertanian. Bogor. 12. Hutahean, R. E. 2003. Pengaruh ekstrak daun Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbiL.) terhadap tekanan darah dan frekuensi denyut jantung Tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan. Skripsi. Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, ITB. Bandug. 13. Manuaba, I. B.G. 2008. Pengantar Kuliah Obsterti. Jakarta: EGC 14. Purwati, S., Salimar dan S. Rahayu. 2005. Perencanaan menu untuk penderita tekanan darah tinggi. Penebar Swadaya. 91 ha 15. Rozikhan. 2007. Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Preeklamsia Berat di Rumah Sakit dr. H. Soewondo Kedal. Diakses 26 September 2018 http://eprints.undip.ac.id/4918/1/Rozikhan/ pdf 16. Wiknjosastro.2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Pendidikan Bina Pustaka Manuaba, I B. G. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC PROSIDING SEMINAR NASIONAL 55 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

HUBUNGAN KONSUMSI SUPLEMEN ENERGI DENGAN KEJADIAN GAGAL GINJAL KRONIK PADA USIA DEWASA MUDA YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA

Dedi supriadi1) Nur Hidayat2) Elis Noviati 3) Henri Setiawan4) Susi Novianti5)Reffi Nantia Khaerunnisa6) 120Program Studi D-3 Keperawatan, STIKes Muhammadiyah Ciamis 3456)Program Studi S-1 Keperawatan, STIKes Muhammadiyah Ciamis Email: [email protected]

ABSTRACT

Introduction :Today most people misunderstand the benefits of energy supplements. Even consuming energy supplements has become a modern lifestyle without knowing the age limit. Chronic kidney failure or end stage renal disease (esdd) is a progressive and irreversible disorder of renal function. Chronic kidney failure sufferers increase every year. This study aims to determine the relationship of consumption of energy supplements with the incidence of chronic renal failure in young adults. Method: this research uses correlation method with retrospective approach and sampling technique uses pusposive sampling technique to as many as 33 respondents. This study was processed in univariate and bivariate manner and analyzed using chie-square (x2) statistical test. Results: the study found that data consuming energy supplements in grade 4 was 6 respondents (33.3%) and grade 5 as many as 12 respondents (66.7%). Based on data that did not consume energy supplements in grade 4 as many as 12 respondents (80.0%), and in grade 5 as many as 3 respondents (20.0%). With a total of 33 respondents (100%) in total. Conclusion: that there is a relationship between consumption of energy supplements with the incidence of chronic renal failure in young adults as evidenced by the chi square test α> 0.05.

Keywords: young adults, energy supplements, chronic kidney failure

1. PENDAHULUAN suplemen dalam jangka waktu yang lama dan Gagal Ginjal Kronik merupakan kebiasaan merokok juga dapat menjadi penurunan fungsi ginjal progresif yang penyebab terjadinya gagal ginjal kronik [6]. ireversibel dan berakibat pada sindrom klinis Upaya pencegahan dan deteksi dini yang ditandai dengan uremia dan azotemia [1]. perlu dengan mewaspadai faktor risoiko Karena ginjal tidak mampu mempertahankan penyakit gagal ginjal kronik [7]. Pengobatan keseimbangan metabolik, cairan, dan elektrolit dan rawat jalan dalam waktu jangka panjang [2]. Terdapat 14,5% dari populasi penduduk atau seumur hidup sangat di butuhkan oleh diatas usia 20 tahun menderita penyakit kronis pasien dengan penyakit gagal ginjal kronik pada tahun 1999. Persentase ini mengalami stadium V [8]. Sejak tahun 1960an, peningkatan bila dibandingkan data pada tahun hemodialisis pertamakali menjadi praktis 2004 yaitu 16,8%, Meningkatnya populasi pengobatan untuk gagal ginjal [9]. tersebut dikarenakan minimnya kesadaran Hemodialisa sendiri adalah suatu proses yang masyarakat untuk menjalani gaya hidup sehat. digunakan pada pasien dalam keadaan akut Imbasnya, penyakit Chronic Kidney Disease atau kronik dan memerlukan hemodialisis pun mudah menjangkit siapapun [3]. Penyakit jangka pendek [10] . Hal ini terjadi karena ini menjadi masalah utama beban kesehatan ginjal tidak dapat mengeluarkan racun-racun masyarakat di seluruh dunia yang yang seharusnya dikeluarkan [11]. Namun menghasilkan morbiditas dan mortalitas [4]. hemodialisis dapat mempengaruhi Ada sekitar 11% populasi pederita penyakit kesejahteraan profesional, fisikologis pasien, kronis di Amerika Serikat dan Eropa. Faktor dan status ekonomi yang menghasilkan yang mempengaruhi terjadinya Gagal ginjal sejumlah besar gangguan psikologis [12]. kronik diantaranya faktor penyakit: penyakit Penelitian terbaru menunjukan bahwa diabetes, penyakit hipertensi, kelainan minuman energi merupakan suplemen yang autoimun [5]. Selain itu penggunaan minuman paling populer dikalangan remaja dewasa muda PROSIDING SEMINAR NASIONAL 56 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 di Amerika dan seluruh dunia [13] Pandangan secara Univariat dan Bivariat serta dianalisis yang keliru mengenai suplemen sangat menggunakan uji statistik Chi-square (X2). berkaitan dengan kebiasaan pola makan dan minum yang salah [14]. masyarakat modern 3. HASIL DAN PEMBAHASAN cenderung malas untuk mengkonsumsi 3.1 Hasil penelitian makanan bergizi sehingga lari ke suplemen Dari hasil pengumpulan data sebagai substitusi asupan vitamin padahal mengenai Hubungan Konsumsi Suplemen terlalu banyak mengonsumsi berbagai Energi Dengan Kejadian Gagal Ginjal suplemen juga tidak baik bagi kesehatan ginjal Kronik Pada Usia Dewasa Muda yang [15]. Suplemen merupakan vitamin sintetis Menjalani Terapi Hemodialisa di Ruang hasil produk kimia yang tidak bebas dari zat- Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah zat karsinogenik [16]. zat-zat ini kemudian Ciamis adalah sebagai berikut : menumpuk didalam darah sehingga 3.1.1 Analisis univariat menyebabkan penyumbatan, Konsumsi 1) Gambaran Konsumsi Suplemen suplemen secara berlebihan dapat memperberat Energi Usia Dewasa Muda yang fungsi serta kerja ginjal [17]. Bahan utamanya Menjalani Terapi Hemodialisa di adalah kafein, karbohidrat, vitamin B, taurine Ruang Hemodialisa Rumah Sakit herbal, dan perasa lainya [18]. Kandungan Umum Daerah Ciamis kafein dan taurin yang ada dalam minuman Tabel 1 Distribusi Konsumsi Suplemen berenergi lebih cocok bertindak sebagai Energi Pada Usia Dewasa Muda stimulan daripada sebagai sumber energi . yang Menjalani Terapi Suplemen energi yang beredar di pasaran Hemodialisa di Ruang sekarang ini banyak yang mengandung bahan Hemodialisa Rumah Sakit pengawet, pewarna makanan, perasa dan Umum Daerah Ciamis pemanis buatan. Zat-zat inilah yang berbahaya No Kategori Frekuensi Persen bagi kesehatan ginjal dan menjadi penyebab tase 1. Konsumsi 18 54.5 kejadiaan Chronic Kidney Disease [3]. 2. Tidak 15 45.5 Konsumsi 2. METODE Jumlah 33 100 Jenis penelitian yang digunakan adalah metode korelasi dengan pendekatan Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa retrospektiv. Populasi dalam penelitian ini frekuensi yang mengkonsumsi suplemen adalah semua klien gagal ginjal kronik yaitu energi usia dewasa muda yang menjalani sebanyak 110 orang. Teknik pengambilan terapi hemodialisa di RSUD ciamis yaitu sample yang digunakan adalah teknik pusposive sebanyak 18 orang (54,5%) dan kategori sampling yang termasuk golongan usia dewasa tidak konsumsi yaitu sebanyak 15 orang muda yaitu klien dengan usia dari 18-40 tahun (45,5%). di ruang Hemodialisa RSUD Kabupaten 2) Kategori Usia Dewasa Muda yang Ciamis sebanyak 33 orang. Variabel dalam Mengkonsumsi Suplemen Energi penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu Tabel 2 Distribusi Kategori Usia Dewasa variabel bebas (independen) dan variabel Muda yang Mengkonsumsi terikat (dependen). Variabel independent dalam Suplemen Energi penelitian ini adalah konsumsi suplemen energi No Kategori Frekuensi Persen sedangkan variabel dependent dalam penelitian tase ini adalah kejadian gagal ginjal kronik. Teknik 1. 18-24 tahun 2 11,1 2. 25-32 tahun 3 16,7 pengumpulan data dalam penelitian ini 3. 33-40 tahun 13 72,2 menggunakan data primer yaitu data yang Jumlah 18 100 langsung diperoleh dari objek penelitian Berdasarkan Tabel 2 Frekuensi Kategori instrumen yang digunakan dalam penelitian ini Usia Dewasa Muda yang Mengkonsumsi adalah angket. Angket ini selalu berbentuk Suplemen Energi tertinggi usia dewasa formulir-formulir yang berisikan pertanyaan- muda yang menjalani terapi hemodialisa pertanyaan (question) maka angket sering di di ruang hemodialisa RSUD Ciamis sebut questionaire. Pada penelitian data diolah yaitu pada kategori usia 33-40 tahun PROSIDING SEMINAR NASIONAL 57 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

yaitu sebanyak 13 responden (72,2%) terapy hemodialisa di ruang dan kategori usia dewasa muda terendah hemodialisa RSUD Ciamis yaitu > 6 pada usia 18-24 tahun sebanyak 2 bulan konsumsi sebanyak 13 responden responden (11,1%) (72,2%), dan yang lamanya 3-6 bulan 3) Gambaran Frekuensi per hari yang yaitu sebanyak 5 responden (27,8%). Mengkonsumsi suplemen Energi 5) Gambaran Kejadian Gagal Tabel 3 Distribusi Frekuensi per minggu Ginjal Kronik Pada Usia Dewasa yang mengkonsumsi suplemen Muda yang Menjalani Terapi energi Hemodialisa di Ruang No Kategori Frekuensi Persen Hemodialisa Rumah Sakit tase Umum Daerah Ciamis 1. >5x/minggu 14 77,8 Tabel 5 Distribusi Kejadian 2. 1-4x/minggu 4 22,2 Gagal Ginjal Kronik Pada Usia Jumlah 18 100 Dewasa Muda yang Menjalani Berdasarkan Tabel 3 Frekuensi per hari Terapi Hemodialisa di Ruang yang mengkonsumsi suplemen energi Hemodialisa Rumah Sakit kategori >5x/minggu sebanyak 14 Umum Daerah Ciamis responden (77,8%), dan kategori No Kategori Frek (%) Frekuensi per hari 1-4x/minggu 1. Grade 1 0 0 sebanyak 4 responden (22,2%). 2. Grade 2 0 0 4) Gambaran Lamanya Konsumsi 3. Grade 3 0 0 Suplemen Energi usia dewasa muda 4. Grade 4 18 54,5 yang menjalani terapy hemodialisa di 5. Grade 5 15 45,4 ruang hemodialisa RSUD Ciamis Jumlah 33 100 Tabel 4 Distribusi Lamanya Konsumsi Suplemen Energi usia dewasa Berdasarkan tabel 5 frekuensi muda yang menjalani terapy kejadian gagal ginjal kronik usia hemodialisa di ruang dewasa muda yang menjalani hemodialisa RSUD Ciamis therapy hemodialisa di RSUD No Kategori Frekuensi Persen Ciamis kategori Grade 4 sebanyak tase 18 responden (54,5%), Grade 5 1. 3-6 bulan 5 27,8 2. > 6 bulan 13 72,2 sebanyak 15 responden (45,5%), Jumlah 18 100 dan tidak ada responden yang Berdasarkan Tabel 4 Frekuensi termasuk Grade 1, Grade 2 dan Lamanya Konsumsi Suplemen Energi Grade 3 usia dewasa muda yang menjalani

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 58 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

3.1.2 Analisa Bivariat Tabel 6 Hubungan Konsumsi Suplemen Energi dengan Kejadian Gagal Ginjal Usia Dewasa Muda di Ruang Hemodialisa RSUD Ciamis

No Konsumsi Kejadian Gagal Ginjal Total OR P value Suplemen Kronik (95% Energi CI) Grade 4 Grade 5 F % F % F % 1. Ya 6 33,3% 12 66,7% 18 54,5% 0,125 0,007 2. Tidak 12 80% 3 20% 15 45,5% Jumlah 33 100%

Pada tabel silang antara Konsumsi responden, yang mempunya Suplemen Energi dengan kejadian riwayat mengkonsumsi suplemen gagal ginjal usia dewasa muda. energi didapatkan hasil terbanyak Beradasarkan data yang yaitu sebanyak 18 responden mengkonsumsi suplemen energi (54,5%) dan sisanya yang tidak pada Grade 3 tidak terdapat mengkonsumsi suplemen energi responden, pada Grade 4 sebannyak sebanyak 15 responden (45,5%). 6 responden (33,3%) dan pada Grade Dari data tersebut, dapat 5 sebanyak 12 responden (66,7%). disimpulkan bahwa rata-rata usia Berdasarkan data yang tidak dewasa muda mempunyai mengkonsumsi suplemen energi kebiasaan buruk dengan pada Grade 4 sebanyak 12 responden mengkonsumsi suplemen, (80,0%), dan pada Grade 5 sebanyak kebanyakan dari mereka yang 3 responden (20,0%). Dengan total mengkonsumsi suplemen keseluruhan sebanyak 33 responden dikarenakan karena tuntutan (100%). Hasil Uji Statistik pekerjaan, dan ada juga yang menggunakan chi square untuk hanya sekedar ikut-ikutan saja. melihat nilai p value nya. Hasil Seperti yang kita ketahui suplemen analisis bivariat menunjukan nilai p energi banyak mengandung zat-zat value sebesar 0,007 yaitu bila yang bisa merusak dan dibandingkan dengan nilai alpha (a) memperberat kerja ginjal. 0,05 berarti ada hubungan yang Seperti yang dijelaskan mengkonsumsi dengan yang tidak juga dalam jurnal Nugroho (2015), mengkonsumsi suplemen energi. bahwa suplemen (khususnya yang Dengan kata lain dapat disimpulkan jenisnya untuk menambah energi) bahwa ada hubungan yang signifikan juga mengandung kafein, taurin, antara konsumsi suplemen energi mineral, dan glukosa. Suplemen dengan kejadian gagal ginjal kronik energi yang beredar di pasaran usia dewasa muda. Dari hasil analisis sekarang ini banyak yang diperoleh pula nilai OR 0,125 artinya mengandung bahan pengawet, yang mengkonsumsi suplemen pewarna makanan, perasa dan energi lebih mempunyai resiko 0,125 pemanis buatan. Zat-zat inilah kali mengalami Gagal Ginjal kronik yang berbahaya bagi kesehatan dengan Grade yang lebih tinggi ginjal dan menjadi penyebab dibandingkan yang tidak kejadiaan Chronic Kidney Disease. mengkonsumsi. Saat ini suplemen energi bersifat dose-dependence, yakni makin 3.2 Pembahasan banyak dikonsumsi sehingga 3.2.1 Konsumsi Suplemen resiko untuk terjadi Chronic Berdasarkan hasil Kidney Disease juga semakin penelitian diketahui bahwa dari 33 tinggi. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 59 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Frekuensi Lamanya Konsumsi yang mengkonsumsi suplemen Suplemen Energi tertinggi usia energi sebanyak 18 responden dewasa muda yang menjalani (54,5%) yang termasuk kedalam terapy hemodialisa di ruang Grade ke 4 sebanyak 6 responden hemodialisa RSUD Ciamis yaitu > (33,3%) dan yang termasuk 6 bulan konsumsi dan terendah kedalam Grade 5 yaitu sebanyak yang lamanya 3-6 bulan. 12 responden (66,7%). Dari Dari analisis menurut Pasma penelitian tersebut menunjukan (2016), berdasarkan lama bahwa yang mengkonsumsi konsumsi minuman berenergi, suplemen energi kebanyakan responden yang mengonsumsi berada di Grade 5, dibandingkan minuman berenergi kurang dari 1 dengan yang tidak mengkonsumsi tahun, 1-5 tahun dan lebih dari 5 suplemen energi, kebanyakan tahun memiliki peluang berada pada Grade 4. Faktor yang mengalami penyakit ginjal kronis mempengaruhi mengkonsumsi berturut-turut 5 kali, 9 kali, dan 17 minuman suplemen pada faktor kali lebih besar dibanding bukan intrinsik dipengaruhi oleh usia, pengonsumsi minuman berenergi. jenis kelamin, dan keyakinan. Pada faktor ekstrinsik yang terdiri dari : 3.2.2 Kejadian Gagal Ginjal tingkat ekonomi, pendidikan, Berdasarkan hasil pengalaman, iklan, tempat tinggal, penelitian yang diperoleh dari 33 lingkungan sosial dan kebudayaan. responden yang mengalami gagal Frekuensi per hari yang ginjal kronik pada Grade 4 yaitu mengkonsumsi suplemen energi sebanyak 18 responden (54,4%) tertinggi kategori >5x/minggu dan dan responden pada Grade 5 kategori Frekuensi per hari sebanyak 15 responden (45,5%). terendah yaitu 1-4x/minggu. Menurut Darma Frekuensi konsumsi minuman (2015), Indonesia berada pada berenergi pada pasien gagal ginjal urutan ke-4 sebagai negara dengan kronik lebih banyak, yakni lebih penyakit Gagal Ginjal terbanyak dari 50% penderita gagal ginjal dunia. Berdasarkan data provinsi mengkonsumsi lebih dari 5 dari Indonesia Renal Regestry kemasan saji tiap minggu. (IRR) tahun (2014) pasien yang Hasil penelitian ini sesuai menjalani Hemodialisa angka dengan penelitian Nugroho tertinggi berada di daerah Jawa (2015) yang menyimpulkan bahwa Barat yaitu pasien yang baru semakin sering frekuensi konsumsi menjalani Hemodialisa sebanyak suplemen energi maka semakin 5.029 dan pasien aktif sebanyak tinggi stadium Chronic Kidney 3.358 di susul dengan daerah Jawa Disease. Hal ini disebabkan karena Timur yaitu pasien baru 3.621 dan suplemen energy mengandung pasien aktif 2.787 dan kemudian beberapa zat kimia yang berbahaya dan kemudian daerah Jawa Tengah seperti bahan pengawet, pewarna dengan pasien baru sebanyak makanan, perasa dan pemanis 2.192 dan pasien aktif 1.171. buatan. Jika dikonsumsi maka glomerulus mereka akan 3.2.3 Hubungan Konsumsi Suplemen mengalami kematian sel, Energi dengan Kejadian Gagal kehancuran inti sel dan kapsula Ginjal Kronik pada Usia Dewasa bowman berongga. Sehingga Muda semakin sering dikonsumsi maka Berdasarkan hasil dapat menyebakan kerusakan penelitian yang dilakukan terhadap ginjal yang semakin cepat dan 33 responden diketahui bahwa mempengaruhi stadium gagal PROSIDING SEMINAR NASIONAL 60 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 ginjal atau stadium gagal ginjal 4 KESIMPULAN semakin tinggi. Hasil analisis bivariat menunjukan Frekuensi Lamanya nilai p value sebesar 0,007 bila dibandingkan Konsumsi Suplemen Energi dengan nilai α 0,05 berarti ada hubungan antara tertinggi usia dewasa muda yang konsumsi minuman suplemen energy dengan menjalani terapy hemodialisa di kejadian gagal ginjal kronik pada pasien yang ruang hemodialisa RSUD Ciamis menjalani terapi hemodialisa. yaitu > 6 bulan dan terendah yaitu yang lamanya 3-6 bulan. 5 REFERENSI Dari analisis menurut 1) B. Campbell, J. Richmond, And J. J. A. Y. Pasma (2016), berdasarkan lama Dawes, “The Effects Of A Commercial , konsumsi minuman berenergi, Pre-Exercise Energy Drink Supplement On responden yang mengonsumsi Power , Muscular Endurance , And minuman berenergi kurang dari 1 Repeated Sprint Speed .,” Int. Jounal tahun, 1-5 tahun dan lebih dari 5 Exerc. Sci., Vol. 2016, No. 23, Pp. 206– tahun memiliki peluang 213, 2016. mengalami penyakit ginjal kronis 2) S. Gerogianni And F. Babatsikou, “‘ berturut-turut 5 kali, 9 kali, dan 17 Concerns Of Patients On Dialysis : A kali lebih besar dibanding bukan Research Study ,’” Heal. Sci. J., Vol. 8, pengonsumsi minuman berenergi. No. 4, Pp. 423–437, 2014. Dari hasil Penelitian hasil 3) S. H. P. Nugroho, “Tabel Karakteristik analisis diperoleh nilai OR 0,125, Responden Berdasarkan Usia Di Ruang artinya yang mengkonsumsi Hemodialisa Rsud Ibnu Sina Gresik,” suplemen energi lebih mempunyai Surya, Vol. 7, No. 1, 2015. resiko 0,125 kali mengalami Gagal 4) M. Y. Sitifa Aisara1, Syaiful Azmi2, Ginjal kronik dengan Grade yang “Artikel Penelitian Gambaran Klinis lebih tinggi dibandingkan yang Penderita Penyakit Ginjal Kronik Yang tidak mengkonsumsi. Menjalani Hemodialisa Di Rsup Dr. M Dari hasil penelitian 33 Djamil Padang,” J. Kesehat. Andalas., Vol. responden diketahui bahwa 7, No. 1, Pp. 42–50, 2015. frekuensi tertinggi yang 5) S. Idaiani, L. Andayasari, L. Widowati, R. mengkonsumsi suplemen energi Gitawati, M. Sihombing, And I. Tjahja, usia dewasa muda yang menjalani “Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik : terapi hemodialisa di RSUD ciamis Studi Kasus Kontrol Di Empat Rumah yaitu sebanyak 18 orang dan yang Sakit Di Jakarta Tahun 2014,” Bul. Penelit. tidak mengkonsumsi sebanyak 15 Kesehat., Vol. 45, Pp. 17–26, 2017. orang . Yang tidak mengkonsumsi 6) M. Systriana Esi Kamasita1 *, Suryono2 , suplemen energi mereka Yudha Nurdian3 , Yuli Hermansyah4 , Edy mempunyai riwayat penyakit Junaidi5 And Fatekurohman6, “The Effect maupun kebiasaan hidup tidak Of Hemodialysis On Kinetic Segment Of sehat yaitu 2 responden Left Ventricular In Stage V Cronic Kidney mempunyai riwayat konsumsi obat Disease Patients,” Nurseline J., Vol. 3, No. ketika pegal, 2 resonden 1, Pp. 11–19, 2018. mempunyai riwayat merokok, 1 7) A. Y. Intan Logani1), Heedy responden mempunyai riwayat Tjitrosantoso1), “Faktor Risiko Terjadinya minum alkohol, 1 responden Gagal Ginjal Kronik Di Rsup,” J. Ilm. mempunyai riwayat kurang Farm., Vol. 6, No. 3, Pp. 128–136, 2017. minnum air putih, 3 orang 8) F. A. H. Sudiyanto, “Hubungan Antara mempunyai penyakit kelainan Lama Menjalani Hemodialisis Dengan ginjal dari kecil, 6 responden Mekanisme Koping Pasien Penyakit Ginjal mempunyai riwayat hipertensi. Kronik Di Rumah Sakit Gatoel Mojokerto Fitriawahyu,” Hosp. Majapahit, Vol. 9, No. 2, Pp. 109–118, 2017. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 61 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

9) S. Gerogianni, G. Gerogianni, And M. Indones., Vol. 2, Pp. 95–101, 2012. Panagiotou, “Social Life Of Patients 14) D. Syahrul*, “Suplemen Makanan Undergoing Haemodialysis,” Int. J. Caring Kesehatan ( Health Food ) Bernutrisi Sci., Vol. 9, No. 1, Pp. 122–134, 2016. Tinggi Dari Chlorella Dan Minyak Ikan 10) 1befly F. Tokala And 2lisbeth F. J. Kandou Patin,” Jphpi, Vol. 19, No. 3, Pp. 251–255, 2anita E. Dundu, “Hubungan Antara 2016. Lamanya Menjalani Hemodialisis Dengan 15) I. A. Tabita, T. Sudargo, And F. Z. Nisa, Tingkat Kecemasan Pada Pasien Dengan,” “Faktor Ibu Dalam Pemberian Suplemen J. E-Clinic, Vol. 3, No. April, Pp. 402– Pada Anak Prasekolah,” J. Gizi Klin. 407, 2015. Indones., Vol. 8, No. 4, Pp. 172–181, 11) V. D. A. Ningrum, Z. Ikawati, A. H. 2012. Sadewa, And M. R. Ikhsan, “Kontrol 16) A. N. Wulansari, “Alternatif Cantigi Ungu Glikemik Dan Prevalensi Gagal Ginjal (Vaccinium Varingiaefolium) Sebagai Kronik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe Antioksidan Alami : Review Anisa,” 2 Di Puskesmas Wilayah Provinsi Diy Farmaka Suplemen, Vol. 16, No. 2, Pp. Tahun 2015,” J. Farm. Klin. Indones., Vol. 419–429, 2018. 6, No. 2, Pp. 78–90, 2017. 17) T. Agustina, “Kontaminasi Logam Berat 12) K. A. And Stina T. K. Dew, “Strategi Pada Makanan Dan Dampaknya Pada Coping Pada Family Caregiver Pasien Kesehatan,” Teknobuga, Vol. 1, No. 1, Pp. Gagal Ginjal Kronis Yang Menjalani 53–65, 2014. Hemodialisa Strategi,” J. Psikologis Klin. 18) P. Puspitasari And D. Kusnadi, “Hubungan Dan Kesehat. Ment., Vol. 2, No. 3, Pp. 7– Antara Konsumsi Minuman Berenergi 16, 2013. Yang Mengandung Kombinasi Taurin Dan 13) Sugiarto, “Hubungan Asupan Energi , Kafein Dengan Angka Kejadian Gagal Protein Dan Suplemen Dengan Tingkat Ginjal Kronis,” J. Kesehat. Hesti Wira Kebugaran,” J. Media Ilmu Keolahragaan Sakti, Vol. 3, No. 3, Pp. 54–61, 2015.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 62 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

STRATEGI KOPING KELUARGA DALAM MERAWAT KLIEN GAGAL GINJAL KRONIK

Elis Noviati1 Nurhidayat2 Henri Setiawan3 Elis Roslianti4 Fidya Anisa Firdaus5 Tia Nur Fitriani6 156Program Studi S-1 Keperawatan, STIKes Muhammadiyah Ciamis 234Program Studi D-3 Keperawatan, STIKes Muhammadiyah Ciamis Email: [email protected]

ABSTRACT Having hemodialysis for patients with chronic kidney failure will cause stress in the family life of people with chronic kidney failure every year. therefore the family must have a coping strategy in solving the problem so that negative behavior for the family can be avoided. The purpose of this study was to determine family coping strategies in treating clients with chronic renal failure. Method: This study uses descriptive analytical research with sampling techniques using purposive sampling with a population of 110 families and 52 respondents who fit the inclusion criteria and exclusion criteria determined by the researcher. Results: The results showed that family abilities in family coping strategies in treating clients with chronic kidney failure were obtained in the strategy of effective category relationships of 34 respondents (65.4%), effective cognitive strategies as many as 34 respondents (65.4%), effective communication strategies as many as 28 respondents (53.8%), effective social support strategies as many as 34 respondents (65.4%), effective spiritual strategies as many as 35 respondents (67.3%). Conclusion: the conclusion of this study is that family coping strategies in treating clients with chronic kidney failure have been effective, namely the effective category of 34 respondents (65.4%). Keyword: Family, Coping Strategy, Chronic Kidney Failure

1. PENDAHULUAN dan reabsorpsi [4]. CKD juga meningkatkan Penyakit kardiovaskular, diabetes, dan risiko penyakit kardiovaskular (stroke fatal dan penyakit ginjal kronis sekarang masing-masing non fatal, infark miokard dan penyakit arteri mencapai 27%, 4,0%, dan 3,0% kematian di perifer) dan kalsifikasi vaskular [5] . Asia Selatan [1]. Penyakit ginjal kronis (CKD) Rekomendasi edward menyoroti kesempatan memiliki prevalensi yang tinggi pada populasi untuk mengurangi penyakit ginjal kronis di umum dan dikaitkan dengan mortalitas yang kemudian hari dengan mengurangi tinggi . Di Amerika Serikat kejadian dan pertumbuhan, prematuritas, dan kondisi prevalensi gagal ginjal meningkat 50% di lainnya yang sangat penting dengan jumlah tahun 2014. Data menujukan bahwa setiap kelahiran yang rendah, melalui intervensi tahun 200.000 orang Amerika menjalani terkoordinasi dokter kandungan, neonatologi, hemodilisis karena gangguan gagal ginjal nephrologists, bidan, dan dokter panel keluarga kronis artinya 1140 dalam satu juta orang. [6] . Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah Ada beberapa penyebab yang dapat suatu proses patofisiologi dengan etiologi yang menyebabkan kejadian gagal ginjal kronik beragam, mengakibatkan penurunan fungsi yaitu: ginjal yang progresif, dan pada umumnya a. Adanya infeksi saluran kemih berakhir dengan gagal ginjal [2]. Penyakit b. Penyakit peradangan seperti : ginjal kronis dikaitkan pula dengan hipertrofi (glomerulonefritis) akut dan kronik. jantung, peningkatan resiko kematian, dan c. Penyakit vaskuler hipertensif gagal fibrosis [3]. Fibrosis ginjal adalah karakteristik ginjal kronik dapat menyebabkan utama perkembangan gagal ginjal kronik . hipertensi karena adanya retensi Ginjal memainkan peran sentral dalam natrium dan cairan, pengaruh dari penghapusan produk limbah metabolik dan sistem renin angiotensin dan defisiensi pengaturan metabolit 20 molekul rendah prostaglandin; [7]. melalui glomerulus fi ltration, sekresi tubular PROSIDING SEMINAR NASIONAL 63 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Diperlukan pendekatan keseluruhan reaksi atau perasaan individu terhadap adanya sistem kesehatan untuk mengembangkan stressor [2]. strategi implementasi yang efektif untuk Hemodialisa merupakan suatu proses mempengaruhi risiko penyakit ginjal secara yang digunakan pada pasien dalam pasien terprogram secara positif [8]. Selama 40 tahun dengan keadaan akut dan memerlukan terapi terakhir, kreatinin serum telah menjadi petanda hemodialisa jangka pendek (beberapa hari serum paling umum dan murah untuk hingga beberapa minggu) atau pasien dengan mengetahui fungsi ginjal. Kadar kreatinin penyakit ginjal stadium terminal (ESRD) yang serum meningkat pada pasien gagal ginjal non membutuhkan terapi jangka panjang atau terapi dialisis. Sekitar 57% dari pasien gagal ginjal permanen sehelai membran sintetik yang semi non dialisis memiliki kadar kreatinin 7-12 permiabel menggantikan glomerulus serta mg/dL [9]. tubulus renal dan bekerja sebagai filter bagi Berdasarkan data rekam medik RSUD ginjal yang terganggu fungsinya [13]. Pasien Kabupaten Ciamis (2017), menunjukan bahwa yang menjalani hemodialysis jangka panjang data kunjungan penderita gagal ginjal kronis ditemukan mengalami perubahan fisiologis dan tahun 2014 sebanyak 3.851 orang, tahun 2015 psikologis berupa stress yang mampu sebanyak 5.789 orang, pada tahun 2016 memengaruhi mental, fisik, dan psikologis, sebanyak 8.580 dan data terakhir dari tahun yang berefek langsung pada tubuh [14]. 2017 pada bulan Januari sebanyak 766 orang Berdasarkan penelitian Ana et al (2013) di dan Februari 675 orang data ini menunjukan Brazil, usia rata-rata pasien gagal ginjal kronik bahwa setiap tahunnya data kunjungan gagal yang menjalani hemodialisis adalah 51.90 ginjal kronik semakin tinggi. Selanjutnya data tahun dengan rentang usia 28-76 tahun. dari ruang hemodialisa RSUD Kabupaten Pasien yang mendapatkan HD ciamis (2017), jumlah pasien rutin yang biasanya menghadapi banyak stressor terkait menjalani hemodialisa pada bulan februari dengan penyakitnya dan terapi HD itu sendiri, 2017 sebanyak 107 orang dan pada bulan maret beberapa stressor seperti ancaman kematian 2017 sebanyak 110 orang [10]. yang terus menerus, penurunan kualitas hidup, Koping didefinisikan sebagai suatu penurunan fungsi tubuh dan terapi seumur proses dimana individu mencoba untuk hidup menjadi beban tambahan bagi penderita mengatur kesenjangan persepsi antara tuntutan ESRD, meskipun banyak studi dilakukan untuk situasi yang menekan dengan kemampuan mengetahui stressor dan efek ESRD terhadap mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut.. pasien, tetapi penelitian tentang pengalaman Fungsi dari keluarga adalah fungsi afektif. hidup pasien dengan ESRD dan koping yang Fungsi afektif berhubungan dengan fungsi mereka gunakan dalam menghadapi stressor internal keluarga yang merupakan basis tersebut sangat terbatas, khususnya di kekuatan dari keluarga [11]. Indonesia [15]. Menurut Cumayunaro, dukungan Klien gagal ginjal kronik dengan terapi keluarga terdiri dari : Dukungan emosional hemodialisis harus patuh terhadap program yang mencakup ekspresi cinta, emosi, percaya pengobatan karena jika tidak patuh maka akan dan perhatian kepada orang lain, Dukungan menimbulkan komplikasi, karakteristik penghargaan merupakan dukungan yang pengobatangagal ginjal kronik dengan dialisis muncul melalui ekspresi penghargaan positif akan terjadi ketidakpatuhan dikarenakan terhadap orang lain, memberikan semangat pengobatan seumur hidup, rejimen pengobatan atau memberikan persetujuan mengenai ide-ide yang kompleks, kesulitan memahami dasar / perasaan individu, Dukungan instrumental program pengobatan, dan ketidaktahuan berupa bantuan langsung seperti membantu konsekuensi jangka pendek akibat mengerjakan tugas-tugas seseorang yang ketidakpatuhan [16]. sedang ditimpa kesulitan [12]. Uraian di atas menunjukan bahwa Pada strategi problem-focused coping, strategi koping keluarga berperan penting dalam individu berusaha untuk mengubah situasi pemecahan masalah keluarga yang terjadi maka yang menyebabkan stresor atau mencegah dari itu peneliti tertarik untuk melakukan suatu stresor terjadi, Pada strategi penelitian dengan Judul “Strategi Koping emotionfocused coping, yang diubah adalah Keluarga dalam Merawat Klien Gagal Ginjal PROSIDING SEMINAR NASIONAL 64 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Kronik di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Berdasarkan tabel 1 bahwa Umum Daerah Ciamis Tahun 2017”. dari 52 responden, frekuensi strategi hubungan keluarga didapatkan hasil 2. METODE PENELITIAN terbanyak yaitu kategori efektif Penelitian ini menggunakan jenis sebanyak 34 responden (65.4%) dan penelitian deskriptif dengan tujuan utama sisanya tidak efektif sebanyak 18 untuk mendeskripsikan (memaparkan) responden (34.6%). peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada b) Strategi Kognitif masa kini [17]. Dengan pendekatan Cross Tabel 2 Distribusi Frekuensi sectional. Tenik pengambilan sampelnya Strategi Kognitif menggunakan purposive sampling yaitu Keluarga dalam tekhnik penentuan sampel dengan cara memilih Merawat Klien Gagal sampel diantara populasi, sesuai dengan yang Ginjal Kronik di di kehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam Ruang Hemodialisa penelitian), sehingga sampel tersebut dapat Rumah Sakit Umum mewakili karakteristik populasi yang telah Daerah Kabupaten dikenal sebelumnya [17]. Populasi yang Ciamis Tahun 2017 digunakan dalam penelitian ini adalah semua Kategori Frekuen Persentase keluarga klien gagal ginjal kronik yang si mengantar klien menjalani terapi hemodialisa di Efektif 34 65.4% Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Umum Daerah Tidak Efektif 18 34.6% Kabupaten Ciamis yaitu sebanyak 110 keluarga Jumlah 52 100 % didapat 52 responden yang sesuai dengan B kriteria inklusi dan kriteria eksklusi yang di erdasarkan tabel 2 bahwa dari 52 tentukan peneliti. responden, frekuensi strategi kognitif keluarga didapatkan hasil terbanyak 3. HASIL DAN PEMBAHASAN yaitu kategori efektif sebanyak 34 3.1 Hasil Penelitian responden (65.4%) dan sisanya tidak Berdasarkan penelitian yang telah efektif sebanyak 18 responden dilakukan mengenai Strategi Koping (34.6%). Keluarga Dalam Merawat Klien Gagal c) Strategi Komunikasi Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa Tabel 3 Distribusi Frekuensi Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Strategi Komunikasi Ciamis Tahun 2017 didapatkan hasil Keluarga dalam sebagai berikut: Merawat Klien Gagal a) Strategi Hubungan Ginjal Kronik di Tabel 1 Distribusi Frekuensi Strategi Ruang Hemodialisa Hubungan Keluarga dalam Rumah Sakit Umum Merawat Klien Gagal Ginjal Daerah Kabupaten Kronik di Ruang Hemodialisa Ciamis Tahun 2017 Rumah Sakit Umum Daerah Kategori Frekuensi Persentase

Kabupaten Ciamis Tahun Efektif 35 67.3% 2017 Tidak Efektif 17 32.7% Kategori Frekuensi Persentase Jumlah 52 100 % Efektif 34 65.4% Berdasarkan tabel 3 bahwa dari Tidak Efektif 18 34.6% 52 responden, frekuensi strategi Jumlah 52 100 % komunikasi keluarga didapatkan hasil penelitian yang menunjukan hasil

terbanyak yaitu kategori efektif

sebanyak 28 responden (53.8%) dan

sisanya tidak efektif sebanyak 24

responden (46.2%).

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 65 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

d) Strategi Dukungan Sosial f) Strategi Koping Keluarga dalam Tabel 4 Distribusi Frekuensi Merawat Klien Gagal Ginjal Kronik Strategi Dukungan Tabel 6 Distribusi Frekuensi Sosial Keluarga dalam Strategi Koping Merawat Klien Gagal Keluarga dalam Ginjal Kronik di Merawat Klien Gagal Ruang Hemodialisa Ginjal Kronik di Rumah Sakit Umum Ruang Hemodialisa Daerah Kabupaten Rumah Sakit Umum Ciamis Tahun 2017 Daerah Kabupaten Kategori Frekuensi Persentase Ciamis Tahun 2017 Kategori Frekuensi Persentase Efektif 34 65.4% Efektif 34 65.4% Tidak Efektif 18 34.6% Tidak 18 34.6% Efektif Jumlah 52 100 %

Jumlah 52 100 % Berdasarkan tabel 6 bahwa dari 52 responden, frekuensi strategi koping Berdasarkan tabel 4 bahwa keluarga dalam merawat klien gagal ginjal dari 52 responden, frekuensi strategi kronik didapatkan hasil terbanyak yaitu dukungan sosial keluarga didapatkan kategori efektif sebanyak 34 responden hasil terbanyak yaitu kategori efektif (65.4%) dan sisanya tidak efektif sebanyak sebanyak 34 responden (65.4%) dan 18 responden (34.6%). sisanya tidak efektif sebanyak 18 responden (34.6%). 3.2 PEMBAHASAN e) Strategi Spritual a) Strategi Hubungan Tabel 5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan hasil penelitian Strategi Dukungan diketahui bahwa dari 52 responden, Spritual dalam frekuensi strategi hubungan keluarga Merawat Klien Gagal didapatkan hasil terbanyak yaitu kategori Ginjal Kronik di efektif sebanyak 34 responden (65.4%) dan Ruang Hemodialisa sisanya tidak efektif sebanyak 18 Rumah Sakit Umum responden (34.6%). Dari data tersebut, Daerah Kabupaten dapat disimpulkan bahwa mayoritas Ciamis Tahun 2017 responden atau keluarga pasien Gagal Kategori Frekuensi Persentase ginjal kronik di ruang hemodialisa di RSUD Kabupaten Ciamis sudah mampu Efektif 28 53.8% Tidak Efektif 24 46.2% mengatasi dan lepas dari tekanan dan stress yang begitu tinggi dengan memiliki Jumlah 52 100 % anggota keluarga yang menderita penyakit Berdasarkan tabel 5 bahwa dari kronik dengan cara bersatu menciptakan 52 responden, frekuensi strategi kedamaian dalam keluarga, mengatasi spiritual keluarga didapatkan hasil permasalahan yang ada dalam keluarga terbanyak yaitu kategori efektif dengan menciptakan hubungan yang lebih sebanyak 35 responden (67.3%) dan erat dalam keluarga. sisanya tidak efektif sebanyak 17 Salah satu cara membuat keluarga responden (32.7%). makin erat dan dapat mengelola stressor di dalam keluarga yaitu dengan cara berbagi perasaan dan pemikiran, serta terlibat dalam aktivitas keluarga hal ini akan meningkatkan kerukunan dalam keluarga dan yang tidak kalah penting juga di dalam keluarga di tuntut adanya fleksibilitas PROSIDING SEMINAR NASIONAL 66 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

peran yaitu apabila salah satu anggota mereka memang mampu menghadapi keluarga di dalam rumah sakit kita harus stressor dan masalah yang menimpa mampu menggantikan peran tersebut keluarga dengan berkomunikasi secara sementara sampai keadaan tersebut normal terbuka, jujur satu sama lain dan kembali [18]. menggunakan humor dan tawa dalam b) Strategi Kognitif menghadapi setiap permasalahan. Hasil penelitian mengenai Lestari menyatakan strategi kognitif keluarga menunjukan komunikasi merupakan salah satu frekuensi strategi kognitif keluarga komponen dalam melakukan resolusi didapatkan hasil terbanyak yaitu kategori konflik atau menyelesaikan konflik, efektif sebanyak 34 responden (65.4%) dan komunikasi berperan penting dalam segala sisanya tidak efektif sebanyak 18 aspek kehidupan berkeluarga untuk responden (34.6%). Sehingga dapat membangun kedekatan dan keintiman disimpulkan bahwa mayoritas responden dalam keluarga [19]. sudah memiliki strategi koping kognitif d) Strategi Dukungan Sosial yang baik dengan dapat menyelesaikan Berdasarkan hasil penelitian masalah yang ada dengan berbagai cara diketahui bahwa bahwa dari 52 responden, baik dengan bermusyawarah dengan frekuensi strategi dukungan sosial keluarga keluarga mengenai pengobatan, mencari didapatkan hasil terbanyak yaitu kategori informasi mengenai perawatan gagal ginjal efektif sebanyak 34 responden (65.4%) dan kronis baik dengan komunitas yang ada, sisanya tidak efektif sebanyak 18 keluarga menormalkan anggota keluarga responden (34.6%). Hal ini membuktikan yang sakit dengan rutinitas dan aktivitas bahwa keluarga mampu bersosialisasi dan seperti biasa dan mampu menyelesaikan memanfaatkan dukungan sosial untuk permasalan keluarga dengan tenang dan mencari saran, informasi, dan berbagi tidak memperbesar masalah yang ada perasaan (curhat) untuk mengurangi stress. namun menganggap masalah tersebut Dukungan social bisa diraih mudah untuk di hadapi. dari berbagai sumber, dari sumber alami Penelitian dari Goerge seperti kerabat dekat, suami, istri, teman, Washington University yang menangani dll. bisa pula dari non professional seperti penyakit gagal ginjal stadium lanjut pada keluarga, teman, kolega yang bisa keluarga menunjukan bahwa keluarga yang dilakukan secara individu atau kelompok memiliki strategi koping keluarga dengan [5]. menjalankan aktivitas yang normal e) Strategi Spiritual meskipun ada anggota keluarga yang sakit Berdasarkan hasil penelitian terbukti memiliki perjalanan klinis yang diketahui bahwa bahwa dari 52 responden, lebih baik di bandingkan keluarga yang frekuensi strategi spiritual keluarga melakukan aktivitasnya dengan berfokus didapatkan hasil terbanyak yaitu kategori pada kebutuhan anggota keluarga yang efektif sebanyak 35 responden (67.3%) dan sakit [18]. sisanya tidak efektif sebanyak 17 c) Strategi Komunikasi responden (32.7%). Maka dari hasil Berdasarkan hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa strategi diketahui bahwa bahwa dari 52 responden, spiritual yang di miliki oleh keluarga sudah strategi komunikasi keluarga didapatkan berjalan efektif. hasil penelitian yang menunjukan hasil Strategi koping religius terbanyak yaitu kategori efektif sebanyak berkolerasi dengan tingkat kompetensi 28 responden (53.8%) dan sisanya tidak untuk menyelesaikan masalah yang tinggi. efektif sebanyak 24 responden (46.2%). Dan menyatakan ada dua metode koping Sehingga dapat di simpulkan bahwa religius yaitu prayer dan forgiveness strategi komunikasi dalam keluarga yang (beribadah dan memaafkan). mempunyai anggota keluarga yang sakit gagal ginjal kronik memang mayoritas sudah cukup baik dan efektif karena PROSIDING SEMINAR NASIONAL 67 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 f) Strategi Koping Keluarga dalam Ablation Of Atrial Fi Brillation : Merawat Klien Gagal Ginjal Kronik Executive Summary,” J. Arrhythmia Berdasarkan hasil penelitian J., Vol. 33, No. 1, Pp. 369–409, 2017. bahwa dari 52 responden, frekuensi strategi 5. N. Kovalcikova And J. Zakova, koping keluarga dalam merawat klien “Social Support As The Role Of Social gagal ginjal kronik didapatkan hasil Worker In Work With Dialysed terbanyak yaitu kategori efektif sebanyak Clients,” Shs Web Conf., Vol. 3, No. 2, 34 responden (65.4%) dan sisanya tidak Pp. 1–8, 2018. efektif sebanyak 18 responden (34.6%). 6. M. D. Edward Gane Et Al., . “Glecaprevir And Pibrentasvir In 4. KESIMPULAN Patients With Hcv And Severe Renal Berdasarkan hasil analisis, Impairment,” N. Engl. J. Med., Vol. 1, dapat di simpulkan bahwa strategi koping No. 1, Pp. 1448–1455, 2017. keluarga dalam merawat klien gagal ginjal 7. Haryono, Keperawatan Medikal Bedah kronik sudah efektif yaitu kategori efektif Sistem Perkemihan, Vol. 696. sebanyak 34 responden (65.4%)., dan Yogyakarta: Rapha Publishing, 2013. melakukan berbagai strategi koping lebih 8. V. A. Luyckx Et Al., “Viewpoint A dari satu lebih bagus di bandingkan hanya Developmental Approach To The menggunakan satu atau dua strategi koping Prevention Of Hypertension And serta semakin lama pasien dan keluarga Kidney Disease : A Report From The tersebut menjalani hemodialisa strategi Low Birth Weight And Nephron koping yang dimiliki pun semakin efektif Number Working Group,” J. Viewp., sehingga di harapkan pasien yang baru Vol. 6736, No. 17, Pp. 1–5, 2017. terdiagnosa gagal ginjal kronis 9. A. A. Alfonso And A. E. Mongan, keluarga/pendampingnya di harapkan “Gambaran Kadar Kreatinin Serum dapat belajar, bertukar informasi dengan Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik sesama keluarga yang lain yang sudah Stadium 5 Non Dialisis,” J. E- lebih berpengalaman karena memang Biomedik, Vol. 4, No. 1, Pp. 178–183, waktu hemodialisa yang sudah lama 2016. 10. R. M. R. K. Ciamis., Angka Kejadian 5. REFERENSI Gagal Ginjal: Ciamis. 2017. 1. A. Misra And T. Jafar, “Diabetes, 11. Padila, Asuhan Keperawatan Keluarga Cardiovascular Disease, And Chronic Konsep dan Praktik. 2013, no. March. Kidney Disease In South Asia: Current yogyakarta: nuha medika, 2013. Status And Future Directions,” Heal. 12. A. Cumayunaro, “Dukungan Keluarga South Asia, Pp. 1–5, 2017. Dan Mekanisme Koping Pasien Gagal 2. O. Saputra, R. Lisiswanti, T. A. Ginjal Kronik Yang Menjalani Larasati, H. Rahmania, F. Kedokteran, Hemodialisa Ayuro,” Menara Ilmu, And U. Lampung, “Strategi Koping Vol. Xii, No. 79, Pp. 16–25, 2018. Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 : 13. A. C. Smeltzer, “Immune Inhibitory Studi Kualitatif Coping Strategies Of Molecules Lag-3 And Pd-1 Patients With Type 2 Diabetes Synergistically Regulate T-Cell Mellitus : A Qualitative Study,” Function To Promote Tumoral Agromed Unila, Vol. 4, No. 1, Pp. 7– Immune Escape,” Microenviron. 12, 2017. Immunol., No. 20, Pp. 917–928, 2012. 3. Suematsu, “Method For Controlling 14. Jeffrey Navarro Rojas, “Stress And External Electric Power Supply Coping Mechanisms Among System Of Fuel Cell - Mounted Hemodialysis Patients In The Gulf Vehicle , And External Electric Power And Neighboring Countries: A Supply System,” Us 10 , 071 , 649 B2, Systematic Review,” Int. J. Adv. Res. Vol. 2, Pp. 1–12, 2018. Technol., Vol. 6, No. 4, Pp. 36–40, 4. P.-S. Chen Et Al., “Expert Consensus 2017. Statement On Catheter And Surgical 15. Y. S. Dewi, N. D. Kurniawati, E. D. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 68 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Wahyuni, D. Yasmara, A. Bakar, And Keperawatan (3 Ed.). Jakarta: Salemba S. R. I, “Pengalaman Hidup Pasien Medika, 2013. Dengan Gagal Ginjal Terminal,” Fak. 18. E. Friedman, M., Bowden, V., & Keperawatan Unair, Pp. 126–134, Jones, Buku Ajar Keperawatan 2011. Keluarga Riset, Teori Dan Praktik 16. R. Fidyawati And A. Susanti, (Edisi 5 Ed.). (E. Tiar, Ed., A. Yani, A. “Hubungan Dukungan Sosial Keluarga Sutarna, N. B. Subekti, D. Yulianti, & Dengan Kepatuhan Diet Pasien Gagal N. Herdayana, Trans.). Egc, 2013. Ginjal Kronik Yang Menjalani 19. Lestari, Psikologi Keluarga: Hemodialisis Di Rumkital Dr. Penanaman Nilai Dan Penanganan Ramelan Surabaya,” Pros. Hefa 1st, Konflik Dalam Keluarga, Vol. 1, No. Vol. 1, No. 1, Pp. 347–354, 2017. 1. 2012 17. Nursalam, Metodologi Penelitian Ilmu .

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 69 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL DENGAN KUNJUNGAN ANC

1)Henri Setiawan 2)Heri Ariyanto 3)Dudang Erawan Suseno 13Dosen D-3 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Ciamis 2S-1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Ciamis Email: [email protected]

ABSTRACT Antenatal Care (ANC) is a health check performed by health servicer to pregnant women during pregnancy to prevent complications of pregnancy and prepare for a healthy and normal birth process. During pregnancy, not all of pregnant women come to health services to do ANC. This is influenced by many factors including the level of knowledge within. Objective: This study was purposed to determine the relationship between the knowledge of pregnant women about the ANC with the number of visits. Method: This research was a quantitative descriptive with correlational analytic method and used cross sectional design. Sampling technique with simple random sampling. The number of sample were taken 60 respondents from 140 population. SPSS version 16 program was used to analyze the data with Chi Square analyze. Results: The results showed that the majority of samples had less knowledge (51.70%) with the majority of ANC visit frequencies was not being carried (75.00%). Conclusion: There is a very significant relationship between the level of knowledge with the number of visits with the ANC ρ value <α (0.000 <0.005). Keywords: ANC, pregnancy, Knowledge

1. PENDAHULUAN Kehamilan adalah suatu proses perubahan dengan cara mengadakan sosialisasi mengenai dalam rangka melanjutkan keturunan yang peran posyandu dan mengadakan penyuluhan terjadi secara alami, yang akan menghasilkan mengenai ANC kepada masyarakat, khsusnya janin yang tumbuh di dalam rahim ibu [1]. ibu hamil [6]. Lama hamil normal yaitu 280 hari (40 minggu Pelayanan antenatal ANC adalah salah atau 9 bulan 7 hari) di hitung dari haid pertama satu program kegiatan puskesmas, untuk sampai haid terakhir (di mulai dari konsepsi) merubah sikap dan perilaku masyarakat kearah sampai 6 bulan, triwulan ketiga sampai bulan keamanan, persalinan dan memperbaiki ke 7 sampai bulan ke 9[2]. Pada proses rujukan resiko kehamilan [7]. kehamilan terjadi perubahan fisiologis dan Lembaga kesehatan dunia World Healt psikologis sehingga ibu hamil sangat Organization (WHO) memperkirakan di memerlukan informasi dari petugas kesehatan seluruh dunia setiap tahun lebih dari 585 ribu melalui Antenatal Care atau ANC [3]. meninggal pada saat hamil atau bersalin. ANC adalah kunjungan ibu hamil ke Derajat kesehatan ibu dan anak masih perlu di bidan atau dokter sedini mungkin semenjak ia tingkatkan. Angka kematian ibu (AKI) pada merasa dirinya hamil untuk mendapatkan tahun 2017, yaitu 1.712 kasus. dan angka pelayanan atau asuhan antenatal, pada setiap kematian bayi (AKB) pada tahun 2017, yaitu kunjungan ANC. Petugas mengumpulkan dan 10.294 kasus. Angka kematian ibu dan bayi menganalisis data mengenai kondisi ibu tertinggi ke dua di asia tenggara, yaitu melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik indonesia (305 per 100 ribu), Angka ini tiga untuk mendapatkan diagnosis kehamilan kali lipat lebih tinggi dari pada target MDGs intrauterin, serta ada atau tidaknya masalah Indonesia, yaitu 102 per 100 ribu, Angka ini atau komplikasi terhadap ibu dan bayi [4]. menempatkan Indonesia sebagai negara Rendahnya tingkat pengetahuan ibu hamil dengan angka kematian tertinggi kedua di Asia tentang ANC pada masa kehamilan di Tenggara. Urutan pertama ditempat oleh Laos pengaruhi oleh kurangnya peranan posyandu, dengan angka kematian (357 per 100 ribu), pendidikan, jauhnya jarak tempat pelayanan singapura (7 per 100 ribu), Malaysia (24 per kesehatan, dan kurangnya sosialisasi kepada 100 ribu) [8]. masyarakat khususnya ibu hamil mengenai Di samping itu, lebih dari setengah ANC [5]. Adapun upaya tenaga kesehatan kematian bayi (56%) merupakan kematian terutama bidan untuk mengatasi hal tersebut neonatal (bayi baru lahir) yang umumnya 0-6 PROSIDING SEMINAR NASIONAL 70 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 hari. Tindakan pemeriksaan pada masa dalam penelitian ini menggunakan data primer neonatus di masyarakat masih sangat rendah, yaitu data yang diperoleh dari objeg penelitian yaitu 57,6% neonatus di periksa oleh tenaga yang dilakukan dengan cara membagikan kesehatan dalam minggu pertama, dan hanya kuisioner kepada responden, dan juga hasil 33,4% yang di periksa ketika umur 8-28 hari. pengukuran, pengamatan, dan survey. Untuk mengejar target millenium development Instrumen penelitian yang digunakan goals (MDGs), AKI dari 228/100.000 merupakan kuesioner yang berfungsi untuk kelahiran hidup menjadi 102 pada tahun 2015 mengukur pengetahuan ibu hamil tentang memang sulit. Demikian pula menurunkan ANC. Kuesioner yang berjumlah 30 soal target rata-rata AKB dari 34 per 1000 [9]. tentang ANC yang sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Penelitian ini adalah deskriptif Cihaurbeuti pada bulan februari sampai maret kuantitatif dengan metode analitik 2018. korelasional, serta pengambilan sampel dengan simple random sampling. Penelitian ini 3. HASIL DAN BAHASAN menggunakan dua variabel yaitu variabel Tabel 1 Distribusi Responden bebas (independen) berupa pengetahuan ibu Berdasarkan Usia hamil tentang ANC dan variabel terikat NO Umur Jumlah % (dependen) berupa kunjungan ANC selama 1 < 20 tahun 9 15,00 kehamilan. Populasi dalam penelitian ini 2 20-30 tahun 31 51,67 adalah ibu hamil yang berada di Posyandu 3 30-40 tahun 17 28,33 Cihaurbeuti sebanyak 140 orang. Jumlah 4 >40 tahun 3 5,00 sampel yang terlibat dalam penelitian ini Total 60 100 menggunakan rumus simple random sampling sebanyak 60 orang. Data yang digunakan Berdasarkan pada Tabel 1 menunjukkan dari media cetak dan elektronik mengenai bahwa persentase responden tertinggi adalah informasi usia yang aman untuk hamil [13]. 31 responden (51,67%) berada pada usia 20 Namun ada sekitar 9 responden (15,00%) sampai 30 tahun, dan terendah berusia lebih adalah ibu hamil yang memiliki usia berisiko dari 40 tahun sebanyak 3 responden (5,00%). terhadap gangguan kehamilan yaitu kurang Hal ini menunjukan bahwa usia 20 sampai 30 dari 20 tahun, dan ada 3 orang yang berusia tahun merupakan usia yang paling sesuai bagi lebih dari 40 tahun (5,00%), sehingga perlu seorang wanita untuk hamil [10]. Usia yang untuk mendapat perhatian lebih terutama dianjurkan untuk hamil adalah 20 sampai 30 dalam hal pendidikan kesehatan maupun tahun sehingga hal ini sesuai dengan program penyuluhan kesehatan [14]. kesehatan, Usia ini sesuai untuk hamil karena berisiko rendah terjadi gangguan saat Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden kehamilan [11]. Hal ini menunjukkan bahwa Berdasarkan Tingkat Pendidikan usia ibu-ibu yang memeriksakan kehamilan No Pendidikan Jumlah % nya di Puskesmas tersebut sudah sesuai 1 SD 8 13,33 dengan standar batas usia yang rendah untuk 2 SMP 25 41,67 terjadinya gangguan selama kehamilan dan 3 SMA 17 28,33 persalinan [12]. Hal ini kemungkinan 4 Perguruan 10 16,67 disebabkan oleh semakin sadarnya para wanita tinggi dalam menentukan usia kehamilan yang aman Total 60 100 disamping pengaruh dari pengetahuan, sosialisasi, penyuluhan antenatal care maupun

Berdasarkan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa presentase responden tertinggi adalah berpendidikan SMP sebanyak 25 responden (41,67%) dan terendah berpendidikan SD sebanyak 8 reponden (13,33%). Tingkat pendidikan seseorang sangat berpengaruh pada PROSIDING SEMINAR NASIONAL 71 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 pengetahuannya[15]. Semakin tinggi tingkat dan kesadaran dari dirinya sendiri akan pendidikan seseorang menyebabkan semakin diterima secara lambat [16]. Kelambatan inilah mengerti dan sadar terhadap sesuatu hal, yang menyebabkan seseorang akan susah dan sebaliknya semakin rendah tingkat pendidikan lama dalam mengubah perilakunya dalam seseorang maka kemampuan untuk menilai melaksanakan kunjungan antenatal care. Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan responden. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ibu Hamil Tentang Antenatal Care bahwa kemampuan mengetahui sesuatu juga (ANC) dipengaruhi pula oleh kemampuan belajar dan No Kategori Frekuensi % daya ingat seeorang tersebut. [18]. 1 Baik 12 20,00 Ketidakmampuan mengingat kembali suatu 2 Cukup 17 28,30 bahan menjadikan hal yang pernah diterima 3 Kurang 31 51,70 menjadi tidak terserap dan tidak dipahami Total 60 100 dengan baik. Selain itu ada banyak faktor yang menyebabkan kurangnya pengetahuan akan Berdasarkan pada Tabel 3 diperoleh sesuatu diantaranya adalah tingkat pendidikan presentase responden dengan pengetahuan yang rendah, kurangnya informasi, dan kehamilan baik yaitu sebanyak 12 responden sosialisasi maupun penyuluhan [19]. (20,00%), berpengetahuan cukup sebanyak 17 Dari data hasil penelitian 60,00% reponden (28,30%) dan berpengetahuan responden memiliki tingkat pendidikan kurang sebanyak 31 responden (51,70%). rendah. sehingga, ibu hamil dengan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan pengetahuan kurang tentang ANC, perlu terjadi setelah orang melakukan penginderaan dilakukan pendidikan kesehatan atau terhadap suatu objek tertentu melalui penyuluhan tentang antenatal care dengan pendidikan, pengalaman, media maupun komunikasi, informasi, dan edukasi secara lingkungan [17]. Responden yang memiliki benar dan berkesinambungan [19]. pengetahuan kurang sebesar 51,70%. Tabel 4 Distribusi Frekuensi Kunjungan Kunjungan yang dilakukan seorang ibu hamil Antenatal Care (ANC) Selama dapat diartikan bahwa ibu mau datang ke Kehamilan petugas kesehatan untuk melaksanakan pemeriksaan dan pengontrolan kehamilan No Kategori Frekuensi % secara teratur atau berkala sesuai jadwal yang 1 Dilaksanakan 15 25,00 ditetapkan serta mau melakukan hal yang 2 Tidak dilaksanakan 45 75,00 dianjurkan oleh petugas kesehatan [21]. Total 60 100 Terbentuknya perilaku kepatuhan terhadap kunjungan antenatal care ditentukan oleh Berdasarkan pada Tabel 4 pengetahuan, sikap, keyakinan, dan nilai-nilai menunjukkan bahwa distribusi frekuensi yang dimiliki dan kesediaan ekonomi yang ada responden terhadap variabel perilaku atau keterjangkauan fasilitas serta dorongan menunjukkan hanya 25,00% responden dari petugas kesehatan dan keluarga serta berperilaku patuh dengan memeriksakan masyarakat [22]. Responden yang memiliki maksimal 4 kali selama kehamilan, perilaku perilaku tidak patuh atau tidak melakukan dapat dipengaruhi oleh faktor predisposisi kunjungan antenatal care sebesar 75,00% yaitu pengetahuan [20]. Semakin bertambah responden. Hal ini sesuai dengan pernyataan banyak pengetahuan seseorang maka bahwa terdapat keterbatasan-keterbatasan keinginan untuk berperilaku patuh melakukan termasuk didalamnya keterbatasan fasilitas, kunjungan juga semakin tinggi dengan sosial, ekonomi maupun ilmu pengetahuan kesadaran penuh dari dirinya sendiri [19]. yang mana fasilitas tersebut hakikatnya Seorang dikatakan patuh apabila mengikuti mendukung atau memungkinkan terwujudnya perintah, taat pada aturan. Perilaku kepatuhan perilaku kesehatan [23]. . PROSIDING SEMINAR NASIONAL 72 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Tabel 5 Hubungan pengetahuan ibu hamil tentang Antenatal Care (ANC) dengan jumlah kunjungan variabel Dilaksa % Tidak % Jumlah X2 Ρ- Pengetahuan nakan dilaksa (%) value nakan Baik 10 83,30 2 16,70 12 (20,00) Cukup 4 23,50 13 75,50 17 (28,30) 29,636 0,000 Kurang 1 3,20 30 98,80 31 (51,70) Jumlah 15 25,00 45 45% 100%

Berdasarkan data yang disajikan Meeting , 2017,” no. October 2017, 2018. dalam tabel 5 dapat disimpulkan bahwa 2. 2. I. Wahyuni, N. Pramono, T. Suherni, responden yang memiliki pengetahuan baik and M. N. Widyawati, “effeck of mayoritas melaksanakan kunjungan ANC pergnancy exercise on duration of the first (83,30%). Responden yang memiliki and second stage of labor in primigravida pengetahuan kurang mayoritas tidak mothers during,” vol. 3, no. 6, pp. 765– melaksanakan kunjungan ANC (98,80%). 770, 2017. Dari hasil analisa diperoleh chi square (X2) 3. 3. A. M. Hatcher and C. G.-M. Nataly sebesar 29,636 dan nilai ρ value sebesar Woollett, Christina C. Pallitto, “A 0,000. Berdasarkan hasil analisa data conceptual framework and intervention diatas, maka dapat disimpulkan bahwa approach for addressing intimate partner terdapat hubungan yang sangat signifikan violence in pregnancy,” Glob. Perspect. antara pengetahuan ibu hamil tentang ANC Women’s Sex. Reprod. Heal. Across dengan jumlah kunjungan selama Lifecourse, no. January 2018, pp. 1–9, kehamilan di kecamatan Cihaurbeuti 2017. kabupaten Ciamis karena nilai α>value 4. 4. R. A. A. Mariam Nasir, Haerudin, (0,05 > 0,000). “Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Bidan Desa Dalam Meningkatkan 4. KESIMPULAN Pelayanan Antenatal Care,” Glob. Heal. Berdasarkan hasil penelitian tentang Sci., vol. 2, no. 3, pp. 283–290, 2017. hubungan pengetahuan ibu hamil tentang 5. 5. J. F. Pardosi, “Early-Age Health , Antenatal Care (ANC) dengan jumlah Survival and Inequity Issues In a Rural kunjungan di kecamatan Cihaurbeuti Eastern District of Indonesia,” 2016. kabupaten Ciamis, maka dapat 6. 6. W. Ode, P. Lestaria, H. Bahar, S. disimpulkan bahwa terdapat hubungan Munandar, K. Kunci, and P. Kehamilan, yang signifikan antara tingkat pengetahuan “role of the midwite and shamans in ibu hamil tentang antenatal care (ANC) pregnancy care pregnant women in the dengan jumlah kunjungan di kecamatan coastal sub abeli (case study) city Kendari bojonggambir kabupaten tasikmalaya 2016,” J. Imiah Mhs. Kesehat. Masy., vol. karena nilai α>ρvalue (0,05 > 0,000). Hal 1, pp. 1–9, 2016. ini menguatkan hipotesis bahwa semakin 7. 7. norfai abdulloh, “No Title,” Anal. kurang pengetahuan ibu hamil, maka Intern. Extern. Factors With Antenatal semakin kurang jumlah kunjungan ANC. Care K4 Work. Area Banjarmasin Teluk Dalam Public Heal. Serv. 2017, vol. VIII, 5. REFERENSI No 2, no. 3, pp. 92–99, 2017. 1. 1. M. J. Bertoldo, “Recent and emerging 8. 8. T. Widyaningtyas, “raport merah angka reproductive biology research in Australia kematian ibu indonesia.” 2018. and New Zealand : highlights from the 9. 9. Rosyidah, “Jurnal Keperawatan & Society for Reproductive Biology Annual Kebidanan - Stikes Dian Husada PROSIDING SEMINAR NASIONAL 73 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Mojokerto,” J. Keperawatan Kebidanan - optimism with students â€TM performance Stikes Dian Husada Mojokerto, pp. 81–86, calibration in physical education,” Learn. 2017. Individ. Differ., vol. 61, no. November 10. 10. A. Asrori, “Marriage Age Limit 2017, pp. 77–86, 2018. According to Fuqaha and Its Application in 17. 17. umrah st andi Dahlan A Kasrida, the Marriage Law in the Islamic World.,” “Jurnal voice of midwifery,” vol. 7, no. 9, Al-Adalah, vol. XII, no. 4, pp. 807–826, pp. 1–14, 2017. 2015. 18. 18. ratna feti Wulandari, “cross sectional,” 11. 11. E. T. Oktaviani, “Hubungan Usia, Hub. tingkat Pengetah. ibu hamil tentang Paritas dan Kehamilan Ganda Dengan kehamilan resiko tinggi dengan keteraturan Kejadian BBLR,” J. Kesehat. Akbid Wira kunjungan anc, pp. 19–23, 2018. Buana, vol. 2, no. 1, pp. 7–16, 2017. 19. 19. eka cania ayu indah rachmawati, ratna 12. 12. G. N. Putri, S. Winarni, and Y. dewi puspitasari, “faktor-faktor yang Dharmawan, “gambara umur wus mda dan mempengaruhi kunjungan antenatal care faktor resiko kehamilan terhadap ANC ibu hamil,” vol. 7, no. November, pp. komplokasi persalinan atau nifas di 72–76, 2017. kecamatan bandungan kabupaten 20. 20. dwi estuning rahayu sumy dwi antono, semarang,” vol. 5, pp. 150–158, 2017. “Hubungan Keteraturan Ibu Hamil Dalam 13. 13. N. K. Febyanti and D. Susilawati, Melaksanakan Kunjungan Antenatal Care “Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil (ANC) Terhadap Hasil Deteksi Dini Risiko Tentang Antenatal Care Terhadap Perilaku Tinggi Ibu Hamil di Poli KIA RSUD Kunjungan Kehamilan,” J. Keperawatan Gambiran Kota Sumy Dwi Antono Soedirman, vol. 2, no. 1, pp. 17–23, 2012. ,Dwi Estuning Rahayu,” vol. 2 No. 2, pp. 14. 14. Z. Shaluhiyah and ratih indraswari 35–45, 2017. antono suryoputro, “Fenomena Pernikahan 21. 21. S. Syahda, “Faktor-faktor yang Dini Membuat Orang Tua dan Remaja berhubungan dengan kunjungan Antenatal Tidak Takut Mengalami Kehamilan Tidak Care (ANC) Di Desa Muara Mahat Diinginkan,” vol. 13, no. 1, pp. 61–73, Wilayah Kerja Puskesmas Tapung I Tahun 2018. 2014,” pp. 14–27, 2014. 15. 15. R. D. Yanti, N. Gusti, and M. Ayu, 22. 22. Fasiha, “hubungan pengetahuan dan “hubungan antara pengetahuan ibu hamil sikap ibu hamil terhadap pentingnya tentang tanda bahaya dan komplikasi pemeriksaan antenatal care di puskesmas kehamilan dengan kepatuhan kunjungan namtabung kec. selaru kabupaten maluku antenatal di wilayah sareal bogor,” vol. 8, tenggara barat,” vol. 2, no. 1, pp. 64–69, pp. 98–105, 2016. 2017. 16. 16. A. Kolovelonis and M. Goudas, 23. 23. riszki mela faranti fitrayeni, suryanti, “Learning and Individual Di ff erences The “the cause of the low completeness of relation of physical self-perceptions of pregnant women visiting antenatal care,” competence , goal orientation , and vol. 10, No. 1, pp. 101–107, 2015.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 74 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

HUBUNGAN PARITAS IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN HYPEREMESIS GRAVIDARUM Nurhidayat1) Heni Marliany2) Henri Setiawan3)Fidya Anisa Firdaus4) Lia Munawaroh5) 1Program Studi D-3 Keperawatan, STIKes Muhammadiyah Ciamis Email: [email protected] 2Program Studi S-1 Keperawatan, STIKes Muhammadiyah Ciamis Email: [email protected] 3Program Studi D-3 Keperawatan, STIKes Muhammadiyah Ciamis Email: [email protected] 4Program Studi S-1 Keperawatan, STIKes Muhammadiyah Ciamis Email: [email protected] 5Program Studi D-3 Kebidanan, STIKes Muhammadiyah Ciamis Email: [email protected]

Abstracts Introduction: Pregnant women with high parity are often hyperemesis events Gravidarum because it is a psychology that causes mental conflicts. In addition, maternal mortality rate (MMR) in Indonesia is higher than other ASEAN countries, antenatal care, delivery by health personnel, and comprehensive basic services for the treatment of AKI. The purpose of this study was to determine the parity relationship of pregnant women with the incidence of hyperemesis gravidarum. Method: This research uses quantitative analytic research type, with cross sectional approach and sampling technique using total sampling of 280 respondents. The research instrument uses a list sheet to determine the parity relationship of pregnant women with the incidence of Hyperemesis Gravidarum. Results: The results showed that the parity of pregnant women was categorized primipara as much as 125 people (44.6%), while the incidence of hyperemesis Gravidarum that as many as 162 people (57.9%). Conclusion: there is a significant relationship between the parity of pregnant mother with the incidence of hyperemesis proved by chi square test Value ρ value 0,000

1. PENDAHULUAN

Angka Kematian Ibu (AKI) dinyatakan sebagai 4 pilar safe motherhood merupakan salah satu tolak ukur kualitas yaitu; keluarga berencana, pelayanan pelayanan kebidanan [1]. Upaya untuk antenatal, persalinan yang aman, pelayanan menurunkan AKI dicanangkan salah satunya obstetri yang esensial [8]. dengan melaksanakan pemeriksaan kehamilan WHO memperkirakan sekitar 15% secara intensif [2]. Kematian seorang wanita, dari seluruh wanita hamil akan berkembang sekitar 80% terjadi saat hamil, bersalin, atau menjadi komplikasi yang berkaitan dengan 42 hari setelah persalinan [3]. Komplikasi kehamilannya [9]. Jenis komplikasi yang kehamilan juga merupakan penyebab utama sering dialami salahsatunya adalah [4]. Kematian ibu di Indonesia masih berkisar Hiperemesis gravidarum, kondisi ini ditandai 425/100.000 persalinan hidup [5]. Ibu hamil dengan muntah yang lebih dari 10 kali perhari dan melahirkan merupakan salah satu [10]. Yang dikenal sebagai morning sickness kelompok yang memerlukan pelayanan dan dialami oleh sekitar 50 % ibu hamil [11]. maksimal dari petugas kesehatan karena paling Ibu hamil mengalami mual muntah terutama beresiko terkena bermacam gangguan pada trimester pertama [12]. Mual dan muntah kesehatan (kesakitan) dan kematian [6]. Saat tersebut dapat mempengaruhi kualitas hidup hamil, kondisi kesehatan ibu akan menentukan ibu hamil dan membutuhkan manajemen sehat atau tidak pertumbuhan janin [7]. Karena pengobatan rawat inap [13]. Berdasarkan hasil itu diperlukan intervensi yang strategis dalam penelitian di Indonesia diperoleh data ibu upaya safe motherhood, seperti yang dengan hiperemesis gravidarum mencapai 14,8 PROSIDING SEMINAR NASIONAL 75 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

% dari seluruh kehamilan dan biasanya Hyperemesis gravidarum terjadi di Keluhan mual dan muntah terjadi pada 60-40 seluruh dunia dengan angka kejadian yang % multigravida [14]. Selain itu, Hiperemesis beragam, sebanyak 0,3% dari seluruh Gravidarum juga terjadi pada wanita yang kehamilan di Swedia, 0,5% di California, baru pertama kali hamil atau pada 0,8% di Canada, 0,8% di China, 0,9% di primigravida [15]. Norwegia, 2,2% di Pakistan dan 1,9% di Penyebab hyperemesis gravidarum Turki, Literatur juga menyebutkan bahwa belum diketahui secara pasti, namun beberapa perbandingan insidensi hiperemesis faktor mempunyai pengaruh antara lain yaitu gravidarum secara umum adalah 4:1000 faktor predisposisi (primigravida), faktor kehamilan [28]. Terutama Ibu hamil dengan organik (alergi) serta factor psikologi (umur paritas tinggi sering memicu kejadian dan pekerjaan) [16]. Beberapa peneliti juga Hyperemesis Gravidarum karena mengalami menyebutkan factor penyebab lain yaitu faktor tekanan psikologis yang menyebabkan konflik psikologis, seperti kehamilan yang tidak mental. Oleh karena itu tujuan dari penelitian diinginkan, dan ketakutan dapat menambah ini adalah untuk mengetahui hubungan paritas keparahan mual muntah [17]. Rumah tangga ibu hamil dengan kejadian hyperemesis retak pun bisa menjadi penyebab kegagalan gravidarum. kehamilan [18]. Dehidrasi merupakan contoh dampak dari hyperemesis gravidarum karena 2. METODE PENELITIAN menimbulkan konsumsi O2 menurun, serta Jenis penelitian yang digunakan terjadi perdarahan pada parenkim liver yang adalah deskriptif dalam bentuk analitik dengan menyebabkan gangguan fungsi umum alat-alat metode Cross Sectional. Populasi penelitian vital dan menimbulkan kematian [19]. ini adalah seluruh ibu hamil pada trimester II Hiperemesis gravidarum adalah di wilayah kerja puskesmas Panumbangan penyakit kehamilan yang persisten dan kabupaten Ciamis yaitu sebanyak 280 orang. berlebihan yang sangat ekstreem [20]. Kondisi Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari Hiperemesis gravidarum mampu mendistorsi sampai Maret Tahun 2018. Teknik reaksi penciuman dan hipersalivasi [21]. pengambilan sampel yang digunakan dalam Sekitar 60-80 % ibu primigravida mengaku penelitian ini adalah total sampling yaitu pernah mengalami mual muntah.Sedangkan seluruh populasi dijadikan sampel penelitian. pada ibu multigravida, kejadian mual muntah Variabel dalam penelitian ini menggunakan yang terjadi adalah sekitar 40-60% [22]. dua variabel yaitu variabel bebas Etiologi Hyperemesis Gravidarum bersifat (independent) dan variabel terikat (dependent). multi faktorial yang terkait dengan beberapa Variabel bebas (independent) dalam penelitian faktor dalam [23]. Faktor dalam seperti variasi ini adalah paritas ibu hamil sedangkan variabel hormonal, predisposisi genetik, imunologi, terikat (dependent) adalah kejadian dismotility sistem gastrointestinal, hyperemesis gravidarum. Teknik Helicobacter pylori infeksi dan alasan pengumpulan data dalam penelitian ini psikologis [13]. Patologi khusus yang diduga menggunakan data sekunder yaitu data yang mendasari Hipermesis Gravidarum adalah dilihat dari data rekam medik. Instrument yang ketidakcocokan genetik, penyebab psikologis, digunakan dalam penelitian ini adalah disfungsi gastrointestinal, faktor endokrin, menggunakan lembar checklist. Pada faktor imunologi dan kekurangan gizi [24]. penelitian data diolah secara Univariat dan Selain itu, pathofisiologi lainnya adalah faktor Bivariat serta dianalisis menggunakan statistik logika seperti perubahan lipid, overaktivasi uji bedaproporsi atau uji statistik Chi- Square dari sistem saraf simpatik, hipertiroidisme, (X2).. stres oksidatif infeksi jalur dan Helicobacter pylori [25]. Berbagai macam terapi telah 3. HASIL DAN PEMBAHASAN diusulkan selama bertahun-tahun [26]. a. Hasil Penelitian Penatalaksanaan mual dan muntah pada Dari hasil pengumpulan data kehamilan tergantung pada beratnya gejala. hubungan paritas ibu hamil dengan Pengobatan dapat dilakukan dengan cara kejadian Hyperemesis Gravidarum di farmakologi maupun nonfarmakologi [27] wilayah kerja puskesmas Panumbangan PROSIDING SEMINAR NASIONAL 76 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 kabupaten Ciamis, diperoleh analisis yaitu paritas grandemultipara sebagai berikut : sebanyak 70 orang (25,0%). Analisis Univariat 1) Gambaran paritas ibu hamil di wilayah 2) Gambaran kejadian Hyperemesis kerja Puskesmas Panumbangan Gravidarum di wilayah kerja Kabupaten Ciamis. Puskesmas Panumbangan Kabupaten Tabel 1 Distribusi Frekuensi paritas Ciamis. ibu hamil di wilayah Tabel 2 Distribusi Frekuensi kerja puskesmas Kejadian Hyperemesis Panumbangan Gravidarum Di kabupaten Ciamis Puskesmas N Kategori (f) (%) Panumbangan o Kabupaten Ciamis. 1 Primipara 138 49,3 No Kategori (f) (%) . 1. Ya 162 57,9 2 Multipara 72 25,7 2. Tidak 118 42,1 . Jumlah 280 100 3Grandemultip 70 25,0 . ara Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa Jumlah 280 100 gambaran kejadian hyperemesis gravidarum di wilayah kerja Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa Puskesmas Panumbangan Kabupaten gambaran paritas ibu hamil di wilayah Ciamis, frekuensi tertinggi yaitu kerja puskesmas Panumbangan berkategori Ya sebanyak 162 orang kabupaten Ciamis, frekuensi tertinggi (57,9%),dan frekuensi terendah yaitu yaitu paritas Primipara sebanyak 138 berkategori tidak sebanyak 118 orang orang (49,3%), dan frekuensi terendah (42,1%).

Analisis Bivariat Hubungan paritas dengan hyperemesis gravidarum di wilayah kerja Puskesmas Panumbangan Kabupaten Ciamis. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 3

Tabel 3 Hasil Analisis Hubungan paritas dengan hyperemesis gravidarum di wilayah kerja Puskesmas Panumbangan Kabupaten Ciamis. Hyperemesis p Gravidarum Total X2 hitung Paritas value Ya Tidak

F % F % F % Primipara 91 72,8 34 27,2 125 100 Multipara 42 44,2 53 55,8 95 100 0,000 28,183 Grandemultipara 29 48,3 31 51,7 60 100 Total 162 57,9 118 42,1 280 100

Berdasarkan tabel 3 diatas 42 orang (44,2 %) mengalami menunjukkan bahwa dari 125 orang kejadian hyperemesis gravidarum dan yang memiliki paritas primipara, 53 orang (55,8%) tidak mengalami sebanyak 91 orang (72,8%) kejadian hyperemesis gravidarum, dari mengalami kejadian hyperemesis 60 orang yang memiliki paritas gravidarum dan 34 orang (27,2%) grandemultipara, sebanyak 29 orang tidak mengalami kejadian hyperemesis (48,3%) mengalami kejadian gravidarum, dari 95 orang yang hyperemesis gravidarum dan 31 orang memiliki paritas multipara, sebanyak (51,7%) tidak mengalami kejadian PROSIDING SEMINAR NASIONAL 77 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

hyperemesis gravidarum. Dari hasil Di sebuah penelitian terbaru, analisis data diperoleh nilai chi square menyelidiki risiko tekanan emosional (X2) sebesar 28,183 dengan nilai selama dan setelah kehamilan pada value sebesar 0,000. Berdasarkan hasil pasien Hiperemesis gravidarum dan analisis data di atas maka dapat mereka melaporkan bahwa disimpulkan bahwa terdapat hubungan peningkatan risiko berkembang yang signifikan antara Paritas dengan distressmight emosional yang paling hyperemesis gravidarum di wilayah utama adalah disebabkan oleh kerja Puskesmas Panumbangan Hyperemesis gravidarum [29]. Kabupaten Ciamis, karena nilai > c) Analisis Bivariat Berdasarkan hasil penelitian value (0,05 > 0,000) dan nilai chi menunjukan bahwa dari 280 orang ibu square (X2) hitung > chi square (X2) hamil mayoritas hyperemesis tabel (28,183 > 5,991). gravidarum terjadi pada primipara

(72,8%). Dari hasil analisis data b. PEMBAHASAN diperoleh nilai chi square (X2) sebesar Analisis Univariat 28,183 dengan nilai value sebesar a) Gambaran Paritas ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas 0,000. Berdasarkan hasil analisis data Panumbangan Kabupaten Ciamis. di atas maka dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan Hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan menunjukan bahwa Paritas ibu hamil antara paritas ibu hamil dengan di Wilayah Kerja Puskesmas kejadian Hyperemesis Gravidarum di Panumbangan Kabupaten Ciamis dari wilayah kerja puskesmas 280 ibu hamil frekuensi tertinggi Panumbangan kabupaten Ciamis adalah ibu hamil primipara yaitu karena nilai > value (0,05 > sebanyak 138 orang (49,3%). Hal ini 0,000) dan nilai chi square (X2) hitung dikarenakan salah satunya adalah usia > chi square (X2) tabel (28,183 > ibu yang masih muda dan kurang 5,991). pengalaman mengenai kehamilan dan persalinan disebabkan kurangnya 4. KESIMPULAN pengetahuan, informasi dan Berdasarkan hasil analisis pengalaman. diperoleh kesimpulan bahwa terdapat Menurut penelitian Harahap (2018) hubungan yang signifikan antara paritas diperoleh alasan dikarenakan kondisi ibu hamil dengan kejadian Hyperemesis psikologis yang terjadi pada ibu yang Gravidarum di wilayah kerja puskesmas baru pertama hamil yang merasa Panumbangan kabupaten Ciamis karena belum siap untuk menerima nilai > value (0,05 > 0,000) dan nilai kehamilannya dan cenderung manja chi square (X2) hitung > chi square (X2) apabila terjadi hal yang tidak biasa tabel (28,183> 5,991). Semakin tinggi terhadap dirinya dan kehamilannya paritas ibu hamil, resiko mengalami [15]. hyperemesis gravidarum semakin kecil. b) Gambaran hyperemesis gravidarum di Wilayah Kerja Puskesmas Panumbangan Kabupaten Ciamis Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa kejadian hyperemesis gravidarum di Wilayah Kerja Puskesmas Panumbangan Kabupaten Ciamis, dari 280 ibu hamil frekuensi tertinggi yaitu berkategori ya sebanyak 162 orang (57,9 %).

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 78 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

5. REFERENSI Bone Mineral Density Women Post 1. A. Setyowati And Sarwoko, “Relationship Menopause,” J. Matern. Neonatal, Vol. 2, To Tablet Consumes Fe Pregnant Women No. 2, Pp. 192–200, 2017 With Anemia Events,” J. Kebidanan, Vol. 11. R. Fitria, “The Correlation Of Body Mass 9, No. 2, Pp. 202–212, 2017 Indeks, Parity And Menopause Period By 2. Norfai And Abdullah, “Analysis Of Bone Mineral Density Women Post Internal And External Factors With Menopause,” J. Matern. Neonatal, Vol. 2, Antenatal Care (Anc) K4 In Working Area No. 2, Pp. 192–200, 2017 In Banjarmasin Teluk Dalam Public Health 12. M. Ergin, B. D. Cendek, S. Neselioglu, A. Center In 2017,” Jurkessia, Vol. Viii, No. F. Avsar, And O. Erel, “Dynamic Thiol- 2, Pp. 92–99, 2018 Disul Fi De Homeostasis In Hyperemesis 3. N. Sastri, “Di Bidan Praktik Mandiri Ellna Gravidarum,” J. Perinatol., Pp. 1–5, 2015 Palembang Tahun 2017,” Kebidanan, Vol. 13. T. Indrayani, “Factor-Factors Related To 5, No. 2, Pp. 455–466, 2017 The Incidence Of Hyperemesis 4. Zuraida And E. D. Sari, “The Differences Gravidarum In Rsud Dr . Drajat Effectiveness Of Essential Oil Peppermint Prawiranegara Kabupaten Serang Tahun And Lavender Aromatherapy Efforts On 2017,” J. Akad. Keperawatan Husada The Intensity Of Nausea And Vomiting In Karya Jaya, Vol. 4, No. 1, Pp. 9–21, 2018. Pregnant Trimester I At Baso District 14. A. P. Harahap, L. Meliati, And T. Health Center Agam Year,” J. Menara Srihandayani, “The Parity Relationship Of Ilmu, Vol. 12, No. 4, Pp. 142–151, 2018 Pregnant Woment With The Incidence Of 5. D. Mariana, D. Wulandari, And Padila, Hyperemesis Gravidarum In Room “Hubungan Pola Makan Dengan Dengan Maternity Rsud Provinsi Ntb,” Midwifery Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di J. Kebidanan, Vol. 3, No. 1, Pp. 34–37, Wilayah Kerja Puskesmas Dina,” J. 2018. Keperawatan Silampari, Vol. 1, No. 2, Pp. 15. T. Anasari, “Several Determinan That 108–122, 2018 Caused Theincidence Of Hyperemesis 6. W. Pani, Masni, And B. Bahar, “The Gravidarum In The Rsu Ananda Influence Of Prenatal Grade Counseling Purwokerto,” Involusi Kebidanan, Vol. 2, Plus On The Knowledge And Attitude Of No. 4, Pp. 60–73, 2012 Pregnant Women In The Working Area Of 16. I. Munjiah, T. H. Madjid, H. Herman, F. Puskesmas Mamboro Subdistrict Palu Husin, I. B. Akbar, And A. Rizal, North Of Hammer City Of Central “Differences In The Effect Of Acupuncture Sulawesi Province,” J. Ilmu Kesehat., Vol. And Pyridoxine To Decrease The Intensity I, No. 16, Pp. 772–780, 2014. Of Nausea And Vomitingwith Severe 7. R. Mayani And D. Haryanto, “Sistem Level Of Morning Sickness,” Ijemc, Vol. Pakar Diagnosa Penyakit Pada Ibu Hamil 2, No. 2, Pp. 4–9, 2015 Dengan Metode Forward Chaining,” J. 17. E. Luqmanasari, “Description Of Mantaka, Vol. 1, No. 1, Pp. 151–160, 2018 Knowledge Women Pregnant On First 8. I. Susiloningtyas And I. Hudaya, Trimester About Hyperemesis Gravidarum “Predisposition Factors Of Pregnant In Regional Health Center Tiron Mother With Pre Eclampsia In Hospital Multiplication District Of Kediri,” Indones. Islam Sultan Agung Semarang Abstract,” J. Nutr. Epidemiol. Reprod., Vol. 2, No. 1, J. Kebidanan, Vol. 9, No. 2, Pp. 175–180, Pp. 1–10, 2018 2017 18. M. Salafudin, T. Arisdiani, And Yuni Dwi 9. A. Nur, “Hubungan Antara Hiperemesis Hastuti, “Hubungan Antara Dukungan Gravidarum Dengan Berat Badan Lahir Suami Dengan Kejadian Hyperemesis Bayi Di Rsud Haji Makassar,” J. Gravidarum Di Polindes Desa Nolokerto Mitrasehat, Vol. Viii, No. 1, Pp. 9–17, Kecamatan Kaliwungu Kabupaten 2018 Kendal,” J. Ilmu Kesehat., Vol. 7, No. 2, 10. R. Fitria, “The Correlation Of Body Mass Pp. 20–35, 2017 Indeks, Parity And Menopause Period By PROSIDING SEMINAR NASIONAL 79 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

19. M. Nicholson, “Women ’ S Experiences Of With Enhanced Oxidative Stress In The Therapeutic Value Of Writing About Patients With Hyperemesis Gravidarum,” Pregnancy Sickness,” Couns. Psychother. J. Obstet. Gynaecol. (Lahore)., Pp. 1–6, Res., Vol. 18, No. 1, Pp. 26–34, 2018 2018 20. B.- Adshead, “Reviewing The Effect Of 25. W. Fischer-Rasmussen, S. K. Kjser, C. Hyperemesis Gravidarum On Women’s Dahl, And U. Asping, “Ginger Treatment Lives And Mental Health,” Br. J. Of Hyperemesis Gravidarum,” Eur. J. Midwifery, Vol. 26, No. 2, Pp. 109–119, Obstet. Gynecol. Reprod. Biol., Vol. 38, 2018. Pp. 19–24, 2016 21. N. Suhartini, “The Effect Of Illumination 26. R. Rahayu And Sugita, “Effectiveness Queasy Vomit About To Overcame Aromatherapy Of Lavender And Ginger Behaviour Pregnancy 1 Trimester,” J. Sci. To Decrease Frequency Of Nausea Midwiferry, Pp. 1–7, 2018 Vomiting In Pregnant Mother Trimester I 22. Z. O. Dag, O. B. Tulmac, Y. Isik, U. Kisa, In Bpm Trucuk Klaten Rd. Rahayu, And S. Aydin, “Changes In Serum Sugita,” J. Kebidanan Dan Kesehat. Adropin , Salusin Alpha And Salusin Beta Tradis., Vol. 3, No. 1, Pp. 19–26, 2018 , Vaspin , And Preptin In Hyperemesis 27. F. Ria Ningsih Safari, “Hubungan Gravidarum,” Clin. Exp. Obstet. Gynecol., Karakteristik Dan Psikologis Ibu Hamil Pp. 68–71, 2018 Dengan Hiperemesis Gravidarum Di Rsud 23. A. Göymen, İ. Özdurak, Ş. E. Özkaplan, H. Abd. Manan Simatupang Kisaran,” And Y. Şimsek, “The Relationship Wahana Inov., Vol. 6, No. 1, Pp. 202–212, Between The Helicobacter Pylori 2017 Seropositivity With Systemic And Local 28. C. D. Sayan And S. V. Buturak, “The Oxidative Status And Hyperemesis Evaluation Of Attachment Style And Gravidarum : A Pilot Study,” J. Matern. Temperament In Patients With Neonatal Med., Vol. 31, No. 9, Pp. 1204– Hyperemesis Gravidarum : Does The Idea 1208, 2018. That Hyperemesis Gravidarum Has A 24. F. Beyazit, M. A. Unsal, H. Turkon, E. Psychological Origin Persist ?,” J. Iran Pek, And Filiz Halici Ozturk, “Elevated Red Crescent Med J, Pp. 1–8, 2018 Circulating Nitric Oxide Levels Correlates

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 1 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

PELATIHAN PEMANFAATAN BUKU KIA SEBAGAI UPAYA PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU

Sari Priyanti1), Agustin Dwi Syalfina2), Dian Irawati3), Wiwit Sulistyawati4) 1234)Program Studi DIII Kebidanan, Stikes Majapahit email: [email protected]

ABSTRACT The maternal mortality rate is still the main target of health development to date because of the high achievement of maternal mortality rates globally and in Indonesia. Achievement of the mortality rate in Mojokerto is far behind the achievement of the mortality rate in province. Maternal mortality in Mojokerto district in 2017 was caused by pre- eclampsia (10%), bleeding (35%) and other causes (55%). Efforts are being made to early detect complications in pregnant, maternity and postpartum through the use of Maternal and Child Health (MCH) handbooks. In order to increase the effectiveness of the use of MCH handbooks in Mojokerto district as an effort to reduce maternal mortality, training on the implementation of MCH handbooks was carried out in the Tawangsari Community Health Center working area in Trowulan Sub-District, Mojokerto district. This program done by four midwifery lecturer and 4 midwifery students. The target of this program is midwives in the Tawangsari Community Health Center work area. The method used was a field survey, coordination with the head of Community Health Center, socialization of the program, the implementation of the MCH handbook utilization training. Increasing the knowledge capacity of midwives after 35% of the workshops and training on the utilization of MCH handbooks. Training on the utilization of MCH handbooks can improve the understanding of midwives about the importance of ANC, the benefits of MCH handbooks, and the detection of high risks of pregnancy through MCH handbooks. Health workers are expected to optimize the use of MCH handbooks as an education and documentation media.

Keywords: Utilization, Maternal Health,Child Health, Handbook

1. PENDAHULUAN Asia. AKI Indonesia pada tahun 1990 jauh Upaya peningkatan derajat kesehatan lebih rendah dibandingkan Kamboja, masyarakat melalui peningkatan mutu Myanmar, Nepal, India, Bhutan, Bangladesh pembangunan kesehatan dan keterjangkauan dan Timor Leste. Namun data terakhir dari pelayanan kesehatan oleh masyarakat secara SDKI 2012, terjadi peningkatan AKI sebesar merata. Angka kematian ibu masih merupakan 359 per 100.000 kelahiran hidup dibandingkan sasaran utama pembangunan kesehatan sampai dengan Kamboja yang sudah mencapai 208 saat ini karena tingginya capaian angka per 100.000 kelahiran hidup, Myanmar sebesar kematian ibu secara global maupun di 130 per 100.000 kelahiran hidup, Nepal Indonesia. Data WHO menunjukkan bahwa sebesar 193 per 100.000 kelahiran hidup, India 830 wanita meninggal di Dunia disebabkan sebesar 150 per 100.000 kelahiran hidup, kehamilan dan persalinan dan 99% berada di Bhutan sebesar 250 per 100.000 kelahiran Negara berkembang. hidup, Bangladesh sebesar 200 per 100.000 Indonesia merupakan negara di kelahiran hidup. Bahkan kini Indonesia sudah kawasan Asia yang mengalami kegagalan tertinggal dengan Timur Leste dalam dalam pencapaian target penurunan Angka pencapaian AKI, dimana AKI Timor Leste Kematian Ibu (AKI). Padahal dari baseline mencapai 300 per 100.000 kelahiran hidup. MDGs yang dimulai pada tahun 1990, AKI Bila melihat target MDGs 2015 untuk AKI, Indonesia sebenarnya jauh lebih baik target Indonesia adalah menurunkan AKI dibandingkan beberapa negara lain di kawasan mencapai 102 per 100.000 kelahiran hidup. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 2 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Dengan posisi 359 per 100.000 kelahiran Buku Pegangan ini juga mampu untuk hidup pada tahun 2012 maka akan sangat sulit meningkatkan perhatian orang tua pada bagi pemerintah untuk mencapai target kesehatan anak dan dapat membantu dalam penurunan AKI sebesar 102 per 100.000 pengenalan dini kehamilan berisiko tinggi. kelahiran hidup pada tahun 2015 (saputra dan Oleh karena itu sebagai upaya menurunkan nurizka, 2015). angka kematian di Kabupaten Mojokerto Di Jawa Timur, capaian Angka upayan yang dilakukan melalui “pelatihan Kematian Ibu pada tahun 2008 sampai dengan pemanfaatan Buku KIA pada bidan” tahun 2011, yaitu pada tahun 2008 sebesar 83 per 100.000 kelahiran hidup; 2009 sebesar 2. METODE PENELITIAN 90,7 per 100.000 kelahiran hidup; 2010 Metode yang digunakan dilakukan sebesar 101,4 per 100.000 kelahiran hidup; secara bertahap yaitu dimulai dari survei 2011 sebesar 104,3 per 100.000 kelahiran lapangan yaitu untuk menentukan objek hidup. Pada tahun 2012 sampai dengan tahun sasaran dan mengamati situasi serta keadaan 2015 mengalami penurunan yaitu 97,43 per dari sasaran, sasaran dari progam ini adalah 100.000 kelahiran hidup menjadi 89,6 per bidan yang ada di wilayah kerja Puskesmas 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Tawangsari dimana kita berkoordinasi dengan Akan tetapi angka ini mengalami kenaikan pad kepala Puskesmas untuk pelaksanaan program tahun 2016 sebesar 91 per 100.000 kelahiran pemanfaatan buku KIA. Kegiatan setelah itu hidup dan tahun 2017 sebesar 91,92 per mensosialisakan program ini ke kepala 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun 2017 Puskesmas dan bidan sehingga informasi dapat kabupaten dengan angka kematian tertinggi diteruskan ke kader kesehatan. Adapun adalah kabupaten Mojokerto sebesar 171,88 pelaksanaan program menggunakan pelatihan per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes propinsi penggunaan buku KIA yang dilakukan sesuai Jatim, 2018). Capaian angka kematian di dengan kesepakatan fasilitator dan peserta. Mojokerto jauh tertinggal dari capaian angka Program ini dilakukan oleh tim, yaitu kematian propinsi Jawa Timur selain itu juga 4 dosen dan 4 mahasiswa kebidanan, selain itu angka ini mengalami peningkatan sejak tahun pengabdian masyarakat melibatkan Kepala 2015 yaitu 116 per 100.000 kelahiran hidup. Puskesmas dan kepala Tata Usaha di Kematian ibu di kabupaten Mojokerto pada Puskesmas Tawangsari untuk dapat tahun 2017 disebabkan pre eklamsia (10%), memfasilitasi kegiatan pengabdian masyarakat perdarahan (35%) dan penyebab lain (55%). ini. Tempat dan waktu pelaksanaan dilakukan Upaya yang dilakukan untuk mendeteksi dini di wilayah kerja Puskesmas Tawangsari komplikasi pada ibu hamil, bersalin dan nifas Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto melalui pemanfaatan buku Kesehatan Ibu dan kegiatan ini dilaksanakan 2 Maret sampai Anak (KIA). Menurut Baequni dan Nakamura, dengan 16 Mei 2018. 2012 bahwa ibu yang menggunakan buku KIA selama kehamilan memiliki tingkat 3. HASIL DAN PEMBAHASAN pengetahuan yang lebih daripada yang tidak Upaya peningkatan pemanfaatan buku menggunakan buku KIA selama kehamilan, KIA dalam menurunkan AKI dan AKB di serta pemanfaatan buku KIA berpengaruh Puskesmas Tawangsari dilakukan dalam signifikan diantaranya memiliki pengetahuan beberapa tahap. Tahap pertama yang telah baik tentang antenatal care, tingkat konsumsi dilakukan adalah melakukan workshop tentang makanan selama kehamilan dalam kategori pemeriksaan antenatal care (ANC) sedangkan baik. Ibu yang memiliki buku KIA selama tahap kedua berupa pelatihan pemanfaatan kehamilan persalinan dilakukan pada tempat buku KIA pada bidan di wilayah Puskesmas dengan fasilitas yang baik dan tenaga Tawangsari. Kegiatan tersebut dilakukan penolong yang terampil dan memiliki sebegai penyegaran tentang mamfaat buku pengetahuan perawatan kesehatan anak yang KIA dan update informasi terbaru tentang baik. buku KIA dan pemeriksaan ANC. Buku KIA terdiri dari catatan Kegiatan Pertama yang dilakukan kehamilan, persalinan, perkembangan anak, workshop pemanfaatan buku KIA meliputi pre imunisasi, serta anak grafik pertumbuhan. test, presentasi materi tentang update ANC PROSIDING SEMINAR NASIONAL 3 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 tentang standar pemeriksaan ANC dan Tabel 1 Kriteria Keberhasilan Workshop kunjungan ibu hamil untuk pemeriksaan ANC, Tanya jawab tentang materi yang Kriteria Peningkatan Keberhasilan Pengetahuan Yang dipresentasikan, dan post test sebagai evaluasi Terjadi dari hasil workshop tahap pertama. Berikut Baik >60% gambar kegiatan pada workshop pertama: Cukup Baik 31%-60% Kurang 0%-30%

Pre Test Hasil dari Kegiatan Kedua (Pelatihan pemanfaatan buku KIA meliputi pre test,

Pemberian Pening materi tentang buku KIA, Tanya jawab dan

materi katan post test. Work penget shop ahuan Pre Test Tanya jawab Pendidi Pemberian Peningka kan Post Test materi tan Keseha pengeta tan Tanya jawab huan

Post Test Gambar 1 tahap kegiatan workshop

Hasil yang telah dicapai dari kegiatan Hasil yang telah dicapai dari kegiatan workshop pemanfaatan buku KIA adalah pelatihan pemanfaatan buku KIA tahap kedua terjadi peningkatan pemahaman bidan tentang yaitu peningkatan pengetahuan bidan tentang pemeriksaan ANC dan pentingnya deteksi risiko buku KIA. Peningkatan pengetahuan ini dapat tinggi kehamilan. Materi yang diberikan adalah terlihat dari hasil pretest dan posttest. Materi tentang manfaat dan standar pelayanan ANC. pada tahap kedua adalah update informasi Hasil workshop tersebut menunjukkan adanya tentang buku KIA terbaru dan pentingnya peningkatan pemahaman bidan tentang manfaat kelengkapan pendokumentasian dalam buku dan standar pelayanan ANC berdasarkan hasil KIA. Dari materi tersebut diperoleh hasil pretest dan postest. Dalam kegiatan tersebut bahwa rata-rata peningkatan kemampuan bidan juga sangat antusias dalam memberikan pengetahuan yang terjadi sebagai akibat dari pertanyaan dan berbagi pengalaman seputar pelaksanaan pelatihan ini adalah sebesar 35%. pemeriksaan ANC sehingga mampu memberikan Artinya berada pada interval kriteria cukup gambaran dan masukan bagi bidan lain peserta baik workshop.

Gambar 2 Workshop Pemanfaatan Buku KIA PROSIDING SEMINAR NASIONAL 4 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Gambar 3 Pelatihan Pemanfaatan Buku KIA

4. KESIMPULAN 3. Dinkes propinsi Jatim. 2018. Profil Kegiatan pemanfaatan buku KIA Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun dapat meningkatkan pemahaman bidan tentang 2017. Dinkes propinsi Jatim: Surabaya pentingnya ANC, manfaat buku KIA, dan 4. Nakamura, Yasuhide. 2010. Maternal deteksi risiko tinggi kehamilan. Terjadi and Child Health Handbook in Japan. interkasi aktif antar bidan saat kegiatan yang JMAJ Vol. 53, No. 4 ditandai dengan aktifnya bidan yang bertanya 5. Sistiarani, Colti; Endo Dardjito, Siti dan memberikan pengalaman selama Nurhayati. 2015. Educational Leaflet melakukan ANC terpadu dan pengisian buku To Improve Mothers Knowledge KIA. Adapun saran bagi bidan desa About Utilization Of “Maternal And Puskesmas Tawangsari dapat melaksanakan Child Health Book” In Kalibagor, kegiatan ANC terpadu sesuai dengan SOP dan Indonesia. memanfaatkan buku KIA dalam upaya http://journal.managementinhealth.com menurunkan AKI dan AKB. /index.php/rms/article/viewFile/364/10 Kepala Puskesmas Tawang dapat 26 melanjutkan pengawasan dalam pemamfaatan 6. Bhuiyan, Shafi Ullah; Yasuhide buku KIA oleh bidan sehingga dapat Nakamura. 2009. Continuity of meberikan informasi kepada kadernya. Maternal, Neonatal and Child Health Care through MCH Handbook for 5. REFERENSI Ensuring the Quality of Life. 1. Kemenkes RI. 2015. Petunjuk Teknis https://www.childresearch.net/RESOU Penggunaan Buku Kesehatan Ibu Dan RCE/RESEARCH/2009/exfile/BHUIY Anak. Jakarta: Kementrian Kesehatan AN_NAKAMURA.pdf Republik Indonesia 7. W Saputra, RH Nurizka. (2015). Arah 2. Baequni, Yasuhide Nakamura. 2012. Is dan Strategi Kebijakan Penurunan Maternal and Child Health Handbook Angka Kematian Ibu (AKI), Angka effective? : Meta-Analysis of the Kematian Bayi (AKB) dan Angka Effects of MCH Handbook. Journal of International Health Vol.27 No.2 Kematian Balita (AKABA) di Indonesia, Policy Update KIA: Jakarta

8. .

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 85 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

RELATIONSHIP OF SPOUSE’S SUPPORT WITH DIETARY ADHERENCE IN PATIENTS WITH TYPE II DIABETES

Theresia Anita Pramesti 1), Ni Luh Putu Oktawati2) 1)STIKes Wira Medika PPNI Bali e-mail: [email protected] 2) STIKes Wira Medika PPNI Bali email : [email protected]

ABSTRACT Dietary management is a major component of successful management of diabetes mellitus. The dietary management is continuously and takes a long time. This causes saturation and boredom that is felt by people with diabetes mellitus. Dietary adherence is necessary to achieve therapeutic success and stabilize blood glucose levels. This study aimed to analyze the relationship with the spouse’s support with dietary adherence in patients with type II diabetes. Design of this research is analytic correlation with cross sectional approach. Total samples were 32 respondent, used the cluster sampling and data collection used questionnaires. The results showed that largely support either spouse ware 21 respondents (65.6%) and obedient in the diet were 23 respondents (71.9%). Based on the statistical test using spearman rank, p value 0.003 (0.003 <α = 0.05) and r = 0.472 then the spouse support can improve dietary adherence in patients with type II diabetes mellitus with the strength of the relationship. Spouse support will help people with type II diabetes mellitus to improve confidence within him to manage the disease properly, so that health workers are expected to further optimize the participation of families, especially spouse in planning the diet.

Keywords : Spouse Support, Compliance Diet, Diabetes Mellitus

1. PENDAHULUAN bahwa hal tersebut dapat diatasi dengan Diabetes Melitus merupakan suatu mengkonsumsi obat saja (Partita, 2012). penyakit kronis yang serius dan menjadi Upaya dalam manajemen diet pada masalah kesehatan di dunia (WHO, 2016). penderita diabetes melitus telah dilakukan oleh Masalah diabetes melitus penting ditangani Konsensus Pengolahan Diabetes Melitus di karena apabila dibiarkan dan tidak terkendali Indonesia yang telah disusun oleh PERKENI akan dapat menyebabkan komplikasi akut (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) vaskuler jangka panjang, baik itu dimana memberikan pedoman tentang mikroangiopati maupun makroangiopati kebutuhan gizi orang dengan diabetes dan (Hasdianah, 2012). Penatalaksanaan yang anjuran penggunaan daftar bahan makanan dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penukar dalam penyuluhan perencanaan komplikasi yaitu dengan diet, aktivitas fisik, makan orang dengan diabetes (Soegondo dkk, edukasi dan farmakologi. Manajemen diet 2015). merupakan suatu komponen utama dalam Prevalensi penderita diabetes melitus di keberhasilan pengelolaan diabetes mellitus dunia tahun 2012 meningkat hampir dua kali (Magdalena, 2016). Proses diet yang dilakukan lipat, dimana sebelumnya dari 4,7% menjadi agar kadar glukosa dalam darah tetap normal, 8,5% pada dewasa. Tahun 2014 prevalensi berlangsung secara terus-menerus dan dalam penderita diabetes melitus secara global jangka waktu yang lama. Hal ini sering mencapai angka 422 juta pada dewasa dan menyebabkan penderita diabetes melitus sebanyak 4,3% dari 3,7 juta kematian sebelum mengaku bosan dan jenuh dengan diet yang usia 70 tahun (WHO, 2016). Data yang mereka jalani, bahkan beberapa dari penderita didapat berdasarkan Internasional Diabetes diabetes melitus ada yang tidak peduli dan Federation (IDF) tahun 2014 diperkirakan 425 acuh bahkan sengaja melanggar diet yang juta orang dengan usia (20-29) tahun mereka jalani karena mereka beranggapan menderita diabetes melitus yang akan PROSIDING SEMINAR NASIONAL 86 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 meningkat pada tahun 2045 menjadi 629 juta Faktor internal yang berpengaruh yaitu (IDF, 2015). Prevalensi penderita diabetes pendidikan, efekasi diri, dan kepribadian melitus di Indonesia tahun tahun 2016 pederita sedangkan faktor eksternal yang diabetes melitus di Indonesia kembali mempengaruhi yaitu interaksi profesional mengalami peningkatan dimana penyakit kesehatan dengan penderita, faktor diabetes melitus menyebabkan kematian lingkungan, dukungan sosial keluarga. tertinggi ke-2 pada kelompok umur 45-54 Dukungan keluarga dalam kepatuhan diet tahun (Kemenkes, 2017). Berdasarkan data dapat diperoleh dari pasangan (suami atau yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi istri), anak, saudara kandung atau anggota Bali tahun 2016 dalam kurun waktu satu tahun keluarga lainnya (Friedman, 2010). Dukungan didapatkan bahwa prevalensi penderita pasangan sangat penting dalam diri individu, diabetes melitus per Kabupaten dari angka karena interaksi pertama dan yang paling tertinggi hingga terendah yaitu Kabupaten sering dilakukan individu adalah dengan orang Tabanan dengan jumlah kunjungan sebanyak terdekat yaitu pasangannya. Dukungan 4995 jiwa, kota Denpasar sebanyak 3400 jiwa, pasangan dipercaya bisa membantu individu Karangasem sebanyak 1099 jiwa, Tahun 2017 dalam menangani penyakit yang dideritanya data penderita diabetes melitus pada setiap dalam hal ini yaitu penyakit diabetes melitus Puskesmas di Kabupaten Tabanan yaitu (Pratita, 2012). Puskesmas Selemadeg Timur 1 sebanyak 950 Berdasarkan hasil studi pendahuluan kunjungan, Marga 2 sebanyak 340 kunjungan, tanggal 28 Maret 2018 yang dilakukan pada Tabanan 2 sebanyak 318 kunjungan. empat puskesmas di wilayah Kerja Dinas Manajemen diet pada penderita Kesehatan Kabupaten Tabanan jumlah diabetes melitus yaitu makan dengan gizi yang penderita diabetes melitus tipe II dalam enam seimbang tetapi tetap memperhatiakan jumlah bulan terakhir di Puskesmas Marga 1 sebanyak makanan, jenis makanan dan jadwal makanan 194 penderita, Puskesmas Penebel 1 sebanyak (Sukarji, 2015). Jenis dan jumlah makanan 107 penderita, Puskesmas Tabanan 2 sebanyak yang banyak mengandung gula serta jadwal 100 penderita, Puskesmas Marga 2 sebanyak makan yang tidak teratur dapat meningkatkan 55 penderita. Berdasarkan data dan fenomena kadar gula dalam darah. Tanpa pengaturan diatas, maka peneliti tertarik untuk yang sesuai maka akan sulit mengontrol kadar menganalisis apakah ada hubungan antara gula darah tetap dalam batas normal dukungan pasangan dan kepatuhan diet pada (Magdalena, 2016). Kepatuhan dalam penderita diabetes melitus tipe II, sehingga menjalani proses diet pada penderita diabetes peneliti ingin mengetahui apakah ada melitus akan mempengaruhi kadar gula dalam hubungan antara dukungan pasangan dengan darah, apabila tidak ditangani dengan baik kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus akan menyebabkan komplikasi. tipe II dengan melakukan penelitian kuantitatif Penelitian yang dilakukan oleh dengan judul Hubungan Dukungan Pasangan Adnyani, dkk (2013) meneliti tentang dengan Kepatuhan Diet pada Penderita kepatuhan diet penderita diabetes melitus tipe Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja II yang ditinjau dari health locus of control, Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan. Tujuan didapatkan hasil bahwa penderita diabetes umum pada penelitian ini adalah untuk melitus tipe II yang tidak patuh dalam mengetahui hubungan dukungan pasangan menjalani diet sebesar 90,6%, dan patuh dengan kepatuhan diet pada penderita diabetes menjalani diet sebesar 9,4%. Penelitian yang melitus tipe II. dilakukan oleh Heryati (2014) yang meneliti tentang kepatuhan diet pada penderita diabetes 2. METODE PENELITIAN melitus, didapatkan hasil bahwa tingkat Rancangan penelitian ini ketidakpatuhan diet pada penderita diabetes menggunakan metode penelitian non melitus dengan usia > 60 tahun sebanyak eksperimen yaitu analitik korelasional, 36,2% dan usia < 60 tahun sebanyak 30,4%. penelitian ini bertujuan mengungkapkan Faktor yang dapat mempengaruhi hubungan korelatif antara variabel yaitu kepatuhan diet pada penderita diabetes melitus dukungan pasangan (variabel independen) adalah faktor internal dan faktor eksternal. dengan kepatuhan diet (variabel dependen). PROSIDING SEMINAR NASIONAL 87 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita n Kurang Tidak Patuh diabetes melitus tipe II di Wilayah Kerja Dinas Pasangan Patuh Patuh Kesehatan Kabupaten Tabanan (Puskesmas f % f % f % Marga 2, Tabanan 2, Marga 1, Penebel 1 (456) Baik 18 56,3 2 6,3 1 3,1 penderita). Puskesmas yang dipilih diambil dengan menggunakan teknik cluster sampling. Cukup 4 12,5 2 6,3 1 3,1 Sampel yang didapat yaitu berjumlah 32 penderita dengan ketentuan minimal sampel. Kurang 1 3,1 1 3,1 2 6,3 Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja 23 71,9 5 15,7 4 12, Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan yaitu 5 Total Puskesmas Marga 1, Penebel 1, Tabanan 2, 21 65,6 7 21,9 4 12, Marga 2 pada bulan April tahun 2018. 5 Instumen dalam penelitian ini yaitu p 0,003 menggunakan kuesioner dukungan pasangan r 0,472 dan kuesioner kepatuhan diet. Analisa yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan uji statistik non parametrik rank spearman Berdasarkan tabel diatas, (tingkat kepercayaan 95 % p ≤0,05) pada responden yang mendapatkan dukungan tahap distribusi dan frekuensi. pasangan baik dengan kategori patuh menjalani diet yaitu sebanyak 18 responden (56,3%), sedangkan responden 3. HASIL PENELITIAN 1) Distribusi Frekuensi Dukungan Pasangan yang mendapatkan dukungan pasangan Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe Ii Di yang kurang dengan kategori tidak patuh Wilayah Kerja Dinas Kesehatan menjalani diet yaitu sebanyak 2 responden Kabupaten Tabanan (6,3%). Hasil analisa juga didapatkan p value = 0,003 (<0,05) yang menunjukan No Dukunga Frekuens Presentas dukungan pasangan dapat meningkatkan . n i (f) e (%) kepatuhan diet pada responden diabetes Pasangan melitus tipe II di wilayah kerja Dinas 1 Baik 21 65,6 Kesehatan Kabupaten Tabanan. Nilai r 2 Cukup 7 21,9 yang didapat sebesar 0,472 dimana 3 Kurang 4 12,5 menunjukkan kekuatan hubungan sedang Total 32 100 dengan arah hubungan positif pada variabel dukungan pasangan dengan 2) Distribusi Frekuensi Kepatuhan Diet Pada kepatuhan diet pada penderita diabetes Penderita Diabetes Melitus Tipe Ii Di melitus tipe II di wilayah kerja Dinas Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kesehatan Kabupaten Tabanan. Kabupaten Tabanan No Kepatuha Frekuens Presentas 4. PEMBAHASAN . n Diet i (f) e (%) a. Dukungan pasangan 1 Patuh 23 71,9 Hasil penelitian tentang dukungan 2 Kurang 5 15,7 pasangan dari 32 responden di wilayah Patuh kerja Dinas Kesehatan Kabupaten 3 Tidak 4 12,5 Tabanan yaitu penderita diabetes melitus Patuh tipe II yang mempunyai dukungan Total 32 100 pasangan baik sebanyak 21 responden (65,6%), dan yang mendapat dukungan 3) Hasil Analisis Hubungan Dukungan pasangan kurang sebanyak 4 responden Pasangan Dengan Kepatuhan Diet Pada (12,%). Hasil penelitian ini didukung oleh Penderita Diabetes Melitus Tipe Ii Di penelitian sebelumnya yaitu Intan Pertiwi Wilayah Kerja Dinas Kesehatan (2015) dengan judul “Hubungan Kabupaten Tabanan Dukungan Pasangan dan Efikasi Diri Dukunga Kepatuhan Diet dengan Kepatuhan Menjalani Pengobatan PROSIDING SEMINAR NASIONAL 88 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II”. yaitu mayoritas kepatuhan diet dalam Hasil penelitian yang dilakukan kategori patuh sebanyak 23 responden menunjukkan mayoritas dukungan (71,9%), dan kepatuhan diet dalam pasangan yang diperoleh oleh penderita kategori tidak patuh sebayak 4 responden diabetes melitus tipe II yaitu dukungan (12,5%). Hasil penelitian ini didukung dari pasangan dengan kategori sangat tinggi penelitian sebelumnya yang dikaukan oleh sebanyak 48 orang (96%). Eni Pujiastuti (2016) dengan judul Dukungan pasangan merupakan “Hubungan Pengetahuan dan Motivasi salah satu bagian atau elemen terpenting dengan Kepatuhan Diet pada Pasien dalam diri individu. Interaksi pertama dan Diabetes Melitus Tipe II di Poliklinik paling sering dilakukan individu dengan Penyakit Dalam RSUD Dr. Soehardi orang terdekat yaitu pasangannya. Prijonegoro Sragen”. Hasil penelitian yang Dukungan pasangan dapat membantu dilakukan menunjukkan dari 240 penderita untuk menghadapi penyakit responden terdapat 128 responden (53%) yang dideritanya, dalam hal ini yaitu dalam kategori patuh menjalani diet. penyakit diabetes melitus. Dukungan Kepatuhan diet merupakan suatu pasangan yang diberikan pada penderita aturan perilaku yang disarankan oleh diabetes melitus tipe II dukungan emosi, perawat, dokter, atau tenaga kesehatan lain dukungan penghargaan, dukungan nyata yang harus diikuti oleh pasien atau dan dukungan informasi. Penderita penderita (Novian, 2014). Diet penderita diabetes melitus yang berkeluarga diabetes melitus harus memperhatikan memiliki pasangan yang dimana mereka jumlah makanan, jadwal makanan dan saling menginginkan kebersamaan, saling jenis makanan agar kadar gula dalam membutuhkan, saling melayani, saling darah tetap terkontrol. Makanan memberikan dorongan dan dukungan. merupakan faktor yang paling dominan Banyak fungsi-fungsi yang dilakukan mempengaruhi kenaikan kadar glukosa bersama pasangan dalam suatu keluarga dalam darah. Salah satu pengelolaan misalnya memberikan kasih sayang, rasa diabetes melitus yaitu dengan melakukan aman dan perhatian. Adanya dukungan perubahan gaya hidup melalui diet. pasangan ini dapat membantu penderita Perencanaan makanan merupakan untuk tetap menjalani proses pengobatan komponen utama keberhasilan yang diberikan oleh tenaga kesehatan penatalaksanaan diet bergantung pada (Pratita, 2012). perilaku penderita diabetes melitus dalam Dukungan yang diberikan oleh menjalani anjuran makan yang diberikan. pasangan bukan hanya sekedar Penderita yang patuh terhadap diet memberikan bantuan, tetapi yang penting cenderung memiliki kadar gula darah yang adalah persepsi penderita diabetes melitus terkontol (Juliani, 2015). dalam menerima makna dukungan yang Kepatuhan diet pada penderita diberikan. Individu yang menerima diabetes melitus tipe II sangat diperlukan dukungan tersebut dapat merasakan untuk mencapai keberhasilan terapi manfaat dukungan bagi dirinya. Manfaat diabetes melitus dan berperan penting dari dukungan yang diberikan oleh untuk menstabilkan kadar glukosa dalam pasangan kepada penderita tersebut untuk darah pada penderita diabetes melitus meminimalkan atau mengurangi ketidak karena dengan menjalani diet yang teratur patuhan penderita pada saran-saran seperti jenis makanan, jadwal makanan, ataupun masukan yang diberikan oleh dan jumlah makanan maka kadar glukosa perawat, dokter dan petugas kesehatan dalam darah pada penderita diabetes lainnya. melitus tipe II akan terkontrol. b. Kepatuhan Diet Hasil penelitian tentang kepatuhan diet dari 32 responden di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan PROSIDING SEMINAR NASIONAL 89 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 c. Hubungan dukungan pasangan meningkatkan kesadaran diri untuk dengan kepatuhan diet pada mengenali penyakitnya, memberikan penderita diabetes melitus tipe II penjelasan bahwa penyakit tersebut tidak Hasil uji statistik menggnakan dapat disembunyikan sehingga penderita rank spearman didapatkan p value = 0,003 harus memiliki kesadaran yang tinggi (<0,05) yang menunjukan dukungan untuk mengelola penyakitnya. Adanya pasangan dapat meningkatkan kepatuhan dukungan dari pasangan sangat membantu diet pada penderita diabetes melitus tipe II penderita diabetes melitus tipe II untuk di wilayah kerja Dinas Kesehatan meningkatkan keyakinan dari dalam Kabupaten Tabanan. Nilai r yang didapat dirinya untuk mengelola penyakitnya sebesar 0,472 dimana menunjukkan dengan baik. Selain itu juga dapat kekuatan hubungan sedang variabel menimbulkan perasaan nyaman dan aman dukungan pasangan dengan kepatuhan diet sehingga akan meningkatkan motivasi pada penderita diabetes melitus tipe II di penderita. wilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan dengan arah hubungan positif (+) 5. KESIMPULAN antar varibel dukungan pasangan dengan Dukungan pasangan pada penderita kepatuhan diet maka semakin baik diabetes melitus tipe II yaitu sebanyak 21 dukungan pasangan yang diberikan maka responden (65,6%) mendapatkan dukungan semakin patuh penderita diabetes melitus pasangan baik, sedangkan sebanyak 7 tipe II dalam menjalani program diet. responden (21,9) mendapatkan dukungan Hasil penelitian ini didukung oleh hasil pasangan cukup dan sebanyak 4 responden penelitian sebelumnya yang dilakukan (12,5) mendapatkan dukungan pasangan yang oleh Anggita Puspita Deliaty (2015) kurang untuk melakukan diet pada penyakit dengan judul “Hubungan antara Dukungan diabetes melitus tipe II. Dukungan yang Pasangan terhadap Kepatuhan Diet pada diberikan oleh pasangan bukan hanya sekedar Penderita Diabetes Melitus Tipe II di memberikan bantuan, tetapi yang penting Wilayah Kerja Puskesmas Munjul”. Hasil adalah persepsi penderita diabetes melitus uji statistik menunjukkan ada hubungan dalam menerima makna dukungan yang yang sangat signifikan antara dukungan diberikan. pasangan terhadap kepatuhan diet pada Kepatuhan diet pada penderita penderita diabetes melitus tipe II di diabetes melitus tipe II yaitu sebanyak 23 wilayah kerja Puskesmas Munjul dengan responden (71,9) dalam kategori patuh, p-value = 0,003. sedangkan sebanyak 5 responden (15,7) Kepatuhan diet pada penderita dalam kategori kurang patuh, dan sebanyak 4 diabetes melitus tipe II sangat dipengaruhi responden (12,5) dalam kategori tidak patuh oleh dukungan keluarga terutama dari menjalani diet. Kepatuhan diet pada penderita dukungan pasangan. Menurut Yursa diabetes melitus tipe II sangat diperlukan (2011) dukungan pasangan dipercaya karena dengan menjalani diet yang teratur dapat membantu para penderita diabetes seperti jenis makanan, jadwal makanan, dan melitus tipe II untuk menghadapi penyakit jumlah makanan maka kadar glukosa dalam yang dideritanya. Dukungan yang darah pada penderita diabetes melitus tipe II diberikan oleh pasangannya bukan hanya akan terkontrol. sekedar memberikan bantuan, namun yang Berdasarkan hasil uji Rank Spearman terpenting adalah membangun persepsi didapatkan p value sebesar 0,003 < dari penderita diabetes melitus tipe II dalam tingkat signifikansi yang ditentukan yaitu 0,05 menerima makna dukungan yang hasil ini menunjukkan dukungan pasangan diberikan untuk membantu penderita dapat meningkatkan kepatuhan diet pada dalam mematuhi serangkaian diet yang penderita diabetes melitus tipe II di wilayah dijalaninya (Pratita, 2012). kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan. Beberapa hal penting yang dapat Hasil Rank Spearman juga didapatkan nilai dilakukan untuk mendukung penderita koefisien kolerasi sebesar 0,472 dapat diabetes melitus tipe II antara lain dengan diartikan terdapat hubungan yang sedang PROSIDING SEMINAR NASIONAL 90 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 antara variabel dukungan pasangan dengan indonesia/profil-kesehatan-indonesia- kepatuhan diet. Adanya dukungan dari 2017.pdf. Diakses pada 3 Februari 2018 pasangan sangat membantu penderita diabetes 8. Magdalena, Cesil. 2016. Hubungan melitus tipe II untuk meningkatkan keyakinan Penerapan 3 J (Jenis, Jumlah dan Jadwal) dari dalam dirinya untuk mengelola dan Aktivitas Fisik terhadap Status Kadar penyakitnya dengan baik.. Gula Darah pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di Posbindu Wilayah Kerja 6. REFERENSI Puskesmas Ciputat. Skripsi ini 1. Andriani,dkk. 2015. Hubungan Health dipublikasikan. Universitas Islam Negeri Locus of Control dengan Kepatuhan Syarif Hidayatullah Jakarta Penatalaksanaan Diet DM Tipe II di 9. Novian. 2013. Kepatuhan Diet pada Paguyuban DM Puskesmas III Denpasar Pasien Hipertensi. Skripsi di Publikasikan. Utara. Diakses pada Tanggal 28 Maret Universitas Negeri Semarang 2018 10. Pertiwi, Intan. 2015. Hubungan Dukungan 2. Friedman, MM,. Bowder, V.R., & jones, Pasangan dan Efekasi Diri dengan E.G. 2010. Buku Ajar Keperawatan Kepatuahan Menjalani Pengobatan pada Keluarga : Riset, Teori, dan Praktik Edisi Penderita Dabetes Mellitus Tipe-2 di 5. Jakarta: EGC RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Skripsi 3. Hasdianah, Dr. 2012. Mengenal Diabetes ini dipublikasi. Universitas Melitus pada Orang Dewasa dan Anak- Muhammadiyah Surakarta anak dengan Solusi Herbal. Yogyakarta: 11. Pujiastiti, Eni. 2016. Hubungan Nuha Medika Pengetahuan dan Motivasi dengan 4. Heryati, suratum. 2014. Faktor-faktor Kepatuhan Diet pada Pasien Diabetes yang Berhubungan dengan Kepatuhan Melitus Tipe II di Poliklinik Penyakit Diet Diabetes melitus pada Pasien DM di Dalam RSUD Dr. Soehardi Prijonegoro Puskesmas Jatinegara Jakarta Timur. Sragen. Sripsi di Pulikasikan. STIKes Skripsi di Publikasikan. Poltekkes Kusuma Husadaya Surakarta Kemenkes Jakarta III 12. Pratita, Nurina D. 2012. Hubungan 5. International Diabetes Federation (IDF). Dukungan Pasangan dan Health Locus Of 2015. IDF Diabetes Atlas Seventh Edition Control dengan Kepatuahan dalam 2015. Menjali Proses Pengobatan pada http://diabetesatlas.org/resources/2017- Penderita Diabetes Mellitus Tipe-2. atlas.html Diakses pada tanggal 20 Skripsi di Publikasikan. Universitas Februari 2018 Surabaya 6. Juliani, Ni Made. 2015. Hubungan 13. Soegondo, Sidartawan. 2015. Dukungan Sosial Keluarga dengan Penatalaksanaan Diabetes Melitus. Kepatuhan Menjalani Diet pada Pasien Jakarta: Balai Penerbit FKUI Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah UPT 14. Sukardji, Kartini. 2015. Penatalaksanaan Kesmas Blahbatuh II Kabupaten Gianyar. Gizi pada Diabetes Melitus dalam Materi Skripsi di Publikasikan. STIKes Wira Penatalaksanaan Diabetes Melitus. Medika Jakarta: Balai Penerbit FKUI 7. Kementrian Kesehatan Repubik Indonesia. 15. World Health Organization (WHO). 2016. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun Global Report On Diabtes. 2016. http://www.who.int/campaigns/world- http://www.depkes.go.id/resources/downlo health-day/2016/en/ Diakses pada tanggal ad/pusdatin/profil-kesehatan- 20 Februari 2018 16. .

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 91 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

EFEK MANILA SAPODILLA (MANILKARA ZAPOTA) EXTRACT PADA PERTUMBUHAN SALMONELLA TYPHI BACTERIA PADA USUS KECIL TIKUS

Awaluddin Susanto 1Laboratorium Klinik & Prodi Analis Kesehatan, STIKES ICME Jombang Email: [email protected]

ABSTRACT The aim of the research is to know the effect of manila sapodilla extract to inhibit the growth of salmonella typhi bacteria.This research used is experimental design with posttest group design control. The inhibition test used is 15 cm of mice small intestine. The first step is giving the bacteria to the intestine, then give the extract to the intestine in many variations of concentration (100%,50%, and 25%). After that, measure the growth of bacteria by taking the mucus and applied to the SSA media with Colony Counther. The result shows that the amount of salmonella typhi bacteria in SSA media in positive control group is 300, while there is no colony in negative control group.There is 51 colony in manila sapodilla group with concentration 100%. Mean while, in manila sapodilla group with concentration 50%, there is 204 colony.Then, there is 300 colony in a group with concentration 25%. Kruskal-walls test is being applied because the data is abnormal and the result shows differences (sig. 0.012< p= 0.05). The further test is carried out toknow which group that is difference. Then, the result shows that in a group with concentration 100% is difference with group control (sig. 0.037< p= 0.05), while in a group with concentration 50%, there ia no significant different (sig. 0.121 < p= 0.05)and in a group with concentration 25%, there is also no significant different (sig.1000 < p=0.05). From the result, it is concluded that there is no significant different from a group with concentration 100% and 50%. In short, this research concluded that manila sapodilla extract can inhibit the growth of salmonella typhi bacteria with concentration 100% in thesmall intestine of mice. Keywords: Extract, manila sapodilla, Salmonella typhi

1. PENDAHULUAN suatu penyakit sebesar 0,67 % (Kementrian Kuman Salmonella typhi adalah Kesehatan RI, 2013). penyebab terjadinya demam tifoid. Demam Pengobatan penyakit demam tifoid tifoid dapat ditularkan melalui makanan atau dapat dilakukan secara medis dan tradisional. minuman yang terkontaminasi karena Pengobatan secara medis menggunakan obat- penanganan yang tidak bersih/higienis obatan yang berbahan dasar kimia, seperti (Librianty, 2015). Dalam empat dekade Amoxicillin, Kloramfenikol, Azithromycin. terakhir, demam tifoid telah menjadi masalah Pemberian obat tersebut dapat dilakukan kesehatan global bagi masyarakat dunia. secara oral ataupun dengan disuntikkan ke Diperkirakan angka kejadian penyakit ini dalam otot atau vena. Masing-masing obat mencapai 13-17 juta kasus di seluruh dunia memiliki resistensi yang berbeda karena dengan angka kematian mencapai 600.000 tergantung dengan banyaknya bakteri yang ada jiwa per tahun. Indonesia merupakan salah dan juga tergantung dosis yang diberikan satu wilayah endemis demam tifoid dengan (Banigno, 2015). Sedangkan pengobatan mayoritas angka kejadian terjadi pada secara tradisional menggunakan bahan dasar kelompok umur 3-19 tahun (91% kasus) alami. Pengobatan tradisional sudah diketahui (Hendarta, 2014). Demam tifoid atau sejak jaman dahulu yang umumnya diwariskan paratifoid juga menempati urutan ke-3 dari 10 dan disebarkan melalui mulut ke mulut. Setiap penyakit terbanyak dari pasien rawat inap di daerah memiliki ciri khas tersendiri dalam rumah sakit tahun 2010 yaitu sebanyak 41.081 pengobatan tradisional. Hal ini dipengaruhi kasus dan yang meninggal 274 orang dengan oleh kondisi alam dan ketersediaan tumbuhan Case Fatality Rate atau angka kematian akibat pada masing-masing daerah. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 92 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Salah satu dari tanaman berpotensi dan Salmonella typhi. Aktivitas antimikrobia sebagai obat adalah sawo manila (Manilkara ekstrak kulit batang dan daun M. zapota zapota). Kandungan senyawa kimia sawo ditunjukkan dengan zona penghambatan pada adalah tanin. Biji sawo mengandung saponin, kisaran 8-16 mm. Daun dan batang memiliki serta pada buahnya banyak mengandung aktivitas antimikrobia, hasil uji Kromatografi kalium, energi, karbohidrat, vitamin (A, C, Lapis Tipis (KLT) ditemui adanya senyawa B6), magnesium serta fosfor. Buah muda yang terpenoid, flavonoid dan glikosida (Osman direbus dapat digunakan untuk menghentikan dkk., 2010) diare, bagian daunnya digunakan untuk Khasiat buah sawo sendiri sebagai mengobati demam, obat untuk batuk, pilek, obat dikarenakan kandungan tanin, saponin, obat luka dan borok, selain itu bagian dan flavonoida pada batang juga daun bahkan. bunganya digunakan sebagai ramuan rempah buahnya sehingga dapat dikatakan baik untuk wanita yang baru melahirkan. Infus sebagai alternatif obat diare alami buah muda dan bunga diminum untuk (Dalimartha, 2006). Getah buah, buah muda, meredakan keluhan paru, sedangkan dan daunnya, bisa digunakan sebagai obat pembuatan teh dari kulit kayu dapat digunakan diare, bagian daun dan batang sawo sebagai obat penurun panas dan menghentikan mengandung flavonoid. Di samping itu daun diare serta disentri. Biji yang dihancurkan mengandung saponin dan batangnya memiliki daya diuretik dan untuk meredakan mengandung tanin. Getah buah sawo manila infeksi kandung kemih dan batu ginjal. juga dapat digunakan untuk campuran gula- Ekstrak cairan dari biji sawo yang dihancurkan gula (Sebayang, 2010). digunakan di Yucatan sebagai obat penenang dan obat tidur. Rebusan daun sawo yang 2. METODE PENELITIAN dicampur dengan labu siam yang manis dan a. Waktu dan Tempat Penelitian diminum setiap hari untuk menurunkan Penelitian ini dilakukan dari bulan tekanan darah (Morton, 1987). Khasiat sawo Februari sampai dengan Juni 2018. sebagai obat dikarenakan kandungan tannin, Penelitian ini dilakukan di laboratorium saponin, dan flavonoid pada batang juga daun Mikrobiologi Sekolah Tinggi Ilmu bahkan buahnya sehingga dapat dikatakan baik Kesehatan Insan Cendekia Medika sebagai alternatif obat diare alami Jombang. (Dalimartha, 2006). Ekstrak dari bagian sawo b. Jenis Penelitian manila dalam hal ini kulit batang, daun, dan Jenis penelitian ini adalah penelitian true buah muda dipilih dalam penelitian ini karena eksperimental dengan desain penelitian karena sawo ternyata menyimpan banyak post test group desaign control. khasiat dan memiliki potensi sosial dalam c. Populasi dan Sampel pelayanan kesehatan sebagai obat tradisional Populasi dalam penelitian ini adalah atau antimikrobia (Rukmana, 1997). bakteri Salmonella thyphi. Sampel yang Penelitian mengenai Sawo Manila digunakan dalam penelitian ini adalah (Manilkara zapota) sudah pernah dilakukan, bakteri Salmonella typhi yang diperoleh diantaranya adalah penelitian yang dilakukan dari Laboratorium Lembaga Penyakit oleh Osman dkk. (2010), bahwa ekstrak kulit Tropis Universitas Airlangga Surabaya. batang M. zapota menggunakan etil asetat d. Variabel mempunyai aktivitas antimikroba terhadap Variabel yang digunakan dalam Bacillus subtilis, B. cereus, B. megaterium, penelitian ini adalah : Sarcina lutea, E. coli, Salmonella typhi, 1. Variabel independen Sigella dysentriae, S. sonei, dan S. shiga. Variabel independen atau variabel Ekstrak kulit batang dengan etil asetat ini juga bebas dalam penelitian ini adalah menunjukkan aktivitas terhadap Aspergillus ekstrak buah sawo. flavus, Vasianfactum sp dan Fusarium sp, 2. Variabel dependen kemudian ekstrak daun M. zapota Variabel dependen atau variabel menggunakan etil asetat memiliki aktivitas tergantung dalam penelitian ringan terhadap Bacillus subtilis, Bacillus pertumbuhan bakteri Salmonella typhi. megaterium, Sarcina lutea, Escherichia coli PROSIDING SEMINAR NASIONAL 93 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 e. Instrumen Penelitian dan Prosedur Kerja efektif sebagai antibakteri 1. Instrumen Penelitian Salmonella typhi. Pengujian Alat yang digunakan dalam penelitian antibakteri menggunakan usus ini adalah cawan petri,tabung reaksi, halus hewan coba mencit. rak tabung reaksi, penjepit tabung Kelompok perlakuan sebanyak 5 reaksi, erlenmeyer, gelasukur, gelas kelompok dengan ulangan beker, pipet volume, trigalski, batang sebanyak 3 kali pada masing- pengaduk, mistar,bunsen, pinset, masing kelompok perlakuan; yaitu termometer, vortex mixer, pH meter, kelompok control yang tidak gelas benda, gelaspenutup, mikroskop dikenai perlakuan (control positif binokuler, timbangan analitik, dan control negative), kelompok magnetic stirrer, hotplate stirrer, yang diberi eksrak sawo dengan autoklaf, inkubator, refrigerator, kertas konsentrasi 100% volume 100 payung, alumunium foil, paper disc, mikrolit, kelompok eksrak sawo karet, cotton bud, spidol marker, dengan konsentrasi 50%, dan kertas label dan masker. kelompok dengan konsentrasi Sedangkan bahan yang dibutuhkan 25%. Masing-masing usus halus dalam penelitian ini adalah biakan mencit yang di potong dengan murni Salmonella typhi, Salmonella panjang 15 cm dan diikat kedua Shygella Agar (SSA), aquades ujung dengan benang, terlebih steril,aquades, mencit, buah sawo. dahulu dimasukkan bakteri 2. Prosedur Kerja Salmonella typhi sebanyak 50 a) Prosedur pembuatan kombinasi mikroliter berasal perbenihan pada ekstrak buah pare dan buah media cair Nutrient Broth. Di sawo. inkubasi pada incubator dengan Buah sawo dicuci bersih, setelah suhu 37o C pada wadah gelas itu ditimbang dengan berat 250 g, beaker yang berisi aquadest steril. setelah itu dihancurkan dengan Setelah 18 jam diambil usus halus cara di blender dan disaring untuk dan diambil kerokan dari usus diambil sarinya. Untuk halus untuk ditanam pada media mendapatkan konsentrasi ekstrak SSA. Setelah 24 jam diinkubasi yang efektif menghambat bakteri diinkubator dilakukan perhitungan Salmonella typhi, maka jumlah koloni dengan ketentuan menggunakan 3 variasi satu koloni berasal dari satu konsentrasi, yaitu 25%, 50%, bakteri 100%. f. Teknik Pengumpulan Data b) Pembuatan media Salmonella Pengumpulan data pada penelitian ini Shigella Agar (SSA). dilakukan sebagai berikut : setelah Pembuatan media SSA dilakukan Media Cawan petri diinkubasi dalam dengan cara menimbang 30 g SSA incubator dengan suhu 37oC selama 24 masing-masing dilarutkan dalam jam dilakukan perhitungan koloni 500 ml aquadest pada beaker bakteri dengan colony counter. Setelah gelas. Dilakukan pengukuran pH itu dimasukkan pada table data dan dengan pH 7, kemudaian setelah dilakukan perhitungan rata-rata koloni terlarut sempurna dipanaskan pada masing-masing kelompok sampai mendidih, kemudian perlakuan. dimasukkan dalam cawan petri g. Penyajian data steril. Proses ini dilakukan di Penyajian data dalam penelitian ini dekat nyala api(bunsen). akan disajikan dalam bentuk tabel yang c) Pengujian antibakteri. menunjukkan hasil jumlah koloni untuk Pengujian antibakteri dilakukan masing-masing kelompok perlakuan. untuk melihat ekstrak yang mempunyai efektivitas paling PROSIDING SEMINAR NASIONAL 94 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 h. Analisa Data wallis, dan apabila terdapat perbedaan Data yang diperoleh pada pertumbuan maka dilanjutkan uji LSD. bakteri Salmonella typhi akan dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA 3. HASIL DAN PEMBAHASAN menggunakan SPSS for windows Hasil Penelitian dengan P=0,05 untuk mengetahui Berdasarkan hasil penanaman pada media apakah ada perbedaan antar perlakuan, SSA dan perhitungan jumlah koloni dengan syarat data normal dan bakteri pada media SSA dengan Colony homogen, apabila data tidak memenuhi counter, data yang didapat setiap syarat maka akan dilakukan uji kruskal kelompok uji ditampilkan dalam gambar dan table seperti dibawah ini:

Gambar 1. Koloni bakteri pada media SSA hasil dari penanaman mucus usus halus mencit

Tabel 1 Data jumlah koloni bakteri Salmonella typhi pada media SSA N0./ Kelompok Perlakuan Ulangan Control Control Sawo Sawo Sawo + - 100% 50% 25% 1. 300 0 102 300 300 2. 300 0 0 108 300 3. 300 0 51 204 300 Rata-rata Sedangkan pada kelompok perlakuan 25% rata-rata sebanyak 300 Pembahasan koloni. Setelah didapatkan data penelitian, Berdasarkan table diatas sesuai maka akan dilakukan uji statistic dengan dengan hasil perhitungan jumlah koloni menggunakan uji parametric ANOVA bakteri Salmonella typhi menunjukkan dengan syarat data berdistribusi normal bahwa control positif terdapat koloni dan homogen. Setelah dilakukan uji bakteri yang memenuhi semua permukaan normalitas dengan uji Shapiro-wilk data media SSA atau 300 koloni, sedangkan menunjukkan berdistribusi tidak normal pada control negative tidak terdapat koloni (Sig.=0.001

Kesehatan Masyarakat, September 2011- 9. Santoso, H. B. (2008). Ragam & Khasiat Maret 2011, Vol. 6, No.1 Tanaman Obat, Sehat Alami dari Halaman 3. Dalimarta, S. (2011). Khasiat Buah Dan Asri. Jakarta; AgroMedia Pustaka. Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya. 10. Sebayang, Marina Putri. 2010. Uji Efek 4. Darmawati, S. (2009). Keanekaragaman Anti diare Ekstrak Etanol Buah Tanaman Genetik Salmonella typhi. Jurnal Sawo (Achras zapota L.) terhadap Mencit Kesehatan Vol.2, No. I Juni 2009 : 27 -33. Jantan. Skripsi, Fakultas Farmasi 5. Handayani, F. (2015). Pengaruh Pola Universitas Sumatera Utara, Medan. Makan dan Personal Hygiene dengan 11. Suwarto, A. (2010). 9 Buah dan Sayur Kejadian Demam Tifoid Berulang di Sakti Tangkal Penyakit. Yogyakarta : Puskesmas Peterongan Jombang. Liberplus http://eprints.unipdu.ac.id/342/1/BAB%20 12. Winarno, M. Wien dan Dian Sundari. I.pdf 1996. Pemanfaatan Tumbuhan sebagai 6. Librianty, N. (2015). Panduan Mandiri Obat Diare Di Indonesia. Pusat Penelitian Melacak Penyakit. Jakarta: Lintas Kata dan Pengembangan Farmasi Balai 7. Rizki, F. (2013). The Miracle of Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Vegetables. Jakarta; AgroMedia Pustaka. Departemen Kesehatan RI, Jakarta. 8. Rukmana, Rahmat. 1997. SAWO. Wirakusumah, E. S. (2007). Jus Yogyakarta: Kanisius Buah Dan Sayuran. Jakarta: Penebar Swadaya

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 97 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

PEMBERDAYAAN LANJUT USIA DENGAN SENAM SATRIA NUSANTARA UNTUK MENGURANGI DEPRESI (Di Cabang Senam Satria Nusantara Dusun Ngelo Desa Gondek Mojowarno Jombang)

1)Ruliati. MaharaniTri P, Afif H 1)Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang Email : [email protected]

Abstract Among the elderly, depression continues to be a serious mental health problem, while with increasing age could causes a deterioration in physical function which will lead to high levels of depression in the elderly. The increasing of the elderly raises various polemics today. This is caused by the emergence of various physical, psychological, psychosocial, and genetic problems due to the degenerative process experienced by the elderly. The condition of these problems often leads to mental disorders in the elderly such as depression. Depression in the elderly is influenced by several factors, namely biological factors, heredity, psychosocial factors. Therefore in an effort or effort to reduce depression in the `must understand the symptoms of depression that may be experienced by the elderly. Someone who is depressed needs to be given a stimulus such as physical activity. In an effort to reduce depression, one alternative treatment is breathing exercises. The implementation of Satria Nusantara gymnastics in the elderly numbering 34 who experience depressive symptoms is carried out routinely twice a week 8 times. Respiratory exercise is a traditional sport that provides services, education and training with breathing patterns, exercise, and mental exercise and the use of life energy for healing. After carrying out satria nusantara breathing exercises routinely obtained better health, namely depression decreases from moderate to minimum depression. Keyword:elderly. Gymnastic, depression

1. PENDAHULUAN mental yang paling banyak ditemui pada Di antara lansia depresi terus menjadi lansia. Di Jawa Timur jumlah lanjut usia yang masalah kesehatan mental yang serius, terkena depresi mencapai angka 11% dari total sedangkan dengan bertambahnya usia juta penduduk yaitu sebesar 3.520.927, data di menyebabkan kemunduran fungsi fisik yang Jombangg lanjut usia sebesar 130.140 ribu akan mengakibatkan tingginya tingkat depresi jiwa (BPS Jombangg , 2017). Sementara pada lansia ( Fitriah, 2014). Keberadaan lansia prevalensi depresi pada lansia yang menjalani yang semakin meningkat menimbulkan perawatan di Rumah Sakit dan Panti berbagai polemik dewasa ini. Hal ini Perawatan sebesar 30-45%. Hampir 80% disebabkan oleh timbulnya berbagai masalah penderita depresi serius berhasil diobati dan fisik, psikologis, psikososial, genetik akibat kembali sehat (Mickey, 2006 ). proses degenaratif yang dialami lansia. Depresi pada lansia dipengaruhi oleh Kondisi permasalahan tersebut seringkali beberapa faktor penyebab yaitu faktor memunculkan gangguan mental pada lansia biologis, faktor keturunan, faktor psikososial. seperti depresi (Hawari, 2016). Ketiga faktor tersebut dapat berdiri sendiri Perkiraan bertambahnya jumlah lansia maupun saling terkait yang menjadi penyebab Indonesia sampai akhir tahun 2017 terdapat dari gangguan bipolar atau depresi. Jenis 23,66 juta jiwa dan tahun 2018 di prediksi 24 penyakit bipolar lain yang dikenal dengan juta jiwa( BPS 2017 ) Prevalensi depresi pada siklus cepat muncul ketika alam perasaan lansia di dunia mencapai 1,28 juta dari total lansia berubah dengan cepat (sering hanya populasi pada tahun 2027. Hasil survey dari dalam beberapa hari) dari euforia dapat berbagai negara di dunia diperoleh prevalensi menjadi depresi berat. Hal ini mencakup rata-rata depresi pada lansia adalah 2,3 juta bentuk depresi yang lebih ringan yang tampak dari 20,54 juta jiwa lansia dengan datang dan pergi tanpa persipitan lingkungan perbandingan wanita dan pria 14,1 : 8,5 yang jelas dan bentuk depresi yang sangat (Lindia 2015). Depresi merupakan masalah berat yang tampaknya resisten terhadap PROSIDING SEMINAR NASIONAL 98 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 pengobatan. Olahraga perlu untuk penderita nusantara selama 8 kali, dengan rincian depresi karena olahraga dapat meningkatkan seminggu dua kali. Setelah melaksanakan 8 kesadaran sistem syaraf sentral, denyut nadi kali senam kemudian dinilai tingkat depresi meningkat dan klien akan menjadi sadar. Ini apakah depresi mengalami perubahan ke arah akan membangkitkan semua sistem saraf di yang lebih baik.Kegiatan ini dilaksanakan dalam tubuh (Untari, 2014). mulai tanggal 1- 27 mei 2018 Maka dari itu dalam usaha atau upaya mengurangi depresi pada ` maka kita harus 4. HASIL DAN PEMBAHASAN memahami gejala-gejala depresi yang A. HASIL PENELITIAN mungkin dialami oleh lansia. Seseorang yang 1) Data Umum mengalami depresi perlu diberikan stimulus a. Karakteristik lansia berdasarkan Jenis seperti aktivitas fisik. Dalam rangka upaya Kelamin menurunkan depresi salah satu alternatif Tabel 1 Karakteristik lansia berdasarkan penanganan adalah melakukan olah raga jenis kelamin di cabang senam senam pernapasan, senam pernapasan pernapasan SN Dusun Ngelo, merupakan sebuah olahraga tradisional yang Desa Gondek, Kecamatan memberikan pelayanan, pendidikan dan Mojowarno, Kabupaten Jombangg pelatihan dengan pola olah napas, olah gerak, tahun 2018 dan olah batin serta pemanfaatan energi Jenis No Jumlah Prsentase kehidupan untuk kesembuhan. Senam Kelamin pernapasan sebagai alternatif sarana untuk 1 Laki-Laki 8 23,53 memperoleh kesehatan yang diharapkan bisa 2 Perempuan 26 76,47 mengefektifkan semua organ dalam tubuh Jumlah 34 100,00 secara optimal dengan olah napas dan olah fisik secara teratur, sehingga hasil b. Karakteristik lansia berdasarkan Jenis metabolisme tubuh dan energi penggerak umur untuk melakukan aktivitas menjadi lebih besar Tabel 2 Karakteristik lansia berdasarkan dan berguna untuk menangkal penyakit umur di cabang senam pernapasan (Untari, 2014). SN Dusun Ngelo, Desa Gondek, Berdasarkan hal tersebut diatas, maka Kecamatan Mojowarno, penulis tertarik untuk melakukan penelitian Kabupaten Jombang tahun 2018 olah raga senam pernapasan Satria Nusantara No Umur Jumlah Prosentase terhadap penurunan tingkat depresi sedang 1 45-59 tahun 12 35,29 pada lanjut usia di cabang senam pernapasan 2 60-74 tahun 22 64,71 SN Dusun Ngelo, Desa Gondek, Kecamatan Jumlah 34 100,00 Mojowarno, Kabupaten Jombangg. c. Karakteristik lansia berdasarkan 3. METODE PENELITIAN pendidikan Pengabdian masyarakat dilaksanakan Tabel 3 Karakteristik lansia berdasarkan dengan cara memeriksa tingkat depresi pada pendidikan di cabang senam anggota senam pernafasan satria nusantara pernapasan SN Dusun Ngelo, yang berusia lanjut usia sejumlah 31 orang Desa Gondek, Kecamatan dengan memberdayakan anggota untuk Mojowarno, Kabupaten Jombang melaksanakan senam pernafasan satria tahun 2018 nusantara di cabang senam pernafasan satria No Pendidikan Jumlah Prosentase nusantara cabang dusun Ngelo Desa Gondek, 1 Tidak Sekolah 5 14,71 kecamatan Mojowarno . Penilaian depresi 2 SD 14 41,18 pada lanjut usia dinilai berdasarkan Index 3 SMP 10 29,41 Depresi Beck (IDB), Tehnik pengabdian 4 SMA 3 8,82 dilaksanakan, sebelum dilaksanakan senam 5 PT 2 5,88 pernafasan satria nusantara dinilai tingkat Jumlah 34 100,00 depresi, setelah itu lanjut usia diberdayakan dengan melaksanakan senam pernafasan satria PROSIDING SEMINAR NASIONAL 99 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

d. Karakteristik lansia berdasarkan B. PEMBAHASAN pekerjaan. Frekuensi depresi lansia sebelum Tabel 4 Karakteristik lansia berdasarkan melaksanakan senam pernapasan pekerjaan di cabang senam Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan pernapasan SN Dusun Ngelo, sebelum dilakukan senam pernapasan pada Desa Gondek, Kecamatan tanggal 01 mei 2018 didapatkan hasil sesuai Mojowarno, Kabupaten Jombang hasil penelitian bahwa dari 34 lansia tahun 2018 mengalami depresi sedang seluruhnya 100%. No Pekerjaan Jumlah Prosentase Faktor resiko yang mempengaruhi timbulnya 1 IRT 12 35,29 depresi sedang pada lansia salah satunya 2 Tani 10 29,42 adalah faktor jenis kelamin. Berdasarkan hasil 3 Swasta 6 17,65 penelitian bahwa hampir seluruhnya lansia 4 Wiraswasta 4 11,76 adalah perempuan sebanyak 76,47%. Adapun 5 PNS 2 5,88 perempuan lebih rentan terkena depresi karena perempuan lebih sensitif dan dan peka Jumlah 34 100,00 terhadap respon suatu kejadian, sehingga

mereka lebih mudah merasa syock. Hal ini 2) Variabel Yang di Ukur sesuai dengan pendapat pakar psikolog Parvin a. frekuensi depresi lansia sebelum Shakour (2009) bahwa depresi merupakan melaksanakan senam pernapasan salah satu penyebab munculnya perilaku buruk Tabel 5 Karakteristik Tingkat depresi dan gangguan kejiwaan sebesar 12% untuk lansia sebelum senam kaum laki-laki dan 27% untuk kaum pernapasan di cabang senam perempuan. Hal ini juga sesuai dengan riset pernapasan SN Dusun Ngelo, yang dilakukan oleh ahli psikologi Dr. Qasem Desa Gondek, Kecamatan Qodhi (2009) yang menunjukan bahwa Mojowarno, Kabupaten perempuan lebih rentan terjangkit depresi dan Jombang tahun 2018 masalah ini sangat erat berkaitan dengan

Tingkat profesi, sosial, dan tanggung jawab. Faktor Jumlah Prosentase Depresi lain yang mempengaruhi tingkat depresi

Minimal 0 0 adalah dari profesi (pekerjaan). Berdasarkan

Ringan 0 0 table 5.4 karakteristik lansia berprofesi sebagai

Sedang 34 100 IRT 35,29%, tani 29,42 %, swasta 17,56%,

Berat 0 0 wiraswasta 11,76% dan PNS 5,88%. Hal ini

Jumlah 34 100 disebabkan adanya stress dan tekanan yang

dialami di luar rumah karena tidak ada b. Frekuensi depresi setelah melakukan keselarasan dan keseimbangan antara tugas senam pernafasan rumah sebagai ibu rumah tangga dan tanggung Tabel 6 Karakteristik Tingkat depresi jawab kerja disisi lainya. Dari masa lalu lansia sebelum melaksanakan jabatan (pensiun) saat masa lalu juga salah senam pernapasan di cabang satu faktor yang mempengaruhi tingkat depresi senam pernapasan SN Dusun pada lansia. Seperti yang dikemukakan Hawari Ngelo, Desa Gondek, (2014) bahwa untuk orang lanjut usia sangat Kecamatan Mojowarno, rentan terhadap depresi yang disebabkan stres Kabupaten Jombang tahun dalam menghadapi perubahan-perubahan 2018 kehidupan yang berhubungan dengan apa

Tingkat yang dahulu disebut sebagai tahun emas yaitu No Jumlah Prosentase Depresi pensiun. Pensiun baik sukarela maupun

1 Minimal 12 35,29 terpaksa, mungkin melemahkan perasaan

bermakna dalam hidup dan menyebabkan 2 Ringan 15 44,12 hilangnya identitas peran. Tingkat depresi 3 Sedang 7 20,59 lansia setelah melakukan senam pernafasan 4 Berat 0 0,00 satria nusantara Berdasarkan hasil

Jumlah 34 100,00 pengukuran yang dilakukan setelah PROSIDING SEMINAR NASIONAL 100 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 dilakukan olah raga senam pernapasan Satria Fauzi (2007) bahwa terjadi perubahan Nusantara pada tanggal 01-27 Mei 2018 peningkatan kadar beta endorphin yang selama 4 minggu didapatkan hasil perubahan signifikan pada lansia yang melakukan senam pada tingkat depresi lansia dengan hasil Satria Nusantara yang diuji dengan metode depresi ringan 15 orang (44,12%) dan depresi ELISA (Enzyme Linked Imunosorbent Assay). minimal 12 orang (35,29%). Seorang pakar kesehatan holistik Dr. Shigeo Dengan olah raga senam pernapasan yang Haruyama yang mengajarkan meditasi, diberikan maka lansia dapat memberikan ketenangan batin, yoga, agar pasien mengelola latihan olah nafas, relaksasi dan fokus hati dan pikiranya dengan lebih positif, dengan perhatian sehingga didapatkan proses hal tersebut maka otak akan mengeluarkan pengambilan oksigen yang sempurna dan Beta-endorphin (hormone kebahagiaan), menyerap energi kehidupan bersama hirupan menariknya hormon kebahagian ini nafas. Selain itu olah nafas melatih tubuh memperkuat daya tahan tubuh, menjaga sel untuk melakukan manipulasi oksigen, otak tetap muda, melawan penuaan, sehingga pasokan oksigen keotak terutama menurunkan agresivitas dalam hubungan antar bisa maksimal hal ini bisa meminimalkan manusia, meningkatkan semangat, daya tahan resiko degredasi fungsi otak. dan kreativitas Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan H. Maryanto (2018), bahwa dengan latihan 5. KESIMPULAN pernapasan akan melatih dan merangsang Pemberdayaan lanjut usia dengan seluruh sel tubuh melalui mekanisme hipoksia mengikuti senam pernafasan satria agar tetap tegar dalam menghadapi kemiskinan nusantara mulai tanggal 1 sampai dengan oksigen, dengan tetap dapat bertahan tegar 27 Mei 2018 yang diikuti 34 peserta dalam kemiskinan oksigen, maka tentu saja Sebelum melakukan senam pernapasan fungsi sel-sel akan menjadi semakin baik Satria Nusantara tingkat depresi lansia dalam keadaan oksigen normal. Seorang adalah depresi sedang 100%. sesudah doktor dari FK Unair Dr. Suhartono TP diberikan senam pernapasan Satria mengemukakan hasil risetnya tentang Nusantara selama 8 kali selama 4 minggu pengaruh latihan Satria Nusantara terhadap tingkat depresi lansia mengalami daya tahan stress dan imun dengan melihat perubahan yang signifikan yaitu menjadi kandungan hormon anti stress ACTH dan depresi ringan 15 orang (44,15%) dan kortisol, didapatkan terjadi peningkatan depresi minimal 12 orang (35,29%).. hormon anti stres ACTH yang lebih besar pada anggota Satria Nusantara, menunjukkan 6. REFERENSI anggota Satria Nusantara memiliki daya tahan 1. Atikah Proverawati (2010) Menopause yang lebih tinggi terhadap stres sehingga lebih dan Sindrome Menopause, Jogyakarta. sabar dan lebih bisa mengendalikan diri. Medical Book Pelaksanaan senam pernafasan satria nusantara 2. Alimul,Azis. (2008). Metode Penelitian terus menerus menunjukan adanya perubahan Keperawatan dan Teknik Analisa Data. penurunan tingkat depresi sedang pada lanjut Jakarta : Salemba Medika. usia di cabang senam pernapasan SN Dusun 3. Anonimus. (2010). Agar Olahraga Ngelo, Desa Gondek, Kecamatan Mojowarno, Bermanfaat Untuk Kesehatan. available. Kabupaten Jombangg. para lansia yang http//www.republika.com. melakukan olah raga senam pernapasan 4. Hawari Dadang (2016). Managemen stress dengan baik dan benar sesuai instruktur dan cemas dan depresi. Jakarta: FKUI pedoman mengalami perubahan yang 5. Kushariyadi. (2010). Asuhan Keperawatan signifikan. yang menunjukan adanya Pada Klien Menopause. Jakarta : Salemba perubahan tingkat depresi pada lansia, juga Medika. dari observasi pelaksana pengabdian para 6. Kumalasari I (2012) Kesehatan lansia mengalami afek yang lebih bagus, Reproduksi Untuk Mahasiswa Kebidanan terlihat lebih semangat dan optimis dalam dan Keperawatan, Jakarta :Salemba menjalani aktivitas hidup. Medika Hal ini sesuai dengan hasil riset Siswantoyo, PROSIDING SEMINAR NASIONAL 101 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

7. Lumbantobing (2011). Kecerdasan Pada 13. Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Usia Lanjut Dan Demensia. Jakarta : Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. FKUI edisi 1. Jakarta : Salemba Medika. 8. Mickey Stanley. (2006). Buku Ajar 14. Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan 9. Maryanto, Drs (2018).Manfaat edisi 2. Jakarta : Salemba Medika. Pengolahan Pernafasan Satria Nusantara 15. Prabhaswari L (20175) Gambaran Dalam Rangka Meningkatkan Kualitas kejadian depresi pada lanjut usia di Sumber Daya Manusia Seutuhnya. wilayah kerja Puskesmas Petang I http://www.angelfire.com/fl/sutan/penjelas Kabupaten Badung Bali, https:// an.htm isainsmedis.id/index.php/ism/article/view/ 10. Muhajir (2015) 100 Mengenal_Pernafasan_Tenaga 16. Yani Widyastuti (2012) Kesehatan Dalam_Satria_Nusantara-html Reproduksi,Jogyakarta, Fitramaya http://terapiholisticalami.blogspot.com 17. Taufan Nugroho (2010) Kesehatan 11. Notoadmodjo. (2005). Metodologi Wanita, Gender dan Permasalahannya Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Jogyakarta, Nuha Medika Cipta. 18. Untari Ida. (2018) Buku Ajar Keperawatan 12. Nugroho, Wahjudi. (2008). Keperawatan Gerontik Terapi Tertawa Dan Senam Gerontik & Geriatrik. Jakarta : EGC. Cegah Pikun. Jakarta : EGC 19. Vina (2010). Memehami kesehatan pada lansia.Jakarta : Trans Info Media

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 102 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA KEBONTUNGGUL KECAMATAN GONDANG KABUPATEN MOJOKERTO

Herlina1), Riska Aprilia Wardani2) 12)STIKES Dian Husada Mojokerto [email protected] [email protected]

Abstract To meet the nutrients babies need to get enough food. The best food for babies aged 0-6 months is breast milk (ASI) and after the age of 6 months is still given breast milk and complementary food ASI Nutritional problems can be caused due to supplemental feeding is not age appropriate to the type of food, frequency and portion. The purpose of this research was to study the relationship supplementary feeding and nutritional status of infants aged 6-12 months in the District Kebontunggul village Gondang Mojokerto. The study design using corelational. The sample was Infants aged 6-12 months in the District Kebontunggul village Gondang Mojokerto and the sampling technique used is total sampling. Independentnya variable is supplementary feeding and nutritional status variables are dependentnya infants aged 6-12 months. Data were collected through questionnaires and observations were analyzed using non-parametric statistical test Spearman's rho with significance level of p≤0.05. Results of the study is exactly 54.3% PMT, the PMT is quite 25.7%, is less precise PMT 17.1%, PMT is not exactly 2.9%. While the level of good nutritional status of 80% and less than 20%. Spearman's rho correlation test results showed that there was a significant relationship between supplementary feeding and nutritional status of infants aged 6-12 months with a value of p = 0.001. Health workers should be increasing the frequency of counseling either through health centers, neighborhood health center or PKK on the importance of supplementary feeding and its relation to nutritional status of infants aged 6-12 months in the District Segunung village Dlanggu Mojokerto.

Keywords: Feeding, Nutritional Status

1. PENDAHULUAN makanan, frekuensi dan porsinya sehingga Gizi memegang peranan penting anaknya mengalami masalah gizi. Dari 35 bayi dalam tumbuh kembang bayi, Karena bayi usia 6-12 bulan, 20% diantaranya diberikan tumbuh dan berkembang sangat cepat makanan tambahan biskuit dan nasi tim hanya sehingga kebutuhan akan gizi sangatlah pada pagi hari dengan porsi 2 sendok makan. menentukan. Untuk memenuhi zat gizi bayi Prevalensi penderita kurang gizi atau harus mendapatkan makanan yang cukup. gizi buruk di beberapa wilayah Indonesia Makanan yang terbaik bagi bayi adalah Air berada pada taraf yang sangat Susu Ibu (ASI). Disamping nilai gizinya mengkhawatirkan. Masalah gizi itu penting tinggi, ASI juga mengandung berbagai macam karena berhubungan dengan kualitas bangsa zat yang melindungi bayi dari berbagai macam Indonesia (Endang, 2012). Secara nasional, infeksi (Hubertin, 2004). Di Desa diperkirakan ada sekitar 4,5 persen dari 22 juta Kebontunggul Kecamatan Gondang kabupaten balita atau 900 ribu balita mengalami gizi Mojokerto, Ibu menggunakan ASI sebagai kurang atau gizi buruk. BKKBN Provinsi Jawa makanan pokok pada anaknya tetapi, sebagian Timur melaporkan sekitar 25000 bayi yang besar dari mereka memberikan makanan ada di provinsi ini ditengarai menderita gizi tambahan tidak sesuai umur dengan jenis buruk (Benny, 2013). Hasil dari studi

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 103 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 2 kabupaten Mojokerto sejumlah 30 Sampel januari 2014 didapatkan dari data Desa dengan Kriteria Penelitian 1. Bayi usia 6- Kebontunggul Kecamatan GondangKabupaten 12 bulan. 2. Bayi yang tidak memiliki Mojokerto terdapat 20% dari 35 bayi usia 6-12 gangguan fisik/mental/sakit saat diadakan bulan mengalami gizi kurang dan 80% bayi penelitian. Pengambilan sampel penilitian yang lain mengalami gizi baik dengan ini menggunakan teknik total sampling pemberian makanan tambahan yang sudah yaitu semua populasi dijadikan sampel dianggap tepat. penelitian, besar sampel pada penelitian Kasus yang terjadi di Desa ini adalah 35 bayi usia 6-12 bulan di Desa Kebontunggul Kecamatan Gondang kabupaten Kebontunggul Kecamatan Gondang Mojokerto erat hubungannya dengan kabupaten Mojokerto pemberian makanan tambahan. Sebagian besar 3) Identifikasi Variabel bayi di Desa Kebontunggul Kecamatan Variabel Independent : Pemberian Gondang kabupaten Mojokerto mengalami makanan tambahan, dan Variabel gizi kurang. Ibu di Desa Kebontunggul Dependent : Status gizi bayi usia 6-12 Kecamatan Gondang kabupaten Mojokerto bulan memberikan makanan tambahan pada bayinya 4) Pengumpulan Data yang berusia 6-12 bulan secara tidak tepat, Peneliti memberikan informent sehingga kebutuhan gizi bayinya tidak concent berisi atau penjelasan tentang terpenuhi. Karena ketidak tepatan dalam penelitian, tujuan, manfaat, prosedur yang pemberian makanan tambahan, maka akan diterima, strategi dan lamanya penelitian sangat berpengaruh pada status gizi bayinya. kepada responden. Pada bagian akhir Disini jelas sekali bahwa pemberian makanan berisi tentang lembar persetujuan tambahan sangat berhubungan dengan status responden mengikuti penelitian. gizi seorang bayi. Responden bebas menentukan pilihan Budaya dan tradisi yang berlaku, apakah mau berpartisipasi atau tidak seringkali menyulitkan ibu dalam memberikan setelah diberikan informasi tentang makanan yang cukup untuk bayinya, sehingga penelitian, tanpa ada unsur paksaan. mereka banyak memerlukan dorongan dan Lembar persetujuan menjadi responden saran (Dedy, 2000). Itu semua dapat diberikan tersebut yang menandatangani Ibu bayi kepada masyarakat dengan penyuluhan- usia 6-12 bulan. Informent concent ini penyuluhan, baik melalui puskesmas, disampaikan dengan cara bersamaan pada posyandu atau PKK. Salah satu upaya yang Ibu bayi usia 6-12. harus dilakukan oleh ibu-ibu Desa Pengumpulan data dilakukan Kebontunggul Kecamatan GondangKabupaten peneliti sendiri dengan teknik kuesioner Mojokerto untuk menangani masalah status dan observasi. Ibu bayi usia 6-12 bulan gizi bayi usia 6-12 bulan adalah, memberikan menjawab kuesioner sesuai dengan usia makanan tambahan dalam jumlah yang cukup bayi. Pada saat ibu bayi mengisi dan sesuai dengan umur bayi. kuesioner, peniliti menimbang bayi kemudian mencatat hasil penimbangan riil 2. METODE PENELITIAN berat badan, Janis kelamin dan umur bayi 1) Desain Penelitian dan kemudian dikonsultasikan dengan Desain dalam penelitian ini menggunakan tabel baku WHO-NCHS. cross sectional yaitu melakukan observasi Setelah data kuesioner dan hasil data variabel penelitian yaitu variabel pemeriksaan berat badan, jenis kelamin pemberian makanan tambahan dan dan umur bayi terkumpul, dilakukan variabel status gizi dilakukan hanya satu pengolahan sebagai berikut : Editing, kali, pada satu saat dan tidak ada follow Pemberian kode (Coding), Scoring dan up. Penyusunan data (tabulating) 2) Sampling Desain Variabel terikat yaitu status Populasi Dalam penelitian ini populasinya gizi bayi tidak perlu dianalisa adalah semua bayi usia 6-12 bulan di dengan rumus. Dari tahap pemberian Desa Kebontunggul Kecamatan Gondang skor dapat langsung dilihat hasilnya

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 104 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

pada tabel baku WHO – NCHS pada 2) Karakteristik responden berdasarkan pemeriksaan ini dan sesuai dengan pendidkan hasil perbandingan dengan tabel Tabel 2 Karakteristik Ibu Berdasarkan baku WHO-NCHS akan terdapat 4 Pendidikan di Desa kategori status gizi yaitu : Kebontunggul Kecamatan a. Status gizi buruk / malnutrisi Gondang Kabupaten b. Status gizi kurang / under nutrition Mojokerto Januari 2018 c. Status gizi baik / normal nutrition No Pendidikan Jumlah Presentase d. Status gizi lebih / over nutrition (f) (%) Untuk mengetahui hubungan 1. SD 3 8,6 kedua variabel digunakan tehnik korelasi 2. SMP 16 45,7 tata jenjang (spearman), rumus yang digunakan adalah Rank Order 3. SMA 13 37,1 Correlation Coeficient. Kaidah keputusan 4. S1 3 8,6 tentang hipotesa yang diajukan diterima Total 35 100 atau ditolak dengan membandingkan taraf signifikan ( ) 0,05. Bila hasil yang Dari tabel 2 didapatkan hampir diperoleh α < 0,05 maka ada hubungan setengahnya 45,7% responden antara pemberian makanan tambahan berpendidikan SMP dan 37,1% dengan status gizi bayi usia 6-12 bulan. berpendidikan SMA sedangkan sebagian Untuk pengolahan karakteristik responden kecil responden berpendidikan SD dan digunakan rumus sebagai berikut : berpendidikan S1, masing-masing 8,6 %.  F p  x 100% 3) Karakteristik responden berdasarkan N pekerjaan Keterangan : Tabel 3 Karakteristik Responden  F = frekwensi jawaban responden Berdasarkan Pekerjaan di dan bayi Desa Kebontunggul N = jumlah responden dan bayi Kecamatan Gondang p = prosentase Kabupaten Mojokerto Januari 2018 3. HASIL PENELITIAN No Pekerjaan Jumlah Presentase 1) Karakteristik Responden (Ibu Bayi) (f) (%) Tabel 1 Karakteristik Ibu Bayi 1. IRT 31 88,6 Berdasarkan Usia di Desa 2. Swasta 4 11,4 Kebontunggul Kecamatan Total 35 100 Gondang Kabupaten Mojokerto Januari 2018 Berdasarkan tabel 3 menunjukkan hampir seluruhnya responden 88,6% bekerja No Umur Jumlah Presentase sebagai IRT, sedangkan sebagian kecil (tahun) (f) (%) 11,4 % responden bekerja swasta. 1. 17 – 23 11 31,4

2. 24 – 30 17 48,6

7 20 3. 31 – 38 Total 35 100 Dari tabel 1. menunjukkan sebaran responden berdasarkan tingkat usia dengan hasil hampir setengahnya 48,6% responden berusia 24 – 30 tahun dan 31,4% 17 – 23 tahun sedangkan sebagian kecil 20% berusia 31 – 38 tahun.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 105 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

4) Karakteristik responden berdasarkan 6) Karaktersitik responden berdasarkan usia bayi urutan kelahiran Tabel 4 Distribusi frekuensi responden Tabel 6 Karaktersitik Responden berdasarkan karakteristik usia Berdasarkan Urutan bayi di Desa Kebontunggul Kelahiran Bayi Kecamatan Gondang No Urutan Jumlah Prese Kabupaten Mojokerto Januari Kelahiran (f) ntase 2018 (%) No Umur Jumlah (f) Presentase 1. Pertama 14 40 (Bulan (%) 2. Kedua 16 45,7 1 6 5 14,2 3. Ketiga 5 14,3 2 7 3 8,6 Total 35 100 3 8 4 11,4 4 9 7 20 Data di atas menunjukkan hampir 5 10 7 20 setengahnya 45,7% bayi merupakan anak 6 11 3 8,6 kedua, 40% anak pertama dan sebagian 7 12 6 17,2 kecil 14,3% anak ketiga. total 35 100 7) Pemberian Makanan Tambahan Tabel 7 Pemberian Makanan Berdasarkan tabel 4 didapatkan bahwa Tambahan Pada Bayi sebagian kecil responden berumur 9 bulan No Pemberian Jumlah Presentase dan berumur 10 bulan masing-masing Makanan (f) (%) 20%, 17,2% berumur 12 bulan, 14,2% Tambahan berumur 6 bulan, 11,4% berumur 8 bulan, 1. Tepat 19 54,3 sedangkan yang berumur 7 bulan dan 2 Cukup 9 25,7 berumur 11 bulan masing-masing 8,6%. 3 Kurang 6 17,1 Tepat 5) Karakteristik responden berdasarkan 4 Tidak 1 2,9 jenis kelamin Tepat Tabel 5 Karakteristik responden Total 35 100 berdasarkan jenis kelamin Bayi Dari tabel 7 di atas didapatkan sebagian No Jenis Jumlah Presentase besar 54,3% pemberian makanan Kelamin (f) (%) tambahan tepat, hmpir setengahnya 25,7% 1. Laki – laki 16 45,7 pemberian makanan tambahan cukup dan 2. Perempuan 19 54,3 sebagian kecil 17,1% pemberian makanan Total 35 100 tambahan kurang tepat, 2,9% pemberian makanan tambahan tidak tepat. Dari tabel 5 menunjukkan sebaran subyek (bayi) berdasarkan jenis kelamin dengan 8) Status gizi bayi hasil sebagian besar 54,3% bayi Tabel 8 Status Gizi Bayi perempuan dan hampir setengahnya No Status Gizi Jumlah Presentase 45,7% bayi laki-laki. (f) (%) 1. Baik 28 80 2. Kurang 7 20 Total 35 100 Data di atas menunjukkan hampir seluruhnya 80% bayi berstatus gizi baik dan sebagian kecil 20% bayi berstatus gizi kurang.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 106 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

4. PEMBAHASAN dari daerah setempat. Mayoritas 1) Pemberian makanan tambahan pada pendidikan responden SMP, walau bayi usia 6 – 12 bulan di Desa demikian tingkat pemberian makanan Kebontunggul Kecamatan Gondang tambahan tepat. Hal ini bisa terjadi Kabupaten Mojokerto dimungkinkan karena responden telah Berdasarkan jawaban responden, banyak mendapatkan informasi tentang didapatkan hasil bahwa sebagian besar pemberian makanan tambahan selain dari tingkat pemberian makanan tambahan bangku pendidikan, misalnya dari pada bayi usia 6-12 bulan di Desa penyuluhan-penyuluhan baik melalui Kebontunggul adalah tepat yaitu sebesar puskesmas, posyandu atau PKK 54,3 %. Makanan tambahan merupakan 2) Status gizi bayi usia 6 – 12 bulan di makanan yang diberikan kepada bayi/anak Desa Kebontunggul Kecamatan balita disamping ASI untuk memenuhi Gondang Kabupaten Mojokerto kebutuhan zat gizi (Marimbi,2010). Ada Menurut tabel Pemberian makanan beberapa faktor yang mempengaruhi tambahan pada bayi usia 6 – 12 bulan pemberian makanan tambahan, salah tergolong tepat dalam pembeiannya. satunya adalah kurangnya pengetahuan ibu Sehingga hal ini menjadikan bayi usia 6 – tentang pemberian makanan tambahan. 12 bulan di Desa Kebontunggul hampir Para ibu tidak memahami dan mengerti seluruhnya 80 % berstatus gizi baik pentingnya pemberian makanan tambahan berdasarkan pengamatan status gizi dari bagi bayinya, dan unsur-unsur gizi yang penimbangan berat badan kemudian di dibutuhkan oleh bayinya (Direktorat Gizi konsultasikan dengan tabel baku WHO- Masyarakat, 2003). NCHS. Status gizi adalah keadaan Cara memberikan makanan keseimbangan antara asupan dan tambahan pada bayi adalah dari makanan kebutuhan zat gizi (Soegianto, 1996). itu berbentuk cairan, dan kental lalu Menurut (Hubertin,2004), anggota bertahap menjadi padat, seiring dengan keluarga yang banyak akan mempengaruhi proses dan umur juga perkembangan bayi, ekonomi di keluarga tersebut. Apa yang sehingga usus bayi pun terlatih dengan seharusnya utuh dengan adanya anggota sendirinya terhadap makanan yang keluarga yang lain otomatis akan terbagi- diterimanya (Marimbi,2010). bagi. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Makanan padat pertama yang Gizi meliputi faktor Internal :1). Keadaan diberikan kepada anak haruslah mudah kesehatan seorang bayi. Misalnya seorang dicerna. Dan bukanlah makanan yang bayi yang menderita penyakit infeksi. mempunyai resiko alergi yang tinggi, Biasanya bayi ini tidak atau belum jangan tergiur untuk menambahkan gula lengkap mendapatkan imunisasi dasar atau garam pada makanan bayi, biarkan sehingga mudah terkena infeksi dan akan rasanya hambar, biarkan anak merasakan mempengaruhi status gizi bayi. rasa asli dari makanan tersebut karena 2).Kurangnya asupan zat-zat gizi yang garam dapat mengancam ginjal bayi. dibutuhkan. Pada bayi usia 0 – 12 bulan Sementara gula dapat membuat bayi anda adalah masa pertumbuhan cepat. Apabila kelak menyukai makanan manis, sehingga pada masa ini asupan gizi kurang maka dapat merusak giginya (Marimbi, 2010). akan mempengaruhi status gizinya. Dan Selain sebagai pelengkap ASI, pemberian pada bayi usia 6 bulan adalah masa saat makanan tambahan sangat membantu bayi otak tumbuh, apabila asupan akan zat-zat dalam proses belajar makan dan gizi yang dibutuhkan kurang, maka akan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan menghambat perkembangan mental dan makan yang baik. Dalam hal ini, para psikomotorik bayi (Hubertin, 2004). 3). orang tua dianjurkan untuk Kelebihan asupan zat gizi, baik jumlah memperkenalkan bermacam-macam bahan maupun kandungan zat gizinya. Dengan makanan yang sesuai dengan kebutuhan kelebihan asupan zat gizi dalam tubuh, fisiologis bayi serta aneka ragam makanan baik jumlah maupun kandungan zat

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 107 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 gizinya akan menyebabkan tubuh 3) Hubungan Pemberian Makanan kelebihan berat badan dan menyebabkan Tambahan Dengan Status Gizi Bayi obesitas yang menghambat perkembangan Usia 6 – 12 Bulan di Desa Kebontunggul bayi (Tjokronegoro, 2003). Sedangkan Kecamatan Gondang Kabupaten factor eksternal meliputi :1). Status sosial Mojokerto ekonomi orang tua. Bagi seorang bayi Tabel 9 Hubungan pemberian makanan yang dilahirkan dalam keluarga yang tambahan dengan status gizi bayi status sosial ekonominya rendah pada umur 6 – 12 bulan. kebanyakan mengalami keterlambatan No PMT Status Gizi Total dalam pertumbuhan dan Baik Kurang perkembangannya. 2).Kurangnya F % F % F % 1. Tepat 19 54,3 0 0 19 54,3 pengetahuan ibu. Seorang ibu yang tidak 2. Cukup 7 20 2 5,7 9 25,7 atau kurang pengetahuannya tentang 3. Kurang 2 5,7 4 11,4 6 17,1 pentingnya gizi bagi bayinya akan Tepat memberikan asupan makanan yang tidak 4. Tidak 0 0 1 2,9 1 2,9 sesuai dengan gizi yang dibutuhkan. Tepat 3).Pendidikan orang tua. Seorang bayi Total 28 80 7 20 35 100 yang dilahirkan dalam kelurga yang Dari tabel di atas didapatkan responden berpendidikan tinggi biasanya cukup akan dengan tingkat pemberian makanan kebutuhan gizi karena orang tua akan tambahan tepat sebagian besar status selektif dalam zat makanannya. 4). gizinya baik yaitu 54,3% bayi. Sebagian Penyuluhan dari kader kesehatan. kecil dengan tingkat pemberian makanan Seringnya informasi yang didapat dari tambahan cukup yaitu 25,7% bayi, petugas kesehatan terkait dengan gizi bayi, diantaranya mempunyai status gizi baik akan semakin jelas pula pengertian dan 20% dan status gizi kurang 5,7%. pengetahuan yang didapat. Sedangkan responden dengan tingkat Bagi seorang bayi yang dilahirkan dalam pemberian makanan tambahan kurang keluarga yang status sosial ekonominya tepat sebagian kecil 17,1% bayi, rendah kebanyakan mengalami diantaranya mempunyai status gizi baik keterlambatan dalam pertumbuhan dan 5,7% dan status gizi kurang 11,4%. perkembangannya. Penghasilan yang Tingkat pemberian makanan tambahan rendah akan mengakibatkan kemiskinan. tidak tepat 2,9% mempunyai status gizi Kemiskinan ini selalu berkaitan dengan kurang. Setelah dilakukan analisa uji kekurangan makanan. Kekurangan statistik Spearman rho diperoleh hasil makanan akan menghambat pertumbuhan signifikansi p = 0,001. Hal ini dan status gizi anak. Perekonomian sangat menunjukkan bahwa nilai p (0,001) < α mempengaruhi ketercukupan asupan zat (0,05) yang berarti Ho ditolak dan H1 gizi anak. Dikarenakan usia Ibu yang diterima yaitu ada hubungan antara sebagian besar 17 – 23 tahun, sehingga Pemberian Makanan Tambahan dengan mayoritas bayi di Desa Kebontunggul Status Gizi Bayi Usia 6 – 12 Bulan di Kecamatan GondangKabupaten Mojokerto Desa Kebontunggul. Makanan tambahan adalah anak pertama. Jadi Ibu di Desa ASI bermanfaat untuk memenuhi Kebontunggul Kecamatan kebutuhan bayi akan zat gizi anak yang GondangKabupaten Mojokerto lebih fokus semakin bertambah dengan pertumbuhan dalam mengurus bayinya dikarenakan dan perkembangan bayi, oleh karena itu mereka hanya memiliki satu anak bayi sangat memerlukan makanan sebagai sehingga beban perekonomiannya tidak pendamping ASI atau minuman pengganti terlalu berat ASI (Marimbi, 2010). Pada umumnya,

anak yang tidak memperoleh makanan

bergizi dalam jumlah yang memadai,

sangat rentan terhadap penyakit. Perilaku

ibu dalam memberikanmakanan tambahan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 108 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

sangat berhubungan dengan status gizi status gizi bayi misalnya sosial bayinya. Terlalu cepat dalam pemberian ekonomi orang tua, keadaan kesehatan makanan tambahan akan berbahaya bagi bayi dan yang lainnya. bayi karena seorang bayi belum memerlukan makanan tambahan. Selain 6. REFERENSI itu dengan Pemberian makanan tambahan 1) Almatsier, Sunita. (2002). Prinsip yang tidak sesuai dengan jenis, porsi dan Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia frekuensinya dapat mempengaruhi status Pustaka Utama gizi bayi tersebut. Tingkat Pemberian 2) Arikunto, S. (1998). Prosedur makanan tambahan pada bayi usia 6-12 Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. bulan di Desa Kebontunggul Kecamatan Jakarta: Rineka Cipta GondangKabupaten Mojokerto sebagian 3) Depkes RI. (2005). Standar besar tepat sehingga hampir seluruhnya Pemantauan Pertumbuhan Balita. bayi usia 6-12 bulan di Desa Jakarta Kebontunggul Kecamatan Gondang 4) Direktorat Gizi Direktorat Jendral Kabupaten Mojokerto berstatus gizi baik. Pembinaan Kesehatan Masyarakat. (2003). Buku Ilmu Gizi Umum. 5. PENUTUP Jakarta: Depkes RI a. Kesimpulan 5) Indiarti. (2008). ASI, susu formula dan 1) Pemberian makanan tambahan pada makanan bayi. Yogyakarta: Khazanah bayi usia 6 – 12 bulan di Desa Ilmu Kebontunggul Kecamatan Gondang 6) Muchtadi, D. (2000). Gizi Untuk Bayi Kabupaten Mojokerto sebagian besar : Air Susu Ibu, Susu Formula Dan tepat. Makanan Tambahan. Jakarta : Pustaka 2) Status gizi bayi usia 6 – 12 bulan di Sinar Harapan Desa Kebontunggul Kecamatan 7) Marimbi, H. (2010). Imunisasi Dasar GondangKabupaten Mojokerto hampir Pada Balita. Yogyakarta: TUGU seluruhnya berstatus gizi baik. 8) Sacharin, Rosa M. (1996). Prinsip 3) Terdapat hubungan antara pemberian Perkembangan Pediatrik. Jakarta: makanan tambahan dengan status gizi EGC bayi usia 6 – 12 bulan di Desa 9) Soegianto, Benny. (2007). Penilaian Kebontunggul Kecamatan Gondang Status Gizi Dan Baku Antropometri Kabupaten Mojokerto. WHO-NCHS. Surabaya: Duta Prima b. Saran Airlangga 1) Perlu diadakan pengamatan atau 10) Soetjiningsih. (1995). Tumbuh monitoring terhadap pertumbuhan dan Kembang Anak. Jakarta: EGC perkembangan bayi terutama melalui 11) Sri Purwanti, Hubertin. (2004). Cara survey tentang status gizinya. menyusui yang baik dan benar. 2) Khusus untuk bayi yang mengalami Jakarta: EGC status gizi kurang perlu mendapatkan 12) Supariasa, I Dewa Nyoman. (2001). perhatian, pengamatan atau Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC monitoring yang lebih terutama dari 13) Tjokronegoro, A dan Utama.H, (2003). ibunya dalam menimbangkan bayinya Pengkajian Status Gizi, Studi ke posyandu. Epidemiologi. Jakarta: Balai Penerbit 3) Perlu diadakan penelitian tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 109 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

METODE LAGU UNTUK OPTIMALISASI PERILAKU MENCUCI TANGAN PADA SISWA KELAS 4-6 DI SDIT PERMATA MULIA MOJOKERTO

Yulianto1), Yufi Aris Lestari2), Hartin Suidah3), Nur Chasanah4), Nanik Nur Rosydah5), Anik Supriani6), Nuris Kushayati7)

12456) Stikes Dian Husada 37Akper Dian Husada email : [email protected]

ABSTRACT

Efforts to improve the ability of children about self-cleaning behavior by improving health education by using various methods that are suitable and suitable for them. There are several methods that have developed and can be used in learning school children, one of which is washing hands with singing (songs). The purpose of community service activities on how to wash hands by using this method is to provide information that is truly appropriate for SDIT Permata Mulia students, which can be accessed by dehat and clean. Methods of community service activities using general health education and continued by providing information directly to each student with observations. The results of the community service activities on hand washing with song methods for SDIT Permata Mulia students are that almost all students can do hand washing techniques correctly. Handwashing behavior by really wanting to be done and succeeding The inheritance of clean and healthy behavior can reach.

Keywords: Hand washing, song method, PHBS

1. PENDAHULUAN kesehatan, pendidikan kesehatan Mencuci tangan pakai sabun menggunakan leaflet bahkan video belum merupakan salah satu Perilaku Hidup mampu meningkatkan perilaku mencuci Bersih Sehat (PHBS), saat ini juga menjadi tangan pada anak usia sekolah, buktinya perhatian dunia karena masalah kurangnya masih ditemukan perilaku cuci tangan yang praktek perilaku cuci tangan tidak hanya belum benar. Berdasarkan pernyataan di terjadi di negara berkembang saja, tetapi atas perlu diterapkannya metode yang tepat juga di negara maju pun kebanyakan yang sesuai dengan usia sekolah, seperti masyarakatnya masih lupa untuk metode Video, Gambar dan Lagu, dimana melakukan perilaku mencuci tangan. ketiga metode tersebut akan memberikan Akibatnya angka kejadian diare masih serta meningkatkan pemahaman tentang tinggi di beberapa negara termasuk cuci tangan yang benar dengan cara yang Indonesia, oleh sebab itu pada tanggal 15 menyenangkan. oktober 2008 ditetapkan sebagai Hari Cuci Menurut laporan World Health Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS) oleh Organization (WHO), Unicef Joint PBB yang terfokus pada Anak sekolah Monitoring, hanya separuh penduduk sebagai “Agen Perubahan“ (Infodatin, Indonesia yang memiliki akses pada 2014)1. Menurut Hidayat (2005) anak usia sanitasi yang memadai, di desa bahkan sekolah rawan mengalami penyakit karena hanya 1/3nya3. Berdasarkan data indeks imunitas tubuh belum berkembang secara pembangunan kesehatan masyarakat sempurna2. Saat ini perilaku mencuci (IPKM) tahun 2010, persentase penduduk tangan pada anak masih rendah karena Indonesia yang berperilaku benar dalam kurang tepatnya metode yang diterapkan melakukan CTPS secara rata-rata nasional pada mereka. Beberapa penelitian tentang baru 24,3% (Kemenkes, 2011)4. metode mencuci tangan seperti promosi Berdasarkan studi pendahuluan yang PROSIDING SEMINAR NASIONAL 110 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 dilakukan di SDIT Permata Mulia dari 10 terhadap music; dan meningkatkan anak belum bisa melakukan cuci tangan kemampuan mendengar dengan mengamati dengan benar dikarenakan hanya sekali sifat atau watak serta meningkatkan mendapat pelatihan mencuci tangan dan kepekaan terhadap isi dan pesan musik atau dari hasil wawancara hanya 3 anak yang nyanyi. Menurut Sadiman Arief mencuci tangan dengan sabun setelah BAB S.(2011:21) media gambar salah satu (70%) dan semuanya tidak menggunakan pembelajaran yang paling umum di pakai sabun ketika mau makan. dan merupakan bahasa yang umum dan Berbagai faktor penyebab anak usia dapat di mengerti dan di nikmati dimana- sekolah tidak mau berperilaku kebersihan mana. Gambar ini dapat membantu siswa diri sebagaimana yang disebutkan oleh untuk mengungkapkan informasi yang Green, 1980 yang dikutip dalam terkadung dalam masalah sehingga Notoatmojo, 2007 adalah faktor pendukung hubungan antar komponen dalam masalah seperti ada tidaknya motivasi, faktor tersebut dapat terlihat lebih jelas7. pemungkin seperti ada tidaknya sarana Sedangkan penggunaan media video akan prasarana atau fasilitas kesehatan dan faktor mampu mencapai efektifitas proses penguat seperti seperti sikap dan perilaku pembelajaran, mengarahkan perhatian tokoh masyarakat, dan sikap petugas siswa untuk berkosentrasi pada materi yang kesehatan5. Mencuci tangan merupakan hal dipelajari sehingga proses pembelajaran yang umum dilakukan masyarakat menjadi menarik, serta memberikan Indonesia tetapi caranya kebanyakan masih pengalaman langsung kepada siswa suatu kurang benar. Masyarakat kita masih belum kejadia atau peristiwa. Tingkat retensi menganggap bahwa penggunaan sabun (daya serap dan daya ingat) terhadap materi ketika mencuci tangan sangat diperlukan, pembelajaran dapat meningkat secara Mereka menggunakan sabun ketika cuci signifikan jika proses pemerolehan tangan lebih karena alasan kotor atau agar informasi awalnya lebih besar melalui tangan terhindar dari bau. Hal tersebut yang indera pendengaran dan penglihatan akhirnya menyebabkan anak-anak juga (daryanto, 2010)8 menerapkan hal yang sama. Usaha untuk meningkatkan 2. METODE PELAKSANAAN kemampuan anak tentang perilaku Kegiatan pengabdian kepada kebersihan diri mencuci tangan diantaranya masyarakat ini menggunakan cara dengan meningkatkan pendidikan kesehatan memberikan contoh pada siswa terlebih dengan menggunakan berbagai metode dahulu secara klasikal yaitu menjelaskan yang cocok dan sesuai dengan usia mereka. dan mempraktekkan cara mencuci tangan Ada beberapa metode yang telah dengan metode bernyanyi, kemudian secara berkembang dan dapat digunakan dalam bersamaan siswa menirukan cara mencuci pembelajaran anak usia sekolah yaitu: tangan dengan metode bernyanyi. Langkah metode video, gambar dan lagu. Metode selanjutnya setiap siswa mempraktikkan lagu/ bernyanyi menurut wijanarko (2005) cara mencuci tangan dengan metode lagu mengatakan bahwa sebuah konsep akan satu per satu. Pada saat siswa melaksanakan lebih mudah ditanamkan lewat lagu karena praktik cuci tangan satu per satu di dalam diucapkan berkali-kali, bahkan dihafalkan.6 kelas dosen memperhatikan dengan Menurut Yuni Fachmawati dikutip dari seksama dan membenarkan jika terjadi Fadillah & Lilif (2013) kegiatan bernyanyi kesalahan. Setelah semua siswa dapat dengan musik dapat mengembangkan melakukan kegiatan dengan benar, maka pengetahuan dan keterampilan, yaitu selanjutnya siswa diajak ke tempat mencuci melatih kepekaan rasa emosi; melatih tangan yang ada di kamar mandi sekolah. mental anak untuk mencintai keselarasan, Secara rapi siswa berdiri berbaris dan satu keharmonisan, keindahan, dan kebaikan; persatu mulai melakukan cuci tangan mencoba mengungkapkan isi atau maksud dengan sesungguhnya dengan metode tujuan; meningkatkan kemampuan bernyanyi, yaitu sebagai berikut. mendengar pesan dan menyelaraskan gerak PROSIDING SEMINAR NASIONAL 111 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

1. Gosok telapak tangan kecil. Begitu seterusnya sampai semua 2. Punggung kanan dan kiri siswa mendapat kesempatan mencoba cuci 3. Masuk ke sela-sela tangan dengan metode lagu sampai selesai. 4. Kedua tangan di kunci Siswa yang mengikuti kegiatan ini 5. Jempol kanan dan kiri adalah siswa kelas 4-5 SDIT Permata Mulia 6. Kuncupkan jari-jari yang berjumlah 60 orang. Pelaksanaan 7. Pergelangan tangan kegiatan dibagi dalam 3 kelompok, masing- 8. Selesai cuci tangan masing kelompok berjumlah 20 siswa. Pada Sambil bernyanyi diawali dengan pelaksaannya kelompok pertama menuangkan hand wash di telapak tangan mendapatkan kesempatan melakukan kemudian membasuh tangan dengan air kegiatan cuci tangan dengan metode lagu mengalir dan diakhiri dengan pertama, kemudian dilanjutkan kelompok mengeringkan tangan menggunakan handuk kedua dan terakhir kelompok ketiga .

3. HASIL PENELITIAN Dari hasil kegiatan mencuci tangan dengan metode Lagu di dapatkan data semua siswa mampu melaksanakan cuci tanga dengan benar. Data tersebut bisa dilihat pada tabel 1 Tabel 1 Kemampuan Mencuci Tangan Sesudah Dilakukan Intervensi Pada Kelompok Video, Gambar dan Lagu di Kelas 1-3 SDIT Permata Mulia No Kriteria Penilaian pertama kedua ketiga 1. Basahi tangan seluruhnya dan gunakan sabun 10 100% 100% serta ratakan (langkah 1) 0% 2. Gosok punggung tangan kanan dengan telapak 10 100% 100% tangan kiri dan sebaliknya dan bagian pangkal 0% sela-sela jari (langkah 2) 3. Gosok kedua telapak tangan dan silangkan 90 95,5% 100% kedua jari-jari (langkah 3) ,9% 4. Gosok bagian belakang jari dengan menautkan 90 100% 100% kedua tangan (langkah 4) ,1% 5. Gosok ibu jari tangan kiri dengan telapak 81 90,5% 100% tangan kanan dan sebaliknya dengan diputar ,8% (langkah 5) 6. Gosok jari bagian dalam pada telapak tangan 87 90,9% 100% dengan gerakan memutar (langkah 6) ,5%

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 112 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Pada tabel 1 menunjukkan bahwa pada kelompok bernyanyi yang terdiri dari 60 siswa. Pada kelompok pertama yang terdiri dari 20 siswa adalah yang mendapat urutan pertama melakukan praktik cuci tangan. kemudian kemampuannya meningkat setelah dilakukan oleh 20 siswa kelompok kedua. Terjadi perubahan yang besar pada kemampuan mencuci tangan pada kelompok ketiga.

4. PEMBAHASAN kelompok pertama informasi yang didapat Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama yang berupa kata-kata yang disertai responden yang berjumlah 60 siswa sebagian gerakan, tetapi kata-kata yang didengar oleh kecil saja yang belum mampu melakukan cuci responden menggunakan nada sebuah lagu tangan dengan benar menggunakan 6 langkah yang sudah mereka kenal sehingga mereka cuci tangan dari WHO. lebih mudah menghafal gerakan mencuci Menurut Ajzen (2005) dalam Cahyani tangan dan lebih mudah pula untuk mengingat (2010) bahwa dalam PBT (Theory of Planned kembali. Sedangkan pada kelompok yang Behavior) bahwa perilaku dipengaruhi oleh pertama informasinya hanya berupa kata-kata beberapa hal diantaranya adalah keyakinan dan gerakan lewat lagu yang di dapatkan saat bahwa suatu perilaku dapat dilaksanakan diberikan di kelas. Hasil tersebut menunjukkan (control beliefs) yang diperoleh dari bahwa rerata perubahan kelompok bernyanyi pengalaman melakukan perilaku yang sama yang terrakhir/ ketiga lebih tinggi daripada sebelumnya atau pengalaman yang diperoleh kelompok pertama karena melihat orang lain (misalnya teman, Peningkatan pelaksanaan teknik keluarga dekat) melaksanakan perilaku itu mencuci tangan merupakan pengaruh dari sehingga individu memiliki keyakinan bahwa bernyanyi dengan lagu cuci tangan. Melalui dirinya akan dapat melaksanakan8. kegiatan menyanyi banyak pesan pesan Hasil kegiatan mencuci tangan dengan pendidikan yang bisa disampaikan pada anak. metode lagu menunjukkan bahwa mengalami Dengan demikian maka pengetahuan dan peningkatan dalam kemampuan mencuci keterampilan perilaku hidup sehat bisa tangan 6 langkah dengan benar. Meskipun disampaikan melalui kegiatan bernyanyi. pada siswa yang awal melakukan kegiatan ini, Melalui kegiatan bernyanyi apalagi jika terdapat beberapa kekurangan. dilakukan dengan bersama antara pendidik dan Peningkatan kemampuan dan perilaku anak maka akan tercipta suasana yang ini disebabkan karena pemberian pelatihan menyenangkan, sehingga pesan yang mencuci tangan dengan metode lagu. Hasil disampaikan pendidik mudah diserap oleh kegiatan ini sesuai dengan yang dikumukakan anak. Jadi metode bernyanyi bisa digunakan oleh Mubarak (2008) yang menjelaskan bahwa dalam mengembangkan perilaku hidup bersih tujuan utama pendidikan kesehatan adalah sehat (Ismaniar, 2010)10. Menurut De Porter agar orang mampu menerapkan masalah dan dalam Rachmayanti (2011) mengatakan dari kebutuhan mereka sendiri, mampu memahami kutipan yang berasal dari Magnesen, terhadap apa yang mereka lakukan terhadap berpendapat bahwa 10% kita belajar dari apa masalahnya, dengan sumber daya yang ada yang kita baca, 20% kita belajar dari apa yang pada mereka ditambah dengan dukungan dari kita dengar, 30% kita belajar dari apa yang luar, dan mampu memutuskan kegiatan yang kita lihat, 50% kita belajar dari apa yang kita tepat guna untuk meninngkatkan taraf hidup lihat dan kita dengar, 70% kita belajar dari apa sehat dan kesejahteraan masyarakat9. Menurut yang kita katakan, dan 90% kita belajar dari Notoatmodjo (2007) terdapat beberapa faktor apa yang kita katakan dan kita lakukan7. yang ikut berperan dalam pembentukan Hasil penelitian menunjukkan adanya perilaku antara lain pengetahuan, sikap, peningkatan pada ketiga kelompok namun kebudayaan dan orang penting sebagai lebih tinggi pada kelompok lagu. ketiga referensi. metode sama-sama mempunyai pengaruh pada Pada penelitian ini kemampuan daya ingat individu. Pada kelompok video mencuci tangan ketiga kelompok mengalami informasi hanya berupa suara (pengucapan) peningkatan, khususnya pada kelompok dan gerakana yang diserap oleh otak kiri yang terakhir. Hal tersebut dikarenakan pada mengolah cara berfikir linier dan sekuensial PROSIDING SEMINAR NASIONAL 113 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 sedangkan pada kelompok lagu informasi kanan dengan jalan menggabungkan gambar berupa suara (pengucapan dengan nada) dan yang abstrak dan dengan pesan yang konkrit gerakan yang tidak hanya diserap oleh otak dan logis. Contoh : jika kita mendengarkan kanan yang mengolah kreativitas tapi juga lagu, otak kiri akan memproses syairnya, dan oleh otak kiri yang memproses kata-kata. otak kanan akan memproses musiknya Kedua sisi otak dihubungkan melalui corpus sehingga tidak heran kalau kita mampu callosum, saklar yang sangat rumit dengan 300 memahami kata-kata lagu dengan begitu juta sel saraf aktifnya. Ia secara konstan mudah dan hafal dengan cepat, karena otak menyeimbangkan pesan-pesan otak kiri dan kiri dan kanan keduanya terlibat.

5. SIMPULAN Kesehatan Masyarakat Universitas a) Kemampuan mencuci tangan dengan Airlangga Surabaya. metode lagu dari 6 langkah mencuci 8. Cahyani Cupuwatie, 2010, Hubungan tangan pada siswa kelas 4-6 SDIT Permata Jenis Kelamin dengan Tahap Cuci Mulia, belum sepenuhnya benar. Tangan Mahasiswa Saat Praktikum di b) Kemampuan mencuci tangan dengan Laboratorium Mikrobiologi Fakultas metode lagu pada siswa kelas 4-6 SDIT Kedokteran Universitas Sebelas Maret Pemata Mulia semakin baik dan benar Surakarta. Sabtu 25 Juni 2016. jam setelah beberapa kali memperhatikan 9.47 WIB. Perpustakaan.uns.ac.id kegiatan mencuci tangan dengan metode 9. Mubarak, W.I., Chahayatin, N., yang sama Rozhikin, K., Supriyadi., (2007), c) Metode lagu lebih efektif jika siswa secara Promosi Kesehatan sebuah Pengantar berulang melakukan kegiatan mencuci Proses Belajar Mengajar dalam tangan siswa. Pendidikan, Graha Ilmu: Jakarta d) 10. Ismaniar. (2010). Metode-metode 6. REFERENSI pengembangan perilaku hidup sehat 1. Infodatin, 2014. Pusat Data dan anak usia dini. Jurnal Ilmiah Ilmu Informasi Kesehatan Indonesia. Pendidikan, 10(2): 36-41 Jakarta: Kemenkes RI 2. Hidayat, A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba Medika 3. WHO. 2009. Clean Hands Protection. http://www.who.int/gpsc/clean_hands _protection/en/. (22 Januari 2016) 4. Kemenkes RI. 2011. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI 5. Notoatmodjo. 2007. Pendidian dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta 6. Wijanarko,J. 2005. Mendidik Anka Untuk Mencerdaskan Emosional dan Spiritual. Jakarta: Gramedia Pustaka 7. Rachmayanti S. D. (2009). Penggunaan media panggung boneka dalam pendidikan personal hygiene cuci tangan menggunakan sabun di air mengalir. Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Fakultas PROSIDING SEMINAR NASIONAL 114 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

KONSUMSI DAUN KELOR (MORINGA OLEIFERA) TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN STUNTING

Ainul Churrotin1), Ervina Nur Istikhomah2), Agustin Dwi syalfina3) 123Program Studi DIII Kebidanan, Stikes Majapahit email: [email protected] 2Program Studi DIII Kebidanan, Stikes Majapahit email : [email protected] 3Program Studi DIII Kebidanan, Stikes Majapahit email : [email protected]

ABSTRACT Stunting is a nutritional status disorder based on height or body length according to age less than -2SD. Stunting is influenced by direct and indirect factors. Exclusive breastfeeding is one of the specific nutrition intervention programs to prevent stunting in the first 1000 days of life. Efforts to increase the success of exclusive breastfeeding with Moringa leaves. Moringa leaves containing fitosterol are useful to facilitate the production of breast milk and vitamin A, vitamin C 200 mg / 100 g, Vitamin E, protein (17.01% ± 0.1), carbohydrates (63.11% ± 0.09), fiber content (7.09% ± 0.11), crude fat (2.11% ± 0.11), fatty acids (1.69% ± 0.09), Ca (1.91% ± 0.08), K (0.97% ± 0.01), Na (192.95 ± 4.4), Fe(107.48 ± 8.2), Mn (81.65 ± 2.31), Zn (60.06 ± 0.3), P (30.15 ± 0.5) parts per million (ppm). Magnesium (0.38% ± 0.01) and copper (6.10 ± 0.19) are very few ingredients found in Moringa leaves. In Moringa leaves tannins were also found (21.19% ± 0.25), phytates (2.57% ± 0.13), trypsin inhibitors (3.0% ± 0.04), saponins (1.60% ± 0 , 05), oxalate (0.45% ± 0.01) and cyanide content (0.1% 0.01) are very important for infant growth. Moringa leaves affect the increase in milk production and growth of babies. It is hoped that health workers will socialize the importance of Moringa leaves and do Moringa tree cultivation in the community.

Keywords: Moringa oleifera, Stunting, exclusive breastfeeding

1. PENDAHULUAN (36%) balita stunting. Berikut gambar tentang Kegagalan pertumbuhan linier pada kejadian stunting di dunia: masa anak adalah bentuk kekurangan gizi paling umum di dunia dan merupakan salah tanzania 3.2 satu indikator kesehatan untuk menilai keberhasilan pencapaian target global Filiphina 3.3 Sustainable Developement Goals (SDGs). Bangladesh 5.5 Masa balita merupakan kelompok yang rentan Kongo 5.6 mengalami gangguan gizi salah satunya adalah stunting. Stunting merupakan Etiopia 5.7 gangguan yang ditunjukkan dengan Cina 7.4 ketidaksesuaian pertumbuhan linier pada anak menurut Tinggi Badan (TB)/Umur (U) Indonesia 8.8 kurang dari -2 SD berdasarkan standar World Nigeria 10 Health Organization dikarenakan malnutrisi Pakistan 10 ataupun infeksi kronis (Aridiyah, et al., 2015). Capaian kejadian stunting secara India 48.2 global mencapai 150 juta (22,2%) pada balita. 0 20 40 60 Indonesia termasuk 10 besar Negara dengan kejadian stunting tertinggi didunia dan Gambar 1: Prevalensi Sunting Global menempati urutan ke-4 setelah Negara india, (Goodarz Danaei et al, 2016) Pakistan dan Nigeria yaitu sebesar 8,8 juta PROSIDING SEMINAR NASIONAL 115 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Menurut data InfoDatin, 2015 mendapatkan ASI eksklusif. Berdasarkan prevalensi status gizi menurut BB/U, TB/U, penelitian oleh Lusiana, 2014 bahwa 38% ibu dan BB/TB menunjukkan status gizi buruk tidak menyusui dengan alasan kurangnya dan gizi kurang meningkat dari tahun 2007 ke produksi ASI atau menyusui yang terputus. tahun 2013, prevalensi sangat pendek turun Peningkatan produksi ASI dapat dilakukan 0,8% dan prevalensi pendek naik 1,2% dari dengan meningkatkan kualitas makanan yang tahun 2007, prevalensi sangat kurus turun mempengaruhi langsung produksi ASI 0,9% dan kurus turun 0,6% dari tahun 2007, dengan sayuran hijau seperti daun kelor dapat disimpulkan terdapat kecenderungan (Khairani, et al., 2017). kenaikan pervalensi pada status gizi berdasarkan pendek-normal dan normal 2. METODE PENELITIAN gemuk sebesar 2,1% dan 0,3 %. Berikut Tabel Metode yang digunakan melalui tentang prevalensi Stunting Di Indonesia penelusuran artikel ilmiah dari 15 jurnal Tahun 2007- 2013 tentang daun kelor, stunting dan asi esklusif. Artikel ini diambil dari jurnal yang diakses dari website yang diakses dari google scholar. Literatur bersumber jurnal yang digunakan merupakan jurnal yang diterbitkan 5 tahun ke belakang yaitu mulai tahun 2013 sampai dengan 2018.

3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Menurut kerangka konseptual WHO, 2013 faktor yang mempengaruhi stunting pada anak 0-59 bulan meliputi Faktor pemberian makanan pendamping ASI, ASI eksklusif dan infeksi (Hagos et al, 2017). Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang terbaik bagi bayi, oleh sebab itu perlu upaya Gambar 1 : Prevalensi Status Gizi Di untuk meningkatkan pemberian ASI Indonesia Tahun 2007-2013 (InfoDatin, eksklusif. ASI eksklusif merupakan 2015) pemberian ASI saja selama 6 bulan pertaman tanpa memberikan makanan pendamping Menurut Goodarz Danaei et al, 2016 apapun baik berupa minumam maupun faktor resiko terjadinya stunting dipengaruhi makanan. Bayi akan mendapatkan asupan oleh nutrisi ibu hamil dan infeksi kehamilan, nutrisi yang cukup dan zat esensial seperti zat kehamilan pada usia remaja dan jarak imunitas atau kekebalan tubuh sehingga anak kehamilan yang terlalu dekat, fetal growht dapat tumbuh dan berkembang dengan normal restriction (FGR), dan kelahiran prematur, baik secara fisik maupun secara psikis. Selain gizi dan infeksi anak, dan faktor lingkungan. itu, adanya kolostrum dalam ASI juga Faktor lain yang behubungan dengan stunting berfungsi sebagai pelindung yang kaya akan adalah asupan ASI eksklusif pada balita. zat anti infeksi, berprotein tinggi serta Penelitian di Ethiopia selatan membuktikan menjadi pencahar yang ideal bagi bayi (Adi bahwa balita yang tidak mendapatkan ASI & Saelan, 2018). eksklusif selama 6 bulan beresiko tinggi Rendahnya pemberian ASI eksklusif mengalami stunting (Fikadu, et al., 2014). merupakan salah satu faktor terjadinya Berdasarkan KEMENKES RI tahun 2017 stunting pada anak. Pemberian ASI yang baik cakupan bayi yang mendapatkan ASI akan membantu menjaga keseimbangan gizi eksklusif di Indonesia mencapai 61,33% anak sehingga tercapai pertumbuhan dan pencapaian tersebut sudah melampaui target perkembangan yang normal. ASI sangat Renstra 2017 yaitu 44%. Hal tersebut dibutuhkan dalam masa pertumbuhan bayi menunjukkan bahwa 38,67% bayi tidak supaya kebutuhan gizi bayi tercukupi. Oleh PROSIDING SEMINAR NASIONAL 116 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 sebab itu wajib diberikan ASI ekslusif sampai saponin. Daun kelor sebagian besar bayi berumur 6 bulan dan tetap memberikan digunakan untuk pengobatan serta untuk ASI sampai bayi berumur 2 tahun untuk asupan nutrisi bagi manusia. Daun kelor kaya memenuhi kebutuhan gizi bayi (Al-Rahmad, akan antioksidan sehingga digunakan juga et al., 2013). untuk pengobatan berbagai penyakit dari ASI memiliki banyak manfaat seperti malaria dan demam tifoid ke misalnya untuk meningkatkan imunitas atau hipertensi dan diabetes melitus. Akar, kulit daya tahan tubuh anak terhadap penyakit, kayu, daun, buah, bunga, biji, dan minyak biji menurunkan frekuensi diare, infeksi, dari pohon kelor memberikan perlindungan konstipasi kronis dan sebagainya. Kurangnya terhadap ulkus lambung, antidiabetes, pemberian ASI dan pemberian MPASI yang hipotensi dan efek anti-inflamasi serta juga terlalu dini pada bayi dapat meningkatkan telah terbukti memperbaiki fungsi hati, fungsi resiko terjadinya stunting terutama pada awal ginjal dan regulasi hormon tiroid (Jimenez, kehidupan anak. 2017). Semakin rendah tingkat pemberian Daun kelor merupakan sumber ASI maka semakin tinggi angka pertumbuhan vitamin meliputi vitamin A, 200 mg/100 g anak dengan status gizi yang kurang. Pada vitamin C, Vitamin E sebagai anti oksidan. umumnya, bayi baru lahir tidak langsung Kandungan Polyphenols pada daun kelor diberikan ASI melainkan diberi susu botol melindungi dari penyakit jantung, dengan alasan ASI belum keluar atau menurunkan tekanan darah, anti inflamasi, produksi ASI tidak lancar. Untuk menjaga anti kanker begitu pula kandungan tannins produksi ASI agar tetap lancar maka ibu dapat dan saponins berguna sebagai anti kanker. mengkonsumsi makanan yang bergizi seperti Komponen yang terkandung dalam daun kelor kacang-kacangan dan daun-daunan seperti baik dikonsumsi oleh ibu sejak kehamilan daun kelor yang berkhasiat untuk karena dapat mencegah komplikasi meningkatkan atau melancarkan produktifitas kehamtilan seperti pre eklamsia, penyakit ASI. jantung, diabetes melitus. Komplikasi pada Pohon kelor (Moringa oleifera) kehamilan ini yang mempengaruhi kejadian disebut sebagai “miracle tree”, “natural gift”, stunting pada anak. Menurut Priyanti dan atau “mother’s best friend”. Pohon kelor ini Syalfina, 2018 menunjukkan bahwa banyak tumbuh di daerah tropis dan sub tropis komplikasi kehamilan 2,154 kali berisiko yaitu di Asia dan Afrika. Pohon ini tumbuh terjadi stunting dibandingkan ibu tanpa ada sangat cepat dalam waktu tiga bulan bisa keluhan komplikasi selama kehamilan. mencapai Daun kelor merupakan salah satu tinggi 3 m dan dalam beberapa tahun bagian dari tanaman kelor yang telah banyak mencapai 12 m jika dibiarkan tumbuh secara diteliti kandungan gizi dan manfaatnya. Daun alami. Pohon kelor dapat bertahan baik dalam kelor sangat kaya akan nutrisi diantaranya kondisi kekeringan yang parah dan kondisi kalsium, besi, protein, vitamin A, vitamin B, dingin sehingga banyak dibudidayakan di vitamin C. Daun kelor mengandung fitosterol seluruh dunia. India merupakan Negara yang yang dapat meningkatkan produksi ASI bagi penghasil pohon kelor terbesar di dunia. ibu menyusui. Daun kelor mengandung zat Pohon kelor penting untuk dibudidaya bukan besi lebih tinggi daripada sayuran lainnya karena nilai komersialnya akan tetapi manfaat sehingga dapat mencegah terjadinya anemia multiguna yang dapat diandalkan yang tidak baik pada anak, ibu hamil maupun ibu bisa diberikan oleh pohon lain salah satunya menyusui. Jelas terlihat kandungan gizi dari yaitu penting untuk memperbaiki kondisi daun kelor dapat menjadi salah satu alternatif kekurangan nutrisi dari bagian buah, daun dan terapi nutrisi pada ibu hamil atau menyusui biji dari pohon kelor (Leone, 2015). dengan status nutrisi kurang serta dapat Bagian dari pohon kelor yang paling meningkatkan kelancaran produktifitas ASI banyak digunakan adalah daun kelor yang (Adi & Saelan, 2018). Pemanfaatan daun kaya akan vitamin, karotenoid, polifenol, kelor untuk melancarkan produksi ASI serta asam fenolik, flavonoid, alkaloid, meningkatkan pemberian ASI eksklusif serta glucosinolates, isothiocyanate, tanin dan meningkatkan kandungan nutrisi dan mineral PROSIDING SEMINAR NASIONAL 117 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 dalam ASI yang penting untuk kesehatan dan memberi makan bayi 5 g dosis harian MLP, pertumbuhan bayi. Menurut penelitian Zhang baik sebagai bagian dari campuran sereal- et al, 2016 melalui eksperimen yang legum atau sebagai suplemen yang ditaburkan dilakukan pada hewan sapi bahwa Moringa pada makanan pelengkap biasa bayi selama 4 oleifera meningkatkan produksi susu sebesar bulan, tidak secara signifikan meningkatkan 6%, meningkatkan komposisi lemak dan konsentrasi hemoglobin bayi. atau indikator glutathione peroxidase yang terkandung pada pertumbuhan. susu sapi dibandingkan kelompok kontrol. Pohon kelor memiliki nilai nutrisi 4. KESIMPULAN yang tinggi, setiap bagian dari pohon cocok Pemanfaatan daun kelor merupakan untuk tujuan gizi atau komersial. Daunnya upaya untuk mencegah kejadian stunting pada kaya akan mineral, vitamin dan fitokimia balita karena daun kelor memiliki kandungan penting lainnya. Ekstrak dari daun kelor nutrisi yang baik bagi bayi dan dapat digunakan untuk penanganan malnutrisi, memperlancar ASI. Sedangkan Bagi peneliti menambah produksi ASI pada ibu menyusui. selanjutnya diharapkan melakukan penelitian Selain itu juga digunakan sebagai antioksidan, eksperimen tentang pengaruh daun kelor antikanker, anti inflamasi, antidiabetik dan terhadap kejadian stunting pada 1000 hari antimikroba. Biji Moringa oleifera pertama kehidupan. merupakan koagulan alami secara ekstensif digunakan dalam pengolahan air 5. REFERENSI (Gopalakrishnan et al, 2016). 1. Adi, G. S. & Saelan, 2018. Pengaruh Mineral yang terkandung dalam daun Terapi Hypnopunturbreastfeding dan Air kelor meliputi protein Seduhan Daun Kelor Terhadap Produksi (17,01% ± 0,1), karbohidrat (63,11% ± 0,09), ASI. Prosiding Seminar Nasional & kadar serat (7,09% ± 0,11), lemak kasar Internasional, Volume 1 (1). (2,11% ± 0,11), lemak 2. Al-Rahmad, A. H., Miko, A. & Hadi, A., asam (1,69% ± 0,09), Ca (1,91% ± 2013. Kejadian Stunting Pada Anak 0,08), K(0,97% ± 0,01), Na (192,95 ± 4,4), Fe Balita Ditinjau Dari Pemberian ASI (107,48 ± 8,2), Mn (81,65 ± 2,31), Zn (60,06 Eksklusif, MP-ASI, Status Imunisasi dan ± 0,3), P(30,15 ± 0,5) bagian per juta (ppm). Karakteristik Keluarga di Kota Banda Magnesium (0,38% ± 0,01) dan tembaga Aceh. J Kesehatan Ilmiah Nasuwakes, (6,10 ± 0,19) adalah kandungan sangat sedikit Volume 6 (2). yang terdapat dalam daun kelor. Dalam daun 3. Aridiyah, F. O., Rohmawati, N. & kelor juga ditemukan tanin (21,19% ± 0,25), Ririanty, M., 2015. faktor-faktor yang phytates (2,57% ± 0,13), inhibitor tripsin Mempengaruhi Kejadian Stunting pada (3,0% ± 0,04), saponin (1,60% Anak Balita di Wilayah Pedesaan dan ± 0,05), oksalat (0,45% ± 0,01) dan Perkotaan. Pustaka Kesehatan, 3(1), pp. kandungan sianida (0,1% 0,01) (Ogbe dan 163-170. Affiku, 2011). 4. Boateng, Laurene, Wilhemina Quarpong, Daun kelor selain baik dikonsumsi Agartha Ohemeng, Matilda Asante, oleh ibu hamil dan ibu nifas karena Matilda Steiner‐Asiedu. 2018. Effect of kandungan protein pada daun kelor lebih baik complementary foods fortified with dibandingkan kandungan protein dalam susu Moringa oleifera leaf powder on skim baik secara kualitas dan kuantitas hemoglobin concentration and growth of sehingga daun kelor menjadi referensi bahan infants in the Eastern Region of Ghana pokok pembuatan biscuit pada balita untuk 5. Fikadu, T., Assegid, S. & Dube, L., 2014. memperbaiki status gizi pada balita. Menurut factor associated with stunting among penelitian Kholis dan Hadi, 2010 bahwa children age 24 to 59 month in meskan biskuit dengan menggabungkan bahan tepung district, gurage zone, south ethiopia: A daun kelor dan susu skim efektif dalam case control study. BMC Publich Health, penanganan kekurangan energi protein. Akan Volume 14, p. 800. tetapi berbeda dengan hasil penelitian dari 6. Gopalakrishnan, Lakshmipriya, Kruthi Boateng et al, 2018 menunjukkan bahwa Doriya, Devarai Santhosh Kumar. 2016. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 118 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Moringa oleifera: A review on nutritive 13. Leone, Alessandro, Alberto Spada , importance and its medicinal application. Alberto Battezzati , Alberto Schiraldi, Food Science and Human Wellness Junior Aristil, Simona Bertoli. 2015. Volume 5, Issue 2 Cultivation, Genetic, 7. Goodarz Danaei, Kathryn G. Andrews, et Ethnopharmacology, Phytochemistry And al. 2016. Risk Factors for Childhood Pharmacology Of Moringa Oleifera Stunting in 137 Developing Countries: A Leaves: An Overview. International Comparative Risk Assessment Analysis at Journal Molecular Science volume 16 Global, Regional, and Country Levels. 14. Ogbe, A.O. John P. Affiku. 2011. Journal pmed. Roximate Study, Mineral And Anti- 8. Hagos, Seifu; Hailemariam, Damen; Nutrient Composition Of Moringa WoldeHanna, Tasew; Lindtjørn, Bernt. Oleifera Leaves Harvested From Lafia, 2017. Spatial heterogeneity and risk Nigeria: Potential Benefits In Poultry factors for stunting among children under Nutrition And Health. Journal of age five in Ethiopia: A Bayesian geo- Microbiology Biotechnology and Food statistical model. journal.pone Sciences 1(3) Vol. 12, Iss. 2 15. Priyanti, Sari, AD Syalfina. 2018. 9. Info Datin. 2015. Situasi Kesehatan Anak Determinan Sosial Terhadap Kejadian Balita Di Indonesia. Jakarta: Kemenkes Stunting Pada Anak Usia Di Bawah Lima RI Tahun. Jurnal kebidanan UNIMUS 10. Jimenez, Marcela Vergara, Manal Mused 16. Shintia Susanti Toripah. 2014. Aktivitas Almatrafi, Maria Luz Fernandez. 2017. Antioksidan Dan Kandungan Total Bioactive Components in Moringa Fenolik Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera Leaves Protect against Chronic oleifera LAM). Disease.www.mdpi.com/journal/antioxida https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pha nts rmacon/article/view/6043 11. KEMENKES RI, 2017. Profil Kesehatan 17. Zhang, Tingting , Bingwen Si, Kaidong Indonesia. Jakarta: Kemenkes RI Deng, Yan Tu, Chaolong Zhou, Qiyu Dia. 12. Khairani, F., Siyoto, S. & Indasah, 2017. 2017. Effects of feeding a Moringa the effectivesse of exstract of moringa oleifera rachis and twig preparation to oleifera against the production of breast dairy cows on their milk production and milk in the mother postpartum primipara fatty acid composition, and plasma in peringgarta public health centers for antioxidants. Journal of the science of central lombok. Kediri, Institute of health food and agriculture volume 98 issue 2 science surya mitra husada.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 119 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

STIMULASI ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 5 - 6 TAHUN DI TK AL- KAUTSAR MOJOANYAR MOJOKERTO

Ika Yuni Susanti1) 1)Program Studi D3 Kebidanan STIKes Majapahit email : [email protected]

ABSTRACT This study was to analyze the relationship between parental stimulation with the development of children aged 5-6 years. So the title is worthy to be studied. Design research is an analytical, cross sectional approach. The independent variable is the stimulation of the elderly, the dependent variable is the child's development. The population is all the parents who have children aged 5-6 years, amounting to 61 in kindergarten Al-Kautsar Mojoanyar Mojokerto, with a sample size 52, which is drawn by simple random sampling technique. Research instruments were questionnaires and KPSP. Data collection was conducted on August, s / d September, 2018. Probability analysis using Fisher's Exact test. Based on the results, the majority of respondents had a positive stimulation of the 35 respondents (67.3%) with a corresponding development of the 29 children (55.8%). Statistical test results showed that 0.026 <0.05 then H0 is rejected so no parent relationships stimulation with the development of children aged 5-6 years. To get a more meaningful explanation researchers create crosstab between common characteristics with developmental stimulation. From the results of the crosstab can be seen that most of the respondents who had a positive stimulation had high school degree, and not working. According to the theory Andriana that grow and develop optimally stimulating factor influenced by parents. These results indicate that stimulation of the parents have a relationship with the child's development. Stimulation activities, detection and early intervention developmental aberrations toddlers comprehensive and coordinated organized in partnership between the family (parents, nannies and other family members), community (volunteers, community leaders, professional organizations, NGOs, and so on) with professionals (health, education, and social), will improve the quality of child development. Keywords: parental stimulation, development, children aged 5-6 years

1. PENDAHULUAN perawatan kesehatan, dan kasih sayang dari Perkembangan merupakan perubahan- orang tua serta orang-orang disekelilingnya perubahan yang dialami individu atau sangat diperlukan oleh anak (Nursalam,2005). oganisme menuju tingkat kedewasaannya atau Untuk memberikan stimulasi perkembangan kematangannya yang berlangsung secara anak dikatakan perlu mainan.Terangkan sistematis, progresif, dan berkesinambungan, bahwa bermain/mainan merupakan kebutuhan baik menyangkut fisik maupun psikis (Yusuf anak seperti makanan, sandang, kasih syang, Syamsu, 2011). Menurut teori Erikson, pada papan dan sebagainya (Ngastiyah,2005). usia tersebut anak berada pada fase inisiatif vs Mengingat jumlah balita di Indonesia rasa bersalah (initiative vs guilty). Pada masa sangat besar yaitu 10% dari seluruh populasi, ini, anak berkembang rasa ingin tahu (courius) maka sebagai calon generasi penerus bangsa, dan daya imaginasinya, sehingga anak banyak kualitas tumbuh kembang balita di Indonesia bertanya mengenai segala sesuatu di perlu mendapat perhatian serius yaitu sekelilingnya yang tidak diketahui. Apabila mendapat gizi yang baik, stimulasi yang orang tua mematikan inisiatif anak, maka hal memadai (KemenKes RI,2010). Data analisa tersebut akan membuat anak bersalah. Anak situasi orang tua dan anak di dinas kesehatan juga mulai mengenal cita-cita, belajar tingkat 1 propinsi Jawa Timur 2009 untuk menggambar, menulis dan mengenal angka deteksi tumbuh kembang balita di jawa timur serta bentuk/warna benda. Pada tahap ini, ditetapkan 80%. orang tua perlu mulai mempersiapkan anak Stimulus merupakan bagian dari untuk masuk sekolah. Bimbingan, kebutuhan dasar dari anak yaitu asah. pengawasan, pengaturan yang bijaksana, Mengasah kemampuan anak secara terus- PROSIDING SEMINAR NASIONAL 120 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 menerus, kemampuan anak akan semakin berjumlah 61 di TK Al-Kautsar Mojoanyar meningkat. Pemberian stimulus dapat Mojokerto. dilakukan dengan latihan dan bermain. Anak Sampel dalam penelitian ini sebanyak 52 yang memperoleh stimulus yang terarah akan orang tua yang mempunyai anak usia 5-6 lebih cepat berkembang dibandingkan anak tahun yang diperoleh dari perhitungan dengan yang kurang memperoleh stimulus. Aktifitas rumus : bermain tidak selalu menggunakan alat-alat Jika N diketahui : n = N permainan, meskipun alat permainan penting 1+ N (d)² untuk merangsang perkembangan anak. n = 61 Membelai, bercanda, petak umpet, dan 1+ 61 (0,05)² sejenisnya yang dilakukan oleh orang tua pada n =52 anaknya merupakan aktivitas bermain yang Teknik sampling yang digunakan dalam menyenangkan pada masa bayi dan balita serta penelitian ini adalah probability sampling memberikan kontribusi yang penting bagi yaitu teknik yang memberi kesempatan yang perkembangan anak (Nursalam,2005). sama bagi anggota populasi untuk dipilih Kegiatan stimulasi, deteksi dan menjadi sampel dengan cara simple random intervensi dini penyimpangan tumbuh sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan kembang balita yang menyeluruh dan secara acak (Setiadi,2007). terkoordinasi diselenggarakan dalam bentuk Pengambilan data dilakukan pada Agustus s/d kemitraan antara keluarga (orang tua, September 2018. Teknik pengumpulan data pengasuh anak dan anggota keluarga lainnya), dilakukan dengan menggunakan data primer masyarakat (kader, tokoh masyarakat, yang diperoleh langsung dari responden organisasi profesi, lembaga swadaya melalui kuesioner dan KPSP (Kuesioner Pra masyarakat, dan sebagainya) dengan tenaga Skrining Perkembangan) yang berstandart profesional (kesehatan, pendidikan, dan nasional. sosial), akan meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak usia dini dan kesiapan 3. HASIL PENELITIAN memasuki jenjang pendidikan formal. 1) Data Umum Indikator keberhasilan pembinaan tumbuh a. Distribusi responden berdasarkan kembang ank tidak hanya meningkatnya status pendidikan gizi anak tetapi juga mental, emosional, sosial Tabel 1 Distribusi frekuensi responden dan kemandirian berkembang secara optimal menurut pendidikan terakhir (KemenKes RI,2010). Orang tua atau keluarga Orang Tua di TK Al-Kautsar diharapakan dapat memantau pertumbuhan Mojoanyar Mojokerto dan perkembangan anaknya, agar dapat Agustus 2018 dilakukan intervensi dini bila anak mengalami kelainan atau gangguan (KemenKes RI, 2010). No. Pendidikan Frekuensi Prosentase 1. SD 2 3,8 2. METODE PENELITIAN 2. SMP 11 21,2 Jenis penelitian adalah analitik, pada penelitian 3. SMU 30 57,7 ini desain yang digunakan adalah cross 4. PT 9 17,3 sectional yaitu jenis penelitian yang Jumlah 52 100 menekankan pada pengukuran/observasi data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat. Hipotesis Hα : Ada hubungan stimulasi orang tua dengan perkembangan anak usia 5-6 tahun. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah stimulasi orang tua. Variabel terikat ini dalam penelitian ini adalah perkembangan anak usia 5-6 tahun. Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua yang mempunyai anak usia 5-6 tahun yang PROSIDING SEMINAR NASIONAL 121 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

b. Distribusi responden berdasarkan Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat pekerjaan bahwa sebagian besar anak usia 5 – Tabel 2 Distribusi frekuensi 6 tahun dalam kategori sesuai yaitu responden menurut sebanyak 38 anak (73,1 %). pekerjaan Orang Tua c. Distribusi responden berdasarkan di TK Al-Kautsar hubungan stimulasi orang tua Mojoanyar Mojokerto dengan perkembangan anak usia 5 Agustus 2018 – 6 tahun. No. Pekerjaan Frekuensi Prosentase Tabel 5 Distribusi frekuensi 1. Bekerja 16 30,8 responden berdasarkan 2. Tidak 36 69,2 hubungan stimulasi orang bekerja tua dengan Jumlah 52 100 perkembangan anak usia Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat 5–6 tahun di TK Al- bahwa sebagian besar responden yang Kautsar Mojoanyar tidak bekerja 52 responden (69,2 %). Mojokerto Agustus 2018

2) Data Khusus Stimula Perkembangan Anak Usia 5 – 6 Tahun Data khusus ini terdiri dari stimulasi si Penyim % Meragu % Sesu % Total orang tua yaitu sebagai berikut : pangan kan ai a. Distribusi responden berdasarkan Negatif 4 7,7 4 7,7 9 17,3 17 stimulasi orang tua (32,7) Positif 1 1,9 5 9,6 29 55,8 35 Tabel 3 Distribusi frekuensi (67,3) responden berdasarkan Total 5 9,6 9 17,3 38 73,1 52 stimulasi orang tua (100) terhadap perkembangan anak di TK Al-Kautsar Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat Mojoanyar Mojokerto sebagian besar responden memiliki Agustus 2018 stimulasi positif yaitu 35 responden No. Stimulasi Frekuensi Prosentase (67,3 %) dengan perkembangan 1. Negatif 17 32,7 sesuai yaitu 29 anak (55,8 %). 2. Positif 35 67,3 Jumlah 52 100 4. PEMBAHASAN Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui 1) Stimulasi Orang Tua Pada bahwa sebagian besar responden yang Perkembangan Anak memiliki stimulasi positif yaitu Berdasarkan hasil penelitian yang sebanyak 35 responden (67,3 %). dilakukan terhadap 52 responden didapatkan bahwa sebagian besar b. Distribusi responden berdasarkan responden sebanyak 35 responden (67,3 perkembangan anak %) mempunyai stimulasi positif. Tabel 4 Distribusi frekuensi Stimulasi menurut Moersintowarti (2002) responden berdasarkan yang dikutip oleh Nursalam (2005), perkembangan anak stimulasi adalah perangsangan dan usia 5-6 tahun di TK latihan- latihan terhadap kepandaian anak Al-Kautsar Mojoanyar yang datangnya dari lingkungan diluar Mojokerto Agustus anak. Stimulasi ini dapat dilakukan oleh 2018 orang tua,anggota keluarga,atau orang No. Perkembangan Frekuensi Prosen dewasa lain disekitar anak. Orang tua tase hendaknya menyadari pentingnya 1. Sesuai 38 73,1 memberi stimulasi bagi perkembangan 2. Meragukan 9 17,3 anak (Nursalam,2005). Stimulasi 3. Penyimpangan 5 9,6 berperan penting dalam perkembangan Jumlah 52 100,0 anak, semakin orang tua sering PROSIDING SEMINAR NASIONAL 122 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

memberikan stimulasi yang positif maka Hasil penelitian menunjukkan kesesuaian dalam hal ini perkembangan anak akan dan keterkaitan antara stimulasi orang tua berkembang secara optimal. yang positif terhadap perkembangan anak 2) Perkembangan Anak usia 5 – 6 tahun di TK Al-Kautsar Hasil penelitian menunjukkan Mojoanyar Mojokerto. Hal ini dapat bahwa sebagian besar responden dilihat adanya kesesuaian reaksi terhadap sebanyak 38 responden (73,1%) stimulasi yaitu dengan banyaknya perkembangannya sesuai. Menurut responden yang berstimulasi positif. Dari Andriana (2011) Perkembangan adalah hasil tersebut menunjukkan bahwa bertambahnya kemampuan dalam struktur stimulasi orang tua mempunyai hubungan dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dengan perkembangan anak. Agar anak dalam pola yang teratur dan dapat mencapai perkembangan yang lebih diramalkan, sebagai hasil dari proses optimal, stimulasi yang diberikan kepada pematangan. Hasil penelitian di atas anak dalam rangka merangsang sesuai dengan teori Andriana bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak tumbuh dan kembang secara optimal dapat diberikan oleh orang tua/keluarga dipengaruhi oleh faktor stimulasi orang sesuai dengan pemberian kelompok umur tua dan berdasarkan hasil penelitian stimulasi anak (Kemenkes RI, 2010). menunjukkan bahwa perkembangan anak yang sesuai dipengaruhi oleh stimulasi 5. KESIMPULAN orang tua. Dalam hal ini peran orang tua 1) Stimulasi orang tua yang didapatkan atau keluarga juga menentukan dalam sebagian besar responden mempunyai proses perkembangan anak. stimulasi positif 67,3 % (35 responden). 3) Hubungan Stimulasi Orang Tua 2) Perkembangan pada anak usia 5–6 tahun Dengan Perkembangan Anak didapatkan sebagian besar anak dengan Hasil penelitian antara stimulasi perkembangan sesuai 73,1 % (38 anak). orang tua dengan perkembangan anak 3) Berdasarkan hasil uji statistik Fisher usia 5-6 tahun menunjukkan bahwa dari Probability Exact Test, diperoleh nilai 52 responden didapatkan sebagian besar signifikasi 0,026. Jadi, 0,026 < 0,05 maka yang berstimulasi positif dan H1 diterima, ini berarti menunjukkan ada perkembangan anak sesuai sebanyak 29 hubungan stimulasi orang tua dengan orang (55,8%) sedangkan dari 52 perkembangan anak usia 5–6 tahun. responden hampir setengah yang berstimulasi negatif dan perkembangan 6. REFERENSI menyimpang sebanyak 4 orang (7,7%). 1) Andriana, Dian (2011). Tumbuh Kembang Berdasarkan hasil uji statistik Fisher & Terapi Bermain Pada Anak.Jakarta: Probability Exact Test, diperoleh exact Salemba Medika Sid 0,026. Jadi, 0,026 < 0,05 maka H0 2) Azwar, Saifudin (2011). Sikap Manusia ditolak, ini berarti menunjukkan bahwa Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: ada hubungan stimulasi orang tua dengan Pustaka Pelajar perkembangan anak usia 5 – 6 tahun. 3) Donna L, Wong (2004) Pedoman Klinis Perkembangan memerlukan rangsangan Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC atau stimulasi, khususnya dalam keluarga, 4) Hidayat, A.Aziz Alimul (2008). Metode misalnya penyediaan mainan, sosialisasi Keperawatan dan Teknik Analisa ank, serta keterlibatan ibu dan anggota Data.Jakarta: Salemba Medika keluarga lain terhadap kegiatan anak 5) Kemenkes RI (2010). Stimulasi,Deteksi (Andriana, 2011). Stimulasi yang dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang diberikan kepada anak dalam rangka Anak merangsang pertumbuhan dan 6) Michael J.Gibney (2009). Gizi Kesehatan perkembangan anak dapat diberikan oleh Masyarakat. Jakarta: EGC orang tua/keluarga sesuai dengan 7) Ngastiyah (2005). Perawatan Anak Sakit. pemberian kelompok umur stimulasi. Jakarta: EGC PROSIDING SEMINAR NASIONAL 123 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

8) Notoatmodjo, Soekidjo (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, Soekidjo (2010) 9) Nursalam (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika 10) Nursalam (2005). Asuhan Keperawatan Bayi Dan Anak. Jakarta: Salemba Medika 11) Rangkuti, Freddy (2007), Riset Pemasaran. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama 12) Setiadi (2007). Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu 13) Smart, Aqila, & Supardi (2010). Mendidik Anak Bagi Orang Tua Sibuk. Jogjakarta: Kata Hati 14) Vivin, Nanny Lia Dewi (2010). Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita. Jakarta: Salemba Medika 15) Yusuf, Syamsu (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda PROSIDING SEMINAR NASIONAL 124 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

HUBUNGAN KEPATUHAN PERAWAT KAMAR OPERASI DENGAN PENDOKUMENTASIAN SURGICAL SAFETY CHECKLIST DI KAMAR OPERASI RUMAH SAKIT KUSTA SUMBERGLAGAH MOJOKERTO Ike Prafita Sari1), Atikah Fatmawati2), Susiatin3) 1)Program Studi Ners STIKes Majapahit Mojokerto email : [email protected] 2)Program Studi Ners STIKes Majapahit Mojokerto email : [email protected] 3)Program Studi S1 Keperawatan STIKes Majapahit Mojokerto email : [email protected]

ABSTRACT Professionally compliance officers ( nurse ) is the extent to which behavior a nurse in accordance with the regulation has given head nurse or the hospital it self. One of the causes of compliance of nurses is motifasion , characteristic of organization , and the characteristics of group. Design this research is descriptive correlation with methodology cross sectional, use a total sampling which consisted of 10 nurse operation room respondents in Kusta Sumberglagah Hospital. Instrument data collection of sheets of observation. The research was done in may 2017. The result of this research got that most compliance nurse said in obedience (70 %). And to documentation of surgical safety checklist most said complete (70 %). Based on calculations statistical tests the spearman rho value p value (0,01) < α (0,05) and obtained the relationship between compliance a nurse with documentation of surgical ceklist , and obtained value a correlation coefficient (0,764) which means relations what happens is high and strong. Compliance nurse can be influenced some things and one of them is education and knowledge. If their knowledge show good, then his behavior also good. It means with good manners nurses will be more obedient and can completing in documentation. Keyword: compliance, documentation, nurse

A. PENDAHULUAN pemberian perawatan, meningkatkan Dokumentasi adalah bagian dari kontinuitas perawatan, dan membantu keseluruhan tanggung jawab perawat untuk mengkoordinasikan pengobatan dane valuasi perawatan klien. Catatan klinis memfasilitasi klien (Lyer& Camp, 2004) Dokumentasi merupakan suatu catatan yang untuk pendokumentasian ini standart dari asli yang dapat dijadikan bukti hukum, jika akreditasi Rumah sakit adalah 100 %. ditemukan masalah yang berhubungan dengan Pada Januari 2007, WHO melalui kejadian yang terdapat dalam catatan World Alliance for Patient Safety membuat tersebut.Sedangkan dokumentasi keperawatan draf dengant ema “Safe Safety Saves Lives”. merupakan bukti pencatatan dan pelaporan WHO telah membuat Surgical Safety perawat yang berguna untuk kepentingan Checklist ( selanjutnya disingkat SSC) klien, perawat dan tim kesehatan dalam sebagai tool / alat yang digunakan untuk memberikan pelayanan kesehatan dengan meningkatkan keamanan di kamar bedah. dasar komunikasi yang akurat dan lengkap Salah satu standart dalam sasaran secara tertulis (Hutahaean, 2010). Internasional keselamatan pasien (SIKP) Data studi pendahuluan dari adalah mengiden mengidentifikasi dengan penelitilain menunjukkan bahwa benar, memastikan prosedur dengan ben pendokumentasian surgical safety di Rumah Tujuan dari penelitian ini adalah Sakit di Indonesia masih kurang baik. Data untuk mengetahui hubungan kepatuhan dari tim mutu di Rumah Sakit Kusta perawat kamar operasi dengan Sumberglagah lembar surgical safety pendokumentasian surgical safeety checklist checklist masih mencapai 90 %. Seharusnya di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Mojokerto. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 125 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

c. Distribusi frekuensi responden B. METODE PENELITIAN berdasarkan pengalaman kerja Jenis penelitian ini adalah deskriptif Tabel 3 Distribusi frekuensi korelasi. Populasi perawat kamar sebanyak Responden Berdasarkan 10 orang. Teknik sampling yang digunakan pengalaman kerja di Kamar adalah total Sampling. Penelitian ini Operasi Rumah Sakit Kusta dilakukan di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Mojokerto Sumberglagah Mojokerto. Analisa data No Pengalaman Frekuens Prosentase dalam penelitian ini menggunakan Uji Kerja i spearman’s rho. Instrumen yang digunakan 1. < 5th 0 0% 2. > 5 th 10 100% dalam penelitian ini untuk mengukur Jumlah 10 100% kepatuhan perawat menggunakan lembar Berdasarkan tabel 3 diatas dapat observasi surgical safety checklis. diketahui bahwa semua perawat kamar masa kerjanya di atas 5 th C. HASIL DAN PEMBAHASAN (100%) 1. Data Umum a. Distribusi frekuensi responden d. Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin berdasarkan pengalaman kerja Tabel 1 Distribusi frekuensi Tabel 4 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan Responden Berdasarkan JenisKelamin di Kamar Operasi pendidikan perawat di Rumah Rumah Sakit Kusta Sakit Kusta Sumberglagah Sumberglagah Mojokerto Mojokerto No Jenis Frekuen Prosen No Pendidikan Frekuensi Prosen Kelamin si tase tase 1. Laki-laki 7 70% 1. DIII 7 70% 2. Perempuan 3 30% Keperawatan Jumlah 10 100% 2. DIV 3 30% Berdasarkan karakteristik dapat Keperawatan diketahui responden (70%) berjenis Jumlah 10 100% kelamin laki - laki, sedangkan kurang Berdasarkan tabel di atas dari setengahnya (30%) perempuan menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan perawat di kamar operasi b. Distribusi frekuensi responden Rumah Sakit Kusta Sumberglagah berdasarkan umur masih DIII Keperawatan (70%). Tabel 2 Distribusi frekuensi Responden Berdasarkan usia 2. Data Khusus perawat di Kamar Operasi a. Kepatuhan Perawat Kamar Operasi Rumah Sakit Kusta Tabel 5 Kepatuhan Perawat Kamar Sumberglagah Mojokerto Operasi Di Rumah Sakit No Jenis Usia Frekuensi Prosen Kusta Sumberglagah tase Mojokerto 1. 30-40 th 6 60% No Tingkat Frekuensi Prosentase 2. 41-50 th 4 40% Kepatuhan Jumlah 10 100% 1. Patuh 7 70% Berdasarkan tabel 2 diatas 2. TidakPatuh 3 30% dapat diketahui bahwa kurang dari Jumlah 10 100% setengah responden (40%) responden Berdasarkan tabel 5 di atas di berusia antara 40 th – 45 th, dapatkan bahwa lebih dari separoh sedangkan lebih dari setengahnya responden ( 70% ) dikategorikan berusia antara 30 th – 40 th (60%). patuh. Dikatakan patuh apabila semua lembar Surgical safety checklist terisi semua. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 126 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

b. Pendokumentasian Surgical Safety Berdasarkan tabel 4.6 didapatkan Checklist bahwa lebih dari separoh responden ( Tabel 4.6 Kelengkapan 70% ) dikategorikan lengkap dalam pendokumentasian surgical pendokumentasian. lembar Surgical safety checklist Di Rumah safety checklist. Sakit Kusta Sumberglagah Mojokerto No Kelengkapan Frekuensi Prosen lembar Surgical tase Safety Checklist 1. Lengkap 7 70% 2. TidakLengkap 3 30% Jumlah 10 100%

c. Hubungan Kepatuhan Perawat Kamar Operasi Dengan Pendokumentasian Surgical Safety Checklist Di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Mojokerto. Tabel 4.7 Tabulasi Silang ubungan Kepatuhan Perawat Kamar Operasi Dengan Pendokumntasian Surgical Safety Checklist Di Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Mojokerto. pendokumentasien Total Lengkap Tidak lengkap ∑ % ∑ % ∑ % Kepatuhan Patuh 6 85, 1 14,3 7 100 perawat 7 Tidak patuh 1 33, 2 66,7 3 100 3 ,Total 7 70 3 30 10 100 Pvalue (0,01) < α (0,05), Koefisien Korelasi (0,764)

Berdasarkan tabel 4.4 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 10 responden, sebagian besar responden yang patuh melaksanakan pendokumentasian secara lengkap, artinya semakin patuh maka semakin lengkap dalam pendokumentasian. Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji spearman’s rho diperoleh nilai ρ(0,01) < α (0,05), maka didapatkan hubungan antara kepatuhan perawat dengan pendokumentasian surgical ceklist, dan didapatkan nilai koefisien korelasi (0,764) yang berarti hubungan yang terjadi adalah tinggi dan kuat.

D. PEMBAHASAN yang telah diberikan pimpinan perawat 1. Tingkat Kepatuhan Perawat Kamar ataupun pihak rumah sakit (Neil, 2002) Operasi Kepatuhan perawat bisa Berdasarkan tabel 4.3 di atas diartikan bahwa perawat sudah di dapatkan bahwa lebih dari separoh menyadari akan perannya sebagai responden( 70% ) dikategorikan patuh. perawat. Perawat berperan penting pada Dikatakan patuh apabila semua lembar setiap perilakunya terhadap keselamatan Surgical safety checklist terisi semua. pasien yang dirawat.Keselamatan pasien Menurut Kamus Besar merupakan bagian yang penting dari Bahasa Indonesia, Patuh adalah suka mutu pelayanan yang berorientasi pada menurut perintah, taatpadaperintah, continuous quality improvement. Dalam sedangkan kepatuhan adalah perilaku definisiini jelas bahwa keselamatan sesuai aturan dan berdisiplin (Pranoto, dilihat dalam perspektif pasien, hal ini 2007). Kepatuhan petugas profesional menjelaskan betapa pentingnya kita (perawat) adalah sejauh mana perilaku peduli pada keselamatan pasien dalam seorang perawat sesuai dengan ketentuan PROSIDING SEMINAR NASIONAL 127 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

pelayanan kesehatan harus berfokus pekerjaannya. Walaupun kita telah melakukan pada pasien. tindakan keoerawatan kalau tidak ada bukti fisik berupa dokumentasi keperaatan, maka 2. Kelengkapan Pendokumentasian tidak dianggap melaksakan perasat tersebut. Surgical Safeety Checklist Kalu hasil dari penelitian ini sudah baik harus Dokumentasi adalah bagian dari lebih ditingkatkan lagi untuk monitoring keseluruhan tanggung jawab perawat secara berkala agar tidak terjadi kelalaian dan untuk perawatan klien.Catatan klinis bisa menjadi budaya di kamar operasi. Di memfasilitasi pemberian perawatan, Rumah Sakit Sumberglagah untuk tim mutu meningkatkan kontinuitas perawatan, sudah berjalan lebih baik, sehingga dan membantu mengkoordinasikan monitoring dilakukan tiap bulan. Tetapi hal pengobatan dan evaluasi klien (Lyer& ini tidak cukup dilakukan monitoring saja Camp, 2004) karena juga ada justifikasi bagi yang tidak Dokumentasi yang baik bisa patuh dalam pendokumentasian surgical untuk memudahkan kita dalam safety checklist, sehingga tanggung jawab melakukan suatu kegiatan dalam proses pekerjaan bisa ditingkatkan. keperawatan. Sehingga semua yang Berdasarkan hal tersebut peneliti dilakukan terdokumentasi dengan baik, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan dan bias membantu pekerjaan cepat antara kepatuhan perawat kamar operasi selesai karena tidak mencari lagi apa dengan pendokumentasian surgical safety yang akan dilakukan dan sudah checklist, sebagian besar perawat kamar dilakukan. Dapat dipakai juga agar operasi patuh dengan pendokumentasian tindakan yang dilakukan perawat tidak lengkap. Disarankan kepada responden dobel. Hal ini akan menambah nilai dari perawat pelaksana, diharapkan responden pelayanan rumah sakit juga, karena yang belum patuh meningkatkan sekarang rumah sakit dituntut untuk kepatuhannya dalam melengkapi dokumentasi akreditasi. surgical safety checklist, yang sudah patuh agar mempertahankan kepatuhannya. Bagi 3. Hubungan Kepatuhan Perawat Kamar Rumah Sakit agar dilakuakn supervisi secara Operasi Dengan Pendokumentasian berkala setiap dokumentasi rekam medis Surgical Safeety Checklist pasien yang ada di kamar operasi. Dan kepada Dari hasil uji statistik dengan peneliti selanjutnya dapat digunakan sebagai menggunakan uji spearman’s rho acuan untuk melakukan penelitian dan diperoleh nilai ρ(0,01) < α (0,05), maka dijadikan pertimbangan dalam penelitian. didapatkan hubungan antara kepatuhan perawat dengan pendokumentasian F. REFERENSI surgical ceklist, dan didapatkan nilai 1. Hutahaen, (2010). Konsep dan koefisien korelasi (0,764) yang berarti Dokumentasi Keperawatan, Jakarta hubungan yang terjadi adalah tinggi dan Media. kuat. 2. Lyer Patricia, W. & Camp Nancy, H.(2004). Dokumentasi Keperawatan : E. KESIMPULAN DAN SARAN Suatu Pendekatan Proses Hubungan kepatuhan ini sangat Keperawatan Jakarta, ECG. berpengaruh terhadap kelenkapan 3. Niven neil. (2002). Psikologi Kesehatan. dokumentasi pasien. Karena ini merupakan Jakarta. EGC. tanggung jawab perawat dalam melakukan

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 128 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

STUDI PERBEDAAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PAPARAN SINAR MATAHARI PADA MAHASISWA FARMASI SEMESTER AWAL DENGAN SEMESTER AKHIR

Rifaatul Laila Mahmudah 1), Amelia Lorensia 2) 1 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit email: [email protected] 2 Fakultas Farmasi, universitas Surabaya email: [email protected]

Abstract Indonesia is a country which is located in the tropics with sun exposure throughout the season. Sun exposure is the best source of vitamin D and there are no cases of vitamin D intoxication due to excessive sun exposure. Pharmacy students tend to lack knowledge of vitamin D. Changes in lifestyle and modernization cause high use of sunscreens that can cause a decrease in vitamin D synthesis in the skin. This study was conducted to determine the differences in knowledge and attitudes towards sun exposure using the cross sectional method on 100 early semester pharmacy students and 100 final semester students. Test the differences in aspects of knowledge and attitudes using odds ratios. The odds ratio test results of knowledge aspects is 1,000 and the results of the odds ratio test results in the attitude is 0.583 so that it can be concluded that both knowledge and attitudes toward sun exposure have the same risk risk in both groups of respondents (first semester and final semester pharmaceutical students). Keywords: Knowledge, attitude, exposure, student.

A. PENDAHULUAN Hampir sekitar 1 miliar orang di Indonesia adalah negara yang terletak seluruh dunia kekurangan vitamin D di daerah tropis dengan paparan sinar (Pfotenhauer & Shubrook, 2017). Kekurangan matahari sepanjang musim. Paparan sinar vitamin D dipengaruhi oleh gaya hidup. Gaya matahari merupakan salah satu sumber hidup yang rendah cenderung menghindari vitamin D yang sangat berlimpah di Indonesia paparan sinar matahari (Malaeb et al., 2016). yang sepanjang tahun disinari sinar matahari. Data menunjukkan hampir 1/3 penduduk Vitamin D memang tidak setenar vitamin Amerika mengalami defisiensi vitamin D yang lain, karena kebanyakan orang (Judd et al., 2008). Sedangkan di Eropa, beranggapan bahwa vitamin D mudah didapat Australia, Amerika Selatan, Arab Saudi, Uni (Hermawan, 2016). Menurut Yosephin et al Emirat Arab, Turki, India, Lebanon, (2014) paparan sinar matahari merupakan menunjukkan sekitar 30-50% mengalami sumber vitamin D yang paling baik dan tidak resiko defisiensi vitamin D yang tinggi terdapat kasus intoksikasi vitamin D akibat (Holick, 2007). Di Asia Selatan diperkirakan paparan sinar matahari yang berlebihan. sekitar 70% sedangkan di Asia Tenggara Kurangnya paparan sinar matahari antara 6-70% pada usia dewasa mengalami hingga saat ini masih merupakan salah satu resiko defisiensi vitamin D (Nimitphong & permasalahan utama dalam bidang kesehatan Holick, 2013). (Malaeb et al., 2016). Defisiensi vitamin D ini Sumber-sumber vitamin D adalah dapat menyebabkan kanker kulit, paparan sinar matahari, makanan dan osteoporosis, hipertensi, obesitas dan lain-lain suplemen. Makanan yang kaya akan vitamin (Pusparini, 2014). WHO memperkirakan pada D seperti susu, telur, ikan, udang, keju, tahun (2008) di seluruh dunia ada sekitar 2 minyak ikan, bayam, kedelai. Meskipun juta setiap tahun terkena kanker kulit, salah sumber utama bagi tubuh adalah paparan satu cara yang dapat dilakukan untuk sinar matahari namun demikian tetap mengurangi dampak negatif dari sinar memerlukan makanan, karena tanpa ada matahari, yaitu dengan menggunakan tabir bahan makanan yang mengandung provitamin surya (American Cancer Society, 2014). D maka proses pembentukan vitamin D oleh PROSIDING SEMINAR NASIONAL 129 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 bantuan sinar matahari tidak akan terjadi B. METODE PENELITIAN (Hermawan, 2016). Jenis penelitian ini berupa desain Kurangnya pengetahuan tentang penelitian cross sectional. Pengumpulan data vitamin D adalah satu faktor terjadinya dilakukan sekaligus pada satu waktu. defisiensi vitamin D (Uddin et al., 2013). Penelitian ini dilakukan dengan mengamati Pengetahuan seseorang menentukan sikapnya, pengetahuan dan sikap terhadap paparan sinar semakin baik pengetahuannya maka semakin matahari pada mahasiswa farmasi semester baik pula sikap seseorang. Penelitian ini awal dengan semester akhir. dilakukan untuk mengetahui perbedaan Variabel bebas penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap terhadap paparan sinar mahasiswa farmasi semester awal dan matahari pada mahasiswa farmasi semester semester akhir. Variabel tergantung penelitian awal dan semester akhir. Indikator yang adalah pengetahuan dan sikap terhadap digunakan untuk mengetahui pengetahuan paparan sinar matahari. Populasi penelitian ini dan sikap terhadap paparan sinar yaitu mahasiswa Fakultas Farmasi di menggunakan kuesioner (Arora et al., 2016). Universitas Surabaya. Menurut penelitian Malaeb et al Kriteria inklusi: (2016) memilih mahasiswa farmasi karena a. Mahasiswa Farmasi yang baru masuk di mahasiswa farmasi cenderung kekurangan perkuliahan pengetahuan vitamin D, tetapi apabila nanti b. Mahasiswa Farmasi yang berstatus sebagai apoteker seharusnya memiliki aktif kapasitas tentang terapi obat dan c. Bersedia menjadi responden berkolaborasi dalam memantau dan dibuktikan dengan tanda tangan mengoptimalkan suplemen vitamin D dalam pada informed consent sebagai semua pasien, terutama mereka yang berisiko tanda persetujuan tinggi. Kementerian Kesehatan Republik Kriteria eksklusi: Indonesia, menjadikan masalah kurangnya a. Mahasiswa yang memiliki gangguan paparan sinar matahari sebagai suatu masalah mental/cacat status gizi yang mulai perlu di identifikasi dan b. Kanker kulit diperhatikan. Untuk menunjang program c. Tidak bersedia mengisi kuisioner pemerintah tersebut maka perlu keterlibatan Pada penelitian ini untuk pengambilan sampel dan peran aktif dari tenaga kesehatan. menggunakan teknik sampling non- Peran farmasi menurut APTFI (2013) probabilitas secara quota sampling. mampu menyiapkan informasi tentang obat dan pengobatan, mampu mengelola pelayanan informasi, konsultasi, edukasi tentang obat Dari hasil perhitungan rumus diatas dan pengobatan serta tindakan pencegahan. maka dapat diketahui data mahasiswa farmasi Tujuan farmasi menurut APTFI (2013) yaitu semester awal dan mahasiswa semester akhir meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian. yang masih aktif sebanyak 2294 mahasiswa Penelitian ini menjadi data awal gambaran yang merupakan populasi, diperoleh target pada mahasiswa terutama mahasiswa dalam minimal sampel yang akan diambil sebagai bidang kesehatan, termasuk farmasi. responden sebanyak 100 mahasiswa farmasi semester awal dan 100 mahasiswa farmasi semester akhir.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 130 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

C. HASIL PENELITIAN Profil Pengetahuan terhadap Paparan Sinar Matahari pada Mahasiswa Farmasi Semester Awal dengan Semester Akhir Tabel 1 Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Mahasiswa Farmasi Semester Awal Dengan Semester Akhir Terhadap Paparan Sinar Matahari Kelompok responden Pengetahuan terhadap Paparan Sinar Matahari Mahasiswa Farmasi Mahasiswa Farmasi Semester Awal Semester Akhir

Kategori Sikap Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase (n=100 orang) (%) (n=100 (%) orang) Baik 97 97% 97 97% Buruk 3 3% 3 3% Total 100 100% 100 100%

Hasil uji odd ratio pengetahuan terhadap paparan sinar matahari dimana nilai OR 1,000 dengan taraf signifikan CI 95 % 0,197– 5,078 menunjukkan bahwa kelompok mahasiswa farmasi semester awal memiliki resiko pengetahuan buruk sebesar 1 kali lipat dibandingkan kelompok mahasiswa farmasi semester akhir.

Kelompok responden Sikap terhadap Mahasiswa Farmasi Semester Mahasiswa Farmasi Semester Akhir Paparan Sinar Awal Matahari Kategori Sikap Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase (n=100 orang) (%) (n=100 orang) (%) Baik 10 10% 16 16% Buruk 90 90% 84 84% Total 100 100% 100 100%

Perbandingan resiko antara kedua kelompok responden dapat diamati dari besaran nilai POR (Prevalance Odd Ratio) dimana nilai OR 0,583 dengan taraf signifikan CI 95 % 0,251-1,357 menunjukkan bahwa kelompok mahasiswa farmasi semester awal memiliki sikap buruk sebesar 0,5 kali lipat dibandingkan kelompok mahasiswa farmasi semester akhir.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN menit (13%), lebih dari 1 jam (5%). Salah Sintesis vitamin D oleh tubuh, waktu satu faktor yang berpengaruh terhadap terpapar selama 15 menit dapat mensintesis lamanya paparan pada sintesis vitamin D vitamin D sebesar 10,000 sampai 25,000 IU adalah tipe kulit. Kulit Orang Asia berada pada wilayah permukaan tubuh yang luas dan pada tipe kulit IV atau V oleh sebab itu orang ditandai dengan berubahnya warna kulit asia memerlukan waktu lama paparan lebih menjadi pink (Vitamin D Council, 2013). lama dibandingkan dengan tipe kulit lainya. Pada penelitian ini responden mahasiswa Lama waktu paparan yang direkomendasikan farmasi semester awal yang menjawab lama adalah lebih dari 15 menit bahkan sampai 2 waktu yang diperlukan oleh tubuh untuk jam (Vitamin D Council, 2013). terpapar sinar matahari secara langsung agar Pada penelitian ini responden memperoleh vitamin D sekitar 5-15 menit mahasiswa farmasi semester awal mengenai (42%), 15-30 menit (34%), 30-60 menit jumlah SPF (Sun Protection Factor) yang (24%), lebih dari 1 jam tidak ada, sedangkan baik bagi tubuh yang menjawab kurang dari mahasiswa farmasi semester akhir menjawab 15 (19%), lebih dari 15 (43%), tidak tahu 5-15 menit (23%), 15-30 menit (58%), 30-60 (38%), sedangkan mahasiswa farmasi PROSIDING SEMINAR NASIONAL 131 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 semester akhir yang menjawab kurang dari 15 Among Indian Students, Asian Journal of (8%), lebih dari 15 (48%), tidak tahu (44%). Pharmaceutical Clinical Research 9(1): Penggunaan tabir surya kronik dapat 308-313 menyebabkan defisiensi vitamin D karena 4. Boland Shaunessey et al., 2015, A Survey penggunaan tabir surya dengan SPF 8 of University Students’ Vitamin D– menurunkan produksi vitamin D kulit hingga Related Knowledge, Journal of Nutrition 93% dan akan meningkat menjadi 99% bila Education and Behavior Volume, 47, menggunakan tabir surya dengan SPF 15 Number 1, 2015. (Rimahardika et al.,2017). Sun screen atau 5. Edmonds, E. T. (2009). Osteoporosis sunblock merupakan suatu bahan yang dapat knowledge, beliefs, and behaviors of melindungi kulit dengan cara mengabsorbsi college students: Utilization of the health dan atau memblok sinar UVA dan UVB. FDA belief model. Dissertation Abstracts merekomendasikan bahwa sunscreen yang International Section A: Humanities and beredar harus mengandung Sun Protection Social Science, 70, 2908. Factor (SPF) dan minimal SPF yang 6. Gandawari N, 2017, Studi Perbandingan digunakan adalah SPF 15 (EPA, 2006). Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Pengetahuan tentang bahaya dari paparan Paparan Sinar Matahari Pada Dewasa sinar matahari serta tingginya kasus kanker Obesitas Dibandingkan Dengan Non- kulit mempengaruhi pengetahuan tentang Obesitas Terkait Risiko Defisiensi paparan sinar matahari (Walker et al., 2014). Vitamin D, Skripsi tidak dipublikasikan, Pada penelitian ini responden Surabaya, Fakultas Farmasi Universitas mahasiswa farmasi semester awal yang Surabaya. mengkonsumsi suplemen yang mengandung 7. Gray Rebecca, 2010, Sun Exposure vitamin D untuk menjaga kesehatan (1%), Survey 2010, Topline Time Series Report sedangkan mahasiswa semester akhir (2%). 8. Green, L. W., & Kreuter, M. W. (2005). Penelitian lain merekomendasikan bahwa Health program planning: An educational pencegahan defisiensi vitamin D pada usia and ecological approach (4th ed.). New 19-50 tahun dilakukan dengan mengonsumsi York, NY: McGraw-Hill. suplemen vitamin D dalam bentuk aktif 9. Hasmi, 2016, Metode Penelitian sedikitnya 600 IU/hari sehingga dapat Kesehatan, Penerbit In Media, 153-162 mencegah penyakit tulang dan fungsi otot 10. Hermawan D, 2016, Sehat Selalu dengan (Rimahardika et al.,2017). Vitamin D, edisi 1, Andi, Yogyakarta, 1- 55 E. KESIMPULAN 11. Holick MF, 2007, Vitamin D deficiency, Tidak ada perbedaan yang signifikan N Engl J Med, 357: 266-281. pengetahuan terhadap paparan sinar matahari 12. Judd S.E et al, 2008, Optimal Vitamin D pada mahasiswa farmasi semester awal dan Status Attenuates the Age-Associated semester akhir. Tidak ada perbedaan yang Increase in Systolic Blood Pressure in signifikan sikap terhadap paparan sinar Americans, Result From the Third matahari pada mahasiswa farmasi semester National Health and Nutrition awal dan semester akhir. Examination Survey, Am, J, Clin, Nutr, 87:136-41. F. REFERENSI 13. Rimahardika R, 2017, Asupan Vitamin D 1. Ahmad Syauqy, 2015, Ekspresi Enzim Dan Paparan Sinar Matahari Pada Metabolisme Vitamin D Pada Sistem Orang Yang Bekerja Di Dalam Ruangan Reproduksi Pria, JMJ, Volume 3, Nomor Dan Di Luar Ruangan, Journal of 1, Mei 2015, Hal:1 – 12 Nutrition College, 2017, Volume 6, 2. Arif Sabta Aji, 2016, Vitamin D In Nomor 4, Tahun 2017, Halaman 333-342. Pregnancy, Jurnal Arsip Gizi dan Pangan 14. Malaeb D, Hallit, S, Salameh P, 2016, Volume 1 No 2 Juli-Desember 2016. Assessment of vitamin D levels, 3. Arora H., Dixit V., Srivastava N., 2016, awareness among Lebanese pharmacy Evaluation Of Knowledge, Practices Of students, and impact of pharmacist Vitamin D And Attitude Toward Sunlight PROSIDING SEMINAR NASIONAL 132 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

counseling, J Epidemiol Global Health higher education: An important and 2016. neglected public health problem. Journal 15. Mahan, K. & Stump, S.E. 2004. Krause’s of Public Health and Medicine, 22(4), Food, Nutrition & Diet Therapy. 11th 492-499. Edition. USA: Elsevier. 22. Supardi S, Surahman, 2016, Metodologi 16. Nimitphong H, Holick MF, 2013, Vitamin Penelitian untuk Mahasiswa Farmasi, D status and sun exposure in southeast Trans Info Media, Jakarta, 2016. Asia, Dermatoendocrinol, 1 Januari 2013, 23. Triton, 2006, SPSS 13.0 Terapan; Riset 5 (1):34–7. Statistik Parametrik, Yogyakarta: Andi 17. Pfotenhauer, K.M & Shubrook, H., 2017, Offset Vitamin D Deficiency, Its Role in Health 24. Truswell S, 2014, Buku ajar ilmu gizi, and Disease, and Current Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Supplementation Recommendations, The 25. Uddin Riaz et al., 2013, Awareness Journal of the American Osteopathic regarding the importance of calcium and Association, May 2017, Vol. 117, 301- vitamin D among the undergraduate 305. pharmacy students in Bangladesh, BMC 18. Pusparini, 2014, Defisiensi Vitamin D Research Notes 2013, 6:134. Terhadap Penyakit, Indonesian Journal of 26. Walker Nicole et al., 2014, Knowledge Clinical Pathology and Medical and attitudes to vitamin D and sun Laboratory, Vol. 21, No. 1, November exposure in elite New Zealand athletes: a 2014: 90–95. cross-sectional study, Journal of the 19. Setiati S, 2008, Vitamin D status among International Society of Sports Nutrition Indonesian elderly women living in an 2014, 11:47 institutionalized care units, Acta Med 27. Yosephin B et al., 2014, Peranan Indones 2008, 40: 78-83. Ultraviolet B Sinar Matahari terhadap 20. Siswoyo, Dwi dkk, 2007, Ilmu Status Vitamin D dan Tekanan Darah Pendidikan. Yogyakarta, UNY Press. pada Wanita Usia Subur, Jurnal 21. Stewart-Brown, S., Evans, J., Patterson, Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 8, J., Petersen, S., Doll, H., Balding, J., & No. 6, Januari 2014 Regis,D. (2000). The health of students in

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 133 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

AROMATHERAPY DALAM SETTING KEPERAWATAN AKUT : LITERATUR REVIEW

Mohammad Nur Firdaus Prodi S1 Keperawatan Stikes Majapahit Mojokerto email : [email protected]

ABSTRACT

This study is an assessment of nonequivalent control group nonsynchronised research method uses one group pretest-posttest quasi-experimental designs with random retrieval of aromatherapy effects on renal colic, anxiety, sleep, and Blood Pressure. Research in the emergency room (ER) with the title Investigate Effects of Aromatherapy in Patients with Renal Colic conducted by Murat Ayan, Ufuk Bags, Erkan Sogut, Mustafa Suren, LeventGurbuzler, and Feridun in 2012. In this study, eighty patients diagnosed with renal colic in the Emergency Room (ER) included in the study, 19-64 years old. Half of the patients (n = 40) were treated with conventional therapy (diclofenac sodium, 75 mg intramuscularly) plus placebo (physiological serum, 0.9% NaCl), while the other half (n = 40) were given aromatherapy (essential oil of rose) in addition to therapy conventional. In each patient, the severity of pain was evaluated using Visual Analogue Scale (VAS) (0 [no pain] 10 [very severe pain]).Research Findings VAS value before treatment, 10 and 30 minutes after treatment was 8.18 ± 1.36, 5.60 ± 2.02 and 3.75 ± 2.08 for the conventional therapy plus placebo, whereas for conventional therapy plus aromatherapy group, VAS score was 8.63 ± 1.03, 4:25 ± 1.72 and 1.08 ± 1.07. There is no statistically significant difference between the initial VAS score of the two groups, but the values of VAS 10 or 30 minutes after the start of therapy was statistically lower in the group that received conventional therapy plus aromatherapy. Various studies have proven the benefits of aromatherapy , either as a primary or adjuvant. Some types of aromatherapy can be used in the emergency unit case on renal colic, anxiety and stress. Nurses can develop further the use of aromatherapy to therapeutic modalities nursing, through the pre- hospital and intra research hospital, especially in the emergency unit. Modalities treatment included in the essential learning materials to enhance the ability of holistic nurse.

Keywords : Aromatherapy, acute care setting

A. PENDAHULUAN keperawatan (Cho, Min, Hur, Lee., 2013). Aromaterapi adalah terapi modalitas Aromaterapi dalam asuhan keperawatan terus alami, non-invasif yang dirancang untuk menjadi populer di banyak tempat. Sebagian mempengaruhi manusia bukan hanya gejala besar literatur keperawatan yang berkaitan atau penyakit, tetapi juga membantu dengan penggunaan minyak esensial dalam kemampuan alami tubuh untuk dosis rendah untuk pijat atau penggunaan menyeimbangkan, mengatur, menyembuhkan minyak sebagai lingkungan wewangian. dan mempertahankan dirinya dengan Informasi dari literatur yang lebih luas dapat penggunaan yang benar dari minyak esensial memperluas basis bukti untuk penggunaan (NAHA, 2012). Aromaterapi adalah aromaterapi dalam keperawatan (Jenning M, noninvasif tindakan dan dapat diterapkan Wilkinson, 2004). Aromaterapi adalah secara terus menerus untuk pasien yang tidak penggunaan dikendalikan dari minyak memiliki alergi bau. Aromaterapi, yang esensial untuk mempertahankan dan memiliki berbagai aplikasi dan mudah untuk meningkatkan fisik, psikologis, dan spiritual menyebarkan, baru-baru ini menarik banyak (Mojay G, 2012). Aromaterapi adalah seni perhatian. Secara khusus, upaya ilmiah dan ilmu menggunakan esens aromatik menunjukkan efek aromaterapi sebagai diekstrak secara alami dari tanaman untuk intervensi holistik dan sebagai mediator menyeimbangkan, menyelaraskan dan relaksasi telah aktif digunakan dalam meningkatkan kesehatan tubuh, pikiran dan PROSIDING SEMINAR NASIONAL 134 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 jiwa. Ini adalah seni dan ilmu yang berusaha ditemukan terutama di daerah utara (NAHA, untuk mengeksplorasi fisiologis alami, 2012). Aromaterapi tidak hanya bermanfaat psikologis dan spiritual respon individu untuk bagi pasien, tetapi juga tugas perawat ekstrak aromatik serta untuk mengamati dan merawat pasien. Terutama di Ruang Darurat meningkatkan proses penyembuhan individu dan Intensive Care Room dengan tingkat stres (NAHA, 2012). Aromaterapi setua hubungan yang lebih tinggi, penggunaan aromaterapi manusia dengan aromaterapi kerajaan sangat diperlukan (Davis, Cooke, Holzhauser, tumbuhan begitu awal kabut terselubung Jones, Finucane, (2013).Perawat sering waktu. Tidak ada yang tahu identitas pertama bertanggung jawab untuk menilai, mengelola, yang mengakui sifat penyembuhan tanaman dan mengobati gejala nyeri, mual, dan tapi resep rinci menggunakan senyawa kecemasan di antara pasien dirawat di rumah aromatik diberikan dalam Perjanjian Lama sakit. manajemen gejala merupakan bagian dan guci juga disegel diisi dengan resin integral dari perawatan medis disampaikan di aromatik telah ditemukan di makam Firaun. rumah sakit perawatan akut. Puluhan juta Penggunaan terapi minyak esensial secara orang dirawat di rumah sakit di Amerika luas disimpan di Cina kuno dan India dan Serikat pada suatu tahun tertentu, dan sebagian besar Timur Tengah. tentara sebagian besar dari mereka mengalami rasa Romawi dalam kampanye telah luka-luka sakit, mual, dan atau kecemasan. Nyeri di mereka diobati dengan madu dan kacang- antara pasien dirawat di rumah sakit kacangan. Terra Cotta penyuling baru mempengaruhi pasien di seluruh papan dan ditemukan dalam penggalian arkeologi, tetapi tidak terbatas pada populasi tertentu; dengan meluas Tidak ada yang tahu identitas pertama kata lain, tidak ada kelompok pasien dalam yang mengakui sifat penyembuhan tanaman populasi ahospitalized beresiko rendah untuk tapi resep rinci menggunakan senyawa rasa sakit. Sejak tahun 2001, Komisi Bersama aromatik diberikan dalam Perjanjian Lama Akreditasi Organisasi Kesehatan perawatan dan guci juga disegel diisi dengan resin (JCAHO) standar manajemen nyeri aromatik telah ditemukan di makam Firaun. membutuhkan rumah sakit untuk menanyakan Penggunaan terapi minyak esensial secara pasien tentang rasa sakit mereka dan luas disimpan di Cina kuno dan India dan memberikan perawatan yang tepat; sejak sebagian besar Timur Tengah. tentara Januari 2015, standar manajemen nyeri Romawi dalam kampanye telah luka-luka menekankan peran strategi non-farmakologis mereka diobati dengan madu dan kacang- untuk mengelola rasa sakit, adjunctive kacangan. Terra Cotta penyuling baru perawatan farmakologis saat yang tepat. ditemukan dalam penggalian arkeologi, tetapi penilaian nyeri dan manajemen nyeri berada meluas Tidak ada yang tahu identitas pertama dalam lingkup praktik keperawatan dan yang mengakui sifat penyembuhan tanaman keperawatan prioritas dan perawat tapi resep rinci menggunakan senyawa menganggap mereka menganjurkan ketika aromatik diberikan dalam Perjanjian Lama datang untuk mengelola rasa sakit. Selain itu, dan guci juga disegel diisi dengan resin perawat memiliki peran penting untuk aromatik telah ditemukan di makam Firaun. mendidik pasien tentang pilihan mereka untuk Penggunaan terapi minyak esensial secara obat penghilang rasa sakit dan atau non- luas disimpan di Cina kuno dan India dan farmakologis pilihan manajemen nyeri. ( sebagian besar Timur Tengah. tentara perawat memiliki peran penting untuk Romawi dalam kampanye telah luka-luka mendidik pasien tentang pilihan mereka untuk mereka diobati dengan madu dan kacang- obat penghilang rasa sakit dan atau non- kacangan. Terra Cotta penyuling baru farmakologis pilihan manajemen nyeri. ( ditemukan dalam penggalian arkeologi, tetapi perawat memiliki peran penting untuk meluas penggunaan minyak esensial suling mendidik pasien tentang pilihan mereka untuk dari Eropa dimulai setelah penemuan obat penghilang rasa sakit dan atau non- mekanisme kaca distilasi di abad ke-16 dan farmakologis pilihan manajemen nyeri. ini membuka pintu untuk mengekstrak (Johnson, JR, Rivard, RL, Griffin, KH, komponen volatile Chamomile, Lavender dan Kolste, AK, Joswiak, D., Kinney, ME, & Rosemary dan tanaman lainnya yang Dusek, JA 2016). Tahun 1990-an perawat PROSIDING SEMINAR NASIONAL 135 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 telah mempertimbangkan bahwa teknologi aromaterapi dicari MEDLINE, EMBASE, peningkatan pelayanan kesehatan mengancam Keperawatan British Index, CISCOM, dan kemampuan mereka untuk praktek perawatan AMED menggunakan 'pengobatan alternatif' holistik, yang positif bercokol dalam filsafat istilah, 'pijat', 'minyak esensial', dan keperawatan (Keegan et al. 1994). Oleh 'aromaterapi'. Pencarian dilakukan pada bulan karena itu, banyak yang tertarik untuk bangsa Juni 1999 dan kembali ke tanggal asal setiap mengintegrasikan intervensi terapi seperti database. uji klinis dimasukkan jika mereka aromaterapi ke dalam banyak aspek secara acak, digambarkan sebagai percobaan perawatan pasien (Grainger_ 2004 Blackwell aromaterapi oleh penulis, dan termasuk pasien Publishing Ltd 93 tahun 1991, Owen 1995, manusia.The Medline, CINAHL, MANTIS Trevelyn 1996, Rankin-Box 1997, Baum dan EBSCO Host dan database Cochrane 1998, Chadwick 1999, Wilkinson & Simpson Koleksi digeledah untuk kertas terkait dengan 2002). Meskipun konsep perawatan terpadu penggunaan minyak esensial dan / atau yang mapan di banyak rumah sakit di seluruh aromaterapi. Kata kunci yang digunakan dunia (Richardson 1996, Ernst & White 2000, untuk mencari yang aromaterapi, minyak Furnham 2000, Berman et al. 2001), banyak esensial, aroma, pijat, harum, wangi, minyak masalah profesional dan praktis harus atsiri, esensi, esensi tanaman dan berhadapan sehubungan dengan penggunaan Phytotherapy. Pencarian terbatas pada artikel aromaterapi dalam keperawatan praktek.. diterbitkan dalam bahasa Inggris. (Johnson, (Johnson, JR, Rivard, RL, Griffin, KH, JR, Rivard, RL, Griffin, KH, Kolste, AK, Kolste, AK, Joswiak, D., Kinney, ME, & Joswiak, D., Kinney, ME, & Dusek, JA Dusek, JA 2016). 2016).

Obat-induced, kemoterapi-induksi, C. HASIL DAN PEMBAHASAN dan mual pasca operasi dan muntah (PONV) adalah gejala umum dan tidak nyaman yang Perawat jantung dalam kehidupan dialami oleh rumah sakit inpatientsthat dapat Sehari-hari Sering menggunakan aromaterapi, menyebabkan hasil yang merugikan dalam baik untuk review pasien serta diri mereka pemulihan mereka. Hal ini esti-dikawinkan sendiri. terutama di departemen darurat, baik bahwa 75 juta orang per tahun pengalaman itu pra-rumah sakit atau intra-rumah sakit. PONV saja. terapi farmakologis telah lama memang, banyak jenis aromaterapi, di satuan digunakan untuk mencegah dan atau perawatan intensif kitd perlu dikumpulkan mengobati nyeri, PONV, dan kecemasan, tapi mana yang sesuai dan kurang tepat. banyak dari mereka memiliki biaya yang penggunaan aromaterapi bukanlah terapi yang tidak diinginkan (terkait dengan lama tinggal utama. yang tetap terapi yang standar yang dan obat biaya) dan efek samping. Secara diberikan dan dilengkapi dengan aromaterapi, khusus, ketergantungan opioid merupakan seperti hearts kasus kolik ginjal. hasil masalah yang berkembang di Amerika Serikat penelitian menunjukkan bahwa pada dan penggunaan opioid dapat menyebabkan kelompok yang diberikan aromaterapi. hasil toleransi dan hiperalgesia. Banyak pasien tambahan terbukti efektif hearts mengurangi terus menderita sakit yang dikelola dengan rasa sakit. sedangkan penggunaan aromaterapi buruk meskipun intervensi farmakologis. pra rumah sakit sudah sangat akrab di Dalam con-teks tantangan manajemen gejala 'masyarakat. hampir setiap rumah pada untuk pasien dirawat di rumah kenyataannya setiap orangutan memiliki sakit,(Posadzki, P., alotaibi, A., & Ernst, E. persediaan aromaterapi, yang digunakan di 2012).. rumah atau di perjalanan. aromaterapi telah digunakan diwariskan dari nenek moyang B. METODE PENELITIAN kitd, dari usia bayi sampai orang tua menggunakannya. aromaterapi banyak Identifikasi semua uji klinis acak dari membantu perawat bekerja dengan different penggunaan terapi aromaterapi. pencarian sifat. aromaterapi telah digunakan untuk literatur komputerisasi dilakukan untuk review tujuan terapeutik selama hampir 6.000 mengidentifikasi penelitian yang diterbitkan Tahun. Cina kuno, India, Mesir, yunani, Dan PROSIDING SEMINAR NASIONAL 136 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Romawi mengggunakannya kosmetik, parfum melaporkan bahwa minyak peppermint dan obat-obatan. Minyak esensial Penyanyi Mengurangi Mual Dan muntah selama also Sering digunakan untuk review tujuan Kehamilan. Dalam Satu Studi, minyak Neroli spiritual, terapi yang, higienis, Dan ritual. membantu Menurunkan Tekanan Darah Dan Baru-baru Penyanyi, Rena Gattefossà kecemasan di ANTARA mereka Yang Maurice, Seorang Ahli kimia Prancis, menjalani kolonoskopi. Dalam tabung Reaksi, menemukan Sifat Penyembuhan minyak Suatu Senyawa kimia Dari beberapa minyak lavender ketika besarbesaran diterapkan untuk esensial Telah menunjukkan Sifat antibakteri review luka bakar di tangannya hearts Sebuah Dan anti-jamur. Beberapa Bukti also ledakan di laboratorium. Dia kemudian Mulai menunjukkan bahwa minyak jeruk DAPAT menganalisis Sifat kimia Dari minyak esensial memperkuat Sistem kekebalan Tubuh Dan Dan bagaimana mereka digunakan untuk bahwa minyak peppermint DAPAT review Mengobati luka bakar, Infeksi kulit, membantu pencernaan. Adas, adas manis, gangren, Dan luka di Tentara selama Perang sage, Dan clary sage untuk review memiliki Dunia I. PADA Tahun 1928, Gattefossà Senyawa mirip estrogen, Yang DAPAT didirikan ilmu aromaterapi. PADA Tahun membantu meringankan gejala Sindrom 1950 Seorang terapis PIJAT, kecantikan, pramenstruasi Dan menopause. Namun, PERAWAT, fisioterapis, Dokter, Dan Penelitian LEBIH lanjut Masih diperlukan. PROVIDER Perawatan kesehatan lainnya Kondisi lain Yang DAPAT dibantu Oleh Mulai using aromaterapi (Ehrlich, 2011). aromaterapi meliputi: Alopecia areata, Perawat DAPAT memberikan Perawatan Agitasi, mungkin termasuk Agitasi aromaterapi topikal ATAU terhirup. Dalam Berlangganan DENGAN demensia, SESI aromaterapi, PERAWAT akan bertanya kecemasan, sembelit (DENGAN PIJAT Perut TENTANG Riwayat Dan gejala klinis, Serta using aromaterapi), insomnia, Nyeri, Dan aroma APA Yang diinginkan. Pasien sakit kepala (Membutuhkan LEBIH Sedikit mungkin diarahkan untuk review menghirup obat Nyeri ketika mereka using aromaterapi. minyak esensial Langsung Dari Sepotong aromaterapi also DAPAT digunakan PADA kain ATAU TIDAK Langsung through Keluhan Gatal (Efek Samping Yang Umum penarikan UAP, alat penguap, ATAU Bagi mereka Yang MENERIMA dialisis) Dan semprotan. Minyak atsiri also DAPAT psoriasis. PENGGUNAAN aromaterapi Telah diencerkan Ke hearts kulit Saat dipijat. Dalam Menjadi Hal Yang Umum Bagi 'masyarakat, kebanyakan KASUS, PERAWAT akan namun kewaspadaan hearts penggunaannya memberitahu bagaimana using aromaterapi di Masih Harus dibenahi. Perawat Perlu Terus rumah, such as inviting participation memberitahu 'masyarakat bahwa Pemilihan DENGAN mencampur minyak esensial Ke aromaterapi, memeriksa Tanggal kadaluarsa, hearts bak mandi. Aromaterapi digunakan di different telah dipakai kesehatan, shalat Satunya di rumah sakit untuk review Mengobati different Kondisi. Beroperasi Sales manager, DAPAT untuk review menghilangkan rasa sakit, mood meningkatkan, Dan meningkatkan rasa relaksasi. Faktanya, beberapa minyak esensial - termasuk lavender, mawar, jeruk, bergamot, lemon, cendana, Telah Terbukti Mengurangi kecemasan, stres, depresi Dan. Beberapa Studi klinis Telah menunjukkan bahwa ketika minyak esensial (terutama Naik, lavender Dan Kemenyan) digunakan Beroperasi Tepat Oleh PERAWAT / bidan, DAPAT Mengurangi kecemasan Dan ketakutan ibu hamil, meningkatkan kekuatan, Mengurangi rasa sakit selama persalinan. Banyak wanita also PROSIDING SEMINAR NASIONAL 137 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

D. KESIMPULAN aromaterapi DENGAN Musik PADA Stres Dan Kecemasan Tingkat Perawat Aromaterapi adalah terapi Darurat. Australasian Journal komplementer populer. Penggunaannya Keperawatan Gawat Darurat (2005) 8, 43- menjadi lebih umum dalam pelayanan 50. TIMAH 1 Mei 2013 Dari kesehatan. Ada sangat sedikit percobaan http://espace.library.uq.edu.au/eserv.php? diterbitkan pada aromaterapi. Aromaterapi pid=UQ:9198&dsID=ah_aemj_05.pdf.aro tampaknya memiliki efek transien dalam ma pengurangan sakit tapi tidak ada bukti dari 4. Diego AM, Jones NA, Lapangan T, manfaat yang berlangsung dari Hernandez-Reif M, Schanberg S, Kuhn C, penggunaannya. Tidak ada pusat dalam McAdam V, Galamaga R, Galamaga M., perawatan kesehatan. Ada potensi besar untuk (1998). Arometherapy Positif penelitian lebih kolaboratif oleh perawat Mempengaruhi Mood, EEG Pola untuk mengeksplorasi aplikasi klinis secara Kewaspadaan Dan Matematika lebih rinci untuk bergerak melampaui perhitungan. International Journal of paradigma keperawatan. Berbagai penelitian Neuroscience 1998: vol 96; 217-224 telah membuktikan manfaat dari aromaterapi, 5. Ehrlich. (2011). Aromaterapi. University baik sebagai primer atau adjuvant. Beberapa of maryland Medical Center. TIMAH 1 jenis aromaterapi ada yang dapat digunakan Mei 2013 Dari http://www.umm.edu di unit gawat darurat, misalnya dalam kasus 6. Gedney JJ, Glover TL, Fillingim RB, ginjal kolik, kecemasan dan stres. Perawat (2004). Sensorik Dan afektif Sakit dapat mengembangkan lebih lanjut Diskriminasi Penghasilan kena pajak penggunaan aromaterapi untuk terapi Menghirup Minyak Atsiri. Psychosomatic modalitas keperawatan, melalui rumah sakit Medicine 2004: 66; 599-606 sebelum dan rumah sakit penelitian intra, 7. Jennings, M, Wilkinson. (2004). praktik terutama di unit gawat darurat. modalitas aromaterapi hearts keperawatan: tinjauan pengobatan termasuk dalam materi pustaka. Journal of Advanced Nursing, pembelajaran penting untuk meningkatkan Volume 48, Issue 1, halaman 93-103. kemampuan perawat holistik. Penelitian di 8. Mojay G. (2012) .Aromatheraphy. masa depan harus mengeksplorasi TIMAH 10 Mei 2013, http: penggunaan minyak esensial tambahan, mode //www.naha.org/what_is_aromatherapy.ht administrasi, dan populasi pasien yang m berbeda. 9. Utami, WY, Supriati, L., Yuliadi SI (2011). Pengaruh Citrus Aromaterapi E. REFERENSI Terhadap Penurunan ansietas PADA 1. Ayan, M., Tas, U., Sogut, E., Suren, M., Klien Pre Operasi Sectio Cesarea di Gurbuzler, L., Feridun, (2013). Ruang Brawijaya RSUD Kanjuruhan Menyelidiki Pengaruh Aromaterapi pada Kepanjen Malang. Majalah Kesehatan pasien dengan ginjal Kolik. The Journal Fakultas Kedokteran Universitas of Alternative dan Complementary Brawijaya. TIMAH 3 Mei 2013 Dari Medicine. Diperoleh 23 Mei 2013 dari fk.ub.ac.id/artikel/id http://online.liebertpub.com/doi/abs/10.10 10. Wahyuni, S. (2012). Pengaruh Pemberian 89/acm. Aromaterapi Minyak Atsiri Bunga Mawar 2. Cho, Min, Hur, Lee., (2013). Efek Terhadap Tingkat Stres Mahasiswa hati aromaterapi PADA Kecemasan, Vital Mengikuti Pembelajaran Klinik di PSIK Signs, Dan KUALITAS Tidur Dari Fakultas Keperawatan Universitas Percutaneous Pasien Intervensi Koroner Andalas. TIMAH 2 Mei 2013 di Satuan Perawatan Intensif. Bukti Darihttp://repository.unand.ac.id/17923/.a Berbasis Pelengkap Dan Pengobatan ndalas Alternatif. Volume 2013. TIMAH 10 Mei 11. Buchbauer, G., Jirovetz, L., & Jäger, W. 2013 Dari pageshttp: //dx.doi.org/. (1991). Aromaterapi: bukti efek sedatif 3. Davis, Cooke, Holzhauser, Jones, dari minyak esensial lavender setelah Finucane. (2013). Pengaruh Pijat PROSIDING SEMINAR NASIONAL 138 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

terhirup. Zeitschrift für Naturforschung C, 46 (11-12), 1067-1072 17. Kuriyama, H., Watanabe, S., Nakaya, T., 12. Buckle, J. (1999). Gunakan aromaterapi Shigemori, I., Kita, M., Yoshida, N., ... & sebagai pengobatan komplementer untuk Imanishi, J. (2005). Imunologi dan nyeri kronis. terapi alternatif dalam manfaat psikologis pijat aromaterapi. kesehatan dan obat-obatan, 5 (5), 42. Bukti Berbasis Pelengkap dan Pengobatan 13. Cooke, B., & Ernst, E. (2000). Alternatif, 2 (2), 179-184. Aromaterapi: review sistematis. Br J Gen 18. Maddocks-Jennings, W., & Wilkinson, Pract, 50 (455), 493-496. JM (2004). praktik aromaterapi dalam 14. Gnatta, JR, Kurebayashi, LFS, TURRINI, keperawatan: tinjauan pustaka. Jurnal RNT, & Silva, MJPD (2016). keperawatan maju, 48 (1), 93-103 Aromaterapi dan menyusui: konsepsi 19. Posadzki, P., alotaibi, A., & Ernst, E. sejarah dan teoritis. Revista da Escola de (2012). Efek samping dari aromaterapi: Enfermagem da USP, 50 (1), 127-133. review sistematis dari laporan kasus dan 15. Johnson, JR, Rivard, RL, Griffin, KH, seri kasus. International Journal of Risk & Kolste, AK, Joswiak, D., Kinney, ME, & Keselamatan di Medicine, 24 (3), 147- Dusek, JA (2016). Efektivitas perawat- 161. disampaikan aromaterapi dalam 20. Pan, CX, Morrison, RS, Ness, J., Fugh- pengaturan perawatan akut. terapi Berman, A., & Leipzig, RM (2000). komplementer dalam kedokteran, 25, Komplementer dan alternatif obat dalam 164-169. pengelolaan nyeri, dyspnea, dan mual dan 16. Kim, JT, Ren, CJ, Fielding, GA, Pitti, A., muntah di dekat akhir kehidupan: review Kasumi, T., Wajda, M., ... & Bekker, A. sistematis. Jurnal nyeri dan manajemen (2007). Pengobatan dengan aromaterapi gejala, 20 (5), 374-387. lavender di unit perawatan pasca-anestesi 21. Stevensen, C. (1994). Efek mengurangi kebutuhan opioid pasien psychophysiological pijat aromaterapi obesitas yang menjalani laparoskopi setelah operasi jantung. Terapi gastric banding disesuaikan. operasi komplementer Medicine, 2 (1), 27-35. obesitas, 17 (7), 920-925

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 139 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

HUBUNGAN WAKTU TUNGGU DENGAN KEPUASAN PASIEN DI POLI PENYAKIT DALAM RAWAT JALAN RSU AL-ISLAM H.M. MAWARDI KRIAN

Arief Fardiansyah 1), Asih Media Yuniarti2), Apri Setya Harini 3) 123)Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit [email protected] [email protected] [email protected]

ABSTRACT Waiting time is determinant component of patient satisfaction.The service was given the longer the higher dissatisfaction of the patient,this case can influences the hospital image and the desire reuses the hospital services.This research has aim to determine the relationship of waiting time and patient satisfaction in internal disease poly in the outpatient Al-Islam H.M. Mawardi Krian Hospital. This type of research is observational analytic research with cross sectional approach.Instrument of the research were questionnaires and interviews.The population of this research were all patients in the internal disease poly of Al-Islam H.M.Mawardi Krian Hospital.The sample of this research were 35 respondents,they were taken by using purposive sampling technique.The result showed that waiting time in the fast category as many as 15 respondents (71,4%) and slow category as many as 8 respondents(57,2%) expressed less satisfied.Based on the result of Chi Square Test,there is relation of waiting time with patient satisfaction in the internal disease poly of Al-Islam H.M.Mawardi Krian Hospital(ρ. 0,007<α;0,05) The result of this research can serves as reference to improve patient service satisfaction and reduse waiting time in outpatient in the internal disease poly in the Al-Islam H.M.Mawardi Krian Hospital. Keyword: waiting time,patient satisfaction

A. PENDAHULUAN Waktu tunggu di indonesia ditetapkan Menunggu adalah hal yang tidak bisa oleh Kementrian Kesehatan (Kemenkes) diterima bagi setiap orang dalam pelayanan melalui standart pelayanan minimal. Setiap kesehatan. Menunggu tidak dapat dihindarkan RS harus mengikuti standart pelayanan dalam perolehan pelayanan kesehatan pada minimal tentang waktu ini. Standart suatu rumah sakit, karena tidak satupun pelayanan minimal dirawat jalan berdasarkan layanan kesehatan yang dapat mempersiapkan Kemenkes Nomor 129/Menkes/SK/II/2008 diri secara sempurna untuk dapat memberikan ialah kurang atau sama dengan 60 menit. Dari kebutuhan pasien sesaat setelah pasien tiba. hasil penelitian Dewi, (2015) di RSUD Namun demikian waktu menunggu adalah Sukoharjo didapatkan data waktu tunggu suatu kegagalan dari suatu system pelayanan pendaftaran pasien rawat jalan dalam kategori karena waktu menunggu tentu akan cepat ada 51 orang (53,7%), sedangkan waktu mengakibatkan ketidakpuasan bagi pasien. tunggu responden Banyaknya komplain terkait dalam kategori lama ada 44 orang (46,3%). pelayanan di poli penyakit dalam Rsu Al- Dari kepuasan pasien diperoleh hasil Islam H.M Mawardi karena dokter yang responden yang merasa puas dengan datang terlambat juga petugas pelayanan yang pelayanan ada 50 responden (52,6%), kurang tanggap dan kurang ramah terhadap sedangkan yang tidak merasa puas dengan pasien. Meskipun menunggu pada ruang pelayanan ada 45 orang (47,4%). Di RSUD tunggu seorang dokter adalah hal lumrah Sidoarjo sendiri pasien yang datang untuk terjadi namun pasien tetaplah tidak berobat jalan ke poliklinik harus datang sejak menyukainya. pukul 03.00 dinihari, kalau tidak ingin mendapatkan nomor antrian ratusan ke loket PROSIDING SEMINAR NASIONAL 140 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 pendaftaran. Berdasarkan hasil study memasukkan data (entri data) pembersihan pendahuluan melalui wawancara langsung data (cleaning) dengan menggunakan uji chi dengan responden di poli penyakit dalam square. rawat jalan RSU Al-Islam H.M Mawardi Krian diambil sampel 10 responden dan 7 C. HASIL DAN PEMBAHASAN diantaranya merasa tidak puas dikarenakan 1. Waktu tunggu harus antri terlalu lama. Berdasarkan hasil penelitian yang Tidak adanya fasilitas yang memadai, dilakukan di RSU Al-Islam H.M. Mawardi variasi appointment interval, waktu pelayanan Krian, menunjukkan sebagian besar durasi yang panjang, pola kedatangan pasien, pasien waktu tunggu responden dalam kategori tidak datang pada waktu perjanjian, jumlah cepat yaitu kurang dari 60 menit sebanyak 21 pasien yang datang tanpa perjanjian, pola (60,0%) responden dan dalam kategori lama kedatangan dokter, terputusnya pelayanan yaitu lebih dari 60 menit sebanyak 14 (40,0%) pasien karena kegiatan dokter untuk berhenti responden. Di RSU Al-Islam H.M. Mawardi sebentar selama jam praktek. ketidakjelasan Krian waktu tunggu pelayanan dimulai pada petugas pelayanan dalam memberikan jam 10.00 sampai selesai atau sampai pasien informasi, jumlah petugas pelayanan yang habis. Tetapi pada kenyataannya dilapangan tidak sebanding dengan banyaknya jumlah ada pasien yang datang lebih awal sebelum pasien serta waktu tunggu yang terlalu lama jam 10.00, sehingga dia harus menunggu mempengaruhi ketidakpuasan pasien di poli lebih lama >60 menit. Berdasarkan penyakit dalam rawat jalan RSU Al-Islam wawancara diketahui alasan pasien datang H.M Mawardi Krian. lebih awal sebelum jam 10.00 dikarenakan Perlunya pembenahan waktu tunggu pasien takut terlambat lagi karena jadwal dan management pelayanan terutama di poli sebelumnya dia sudah terlambat. Ini terjadi penyakit dalam pasien rawat jalan RSU Al- pada pasien yang baru menggunakan Islam H.M Mawardi Krian bisa meningkatkan pelayanan di poli penyakit dalam RSU Al- kepuasan pada pelanggan dalam hal ini Islam H.M. Mawardi Krian hal sebaliknya pasien. Sehingga pasien dapat terjadi pada pasien yang sudah sering membandingkan dengan pelayanan dirumah menggunakan pelayanan di poli penyakit sakit lain dan bisa tercipta pasien baru karena dalam RSU Al-Islam H.M. Mawardi Krian cerita dari mulut ke mulut oleh pasien banyak pasien yang datang melebihi jam sebelumnya. Berdasarkan latar belakang 10.00. Hal ini menyebabkan waktu tunggu diatas peneliti tertarik untuk melakukan yang lebih cepat <60 menit. Berdasarkan penelitian dengan judul “hubungan waktu wawancara diketahui alasan mereka datang tunggu dengan kepuasan pasien di poli melebihi jam 10.00 dikarenakan sudah hafal penyakit dalam rawat jalan RSU Al-Islam dengan jadwal dokter yang lebih sering H.M Mawardi Krian Sidoarjo terlambat. Tabel 4.5 menunjukkan terdapat 21 (60,0%) responden mengatakan waktu B. METODE PENELITIAN tunggu cepat atau <60 menit. 9 responden Jenis penelitian ini adalah penelitian diantaranya mempunyai tingkat Pendidikan analitik observasional dengan pendekatan perguruan tinggi, 7 responden mempunyai cross sectional. Instrument dalam penelitian tingkat Pendidikan SMA dan sisanya 5 adalah kuesioner dan wawancara. Populasi responden mempunyai tingkat Pendidikan dalam penelitian ini adalah seluruh pasien di SD/SMP. Sebagian responden yang Poli Penyakit Dalam RSU Al-Islam H.M mengatakan waktu tunggunya cepat atau <60 Mawardi Krian. Sampel dalam penelitian ini menit terdapat 11 responden yang bekerja dan sejumlah 35 responden, diambil dengan 10 responden tidak bekerja. Pada rentang menggunakan teknik purposive sampling. umur responden yang mengatakan waktu RSU Al-Islam H.M. Mawardi Krian ( ρ. 0,007 tunggu cepat terdapat 8 orang yang umurnya < α: 0,05). Penelitian ini dilaksanakan pada <20 tahun, 9 responden yang umurnya 20-35 bulan maret sampai mei 2017. Pengolahan tahun dan 4 responden yang umurnya >35 data dilakukan pada tahap-tahap berikut: tahun mengedit (Editing) Pengkodean(Coding) PROSIDING SEMINAR NASIONAL 141 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Waktu tunggu yang berbeda-beda sedangkan sisanya 5 responden (14,3%) kemungkinan bisa dipengaruhi oleh beberapa menyatakan sangat puas dengan pelayanan faktor menurut Fetter, 2012 yaitu, variasi yang diberikan dipoli penyakit dalam RSU appointment interval, waktu pelayanan yang Al-Islam H.M Mawardi krian. panjang, pola kedatangan pasien, pasien tidak Hasil rekapitulasi kuesioner penelitian datang pada waktu perjanjian, jumlah pasien di poli penyakit dalam RSU Al-Islam H.M yang datang tanpa perjanjian, pola kedatangan Mawardi 21 responden (60,0%) orang dokter, terputusnya pelayanan pasien karena menjawab puas dilihat dari bukti fisik kegiatan dokter untuk berhenti sebentar (tangibles) menyebutkan 2 responden selama jam praktek. Waktu tunggu kategori menjawab petugas kesehatan berpenampilan cepat biasanya berlangsung selama < 60 rapi, Dilihat dari daya tanggap menit, rata-rata responden dalam masalah (responsiveness) menyebutkan 10 responden waktu tunggu sebagian besar terjadi selama menjawab waktu tunggu untuk melakukan < 60 menit (Kemenkes, 2008). Waktu tunggu pemeriksaan setelah mendaftar diri cepat, dan pasien merupakan salah satu komponen yang 10 responden menjawab dokter atau petugas potensial menyebabkan ketidakpuasan. Waktu kesehatan cepat tanggap menanggapi keluhan tunggu adalah waktu yang digunakan pasien pasien. Dilihat dari kehandalan (reliability) untuk mendapatkan pelayanan kesehatan menyebutkan 15 responden menjawab jadwal mulai tempat pendaftaran sampai masuk ke poli penyakit dalam tepat waktu, 2 responden ruang pemeriksaan dokter (Depkes RI, 2007). menjawab pelayanan pemeriksaan, Masing-masing proses tersebut melibatkan pengobatan, dan perawatan yang diberikan pula sarana/prasarana serta sumber daya cepat dan tepat. Dilihat dari jaminan manusia seperti petugas pendaftaran, rekam (assurance) menyebutkan 5 responden medis, perawat serta dokter. Sarana / menjawab dokter / petugas kesehatan prasarana serta sumber daya manusia tersebut melayani dengan ramah, 9 responden secara langsung akan menentukan kecepatan menjawab dokter / petugas kesehatan pelayanan masing-masing proses dan menjawab pertanyaan pasien dengan jelas dan terakumulasi menjadi waktu tunggu pada penuh keyakinan, 10 responden menjawab poliklinik (Arietta, 2012). dokter / petugas kesehatan bersikap hati hati Pada penelitian ini di ketahui beberapa dalam melakukan setiap tindakan perawatan. hal yaitu dokter yang terlambat datang dan Dilihat dari perhatian (empathy) menyebutkan juga pasien yang datang tidak sesuai dengan 14 responden menjawab dokter / petugas jam perjanjian. Berdasarkan wawancara kesehatan menggunakan Bahasa yang mudah mendalam diketahui keterlambatan dokter dimengerti, 1 responden menjawab dokter / dikarenakan menyesuaikan dari rumah sakit petugas kesehatan memberikan perhatian sebelumnya yang digunakan praktik dokter terhadap setiap keluhan pasien, 3 responden tersebut. Selain itu ada pasien yang baru menjawab dokter / petugas kesehatan bersedia pertama kali datang kerumah sakit sehingga mendengarkan keluhan pasien dengan penuh pasien belum mengetahui jadwal praktik perhatian. Sedangkan 9 responden (25,7%) dokter di Rsu Al-islam H.M Mawardi yang menjawab kurang puas bisa dilihat dari sehingga pasien harus menunggu lebih lama bukti fisik (tangibles) menyebutkan 8 orang atau kembali mendaftar di jadwal poli menjawab ruang tunggu kurang nyaman dan berikutnya. papan petunjuk ruangan kurang jelas, Dilihat dari daya tanggap (responsiveness) 2. Kepuasan pasien menyebutkan 3 responden menjawab waktu Hasil penelitian menunjukkan 21 tunggu untuk melakukan pemeriksaan setelah (60,0%) responden yang merasa puas mendaftar diri kurang cepat, dan 3 responden terhadap pelayanan yang diberikan dipoli menjawab dokter atau petugas kesehatan penyakit dalam RSU Al-Islam H.M Mawardi kurang cepat tanggap menanggapi keluhan Krian. Namun masih terdapat 9 responden pasien. Dilihat dari kehandalan (reliability) (25,7%) responden yang kurang puas dengan menyebutkan 3 responden menjawab proses pelayanan yang diberikan dipoli penyakit dan tata cara pendaftaran kurang jelas, 2 dalam RSU RSU Al-Islam H.M Mawardi, responden menjawab pelayanan pemeriksaan, PROSIDING SEMINAR NASIONAL 142 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 pengobatan, dan perawatan yang diberikan pasien. Terkait dengan itu sebagian besar kurang cepat dan tepat. Dilihat dari jaminan responden telah menyatakan puas terhadap (assurance) menyebutkan 3 responden pelayanan yang diberikan pihak rumah sakit. menjawab dokter /petugas kesehatan melayani kurang ramah, 1 responden 3. Hubungan waktu tunggu dengan menjawab dokter/ petugas kesehatan kepuasan pasien menjawab pertanyaan pasien kurang jelas dan Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1 orang menjawab dokter/petugas kesehatan waktu tunggu di poli penyakit dalam RSU Al- bersikap kurang hati hati dalam melakukan Islam H.M Mawardi dalam kategori cepat tindakan perawatan. Dilihat dari perhatian <60 menit 15 responden (71,4%) yang (empathy) menyebutkan 1 responden menyatakan puas, tetapi terdapat 1 responden menjawab dokter/petugas kesehatan kurang (4,8%) menyatakan kurang puas. Sedangkan memberikan perhatian terhadap setiap waktu tunggu dalam kategori lama sebagian keluhan pasien, 1 responden menjawab besar kurang puas sebanyak 8 responden dokter/petugas kesehatan kurang bersedia (57,2%) tetapi terdapat 6 responden (42,8%) mendengarkan keluhan pasien dengan penuh menyatakan puas. Melalui hasil uji chi Square perhatian. dengan sig 0,007 < α: 0,05 maka H1 diterima Sisanya 5 responden (14,3%) orang : Ada hubungan waktu tunggu dengan menjawab sangat puas bisa dilihat dari kepuasan pasien di poli penyakit dalam RSU perhatian (empathy) menyebutkan 2 Al-Islam H.M. Mawardi Krian. responden menjawab dokter / petugas Kepuasan menurut Nursalam (2008) kesehatan memberikan perhatian terhadap dipengaruhi oleh kualitas produk atau jasa, setiap keluhan pasien, 1 responden menjawab harga, emosional, kinerja, estetika, dokter / petugas kesehatan bersedia karakteristik produk, pelayanan yang cepat mendengarkan keluhan pasien dengan penuh tanggap (waktu tunggu), keramahan dalam perhatian. memberikan pelayanan keperawatan, lokasi, Faktor yang mempengaruhi kepuasan fasilitas, komunikasi, suasana, desain visual. menurut Supranto, 2001 yaitu Tangibles Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian (wujud nyata) Reliability (kepercayaan ) Wahono (2011) yang menyimpulkan bahwa Responsiveness (tanggung jawab). Assurance terdapat hubungan yang kuat antara lama (jaminan) Empathy (empati). Menurut waktu tunggu dengan kepuasan pasien Gunarsa (2008) jenis kelamin mempunyai (p<0,05). Penelitian lain yang sesuai adalah pengaruh pandangan atau kepuasan terhadap Kurniawan (2012) yang menyimpulkan jasa yang diberikan. Perempuan lebih banyak bahwa ada pengaruh waktu pelayanan melihat penampilan secara detail, sementara terhadap kepuasan pasien di poli penyakit laki laki tidak mengindahkan hal tersebut. laki dalam RS Baptis Kediri (p=0.043). laki lebih fleksibel dibandingkan perempuan berdasarkan beberapa penelitian tersebut terkait dengan kepuasan terhadap jasa. lamanya waktu tunggu akan berpengaruh Sedangkan Gunarsa (2008) mengungkapkan terhadap kepuasan pasien. bahwa bertambahnya umur seseorang dapat Waktu tunggu di poli penyakit dalam berpengaruh pada emosional atau kepuasan RSU Al-Islam H.M Mawardi dalam kategori seseorang terhadap jasa pelayanan. Orang tua cepat <60 menit 15 responden (71,4%) yang umumnya lebih bersifat terbuka sehingga menyatakan puas, tetapi terdapat 1 responden pasien tua harapannya lebih rendah dari (4,8%) menyatakan kurang puas dikarenakan pasien muda. Hal ini menyebabkan pasien tua pada waktu itu yang menangani bukan dokter lebih cepat puas terhadap jasa pelayanan biasanya tetapi dokter pengganti. Responden kesehatan dengan masa tunggu lama sebagian besar Beragamnya tingkat kepuasan pasien kurang puas sebanyak 8 responden (57,2%) dalam penelitian ini tergantung dari pelayanan tetapi terdapat 6 responden (42,8%) pihak rumah sakit yang diberikan pada pasien. menyatakan puas meskipun menunggu lama Dalam memberikan pelayanan harus sesuai dikarenakan sudah cocok dengan obat yang dengan standart pelayanan yang telah diresepkan dokternya, ada juga yang ditetapkan dengan tujuan untuk kenyamanan mengatakan kalau dia bisa bertanya dan PROSIDING SEMINAR NASIONAL 143 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 mendapatkan penjelasan tanpa dibatasi waktu 3. Abd. Nasir, Abdul Muhith, Ideputri 2011, oleh dokternya. Ada juga yang menyatakan Metodologi Penelitian Kesehatan,. Mulia ruang tunggu yang nyaman karena terdapat ac Medika, Yogyakarta. dan tv sehingga dia tidak merasa kalau sudah 4. Dinata dkk, 2015. Pengaruh Service menunggu lama. Scape Terhadap Kepuasan Pengunjung Tanpa disadari ketepatan memberikan Di Saung Angklung Udjo Kota Bandung informasi dalam pelayanan juga dapat Universitas Pendidikan Indonesia\.upi.edu mempengaruhi kepuasan pasien. Hal ini bisa perpustakaan.upi.edu. mengakibatkan menurunnya citra pelayanan 5. Lilis, 2015. Prinsip Dasar dan Aplikasi di poli penyakit dalam RSU Al-Islam H.M. Penulisan Laporan Pendahuluan dan Mawardi Krian. Dalam hal ini dokter yang Strategi Pelaksanaan Tindakan. Jakarta : tidak hadir dan digantikan oleh dokter Salemba Medika. pengganti tanpa ada pengumuman lebih dulu. 6. Muhith Abdul. 2015. Pendidikan Seharusnya dokter yang bersangkutan Keperawatan Jiwa Teori dan Aplikasi. memberikan informasi lebih awal kepada Yoyakarta. PT Andy Offset. petugas poli penyakit dalam jika beliau tidak 7. Hasan, 2014. Hubungan Waiting Time / bisa datang untuk praktek sehingga petugas Waktu Tunggu Dengan Kepuasan Pasien bisa segera membuatkan pengumuman jika Dipoliklinik Mata Pada Instalasi Rawat dokter tidak bisa hadir pada jam dan hari yang Jalan di RSUD Tarakan Provinsi di tentukan. Ini bisa menurunkan Kalimantan Timur. Makasar : Unhas. ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan 8. Wahono B. 2011. Kepuasan Keluarga yang diberikan di poli penyakit dalam RSU Pasien Terhadap Waktu Tunggu Al-Islam H.M. Mawardi Krian. Pelayanan di instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Kalimantan B. KESIMPULAN Barat. Yogyakarta: UGM. Setelah dilakukan penelitian di poli 9. Arietta R. 2011. Analisis Waktu Tunggu penyakit dalam RSU Al-Islam H.M Mawardi Pasien di Departemen Gigi dan Mulut Krian didapatkan hasil dan pembahasan yang RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Depok : dapat disimpulkan sebagai berikut : Sebagian UI. besar waktu tunggu responden di poli 10. Keputusan Menteri Kesehatan. RI. 2008. penyakit dalam RSU Al-Islam H.M Mawardi No 129/Menkes/SK/II/2008 tentang Krian dalam kategori cepat yaitu kurang dari Standart Minimal Rumah Sakit 60 menit. Sebagian besar responden di poli 11. Notoadmojo, S. 2012. Metodologi penyakit dalam RSU Al-Islam H.M Mawardi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineke Krian puas. Ada hubungan waktu tunggu Cipta. dengan kepuasan pasien di poli penyakit dalam rawat jalan RSU Al-Islam H.M. Mawardi Krian. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam meningkatkan kepuasan pelayanan pasien terkait dengan waktu tunggu pasien selama di poli rawat jalan RSU Al-Islam H.M. Mawardi Krian.

C. REFERENSI 1. A. Aziz, 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan. Proses Perawatan. Jakarta : Salemba Medika. 2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2007. Standart Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Jakarta : Author. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 144 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

ANALISIS PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KESELAMATAN PASIEN DENGAN KEAMANAN PEMBERIAN OBAT DIRSU AL-ISLAM H.M MAWARDI SIDOARJO

1) 2) 3) 4) Asih Media Yuniarti , Arief Fardiansyah , Fitria Wahyu Ariyanti , Abdul Hasan 12Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit 34)Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit [email protected] [email protected] [email protected] [email protected]

ABSTRACT Human Factors that affect the safety patients is one of them knowledge. Patient safety is an important part of nursing care. The purpose of this study was to analyze the relationship of nurse knowledge about patient safety with safety of Drug Delivery at Hospital of Al-Islam H.M Mawardi Hospital. This study was an observational analytic with cross sectional approach and using Proportionate random sampling technique, Total Sample 38 respondents. The study was conducted in January 2017. Data were collected using a knowledge questionnaire and safety observation of drug administration. From Spearman's rho test results obtained p value 0.002 this value is smaller than 0.05, This indicates a nurse knowledge about patient safetvy have relationship with the safety of Drug Administration. In this study it can be concluded that good nurse knowledge needs to be supported by experience and education. To improve the knowledge management is expected to hold seminars, training and refresh SPO.

Keywords: Patient Safety, Knowledge, Safety of Drug Delivery

A. PENDAHULUAN pasien 28,3% dilakukan oleh perawatdalam Keselamatan pasien menjadi bagian kaitannya dengan pemberian obat. penting dalam pelayanan keperawatan Laporan insiden keselamatan pasien terutama keamanan dalam pemberian obat. berdasarkan provinsi Jawa Timur pada tahun Hal ini menjadi penting di RSU Al-Islam H.M 2007 menempati urutan ketiga dari 8 Provinsi Mawardi karena kejadian kesalahan dalam yakni 11.7% (KKP-RS,2010). International pemberian obat masih didapati dari tahun Counsil of Nurse (ICN) (2002) menyatakan ketahun mengalami peningkatan, data pada faktor yang berpengaruh terhadap KNC dan tahun 2015 terdapat 2 kejadian dan pada tahun KTD adalah melibatkan faktor manusia dan 2016 terdapat 3 kejadian kesalahan dalam sistem. Faktor manusia meliputi pengetahuan, pemberian obat. dan sampai saat ini Penyebab keterampilan, lama kerja sedangkan system permasalahan tersebut belum dapat dijelaskan meliputi standar, kebijakan dan aturan dalam faktor pencetusnya. organisasi. Institut Medicine of Amerika (IOM), Tujuan penelitian ini adalah menganalisis 2007) menyebutkan setiap tahun minimal pengetahuan perawat tentang keselamatan terdapat 48-100 ribu pasien meninggal karena pasien dengan keamanan pemberian obat di kesalahan pengobatan. Publikasi WHO pada Rumah Sakit RSU Al-Islam H.M Mawardi tahun 2004, mengumpulkan angka penelitian Tahun 2017. rumah sakit di berbagai Negara: Amerika, Inggris, Denmark, dan Australia, ditemukan B. METODE PENELITIAN KTD (Kejadian Tidak Diharapkan) dengan Jenis penelitian yang digunakan adalah rentang 3,2–16,6% (Depkes RI, 2006). Data penelitian analitik observasional dengan tentang KTD dan KNC (Kejadian Nyaris desain crosssectional yaitu jenis penelitian Cedera) diIndonesia masih langka atau belum yang menekankan waktu pengukuran data banyak dipublikasikan, Insidensi keselamatan variabel independent dan dependent hanya satu kali pada satu saat (A.Muhith, 2011). PROSIDING SEMINAR NASIONAL 145 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Jumlah subyek penelitian sebanyak 38 orang cukup yaitu sebanyak 22 (57,9%) pasien perawat perawat di Rumah Sakit RSU Al- dan memenuhi syarat keamanan dalam Islam H.M Mawardi dengan teknik sampling pemberian obat sebesar 25 (65,8%) proportionate random sampling. Instrumen subyek yang digunakan adalah lembar kuesioner dan b. Pengetahuan Perawat Tentang lembar observasi. Data yang terkumpul diolah Keselamatan Pasien Dengan Keamanan dan dianalisis dengan uji Spearman Rank Pemberian Obat. Correlation. Tabel 3. Pengetahuan Perawat Tentang Keselamatan Pasien C. HASIL DAN PEMBAHASAN Dengan Keamanan Pemberian 1. Hasil Penelitian Obat 1) Data umum Keamanan pemberian obat Tabel 1. Karakteristik Responden Total Pengetahuan Tidak Karakteristik f % n Diterapkan diterapkan (%) Jenis Kelamin n % n % N % a. Laki-laki 11 28,9 38 (100) Kurang 0 0 1 100 1 100 b. Perempuan 27 71,1 38 (100) Cukup 11 50 11 50 22 100 Pendidikan a. Diploma III 30 78,9 38 (100) Baik 14 93,33 1 6,66 15 100 b. S1 (S. Kep, Ns) 8 21,1 38 (100) Hasil Uji Spearman Rank Correlation p: 0,002 Umur (α = 0,05) a. 20 – 25 tahun 6 15,8 38 (100) Tabel 3 menunjukkan bahwa subyek b. 26 – 30 tahun 9 23,7 38 (100) penelitian yang mempunyai pengetahuan c. 31 – 35 tahun 17 44,7 38 (100) kurang hanya 1 orang dan tidak d. 36 – 40 tahun 6 15,8 38 (100) menerapkan keamanan dalam pemberian Masa Kerja a. 0 – 1 tahun 4 10,5 38 (100) obat dengan baik. Sedangkan subyek b. 1 – 5 tahun 13 34,2 38 (100) penelitian yang berpengetahuan baik c. > 5 tahun 21 55,3 38 (100) masih didapati 1 (6,66%) subyek tidak melakukan keamanan dalam pemberian Tabel 1 menujukkan sebagian besar obat. Hasil uji Spearman Rank responden berjenis kelamin perempuan, Correlation menunjukkan p.value berpendidikan D III, berusia 31 – 35 (0,002) <0,05 yang berarti Ho ditolak dan tahun dan memiliki masa kerja > 5 tahun. Ha diterima, yang berarti ada hubungan 2) Data khusus. pengetahuan perawat tentang keselamatan a. Pengetahuan Subyek Penelitian dan pasien dengan keamanan pemberian obat. Keamanan Pemberian Obat. Tabel 2 Pengetahuan Subyek 2. Pembahasan Penelitian Tentang 1). Pengetahuan Tentang Keselamatan Keselamatan Pasien Di RSU Pasien dan Keamanan Pemberiaan Al-Islam H.M Mawardi. Obat Di Rumah Sakit RSU Al-Islam No Variabel n % N (%) H.M Mawardi. 1 Pengetahuan 1. Kurang 1 2,6 38 Tabel 2 memperlihatkan bahwa Sebagaian besar subyek berpengetahuan 2. Cukup 22 57,9 (100) cukup dan masih didapati 1 orang (2,6%) 3. Baik 15 39,5 perawat yang memililki pengetahuan 2 Pemberian Obat kurang. Subyek penelitian yang 1. Diterapkan 25 65,8 38 berpengetahuan baik sebagian besar 2. Tidak 13 34,2 (100) berpendidikan Diploma yakni 9 (23,7%), Diterapkan dan memiliki masa kerja > 5 tahun yakni 11 (28,9%). Sedangkan yang Tabel 2 Memperlihatkan bahwa berpengetahuan kurang yakni sebagian sebagian besar subyek berpengetahuan besar mempunyai masa kerja < 1 tahun. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 146 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh RSU Al-Islam H.M Mawardi adalah umur, pengalaman atau pelatihan, pendidikan 11(36,7%) subyek berpendidikan Diploma dan minat. Sesuai dengan teori dari dan memiliki masa kerja 0-1 tahun yakni 4 (Notoatmodjo, 2011) bahwa pengalaman (10,5%). Sedangkan 2 (25,0%) berpendidikan merupakan salah satu faktor yang Sarjana tidak melaksanakan keamanan mempengaruhi pengetahuan seseorang pemberian obat memiliki masa kerja lebih 5 Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang tahun. Perawat yang tidak melakukan yang akan mempengaruhi pengetahuannya keamanan pemberian obat dengan baik bisa tentang keselamatan pasien, dan lama masa dipengaruhi karena tidak adanya monitoring kerja atau pengalaman seseorang akan dari manajemen dan sosialisasi penerapan mempengaruhi tingkat pengetahuan tentang SPO (Standart Prosedure Operational) keselamatan pasien sesuai dengan Cahyono tentang pemberian obat yang benar. Hal (2008). Mubarak, (2007).Yang menyebutkan tersebut tidak sesuai dengan Cahyono (2008) dalam menjalankan praktek keperawatan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi harus senantiasa meningkatkan mutu terjadinya keamanan pemberian obat adalah : pelayanan profesional dan mengikuti Faktor personal yakni salah satu nya adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan pengetahuan dan pengalaman atau masa kerja, teknologi melalui pelatihan, pengalaman dan Lativa (2011) Dalam penelitiannya tentang pendidikan sesuai bidangnya. hubungan pengetahuan perawat dengan Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pelaksanaan pemberian injeksi Di Rs. Dr. bahwa pengetahuan perawat terkait Soetarto Yogyakarta didapati 12,5% perawat keselamtan pasien adalah cukup, hal ini belum mampu melaksanakan pemberian obat diesabakan kurang mendapatkanbimbingan sesuai SPO yang didalamnya terdapat dan pendampingan dalam melaksanakan pengetahuan tentang enam prinsip pemberian tindakan keperawatan serta memberikan obat secara benar. sosialisasi, memberikan kesempatan lebih Pelaksanaan pemberian obat yang aman banyak untuk melakukan tindakan tentang mencakup prinsip sepuluh benar pemberian keselamatan pasien dan memberi reward atas obat, hal yang paling tidak dilakukan oleh tindakan yang sesuai dengan SPO perawat ditunjukkan dari lembar observasi keselamatan pasien serta mengikutkan adalah memeriksa identitas pasien, seminar dan pelatihan. memanggil nama pasien, melakukan pencatatan bila pasien menggalami KTD, dan Tabel 2 pada penelitian ini distribusi memberikan inform concent penolakan. Kee keamanan pemberian obat dibagi menjadi (2009) menyebutkan prinsip sepuluh benar dua yaitu diterapkan dan tidak diterapkan. pemberian benar harus diberikan Dari 38 subyek yang meliputi perawat di RSU menggunakan prinsip pemberian obat yang Al-Islam H.M Mawardi 25 (65,8%) standart untuk menjamin keamanan responden melaksanakan keamanan pemberian obat, sehingga dapat pemberian obat sedangkan13(34,2%) subyek menghindarkan dari kejadian medication tidak melakukan keamanan pemberian obat. error dan KTD. Prinsip yang mendasari perawat dalam melakukan praktek keperawatan profesional 2). Pengetahuan Keselamatan Pasien dalam pemberian obat yakni dengan sepuluh Dengan Keamanan Pemberian Obat. benar pemberian obat (Kee dkk.2009). Tabel 3 memperlihatkan besar subyek Keamanan pemberian obat Menurut penelitian yang memiliki pengetahuan baik Harmiady (2014) dalam penelitiannya cenderung menerapkan keamanan pemberian menyatakan ada tiga faktor yang obat yaitu 14 (93,33%) subyek dan 1 subyek mempengaruhi perawat dalam keamanan yang memiliki pengetahuan kurang tidak pemberian obat yaitu : Tingkat pengetahuan menerapkan keamanan pemberian obat, perawat, tingkat pendidikan, motivasi kerja Sedangkan yang berpengetahuan baik 93,33% perawat. Dari hasil observasi didapati 13 didapati melakukan keamanan pemberian (34,2%) subyek yang tidak menerapkan obat dengan benar. Hasil uji statistik keamanan pemberian obat dengan baik Di menunjukkan bahwa p (0,002) < a (0,05), PROSIDING SEMINAR NASIONAL 147 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 maka H0 ditolak yang berarti ada hubungan Dalam penelitiannya tentang hubungan pengetahuan perawat tentang keselamatan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan pasien dengan keamanan pemberian obat. pemberian injeksi Di Rs.Dr. Soetarto Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Yogyakarta didapati 12,5% perawat belum Harmiady (2014) yang mengungkapkan mampu melaksanakan pemberian obat sesuai bahwa semakin tinggi pengetahuan perawat SPO yang didalamnya terdapat enam prinsip tentang keselamatan pasien maka semakin pemberian obat secara benar. baik pula dalam pemberian obat. Pengetahuan Berdasarkanpenelitiandanberdasarkan maupun transfer pengalaman tentang teoriyang dikemukakandiatas, penelitian keamanan dalam pemberian obat yang benar hubungan antara pengetahuan perawat tentang dirumah sakit merupakan hal yang sangat keselamatan pasien dengan keamanan penting. Uji statistik menunjukkan bahwa pemberian obat didapatkan data bahwa odds ratio (OR) sebesar 4.00 artinya bahwa tingkat pengetahuan baik dapat diperoleh dari semakin tinggi pengetahuan maka akan pengalaman dan praktek pada saat kerja meningkatkan keamanan dalam pemberian dirumah sakit, dimana kualitas pengalaman obat dengan baik pada pasien sebesar 4 kali keselamatan pasien terhadap pengetahuan dan lebih besar. keterampilan perawatmenggambarkan Keamanan pemberian obat Menurut peningkatan yang bermakna. Harmiady (2014) dalam penelitiannya menyatakan ada tiga faktor yang D. KESIMPULAN mempengaruhi perawat dalam keamanan Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian obat yaitu : Tingkat pengetahuan Sebagain besar subyek penelitian memiliki perawat, tingkat pendidikan, motivasi kerja pengetahuan cukup dan menerapkan perawat. Menurut Anderson (2009) dalam keamanan pemberian obat, Ada hubungan Simons (2010) bahwa pemberian obat-obatan pengetahuan perawat tentangkeselamatan pada pasien merupakan resiko terbesar pasien dengan keamanan pemberian obat di terjadinya kejadian nyaris cedera dan kejadian RSU Al-Islam H.M Mawardi. tidak diharapkan, dimana pemberian obat Manajemen Rumah Sakit diharapkan dilakukan sebagian besar oleh perawat. lebih menggiatkan sosialisasi dan pelatihan Segala upaya dilakukan untuk menjamin tentang keamanan pemberian obat pada asuhan keperawatan yang diberikan terbebas khususnya dan keselamatan pasien pada dari kesalahan dan cedera yang dapat umumnya kepada seluruh karyawan Rumah merugikan pasien dan keluarganya. Sakit agar sesuai dengan misi rumah sakit Virawan(2012) dalam penelitiannya yakni meningkatkan mutu dan keselamatan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pasien. Peneliti selanjutnya diharapkan jadi kepatuhan staf perawat menggunakan enam referensi untuk pengembangan penelitian benar dalam menerapkan keamanan berkaitan dengan keselamatan pasien. pemberian obat menurunkan kasus patient safety diRumah Sakit Surya Husada, E. REFERENSI menunjukkan dari 148 subyek penelitian 1. Anderson(2009) dalam Simons (2010) b didapatkan pengetahuan yang baik Simons,J. (2010). Identifying medication sedangkan13(8,8%) subyek yang tidak errors ins urgical prescription charts. melaksanakan benar pemberian obat,12(8,1%) Harrow-on-the-Hill. responden yang tidak melakukan benar 2. Cahyono,J.B.(2008).Membangun budaya waktu, dan 26 (17,6%) subyek yang tidak keselamatan pasien dalam praktik melakukan benar dokumentasi. Subyek kedokteran. Yogyakarta: Penerbit penelitian yang tidak menerapkan pemberian Kanisius obat yakni 13 (34%) berpendidikan sarjana 3. (Depkes,RI (2008). Panduan nasional yakni 2 (5,3%) masa kerja 1-5 tahun dan keselamatan pasien rumah sakit (patient yang mempunyai pengetahuan baik tidak safety). (ed-2). Jakarta: DepKesRI. menerapkan pemberian obat yakni 1 (21,6%) 4. Harmiady (2014) faktor yang berpendidikan Diploma serta mempunyai mempengaruhi perawat dalam keamanan masa kerja lebih 5 tahun. Lativa (2011) pemberian obat,Yogyakarta PROSIDING SEMINAR NASIONAL 148 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

5. Henriksen, K., et al. (2008). Patient safety and quality: an evidence base handbookfor nurses. Rockville MD: Agency for Healthcare Research and Quality Publications. February 2011, http://www.ahrq.gov/QUAL/nurseshdbk 6. Institute of Medicine (2007). Crossing the quality chasm: A newhealth system for the 21th century.Washington DC: NationalAcademyPress. 7. International Counsil of Nurse. (2002). The ICN code of ethics for nurses. 8. Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit.(2010). Laporan Insiden Keselamatan Pasien Tahun 2010.(availableathttp://www.inapatsafety- persi.or.id/umpan_balik/ laporan_2010. pdfdiakses Tanggal 15 Desember 2016). 9. Kee,J.L,Hayes,E.R,dan Mc.Cuistion,L.E.(2009). Pharmacology, anursing processapproach (6th edition). Canada: Saunders Elsevier Keamanan pemberian obat 10. Lativa (2011) Hubungan Pengetahuan Perawat Dengan Pelaksanaan Pemberian Injeksi Di Rs.Dr. Soetarto Yogyakarta 11. Muhith, A (2011). Buku Ajar MetodologiPenelitianKesehatan: Konsep Pembuatan Karya Tulis Dan Thesis Untuk Mahasiswa Kesehatan. Yogyakarta: Mulia Medika 12. Mubarak,Wahid Iqbal,dkk. 2007. Promosi Kesehatan Sebuah Metode Pengantar 13. ProsesBelajarMengajardalamPendidikan. Yogyakarta:GrahaIlmu 14. Notoatmodjo,S. 2011. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta: RinekaCipta 15. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. 16. Virawan (2012) faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat menggunakan enam benar dalam menerapkan keamanan pemberian obat di Rumah Sakit Surya Husada,Yogyakarta

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 149 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

ANALISIS PROGRAM POSYANDU LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURI KABUPATEN MOJOKERTO

Mukhammad Himawan Saputra1), Dwi Helynarti2), Arief Fardiansyah3) Vira Agni Win Hartono4) 1234) Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Masyarakat [email protected] [email protected] [email protected] [email protected]

ABSTRACT As a service at the community level, elderly Posyandu has an important meaning. Similar to the Posyandu toddler, the Posyandu for the elderly is also a basic health activity for the elderly that is organized from, by and for the community assisted by health workers. The purpose of this study is to describe activities in the Posyandu program in the Puri Health center in Mojokerto. The research design was cross-sectional, with descriptive research aimed at describing activities in the elderly posyandu program in the Puri Health Center, Mojokerto. The study was conducted from January to February 2017. Data collection techniques and instruments used sheets observation. The level of one's knowledge influences a lot of individual behavior, where the higher the level of knowledge of an elderly person about the benefits of Posyandu, the higher the level of awareness of the elderly to visit Posyandu, the more positive the elderly opinion about Posyandu is, the greater the level of awareness and participation of the elderly to visit the Posyandu elderly. The attitude of the elderly is a form of the response of the elderly to the use of Posyandu for the elderly which includes several stages, namely, accepting, responding, respecting and being responsible. Personal assessment or good attitude towards officers is the basis for the readiness or willingness of the elderly to participate in Posyandu activities. With such a good attitude, the elderly tend to always be present or take part in activities held at the Posyandu for the elderly. Family support has an important role for the elderly in the use of Posyandu by the elderly. If there is no support from the family, then the intensity of elderly visits to the Posyandu will gradually decrease. Keywords: elderly, posyandu, knowledge, attitude, family support

A. PENDAHULUAN Hasil prediksi menunjukkan bahwa presentase Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus penduduk lanjut usia akan mencapai kehidupan merupakan tahap perkembangan 9,77persen dari total penduduk pada tahun normal yang akan dialami oleh setiap individu 2010 dan menjadi 11,34 persen pada tahun yang mencapai usia lanjut dan merupakan 2020, Usia harapan hidup perempuan yang kenyataan yang tidak dapat dihindari. Usia lebih panjang dibandingkan laki-laki (11,29 lanjut adalah kelompok orang yang sedang juta jiwa berbanding 9,26 juta jiwa). Oleh mengalami suatu proses perubahan yang karena itu, permasalahan lanjut usia secara bertahap dalam jangka waktu beberapa umum di Indonesia, sebenarnya tidak lain decade. (Aritonang, 2018). adalah permasalahan lanjut usia didominasi The United National Populations oleh perempuan. Badan kesehatan dunia Division pada tahun 2002 mempekirakan WHO menyatakan bahwa penduduk lansia di terdapat sekitar 605 juta lansia (>65tahun), Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah dan sekitar 400 juta bertempat tinffal di mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 Negara sedang berkembang. Pada tahun 2025 juta orang, balitanya tinggal 6,9% yang jumlah posisi lanjut usia (lansia) di dunia menyebabkan jumlah penduduk lansia diperkirakan sebesar 1,2 miliar dan sebanyak terbesar di dunia. 840 juta terdapat di negara berkembang. Masalah kesehatan terbanyak yang Diperkirakan mulai tahun 2010 akan dialami lansia di Wilayah Kerja Puskesmas terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut usia. Puri Kabupaten Mojokerto yaitu penyakit PROSIDING SEMINAR NASIONAL 150 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 darah tinggi, penyakit persendian, tulang Untuk mensukseskan program rematik, penyakit pencernaan, gastritis, ulkus, kesehatan lansia maka pemerintah telah diare, DM, penyakit pernafasan, ISPA, asma , menetapkan pelayanan pada lanjut usia TB, Penyakit kulit, infeksi,alergi, ganggian melalui beberapa jenjang. Pelayanan pendengeran dan cepalgia (Puskesmas Puri, kesehatan dan sosial di tingkat masyarakat 2016). adalah posyandu lanjut usia. Jenis kegiatan Sebagai pelayanan di tingkat yang dilakasanakan pada program lanjut usia masyarakat, posyandu lansia memiliki arti di Puskesmas Puri yaitu senam lansia, penting. Sama halnya dengan posyandu balita, posyandu lansia,poli lansia dan prolanis. posyandu lansia juga merupakan suatu Kegiatan senam lansia yang dilakukan di kegiatan kesehatan dasar untuk para lansia posyandu dilaksanakan 1 bulan sekali seperti yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk olahraga/senam minimal 1 minggu sekali, masyarakat yang dibantu oleh petugas pelaksana cek up kesehatan seperti kolesterol, kesehatan. Jadi, Posyandu Lansia merupakan GDA, asam urat, tensi, pengukuran IMT, kegiatan swadaya dari masyarakat dibidang PMT, pengobatan, konseling, penyuluhan kesehatan dengan penanggung jawab kepala kesehatan dan gizi.serta masalah sosial, desa. (Putri, et al. 2018) karya/usaha ekonomi produktif dan Salah satunya adalah Posyandu pendidikan . Tetapi masih banyak lansia yang Lansia yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas tidak datang dan mengikuti kegiatan senam Puri, Kabupaten Mojokerto Posyandu lansia lansia pada saat posyandu lansia (Mawaddah yang berada dibawah naungan Puskesmas et al, 2018) Puri yang terletak di wilayah Kecamatan Puri Tujuan dari penelitian ini adalah Kabupaten Mojokerto ini ada 16 Posyandu untuk menggambarkan kegiatan pada Lansia desa Tambak agung, Posyandu desa program pos pelayanan terpadu (Posyandu) di Kebon agung, , Posyandu desa Medali , wilayah kerja puskesmas Puri Kabupaten Posyandu desa Banjar agung, Posyandu desa Mojokerto tahun 2017 Plososari, Posyandu desa Tampung rejo, Posyandu desa Dungus, Posyandu desa B. METODE PENELITIAN Mlaten, Posyandu desa Balong mojo, Desain penelitian yang dilakukan Posyandu desa Sumo lawang, Posyandu desa adalah desain penelitian cross sectional Puri, Posyandu desa Sumber girang, (potong lintang), dengan jenis penelitian Posyandu desa Tangunan, Posyandu desa deskriptif yang bertujuan untuk Brayung, Posyandu desa Kintelan dan menggambarkan kegiatan pada program Posyandu desa Kenanten. Adapun jumlah Posyandu di wilayah kerja puskesmas Puri lansia di wilayah kerja Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto Penelitian dilaksanakan Kabupaten Mojokerto pada tahun 2016 yaitu pada bulan Januari sampai Februari 2017. sebesar 2830 jiwa, namun Lansia yang Teknik dan instrumen pengumpulan data mendapat pelayanan kesehatan yaitu sebesar menggunakan lembar observasi. Pengolahan 1344 jiwa (47,49%). Sedangkan untuk data yang dilakukan yaitu editing, coding, periode bulan Januari-Juli Tahun 2016 jumlah scoring, memasukkan data, tabulating. lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Puri yaitu sebesar 2562 jiwa, namun bila dilihat jumlah C. HASIL DAN PEMBAHASAN kunjungan lansia secara total setiap bulannya 1. Gambaran Pelaksanaan Program pada kegiatan posyandu lansia hanya sebesar posyandu Lansia di Puskesmas Puri 367 jiwa (3,67%) dari jumlah lansia Menurut Posyandu lanjut usia adalah key person bahwa belum tercapainya program organisasi kemasyarakatan non struktural kesehatan lansia ini disebabkan oleh berbagai yang berdasarkan azas gotong royong factor. Dengan kondisi inilah peneliti tertarik untuk sehat dan sejahtera, yang untuk mengidentifikasi masalah terkait diorganisir oleh seorang koordinator atau dengan pelaksanaan posyandu Lansia di ketua, dibantu oleh sekretaris, bendahara Wilayah Kerja Puskesmas Puri Kabupaten dan beberapa orang kader. Organisasi Mojokerto. posyandu lanjut usia ini tidak saja dapat dibentuk oleh masyarakat setempat, tetapi PROSIDING SEMINAR NASIONAL 151 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 dapat juga dilakukan oleh Kelompok Tabel 1. Cakupan Pelayanan Kesehatan seminat dalam masyarakat misalnya Club Usia Lanjut di Puskesmas Puri tahun Jantung Sehat, Majelis Ta’lim, WULAN 2016 (warga usia lanjut), kelompok gereja,dan Usia (>60 th) lain-lain, Organisasi profesi, Industri Jumlah pemerintah/swasta, dan Lembaga N Nama yang Juml Swadaya Masyarakat. o Desa menda % ah Untuk mewujudkan lansia sehat, pat mandiri, berkualitas dan produktif harus yankes dilakukan pembinaan kesehatan sedini 1 Tangunan 126 46 36,51 mungkin selama siklus kehidupan 2 Medali 195 59 30,26 manusia sampai memasuki fase lanjut 3 Plososari 181 58 32,04 usia dengan memperhatikan faktor-faktor 4 Tambak 198 68 34,34 risiko yang harus dihindari dan faktor- agung faktor protekif yang dapat dilakukan 5 Puri 173 98 56,65 untuk meningkatkan kesehatan lansia ( 6 Kebon 167 62 37,13 agung Pangestu, et al, 2017). 7 Sumber 189 81 42,86 Tujuan umum kebijakan pelayanan girang kesehatan lansia adalah meningkatkan 8 Mlaten 175 142 81,14 derajat kesehatan lansia untuk mencapai 9 Balongmo 164 93 56,71 lansia sehat, mandiri, aktif, produkif dan jo berdaya guna bagi keluarga dan 10 Braying 164 74 45,12 masyarakat. Sementara tujuan khususnya 11 Tampungr 130 64 49,23 adalah meningkatkan cakupan dan ejo kualitas pelayanan kesehatan santun 12 Ketemasd 126 87 69,05 lansia; meningkatkann koordinasi dengan ungus lintas program, lintas sektor, organisasi 13 Kintelan 181 72 39,78 profesi dan pihak terkait lainnya; 14 Sumolawa 237 191 80,59 meningkatnya ketersediaan data dan ng informasi di bidang kesehatan lansia; 15 Kenanten 184 72 39,78 16 banjaragu 240 82 34,17 meningkatnya peran serta dan ng pemberdayaan keluarga, masyarakat dan Puskesmas 2830 1344 47,49 lansia dalam upaya peningkatan Sumber Data: Puskesmas Puri 2016. kesehatan lansia; meningkatnya peran serta lansia dalam upaya peningkatan Berdasarkan data di atas didapatkan kesehatan keluarga dan masyarakat. bahwa secara keseluruhan pelayanan kesehatan pada lansia belum separuh dirasakan oleh para lansia di wilayah puskesmas Puri. Dari hasil penelitian didapatkan juga bahwa sepuluh penyakit yang paling banyak dialami oleh lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Puri Kabupaten Mojokerto adalah darah tinggi, persendian tulang(rematik), pencernaan (gastritis, ulkus dan diare), DM, Pernafasan (ISPA, asma, TB), cepalgia, Penyakit kulit (infeksi, alergi), gangguan pendengaran. Kesehatan gig / mulut dan mata / conkuntivitas/ katarak.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 152 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

2. Masalah dalam Pelaksanaan Program 2) Sikap lansia terkait pelaksanaan posyandu Lansia di Puskesmas Puri posyandu lansia. Adapun masalah yang diidentifikasi Sikap lansia ialah bentuk rendahnya kunjungan lansia ke posyandu respon lansia terhadap pemanfaatan lansia, antara lain : posyandu lansia yang meliputi 1) Tingkat pengetahuan lansia yang beberapa tahapan yaitu, menerima, rendah merespon, menghargai dan Kunjungan lansia yang masih rendah, bertanggungjawab. Penilaian pribadi mengakibatkan belum optimalnya atau sikap yang baik terhadap petugas posyandu lansia yang dijalankan. merupakan dasar atas kesiapan atau Pengetahuan lansia yang kesediaan lansia untuk mengikuti kurang tentang posyandu lansia kegiatan posyandu. Dengan sikap mengakibatkan kurangnya yang baik tersebut, lansia cenderung pemahaman lansia dalam untuk selalu hadir atau mengikuti pemanfaatan posyandu lansia. kegiatan yang diadakan di posyandu Keterbatasan pengetahuan ini akan lansia. Hal ini dapat dipahami karena mengakibatkan dampak yang kurang sikap seseorang adalah suatu cermin baik dalam pemeliharaan kesiapan untuk bereaksi terhadap kesehatannya. Pengetahuan lansia suatu obyek. Kesiapan merupakan akan manfaat posyandu ini dapat kecenderungan potensial untuk diperoleh dari pengalaman pribadi bereaksi dengan cara-cara tertentu dalam kehidupan sehari-harinya. apabila individu dihadapkan pada Dengan menghadiri kegiatan stimulus yang menghendaki adanya posyandu, lansia akan mendapatkan suatu respons (Putri et al, 2018) penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala 3) Dukungan keluarga untuk mengikuti keterbatasan atau masalah kesehatan posyandu lansia yang melekat pada mereka. Dengan Dukungan keluarga merupakan pengalaman ini, pengetahuan lansia suatu keadaan yang bermanfaat bagi akan menjadi lebih meningkat, yaitu individu, yang diperoleh dari anggota menjadi meningkat, yang menjadi keluarga sehingga anggota keluara dasar penbentukan sikap dan dapat yang sakit atau yang membutuhkan mendorong minat para lansia untuk dukungan, motivasi merasa selalu datang mengikuti kegiatan diperhatikan, dihargai dan dicintai posyandu lansia setiap bulannya. oleh orang terdekat. Dukungan (Mawaddah et al, 2018) keluarga berperan meningkatkan Tingkat pengetahuan seseorang kesehatan tubuh dan menciptakan banyak mempengaruhi perilaku efek yang positif. Dukungan keluarga individu, dimana semakin tinggi diartikan sebagai bantuan saat tingkat pengetahuan seseorang lansia menghadapi keadaaan yang kurang tentang manfaat posyandu maka menyenangkan dalam hidup semakin tinggi pula tingkat kesadaran (Pangestu et al, 2017) lansia untuk berkunjung ke posyandu, Dukungan keluarga memiliki semakin positif pendapat lansia peran penting terhadap lansia dalam tentang posyandu lansia maka pemanfaatan posyandu oleh lansia. semakin besar tingkat kesadaran dan Kalau tidak ada dukungan dari partisipasi lansia untuk berkunjung ke keluarga maka secara tidak langsuang posyandu lansia (Pangestu, et al. intensitas kunjungan lansia ke 2017) posyandu akan semakin berkurang. Tidak adanya dukungan dari keluarga maka para lansia akan tidak jadi datang ke posyandu apalagi bagi lansia yang tidak mapu lagi berjalan PROSIDING SEMINAR NASIONAL 153 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

sendiri untuk datang ke posyandu. Puskesmas Bandarharjo Dan Krobokan Begitupun sebaliknya dengan adanya Kota Semarang. Jurnal Kesehatan dukungan dari keluarga maka secara Masyarakat (e-Journal), 6(5), 1-12. tidak langsung keluarga tersebut 3. Mawaddah, N., SyurandharI, D. H., & memiliki peran penting untuk Basahi, H. 2018. Optimalisasi Posyandu meningkatkan intensitas kunjungan Lansia Sebagai Upaya Peningkatan lansia ke posyandu. Partisipasi Dan Kualitas Hidup Lansia. Medica Majapahit, 10(2), 100-110. D. KESIMPULAN 4. Nuraeni, A., Handayani, P. A., & Riani, Hasil penelitian, terkait pelaksanaan S. 2017. Pelatihan Kader Posyandu posyandu lansia di Puskesmas Puri pada Lansia Menggunakan Teknik Peer Group tahun 2017, dapat disimpulkan beberapa hal Discussion Dalam Pemberian Dukungan berikut : Keluarga Lansia Dm. In Prosiding 1. Lansia yang mendapatkan akses pelayanan Seminar Nasional & Internasional (Vol. kesehatan kurang dari 50%. 1, No. 1). 2. Beberapa hal yang mendasari rendahnya 5. Pangestu, I. A., Muhlisin, H. A., & kunjungan lansia ke Posyandu lansi adalah SKM, M. K. 2017. Hubungan rendahnya pengetahuan, sikap dan Pengetahuan Keluarga Tentang Diet dukungan dari keluarga. Hipertensi Dan Kecemasan Lansia Dengan Terkontrolnya Tekanan Darah E. REFERENSI Di Posyandu Lansia Sejahtera Tipes 1. Aritonang, J. M. P., Soewadi, S., & Surakarta (Doctoral dissertation, Wirasto, R. T. 2018. KORELASI Universitas Muhammadiyah Surakarta). Tingkat Kebermaknaan Hidup Dengan 6. Putri, E. D. D. P. S., Muhlisin, H. A., & Depresi Pada Lansia Di Posyandu Lansia SKM, M. K. 2018. Hubungan Antara Padukuhan Soro Padan, Sleman, Dukungan Keluarga Dengan Sikap Yogyakarta. Berkala Ilmiah Kedokteran Lansia Dalam Mengikuti Posyandu Duta Wacana, 3(1), 25. Lansia Di Desa Gajahan Colomadu 2. Kurniasari, A., Suryoputro, A., Arso, S. (Doctoral dissertation, Universitas P., & Sriatmi, A. 2018. Analisis Muhammadiyah Surakarta. Pelaksanaan Posyandu Lanjut Usia Di

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 154 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

PENGARUH LEMAHNYA PENGAWASAN (LACK OF CONTROL) DAN KOMPLEKSITAS TUGAS TERHADAP KETIDAKPATUHAN TENAGA PERAWAT TERHADAP PEMAKAIAN APD DI RSI SURABAYA

Mujiadi1), Mukhammad Himawan Saputra 2), Arief Fardiansyah3) Ika Suhartanti4) 14)Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Masyarakat 23)Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Masyarakat [email protected] [email protected] [email protected] [email protected]

Abstract The purpose of this study was to analyze the factors that influence the noncompliance of nurses on the use of personal protective equipment. The method in this study is analytic with a cross- sectional approach, with a population of 90 and a sample of 83 respondents. Techniques in collecting data by interview using questionnaires and observations. The researcher conducted univariate analysis with frequency distribution and bivariate analysis with logistic regression tests to determine the magnitude of the effect of lack of control and the complexity of the task on noncompliance with nursing staff. The results of logistic regression analysis showed that there was a significant effect of the complexity of the task (p = 0.006) on noncompliance with nursing staff in the use of personal protective equipment (PPE). Nursing staff with higher task complexity have a risk of 9.905 times greater in noncompliance with the use of PPE compared to nursing staff with lower task complexity. The results of interviews with nursing managers about the weakness of supervision (lack of control) so that there is a small number of nursing staff who have not received socialization work program Health and safety work in Hospital so that the nursing staff does not comply with the use of PPE. Keywords: lack of control, task complexity, non-compliance of nursing staff, PPE

A. PENDAHULUAN disamping keselamatan kerja (Ibrahim et al, Pemerintah Indonesia mewajibkan semua 2017) rumah sakit harus menerapkan upaya Salah satu tenaga para medis di rumah Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah sakit adalah Perawat yang mempunyai peran Sakit dengan tujuan untuk melindungi dalam memberikan asuhan keperawatan untuk keselamatan pasien, pengunjung dan seluruh kesembuhan pasien8. tenaga kerja di rumah sakit. Tenaga keperawatan mempunyai beban Kesehatan dan Keselamatan Kerja di kerja yang tinggi dalam menjalankan Rumah Sakit berperan untuk melindungi tugasnya di rumah sakit. Selain menjalankan tenaga kerja, pasien serta pengunjung dari tugas mandiri keperawatan, tugas administrasi kemungkinan dampak negatif yang diakibatkan juga menjalankan tugas delegasi dari dokter. oleh proses asuhan pelayanan kesehatan, serta Tuntutan kerja yang tinggi tersebut dapat meminimalisir pengaruh keberadaan sarana, mempengaruhi kompleksitas tugas perawat. prasarana yang tidak standar, obat-obatan dan Banyak faktor yang dapat mempengaruhi logistik lainnya yang ada di lingkungan tuntutan kerja perawat diantaranya kondisi Rumah Sakit supaya tidak menimbulkan pasien yang selalu berubah, jumlah rata-rata kecelakaan kerja maupun penyakit akibat jam perawatan langsung kepada pasien kerja (Yunita et al, 2016) melebihi dari kemampuan perawat, Rumah Sakit mempunyai kewajiban dokumentasi asuhan keperawatan. (Putri et al, untuk menyehatkan seluruh tenaga kerjanya, 2018) melalui program kesehatan dan keselamatan Data yang dihimpun oleh Tim Pencegahan kerja. Salah satunya adalah melalui upaya dan Pengendalian Infeksi di rumah sakit islam kesehatan kerja dengan pemeriksaan Surabaya menemukan empat kasus Needle kesehatan tenaga kerjanya secara berkala, PROSIDING SEMINAR NASIONAL 155 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Stick Injury (NSI) pada perawat yang terjadi terhadap pemakain alat pelindung diri (APD). di unit rawat inap. Penelitian ini menggunakan analisis Kasus kecelakaan kerja berupa needle stick bivariat analisis frekuensi, distribusi, injury tersebut dapat dianalisis dengan analisis cross-tab dan multivariat dengan menggunakan teory Domino. Teori domino uji regresi logistic. Tujuannya adalah untuk menyebutkan bahwa faktor utama penyebab mengetahui pengaruh lemahnya pengawasan kecelakaan kerja adalah 80% di sebabkan (lack of control) manajemen keperawatan dan oleh kondisi tidak aman (unsafe condition) kompleksitas tugas tenaga perawat terhadap dan sisanya tindakan tidak aman pekerja ketidakpatuhan tenaga keperawatan pada (unsafe action) pemakain alat pelindung diri (APD). Faktor penyebab dasar dari kecelakaan kerja meliputi dua faktor, yaitu faktor internal C. HASIL DAN PEMBAHASAN perawat dan faktor tugas yang dibebankan Gambaran ketidak patuhan tenaga pada perawat. Faktor penyebab lainnya adalah keperawatan dalam pemakaian APD. faktor lemahnya kontrol dari manajemen yang Tabel 1. Kepatuhan responden berdasarkan dapat menimbulkan kecelakaan kerja. Salah hasil kuesioner dan observasi satu bentuk komitmen manajemen dalam Hasil Hasil Kepatuhan No Kuesioner Observasi program keselamatan dan kesehatan kerja APD adalah mencegah semua potensi bahaya di F % F % tempat kerja. Tindakan pencegahanya adalah 1 Patuh 63 75,9 65 78,3 tidak dengan hukuman atau intimidasi tetapi dengan mengubah perilaku tenaga kerja dari 2 Tidak 20 24,1 18 21,7 berisiko menjadi perilaku aman (Kasim et al, Patuh jumlah 83 100 83 100 2017). Dalam penelitian ini faktor penyebab P value = 0,727 langsungnya adalah tindakan yang dikaitkan dengan kemungkinan tindakan tidak aman. Tabel diatas menjelaskan bahwa responden Tindakan tidak aman yang dimaksut berupa yang patuh pada pemakaian APD menurut ketidakpatuhan perawat terhadap pemakaian hasil kuesioner dan observasi hampir sama. APD saat memberikan asuhan keperawatan Berdasarkan hasil uji Mc Nemar bahwa nilai pasien. P value (0,727) yang menandakan tidak ada Bahwa tindakan tidak aman merupakan perbedaan antara ketidakpatuhan pemakaian tindakan berbahaya yang dilakukan oleh APD pada hasil kuisioner dan hasil observasi. tenaga kerja yang dapat menyebabkan Disimpullkan bahwa hasil pengukuran terjadinya kecelakaan kerja, yang dapat kuisioner juga menjelaskan hasil observasi. menyebabkan kerugian bagi tenaga kerja Hasil penelitian didapatkan bahwa maupun orang lain, kerugian material bagi sebagian besar responden patuh terhadap perusahaan. pemakaian APD. Kondisi tersebut tidak lepas dari peran manajemen dalam hal ini kepala B. METODE PENELITIAN ruangan yang selalu memberikan pengarahan Penelitian ini menggunakan populasi tentang manfaat dan pentingnya memakai tenaga keperawatan di unit rawat inap RS APD ketika memberikan asuhan pada pasien. Islam Surabaya sebanyak 90 perawat dengan Sehingga mereka mengetahui manfaat dan sampel sebanyak 83 perawat. Sampel dalam risiko bila memberikan asuhan tidak memakai penelitian ini diambil secara proporsional, APD. Kepala ruangan selalu memimpin untuk dimana jumlah sampel disesuaikan dengan serah terima tugas ke shift berikutnya. Iklim proporsi masing-masing unit rawat inap kerja tersebut menandakan bahwa budaya sesuai dengan perhitungan. Penelitian ini kerja di lingkungan perawatan sangat menggunakan variabel independen lemahnya harmonis antara kepala ruangan dan anggota. pengawasan (lack of control) dari manajemen Kepala ruangan selalu berpesan agar selalu dan kompleksitas tugas, sedangkan variabel memakai APD sesuai kebutuhan agar terjaga dependennya adalah tindakan tidak aman yaitu ketidakpatuhan tenaga keperawatan PROSIDING SEMINAR NASIONAL 156 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 keselamatan diri sendiri dan pasien. (Putri, et dengan 0,041. Hasil uji tersebut dapat al, 2018) disimpulkan bahwa ada hubungan antara tenaga keperawatan yang memiliki tugas yang Pengaruh kompleksitas tugas terhadap cukup kompleks dan yang kompleks terhadap ketidakpatuhan tenaga keperawatan pada tingkat kepatuhan dalam memakai APD. pemakaian APD diruang rawat inap RSI Disimpulkan bahwa hasil penelitian Surabaya. tersebut terdapat hubungan antara tingkat Tabel 2. Hubungan Kompleksitas Tugas kompleksitas pada kategori cukup kompleks dengan Kepatuhan Penggunaan APD. dengan hasil lebih banyak yang patuh dan Kompleksitas Patuh Tidak Patuh Jumlah sebaliknya pada tingkat kompleks dengan Tugas F % F % F % hasil seimbang antara yang patuh dan tidak Cukup 58 79,5 15 20,5 73 88,0 patuh terhadap pemakaian APD. Kompleks Kompleks 5 50,0 5 50,0 10 12,0 Banyak faktor yang mempengaruhi Jumlah 63 75,9 20 24,1 83 100 ketidakpatuhan tenaga perawat terhadap P value = 0,052 pemakaian APD. Salah satu faktornya adalah Odds Ratio = 3,867 adalah faktor kedewasaan. Kondisi ini sesuai Karakteristik dari faktor pekerjaan dengan pernyataan bahwa semakin dewasa dalam penelitian ini adalah kompleksitas seseoang akan semakin bijak dalam cara tugas pada tenaga keperawatan. berfikir dan berperilaku dalam kehidupan Hasil wawancara dengan tenaga sehari-hari (Arifianto, et al.,2017) keperawatan yang menjadi responden Disimpulkan bahwa kompleksitas tugas mengatakan bahwa tugas yang dikerjakan tersebut dapat mempengaruhi perilaku tenaga sangat banyak macamnya. Seorang perawat keperawatan yaitu ketidakpatuhan terhadap selain harus menguasai tindakan mandiri pemakaian APD. keperawatan, mereka juga harus menguasai tindakan medis sebagai tugas penerima Pengaruh Pelaksanaan Pengawasan dari pendelegasian karena sebagai mitra dari Manajemen (lack of control) Terhadap tenaga medis. Selain itu mereka juga harus Ketidakpatuhan Tenaga Keperawatan terampil dan menguasai administrasi rumah dalam Pemakaian APD sakit. Tugas pendelegasian tersebut Pelaksanaan manajemen pengawasan merupakan tindakan secara legal yang dalam penelitian ini adalah peran manajemen dilimpahkan pada tenaga keperawatan. rumah sakit dalam pengawasan pelaksanaan Tugas pokok tenaga keperawatan program K3RS pada tenaga keperawatan tersebut sesuai dengan pendapat bahwa tugas tentang kepatuhan dalam pemakaian APD. pokok perawat adalah memberikan asuhan Peneliti akan menjelaskan secara keperawatan kepada pasien mulai dari pasien deskriptif antara pengaruh pelaksanaan masuk sampai kondisi pasien boleh pulang pengawasan program K3RS terhadap atau rawat di rumah (Kasim et. al, 2017) ketidakpatuhan tenaga keperawatan dalam Hasil penelitian ni menunjukkan bahwa pemakaian APD. dari 83 responden yang menyatakan bahwa Menurut hasil wawancara dengan tugas yang dilakukan dalam kategori cukup manajer keperawatan didapatkan bahwa kompleks adalah 73 (88,0%) dan sebagian belum maksimalnya fungsi pengawasan dari besar 58 (79,5%) responden patuh terhadap manajer keperawatan terkait pelaksanaan pemakaian APD. Sedangkan responden program K3RS di ruang rawat inap. dengan kategori kompleks sebanyak 10 Lemahnya pengawasan dari (12%), dimana sebanyak 5 (50,0%) tidak managemen terkait pelaksanaan program patuh dan setengahnya 5 (50,0%) patuh K3RS menyebabkan minimnya pengetahuan terhadap pemakaian APD. Semakin rendah tenaga keperawatan tentang keselamatan kompleksitas tugas yang diterima oleh tenaga kerja. tenaga keperawatan tersebut berisiko keperawatan, maka mereka cenderung patuh melakukan tindakan tidak aman yang terhadap pemakaian APD. menyebabkan mereka tidak patuh terhadap Hasil uji chi square menunjukkan nilai pemakaian APD di ruang rawat inap RSI χ2 hitung sebesar 4.171 dengan p value sama Surabaya. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 157 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Situasi kerja yang dialami manajer Fungsi pengawasan merupakan salah satu keperawatan di rumah sakit islam tersebut tugas yang wajib dilaksanakan oleh semua sesuai dengan pendapat para ahli bahwa tingkatan manajerial sehingga secara lemahnya pengendalian akan menyebabkan langsung dapat mengendalikan secara teknis menurunnya kedisiplinan dan menurunnya yang dilakukan oleh petugas operasional kinerja yang akan berakibat juga pada Secara teknis tugas dari manajerial menurunnya mutu asuhan pelayanan. tidak hanya sekedar menjalankan tugas yang Menurut hasil observasi bahwa dibebankannya akan tetapi harus mengetahui ketidakpatuhan tenaga keperawatan terhadap setiap karakteristik dari pekerjaan serta pemakaian APD di ruang rawat inap RSI pekerjanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Surabaya sebanyak 65 (78,3%) patuh bahwa tugas manajer harus mengenali setiap terhadap APD dan 18 (21,7%) tidak patuh. permasalahan yang dialami pekerjanya. Hasil observasi tersebut disimpulkan Seorang manajer juga harus berupaya bahwa ada sebagian kecil tenaga keperawatan menyelesaikan masalah dan mendiskusikan diruang rawat inap RSI Surabaya yang tidak dengan pekerja ketika ditemukan adanya patuh dalam pemakaian APD ketika perilaku pekerja yang buruk atau kinerjanya memberikan asuhan keperawatan pada pasien. menurun (Yunita, et al. 2016) Manajer keperawatan mengatakan Salah satu permasalahan terbatasnya bahwa pelaksanaan sosialisasi program K3 di tenaga di komite K3 yang di hadapi oleh RS Rumah Sakit Islam Surabaya belum maksimal Islam tersebut dapat dibuatkan perencanaan ke seluruh tenaga keperawatan. Penyebabnya dengan merekrut tenaga baru yang ahli di karena terbatasnya tenaga dari komite K3 K3RS atau dengan menghadirkan ahli K3 RS RSI Surabaya serta padatnya jadwal kegiatan sebagai pembicara dalam acara sosialisasi dan yang berkaitan dengan acara akreditasi rumah seminar tentang K3 RS. sakit. Akibat dari kendala tersebut D. KESIMPULAN menyebabkan ada sebagian kecil tenaga Hasil penelitian dapat disimpulkan keperawatan yang belum mandapatkan giliran beberapa hal berikut : sosialisasi program kerja K3RS terkait 1. Tidak ada perbedaan antara kepatuhan tindakan tidak aman tentang pemakaian APD pengunaan APD antara hasil kuesioner (Kasim et al, 2017) dengan hasil observasi. Hasil wawancara dengan responden 2. Terdapat hubungan antara kompleksitas yang masuk dalam kategori tidak patuh tugas dengan kepatuhan perawat terhadap pemakaian APD, bahwa sebagian menggunakan APD besar responden tersebut belum memahami 3. Terdapat hubungan antara pengawasan dengan benar apa yang dimaksut dari dengan kepatuhan perawat menggunakan tindakan tidak aman. Kondisi tersebut APD. merupakan salah satu faktor penyebab sehingga mereka tidak patuh terhadap E. REFERENSI pemakaian APD ketika memberikan asuhan 1. Arifianto, A., Arifin, M. T., & keperawatan. Widyastuti, R. H. (2017). Kepatuhan Ruang rawat inap merupakan salah satu Perawat dalam Menerapkan Sasaran tempat kerja yang beresiko di rumah sakit. Keselamatan Pasien pada Pengurangan Oleh karena itu tenaga keperawatan di ruang Resiko Infeksi dengan Penggunaan Alat rawat inap berisiko tertular penyakit dari Pelindung Diri di Rumah (Doctoral pasien. Sehingga diperlukan kerja sama dissertation, Diponegoro University) antara komite K3 dengan manajemen RS 2. Ibrahim, H., Damayati, D. S., Amansyah, dengan menjadwalkan pelaksanaan sosialisasi M., & Sunandar, S. 2017. “Gambaran program K3 RS ke seluruh tenaga Penerapan Standar Manajemen keperawatan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Kerja sama yang baik tersebut sesuai Sakit di Rumah Sakit Umum Daerah Haji dengan pendapat bahwa tindakan pengawasan Makassar”. Al-Sihah: The Public Health bertujuan untuk memastikan bahwa kegiatan Science Journal, 9(2). yang dilakukan berjalan sesuai rencana. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 158 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

3. Kasim, Y., Mulyadi, N., & Kallo, V. 2017. “Hubungan Motivasi & Supervisi Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Penanganan Pasien Gangguan Muskuloskeletal Di IGD RSUP Prof Dr. RD Kandou Manado”. JURNAL KEPERAWATAN, 5(1). 4. . Putri, S. A., Widjanarko, B., & Shaluhiyah, Z. 2018. “Faktor-Fakto yang Berhubungan Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di Rsup Dr. Kariadi Semarang (Studi Kasus di Instalasi Rawat Inap Merak)”. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 6(1), 800-808. 4. Yunita, A. R., Sriatmi, A., & Fatmasari, E. Y. 2016. “Analisis Faktor - Faktor Kebijakan Dalam Implementasi Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) Di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang”. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 4 (2), 1-9

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 159 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

PENGARUH STRES KERJA TERHADAP KETIDAKPATUHAN TENAGA PERAWAT TERHADAP STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) DI RSI SURABAYA

Mujiadi1), Arief Fardiansyah 2), Mukhammad Himawan Saputra3) Ika Suhartanti4) 14)Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit 23)Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit [email protected] [email protected] [email protected] [email protected]

Abstract Nurses who work in hospitals have a higher risk of harm than all workers in all categories. This is because nurses for 24 hours care for patients. In 2016 there were 4 people who took unsafe actions in the inpatient room of the Surabaya Islamic Hospital. The unsafe action is the disobedience of nurses to the SOP. The possibility of non-compliance is due to work stress factors experienced by nurses. The aim to be achieved in this study is to analyze the factors that influence the occurrence of noncompliance of nurses to the SOP. This study uses analytical research methods with a cross-sectional approach. Total population 90 and samples were taken 83 respondents with data collection techniques in the form of interviews using questionnaires and observations. To find out the magnitude of the influence of each factor on noncompliance with nurses, univariate analysis with frequency distribution and bivariate analysis using logistic regression tests were conducted. The results of logistic regression analysis showed that there was a significant effect of work stress factors (p = 0,000) on non-compliance with standard operating procedures (SOP). Nursing staff with higher stress levels have a risk of 9,821 times greater non-compliance with SOP than nursing staff with lower stress levels.

Keywords: Stress, task complexity, non-compliance of nursing staff,

A. PENDAHULUAN kondusif sehingga mendorong terjadinya Kesehatan dan Keselamatan Kerja di kecelakaan kerja (Kaloa, et al, 2014) Rumah Sakit. Semua program kesehatan dan Dalam penelitian ini adalah faktor keselamatan kerja selalu disarankan agar penyebab langsung yang dikaitkan dengan berperilaku aman, namun implementasinya kemungkinan tindakan tidak aman dan tidak optimal. Banyak penyebabnya, kondisi tidak aman. Tindakan yang tidak kemungkinan faktor sumber daya manusia aman dapat berupa ketidakpatuhan perawat yang menjadi pencetusnya dan tidak ada terhadap SOP saat memberikan asuhan penyebab khusus. kepada pasien. Bahwa tindakan yang tidak Menurut data Komite Pencegahan dan aman adalah tindakan berbahaya yang Pengendalian Infeksi di rumah sakit islam dilakukan oleh pekerja yang dapat Surabaya pada tahun 2016, kecelakaan kerja menyebabkan terjadinya kecelakaan baik yang dilaporkan adalah tentang Needle Stick dapat menyebabkan kerugian baik bagi Injury (NSI) pada perawat. Jumlah NSI pada pekerja maupun orang lain. perawat adalah empat kasus dan semuanya terjadi di unit rawat inap. (Pagala et al, 2017) B. METODE PENELITIAN Kecelakaan kerja pada perawat di Penelitian ini menggunakan populasi Rumah Sakit Islam Surabaya dapat dianalisis tenaga keperawatan di unit rawat inap RS dengan menggunakan beberapa faktor. Islam Surabaya sebanyak 90 perawat dengan Faktor penyebab dasar terdiri dari dua faktor, sampel sebanyak 83 perawat. Sampel dalam yaitu faktor internal perawat dan faktor tugas. penelitian ini diambil secara proporsional, Faktor internal perawat mungkin disebabkan dimana jumlah sampel disesuaikan dengan oleh stres kerja. Faktor penyebab lainnya proporsi masing-masing unit rawat inap adalah faktor dari manajemen yang tidak sesuai dengan perhitungan. Penelitian ini PROSIDING SEMINAR NASIONAL 160 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 menggunakan variabel independen lemahnya signifikan antara usia perawat dan pengawasan (lack of control) dari manajemen ketidakpatuhan perawat (p-value 0.480 lebih dan kompleksitas tugas, sedangkan variabel besar dari 0,05). dependennya adalah tindakan tidak aman Pengalaman mereka membuat mereka yaitu ketidakpatuhan tenaga keperawatan lebih patuh dengan peraturan. Semakin tua terhadap pemakain alat pelindung diri (APD). usia yang dimiliki perawat, tingkat Penelitian ini menggunakan analisis kedewasaan dan kekuatan mereka juga akan bivariat analisis frekuensi, distribusi, lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Ini analisis cross-tab dan multivariat dengan sebagai hasil dari pengalaman dan uji regresi logistic. Tujuannya adalah untuk kematangan jiwa mereka. Orang yang lebih mengetahui pengaruh lemahnya pengawasan dewasa, cara berpikir mereka telah menjadi (lack of control) manajemen keperawatan dan lebih matang dan lebih teratur dalam kompleksitas tugas tenaga perawat terhadap melakukan tindakan (Oktaviani, et al. 2015). ketidakpatuhan tenaga keperawatan pada Oleh karena itu, faktor usia dapat pemakain alat pelindung diri (APD). mempengaruhi ketidakpatuhan perawat terhadap SOP. Semakin tua usia perawat, C. HASIL DAN PEMBAHASAN mereka cenderung lebih patuh terhadap 1. Pengaruh karakteristik individu (jenis peraturan, namun penelitian ini menunjukkan kelamin, usia, masa kerja) terhadap bahwa faktor usia tersebut tidak secara ketidakpatuhan perawat di rawat inap langsung mempengaruhi ketidakpatuhan RS Islam Surabaya perawat. Secara proporsional bahwa tenaga Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa perawat berjenis kelamin wanita yang lebih sebagian besar responden dengan waktu kerja patuh daripada pria. Analisis korelasi lebih dari 10 tahun taat pada peraturan. menunjukkan tidak ada hubungan yang Sedangkan responden yang bekerja selama 1- signifikan antara jenis kelamin dan 5 tahun hampir 50% tidak mematuhi ketidakpatuhan perawat karena nilai p 0,552 peraturan. Jelas bahwa dalam hitungan lebih besar dari 0,05. Hasil ini disebabkan proporsi, responden yang bekerja lebih dari karena karakter perawat wanita yang lebih 10 tahun jauh lebih taat daripada mereka yang teliti dibanding perawat laki-laki. Temuan ini bekerja kurang dari 10 tahun. Oleh karena itu, sesuai dengan pendapat bahwa secara umum, disimpulkan bahwa semakin lama seseorang kemampuan fisik wanita adalah 2/3 dari laki- bekerja semakin taat terhadap peraturan. laki, tapi mereka lebih teliti daripada pria Temuan ini sesuai dengan pendapat bahwa pada aspek-aspek tertentu. pengalaman dalam kesadaran terhadap Oleh karena itu, faktor jenis kelamin kecelakaan kerja akan tumbuh lebih baik memang dapat mempengaruhi ketidakpatuhan sesuai dengan peningkatan pengalaman dan perawat terhadap standar operasional lama kerja (Fauzia, 2014). Analisis korelasi prosedur. Perawat perempuan lebih patuh menunjukkan tidak ada hubungan yang terhadap SOP dari pada laki-laki, namun signifikan antara lama kerja dan dalam penelitian ini, faktor jenis kelamin ketidakpatuhan perawat karena nilai p 0.505 tidak secara langsung mempengaruhi lebih besar dari 0,05. Oleh karena itu, lama ketidakpatuhan perawat. kerja dapat mempengaruhi ketidakpatuhan Mayoritas responden pada usia lebih perawat terhadap standar operasional dari 40 tahun patuh terhadap SOP dan prosedur. responden yang berada di kelompok usia 20- 2. Pengaruh Stress Kerja terhadap 25 tahun hanya 54,5% yang patuh terhadap ketidakpatuhan Perawat pada SOP peraturan tersebut, yang berarti hampir diRawat Inap Rumah Sakit Islam setengahnya masih menunjukkan Surabaya. ketidakpatuhan terhadap SOP. Temuan ini Hasil penelitian tersebut menjelaskan menunjukkan bahwa semakin tua usia bahwa responden dengan tingkat stres lebih seseorang tersebut mereka cenderung lebih rendah kebanyakan taat sehingga tidak taat terhadap peraturan. Analisis korelasi melakukan tindakan yang tidak aman menunjukkan tidak ada hubungan yang PROSIDING SEMINAR NASIONAL 161 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 sementara hampir semua responden dengan Pekerja yang mengalami stres kerja tingkat stres sedang tidak taat dalam tugasnya. akan mengalami perubahan perilaku yang Hasil uji chi-square χ2 hitung adalah tidak aman dan berisiko mengalami 17,099 dengan nilai p sama dengan 0,000 kecelakaan kerja. sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada tingkat D. KESIMPULAN kepatuhan antara perawat dengan tingkat stres Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa rendah dan tingkat stres perawat dengan Stress kerja mempengaruhi ketidakpatuhan tingkat sedang. staf perawat. Tidak ada pengaruh dari Sedangkan hasil uji parsial yang karakteristik individu (jenis kelamin, usia, diperoleh dengan menggunakan regresi masa kerja) terhadap ketidakpatuhan tenaga logistik adalah OR sebesar 8.001 (p-value = perawat. 0,001) jelas bahwa perawat dengan tingkat stres yang lebih tinggi memiliki risiko 8,001 E. REFERENSI kali lebih besar untuk melakukan tindakan 1. Ahsan, A., Dima, N., & Prasiska, N. L. P. yang tidak aman dibandingkan dengan A. 2018. Hubungan Motivasi Perawat perawat dengan tingkat stres lebih rendah. Dengan Kepatuhan Pelaksanaan Standar Hasil ini menjelaskan bahwa tingkat stres Prosedur Operasional Pencegahan Risiko sangat mempengaruhi kepatuhan tenaga Jatuh Di Ruang Rawat Inap. Jurnal perawat. Kesehatan Mesencephalon, 4(2). Disimpulkan bahwa semakin rendah 2. Fauzia, N., Ansyori, A., & Hariyanto, T. tingkat stres kerja, mereka cenderung lebih 2014. Kepatuhan Standar Prosedur patuh dalam menjalankan tugas. Meski tugas Operasional Hand Hygiene pada Perawat perawat di unit rawat inap cukup rumit, di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit. namun tidak ada perawat yang mengalami Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28(1), 95- stres kerja tingkat tinggi. Ada beberapa faktor 98. yang dapat menyebabkan stres kerja 3. Kaloa, T. Y., Kumaat, L. T., & Mulyadi, responden tetap terjaga pada tingkat rendah, N. 2017. Hubungan Karakteristik Perawat seperti coping serta pengalaman kerja yang Dengan Kepatuhan Terhadap Standar dimiliki responden. Operasional Prosedur Pemasangan Infus Rekomendasi tentang bagaimana Di Instalasi Gawat Darurat Rsup Prof. dr. mengurangi stres kerja termasuk menciptakan rd kandou Manado. JURNAL lingkungan kerja yang nyaman dan KEPERAWATAN, 5(1). lingkungan sosial yang sehat untuk menjaga 4. Oktaviani, H., Sulisetyawati, D., & hubungan yang harmonis antara pekerja dan Fitriana, N. R. 2015. Hubungan antara pekerja dengan pengusaha. (Putri et al, Pengetahuan dengan Kepatuhan Perawat 2018) dalam Pelaksanaan Standar Prosedur Strategi coping yang dilakukan oleh Operasional Pencegahan Risiko Jatuh petugas keperawatan di unit rawat inap adalah Pasien di Rumah Sakit Panti Waluyo bentuk penanganan yang lebih diarahkan pada Surakarta. STIKES Kususma Husada. upaya mengurangi tuntutan situasi stres. 5. Pagala, I., Shaluhiyah, Z., & Widjasena, Penanganan yang dilakukan oleh staf perawat B. 2017. Perilaku Kepatuhan Perawat di unit rawat inap adalah tipe masalah yang Melaksanakan SOP Terhadap Kejadian terfokus pada penanganan masalah3. Keselamatan Pasien di Rumah Sakit X Ada beberapa faktor yang dapat Kendari. The Indonesian Journal of menyebabkan tingkat stres kerja tingkat Health Promotion (Jurnal Promosi sedang pada responden, disamping Kesehatan Indonesia), 12(1), 138-149. kompleksitas tugas yang ada, ada juga strategi 6. Putri, A. M. (2018). Gambaran Figur coping yang kurang memadai dan kurangnya Otoritas Terhadap Kepatuhan Perawat pengalaman kerja yang dimiliki responden. Dalam Implementasi Standar Prosedur Mekanisme penanggulangannya yaitu dapat Operasional Kebersihan Tangan. Jurnal mencegah terjadinya stres kerja pada pekerja Administrasi Kesehatan Indonesia (Ahsan et al, 2018) Volume, 6(2). PROSIDING SEMINAR NASIONAL 162 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

PERAWATAN LUKA VULNUS LACERATUM DI INSTALASI DI RUANG (IGD) INSTALASI GAWAT DARURAT PUSKESMAS BANGSAL MOJOKERTO

Siti Rachma1), Dwiharini Puspitaningsih2), Jeki Tasidjawa3) 123)Prodi D3 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit [email protected] [email protected] [email protected]

ABSTRACT Problems that are often experienced by humans in the skin area, one of which is the vulnus laceratum. And from the data that was obtained July 3,2018 in the Puskesmas Bangsal in 1 month there were approximately 30 cases of patients with vulnus, the average case of patients with vulnus within 1 week per day there were 7 patients with vulnus. From the results of nursing studies, 2 priority diagnoses were determined, namely damage to skin integrity and risk of infection. In participant 1,63 years old said pain in the area of the wound on the right leg. In participant 2 a 24-year-old said pain in the right leg area. The actions taken on 2 participants were almost the same, starting from: Preparing the tool, washing hands with 6 mi, using the handscoon, washing the wound with 0.9% Nacl liquid, giving betadine, 1 ampoule of oxytocin injection, suturing, wound closure and assesing vital sign . The results of the evaluations conducted on 2 participants were that the patient was told to keep the wound dry and clean and the patient was advised that within 3 days they had to control to the hospital again. Monitoring in each visit to the participants is,to pay more attention to the cleanliness of the wound, and immediately go the health worker, do not give any medication or ingredients to the wound especially the open wound. Nurses and members of the health team that are most in contact with patients are required to improve continuously in terms of providing information and health education in accordance with the patient's background.

Keywords: Vulnus Laceratum, wound care, nursing care

A. PENDAHULUAN dingin, trauma kimia, yang di sebabkan Masalah yang sering dialami oleh zat kimia yang bersifat asam dan manusia pada daerah kulit salah satunya basah serta zat iritif dan berbagai korosif luka, salah satunya adalah vulnus lainnya. Menurut Potter (2010) vulnus laceratum. Kejadian luka robek di laceratum dapat di sebabkan oleh : Amerika kurang lebih 2,5 juta Vulnus laceratum tarjadi akibat penduduknya memerlukan pertolongan kekerasan benda tumpul, goresan, jatuh medis setiap tahunnya dan 12.000 dan kecelakan. Sehingga kontuinitas diantaranya meninggal akibat luka robek jaringan terputus. Pada umumnya respon yang berat. Mengetahui bagaimana tubuh terhadap trauma akan terjadi proses asuhan keperawatan pada pasien dengan peradangan atau inflamasi. Reaksi vulnus laceratum. Vulnus laceratum peradangan akan terjadi apa bila jaringan merupakan hilangnya dan rusaknya terputus. Dalam keadaan ini ada peluang sebagian jaringan tubuh yang umumnya besar timbulnya infeksi yang sangan banyak dialami seseorang dalam hebat. Penyebabnya cepat yang di kecelakaan lalu lintas. Bisa di sebabkan sebabkan oleh mikroorganisme yang oleh tarauma benda tajam atau tumpul biasanya tidak berbahaya. Reaksi antara lain : Trauma mekanis yang di peradangan itu sebenarnya adalah sebabkan karena tergesek, terpotong, peristiwa yang di kordinasikan dengan terbentur dan terjepit, trauma elektris dan baik yang dinamis dan kontinyu yang penyebab cidera karena listrik dan petir, menimbulkan reaksi peradangan maka trauma termis di sebabkan oleh panas dan jaringan harus hidup dan harus di PROSIDING SEMINAR NASIONAL 163 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

mikrosekualasi fungsioanal. Jika jaringan puskesmas bangsal terdapat 3 bed, dan di yang nekrosis luas maka reaksi samping belakang ruang IGD terdapat peradangan tidak di temukan di tengah kamar mandi pasien. Ruang IGD jaringan yang hidup dengan sirkulasi berdekatan dengan ruang farmasi sebelah yang utuh terjadi pada tepi nya antara kiri dari depan sedangkan sebelah kanan jaringan mati dan hidup. Nyeri timbul berdekatan dengan loket puskesmas karena kulit mengalami luka infeksi bangsal. Bagian belakang ruangan IGD sehingga terjadi kerusakan jaringan. Sel- terdapat ruangan persalinan. Dari hasil sel yang rusak akan membentuk zat kimia pengkajian pada tanggal 21 juli 2018, sehingga menurunkan ambang stimulus pukul 11.15 wib, partisipan 1 berusia 63 terhadap reseptormekano sensitif dan tahun mengatakan nyeri pada daerah luka hernosenssitif. Apabila nyeri di atas hal pada laki sebelah kanan. Saat pengkajian ini dapat mengakibatkan gangguan rasa pasien mengalami nyeri pada daerah luka nyaman nyeri yang berlanjut istirahat atau kaki sebelah kanan. Dari hasil pengkajian tidur terganggu dan terjadi ketertiban didapatkan TTV, TD : 110/80 mmHg, gerak, (Potter & Perry 2010). nadi :85x/menit, suhu :36,5ºc, RR : 20x/menit. Pada partisipan 2 tanggal 01 B. METODE PENELITIAN agustus 2018, pukul 11.30 wib pasien Jenis penelitian ini bersifat berusia 24 tahun mengatakan nyeri pada Deskriptif Korelasi degan pendekatan daerah kaki sebelah kanan. Saat Cross Section dimana peneliti melakukan pengkaian pasien mengalami nyeri dah penelitian pada partisipan secara hasil pengkajian didapatkan TTV, TD : independen dan dependen kemudian baru 120/80 mmHg, nadi : 82x/menit, suhu melihat faktor yang berhubungan dengan 37,5ºc, RR : 22x/menit. masalah yang ada dalam waktu yang Dalam manajemen perawatan bersamaan. Dari hasil pengkajian pada luka ada beberapa tahap yang dilakukan tanggal 21 juli 2018, pukul 11.15 wib, yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, partisipan 1 berusia 63 tahun mengatakan pembersihan luka,pembalutan, pemberian nyeri pada daerah luka pada laki sebelah antibiotik dan pengangkatan jahitan. kanan. Saat pengkajian pasien mengalami Luka bersih yang diyakini tidak nyeri pada daerah luka kaki sebelah mengalami infeksi serta berumur kurang kanan. Dari hasil pengkajian didapatkan dari 8 jam boleh dijahit primer sedangkan TTV, TD : 110/80 mmHg, nadi luka yang terkontaminasi berat dan atau :85x/menit, suhu :36,5ºc, RR : 20x/menit. tidak berbatas sebaiknya dibiarkan Pada partisipan 2 tanggal 01 agustus sembuh persekundam atau pertertiam. 2018, pukul 11.30 wib pasien berusia 24 Evaluasi luka tahun mengatakan nyeri pada daerah kaki Meliputi anamnesis dan pemriksaan fisik sebelah kanan. Saat pengkaian pasien (lokasi dan eksploraasi). mengalami nyeri dah hasil pengkajian didapatkan TTV, TD : 120/80 mmHg, 1. Tindakan antiseptik nadi : 82x/menit, suhu 37,5ºc, RR : Prinsionya untuk mensucikan kulit. Untuk 22x/menit. melakukan pencucian atau pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau C. HASIL DAN PEMBAHASAN larutan antiseptik seperti : Program yang biasanya dilakukan a. Alkohol, sifatnya bakterisida kuat di ruangan IGD Puskesmas Bangsal pada dan cepat ( efektif ). 2 partisipan dengan luka adalah b. Alogen dan senyawanya. perawatan luka dengan tehnik haecting c. Oksidansia. secara steril, sebelum proses perawatan d. Logam berat dan garamnya. luka perawat melakukan tehnik cuci e. asam borat, sebagai tangan 6 langkah sebelum atau sesudah bakteriostatik lemah konsentrasi berinteraksi dengan pasien. Kondisi 3%. geografis ruangan instalasi gawat darurat f. Derivat fenol. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 164 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

g. Basa ammonium kuartener. mempunyai intervensi dan kriteria hasil 2. Penjahitan luka yang sudah sesuai dengan kondisi pasien Luka bersih yang diyakini tidak yang mengaci pada teori yang sudah ada. mengalami infeksi serta berumur kurang Implementasi tindakan keperawatan yang dari 8 jam boleh dijahit primer sedangkan dilakukan pada pasien saat pengkajian luka yang terkontaminasi berat dan atau dilakukan sesuai dengan intervensi yang tidak berbatas sebaiknya dibiarkan sudah direncanakan. Evaluasi Evaluasi sembuh persekundam atau pertertiam. yang dilakukan selama 35 menit, setelah 3. Penutupan luka dilakukan tindakan pada saat pengkajian Penutupan luka adalah mengupayakan nyeri dapat berkurang, intervensi kondisi lingkungan yang baik ada luka dilanjutkan dan pasien dianjurkan untuk sehingga proses penyembuhan menjaga agar kulit tetap kering dan berlangsung optimal. bersih. 4. Pembalutan Pertimbagan dan menutup pembalut luka E. REFERENSI sangat tergantung pada kondisi luka. 1. Maryunani, Anik. 2010. Nyeri Dalam Pembelutan berfungsi sebagai pelindung Persalinan Teknik Dan Cara terhadap penguapan, infeksi, Penanganannya. Trans Info Media: mengupayakan lingkungan yang bai bagi Jakarta. luka dalam peroses penyembuhan, 2. Potter & Perry, (2010). Manajemen sebagai fiksasi dan efek penekanan yang Nyeri. Available at : mencegah berkumpulnya rembisan darah www.digilip.fakultas-keperawatan- yang menyebabkan hematom. good.hjkduw/dkhdfy.html. 5. Pemberian antibiotik 3. Zuhan Arif, dkk 2014Fakultas Prinsip pada luka bersih tidak perlu di Kedokteran Universitas berikan antibiotik dan pada luka [email protected]. terkontaminasi atau kotor maka perlu dibrikan antibiotik. 6. Pengangkatan jahitan Jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak di perukan lagi. Waktu pengangkatan jaitan tergantung dari berbagai faktor seperti, lokasi pengankatan luka, usia, kesehatan luka, sikap pederita dan adanya infeksi (Ekaputra, Erfandi 2013).

D. KESIMPULAN Dari data hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan hasil yang sama antara pasien 1 dan 2. Pasien 1 dengan usia 36 tahun dengan keluhan mengatakan nyeri pada daerah luka pada laki sebelah kanan. Diagnosa Keperawatan dari hasil pengkajian dan ditunjang dengan data yang ada sitegakkan diagnosa gangguan integritas kulit dan resiko terjadi infeksi pada pasien 1, dan diagnosa yang sama pada pasien ke 2 yaitu gangguan integritas kulit serta resiko terjadi infeksi. Intervensi Keperawatan Intervensi yang dilakukan yaitu diagnosa keperawatan untuk pasien PROSIDING SEMINAR NASIONAL 165 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

STUDI KASUS : HEMODIALISIS DALAM PENDEKATAN KEPERAWATAN DI RSU Dr.WAHIDIN SUDIRO HUSODO

Dwiharini Puspitaningsih1), Siti Rachma2), Harison Lehalima3) 1Prodi D3 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit email: [email protected] 2 Prodi D3 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit email: [email protected] 3Prodi D3 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit email: [email protected]

Abstract Hemodialysis (HD) is a therapeutic process of renal replacement using a semipermeable (dialiser) membrane membrane, which functions like. The aims of this case study was to give nursing process to haemodialisis patient in the hemodialysis room of the Dr Wahidin Sudiro Husodo Regional Hospital. Management was carried out with a nursing care management approach using the SOAP nursing method given to Mr. H and Mr. B on July 26, 2018 at Dr. Wahidin Sudiro Husodo, Mojokerto Regency. The results of comprehensive nursing care explain the complaints of itching in Mr. B, whereas Mr. H complained of anxiety. Diagnosis applied is a disorder of skin integrity associated with an increase in urea in patient 1, the diagnosis patients 2 were anxious safety feeling related to changes in self-concept. Keep the skin dry and clean. and Assess the level of anxiety in hemodialysis patients. After doing nursing care for 3 days in patient 1 was resolved, whereas in patient 2 there was a decrease in anxiety. Nurses and members of the health team that are most in contact with patients are required to improve continuously in terms of providing information and health education in accordance with the background of patients. As well as in collaboration with the medical team, it is further enhanced. Keywords: Nursing process, haemodialysis, case study

A. PENDAHULUAN kualitas hidup seseorang yang mengalami Hemodialisis (HD) merupakan suatu penyakit-penyakit terminal seperti gagal proses terapi penganti ginjal dengan ginjal kronik, kanker, penyakit infeksi kronik, mengunakan selaput membran semipermeabel penyakit jantung terminal, aids,akibat (dialiser), yang berfungsi seperti. Nefron kecelakaan fatal, dan stroke multiple sklerosis sehingga dapat mengeluarkan produk sisa (yanti, 2012). metabolisme dan mengoreksi ganguan keseimbangan cairan dan elektrik pada pasien B. METODE PENELITIAN gagal ginjal ( hayani,2014) Desain yang digunakan pada Berdasarkan Riskesdas 2013,prevalensi penelitian ini adalah studi kasus untuk gagal ginjal kronis berdasar dianosa dokter di mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan indonesia sebesar o,2 % prevalensi tertinggi pada pasien dengan kurusakan intregritas di sulawesi tengah sebesar 0,5 % di ikuti kulit dan gangguan konsep diri di rungan aceh,gorongtalo,dan sulawesi utara masing- hemodialisa RSU Dr. Wahidin Sudiro masing 0,4 % sementara nusa tenggara timur, Husodo Mojokerto. jumlah partisipan 2 sulawasi selatan, lampung, jawa barat, jawa (dua) orang. Pasien yang diambil di ruang tengah, di yogyakarta,dan jawa timur masing- hemodialisa RSUD Wahidin Sudirohusodo masing 0,3 % profinsi sumatra utara sebesar Mojokerto. Kemudian pasien diberikan 0,2 % (Riskesdas, 2013 ). lembar persetujuan untuk mempersetujui Psychological intervention merupakan menjadi responden. Waktu studi kasus ini salah satu intervensi melalui pendekatan telah dilaksanakan pada 16-23 Juli 2018. psikologis/kejiwaan seperti pemberian relaksasi spiritual dzikir dan meditasi yang berfungsi untuk meningkatkan motifasi PROSIDING SEMINAR NASIONAL 166 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

C. HASIL DAN PEMBAHASAN 2. Diagnosa Keperawatan 1. Pengkajian Kurusakan intregritas kulit Partisipan 1 dilakukan pengkajian berhubungan dengan peningkatan reum tanggal 16 juli 2018 partisipan berumur dan Gangguan rasa aman cemas 51 tahun alamat japanan RT/RW 06/04, berhubungan dengan perubahan konsep dengan tingkat pendidikan tamat SMP, diri. selama di rumah sakit yang bertanggung Diagnosa keperawatan pada pasien jawab atas Tn H adalah istri. Keluhan dengan masalah yaitu kerusakan Utama pasien mengatakan hatal-gatal. intregritas kulit berhubungan dengan Riwayat Penyakit Sekarang pasien pengkatan ureum, diet belebih dan retensi mengatakan pada sebelumnya pernah cuci cairan serta natrium. Etiologi pada darah di rumah sakit sutomo selama tiga kurusakan intregritas kulit dan gangguan tahun setelah itu di rujuk ke rumah sakit konsep diri, terjadinya peningkatan aliran wahidin pada tahun 2015 di IGD pasien darah, (Hardhi, 2015). di periksa dan d tanggal 06 juli 2018 Masalah keperawatan pada kedua pasien di bawa ke rumah sakit hasanah partisipan berdasarkan batasan karena pasien mengeluh kaku pada leher karakteristik yang ditemukan saat dan bengkak pada ke dua tangan bengkak, pengkajian, ternyata masalah keperawatan pasien di rawat di Rs Hasanah selama dua yang tercantum dalam teori terdapat 1 hari kemudian di rujuk ke RSU Dr. masalah keperawatan yang berbeda. Wahidin Sudiro Husodo padai berikan Kedua pasien mengalami masalah utama pemasangan infus kemudian di pindahkan yang berbeda yaitu kerusakan intregritas keruangan hemodialisa untuk di cuci kulit berhubungan dengan peningkatan darah 2 kali seminggu tanggal 16 juli ureum dan gangguan rasa aman cemas 2018 jam 07.00 WIB lansung pasien di berhubungan dengan perubahan konsep daftar di lakukan tindakan asuhan diri keperawatan timbang berat badan dan 3. Intervensi ditensi dan pasien di pindahkan ke bet Pada tujuan intervesni setelah nomor 10 dan di lakukan pemasangan alat dilakukan tindakan keperawatan selama hemodialisa 1-5 jam diharapkan keadaan kulit baik Pasien kedua inisial Tn B ialah Kriteria Hasil:Terbebas dari gatal dan laki-laki berumur 46 tahun bertempat kecemasan, Tanda-tanda vital dalam batas tinggal di trowulan no 63 B. RT 04 RW normal, Bunyi napas bersih Intevensi 03 kabupaten jombang dengan tingkat pertama Bina hubungan saling percaya pendidikan terakhir SD dan pekerjaanya (BHSP), kedua Pengkajian, ketiga suasta.Selama di rumah sakit yang Memberi cognitive therapy, keempat Jaga bertanggung jawab atas Tn B adalah keadaan kulit agar tetap kering dan istrinya. Tn B dengan keluhan bersih., kelima Anjurkan pada pasien kecemasan, Riwayat Penyakit Sekarang untuk mengunakan pakain tipis, keenam pasien mengatakan sudah 3 tahun cuci Anjurkan pasien untuk membatasi darah di rsud wahidin pada tanggal 16 juli minum, ketuju Berikan HE pada pasien 2018 pasien datang dari rumahnya jam dan keluarga tentang dampak dari 06.30 WIB dan pasien tiba di RSUD kecemasan, kesembilan Kolaborasi wahidin rungan hemodialisa 07.20 WIB dengan tim medis dalam pemberian lansung pasien di daftar dan di lakukan terapi. tindakan asuhan keperawatan di timbang 4. Implementasi berat badan di tensi dan pasien di Penulis melakukan tindakan tempatkan di bet nomor 05 lalu di infus keperawatan selama 3 hari. Dengan hasil memakai cairan nacl 0,9% dan di cuci implementasi pada tanggal 16 juli 2018 darah dengan alat hemodialisa meliputih pada partisipan 1 dan 2 tindakannya ada dializer cairan bicasol dan bicacid. yang sama dan ada yang bedah tetapi hasilnya ada beberapa yang berbeda yaitu PROSIDING SEMINAR NASIONAL 167 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

pertama Melakukan bina hubungan saling keperawatn dalam penelitian evaluasi percaya dengan pasien dan keluarga, dilakuakan dalam 1-5 jam, evaluasi hari Melakukan pengkajian Pasien pertama pada partisipan 1 Pasien mengatakan merasa gatal-gatal pada mengatakan badannya masih gatal pada partispan 2 cemas , Memberikan cognitive partisipan pertama masih cemas bagi therapy Memberikan cognitive therapy partisipan 2, keadaan umum cukup, agar pasien dapat mengubah cara pandang Kesedaran composmentis, GCS 456, atau pola pikiran negatif menjadi positif Terdapa TTV: TD 170 / 90 mmHg, N: agar pasien tidak putus asa ataupun stress, 80x / menit , S: 36, 0cc, RR: 20x / menit, pada partisipan 1 TD: 170/90 mmHg N: Creatinin : 13, 48 HB : 8, 5, PLT: 249, 80x/menit, S: 360C, RR: 20x/menit, masalah belum teratasi, intervensi partisipn 2 TD: 180/100 mmHg, N: dilanjutkan ke nomor 2, 4, 5, 6, . 80x/menit, S: 36,0C, RR: 20x/menit, Partisipan 2 pasien mengatakan cemas mempertahnkan mempertahangkan, keadaan umum cukup, Kesedaran menganjurkan pada pasien untuk trus composmentis, GCS 456, TTV: TD 180 / memakai baju yang tipis, partisipan 1 100 mmHg, N: 80 x / menit, S: 36,00cc, gatal-gatal,sedangkan pada partisipan 2 RR: 20x / menit, masalah teratasi cemas, menganjurkan pasien untuk sebagian, intervensi dilanjutkan ke nomor membatasi minum 400 ml/24 jam, 2, 4, 5, 6. meberikan HE pada keluarga pasien Evaluasi hari kedua partisipan 1 tentang kerusakan intregritas kulit Pasien mengatakan gatal-gatalnya sudah berhubungan dengan peningkatan ureum, mulai berkurang, keadaan umum cukup, dapat mengakibatkan kenaikan berat Kesedaran composmentis, GCS 456, badan, menjelaskan pada keluarga dan TTV: TD 170 / 100 mmHg, N: 80 x / pasien bahwa pasen dengan kerusakan menit , S: 36,0cc, RR: 20x / menit, intregritas kulit harus menjaga kebersihan Creatinin 13,47, HB : 8,5, PLT: 249, kulit dan menjaga kecemasan pasien, masalah teratasi sebagian, intervensi Kolaborasi dengan tim medis dalam dilanjutkan ke nomor 2, 4, 5, 6, pada pemberian terapi, Farbion 3x1 Thiamine partisipan 2 pasien mengatakan cemas hcl 3x1 Pyridoxine hcl 3x1 keadaan umum: cukup kesedaran Cyanocobalamin 3x1 Spet 15 cc Heparin composmentis, GCS 456, terdapa TTV: 2,0 NACL 0,9 % 20 Tpm Setelah TD 180 /100 mmHg, N: 08 x / menit, S: membuat intervensi sesuai dengan teori, 36,0cc, RR: 20x / menit, HB : 8, PLT: peneliti dapat menerapkan sebagai 286, masalah teratasi sebagian, intervensi intervensi yang ada untuk dilakukan dilanjutkan ke nomor 2, 4, 5, 6. implementasi. Implementasi yang sudah Evaluasi hari ketiga partisipan 1 diterapkan peneliti terhadap kedua Pasien mengatakan badannya masih gatal partisipan sudah sesuai dengan teori yang tapi sudah berkurang, keadaan umum ada menurut buku (Ratnawati, 2014). cukup, kesedaran composmentis, GCS menjelakan bahwa Hemodialisa adalah 456, TTV: TD 160 / 80 mmHg, N: 08 x / suatu proses pembersihan darah dengan menit, S: 36,0cc, RR: 20x / menit, menggunakan alat yang berfungsi sebagai masalah teratasi sebagian, intervensi ginjal buatan (dialyzer) dari zat-zat yang dilanjutkan ke nomor 2, 4, 5, 6, 7 pada berkonsentrasi berlebihan di dalam tubuh. partisipan 2 pasien mengatakan cemas, anjurkan pasien untuk membatasi minum, keadaan umum: cukup, kesedaran berikan HE pada pasien dan keluarga composmentis, GCS 456, TTV: TD 160 / tentang dampak dari kerusakan intregritas 70 mmHg, N: 80 x / menit, S: 36,0cc,RR: kulit dan kecemasan, kolaborasi dengan 20x / menit, HB : 13, masalah teratasi tim medis dalam pemberian terapi. sebagian, intervensi dilanjutkan ke 5. Evaluasi nomor 2, 4, 5, 6, 7. Evaluasi adalah langkah terakhir dalam pembuatan keputusan sebagia alat penilaian dari keberhasilan asuhan PROSIDING SEMINAR NASIONAL 168 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

D. KESIMPULAN Dari data hasil pengkajian yang dilakukan didapatkan hasil yang berbeda antara pasien 1 dan 2. Pasien 1 dengan usia 51 tahun dengan keluhan gatal-gatal dan pasien 2 dengan keluhan cemas diagnosa yang di tegakan adalah kurusakan intregritas kuli berhubungan dengan pening katan ureum dan gangguan rasa aman cemas berhubungan dengan perubahan konsep diri.

E. REFERENSI 1. Harrison, 2013. Nefrologi dan Gangguan asam-basa (Harison.s Nephrology and Acid-Base Disorders), Jakarta, EGC. 2. Hayani, 2014. Hubungan dukungan dukungan sosial dengan tingkat depresi pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisa di RSUD kota medan, Sumatera Utara, http://www.hubungan dukungan sosial dengan tingkat depresi ggk.mdn, diakses tanggal 23 Maret 2016. 3. Yanti, 2012. Perbandingan Efektifitas Terapi Dzikir Dengan Relaksasi Benson Terhadap Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus di Rumah Sakit Sumatra Barat, Kota 4. Bayhakki, 2013. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gagal-Gagal Kronis, jakarta,EGC. 5. Suharyanto 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan, Jakarta Trans Info Media

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 169 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

LANJUT USIA DENGAN DIABETES MELLITUS DALAM PENDEKATAN STUDY KASUS DI UNIT PELAYANAN TEKNIS (UPT) PANTI WERDHA MAJAPAHIT- MOJOKERTO

Eka Diah Kartiningrum1), Dwiharini Puspitaningsih2), Jemi Tasidjawa3) 123)Prodi D3 Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit [email protected] [email protected] [email protected]

Abstract Diabetes mellitus (DM) which is experienced by the elderly is a metabolic disease because of problems with insulin release, insulin action or both these diseases are serious health problems throughout the world and the prevalence is increasing rapidly. The aim of this study is to be able to do elderly nursing care that has diabetes Melitus. The research design used is a case study that describes the implementation of Gerontik nursing care with diabetes mellitus in the elderly at UPT Panti Werdha Majapahit Mojokerto which includes assessment, nursing diagnosis, intervention, implementation, evaluation that is done in stages. The data collected uses techniques observation and interviews which are then analyzed qualitatively. The results of the assessment determined that nursing diagnoses were ineffective in tissue perfusion. Several interventions used included education of foot and hand care, diabetic foot exercises and recommended regulation of water consumption patterns. The results of the evaluation of the interventions carried out for 3 days found that the problems experienced by the two respondents had been overcome by the following: patients should carry out physical activities and check and consult medical personnel on health workers.

Keywords: Nursing care, diabetes mellitus, elderly

A. PENDAHULUAN dari penderita DM di dunia. Menurut Diabetes Melitus (DM) yang di WHO (2013) sebanyak 80% penderita alami lansia merupakan penyakit DM pada lansia di dunia berasal dari metabolic karena adanya masalah pada Negara berkembang salah satunya adalah pengeluaran insulin ,aksi insulin atau Indonesia.Peningkatan jumlah penderita keduanya (Ignatavicius,Workman,& DM yang terjadi secara konsisten Winkelman, menunjukkan bahwa penyakit DM 2016).Lewis,Dirksen,Heitkemper,& merupakan masalah kesehatan yang perlu Bucher (2014) menyatakan bahwa mendapat perhatian khusus dalam penyakit ini merupakan masalah pelayanan kesehatan di masyarakat. kesehatan serius di seluruh dunia dan Jumlah penderita Diabetes prevalensinya meningkat dengan pesat. Melitus(DM) di Indonesia sebesar 10 juta Jumlah penderita DM pada lansia pada tahun 2015 menurut data di dunia dari tahun ke tahun menunjukkan Internasional Diabetes adanya peningkatan.Berdasarkan data federation.Prevalensi DM meningkat dari dari International Diabetes Federation 5,7% (2007) menjadi 6,9% (2013).Saatini (ID, 2014); Jumlah penderita DM DM menjadi penyebab kematian terbesar sebanyak 366 juta jiwa di tahun 2011 no 3 (6,7%) setelah stroke (21,1%) dan meningkat menjadi 387 juta jiwa di tahun penyakit jantung koroner 2014 dan diperkirakan akan bertambah (12,9%).(Menkes RI,2016). menjadi 592 juta jiwa pada tahun 2035; Hasil proyeksi yang di dapatkan Jumlah kematian yang terjadi pada tahun di UPT Panti Werdha Mojopahit- 2014 sebanyak 4,9 juta jiwa dimana Mojokerto adalah 37 orang jumlah lansia setiap tujuh detik terdapat satu kematian PROSIDING SEMINAR NASIONAL 170 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

.Data lansia dengan Diabetes Melitus pengakajian pukul 08.00 WIB pada klien (DM) sebanyak 4 orang. 2 berusia 57 tahun dengan keluhan klien Pengelolaan pasien DM dalam mengatakan kurang konsumsi air putih. melakukan aktivitas fisik perlu diteliti 2. Diagnosa Keperawatan karena sangat terkait dengan kualitas Diagnosa keperawatan yang hidup pasien DM dalam menurunkan muncul pada klien satu dan klien dua keluhan, mempertahankan rasa nyaman hanya satu diagnosa keperawatan. dengan penyakitnya, mencegah Diagnosa di prioritaskan pada subyek satu komplikasi lebih lanjut dan menurunkan dan subyek dua adalah ketidak efektifan angka morbiditas.Puskesmas sebagai perfusi jaringan. pelayanan kesehatan primer di Aktifitas fisik adalah setiap gerakan masyarakat,berperan dalam peningkatan tubuh yang di hasilkan oleh otot rangka taraf kesehatan masyarakat diwilayahnya. yang memerlukan pengeluaran energi. Berdasarkan uraian di atas, Aktifitas fisik yang tidak ada (kurangnya peneliti tertarik untuk mengetahui lebih aktifitas fisik) merupakan faktor resiko lanjut mengenai “Asuhan Keperawatan independen untuk penyakit kronis,dan Gerontik Dengan Diabetes Melitus Di secara keseluruhan di perkirakan UPT Panti werdha” menyebabkan kematian global (WHO,2010). Jadi, kesimpulan dari B. METODE PENELITIAN pengertian aktifitas fisik ialah gerakan Desain yang di gunakan pada tubuh oleh otot tubuh dan sistem penelitian adalah studi kasus.Studi kasus ini penunjangnya yang memerlukan adalah studi kasus untuk mengeksplorasi pengeluaran energi. masalah Asuhan Keperawatan Gerontik pada 3. Intervensi diabetes mellitus di UPT panti werdha Perencanaan pada klien 1 dan 2 majapahit mojokerto.Metode pengumpulan pada diagnosa keperawatan yaitu: Pantau data yang di gunakan yaitu wawancara tanda tanda vital klien,mengajarkan dengan cara mengajukan pertanyaan yang klien senam diabetik, anjurkan klien sistematis, observasi dengan mengkaji TTV, menggunakan lotion pada kulit,lakukan Pemeriksaan fisik head to toe tetapi fokus penilaian sirkulasi perifer, mengukur BB pada TB, dan BB, dan pemeriksaan dan TB pada klien. Guladarah.Dokumentasi untuk mencatat hasil 4. Implementasi wawancara dan observasi pada partisipan Implementasi merupakan suatu yang sesuai dengan format asuhan perwujudan dari perencanaan yang sudah keperawatan gerontik. disusun pada tahap perencanaan Dalam penelitian ini uji keabsahan data sebelumnya (Nanda 2012). menggunakan metode trangulasi. Trangulasi Berdasarkan hal tersebut penulis dalam dalam penelitian ini diartikan sebagai mengelola pasien dalam implementasi pengecekan data dari berbagai sumber dengan dengan masing– masing berbagai cara dan berbagai waktu.Analisa diagnosa.Implementasi yang di lakukan data yang di gunakan yaitu dari analisa data oleh penulis pada diagnosa “ketidak hasil pengkajian,dari analisa data di tegakan efektifan perfusi jaringan berhubungan diagnosa keperawatan kemudian di buat dengan diabetes melitus (DM)’’ pertama intervensi keperawatandan di lakukan yaitu: implementasi. Setelah selesai implementasi di a. Melakukan pengkajian pada klien lakukan evalusi. b. Sapa klien dan klien menjawab sapa dengan baik C. HASIL DAN PEMBAHASAN c. Mengajarkan klien senam kaki dan 1. Pengkajian jari tangan diabetik Pengkajian pada tanggal 02 juli d. Menganjurkan klien menggunakan 2018 pukul 08.30 WIB,klien 1 berusia 70 pelembab pada kulit kaki dan tangan tahun dengan keluhan klien merasakan kesemutan pada tangan dan kaki dan PROSIDING SEMINAR NASIONAL 171 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

yang kering dengan menggunakan berkelanjutan, senam kaki diabetik dan lotion. pemberian lotion. Status kesehatan pada lansia Hasil implementasi didapatkan bahwa ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pada pasien 1 dan 2 telah teratasi masalah asupan zat gizi. Kondisi yang tidak yang dialami. sehat,aktivitas fisik dan asupan makanan yang kurang baik adalah faktor E. REFERENSI utamapenyebab gangguan status gizi 1. Amerikan Diabetes Association (ADA ) danpenurunan kualitas hidup, sehingga (2010).Standartof Medical Care In peran perawat sebagai tenaga kesehatan Diabetes Care; 30: 65- antara lain memberikan motivasi lansia 73.[www.carediabetesjournals.org].diaks untuk tetap dapat melaksanakan peran es pada tanggal 22 januari 2015. dan tugas mereka sesuai dengan keadaan 2. Nurarif, Amin Huda & Kusuma, Hardhi yang terjadi saat ini (Kartiningrum, E.D., (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan 2017). Oleh sebab itu selain pemberian Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda intervensi yang telah dilakukan oleh Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 2. peneliti, monitoring pola makan oleh Yogyakarta: Mediaction. perawat sangat penting untuk 3. Tarwoto, (2012). Keperawatan Medikal meningkatkan kualitas hidup lansia. Bedah : Manajemen Klinis yang di 5. Evaluasi harapkan. Jakarta: Salemba Medika Evaluasi adalah langkah terakhir 4. Internasional Diabetes Federation, 2014. dalam pembuatan keputusan sebagia alat Diabetes and Impaired Glucose penilaian dari keberhasilan asuhan Tolerance keperawatan. Selama pemberian asuhan 5. Kartiningrum, E, D, 2017 Kualitas Hidup keperawatna kepada pasien dengan Lansia Di Dusun Glonggongan Desa diabetes mellitus didapatkan hasil bahwa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal masalah pada lansia telah teratasi. Mojokerto. Hospital Majapahit Vol 5 No Setelah dilakukan pemberian 2 November 2017. Hal: 42 – 47. asuhan keperawatan pada lansia selama 6. Menkes RI (2016) Riset Kesehatan Dasar 3x24 jam, lansia dapat melakukan apa 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI yang diajarkan perawat dengan benar. 7. P.B. PERKENI (2011) Konsensus Lansia juga menyatakan lebih enak Pengelolaan dan Pencegahan DM Tipe 2 badannya dan tidak kaku karena di Indonesia 2011 Jakarta: PERKENI melakukan senam diabetes setiap hari. 8. WHO (2013). Risk Factor blood Kulit lansia juga Nampak bersih. preasure.World Health Organization. 9. Yoga, (2011). Hubungan antara empat D. KESIMPULAN pilar pengelolaan diabetes melitus dengan Hasil pengkajian pada pasien di keberhasilan pengelolalaan Diabetes analisa yang ditetapkan hasil pada pasien 1 Melitustipe 2. Universitas diponogoro. adalah ketidak efektifan perfusi jaringan dan Semarang masalah pada pasien 2 adalah kekurangan volume cairan Diagnosa Keperawatan yang di tetapkan adalah ketidak efektifan perfusi jaringan berhubungan dengan Diabetes Melitus pada paien 1 dan kekurangan volume cairan berhubungan dengan osmotik diuresis di tandai dengan turgor kulit menurun dan mukosa mulut kering pada pasien 2. Kemudian dengan serangkaian rencana implemetasi berdasarkan kondisi pasien dilaksanakan implementasi selama 3x 24 jam yang berupa pengkajian secara PROSIDING SEMINAR NASIONAL 172 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

HUBUNGAN SIKAP (BERDASARKAN TEORI HEALTH BELIEF MODEL) WUS DENGAN KEIKUTSERTAAN TES IVA DI DESA PENUNGGUL KECAMATAN NGULING KABUPATEN PASURUAN

Dwi Helynarti Syurandhari1), Mukhammad Himawan Saputra 2), Henry Sudiyanto3), Hayyu Rohma Maulidiyah 4) 1Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit [email protected] [email protected] [email protected] [email protected]

ABSTRACT The purpose of the study was to find out the relationship of attitude (based on the Health Belief Model Theory) WUS with the participation of the IVA Test in the Penunggul Village of Nguling District, . This type of research is analytic observational correlational research design with cross sectional approach. The population of all women of childbearing age amounted to 449 people in Penunggul Village, Nguling District, Pasuruan Regency, a sample of 71 women of childbearing age were taken by multistage random sampling technique that met the inclusion and exclusion criteria. Attitude data (Based on the Health Belief Model Theory) is in the form of primary data and data on the participation of IVA tests from secondary data. Univariate and bivariate data analysis with chi square to determine the relationship correlation of Attitudes (Based on the Health Belief Model Theory) WUS with the Participation of the IVA Test. The results of the study of the majority of respondents had a low attitude (Based on Health Belief Model) as many as 44 respondents (62%), most respondents did not take the IVA Test as many as 46 respondents (65%), almost all respondents had a low attitude and did not take the IVA test that is as many as 35 people (80%). Based on the chi square test with a value of α = 0.05, it was found that there was a relationship between attitudes towards the participation of the IVA test (p = 0.001) in the Penunggul Village of Nguling District, Pasuruan Regency. Health institutions are expected to improve health education using attractive and interactive health media to the public, especially to couples of childbearing age about the importance of preventing cervical cancer, namely IVA test screening. Keywords: Attitude, Health Belief Model And Iva Test

A. PENDAHULUAN Skrining IVA efektif akan Kanker serviks menempati memberikan kontribusi untuk urutan teratas penyakit ganas yang menurunkan mortalitas & morbiditas mengintai kaum wanita. Gejala awalnya yang terkait dengan keganasan kanker yang sering tidak terdeteksi, serviks (Rahatgaonkar, 2012). Dalam mengakibatkan banyak penderita kanker beberapa studi klinis besar, skrining IVA serviks mendapatkan penanganan. telah menunjukkan kepekaan klinis Berdasarkan data tahun 2016 mulai dari 41% – 92%, mendekati yang dari bulan januari sampai bulan dari standar kolposkopi (Moon et al., November di wilayah kerja Puskesmas 2012). Sejak 2008 sampai sekarang, Nguling Kabupaten Pasuruan, sebanyak 116.700 perempuan di Indonesia telah 16.513 wanita terdaftar BPJS dari 15 menerima penyuluhan deteksi dini desa yang ikut tes IVA hanya 279 wanita kanker serviks dan lebih dari 45.000 usia subur (WUS) yang sudah menikah orang telah melakukan skrining IVA. mengikuti tes inpeksi visual dengan Pada tahun 2014, hanya terdapat 74 asam asetat atau bisa disebut dengan tes wanita usia subur yang melakukan IVA dan diketahui terdapat 2 wanita usia pemeriksaan skrining IVA (Dewi, 2013). subur (WUS) yang sudah menikah yang Sebagian besar wanita yang hasil tes IVA nya positif. terdiagnosis kanker leher rahim tidak PROSIDING SEMINAR NASIONAL 173 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

melakukan skrinning test atau menindak Data tentang sikap berdasarkan lanjuti setelah ditemukan hasil yang health belief model berupa data primer abnormal, selain itu biaya untuk yang didapatkan dengan kuisioner yang pemeriksaan dini kanker serviks tersebut sudah di uji validitas dan reliabilitas dan tidak murah, sehingga keterlambatan data keikutsertaan tes IVA didapatkan pemeriksaan terjadi akibat kurangnya dari data sekunder. Teknik analisis data pengetahuan pada masyarakat tentang dalam penelitian ini menggunakan kanker serviks, sehingga kesadaran untuk analisis univariat dengan distribusi melakukan deteksi dini kanker serviks frekuensi untuk menjelaskan atau tidak dilaksanakan (Hananta, 2010). mendeskripsikan karakteristik setiap Pengambilan keputusan WUS variabel penelitian dan analisis bivariat melakukan pemeriksaan IVA untuk dengan chi square untuk mengetahui deteksi dini kanker serviks secara korelasi hubungan Sikap (Berdasarkan signifikan bergantung pada Teori Health Belief Model) WUS dengan kepercayaannya mengenai kerentanan Keikutsertaan Tes IVA di Desa dan keparahan kanker serviks serta Penunggul Kecamatan Nguling manfaat dari Tes IVA dan bagaimana dia Kabupaten Pasuruan. mengatasi hambatan untuk melakukan Tes IVA. Beberapa faktor kemungkinan C. HASIL DAN PEMBAHASAN mempengaruhi wanita usia subur yang a. Distribusi Karakteristik Responden sudah menikah melakukan skrining IVA berdasarkan Umur antara lain: faktor pendidikan, faktor Tabel 1. Distribusi Frekuensi pengetahuan, dan dukungan keluarga Responden (Rahma dan Prabandari, 2011). berdasarkan Umur Umur Frekuensi Persentase Berdasarkan data diatas, penulis No. tertarik untuk melakukan penelitian (tahun) (f) (%) tentang hubungan Sikap (Berdasarkan 1. 26-30 11 15 2. 31-35 13 18 Teori Health Belief Model) WUS 3. 36-40 14 20 Dengan Keikutsertaan Tes Iva Di Desa 4. 41-45 17 24 Penunggul Kecamatan Nguling 5. 46-50 16 23 Kabupaten Pasuruan. Jumlah 71 100 Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa B. METODE PENELITIAN sebagian kecil responden umur 41-45 Jenis penelitian ini observasional yaitu sebanyak 17 responden (24%). analitik dengan desain penelitian ini adalah korelasional dengan pendekatan b. Distribusi Karakteristik Responden cross sectional. Populasinya adalah berdasarkan Pendidikan seluruh wanita usia subur berjumlah 449 Tabel 2. Distribusi Frekuensi orang di Desa Penunggul Kecamatan Responden Berdasarkan Nguling Kabupaten Pasuruan dengan Pendidikan Frekuensi Persentase besar sampel adalah 71 wanita usia subur No. Pendidikan diambil menggunakan teknik sampling (f) (%) Belum tamat 1. 21 29 multistage random sampling yang SD/sederajat memenuhi kriteria inklusi yaitu wanita 2. SD / sederajat 17 27 SLTP / usia subur yang sudah menikah usia 26- 3. 19 17 50 tahun, wanita usia subur yang tidak sederajat SMA / dinyatakan positif menderita kanker 4. 12 24 sederajat serviks dan kriteria eksklusi yaitu wanita 5. Strata 1 2 3 usia subur yang tidak dapat membaca Jumlah 71 100 dan menulis serta wanita usia subur yang Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa yang telah melakukan pemeriksaan hampir setengah responden berpendidikan deteksi dini kanker serviks selain IVA test dalam 5 tahun terakhir. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 174 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

belum tamat SD/sederajat yaitu sebanyak f. Tabulasi Silang Sikap (Berdasarkan 21 responden (29%). Health Belief Model) dengan c. Distribusi Karakteristik Responden Keikutsertaan Tes IVA berdasarkan Umur Tabel 6. Tabulasi Silang Sikap Tabel 3. Distribusi Frekuensi (Berdasarkan Health Responden berdasarkan Belief Model) dengan Pekerjaan Keikutsertaan Tes IVA Frekuensi Persentase Sikap Tes IVA No. Pekerjaan (f) (%) (berdasar Tidak Total Pernah Ibu Rumah kan Pernah No. 1. Tangga 40 57 Health (IRT) Belief f % f % f % Karyawan Model) 2. 15 21 Swasta 1. Tinggi 11 41 16 59 27 100 3. Wiraswasta 10 14 2. Rendah 35 80 9 20 44 100 4. Petani 5 7 n = 71 (α=0,05) (P = 0,001) (X2 =11,044) 5. Guru 1 1 Tabel 6 menunjukkan bahwa dari 71 Jumlah 71 100 responden diketahui hampir seluruh Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa responden mempunyai sikap rendah dan sebagian besar responden bekerja sebagai tidak mengikuti tes IVA yaitu sebanyak ibu rumah tangga yaitu sebanyak 40 35 orang (80%). responden (57%). g. Hubungan Sikap (Berdasarkan Health d. Distribusi Frekuensi Sikap responden Belief Model) dengan Keikutsertaan (Berdasarkan Health Belief Model) Tes IVA di Desa Penunggul Kecamatan Tabel 4. Distribusi Frekuensi Sikap Nguling Kabupaten Pasuruan (Berdasarkan Health Belief Berdasarkan hasil penelitian Model) yang di lakukan di Desa Penunggul Sikap Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan (Berdasarkan Frekuen Persentase No. Health Belief si (f) (%) tentang sikap berdasarkan health belief Model) model dengan keikutsertaan tes IVA 1. Tinggi 27 38 menunjukkan bahwa sebagian besar 2. Rendah 44 62 responden mempunyai sikap Jumlah 71 100 (Berdasarkan Health Belief Model) Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa rendah yaitu sebanyak 44 responden sebagian besar responden mempunyai (62%), sebagian besar responden tidak sikap (Berdasarkan Health Belief Model) mengikuti Tes IVA yaitu sebanyak 46 rendah yaitu sebanyak 44 responden responden (65%) dan dari 71 responden (62%). diketahui hampir seluruh responden mempunyai sikap rendah dan tidak e. Distribusi Frekuensi Keikutsertaan Tes mengikuti tes IVA yaitu sebanyak 35 IVA orang (80%). Pada hasil analisis Tabel 5. Distribusi Frekuensi menggunakan menggunakan uji statistik Keikutsertaan Tes IVA chi-square antara Hubungan Sikap Keikutsertaan Frekuensi Persentase No. (Berdasarkan Health Belief Model) Tes IVA (f) (%) 1. Pernah 25 35 dengan Keikutsertaan Tes IVA pada 2. Tidak Pernah 46 65 WUS di Desa Penunggul Kecamatan Jumlah 71 100 Nguling Kabupaten Pasuruan didapatkan Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian hasil signifikan dengan tingkat α = 5 % besar responden tidak mengikuti Tes IVA diperoleh nilai p-value sebesar 0,001 < yaitu sebanyak 46 responden (65%). 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak yang artinya ada hubungan Hubungan Sikap (Berdasarkan Health Belief Model) dengan PROSIDING SEMINAR NASIONAL 175 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Keikutsertaan Tes IVA WUS di Desa serviks dikarenakan responden Penunggul Kecamatan Nguling mengetahui serviks adalah rahim dan Kabupaten Pasuruan. rahim hanya dimiliki oleh wanita, dan Perempuan dengan penyakit responden kebanyakan ragu-ragu bahwa yang berhubungan dengan organ wanita yang sudah menikah dan punya kewanitaan cenderung tidak ke sarana anak rentan terhadap penyakit. Perasaan kesehatan karena takut dengan stigma rentan terhadap penyakit kanker serviks sosial yang miring atau negatif yang bagaimana cara mengatasinya dimiliki akan diterima dan kalaupun berobat oleh responden dimana hal ini biasanya penyakitnya sudah dalam stadium lanjut merupakan tanda spesifik yang dapat Oktaviana (2015). terjadi dan merupakan risiko seseorang Winkjosastro (2010) menyatakan berdasarkan pada karakteristik seseorang bahwa tujuan sesorang melakukan atau tingkah lakunya. persepsi pemeriksaan awal atau skrining IVA responden yang banyak mengatakan salah satunya adalah agar terhindar dari bahwa wanita yang berusia lebih tua kanker mulut rahim, melakukan skrining memiliki resiko menderita kanker IVA dikarekanan besarnya keparahan serviks, banyak yang menyetujui bahwa dari kanker leher rahim dan ada beberapa lebih sering terjadi pada pasien dengan manfaat seseorang melakukan tes HIV yang positif, padahal pada pemeriksaan inspeksi visual asam asetat dasarnya penyakit HIV berbeda dengan di antara adalah dapat segera kanker serviks dan kebanyakan HIV mendapatkan kanker servik pada stadium menyerang system imun. lebih awal, untuk mendeteksi secara dini Jika responden merasa rentan adanya perubahan sel mulut rahim yang dan merasa penyakit itu serius dan dapat mengarah ke kanker mulut rahim manfaat melakukan tes tersebut lebih beberapa tahun kemudian, penanganan banyak dan lebih menguntungkan maka secara dini dapat dilakukan sehingga mereka akan dengan sendirinya terhindar dari kanker mulut rahim, menerima dan antusias mengikuti tes. sehingga pengobatan diharapkan berhasil Sebaliknya jika belum pernah ada suatu lebih baik. (Widihastuti.,et al, 2013). gejala yang serius yang terlihat secara Hasil penelitian ini didukung jelas pada dirinya atau orang disekitarnya oleh Oktaviana (2015) yang menyatakan mungkin mereka tidak tetap akan paham bahwa hasil dari analisis data didapatkan atau tidak mau mengerti pentignya tes yang artinya Nilai Negelkerke R2 tersebut. sebesar 63,0% berarti bahwa keempat Pada kasus ini hanya terjadi pada variabel bebas (persepsi kerentanan, kaum wanita saja, pada semua tingkat persepsi keseriusan, persepsi manfaat sosial dan pada tingkatan usia dewasa dan persepsi hambatan) mampu (wanita usia subur). Perlu diperhatikan menjelaskan penggunaan metode bahwa wanita yang sudah menikah dan skrining IVA sebesar 63,0% dan sisanya mempunyai banyak anak mempunyai yaitu sebesar 37,0% dijelaskan oleh resiko lebih besar. Pengalaman dan faktor lain diluar model penelitian yang kepribadian sangat menentukan pada artinya ada hubungan secara statistik fase ini, termasuk dukungan kelompok, signifikan presepsi kerentanan individu, karena itu tes IVA dilakukan pada persepsi keseriusan penyakit, persepsi kelompok wanita usia subur yang dinilai manfaat dan persepsi hambatan dengan beresiko. Merasakan kondisi dirinya penggunaan skrining IVA. sekarang tidak dulu atau bahkan Sebagian besar responden merasakan gejala-gejala penyakit yang mempunyai sikap rendah terhadap tes timbul sehat seperti mengalami keluhan IVA, berdasarkan hasil wawancara pada daerah kewanitaannya. Responden responden menyatakan hanya juga berpendapat bahwa tes IVA dapat mengetahui bahwa dirinya rentan terkena meningkatkan kesempatan seorang suatu penyakit dalam hal ini kanker wanita yang tidak dapat hamil menjadi PROSIDING SEMINAR NASIONAL 176 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

hamil, sedangkan tes IVA hanya tes responden wanita usia subur (WUS) pencegahan secara dini kanker serviks. mempunyai sikap rendah terhadap Di harapkan akan mengubah perilakunya pemeriksaan tes IVA, sebagian besar menjadi lebih preventif. responden tidak mengikuti Tes IVA dan Perhitungan manfaat yang hampir seluruh responden mempunyai dirasakan dan hambatan yang akan sikap rendah dan tidak mengikuti tes terjadi jika responden merubah IVA di Desa Penunggul Kecamatan perilakunya, tentu dapat menimbulkan Nguling Kabupaten Pasuruan. Ada efek psikologis, mental dan fisik bagi hubungan sikap (Berdasarkan health WUS untuk melakukan pemeriksaan tes belief model) dengan keikutsertaan tes IVA. Responden mempunyai sikap yang IVA di Desa Penunggul Kecamatan tinggi namun tidak mengikuti tes IVA Nguling Kabupaten Pasuruan. namun juga ada beberapa responden Institusi kesehatan diharapkan yang memahami tentang skrining tes lebih meningkatan pendidikan kesehatan IVA akan tetapi responden ada yang dengan memanfaatkan media kesehatan menyatakan malu jika melakukan tes yang menarik dan interaktif kepada IVA dan takut akan hasil yang masyarakat terutama pada pasangan usia didapatkan setelah tes IVA. Untuk biaya subur tentang pentingnya pencegahan melakukan skrining tes IVA gratis 1 kanker serviks dengan salah satu tahun sekali apabila responden metodenya yaitu skrining tes IVA. menggunakan BPJS apabila tidak mempunyai BPJS maka diharuskan E. REFERENSI membayar 25 ribu rupiah dan biasanya 1. Aminati, D. (2013). Cara Bijak skrining tes IVA dilakukan di Puskesmas Menghadapi dan Mencegah Kanker terdekat. Karena terbatasnya biaya yang Leher Rahim (Serviks). Yogyakarta : biasanya pasangan usia subur yang Brillian Books. diajak untuk melakukan skrining adalah 2. Dewi, N. (2013). Hubungan Tingkat pasangan usia subur yang mempunyai Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia BPJS saja dan mempunyai alat Subur (WUS) dengan Pemeriksaan transportasi untuk melakukan skrining di Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di FKTP atau Puskesmas. Puskesmas Buleleng I. Jurnal Diketahui hanya Wanita usia Magister Kedokteran Keluarga. subur (WUS) tertentu saja yang 3. Hananta.I. (2010). Epidemiologi mengikuti tes IVA sedangkan beberapa Pencegahan Kanker Serviks dan responden lain yang tidak mengikuti, Deteksi Dini. Jogjakarta: Liberty. kemungkinan hal tersebut karena 4. Moon, T. D., Silva-Matos, C., kurangnya informasi baik itu dari Cordoso, A., Baptista, A. J., Sidat, petugas kesehatan maupun saluran M., & Vermund, S. H.(2012). informasi lainnya yang bisa terjadi akibat Implementation of cervical cancer tidak rutin memeriksakan kesehatan dan screening using visual inspection with berkunjung ke fasilitas kesehatan acetic acid in rural Mozambique: terdekat. Perlu diangkat topik terkait successes and challenges using HIV kanker serviks pada kegiatan-kegiatan care and treatment programme diskusi maupun forum kesehatan yang investments in Zambézia Province. ada dimasyarakat karena bisa menjadi (Journal of the International AIDS salah satu pilihan solusi dalam mengatasi Society, 15(2):17406. masalah, karena biasanya akan timbul 5. Mubarak, W. (2011). Promosi pertanyaan-pertanyaan kritis sebelum Kesehatan Untuk Kebidanan. Jakarta: responden memutuskan pilihannya. Salemba Medika. 6. Oktaviana. M. N (2015) Hubungan D. KESIMPULAN Antara Presepsi Kerentanan Individu, Berdasarkan hasil penelitian Keseriusan Penyakit, Manfaat dan diketahui bahwa hampir setengah Hambatan Dengan Penggunan PROSIDING SEMINAR NASIONAL 177 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

skrining Inpeksi Visual Asam Asetat Bidan Prada : Jurnal Ilmiah Pada Wanita Usia Subur.Tesis Kebidanan Vol. 3 No. 1 Edisi Juni Magister Program Studi Ilmu 2012. Kesehatan Masyarakat. Universitas 9. Romauli, S. dan Vindari, A. (2011). Sebelas Maret. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: 7. Rahatgaonkar, Veena (2012). VIA in Nuha Medika. cervical cancer screening . Associate 10. Smart, A. (2010). Kanker Organ 8. Rahma dan Prabandari. (2011). Reproduksi. Yogyakarta : A+ Plus Beberapa Faktor Yang Books. Mempengaruhi Minat Wus (Wanita 11. Widihastuti A. Et al (2013). Modul Usia Subur) Dalam Melakukan Pelatihan Layanan Keshatan Seksual Pemeriksaan Iva (Inspeksi Visual & reproduksi Ramah Remaja untuk Dengan Pulasan Asam Asetat) Di Dokter Praktik Swasta di Daerah Desa Pangebatan Kecamatan Istimeya Yogyakarta, Kemiran Karanglewas Kabupaten Banyumas. UNFPA dan Angsamera instituation

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 178 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

HIDUP SEHAT DENGAN LANSIA DI DESA GAYAMANKECAMATAN MOJOANYAR

Farida Yuliani1) Erfiani Mail2) Nurun Ayati Khasanah3) [email protected] STIKes Majapahit Mojokerto

ABSTRAK

The community service activity aimed to improve the understanding of the Gayaman village community regarding efforts to improve the quality of life of the elderly through an effort to improve the health of the elderly. The method used is lecturing, discussion, question and answer and demonstration about elderly gymnastics. The material given to the elderly is nutrition in the elderly, elderly gymnastics. This activity was attended by 25 elderly people in Gayaman village, Mojoanyar District in February - July 2018. The results obtained were enthusiastic and happy participants with the education and gymnastics of the elderly who were carried out supported with significant results, of which participants were 90% familiar and able apply the theory obtained. Kata kunci :gym, elderly, quality of life.

A. PENDAHULUAN menyuap makanan, juga dapat mengganggu Proses menua dapat terlihat secara aktivitas kegiatan sehari-hari. fisikdengan perubahan yang terjadi pada Pada usia lanjut terjadi penurunan tubuh dan berbagai organ serta penurunan fungsi sel otak, yang menyebabkan penurunan fungsi tubuh serta organ tersebut. Perubahan daya ingat jangka pendek, melambatnya secara biologis ini dapat mempengaruhi status proses informasi, kesulitan berbahasa, gizi pada masa tua. Massa otot yang kesulitan mengenal benda-benda, kegagalan berkurang dan massa lemak yang bertambah, melakukan aktivitas yang mempunyai tujuan mengakibatkan juga jumlah cairan tubuh yang (apraksia) dan gangguan dalam menyususn berkurang, sehingga kulit kelihatan mengerut rencana, mengatur sesuatu, mengurutkan, dan kering, wajah keriput serta muncul garis- daya abstraksi, yang dapat mengakibatkan garis menetap. kesulitan dalam emlakukan aktivitas sehari- Penurunan indera penglihatan akibat hari yang disebut dimensia atau pikun. Gejala katarak pada lansia sehingga dihubungkan pertama adalah pelupa, perubahan dengan kekurangan vitamin A, vitamin C dan kepribadian, penurunan kemampuan untuk asam folat. Sedangkan gangguan pada indera pekerjaan sehari-hari dan perilaku yang pengecap dihubungkan dengan kekurangan berulang-ulang, dapat juga disertai delusi kadar Zn yang juga menyebabkan paranoid atau perilaku anti sosial lainnya. menurunnya nafsu makan. Penurunan indera Akibat proses menua, kapasitas ginjal pendengaran terjadi karena adanya untuk mengeluarkan air dalam jumlah besar kemunduran fungsi sel syaraf pendengaran. juga bekurang. Akibatnya dapat terjadi Banyaknya gigi yang sudah tanggal, pengenceran natrium sampai dapat terjadi mengakibatkan gangguan fungsi mengunyah hiponatremia yang menimbulkan rasa lelah. yang dapat berdampak pada kurangnya Incontinentia urine (IU) adalah asupan gizi pada usia lanjut. pengeluaran urin diluar kesadaran merupakan Penurunan mobilitas usus, salah satu masalah kesehatan yang besar yang menyebabkan gangguan pada saluran sering diabaikan pada kelompok usia lanjut, pencernaan seperti perut kembung, nyeri yang sehingga usia lanjut yang mengalami IU menurunkan nafsu makan, serta susah BAB seringkali mengurangi minum yang dapat yang dapat menyebabkan wasir.Kemampuan menyebabkan dehidrasi. motorik menurun, selain menyebabkan Secara psikologis pada usia lanjut menjadi lamban, kurang aktif dan kesulitan juga terjadi ketidakmampuan untuk PROSIDING SEMINAR NASIONAL 179 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 mengadakan penyesuaian terhadap situasi kepala desa. yang dihadapinya, antara lain sindrom lepas e) Pelaksanaan Program jabatan yang mengakibatkan sedih yang Kegiatan ini dimulai dengan berkepanjangan. melakukan kontrak waktu dengan lansia, kepala desa Gayaman B. METODE PELAKSANAAN untuk menyesuaikan dengan KEGIATAN kegiatan balai desa serta waktu longgar yang dimiliki lansia. 1. Waktu, Lokasi dan Partisipan Semua ibu lansia yangdiundang Kegiatan pengabdian masyarakat diharapkan hadir dan mengikuti STIKES Majapahit Mojokerto ini kegiatan mulai dari sesi pertama dilakukan pada bulan Februari-Juli awal hingga sesi yang terakhir. 2018 di Desa Gayaman Kecamatan Setiap sesi dilakukan 1 kali Mojoanyar Mojokerto. pertemuan setiap minggu selama 120 menitsetiap sesinya. Selama 2. Alat dan Bahan pelaksanaan kegiatan ini bidan Peralatan dan bahan yang digunakan setempat juga ikut sertadalam dalam kegiatan penyuluhan banner, kegiatan. buku tulis, pena, materi penyuluhan Kegiatan ini secara garis besar yang disiapkan dalam bentuk power menunjukkan hal yang point dan leaflet serta tape recorder menggembirakan yaitu100 % untuk pelaksanaan senam lansia. peserta merespon positif dalam hal kemanfatan yang sangat 3. Metode Pelaksanaan Kegiatan tinggi untukmenjalani masa Metode yang digunakan dalam tuanya dengan sehat dan kegiatan ini dilakukan secara bermanfaat. bertahap a) Survei Lapang C. HASIL DAN PEMBAHASAN Survei lapang bertujuan Hasil kegiatan pengabdian untukmengamati situasi dan masyarakat ini dapat diukur dengan keadaan desa yang direncanakan melakukan analisa hasil kuesioner sebagai objek sasaran. tentang hidup sehat dengan lansia di b) Menentukan Sasaran desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Sasaran program ini adalah Mojokerto. semua lansia yang ada di dusun Tambak rejo dan Gayaman di D. KESIMPULAN DAN SARAN Desa Gayaman Kecamatan Pelaksanaan pengabdian Mojoanyar Kabupaten masyarakat ini membawa dampak yang Mojokerto. cukup bagus dimana kesehatan para c) Koordinasi lansia terpantau dengan bagus. Selain Berkoordinasi dengan warga dari pada itu kegiatan ini tetap berlanjut masyarakat, kader desa, serta meskipun kegiatan pengabdian kepala desa untuk menentukan masyarakt telah selesai dilaksanakan kesepakatanmufakat antara Perlunya dukungan dana dari pihak pelaksana program dengan terkait agar pelaksanaan kegiatan tetap masyarakat dan pihak desa. berjalan dengan berkesinambungan. d) Sosialisasi Program Sosialisasi program bertujuan 5. REFERENSI untuk memberikan informasi 1. Saroha Pinem (2009), Kesehatan mengenai rencana serangkaian Reproduksi dan Kotrasepsi, Jakarta, pelaksanaan program yang Trans Info Media disampaikan kepada kader, dan 2. Depkes RI, (2002) Pedoman umum gizi seimbang, Jakarta, Depkes RI PROSIDING SEMINAR NASIONAL 180 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

3. Erna Francin, dkk (2014), Gizi dalam 5. Nancie Herbold, (2013), Buku saku kesehatan reproduksi, Jakarta, EGC nutrisi, Jakarta, EGC 4. Budi Santoso, dr (2007) Panduan 6. Anna Glasier, (2005), Keluarga Kesehatan Reproduksi Wanita, berencana dan kesehatan reproduksi, Jakarta, SKP Publishing Jakarta, EGC.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 181 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

UPAYA PENINGKATAN STATUS KESEHATAN PADA BAYI DAN BALITA MELALUI KELAS BALITA

Dyah Siwi Hety, M.Kes1), Ika Yuni Susanti, MPH2), Dyah Permata Sari, S.ST, SKM, MM3) 123)Prodi D3 Kebidanan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit [email protected] [email protected] [email protected]

Abstract Most people do not understand and implement health specifically regarding personal hygiene, habits that exist in the community from them after the activity does not directly wash their hands but immediately eat food so that it is possible for many bacteria to stick to food, which can eventually cause health problems , especially those who have babies and toddlers. Sometimes parents also do not understand how to care for your child, especially when bathing. Personal hygiene problems, especially in terms of washing hands and how to provide babies, are sometimes underestimated by some people, but that is the beginning of germs entering the body. For mothers who have babies and toddlers is important about washing hands and how to bathe their sons and daughters. The purpose of Community Service is to increase knowledge, change attitudes and behavior of mothers to understand about improving the health status of infants and toddlers in Ds. Awang-Awang Village, Mojosari District, Mojokerto Regency. The toddler baby class meeting was held 2 times the material giving meeting and 3 times for evaluation according to the results of the facilitator's agreement with the participants. At each meeting, the class material for toddlers to be delivered is tailored to the needs and conditions, but still prioritizes the subject matter. At the end of each meeting the practice of preparing healthy menus for infants and toddlers was conducted. This activity is an activity / material, after arriving at home it is expected to be practiced. The success of this program is expected by Toddler's mother, where mothers who have children aged 0-5 years together and always discuss, exchange opinions, exchange experiences on the fulfillment of health, nutrition, and stimulation of growth and development are guided by the facilitator. Keywords : health status, infants, toddlers

A. PENDAHULUAN merupakan hal yang penting tentang cuci Kebanyakan masyarakat kurang tangandan cara memandikan putra putrinya. memahami dan melaksanakan kesehatan Oleh karena itu kami dari STIKes Majapahit khususnya mengenai kesehatan diri sendiri akan memberikan pendidikan dan pelatihan (personal hygiene), kebiasaan yang ada di tentang pentingnya mencuci tangan dan cara masyarakat dari mereka setelah aktivitas tidak memandikan bayi dengan baik dan benar. langsung cuci tangan tetapi langsung Desa Awang-awang Kecamatan menyantap makanan sehingga dimungkinkan Mojosari Kabupaten Mojokerto terdiri dari 5 banyak bakteri yang menempel di makanan, dusun, yaitu: Dusun Candisari, Dusun yang akhirnya akan dapat menimbulkan Candirejo, Dusun Awang-awang, Dusun masalah kesehatan, terutama yang Meduran dan Dusun Wotlemah. Kegiatan mempunyai anak bayi dan balita. Kadang para pendidikan dan pelatihan ini dilakukan orang tua juga kurang memahami cara dengan membentuk kelompok klas bayi balita bagaimana merawat si kecil terutama masalah perdusun. Kegiatan kelas bayi balita bertujuan memandikan. Masalah kebersihan diri untuk memberikan pengalaman dan terutama pada hal cuci tangan dan cara pengetahuan kepada ibu yang mempunyai meamndikan bayi kadang di anggap remeh bayi dan balita tentang masalah kebersihan oleh sebagian masyarakat, akan tetapi itulah diri atau personal hygiene. Kegiatan tersebut awal terjadinya kuman masuk dalam tubuh. juga untuk meningkatkan interaksi antar ibu Bagi ibu-ibu yang mempunyai bayi dan balita yang mempunyai bayi balita agar mereka PROSIDING SEMINAR NASIONAL 182 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 dapat bertukar pikiran dan pengalaman C. HASIL DAN PEMBAHASAN seputar peningkatan status kesehatan bayi dan Pelaksanaan kegiatan pengabdian pada balita melalui kelas bayi balita yaitu cara masyarakat dimulai dengan melakukan mencuci tangan yang baik dan benar. penyusunan proposal kemudian persiapan materi dan koordinasi dengan Bidan B. METODE PELAKSANAAN penanggung jawab untuk menyesuaikan Metode yang digunakan dalam kegiatan ini dengan kegiatan ibu balita dan pengasuh. dilakukan secara bertahap Kegiatan dilaksanakan di Desa awang-awang 1. Survei Lapangan. Jumlah peserta sebanyak 60 ibu Survei lapangan bertujuan untuk balita/pengasuh. mengamati situasi dan keadaan desa Kegiatan ini secara garis besar yang direncanakan sebagai objek menunjukkan hasill yang menggembirakan sasaran. yaitu hampir 100% peserta merespon positif 2. Menentukan Sasaran dalam kemanfatan yang sangat tinggi. Kelas Sasaran program kelas bayi balita yaitu balita dilaksanakan 2 kali tatap muka dengan ibu/pengasuh yang mempunyai bayi tenggang waktu 1 minggu. Setiap pertemuan dan balita di Desa Awang-awang diikuti hampir 60 ibu balita. Kecamatan Mojosari Kabupaten Kegiatan dibagi dalam 2 sesi yakni, sesi Mojokerto sebanyak 60 peserta. pemaparan materi dan dilanjutkan dengan sesi 3. Koordinasi tanya jawab. Dari sesi tanya jawab yang Berkoordinasi dengan warga masyarakat, dilakukan bersama bidan, peserta cukup kader desa, bidan desa, serta lurah untuk antusias, yang ditunjukkan dengan banyaknya menentukan kesepakatan mufakat antara yang bertanya. pelaksana program dengan masyarakat Interaksi dan berbagi pengalaman dan pihak desa. antar peserta (ibu/pengasuh bayi dan 4. Sosialisasi Program balita) dengan bidan/tenaga kesehatan Sosialisasi program bertujuan untuk tentang peningkatan status gizi memberikan informasi mengenai diharapkan dapat memerbaiki tata nilai rencana serangkaian pelaksanaan masyarakat dalam pendidikan kesehatan program yang disampaikan kepada kader, bidan, dan kepala desa. khususnya ibu/pengasuh yang mempunyai 5. Pelaksanaan Program bayi dan balita. Pertemuan kelas bayi balita dilakukan 2 Hasil evaluasi kegiatan kelas balita di kali pertemuan pemberian materi dan 3 Desa Awang-awang : kali untuk evaluasi sesuai dengan hasil 1. Kegiatan berjalan dengan lancar, peserta kesepakatan fasilitator dengan peserta. mengikuti kegiatan dengan tertib. Pada setiap pertemuan, materi kelas bayi 2. Dari kegiatan tersebut peserta dapat balita yang akan disampaikan disesuaikan mengetahui tentang balita dan kebutuhan dengan kebutuhan dan kondisi, tetapi bayi. tetap mengutamakan materi pokok. Pada setiap akhir pertemuan dilakukan praktik D. SIMPULAN cara cuci tangan dan cara memandikan 1. Adanya peningkatan pengalaman antar bayi yang baik dan benar. Kegiatan ini peserta tentang status kesehatan pada bayi merupakan kegiatan/materi, setelah dan balita. sampai di rumah diharapkan dapat 2. Adanya peningkatan pemahaman, sikap dipraktekkan. Waktu pertemuan dan perilaku ibu yang mempunyai bayi disesuaikan dengan kesiapan ibu-ibu, bisa dan balita tentang status kesehatan pada dilakukan pada pagi atau sore hari . bayi dan balita.

E. REFERENSI 1. A.Poter, Patricia, Pery, 2012, Ketrampilan dan Prosedur Dasar, Mosby : Elsevier Science PROSIDING SEMINAR NASIONAL 183 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

2. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Masyarakat. 2009. Pedoman pelaksanaan Indonesia kelas ibu bayi. Jakarta: Departemen 4. Niken. (2010). SAP Cara Mencuci Kesehatan RI. Tangan. http://rentalhikari. 3. Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Wordpress.com/2009/11/06/ sap-cara- Indonesia Tahun 2015. Jakarta: mencuci-tangan/. Diunduh 10 Maret 2018.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 184 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA DENGAN MASALAH KESEHATAN JIWA

Nurul Mawaddah1, Abdul Muhith2 1,2Program Studi Ilmu Keperawatan, Stikes Majapahit Mojokerto [email protected] [email protected]

ABSTRACT

The high number of mental and mental emotional cases requires handling efforts to overcome and prevent the occurrence of mental health disorders in the community, namely through primary, secondary and tertiary prevention efforts. One program that can be done to overcome mental health problems in the community is a home visit program. This service was carried out as an effort to improve the ability of patients and families to overcome mental health problems, both in the group of cases experiencing mental disorders and groups of risk cases or psychosocial problems. Home visits are conducted every 2 times a week, with a frequency of visits of each patient and family of 4 visits, with the target audience in this activity being families with family members with mental disorders and families with psychosocial problems, namely 12 patients and their families. The method used is to make a home visit to provide nursing care to patients and families. Assessment of patient and family abilities was carried out before and after the provision of nursing care by observation based on the standard of nursing care (SAK) and the results of all participants (100%) experienced an increase in the ability of patients with an average score increase of 5 points, while family abilities increased 4.25 points. Furthermore, it is expected that the mental health program responsible for the Puskesmas can develop mental health services aimed at clients and families through a home visit program so that the improvement in the ability of clients and families can be optimized. Keywords: patient ability, family ability, mental health problems, home visits

A. PENDAHULUAN Lingkup masalah kesehatan jiwa Berdasarkan undang – undang meliputi 1) perubahan fungsi jiwa yang Kesehatan Jiwa Tahun 2014, kesehatan jiwa menimbulkan penderitaan pada individu merupakan suatu kondisi dimana seorang (distres) dan atau hambatan dalam individu dapat berkembang secara fisik, melaksanakan fungsi sosialnya; serta 2) mental, spiritual dan sosial sehingga individu masalah psikososial yang merupakan tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat perubahan dalam kehidupan individu baik mengatasi tekanan, dapat bekerja secara yang bersifat psikologis maupun sosial produktif, dan mampu memberikaan sebagai faktor penyebab timbulnya berbagai kontribusi untuk komunitasnya. gangguan jiwa (Dalami, 2010). Selama ini masyarakat menganggap Kesehatan jiwa telah menjadi bagian bahwa masalah kesehatan jiwa merupakan masalah kesehatan masyarakat. Salah satu masalah orang-orang yang memiliki pemicu terjadinya berbagai masalah dalam gangguan jiwa saja atau yang kerap disebut kesehatan jiwa adalah dampak modernisasi orang awam sebagai orang gila. Padahal dan globalisasi dimana tidak semua orang kesehatan jiwa merupakan bagian yang siap untuk menghadapi cepatnya perubahan integral dari kesehatan, yang mempunyai dan kemajuan teknologi baru dan tuntutan cakupan yang lebih luas dan merupakan hidup yang tinggi. Masyarakat di satu sisi kebutuhan bagi setiap orang, baik orang yang dituntut agar mencapai kualitas yang lebih sehat jiwa, seseorang dengan resiko psiko- baik sehingga mampu bersaing dalam sosial maupun orang dengan gangguan jiwa persaingan global namun pada waktu yang berat atau yang sering disebut dengan sama harus mampu mengatasi berbagai gangguan jiwa. tuntutan dan tekanan hidup yang berat. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 185 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Adanya perubahan dalam kehidupan suatu pendekatan keperawatan kesehatan individu, baik yang bersifat psikologis yang tradisional untuk merawat individu dan ataupun sosial berpotensi cukup besar sebagai keluarga. Basavanthappa (2011) juga faktor penyebab terjadinya masalah gangguan menegaskan bahwa home visit pada pasien kesehatan jiwa. Dalam rentang sehat jiwa gangguan jiwa berbeda dalam fokus, waktu menggambarkan tentang kesehatan jiwa yang dibutuhkan, dan intensitas dan hasilnya dalam sebuah rentang respon dari kondisi jika dibandingkan dengan kunjungan rumah adaptif sampai dengan kondisi maladaptif yang biasa dilakukan pada pasien dengan yang terdiri dari sehat jiwa, masalah penyakit lainnya. pasikososial dan gangguan jiwa. Seseorang Pada kegiatan pengabmas ini, kunjungan dikatakan sehat jiwa apabila individu tersebut rumah tidak hanya difokuskan memantau mempunyai respon adaptif terhadap masalah perkembangan pasien gangguan jiwa, tetapi psikososial yang muncul. Adapun kriteria juga memberikan penyuluhan pada keluarga kesehatan jiwa adalah mampu bersikap positif pasien gangguan jiwa sehingga menjadi aktif terhadap diri sendiri, pertumbuhan dan dalam membantu merawat pasien. Selain perkembangan serta aktualisasi diri yang baik, sasaran pada pasien gangguan jiwa, program mempunyai otonomi dan kemantapan diri, kunjungan juga dilakukan pada keluarga mempunyai integrasi dan ketanggapan dengan tingkat perkembangan mulai dari emosional, persepsi realitas yang akurat serta infant sampai lansia serta keluarga yang penguasaan lingkungan dan kompetisi sosial memiliki masalah psikososial sehingga tidak yang baik. menjadi gangguan. Hal ini diharapkan Menurut data riset kesehatan dasar masyarakat memiliki kemampuan dalam 2013 (Riskesdas), angka kejadian gangguan mengatasi masalah kesehatan jiwa. jiwa berat secara nasional (seperti psikosis/skizofrenia) sebesar 1,7 permil, B. METODE PENGABDIAN sedangkan gangguan mental emosional secara 1. Waktu dan Tempat Pengabdian nasional (seperti kecemasan, depresi, dll) Kegiatan pengabdian ini sebesar 6 %. Untuk menangani permasalahan dilaksanakan selama 2 bulan. Masing- di atas, diperlukan strategi khusus untuk masing klien dilakukan kunjungan mengatasi serta mencegah terjadinya sebanyak 2 kali dalam seminggu di Desa gangguan kesehatan jiwa masyarakat. Adapun Petak Kecamatan Pacet Kabupaten upaya pencegahan gangguan kesehatan jiwa Mojokerto. ada tiga, yaitu pencegahan primer, sekunder, 2. Metode dan Rancangan Pengabdian dan tersier. Pencegahan primer dilakukan Kegiatan ini dimulai dengan pada kelompok masyarakat yang sehat melakukan perijinan untuk melaksanakan dimana pencegahan ini bertujuan untuk kegiatan pengabdian masyarakat yang mencegah timbulnya gangguan jiwa serta ditujukan ke Bupati Mojokerto, Dinas untuk mempertahankan dan meningkatkan Kesehatan, Kecamatan Pacet, Puskesmas kesehatan jiwa masyarakat. Pada pencegahan Pacet dan selanjutnya diberikan pengantar sekunder fokus kegiatan pada masyarakat ke Kepala Desa Petak. Tim pengabdian yang beresiko, tujuan dari pencegahan ini masyarakat melakukan kegiatan dengan untuk menurunkan kejadian gangguan jiwa. melakukan kunjungan rumah pada pasien Pencegahan tersier, fokus kegiatan pada dan keluarga, untuk memberikan asuhan kelompok masyarakat yang mengalami keperawatan pada pasien dan keluarga gangguan jiwa. Kegiatan pada pencegahan ini serta mendokumentasikan dalam catatan berupa rehabilitasi dengan memberdayakan perkembangannya. Kunjungan rumah pasien dan keluarga hingga dapat mandiri dilakukan tiap 2 kali seminggu, dengan (Keliat dkk., 2011). frekuensi kunjungan tiap pasien dan Salah satu program kegiatan yang dapat keluarga sebanyak 4 kali kunjungan. dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan Penilaian kemampuan pasien dan jiwa di masyarakat adalah program kunjungan keluarga dilakukan sebelum dan setelah rumah (home visit). Clark dalam Mahamba pemberian asuhan keperawatan (2009) menggambarkan home visit sebagai PROSIDING SEMINAR NASIONAL 186 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

berdasarkan standar asuhan keperawatan 5. Teknik Analisis Data (SAK) jiwa. Untuk mengetahui perbedaan 3. Khalayak Sasaran kemampuan pasien dan keluarga sebelum Kegiatan pengabdian ini dilakukan dan sesudah kegiatan pengabdian ini dengan sasaran pada : 1) keluarga dengan maka data perlu dianalisis dengan uji anggota keluarga yang mengalami statistik sehingga besarnya perbedaan gangguan jiwa misalnya sedih hasil dapat dilihat. Uji statistik yang berkepanjangan dalam waktu lama, digunakan adalah uji Wilcoxon Signed Kemampuan melakukan kegiatan sehari– Rank Test. hari (kebersihan, makan, minum, aktivitas) berkurang, Motivasi untuk C. HASIL DAN PEMBAHASAN melakukan kegiatan menurun (malas), 1. Hasil Pelaksanaan Kegiatan Marah–marah tanpa sebab, Bicara atau Pelaksanaan kegiatan pengabdian tertawa sendiri, Mengamuk, Menyendiri, kepada masyarakat ini membawa hasil Tidak mau bergaul, Tidak yang nyata sesuai dengan tujuan program memperhatikan penampilan/kebersihan yang sudah dirumuskan sebelumnya. diri, Mengatakan atau mencoba bunuh Kegiatan pengabdian ini dilakukan pada diri. serta 2) Keluarga dengan masalah 12 peserta dengan masalah kesehatan psikososial, yaitu keluarga yang anggota jiwa. 4 peserta dengan gangguan jiwa (1 keluarganya mempunyai masalah peserta dengan masalah keperawatan psikososial misalnya Kehilangan anggota isolasi sosial, 1 peserta dengan masalah tubuh, Kehilangan atau perpisahan keperawatan harga diri rendah kronis, dan dengan orang dicintai, Kehilangan 2 peserta dengan defisit perawatan diri), pekerjaan, harta benda, tempat tinggal, sedangkan 6 peserta mengalami maslaah sekolah, Keluarga dengan penyakit kronis psikososial atau resiko (3 peserta dengan : TBC, hipertensi, diabetes, penyakit masalah keperawatan ansietas, 2 peserta jantung, ginjal dan reumatik, Keluarga dengan masalah keperawatan harga diri dengan ibu hamil atau ibu melahirkan, rendah situasional dan 1 peserta dengan Sering Pusing, Keluhan fisik berulang, masalah keperawatan keputusasaan). Gangguan tidur, gangguan makan, dan Evaluasi yang dilakukan menunjukkan lain-lain. bahwa seluruh peserta baik pasien 4. Tehnik dan Instrumen Pengumpulan maupun keluarga mengalami peningkatan Data kemampuan dalam mengatasi masalah Data yang dikumpulkan dalam kesehatan jiwa yang mereka alami. kegiatan ini adalah kemampuan pasien Tabel 1. Hasil evaluasi kemampuan pasien dan keluarga dengan masalah kesehatan dan keluarga dengan masalah jiwa. Dalam pelaksanaannya sebelum kesehatan jiwa diberian asuhan keperawatan dilakukan Kategori f % penilaian kemampuan pasien dan Kemampuan pasien keluarga dengan masalah kesehatan jiwa. Ada peningkatan 12 100 Selanjutnya diberikan asuhan Tidak ada peningkatan 0 0 keperawatan sesuai dengan masalah keperawatan yang dialami, baik yang Kemampuan keluarga mengalami masalah gangguan jiwa Ada peningkatan 12 100 maupun resiko atau mengalami masalah Tidak ada peningkatan 0 0 psikososial sebanyak 4 kali kunjungan. Setelah itu masing-masing dilakukan penilaian terhadap kemampuan pasien Berdasarkan tabel 1 di atas dan keluarga sesuai dengan masalah menunjukkan bahwa seluruh peserta kesehatan jiwa yang dialami setelah mengalami peningkatan baik diberikan asuhan keperawatan. kemampuannya dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa yang dialami. Besarnya

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 187 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

peningkatan skor yang diperoleh dan hasil menunjukkan bahwa seluruh pasien dan uji statistik dapat dilihat pada tabel 2 keluarga mengalami peningkatan berikut. kemampuan dalam mengatasi masalah Tabel 2. Hasil evaluasi perbedaan kesehatan jiwa. Berbagai studi telah kemampuan pasien dan keluarga dilakukan untuk mengetahui efektifitas (pre test dan post test) pemberian asuhan keperawatan pada pasien Median p dengan masalah kesehatan jiwa untuk Kategori n (minimum- value meningkatkan kemampuannya dalam maksimum) mengatasi masalah kesehatan jiwa dalam Kemampua bentuk terapi generalis yang sesuai dengan n pasien standar asuhan keperawatan jiwa. Pre 12 2,5 (2-6) 0,011 Berdasarkan hasil studi peneliti sebelumnya Post 12 7 (6-11) menunjukkan bahwa dengan pemberian terapi generalis keperawatan dapat Kemampua meningkatkan kemandirian klien ODGJ n keluarga secara bermakna dibandingkan yang tidak Pre 12 1 (1-2) 0,011 diberikan terapi generalis keperawatan Post 12 5 (4-9) (Mawaddah, 2016). Sedangkan hasil studi Rahmiyati (2013) menunjukkan bahwa pemberian terapi individu generalis mampu Berdasarkan hasil uji statistik dengan meningkatkan kemampuan perawatan diri uji Wilcoxon Signed Rank Test diperoleh klien dengan gangguan jiwa. Pemberian nilai p value < α yang menunjukkan terapi generalis ini dapat membantu bahwa ada perbedaan skor kemampuan meningkatkan kemandirian klien karena pasien dan keluarga antara sebelum dan dalam panduan standar asuhan sesudah dilakukan kegiatan pengmas ini, keperawatan ini klien diajarkan utnuk dengan rata-rata peningkatan skor sebesar dapat mengatasi masalahnya sesuai 5 point untuk kemampuan pasien. dengan diagnosa pada masing-masing Sedangkan kemampuan keluarga klien dan dapat menjalankan kegiatan mengalami peningkatan sebesar rata-rata sehari-hari secara wajar dan mandiri. 4,25 point. Selain itu kegiatan pengabdian ini tidak hanya dilakukan upaya peningkatan 2. Pembahasan kemampuan pada pasien saja, tetapi Kegiatan pengabdian mayarakat ini keluarga juga diberikan asuhan dilakukan dengan melakukan kunjungan keperawatan. Hal ini disebabkan karena rumah sebanyak 4 kali dengan keluarga adalah caregiver yang mampu memberikan intervensi keperawatan yang meningkatkan kemandirian pasien sehari diberikan dalam bentuk standar asuhan hari dengan memberikan support kepada keperawatan (SAK) jiwa yang merupakan pasien untuk mengatasi masalahnya panduan bagi perawat dalam melakukan sendiri dan mandiri dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dan aktifitas sehari-hari. Hasil kegiatan ini keluarga sesuai dengan masalah sesuai dengan studi yang dilakukan oleh kesehatan jiwa yang dialami. Pemberian Keliat dkk. (2011) mengenai penerapan intervensi ini tidak hanya diberikan kepada model CMHN Jakarta dengan intervensi pasien sebagai individu, tetapi juga diberikan yang dilakukan berupa pemberian asuhan kepada keluarga sebagai unit sosial terdekat keperawatan pada pasien dan health dengan klien yang juga memerlukan education kepada keluarga. intervensi dalam merawat anggota Selain itu, adanya peningkatan keluarganya yang mengalami masalah kemampuan dalam mengatasi masalah kesehatan jiwa. kesehatan jiwa juga disebabkan karena Berdasarkan hasil dari kegiatan yang masing-masing peserta dilakukan sudah dilakukan tim pengabdian masyarakat kunjungan berulang-ulang, yaitu sebanyak 4 kali kunjungan atau 2 kali PROSIDING SEMINAR NASIONAL 188 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018 dalam seminggu. Hal ini disebabkan D. SIMPULAN, SARAN, DAN karena dalam merubah perilaku REKOMENDASI diperlukan pembudayaan yang lebih lama Berdasarkan hasil kegiatan dan diperlukan kekonsistenan pengabdian ini dapat disimpulkan bahwa pendampingan pada klien dan keluarga ada peningkatan kemampuan pasien dan agar perilaku yang sudah baik dapt keluarga dalam mengatasi masalah bertahan dan meningkat. Menurut kesehatan jiwa yang dialami. Diharapkan Varcarolis & Halter (2010) pembentukan peserta dapat terus meningkatkan perilaku dapat dilakukan dengan kemampuannya dalam mengatasi masalah memberikan stimulus secara berulang- kesehatan jiwa. penangungjawab program ulang sehingga menjadi pola perilaku. kesehatan jiwa di Puskesmas juga Hasil studi ini juga sesuai dengan studi diharapkan dapat mengembangkan Ersida dkk. (2016) yang menunjukkan pelayanan kesehatan jiwa dengan sasaran adanya hubungan antara kunjungan klien dan keluarga. Sehingga peningkatan rumah yang aktif dengan keamdirian kemampuan klien dan keluarga dapat keluarga dalam perawatan pasien. Dengan optimal dengan keberlanjutan kunjungan adanya kunjungan rumah memberikan dari petugas puskesmas dengan kesempatan kepada perawat untuk pemberian asuhan keperawatan sesuai memahami klien secara lebih terbuka. diagnosa keperawatan yang muncul pada Berdasarkan hasil kegiatan klien sesuai dengan pedman SAK. pengabmas ini diketahui bahwa faktor Selanjutnya intervensi secara individu yang menyebabkan terjadinya masalah baik klien maupun keluarga dapat kesehatan jiwa diantaranya adalah tingkat dilakukan secara berkelompok maupun pendidikan dan jenis kelamin. Tingkat dilanjutkan untuk pemberian terapi pendidikan responden hampir seluruhnya spesialis. memiliki tingkat pendidikan yang rendah yaitu di bawah SMA. Hal ini secara tidak E. DAFTAR PUSTAKA langsung dapat mempengaruhi kognitif, 1. Basavanthappa, B. (2011). Essential psikomotor dan afektif klien dalam of Mental Health Nursing (1st ed.). meningkatkan kemampuannya mengatasi India: Jaypee Brother Medical masalahnya. Stuart (2009) menyatakan Publisher bahwa tingkat pendidikan yang rendah 2. Dalami, Ermawati. 2010. Konsep menyebabkan motivasi yang rendah untuk Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta : menjalani pengobatan. Individu dengan Trans Info Media. tingkat pendidikan yang rendah juga 3. Ersida, Hermansyah, Endang M. menjadi kurang peka terhadap informasi- (2016). Home Visit Perawat dan informasi terkait pengobatannya. Kemandirian Keluarga dalam Seluruh peserta dalam kegiatan Perawatan Halusinasi pada Pasien pengabmas ini adalah berjenis kelamin Schizophrenia. Jurnal Ilmu perempuan. Perempuan lebih rentan Keperawatan (2016) 4:1 mengalami maslaah emosional atau 4. Kemenkes RI. (2013). Riset psikososial. Hasil ini sesuai dengan studi Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Riskesdas (2013) yang menyatakan Jakarta: Kemenkes RI. bahwa kelompok yang rentan mengalami 5. Kemenkes RI. (2014). UU RI No. 18 gangguan emosional adalah perempuan Tahun 2014 Tentang Kesehatan Jiwa. (14%). Jakarta : Kemenkes RI.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL 189 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

REVITALISASI POSYANDU MELALUI PEMBINAA KADER KESEHATAN SEBAGAI KONSELOR ASI DI DESA MOJORANU KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO

Sulis Diana1), Ferilia Adiesti2) Dyah Permata Sari3) 123Prodi D3 Kebidanan , STIKes Majapahit Mojokerto email: [email protected] email: [email protected] email: [email protected]

ABSTRACT

Exclusive breast milk (ASI) based on Government Regulation Number 33 of 2012 is breast milk given to babies from birth for six months, without adding and / or replacing with other foods or drinks (except drugs, vitamins and minerals) (Ministry of Health, Republic of Indonesia, 2017). Through these activities, it is hoped that the spirit of toddlers 'parents can routinely bring their children to the posyandu, as well as giving rewards to cadres for their service to the community. It is hoped that this activity can trigger cadres' enthusiasm. It was held on March 4 - June 2018 at 3 Posyandu. Each was followed by a village midwife,12 village alert cadres and 3 resource persons (lecturers), and students. Evaluation activities of health cadres as counselors in providing guidance to mothers and families in exclusive breastfeeding use an assessment format with good results and increase public awareness of the importance of exclusive breastfeeding to their babies. Evaluation monitoring is carried out for 6 months (supervision every 2 weeks) by providing assistance to cadres. Keyword: Revitalization, posyandu, counselor.

A. PENDAHULUAN lain (kecuali obat, vitamin, dan mineral) Program pembangunan kesehatan di (Kemenkes RI, 2017). ASI mengandung gizi Indonesia dewasa ini masih diprioritaskan tinggi yang sangat bermanfaat untuk pada upaya peningkatan derajat kesehatan ibu kesehatan bayi. Badan Kesehatan Dunia dan anak, terutama pada kelompok yang (WHO) merekomendasikan bayi untuk paling rentan kesehatan yaitu ibu bersalin dan mendapatkan ASI eksklusif selama enam bayi pada masa perinatal.Hal ini ditandai bulan. Namun ternyata, capaian ASI eksklusif Berdasarkan Survey Demografi dan di Indonesia belum mencapai angka yang Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002/2003, diharapkan. Berdasarkan data yang angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih dikumpulkan International Baby Food Action berada pada angka 307 per 100.000 kelahiran Network (IBFAN) 2014, Indonesia hidup dan SDKI 2012 menunjukkan AKI menduduki peringkat ke tiga terbawah dari 51 meningkat menjadi359/100.000kelahiran negara di dunia yang mengikuti penilaian hidup. Sedangkan data SUPAS 2015 status kebijakan dan program pemberian menunjukkan AKI sebesar 305/100.000 makan bayi dan anak (Infant-Young Child kelahiran hidup.Demikian pula angka Feeding). Hal Ini menunjukkan, pemberian kematian bayi (AKB), khususnya angka ASI sebagai makanan pertama bayi masih kematian bayi baru lahir (neonatal) masih kurang. Padahal, penurunan gizi anak hingga berada pada kisaran 20 per 1000 kelahiran menyebabkan anak bergizi kurang hingga hidup. buruk dan tumbuh pendek (stunting) dapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif dicegah sedini mungkin dengan pemberian berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 ASI eksklusif dan MPASI yang benar Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan (Pramita Ecka, 2017). kepada bayi sejak dilahirkan selama enam Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 bulan, tanpa menambahkan dan/ atau menunjukkan bahwa adanya perbaikan status mengganti dengan makanan atau minuman IMD pada anak umur 0-23 bulan di Indonesia. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 190 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

Proporsi status IMD menurut Riskesdas tahun B. METODE PENELITIAN 2013-2018 menunjukkan tren peningkatan Jenis penelitian ini adalah penelitian 23,7% (Riskesdas 2013 adalah 34,5% ekperimen atau perlakuan dengan membina meningkat menjadi 58,2% pada Riskesdas para kader kesehatan untuk menjadi konselor 2018) dengan status IMD pada anak tahun ASI. dilaksanakan pada tanggal 4 maret – juni 2018 <1 jam lebih tinggi 68,2% (84,1%) 2018 pada 3 posyandu . Masing-masing daripada yang ≥1 jam (15,9%). Demikian diikuti oleh, bidan desa, 12 orang kader desa juga proporsi pola pemberian ASI pada bayi siaga dan 3 orang nara sumber (dosen), dan umur 0-5 bulan menunjukkan bahwa status mahasiswa. . Studi kasus pada penelitian ini pemberian ASI esklusif lebih tinggi 24,7% dimaksudkan untuk meningkatkan peran (37,3%) daripada ASI parsial (9,3%) dan ASI kader dalam revitalisasi posyandu di Desa predominan (3,3%). Sedangkan proporsi ASI Mojoranu Kec. Sooko Kab. Mojokerto. Alat eksklusif (Riskesdas 2018) berdasarkan yang digunakan untuk mengumpulkan data karakteristik menunjukkan bahwa pemberian dengan menggunakan panduan wawancara ASI eksklusif lebih banyak diberikan pada untuk mengetahui kemampuan awal. Panduan jenis kelamin anak laki-laki (38,7%) daripada wawancara mendalam digunakan untuk perempuan (35,9%). Berdasarkan pendidikan melakukan wawancara dengan responden ibu proporsi pemberian ASI eksklusif yang terpilih dalam rangka untuk tertinggi berada pada status pendidikan ibu mendapatkan informasi sesuai dengan tujuan tamat SLTA/MA (41,9%) dan berdasarkan penelitian.kemudian kader diberi pelatihan tempat tinggal pemberian ASI eksklusif lebih selama 3 hari sebagai konselor ASI. Hal banyak beradadi area perkotaan (40,7%) tersebut tidak sesuai dengan tugas dan daripada pedesaan (33,6%). Meskipun tanggunjawabnya sebagai kader. Sarana proporsi status IMD menurut Riskesdas tahun prasarana. 2013-2018 menunjukkan tren peningkatan 23,7% akan tetapi cakupan ini masih belum C. HASIL DAN PEMBAHASAN memenuhi target IMD tahun 2019 yaitu 50%. a. Hasil Riskesdas 2018 Terkait Adapun faktor-faktor yang Kesehatan Anak (IMD Dan ASI menyebabkan cakupan pemberian IMD dan Eksklusif). ASI eksklusif belum memenuhi target adalah Berdasarkan hasil Riskesdas 2018 1) belum semua Rumah Sakit menerapkan 10 menunjukkan bahwa adanya perbaikan LMKM (Langkah Menuju Keberhasilan status IMD pada anak umur 0-23 bulan di Menyusui), 2) belum semua bayi memperoleh Indonesia. Proporsi status IMD menurut IMD, 3) jumlah konselor menyusui yang Riskesdas tahun 2013-2018 menunjukkan masih sedikit (secara nasional, jumlah tren peningkatan 23,7% (Riskesdas 2013 konselor menyusui baru mencapai 2.921 adalah 34,5% meningkat menjadi 58,2% (31,33%) orang. Jumlah ini masih terlalu pada Riskesdas 2018) dengan status IMD kecil dari target yang dibutuhkan sekitar pada anak tahun 2018 <1 jam lebih tinggi 9.323 konselor. Sering terjadi, produksi ASI 68,2% (84,1%) daripada yang ≥1 jam bagus tapi si ibu salah atau tidak tahu cara (15,9%). Demikian juga proporsi pola memberikan dan memerah ASI. Di sinilah pemberian ASI pada bayi umur 0-5 bulan konselor itu dibutuhkan), 4) promosi susu menunjukkan bahwa status pemberian formula masih gencar, 5) tenaga kesehatan ASI esklusif lebih tinggi 24,7% (37,3%) (Meskipun 80 persen proses kelahiran di daripada ASI parsial (9,3%) dan ASI Indonesia sudah dilakukan di tenaga predominan (3,3%). Sedangkan proporsi kesehatan atau fasilitas kesehatan. Tujuan ASI eksklusif (Riskesdas 2018) pengabdian masyarakat adalah melaksanakan berdasarkan karakteristik menunjukkan revitalisasi posyandu melalui pembinaan bahwa pemberian ASI eksklusif lebih kader kesehatan sebagai konselor ASI di desa banyak diberikan pada jenis kelamin anak Mojoranu Kec. Sooko. laki-laki (38,7%) daripada perempuan (35,9%). Berdasarkan pendidikan ibu proporsi pemberian ASI eksklusif tertinggi berada PROSIDING SEMINAR NASIONAL 191 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

pada status pendidikan ibu tamat Dalam hal ini upaya untuk merubah SLTA/MA (41,9%) dan berdasarkan paradigma berpikir masyarakat adalah tempat tinggal pemberian ASI eksklusif dengan mengikutsertakan (partisipasi) lebih banyak berada di area perkotaan kader kesehatan dalam kegiatan (40,7%) daripada pedesaan (33,6%). pembinaan sebagai konselor ASI dalam Meskipun proporsi status IMD menurut rangka meningkatkan keberhasilan ASI Riskesdas tahun 2013-2018 menunjukkan eksklusif Di Desa Mojoranu Kec. Sooko tren peningkatan 23,7% akan tetapi Kab. Mojokerto. 2) Tujuan Berorientasi cakupan ini masih belum memenuhi pada proses pembinaan kader kesehatan target IMD tahun 2019 yaitu 50%. sebagai konselor ASI dalam rangka Berdasarkan cakupan pemberian ASI meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif eksklusif pada bayi umur 0-5 bulan di Di Mojoranu Kec. Sooko Kab. Provinsi Jawa Timur adalah sebesar Mojokerto. 3) Strategi: Konsensus dan 48,1%. Cakupan pemberian ASI eksklusif menghindari konflik. 4) Petugas Yang di Provinsi Jawa Timur jika dibandingkan dimaksudkan petugas disini adalah tenaga dengan target WHO yang mencapai 50%, kesehatan masyarakat yang berperan maka angka tersebut masihlah jauh dari sebagai enabler (orang yang membantu) target (Kemenkes RI, 2017). kader kesehatan dalam rangka melakukan b. Upaya Mensukseskan Pembangunan kegiatan pembinaan pada kader kesehatan Kesehatan di Indonesia Berdasar SDGs sebagai konselor ASI dalam rangka Visi agenda 2030 Agenda adalah meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif "…Sebuah dunia dengan akses yang adil Di Mojoranu Kec. Sooko Kab. dan universal dalam pendidikan Mojokerto. 5) Orientasi terhadap struktur berkualitas di semua tingkatan, perawatan kekuasaan Adalah sebagai partner dalam kesehatan dan perlindungan sosial, di membantu kader kesehatan dalam rangka mana kesejahteraan fisik (Kepmenkes RI, melakukan kegiatan pembinaan pada 2015). kader kesehatan sebagai konselor ASI SDGs adalah kesepakatan dalam rangka meningkatkan keberhasilan pembangunan baru yang mendorong ASI eksklusif Di Mojoranu Kec. Sooko perubahan-perubahan kearah Kab. Mojokerto. pembangunan berkelanjutan berdasarkan Strategi pelaksanaan Ada beberapa hak asasi manusia dan kesetaraan untuk langkah yang dilakukan : 1) Koordinasi mendorong pembangunan sosial, ekonomi intern tim pelaksana 2) Memilih wilayah dan lingkungan hidup. SDGs sasaran berdasarkan data terkait cakupan diberlakukan dengan prinsip-prinsip ASI eksklusif dari Dinas Kesehatan universal, integrasi dan inklusif untuk Kabupaten Mojokerto. 3) Koordinasi tim meyakinkan bahwa tidak akan ada pelaksana dengan Dinas Kesehatan seorang pun yang terlewatkan atau "No- Kabupaten Mojokerto dan Desa Mojoranu one Left Behind".(Siswanto, 2018). Kec. Sooko Kab. Mojokerto dengan pemecahan masalah IMD dan ASI cakupan rendah terkait ASI eksklusif 4) eksklusif melalui Pembinaan Kader Kunjungan ke lapangan 3. Persiapan Kesehatan Sebagai Konselor ASI Dalam pembinaan kader kesehatan konselor ASI. Rangka Meningkatkan Keberhasilan ASI Kegiatan Pengabdian kepada Eksklusif Di Desa Mojoranu Kec. Sooko masyarakat ini adalah melakukan Kab. Mojokerto. pembinaan kader kesehatan sebagai Adapun model organisasi komunitas konselor ASI dalam rangka meningkatkan yang dipergunakan dalam memecahkan keberhasilan ASI eksklusif di Desa masalah IMD dan ASI Eksklusif adalah : Mojoranu Kec. Sooko Kab. Mojokerto, Pengembangan lokal (locally maka diharapkan dapat memberikan development) melalui pemberdayaan wawasan, pengalaman kader kesehatan masyarakat dengan kriteria: 1) Asumsi sebagai konselor ASI, meningkatkan dasar Perubahan masyarakat akan motivasi serta para kader kesehatan dapat berlangsung baik jika ada partisipasi. menerapkan hasil pembinaan kader PROSIDING SEMINAR NASIONAL 192 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

sebagai konselor ASI pada ibu dan E. REFERENSI keluarga dalam mensukseskan cakupan 1. Abdullah, Andi A. 2018. Health pemberian ASI eksklusif di Financing and Health Insurance. KabupatenMojokerto. Sebelum Surabaya: The 3rd International melaksanakan kegiatan, langkah awal Symposium of Public Health JW Marriot yang dilakukan oleh tim pengabdian Hotel, Surabaya. kepada masyarakat adalah observasi dan 2. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). seleksi. 2010. Kendala Pemberian ASI Eksklusif Kegiatan pembinaan kader kesehatan Dan Cara Mengatasinya. Jakarta: IDAI. sebagai konselor ASI dalam rangka 3. Kemenkes RI. 2015. Kepmenkes RI No. meningkatkankeberhasilan ASI eksklusif HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang di Desa Mojoranu Kec. Sooko Kab. rencana strategis Kemenkes tahun 2015- Mojokerto berjalan baik, koordinasi dan 2019. Jakarta: Kemenkes RI. penyampaian materi tim pengabdian 4. Kemenkes RI. 2017. Inilah Harapan kepada masyarakat juga berjalan dengan Menkes kepada Tenaga Kesehatan baik dan lancar, peserta kader kesehatan Masyarakat Indonesia. Manado: sangat antusias dalam proses dan kegiatan Kemenkes RI. pembinaan sebagai konselor ASI. 5. Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Kegiatan evaluasi kader kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta: sebagai konselor dalam memberikan Kementerian Kesehatan Republik pembinaan kepada ibu dan keluarga Indonesia. dalam pemberian ASI eksklusif 6. Kemenkes RI. 2018. Bersama Selesaikan menggunakan format penilaian dengan Masalah Kesehatan. Jakarta: Kemenkes hasil yang baik dan meningkatkan RI. kesadaran masyarakat akan pentingnya 7. Kemenkes RI. 2018. Revolusi Kebijakan pemberian ASI eksklusif kepada bayinya. One Data, Riskesdas 2018 Tampil Beda. Monitoring evaluasi dilaksanakan selama Jakarta: Kemenkes RI. 6 bulan (supervisi tiap 2 minggu sekali) 8. Pramita, Ecka. 2017. Pekan ASI Sedunia dengan melakukan pendampingan pada 2017: Mari Dukung Keberhasilan Ibu kader. Menyusui. Available Online: http://majalahkartini.co.id/keluarga- D. KESIMPULAN karier/anak/pekan-asi-sedunia-2017-mari- a. Kegiatan pembinaan kader kesehatan dukung-keberhasilan-ibu-menyusui/. sebagai konselor ASI dalam rangka Diakses tanggal: 4 Desember 2018 pukul meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif 16.38 WIB. di Desa Mojoranu kec Sooko Kab. 9. Qomarudin, Bagus. 2018. Organisasi Jombang berjalan baik, koordinasi dan Komunitas Dan Pembangunan penyampaian materi tim pengabdian Komunitas. Disampaikan dalam kuliah kepada masyarakat juga berjalan dengan matrikulasi Ilmu Perilaku Dan baik dan lancar, peserta kader kesehatan Administrasi Kesehatan. Surabaya: sangat antusias dalam proses dan kegiatan Fakultas Kesehatan Masyarakat pembinaan sebagai konselor ASI. Universitas Airlangga. b. Kegiatan evaluasi kader kesehatan 10. Riskesdas. 2018. Potret Sehat Indonesia. sebagai konselor dalam memberikan Jakarta: Riskesdas 2018. pembinaan kepada ibu dan keluarga 11. Siswanto. 2018. Health System dalam pemberian ASI eksklusif Development And Public Health Policy menggunakan format penilaian dengan Chalenges. Presented at The 3rd hasil yang baik dan meningkatkan International Symposium of Public kesadaran masyarakat akan pentingnya Health, Surabaya, November 1st, 2018. pemberian ASI eksklusif kepada bayinya. DG, National Institute of Health Research Monitoring evaluasi dilaksanakan selama and Development Ministry of Health, 6 bulan (supervisi tiap 2 minggu sekali) Republic of Indonesia. dengan melakukan pendampingan. PROSIDING SEMINAR NASIONAL 193 HASIL PENELITIAN DAN PENGABDIAN MASYARAKAT SERI KE-2 TAHUN 2018

12. Sugihantono, Hanung. 2017. Data https://jpp.go.id/humaniora/kesehatan/309 Kemenkes: Separuh Bayi Di Indonesia 076-data-kemenkes-separuh-bayi-di- Tidak Dapat ASI Eksklusif. Available indonesia-tidak-dapat-asi-eksklusif. Online: Diakses tanggal: 28 November 2018.