PERKEMBANGAN KEHIDUPAN MINORITAS MUSLIM DI RUSIA

STUDI KASUS

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)

Oleh

NUR ENDAH MUTHIAH

NIM: 104022000811

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1430 H / 2010 M

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 27 Oktober 2010

Nur Endah Muthiah

PERKEMBANGAN KEHIDUPAN MINORITAS MUSLIM DI RUSIA

STUDI KASUS TATARSTAN

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan

Mencapai Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum)

Oleh

NUR ENDAH MUTHIAH

NIM: 104022000811

Dibawah Bimbingan

Prof. Dr. Didin Saefudin, M.A NIP: 150270616

JURUSAN SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1430 H / 2010 M

ABSTRAK

Nur Endah Muthiah

Perkembangan minoritas Muslim di Rusia (studi kasus Tatarstan)

Bila pada dasawarsa 1980-an di Eropa Bara dan Amerika dikenal secara cukup luas istilah “Less Mussulman Oubblies” (umat yang terlupakan) terhadap komunitas Muslim di Rusia (uni soviet), maka sejak era pasca 1990-an hingga kini sebutan peyoratif tersebut sudah kehilangan relevansinya. Memang harus diakui pula hingga kini sedikit sekali yang tahu tentang kondisi dan keadaan umat Islam di Rusia, mengingat posisinya yang berada dibawah bayang-bayang dominasi agama terbesar Rusia yaitu Kristen Orthodoks.

Perkembangan umat Islam di Rusia khususnya Tatarstan dari masa kemasa dapat dikatakan berjalan dinamis, setidaknya wilayah Tatarstan pernah mengalami beberapa periode kekuasaan diantaranya, perode kekhanan , , masa kekaisaran Rusia (dinasti Romanov), masa pemerintahan komunisme (USSR/soviet) dan saat ini berada dibawah pemerintahan federasi Rusia.

Perkembangan Islam sendiri mulai meningkat pada masa kekhanan Kazan dan Volga Bulgaria. Namun Islam juga pernah mengalami tekanan. Bukan lagi rahasia umum bahwa seluruh umat beragama di Rusia tak terkecuali Islam telah mengalami lebih dari dari separuh abad lamanya berada dibawah tekanan rezim komunis ateistik yang sangat refresif. Tak di pungkiri pula bahwa hingga kini sebagian umat Islam di Rusia tak jarang menghadapi perlakuan-perlakuan intoleran, non kooperatif dan bahkan saling menjatuhkan dari kalangan tertentu di masyarakat.

Tatarstan adalah sebuah republik bagian dari pemerintahan federasi Rusia dengan popularitas Muslim terbesar. Selain itu karena letaknya yang dekat dengan ibukota federasi Rusia yaitu Moskow, sehingga memudahkan interaksi dengan pemerintah pusat, baik untuk masalah ekonomi, social, politik, maupun keagamaan. Untuk urusan keagamaan pihak federasi telah memberikan hak istimewa seperti pengangkatan mufti di dewan federasi Rusia (duma)

Dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan keagamaan Muslim Tatarstan telah berperan dari masa awal penyebaran Islam hingga sampai saat ini. Hal ini telah terbukti dengan lahirnya beberapa tokoh sufi yang terkenal seperti Sh. Mardjani, dan Utez Imyani. Tatarstan pada masa federasi Rusia telah mengalami kemajuan baik bidang social,keagamaan, politik maupun ekonomi. Hal ini juga tidak lepas dari kerja keras umat Muslim Tatarstan dan pihak pemerintah.

I

KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirrahim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala fuji dan syukur bagi Alllah SWT, yang telah menciptakan langit dan bumi, dan memberikan rezeki-Nya kepada setiap makhluk ciptaan-Nya. Atas nama

Rahman dan Rahim-Nya, Penulis dapat menyelesaikan skripsiini. Shalawat serta salam selalu terlimpahkan kepada junjungan Kanjeng Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat serta umat beliau yang senantiasa mencintai dan menjalankan amanah-amanah beliau.

Dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kendala yang seringkali menjadi faktor penghambat bagi penulis, namun insya Allah seiring dengan selesainya skripsi ini, penulis dapat mengambil hikmah dan i’tibar dari hambatan-hambatan yang telah dihadapi. Kendala itu semua dapat penulis lewati dengan bantuan motivasi, bimbingan serta dukungan moril dan materil dari orang-orang yang menyayangi penulis. Dengan sikap tulus dan segala kerendahan hati perkenankanlah penulis mengucapakan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Yang tercinta dan akan selalu penulis banggakan serta sayangi, SUAMI yang

telah memberikan segenap kasih saying serta doa yang tak pernah terputus

yang selalu mengiringi setiap langkah penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini.

2. Bapak Didin Saefudin, Prof, Dr, M.A, selaku dosen pembimbing yang penulis

kagumi dan banggakan yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan

ii dengan kesabaran dalam penulisan skripsi ini, serta memberikan motivasi

kepada penulis untuk kosisten di bidang aktivitas intelektual.

3. Bapak Abd. Choir, Dr, M.A, selaku Dekan Fakultas Adab dan Humaniora.

4. Bapak Ma’ruf Misbah, Drs, selaku Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban

Islam yang telah meluangakan waktunya untuk berkonsultasi dengan penulis.

5. Bapak Usep Abdul Matin, M.A, selaku Sekertaris Jurusan Sejarah dan

Peradaban Islam dan terima kasih atas seventh habitnya.

6. Bapak Saidun Derani, Drs, M.A, selaku dosen pembimbing Akademik yang

telah memberikan motivasi dan meluangkan waktu untuk mendengar keluh

kesah penulis.

7. Dosen-dosen Fakultas Adab dan Humaniora, Nurhasan, M.A, Imam

Subchi,M.A, Tarmidzi Idris, Drs, Tati Hartinah, M.A, Parlindungan Siregar,

M.A, Awalia Rahma M.A, Muslich Idris M.A dan dosen-dosen lainnya yang

tidak dapat disebutkan

8. Dr. Wan Jamaluddin Z, Phd yang telah memberikan informasi dan buku-buku

tentang Islam di Rusia.

9. Perpustakaan utama UIN dan perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora,

serta perpustakaan Nasional Indonesia yang telah memberikan informasi

tentang pembahasan skripsi.

10. Khusus rekan-rekan mahasiswa Sejarah dan Peradaban Islam angkatan 2004,

Indah’gondah, mpo Marni, Siti Rohimah, Aini, jeng Yuli, Murni, Anita,

iii

Nur Hasanah (Glenn), cyntia, Fatimah, Maul dan Sayyidah juga fahmi, Joy,

Mantik, Ochol, Syarif (Uin), Ujang, Udeen, Yaqin, Pandu dan teman-teman

yang lainnya, terima kasih atas semuanya yang telah dilakukan.

Harapan penulis semoga skripsi ini memiliki manfaat bagi penulis sendiri

maupun

pihak lain yang membutuhkan.

Akhir kata penulis panjatkan do’a kepada Allah SWT, agar senantiasa

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya dan semoga semua bantuan yang diberikan dapat menjadi nilai ibadah serta dijadikan amal kebaikan. Amin .

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ciputat, Oktober 2010

Penulis

iv DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ……………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………. ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………… v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………… 1

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah ……………………………… 6

C. Tujuan Penelitian ………………………………………………….. 6

D. Tinjauan Pustaka …………………………………………………... 6

E. Metode Penelitian ………………………………………………….. 7

F. Sistematika Penulisan ………………………………………………. 8

BAB II IDENTIFIKASI WILAYAH TATARSTAN

A. Letak Geografis wilayah Tatarstan ………………………………….. 10

B. Sejarah Suku Bangsa Tatar ………………………………………….. 11

C. Sejarah Masuknya Islam di Tatarstan ………………………………. 15

BAB III TATARSTAN PADA MASA FEDERASI RUSIA

A. Struktur Pemerintahan ……………………………………………….. 20

B. Hubungan Tatarstan dengan Federasi Rusia ………………………… 22

v

BAB IV PERKEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM DI TATARSTAN

A. Perkembangan Organisasi Tarekat Sufi di Tatarstan ……………….. 27

1. Syeikh abd- al Rahim Utez Imyani ………………………………. 30

2. Syeikh Abd al-Nashir al-Kursawi ………………………………... 35

3. Syeikh Syihab al-Din al-Marjani ………………………………... 39

B. Perkembangan pendidikan …………………………………………… 51

C. Perkembangan Sosial kemasyarakatan …………………………….. 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………………………………………………………… 56

B. Saran ……………………………………………………………….. 57

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………...... 58

vi JADWAL BIMBINGAN SKRIPSI

Nama : NUR ENDAH MUTHIAH

NIM : 104022000811

Jurusan/Fakultas : SPI / Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pembimbing : Prof. Dr. Didin Saepudin, M.A

No Tanggal Keterangan Paraf

Ciputat, Oktober 2008

Nur Endah Muthiah

LAMPIRAN

Kerja sama antara Tatarstan dan Russian DOSAAF

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tatarstan merupakan wilayah bagian dari Negara federasi Rusia yang sekarang dikenal sebagai wilayah bagian dari Eropa Timur. Dahulu Tatarstan adalah sebuah bangsa yang tergabung dalam Uni Sovyet yang menguasai daerah- daerah disekitar Asia Tengah. Rusia modern adalah sebuah bangsa yang kini dikenal sebagai pewaris dan penerus keadidayaan Uni Sovyet pasca perang dingin. Pada tahun 1991 Rusia mengalami perubahan kehidupan sosial, politik, ideologi, ekonomi dan budaya bangsa Rusia yaitu dengan adanya Perestroika dan

Glasnost yang dicetuskan oleh Mikhail S Gorbachev yaitu seorang panglima tertinggi tentara Rusia (KGB)1. Akibatnya Rusia mengalami yang mendasar dan besar-besaran pada tantangan geopolitik di Eropa Timur bahkan dunia.2

Rusia sekarang ini merupakan Negara yang multikultural dan multietnis karena penduduknya yang beragam budaya dan suku bangsa. Terdapat lebih dari seratus suku bangsa asli di Rusia dan mereka memeluk tiga agama besar yaitu agama Kristen Ortodoks, agama Islam dan agama Budha. Mayoritas penduduk adalah suku bangsa Rusia yang memeluk agama Kristen Ortodoks yang juga dipeluk oleh suku bangsa Karel, Yakut, Chuwash, Mordwa, Mari dan beberapa

1 KGB (Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti) pada dasarnya adalah sebuah komisi keamanan negara yang dibentuk pada tanggal 13 Maret 1954 dengan nama lengkap KGB SSSR (KGB Unisoviet) yang berada dibawah dewan menteri Soviet. Sering juga disebut dengan polisi rahasia. Lihat A. Pahrurodji, Rusia Baru Menuju Demokrasi, pengantar Sejarah dan Budayanya (Yayasan Obor Indonesia, Jakarta 2005) 2 Wan Jamaluddin “Dinamika Perkembangan Islam di Rusia Modern” Pusat Penelitian Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan, Bandar Lampung, 2004 hal 139

1

suku bangsa lainnya. Jumlah penduduk Kristen Ortodoks sekitar 80 % dan penduduk Islam sekitar 13 % (kira-kira 20 juta penduduk). Kurang lebih 1% adalah orang Budha dan sisanya memeluk agama Katolik, Protestan, dan Yahudi.

Rusia mempunyai 85 daerah yang semuanya mempunyai hak sama yang dinamakan dengan subyek federasi. Tiap subyek federasi mempunyai nama lain, diantaranya ada 21 republik, 5 Kray (wilayah), dua kota (moskow dan st.Petersbug) dan kebanyakan federasi bernama Obalsty (daerah). Kebanyakan penduduk daerah, wilayah dan kota adalah suku bangsa Rusia. Tetapi semua republik didiami oleh suku bangsa lain dan mempunyai nama sesuai suku bangsa yang mendiaminya. Ada delapan republi yang berpenduduk mayoritas Islam, diantaranya Adigeya, Basykortostan, Chechnya, Dagestan, Ingusyetya,

Kabardino-Balkariya, Karacai-Cerkesiya dan Tatarstan. Ada 40 suku bangsa di

Rusia yang memeluk agama Islam. Biasanya ada satu atau dua suku bangsa utama di tiap republik, tetapi ada satu pengecualian yaitu republik Dagestan.

Penduduknya terdiri atas kira-kira 30 suku bangsa yang beragama Islam. Semua republik yang berpenduduk Islam berada dikawasan sungai Volga (Rusia sentral) dan kawasan kaukasus Utara (Rusia selatan).3

Sejarah Islam di Rusia cukup panjang, masuknya Islam ke Rusia dimulai pada abad ke-7 M yaitu ke wilayah Daghestan dan Kaukasus Utara. Sementara gelombang perluasan Islam wenyusut di Eropa Barat, Islam membuat sejarah di

Eropa Timur. Disini Islam menyebarkan kekuasaannya berawal pada tahun 753

H/1353 M ketika Adrianopel menjadi Ibukota Negara Utsmaniyah. Pada paruh

3 Nikolay Tolmachev “ Tata Negara, Etnik dan Agama di Rusia” sebuah makalah yang diseminarkan di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia 2009

2

pertama abad berikutnya kekuasaan Islam mencapai Danube dan sebagian besar

Yunani. Pada paruh kedua ketika Konstantinopel direbut dan dinamakan

Islampul, kekuasaan mencapai laut Adriatik. Dibawah kekuasaan sultan Sulaiman al-qanuni. Pada tahun 926 H/1520 M-974 H/1566 M Hungaria, Polandia selatan,

Rusia selatan, Kaukasus dan Crete di rebut, laut Hitam dan Aegea pun jadi telaga

Muslim. Namun kerajaan-kerajaan Islam pertama muncul dikawasan Volga sekitar abad ke 14. Kini dinamakan Horde Emas () yang didirikan oleh suku pengembara dari wilayah Mongolia dan pada abad ke-13 menjajah kerajaan-kerajaan suku bangsa Rusia. Masa penjajahan Mongol-Tatar atas Rusia berlangsung kira-kira 250 tahun.

Tatarstan merupakan salah satu republik dari federasi Rusia yang secara ekonomi, kultural, maupun politik merupakan wilayah yang strategis karena terletak di jantung federasi Rusia yang diapit oleh dua sungai besar yakni sungai

Volga dan Kama. Sejarah Tatarstan dapat ditelusuri dari kehidupan etnis Bulgaria dan Finno Ural di tepi sunjgai Volga sekitar abad ke-6 hingga ke-10, yaitu dari masa pemerintahan Umar bin Khattab (13-23 H /634-644 M), masa pemerintahan khalifah Usman bin Affan (23-36 H/644-656 M), dan pada masa-masa khalifah dinasti bani Umayyah, mereka membangun peradaban yang tinggi. Kontak hubungan tersebut mencapai puncaknya pada masa khalifah Abdul Malik bin

Marwan yang berkuasa tahun 685-705 M. Puncak dari penyebaran Islam terjadi ketika etnis Bulgar memeluk agama Islam.

Penyebaran Islam secara intensif dilakukan oleh para Sufi. Tarekat merupakan unsur penting dalam peradaban Islam dikawasan Rusia sejak masa-

3

masa paling awal penyebaran Islam bahkan sampai saat ini. Tarekat yang pernah berkembang yaitu tarekat Qadiriyah, Naqshabandiyah, Yasawiyah, dan

Qubrawiyah. Namun tarekat yang paling kuat adalah tarekat Qadiriyah dan

Naqshabandiyah. Sedangkan mazhab yang paling banyak dianut yaitu mazhab

Syafi’i dan mazhab Hanafi. Sedangkan di Tatarstan sendiri yaitu Islam Sunni yang bermazhab Hanafi yang berkembang sejak abad ke-10 yang telah diterima oleh orang-orang Bulgar dan menjadi Mazhab resmi Negara di wilayah Volga

Bulgaria.4

Islam di Rusia memiliki peran penting, pertumbuhan penduduk Muslim menunjukkan Grafik positif. Agama Islam juga mempersatukan 40 etnis di Rusia, dimana etnis terbesar adalah kaum Tatar dengan 5 juta penjduduk. Etnis-etnis lain sepereti Bashkir, Dagestan, Chechen, Ingush, dan Kabardian adalah diantara etnis

Rusia yang beragama Islam. 5

Tatarstan merupakan daerah yang tertua di Imperium Rusia, karena pada tahun 1550 pernah ditaklukkan oleh Tsar Ivan IV (Ivan the Great) dan pada tahun

1552 wilayah Kazan telah ditaklukkannya. Tatarstan juga merupakan salah satu

Negara yang jumlah penduduk Muslimnya terbesar di negara federasi Rusia. Pada tanggal 14 Pebruari 1994 telah diadakan persetujuan “On Delimination ofjurisdictionjal and Mutual Delegation of Authority between the State Bodies of the Russian Federation and the State of the Republic of Tatarstan” yaitu tentang pemisahan wilayah secara hukum.

4 Jhon L. Esposito “ Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern” jilid 3, Mizan, Bandung 2001 hal: 378 5 http://Wikipedia. Org.Tatarstan

4

Geliat keislaman secara ideologis-politik dikawasan federasi Rusia kembali mendapatkan momentumnya pada penghujung tahun 1991 yang ditandai dengan pernyataan kemerdekaan dan pemisahan diri Negara-negara Islam di Asia

Tengah dan Kaukasus seperti Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan, Kirgistan,

Kazakhstan dan Azerbaijan. Fenomena ini sempat menimbulkan kekhawatiran dunia karena di prediksi akan menimbulkan guncangan stabilitas regional dan demokratisasi global dikawasan Asia Tengah.6 Kegiatan organisassi keagamaan bertambah 804 organisasi, sedangkan organisasi Kristen Orthodoks bertambah

144 organisasi. Begitu juga dengan Kristen Protestan dan organisasi tradisional lainnya hanya berjumlah kurang lebih 400 organisasi.7

Selain itu juga telah tercatat dalam sejarah bahwa Islam di Asia Tengah pernah terkenal sebagai pusat peradaban Islam yang tinggi hingga abad ke-16, dengan lahirnya berbagai tokoh ilmuwan di bidangnya seperti sejarawan al-

Kashgiri, astronom Abu Raihan al-Biruni, filsuf Abu Sahal al-Masiri dan Abu Ali

Ibnu Sina (Avicenna), penyair Abu Bakar ibn al-Khawarizmi dan Rundaki serta

Firdausi.

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka pada penulisan skripsi ini penulis perlu memberikan batasan kajian dan merumuskan

6 Wan Jamaluddin “ Jurnal Studi Keislaman, Dinamika Perkembangan Islam di Rusia Modern” Pusat Penelitian Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Intan, Bandar Lampung, 2004 hal 139 7 Proceedingsof the International Symposium on Islamic Civilisation in the Volga Ural Region” Research Centre For Islamic History, Art and Culture, IRCICA Istanbul 2004

5

terlebih dahulu masalah-masalah yang hendak penulis bahas agar arah dan sasaran yang hendak dicapai akan lebih jelas dan terarah.

Dengan demikian fokus pembatasan dan perumusan masalah pada akhirnya dapat menghasilkan skripsi yang sesuai dengan judul yang telah ditetapkan. Permasalahan tersebut antara lain:

1. Bagaimana sejarah masuknya Islam di Tatarstan?

2. Apa dan bagaimana kondisi Tatarstan pada masa federasi Rusia?

3. Bagaimana perkembangan masyarakat Islam di Tatarstan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah masuknya Islam di Tatarstan

2. Untuk mengetahui bagaimana kondisi Tatarstan pada masa federasi

Rusia

3. Untuk mengenal lebih jauh bagaimana perkemabangan masyarakat Islam

meliputi perkembangan tarikat Sufi dan pendidikan Islam di Tatarstan.

D. Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai kehidupan minoritas Muslim di Rusia khususnya

Tatarstan masih sangat minim ditulis oleh para sejarawan barat ataupun sejarawan timur, hal ini dikarenakan salah satunya terbentur faktor bahasa, selain itu juga mengingat posisi umat Islam berada dibawah bayang-bayang dominasi agama terbesar Rusia, Kristen Ortodoks. Karena minimnya informasi tentang penulisan

6

tersebut, penulis hanya menemukan beberapa sumber buku yaitu “Dinamika perkembangan Islam di Rusia Modern” karya Dr.Wan Jamaluddin yang di terbitkan oleh pusat penlitian Institut Agama Islam Negeri (IAIN) RADEN

INTAN Bandar Lampung. Selanjutnya buku yang ditulis oleh A.M Romly dengan judul “Dakwah dan Siyasah” (Perjuangan menegakkan Syariat Islam di Asia

Tengah dan Kaukasia dan Rusia Abad VII-XX). Dan juga buku yang diterbitkan oleh pusat penelitian sejarah Islam, Seni dan Budaya IRCICA, yang berjudul

“Proceeding of the Internasional Symposium on Islamic Civilisation in the Volga-

Ural Region.

E. Metode Penelitian

Dalam penyusunan perencanaan penelitian, maka peneliti akan dihadapkan pada tahap pemilihan metode atau tekhnik pelaksanaan penelitian. Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti menggunakan metode deskriptif analitik yang berusaha menggambarkan perkembangan umat Muslim di Tatarstan dan menganalisis data serta fakta yang akan digunakan sebagai bahan penyusunan skripsi.

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan adalah Library Reaseach

(studi kepustakaan). Yaitu dengan menelaah buku-buku, majalah, artikel, yang memuat tentang Islam di Tatarstan. Dan field Research (studi lapangan), studi ini biasa dilakukan salah satunya dengan metode wawancara dengan pihak – pihak yang terkait dengah pembahasan ini guna mendapatkan informasi yang diperlukan. Data yang telah terhimpun dianalisa melalui pendekatan sejarah sosial keagamaan dan politik, yaitu pendekatan terhadap setiap gejala sejarah yanjg

7

memanifestasikan kehidupan suatu komunitas atau kelompok mencakup aspek professional dan juga struktural.

Tekhnik penulisan pada skripsi ini merujuk pada buku: pedoman penulisan karya ilmiah skripsi, Tesis dan disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, cet 1, th

2007. dan buku-buku lainnya yang berhubungan dengan metodologi penelitian.

Konsekwensi logis di dalam metode penelitian sejarah, bahwa sumber tersebut di uji keaslian dan kesahihannya melalui kritik ekstern dan intern. Setelah pengujian dan analisis data dilakukan, maka fakta-fakta yang diperoleh disintesiskan melalaui eksplanasi sejarah. Penulisan sebagai tahap akhir dari prosedur penelitian sejarah ini di usahakan dengan selalu memperhatikan aspek kronologis.

Sedangkan penyajiannya berdasarkan tema-tema penting dari setiap objek penelitian8.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini mencakup lima bab dan masing-masing bab

mempunyai

Sub Bab tersendiri. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, tujuan penelitian

Pembatasan masalah, metodologi penulisan, dan sistematika penulisan

Bab II Identifikasi wilayah Tatarstan

8 Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta, Logos Wacana Ilmu 1999 hal 93

8

Membahas mengenai letak geografis wilayah Tatarstan, sejarah suku

Bangsa Tatar, dan sejarah masuknya Islam di Tatarstan.

Bab III Tatarstan pada masa federasi Rusia

Pembahasan ini meliputi: struktur pemerintahan, hubungan Tatarstan

dengan federasi Rusia.

Bab IV Perkembangan masyarakat Islam di Tatarstan

Menjelaskan mengenai kontribusi para syeikh tarikat Sufi dalam

perkembangan kehidupan organisasi tarekat sufi di Tatarstan dan

pendidikan Islam di Tatarstan.

Bab V Kesimpulan dan Saran

Bab ini merupakan Bab terakhir yang menguraikan mengenai

kesimpulan dari hasil analisis dan saran-saran dari keseluruhan

penelitian. Sebagai bahan masukan bagi umat Islam, agar dapat

memperhatikan perkembangan umat Islam di Rusia.

9

BAB II

IDENTIFIKASI WILAYAH TATARSTAN

A. Letak Geografis

Republik Tatarstan berada dipusat Eropa Timur dengan jarak 800 km di

Timur Moskow. Tatarstan diapit oleh dua sungai diantaranya sungai Volga dan sungai Kama. Tatarstan terletak pada koordinat 55 derajat 47 derajat lintang utara

49 derajat 10 derajat bujur timur dengan luas wilayah 425,2 km persegi. Di bagian utara berbatasan dengan Republik Udmurt dan Republik Bashkortostan, di sebelah timur dengan Orenburg Oblast dan Samara Oblast, disebelah selatan dengan

Ulyanovsk Oblast dan di sebelah barat dengan Republik Chuvas9. Ketinggiannya yaitu 342 meter atau 1,125 kaki diatas permukaan laut sedangkan titik terendahnya yaitu 35 m diatas permukaan laut. Sedangkan formasi tanahnya terbentuk secara geologis dari fosil dan menghasilkan minyak bumi, gas dan lignite. Jarak maksimum dari utara ke selatan yaitu 290 km dan dari timur ke barat yaitu 460 km.10 Tatarstan berada di “Moscow Time Zone” waktu bagian Moskow karena letaknya sangat berdekatan. Iklimnya menunjukan iklim continental yaitu apabila musim panas sangat panas, dan musim dingin sangat dingin yaitu bisa mencapai -14 derajat Celcius di bulan januari dan suhu tertingginya 19,9 Celcius di bulan juni. Curah hujannya pertahun adalah 430-500 mm. Bahasa yang di gunakan adalah bahasa Tatar dan Rusia, dan menggunakan tulisan Cyrilic. Etnik

9 Domonic, Heaney ed. The Territories of the Russian federation 2006, Routledege, London 2006 hal 185 10 http://id.Wikipedia.org/wiki/Kazan

10

terbesar sedangkan etnik terbesar kedua adalah etnik Rusia dengan penduduknya sekitar 1.154.000 jiwa.11

B. Sejarah Suku Bangsa Tatar

Suku Bangsa Tatar merupakan keturunan bangsa Mongol yang berasal dari pegunungan Mongolia yang membentang dari Asia tengah sampai ke Siberia

Utara, Tibet selatan, dan Manchuria barat serta Turkistan Timur. Nenek moyang mereka bernama Alanjha yang mempunyai dua putra kembar yaitu Tatar dan Mongol. Kedua putra itu melahirkan dua suku bangsa besar yaitu Mongol dan

Tatar. Mongol mempunyai anak bernama Ilkhan yang melahirkan keturunan pemimpin bangsa Mongol di kemudian hari.12

Mereka adalah penganut agama Syamaniah, menyembah bintang-bintang dan sujud kepada matahari yang sedang terbit. Mereka adalah bangsa nomaden yang memiliki kebiasaan mendirikan perkemahan dan berpindah-pindah dari satu tempat ketempat lain, mengembala kambing dan berburu. Sebagai bangsa nomad, orang-orang Mongol mempunyai watak yang kasar, suka berperang dan berani menghadang maut dalam mencapai keinginannya. Walaupun demikian mereka sangat patuh kepada pemimpinnya.13

Kehidupan suku bangsa Tatar dapat di telusuri dari kehidupan orang-orang

Volga dan Bulgaria di tahun 700-1238 M dan dari kekhanan Kazan yang merupakan pusat pemerintahan suku bangsa Tatar.

11 http://www.oztukler.com 12 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. Rajawali Prees. Jakarta 2004 hal 60 13 Ibid, hal 61

11

Kekhanan kazan merupakan Negara penerus Jengishiyah (Chingisid, keturunan Jengis Khan) yang disebut Golden Horde atau Gumpalan Emas, pusaka yang diwariskan kepada putera tertua Jengish Khan, pada awal abad ke 13 yang meliputi wilayah Siberia bagian barat dan sthepa Qipchaq yang membentang hingga ke Rusia selatan. Namun Jochi meninggal sebelum Jengish khan wafat.

Maka wilayah warisannya dibagikan kepada kedua puteranya yaitu Batu dan

Orda. Batu mendirikan Golden Horde di Rusia selatan, sedangkan Orda mendirikan White Horde di Siberia barat. Kekhanan Kazan berpusat di kota

Kazan yang belokasi di wilayah Tatarstan sekarang pada tepi timur sungai Volga disebelah utara pertemuannya dengan sungai Kama. Wilayah ini pernah menjadi salah satu bagian dari Bulgaria Volga, Negara Muslim pertama di Eropa bagian timur (sudah mulai memeluk Islam saat kunjungan Ibn Fadhlan pada tahun 922

M). 14

Pendirian kekhanan Kazan (1483 atau 1445) mengikuti pergerakan Ulug

Muhammad dari Krimea, tempatnya memerintah sebelumnya menuju ke utara.

Salah seorang putera Ulug Muhammad, Mahmud (memerintah 1446-1466), menggantikan ayahnya sebagai khan. Putra lainya, Kasim, mendirikan kekhanan

Kasimov,yang merupakan kesultanan klien yang mengabdi kepada Muscovy

(kerajaan Moscow). Sudah sejak tahun 1468 Muscovy mencoba terlibat dalam hubungan dinamis antara sang khan (kekuasaan dan kedaulatan warisan Jengish

Khan) dan empat bey karaci (para ketua empat suku terpenting, Shirin, Barin,

Argin dan Kipcak) untuk mendukung tawaran Kasim memimpin kekhanan

14 Jhon L Esposito, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Jilid 2, Mizan, Bandung.2001 hal 122

12

tersebut. Baru pada 1487 dengan ditempatkannya klien kerajaan Muscovy

Muhammad Amin sebagai khan dalam masa pemerintahan yang kedua, keseimbangan bergeser kearah kepentingan Muscovy. Keempat pemimpin suku tesebut yang secara tradisional mengendalikan suksesi dan urusan Negara lainnya, kurang puas dengan kondisi ini dan pada tahun 1496 mencari seorang penguasa alternative pada diri Mamuk keturunan Sibaniyah. Hal ini ternyata membawa malapetaka bagi kepemimpinan suku setempat dan pada tahun 1497 mereka harus sepakat bahwa klien Muscovy yang baru, Abdullatif, adik Muhammad Amin menjadi Khan baru. Kemudian pada tahun 1502 Abdullatif diturunkan dari jabatannya, kemudian digantikan kembali oleh Muhammad Amin, hal ini menandakan bukti control Muscovy atas urusan dalam kekhanan Kazan selama periode tersebut. Akan tetapi, perselisihan yang tidak diharapkan antara

Muhammad Amin dan Muscovysepanjang tahun 1505 hingga 1507 mendorong kekhanan Kazan untuk menegaskan kembali kemerdekannya.15

Setelah tewasnya Muhammad Amin pda tahun 1518 dan berakhirnya garis keturunan Ulug Muhammad, kekhanan Krimea menjadi lebih giat melibatkan diri dalam urusan kekhanan Kazan. Sahib Giray, saudara dari khan Krimea membantu

Sah Ali (memerintah tahun 1518-1521). Sahib Giray lalu diangkat sebagai Khan, namun pengangkatan ini bertentangan dengan kehendak Muscovy. Sahib Giray kemudian diganti oleh keponakannya, bernama Sefa Giray (memerintah tahun

1525-1532). Kota Kazan berfungsi sebagai pusat perdagangan penting. Namun pada saat hubungan dengan Muscovy mulai memburuk, Muscovy mulai

15 Ibid hal 123

13

mengalihkan aktivitas perdagangannya dari Kazan ke pusat-pusat perdagangan pesaing yang berada di bawah kontrolnya sendiri.

Sebelumnya pada abad ke 13-14 m, kekhanan Golden Horde merupakan korban tawanan perang. Di tahun 1433 M pemerintahan khan Ulugh Muhammad telah ditaklukan dibawah kerajaan Horde Emas. Ketika dia sadar bahwa dia tidak dapat memegang kekuasaan sebagai pemimpin di golden horde dan menetapkan sebuah kemerdekaan kesultanan dirinya. Semua itu adalah keturunan dari kesultanan Kazan. Kesultanan Kazan berada dilengkungan Volga tengah di pertemuan dengan sungai Kama. Ulugh Muhammad Beg memperindah pusat

Kota Kazan dengan beberapa bangunan yang indah.16

Di permulaan hidupnya, Kota baru Tatar, Kazan mempunyai konflik dengan para bangsawan Moskow. Para bangsawan itu merampas Kota Kazan karena wilayah Volga merupakan salah satu rute perdagangan ke Asia Tengah,

Kaukasus, dan Persia. Di Selatan, rute perdagangan kesultanan Krimea ditutup oleh jalur laut hitam. Akhirnya kesultanan Kazan kalah dalam satu perundingan di tahun 1445 dan para bangsawan Moskow mengambil beberapa tawanan dan menjamin kebebasannya setelah membayar tebusan yang mahal.17

Ulugh Muhammad meninggal setelah perang dengan Moskow. Ulugh

Muhammad digantikan oleh anaknya yang berkuasa dari tahun 1445-1461. penggantinya Khalil yang berkuasa dari tahun 1461-1467 kemudian Ibrahim yang berkuasa berikutnya sekitar 12 tahun, dari tahun 1479-1487. Muhammad Amin yang melanjutkan kekuasaan di tahun 1496 ternyata diam-diam berpihak kepada

16 Masadul Hasan, HISTORY of ISLAM (Classical Period 1206-1900) Vol II, Adam Publisher and Distributerss, Shandar Market, Chitlin Qabar, Delhi.1995 hal 303 17 Ibid hal 304

14

bangsa Rusia (moskow). Orang Rusia membantunya dalam memperebutkan tahta di Kazan.18

Di perempat abad 15 yang lalu, perjuangan antara orang-orang Tatar dan

Rusia dimulai pada fase akhir di tahun 1480. Ahmad yaitu khan dari Golden

Horde membentuk tentara Tatar yang besar untuk melawan Moskow.

Kekhanan Kazan berpusat dikota Kazan di timur sugai Volga da disebelah utara pertemuannya degan sungai Kama. Wilayah ini pernah menjadi salah satu bagia dari Volga Bulgaria yaituy sebuah Negara Muslim pertama di Eropa Timur, yang kemudian menjadi bagia dari kekuasaan Horde Emas. Islam mejadi agama

Negara Horde Emas pada paro pertama abad ke-14 dan melanjutkan tradisi Turki

Muslim.

C. Sejarah Masuknya Islam di Tatarstan

Islam masuk ke Tatarstan tidak lepas dari sejarah masuknya Islam ke Asia tengah dan kaukasus utara yaitu sekitar abad ke-7 setelah kelahirannya di tanah

Arab. Kaum arab penakluk membawa Islam ke Transkaukasia timur meliputi wilayah Azerbaijan yang jatuh pada tahun 639 M dan Dagestan yang jatuh pada tahun 642 M kemudian penaklukkan ini terus dilakukan oleh Qutaybah bin

Muslim yang diangkat menjadi gubernur di Khurasan pada tahun 86 H oleh khalifah Abdul Malik bin Marwan pada masa kekuasaan dinasti Umayyah di

Damaskus. Dalam penaklukannya ia menyebrangi sungai Oxus dan kemudian ia berlanjut ke Bukhara. Setelah menundukkan Bukhara, Qutaybah memperkenalkan

18 Jhon L Esposito, hal 123

15

pembaharuan sipil dan Militer. Pada tahun 93 H/712 M, ia meyelamatkan

Khawarizmi (kini Khiva) tanpa pertumpahan darah, kemudian menaklukkan

Samarkand lalu mengangkat saudaranya, Abdullah sebagai wakil gubernur dan akhirnya ia kembali ke Merv. Dengan menumbuhkan Samarkand dan Bukhara,

Qutayba menetapkan kedudukannya di Transoxiana19. Pada saat itu agama-agama di Asia tengah dipengaruhi oleh kebudayaan Persia yaitu Zoroastrian, Majusi, dan

Mazda (Mazdaisme). Di Samarkand, Qutaybah menghancurkan sebuah berhala yang terkenal dan membantah bahwa siapapun yang menyentuh berhala itu akan binasa. Akhirnya orang-orang Majusi pun masuk Islam.20

Walaupun agama Islam ditentang oleh Kristen Georgia dan Yahudi Khazar di wilayah ini, namun Islamisasi berlangsung cepat, sehingga pada abad ke 8 mayoritas penduduk sudah Muslim. Islam datang bersama para pedagang sejak tahun 700-1200 an sepanjang rute-rute perdagangan bulu binatang dan sutera.

Rute yang pertama dari utara ke selatan sepanjang Volga, yang kedua dari barat ke timur, dari laut hitam ke Cina. Kerajaan Bulghar di Volga Tengah, kini

Tatarstan menerima Islam pada abad ke 9 dari para pedagang dan diplomat Arab.

Pada abad ke 10 perdagangan bulu binatang sebagian besar merupakan aktifitas kaum Muslimin21. Untuk mempertahankan kontak-kontak yang intens yang diperlukan jarak jauh, para saudagar mendirikan pelayanan-pelayanan pos

19 Ismail R. al-Faruqi dan Lois Lamya al-Faruqi. Atlas Budaya Islam, Mizan, Bandung. 2003 hal 249 20 Ibid hal 257 21 Jhon L Esposito hal 377

16

disekitar lembah Volga yang dikelola oleh orang-orang swasta disepanjang perniagaan laut dan darat.22

Selain itu menurut seorang professor dari Institut sejarah akademi

Tatarstan R.S Hakimov, bahwa proses penyampaian dan pernyataan Islam di wilayah territorial Rusia sekarang ini telah berlangsung lebih dari satu millennium

(sekitar 1300 tahun). Dan ia juga menghubungkan masuknya Islam dengan perang-perang yang dilakukan oleh orang-orang Arab di Transkaukasia dan

Kaukasus Utara yang terdiri dari Derbent, Balanjar dan daerah lainnya. Tidak lebih dari 40 tahun di abad ke 7 tentara-tentara Arab Muslim dipromosikan untuk memulai penyebaran Islam di wilayah Rusia modern. Ada beberapa fakta yang menyebutkan bahwa di mulainya penyebaran Islam di Kaukasus Utara yaitu pada masa pemerintahan khalifah Umar bin Khattab (13-23 H/ 634-644 M) dan masa khalifah Usman bin Affan (23-36 H/ 644-656 M) serta pada masa khalifah- khalifah bani Umayyah (41-133 H/ 661-763 M).

Islam mempunyai tradisi yang panjang diwilayah Volga-Ural. Salah seorang sarjana dan sejarawan Muslim yaitu S.h Mardjani menulis didalam bukunya yang berjudul Mustafad al-akhbar fi Akhvali Kazan wa Bulghar bahwa orang-orang Bulghar mengadopsi Islam pada masa periode Abbasiyah dibawah kekuasaan khalifah al-Ma’mun (813-833 M/ 227-232 H) dan telah diperkenalkan terhadap orang-orang Bulgar melalui AsiaTengah pada pertengahan abad ke 19.

Perkembangan perjalanan agama Islam di Tatarstan tidak selalu berjalan dengan sempurna, dikarenakan ada berbagai tantangan dan rintangan yang harus

22 Marshall G.S Hodgson, “The Venture of Islam” Vol II, Terj. Mulyadhi Kartanegara, Paramadina, Jakarta 2002 hal 88

17

dihadapi seperti tekanan dari penguasa dan perseteruan dengan agama lain.

Masalah yang paling besar ialah tekanan dari salah satu penguasa Tsar Rusia yaitu

Tsar Ivan IV () yang berkuasa pada tahun 1550 M dimana pada masa ini banyak uamat Muslim yang menjadi korban keganasannya.

Tsar Kathrine II (Kathrine yang agung) yang berkuasa pada tahun 1762 mencoba menguatkan stabilitas masyarakat Rusia dengan melemahkan berbagai bentuk pemberontakan yang mempunyai pengaruh nyata. Salah satu reformasinya ditahun 1764-1789 ditujukan untuk masyarakat Tatarstan (wilayah Tatar). Dia telah melihat potret kehidupan masyarakat Muslim selama tinggal di Kazan, kemudian Kathrine mengeluarkan kebijakannya yaitu persamaan dalam hak ekonomi dan kebebasan dalam beribadah. Persamaan hak dalam ekonomi yaitu dikembalikannya tanah-tanah atau ladang pertanian dan hak atas tanah garapan, izin perdagangan bebas untuk semua Muslim tanpa campur tangan penguasa.

Kebebasan dalam beribadah yaitu boleh dibukanya kembali masjid-masjid serta pembangunannya, pembukaan sekolah-sekolah/madrasah, penyelenggaraan khusus tempat-tempat orang Muslim berdasarkan syariat dan izin mempunyai administrasi sendiri seperti penggunaan bahasa Tatar dilingkungan Kantor dan berbagai bidang pekerjaan. Selain itu masalah kesehatan masyarakat dan ekonomi yang dilupakan oleh rezim sebelumnya juga merupakan bagian dari program reformasinya23.

Perjuangan umat Muslim Tatarstan tidak hanya sebatas perjuangan fisik, mereka memanfaatkan momentum kebijakan Tsar Katherine II dengan membuka

23 A. Pahrurodji, Rusia Baru Menuju Demokrasi (pengantar sejarah dan latar belakang budayanya)”, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2005 hal 80

18

berbagai madrasah di sejumlah tempat. Hal ini tentu saja menimbulkan perubahan baru bagi umat Muslim Tatarstan baik dari segi budaya maupun pemikiran.

Penomena kultural baru yang paling penting adalah Usul-I Jadid (metode baru) yaitu sebuah program pendidikan yang secara perlahan berkembang menjadi sebuah gerakan politik. Usul-I Jadid semula merupakan kelompok Kazan dan

Tatar Crimea yang kaya dan menjadi warga Eropa. Sebagian mereka berpendidikan Kazan yang tidak hanya berasimilasi dengan kultur Rusia tetapi juga sensitif terhadap warisan Turki. Kalangan borjuis Tatar Crimea dan Tatar

Volga menyampaikan konsep baru tersebut kepada Muslim Kazakhstan,

Turkestan dan Bukhara. Disinilah konsep tersebut mempengaruhi intelektual

Muslim lainnya.24

Kebangkitan kalangan intelektual Tatar bermula pada abad ke 19 dibawah ketokohan Abu Nasr al-Kursawi (1783-1814) seorang teologian muda Tatar dan seorang guru madrasah di Bukhara yang menyerukan pengutamaan akal di atas dogma. Dia diasingkan tetapi pandangannya dikembangkan lebih lanjut oleh

Shihab al-Din Marjani (1818-1889) yang menyerukan kebebasan berpikir dan berijtihad dalam permasalahan keagamaan, melonggarkan keterikatan terhadap berbagai dogma lama, menyerukan sebuah pendidikan yang mengajarkan al-

Qur’an, Hadis dan sejarah Islam dan sistem pengajaran yang menggunakan bahasa

Rusia dan ilmu pengajaran ilmu pengetahuan modern. Programnya diarahkan

24 Ira M Lapidus “Sejarah Sosial Umamat Islam” Jilid 3 PT Raja Grafindo Persada, Jakarta 2000 hal 374

19

menuju pembaharuan kepercayaan dan ajaran Islam upaya menuju modernisasi dan integrasi Islam dengan kebudayaan Rusia.25

Dengan demikian Sh. Marjani menghadirkan sebuah paduan antara orientasi modernis dan reformis.

Tokoh jadid yang paling terkenal adalah Ismail Gasprinski (1851-1914) seorang Tatar Crimea yang belajar di Eropa dan bekerja sebagai jurnalis di

Istambul dan Paris. Pada tahun 1883 ia menerbitkan majalah Tarjuman yang menjadi saluran utama bagi seruan modernisasi dan unifikasi umat Muslim.

Gasprinki menjadi tokoh utama modernoisasi dari pada reformasi. Ia berdalih bahwa umat Muslim harus meminjam kemajuan barat untuk merevuitalisasi kehidupan soaial dan intelektual mereka.meskipun Islam mampu bertahan sebagai sebuah sistem teologi dan filsafat, umat Muslim harus menjadi bagian dari peradaban teknik modern. Ia memberikan contoh positif dengan sekelompok kecil komunitas Tatar di Polandia yang secara keagamaan merupakan komunitas

Muslim tetapi secara utuh mereka berasimilasi dengan kebudayaan Eropa.26

Secara garis besar proses penyebaran Islam dibumi Tatarstan dalam perspektif geopolitik modern telah berlangsung lewat berbagai modus seperti dakwah damai, pengaruh budaya (akulturasi) menawarkan pilihan dengan penuh kesadaran, pernikahan elite kerajaan, serta tanpa terkecuali intrik-intrik politik tertentu seperti permintaan langsung dari pada sultan (Rusia : khanstvo) terhadap kaisar Rusia (Tsar) untuk mendapatkan perlindungan dan bantuan militer.

25 Ibid hal 374 26 Ibid hal 375

20

BAB III

TATARSTAN PADA MASA FEDERASI RUSIA

A. Struktur Pemerintahan

Tatarstan merupakan suatu Negara bagian atau wilayah dari federasi

Rusia. Tatarstan merupakan salah satu Negara yang terdekat dengan pusat pemerintahan Rusia yaitu Moskow. Situasi politik internasional pasca perang dingin yang dihadapi Rusia tidaklah lebih ringan dibanding yang dihadapi Uni

Sovyet ketika berseteru ketika melawan AS dan sekutunya. Ancaman terisolasi secara geopolitik, mengharuskan Rusia memperkuat hubungan dengan Negara- negara bekas Uni Sovyet yang tergabung dalam CIS. CIS atau persemakmuran

Negara-negara merdeka atau SNG (Sodruzhestvo Nezavisimikh Gosudarstv) yang terbentuk seiring dengan proses kehancuran Uni Sovyet (USSR) di penghujung abad ke-2027

Pada tanggal 30 Agustus 1990 pedana menteri tertinggi republik Sovyet,

Mintimer Shaimiyev mendeklarasikan Tatarstan menjadi sebuah republik.

Kemudian pada tahun 1991 diadakan pemilihan presiden, dan akhirnya Shaimiyev sendiri yang terpilih. Pada bulan februari 1994 Shaimiyev memenangkan konsesi dari pemerintahan federal yang ditandai dengan persetujuan yang isinya yaitu pemerintah federal meyerahkan kekuatan sepenuhnya pada Tatarstan seperti

27 A. Pahrurodji. Hal 227

21

cadangan minyak, pabrik-pabrik industri, pajak penghasilan dan hak untuk mengikuti politik perdagangan asing.28

Dalam pemilihan presiden tahun 1996, Shaimiyaev kembali terpilih menjadi presiden karena tak ada lawan dalam pemilihan tersebut. Ia merupakan salah satu presiden Negara bagian yang paling aktif. Setelah itu dibentuklah konstitusi Tatarstan pada tahun 2000 sebagai berikut : The Republic of Tatarstan is a democratic constitutional State associated with the Russian Federation by the

Russian Federation, the Constitution of the Republic of Tatarstan and Treaty between the Russian Federation and the Republic Tatarstan on Delimitation of

Jurisdictional Subject and Mutual Delegation of Powers between the State Bodies of The Russian Federation and the State Bodies of the Republik Tatarstan29.

Berikut ini adalah keterangan tentang Negara Tatarstan

Nama Negara : Republik Tatarstan

Ibukota : Kazan

Berdiri : 27 Mei 1920

Status Politik : Republik

Distrik Federal : Volga

Wilayah Ekonomi : Volga

Presiden : Rustam Minnikhanov

Perdana Mentri : Khalikov Ildar Shafkatkovich

Badan legislative : Dewan Negara

28 R.A Nabiev. hal 29 R.A Nabiev hal

22

Pendapatan perkapita :

Bahasa resmi : Tatar dan Rusia

Agama : Islam

Populasi penduduk : 3,779, 265 jiwa

Urban : 73, 8%

Rural : 26, 2 %

Selain itu juga dewan kementrian dibentuk seperti kementrian informasi dan komunikasi, kementrian kebudayaan, kementrian keuangan, kementrian hokum, kementrian dalam negeri, kementrian pendidikan dan pengetahuan, kementrian kesehatan, kementrian ekologi dan sumber daya alam, kementrian konstruksi, arsitektur dan perumahan, kementrian pemuda dan olah raga, kementrian kehutanan, kementrian ekonomi, kementrian industri dan pedagangan, kementrian tanah dan hubungan properti, kementrian tenaga kerja dan perlindungan sosial, dan kementrian transportasi.

B. Hubungan Tatarstan dengan Federasi Rusia

Sejarah multi nasional dan multi konfesional federasi Rusia berada di bagian Eurasian, yang menjadi tugas baru untuk khazanah kehidupan berbudaya bagi federasi Ruisa dan sebagai tindakan dari ketertarikan terhadap wilayah- wilayah. Salah satunya seperti dibeberapatempat yang unik di republik Taratstan dimana ada semangat toleransi dan budaya co-existence dari agama-agama yang berbeda yang telah berdiri ribuan tahun. Sekarang ini agama-agama bercampur

23

mencerminkan satu kesatuan sebagai akibat dari percampuran dan interaksi dengan banyak Negara dan budaya.

Tidak seperti Negara Eropa lainnya, dimana kebanyakan penduduk

Muslimnya adalah imigran, di Rusia penduduk Muslimnya adalah pribumi yang telah memeluk Islam sejak abad ke 7. Sementara itu pada saat sekarang ini jumlah penduduk muslimnya tak kurang dari 20 hingga 25 juta jiwa, yang secara etnik- demografis kaum muslim Rusia didominasi oleh suku bangsa Tatar yang berjumlah antara 6,5 hingga 7 juta jiwa. Disamping itu terdapat pula etnik

Bashkiriya dengan jumlah sekitar 1, 5 juta jiwa, suku pegunungan dan daratan

Dagestan dengan jumlah 2 juta jiwa, suku avaria yang berjumlah 600 ribu jiwa, orang-orang Chechnya yang terdiri dari suku Lezgina, Dargina, Kumika dan

Laksia yang secara kumulatif mencapai jumlah satu juta jiwa, etnik Ingushetia berjumlah 237 ribu jiwa, suku Osetiya, kabardino, Adegia, Cherkesia dan sebagainya dengan jumlah hampir 1 juta jiwa. Sedangkan sisanya adalah suku bangsa keturunan Turki yang mendiami wilayah-wilayah perbatasan Selatan

Rusia.

Peta demografis di atas mempertegas kita dalam memahami mengapa bangsa Rusia modern (terutama kalangan terdidiknya) memiliki kesadaran geografis dan demografis bersama kaum Muslim. Posisi geografis Rusia yang dikitari negara-negara Muslim telah memungkinkan untuk berlangsungnya proses asimilasi dan akulturasi bersama sejak abad-abad awal keislaman. Kesadaran ini pada gilirannya telah menimbulkan sikap dan pandangan bahwa konflik face to face melawan Islam dapat pula diartikan sebagai menyakiti bangsa sendiri. Islam

24

(bersama agama-agama Rusia lainnya) sering diilustrasikan sebagai satu sisi pada mata uang logam, di mana agama Kristen Ortodoks menempati sisi lainnya.

Dewasa ini Islam di Rusia khususnya Tatarstan tidak cukup lagi dipandang sebagai sebuah realitas sosial dan budaya semata, namun lebih dari itu – dalam batas-batas tertentu − Islam telah menjelma menjadi sebuah realitas politik bagi pemerintahan . Gejala fenomenal ini bukanlah bualan semata sebab dengan mudah dapat kita rasakan kebangkitan tersebut sekalipun perlahan, namun menunjukkan tanda-tanda kemajuan yang cukup signifikan.

Muslim Rusia dewasa ini diperkirakan mencapai jumlah lebih dari dua puluh juta jiwa yang tersebar diseluruh wilayah federasi. Memang hingga kini belum dimiliki angka yang pasti tentang komunitas Muslim tersebut. Berdasarkan data-data resmi negara aktivitas dan gerakan umat Islam di Rusia diilustrasikan telah mengalami “ledakan” (booming) yang cukup mengejutkan banyak pihak.

Organisasi sosial dan kemasyarakat milik umat Islam yang terdaftar di negara bekas komunis ini telah menunjukkan lonjakan yang berarti sejak tahun 1990-

1995. Bila tahun 1990 terdokumentasikan hanya kurang dari 900 ormas Islam dan tahun 1995 meningkat menjadi sekitar 2000, maka pada 1998 jumlah tersebut telah mencapai 2900 ormas Islam.

Pada Januari 2008 di Tatarstan telah terdapat kurang lebih 1398 organisasi keagamaan yang terdaftar diantaranya 1055 organisasi Islam, 255 organisasi

Kristen Ortodoks dibawah perlindungan Moscow, gereja Real-Ortodoks, 5 gereja kepercayaan, 2 Katolik, 2 Yahudi, 4 komunitas protestan yang berbeda doktrin, 71 kristen-Baptis Evangelis, 4 kristen Evangelis, 30 Kristen Faith Evangelis, 16

25

kristen Advent, 10 Lutheran, 5 gereja baru Apostle, 1 Jehovah’s Witnesses, 5

Bahai, 1 Krishna, 2 gereja the last testament, 1 Vissarionov

Bila melihat sejarah masa lalu terutama pada masa kekaisaran Rusia dan kekuasaan Unisovyet, kehidupan beragama begitu ketat diawasi. Pada abad ke 16 sampai abad ke 19, Negara-negara Islam di Asia Tengah di gabungkan dengan kekaisaran Rusia. Sejak itu kehidupan beragama diatur oleh pemerintah resmi.

Seluruh kegiatan keagamaan diatur oleh dewan Tatar Kazan yang dikepalai oleh seorang mufti. Pada periode Uni Sovyet kegiatan beragama tetap berjalan, namun banyak mendapat tekanan. Banyak masjid dan madrasah yang di tutup. Warga

Muslim pun tidak bebas untuk pergi ke masjid setiap hari. Buku-buku berbahasa

Arab pun dilarang terbit.30

Namun pada saat sekarang ini hal itu sungguh jauh berbeda. Demokrasi telah ditegakkan oleh Negara federasi Rusia, semua wilayah yang menjadi bagian dari federasinya diberi hak kekuasaan penuh untuk mengatur urusan agama dan peribadatan di negaranya masing-masing. Salah satu bukti resmi tentang perdamaian Rusia terhadap Islam adalah meningkatnya jumlah jamaah haji di

Mekkah, dan diperbolehkannya percetakan Al- serta dibangunnya masjid- masjid dikawasan populasi Muslimnya yang tinggi. Selain itu juga Union of

Muslim didirikan pada tahun 1995 yang diketuai oleh khatib Mukaddas dari

Tatarstan yang bertujuan untuk memperbaiki pemahaman antar etnik dan cara pandang orang Rusia terhadap konsep Islam. Union of Muslim ini mempunyai peran penting di Russian Duma (dewan pertimbangan rakyat Rusia)

30 A.M Romly, Dakwah dan Siyasah (Perjuangan Menegakkan Syariat Islam di Asia Tengah, Kaukasia dan Rusia abad VII-XX). Jakarta : PT Bina Rena Pariwara, 2003 hal 169

26

Diluar kehidupan politik dan kepartaian, dewasa ini di Rusia terdapat empat organisasi keagamaan non structural yang paling kharismatik dan otoritatif dikalangan luas masyarakat Muslim yaitu: (Tsentralnoe Dukhovnoe Upravleniye

Musulman Rassii i Evropiiskih Stran) komite pusat Islam Rusia dan Negara- negara CIS wilayah Eropa, (Dukhovnoe Upravleniye Musulman Evropeiskoi

Casti Rassii)

Seperti Negara bagian pada umumnya, Tatarstan juga memiliki hak otoritataif terhadap perkembangan kehidupan neragama di negaranya. Di bulan

Februari 1998 organisasi kesatuan Muslim Tatarstan telah di terima dan dijadikan sebagai pelaksana pada komisi kesatuan agama Muslim di republik Tatarstan atas dasar sandaran pernyataan didalam pengakuan dan berkas lembaga Muslim bahwa pemikiran fasilitas interaksi badan Negara dan kaum Ulama dan juga pekerja didalam organisasi Muslim yang terdiri dari struktur komisi agama Muslim

Tatarstan yang terdiri dari delapan departeman yaitu: departemen pendidikan, departemen ilmu pengetahuan, departemen statistik, departemen penyiaran dan perekrutan, departemen arsitektur, departemen kebudayaan, departemen pusat pers, dan departemen hubungan internasional31.

Untuk kekuasaan hukum agama, komisi agama Islam republik Tatarstan telah diserahkan kepada kepala Qazi yang membawahi wilayah-wilayah kehakiman yang berada dibagian pusat, timur, tenggara, barat, utara, dan selatan qaziat (wilayah hukum). Sedangkan mufti Kazan terdaftar di kementrian kehakiman federasi Rusia, tapi perannya tidak menunjukkan aktifitas yang besar

31 R.a Nabiev hal 93

27

walaupun berada dicabang organisasi Muslim Rusia yang membawahi lebih dari

40 muftiat di seluruh pusat Rusia.32

Pada bulan Pebruari 1994, Presiden Shaimiev menandatangani sebuah perjanjian power-sharing dengan presiden Rusia Borist Yeltsin. Perjanjian itu berisi

BAB IV

PERKEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM DI TATARSTAN

A. Perkembangan Organisasi Tarekat Sufi di Tatarstan

Prof. Michael Campher dari Universitas Lawrence, Amerika Serikat, menyatakan bahwa sebagaimana halnya dalam sejarah beberapa bangsa lainnya,

Islam dan struktur keagamaannya telah memainkan peran penting dalam sejarah panjang kehidupan bangsa Rusia. Terutama dalam konteks perkembangan sosial- intelektual di wilayah perairan sungai Volga dan pegunungan Ural di Rusia.33 Di

32 Ibid hal 94 33 Prof. Michael Campher dari Universitas Lawrence, Amerika Serikat adalah salah satu dari beberapa ilmuwan Barat yang tercatat aktif memberikan kontribusinya bagi kajian Islam di Rusia. Lihat Michael Campher, Istoriya Sufizma v Pavolzhe i Priurale (Sejarah sufisme di wilayah Volga

28

antara struktur-struktur keagamaan dalam Islam, tampaknya sufisme dan organisasi tarekat lebih menonjol melebihi struktur keagamaan lainnya, karena diyakini memiliki beberapa fungsi yaitu:

1. Sebagai jalan menuju Tuhan yakni ajaran esoterik yang menawarkan

sejumlah tata aturan dan metode-metode yang baik untuk membersihkan

jiwa manusia dari berbagai kejahatan, menjauhi urusan-urusan duniawi,

menggapai setinggi mungkin tujuan-tujuan hidup yang mulia yaitu

ma’rifat Tuhan ataupun bersatu dengan-Nya.

2. Sebagai orientasi moral-ideal yang berguna bagi tata kehidupan mayarakat

secara intrinsik lewat model-model gerakan dan institusi pendidikan Islam

seperti maktab dan madrasah.

Oleh sebab itulah, tidak terlalu mengherankan bila dalam konteks Rusia-

Soviet, sufisme terlihat sebagai simbol umum yang sering kali digunakan dalam mengidentifikasi corak dan tekstur keislaman masyarakat vis a vis hegemoni imperium Rusia, yang pada umumnya dikategorikan sebagai non-Islam.34

Asumsi ini pada saat yang sama, diperkuat pula dengan realitas, bahwa jaringan sufisme tampak sangat efektif memainkan perannya dalam proses pembentukan kelompok-kelompok sosial-kemasyarakatan yang baru di Rusia. Sekalipun dalam proses tersebut, tak jarang pula sufisme telah menyebabkan timbulnya antagonisme dalam tubuh masyarakat Islam.

Terlepas dari itu semua, di dalam konteks abad 18 M terlihat bahwa jaringan sufisme telah berhasil mempertautkan wilayah-wilayah Islam di dan Ural), dalam Mir Islama (Dunia Islam) 1. (3) 2005. Terj: Wan Jamaluddin Z.Pusat Studi Islam Institut Sejarah Akademi Ilmu Pengetahuan Tatarstan. 2005 hlm. 5.

29

imperium Rusia. Bahkan interkoneksitas dimaksud tidak hanya menghubungkan wilayah Volga dengan Asia Tengah dan Kaukasus, tetapi juga dengan pusat-pusat keislaman lainnya sepert Istanbul dan Kairo, tak terkecuali India. Dengan demikian dapat dikatakan pula bahwa pada abad 18 M, sufisme di Rusia memiliki fenomena dan corak yang sungguh beragam; tidak saja berskala lokal atau regional, tapi juga transnasional.

Dalam tulisan ini, akan kembali dikaji pertumbuhan dan perkembangan sejarah sosial sufisme, dengan menelusuri keragaman literatur-literatur sufistik di wilayah Rusia. Terutama sekali di sekitar Volga-Ural-Asia Tengah-Kaukasus, yang mencerminkan corak tradisi intelektual kaum Sufi di kawasan tersebut.

Namun perlu ditegaskan telebih dahulu, bahwa sesungguhnya terdapat sejumlah besar khazanah karya para syeikh dan pemimpin tarekat, yang hingga kini masih belum diketahui secara pasti.35 Sehingga bagaimanapun, sangat mungkin tulisan ini tidak dapat mengambarkan keutuhan fenomena sufisme di Rusia secara sempurna.

Dalam pandangan Prof. Michael Campher, secara organisasional sejarah sufisme di dataran Volga dan Ural dapat dibagi dalam dua epoh. Pertama, periode yang dimulai sejak abad 13 M sampai dengan menjelang awal abad 18 M. Pada periode ini ditemukan sejumlah puisi sufistik dari para tokoh seperti Maula Kula

35 Lihat Anas B. Kholidov. “Collections of Islamic Manuscripts in The Former- and Their Cataloguing” dalam The Significance of Islamic Manuscripts. John Cooper (Ed). Cambridge University, London, 1992. hlm. Sebagai perbandingan lihat pula Wan Jamaluddin Z. “Mengenal Tradisi Arabistika di Rusia: Refleksi Historis Pertumbuhan Tradisi Intelektual Rusia Abad 11-17 M.” dalam Al-Turāś: Mimbar Sejarah, Sastra, Budaya, dan Agama. Vol 12, No. 3, September 2006. Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sarif Hidayatullah Jakarta, 2006. hlm. 223- 234.

30

dan lainnya.36 Dapat dikatakan bahwa para tokoh sufi tersebut mengikuti tradisi tarekat Yasafiyah di Asia Tengah, yang didirikan oleh Ahmed Yasafi, seorang tokoh sufisme Asia Tengah. Makam pendiri tarekat ini terdapat di selatan

Kazakstan, dan hingga kini menjadi salah satu obyek ziarah spiritual umat Islam dunia. Kedua, periode menjelang awal abad 18 M, yang ditandai dengan terbangunnya kontak secara intensif baik organisasional maupun intelektual dengan tarekat Naqshabandiyah di Asia Tengah, tepatnya dengan cabang tarekat tersebut di Kota Bukhara. Secara perlahan namun pasti, daya pikat intelektualisme tarekat Naqshabandiyah telah mampu menggeser peran para syeikh tarekat

Yasafiyah di Volga dan Ural, Rusia.37

Bila tentang epoh pertama, sejarah sufisme di Rusia (Volga-Ural) belum terungkap dan diketahui secara baik. Maka pada epoh kedua, dapat dengan mudah dikemukakan sejumlah bukti yang menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan tradisi intelektual sufisme di kawasan tersebut, telah berlangsung dengan begitu dinamis. Setidaknya hal ini dapat dilihat dari peran dan kiprah tiga tokoh penting dalam kancah sufisme di Rusia abad 18 M, yaitu: Syeikh Abd al-Rahim Utez-

Imyani, Syeikh Abd al-Nashir al-Kursawi, dan Syeikh Syihab al-Din al-Marjani.

Ketiga tokoh ini akan diuraikan satu-persatu.

1. Syeikh Abd al-Rahim Utez-Imyani (1754-1835 M)

Abd al-Rahim (dalam dialek Rusia diucapkan sebagai Gabderahim) ibn

Usman al-Utez-Imyani al-Bulghari (selanjutnya disebut Utez-Imyani), hingga kini

36 Michael Campher dalam Mir Islama (Dunia Islam) 1. (3) 2005. Pusat Studi Islam Institut Sejarah Akademi Ilmu Pengetahuan Tatarstan. 2005 hlm 6

31

dipandang sebagai salah seorang syeikh tarekat Naqshabandiyah paling terkemuka di wilayah Volga-Ural, Rusia. Ia juga dikenal sebagai ahli puisi ulung dan dalam persoalan fiqh Islam sangat ketat berpedoman pada mazhab Hanafi. Pada masa kecilnya ia berguru kepada Walid ibn Muhammad al-Amin al-Karghali, atau yang sering dikenal sebagai Wali Muhammad-Ishan (w. 1802-1803), murid dari Syeikh

Besar Naqshabandiyah Muhammad ibn Ali al-Daghistani (w. 1795-1796).38

Berdasarkan beberapa sumber, pada tahun 1785 Utez-Imyani terpaksa harus hengkang dari negeri asalnya, karena adanya agitasi pemerintah imperium

Rusia tentang kebijakan anti-agama. Ia hijrah ke Bukhara untuk melanjutkan studi dan berkhidmat sebagai Mullah di Masjid Maghak. Dalam kesempatan inilah ia berkunjung ke Samarkand, Balkh, Kabul, Herat, Kandahar dan Nasaf. Diduga kuat di Kabul inilah Utez-Imyani berguru kepada ulama besar setempat, yaitu

Syeikh Faidl-Khan ibn Khidr-Khan al-Kabuli (w. 1802-1803).39

Baru pada awal abad 19 M, Utez-Imyani kembali pulang ke negeri asalnya di Volga-Ural. Namun hingga akhir hayatnya, ia tercatat tidak menduduki jabatan atau posisi resmi apapun di dewan Mufti Rusia. Ada beberapa versi tentang wafatnya sang tokoh; ada yang menyebutnya wafat di pedesaan Timyashevo

(Tatar) dan ada pula sumber lain yang menyebut bahwa Imyani wafat dan dimakamkan di Miras pada 1836. Dewasa ini kita masih dapat mengenali anak keturunannya dari penisbahan nama keluarga Utez-Imyani. Sebenarnya nama

38 Islam na territoriy bivshey Rassiskoi Imperiy: Ensiklopedicshekiy Slovar (Islam di bekas teritori Imperium Rusia: Sebuah Kamus Ensiklopedi) jilid 2, terj. Wan Jamaluddin Z. Saint-Petersbug (Branch of Institute for Oriental Studies St, Petersbug), akademi ilmu pengetahuan Rusia, 1999, hal 17 39 Ibid hal 18

32

tersebut tidak pernah atau jarang digunakan oleh sang tokoh dalam berbagai karyanya.

Sebagai seoang tokoh Sufi yang produktif, Utez-Imyani tercatat telah menorehkan sejumlah besar karya baik dalam bahasa Arab, maupun dalam bahasa

Persia. Antara lain tema pembahasannya meliputi: etika, hukum, teologi, sufisme, serta beberapa kumpulan puisi-sufistik dalam bahasa Turki dialek Volga-Ural.

Beberapa tema persoalan besar dalam Islam yang menjadi perhatiannya, adalah problematika moral, sebagai contoh adalah masalah kebiasaan meminum minuman beralkahol (minuman keras), yang disebutnya sebagai tanda akhir zaman semakin dekat. Hal ini diuraikannya dalam karyanya yang masih berbentuk manuskrip berjudul “Risalah fi al-asyriba” (Risalah tentang Kebiasaan Mabuk)40.

Karyanya ini memicu polemik dengan tokoh Mufti terkenal yang beraliran liberal, yaitu Fathullah ibn Husain al-Uriwi (w. 1843).

Utez-Imyani juga menyoroti sejumlah penyimpangan dari kemurnian

Islam (bid’ah), yang secara umum dituding sebagai akibat dari pola kehidupan koeksistensi bersama umat Kristen yang salah kaprah. Hal ini diuraikannya dalam karyanya berjudul “Risala-ie-Dibaghat”.41 Sedangkan karyanya yang lain berjudul “Risalah fi al-Jum’ah” antara lain menyebut wilayah Volga-Ural

(Bulghar) – sekalipun dihuni mayoritas penduduk Muslim – bukanlah disebut teritori Islam, tetapi dikategorikannya sebagai “Dar al-Harb”. Karenanya ritual shalat Lima waktu, yang diharuskan padanya menyebut-nyebut Nama Tsar (Raja)

40 Koleksi Manuskrip, Kazansky Gosudarstvenni Universitet (State University of Kazan), KGU No. 2400-g. terj. Wan Jamaluddun Z. 41 Ibid, KGU No. 2400-g.

33

Rusia, sama sekali tidak berlaku, demikian tegas Utez-Imyani.42 Tentu saja pandangannya tersebut bertolak belakang dengan mainstream tokoh mufti dan intelektual Muslim setempat, yang cenderung moderat dan dapat menerima baik secara institusiona, maupun ekonomi terintegrasi dengan imperium Rusia sejak permulaan abad 18 M.

Sekalipun Utez-Imyani dikenal sebagai tokoh Sufi produktif, namun pandangannya dalam bidang fiqh cenderung konservatif. Dengan berpegang teguh kepada mazhab Hanafi, terutama sekali ia terlihat sering menyandarkan diri kepada dua murid kesayangan Imam Hanafi, yang bernama Abu Yusuf dan

Muhammad al-Syaibani. Karenanya, Utez-Imyani dikenal sebagai ulama yang mendukung taqlid dalam Islam. Sehingga di wilayah Volga-Ural, ia mendapatkan pelawanan dari tokoh mufti terkenal lainnya, yaitu Abu al-Nashr al-Kursawi, kritikus mazhab Hanafi dan propagandis utama tradisi ijtihad dalam Islam di wilayah tersebut. Perselisihan pandangan antara kedua tokoh ini, terutama sekali dipicu oleh persoalan kewajiban melaksanakan shalat Isya bagi umat Islam di bagian utara Rusia pada periode “Malam Putih”. Utez-Imyani bersiteguh untuk mengganti atau “meniadakan” shalat isya’ bila matahari masih tampak (khususnya pada periode tersebut), seperti diuraikannya dalam karya fiqhnya yang berjudul

“Risala-ie-syafaqiya”.43

Dalam bidang etika Islam, Utez Imyani menulis sebuah karya berjudul

“Al-Saif al-sarim” (Pedang Tajam). Dari penelusuran bibliografis-referensial,

42 Koleksi Manuskrip, Kazansky Gosudarstvenni Universitet (State University of Kazan), KGU No. 182-g. 43 Koleksi Manuskrip, Kazansky Gosudarstvenni Universitet (State University of Kazan), KGU No. 2400-g.

34

dapat dikatakan bahwa karyanya ini banyak diilhami karya-karya Imam Abu

Hamid al-Ghazali (w. 1111 M) dan Muhammad al-Birkawi, atau biasa dikenal dengan sebutan Mehmed Birghiwi (w. 1573 M). Dalam “Al-Saif al-sarim”, Utez-

Imyani terutama sekali menguraikan pentingnya kehidupan asketisme (zuhud) dan sikap ihthiyat (kehati-hatian), dan sedikit sekali memberikan porsi kritiknya terhadap perilaku kaum sufi, yang dianggapnya menyimpang.44

Namun demikian, dalam karyanya yang lain yakni berjudul “Inkaz al- halikin” (Menyelamatkan kaum yang binasa). Ia memfokuskan kritiknya terhadap para syeikh tarekat dan ulama-kalam Naqshabandiyah sezamannya, yang menurutnya terlalu dipengaruhi filsafat Yunani, sehingga telah melenceng dari kemurnian Islam.45

Adapun beberapa buah karya Utez-Imyani lainnya yang dapat disebutkan antara lain, “Linguisticheski komentariy” (Kumpulan komentar linguistic,) yang mengomentari sajak-sajak tokoh sufi bernama Sufi Allah-‘Iyara (w. 1723 M),

“Slovari” (Buku saku) tentang beberapa terminologi penting yang terdapat dalam kitab “Jami’ al-rumuz” karya Sams al-Din al-Kuhistani (w. 1534 M), kitab

“Maktubat” karya Syeikh Ahmad Sirhindi (w. 1624 M) dan kitab “Ihya ‘ulum al- din” karya Imam al-Ghazali.46

44 Koleksi Manuskrip, Kazansky Gosudarstvenni Universitet (State University of Kazan), KGU No. 1204-1206-g. 45 Koleksi Manuskrip, Kazansky Gosudarstvenni Universitet (State University of Kazan), KGU No. 2387. 46 Lihat Islam na territoriy bivshei Rassiiskoi imperiy: Ensiklopedicheskiy slovar’ (Islam di bekas teritori Imperium Rusia: Sebuah kamus ensiklopedi). Jilid 2, Sankt-Peterburgskiy filial Instituta Vatokovedeniya (Branch of Institute for Oriental Studies Saint Petersburg). Rassiiskaya Akademiya Nauk (Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia), 1999, hlm. 19.

35

Sedangkan tiga karyanya yang lain disusun dalam genre-Masnawi, yaitu sejumlah bait syair dalam bahasa Turki, antara lain berjudul “Tuhfat al-ghuraba’”

(mengabadikan pengalaman pribadinya dalam berdialog dengan berbagai syeikh dan kaum intelektual Bukhara), “Muhimmat al-zaman” (memuat beberapa nasehat

Utez-Imyani kepada kaum sufi seera tentang keharusan menjunjung etika dan moral, dipublikasikan di Kazan pada tahun 1889), “Tanzih al-afkar”

(mengisahkan dialog tentang kegelisahan seorang penganut Kristiani bernama

Grieshka yang berkeinginan memeluk Islam namun tak kunjung dapat membebaskan dirinya dari kungkungan gereja).47

Dari berbagai karyanya tersebut, dapatlah disimpulkan bahwa Utez-Imyani merupakan salah seorang tokoh terkemuka kalangan tradisionalis-konvensional

Islam di wilayah Volga-Ural. Dengan secara ketat berpedoman pada mazhab

Hanafi, berupaya melestarikan nilai-nilai ajaran Islam dan berjuang bagi tegaknya kemurnian Islam.

2. Syeikh Abd al-Nashir al-Kursawi (1776-1812 M)48

Nama lengkapnya adalah Abd al-Nashir ibn Ibrahim Abu al-Nashr al-

Bulghari al-Kursawi (l. 1776/77-1812 M). Dia dikenal tidak hanya sebagai salah satu tokoh teolog dan juru dakwah terkemuka bangsa Tatar, namun juga salah satu tokoh paling kontroversial di kalangan umat Islam walayah Volga-Ural, Rusia. Ia dilahirkan di desa Kurs (Tatarstan) dan mengenyam pendidikan di madrasah

47 Ibid. hlm. 19. 48 Ibid. hlm. 52.

36

Machkara dalam bimbingan Syeikh Muhammad Rahim ibn Yusuf al-Asyiti al-

Machkarawi (wafat 1816-1817 M), salah seorang alumnus madrasah Daghestan.

Pada awal abad 19 M, al-Kursawi menuntut ilmu ke Bukhara dalam asuhan syeikh khalifah tarekat Naqshabandiyah-Mujaddidiyah yang bernama syeikh Niyyazkuli al-Turkmani (wafat 1821 M). Namun sekitar tahun 1802 banyak intelektual muslim Bukhara menuduh al-Kursawi telah menyimpang dari ajaran Islam (heretik), karena bebagai kritiknya terhadap tradisi kalam dalam

Islam. Meskipun demikian, sekembalinya ia ke kampung halamannya di Kurs,

Tatarstan, ia diterima dengan baik dan diangkat menjadi Imam besar masjid dan pemimpin madrasah setempat.

Pada tahun 1808-1809 al-Kursawi kembali ke Bukhara. Kedatangannya ini memicu kembali konflik dengan para pemuka Islam di sana. Akhirnya di hadapan penguasa Bukhara, Amir Haidara (memerintah sejak tahun 1800-1825) mereka memaksa al-Kursawi untuk angkat kaki meninggalkan Bukhara.

Berbeda dari kepulangannya yang pertama, kali ini kehadiran al-Kursawi di tanah kelahirannya, Kurs, mendapatkan penolakan dari berbagai tokoh Islam

Tatarstan. Tak kurang dari Fathullah ibn Husain al-Uriwi (1767-1843), pemimpin kota Ufa, mengirim utusannya yaitu seorang mufti Ufa bernama Muhammad-Jan

Husainov (menjadi mufti sejak tahun 1788-1824), untuk bertemu dengan al-

Kursawi yang disebutnya telah menyimpang. Kritikan pedas juga diperolehnya dari Abd al-Rahim al-Bulghari Utez-Imyani, yang menyebut metode ijtihad al-

Kursawi telah menimbulkan kebingungan dan kerancuan berfikir dalam masyarakat.

37

Namun demikian, terdapat pula beberapa tokoh Islam lainnya yang membela al-Kursawi. Sebagai contoh, Dawlat-Shah ibn Adil-Shah al-Chabanli

(wafat 1832-1833 M) dan keluarga besar Utyamishev memberikan perlindungan dan pembelaan baginya. Sementara itu, Dewan Mufti Rusia mengambil sikap netral dalam polemik ini. Hingga akhirnya, bersama beberapa pengikut setia dan adik kandungnya yang bernama Abd al-Khaliq (dikenal sebagai ahli hadis Rusia wafat 1843-1844), al-Kursawi bertolak menuju Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Dalam perjalan itulah dan masih pada tahun yang sama, al-Kursawi meninggal dunia karena terserang wabah penyakit di sebuah desa dekat Istanbul.49

Polemik antara al-Kursawi dengan para tokoh Islam timbul, dikarenakan pandangan dan pemikirannya yang cenderung liberal dalam membahas beberapa persoalan hukum Islam. Sebagai contoh, sebagai penganut mazhab Maturidiyah di bidang kalam dan mazhab Hanafiyah di bidang fiqh. Al-Kursawi memberikan pendapatnya sendiri dalam men-syarah kitab “Al-Aqa’d al-nasafiyyah” karya syeikh Sa’ad al-Din al-Taftazani (wafat 1390 H), dengan bersandarkan pendapat seorang tokoh pengikut Maturidiyyah yaitu ‘Umar al-Nasafi (wafat 1142 H).

Pandangan-pandangan al-Kursawi tersebut sebenarnya telah mulai dibukukannya sejak menuntut ilmu di Bukhara, dalam sebuah karyanya yang diberi judul “Syarh jadid li al-‘aqa’id”.50 Tema pokok yang terdapat dalam karyanya tersebut adalah pembahasan tentang sifat Allah. Dengan hanya berpegang pada ayat-ayat al-

Qur’an, al-Kursawi menolak dengan tegas klasifikasi dan kategorisasi tujuh sifat

Allah yang diformulasikan mazhab Asy’ariyah dan 8 sifat Allah menurut mazhab

50 Karya tersebut masih berupa manuskrip dengan registrasi koleksi Kazanskiye Arabskiye Rukapisi (Manuskrip Arab Kazan) atau disingkat KAR No. A-1241.

38

Maturidiyyah, serta upaya menyimpulkannya sebagai sesuatu yang qadim ataupun hadits. Menurut hemat al-Kursawi perdebatan para ahli kalam tersebut banyak dipengaruhi filsafat Ellinsky dan sangat bertentangan dengan keesaan Tuhan atau konsepsi Tauhid dalam Islam.

Dalam bidang fiqh, al-Kursawi sangat bersemangat untuk menyerukan dibukanya ijtihad secara inividual dan otodidak, dengan mempelajari al-Qur’an dan Sunnah secara mandiri. Untuk itu ia menyusun sebuah buku berjudul “Al-

Irsyad li al-‘ibad” yang dipublikasikan di Kazan pada tahun 1904.51 Salah satu tema sentral yang dibahas dalam karya ini adalah kewajiban shalat Isya bagi kaum muslim di wilayah utara Rusia yang senantiasa mengalami periode “Malam

Putih”, di mana matahari seakan tak kunjung terbenam. Menurut hemat al-

Kursawi, dalam kontes ini terbuka pintu ijtihad bagi setiap muslim yang mampu untuk menentukan hukumnya, tanpa harus melibatkan institusi Dewan Mufti dan

Fatwa khusus tentangnya.52

Terlepas dari berbagai polemik tersebut, al-Kursawi telah memainkan peran penting dalam upaya penerjemahan al-Qur’an ke dalam bahasa Turki dialek

Volga-Ural. Terjemahan tersebut diberinya judul “Khafti-ie iyak tafsiri”, diterbitkan di Kazan pada tahun 1862 dan dicetak ulang pada tahun 1905.

Penterjemahan ini sempat mengalami penyempurnaan yang dilakukan oleh salah seorang murid al-Kursawi yang bernama Nu’man ibn Amir al-Kursawi (sering

51 Lihat Islam na territoriy bivshei Rassiiskoi imperiy: Ensiklopedicheskiy slovar’ (Islam di bekas teritori Imperium Rusia: Sebuah Kamus Ensiklopedi). Jilid 2, Sankt-Peterburgskiy filial Instituta Vatokovedeniya (Branch of Institute for Oriental Studies St. Petersburg). Rassiiskaya Akademiya Nauk (Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia), 1999, hlm. 53. 52 Ibid hlm..

39

disebut pula dengan nama al-Sammani). Dengan memberinya judul “Kor’an tafsiri [Noghmani] Tatar telenda”, yang diterbitkan di Kazan pada tahun 1991.53

Sepeninggal al-Kursawi, beberapa upaya kritis dan semangat pembaharuan

(ijtihad) di kalangan umat Islam Tatar dilanjutkan oleh tokoh sufi-teolog terkenal lainnya yaitu Syihab al-Din al-Marjani (1818-1889). Dan berkat berbagai upaya yang dilakukan tokoh terakhir inilah, nama al-Kursawi mulai mendapatkan tempat dan penghormatan yang lebih layak dengan sebutan sebagai “tokoh reformator

Islam” atau di Rusia yang dikenal dengan terminologi “eksponen ushul-ie jadid”.54

3. Syeikh Syihab al-Din al-Marjani 55

Salah seorang ahli fiqh, teolog dan sekaligus sejarawan terkemuka bangsa

Tatar adalah Syihab al-Din Harun ibn Baha’ al-Din ibn Subhan ibn Abd al-Karim yang dalam berbagai literatur Rusia lebih dikenal dengan Nama Syihab al-Din al-

Marjani. Ia sebenarnya dilahirkan pada tahun 1818 M, di desa Yabinchi dekat dusun Marjan dalam lingkungan keluarga muslim terpelajar. Ayah dan kakeknya adalah imam masjid dan pengajar di madrasah setempat. Karena itulah tidak mengherankan bila pada masa kecilnya Syihab al-Din menuntut ilmu di rumah

53 Ibid 54 Gerakan pembaharuan Islam di Rusia sering disebut dalam berbagai literatur Rusia dengan terminologi “Jadidizm” (Paham Pembaharuan) atau “Ushul-ie jadid” (Pembaharuan Fundamental). 55 Lihat Islam na territoriy bivshei Rassiiskoi imperiy: Ensiklopedicheskiy slovar’ (Islam di bekas teritori Imperium Rusia: Sebuah Kamus Ensiklopedi). Jilid 2, Sankt-Peterburgskiy filial Instituta Vatokovedeniya (Branch of Institute for Oriental Studies St. Petersburg). Rassiiskaya Akademiya Nauk (Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia), 1999, hlm. 59.

40

orangtuanya sendiri, di samping secara formal ia tercatat sebagai santri pada madrasah Tashkichu untuk mempelajari gramatika Arab, al-Qur’an, fiqh, dogmatika, kalam, dan logika.

Karena talentanya yang mengesankan, masih ketika berusia 17 tahun

Syihab al-Din sudah diperkenankan mengajar di madrasah yang Sama. Ia pun memulai karir pedagogisnya dengan mencoba menyusun metodenya sendiri dalam pembelajaran lisan berbahasa Tatar dalam bentuk sebuah buku panduan.

Sayangnya buku tersebut hilang tak terdokumentasikan.

Pada tahun 1838 M, Syihab al-Din bertolak menuju Bukhara untuk memperdalam pengetahuan agamanya. Tak lama kemudian, ia merasakan ketidakpuasan terhadap metode dan program pembelajaran yang ada, terutama sekali terhadap keharusan mempelajari kitab “I’lam abna’ al-dahr bi ahwal ahl

Mawara’ al-nahr”, sebagai materi wajib saat itu. Dengan talenta dan kemampuan yang dimilikinya, Syihab al-Din mulai berpaling untuk belajar secara otodidak dan mandiri dengan memanfaatkan berbagai khazanah perpustakaan kota Bukhara dan toko-toko buku yang banyak tersebar di penjuru kota. Tak ketinggalan, penelusuran ia lakukan pula terhadap manuskrip-manuskrip, baik yang tersimpan di beberapa perpustakan pribadi maupun perpustakaan umum yang dapat diaksesnya. Setelah lima tahun dilaluinya, ia pun bergegas pindah ke Samarkand dan menuntut ilmu di madrasah Shirdad kepada Qadli Abu Sa’id ibn Abd al-

Hayy, yang banyak menyediakan baginya berbagai kemudahan mengakses perpustakaan pribadinya.

41

Selama sebelas tahun pengembaraannya menuntut ilmu tersebut, Syihab al-Din al-Marjani telah menggeluti berbagai literatur pokok dan terpopuler dalam tradisi intelektualisme Islam berupa berbagai karya dari tokoh dan ilmuan besar

Islam sekaliber Ibn Sina, al-Suyuthi, Ibn Khallikan, Hodji Khalifa, al-Syahrastani,

Ibn Hazm, al-Ghazali, Ibn Kaldun, al-Baidlawi, al-Dawwani, dan lain sebagainya.

Lebih dari itu, masih dalam masa pengembaraannya tersebut, Syihab al-Din al-

Marjani sempat pula menulis sebuah karya komentar atau syarh terhadap kitab

“Al-Syamsiyah” karya Imam al-Katibi dalam bidang Logika, dan menyusun sebuah karya berjudul “Bi al-tariqat al-musla wa al-‘aqidat al-husna”, dan lain sebagainya.56

Kabar tentang kegemilangan prestasi akademis yang dicapai Syihab al-Din al-Marjani tersebut sampai pula ke negeri asalnya. Sehingga ketika ia pulang ke tanah asalnya dengan segera ia diangkat menjadi imam besar masjid dan pengajar di madrasah setempat, yaitu di kota Kazan, pada tahun 1850 M. Sebagai imam besar masjid, al-Marjani sangat dihormati, sehingga pada tahun 1860 M ia dipercaya memimpin proyek pencetakan al-Quran Kazan. Sebenarnya pada tahun

1862 M ia terpilih menjadi Mufti Rusia, namun pencalonannya tersebut digagalkan K.P. Pobedanotsev. Pada tahun 1867 M ia diberi gelar “akhun” dan

“muhtashibah”. Dalam perjalanannya untuk menunaikan ibadah haji pada tahun

1880 M, ia berkunjung ke Odessa, Istanbul, Kairo, dan Suez. Dalam kesempatan

56 Lihat Islam na territoriy bivshei Rassiiskoi imperiy: Ensiklopedicheskiy slovar’ (Islam di bekas teritori Imperium Rusia: Sebuah Kamus Ensiklopedi). Jilid 2, Sankt-Peterburgskiy filial Instituta Vatokovedeniya (Branch of Institute for Oriental Studies St. Petersburg). Rassiiskaya Akademiya Nauk (Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia), 1999, hlm. 59-60.

42

ini, ia banyak berjumpa dan melakukan serangkaian dialog dengan berbagai tokoh politik dan intelektual Islam.57

Sebagaimana tokoh pendahulunya, Utez-Imyani, Syihab al-Din al-Marjani juga menceburkan diri dalam polemik kewajiban menunaikan shalat Isya’ bagi umat Muslim di bagian utara Rusia pada periode malam terpendek yang disebut

“Malam Putih”. Untuk itu ia menulis sebuah karya berjudul “Nazhurat al-haqq fi fardliyyat al-‘Isya’ wa in lam yaghib al-syafaq”. Nampaknya polemik ini sudah lama menjadi agenda persoalan yang tak kunjung terselesaikan, sejak untuk pertama kali Islam masuk ke wilayah ini dalam naungan kerajaan Bulghar.58

Namun berbeda dari Utez-Imyani, Syihab al-Din al-Marjani menegaskan bahwa baik terlihat ataupun tidak nampaknya matahari tidaklah menggugurkan kewajiban umat untuk menegakkan shalat lima waktu. Ia menegaskan hal tersebut secara detail dengan banyak mengutip ayat al-Quran dan hadis Rasullah SAW, dengan menyeru dibukanya kembali pintu dan semangat ijtihad. Dalam konteks ini agaknya Syihab al-Din al-Marjani sejalan dengan tokoh pendahulunya yaitu syeikh Abu Nashir al-Kursawi (lahir 1776-77 wafat 1812 M) dan berseberangan dengan tokoh ulama dan syeikh Naqshabandiyah yang tradisionalis dan konvensional, Utez-Imyani.

Masih dalam polemik ini, Syihab al-Din al-Marjani nampaknya banyak merujuk sumber-sumber otoritatif fiqh Islam semisal “Kitab haqq al-ma’rifah wa husn al-idrak” (1880 M) dan “Al-Bark al-wamid fi al-radd” (1888 M). Serta beberapa karya tentang dogmatika teologis dan problematika fiqh Islam, seperti

57 Ibid. hlm. 60. 58 Ibid. hlm. 60.

43

kitab “Al-Hikmah al-balighah” karya Imam al-Taftazani (1888 M), maupun referensi fiqh mazhab Hanafi berjudul “Hizamat al-khawashi” (1889 M). Polemik

Syihab al-Din al-Marjani ternyata mampu menembus lintas negara dan bangsa, sehingga menjadi pembicaraan dan pembahasan banyak kalangan otoritatif dalam

Islam di mancanegara seperti di Turki, Mesir, dan bahkan India.59

Penguasaan terhadap disiplin historiografi Islam, ternyata mendapat perhatian besar dari Syihab al-Din al-Marjani. Masih dalam masa studinya di

Bukhara, ia berhasil menelusuri dan mengkoleksi sejumlah data dalam bahasa

Arab dan Persia tentang dinasti Karahanidov yang berkebangsaan Turki di Asia

Tengah. Serta menghimpunnya dalam sebuah kompilasi berjdul “Ghirfat al- hawakin li ‘irfat al-khawakin” (Kazan, 1864 M). Di samping itu, ia juga mencoba menyusun sebuah karya berjudul “Wafiyyat al-aslaf wa tahiyyat al-akhlaf” yang terdiri dari enam jilid besar. Sayang karya besarnya ini belum sempat dirampungkannya dan hingga ini masih tersimpan dalam bentuk manuskrip.

Namun demikian, ia berhasil menuliskan pengantar berbahasa Arab untuk karya besarnya tersebut yang diberinya judul “Muqaddimah”, dan dipublikasikan di

Kazan pada tahun 1883 M. Dalam buah karyanya tersebut, Syihab al-Din al-

Marjani nampak sangat terinspirasi oleh beberapa karya besar intelektual muslim sekaliber Ibn Khaldun dengan masterpiece-nya “Muqaddimah” dan Hadji Khalifa dengan kitabnya “Kasyf al-zunun”.60

Masterpiece karya Syihab al-Din al-Marjani yang mendapatkan pengakuan dan penghargaan luas adalah kitab “Mustafad al-akhbar fi ahwal Kazan wa al-

59 Ibid. hlm. 60. 60 Ibid. hlm. 60.

44

Bulghar” dalam bahasa Arab tentang sejarah kerajaan Bulhar dan Kazan. Dalam karyanya ini diuraikan sejarah dan biografi berbagai dinasti dan ratusan tokohnya, berdasarkan sumber-sumber Arab, Persia, dan Turki. Jilid pertama dan kedua kitab tersebut pertama kali diterbitkan pada tahun 1303 H/ 1885-1886 M, kemudian mengalami ubah-suai pada tahun 1897-1900 M, dan cetak ulang pada tahun 1997 di Ankara.61

Beberapa bagian (jilid) lainnya, dipresentasikan oleh V.V. Radlov dalam

Lokakarya ke-IV Perhimpunan Arkheologi Seluruh Rusia yang digelar di kota

Kazan pada tahun 1877 M. Selanjutnya mendapat persetujuan untuk diterbitkan pada tahun pada tahun 1878 M, dengan judul “Hilalat al-zaman fi tarikh Bulghar wa Kazan”. Jilid ini juga dimuat dalam jurnal “Trudakh” (Beberapa Buah Karya) jilid 4 dalam loka karya serupa pada tahun 1884 M. Masterpiece Syihab al-Din tersebut, hingga kini masih dipandang sebagai salah satu referensi pertama dan paling terpercaya tentang sejarah Islam di wilayah Volga-Ural di Rusia.62

Bertolak dari studi biografis dan bibliografis seperti diuraikan di atas, dapat ditegaskan bahwa tidak berlebihan bila Syihab al-Din al-Marjani dinobatkan sebagai salah seorang tokoh muslim terkemuka, yang paling terpelajar dan memiliki pengaruh luas dengan reputasi akademis yang mendunia.

Tidaklah mengherankan, bila kemudian Michael Campher menegaskan bahwa berdasarkan studi bibliografis, terhadap berbagai buah karya para syeikh dan tokoh tersebut, dapat dipahami bahwa tarekat Naqshabandiyah di wilayah

61 Ibid. hlm. 60. 62 Ibid. hlm. 60-61.

45

Volga dan Ural memiliki tiga tahap perkembangan. Secara kronologis dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap pertama dapat dikaitkan dengan tarekat Naqshabandiyah “model

awal” yakni berasal dari Asia Tengah dalam arti yang sesungguhnya.

Sayangnya kita hanya memiliki informasi yang tak banyak dan bukti yang

sangat terbatas sekali mengenai hal ini.

2. Menjelang paruh kedua abad 18 M, di Volga dan Ural telah hadir gerakan

pembaharuan dalam dunia tarekat, yang disebut-sebut dengan nama

Naqshabandiyah Mujaddidiyah yang juga berasal dari Asia Tengah.

Gerakan ini seringkali dikaitkan dengan seorang tokoh sufi India, Syeikh

Ahmad Sirhindi (wafat 1624 M) yang dikenal luas oleh para muridnya

yang berasal dari Tatar dan Bashkiria (Rusia), lewat inisiasi tarekat

Naqshabandiyah Mujaddidiyah di Bukhara dan Samarkand. Maka tidaklah

mengherankan bila Mujaddidiyah kemudian menjelma menjadi tarekat

yang mendominasi kehidupan masyarakat di wilayah Volga dan Ural pada

abad 19 M.

3. Tahap ketiga yakni menjelang akhir abad 19 M. Di wilayah Volga dan

Ural, secara perlahan tumbuh menguat tarekat Naqshabandiyah

Mujaddidiyah Khalidiyah, sebagai respon tandingan dari fenomena

lahirnya tarekat Mujaddidiyah di imperium Usmani dan di wilayah

Kaukasus.63

63 Lihat Michael Champer dalam Mir Islama (Dunia Islam) 1. (3) 2005. Pusat Studi Islam Institut Sejarah Akademi Ilmu Pengetahuan Tatarstan. 2005 hlm. 6-7.

46

Dengan penyebaran tarekat Naqshabandiyah pada awal abad 18 M, kita jumpai pertumbuhan literatur Sufi yang sangat signifikan. Dalam konteks ini, kita tidak bisa tidak sependapat dengan Michael Campher dari Universitas Lawrence, yang menyebut karya-karya sufistik tersebut telah memberikan kesaksian bahwa tarekat Naqshabandiyah dibandingkan tarekat Yasafiyah tampak jauh lebih intelektual.64

Michael Champer berpendapat bahwa perbedaan jelas, dapat dilihat pada ritual-ritual yang dikembangkan para syeikh Naqsyabandiyah yang tidak terlalu menekankan teknik dan praktik ekstatik seperti tarian, nyanyian dan senandung

Sufi, serta zikir jali. Naqshabandiyah juga tidak menunjukkan perilaku hidup asketisme yang berlebih-lebihan dengan cara mengasingkan diri (khalwat).

Namun bersamaan dengan itu, mereka lebih menekankan kedekatan dengan

Tuhan sekalipun berada di tengah-tengah masyarakat. Jadi setiap murid-salik diharuskan mengingat Tuhan dalam setiap aktivitas kehidupannya sehari-hari, sekalipun tatkala ia berada di tempat kerja.

Tarekat Naqshabandiyah mengembangkan berbagai metode pelatihan, dengan bantuan keyakinan akan adanya pertautan ikatan yang kokoh antara hati murid-salik dengan hati sang guru-mursyid. Metode-metode seperti ini memungkinkan berlangsungnya kontrol pengawasan yang harus dilakukan setiap guru-mursyid terhadap murid-salik.

Dari uraian di atas, tampak bahwa tarekat Naqshabandiyah di Rusia sangat cenderung berpegang kepada sumber-sumber utama dalam Islam, yaitu Al-Qur’an

64 Ibid. hlm. 7.

47

dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Terlebih lagi dengan keberpihakan tarekat ini pada mazhab Hanafi dalam bidang fiqih, yang menyebabkan Naqsyabandiyah sangat popular tidak saja dalam sekelompok masyarakat muslim, tapi lebih dari itu tersebar luas di kalangan para pelajar dan ilmuan-intelektual Islam, bahkan berhasil menarik simpati berbagai lapisan masyarakat.

Bila diamati lewat studi biografis terhadap berbagai karya Syeikh Shihab al-Din Marjani, misalnya, maka akan segera dijumpai bahwa pada abad 18 dan awal abad 19 M, telah terdapat banyak fuqaha dan teolog muslim Rusia, yang tergabung dalam tarekat Naqsyabandiyah. sehingga sangat sulit bagi kita untuk memberikan batasan yang jelas untuk memisahkan antara ahli fiqh dengan tokoh sufi di kawasan Volga-Ural hingga Kakasus dan Asia Tengah.

Tentu saja kita tidak boleh melihat Naqshabandiyah sebagai pengejawantahan para pemimpin Islam Rusia, atau kelompok-kelompok elite tertentu saja. Sekalipun tarekat ini didominasi tradisi fiqh bermazhab Hanafi dan kental bercorak Maturidiah dalam bidang teologi, namun secara sosiologis tarekat ini diwarnai orientasi politik yang sungguh heterogen. Berbagai tokoh seperti

Mufti Agung wilayah Ufa, Muhammadjan Husainov hingga beberapa tokoh penentang Dewan Mufti dan kelompok yang tidak menyetujui ide integrasi Islam ke dalam imperium Rusia. Seperti Syeikh Abd al-Rahim al-Bulghari Utez-Imyani

(wafat 1834 M) ternyata tergabung dan berafiliasi dalam tarekat ini.

dunia. Kedua, periode menjelang awal abad 18 M, yang ditandai dengan terbangunnya kontak secara intensif baik organisasional maupun intelektual dengan tarekat Naqshabandiyah di Asia Tengah, tepatnya dengan cabang tarekat

48

tersebut di kota Bukhara. Secara perlahan namun pasti, daya pikat intelektualisme tarekat Naqshabandiyah telah mampu menggeser peran para syeikh tarekat

Yasafiyah di Volga dan Ural, Rusia.65

Perlu di ungkap kembali bahwa perhatian dunia orientalisme, Eropa-Barat tak terkecuali Rusia terhadap tradisi sufisme (dulu biasa disebut dengan mistisme) dalam Islam, barulah timbul bebrrapa abad kemudian. Setelah kemudian di dahului oleh sejumlah kajian eksegetika terhadap al-Qur’an dan terutama sekali tentang sejarah nabi Muhammad SAW.

Dalam konteks kajian sufisme, tampaknya orientalis-Islamolog Rusia tertinggal sekitar enam hingga tujuh abad dibandingkan Eropa Barat. Bila dunia orientalisme Eropa Barat yang telah jauh lebih dulu memolopori kajian tentang sufisme dalam Islam sejak pertengahan abad ke 13 dan awal abad ke 14 M, maka baru sekitar abad ke 19 dan atau abad ke 20 M para sarjana Rusia mulai tampak intens bersentuhan dengan tradisi kajian serupa.

Di Eropa Barat misalnya sudah sejak tahun 1234 M telah dikenal sejumlah nama besar teolog-misionaris Kristen semisal Frederick II (wafat 1250 M) serta

Alfonso X (wafat 1284 M) yang berperan penting dalam pembangunan sebuah lembaga khusus di Eropa untuk mempelajari bahasa Arab dan Islam. Begitu pula haknya dengan Raymond Lully (wafat 1314 M), maupun tokoh mistik Spanyol bernama San –Khuana de la Cruise dan Santa-Teresa de Khesus yang meramaikan bursa kajian tentang Iwslam dan sufisme. Ketertarikan kepada Islam dan sufisme yang sangat marak di Eropa Barat tersebut, pada tahap selanjutnya telah

65 Ibid. hlm. 7.

49

mendorong pembukaan sejumlah program studi bahasa Arab dan bahasa-bahasa laninnya dibeberapa universitas terkemuka seperti Universitas Cambridge (pada tahun 1632), ataupun di Universitas Oxford (pada tahun 1636). Sementara itu di

Rusia tendensi serupa baru menjelma kenyatraan dengan didirikannya Fakultas

Ketimuran (Faculty of Oriental Studies), yang menjadi salah satu cikal bakal berdirinya Universitas Negeri Saint Petersbug dalam kajian imperium Rusia pada

Januari 1724 M.

Salah satu perkembagan seni budaya yang terkenal di Rusia (terutama bagi umat Islam yang berada di bawah federasi Rusia) dan sangat berdampak besar sampai saat ini yaitu Sejarah pertumbuhan tradisi Arabistika di Rusia pada abad

18 M.

Tradisi Arabistika merupakan salah satu bidang kajian yang terhitung baru dalam belantika studi orientalisme baik di Eropa maupun Rusia. yang dimaksud tradisi Arabistika adalah sebuah tradisi kajian orientalisme, yang terutama sekali membicarakan tentang bahasa dan budaya bangsa Arab maupun hal-hal lainnya yang terkait dengan dunia kearaban baik dalam dimensi sosial, ekonomi, politik, tak terkecuali agama dan system kepercayaan. hal ini berkaitan erat dengan ide dan gerakan revolusioner Peter the Great, (Tsar Rusia) karena ditangannyalah untuk pertama kalinya tradisi ini memperoleh legitimasi legal-formal. Beberapa regulasi seperti: Tiga Instruksi Raja, Ekspedisi Siberia, Percetakan Tata-Grafis

Arab, Sekolah Percontohan, Kompilasi S.G. Bayer dan G. J. Kehr, serta Proyek

Pengkaderan dapat dipandang sebagai tonggak-tonggak penting bagi

50

terbangunnya fondasi keilmuan dalam tradisi Arabistika Rusia pada masa selanjutnya.

Perhatian dan minat Peter the Great terhadap tradisi Arabistika tidak terhenti sebatas menerbitkan beberapa instruksi resmi kerajaan, seperti dikemukakan di atas. Perhatian dan minat yang besar, juga diperlihatkannya secara nyata dan sungguh sungguh dalam keterlibatan dan kepemimpinannya secara langsung pada ekspedisi ilmiah menuju dataran sungai Volga (Rusia bagian

Timur) pada tahun 1722 M. Kunjungan ini dalam sejarah Rusia sering disebut dengan istilah “Ekspedisi Siberia”. Sementara itu, nuansa ilmiah-akademis dalam ekspedisi tersebut, dapat dilihat dari keikutsertaan dan keterlibatan para ahli maupun ilmuwan terkenal Rusia dalam rombongan kerajaan, yaitu antara lain

Akhun Kadirmamet Syunchalev, Yusuf Izhbulatov dan seorang berkebangsaan

Armenia bernama Ivan Vasiliev.66

Berkat keseriusan dan kerja keras para ahli tersebut, dilaporkan bahwa dalam kunjungan ini (tepatnya ke daerah markas pasukan Persia yang berada di perairan Sungai Volga), Peter the Great berhasil mengumpulkan 50 batu nisan bertuliskan aksara Arab, Tatar, dan Armenia. Meskipun batu nisan-batu nisan tersebut kini banyak yang telah rusak dan sebagiannya nyaris mengalami kemusnahan, namun untunglah terdapat seorang orientalis Rusia lainnya yang bernama Lepekhin, yang telah berhasil menerjemahkan data-data monumental tersebut ke dalam bahasa Rusia.67

66 Ibid. Hlm. 41-43. 67 Ibid. Hlm. 41.

51

Edisi terjemahan koleksi ekspedisional ke Siberia ini telah dipublikasikan di Saint Petersburg, Rusia pada tahun 1770-an. Pada masa selanjutnya yakni sekitar paruh pertama abad 19 M, telah dilakukan reproduksi teks-teks Arab pada batu nisan tersebut oleh dua ilmuwan Rusia yang bernama Klaprot dan Berezin.

Kedua sarjana Rusia ini juga telah berhasil memberikan kejelasan informasi data tentang tahun-tahun penulisan batu-batu nisan tersebut, yaitu antara tahun 670

H/1271 M dan 742 H/1342 M. Kini seluruh monumen sejarah tersebut tersimpan dengan baik dalam Museum kerajaan Peter the Great, yang bernama

“Kunstkhamera” di kota Saint Petersburg, Rusia.68

B. Perkembangan pendidikan

Perkembangan pendidikan Islam di Tatastan tidak lepas dari sejarahnya yaitu pendidikan yang disampaikan oleh para ulama dan para tarikat Sufi. Setelah pengumuman jaminan kebebasam menjadi efektif pada tangal 17 November 1905 dan di izinkannya orang-orang non Kristen untuk memperaktekkan agama mereka, begitu juga dengan agama Islam, mereka juga diperbolehkan untuk memperkenalkan sekolah system jaded yaitu model maktab dan madrasah. Pada tahun itu juga didalam kongres pertama dan kedua All Russian Muslim Congress di kegubenuran Kazan sudah 90% wilayahnya mengaplikasi model maktab dan madrasah. Berikut ini adalah model kurikulum untuk sekolah/madrasah dasar 4 tahun (Ibtidai) yaitu:

1. Alphabet, membaca dan menulis bahasa Turki, ilm-I hal (hapalan)

68 Hasil observasi, kunjungan langsung dan wawancara penulis dengan Dr. Yelena Reuvunenkova di Institute of Antropology and Ethnography Raja Peter the Great “Kunstkhamera”, Saint Petersburg, Maret-April 2002.

52

2. Alphabet, membaca dan menulis bahasa Turki, ilm- I hal (komposisi)

3. Membaca al-Qur’an, ilm-I hal, grammer Turki, dan perkenalan

terhadap sejarah Islam

4. Al-Qur’an, ilm-I hal, hokum ibadah, sejarah Islam, grammer Turki,

perkenalan geografi, hokum aritmatika (penjumlahan, pengurangan,

pembagian dan perkalian) dan tafsir al-Qur’an.69

Sedangkan untuk sekolah/madrasah tingkat tingginya dibagi kedalam tiga

tingkatan diantaranya tingkat Rushdiya, Idadi dan Aliya. Untuk tiga

tingkatan tersebut dibagi kedalam tiga kelas sebagai berikut :

Kelas pertama:

1. Tajwid, ilm-I hal, grammer Turki, etimologi, bahasa Arab, aritmatika,

geografi Eropa, praktek ibadah, kaligrafi, membaca bahasa Turki, dan

moral Islam (dengan metode cerita)

2. Tajwid, kepercayaan Islam, nahwu, aritmatika, moral Islam, sejarah

Islam, geometri, sejarah Eropa, kaligrafi, ilmu kesehatan dan bahasa

Arab.

Kelas kedua:

69 Nadir Devlet, The Jadid Movement and Institutions of Islamic Education in The Volga Ural Region, dalam Proceedings of the International Symposium, Islamic Civilization in the Volga Ural Region, Kazan Research Centre for Islamic History, Art and Culture (IRCICA), 2001 hal 75 .

53

1. Kepercayaan Islam, pengejaan bahasa Arab, perkenalan aljabar,

grammer bahasa Arab, perkenalan ilmu logika, percakapan bahasa

Arab, geografi Asia, sejarah Islam, kaligrafi, mendengarkan kosakata

bahasa Arab baru, dan al-Qur’an.

2. Kepercayaan Islam, pengejaan bahsa Arab, hokum logika, psikologi,

geografi Afrika, sejarah kuno, kaligrafi, ilmu kesehatan, percakapan

bahasa Arab, sejarah abad pertengahan, al-Qur’an, kosmografi,

goegrafi Amerika dan Australia.

Kelas ketiga:

1. Al-Qur’an dan tafsir, sejarah Islam, filosofi agama al-Bukhari, Islam

kontemporer

2. Tafsir al-Qur’an dan sejarah Islam

Berikut ini adalah sekolah-sekolah atau madarasah yang pernah berdiri diwilayah Tatarstan yaitu: madrasa-i Muhammadiya, kepala sekolahnya adalah

Alimjan Barudi dia adalah seorang sarjana dan pernah menjabat sebagai mufti di

Kazan. Sekolah ini mempunyai 400 siswa dan untuk syarat kelulusan dari madrasah ini diadakan ujian al-Qur’an matematika Turki, geografi dan bahasa

Rusia. Madrasa-Apanay, didanai oleh keluarga Apanay yang mempunyai 800 siswa dan usia sekolah dimulai pada usia 8 tahun. Madrasa-I Mardjani, sekolah ini dikenal dengan sarjananya dan sekaligus sebagai pengajarnya yaitu Sh. Mardjani.

Sekolah ini dinamai tersebut setelah beliau wafat. Madrasa-I Baymurad Hazrat, kepala sekolahnya adalah Bay Murad bin Muharram al-Kazani al- Mangari yang terkenal dengan kesarjanannya dan dipublikasikannya buku grammer bahasa Arab

54

hasil karyanya. Walaupun kurikulum yang telah disepakati bersama, tetapi pengaplikasiannya belum begitu sempurna. Hal ini dikarenakan pertama, orang- orang Muslim di wilayah Rusia tidak mempunyai lembaga atau kementrian yang dapat memaksakan atau mengontrol jalannya sistem kurikulum tersebut. Kedua, semua aktifitas pendidikan dapat diorganisir atau dijalankan hanya dengan mengandalkan dana yang di pungut dari orang tua siswa dan orang-orang kaya.70

Pada tahun 1997 di Kazan telah dibuka sekolah spiritual yang kemudian pada tahun 1998 di tarnsformasi menjadi sekolah seminari teologi. Setahun kemudian baru mendapatkan lisensi dari menteri pendidikan Rusia untuk pengkhususan gelar Bachelor of Theologi.71

C. Perkembangan Sosial kemasyarakatan

Selain itu universitas dan perguruan tinggi pun telah didirkan seperti

Kazan State University, Kazan State Medical University, Kazan State Finance and economics Institute dan Russian State University Sebagai sebuah wilayah territorial, Tatarstan menjadi tempat dua masyarakat, yaitu Muslim dan Kristen

Ortodoks, juga mejadi daerah unik yang menganut kebudayaan Turki dan

Slavonik. Dalam masa perdamaian, masyarakat yang berbeda agama dan kebudayaan ini telah belajar bertoleransi, beraspirasi, respek terhadap budaya tetangga mereka. Sejak abad ke-10, Islam Sunni telah diterima oleh orang-orang

Bulgar dan menjadi agama resmi Negara di wilayah Volga Bulgaria.

70 Ibid hal 74 71 R.a Nabiev hal 95 .

55

Perkembangan tradisi di Tatarstan memang sangat kental sekali, contohnya Pada tahun 2005 telah diadakan peringatan 1000 tahun lahirnya kota

Kazan dan peringatan

Selama akhir dua dekade muncul masalah sebuah sikap yang disebut

“kebangkitan Islam” yang mengandung dua makna yaitu kebebasan hak dan kekuasaan lokal “tradisional” para ulama yang dibentuk diwilayah territorial

Muslim. Proses kebangkitan Islam terjadi diberbagai wilayah dengan intensitas yang berbeda. Agama dan politik dijadikan tujuan ideologis yang berbeda dari pembaharuan dasar Islam ke landasan otonomi bangsa atau kemerdekaan wilayah

Islam. Kehidupan sosial masyarakat Tatarstan cukup kompleks, hal ini di tandai dengan beragamnya suku bangsa dan agama yang mendiami wilayah Tatarstan.

56

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas tentang perkembangan kehidupan minoritas Muslim Rusia (Tatarstan), maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Sejarah masuknya Islam di Rusia khususnya Tatarstan tidak

terlepas dari sejarah masuknya Islam ke Asia Tengah dan

Kaukasus Utara yaitu sekitar abad ke 7 M setelah kelahirannya di

tanah Arab. Proses penaklukan dan penyebaran Islam ke wilayah

ini terus dilanjutkan oleh dinasti bani Umayyah yaitu pada masa

pemerintahn khalifah Abdul Malik bin Marwan yang menjabat

sebagai gubernur di Khurasan pada tahun 86 H dengan

menyeberangi sungai Oxus

2. Perkembangan kehidupan minoritas Muslim di Rusia khususnya Tatarstan

mengalami kemajuan yang sangat pesat. Tatarstan merupakan salah satu

Negara bagian dari federasi Rusia yang mengalami kehidupan damai yang

jauh dari pertikaian dan peperangan. Hal ini di tandai dengan adanya

hubungan baik dengan Negara pusat, federasi Rusia. Selain itu juga

Tatarstan merupakan salahsatu Negara mayoritas Muslim terbesar di

wilayah federasi Rusia.

57

3. Situasi dan kondisi umat Islam di Tatarstan cukup stabil baik dilihat dari

kondisi social, ekonomi, politik dan keagamaan. Bahkan dewan federasi

mangangkat salah satu mufti Tatarstan sebagai wakil di Duma Rusia.

4. Khazanah intelektual Islam di Rusia khususnya di Tatarstan ternyata

sangat menarik dan mempunyai sejarah yang panjang, khususnya

mengenai awal masuknya Islam dan perkembangan sufisme yang menjadi

modal utama dalam perkembangan agama Islam selanjutnya.

B. Saran

Dalam kesempatan kali ini penulis akan mengemukakan saran-

saran mengenai perkembangan kehidupan minoritas Muslim di Rusia

(Tatarstan). Saran ini berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis

lakukan, dengan harapan dapat bermanfaat bagi warisan khazanah

peradaban Islam. Berdasarkan hasil penelitian skripsi ini maka penulis

menyampaikan saran-saran sebagai berikut:

1. Pengkajian terhadap Islam di Rusia harus lebih di galakan lagi baik

oleh para peneliti maupun para sarjana, perlu diketahui bahwa salah

satu peradaban Islam yang saat ini luput dari perhatian kita adalah

peradaban Islam di Rusia.

2. Penelitian tentang perkembangan umat Islam di Rusia tidak hanya

terpaku dalam metode Library Research, melainkan Field Research

58

dianggap perlu untuk dijadikan metode tentang perkembangan Islam

di Rusia yang lebih konfrehensif. Terlebih lagi pada masa kini Negara

federasi Rusia telah membangun dan menata lagi simpul-simpul

kehidupan negaranya setelah keruntuhan Uni sovyet.

3. Diharapkan kepada lembaga UIN SYARIF HIDAYATULLAH

Jakarta, sebagai World Class University dan sebagai salah satu pusat

kajian tentang peradaban Islam, agar kiranya memberikan

kontribusinya terhadap kajian yang terfokus kepada peradaban Islam

di federasi Rusia.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Dudung. Metode Penelitian Sejarah, Jakarta, Logos Wacana Ilmu

1999 cet 1

Al-Faruqi Ismail R. dan Lois Lamya al-Faruqi, Atlas Budaya Islam, Mizan,

Bandung. 2003

Champer, Michael, Mir Islama (Dunia Islam) 1. (3) 2005. Pusat Studi Islam

Institut Sejarah Akademi Ilmu Pengetahuan Tatarstan. 2005

______, Istoriya Sufizma v Pavolzhe i Priurale (Sejarah sufisme di

wilayah Volga dan Ural), dalam Mir Islama (Dunia Islam) 1. (3) 2005. Terj:

Wan Jamaluddin Z. pusat Studi Islam Institut Sejarah Akademi Ilmu

Pengetahuan Tatarstan. 2005

Devlet, Nadir. The Jadid Movement and Institutions of Islamic Education in The

Volga Ural Region, dalam Proceedings of the International Symposium,

59

Islamic Civilization in the Volga Ural Region, Kazan Research Centre for

Islamic History, Art and Culture (IRCICA), 2001

Esposito, Jhon L, Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern, Jilid 2, Mizan,

Bandung.2001

Hasan, Masadul. HISTORY of ISLAM (Classical Period 1206-1900) Vol II, Adam

Publisher and Distributerss, Shandar Market, Chitlin Qabar, Delhi.1995.

Hodgson, Marshall G.S. The Venture of Islam Vol II, Terj. Mulyadhi Kartanegara,

Paramadina, Jakarta 2002

Heaney Domonic, Ed. The Territories of the Russian federation 2006, Routledege,

London 2006

Islam Na territoriy bivshey Rassiskoi Imperiy: Ensiklopedicshekiy Slovar (Islam

di Bekas teritori Imperium Rusia: Sebuah Kamus Ensiklopedi) jilid 2, terj.

Wan Jamaluddin Z. Saint-Petersbug (Branch of Institute for Oriental Studies

St, Petersbug), akademi ilmu pengetahuan Rusia, 1999

Jamaluddin Z, Wan, Al-Turāś: Mimbar Sejarah, Sastra, Budaya, dan Agama. Vol

12, No. 3, September 2006. Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sarif

Jakarta, 2006 Hidayatullah

______, Jurnal Studi Keislaman, Dinamika Perkembangan Islam di Rusia Modern Pusat Penelitian Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden 1

Intan, Bandar Lampung, 2004

Kholidov. Anas B, Collections of Islamic Manuscripts in the Former-Soviet

Union and Their Cataloguing dalam The Significance of Islamic Manuscripts.

John Cooper (Ed). Cambridge University, London, 1992.

60

Koleksi Manuskrip, Kazansky Gosudarstvenni Universitet (State University of

Kazan), KGU No. 1204-1206-g.

Lapidus, Ira M. Sejarah Sosial Umat Islam, jilid 3, PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta 2000

Nabiev, R.A, G.G Iskhakov, A. Yu.Khabutdinov, Islam in Tatarstan: Experience of Toleranceand Culture of co-existance, Symposium on Islamic Civilisation

Proceeding of the International in the Volga Ural Region, Research Centre for

Islamic History, Art and Culture, IRCICA

Istanbul 2004

Romly, A.M, Dakwah dan Siyasah (Perjuangan Menegakkan Syariat Islam di

Asia Tengah, Kaukasia dan Rusia abad VII-XX). Jakarta : PT Bina Rena Pariwara,

2003

Tolmachev, Nikola, Tata Negara, Etnik dan Agama di Rusia. Sebuah makalah

yang disemiarkan di FIB UI 2009

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam. Rajawali Prees. Jakarta 2004 hal 60

Situs Internet

http://www.oztukler.com

http://id.Wikipedia.or

http://Wikipedia. Org

61