MUSIK DAN CIVIL SOCIETY

(STUDI KETERLIBATAN GRUP MUSIK EFEK RUMAH KACA

TERHADAP PENGUSUTAN KASUS PENYIRAMAN AIR KERAS

NOVEL BASWEDAN)

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh: Silmi Fatahillah 1112112000031

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1440 H/2019 MUSIK DAN CIVIL SOCIETY

(STUDI KETERLIBATAN GRUP MUSIK EFEK RUMAH KACA

TERHADAP PENGUSUTAN KASUS PENYIRAMAN AIR KERAS

NOVEL BASWEDAN)

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh: Silmi Fatahillah 1112112000031

Pembimbing:

Dr. Agus Nugraha, M.A NIP: 19680801 200003 1 001

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019

i

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

MUSIK DAN CIVIL SOCIETY (STUDI KETERLIBATAN GRUP MUSIK

EFEK RUMAH KACA TERHADAP PENGUSUTAN KASUS

PENYIRAMAN AIR KERAS NOVEL BASWEDAN

1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk menjadi salah satu

persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesua dengan ketentuan yang beerlaku di Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 8 Juni 2019

Silmi Fatahillah

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI

Dengan ini pembimbing skripsi menyatakan bahwa mahasiswanya:

Nama : Silmi Fatahillah

NIM : 1112112000031

Program Studi : Ilmu Politik

Telah menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul:

MUSIK DAN CIVIL SOCIETY (STUDI KETERLIBATAN GRUP MUSIK

EFEK RUMAH KACA TERHADAP PENGUSUTAN KASUS

PENYIRAMAN AIR KERAS NOVEL BASWEDAN dan telah diujikan pada tanggal 11 Juni 2019.

Jakarta, 8 Juni 2019

Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Program Studi Pembimbing

Dr. Iding Rosyidin, M.Si Dr. Agus Nugraha, M.A NIP: 19701013 200501 1 003 NIP: 19680801 200003 1 001

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

SKRIPSI

MUSIK DAN CIVIL SOCIETY (STUDI KETERLIBATAN GRUP MUSIK EFEK RUMAH KACA TERHADAP PENGUSUTAN KASUS PENYIRAMAN AIR KERAS NOVEL BASWEDAN). Oleh: Silmi Fatahillah 1112112000031 Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 11 Juni 2019. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada program studi ilmu politik.

Ketua, Sekretaris,

Dr. Iding Rosyidin, M.Si Suryani, M.Si NIP: 19701013 200501 1 003 NIP:19770424 200710 2 003

Penguji I, Penguji II,

Dr. Idris Thaha, M.Si Ana Sabhana Azmy, MIP NIP: 19660805 2001 12 1 001 NIDN: 2010018601

Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 11 Juni 2019. Ketua Program Studi Ilmu Politik FISIP UIN Jakarta

Dr. Iding Rosyidin, M.Si NIP: 19701013 200501 1 003

iv

ABSTRAK

Silmi Fatahillah 1112112000031 MUSIK DAN CIVIL SOCIETY (STUDI KETERLIBATAN GRUP MUSIK EFEK RUMAH KACA TERHADAP PENGUSUTAN KASUS PENYIRAMAN AIR KERAS NOVEL BASWEDAN)

Skripsi ini membahas tentang keterlibatan pemusik dalam gerakan sosial civil society, studi dalam penelitian ini adalah keterlibatan grup musik Efek Rumah Kaca yang terlibat dalam dukungan pengusutan kasus penyiraman air keras Novel Baswedan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dalam bentuk apa saja keterlibatan grup musik Efek Rumah Kaca dalam dukungannya terhadap pengusutan kasus penyiraman air keras Novel Baswedan, serta mengetahui bagaimana proses Efek Rumah Kaca melakukan dukungan tersebut. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan analisa deskriptif. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan pengumpulan data dan dokumentasi dari internet dan media cetak. Penelitian ini menggunakan teori civil society dalam orientasi vertikal yang dikembangkan oleh Michael W. Foley dan Bob Edward, dengan turunan konsep gerakan sosial yang digagas oleh Mochamad Parmudhi dan konsep kontrol sosial milik Sukarna. Teori dan konsep tersebut penulis gunakan untuk menentukan sejauh mana penelitian ini berkesinambungan antara hasil penelitian dan teori dan konsep yang berlaku. Penelitian ini berusaha menjabarkan bagaimana grup musik Efek Rumah Kaca terlibat dalam aktivisme civil society melalui konsep gerakan sosial dan konsep kontrol sosial.

Kata Kunci: Grup Musik Efek Rumah Kaca, Civil Society, Musik.

v

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul MUSIK DAN CIVIL SOCIETY (STUDI KETERLIBATAN GRUP

MUSIK EFEK RUMAH KACA TERHADAP PENGUSUTAN KASUS

PENYIRAMAN AIR KERAS NOVEL BASWEDAN) untuk menjadi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sosial pada Program Ilmu Sosial dan lmu Politik, Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit penulis mengalami kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan doa dan dorongan dari berbagai pihak,

Syukur Alhamdulillah skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1) Prof. Dr. H. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A. selaku Rektor

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2) Dr. Ali Munhanif, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3) Dr. Iding Rosyidin, M. Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik,

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4) Suryani, M. Si, selaku Sekertaris Program Ilmu Politik, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

vi

5) Dr. Agus Nugraha, M.A. selaku dosen pembimbing yang dengan sabar,

tulus dan ikhlas telah memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam

membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6) Dr. Idris Thaha, M. Si, dan Ana Sabhana Azmy, MIP yang dengan ramah

telah menguji skripsi.

7) Seluruh dosen Program Studi Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu

kepada penulis.

8) Seluruh Staf TU Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta atas bantuannya dalam administrasi surat menyurat.

9) Umi, Nenek, Adinda yang selama ini dengan sabar dan tiada hentinya

memberi semangat penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

10) Kawan kawan Ilmu Politik 2012, Albar, Akbar, Andra, Rere, Rully, Tio,

Baret, Eki, Kadir, Naufal, Andris dan lainnya yang selalu membantu dan

menemani penulis dalam penulisan skripsi ini.

Jakarta, 18 Juni 2019

Silmi Fatahillah

vii

DAFTAR ISI

JUDUL SKRIPSI ...... i PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ...... ii PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ...... iii PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI………………………………….iv

ABSTRAK ...... v KATA PENGANTAR ...... vi DAFTAR ISI ...... viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Pertanyaan Penelitan ...... 10 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...... 10 D. Tinjauan Pustaka ...... 11 E. Metode Penelitian ...... 14 F. Sistematika Penulisan ...... 15 BAB II CIVIL SOCIETY DAN MUSIK A. Civil Society ...... 17 1. Sejarah dan Pengertian Civil Society ...... 17 2. Karakteristik dan Peran Civil Society...... 26 3. Konsep Gerakan Sosial sebagai Civil Society ...... 30 B. Musik ...... 32 1. Pengertian Musik ...... 32 2. Musik sebagai Gerakan Sosial ...... 34 C. Konsep Kontrol Sosial ...... 38 BAB III PROFIL GRUP MUSIK EFEK RUMAH KACA DAN KASUS PENYIRAMAN AIR KERAS TERHADAP NOVEL BASWEDAN A. Profil Grup Musik Efek Rumah Kaca ...... 40 B. Kasus Penyiraman Air Keras Novel Baswedan ...... 46

viii

BAB IV KETERLIBATAN DAN PROSES GRUP MUSIK EFEK RUMAH KACA TERHADAP PENGUSUTAN KASUS PENYIRAMAN AIR KERAS NOVEL BASWEDAN A. Keterlibatan Grup Musik Efek Rumah Kaca terhadap Pengusutan Kasus Penyiraman Air Keras Novel Baswedan ...... 51 B. Proses Dukungan Grup Musik Efek Rumah Kaca terhadap Pengusutan Kasus Penyiraman Air Keras Novel Baswedan ...... 59 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...... 64 B. Saran ...... 66 DAFTAR PUSTAKA ...... 67

ix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara garis besar civil society merupakan sebuah praktik hubungan antara masyarakat dengan negara di pihak yang berbeda, yang dilakukan oleh warga negara yang berada di bawah kekuasaan negara yang berideologi demokrasi. Civil society merupakan wadah bagi masyarakat dalam berpartisipasi menciptakan iklim demokrasi yang stabil.

Pola hubungan civil society pun terbagi kepada dua penekanan yang berbeda, dalam studi Michael W. Foley dan Bob Edward menyebutkan bahwa civil society yang berorientasi secara horisontal cenderung berfokus pada pola hubungan antara budaya dan hubungan antara kelompok sosial, sedangkan civil society yang berorientasi secara vertikal cenderung politis, karena bergerak dan merupakan wacana hubungan antara warga dengan negara di pihak yang berbeda1.

Pada penelitian ini pola civil society yang difokuskan adalah pola vertikal, yaitu hubungan antara warga dengan negara di pihak lain. Menurut Iwan Gardono, civil society yang bergerak secara vertikal lebih aktif pada dimensi politis, sehingga lebih menawarkan aspek dari citizen dan liberty2.

Potensi yang terkandung di dalam civil society vertikal diantaranya seperti yang digagas oleh Sahya Anggara, bahwa civil society memungkinkan warga negara untuk terlibat secara kolektif di dalam ruang publik guna mengekspresikan

1 Catur Wahyudi, Marginalisasi dan Keberadaban Masyarakat, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor , 2015) hal, 53. 2 Iwan Gardono Sujatmiko, “Wacana Civil Society di Indonesia”, Jurnal Sosiologi edisi No.9, 2001 (Jakarta: Penerbit Buku Kompas), hal, 12.

1 kepentingan, hasrat, preferensi, dan ide untuk saling bertukar informasi, demi mencapai tujuan-tujuan kolektif, mengajukan tuntutan-tuntutan kepada negara, meningkatkan struktur dan fungsi negara, dan untuk mengontrol para pejabat negara agar bertanggungjawab dalam perannya sebagai pemegang kekuasaan negara, civil society adalah sebuah fenomena perantara yang berdiri di antara wilayah pribadi dan negara3.

Di Indonesia wacana civil society kerap terjadi, salah satunya adalah dukungan dari berbagai elemen masyarakat terhadap kinerja KPK (Komisi

Pemberantasan Korupsi) dalam memberantas praktik korupsi yang dilakukan oleh para pejabat dalam pemerintahan, fenomena semangat anti-korupsi ini merupakan ciri dari aspek masyarakat independen yang berdiri di pihak lain dari negara.

KPK sendiri merupakan sebuah lembaga yang dibentuk dan dipercaya oleh negara agar memberikan kinerja yang professional, intensif serta berkelanjutan guna memberantas tindak pidana korupsi yang terjadi di Indonesia, keberadaannya telah diatur didalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002.

Disamping itu KPK merupakan lembaga negara yang bersifat independen dalam kinerjanya, KPK memiliki wewenang khusus dalam menjalankan tugas dan bebas bergerak untuk memberantas korupsi4.

Pada pertengahan April 2017 KPK mendapatkan sebuah teror yang serius, penyidik senior KPK Novel Baswedan diteror oleh dua orang tak dikenal. Wajah

Novel disiram air keras sehingga menyebabkan dirinya harus mendapatkan

3 Sahya Anggara. “Ruang Politik Hubungan Aktivisme Civil Society dan Pemerintah dalam Tata Pemerintahan Demokratis”, www.uinsgd.ac.id 8 November 2012. 4 “Sekilas KPK”, https://www.kpk.go.id , 6 Desember 2017.

2 pengobatan yang benar-benar intensif. Novel pun diterbangkan ke Singapura untuk mendapatkan pengobatan yang serius. Berbagai dukungan terhadap Novel pun bermunculan dari berbagai kalangan, mulai dari sipil, budayawan, seniman, musisi, LSM/NGO, harapannya adalah agar pelaku teror Novel segera ditangkap.

Namun tak seperti biasanya dalam membekuk pelaku terror, kinerja Polri tak sesuai dengan yang diharapkan oleh publik. Hingga kurun waktu setahun lebih

Polri belum juga berhasil menangkap pelaku teror tersebut.

Hal tersebut semakin menggerakan berbagai elemen masyarakat untuk membentuk tim independen yang bertujuan menyelidiki siapa peneror yang melakukan serangan terhadap penyidik senior KPK tersebut. Bahkan Amnesty

International Indonesia telah memulai sebuah petisi online sejak hari pertama fenomena teror tersebut terjadi5. Salah satu elemen yang terlibat dalam gerakan ini adalah sebuah grup musik indie asal Jakarta , yaitu Efek Rumah Kaca.

Dalam aksinya grup trio indie pop asal Jakarta ini merupakan satu hal yang fenomenal di dalam scene musik Indonesia. Menyambut kepulangan Novel

Baswedan selepas operasi dari Singapura di KPK merupakan bentuk empati yang jarang dilakukan oleh kalangan musisi. Tidak hanya menyambut namun grup musik Efek Rumah Kaca mendedikasikan sebuah lagu berjudul “Sebelah Mata” untuk Novel serta mengajak masyarakat agar tidak sebelah mata terhadap kasus yang menimpa Novel Baswedan6.

5 “Pak Jokowi, Bentuk Tim Independen untuk Ungkap Kasus Novel!”, https://www.change.org 11 April 2017. 6 “Efek Rumah Kaca Ajak Teken Petisi #SebelahMata Novel Baswedan” https://m.cnnindonesia.com 24 Februari 2018.

3

Secara mendasar musik merupakan bunyi-bunyi yang dipadukan dan disusun hingga membentuk sebuah kesatuan nada yang indah sehingga menarik untuk didengar. Jamalus mendefinisikan musik sebagai komposisi bunyi yang mengungkapkan fikiran serta perasaan penciptanya melalui unsur-unsur pokok seperti irama, melodi serta harmoni yang tersusun rapih kedalam sebuah kesatuan.

Bahkan Sylado berpendapat bahwa musik yang merupakan kandungan nada-nada yang berjiwa dan dapat mempengaruhi isi hati pendengarnya7.

Melalui sebuah vidio Efek Rumah Kaca mengajak para masyarakat untuk menandatangani petisi agar kasus tersebut segera dibentuk Tim Gabungan Pencari

Fakta (TGPF). Selain mempersembahkan lagu berjudul “Sebelah Mata” Efek

Rumah Kaca juga menantang followers-nya untuk mendukung Novel dengan meng-cover lagu tersebut kemudian menguploadnya di media sosial. Dalam Vidio tersebut, Cholil Mahmud sebagai (vokal/gitar) mengajak agar publik tidak sebelah mata dalam memandang kasus yang menimpa Novel8.

Mempersembahkan sebuah lagu dengan tujuan sebagai empati terhadap sebuah kasus yang mendiskriminasi Novel dan KPK, secara tidak langsung merupakan upaya ERK dalam meningkatkan kesadaran publik yang juga merupakan sebuah fenomena gerakan sosial. Mochamad Parmudi berpendapat bahwa gerakan sosial merupakan manifestasi dalam kebangkitan civil society, diantaranya terdapat sebuah model gerakan sosial yang menggunakan pertunjukan

7 “Pengertian Musik” https://www.zonareferensi.com 8 Ibid,

4 seni sebagai medianya9. Sedangkan menurut Iwan Gardono gerakan sosial merupakan respon berwujud aksi oleh organisasi atau kelompok masyarakat sipil dalam mewujudkan sebuah perubahan sosial, pendapat lain mengatakan gerakan sosial adalah sebuah bentuk perilaku politik non-kelembagaan yang terlibat dalam sebuah protes terhadap negara10.

Mirip dengan yang dilakukan grup musik Rage Against The Machine

(RATM) di Amerika Serikat pada 2010, saat itu RATM menggelar sebuah konser sebagai aksi protes terhadap hukum imigrasi baru di Arizona yang dinilai mengandung unsur rasisme. RATM juga mendedikasikan sebuah lagu berjudul

“Killing In The Name” kepada Sherif Maricopa County Joe Arpaio11.

Peranan musisi dalam mendukung upaya pemberantasan korupsi merupakan keterlibatan musisi dalam gerakan sosial dalam manifestasi civil society, penelitian ini membahas tentang fenomena keterlibatan grup musik Efek Rumah

Kaca dalam upaya meningkatkan kesadaran publik serta reaksi langsung atas ketidaksigapan aparat dan negara perihal teror penyiraman air keras penyidik senior KPK Novel Baswedan.

Dalam keterlibatannya sebagai civil society, Efek Rumah Kaca turut berperan dalam menyampaikan sikap kontrol terhadap negara. Dalam perannya yang juga sebagai grup musik, Efek Rumah Kaca dengan musiknya berupaya menghadirkan kesadaran publik dengan berbagai unsur sosial guna menopang

9 Mochamad Parmudi, Kebangkitan Civil Society di Indonesia, Jurnal at-Taqaddum, Vol.7, No.2, November 2015, h.301. 10 A Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012) hal. 231. 11 “RATM Gelar Konser Protes”, https://www.liputan6.com 26 Juli 2010.

5 berlangsungnya civil society. Melalui musik dan seni pertunjukan, grup musik

Efek Rumah Kaca merupakan kelompok yang melakukan upaya perlawanan terhadap beberapa arus utama (mainstream), termasuk diantaranya terhadap negara12.

Musik sendiri dalam perannya mempunyai wacana sebagai bentuk kritik sosial terhadap penyelewengan yang terjadi pada masyarakat, termasuk didalamnya penyelewengan yang dilakukan oleh pemerintahan13. Maka dari itu fokus utama yang akan ditulis oleh peneliti adalah keterlibatan musik dalam civil society.

Contoh kasus internasional yang melibatkan musisi dalam aktivisme civil society adalah ketika seorang legenda musik Reagge Bob Marley dengan pertunjukan musiknya menyatukan dua kubu politik di Jamaika yang saling menebar kebencian satu sama lainnya, pada saat itu kondisi sosial politik di

Jamaika mengalami perpecahan menjadi dua kubu dalam pemilu, persaingan antara kedua kubu tersebut bahkan mengorbankan banyak nyawa, namun dengan pertunjukan musiknya Bob Marley berhasil meredam situasi kacau yang berlumur darah tersebut, Bob mengajak pemimpin kedua kubu ke atas panggung musik kemudian berjabat tangan dengan Bob Marley berada di tengah-tengah mereka, kisah ini diabadikan kedalam sebuah film dokumenter “Bob Marley”14.

12 Silvia A, “Analisis Teori Strukturalisme Konstruktivis Pierre Bourdieu dalam Perlawanan Kelompok Musik Efek Rumah Kaca Terhadap Arus Utama (Mainstream): Lirik Lagu, Inddustri dan Negara”, (Jakarta:Universitas Indonesia, 2011) 13 Alfian Syafril, “Slank vs DPR”, http://alfiansyafril.wordpress.com/tag/slankvsdpr 13 April 2008. 14 “Ratusan Pendukung LGN Memadati Pemutaran Film Dokumenter Bob Marley” www.lgn.or.id , 3 Mei 2019.

6

Efek Rumah Kaca atau yang biasa dikenal masyarakat dengan sebutan ERK merupakan sebuah grup musik yang berlabel indie (independent). Dalam menciptakan karyanya grup musik berlabel indie ini lebih mengedepankan idealisme mereka, tanpa harus mengikuti permintaan pasar. Sejatinya grup musik indie merupakan musik yang mandiri jika dilihat dari segi produksi, pemasaran, rekaman, hingga materi teks dalam menciptakan sebuah karya.

ERK mengawali karirnya di scene musik indie pada era reformasi, tepatnya pada 2005. Sejak awal berdiri, ERK aktif dalam menciptakan lagu yang bertemakan kontrol sosial. Grup musik yang aktif dengan nama Efek Rumah Kaca sejak 2005 ini mengawali karirnya dengan single “Melankolia” dan “Di Udara”, kemudian pada September 2007 merilis album perdana yang bertajuk Efek Rumah

Kaca, berisikan dua belas lagu termasuk di antaranya single berjudul

“Melankolia” dan “Di Udara”. Berselang kurang dari dua tahun tepatnya pada 19

Desember 2008, ERK merilis album kedua mereka yang bertajuk Kamar Gelap.

Album ketiga mereka yang bertajuk Sinestesia dirilis pada 18 Desember 2015.

Setelah tujuh tahun berselang semenjak album keduanya rilis, ERK diterima dengan antusias oleh masyarakat, khususnya penikmat musik indie15.

Di dalam setiap album yang diciptakannya, ERK selalu mencantumkan beberapa bait lagu yang merupakan ungkapan kontrol sosial mereka terhadap .

Misalnya lagu “Di Udara” pada album Efek Rumah Kaca, lagu “Mosi tidak

Percaya” pada album Kamar Gelap kemudian di album Sinestesia terdapat sub- lagu berjudul “Ilmu Politik” di dalam lagu “Merah” dan sub-lagu berjudul

15 “Diskografi Album Rilis”, https://efekrumahkaca.net .

7

“Hilang” di dalam lagu “Jingga”. Fenomena ini menunjukan sebuah refleksi ERK terhadap perilaku kekuasaan yang menyimpang dari keadaan yang seharusnya.

Seperti yang dilansir di dalam situs pribadinya (bandcamp) ERK berpendapat bahwa, lagu bukanlah hanya sebatas hiburan, namun merupakan refleksi serta penggambaran realita terhadap waktu-waktu atau fenomena tertentu16.

Fenomena tentang grup musik/musisi yang melakukan kontrol sosial terhadap perilaku pemerintah di Indonesia cukup banyak. Seperti salah satu artikel

Herry Sutresna yang saya kutip tentang Sepuluh Lagu Protes Terbaik di

Indonesia, sejarah panjang Indonesia yang dipimpin oleh sebuah rezim otoriter, melahirkan fenomena bermunculannya karya-karya seperti demikian rupa.17

Namun Herry Sutresna berpendapat kebanyakan dari lagu yang bertemakan kontrol sosial-politik yang tercipta hanya sebuah reportase saja, ia menyaring sepuluh lagu ciptaan grup musik Indonesia diantaranya merupakan lagu protes yang menginpirasi, memprovokasi dan mengajak orang lain untuk ikut berbuat, dilansir dalam majalah Rolling Stone Indonesia berikut adalah grup musik/musisi yang menciptakan lagu-lagu tersebut18:

1. Iwan Abdurrahman – “Mentari”

2. Swami – “Bongkar”

3. Efek Rumah Kaca – “Di Udara”

4. Hark! It’s a Crawling Tartar – “Samsul Bahri Menggugat”

5. Runtah – “Smash the State”

16 “Diskografi Profil”, https://efekrumahkaca.net 17 Herry Sutresna. “Sepuluh Lagu Protes Terbaik di Indonesia”, www.rollingstone.co.id, 28 Mei 2015. 18 Ibid,

8

6. Puppen – “Sistem”

7. Milisi Kecoa – “Kami Marah!”

8. The Gang of Harry Roesli – “Malaria”

9. Rotor – “Pluit Phobia/Gatholoco”

10. Jeruji – “Fuck Off Police!”

Sepuluh di antara lagu-lagu tersebut ERK berkontribusi dengan lagu “Di

Udara”, versi majalah Rolling Stone Indonesia. Ini menunjukan bahwa secara teks penulisan lirik, lagu ERK cukup menginspirasi, memprovokasi serta mempengaruhi orang lain untuk berbuat. Hal ini menandakan bahwa ERK sebagai sebuah grup musik cukup berhasil menyadarkan masyarakat akan sebuah perilaku pemerintah yang menyimpang.

Efek Rumah Kaca sendiri tidak hanya dikenal oleh penikmat musik di dalam negeri, namanya mencuat hingga negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, terdapat beberapa media cetak hingga online dari Malaysia dan

Singapura yang telah meliput sesi wawancara bersama ERK, bahkan nama ERK dikenal oleh kalangan penikmat musik indie di Malaysia sebagai grup musik yang kaya dengan nuansa sosial-politik19.

Terkait dengan latar belakang masalah yang telah diuraikan, yaitu tentang peran grup musik Efek Rumah Kaca terhadap upaya pengusutan kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan, masalah yang akan diteliti di dalam skripsi ini adalah, Musik dan Civil Society (Studi Keterlibatan Grup Musik

19 Hafiz Hamzah, “Kesan Efek Rumah Kaca di Malaysia” http://jalantelawi.com/2010/03/kesan-efek-rumah-kaca-di-malaysia/ 23 Maret 2010.

9

Efek Rumah Kaca Terhadap Pengusutan Kasus Penyiraman Air Keras Novel

Baswedan).

B. Pertanyaan Penelitan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti membatasi masalah pada keterlibatan dan proses grup musik Efek Rumah Kaca terhadap pengusutan kasus penyiraman air keras Novel Baswedan. Adapun pertanyaan penelitian ini adalah:

1. Dalam bentuk apa saja keterlibatan yang dilakukan grup musik Efek

Rumah Kaca dalam dukungan terhadap pengusutan kasus penyiraman

air keras Novel Baswedan?

2. Bagaimana proses grup musik Efek Rumah Kaca dalam memberikan

dukungan terhadap pengusutan kasus penyiraman air keras Novel

Baswedan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Agar sasaran dalam penelitian ini jelas dan sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mengetahui dalam bentuk apa saja Efek Rumah Kaca terlibat

terkait upaya pengusutan kasus penyiraman air keras Novel

Baswedan.

2. Mengetahui bagaimana proses terjadinya dukungan terhadap

pengusutan kasus penyiraman air keras Novel Baswedan yang

dilakukan oleh grup musik Efek Rumah Kaca.

Ada pun manfaat yang didapat dalam penelitian ini, di antaranya:

10

1. Secara teoritis, penelitian ini dapat menjadi sumbangan ilmu

pengetahuan serta menjadi acuan kajian studi ilmu politik khususnya

yang terkait dengan musik dan civil society dalam menyampaikan

kontrol sosial terhadap perilaku kekuasaan/negara.

2. Secara praktis, penelitian ini diharapkan berfungsi sebagai penambah

wawasan ilmu pengetahuan dan referensi bagi penelitian-penelitian

selanjutnya yang berkaitan dengan civil society secara umum serta

musik dan civil society secara khusus.

D. Tinjauan Pustaka

Merujuk kepada penelitian serupa lainnya, terdapat beberapa penelitian sebelumya yang dapat dijadikan acuan peneliti. Pertama, studi tesis yang ditulis oleh Ahmad Haerurohim. Studi ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik kontrol sosial yang dilakukan oleh FPI terhadap pemerintah DKI Jakarta, penelitian ini mencoba menganalisis karakteristik organisasi sosial kegamaan FPI.

Studi tesis ini mengkontektualisasi karakter fundamentalis islam FPI dengan kontrol sosial yang ditujukannya terhadap pemerintah DKI Jakarta20. Yang membedakan penelitian tersebut dengan penelitian yang sedang diteliti oleh penulis adalah, perbedaan karakter kontrol sosial yang dilakukan oleh kedua civil society, begitu pun medium yang digunakannya.

Kedua, studi skripsi yang ditulis oleh Ferdian Ramadhani, penelitian ini menganalisis peran Aliansi GEBRAK di Provinsi Banten yang beraliansi dan

20 Ahmad Haerurohim, “Kontrol Sosial Organisasi Sosial Keagamaan: Studi Kasus Front Pembela Islam di Provinsi DKI Jakarta” ( Jakarta: Universitas Indonesia, 2005).

11 berperan sebagai civil society, dalam gerakannya Aliansi GEBRAK mencoba menyalurkan ide-ide terhadap pemerintah Provinsi Banten guna mencapai cita- cita Good Governance21. Yang membedakan penelitian tersebut dengan penelitian yang sedang diteliti adalah, elemen masyarakat yang berperan sebagai civil society disini memiliki bentuk grup yang berada di lingkup aliansi masyarakat, sedangkan dalam penelitian ini mencakup sebuah grup musik.

Ketiga, studi skripsi yang ditulis oleh Silvia A, penelitian ini bertujuan untuk menganalisa grup musik Efek Rumah Kaca yang dengan karyanya melakukan perlawanan terhadap arus utama (mainstream) yaitu lirik lagu, industri hingga negara menggunakan teori strukturalis konstruktivis milik Pierre

Boerdiau22. Yang membedakan penelitian tersebut dengan penelitian yang sedang ditulis adalah, penelitian sebelumnya menelaah grup musik Efek Rumah Kaca dalam perlawananya terhadap arus utama, sedangkan penelitian ini menganalisa peran grup musik Efek Rumah Kaca yang secara karakteristik berperan sebagai civil society.

Keempat, Jurnal Ilmiah yang ditulis oleh I Ketut Setiawan dan Si Luh Putu

Dawisni Manik Pinatih. Penelitian ini membahas tentang kritik dari masyarakat terhadap negara yang didapati banyak mengalami pengabaian oleh pihak negara, penelitian ini menganalisis peran masyarakat yang kurang dihargai dalam

21 Ferdian Ramadhani, “Civil Society dan Good Governance, Studi kasus Peran Aliansi GEBRAK (Gerakan Banten untuk Rakyat) Dalam mendorong Good Governance Provinsi Banten” ( Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016). 22 Silvia A, “Analisis Teori Strukturalisme Konstruktivis Pierre Bourdieu dalam Perlawanan Kelompok Musik Efek Rumah Kaca Terhadap Arus Utama (Mainstream): Lirik Lagu, Inddustri dan Negara”, (Jakarta:Universitas Indonesia, 2011)

12 perannya mewujudkan pemerintahan yang bersih dari tindak pidana korupsi23.

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian yang sedang diteliti adalah, fokus yang berbeda tentang tujuan penelitian. Penelitian sebelumnya mencoba mencari tahu pengalaman tentang ketidakpekaan negara dalam menangani kritik yang disampaikan oleh masyarakat sipil, sedangkan penelitian yang sedang ditulis lebih memaparkan wacana civil society yang dilakukan akibat ketidakpekaan negara dalam menyelesaikan sebuah kasus penting.

Kelima, sebuah Jurnal Ilmiah yang ditulis oleh Nadiroh. Jurnal Ilmiah ini membahas tentang konsep-konsep civil society, serta dinamikanya yang terjadi di

Indonesia. Penelitian ini menganalisis bahwa setiap individu didalam masyarakat memiliki ideologi dan kebudayaan, setiap individu berhak untuk mendapatkan kebebasan dalam berekspresi24. Beraksi dan bekerja didalam negaranya.

Penelitian ini mencoba mengklasifikasi berbagai macam konsep civil society serta dinamikanya yang terjadi di Indonesia. Yang membedakan penelitian ini dengan penelitian yang sedang di tulis adalah, penelitian tersebut mencoba menggeneralisir civil society dengan berbagai macam konsepnya, sedangkan penelitian yang sedang ditulis mengerucut kepada sebuah konsep civil society yang diterapkan oleh sebuah grup musik.

23 I Ketut Setiawan, Si Luh Putu Dawisni Manik Patih, “Optimalisasi Peran serta Masyarakat Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi”, https://uniila.academia.edu 24 Nadiroh, “Konsep dan Dinamika Masyarakat Madani (Civil Society) di Indonesia”, www.uilibrary.ac.id

13

E. Metode Penelitian

Menurut Lexy J. Moleong penelitian kualitatif menghasilkan prosedur analisis dan tidak menggunakan data statistik atau cara kuantifikasi lainnya.

Secara prosedur menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang- orang dan perilaku yang diamati. Dalam metode penulisan yang digunakan penulis dalam mengkaji permasalahan ini adalah pendekatan kualitatif. Karena bersifat dekriptif, fokus penelitiannya mengenai aktivisme civil society yang disampaikan oleh grup musik Efek Rumah Kaca terhadap ketidakpekaan negara.

Penelitian yang digunakan dengan pendekatan kualitatif yaitu sebagai prosedur yang menghasilkan data deskriptif berupa pernyataan tertulis. Dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis sumber data yaitu:

a. Data Primer

Data primer merupakan data yang langsung dari buku-buku atau

jurnal poltik yang berhubungan dengan skripsi ini.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data-data yang diperoleh dari sumber

lainnya yang berhubungan dengan skripsi ini.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Dokumentasi

14

Dokumentasi yang digunakan berupa buku yang diperlukan, data-

data yang terkait dengan penelitian ini, kutipan dari gambar atau surat

kabar, vidio dan segala macam benda yang dapat memberikan keterangan

yang bersifat tertulis ataupun tidak. Dokumetasi diperlukan untuk

mempermudah peneliti menemukan jawaban dari permasalahan.

b. Sumber dan Jenis Data

Sumber data diperoleh dari dokumen-dokumen yang peneliti

masukan serta hasil dari observasi yang dilakukan oleh peneliti. Sebelum

digunakan dalam proses analisis, data dikelompokan terlebih dahulu sesuai

dengan jenis dan karakteristik yang menyertainya.

3. Teknik Analisa Data

Analisis data penelitian untuk mengelola data yang sudah

dikumpulkan, penulis menggunakan metode deskriptif. Penelitian

deskriptif adalah suatu penelitian yang diupayakan untuk mengamati

permasalahan secara sistematis dan akurat mengenai fakta dan sifat objek

tertentu.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini dibagi menjadi lima bab. Bab I menjelaskan tentang latar belakang masalah dukungan grup musik Efek Rumah

Kaca terhadap pengusutan kasus penyiraman air keras Novel Baswedan, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan. Bab II berisikan teori civil society

15 yang digunakan dalam kegiatan penelitian, kemudian di bagian akhir peneliti mencoba menuliskan konsep yang relevan dengan kasus yang terjadi, yakni konsep kontrol sosial.

Bab III, berisi tentang profil objek penelitian, hasil penelitian dan pembahasan tentang berbagai model aksi yang disampaikan oleh grup musik Efek

Rumah Kaca terhadap pemerintahan, terlebih akan difokuskan pada perannya dalam pengusutan kasus penyiraman air keras Novel Baswedan. Pada bagian akhir bab ini peneliti memaparkan teror air keras yang menimpa pegawai senior KPK

Novel Baswedan beserta dugaan motif yang mengikutinya.

Kemudian pada bab IV peneliti akan mengumpulkan data-data untuk diolah dan dianalisa berdasarkan teori yang digunakan dalam penelitian ini. Diakhiri dengan bab V, bab ini menjelaskan laporan penelitian yang dilengkapi dengan kesimpulan dan saran. Pada bagian akhir terdapat daftar pustaka dan lampiran- lampiran yang menjelaskan tentang penelitian ini.

16

BAB II

CIVIL SOCIETY DAN MUSIK

Pada bab ini peneliti akan membahas teori beserta konsep dasar yang digunakan untuk keberlangsungan penelitian. Bagian pertama akan diisi dengan pemaparan tentang sejarah dan pengertian civil society menurut berbagai pemikir, bagian kedua peneliti akan membahas tentang konsep turunan dari teori civil society, yakni konsep gerakan sosial. Pada bagian ketiga merupakan pembahasan tentang musik menurut para ahli, dan bagian terakhir adalah pembahasan tentang musik sebagai civil society.

A. Civil Society

1. Sejarah dan Pengertian Civil Society

Civil society merupakan lingkup teori yang memperhatikan budaya masyarakat yang sadar akan kondisi sosial dan politik, civil society berakar dari budaya masyarakat di dunia barat (Eropa dan Amerika). Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh Jean L.Cohen dan Andrew Arato (1992), civil society telah hadir sejak zaman Yunani kuno. Aristoteles (384-322 SM) adalah pemikir pertama yang menggagas tentang masyarakat politik, Aristoteles dalam bahasa

Yunani mengistilahkannya dengan koinonia politike, istilah ini digunakan

Aristoteles untuk menggambarkan sebuah kondisi masyarakat politik yang memiliki kesetaraan derajat di depan hukum1.

1 Jean L.Cohen, Andrew Arato, C ivil Society and Political Theory, (Cambridge, Mass: MIT Press, 1992) hal.Ix.

17

Mengutip Sahya Anggara dalam keberagman model civil society menurut

Michael Walker, bahwa tidak mudah untuk mendefinisikan civil society secara substansinya2, pergolakan makna demi makna berganti seiring berkembangnya zaman, kondisi sosial dalam lahirnya sebuah pemikiran sangat berpengaruh terhadap teori yang digagas oleh para tokoh. Maka dari itu peneliti mencoba untuk sedikit menelisik asal usul hingga berkembangnya civil society yang dikembangkan oleh para pemikir modern.

Menurut Hikam, jika ditelusuri sejak asal muasal hingga perkembangannya, civil society berasal dari sejarah perkembangan masyarakat barat, Marcus Tullius

Cicero (106-43 SM) adalah yang pertama menggunakan istilah societes civilis dalam konsep filsafat politik, bahkan menurut Manfred lebih jauh sampai

Aristoteles dengan istilah koinonia politike nya, hingga paruh pertama abad ke-18 tradisi masyarakat barat masih menganggap bahwa term civil society merupakan istilah yang mirip dengan negara (the state) pada pengertiannya3. Pada saat itu istilah seperti societies civilis, koinonia politike, societe civile, buergerliche gesellschaft serta civil society dapat digunakan untuk menggantikan kata polis, civitas, etat, staat, state dan stato.

Terimologi dari civil society baru mendapatkan pergeseran makna pada paruh kedua abad-18, diiringi dengan pergeseran struktur politik di eropa saat itu, masyarakat eropa menjadi lebih aktif dalam memperhatikan persoalan duniawi, perubahan ini merupakan dampak dari abad pencerahan (enlightenment) dan

2 Sahya Anggara. “Ruang Politik Hubungan Aktivisme Civil Society dan Pemerintah dalam Tata Pemerintahan Demokratis”, www.uinsgd.ac.id 8 November 2012. 3 Muhammad AS Hikam, Demokrasi Dan Civil Society. (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 1999) hal.1.

18 modernisasi, civil society akhirnya dipahami sebagai sebuah entitas yang berbeda makna dari pengertian awalnya, bahwa civil society bukanlah pengertian yang dapat disamakan dengan negara (the state)4. Pembedaan pengertian antara civil society dengan negara (the state) pada saat itu dipelopori oleh filsuf Skotlandia

Adam Ferguson beserta filsuf pencerahan lainnya, seperti Johann Forster, Tom

Hodgkins, Emmanuel Sieyes dan Thomas Paine5. Dalam penelusurannya Ernest

Gellner, seperti yang dikutip oleh Adi Suryana Culla, mendapatkan civil society telah hadir sejak masa lampau dalam budaya barat, yang menjadi perhatian

Gellner adalah kemunculan Adam Ferguson yang hadir dengan karyanya yang bertajuk “an Essay of Civil Society” (1767). Ferguson hadir dengan perspektif solidaritas sosial dan sentimen moral, pandangan ini membawa gagasan civil society menjadi sesuatu yang populer, gagasan Ferguson kemudian dikembangkan dan dikritisi lebih lanjut oleh para pemikir setelahnya seperti Paine, Marx, Hegel,

Gramsci hingga Tocqueville6.

Sedikit mundur ke belakang sebelum Adam Ferguson hadir dengan karya

“an Essay of Civil Society”, pemikir barat lainnya seperti John Locke (1632-

1704) dan J.J Rousseau (1712-1778) juga hadir dalam menghidupkan kembali pemikiran tentang masyarakat dan politik. Locke hadir dengan mendefinisikan civil society sebagai masyarakat politik (political society), ia menghadapkan civil society kepada gejala otoritas paternal (phaternal authority). Tujuannya adalah

4 Ibid, hal.2 5 Ibid, 6 Adi Suryana Culla, Masyarakat Madani, Pemikiran Teori dan Relevansinya dengan Cita- Cita Reformasi, (Jakarta: Raja Grafindo 1999) hal.30.

19 menghidupkan nilai masyarakat dalam perannya menghadapi bentuk kekuasaan yang mutlak, seperti halnya hak istimewa para bangsawan7.

Sebelum Thomas Paine membedakan istilah civil society dengan negara,

Locke hadir dengan upaya membedakan masyarakat (society) dengan pemerintah

(government), meskipun kedua unsur tersebut bagi Locke adalah persepsi perwujudan negara yang lahir dari kontrak sosial8. Sementara itu Rousseau dengan social contrac (1762) hadir dengan kritiknya terhadap monopoli kaum elit yang berkuasa, baginya otoritas rakyat harus hadir dalam perjanjian politik,

Rousseau menganggap rakyat sebagai warga negara memiliki otoritas terhadap masa depan hidupnya9. Jika ditelaah, konsep yang digagas Locke dan Rousseau saat itu belum membedakan istilah civil society dengan negara (the state).

Sepanjang sejarah perkembangannya civil society memiliki beberapa penekanan yang beraneka ragam, tergantung dari siapa teori tersebut digagas dan dikritisi. Dalam perkembangannya civil society terbagi kepada lima fase10. Yang pertama diawali oleh filsuf asal Yunani Aristoteles, yang menggagas civil society sebagai sebuah sistem kenegaraan, Aristoteles menggagas civil society sebagai masyarakat politik yang menyerupai negara (the state) itu sendiri. Istilah koinoia pilitikke merupakan pengertian Aristoteles tentang suatu kelompok politik yang dihuni oleh warga, kelompok politik ini memiliki hak untuk terlibat langsung

7 M. Dawam Rahardjo, “Sejarah Agama dan Masyarakat Madani” dalam Widodo Usman, dkk. (ed.), MembongkarMitos Masyarakat Madani, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000) hal.19. 8 Adi Suryana Culla, Masyarakat Madani, Pemikiran Teori dan Relevansinya dengan Cita- Cita Reformasi, (jakarta: Raja Grafindo, 1999) hal.49. 9 Telaah Kritis Paradigma Masyarakat Madani: http://www.angelfire.com 12 Oktober 2012. 10 TIM ICCE UIN JAKARTA, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani (Jakarta: Prenada Media,2005) hal.242.

20 dalam menentukan berbagai kebijakan publik, karena derajat setiap warga disini memiliki derajat yang sama11. Sedangkan Cicero sedikit berbeda dengan

Aristoteles, ia menekankan bahwa civil society adalah sebuah tradisi politik kota yang dominan, Cicero menganggap istilah ini adalah gambaran tentang fenomena sebuah komunitas yang mendominasi komunitas lainnya. Kota yang dijabarkan

Cicero tidak hanya berkonsentrasi pada masyarakat, namun sebuah kota masyarakat dan pusat pemerintahan12.

Kemudian Adam Ferguson (1723-1816 M) mengawali fase kedua pada

1767, ia mengembangkan gagasan tentang civil society dengan konteks fenomena sosial politik yang terjadi di Skotlandia. Berbeda dengan fase pertama Adam

Ferguson lebih menekankan visi etis pada civil society dalam berkehidupan sosial.

Pengembangannya akan konsep civil society tumbuh atas pengaruh revolusi industri dan kapitalisme yang berperan besar pada ketimpangan sosial yang membengkak13. Ferguson membawa konsep civil society untuk hadir pada wilayah solidaritas sosial dan sentimen moral, civil society diharapkan dapat menghalangi situasi sosial politik yang dapat menghadirkan kembali depotisme, bagi Ferguson ketimpangan sosial akibat eksistensi kapitalisme harus dilenyapkan. Sementara Imanuel Kant (1724-1804) menemukan kritis yang berbeda, baginya civil society adalah sebuah tujuan (telos) yang dilakukan umat manusia, tujuan tersebut diperuntukkan agar umat manusia dapat hidup

11 Ibid, 12 Ibid, 13 Ibid, hal.243.

21 berdasarkan hukum dan di sisi lain tidak terkurung di dalam sebuah kekuasaan yang absolut14.

Berlanjut pada tahun 1792 istilah civil society mengalami perkembangannya kembali, fase ketiga ini diawali oleh Thomas Paine (1737-1809 M) yang memaknai civil society sebagai wacana yang berlawanan dengan negara. Paine beranggapan bahwa civil society merupakan antitesis dari negara, civil society sebagai konsep merupakan wacana membatasi intervensi negara terhadap warganya, negara dianggap telah mencerminkan keburukan belaka jika tidak diberikan batas-batas dalam menjalankan kekuasaan. Pada pandangan ini terdapat penekanan yang berwacana menciptakan masyarakat sipil agar berada di wilayah otonom dalam batas-batas tertentu, civil society sebagai konsep berwacana memperjuangkan hak-hak sipil sebagai warga negara yang berdaulat atas dirinya15.

Fase keempat merupakan reaksi terhadap pandangan Paine yang menggagas civil society sebagai antitesis dari negara, dalam fase ini beberapa tokoh memandang civil society sebagai wacana yang menjadi elemen ideologis di dalam kelas dominan. G.W.F Hegel (1770-1831 M) memandang civil society sebagai elemen yang menjadi subordinatif di dalam negara. Karl Marx (1818-1883 M) menganggap civil society adalah sebuah elemen yang berbahaya, kehadirannya dianggap menciptakan ruang bebas dalam konteks hubungan produksi kapitalis.

Marx menganggap civil society adalah ruang otonom yang menguntungkan

14 Adi Suryana Culla, Masyarakat Madani, Pemikran Teori dan Relevansinya dengan Cita- Cita Reformasi, (Jakarta: Raja Grafindo, 1999) hal.50. 15 Ibid, hal.243-244.

22 masyarakat borjuis, civil society bagi Marx adalah ancaman besar terhadap wacana pembebasan manusia dari penindasan kelas, baginya civil society harus dihilangkan demi mencapai masyarakat tanpa kelas16.

Sementara Hegel pada penekanannya, lebih mengarah kepada upaya pemberdayaan kelas menengah di dalam suatu masyarakat, baginya pembangunan serta kemajuan ekonomi adalah hal-hal yang harus diutamakan17. Disamping itu

Hegel memberikan harapan tentang keserasian civil society dan negara, ia berpendapat bahwa civil society dan negara bukan hanya sebagai dua entitas yang berbeda, namun juga merupakan sintesa dua entitas berlawanan yang saling bernegasi. Bagi Hegel perilaku civil society yang diintegrasikan ke dalam wilayah negara harus sesuai dengan kepentingan dan cita-cita negara18, dengan cermat disini Hegel mencoba memberikan tahapan menuju demokrasi yang lebih transparan, baginya eksistensi civil society tidak bisa dibiarkan tanpa kontrol dari negara. Lebih jauh Hegel menekankan, civil society akan berbahaya jika tumbuh dan berkembang tanpa kontrol atas negara, baginya jika dibiarkan civil society akan berubah menjadi fenomena anarkisme di tengah kekuasaan negara19.

Pada fase kelima, adalah Alexis de Tocqueville (1805-1859 M) yang menghadirkan civil society sebagai kelompok yang mengimbangi kekuatan negara. Gagasannya merupakan reaksi dan dialektika terhadap pandangan

16 Ibid, hal.244-246. 17 Taufik abdullah, dkk, Membangun Masyarakat Madani (Yogyakarta: Aditya Media, 1999) hal.60. 18 M. Dawam Rahardjo, “Sejarah Agama dan Masyarakat Madani” dalam Widodo Usman, dkk. (ed.), Membongkar Mitos Masyarakat Madani, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000) hal.20. 19 Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masarakat Madani (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009) hal.179.

23

Hegelian. Menurut Tocqueville civil society tidak berada pada area apriori maupun suborditanif dari struktur negara, ia memandang bahwa civil society merupakan elemen yang memiliki sifat otonom. Civil society menurut Tocqueville adalah wacana yang menciptakan masyarakat sipil agar berperan dalam mengimbangi kekuatan negara yang terlalu mengintervensi warga negaranya20, hal ini sangat mengacu kepada sebuah sistem demokrasi yang sehat. Model yang ditawarkan Tocqueville merupakan tipe masyarakat sipil yang berorientasi pada kepentingan publik, ia menggambarkan demokrasi Amerika yang kokoh adalah dampak yang dihasilkan oleh kekuatan politik dan masyarakat sipil21.

Begitupun Antonio Gramsci (1891-1937 M), lain dari Marx yang menganggap berbahaya keberadaan civil society, Gramsci tidak melihat civil society dari kacamata perjuangan kelas tersebut. Ia melihatnya dari perspektif ideologis. Menurut Gramsci civil society adalah tandingan yang setara dari masyarakat sipil (civil society) terhadap negara (political society), civil society adalah super struktur yang mendampingi keberlangsungan sebuah negara. Maka menurut Gramsci jika civil society tidak dapat menyeimbankan atau menandingi hegemoni yang dilakukan oleh political society, saat itu pula telah berlangsung kediktatoran negara terhadap warganya. Selain itu Gramsci berpendapat bahwa cendikiawan merupakan aktor utama dalam berlangsungnya civil society22.

20 TIM ICCE UIN JAKARTA, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani (Jakarta: Prenada Media,2005) hal.248-249. 21 Ibid, 22 TIM ICCE UIN JAKARTA, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani (Jakarta: Prenada Media,2005) hal..246.

24

Sementara Jurgen Habermas pun menganggap aktor yang dibutuhkan guna berlangsungnya civil society adalah kaum cendikiawan23, Lebih jauh Habermas berpendapat bahwa sebuah kritik yang berlangsung guna kepentingan publik tidak dibatasi oleh basis ekonomi yang dikatakan oleh Marx sebagai kelas Proletar24.

Dalam perkembangan berbagai studi, pola hubungan civil society pun terbagi kepada dua penekanan yang berbeda, dalam studi Michael W. Foley dan

Bob Edward menyebutkan bahwa civil society yang berorientasi secara horisontal cenderung berfokus pada pola hubungan antara budaya dan hubungan antara kelompok sosial, sedangkan civil society yang berorientasi secara vertikal cenderung politis, karena bergerak dan merupakan wacana hubungan antara warga dengan negara di pihak yang berbeda25. Pada penelitian ini pola civil society yang difokuskan adalah pola vertikal, yaitu hubungan antara warga dengan negara di pihak lain. Menurut Iwan Gardono, civil society yang bergerak secara vertikal lebih aktif pada dimensi politis, sehingga lebih menawarkan aspek dari citizen dan liberty26.

Pola civil society yang berorientasi secara vertikal pada perkembangannya merupakan civil society sebagai entitas masyarakat di dalam sebuah sistem kenegaraan yang berperan aktif dalam menghadirkan wacana hubungan dengan negara di pihak lain, yakni sebuah wacana gerakan masyarakat menuju demokrasi

23 Muhammad AS Hikam, Demokrasi Dan Civil Society. (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 1999) hal. 209. 24 Nurun Najib, “Antonio Gramsci dan Jurgen Habermas: Dua Kritikus Marxisme”, https://www.kompasiana.com , 31 Desember 2013. 25 Catur Wahyudi, Marginalisasi dan Keberadaban Masyarakat, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015) hal, 53. 26 Iwan Gardono Sujatmiko, “Wacana Civil Society di Indonesia”, Jurnal Sosiologi edisi No.9, 2001 (Jakarta: Penerbit Buku Kompas), hal, 12.

25 yang tidak mendiskreditkan publik sebagai aktor. Hubungan masyarakat dengan negara di sini disesuaikan dengan cita-cita bersama (publik), serta penyelenggara negara yang dihadapi dengan civil society dibatasi dalam mengintervensi urusan masyarakatnya, begitupun sebaliknya civil society sebagai warga negara yang beradab dituntut untuk mengedepankan kepentingan bersama (publik).

2. Karakteristik dan Peran Civil Society

Dalam menghadirkan civil society, terdapat beberapa unsur-unsur sosial yang dibutuhkan untuk menopang civil society, unsur-unsur tersebut merupakan prasyarat yang secara praktis akan memfasilitasi civil society untuk hadir di dalam sebuah negara, tidak hanya menopang namun diantara unsur-unsur sosial tersebut memiliki keterkaitan yang melahirkan karakter civil society. Berikut adalah beberapa unsur sosial yang diperlukan guna menghadirkan karakteristik dari civil society yang ideal :

a. Free Public Sphere

Civil society akan benar-benar mandiri ketika berada di dalam ruang publik yang bebas (free public sphere), ruang publik disini berperan dalam menghadirkan hak dan kebebasan bagi setiap warga negara dalam menyampaikan transaksi sosial dan politik sebagai warga negara yang berdaulat. Free public sphere merupakan batas-batas intervensi negara dalam mengurus urusan politik warga negaranya, dengan ini hak dan kebebasan setiap warga negara terlindungi secara hukum27.

27 Muhammad AS Hikam, Demokrasi Dan Civil Society. (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 1999) hal. 279.

26

Free public sphere menjadi sangat penting bagi keberadaan civil society, kehadirannya merupakan prasyarat yang mutlak guna menanggulangi hegemoni negara agar tidak menjadi tirani yang otoritarian. Ruang publik bebas sangat memungkinkan bagi civil society dalam berinteraksi dengan aman dan terlindungi dari intervensi negara yang memungkinkan pembungkaman hak-hak warga dalam berdialektika dengan haknya sebagai warga, ruang publik bebas merupakan tempat bagi civil society berpijak.

b. Demokratis

Unsur demokratis merupakan syarat yang mutlak bagi terwujudnya civil society, dalam unsur ini benar-benar mustahil jika civil society menjadi murni tanpa kehadirannya. Demokratis adalah ruang yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya civil society, dimana di dalam iklim negara yang demokratis setiap warga negara dapat hidup dengan haknya untuk bebas menjalankan aktivitasnya, seperti kebebasan berpendapat dan melakukan diskusi serta berinteraksi bersama lingkungannya28.

Demokratis dengan kata lain merupakan sebuah iklim di dalam sebuah negara yang mendukung bagi berlangsungnya interaksi antara warga negara dengan lingkungannya termasuk negara, hak-hak setiap warga dilindungi dalam kebebasan yang sempurna. Unsur ini akan menyokong masyarakat politik yang cerdas jika penerapannya berlangsung secara maksimal, civil society akan mendapatkan ruang publiknya tanpa mendapatkan ancaman di dalam negara yang demokratis.

28 Ibid, hal.281.

27

c. Toleran

Sebuah sikap yang menjadi ciri civil society, sikap toleransi memungkinkan interaksi yang sehat antara setiap individu di dalam ruang publik, perlakuan saling menghargai serta saling menghormati ini ditempuh dalam mencapai civil society yang beradab. Sikap saling menghargai antara sesama individu atau kelompok mencakup aspek-aspek dalam berinteraksi, seperti kebebasan beraktivitas dan menyampaikan pendapat29.

Toleransi dibutuhkan kehadirannya dalam terwujudnya civil society yang ideal, ketika civil society berdiri tanpa dilandasi nilai-nilai toleran, kepentingan yang dibawa bukan lagi menyoal tentang kepentingan bersama, dengan kata lain warga belum siap untuk menelaah kepentingan bersama dalam kemajemukan warga.

d. Kemajemukan

Demi menegakkan karakter civil society yang sempurna, unsur kemajemukan harus diterapkan serta diterima dengan tulus sebagai rahmat Tuhan.

Kemajemukan mendapati pluralisme harus diterapkan dalam berkehidupan sehari- hari, keaneka ragaman model sosial, agama hingga budaya tidak bisa dipahami hanya untuk diterima dan diakui sebagai kenyataan masyarakat yang majemuk, namun dalam menegakkan civil society diperlukan ketulusan bahwa kemajemukan di dalam masyarakat merupakan nilai-nilai positif yang hendak dipertemukan30.

e. Keadilan Sosial

29 Ibid, hal.284. 30 Ibid, hal.287.

28

Unsur sosial terakhir yang dibutuhkan civil society adalah keadilan sosial, yaitu kesetaraan hak bagi seluruh warga negara, di dalam keadilan sosial terdapat keseimbangan antara hak dan kewajiban diantara setiap individu, serta penerapannya yang proporsional dalam kebebasan setiap individu. Keadilan sosial diperlukan civil society guna menyingkirkan monopoli serta pemusatan setiap aspek kehidupan yang dapat dimanfaatkan oleh segelintir kelompok dan golongan. Keadilan sosial yang memurnikan kehadiran civil society mencakup seluruh aspek kehidupan dalam bermasyarakat, seperti aspek ekonomi, kesempatan, politik dan ilmu pengetahuan31.

Hal-hal tersebut merupakan unsur-unsur yang diharapkan keberadaannya, karena jika unsur-unsur sosial tersebut belum tersedia dalam kehidupan warga, wacana masyarakat mandiri tidak mungkin terealisasikan dengan baik. Lebih jauh kita bisa mengatakan bahwa unsur-unsur sosial tersebut merupakan pokok-pokok yang terdapat didalam sebuah sistem demokrasi kenegaraan, maka keberlangsungan masyarakat sipil atau civil society adalah sumbangsih yang digagas guna memberlakukan masyarakat mandiri di dalam sebuah negara demokrasi.

3. Konsep Gerakan Sosial Sebagai Civil Society

Dalam menyampaikan berbagai bentuk kepentingan publik, civil society sebagai masyarakat mandiri menyampaikan kontrol sosial terhadap negara melalui bermacam hal, diantaranya adalah gerakan sosial. Namun pandangan yang berkembang tentang seperti apa penjelmaan masyarakat sipil (civil society) hanya

31 Ibid, hal.290.

29 sampai pada wujud organisasi non-pemerintah (NGO), padahal gerakan sosial yang merupakan sebuah tindakan oleh kelompok-kelompok masyarakat secara mandiri mencirikan apa yang disebut civil society.

Dalam bentuk yang kongkrit, aktivisme civil society melakukan sebuah kontrol sosial terhadap kekuasaan dalam berbagai wujud, diantaranya adalah gerakan sosial. Menurut Iwan Gardono gerakan sosial merupakan respon berwujud aksi oleh organisasi atau kelompok masyarakat sipil dalam mewujudkan sebuah perubahan sosial, pendapat lain mengatakan gerakan sosial adalah sebuah bentuk perilaku politik non-kelembagaan yang terlibat dalam sebuah protes32.

Pemahaman yang berkembang tentang penjelmaan civil society selama ini hanya sebatas kepada NGO (Non-Government Organization) atau LSM (Lembaga

Swadaya Masyarakat), padahal ada bentuk lain yang terdapat dalam wujud konkrit masyarakat sipil atau civil society33.

Mengutip Mochamad Parmudi tentang manifestasi civil society, terdapat tiga model gerakan sosial yang merupakan bentuk kontrol sosial yang dilakukan oleh civil society terhadap kebijakan dan perilaku kekuasaan/negara, yakni34:

a. Resistensi Simbolik

Yaitu gerakan sosial yang berkisar pada aksi secara tidak langsung, yang bertujuan untuk mengontrol,mengkritik hingga memmprotes kebijakan serta perilaku pemerintahan. Aktivitas ini ditempuh dengan berbagai macam media

32 A Ubaedillah dan Abdul Rozak, Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012) hal. 231. 33 Ibid, hal.232. 34 Mochamad Parmudi, Kebangkitan Civil Society di Indonesia, Jurnal at-Taqaddum, Vol.7, No.2, November 2015, h.301.

30 seperti tulisan, panggung teater, pertunjukan seni, media massa, social networking bahkan sebuah diskusi kritis.

b. Resistensi Pragmatis

Model gerakan sosial kedua merupakan sebuah reaksi seperti penuntutan, protes terhadap kebijakan pemerintah yang disampaikan secara langsung, seperti aksi turun ke jalan. Manifestasi gerakan sosial ini biasanya dilakukan oleh ormas, mahasiswa dan partai politik.

c. Resistensi Simbolik-Pragmatis

Ketiga, adalah resistensi simbolik-pragmatis, merupakan kombinasi dari aksi simbolik dan pragmatis, jenis ketiga ini disandingkan dengan berbagai peran

LSM yang menuntut, mengontrol dan mendukung agar pemerintahan serta situasi sosial politik berjalan semakin baik.

Merunut terhadap beragamnya unsur yang mungkin terlibat dalam gerakan civil society, pertunjukan musik adalah satu diantara banyaknya peran, keterlibatan musik serta pemusik merupakan ciri masyarakat mandiri yang mencoba menyampaikan semangat publik melalui jalur keseniannya. Karena selain sebagai sebuah hiburan, musik juga memiliki berbagai potensi dalam sebuah media gerakan sosial baru35. Hal ini menunjukan betapa pentingnya gerakan sosial yang dikemukakan melalui panggung musik serta perilaku pemusik/musisi yang melakukan beberapa aksi dengan kesenian musiknya untuk

35 Reza Ulva Tamimi, Musik Sebagai Media Gerakan Sosial Baru, (Universitas Muhammadiyah , 2017).

31 diteliti secara ilmiah. Karena gerakan sosial itu sendiri merupakan bagian dari penjelmaan masyarakat sipil atau civil society36.

Mengutip Hikam, bahwa melalui tulisan, karya seni serta pampflet-pamflet, nama-nama seperti Havel, Michnik dan Patocka dalam sejarahnya mengusung keberlangsungan akan pemberdayaan civil society37, serta definisi cendikiawan yang dikatakan oleh habermas merupakan seseorang atau suatu kelompok didalam sebuah masyarakat yang dengan kesadaran politiknya berspekulasi tentang sebuah ketimpangan sosial yang terjadi di dalam ruang publik. Berlandaskan pandangan- pandangan tersebut, peneliti mencoba untuk menganalisa sebuah fenomena dukungan grup musik terhadap seorang penyidik anti korupsi yang tertimpa teror.

B. Musik

1. Pengertian Musik

Peradaban manusia mempunyai keunikannya masing-masing, beraneka ragamnya hasrat yang ditimbulkan oleh perbedaan geografis, kondisi sosial, waktu hingga sejarah masa lalu menimbulkan sebuah media universal yang berupaya menyampaikan hal-hal beragam tersebut, sesuatu yang dinamakan kesenian.

Menurut Aristoteles seni merupakan sebuah peniruan manusia terhadap alam terapi, dan seni bersifat ideal38.

36 Mochamad Parmudi, Kebangkitan Civil Society di Indonesia, Jurnal at-Taqaddum, Vol.7, No.2, November 2015, h.301. 37 Muhammad AS Hikam, Demokrasi Dan Civil Society. (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 1999) hal. 209. 38 “30 Pengertian Seni Menurut Para Ahli Terlengkap”, https://ilmuseni.com .

32

Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwasannya seni berasal dari perasaan dan sifat indah yang dihasilkan oleh setiap perbuatan manusia39, dapat dikatakan bahwa seni merupakan hasil karya yang mengandung ide-ide dan disampaikan melalui sesuatu yang indah untuk dilihat, dirasa dan didengar, yang berarti sebuah hasil cipta, rasa manusia yang coba untuk disampaikan dan diwujudkan. Dalam ragamnya jenis kesenian, kesenian musik merupakan salah satu yang menjadi popular di era modern.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) musik merupakan cabang dari ilmu dan seni yang menyusun berbagai bunyi atau nada secara temporal sehingga menghasilkan sebuah kombinasi bunyi yang saling bersinambung40.

Sedangkan menurut beberapa ahli seperti Jamalus mendefinisikan musik sebagai komposisi bunyi yang mengungkapkan fikiran serta perasaan penciptanya melalui unsur-unsur pokok seperti irama, melodi serta harmoni yang tersusun rapih kedalam sebuah kesatuan. Bahkan Sylado berpendapat bahwa musik yang mengandung nada yang berjiwa dapat mempengaruhi para pendengarnya41.

Secara mendasar musik merupakan bunyi-bunyi yang dipadukan dan disusun hingga membentuk sebuah kesatuan nada yang indah sehingga menarik untuk didengar. Bunyi yang terdapat didalam sebuah musik biasanya mengandung keselarasan ritme antara bunyi satu dengan bunyi lainnya. Unsur bunyi yang dipadukan kedalam musik biasanya adalah bunyi vokal, melodi, birama yang tersusun bersama ritme didalam irama. Musik secara umum digunakan untuk

39 Ibid, 40 “Musik”, https://kbbi.web.id . 41 “Pengertian Musik” https://www.zonareferensi.com .

33 berbagai sarana hiburan, baik di dalam masyarakat modern ataupun tradisional, ada juga berbagai ritual didalam beberapa kepercayaan menggunakan musik sebagai alat mediasi.

2. Musik Sebagai Gerakan Sosial

Dalam fungsinya sebagai media yang berpotensi mempengaruhi pandangan masyarakat, musik-musik yang diciptakan dengan komposisi lirik yang bertemakan kontrol sosial merupakan hal yang kerap diabaikan dalam sebuah penelitian ilmiah, karakternya yang hanya sebatas wujud simbolik menjadikan musik kurang menarik secara ilmiah. Namun ketika musik dan penciptanya melakukan aksi nyata dan tidak hanya melakukan perlawanan yang simbolik merupakan pola masyarakat sipil yang dalam perannya memisahkan posisinya dengan negara, bergerak mandiri dan berupaya melakukan perubahan yang berkaitan dengan kepentingan publik.

Lebih jauh kepada term civil society, selain menjadi media hiburan musik merupakan media gerakan sosial baru42, fungsinya sebagai penyampai pesan membuatnya memiliki potensi sebagai media yang mampu mempengaruhi masyarakat, terutama terhadap kondisi sosial-politik yang tidak stabil, banyak masyarakat sipil yang menggunakan musik sebagai media baru dalam gerakan sosial.

Beraneka ragamnya fungsi yang dimiliki musik, beberapa diantaranya memiliki kaitan dengan ilmu sosial yakni sebagai sebuah media yang

42 Reza Ulva Tamimi, Musik Sebagai Media Gerakan Sosial Baru, (Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017)

34 menginspirasi, mengajak serta mempengaruhi perubahan sosial. Setidaknya ada beberapa fungsi sosial yang dihasilkan oleh musik, seperti halnya musik merupakan alat untuk merespon fenomena yang terjadi dalam kehidupan sosial, sebagai media komunikasi musik juga berperan dalam menjalin hubungan diantara masyarakat, bahkan musik juga memiliki fungsi sebagai pemersatu bangsa43.

Sejarah mencatat WR Supratman dengan lagu “Indonesia Raya” mampu menularkan semangat kemerdekaan melalui musik yang diciptakannya, bahkan lagu “Indonesia Raya” merupakan salah satu simbol perjuangan nasional pada saat itu. Selain WR Supratman, Victor Jara di Chili, Silvio Rodriguez di Kuba, dan Karel Kryl di Ceko, Jacek Kaczmarski di Polandia dan Vuyisile Mini di

Afrika Selatan merupakan pemusik-pemusik yang menjadikan musik sebagai media inspirasi revolusi44.

Contoh lainnya ialah ketika Bob Marley dengan lagu-lagunya banyak menyampaikan semangat anti-imperialisme yang digagas oleh Marcus Garvey, banyak dari syair yang dituliskan Bob Marley merupakan semangat yang dijadikan sebuah simbol perlawanan, diantaranya adalah kemerdekaan Zimbabwe dalam mengusir kolonialisme barat, legenda Reaggae asal Jamaika ini menciptakan sebuah lagu berjudul “Zimbabwe” yang akhirnya menginspirasi para gerilyawan disana45. Bahkan legenda musik yang di idolakan Barrack Obama

43 “Fungsi Musik” https://ilmuseni.com . 44 “Musik dan Perjuangan Sosial” www.berdikarionline.com. 45 Nuran Wibisono, “Hari Bob Marley Menemui Jah” https://tirto.id ,11 Mei 2018.

35 tersebut akan dibuatkan patung oleh pemerintah Zimbabwe, sebagai simbol penting kemerdekaan Zimbabwe46.

Selain sebagai pemersatu bangsa, musik telah lama digunakan sebagai media perlawanan, di dunia barat banyak grup musik dan juga penyanyi solo yang menyematkan syair-syair protes yang ditujukan terhadap kesewenangan negara, bahkan beberapa melakukannya secara frontal.

Di Amerika Serikat ada grup punk Fugazi yang dengan musiknya menggiring masyarakat sipil kedepan gedung putih (The White House), kala itu

Fugazi meneriakan protes keras terhadap pemerintah Amerika Serikat terhadap kebijakan perang terhadap Irak, atau yang kita kenal dengan sebutan Gulf War 147.

Selain Fugazi, nama-nama seperti Rage Against The Machine, John Lennon dan

Bob Dylan merupakan beberapa nama yang dengan musiknya kerap melakukan sebuah perlawanan serta upaya penyadaran publik akan kondisi sosial-politik yang sedang berlangsung di Amerika.

Fungsi sosial-politik musik yang telah dipaparkan diatas sejalan dengan salah satu model gerakan sosial yang dipaparkan Parmudhi dalam “Kebangkitan

Civil Society di Indonesia”, secara simbolik pertunjukan seni merupakan sebuah resistensi yang dilakukan masyarakat sipil terhadap penyimpangan serta kesewenangan negara dalam memutuskan sebuah kebijakan, sebuah kontrol

46 Ervan Hardoko, “Zimbabwe Berencana Dirikan Patung Bob Marley”. https://internasional.kompas.com ,12 Februari 2018. 47 “FUGAZI Live In Front of THE WHITE HOUSE, January 12, 1991 (Gulf War 1 Protest)” https://www.youtube.com , 13 Juli 2012.

36 masyarakat sipil terhadap negara di pihak lain48. Seperti yang kita ketahui musik sendiri merupakan salah satu dari cabang kesenian.

Dalam peradaban manusia kesenian musik merupakan jenis kesenian yang paling populer dan mudah untuk dimengerti, maka dari itu banyak fenomena yang mencatat bahwasanya musik merupakan media seni yang kerap dijadikan sebagai media perlawanan dan mampu mempengaruhi masyarakat akan kesadaran berpolitik, karena memang musik merupakan media penyampai pesan yang dikemas dengan indah dan menarik.

Mengutip Reza Ulva tentang empat hal pokok yang harus terdapat dalam musik menurut Elliot dalam buku Philosophy of Music Education, Elliot berpendapat bahwa musik sejatinya harus memiliki empat hal pokok, yakni pelaku musik (pembuat dan pendengar), ulah musik (pembuatan musik dan mendengarkan), sesuatu yang dihasilkan (produk musik, komposisi, improvisasi, dll), dan konteks artistik, sosial, kultural, politik, historis dan pendidikan49. Seperti yang terjadi pada dekade 70-an, kondisi sosial-politik Indonesia yang tidak stabil mengakibatkan musik rock menjadi marak beredar, musik-musik rock itu bahkan menjadi penggiring demonstran dalam gerakan mahasiswa di kota-kota besar50.

Berangkat dari kerangka teori tersebut, musik dalam perannya mempunyai pengaruh terhadap pandangan politik bagi pendengarnya, posisinya sebagai media seni yang popular menjadikannya mudah untuk dipergunakan sebagai media

48 Mochamad Parmudi, Kebangkitan Civil Society di Indonesia, Jurnal at-Taqaddum, Vol.7, No.2, November 2015, h.301. 49 Reza Ulva Tamimi, Musik Sebagai Media Gerakan Sosial Baru, (Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017) hal. 2. 50 “Mendengar Sejarah Indonesia Lewat Musik”, https://supermusic.id , 16 Agustus 2017.

37 perjuangan sosial-politik, sebagai kontrol sosial dan sebagai media penyadaran publik. Pemusik tertentu berkemungkinan menerapkan pandangan politiknya kedalam karya musik ciptaannya, ada yang secara terang-terangan menyapaikan protes melalui pertunjukan musik, namun ada juga yang menyampaikannya dengan bias, karena musik juga memiliki banyak format untuk dikonsumsi.

C. Konsep Kontrol Sosial

Dalam perannya sebagai penyampai hasrat publik terhadap negara, civil society bergerak dalam hubungannya dengan negara, Sukarna menyebutnya

Kontrol Sosial. Menurut Dewi Fortuna (LIPI) civil society memiliki tiga peran utama dalam menuai demokrasi yang ideal, pertama adalah Advokasi, kedua adalah upaya memberdayakan masyarakat (empowerment), dan yang ketiga adalah Kontrol Sosial (social control). Kontrol Sosial menurut Dewi merupakan konsep pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat sipil dalam mengawasi berlangsungnya demokrasi yang lebih transparan51.

Menurut Sukarna dalam Social Control/ Kontrol Sosial terdapat empat unsur terkait kontrol sosial, pertama social participation (keikutsertaan masyarakat dalam pemerintahan), kedua social responsibility

(pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat), ketiga social support

(dukungan rakyat terhadap pemerintah), dan keempat social control (kontrol masyarakat terhadap tindakan-tindakan pemerintah)52.

51 “Tiga Peran Masyarakat Sipil dalam Proses Demokrasi”, https://news.detik.com 8 Desember 2011. 52 Sukarna. Social Control/Kontrol Sosial (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1990) hal.1.

38

Merujuk kepada poin keempat yang telah dijabarkan oleh Sukarna, fenomena yang dibahas disini merupakan indikasi adanya kontrol sosial masyarakat terhadap pemerintah (social control), yakni adanya kelalaian pemerintah dalam bertanggungjawab terhadap rakyat, yaitu minimnya social responsibility. Banyaknya pihak yang kecewa terhadap penanganan kasus Novel, melahirkan sebuah kontrol masyarakat sipil terhadap tindakan-tindakan pemerintah sehingga berbagai upaya coba dilakukan masyarakat. Begitupun yang dilakukan grup musik ERK, dukungan terhadap aksi teror yang menimpa Novel

Baswedan dilakukannya dalam berbagai bentuk.

Berlandaskan pada model kontrol sosial yang dikemukakan Sukarna, peneliti berusaha menganalisa fenomena yang menjadi fokus masalah pada penelitian ini, yaitu peran grup musik Efek Rumah Kaca terhadap pengusutan kasus penyiraman air keras Novel Baswedan.

39

BAB III

PROFIL GRUP MUSIK EFEK RUMAH KACA DAN KASUS PENYIRAMAN AIR KERAS TERHADAP NOVEL BASWEDAN

A. Profil Grup Musik Efek Rumah Kaca

Efek Rumah Kaca merupakan sebuah grup musik indie yang berdiri di

Jakarta pada 2001, grup ini semula menamakan dirinya dengan beberapa nama seperti Hush, Superego dan Rivermaya. Sejak 2001 Efek Rumah Kaca beranggotakan lima personil, hingga tahun 2003 dua personil yang mengisi suara gitar dan piano memutuskan untuk hengkang dari grup tersebut. Sejak 2003 hingga 2005 pun Efek Rumah Kaca belum menemukan nama yang tepat untuk menamakan identitas mereka, baru pada 2005 grup musik yang beranggotakan

Cholil Mahmud pada gitar/vokal, Adrian Yunan Faisal sebagai bass/vokal latar dan Akbar Bagus Sudibyo pada drum/vokal latar ini mempatenkan sebuah nama yakni Efek Rumah Kaca1.

Dalam komitmen yang kuat tiga personil yang tersisa dengan sabar menciptakan lagu-lagu yang dilandaskan pada realita, ERK menegaskan bahwa karya yang mereka ciptakan merupakan potret mereka terhadap fenomena zaman, serta refleksi terhadap setiap fenomena yang terjadi. Dengan berbagai sudut pandang ERK mencoba menyadarkan publik bahwa musik bukan sekedar untuk hiburan semata. Dengan lirik yang puitis dan penuh dengan sindiriran yang

1 Fahmi Mubarok, “Analisis Wacana Kritik Sosial Pada Album Efek Rumah Kaca Karya Grup Band Efek Rumah Kaca”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013) hal, 27.

40 kontan, ERK merangkai setiap lagunya dengan bermacam pilihan kosa kata

Bahasa Indonesia yang kaya2.

Dengan pemilihan kosa kata yang kaya pada lirik, ERK yang mengaku sebagai grup pop minimalis tetap melakukan eksperimental dalam setiap partitur musiknya, unsur-unsur seperti new wave, progressive rock, indie rock, jazz hingga punk meliputi setiap tema yang diangkat dalam lirik. Musik ERK memiliki bermacam referensi dari beberapa influence masing-masing personil, seperti

Smashing Pumkins, Bjork, Radio Head, Jeff Buckley hingga Jon Anderson3.

Berbagai pihak pendengar ERK bahkan menggolongkan musik ERK sebagai musik post rock hingga shoegaze, namun ERK sendiri mengaku bahwa mereka merupakan grup pop minimalis yang hanya menggunakan sedikit efek dan distorsi4.

Sejak 2005 Efek Rumah Kaca mengawali karirnya dengan single

“Melankolia” dan “Di Udara”, kemudian pada September 2007 merilis album perdana yang bertajuk Efek Rumah Kaca, merupakan dua belas lagu yang direkam oleh Paviliun Records. Album tersebut merupakan perkenalan ERK pada publik, berbagai sambutan pun menghampiri melalui beberapa review positif oleh para penulis di internet. ERK menambahkan didalam blog pribadinya, single kedua mereka yang berjudul “Cinta Melulu” merupakan sebuah lagu yang memperkenalkan ERK dengan publik nasional. Debut album Efek Rumah Kaca membawa mereka kepada beberapa panggung sejak akhir 2007 hingga sepanjang

2 “Tentang”, https://efekrumahkaca.net 3 Ibid, 4 “Efek Rumah Kaca; Mulailah dari Diri Sendiri dan Lingkungan Sekitar”, https://greeners.co , 18 Maret 2012.

41 tahun 2008. Selain memperkenalkan ERK kepada publik nasional, debut album tersebut turut membawa ERK pada beberapa penghargaan, seperti “Editor Choice

2008” versi Rolling Stone Indonesia, “The Best Cutting Edge” MTV Indonesia

Music Award 2008 dan masuk kedalam nominasi Anugerah Indonesia Musik

Award 20085.

Berselang kurang dari dua tahun tepatnya pada 19 Desember 2008, ERK merilis album kedua mereka yang bertajuk Kamar Gelap. Melalui Aksara Rekords

ERK mengajak beberapa musisi dan seniman untuk berkolaborasi pada album ini, selain kolaborasi isian cover album dengan seniman asal Jogja Angki

Purbandono, beberapa musisi indie kenamaan seperti Mondo, Ade (Sore) dan

Imam Fattah (Zeke and The Popo, Raksasa) ikut andil dalam mengisi beberapa suara vokal di album kedua ini6. Mengutip sesi wawancara Fahmi Mubarok terhadap Adrian Yunan (bass/vokal latar), pada Maret 2009 ERK masuk kedalam jajaran Class Music Heroes, kala itu nama ERK disejajarkan dengan nama-nama besar musisi lokal seperti Iwan Fals, Slank dan Peterpan7.

Dalam perjalanan berkarya grup ERK mengalami penambahan personil, kondisi kesehatan Adrian Yunan yang memburuk membuat Poppie Airil (Bing,

Zeke Khaseli & The Wrong Planeteers, Douet Maoet‟s) mulai mengisi suara bass

5 “Tentang”, https://efekrumahkaca.net 6 “Tentang” https://efekrumahkaca.net 7 Fahmi Mubarok, “Analisis Wacana Kritik Sosial Pada Album Efek Rumah Kaca Karya Grup Band Efek Rumah Kaca”, (Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013) hal, 48.

42 sebagai additional player semenjak tahun 2012, kemudian akhirnya pada akhir

Juni 2016 Poppie resmi sebagai personil keempat ERK8.

Dengan idealisnya selama perjalanan berkarya, Sinestesia merupakan tajuk album berikutnya yang dirilis pada 18 Desember 2015, pasca tujuh tahun album keduanya rilis9. Dalam album ini para pendengar ERK lebih dipaksa untuk meresapi karya-karya dari ERK, durasi panjang pada setiap lagu memberikan perkenaalan yang lebih dalam tentang pondasi berkarya grup tersebut. Album ini dimulai dengan lagu “Merah” berisikan sajak-sajak tentang ilmu politik yang dibalut dengan nada minor yang beraneka ragam10. Pada album ini terdapat sebuah lagu yang sangat mencolok, lagu tersebut berjudul “Jingga (Hilang)”, lirik pada lagu tersebut dengan lantang menyebutkan tiga belas nama aktivis

1997/1998 yang menjadi korban penculikan paksa dan hingga kini belum ditemukan11.

ERK merupakan grup yang dengan musiknya mampu membawa isu-isu politik nasional kedalam ranah hiburan, melalui lagunya ERK menyampaikan peristiwa-peristiwa politik dengan sentuhan musiknya yang easy listening, contohnya ketika kasus pembunuhan seorang aktivis HAM Munir Said. Dengan lagunya yang berjudul “Di Udara” ERK mencoba merefleksikan hal-hal yang terjadi, secara tersirat lagu “Di Udara” merupakan sebuah semangat yang

8 Sofyan Refliandi, “Poppie Airil Didaulat Jadi Bassist Efek Rumah Kaca”, www.provoke- online.com , 12 Agustus 2016. 9 “Diskografi Album Rilis”, https://efekrumahkaca.net 10 Fakhmi Kurniawan, “‟Sinestesia‟, Mari Lebih Dalam Meresapi Efek Rumah Kaca”, https://hot.detik.com , 12 Januari 2016. 11 “Makna Tersembunyi dari Lagu Jingga(Hilang) Efek Rumah Kaca”, https://joeshapictures.blogspot.com , 12 Januari 2018.

43 mempresentasikan bahwa sikap perjuangan HAM semacam yang dilakukan Munir tidak akan pernah mati dengan terbunuhnya Munir12. Lagu “Di Udara” juga diciptakan sebagai ungkapan ketidakpuasan ERK terhadap pemerintah Indonesia dalam menyelidiki kasus Munir13.

Seorang jurnalis senior Najwa Shihab berpendapat bahwa sejak dahulu dirinya merasa memiliki kepedulian yang sama dengan musik dan lirik yang dibawakan oleh ERK, Najwa berpendapat isu didalam lirik yang dibawakan ERK merupakan isu-isu penting yang terjadi di Indonesia. Alhasil berangkat dengan semangat yang sama ERK pun berkolaborasi menciptakan sebuah lagu yang berjudul “Seperti Rahim Ibu”, lagu ini berupaya menggambarkan kondisi

Indonesia yang tak henti dipenuhi masalah oleh masyarakatnya sendiri.

Kolaborasi ini merupakan ajakan Najwa yang juga ingin menjadikan lagu tersebut sebagai tema di dalam sebuah talkshow pribadi miliknya, yakni Mata Najwa14.

Selain berkolaborasi dalam menciptakan lagu, ERK bersama Najwa terlibat di dalam sebuah dukungan yang disampaikan kepada penyidik senior KPK yang mengalami penyiraman air keras, Novel Baswedan. Bersama Najwa, beberapa

LSM serta para aktivis anti korupsi, dengan lagu dan orasi ERK menyambut kepulangan Novel dari Singapura di gedung KPK15.

12 Budi Suwarna, “ERK, Band Dengan Pernyataan Politik”, https://entertaiment.kompas.com , 7 September 2008. 13 M Faisal, “Terbang Tinggi Bersama Efek Rumah Kaca”, https://tirto.id , 2 Maret 2018. 14 Febrina Anindita, “Najwa Shihab Berkolaborasi Dengan Efek Rumah Kaca Untuk Lagu “Seperti Rahim Ibu””, https://www.whiteboardjournal.com , 28 Mei 2018. 15 Lalu Rahadian, “Najwa Shihab dan Grup Band ERK Turut Sambut Novel di KPK”, https://tirto.id , 22 Februari 2018.

44

Tidak hanya menciptakan lagu bernuansa politik nasional, ERK merupakan grup yang juga terlibat dalam beberapa aksi yang memposisikan dirinya berada di pihak lain dari negara, diantaranya dalam memperingati hari Antikorupsi

Internasional tahun 2015 di depan gedung DPR RI, Aksi Kamisan di depan istana negara, Cicak vs Buaya serta aksi bela Novel di gedung KPK16.

Dalam album kompilasi PEACE yang merupakan proyek dari Buffetlibre dan Amnesty International ERK menyumbangkan sebuah lagu yang berjudul

“Hilang”, lagu tersebut menceritakan sebuah kasus yang terjadi pada era Orde

Baru, yaitu tentang penculikan beberapa aktivis. Di lagu tersebut ERK menyebutkan tiga belas nama aktivis yang hilang serta menceritakan keluarga korban yang tak kunjung ditanggapi pemerintah dalam Aksi Kamisan, dalam proses penciptaan lagu “Hilang” ERK juga membaur sekiranya dua sampai tiga kali dalam aksi tersebut17. Pada Aksi Kamisan yang ke-500 di Jakarta ERK secara sukarela terlibat langsung dalam Aksi Kamisan di depan istana negara, dalam aksi tersebut ERK membawakan lagu ciptaannya tersebut yang berjudul “Hilang”18.

Dalam aksinya grup trio indie pop asal Jakarta ini merupakan satu hal yang fenomenal di dalam scene musik Indonesia. ERK menyambut kepulangan

Novel Baswedan selepas operasi dari Singapura di gedung KPK. Hal tersebut merupakan bentuk empati yang jarang dilakukan oleh kalangan musisi. Grup musik Efek Rumah Kaca mendedikasikan sebuah lagu berjudul “Sebelah Mata”

16 Ahmad Sajali, “Belajar Banyak dari Konser Efek Rumah Kaca”, www.youthproactive.com , 7 Maret 2018. 17 “Cholil ERK Tentang „Hilang‟: Keteguhan Aksi Kamisan Membuatnya Takjub”, https://www.idntimes.com . 18 Abba Gabrillin, “Efek Rumah Kaca Ikut Peringati Aksi Kamisan Ke-500 di Depan Istana”, https://nasional.kompas.com , 27 Juli 2017.

45 untuk Novel serta mengajak masyarakat agar tidak sebelah mata terhadap kasus yang menimpa Novel Baswedan19.

Tidak berhenti sampai panggung musik, melalui sebuah vidio Efek Rumah

Kaca mengajak para masyarakat untuk menandatangani petisi agar kasus tersebut segera dibentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF). Selain mempersembahkan lagu berjudul “Sebelah Mata” Efek Rumah Kaca juga menantang followers-nya untuk mendukung Novel dengan meng-cover lagu tersebut kemudian menguploadnya di media sosial. Dalam Vidio tersebut, Cholil Mahmud sebagai

(vokal/gitar) mengajak agar publik tidak sebelah mata dalam memandang kasus yang menimpa Novel20.

B. Kasus Penyiraman Air Keras Novel Baswedan

Penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan merupakan peristiwa yang terjadi pada hari Selasa 11 April 2017, tepatnya pukul 5 pagi. Aksi teror terhadap

Novel Baswedan dilakukan oleh dua orang yang berkendara menggunakan sepeda motor, pelaku menyiram air keras ke arah wajah Novel, aksi teror tersebut terjadi ketika Novel sedang berjalan kaki untuk pulang ke rumah selepas melaksanakan shalat subuh di masjid, diketahui masjid tersebut berjarak sekitar 50 meter dari rumah Novel21. Novel Baswedan merupakan penyidik senior Komisi

Pemberantasan Korupsi (KPK).

19 “Efek Rumah Kaca Ajak Teken Petisi #SebelahMata Novel Baswedan” https://m.cnnindonesia.com 24 Februari 2018. 20 Ibid, 21 “Urutan Peristiwa Penyiraman Air Keras Ke Wajah Novel Baswedan”, https://kumparan.com , 11 April 2017.

46

Akibat penyiraman air keras ke arah wajah tersebut, mata Novel mengalami luka yang serius. Novel yang dilarikan ke Rumah Sakit Mitra Keluarga, Kelapa

Gading, Jakarta Utara segera diberikan penanganan22. Akibat teror tersebut, mata kiri Novel mengalami kekaburan pengelihatan dan lebam pada wajah bagian kiri, kabar tersebut disampaikan oleh mantan juru bicara KPK Johan Budi yang kini merupakan juru bicara presiden, usai pembicaraan singkat dengan Novel di

Rumah Sakit Mitra Keluarga23. Pada siang harinya Novel segera dipindahkan ke

Rumah Sakit Mata Jakarta Eye Center, Menteng, Jakarta Pusat24. Namun, dengan berbagai macam faktor serius yang menimpa Novel, keadaannya mengharuskan dirinya untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif. Keesokan harinya

Novel kembali dipindahkan, Novel diberangkatkan ke sebuah rumah sakit di

Singapura25.

Berbagai tanggapan pun datang, banyak pihak yang menyayangkan aksi teror terhadap Novel tersebut, yang juga saudara dari Novel menanggapi bahwa teror tersebut bukan pertamakalinya yang menghampiri

Novel, Anis menyebut teror ini merupakan yang kelima. Selain Anies, dukungan terhadap Novel datang dari berbagai tokoh dan elemen seperti PBNU, TNI,

Bambang Soesatyo (Ketua Komisi III DPR RI), PPP, Perindo, PKS, Mahasiswa,

Perempuan Anti-korupsi, ICW hingga presiden RI . Pada 11 April

22 Rakhmatulloh, “Terluka di Bagian Mata, Novel Masih Mendapat Perawatan Intensif” https://nasional.sindonews.com ,11 April 2017. 23 Rico Afrido Simanjuntak, “Mata Kiri Novel Baswedan Kabur Akibat Air Keras”, https://nasional.sindonews.com ,11 April 2017. 24 Rico Afrido Simanjuntak, “Novel Baswedan Dipindah ke Jakarta Eye Center Menteng”, https://nasional.sindonews.com ,11 April 2017. 25 Rico Afrido Simanjuntak, “Sempat Lambaikan Tangan, Novel Baswedan Dipindahkan ke Singapura” https://nasional.sindonews.com , 12 April 2017.

47

2017 dengan segera Joko Widodo menginstruksikan agar Kapolri segera menangkap pelaku teror tersebut, dan pada 11 April 2017 Kapolri membentuk

Tim Pengusut kasus penyiraman Novel Baswedan. Selain itu Joko Widodo pun menyetujui permintaan KPK perihal pembiayaan pengobatan Novel Baswedan oleh negara26.

Penyelidikan atas kasus ini tidak menemukan titik terang, desakan dari berbagai kalangan pun mencuat, polri dinilai lamban dalam menyelidiki kasus tersebut. Menurut ketua presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane, dalam penyelidikan kasus penyiraman Novel Baswedan diperlukan pembentukan tim independen, jika KPK dan Novel memiliki alat bukti yang kuat. Menurut Neta lambannya penyelidikan kasus Novel telah menimbulkan spekulasi pada masyarakat, bahwa Polri tidak serius dalam menangani kasus penyiraman air keras Novel Baswedan27.

Setelah enam bulan berlalu, kasus penyiraman Novel Baswedan tidak juga menemukan titik terang. Polri belum juga mengungkap pelaku penyiraman air keras tersebut. Hal ini menggerakan berbagai pihak mendesak pemerintah agar membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF), diantaranya adalah para mantan ketua KPK Abraham Samad, M Busyro Muqoddas, Bambang widjojanto serta beberapa aktivis anti korupsi seperti mantan ketua Kontras Haris Azhar,

Usman Hamid (Amnesty International), Direktur Lembaga Bantuan Hukum

(LBH) Jakarta Alghiffari Aqsa, Ketua Badan Pekerja Yayasan Lembaga Bantuan

26 “Novel Baswedan Disiram Air Keras”, https://nasional.sindonews.com 27 Rico Afrido Simanjuntak, “Tak Kunjung Terungkap, Teror Novel Baswedan Munculkan Spekulasi”, https://nasional.sindonews.com , 10 Juli 2017.

48

Hukum Indonesia (YLBHI) Asfinawati, Mochtar Pabottingi dari Peneliti Utama

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan jurnalis senior Najwa Shihab28.

Menurut Dahnil Anzak Simanjuntak selaku Pimpinan Pusat Pemuda

Muhammadiyah, penyerangan terhadap Novel bukan yang pertama kalinya, sebelum peristiwa penyiraman air keras, terdapat banyak upaya tindak kekerasan terhadap Novel yang tidak dipublikasikan oleh media. Novel Baswedan sendiri merupakan penyidik senior KPK yang sedang menangani kasus dugaan perkara korupsi pengadaan kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP)29. Menurut mantan ketua KPK Bambang Widjojanto dalam kesehariannya Novel sering menjumpai sikap intimidasi, intimidasi tersebut menutut Bambang merupakan ancaman terhadap Novel yang merupakan penyidik dugaan korupsi besar yang melibatkan banyak tokoh penting dan penegak hukum seperti dugaan korupsi e-KTP dan simulator SIM. Bambang menambahkan, aksi teror terhadap Novel Baswedan merupakan ancaman besar yang dilakukan oleh para koruptor terhadap upaya pemberantasan korupsi30.

Setelah sepuluh bulan berlalu, kasus ini pun belum menemukan titik terangnya, berbagai dukungan tetap hadir kepada Novel, elemen masyarakat bersama aktivis anti korupsi semakin mendesak agar segera dibentuk Tim

Gabungan Pencari Fakta (TGPF). Pada kesempatan ini Indonesia Corruprion

Watch (ICW) bersama Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan Change.org

28 Sabir Laluhu, “Para Tokoh dan Eks Pimpinan KPK Desak Pembentukan TGPF Teror Novel”, https://nasional.sindonews.com , 31 Oktober 2017. 29 Kurnia Illahi, “Polisi DidesakTangkap Penyiram Air Keras Novel Baswedan” https://nasional.sindonews.com 11 April 2017. 30 Kurnia Illahi, “Penyiraman Air Keras ke Novel Baswedan Sudah Direncanakan” https://nasional.sindonews.com , 11 April 2017.

49 mengajak elemen musisi seperti grup musik Efek Rumah Kaca untuk menekan petisi dukungan terhadap Novel serta terlibat dalam menyadarkan publik perihal lambannya aparat pemerintah dalam menyelidiki kasus penyiraman air keras

Novel Baswedan31.

31 Muhammad Andika Putra, “Efek Rumah Kaca Ajak Teken Petisi #SebelahMata Novel Baswedan”, https://www.cnnindonesia.com 24 Februari 2018.

50

BAB IV

KETERLIBATAN DAN PROSES GRUP MUSIK EFEK RUMAH KACA TERHADAP PENGUSUTAN KASUS PENYIRAMAN AIR KERAS NOVEL BASWEDAN

Pada bab ini, peneliti mencoba menganalisa teori dan konsep yang telah digunakan dalam penelitian ini, dengan studi kasus yang diangkat, yakni keterlibatan grup musik Efek Rumah Kaca terhadap pengusutan kasus penyiraman air keras Novel Baswedan serta bagaimana proses tersebut berlangsung.

Pemaparan pada bab ini adalah pengolahan data dari sumber-sumber terkait.

A. Keterlibatan Grup Musik Efek Rumah Kaca Terhadap Pengusutan Kasus Penyiraman Air Keras Novel Baswedan

Secara mendasar, musik yang merupakan perpaduan bunyi-bunyi yang disusun hingga membentuk sebuah kesatuan nada yang indah merupakan sesuatu yang menarik untuk didengar. Menurut Jamalus musik berfungsi sebagai komposisi bunyi yang mengungkapkan fikiran serta perasaan penciptanya melalui unsur-unsur pokok seperti irama, melodi serta harmoni yang tersusun rapih kedalam sebuah kesatuan. Bahkan Sylado berpendapat bahwa musik yang merupakan kandungan nada-nada yang berjiwa dan dapat mempengaruhi isi hati pendengarnya1.

Namun dalam studi pada penelitian ini, ERK menggunakan musik sebagai media untuk menyampaikan dukungan terhadap Novel Baswedan. Bahkan yang dilakukan ERK melebihi itu, ERK tidak hanya terlibat bersama beberapa

LSM/NGO dalam mendukung pengusutan kasus penyiraman air keras Novel

Baswedan di gedung KPK. Melalui sebuah video yang diupload di media sosial

1 “Pengertian Musik” https://www.zonareferensi.com

51

ERK menyebarluaskan isu tersebut kepada publik, dengan ajakan untuk menekan sebuah petisi online dukungan terhadap Novel, mereka menyerukan agar masyarakat tidak sebelah mata dalam memandang kasus tersebut. ERK juga menantang followers-nya untuk meng-cover lagu “Sebelah Mata” agar publik makin sadar akan kondisi sosial-politik yang sedang berlangsung di Indonesia2.

Tantangan tersebut pun direspon dengan baik, terutama di media sosial instagram, tagar tantangan bertajuk “Kami Bersama Novel” tersebut telah digunakan lebih dari 14 ribu postingan pengguna media sosial instagram.

Tantangan tersebut akhirnya semakin viral setelah seorang jurnalis senior Najwa

Shihab turut serta dalam merespon tantangan tersebut. Tantangan ERK tersebut diterima oleh tim program Mata Najwa di akhir Maret 2018, hingga kemudian vidio tantangan tersebut diupload melalui akun instagram pribadi Najwa Shihab3.

Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Parmudhi, bahwa pertunjukan seni dan social networking merupakan media yang digunakan oleh civil society secara simbolik, yaitu gerakan sosial yang berkisar pada aksi secara tidak langsung dan bertujuan untuk mengontrol,mengkritik hingga memprotes kebijakan serta perilaku pemerintah. Aktivitas ini ditempuh dengan berbagai macam media seperti tulisan, panggung teater, pertunjukan seni, media massa, social networking bahkan sebuah diskusi kritis4.

2 “Efek Rumah Kaca Ajak Teken Petisi #SebelahMata Novel Baswedan” https://m.cnnindonesia.com 24 Februari 2018. 3 Surya Yudhis, “Efek Rumah Kaca Memberikan “Sebelah Mata” Mereka Kepada Novel Baswedan”, https://www.mousaik.com 8 Mei 2018. 4 Mochamad Parmudi, Kebangkitan Civil Society di Indonesia, Jurnal at-Taqaddum, Vol.7, No.2, November 2015, h.301.

52

Peneliti menganalisa bahwa fenomena dukungan grup musik ERK terhadap pengusutan kasus penyiraman air keras Novel Baswedan memiliki kesinambungan dengan konsep gerakan sosial simbolik yang merupakan manifestasi dari kebangkitan civil society yang di konsepsikan oleh Parmudhi.

Melihat dari apa yang dilakukan ERK, peneliti juga menganalisa apakah secara mendasar grup ERK memenuhi karakteristik dari civil society. Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, terdapat beberapa unsur sosial yang dibutuhkan untuk menopang civil society, unsur-unsur tersebut merupakan prasyarat yang secara praktis akan memfasilitasi civil society untuk hadir di dalam sebuah negara.

Tidak hanya menopang namun diantara unsur-unsur sosial tersebut memiliki keterkaitan yang melahirkan karakter civil society. Berikut adalah beberapa unsur sosial yang diperlukan guna menghadirkan karakteristik dari civil society yang ideal :

1. Free Public Sphere

Civil society akan benar-benar mandiri ketika berada di dalam ruang publik yang bebas (free public sphere), ruang publik disini berperan dalam menghadirkan hak dan kebebasan bagi setiap warga negara dalam menyampaikan transaksi sosial dan politik sebagai warga negara yang berdaulat. Free public sphere merupakan batas-batas intervensi negara dalam mengurus urusan politik warga negaranya, dengan ini hak dan kebebasan setiap warga negara terlindungi secara hukum5.

5 Ibid, hal.279.

53

Free public sphere menjadi sangat penting bagi keberadaan civil society, berdasarkan fenomena yang dialami ERK adalah, aksinya dalam dukungan terhadap Novel merupakan ciri dari keberadaan ERK pada ruang publik bebas.

Kebebasan menyuarakan pandangan politik pada khalayak umum serta memiliki hak penuh dalam aktivitas politis sejalan dengan konsep free public sphere yang dikemukakan oleh para tokoh.

2. Demokratis

Unsur demokratis merupakan syarat yang mutlak bagi terwujudnya civil society, dalam unsur ini benar-benar mustahil jika civil society menjadi murni tanpa kehadirannya. Demokratis adalah ruang yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya civil society, dimana di dalam iklim negara yang demokratis setiap warga negara dapat hidup dengan haknya untuk bebas menjalankan aktivitasnya, seperti kebebasan berpendapat dan melakukan diskusi serta berinteraksi bersama lingkungannya6.

Demokratis dengan kata lain merupakan sebuah kondisi di dalam sebuah negara yang mendukung bagi berlangsungnya interaksi antara warga negara dengan lingkungannya termasuk negara, hak-hak setiap warga dilindungi dalam kebebasan yang sempurna. Unsur ini akan menyokong masyarakat politik yang cerdas jika penerapannya berlangsung secara maksimal, civil society akan mendapatkan ruang publiknya tanpa mendapatkan ancaman di dalam negara yang demokratis.

6 Ibid, hal.281.

54

Unsur kedua ini sejalan dengan praktik hukum yang berlaku di Indonesia, hal ini disampaikan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Publik; Permen PAN Nomor 13 Tahun 2009 tentang Pedoman

Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik dengan Partisipasi Masyarakat.7

Kebebasan berpendapat serta interaksi bersama lingkungan yang dilakukan ERK bersama berbagai LSM/NGO di KPK dan media sosial merupapakan bukti dari berlakunya Undang-Undang yang disebutkan diatas. Karena media sosial sendiri merupakan bagian dari ruang publik yang bebas8.

3. Toleran

Sebuah sikap yang menjadi ciri civil society, sikap toleransi memungkinkan interaksi yang sehat antara setiap individu di dalam ruang publik, perlakuan saling menghargai serta saling menghormati ini ditempuh dalam mencapai civil society yang beradab. Sikap saling menghargai antara sesama individu atau kelompok mencakup aspek-aspek dalam berinteraksi, seperti kebebasan beraktivitas dan menyampaikan pendapat9.

Toleransi dibutuhkan kehadirannya dalam terwujudnya civil society yang ideal, ketika civil society berdiri tanpa dilandasi nilai-nilai toleran kepentingan yang dibawa bukan lagi menyoal tentang kepentingan bersama, dengan kata lain warga belum siap untuk menelaah kepentingan bersama dalam kemajemukan warga.

7 UUD 1945. Nomor 25, Tahun 2009. 8 Erlis Cela, Social Media as a New Form of Public Sphere, Eroupean Journal of Social Sciences Education and Research, Vol.2 No.3, Mei-Agustus 2015. 9 Ibid, hal.284.

55

Menurut Najwa Shihab grup musik ERK memiliki beberapa semangat yang sama dengan dirinya, yakni mengenai ketertarikannya terhadap isu-isu korupsi, toleransi serta hak asasi manusia, hal itu diungkapkan Najwa terkait kolaborasinya bersama ERK dalam menciptakan sebuah lagu untuk acara talkshow-nya10.

Berpijak pada pendapat Najwa tersebut, peneliti berasumsi bahwa grup ERK merupakan grup musik yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi.

4. Kemajemukan

Demi menegakkan karakter civil society yang sempurna, unsur kemajemukan harus diterapkan serta diterima dengan tulus sebagai rahmat Tuhan.

Kemajemukan mendapati pluralisme harus diterapkan dalam berkehidupan sehari- hari, keaneka ragaman model sosial, agama hingga budaya tidak bisa dipahami hanya untuk diterima dan diakui sebagai kenyataan masyarakat yang majemuk, namun dalam menegakkan civil society diperlukan ketulusan bahwa kemajemukan di dalam masyarakat merupakan nilai-nilai positif yang hendak dipertemukan11.

Menggunakan data wawancara sebelumnya, disebutkan bahwa Cholil berpendapat bahwa dalam maraknya fenomena demokratisasi, dirinya menyebut bahwa grup musik Efek Rumah Kaca merupakan bagian dari Masyarakat sipil.

Cholil berharap karya-karya ciptaannya tersebut berguna bagi wacana masyarakat sipil (civil society) yang hidup dalam kemajemukan12.

5. Keadilan Sosial

10 Wahyu Nugroho, “Efek Rumah Kaca dan Najwa Shihab Ciptakan Lagu Soundtrack”, https://www.suara.com , 26 Mei 2018. 11 Ibid, hal.287. 12 Silvia A, “Analisis Teori Strukturalisme Konstruktivis Pierre Bourdieu dalam Perlawanan Kelompok Musik Efek Rumah Kaca Terhadap Arus Utama (Mainstream): Lirik Lagu, Inddustri dan Negara”, (Jakarta:Universitas Indonesia, 2011) h.18.

56

Unsur sosial terakhir yang dibutuhkan civil society adalah keadilan sosial, yaitu kesetaraan hak bagi seluruh warga negara, di dalam keadilan sosial terdapat keseimbangan antara hak dan kewajiban diantara setiap individu, serta penerapannya yang proporsional dalam kebebasan setiap individu. Keadilan sosial diperlukan civil society guna menyingkirkan monopoli serta pemusatan setiap aspek kehidupan yang dapat dimanfaatkan oleh segelintir kelompok dan golongan. Keadilan sosial yang memurnikan kehadiran civil society mencakup seluruh aspek kehidupan dalam bermasyarakat, seperti aspek ekonomi, kesempatan, politik dan ilmu pengetahuan13.

Unsur terakhir yang dibutuhkan Efek Rumah Kaca merupakan keadilan sosial, dan unsur telah hadir jika kita melihat salah satu pilar yang terdapat di dalam Pancasila, yang berbunyi “Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia”. Nilai yang tertera dalam pancasila tersebut merupakan bukti yang nyata tentang cita- cita negara Republik Indonesia, maka dari itu unsur keadilan sosial pun telah terpenuhi disini. Dan dukungan terhadap Novel yang sedang diupayakan oleh

ERK merupakan penuntutan terhadap sebuah keadilan sosial.

Menelaah banyaknya kesesuaian antara karakter civil society dengan data yang peneliti kumpulkan, peneliti menyimpulkan bahwa secara karakteristik grup musik Efek Rumah Kaca merupakan bagian dari civil society.

Grup musik Efek Rumah Kaca yang terlibat dalam dukungan terhadap pengusutan kasus seorang penyidik senior KPK yang mendapatkan teror, secara mendasar memiliki keselarasan dengan teori civil society pola vertikal menurut

13 Ibid, hal.290.

57

Michael W. Foley dan Bob Edward. Dalam studinya Michael W. Foley dan Bob

Edward menyebutkan bahwa civil society yang berorientasi secara vertikal cenderung politis, karena merupakan wacana hubungan antara masyarakat dengan negara di pihak yang berbeda14.

Hubungan masyarakat dengan negara di sini disesuaikan dengan cita-cita bersama (publik), serta penyelenggara negara yang dihadapi dengan civil society dibatasi dalam mengintervensi urusan masyarakatnya, begitupun sebaliknya civil society sebagai warga negara yang beradab dituntut untuk mengedepankan kepentingan bersama (publik).

Begitupun dalam keterlibatannya, ERK tidak hanya mendukung Novel, namun juga sebagai dukungan terhadap semangat anti korupsi. ERK berharap dalam keterlibatannya mendukung pengusutan kasus penyiraman air keras Novel

Baswedan, ERK juga meliputi lima poin yang ingin dituju, yakni:15

1. Dukungan untuk Novel Baswedan dan KPK

2. Dukungan untuk semangat Anti korupsi

3. Agar seluruh masyarakat waspada akan korupsi

4. Agar para koruptor takut

5. Agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang menghargai kejujuran

Selain mengajak masyarakat untuk mendukung Novel, grup musik ERK juga telah melakukan sebuah kampanye terhadap maraknya perilaku korupsi yang dilakukan oleh pejabat dalam pemerintahan Indonesia, ERK mengkampanyekan

14 Catur Wahyudi, Marginalisasi dan Keberadaban Masyarakat, (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015) hal, 53. 15 Rahmad Mercy, “Viral Cover Lagu “Sebelah Mata” di Media Sosial, Ternyata ini Alasan Efek Rumah Kaca Serukan Ajakan Cover Lagu Tersebut”. https://linetoday.me , 1 Maret 2018.

58 agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang menghargai kejujuran serta sebuah peringatan bagi pelaku praktik korupsi di Indonesia. Menelaah dari lima poin tersebut peneliti menganalisa bahwa ERK telah mengedepankan kepentingan publik, karena praktik korupsi merupakan salah satu problema besar yang dihadapi oleh setiap negara. Dengan ini peneliti menganalisa bahwa secara praktik keterlibatan grup musik Efek Rumah Kaca terhadap pengusutan kasus penyiraman air keras Novel Baswedan memiliki keselarasan dengan teori civil society dalam orientasi vertikal yang dikembangkan oleh Michael W. Foley dan Bob Edwards.

B. Proses Dukungan Grup Musik Efek Rumah Kaca Terhadap Pengusutan Kasus Penyiraman Air Keras Novel Baswedan

Penyelidikan kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan telah dilakukan oleh pihak aparatur negara sejak hari pertama Novel mengalami penyerangan air keras, tepatnya pada 11 April 201716. Namun setelah melakukan beberapa penyelidikan pihak kepolisian belum juga menemukan siapa pelaku yang melakukan pennyiraman tersebut. Dua hari berselang para pegawai KPK berharap agar presiden Joko Widodo segera membentuk Tim Pencari Fakta (TPF) yang tidak hanya melibatkan internal dari pemerintah, namun juga melibatkan pihak eksternal. Para pegawai KPK pun berharap agar Joko Widodo turut terlibat dalam menangani kasus tersebut17.

Menurut Sya’roni (Ketua Presidium Perhimpunan Masyarakat Madani) permintaan pegawai KPK terhadap pembentukan Tim Pencari Fakta (TPF)

16 Yan Yusuf, “Polisi Buru Penyiram Air Keras ke Novel Baswedan” https://nasional.sindonews.com 11 April 2017. 17 Sabir Laluhu, “Pegawai KPK Minta Jokowi Bentuk TPF Penyerangan Novel Baswedan” https://nasional.sindonews.com 13 April 2017.

59 merupakan keinginan KPK agar teror terhadap Novel dapat diusut secara tuntas, baginya permintaan tersebut merupakan hal yang wajar, TPF hanya tidak diperlukan jika Polri dapat bekerja dengan cepat dalam menyelidiki kasus tersebut. Namun Polri dinilai lamban dalam menangani kasus ini, aksi berupa desakan terhadap Polri pun terjadi di Jakarta dan beberapa daerah lainnya18.

Novel Baswedan sendiri merupakan penyidik senior KPK yang sedang menangani kasus dugaan perkara korupsi pengadaan kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP)19. Menurut mantan ketua KPK Bambang Widjojanto dalam kesehariannya Novel sering menjumpai sikap intimidasi, intimidasi tersebut menutut Bambang merupakan ancaman terhadap Novel yang merupakan penyidik dugaan korupsi besar yang melibatkan banyak tokoh penting dan penegak hukum seperti dugaan korupsi e-KTP dan simulator SIM. Bambang menambahkan, aksi teror terhadap Novel Baswedan merupakan ancaman besar yang dilakukan oleh para koruptor terhadap upaya pemberantasan korupsi20.

Lambannya penyidikan yang dilakukan Polri menimbulkan beberapa spekulasi bahwa Polri tidak serius dalam menangani kasus, namun pihak Polri berpendapat bahwa lambannya pengusutan pelaku teror terhadap Novel adalah terdapat beberapa kendala teknis yang terjadi di lapangan, menurut Rikwanto

18 Adam Prawira, “Jika Polisi Lamban, TPF Kasus Penyerangan Novel Baswedan Diperlukan” https://nasional.sindonews.com 13 April 2017. 19 Kurnia Illahi, “Polisi DidesakTangkap Penyiram Air Keras Novel Baswedan” https://nasional.sindonews.com 11 April 2017. 20 Kurnia Illahi, “Penyiraman Air Keras ke Novel Baswedan Sudah Direncanakan” https://nasional.sindonews.com , 11 April 2017.

60 belum terungkapnya kasus tersebut bukan berarti kepolisian tidak bekerja dengan serius21.

Hingga kepulangan Novel selepas bertolak ke Singapura guna kepentingan pengobatannya, kasus tersebut belum juga mendapatkan titik terangnya. Pada kedatangannya kembali ke gedung KPK tersebut Novel mendapatkan sambutan hangat oleh beberapa LSM/NGO, Najwa Shihab dan sebuah panggung musik yang melantunkan sebuah lagu berjudul “Sebelah Mata”, lagu tersebut dinyanyikan dan dipersembahkan oleh sebuah grup musik bernama Efek Rumah

Kaca.

Bermula dari sebuah kesempatan, grup ERK dihubungi oleh Indonesia

Corruption Watch (ICW), Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan Change.org, dalam kesempatan tersebut ERK diajak untuk memberikan dukungan terhadap kasus Novel yang tak kunjung diusut22. Ajakan tersebut pun disanggupi oleh ERK hingga diteruskan oleh ERK melalui sebuah vidio, ERK melakukan sebuah kampanye terhadap publik agar tidak sebelah mata dalam memandang teror yang dialami Novel Baswedan23.

Keterlibatan ERK dengan sebuah panggung musik di depan gedung KPK merupakan bentuk keikutsertaan ERK dalam merespon kinerja Polri yang berlarut-larut serta dukungan moril yang diberikan secara sukarela oleh masyarakat sipil terhadap upaya pemberantasan korupsi., karena jika kita melihat asusmsi yang dikatakan mantan ketua KPK Bambang Widjojanto, motif yang

21 “Polisi Kesulitan Ungkap Pelaku Penyiraman Novel Baswedan” https://nasional.sindonews.com 5 November 2017. 22 “Efek Rumah Kaca Ajak Teken Petisi #SebelahMata Novel Baswedan” https://m.cnnindonesia.com 24 Februari 2018. 23 Ibid,

61 melatar belakangi aksi teror serta intimidasi yang kerap dialami oleh pegawai- pegawai KPK adalah teror yang dilakukan oleh para pelaku tindakan korupsi di pemerintahan terhadap lembaga pemberantasan korupsi.

Dalam keterlibatannya mendukung pengusutan kasus penyiraman air keras

Novel Baswedan, ERK juga meliputi lima poin yang ingin dituju, yakni:24

1. Dukungan untuk Novel Baswedan dan KPK

2. Dukungan untuk semangat Anti korupsi

3. Agar seluruh masyarakat waspada akan korupsi

4. Agar para koruptor takut

5. Agar bangsa Indonesia menjadi bangsa yang menghargai kejujuran

Menelaah dari lima poin tersebut peneliti menganalisa bahwa selain mengajak masyarakat untuk mendukung Novel, grup musik ERK juga telah melakukan sebuah kampanye terhadap maraknya perilaku korupsi yang dilakukan oleh pejabat dalam pemerintahan Indonesia, ERK mengkampanyekan agar bangsa

Indonesia menjadi bangsa yang menghargai kejujuran serta sebuah peringatan bagi pelaku praktik korupsi di Indonesia.

Selaras dengan konsep kontrol sosial yang dipaparkan Sukarna, bahwa indikasi adanya kontrol sosial masyarakat terhadap pemerintah (social control), disebabkan oleh adanya kelalaian pemerintah dalam bertanggungjawab terhadap rakyat, yaitu minimnya social responsibility25. Banyaknya pihak yang kecewa terhadap penanganan kasus Novel, melahirkan sebuah kontrol masyarakat sipil

24 Rahmad Mercy, “Viral Cover Lagu “Sebelah Mata” di Media Sosial, Ternyata ini Alasan Efek Rumah Kaca Serukan Ajakan Cover Lagu Tersebut”. https://linetoday.me , 1 Maret 2018. 25 Sukarna. Social Control/Kontrol Sosial (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1990) hal.1.

62 terhadap tindakan-tindakan pemerintah, diantaranya adalah yang dilakukan ERK dengan musiknya.

Karena berlandaskan konsep kontrol sosial yang digagas oleh Sukarna, bahwa empat unsur yang terdapat dalam Social Control/ Kontrol Sosial memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya, diantaranya adalah social participation

(keikutsertaan masyarakat dalam pemerintahan), kedua social responsibility

(pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat), ketiga social support

(dukungan rakyat terhadap pemerintah), dan keempat social control (kontrol masyarakat terhadap tindakan-tindakan pemerintah)26.

Merujuk kepada poin keempat dan kedua yang telah dijabarkan oleh

Sukarna, peran mengenai dukungan ERK terhadap Novel Baswedan merupakan akibat dari berlarutnya pengusutan kasus penyiraman air keras yang dialami oleh penyidik senior KPK Novel Baswedan yang diketahui sedang menangani kasus- kasus korupsi besar

26 Ibid,

63

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada pembahasan sebelumnya, penelitian ini memiliki beberapa kesimpulan, yakni:

1. Keterlibatan grup musik Efek Rumah Kaca terhadap pengusutan kasus

penyiraman air keras Novel Baswedan ditempuh melalui dua media,

yaitu panggung musik secara langsung dan media sosial. Secara

konsep, keterlibatan grup musik Efek Rumah Kaca dalam pengusutan

kasus penyiraman air keras Novel Baswedan memiliki keselarasan

dengan konsep gerakan sosial simbolik dan pragmatis yang di

manifestasikan oleh kebangkitan civil society di Indonesia.

2. Keterlibatan Efek Rumah Kaca menghasilkan dampak terhadap

masyarakat. Dalam keterlibatannya melalui media sosial, tantangan

mengcover lagu “Sebelah Mata” Efek Rumah Kaca terhadap

pengguna media sosial Instagram mendapatkan respon yang cukup

besar, yaitu terdapat sebanyak 14 ribu postingan yang bertagar “Kami

Bersama Novel”.

3. Fenomena ini menunjukan secara konkrit bahwa wujud dari civil

society tidak hanya berwujud sebuah lembaga formal, gerakan sosial

yang merupakan manifestasi dari kebangkitan civil society memiliki

sumbangsih terhadap gagasan civil society.

64

4. Keterlibatan grup musik Efek Rumah Kaca terhadap pengusutan kasus

penyiraman air keras Novel Baswedan merupakan keterlibatan sebuah

kelompok masyarakat non-kelembagaan dalam wacana masyarakat

sipil yang berupaya melakukan hubungan dengan negara/pemerintah

dipihak yang berbeda. Hal tersebut memiliki keselarasan dengan teori

civil society dalam orientasi vertikal yang dikembangkan oleh Michael

W. Foley dan Bob Edward.

5. Keterlibatan Efek Rumah Kaca tersebut melalui sebuah proses yang

merupakan respon dari ketidaksigapan pemerintah dalam

menyelesaikan sebuah kasus penting, yaitu kasus penyiraman air keras

yang dialami oleh seorang penyidik senior KPK Novel Baswedan.

Novel yang memiliki peran penting dalam penyidikan perkara korupsi

berskala besar merupakan bagian penting dari semangat anti korupsi.

6. Proses yang berlangsung diawali dengan ajakan ICW, LBH dan

Change.org terhadap Efek Rumah Kaca untuk berpartisipasi dalam

penyambutan kepulangan Novel selepas pengobatan di Singapura.

Pada kesempatan itu Efek Rumah Kaca merespon ajakan tersebut

dengan turut berpartisipasi dalam aksi dukungan terhadap Novel

Baswedan secara sukarela.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Musik dan Civil Society, Studi

Keterlibatan Grup Musik Efek Rumah Kaca Terhadap Pengusutan Kasus

65

Penyiraman Air Keras Novel Baswedan” maka penelitian ini dapat memberikan saran sebagai berikut:

1. Pemerintah perlu menyelesaikan kasus teror penyiraman air keras

yang dialami oleh penyidik senior KPK Novel Baswedan dengan

membentuk tim independen.

2. Pentingnya menjaga semangat anti korupsi membutuhkan dukungan

dari pihak pemerintah sebagai pejabat negara.

3. Pemerintah perlu memperhatikan kritik yang disampaikan oleh

masyarakat atau kelompok non-kelembagaan yang memperjuangkan

kepentingan publik.

66

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdullah Taufik, dkk, Membangun Masyarakat Madani. Yogyakarta: Aditya Media, 1999.

Cohen L. Jean, Arato Andrew, Civil Society and Political Theory. Cambridge, Mass: MIT Press, 1992.

Culla, Suryana Adi, Masyarakat Madani, Pemikiran Teori dan Relevansinya dengan Cita-Cita Reformasi. Jakarta: Raja Grafindo 1999.

Hikam, AS Muhammad, Demokrasi Dan Civil Society. Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 1999.

Rahardjo, Dawam M, “Sejarah Agama dan Masyarakat Madani” dalam Widodo Usman, dkk. (ed.), MembongkarMitos Masyarakat Madai. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.

Sukarna, Social Control/Kontrol Sosial. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1990.

Tim ICCE UIN Jakarta, Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masarakat Madani. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009.

Ubaedillah, A dan Rozak Abdul, Pancasila, Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani. Jakarta: Prenada Media Group, 2012.

Wahyudi Catur, Marginalisasi dan Keberadaban Masyarakat, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2015.

Jurnal

Cela, Erlis, “Social Media as a New Form of Public Sphere”, Eroupean Journal of Social Sciences Education and Research, Vol.2 No.3, Mei-Agustus 2015.

Parmudi, Mochamad, “Kebangkitan Civil Society di Indonesia”, Jurnal at- Taqaddum, Vol.7, No.2, November 2015.

Sujatmiko Gardono Iwan, “Wacana Civil Society di Indonesia”, Jurnal Sosiologi edisi No.9, 2001.

67

Skripsi dan Tesis

A, Silvia, “Analisis Teori Strukturalisme Konstruktivis Pierre Bourdieu dalam Perlawanan Kelompok Musik Efek Rumah Kaca Terhadap Arus Utama (Mainstream): Lirik Lagu, Inddustri dan Negara”, Jakarta:Universitas Indonesia, 2011.

Haerurohim, Ahmad, “Kontrol Sosial Organisasi Sosial Keagamaan: Studi Kasus Front Pembela Islam di Provinsi DKI Jakarta”, Jakarta: Universitas Indonesia, 2005.

Mubarok, Fahmi, “Analisis Wacana Kritik Sosial Pada Album Efek Rumah Kaca Karya Grup Band Efek Rumah Kaca”, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.

Ramadhani, Ferdian, “Civil Society dan Good Governance, Studi kasus Peran Aliansi GEBRAK (Gerakan Banten untuk Rakyat) Dalam mendorong Good Governance Provinsi Banten”, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016.

Tamimi, Ulva Reza, “Musik Sebagai Media Gerakan Sosial Baru”, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017.

Website

Anggara, Sahya. “Ruang Politik Hubungan Aktivisme Civil Society dan Pemerintah dalam Tata Pemerintahan Demokratis”, www.uinsgd.ac.id 8 November 2012.

Anindita, Febrina, “Najwa Shihab Berkolaborasi Dengan Efek Rumah Kaca Untuk Lagu “Seperti Rahim Ibu””, https://www.whiteboardjournal.com , 28 Mei 2018.

“Cholil ERK Tentang „Hilang‟: Keteguhan Aksi Kamisan Membuatnya Takjub”, https://www.idntimes.com

“Diskografi Album Rilis”, https://efekrumahkaca.net

“Diskografi Profil”, https://efekrumahkaca.net

“Efek Rumah Kaca; Mulailah dari Diri Sendiri dan Lingkungan Sekitar”, https://greeners.co , 18 Maret 2012.

“Efek Rumah Kaca Ajak Teken Petisi #SebelahMata Novel Baswedan”, https://m.cnnindonesia.com 24 Februari 2018.

68

Faisal, M, “Terbang Tinggi Bersama Efek Rumah Kaca”, https://tirto.id , 2 Maret 2018.

“FUGAZI Live In Front of THE WHITE HOUSE, January 12, 1991 (Gulf War 1 Protest)” https://www.youtube.com , 13 Juli 2012.

“Fungsi Musik” https://ilmuseni.com Gabrillin Abba, “Efek Rumah Kaca Ikut Peringati Aksi Kamisan Ke-500 di Depan Istana”, https://nasional.kompas.com , 27 Juli 2017.

Hamzah, Hafiz, “Kesan Efek Rumah Kaca di Malaysia” http://jalantelawi.com/2010/03/kesan-efek-rumah-kaca-di-malaysia/ 23 Maret 2010.

Hardoko, Ervan, “Zimbabwe Berencana Dirikan Patung Bob Marley”. https://internasional.kompas.com ,12 Februari 2018.

Illahi, Kurnia, “Polisi DidesakTangkap Penyiram Air Keras Novel Baswedan” https://nasional.sindonews.com 11 April 2017.

Illahi, Kurnia, “Penyiraman Air Keras ke Novel Baswedan Sudah Direncanakan” https://nasional.sindonews.com , 11 April 2017.

Kurniawan, Fakhmi, “‟Sinestesia‟, Mari Lebih Dalam Meresapi Efek Rumah Kaca”, https://hot.detik.com , 12 Januari 2016.

Laluhu, Sabir, “Pegawai KPK Minta Jokowi Bentuk TPF Penyerangan Novel Baswedan” https://nasional.sindonews.com 13 April 2017.

Laluhu, Sabir, “Para Tokoh dan Eks Pimpinan KPK Desak Pembentukan TGPF Teror Novel”, https://nasional.sindonews.com , 31 Oktober 2017.

“Makna Tersembunyi dari Lagu Jingga(Hilang) Efek Rumah Kaca”, https://joeshapictures.blogspot.com , 12 Januari 2018.

“Mendengar Sejarah Indonesia Lewat Musik”, https://supermusic.id , 16 Agustus 2017.

Mercy, Rahmad, “Viral Cover Lagu “Sebelah Mata” di Media Sosial, Ternyata ini Alasan Efek Rumah Kaca Serukan Ajakan Cover Lagu Tersebut”. https://linetoday.me , 1 Maret 2018.

“Musik”, https://kbbi.web.id

“Musik dan Perjuangan Sosial”, www.berdikarionline.com

69

Nadiroh, “Konsep dan Dinamika Masyarakat Madani (Civil Society) di Indonesia”, www.uilibrary.ac.id

Najib, Nurun, “Antonio Gramsci dan Jurgen Habermas: Dua Kritikus Marxisme”, https://www.kompasiana.com , 31 Desember 2013.

“Novel Baswedan Disiram Air Keras”, https://nasional.sindonews.com

Nugroho, Wahyu, “Efek Rumah Kaca dan Najwa Shihab Ciptakan Lagu Soundtrack”, https://www.suara.com , 26 Mei 2018.

“Pak Jokowi, Bentuk Tim Independen untuk Ungkap Kasus Novel!”, https://www.change.org 11 April 2017.

“Pengertian Musik” https://www.zonareferensi.com

Prawira, Adam, “Jika Polisi Lamban, TPF Kasus Penyerangan Novel Baswedan Diperlukan” https://nasional.sindonews.com 13 April 2017.

“Polisi Kesulitan Ungkap Pelaku Penyiraman Novel Baswedan” https://nasional.sindonews.com 5 November 2017.

Putra, Andika Muhammad, “Efek Rumah Kaca Ajak Teken Petisi #SebelahMata Novel Baswedan”, https://www.cnnindonesia.com 24 Februari 2018.

Rahadian, Lalu, “Najwa Shihab dan Grup Band ERK Turut Sambut Novel di KPK”, https://tirto.id , 22 Februari 2018.

Rakhmatulloh, “Terluka di Bagian Mata, Novel Masih Mendapat Perawatan Intensif” https://nasional.sindonews.com ,11 April 2017.

“RATM Gelar Konser Protes”, https://www.liputan6.com 26 Juli 2010.

“Ratusan Pendukung LGN Memadati Pemutaran Film Dokumenter Bob Marley” www.lgn.or.id

Refliandi, sofyan, “Poppie Airil Didaulat Jadi Bassist Efek Rumah Kaca”, www.provoke-online.com , 12 Agustus 2016.

Sajali, Ahmad, “Belajar Banyak dari Konser Efek Rumah Kaca”, www.youthproactive.com , 7 Maret 2018.

“Sekilas KPK”, https://www.kpk.go.id , 6 Desember 2017.

70

Setiawan, Ketut I dan Patih, Manik Dawinsi Putu Luh Si, “Optimalisasi Peran serta Masyarakat Dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi”, https://uniila.academia.edu

Simanjuntak, Afrido Rico, “Mata Kiri Novel Baswedan Kabur Akibat Air Keras”, https://nasional.sindonews.com ,11 April 2017.

Simanjuntak, Afrido Rico, “Novel Baswedan Dipindah ke Jakarta Eye Center Menteng”, https://nasional.sindonews.com ,11 April 2017.

Simanjuntak, Afrido Rico, “Sempat Lambaikan Tangan, Novel Baswedan Dipindahkan ke Singapura” https://nasional.sindonews.com , 12 April 2017.

Simanjuntak, Afrido Rico, “Tak Kunjung Terungkap, Teror Novel Baswedan Munculkan Spekulasi”, https://nasional.sindonews.com , 10 Juli 2017.

Sutresna, Herry. “Sepuluh Lagu Protes Terbaik di Indonesia”, www.rollingstone.co.id, 28 Mei 2015.

Syafril, Alfian, “Slank vs DPR”, http://alfiansyafril.wordpress.com/tag/slankvsdpr 13 April 2018.

Suwarna, Budi, “ERK, Band Dengan Pernyataan Politik”, https://entertaiment.kompas.com , 7 September 2008.

“Telaah Kritis Paradigma Masyarakat Madani”, http://www.angelfire.com 12 Oktober 2012.

“Tentang” https://efekrumahkaca.net

“Tiga Peran Masyarakat Sipil dalam Proses Demokrasi”, https://news.detik.com , 8 Desember 2011.

“Urutan Peristiwa Penyiraman Air Keras Ke Wajah Novel Baswedan”, https://kumparan.com , 11 April 2017.

Wibisono, Nuran, “Hari Bob Marley Menemui Jah” https://tirto.id ,11 Mei 2018.

Yusuf, Yan, “Polisi Buru Penyiram Air Keras ke Novel Baswedan” https://nasional.sindonews.com 11 April 2017.

“30 Pengertian Seni Menurut Para Ahli Terlengkap”, https://ilmuseni.com

71