KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPK

(Framing Pemberitaan Teror Terhadap Novel Baswedan

di Harian Tempo dan Harian Republika)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :

Siti Afifah NIM. 11140510000159

PROGRAM STUDI JURNALISTIK FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1440 H/2019 M

ABSTRAK Siti Afifah. KONSTRUKSI TEROR TERHADAP PENYIDIK KPK (Framing Pemberitaan Teror Terhadap Novel Baswedan di Harian Tempo dan Harian Republika).

Media massa merupakan sarana yang digunakan oleh seseorang, kelompok maupun organisasi untuk merealisasikan suatu kepentingan. Media membingkai sebuah pemberitaan guna mencapai tujuannya. Peran media massa dalam membingkai kasus teror terhadap Novel Baswedan pada April 2017 menjadi kuat. Novel Baswedan merupakan aparat negara yang bertugas sebagai penyidik Komisi Pemberantasa Korupsi (KPK). Novel diteror oleh dua orang yang tidak dikenalnya menggunakan air keras yang mengakibatkan matanya rusak pada 11 April 2017 lalu setelah ia melaksanakan salat subuh di dekat rumahnya, hingga saat ini pelaku pun belum terungkap. Novel sudah beberapa kali mendapat tindakan kriminal saat menjalankan tugasnya. Pembingkaian kasus teror terhadap Novel Baswedan dalam Harian Tempo dan Harian Republika terlihat berbeda pandangan. Harian Tempo terlihat membingkai kasus tersebut berkaitan dengan kasus dan e-KTP. Sedangkan Harian Republika lebih menekankan kronologi kejadian teror terhadap Novel Baswedan di dalam headline berita tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab bagaimana Harian Tempo dan Harian Republika membingkai pemberitaan teror terhadap Novel Baswedan. Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki. Terdapat empat struktur golongan besar, yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan paradigma konstruktivis Hasil dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa Harian Tempo dan Harian Republika melakukan pembingkaian pada pemberitaan teror terhadap Novel Baswedan. Harian Tempo membingkai kasus teror yang dialami Novel Baswedan berkaitan dengan kasus e-KTP. Sedangkan pada headline Harian Republika, bingkai yang ditonjolkan yaitu kronologi kejadian teror yang dialami Novel Baswedan. Keberpihakan Harian Tempo dan Harian Republika terhadap kasus teror yang dialami Novel Baswedan sangat besar, terlihat dalam penyajian berita dengan menonjolkan isi yang sangat membela Novel Baswedan serta ingin kasus ini segera dituntaskan.

Kata Kunci : Teror, Penyidik KPK, Novel Baswedan, Framing, Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki, Harian Tempo, Harian Republika.

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Alhamdulillahhirobbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya yang begitu banyak, sehingga dengan ridhoNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam juga tidak lupa penulis junjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan banyak perubahan kepada umatnya, dari zaman jahiliyah menuju zaman ilmiah seperti saat ini. Begitu banyak kesan dan manfaat yang didapat oleh penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis tidak hanya mendapatkan ilmu tetapi juga mendapat pelajaran berharga. Penulis secara khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua, yaitu: ibunda Yusneti dan ayahanda Yazwir Ali yang telah memberikan semangat dan kasih sayang, serta doa yang tak ada hentinya untuk penulis. Semoga Allah mengampuni kesalahan beliau, memberikan kesehatan dan umur panjang, senantiasa dalam lindungan Allah SWT serta diberikan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Aamiin Dalam proses menyelesaikan skripsi ini, penulis juga mendapat banyak bantuan, dukungan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. H. Arief Subhan, M.A., Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M.Ed, Ph.D., Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum Dra. Hj. Roudhonah, M.Ag., serta Wakil Dekan III Bidang Kemahasiswaan Dr. Suhaimi, M.Si.

i

2. Ketua Jurusan Jurnalistik, Kholis Ridho, M.Si., serta Sekretaris Jurusan Jurnalistik Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, M.A. yang telah meluangkan waktunya

untuk memberikan konsultasi dan membantu dalam hal perkuliahan. 3. Dosen Pembimbing Skripsi, Fita Fathurokhmah, M.Si, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan banyak pelajaran, serta menyemangati penulis dengan kesabaran untuk dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. 4. Seluruh dosen pengajar dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu-ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis. 5. Pimpinan dan karyawan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah menyediakan buku serta fasilitas lainnya, sehingga penulis mendapat banyak referensi dalam penelitian ini. 6. Saudara kandung penulis, Farid Amarullah dan Rina Nur Farizah yang selalu memberi semangat dan bantuan dalam bentuk apapun sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Semoga Allah selalu memberikan kebahagiaan dan keselamatan di dunia dan akhirat. 7. Narasumber penelitian, Wartawan Harian Tempo Indri Maulidar dan Redaktur Harian Republika Fitriyan Zamzami yang telah memberikan waktu dan bantuan dalam proses wawancara. 8. Kakak senior jurnalistik, Martini dan Restu yang selalu memberi semangat dan bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini selesai dengan baik. 9. Teman kost penulis, Lilis Lisnawati, Sary Widiastuti, Istiqomah, serta Muharar yang selalu ada kapanpun dibutuhkan oleh penulis. Terimakasih atas segala support dan kebaikannya. 10. Sahabat DNK TV 5.0 : Emak, Ndep, Dede, Dhita, Silpa, Wilu, Oci, Ncop, Berbi, Irna, Arita, Hafiz, Mamat, Ucon, ka Nisa, ka Urr, dan ka Ryan. Terimakasih sudah mau berbagi kisah bersama menjadi keluarga.

ii

11. Dedi Fahrudin, M.Ikom, General Manager Komunitas Dakwah dan Komunikasi Televisi (DNK TV), serta keluarga besar DNK TV yang telah

memberikan pengalaman dan berbagi ilmu seputar dunia pertelevisian. 12. Keluarga besar Komunitas Edukasi Seni Tari Saman (SKETSA) UIN Jakarta yang telah mengisi kegiatan penulis selama dibangku perkuliahan, memberikan pengalaman dan menambah skill dibidang seni tari. 13. Teman-teman Jurnalistik 2014 yang telah berjuang bersama dalam mengikuti perkuliahan selama hampir empat tahun. Terima kasih atas pertemanan, pembelajaran, dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis. 14. Keluarga KKN GANDUM 2017 yang sudah berbagi pengalaman yang tidak terlupakan. Semoga silaturahmi yang terjalin akan tetap terjaga selamanya.

Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung, mendo’akan dan meluangkan waktu untuk berbagi informasi dalam menyusun skripsi, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan budi baik mereka dengan balasan yang setimpal. Penulis menyadari skripsi ini masih belum mencapai kesempurnaan, namun penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyelesaikan dengan baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Jakarta, 04 Februari 2019

Siti Afifah

iii

DAFTAR ISI

ABSTRAK KATA PENGANTAR ...... i DAFTAR ISI ...... iv DAFTAR TABEL ...... vii

BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Identifikasi Masalah ...... 4 C. Batasan dan Rumusan Masalah ...... 5 1. Batasan Masalah ...... 5 2. Rumusan Masalah ...... 5 D. Tujuan Penelitian ...... 5 E. Manfaat Penelitian ...... 6 1. Manfaat Akademik ...... 6 2. Manfaat Praktis ...... 6 F. Metodologi Penelitian ...... 6 1. Paradigma Penelitian ...... 6 2. Pendekatan Penelitian ...... 7 3. Metode Penelitian ...... 8 4. Subjek dan Objek Penelitian ...... 8 5. Tempat dan Waktu Penelitian ...... 9 6. Teknik Pengumpulan Data ...... 9 7. Teknik Analisis Data ...... 10 8. Pedoman Penulisan Skripsi ...... 11 G. Sistematika Penulisan ...... 11

iv

BAB II KAJIAN PUSTAKA ...... 12 A. Landasan Teori ...... 12

a. Konstruksi Reaitas Sosial ...... 12 b. Teori Analisis Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki ...... 15 c. Konsep Berita ...... 18 1. Pengertian Berita ...... 18 2. Unsur Berita ...... 20 3. Berita Kriminal ...... 25 4. Berita Kriminal dalam Tinjauan Syariah ...... 30 B. Kajian Pustaka ...... 32 C. Kerangka Berpikir ...... 34

BAB III GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN ...... 35 A. Gambaran Umum Harian Tempo ...... 35 a. Sejarah Singkat berdirinya Harian Tempo ...... 35 b. Visi dan Misi Harian Tempo ...... 37 B. Gambaran Umum Harian Republika ...... 38 a. Sejarah dan Profil Harian Republika ...... 38 b. Visi dan Misi Harian Republika ...... 40 c. Konsep Harian Republika ...... 42

BAB IV DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ...... 43

BAB V PEMBAHASAN ...... 59 A. Analisis hasil temuan teks berita teror terhadap Novel Baswedan di Harian Tempo dan Harian Republika ...... 59 1. Analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki di Harian Tempo ...... 59

v

2. Analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki di Harian Republika ...... 63

B. Interpretasi ...... 69

BAB VI PENUTUP ...... 74 A. Kesimpulan ...... 74 B. Saran ...... 75 DAFTAR PUSTAKA ...... 76 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...... 77

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skema analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki di Harian Tempo dan Harian Republika ...... 17

Tabel 4.1 Data Pemberitaan Teror terhadap Novel Baswedan di Harian Tempo dan Harian Republika ...... 43

Tabel 4.2 Struktur Teks Berita Teror Terhadap Novel Baswedan di Harian Tempo dan Harian Republika ...... 44

vii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini mengakses informasi melalui media massa seperti media cetak, elektronik dan media online sangatlah mudah dan cepat. Efek media massa dapat menimbulkan perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat. Masyarakat menjadi konsumtif dan serba instan. Soejono Soekanto dalam bukunya Sosiologi Pengantar, menyatakan bahwa perubahan- perubahan dalam masyarakat di dunia ini merupakan gejala normal, yang pengaruhnya menjalar dengan cepat ke bagian-bagian dunia lainnya berkat adanya komunikasi yang modern.1 Realitas yang disajikan dalam media massa merupakan hasil dari konstruksi sosial untuk membentuk opini publik. Pengemasan peristiwa menjadi sebuah berita adalah kegiatan mengonstruksi realitas itu sendiri. Dalam pandangan konstruksionis, realitas itu bersifat subjektif. Realitas itu dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan, tercipta lewat konstruksi dan sudut pandang tertentu oleh wartawan.2 Peran media massa dalam membingkai kasus teror terhadap Novel Baswedan pada April 2017 menjadi kuat. Banyaknya kepentingan berlatar belakang politik menyebabkan pemahaman mengenai pengertian teror menjadi berbeda sudut pandang. Berbagai media, baik cetak maupun elektronik ataupun media-media online, banyak menyoroti kasus ini kehadapan publik sehingga kasus ini pun kerap menjadi headline di berbagai

1 Soejono Soekanto, Sosiologi Pengantar, (Jakarta: PT Rajawali Pers,1987), h.30.

2 Eriyanto, Analisis Wacana, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, (Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara, 2008), h.19.

1 2

media massa dan menjadikan opini tersendiri di benak publik yang membacanya.

Novel Baswedan merupakan aparat negara yang bertugas sebagai penyidik Komisi Pemberantasa Korupsi (KPK). KPK dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. KPK diberi amanat melakukan pemberantasan korupsi secara profesional, intensif, dan berkesinambungan. Lembaga ini merupakan lembaga negara yang bersifat independen, yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun.3 Novel diteror oleh dua orang yang tidak dikenalnya pada 11 April 2017, setelah ia melaksanakan salat subuh di dekat rumahnya. Ia disiram air keras oleh pelaku sehingga matanya rusak.

Kasus teror terhadap Novel Baswedan tidak hanya sekali ini dia alami, tetapi pada 2012 ia diserang sekelompok pendukung Amran Batalipu saat memimpin operasi penangkapan terhadap mantan Bupati Buol. Pada 2015 lalu, Novel Baswedan diteror dengan kasus penembakan tersangka pencuri sarang burung wallet pada Februari 2004 saat menjabat kasat Reskrim Polres Bengkulu, dan tahun 2016 Novel Baswedan ditabrak mobil saat berangkat menuju KPK menggunakan sepeda motor hingga luka-luka.4 Teror merupakan perbuatan kriminal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat. Berita kriminal selalu menarik perhatian pembaca dan rasa ingin tahu untuk menghindarinya.

Alasan penulis memilih Harian Tempo dan Harian Republika adalah karena Harian Tempo dan Harian Republika dikenal masyarakat sebagai harian populer yang beritanya selalu update. Harian Tempo terkenal sebagai

3 KPK, Komisi Pemberantasan Korupsi, diakses dari https://www.kpk.go.id/id/tentang- kpk/sekilas-kpk pada 08 Januari 2018 4 Harian Kompas, 12 April 2017, h.1. 3

harian yang kritis, mendukung demokrasi dan membela kaum minoritas, sedangkan Harian Republika didirikan dari cita-cita para cendekiawan Muslim

se-. Wacana dalam pendekatan semacam ini dipandang sebagai medium melalui mana kelompok yang dominan mempersuasi dan mengomunikasikan kepada khalayak produksi kekuasaan dan dominasi yang mereka miliki, sehingga tampak absah dan benar.5 Headline penulisan berita kasus teror terhadap Novel Baswedan di kedua nya terlihat berbeda pandangan. Harian Tempo terlihat membingkai kasus tersebut berkaitan dengan kasus Setya Novanto, terlihat dari kalimat “Teror Novel Berkaitan dengan Kasus Korupsi. Novel menekan surat kepada pimpinan KPK agar mencekal Setya Novanto.” Selain itu Harian Tempo juga banyak membahas keterkaitan teror tersebut dengan kasus e-KTP. Sedangkan Harian Republika lebih menekankan kronologi kejadian teror Novel Baswedan di dalam headline berita tersebut.

Perbedaan latar belakang antara Harian Tempo dan Harian Republika menjadi sangat menarik untuk diteliti. Penulis menganggap penelitian ini penting karena kasus teror penyiraman air keras terhadap penyidik senior KPK ini sedang hangat dibicarakan oleh masyarakat, setelah setahun berlalu belum juga terungkap pelakunya. Maka di sinilah peran media khususnya Harian Tempo dan Harian Republika mengonstruksi pemberitaan tentang kasus teror terhadap Novel Baswedan dengan menggunakan Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki. Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai Konstruksi Teror terhadap Penyidik KPK (Framing Pemberitaan Teror terhadap Novel Baswedan di Harian Tempo dan Harian Republika).

5 Eriyanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, h.13. 4

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis mengidentifikasi

masalah yang terjadi dalam Pemberitaan Novel Baswedan pada Harian Tempo dan Harian Republika. Diantaranya: 1. Novel Baswedan merupakan penyidik senior KPK yang diteror oleh orang yang tidak dikenalnya. Tidak hanya sekali ini dia mengalaminya, pada 2012 ia pernah diserang sekelompok pendukung Amran Batalipu saat memimpin operasi penangkapan terhadap mantan Bupati Buol. Pada 2015, Novel Baswedan diteror dengan kasus penembakan tersangka pencuri sarang burung walet pada Februari 2004 saat menjabat kasat Reskrim Polres Bengkulu, dan tahun 2016 Novel Baswedan ditabrak mobil saat berangkat menuju KPK menggunakan sepeda motor hingga luka-luka.6 2. Teror yang dialami Novel Baswedan belum terungkap pelaku meskipun sudah setahun berlalu. Dimana KPK merupakan lembaga negara yang bersifat independen, yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya bebas dari kekuasaan manapun.7 3. Harian Tempo dan Harian Republika terlihat berbeda pandangan dalam menulis berita. Harian Tempo lebih membingkai kasus tersebut ada kaitannya degan Setya Novanto dan kasus korupsi e- KTP yang sedang diselidiki Novel, terlihat dari kutipan “Teror Novel Berkaitan dengan Kasus Korupsi. Novel menekan surat kepada pimpinan KPK agar mencekal Setya Novanto” sedangkan Harian Republika lebih menonjolkan kronologi kejadian teror yang dialami Novel Baswedan.

6 Harian Kompas, 12 April 2017, h.1. 7 KPK, Komisi Pemberantasan Korupsi, diakses dari https://www.kpk.go.id/id/tentang- kpk/sekilas-kpk pada tanggal 08 Januari 2018 5

C. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah Agar penelitian ini lebih terarah, maka fokus penelitian ini terletak pada Harian Tempo dan Harian Republika dalam mengonstruksi berita teror terhadap Novel Baswedan edisi 12 April 2017, karena Harian Tempo dan Harian Republika terlihat berbeda pandangan dalam menulis berita. Harian Tempo dengan judul berita “Teror Novel Berkaitan dengan Kasus Korupsi” lebih membingkai kasus tersebut ada kaitannya dengan kasus e-KTP dan Setya Novanto, sedangkan Harian Republika lebih menonjolkan kronologi kejadian dengan judul berita “Jangan Gentar”. Penulis mengambil edisi 12 April 2017 karena hari perdana kedua media tersebut memberitakan kasus teror terhadap Novel Baswedan. 2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah: bagaimana Harian Tempo dan Harian Republika membingkai pemberitaan kasus teror terhadap Novel Baswedan berdasarkan model analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki?

D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Harian Tempo dan Harian Republika membingkai pemberitaan kasus teror terhadap Novel Baswedan berdasarkan model analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki.

6

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Akademik Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dibidang komunikasi serta dapat dikembangkan khususnya di jurusan Jurnalistik. Penelitian ini mengaplikasikan model analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki pada pemberitaan di Harian Tempo dan Harian Republika. Bagaimana media memproduksi suatu berita, penggunaan bahasa dalam susunan teks media bukan sesuatu yang alamiah dan bersifat netral, melainkan dilakukan secara sengaja dengan tujuan tertentu. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan referensi mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terutama pada model analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki dan memberikan gambaran bagaimana suatu media membingkai sebuah berita. Serta sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya dengan memberi gambaran terhadap masyarakat mengenai konstruksi pemberitaan di sebuah media cetak. F. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian

Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis, yaitu paradigma yang memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi.8 Bogdan dan Bilken mengatakan bahwa paradigma adalah kumpulan proposisi yang mengarahkan cara berpikir dalam penelitian.9 Perbedaan konstruksi

8 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, (Yogyakarta:PT LKiS Pelangi Aksara, 2002) h.43. 9Lexy.J,Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung:Remaja Rosda Kara, Cetakan ke delapan,1997) h.30. 7

realitas dimulai dari level individu wartawan yang bisa jadi mempunyai pandangan berbeda ketika melihat suatu peristiwa. Bagaimana wartawan

membingkai peristiwa yang dapat diwujudkan dalam teks berita. Berita dalam pandangan konstruktivis bukan merupakan fakta dalam arti sebenarnya, ia adalah produk interaksi antara wartawan dengan fakta. Bagi kaum konstruktivis, realitas bersifat subjektif tergantung sudut pandang wartawan.10 Oleh karena itu, menggunakan paradigma konstrukivis penulis ingin mengetahui bagaimana Harian Tempo dan Harian Republika mengonstruksi pemberitaan teror terhadap Novel Baswedan, sebab penulis melihat perbedaan sudut pandang oleh kedua media tersebut dalam pemberitaannya.

2. Pendekatan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian di atas, maka penulis menggunakan pendekatan kualitatif untuk menganalisis pemberitaan teror terhadap Novel Baswedan di Harian Tempo dan Harian Republika. Pendekatan kualitatif ialah suatu prosedur penulisan yang dilakukan secara alamiah sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan tanpa adanya rekayasa dan jenis data yang dikumpulkan berupa data deskriptif.11 Menurut Jalaludin Rakhmat, bahwa penelitian deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktik yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi.12

10 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.22. 11Arifin Zainal, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012) h.140. 12 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2001), h.25. 8

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalan penulisan ini adalah analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki dengan paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis mempunyai pandangan bahwa realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi.13 Sedangkan pendekatan penulisannya adalah kualitatif. Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip- prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala- gejala sosial di masyarakat.14 Penulisan ini lebih menekankan pada kualitas data bukan kuantitas data.15 Hasil dari penulisan ini bersifat deskriptif, yaitu memberikan gambaran secara rinci bagaimana Harian Tempo dan Harian Republika mengonstruksi pemberitaan kasus teror yang dialami Novel Baswedan. 4. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah Harian Tempo dan Harian Republika. Objek penelitian adalah pemberitaan mengenai kasus teror terhadap Novel Baswedan, terdapat satu berita di Harian Tempo dan satu berita di Harian Republika edisi 12 April 2017. Penulis mengambil edisi 12 April 2017 karena hari perdana kedua media tersebut memberitakan kasus teror terhadap Novel Baswedan.

13 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.43 14 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, h.6.

15 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006), h.58. 9

5. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor Harian Tempo yang beralamat di Jl. Palmerah Barat No. 8 Jakarta Selatan, 12210 pada 16 November 2018 dan kantor Harian Republika yang beralamat di Jl.Warung Buncit Raya No.37 Jakarta Selatan, 12510 pada 05 November 2018. Adapun penulisan dilaksanakan dari April 2018. 6. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Teks Dalam penelitian kualitatif, observasi digunakan sebagai teknik pengumpulan data. Observasi menurut Gordon E.Mills adalah sebuah kegiatan yang terencana dan terfokus untuk melihat dan mencatat serangkaian perilaku ataupun jalannya sebuah sistem yang memiliki tujuan tertentu, serta mengungkap apa yang ada di balik munculnya perilaku dan landasan suatu sistem tersebut.16 Penulis melakukan pengamatan secara sistematis dengan meneliti teks berita tentang teror terhadap Novel Baswedan di Harian Tempo dan Harian Republika. b. Wawancara Mendalam Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan data wawancara mendalam (indepth interview). Wawancara mendalam merupakan proses tanya jawab antara pewawancara dengan narasumber yang dilakukan dengan cara komunikasi langsung bertatap muka guna memperoleh data secara mendalam. Sama seperti teknik wawancara lainnya, hanya saja wawancara mendalam membutuhkan waktu yang lama bersama informan di lokasi penulisan.17

16 Haris Herdiansyah, WAWANCARA, OBSERVASI, DAN FOCUS GROUPS Sebagai Instrumen Penggalian Data Kualitatif, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015), h.131. 17 Bungin Burhan, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2010), h.108. 10

Dalam hal ini, penulis melakukan wawancara dengan Indri Maulidar selaku wartawan Harian Tempo dan Fitriyan Zamzami

selaku redaktur halaman satu Harian Republika. c. Dokumentasi

Penulis mengumpulkan dan mempelajari data melalui sumber bacaan, seperti buku-buku yang relevan dengan masalah yang dibahas dan mendukung penelitian yang bisa diperoleh penulis dari internet, perpustakaan, atau sumber lain yang bisa digunakan untuk analisis dalam penelitian ini.

7. Teknik Analisis Data

Untuk teknik analisis data pada penelitian ini, penulis mengumpulkan berita-berita yang terkait berita tersebut. Setelah berita dikumpulkan penulis mengambil beberapa berita yang menarik itu untuk diteliti dan difokuskan, lalu penulis membuat pertanyaan yang sesuai dengan rumusan masalah. Setelah itu, penulis menggunakan analisis framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki, menganalisis pemberitaan mengenai teror terhadap penyidik KPK pada pemberitaan Novel Baswedan di Harian Tempo dan Harian Republika.

Penelitian ini akan menghasilkan data deskriptif yakni memberikan gambaran mengenai bagaimana Harian Tempo dan Harian Republika mewacanakan pemberitaan teror tersebut.

11

8. Pedoman Penulisan Skripsi Penulisan skripsi ini mengacu pada Pedoman Penulisan Karya

Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2017 yang digunakan penulis untuk mengikuti aturan tentang keseragaman penulisan karya ilmiah. G. Sistematika Penulisan

Agar penulisan skripsi ini bersifat sistematis, penulis membaginya menjadi enam bab, dan masing-masing bab terdiri atas sub bab. Bab pertama berisi pendahuluan, dalam bab pendahuluan dipaparkan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, sistematika penulisan.

Bab kedua berupa Kajian Pustaka, di dalamnya membahas tentang landasan teoritis yang akan digunakan dalam penulisan penelitian ini yang mencakup Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki, Konstruksi Realitas Sosial, Konsep Berita, Teori Kriminologi, Berita Kriminal dalam Tinjauan Syari’ah.

Bab ketiga merupakan bab yang membahas gambaran umum latar penelitian. Pada bab ini, penulis memberikan beberapa gambaran umum yang berisi profil, sejarah singkat, visi misi Harian Tempo dan Harian Republika. Kemudian bab keempat merupakan data dan temuan penelitian, bab empat berisi uraian penyajian data dan temuan penelitian.

Bab lima merupakan bab pembahasan, bagian ini berisi uraian yang mengaitkan latar belakang, teori dari penelitian. Mengaitkan dan menguraikan hasil analisis dan temuan penulis mengenai berita kasus teror terhadap Novel Baswedan pada Harian Tempo dan Harian Republika menggunakan Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki. Bab keenam adalah bab penutup, pada bagian ini berisikan mengenai simpulan, implikasi dan saran. 12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori a. Konstruksi Realitas Sosial Istilah konstruksi atas realitas sosial (social construction of reality) menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann melalui bukunya yang berjudul The Sosial Construction of Reality: A Treatise in the Sociological of Knowledge (1966). Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, di mana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subyektif. Pandangan paradigma definisi sosial, realitas adalah hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap dunia sosial di sekelilingnya. Dunia sosial itu dimaksud sebagai mana yang disebut oleh George Simmel, bahwa realitas dunia sosial itu berdiri sendiri di luar individu, yang menurut kesan kita bahwa realitas itu 'ada' dalam diri sendiri dan hukum yang menguasainya. Realitas sosial itu 'ada' dilihat dari subyektivitas 'ada' itu sendiri dan dunia objektif di sekeliling realitas sosial itu. Individu tidak hanya dilihat sebagai 'kedirian'-nya, namun juga dilihat dari mana 'kedirian' itu berada, bagaimana ia menerima dan mengaktualisasikan dirinya serta bagaimana pula lingkungan menerimanya. Max Weber melihat realitas sosial sebagai perilaku sosial yang memiliki makna subyektif, karena itu perilaku memiliki tujuan dan motivasi. Perilaku sosial itu menjadi 'sosial', oleh Weber dikatakan kalau yang dimaksud subyektif dari perilaku sosial membuat individu mengarahkan dan memperhitungkan kelakuan orang lain dan mengarahkan kepada subyektif itu. Perilaku itu memiliki kepastian kalau 13

menunjukkan keseragaman dengan perilaku pada umumnya dalam masyarakat. Pada kenyataannya realitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa

kehadiran individu, baik di dalamnya maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial itu memiliki makna, manakala realitas sosial dikonstruksi dan dimaknakan secara subyektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara obyektif. Individu mengonstruksi realitas sosial, dan merekonstruksinya dalam dunia realitas, memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas individu lain dalam institusi sosialnya.18 Menurut gagasan Hall, proses kerja pembentukan dan produksi berita itu bukanlah sesuatu yang netral, melainkan ada bias ideologi yang secara sadar atau tidak sadar tengah dipraktikkan oleh wartawan. Tetapi berbeda dengan pandangan madzhab kritis yang tampak reduksionis dalam melihat kinerja media, Hall menawarkan alternatif penjelas lain. Media di sini tidaklah sederhana digambarkan dikuasai oleh kelompok tertentu yang dominan, yang berperan dan punya kekuatan untuk mempengaruhi khalayak. Di sini media dipandang sebagai agen konspiratif yang menyembunyikan fakta, menampilkan fakta tertentu yang dikehendaki, dan secara sadar mengelabui khalayak untuk kelompok dominan. Seakan media adalah alat yang jahat dan wartawan tengah berkonspirasi untuk tujuan politik tertentu. Menurut Hall, pada akhirnya pemberitaan media memang cenderung memarjinalisasikan kelompok yang tidak dominan dan memantapknn posisi status quo (kelompok dominan), tetapi proses itu tidak berjalan sebagai satu kelompok mendominasi kelompok yang lain. Prosesnya berlangsung dalam suasana yang kompleks dan sering tidak disadari.

18 Burhan Bungin. Konstrukdi Sosial Media Massa (Jakarta: Prenada Media Group,2008) h.11-12. 14

Hall misalnya melihat bagaimana proses kerja dan praktik profesional dari wartawan secara tidak disadari turut memperkuat posisi kelompok

dominan dalam masyarakat. Menurut Hall, wartawan tergantung pada sumber berita, dan laporan berita yang ditulis mau tidak mau harus mewawancarai pihak-pihak tertentu yang ada dalam masyarakat. Dalam menjalankan proses kerjanya, idelogi profesional di antaranya menyatakan agar laporan berita menyertakan dua pihak dan objektif. Berita yang baik juga harus berdasarkan fakta, ini umumnya dilakukan dengan memberi pemisahan yang tegas antara fakta di satu sisi dan opini di sisi yang lain.19 Contoh peristiwa mengenai pengeboman. Ketika polisi diwawancarai oleh wartawan, ia bukan hanya menjelaskan apa saja yang telah dilakukan polisi, ia bahkan menjelaskan realitas pengeboman itu secara keseluruhan. Polisi akan menjelaskan motif pengeboman, siapa pelaku pengeboman, dan apa target yang ingin dicapai dari pengeboman tersebut. Di sini secara jelas terlihat bagaimana sumber berita tersebut mendefinisikan realitas- peristiwa pengeboman dijelaskan dalam pandangan dan perspektif polisi. Media di sini secara tidak sadar ikut mempopulerkan pandangan sumber yang kredibel tersebut. Lewat pemberitaan dan pemberian porsi yang besar pada polisi, media mempopulerkan dan menjadi pendefinisi sekunder dari realitas (secondary definers). Di sini terlihat, media bukanlah alat polisi untuk memarjinalkan kelompok lain. Media bukan saja alat kebohongan bagi polisi, melainkan dalam keseluruhan proses kerja wartawan itu secara tidak sadar, ideologi kelompok dominan yang mendapatkan tempat dan dimapankan dalam pemberitaan. Orang yang mempunyai kekuasaan akan menggunakan kekuasaan dan otoritasnya untuk mempengaruhi orang lain-dengan harapan agar orang lain mengikuti apa yang dimaui. Penggunaan kekuasaan itu tidak selalu

19 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.160. 15

dengan menggunakan jalan kekerasan, tetapi bisa juga dilakukan dengan memakai kesadaran. Cara ini lebih halus, karena kalau yang pertama

dengan jalan represi maka yang kedua dengan mempengaruhi kesadaran seseorang. Orang tidak sadar bahwa tindakan, perbuatan, atau ucapannya sebetulnya telah dikontrol dengan jalan tertentu untuk mendukung gagasan atau tindakan tertentu.20

b. Teori Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar pada "cara melihat" terhadap realitas yang dijadikan berita. "Cara melihat" ini berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Analisis framing juga dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media. Ada dua esensi utama dari framing tersebut. Pertama, bagaimana peristiwa dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana yang diliput dan mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta itu ditulis. Aspek ini berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar untuk mendukung gagasan. Sebagai sebuah metode analisis teks, analisis framing mempunyai karakteristik yang berbeda dibandingkan dengan analisis isi kuantitatif. Dalam analisis isi kuantitatif, yang ditekankan adalah isi (content) dari suatu pesan/teks komunikasi. Sementara dalam analisis framing yang menjadi pusat perhatian adalah pembentukan pesan dari teks. Framing terutama melihat bagaimana pesan/peristiwa dikonstruksi oleh media.

20 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.163. 16

Bagaimana wartawan mengonstruksi peristiwa dan menyajikannya kepada khalayak pembaca.21

Salah satu model framing yang paling terkenal dan banyak digunakan adalah framing yang dipopulerkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki. Menuut Pan dan Kosicki disamping penggunaan analisis isi kuantitatif, analisis framing yang mereka perkenalkan merupakan pendekatan alternatif untuk menganalisis teks media.22 Menurut Pan dan Kosicki pada dasamya konsepsi psikologi dan konsepsi sosiologis merupakan dua konsep framing yang saling berkaitan.23 Konsepsi psikologi menekankan bagaimana internal seseorang memproses sejumlah informasi dalam dirinya. Framing berkaitan dengan struktur dan proses kognitif, bagaimana seseorang mengolah berbagai informasi dan ditunjukan dalam skema tertentu. Framing dipandang sebagai peletakan informasi dalam suatu konteks yang khusus dan memberikan penonjolan tentang suatu isu dalam kognisi seseorang. Sedangkan konsepsi sosiologi melihat bagaimana proses lingkungan sosial dikonstruksi seseorang. Frame dalam konsepsi sosiologi mengklasifikasikan, mengorganisasikan. dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti dirinya dan realitas diluar dirinya. Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki membagi perangkat framing kedalam empat struktur golongan besar. Pertama, struktur sintaksis. Sintaksis berkaitan dengan bagaimana wartawan menyusun skema terhadap sebuah peristiwa dalam bentuk teks berita. Kedua, struktur skrip. Skrip berkaitan dengan bagaimana wartawan mengisahkan peristiwa dengan pola yang lengkap dalam bentuk teks berita. Ketiga, struktur tematik. Tematik berhubungan dengan bagaimana wartawan

21 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.10-11. 22 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.289. 23 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.291. 17

mengungkapkan fakta melalui tulisannya kedalam prosisi, kalimat, atau hubungan antar kalimat yang membentuk teks berita secara keseluruhan.

Keempat. struktr retoris. Retoris berhubungan dengan bagaimana wartawan menekankan arti tertentu yang ingin ditonjolkan dalam berita.24

Tabel 2.1 Skema analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki Struktur Perangat Framing Unit Yang Diamati SINTAKSIS 1. Skema Berita Headline, lead, latar Cara wartawan informasi, kutipan menyusun fakta sumber, pernyataan, penutup. SKRIP 2. Kelengkapan 5W+1H Cara wartawan Berita mengisahkan fakta TEMATIK 3. Detail Paragraf, Cara wartawan 4. Koherensi proposisi,kalimat, menulis fakta 5. Bentuk hubungan antar kalimat. Kalimat 6. Kata Ganti RETORIS 7. Leksikon Kata, Idiom, Cara wartawan 8. Grafis gambar/foto, grafik menekankan fakta 9. Metafora

24 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.294. 18

Sintaksis. Dalam pengertian umum, sintaksis adalah susunan kata atau frase dalam kalimat. Dalam wacana berita, sintaksis menunjuk pada

pengertian susunan dan bagian berita headline, lead, latar informasi, sumber, penutup dalam satu kesatuan teks berita secara keseluruhan.

Skrip. Laporan berita sering disusun sebagai suatu cerita. Hal ini karena dua hal. Pertama, banyak laporan berita yang berusaha menunjukkan hubungan, peristiwa yang ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa sebelumnya. Kedua, berita umumnya mempunyai orientasi menghubungkan teks yang ditulis dengan lingkungan komunal pembaca.

Tematik. Bagi Pan dan Kosicki, berita mirip sebuah pengujian hipotesis: peristiwa yang diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang diungkapkan. Semua perangkat itu digunakan untuk membuat dukungan yang logis bagi hipotesis yang dibuat. Tema yang dihadirkan atau dinyatakan secara tidak langsung atau kutipan sumber dihadirkan untuk mendukung hipotesis.

Retoris. Struktur retoris dari wacana berita menggambarkan pilihan gaya atau kata yang dipilih oleh wartawan untuk menekankan arti yang ingin ditonjolkan oleh wartawan.25

c. Konsep Berita 1. Pengertian Berita

Menurut KBBI ada beberapa pengertian berita, yaitu cerita atau keterangan mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Berita juga diartikan sebagai kabar, laporan dan pemberitahuan, atau pengumuman. Di antara berbagai macam pengertian itu, salah satu yang cocok dengan konteks pembicaraan jurnalistik adalah berita sebagai keterangan

25 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.295-306. 19

mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Satu kata terakhir dalam pengertian itu memberikan tekanan bahwa berita itu sebuah peristiwa yang

hangat. Hangat dalam artian sesuatu yang baru saja terjadi dan penting untuk diketahui oleh khalayak.26 Beberapa definisi berita, menurut para pakar jurnalistik di antaranya:

Willard C Bleyer: Berita adalah suatu kejadian aktual yang diperoleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar karena menarik atau mempunyai makna bagi pembaca.

William S. Maulsby: Berita adalah suatu penuturan secara benar dan tidak memihak dari fakta-fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi yang dapat menarik perhatian para pembaca surat kabar yang memuat berita tersebut.

Chilton R. Bush: Berita adalah laporan mengenai peristiwa yang penting diketahui masyarakat dan juga laporan peristiwa yang semata- mata menarik karena berhubungan dengan hal yang menarik dari sesorang atau sesuatu dalam situasi yang.

Eric C. Hepwood: Bertia adalah laporan pertama dari kejadian penting yang dapat menarik perhatian umum.

Curtis MacDougall: Berita adalah apa saja yang menarik hati orang dan berita yang terbaik adalah yang menarik hati orang sebanyak-banyaknya.

Dja'far H.Assegaff: Berita adalah laporan tentang fakta atau ide terkini yang dipilih oleh wartawan untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca.

26 Suhaimi, dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta,2009), h.27. 20

Jakob Oetama dalam bukunya Perspektif Pers Indonesia: Berita itu bukan fakta, tapi laporan tentang fakta itu sendiri. Suatu peristiwa menjadi

berita hanya apabila ditemukan dan dilaporkan oleh wartawan atau membuatnya masuk dalam kesadaran publik dan dengan demikian menjadi pengetahuan publik.27

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa berita merupakan segala laporan yang menarik mengenai peristiwa, kejadian, gagasan, dan fakta yang penting untuk diketahui masyarakat luas serta disampaikan melalui media massa.

2. Unsur-unsur Berita

Baik dalam kepustakaan dan pengajaran jurnalistik maupun dalam praktiknya, terdapat perbedaan pandangan dalam menentukan sifat atau ciri sebuah berita. Ada yang menekankan segi unsur yang harus dikandung sebuah berita, ada yang menekankan segi sifatnya, dan ada pula yang menekankan ciri-cirinya.28 Judul juga menjadi daya tarik utama dalam sebuah berita. Sebuah berita yang punya nilai berita yang tinggi sekalipun akan kurang greget di mata pembaca kalau tidak diberí judul yang menarik. Judul atau kepala berita atau headline haruslah ditulis dengan bahasa yang singkat, lugas dan menarik.

27 Sedia Willing Barus, Jurnalistik:Petunjuk Teknis Menulis Berita, (Jakarta: Penerbit Erlangga,2011) h.26. 28 Sedia Willing Barus, Jurnalistik:Petunjuk Teknis Menulis Berita, h.31. 21

Muncul formulasi yang menyebutkan bahwa ciri yang harus dimiliki sebuah berita mencakup:

1. Accuracy; akurat, cermat, dan teliti 2. Universality: berlaku umum 3. Fairness: jujur dan adil 4. Humanity: nilai kemanusian 5. Immediate: segera

Pemahaman secara umum yang penting diketahui dalam mengendus berita adalah hal-hal yang disebutkan oleh Curtis D. MacDougall. Curtis D. MacDougall dalam bukunya Interpretative Reporting menyebutkan lima syarat berita. Kelima syarat itu di antaranya timeliness, proximity, prominence, human interest, dan concequence, seperti dijelaskan berikut ini

 Kebaruan (Timeliness)

Sebuah berita sangat terikat oleh waktu. Waktu sangat memengaruhi aktualitas sebuah berita sebab berita haruslah menyangkut hal yang baru terjadinya (timeliness) dan aktual (terkini). Untuk itu, diperlukan kecepatan. Karena terikat waktu, pekerjaan membuat berita menjadi pekerjaan yang amat tergesa-gesa, serba cepat dan segera (immediate). Agar tidak ketinggalan tenggat waktu (deadline) yang telah ditetapkan oleh pemimpin redaksi, wartawan harus bekerja seperti sastrawan yang cermat memilih kata, ungkapan dan frasa, meski dalam suasana yang terhimpit waktu. Aktualisasi sebagai taruhannya.

Akan tetapi, sesuatu yang sudah lama terjadi dapat juga menjadi baru kembali (aktualisasi) jika seorang wartawan pandai menggali fakta -fakta baru seputar kejadian tersebut, termasuk kejadian yang sudah hampir dilupakan orang sebab pada dasarnya berita tentang suatu kejadian selalu berkembang. 22

 Jarak (Proximity)

Faktor jauh dekatnya jarak antara tempat terjadinya peristiwa dengan penikmat berita memengaruhi daya tarik atau nilai sebuah berita. Jarak juga bukan hanya dalam arti fisik geografis, tetapi dapat pula dalam hal minat, bakat, dan profesi. Peristiwa-peristiwa mengenai kejahatan dan peradilan tentu lebih menarik hati orang-orang atau penegak hukum. Jadi, faktor jarak juga ikut menjadi penentu nilai sebuah berita.

 Cuatan (Prominence)

Terjemahan istilah yang lebih tepat, lugas, ringkas, mudah diingat, dan cerdas untuk kata prominence dalam bahasa Indonesia sebenarnya adalah "cuatan", bukan "ketermukaan". Nilai sebuah berita juga sangat ditentukan oleh cuatan atau hal yang ulung pada diri seseorang, benda, tempat, serta peristiwa. Dalam hal ini berlaku istilah "name makes news." Seperti dalam penjelasan sebelumnya, suatu peristiwa yang menyangkut orang terkenal atau sesuatu yang dikenal masyarakat merupakan berita penting untuk diketahui oleh pembaca.

 Daya Tarik Kemanusiaan (Human Interest)

Berita juga dapat menyangkut hal yang memiliki daya tarik kemanusiaan atau sentuhan manusiawi. Semakin tinggi daya tarik kemanusiaan sebuah berita, maka semakin tinggi pula nilai berita tersebut. Sesuatu yang menyentuh dan sangat menggugah rasa kemanusiaan seseorang menambah nilai sebuah berita. Nilai sebuah berita akan bertambah tinggi jika unsur human interest ini dikelola dengan tepat. Terlalu banyak kejadian sehari-hari di sekitar kita yang mempunyai daya tarik kemanusiaan sehingga munculah istilah "berita human interest" (human interest news). 23

 Akibat (Consequence)

Nilai berita juga banyak ditentukan oleh pengaruh, akibat, dan dampak yang mungin dapat ditimbulkannya terhadap masyarakat luas. Dampaknya bagi kehidupan politk, sosial, dan ekonomi merupakan hal yang patut diperhitungkan oleh setiap wartawan dalam memperoleh sebuah berita. Berita-berita mengenai penyalahgunaan jabatan atau korupsi, pemilihan ketua sebuah organisasi besar, kenaikan harga beras, pencurian minyak di tengah laut, berita-berita parlemen, atau kenaikan gaji PNS semuanya mempunyai dampak langsung bagi kehidupan seluruh warga di suatu negara.

 Teliti (Accuracy)

Syarat penentu nilai berita yang disebutkan oleh Curtis MacDougall di atas, berikut ditambahkan juga uraian mengenai masalah ketelitian dan kebenaran sebuah berita. Persoalan tersebut sering menjadi masalah pelik dan menimbulkan kasus yang merepotkan, baik bagi perusahaan surat kabar maupun pembaca. Ketelitian dan kebenaran ini berkaitan dengan tuntutan akan kecermatan dalam menyusun berita agar memenuhi syarat aktualitas dan tenggat waktu (deadline).29

Tidak semua fakta, peristiwa, kejadian, atau fenomena yang bisa dijadikan berita. Meliput dan menulis berita harus memerhatikan beberapa elemen nilai berita yang menjadikan sebuah peristiwa itu memiliki daya tarik.

Dalam praktik jurnalistik para pakar memberikan pedoman dalam menulis berita dengan menggunakan formula (rumusan) 5W+ 1H. Pedoman ini juga sering disebut sebagai syarat kelengkapan sebuah berita.

29 Sedia Willing Barus, Jurnalistik:Petunjuk Teknis Menulis Berita, (Jakarta: Penerbit Erlangga,2011) h.33-35. 24

Persyaratan atau kelengkapan ini pertama kali diperkenalkan oleh Kantor Berita Associated Press (AP). Berikut ringkasan dari formula yang

dimaksud:30

1. Who: berita harus mengandung unsur “siapa”. Ini dapat ditarik ekuivalensinya dengan unsur prominence, harus menyebutkan sumber yang jelas. Dengan kata lain, berita harus mempunyai sumber yang jelas, Jadi, di sini penekanannya adalah sumber berta itu.” 2. What: setelah mengetahui sumber berita, selanjutnya penting untuk mengetahul "apa" yang dikatakannya; who to say what. Dengan kata lain. "Apa" adalah mencari tahu hal yang menjadi topik berita tersebut. Jika menyangkut suatu peristiwa atau kejadian, yang menjadi "apa" adalah kejadian atau peristiwa itu. 3. Where: berita juga harus menunjuk pada tempat kejadian "di mana" terjadinya peristiwa atau fakta itu. Ini merupakan bagian dari unsur "jarak" (proximity) jika kita merujuk pada MacDougall. Jadi. "di mana" menyangkut tentang masalah jauh dekatnya jarak peristiwa dalam arti geografis ataupun batin/emosional. 4. When: unsur penting berikutnya yang harus dikandung sebuah berita adalah "kapan" terjadinya peristiwa tersebut. Unsur "kapan" inilah yang juga dimaksudkan dengan unsur baru terjadinya (timeliness) demi mengejar aktualitas seperti yang dipersyaratkan oleh MacDougall. 5. Why: kelengkapan unsur sebuah berita harus dapat menjelaskan "mengapa" peristiwa itu sampai terjadi. Hal ini berkaitan dengan tujuan untuk memenuhi rasa ingin tahu pembaca mengenai penyebab terjadinya suatu peristiwa. Setiap peristiwa tidak pernah

30 Sedia Willing Barus, Jurnalistik:Petunjuk Teknis Menulis Berita, h.36. 25

terjadi begitu saja dan selalu punya alasan mengapa bisa terjadi. Alasan mengapa sampai terjadi juga perlu disampaikan atau

dijelaskan kepada pembaca demi memenuhi rasa ingin tahunya. 6. How: "bagaimana" terjadinya suatu peristiwa juga sangat dinantikan oleh pembaca. Masyarakat yang sudah mengetahui mengapa suatu peristiwa terjadi tentu akan menuntut lebih jauh tentang "bagaimana" persisnya peristiwa itu terjadi. Keingintahuan mengenai "bagaimana terjadinya" ini bisa mencakup gabungan unsur-unsur berita lainnya seperti daya tariknya, cuatannya, akibat yang ditimbulkannya, kedekatan emosi, dan bahkan kehangatannya dengan pengalaman pribadi atau kelompok yang mengetahui berita dimaksud.

3. Berita Kriminal

Sama halnya dengan kasus peradilan, kriminalitas juga dianggap sebagai peristiwa yang menarik karena pada dasarnya manusia ingin hidup dalam suasana tenteram. Oleh sebab itu, peristiwa kriminal sendiri (event of crime) mengundang daya tarik karena mengandung ancaman. Peristiwa perampokan, pemerkosaan, pembunuhan, pembajakan, terorisme, atau narkoba selalu menarik perhatian pembaca. Semua orang ingin terhindar dari sasaran kejahatan, termasuk para penjahatnya sendiri. Bahkan penjahat yang paling keji sekalipun tidak mau menjadi sasaran kejahatan sesama bandit. Oleh karena itu, berita-berita kriminal yang menimpa orang lain akan menimbulkan rasa empati.

Kekejaman adalah teror yang menimbulkan rasa takut dan orang senantiasa menyimak berita kriminal karena didorong oleh rasa ingin tahu dan bersiasat untuk menghindarinya. Meski dibenci, peristiwa kriminal ternyata selalu menarik perhatian dan minat pembaca. Selain tentunya juga dorongan 26

semangat solidaritas sosial untuk ikut membangun daya tarik kemanusiaan berita kriminal.

Di Indonesia berita-berita seks dan kriminal dibuat tidak terlalu sensasional karena dinilai dapat meracuni pembaca dan merusak masyarakat. Pramudya Ananta Toer dalam satu pidato ilmiahnya di Univeritas Indonesia pernah mengingatkan pers untuk tidak memuat berita-berita kriminal. Alasannya adalah berita kekerasan dan kriminal dapat meracuni masyarakat.

Di negara maju seperti Amerika Seerikat, berita kriminal atau sadisme dimuat sedemikian rupa untuk mengingatkan pembaca supaya berhati-hati dan bersiaga setiap saat terhadap bahaya kriminal. Sementara itu, untuk aparat keamanan atau kepolisian berita kriminial dapat menjadi peringatan agar mewaspadai ketertiban dan keamanan masyarakat sekaligus himbauan untuk bersikap tegas dalam menegakkan hukum. Kedua hal tersebut diharapkan mampu memberi efek jera bagi para pelaku kejahatan.

Dengan demikian, tidak mengherankan jika muncul beberapa surat kabar dan majalah yang menekankan pemberitaannya pada kriminalitas seperti Sinar Pagi, Detektif Romantika, Gledek, Pos Kota, Metro Pos, Lampu Merah, Berita Kota, dan sebagainya. Bahkan saat ini hampir semua stasiun TV di Indonesia menayangkan rubrik khusus berita-berita kriminal atau program siaran tentang kejahatan dan kekerasan seperti Buser (SCTV), Sergap (RCTI), Cerita Pagi (Trans TV). Patroli (Indosiar), Sidik (TPI), dan Lacak (Trans 7).

27

Berita kriminal adalah berita mengenai segala peristiwa kejadian dan perbuatan yang melanggar hukum seperti pembunuhan, perampokan,

pencurian, penodongan, pemerkosaan, penipuan, korupsi, penyelewengan, dan segala sesuatu yang bertentangan dengan norma-norma kesusilaan yang ada dalam masyarakat.31

Kriminologi merupakan cabang ilmu pengetahuan pada abad ke-19 yang pada intinya merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari sebab musabab dari kejahatan. Kriminologi baru berkembang tahun 1850 bersama- sama sosiologi, antropologi dan psikologi, cabang-cabang ilmu yang mempelajari gejala/tingkah laku manusia dalam masyarakat.

Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang kejahatan. Nama kriminologi yang ditemukan oleh P.Topinard (1830-1911) seorang ahli antropologi Perancis, secara harfiah berasal dari kata "crimen" yang berarti kejahatan atau penjahat dan "logos" yang berarti ilmu pengetahuan, maka kriminologi dapat berarti ilmu tentang kejahatan atau penjahat.32 Obyek studi kriminologi melingkupi:

a. Perbuatan yang disebut sebagai kejahatan b. Pelaku kejahatan c. Reaksi masyarakat yang ditujukan baik terhadap perbuatan maupun terhadap pelakunya.

Ketiganya ini tidak dapat dipisah-pisahkan. Suatu perbuatan baru dapat dikatakan sebagai kejahatan bila ia mendapat reaksi dari masyarakat.33

31 Sedia Willing Barus,Jurnalistik:Petunjuk Teknis Menulis Berita, h.44. 32 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa,Kriminologi, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2001), h.9. 33 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, h.12. 28

Teori-teori yang menjelaskan kejahatan dari perspektif sosiologis mencari alasan-alasan perbedaan dalam hal angka kejahatan di dalam

lingkungan sosial. Teori-teori ini dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori umum, yaitu: strain, cultural deviance (penyimpangan budaya), dan social control (kontrol sosial). Perspektif strain dan penyimpangan budaya terbentuk antara 1925 dan 1940 dan masih populer hingga hari ini, memberi landasan bagi teori-teori sub-cultural. Teori-teori strain dan penyimpangan budaya memusatkan perhatian pada kekuatan-kekuatan sosial (social forces) yang menyebabkan orang melakukan aktivitas kriminal. Sebaliknya teori-teori kontrol sosial mengkaji kemampuan kelompok-kelompok dan lembaga- lembaga sosial membuat aturan-aturannya efektif.

Baik strain maupun cultural deviance theories menempatkan penyebab kejahatan pada ketidakberuntungan posisi orang-orang di strata bawah dalam satu masyarakat yang berbasiskan kelas.

Tiga teori utama dari cultural deviance theories adalah

1. social disorganization 2. differential association 3. culture conflict

Social disorganization theory memfokuskan diri pada perkembangan area-area yang angka kejahatannya tinggi yang berkaitan dengan disintegrasi nila-nilai konvensional yang disebabkan oleh industrialisasi yang cepat, peningkatan imigrasi, dan urbanisasi.34

Differential association theory memegang pendapat bahwa orang belajar melakukan kejahatan sebagai akibat hubungan (contact) dengan nlai- nilai dan sikap-sikap antisocial, serta pola-pola tingkah laku kriminal.

34 Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa, Kriminologi, h.67. 29

Sementara culture conflict theory menegaskan bahwa kelompok- kelompok yang berlainan belajar conduct norms (aturan yang mengatur

tingkah laku) yang berbeda, dan bahwa conduct norms dari suatu kelompok mungkin berbenturan dengan aturan-aturan konvensional kelas menengah.

Ketiga teori di atas sepakat bahwa penjahat dan delinquent pada kenyataannya menyesuaikan diri bukan pada nilai konvensional melainkan pada norma-norma yang menyimpang dari nilai-nilai kelompok dominan yaitu kelas menengah. Para Sosiolog mendefinisikan deviants (menyimpang) sebagai: "any behavior that members of a social group define as violating their nornns." Dengan demikian konsep deviance dapat diterapkan baik pada perbuatan non-kriminal yang dipandang oleh kelompok itu sebagai aneh atau tidak biasa maupun pada perbuatan criminal. Jadi menyimpang itu tidak selalu berarti jahat atau buruk, hanya berbeda.

Teori-teori cultural deviance berargumen bahwa masyarakat kita iri atas kelompok dan sub-kelompok yang berbeda, masing-masing dengan standar atau ukuran benar dan salahnya sendiri. Tingkah laku yang dianggap normal di satu masyarakat mungkin dianggap menyimpang oleh kelompok lain. Akibatnya, orang-orang yang nyesuaikan diri dengan standar budaya yang dipandang penyimpang sebenarnya telah berlaku sesuai dengan norma mereka sendiri, tetapi dengan melakukan hal tersebut murngkin ia telah melakukan kejahatan (yaitu norma-norma dari kelompok dominan).35

35 Topo Santoso,S.H,MH. Dan Eva Achjani Zulfa,S.H, Kriminologi, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2001), h.68. 30

4. Berita Kriminal dalam Tinjauan Syari'ah

Dalam Islam menyikapi berita kejahatan yang sekiranya dapat menimbulkan keresahan dan kekacauan di tengah masyarat, didapati nash dan pendapat para ulama. Pada intinya, dalam menyikapi berita seperti ini terdapat klasifikasi dua kondisi: Pertama, larangan penyiaran berita kriminal sebelum kondemnasi peradilan. Kedua, sikap yuridis syari'ah setelah keluarnya putusan mahkamah/peradilan.36

Al-Qur'an memberi peringatan kepada orang yang bisa membuat resah masyarakat, menyebarluaskan berita perbuatan keji (liisyaa-u al fahisyah) di tengah masyarakat muslim, menjadikan prilaku kejahatan seakan sudah menjadi hal biasa, hingga bisa dengan mudah diterima masyarakat, menjadi dasar dan jalur pikirannya, lalu secara nyata ditiru dan dipraktikkan. Al-Qur'an mengancam orang yang berbuat hal itu dengan adzab yang pedih di dunia dan akhirat:

ِ َِّ ِ ِ ِ ِ َِّ ِ ِ ِ ِ إ َّن الذ َين حُيبُّ َون أَْن تَش َيع الَْفاح َش ةحِف الذ َين َآمنحوا ََلحْم َعَذ ٌاب أَل ٌ يمِف ُّالدنْ يَا َوْاْلخَرة

َو َّاَّللح ي َْعلَحم َوأَنْ تحْم ََل تَ ْعلَحم َون

"Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan diakhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nur: 19) 37

36 Faris Khoirul Anam, Fikih Jurnalistik: Etika & Kebebasan Pers Menurut Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2009), h. 121.

37 Faris Khoirul Anam, Fikih Jurnalistik: Etika & Kebebasan Pers Menurut Islam, h. 123.

31

Hal ini merupakan ajaran psikologis agama Islam dalam menganalisis aktivitas dan kecenderungan jiwa manusia. Allah Subhanahu wa Ta'ala

mengakhiri firman-Nya dalam ayat tadi dengan sebuah informasi, "Allah Subhanahu wa Ta'ala Mengetahui dan kalian tidak mengetahuinya."

Kesimpulannya, syariat Islam melarang pemberitaan kriminalitas sebelum terbukti demi menjaga keutuhan dan kesucian masyarakat dan jika telah yakin terbukti lewat peradilan, sanksi harus diberlakukan dan diperlihatkan untuk diketahui khalayak. Namun bukan berarti bahwa setelah terbukti di peradilan, atau setelah eksekusi hukuman, boleh menyiarkan berita secara bebas tanpa batas. Yang boleh disiarkan adalah seputar eksekusi hukuman, bukan kejadian runtut kajahatan tersebut dari awal hingga akhir, secara terperinci, terutama jika berita dilakukan dengan cara yang berlebih-lebihan, bombastis, vulgar, dan hanya mengedepankan sensasi.

Adapun pemberitaan menyangkut kejahatan demi membuktikan bahwa kejahatan tersebut memang terjadi, dengan dikeluarkannya sanksi hukum dari pihak peradilan, maka hukumnya boleh, bahkan dianjurkan syariat. Tidak mengapa juga, apabila materi berita juga menjelaskan tentang kejamnya kejahatan dan membuat orang lebih waspada, serta menjelaskan sanksi hukuman yang diterima pelaku kejahatan tersebut. Namun pemberitaan yang berlebihan tidak diperbolehkan, sekira bisa memberikan contoh kepada orang lain untuk melakukan kejahatan yang sama, atau bisa mendorong anak dibawah umur untuk meniru. Inilah hikmah di balik larangan menyebarkan berita kejahatan tersebut.38

38 Faris Khoirul Anam, Fikih Jurnalistik: Etika & Kebebasan Pers Menurut Islam, h. 124.

32

B. Kajian Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini, penulis melakukan tinjauan pustaka di Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah. Selain itu, penulis juga menemukan rujukan dalam meneliti dari Repository berbagai kampus melalui internet.

1. “Framing Pemberitaan Dugaan Penistaan Agama Oleh Sukmawati Soekarnoputri (Analisis Komparasi Pada Media Online Republika.co.id dan Kompas.com)” karya Hazhiyah Rif’at Fathaniyah Mahasiswi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Persamaan skripsi ini adalah menggunakan perangkat analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki. Perbedaannya terletak pada media yang diteliti serta objek pembahasan berita yang membahas mengenai puisi karya Sukmawati Soekarnoputri lantaran puisi yang disampaikan dinilai mengandung unsur penistaan agama. 2. “Konstruksi Aksi Damai 4 November 2016 (Framing Aksi Damai 4 November 2016 pada Kompas, Media Indonesia, Tempo, Republika, dan Sindo)” karya Martini Mahasiswi Konsentrasi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Persamaan skripsi ini adalah menggunakan perangkat analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki serta media yang diteliti yaitu Harian Republika dan Harian Tempo. Perbedaannya terletak pada objek pembahasan berita mengenai dugaan kasus penistaan agama yang dilakukan oleh mantan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

33

3. “Analisis Wacana Pada Pemberitaan Kasus Novel Baswedan di Antarabengkulu.com Edisi Januari 2016–Maret 2016” karya Dwi

Haryanto Mahasiswa Universitas Bengkulu. Skripsi tersebut membahas tentang bagaimana melihat sisi kritis dari suatu wacana melalui berita tersebut dengan analisis wacana yang dikemukakan Van Dijk, melihat struktur wacana makro, superstruktur, dan mikro. Namun dalam penelitian ini, hanya sebatas unsur mikro pada elemen semantik, sintaksis, stilistik dan retoris. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Hasil penelitian Antarabengkulu menunjukkan sikap objektifitas atau keberimbangan dalam pemberitaannya dengan mengedepankan kode etik jurnalistik dan menggunakan kaidah Cover Both Side. Dalam tinjauan yang dilakukan, penulis mempunyai persamaan dengan penelitian diatas yaitu membahas mengenai kasus kriminalisasi yang terjadi pada Novel Baswedan. Penelitian ini juga mempunyai perbedaan yang terletak pada media penelitian serta teknik yang digunakan yaitu analisis wacana Teun A.Van Dijk.

34

C. Kerangka Berpikir

Berita mengenai teror terhadap Novel Baswedan pada Harian Tempo dan Harian Republika edisi 12 April 2017

Analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki

Mendeskripsikan bagaimana Harian Tempo dan Harian Republika membingkai pemberitaan kasus teror terhadap Novel Baswedan menggunakan struktur sintaksis, skrip, tematik dan retoris.

Hasil Analisis:

Pembingkaian berita kasus teror terhadap Novel Baswedan yang dikonstruksi oleh Harian Tempo dan Harian Republika

Bagan diatas menggambarkan bahwa penelitian ini menggunakan analisis framing model Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki dengan objek penelitian yaitu berita mengenai teror terhadap Novel Baswedan pada Harian Tempo dan Harian Republika edisi 12 April 2017. Dari pembingkaian berita tersebut maka akan ditemukan frame yang dibangun dalam pemberitaan teror terhadap Novel Baswedan.

35

BAB III

GAMBARAN UMUM LATAR PENELITIAN

A. Gambaran Umum Harian Tempo a. Sejarah Singkat Berdirinya Harian Tempo Cikal bakal Tempo dimulai dari sekumpulan anak muda yang ingin membuat sebuah majalah berita mingguan dan berhasil menerbitkan majalah yang bernama Ekspres pada tahun 1969. Diantara para pendiri pengelola antara lain adalah Goenawan Muhammad, Fikri Jufri, Christianto Wibisono dan Usamah. Namun demikian, kondisi yang saat itu tidak stabil membuat Goenawan cs keluar dari Ekspres pada tahun 1970. Ketika itu, Harjoko Trisnadi yang mengelola Majalah Djaja sejak 1962 mulai merasa tidak bebas bergerak karena dimiliki pemerintah. Maka dari itu para karyawan berinisiatif untuk meminta Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin agar majalah ini dikelola oleh Yayasan Jaya Raya. Hasil rembuk dari tiga pihak itu melahirkan Tempo yang diterbitkan dibawah Yayasan Jaya Raya yang dipimpin oleh Ir.Ciputra dan orang-orang bekas majalah Ekspres serta melibatkan mantan karyawan majalah Djaja. Menurut Goenawan (Pemred saat itu), alasan memilih nama Tempo karena mudah diucapkan terutama oleh pengercer. Cocok dengan sifat media yang berkala, juga karena dekat dengan nama majalah berita terbitan Amerika Serikat yaitu TIME. Edisi pertama majalah Tempo terbit pada 6 Maret 1971. Tempo mengedepankan peliputan berita yang jujur dan berimbang, serta tulisan yang disajikan dalam prosa yang menarik dan jenaka. Pada tahun 1982 untuk kali pertama Tempo dibredel. Tempo dianggap terlalu tajam mengkritik rezim orde baru. Namun demikian, melalui beberapa proses akhirnya Tempo bisa terbit kembali setelah mengantongi “janji” diatas kertas segel dengan Ali Moestopo (Menteri Penerangan).

36

Tidak berhenti disitu, Tempo lagi-lagi dibredel pada 21 Juni 1994. Kali kedua ini Tempo dibredel oleh Menteri Penerangan Harmoko. Tempo dibredel

lantaran mengkritik Soeharto dan Habibie ihwal pembelian kapal bekas dari Jerman Timur saat itu. Pasca 1998 setelah beberapa tahun tercerai-berai (para pendiri Tempo), mereka berembuk ulang untuk membuat kembali Tempo. Maka dari itu lahirlah kembali sejak 6 Oktober 1998 majalah Tempo kembali terbit di Indonesia di bawah naungan PT.Asra Raya Perdana. Untuk meningkatkan ke bisnis dunia media, pada 2001 PT.Asra Raya Perdana go public dan mengubah nama menjadi PT. Tempo Inti Media Tbk sebagai penerbit majalah Tempo yang baru. Dana dari hasil go public dipakai untuk menerbitkan Koran Tempo yang berkompetisi di media harian. Saat ini, produk-produk Tempo terus muncul dan memperkaya industri informasi korporat dari berbagai bidang, yaitu penerbitan (Majalah Tempo, Koran Tempo, Koran Tempo Makassar, Tempo English, Travelounge, Komunika, dan Bintang Indonesia), Digital (Tempo.co), Data dan Riset (Pusat Data dan Analisa Tempo), Percetakan (Temprint), Penyiaran (Tempo TV dan Tempo Channel), Industri Kreatif (Matair Rumah Kreatif), Event Organizer (Impressario dan Tempo Komunitas), Perdagangan (Temprint Inti Niaga), dan Building Management (Temprint Graha Delapan). 39

39 https://korporat.tempo.co/tentang/sejarah, diakses pada 19/09/2018, pukul 14.41 WIB.

37

b. Visi dan Misi

VISI40

Menjadi acuan dalam usaha meningkatkan kebebasan publik untuk berpikir dan berpendapat serta membangun peradaban yang menghargai kecerdasan dan perbedaan. Budaya perusahaan adalah kebiasaan, prinsip, atau nilai yang diyakini sebagai pegangan dalam menjalankan kegiatan dalam organisasi.

MISI

1. Menghasilkan produk multimedia yang independen dan bebas dari segala tekanan dengan menampung dan menyalurkan suara yang berbeda-beda secara adil. 2. Menghasilkan produk multimedia bermutu tinggi dan berpegang pada kode etik. 3. Menjadi tempat kerja yang sehat dan menyejahterakan serta mencerminkan keragaman Indonesia. 4. Memiliki proses kerja yang menghargai dan memberi nilai tambah kepada semua pemangku kepentingan. 5. Menjadi lahan kegiatan yang memperkaya khazanah artistik, intelektual, dan dunia bisnis melalui pengingkatan ide-ide baru, bahasa, dan tampilan visual yang baik. 6. Menjadi pemimpin pasar dalam bisnis multemedia dan pendukungnya.

40 https://korporat.tempo.co/tentang/visi diakses pada 19/09/2018, pukul 14.37 WIB. 38

B. Gambaran Umum Harian Republika

41 a. Sejarah dan Profil Harian Republika Harian Umum Republika diterbitkan berdasarkan tujuan, cita-cta dan program Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) yang dibentuk pada 5 Desember 1990. Sebagai bentuk untuk mewujudkan media massa yang mampu mendorong bangsa menjadi kritis dan berkualitas yaitu bangsa yang mampu sederajat dengan bangsa maju lain di dunia, memegang nilai-nilai spiritualitas sebagai perwujudan Pancasila sebagai filsafat bangsa, serta memiliki arah gerak seperti digariskan UUD 1945.

Salah satu dari program ICMI yang disebarkan ke seluruh Indonesia antara lain, mencerdaskan kehidupan bangsa melalui program peningkatan 5k, yaitu: kualitas iman, kualitas hidup, kualitas kerja, kualitas karya, dan kualitas pikir. Untuk mewujudkan tujuan, cita cita, dan program ICMI, beberapa tokoh, pemerintahan dan masyarakat yang berdedikasi dan komitmen pada pembangunan bangsa dan masyarakat indoensia, yang beragama Islam, membentuk Yayasan Abdi Bangsa pada 17 Agustus 1992. Yayasan ini kemudian menyusun tiga program utamanya, yaitu pengembangan Islamic Center, pengembangan Center for information and Development studies (CIDES) dan penerbitan Harian Republika.

Nama Republika sendiri berasal dari ide Presiden Soeharto yang disampaikannya saat beberapa pengurus ICMI Pusat menghadap padanya untuk menyampaikan rencana peluncuran harian umum tersebut. Sebelumnya, koran ini akan diberi nama, antara lain "Republik."

Untuk mewujudkan programnya menerbitkan sebuah koran harian, pada 28 November 1992 Yayasan Abdi Bangsa mendirikan PT Abdi Bangsa. Melalui proses yayasan kemudian memperoleh Surat Izin Usaha Penerbitan

41 Company Profile Harian Umum Republika 39

Pers (SIUPP) dari Departemen Penerangan Republik Indonesia, sebagai modal awal penerbitan Harian Umum Republika. SIUPP itu bernomor

283/SK/MENPEN/SIUPP/A.7/1992 tertanggal 19 Desember 1992.

Pendiri Yayasan Abdi Bangsa 48 orang, terdiri dari beberapa menteri, pejabat tinggi negara, cendekiawan, tokoh masyarakat, serta pengusaha mereka, antara lain: Ir. Drs. Ginanjar Kartasasmita, Haji Harmoko, Ibnu Sutowo, Muhammad Hasan, ibu Tien Soeharto, Probosutedjo, Ir. Aburizal Bakrie, dun lain-lainnya. Sedangkan Haji Muhammad Soeharto, Presiden RI, berperan sebagai pelindung yayasan. Sementara Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie, yang juga menjabat ketua Umum ICMI, dipercaya sebagai Ketua Badan Pembina Yayasan Abdi Bangsa.

PT Abdi Bangsa, penerbit Harian Umum Republika, didirikan pada 28 November 1992 di Jakarta. Perusahaan yang berada di bawah Yayasan Abdi Bangsa ini bergerak dalam bidang usaha penerbitan dan percetakan pers. pengelolaan perseroan dilakukan oleh Direksi dibawah Dewan Komisaris yang anggotanya diplih oleh Rapat Umum Pemegang saham. Direksi, dalam mengelola Perseroan dibantu oleh Pembina Manajemen. PT. Abdi Bangsa, dalam upaya penggalian dana untuk pengembangan usahanya, melakukan penjualan saham kepada masyarakat.

Penjualan saham PT Abdi Bangsa memang unik: satu lembar saham hanya boleh dimiliki oleh satu keluarga. Maka dengan menawarkan 2.9 Juta lembar saham kepada masyarakat, berarti PT. Abdi Bangsa akan dimililki oleh 2.9 juta kepada keluarga/pemegang saham.

40

b. Visi dan Misi Harian Republika Berikut merupakan visi dan misi Harian Umum Republika:42

1. Visi  Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar  Membela, melindungi, dan melayani kepentingan umat  Mengkritisi tanpa menyakiti  Mencerdaskan, mendidik, dan mencerahkan  Berwawasan kebangsaan 2. Misi Politik :  Mengembangkan demokrasi  Optimalisasi peran lembaga-lembaga negara  Mendorong partisipasi politik semua lapisan masyarakat  Mengutamakan kejujuran dan moralitas dalam politik  Penghargaan terhadap hak-hak sipil  Mendorong terbentuknya pemerintahan yang bersih Ekonomi :  Mendukung keterbukaan dan demokrasi ekonomi  Mempromosikan profesionalisme  Berpihak pada kepentingan ekonomi domestik dari pengaruh globalisasi  Pemerataan sumber-sumber daya ekonomi  Mempromosikan etika dan moral dalam berbisnis  Mengembangkan ekonomi syariah  Berihak pada usaha menengah, kecil, mikro, dan kopersi (UMKMK)

42 Company Profile Harian Umum Republika 41

Budaya :

 Kritis-apresiatif terhadap bentuk-bentuk ekspresi kreatif budaya yang berkembang di masyarakat.  Mengembangkan bentuk-bentuk kesenian dan hiburan yang sehat, mencerdaskan, menghaluskan perasaan, dan mempertajam kepekaan nurani.  Menolak bentuk-bentuk kebudayaan/kesenian yang merusak moral, akidah, dan mereduksi nilai-nilai kemanusiaan.  Menolak pornografi dan pornoaksi Agama :  Mensyiarkan Islam  Mempromosikan semangat toleransi  Mewujudkan “Islam rahmatan lil alamin” dalam segala bidang kehidupan  Membela, melindungi, dan melayani kepentingan umat Hukum :  Mendorong terwujudnya masyarakat sadar hukum  Menjunjung tinggi supremasi hukum  Mengembangkan mekanisme checks and balances pemerintah-masyarakat  Menjunjung tinggi HAM  Mendorong pemberantasan KKN secara tuntas

42

c. Konsep Harian Republika Corak Jurnalisme Republika dilandasi keinginan untuk menyajikan

informasi yang selengkapnya bagi para pembacanya. Republika berupaya mengembangkan corak Jurnalisme yang "enak dibaca" (readable). Bahasa dan gaya penuturannya diupayakan populer, renyah dan tidak kaku tanpa mengabaikan kaidah bahasa.

Pilihan topik Republika tidak mengandung pretensi untuk menjadi terlalu filosofis. Yang lebih memperoleh perhatian adalah topik-topik yang dekat dengan dan berdampak langsung terhadap masyarakat pembaca. Keberpihakan Republika terarah kepada sebesar-besar penduduk negeri ini, yang mempersiapkan diri bagi sebuah dunia yang lebih baik dan adil. Media Massa dengan Republika sebagai salah satu darinya, hanya jadi penopang agar langkah itu bermanfaat bagi kesejahteraan bersama.

Begitu Harian Umum Republika terbit pada 4 Januari 1993, penjualan oplahnya terus meningkat. Hanya dalam sepuluh hari sejak terbit, oplah harian ini sudah mencapai 100.000 eksemplar. Ini berarti peningkatan 2,5 kali lipat dari rencana awal terblit dengan oplah rata-rata 40.000 eksemplar per hari pada semester pertama tahun 1993. Hingga akhir semester kedua, pada Desember 1993, oplah Republika sudah mencapai 130.000 eksemplar per hari.

Harian Umum Republika tersebar di seluruh Indonesia. Namun, sebagian besar oplahnya beredar di Jakarta dan Jawa Barat . Di Jakarta 50.31%, Jawa Barat 17.30 %, Jawa Tengah 6.90%, Jawa Timur 4,36 %. Sisanya tersebar di daerah-daerah lain.43

43 Company Profile Harian Umum Republika 43

BAB IV

DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

Data Pemberitaan Teror terhadap Novel Baswedan di Harian Tempo dan Harian Republika

Tabel 4.1

Berita Tanggal Berita Judul Berita Media Berita 1 Rabu, 12 April 2017 Teror Novel Berkaitan Harian Tempo dengan Kasus Korupsi Berita 2 Rabu, 12 April 2017 Jangan Gentar Harian Republika

Berdasarkan data diatas terdapat dua berita terkait pemberitaan teror yang dialami Novel Baswedan. Kedua berita tersebut terletak pada headline di Harian Tempo dan Harian Republika. Penempatan di headline menunjukkan bahwa kejadian tersebut menjadi perhatian media. Berita ini sedang hangat diperbincangkan oleh masyarakat sejak terjadinya tanggal 11 April 2017. Tidak hanya itu, bahkan setelah setahun kejadian, pelaku yang menyiramkan air keras tersebut belum terungkap. Novel Baswedan merupakan penyidik KPK yang diteror oleh dua orang yang tidak dikenalnya menggunakan air keras. Kasus teror terhadap Novel Baswedan tidak hanya sekali ini dia alami, tetapi ia sudah pernah mengalami beberapa tindak kriminal.

44

Tabel 4.2

Struktur Teks Berita Teror Terhadap Novel Baswedan

di Harian Tempo dan Harian Republika

Struktur Unit Harian Tempo Harian Republika Sintaksis Headline Teror Novel Berkaitan Jangan Gentar dengan Kasus Korupsi

Lead Ketua Komisi Penyidik Senior Komisi Pemberantasan Korupsi Pemberantasan Korupsi Agus Rahardjo menduga (KPK) Novel teror kepada Novel Baswedan diserang Baswedan dilatarbelakangi menggunakan air keras kasus yang sedang disidik selepas melaksanakan lembaganya. Salah satu shalat Subuh, Selasa yang paling disorot adalah (11/4). Berbagai pihak dugaan korupsi e-KTP melayangkan dukungan “Kami melihat kejadian terhadap Novel dan teror sebelumnya terhadap para penyidik lembaga Novel selalu berkaitan antikorupsi tersebut dengan kasus. Dan saat ini agar tidak kendor dia fokusnya perkara menindak kasus-kasus tersebut (e-KTP), ”kata korupsi. Agus kemarin. 45

Latar “Ketua Komisi “Novel Baswedan

informasi Pemberantasan Korupsi diserang menggunakan Agus Rahardjo menduga air keras selepas teror kepada Novel melaksanakan shalat Baswedan dilatarbelakangi Subuh, Selasa (11/4). kasus yang sedang disidik Berbagai pihak lembaganya. Salah satu melayangkan dukungan yang paling disorot adalah terhadap Novel dan dugaan korupsi e-KTP. para penyidik lembaga Teror terhadap Novel antikorupsi tersebut memang bukan pertama agar tidak kendor kali terjadi. Sejak direkrut menindak kasus-kasus menjadi penyidik internal korupsi.” KPK pada 2012.”

Kutipan “Kami melihat kejadian “Apa pun yang terjadi sumber teror sebelumnya terhadap kita tidak boleh takut Novel selalu berkaitan dengan adanya kejadian dengan kasus. Dan saat ini ini. Kita tidak boleh dia fokusnya perkara gentar,” ujar mantan tersebut (e-KTP),” kata Ketua KPK Abraham Agus kemarin. Samad ”Kami tidak perlu datang . “Kejadian berawal ke rapat itu,” kata Wakil pada saat Novel Ketua KPK Laode melakukan shalat Muhammad Syarif di shubuh berjamaah di tempat Novel dirawat. Masjid Al-Ikhsan. Ia tiba-tiba dihampiri dua laki-laki tidak dikenal,” 46

ujar Kapolsek Kelapa

Gading, Kompol Argo Wiyono. “Kami juga mengambil “Ini dua orang siapa, sampel cairan di tiga titik jarang gue lihat,” kata sekitar lokasi kejadian. pria yang bekerja di Hasil sementara, cairan salah satu bank swasta tersebut berupa zat asam.” di Jakarta. “Pakai jaket kata Kepala Satuan jeans yang udah belel Reserse Kriminal Polres sama pake buff Jakarta Utara Ajun (penutup kepala) motif Komisaris Besar Nasriadi. (bendera Amerika). Mukanya sih kayak orang seberang.” ujar Eko menggambarkan orang yang dibonceng. “Saya denger tolong tolong, terus saya tengok dari lantai atas,” kata penjaga Masjid Al- Ikhsan, Kamsuri “Kalau Novel shalat, orang itu ikut shalat. Jadi, bukan sekadar tahu, bahkan mendekati. Novel semula mengira ada tetangga yang ingin 47

menyapa” kata

Koordinator Kontras Haris Azhar. “Ini tindakan brutal. Saya mengutuk keras,” kata Jokowi “Tidak akan mengendurkan (memberantas korupsi). Kita meneruskan tradisi perjuangan orang tua kita. Orang tua kita dulu bertarung untuk republik ini, sekarang kita bertarung untuk mempertahankan republik ini biar tetap bersih,” ujar Anies. Penutup Kepolisian Resor Jakarta Ia menyatakan telah Utara telah meminta mengintruksikan keterangan 14 saksi dan Kapolri Jenderal Tito mengumpulkan barang Karnavian untuk segera bukti, di antaranya pakaian mencari tahu pelaku Novel dan sebuah cangkir penyiraman air keras kaleng blirik hijau yang tersebut. Jokowi diduga digunakan pelaku menjelaskan, atas untuk menyiram air keras. kejadian ini semua “Kami juga mengambil penyidik di seluruh 48

sampel cairan di tiga titik lembaga penegak

sekitar lokasi kejadian. hukum harus lebih Hasil sementara, cairan waspada. Khusus untuk tersebut berupa zat asam.” KPK, Jokowi berharap kata Kepala Satuan para penyidik lembaga Reserse Kriminal Polres itu tetap semangat. Jakarta Utara Ajun Komisaris Besar Nasriadi. Sementara itu, sepupu Novel, , mengatakan, keluarga besar sama sekali tidak kaget atas peristiwa ini. Terlebih, menurut calon gubernur DKI Jakarta itu, Novel sejah ini terhitung telah beberapa kali menerima teror “Tidak akan mengendurkan (memberantas korupsi). Kita meneruskan tradisi perjuangan orang tua kita. Orang tua kita dulu bertarung untuk republik ini, sekarang kita bertarung untuk 49

mempertahankan

republik ini biar tetap bersih,” ujar Anies Skrip 5W+1H What (apa yang terjadi): What (apa yang terjadi) Ketua Komisi Novel Baswedan Pemberantasan Korupsi diserang menggunakan Agus Rahardjo menduga air keras selepas teror kepada Novel melaksanakan shalat Baswedan dilatarbelakangi Subuh. kasus yang sedang disidik lembaganya. Salah satu yang paling disorot adalah dugaan korupsi e-KTP. Who (Siapa yang menjadi Who (Siapa yang korban) Novel Baswedan menjadi korban) Penyidik Senior Komisi Pemberantasan Korupsi, Novel Baswedan When (Kapan) : - When (Kapan teror tersebut terjadi) selepas melaksanakan shalat Subuh, Selasa (11/4) sekitar pukul 05.00 WIB Where (dimana kejadian Where (dimana tersebut terjadi): - kejadian tersebut terjadi) di depan Masjid 50

Al-Ikhsan. Jalan

Deposito. Kelapa Gading. Why (mengapa kejadian ini Why (mengapa kejadian terjadi) Teror terhadap ini terjadi) penelusuran Novel memang bukan Komisi untuk Orang pertama kali terjadi. Sejak Hilang dan Korban direkrut menjadi penyidik Kekerasan (Kontras) internal KPK pada 2012. mengindikasikan, Pertengahan tahun lalu, penyerangan sudah sebuah mobil Avanza direncanakan beberapa menyeruduk sepeda motor hari sebelumnya. yang dikendarai Novel saat Koordinator Kontras berangkat menuju kantor Haris Azhar KPK dan rumahnya. Saat menuturkan, tetangga itu, selain menyidik di sekitar rumah Novel korupsi e-KTP, Novel dan menceritakan timnya sedang mengusut keberadaan orang- suap rancangan peraturan orang tidak dikenal, daerah tentang reklamasi yang berseliweran di Jakarta dan pengaturan kawasan kompleks perkara di Pengadilan perumahan, beberapa Negeri Jakarta Pusat. hari belakangan. Sebelumnya, Novel juga dua kali dikriminalisasi. Lima tahun lalu, ketika menyidik korupsi proyek simulator ujian surat izin 51

mengemudi di Korps Lalu

Lintas Polri, Novel ditetapkan menjadi tersangka penganiayaan berujung kematian pencuri sarang burung walet. How: - How (Bagaimana kronologi kejadian) Novel melakukan shalat Shubuh berjamaah di Masjid Al-Ikhsan. Ia tiba-tiba dihampiri dua laki-laki tidak dikenal, Para penyerang tersebut menyiramkan air keras yang ditaruh dalam wadah sejenis cangkir ke wajah Novel, saat yang bersangkutan hendak pulang ke rumah. Setelah melancarkan aksinya, para pelaku kemudian melarikan diri. Sedangkan, Novel langsung dibawa untuk menajalani perawatan 52

di RS Mitra Keluarga.

Akibat kejadian itu, bagian kelopak mata Novel mengalami pembengkakan. Selain itu, bagian dahi korban juga bengkak karena terbentur pohon. Tematik Detail “Para penyerang “Pertengahan tahun lalu, tersebut menyiramkan sebuah mobil Avanza air keras yang ditaruh menyeruduk sepeda motor dalam wadah sejenis yang dikendarai Novel saat cangkir ke wajah berangkat menuju kantor Novel, saat yang KPK dan rumahnya. Saat bersangkutan hendak itu, selain menyidik pulang ke rumah. korupsi e-KTP, Novel dan Kepolisian sejauh ini timnya sedang mengusut masih menelusuri jenis suap rancangan peraturan air keras tersebut.” daerah tentang reklamasi “Setelah melancarkan Jakarta dan pengaturan aksinya, para pelaku perkara di Pengadilan kemudian melarikan Negeri Jakarta Pusat.” diri. Sedangkan, Novel “Kepolisian Resor Jakarta langsung dibawa untuk Utara telah meminta menajalani perawatan keterangan 14 saksi dan di RS Mitra Keluarga. mengumpulkan barang Akibat kejadian itu, bukti, di antaranya pakaian bagian kelopak mata Novel dan sebuah cangkir 53

kaleng blirik hijau yang Novel mengalami

diduga digunakan pelaku pembengkakan. Selain untuk menyiram air keras. itu, bagian dahi korban “Kami juga mengambil juga bengkak karena sampel cairan di tiga titik terbentur pohon.” sekitar lokasi kejadian. “Eko Julianto, salah Hasil sementara, cairan satu jamaah Masjid Al- tersebut berupa zat asam.” Ikhsan mengatakan, ia kata Kepala Satuan sempat curiga melihat Reserse Kriminal Polres dua orang Jakarta Utara Ajun berboncengan motor Komisaris Besar Nasriadi.” Yamaha NMAX saat keluar dari masjid. “Ini dua orang siapa, jarang gue lihat,” kata pria yang bekerja di salah satu bank swasta di Jakarta itu saat ditemui Republika, kemarin. Eko menjelaskan, salah satunya berperawakan kurus, sedangkan rekannya berbadan agak besar. Satu diantara mereka mengenakan helm “Pakai jaket jeans yang 54

udah belel sama pake

buff (penutup kepala) motif (bendera Amerika). Mukanya sih kayak orang seberang.” ujar Eko menggambarkan orang yang dibonceng. Koherensi Bentuk “Sumber Tempo koherensi antar kalimat mengungkapkan Novel yang penulis temukan juga yang menekan surat pada berita ini adalah: kepada pimpinan KPK, menggunakan kata pada Senin sore lalu hubung “sedangkan” sebelum kejadian, agar dan “bahkan” meminta Direktorat Setelah Jenderal Imigrasi melancarkan aksinya, mencegah ketua DPR para pelaku kemudian Setya Novanto bepergian melarikan diri. ke luar negeri. Kemarin Sedangkan, Novel seharusnya Novel langsung dibawa untuk mendampingi pimpinan menajalani perawatan KPK dalam rapat di di RS Mitra Keluarga. Kementerian Koordinator Akibat kejadian itu, Politik, Hukum, dan bagian kelopak mata Keamanan untuk Novel mengalami membahas kelanjutan pembengkakan. Selain proyek e-KTP. Namun, itu, bagian dahi korban serangan brutal membuat 55

lulusan Akademi juga bengkak karena

Kepolisian 1998 itu harus terbentur pohon. dirawat intensif di rumah Kemudian, sakit. ”Kami tidak perlu menurut Haris, Novel datang ke rapat itu,” kata juga mengaku kerap Wakil Ketua KPK Laode diikuti, bahkan sampai Muhammad Syarif di pada aktivitas tempat Novel dirawat.” personalnya, termasuk dalam beribadah. Bentuk “Pertengahan tahun “Penyidik Senior Klimat lalu, sebuah mobil Avanza Komisi Pemberantasan menyeruduk sepeda motor Korupsi (KPK) Novel yang dikendarai Novel saat Baswedan diserang berangkat menuju kantor menggunakan air keras KPK dan rumahnya. Saat selepas melaksanakan itu, selain menyidik shalat Subuh, Selasa korupsi e-KTP, Novel dan (11/4). Berbagai pihak timnya sedang mengusut melayangkan dukungan suap rancangan peraturan terhadap Novel dan daerah tentang reklamasi para penyidik lembaga Jakarta dan pengaturan antikorupsi tersebut perkara di Pengadilan agar tidak kendor Negeri Jakarta Pusat.” menindak kasus-kasus korupsi.” Kata Ganti “Kami juga mengambil “Apa pun yang sampel cairan di tiga titik terjadi kita tidak boleh sekitar lokasi kejadian. takut dengan adanya Hasil sementara, cairan kejadian ini. Kita tidak 56

tersebut berupa zat asam.” boleh gentar,” ujar

kata Kepala Satuan mantan Ketua KPK Reserse Kriminal Polres Abraham Samad di RS Jakarta Utara Ajun Mitra Keluarga Kelapa Komisaris Besar Nasriadi.” Gading, Jakarta Utara, “Kami melihat kejadian Selasa (11/4). Hal itu ia teror sebelumnya terhadap sampaikan seusai Novel selalu berkaitan menjenguk Novel yang dengan kasus. Dan saat ini tengah dirawat di dia fokusnya perkara rumah sakit tersebut.” tersebut (e-KTP),” kata “Presiden Joko Agus kemarin.” Widodo juga langsung bereaksi atas penyerangan kemarin. “Ini tindakan brutal. Saya mengutuk keras,” kata Jokowi seusai melantik sejumlah pejabat di Istana Negara, Selasa (11/4).” “Ia menyatakan telah mengintruksikan Kapolri Jenderal untuk segera mencari tahu pelaku penyiraman air keras tersebut. Jokowi menjelaskan, atas 57

kejadian ini semua

penyidik di seluruh lembaga penegak hukum harus lebih waspada. Khusus untuk KPK, Jokowi berharap para penyidik lembaga itu tetap semangat.” Retoris Leksikon Tidak hanya “Ketua Komisi Abraham, tetapi Pemberantasan Korupsi warganet dan berbagai Agus Rahardjo menduga pihak mulai dari ormas teror kepada Novel Islam Majelis Ulama Baswedan dilatarbelakangi Indonesia, LSM kasus yang sedang disidik antikorupsi, dan lembaganya.” sejumlah pejabat “Kepolisian belum dapat negara juga memastikan identitas menyampaikan pesan kedua pelaku, termasuk serupa, kemarin. kemungkinan adanya Wadah pegawai KPK dalang teror ini. juga menekankan, teror terhadap Novel tidak membuat mereka takut. Gambar Terdapat foto Novel Dalam berita ini Baswedan dalam mobil ditunjukkan dengan ambulance yang sedang gambar wajah Novel ditangani oleh tim dokter Baswedan yang dari Jakarta Eye Center ekspresinya terlihat 58

serius dalam

menangani kasus korupsi. Setelah itu disebelah kiri Novel Baswedan disiram air keras dengan cairan kearah wajah tepatnya pada mata sebelah kiri. Ditegaskan lagi dengan judul headline jangan gentar dengan huruf kapital berwarna merah dan hitam. Grafik Terdapat tulisan dan - ilustrasi gambar yang menjelaskan kronologi penyiraman air keras kepada Novel Baswedan yang dilakukan dua orang yang tidak dikenalnya.

59

BAB V

PEMBAHASAN

A. Analisis Hasil Temuan Teks Berita teror terhadap Novel Baswedan di Harian Tempo dan Harian Republika Novel Baswedan merupakan penyidik KPK yang diteror oleh dua orang yang tidak dikenalnya menggunakan air keras. Kasus teror terhadap Novel Baswedan tidak hanya sekali ini dia alami, tetapi ia sudah pernah mengalami beberapa tindak kriminal. Penulis akan membahas mengenai konstruksi yang dibangun oleh Harian Tempo dan Harian Republika mengenai berita teror terhadap Novel Baswedan menggunakan analisis framing Zhongdang Pan dan Gerrald M.Kosicki melalui empat struktur golongan besar, yaitu sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Keempat struktur tersebut membentuk rangkaian tema yang dapat menunjukkan kecenderungan atau kecondongan media dalam mengonstruksi dan membingkai pesan.

1. Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki di Harian Tempo Harian Tempo menyuguhkan headline berita “Teror Novel Berkaitan dengan Kasus Korupsi” diangkat dari pernyataan Agus Rahardjo yang mengatakan kasus teror yang dialami Novel Baswedan selalu berkaitan dengan kasus yang sedang ia selidiki, dan saat ini Novel sedang fokus menangani kasus e-KTP. Berdasarkan kutipan berita tersebut jelas sekali bahwa Harian Tempo ingin menyampaikan pesan kepada para pembaca bahwa kasus teror yang dialami penyidik senior KPK itu berkaitan dengan kasus yang sedang ia tangani, yaitu kasus e-KTP.

60

Lead yang ditampilkan oleh Harian Tempo mencakup who lead dan what lead. Diawali dengan informasi bahwa ketua KPK, Agus Rahardjo

menduga teror kepada Novel Baswedan dilatarbelakangi kasus yang sedang disidik lembaganya. Pesan yang ingin disampaikan pada paragraf ini adalah agar masyarakat dapat mengetahui bahwa ini bukan pertama kalinya Novel Baswedan diteror, dan teror yang sebelumnya menimpa Novel selalu berkaitan dengan kasus yang sedang diselidikinya.

Latar informasi yang ditampilkan Harian Tempo membahas tentang dugaan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Agus Rahardjo bahwa teror yang dialami Novel dilatarbelakangi kasus korupsi e-KTP. Pernyataan ini diperkuat bahwa teror terhadap Novel memang bukan pertama kali terjadi, sejak ia direkrut menjadi penyidik internal KPK pada 2012.

Kutipan sumber yang ditampilkan Harian Tempo yaitu Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Agus Rahardjo, Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif dan Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Utara Ajun Komisaris Besar Nasriadi. Berikut kutipan narasumber dari Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Agus Rahardjo:

“Kami melihat kejadian teror sebelumnya terhadap Novel selalu berkaitan dengan kasus. Dan saat ini dia fokusnya perkara tersebut (e- KTP)” Kutipan kedua yang diambil Harian Tempo berasal dari Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif. Dalam hal ini Laode menjelaskan akibat teror yang terjadi, Novel harus dirawat intensif di rumah sakit dan tidak bisa mendampingi pimpinan KPK untuk membahas kelanjutan proyek e-KTP. Berikut kutipan narasumber:

”Kami tidak perlu datang ke rapat itu” 61

Kutipan ketiga yang diambil Harian Tempo adalah berasal dari Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Utara Ajun Komisaris Besar Nasriadi.

Berikut kutipan tersebut:

“Kami juga mengambil sampel cairan di tiga titik sekitar lokasi kejadian. Hasil sementara, cairan tersebut berupa zat asam.” Dari kutipan diatas bingkai Harian Tempo sangat jelas terlihat pada unsur pengutipan narasumber. Harian Tempo seakan-akan setuju bahwa teror yang dialami Novel berkaitan dengan kasus korupsi e-KTP yang sedang diselidikinya dan dengan terjadinya teror ini mengakibatkan Novel Baswedan terhambat dalam menangani kasus tersebut.

Pada bagian penutup, Harian Tempo menuliskan berita bahwa Pesan yang ingin disampaikan pada bagian penutup adalah Kepolisian Resor Jakarta Utara tidak tinggal diam mengetahui kasus ini, tetapi langsung menyelidiki dengan meminta keterangan 14 saksi dan mengumpulkan barang bukti, di antaranya pakaian Novel dan sebuah cangkir kaleng blirik hijau yang diduga digunakan pelaku untuk menyiram air keras.

Tinjauan unsur skrip what, who, when, where, why, dan how yang terdapat pada berita di Harian Tempo tidak lengkap. Tidak terdapat penjelasan unsur where dan how didalamnya. Harian Tempo ingin mengarahkan pembaca bahwa kasus teror yang dialami Novel Baswedan berkaitan dengan kasus korupsi yang sedang ia selidiki, terlihat dalam penekanan pada unsur what dan why.

Penulis menemukan unsur detail yang terdapat dalam Harian Tempo menerangkan kata benda, yaitu kendaraan mobil Avanza yang digunakan pelaku untuk menyeruduk sepeda motor yang dikendarai Novel. Selanjutnya diterangkan juga detail jumlah saksi yang dimintai keterangan oleh kepolisian 62

yaitu berjumlah 14 orang, serta wadah yang digunakan pelaku untuk menyiramkan air keras ke wajah Novel berupa cangkir kaleng blirik hijau.

Unsur koherensi dalam berita tersebut yaitu Namun, yang terdapat dalam kalimat berikut:

“Sumber Tempo mengungkapkan Novel juga yang menekan surat kepada pimpinan KPK, pada Senin sore lalu sebelum kejadian, agar meminta Direktorat Jenderal Imigrasi mencegah ketua DPR Setya Novanto bepergian ke luar negeri. Kemarin seharusnya Novel mendampingi pimpinan KPK dalam rapat di Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan untuk membahas kelanjutan proyek e- KTP. Namun, serangan brutal membuat lulusan Akademi Kepolisian 1998 itu harus dirawat intensif di rumah sakit. ”Kami tidak perlu datang ke rapat itu,” kata Wakil Ketua KPK Laode Muhammad Syarif di tempat Novel dirawat.” “Namun” merupakan salah satu kata hubung sebab akibat yang menjelaskan bahwa setelah kejadian teror penyiraman air keras yang dialami Novel, mengakibatkan ia tidak bisa mendampingi pimpinan KPK dalam rapat membahas kelanjutan proyek e-KTP.

Terdapat bentuk kalimat pasif dan aktif dalam berita ini, yaitu kalimat aktif yang dimulai dengan awalan me-, dan kalimat pasif yang dimulai dengan awalan di-, serta menjelaskan sebab-akibat. Seperti pada kalimat:

“Pertengahan tahun lalu, sebuah mobil Avanza menyeruduk sepeda motor yang dikendarai Novel saat berangkat menuju kantor KPK dan rumahnya. Saat itu, selain menyidik korupsi e-KTP, Novel dan timnya sedang mengusut suap rancangan peraturan daerah tentang reklamasi Jakarta dan pengaturan perkara di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.” (Paragraf 5)

63

Dalam berita ini juga terdapat kata ganti yang digunakan oleh wartawan yaitu: kata ganti kami yang digunakan dalam berita ini sebagai

kata ganti Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Jakarta Utara Ajun Komisaris Besar Nasriadi, serta Ketua KPK Agus Rahardjo.

Pemilihan kata leksikon yang digunakan wartawan dalam penulisan berita ini yaitu teror pada kalimat:

“Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Agus Rahardjo menduga teror kepada Novel Baswedan dilatarbelakangi kasus yang sedang disidik lembaganya. Salah satu yang paling disorot adalah dugaan korupsi e-KTP.” Pemilihan kata “teror” sengaja digunakan wartawan yang memiliki arti sebagai tindakan yang merusuhkan, mengintimidasi, mengintai Novel Baswedan selaku penyidik senior KPK.

Harian Tempo menampilkan unsur retoris berupa foto Novel Baswedan dalam mobil ambulance yang sedang ditangani oleh tim dokter dari Jakarta Eye Center, kemudian selain itu juga ada grafik berupa tulisan dan ilustrasi gambar yang menjelaskan kronologi penyiraman air keras yang dilakukan dua orang yang tidak dikenalnya.

2. Analisis Framing Zhongdang Pan dan Gerald M.Kosicki di Harian Republika Harian Republika menyuguhkan headline berita “Jangan Gentar” diangkat dari berita ini adalah pernyataan yang dilontarkan penyidik KPK, yang diwakili oleh mantan ketua KPK yaitu Abraham Samad, yang mengatakan bahwa, apapun yang terjadi kita tidak boleh takut dan gentar.

64

“Apa pun yang terjadi kita tidak boleh takut dengan adanya kejadian ini. Kita tidak boleh gentar,” ujar mantan Ketua KPK Abraham Samad di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (11/4). Hal itu ia sampaikan seusai menjenguk Novel yang tengah dirawat di rumah sakit tersebut.” Dari paragraf berita tersebut jelas sekali bahwa Harian Republika ingin menyampaikan pesan kepada para pembaca bahwa kasus teror yang dialami penyidik senior KPK Novel Baswedan bukan masalah sepele, kejadian ini akan menimbulkan rasa takut dan kekhawatiran kepada penyidik KPK yang lain. Hal itu akan mengakibatkan rasa gentar pada penyidik KPK yang lain. Sehingga harus ada pertanggungjawaban dari pelaku atas perlakuannya terhadap Novel Baswedan. Lead yang ditampilkan oleh Harian Republika mencakup who lead dan what lead. Berita diawali dengan informasi bahwa penyidik senior KPK Novel Baswedan diserang menggunakan air keras selepas Salat Subuh.

“Penyidik Senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan diserang menggunakan air keras selepas melaksanakan shalat Subuh, Selasa (11/4). Berbagai pihak melayangkan dukungan terhadap Novel dan para penyidik lembaga antikorupsi tersebut agar tidak kendor menindak kasus-kasus korupsi.” Wartawan Harian Republika ingin menunjukkan pesan bahwa adanya penyerangan kepada Novel Baswedan menggunakan air keras. Kalimat tersebut sengaja digunakan untuk memberikan informasi kepada pembaca sekaligus menekankan bahwa banyak pihak yang mendukung Novel Baswedan dan penyidik KPK lainnya agar tidak kendor menindak kasus korupsi walaupun adanya kasus teror ini.

Latar informasi yang ditampilkan Harian Republika menekankan tentang kronologi Novel Baswedan diteror oleh dua orang yang tidak dikenalnya menggunakan air keras, berbagai pihak melayangkan dukungan terhadap Novel dan para penyidik lembaga antikorupsi tersebut, agar tidak 65

kendor menindak kasus-kasus korupsi. Novel Baswedan kerap mengalami berbagai teror yang berkaitan dengan kasus yang sedang ia selidiki. Kasus

teror terhadap Novel Baswedan tidak hanya sekali ini dia alami tetapi, pada tahun 2012 ia diserang sekelompok pendukung Amran Batalipu saat memimpin operasi penangkapan terhadap mantan Bupati Buol. Tahun 2015, Novel Baswedan dikriminalisasi dengan kasus penembakan tersangka pencuri sarang burung walet pada Februari 2004 saat menjabat kasat Reskrim Polres Bengkulu, dan tahun 2016 Novel Baswedan ditabrak mobil saat berangkat menuju KPK menggunakan sepeda motor hingga luka-luka.44

Kutipan sumber yang ditampilkan Harian Republika yaitu mantan Ketua KPK Abraham Samad, Kapolsek Kelapa Gading Kompol Argo Wiyono, Eko Julianto salah satu jamaah Masjid Al-Ikhsan, Kamsuri penjaga Masjid Al-Ikhsan, Koordinator Kontras Haris Azhar, Presiden , dan Anies Baswedan. Berikut kutipan narasumber dari mantan Ketua KPK Abraham Samad:

“Apa pun yang terjadi kita tidak boleh takut dengan adanya kejadian ini. Kita tidak boleh gentar” Kutipan kedua yang diambil Harian Republika berasal dari Kapolsek Kelapa Gading, Kompol Argo Wiyono, dalam hal ini ia menjelaskan kronologi awal penyiraman yang dialam Novel. Berikut kutipan narasumber:

“Kejadian berawal pada saat Novel melakukan shalat Shubuh berjamaah di Masjid Al-Ikhsan. Ia tiba-tiba dihampiri dua laki-laki tidak dikenal”

44 Koran Kompas, 12 April 2017, Hal.1. 66

Kutipan selanjutnya yang diambil Harian Republika adalah Presiden Joko Widodo, Berikut kutipan tersebut:

“Ini tindakan brutal. Saya mengutuk keras,” kata Jokowi Dari kutipan diatas bingkai Harian Republika sangat jelas terlihat pada unsur pengutipan narasumber. Harian Republika membela dan mendukung Novel Baswedan yang sering mengalami kriminalisasi, serta mendukung penyidik KPK yang lain agar tindak gentar dalam menindak kasus korupsi meskipun terjadi teror terhadap Novel Baswedan. Pada bagian penutup, berita ini ditutup dengan pernyataan Joko Widodo yang langsung bereaksi dan mengatakan mengutuk keras kejadian ini.

“Ia menyatakan telah mengintruksikan Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk segera mencari tahu pelaku penyiraman air keras tersebut. Jokowi menjelaskan, atas kejadian ini semua penyidik di seluruh lembaga penegak hukum harus lebih waspada. Khusus untuk KPK, Jokowi berharap para penyidik lembaga itu tetap semangat.” Pesan yang ingin disampaikan pada bagian penutup ini adalah Presiden Joko Widodo ingin menenangkan keluarga Novel Baswedan yang terkena teror dengan menginstuksikan Kapolri Jenderal Tito Karnavian untuk segera mencari tahu pelaku penyiraman air keras tersebut. Disini terlihat bahwa Presiden Joko Widodo sebagai kepala Negara ingin memberitahukan kepada para pembaca bahwa dirinya ingin melindulingi penyidik KPK yang terkena teror.

Tinjauan unsur skrip what, who, when, where, why, dan how yang terdapat pada berita di Harian Republika dipaparkan secara lengkap. Harian Republika menonjolkan kepada pembaca mengenai kronologi teror yang dialami penyidik KPK, Novel Baswedan. Harian Republika ingin menghimbau penyidik KPK yang lainnya, meskipun terjadi teror tetapi jangan gentar untuk menyelidiki kasus korupsi. 67

Penulis menemukan unsur detail yang terdapat dalam Harian Republika yaitu menerangkan kata benda, wadah berupa cangkir yang

digunakan pelaku untuk menyiramkan air keras tersebut kepada Novel Baswedan. Selanjutnya diterangkan juga detail akibat dari penyiraman itu, bahwa bagian kelopak mata Novel mengalami pembengkakan. Selain itu, bagian dahi korban juga bengkak karena terbentur pohon. Detail selanjutnya terlihat dari kendaraan yang dipakai pelaku yaitu motor Yamaha NMAX. Terakhir detail yang terlihat adalah salah satu pelakunya berperawakan kurus, sedangkan rekannya berbadan agak besar. Kemudian satu diantara mereka mengenakan helm, dan jaket jeans serta penutup kepala motif bendera Amerika. Unsur koherensi dalam berita tersebut yaitu Bentuk koherensi dalam berita tersebut yaitu sedangkan dan bahkan, terdapat dalam kalimat berikut:

“Setelah melancarkan aksinya, para pelaku kemudian melarikan diri. Sedangkan, Novel langsung dibawa untuk menajalani perawatan di RS Mitra Keluarga. Akibat kejadian itu, bagian kelopak mata Novel mengalami pembengkakan. Selain itu, bagian dahi korban juga bengkak karena terbentur pohon.” “Kemudian, menurut Haris, Novel juga mengaku kerap diikuti, bahkan sampai pada aktivitas personalnya, termasuk dalam beribadah. “Kalau Novel shalat, orang itu ikut shalat. Jadi, bukan sekadar tahu, bahkan mendekati,” kata Haris. Kata hubung “sedangkan” dan “bahkan” merupakan salah satu kata hubung sebab akibat yang menjelaskan keterangan kronlogi kejadian antara Novel dan pelaku.

Terdapat bentuk kalimat pasif dan aktif dalam berita ini, yaitu kalimat aktif yang dimulai dengan awalan me-, dan kalimat pasif yang dimulai dengan awalan di-, serta menjelaskan sebab-akibat. Seperti pada kalimat: 68

“Penyidik Senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan diserang menggunakan air keras selepas melaksanakan shalat Subuh, Selasa (11/4). Berbagai pihak melayangkan dukungan terhadap Novel dan para penyidik lembaga antikorupsi tersebut agar tidak kendor menindak kasus-kasus korupsi.” Dalam berita ini juga terdapat kata ganti yang digunakan oleh wartawan yaitu kata ganti “kita” sebagai kata ganti mantan Ketua KPK Abraham Samad dan “saya, ia” yang digunakan sebagai kata ganti Presiden Joko Widodo.

Pemilihan kata leksikon yang digunakan wartawan dalam penulisan berita ini yaitu teror pada kalimat:

“Tidak hanya Abraham, tetapi warganet dan berbagai pihak mulai dari ormas Islam Majelis Ulama Indonesia, LSM antikorupsi, dan sejumlah pejabat negara juga menyampaikan pesan serupa, kemarin. Wadah pegawai KPK juga menekankan, teror terhadap Novel tidak membuat mereka takut.” (Paragraf 4) Pemilihan kata “teror” sengaja digunakan wartawan yang memiliki arti sebagai tindakan yang merusuhkan, mengintimidasi, mengintai Novel Baswedan selaku penyidik senior KPK.

Harian Republika menampilkan unsur retoris berupa foto dalam yang ditunjukkan dengan gambar wajah Novel Baswedan yang ekspresinya terlihat serius dalam menangani kasus korupsi. Setelah itu disebelah kiri Novel Baswedan disiram air keras dengan cairan kearah wajah tepatnya pada mata sebelah kiri. Ditegaskan lagi dengan judul headline jangan gentar dengan huruf kapital berwarna merah dan hitam.

69

B. Interpretasi Willard C Bleyer mengatakan berita adalah suatu kejadian aktual yang

diperoleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar karena menarik atau mempunyai makna bagi pembaca.45 Sama halnya dengan kasus kriminal yang dianggap sebagai peristiwa yang menarik karena pada dasarnya manusia ingin hidup dalam suasana tentram. Oleh sebab itu, peristiwa kriminal sendiri (event of crime) mengundang daya tarik karena mengandung ancaman. Peristiwa perampokan, pemerkosaan, pembunuhan, pembajakan, terorisme, atau narkoba selalu menarik perhatian pembaca.46 Sama hal nya dalam kasus Novel Baswedan, peran media massa dalam membingkai kasus teror terhadap Novel Baswedan pada April 2017 menjadi kuat. Novel diteror oleh dua orang yang tidak dikenalnya pada 11 April 2017, setelah ia melaksanakan salat subuh di dekat rumahnya. Ia disiram air keras oleh pelaku sehingga matanya rusak. Kasus teror terhadap Novel Baswedan tidak hanya sekali ini dia alami. Teror merupakan perbuatan kriminal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat. Selain itu, judul juga menjadi daya tarik utama dalam sebuah berita. Sebuah berita yang punya nilai berita yang tinggi sekalipun akan kurang gereget di mata pembaca kalau tidak diberí judul yang menarik.47 Sama halnya dengan Headline berita pada kasus teror terhadap Novel Baswedan di Harian Tempo dan Harian Republika terlihat berbeda pandangan. Harian Tempo membingkai kasus tersebut berkaitan dengan kasus Setya Novanto, hal itu terlihat dari kalimat “Teror Novel Berkaitan dengan Kasus Korupsi. Novel menekan surat kepada pimpinan KPK agar mencekal Setya Novanto.” Selain itu Harian Tempo juga banyak membahas keterkaitan teror tersebut dengan kasus e-KTP. Sedangkan Harian Republika lebih menekankan kronologi

45 Sedia Willing Barus, Jurnalistik:Petunjuk Teknis Menulis Berita, h.26. 46 Sedia Willing Barus,Jurnalistik:Petunjuk Teknis Menulis Berita, h.44. 47 Sedia Willing Barus,Jurnalistik:Petunjuk Teknis Menulis Berita, h.31. 70

kejadian teror Novel Baswedan di dalam headline berita yang dibuat. Dari judul yang ditampilkan, kedua harian tersebut samasama membela Novel

Baswedan selaku penyidik KPK yang mengalami teror dari orang yang tidak dikenalnya. Dalam buku “Analisis Framing Konstruksi, Ideologi, dan politik media” karya Eriyanto, Analisis framing adalah analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas. Analisis framing juga dipakai untuk melihat bagaimana peristiwa dipahami dan dibingkai oleh media. Ada dua esensi utama dari framing tersebut. Pertama, bagaimana peristiwa dimaknai. Ini berhubungan dengan bagian mana yang diliput dan mana yang tidak diliput. Kedua, bagaimana fakta itu ditulis. Aspek ini berhubungan dengan pemakaian kata, kalimat, dan gambar untuk mendukung gagasan.48 Dalam skripsi yang penulis teliti, Harian Tempo memperlihatkan adanya informasi yang ingin disampaikan kepada masyarakat bahwa kasus teror yang dialami Novel Baswedan ada kaitannya dengan kasus korupsi yang sedang ia selidiki. Informasi tersebut terlihat dari hasil wawancara penulis dengan Wartawan Harian Tempo, Indri Maulidar. “Ini kita kaitin karena pertama ini diperkuat oleh omongan Agus Raharjo ketua KPK, dia bilang menduga gitu kan. Karena dia selalu berkaitan dengan kasus dan saat ini dia fokusnya di kasus e-KTP. Waktu April baru mulai-mulai sidang penetapan e-KTP dan lagi intens banget penyidikan e-KTP di KPK. Karena kejadian ini baru terjadi, kita berusaha cari info untuk memberitahu info lebih ke pembaca. Pertama kenapa ia diserang, motifnya apa, yang kita dan orang-orang duga memang berkaitan dengan e-KTP dan kita dapat info memang kala dia saat itu baru selesai teken surat pencekalan Setya, ketika kita konfirmasi ke Agus, walaupun dia tidak bilang iya itu karena e-KTP. Waktu itukan belum tau karena baru kejadian juga. Tapi kita diperkuat dari omongan Agus itu, jadi kita memilih karena e-KTP dan kita dapat info-info lain bahwa dia memang ketua Satgas e-KTP semua surat-surat penyidikan

48 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, h.10-11.

71

perintah pencekalan semua Novel yang pegang. Jadi kita kuat menduga kesana. Jadi kita kasih informasi bahwa kita menduga ini berkaitan dengan e-KTP walaupun nantinya itu belum ketauan. Karena dia kan juga pernah mendapatkan serangan-serangan dari kasus yang sedang dia selidiki gitu.”49

Sama hal nya dengan Harian Republika yang memandang kasus ini terjadi pada Novel terlihat sebagai salah satu bentuk pelemahan upaya pemberantasan korupsi. Maka kasus ini harus diusut setuntas-tuntasnya siapa yang melakukan, motifnya apa, terkait dengan kasus apa, siapa nama besar dibelakangnya. Waktu pertama kali kasus itu terjadi Harian Republika melakukan pembelaan terhadap Novel karena dia adalah salah satu ujung tombak pemberantasan korupsi dan dia diserang. Sehingga Harian Republika mengambil sikap bahwa kasus ini harus tuntas tidak boleh terulang lagi. Hal ini terlihat dalam wawancara penulis bersama Fitriyan Zamzami selaku Redaktur Harian Republika “Kami sangat menyayangkan, karena ini peristiwa yang buruk sekali. kadang-kadang kejahatan itu bukan soal kejahatannya semata tetapi memang itu dampaknya bagaimana, apa efek yang ditimbulkan. Yang terjadi dari kasus Novel itu yang mengerikan, karena itu akan membuat orang yang ingin melakukan korupsi itu punya ide yang nyeleneh. Itu yang harus dijaga. Makanya mau tidak mau, kasus ini harus selesai bagaimanapun caranya, mau setahun dua taun harus selesai.”50 Al-Qur'an memberi peringatan kepada orang yang bisa membuat resah masyarakat, menyebarluaskan berita perbuatan keji (liisyaa-u al fahisyah) di tengah masyarakat muslim, menjadikan prilaku kejahatan seakan sudah menjadi hal biasa, hingga bisa dengan mudah diterima masyarakat, menjadi dasar dan jalur pikirannya, lalu secara nyata ditiru dan dipraktikkan.

49 Hasil wawancara dengan Wartawan Harian Tempo, Indri Maulidar. Jakarta, 16 November 2018. 50 Hasil wawancara dengan Redaktur Harian Republika,Fitriyan Zamzami. Jakarta, 05 November 2018. 72

Al-Qur'an mengancam orang yang berbuat hal itu dengan adzab yang pedih di dunia dan akhirat:

ِ َِّ ِ ِ ِ ِ َِّ ِ ِ ِ ِ إ َّن الذ َين حُيبُّ َون أَْن تَش َيع الَْفاح َش ةحِف الذ َين َآمنحوا ََلحْم َعَذ ٌاب أ َل ٌ يمِف ُّالدنْ يَا َوْاْلخَرة

َو َّاَّللح ي َْعلَحم َوأَنْ تحْم ََل تَ ْعلَحم َون "Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan diakhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.” (QS. An-Nur: 19) 51 Syariat Islam melarang pemberitaan kriminalitas sebelum terbukti demi menjaga keutuhan dan kesucian masyarakat dan jika telah yakin terbukti lewat peradilan, sanksi harus diberlakukan dan diperlihatkan untuk diketahui khalayak. Namun bukan berarti bahwa setelah terbukti di peradilan, atau setelah eksekusi hukuman, boleh menyiarkan berita secara bebas tanpa batas. Yang boleh disiarkan adalah seputar eksekusi hukuman, bukan kejadian runtut kajahatan tersebut dari awal hingga akhir, secara terperinci, terutama jika berita dilakukan dengan cara yang berlebih-lebihan, bombastis, vulgar, dan hanya mengedepankan sensasi. pemberitaan yang berlebihan tidak diperbolehkan, sekira bisa memberikan contoh kepada orang lain untuk melakukan kejahatan yang sama, atau bisa mendorong anak dibawah umur untuk meniru. Inilah hikmah di balik larangan menyebarkan berita kejahatan tersebut.52

51 Faris Khoirul Anam, Fikih Jurnalistik: Etika & Kebebasan Pers Menurut Islam, h. 123.

52 Faris Khoirul Anam, Fikih Jurnalistik: Etika & Kebebasan Pers Menurut Islam, h. 124.

73

Dari penjelasan yang telah dipaparkan, penulis menarik kesimpulan bahwa Harian Tempo dan Harian Republika terhadap Novel Baswedan

terhadap kasus teror yang dialaminya sangat besar, terlihat dalam penyajian berita dengan menonjolkan isi yang sangat membela Novel Baswedan serta ingin kasus ini segera dituntaskan. Sudut pandang mereka dalam kasus yang dialami Penyidik KPK ini bukan kasus kecil, karena sudah beberapa kali dialami Novel Baswedan. Sehingga kasus yang dialami Novel Baswedan ini harus segera dituntaskan. Framing pemberitaan teror terhadap Novel Baswedan yang dikonstruksi oleh Harian Tempo yaitu kasus teror yang dialami Novel Baswedan berkaitan dengan kasus e-KTP yang sedang ia selidiki. Sehingga hal itu akan berdampak pada kasus yang sedang ditangani Novel Baswedan menjadi terbengkalai. Sedangkan pada berita di Harian Republika, framing yang ditonjolkan yaitu kronologi kejadian teror yang dialami Novel Baswedan, sehingga dengan adanya kasus yang dialami senior penyidik KPK ini dapat membuat gentar penyidik KPK lainnya.

74

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan mengenai bagaimana framing kasus teror terhadap Novel Baswedan yang dikonstruksi Harian Tempo dan Harian Republika. Banyak khalayak beranggapan bahwa berita adalah sebuah konstruksi dari realitas sosial, padahal berita bukanlah realitas sesungguhnya dari realitas sosial tersebut. Setiap media memiiki pandangan tersendiri dalam menilai sebuah peristiwa yang akan dijadikan berita. Peristiwa yang akan dijadikan berita bergantung pada kepentingan media tersebut terhadap peristiwa yang terjadi. Dari situlah terlihat konstruksi media atas suatu realitas. Wartawan menyesuaikan berita itu dengan ideologi ditempat ia bekerja. Subyek yang mengonstruksi realitas, serta disesuaikan dengan visi misi media dan ideologi. Kemudian ditentukan kearah mana tujuan media tersebut. Dalam peristiwa yang sama, media mempunyai pandangannya sendiri dalam mengemas suatu peristiwa. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode analisis framing Zhongdang Pan dan Gerarld M. Kosicki, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai bahwa Harian Tempo dan Harian Republika terlihat melakukan pembingkaian dalam memberitakan kasus teror terhadap Novel Baswedan. Perbedaan yang dibentuk berkaitan dengan cara media mengonstrnuıksi fakta yang ada, sesuai arah pemberitaan yang dikehendakinya. Berikut kesimpulan penulis: 1. Framing pemberitaan teror terhadap Novel Baswedan yang dikonstruksi oleh Harian Tempo yaitu kasus teror yang dialami Novel Baswedan berkaitan dengan kasus e-KTP yang sedang ia selidiki. Sehingga hal itu akan berdampak pada kasus yang sedang ditangani Novel Baswedan menjadi terbengkalai. Sedangkan pada berita di Harian Republika, framing 75

yang ditonjolkan yaitu kronologi kejadian teror yang dialami Novel Baswedan, sehingga dengan adanya kasus yang dialami senior penyidik

KPK ini dapat membuat gentar penyidik KPK lainnya. 2. Keberpihakan Harian Tempo dan Harian Republika terhadap Novel Baswedan terhadap kasus teror yang dialaminya sangat besar, terlihat dalam penyajian berita dengan menonjolkan isi yang sangat membela Novel Baswedan serta ingin kasus ini segera dituntaskan. Sudut pandang mereka dalam kasus yang dialami Penyidik KPK ini bukan kasus kecil, karena sudah beberapa kali dialami Novel Baswedan. Sehingga kasus yang dialami Novel Baswedan ini harus segera dituntaskan.

B. Saran

Setelah melakukan penelitian, penulis menyampaikan beberapa saran yang berkaitan dengan pemberitaan teror terhadap Novel Baswedan di Harian Tempo dan Harian Republika sebagai berikut:

1. Sebagai media muslim terbesar di Indonesia, diharapkan Harian Republika mampu membuat isi berita yang lebih menarik, tidak hanya membahas mengenai kronologi nya saja tetapi lebih tajam dan lebih detail. 2. Harian Tempo dalam memilih gambar diharapkan dapat lebih kreatif dengan menggunakan warna, sehingga tidak monoton dan membuat pembaca tertarik untuk membaca. 3. Harian Tempo dan Harian Republika diharapkan lebih objektif dan kritis dalam pemberitaannya, agar terus menjadi media yang memberikan pencerahan serta pengetahuan untuk masyarakat.

76

DAFTAR PUSTAKA

Arifin Zainal.2012.Penulisan Pendidikan Metode dan Paradigma Baru.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Aris Badara, Analisis Wacana: Teori, Metode, dan Penerapannya Pada Wacana Media, (Jakarta: Kencana, 2012), h. 16-17.

A Scwandt, Thomas. 1994. Constructivist, Interpretivist Approach to Human Inquiry, dalam Norman K. Denzon dan Yvonna S. Lincoln, Handbook of Qualitative Research. London: Sage Publication Bungin, Burhan. 2006. Penulisan Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Company Profile Harian Umum Republika Eriyanto, 2002. Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara Eriyanto. 2001. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: PT LKIS Printing Cemerlang

Faris Khoirul Anam. 2009. Fikih Jurnalistik: Etika & Kebebasan Pers Menurut Islam. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

Harian Tempo edisi 12 April 2017 dan 30 September 2018 Harian Republika edisi 12 April 2017 dan 24 September 2018 https://korporat.tempo.co/uploads/tentang/ea763be2c0cf3cf71cd01c749261e949.pdf

Jumroni. 2006. Metode-Metode Peniltian Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press

Kriyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Lexy J. Moleong, Rosady Ruslan.2003.Metodologi Penulisan Publik Relation dan

Komunikasi.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 77

Soekanto, Soejono.1987. Sosiologi Pengantar.Jakarta: PT Rajawali Pers

Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media. Bandung:PT Remaja Rosdakarya Offset

Syamsul, Asep M. Romli. 2012.Jurnalistik Online.Bandung: Panduan Mengelola Media Online

Suhaimi,M.Si dan Rulli Nasrullah,M.Si. Bahasa Jurnalistik.Lembaga Penelitian UIN Jakarta. Jakarta:2009. Hlm.27

Sedia Willing Barus.Jurnalistik:Petunjuk Teknis Menulis Berita. Penerbit Erlangga.Jakarta:2011. Hlm.25

Shirley Biagi. Media/Impact, edisi 9 pengantar media massa. Penerbit Salemba Humanika. Jakarta: 2010. Hlm.65

Topo Santoso,S.H,MH. Dan Eva Achjani Zulfa,S.H. Kriminologi. PT.Rajagrafindo Persada. Jakarta:2001. Hlm.9

TRANSKIP WAWANCARA

Nama Narasumber : Indri Maulidar Jabatan : Wartawan Harian Tempo Tempat : Kantor Harian Tempo (Jl. Palmerah Barat No. 8 Jakarta Selatan, 12210) Hari/Tanggal : Jumat/16 November 2018 Pukul : 10.00 WIB

1. Seberapa pentingkah berita terkait teror terhadap Novel Baswedan sehingga membuat Harian Tempo menerbitkannya?

Pada waktu itu ada momen nya, karena memang momen nya itu. Yang namanya berita itu kejadian yang magnitud nya besar, penyidik KPK yang benar-benar diserang secara terbuka seperti itu pasti ditulis di satu berita penting. Kemudian kita sandingkan dengan Setya waktu itu karena Setya dicekal tanggal 10, beritanya ramai sehari sebelum Novel diserang. Jadi kita waktu itu memutuskan untuk membuat pendampingan seperti itu karena ada dua momen penting yang terjadi pada saat yang bersamaan. Sehingga perlu dua-duanya ditulis untuk memberitahu ke pembaca bahwa dua kejadian ini memang tidak berhubungan tetapi dalam isu penegakan hukum, itu terjadi. 2. Sikap apa yang hendak diambil Harian Tempo dalam pemberitaan tersebut?

Sikap editorial Tempo menanggapi Novel selama ini jelas karena itu masuk ke pelanggaran HAM, penyidik KPK diserang. Jadi waktu pertama kali berita itu ditulis kita memaparkan faktanya dulu apa yang terjadi, seperti bagaimana 5W+1H nya. Setelah itu kemudian unfolding terus beritanya bahwasannya dia diserang oleh beberapa orang, lalu kita menulis lagi dapat info kalau pelaku pernah dimata-matai polisi juga untuk kasus pencurian motor di daerah rumahnya Novel itu. Nah setelah itukan kita bisa ambil sikap setelah isunya unfolding, bahwa ternyata ada upaya ketidakseriusan dari kepolisian yang tidak mau melanjutkan. Kita juga dapat info gelas bekas siraman air keras itu pakai botol bir hijau yang dibuang didekat rumahnya itu, kita dapat kabar kalau gelasnya sama polisi tidak diperlakukan seperti alat bukti secara benar. Jadi kaya cuma diambil pakai kertas koran padahal kan disitu bisa dapat alat bukti seperti sidik jari, tetapi itu tidak dilakukan sama polisi yang saat itu bertugas di TKP. Jadi kita memberitakan itu juga. Jadi kita

mengambi sikap, ini ada upaya penutupan ketidakseriusan dari polisi menuntaskan kasus ini, bahwa ini pelanggaran HAM. Kita juga banyak menulis bahwa harus ada tim pencari fakta yang harus dibuat oleh presiden. Tapi sampai sekarang kan belum. 3. Harian Tempo memasang judul “Novel Diserang, Setya Dicekal” pada headline berita tanggal 12 April 2017, apa alasannya?

Itu judul sederhana banget ya, langsung ketahuan dari judulnya apa. Kita tidak membuat judul yang berbelit. Novel diserang karena ya dia di serang. Waktu itu jadi kita tidak memilih judul yang berbelit, karena dua kejadian ini masih fresh dan baru terjadi, sehingga berusaha menampilkan inti kejadiannya di judul tersebut. 4. Mengapa Harian Tempo mengaitkan teror Novel dengan kasus korupsi dalam pemberitaan ini?

Ini kita kaitkan karena pertama ini diperkuat oleh omongan Agus Rahardjo ketua KPK, dia bilang menduga gitu kan karena dia selalu berkaitan dengan kasus dan saat ini dia fokusnya di kasus e-KTP. Waktu April baru mulai-mulai sidang penetapan e-KTP dan lagi intens banget penyidikan e-KTP di KPK. Karena kejadian ini baru terjadi, kita berusaha cari info lebih untuk memberitahu ke pembaca. Pertama kenapa ia diserang, motifnya apa. Yang kita dan orang-orang duga memang berkaitan dengan e-KTP dan kita dapat info memang kala itu Novel baru selesai teken surat pencekalan Setya, ketika kita konfirmasi ke Agus walaupun dia tidak bilang iya itu karena e-KTP. Waktu itukan belum tau karena baru kejadian juga. Tetapi kita diperkuat dari omongan Agus itu, jadi kita memilih karena ektp dan kita dapat info-info lain bahwa dia memang ketua satgas e-KTP semua surat-surat penyidikan perintah pencekalan semua Novel yang pegang. Jadi kita kuat menduga kesana. Jadi kita kasih informasi bahwa kita menduga ini berkaitan dengan e-KTP walaupun nantinya itu belum ketahuan, karena dia kan juga pernah mendapatkan serangan-serangan dari kasus yang sedang dia selidiki.

5. Aspek apa yang dikonstruksi Harian Tempo dalam pemberitaan ini?

Aspeknya pasti pemaparan fakta dan kronologisnya dulu, di koran Tempo itukan angle nya banyak ya, yang biasanya kita tulis kalau ada isu besar pasti kita dedikasikan tentang satu isu yang sedang kita tulis. Seperti di halaman satu dan halaman empat, jadi ada lima angle. Faktanya, kronologinya, apa yang dilakukan. Jadi ya konstruksinya seperti itu 6. Apa saja kriteria-kriteria narasumber yang akan diwawancarai?

Kalau itu insting saja. Di halaman pertama ini kita mengutip Jokowi karena kepala negara, ketika kepala negara komentar ada suatu kasus kan itu menarik. Kita mengambil Busyro itu karena Busyro saat itu langsung ke KPK dan dia konfrensi pers, ya relevan saja apa yang diomongin gitu. Jadi kita mengutip Busyro karena Busyro tau Novel perjuangannya gimana karena mereka dekat. Memperkuat angle kita tentang dugaan kenapa ia diserng. Karena ini breaking news, jadi di hari pertama narasumber yang memberi pernyataan itu banyak. Jadi waktu itu aku langsung kerumahnya Novel itu masih ramai. Polisi masih mengatur, ada polres Jakarta Utara juga dan ini juga bukan aku sendiri yang nulis, ada temen juga. Jadi kita dapat info saat polisi berbicara. Ketika breaking news semua orang memberi informasi, nah aku filter yang relevan sama yang harus aku tulis hari ini, dan yang aku rasa infonya bagus dan harus aku cek ulang. Ketika breaking news pertama kali terjadi itu biasanya yang paling paham isunya justru orang paling kecil, polres Jakarta Utara pasti yang paling tau karena mereka yang dilaporkan pertama kali dan yang pertama kali datang. Makanya kami langsung ke lokasi kejadian karena polres masih disana, jadi biasanya mereka yang paling tahu sebelum ke Mabes. 7. Dalam proses pengolahan berita di redaksi Harian Tempo, apakah terjadi pro dan kontra (misal dalam sebuah kasus tertentu). Bagaimana sebuah kebijakan redaksi berjalan?

Pasti pro kontra ada. Alur kerja di koran Tempo itu, jam delapan pagi rapat via wa online itu kita mengusulkan apa yang akan ditulis, itu rapat perkompartemen. Jadi kompartemen nasional usulin apa, ekonomi bisnis usulin apa, metro usulin apa. Jadi kita usulin untuk dapat menulis dihalaman satu, jadi kita dituntut untuk saingan. Disitu pasti banyak latar belakang dan kasih masukan. Setelah rapat, kita cari bahan. Setelah itu, jam satu rapat checking. Rapat checking itu kita tentukan perolehan bahan ini bisa atau tidak dijadikan untuk headline besok. Nah disitu paling nyaring pro kontra nya. Misalnya ada masukan juga disitu, ada yang setuju dan tidak tentang angle ini. Itu biasa terjadi. Pro kontra begitu biasanya pemred yang memutuskan juga, jadi tidak ada masalah, semua terima.

8. Bagaimana proses persiapan untuk menggali berita tersebut?

Menggali bahan karena ini breaking news, jadi bahannya banyak karena banyak informasi. Persiapannya ngelist narsum yang paling penting. Jadi ketika tau Novel diserang nih tadi subuh jadi langsung sudah tahu harus kemana dulu. Pertama, reportase kerumah Novel ngobrol dengan keluarganya yang tahu. Kedua, harus melihat Novel ke RS tempat dia dirawat. Tiga, ke penyidik. Persiapannya itu ngelist narsum dan itu insting saja. Kalau peristiwa baru terjadi itu narasumber yang paling tahu itu narsum yang paling bawah, bukan kepala polisi bukan kepala polda metro jaya, yang tahu pertama kali pasti polres Jakarta Utara, keluarganya, tetangga-tetangga Novel pastinya yang melihat kejadian. 9. Bagaimana proses mengedit naskah agar muat dalam satu layout dan juga terdapat grafis?

Ini kejadian subuh, jam lima subuh. Jam tujuh itu sudah sebar reporter. Jam delapan rapat perencanaan. Disitu sudah ramai di grup bahwa Novel diserang, kita sudah tau apa yang harus diusulkan, apa yang harus ditulis, siapa yang harus dikejar itu, setelah rapat perencanaan itu kan kita reporter nasional sama redaktur yang memutuskan jadi aku dan seorang teman berbagi tugas. Satunya ke RS dan polda, aku megang kerumah Novel dan KPK. Jadi langsung diputuskan oleh redaktur siapa yang kesana, siapa yang kesini. Kemudian kita wawancara di lokasi, kemudian aku laporkan semua nya ke redaktur bahan mentahnya. List bahan yang aku dapat. Kemudian redaktur ku jam satu rapat checking, itu diputuskan oh ini jadi headline kemudian setelah rapat itu jam satu lebih kesini aku nulis, kemudian jam delapan sampai jam sepuluh aku kirim naskah kemudian diedit sama redaktur. Redaktur itu juga editannya berlapis. Aku ngasih redaktur, redaktur ngedit dan editan dia juga harus diedit lagi oleh redaktur piket. Ada redaktur piket, redaktur koran atau keranjang bahasa kemudian ke desain.

10. Apakah Harian Tempo memiliki pertimbangan khusus dalam memilih berita yang ada?

Pasti ada pertimbangan. Satu, kan kita pasti milih isu yang magnitud nya besar. Magnitud itu penting bagi semua orang, impact nya juga ada. Tiba-tiba kita nulis misalnya soal olahraga tapi apa gitu, kecuali kita ada temuan baru. Dua, ada impack nya misalnya sekarang ada berita pilpres atau lion air. Ada impack nya gitu misalnya kita nulis misalnya evaluasi lion air, karena kemarin baru kecelakaan. Jadi kita punya temuan baru misalnya hasil audit lion air gitu jadi itu wajar, kita bukan nyerang lion air tetapi memang karena habis kejadian kecelakaan itu. Terus juga harus memenuhi kaidah-kaidah jurnalistik. Konfirmasinya semua lengkap pertimbangannya, dan isunya juga kita jarang isu-isu daerah kita jadikan headline. Kecuali kalau misalnya kasusnya itu di banyak daerah atau misalnya kita juga jarang ngambil isu yang kesejahteraan. Karena Tempo hukum dan politik identiknya kesitu. Jadi kalau ada dua isu yang besar, kita lebih memilih isu politik jadi itu wajar. Biasanya yang ditaruh di headline itu breaking news, terus kita ada temuan baru terhadap suatu isu yang ada magnitude nya tinggi. 11. Media mana saja yang menjadi rujukan Harian Tempo untuk mengambil kutipan atau berita?

Pasti ada rujukan. Seperti yang diheadline Novel Baswedan ini, Yang bagian desain ini dibuat bolak-balik itu usulan Pemred Tempo mas Budi Setiyarso. Dia mengusulkan karena pernah memperlihatkan koran luar negeri itu pernah buat seperti ini juga ketika ada dua isu yang menarik. Jadi dia share koran Meksiko kalau gak salah. Dia share halaman depan koran itu. Rujukan ya pasti ada, tetapi Tempo itu jarang menjadikan media sini sebagai rujukan, karena saingan berita atau isu itu biasa ya. Jadi biarin saja kalau Kompas misalnya punya isu apa ya biarin, kita cari isu lain begitu. Rujukannya ya pasti media-media luar yang sudah terbukti. Seperti Areoktimes, National Geography juga sering yang nulis isu lingkungan atau science, portal luar negeri juga. Kalau untuk koran, kita biasanya yang buat rujukan itu desain layout nya. Kalau isu kan itu isu nasional jadi kita tau juga gak pakai ngerujuk kemana-mana. Jadi desainnya gimana supaya enak dibaca gitu.

12. Bagaimana segmentasi khalayak pembaca Harian Tempo? Yang baca Tempo kebanyakan anak-anak kuliah keatas, jadi segmentasinya selama ini anak usia 18 tahun keatas.

13. Bagaimana latar belakang pendidikan, agama, budaya dan politik wartawan dalam menulis berita? Aku Islam, aku asli orang Aceh, kuliah di Bandung. sudah menjadi reporter Tempo itu dari April 2014, sekarang megang isu politik, hukum, pilpres juga isu-isu kesejahteraan sosial. Di Tempo ada pembagian isu, aku pegang yang isu nasional nya. Aku alumni Universitas Telkom Bandung jurusan ilmu komunikasi. Sekarang aku tinggal di Permata Hijau dekat Palmerah sini. Kerja di Jakarta sekarang sudah empat tahun. Karena aku memang istilahnya baca media lain jadi aku kadang terbawa. Terkadang aku itu ingin menulis dengan analisis, jadi tidak semua harus pakai kutipan orang begitu untuk menulis berita. Kalau ideologi politik, aku lebih ke liberal. Aku soal mengambil sikap misalnya ada isu kemarin ketika MK memutuskan bahwa orang yang berzina itu jangan di pidana, bahwa itu bukan ranah pidana. Nah disitu aku mencoba menulis dengan memuji MK gitu, bahwa ini putusan MK yang progresif. Aku datang dari Aceh yang sangat konservatif gitu ya, apa-apa di kekang apalagi aku perempuan gitu. Misalnya semua diatur, sampai hal paling kecil dalam hidup itu diatur. Ngopi di warung kopi, diatur kaya gitu. Nah justru dari situ aku tidak mau. Seharusnya negara itu tidak perlu mengatur sampai hal-hal paling kecil, makanya aku sekarang jauh lebih liberal dari itu. Agama itu seharusnya tidak diurus Negara, bahwa yang namanya hubungan pribadi itu seharusnya tidak usah diatur juga di KUHP. Jadi itu justru karena aku lahir dari ligkungan yang konservatif tapi aku justru sangat liberal. Pandangan politik, aku pikir politik itu tidak berfungsi tapi ya gimana harus begitu untuk menjalankan negara. Aku tidak mau terafiliasi dengan partai ini partai itu. Kalau ideologi anak-anak Tempo itu selalu diajarkan keberimbangan, konfirmasi. Karena isu-isu yang kita beritakan selama ini pasti isu yang benar-benar terbuka. Pasti membeberkan ada kasus ini yang melakukan siapa. jadi ideologi yang diajarkan itu keberimbangan penting, bahwa kita itu jangan mengaburkan perkara. Kita memberitakan tetapi lebih ke pemerintah. Apa yang dilakukan pemerintah pasti kita tulis, jadi berimbang sih. 14. Bagaimana pendapat wartawan dengan adanya kasus Novel Baswedan yang belum terungkap pelakunya setelah setahun kejadian? Nah itu tidak selesai-selesia ya. Sekarang malah bahaya, kasus Novel itu dijadikan jualan politik. Prabowo atau Sandi pernah bilang, kalau nanti saya terpilih kasus Novel selesai.

Itukan bahaya banget ya kasusnya dijadikan jualan politik. Harusnya kan yang megang kasus ini segera diselesaikan. Jadi sangat menyedihkan tidak diselesaikan sampai sekarang sedangkan matanya Novel kan hampir buta. 15. Apa harapan wartawan setelah menulis berita mengenai kasus teror terhadap Novel Baswedan? Harapannya pasti ada yang membeca beritanya. Harapannya bahwa publik tidak lupa bahwa kasus Novel belum selesai, makanya kita terus tulis follow up kasus ini. Ini kan kasus pelanggaran HAM soalnya. Upaya Tempo secara lembaga atas kasus ini masih dengan memfollow up kasus ini agar tidak dilupakan. Upaya lainnya kita tidak punya wewenang menyelidiki kasusnya tetapi kita melakukan hal lain misalnya di visit lagi ke tetangga-tetangga Novel siapa tau mereka punya info terbaru yang belum di share gitu.

Nama Narasumber : Fitriyan Zamzami Jabatan : Redaktur Halaman Satu Harian Republika Tempat : Kantor Harian Republika (Jl.Warung Buncit Raya No.37 Jakarta

Selatan, 12510) Hari/Tanggal : Senin/ 05 November 2018 Pukul : 13.00 WIB

1. Melihat apa yang Harian Republika beritakan terkait kasus teror yang menimpa Novel Baswedan, seberapa pentingkah kasus itu menurut Harian Republika?

Kami melihat memang KPK saat itu sedang menangani kasus Setya Novanto, kemudian ada kasus sumber waras dan segala macam. Jadi ada sebagian kasus besar yang kebetulan saat itu sedang ditangani KPK. Jadi pada saat itu menurut kami ini hal yang penting. Wartawan kami kenal Novel sudah lama, seorang penetidak hukum dan dia juga mejadi sumber kami di beberapa kesempatan. Jadi saat dia di siram dengan air keras, kami tahu ini bukan isu kecil. Kita tahu bahwa Novel berperan dalam kasus- kasus besar seperti kasus century, setnoduaji, dan sumber waras. Kemudian Novel disitu juga menjadi salah satu penyidik utama kasus Setya Novanto. Jadi kami tahu siapapun yang melakukan ini, ini pasti bukan kriminal biasa, dan si pelaku melakukan kejahatan itu waktunya spesifik. insting kami seperti itu mula nya. Jadi kami fikir berita ini penting untuk kami beritakan. Sehingga kami memutuskan pada saat itu untuk membuat cover khusus di halaman satu.

2. Konstruksi apa yang hendak dibangun oleh Harian Republika dengan judul headline “Jangan Gentar” dalam pemberitaan tersebut?

Karena kami paham semua tindak pidana, semua kejahatan yang dilakukan terhadap oknum-oknum yang sedang melakukan pemberantasan korupsi bukan hanya KPK, misalnya dia adalah jaksa yang disakiti karena dia sedang mengusut korupsi ataupun polisi yang dia dianiaya karena memberantas korupsi pasti dia punya dampak. Kita tidak berbicara mengenai motif karena kita belum tahu siapa pelakunya tetapi pasti dampaknya akan membuat oknum-oknum pemberantasan korupsi yang lain jadi gentar. Pasti dampaknya misalnya anggapan orang lain, wah kalau senior aja diginiin apalagi kita yang masih kayak gini misalnya. Ataupun atasannya dia, wah bawahan saya diginiin kalo saya nanti diapain lagi. Jadi pasti apapun motifnya dalam malakukan penyiraman, katakan buat yang cuma iseng saja atau bagaimana

dampaknya pasti akan menimbulkan sedikit banyak kekhawatiran, ketakutan. Disitu kami ingin mendorong tidak usah takut, kami ada dibelakang kalian, kami akan membela kalian kalau kalian ada apa-apa, itu yang kami tekankan. Jangan gentar, jangan kendor memberantas korupsi apapun yang terjadi.

3. Apa sikap yang hendak Harian Republika himbau dari pemilihan judul tersebut?

Secara latar belakang saya pikir, hampir semua media mainstream di Indonesia sepakat terutama Republika bahwa korupsi itu zero tolerant. Kita tidak punya toleransi sama sekali untuk pelaku korupsi, mau itu mitra kita yang pernah masang iklan di Republika ataupun anggota partai yang kebetulan dekat dengan Republika maupun anggota ormas yang dia sering main kesini, kalau dia kena korupsi buat kami itu sudah redline nya atau garis merahnya disitu, sekali kalian korupsi kita sudah bukan teman lagi, seperti itu. Jadi sikap kami pada dasarnya seperti itu, sehingga saat ada kejadian tersebut sebagai upaya untuk melemahkan korupsi, tentu kami akan bersikap. Dalam hal ini kemudian penyerangan terhadap Novel kami lihat sebagai salah satu bentuk pelemahan upaya pemberantasan korupsi. Maka tentu kami ingin kasus ini diusut setuntas-tuntasnya siapa yang melakukan, motifnya apa, terkait dengan kasus apa, siapa nama besar dibelakangnya yang sayangnya sampai sekarang pun pemerintah maupun kepolisian belum memiliki progres terkait kasus tersebut. Belum ada kemajuan signifikan dalam kasus ini. Tetapi sikap kami waktu itu, waktu pertama kali kasus itu berlangsung tentu kami harus melakukan pembelaan terhadap Novel karena dia salah satu ujung tombak pemberantasan korupsi dalam artian dia juga satu nafas dengan kami dalam pemberantasan korupsi dan dia diserang. Kami berharap bahwa dalam keseluruhan pemberantas korupsi yang sedang diserang, maka kami mengambil sikap bahwa kasus ini harus tuntas tidak boleh terulang lagi.

4. Bagaimana proses persiapan untuk menggali berita tersebut?

Seperti ini kan masuknya peristiwa, jadi di Republika ini kan untuk pemberitaan

biasanya ada dua jenis besar. Yang pertama adalah isu, dan yang kedua adalah peristiwa. Kalo isu ini dia lebih kepada perencanaan, misalnya dulu kita bikin soal jilbab polwan, bagaimana kita memperjuangkan polwan untuk boleh pakai jilbab, itukan peristiwanya tidak ada sebenarnya, tetapi ada keluhan bagi polwan bahwa mereka ingin berjilbab sementara tidak boleh. Maka kita merapatkan itu lebih dalam, kita rapat dulu langkah kita bagaimana, isunya bagaimana, reporternya bagaimana untuk mengambil berita ini. Nah sementara untuk kasus Novel, ini sifatnya lebih pda peristiwa mula nya ini kita bicara pada hari kejadian, karena waktu itu dia belum menjadi isu ia baru peristiwa, jadi sikap indikator nya kita reaktif. Kiita diberitahu kasus itu, kemudian langsung kita kirim wartawan ke lapangan, kita minta dia gali sedalam-dalam nya apa yang terjadi, kita minta komentar-komentar dari tokoh-tokoh yang punya kapasitas dalam kasus tersebut. Nah kemudian setelah semua bahan terkumpul pada siang hari kita tahu bagaimana kronologinya. Kita tahu bagaimana kira-kira yang terjadi pada hari itu, kita tahu bagaimana sikap-sikap tokoh-tokoh, kita tahu dampak dari kejadian tersebut baru kita mulai merancang pada siang harinya. Ini kita mau bikin apa ini berita, terus kita mau bawa kemana apa kita mau beritakan sekedar peristiwanya saja atau mau kita jadikan sebuah pesan, atau sikap, mau kita jadikan perlawanan atau bagaimana. Jadi karena ini peristiwa, saya fikir yang pertama kali kita lakukan adalah kami reaktif dulu. Kita belum merencanakan, kita kirim reporter ke lapangan, kamu kesini, kamu kesini, kamu kesini, kamu wawancara kesini kemudian saat semua sudah terkumpul, baru kita rapatkan dari angle mana kita akan mengambil peristiwa ini. Untuk keesokan harinya, baru kita mulai lebih terencana, karena dia sudah pasca kejadian jadi kita mulai rapat, tadi siang Novel seperti ini besok bagaimana kita mengangkat beritanya. Karena yang anda sorot adalah berita awalnya, jadi sebenarnya itu lebih tergesa-gesa, ia lebih tidak terencana, lebih spontan. Demikianlah hasil dari spontanitas kami.

5. Dalam proses pengolahan berita di redaksi Harian Republika, apakah terjadi pro dan kontra? Bagaimana sebuah kebijakan redaksi berjalan? Sebenarnya hal itu jarang terjadi di Republika, karena kita dari mulai pendidikan kemudian sebelum diangkat, selama setahun dia menjadi calon reporter itu sedikit

banyak sudah mulai kita tanamkan nilai-nilai Republika. Jadi walaupun reporter dan redaktur disini berlainan paham misalnya ada yang Islamnya garis kesini, Islamnya garis kesitu, ada yang ideologinya garis kesini ada yang dukung ini, ada yang dukung itu, tetapi pada saat membuat berita dalam kebanyakan kasus jarang sekali ada pro kontra karena kita sudah paham bagaimana Republika memberitakan hal ini. Rata- rata kita sudah datang punya satu pemikiran, bukan bagaimana saya memberitakan hal ini tetapi bagaimana Republika memberitakan hal ini. Jadi diantara kepala-kepala yang banyak ini, diantara orang-orang yang punya prinsip beda-beda ini biasanya kalau kasusnya itu lisan kemudian kasusnya sikap Republika jarang sekali kami ada pro kontra. Rata-rata kami sudah tahu kalau Republika ini bikinnya bagaimana sudah kebaca. Dari awal kita sudah punya semacam jiwa sendiri, Republika yang mengarahkan kami mau bikin apa besok. Bukan kami lagi yang mengarahkan dia. jadi kami mengikuti bagaimana Republika akan menerbitkan berita ini besok, bukan kemudian kami yang mendikte Republika mau gimana, karena memang nilainya sudah cukup lama kita tanamkan regenerasi terus menerus. Jadi saya pikir tidak ada pro kontra yang demikian tajam.

6. Bagaimana cara menggabungkan tulisan dalam berita-berita tersebut dengan space yang sedikit? Sementara naskah-naskah mentah dari reporter pasti banyak. Bagaimana proses mengedit naskah-naskah tersebut supaya sampai muat dalam satu layout? Kalau di Republika itu ada divisi namanya redaksi koran, redaksi online dan newsroom. Nah newsroom ini yang membawahi reporter-reporter. Jadi koran tidak memesan langsung ke reporter, online juga tidak memesan langsung ke reporter. Online akan memesan ke newsroom yang bersangkutan. Misalnya ada newsroom desk nasional, ada newsroom desk kabar kota, ada newsroom desk agama kami memesan kesitu. Tolong reporternya suruh gali ini, nanti mereka yang kemudian menyebar reporter. Kami tinggal lihat di kantong berita terkait itu. Nah dari berita tersebut kami saring lagi, katakanlah mereka belanja-belanja bahan masakannya, nah kami disini yang memasaknya. Jadi redaktur pilih-pilih yang mana yang relevan karena koran tidak punya kebebasan ruang seperti online jadi kami harus benar-benar selektif, mana tulisan yang benar-benar perlu diketahui pembaca atau mana tulisan

yang bisa membentuk persepsi pembaca besok, jadi tidak asal naik, jadi pada hari itu tidak sedikit tulisan wartawan yang tidak naik dikoran. Biasa kita ambil sedikit- sedikit petikan-petikan dari berita mereka untuk kemudian menghasilkan sebuah tulisan yang akan membentuk persepsi di masyarakat. Seperti itu kalau disini, banyak reporter kemudian kami disini menggabungkan. Bukan kemudian reporter yang bikin tulisan jadi. 7. Apa saja kriteria-kriteria narasumber yang akan diwawancarai? Kalau dalam kasus ini karena peristiwa kita tentu cari lingkaran yang paling dalam dulu, misalnya kita harus dapat si matahari itu. Entah itu tetangganya Novel, entah itu Novelnya sendiri, entah itu keluarganya Novel, entah itu kolega Novel di KPK, entah itu kepolisian yang sedang bertugas di tempat itu, misalnya polsek kelapa gading. Yang lebih dekat dengan dia dulu karena ini peristiwa. Kemudian setelah itu, orang- orang terdekat kita sudah wawancara, kemudian kita cari orang yang berkompeten untuk berkomentar dalam kasus ini siapa. Apakah ketua KPK misalnya karena dia punya kepentingan untuk memberantas korupsi, kementrian terkait kemudian presiden jika dia mau bicara, atau kemudian tokoh-tokoh anti korupsi atau tokoh- tokoh masyarakat. jadi lebih mengalir sumber-sumbernya. Sumber-sumber yang sekunder lebih kami pilih berdasarkan pesan apa yag akan kami sampaikan. Sumber- sumber primer kami pilih yang paling dekat dengan peristiwa. 8. Apa efek dari pemberitaan teror terhadap Novel Baswedan ini? Efeknya kemudian kami kira semakin kuat dorongan untuk penuntasan kasus ini jadi yang kita hendaki, kemudian mucul dorongan untuk menuntaskan kasus ini dari masyarakat untuk pegawai KPK agar mengeluarkan perpu dan sebagainya. Sayangnya bukan hanya Republika maupun Tempo maupun media mainstream yang lain yang memerintah agar pemerintah bertindak serius dalam hal ini. Kami sudah all out sekali memberitakan hal ini semua di media, mau tv, mau online atau koran. Tetapi sayangnya tidak ada reaksi yang kami harapkan dari pemerintah. Progres untuk menuntaskan kasus ini. Kalau dari reaksi masyarakat karena sebenarnya di media massa terutama mainstream selain memicu reaksi masyarakat, lebih utama memicu reaksi yang membuat kebijakan. Anehnya dalam kasus Novel ini, sudah kita beritakan sebanyak apapun tetapi pemerintah tidak bergeming. Kita tidak tahu

kenapa, tetapi tidak selesai-selesai kasus ini. 9. Media mana saja yang menjadi rujukan Harian Republika untuk mengambil kutipan atau berita?

Saya pikir kalau sekarang karena sudah sedemikian tua, sudah dua puluh tahun lebih Republika. Jadi lebih pada persaingan, kita sudah tidak melihat lagi rujukan-rujukan begitu. Kita sudah punya standar sendiri, karena semua media Republika sudah punya standar sendiri sudah tidak mengikuti media lain. Dalam banyak hal media-media mainstream sekarang sudah punya aturan sendiri-sendiri. Dalam banyak hal sudah punya pasar sendiri-sendiri, katakanlah Kompas lebih kepada sekuler menengah keatas, Tempo lebih kepada yang liberal, Republika lebih kepada yang Islam, kemudian Media Indonesia lebih kepada yg pro kepemerintah. Seperti itu sudah ada aturannya sendiri. Jadi kita tidak khawatir merujuk dia besok mau bikin apa. Sudah tidak rebutan pembaca lagi. Untuk berita internasional, prinsipnya sama juga kita cari yang paling dekat. Misalnya kalau kejadiannya di Iran, kita cari IRNA bagaimana. Kalau kejadiannya di Arab Saudi kita cari di Arabnews bagaimana kalau misalnya di Inggris, BBC bagaimana. Jadi punya kantor berita masing-masing. Kita tidak rmerujuk sebuah media tetapi lebih kepada kantor berita. Jadi bukan soal rujukannya tetapi lebih kepada kedekatan media tersebut kepada kejadian.

10. Bagaimana Latar Belakang Pendidikan, agama, budaya dan politik redaktur dalam mengedit berita?

Saya lahir dari keluarga Islam NU, tetapi tidak terlalu nahdin. Saat ini saya tinggal di kelapa dua Depok, saya asli Jawa tetapi besar di Papua. Saya besar di Papua, dan saya melihat banyak kejadian-kejadian negara yang tidak adil dengan Papua, orang Papua itu punya hak untuk merdeka karena mereka dilakukan seperti itu. Sumber daya diambil tetapi hak nya tidak diberi. Pendidikan mereka ditelantarkan. Mungkin itu yang membentuk saya. Banyak hal-hal yang tumbuh bersama sayayang melalui buku yang saya baca , buku favorit saya tahun 1984 George Orwell, terutama Al-Qur’an. Saya alumni Universitas Islam Indonesia Jogja. Saya sudah 10 tahun bekerja di Republika dan menjadi redaktur sejak 3 tahun yang lalu. Saya termasuk orang yang memegang nilai-nilai Islam dalam jurnalistik, karena kadang-kadang orang bilang jurnalisme itu tidak punya agama,jadi itu omong kosong. Semua jurnalisme itu punya agama. Tinggal bagaimana kita melakukan agama itu dalam jurnalistik. Saya fikir dalam banyak hal, Islam itu dekat sekali dengan jurnalisme. Contohnya tabayun, kita tidak boleh percaya saja orang bicara apa, harus mencari kebenaran yang sebenarnya bagaimana. Dalam konteks amar ma’ruf nahi munkar kita harus memberitahu orang ini salah, menyiram orang pakai air keras itu salah, itulah nahi munkar, amar ma’ruf mengajak orang agar tidak korupsi dan menaati nilai-nilai keadilan. Nilah-nilai Islam yang saya pegang dalam jurnalistik. Rasulullah bilang kita tidak boleh membicarakan orang dibelakang, nah itu kita terapkan jadi cover both side. Kami kalau nuduh orang sesuatu, orangnya harus dihadirkan sebagaimana diprofesi kami dalam hal tersebut, kami hadirkan. Jadi tidak membicarakan dia dibelakang. Jadi yang kami lakukan di Republika itu menanamkan nilai-nilai Islam dalam jurnalistiknya. Kalau pandangan politik, saya tidak suka di labelin karena membuat kita kotak-kotak. Saya masih terbuka sejauh ini, tidak ada yang saya anut dengan begitu taat kecuali Al-Qur’an dan Hadist yang sudah paten.

11. Bagaimana pendapat redaktur dengan adanya kasus Novel Baswedan yang belum terungkap pelakunya setelah setahun kejadian?

Kami sangat menyayangkan, karena ini peristiwa yang buruk sekali. Saat dirimu menyakiti ujung tombak korupsi tetapi dirimu tidak dihukum, akan banyak orang yang punya pemikiran serupa. Saat nanti orang besar punya kasus seperti itu. Dia tinggal mengirim saja centengnya gitu untuk menghabiskan. Buat intimidasi yang menyelidiki kasusnya. karena yang Novel saja tidak terungkap, pikirannya dia mungkin nanti ah Novel saja tidak terungkap iseng-isenglah yang ini kita gituin. Itu yang bahaya. Jadi kadang-kadang kejahatan itu bukan soal kejahatannya semata tetapi memang itu dampaknya bagaimana, apa efek yang ditimbulkan. Yang terjadi dari kasus Novel itu yang mengerikan, karena itu akan membuat orang yang ingin melakukan korupsi itu punya ide yang nyeleneh. Itu yang harus dijaga. Makanya mau tidak mau, kasus ini harus selesai bagaimanapun caranya, mau setahun dua taun harus selesai. Orang-orang harus tahu kalau di Indonesia dirimu tidak bisa melukai penetidak hukum kemudian lari dan tidak dapat hukuman. Jadi itu yang kami tekankan dan sangat kami sayangkan. Makanya setelah setahun, kasus ini terus kami dorong walaupun kadang-kadang bukan di halaman depan, mungkin di halaman dalam, halaman nasional, di rubrik politik, rubrik nasional, kami dorong terus kasus ini. Karena penting sekali. Tanggapan kami terhadap polisi sekarang ya kami sangat menyayangkan kepolisian yang lamban bergerak, bahkan seperti tidak ada kemajuan. Kami menyayangkan juga presiden yang tidak punya sikap apa-apa, tanggapannya seperti itu.

12. Bagaimana gambaran geografis, historis, sosial budaya Republika?

Awalnya itu dimulai pada ujung orde baru, Soeharto mulai merapat ke Islam setelah sekian lama mebantai orang Islam, politik Islam ditekan sekian lama, kemudian pada akhir-akhir masa pemerintahannya itu dia mulai ada kedekatan dengan umat Islam. Kemudian orang-orang di Republika yang sebelumnya berdiri ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia) berpikir kita kan mayoritas, tetapi tidak punya suara. Jadi mereka punya ide, bagaimana kalau membuat media sendiri. Waktu itu ketua ICMI nya Habibie yang kebetulan juga wakil presiden. Kemudian kita buat turunan dari masyarakat. Kemudian diwajibkan ke pegawai negeri yang Islam untuk membantu mendanai, yaitu takaful muamalah dan Republika. Republika di media massa nya, muamalah di perbankan, takaful di asuransi. Jadi tiga itu didanai PNS yang muslim dan sumbangan masyarakat muslim. Kemudian Republika berdiri tahun

1992 kita mengambil banyak sekali wartawan senior dari Berita Buana, wartawan Tempo masuk, dari wartawan yang lain masuk, kemudian jadilah Republika. Dari situ kita bertahan-bertahan, kita walaupun waktu itu lahir orde baru katakanlah tetapi orde baru juga sudah kita kritik sebelum jatuh, orde baru jatuh kemudian kita kehilangan patron. Jadi secara ekonomi cukup mengkhawatirkan dan kemudian setelah 2004- 2005 diambil Erick tohir. Republika jadi entitas yang komersil yang tidak terikat oleh orde manapun. Semenjak itu kemudian Republika menjadi media yang lebih komersil dan independen. Tetapi core nya dari awal sampai sekarang tetap kebangsaan, keumatan, keIslaman dan ekonomi kerakyatan. Jiwanya tidak pernah berubah dari dulu. Mengutamakan kepentingan bangsa, kepentigan umat. Tempatnya sejak awal di Jakarta Selatan cetaknya di Pulogadung, juga ada cabang di Jogja, Jawa Barat dekat gedung sate.. Kalau jangkauannya masih sampai mana-mana. Kalimantan, Padang, Riau, NTB, Sulawesi dan lain-lain.

13. Bagaimana Segmentasi Khalayak Pembaca Republika?

Secara intinya tentu yang lagi beriringan dengan naik daunnya Republika yaitu kelas menengah muslim. Dulu orang Islam dianggapnya miskin di Indonesia, dianggap tidak berpendidikan, sekarang ada generasi baru seperti kita, berpendidikan, pakai jilbab katakanlah dia sudah mempunyai sikap-sikap politik yang Islami, dia memilih gaya hidup yang lebih cenderung kekanan. Jadi ada segmentasi yang sedang naik daun di Indonesia. Segmen kelas menengah muslim. Republika lebih dekat ke spektrum tersebut yang kebetulan sekarang atidak lebih dekat katakanlah ke muhammadiyah, atidak kesitu. Kalau anda menanyakan pasarnya Republika sekarang siapa, itu kelas menengah muslim. Karena bukan semata sebagai pasar tetapi kami percaya bahwa orang-orang ini yang akan menentukan Indonesia kedepannya. Bukan orang-orang Islam maupun non muslim yang kaya ataupun yang tidak terlalu kaya. Tetapi yang kelas menengah ini yang mereka baca buku, mereka paham melek teknologi, mereka paham dengan sosiopolitiknya negra-negara, mereka punya wawasan luas. Orang ini yang menentukan negara kedepannya bagaimana. Jadi sasaran Republika. Jadi timbal balik antara mereka dan Republika, mereka punya isu yang mereka anggap penting, kita mainkan. Kita punya isu yang perlu mereka tahu, kita mainkan. Jadi ada timbal balik. Tetapi bahayanya disitu, saat mereka akan cenderung ke kanan Republika juga karena dia punya pasar seperti itu, akan terdorong kekanan. Kalau menengah muslim itu lebih ke kiri atau tengah, Republika akan mengikuti alur mereka. Karena ada timbal balik antara Republika dan mereka, pasarnya disitu.

Struktur Redaksi Harian Tempo Adapun struktur redaksional Harian Tempo sebagai berikut: 1 Posisi Jabatan Nama

Pemimpin Redaksi/ Penanggung Jawab Budi Setyarso Redaktur Eksekutif Philipus Parera Redaktur Pelaksana (Nasional & Hukum) Anton Aprianto Redaktur Utama (Nasional & Hukum) Anton Septian, Dodi Hidayat, Sunudyantoro Redaktur (Nasional & Hukum) Agung Sedayu, Efri Ritonga, Endri Kurniawati, Juli Hantoro, Rusman Paraqbueq, Stefanus Teguh Edi Pramono Staf Redaksi (Nasional & Hukum) Amirullah, Francisco Rosarians Enga Geken, Hussein Abri Y.M Dongoran, Indri Maulidar, I Wayan Agus Purnomo, Kodrat Setiawan, Linda Novi Trianita, Prihandoko, Raymundus Rikang R.W., Rina Widiastuti, Syailendra Persada Redaktur Pelaksana (Ekonomi & Media) Yandhrie Arvian

Redaktur Utama (Ekonomi & Media) Agoeng Wijaya, Yudono Yanuar

Redaktur (Ekonomi & Media) Ali Nur Yasin, Dewi Rina Cahyani, Eko Ari Wibowo, Fery Firmansyah, Retno Sulistyowati, Rr. Ariyani Staf Redaksi (Ekonomi & Media) Aditya Budiman, Ali Ahmad Hidayat, Andi Ibnu Masri, Khairul Anam, Martha W. Silaban, Putri Adityowati, Robby Irfany Maqoma

1 Data diambil dari Harian Tempo edisi 30 September 2018 Redaktur Pelaksana (Investigasi) Bagja Hidayal Redaktur (Investigasi) Mustafa Silalahi Staf Redaksi (Investigasi) Erwan Hermawan, Istman

Musaharun Redaktur Pelaksana (Internasional) Iwan Kurniawan Redaktur (Internasional) Abdul Manan, Mahardika Satria Hadi, Maria Rita Ida Hasugian, Sukma Loppies Staf Redaksi (Internasional) Budi Riza, Sita Planasari Reporter (Internasional) Choirul Aminudin Redaktur Pelaksana (Seni &Intermezo) Seno Joko Suyono Redaktur Utama (Seni &Intermezo) Nurdin Kalim Redaktur (Seni &Intermezo) Mustafa Ismail Staf Redaksi (Seni &Intermezo) Dian Yuliastuti, Moyang Kasih Dewi Merdeka Redaktur Pelaksana (Sains & Sport) Firman Atmakusuma Redaktur Utama (Sains & Sport) Nurdin Saleh Redaktur (Sains & Sport) Irfan Budiman Staf Redaksi (Sains & Sport) Afrilia Suryanis, Amri Mahbub, Erwin Prima Putra Z., Febriyan, Gabriel Wahyu Titiyoga, Indra Wijaya, Nur Haryanto Redaktur Pelaksana (Gaya Hidup) Sapto Yunus Redaktur Utama (Gaya Hidup) Rini Kustiani, Tulus Wijanarko, Yos Rizal Suriaji Redaktur (Gaya Hidup) Nunuy Nurhayati, Reza Maulana Staf Redaksi (Gaya Hidup) Aisha Shaidra, Dini Pramita, Larrisa Huda, Mitra Tarigan, Nur Alfiyah Bt. Tarkhadi, Praga Utama Reporter (Gaya Hidup) Annisa Lucyana, Yunia Pratiwi Redaktur Pelaksana (Metro) Jajang Jamaluddin Redaktur (Metro) Dwi Arjanto, Jobpie Sugiharto, Suseno, Tjandra Dewi, Zacharias

Wuragil Staf Redaksi (Metro) Ali Anwar, Devy Ernis, Gangsar Parikesit, Linda Hairani, Untung Widyanto Reporter (Metro) Avit Hidayat, Inge Klara Safitri, Ninis Chairnia Kepala Pengembangan Produk Digital Yosep Suprayogi Infografis Fitra Moerat Ramadhan Sitompul (Redaktur), Gadi Kurniawan Makitan, Sadika Hamid Video Ngarto Februana (Redaktur), Ryan Maulana, Ridian Eka Saputra, Dwi Oktaviane Media Sosial Ferdinand Akbar (Koordinator), Abdur Rohim Latada Redaktur (Indonesiana ) Istiqomatul Hayati Staf Redaksi (Indonesiana ) Cheta N. Prasetyaningrum Pengembangan Komunitas Rob Januar

Struktur Organisasi dan Struktur Redaksional Harian Republika Struktur organisasi Harian Republika yaitu sebagai berikut:2 Struktur Organisasi Harian Republika

Posisi Jabatan Nama

Komisaris Utama Erick Thohir Wakil Komisaris Utama Muhammad Lutfi Komisaris R Harry Zulnardy, Adrian Syarkawie, Rosan P Roeslani Direktur Utama Agoosh Yoosran Wakil Direktur Utama Mira Rahardjo Djarot Direktur Operasional Arys Hilman Nugraha Direktur Marketing Ronggo Sadono Manajer Senior Keuangan, SDM, Ruwito Brotowidjojo dan Umum Manajer Senior Pengembangan Yulianingsih Yamin Klien Manajer Iklan dan Pengembangan Indra Wisnu Wardhana Daerah Manajer Produksi Nurrokhim Manajer Promosi dan Event HR Kurniawan Manajer TI Mohamad Afif

Struktur Redaksional Harian Umum Republika

Posisi Jabatan Nama Pemimpin Redaksi Irfan Junaidi Wakil Pemimpin Redaksi Nur Hasan Murtiaji Redaktur Pelaksana Koran Subroto

2 Data diambil dari Harian Republika edisi 24 September 2018

Redaktur Pelaksana Newsroom Maman Sudiaman Redaktur Pelaksana Online Elba Damhuri Redaktur Khusus Ikhwanul Kiram Mashuri

Redaktur Senior Agung P Vazza Wakil Redaktur Pelaksana Firkah Fansuri, Heri Ruslan, Kumara Dewatasari, Joko Sadewo Asisten Redaktur Pelaksana: Priyantono Oemar, Stevy Maradona, Ferry Kisihandi, Mansyur Faqih, Didi Purwadi, Muhammad Subarkah, Budi Raharjo, Edwin Dwi Putranto Sekretaris Redaksi Hamidah Sagaf Perwakilan Jawa Barat: Rachmat Santosa Basarah (Kepala Perwakilan), Irfan Fitrat Pribadi (Kepala Redaksi) Perwakilan DIY jateng dan jatim: Haryadi B Susanto (Kepala Perwakilan) Yusuf Assidiq (Kepala Redaksi) Wartawan Senior Harun Husein, Nurul S Hamami, Selamat Ginting, Siwi Tri Puji Budiwiyati, Rakhmat Hadi Sucipto Kepala Desain Sarjono Kepala Infografis Muhamad Ali Imron Kepala Penyunting Bahasa Ririn Liechtiana Kepala Digital Desi Purwo Wijianto

Headline berita Harian Tempo edisi 12 April 2017

Headline berita Harian Republika edisi 12 April 2017

Wawancara bersama wartawan Harian Tempo, Indri Maulidar.

Wawancara bersama redaktur Harian Republika,Fitriyan Zamzami.