MEMBACA KOMPETISI SURAT KABAR OLAHRAGA DI DENGAN PENDEKATAN S-C-P

Faridhian Anshari Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila (UP), E-mail: [email protected] Narayana Mahendra Prastya Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta E-mail: [email protected]

Abstract Sport dailynewspapers in Indonesia have made significance progress. It can be seen by the establishment of two daily sport newspapers, BOLA and Superball in the past couple of years. These newspapers followed the daily newspaper TopSkor, which has already published earlier. This condition make the competition between sport dailynewspaper in Indonesia become intense. This research therefore is going to discuss Indonesian sport newspaper competition by using Structure-Conduct-Performance approach. The approach is called SCP, is the foundation that can be used to see the structure condition and the competition in industrial world, including mass media. The premier data was collected by having interviews with representatives from BOLA and TopSkor newsroom. The aimed is to get the information about the management of the media. The interview lists was arranged based on SCP concept. The result from this research, explain that each media has their own unique things based on the structure, conduct, and performance. As we see on structure approach, the concentration was on Greater Jakarta. From conduct approach, TopSkor use their licensee strategy with some Europe media. Meanwhile, Bola tries to downgrade the price of newspaper. The other approach, performance has a differential point of view. TopSkor use the technology just for the promotion, and Bola use it for product differential. Key words : Sport dailynewspaper, structure, conduct, performance

Abstrak Surat kabar olahraga di Indonesia mulai menunjukkan perkembangan. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, muncul dua harian olahraga yakni Harian BOLA dan SuperBall. Keduanya menyusul harian TopSkor yang telah terbit lebih dahulu. Hal tersebut membuat persaingan di bisnis harian olahraga menjadi sengit. Penelitian ini hendak membahas kompetisi harian olahraga Indonesia dari pendekatan Structure-Conduct- Performance. Pendekatan yang biasa disebut SCP tersebut merupakan tiga pilar yang dapat digunakan untuk melihat kondisi struktur dan persaingan di dunia industri, termasuk media massa. Data primer dalam penelitian ini adalah wawancara dengan pihak redaksi kedua harian olahraga tersebut yakni TopSkor dan BOLA. Wawancara bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai pengelolaan media tersebut. Narasumber wawancara adalah wartawan yang menempati level redaktur ke atas. Daftar wawancara pertanyaan disusun berdasarkan konsep-konsep SCP. Dari hasil penelitian, masing-masing media memiliki kekhasan tersendiri dari segi structure, conduct, performance. Dari segi structure, konsentrasi pasar kedua media ada di kawasan Jakarta dan sekitarnya. Dari segi conduct, Harian TopSkor memaksimalkan strategi kerjasama dengan sistem lisensi dengan media asing Eropa. Sementara harian Bola melakukan strategi menurunkan harga. Sedangkan dari segi performance, ada perbedaan mencolok dalam penggunaan teknologi internet antara kedua harian. TopSkor memanfaatkan internet hanya sebagai promosi saja, sementara Bola menggunakan internet sebagai bentuk diferensiasi produk. Kata kunci: Surat kabar olahraga, structure, conduct, performance

1

PENDAHULUAN Ada sebuah ungkapan bahwa resep agar media laku adalah menggunakan formula 3S, yakni sex (seks), scandal (skandal), dan sport (olahraga). Ketiga tema tersebut dianggap oleh pengelola media cukup efektif untuk menarik perhatian khalayak. Jadi jika ingin sebuah media laku, media hendaknya menghadirkan konten dengan tema minimal satu dari 3S tersebut (Muktiyo, 2011: 18). Ungkapan itu memang di satu sisi terdengar sebagai anekdot, tetapi di sisi lain memang benar. Harus diakui, faktanya berita olahraga merupakan “menu wajib” bagi setiap media. Daya tarik berita olahraga adalah kandungan unsur hiburan di dalamnya dan dapat menjadi semacam pelepasan atau katarsis bagi sebagian masyarakat yang ingin mengaktualisasikan dirinya. Dalam masa tertentu, peristiwa olahraga dapat menyatukan beragam manusia, seperti perebutan Piala Thomas, ia menyatukan seluruh bangsa Indonesia dalam satu kata: nasionalisme (Kusumaningrat & Kusumaningrat, 2006: 9-10). Bahkan berkat pemberitaan media, ajang seperti Piala Dunia, tidak lagi hanya milik masyarakat yang negaranya ambil bagian di kejuaraan tersebut. Masyarakat di negara yang absen di Piala Dunia pun, ikut merasakan kemeriahannya. Saat ini hampir semua media di Indonesia, baik itu cetak, elektronik, mau pun online memiliki rubrik atau program khusus olahraga. Rubrik atau program olahraga bisa bertambah ketika ada event besar seperti Piala Dunia, Piala Eropa, atau kejuaraan di mana Indonesia ambil bagian di dalamnya. Penelitian ini fokus membahas mengenai perkembangan surat kabar olahraga di Indonesia. Alasannya, menurut Adiputra (2010b), perkembangan media cetak di Indonesia yang membahas olahraga semakin pesat. Ada yang berformat tabloid, majalah, majalah yang merupakan franchise dari majalah yang telah terbit di luar negeri, bahkan ada majalah sepakbola yang didedikasikan hanya untuk satu klub. Mayoritas dari media cetak tersebut merupakan terbitan berkala. Dalam beberapa tahun terakhir dunia media di Indonesia mulai ramai dengan kehadiran surat kabar (harian) khusus olahraga. Harian Top Skor mengawali hadirnya harian olahraga di Indonesia pada tahun 2005. Kemudian tabloid olahraga Bola meluncurkan harian Bola pada tahun 2013. Yang terbaru adalah kehadiran Tribun Super Ball --yang merupakan bagian dari kelompok Tribun Gramedia—pada awal tahun 2014.

2

Kehadiran harian olahraga di Indonesia tentu di satu sisi merupakan peluang bagi media tersebut, tetapi di sisi lain juga menghadirkan tantangan tersendiri. Pasalnya, pembaca koran di Indonesia menurun hingga tinggal 15 persen saja (“SPS: Pembaca Koran Tinggal 15 Persen”, Republika.co.id, 21 Oktober 2011, diakses 22 Januari 2014). Berdasarkan data tersebut, bisa dikatakan pasar surat kabar kurang menjanjikan. Tentunya para perusahaan penerbit koran olahraga memiliki pertimbangan sendiri untuk terjun dalam pasar harian. Untuk membahas mengenai koran olahraga di Indonesia, maka tulisan ini akan meneliti dua harian olahraga yakni harian TopSkor dan harian BOLA. TopSkor dipilih karena merupakan koran olahraga pertama di Indonesia. Sementara harian BOLA merupakan pendatang baru. Sejatinya BOLA adalah media olahraga pertama di Indonesia, dalam bentuk tabloid. Namun sebagai harian, BOLA adalah pendatang baru. Data dalam penelitian ini adalah wawancara dengan perwakilan dari redaksi masing- masing harian tersebut. Informasi yang diperlukan adalah bagaimana manajemen redaksional, konten yang ditawarkan, pemanfaatan teknologi untuk memperluas pasar, strategi pemasaran, dan sebagainya. Berbagai informasi tersebut akan dikategorisasikan dengan formula Structure-Conduct-Performance (S-C-P). Esensi pendekatan S-C-P terhadap analisis organisasi industri adalah hipotesis yang menyatakan bahwa kinerja pasar (industri) dipengaruhi oleh operasionalisasi perusahaan, sedangkan operasional perusahaan sendiri dipengaruhi oleh berbagai variabel yang membentuk strukturnya (Yusuf, 2008: 15-16).

TINJAUAN PUSTAKA Harian Olahraga di Indonesia Di Indonesia, berita olahraga baru berkembang di tahun 1970-an. Padahal satu dekade sebelumnya, berita olahraga masih merupakan liputan tambahan. Dianggap tidak cukup penting. Masuk kategori “hiburan” seperti berita mengenai hiburan atau kriminal. Hanya beberapa koran yang memiliki rubrik khusus olahraga, tapi volume dan penempatannya pun kecil dan terpencil. Salah satu penyebab perubahan “nasib” berita olahraga adalah tayangan langsung pertandingan sepakbola, terutama Piala Dunia, yang menyapa pemirsa di Tanah Air. Pemirsa sangat menikmati tayangan tersebut, dan pemirsa membutuhkan lebih banyak informasi dari koran. Mereka masih ingin tahu lebih banyak mengenai apa yang sebenarnya terjadi dan bagaimana perkembangannya kemudian (Marsis, 2004: 15-16).

3

Saat ini terdapat pula media cetak yang memang khusus membahas mengenai olahraga. Bahkan beberapa di antarnya merupakan franchise dari produk asing. Misalkan tabloid BOLA, tabloid Soccer, majalah Bola Vaganza, majalah Main Basket, sementara untuk produk franchise adalah majalah Inside United (majalah untuk fans klub sepakbola Manchester United) dan majalah Four Four Two. Koran (harian) olahraga pertama di Indonesia adalah TopSkor, yang terbit perdana pada tanggal 6 Januari 2005. Saat ini TopSkor berhasil meraup jumlah pembaca sekitar 800 ribu pembaca dengan jumlah pembaca yang semakin banyak. Menurut survei Nielsen di kuartal ketiga tahun 2010, TopSkor menjadi koran nomor satu yang dinilai dari jumlah pembacanya di Jakarta (Profil harian TopSkor, www.topskor.co.id). Kebanyakan orang lebih mengenal Bola sebagai media olahraga yang paling populer di Indonesia. BOLA memang pemain lama dalam dunia media olahraga. Tetapi BOLA baru terjun di bisnis koran (harian) olahraga pada tahun 2013. Sejak itu, BOLA terbit dalam dua versi yakni harian (terbit seminggu tujuh kali) dan tabloid (terbit seminggu sekali). Kompetisi harian olahraga di Indonesia semakin marak dengan kehadiran Super Ball. Super Ball semula adalah nama rubrik olahraga di harian Tribun (kelompok Tribun Kompas Gramedia). Mulai Januari 2014, Super Ball dijual secara terpisah. Namun begitu rubrik olahraga di surat kabar Tribun tidak menghilang, hanya berganti nama menjadi “Super Sport” (“Super Ball, Koran Nasional Bola Terbesar”, Tribunnews.com, 16 Januari 2014).

Pendekatan Structure-Conduct-Performance Seperti dipaparkan pada bagian awal tulisan ini, jumlah pembaca koran atau harian di Indonesia memang mengalami penurunan. Meski begitu peluang bisnis di media cetak masih menjanjikan. Dengan membandingkan tingkat penetrasi Internet di Indonesia pada Agustus 2013 yang masih berkisar antara 40 juta - 85 juta pengguna (penetrasi Internet di Indonesia sebesar 16,7 - 35,4 persen); sedangkan jumlah oplah/tiras seluruh media cetak di Indonesia mencapai 21 juta eksemplar (artinya tingkat penetrasi media cetak di Indonesia baru mencapai 8,75 persen); sedangkan komposisi penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 240 juta jiwa; masih terbuka peluang bisnis untuk mengembangkan industri media cetak di Indonesia (Supadiyanto, 2013: 691).

4

Berita olahraga merupakan berita yang sangat diminati pembaca. Itu berarti berita- berita olahraga dapat menjadi pemikat untuk menarik pengiklan (misal baca: Brooks dalam Boyle, 2006; Kusumaningrat & Kusumaningrat, 2006), maka wajar apabila harian olahraga menjanjikan peluang bisnis yang baik di Indonesia. Agar peluang bisnis tersebut dapat dimanfaatkan secara maksimal, maka harian olahraga perlu memiliki manajemen media yang baik. Untuk mengetahui hal tersebut salah satu yang bisa dilakukan adalah membedah dari perspektif struktur, perilaku, kinerja atau biasa disebut S-C-P (Structure-Conduct-Performance) yang merupakan tiga pilar utama yang dapat digunakan untuk melihat kondisi struktur dan persaingan di dunia industri, termasuk media massa. Esensi pendekatan S-C-P terhadap analisis organisasi industri adalah hipotesis yang menyatakan bahwa kinerja pasar (industri) dipengaruhi oleh operasionalisasi perusahaan, sedangkan operasional perusahaan sendiri dipengaruhi oleh berbagai variabel yang membentuk strukturnya (Yusuf, 2008: 15-16). Guna melihat struktur diperlukan variabel-variabel sebagai berikut yakni: konsentrasi pasar, diferensiasi produk, kemampuan perusahaan untuk menembus pasar, pendatang baru, pembeli, pesaing, dan pemasok (Adiputra, 2010a; Yusuf, 2008). Kemudian conduct atau operasionalisasi sebuah media bisa dilihat pada perilaku perusahaan dalam menentukan harga jual, strategi produk, strategi iklan, strategi investasi, penelitian dan pengembangan, strategi legal, dan strategi kooperatif atau kerjasama (Adiputra, 2010a; Yusuf, 2008). Ada pun untuk melihat performance atau kinerja dari harian olahraga di Indonesia bisa dilihat melalui variabel apakah media tersebut menghadirkan pandangan yang berbeda (diversity of views), kultural, keadilan, efisiensi, penggunaan teknologi, dan kemampuan meningkatkan akses audiens (Adiputra, 2010a; Yusuf, 2008). Penelitian terdahulu mengenai manajemen media misal yang berjudul “Analisis Konglomerasi Indutri Pers Daerah di Indonesia: Pendekatan S-C-P” (Yusuf, 2008). Riset tersebut menyimpulkan bahwa konglomerasi –meski digambarkan memberikan solusi dalam pengembangan bisnis media lokal, namun dalam praktiknya memunculkan berbagai masalah. Dari sisi kritis, seringkali konglomerasi dalam bisnis media dituding terlampau berkonsentrasi pada penumpukan profit dan kurang memperhatikan aspek-aspek sosial.

5

Sebagai ilustrasi adalah yang dilakukan Jawa Pos Group melalui sentralisasi sumber informasi. Melalui Jawa Pos News Network (JPNN) kelompok ini memberlakukan suatu model manajemen pemberitaan terpadu, yakni koran-koran lokal dapat memanfaatkannya untuk mencari berita-berita umum (nasional) dan topik-topik human interest. Fasilitas ini memberikan kemudahan bagi pengelola koran lokal karena tidak perlu mengeluarkan dana besar untuk mencari dan menulis berita. Dari segi efisiensi keberadaan JPNN sangat membantu, namun kebijakan tersebut membawa dampak yang kurang menguntungkan bagi pembentukan wacana sosial di masyarakat karena pemberitaan yang berasal dari satu sumber membentuk homogenitas informasi (Yusuf, 2008: 30-31).

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Dalam pendekatan kualitatif, peneliti melakukan wawancara terhadap objek yang akan diteliti. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara dengan perwakilan dari redaksi harian BOLA dan harian TopSkor. Wawancara ditempuh dengan dua cara yakni wawancara melalui tatap muka dan melalui surat elektronik. Wawancara melalui surat elektronik digunakan guna efisiensi waktu yang dimiliki oleh narasumber. Sebelum melakukan wawancara, penulis menghubungi dahulu pihak harian TopSkor dan harian BOLA melalui surat elektronik dan mengirimkan pertanyaan awal. Narasumber dari harian TopSkor adalah pemimpin redaksi Yusuf Kurniawan. Sementara dari harian BOLA adalah wakil redaktur pelaksana Riemantono Harsojo. Proses wawancara sudah terlaksana, dengan rincian wawancara online (menggunakan surat elektronik) dengan pihak TopSkor yang diwakili oleh pemimpin redaksi Yusuf Kurniawan, telah dilaksanakan pada tanggal 10 Juni 2014. Sedangkan tatap muka atau wawancara langsung dengan Riemantonono Harsojo selaku wakil redaktur pelaksana dari harian BOLA, dilakukan pada tanggal 17 Juli 2014. Data dari hasil wawancara kemudian dimasukkan ke dalam kategori-kategori berdasarkan konsep SCP.

6

TEMUAN DAN PEMBAHASAN A. Harian TopSkor Tentang Harian TopSkor TopSkor merupakan harian olahraga pertama di Indonesia, terbit perdana pada 6 Januari 2005. Di header koran TopSkor (edisi 171, Vol.10, 26-27 Juli 2014) tercantum tulisan "Top Skor Pembaca Terbanyak. Pilihan Terbaik untuk Iklan Anda. Nomor 1 berdasar Nielsen Media Insights Q2 2011" Pemimpin redaksi TopSkor Yusuf Kurniawan menyatakan oplah harian ini berkisar di angka 100-125 ribu. Ketika ada event-event besar seperti Piala Dunia, Piala Eropa, dan Liga champions, oplah dapat mencapai hingga 150 ribu. Dari oplah sehari- hari, umumnya tingkat retur sekitar 10-20 persen. Tingkat penjualan koran dapat dilihat dari tingkat retur tersebut (wawancara melalui email, 10 Juni 2014). TopSkor dilepas ke pasaran dengan harga Rp 3.500 per eksemplar, khusus Jabodetabek dan Bandung. Di luar kawasan tersebut, harga jual TopSkor adalah Rp 4.000. TopSkor mengusung tagline "Harian Olahraga PERTAMA di Indonesia". Penulisan kata “pertama” dengan huruf kapital mengikuti tulisan asli yang terpampang di harian TopSkor. Tagline itu terpampang di bagian header halaman muka TopSkor. Sementara di bagian box redaksi, terdapat tagline "TopSkor Referensi Terbaik Informasi Olahraga". Selain mengandalkan informasi, TopSkor juga menjadi media partner untuk beberapa tour pra-musim klub-klub luar negeri di Indonesia, misalkan Inter Milan dan Juventus.

Pendekatan S-C-P untuk Harian TopSkor Structure Berkaitan dengan harian olahraga di Indonesia, maka variabel yang akan dibahas adalah konsentrasi pasar, pesaing, dan kemampuan perusahaan untuk menembus pasar. TopSkor merupakan "pemain tunggal" dalam bisnis koran olahraga di Indonesia. Namun memasuki tahun 2013, TopSkor mendapatkan kompetitor baru yakni harian BOLA (terbit 2013) dan Tribun SuperBall (terbit 2014). Dalam bisnis media, maka konsentrasi pasar dan kemampuan perusahaan untuk menembus pasar menjadi hal yang penting. Lalu di manakah pasar sasaran dari TopSkor? Menilik dari profil harian TopSkor, kawasan Jabodetabek dan Bandung merupakan pasar harian ini. Hal tersebut diperkuat dengan bukti

7

bahwa TopSkor menuliskan harga yang berbeda antara kawasan Jabodetabek dan Bandung dengan daerah-daerah lain di Indonesia, di halaman depan TopSkor. Koran yang kini bertiras sekitar 250.000 ini beredar luas baik di wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat akan diedarkan ke seluruh Indonesia dalam waktu dekat ini. Selain itu TopSkor sedang mencari mitra usaha untuk mengembangkan pasarnya baik dukungan iklan dan distribusi. (URL:http://www.topskor.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=269&Itemi d=112 , diakses 20 Juli 2014).

TopSkor merupakan pemain lama. Namun begitu mereka memiliki wilayah edar yang "terbatas" yakni di wilayah Jabodetabek dan Bandung. Ini tentu berbeda dengan BOLA dan Tribun SuperBall yang --meski merupakan pemain anyar-- namun untuk urusan pemasaran mereka terbantu dengan jaringan Gramedia Group.

Conduct Berkaitan dengan conduct maka digunakan komponen harga jual, strategi produk, dan strategi kooperatif. Mengenai harga jual, TopSkor memasang Rp 3.500 untuk kawasan Jabodetabek Bandung dan Rp 4.000 di luar kawasan tersebut. Harga ini merupakan yang paling mahal apabila dibandingkan dengan dua kompetitor yakni Harian BOLA (Rp 1.500) dan Tribun SuperBall (Rp 2.000). Pemimpin redaksi TopSkor Yusuf Kurniawan menyatakan TopSkor ingin menerapkan persaingan yang sehat: “Saat ini harga TopSkor Rp 3.500. Pertimbangannya TopSkor ingin menjadi koran olahraga yang sehat dalam persaingan harga di pasar. Sejak pertama kali terbit sudah mengalami empat kali perubahan harga”. (wawancara Yusuf Kurniawan melalui email, 10 Juni 2014).

Ketika penulis membeli TopSkor di kios koran di Yogyakarta, terdapat tulisan "harga promosi" Rp 2.500 (contoh TopSkor edisi 135, Vol.10, Kamis 19 Juni 2014 dan TopSkor edisi 171, Vol.10, Sabtu-Minggu 26-27 Juli 2014). Pembelian dilakukan di kios koran di kawasan Demangan Baru dan Semaki, Yogyakarta. Tulisan “harga promosi Rp 2.500” tersebut bukan berupa cetakan, tetapi cap yang dibubuhkan ke bagian header koran. Berkaitan dengan strategi produk maka hal tersebut berkaitan dengan konten. Sepakbola merupakan konten utama harian TopSkor, terutama liga-liga Eropa seperti Italia, Spanyol, dan Inggris. Kompetisi di Benua Biru mendominasi isi TopSkor. Sementara untuk persepakbolaan nasional ada di tiga-empat halaman terakhir. Berita dari cabang lain menempati rubrik "Olympic-Otosport". Tidak hanya berita, harian TopSkor juga

8

menyediakan halaman yang isinya dari pembaca, seperti “TopSkor Mania” yang berisi email atau SMS dari pembaca. Guna menunjang konten, maka TopSkor menggunakan strategi kerjasama/kooperatif. TopSkor menggandeng dua media olahraga di Eropa yakni MARCA (Spanyol) dan La Gazzetta dello Sport (Italia). Pemimpin redaksi TopSkor Yusuf Kurniawan mengatakan bentuk kerja sama tersebut seperti franchise (wawancara melalui email, 10 Juni 2014). TopSkor memperoleh lisensi eksklusif dari media-media Eropa tersebut. Hal tersebut merupakan ciri khas yang berusaha ditampilkan koran ini. Terdapat 38 koresponden dari La Gazzetta dan 43 koresponden MARCA. Koresponden La Gazzetta tersebar di berbagai kota di Italia dan satu orang di Inggris. Sementara koresponden MARCA tersebar di berbagai kota di Spanyol seperti Madrid, Barcelona, Valencia, Sevilla, Bilbao, hingga kota-kota yang bukan merupakan kekuatan dalam persepakbolaan Spanyol seperti Las Palmas, Osasuna, dan Murcia. Dari MARCA juga terdapat koresponden yang bertugas di Buenos Aires (Argentina) dan Inggris. (data: box redaksi TopSkor edisi 171, Vol.10, Sabtu-Minggu 26-27 Juli 2014). Dengan kerjasama tersebut, maka berita-berita Liga Italia dan Spanyol disediakan loleh La Gazzetta dan MARCA. Sementara untuk berita-berita liga Eropa lainnya (seperti Inggris, Prancis, dsb) ditulis oleh wartawan harian TopSkor sendiri. Dalam liputan Piala Dunia 2014 misalnya, TopSkor hanya mengirim satu orang wartawan dari Indonesia (nama: Ahmad Bachrain). Sebagian besar berita dipasok koresponden La Gazetta dan MARCA.

Performance Performance dalam tulisan ini dilihat dari penggunaan teknologi dan kemampuan meningkatkan akses audiens. Multiplatform merupakan salah satu hal yang perlu dilakukan oleh sebuah media di era teknologi informasi ini. Selain media cetak, TopSkor juga memanfaatkan media internet sebagai sarana penyebaran informasi yakni website dan Twitter, meskipun tidak dimaksimalkan. Website TopSkor beralamat di www.topskor.co.id dan akun Twitter @HarianTopSkor. “Website dan twitter digunakan sebagai sarana untuk promo berita yang tayang di koran cetak. TopSkor belum memiliki e-paper dan tidak pernah menyajikan berita melalui media sosial. Media sosial hanya berperan untuk berbagi pengetahuan soal olahraga. Kontennya di luar berita di media cetak”. (wawancara Yusuf Kurniawan melalui email, 10 Juni 2014).

9

Berita di www.topskor.co.id sama dengan edisi cetak TopSkor. Ketika peneliti mengakses www.topskor.co.id tanggal 29 Juli dan 30 Juli 2014 misalnya, isinya masih sama dengan berita di TopSkor edisi 171, Vol.10, Sabtu-Minggu 26-27 Juli 2014. Itu adalah edisi terakhir sebelum TopSkor libur Idul Fitri dan baru terbit lagi 4 Agustus 2014. Bagaimana dengan akun Twitter @HarianTopSkor? Akun tersebut tercatat memiliki 8.208 Followers, mengikuti (following) 271 akun. Akun tersebut sudah "berkicau" sebanyak 176 ribu kali. Dalam keterangan (bio profile) tertulis "Akun resmi Harian Olahraga Pertama di Indonesia - Lisensi Eksklusif dari MARCA Spanyol dan La Gazzetta dello Sport Italia" (data hingga 30 Juli 2014). Seperti keterangan Yusuf Kurniawan, ada dua tema dalam pesan di linimasa @HarianTopSkor. Pertama adalah promosi dan kedua adalah informasi yang sifatnya pengetahuan seputar olahraga. Promosi sendiri terdiri dalam dua jenis yakni promosi berita- berita yang ada di edisi cetak dan promosi kegiatan yang didukung TopSkor. Untuk yang pertama, misalkan TopSkor pada 25 Juli 2014 menuliskan: NASIONAL, Eksperimen Arema Efektif. Arema gelar uji coba pemungkas selama Ramadan. Bagaimana hasilnya? TopSkor Sabtu-Minggu (26-27/7). (URL: https://twitter.com/HarianTopSkor/status/492882943019200512 , akses 30 Juli 2014).

Berita lengkap dari twit tersebut terdapat pada TopSkor edisi Sabtu-Minggu (26-27 Juli 2014) halaman 14 dengan judul "Eksperimen Arema Cronus Berjalan Efektif". Berita di website TopSkor (www.topskor.co.id) hanya memuat beberapa alenia, dan di bagian terakhir berita tertulis: “untuk selengkapnya baca di TopSkor edisi hari ini”. Misalnya dalam berita berjudul “Persita Terancam”, yang diposting hari Rabu 27 Agustus 2014 jam 23:07 WIB. Di akhir berita tersebut, tertulis "***Untuk selengkapnya, baca di TopSkor hari ini (28 Agustus 2014)***" (URL: http://www.topskor.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=13114:persita- terancam&catid=73:liga-indonesia&Itemid=50, diakses 28 Agustus 2014). Sedang untuk promosi kegiatan yang didukung TopSkor misalkan TopSkor mempromosikan pertandingan pra-musim Juventus vs ISL All Stars di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, 6 Agustus 2014. TopSkor menggunakan tagar/hashtag “#JuveINA14: dalam setiap informasi tentang laga yang akan dilakoni tim berjuluk Bianconeri tersebut di Jakarta.

10

Masih berkaitan laga tersebut, pada 25 Juli TopSkor juga menggelar kuis berhadiah satu tiket kelas 2 melalui @HarianTopSkor. TopSkor juga menggunakan akun twitter @HarianTopSkor untuk membagi pengetahuan tentang sepakbola. Tema pembicaraan dengan tagar "#TahukahAnda" ini sifatnya merupakan info-info singkat berupa trivia. Misalnya twit tanggal 25 Juli 2014 tentang pemain kelahiran Indonesia yang memperkuat klub Italia, Juventus. Twit tersebut juga merupakan bagian dari promosi laga persahabatan antara Juventus dengan Indonesian Super League (ISL) Stars di Jakarta, 6 Agustus. TopSkor juga turut mensponsori event itu. Twit selengkapnya : #TahukahAnda? Juventus memiliki salah satu kiper tim muda kelahiran Indonesia, Emilio Audero Mulyadi yang anggota timnas Italia U-17. (URL: https://twitter.com/HarianTopSkor/status/492655553135378434, diakses 30 Juli 2014)

Selain pengetahuan tentang sepakbola internasional, “#TahukahAnda” juga berbagi informasi mengenai sepnakbola nasional. Posting “#TahukahAnda” pada 26 Juli 2014 misalnya, memberikan informasi tentang terpilihnya Prasetyo Hadi sebagai wasit terbaik Indonesian Super League (ISL) bulan Juni 2014. “Kicauan” @HarianTopSkor berkaitan dengan pemilihan Prasetyo Hadi mencakup kriteria penilaian, profesi utama Prasetyo Hadi, serta hasil voting tim juri yang memberikan kemenangan terhadap sang wasit.

B. Harian BOLA Tentang Harian BOLA Harian BOLA merupakan produk baru dari Tabloid BOLA. Ketika lahir di tahun 1984, BOLA terbit seminggu sekali yakni setiap Jumat. Kemudian mulai Maret 1997, BOLA terbit dua kali seminggu yakni setiap Selasa dan Jumat (Apriadi, 2004). Pada tahun 2010, mengambil monen Piala Dunia di Afrika Selatan, Bola kemudian terbit tiga kali dalam sepekan yakni Senin, Kamis, Sabtu. Selanjutnya pada tahun 2013, lahirlah harian BOLA. Dengan hadirnya harian BOLA, maka tabloid BOLA pun kembali seperti semula yakni terbit seminggu sekali. Bedanya, kali ini setiap hari Kamis. Jadi, pada hari Kamis, BOLA mengeluarkan dua produk yakni tabloid dan harian. Harian BOLA dilepas dengan harga Rp. 3.000 per eksemplar. Setahun berselang, terjadi perubahan harga. Mulai 2 Juni 2014, harian BOLA dijual seharga Rp 1.500. Harian BOLA

11

mengunakan tagline “Terbaik dan Tepercaya sejak 1984”. Ini dapat dipahami sebagai usaha BOLA untuk menunjukkan “status” mereka sebagai pemain lama dalam dunia media olahraga di Indonesia, meski sebagai harian olahraga mereka merupakan pendatang baru, karena baru terbit di tahun 2013. Di samping itu, BOLA juga mengembangkan bisnisnya ke produk lain seperti website berita BOLA Sportsline, BOLA Poster, majalah BOLA Vaganza, tabloid Senior, serta penerbitan buku-buku berkaitan dengan olahraga seperti biografi atlet, buku panduan, dan sebagainya. Di luar media, BOLA juga memiliki toko olahraga BOLA yang menjual merchandise olahraga seperti jersey replika dan produk-produk keluaran BOLA (Apriadi, 2004). Namun dari produk-produk lain tersebut, saat ini beberapa sudah tidak produksi lagi. Untuk saat ini, Sports and Helath Media (SHM) sebagai manajemen yang menjadi induk BOLA juga memegang lisensi untuk penerbitan majalah United Indonesia dan FourFourTwo Indonesia.

Pendekatan S-C-P untuk Harian BOLA Structure Berkaitan dengan harian olahraga di Indonesia, maka variabel yang akan dibahas adalah pendatang baru, konsentrasi pasar, pesaing, dan kemampuan perusahaan untuk menembus pasar. Harian olahraga merupakan bisnis baru di dunia industri media di Indonesia. Dalam kurun waktu satu dekade terakhir, terbukti baru tiga harian olahraga yang terbit. Tetapi yang patut dicermati adalah, dua dari tiga harian olahraga tersebut muncul pada kurun waktu dua tahun belakangan ini. Harian olahraga pertama di Indonesia adalah TopSkor yang terbit sejak 6 Januari 2005. Harian BOLA merupakan pendatang kedua di belantika harian olahraga di Indonesia, yakni mulai terbit tahun 2013. Setahun berselang, satu lagi harian olahraga terbit yakni Tribun SuperBall. Dalam konteks ini, harian BOLA sebagai pendatang baru mengakui kemampuan dirinya dalam menembus pasar yang ada. Salah satu caranya adalah dengan memetakan kompetitor yang berkembang di pasaran Indonesia, khusunya Jobodetabek. Harian BOLA seabagai pendatang baru, mengakui bahwa harian TopSkor merupakan kompetitor utama.

12

“Kompetitor utama dua ya Top Skor karena dari segi usia. Kita nggak ngomongin Brand ya. Lebih ke produk. Harian Bola baru 13 bulan. Top Skor sudah lebih dari enem tahun. SuperBall juga mereka masih muda juga cuma mereka kuatnya lebih pada Harian Bola. Jadi memang pesaing utamanya lebih ke TopSkor punya keuntungan dari segi nama. Kita punya keunggulan nama brand Bola-nya.” (wawancara Riemantono, 17 Juli 2014)

Harian BOLA secara jelas, berhasil memetakan produknya di persaingan harian olahraga di Indonesia. Manajemen harian BOLA pun coba memberikan beberapa terobosan untuk menembus pasar yang ada. Salah satunya dengan banyak memberikan off-print activity. Melalui beberapa kegiatan yang bersifat branding, harian BOLA mengaharapkan dapat memperoleh “nama” di dalam masayarakat, dengan menyaingi kompetitornya. “Ada lebih banyak di tim off-air. Kegiatan hari Minggu Car Free Day. Kemudian kita bikin semacam kita masuk ke perkampungan kita ngebantu kecamatan setempat untuk renovasi lapangan bulu tangkis. Kita juga punya off print rumah suporter. Komunitas-komunitas tim sepakbola. Off print kita juga ke kampus-kampus bikin pelatihan.” (wawancara Riemantono, 17 Juli 2014)

Pernyataan tersebut cukup mampu menjelaskan strategi yang dijalankan Harian BOLA dalam kemampuannya untuk menembus pasar. Namun dari segi efektifitasnya, belum dapat diukur, karena data belum tercantum dalam wawancara serta pengukuran hasil branding belum seleseai dijalankan tim harian BOLA.

Conduct Berkaitan dengan tulisan ini, maka variabel yang akan dibahas adalah penentuan harga jual dan konten harian BOLA. Mengenai harga jual, harian BOLA memilih untuk menurunkan harga hingga 50 persen dari harga semula. Mulai Juni 2014, harian BOLA dapat ditebus dengan harga Rp 1.500. Tentu ini merupakan cara yang unik karena moment untuk menurunkan harga justru terjadi ketika Piala Dunia 2014. Asumsinya, pada saat Piala Dunia 2014 jumlah permintaan justru akan makin naik. Para pengiklan pun juga akan banyak, karena kejuaraan tersebut memang merupakan event olahraga yang menarik minat banyak orang. Tetapi BOLA justru memilih untuk menurunkan harga jual di tengah adanya potensi kenaikan permintaan. Penurunan harga ini awalnya merupakan strategi harga untuk Piala Dunia. Itu dilakukan di sejumlah titik penjualan. Reaksi masyarakat terhadap harga baru sungguh menggembirakan. Untuk itu sejak Senin 2 Juni 2014, harian BOLA memutuskan terbit dengan harga baru. (Harian BOLA, No.I/292/Sabtu-Minggu, 31 Mei-1 Juni 2014, hal. 11).

13

“Latar belakangnya harga turun, karena kita pengen kuat di Jabodetabek karena kita liat di sini ada di posisi tengah-tengah ya. Dengan tujuan kita bisa bersaing memperkuat posisi di Jabodetabek”. (wawancara Riemantono, 17 Juli 2014)

Hal ini jelas menegaskan bahwa Harian BOLA secara pemberitaan tidak berubah, tetap sama dengan tabloid sebelumnya, namun lebih ekonomis dari sisi harga karena akan menyasar pangsa pasar di Jabodetabek. Selain itu lebih “menancapkan kuku” di peta persaingan harian olahraga di ndonesia dengan para kompetitor (dalam hal ini khususnya TopSkor yang lebih populer di Jabodetabek.) Berkaitan dengan strategi produk maka hal tersebut berkaitan dengan konten. Konten utama harian BOLA adalah sepakbola khususnya di Eropa. Liga-liga Eropa seperti Liga Inggris, Liga Spanyol, Liga Jerman, dan Liga Italia merupakan konten andalan. Kompetisi di Benua Biru menempati halaman-halaman muka BOLA. Sementara untuk persepakbolaan nasional ada di empat halaman terakhir. Selain itu juga terdapat berita dari cabang lain seperti bulutangkis, tenis, basket, otosport, dan tinju. Tidak hanya berita, harian BOLA juga menyediakan halaman yang isinya dari pembaca, seperti “Forum Pembaca” yang berisi surat-surat pembaca, “Umpan Balik” yang berisi SMS pembaca tentang topik tertentu, serta “Opini Publik” yang berisi artikel panjang kiriman pembaca. Meski saat ini merupakan era internet, di mana informasi dapat diperoleh dengan relatif mudah, namun BOLA tetap mempertahankan “tradisi” mereka yakni mengirimkan wartawan untuk meliput event-event akbar olahraga. Salah satu bukti, wartawan BOLA tak pernah “absen” untuk meliput langsung gelaran Piala Dunia sejak 1986 (Apriadi, 2004: 17). Wartawan yang berangkat ke lokasi penyelenggaraan olahraga menyajikan hasil wawancara eksklusif dan foto-foto eksklusif. Sementara yang “berjaga” di kantor mendukung dengan menghadirkan ulasan dan analisis. Konten yang update serta diulas dengan cermat yang menjadi salah satu senjata harian BOLA dalam meraih dan merambah pangsa pasar. Dari segi konten, harian BOLA mengedepankan pemberitaan sepakbola dari liga eropa maupun maerika (dirangkum dengan nama Ole Internasional) serta juga menyertakan pemberitaan sepakbola domestik dan cabang olahraga lain, seperti atletik, Formula One, basket dan cabang olimpik. “Paling unggulan ya sepakbola internasional karena memang itu yang memang paling banyak diminati ya. Kemudian sepakbola nasional belakangan mulai minat terhadap sepakbola nasional mulai seiring kesuksesan timnas U19. Kita coba petakan bola internasional dan

14

nasional. Presentasinya mungkin sektiar 60 persen sepakbola internasional 30 persen nasional sisanya cabang olimpik” (wawancara Riemantono, 17 Juli 2014)

Konten yang menjadi andalan tabloid BOLA selama ini, tetap diteruskan oleh harian BOLA, namun menambahkan porsi yang berbeda dalam sepakbola nasional yang menjadi 30 persen. Jika menilik kompetitor lainnya, porsi di sepakbola nasional paling besar menjadi milik harian BOLA.

Performance Berkaitan dengan tulisan ini, maka pembahasan adalah pada enggunaan teknologi dan kemampuan meningkatkan akses audiens. Di bagian ini membahas BOLA sebagai media secara keseluruhan. Multiplatform merupakan salah satu hal yang perlu dilakukan oleh sebuah media di era teknologi informasi ini. Tujuannya adalah memberikan banyak pilihan bagi pembaca untuk dapat menikmati informasi dari sebuah media. Bagi media cetak, akan lebih baik bila memiliki media elektronik, apakah itu radio, televisi, atau pun internet. Karena itu perusahaan-perusahaan media cetak selalu memerlukan anak-anak perusahaan media seperti yang disebut tadi (Apriadi, 2004: 135). Sejak awal tahun 2000, BOLA juga telah mengembangkan website berita BOLA Sportsline (www.bolanews.com). Pada awal diluncurkan, jumlah hit BOLA Sportsline adalah 600 ribu per bulan. Sekitar tiga tahun berselang, jumlah hit itu mencapai 4,2 juta per bulan. Pada Desember 2003, jumlah hit sudah mencapai 9,8 juta dengan pageview 1,2 juta. Melihat kondisi tersebut, BOLA Sportsline dialihorientasikan: dari mencari keuntungan menjadi ke pelayanan. Dalam layar BOLA Sportsline, selain berita olahraga pembaca juga dapat menjumpai produk lain BOLA seperti majalah BOLA Vaganza, BOLA Poster, Toko Olahraga BOLA, dan tabloid SENIOR (Apriadi, 2004: 134-137). Berkembangnya teknologi informasi membuat internet kini dapat diakses melalui perangkat lain seperti telepon pintar. BOLA online juga hadir dengan tampilan yang friendly untuk telepon pintar yakni di alamat m.bolanews.com. BOLA juga hadir di media sosial dengan akun Twitter @TabloidBOLA dan Facebook di alamat Facebook.com/TabloidBOLA. Jika melihat dari performa yang dijalankan kedua media sosial yang dikembangkan harian BOLA, yang diwakilkan Facebook dan Twitter maka dapat dikatakan perofrma yang dijalankan dalam mengedepankan teknologi untuk meraih audiense dapat dikatakan cukup

15

berhasil. Hal ini terbukti dari keaktifan serta update nya media sosial twitter harian BOLA, yang masih menggunakan nama @TabloidBOLA. Seperti yang penulis lihat hingga tanggal 15 Agustus 2014, sudah terjalin 35.900 tweet (sejak pertama kali bergabung di twitter pada bulan mei 2011). Keaktifan lain yang tampak, adalah sudah diunggahnya 2500 foto dan video yang bertemakan acara yang disponsori oleh harian BOLA (seperti nonton bareng) maupun gambar headline dan cover harian BOLA per hari nya. Selain itu kemampuan menyebarkan informasi melalui twiter dapat dikatakan cepat, karena menurut perhatian penulis, harian BOLA cukup sering menulis tweet,minimal setiap jam ada dua hingga tweet. Jika ditinjau dari segi komunikasi dengan followers atau pengikut di media sosial twitter, maka akan ditemukan sedikit ketimpangan. Berdasarkan tinjauan peneliti, hal ini dikarenakan informasi yang diberikan @TabloidBOLA lebih bersifat informatif, tanpa memerlukan timbal balik dari followersnya yang berjumlah kurang lebih 97.000 orang. Namun, pemandangan berbeda akan tampak jika melihat media sosial lainnya seperti facebook dengan akun Tabloid BOLA. Pergerakan harian BOLA di ranah facebook, hanya berkutat di event-event besar, seperti Piala Dunia. Dari pengamatan peneliti hingga tanggal 15 Agustus 2014, status maupun informasi yang diunggah di facebook masih berhenti hingga tanggal 13 Juli 2014, tepatnya ketika piala dunia 2014 akan berakhir. Setali tiga uang dengan twitter, respon dari followers fan pages facebook yang berjumlah 18.838 orang jarang melakukan respon langsung dengan status yang diunggah Tabloid BOLA. Hal ini dapat disebabkan karena status yang diunggah hanya berbentuk informatif tanpa membutuhkan respon dari followersnya. Pemanfaatan teknologi internet juga dilakukan dengan meluncurkan produk BOLA Digital. Pembaca bisa mengunduh BOLA Digital dan BOLA Majalah secara gratis dengan mengakses URL http://www.bolanews.com/category/features/bola.digital. Konten yang ditawarkan BOLA Digital dan BOLA Majalah berbeda dengan yang dijual. Teknologi berbasis internet yang merepresentasikan harian BOLA, juga didukung oleh informasi serta sumber daya manusia yang mengolahnya. Dikarenakan Sumber daya manusia yang bekerja di “balik layar” media sosial, website, dan BOLA digital berbeda dengan staff redaksi harian BOLA, maka tercipta sebuah pergerakan dan performa bagus di dunia ranah yang berbeda (harian dan internet).

16

“SDM untuk yang berbasis internet memang berbeda. Lebih ke ePaper itu yang digital itu berebda, tapi tidak 100 persen beda. Untuk bolanews yang updatenya itu memang juga berbeda cuman terkadang bukan terkadang ya rekan-rekan yang mengerjakan yang khusus ditempatkan di Bolanews. Bebannya tidak sama dengan yang fokus di Bolanews” (wawancara Riemantono, 17 Juli 2014).

Hal ini mengeaskan bahwa manajemen harian BOLA, memberikan perhatian khusus kepada pergerakan harian BOLA selain menerbitkan koran setiap hari. Salah satu bukti, dari penggunaan SDM yang berbeda adalah adanya pembaruan dari segi pemberitaan harian maupun website. Website harian BOLA yang beralamat di Bolanews.com menuliskan headline “Antonio Conte Resmi Tangani Timnas Italia” pada hari jumat tanggal 15 Agustus 2014, pukul 00.45 WIB. (Alamat URL: http://www.bolanews.com/read/sepakbola/italia/84502antonio.conte.resmi.tangani.timnas .italia) diakses pada tanggal 15 Agustus 2014. Headline ini cukup menarik, dikarenakan Harian BOLA yang terbit tepat di hari yang sama edisi hari Jumat tanggal 15 Agustus 2014 NO.II/059, masih mencantumkan salah satu headline di rubrik Liga Italia (halaman 6), dengan judul: “Antonio Conte menuju Timnas Italia”. Dengan inti berita bahwa Antonio Conte “belum resmi” menangani timnas Italia, Hal ini menunjukan bahwa informasi yang diupdate oleh website lebih cepat dan tidak terpaku dengan berita yang beredar dan tertulis di harian pada hari yng sama.

SDM sebagai Penguat Performance Hal lain yang tak kalah penting adalah sumber daya yang dimiliki. Sebagai sebuah industri, media juga dihadapkan pada kemampuan mengelola sumber daya yang terbatas. Intinya, segala sumber daya itu harus dikelola secara efisien (Yusuf, 2008: 27). Sementara menurut Mastoem (dalam Yusuf, 2010: 272) bisnis pers membutuhkan banyak persyaratan seperti man, money, method, machine, material, dan market. Dalam bagian ini, penulis membahas dari dua aspek yakni man dan method. Man adalah sumberdaya manusia yang dimiliki, dan method adalah cara. BOLA cukup lama terbit sebagai tabloid. Bahkan dapat dikatakan, sepanjang hidupnya BOLA merupakan tabloid. Itu berarti BOLA belum “terbiasa” dengan iklim terbit harian. Dalam format tabloid, deadline hanya dilakukan menjelang hari terbit saja. Misalkan ketika tabloid BOLA akan terbit hari Senin, maka para wartawan mempersiapkan terbitan dari Minggu sore hingga Senin pagi. Naskah terakhir adalah pertandingan yang bermain di hari 17

Senin dinihari. Setelah itu naskah diproses di pracetak. Kemudian tabloid BOLA tersebut mulai beredar di pasaran hari Senin sekitar pukul 10-11 siang WIB. Hari Senin sore, para wartawan tabloid BOLA hanya melakukan rapat evaluasi terbitan dan perencanaan, dan sesudah itu secara umum BOLA libur. Saat BOLA terbit tiap Selasa dan Kamis, hari kerja adalah hari Minggu hingga Jumat, sementara libur adalah hari Sabtu, perkecualian adalah bagi yang ada liputan di hari Sabtu (wawancara Riemantono, 17 Juni 2014). Perbedaan pola kerja antara tabloid dengan harian menuntut media melakukan penyesuaian. Penyesuaian tersebut dilakukan dengan cara menambah SDM wartawan. “Ketika jadi harian tentu ada penambahan SDM, dengan penambahan SDM itu jadi memang semua bisa berjalan sih. Deadline gak ada masalah, gak begitu berbeda jauh. Pada awalnya memang sedikit kagok sih karena memang sudah dibikin rapi, jadi sudah semua bisa jalan”. (wawancara Riemantono, 17 Juli 2014).

Pernyataan tersebut menegaskan bahwa SDM atau sumber daya manusia (dalam hal ini wartawan) menjadi salah satu kunci dalah harian BOLA menjaga performanya dalam menjalankan persaingan harian olahraga di Indonesia. Strategi berbeda coba dikembangkan oleh sang kompetitor, harian TopSkor yang mengedepankan koresponden yang tersebar meluas di kota-kota di Italia dan Spanyol. Dengan tidak perlu bertambahnya sumber daya manusia yang telah mengisi harian mereka, maka cukup dengan memuat ulasan dari seluruh koresponden maka isi berita dapat terpenuhi. Hal ini dapat dimaklumi, karena harian TopSkor membeli lisensi dan memiliki kerjasama spesial dengan harian olahraga La Gazetta Dello Sport dan Marca. Dari sisi ekonomis, jumlah SDM yang tidak perlu ditambah akan meningkatkan keuntungan dalam hal bisnis redaksional. Secara garis besar, jika kedua harian olahraga tersebut djabarkan lewat pendekatan S,C,P (structure, content, and performance) maka akan terangkum melalui tabel di bawah ini

TABEL KOMPARASI HARIAN OLAHRAGA MEDIA HARIAN OLAHRAGA TOPSKOR HARIAN OLAHRAGA BOLA PENDEKATAN

Structure Konsentrasi Pasar Jabodetabek & Bandung (penulisan Fokus di Jabodetabek, dan meraih harga yang berbeda di kota lain) pasar di kota lain (harga hanya berbeda untuk luar pulau Jawa)

18

Diferensiansi Produk Belum ada (masih sebatas harian) Website berita, tabloid, poster, majalah, buku panduan

Kemampuan Berhasil meraih pangsa pasar (oplah Sebagai harian, masih kalah bersaing Menembus Pasar perhari 100-125 ribu) dengan TopSkor. Conduct Harga Jual Rp 3500,- per eksemplar ( Rp 4000,- Rp 1500,- per eksemplar (Rp 2000,- harga luar Jabodetabek dan diluar pula Jawa) Bandung,-)

Strategi Produk Konten liga-liga Eropa (fokus di Liga Konten 60 % sepakbola internasional, Italia dan Liga Spanyol) 30 % nasional (memperbanyak bola nasional)

Strategi Kerjasama Bekerjasama dengan harian MARCA Memperbanyak kegiatan off-print (spanyol) dan La GAZZETA DELLO dengan komunitas olahraga. SPORT (Italia) Mengadakan event olahraga maupun Menjadi media promotor klub liga jurnalistik. eropa yang datang ke Indonesia

Performance Penggunaan Website di www.topskor.co.id serta Multiplatform dengan teknologi dan twitter di @HarianTopSkor belum mengoptimalkan internet lewat Kemampuan optimal. pemberitaan di website Meningkatkan Akses Belum memiliki E-Paper www.bolanews.com serta media Audiens sosial yang dipotimalkan. Mempunyai BOLA online dan media digital yang dapat diakses melalui berbagai perangkat

Pendukung Sumber Daya Mengutamakan koresponden dari Mengoptimalkan wartawan lokal. Manusia (Wartawan luar. 38 jurnalis dari Italia, 43 jurnalis Jumlah wartawan sebanyak 37 orang, dan Redaksi) dari Spanyol, 2 jurnalis dari inggris, dan hanya menggunakan 2 orang serta 1 dari Argentina. Koresponden sebagai koresponden luar (Jerman dan dari Italia dan Spanyol ini menulis Inggris). Koresponden luar ini tidak untuk setiap edisi. menulis di setiap edisi. Wartawan lokal berjumlah 37 orang. Redaksi yang bertanggungjawab untuk edisi cetak dan versi online diisi oleh personel yang berbeda

KESIMPULAN Berdasarkan analisis diatas, maka akan ditemukan beberapa jawaban mengenai pemetaan surat kabar olahraga di Indonesia, serta tantangan yang harus dihadapi di era konvergensi media saat ini. Pergerakan berita yang hanya mengandalkan lewat media cetak, terbukti masih ampuh untuk saat ini. Oplah atau tiras serta pendapatan yang didapatkan

19

oleh surat kabar olahraga di Indonesia masih dapat dikatakan memuaskan dan masih dapat berkembang. Namun, untuk perkembangan yang lebih lanjut dengan memasuki era konvergensi media yang mengedepankan online serta kecepatan, teknologi yang berada di media cetak perlu terus dioptimalkan. Berdasarkan temuan penelitian, maka terlihat salah satu harian olahraga (TopSkor) masih kurang mengoptimalkan perfomance di bagian kemampuan mengakses pembaca lewat teknologi. Pergerakan berita maupun komunikasi dengan pembaca masih belum tersentuh lewat teknologi. Teknologi internet dalam wujud website serta media sosial masih dianggap sebagai kegiatan sekunder oleh tim redaksi. Terlihat dari konten yang diupdate, masih belum ada yang bersifat berita aktual. Berbeda dengan BOLA, yang masih dianggap baru sebagai harian, namun sejarahnya yang sudah lama di kancah media nasional, membuat Bola paham mengenai tantangan yang akan dihadapi dalam era konvergensi kedepan. Pergerakan teknologi lewat media sosial maupun media online yang mereka jalankan sudah dapat dikatakan cukup untuk menghadapi tantangan yang ada. Namun, strategi kerjasama yang dijalankan masih harus terus dioptimlakan agar mampu bersaing dengan harian TopSkor, baik itu di kawasan Jabedatabek maupun kota lain. Sisi kritis yang coba diangkat lewat tulisan ini adalah pemanfaatan internet dalam surat kabar olahraga di Indonesia masih belum maksimal, sehingga ditakutakan akan ada beberapa suat kabar yang belum siap dalam menghadapi era konvergensi media. Selain itu, dari observasi terhadap konten, ternyata konten lokal belum diangkat secara kuat oleh beberapa surat kabar olahraga. Konten lokal baik itu berupa sepakbola, maupun cabang olahraga lainnya lainnya, hanya mendapat porsi kecil dalam pemberitaan di surat kabar. Berdasarkan perhitungan dalam penelitian, konten lokal belum mencapai 25 % dari pemberitaan yang ada. Perlu digarisbawahi bahwa konten lokal di sini tidak semata berita olahraga nasional, tetapi lokal secara geografis. Misalnya ketika peluncuran koran olahraga Tribun SuperBall di Jambi seorang pembaca pembaca di Jambi merespon dengan menanyakan berita tentang klub lokal, PS Bangka ("Mana Berita PS Bangka, Bang?!". bangka.tribunnews.com, 16 Januari 2014, diakses 27 Januari 2014).

20

Pengelola media perlu memiliki strategi yang baik dalam menentukan konten. Penentuan konten tidak lagi absolut berdasarkan 5W + 1H semata. Penentuan nilai berita pun mungkin tidak lagi sekadar berpatokan pada jargon “name makes news”. Menurut Siregar (dalam Yusuf, 2008: 23), tingkat sensitivitas pengelola media terhadap kebutuhan khalayak akan informasi bisa menentukan laku tidaknya sebuah media. Sejauh ini baik TopSkor mau pun Bola mengangkat konten lokal sepakbola nasional dengan berita-berita seputar tim nasional atau berita-berita klub lokal yang punya popularitas, contohnya Persib Bandung, Persipura Jayapura, Arema Indonesia, Persebaya Surabaya, dan Persija Jakarta. Tim-tim tersebut memiliki nama besar, prestasi, dan bermateri pemain bintang. Tetapi pemberitaan tentang tim-tim tersebut mungkin kurang menarik perhatian masyarakat di luar kota tempat tim-tim tersebut bermarkas. Misal, masyarakat di kawasan Yogyakarta akan lebih peduli terhadap berita mengenai PSS Sleman, Persiba Bantul, atau PSIM Yogyakarta dibanding dengan berita klub-klub lain di luar kawasan Yogyakarta. Itu artinya, konten media harus memuat informasi yang sesuai dengan keinginan pembaca. Sesuai dengan keinginan pembaca berarti mengikuti selera pasar. Berkaitan dengan hal ini, dengan berseloroh Hamilton (dalam Adiputra, 2010a: 159) menyatakan berita saat ini bergantung pada 5W “versi” pasar yakni: (1) who cares about a particular piece of information?; (2) what are they willing to pay to find it, or what are others willing to pay to reach them?; (3) where can media outlets or advertisers reach these people?; (4) when is it profitable to provide the information?; (5) why is this profitable? Olahraga lokal merupakan konten yang mampu menarik pembaca. Dua surat kabar umum di Yogyakarta yakni Tribun Jogja dan Harian Jogja, menjadikan berita-berita tentang olahraga di kawasan ini sebagai andalan. Berita tersebut terutama membahas tim-tim sepakbola lokal yakni PSS Sleman, Persiba Bantul, dan PSIM Yogyakarta (Pramesti, 2014). Itu berarti menambah konten olahraga lokal dapat menjadi pilihan logis bagi harian olahraga. Pasalnya, pasar lokal diprediksi menjadi pasar masa depan bagi harian. Pasalnya, di Indonesia ada pergeseran model distribusi dari koran nasional ke koran regional. Di awal tahun 2000-an, koran regional naik dari 20 judul menjadi 138 judul. Koran nasional yang didistribusikan antarkota dan antarpropinsi bersaing dengan koran regional yang diterbitkan hanya dalam kota propinsi (Adiprasetyo, 2007: 240-241). Harian BOLA sebenarnya berencana menerbitkan konten lokal secara berbeda-beda di setiap daerah, namun

21

keterbatasan SDM membuat rencana itu masih belum terwujud (wawancara Riemantono, 17 Juli 2014). Keterbatasan penelitian ini adalah fokus kepada pengelolaan media. Itu berarti, data hanya diperoleh dari pihak media olahraga saja. Itu sebabnya kami memberikan beberapa saran bagi penelitian lanjutan. Yang pertama, terkait pemetaan pasar harian olahraga Indonesia secara lebih mendalam. Kemudian kedua, riset konsumen terhadap harian olahraga, yang dapat ditinjau dari sisi pengambilan keputusan membeli hingga persepsi memilih sebuah harian olahraga. Penelitian lain adalah mengenai pengembangan strategi bisnis dan komunikasi terkait sisi non konten berita olahraga.

DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, Wisnu Martha. (2010a). “Antara Kreativitas, Ketidakpastian, dan Kesempatan: Memahami Manajemen Media Baru” dalam Potret Manajemen Media di Indonesia. Dyah Hayu Rahmitasari (Ed.). Yogyakarta: Prodi Komunikasi Universitas Islam Indonesia dan Total Media, hal. 139-164

Adiputra, Wisnu Martha. (2010b). Manajemen Media dan Media tentang Sepakbola. http://wisnumartha14.blogspot.com/2010/03/manajemen-media-dan-media- tentang.html, diakses 20 Januari 2014.

Adiprasetyo, Agung. (2007). "Mengapa Bicara Soal "Kematian" Surat Kabar?" dalam KOMPAS Menulis dari Dalam. St. Sularto (Ed).Jakarta: Penerbit Buku Kompas, hal. 237- 245

Apriadi, Lilianto (ed). (2004). BOLA 20 Tahun: Bergulir dan Mengalir. Jakarta: PT Tunas BOLA

Boyle, Raymond. (2006). Sports Journalism: Context and Issues. London: SAGE. eBook.

Kusumaningrat, Hikmat & Kusumaningrat, Purnama. (2006). Jurnalistik Teori & Praktik. Bandung: Remaja Rodsakarya

Marsis, Sumohadi. (2004). Enaknya Wartawan Olahraga: Memburu Berita dan Cerita ke 30 Negara. Jakarta: PT Tunas BOLA

Muktiyo, Widodo. (2011). Dinamika Media Lokal dalam Mengkontruksi Realitas Budaya Lokal sebagai Sebuah Komoditas. Solo: UNS Press dan LPP UNS

22

Pramesti, Olivia Lewi. (2014). “Olahraga, Media, dan Audiens: Perspektif Media Lokal dalam Meliput Isu Olahraga” dalam Sport, Komunikasi, dan Audiens: Arena Olahraga dalam Diskursus Ekonomi-Politik, Bisnis, dan Cultural Studies. Fajar Junaedi, Bonaventura Satya Bharata, Setio Budi HH. (Eds). Yogyakarta: ASPIKOM, Prodi Komunikas Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanegara, dan Penerbit Buku Litera, hal. 67-87

Supadiyanto. (2013). “Implikasi Teknologi Digital dan Internet (Paperless Newspaper) pada Industri Media Cetak di Indonesia” dalam Prosiding Seminar Nasional: Menuju Masyarakat Madani, hal 687-696. http://dppm.uii.ac.id/dokumen/seminar/2013/G.Supadiyanto.pdf , diakses 22 Januari 2014

Yusuf, Iwan Awaluddin. (2008). “Analisis Konglomerasi Industri Pers Daerah di Indonesia: Pendekatan S-C-P” dalam Jurnal Komunikasi Volume 3, Nomor 1, Oktober 2008. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia, hal.15-32

Yusuf, Iwan Awaluddin. (2010). “Menggagas Kajian Manajemen Media, Menyoal Kontribusi Ilmu Komunikasi” dalam Potret Manajemen Media di Indonesia. Dyah Hayu Rahmitasari (Ed.). Yogyakarta: Prodi Komunikasi Universitas Islam Indonesia dan Total Media, hal. 267-275

Sumber Artikel atau Berita dari Internet _____. "SPS: Pembaca Koran Tinggal 15 Persen”, Republika.co.id, 21 Oktober 2011. URL: http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/11/10/21/ltf33z-spspembaca- koran-tinggal-15-persen , diakses 22 Januari 2014

_____. "Mana Berita PS Bangka, Bang?!". bangka.tribunnews.com, 16 Januari 2014. URL: http://bangka.tribunnews.com/2014/01/16/mana-berita-ps-bangka-bang , diakses 27 Januari 2014

23