GEDUNG BIOSKOP DI KOTA KENDARI

SKRIPSI PERANCANGAN

Sebagai Persyaratan Untuk Ujian Sarjana Arsitektur

OLEH SYAPRIL KADIR D51111277

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN GOWA 2018 GEDUNG BIOSKOP DI KOTA KENDARI

SKRIPSI PERANCANGAN TUGAS AKHIR – 477D5136

PERIODE I TAHUN 2018/2019

Sebagai Persyaratan Untuk Ujian Sarjana Arsitektur

OLEH SYAPRIL KADIR D51111277

DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN GOWA 2018

ABSTRAK

Setiap individu dalam masyarakat memiliki berbagai macam kebutuhan, Henderson (dalam Potter dan Perry, 1997) membagi kebutuhan manusia ke dalam 14 komponen, dimana salah satunya adalah kebutuhan akan rekreasi atau hiburan. Salah satu media hiburan yang banyak diminati oleh masyarakat ialah kesenian. Hiburan melalui drama perfilman dipertunjukkan dalam layar lebar, yang biasanya disediakan dalam sebuah bioskop. Bioskop di kota Kendari hingga saat ini terdapat di dua lokasi, yaitu di Hollywood Square dan Lippo Plaza. Pengadaan bioskop di Hollywood Square, yaitu Hollywood Cinema, dikelola oleh pihak lokal, sehingga masih memiliki fasilitas yang kurang memadai, baik dari segi penataan di dalam dan di luar teater maupun gedung secara keseluruhan. “Gedung Bioskop di Kota Kendari” yang penulis maksud adalah sebuah bangunan multi fungsi atau struktur yang menyediakan panggung (dan peralatan terkait) untuk penyajian pertunjukan drama dan perfilman di Kota Kendari. Fakta-fakta di atas membuktikan bahwa penting untuk membangun suatu gedung bioskop di kota Kendari yang dapat digunakan oleh masyarakat kota Kendari untuk memenuhi kebutuhannya akan hiburan yang tentunya mengutamakan kenyamanan masyarakat. Oleh karena itu, penulis menyusun rencana pembangunan pembangunan gedung bioskop di Kota Kendari.

Kata Kunci: Film, Bioskop, Kendari

i

ABSTRACT

Every individual in society has various kinds of needs, Henderson (in Potter and Perry, 1997) divides human needs into 14 components, one of which is the need for recreation or entertainment. One of the entertainment media that is in great demand by the public is art. Entertainment through film drama is shown on the big screen, which is usually provided in a cinema. Cinemas in Kendari city are currently located in two locations, namely Hollywood Square and Lippo Plaza. The procurement of cinemas in Hollywood Square, namely Hollywood Cinema, is managed by local parties, so it still has inadequate facilities, both in terms of arrangement inside and outside the theater and building as a whole. "Cinema Building in Kendari City" which the author intended was a multi- function building or structure that provided a stage (and related equipment) for the presentation of drama and film performances in Kendari City. The facts above prove that it is important to build a cinema in the city of Kendari which can be used by the people of Kendari to fulfill their needs for entertainment which certainly prioritizes the comfort of the community. Therefore, the authors compiled a plan for the construction of a cinema building in Kendari City.

Keywords: Movie, Cinema, Kendari

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhana Wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi perancangan tugas akhir ini dengan baik. Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Departemen

Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Adapun judul tugas akhir yang saya pilih adalah:

“Gedung Bioskop di Kota Kendari”

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun, berkat bantuan dan kerjasama berbagai pihak, akhirnya penulis dapat mengatasi hambatan dan rintangan tersebut sehingga tugas akhir ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis menghaturkan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Allah Subhana Wa Ta’ala dan kepada:

1. Keluarga tercinta, Ayahanda Abd. Kadir, Ibunda Husnaeni Nur, adik-

adikku, Ely Cahyani Kadir dan Ismiyani Kadir, atas doanya yang selalu

menemani langkah, menguatkan hati penulis, dan telah banyak memberikan

motivasi baik moril maupun materil.

2. Bapak Dr. Eng. Rosady Mulyadi, ST., MT selaku pembimbing I dan

Bapak Ir. H. Dahri Kuddu, MT selaku pembimbing II yang telah berkenan

meluangkan waktunya memberikan bimbingan, arahan, serta saran, sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi perancangan ini.

iii

3. Bapak Dr. Eng. Rosady Mulyadi, ST., MT selaku Ketua Departeman

Arsitektur dan Bapak Dr. Edward Syarif, ST., MT selaku Sekretaris

Departemen Arsitektur.

4. Ibu Dr. Ir. Triyatni Martosenjoyo, M.Si selaku Kepala Laboratorium

Perancangan Studio Akhir Jurusan Arsitektur.

5. Bapak Ir. H. Samsuddin Amin, MT selaku penasehat akademik.

6. Bapak dan Ibu dosen Jurusan Arsitektur serta seluruh staf (Pak John, Pak

Sawali, dan Ibu Anti) dan karyawan Departemen Arsitektur Fakultas

Teknik Universitas Hasanuddin.

7. Teman-teman seperjuangan, Laboratorium Perancangan Studio Akhir

Jurusan Arsitektur Periode I 2018/2019 yang telah bersama-sama

melewati suka dan duka bersama.

8. Saudara-saudara tak sedarahku, Angga, Yudi, Iccang, Fajrin, Fikar, Vely,

Uga, Bilky, Pai, Upal, Asrul, Andit, Marsel, Edo, Aan, Teten, Ibon,

Aksa dan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima

kasih atas segala dukungan, kebersamaan, doa, serta bantuannya selama ini.

9. Saudara yang terlebih dahulu wisuda yang tetap memberikan support,

Zadly, Ulfa, Cici, Noe, Boram, Vadel, dan Oky.

10. Adik-adik tercinta Arsitektur 2012, 2013, 2014 atas waktu dan

dukungannya.

11. Serta seluruh pihak yang ikut membantu, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah Subhana Wa Ta’ala

membalas kebaikan mereka dengan setimpal. Amin.

iv

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar tugas akhir ini dapat terselesaikan sesuai dengan harapan. Penulis senantiasa membuka diri terhadap saran dan kritik yang bertujuan demi penyempurnaan tugas akhir ini. Untuk itulah penulis mengharapkan agar apa yang masih kurang dari tugas akhir ini oleh pembaca dapatlah disempurnakan. Pada akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, dan semoga Allah Subhana Wa

Ta’ala melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin.

Makassar, Agustus 2018

Syapril Kadir

v

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan ...... Error! Bookmark not defined. Abstrak ...... i Abstract ...... ii Kata Pengantar ...... iii Daftar Isi ...... vi Daftar Gambar ...... ix Daftar Tabel ...... xi BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang ...... 1 B. Rumusan Masalah ...... 4 C. Tujuan dan Sasaran ...... 4 1. Tujuan ...... 4 2. Sasaran ...... 4 D. Lingkup dan Batasan Pembahasan ...... 4 1. Lingkup Pembahasan ...... 4 2. Batasan Pembahasan ...... 4 E. Pola Pembahasan ...... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...... 6 A. Pengertian Judul ...... 6 B. Pertunjukan Bioskop ...... 6 C. Sejarah Bioskop di ...... 8 D. Perkembangan Bioskop ...... 9 1. Film 3D (Tiga Dimensi) ...... 9 2. Film 4D (Empat Dimensi) ...... 10 E. Akustik Penataan Ruang Gedung Bioskop ...... 10 1. Pengertian Akustik ...... 10 2. Penggunaan Bahan dan Konstruksi Penyerap Bunyi ...... 11 3. Persyaratan Akustik Gedung Bioskop ...... 20 F. Studi Literatur dan Studi Banding ...... 22 1. Blitz Megaplax Grand Indonesia ...... 22 2. M’Tos XXI ...... 23

vi

BAB III ANALISIS PENDEKATAN PENGADAAN GEDUNG BIOSKOP DI KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA ...... 42 A. Letak Geografis Kota Kendari ...... 42 B. Analisis Pengadaan Gedung Bioskop di Kota Kendari Sulawesi Tenggara ...... 45 1. Analisis Data Tentang Minat Masyarakat Terhadap Pengadaan Gedung Bioskop ...... 45 2. Analisis Pendekatan Tata Ruang Makro ...... 48 a. Analisis Pemilihan Lokasi ...... 48 b. Analisis Pemilihan Tapak ...... 48 c. Analisis Pengolahan Site dan Lingkungannya ...... 49 d. Analisis Sistem Tata Massa ...... 50 3. Analisis Pendekatan Tata Ruang Mikro ...... 52 a. Analisis Pelaku Kegiatan ...... 52 b. Analisis Kegiatan ...... 53 c. Analisis Kapasitas Pengunjung ...... 55 d. Analisis Kebutuhan Ruang ...... 58 e. Analisa Besaran Ruang ...... 59 f. Analisis Sistem Utilitas ...... 69 BAB IV KONSEP PERANCANGAN GEDUNG BIOSKOP DI KOTA KENDARI ...... 71 A. Konsep Dasar Makro ...... 71 1. Konsep Penentuan Lokasi ...... 71 2. Konsep Penentuan Tapak ...... 72 3. Konsep Pengolahan Tapak ...... 75 B. Konsep Dasar Mikro ...... 76 1. Konsep dan Bentuk Penampilan Bangunan ...... 76 a. Bentuk Bangunan ...... 76 b. Penampilan Bangunan ...... 77 2. Konsep Tata Ruang ...... 77 a. Tata Ruang Luar ...... 77 b. Tata Ruang Dalam ...... 79 3. Konsep Pengkondisian Bangunan ...... 81 a. Pencahayaan ...... 81 b. Penghawaan ...... 82

vii

4. Konsep Analisis Struktur ...... 83 a. Sub Struktur (Struktur Bawah) ...... 83 b. Super Struktur ...... 85 c. Struktur Atas (Upper Structure) ...... 85 5. Konsep Utilitas Bangunan ...... 86 a. Sistem Komunikasi ...... 86 b. Sistem Transportasi Vertikal ...... 86 c. Sistem Pemipaan ...... 86 d. Sistem Jaringan Listrik...... 87 6. Konsep System Keamanan Bangunan ...... 87 a. Sistem Pengamanan Kebakaran ...... 87 b. Sistem pengamanan tindak kriminal ...... 88 c. Sistem penangkal petir ...... 89 BAB V KESIMPULAN ...... 90 A. Kesimpulan Umum ...... 90 B. Kesimpulan Khusus ...... 90 Daftar Pustaka ...... 91

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bahan Akustik Siap Pakai Berlubang, Bercelah, dan Bertekstur……………………………………………………… 12 Gambar 2.2 Bahan Akustik Sprayer Gun…………………………………… 13 Gambar 2.3 Bahan Selimit Akustik…………………………………………. 14 Gambar 2.4 Konstruksi Pemasangan Selimut Akustik……………………… 14 Gambar 2.5 Bahan Akustik dari Karpet……………………………………... 15 Gambar 2.6 Bahan Akustik Penyerap Panel………………………………… 16 Gambar 2.7 Pemasangan Penyerapan Panel Plywood pada Dinding……….. 16 Gambar 2.8 Unit Soundbox Umum yang Digunakan sebagai Resonator Rongga Individual………………………………………………………. 18 Gambar 2.9 Pemasangan Resonator Panel Berlubang………………………. 19 Gambar 2.10 Bungkus Baja Akustik…………………………………………. 19 Gambar 2.11 Deretan Rusuk Kayu yang Bergantian yang Dipasang Pada Rongga-Rongga Penyerap Resonator Celah…………………… 20 Gambar 2.12 Metode untuk Mendapatkan Pandangan yang Baik…………… 21 Gambar 2.13 Blitz Megaplax Grand Indonesia………………………………. 22 Gambar 2.14 Interior Teater Film M’Tos XXI……………………………….. 23 Gambar 3.1 Peta Kota Kendari……………………………………………… 42 Gambar 3.2 Piramida Penduduk Kota Kendari……………………………… 44 Gambar 3.3 Grafik Persebaran Penduduk di Kota Kendari…………………. 45 Gambar 3.4 Grafik Jenis Kelamin…………………………………………… 46 Gambar 3.5 Grafik Status……………………………………………………. 46 Gambar 3.6 Grafik Domisili…………………………………………………. 47 Gambar 3.7 Grafik Pertanyaan Inti………………………………………….. 47 Gambar 4.1 Peta Alternatif Pemilihan Lokasi Gedung Bioskop……………. 70 Gambar 4.2 Alternatif 1……………………………………………………… 72 Gambar 4.3 Alternatif 2……………………………………………………… 73 Gambar 4.4 Alternatif Terpilih………………………………………………. 74 Gambar 4.5 Lokasi Tapak…………………………………………………… 74

ix

Gambar 4.6 Ukuran Tapak………………………………………………….. 75 Gambar 4.7 Lembar Film…………………………………………………… 76 Gambar 4.8 Pondasi Tiang Pancang………………………………………… 83

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Luas Wilayah Kota Kendari Menurut Kecamatan ……………. 43 Tabel 3.2 Indikator Kependudukan Kota Kendari………………………... 44 Tabel 3.3 Tabel Pola Tata Massa pada Bangunan………………………… 51 Tabel 3.4 Proyeksi Penduduk Kota Kendari……………………………… 56 Tabel 4.1 Tabel Pemilihan Lokasi………………………………………... 71 Tabel 4.2 Tabel Pemilihan Tapak………………………………………… 73

xi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Kota Kendari sebagai salah satu pusat pengembangan pembangunan nasional di wilayah Indonesia Timur saat ini memiliki potensi yang sangat besar dalam mewujudkan kepentingan pelaku ekonomi. Menurut Badan Pusat Statistik, hingga tahun 2017, Kendari memiliki luas wilayah sebesar 295,89 km2 dan jumlah penduduk sebesar kurang lebih 359.371 jiwa. Sebagai salah satu ibukota provinsi, Kendari dituntut mampu memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakatnya yang semakin modern. Setiap individu dalam masyarakat memiliki berbagai macam kebutuhan. Menurut Maslow (1954), manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkat atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan tersebut, Henderson (dalam Potter dan Perry, 1997) membagi kebutuhan manusia ke dalam 14 komponen, dimana salah satunya adalah kebutuhan akan rekreasi atau hiburan. Salah satu media hiburan yang banyak diminati oleh masyarakat ialah kesenian. Berbicara tentang dunia kesenian tentunya sangatlah luas. Salah satu bentuk kesenian yang semakin berkembang dewasa ini ialah drama perfilman. Drama perfilman merupakan wadah bagi masyarakat untuk menikmati pertunjukan film, di mana penonton mencurahkan segenap perhatian dan perasaannya kepada gambar hidup yang disaksikan. Hiburan melalui drama perfilman dipertunjukkan dalam layar lebar, yang biasanya disediakan dalam sebuah bioskop. Sebuah bioskop dapat berdiri sendiri berupa gedung bioskop maupun yang berdiri bersama fasilitas-fasilitas lainnya seperti dalam Mall. Dengan demikian, salah satu kebutuhan masyarakat akan hiburan dapat dipenuhi melalui sarana gedung bioskop yang berfungsi untuk menampilkan pertunjukan film.

1

Bioskop di kota Kendari hingga saat ini terdapat di dua lokasi, yaitu di Hollywood Square dan Lippo Plaza. Pengadaan bioskop di Hollywood Square, yaitu Hollywood Cinema, dikelola oleh pihak lokal, sehingga masih memiliki fasilitas yang kurang memadai, baik dari segi penataan di dalam dan di luar teater maupun gedung secara keseluruhan. Kursi penonton dalam teater dianggap kurang tinggi sehingga mengganggu pandangan penonton yang ada di belakangnya. Ruang teater yang tersedia masih minim, yaitu hanya dua buah sehingga tidak mampu menampung penikmat film dalam jumlah besar sekaligus. Antrian di loket pembelian tiket pun seringkali sangat panjang karena pembelian tiket hanya dapat dilakukan on the spot. Secara keseluruhan penataan gedung dianggap kurang menarik dan kebersihannya masih kurang dijaga. Selain itu, kualitas penayangan filmnya pun dinilai masih kurang, mulai dari sound system yang digunakan hingga pengadaan film yang masih minim dan kurang up-to-date. Dibandingkan dengan Hollywood Cinema, bioskop di Lippo Plaza memiliki kualitas yang lebih bagus, karena dimiliki oleh Cinemaxx, jaringan bioskop berskala nasional. Cinemaxx di Lippo Plaza ini sendiri masih tergolong sangat baru, karena baru diresmikan pada Maret 2017 lalu. Penayangan film di Cinemaxx lebih bervariasi dan up-to-date, mencakup film-film produksi luar dan dalam negeri. Selain itu, bioskop ini juga sudah mendukung format digital 3D dan menggunakan Dolby Digital Sound. Untuk kenyamanan dan kemudahan dalam membeli tiket dan melihat jadwal serta informasi film, pelanggan dapat mengaksesnya secara online, baik melalui aplikasi maupun melalui website, sehingga pelanggan dapat membeli tiket di manapun dan kapanpun tanpa perlu antri. Selain itu, kebersihan dan fasilitas di dalam dan di luar ruang teater pun lebih bagus sehingga kenyamanan penonton lebih terjamin. Jika dilihat dari segi ketersediaannya, untuk populasi penduduk kota Kendari yang hanya sebesar 359.371 jiwa (BPS Kota Kendari, 2017), mungkin, total dua buah bioskop sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat untuk menonton film. Namun demikian, ternyata keberadaan kedua bioskop tersebut masih kurang optimal dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Lokasi bioskop Cinemaxx yang berada di dalam Mal mengakibatkan tingginya harga

2 tiket yang ditawarkan, sehingga hanya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat menengah ke atas. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Riri Reza, salah satu produser film terkenal di Indonesia, bahwa menonton film di bioskop hanya menjadi konsumsi kelas menengah semata karena lokasi bioskop yang sebagian besar berada di dalam Mall (Beritasatu.com, 2013). Terbukti bahwa meskipun telah berdiri bioskop Cinemaxx, masih banyak masyarakat yang memilih untuk menonton film di Hollywood Cinema. Namun, Hollywood Cinema masih sangat minim dalam segi fasilitas dan kurang mempertimbangkan aspek kenyamanan penonton dilihat dari penggunaan kursi penonton yang kurang tepat. Gencarnya produksi film-film lokal di Indonesia, khususnya kota Kendari juga menjadi alasan pentingnya pembangunan sebuah gedung bioskop baru di kota Kendari. Sejak munculnya film berlatar kebudayaan masyarakat Kendari, tingkat antusiasme warga Kendari untuk menonton film di bioskop pun meningkat. Melihat fakta tersebut, tidak menutup kemungkinan bahwa ke depannya akan muncul berbagai film-film lokal Kendari lainnya yang akan semakin meningkatkan minat menonton masyarakat kota Kendari. Sehingga pada akhirnya, dibutuhkan sarana yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat kota Kendari dengan baik. Dengan adanya sarana yang memuaskan pun tentunya akan mengurangi konsumsi masyarakat akan akses film yang tidak legal seperti DVD bajakan atau melalui website yang pastinya akan merugikan negara dan mengurangi apresiasi masyarakat akan dunia perfilman. Fakta-fakta di atas membuktikan bahwa penting untuk membangun suatu gedung bioskop di kota Kendari yang dapat digunakan oleh masyarakat kota Kendari untuk memenuhi kebutuhannya akan hiburan yang tentunya mengutamakan kenyamanan masyarakat. Hal ini didukung oleh hasil survei awal yang dilakukan oleh penulis melalui penyebaran kuesioner secara online tentang rencana pembangunan gedung bioskop di Kota Kendari. Dari 132 responden yang terdiri dari 52 orang laki-laki dan 80 orang perempuan, 116 orang menyetujui rencana pembangunan tersebut, 14 orang tidak menyetujui, dan 2 orang lainnya netral. Oleh karena itu, penulis menyusun rencana pembangunan pembangunan gedung bioskop di Kota Kendari.

3

B. Rumusan Masalah Bagaimanakah perancangan Gedung Bioskop di Kota Kendari yang layak secara teknis dan fungsional?

C. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan Menyusun konsep dalam perancangan Gedung Bioskop di Kota Kendari melalui studi komparasi dan analisa data yang diarahkan dan selanjutnya ditransformasikan ke dalam konsep desain fisik.

2. Sasaran Mentransformasikan konsep-konsep perencanaan secara praktis ke dalam satu bentuk visual tata fisik Gedung Bioskop. Adapun konsep-konsep perencanaannya meliputi: - Konsep penentuan lokasi - Konsep penentuan tapak - Konsep bentuk dan penampilan bangunan - Konsep tata ruang - Konsep pengkondisian bangunan - Konsep utilitas bangunan - Konsep penentuan sistem struktur

D. Lingkup dan Batasan Pembahasan 1. Lingkup Pembahasan Lingkup pembahasan dalam perancangan Gedung Bioskop di Kota Kendari dilakukan dengan lebih menekankan fungsi bangunan yang bersifat informatif dan rekreatif.

2. Batasan Pembahasan Pembahasan ini dibatasi pada perwadahan untuk Gedung Bioskop di Kota Kendari. Perancangan dilakukan dengan menerapkan beberapa unsur bangunan

4 sesuai dengan disiplin ilmu arsitektur serta disiplin ilmu tertentu yang dianggap releven dan dapat mendukung tujuan pembahasan.

E. Pola Pembahasan Pembahasan ini dimulai dari melihat latar belakang mengapa perlu dilakukan perencanaan dan perancangan Gedung Bioskop di Kota Kendari. Kemudian diperoleh tujuan, sasaran, dan lingkup pembahasan menggunakan lingkup metode pembahasan deduktif-deskriptif, melalui kajian pustaka dan pengamatan langsung. Setelah itu pembahasan kemudian dikaji melalui pendekatan pada program perencanaan dan perancangan, lalu dirumuskan untuk memperoleh hasil berupa konsep dan program dasar perencanaan dan perancangan Gedung Bioskop di Kota Kendari. Metode pengumpulan data yang digunakan dalah sebagai berikut: 1. Survey lapangan, dilakukan untuk memperoleh data-data primer, dengan mengamati secara langsung obyek-obyek di lapangan sebagai studi banding dan data dalam penyusunan laporan ini. 2. Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh data-data sekunder, dalam hal ini termasuk studi kepustakaan dan internet.

5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Judul - Gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus (UU No. 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung). - Bioskop dari bahasa Yunani βιος (yang artinya hidup) dan σκοπος (yang artinya melihat), adalah tempat untuk menonton pertunjukan film dengan menggunakan layar lebar. Gambar film diproyeksikan ke layar menggunakan proyektor (http://id.wikipedia.org/wiki/Bioskop). - Kendari adalah nama Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara yang berada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Jadi pengertian Gedung Bioskop di Kota Kendari yang penulis maksud adalah sebuah bangunan multi fungsi atau struktur yang menyediakan panggung (dan peralatan terkait) untuk penyajian pertunjukan drama dan perfilman di Kota Kendari.

B. Pertunjukan Bioskop Seperti yang telah tertera di pengertian judul Bioskop, dari bahasa Yunani βιος (yang artinya hidup) dan σκοπος (yang artinya melihat) adalah tempat untuk menonton pertunjukan film dengan menggunakan layar lebar. Bioskop berdasarkan lokasi, bioskop terbagi menjadi 3, yaitu: 1. Key city, bioskop yang berada di kota-kota besar yang memilki potensi pasar yang handal atau kota utama 2. Sub key city, bioskop yang berada di kota-kota yang cukup punya potensi. 3. Up country, bioskop yang berada di kota kecil yang biasa juga disebut kota penunjang yang terletak di sekitar kota menengah.

6

Berdasarkan lokasi tersebut film-film yang ditayangkan memilki urutan dari key city ke sub key city dan terakhir ke up country. Bioskop berdasarkan banyaknya layar (Edison Nianggolan, 1993), bioskop dibagi menjadi: 1. Bioskop tradisional atau konvensional Bioskop ini hanya mempunyai layar tunggal. Film yang ditawarkan kurang bervariasi, tetapi memilki kapasitas yang besar. 2. Bioskop Cineplex Bioskop ini mempunyai layar lebih dari satu, sehingga film yang ditayangkan lebih variatif. Memiliki ruang pertunjukan yang banyak dengan tempat duduk yang lebih sedikit. Klasifikasi bioskop berdasarkan data (Pandu, 2003) meliputi: 3. Klasifikasi berdasar daya tampung - Kapasitas kecil: kapasitas 400-600 tempat duduk - Kapasitas sedang: kapasitas 600-800 tempat duduk - Kapasitas besar: kapasitas > 800 tempat duduk 4. Periode pemutaran film - Periode pemutarn film I (first round movie) - Periode pemutaran film II (second round movie) - Periode pemutaran film III (third round movie) 5. Persyaratan ruang - Kualitas ruang - Kualitas pandang visual - Kualitas akustik/sound system - Air Handling Unit (AHU) 6. Electrical Power - Sumber tenaga listrik berasal dari PLN - Sumber tenaga listrik berasal dari generator set

7

C. Sejarah Bioskop di Indonesia Bioskop pertama di Indonesia berdiri pada Desember 1900, di Jl Tanah Abang I, Pusat, dengan karcis kelas I harganya dua gulden (perak) dan harga karcis kelas dua setengah perak. Bioskop zaman dulu bermula di sekitar Lapangan Gambir (kini Monas). Bangunan bioskop masa itu menyerupai bangsal dengan dinding dari gedek dan beratapkan kaleng/seng. Setelah selesai pemutaran film, bioskop itu kemudian dibawa keliling ke kota yang lain. Bioskop ini dikenal dengan nama Talbot (nama dari pengusaha bioskop tersebut). Bioskop lain didirikan oleh seorang yang bernama Schwarz, tempatnya terletak kira-kira di Kebon Jahe, Tanah Abang. Sebelum akhirnya hancur terbakar, bioskop ini menempati sebuah gedung di Pasar Baru. Ada lagi bioskop yang bernama Jules Francois de Calonne (nama pengusahanya) yang terdapat di Deca Park. De Calonne ini mula-mula adalah bioskop terbuka di lapangan, yang pada zaman sekarang disebut "misbar", gerimis bubar. De Calonne adalah cikal bakal dari bioskop Capitol yang terdapat di Pintu Air. Bioskop-bioskop lain seperti, Elite di Pintu Air, Rex di Kramat Bunder, Cinema di Krekot, Astoria di Pintu Air, Centraal di Jatinegara, Rialto di Senen dan Tanah Abang, Surya di Tanah Abang, Thalia di Hayam Wuruk, Olimo, Orion di Glodok, Al Hambra di Sawah Besar, Oost Java di Jl. Veteran, Rembrant di Pintu Air, Widjaja di Jalan Tongkol/Pasar Ikan, Rivoli di Kramat, dan lain-lain merupakan bioskop yang muncul dan ramai dikunjungi setelah periode 1940-an. Film-film yang diputar di dalam bioskop dulunya adalah film gagu alias bisu atau tanpa suara. Biasanya pemutaran diiringi musik orkes, yang ternyata jarang “nyambung” dengan film. Beberapa film yang kala itu yang menjadi favorit masyarakat adalah Fantomas, Zigomar, Tom MIx, Edi Polo, Charlie Caplin, Max Linder, Arsene Lupin, dll. Di Jakarta pada tahun 1951 diresmikan bioskop Metropole yang berkapasitas 1. 700 tempat duduk, berteknologi ventilasi peniup dan penyedot, bertingkat tiga dengan ruang dansa dan kolam renang di lantai paling atas. Di Indonesia awal Orde Baru dianggap sebagai masa yang menawarkan kemajuan perbioskopan, baik dalam jumlah produksi film nasional maupun bentuk dan

8 sarana tempat pertunjukan. Kemajuan ini memuncak pada tahun 1990-an. Pada dasawarsa itu produksi film nasional 112 judul. Sementara sejak tahun 1987 bioskop dengan konsep sinepleks (gedung bioskop dengan lebih dari satu layar) semakin marak. Sinepleks-sinepleks ini biasanya berada di kompleks pertokoan, pusat perbelanjaan, atau mal yang selalu jadi tempat nongkrong anak-anak muda dan kiblat konsumsi terkini masyarakat perkotaan. Di sekitar sinepleks itu tersedia pasar swalayan, restoran cepat saji, pusat mainan, dan berbagai fasilitas pendukung. Sekitar tahun 2000-an, jaringan bioskop sinepleks mulai marak di Indonesia. Ada dua pengelola bioskop yang terkenal, yaitu 21 Cineplex dengan Bioskop 21, XXI dan The Premiere serta jaringan Blitzmegaplex. Bioskop- bioskop ini tersebar di seluruh pusat perbelanjaan di Indonesia, kadang-kadang dalam satu pusat perbelanjaan terdapat lebih dari satu bioskop. Film yang ditayangkan adalah film dari dalam maupun luar negeri, meskipun pada awal tahun 2000 hingga sekitar tahun 2005, tidak banyak perfilman nasional yang berhasil masuk jaringan bioskop. Film-film nasional baru masuk ke dalam bioskop Indonesia sejak tahun 2006 hingga sekarang (http://www.indonesiafilm.or.id).

D. Perkembangan Bioskop Seiring perkembangan zaman bioskop juga mengalami banyak kemajuan. Dahulu bioskop hanya bisa menampilkan tayangan dalam bentuk dua dimensi (2D), sekarang bioskop sudah mampu menayangan film dengan tampilan tiga dimensi (3D) dan empat dimensi (4D). 1. Film 3D (Tiga Dimensi) Menurut Wahyuni (2015) pada penayangan film 3D, menggunakan dua proyektor yaitu interlocking atau dengan menggunakan satu proyektor tetapi memiliki dua lensa. Beberapa merk proyekor yang sering digunakan pada sinema digital adalah Barco, Sony, Kinoton, dan Christie. Berikut ini beberapa sistem penayangan sinema digital pada film 3D:

9 a. Real D adalah sistem 3D yang digunakan karena efek 3D yang dihasilkan akan terus stabil tidak akan mengurangi kualitas film jika ditonton pada posisi kepala menunduk atau mendongak. Dikarenakan teknologi yang pakai menggunakan circular polarization yang terdapat di lensa kacamata dan perangkat yang berfungsi sebagai pengatur pencahayaan yang terpasang di optik proyektor. Di depan lensa proyektor, Real D memasang filter polarisasi. Silver screen merupakan layar khusus pada sistem Real D. b. Dolby 3D dengan menggunakan teknologi colorwheel yang terdapat beberapa filter berwarna dengan fungsi mentransmisikan gambar dengan macam- macam level gelombang cahaya berguna dalam menayangkan efek gambar 3D. Pada Dolby 3D dipasang cakram spektrum warna di depan lampu proyektor untuk memodifikasi proyektor digital. c. IMAX 3D merupakan suatu perusahaan bidang teknologi bioskop dimana awalnya hanya ikut dalam penayangan serta pengambilan gambar yang beresolusi lebih tinggi 35 mm pada format filmnya yaitu 70 mm proyektor untuk penayangan dan 65 mm film negatif pada kamera IMAX. Perkembangan teknologi membuat kualitas gambar menjadi lebih baik dari 2K dalam 2 proyektor menjadi 4K dalam satu proyektor.

2. Film 4D (Empat Dimensi) Bila secara visual melihat sebuah obyek 4D, ada ditambahkan mendalam dalam bayangan dan bagaimana kita memandang cahaya pada obyek. Ketika cahaya mengenai obyek 4D, bayangan yang dilemparkan adalah salah satu yang membuat obyek 3D tampaknya memiliki lebih banyak sisi. Contoh lain adalah dalam hal kubus 4D. Bila hanya melihat itu garis besar, ketika sumber cahaya mengenai kubus dari atas, bayangan kemudian dilemparkan dari sebuah kubus 3D dalam kubus 3D lain semua bagian dalam 4D kubus luar. Persepsi kedalaman menambahkan ini berasal dari dimensi tambahan.

E. Akustik Penataan Ruang Gedung Bioskop 1. Pengertian Akustik

10

Akustik diartikan sebagai sesuatu yang terkait dengan bunyi atau suara, akustik berasal dari kata dalam bahsa Inggris acoustics, yang berarti ilmu suara atau ilmu bunyi (Halme, 1991). Sehingga akustik ruangan terdefinisi sebagai bentuk dan bahan dalam suatu ruangan yang terkait dengan perubahan bunyi atau suara yang terjadi. Akustik sendiri berarti gejala perubahan suara karena sifat pantul benda atau obyek pasif dari alam. Akustik ruang sangat berpengaruh dalam reproduksi suara (Sarwo, 2009). Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tata akustik merupakan pengelola tata suara pada suatu ruang untuk menghasilkan kualitas suara yang nyaman untuk dinikmati. Sebagaimana pendapat Pamuji Suptandar (1982) bahwasanya akustik atau sound sistem merupakan unsur penunjang terhadap keberhasilan desain yang baik, karena pengaruh akustik sangat luas. Dapat menimbulkan efek-efek fisik dan emosi dalam ruang sehingga seorang akan mampu merasakan kesan-kesan tertentu.

2. Penggunaan Bahan dan Konstruksi Penyerap Bunyi Pemilihan bahan penyerap bunyi yang tepat untuk melapisi elemen pembentuk ruang gedung pertunjukan sangat dipersyaratkan untuk menghasilkan kualitas suara yang memuaskan. Bahan-bahan penyerap bunyi yang digunakan dalam perancangan akustik yang dipakai sebagai pengendali bunyi dalam ruang- ruang bising dan dapat dipasang pada dinding ruang atau digantung sebagai penyerap ruang yakni yang berjenis bahan berpori, panel penyerap (panel absorber), resonator rongga serta karpet. Tiap-tiap bahan ini dapat dikombinasikan (Doelle, 1990). a. Bahan Berpori Bahan berpori dapat digolongkan menjadi bahan dengan pori-pori yang saling berhubungan dan ada juga bahan dengan pori-pori yang tidak saling berhubungan. Bahan akustik yang termasuk kategori pori-pori saling berhubungan adalah dammar busa (foamed resins), karet selular (cellular rubber) dan gelas busa.

11

Karakter dasar dari semua bahan berpori seperti ini adalah mengubah energi bunyi yang datang menjadi energi panas dalam pori-pori yang diserap, sementara sisanya yang telah berkurang energinya dipantulkan oleh permukaan bahan. Penyerapan bunyi lebih efisien pada frekuensi tinggi dibandingkan pada frekuensi rendah, agar penyerapan lebih baik pada frekuensi rendah maka perlu ditambahkan bahan penahan padat. Semakin tebal penahan maka semakin baik penyerapannya. Jenis-jenis bahan berpori dapat dibagi menjadi tiga kategori, yakni: unit akustik siap pakai, plasteran akustik dan bahan yang disemprotkan serta selimut akustik (Doelle, 1990). 1) Unit Akustik Siap Pakai Bermacam-macam jenis ubin selulosa dan serta mineral yang berlubang maupun tidak berlubang, bercelah (fissured) atau bertekstur, panel penyisip dan lembaran logam berlubang, bercelah (fissured) atau bertekstur, panel penyisip dan lembaran logam berlubang dengan bantalan penyerap merupakan unit khas dalam kelompok ini. Jenis-jenis ini dapat dipasang di dinding, langit-langit dengan cara disemen pada menunjang padat, dibor atau dipaku sesuai petunjuk pabrik. Unit akustik siap pakai khusus seperti accoustical board untuk pelapis dinding dan geocoustic board dipasang pada langit-langit dalam susunan dengan jarak tertentu dalam potongan-potongan kecil. Berikut ini contoh gambar akustik siap pakai yang berlubang, bercelah dan bertekstur.

12

Gambar 2.1. Bahan Akustik Siap Pakai Berlubang, Bercelah, dan Bertekstur. Sumber: www.google.com Keuntungan akustik siap pakai yaitu mempunyai penyerapan yang dapat diandalkan dan terjamin pabrik sehingga memudahkan perancangan, pemasangan dan perawatannya relatif mudah dan murah, beberapa unit dapat dihias kembali tanpa mempengaruhi jumlah penyerapan, dan penggunaannya dalam pada langit- langit dapat disatukan secara fungsional dan secara visual dengan persyaratan penerangan, pemanasan atau pengondisian udara. Unit-unit ini dapat membantu dalam mereduksi bising dan mempunyai fleksibilitas tinggi. Kesulitannya yaitu sukar untuk menyembunyikan sambungan-sambungan antara unit yang berdampingan, unit-unit umumnya mempunyai struktur yang lembut dan peka terhadap kerusakan mekanik bila dipasang pada tempat-tempat yang rendah, penyatuan keindahan ke dalam tiap proyek auditorium menurut kinerja yang berat, dan penggunaan cat untuk dekorasi ulang dapat mengubah penyerapan sebagian besar unit akustik siap pakai.

2) Plesteran Akustik dan Bahan yang Disemprotkan Bahan ini semi plastik, diterapkan dengan cara disemprotkan melalui pistol penyemprot/spareyer gun, seperti pada gambar di bawah

Gambar 2.2. Bahan Akustik Sprayer Gun Sumber: www.google.com Pada saat usaha penyerapan akustik susah dilakukan untuk permukan yang tidak teratur atau melengkung maka pemanasan bahan penyerap bunyi dilakukan dengan menyemprotkan atau pelapisan dengan tangan (plumbering). Bahan

13 penyerap jenis ini adalah sprayed limper asbestos, zonolite, vermiculite, saund shiels, glatex, dekoosto. Jenis bahan ini juga lebih efektif melakukan penyerapan pada frekuensi tinggi.

3) Selimut Isolasi Akustik Slimut akustik dibuat dari serat-serat karang (rock wool), serat gelas (glass wool), serat-serat kayu, lakan (felt), rambut dan sebagainya. Buasanya dipasang pada sistem kerangka kayu atau logam dan digunakan untuk tujuan akustik dengan ketebalan selimut 1-5 inchi. Penyerapan bertambah dengan makin tebalnya selimut, terutama pada frekuensi rendah. Contoh gambar bahan selimut akustik:

Gambar 2.3. Bahan Selimit Akustik Sumber: Doelle (1990) Karena selimut akustik tidak menampilkan permukaan estetik yang memuaskan maka buasanya ditutupi dengan papan berlubang, wood slats, flyscreening dengan cara diikatkan pada kerangka kayu atau logam. Seperti gambar di bawah ini:

Gambar 2.4. Konstruksi Pemasangan Selimut Akustik Sumber: Doelle (1990)

14

4) Karpet dan Kain Karpet yang biasanya digunakan sebagai penutup lantai dan kain (gorden, fenestration fabrics) yang digunakan untuk menutup dinding merupakan bahan yang dapat menyerap bunyi. Karpet selin dapat menyerap bunyi di udara juga dapat menyerap bising permukaan karena gaya melangkah. Semakin tebal karpet maka akan semakin tinggi penyerapan bunyi yang dilakukan terutama pada frekuensi rendah. Bila karpet dipasang pada dinding, biasanya merupakan penutup dari suatu blok penyerapan. Blok penyerapan biasanya diisi dengan bahan penyerap karena blok penyerap dengan rongga udara memiliki penyerapan yang rendah daripada blok tanpa rongga udara.

Gambar 2.5. Bahan Akustik dari Karpet Sumber: www.google.com Bahan akustik dari bahan kain (fabric) yang khusus dipakai untuk fungsi akustik kini juga sering digunakan untuk mereduksi bunyi. Pemasangannya dengan cara melapiskannya pada panel kayu dan dinding di plafond. Bahan ini memiliki fleksibilitas tinggi untuk dipasang pada permukaan yang lengkung maupun cembung sebagaimana karpet. Makin tebal kain yang digunakan, makin besar pula penyerapan bunyi yang dilakukan. b. Bahan Penyerap (Absorfer Panel) Penyerap panel merupakan bahan kedap yang dipasang pada lapisan penunjang yang padat (solid baking) tetapi terpisah oleh suatu rongga (Doelle, 1990). Penyerap panel yang berperan pada penyerapan frekuensi rendah antra lain

15 panel kayu dan hard board, gypsum board, langit-langit plesteran yang digantung, plesteran berbulu, plastic board tegar, jendela, kaca, pintu, lantai kayu dan panggung, serta plat-plat logam (radiator).

Gambar 2.6. Bahan Akustik Penyerap Panel Sumber: Doelle (1990) Bahan-bahan ini berfungsi sebagai penyerap panel dan akan bergetar bila tertumbuk oleh gelombang bunyi. Gentaran lentur dari panel akan menyerap sejumlah energi bunyi yang datang dan mengubahnya menjadi energi panas. Pemanasn bahan akustik penyerap panel dapat dilihat dari gambar di bawah ini:

16

Gambar 2.7. Pemasangan Penyerapan Panel Plywood pada Dinding Sumber: Doelle (1990) Dari gambar di atas, terlihat bahwa panel penyerap plywood dipasang pada dinding dengan ditempelkan pada rangka dan diberi ruangan antara rongga 75 mm dari dinding. Bahan ini merupakan penyerap bunyi yang efisien karena menyebabkan karakteristik dengung yang merata pada seluruh jangkauan frekuensi tinggi maupun rendah karena berfungsi untuk mengimbangi penyerapan suara yang agak berlebihan oleh bahan penyerap berpori dan isi ruang. c. Resonator Rongga Bahan penyerap jenis ini terdiri dari sejumlah udara tertutup yang dibatasi oleh dinding-dinding tegar dan dihubungkan oleh lubang atau celah sempit (disebut leher) ke ruang sekitarnya, dimana gelombang bunyi merambat. Resonator rongga penyerap energi bunyi pada daerah band frekuensi rendah yang sempit. Bahan ini merupakan sejenis resonator modern, karena tidak perlu menggunakan lapisan permukaan penyerap bunyi tambahan sehingga merupakan saran pengendali bising dan dengungan dengan ekonomis. Resonator ini berupa panel berlubang dan diberi jarak dari lapisan penunjang padat. Resonator rongga ini dapat digunakan sebagai unit individual, resonator panel berlubang, dan sebagai resonator celah. 1) Resonator Rongga Individual Resonator rongga individual yang dibuat dari tabung tanah liat kosong dengan ukuran-ukuran berbeda digunakan di gereja-gereja Skandivania pada abad

17 pertengahan. Penyerapannya yang efektif tersebar antara 100-400 Hz. Blok beton standar yang menggunakan campuran yang biasa tetapi dengan rongga telah ditetapkan disebut unit soundbox, merupakan jenis resonator berongga jaman sekarang. Soundbox memiliki celah pada permukaan dan rongga di tengahnya yang biasa diisi dengan bahan anti api. Jika dijadikan sebagai dinding, maka tidak diperlukan lagi pemasangan lapisan permukaan penyerap.

Gambar 2.8. Unit Soundbox Umum yang Digunakan sebagai Resonator Rongga Individual Sumber: Doelle (1990)

2) Resonator Panel Berlubang Penel berlubang yang diberikan jarak pisah terhadap lapisan penunjang padat, banyak digunakan dalam aplikasi prinsip resonator rongga. Lubang biasanya dibentuk lingkaran (kadang-kadang celah pipih). Panel berlubang ini dipasang berderet yang disusun dari panel-panel berlubang dengan jenis bahan dan lubang yang berbeda. Karena pemasangan panel berlubang yang sma secara besar-besaran dapat membuat waktu dengung menjadi sangat kecil. Resonator panel berlubang tidak melakukan penyerapan selektif seperti pada resonator

18 rongga tunggal, terutama bila selimut isolasi dipasang di rongga udara di belakang papan berlubang yang tampak pada gambar

. Gambar 2.9. Pemasangan Resonator Panel Berlubang Sumber: Doelle (1990) Bila panel berlubang dipilih dengan tepat, dengan daerah terbuka yang cukup (disebut tembusan bunyi), selimut isolasi menambah efisiensi penyerapan keseluruhan dengan memperlebar daerah frekuensi dimana penyerapan yang cukup besar dapat diharapkan.

Gambar 2.10. Bungkus Baja Akustik Sumber: Doelle (1990) Karakteristik dengung yang cukup seimbang dan merata dapat diadakan bila nilai-nilai pincak dalam diagram lapisan panel berlubang digeser ke beberapa

19 daerah jangkauan frekuensi yang berbeda. Ini dapat dicapai dengan mengubah tebal panel berlubang, ukuran dan jarak antara lubang lubang kedalam rongga udara di belakang panel lubang, dan jarak pisah antara elemen-elemen sistem bulu (furring system).

3) Resonator Celah Resonator celah merupakan atau layar yang berupa irisan-irisan kayu yang memiliki jarak pisah. Dengan adanya jarak pisah ini bunyi dapat lewat tanpa terhalng untuk diserap oleh bahan penyerap di belakangnya. Jarak pisah ini disebut tembusan bunyi. Biasanya resonator celah ini digunakan untuk melindungi bahan penyerap di belakangnya. Beberapa penyerap resonator celah siap pakai yang ada di pasaran menawarkan harga yang wajar dan mempunyai lapisan permukaan yang menyenagkan (dampa, luxalon dan linear-plan).

Gambar 2.11. Deretan Rusuk Kayu yang Bergantian yang Dipasang Pada Rongga-Rongga Penyerap Resonator Celah Sumber: Doelle (1990)

3. Persyaratan Akustik Gedung Bioskop Persyaratan tata akustik gedung pertunjukan dikemukakan oleh Doelle (1990) yang menyebutkan bahwa untuk menghasilkan kualitas suara yang baik, secara garis besar gedung pertunjukan harus memenuhi syarat: kekerasan

20

(loundness) yang cukup, bentuk ruang yang mendukung, distribusi energi bunyi yang merata dalam ruang, dan ruang harus bebas dari cacat-cacat akustik. Untuk memperjelas pengertian mengenai aspek-aspek yang menjadi persyaratan sebuah gedung pertunjukan tersebut maka akan diperjelas sebagai berikut. Kekerasan yang kurang terutama pada gedung pertunjukan ukuran besar disebabkan oleh energi yang hilang pada perambatan gelombang bunyi karena jarak tempuh bunyi terlalu panjang dan penyerapan suara oleh penonton dan isi ruangan (kursi yang empuk dan karpet). Hilangnya energi bunyi dapat dikurangi agar tercapai kekerasan (loundness) yang cukup. Doelle (1990) mengemukakan persyaratan yang perlu diperhatikan untuk mencapainya yaitu dengan cara sebagai berikut: a. Pemiringan Lantai Lantai di area penonton harus dibuat miring, sebagai mana menurut Doelle (1990) yang menyatakan bahwa lantau dimana penontong duduk harus dibuat cukup miring (ran ped or raked), karena bunyi lebih mudah diserap bila merambat melewati penonton dengan sinar datang miring (grazing incidence). Gambar di bawah ini menunjukkan metode untuk menetapkan kemiringan lantai yang sekaligus menyebabkan garis pandang vertikal yang baik den arus gelombang bunyi langsung ke pendengar yang memuasakan.

Gambar 2.12. Metode untuk Mendapatkan Pandangan yang Baik Sumber: Doelle (1990) Aturan gradient kemiringan lantai yang ditetapkan tidak boleh lebih dari 1:8 atau 300 dengan pertimbangan keamanan dan keselamatan. Kemiringan dari itu menjadikan lantai terlalu curam dan membahayakan, sehingga untuk tujuan keamanan pula dan kemudahan pemasangan biasanya area tempat duduk dibuat

21 bertangga. Neufret (2002) juga mengatakan bahwa dari urutan kursi pertama ke tengah layar atau panggung tidak melebuhi sudut pandang 300 , kemiringan tangga dengan kecondongan 10% atau melalui sebuah tangga maksimum.

F. Studi Literatur dan Studi Banding 1. Blitz Megaplax Grand Indonesia Blitz Megaplex Grand Indonesia dibuka pada 21 Maret 2007 dengan total 2.997 kursi. Dibangun pada kawasan seluas 8900 m2 dan terletak di kawasan paling bergengsi di jantung kota Jakarta. Blitz Megaplex adalah salah satu bioskop terinovatif di Jakarta. bioskop ini baru saja disahkan sebagai bioskop terbesar setanah air oleh Museum Rekor Indonesia. Letaknya yang berada di dalam gedung Grand Indonesia tepatnya pada lantai 8 ini membuat Blitz selalu ramai dikunjungi. maklum, belum banyak yang bisa dilihat dari gedung ini, dan sebagian besar pengunjung adalah penonton. Bioskop ini adalah bioskop kedua (blittz group) setelah Blitz Megaplex di Paris Van Java. Bioskop ini memiliki fasilitas-fasilitas berupa studio (auditorium) sebanyak 11 buah, game center dengan perangkat game xbox 360 console, café dan lounge, smoking lounge, warnet, area penjualan makanan.

Gambar 2.13. Blitz Megaplax Grand Indonesia Sumber: Http//www.blitzmegaplax.com Interior dari bioskop ini sangat mewah, dengan balutan warna putih dan lobby yang sangat luas. Empat buah proyektor dipasang untuk menayangkan trailer-trailer ( cuplikan film ) ke empat penjuru tembok gedung, dan juga puluhan layar LCD terpampang mengisi hampir seluruh tembok gedung ini untuk menayangkan jadwal film, poster, dan trailer. juga, dedikasi pengelola untuk

22 kenyamanan para pengunjungnya pun patut diperhatikan juga. dari smoking lounge hingga berbagai sofa untuk menunggu pun disediakan di lobby

2. M’Tos XXI M’Tos XXI merupakan salah satu jaringan dari bioskop besar di Indonesia, yaitu Grup 21 Cineplex. M’Tos XXI dulunya merupakan M’Tos 21 yang baru saja diperbaharui di pertengahan tahun 2017. Bioskop ini dibangun di Town Square (M’Tos), Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 11. M’Tos XXI berdiri di lantai tiga gedung M’Tos dengan 6 studio di dalamnya. Seperti bioskop- bioskop XXI di daerah lainnya, M’Tos XXI juga menawarkan fasilitas yang lebih mewah, eksklusif, serta nyaman. Bioskop ini memiliki fasilitas-fasilitas yang menarik sehingga membuat masyarakat nyaman untuk berlama-lama menghabiskan waktu disana. Fasilitasnya antara lain : lounge, ruang tunggu, game zone, dan cafe.

Gambar 2.14. Interior Teater Film M’Tos XXI Sumber: Dokumentasi pribadi

23

BAB III ANALISIS PENDEKATAN PENGADAAN GEDUNG BIOSKOP DI KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA

A. Letak Geografis Kota Kendari Kota Kendari merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara, secara astronomis terletak dibagian selatan garis katulistiwa berada di antara 30 54’ 40” – 40 5’ 05” Lintang selatan dan membentang dari Barat ke tumir di antara 1220 26’ 33” – 1220 39’ 14” Bujur timur. Luas wilayah daratan Kota Kendari 295, 89 km2 atau 0,78 persen dari luas daratan Provinsi Sulawesi Tenggara. Wilayah Kota Kendari terdiri dari 10 kecamatan yang selanjutnya terbagi menjadi 64 kelurahan. Kecamatan Poasia merupakan kecamatan terluas yaitu mencapai 18,7 persen luar daratan kota kendari dan sebaliknya, kecamatan Kadia merupakan kecamatan dengan luas wilayah terkecil yaitu hanya mencapai 2,57 persen (Badan Pusat Statistik, 2016). Berikut adalah gambar peta kota kendari:

Gambar 3.1. Peta Kota Kendari Sumber: Kendari dalam Angka 2016

42

Tabel 3.1. Luas Wilayah Kota Kendari Menurut Kecamatan Sumber: Kendari dalam Angka 2016 Dari 64 kelurahan di Kota Kendari, 43,75 persen di antaranya berada di pesisir dan 56,25 persen bukan berada di pesisir. Untuk kelurahan bukan pesisir, lebih dari setengahnya atau sebanyak 21 kelurahan berada di daratan, sisanya berada di lembah DAS dan di lereng. Kota Kendari memiliki tipologi tanah yang sangat beragam sehingga sangat menguntungkan bagi segala jenis kegiatan penduduk seperti pertanian, perkebunan, konstruksi, perikanan, dan lain-lain. Terdapat 14 jenis tanah yaitu: Aluvial, glisol, recoso litosol, gleisolacic, podsoloik, mediteran haplik, Gleisol distrik, gleik, aluvial tidnik, kembisol distrik, rensina, podsilik plintik, gleisol evtrik, dan kembisol distrik (Badan Pusat Statistik, 2016).. Setiap lima tahun pemerintah Kota Kendari mengadakan Penghitungan jumlah penduduk guna mengetahui laju pertumbuhan penduduk. Pada tahun 2000 Penduduk Kota Kendari berdasarkan sensus penduduk berjumlah 205.240 jiwa, ketika dilakukan survei penduduk antar sensus (supas) tahun 2005, diketahui jumlah penduduk meningkat menjadi 226.056 jiwa. Berdasarkan data hasil sensus penduduk 2010 jumlah penduduk kota kendari tercatat sebanyak 289.966 jiwa. Dari hasil proyeksi penduduk tahun 2015 jumlah penduduk kota kendari sebanyak

43

347.496 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 3,46 persen. Bila di lihat berdasarkan rasio jenis kelamin, di Kota Kendari terdapat lebih banyak penduduk laki-laki dari pada perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk kendari sebesar 101.85, yang berarti bahwa terdapat 102 penduduk laki-laki untuk tiap 100 penduduk perempuan (Badan Pusat Statistik, 2016). Berikut adalah gambar tabel dan piramida kependudukan Kota Kendari:

Tabel 3.2. Indikator Kependudukan Kota Kendari Sumber: Kendari dalam Angka 2016

Gambar 3.2. Piramida Penduduk Kota Kendari Sumber: Kendari dalam angka 2016 Adapun persebaran penduduk di Kota Kendari hampir merata untuk setiap kecamatan. Kecamatan yang memiliki persentase persebaran penduduk terbesar adalah Kendari Barat sebesar 14,80 persen. Sedangkan persentase terkecil adalah

44

Baruga sebesar 6,68 persen (Badan Pusat Statistik, 2016). Berikut adalah grafik persebaran penduduk di Kota Kendari

Gambar 3.3. Grafik Persebaran Penduduk di Kota Kendari Sumber: Kendari dalam Angka 2016

B. Analisis Pengadaan Gedung Bioskop di Kota Kendari Sulawesi Tenggara 1. Analisis Data Tentang Minat Masyarakat Terhadap Pengadaan Gedung Bioskop Penulis megumpulkan data guna mengetahui minat masyarakat tentang Gedung Bioskop dengan menggunakan google formulir kuesioner yang di sebar pada tanggal 3 november 2016. Formulir kuesioner dapat diisi dengan cara online, sehingga lebih menghemat waktu dan mudah dibagikan kepada masyarakat Kota Kendari. Dari data yang diperoleh penulis mendapat 132 tanggapan, 52 orang responden laki-laki dan 80 orang responden perempuan, karena kekeliruan penulis dalam membuat pilihan jawaban sehingga didapatkan 2 orang responden yang

45 mengisi jawaban lainnya yang bisa dipastikan bahwa keduanya adalah responden laki-laki, seperti pada grafik di bawah:

Gambar 3.4. Grafik Jenis Kelamin Sumber : https://goo.gl/forms/G54o96xZ5DLsFPp83 Dari tanggapan status yang penulis peroleh kebanyakan yang menanggapi adalah mahasiswa 47 orang responden, selanjutnya pekerja dengan jumlah tanggapan 39 orang responden, dan pelajar SMA sederajat 30 orang responden, lalu diikuti dengan belum kerja 8 orang responden, lainnya 7 orang responden, dan SMP sederajat 2 orang responden. Seperti pada grafik di bawah:

Gambar 3.5. Grafik Status Sumber : https://goo.gl/forms/G54o96xZ5DLsFPp83 Di formulir juga terdapat pilihan Domisili (tempat tinggal saat ini) yang berguna untuk mengetahui lokasi dan tempat tinggal dari responden. Dilihat dari letak geografis, Kota Kendari berdekatan dengan dua Kabupaten, Kabupaten Konawe dan Kabupaten Konawe Selatan, karna jangkauan lokasi, penulis hanya memasukkan dua Kabupaten terdekat ke dalam pilihan. Dari tanggapan yang penulis peroleh 79 orang responden berasal dari Kota Kendari, 42 orang responden berasal dari Kabupaten Konawe Selatan, 4 orang responden berasal dari Kabupaten Konawe, dan 7 orang responden mengisi lainnya. Pilihan lainnya diisi oleh responden yang berada di luar ketiga pilihan tempat, 5 orang responden berasal dari Kabupaten Kolaka dan Kolaka Utara, dan 2 orang responden lainnya berasal dari Kota Makassar. Seperti pada grafik di bawah:

46

Gambar 3.6. Grafik Domisili Sumber : https://goo.gl/forms/G54o96xZ5DLsFPp83 Dari semua data yang dikumpulkan, penulis membuat satu pertanyaan inti tentang minat masyarakat terhadap perencanaan Gedung Bioskop di Kota Kendari, dan didapatkan hasil 116 orang responden mengatakan setuju, 14 orang responden mengatakan tidak setuju, dan 2 orang responden mengisi lainnya. Seperti pada grafik di bawah:

Gambar 3.7. Grafik Pertanyaan Inti Sumber : https://goo.gl/forms/G54o96xZ5DLsFPp83 Dari semua hasil yang didapatkan di atas, penulis memperoleh 95 tanggapan komentar tentang Perencanaan Gedung Bioskop di Kota Kendari. Dari 95 tanggapan penulis menerima tanggapan 14 tanggapan penolakan, salah satunya dari Rani (Ibu rumahtangga) yang menolak dengan alasan anak muda akan sering keluar malam apabila gedung ini diadakan, dengan mengatakan “ tidak usah anak- anak pasti akan sering keluar malam”. Sedangkan dari 116 tanggapan yang menyetujui, penulis mengangkat satu komentar terbaik dan diambil untuk dijadikan alasan. Adalah Nadjo (Pekerja) mengatakan “Agar masyarakat tidak menonton film hasil bajakan” Demikianlah hasil dari data yang penulis peroleh dan yang akan dijadikan alasan Perencanaan Gedung Bioskop di Kota Kendari.

47

2. Analisis Pendekatan Tata Ruang Makro a. Analisis Pemilihan Lokasi Lokasi strategis merupakan salah satu keberhasilan seorang perencana dalam merencanakan sebuah bangunan. Dalam upaya pemilihan lokasi yang tepat bagi Gedung Bioskop di Kota Kendari Sulawesi Tenggara ini perlu didasarkan pada suatu pemikiran bahwa bangunan ini adalah bangunan komersial yang merupakan tempat bagi segala usia dan gender untuk menikmati hiburan. Selain itu keberadaan bangunan ini diharapkan menjadi landmark dan aksentuasi kota, dimana lokasi mudah dalam pencapaian. Dasar pertimbangan penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut: 1) Sesuai dengan arah pengembangan kota 2) Ketersediaan sarana dan prasarana utilitas kota dengan radius pelayanan yang menyebar merata 3) Kedekatan lokasi dengan faktor penunjang yang mencakup pusat perdagangan dan jasa pelayanan sosial 4) Pencapaian mudah dari segi jarak, kualitas dan kuantitas jaringan transportasi menuju lokasi. Kriteria lokasi yang digunakan yaitu sebagai berikut: 1) Berada pada jalur jaringan transportasi kota 2) Kedudukan lokasi terhadap lingkungan dalam hal ini lokasi memiliki daya tarik terhadap potensi kota sebagai kota budaya dan pariwisata 3) Memiliki jaringan utilitas kota seperti jaringan listrik, telepon, air bersih, drainase dan sanitasi 4) Memiliki kaitan erat dengan fasilitas rekreasi lainnya. b. Analisis Pemilihan Tapak Dasar pertimbangan dalam penentuan tapak pada lokasi: 1) Luasan tapak yang memadai - Dapat menampung kegiatan yang sekarang direncanakan maupun kemungkinan pengembangannya - Dapat mendukung tuntutan perwujudan wadah fisiknya sebagai sebagai bangunan hiburan

48

2) Perletakan bangunan dapat meningkatkan kualitas dan merupakan suatu elemen tambahan yang harmonis dengan lingkungannya 3) Mempunyai aksebilitas yang tinggi dengan kemungkinan pencapaian langsung dari jalan utama 4) Sarana penunjang fungsi bangunan Kriteria pemilihan site meliputi: 1) Dekat dengan kawasan pendidikan, perkantoran, dan permukiman 2) Dekat dengan fasilitas sarana kesehatan dan keamanan 3) Akses pencapaian lancar 4) Ketersediaan sarana dan prasarana utilitas kota, antara lain yaitu air bersih, listrik, drainase, dan sanitasi 5) Luas site cukup ideal untuk fasilitas yang direncanakan 6) Keadaan fisik tanah yang mendukung mencakup kontur, daya dukung tanah, dan lain-lain. c. Analisis Pengolahan Site dan Lingkungannya Tujuan dari pengolahan site dan lingkungan pada Gedung Bioskop di Kota Kendari ini mempunyai dampak yang sangat berpengaruh pada penampilan bangunan, sehingga dalam pengolahan tersebut yang perlu di perhatikan. 1) Sedapat mungkin dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya 2) Memungkinkan sebagai penarik masyarakat untuk berkunjung kebangunan tersebut 3) Sebagai alternatif dalam pengembangan kota pada tapak yang terpilih Sedang kriteria pengolahan site dan lingkungan yang berkaitan erat denga penampilang bangunan ini adalah sebagai berikut: 1) Orientasi bangunan: Yang perlu diperhatikan dalam pendekatan terhadap orientasi bangunan adalah: a) Orientasi terhadap sinar matahari, dalam hal ini pengaruh tata letak bangunan dan pertimbangannya terhadap pemamfaatan sinar matahari pagi serta upaya untuk menghindari penyinaran langsung yang dapat mengakibatkan silau.

49

b) Orientasi terhadap angin yang dapat dimanfaatkan untuk memberi kenyamanan c) Orientasi terhadap view, baik dalam bangunan terhadap lingkungan sekitarnya maupun dari lingkungan sekitarnya terhadap bangunan. 2) View bangunan a) Memberikan identitas sebagai Gedung Bioskop b) Memungkinkan sebagai titik tangkap yang ideal dari segalah arah dengan memperhatikan lintasan matahari dan arah angin 3) Zoning dan tata massa Penataan zooning tapak harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan serta harkiki fungsi, dimana masing-masing fungsi dikelompokkan dalam zona private, publik, dan service sehingga dapat memudahkan pendistribusian pelaku kegiatan. 4) Penempatan entrance a) Main entrance Main entrance adalah pencapaian utama bagi pengunjung dan pengelola yang difungsikan sebagai jalan masuk dari luar ke dalam site. b) Side entrance Side entrance merupakan alternatif pencapaian bagi pengunjung dan pengelola bangunan yang difungsikan sebagai jalan dari dalam untuk keluar site. c) Service entrance Service entrance merupakan alternatif pencapaian bagi sirkulasi kegiatan service, seperti kegiatan service bangunan, keluar masuknya barang, dan lain sebagainya. d. Analisis Sistem Tata Massa Penentuan pola massa bangunan berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: 1) Hubungan antar kegiatan 2) Fungsi bangunan dan tuntutan aktivitas dalam bangunan 3) Sirkulasi dan pencapaiaan 4) Kesan yang ditampilkan pada bangunan

50

Adapun pertimbangan yang menjadi dasar dalam penentuan pola tata massa adalah: 1) Pengelompokan kegiatan 2) Tingkat kepentingan atau hirarki kegiatan 3) Kemungkinan pengembangan kegiatan dari aspek fleksibilitas dan kapabilitas 4) Memepertimbangkan akibat ruang luar yang terbentuk dalam hubungannya dengan ruang luar, orientasi dan terhadap lingkungan sekitarnya 5) Memperhatikan segi fungsi ruang dalam 6) Memperhatikan faktor klimatologi Ada dua alternatif pola tata massa pada bangunan yang dapat digunakan yaitu pola tata massa tunggal dan pola tata massa majemuk seperti pada tabel berikut: Pola Tata Massa Kelebihan Kekurangan

Tunggal - Mudah pengaturan - Struktur dan sirkulasi konstruksi lebih - Mudah dalam detail pengawasan - Pemamfaatan cahaya - Fasilitas penunjang alami tidak begitu dapat disatukan maksimal - Ruang dengan sifat berbeda dapat di pisahkan dengan sistem lantai bangunan - Menimbulkan kesan unity Majemuk - Unit bangunan - Penggunaan lahan disesuaikan fungsi relatif besar bangunan - Sirkulasi relatif

51

- Mudah membentuk panjang ruang terbuka - Kebisingan kegiatan - Menimbulkan kesan lebih tinggi dinamis fleksibel Tabel 3.3. Tabel Pola Tata Massa pada Bangunan Dari analisa di atas maka pola tata massa yang cocok untuk Gedung dan Bioskop adalah pola tata massa tunggal. Semua fungsi di wadahi dalam satu unit bangunan sesuai dengan penzoningan tapak. Penataan bangunan diusahakan memiliki orientasi yang jelas, sehingga tercipta interaksi yang positif antar pelaku kegiatan pada setiap fungsi.

3. Analisis Pendekatan Tata Ruang Mikro a. Analisis Pelaku Kegiatan Macam pelaku kegiatan pada bioskop ini dapat dibagi menjadi: 1) Pengunjung/penonton Kegiatan utama dari pengunjung adalah untuk menonton film yang sedang diputar. Selain itu, ada beberapa kegiatan yang lain. Diantaranya yaitu mengobrol, bersantai di café sambil menunggu, dan lain sebagainya. 2) Pengelola Pengelola dari bioskop ini dapat dibagi menjadi beberapa pelaku, yaitu: - Direktur utama - Sekretaris - Keuangan - Administrasi - Divisi Film 3) Karyawan Karyawan yang bekerja di bioskop ini ada beberapa bagian, yaitu: - Petugas tiket - Teknisi (maintenance) - Petugas keamanan - Petugas kebersihan - Petugas parkir

52

- Penjaga bar/café b. Analisis Kegiatan 1) Pengunjung - Menonton film - Menunggu pertunjukan film - Membeli soufenir - Makan/minum - Buang air kecil/besar 2) Pengelola - Direktur utama • Memimpin keseluruhan kegiatan • Mengawasi karyawan • Ibadah • Istirahat • Mengadakan Pertemuan • Makan/minum • Buang air kecil/besar - Sekretaris • Mengatur jadwal • Mengukuti pertemuan • Ibadah • Istirahat • Makan/minum • Buang air kecil/besar - Keuangan • Mengurus manajemen keuangan • Mengikuti pertemuan • Ibadah • Istirahat • Makan/minum

53

• Buang air kecil/besar - Administrasi • Mencatat administrasi pembukuan • Mengikuti pertemuan • Ibadah • Istirahat • Makan/minum • Buang air kecil/besar - Divisi Film • Mengatur dan mengelola fasilitas perfilman • Penayangan film • Mengikuti Pertemuan • Ibadah • Istirahat • Makan/minum • Buang air kecil/besar 3) Karyawan - Petugas tiket • Melayani pengunjung membeli tiket umum dan VIP • Ibadah • Istirahat • Makan/minum • Buang air kecil/besar - Teknisi (maintenance) • Mengecek peralatan • Ibadah • Istirahat • Makan/minum • Buang air kecil/besar - Petugas keamanan • Memeriksa Pengunjung

54

• Menjaga keamanan • Ibadah • Istirahat • Makan/minum • Buang air kecil/besar - Petugas kebersihan • Membersihkan gedung • Ibadah • Istirahat • Makan/minum • Buang air kecil/besar - Petugas parkir • Memeriksa kelengkapan surat-surat bermotor • Mengarahkan parkir • Membagikan dan mengambil karcis parkir • Ibadah • Istirahat • Makan/minum • Buang air kecil/besar - Penjaga bar/café • Menyediakan makanan/minuman • Ibadah • Istirahat • Makan/minum • Buang air kecil/besar c. Analisis Kapasitas Pengunjung Untuk mengukur jumlah kapasitas orang yang akan mengunjungi Gedung theater dan bioskop kota kendari, dimulai dengan mengumpulkan data penduduk di Kota Kendari sumber yang digunakan adalah Badan Pusat Statistik Kota Kendari, dari hasil yang telah ditemukan.

55

Proyeksi Penduduk Kota Kendari (Perempuan + Laki-Laki) (Jiwa)

Umur 2010 2011 2012 2013 2014 2015

0-4 34495 35357 36097 34626 37245 37580 5-9 28000 29024 30200 31791 32864 34305 10-14 26046 26849 27610 28795 29131 30086 15-19 33179 34285 35546 35192 38131 39347 20-24 40418 41411 42443 42627 44598 45812 25-29 28290 29111 26864 31788 31329 32126 30-34 24344 25118 25973 25731 27684 28466 35-39 20164 21011 21802 22306 23339 24179 40-44 17395 18401 19429 18729 21417 22343 45-49 13403 14224 15130 14269 17091 18110 50-54 9609 10231 10850 10695 12165 12928 55-59 6653 7124 7645 6951 8761 9320 60-64 4003 4241 4502 4441 5120 5487 65-69 2613 2733 2863 2756 3174 3364 70-74 1601 1687 1778 1696 1963 2057 75+ 1476 1569 1669 1730 1877 1986 Total 291689 302376 313404 314404 335889 347496

Tabel 3.4. Proyeksi penduduk kota kendari Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Kendari Menurut survei yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian, Pengembangan, dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Film dan Televisi, Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada tahun 2015 terhadap 1.100 orang responden, diperoleh bahwa mayoritas pengunjung bioskop berada di kelompok usia 19-24 tahun, yaitu sebesar 48%. Penelitian lain yang dilakukan oleh Annalect dan CivicScience pada tahun 2014 menyebutkan bahwa kelompok umur yang paling sering berkunjung ke bioskop adalah mereka yang berusia usia 20-35 tahun dengan persentase sekitar 38%. Berdasarkan penelitian-penelitian tersebut, digunakan data

56 pengunjung bioskop penduduk kota Kendari pada kelompok usia 20-39 tahun. kesimpulan bahwa usia pengunjung bioskop paling banyak berumur mulai dari 20-39 tahun. Adapun persentase penduduk usia 20-39 tahun dalam jangka waktu lima tahun dapat diperoleh dengan rumus:

= ퟏ × 풕 푷풕 풓 �� 풐� − ퟏ� ퟏퟎퟎ Dimana푷 r = Presentase penduduk usia 20-39 tahun

Pt = Jumlah penduduk usia 20-39 tahun, tahun terakhir (2015)

Po = Jumlah penduduk usia 20-39 tahun, tahun terakhir (2011) t = Jangka waktu Pt dan Po Jadi didapatkan:

130583 = 1 1 × 100 113216 5 푟 �� � − � = (1,153) 1 × 100 1 = [1,029 51] × 100 푟 � − � 푟 = 0,029 ×−100 푟 = 2,9% 푟 Dengan demikian, prediksi jumlah penduduk usia 20-39 tahun pada tahun 2020 yaitu: = ( + ) 풕 푷Dimana풏 푷 풕 ퟏ 풓

Pn = Prediksi jumlah penduduk usia 20-39 tahun (2020)

Pt = Jumlah penduduk usia 20-39 tahun (2015) r = Presentase penduduk usia 20-39 tahun n = Jumlah selisih tahun perencanaan Jadi didapatkan: = 130583 (1 + 0,029) 5 푃푛 = 130583 (1,029) 5 푃푛 = 130583 × 1,153 푃푛 57

= 150.614 jiwa

푃푛 Prediksi jumlah penduduk usia 20-39 di tahun 2020 adalah 150.614 jiwa. Menurut survei penonton bioskop Indonesia yang dilakukan oleh JajakPendapat.com, persentase jumlah responden yang mengunjungi bioskop per minggu sebesar 29,38%. Sehingga dapat diperkirakan bahwa tiap minggunya, 29,38% dari total 150.624 jiwa jumlah penduduk di tahun 2020 mengunjungi bioskop, yaitu sebanyak 44.250 orang. Dengan demikian, jumlah pengunjung bioskop setiap harinya yaitu 44.250 orang/7 hari, atau sebanyak 6.321 orang. Jumlah saat ini bioskop di kendari berjumlah 2 buah dan ditambah dengan 1 perencanaan bioskop sehingga menjadi 3 buah. Dengan demikian jumlah pengunjung setiap bioskop di Kendari per hari yaitu sebesar 6.321/3, atau sebesar 2.107 orang. Waktu pemutaran film di bioskop yang direncanakan terbagi menjadi 5 waktu sehingga 2.107 orang dibagi 5 dan di tambah 10% dari jumlah pengunjung bioskop untuk mengantisipasi pelonjakan pengunjung. Jadi total kapasitas perencanaan gedung bioskop untuk menampung 631 orang. d. Analisis Kebutuhan Ruang 1) Ruang pertunjukan film - Hall/lobby - Loket/karcis - Ruang proyektor - Ruang penyimpanan film - Ruang theater: • Premier • Umum 2) Ruang pengelola - Ruang Direktur utama - Ruang Sekretaris - Ruang Keuangan - Ruang Administrasi - Karyawan - Ruang rapat

58

- Ruang tamu - Toilet karyawan 3) Penunjang - Musholah - ATM Center - Smoking room - Toilet Pria/wanita 4) Cafe dan lounge - Cafe/resto - Dapur - Gudang 5) Ruang service - Loker - Ruang security - Ruang genset - Ruang pompa air - Control panel dan CCTV - Gudang - Area parkir e. Analisa Besaran Ruang Untuk mengetahui besaran lahan atau site yang dibutuhkan pada Gedung theater dan bioskop di Kota Kendari secara keseluruhan besaran ruang kegiatan utama, kegiatan penunjang, kegiatan pengelola, maupun kegiatan servis Dasar pertimbangan yang dipakai 1) Perhitungan standar - Neufert Architect Data (NAD) - Time server standart for building type (TSS) - Perhitungan asumsi (A) - Studi banding atau survey (SB) 2) Perhitungan khusus - Besaran kapasitas

59

- Peralatan pendukung - Kenyamanan pemakai - Flow • 10% = standart minimum • 20% = kebutuhan leluasan sirkulasi • 30% = kebutuhan kenyamanan fisik • 40% = kebutuhan kenyamanan psikologi • 50% = tuntutan persyaratan spesifik kegiatan • 60% = keterlibatan terhadap servis kegiatan • 70-100% = keterkaitan dengan banyaknya kegiatan 3) Perhitungan besaran ruang a) Ruang Pertunjukan Film Luas Ruang Kapasitas Standar Sumber Total 20% kapasitas Hall/Lobby 1.8m2/org TSS 226 m2 pengunjung = 126 org Loket/karcis 6 1.5m2/org TSS 9 m2 Ruang 5 21.45m2/ruang SB 107.25 m2 proyektor Ruang penyimpanan 1 25m2/ruang SB 25 m2 film Total 367.25 m2 Flow 30% 110.17 m2 Jumlah Total 447.42 m2 b) Ruang Teater Berdasarkan data dari analisis kapasitas pengunjung maka didapatkan besaran ruang pada Gedung Bioskop sebagai berikut: - Ruang pertunjukan 1 = 150 orang - Ruang pertunjukan 2 = 150 orang

60

- Ruang pertunjukan 3 = 150 orang - Ruang pertunjukan 4 = 150 0rang - Ruang pertunjukan premier = 20 orang

Ruang pertunjukan 1,2,3, dan 4: Penentuan Panjang Ruang Teater Besaran Kapasitas Simbol Standar Sumber Rumus Perhitungan Ruang Panjang PK kursi = 0.6 m Jarak sirkulasi JAK NAD antara

kursi = 0.6 m Lebar gang (JB × PK) LG (12 × 0.6) + = 1 m + (JS × 150 org (10 × 0.6) + 19.2 m Jarak kursi JAK) + LG 1 + 5 JKL dengan SB + JKL layar = 5 m Jumlah JB baris kursi = 12 Jumlah A sirkulasi JS antara kursi = 10 Penentuan Lebar Ruang Teater Lebar kursi LK (LK × LK) = 0.6m + (JG × (16 × 0.6) + 150 org LG1 Lebar gang NAD 13.4 m LG2) + (2 × 1) + 1.8 1 = 1.8m LG1 LG2 Lebar gang

61

2 = 1 m Jumlah kursi JK dalam baris = 16 A Jumlah JG gang 2 = 2m Panjang × 19.2 m × Luas Ruangan 257.28 m2 Lebar 13.4 m 4 × Luas 4 × Jumlah Ruang 1029.12 m2 Ruang 257.28m2

Ruang pertunjukan Premier: Penentuan Panjang Ruang Teater premier Perhitu Besaran Kapasitas Simbol Standar Sumber Rumus ngan Ruang Panjang PK kursi = 1.2 m Jarak JAK sirkulasi antara SB kursi = 1 m

(JB × PK) + (4 × 1.2) Jarak kursi 150 org (JS × JAK) + (4× 1) 13.8m JKL dengan + JKL + 5 layar = 5 m Jumlah JB baris kursi = 4 Jumlah A sirkulasi JS antara kursi = 4

62

Penentuan Lebar Ruang Teater premier Lebar kursi LK = 0.8m x 2 = 1.6m SB Lebar gang LG = 1 m (JK × LK) + (3 × 1.6) 150 org Jumlah 8.8m (JG × LG) + (4 × 1) kursi JK dalam baris A = 3 Jumlah JG gang = 4 Panjang × 13.8m × Luas Ruangan 121.44m2 Lebar 8.8m 1029.12 m2 + 1150.56 Total Luas Ruang 121.44 m2 m2

Menurut analisis perhitungan ruang, gedung pertunjukan yang terbagi menjadi 4 gedung ditotalkan seluas 1,029.12 m2, sedangkan untuk gedung pertunjukan premier ditotalkan seluas 121.44 m2, jadi jumlah keseluruhan luas bangunan ruang teater adalah 1,150.56 m2, semuanya sudah termasuk dengan sirkulasi didalam ruang masing-masing.

c) Luas Layar Penentuan Panjang Layar Simbol Standar Sumber Dipakai Rumus Perhitungan Besaran Sudut θ NAD 34° 2 × (tan 2 × (tan 17° × maksimal (38°) 11.75 m ½θ × PR) 19.2 m) PR Panjang ruang A 19.2 m

63

teater Penentuan Lebar Layar Cinemascope 1 NAD 1 : 2.34 : 2.34 PL/2.34 11.75 m/2.34 5 m PL Panjang layar A 11.75 m Panjang × Luas Layar 11.75 m × 5 m 59 m2 Lebar

Menurut perhitungan analisis besaran layar bioskop diatas maka di tentukan luas layar bioskop sebesar 59 m2 d) Pengelola Luas Ruang Kapasitas Standar Sumber Total

R. Direktur 1 24 m2/ruang SB 24 m2 utama

R. Sekretaris 1 9 m2/ruang SB 9 m2

R. Keuangan 1 9 m2/ruang SB 9 m2

R. Administrasi 1 9 m2/ruang SB 9 m2

Karyawan 20 0.76 m2/org NAD 15.31 m2

R. Rapat 1 19 m2/ruang SB 19 m2

R. Tamu 1 12 m2/ruang SB 12 m2

Toilet Karyawan 2 4 m2/ruang SB 16 m2

Total 113.31 m2

Flow 30% 33.99 m2

Jumlah Total 147.3 m2

e) Penunjang

64

Luas Ruang Kapasitas Standar Sumber Total

5 Wudlu 0.75m2/org NAD 3.75 m2 Musholah 25 Sholat 0.96 m2/org NAD 24 m2

ATM Center 5 1 m2/mesin SB 5 m2

Smoking room 1 16 m2/ ruang SB 16 m2

WC dan urinoir= 3.15m x 10 NAD 26.77 m2 Toilet (0.85m/ WC) Pria/wanita 10 WC= 3.05m2 x (0.85/wc) NAD 25.92 m2

101.44 Total m2

Flow 30% 30.43 m2

131.87 Jumlah Total m2

f) Café /lounge Ruang Kapasitas Standar Sumber Luas Total

Cafe/resto 64 3.69 m2/meja /4 org TSS 66.42 m2

Dapur 1 20% luas Cafe NAD 13.28 m2

Gudang 1 5 m2/ruang SB 5 m2

Total 84.7 m2

Flow 30% 25.41 m2

Jumlah Total 110.11 m2

g) Service Ruang Kapasitas Standar Sumber Luas Total

65

Loker 60 1.62 m2/6 org NAD 16.2 m2

Ruang security 3 6 m2/ruang SB 18 m2

Ruang genset 1 20 m2/ruang SB 20 m2

Ruang pompa air 1 6 m2/ruang SB 6 m2

Ruang tangki 2 12 m2/ruang SB 24 m2 Air

Control panel 1 12 m2/ruang SB 12 m2 dan CCTV

Gudang 1 5 m2/ruang SB 5 m2

Total 101.2 m2

Flow 30% 30.36 m2

Jumlah Total 131.56

h) Parkir - Perhitungan parkir pengunjung:

Perkiraan jumlah pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi

Kapasitas Standar Sumber Perhitungan Hasil

60% kendaraan pribadi : 40% 631 org SB 60% x 631 org 379 org kendaraan umum

Perkiraan jumlah pengunjung yang menggunakan kendaraan mobil dan motor

30% pengguna 30% x 379 org 114 org mobil 379 org SB 70% pengguna 70% x 379 org 265 org motor

Perkiraan jumlah kendaraan mobil pengunjung

66

2 mobil untuk 5 114 org SB 114 x 2 / 5 46 mobil pengunjung

Perkiraan jumlah kendaraan motor pengunjung

3 motor untuk 5 265 org SB 265 x 3 / 5 159 motor pengunjung

Maka didapatkan jumlah kendaraan jenis mobil pengunjung sebanyak 46 mobil dan jumlah kendaraan jenis motor pengunjung sebanyak 159 motor, maka besaran lokasi untuk rencana parkir pengunjung adalah:

Jenis Jumlah Standar Sumber Perhitungan Hasil

2 Mobil 46 12,5 m2/mobil NAD 46 x 12,5 575 m

Motor 159 2,4 m2/motor NAD 159 x 2,4 381.6 m2

Total 956 m2

Flow 20% 191.32 m2

Jumlah Total 1,147.32 m2

- Parkiran Pengelola

Perkiraan jumlah pengelola dan karyawan yang menggunakan kendaraan mobil dan motor

Kapasitas Standar Sumber Perhitungan Hasil

20% menggunakan 20% x 75 org 15 org 75org mobil SB

80% 80% x 75 org 60 0rg menggunakan

67

motor

Perkiraan jumlah kendaraan mobil p pengelola dan karyawan

2 mobil untuk 3 15 org SB 15 x 2 / 3 10 mobil org

60 org 3 motor 4 org SB 60 x 3 / 4 45 motor

Maka didapatkan jumlah kendaraan jenis mobil pengelola sebanyak 10 mobil dan jumlah kendaraan jenis motor pengunjung sebanyak 45 motor, maka besaran lokasi untuk rencana parkir pengunjung adalah:

Jenis Jumlah Standar Sumber Perhitungan Hasil

2 Mobil 10 12,5 m2/mobil NAD 10 x 12,5 125 m

Motor 45 2,4 m2/motor NAD 45 x 2,4 108 m2

Total 233 m2

Flow 20% 46.6 m2

Jumlah Total 279.6 m2

Didapatkan Jumlah total luasan parkiran untuk pengunjung sebesar 1,147.2 m2 dan jumlah total luasan parkiran untuk pengelola sebesar 279.6 m2. Maka keseluruhan jumlah total luasan parkiran adalah 1,426.8 m2.

i) Jumlah Keseluruhan Total bangunan

Nama Ruang Luas ruang

Ruang Pertunjukan 447.42 m2 Ruang teater 1,150.56 m2 Pengelola 147.3 m2 Penunjang 131.87 m2 Café/lounge 110.11 m2

68

Service 131.56 m2 Parkir 1,426.8 m2

Jumlah Luas Total Gedung 3,545.62 m2

f. Analisis Sistem Utilitas 1) Sistem komunikasi Sistem komunikasi adalah sarana penunjang komunikasi untuk kelancaran dan mobilitas aktifitas di dalam maupun di luar ruangan. 2) Sistem transportasi vertikal Merupakan penunjang yang vitalkarena merupakan penghubung ruang antar lantaipada bangunan bertingkat. Alat transportasi vertikalantara lain tangga, eskalator, dan lift. 3) Sistem pemipaan Sistem pemipaan atau plambing di tujukan pada penyediaan saluran air bersih dan pembuangan air kotor. - Pemipaan air bersih Sumber air bersih adalah kebutuhan utilitas bangunan yang dapat dipasok dari PDAM.sistem penyalurannya dapat melalui dua cara yaitu dengan cara up feed atau penyaluran air dari penampungan yang letaknya di bawah kearah atas dengan menggunakan mesin pompa dan dengan cara down feed distribusi air diarahkan kebawah yang mengandalkan gaya gravitasi. Terlebih dahulu air dipompa ke bak penampungan di atas bangunan. - Pemipaan air kotor Air hujan dialirkan melalui pipa-pipa di dalam kolom, disposal cair atau air kotor yang berasal dari kamar mandi dialirkan melalui pipa-pipa menuju bak penampungan untuk resapan, dan disposal padat melalui pipa- pipa yang menuju septick tank dan bak peresapan. 4) Sistem jaringan listrik

69

Listrik adalah bahan bakar utama dalam menjalankan kegiatan dalam bangunan Gedung Bioskop di Kendari. Sistem kelistrikan bangunan di alirkan melalui dua sumber: - Perusahaan listrik negara (PLN) Sumber dari segala sumber listrik, dialirkan langsung dan tidak membutuhkan ruangan khusus untuk pengontrolannya. - Generator set (Genset) Alat yang digunakan sebagai sumber tenaga listrik alternatif kalau PLN sedang ada gangguan. - Panel surya Sumber listrik dari alam menggunakan tenaga matahari. Tiap 1 m2 dapat menghasilkan 170 watt/hari. 5) Sistem pembuangan sampah Sampah yang dihasilkan dari dalam bangunan memerlukan tempat serta pembuangan yang tidak mengganggu kenyamanan serta kebersihan masing masing ruang yang ada. Sistem pembuangan sampah yaitu : - Pada area publik dan ramai ditempatkan keranjang sampah yang mudah diangkut dan dibersihkan - Pada ruang yang menghasilkan sampah basah dan berbau (organik) disediakan bak penampungan sampah yang berbeda menurut jenis sampahnya. - Setiap lantai disediakan saf sampah sebagai penampungan sementara sebelum diangkut keluar bangunan.

70

BAB IV KONSEP PERANCANGAN GEDUNG BIOSKOP DI KOTA KENDARI

A. Konsep Dasar Makro 1. Konsep Penentuan Lokasi Berdasarkan hasil analisis dari bab sebelumnya, Kriteria lokasi yang digunakan yaitu sebagai berikut: 1) Berada pada jalur jaringan transportasi kota 2) Kedudukan lokasi terhadap lingkungan dalam hal ini lokasi memiliki daya tarik terhadap potensi kota sebagai kota budaya dan pariwisata 3) Memiliki jaringan utilitas kota seperti jaringan listrik, telepon, air bersih, drainase dan sanitasi 4) Memiliki kaitan erat dengan fasilitas rekreasi lainnya

Gambar 4.1. Peta alternatif pemilihan lokasi Gedung Bioskop (Sumber: Dinas Tata Kota dan Perumahan Kota Kendari)

Dari dasar pertimbangan dan kriteria lokasi yang telah dipaparkan di atas serta melihat dari lima titik pusat pelayanan kota dalam Peta Rencana Struktur Ruang Kota Kendari, penulis menemukan 3 alternatif lokasi yang sesuai yaitu

sebagai berikut:

71

1) Alternatif 1 Lokasi pertama berada di Kecamatan Poasia, Kota Kendari. Lokasi ini berdekatan dengan kantor pemerintahan Kota Kendari seperti, kantor gubernur, Polres Sultra, Universitas Haluoleo, SMA 2 Kendari, dan area permukiman. 2) Aternatif 2 Lokasi kedua berada di Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari. Lokasi ini berdekatan dengan area wisata seperti Tugu MTQ dan Kendari Beach, serta berdekatan dengan banyak area permukiman warga. 3) Aternatif 3 Lokasi yang ketiga berada di Kecamatan Baruga, Kota Kendari. Lokasi ketiga berdekatan dengan rumah sakit, Bandar Udara Haluoleo, pasar baruga (pasar tradisional terbesar di Kota Kendari), berdekatan dengan Kabupaten Konawe Selatan. Dari ketiga alternatif tersebut kemudian di analisis dan dipilih salah satu alternatif yang memenuhi kriteria tersebut, seperti pada tabel di bawah ini: Kriteria Bobot Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

B N B x N N B x N N B x N

1 20 2 40 3 60 3 60

2 40 3 120 3 120 3 120

3 30 3 90 3 90 3 90

4 10 2 20 3 30 2 20

TOTAL 270 300 290

Tabel 4.1 Tabel Pemilihan Lokasi Sumber: Analisa Penulis Dengan pertimbangkan yang telah dilakukan serta menurut pada beberapa pengelompokan kriteria di atas, maka dipilih Alternatif 2 sebagai lokasi pembangunan.

2. Konsep Penentuan Tapak

72

Dasar pertimbangan dalam penentuan tapak pada lokasi Kriteria pemilihan site meliputi: 1) Dekat dengan kawasan pendidikan, perkantoran, dan permukiman 2) Dekat dengan fasilitas sarana kesehatan dan keamanan 3) Akses pencapaian lancar 4) Ketersediaan sarana dan prasarana utilitas kota, antara lain yaitu air bersih, listrik, drainase, dan sanitasi 5) Luas site cukup ideal untuk fasilitas yang direncanakan 6) Keadaan fisik tanah yang mendukung mencakup kontur, daya dukung tanah, dan lain-lain. Dengan mempertimbangkan keadaan lokasi yang telah terpilih serta menurut pada beberapa kriteria di atas, maka diajukan dua alternatif site/tapak yang memungkinkan, yaitu sebagai berikut:

Gambar 4.2. Alternatif 1 Sumber: www.googlemaps.com 1) Alternatif 1 - Tapak berada pada Jl. Edi Sabara. Luas tapak kurang lebih 1,9 Ha. Batas tapak adalah sebagai berikut.

o Sebelah utara : Pemukiman o Sebelah timur : BPJS Ketenagakerjaan o Sebelah selatan : Selat Kendari o Sebelah barat : Swiss-Bel Hotel Kendari - Jalan di depan tapak merupakan jalur transportasi utama pusat Kota, sehingga akses ke tapak sangat mudah baik menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum.

73

- Tapak yang berada di sekitar jalan trans nasional, dengan standar garis sempadan yang cukup jauh dari jalan memungkinkan view dari dan ke tapat sangat bagus. - Berada pada area wisata dan perhotelan.

Gambar 4.3. Alternatif 2 Sumber: www.googlemaps.com

2) Alternatif 2 - Tapak berada pada sudut jalan antara Jl. DR. Sam Ratulangi dan Jl. Saranani. Luas tapak kurang lebih 2 Ha. Batas tapak adalah sebagai berikut.

o Sebelah utara : Pemukiman o Sebelah timur : Fun Q Family Karaoke o Sebelah selatan : Tanah lapang o Sebelah barat : Gereja Katolik St. Clemens Kendari - Jalan di sebelah utara tapak adalah jalur transportasi utama pusat kota sehingga akses ke tapak sangat mudah baik menggunakan kendaraan pribadi maupun kendaraan umum. - Tapak yang berada di sekitar jalan trans nasional, dengan standar garis sempadan yang cukup jauh dari jalan memungkinkan view dari dan ke tapat sangat bagus. - Berada pada area peribadatan dan hiburan. Kriteria Bobot Alternatif 1 Alternatif 2

B N B x N N B x N

1 25 3 75 2 50

74

2 25 3 75 3 75

3 15 3 45 3 45

4 20 3 60 3 60

5 10 3 30 3 30

6 5 2 10 2 10

TOTAL 295 270

Tabel 4.2. Tabel Pemilihan Tapak Sumber: Analisa Penulis Dengan pertimbangkan yang telah dilakukan terhadap kedua tapak serta menurut pada beberapa kriteria di atas, maka dipilih Alternatif 1 sebagai tapak pembangunan.

3. Konsep Pengolahan Tapak Beberapa hal yang dipertimbangkan dalam proses pengolahan tapak antara lain standar-standar perencanaan tapak, peraturan pemerintah yang berkaitan dengan pembangunan, dan kondisi tapaknya antara lain: a. Kondisi Eksisting

Gambar 4.4. Alternatif Terpilih Sumber: www.googlemaps.com

Lokasi tapak berada pada kecamatan kendari barat, Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara, tepat berada di samping Hotel Swiss Bell Kendari. Dengan luas 6 Ha, Tapak dianggap sangat cocok untuk pembangunan Gedung Bioskop.

75

Gambar 4.5. Lokasi Tapak b. Ukuran Tapak Berdasarkan analisis besaran ruang yang telah dibahas dibab sebelumnya maka di dapatkan ukuran tapak yang sesuai dengan rencana pembangunan gedung teater yaitu lebih dari 3,545.62 m2, dimana pada tapak dari penentuan lokasi sebesar ±6,400 m2, dengan demikian lokasi dianggap cocok untuk pembangunan gedung bioskop.

Gambar 4.6. Ukuran Tapak

B. Konsep Dasar Mikro 1. Konsep dan Bentuk Penampilan Bangunan a. Bentuk Bangunan Bentuk bangunan gedung bioskop sedapat mungkin disesuaikan dengan pendekatan konsep modern, dinamis, dengan konsep arsitektur kontemporer. Istilah kontemporer sama artinya dengan dengan modern yang kekinian, tapi dalam desain kerap di bedakan. Kontemporer menandai sebuah desain yang lebih maju, variative, fleksibel, dan inovatif, baik secara bentuk maupun

76 penampilan, jenis material, pengolahan material maupun teknologi yang di pakai dan menampulkan gaya yang unik. Arsitektur ini di kenal lewat karakter desain yang praktis. b. Penampilan Bangunan Penampilan bangunan dikonsepkan sebagai berikut 1) Tema desain Untuk tema desain Gedung Bioskop di Kota Kendari adalah Arsitektur Kontemporer. Yang dimana dapat disimpulkan ciri-ciri Arsitektur kontemporer, yaitu: a. Ekspresi bangunan bersifat subjektif. b. Kontras dengan lingkungan sekitar c. Menonjolkan bentuk unik, diluar kebiasaan, dan atraktif. 2) Analogi bentuk Bentuk dari bangunan sendiri terinspirasi dari bentuk lembaran film yang dimana bentuknya sangat dinamis dan mudah diaplikasikan kedalam bentuk bangunan.contoh dari lembaran film bisa di lihat pada gambar.

Gambar 4.7. Lembar Film Sumber: www.google.com

2. Konsep Tata Ruang a. Tata Ruang Luar 1) Soft material

77

Tanaman sebagai soft material adalah elemen penting menata ruang luar bangunan gedung bioskop, mempunyai banyak fungsi yang disesuaikan dengan karakteristiktanaman tersebut, yaitu: a) Ground cover, adalah tanaman penutup tanah yang menjadi elemen estetika dan berfungsi agar tanah tidak mengalami erosi atau kekeringan. Tanaman dapat berupa rumput manila atau semak yang rendah b) Semak, adalah tanaman yang berfungsi sebagai pembatas dan pengarah pada ruang luar. Jenis semak yang di gunakan adalah yang mudah dalam perawatan dan pemeliharaan. c) Pohon, berfungsi untuk perlindungan terhadap panas dan mengurangi kelebihan udara panas, serta solusi untuk mengurangi kebisingan. Pohon yang di gunakan tidak menghalangi pandangan dan jalan namun dapat memberikan estetika di malam hari di padukan dengan dengan lampu jalan, yaitu akasia dan palem raja d) Pintu gerbang, merupakan main entrance kedalam tapak yang didesain sesuai dengan konsep bangunan. e) Perkerasan, merupakan material keras di tanah sebagai pembatas ruang dan elemen pengarah pada sirkulasi luar. Pekerasan yang di gunakan pada pendestrian adalah beton rabat, sementara untuk area parkir dan sirkulasi jalan digunakan aspal. f) Open space, terdapat lingkungan outdoor yang cukup lapang untuk kegiatan kolam air mancur, dan taman untuk bersosialisasi. g) Sculpture, yaitu landmark untuk bangunan sekitar h) Bangku taman sebagai area untuk bersantai. Bangku tamana di desain imajinatif dan unik sesuai dengan konsep i) Lampu taman di sekeliling pendestrian dan area parkir untuk penerangan eksterior di malam hari. Foot light di tempatkan pada pendestrian, upperlight untuk pohon dan sculpture, serta spot light pada sekeliling bangunan. j) Parkir, parkir dibagi menjadi 3 area yaitu pengunjung, pengelola, kendaraan umum.

78 b. Tata Ruang Dalam 1) Konsep warna Hal yang penting di perhatikan dalam menentukan warna dan material intrior ruangan adalah: a) Keserasian/harmoni b) Irama dan proporsi c) Kesinambungan d) Kesatuan lagam dan gaya. Warna pada elemen ruang seperti lantai, dinding, dan plafond ditata sesuai dengan karakter dan fungsi ruang. Beberapa ruang yang sengaja di tonjolkan dengan pemberian warna yang kontras untuk mengungkapkan karakter yang diinginkan. Penggunaan warna juga memperhatikan psikis pelaku kegiatan didalam ruang karna warna dapat mempengaruhi emosi dan suasana hati manusia. Warna yang tenang dan hangat di butuhkan untuk ruang kerja, sementara warna yang ceria ditempatkan pada ruang hiburan. 2) Material elemen ruang a) Dinding Dinding di cat dengan warna sesuai karakter ruang. Penambahan material wallpaper dinding akan menambah kesan aktraktif pada fasilitas hiburan sesuai dengan konsep desain. Selain itu penggunaan kaca dan panel-panel dekoratif juda dapat menonjolkan karakter ruang b) Lantai - Keramik Digunakan pada ruangan yang membutuhkan kebersihan yang teratur, yaitu hall, dan fasilitas-fasilitas utama. - Marmer Pada ruangan yang terdapat benda yang berat membutuhkan lantai anti gores seperti marmer, selain itu ruang public yang luas untuk memberi aksen keindahan dengan lantai yang menkilat. - Parket

79

Digunakan pada ruang dengan kebutuhan akustik serapan misalnya ruang pertunjukan - Vinyil Lantai yang mudah diganti agar tidak bosan di gunakan pada ruang istirahat seperti café dan restoran. - Granit Jenis lantai menkilat yang di gunakan pada teras di sekeliling bangunan. - Karpet Untuk ruang bersantai seperti ruang bioskop c) Plafond Penggunaan material plafond yang selaras dan senada dengan elemen lantai dan dinding, baik dari bentuk maupun warnanya. Pada plafond digunakan material gypsum dan calsiboard. 3) Furniture Furniture atau prabot dalam ruang perlu memperhatikan a) Ukuran prabot b) Jenis bahan atau material c) Sesuai standar antropemetrik d) Desain yang ergonomis Apabila seluruh hal tersebut diperhitungkan dengan baik maka pengguna akan merasa nyaman dan produktiviras kerja lebih optimal. Misalnya pada kantor pengelola dan karyawan yang memerlukan meja kerja dan kursi yang nyaman untuk duduk berjam-jam digunakan kursi berbahan empuk dan dinamis atau memiliki roda. 4) Pencahayaan Dalam penataan ruang dalam, pengaturan tata cahaya adalah hal yang termasuk paling vital. Dengan pencahayaan yang baik kegiatan di dalamnya akan berjalan semestinya dan memberikan kenyamanan dan keindahan pada ruang. Konsep lighting pada ruang-ruang terbagi menjadi: a) General lighting Pencahayaan lampu yang digunakan, untuk menerangi satu ruangan penuh

80 b) Task lighting Mirip dengan general lighting namun hanya mengutamakan untuk menerangi satu atau beberapa area kecil saja. c) Downlight/spotlight Pencahayaan yang khusus menyorot suatu benda untuk di tonjolkan. Misalnya pad arak penjualan, logo perusahaan, dan lainnya. d) Upperlight Beberapa objek dalam ruang dalam membutuhkan penyinaran dari bawah untuk memberikan kesan dramatis agar ide visual dapat tersampaikan. e) Decorative lighting Pencahayaan estetika dengan tujuan utama untuk menonjolkan keindahan objek dekoratif , misalnya lukisan, air mancur, tangga, dan lainnya. 5) Sirkulasi Penataan jalur gerak di dasarkan pada:: a) Arah yang berubah ubah atau tidak monotan akan menciptakan perubahan-perubahan suasana. Menghindari arah sirkulasi yang lurus agar tidak menimbulkan kebosanan dan terlihat jauh. b) Tidak menimbulkan kelelahan fisik. Penambahan level lantai atau split level untuk memberikan suasana berbeda namun tidak menimbulkan kelelahan fisik dengan jarak split level yang tidak berlebihan atau sewajarnya.

3. Konsep Pengkondisian Bangunan a. Pencahayaan Sistem pencahayaan yang digunakan ada dua, yaitu alami dan buatan. 1) Pencahayaan alami Pada siang hari pencahayaan alami di gunakan semaksimal mungkin, terutama pada ruang luas seperti daerah public (hall) namun menghindari sinar matahari langsung untuk mencegah panas dan kesilauan Bukaan juga di perlukan untuk pencahayaan. Di perlukan bukaan pada ruang studio adalah 1/5 dari luas lantai, sedangkan untuk ruang pengelola 1/6 dari

81 luas lantai. Selain bukaan desain kanopi pada bagian luar bangunan untuk menghindari sinar matahari langsung. Penggunaan material kaca juga di perhatikan, secara prinsip ruang berdinding kaca akan lebih panas karena kaca meneruskan panas. Pemilihan jenis “ heat reflecting glass” atau “heat absorbing glass” untuk antisipasinya. 2) Pencahayaan buatan Pencahayaan buatan di khususkan untuk malam hari, tetapi juga bias di gunakan disiang hari apabila cuaca buruk, ingin menyorot suatu objek vital ( misalnya file hydrant), atau pencahayaan untuk menambah nilai estetika suatu objek. Untuk mengurangi ketergantungan tenaga PLN maka di terapkan system panel surya dengan memanfaatkan panas matahari yang cukup melalui panel- panel surya dan menyimpannya dalam akumulator sebagai energi cadangan. 1m2 panel surya dapat menghasilkan 170 watt/hari. Alat pencahayaan buatan menggunakan lampu. General lighting untuk penerangan menyeluruh untuk ruangan yang tidak memerlukan penerangan khusus. Sedangkan pencahayaan khusus seperti spotlight, broad light, dan soft light digunakan pada ruang yang memerlukan tambahan suatu objek. b. Penghawaan 1) Penghawaan alami Penghawaan alami di gunakan pada ruang penunjang yang tidak terlalu menuntut pengkondisian udara secara teliti. Pada area tertentu perlu adanya ventilasi mekanis seperti exthaust fan yang berfungsi untuk menghisapudara dalam ruangan sehingga tekanan udara menurun, maka udara dari luar dapat masuk dengan maksud pertukaran udara yang bersih. 2) Penghawaan buatan Sistem penghawaan buatan yang di gunakan adalah system terpusat (AC sentral) dimana di tiap lantai ruang untuk mengatur jalannya penghawaan ac yaitu air handling unit (AHU) yang bisa dinonaktifkan apabila seluruh ruangan tidak digunakan.

82

Untuk ruang yang luas dan digunakan secara berkala seperti ruang ekshibition dan ruang seminar digunakan system package unit yaitu system pengkondisian udara yang berdiri sendiri dan tidak membutuhkan ruang chiller sendiri. Ruang itu lebih luas dari AHU.

4. Konsep Analisis Struktur a. Sub Struktur (struktur bawah) Pada sistem struktur bawah, yang perlu dipertimbangkan: a) Kondisi tanah setempat. b) Kemungkinan kedalaman tanah keras pada tapak. c) Mencapai kedalaman tanah yang keras pada tapak. Berikut alternatif pondasi yang akan digunakan :

- Pondasi rakit Keuntungan : • Dapat mengurangi pengaruh gempa. • Bagian bawah dapat digunakan sebagai basement. • Sangat kuat. - Pondasi tiang Dari segi pelaksanaan, dibagi menjadi : • Pondasi tiang pancang Keuntungan :  Beban bangunan disalurkan sampai ke tanah yang keras, maka kemungkinan penurunan kecil.  Pengerjaan cepat serta mudah dalam pelaksanaannya. Kerugian :

 Pada saat pemasangan, bunyi mengganggu lingkungan di sekitar proyek bahkan menimbulkan getaran.  Tapak harus cukup luas untuk penimbunan tiang pancang. • Pondasi tiang bore pile

83

Keuntungan :  Tidak menimbulkan bunyi yang mengganggu.  Tidak menimbulkan getaran.  Tidak membutuhkan tempat penimbunan. Kekurangan :

 Waktu pengerjaan lama.  Dalam pelaksanaan kurang praktis.  Memerlukan tenaga ahli.

• Pondasi sumuran Pada prinsipnya sama dengan pondasi tiang pancang, perbedaannya hanya pada proses pembuatannya. Jenis pondasi berupa rakit, sumuran , tiang pancang, ataupun kombinasi ketiganya. Kedalaman jarak untuk mencapai lapisan keras membatasi penggunaan pondasi tiang pancang pada struktur bawah Gedung Bioskop ini.

Alternatif terpilih untuk struktur bawah adalah Tiang Pancang. Pada masa utama bangunan yang meliputi pondasi jalur dan sloof beton yang digabung dengan pondasi tiang pancang untuk daerah gaya vertikal yang cukup besar,sedangkan pada titik-titik tertentu sebagai penopang struktur atas (Upper Structure) dibuat penggandaan kolom dari ukuran kolom lainnya (Kolom Deletasi) yang nantinya akan menjadi landasan dari struktur atap.

Gambar 4.8. Pondasi Tiang Pancang Sumber : http://rurioktavian.blogspot.com/

84 b. Super Struktur Adapun pertimbangan-pertimbangan untuk super struktur/ struktur dinding, adalah : 1). Fleksibilitas bentuk ruang/ fungsi ruang. 2). Ketahanan menerima beban. 3). Kemudahan pelaksanaan dan pemeliharaannya.

Berikut alternatif super struktur/ struktur dinding :

1). Sistem shear wall (dinding geser), sifatnya sebagai pemikul beban. 2). Sistem bearing wall, yaitu sistem struktur rangka. 3). Sistem struktur vertikal. - Struktur rangka • Cukup aman dalam menahan gaya gempa, angin, dan berat sendiri. • Bentuk dan pola ruang bervariasi. - Struktur rangka dinding geser • Elastis dalam menahan gempa. • Pengerjaan cepat. 4). Sistem struktur horisontal. - Sistem plat datar • Praktis dalam pengerjaan. • Plat cukup tebal (15 – 22,5 cm) - Sistem balok anak dan induk • Mudah dalam pelaksanaan. • Ketebalan minimum (7,5 – 10 cm). c. Struktur Atas (upper structure) Fungsi dari struktur atas adalah sebagai penutup bangunan, sebagai pelindung terhadap hujan dan radiasi matahari serta mendukung penampilan bangunan secara keseluruhan.

85

Konstruksi ini sendiri terdiri dari plat beton dan rangka baja ringan dengan penutup atap berbahan fyber glass. Struktur atap yang digunakan pada perencanaan pembangunan Gedung bioskop adalah struktur dengan sistem cremona dan space frame Sistem cremona digunakan untuk mendapatkan bentuk atap yang yang mempunyai karakter lengkung dan cocok untuk bentangan lebar, serta menjadi struktur utama yang menopang space frame untuk mendapatkan bentuk yang menyerupai cangkang.

5. Konsep Utilitas Bangunan a. Sistem Komunikasi 1) Internal a) Intercom, untuk komunikasi antar ruang dalam gedung b) Speaker. Kmunikasi satu arah untuk pemberitahuan. c) CCTV(Close Circuit Television) 2) Eksternal a) Telpon umum b) Telex. Komunikasi menggunakan radio c) Internet. b. Sistem Transportasi Vertikal 1) Tangga Digunakan pada jarak yang dekat dengan pintumasuk/keluar serta sebagai transportasi darurat. 2) Escalator Digunakan pada ruang yang luas dengan kegiatan dan fungsi yang padat pada pusat pembangunan. Disediakan untuk lantai satu sampai tiga saja. c. Sistem Pemipaan 1) Sistem jaringan air bersih

86

Sumber air bersih dipasok dari PDAM dan di distribusikan menggunakan system down feed 2) Sistem jaringan air kotor Terdapat empat jenis saluran air kotor, dua diantaranya adalah cairan disposal yang dialirkan ke bak peresapan, sisanya dialirkan ke roil kota melalui saringan terlebih dahulu yaitu air hujan dan air kotor dapur. d. Sistem Jaringan Listrik Terdapat tiga sumber aliran listrikyang akan di gunakan pada bangunan gedung bioskop, yaitu PLN sebagai sumber utama, genset sebagai alternatif, dan panel surya untuk antisipasi kebutuhan energi serta mengurangi ketergantungan terhadap PLN

6. Konsep System Keamanan Bangunan a. Sistem Pengamanan Kebakaran 1) Pencegahan kebakaran diluar bangunan Digunakan fire hydrant yang di letakkan di halaman dengan jarak antar hydrant 90m-150m 2) Pencegahan kebakaran di dalam bangunan a) Heat detector Alat pendeteksi temperature ruangan, alaram ini akan aktif apabila suhu ruangan mengalami peningkatan mencapai 670 – 830 celcius permenit. b) Smoke detector Yaitu alat pendeteksi asap kebakaran pada bangunan. Terdapat empat jenis smoke detector. - Optical Alat ini mendeteksi asap kebakaran pada bangunan. Digunakan pada ruang formal, kantor, dan ruangan bioskop. - Lonization

87

Mendeteksi asap dengan melakukan proses ionisasi. Sangan snsitif sehingga sedikitpun asap bahkan yang tidak terlihat sekalipun sudah bias mengaktifkan alaramnya. - Air-sampling Smoke detector yang mendeteksi partikel mikroskopik pada asap, kemudian menyembunyikan alarm sesuai tingkat daruratnya yaitu alert, action, fire 1, fire 2. - Carbon monoxide/dioxide detector Alaram yang khusus mendeteksi asap dan gas yang zat membahayakan. c) Fire sprinkle Alat ini akan menyemprotkan air kesegala arah saat mendeteksi kebakaran atau kenaikan suhu ruangan sangat tinggi d) Fire extinguisher Tabung bertekanan tinggi yang berisi pemadam api untuk mengendalikan kebakaran kecil yang aktif. d) System pengamanan kebakaran ringan dengan alat bantu evakuasi - Tangga darurat - Pintudarurat - Lampu penunjuk jalan darurat b. Sistem pengamanan tindak kriminal Sistem penanggulangan masalah keamanan dari tindak criminal yang di gunakan bangunan adalah ip camera, yaitu system keamanan yang merupakan pengembangan dari CCTV (Closed Circuit television). Ip camera akan merekam secara otomatis saat alaram berbunyi. Keistimewaan di banding CCTV adalah ip camera memiliki system broad cast server yang menyediakan broadcast server yang menyediakan file rekaman yang dapat di akses melalui jaroingan , jadi tidak hanya pada monitor ruang security saja. Juga terdapat pos jaga pada pintu gerbang bangunan dan satpam yang membawa detector logam pada pintu masuk bangunan.

88

c. Sistem penangkal petir Sistem pengamanan petir pada bangunan digunakan system sangkar faraday. Penangkal petir sangkar faraday adalah rangkaian jalurelektris dari bangunan menuju tanah dengan beberapa jalur penurunan kabel, sehingga menghasilkan jalur konduktor berbentuk sangkar yang melindungi bangunan dari sambaran petir.

89

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan Umum Keberadaan Bioskop menjadi salahsatu hiburan yang sangat baik dalam menghibur masyarakat, dimana gedung bioskop menyediakan fasilitas seperti film baru dan game center. Perencanaan bioskop ini dilengkapi dengan fasilitas teater 3d dan 4d sehingga membuat pengalaman baru bagi para pengunjung B. Kesimpulan Khusus

Kendari menjadi salah satu pilihan tempat perncanaan ini disamping kendari adalah domisili dari penulis, kendari juga merupakan tempat pengembangan industri kedepannya, kendari sangat membutuhkan tempat- tempat hiburan pelepas stres, maka dari itu penulis merencanakan pembangunan gedung bioskop di daerah kota kendari.

90

DAFTAR PUSTAKA

Bachdar, S. (2016). Pertumbuhan Layar Bioskop di Indonesia Masih Kecil. Diakses tanggal 20 April 2017 dari http://marketeers.com/article/pertumbuhan-layarbioskop-di-indonesia- masih-kecil.html

Broadbent, G., Bunt, R., & Jencks, C. (1980). Sign, Symbols, and Architecture. Bath: John Wiley & Sons Ltd.

BPS Kota Kendari. (2017). Kota Kendari dalam Angka 2017. Kendari: BPS Kota Kendari.

Ching, Francis D. K. (2007). ARCHITECTURE: Form, Space, and Order – Third Edition. John Wiley & Sons, Inc.

De Chiara, Joseph, dan Michael J. Crosbie. (2001). Time-Saver Standards for Building Types – Fourth Edition. Singapore: McGraw Hill Book Co.

Doelle, L. E. (1990). Akustik Lingkungan. Jakarta: Erlangga

Mahnke, F. H., Mahnke, H. (1993). Color and Light in Man Made Environment. New York: John Wiley & Sons.

Hendraningsih, dkk. (1985). Peran, Kesan dan Pesan Bentuk Arsitektur. Jakarta: Djambatan

Maslow, A. H. (1954). Motivation and Personality. New York: Harper & Row Neufert, E. (2002). Data Arsitek Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Suptandar, P. (1982). Interior Design. Jakarta: Usakti

Munif, A. (2009). Standar Tata Ruang Bioskop Ditinjau dari Pengaruhnya Terhadap Kesehatan. Universitas Atma Jaya .

Purbaya, A. A. (2016). Indonesia Butuh 10 Ribu Layar Bioskop untuk Perkembangan Film Lokal. Diakses tanggal 20 April 2017 dari http://m.detik.com/hot/movie/3159741/indonesia-butuh-10-ribu-layar- bioskopuntuk-perkembangan-film-lokal

Roderick, H. (1987). Theater Planning. Architectural Press.

Tanggoro, D. (2004). Utilitas Bangunan. Jakarta: UI Press.

Nita, V. (2015). Perbedaan Bioskop XXI, Cinemaxx, dan Blitzmegaplex di Jogja. Diakses tanggal 4 Desember 2017

91 dari https://citraceritajogja.wordpress.com/2015/08/12/perbedaan-bioskop- xxicinemaxx-dan-blitz-megaplex-di-jogja/.

92

93