Resolusi Konflik Pengelolaan Taman Nasional Teluk Cenderawasih Di Kabupaten Teluk Wondama
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. JMHT Vol. XVI, (2): 84-91, Agustus 2010 Artikel Ilmiah ISSN: 2087-0469 Resolusi Konflik Pengelolaan Taman Nasional Teluk Cenderawasih di Kabupaten Teluk Wondama Conflict Resolution of Teluk Cenderawasih National Park Management in Teluk Wondama Regency Edward Sembiring1*, Sambas Basuni2, dan Rinekso Soekmadi2 1Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor 2Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor Abstract Conflicts of interest have occurred in the management of the area and natural resources of Teluk Cenderawasih National Park (TNTC) in Teluk Wondama Regency, West Papua Province. The implications of the park zoning system resulted in pro-and-contra situations that might create conflicts. With this context, the research aimed to formulate-resolution concepts that were considered suitable to resolve the conflicts for managing the park. The research showed that most stakeholders can be mapped out as key players and subject of conflict, just one as crowd and ones as context setter. The research also revelaed that the zoning system has accomodated the needs and aspirations of all stakeholder. Based on the finding it can be said that the existing conflict models were categorized as no conflict among most stakeholders, latent conflict (between BBTNTC with WWF, BBTNTC with Dinpar, DKP with Waprak, and DKP with Yende), and emerging conflict (between DKP with BBTNTC). The research concluded that the conflict of the park management can be resolved through collaborative management approach that can be developed with shared control by other stakeholders. Collaborative management should be implemented as “step by step process”: (1) strengthening the capacity of BBTNTC, (2) consolidation of BBTNTC with NGO (WWF) and local government (DKP and Dinpar), and (3) establishment collaboration with local community and the other stakeholders. Keywords: TNTC, stakeholder, conflict, resolution, collaborative *Penulis korespondensi, email: [email protected] Pendahuluan (1.453.500 ha). Kawasan ini terletak di 2 daerah adminis- tratif yaitu di Kabupaten Nabire Provinsi Papua (30,98% Konflik berkaitan erat dengan kehidupan manusia dan area) dan di Kabupaten Teluk Wondama Provinsi Papua selalu bergerak dari konflik yang satu ke konflik yang lain. Barat (69,02%). Kabupaten Teluk Wondama merupakan Masyarakat yang mulai berkembang akan menempatkan kabupaten pemekaran dari Kabupaten Manokwari penyelesaian konflik sebagai wacana utama dalam hubungan berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2002 (BBTNTC sosial yang terjadi antarpersonal maupun antarkelompok et al. 2009). Guna mengetahui apakah penetapan zonasi (Faisal & Siti 2000). Kawasan konservasi berupa taman TNTC merupakan salah satu APK, perlu dilakukan kajian nasional merupakan salah satu sumber daya alam yang ilmiah dengan melihat kepentingan dan pengaruh stakehold- seharusnya dikelola dengan sistem zonasi masih dikelola ers terhadap zonasi serta kebutuhan dan aspirasinya sebagai secara sentralistik sehingga menghadapi berbagai kendala. pertimbangan dalam merumuskan konsep resolusi konflik Wiratno et al. (2004) mengemukakan bahwa beberapa Kawasan TNTC dibagi atas 6 zona yaitu zona inti, zona kendala yang masih dihadapi adalah keterbatasan anggaran, perlindungan bahari/rimba, zona pariwisata, zona tradisional, sumber daya pengelola yang masih belum memadai, zona umum, dan zona khusus (BBTNTC et al. 2009). kelemahan infrastruktur, dan hubungan yang belum harmonis Penetapan zonasi TNTC telah membatasi ruang gerak dengan masyarakat di sekitar kawasan. Penyelesaian konflik nelayan tradisional khususnya di zona inti yang merupakan dalam pengelolaan taman nasional tidak cukup hanya dengan “zona tabungan”. Hal ini menimbulkan konflik karena justru penegakan hukum. Pendekatan alternatif penyelesaian di zona inti terdapat hasil laut yang melimpah. Fenomena konflik (APK) muncul sebagai jawaban atas berbagai lain adalah, Pemda c.q. Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) ketidakpuasan terhadap pendekatan hukum. Pendekatan ini Kabupaten Teluk Wondama pernah mengeluarkan izin dikembangkan untuk menghindari model pihak pemenang kepada masyarakat untuk menangkap hasil laut di dalam dan pihak yang kalah yang dihasilkan oleh pendekatan kawasan tanpa ada koordinasi (BBTNTC 2008). Kondisi hukum (Mitchell 2000). ini sesuai dengan yang dikemukakan Adiwibowo et al. (2009) Taman Nasional Teluk Cenderawasih (TNTC) bahwa ancaman terbesar terhadap keutuhan dan kelestarian merupakan taman nasional laut terluas di Indonesia Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software http://www.foxitsoftware.com For evaluation only. JMHT Vol. XVI, (2): 84-91, Agustus 2010 Artikel Ilmiah ISSN: 2087-0469 kawasan konservasi sesungguhnya berada pada institusi atau kedua belah pihak belum menyadari adanya konflik. pemerintah, baik pada aras pusat maupun daerah otonom. 2 Konflik mencuat (emerging) jika pihak-pihak yang Fenomena tersebut terakumulasi dan cenderung berselisih telah teridentifikasi, diakui adanya perselisihan, menyebabkan terjadinya konflik pengelolaan sumber daya kebanyakan permasalahannya jelas dan proses alam pada kawasan. Oleh sebab itu diperlukan jaringan kerja penyelesaian masalah belum berkembang. dan komitmen bersama para pihak yang berkepentingan di 3 Konflik terbuka (manifest) jika pihak-pihak yang dalam kawasan taman nasional. berselisih terlibat aktif dalam perselisihan, mungkin Tujuan umum penelitian ini adalah untuk merumuskan sudah mulai bernegosiasi dan mungkin telah mencapai konsep resolusi konflik yang diharapkan dapat meningkatkan jalan buntu. manfaat TNTC bagi seluruh stakeholders. Adapun tujuan spesifik adalah mengidentifikasi dan memetakan stakehold- Hasil dan Pembahasan ers yang terlibat dalam proses penetapan zonasi serta Tingkat kepentingan dan pengaruh stakeholders Matriks menganalisis kepentingan dan pengaruhnya terhadap kepentingan dan pengaruh stakeholders dapat berubah pengelolaan TNTC di Kabupaten Teluk Wondama, sepanjang waktu, dampak perubahan tersebut perlu menganalisis kebutuhan dan aspirasi stakeholders dalam dipertimbangkan (Mark et al. 2009). Stakeholders yang implementasi zonasi, menganalisis bentuk-bentuk dan level berada pada posisi key stakeholder harus diperhatikan dan konflik yang terjadi, serta merumuskan konsep resolusi diurus karena mereka mempunyai pengaruh dan kepentingan konflik pengelolaan TNTC. yang tinggi terhadap fenomena pemanfaatan ruang. Jika posisinya sebagai subject maka perlu pemberdayaan terhadap Metode stakeholders tersebut. Jika tidak diberdayakan, besar Penelitian dilakukan di Kabupaten Teluk Wondama kemungkinan mereka melakukan perlawanan dengan Provinsi Papua Barat pada periode Agustus 2009–April membentuk aliansi dan pada saatnya akan berada pada key 2010. Teknik pengambilan contoh diawali dengan purpo- stakeholder tetapi terjadi konflik dalam proses tersebut. sive sampling dan selanjutnya dilakukan dengan teknik snow Matriks kepentingan dan pengaruh stakeholders disajikan ball sampling. Wawancara dilakukan dengan indepth inter- pada Gambar 1. view menggunakan metode semi-directive interview (Hun- tington 1998). Observasi dilakukan untuk memperoleh Kebutuhan dan aspirasi stakeholders Secara umum gambaran tentang lokasi, keadaan lingkungan kawasan, dan diketahui bahwa kebutuhan stakeholders (Tabel 2) berbagai kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat terkait mendukung zonasi yang ada, kecuali DKP Teluk Wondama. dengan zonasi taman nasional. Data sekunder diperoleh dari DKP Teluk Wondama menganggap zonasi TNTC sangat instansi terkait, penelusuran internet, penelusuran dokumen penting, tetapi karena proses penetapannya tidak melibatkan zonasi, kajian terhadap literatur, peraturan perundangan, dan mereka maka saat ini akan dibuat perda tentang Zonasi KP3K data pendukung lainnya. sebagai tandingan terhadap zonasi TNTC. Daftar kebutuhan Jenis, teknik pengumpulan, dan analisis data primer, serta stakeholder pada Tabel 2 merupakan kebutuhan terkait keluaran yang diharapkan dalam penelitian disajikan pada dengan zonasi TNTC yang telah ditetapkan. Tabel 1. Data yang diamati adalah tingkat kepentingan dan Kebutuhan sinergis stakeholders adalah pembentukan pengaruh stakeholders terhadap zonasi, kebutuhan, dan Forum Kolaborasi, pembukaan “Tikar Adat” pada masing- aspirasi stakeholders tentang zonasi, dan berbagai bentuk masing distrik untuk sinkronisasi hak kepemilikan lahan dan level konflik yang terjadi dalam pengelolaan TNTC. dalam pemanfaatan ruang, penataan batas zona inti TNTC, Analisis stakeholders dilakukan dengan penafsiran matriks pemanfaatan zonasi sesuai peruntukannya untuk kepentingan dan pengaruh stakeholders terhadap meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga dengan pemanfaatan sumber daya alam dalam sistem zonasi TNTC sendirinya mereka juga akan menjaga kawasan, penyuluhan dengan menggunakan stakeholders grid. Analisis kebutuhan dan sosialisasi zonasi secara terus menerus oleh setiap dikelompokkan menurut kemiripannya berdasarkan petugas (BBTNTC, Pemda, maupun LSM) ketika ke kebutuhan sinergis dan tidak sinergis masing-masing stake- lapangan. Adapun kebutuhan tidak sinergis meliputi holder (jika kebutuhan dan aspirasi antarstakeholder saling pemberian SIUP dan SIPI kepada pengusaha dengan mendukung zonasi, kebutuhan dianggap sinergis, dan mengabaikan stakeholders terkait lainnya, pemberian sebaliknya). Data konflik berdasarkan level permasalahan SIMAKSI bagi setiap orang yang beraktivitas di dalam dikelompokkan ke dalam konflik vertikal