Laporan Penelitian
PERSEPSI ORANG MENTAWAI TERHADAP RESETTLEMENT DI PULAU SIBERUT
Oleh : Drs. Hasan Basri ----Amir .
Penelitian ini Dibiayai olah Proyak Peningkatan Penettian dan Pangabdian Pada Masyarakat Kontrak No. 055/P4 M/ DPPM/ L 3 3 1 1/9 3/881/ 190 3 Tanggal 20 Mei 1993
Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakst Dtrjen Pcndidlkan Tinggl Depdlkbud
Institut ksguruan dnn Ilmu Pcndidlkan Padang (IKJP Padang) Th. 1994 " .:irX UF T PEGPUSTA~(AA~ -1Kfp PADANG 1. a. Judul Penelitian z Persepsi Orang Mentawai Terha- dap Resettlement di Pulau Siberut . b. Macam Penelitian : Pengembangan. c. Gatagori Penelitian : 111..
2. Kepala Proyek Penelitian : a.Nama Drs. Hasan Basri Amir. b. Pangkat/ Go1 Lektor/ IV/ fi c. Alamat Ktr. FPIPS IKIP Padang. d. Jenis kelamin Laki-laki e. Jabatan sekarang Dosen Ekonomi Pembangunan f. Jurusan/ Fakultas PDU/ FPIPS g. Universitas/Institute : IKIP Padang h. Fidang Ilmu yang dite- liti Sosial Ekonomi
3. Jumlah Tim : 1 (satu) orang
4. Lokasi : Kabupaten Padang Pariaman
5. Fila Penelitian ini merupakan kerjasama Kelembagaan Sebutkan :
a. Nama Lembaga b. Alamat
6. Jangka Waktu : 10 (sepuluh) bulan.
7. Biaya Yang Diperlukan : Rp.5.600.000,- (Lima juta Enam ratus Ribu Rupiah 1
Padang, 20 Maret 1994
Mengetahui Henge taui Kepala Proyek -.. ,.: ' Dekan FPIPS Kepala Pusat Penelitian
, .=-FPnelitian
Nlp : 13(?187(:)88 Nip : 13:)252235 PERSEPSI ORONG MENTAWRI TERHRDAP RESETTLEMENT DI PULAU SIBERUT
(HASON FRSRI RMIR 1944, 78 HRLRWON) Sejak beratus-ratus tahun yang lalu Fulau Siberut yang termasuk Kepul auan Mentawai , , Kabupa ten F'adang F'aria- man, Sumatera Barat itu, telah terisolasi dari tanah daratan Pulau Sumatera. Karena itu pembangunan Fulau Siberut jacrh tertinggal bila dibandingkan daerah lain di sekitarnya. Sehubcrngan dengan ini F'emerintah Republ ik Indonesia melalui pemerintah daerah Sumatera Farat, telah membangun Resettlement (perurnahan) bagi warga Mentawai yang mendiami Fulacr Siberut sejak tahun 1976 pada beberapa desa atau dusun. Tetapi pembangunan Resettlement ini mendapat banyak kritikan dan perdebatan dari para ahli sosiologi, anthropologi, ahli hukum dan disiplin ilmu-ilmu lainnya, sebab lokasi tempat berdirinya pemukiman kembali orang Mentawai itu kurang strategis letaknya. Jauh dari ladang dan sulit dijangkau dari ibu kecamatan atau pantai-pantai yang menghubcrngkan warga Mentawai Ire dunia luar (F'adang 1 . Eerdasarkan pada apa yang dikemukakan di atas dapat disebutkan beberapa masalah sebagai.berikut : (1) Eagaimanakah persepsi orang Mentawai terhadap Reset- tlement yang telah dibuatkan pemerintah terhadap merek.a . (2) Seberapa jauhkah keberadaan Resettlement itu sesuai dengan mereka dikaitkan dengan (a) jarak dari ladang, (b) lokasi dikaitkan dengan transportasi, (c) k.ebia-
saan or-ang Men tawai , (d) materi bahan bangunan, .( e konstruksi bangunan dan (f) kondisi .dalam ruangan rumah. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat persepsi dan kesesuaian orang Mentawai terhadap Resettlement, bila dilihat dari dua aspek. (1) Sikap mereka terhadap pemeliharaan rumah yang akan tercermin dari (a) Kebersihan dalam ruangan rumah, (b) kebersihan pekarangan rumah, (c) perbaikan rumah, (dl frekwensi mendiami rumah. (2) Kesesuaian orang Mentawai terhadap keberadaan Resettlement dilihat dari (a) jarak dari ladang, (b) kondisi jalan atau lalu lintas, (c) jarak dari pantai atau ibu kecamatan, (d) adat istiadat orang Mentawai, (e) bentuk rumah dan bahan materi bangunan.
Sampel penelitian ini didasarkan pengambilannya pada jarak dari pantai yaitu (a) jauh dari pantai, (b) dekat
dari pantai. Maka dengan dasar ini diperoleh 5 desa sampel (Resettlement) yaitu Resettlement di desa Melepet, desa Furo, Mongan Paula, desa Muntai dan desa Sri Logoi. Responden penelitian adalah satu orang kepala desa, kepala suku, dukun, sibakat lagai dan lima orang warga biasa, untuk tiap desa Resettlement. Ke lima responden warga desa tersebut diambil secara random. Teknik pengumpulan data adalah wawancara langsung dengan responden dan pengamatan lapangan ke lokasi Resettlement sampel. Teknik analisis data adalah secara deskriptif tanpa menggunakan rumus-rumus statistik.
Hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai beri- G~LI~: (1) Persepsi orang Mentawai terhadap keberadaan Resettle- ment belum seperti yang diharapkan, ini tercermin . . . . . dari pemeliharaan rumah mereka, karena masih banyak dari mereka yang kurang membersihkan rumah atau peka- rangan. (2) Jarak dari ladang ataupun hubunqan lalu lintas ke Ibu
iii C.~?tamatan a tau nlc~ara-mr-lara sclngai/ pan tai. sen1~1a mereka menyatakan tidak add masalah. (3)Tetapl mengenai konstruksi rumah dan bahan bangunan hampir semua menyatakan kurang cocok. Eondisi rumah akibat konstruksinya tersebut, amat panas dan pengap di siang hari. Eegit~rjcrga bahan/ atap seng tidal?. cocok dengan kondisi oranq Mentawai, selain udaranya panas juga cepat bet-karat. Rumah jcrga tidak punya dapur untuk memasak dan tidak punya WE.
Rkhirnya peneliti menyarankan kepada Departemen Sosial atau Dinas lainnya yang terkait sebagai berikut : (a) Rgar pada pembangunan yang akan datang tak lupa mem- buatkan dapur untuk memasak, serta WC untuk buang air. (b) Agar sebelum mendirikan rumah lokasinya diamati dulu, sehingga lokasinya tepat. FERCEFTION OF MENTAW61 PEOPLE TO RESETTLEMENT IN SIFERUT ISLAND
(HASAN EASRI AMIR 1994, 78 PAGES)
Paince ' hundred years ago, Siberut Island include Men tawai Archipelego, F'adang Pariaman Regency in West Sumatera has been isolated from the Sumatera Island. Because the doveloprnent of the Island has underdeveloped to compare with other region in it '5. sourro~tndinp conection with, the Government of Republic of Indonesia through the Gnvernment of the Region of West Sumatera hzr built "Resettlement" for Mentawai People in Siberut Island since 1776, at some villages. But the building of Resettlement has been debated by many sociologists, anthropologists, economists laweyers and others, because it's location is not strateqv. It is far from Mentawai's garden it is very difficult to go to capital of the District of Siberut. Ease on what did we say above, than can call problems a=. the following :
(1.1 How is perception ol' Mentawai People to th~ Resettlement that has been built by t.he Government for them 3 (2) How far is existence of the Res~ttlementsuitable to them relationship with (a) distance from garden, (b) location in aspect nf transportaion, (c) tradition of Mentawai, (d) How material of .building, (e) construction of building, (f! condition in the room of building (house). 'The pc.rrpose of this study is to see "Perception and suitable of Mentawai people to Resettlement, if we see f ram two aspec tc" .
(1) Their attitude tn taken care of house, will be reflexing of (a) cleaning in the house, (b) cleaning in t.he yard, (c! renovation of house, (d1 f reqctency of living in 'their house. (2) The suitable to existance of Resettlement, if we see (a) distance from garden, (bl condition of
transportation, (c) tradition of Mentawai Peopl.e, (dl strategy of lecation.
The sample of research is taken base on distance from, coast line or the capital of district, namely. (a) Far from cclast linr. (b) Near from coast line
Then we find five Resettlements as sample, as the following, namely Resettlement at Mele~et villaue. Muntai villaee. Puro villaqe. Monuan Paula villaoe and Srilouoi villase. Respondent of Research are a head of village, a head of tribe, a Original/ old man a Sikere (medicine doctor) and five Mentawai people for every village. Total of respondents are 45 persons. Technique of collecting data is interview and observation to location of Resettlement. Technique of analysis data is descriptive without using statistical formula. The result of this study can be given as the following. (1.) Perception of Mentawai people to Resettlement is not good, because maintainance of their house are not suitable as we want. Many nf them do not clean
, the hall in the' house, front and or back-yard. (2) -All of the Mentawai Fmeoplesay .their agreement to distance of: the Resettlement of location to thelr uarden or capital of district (no problem) i3! But conection with the cantruction of building and material of building (roof) all of them do not agree.
I Beside in, we see that the Resettlement (the houses of Mentawai) don't have kitchen to cook, and WC, and Ceil ina of hcuse. In the house is very warm in the noon. And at las we recornandate Social Department or Institution or others I3epart.ment of Government of the Republic of Indone-
I (1.) Do not forget to make the kitct~en'for cooking, WC and the roof don't make the zinc. (2) Do not forget to observation of location where the resettlement will be built. Penelitinn merupnknn snlnh sntu knryn Ilminh di pergurunn tinggi. Knryn Iirninh ini hnrus dilnksnnnknn oleh Dosen IKIP Pndnng dnlnrn rnngkn meningkntkon mutu, bniksebngni dosen maupun sebagni penelitl. Oleh hrenn Itu, Pusnt Penelitinn IKIP Pndnng berusnhn mendorong dosenfpeneliti untuk melakuknn penelitinn sebngai boginn dnri kegiabn akndemiknyo. Dengnn demikinn mutu dosenlpeneliti dnn hnsil penelitinnnyn dnpnt ditingkntkan. Akhirnyn snyn mernsn gemblrn' bah1r.n Penelitinn ini telnh diselesaikan oleh peneliti dengan melniul proses pemeriksnan dori Tim Penllnl Usul dan Lapotnn Penelitinn Puslit IKIP Pndnng.
Pndnng, Februnri 1994 Kepaln Pusnt Penelitinn
NIP 1301S70SS
viii DAFTAR IS1
HALAMAN PENGESAHAN ...... 1 HINGKASAN ...... ii SUMMARY ...... v t::ATU PENGANTAR ...... viii DAFTAR IS1 ...... ix DCIFTAF: TABEL ...... ti PAB I PENDAHULUAI\I ...... 1 A . Latat- Belakang Masalah Penelitian ...... 1 B . Perumusan Masalah ...... -
C . Tujuan Fer~elitiarr...... T... D. Manfaat Hasil Penelitian ...... 4 EAB I1 TINJAUAN PUSThb::A ...... 5 BAB 111 METODOLOGI ...... 11 A . Populasi dan Sampel ...... 11 F . Variabel Penelitian dan Indikatornya .... 12 C . T~knikPengumpulan Data ...... 13 D . Teknik Penqolahan Data ...... 13 E . Desain F'enelitian ...... 14 BAB IV PENEMUAN DAN PEMBGHASAN ...... 15 A . Lokasi Keadaan Alam dart Dermaganya ...... 15 1. Lokasi dan Letaknya ...... 15
-7 L . Keadaan Alam ...... 20 3 . Demografi ...... 25 E . Masyarakat dan b::ebudayaan ...... 27 C . Gambaran Umum Resettl.ement dan Sampel ... -2.4 1. F:esettlement Dus~rnF'uro ...... 34 L.-i . Resettlement Desa Melepet ...... 36 3 . F.esett.lernen t Desa Mcrrr tai ...... 39 4 . Resett lemkn t. Uesa Moegan Paula ...... 42 5 . Resettlement Desa Sril.agoi ...... 44 D . Deskripzi Urnurn Para Responden dan Perremuan F'eriel l. tian ...... 48 1 . Deskr-ips.i Umum Iz'ara F:espnnden ...... 48
7 .L. Penemuan Hasi1 F'enel. i tian yanq Ferb:.ai tan denqan Perrnasalahan ...... 53 E . Diski.~si.clan Perribahasan ...... 77- BGB V KESIMPULAN DAN SnKAN A . t::;esimpu1 an ...... 75 B . Saran-Saran ...... 76
Daftar Eacaan ...... 78 Daftar Lampiran ...... 79 H - 4 --! 3-J .G cr . #-' 4 N ui 4 P-. 00 0-. 1-0 C;I ~t KJ Q b 0. - u-J a 4 I..? d 4 c.4 c.4 d- u-J u-J fififiu3r~u-,~dadq4jaK 1.':1 t..) d- q. Ui ...... q. ... 'C' m...... In . . -a. u..... C ..a. ...d I'j.S~i5.C' u...... 6...... -j X.n.Q .i'jm a.m...... f ..a. ...i5 C . - 4 L .+I m m...... d ..a. ll 4 . i..) E . @ . IG . +J ...... In .... .I-' UI @.-j.~n.~...... ~.... a a.4 c-L' Iljt..;l*.q .+I...... a,. uait c i 0.. 4 .n .o...... oal-L'm;. &..a L.+CC 0 G-. +J . x. . C. c .... ~4r5.4.a m.4 . ...y ..a .4 5L .,a! .Lac...... A' rlEEEcr 4JCf yj .x 1 ...... d .. .d CI. a5atm ..I-'..4. ...D.fa .I-'+'Y+J+'= ar+a .+J m-i~lj.. m... @ . .I~U ccCC@m E Iri .5 L mi0 5.. om alIUal@In rn a+c I -5 .5~2rn c-4f a EEEEam f- at -5 c cIria(U =L.-1G Cn(UaaUIz 1t4Ju'C =@fEfl L Iri E .4 A .I ,-+ 4 ~lji~lj~,111 .r ia +,+J-IJ-Cj.r(m vl i~ . c r:. K CCKG ~+JIJ+,+D= J llr 4-J (!I 0 15 . llj . llj 2 a El W CI 3 UJ CL P 1Ki . 01 Oi CC6 UITiCLf Lj4C m UIL ul L c L a r~i+.da~t11 15 IG~m~~n ya~aw~llri a f&+li; II~AU~LLM~~EEXma> QKCKKC 31m3d315Ln~nOa D 113 -1 7 U1 & L El a = a ~3-5 R15-i 0k3 c EKK~LJaf .,-I .4 .+ .d E . a aalcal cfica~au~ TI a IG c 0- IT^ ~uuoo~ a +IfiC,t'gi'CL& cO~L7j>.CfCa E a Lm C f .+ .r( L ili A... A. U'I c ~i c caa~~'-.zt-cccca LL aLTjUJ O CtOil. C 15 L 6.4.4 15 15 15 .d LL 'lirliKiCL.4 a E nau~aU~UTJLUIZLLL.~~II qrrrr rii P 0 &€ma.' EI~EX a a A. ~ria~ulacaalTiaaNm 5 7 U C EE O UIU.~+I.I-'.FI-IU5.dLf lr: Cjl'lIi EEEEdO adLdu@*lll L lJl 4 .4 .d Ill 4 .4 3 w. 4 +J.d7't-~ llJ3 i31UiGtUlU15U1D PPU 6 U Ill QJ @Jx'-d ~~~c~ccc~c~cccccL~ccEt~.w~2aLuIlj !L nJ a 16 lii f- 4 4 0 ~~i-!i~+~~L~i,~+~'gqq~~Ti ,U ,q NCS4534. LL ...... s=n 4 fi d- TJ 4 b a @' rz* 4 t:yl KJ b 3 4 c.4 ):? + li-J -0 I".. LLLLL -+++A A 4 4 d4,-+44dd,-+d-l4d4 15 6 i5 6 aa~aa a a mmmm~alumaaaam nnn~n 32zT] a 13 fi ~J~~~D~DLIU~~~C~LJEEEEE 6 i5 15 15 13 Kj la 15 15 16 llj 15 It 16 1% 15 15 1% 1 a a 15 fi .L L ?-- .k L . . ,++ +!-kk-k-I-I-!-k!-I-+I- sp~au*& FAE I
PENDAHULUAN
A. Latar Felakanq Masalah Penelitian
F'embangctnan dalam segala aspek kehidupan di tanah air
telah dicanangkan dalam GBHN TAF MPH No.IV/1978, bahwa
tit.ik berat dalam pembangunan di bidang ekonomi dengan
sasaran mencapai keseimbangan antara pertanian dan bidang
industri serta terpenuhinya kebutuhan pokok rakyat dan
sebagian besar dari pembangcrnan di bidang lainya hanya
bersifat menunjang dan melengkapi.
Kepulauan Mentawai sebagai bagian dari wilayah pro-
pinsi Sumatera Earat yang terletak di pantai Earat, sudah
lama disadari jauh tertinggal dibandingkan wilayah dara-
tan. Banyak ha1 yang diasumsikan sebagai penyebabnya,
pembangunanannya yang belum persuasif, karena "selalu
dijadikan objek dari berbagai rekayasa atas nama sivilisa-
si dan kernanusiaan, dan tak pet-nah sebagai subyek dapat
menentukan pilihan sendiri apa maunya mereka " (Muchtar
Naim, 19921.
Rkhir-akhir ini perhatian dunia luar, baik yang
bersifat nasional maupun internasianal semakin besar
terhadap kepulauan Mentawai. Namun orientasi perhatian itu
satu sama lain bertolak belakang. Dari segi nasional
perhatian i.tn berorientasi pada bagaimana memaj~tkan warga
Men tawai , sehingga lambat laun sejaj ar dengan rekan- r rekanrjya bangsa Indonesia lainnya. Tetapi perhatian dunia
Internasional adalah auar kebctdayaan dan tradisi orang Mentawai hendaknya ter~rsdipel-tahankan. Kasarnya biarkan
nranq IYen tawai. it~r- -i C$,.-d 1' at-anq Mentawai terus, sehingga dapat di.jad.ikan ~bjeb:. sepanjang masa, sebagai rn~rsi~lrn hidup.
,lelas ktahwa ha1 itu takkan m~rngkindibiarkan berla- rut-larut. Gubernur Sumatera Hasan Basri Durin dalam pemb~\kaan Seminar "1"entang mentawai di Universi tas Bung
Hatta (27-2-1492) menyatakan bahwa masyarakat Mentawai tidak dapat dibiarkan herada dalam bentuk kehidupan yang sekarang, sebab kurang manusiawi apabila dipertahankan dalam bentuk aslinya, seolah-oleh baqaikan musium hidup.
Dalam hubungan ini sebuah tapik dan permasalahan yang paling hangat dibahas di seminar tentang Mentawai di
Universitas Bung Hatta tersebut adalah mengenai pemukiman
kemba1.i orang Mentawai (Hessettlement). Eerbagai argumen-
tasi telah bermunculan dari pakar-pakar antara dislplin
ilmu. Mereka umumnya mengeritik card-card ysng pernah
diternpuh pemerintah selama ini, karena pertimbangannya
bukan herdasarkan sosial budaya warga setempat. tetapi
pertimbangan dalam mengontrol atau memonitor pemukiman
tersebut oleh dinas-dinas {ang terkait.
Agar apa yanq disangsikan oleh pakar-pakar tersebut
eiemakin dapat cli j adikan pegangan yang pasti oleh pengcrasa
daerah atau puzat, penelitian ini ingin menelusuri Persep-
si Oranq Mentawai terhadap Resettlement yang sedang menja-
di perdebatan hangat tersebut. E. Perurnusan Masalah ~I Sebagaimana dikemukakan terdahulu masalah 1 Resettlement Orang Mentawai sedang hangat-hangatnya menja-
di topik pembicaraan baik pada seminar-seminar, maupun di I mass media. Ada yang berpendapat bahwa karena kurang
persuasifnya pemukiman kembali yang ditangani pemerintah
selama ini, menyebabkan rumah-rumah tempat pemukiman
kemtral i orang Men tawai i tcr hancctr beqi tu saja, tan pa
dinikmati oleh pemiliknya.
Istilah pendekatan yang kurang persuasif mungkin
dapat dilihat dari beberapa aspek, seperti iarak yang jauh
dari ladang-ladang mereka, keyakinan-keyakinan kepada
kekuatan qaib yang tidak menunjang (sosial budaya) atau
jauh dari lalu lintas sungai atau jalan laut, yang selalu
menjadi ukuran transportasi mereka.
Bertolak dari hal-ha1 tersebut di atas maka dapat
dijadikan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi orang Mentawai terhadap daerah
pemct k iman kembali (Resettlement), Yang telah
diperuntcrkan pemerintah buat mereka ?
2. Sejacth mana Resettlement itu telah dikait-kaitkan
dengan iaraknya dari ladanq letak sebagai ukuran kemu- dahan transportasi , adat kebiasaan , materi/ bahan bangunan dan konstruksi bangunan, serta situasi dan
kondisi ruang bangunan.
C. Tuiuan Penelitian
Inqin mengetahui 'persepsi warga/masyarakat Mentawai
MLlK UPT PERPUSTAKAAN +-.JKtp PADANG ten tang Kesettlement yang didirikan pemerintah untuk
rnel-.eka, ditin j au dat-i. segi :
I. Lokas.i./ strategis letaknya.
2. Adat kebiasaan yang mer-eka anut.
2. Jarak dari ladang mereka.
4. Jaraknya dat-i ibu kota.
5. li::onstruksi ban~unan
6. Hateri bahan bangunan.
7. Knndisi dan situasi ruang bangunan (panas, pengap, dan
lain-lain)
8. Kelengkapan bangunan (ada dap~rr, kandang ayam, kandang
babi, atau itik)
D. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat hasil penel itian ini diharapkan sebagai
berikut :
1.. Sebagai bahan masuban yang berguna bagi Dinas/ Departe-
men Sosial dan F'emerintah Daerah Sumatera Farat, dalam
membuat program baru mengenai Resettlement di Mentawai.
2. Sebagai informasi atau acuan bagi rekan-rekan seprofesi
dalam menelusuri berbagai gejala yang muncul pada
Resettlement di masa akan datang. EAB I1
TINJOUON PUSTAKA
Pola pemukiman kernbali masyarakat terasing itu, tak terkecuali rakyat Mentawai, kebanyakan para ahli dari berbagai disiplin ilmu berpendapat telah keliru penem- patannya oleh pemerintah.
Prof. Dr. Eudhi Santoso ahli Antropologi (1992) berpenda~at bahwa set-inukali jcrga pola pemukiman kembali itu tidak memperhatikan struktur dan pelapisan smsial masyarakat, sehingga menghancurkan terutama sosial dan kadang-kadang rnenghancurkan kewibawaan kepemimpinan sebagai penghubung dengan dunia luar.
Lebih tegas dan spesifik lagi pendapat yang dikemuka- kan oleh Prof. Mr. Herman Sihombing pakar Ilmu Hukum
(1892) yang menyatakan bahwa Resettlement atau membuat perumahan dalam kampung yang direncanakan oleh Departemen
Sosial atau lembaga 5uku terasing 5ama sekali tidak cocok di Mentawai itu.
F'endekatan yang dilakukan menurut Sihombing selama ini telah keliru disebabkan hampir semua perkampungan
Mentawai ada di tepi-tepi scrngai, jarang mereka tinggal di
tepi laut. Tempat-tempat yang menurut kita bagus dan strategis, mungkin menurut mereka jelek, karena tak sesuai dengan kebiasaan dan adatnya, jarak dari ladang sagu dan
keladi mereka, jauh dari tempat mencari ikan dan kepiting
Narnc.rn apa ,yang disinyalir Prof. Mr. Sihombing itu agak paradoks dengan perkembangan dan kemajuan pendidikan di kalangan warga Mentawai generasi muda, terlihat kenya- taan sekaran~seperti yang dilaporkan Drs. A. Manaf Taher dkk. F'ada penelitiannya di Pulau Pagai Utara Selatan
(19921 bahwa lokasi perkampclngan dan jarak perumahan yang dibangun dekat ke pasar atau Kmta Kecamatan sangat mereka sukai. Ladang-ladang mereka dapat dialihkan mendekati ternpat tinggalnya.
F'andangan yang tegas dan ekstrim adalah apa yang dikemukakan Drs. Ichsan sarjana Anthropologi (1992) bahwa titik maselk bagi upaya pembangunan manusia seutuhnya di
Kepulauan Mentawai yang cukup strategis adalah melalui lembaga UlJ, yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kebudayaan Mentawai.
Padahal seperti kita ketahui U- (rumah besar) orang
Mentawai itu saat ini sudah punah karena pernah dilarang pemerintah sebab rrrengancrt agama Pelbegu yang terb:.enal dengan Arat Sabulungan. Dengan kata lain apa yang dikemu- kakan Drs. Ichsan secara anthropologis itu Lrntuk sebagian orang Men tawai mc~ngkin benar, mesbripun terpaksa berlawanan dengan gagasan pemerintah (ingat Indonesia negara yang berketuhanan Yang Maha Esa, tak mengakui Pelbequ atau
Animisme).
Gagasan pendapat yang cukilp relevan adalah apa yang dikemukakan Dr Muchtar Naim sosiolog (1992), bahwa pemban- gunan perumahan atau pemukiman baru bagi orang Mentawai dengan pertirnbangan-pertimbangan' sederhana, seperti inisa1,nya un tuk memudahkan melakukan pembinaan terhadap mereka, jelas tidak akan membawa manfaat yang berarti tanpa menqaitkannya dengan pemahaman yang menyeluruh ten tang wujud dam hakekat dari permasalahan mereb:.a, dan tanpa melakukan pedekatan-pendekatan terpadu dan bahkan holis- tik . Masalah perumahan dan menciptakan pemukiman taru di tempat-tempat yang gampang dijangkau untuk kepentingan penyuluhan dan pembinaan hanyalah satu dari sekian banyak permasalahan yang saling terkait yang harus dihadapi.
Informasi yang paling berharga mengenai Resettlement orang Mentawai di Pulau Siberut ini adalah hasil peneli-
tian Prof. Wilfried Wagner ahli sejarah dari Universitas
Bremen ( 1981 ) , yang mencrlisnya dalam ben tuk makalah' semi- nar di unand Padang, dimana belia~r meng~rngkapkan bahwa
selain kelemahan-kelemahan teknis arsitektural dari peru-
mahan-perumahan yang tidak peka terhadap lingkungan alam
sekitarnya tersebut, j uga dengan dihimp~rnnya mereka di
dekat pantai, jarak ke ladang semula menjadi jauh. Semen-
tara hewan piaraan dan kebcrn pisang, keladi dan buah-
b~rahanmereka di sana. Begitu juga air bersih lebih susah
didapatkan karena dikitari rawa-rawa. Hidup di zipanjang
ccrngai, berarti jcrga di sepanjang jalan, dekat air bersih,
dekat dengan sumber protein. Masih di subuh-subuh buta
wanita-wanita Mentawai telah menebar jala dan menangkap
ikan di sungai.
Yang masih terkait denqan pemukiman kembali suku-suku
Menta~.raiini adalah argumentasi yang dikemukakan oleh. Drs.
Manaf Taher dan Drs. Hasan Easri Gmir (1992); bahwa untuk member1 motivasi bagi penduduk asli pemerintah telah membangun proyek perumahan, yaitu apa yang dikenal dengan
Proyek Resettlement. Namun proyeli ini yang berhasil sesuai dengan harapan adalah perumahan-perumahan yang dibangun dekat ibu Iota Kecamatan seperti Desa Puro I di pulau
Sipora. Tetapi perumahan yang dibangun di dusun-dusun baru yang jacth dari ibu kota kecamatan tidak. didiami, karena mereka lebih suka di ladang, di hutan-hutan, sehingga perumahan Resettlement tersebut banyak yang hancur. Masa-
lah tersebut patut menjadi pertimbangan yang serius karena ia menyangkut modal yang besar.
Apa yang dikemukakan Drs. Manaf Taher dkk tersebut dipertegas lagi oleh Dr. Mhchtar Naim (19921 bahwa
pembangunan pemukiman-pemukiman baru bagi suku-suku
terasing di tempat-tempat yang aksesibel di Indonesia ini
telah memperlihatkan kepada kita bahwa ini proyek sia-sia,
karena permasalahan mereka bukan hanya sekedar masalah
pernukirnan kembali, ja~thlebih kompleks dan lebih rumit
dari itu.
Akhirnya dapat dikemukakan pendapat yang dikemukakan
Prof. Dr. Emil Salim Mentri Lingkungan Hidup (Singgalang 3
Maret 1992) bahwa pemaksaan budaya, bisa rnenimbulkan
cultural shock atau kejutan budaya terhadap penduduk asli.
Seterusnya Emil Salim berpendapat bahwwa ada tiga ha1
penting yang harus menlandasi pembangunan Mentawai, perta-
ma "berikan penaakuan hak hidu~terhadap orang Mentawai,
artinya ' penduduk as.li tersebut harcts d.ilihat 5ama dengan etriiz-etnis lain yanq jugs d.iakui keberadaannya, zeperti
Jawa, Makasar, Sunda, Fatak, Minang dan etnis lainnya,
Kedua terima iati diri lidentitas) Mentawai berbeda dengan etnis lain tetapi keberrlainan orang Mentawai itu. bubran ber-arti mereka lebih rendah dari pada Drang Minang, Batak, atacrpcrn ,laws. Ketiqa per~thahanyang terjadi di Mentawai harus ditentukan oleh orang Mentawai sendiri. Apakah met-eka aQ:.an berr-~bahatacr tidak, apa mereka mau tetap pakai caat atau mau ganti dengan baju, itu tergantunq dengan rnerelra .
Dari uraiannya yang panjang lebar pada wawancara dengan Harian Singgalan F'adang, akhirnya dikutip lagi pakok-pokok penting sebagai berikut :
"Perubahan tidak bisa dipaksakan orang luar terhadap oranq M~ntawai. Sama seperti orang Minang tidak bisa menerima perubahan menurut budaya Jawa ataupun orang Jawa takkan herubah karena dipaksakan oleh orang Fatak. Sebagai
suatu etnis yang hak hidupnya diakui dan iati dirinva
diterirna, Mentawai tidak bisa diqbah dengan mendesakkan
budaya lain. t::arena itu rnen~trcrt beliacr buatkanlah rumah mereka sesuai dengan kemajuan mereka, mungkin ada kandang
ayam, babi dan lain-lain jangan dipaksakan. Finatang-
binatang itu adalah kekayaan mereka seperti jugs orang
kota punya mobil, TV, almari es dan lain-lain.
kpa yang disinyalir alrh Prof. Emil Salim tersebuut
sesuai dengan hasil penelitian Drs. A. Manaf Taher (19921,
bahwa terlihat banyak rumah Resettlement di Muaro Taikako
lPagai U.tara Selatan) yang langsung dimodifikasi . kembal i oleh penduduk Mentawai yang mendiaminya seperti bentuk rumah tradisional mereka, yaitu ada beranda terbuka
{lepas), ada dapur dan kandang ayam / babi di sampingnya atau di belakang rumah,
Selanjutnya A. Manaf Taher melaporG:.an bahwa mengenai bahan-bahan rumah relatif lebih banyak penduduk asli
Men tawai peng hcini rumah Resettlement kcrrang setc~jel dengan atap seng, mereka lebih suka atap daun atau atap rumbia, karena selain atap seng itu panas sehingga udara dalam rumah terbawa panas, seng pun cepat dimakan karat, sedang- kan atap daun tidak. EBB 111
METODOLOGI
A. Populasi dan Sampel
Mencrt-ut Dr. Mcrchtat- Naim yanp mengcrtip pula Depsos?
sudah ada 10 pemctkiman barer di Fulau Sibercrt. t::arena
penelitian ini lebih bersifat stcrdi kualitatif maka seha-
gai sampel diambil 5 daerah saja dengan \:.riteria sebagai
herikcrt :
1. Yang dekat pantai/ ibu kecamatan.
2. Yang agak jacrh dari Fantail Ibu Kecamatan.
F'opcr 1asi atacr daerah pem~rb:.iman (Hesett1 emen t ) itcr
akan dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tatrel 1
RESETTLEMENT DAN DESA TEMF'AT LOKASINYA
(7NAMA HESETTLEMENTI SAMPEL KETEHANGAN I Desanya (Populasi) Jarak dari Ibu Kecamatan I I 1. I Saliguma - Dekat I f. / Pasa Kiat - ,Agak jauh I 2.. 1 Puro I Dekat
Dekat 1 4- 1 Malepet Dekat 5- 1 6. Sarausau/ Katurai AgaG:. jauh.
7. Saumanctk Jauh.
Mongan F'aula Agak Jauh. 8- 9. 1( Simalanca A~akJacrh
Jacth IblaC:.a herdasar.l.:.an I.:.ri.teri.a di atas ditetapkan 1lma
sarnpe 1, 'tiua yang deka t dari I bu k::ecarnatan, dcra yanp _l acth
dan agak ;auk, yait1.r Resettlement di Desa Malepet, Muntai
dan F'LII-a I (desa Mctara Siber~tt! di Icecamatan Siberut
Selatan dan Resettlement Mangan Paula clan Sri logai di
Kecamatan Sibet-crt Utat-a ( keduanva j auh dan agak ;auh dari
Xbu Kecamatan Muara Sikabaluan!.
Yang dijadikan responden'hanya ditetapkan orang-orang
kunci ditambah warga yang terlibat saja, untuk tiap
Resettlement diambil c-ebagai responden satu orang Kepala
Desa, satu oranq si BaG:.at Laggai, satu orang Rimata C::epala
Suku (uma), satu mranq Sikere dan tiqa oranq warga yang
diberi perumahann. Dengan demikian untuk satu lokasi
Resettlement ? arang responden. Jadi ctntuk 5 lokasi Reset-
tlement akan diambil 45 orang responden.
E. Variabel Penelitian dan Indikatornva
Variabel Terikat : Persepsi Oranq Mentawai Terhada~
Resettlement", yang akan terjelma dari Sikap orang
Mentawai terhadap Resettlement indikator dari variabel
ini akan tercermin dari rasa memiliki dari warga terse-
but terhadap rumah yang dibangunkan pemerintah bagi
mereka . Rasa memiliki ini akan tampak dari hasrat
da1 am pemel iharaan rumah, membersihkan rumah, serta
f rekwensi menunggui rumah tersebut.
- Adat kebiasaan yang dianut.
Indikatnrnya adal ah k:eses~..\aianan tara adat kebiasaan
. dengan cara mendirikan rumah, ~tpacara-upacara yang
mungkin dilakukan sebelum rumah didirikan. - Lokasi..' Strategis letal-:..
Indi.katmrnya, berupa kemudahan hubungan ke tempat-
teinpat yang selalu atau sering didatangi, seperti ke
pasar.;' Ibcr t:.ecamatan. dekat pantaj. atau tepi sungai.
- Sarak dari. ladang.
Indikatnrnya, jauh, agak jauh atau dekat dari ladang.
- I(::anstruksi bangunan.
Indikator-nya hen tuk dart kelengkapan bangunan.
- Nateri bangunan.
Ir-~dikat~rnyabahan yang dipergunakan mulai dari atap,
dinding, sampai lantainya.
- Kandisi dan si.tuasi ruang bangunan.
Indikatornya adalah rasa nyaman atau kurang nyaman
dalam rumah, pengap atau taka pengap.
Teknik Penqumpulan Data.
t::arena perlelitian ini berbentuk st~tdikasus, maka
teknik pengumpulan data adalah dengan memakai (1)
wawancara langscrng derrgan responden sesuai dengan
I informasi yanq ingin dijaring, (21 pengamatan baik
terhadap perumahan Resettlement, maupun sikap penghuni-
nya.
D. Teknik Pen~olahanData.
Data dipermleh dari lapangan akan dialah dan -
dianalisis secara deskriptif dan hanya sampai tabel-
tabel pengalahan sederhana tanpa memakai rumus-rumus
statistib:.. E. Disain Penelitian
Disain penelitian ini dapat digambarkan seperti
diperacjakan pada gambar bet-ikut ini :
Adat Kebiasaan F'endi- i b:.ebersihan Pekarangan 1 rian Rumah. I I I
Frekwensi Menunggui- Lokasi/ Strategi Letak I rumah.
Jarak Dari Ladang.
Eaqian Yang Diper- baiki. 1 I Konstruksi Rangunan. 1 I n uMateri/ Bahan Bangunan Kondisi/ Situasi Dalam R~langan. RAE IV
PENEMUAN DAN PEMFAHASAN
A. Lokasi. Keadaan Alam dan Demoarafi.
1. Lokasi dan Letaknya,
Di sebelah Earat pantai Sumatera terdapat beberapa
gcrgusan p~rlauyang membujur dari Earat Daya ke Tenggara.
Di antara gugusan pulau-pulair terseb~rtyang sangat menarik
sekali adalah Kepulauan Mentawai terletak di lepas pantai
Sumatera Farat, termasuk dalam wilayah Administrasi Kabu-
paten padang Pariaman, Propinsi Sumatera Barat. Wilayah
kepulauan ini terbagi empat kecamatan yaitu Kecamatan
Pagai Utara/ Selatan, Kecamatan Sipura, Kecamatan Siberut
Selatan dan Kecamatan Siberut Utara, dengan ibukota keca-
matan masing-masing adalah beruturut-turut Sikakap, Sio-
ban, Muara Siberut dan Muara Sikabaluan. Kepulauan ini
TO ~i(-) 31 ' ' terletak antara 55' - .-, -- - LS dan 9B0 - 1<)[:)*40
HT, dengan luas lebih kurang 7.000,- Km persegi.
Gugusan kepulauan ini terdi.ri dari empat pulau utama
yaitu pulau Pagai Selatan, pulau Pagai Utara, pulau Sipora
dan pulau Siberut. Di antara keempat pulau tersebut maka
Siberut merupakan pulau yang terbesar tetapi paling terke-
belakang dan paling jarang penduduknya. Dengan luas kira-
kira 4.480 Em persegi dibandingkan dengan luas pulau Pagai
lJtara/ Selatan (1.675 b::m2) dan pulau Sipora (845 Km2)
maka dapat did~rgabahwa daerah pulau ini telah terabaikan
untuk masa yang relatif panjang. Hal ini patut disayangkan
sekali karena dalam-banyak ha1 pulau ini sebenarnya merh- pakan yang terkemuka di antara pulau-pulau dalam gugusan
Kepulawan Mentawai .
Gambaran peta berikut ini akan memperkenalkan nama- nama desa dan sungai serta dusun-dusunnya. Cambar: IV..I Pe ta F'ulau Sibcrut
I - Pulau Siberut terletnk di antara 0'55''- 2'20 Lintang Selatan
I dan 98'3 1 - 100~40' Bujur Tinur.
MlLlK UPT PERPUSTAKAAN .b.* ]KIP PADANG Kilometers
Garnbarn',Z Petz Lokzsi Pulau Siberut dan Xepulauan Mentawai Untuk waktu yang cukup lama daerah kepulauan ini umumnya terpecil dan tidak terkena pengaruh dari luar, khctsusnya pulae1 Sibercrt yanq pali.ng terpenci 1 walaupun letaknya hanya 40 mil laut dari pelabuhan Tel~rk Bay~rt-
(pelabuah samudera) dan pelabuhan Muara Padang (pelabuhan an tar pula~r). Menurut sej arah geologi bahwwa b:.epulauan ini pada raman Pleistocene (kira-kira 1.000.00(:),- sampai
I(:). 000.CtOc:), - tahun yang lalct 1 daratannya menj adi satct dengan Sumatera, Jawa, Kalimantan dan benua Asia. Tetapi pada raman Pleistocene Tengah kira-kira 5(:)0.000,- tahun yang lalu terjadi perubahan terjadi banjir besar di permu-
kaan bumi akibat es yang meleleh pad ke dud kutub bumi, maka banyak daratan yang tenggelam di permukaan bumi.
Heberap-a bagian dari daratan tenggelam maka terbentuk
pulau-pulau di sebelah Barat Sumatera di antaranya gugusan
Kepulauan Mentawai yang sekarang ini.
Dengan demikian daerah kepulauan ini terpisah dari
daratan Scrmatera sudah sejak lama, buktan saja secara fisik
tetapi juga secara kultural. Oleh sebab itu tidak mengher-
ankan penduduk Kepulauan Men tawai pada Lrmunya, penduduk
pcrlau Siberut khususnya tidak terkena oleh pengaruh seja-
rah untuk jangka waktu yang cukup lama, sehingga mereka
tetap terkebelakang di bandingkan dengan masyarakat dari
berbagai suku bangsa di Indonesia, yang telah lama terkena
pangeruh dari luar, misalnya Aceh, Fatak, Minangkabau, . .
Jawa dan lain-lain.
Keterbelakangan masyarakat khususnya di-Pulau Siberut
telah mendapat perhatian ti-dak saja dari dalam negeri sendiri tetapi juga dat-i pihak luar negeri. Sejak kira-
ki,ra tahun 1970-an, Siberut tampil dalam fokus perhatian
terutama di Dunia Internasional. Tiga badan Internasional
yanq memeberikan perhatian hesar terhadap Siberut ialah
World Wildlife Fund (WWF), International Union for Conser-
vation of Nature and Natural Resource (IUCN!, dan Survival
International (SI). F'erhatian WWF dan IUCN terutama tertct-
ju pada fauna dan flora sedangkan perhatian International
S~trvival(SI ) tertuju pada pend~tdul.; pctlau tersebut.
2. Keadaan Alam
Pualau Siberut alamnya indah beriklim tropis, topo-
graf i bergelombang di bawah ketinggian 1.500 kaki. Curah
hujan rata-rata berkisar antara 200 - 400 MM per bulan.
Siberut merupakan pulau sedimentasi yang dipenuhi oleh
lumpur, tanah liat bercampur kapur yang masih berusia
relatif muda. Sistem aliran sungai dipengaruhi oleh iklmi
khatulistiwa yang basah, tanpa musim kemarau sama sekali.
Curah hujan tertinggi adalah pada bulan Gpril (290 MM) dan
Dktober (3?0 MM) sedangkan bulan-bulan yang ralatif kering
adalah Pebruari (220 MM) dan Juni (220 MM).
Sepanjang tahun, hujan turun sekali d~ta hari rata-
rata dan pad bulan April dan Oktober hujan biasanya turun
setiap malam dan hampir pada semua hari dengan curah hujan
maksimal 100 MM per hari. Curah hctjan yang melarnpa~ti 70 MM
dalam janyka waktu 24 jam akan k~enimbulkan banjir secaa
melctas, tetapi aan surut lagi dengan segera: Pada waktct
banjir pada umumnya sungai-sungai tak dapat dilayari, air menQalir denqan deras membawa pohan-pohon kayu yang tum-
sangat berbahaya baqi keselamatan pelayaran dengan perahu di sungai.
Curah hcr-ian yanq tirrqpi pada tanah yang hutannya telah rusak oleh penebangan akan membawa tanah lurnpur.
Tanah lumpur ini akan rnenimbun dataran aluvial sepanjang pantai timur yang diturnbuhi pohon bakau, menyebabkan bertambahnya luas daratan sepanjang pantai timur. Sering sekali dirasakan adanya getaran-getaran bumi dan kadang- kadang gempa yang diikuti oleh tsunami yaitu gelombang pasang yang menghantarn daratan, merusak daerah pantai.
Di pulau Siberut terdapat ratusan sungai besar dan kecil, baik yang mengalir ke pantai timur maupun ke pantai barat. Sungai-sungai yang rnengalir ke pantai timur di antaranya yang terpenting adlah sungai Sikabaluan dan sungai Sibercrt. #e dua sungai in rarnai dilayari karena menjadi urat nadi lalu lintas ke ibu kecamatan terletak pada rnuara sungai ini yaitu Muara Sikabaluan dan Muara
Siberut. Sungai-sungai lainnya yang arnat penting juqa mengalir ke pantai tim~rradalah sungai Saibi, scrngai
Cimpungan dan lain-lain. Yang mengalir ke pantai Barat antara 'lain sungai Sirnatalc~, scrngai Si.malegi, scrngai
Sabulubek, sungai Tumorak dan lain-lain.
Oleh karena top~grafipulau Siberut bergelombang di
bawah ketinggian 1.500 I.:.aki maka terdapat puncak-puncak
gunung yang rendah lebih tepat disebut puncak-puncak betkit
di antaranya yang tertinggi adalah Tonggat batu (342 M).
Eieberapa gunung.lai-nnya adalah Lakkorna (286 M), Taitaibat- ti (287 M), Simanqqelenp-geleng- - (265 MI, dan gtrnung Sri- bo~.:.lo(3c:')i) MI .
Sebaqian besar dari daratan pulau Siberut masih ditutupi hutan primer dengan keanekaragaman flora dan fauna. Luas kawasan hutan primer makin lama makin menciut karena penebangan yang terus menerus oleh perusahaan- perusahaan kayu pemegang konsesi Hak F'eng~rasaan Htrtan
(HF'H 1 . Hutan primer banyab:. dit~rmbuhi oleh berjenis-j enis kayu seperti meranti, keruing, dipterocarpus, shorea, beragama palmae. Hutan bakau banyak terdapat di sepanjang pantai Timur. C::ayu terbaik untuk pembuatan perahu oleh penduduk pulau Siberut adalah dari jenis shorea, sekarang dirasakan sudah semakin langka.
Tingkat keanekaraqaman fauna di pulau Siberut dapat dikatakan rendah. Hal ini disebabkan mleh karena pulau- pulau yang terisolir mempunyai fauna yang makin berkurang dan pulau-pulau kecil menampung lebih sedikit species dibandinqkan dengan jumlah yang ada di daratan utamanya atau yang ada di pulau-pulau yang lebih besar di sekitar-
nya, dengan anqka perbandinyan yanq agak tetap antara
daerah pulau dengan keanekaragaman species. Pada umumnya
dapat dikatakan bahwa j ika daerah sctatu pulau dikurangi
dengan faktor 10 maka jumlah species akan berkurang
faktor 2 (WWF, 1980 ; 35). Pulau-pulau yang dipisahkan
dari persaingan evolusi seringkali dapat mempertahankan
ben-tuk-bentuk yang lebih purba dari pada di daerah daratan
~r tama . Di per lael Sibercrt proses-proses ini berakibat muncul- nya jcrmlah endemik yang sangat besar, yaitcr bentuk-bentcrk yan~tidak terdapat di tempat lain manapun jcrga di dunia.
Unsur yang paling menarik perhatian dari fauna di Siberut adalah mamalia, 65% di antaranya bersifat ~ndemik. Di antara mamalia endemik itu maka primata mendapat perhatian
~rtama dari para ahli. hda empat jenis primata endemib:. di pulau Sibercrt yaitu sejenis siamang kerdi 1 disebctt oleh penduduk setempat bilou, nama latin disebut Hylobates klossii, sejenis lutunci disebut oleh penduduk denqan nama joja. nama latin F'resbytis pntenziani. seienis simpai disebut oleh penduduk simakobu atau makoko, nama latin
Simias concolor dan terakhir sejenis monyet atau berub:. disebut penduduk bokoi, nama latin Macaca ~aaensis. Pene-
litian tentang kehidupan kera endemik ini terakhir dilaku-
kan oleh Ronald Tilson tahun l?72.
t::e empat jenis kera tersebut telah dilindungi oleh
Undang-undang dan sebuah daerah perlindungan bagi satwa-
satwa tersebut telah ditetapkan sebagai suaka alam di
Taitaibatti Eecamatan Siberut Utara seluas 6.500 hektar.
t:e empat jenis kera endemik tersebut sekarang terancarn
kepcrnahan oleh penebangan-penebangan hutan secara modern
yang dilakukan industri kayu pemegang konsesi HPH.
Di daerah scraka alam ~aitaibattikepadatan popcrlasi
C) bilou pada tahun 1973 add kira-Lira 2 ekor per Km'. Untuk
menyelamatkan hewan yang terancam kepunahan ini, pada
tahun 1974 F'PA Scrmatera Barat memc\lai kegiatannya dengan
F'ro\lek ~en~el'amatanSi'amang C::erdil . Selain dari pada i tu sebc.rah lembaga Internat.iona1 World Wildlife Fund (WWF) telah pula membantu penyelamatan kera endemik dengan sebuah proyek Savinp Siberut : A Conservation Master Plan.
Salah satu program proyek yang disarankan adalah mencipta- kan suatu scraka a1am di Siberut yang memencrhi kriteria
International bagi daet-ah yang dilindungi. Suaka akan
P=l.tlerc!t ' yang diusulb:.an melip~rtikawasan sekitar 50.000 hektar di sebelah Farat Daya pulau ini, rnerupakan sebuah
I.:,a~rasari yanq paling indah dar'g sangat cocob:, untuk prayek tersebut. Danau-danau yang terdapat di daerah itu adalah dana~c-dana~r air pavau hampir belum terjamah oleh tangah rnanusia menyediakan habitat bagi salah satu populasi besar terakhir dari buaya yang hidup di muara sungai pulau- pulau sebelah Farat Sumatera. Selain dari pada itu hutan- hutan di sekelilingnya berisi banyak populasi kera ende- mik. Semua telcrli dan tanjuang belum rusak. Eokoi dan
Simakobu dapat datang mencari makanan di pantai. 3. Demoqrafi.
Plenurut catatan teralihir tahun 19?0 pada k:.antmr Camat
Siber~rtSelatan dan Sibercrt Utara, penduduk pulau Siberut
berjurrllah 24.326 j iwa yaitcr 11.256 j iwa di t::ecamatan
Siberut Cltara, dan 13.067 j iwa di C::ecamatan Siberut
Selatan, seperti yang tercantum dalam tabel berikut ini :
Tabel 2
PENDUDUK SIEEKUT UTARA TAHUN 1993
1 C::epa 1a NO Desa Keluarga Pendudctk Keterangan
1. Muara Sikabaluan 5 40 1.750 I 2./ Monoan Paula 135 650
3. Satboyek 1 10 4 50 '14. Ecrjakan 220 8 (1) 160 7C)5
6.1 Cimpungan 1 ? [I) 847
7.1 Malancan 345 1 .3 6 0
8. Sigappkna -7:._# L C 1.533
9. Simalegi 3 0 5 1.389
10. Simatalu 454 2.100
Jctmlah 2.812 11.584
Sumher : Kantor Camat Siberut Utara PEhIDUDUE S I FEF:UT SELATAN TAHUN 1993
Kepa l a NO D e s a I b::e 1crarga F'enduduk Keterangan
I. Muara Siberut 370 1.980
2. Mailepet 155 675
3. Mcrntei 173 725
4 12 1. eoc:)
2 (1) 4 8(1) 0
6. Saliguma 287 1.333
7. Saibi Samukop 7,?8 1. 970 -.-, 8. Katurai :. :,7 1.521
9. Taileleu 428 1.762
10. Sag~11ubek lS5 810
Jcrmlah 2.959 13.376
Sumber : Kantor Camat Siberut Selatan.
Pertumbuhan penduduk lamban, antara tahun 1961 dan
1971 laju pertumbuhan pendcrd~rk 1,04%, tetapi antara tahun
1971 dan 1977 meningkat menjadi 1,5% rata-rata setahun.
F'eningkatan laju pertumbuhan penduduk itu disebabkan oleh
program pembangunan sejak Pelita I di bidang kesehatan dan
bidang ekonomi. Pertumbuhan penduduk yang lamban itu bukan
disebabkan aleh keberhasilan program Keluarga Eerencana
dari F'emerintah; melainkan karena tingkat kematian bayi
dan Balita masih tinggi.. Hal itcr bukan saja karena kurang-
nya fasilitas kesehatan yang tersedia, tetapi juga bebera- pa kendala budaya dalam pembangunan pada bidang kesehatan
masyarakat. Ada kebiasaan pada masyarakat Siberut tet-utama
di daerah pedalaman, merendam bayi mereka di dalam sungai
setiap hari selama satu sampai dud jam. Dalam budaya
Mentawai pada umumnya ada kepercayaan bahwa air sungai
mempunyai man, yang sangat berguna bagi manusia. S~lain
dari pada itu ada pula kepercayaan penduduk di Siberut
bahwa orang sakit tidak boleh dibawa ke luar rumah karena
takut akan diganggu oleh roh-roh jahat yang berkeliar-an di
luar rumah yang disebut sanitu yaitu makhluk halus jahat
yang lebih dikenal di daerah Indonesia lainnya dengan
sebutan hantu. Oleh sebab itu orang sakit tak mungkin
memperoleh pertolongan dokter dengan membawanya ke rumah
sakit atau ke tempat lain di mana ada dokter. Dan akhirnya
si sakit mati dengan tiada memperoleh pertolongan dari
petugas kesehatan.
Oleh sebab itu tidak mengherankan kalau penduduk
Siberut sangat jarang . Pertumbuhan penduduk tahun 19788
3 kira-k.ira 22 dengan kepadatan 9 j iwa per b:m". Kepadatan
.-I pendcrd~tk tahun 1993 kira-kira h jiwa per Km'.
E. Masyarakat dan Kebudayaan
Penduduk pulau Siberut yang merupakan bagian dari
pend~tduk C::epulauan Mentawai . termas~tkgolongan Melayu tua
menurut pandangan para ahli etnologi. Daerah kepulauan ini
selama berabad-abad tidak terkena.pengaruh sejarah, ter-
pencil dari dunia luar. Oleh sebab itu ,tekhnologi yang mereka miliki masih sangat sedet-hana. Mereka tidak menge- nal teknoloqi. rajcrtar~ atau menencrn, bahan pabraian hanya terbuat dari bahan kulit kayu tet-utama untuk cawat disebut kabit. Mereka jcrqa tidak mengenal tembikar. minum tuak, memandai, mengunyah sirih dan lain-lain, yang pada umumnya semua i tu i t1.r dikenal. oleh G:.et~anyakansul:.cr-sukn bangsa di.
Indonesia, seperti Aceh. Eatak, Jawa, Bugis, Toraja dan lain-lain.
Hahasa yang dipakai oleh penduduk Kepulsuan Mentawai termasuk bahasa dari rumpun Austronesia atau Melayu-
Polynesia, seperti jugs halnya dengan bahasa-bahasa yang terdapat di Indonesia, sern!na masih dalam satu keluarga.
Dalam masyarakat pemakai bahasa Mentawai ditemui berbagai dialek geugr3fis. Adapun dialek geografis yang utama adlah
(11 SiLerut Utara, (2)Siberut Selatan, (3) Sipora, dan
(4) F'agai. DialeG:. qeografis masih dapat dibagi lagi menja- di dialek Muara Sikabaluan, Simalegi, Simatalu, dan Tare- kan. Sastera lisan bahasa Mentawai di Pulau Sibet-ut adalah pantern dart cerita rakyat. Ee dua jenis sastera lisan ini masih sangat populer dan digemari oleh warga masyarakat.
Selain dari pada itu didapati pula sastera lisan yang
berupa jampi-jampi, mantera dan sebagainya, tetapi jinis sastera lisan ini tidak begitu populer di kalangan rakyat
biasa, terbatas pada orang-orang tertentu saja yaitu sikerei atau dukun. Sastera tulisan belum ada karena
mereka belum mengenal huruf sampai permulaan abad XX ini.
Seli.aranq ini sastera-tulisan hanya berbentctk terjemahan
Injil dalam bahasa daerah setempat. Sistern teknnlngi sangat sederhana, oleh sebab itu kebudayaan material miskin. Dalam teknologi prrtanian tidak dikenal sistem i.rigasi, pestisida, pupuk dan seba- gainya. Pengolahan pertanian tidak mengenal bajak, melain- kan mempergunakan parang dan tugal. F'ertanian hanyalah berupa tegalan keladi dan pisang serta pohon saqu di hutan rawa-rawa. Bangunan rumah yang disebut uma tidak memakai paku, melainkan rotan sehagai bahan pengikat bagian-bagian rurnah. A1,at-alat senjata yang utama panah dan tombak, diperqunakan untuk berburu dan berperang. Ada dua macam panah yaitcr panah beraccrn disebut tununq dan panah tanpa racun disebut patra.
Sistem ekonomi masih sangat tergantung kepada alam yaitu meramu? berburu dan menangkap ikan. Dalam hutan banyak terdapat bermacam-macam komoditi baik untuk kebutu- han sendiri maupun untuk ekspor, misalnya rotan, manau gaharu dan lain-lain. Hewan b~rruan terbatas pada habi hutan, rusa, kera dan beberapa j enis burung . Hasi 1 bcrrcran dibagi rata di antara anggota ma yang laki-laki saja termasul.:. anak laki-laki. Wanita dan anak perempuan tidak mendapat bagian sendiri tetapi ikut bagian laki-laki keluarganya. Perburuan dilakukan secara bersama oleh anggota yang berasal dari uma yang sama atau anggota se marga. t:alau perburuan berhasi 1 dibunyikan sejenis tab~th dengan puk.~rlantertentu. Tabuh yang dipukul i tcr 'disebut tedukat, pukulan itu menunjukl.:an jenis hewan tertangkap.
Sistem kekerabatan berdasarG:.an patrilineal dan bent~rk rumah tangga adalah kelr-rarga luas (extended family), di
mana satu uma dapat dihuni oleh tiga sampai empat genet-a-
si. Setelah uma hanc~rt-zejak tahun 1955 diperb:.~rat lapi
mleh F'embanqunan F'royek Femul.:.iman t::embal i Masyat-akat
Terasing oleh Departemen Sasial maka ada terjadi pergeser-
an bentuk rumah tangga dari keluarga luas menjadi keluarga
batih (nuclear family) nleh karena rumah-rumah yang diban-
gun oleh pemerintah terlalu kecil untuk keluat-ga luas
yaitu rumah b:.ecil hanya dengan satu bilik saja.
Ilalam sistem perkawinan ada di Siberut maka bentuk-
bentuk perkawinan terdapat bermacam-macam. Tetapi bentuk
perkawinan yang paling umum adalah kawin pinang, sebagai-
mana halnya terdapat pada suku-suku hangsa lainnya di
Indonesia, di mana peminangan dilakukan oleh pihak laki-
laki disertai pembayaran j~!jur, berupa benda-benda terten-
I I tu yang cukup tinggi harganya. Benda-benda sebagai pemba- I yaran jujur tersebut dapat bercrpa kebun, ladanp, perahu,
I ! babi, alat-alat pertanian, .pericrk, kuali, parang, kelamb~r
dan lain-lain. Pembayaran j~rjur tersebut yang ber~rpa
benda-benda dinamakan alak. Oleh karena alak dianggap
I terlalu tinggi, maka pemerintah mengeluarkan aturan ten-
tang besarnya alak yang boleh dibayarkan dalam persetujuan
I perkawinan antara para pihak yang bersangkutan. 6da sanksi
kalau ketentuan tersebut dilanggar. Akan ditindak bagi
I J siapa saja yang masih menerima pembayaran alak yang mele- i
bihi dari ketentuan yang berlaku, ditangkap dan kerja
paksa oleh pol'isi. Adapcrn jumlah barang-barang yang boleh
di.bayar oleh pihak laki-laki terdiri. dari lima macam baranq saja masing-masing sat~tyaitu kuali, perictk, pa-
rang, beliung dart kelambu.
Pola perkampunqan srlalu rnenqhindarkan kontak dengan
d~tnialuar. Oleh sebah it~rperkampungan mereka tidab:, jelas
benar dilihat dari arah laut atau dari tepi sungai ataupun
dari muara sungai. Mereka lebih menyubrai tempat pemukiman
jauh di pedalaman di hulu sungai. k::esatuan sosial terdiri
dari samuntngat yang berpusat di uma. Samuntogat adalah
satuan kewarisan yaitu oranq-orang yang se nenek ditarik
dari garis keturunan laki-laki yang berasal dari uma yang
sama.
C::ebcrdayaan materi1 sangat rniskin, senj ata utama
adalah panah, tombak dipergunakan dalam berburu atau
perang. Eahan pakaian terdiri. dari kulit kayu. Alat angku-
tan yang utama adalah perahu, jenis ~tkuranb;ecil disebut
abap sedang yang besar disebut kalaba.
Pengendalian sosial melalui hukum adat dilakukan oleh
para penguasa adat terdiri dari .sibakat laqaai. sikerei.
siutek uma dnn lain-lain secara musyawarah dan mufakat,
dalam perkara-perkara taik perdata maupun pidana adat yang
terjadi dalam daerah hukum laggai (kampung). Pelanggaran-
pelanggaran adat akan dikenakan sanksi hukum berupa tulau
- atau denda dan hukuman fisik seperti dera dan lain-lain.
Agama asli penduduk Siberut adalah Animisme yang
disebut Sabulungan berasal dari kata bulung artinya daun.
Sabulungan adalah sistem kepercayaan yang dianut penduduk
hahwa daun-daun mempclnyai kekuatan baib berisi roh-roh yang mernpengar-uhi kehidupan manusia. Oleh karena itu d.i. l at:ukan pemuj aan. Adapcrn roh-roh yang mengc~asai kehidu- pan manusia di bumi ini terdiri dari tiga macam roh yaitu dewa laut disebut Tai Ka Kuat, dewa hutan dan gunung dlsebut Tai Ka Leleu dan dewa langit disebut Tai Ka Manua.
Setelah Kristen masuk di daerah ini maka untuk nama Tuhan
Jesus diambil nama dewa langit yaitu Tai Ka Manua.
Men~trert kepercayaan penduduk Sibercr t bahwa j asrnani manusia membutuhkan mana Ltntuk hidup dan mana ini dapat ke
luar atau meninggalkan badan manusia. Orang mati itu dianggap sedang tidur dan tidak dapat bangun. Ada dud jenis mana yang dimiliki manusia. Ada manusia dari suatu
galongan yang mempunyai kere misalnya sikerei (dcrk~tn).
Jadi here adalah mana yang ada pada man&-ia tertentu saja
sedangkan mana jenis lain yang disebut ketsat dapat dimi-
liki oleh orang biasa. Mana yang banyak jumlahnya melekat
pada rnanusia, hewan, tumbuhan dan benda-benda lain disebut
keramat. Sebagai tempat kedudukan mana yang penting adalah
rambut di kepala. Itulah sebabnya mengapa orang Siberut
memelihara rambut yang panjang. Walaupun sudah ada laran-
gar1 berambut panjang bagi laki-laki, tetapi di daerah
pedalaman yang terpencil dan tak terjangkau oleh tangan
pemerintah, masih banyak orang yang tak mau memotong
rambut yang panjang. Hal itu misalnya di daerah Sarereget
di hulu sungai Sakudai terkenal orang Sakudai yang masih
memel ihara rambut panj ang . Oleh karena ada kepercayaan
tentang mana ada pada rambut manusia, maka rambut tidak
boleh dipotong. Apabila rambut dipotong orang, akan mati - begitu kepercayaan yang ada pada masyarakat Siberut. Ada kekecualian rambut bal.eh dipotong yaitu pada waktu kema- tian salah satu anggota keluarga.
Sebagai sumher mana yang penting adalah air, oleh sebab itu sungai tidak boleh dicemari terutama kotoran manusia dan sampah padat. Air sungai dipergunakan oleh penduduk untuk keperluan sehari-hari seperti untuk minum, dan mandi. Orang Siberut punya kebiasaan buang katoran di dalam hutan sekitar kampcrng, suatcr kearifan ekologis masyarakat sederhana. C. Gambaran Umum Resettlement Sampel
p :-. ~:!~~lt.r.~.'..t..?;.ar-,:I,.v:I. sepprtri. clli,I.:,emi.~l~:.i3l.:.an pads baI-,a--
i . 3 I kt a t:~ ir~is !::. (::I ij(7 I,c;t i:j 3 d:,iai~ib:il .t,:!.i.!a clesa !:iese.ttleinen.t di.
m:,.;,t-. .. . -. .- .. . hp;:~pr.~..!,t:{.jc?:ii.tarl (:I ) F: p, .- :-- 0.'- a1 c3 ;?et:~er-ut, i .2 Fieset'tl ement: Desa Malepet. (3:I Ke!z.~?ir-- 4: 4: 1 . -. ~~ri~rrt-k1)ez.a Munt.ai . 1:iari. cic!a cjesa Re5ettlenien't di kecama-- tan ,--.~:il:tet-~~t Qtat-a yaitc! : (I! De.~.aMongan IY:'auia dart (2) T ', ..,.. L...-.... C!-. S I-. li 1 c::~c3 a i. . 1. Resettlement Dusun Puro r... F'c..\t-o yarig merc.ipaC:,an bahagian dari Desa Mclara ~,~hei-ui:C ' han';ia be!-jarak kit-a - kir-a sat^! kilameter, dengan 1 buah rumah pem?.\ki.rnan ( F parja. tahun 1985. Fi.tscrn F'!-!rm terletali di pingair s~rngai Si.t::let-crt. M~.!dat.i dijanqkac.! dengan jalan kaki ata~! naik sampan dayccng atau perah\.\ tierm~c-intempel . F::ondisi tanah L,..empat k~ercli.t-i.nya pc-?r.c.!rnatiar.i Resettlement cukc.rp rnemencrhi syarat, selain tanahnya datar, dan tidak terkena hanj ir . . .lil.:.a sungai Sibere!t yang ccrkup besar sedang meluap. Rcrmah- rurna17n.;ja CUI..:LIP bersih dan mempunyai pekarangan yang zgak terpel.ihara. L.!m~.\mnya warga men tawai yang mendiami dusun ini mata pencariannya bet-tani dan rnengumpulkan hasil hutan llan aqama yanq rnerel,:.a anut adalah C::risten. I3i pi.nggir jalan rnasr.!k I,:.e desa ada sc-kiuah SD Inpr-ec. yang cukup bagus Ire%Fhatarinya clan sebahagian t::tesar pendud~\b:.nya parjdai berl:~ahasa Indurii?c:ia dan tat-iu ~LII. i.s baca . Gambar 1. Sebuah Perumahan Resettlement yang di samping kanannya ada kandang ayam dan di belakangnya ada dapur, yang dibuat sendiri oleh pemiliknya di Dusun Puro I. 1 Gambar 2 Gambar 2. Sebuah .Rumah lainnya d.i Pusun Puro I, yang terlihat CLI~.LI~terpel il-!ara, seperti r-umah pertama di atas. 35 1 2. Resettlement Desa Malepet Desa Ivla1 epet tempat. t:!erdi.ri.nva Resettlement yang ! di.ban~un tahun 1Y7R. dengan 1(30 buah rumah terletak di ! pi.nggir Telctk Siberctt yang tenang dengan pantainya landai, berpasir indah. Di teluk ini dibanqun pelabuhan kapal yang segera atau diresmikan tahun 15'94 ini. Jalan raya selebar 6 meter telah dibangun sampai ke pelabuhan Malepet, yang panjanqnya kira - kira 7 kilometer. Prospek pembangunan Kecamatan Siberut Selatan punya harapan cerah dengan dibang~rnnya pelabcthan ini. Keindahan F'antai Malepet ini -sernakin j adi kenyataan dengan datangnya para turis Earat 1 menginap serta bermain - main di laut dengan pantainya yang menawan ini. Eudaya orang Mentawaipun cukup sesuai dengan Budaya turis - turis Barat ini. Meskipun letak Resettlement ini cukup tepat, selain hclbungan lalu lintas mudah, jarak dari ladan - ladang orang Mentawaipun dekat, tetapi rumah rumah yang dibangun- kan pemerintah untuk pemukiman mereka sebagian besar tidak terurus. Dinding - dinding rumah dibiarkan bolong, atapnya 1 banyak yarig bacor, begitn jcrga pekarangannya penuh rumput liar tak terurus. Mata pencarian penduduknya bertani dan usaha sam- pingan adalah menangkap ikan di teluk Siberut untuk seke- dar dikonsumsi? sedikit sekali yang dijual. Sama seperti di dcrs~mPuro, warqa Malepet umctmnya beragama Kristen. Budaya Mentawai asli di. Malepet masit7 tev'lihat ke'beradaannya, seperti adanya itma (.rumah l~lesaryang didia- m.i bebet-apa keluar-qa! dan masih ditemukan dukun-dcrk~rn pandai obat iSikere), yan~berpraktek di antara uma - urna itct . Ada rumah-rcrrnah Resettl.ement yang dirombak sebagian atau tutal, clmumnya diganti atapnva dengan atap daun I-umbia. Ada yang menit-cr bentuk urna dan add pula bent~rk peran tara an tara kanstruksi yang bertype perurnahan Reset- tlement dan utna. Gambar 3. Peneliti berfoto bersama Kepala Desa di depan sebuah rumah Resettlement yang kurang terawat, di Desa Malepet. Gambar 4 Ga~nbar4. Sebuah ruinah Resettlement tjan sebuah Uina ( rumah adat warga Mentawai) yanq baru saja selesai dibantjun . 3. Resettlement Desa Nuntai R~!ii;e.t:..t: l. erneri t: cl i. D(P':I;;;, MLI TS .t: :I i. f:ier j ~tln1ah 1(I)(':) br..r a 1-1 j erg a , I..i::~~.l.(;~t~~l,;.. .- d;.i.p.ing(gi.~- 'Sc.rnigai Siberc!k, sekitar 45 menit nai.k ...... t..l[,,! tcjt .r Lsc?rmecii.ri .ternpel. . 3.:!alan raya desa dari Mcrara Siberut ke illesa irii ccrkcrp ~-awan, apalaqi cdi mucim penyhujan sulit ce1.a:l.i.cli:lewa?:.li. clenqan jalan kaki, karena berl?.rmpur tebal d,:~r.i melel-iqke.t. (3rang -- nrang Mentalrrai dar-i desa irii ctinuin- n.. :-. na:.i.b:, sampan dayctng kttcil ke Ibu k::ecarn-?tan Muara It, baik denqan tcrj uan membawa hasil :Ladang mereka, macrpun me~nttelj. t:lahan-bahan G:.ett~.r.t~than sehari-hari , seperti gula, sabun, minyak tanah crntl-rk lamp~rdan lain - 'lain. Di Desa Mentawai agak jauh dari tempat pemukiman kembali orang mentawai ini didirikan olrh pengusaha Tionqhoa yanq berasal dari Riau ~ebuahpabrik sagu, yang brr-kapa~.itasprnduksinva ?r3 ton cebcrlan, dengari mempeker- jakan 35 tenaga kerja, yang sebagian besar orang mentawai. F'~ir!bangt!nars Resset I.~mrn t M?.\nt.ai pada tahctn 1SP1 ini, 5i.f atnya berheda densan yanq di dc!sc!r? IZ'uro. F:~!inah-rumahnya berpekai-angan sempit, sehinqqa deb:.at sekal i ke jalan raya derg 5 1-1 ilG! r I-,\ 5. ;, 1):. ti.daI.:. di.perbai.ki per-~qhctninya, han)ia ada 5at.u dr-ra ':,/ang diperhaiki. Warqa Mentawai yang bermukiin dF ;<,. il-; -i !.r~i.cenderc!r-~q iiienggari.ti rcrmahnya c.eper.-ti b:.ar-~s.tr~rb:.~i ~:.:d-t?uatkan peinerintah semula. Narncrn mereb:.a ser-irig . . .i;r-:~-;~..ii::!i...rnakanakap deric:!al..i ri.rmh:i.a. 1):i. sin.^. ti.clak satuf:Iun i:i :.i .i:. (3iy~L\ I..:. I:, .-.17 r- I..\ m a i-i-. r r-c in a h oi:j e :L :L a in ( h1-1 in 3 ) . F' I.- a k t ~lb:. G ik P r- P t'..'!.ii:~i..:.tpr.lj.t.ja.t: 1acj:i.. Mpypk;;, l:aJ.ac.l <;j.akl.t her-ohat. ke pL!';k~s-- in kan I-1asi.l hutan. Sedikit sekali yang bel~:,tlrjasebagai b~rr~rl-i ~.~pat~ar-~( ~...er.:~ler.tl. di. F'abr-ik Saql-r 1. Nereka r_rmcrmriya adalah Gambar 9 Gambar 5. Sebuah Rumah Resettlement di Desa Muntai yanq sudah ditambah dapur dan di sebelah kanannya terlihat sebuah rumah Resettlement yanq sudah diperbaharui bentuk dan atapnya. Gambar 6 Garnbar 6. Sebctah r-umah lainnya di Desa Muntai yang brurang terawat dan Jarang dihersihkan, Juqa sudah dilenq- lia13.i dapt-tr oleh pern.1 liknya. 4. Resettlement Desa-Monaan Paula Di desa Mongan Paula tempat herdirinya Resettlement ini berada di kecama'tan Sibercrt Utara, dengan jumlah rcrmah 10C) buah dan didirikan tahnn 1976. Lokasi Resettlemt ini cukup tepat, sela.in terletak di pinggir Sungai Sikabaluan I yanq mudah dijangkau dengan sampan dayung atact ~erahu I berinotor, juga tidak rawan banjir. Agak mirip dengan Resettlement di dusun Puro ( Seberut Selatan ) yaitcr .j alan desanya bersih dan tidak berlumpur dimusim h~tjan, pekarangan rumah cukup lebar, dan sebagian besar cukup terawat baik. Dengan menggctnakan perahcr bermesin tempel dapat clicapai dari ibu kecamatan Sikabaluan kira-kira 45 menit. Jalan raya ke Ibu Kecamatan belum add, hanya jalan setapak yanq melewati remak-semak belukar dengan jaraknya sekitar 11 kilometer dari Sikabaluan. Mata pencarian penduduknya bertani, s~dangkan usaha sampingan ialah mengumpulkan hasil hutan seperti rotan, damar, gaharu dan lain - lain. Warga desa Mongan Paula sebagian besar adalah Kristen dan sebagian k~cilsaja yang beraqama Islam. Gambar 7 Gambar 7. Sebc~ahF'ercrmahan Resettlement yang terjepet antara dua rumah baru yang dibangun dengan biaya sendiri oleh warga Mentawai di Desa Wongan Paula, Siberut Utara. Gambar 8 - 8. Sebctah Rumah Resettlement yang sudah direnovasi atapnya dengan atap daun sagu, serta ditambah dapur dan lain-lain. Di sampingnya tampak sebuah gereja. S.'Resettlement Desa Sriloqai Resettlement terakhir yang dijadikan sampel peneli- tian di Seberut Utara adalah yang berada di Desa Srilogai. Desa =rii terletak di sebcrah teluk yang indah, dengan ' lautnya yanq tenang dan kaya ahran potensi ikan laut. Dapat dijangkau dengan perahu bermesin lewat laut pinggir pantai sekitar 60 menit dari Ibcr t::ecamatan Mcrara Sikabalcran. Di desa Srilagai terdapat dua priode pembangunan Resettlement, yaitu priade I denpan 8s rumah, dan priode I1 juqa 83 buah rumah. Humah-rumah ( Resettlement ) priode I yang dibangun tahun 1981 ./ ,1482 lokasinya cukup tepat, dibangcrn di atas tanah yang tidak tergenang air pasang. Tetapi Resettlement priode I1 sanqat rawan keadaanya. k::etika air pasang, lebih-lebih pasang purnama air naik ke atas rumah dan di pekaranqan air mencapai satu meter. Fahkan dijalan raya desa, yang dibangun agak ketinggianpun air dapat mencapai lutut ketika pasang naik. Sehingga ada kesan rumah ( Resettlement ) priode I I dibangun tanpa observasi sebelum- nya. Namun demikian warga Mentawai yang mendiami lokasi ini tetap betah menunggui rumahnva. Pemeliharaan rumah secara umum tampaknya cukup baik. "Tetapi pekarangan rr-rmah priode I I tahun 1488 / 1989 ini tidal:, ditumhi.thi r~rmpr-rtdan beceb:.. Mata pencarian penduduknya bertani. Desa Srilaqai ccrk~rp berkembanp ter~rtamadat-.i seqi tanaman padi. Jika c.elama ini F'r-~la~rSiberi.rt, baik Siberut Selatan apalagi l!tara kenal clenqan tanaman saqu saja dan jarang ada sawah, Gambar 9. I Gambar 9. Sebuah rctrnah di kompleks Resettlement Sriloqoi I Tahap I, yang lokasinya rawan karena sekitarnya ii diqenangi air dan apabila air pasang, maka air akan I rnenjilati lantai rumah. E Gambar 10 (lambar .LO. Sederetan rcrmah-rurnah Resettlement Srilogai , yang pebraranqannya selalu tertutup air sepanjang hari. ?II..i 13 I Gambar 11 Gambar 11. Perumahan Resettlement Srilogoi Tahap 11, Yan9 di s?mping kirinya terlihat jalan raya desa dan rawa- rawa yang ditumbuhi rumput-rumput air PaYau= Gambar 12 Gambar 12. Camat, Eepala Desa Srilogoi dan Peneliti sedang berdialog, yang dilatar belakangi perumahan Resettlement Srilogoi tahap I yang lokasinya lebih bagus dan tidak tergenang air. / 46 sehingga dari dulu 5ampa.i sekarang makanan pokok . warganya adalah sagu. Di Srilagai sctdah dicetab:. 159 Ha sawah. baru, sehi.ngga sebagian besar penduduknya sudah menghasilkan beras, terutama untcrk dimakan, dan ada jctga yanq dijual ke I bu b::ecama'kan. Selain bert.ani usaha sampingan warga Srilogai adalah menangkap ikan di laut Teluk Srilogai, selain untuk dima- bran sendiri, juga dik~ringkanuntcrk dijual. Mereka umumnya penganut agama Kristen, dan sebagian kecil saja warganya yang beragama Islam. I D. Deskripsi Data ~mumPara Resaonden dan Penemuan Penelitian 1- Lkskripsi Data Umum Para Responden a. Mata Pencaharian dan Makanan Pokok I ! Orang Mentawai yang iendiami Kecamatan Siberut I Selatan dan Utara hampir tidak bervariasi mata penca- hariannya, yaitu bertani secara sangat tradisional. I Sebagian ada yang nelayan, namun sebagai usaha sampingan. Dari 45 warga yang mendiami Resettlement yanq dijadikan same1 penelitian hanya dua orang yang I . berbeda mata pencahariannya yaitu pegawai negeri, I selebihnya 45 orang (95,55%) mempunyai pekerjaan berta- 1 ni dan nelayan. Makanan pokok warga Mentawai asli adalah sagu, I hanya sekitar 10 persen saja yang makan beras, berse- ii lang-seling dengan sagu atau pisang dan keladi. b. Tanggungan Keluarga. I Warga yang mendiami Resettlement baik di Siberut Sela- tan maupun Utara mempunyai tanqgungan keluarga yang I c\..rkl-\p bervariasi. Warqa yang tanggunqan b:.eluarganya tiga ke bawah ada 16 responden (35,SSX). warga yang mempunyai tanggungan dengan jumlah 4 sampai 6, ternyata yanq paling banvak jumlahnya yaitu 22 dari 45 respondent (48,88%1 F'E~NI~ELOMF'O~!ANRESP13NDEN MENUHUT JUWLkH Darn. clat:a c:li atas selan jutnya dapat di.baca bahwa c4arc:Ia yany meinpr-rnyai ,tanggungan keluarga yang c~tkup besar terr.i.yata :I.~i~iiayanjcrmlahnya, .yai't~~9 dari. 45 responden ( 12 !.:>:; ) " c. Pelaksanaan Program KE .k::eberhasi.lan Fjroyrarn C::el.~.!arga Eerencana ( C::F) di I Indonesia telah dinyatakan berhasil menurut penilaian Dcinia Interriasiorlal. Di. Indonesia pelaksanaan program C::E itu telah menrmbus ke desa-desa terpencil. Bagaimana pelaksanaan Program KB di Mentawai ikutilah angka-angka tabel berik.uk ini : T'abel 5 F'ENGELOMPOKGN lrlARGk MENUF:UT KEITUTSERTAAN --I-- 1 .L C::ei kutsertaan K:E Jumlah :/. Ket. -.- - 'II 1. . I I.: !..r t C:: El I 13 1 47- 77-- / L. T.l.dak 57.78 I I C ..& -- I ! i 1 I 1 I..! m .I a h I45 c:) C) L _I ---.....- I I'abe!. di atas". m~nunj cikkari bahwa F'ragram t::ell-rarga Eer-er-,;:::and itu tel ah pula inemaruki F'ulau S.iberut C::epular.tan I W~ritawlaa.. Par-i 45 respol-1c1en.t. ternyata 19 orang ibu FFumah d. Pendapatan Keluarga Lln ti.rk rrrengcrnq kapb:.an informassi rnengenai pendapa tan b;~luarga orang Mentawai yanq mend iam.i Reset t 1ernen t ini, di.perqunakan pendekatan pC11a kan~.umsikeluarqa rata-rata pel-.-hari. Eagi warga yanq terkenal t~rkebelakaanq ini her-laku Y = C (incame - konsumsi), artinya rnereka tidak ada inenabung . karena semcta penghasi lan habis dibelanjalian. Gambaran lengkap pendapatan per-bulan dar'i tiap keluarga yang dijadi.kan respunden adalah sebagai berikut : Tatlel b F'ENI: F'ENI3AF'ATAN KELUARGFi PER-E!JLAN paling banyak jumlatinya (51,12%) adalah mereka yang ber- pendapatan sedang yait~t an tara Kp. 101.08(1),- - sampai ~.p.2 r:)2 . (:)(:)(I) , - Tingkat Pendidikan Tertinggi Berhicara menqenai tingkat pendidikan Kepala Keluarga, akan tampak pada tabel berikut ini. Tabel 7 F'ENGELOMF'DC::AN WARGA MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN Tingkat Pendidikan bJ (1) . Tertinggi J~trnlah :L Ket. 1. Buta huruf 4 8,88 2. SD Tak tamat 17 37,79 3. Ta~matSD 13 28,88 4. SMF' Tak tamat 5 11,11 I SMP 4 8,8S 1 5. Tamat 15.1 SMA I 1 2.23 7. 1 Perguruan Tinggi 1 2,25 I I I Jc~rnlah 45 1 (1) (1) , (1) 0 Data dari tabel di atas memberikan indikasi bahwa hanya 4 dari 45 (8,98:/.) respondent K:epala Keluarga yang inend:i.ami. Resettlement yang b~ttahuruf. Selebihnya telah pal7da.i t~rlis baca. Naml-tn mereka lebih tert~rmpuk pada pend.i.dj.kztr-I Sekalah Dasar yaitu Z(1) dari 45 respondent 67%) , baik yang tab:. tamat maupun tamat SD. Yang berpen- clidikar? SNF' itamat atau tidak) hanya 9 dari 45 respondent ( 222(:)'/.), yang berpendid'ikan SMA dan Perguruan Tinggi hanya dua arans, maing-masi.ngnya satu Orang SMA dan satu lagi F'erquruan 'Tinggi. Penemuan Hasil Penelitian Yang Berkaitan Dengan Permasa- Hasil penelitian yang meliputi aspek-aspek yang berkenaan dengan variabel bebas adalah ia) kesesuaian upacara pendirian rumah, (b) kesesuaian dan alasannya, (c) kondisi transportasi, (d) jarak dari ladang, (e) jarak dari I bu C::ecamatan, ( f ? C::onstrctksi bangunan, (g) Wateri bahan bangunan, (h) kondisi/ kenyamanan dalam rumah. a- Kesesuan Upacara Pendirian. Dah~~lusebelum tahun 70-an di saat warga Mentawai masing sangat terisolasi, bila akan mendirikan huma (rumah) diadakan upacara tradisionaal tertentu, dimulai dengan mengamati 2- Penemuan Hasil Penel itian Yang Ferkaitan kngan . Permasa- Hasil penelitian yang meliputi aspek-aspek yang herkenaan tjengan variabel bebas .arJalah (a) keses~raian ckpacara pentjirian rr-rmah, ( b) liesesuaian dan alasannya, (c1 kor~disi transportasi, (dl jarak dari ladang, (el jarak dari Ibu C::ecamatan, (f) C':onstruksi bangunan, (gl Materi bahan bangunan, (h) kondisi/ kenyamanan dalam rumah. a. Kesesuan Upacara Pendirian. Ilahulu sebelum tahun 70-an di saat warga Mentawai masing sangat terisolasi, bila akan mendirikan huma (rumah) diadakan upacara tradisionaal tertent~r,dimulai dengan mengamati lokasi/ tempat rumah yang akan didiri- kan zecara ritual, biasanya dengan pertolongan dukun !sikere), apakah lokasi tersebut baik untuk perurnahan atau tidak. Kalau baik menurut dukun, maka mereka akan langsung mendirikan huma, kalacl tidak , akan mereka alihkan ke tempat lain yang baik. Kini (sejak kepulauan Mentawai agak lancar trans- portasinya) dicoba pula mencari informasi, apakah masih inencari berlaku juqa tradisi yang lama itu. Berikcrt ini akan disuguhkan data seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Tabel tersebut mencoba melukiskan data dari berba- gai aspek penyesuaian, yaitu yang berkaitan dengan upacara adat tradisional, letaknya dan jarak dari 1adang . Dari dua kelnmpok respondent yang diambil/ mewaki- li sampel yait~r.27 orang di Siberut Selatan dan 18 orang di Siberut utara, ternyata seluruh warga (re- spondent) .yang memberikan data di Siberut Selatan menyatakan penyesuaiannya Lrn t~tksemua aspek , dan di -Siber~ttUtara dari 18 orang, 17 orang di antaranya (94,44%) menyatakan sesuai, hanya saatu orang saja (5,56%) menyatakan tidak sesuai dengan tata card pendi- rian rumah oleh pemerintah lewat proyek Resettlement ini. Tabel 8 TINGKAT EESESUAIAN RUMAH DITINJAU DARI EERHAGAI ASPEk:: (UPACAHA ADGT, LETAE, K0NSTHUE:SI BANGUNAN, BAHAN YANG DIPAKAI) 1 Desa-Desa Sampel di Siberut Selatan Siberut Utara Jumlah .I Pendapatan Warga Jumlah I. Jumlah X 1. Sesuai 27 1 0(1) 17 ?4,44 I 2. Tidak O (1 1 5.56 I I f I Jumlah 27 1 (1) (1) 18 1(1) (1) Dengan demikian akhirnva dari tabel di atas dapat disirnpulkan bahwa hampir semua warga Nentawai tidak ter- pengaruh lagi atas cara-card lama dalam pendirian- pendirian huma. Fagi mereka yang penting adalah keberadaan b. Kesesuaian dan Alasannya. Yang herpendiri.an bahwa dari 45 respondent hanya 2 orang respanden dari Siberut Utara yang menyatakan jarak dari Iadang (11,76%), sedanqkan yang menyatakan scrlit dijangbrau dan tanpa upacara adat. tidak ad-a sama sekali. Denqan kata lain hctbungan lalu lintas mctdah, dan pendirian tanpa upacara adat tidaklah perlu dipermasalahkan. Tabel 9 TINGEAT KESESUAIANA BERDASARKAN BERBAGAI ASPEK Desa-.Desa Sampel di Siberut Selatan Siberut Utara Jumlah klasan Kesesuaian J~trnlah % Jumlah % 1. Jarak dari ladanq 0 0 ,00 7 11,76 2. Tidak ada upacara (1) 0 ,00 0 (2 ,(1 0 Gdatk 3. Sulit dijanqkau lalu r:) (:) ,a(:) (1) 0 ,(:)(I 1intas 4. Eanstrukri tidak se 27 1(2(:) ,(:I 0 8 44,44 siai. .-I. Eahan/ Materi Bangun -76 96 ,3(:) 17 94,44 an tidak sesuai Juinlah 43 27 Selanj utnya rnengenai ben tuk bangunan semua warga (sampel! yang ada di Siberut Selatan menyatakan tidak sesuai, sementara yang berada di Siberut Utara hanya 8 oranq (44,44%) yang menyatakan demikian. Eahkan antara materi yang dipakai hampir semuanya menyatakan tidak sesuai. Hanya satu orang warga saja (di Siberut Selatan) menyatakan sesuai. c. Kondisi Transportasi Di Kepulauan Mentawai memang belum ada jalan raya antar desa atau desa dengaan ibu kecamatan pada umum- nya. Kendaraan bermotor roda empat terutama di Pulau Siberut belum ada. Namun untwk sekedar sebagai alat penyhubung ada jalan setapak atau s~tngai dan pinggir pantai yang bisa dilewati sampan atau perahu bermesin tempel. Daftar selengkapnya dapat dibaca pada tabel berikut ini. Tabel 10 KClND I S I TRkblSF'OFi'TAS I t::E F'EEUMkHAN Desa-Desa Sampel di Siberut Selatan Siherut Utara Jumlah k::ondisi Transportasi Jumlah :L Jumlah % 1. Lancar 2 0 74, (37 (1) (1) qc 2. Agak lancar 7 L 75 ? 5(1) .(1 0 ?;. FI~rranq 1ancar CI (1) ,~.:I(:I 3 5 (1) ,(3 i:) I 4. Suliti Tak lancar (1) i:) (1) ,5) (1) ,7 cr m 1 a h 2L -./ 1(3 (:) ,(1) c) 18 1 (1) (1) ,(3 (1) L-- CData di atas menggambarkan bahwa kondisi transportasi antar desa dan ibu kecainatan Muara Siberut cukup lancar, Grarena 20 dari 27 (74,C)7".)menya'talian lancar, dan sisanya 7 dari 20 (25,?5%) menyatal.:.an agak lancar. Eerarti tidak senrangpun yang rnenyatakan kurang/ tidak .lancar. l3i Siber-ut Lltara keadaannya agak sedikit berbeda, karena 50% rnenyatakan kuranq lancar dan 50% agak:. lancar. T'idak seorangpun yang menyatakan lancar. d. Jarak Dari Ladang Llm~.~mnyaorang Men tawai membangun rumahnya dekat ladang atau mctdah dijangkact dclngan perahu atau jalan kaki. Berkenaan dengan ha1 itu berikut ini dicoba menyugcthkan data yang relevan. Tabel 11 JARAK LADANG DARI RUMAH Desa-Desa Sampel di Siberut Selatan Siberut Utara Jctmlah Jarak dari Ladang Jumlah X Jumlah % 1. Jarak i5 jam perja- o (1) (:I(> 0 00 ,(1 (:) 2. Agak jarak b 22,22 .Lr) 11,ll 3. Dekat 4 14.81 13 83.33 4. Dekat s~kali 17 62,96 1 5,5& Jc!mlah 27 100 ,00 18 100 ,(>(I Tabel di atas memberikan indikasi bahwa tidak seo- ranspun yang menyatakan bahwa tempat pemukiman mereka jauh dari ladang. Hanya 8 nrang (17.78%) yaitu 6 dari Siber~tt Selatan dan 2 dari Sibert-tt Utara yang menyatakan bahwa ladang mereka agak jauh dari tempat pemukiman. Sisanya sebanyak 37 responden yang menyatakan bahwa ladang mereka dekat dan dekat sekali dari Resettlement yang .mereka e, Jarak Resettlement dari Ibu Kecamatan Jarak Resettlement dari ibu kecamatan c~tkupbervaria- si, baik antara sesama desa ke ibu kecamatannya, maupun bila dibandingkan antara desa-desa denga kecamatan yang berbeda . Data berikut yang disuguhkan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi ini dapat dibaca secara lebih rinci. Tabel 12 JARAE DARI IBU KECAMATAN Desa-Desa Sampel di Siberut Selatan Siberut Utara Jcrmlah Jarak Dari Kecamatan Jumlah % Jumlah %