ISSN 2356-4776 Vol.3 No.2, September 2019: 140-152

Iringan Karawitan Pergelaran Golek Menak Yogyakarta Versi Ki Sukarno

Aji Santoso Nugroho1 Jurusan Musik Nusantara, Program Pascasarjana, Institut Seni Yogyakarta Email: [email protected]

Abstract This article aims to describe the musical accompaniment in the Menak Sukarno Golek Golek performance by Ki Sukarno. Musicology analysis is done using karawitan to reveal the structure, shape, workmanship, and function of karawitan in Ki Sukarno’s Menak Yogyakarta Golek Puppet show. From the observations of Ki Sukarno’s performance, it was concluded that the accompaniment of Menak Puppet Golek music used in the performance was basically not much different from the of Yogyakarta puppet. The difference between the two lies in the laya or rhythmic dish and the obstacle pattern, namely the wayang motion, the ater open the playon and the playon level. Laya or rhythm used refers to dance music and the pattern of resistance. This is because in the Menak Puppet Puppet contains elements of dance movement vocabulary. The performances of Menak Golek Puppet have a standard composition as accompaniment, namely the Gending Goal of Kabor Topèng, Orange Flower Sifter, Playon Kembang Jeruk, Playon Gégot, and Playon . Karawitan in the performance of Menak Golek Puppet serves as a confirmation of scene changes, emphasizes the atmosphere of the scene, reinforces dramatic elements, emphasizes the character, and reinforces the character of puppet movements. The presentation structure of Menak Yogyakarta Golek Puppet refers to the structure of Purwa Yogyakarta Puppet Leather, both from the structure of the division of the scene, to the use of which only uses sléndro tunings. The element that distinguishes it is only found in the scene ajon-ajon or majeng beksa, namely the motion of dance before committing a war and a fierce war scene. Keywords: musical accompaniment; wayang golek menak; Ki Sukarno

Abstrak Artikel ini bertujuan mendeskripsikan iringan karawitan dalam pergelaran Wayang Golek Menak Yogyakarta versi Ki Sukarno. Analisis musikologi garap karawitan digunakan untuk mengungkap struktur, bentuk, garap, dan fungsi karawitan dalam pertunjukan Wayang Golek Menak Yogyakarta versi Ki Sukarno. Dari pengamatan terhadap pergelaran Ki Sukarno didapatkan kesimpulan bahwa iringan karawitan Wayang Golek Menak yang digunakan dalam pergelarannya pada dasarnya tidak berbeda jauh dari karawitan Wayang Kulit Yogyakarta. Perbedaan dari keduanya terletak pada sajian laya atau irama dan pola kendhangan yaitu ater-ater gerak wayang, ater-ater buka playon dan suwuk playon. Laya atau irama yang digunakan mengacu pada karawitan tari dan pola kendhangan. Hal ini dikarenakan dalam Wayang Golek Menak terkandung unsur vokabuler gerak tari. Pergelaran Wayang Golek Menak 1 mempunyai gending baku sebagai iringan yaitu Ketawang Gending Kabor Topèng, Correspondence: Jurusan Tari, Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Jln. Parangtritis KM 6,5 Sewon, Yogyakarta. E-mail: hermien [email protected]. HP.: +628122790935 140 | Received: 23rd February 2018 Last revision: 1th April 2018 Wayang Nusantara | vol.3 no.2, September 2019

Ayak-ayak Kembang Jeruk, Playon Kembang Jeruk, Playon Gégot, dan Playon Gambuh. Karawitan dalam pergelaran Wayang Golek Menak berfungsi sebagai penegas pergantian adegan, penegas suasana adegan, penegas unsur dramatik, penegas karakter tokoh, dan penegas karakter gerak wayang. Struktur penyajian Wayang Golek Menak Yogyakarta mengacu pada struktur Wayang Kulit Purwa Yogyakarta, baik itu dari struktur pembagian adegan, sampai penggunaan gamelan yang hanya menggunakan laras sléndro. Unsur yang membedakannya hanya terdapat pada adegan ajon-ajon atau majeng beksa, yaitu gerak tarian sebelum melakukan perang dan adegan perang gecul. Kata kunci: iringan karawitan; wayang golek menak; Ki Sukarno

Pendahuluan tersebut ialah karawitan pakeliran Wayang Golek Menak di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada dasarnya gamelan atau karawitan Wayang Golek Menak adalah pertunjukan tradisional di lingkungan masyarakat (Jawa) boneka wayang yang berbentuk tiga dimensi, disajikan tidak terlepas dari fungsi dan kegunaannya terbuat dari kayu sebagai bahan bakunya. Kuswaji untuk berbagai keperluan atau peristiwa. Dalam (1957: 10) menjelaskan wayang golek dibentuk penyajian pertunjukan wayang, kedudukan kara- seperti manusia, dibuat dari kayu jaranan, kayu witan berkaitan dengan pembabakan maupun kemiri, dan kayu mentaos (lihat Istanti, 2013). pengadegan, dan berperan penting dalam mem- Secara umum, bentuk wayang golek dibagi menjadi perkuat atau mempertegas unsur dramatik. Rahayu tiga bagian yaitu bagian kepala, badan, dan busana. Supanggah (2009: 310) menyebutnya dengan Bagian kepala terdiri dari muka, irah-irahan, serta istilah karawitan pakeliran. Sementara itu untuk leher. Bagian badan terdiri dari bahu, torso, lengan menyebutkan komposisi musikal, para pengrawit serta bokongan, sedangkan bagian busana terdiri menyebut karawitan tersebut sebagai gending dari pakaian dan perabot (Sukistono, 2009). wayangan, yaitu gending-gending yang biasa Penyebutan Wayang Golek Menak karena sumber digunakan untuk mendukung pertunjukan Wayang cerita atau lakon yang digunakan adalah Serat Kulit Purwa, kemudian juga untuk Wayang Golek, Menak. Ditegaskan kembali dalam pernyataan Wayang Madya, dan Wayang Gedhog. Soetarno yang dikutip oleh Suparto (1999: 22), Penggunaan gending wayangan telah dibaku- bahwa sumber cerita atau lakon Wayang Golek kan dalam penyajiaannya, dan disesuaikan dengan Menak menggunakan Serat Menak. Dalam per- pertunjukan wayang yang disajikan. Bambang tunjukan Wayang Golek Menak, karawitan juga Murtiyoso (2004: 114) menyebut gending- berkaitan dengan pembabakan dan pengadegan, gending tersebut sebagai gending pokok (baku), mengacu pada penyajian Wayang Kulit Purwa. yaitu gending yang digunakan untuk keperluan Penyajian Wayang Golek Menak banyak mendukung suasana bangunan lakon yang menggunakan unsur seni tari. Salah satu unsur dikelirkan, sejak dari jejer sampai tanceb kayon tari yang menonjol dalam Wayang Golek Menak (kecuali bagian limbukan dan gara-gara). Penyajian terdapat dalam adegan ajon-ajon atau majeng beksa, atau pembabakan tradisi Wayang Kulit Purwa yaitu gerak tari yang dilakukan oleh dua tokoh Gaya Yogyakarta terbagi dalam tiga bagian yang wayang sebelum melakukan peperangan. Adegan terbingkai dalam pathet, yaitu pathet nem, pathet tersebut tidak terdapat dalam Wayang Kulit Purwa. sanga, dan pathet manyura. Masing-masing pathet Adegan-adegan tersebut dalam penyajiannya juga terbagi sesuai dengan pengadegan dalam masing- memerlukan garap karawitan secara khusus. Selain masing babak. Karawitan pakeliran dalam berbagai gending-gending baku, dalam penyajian Wayang jenis pertunjukan wayang tentu masing-masing Golek Menak juga menggunakan alternatif atau juga memiliki perbedaan dalam perspektif bentuk pilihan gending (diluar gending baku) yang sering dan fungsi. Salah satu bentuk karawitan pakeliran digunakan dalam penyajian Wayang Kulit Purwa.

141 Aji Santoso Nugroho, Iringan Karawitan Wayang Golek Menak

Pemilihan gending tidak terlepas dari Kitab Qisai Emir Hamza yang berasal dari Negara fungsi karawitan terhadap pembabakan maupun Persia oleh R. Ng. Yasadipura I pada masa Sunan pengadegan. Gending yang digunakan biasanya Paku Buwana II (Harpawati, 2009). Melalui hasil disesuaikan dengan suasana adegan, karakter saduran kitab tersebut diperoleh beberapa cerita gending dengan karakter tokoh, dan nama lakon di antaranya adalah Menak Sarehas, Menak gending dengan adegan atau nama tokoh. Lare, Menak Sarandil, Menak Sorangan, Menak Dalang menunjuk (meminta) gending yang akan Jamintoran, Menak Jaminambar, Menak Talsamat, digunakan untuk adegan tertentu kepada pengrawit Menak Lakat, Menak Kustub dan masih banyak dengan menggunakan sasmita, isyarat atau kode, cerita lakon Menak yang lain. Sebagai gambaran, berupa wangsalan yang kemudian diikuti tanda di bawah ini adalah contoh tentang balungan lakon dhodhogan (pukulan cempala pada kotak wayang) Wayang Golek Menak semalam suntuk versi Ki atau keprakan (bunyi kecrek yang dihasilkan oleh Sukarno Widiatmaja yang mengambil lakon “Be- jejakan kaki kanan dalang atau dapat juga dengan dah Yahman” (Sukistiono, 1996: 60). Lakon Bedah cempala) pada keprak, tiga atau empat lempengan Yahman terbagi atas 7 jejer dan 7 perang, yaitu: logam (dari besi, kuningan atau perunggu) yang Patet Nem digantungkan menempel pada kotak wayang a. Jejer I : Negara Mekah sebagai tanda memulai buka gending (Supanggah, Tokoh : Adipati Abdulmuntalib, Patih Tambi 1999: 139). Jumiril, Raden Abdulah, Raden Abun- Dalang merupakan subjek utama dalam talib, dan Raden Abas. pertunjukan Wayang Golek Menak. Berdasarkan Pada pertemuan tersebut dibicarakan penelusuran dan penelitian yang dilakukan penulis, tentang kekhawatiran Adipati Abdulmuntalib beberapa dalang Wayang Golek Menak yang karena sudah beberapa kali tidak menyerahkan terdapat di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta upeti ke negara Yahman. Pada waktu itu Mekah antara lain Ki Widiprayitna (alm.) dari Kulon adalah negara telukan atau di bawah kekuasaan Progo, Ki Sukarno (putra Ki Widiprayitna) dari Negara Yahman. Adipati Abdulmuntalib segera Kulon Progo, Ki Suparman dari Kulon Progo, dan mengirim upeti tersebut. Diceritakan pula Ki Sudarminta dari Sleman. Dari sekian dalang bahwa pada saat itu Amir Ambyah dan Umar Wayang Golek Menak tersebut, yang masih eksis, Maya sedang berguru, memperdalam agama sekaligus mempopulerkan kesenian tersebut kepada Islam kepada Kyai Abdul Syukur Asmaragama masyarakat Yogyakarta adalah Ki Sukarno. di Pondok Bleki. Hal ini merupakan suatu Ki Sukarno adalah dalang sepuh yang memiliki kebetulan sebab apabila mereka berdua pengalaman tentang Wayang Golek Menak cukup mengetahui bahwa Mekah akan mengirim luas. Saat ini Ki Sukarno merupakan dalang paling upeti ke Yahman, tentu Amir dan Umar tidak tua di antara dalang-dalang Wayang Golek Menak akan menyetujuinya, mengingat watak mereka di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu 72 tahun. yang pemberani. Untuk itu diutuslah Raden Aspek lain yang menjadi pertimbangan adalah Ki Abdulah, Raden Muntalib, serta Raden Abbas Sukarno merupakan satu-satunya dalang Wayang agar menyerahkan upeti ke Yahman. Mereka Golek Menak yang masih konsisten dalam bertiga segera memohon diri, mempersiapkan format pertunjukan tradisi termasuk unsur-unsur keberangkatannya ke negara Yahman. karawitan yang digunakan. b. Adegan : Paseban Jawi Tokoh : Patih Tambi Jumiril, Raden Abdullah, Pertunjukan Wayang Golek Menak Raden Abuntalib, Raden Abbas, Tu- menggung Abdulpangi dan beberapa Wayang Golek Menak merupakan salah satu orang prajurit. jenis wayang yang menggunakan Serat ‘buku’ Diceritakan dalam adegan paseban jawi, sebagai sumber lakon yaitu Serat Menak. Cerita Patih Tambi Jumiril mengumpulkan prajurit dalam Serat Menak tersebut bernafaskan Islam, Mekah. Dalam pertemuan tersebut Patih Tambi berisi kisah Amir Ambyah (paman Nabi Mu- Jumiril menjelaskan tentang perintah Adipati hamad SAW). Serat Menak merupakan saduran Abdulmuntalib agar menyerahkan upeti ke

142 Wayang Nusantara | vol.3 no.2, September 2019

Negara Yahman. Para prajurit ditugaskan Patet Sanga mengawal perjalanan Patih Tambi Jumiril, a. Adegan : Gara-gara Raden Abdullah, Abuntalib, Raden Abbas, dan Tokoh : Jiweng, Toples, dan Bladu. Tumenggung Abdulpangi menuju Yahman. Ketiga tokoh sebagai abdi tersebut sedang Di tengah perjalanan, mereka dihadang bersenda gurau dalam tugasnya menghantarkan oleh gerombolan perampok di bawah pimpinan Amir Ambyah dan Umar Maya berguru di Singo Barong. Terjadilah pertempuran, rom- Pondok Bleki. bongan Mekah dapat dikalahkan dan upeti b. Jejer IV : Pondok Bleki yang semula akan dikirim ke Yahman berhasil Tokoh : Kyai Abdul Syukur Asmaragama, Amir direbut. Prajurit Mekah cerai berai dan mundur, Ambyah, dan Umar Maya. Raden Abdullah ditawan dan dipaksa menjadi Raden Amir Ambyah dan Umar Maya anggota perampok, prajurit yang berhasil menghadap guru mereka, yaitu Kyai Abdul melarikan diri kembali ke Mekah. Syukur Asmaragama. Pertemuan tersebut c. Jejer II : Jejer Negara Kalabani merupakan pertemuan terakhir mereka dalam Tokoh : Prabu Masban, Raden Karuna, Raden berguru. Setelah menerima beberapa ajaran serta Karuni, dan Raden Maktal. nasehat terakhir sebagai pegangan hidup, Raden Diceritakan bahwa pada pertemuan Amir Ambyah, Umar Maya dan ketiga abdinya tersebut Raden Maktal mohon pamit dan minta mohon pamit pulang ke Mekah. doa restu kepada ayahnya untuk mengembara, c. Jejer V : Ngara-ara Kep mencari pengalaman serta mencoba mengukur Tokoh : Raden Maktal, Singo Barong, sampai seberapa kesaktiannya dengan cara Jayabegal, Pelangbego, dan Darwis. mencari lawan yang dianggap mempunyai Mereka sedang pesta setelah berhasil kesaktian. Berangkatlah Raden Maktal diiringi merampok harta Mekah. Setelah puas Darwis, abdinya. Di tengah perjalanan, dihadang mengadakan pesta, Raden Maktal segera oleh perampok pimpinan Singo Barong yang memerintahkan mencari orang yang dianggap semula berhasil merampas harta rombongan sakti untuk ditantang berkelahi dengannya. utusan Mekah. Terjadilah perkelahian di antara Mereka berpencar dan berjaga-jaga seperti biasa, mereka. Walaupun Raden Maktal dikeroyok menanti dan mencari orang yang dianggap sakti. oleh gerombolan tersebut, namun ia berhasil Perjalanan Raden Amir Ambyah beserta kawan- mengalahkan para perampok. Selanjutnya kawannya akhirnya sampai di hutan Kep. Maktal diangkat menjadi ketua gerombolan Raden Amir bertemu dan ditantang berkelahi perampok dan sementara tinggal di hutan melawan Raden Maktal. Perkelahian tersebut bersama mereka. dimenangkan oleh Amir Ambyah, Maktal takluk d. Jejer III : Jejer Negara Kebar dan bersedia masuk Islam serta meninggalkan Tokoh : Prabu Halkamah, Patih Kebarsah, Ra- pekerjaan mereka sebagai perampok. Upeti den Hoksam, Raden Yusupadi, dan Mekah akhirnya dikirim kembali oleh Raden Tumenggung Sastrajaya. Abdullah. Mereka berangkat ke Yahman, berniat Pada pertemuan tersebut, putra Raja menghentikan tindakan sewenang-wenang raja Halkamah yaitu Raden Hoksam mohon diri Yahman terhadap Mekah. serta minta doa restu kepada ayahnya. Ia berniat mencari putera Mekah yang bernama Amir dan Patet Manyura ingin mengadu kesaktian dengannya. Begitu a. Jejer VI : Negara Yahman besar niatnya hingga ia berjanji tidak akan Tokoh : Prabu Binti Bahram, Patih Bahrun, pulang sebelum mampu mengalahkan Amir Dewi Umandhitahim, Tumenggung Ambyah. Alasan Raden Hoksam mengambil Bakim, dan Raden Abdullah. sikap ini karena mendengar kabar tentang Raden Abdullah menghaturkan upeti kesaktian Amir Ambyah. Berangkatlah Raden Mekah kepada Prabu Binti Bahram. Namun Hoksam diiringi Tumenggung Sastrajaya beserta upeti tersebut tidak langsung diserahkan, akan beberapa orang prajurit. tetapi diletakkan di alun-alun. Keterlambatan

143 Aji Santoso Nugroho, Iringan Karawitan Wayang Golek Menak

upeti Mekah mengakibatkan kemarahan Prabu Fungsi Karawitan Pada Pertunjukan Wayang Binti Bahram. Ia minta salah satu putera Golek Menak Mekah agar maju ke hadapan raja dan akan dibanting. Majulah Amir Ambyah sebagai Wayang Golek Menak dapat dikategorikan wakil Mekah. Dengan kesaktian Aji Gora Swara sebagai drama teater, karena di dalamnya terdapat yang dimiliki, Prabu Binti Bahram tidak kuat beberapa unsur seni lain. Unsur seni lain tersebut mengangkat Amir. Semua hadirin tercengang, adalah seni rupa, seni drama, seni sastra, seni Dewi Umandhitahim yang merupakan putri tari dan seni musik (karawitan). Unsur seni rupa dari Prabu Binti Bahram jatuh hati kepada Amir terdapat pada bentuk dan busana boneka wayang, Ambyah. unsur drama terdapat pada pengadegan atau Diceritakan bahwa Umar Maya dan Maktal karakter masing-masing tokoh maupun suasana pura-pura menjadi hantu penjaga upeti Mekah adegan. Unsur tari terdapat pada gerak wayang, dan di alun-alun. Ia mau menyerahkan kepada hampir keseluruhan gerak wayang mengacu pada siapa saja yang mampu mengalahkannya. gerak beksan tari Yogyakarta. Unsur seni musik Prajurit Yahman tidak mampu menandingi, dalam pertunjukan wayang Golek Menak adalah Prabu Binti Bahram sendiri kalah oleh Umar. karawitan. Akhirnya setelah diberi penjelasan oleh Penyajian Wayang Kulit Purwa atau Wayang Amir, Prabu Binti Bahram mengaku kalah Golek Menak, baik semalam suntuk maupun pake- dan menghentikan kewajiban Mekah untuk liran padat atau ringkas tidak terlepas dari berbagai menyerahkan upeti kepada Yahman. Ia takluk suasana dalam setiap adegan. Unsur-unsur pendu- kepada Amir dan masuk agama Islam. Dewi kung suasana tersebut di antaranya vokal dalang Umandhitahim yang jatuh hati kepada Amir (sulukan), dialog (antawecana), narasi (pocapan Ambyah mengadakan sayembara. Barang siapa atau janturan), teknik gerak wayang, dan iringan yang kuat menarik busur pusaka Yahman pakeliran (Supriyono, 2007: 22). Menciptakan tata berhak untuk meminangnya. Sebetulnya musik untuk memenuhi perwatakan pada bagian sayembara ini hanya kedok dan sudah diatur atau adegan yang diperlukan tidak mudah. Si sedemikian rupa oleh Dewi Umandhitahim, petugas (pengrawit) harus menghayati juga jalan dengan harapan sayembara dimenangkan oleh ceritanya, sebab iringan musik maupun gending Amir Ambyah. tentunya tidak sama menampilkan watak keji- Peserta yang maju, dilempar batu timpuri waannya, ada musik yang menampilkan suasana oleh Dewi Umandhitahim sehingga langsung gembira, sedih, maupun suasana roman. Pemilihan pingsan. Amir mengetahui hal ini, sehingga gending ditentukan berdasarkan hubungan rasa sewaktu Raden Tohkaran maju, dengan gending dengan suasana adegan misalnya agung, diam-diam dibantu oleh Amir Ambyah gembira, sedih, prenès, lucu (gecul), marah (sereng), sehingga berhasil memenangkan dan berhak dan sebagainya. Penentuan gending dilakukan oleh meminangnya. Para peserta tidak puas, mereka dalang yang merupakan sutradara dalam pertunju- mengamuk tetapi dapat dihalau oleh Maktal kan Wayang Golek Menak. Hal tersebut bertujuan dan Umarmaya. agar tercapai suasana serta dramatik yang diingink- b. Jejer VII: Negara Mekah an. Pemilihan gending berikutnya juga ditentukan Tokoh : Adipati Abdulmuntalib, Patih Tambi berdasarkan hubungan karakter gending dengan Jumiril, Raden Abdulah, Raden Amir karakter tokoh. Fungsi karawitan dalam hal ini Ambyah, Umar Maya dan Raden untuk menegaskan karakter tokoh dalam adegan Abas. tersebut, antara lain tokoh gagah, alusan, putri dan Amir Ambyah dan rombongan sampai tokoh punakawan (gecul). Sebagai iringan, musik ke Mekah melaporkan segala peristiwa yang atau karawitan merupakan hiasan (ilustrasi) ter- dialaminya. Di luar, Raden Hoksam menantang penting dari pada kebutuhan yang lain, misalnya Raden Amir Ambyah untuk berkelahi. Raden tata panggung, tata busana yang sifatnya mati tanpa Hoksam tewas, Amir kembali ke dalam kejutan. Tata musik jelas akan menampilkan sua- pertemuan dan merayakan kemenangan. sana berbeda-beda sesuai dengan adegan.

144 Wayang Nusantara | vol.3 no.2, September 2019

Unsur tari dalam wayang golek Menak terlihat bagian yang terbingkai dalam pathet, yaitu pathet pada setiap gerakan wayang, yaitu setiap tokoh nem, pathet sanga, dan pathet manyura. Pathet wayang keluar dari sisi kanan maupun sisi kiri dalam hal ini berfungsi sebagai pembagi durasi dipastikan wayang selalu menggunakan gerak tari. waktu dalam pertunjukan wayang semalam suntuk. Gerak dalam Wayang Golek Menak dipengaruhi Penyajian babak pertama pathet nem diawali oleh tari gaya Yogyakarta. Selain itu juga dapat dari pukul 09.00 sampai pukul 24.00. Penyajian dilihat dalam adegan perang. Dalam adegan babak kedua pathet sanga diawali dari pukul 24.00 perang, sebelum wayang melakukan perkelahian sampai 03.00. Untuk babak ketiga pathet manyura sering disajikan adegan ajon-ajon/majeng beksan, diawali dari pukul 03.00 sampai selesai, dengan kata yaitu gerak tari yang dilakukan oleh dua tokoh lain setiap babak disajikan dalam waktu tiga jam wayang yang akan berkelahi. Jadi dalam hal ini (Mudjanattistomo, 1977:161). Pergelaran wayang fungsi karawitan sebagai penegas gerak wayang. diakhiri dengan pathet galong yang merupakan Secara instrumentasi, kendang sangat pathet bagian atau masuk dalam pathet manyura. berperan penting, karena kendang sebagai pamurba Disebut bagian atau masuk dalam pathet manyura, atau penentu jalannya irama atau laya gending. karena gending dalam pathet galong menggunakan Irama atau laya merupakan salah satu penentu céngkok-céngkok gendèran dan céngkok-céngkok keberhasilan alur pertunjukan wayang tersebut. sindhènan wilayah pathet manyura. Laya gending dalam pertunjukan wayang biasanya Pembagian pembabakan, adegan, dan jejer cenderung lebih seseg dari pada laya gending juga banyak mengacu pada Wayang Kulit Purwa dalam karawitan yang berdiri sendiri. Selain itu Gaya Yogyakarta. Istilah jejer dalam tradisi kendang juga bertugas sebagai penegas gerak-gerak Yogyakarta adalah penggambaran suatu tempat wayang dan menuntun dalang untuk menentukan atau negara yang diiringi dengan gending tertentu. vokabuler gerak wayang. Dalang memberikan narasi pada adegan tersebut Garis besar fungsi karawitan dalam pakeliran saat gending sirep. Sebelum pertunjukan dimulai adalah sebagai iringan yang tentunya mempunyai didahului alunan gending-gending talu yang dalam kedudukan yang berbeda dengan karawitan yang tradisi gaya Yogyakarta menggunakan gending- berdiri sendiri. Garap iringan juga terikat oleh gending pathet sanga. kehendak ki dalang. Seorang pengrawit harus Pergelaran wayang kulit purwa terdiri dari mengikuti struktur gending yang telah ditentukan tujuh jejeran yang terbingkai dalam pathet nem, oleh dalang. Kebutuhan dalam iringan pakeliran sanga, dan manyura. Jejer pertama, kedua dan ketiga adalah dapat mendukung atau memantabkan masuk dalam pathet nem. Adegan khusus gara-gara, sajian pakeliran. Karawitan mempunyai peranan jejer keempat, dan jejer kelima masuk pathet sanga. yang sangat besar dalam menentukan berhasilnya Jejer keenam, dan ketujuh masuk pathet manyura. suatu sajian pakeliran. Salah satu fungsi karawitan Pembagian jejer dalam Wayang Kulit Purwa ter- iringan dalam pakeliran adalah memberi tekanan sebut juga berlaku dalam pertunjukan Wayang suasana dan karakteristik. Sedangkan bentuk lagu Golek Menak. Pembabakan dan pengadegan dalam kebanyakan dibawakan secara instrumentalia Wayang Golek Menak mengacu pada pembabakan (gendhingan) dan lagu disesuaikan pula dengan keadaan waktu, sehingga terasa adanya jalinan Tabel 1. Pembagian babak dan adegan Wayang Golek Menak Yogyakarta. suasana antara waktu dan lagu. Pathet Adegan Pembagian Urutan Pathet Berdasarkan Nem 1. Jejer kapisan : Adegan Kedhaton Pembabakan dan Adegan 2. Jejer kaping kalih : Perang Simpang 3. Jejer kaping tiga : Perang Gagal Sanga 1. Gara-Gara Wayang Golek Menak disajikan dalam 2. Jejer kaping sekawan: Perang Bégal waktu semalam suntuk. Jika diperhatikan struktur 3. Jejer kaping gangsal : Perang Tanggung pengadegannya, tidak jauh berbeda dengan Manyura 1. Jejer kaping nem : Perang Tandang 2. Jejer kaping pitu : Perang Brubuh struktur pengadegan Wayang Kulit Purwa. Dalam 3. Golèkan pergelaran wayang pembabakan dibagi menjadi tiga 4. Tanceb Kayon

145 Aji Santoso Nugroho, Iringan Karawitan Wayang Golek Menak dan pengadegan dalam Wayang Kulit Purwa. Bubaran. Pada dasarnya terdapat beberapa alasan Pembabakan dan pengadegan tersebut dapat dilihat pemilihan penggunakan gending tertentu untuk pada tabel 1. keperluan karawitan pakeliran, antara lain: (1) Instrumen gamelan yang digunakan dalam Hubungan nama gending dengan adegan/tokoh; Wayang Golek Menak hanya berlaras sléndro. (2) Hubungan antara karakter tokoh wayang Gending-gending yang digunakan adalah bentuk dengan karakter gending; (3) Sumber daya manusia gending Candra, Laheha, Ladrang, Ketawang, Ayak- (pengrawit) atau kemampuan pengrawit; (4) Selera ayak, Srepegan, Playon, Sampak, Lancaran dan dalang (Supanggah, 1999:136). Tabel 2. Penggunaan gending pada setiap jejer maupun adegan. Rasa Adegan Gending Keterangan Gending Jejer Kapisan Ketawang gending kabor topèng Gending baku Regu minggah ladrang kabor laras sléndro pathet nem Kondur Kedhaton Ayak-ayak kembang jeruk laras Gending baku Regu sléndro pathet nem Paséban Njawi Ladrang gègèr sakutha laras Tidak baku/alternatif Gagah sléndro pathet nem Budhalan (Lurugan) Lancaran gagak sétra laras sléndro Tidak baku/alternatif Gagah pathet nem Perang Ampyak Playon kembang jeruk laras Gending baku Sigrak sléndro pathet nem Jejer Kaping Kalih Ladrang wirangrong laras sléndro Tidak baku/alternatif Gagah pathet nem Perang Simpang Playon kembang jeruk laras Gending baku Sigrak sléndro pathet nem Jejer Kaping Tiga Gending bondhèt laras sléndro Tidak baku/alternatif Prenès pathet nem Perang Gagal Playon kembang jeruk laras Gending baku Sigrak sléndro pathet nem Peralihan Lagon pathet sanga Dilagukan setelah suwuk Playon Lugu/Wantah Gara-Gara Ayak-ayak kembang jeruk laras Gending baku Regu sléndro pathet sanga Jejer Kaping Sekawan Ladrang pangkur laras sléndro Tidak baku/alternatif Regu pathet sanga Perang Bégal Playon kembang jeruk laras Gending baku Sigrak sléndro pathet sanga Jejer Kaping Gangsal Ladrang semingin laras sléndro Tidak baku/alternatif Gagah pathet sanga Peralihan Lagon manyura wetah Dilagukan setelah suwuk Playon Lugu/Wantah Perang Tanggung Playon gegot laras sléndro pathet Gending baku Sigrak manyura Jejer Kaping Nem Ladrang sumirat laras sléndro Tidak baku/alternatif Sigrak pathet manyura Perang Tandang Playon gégot laras sléndro pathet Gending baku Sigrak manyura Perang Brubuh Playon gambuh, sorodatan laras Gending baku Sigrak sléndro pathet manyura Jejer Kaping Pitu Ayak-ayak wayang purwa laras Tidak baku/alternatif Regu sléndro pathet manyura

146 Wayang Nusantara | vol.3 no.2, September 2019

Gending yang digunakan dalam pertunjukan Jika gending Kabor Topèng mengacu pada Wayang Golek Menak berfungsi untuk mendukung Wayang Topèng maka playon maupun sampak suasana bangunan lakon, yang sering disebut sebagai terpengaruh oleh Wayang Golek Menak Kutoarjo gending baku. Ada beberapa gending baku yang atau Kebumen. Playon Kembang Jeruk laras Sléndro digunakan di samping juga digunakan alternatif pathet Nem dan Playon Kembang Jeruk laras Sléndro gending yang biasanya digunakan dalam jejer II, pathet Sanga, Playon Gégot laras Sléndro pathet jejer III, jejer VII, geculan, dan digunakan dalam Manyura dan Sampak Gunturan terpengaruh playon adegan ajon-ajon atau majeng beksan. dari Kebumen dan Kutoarjo. Karena pada masa Pemilihan alternatif gending menggunakan itu belum ada alat untuk mendokumentasikan, sasmita, isyarat atau kode, berupa wangsalan yang hanya mengandalkan pendengaran dan ingatan, kemudian diikuti tanda dhodhogan atau keprakan maka playon dan sampak yang digunakan di untuk memulai buka gending. Bentuk sasmita Yogyakarta sedikit berbeda dengan yang digunakan tersebut misalnya “Ebahing para nararya karya di Kebumen atau Kutoarjo. Rupa-rupanya pada nggè- gèraken wadya sakutha” (untuk meminta masa itu, Ki Widiprayitna lebih menyukai iringan ladrang Gègèr Sakutha). Beberapa gending yang karawitan yang digunakan dalam Wayang Golek dibakukan dalam Wayang Golek Menak adalah Menak dari Kutoarjo. Gending Kabor Topèng Laras Sléndro Pathet Nem, Adapun gending Ayak-Ayak Kembang Jeruk, Playon Kembang Jeruk Laras Sléndro Pathet Nem/ diciptakan sendiri oleh Ki Sukarno berdasar atau Sanga, Playon Gégot Laras Sléndro Pathet Many- mengacu pada Playon Kembang Jeruk. Ayak-Ayak ura, Playon Gambuh/Sorodatan Laras Sléndro Pathet tersebut sering digunakan Ki Sukarno untuk Galong, Sampak Gunturan, dan Ayak-ayak Kem- adegan kondhur kedhaton (pathet nem) dan adegan bang Jeruk Laras Sléndro Pathet Nem dan Sanga. gara-gara (pathet sanga). Gending-gending tersebut diaplikasikan sesuai kegunaan dalam masing-masing adegan. Gend- Gending-Gending dalam Iringan Karawitan ing Kabor Topèng digunakan untuk jejer pertama. Wayang Golek Menak Yogyakarta Kemudian ayak-ayak Kembang Jeruk Pathet Nem digunakan untuk kondhur kedhaton, sedangkan Pembabakan atau pembagian waktu dalam ayak-ayak Kembang Jeruk Pathet Sanga digunakan pertunjukan Wayang Golek Menak Yogyakarta untuk gara-gara. Playon digunakan pada situasi ne- terbingkai dalam suatu pathet yang terdiri dari tral, tenang dan sampak digunakan dalam situasi pahtet Nem, Sanga, dan Manyura. Setiap babak kaget, tergesa-gesa, marah, keras dan sebagainya. menggunakan beberapa gending yang disesuaikan Penggunaan gending pada setiap jejer dan adegan dengan masing-masing pathet. Adapun gending- dalam pergelaran Wayang Golek Menak Yogyakarta gending yang digunakan Ki Sukarno sebagai iringan dapat dilihat pada tabel 2. pergelaran Wayang Golek Menak Yogyakarta ada- Sejarah penggunaan gending Kabor Topèng lah sebagai berikut. dalam Wayang Golek Menak berawal atau a. Ketawang gending kabor laras sléndro pathet nem mengacu pada karawitan yang digunakan dalam Buka : Wayang Topèng gaya Yogyakarta. Selain itu gerak . 5 6 ! 5 3 2 3 6 5 3 2 1 6 3 g5 wayang juga mengacu pada gerak Wayang Topèng. 2 3 2 ======1 . 1 2 3 6 5 3 =2 1 6 3 nnnn5 Dikatakan mengacu karena Wayang Topèng di Daerah Istimewa Yogyakarta lahir lebih dahulu . 5 6 =! 5 3 2 3 6 5 3 =2 x1x x6x x3x xnxg5 Minggah ladrang dibanding kehadiran Wayang Golek Menak. 5 6 5 g3 Wayang Topèng sudah ada sekitar tahun 1850 b. Ladrang kabor laras sléndro pathet nem M, demikian pernyataan Murgiyanto yang dikutip oleh Sumaryono (2009: 16). Dalam penyajian 5 =6 5 2 5 =6 5 n3 5 =6 5 p2 5 =6 5 n3 Wayang Topèng, gending untuk jejer kapisan selalu 5 6 5 2 5 6 5 3 5 5 6 ! 2 1 6 ng5 dimainkan Gending Kabor Topèng Laras Sléndro Pathet Nem Kendhangan Lahela (Sumaryono, 2009: 6 5 6 ! 2 1 6 5 6 5 6 ! 2 1 6 5

24-25). 6 5 6 ! 2 1 6 5 6 6 3 2 5 6 5 ng3

147 Aji Santoso Nugroho, Iringan Karawitan Wayang Golek Menak

Ketawang Gending Kabor Topèng minggah Ladrang Kabor Laras Sléndro Pathet Nem 6 5 6 pp! 2 1 6 n5 6 5 ! 6 2 3 5 g6 termasuk gending baku dalam penyajian 1 2 1 6 2 3 5 6 1 2 1 6 2 3 5 6 Wayang Golek Menak Yogyakarta. Gending 1 2 1 6 2 3 5 6 3 5 6 5 3 2 3 g2 tersebut digunakan untuk jejer pertama. Buka dilakukan oleh instrumen gendèr setelah 3 2 3 5 6 5 3 2 3 2 3 5 6 5 3 2 mendapat isyarat dari dalang berupa dhodhogan . 3 5 2 . 3 5 2 1 1 2 1 6 5 3 g5 kotak. Irama I disajikan dalam dua gatra Ladrang Gègèr Sekutha digunakan untuk pertama setelah buka gending Kabor adegan paséban jawi, gending ini tidak termasuk Topèng, dilanjutkan irama II atau irama dados dalam gending baku. Buka gending dilakukan dengan garap lirihan atau alusan, disajikan instrumen barung dan disajikan dengan berulang-ulang. Garap sirep disajikan setelah garap soran irama I menggunakan kendhangan kenong pertama, digunakan dalang untuk ladrang kendang kalih gaya Yogyakarta melakukan janturan. Setelah janturan selesai, menggunakan kendang batangan (ciblon) dalang ndhodhog kotak tepat pada tabuhan digunakan untuk mengiringi kiprah dan kethuk pertama. Secara perlahan tempo atau keluar atau masuknya tokoh wayang. Setelah laya semakin seseg atau cepat hingga kenong tokoh-tokoh wayang berada dalam satu adegan, pertama, setelah itu disajikan dalam irama I laya seseg atau semakin cepat, dan kembali dan minggah ke ladrang. menggunakan kendang kalih, sampai suwuk Ladrang disajikan irama I, digunakan gropak, yaitu garap suwuk irama I (tanggung) untuk mengiringi tokoh raja yang ditampilkan yang menggunakan tabuhan keras, gagah, dan dengan gerak jogèdan/kiprah (‘menari’). Ladrang tempo yang cepat. disajikan dengan garap soran. Laya dalam ladrang e. Lancaran gagak sétra laras sléndro pathet nem Kabor disesuaikan dengan karakter tokoh Buka: raja. Jika tokoh berkarakter halus, laya yang . 5 5 . 5 6 1 2 1 3 1 2 5 5 5 g5 digunakan sedikit lambat. Tokoh berkarakter =. 6 =. n5 =. p3 =. n2 =. p3 =. n2 =. p6 =. nG5 gagah (kasar), laya yang digunakan seseg atau . 6 . 5 . 3 . 2 . 3 . 2 . 6 . G5 cepat. c. Ayak-ayak kembang jeruk laras sléndro pathet nem . 6 . ! . 2 . 1 . 2 . 1 . 6 . G5 Buka: 5 5 5 g5 . 6 . ! . 2 . 1 . 2 . 1 . 6 . G5

6 5 6 5 6 5 6 nG5 2 1 2 1 2 3 5 6 . ! . 6 . 3 . 2 . 3 . 2 . 6 . g5 Buka Lancaran Gagak Sétra dilakukan oleh 1 2 1 6 1 2 1 6 3 3 6 5 6 3 1 2 instrumen bonang, menggunakan irama lancar 3 1 3 2 3 1 3 2 3 2 1 6 5 2 3 g5 dengan pola kendhangan lancaran kendang kalih dan kendang batangan yang berfungsi 3 6 3 5 3 6 3 5 2 1 2 1 2 3 5 6 mengikuti vokabuler gerak wayang. Pola Suwuk: . 2 6 . 6 2 6 . 6 1 6 5 . 1 . g6 balungan Lancaran Gagak Sétra Laras Slendro Ayak-Ayak Kembang Jeruk laras Sléndro Pathet Nem adalah lamba. Gending tersebut pathet Nem termasuk gending baku digunakan digunakan untuk adegan Perang Ampyak. Garap untuk adegan Kondur Kedhaton. Buka gending tabuhan ricikan slenthem dan demung mengacu dilakukan oleh instrumen kendang yang pada balungan gending atau mbalung. Tabuhan sebelumnya mendapat isyarat berupa dhodhogan menggunakan garap imbal kecegan dan kotak dari dalang. Gending tersebut disajikan peking menggunakan garap tabuhan nikeli. berulang-ulang dalam irama dados laya antal. Garap tabuhan instrumen bonang menggunakan Garap sirep disajikan untuk janturan gapuran. tabuhan gembyang minjal. d. Ladrang gègèr sekutha laras sléndro pathet nem f. Gending bondhèt laras sléndro pathet nem Buka: Buka: . 3 5 2 . 3 5 2 1 1 2 1 5 5 5 g5 .353 5653 2132 1yegt Dados : 6 =5 6 ! 2 =1 6 n5 6 =5 6 p! 2 =1 6 n5 231=2 .365 !65=3 21ynt 148 Wayang Nusantara | vol.3 no.2, September 2019

etyt ewet wtwe 56!n6 5 6 5 3 2 1 6 5 2 3 5 6 3 5 2 3 * 2126 @!#@ %#@! 652n3 5 6 5 3 2 1 6 5 . 6 . 3 . 6 . g5 Ladrang Wirangrong digunakan untuk 5353 !653 2132 1yegnt adegan jejer ketiga, tetapi gemding ini tidak *Pangkat Dhawah: .!.6 .5.3 .2.3 .y.gt termasuk dalam gending baku. Buka dilakukan Dhawah balungan ngracik: oleh instrumen bonang barung. Satu ulihan atau satu gongan gending ladrang terdapat 121=y 21yt 335=3 6532 y12=3 6532 531=y 21ynt 32 tabuhan balungan. Ladrang Wirangrong 121=y 21yt 335=3 6532 y12=3 6532 356=! 321n6 disajikan dalam irama I (tanggung) dan irama II (dados) kendhangan ladrang kendang kalih 356=! 3216 356=! 3216 223=2 5321 326=5 !65n3 gaya Yogyakarta. Irama I (tanggung) disajikan !56=! 3216 326=5 !653 223=2 5653 651=6 21yngt berulang-ulang menggunakan garap soran, Dhawah balungan nibani: sedangkan irama II (dados) disajikan dengan garap lirihan/alusan yang disertai dengan garap .=y.t .=3.2 .=3.2 .=y.nt sirep untuk janturan. Setelah janturan selesai, kembali ke irama I (tanggung), laya naik atau .y.t .3.2 .3.2 .!.6 semakin cepat dan suwuk gropak. .!.6 .!.6 .@.! .5.3 h. Playon kembang jeruk laras sléndro pathet nem Buka kendang: .!.6 .5.3 .2.3 .y.gt . . . g5 Buka Gending Bondhèt Laras Sléndro Pathet Nem, dilakukan instrumen rebab. Pada 3 6 3 5 3 6 3 G5 2 3 5 6 1 2 1 G6 ketukan ke-8 menjelang gong buka diikuti 1 2 1 6 3 3 6 5 6 3 1 2 3 1 3 2 instrumen kendang yang diakhiri tabuhan 3 1 3 2 3 6 3 5 gong dan bersamaan pula dengan instrumen Suwuk: lainnya dengan menabuh nada 5 (lima). 1 1 3 2 1 g6 Penyajian gending ini disajikan dalam irama Playon Kembang Jeruk Laras Sléndro Pathet tanggung, dados, dan wiled. Penyajian irama Nem digunakan untuk adegan-adegan dalam tanggung menggunakan kendhangan Candra pathet nem, di antaranya adalah perang simpang/ dan kendhangan gembyakan yang berfungsi simpangan yang merupakan rangkain jejer kaping untuk memberi tekanan pada gerak-gerak kalih. Dalam perang tersebut terdapat adegan wayang. Ketika irama dados menggunakan ajon-ajon atau majeng beksa, yaitu gerak tarian kendang setunggal, irama dados menjelang yang dilakukan dua tokoh wayang sebelum kenong pertama, dalang ndhodhog sirep untuk melakukan perang. Gending yang digunakan janturan diikuti tempo atau laya yang semakin berbentuk ladrang atau ketawang dan disesuaikan cepat menuju pangkat dhawah masuk irama dengan karakter tokoh wayang. Selain itu, wiled menggunakan kendang ciblon (batangan) Playon Kembang Jeruk Laras Sléndro Pathet sampai suwuk. Pada irama wiled (dhawah) Nem tersebut digunakan untuk adegan Perang tabuhan yang digunakan oleh Ki Sukarno Gagal. Buka gending dilakukan oleh instrumen adalah tabuhan balungan ngracik. Pada zaman kendang yang sebelumnya mendapat isyarat kejayaan Ki Widiprayitna, setiap pergelaran berupa dhodhogan kotak dari dalang. Playon wayang tidak menggunakan instrumen rebab, Kembang Jeruk memiliki 40 tabuhan balungan, sehingga tabuhan ngracik pada bagian dhawah menggunakan sajian irama I (tanggung). Laya digunakan untuk mengganti melodi lagu rebab. yang disajikan menurut kebutuhan suasana g. Ladrang wirangrong laras sléndro pathet nem adegan wayang. Buka: i. Sampak Gunturan Laras Sléndro Patet Nem 5 6 5 3 2 1 6 5 . 6 . 3 . 6 . g5

6 =2 6 1 6 =3 6 n5 6 =2 6 p1 6 =3 6 n5 6 6 6 6 6 6 6 G2 Suwuk : 6 2 6 1 6 3 6 5 2 3 5 6 3 5 3 g2 6 6 6 g2 149 Aji Santoso Nugroho, Iringan Karawitan Wayang Golek Menak

Sampak Gunturan digunakan untuk menggambarkan suasana adegan terkejut, 2 3 2 p1 6 5 2 n1 3 2 1 p6 2 1 6 ng5 Dhawah: marah, dan kalah atau kematian dalam perang. 2 5 2 =1 3 2 1 6 2 5 2 ==1 2 6 3 n5 j. Ayak-ayak kembang jeruk laras sléndro pathet 6 3 5 6 2 3 2 p1 2 1 3 2 1 2 1 n6 sanga Buka kendang: 5 6 1 2 5 3 2 p1 3 5 3 2 5 3 2 n1 5 5 5 g5 5 6 2 1 3 2 1 p6 2 5 2 1 2 6 3 ng5 2 5 2 3 2 5 2 G3 1 6 1 6 2 1 6 G5 Buka Gending Pangkur dilakukan instru- 6 1 6 5 6 1 6 5 2 2 5 3 5 2 3 1 men rebab. Pada ketukan ke-9 menjelang gong

2 6 2 1 2 6 2 1 2 1 6 5 3 1 2 3 buka diikuti kendang ladrang yang diakhiri tabuhan gong dan bersamaan dengan instrumen 2 5 2 3 2 5 2 3 1 6 1 6 2 1 6 5 lainnya dengan menabuh nada 5 (Purnama, k. Playon kembang jeruk laras sléndro pathet sanga 2011:57)). Penyajian gending ini disajikan dalam irama I, II, dan III. Pada saat penyajian 2 5 2 3 2 5 2 G3 1 2 3 5 6 1 6 G5 irama I menggunakan kendhangan ladrang irama 6 1 6 5 2 2 5 3 5 3 2 1 2 6 2 1 I kendang kalih dan kendhangan gembyakan yang berfungsi untuk memberi tekanan pada gerak- 2 6 2 1 2 5 2 3 gerak wayang. Ketika irama II menggunakan l. Sampak gunturan laras sléndro pathet sanga kendang kalih. Pada irama III menggunakan 5 5 5 5 5 5 5 G1 kendang ciblon (batangan). Ladrang Pangkur Suwuk: dalam penyajiannya diselingi dengan sirep dalam 5 5 5 g1 irama III, kemudian pada kethuk ke 6 dalang Gending Ayak-ayak Kembang Jeruk, Playon ndhodhog kotak, laya seseg dan suwuk. Kembang Jeruk dan Sampak Gunturan disajikan n. Ladrang semingin laras sléndro pathet sanga secara berurutan (midley) dan digunakan Buka: untuk mengirirngi adegan Gara-Gara. Buka . 5 . 5 6 ! 6 5 6 1 2 1 5 5 5 g5 Irama I: gending dilakukan oleh instrumen kendang 6 =5 3 5 3 =2 3 n5 2 =1 2 p6 2 =1 6 n5 yang sebelumnya mendapat isyarat berupa dhodhogan kotak dari dalang. Pada ulihan 2 1 2 p6 2 1 6 n5 2 3 1 p2 3 5 3 gn2

pertama Ayak-ayak Kembang Jeruk, terdapat 1 =2 3 2 3 =5 3 n2 5 =6 1 p6 5 =3 2 n1 64 tabuhan balungan, kemudian dalam ulihan 5 6 1 6 5 3 2 n1 2 3 2p 1 6 5 3 ng5 yang kedua dan seterusnya, terdapat 48 tabuhan Irama II: balungan. Gending Ayak-ayak disajikan dalam . . 5 =. 5 5 6 5 6 1 2 =1 6 5 3 n5 irama I menggunakan laya antal dengan garap . 2 . 1 . 2 . p6 . 2 . 1 . 6 . n5 lirihan atau alusan dan disajikan berulang- ulang menurut kebutuhan sampai bagian . 2 . 1 . 2 . p6 . 2 . 1 . 6 . n5 dhawah dilanjutkan ke Playon Kembang Jeruk 3 2 . 3 1 2 3 p2 3 5 6 5 3 2 1 g2 Laras Sléndro Pathet Sanga. Penyajian Playon Kembang Jeruk dalam irama I dengan laya . 6 2 =. 6 2 1 2 3 5 6 =5 3 2 1 n2 antal hingga kendang mendapat isyarat dari 3 5 . 6 1 2 1 p6 5 ! 5 2 5 3 2 n1 dalang dan gending berubah menjadi Sampak 2 3 5 6 1 2 1 p6 5 ! 5 2 5 3 2 n1 Gunturan sampai suwuk. Fungsi playon selain merupakan rangkaian gending adegan gara-gara, 2 3 5 . 5 5 6 p5 6 1 2 1 6 5 3 gn5 juga digunakan dalam Perang Bégal dan Perang Ladrang Semingin Laras Sléndro Pathet Tanggung. Sanga digunakan untuk adegan jejer gangsal, m. Ladrang pangkur laras sléndro pathet sanga namun gending ini tidak termasuk dalam gending baku. Buka gending dilakukan oleh Buka: . 2 . 1 . 2 . 1 2 y 2 1 t t t gt instrumen bonang barung. Dalam satu ulihan Dados: 2 =1 2 6 2 =1 6 n5 6 =5 2 p1 3 =2 1 n6 atau satu gongan bentuk gending ladrang terdapat

150 Wayang Nusantara | vol.3 no.2, September 2019

32 tabuhan balungan, tetapi dalam penyajian kembali menggunakan kendang kalih, sampai irama II, Ladrang Semingin menggunakan suwuk antal. tabuhan balungan ngracik, jadi dalam satu q. Playon gambuh laras sléndro pathet manyura ulihan atau satu gongan bentuk gending Buka kendang: . . 3 g3 ladrang Semingin irama II terdapat 64 tabuhan balungan. Gending ini disajikan dalam irama I 1 3 1 3 1 6 5 G3 6 5 3 5 6 1 5 n6 dan irama II kendhangan ladrang kendang kalih 2 6 2 6 3 2 1 6 3 5 6 1 6 5 2 g3 gaya Yogyakarta, berulang-ulang dengan garap Suwuk: soran. Kendang batangan digunakan untuk 1 3 1 6 5 g3 mengiringi kiprah dan keluar tokoh wayang. 2 6 1 6 5 g3 Setelah tokoh-tokoh wayang berada dalam Buka gending dilakukan oleh instrumen satu adegan, laya seseg atau semakin cepat dan kendang yang sebelumnya mendapat isyarat kembali menggunakan kendang kalih, sampai berupa dhodhogan kotak dari dalang. Tidak suwuk gropak, yaitu tabuhan keras, tempo cepat. berbeda dengan playon-playon sebelumnya, o. Playon gégot laras sléndro pathet manyura laya dalam Playon Gambuh disajikan menurut Buka kendang: kebutuhan suasana adegan wayang. Playon . . 2 g2 Gambuh biasanya cenderung menggunakan laya 3 6 3 5 3 6 3 G2 3 6 3 5 3 6 3 G2 seseg. Hal tersebut dikarenakan Playon Gambuh 6 6 1 2 3 2 1 6 5 6 1 2 3 2 1 6 digunakan dalam adegan klimak dari cerita se- malam suntuk. Playon Gambuh disajikan dalam 5 3 5 2 5 3 5 6 3 2 3 5 3 6 3 2 pathet galong, yaitu pathet yang merupakan ba- Suwuk: 1 1 3 2 1 g6 gian dari pathet manyura dan merupakan akhir Playon Gégot digunakan dalam Perang dari pathet manyura. Playon Gambuh digunakan Tandang. Selain itu Playon Gégot juga digunakan dalam adegan Perang Brubuh. untuk adegan jejer pitu dengan garap sirep. Buka gending dilakukan oleh instrumen kendang Penutup yang sebelumnya mendapat isyarat berupa dhodhogan kotak dari dalang. Tidak berbeda Garap iringan karawitan pergelaran Wayang dengan Playon Kembang Jeruk, laya dalam Golek Menak yang disajikan Ki Sukarno tidak jauh Playon Gégot disajikan menurut kebutuhan berbeda dengan garap iringan karawitan dalam suasana adegan wayang. pakeliran Wayang Kulit Purwa Gaya Yogyakarta. Buka: Garap iringan karawitan pergelaran Wayang Golek 1 6 1 . 1 6 5 3 5 6 5 2 3 3 3 g3 Menak seperti ciri garap pakeliran pada umumnya Irama I: 5 =6 5 2 5 =6 5 n3 5 =6 5 p2 5 =6 5 n3 yaitu menggunakan kendang wayang, saron imbal nacah kinthilan/nyeceg sirep 5 6 5 p2 5 6 5 n3 1 2 1 p6 1 5 2n g3 , garap , dan garap irama, yang membedakan adalah pada sajian irama. Gerak 1 =2 1 6 1 =5 2 n3 1 =2 1 p6 1 =5 2 n3 boneka wayang dalam Wayang Golek Menak selalu 1 2 1 p6 1 5 2 n3 5 6 5 p2 5 6 5n g3 menggunakan tarian, sehingga sajian irama tidak p. Ladrang sumirat laras sléndro pathet manyura seseg seperti pada Wayang Kulit dan cenderung Ladrang Sumirat digunakan untuk adegan mengacu pada garap irama karawitan tari. jejer enem, namun tidak termasuk dalam Karawitan merupakan unsur penunjang gending baku. Buka gending tersebut dilakukan keberhasilan pertunjukkan Wayang Golek Menak oleh instrumen bonang barung, disajikan dalam Yogyakarta. Fungsi iringan karawitan tidak hanya irama I kendhangan ladrang kendang kalih sekedar sebagai ilustrasi, melainkan juga sebagai gaya Yogyakarta, berulang-ulang dengan garap penegas vokabuler gerak-gerak wayang, mengingat soran. Kendang batangan yang digunakan untuk dalam pergelaran Wayang Golek Menak gerak- mengiringi kiprah dan keluarnya tokoh wayang. gerak wayang terpengaruh gerak tari. Gerak Setelah tokoh-tokoh wayang berada dalam satu wayang dengan iringan karawitan demikian itu adegan, laya maju, seseg atau semakin cepat dan berfungsi menghidupkan karakter wayang. Selain

151 Aji Santoso Nugroho, Iringan Karawitan Wayang Golek Menak itu karawitan juga mendukung suasana adegan. Pedalangan STSI Surakarta. Sebagai contoh gending playon, sampak, lancaran ______. 2009. “Tatahan dan Sung- digunakan untuk adegan perang, gending dengan gingan Wayang Golek Menak Yogyakarta’, rasa sedih digunakan untuk adegan sedih, dan dalam RESITAL. sebagainya. Pemilihan gending juga berhubungan Supanggah, Rahayu. 2009. Bothekan Karawitan dengan karakter masing-masing tokoh wayang, II. Surakarta : ISI Press Surakarta. misalnya gending dengan karakter gagah digunakan Sumaryono dan Suhardjono. “Sistem Kekerabatan untuk adegan tokoh gagah, gending dengan Seniman Dalang Pengaruhnya Pada karakter alus (prenès) digunakan untuk adegan Kehidupan dan Perkembangan Wayang Topeng alus atau putri, gending dengan karakter gecul Pedalangan Yogyakarta”. [Laporan Penelitian]. digunakan untuk adegan gecul. Yogyakarta: Lembaga Penelitian ISI Yogya- karta. Kepustakaan Suparto, P. 1999. “Pertunjukan Wayang Golek di PT. Nitour Inc. Yogyakarta.” a. Acuan [Skripsi]. Yogyakarta: Program Studi S1 Harpawati, Tatik. 2009. “Transformasi Cerita Serat Karawitan ISI Yogyakarta. Menak Dalam Pertunjukan Wayang Golek Supriyono. 2007. “Fungsi Gending Dalam Menak”. dalam GELAR. Pakeliran Jawatimuran” [makalah]. Surabaya: Istanti, Kun Zachrun. 2013. ”Wayang Golek Taman Budaya Jl. Gentengkeli No. 85 Menak sebagai Media Dakwah Islam”, dalam Surabaya. Humaniora. Murtiyoso, Bambang, dkk. 2004. Pertumbuhan b. Narasumber dan Perkembangan Seni Pertunjukan Wayang. Ki Sukarno. Umur: 72 tahun. Pekerjaan: Dalang Surakarta: Citra Etnika Surakarta. sepuh Wayang Golek Menak Yogyakarta. Mudjanattistomo. R.M., dkk. 1977. Pedhalangan Alamat: Sentolo, Kulogprogo, Yogyakarta. Ngayogyakarta Jilid 1. Yogyakarta: Yayasan Ki Suparman. Umur: 62 tahun. Pekerjaan: dalang Habirandha Ngayogyakarta. Wayang Golek Menak dan pengrajin wayang Purnama, Bayu. 2011. “Penyajian Gending- Golek Menak. Alamat: Sentolo, Kulonprogo, Gending Tradisi: Gending Taliwangsa, Yogyakarta. Kiyagong Ririh, Purwa Gilang dan Ladrang Indri Kisworo. Umur: 53 tahun. Pekerjaan: Seniman Pangkur.” [Skripsi]. Yogyakarta: Fakultas Seni karawitan. Alamat: Bantul, Yogyakarta. Pertunjukan, Institut Seni Indonesia, 2011. Dewanto Sukistono. Umur: 43 tahun. Pekerjaan: Sukistono, Dewanto. 1996. “Kehidupan Wayang Dalang wayang Golek Menak dan Dosen Golek Menak di Kecamatan Sentolo Kabu- Jurusan Pedalangan Institut Seni Indonesia paten Kulon Progo Daerah Istimewa Yogya- Yogyakarta. Alamat: Sentolo, Kulogprogo, karta”. [Skripsi] Surakarta: Program Studi S1 Yogyakarta.

152