IMPLEMENTASI PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO SEBAGAI SUMBER BELAJAR GEOGRAFI SMA NEGERI DI KABUPATEN CIANJUR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Ahmad Hambali

NIM : 1111015000068

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim Dengan mengucap puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah , Penulis menyadari, bahwa pengetahuan, pemahaman, pengalaman, kemampuan dan kekuatan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis selalu berusaha untuk mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil, sehingga penyusunan skripsi berjalan lancar. Dengan selesainya skripsi ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. 2. Bapak Dr. Iwan Purwanto, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. 3. Bapak Drs. Syaripulloh M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. 4. Bapak Dr. Teuku Ramli Zakaria, MA., selaku Dosen Penasehat Akademik. 5. Ibu Dr. Jakiatin Nisa, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah sangat sabar dan bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberi petunjuk dan nasehat kepada penulis dengan ikhlas demi keberhasilan penulis. 6. Seluruh Dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ilmu kepada penulis. 7. Pemimpin Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta beserta stafnya yang telah memberikan kemudahan dalam penggunaan sarana perpustakaan.

viii

8. Bapak Ibu Guru Geografi di SMA Negeri di Kabupaten Cianjur yang telah bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini. 9. Siswa siswi di SMA Negeri di Kabupaten yang bersedia menjadi responden dalam penelitian skripsi saya ini 10. Ayahku tersayang Dr. H. Ahmad Syafi’i Lubis, M. Pd yang telah tenang di dalam peristirahatan terakhirnya, yang menjadi idola dan penyemangat saya untuk bisa sepertinya, pesan yang selalu saya ingat dari ayah saya untuk selalu jujur dalam segala yang dilakukan dan sabar terhadap segala ujian yang selalu datang silih berganti. Kepada mamahku tersayang Roimah rangkuti, S. Pdi tiada kata yang bisa diucapkan untuk kasih sayang nya, dorongan semangat yang tiada henti, dan doa yangselalu dibacakan oleh mamah disetiap sholatnya dan setiap Tahajjudnya untuk kelulusan saya dalam menyelesaikan skripsi ini. 11. Abangku tersayang Rahmad Shaleh, S.Pdi yang selalu memberikan suport semangat dalam penyelesaian skripsi saya ini 12. Adik perempuanku satu-satunya yang sudah seperti teman sendiri karena jarak lahir yang berdekatan, Khoirunnisa, yang selalu mengingatkan agar saya segera menyelesaikan skripsi saya 13. Adikku yang paling kecil yang menjadi penyemangat saya, yang sudah sangat ingin melihat saya wisuda, karena sudah beli jas khusus buat ke wisuda saya. 14. Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat Tarbiyah, Cabang Ciputat, tempat saya belajar berorganisasi dan berpolitik, tempat menemba ilmu selain kampus. 15. Teman-teman seperjuangan di Himpunan Mahasiswa Jurusan IPS, banyak pengalaman dalam birokrasi kampus yang bisa saya petik dari HMJ, posisi sebagai Wakil Ketua HMJ membuat saya belajar bahwa memanage sebuah organisasi tidaklah mudah dan perlu keseriusan dan komitmen yang kuat. 16. Celuarga oh Cemara yaitu group kosan yang sudah seperti keluarga, ada Muhammad Faishal Ramdhan, S. Pd, Ardi Muhammad Arsyad, M. Pd, Neneng Suwartini, S.Pd, Desstya Love Acna, S.Pd, Dara Rahmita dewi, S.

ix

Pd, SH, Ahmad Nasrullah, S. Pd, Misbahuddin, S.Pd, Fathurrahman Asbaha. Mereka yang sudah seperti keluarga ada saat senang dan susah, dan selalu mensuport saya dalam penulisan skripsi ini. 17. Leppami HMI Cabang Ciputat, yang banyak mensuport semangat untuk tersegeranya skripsi ini selesai. 18. Sahabat-sahabatku Retno Utami Prastyo Ningsih, Desi Nopiyanti. Sahabatku Fitriah (almarhumah) atas segala kasih sayang dan perhatian yang selalu diberikan semasa hidupnya. Sahabat-sahabatku Mulyadi, Burhanuddin Hekmatyar, Aditya Fajar Setiawan, Imam Munandar, Adi Nur’aiman, Mayasari, Risnawati Dewi Yulianti, Ida Mardiatul Laila, Witi Astuti, Ema Wahyuni, yang dengan kerelaan hati meluangkan waktunya, membantu dan menemani penulis. 19. Keluarga dari Azmah di Cipanas yang sudah sangat membantu saya dalam proses pengambilan data lapangan, yang telah memberikan saya penginapan selama saya melakukan penelitian di cianjur. 20. Keluarga Besar The Jakarta Vespa UIN yang tiada henti-hentinya memberikan dukungan semangat untuk penulisan skripsi ini. 21. Teman-teman Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial terkhusus kelas Geografi angkatan 2011 atas kekompakannya selama ini, baik di kelas maupun saat praktikum. 22. Dan semua pihak yang penulis sadari atau tidak sadari telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis berharap semoga segala kebaikan yang diberikan mendapatkan pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT dan senantiasa selalu dilindungi oleh Allah SWT.

x

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang akan digunakan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Jakarta, 29 Maret 2018 Penulis

Ahmad Hambali

xi

ABSTRAK

Ahmad Hambali (1111015000068). Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Judul Skripsi “Implementasi Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar Geografi SMA Negeri di Kabupaten Cianjur”.

Dalam mencapai langkah pembelajaran geografi, dibutuhkan sumber belajar untuk memperoleh informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan pada proses belajar dan mengajar. Sumber belajar memiliki beberapa jenis, salah satu yang dapat digunakan sebagai pembelajaran geografi yaitu mempelajari peristiwa dan gejala alam yang terjadi di muka bumi yaitu sumber belajar lingkungan. Sehingga keberadaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki potensi di dalamnya sebagai sumber belajar oleh guru geografi SMA dalam kegiatan belajar dan mengajar. Penelitian ini bertujuan: 1) Mengidentifikasi potensi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai sumber belajar geografi, 2) Mengetahui persepsi dan penilaian guru terhadap pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai sumber belajar geografi, 3) Mengidentifikasi faktor pendorong dan penghambat Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai sumber belajar geografi.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Populasi pada penelitian ini yaitu guru geografi SMA di Kabupaten Cianjur, dan juga siswa, sampel menggunakan area sampling dengan faktor lokasi. Instrumen yang digunakan adalah, angket kuesioner, wawancara dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan: 1) Potensi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango meliputi kondisi fisik, tersedianya sarana dan prasarana, keanekaragaman flora dan fauna serta objek wisata yang dapat menunjang sebagai sumber belajar geografi. 2) sebanyak 60% guru geografi memberikan pendapat dan penilaian kuat atau positif terhadap kondisi fisik Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat dijadikan sebagai Sumber Belajar. 3) Dalam proses Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar terdapat faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung meliputi seluruh potensi dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (topografi, hidrologi, tanah, iklim, danau, air terjun, dan air panas). Faktor penghambat meliputi waktu pelaksanaan, perizinan, jarak ke lokasi dan kalender pendidikan. Melalui penelitian direkomendasikan untuk memanfaatkan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar.

Kata kunci: Pembelajaran Geografi, Sumber Belajar, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

VI

ABSTRACT

Ahmad Hambali (1111015000068). The Department of Social Science Education. Faculty of Tarbiya and Teachers Training. The tittle of Skripsi “Implementation of the National Park of Pangrango as a source of learning geography Senior High School in ”.

In achieving some steps in learning geography, learning resources are required to obtain information, knowledge, experience, and skills in the process of learning and teaching. Learning resources has several types, one of which can be used as a source for learning geography that is studying the natural events and symtomps that occur in the face of the earth that is the source of learning environment. So the existence of the National Park of Mount Gede Pangrango has the potential in it as learning resources by teachers in the high school geography teaching and learning. This research aims to: 1) identify potential National Park of Mount Gede Pangrango as a source of learning geography, 2) know the perfections and judgements teachers toward exploiting the National Park of as a sources of learning geography, 3) identify the driving factor and a barrier to the National Park of Mount Gede Pangrango as a sources of learning geography. The research is a descriptive research, the population of the research are senior high school students and geography teachers in Cianjur regency. Area sampling method with location factor is used in this study. The instruments used are the the quetionaire, interview and documentation. The result showed : 1) the potentional of the National Park of Mount Gede Pangrango include physical conditions, avaliability of facilities and infrastructure, diversity of flora and fauna, as well as tourist objects that can be a source of learning geography, 2) as many 60 % techers of geography provide opinion and strong or positive assesment againts the physical condition og the National Park of Mount Gede Pangrango can serve as learning reosurces, 3) in the process of utillization of the National Park of Mount Gede Pangrango as learning resources there are supporting and restricting factors. Supporting factors included the entire potential of National Park of Mount Gede Pangrango (topography, hydrology, soil, climate, lake, waterfals and hot water). Restricting factors include time implementation, licensing, the distance to the site, and the education calender. Through the research, it is recomended to make use of the National Park of Mount Gede Pangrango as learning resources.

Keywords : Learning Geography, Learning resources, The National Park of Mount Gede Pangrango,

VI

DAFTAR ISI

Halaman LEMBAR HALAMAN ...... i PENGESAHAN PANITIA UJIAN ...... ii PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ...... iii PERNYATAAN UJI REFERENSI ...... iv PERNYATAAN KARYA ILMIAH ...... v ABSTRAK ...... vi KATA PENGANTAR ...... viii DAFTAR ISI ...... xi DAFTAR GAMBAR ...... xiv DAFTAR TABEL ...... xv DAFTAR LAMPIRAN ...... xviii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...... 1 B. Identifikasi Masalah ...... 10 C. Pembatasan Masalah ...... 10 D. Perumusan Masalah ...... 11 E. Tujuan Penelitian ...... 11 F. Manfaat Penelitian ...... 11 1. Manfaat Teoritis ...... 11 2. Manfaat Praktis ...... 12 BAB II DESKRIPSI TEORITIK A. Pengertian Taman Nasional ...... 13 1. Sejarah Taman Nasional Dunia ...... 13 2. Sejarah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ...... 14 3. Fasilitas-fasilitas di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango...... 15 1) Aksesbilitas ...... 16 2) Fasilitas Pendukung Pariwisata Alam ...... 16

xi

4. Pengertian Taman Nasional ...... 17 5. Batasan Zonasi Taman Nasional ...... 20 1) Zona Inti ...... 22 2) Zona Rimba ...... 23 3) Zona Pemanfaatan ...... 24 4) Zona Tradisional ...... 25 5) Zona Rehabilitas...... 26 6) Zona Religi ...... 27 7) Zona Khusus ...... 27 B. Hakekat Pemanfaatan Sumber Belajar ...... 29 1. Pengertian Sumber Belajar Menurut Ahli ...... 29 C. Pengertian Sumber Pembelajaran Geografi ...... 34 D. Klasifikasi Sumber Belajar ...... 39 E. Kriteria Memilih Sumber Belajar ...... 48 F. Manfaat Sumber Belajar ...... 50 G. Penelitian Terdahulu ...... 51 BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Metode dan pendekatan ...... 54 1. Metode Penelitian ...... 54 2. Pendekatan Penelitian ...... 55 B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...... 57 1. Lokasi Penelitian ...... 57 2. Waktu Penelitian ...... 60 C. Populasi dan Objek Penelitian ...... 60 1. Populasi ...... 60 2. Sampel Penelitian ...... 61 3. Objek Penelitian ...... 62 D. Sumber Data ...... 63 1. Data Premier ...... 63 2. Data Sekunder ...... 63 E. Teknik Pengumpulan Data ...... 63

xii

1. Angket ...... 64 2. Dokumentasi ...... 64 3. Studi Pustaka ...... 65 F. Instrumen Penelitian ...... 65 G. Teknik Pengolahan Data ...... 67 H. Teknik Analisis Data ...... 68 1. Teknik Persentase ...... 68 2. Skala Likert ...... 69 3. Intepretasi Data ...... 71 4. Bagan Alur Penelitian ...... 72 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ...... 73 B. Deskripsi Hasil Penelitian ...... 75 C. Analisis Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar Geografi ...... 90 D. Pembahasan Identifikasi Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar Geografi SMA di Kabupaten Cianjur ...... 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...... 106 B. Saran-saran ...... 109 DAFTAR PUSTAKA UJI REFERENSI LAMPIRAN

xiii

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu usaha yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Jadi pendidikan berkaitan erat dengan belajar dan pembelajaran. Belajar merupakan suatu kegiatan perubahan pola pikir individu untuk berusaha atau berlatih agar dapat memperoleh suatu pengetahuan keterampilan, serta prilaku denan cara mengolah bahan belajar. Jadi artinya bahwa peserta didik yang mengalami proses belajar akan menimbulkan suatu perubahan prilaku dimana peserta didik yang semulanya belum tahu menjadi tahu. Menurut pandangan dan teori konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif dari si subjek belajar untuk merekonstruksi makna, sesuatu entah itu teks, kegiatan dialog, pengalaman fisik dan lainnya. Menurut Skinner dalam Yatim Rianto, belajar adalah suatu prilaku pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik1. Sebaliknya bila ia tidak belajar pada responnya menurun dalam belajar ditemukan adanya kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon pembelajar, konsekuensi yang bersifat menguatkan respon tersebut. Pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan prilaku kearah yang lebih baik2. Pembelajaran dapat dapat meningkatkan daya pengetahuan baru dan juga pengalaman baru yang dapat membuat seseorang memiliki kemampuan lebih dalam proses belajar dalam memahami materi pelajaran. Komponen dalam proses pembelajaran salah satunya adalah sumber belajar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rohani, A bahwa sumber belajar

1 Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran; Sebagai Referensi Begi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas (Jakarta; Kencana, 2009) h, 62 2 Kusnandar, Guru Profesiona Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, ( Jakarta: Raja Grafindo, 2010) h. 287

2

merupakan segala daya yang dapat digunakan untuk kepentingan proses/aktivitas pengajaran baik secara langsung maupun tidak langsung, diluar peserta didik (lingkungan) yang melengkapi diri mereka pada saat pengajaran berlangsung3. Jadi sumber belajar memiliki banyak makna dan luas, bukan hanya disekolah saja dapat belajar, akan tetapi belajar dapat dilakukan dimanapun karena sumber belajar tidak terbatas pada kegiatan yang berlangsung di dalam kelas saja, akan tetapi sumber belajar dapat diperoleh dari pengalaman, tanpa pengalaman dan latihan sangat sedikit proses belajar dapat berlangsung. Pengertian pendidikan menurut Nana Syaodih Sukmadinata dan Erliana Syaodih adalah “upaya mencerdaskan bangsa, menanamkan nilai- nilai moral, dan agama, membina kepribadian, mengajarkan pengetahuan, melatih kecakapan, keterampilan, memberikan bimbingan, arahan, tuntutan, teladan, disiplin, dll.”4 Pendidikan diberikan kepada anak,remaja, orang dewasa, bahkan usia lanjut, dan berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah, perguruan, diklat, dalam masyarakat, serta berbagai satuan lingkungan kerja. Secara umum pendidikan berkenaan dengan peningkatan kualitas manusia, pengembangan potensi, kecakapan, dan karakteristik generasi muda ke arah yang diharapkan masyarakat. Kehidupan manusia tidak terlepas dari permasalahan baik yang bersifat langsung maupun yang tidak terkait dengan hubungan manusia dan lingkungan ataupun manusia dengan alam sekitarnya. Keterkaitan faktor inilah yang memberikan pengaruh positif maupun negativ bagi faktor pendukung dari keberadaan fungsi faktor-faktor tersebut, yang kemudian hal ini dihubungkan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat. Keberadaaan keanekaragaman sumberdaya alam di semakin berkurang, mengakibatkan terancam punahnya sumberdaya alam hayati tersebut. Hal ini dikarenakan diikuti oleh semakin pesatnya

3 . Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. (Jakarta: Rhineka Cipta. 2004) hal 161 4 Sukmadinata Nana, Erliany syaodih, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi,( Bandung: PT Refika Aditama, 2012) H. 1

3

pertumbuhan penduduk di Indonesia, semakin meningkatnya kebutuhan manusia, dan yang menyebabkan semakin berkurangnya lahan-lahan alami. Kondisi memproteksi, melestarikan, dan menjaga keseimbangan serta memecahkan permasalahan dari kesulitan pemenuhan kebutuhan manusia dan keterkaitannya terhadap kondisi dan kelestarian ekosistem alami. Hal ini juga karena Indonesia memiliki keanekaragaman sumberdaya alam hayati maupun non-hayati. Dalam buku petunjuk kurikulum 2013 Kompetensi Dasar Geografi, geografi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan berbagai gejala dan peristiwa yang terjadi di muka bumi, baik fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan regional. Dalam kurikulum 2013, mata pelajaran geografi dikelompokkan pada rumpun ilmu-ilmu sosial sehingga kajiannya lebih diarahkan pada keberadaan dan aktivitas manusia yang dipengaruhi oleh dinamika alam fisik. Berdasarkan Kemendikbud (2013), langkah-langkah pembelajaran geografi dengan pendekatan belajar saintifik yang terdiri dari lima langkah dengan 5 M diantaranya;5 1. Mengamati, yaitu kegiatan belajar dari lingkungannya melalui indera penglihatan, pembau, pendegaran, dan perba pada waktu mengamati suatu objek. Alternatif kegiatan mengamati antara lain observasi lingkungan, mengamati gambar, video, tabel, dan grafik dara, menganalisis peta, membaca buku, mendengar, menyimak, dan mencari berbgai informasi yang tersedia di media massa jejaring internet. 2. Menanya, kegiatan peserta didik untuk mengungkapkan apa yang ingin diketahui, baik berkenaan dengan suatu objek, peristiwa, suatu proses tertentu. 3. Mengeksperimen, yaitu kegiatan mengumpulkan data melalui kegiatan uji coba, mengekplorasi lebih mendalam, dan mengumpulkan data sehingga data yang telah diperoleh dapat dianalisis dan disimpulkan.

5 Permendikbud No 65 Tahun 2013. Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

4

4. Mengasosiasi yaitu kegiatan peserta didik untuk membandingkan antara data yang telah diolahnya dengan teori yang ada sehingga dapat ditarik kesimpulan dan atau ditemukannya prinsip dan konsep penting. 5. Mengkomunikasikan yaitu peserta didik dalam mendeskripsikan dan menyampaikan hasil temuannya dari kegiatan mengamati, menanya, uji coba, dan mengasosia Dalam mencapai langkah pembelajaran geografi diatas, dibutuhkan sumber belajar geografi untuk memperoleh informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan pada proses belajar dan mengajar. “Sumber belajar memiliki beberapa klasifikasi yaitu pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan”.6 Taman nasional yang dimiliki Indonesia merupakan kawasan dengan keanekaragaman sumberdaya alam hayati di dalamnya, baik berupa flora maupun fauna serta keanekeragaman vegetasi yang melimpah dan bernilai tinggi serta keberadaannya ini, memiliki fungsi untuk pendidikan, minat khusus, penelitian dan sebagainya. Berdasarkan UU No. 5 tahun 1990 mengenai konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistemnya pada pasal 1 ayat 14 menyebutkan bahwa “Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi’. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu dari lima taman nasional pertama di Indonesia yang diumumkan oleh Menteri Pertanian pada tanggal 6 Maret 1980 meliputi areal seluas 15.196 ha. Kawasan ini merupakan kesatuan dari Cagar Alam Cibodas seluas 1.040 ha, Cagar Alam Cimungkat seluas 56 ha, Taman Wisata Situgunung seluas 100 ha dan Hutan Lindung lereng Gunung Gede dan Gunung Pangrango seluas 14.000 ha. Pada tahun 1977 kawasan ini juga ditetapkan sebagai Cagar Biosfir Cibodas oleh UNESCO.

6 Rohani, Ahmad. Media Intruksional Edukatif. (Jakarta: Rhineka Cipta. 1997) hal 108

5

Pada tahun 2003, kawasan TNGGP mengalami penambahan luasan menjadi ± 21.975 ha berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 174/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003 tentang Penunjukan dan Perubahan Fungsi Kawasan Cagar Alam, Taman Wisata Alam, Hutan Produksi Tetap, Hutan Produksi Terbatas pada Kelompok Hutan Gunung Gede Pangrango. Penyerahan alih fungsi kawasan diserahkan dari Direktur Utama Perum Perhutani kepada Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam dengan Berita Acara Serah Terima Nomor: 07/SJ/DIR/2009-BA.6/IV-SET/2009 tanggal 29 Januari 2009. Hal tersebut ditindaklanjuti dengan Berita Acara Serah Terima Pengelolaan Nomor: 002/BAST-HUKAMAS/III/2009-1237/II-TU/2/2009 pada tanggal 6 Agustus 2009 dari Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten kepada Balai Besar TNGGP seluas 7.655,03 ha, sehingga total luas TNGGP menjadi 22.851,03 ha. Secara geografis, TNGGP terletak antara 107°04’27,60” BT – 6°04’28,88” LS dan berdasarkan wilayah administratif pemerintahan berada di tiga wilayah kabupaten yaitu Cianjur, dan . Dalam rangka optimalisasi dan efisiensi pengelolaan kawasan, maka pengelolaan kawasan TNGGP dibagi ke dalam 3 Bidang Pengelolaan Taman Nasional (PTN) Wilayah, yaitu Bidang PTN Wilayah I Cianjur di Cugenang, Bidang PTN Wilayah II Sukabumi di Selabintana, dan Bidang PTN Wilayah III Bogor di Caringin (Menhut, 2007) dengan batas kawasan sebagai berikut:

Sebelah Utara : Wilayah Kabupaten Cianjur dan Bogor Sebelah Barat : Wilayah Kabupaten Sukabumi dan Bogor Sebelah Selatan : Wilayah Kabupaten Sukabumi Sebelah Timur : Wilayah Kabupaten Cianjur

Selain fungsi taman nasional sebagai kawasan pelestarian alam, taman nasional dapat juga dijadikan sarana pendidikan dan pembelajaran bagi pelajaran geografi. Menurut Margaret E. Bell Gredler “Belajar adalah

6

proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap.”7 Maka dari itu kegiatan belajar harus diiringi dengan berbagai komponen karena tidak bisa berjalan dengan sendirinya dan memerlukan media pembelajaran yang menarik bagi siswa. Menurut Vesta and Thompson dalam Nana Syaodih Sukmadinata, “belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman.”8 Sampai saat ini, sebagian masyarakat ataupun guru-guru masih kurang memandang Taman Nasional Gunung Gede Pangrango hanya sebagai tempat wisata ataupun tempat untuk mendaki gunung. Sebagian lainnya juga belom memahami dan mengetahui bahwa banyak potensi- potensi yang terdapat di Taman Nasional gunung Gede Pangrango yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar khususnya pada pembelajaran Geografi, dalam taman nasional juga kita dapat mengetahui banyak keterkaitan materi ajar yang terdapat dalam mata pelajaran geografi khususnya, diantara mengenai keankeragaman makhluk hidup, mengenai suhu dan iklim, vulkanologi, batuan, dan banyak lagi yang dapat kita manfaatkan dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Pembelajaran Geografi pada hakekatnya adalah mengkaji dan menelaah tentang semua aspek-aspek yang terdapat dimuka bumi . oleh karena itu, lingkungan bagi pendidik dapat dijadikan sebagai sumber belajar dan media belajar agar tercapainya tujuan dari pembelajaran tersebut. Pentingnya sumber belajar dapat dilihat dari kehidupan sehari- hari siswa, sehingga cukup beralasan jika pendidik memberikan pengalaman sebanyak-banyaknya dan variatif terhadap siswa agar siswa dapat memahami dan mengerti lebih banyak lagi situasi dan kondisi yang dapat dikaitakan dengan tujuan pembelajaran. Untuk mencapai hal ini, sekolah harus menggunakan sebanyak mungkin sumber belajar yang bermanfaat untuk membangkitkan motivasi siswa dalam belajar.

7 Margaret E. Bell Gredler, Belajar dan membelajarkan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1994) hal. 1 8 Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h 156

7

Dalam proses belajar mengajar Geografi tentunya tidak harus di dalam kelas dengan mendengarkan ataupun dengan membaca buku teks atau paket yang diberikan dari sekolah saja, akan tetapi ada banyak upaya yang dapat dilakukan untuk dapat meningkatkan pencapaian dari tujuan pembelajaran, terkadang seorang guru perlu membawa siswanya keluar kelas, membawa siswa ke objek nya langsung, salah satunya dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajarnya. Dalam dunia pendidikan, saat ini guru tidak hanya menggunakan buku teks yang biasa digunkan dalam proses mengajar, akan tetapi banyak sumber belajar yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang proses belajar mengajar menjadi lebih baik lagi. Sumber belajar sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar, karena dapat mempermudah siswa dalam mencapai tujuan tujuan dan kompetensis tertentu dalam disiplin ilmu yang dipelajari. Salah satu displin ilmu yang menduduki konsep dasar ilmu sosial adalah Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang dipelajari dari tingkat sekolah dasar sampai tingkat menengah atas. Ilmu Pengetahuan Sosial mempelajari tentang tingkah laku, kebiasaan, dan fenomena yang terjadi pada manusia. Dari tingkah laku dan lainnya, yang meliputi aspek ekonomi, sosial,budaya, politik, geografi, hubungan sosial, dalam mempelajari sosial perlu banyak membaca, dalam pembelajaran IPS manusia harus berperan aktif, karena IPS tersebut mempelajari mengenai sosial masyarakat yang akan selalu berubah dan terus mengalami pengembangan. Dalam proses belajar mengajar hendaknya seorang guru menggunakan media atau sumber belajar yang cocok yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pembelajaran IPS khususnya pelajaran Geografi sangat membutuhkan banyak contoh dan gambaran, karena jika hanya mendengarkan dari guru saja tanpa ada contoh atau melihat objek secara langsung baik langsug ke lapangan ataupun melalui media gambar atau video maka akan terasa sangat membosankan. Kekurangan pengusaan terhadap materi pelajaran geografi karena siswa hanya mendengarkan

8

yang disampaikan oleh guru saja, karena keterbiasaan tersebut siswa tidak mengatahui apa yang telah dipelajarinya jika diajak langsung ke objek penelitian, kebanyakan siswa merasa bosan akan pembelajaran yang hanya menggunakan sistem ceramah tersebut. Pelajaran geografi memang sangat memerlukan banyak contoh yang dapat menunjang pengetahuan dari siswa dalam menguasai materi palajaran, akan tetapi banyak yang kurang memanfaatkan lingkungan sekitar dalam hal ini taman nasional yang di dalamnya terdapat banyak contoh dari apa yang dipelajari dari materi pelajaran yang ada. Taman nasional yang merupakan salah satu sumber belajar yang dapat digunakan oleh guru dan siswa dalam menunjang pencapaian dari sebuah pembelajaran masih sangat minim, ketidaktahuan akan taman nasional yang dapat digunakan menjadi sumber belajar menjadikan pelaksanaan pembelajaran hanya dilakukan di sekolah saja tidak dilakukan ke objek pelajaran tersebut. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai memberikan pengertian sumber belajar adalah, daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar, mengajar baik secara langsung ataupun tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan.9 Menurut Rusman segala sesuatu yang ada disekitar lingkungan kegiatan belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar.10 Pendapat dari para ahli tersebut menggambarkan bahwa sumber belajar begitu luas dan kompleks, bukan hanya sekedar media pembelajaran saja. Segala hal atau sesuatu yang ada disekitarnya dapat diperkirakan akan mendukung sebagai sumber belajar dan dapat dimanfaatkan sebagai peningkat keberhasilan belajar. Dengan pemahaman inilah buku bukan hanya sebagai sumber belajar utama atau satu-satunya yang dijadikan sebagai sumber belajar. Pada kegiatan pembelajaran geografi, sebagian besar guru masih melaksanakan proses belajar mengajar hanya dengan mentransfer

9 Nana Sudjana , Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru, 2001) h. 76 10 Rusman, Managemen Kurikulum, (Jakarta: Raja Grafindo, 2009), h 132

9

pengalaman dan menggunakan metode ceramah yang terkesan membosankan bagi peserta didik padahal harus disadari bahwa peserta didik tidak selalu melihat apa yang guru lihat, baik fakta atau data di lapangan yang harus dilihat peserta didik maupun fakta yang ada pada gambar atau peta. Apa yang dilihat siswa tergantung pada pengalaman yang pernah dilihat dan dialami siswa. Kemudian metode caramah memperlihatkan bahwa guru berperan lebih aktif daripada peserta didik, sehingga peserta didik akan lebih pasif , hal ini dapat menimbulkan siswa kurang memperhatikan, mengantuk, terkadang siswa mengganggu sehingga melanggar tata tertib dalam kelas, dan juga guru tidak mendapatkan feedback dari siswa pada saat mengajar. Meskipun dalam hal ini metode ceramah juga memiliki kebaikan-kebaikannya. Namun bukan hanya guru yang menjadi pusat dalam pembelajaran, akan tetapi dalam proses pelaksanaan pembelajaran keluar ketempat sumber belajar terdapat beberapa kendala dan hambatan yang sering dijumpai oleh guru, yang mengakibatkan pelaksaan pembelajaran secara langsung terhadap sumber belajar tersebut kurang maksimal dan terhambat. Adanya faktor-faktor perizinan dari sekolah dan juga orang tua murid, biaya yang cukup besar, lalu waktu yang memelukan waktu cukup banyak. Dengan demikian untuk mengatasi hal-hal tersebut di atas, maka perlu strategi untuk mengatasi permasalahan terhadap penggunaan sumber belajar untuk meningkatkan konsentrasi siswa terhadap mata pelajaran yang disampaikan oleh guru, meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat aktif dalam proses belajar, sehingga menghasilkan pembelajaran yang aktif efektif, dan efisien. Pembelajaran lebih bermakna jika siswa dapat berinteraksi langsung dengan sumber belajar yang ada di lingkungannya. Dalam hal ini belajar dengan cara langsung berhubungan dengan objek pembelajarannya merupakan salah satu upaya pemahaman materi pelajaran yang berlangsung, selain itu juga dalam pembelajaran langsung keadaan objek lingkungannya dalam hal ini yaitu kawasan taman nasional gunung gede pangrango, selain siswa dapat mengetahui keadaan kondisi

10

sebenarnya dari apa yang dipelajari dan dapat menimbulkan rasa cinta terhadap lingkungan, rasa untuk melestarikan dan menjaga kawasan taman nasional. Oleh karena itu peneliti untuk memperdalam pengetahuan menganai taman nasional yang dapat dijadikan sebagai sumber dalam pembelajaran geografi, maka penulis tertarik untuk membahasanya dalam sebuah karya tulis ilmiah berbentuk sebuah skripsi yang berjudul “Identifikasi Pemanfaatan TNGGP sebagai Sumber Belajar Geografi SMA Negeri di Kabupaten Cianjur” B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian-uraian yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut: 1. Adanya potensi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar Geografi SMA di Kabupaten Cianjur belum teridentifikasi 2. Perbedaan persepsi Guru tentang Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar Geografi SMA di Kabupaten Cianjur 3. Hambatan dan dukungan yang dialami guru dalam Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar Geografi SMA di Kabupaten Cianjur C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah yang sudah dijelaskan di atas dan memudahkan pembahasan dalam skripsi ini serta menjaga agar penelitian lebih fokus dan terarah, maka masalah yang diteliti dibatasi pada. 1. Potensi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar Geografi 2. Perbedaan persepsi guru tentang Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar Geografi SMA di Kabupaten Cianjur 3. Hambatan dan dukungan yang dialami guru dalam Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar Geografi

11

D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian dan identifikasi masalah serta pembatasan masalah yang sudah dikemukakan di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Potensi apa saja di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang dapat dijadikan sebagai Sumber Belajar Geografi SMA di Kabupaten Cianjur? 2. Bagaimana perbedaan persepsi guru tentang Pemanfaatan Taman Nasional Sebagai Sumber Belajar Geografi SMA di Kabupaten Cianjur ? 3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat yang dialami guru dalam pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar Geografi SMA di Kabupaten Cianjur? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka peneliti ini mempunyai tujuan antara lain : 1. Mengidentidikasi Potensi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar Geografi 2. Mengetahui persepsi guru tentang Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede pangrango sebagai Sumber Belajar Geografi SMA Negeri di Kabupaten Cianjur 3. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat yang dialami guru dalam Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar Geografi SMA di Kabupaten Cianjur F. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yaitu: 1. Secara Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, data, menambah wawasan dan pengetahuan serta bahan dalam penerapan ilmu metode penelitian mengenai pemanfaatan taman nasional sebagai sumber pembelajaran geografi, yang selanjutnya diharapkan dapat berguna bagi pemerintah dan peneliti selanjutnya.

12

2. Manfaat Praktis a. Bagi guru, Memberikan alternatif sumber belajar kepada guru untuk mengatasi kejenuhan proses pembelajaran di dalam kelas. b. Bagi peserta didik, sebagai bahan masukan untuk memberi dukungan dalam kegiatan belajar siswa tidak terbatas di dalam kelas, melainkan juga diluar kelas. c. Bagi sekolah, dapat menjadikan sebagai acuan dalam proses belajar mengajar yang menarik. d. Bagi jurusan pendidikan ips, dapat meningkatkan kualitas untuk pembelajaran yang lebih baik sehingga tujuan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dapat tercapai dan dapat menyediakan fasilitas-fasilitas yang bisa menunjang kegiatan pembelajaran di jurusan. e. Bagi penulis, diharapkan dapat menjadi bekal pengetahuan mengenai pemanfaatan lingkungan dalam pembelajaran sehingga dapat dipergunakan dengan tepat untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik. f. Peneliti-peneliti lain, sebagai informasi awal untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

13

BAB II

DESKRIPSI TEORITIK

A. Pengertian Taman Nasional 1. Sejarah Taman Nasional Dunia Taman Nasional adalah kawasan peleetarian yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.11 Taman nasional merupakan salah satu jenis konservasi karena dilindungi, bisasanya oleh pemerintah pusat dari perkembangan manusia dan polusi.

Gagasan dari sebuah taman nasional pertama kali muncul pada awal abad ke-19. Pada 1810 puitris Inggris William Wordsworth menggambarkan Danau District sebagai "sebuah bagian dari hak milik nasional di mana setiap orang memiliki hak bagi yang memiliki mata untuk menerima dan sebuah hati untuk menikmati". Pelukis George Catlin, dalam perjalanannya ke Amerika Barat, menjadi khawatir akan masa depan penduduk asli Amerikayang dia temui dan keajaiban alami yang dia lihat. Pada 1832 dia menulis bahwa mereka dapat dilindungi12:

Oleh kebijakan pemerintah untuk melindungi... dalam sebuah taman yang luar biasa... Sebuah taman nasional, berisikan manusia dan hewan, di keliaran dan kesegearan dari keindahan alami mereka!

Usaha pertama oleh pemerintah untuk menetapkan tanah terlindungi tersebut dilakukan oleh Amerika Serikat, ketika

11 . UUD 1945 No. 5 Tahun 1990, Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya 12. https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_nasional#cite_note-AtasID-1 diakses pada 19 nov 2017 jam 14:46

14

Presiden Abraham Lincoln menandatangani "Act of Congress" pada 30Juni 1864, menetapakan Lembah Yosemite dan Mariposa Grove di Giant Sequoia (pusatnya akan menjadi terkenal ke seluruh dunia Taman Nasional Yosemite) kepada negara bagian California. Namun, visi Taman Nasional belum lengkap di Yosemite, dan membutuhkan usaha dari John Muir untuk memberikan hasil. Yosemitetidak menjadi taman nasional secara legal sampai 1 Oktober 1890.

Pada 1872, Taman Nasional Yellowstone diresmikan sebagai taman nasional pertama di dunia. Tidak seperti Yosemite, tidak ada pemerintah negara bagian yang melindunginya, jadi Pemerintah Federal mengambil tanggung jawab secara langsung taman tersebut.

Mengikuti diresmikannya Yellowstone negara lain juga meresmikan taman nasional mereka. Di Australia, Taman Nasional Royal diresmikan di sebelah selatan Sydney pada 1879. Taman Nasional Banff (waktu itu dikenal sebagai Taman Nasional Gunung Rocky) menjadi taman nasional pertama Kanada pada 1887. Selandia Baru memiliki taman nasional pertamanya pada 1887. Di Eropa taman nasional pertama diresmikan pada 1910 di Swedia. Terutama setelah PD II banyak taman nasional diresmikan di seluruh dunia.

2. Sejarah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Gunung Gede Pangrango ditetapkan sebagai salah satu dari 5 taman nasional pertama di Indonesia oleh pemerintah Indonesia melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian tahun 1980.

Sejarah awal konservasi di kawasan ini hanya sedikit diketahui, walaupun hutan dan gunung merupakan bagian dari legenda-legenda di tanah Sunda. Tampaknya ada jalur sejarah dari kota tua Cianjur sampai Bogor melalui Cipanas. Bagian lereng pegunungan yang rendah, tidak rata dan berteras-teras dulunya digunakan untuk pertanian dengan pergiliran tanaman.

15

Sejarah panjang kegiatan konservasi dan penelitian dimulai sejak tahun 1830 dengan terbentuknya kebun raya kecil di dekat Istana Gubernur Jenderal Kolonial Belanda di Cipanas, dan kemudian kebun raya kecil ini diperluas sehingga menjadi Kebun Raya Cibodas sekarang ini.

Pemerintahan Kolonial Belanda sangat antusias untuk meningkatkan tanaman-tanaman penting dan bernilai ekonomis serta perkebunan komersial, sehingga dibanguna suatu stasiun penelitian dan percobaan pertanian di dataran tinggi ini. Tidak lama setelah itu, botanis-botanis lokal kemudian mulai tertarik untuk meneliti keanekaragaman tumbuhan disekitar pegunungan ini. Abad 19 merupakan masa-masa terbesar dan penting dalam sejarah koleksi tumbuhan, dan Cibodas menjadi salah satu lokal koleksi tumbuhan saat itu.

Tahun 1889, areal hutan antara Kebun Raya Cibodas dan Air Panas ditetapkan sebagai Cagar Alam. Setelah tahun 1919, suatu kawasan cagar alam ditetapkan. Komitmen utama dimulai tahun 1978, ketika kawasan seluas 14,000 hektar, yang terdiri dari 2 utama dan lerengnya yang luas, ditetapkan sebagai Cagar Biosfer Gunung Gede Pangrango. Akhirnya, tahun 1980, seluruh kawasan terpisah-pisah ini digabung menjadi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.13

3. Fasilitas –Fasilitas di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

Udara kawasan pegunungan yang segar, suhu yang sejuk dan pemandangan yang mempesona menjadi daya tarik utama bagi wisatawan untuk datang ke Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.

Potensi wisata andalan yang terdapat di taman nasional ini antara lain Telaga Biru, Air Terjun Cibeureum, Air Panas, Kandang Batu, Kandang Badak, Puncak dan Kawah Gunung Gede, Alun-alun Suryakencana, Puncak Gunung Pangrango, Pusat Pendidikan

13. https://www.gedepangrango.org/tentang-tnggp/sejarah-dan-legenda-tnggp/ diakses pada 19 Nov 2017 Pukul 14:58

16

Konservasi Alam Bodogol (PPKAB), Air Terjun Cipadaranten, Air Terjun Cikaweni, Air Terjun Cikaracak, Air Terjun Cikahuripan, Air Terjun Cibeureum Selabintana, Air Terjun Sawer dan fasilitas Bumi Perkemahan (camping ground) Bobojong, Barubolang dan Salabintana. Pengunjung diberi kesempatan untuk melakukan kegiatan wisata seperti pendakian, trekking ke air terjun, kemping, pengamatan burung, penelitian, dan pendidikan konservasi. TNGGP telah menyiapkan sarana dan prasarana pendukung bagi pengunjung dalam mengeksplorasi kawasan wisata andalan TNGGP, antara lain14:

1) Aksesibilitas Kawasan wisata TNGGP dan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan beroda empat maupun roda dua. Jarak dari pusat kota Bogor ke lokasi wisata TNGGP di Cibodas + 40 km dengan jarak tempuh selama 90 menit, sedangkan dari kota Cianjur + 15 km dengan jarak tempuh 30 menit. Hampir keseluruhan tempat wisata di TNGGP dapat diakses menggunakan kendaraan bermotor sampai di batas kawasan, Untuk mencapai spot wisata pilihan, tentu saja terasa kurang rasanya jika pengunjung tidak sedikit melemaskan kaki dengan berjalan kaki.

2) Fasilitas Pendukung Pariwisata Alam

Selain askses yang cukup mudah, beberapa fasilitas pendukung pariwisata alam telah tersedia antara lain :

a) Sarana dan prasarana informasi, seperti ; Wisma Cinta Alam (WCA), Information Centre, Education Centre, Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB),

b) Jalur pendakian/trekking

c) Jalur interpretasi dan tanda-tanda interpretasi (papan cerita, display, sign board, papan petunjuk arah dsb).

d) Shelter dan Gazebo

14. https://www.gedepangrango.org/pengunjung-adalah-raja/ diakses pada 19 nov 2017 pukul 21:55

17

e) Sarana akomodasi (penginapan berupa wisma dan asrama)

f) Souvenir shop

g) Toilet

h) Mushola dan lain-lain

4. Pengertian Taman Nasional

Menurut UU No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya pasal 1(14) mendefenisikan taman nasional sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekositem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.15

Kriteria penetapan Kawasan Taman Nasional adalah sebagai berikut:16

a. Kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami; b. Memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami; c. Memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh, memiliki keadaan yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam; d. Merupakan kawasan yang dapat dibagi kedalam zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba dan zona lain karena pertimbangan kepentingan rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan, dan dalam rangka mendukung upaya pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya dapat ditetapkan sebagai zona tersendiri.

15 . UUD 1945 No. 5 Tahun 1990, Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya 16 http://rumahkacailmiah.blogspot.co.id/2013/06/kriteria-taman-nasional.html daikses pada 11 oktober 2017 pukul 00:02

18

Dalam pasal 32 disebutkan bahwa kawasan taman nasional dikelola dengan sistem yang terdiri dari zona inti, zona pemanfaatan, dan zona lain sesuai dengan keperluannya. Zona inti adalah bagian dari kawasan taman nasional yang mutlak yang dilindungi dan tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun oleh aktivitas manusia. Zona pemanfaatan adalah bagian dari kawasan taman nasional yang dijadikan pusat rekreasi dan kunjungan wisata. Zona lain adalah diluar dari kedua zona tersebut, karena fungsi dan kondisinya ditetapkan sebagi zona tertentu seperti zona rimba, zona pemanfaatan tradisional, zona rehabilitasi, dan sebagainya.

Dalam pasal 34 ayat 1, bahwa pengelolaan taman nasional dilakukan oleh pemerintah penjelasannya, yaitu pada dasarnya pengelolaan kawasan pelestarian alam merupakan kewajiban dari pemerintah sebagai konsekuensi pengusahaan oleh negara atas sumber daya alam sebagai mana dimaksud dalam pasal 33 UUD 1945. Dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan atas zona pemanfaatan taman nasional pemerintah dapat memberikan hak pengusahaan kepada koperasi, badan usaha milik Negara, perusahaan swasta, dan perorangan.

Selanjutnya, dalam pasal 35 UU No. 5 tahun 1990 menyatakan bahwa dalam keadaan tertentu dan sangat diperlukan untuk mempertahankan atau memulihkan kelestarian sumber daya alam hayati beserta ekosistemnya, pemerintah dapat menghentikan kegiatan pemanfaatannya, dan menutup taman nasional sebagian atau seluruhnya untuk waktu tertentu. Yang dimaksud adalah karena bencana alam seperti gunung meletus, keluar gas beracun, bahaya kebakaran, dan kerusakan akibat pemanfaatan terus menerus yang dapat mebahayakan pengunjung atau kehidupan flora dan faunanya.

Pengelolaan taman nasional dapat dilakukan dengan baik dengan menggunakan sistem zonasi yaitu : zona inti, zona rimba atau bahari serta zona pemanfaatan. Pada zona inti tidak diperkenankan adanya

19

campur tangan manusia baik dari pihak pengelola maupun pengunjung karena zona inti merupakan miniatur dari cagar alam untuk setiap kegiatan atau aktifitas makhluk hidup dibiarkan dengan sendirinya. Pada zona rimba (untuk hutan) atau zona bahari (untuk laut), campur tangan manusia secara terbatas diperkenankan, misalnya pendidikan, penelitian, wisata terbatas serta kegiatan yang menunjang budidaya. Zona rimba atau zona bahari merupakan miniatur dari suaka margasatwa. Sedangakan zona pemanfaatan diperkenankan adanya kegiatan pendidikan, penelitian, penunjang budidaya tumbuhan dan penangkaran satwa, serta wisata alam (ekoturisme).

Masyarakat atau pihak swasta, diperkenankan untuk berpartisipasi dalam mengelola taman nasional dalam bentuk kemitraan yang artinya masyarakat atau pihak swasta diperbolehkan membangun sarana dan prasarana penunjang wisata misalnya bungalow atau juga pusat penjualan cinderamata. Walaupun demikian, sarana dan prasarana yang dibangun harus menggunakan pola arsitektur setempat sebagai identitas daerah dan bahan-bahan yang ramah lingkungan serta sedapat mungkin mencegah terjadinya kerusakan alam.

Taman nasional dapat dimanfaatkan untuk kegiatan:

1. Penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan; misalnya : tempat penelitian, uji coba, pengamatan fenomena alam, dll 2. Pendidikan dan peningkatan kesadartahuan konservasi alam; misalnya : tempat praktek lapang, perkemahan, out bond, ekowisata, dll 3. Penyimpanan dan atau penyerapan karbon, pemanfaatan air serta energi air, panas, dan angin serta wisata alam; misalnya : pemanfaatan air untuk industri air kemasan, obyek wisata alam, pembangkit listrik (mikrohidro/pikohidro), dll 4. Pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar; misalnya : penangkaran rusa, buaya, anggrek, obat-obatan, dll

20

5. Pemanfaatan sumber plasma nutfah untuk penunjang budidaya; misalnya : kebun benih, bibit, perbanyakan biji, dll. 6. Pemanfaatan tradisional. Pemanfaatan tradisional dapat berupa kegiatan pemungutan hasil hutan bukan kayu, budidaya tradisional, serta perburuan tradisional terbatas untuk jenis yang tidak dilindungi.

Mekanisme pemanfaatan bersama pihak ketiga: terlebih dahulu membangun kesepahaman/kesepakatan/kolaborasi dengan pengelola Taman Nasional dalam rangka pemanfaatan potensi kawasan (sesuai Permenhut nomor P19/ Menhut/2004).

Terhadap masyarakat di sekitar Taman Nasional dilakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat di sekitar Taman Nasional dilakukan melalui:

1. pengembangan desa konservasi; 2. pemberian izin untuk memungut hasil hutan bukan kayu di zona atau blok pemanfaatan, izin pemanfaatan tradisional, serta izin pengusahaan jasa wisata alam; 3. fasilitasi kemitraan pemegang izin pemanfaatan hutan dengan masyarakat.

5. Batasan Zonasi Taman Nasional

Dalam Permenhut No. P. 56/Menhut-II/2006 tentang pedoman zonasi Taman Nasional dijelaskan bahwa zonasi Taman Nasional adalah suatu proses pengaturan ruang dalam taman nasional menjadi zona-zona. Zona taman nasional adalah wilayah di dalam kawasan taman nasional yang dibedakan menurut fungsi dan kondisi ekologi, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat.

21

a. Zonasi Taman Nasional

Zonasi taman nasional adalah suatu proses pengaturan ruang dalam taman nasional menjadi zona-zona, yang mencakup kegiatan tahap persiapan, pengumpulan dan analisis data, penyusunan draft rancangan zonasi, konsultasi publik, perancangan, tata batas dan penetapan, dengan mempertimbangkan kajian-kajian dari aspek-aspek ekologis, sosial, ekonomi dan budaya masyarakat.

Kriteria penetapan zonasi dilakukan berdasarkan derajat tingkat kepekaan ekologis (sensitivitas ekologi), urutan spektrum sensitivitas ekologi dari yang paling peka sampai yang tidak peka terhadap intervensi pemanfaatan, berturut-turut adalah zona: inti, perlindungan, rimba, pemanfaatan, koleksi, dan lain-lain. Selain hal tersebut juga mempertimbangkan faktor-faktor: keperwakilan (representation), keaslian (originality) atau kealamian (naturalness), keunikan (uniqueness), kelangkaan (raritiness), laju kepunahan (rate of exhaution), keutuhan satuan ekosistem (ecosistem integrity), keutuhan sumberdaya/kawasan (intacness), luasan kawasan (area/size), keindahan alam (natural beauty), kenyamanan (amenity), kemudahan pencapaian (accessibility), nilai sejarah/arkeologi/ keagamaan (historical/ archeological/religeus value), dan ancaman manusia (threat of human interference), sehingga memerlukan upaya perlindungan dan pelestarian secara ketat atas populasi flora fauna serta habitat terpenting.

Zona dalam kawasan taman nasional terdiri dari:

1. Zona inti; 2. Zona rimba; Zona perlindungan bahari untuk wilayah perairan 3. Zona pemanfaatan; 4. Zona lain, antara lain:

1) Zona tradisional;

22

2) Zona rehabilitasi; 3) Zona religi, budaya dan sejarah; 4) Zona khusus.

Berikut penjelasan masing-masing zona :

1) Zona Inti Zona inti adalah bagian taman nasional yang mempunyai kondisi alam baik biota atau fisiknya masih asli dan tidak atau belum diganggu oleh manusia yang mutlak dilindungi, berfungsi untuk perlindungan keterwakilan keanekaragaman hayati yang asli dan khas.

Peruntukan Zona inti : untuk perlindungan ekosistem, pengawetan flora dan fauna khas beserta habitatnya yang peka terhadap gangguan dan perubahan, sumber plasma nutfah dari jenis tumbuhan dan satwa liar, untuk kepentingan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan, penunjang budidaya.

Kriteria zona inti :

a) Bagian taman nasional yang mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; b) Mewakili formasi biota tertentu dan atau unit-unit penyusunnya yang merupakan ciri khas ekosistem dalam kawasan taman nasional yang kondisi fisiknya masih asli dan belum diganggu oleh manusia; c) Mempunyai kondisi alam, baik biota maupun fisiknya yang masih asli dan tidak atau belum diganggu manusia; d) Mempunyai luasan yang cukup dan bentuk tertentu yang cukup untuk menjamin kelangsungan hidup jenis-jenis tertentu untuk menunjang pengelolaan yang efektif dan menjamin berlangsungnya proses ekologis secara alami; e) Mempunyai ciri khas potensinya dan dapat merupakan contoh yang keberadaannya memerlukan upaya konservasi;

23

f) Mempunyai komunitas tumbuhan dan atau satwa liar beserta ekosistemnya yang langka yang keberadaannya terancam punah; g) Merupakan habitat satwa dan atau tumbuhan tertentu yang prioritas dan khas/endemik; h) Merupakan tempat aktivitas satwa migran.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam zona inti meliputi:

a) Perlindungan dan pengamanan; b) Inventarisasi dan monitoring sumberdaya alam hayati dengan ekosistemnya; c) Penelitian dan pengembangan, ilmu pengetahuan, pendidikan, dan atau penunjang budidaya; d) Dapat dibangun sarana dan prasarana tidak permanen dan terbatas untuk kegiatan penelitian dan pengelolaan.

2) Zona Rimba Kriteria zona rimba: a) Kawasan yang merupakan habitat atau daerah jelajah untuk melindungi dan mendukung upaya perkembangbiakan dari jenis satwa liar; b) Memiliki ekosistem dan atau keanekaragaman jenis yang mampu menyangga pelestarian zona inti dan zona pemanfaatan; c) Merupakan tempat kehidupan bagi jenis satwa migran.

Peruntukkan Zona rimba : untuk kegiatan pengawetan dan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan alam bagi kepentingan penelitian, pendidikan konservasi, wisata terbatas, habitat satwa migran dan menunjang budidaya serta mendukung zona inti.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam zona rimba meliputi:

a) Perlindungan dan pengamanan;

24

b) Inventarisasi dan monitoring sumberdaya alam hayati dengan ekosistemnya; c) Pengembangan penelitian, pendidikan, wisata alam terbatas, pemanfaatan jasa lingkungan dan kegiatan penunjang budidaya; d) Pembinaan habitat dan populasi dalam rangka meningkatkan keberadaan populasi hidupan liar; e) Pembangunan sarana dan prasarana sepanjang untuk kepentingan penelitian, pendidikan, dan wisata alam terbatas.

3) Zona Pemanfaatan

Zona pemanfaatan adalah bagian taman nasional yang letak, kondisi dan potensi alamnya yang terutama dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata alam dan kondisi/jasa lingkungan lainnya.

Peruntukkan Zona pemanfaatan : untuk pengembangan pariwisata alam dan rekreasi, jasa lingkungan, pendidikan, penelitian dan pengembangan yang menunjang pemanfaatan, kegiatan penunjang budidaya.

Kriteria zona pemanfaatan:

a) Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau berupa formasi ekosistem tertentu serta formasi geologinya yang indah dan unik; b) Mempunyai luasan yang cukup untuk menjamin kelestarian potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam; c) Kondisi lingkungan yang mendukung pemanfaatan jasa lingkungan, pengembangan pariwisata alam, penelitian dan pendidikan; d) Merupakan wilayah yang memungkinkan dibangunnya sarana prasarana bagi kegiatan pemanfaatan jasa lingkungan, pariwisata alam, rekreasi, penelitian dan pendidikan;

25

e) Tidak berbatasan langsung dengan zona inti.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam zona pemanfaatan meliputi:

1) Perlindungan dan pengamanan; 2) Inventarisasi dan monitoring sumberdaya alam hayati dengan ekosistemnya; 3) Penelitian dan pengembangan pendidikan, dan penunjang budidaya; 4) Pengembangan potensi dan daya tarik wisata alam; 5) Pembinaan habitat dan populasi; 6) Pengusahaan pariwisata alam dan pemanfatan kondisi/jasa lingkungan; 7) Pembangunan sarana dan prasarana pengelolaan, penelitian, pendidikan, wisata alam dan pemanfatan kondisi/jasa lingkungan.

4) Zona Tradisional

Zona tradisional adalah bagian dari taman nasional yang ditetapkan untuk kepentingan pemanfaatan tradisional oleh masyarakat yang karena kesejarahan mempunyai ketergantungan dengan sumber daya alam.

Peruntukkan Zona tradisional : untuk pemanfaatan potensi tertentu taman nasional oleh masyarakat setempat secara lestari melalui pengaturan pemanfaatan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kriteria zona tradisional :

a) Adanya potensi dan kondisi sumberdaya alam hayati non kayu tertentu yang telah dimanfaatkan secara tradisional oleh masyarakat setempat guna memenuhi kebutuhan hidupnya;

26

b) Di wilayah perairan terdapat potensi dan kondisi sumberdaya alam hayati tertentu yang telah dimanfaatkan melalui kegiatan pengembangbiakan, perbanyakan dan pembesaran oleh masyarakat setempat guna memenuhi kebutuhan hidupnya.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam zona tradisional meliputi:

1) Perlindungan dan pengamanan; 2) Inventarisasi dan monitoring potensi jenis yang dimanfaatkan oleh masyarakat; 3) Pembinaan habitat dan populasi; 4) Penelitian dan pengembangan; 5) Pemanfaatan potensi dan kondisi sumberdaya alam sesuai dengan kesepakatan dan ketentuan yang berlaku.

5) Zona Rehabilitasi

Zona rehabilitasi adalah bagian dari taman nasional yang karena mengalami kerusakan, sehingga perlu dilakukan kegiatan pemulihan komunitas hayati dan ekosistemnya yang mengalami kerusakan.

Peruntukkan zona rehabilitasi : untuk mengembalikan ekosistem kawasan yang rusak menjadi atau mendekati kondisi ekosistem alamiahnya.

Kriteria zona rehabilitasi :

a) Adanya perubahan fisik, sifat fisik dan hayati yang secara ekologi berpengaruh kepada kelestarian ekosistem yang pemulihannya diperlukan campur tangan manusia; b) Adanya invasif spesies yang mengganggu jenis atau spesies asli dalam kawasan; c) Pemulihan kawasan pada huruf a dan b sekurang-kurangnya memerlukan waktu 5 (lima) tahun .

27

6) Zona Religi

Zona religi, budaya dan sejarah adalah bagian dari taman nasional yang didalamnya terdapat situs religi, peninggalan warisan budaya dan atau sejarah yang dimanfaatkan untuk kegiatan keagamaan, perlindungan nilai-nilai budaya atau sejarah.

Peruntukkan Zona religi, budaya dan sejarah : untuk memperlihatkan dan melindungi nilai-nilai hasil karya budaya, sejarah, arkeologi maupun keagamaan, sebagai wahana penelitian, pendidikan dan wisata alam sejarah, arkeologi dan religius.

Kriteria zona religi, budaya dan sejarah :

a) Adanya lokasi untuk kegiatan religi yang masih dipelihara dan dipergunakan oleh masyarakat; b) Adanya situs budaya dan sejarah baik yang dilindungi undang- undang, maupun tidak dilindungi undang-undang.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam zona religi, budaya dan sejarah meliputi:

a) Perlindungan dan pengamanan; b) Pemanfaatan pariwisata alam, penelitian, pendidikan dan religi; c) Penyelenggaraan upacara adat; d) Pemeliharaan situs budaya dan sejarah, serta keberlangsungan upacara-upacara ritual keagamaan/adat yang ada.

7) Zona Khusus

Zona khusus adalah bagian dari taman nasional karena kondisi yang tidak dapat dihindarkan telah terdapat kelompok masyarakat dan sarana penunjang kehidupannya yang tinggal sebelum wilayah tersebut ditetapkan sebagai taman nasional antara lain sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik.

28

Peruntukkan Zona khusus : untuk kepentingan aktivitas kelompok masyarakat yang tinggal diwilayah tersebut sebelum ditunjuk/ditetapkan sebagai taman nasional dan sarana penunjang kehidupannya, serta kepentingan yang tidak dapat dihindari berupa sarana telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik.

Kriteria zona khusus : a) Telah terdapat sekelompok masyarakat dan sarana penunjang kehidupannya yang tinggal sebelum wilayah tersebut ditunjuk/ditetapkan sebagai taman nasional; b) Telah terdapat sarana prasarana antara lain telekomunikasi, fasilitas transportasi dan listrik, sebelum wilayah tersebut ditunjuk/ditetapkan sebagai taman nasional; c) Lokasi tidak berbatasan dengan zona inti.

Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam zona khusus meliputi: a) Perlindungan dan pengamanan; b) Pemanfaatan untuk menunjang kehidupan masyarakat dan; c) Rehabilitasi; d) Monitoring populasi dan aktivitas masyarakat serta daya dukung wilayah.

Pengelolaan Taman Nasional dapat memberikan manfaat antara lain : a. Ekonomi Dapat dikembangkan sebagai kawasan yang mempunyai nilai ekonomis, sebagai contoh potensi hamparan lahan hutan merupakan sumber yang memiliki produktivitas dan keanekaragaman yang tinggi sehingga membantu meningkatkan pariwisata, peningkatan kesejahteraan penduduk dan devisa negara.

29

b. Ekologi Dapat menjaga keseimbangan kehidupan baik biotik maupun abiotik daratan maupun perairan. c. Estetika Memiliki keindahan sebagai objek wisata alam yang dikembangkan sebagai usaha pariwisata alam / bahari. d. Pendidikan dan penelitian Merupakan objek dalam pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan penelitian. e. Jaminan masa depan Keanekaragaman sumber daya alam kawasan konservasi baik di daratan maupun di perairan memiliki jaminan untuk dimanfaatkan secara terbatas bagi kehidupan yang lebih baik untuk generasi kini dan yang akan datang. B. Hakekat Pemanfaatan Sumber Belajar 1. Pengertian Sumber Belajar Menurut Para Ahli

Dalam pengertian yang sederhana, sumber belajar (Learning Resources) adalah guru dan bahan-bahan pelajaran/bahan pengajaran, baik berupa buku-buku bacaan, jurnal, majalah, atau semacamnya. Namun pengertian sumber belajar sesungguhnya bukanlah sesempit atau sesederhana seperti itu. Menurut Rusman , bahwa “ sumber belajar segala sesuatu yang ada disekitar lingkungan kegiatan belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar17. Belajar merupakan suatu proses untuk menjadi tahu, dari yang mulanya tidak tahu menjadi tahu, dari yang mulanya tidak mengerti menjadi mengerti, dari yang awalnya tidak bisa menjadi bisa. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual, artinya proses belajar terjadi dalam diri peserta didik sesuai dengan perkembangannya dan lingkungannya. Peserta didik tidak hanya belajar dari guru saja, akan tetapi peserta didik dapat belajar dari

17 . Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009) h. 132

30

sumber-sumber yang disekelilingnya. Oleh karena itu sumber belajar adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan atau situasi yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan peserta didik belajar secara individual. Pada hakikatnya, alam semesta ini merupakan sumber belajar bagi manusia sepanjang masa. Jadi konsep sumber belajar memiliki makna sangat luas, meliputi apa yang ada di jagad raya ini. Sumber belajar dalam pengertian sempit diartikan sebagai semua sarana pengajaran yang menyajikan pesan secara edukatif baik visual maupun audiovisua l, misalnya buku-buku dan bahan tercetak lainnya. Dewasa kini masih banyak guru yang menganggap bahwa sumber belajar hanya sebatas itu. Misalnya, dalam program pengajaran yang biasa disusun oleh para guru, kompenen sumber belajar pada umumnya akan diisi dengan buku teks atau buku wajib yang dianjurkan. Dalam usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran, kita tidak boleh melupakan satu hal yang sudah pasti kebenarannya yaitu bahwa peserta didik atau siswa harus banyak berinteraksi dengan sumber belajar. Tanpa sumber belajar yang memadai sulit diwujudkan proses pembelajaran yang mengarah kepada tercapainya hasil belajar yang optimal. Namun, apa sebenarnya sumber belajar itu? Perlu diketahui definisi sumber belajar yang jelas. Menurut Edgar Dale mengatakan ”Sumber belajar adalah pengalaman-pengalaman yang pada dasarnya sangat luas, yakni seluas kehidupan yang mencakup sesuatu yang dapat dialami dan dapat menimbulkan peristiwa belajar.”18 Menurut Nana Sudjana, dkk, sumber belajar adalah “ segala daya yang dapat dimanfaatkan guna memberikan kemudahan

18 Ahmad Rohani, Media Intruksional Edukatif (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997) hal. 102

31

kepada seseorang dalam belajarnya.”19 Menurut Abdul Majid, sumber belajar adalah sebagai berikut: a. Tempat atau lingkungan yaitu dimana saja seseorang dapat melakukan belajar atau proses perubahan tingkah laku maka tempat itu dapat dikategorikan sebagai tempat belajar yang berarti sumber belajar, misalnya perpustakaan, pasar,museum, sungai, gunung, atau tempat pembuangan sampah dan sebagainya b. Benda yaitu segala benda yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah laku bagi peserta didik, maka benda ituu dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya situs, candi, benda-benda peninggalan sejarah dal lainnya. c. Orang yaitu siapa saja yang memiliki keahlian tertentu dimana peserta didik dapat belajar sesuatu, maka yang bersangkutan dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya guru, ustadz, ahli geologi, polisi, dan lain-lainnya d. Buku yaitu segala macam buku yang dapat dibaca secara mandiri oleh peserta didik juga dapat dikategorikan sebagai sumber belajar. Misalnya buku pelajaran, buku teks, kamus, fiksi, majalah, jurnal, dan lain sebagainya. e. Peristiwa dan fakta yang sedang terjadi, misalnya peristiwa kerusuhan, bencana alam, dan peristiwa lainnya yang dapat menjadikan peristiwa atau suatu fakta atau kejadian sebagai sumber belajar. Menurut Donald P, Ely, sumber belajar adalah data, orang, dan atau sesuatu yang memungkinkan peserta didik melakukan belajar. Sumber belajar meliputi semua sumber belajar yang berkenaan dengan data, manusia, barang-barang yang memungkinkan dapat digunakan secara terpisah atau kombinasi, yang oleh peserta didik biasanya digunakan secara optimal untuk memberikan fasilitas dalam kegiatan belajar. Dengan demikian sumber belajar yang dimanfaatkan dalam pendidikan adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan atau situasi yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat

19 Nana Sudjana, dkk. Technologi Pengajaran, (Bandung: Sinar Baru, 2001) hal. 77

32

agar memungkinkan peserta didik belajar secara individual. Sumber belajar inilah yang sering disebut media pembelajaran.20

Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh sejumlah informasi , pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan dalam proses belajar mengajar.21 Selain itu sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada disekitar peserta didik yang dapat dimanfaatkan untuk mempermudah terjadinya proses belajar mengajar. Memang banyak yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang ada disekitar lingkungan kita, akan tetapi yang digunakan agar pencapaian tujuan dalam pembelajaran perlu disesuaikan. Oleh karena itu, dalam proses memilih sumber belajar yang baik, perlu memperhatikan beberapa kriteria, yaitu: ekonomis, praktis, dan sederhana, mudah diperoleh, bersifat fleksibel (luwes), dan komponen- komponennya sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sumber belajar meliputi apa saja dan siapa saja yang memungkinkan peserta didik dapat belajar, setiap sumber belajar harus memuat pesan pembelajaran dan harus ada interaksi timbal balik antara peserta didik dengan sumber belajar tersebut. Sumber belajar dapat juga berarti satu set bahan atau situasi yang sengaja diciptakan untuk menunjang peserta didik belajar. Dengan demikian sumber belajar adalah segala sesuatu baik yang sengaja dirancang (by design) maupun yang telah tersedia (by utilizazion) yang dapat dimanfaatkan baik secara sendiri-sendiri maupun besama-sama untuk membuat atau membantu peserta didik belajar. 22

20 Bambang Warsita, Teknologi pembelajaran, (jakarta: Rineka cipta, 2008) cet 1 h 210-211 21 Mulyasa, Teknologi Pembelajaran, (Jakarta: Rineka cipta, 2008) Cet 1, h 211-212 22 Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran, (Jakarta: Rineka cipta, 2008) cet 1, h 211-212

33

Dalam proses belajar mengajar, penggunaan sumber belajar sangatlah begitu penting, dalam hal ini media bisa dikatakan sebagai sumber belajar, karena media berasal dari kata “media” berasal dari bahasa Latin bentuk jamak dari kata “medium”, yang secara harfiah berarti “perantara atau pengantar”. Dengan demikian, media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau pesan.

Bila media adalah sumber belajar, maka secara luas dapat diartikan dengan manusia, benda, ataupun peristiwa yang memungkinkan anak didik memperoleh pengetahuan dan keterampilan.

Dalam proses belajar dan mengajar, kehadiran media mempunyai arti yang cukup penting, karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai perantara. Kerumitan bahan yang disampaikan kepada anak didik dapat disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang mampu guru ucapkan melalui kata-kata atau kalimat tertentu. Bahkan keabstrakan bahan dapat di kongkretkan dengan media. Dengan demikian anak didik dapat mencerna bahan daripada tanpa bantuan media.23 Peran media sebagai sumber belajar sangat diperlukan dan sangat membantu guru dan peserta didik dalam meyerap isi dari pelajaran yang diajarkan, oleh karena itu, guru harus dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar yang berkaitan dengan materi yang diajarkan agar muda dimengerti oleh peserta didik.

Sumber belajar banyak sekali, tergantung kita dapat melihat dan menghubungkannya dengan apa yang akan dipelajari, sebagai contoh lingkungan sekitar dapat dijadikan sebagai sumber belajar siswa, misalkan dalam materi mengenai banjir, kita dapat mengkaitakan permasalahan banjir dengan sikap dan prilaku masyarakat yang menjadikan banjir dapat terjadi, contoh lain misalkan acara televisi, guru dapat menghadirkan acara ditelevisi seperti kasus perkelahian atau kasus

23 Bahri Syaiful Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) cet 4, h 120

34

kriminal dll sebagai sumber belajar, dalam hal ini guru menerangkan bagaimanakah seharusnya yang dilakukan agar tidak terjadi seperti apa yang ditayangkan oleh siaran televisi tersebut. C. Pengertian Sumber Pembelajaran Geografi Geografi berasal dari kata geos yang berarti bumi dan grafien yang berarti tulisan. Menurut R. Hartshorne, geografi memberikan deskripsi yang teliti, beraturan, dan rasional tentang sifat variabel dari permukaan bumi.24 Menurut Royal Geographical Society, geografi adalah the study of Eart’s landscapes, people, places and enviroments25atau “studi tentang permukaan bumi, orang atau manusia, tempat, dan lingkungan”. Pada pengertian yang dikemukakan oleh panitia Ad Hoc Geografi konsepnya ditekankan pada penjelasan bagaimana lingkungan fisik dipermukaan bumi terorganisasikan, dan bagaimana manusia tersebut di permukaan bumi itu dalam hubungannya dengan gejala alam tersebut dengan sesama manusia.”26 “Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.”27

Dari berbagai defenisi mengenai geografi di atas, dapat disimpulkan bahwa geografi adalah sebuah kajian mengenai unsur-unsur yang ada di permukaan bumi baik dari sisi fisik maupun sosial. Pendekatan dalam kajian geografi meliputi 3 pendekatan yaitu: 1. Pendekatan keruangan 2. Pendekatan ekologi 3. Pendekatan kompleks wilayah

24 Bintarto dan Surastopo Hadisumarno, Metode Analisa Geografi, (Jakarta: LP3ES, 1991), h.12 25 Royal Geogrfaphical Society, “what is Geography?”, Artiket diakses pada tanggal 22 Februari 2017 dari http://www.rgs.org/geographycaltoday/what+is+geography.htm 26 Nursid Sumaatmadja, Metodologi Pengajaran Geografi ( Jakarta : Bumi Aksara, 1996) hal. 10 27 Nursid Sumaatmadja, Metodologi Pengajaran Geografi ( Jakarta : Bumi Aksara, 1996) hal. 11

35

Pendekatan keruangan, menurut Bintarto dan Hadisumarno, mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat- sifat penting28. Karakteristik yang berbeda yang nampak pada suatu lokasi menuntut analisis yang berbeda berdasarkan sebaran ruang yang ada. Menurut R Bintarto dan Hadisumarno, pendekatan ekologi adalah, studi interaksi antara organisme hidup dengan lingkungan29. Pendekatan ekologi begitu penting karena dipermukaan bumi yang didalamnya terdapat makhluk hidup baik manusia, hewan dan tumbuhan. Dengan pendekatan ini kita dapat mengetahui bahwa hubungan saling mempengaruhi antara makhluk hidup dengan lingkungan dipermukaan bumi. Pendekatan kompleks wilayah, menurut Bintarto dan Hadisumarno adalah: “Kombinasi antara analisa keruangan dan analisa ekologi. Pada analisis sedemikian ini wilayah-wilayah tertentu atau dihampiri dengan pengertia areal differentiation, yaitu suatu anggapan bahwa interaksi antar wilayah akan berkembang, karena pada hakekatnya suatu wilayah berbeda dengan wilayah lain. Pada analisa sedemikian diperhatikan pula mengenai penyebaran fenomena tertentu (analisa keruangan) dan interaksi antara variabel manusia dan lingkungannya untuk kemudian dipelajari kaitannya30.

Pakar-pakar geografi pada seminar lokakarya peningkatan kualitas Pengajaran Geografi di Semarang tahun 1988, telah merumuskan konsep geografi sebagai berikut: “Geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.”31 Baik studi geografi maupun pengajaran geografi, hakikatnya berkenaan dengan aspek-aspek keruangan permukaan bumi (geosfer) dan faktor-faktor geografis alam lingkungan dan kehidupan manusia. Oleh karena itu, ruang lingkup pengajaran geografi sama dengan ruang lingkup geografi meliputi:

28 Bintarto dan Hadisumarno, op.cit.h. 14 29 Ibid, h.18 30 Ibid, h.24-25 31Sumaatmadja, op. cit,. h.11

36

1. Alam lingkungan yang menjadi sumber daya bagi kehidupan manusia; 2. Penyebaran umat manusia dengan variasi kehidupannya; 3. Interaksi keruangan umat manusia dengan alam lingkungan yang memberian variasi terhadap ciri khas tempat-tempat di permukaan bumi; 4. Kesatuan regional yang merupakan perpaduan darat, perairan, dan udara di atasnya. “Ruang lingkup inilah yang memberikan ciri yang karakteristik terhadap pengajaran geografi.”32. Dalam pembelajaran geografi selain ruang lingkupnya yang mencakup dari semua aspek juga kajian ilmunya saling berkaitan atau berhubungan dengan ilmu lainnya seperti sosiologi, ekonomi, biologi dan sebagainya. “Pembelajaran geografi memberikan kebulatan wawasan yang berkenaan dengan wilayah-wilayah.”33 Karena geografi sangat khas dengan karakteristiknya dalam konsep keruangan ini merupakan suatu kajian disiplin ilmu yang mengungkapkan kehidupan manusia dipermukaan bumi dengan segala kegiatannya terhadap wilayah yang bersangkutan sebagai hasil interaksi faktor-faktor geografis pada lokasi yang bersangkutan.

Belajar geografi juga memerlukan sumber belajar yang sebenarnya dapat digunakan oleh peserta didik untuk memperoleh informasi, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperlukan dalam proses belajar dan mengajar mata pelajaran geografi.

Geografi adalah ilmu yang menunjang kehidupan sepanjang hayat dan mendorong peningkatan kehidupan. Geografi menurut Bintarto “mempelajari hubungan kausal gejala-gejala di muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi baik secara fisik maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya, melalui pendekatan keruangan, ekologi, dan regional unutk kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan”

32Sumaatmadja, op. cit,. h.13 33Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2012) hal. 171

37

Pengajaran geografi berfungsi mengambangkan kemampuan siswa dalam mengenali dan mamahami gelaja alam dan kehidupan dalam kaitannya dengan keruangan dan kewilayahan serta mengembangkan sikap positif dan rasional dalam menghadapi atau menanggapi masalah yang timbul sebagai akibat adanya pengaruh manusia terhadap lingkungan. Pengajaran geografi disekolah bertujuan agar siswa mampu mamahami lingkungan alam dan kehidupan di muka bumi, ciri khas suatu wilayah, serta permasalahan yang dihadapi akibat dari adanya pengalih fungsian lingkungan alam dan pengaruhnya terhadap manusia, atau pengaruh kegiatan manusia terhadap lingkungan. Tujuan pembelajaran geografi menurut Depdiknas yaitu sebagai berikut: a. Pengetahuan 1) Mengambangkan konsep dasar geografi yang berkaitan dengan pola keruangan dan proses-prosesnya 2) Mengembangkan pengetahuan sumber daya alam, peluang dan kerterbatasannya untuk di manfaatkan 3) Mengembangkan konsep dasar geografi yang hubungannya dengan lingkungan sekitar dan wilayah dunia b. Keterampilan 1) Mengambangkan keterampilan fisik, lingkungan sosial, dan lingkungan hidup 2) Mengembangkan keterampilan mengumpulkan, mencatat data dan informsi yang berkaitan dengan aspek keruangan 3) Mengembangkan keterampilan analisis sintesis kecenderungan dan hasil-hasil dari interaksi berbagai gejala geografi. c. Sikap 1) Menumbuhkan kesadaran terhadap perubahan geografi yang terjadi di lingkungan sekitar 2) Mengembangkan sikap melindungi dan tanggung jawab terhadap kualitas lingkungan hidup 3) Mengembangkan kepekaan terhadappermasalahan dalam pemanfaaatan sumberdaya.

38

Tujuan pembelajaran geografi di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pengajaran geografi yaitu untuk membangun pemahaman terhadap peserta didik mengenai keanekaragaman lingkungan, kondisi sosial masyarakat yang ada, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap siswa dalam pembelajaran geografi.

Dari pengertian tersebut bahwa sumber belajar geografi berupa tempat atau lingkungan alam sekitar misalkan taman nasional, museum, perpustakaan, gunung, candi, cagar alam, rumah adat, atau siapa saja yang memiiki keahlian atau kemampuan yang dapat dijadikan sumber belajar misalnya narasumber, pengamat lingkungan, atau sumber dari literatur seperti buku, jurnal, artefak dll, atau yang dapat dipelajari dijadikan sumber belajar seperti peristiwa dan fakta atau peristiwa lainnya yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar oleh peserta didik.

Agar sumber belajar lebih bermakna bagi peserta didik maupun guru, maka sumber belajar diorganisir melalui suatu rancangan yang memungkinkan seseorang dapat memanfaatkannya sebagai sumber belajar. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan atau dimanfaatkan oleh guru sebagi sumber belajar untuk meningkatkan suatu pencapaian dalam tujuan pembelajaran agar pembelajaran tersebut lebih efektif dan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Untuk sumber belajar geografi dapat dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu sumber belajar geografi utama dan sumber belajar geografi lanjutan. Sumber belajar geografi utama menunjuk pada otentitas dan orisinalitas. Pada tahap ini belum banyak dilakukan pengolahan, sehingga subjektivitas masih pada tingkat minimal, sedangkan sumber belajar lanjutan sudah mengalami pengolahan.

Berdasarkan pada persyaratan tersebut, maka sebuah sumber belajar geografi harus berorientasi pada siswa secara individual

39

yang berbeda dengan sumber belajar yang tradisional yaitu sumber belajar yang dibuat berdasarkan kebutuhan dalam proses pembelajaran.

Dari penjelasan di atas maka penggunaan sumber pembelajaran geografi yaitu;

a. Untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit dan langsung kepada siswa, sehingga siswa dapat mengetahui tentang alam lingkugan menjadi sumber daya bagi kehidupan manusia b. Menyajikan suatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi, atau dilihat secara langsung yaitu tentang persebaran umat manusia dengan variasi kehidupannya c. Dapat memperluas cakrawala sajian pelajaran di dalam kelas, sehingga siswa dapat mengetahui tentang interaksi keruangan umat manusia dengan alam lingkungannya dan cir-ciri khas tempat-tempat di permukaan bumi, dapat memberikan informasi lebih akurat dan terbaru sehingga siswa mendapat pengetahuan yang lebih luas.

D. Klasifikasi Sumber Belajar Menurut Assosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan/AECT mengartikan sumber belajar sebagai semua sumber (data, manusia, dan barang) yang dapat dipakai oleh pelajar sebagai suatu sumber tersendiri atau dalam kombinasi untuk memperlancar belajar dan meliputi pesan, orang, material, alat, teknik, dan lingkungan. Sumber belajar bahkan berubah menjadi komponen sistem instruksional apabila sumber belajar itu diatur sebelumnya (prestructured), didesain dan dipilih lalu dikombinasikan menjadi suatu sistem instruksional yang lengkap sehingga mengakibatkan belajar yang bertujuan dan terkontrol. Sumber belajar menurut

40

AECT dibedakan menjadi enam jenis , yaitu34: a. Pesan (massage), yaitu merupakan sumber belajar yang yang meliputi pesan formal, yaitu pesan yang dikeluarkan oleh lembaga resmi, seperti pemerintah atau pesan yang disampaikan oleh guru dalam situasi pembelajaran. b. Orang (person), yaitu manuasia atau orang pada dasarnya dapat berperan sebagai sumber belajar yang secara umum dapat dibagi menjadi dua kelompok, kelompok yang di desain khusus sebagai sumber belajar utama yang di didik secara profesional untuk mengajar, seperti guru, tenaga pendidik dll, kedua adalah orang yang memiliki profesi selain tenaga yang berada dilingkungan pendidikan dan profesinya tidak terbatas, misalnya politisi, tenaga kesehata, petani, dll. . c. Bahan (material), yaitu sesuatu wujud tertentu yang mengandung pesan atau ajaran untuk disajikan dengan menggunakan alat atau bahan itu sendiri tanpa alat penunjang apapun. Bahan ini sering disebut sebagai media atau software atau perangkat lunak. Contoh: buku, modul, majalah, bahan pengajaran terprogram, transparansi, film, video tape, pita audio (kaset audio), filmstrip, microfiche dan sebagainya. d. Alat (Divice), yaitu suatu perangkat yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang tersimpan dalam bahan. Alat ini disebut hardware atau perangkat keras. Contoh: proyektor slide, proyektor film, proyektor filmstrip, proyektor overhead (OHP), monitor televisi, monitor komputer, kaset, dan lain-lain. e. Tehnik (Technique), dalam hal ini tehnik diartikan sebagai prosedur yang runtut atau acuan yang dipersiapkan untuk menggunakan bahan peralatan, orang dan lingkungan belajar secara terkombinasi dan terkoordinasi untuk menyampaikan ajaran atau materi pelajaran. Contoh: belajar mandiri, belajar jarak jauh, belajar secara kelompok, simulasi, diskusi, ceramah, problem solving, tanya

34 . Rusman, Manajemen Kurikulum. (Jakarta: PT. Rajawali Pers, 2009) hal 137-139

41

jawab dan sebagainya. f. Lingkungan (setting), yaitu situasi di sekitar proses belajar- mengajar terjadi. Latar atau lingkungan ini dibedakan menjadi dua macam yaitu: lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan fisik seperti gedung, sekolah, perpustakaan, laboratorium, rumah, studio, ruang rapat, musium, taman dan sebagainya. Sedangkan lingkungan non fisik contohnya adalah tatanan ruang belajar, sistem ventilasi, tingkat kegaduhan lingkungan belajar, cuaca dan sebagainya35.

Dari berbagai sumber belajar yang ada dan mungkin dikembangkan dalam pembelajaran pada garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi:36 a. Manusia. b. Bahan. c. Lingkungan . d. Alat dan Peralatan. e. Aktifitas . f. Pesan. g. Teknik

a. Manusia Yang dimaksud manusia yaitu orang yang menyampaikan pesan secara langsung: seperti guru konselor, administrator, yang diniati secara khusus dan disengaja untuk kepentingan belajar (by design). Manusia yang bertindak sebagai penyimpan, pengolah, dan penyaji pesan, tidak termasuk mereka yang menjalankan fungsi pengembangan dan pengolahan sumber belajar, misalnya guru pembina, tutor, murid, pemain, pembicara tidak termasuk guru tim pembimbing kurikulum, peneliti, prosedur, teknisis, dan lain-lain. Disamping itu ada pula orang yang tidak diniati untuk kepentingan proses belajar mengajar, misalnya pemimpin perusahaan, pengurus koperasi, dan sebagainya. Orang-orang tersebut tidak diniati untuk kepentingan belajar. b. Bahan Bahan yaitu sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran: baik

35 Bambang Warsita, Teknologi pembelajaran, (jakarta: Rineka cipta, 2008) cet 1 h 209-210 36 Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remadja Rosdakarya, 2003), hal 48

42

yang diniati secara khusus seperti film pendidikan, peta grafik, buku paket, dan sebagainya, yang biasa disebut media pegajaran (intructional media), maupun bahan yang bersifat umum. c. Lingkungan Lingkungan yaitu ruang dan tempat dimana sumber-sumber dapat berinteraksi dengan para peserta didik. Ruang dan tempat yang diniati secara sengaja untuk kepentingan belajar, misalnya perpustakaan, ruang kelas, leboratorium, ruang micro teaching, dan sebagainya. Di samping itu, ada pula ruang dan tempat yang tidak diniati untuk kepentingan belajar, namun dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar: misalnya museum, kebun binatang, taman nasional, kebun raya, candi, tempat-tempat ibadah, hutan kota dan lain sebagainya. d. Alat dan peralatan Alat adalah sesuatu ( biasa pula disebut hard ware atau perangkat keras) yang diberikan untuk menyampaikan pesan. Atau dengan kata lain alat dan peralatan adalah sumber belajar untuk produksi atau memainkan sumber-sumber belajar yang lain. Alat dan peralatan produksi menghasilkan misalnya kamera untuk produksi foto dan tape recorder untuk merekam pembicaraan. Sedangkan alat yang digunakan untuk memainkan sumber lain misalnya, proyektor, film, pesawat televisi, pesawat radio, dan sebagainya. e. Aktivitas Aktivitas yaitu sumber belajar yang biasanya merupakan kombinasi antara suatu teknik dengan sumber lain untuk memudahkan belajar, isalnya pengajaran berprograma merupakan kombinasi antara teknik penyajian bahan dengan buku, contoh lain seperti simulasi dan karya wisata. f. Pesan Pesan adalah pelajaran atau informasi yang diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, arti dan data. Contoh semua bidang studi atau mata pelajaran seperti IPS, IPA, Ekonomi, Bahasa, Kesehatan, Etika, Politik, Logika dan lain-lain.

43

g. Teknik Teknik adalah prosedur rutin atau acuan yang disipakan untuk menggunakan bahan, peralatan, orang, dan lingkungan untuk menyampaikan pesan yang telah direncanakan. Contohnya pengajaran terprogram, belajar sendiri, stimulasi, demonstrasi, kuliah, ceramah, tanya jawab. Sedangkan klasifikasi yang biasa dilakukan terhadap sumber belajar menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai yaitu:37 1. Sumber belajar tercetak : buku, majalah, brosur, poster, denah, ensiklopedi, kamus dan lain-lain. 2. Sumber belajar non cetak : film, video, model, audio casette, transparansi, realita, objek, dan lain-lain. 3. Sumber belajar yang berbentuk fasilitas : perpustakaan, laboratorium, ruang belajar, studio, lapangan olahraga dan lain- lain 4. Sumber belajar yang berupa kegiatan : wawancara, kerja kelompok, observasi simulasi, permainan, dan lain-lain 5. Sumber belajar yang berupa lingkungan di masyarakat: taman, terminal, toko, pasar, pabrik, museum, taman nasional, dan lain- lain.

Sumber belajar dapat diklasifikasikan kedalam beberapa kelompok, dari versi lain. Menurut Rusman, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu38:

a. Sumber belajar yang dirancang atau learning resources by design, yaitu sumber-sumber yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem nasional unutk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. b. Sumber belajar yang dimanfaatkan atau learning resources by utilization, yaitu sumber belajar yang tidak di desain untuk keperluan pembelajaran.

Selain itu Rusman manambahkan bahwa sumber belajar dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis-jenis sumber belajar yang

37 Nana Sudjana, dkk. Teknologi Pengajaran, (bandung: Sinar Baru, 2001), hal 80 38 Rusman. Manajemen Kurikulum Seri Manajemen Sekolah Bermutu (Jakarta: Rajawali Press.2009) hal. 130-131

44

dirancang maupun yang digunakan atau dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran39.

Klasifikasi jenis sumber-sumber belajar tersebut dapat dilihat secara lebih jelas sebagai berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi Jenis-jenis Sumber Belajar Jenis Sumber Pengertian Contoh Belajar Dirancang Dimanfaatkan Pesan Informasi yang Bahan- Cerita rakyat, harus disalurkan bahan dongeng, (Message) oleh komponen lain pelajaran nasihat berbentuk ide. Fakta, pengertian, dan data Manusia Orang yang Guru, aktor, Narasumber, menyimpan siswa, pemuka (People) informasi/menyalur pembicara, masyrakat, kan informasi, pemain. pemimpin tidak termasuk Tidak kantor yang menjalankan termasuk responden fungsi teknisi, pengembangan dan kurikulum pengelolaan sumber belajar Bahan Sesuatu yang bisa Transparasi, Relief candi, (Material) disebut film, slide, peralatan teknik media/software type, buku, yang menagandung gambar, dan pesan untuk liannya disajikan melalui pemakaian alat Peralatan Sesuatu yang bisa OHP, Slide, Generator, ( Device) disebut kamera, mesin, alat-alat, media/software film, papan mobil dan yang menyalurkan tulis lainnya pesan untuk disajikan melalui pemakaian alat

39 Rusman. Manajemen Kurikulum Seri Manajemen Sekolah Bermutu (Jakarta: Rajawali Press.2009) hal. 138

45

Teknik/Metode Prosedur yang Ceramah, Permainana, (Technique) digunakan dalam diskusi, sarasehan, mempergunakan sosiodrama, percakapan bahan pelajaran, simulasi, biasa/spontan peralatan, situasi kuliah, dan orang untuk belajar menyampaikan mandiri pesan Lingkungan Situasi sekitar, Ruang kelas, Taman, kebum, (Setting) dimana pesan studio, pasar, museum disalurkan perpustakaa n aula

Berdasarkan Tabel 2. 1 klasifikasi jenis-jenis sumber belajar diatas, bahwa terdapat 6 jenis sumber belajar yang dapat dirancang dan dimanfaatkan, yaitu pesan, manusia, bahan, peralatan, teknik/metode dan lingkungan. Salah satu antara jenis sumber belajar tersebut adalah lingkungan.40 Gambar 2.1 Jenis-jenis Sumber Belajar

S e Benda

c Karya a

r Manusia a Lingkungan

u Kegiatan

m SumberBelajar Pembelajaran

u Hasil Belajar m sumber belajar terdiri atas empat kategori yaitu berupa benda, manusia, karya ilmiah, dan lngkungan. Sebagai ilustrasi sumber belajar sebagai berikut:

a. Benda

Sumber belajar yang termasuk kedalam kategori ini adalah

40. Ningrum, E. Kompetensi Profesional Guru dalam Konteks Strategi Pembelajaran (Bandung: Buana Nusantara, 2009), cet pertama, hal 109

46

berupa benda mati dan makhluk hidup. Bangunan, museum, candi, artefak atau peniggalan sejarah lainnya dapan dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Sedangkan yang termasuk makhluk hidup adalah tumbuhan dan hewan. Dalam pembelajaran geografi, pemanfaatan sumber belajar ini sangat penting untuk menumbuhkembangkan minat dan sikap siswa terhadap objek tertentu. Benda yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar geografi diantaranya batuan, tanah, air, tumbuhan, hewan, globe, grafik, atlas dan lainnya b. Manusia

Manusia sebagai sumber belajar adalah mereka yang memiliki pengetahuan atau kemampuan dan keterampilan tertentu sesuai dengan kebutuhan dalam pembelajaran siswa. Sumber belajar insani ini itdak mutlak harus memiliki pendidikan tinggi, melainkan lebih diutamakan kapabilitasnya. Pendayagunaan sumber belajar ini lazim disebut sebagai narasumber. Dalam kegiatan pembelajaran narasumber dapat memberikan motivasi kepada siswa karena belajar langsung dari sumber aslinya, sehingga hasil belajarnya memiliki kebermaknaan bagi kehidupannya. c. Karya Ilmiah

Karya ilmiah sebagai sumber belajar adalah meliputi seluruh karya hasil ilmiah, baik berupa karya tulis maupun benda atau model. Pada umumnya karya ilmiah yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran adalah berupa reverensi yang relevan dengan materi dan tujuan pembelajaran. Penggunaan beragam buku sumber untuk referensi dalam penyampaian suatu materi akan membantu siswa dalam memiliki pengetahuan yang luas dan mendalam. Karya ilmiah yang dapt dijadikan sebagai sumber belajar diantaranya adalah hasil penelitian, buku teks, dan jurnal.

47

Penggunaa karya ilmiah sebagai sumber belajar tidak harus guru membawanya kedalam kelas, akan tetapi harus mengembangkan strategi agar siswa membaca atau mempeajari sumber belajar tersebut. d. Lingkungan

Lingkungan sebagai sumber belajar terdiri atas lingkungan alam dan lingkungan sosial, baik yang berada di lingkungan sekitar maupun yang lokasinya jauh. Pemanfaatana lingkungan sebagai sumber belajar guru harus memiliki keterampilan dalam memanfaatkannya. Namun perlu diyakini bahwa pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dapat menumbuh kembangkan sikap kepedulian dan kecintaan siswa terhadap lingkungan sekitar, sehingga guru memiliki kewajiban untuk menanamkan kesadaran bahwa lingkungan tersebut sangat penting bagi kehidupan manusia, selain itu siswa dalam belajar di lingkungan dapat memiliki wawasan tentang kaitan teori dan konsep bahwa lingkungan yang dipandangnya sebagai sesuatu yang biasanya memiliki nilai ilmiah.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sumber belajar meliputi banyak jenis dan macamnya, tergantung pada bagaimana kita memanfaatkannya. Sumber belajar merupakan salah satu alat pendidikan baik dalam bentuk lingkungan atau situasi dimana bila di manfaatkan dengan baik dan benar akan menghasilkan sesuatu yang berguna, dan sangat bermanfaat, salah satunya menambah pengetahuan. Penggunaan sumber belajar sebgai faktor penting keberhasilan pengajaran, bahkan dapat merupakan salah satu komponen dari kegiatan belajar mengajar, perlu memperhatikan berbagai manfaat yang dapat diperoleh

48

E. Kriteria Memilih Sumber Belajar Pemilihan sumber belajar secara umum terdiri dari dua macam ukuran yaitu kriteria umum dan kriteria berdasarkan tujuan yang hendak dicapai41. Kedua kriteria tersebut berlaku baik untuk sumber belajar yang dirancang (by design), maupun sumber belajar yang dimanfaatkan (by utilization). a. Kriteria Umum Kriteria umum merupakan ukuran kasar dalam memilih sumber belajar diantaranya adalah:  Ekonomis dalam pengertian murah, maksudnya tidak terpatok pada harga yang selalu rendah, tetapi dapat juga pemanfaatannya dalam jangka panjang,  Praktis dan sederhana, artinya tidak memerlukan pelayanan sampingan yang sulit dan langka,  Mudah diperoleh, dalam artian sumber belajar itu dekat, tersedia dimana-mana dan tidak perlu diadakan dan dibeli,  Bersifat fleksibel, artinya dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan intruksional dan tidak mempengaruhi oleh faktor luar, misalnya kemajuan teknologi, nilai, budaya, dan lainnya,  Komponen-komponennya sesuai dengan tujuan, hal ini untuk menghindari hal-hal yang ada diluar kemampuan guru. b. Kriteria Berdasarkan Tujuan Beberapa kriteria memilih sumber belajar berdasarkan tujuan diantaranya adalah:  Sumber belajar guna memotivasi, artinya pemanfaatan sumber belajar tersebut bertujuan membangkitkan minat, mendorong partisipasi, merangsang pertanyaan-pertanyaan, memperjelas masalah, dan sebagainya,

41 Rusman, Managemen Kurikulum Seri Managemen Sekolah Bermutu,(Bandung: Rajawali Press, 2009) hal 136

49

 Sumber belajar untuk pembelajaran, yaitu untuk mendukung kegiatan belajar mengajar,  Sumber belajar untuk penelitian, merupakan bentuk yang dapat diobservasi, dianilisis, dicatat secara teliti dan sebagainya,  Sumber belajar untuk memecahkan masalah,  Sumber belajar untuk presentasi, disini lebih ditekankan sumber sebagai alat, metode atau strategi penyampaian pesan. c. Pengelolaan Sumber Belajar Pengelolaan sumber pembelajaran perlu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut42;  Sumber belajar/media pembelajaran yang dapat dipilih dipakai untuk mencapai tujuan/kompetensi yang ingin dicapai misalnya buku, modul untuk kompetensi kognitif, media audio untuk kompetensi keterampilan dan sebagainya  Sumber belajar/media pembelajaran yang dipilih dapat mempermudah pemahaman peserta didik,  Sumber belajar/media pembelajaran di deskripsikan secara spesifik dan sesuai dengan materi pembelajaran  Sumber belajar/media pembelajaran yang dipilih sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif, karakteristik afektif, dan keterampilan motorik peserta didik.

42 Mansur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual (Jakarta; Bumi Aksara, 2009) h. 89

50

F. Manfaat Sumber Belajar

Pemanfaatan menurut kamus besar bahasa indonesia adalah, proses, cara, perbuatan memanfaatakan43. Pemanfaatan merupakan turunan kata dari kata ’Manfaat’, yakni suatu penghadapan yang semata-mata menunjukan kegiatan menerima. Penghadapan tersebut pada umumnya mengarah pada perolehan atau pemakaian yang hal-hal yang berguna baik di pergunakan secara langsung maupun tidak langsung agar dapat bermanfaat.44 Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber untuk belajar.

Pemanfaatan mempunyai tanggung jawab mencocokan pembelajaran dengan aktivitas yang spesifik, menyiapkan pembelajaran agar dapat berinteraksi dengan baghan dan aktivitas yang dipilih memberikan bimbingan selama pembelajaran, serta memasukkannya kedalam prosedur organisasi yang berkelanjutan.

Menurut Rusman, sumber belajar memiliki manfaat yaitu45:

a) Memberikan pengalaman belajar kongkrit tidak langsung kepada siswa

b) Menyajikan sesuatu yang tidak mungkin dadakan

c) Dikunjungi atau dilihat secara langsung dan kongkrit

d) Menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas

e) Memberikan informasi yang akurat dan terbaru

f) Membantu memecahkan masalah pendidikan dan pembelajaran baik dalam lingkungan mikro

g) Memberikan motivasi yang positiv

43. https://kbbi.web.id/manfaat diakses pada 19 nov 2017 pukul 22:21 44. http://www.definisi-pengertian.com/2015/07/definisi-pengertian-pemanfaatan.html diakses pada 19 ov 2017 pukul 22:40 45. Rusman, Managemen Kurikulum Seri Managemen Sekolah Bermutu,(Bandung: Rajawali press, 2009) hal 135

51

h) Merangsang untuk berfikir, bersikap, dan berkembang lebih lanjut.

Pemanfaatan taman nasional sebagai sumber belajar dalam pembelajaran geografi dapat membantu proses belajar mengajar, membangkitkan keinginan dan minat yang baru, serta membangkitkan motivasi dan rangsangan terhadap kegiatan belajar. Pemanfaatan taman nasional pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses penyampaian pesan dan isi pelajan pada saat itu, sehingga siswa dalam belajar dapat mengetahui dan berinteraksi langsung dengan kondisi sebenarnya dari apa yang mereka pelajari, sehingga siswa dalam belajarnya dapat lebih memahami dan mengetahui dan juga sebagai suatu metode untuk kegiatan belajar yang tidak hanya dilakukan di sekolah dan dengan buku pelajran atau dari guru saja yang menerangkan, akan tetapi lingkungan sekitarpun dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang dapat menambah pengetahuan dan juga pemahaman dari apa yang dipelajari.

G. Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdahulu yang relevan dan dapat dijadikan sebagai rujukan dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu seperti berikut:

Pertama, penelitian yang ditulis oleh mahasiswa IPS, Lailatul Badria (2010)46 dengan judul : “Pengaruh Sumber Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di Smp Bhakti Mulya 400 Pondok Pinang”. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh sumber belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi, dari hsil perhitungan koefisien

46 Badria, Lailatul, Pengaruh Sumber Belajar Terhadapt Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMP Bhakti Mulya 400 Pondok Pinang, Skripsi Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pnegetahuan Sosial FITK UIN Jakarta, (Jakarta: tidak diterbitkan, 2010)

52

determinasi (R Square) sebesar 73,7%, disimpulkan bahwa betapa besarnya kontribusi dari sumber belajar terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi, oleh karena itu sumber belajar harus dimanfaatkan demi peningkatan hasil belajar.

Kedua, Penelitian Skripsi yang ditulis oleh mahasiswa IPS, Nurfaizah (2013)47, dengan judul “Pengaruh Penggunaan metode Studi Lapangan terhadap hasil belajar Mahasiswa Jurusan P.IPS pada Mata kuliah Biogeografi di Kebun Raya Bogor”. Dalam penelitian ini bertujuan untuk dapat mengembangkan daya pikir mahasiswa serta memperkaya wawasan dan dapat memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar serta dapat mengamalkan ilmu pengetahuan terutama pada bidang pendidikan. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa Penggunaan metode pembelajaran studi lapangan terhadap hasil belajar biogeografi dapat meningkatkan hasil belajar geografi mahasiswa. Hal ini ditunjukkan bahwa dengan adanya perbedaan antara hasil pretest dan hasil posttest, dimana nilai hasil posttest setiap mahasiswa lebih besar daripada nilai pretestnya.

Ketiga, penelitian skripsi oleh mahasiswa Geografi UPI, Riana Monalisa Tamara (2012)48 dengan judul: pemanfaatan Kebun Raya Cibodas Sebagai Sumber Belajar Pada Mata Pelajaran Geografi SMA di Kabupaten Cianjur”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan sumber belajar oleh guru di SMA di kabupaten Cianjur. Dalam penelitian ini kebun raya cibodas yang dijadikan sebagai

47 Nurfaizah, Pengaruh Penggunaan Metode Study Lapangan Terhadap Hasil Belajar Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS pada Mata Kuliah Biogeografi di kebun Raya Bogor, Skripsi Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FITK UIN Jakarta, (Jakarta: Tidak Diterbitkan 2013)

48 Tamara. RM, Pemanfaatan Kebun Raya Cibodas Sebagai Sumber Belajar Pada Mata Pelajaran Geografi SMA Negeri di Kabupaten Cianjur, Skripsi Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI Bandung, (Bandung: Tidak Diterbitkan, 2012),

53

sumber belajar pelajaran georafi sudah diketahui dan digunakan sebagai sumber belajar pada pelajaran geografi di SMA,

54

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode dan Pendekatan 1). Metode Penelitian

Metode penelitian menurut Suharsimi Arikunto “metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan data penelitian”49. Menurut pendapat Sugiyono “metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan kegunaan tertentu.50 Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Dalam mendapatkan suatu hasil yang baik dan sesuai dari suatu permasalahan agar tujuan dan manfaat yang diinginkan dapat tercapai, maka dalam pelaksanaannya diperlukan data-data yang akurat yang sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian untuk dijadikan sebagai bahan uji. Data yang akurat adalah data-data yang memenuhi syarat Validitas (dapat dipercaya) dan data yang memenuhi reliabilitasnya (terdapat konsisten atau keajegan). Untuk memperoleh dan mendapatkan data yang akurat tersebut sebagaimana yang banyak digunakan dan berlaku dalam dunia ilmu pengetahuan, maka dilakukan dan diperoleh melalui metode penelitian yang benar dan dilaksanakan sesuai dengan tingkat kebutuhannya. Metode penelitian merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan dalam penelitian, sehingga menghasilkan suatu pemecahan masalah yang akurat. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Surakhmad bahwa “metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk mengkaji

49. Suharsimi. Arikunto Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik, (Jakarta:Rhineka Cipta 2006), h. 136 50. Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung:Alfabeta, 1991) h 1

55

serangkaian hipotesa dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu”51.

2) Pendekatan Penelitian Metode dan pendekatan adalah suatu diantara unsur yang harus ada dalam suatu penelitian. Hal ini disebabkan penggunaan metode dan pendekatan ini adalah untuk mempermudah jalannya penelitian. Metode dan pendekatan ini yang menjadi acuan bagi seorang peneliti dalam melakukan penelitiannya. Metode pengumpulan data adalah “bagian instrumen pengumpulan data yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Kesalahan penggunaan metode pengumpulan data atau metode pengumpulan data yang tidak semestinya, berakibat fatal terhadap hasil-hasil penelitian yang dilakukan”52 Penelitian ini memefokuskan pada Identifikasi pemanfaatan taman nasional sebagai sumber belajar geografi SMA Negeri di Kabupaten Cianjur. Mengacu pada permasalahannya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif terhadap permasalahan yang diajukan. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskriptifkan suatu gejala, kejadian yang terjadi pada saat sekarang. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Surakhmad bahwa: “Metode deskriptif adalah metode yang bersifat menggambarkan keadaan daerah penelitian secara sistematis, faktual, dan akurat menganai fakta-fakta, serta analisis hasil penelitian yang diperoleh. Sedangkan metode survey yaitu penelitian yang menggunakan sampel dari populasi dan menggunakan pedoman wawancara sebagai alat pengumpulan data yang pokok”53 Menurut Suharsimi Arikunto penelitian deskriptif atau survei ialah” suatu penelitian yang merupakan penelitian yang benar-benar

51 Surakhmad. W, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik, (Bandung:Tarsito, 1982), h 131 52 Burhan Bungin, metodologi penelitian kuantitatif:komunikasi, ekonomi, dan kebijakan publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya, 53. Ibid, h 139

56

hanya memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan, atau wilayah tertentu”54 Sedangkan menurut Sugiyono, mengatakan bahwa metode survey adalah “metode yang digunakan unutuk mendapatkan data dari tempat tertentu dengan cara perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner”55. Berdasarkan rumusan masalah yang ingin dijawab dan fokus utama dalam penelitian ini, penyusun melakukan penelitian yang bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif ini digunakan untuk dapat mendeskripsikan, memperoleh gambaran, dan memaparkan keadaan atau kondisi daerah penelitian secara sistematis dan akurat mengenai fakta-fakta dan fenomena yang ada di daerah penelitian. Dalam hal ini penyusun berusaha mencari data yang akurat tentang Identifikasi Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar Geografi SMA Negeri di Kabupaten Cianjur untuk dijadikan sumber pembelajaran geografi. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data- data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memecahkan masalah secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi.56 Penelitian deskriptif ini berpandangan dalam memecahkan masalah yang sedang terjadi dalam ruang lingkup sosial yang menjadi topik di masyarakat dan memusatkan pada masalah yang sedang terjadi. dalam penelitian kuantitatif ini yang menjadi pusat perhatian adalah tentang tingkat pemanfaatan taman nasional sebagai sumber belajar.

54. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik, (Jakarta:PT. Rineka Cipta,2010) h 3 55. Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008)cet,4 h.80 56 Cholid Narbuko, Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumu Aksara, 2012), h. 44

57

B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1) Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Taman Nasional Gunung Gede Pangarango, Cianjur, Jawa Barat. Secara geografis, TNGGP terletak antara 107°04’27,60” BT – 6°04’28,88” LS dan berdasarkan wilayah administratif pemerintahan berada di tiga wilayah kabupaten yaitu Cianjur, Sukabumi dan Bogor. Dalam rangka optimalisasi dan efisiensi pengelolaan kawasan, maka pengelolaan kawasan TNGGP dibagi ke dalam 3 Bidang Pengelolaan Taman Nasional (PTN) Wilayah, yaitu Bidang PTN Wilayah I Cianjur di Cugenang, Bidang PTN Wilayah II Sukabumi di Selabintana, dan Bidang PTN Wilayah III Bogor di Caringin (Menhut, 2007) dengan batas kawasan sebagai berikut:

Sebelah Utara : Wilayah Kabupaten Cianjur dan Bogor Sebelah Barat : Wilayah Kabupaten Sukabumi dan Bogor Sebelah Selatan : Wilayah Kabupaten Sukabumi Sebelah Timur : Wilayah Kabupaten Cianjur Adapun alasannya dipilih lokasi ini karena Taman Nasional Gunung Gede- Pangrango merupakan kawasan taman nasional yang memiliki berbagai macam koleksi tanaman dan hewan yang cukup lengkap, dan juga masih dalam keadaan asri, dan juga kawasan taman nasional gunung gede pangarango ini juga terletak dikawasan yang strategis karena tidak jauh dari ibukota dan dari beberapa kota besar lainnya diwilayah Jawa Barat dan juga DKI Jakarta serta Banten. Dengan kondisi seperti itu kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sangatlah dikenal oleh banyak orang, baik dari kalangan pendaki gunung maupun masyarakat, dan juga oleh siswa siswi sekolah yang biasanya melakukan kegiatan observasi diwilayah taman nasional. Taman nasional yang memiliki beberapa zona yang salah satunya adalah zona pemanfaatan yang dapat dimanfaatkan sebagai kawasan pendidikan. Dari Pemikiran beragam seperti itulah yang menyebabkan lokasi ini menjadi tempat penelitian.

58

59

2) Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan proses yang bertahap yaitu mulai dari tahap perencanaan, persiapan penelitian yang dilanjutkan dengan pengumpulan data lapangan sebagai kegiatan inti penelitian dan diakhiri dengan laporan penelitian.

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1) Populasi Menurut Sugiyono “Populasi adalah wilayah generalisasi terdiri atas obyek atau subyek tertentu yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”57. Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa populasi bukan sekedar jumlah yang ada, ada objek atau subjek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subjek atau objek tersebut.

Tabel 3.1 Tabel Data Populasi SMA Negeri di Kabupaten Cianjur NO Kecamatan Nama Sekolah 1 Kecamatan Cianjur SMA Negeri 1 Cianjur 2 SMA Negeri 2 Cianjur 3 Kecamatan Cibeber SMA Negeri 1 Cibeber 4 Kecamatan Cilaku SMA Negeri 1 Cilaku 5 Kecamatan Pasirkuda SMA Negeri 1 Pasir Kuda 6 Kecamatan Kadupandak SMA Negeri 1 Kadupandak 7 Kecamatan Mande SMA Negeri 1 Mande 8 Kecamatan Pacet SMA Negeri 1 Pacet 9 Kecamatan Sindang Barang SMA Negeri 1 Sindang Barang

57 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008)cet,4 h.80

60

10 Kecamatan Sukanagara SMA Negeri 1 Sukanegara 11 Kecamatan Sukaresmi SMA Negeri 1 Sukaresmi 12 Kecamatan Warung SMA Negeri 1 Warung Kondang Kondang 13 Kecamatan Ciranjang SMA Negeri 1 Ciranjang 14 Kecamatan Cibinong SMA Negeri 1 Cibinong 15 SMA Negeri 2 Cibinong 16 Kecamatan Bojong Picung SMA Negeri 1 Bojong Picung Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Cianjur (2018) 2) Sampel Penelitian Dalam penelitian ini tidak mungkin semua populasi dapat diteliti, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya keterbatasan biaya, tenaga, dan waktu yang tersedia. Oleh karena itu peneliti diperkenankan untuk mengambil sebagian dari objek populasi yang telah ditentukan, dengan catatan bagian yang diambil tersebut mewakili yang lainnya. Pengambilan sebagian subjek dari populasi tersebut dinamakan sampel. Menurut Sugiyono sampel adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek /subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya58. Dari pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa hal yang paling penting dalam penentuan sampel adalah bukan harus mengambil sampel yang paling banyak, tetapi dari sampel yang diambil dapat mewakili keseluruhan dari populasi yang ada, agar dapat sesuai dengan yang diharapkan peneliti akan melaksanakan dengan beberapa guru geografi di SMA Negeri di Kabupaten Cianjur. Adapaun penelitian ini, peneliti melakukan pengambilan sampel berdasarkan jarak terdekat dari gunung gede pangrango yaitu pada radius 7- 20 KM. Untuk memperjelas pampel, maka dilakukan pengelompokan seperti dibawah ini:

58 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008) h.117

61

Tabel 3.2 Tabel Data Sampel Penelitian SMA Negeri di Kabupaten Cianjur NO Kelompok Nama Materi Penelitian Sekolah 1 Pelestarian Lingkungan Hidup dan SMA N 1 Pelestarian Pacet Lingkungan 2 Sebaran Flora dan Fauna Indonesia Cianjur dan Dunia 3 Utrara Hubungan Manusia dan Lingkungan SMA N 1 Akibat Dinamika Sukaresmi Amosfer 4 Sebaran Flora dan Fauna Indonesia dan Dunia 5 Pelestarian Lingkungan Hidup dan Pelestarian Lingkungan 6 Sebaran Flora dan SMA N 1 Fauna Indonesia Cianjur dan Dunia 7 Hubungan Manusia dan Lingkungan Akibat Dinamika Hidrosfer 8 Sebaran Flora dan Cianjur Fauna Indonesia Kota dan Dunia 9 SMA N 2 Hubungan Cianjur Manusia dan Lingkungan Akibat Dinamika Hidrosfer 10 Sebaran Flora dan SMA N 1 Fauna Indonesia Ciranjang dan Dunia 11 12 Pelestarian Lingkungan SMA N 1 Hidup dan Mande Pelestarian

62

Lingkungan 13 Hubungan Manusia dan Lingkungan Akibat Dinamika Hidrosfer 14 Pelestarian Lingkungan Hidup dan SMA N 1 Pelestarian Cilaku Lingkungan 15 Sebaran Flora dan Fauna Indonesia dan Dunia Sumber : Data Hasil Penelitian 2017 Berdasarkan tabel diatas, bahwas sekolah yang dipilih menjadi sampe adalah sekolah SMA Negeri yang dilihat dari lokasi atau jarak tidak begitu jauh dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, yaitu pada radius 1km-25km. 3) Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah Guru Geografi SMA Negeri di Kabupaten Cianjur , dalam hal ini peneliti melihat bahwa Masih banyak Guru yang kurang memanfaatkan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar Geografi, sedangkan lokasi sekolah dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango cukup dekat, dan akses mudah. Belum termanfaatkannya sumber belajar dalam hal ini Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dalam pembelajran geografi karena guru masih menggunakan buku sebagai sumber utama saja, sedangkan untuk terjun ke lapangan berinteraksi dengan sumber belajar yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan paham dengan apa yang dipelajari disekolah. Pembelajaran Geografi pada hakekatnya adalah mengkaji dan menelaah tentang semua aspek-aspek yang terdapat dimuka bumi . oleh karena itu, lingkungan bagi pendidik dapat dijadikan sebagai sumber belajar dan media belajar agar tercapainya tujuan dari pembelajaran tersebut. Pentingnya sumber belajar dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari siswa, sehingga cukup beralasan jika pendidik memberikan pengalaman sebanyak-banyaknya dan variatif terhadap

63

siswa agar siswa dapat memahami dan mengerti lebih banyak lagi situasi dan kondisi yang dapat dikaitakan dengan tujuan pembelajaran. Untuk mencapai hal ini, sekolah harus menggunakan sebanyak mungkin sumber belajar yang bermanfaat untuk membangkitkan motivasi siswa dalam belajar. D. Sumber Data Menurut Arikunto sumber data penelitian adalah “subjek darimana data diperoleh”. Sumber data terbagi menjadi dua macam yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder59. Berikut ini adalah sumber data yang ada dalam penelitian ini yaitu :

a) Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden. Adapun untuk data dalam penulisan ini adalah dengan cara melakukan wawancara kepada guru Geografi di SMA negeri di Kabupaten Cianjur mengenai pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai sumber belajar geografi. b) Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi pustaka yang bertujuan untuk memperoleh landasan teori yang bersumber dari buku-buku, literatur dan dokumentasi yang berhubungan dengan penelitian ini. E. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah utama dari penelitian, karena tujuan utama dari pengumpulan data untuk mengumpulkan informasi atau data yang dibutuhkan dalam penelitian tersebut sesuai dengan tujuan penelitian. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang dibutuhkan sesuai standar yang ditetapkan. Oleh karena itu teknik

59. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik, (Jakarta:PT. Rineka Cipta,2010) h 126

64

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik sebagai berikut: 1. Angket Menurut Sugiyono, bahwa angket adalah “teknk pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis pada responden untuk dijawabnya”60. Bentuk angket tersebut berisi pertanyaan yang harus dijawab atau direspon oleh responden atau narasumber bisa dalam bentuk pertanyaan terbuka, pertanyaan terstruktur, atau pertanyaan tertutup. Responden atau narasumber tersebut diharapkan memberikan informasi dan mampu memahami pertanyaan-pertanyaan yang dibuat oleh peneliti. Pada penelitian ini dilakukan dengan penyebaran angket kepada guru geografi SMA di Kabupaten Cianjur. Angket tersebut dimaksudkan untuk memperoleh data tentang pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai sumber belajar geografi SMA negeri di Kabupaten Cianjur. 2. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi menurut Sukmadinata merupakan “suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen- dokumen, baik dokumen tertulis gambar maupun elektronik”.61 Doumentasi ditunjukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, data yang relevan. Studi dokumentasi dalam penelitian ini yaitu menghimpun dan menganalisis data yang diperoleh dari pihak Balai Taman Nasional serta dokumentasi lainnya yang mendukung terhadap penelitian tantang pemanfaatan taman nasional sebagai sumber belajar geografi SMA Negeri di Kabupaten Cianjur.

60 . Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008) h.199 61. Sumaatmadja. ibid h. 221

65

3. Studi Pustaka Menurut Sugiyono bahwa “studi pustaka berkaitan dengan kajian teoritis dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai, budaya, dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti, selain itu studi kepustakaan sangat penting dalam melakukan penelitian, hal ini dikarenakan penilaian tidak akan lepas dari literatur-literatur ilmiah”.62 Studi pustaka yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu memperoleh bermacam-macam referensi atau literatur ilmiah yang mendukung dan berkaitan dengan penelitian mengenai pemanfaatan taman nasional sebagai sumber belajar geografi SMA Negeri di Kabupaten Cianjur, dalam hal ini tentang lingkungan sebagai sumber belajar geografi dan taman nasional. 4. Wawancara Wawancara merupakan suatu proses tanya jawab atau dialog secara lisan antara pewawancara (interviewer) dengan responden atau orang yang diinterview dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Wawancara merupakan cara pengumpulan data yang langsung dari sumbernya tentang berbagai gejala sosial, baik yan terpendam maupun tampak63. Wawancara dilakukan kepada beberapa siswa dari sekolah SMA Negeri di Kabupaten Cianjur F. Intrumen Penelitian Menurut Arikunto, S , “instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis, sehingga lebih mudah diolah”.64 Dalam menentukan jenis instrumen yang dilakukan perlu mempertimbangkan beberapa hal seperti tenaga, waktu, dana, faktor-faktor pendukung dan

62 . Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta 2010) h. 291 63. Widoyoko Putro, Teknik Penyusunan Intrumen Penelitian, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2017) h 40 64 . Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik, (Jakarta:PT. Rineka Cipta,2006) h 160

66

penghambat. Instrumen pada penelitian terdiri dari lembar angket, tabel ceklis,studi pustaka, lembar wawancara. Dalam penelitian, perlu menyusun sebuah rancangan penyusunan instrumen yang dikenal dengan istilah kisi-kisi. Kisi-kisi penyusunan instrumen menunjukkan kaitan antara variabel yang diteliti denga sumber data akan diambil, metode dan instrumen yang disusun. Tabel 3.3 Jenis Instrumen Identifikasi Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar Geografi SMA Negeri di Kabupaten Cianjur NO Pokok Rincian Masalah Teknik Masalah (Indikator Variabel Penelitian) Pengumpulan (Variabel Data Penelitian) 1 Potensi Taman 1. Kondisi Fisik/Geografis Studi Nasional a. Topografi Dokumentasi Gunung Gede b. Iklim Pangrango c. Hidrografi d. Geologi dan Tanah 2. Objek Kawasan TNGGP Studi Pustaka a. Keanekaragaman Flora b. Keanekaragaman Fauna c. Telaga Biru d. Curug Cibeureum e. Air Panas f. Alun-alun Suryakencana g. Alun-alun Mandalawangi

3. Failitas/Sarana dan Observasi Prasarana a. Aksesibilitas b. Wisma Cinta Alam c. Sarana Parkir d. Sarana Kebersihan e. Sarana Peribadatan f. Sarana Akomodasi g. Sarana MCK/Toilet h. Fasilitas Intepretasi i. Fasilitas Petualangan j. Shelter/Gazebo k. Souvenir Shop 4. Fungsi Taman Nasional Dokumentasi

67

Gunung Gede Pangrango 2 Pendapat dan 1. Pengetahuan Guru Tentang Lembar Penilaian Guru Taman Nasional Gunug Angket Terhadap Gede Pemanfaatan a. Mengetahui Lokasi Taman TNGGP Nasional b. Pengalaman Sebagai Mengunjungi Lokasi Sumber Belajar c. Mengetahui TNGGP Geografi sebagai Sumber Belajar d. Mengetahui Fungsi TNGGP Mengetahui Relevansi TNGGP sebagai Sumber Belajar 2. Pemanfaatan Taman Lembar Nasional Gunung Gede Angket Pangrango a. Pernah Memanfaatkan TNGGP b. Bentuk Pemanfaatan c. Hambatan Pemanfaatan e. Penggunaan Alat Transportasi 1. Faktor Pendukung Lembar a. Kondisi Fisik Angket b. Sarana dan Prasarana c. Objek Kawasan TNGGP d. Fungsi TNGGP d. Tersedianya Narasumber 3 Faktor 2. Faktor penghambat Lembar Pendukung dan a. Kondisi Sekolah Angket Penghambat 1) Perizinan Sekolah 2) Jarak Sekolah 3) Kalender Sekolah 4) Biaya Transportasi dan Akomodasi b. Latar Belakang Pendidikan Guru 1) Jenjang Pendidikan 2) Jurusan Pendidikan 3) Status Kepegawaian e. Pengalaman Mengajar dan Lamanya Mengajar Sumber : data Penelitian 2017

G. Teknik Pengolahan Data

68

Setelah data yang diperlukan yang berkaitan dengan penelitian ini terkumpul, kemudian tahapan selanjutnya adalah melakukan pengolahan data dengan langkah-langkah mengacu berdasarkan sebagai berikut65 1) Editing Data Editing data, memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. Tujuan daripada editing adalah untuk mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada di dalam daftar pertanyaan yang sudah diselesaikan sampai sejauh mungkin. a) Codding data Codding data berupa pengklasifikasian jawaban-jawaban dari responden kedalam kategori-kategori b) Entry data Entry data dilakukan setelah coding data dimana setelah diklasifikasikan data dimasukan kedalam kolom-kolom yang terdapat pada Ms. Excel. c) Tabulasi data Tabulasi data dari hasil coding dan entry, data-data yang sudah terkumpul di dalam tabel kemudian dapat menghasilkan angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah masalah dalam berbagai kategori kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel. H. Teknik Anlisis Data Menurut Sugiyono, Teknik analisis data merupakan proses mencari dan menyususun secara sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari kemudian membuat kesimpulan.66 Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

65. Cholid Narbuko, Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Bumi Aksara, 2010) h 153 66. Sugiyono, op. cit, h. 244

69

1) Teknik Persentase Analisis data terhadap pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangarango sebagai sumber belajar pada mata pelajaran geografi yaitu analisis terhadap data yang diperoleh dari penelitian ini dengan beberapa variabel penelitian melalui angket yang disebarkan kepada Guru Geografi di SMA Negeri di Kabupaten Cianjur. Analisis data dengan menggunakan teknik persentase ini digunakan untuk memperoleh persentase data, yaitu untuk menghitung kedalam tabel dan kemudian di deskripsikan dalam bentuk tulisan. Persentase data dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut dengan rumus :

Keterangan : P = Nilai Persentase F = Frekuensi munculnya data (Frekuensi jawaban) N = Jumlah data keseluruhan (jumah responden) 100% = Konstanta Setelah melakukan perhitungan, maka hasil yang telah diselesaikan tersebut digunakan untuk memepermudah dalam menafsirkan dan mengumpulkan data sementara. Untuk mengetahui kecenderungan jawaban responden, maka penulis menggunakan angka indeks. Angka indeks digunakan untuk membandingkan suatu objek atau data, baik dalam bersifat faktual ataupun perkembangan. Adapun kriteria persentase yang digunakan adalah sebagai berikut:67

67. Tamara. RM, Pemanfaatan Kebun Raya Cibodas Sebagai Sumber Belajar Pada Mata Pelajaran Geografi SMA Negeri di Kabupaten Cianjur, Skripsi Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI Bandung, (Bandung: Tidak Diterbitkan, 2012), h. 37

70

Tabel 3.4 Kriteria Perhitungan Persentase Persentase Keterangan 0% Tidak ada 1-24% Sebagian kecil 25-49% Kurang dari setengahnya 50% Setengahnya 51-74% Lebih dari setengahnya 75-99% Sebagian 100% Seluruhnya

Sumber : (Koentjaraningrat dalam Tamara Monalisa h 37)

2) Skala Likert Menurut Riduwan, skala likert digunakan untuk “mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau gejala sosial”.68 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala likert untuk menganalisis pendapat dan penilaian guru mengenai pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai sumber belajar geografi. Pengukuran berdasarkan idikator variabel masalah yang telah diturunkan dari variabel menggunakan skala 1-5 dengan keterang yang dihubungkan sesuai jawaban. Adapun skala likert ditampilkan pada tabel 3.5 Tabel 3.5 Alternatif Jawaban Menggunakan Skala Likert Nilai/Kategori Jawaban Sangat Setuju Netral Tidak Sangat Indikator Setuju Setuju Tidak Setuju

Pernyataan Positif 5 4 3 2 1 Pernayataan Negatif 1 2 3 4 5

68. Anita, Sri Rahayu, Pemanfaatan Taman Wisata Alam Situ Gunung Sebagai Sumber Belajar Geografi di Kabupaten Sukabumi, Skripsi Sarjana pendidikan Geografi FIPS UPI Bandung, ( Bandung: Tidak Diterbitkan, 2016) h. 54

71

Sumber : (Riduwan 2011, dalam Anita Sri Rahayu 2016, h 54)

Keterangan dari tabel 3.3 memiliki masing-masing nilai yang mana dari nilai tersebut akan diakumulasikan dan dilakukan perhitungan. Angket yang telah diisi oleh siswa selanjutnya hasil jawaban ditabulasikan dan didapat kecenderungan atas jawaban guru geografi tersebut. Angket yang berisikan tabel dengan beberapa pernyataan yang kemudian diukur menggunakan skala likert akan diolah dalam perhitungan sebagai berikut.

Rumus = T x Pn Keterangan : T = total jumlah responden yang memilih

Pn = pilihan angka skor likert Rumus Indeks (%) = total skor (per nomor pertanyaan) / Y x 100 dimana , Y = Skor tertinggi likert x jumlah responden

Hasil perhitugan yang telah dilakukan, maka selanjutnya adalah intepretasi skor yang mencakup hasil dari setiap analisis data yang telah dilakukan dari setiap jawaban siswa, persentase akumulasi skala likert akan ditujukan pada tabel 3.6 berikut,69

Tabel 3. 6 Kriteria Intepretasi Skor Pernyataan Skor Kriteria Intepretasi Skor (%) Sangat kuat/sangat setuju (SS) 5 81%-100% Kuat/Setuju (S) 4 61%-80% Cukup/Netral (N) 3 41%-60% Lemah/Tidak Setuju (TS) 2 21%-40% Sangat Lemah?sangat Tidak Setuju (STS) 1 0%-20%

69. Anita opcit h 54

72

Sumber : (Riduwan dalam Anita Sri Rahayu 2016, h 54)

3) Intepretasi Data Setelah penelitian persentase dan data skala likert diperoleh, kemudian mendeskripsikan hasil tersebut yang diperoleh dari angket kepada Guru-guru Geografi di SMA Negeri di Kabupaten Cianjur Teknik ini digunakan untuk memberikan gambaran umum pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai sumber belajar geografi. 4) Bagan Alur Penelitian Agar langkah-langkah lebih terarah pada permasalahan yang dikemukakan. Oleh karena itu disusun suatu alur penelitian. Adapun alur penelitian ini disusun agar penelitian menjadi sistematis. Alur penelitian ini bisa dilihat pada gambar

73

Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar Geografi

Memilih Masalah

Studi Pendahulu

Merumuskan Masalah

Menentukan Metode Penelitian •Menentukan variabel Penelitian •Menentukan Sumber Data

Menentukan dan Menyusun Instrumen

Mengumpulkan Data

Analisis Data

Temuan Hasil

Kesimpulan

74

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan salah satu dari lima Taman Nasional pertama di Indonesia yang diumumkan oleh Menteri Pertanian pada tanggal 6 Maret 1980 meliputi areal seluas 15.196 ha. Kawasan ini merupakan kesatuan dari Cagar Alam Cibodas seluas 1.040 ha, Cagar Alam Cimungkat seluas 56 ha, Taman Wisata Situgunung seluas 100 ha dan Hutan Lindung lereng Gunung Gede dan Gunung Pangrango seluas 14.000 ha. Pada tahun 1977 kawasan ini juga ditetapkan sebagai Cagar Biosfir Cibodas oleh UNESCO. Pada tahun 2003, kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango mengalami penambahan luasan menjadi ± 21.975 ha berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 174/Kpts-II/2003 tanggal 10 Juni 2003 tentang Penunjukan dan Perubahan Fungsi Kawasan Cagar Alam, Taman Wisata Alam, Hutan Produksi Tetap, Hutan Produksi Terbatas pada Kelompok Hutan Gunung Gede Pangrango. Penyerahan alih fungsi kawasan diserahkan dari Direktur Utama Perum Perhutani kepada Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam dengan Berita Acara Serah Terima Nomor: 07/SJ/DIR/2009-BA.6/IV-SET/2009 tanggal 29 Januari 2009. Hal tersebut ditindaklanjuti dengan Berita Acara Serah Terima Pengelolaan Nomor: 002/BAST-HUKAMAS/III/2009-1237/II-TU/2/2009 pada tanggal 6 Agustus 2009 dari Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten kepada Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango seluas 7.655,03 ha, sehingga total luas Taman Nasional Gunung Gede Pangrango menjadi 22.851,03 ha. Secara geografis, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terletak antara 107°04’27,60” BT – 6°04’28,88” LS dan berdasarkan wilayah administratif pemerintahan berada di tiga wilayah kabupaten yaitu Cianjur, Sukabumi dan Bogor. Dalam rangka optimalisasi dan efisiensi pengelolaan kawasan, maka

75

pengelolaan kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dibagi ke dalam 3 Bidang Pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (PTN) Wilayah, yaitu Bidang PTN Wilayah I Cianjur di Cugenang, Bidang PTN Wilayah II Sukabumi di Selabintana, dan Bidang PTN Wilayah III Bogor di Caringin (Menhut, 2007) dengan batas kawasan sebagai berikut: Sebelah Utara : Wilayah Kabupaten Cianjur dan Bogor Sebelah Barat : Wilayah Kabupaten Sukabumi dan Bogor Sebelah Selatan : Wilayah Kabupaten Sukabumi Sebelah Timur : Wilayah Kabupaten Cianjur Pintu masuk wisata kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango meliputi pintu masuk Cibodas, Gunungputri, Salabintana, Situgunung, Bodogol, dan Cisarua. Aksesibilitas menuju Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dari masing-masing pintu masuk dapat dilihat pada Tabel 4.1 Aksesibilitas menuju Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Pintu Jalur Jarak Waktu Masuk (km) (jam) Wisata Jakarta – Ciawi/Bogor – Puncak – 103 2,5 Cibodas Cibodas Bandung – Cianjur - Cipanas – 90 3 Cibodas Jakarta – Ciawi/Bogor – Puncak – 115 2,5 Gunung Cipanas – Gunung Putri Putri Bandung – Cianjur – Cipanas – 93 3,5 Gunungputri Jakarta – Ciawi/Bogor – Cicurug – 156 3,5 Cibadak - Cisaat - Sukabumi – Salabintana Salabintana Bandung – Cianjur – Sukabumi – 92 3,5 Salabintana Situgunung Jakarta – Ciawi/Bogor – Cicurug – 135 3,5

76

Cibadak - Cisaat - Situgunung Bandung – Cianjur – Sukabumi – 161 4 Cisaat – Situgunung Jakarta – Ciawi/Bogor – Cicurug - 61 2 Bodogol Bodogol Bandung – Cianjur – Puncak – 125 4,5 Ciawi/Bogor – Cicurug – Bodogol Jakarta – Ciawi/Bogor - Gadog - 53 2 Cisarua Cisarua Bandung – Cianjur – Puncak – 112 4 Gadog/Ciawi – Cisarua

B. Deskripsi Hasil Penelitian 1. Kondisi Fisik Taman Nasional Gunung Gede Pangrango a. Topografi

Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan rangkaian kawasan gunung berapi, terutama Gunung Gede dengan tinggi 2.958 m di atas permukaan air laut (mdpl) dan Gunung Pangrango dengan tinggi 3.019 mdpl yang merupakan dua dari tiga gunung berapi tertinggi di Jawa Barat. Kedua gunung tersebut dihubungkan oleh suatu dataran berbentuk sadel pada ketinggian 2.400 m mdpl yang dikenal dengan nama Kandang Badak. Topografinya bervariasi mulai dari topografi landai hingga bergunung dengan kisaran ketinggian antara 700 mdpl hingga 3.000 mdpl, bahkan juga banyak terdapat jurang dengan kedalaman hingga 70 m. Selain itu kawasan ini sebagian besar merupakan dataran tinggi tanah kering dan sebagian kecil merupakan rawa, terutama di daerah sekitar Cibeureum, yaitu rawa Gayonggong.

Bagian selatan kawasan ini, yaitu Situgunung, mempunyai kondisi lapangan yang berat karena terdapat bukit-bukit yang memiliki kemiringan lereng 20%-80%. Bagian timur kawasan Gunung Gede dengan Gunung Pangrango dihubungkan oleh punggungan bukit yang berbentuk tapal kuda,

77

sepanjang ±2.500 m dengan sisi-sisi yang membentuk lereng curam berlembah menuju dataran Cianjur, Bogor dan Sukabumi. Di bawah puncak Gunung Pangrango arah Barat Laut terdapat kawah mati berupa alun-alun seluas ±50 ha dengan diameter ±250 m, sedangkan di Gunung Gede masih ditemukan kawah yang masih aktif. b. Hidrologi

Keadaan sungai di kawasan ini secara umum berbentuk pola radial. Sebagaimana halnya di daerah rangkaian pegunungan, sungai-sungai tersebut memisahkan punggung-punggung bukit dan membentuk sungai yang lebih lebar di bagian bawah. Dikaitkan dengan curah hujan tahunan yang tinggi, maka sebagian besar sungai di kawasan ini merupakan sungai abadi dengan mata air yang mempunyai debit rata-rata 10 liter/detik. Hanya sungai di lereng Selatan Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang bersatu ke dalam aliran sungai Cimandiri memiliki debit air 100-500 liter/detik. Pada bagian bawah Gunung Gede terdapat dua lubang kecil yang hanya terisi air bila hujan lebat. Air tersebut terkumpul di bawah permukaan abu dan batuan vulkanik dan selanjutnya mengalir ke sebelah Utara sebagai sumber air panas pada ketinggian 2.150 mdpl dengan temperatur sekitar 75°C. Sungai- sungai kecil di lereng Utara dan Barat Gunung Pangrango mengalir ke sungai Cisarua, Cijambe, Cinagara, dan Cimande. Beberapa sungai tersebut merupakan sumber utama sungai yang bermuara di Teluk Jakarta, dan sungai Cisadane yang bermuara di Tanjung Pasir-Tangerang. Pola aliran sungai yang berakhir di sungai Cimandiri-Sukabumi, yaitu Cipamutih, Cigunung, dan Cimahi. Di bagian Barat Daya Gunung Gede-Gunung Pangrango mengalir sungai-sungai antara lain sungai Cikahuripan, Cigunung, Cileuleuy, Cimunjul, dan Ciheulang, yang membentuk sungai Cicatih yang bermuara di Pelabuhan Ratu. Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Gunung Gede Pangrango tercatat memiliki 58 sungai (Orde I) dan 1.075 anak sungai (Orde I dan Orde II) yang berhulu di dalam kawasan. Sebagian besar sungai (52%) berada di wilayah Kabupaten Sukabumi (DAS Cimandiri), sedangkan sisanya 33% terletak di wilayah Kabupaten Bogor (DAS Cisadane dan Ciliwung) dan

78

15% di Kabupaten Cianjur (DAS Citarum). Hal ini menyebabkan kawasan ini mempunyai peranan penting sebagai sistem penyangga kehidupan, yaitu dalam penyediaan air permukaan maupun air bawah tanah. Sungai-sungai tersebut mengalirkan air per tahun ± 213 milyar liter. Pengelolaan hidrologi saat ini telah berkembang ke arah pemanfaatan sumber daya air. Pemanfaatan terhadap sumber daya air bertujuan untuk pemenuhan kebutuhan usaha budidaya oleh masyarakat sekitar kawasan, dan hal ini merupakan kebutuhan mendasar yang tidak dapat ditolak dan perlu diambil langkah-langkah penanganannya secara bijak. c. Tanah Tanah merupakan permukaan daratan yang terdiri dari benda-benda padat, cair bahkan gas yang sangat berguna sebagai tempat hidup semua makhluk. Jenis tanah berbeda-beda bergantung pada jenis batuan induk, iklim, topografi, vegetasi penutup, dan waktu pembentukannya. Berdasarkan Peta Tanah Tinjau Propinsi Jawa Barat Skala 1:250.000 (Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, 1966), jenis-jenis tanah yang mendominasi kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Gunung Gede Pangrango adalah latosol coklat, asosiasi andosol coklat dan regosol coklat, kompleks regosol kelabu dan litosol, abu pasir, tuf, dan batuan volkan intermedier sampai dengan basis. Tanah sangat menentukan bagi tumbuhan yang dapat hidup faktor-faktor pembentukan tanah, sebagaimana yang telah disebutkan jenis tanah regosol sebagai hasil pelapukan batuan induk, disertai iklim yang sejuk erat dengan keanekaragaman jenis flora dan fauna kaitannya dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Gunung Gede Pangarango ssebagai Sumber Belajar. d. Iklim Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki iklim tropis dan terdiri dari dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau terjadi pada bulan Juni sampai Oktober dan musim penghujan dari bulan Nopember sampai April. Selama bulan Januari sampai Maret hujan turun disertai angin yang kencang sehingga berbahaya untuk pendakian.

79

Curah hujan di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango termasuk dalam Tipe A (Nilai Q = 5 – 9%) berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt – Ferguson. Curah hujan yang tinggi dengan rata-rata curah hujan tahunan 3.000 mm – 4.200 mm, menyebabkan kawasan ini merupakan salah satu daerah terbasah di Pulau Jawa. Suhu udara rata-rata di puncak Gunung Gede dan Gunung Pangrango pada siang hari berkisar 10°C dan di Cibodas berkisar 18°C dan pada malam hari berkisar 5°C. Namun pada musim kering/kemarau suhunya bisa mencapai 0°C. Kelembaban udara kawasan ini tinggi sekitar 80% – 90%, sehingga memungkinkan tumbuhnya jenis-jenis lumut pada batang, ranting dan dedaunan pepohonan yang ada. 2. Potensi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem a. Keanekaragaman Flora Tumbuhan di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango pada dasarnya dapat dikelompokkan menurut ekosistemnya, baik berdasarkan ketinggian tempat maupun jenisnya. Menurut hasil penelitian tumbuhan yang pernah dilakukan, di dalam kawasan ini tercatat lebih dari 900 tumbuhan berbunga, 400 jenis tumbuhan paku serta berbagai jenis tumbuhan lumut, ganggang dan jamur. Keanekaragaman flora dikawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango diantaranya : Puspa, Rasamala, Damar, Saninten, Hamirung, Rotan, Lumut, Riung Anak, Edelweis, Walen, Merang, Kareumbi, Cantigi, Lumut. Selain jenis tersebut diatas, terdapat juga jenis anggrek yang dilindungi, diantaranya Anggrek Tanah Bunga Merah, Anggrek Tanah Bunga Putih, dan Anggrek Bunga Kuning. Jenis Anggrek tersebut mudah dijumpai di tepi jalan setapak jalur Gunung Gede via Cibodas, keberadaan flora yang terdapat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango menjadi tempat yang sangat potensial untuk dijadikan tempat wisata pendidikan maupun wisata alam. b. Keanekaragaman Fauna Kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan berbagai ekosistem yang terdapat di dalamnya menyediakan habitat bagi beranekaragaman fauna, termasuk satwa yang langka dan dilindungi. Jenis-

80

jenis satwa langka yang masih dapat dijumpai pada saat ini, antara lain primata, yaitu Owa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis comata), Lutung (Trachypithecus auratus) serta pemangsa seperti Macan Tutul (Panthera pardus), Kucing Hutan (Felis bengalensis), Kucing Akar (Mustela flavigula) dan Anjing Hutan (Cuon alpinus javanicus). Disamping itu terdapat pula jenis satwa lainnya seperti Sigung (Mydaus javanensis), Kijang (Muntiacus muntjak) dan Kancil (Tragulus javanicus). Jenis burung (Aves) yang tercatat ditemukan di kawasan ini sebanyak 260 jenis (lebih dari 50% dari jenis burung yang hidup di Jawa), yang terdiri dari 19 jenis dari 21 jenis burung yang endemik Pulau Jawa (termasuk Bali), 58 jenis burung yang dilindungi, 2 jenis burung berstatus agak jarang dijumpai, 34 jenis burung berstatus jarang dijumpai, dan satu jenis yang sangat jarang dijumpai. Tiga jenis burung yang memiliki status endemik sekaligus jarang ditemukan dan dilindungi, yaitu: Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), Celepuk Gunung (Otus angelinae), dan Cerecet (Psaltria exilis). Keputusan Presiden Nomor 4 tanggal 9 Januari 1993 menetapkan Elang Jawa sebagai “Satwa Dirgantara“. Selain itu, jenis burung langka dan menarik lainnya yang dapat dijumpai di kawasan ini antara lain burung hantu (Ottus angelinae), burung luntur gunung (Harpactes reinwardtii), burung tulung tumpuk (Megalaema corvina), burung kuda (Garrulax rufrifons), dan burung madu gunung (Aethopyga eximia). Kekayaan jenis burung yang ada di kawasan merupakan daya tarik bagi para peneliti dan pengamat burung. Saat ini di dalam kawasan telah disiapkan jalur pengamatan burung (bird watching) serta sarana pendukungnya secara sangat terbatas dan perlu dikembangkan. Pada kawasan ini juga dapat ditemukan jenis-jenis reptilia sebanyak 75 jenis, katak sebanyak 21 jenis, serangga (Insecta) lebih dari 300 jenis, dan ditemukan pula berbagai jenis binatang lunak (Molusca). 3. Potensi Jasa Lingkungan a. Telaga Biru Telaga ini terletak pada ketinggian 1.575 m dpl dengan jarak 1,5 km/15 menit perjalanan dari pintu masuk Cibodas. Telaga ini mendapatkan namanya dari penampakan airnya yang berwarna biru bila terkena sinar matahari akibat

81

banyaknya ganggang biru yang tumbuh di dasar telaga. Sekitar telaga ini merupakan zona transisi antara ekosistem sub montana dan montana. b. Air Terjun Tiga air terjun telah dikembangkan dan telah dikenal masyarakat luas yaitu air terjun Cibeureum (53 m; 1.350 m dpl) dengan jarak 2.4 km/45 menit dari pintu masuk Selabintana, air terjun Sawer (1.200 m dpl) dengan jarak 1,95 km/20 menit perjalanan dari pintu masuk Situgunung, dan air terjun Cibeureum (40 m, 1.350 mdpl) dengan jarak 2,5 km / 2 jam dari pintu masuk Cibodas. Obyek wisata Curug Cibeureum adalah obyek wisata yang jarak tempuhnya 2.9 km, dengan waktu 1 jam perjalanan. Curug Cibeureum terdiri dari air terjun utama Curug Cibeureum, dan dua air terjun kecil yaitu Curug Cidendeng dan Curug Cikundul. Air terjun ini memiliki ketinggian sekitar 50 meter dengan air yang dingin dan jernih. Terdapat lumut merah yang merupakan salah satu dari banyak tumbuhan endemik yang ada di sekitar air terjun tersebut. c. Air Panas Air panas terletak pada ketinggian 2.150 m dpl dengan jarak 5,3 km/2 jam perjalanan dari pintu Cibodas. Air panas ini berasal dari sumber di dekat kawah Gunung Gede yang membentuk aliran di bawah permukaan dan masuk ke bawah kawah melalui tanah yang berporositas tinggi dan pasir. Suhu air yang keluar dapat mencapai 75C namun lebih rendah pada waktu hujan. Di dasar dan sekitar aliran air panas ini ditemukan jenis lumut yang tahan terhadap air panas dan belerang. d. Puncak Gunung, Kawah, dan Alun-alun Suryakencana Puncak Gunung Gede mempunyai ketinggian 2.958 mdpl dengan jarak 9,7 km/5 jam perjalanan dari pintu masuk Cibodas. Di puncak ini terdapat tiga kawah yang khas merupakan atraksi geologi yang menarik. Puncak Gunung Pangrango mempunyai ketinggian 3.019 mdpl dengan jarak 3 km/3 jam dari Kandang Badak atau 11 km/6,5 jam perjalanan dari pintu masuk Cibodas. Di daerah ini terdapat alun-alun Mandalawangi seluas 5 Ha yang juga ditumbuhi bunga Eidelweiss. Sebagian besar Puncak Gunung

82

Pangrango ditumbuhi Cantigi yang rapat. Beberapa tumbuhan khas sekitar kawah seperti jenis paku-pakuan (Selliquea feei), Cantigi (Vaccinium varingiaefolium) dan dua jenis Rhododendron (Rhododendron retusum dan Rhododendron javanicum). Alun-alun Suryakencana berada pada ketinggian 2.750 m dpl dengan jarak 11,8 km/6 jam perjalanan dari pintu masuk Cibodas; 6,9 km/3 jam dari Gunung Putri ; dan 9 km/5 jam dari Selabintana. Alun-alun ini merupakan dataran seluas 50 Ha yang terletak diantara Gunung Gede dan Gunung Gumuruh. Sebagian besar dataran ditutupi tumbuhan bunga Eidelweiss (Anaphalis javanica). Pada ketinggian yang lebih rendah juga ditemukan bunga Eidelweiss Merah (A. maxima) dan Eidelweiss Kuning (A. longifolia). Wisata ke puncak gunung, kawah, dan alun-alun merupakan rangkaian aktifitas pendakian. Pelayanan (reservasi) perijinan pendakian dengan sistem booking dan pemberlakuan quota jumlah pendaki sangat memberikan dampak positif bagi pengelolaan pengunjung. Permasalahan mengenai pengunjung illegal, kecelakaan pengunjung, sampah dan vandalisme meski dapat diminimalisir namun tetap menjadi fokus perhatian penanganannya. e. Bumi Perkemahan (Buper/ camping ground) Tujuh bumi perkemahan terdapat pada kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, masing-masing satu pada wilayah Resort Cibodas (Buper Mandalawangi), Resort Gunung Putri (Buper Bobojong), Resort Situ Gunung (Buper Situ Gunung); Resort Bodogol (Buper Bodogol); Resort Cimande (Buper Pancawati), Resort Cisarua (Buper Barubolang), dan Resort Selabintana (Buper Cipelang dan Buper Pondok Halimun). Bumi perkemahan di wilayah Resort Gunung Putri dan di wilayah Resort Cisarua masing-masing memiliki kapasitas 20 tenda atau sekitar 100 orang, sedangkan bumi perkemahan di wilayah Resort Selabintana memiliki kapasitas 30 tenda atau kurang lebih 150 orang. Bumi perkemahan Selabintana memiliki fasilitas perkemahan yang cukup lengkap dan telah dikenal luas oleh masyarakat, sedangkan dua lainnya belum memiliki fasilitas yang memadai dan belum banyak dikunjungi masyarakat. Penataan tapak areal perkemahan perlu disusun dengan memperhatikan lokasi,

83

kondisi fisik, daya dukung, dan tujuan spesifik dari masing-masing areal perkemahan. 4. Sarana dan Prasarana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Fasilitas yang meliputi seluruh sarana dan prasarana sangatlah penting dan diperlukan untuk mendukung dan melayani kebutuhan pengunjung khususnya dalam rangkaian wisata pendidikan selama mereka berada di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar, agar kegiatan-kegiatan pembelajaran pembelajaran berjalan lancar. adapun saran dan prasarana yang terdapat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Gunung Gede Pangrango yang dapat mendukung pembelajaran. a. Aksesibilitas Aksesibilitas menekankan pada saran dan prasarana yang tersedia untuk mencapai lokasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Gunung Gede Pangrango, serta di dalam lokasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango menentukan kelancaran wisatawan dalam mencapai tempat yang dituju sebagai berikut: 1. Sarana Jalan Saran jalan mempunyai peranan penting dalam penjalanan mencapai suatu objek wisata. Jalan menuju lokasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango kondisi jalannya telah diaspal, adapun jalan untuk kedalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango berupa jalan setapak. Adapun jalan setapak dibuat untuk mempermudah pengunjung dan sekaligus memberikan petunjuk tentang potensi-potensi yang ada dalam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. 2. Sarana Parkir Sarana parkir hanya terdapat di depan setelah pintu masuk gerbang utama kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, parkiran yang cukup luas yang dapat menampung banyak kendaraan dari Bus, truk, mobil pribadi dan juga motor, sarana parkir yang terdapat di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango menjadi satu dengan tempat parkir untuk yang menuju ke Kebun Raya Cibodas.

84

3. Alat Transportasi Terdapat beberapa jenis alat transportasi yang dapat digunakan untuk menuju lokasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, yaitu dengan menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil, motor, dan juga terdapat sarana angkutan umum seperti angkot yang trayeknya sampai di parkiran Taman Nasional Gunung Gede Pangrango,dan juga untuk menuju Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat juga menggunakan bus dan juga truk, karena akses menuju kawasan sudah cukup bagus dengan jalan yang telah diaspal, dan parkiran yang luas. 4. Sarana Peribadatan Terdapat beberapa sarana peribadatan di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, kurang lebih terdapat 2 masjid besar yang terdapat di depan dekat gerbang masuk dan juga dibelakang kantor Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan 2 mushollah di kawasan parkiran. Sarana peribadatan terawat dengan baik, sehingga pengunjug dapat merasa nyaman dalam beribadat, khususnya pada saat weekend atau pada hari libur yang pengunjug lebih banyak datang. Oleh karena itu dibutuhkan kesadaran dari pengunjung untuk sama-sama merawat dan menjaga sarana peribadatan yang ada. 5. Sarana MCK/Toilet Sarana MCK/Toilet yang terdapat di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terdapat beberapa tempat, untuk di luar kawasan atau di daerah parkiran terdapat beberapa MCK/Toilet umum yang cukup banyak terdapat di warung-warung atau tempat peristirahatan yang tersedia di kawasan tersebut, adapun untuk MCK/Toilet yang terdapat di dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango lebih kurang terdapat lebih kurang terdapat 4 MCK/Toilet, beberapa dalam kondisi yang kurang terawat karena kurang sadarnya pengunjung ataupun pendaki yang menggunakan sarana MCK/Toiet yang tersedia, diperlukan kesadaran bersama untuk merawat dan menjaga sarana agar nyaman pada saat digunakan.

85

6. Fasilitas Pendidikan Sesuai dengan salah satu fungsinya sebagai sungsi pendidikan, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki program pendidikan lingkungan, mulai dari pendidikan kader konservasi, kemah konservasi, pemanduan dll. Selain itu Taman Nasional Gunung Gede Pangrango memiliki program Visit to School, dan Goes to Campus dan memberi penjelasan, pengarahan dan penyadaran sebagai upaya menumbuhkan dan memupuk rasa cinta dan bertanggung jawab terhadap pelestarian lingkungan hidup, serta pemahaman dan pengetahuan Sumber Daya Manusia terhadap potensi Sumber Daya Alam (SDA) Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Tentu saja hal ini sangat mendukung untuk dijadikan sebagai sumber belajar geografi. Tabel 4.1 Indikator Materi Pembelajaran Geografi Yang Berkaitan Dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Potensi Taman Kelas/ Nasional Kompetensi Kompetensi Indikator Semest Materi Pokok Gunung Inti Dasar Pencapaian er Gede Pangrang o Kelas 1. Menghay 3.5 1. Mengidenti HUBUNGAN Potensi X ati dan Menganalisis fikasi MANUSIA DAN fisik Semest mengama hubungan lapisan LINGKUNGAN seperti er 2 lkan antara mausia atmosfer AKIBAT kondisi Progra ajaran dengan 2. Mendeskri DINAMIKA iklim m agama lingkungan psikan ATMOSFER sekitar Ilmu- yang sebagai pengertian  Lapisan Taman ilmu dianutnya akibat dari cuaca dan atmosfer Nasional Sosial 2. Mengemb dinamika iklim  Cuaca dan Gunung angkan atmosfer 3. Mengidenti iklim Gede prilaku ( fikasi  Klasifikasi Pangrango jujur, 4.5 klasifikasi tipe iklim disiplin, Menyajikan tipe iklim  Ciri iklim di tanggung hasil analisis 4. Menganalis Indonesia jawab, hubungan is ciri iklim  Dampak peduli, antara di perubahan santun, manusia indonesia iklim global ramah dengan 5. Menganalis  Research lingkunga lingkunganny is research

86

n, gotong a sebagai tentang tentang iklim royong, pengaruh iklim dan dan kerjasama dinamika pemanfaata pemanfaatann , cinta atmosfer nnya ya damai, dalam bentuk responsif narasi, grafik, dan pro- gambar, aktif) dan ilustrasi, dan menunjuk atau peta kan sikap konsep sebagai 3.6 1. Mendeskri HUBUNGAN Potensi bagian Menganalisis psikan MANUSIA DAN Hidrografi dari hubungan proses LINGKUNGAN seperti solusi antara sirkulasi AKIBAT adanya atas manusia air DINAMIKA aliran berbagai dengan 2. Menganalis HIDROSFER sungai, air permasala lingkungan is perairan  Siklus air terjun, air han sebagai darat dan  Perairan daran panas, dan bangsa akibat dari potensinya dan danau di dalam dinamika 3. Menganalis potensinya kawasan berinterak hidrosfer is perairan  Perairan laut Taman si secara laut dan dan Nasional efektif 4.6 potensinya potensinya Gunung dengan menyajikan 4. Menganalis  Pemanfaatan Gede lingkunga hasil analisis is dan Pangrango n sosial hubungan pemanfaata pelestarian dan alam antara n dan perairan darat serta manusia pelestarian dalam unit dalam dengan perairan Daerah Aliran menempa lingkunganny darat Sungai (DAS) tkan diri a sebagai dalam unit  Pemanfaatan sebagai pengaruh Daerah dan cerminan dinamika Aliran pelestarian bangsa hidrosfer Sungai laut secara dalam dalam bentuk (DAS) berkelanjutan pergaulan narasi, tabel, 5. Menganalis dunia bagan, grafik, is 3. Memaha gambar pemanfaata mi dan ilustrasi, dan n dan menerapk peta konsep pelestarian an laut secara pengetah berkelanjut uan an faktual, 3.7 MITIGASI DAN Konsisi konseptua Menganalisis ADAPTASI kemiringa l, Mitigasi dan BENCANA n lereng prosedura Adaptasi ALAM yang l, dalam bencana alam  Jenis dan berada di

87

ilmu dengan kajian karakteristik daerah pengetah geografi bencana alam pegununga uan  Sebaran n teknologi, daerah rawan memungki seni bencana alam nkan budaya, di Indonesia terjadinya dan  Usaha benca humanior pengurangan longsor di a dengan resiko Kawasan wawasan bencana alam Taman kemanusi  Kelembagaan Nasional aan, penanggulang Gunung kebangsa an bencana Gede an, alam Pangrango kenegaraa n, dan perdaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapk an pengetah uan prosedura l pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecah kan masalah 4. Mengolah , menalar dan menyaji, dalam ranah kongkret dan ranah

88

abstrak terkait dengan pengemb angan dari yang dipelajari nya disekolah secara mandiri, dan mampu menggun akan metode sesuai kaidah keilmuan Kelas 1. Menghay 3.1 1. Mendeskri SEBARAN Keanekara XI ati dan Menganalisis psikan FLORA DAN gaman Semest mengama Sebaran Flora pengertian FAUNA flora dan er 1 lkan Dan Fauna konservasi INDONESIA fauna di Progra ajaran Di Indonesia 2. Mendeskri DAN DUNIA Taman m agama Dan Dunia psikan  Faktor-faktor Nasional Ilmu- yang Berdasarkan persebaran yang Gunung ilmu dianutnya Karakteristik flora dan mempengaruh Gede Sosial 2. Mengemb Ekosistem fauna di i sebaran flora Pangrango angkan Dan Region Indonesia dan fauna prilaku ( Iklim 3. Menyebutk  Sebaran flora jujur, an contoh dan fauna di disiplin, 4.1 flora dan Indonesia tanggung Mengkomuni fauna di  Sebaran flora jawab, kasikan Indonesia dan fauna di peduli, sebaran flora 4. Mengidenti Dunia santun, dan fauna di fikasi  Pemanfaatan ramah Indonesia dan persebaran keanekaragam lingkunga dunia flora dan an hayati n, gotong berdasarkan fauna di Indonesia royong, karakteristik Indonesia  Konservasi kerjasama ekosistem 5. Menganalis flora dan , cinta dan region is flora dan fauna damai, ikim dalam fauna yang responsif bentuk artikel perlu di dan pro- ilmiah, konservasi aktif) dan makalah, atau 6. Menganalis menunjuk bahan is kan sikap publikasi lingkungan

89

sebagai lainnya flora dan bagian fauna yang dari perlu solusi dikonserva atas si Kelas berbagai 3.1 1. Mendeskri PELESTARIAN Fungsi XI permasala Mengevaluas psikan LINGKUNGAN Taman Semest han i Tindakan tentang HIDUP DAN Nasional er 2 bangsa Yang Tepat lingkungan PEMBANGUNA Gunung Progra dalam Dalam hidup dan N Gede m berinterak Pelestarian unsur- BERKELANJU Pangrango Ilmu- si secara Lingkungan unsur TAN sebagai ilmu efektif Hidup terkait  Lingkungan sarana Sosial dengan Kaitannya 2. Mengidenti hidup (aliran penelitian lingkunga Dengan fikasi energi, rantai dan n sosial Pembanguna kualitas makanan, pengemba dan alam n Yang dan baku siklus ngan, serta Berkelanjuta mutu biogeokimia) pendidika dalam n lingkungan  Kualitas dan n , serta menempa 3. Menjelaska baku mutu pariwisata tkan diri 4.1 n lingkungan dan sebagai Mengkomuni pencemara  Pencemaran, rekreasi cerminan kasikan n, perusakan, yang dapat bangsa Contoh perusakan, dan resiko dimanfaat dalam Tindakan dan resiko lingkungan kan untuk pergaulan Yang Tepat lingkungan  Faktor-faktor sumber dunia Dalam 4. Mengetahu penyebab belajar 3. Memaha Pelestarian i faktor- pemanasan mi dan Lingkungan faktor global menerapk Hidup penyebab  Implementasi an kaitannya pemanasan pembangunan pengetah dengan global berkelanjutan uan pembanguna 5. Mengimole faktual, n mentasikan konseptua berkelanjutan permbangu l, dalam bentuk nan prosedura makalah atau berkelanjut l, dalam bentuk an ilmu publikasi pengetah lainnya uan teknologi, seni budaya, dan humanior a dengan wawasan

90

kemanusi aan, kebangsa an, kenegaraa n, dan perdaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapk an pengetah uan prosedura l pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecah kan masalah 4. Mengolah , menalar dan menyaji, dalam ranah kongkret dan ranah abstrak terkait dengan pengemb angan dari yang dipelajari nya disekolah secara

91

mandiri, dan mampu menggun akan metode sesuai kaidah keilmuan

C. Analisis Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar Geografi Sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran memiliki fungsi untuk menunjang efisiensi dan efektifitas kegiatan pembelajaran, membantu peran guru, dan menumbuhkembangkan motivasi belajar, serta mengembangkan kegiatan belajar mendiri pada siswa. Selain itu keberadaan sumber belajar sangatlah berguna bagi kegiatan pembelajaran, karena akan mengurangi ketergantungan kepada guru dan juga ketergantungan pada buku pelajaran dan juga ruang kelas. Pembelajaran dapat berlangsung dengan lancar dan mencapai efektifitas serta efisiensi jika guru memiliki dan mengaplikasikan kompetensinya. Untuk melaksanakan perannya sebagai pendidik, guru harus memiliki kemampuan mendidik dan kemampuan pembelajaran, dalam hal ini pengetahuan guru tentang sumber belajar sangatlah penting, karena guru sangat berperan dalam menggunakan sumber belajar tersebut sehingga dapat menunjukkan daya guna bagi proses pembelajaran dan pencapaian kompetensi yang diperlukan dalam pembelajaran, dan kebermaknaan bagi kehidupan nyata. 1. Pengetahuan Responden Mengenai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Tabel 4.2 Pengetahuan Responden Mengenai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango No. Alternatif Item Jawaban Frekuensi Persentase Sangat Tahu 4 27% 1. Tahu 11 73%

92

Kurang Tahu 0 0% Tidak Tahu 0 0% Sangat Tidak Tahu 0 0% Jumlah 15 100% Sumber : Data Hasil Penelitian 2017 Dari tabel 4.2, sebesar 27% responden sangat mengetahui atau sebanyak 4 responden sangat mengetahui Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, sedangkan 73% responden atau sebanyak 11 responden Tahu bahwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Gunung Gede Pangrango. Hal ini menunjukkan bahwa guru SMA Negeri yang berada di Kabupaten Cianjur Tahu bahwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 2. Kunjungan Responden Menggunakan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar Tabel 4.3 No. Alternatif Item Jawaban Frekuensi Persentase Sering 0 0% Pernah 14 93% Jarang 1 7% 1 Kadang2 0 0% Belum Pernah 0 0% Jumlah 15 100% Sumber : Data Hasil Penelitian 2017 Dari tabel 4.3, pada indikator pengalaman responden berkunjung ke Taman Nasional Gunung Gede Pangrango menunjukkan hampir seluruhnya responden, sebesar 93% (14 dari 15 responden) pernah berkunjung ke lokasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Sebesar 7% a (1 dari 15 responden) jarang untuk berkunjung ke Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. 3. Pengetahuan Responden bahwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar Tabel 4.4 No. Alternatif Item Jawaban Frekuensi Persentase Sangat Tahu 6 40% 1 Tahu 9 60% Kurang Tahu 0 0%

93

Tidak Tahu 0 0% Sangat Tidak Tahu 0 0% Jumlah 15 100% Sumber: Data Hasil Penelitian 2017 Dari tabel 4.3 dapat kita lihat bahwa pengetahuan guru bahwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Gunung Gede Pangrango dapat dijadikan sebagai sumber belajar menunjukkan bahwa setiap guru yang menjadi responden memiliki pengetahuan yang berbeda-beda, diantaranya dengan 40% (6 dari 15 responden) sangat mengetahui Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Sangat tahu yang artinya sebagian besar mengetahui dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat dijadikan sebagai sumber belajar, dan sekitar 60% (9 dari 15 responden) hanya tahu bahwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Tahu yang artinya hanya mengetahui sebagian kecil bahwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat dijadikan sebagai sumber belajar. 4. Sumber Informasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat dijadikan sebagai Sumber Belajar Tabel 4.5 No. Alternatif Item Jawaban Frekuensi Persentase Internet 11 73% Brosur 1 7% 1 Teman 0 0% Sumber Lain 3 20% Jumlah 15 100% Sumber: Data Hasil Penelitian 2017 Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa sebagian informasi mengenai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat dijadikan sebagai sumber belajar diperoleh dari Internet sebesar 73 % (11 dari 15 responden), sebesar 7% (1 dari 15 responden) mengetahui Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat dijadikan sebagai sumber belajar melalui brosur, sedangkan 20% (3 dari 15 responden) mengetahui Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat dijadikan sebagai sumber belajar melalui sumber lain, diantara sumber lain tersebut yaitu 1 responden mengetahui

94

dari materi perkuliahan, dan dua responden mengetahui karena dekat dengan lokasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. 5. Relevansi antara objek yang terdapat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan Materi Pembelajaran Geografi a. Pada pernyataan, Keanekaragaman Flora, berdasarkan hasil perhitungan pengolahan data keanekaragaman flora di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango pada tabel 4.5 Tabel 4.6 Relevansi Keanekaragaman Flora di Taman Nasional gunung Gede Pangrango dengan Mata Pelajaran Geografi SMA

Sangat Sangat Ragu- Tidak N Relevan Tidak Pernyataan Relevan ragu Relevan O Relevan

F % F % F % F % F % 1 Puspa 4 27 10 67 1 7 0 0 0 0 2 Rasamala 8 53 7 47 0 0 0 0 0 0 3 Damar 7 47 8 53 0 0 0 0 0 0 4 Saninten 4 27 9 60 2 13 0 0 0 0 5 Cantigi 9 60 6 40 0 0 0 0 0 0 6 Tumbuhan Paku 4 27 11 73 0 0 0 0 0 0 7 Honje 3 20 12 80 0 0 0 0 0 0 8 Rotan 13 87 2 13 0 0 0 0 0 0 9 Lumut 7 47 8 53 0 0 0 0 0 0 10 Liana 3 27 12 80 0 0 0 0 0 0 11 Riung Anak 4 27 9 60 2 13 0 0 0 0 12 Walen 4 27 10 67 1 7 0 0 0 0 13 Merang 7 47 8 53 0 0 0 0 0 0 14 Edelweis 13 87 2 13 0 0 0 0 0 0 15 Pohpohan 4 27 11 73 0 0 0 0 0 0 16 Kareumbi 3 29 12 80 0 0 0 0 0 0 Keanekaragama 17 2 13 13 87 0 0 0 0 0 0 n Anggrek 18 Tanaman Obat 3 20 12 80 0 0 0 0 0 0 Sumber : Data Hasil Penelitian 2017 Dari hasil perhitungan keanekaragaman flora yang terdapat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang sesuai dengan mata pelajaran Geografi SMA, di dapat bahwa keanekaragaman flora yang terdapat di

95

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagian besar Relevan dengan mata pelajaran Geografi, dan sebagaian menyatakan relevan, persentase cukup sedikit yang menyatakan ragu-ragu terhadap keanekaragaman flora yang terdapat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. b. Pada pernyataan, Keanekaragaman Fauna, berdasarkan hasil perhitungan pengolahan data keanekaragaman fauna di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango pada tabel 4.6 Tabel 4.7 Relevansi Keanekaragaman Fauna di Taman Nasional gunung Gede Pangrango dengan Mata Pelajaran Geografi SMA

Sangat Sangat Ragu- Tidak Relevan Tidak Relevan ragu Relevan NO Pernyataan Relevan F % F % F % F % F % 1 Owa Jawa 2 13 13 87 0 0 0 0 0 0 2 Kucing Hutan 8 53 7 47 0 0 0 0 0 0 3 Anjing Hutan 4 27 11 73 0 0 0 0 0 0 4 Tringgiling 6 40 9 60 0 0 0 0 0 0 5 Landak 9 60 6 40 0 0 0 0 0 0 6 Surili 5 33 8 53 2 13 0 0 0 0 7 Kijang 3 20 12 80 0 0 0 0 0 0 8 Kancil 13 87 2 13 0 0 0 0 0 0 9 Elang Bondol 4 27 11 73 0 0 0 0 0 0 10 Alap-alap 3 27 12 80 0 0 0 0 0 0 Keanekaragaman 11 2 13 13 87 0 0 0 0 0 0 Burung 12 Macan Tutul 7 47 8 53 0 0 0 0 0 0 13 Burung Hantu 7 47 8 53 0 0 0 0 0 0 14 Kadal 3 20 12 80 0 0 0 0 0 15 Jenis Ular 4 27 11 73 0 0 0 0 0 0 16 Katak 3 29 12 80 0 0 0 0 0 0 17 Babi Hutan 2 13 13 87 0 0 0 0 0 0 18 Ayam Hutan 5 33 10 67 0 0 0 0 0 0 Sumber : Data Hasil Penelitian 2017 Dari hasil perhitungan keanekaragaman Fauna yang terdapat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang sesuai dengan mata pelajaran Geografi SMA, di dapat bahwa keanekaragaman fauna yang terdapat di

96

Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagian besar Relevan dengan mata pelajaran Geografi, dan sebagaian menyatakan relevan, persentase cukup sedikit yang menyatakan ragu-ragu terhadap keanekaragaman fauna yang terdapat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. c. Pada pernyataan, objek Kawasan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terhadap materi pelajaran Geografi di SMA, berdasarkan hasil perhitungan pengolahan data keanekaragaman fauna di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango pada tabel 4.7

Tabel 4.8 Relevansi Keanekaragaman Objek Kawasan di Taman Nasional gunung Gede Pangrango dengan Mata Pelajaran Geografi SMA Sangat Sangat Tidak Relevan Ragu-ragu Tidak Relevan Relevan NO Pernyataan Relevan F % F % F % F % F % Telaga 1 2 13 13 87 0 0 0 0 0 0 Warna Curug 2 5 40 9 60 0 0 0 0 0 0 Cibereum 3 Air Panas 3 20 12 80 0 0 0 0 0 0 Sumber: Data Hasil Penelitian 2017 Dari hasil perhitungan keanekaragaman objek kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang sesuai dengan mata pelajaran Geografi SMA, di dapat bahwa keanekaragaman fauna yang terdapat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagian menyatakan sangat Relevan dengan mata pelajaran Geografi, dan sebagaian menyatakan relevan.

6. Bentuk Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar Keanekaragaman flora dan fauna serta kondisi fisik yang mendukung di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan salah satu sumber pembelajran yang dapat dimanfaatkan oleh para pendidik atau guru, khususnya pada mata pelajaran geografi SMA, terutama di Kabupaten

97

Cianjur. Berikut ini frekuensi pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai sumber belajar geografi. a) Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar Geografi Tabel 4.9 No. Alternatif Item Jawaban Frekuensi Persentase Sering 0 0% Pernah 7 47% Jarang 1 7% 1 Kadang- kadang 2 13% Belum Pernah 5 33% Jumlah 15 100% Sumber: Data Hasil Penelitian 2017 Berdasarkan pengolahan data pada tabel 4.9 pada indikator pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar, menunjukkan bahwa persentase paling tinggi sebesar 47% (7 dari 15 responden) pernah memanfaatkan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai sumber belajar geografi, sebesar 7% (1 dari 15 responden) jarang menggunakan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar , sebesar 13% (2 dari 15 responden) kadang-kadang menggunakan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar, dan sebesar 33 % (5 dari 15 responden) belum pernah memanfaatkan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar. Jika dihitung dari nilai indeks secara keseluruhan, maka sebesar 67% dengan keterangan masuk dalam kategori cukup, artinya bahwa lebih dari setengahnya guru geografi pernah memanfaatkan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar. b) Bentuk Guru memanfaatkan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar Tabel 4.10 No. Alternatif Item Jawaban Frekuensi Persentase 2 Contoh 8 53%

98

Tugas 3 20% Media 2 13% Bahan ajar 0 0% Studi lapangan 2 13% Jumlah 15 100% Sumber: Data Hasil Penelitian 2017 Berdasarkan pengolahan data pada tabel 4.10 pada indikator bentuk pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar oleh guru geografi, didapatkan persentase paling tinggi bahwa 53% (8 dari 15 responden) lebih dari setengahnya guru menggunakan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai contoh dalam pembelajaran geografi. Perolehan persentase sebesar 20% (3 dari 15 responden) menggunakan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai tugas, yang artinya sebagian besar guru memanfaatkan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai tugas dalam pembelajaran geografi. Perolehan persentase sebesar 13% (2 dari 15 responden) menggunakan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai media pembelajaran dalam pembelajaran geografi, artinya sebagian kecil guru menjadikan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai media pembelajaran. Pada kategori pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai bahan pembelajaran 0% atau tidak ada. Perolehan persentase pada kategori bentuk pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan studi lapangan atau observasi langsung sebesar 13 % (2 dari 15 responden) yang artinya cukup banyak guru yang memanfaatkan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai studi lapangan. c) Hambatan Ketika melakukan Studi Lapangan Tabel 4.11 No. Alternatif Item Jawaban Frekuensi Persentase Waktu 13 87% Jarak 0 0% 3 Materi yang Sulit 0 0% Tidak Ada Hambatan 2 13% Jumlah 15 100%

99

Sumber: Data Hasil Penelitian 2017 Berdasarkan pengolahan data pada tabel 4.11. pada indikator hambatan ketika memanfaatkan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar melalui observasi oleh guru geografi, menunjukkan persentase yaitu lebih dari setengahnya sebesar 87% (13 dari 15 resonden) guru geografi ketika sedang melakukan studi lapangan yaitu waktu berkunjung, menurut pendapat guru-guru geografi, hambatan tersebut dapat diatasi jika proses hanya dapat dilaksanakan sebentar atau 1 hari, yaitu dengan cara membagi kelompok bergilir dalam pelaksanaan studi lapangan agar waktu yang digunakan lebih efektif, pelaksanaannya pada beberapa minggu pertemuan, dimana setiap minggu sebagian kelompok melaksanakan studi lapangan, adapun jika dapat dilaksanakan lebih dari 1 hari, dapat dilaksanakan dengan melaksanakan camp di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango agar dapat melaksanakan pengamatan pada malam harinya. Perolehan sebesar 13% (2 dari 15 responden) tidak merasakan hambatan dalam pelaksanaan studi lapangan. d) Penggunaan Alat Trasnportasi Menuju Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Tabel 4.12 No. Alternatif Item Jawaban Frekuensi Persentase Bus 0 0% Angkot 15 100% Elf 0 0% 4 Ojek 0 0% Lainnya 0 0% Jumlah 15 100% Sumber: Data Hasil Penelitian 2017 Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar tentu saja memerlukan aksesbilitas berupa alat trasnportasi menuju lokasi tersebut. Brdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.12. pada indikator penggunaan alat trasnportasi menuju Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, menunjukkan perolehan 100% (semua responden) menggunakan alat trasnportasi berupa angkot, ini artinya untuk

100

menuju lokasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango para guru tidak sulit dalam mencari atau menggunakan alat trasnportasi. 7. Dampak Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar Geografi Tabel 4.13 No. Pernyataan Ya Tidak F % F % 1 Pemanfaatan Sumber Belajar Pada 15 100% 0 0% Kegiatan Pembelajaran 2 Pemanfaatan Sumber Belajar dapat 15 100% 0 0% Memperkaya Materi Pembelajaran 3 Pemanfaatan Sumber Belajar dapat 15 100% 0 0% Memberikan Pengalaman langsung pada siswa 4 Pemanfaatan Sumber Belajar dapat 15 100% 0 0% Mendukung Ketercapaian Kompetensi 5 Pemanfaatan Sumber Belajar dapat 15 100% 0 0% mendukung Ketercapaian SK dan KD Sumber: Data Hasil Penelitian 2017 Dari perhitungan dari pengolahan indikator pendapat dampak pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar keseluruhan menyatakan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango bermanfaat untuk dijadikan sebagai sumber belajar, dalam kegiatan pembelajaran bahwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar seluruh responden setuju, selain itu sebesar 100% Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Gunung Gede Pangrango dapat memperkaya materi pembelajaran geografi, sebesar 100% Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar memberikan pengalaman langsung kepada siswa, siswa dapat mengetahui kondisi sebenarnya tidak hanya membaca buku atau dari penjelasan guru saja, perolehan 100% juga setuju Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar dapat mendukung ketercapaian, dari pembelajaran secara langsung siswa dapat lebih banyak mengetahui dan mendeskripsikan apa yang di dapat dari pembelajaran di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, peroleh 100% juga menunjukkan bahwa dari

101

pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar dapat mendukung ketercapaian SKKD. 8. Faktor Pendukung dan Penghambat Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar Geografi a) Faktor Pendukung Tabel 4.14 No Faktor Alternatif Jawaban Pendukung Sangat Mendkung Cukup Tidak Sangat Mendukung Mendukung Mendukung Tidak Mendukung

F % F % F % F % F % 1 Kondisi 9 60% 6 40% 0 0% 0 0% 0 0% Fisik 2 Sarana dan 1 7% 9 60% 5 33% 0 0% 0 0% Prasaranan 3 Tersedianya 7 47% 8 53% 0 0% 0 0% 0 0% Narasumber Sumber: Hasil Data Penelitian 2017

Berdasarkan pengolahan data pada tabel 4.14. pada indikator pendukung Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar menunjukkan 60% kondisi fisik Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat dijadikan sebagai sumber belajar, dan 40 % berpendapat bahwa kondisi fisik Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat dijadikan sumber belajar geografi. Pada indikator sarana dan prasarana diperoleh sebesar 7% sarana dan prasarana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango mendukung untuk dijadikan sebagai sumber belajar, sebesar 60% menyatakan mendukung sarana dan prasarana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar, dan sebesar 33% menyatakan cukup mendukung Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar. Pada indikator ketersediaan narasumber, diperoleh 47% narasumber di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sangat mendukung, sebanyak 53% mendukung tersedianya narasumber di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, secara garis

102

besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat dijadikan sebagai sumber belajar. b) Faktor Penghambat Tabel 4.15 N Faktor Alternatif Jawaban o Penghambat Sangat Menghmbat Cukup Tidak Sangat Menghambat Menghmbat Menghmbat Tidak Menghmbat

F % F % F % F % F % 1 Perizinan 1 7% 0 0% 2 13% 12 80% 0 0% Sekolah 2 Biaya 1 7% 1 7% 1 7% 11 73% 1 7% Trasnportasi dan Akomodasi 3 Jarak 1 7% 1 7% 1 7% 10 67% 2 13% Sekolah dengan lokasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 4 Waktu 1 7% 4 27% 10 67% 0 0% 0 0% Pelaksanaan Sumber: Data Hasil Penelitian 2017 Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.14 diperoleh data bahwa faktor penghambat Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dijadikan sebagai sumber belajar, pada indikator perizinan sekolah sebesar 80% dari sekolah tidak menghambat untuk pelaksanaan pembelajaran di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dikarenakan sekolah-sekolah di Kabupaten Cianjur sangat mendukung kegiatan pembelajaran diluar kelas, sebesar 13% menyatakan cukup menghambar, dikarenakan ada beberapa kendala yang dialami yang disebabkan faktor keamanan dan juga peraturan dinas pendidikan yang ketat untuk transparansi biaya, beberapa sekolah terhambat karena takut diindikasikan ada praktik korupsi, diperoleh 7% menyatakan sangat menghambat, hal ini dikarenakan permasalahan yang pernah dialami di internal sekolah

103

sehingga untuk proses pembelajaran diluar sekolah. Pada indikator jarak sebesar 67% merasa tidak terhambat, dikarenakan lokasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan sekolah yang cukup dekat dan dapat ditempuh dengan waktu yang tidak terlalu lama. Pada indikator waktu pelaksanaan 67% menyatakan cukup menghambat dikarenakan waktu pelajaran yang cukup singkat dan tidak dapat dilaksanakan pada waktu jam pelajaran, karena akan memakan waktu pelajaran lain, diperoleh sebesar 27% menyatakan waktu pelaksanaan menghambat dikarenakan butuh waktu yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembelajaran secara langsung di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. D. Pembahasan Identifikasi Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar Geografi SMA Negeri di Kabupaten Cianjur Sumber belajar yang merupakan semua sarana pengajaran yang menyajikan pesan secara edukatif baik visual, maupun audiovisual. Sumber belajar adalah guru dan bahan-bahan pelajaran/pengajaran, baik berupa buku- buku bacaan, jurnal, majalah, atau semacamnya, akan tetapi segala daya yang dapat dipergunakan untuk kepentingan proses/aktivitas pengajaran baik secara langsung maupun tidak langsung, diluar diri peserta didik, lingkungan yang melengkapi diri mereka pada saat pelajaran berlangsung. Menurut responden dari hasil wawancara dan angket menyatakan bahwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat dijadikan sebagai sumber belajar yang memberikan dampak dan pengaruh bagi guru, siswa, hal ini sesuai dengan pendapat dari Edgar Dale yang menyatakan bahwa sumber belajar adalah pengalaman-pengalaman yang pada dasarnya sangat luas, yakni seluas kehidupan yang mencakup sesuatu yang dapat dialami dan dapat menimbulkan peristiwa belajar.70 Menurut hasil wawancara dengan guru, guru- guru menjelaskan bahwasanya Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar sudah cukup berpotensi dan menunjang kegiatan pembelajaran, dengan penggunaan sumber belajar dapat meningkatkan pengetahuan siswa,

70 Ahmad Rohani, Media Infrastruktur Edukatif (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997) hal 102

104

meningkatkan kompetensi dari siswa, dapat memenuhi ketercapaian SKKD, karena siswa dapat belajar dan melihat langsung pada objek yang dipelajari, dan juga dengan pembelajaran langsung pada objek belajar dapat meningkatkan sikap saling menhargai, saling menyayangi lingkungan, cinta terhadap kelestarian lingkungan. Sumber belajar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang termasuk dalam kelompok lingkungan dalam pengklasifikasian sumber belajar menurut Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT), AECT menjelaskan bahawa sumber belajar adalah semua sumber (data manusia, dan barang) yang dapat dipakai oleh pelajar sebagai sumber tersendiri atau kombinasi untuk mempelancar belajar dan meliputi pesan orang, material, alat, teknik dan lingkungan. Sumber belajar bahkan menjadi komponen sistem intruksional apabila sumber belajar itu diatur sebelumnya (Prestructured) di desain dan dipilih lalu dikombinasikan menjadi suatu sistem intruksional yang lengkap sehingga mengakibatkan pembelajaran yang bertujuan dan terkontrol. Menurut Pengklasifikasian sumber belajar AECT, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango termasuk dalam klasifikasi lingkungan, yang dimaksud lingkungan yaitu situasi sekitar dimana pesan disalurkan71, yang mana pesan ini adalah seluruh potensi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Latar atau lingkungan yang merupakan potensi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dibedakan menjadi lingkungan fisik, dan non fisik. Potensi fisik pada Taman Nasional Gunung Gede Pangrango ini adalah topografi, hidrologi, tanah, iklim, danau atau telaga warna, air terjun, dan air panas, sedangkan lingkungan non fisik pada Taman Nasional Gunung Gede Pangrango adalah Flora, Fauna, dan sarana prasarana yang terdapat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.72 Dari hasil analisis kepada beberapa siswa dari sekolah SMA Negeri di Kabupaten Cianjur, bahwa sumber pembelajaran khususnya geografi tidak hanya dari pembelajaran di kelas atau disekolah saja, akan tetapi sumber pembelajaran diluar kelas seperti Taman Nasional Gunung Gede Pangrango lebih memberikan nilai dari sekedar

71 Ahmad Rohani, Media Infrastruktur Edukatif (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997) hal 110 72 Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008) cet. 1 hal 209-210

105

sumber belajar di buku, banyak hal yang dapat dipetik dan dipelajari dari pembelajaran diluar kelas, siswa dapat mengetahui informasi baru yang tidak didapat dalam buku, atau ketika belajar di dalam kelas saja, karena dalam pembelajaran secara langsung diluar kelas mereka dapat belajar langsung dari objek yang dipelajari dan dapat lebih detail mempelajarinya. Lingkungan menjadi salah satu komponen pembelajaran, disamping komponen lainnya yang saling berinteraksi secara fungsional untuk mencapai tujuan pembelajaran. Keberadaan lingkungan baik lingkungan maya yang diciptakan oleh teknologi informasi maupun lingkungan fisik yang menjadi sumber belajar yang kaya akan makna dalam mengajarkan siswa dan membelajarkan siswa agar memiliki kompetensi beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan, dan juga menambah kepekaan terhadap kecintaan untuk melestarikan lingkungan. Namun dalam kegiatan pembelajaran tidak semua karakter lingkungan dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Untuk itu perlu adanya kompetensi ataupun kemampuan dalam memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Berdasarkan hasil analisis diatas, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang memiliki potensi yang dimanfaatkan sebagai sumber belajar khususnya pada mata pelajaran geografi, karena studi geografi pada hakikatnya membahas mengenai aspek-aspek keruangan, faktor-faktor geografis alam lingkungan dan kehidupan manusia. Potensi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango tersebut menjadikan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar khusunya pembelajaran geografi yang sangat berkaitan dengan alam dan lingkungan dari alam itu sendiri. Namun tidak semua lingkungan diluar kelas juga dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran, tetapi harus memenuhi syarat untuk bisa menjadikan sumber belajar yaitu, harus menunjang dan terkait dengan materi, sifat materi, dan batasan materi yang dipelajari serta kesesuaian dengan SKKD dan tujuan pembelajaran.

106

Hal ini sesuai dengan yang dipaparkan oleh Rusman dalam kriteria memilih sumber belajar bahwa sesuatu bisa dijadikan sebagai sumber belajar mengharuskan setiap objek yang harus sesuai dengan tujuan pembelajaran73. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar sebenarnya telah lama disadari oleh guru, namun kesadaran untuk menggunakan dan menganggap pentingnya lingkungan alam dalam menunjang pembelajaran kurang dimiliki oleh guru tersebut, kondisi ini sejalan dengan hasil penelitian dari Riana Monalisa74 yang menyatakan bahwa masih kurangnya lingkungan alam sebagai sumber belajar, keadaan itu lebih pada faktor lain yang mempengaruhi guru dalam proses penggunaan sumber belajar diluar sekolah yaitu perizinan baik dari sekolah maupun dari orang tua murid, waktu pelaksanaan, kalender pendidikan, trasnportasi, akomodasi, dan jarak sekolah. Faktor pendukung sangatlah penting dalam proses pembelajaran, karena sifatnya yang dapat mempelancar proses kegiatan belajar mengajar.

73 Rusman. Manajemen Kurikulum Seri Manajemen Sekolah Bermutu (Jakarta: Rajawali Press.2009) hal. 136 74 Tamara. RM, Pemanfaatan Kebun Raya Cibodas Sebagai Sumber Belajar Pada Mata Pelajaran Geografi SMA Negeri di Kabupaten Cianjur, Skripsi Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI Bandung, (Bandung: Tidak Diterbitkan, 2012),

107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berdasarkan hasil hasil analisis dan pembahasan penelitian, dapat disimpulkan bahwa : 1. Potensi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat dijadikan sebagai Sumber belajar Geografi SMA di Kabupaten Cianjur, potensi- potensi tersebut yaitu: potensi fisik yang yang meliputi topografi, hidrologi, tanah, iklim, danau atau telaga warna, air terjun, dan air panas, dan potensi non fisik yang meliputi flora, fauna, dan sarana prasarana. Salah satu potensi yaitu keanekaragaman flora dan fauna yang terdapat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang beragam dan bervariasi yang dapat menujang kebutuhan dari kegiatan belajar, yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar khususnya pada pembelajaran geografi, keanekaragaman yang tersedia dikawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango menunjukkan bahwa Taman Nasional yang memiliki fungsi Pendidikan dapat dijadikan referensi untuk pelaksanaan pembelajaran di Kawasan Taman Nasional, selain keanekaragaman flora dan fauna, tidak hanya dalam pembelajaran dengan materi keanekaragaman makhluk hidup saja siswa dapat mengambil pembelajaran dari kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, akan tetapi ada hal lain yang dapat dipelajari, terdapat beberapa tempat yang terdapat dikawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang menunjang pengetahuan siswa dalam pembelajaran, dimana siswa dapat belajar mengenai perubahan alam seperti fenomena telaga warna, air terjun, air panas, kegunung apian, padang savana yang memiliki banyak pohon Edelweis yang hanya ada ditempat dengan ketinggian tertentu. Potensi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar Geografi di dukung dengan sarana dan prasarana yang cukup memadai, ketersediaan sarana dan prasarana yang menunjang untuk pelaksanaan pembelajran di Taman

108

Nasional Gunung Gede Pangrango, selain itu akses menuju kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang cukup mudah dan familiar bagi masyarakat di wilayah Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten, sehingga potensi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango tersebut sangatlah besar untuk dijadikan sebagai sumber belajar. 2. Persepsi Guru tentang pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar Geografi, di dapat melalui angket dan wawancara meliputi, pengetahuan Guru mengenai Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, intensitas kunjungan guru ke Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, pengetahuan guru bahwa Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar, sumber informasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango yang dapat dijadikan sebagai Sumber Belajar, relevansi antara objek yang terdapat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan materi pembelajaran Geografi, bentuk pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar (Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar Geografi, bentuk guru dalam memanfaatkan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar Geografi, hambatan Guru ketika melakukan studi lapangan, penggunaan alat trasnportasi menuju Taman Nasional Gunung Gede Pangrango), dampak pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar Geografi, faktor pendukung pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar (faktor pendukung, faktor penghambat), faktor pendukung Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar menunjukkan 60% kondisi fisik Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat dijadikan sebagai Sumber Belajar, dan 40 % berpendapat bahwa kondisi fisik Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat dijadikan sumber belajar geografi. Pada sarana dan prasarana diperoleh sebesar 7% sarana dan prasarana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango mendukung untuk dijadikan sebagai sumber belajar, sebesar 60% menyatakan

109

mendukung sarana dan prasarana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar, dan sebesar 33% menyatakan cukup mendukung Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar. Pada ketersediaan narasumber, diperoleh 47% narasumber di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sangat mendukung, sebanyak 53% mendukung tersedianya narasumber di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, secara garis besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat dijadikan sebagai sumber belajar. Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai sumber belajar perlu didukung oleh pengetahuan guru mengenai sumber belajar sehingga dapat memilih sumber belajar yang tepat yang sesuai tujuan pembelajaran materi tersebut, guru juga harus mengetahui mengenai kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan lingkungan untuk pembelajaran. Tidak hanya di lokasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango saja guru menjelaskan materi yang berkaitan, akan tetapi guru menggunakan media ataupun bahan pembelajaran atau tugas dalam menggunakan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, selain dari itu guru-guru telah banyak menggunakan sumber-sumber belajar lain yang berkaitan dengan materi pembelajarannya. Dalam penelitian ini bahwa guru geografi mengetahui mengenai sumber belajar, mengetahui Taman Nasional Gunung Gede Pangrango meskipun dalam pemanfaatannya masih kurang. Pendapat dan penilaian guru Geografi SMA Negeri di Kabupaten Cianjur menilai positif Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat dijadikan sebagai sumber belajar. 3. Dalam proses pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai sumber belajar tentu terdapat faktor pendukung dan penghambat. Dimana faktor pendukung adalah situasi mendukung terlaksananya proses belajar mengajar dengan memanfaatkan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango tersebut. Faktor penghambat adalah

110

faktor yang menyulitkan dalam menjadikan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai sumber belajar. Faktor pendukung yang dipengaruhi oleh daya dukung dari lokasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango tersebut sebagai sumber belajar dan kebermanfaatan bagi guru dan juga siswa. Dalam penelitian ini faktor pendukung berupa seluruh potensi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat mendukung proses pembelajaran, selain faktor pendukung ada juga faktor penghambat yang akan dialami dalam pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai sumber belajar yaitu faktor sekolah dalam menunjang berjalannya proses pembelajaran diluar kelas, dan juga latar belakang guru yang dapat mempengaruhi kompetensi dan pengalaman yang dimiliki. Setiap sekolah memiliki hambatan yang berbeda-beda, tidak hanya faktor jarak atau lokasi sekolah dengan sumber belajar, perizinan, waktu dan kalender pendidikan juga menjadi hambatan yang dirasakan setiap sekolah. Hal ini dapat dilihat bahwa waktu dan kalender dalam pelaksanaannya, karena ketika pelaksanaannya dilaksanakan pada waktu jam pelajaran akan memakan jam pelajaran mata pelajaran lain karena tidak dapat dilaksanakan dengan waktu jam pelajaran sehari tersebut. Dalam penelitian ini sebagian besar mendukung Taman Nasional gunung Gede Pangrango sebagai Sumber Belajar Geografi SMA Negeri di Kabupaten Cianjur.

B. Saran 1. Bagi sekolah SMA Negeri di Kabupaten Cianjur dengan diketahuinya bahwa sumber belajar itu merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran, oleh karena itu diharapkan dalam proses perizinan untuk melaksanakan pembelajaran diluar kelas dapat lebih dipermudah, dan juga dapat memperbolehkan melaksanakan pembelajaran dihari selain hari sekolah atau diwaktu libur, agar terciptanya pembelajaran yang kondusif dan juga lebih membuat pembelajaran semakin menarik dan

111

beragam sehingga pencapaian terhadap materi pembelajaran yang dipelajari dapat optimal. 2. Bagi para guru, guru merupakan orang yang langsung berhubungan dengan siswa, maka suatu kewajiban untuk memberikan sumber belajar cetak dan no cetak, guru diharapkan dapat memanfaatkan sumber belajar yang berada disekitar lingkungan sekolah agar siswa dapat lebih memahami materi pelajaran yang dipelajari. 3. Bagi siswa, sebaiknya terus mengembangkan cara untuk mencari informasi yang tersedia disekitar yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar, karena tidak selalu guru dapat menjelaskan semua hal, oleh karena itu diperlukan keaktifan dari siswa untuk mencari informasi yang berkaitan dengan pembelajaran, baik di lingkungan sekitar, atau ditempat lain, ataupun juga melalui media internet dan media cetak lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka

Cipta, 2006

Bintarto dan Surastopo Hadisumarno, Metode Analisa Geografi, Jakarta: LP3ES, 1991

Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran, Jakarta: Rineka cipta, 2008

Bahri Syaiful Djamarah, Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta,

2010

Burhan Bungin, metodologi penelitian kuantitatif:komunikasi, ekonomi, dan kebijakan

publik serta ilmu-ilmu sosial lainnya

Cholid Narbuko, Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 2010

Kusnandar, Guru Profesiona Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,

Jakarta: Raja Grafindo, 2010

Mansur Muslich, KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual Jakarta;

Bumi Aksara, 2009

Maleong J Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,2010

Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: Remadja Rosdakarya, 2003

Mulyasa, Teknologi Pembelajaran, Jakarta: Rineka cipta, 2008

Margaret E. Bell Gredler, Belajar dan membelajarkan, Jakarta: PT Raja Grafindo, 1994 Ningrum, E. Kompetensi Profesional Guru dalam Konteks Strategi Pembelajaran

Bandung: Buana Nusantara, 2009

Nursid Sumaatmadja, Metodologi Pengajaran Geografi, Jakarta : Bumi Aksara, 1996

Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja

Rosdakarya, 2009

Nana Sudjana , Ahmad Rivai, Teknologi Pengajaran, Bandung: Sinar Baru, 2001

Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rhineka Cipta. 2004

Rohani, Ahmad. Media Intruksional Edukatif. Jakarta: Rhineka Cipta. 1997

Rusman. Manajemen Kurikulum Seri Manajemen Sekolah Bermutu Jakarta: Rajawali

Press.2009

Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, Bandung: Alfabeta 2010

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2008

Sumaatmadja, Nursid. Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara, 1997

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan Praktik, Jakarta:PT. Rineka

Cipta,2010

Surakhmad. W, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Teknik, Bandung:Tarsito,

1982

Sukmadinata Nana, Erliany syaodih, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi,

Bandung: PT Refika Aditama, 2012

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Jakarta: PT. Bumi Aksara 2012 Yatim Rianto, Paradigma Baru Pembelajaran; Sebagai Referensi Begi Pendidik Dalam

Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas Jakarta; Kencana, 2009

B. Skripsi

Anita, Sri Rahayu, Pemanfaatan Taman Wisata Alam Situ Gunung Sebagai Sumber

Belajar Geografi di Kabupaten Sukabumi, Skripsi Sarjana pendidikan Geografi

FIPS UPI Bandung, ( Bandung: Tidak Diterbitkan, 2016) h. 54

Badria, Lailatul, Pengaruh Sumber Belajar Terhadapt Prestasi Belajar Siswa Pada Mata

Pelajaran Ekonomi di SMP Bhakti Mulya 400 Pondok Pinang, Skripsi Sarjana

Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pnegetahuan Sosial FITK UIN Jakarta,

(Jakarta: tidak diterbitkan, 2010)

Nurfaizah, Pengaruh Penggunaan Metode Study Lapangan Terhadap Hasil Belajar

Mahasiswa Jurusan Pendidikan IPS pada Mata Kuliah Biogeografi di kebun Raya

Bogor, Skripsi Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan

Sosial FITK UIN Jakarta, (Jakarta: Tidak Diterbitkan 2013)

Tamara. RM, Pemanfaatan Kebun Raya Cibodas Sebagai Sumber Belajar Pada Mata

Pelajaran Geografi SMA Negeri di Kabupaten Cianjur, Skripsi Sarjana

Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI Bandung, (Bandung:

Tidak Diterbitkan, 2012),

C. Internet https://kbbi.web.id/manfaat diakses pada 19 nov 2017 pukul 22:21 http://www.definisi-pengertian.com/2015/07/definisi-pengertian-pemanfaatan.html

diakses pada 19 ov 2017 pukul 22:40 https://id.wikipedia.org/wiki/Taman_nasional#cite_note-AtasID-1 diakses pada 19 nov

2017 jam 14:46 https://www.gedepangrango.org/tentang-tnggp/sejarah-dan-legenda-tnggp/ diakses pada

19 Nov 2017 Pukul 14:58 https://www.gedepangrango.org/pengunjung-adalah-raja/ diakses pada 19 nov 2017 pukul

21:55 http://rumahkacailmiah.blogspot.co.id/2013/06/kriteria-taman-nasional.html daikses pada

11 oktober 2017 pukul 00:02

Royal Geogrfaphical Society, “what is Geography?”, Artiket diakses pada tanggal 22

Februari 2017 dari http://www.rgs.org/geographycaltoday/what+is+geography.htm

ANGKET IDENTIFIKASI PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO SEBAGAI SUMBER BELAJAR GEOGRAFI SMA DI KABUPATEN CIANJUR

Pengantar Dalam rangka penelitian dan penyusunan skripsi, penulis mengenai Identifikasi Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar Geografi SMA Negeri di Kabupaten Cianjur. Untuk itu dimohon kesediaan Iabu/Bapak untuk memberikan penilaian dan saran-saran perbaikan pada akhir lembar ini atau langsung pada tulisan yang disertakan (terlampir). Atas kesediaan Ibu/Bapak, kami sampaikan terima kasih. Petunjuk 1) Objek penilaian adalah Identifikasi Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar Geografi 2) Ibu/Bapak diminta memberikan penilaian dengan cara tanda checklist (√) pada lajur yang tersedia. 3) Ibu/Bapak diminta memberikan jawaban atau uraian singkat atas pernyataan Identitas Diri 1. No. Responden : 2. Nama : 3. Nama Sekolah : 4. Jenis Kelamin : (a) Laki-laki (b) Perempuan 5. Usia : ...... tahun 6. Pendidikan terakhir Ibu/Bapak : (a) D2 (b) D3 (c) S1 (d) S2 7. Jurusan Ibu/Bapak (a) Pendidikan Geografi (b) Non Pendidikan Geografi 8. Status Kepegawaian : (a) PNS (b) Honorer 9. Pengalaman Ibu/Bapak menjadi tenaga pengajar selama ...... tahun 10. No Hp : Pertanyaan / Pernyataan Kuesioner 1. Apakah bapak/ibu mengetahui Taman Nasional Gunung Gede Pangrango? (a) Sangat Tahu (c) Kurang Tahu (e) Sangat Tidak Tahu (b) Tahu (d) Tidak Tahu 2. Apakah Bapak/Ibu berkunjung ke lokasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango? (a) Sering (c) Jarang (e) Belum Pernah (b) Kadang-kadang (d) Pernah 3. Apakah Bapak/Ibu mengetahui Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat dijadikan sebagai Sumber Belajar? (a) Sangat Tahu (c) Kurang Tahu (e) Sangat Tidak Tahu (b) Tahu (d) Tidak Tahu 4. Darimana Bapak/Ibu mengetahui Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dapat dijadikan sebagai Sumber Belajar? (a) Internet (b) Brosur (c) Teman (d) Sumber Lain ...... 5. Fungsi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango No. Fungsi Taman Sangat Berfungsi Cukup Tidak Sangat Nasional Berfungsi Berfungsi Berfungsi Tidak Gunung Gede Berfungsi Pangrango

1 Fungsi Penelitian dan pengembangan 2 Fungsi Pendidikan 3 Fungsi Konservasi 4 Fungsi Pariwisata Alam dan Rekreasi

6. Relevansi antara objek yang terdapat di Taman Nasional Gunung Gede pangrango dengan Materi Pembelajaran Geografi a. Flora NO Flora yang Ada di Sangat Relevan Ragu- Tidak Sangat Taman Nasional Relevan ragu Relevan Tidak Gunung Gede Relevan Pangrango 1 Puspa 2 Rasamala 3 Damar 4 Saninten 5 Cantigi 6 Tumbuhan Paku 7 Honje 8 Rotan 9 Lumut 10 Liana 11 Riung Anak 12 Walen 13 Merang 14 Edelweis 15 Pohpohan 16 Kareumbi 17 Keanekaragaman Anggrek 18 Tanaman Obat

b. Fauna No Fauna yang Ada di Sangat Relevan Ragu- Tidak Sangat Taman Nasional Relevan ragu Relevan Tidak Gunung Gede Relevan Pangrango 1 Owa Jawa 2 Kucing Hutan 3 Anjing Hutan 4 Tringgiling 5 Landak 6 Surili 7 Kijang 8 Kancil 9 Elang Bondol 10 Alap-alap 11 Keanekaragaman Burung 12 Macan Tutul 13 Burung Hantu 14 Kadal 15 Jenis Ular 16 Katak 17 Babi Hutan 18 Ayam Hutan

c. Objek Kawasan NO Objek Kawasan Jawaban Taman Nasional Sangat Relevan Ragu- Tidak Sangat Gunugn Gede Relevan ragu Relevan Tidak Pangrango Relevan 1 Telaga Warna 2 Curug Cibeurem 3 Air Panas A. Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar Geografi 1. Apakah Bapak/Ibu memanfaatkan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar? (a) Sering (c) Jarang (e) Belum Pernah (b) Kadang-kadang (d) Pernah Berikan alasannya! ...... 2. Bagaimana Bapak/Ibu memanfaatkan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar Geografi? (a) Sebagai Contoh (d) Bahan Pembelajaran (b) Memberikan Tugas (e) Studi Lapangan TNGGP (c) Media Pembelajaran Bentuk pemanfaatan yang dilakukan ? ...... 3. Jika belum pernah berkunjung. Apa kendala Bapak/Ibu sehingga belum memanfaatkan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango bersama siswa sebagai Sumber Belajar? (a) Jarak Sekolah (c) Biaya (e) Hambatan Lain...... (b) Waktu/kalender Sekolah (d) Perizinan 4. Apa hambatan dan cara Bapak/Ibu ketika observasi untuk menggunakan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar? (a) Keterbatasan waktu berkunjung (b) Objek yang saling berjauhan (c) Kesulitas menjelaskan materi (d) Tidak ada hambatan Cara mengatasinya ? ...... 5. Apakah sarana transportasi yang digunakan untuk mencapai Lokasi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango? (a) Bus (b) Angkot (c) Elf (d) Ojek (e) Kendaraan Lain.....

B. Pendapat dan Penilaian Guru dalam Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar Geografi

1. Apakah Ibu/Bapak Guru memanfaatkan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango pada setiap pembelajaran Geografi?

Jika ya kapan dan pada saat materi apa saja? ...... Jika tidak berikan alasannya! ...... 2. Apakah Ibu/Bapak Guru dengan memanfaatkan jenis sumber belajar dapat memperkaya materi pembelajaran?

Jika ya berikan alasannya! ...... Jika tidak, berikan alasannya! ...... 3. Apakah dengan memanfaatkan sumber belajar memberikan pengetahuan yang lebih jelas kepada siswa?

Jika ya, berikan alasannya! ...... Jika tidak, berikan alasannya! ...... 4. Apakah Bapak/Ibu memanfaatkan sumber belajar jenis lain selain Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai sumber belajar?

Jika ya, sebutkan apa saja dan berikan alasannya! ...... Jika tidak, berikan alasannya! ...... 5. Apakah dengan pemanfaatan sumber belajar dapat mendukung ketercapaian kempetensi?

Jika ya, berikan alasannya! ...... Jika tidak, berikan alasannya! ...... 6. Apakah dengan pemanfaatan sumber belajar dapat mendukung ketercapaian SK dan KD?

Jika ya, berikan alasannya! ...... Jika tidak, berikan alasannya! ...... 7. Apakah pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa terhadap lingkungan yang dipelajari?

Jika ya, berikan contoh dan alasannya! ......

Jika tidak, berikan alasannya! ...... 8. Apakah taman nasional gunung gede pangrango memiliki ketersediaan sumber belajar untuk materi pembelajaran Geografi ?

Jika ya, dalam materi apa saja? Sebutkan! ...... Jika tidak, berikan alasannya! ...... 9. Apakah Ibu/Bapak Guru berminat menggunakan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai Sumber Belajar Geografi ?

Jika setuju, berikan alasannya! ......

Jika tidak setuju, berikan alasannya! ...... 10. Apakah bapak/ibu guru mendukung usaha perbaikan sarana dan prasarana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango untuk dijadikan sumber belajar Geografi?

Jika mendukung, berikan alasannya! ......

Jika tidak mendukung, berikan alasannya! ......

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Pemanfaatan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Sebagai sumber Belajar Geografi Jawaban

Faktor Sangat NO Sangat Cukup Tidak Pendukung Mendukung Tidak Mendukung Mendukung Mendukung Mendukung

1 Kondisi fisik mendukung ketercapaian materi 2 Sarana dan Prasarana TNGGP 3 Objek kawasan TNGGP dapat memperkaya pengetahuan dan pengalaman bagi siswa 4 Fungsi Taman Nasional 5 Tersedianya narsumber

Jawaban

Faktor Sangat NO Mengham Cukup Tidak Sangat Tidak Penghambat Mengha bat Menghambat Menghambat Menghambat mbat

1 Perizinan Sekolah 2 Biaya Trasnportasi dan Akomodasi 3 Jarak Antara Sekolah dengan lokasi Taman Nasional Gunung Gede pangrango 4 Waktu/kalen der sekolah yang disediakan