Seni Tradisi Joged Bumbung... (64 – 75)
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
Seni Tradisi Joged Bumbung... (64 – 75) SENI TRADISI JOGED BUMBUNG DIANTARA TONTONAN ESTETIK DAN ETIK oleh I Nyoman Winyana Abstract Joged Bumbung art is one of the performing arts that grew in the middle of an agrarian society. Transformed into art popular among certain people because of the courage sekaa joged tube which grows in the village Sinabun, Sawan, Buleleng, bringing the concept of aesthetic form influenced by the culture banalistik. Mystake against establishment ethical values in society makes the issue joged bumbung art considered ethical tarnish art. This research departs from the results of qualitative research conducted by relying on field data. The method is applied rooted in primary and secondary data where the data collected is done through audiance directly with the creators or performers. The result showed that the tube joged sekaa art can be realized because in hold market principles that lead to cultural capital. It affects the actions of the offender to be outside the path of the growing aesthetic earlier. At certain population groups joged art tube Sinabun (drilling) became popular, but on the other hand gave rise to action skiptis because they can contaminate Joged art culture tube. Keywords: Joged art Bumbung Sinabun, Ethics and Aesthetics Abstrak Seni joged bumbung adalah salah satu seni pertunjukan yang tumbuh di tengah tengah masyarakat agraris. Menjelma menjadi seni popular di kalangan masyarakat tertentu karena keberanian sekaa joged Bumbung yang tumbuh di Desa Sinabun, Sawan, Buleleng, membawa pada konsep bentuk estetika yang dipengaruhi oleh budaya banalistik. Kenorakan dalam melawan kemapanan nilai etika yang ada di tengah-tengah masyarakat membuat isu seni joged bumbung dianggap menodai etika seni. Tulisan ini berangkat dari hasil penelitian kualitatif yang dilakukan dengan mengandalkan data lapangan. Metode yang diterapkan bersumber pada data primer dan sekunder di mana data yang terkumpul dilakukan melalui wewancara langsung dengan kreator atau pelaku seni. Hasilnya menunjukan bahwa sekaa seni joged bumbung itu dapat terwujud karena di dalam pengkemasannya memegang prinsip pasar yang mengarah pada budaya kapital. Hal itu mempengaruhi tindakan para pelaku untuk berada di luar jalur estetika yang berkembang sebelumnya. Pada kelompok masyarakat tertentu seni joged bumbung Sinabun (ngebor) menjadi popular namun di sisi lain memunculkan tindakan skiptis karena dianggap dapat mencemari budaya seni Joged bumbung. Kata Kunci ; Seni joged Bumbung Sinabun, Etika dan Estetika I. Latar Belakang terminology yang selama ini digunakan. Ikhtisar dasar yang hendak Pengkajian ulang ini kemudian menggeser dikembangkan dalam postmodernisme berbagai otoritas yang secara hegemonik adalah perlunya pengkajian dan membelenggu peluang pilihan pembacaan ulang atas berbagai pengetahuan manusia. Suatu asumsi yang Vidya Samhita Jurnal Penelitian 64 Seni Tradisi Joged Bumbung... (64 – 75) menarik adalah bahwa masyarakat kebenaran pengetahuan yang diakuinya postmodern dihadapkan dengan sebagai pilihan. Kosekuensi banyaknya tawaran (alternative) akan logisnya bahwa kebenaran pengetahuan Tulisan ini merupakan hasil tidak lagi bersifat homology (kesatuan) penelitian yang dilakukan dengan melainkan paralogy (keragaman)”, pendekatan kualitatif sehingga data yang (Santoso;2013,321) digunakan di dalamnya lebih menekankan pada ulasan penjelasan kalimat secara Pengetahuan kebenaran dalam verbal tanpa mengurangi logika berpikir penikmatan seni khususnya seni tradisi deduktif-induktif. Data yang digunakan telah mengalami pembagian ruang waktu bersumber pada pemilihan informan yang yang sangat tajam. Terjadinya perubahan memiliki keterlibatan langsung maupun itu diakibatkan oleh semakin berhasilnya data hasil olahan tulisan yang ada kapital dan teknologi masuk ke ranah sebelumnya sebagai data primer. Analisis kehidupan masyarakat. Hal itu kemudian dan pengecekan kembali hasil penelitian berdampak pada tindakan budaya ini dirumus dan disusun sesuai dengan termasuk pada pengkaburan perilaku aturan baku pelaporan yang bersifat sosial masyarakat di dalam menikmati ilmiah. dunia hiburan, terkadang terlepas dari ikatan nilai normative yang ada. Dalam Konsep dan pendekatan Teoritik dunia tontotan tradisi nilai etika menjadi Etika, merupakan cabang ilmu tolok ukur bagi kebermaknaan seni itu filsafat yang mengurai persoalan nilai, dan sendiri. Bagaimana etika itu bisa norma. Nilai sendiri memiliki pemahaman mempengaruhi penikmat dalam standar yang dijadikan suatu tolok ukur mengapresi karya seni. Bagaimana pula yang dapat memberikan tingkatan yang keterkaitan etika dan norma di dalam berguna di dalam kehidupan manusia. konteks seni tradisi joged bumbung dalam Bernilai juga dapat dikatakan berharga pandangan masyarakat Hindu di Bali. secara hukum nominal namun juga dapat Kajian ini di dasarkan pada isu dikatakan berguna di dalam kehidupan yang menyesatkan tentang seni joged manusia. Nilai itu muncul karena adanya bumbung yang telah dijadikan media di kebutuhan bersama yang menjadikan dalam mencari populeritas di mana di sesuatu objek menjadi pusat kebutuhan dalamnya telah menghina keberadaan seni yang sama-sama dibutuhkan sehingga joged sendiri dan menjatuhkan nilai-nilai objek dimaksud menjadi bernilai. Jika saja yang menjunjung tinggi nilai etika dan jumlah yang dibutuhkan itu berkecukupan estetika masyarakat Hindu di Bali. Kajian maka objek menjadi bernilai rendah ini bertujuan untuk memberikan demikian sebaliknya. Nilai atas kehidupan pemahaman dalam perspektif kekinian adalah nilai-nilai yang berkaitan dengan yang mungkin selama ini telah ditafsir keterpenuhan dari kebutuhan hidup secara bebas. Penegakan pemahaman ini manusia. Nilai itu dapat muncul karena penting untuk dapat dijadikan unsur kebutuhan biologis manusia sebagai pertimbangan tindakan yang harus mahluk dapat diberikan oleh suatu objek diperhatikan guna menjaga stabilitas sehingga manusia merasakan moral di dalam kehidupan masyarakat keterpenuhan yang membuat manusia Hindu Bali umumnya. Tulisan ini didasari merasa puas, senang, damai, dan nyaman. oleh hasil penelitian yang dilakukan di Semakin tinggi nilai yang diberikan untuk Desa Sinabun, Sawan Buleleng. memenuhi kepuasan yang dirasakan oleh indera manusia maka semakin tinggi pula Vidya Samhita Jurnal Penelitian 65 harga yang dikandungnya. Nilai sangat keharmonisan kehidupan sosial namun dipengaruhi oleh budaya material juga dianggap penting untuk membangun sehingga di dalam transaksinya nilai beradaban manusia dalam hal moral dan sering kali dipahami sebagai alat barter pekerti. Dalam konteks kehidupan yang sangat menentukan di dalam manusia secara tegas masyarakat Hindu kehidupan manusia modern. Nilai juga dipilahkan dalam tiga katagori hubungan memiliki ukuran secara metafisik artinya yang dikenal dengan Tri Hita Karana hanya dapat dirasakan seperti perbuatan (tiga hubungan). Dalam konteks alam baik, perbuatan amal, perbuatan jujur, makro masyarakat Bali telah dipolakan memberi nilai yang hanya dapat diukur pada hukum tata ruang yang disebut tri menurut rasa yang dimiliki antara subjek mandala yaitu parahyangan (ruang suci), dan objek. Etika merupakan aturan pawongan (ruang kehidupan), dan tingkah laku yang dibenarkan menurut palemahan, (ruang penjaga kehidupan). hubungan sosial yang mengandung norma Di dalam konsep manusia berpikir baik yang dituliskan maupun tidak yang masyarakat Hindu terpolakan dalam menyangkut persoalan sopan dan tidak pemikiran sekala (nyata) dan niskala (tak sopan, jujur dan tidak jujur, hormat dan nyata), di dalam konteks kehidupan tidak hormat dalam tujuannya untuk masyarakat dipolakan dalam pemikiran memberi penghargaan kepada sesama alam mahluk (bhur), alam manusia subjek yang saling berhubungan. (bwah), dan alam dewa (swah). Dalam Norma merupakan perilaku yang konteks seni terbelah menjadi seni wali berhubungan dengan tindakan manusia (sakral), wewali (antara sakral dan yang berkaitan dengan boleh dan tidak profan), walih-walihan (profan). boleh, baik dan tidak baik yang dijadikan Pengetahuan yang telah patokan menurut ukuran masing-masing diwariskan kepada generasi umat Hindu di kelompok. Bisa jadi apa yang dikatakan Bali itu kemudian di dalam baik dalam episentrum ruang dan waktu implementasinya melahirkan kebudayaan akan berbeda pada masing-masing baik yang sifatnya tangible maupun kelompok sesuai dengan kesepakatan baik intangable. Salah satu kebudayaan yang secara langsung maupun tidak langsung. dihadirkan itu adalah seni atau kesenian Dalam kaitannya dengan agama misalnya joged bumbung. seringkali norma dihubungkan dengan Joged bumbung secara konsep-kosep lokalitas yang mewarnai terminology kata terdiri dari joged yang norma itu sendiri. Katakanlah untuk secara lugas berarti gerak, dinamis, dan agama Hindu dalam perilaku dikenal menari. Bumbung adalah kata yang istilah suba dan asubakarma (perilaku diambil dari bahasa daerah yang berarti atau perbuatan baik dan perbuatan tidak bambu. Dalam konteks seni, joged baik), ada konsep manacika (berpikir yang bumbung merupakan bentuk kesenian benar), wacika (berkata yang baik), kayika yang memadukan antara seni tabuh (berbuat yang baik). Dalam arti yang luas dengan tari. Perpaduan kedua unsur itu konteks norma berperan untuk menghasilkan pertunjukan di mana menumbuhkan masyarakat menjadi lebih permainan yang dikembangkan manusiawi di dalam menjaga hubungan membolehkan penonton yang tertarik yang sangat penting di dalam kehidupan untuk turut menari di saat pementasan seni manusia sebagai mahluk sosial. joged berlangsung. Pengenalan norma