R E V I E W L A P O R A N A K H I R

1.1. LATAR BELAKANG ektor pariwisata merupakan salah satu andalan pembangunan di saat ini. Kabupaten sebagai kabupaten yang luas wilayahnya paling besar di Pulau Sumbawa, dan menyumbang salah satu icon wisata di Propinsi Nusa Tenggara Barat memiliki berbagai jenis potensi wisata yang masih Smemerlukan upaya pengembangan. Berbagai aset wisata yang saat ini ada masih memerlukan peningkatan baik dari segi kuantitas maupun kualitas dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat setempat untuk berwisata serta menjadikan pariwisata sebagai salah satu sektor ekonomi alternatif penting di masa depan.

Sampai saat ini belum banyak dilakukan pembangunan obyek dan daya tarik wisata dalam memenuhi kebutuhan pariwisata di daerah ini, sehingga kontribusi pariwisata sebagai bagian dari kebutuhan manusia maupun kontribusinya pada pembangunan daerah belum signifikan. Dilihat dari sisi ini, dapat dimengerti bahwa upaya

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 1 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

pembangunan kepariwisataan perlu dilakukan secara berkesinambungan dan berkelanjutan, dengan harapan hasil pembangunan kepariwisataan itu dapat meningkatkan jumlah wisatawan dan memperpanjang lama tinggal serta kesan wisatawan terhadap aset wisata yang ada.

Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten (RIPPAR-KAB) adalah panduan bagi pembangunan kepariwisataan daerah yang memuat Materi Pokok Ketentuan Program Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten, yang juga merupakan Rencana Umum dan Panduan Rancangan, Rencana Investasi, Ketentuan Pengendalian Rencana dan Pedoman Pengendalian Pelaksanaan Pembangunan Kawasan Kepariwisataan.

Dengan berlakunya Undang-Undang Otonomi Daerah yang merupakan acuan bagi kemandirian daerah dalam mengoptimalisasi potensi sumberdaya alam maupun sumberdaya buatan yang dimilikinya, sektor pariwisata menjadi salah satu aset yang potensial untuk dieksploitasi dalam rangka meningkatkan pertumbuhan perekonomian dan peningkatan kesejahteraan. Sejalan dengan hal tersebut, Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025 sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011 juga telah menjadikan pariwisata sebagai salah satu tema bagi salah satu koridor pembangunan ekonominya yaitu koridor 5 untuk wilayah Bali - Nusa Tenggara, yang didalamnya adalah Provinsi NTB dan Kabupaten Sumbawa pada khususnya. Selanjutnya di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010-2025, pemerintah memberikan penekanan terhadap 4 (empat) hal pokok dalam pembangunan kepariwisataan yang wajib dijadikan acuan yaitu: 1) Destinasi Pariwisata; 2) Pemasaran Pariwisata; 3) Industri Pariwisata, dan 4) Kelembagaan Pengelolaan Pariwisata.

Berdasarkan kententuan dan acuan tersebut Kabupaten Sumbawa yang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang memiliki potensi wilayah yang relatif menjanjikan bagi sektor kepariwisataan, bermaksud untuk memetakan potensi dan permasalahan di sektor kepariwisataan untuk kemudian diolah dan dianalisis menjadi rencana pembangunan kepariwisataan Kabupaten Sumbawa untuk jangka waktu 10 tahun ke depan.

1.2. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN A. MAKSUD Maksud dari penyusunan RIPPAR-KAB ini adalah Sebagai dokumen panduan yang menyeluruh dan memiliki kepastian hukum tentang perencanaan pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Sumbawa.

B. TUJUAN Tujuan disusunnya studi ini adalah sebagai dokumen perencanaan pembangunan pariwisata Kabupaten Sumbawa yang berkelanjutan, meliputi:

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 2 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

1. Terselenggaranya pemanfaatan Ruang Wilayah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan daya dukung serta arah Kebijakan Pembangunan. 2. Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan/pemanfaatan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Buatan dengan tetap memperhatikan Sumber Daya Manusia dan ekosistemnya. 3. Terselenggaranya pemanfaatan Ruang Kawasan-kawasan Peruntukan Pariwisata khususnya dan Kawasan Budidaya pada umumnya secara optimal.

C. SASARAN Sasaran dari pekerjaan penyusunan Rencana Induk Pembagunan Kepariwisataan (RIPPAR) Kabupaten Sumbawa adalah: 1. Mengarahkan jalannya pembangunan kepariwisataan dalam jangka pendek, menengah dan panjang; 2. Mewujudkan pemanfaatan ruang secara efektif, tepat guna, spesifik setempat dan kongkrit sesuai dengan rencana tata ruang wilayah; 3. Menjamin implementasi pembangunan kepariwisataan agar sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat; 4. Menjamin terpeliharanya objek wisata pasca pengembangan karena adanya rasa memiliki dari masyarakat; 5. Mengintegrasikan warisan kebudayaan lokal sebagai bagian dari potensi pariwisata.

1.3. KELUARAN Keluaran yang diharapkan dari penyusunan RIPPAR Kabupaten Sumbawa adalah: a) Konsep dasar Perancangan Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Kabupaten Sumbawa b) Program Pembangunan Kepariwisataan dengan kegiatannya.

1.4. RUANG LINGKUP Pekerjaan penyusunan dokumen akademis Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPAR) Kabupaten Sumbawa adalah sebagai berikut.

1.4.1. LINGKUP WILAYAH Kegiatan penyusunan RIPPAR Kabupaten Sumbawa ini mencakup seluruh wilayah Kabupaten Sumbawa yang terkait dengan rencana pengembangan pariwisata Kabupaten Sumbawa, melingkupi seluruh wilayah di Kabupaten Sumbawa sebanyak 24 kecamatan, baik wilayah yang berada di daratan maupun kepulauan-kepulauan yang tersebar di sepanjang bagian utara dan selatan Kabupaten Sumbawa.

1.4.2. LINGKUP MATERI Hierarkhi RIPPAR Kabupaten Sumbawa secara detil dapat dilihat pada Gambar 1-1. Penyusunan RIPPAR Kabupaten Sumbawa mengacu pada RIPPARNAS, RIPPARDA Provinsi NTB dan dokumen perencanaan lain yang memiliki substansi pembahasan yang sama. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah (RIPPAR) Kabupaten Sumbawa ini juga akan diacu dalam penyusunan RIPPAR Kawasan yang berada di Kabupaten Sumbawa.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 3 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

OBYEK SASARAN PARIWISATA TATA RUANG TINGKAT

UU: 9/2010 UU: 26/2007 Nasional Nasional RIPPNAS RTRWN

DTW RIPP Provinsi RTRW Provinsi Provinsi

RIPPAR RTRW Sub DTW Kab./Kota Kab./Kota Kabupaten Kawasan Kota RIPP RDTRK Kawasan (Zonasi )

Rencana Tapak RTR Obyek Wisata Lokal Desain Teknis Desain Teknis

IMPLEMENTASI

Gambar 1-1. Hierarkhi RIPPAR Kabupaten Sumbawa

1.4.3. LINGKUP KEGIATAN Ruang lingkup penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Sumbawa meliputi: a. Rumusan Program dan Arahan Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Sumbawa untuk kurun waktu 10 tahun. b. Rumusan Rencana Lokasi / Destinasi Wisata berikut pemanfaatannya. c. Indikasi program pengelolaan pasca pelaksanaan dengan kegiatan: 1) Kajian terhadap kondisi di lapangan terdiri dari: • Kajian terhadap kondisi eksisting kepariwisataan daerah • Kajian terhadap potensi dan permasalahan kepariwisataan • Kajian kondisi sarana dan prasarana 2) Survey lapangan terdiri dari: • Kondisi geografis • Origin and Destination • Block plan / Site plan kawasan • Sarana dan Prasana pendukung 3) Kajian Perhitungan Teknis • Rencana struktur lapangan • Rencana luas kawasan yang ditata. 4) Struktur Tata Ruang

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 4 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

• Meliputi kajian terhadap struktur ruang kepariwisataan dalam artian pola keterkaitan (linkages) dari masing-masing kawasan wisata/ destinasi wisata yang menimbulkan bangkitan berupa daya tarik atau daya tolak terhadap wisatawan. 5) Konsep Pendekatan • Pendekatan ekologis, pendekatan yang mengacu pada aspek pelestarian lingkungan. • Pendekatan ruang, pendekatan yang dilakukan dengan memadukan antara konstruksi formal dan fisik dengan konstruksi sosial dan ekonomi sehingga menghasilkan perpaduan antara kepentingan masyarakat luas dengan kepentingan industri. • Pendekatan partisipatif, pendekatan yang dilakukan dengan wawancara, sosialisasi atau seminar.

1.5. METODOLOGI 1.5.1. KERANGKA PENDEKATAN Dalam UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan disebutkan, bahwa yang dimaksud dengan wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

Orang yang melakukan kegiatan wisata disebut wisatawan. Oka A. Yoeti menyatakan bahwa istilah wisatawan harus diartikan sebagai seorang, tanpa membedakan ras, kelamin, bahasa dan agama, yang memasuki wilayah suatu negara yang mengadakan perjanjian yang lain daripada negara dimana orang itu biasanya tinggal dan berada disitu kurang dari 24 jam dan tidak lebih dari 6 bulan, di dalam jangka waktu 12 bulan berturut-turut, untuk tujuan non migran yang legal, seperti perjalanan wisata, rekreasi, olahraga, kesehatan, alasan keluarga, studi, ibadah keagamaan atau urusan usaha (business). Pariwisata, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut (UU No. 10 Tahun 2009).

Sedangkan pengertian pariwisata menurut (A. Hari Karyono, 1997 : 15) dikategorikan menjadi 2 (dua), yaitu secara: 1. Umum Pariwisata, adalah keseluruhan kegiatan pemerintah, dunia usaha dan masyarakat untuk mengatur, mengurus, dan melayani kebutuhan wisatawan. 2. Teknis Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok didalam wilayah negara sendiri atau di negara lain. Kegiatan tersebut dengan menggunakan kemudahan, jasa, dan faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat, agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan. Kemudahan dalam batasan pariwisata maksudnya antara lain berupa fasilitas yang memperlancar arus kunjungan wisatawan.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 5 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Misalnya dengan memberikan bebas visa, prosedur pelayanan yang cepat dipintu-pintu masuk dan keluar, tersedianya transportasi dan akomodasi yang cukup. Faktor penunjangnya adalah prasarana dan utilitas umum, seperti jalan raya, penyediaan air minum, listrik, tempat penukaran uang, pos dan telekomunikasi, dsb. Kepariwisataan, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Artinya semua kegiatan dan urusan yang ada kaitannya dengan perencanaan, pengaturan, pelaksanaan, pengawasan pariwisata baik yang dilakukan pemerintah, pihak swasta dan masyarakat.

Penyelenggaraan kepariwisataan dilaksanakan berdasarkan asas manfaat, usaha bersama dan kekeluargaan, adil dan merata, perikehidupan dalam keseimbangan, dan kepercayaan pada diri sendiri. Penyelenggaraan kepariwisataan bertujuan, untuk: 1. Memperkenalkan, mendayagunakan, melestarikan, dan meningkatkan mutu objek dan daya tarik wisata; 2. Memupuk rasa cinta tanah air dan meningkatkan persahabatan antar bangsa; 3. Memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja; 4. Meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat; 5. Mendorong pendayagunaan produksi nasional.

Sisi penyediaan pariwisata terdiri dari empat komponen yaitu (Clare A. G, 1979:69): 1. Informasi dan Promosi, motivasi untuk melakukan kunjungan wisata dapat dimiliki seseorang tetapi mungkin saja ia tidak tahu cara melakukannya. Sehingga pengetahuan terhadap daerah tujuan wisata sangat ditentukan oleh ketersediaan informasi. 2. Fasilitas, ketersediaan fasilitas pelayanan berkaitan dengan daya tarik suatu daerah tujuan wisata, seperti fasilitas transportasi yang akan membawanya dari dan ke daerah tujuan wisata yang ingin dikunjunginya, fasilitas akomodasi yang merupakan tempat tinggal sementara di tempat atau di daerah tujuan yang akan dikunjunginya, fasilitas catering service yang dapat memberikan pelayanan mengenai makanan dan minuman sesuai dengan selera masing-masing, fasilitas perbelanjaan dimana wisatawan dapat membeli barang-barang souvenir khas dari daerah wisata tersebut, dan termasuk juga infrastruktur yang baik. 3. Daya Tarik, suatu Objek wisata akan berkembang apabila mempunyai daya tarik. Faktor daya tarik inilah yang akan mendorong wisatawan untuk mengunjunginya. Daya tarik suatu daerah tujuan wisata dapat dikelompokkan dalam tiga jenis yaitu sifat khas alam, wisata buatan, dan wisata budaya. Daya tarik wisata ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya jenis atraksi wisata. Atraksi wisata adalah suatu tempat atau area yang memiliki suatu karakteristik/ daya tarik tertentu dan fasilitas wisata yang dapat menarik para pengunjung atau wisatawan untuk dapat berwisata atau berekreasi menikmatinya (Ben Hainin, 1998). 4. Aksesibilitas, jarak antara tempat tinggal dengan daerah tujuan wisata, merupakan faktor yang sangat penting. Pengembangan pariwisata sangat bergantung pada kemudahan pencapaian daerah tujuan wisata.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 6 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Objek wisata, adalah perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya, sejarah bangsa, keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan (A. Hari Karyono, 1997 : 27). Sedangkan objek dan daya tarik wisata berdasarkan UU No. 10 Tahun 2009, adalah segala sesuatu yang menjadi sasaran wisata.

Secara teoritis penentu kunjungan wisata adalah faktor lokasi dan faktor objek wisata. Pengaruh faktor lokasi terhadap perkembangan pariwisata suatu wilayah dapat diungkapkan melalui penilaian rute perjalanan wisata. Jenis pariwisata yang didasarkan pada Objek wisata dapat dibedakan menjadi (Oka A. Yoeti, 1993 : 114):

1. Cultural Tourism Yaitu jenis pariwisata, dimana motivasi orang-orang untuk melakukan perjalanan disebabkan karena adanya daya tarik dari seni budaya suatu tempat atau daerah. Dalam hal ini, Objek yang daya tariknya bersumber pada kebudayaan, seperti peninggalan sejarah, museum, atraksi kesenian, dan Objek lain yang berkaitan dengan budaya. Jadi, Objek kunjungannya adalah warisan nenek moyang, benda-benda kuno. 2. Recuperriational Tourism Biasanya disebut sebagai pariwisata kesehatan. Tujuan daripada orang-orang untuk melakukan perjalanan, adalah untuk menyembuhkan suatu penyakit dengan kegiatan seperti mandi di sumber air panas, mandi di lumpur atau mandi susu di Eropa, mandi kopi di Jepang yang katanya membuat orang menjadi awet muda. 3. Commercial Tourism Disebut sebagai pariwisata perdagangan, karena perjalanan wisata dikaitkan dengan kegiatan perdagangan baik nasional maupun internasional, dimana sering diadakan kegiatan pameran, seminar, dan lain-lain. 4. Sport Tourism Biasanya disebut dengan istilah pariwisata olahraga. Yang dimaksud dengan jenis pariwisata ini ialah perjalanan orang-orang yang bertujuan untuk melihat atau menyaksikan suatu pesta olahraga di suatu tempat atau negara tertentu. Seperti Olympiade, All England, pertandingan tinju atau sepakbola. 5. Political Tourism Biasanya disebut sebagai pariwisata politik, yaitu suatu perjalanan yang tujuannya untuk melihat atau menyaksikan suatu peristiwa atau kejadian yang berhubungan dengan kegiatan suatu negara, apakah ulang tahun atau peringatan tertentu. Seperti, Hari Angkatan Perang Indonesia, Parade 1 Mei di Tiongkok atau 1 Oktober di Rusia. 6. Social Tourism Pariwisata sosial jangan hendaknya diasosiasikan sebagai suatu peristiwa yang berdiri sendiri. Pengertian ini hanya dilihat dari segi penyelenggaraannya saja yang tidak menekankan untuk mencari keuntungan, seperti misalnya Study Tour, Picnic atau Youth Tourism yang sekarang kita kenal dengan Pariwisata Remaja. 7. Religion Tourism Yaitu jenis pariwisata dimana tujuan perjalanan yang dilakukan adalah untuk melihat atau menyaksikan upacara-upacara keagamaan. Seperti, misalnya ikut

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 7 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

naik Haji Umroh bagi orang yang beragama Islam, kunjungan ke Lourdes bagi orang beragama Katolik, ke Muntilan yang merupakan pusat pengembangan agama Kristen di Jawa Tengah, atau agama Hindu-Bali di Sakenan Bali.

Untuk lebih jelasnya pendapat para pakar pariwisata mengenai faktor pembentuk daya tarik wisata dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Faktor Pembentuk Data Tarik Wisata Menurut Para Pakar Pariwisata No. Pakar Pariwisata Faktor Daya Tarik Atraksi wisata, transportasi, akomodasi, fasilitas 1. Douglas G. Pearce dan prasarana Cuaca, pemandangan, fasilitas sejarah dan 2. Robinson budaya, aksesbilitas dan akomodasi Sumber alam, prasarana, transportasi, sarana dan 3. Robert W. Mc Intosh keramah tamahan 4. Charles Gearing Alam, sosial budaya, sejarah dan fasilitas rekreasi Sumber : Rangkuman dari beberapa sumber Pengembangan pariwisata, adalah suatu usaha didalam pendayagunaan potensi sumber daya alam yang menjadikan daya tariknya sebagai objek wisata yang diharapkan dapat mendorong pengembangan objek-objek wisata lain sehingga dapat meningkatkan pendapatan daerah, serta dapat memperluas lapangan usaha bagi masyarakat sekitar. Sedangkan menurut Kementerian Pariwisata dan Industri Kreatif, pengembangan pariwisata, merupakan kegiatan yang dapat menunjang pertumbuhan ekonomi dan pembangunan wilayah lebih luas.

Pembangunan objek dan daya tarik wisata dilakukan dengan cara mengusahakan, mengelola, dan membuat objek-objek baru sebagai objek dan daya tarik wisata. Produk wisata, adalah seluruh unsur kepariwisataan baik berupa jasa atraksi wisata maupun hasil kreasi yang dapat dinikmati wisatawan serta menjadi kenangan.

Usaha pariwisata, adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata, dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut. Usaha pariwisata digolongkan ke dalam: 1. Usaha jasa pariwisata; Usaha jasa pariwisata meliputi penyediaan jasa perencanaan, jasa pelayanan, dan jasa penyelenggaraan pariwisata. Usaha jasa pariwisata dapat berupa jenis- jenis usaha: a) Jasa biro perjalanan wisata b) Jasa agen perjalanan wisata c) Jasa pramuwisata d) Jasa konvensi, perjalanan insentif, dan pameran e) Jasa impresariat f) Jasa konsultan pariwisata g) Jasa informasi pariwisata

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 8 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

2. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata; Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, meliputi kegiatan membangun dan mengelola objek dan daya tarik wisata beserta prasarana dan sarana yang diperlukan atau kegiatan mengelola objek dan daya tarik wisata yang telah ada. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata dikelompokkan ke dalam: a) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam, meliputi: • Pengelolaan dan pemanfaatan taman nasional • Pembangunan dan pengelolaan taman wisata • Pembangunan dan pengelolaan taman hutan raya • Pengelolaan taman laut b) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata budaya, meliputi: • Pengelolaan peninggalan sejarah • Pengelolaan dan/ atau pembangunan museum • Pembangunan dan/ atau pengelolaan pusat-pusat kesenian dan budaya • Pembangunan dan pengelolaan taman rekreasi • Pembangunan dan pengelolaan tempat hiburan • Pembangunan dan pengelolaan taman satwa • Pengelolaan monumen c) Pengusahaan objek dan daya tarik wisata minat khusus: • Pengelolaan lokasi-lokasi wisata buru • Pengelolaan wisata agro • Pembangunan dan pengelolaan wisata tirta • Pengelolaan lokasi-lokasi wisata petualangan alam • Pembangunan dan pengelolaan wisata gua • Pembangunan dan pengelolaan wisata kesehatan • Pemanfaatan pusat-pusat dan tempat-tempat budaya, industri dan kerajinan 3. Usaha sarana pariwisata; Usaha sarana pariwisata meliputi kegiatan pembangunan, pengelolaan dan penyediaan fasilitas, serta pelayanan yang diperlukan dalam penyelenggaraan pariwisata. Usaha sarana pariwisata dapat berupa jenis-jenis usaha: a) Penyediaan akomodasi b) Penyediaan makan dan minum c) Penyediaan angkutan wisata d) Penyediaan sarana wisata tirta e) Kawasan pariwisata

Kawasan pariwisata, adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata (UU RI No. 9, 2010). Menurut Depparpostel kawasan pariwisata, adalah suatu lahan dengan batas tertentu, yang sebagian atau seluruhnya diperuntukkan bagi pengembangan dan atau telah memiliki kelengkapan prasarana dan sarana pariwisata serta sistem pengelolaannya.

Selain keunikan yang bernilai tinggi perlu diperhatikan kelengkapan prasarana dan sarana wisata pada Objek wisata. Prasarana, adalah fasilitas yang memungkinkan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 9 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

proses perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga memudahkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Sedangkan sarana kepariwisataan, adalah sarana-sarana yang memberikan pelayanan kepada wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung dan hidup serta kehidupannya tergantung pada kedatangan wisatawan. Untuk lebih jelasnya pendapat para ahli mengenai jenis prasarana dan sarana pariwisata dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2 Jenis Prasarana dan Sarana Menurut Para Ahli No. Lothar A. Krack Salah Wahab Oka A. Yoeti 1. Prasarana Prasarana a. Prasarana Perekonomian a. Prasarana Umum • Pengangkutan b. Kebutuhan • Prasarana c. Prasarana Pariwisata komunikasi • Receptive tourist • Utilitas plant • Sistem Perbankan • Residential Tourist b. Prasarana Sosial • Recreative and • Sistem pendidikan sportive plant • Pelayanan Kesehatan • Faktor Keamanan • Petugas 2. Sarana a. Sarana Pokok Kepariwisataan b. Sarana pelengkap kepariwisataan c. Sarana Penunjang kepariwisataan Sumber: Rangkuman dari berbagai sumber

Berdasarkan tabel tersebut diatas menurut Lothar A Krack (Oka A. Yoeti, 1985:172) dalam bukunya International Tourism membagi prasarana atas dua bagian,yaitu: 1. Prasarana Perekonomian: a. Pengangkutan Pengangkutan yang dapat membawa para wisatawan dari negara ia biasanya tinggal, ke tempat atau negara yang merupakan daerah tujuan wisata. Prasarana pengangkutan ini meliputi bus, taksi, kereta api, kapal laut dan kapal udara. b. Prasarana komunikasi Dengan tersedianya prasarana komunikasi akan dapat mendorong para wisatawan tidak akan ragu-ragu meninggalkan rumah dan anak-anaknya, karena tersedianya prasarana komunikasi di negara yang dikunjungi. Yang termasuk kelompok ini adalah radio, televisi, telepon, dan surat kabar. c. Kelompok yang termasuk "Utilities" Meliputi persediaan air minum, listrik, sumber energi, dan sistem irigasi. d. Sistem perbankan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 10 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Yang termasuk kelompok ini, adalah bank dan money changer. 2. Prasarana Sosial a. Sistem pendidikan Adanya lembaga-lembaga pendidikan yang mengkhususkan diri dalam pendidikan kepariwisataan merupakan suatu usaha untuk meningkatkan tidak hanya pelayanan bagi para wisatawan, tetapi juga untuk memelihara dan mengawasi suatu badan usaha yang bergerak dalam kepariwisataan. b. Pelayanan kesehatan Apabila wisatawan yang menginap di suatu hotel, sebaiknya tersedia pelayanan kesehatan untuk pertolongan pertama bila ada yang sakit. Oleh karena itu di daerah tujuan wisata perlu tersedia pelayanan kesehatan. c. Faktor keamanan Perasaan tidak aman dapat terjadi di suatu tempat yang baru saja dikunjungi. Perasaan ini timbul karena: • Seringnya terjadi pencopetan, penjambretan, penodongan selama dalam perjalanan atau di tempat yang dikunjungi • Seringnya terjadi pencurian di hotel di mana ia menginap. d. Petugas yang melayani wisatawan Yang termasuk kedalam kelompok ini adalah petugas migrasi, petugas bea dan cukai, petugas kesehatan, polisi dan petugaspetugas lain yang berkaitan dengan pelayanan wisatawan.

Menurut Profesor Salah Wahab dalam bukunya Tourism Management (Oka A. Yoeti, 1985:178) membagi prasarana atas tiga bagian: 1. Prasarana umum Yaitu prasarana yang menyangkut kebutuhan orang banyak yang pengadaannya bertujuan untuk membantu kelancaran roda perekonomian. Meliputi pembangkit tenaga listrik, sistem jaringan jalan, telekomunikasi, dan sistem penyediaan air bersih. 2. Kebutuhan masyarakat banyak Prasarana yang menyangkut kebutuhan orang banyak. Termasuk ke dalam RS, apotik, bank, dan kantor. 3. Prasarana kepariwisataan a. Receptive Tourist Plan Yaitu segala bentuk badan usaha atau organisasi yang kegiatannya khusus untuk mempersiapkan kedatangan wisatawan pada suatu daerah tujuan wisata. Seperti : travel agent, tour operator, dan Tourist Information Centre. b. Residential Tourist Plant Yaitu semua fasilitas yang dapat menampung kedatangan para wisatawan untuk menginap dan tinggal untuk sementara waktu. Seperti : hotel, motel, dan rumah makan. c. Recreative and Sportive Plant Yaitu semua fasilitas yang dapat digunakan untuk tujuan rekreasi dan olahraga. Seperti : fasilitas main golf, main ski, dan kolam renang.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 11 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Sarana kepariwisataan menurut (Oka A. Yoeti dalam Pengantar Ilmu Kepariwisataan Tahun 1985:184) terbagi dalam tiga bagian, yaitu: 1. Sarana pokok kepariwisataan Sarana pokok kepariwisataan, adalah sarana yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan wisata, termasuk kelompok ini, adalah: • travel agent dan tour operator • perusahaan-perusahaan angkutan wisata • hotel dan jenis akomodasi lainnya • bar dan restoran 2. Sarana pelengkap kepariwisataan Sarana ini adalah sarana untuk wisata yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok kepariwisataan, tetapi yang terpenting untuk membuat wisatawan lebih lama tinggal. Yang termasuk pada kelompok ini, adalah: a. Sarana olahraga • lapangan tenis • lapangan golf • kolam renang b. Sarana ketangkasan • bilyard • jackpot 3. Sarana penunjang kepariwisataan Sarana yang disediakan agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan atau membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjunginya, di antaranya klub malam, dan kasino.

Mandala wisata, adalah tempat yang disediakan untuk kegiatan penerangan wisata serta peragaan kesenian dan budaya khas daerah. Sapta pesona merupakan kondisi yang harus diwujudkan dalam rangka menarik minat wisatawan berkunjung ke suatu daerah atau wilayah di negara kita. Sapta pesona terdiri dari 7 (tujuh) unsur yaitu aman, tertib, sejuk, indah, ramah, tamah dan kenangan.

1.5.2 TAHAPAN PELAKSANAAN PEKERJAAN Dasar hukum penyusunan RIPPAR Kabupaten Sumbawa mengacu pada berbagai produk aturan yang ada baik berskala nasional maupun regional (Provinsi NTB) yang mengatur tentang kepariwisataan, lingkungan, tata ruang, dan pembangunan masyarakat. Beberapa peraturan dan produk hukum yang digunakan sebagai acuan tahapan pelaksanaan pekerjaan adalah: 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan 3. Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup; 4. Undang-Undang No. 10 Tahun 2011 tentang Cagar Budaya; 5. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 12 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

6. Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2011 tentang Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia 2011-2025; 7. Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional (RIPPARNAS); 8. Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 10 Tahun 2016 Tentang Pedoman Penyusunan Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Provinsi dan Kabupaten/Kota; 9. Rencana Strategis Kabupaten Sumbawa Melalui RPJMD / RPJPD dan RPIJM / RPIJP; 10. Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2013-2028; 11. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumbawa; dan 12. Dokumen studi lain yang terkait dengan kegiatan ini.

1.6. JANGKA WAKTU PERENCANAAN Dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan Pasal 8 disebutkan bahwa pembangunan kepariwisataan yang dilakukan berdasarkan rencana induk pembangunan kepariwisataan, merupakan bagian integral dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Oleh karena itu, jangka waktu perencanaan RIPPAR Kabupaten Sumbawa juga menyesuaikan dengan periode waktu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Sumbawa Tahun 2005-2025 yang tentu saja sama dengan periode waktu Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Untuk itu periode jangka waktu perencanaan dalam Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan (RIPPAR) Kabupaten Sumbawa seharusnya adalah Tahun 2018 – 2025, atau selama 8 tahun. Namun untuk mengantisipasi terjadinya kekosongan dokumen perencanaan pembangunan kepariwisataan pasca ditetapkannya RPJPD dan sambil menyiapkan dokumen perencanaan pembangunan kepariwisataan periode berikutnya, jangka waktu perencanaan RIPPAR Kabupaten Sumbawa direncanakan selama 10 (sepuluh) tahun terhitung mulai tahun 2018 sampai dengan tahun 2027. Evaluasi terhadap implementasi rencana dan perubahan-perubahan yang terjadi, baik perubahan pada kebijakan pembangunan nasional maupun daerah (provinsi atau kabupaten) dan dinamika internal daerah yang mempengaruhi pengembangan kepariwisataan dapat dilakukan setiap 5 (lima) tahun.

1.7. SISTEMATIKA PELAPORAN Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud, Tujuan dan Sasaran 1.3 Keluaran 1.4 Ruang Lingkup 1.4.1 Lingkup Wilayah 1.4.2 Lingkup Materi 1.4.3 Lingkup Kegiatan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 13 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

1.5 Metodologi 1.5.1 Kerangka Pendekatan 1.5.2 Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan 1.6 Jangka Waktu Perencanaan 1.7 Sistematika Pelaporan

BAB 2 KEPARIWISATAAN KABUPATEN SUMBAWA DALAM KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN 2.1 Kepariwisataan Kabupaten Sumbawa dalam Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan Nasional 2.2 Kepariwisataan Kabupaten Sumbawa dalam Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan Provinsi 2.3 Kepariwisataan Kabupaten Sumbawa dalam Kebijakan dan Pembangunan Wilayah Kabupaten

BAB 3 KONDISI WILAYAH KABUPATEN SUMBAWA DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN 3.1 Kondisi Fisik 3.2 Sejarah Sebagai Potensi Pariwisata 3.3 Kekayaan Ekologis Sebagai Potensi Pariwisata 3.4 Kondisi Sosial Budaya Sebagai Potensi Pariwisata 3.5 Perekonomian

BAB 4 KABUPATEN SUMBAWA SEBAGAI DESTINASI PARIWISATA 4.1 Daya Tarik dan Sumber Daya Wisata Kabupaten Sumbawa 4.2 Fasilitas Pariwisata 4.3 Fasilitas Umum Pendukung Pariwisata 4.4 Aksesibilitas Pendukung Pariwisata 4.5 Prasarana Umum Pendukung Pariwisata 4.6 Penduduk Sebagai Potensi Sumber Daya Manusia Pariwisata

BAB 5 INDUSTRI PARIWISATA 5.1 Usaha Pariwisata 5.2 Usaha Kecil dan Menengah Pendukung Pariwisata

BAB 6 PASAR PARIWISATA DAN UPAYA PEMASARAN 6.1 Jumlah dan Perkembangan Pasar Wisatawan 6.2 Karakteristik Pasar Wisatawan 6.3 Upaya Pemasaran yang Dilakukan Pemerintah Kabupaten Sumbawa

BAB 7 KELEMBAGAAN KEPARIWISATAAN 7.1 Sumber Daya Manusia Pariwisata 7.2 Asosiasi Pariwisata 7.3 Kelembagaan Pemerintah Terkait Pariwisata 7.4 Kelembagaan Lain Terkait Pariwisata

BAB 8 PRINSIP DAN KONSEP PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN 8.1 Tantangan dan Isu Strategis Pembangunan Kepariwisataan 8.2 Prinsip Pembangunan Kepariwisataan 8.3 Konsep Pembangunan Kepariwisataan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 14 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

8.4 Visi 8.5 Misi 8.6 Tujuan 8.7 Sasaran

BAB 9 KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN 9.1 Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan 9.2 Strategi Pembangunan Kepariwisataan

BAB 10 RENCANA PENGEMBANGAN PERWILAYAHAN PARIWISATA 10.1 Rencana Struktur Perwilayahan Pariwisata 10.2 Rencana Kawasan Pengembangan Pariwisata dan Kawasan Strategis Pariwisata

BAB 11 PROGRAM DAN INDIKASI KEGIATAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 1 - 15 K A B U P A T E N S U M B A W A

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

2.1. KEPARIWISATAAN KABUPATEN SUMBAWA DALAM KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL

epariwisataan nasional adalah tatanan yang menyeluruh dari segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata yang mencakup berbagai aspek kehidupan dalam upaya menunjang pencapaian cita-cita nasional, yaitu terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Kmenunjukkan adanya kesungguhan dalam upaya pengembangan kegiatan pariwisata secara nasional.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 2 - 1 K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 2 - 1

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Kepariwisataan nasional memiliki potensi besar yang apabila pemanfaatannya dilakukan secara optimal dan dikelola dengan profesional akan mampu menopang keberhasilan pembangunan nasional. Oleh karena itu pembangunan objek dan daya tarik wisata tetap harus dilakukan dengan tetap lmemperhatikan: 1. Kemampuan untuk mendorong dan meningkatkan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya; 2. Nilai-nilai agama, adat istiadat serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat; 3. Kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup; 4. Kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri.

Landasan normatif yang fundamental yang melandasi kebijakan pengembangan pariwisata bersumber pada pasal 32 UUD 1945 yang membebani pemerintah dengan tanggung jawab untuk memajukan kebudayaan nasional; pasal 33 ayat 2 yang mengamanatkan bahwa cabang-cabang produksi yang penting yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara, dan pasal 33 ayat 3 yang menyatakan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Landasan normatif ini menjiwai substansi pembangunan pariwisata yang diinterpretasikan sebagai upaya untuk mengembangkan dan mengamanatkan objek dan daya tarik wisata yang terwujud, antara lain, dalam bentuk kekayaan alam yang indah, keragaman flora dan fauna, kemajemukan tradisi dan seni budaya, serta peninggalan sejarah purbakala yang dimiliki bangsa Indonesia.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, pengembangan kepariwisataan, memiliki: a. Makna politis, sebagai upaya memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa guna menggalang persatuan dan kesatuan; b. Makna ekonomis, sebagai upaya untuk memperkuat perekonomian negara; c. Makna sosial budaya, sebagai upaya untuk mempertinggi kesadaran dan kesediaan untuk mempertahankan kebudayaan dan kepribadian bangsa.

Oleh karena itu, sifat pengembangan kepariwisataan nasional, adalah: a. Terbuka, dalam menyesuaikan diri terhadap perkembangan kemajuan zaman tetapi tetap berkepribadian Indonesia; b. Pragmatis, dikembangkan sesuai dengan kemampuan Negara dan Bangsa Indonesia; c. Menganut prinsip “Ambeg Paramarta”, yaitu mendahulukan kepentingan nasional yang lebih tinggi; d. Multi disiplin, multi upaya dan multi dimensi; e. Selektif, hanya memilih yang tepat dan sesuai dengan kepentingan nasional; f. Berwawasan internasional, tetapi tetap berkebudayaan nasional.

Dalam pengembangan kepariwisataan, ada asas-asas yang harus diperhatikan, yaitu: a. Asas manfaat, bahwa pengembangan kepariwisataan harus dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya baik secara langsung maupun tidak langsung;

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 2 - 2 K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 2 - 2

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

b. Asas usaha bersama dan kekeluargaan, artinya penyelenggaraan kepariwisataan harus diarahkan dalam rangka pencapaian cita-cita dan aspirasi bangsa dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat untuk kepentingan bersama dan dijiwai semangat kekeluargaan; c. Asas adil dan merata, pengembangan kepariwisataan nasional harus menghasilkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat di pelosok tanah air; d. Asas perikehidupan dan keseimbangan, kepariwisataan nasional harus dapat mewujudkan perikehidupan yang seimbang materiil dan spiritual baik dalam hubungan antara sesama manusia dengan lingkungan dan antara manusia dengan Tuhannya; e. Asas kepercayaan pada diri sendiri, kepariwisataan nasional harus mampu meningkatkan dan menumbuhkan kepercayaan kepada diri sendiri, sehingga secara keseluruhan dapat meningkatkan jati diri bangsa Indonesia.

Kebijakan pembangunan kepariwisataan nasional telah disusun pemerintah dalam upaya mencapai target untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor penghasil devisa terbesar, diatas sektor minyak dan gas bumi.

Kebijakan-kebijakan dan strategi yang telah dirumuskan untuk mencapai target sektor pariwisata, adalah sebagai berikut: 1. Pemasaran Strategi pemasaran diarahkan pada hal-hal berikut: a. Peningkatan efektifitas promosi melalui kampanye promosi pariwisata pada daerah asal wisatawan yang potensial, terutama di kawasan Asia Pasifik. b. Peningkatan kegiatan promosi terpadu antara sektor pariwisata, perdagangan dan investasi serta jasa tenaga kerja dalam wadah Badan Promosi Indonesia serta peningkatan hubungan antar negara (bilateral, sub-regional dan regional). 2. Produk Wisata Produk wisata diutamakan pada dua kegiatan berikut: a. Pemantapan pengembangan produk wisata di daerah wisata Kawasan Barat Indonesia dengan melakukan usaha-usaha ekstensifikasi, intensifikasi dan konsolidasi produk. b. Peningkatan daya saing produk wisata di pasar internasional, melalui inovasi dan diversifikasi (misalnya pengembangan wisata bahari, agrowisata, ecotourism, dan wisata minat khusus lainnya), upaya standarisasi dan pemantauan mutu produk. 3. Prasarana dan Aksesibilitas a. Peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana umum seperti jaringan jalan, jaringan listrik, jaringan air bersih, dan jaringan telekomunikasi untuk mempercepat pengembangan objek dan daya tarik wisata dan kawasan pariwisata. b. Peningkatan aksesibilitas (udara, laut, dan darat) ke dan dari negara sumber wisatawan dan antar daerah di Indonesia melalui percepatan perluasan fasilitas bandara, pelabuhan laut, dan terminal darat di lokasi tertentu melalui kemitraan swasta.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 2 - 3 K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 2 - 3

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

c. Swastanisasi atau aliansi penerbangan nasional dengan penerbangan asing untuk meningkatkan kapasitas tempat duduk. 4. Investasi a. Pengarahan investasi pada pengembangan pariwisata ke Kawasan Timur Indonesia melalui pemberian insentif dan kemudahan sesuai dengan kondisi masing-masing daerah dengan tetap mendorong peningkatan investasi di Kawasan Barat Indonesia, agar pengembangan pariwisata merata di setiap kawasan. b. Pengupayaan percepatan penyelesaian penataan ruang dan peruntukan tanah yang pasti untuk mendukung kemudahan dan keamanan investasi pariwisata. 5. Perwilayahan a. Penyesuaian pembangunan daerah tujuan wisata, dengan potensi masing- masing dengan mempertimbangkan sasaran pasar utama yang akan diraih dan pertimbangan terhadap tahap perkembangan daerah tujuan wisata, yaitu pada tahap lemah, tumbuh, kuat dan terancam. b. Pemantapan keterpaduan dan komplementaritas pengembangan antara daerah yang satu dengan daerah lain, dan yang didukung oleh pengembangan jaringan perhubungan. 6. Lingkungan a. Pembangunan pariwisata mengacu pada peningkatan kualitas dan ramah lingkungan serta melibatkan peranserta masyarakat setempat. b. Penerapan ketentuan-ketentuan mengenai daya dukung lingkungan dalam pengelolaan dan pembangunan sarana kepariwisataan. 7. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Peningkatan kualitas informasi kepariwisataan dan sistem pelayanan melalui komputerisasi dan teknologi komunikasi serta pemanfaatan jaringan informasi global (internet, computer reservation system, dan lainlain). 8. Bina Masyarakat Sadar Wisata Penggalangan kampanye nasional sadar wisata secara berkelanjutan guna mendorong dan meningkatkan koordinasi dan peran serta masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan perlu terus dilakukan. 9. Sumberdaya Manusia a. Peningkatan keterampilan profesionalisme tenaga kerja pariwisata melalui diklat pariwisata dengan mengacu pada kurikulum yang standar, sertifikasi, dan akreditasi. b. Peningkatan kemampuan aparat pembina kepariwisataan di semua jajaran pemerintah, khususnya di Kabupaten/Kota. c. Peningkatan peran pihak swasta dalam usaha peningkatan sumber daya manusia dalam penyelenggaraan diklat pariwisata. 10. Kelembagaan dan Pengaturan a. Pemantapan sistem informasi dan manajemen disetiap unit untuk mendukung efektivitas proses pengambilan keputusan. b. Penyesuaian produk pengatuan berdasarkan perkembangan dan tantangan yang akan dihadapi pada perekonomian terbuka dan perdagangan bebas pada masa yang akan datang dengan berlakunya AFTA, APEC dan GATS/WTO.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 2 - 4 K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 2 - 4

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Upaya pengembangan kepariwisataan nasional, dimaksudkan agar potensi wisata yang dimiliki Negara Indonesia sebagai alternatif penunjang pembangunan nasional. Upaya ini dijabarkan melalui Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan setiap provinsi. Dalam dokumen Master Plan Perluasan dan Percepatan Ekonomi Indonesia (MP3EI), Provinsi Nusa Tenggara Barat, beserta Provinsi Bali dan Nusa Tenggara Timur, ditetapkan sebagai “Pintu Gerbang Pariwisata Nasional dan Pendukung Pangan Nasional” yang berada pada koridor 5 MP3EI. Sejalan dengan hal tersebut, maka sektor unggulan yang ada di koridor ini, lebih ditekankan pada sektor pariwisata dan pertanian, yang akan saling bersinergis antarsatu dengan yang lainnya.

Gambar 2.1 Pembagian Koridor dalam MP3EI

Potensi sektor pariwisata di Kabupaten Sumbawa dipandang sebagai salah satu kontributor pengembangan wilayah yang mendukung pelaksanaan dan implementasi program MP3EI yang secara Nasional disepakati oleh seluruh kepala daerah se- Indonesia.

2.2. KEPARIWISATAAN KABUPATEN SUMBAWA DALAM KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI Untuk menciptakan arahan kebijakan pengembangan pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat sesuai dengan yang telah ditetapkan, maka diperlukan strategi pengembangan pariwisata di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Terkait dengan pembangunan sektor Pariwisata di Kabupaten Sumbawa, dalam dokumen RIPPAR Provinsi NTB dan pembangunan pariwisata Nusa Tenggara Barat, Kabupaten Sumbawa ditetapkan dalam salah satu Kawasan Strategis Pariwisata daerah (KSPD) Provinsi Nusa Tenggara Barat. Penetapan ini tidak lain karena potensi sektor Pariwisata di Kabupaten Sumbawa selama beberapa tahun belakangan ini cukup pesat perkembangannya, serta diprediksi akan tumbuh secara dinamis, seiring dengan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 2 - 5 K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 2 - 5

R E V I E W L A P O R A N A K H I R perkembangan wilayah Kabupaten Sumbawa secara khusus dan Provinsi NTB secara umum. Adapun Kawasan Strategis Pariwisata Daerah (KSPD) Provinsi NTB yang berada di Kabupaten Sumbawa adalah: 1. Kawasan Agropolitan Alas Utan; 2. Kawasan Teluk Saleh – Moyo – Tambora (SAMOTA); dan 3. Kawasan Batu Hijau – Dodo Rinti. Mengenai penetapan Kawasan Strategis Pariwisata daerah (KSPD) Provinsi NTB yang masuk dalam wilayah Kabupaten Sumbawa, dapat dilihat pada peta di halaman selanjutnya.

Untuk menjalankan program yang telah ada dalam beberapa dokumen perencanaan terkait sektor pariwisata, ditempuh beberapa kebijakan, antara lain:

2.2.1. Kebijakan Meraih Minat Wisatawan Untuk meraih minat wisatawan ke provinsi NTB, maka strategi yang dicapai meliputi strategi perluasan pemasaran/promosi, strategi kerjasama lembaga wisata internasional, strategi kerjasama antar biro perjalanan dan kerjasama dalam negeri yang meliputi kerjasama dengan sekolah/lembaga pendidikan dan instansi. A. Strategi Perluasan Pemasaran/Promosi Strategi perluasan promosi kepariwisataan dicapai melalui: • Pemanfaatan peran dan fungsi media center sebagai alat untuk mengangkat citra positif NTB • Pengembangan riset, studi dan analisis peran pariwisata • Promosi pariwisata melalui pengembangan home page (internet) elektronik, pemasaran iklan, booklet, leaflet yang disebarkan pada kawasan-kawasan wisata potensial lain • Mempromosikan produk-produk wisata baru yang berbasis masyarakat, keaslian spesifik, spiritual dan mistik, petualangan dan wana wisata bahari dan wisata budaya • Menekankan pelaksanaan kegiatan promosi pada pasar potensial • Mensinergikan pro-program pemasaran secara terpadu antara pemerintah pusat, daerah dan swasta (investor).

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 2 - 6 K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 2 - 6

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

DODO RINTI

– KSPD BATU HIJAU

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 2 - 7 K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 2 - 7

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

B. Strategi Kerjasama Internasional Peningkatan kerjasama internasional yang sinergi dengan kebijakan/ strategi/program dan kegiatan pariwisata melalui kerjasama bilateral dan menjadi anggota aktif pada World Tourism Organization, Tourism Work Group APEC, kerjasama pariwisata ASEAN, serta menjadi anggota PATA, KCA dan AACUB. C. Strategi Kerjasama AntarBiro Perjalanan • Pembuatan linkage system yang signifikan antarbiro perjalanan • Pembuatan kerjasama yang saling menguntungkan • Kesamaan program pengembangan antarbiro perjalanan D. Strategi Kerjasama Dalam Negeri • Peningkatan paket-paket wisata untuk sekolah-sekolah yang bersifat studi tour yang dikelola oleh biro-biro perjalanan • Peningkatan paket-paket wisata untuk instansi dan kantor-kantor swasta

2.2.2. Kebijakan Peningkatan Produk Wisata Untuk peningkatan produk wisata, strategi yang harus dicapai untuk mendatangkan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara sebanyak-banyaknya adalah pengembangan atraksi wisata unggulan, strategi perluasan pengembangan dan strategi keterkaitan antarobjek. A. Strategi Pengembangan Produk Wisata • Mendorong peran serta masyarakat dalam upaya pembangunan usaha pariwisata dan pengembangan atraksi wisata • Pengembangan kawasan wisata sebagai fungsi buffer zone (penyangga) untuk menghadapi pengaruh modernisasi dan globalisasi serta pengamanan daerah sekitar kawasan wisata. Pengembangan dengan mengandalkan konsep keaslian yang spesifik dan memberikan multiflier efek (dampak ganda) kepada masyarakat. • Menyusun regulasi perkembangan usaha pariwisata dengan memperhatikan ketentuan hukum nasional dan internasional serta peraturan adat setempat • Mempersiapkan usaha pariwisata dalam menghadapi perdagangan bebas • Koordinasi dengan instansi terkait dan mendukung pengembangan produk wisata • Mempersiapkan perencanan terpadu • Penerapan secara konsisten, pengawasan dan penegakan hukum dalam pengembangan kepariwisataan

B. Strategi Pengembangan Atraksi Wisata Unggulan • Wisata Bahari - Menjaga kelestarian alam bahari seperti melindungi terumbu karang dari pemboman. - Peningkatan atraksi wisata yang dibagi menjadi atraksi unggulan dan pendukung. - Mengangkat even-even yang ada dengan membuat kalender wisata.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 2 - 8 K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 2 - 8

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

• Wisata Pegunungan - Pelestarian alam pegunungan dan wilayah sekitar. - Peningkatan atraksi wisata pegunungan. - Mengangkat even-even yang ada dengan membuat kalender wisata. • Wisata Budaya - Peningkatan even-even budaya. - Perencanaan kalender wisata yang disesuaikan dengan even-even budaya - Pelestarian/pengamanan wisata budaya untuk menghadapi modernisasi dan globalisasi serta menjaga keaslian, spesifikasi pada atraksi wisata tersebut. - Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian budaya. - Menyediakan sarana dan prasarana atraksi budaya pada kawasan wisata unggulan dan kota-kota pusat pelayanan. - Meningkatkan sumber daya manusia dalam pengelolaan seni budaya, misalnya peningkatan SDM dalam bidang pembuatan gerabah, anyaman, pembuatan patung dan lainnya yang berpotensi di NTB. - C. Strategi Keterkaitan AntarKawasan (linkage System Antar objek dan Budaya) • Strategi keterkaitan antarobyek berdasarkan kedekatan. • Strategi keterkaitan obyek berdasarkan keragaman pariwisata yang ditawarkan (wisata bahari, pegunungan, dan budaya). • Strategi keterkaitan obyek prioritas dan obyek pendukung. • Perencanaan paket - paket wisata.

2.2.3. Kebijaksanaan Memperlama Tinggal Wisatawan Kebijaksanaan memperlama tinggal wisatawan ini dicapai melalui strategi: • Peningkatan informasi diversifikasi obyek. • Peningkatan informasi keunikan setiap obyek baik itu wisata bahari, pegunungan maupun budaya. • Peningkatan informasi keragaman paket wisata yang meliputi paket wisata bahari, pegunungan dan budaya serta paket-paket wisata campuran budaya dan bahari, pegunungan dan budaya. • Peningkatan informasi perbaikan kualitas pelayanan di berbagai bidang. • Peningkatan informasi paket produksi misalnya teknik pembuatan gerabah sampai finishing, teknik pemintalan benang sampai pembuatan kain tenun (untuk atraksi). • Memperbesar pengeluaran wisatawan per hari melalui penawaran produk.

2.2.4. Kebijaksanaan Pengembangan SDM • Strategi peningkatan peran serta masyarakat. • Strategi pembentukan paguyuban pedagang kaki lima. • Strategi peran serta masyarakat sekitar obyek.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 2 - 9 K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 2 - 9

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

• Pembentukan paguyuban guide (pemandu wisata). • Pembentukan Forum Komunikasi wisata.

2.2.5. Kebijaksanaan Pengembangan Industri Pariwisata Pengembangan industri wisata ini ditekankan pada kawasan wisata prioritas, dimana strategi tersebut meliputi: • Pengembanagn industri wisata seperti akomodasi, biro perjalanan, restoran dan art shop di setiap kawasan wisata prioritas. • Pengembangan jasa wisata seperti money changer, Bank dan ATM, Rent Car dan informasi wisata di setiap kawasan prioritas. • Pengembangan fasilitas pendukung wisata seperti kesehatan, supermarket/minimarket dan pos keamanan di setiap kawasan wisata prioritas.

2.2.6. Kebijaksanaan Penyerasian Pengembangan Obyek Wisata Keserasian pengembangan yang dimaksud meliputi pengembangan obyek wisata dan budaya serta menyelesaikan konflik wisatawan, penduduk lokal dan pengelola yang meliputi: • Strategi penyelesaian konflik eksploitasi pesisir dan kelautan melalui penetapan zona pemanfaatan pesisir dan kelautan yang serta pengawasan bersama. • Strategi penyelesaian konflik pemanfaatan pantai (sempadan pantai), dialog dan pengawasan. • Strategi penyelesaian konflik pencari ikan yang tidak memperhatikan lingkungan misalnya pengeboman melalui pembinaan dan penyuluhan.

2.2.7. Kebijaksanaan Pengembangan Pendidikan Kepariwisataan • Penyediaan sekolah – sekolah pariwisata. • Penyediaan sekolah – sekolah penunjang pariwisata • Kerjasama antar pendidikan pariwisata dengan obyek dan atraksi wisata.

2.3. KEPARIWISATAAN KABUPATEN SUMBAWA DALAM KEBIJAKAN DAN PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN SUMBAWA Berdasarkan Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumbawa 2011-2031, salah satu elemen penting di dalam pengembangan wilayah Kabupaten Sumbawa adalah sektor wisata. Sektor ini termasuk dalam salah satu tujuan penataan ruang wilayah yaitu “mewujudkan ruang wilayah agribisnis, pariwisata dan pertambangan yang memenuhi kebutuhan pembangunan berdasarkan keunggulan komparatif, berwawasan lingkungan yang berkelanjutan, efisien dalam alokasi investasi, produktif, aman, nyaman dan bersinergi untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat”.

Dengan memperhatikan tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Sumbawa tersebut, maka sektor wisata, turut andil dan berperan dalam upaya peningkatan pertumbuhan wilayah di Kabupaten Sumbawa secara umum demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 2 - 10 K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 2 - 10

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Kawasan Peruntukan Pariwisata sendiri dalam RTRW Kabupaten Sumbawa tahun 2011-2031, ditetapkan menjadi 2 (dua) jenis dan diarahkan sebarannya pada: 1. Kawasan wisata alam di Kabupaten Sumbawa yang menjadi prioritas pengembangan yaitu wisata Pantai Sili-Maci, Pulau Moyo dan pulau-pulau kecil lainnya, Pantai Goa, Pantai Tanjung Menangis, Semongkat, Gili Keramat, Gili Bedil, Kawasan Pantai Empan, Pantai Labuan Pade, Pantai Lunyuk dan Pantai Jemplung di Kecamatan Empang; dan 2. Kawasan wisata budaya yang menjadi prioritas pengembangan dengan penataan desa-desa wisata seperti Desa Poto, Desa Pemulung, Desa Tepal, Pulau Bungin, sarkofagus di Desa Batu Tering dan daerah konservasi budaya yaitu Istana Dalam Loka, Bala Kuning, Wisma Praja, dan Makam Raja-Raja.

Rencana pengembangan kawasan peruntukan pariwisata skala prioritas sesuai dengan yang diamanatkan dalam Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Sumbawa Tahun 2011-2031 meliputi: 1. Penyediaan sarana dan prasarana sebagai penunjang pembangunan kawasan wisata; 2. Menyelenggarakan kegiatan promosi obyek wisata; 3. Pengembangan pusat-pusat informasi pariwisata; 4. Penyediaan fasilitas penunjang seperti listrik, air bersih dan telekomunikasi pada obyek atau kawasan wisata utama; 5. Penambahan dan perbaikan sarana dan prasarana transportasi guna mendukung kunjungan arus perjalanan dan perpindahan wisatawan dari satu tempat ke tempat yang lain; 6. Perbaikan manajemen pengelolaan obyek wisata; 7. Pengembangan atraksi wisata dari budaya lokal masyarakat; dan 8. Penataan ruang kawasan pariwisata untuk mendukung fungsi wilayah dan menghindari konflik pemanfaatan ruang wilayah sekitarnya.

Sedangkan untuk rencana pengembangan destinasi kawasan peruntukan pariwisata di Kabupaten Sumbawa, disajikan pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Rencana Pengembangan Destinasi Kawasan Peruntukan Pariwisata di Kabupaten Sumbawa Destinasi No. Daya Tarik Wisata Jenis Daya Tarik Wisata Pariwisata 1. ISTANA DALAM Istana Dalam Loka Peninggalan Sejarah LOKA Masjid Jami' Nurul Wisata Religi (Wisata Budaya) Huda Wisma Daerah Peninggalan Sejarah Bala Kuning Peninggalan Sejarah Dalam Pekat Peninggalan Sejarah Penyaring Desa Kerajinan Prajak Peninggalan Sejarah Poto Desa Wisata

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 2 - 11 K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 2 - 11

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Destinasi No. Daya Tarik Wisata Jenis Daya Tarik Wisata Pariwisata Ngeru Desa Kerajinan Kakiang Aktraksi Seni Budaya Moyo Aktraksi Seni Budaya Maronge Aktraksi Seni Budaya

2 BATU BULAN Bendungan Batu Bendungan/Danau (Wisata Alam dan Bulan Budaya) Talwa Desa Kerajinan Batu Tering Peninggalan Purbakala Liang Petang Gua Ai Renung Peninggalan Purbakala Ai Beling Air Terjun/Kawasan Hutan

3 SEMONGKAT Batu Gong Pantai (Wisata Alam dan Kencana Pantai Budaya) Goa Pantai dan Wisata Kuliner Saliper Ate Pantai Tanjung Menangis Pantai Pamulung Desa Wisata Semongkat Kawasan Hutan Batu Dulang Perkampungan Tradisional Tepal Desa Wisata

4 LABUHAN MAPIN Lapade Pantai (Wisata Alam dan Pulau Keramat Taman Laut/Kawasan Laut Budaya) Agro Tamase Kawasan Hutan Pulau Kaung Perkampungan Tradisional Pulau Bungin Perkampungan Tradisional

5 PULAU MOYO Tanjung Pasir Pantai, Taman Nasional/Taman (Wisata Alam) Laut Ai Manis Pantai, Taman Nasional/Taman Laut Raja Sua Pantai, Taman Nasional/Taman Laut Takat Sagele Taman Laut/Kawasan Laut Labuhan Aji Pantai, Desa Tradisional Mata Jitu Air Terjun, Taman Nasional

6 EMPANG TARANO Labu Bontong Perkampungan Tradisional (Wisata Alam dan Brang Bako Pantai Budaya) Brang Tiram Pantai Labu Jambu Perkampungan Tradisional Tero Pantai Maci Pantai Sili Pantai Sumber: Lampiran Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2012, Tentang RTRW Kab. Sumbawa tahun 2011-2031

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 2 - 12 K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 2 - 12 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

3.1. KONDISI FISIK injauan kondisi fisik dasar wilayah Kabupaten Sumbawa meliputi tinjauan aspek elevasi, kemiringan tanah, kedalaman efektif tanah, tekstur tanah, erosi, drainase, Tgeologi, jenis tanah, dan kondisi iklim.

A. Topografi Kabupaten Sumbawa terletak pada ketinggian antara 0 – 1.730 meter diatas permukaan air laut. Kondisi permukaan tanah di Kabupaten Sumbawa tidak rata atau cenderung berbukit-bukit, dimana sebagian besar diataranya yaitu seluas 355.108 ha atau 41,81 persen berada pada ketinggian 100 – 500 meter. Sementara itu ketinggian untuk kota- kota kecamatan di kabupaten Sumbawa berkisar antara 10 – 650 meter diatas permukaan laut. Ibu kota kecamatan Batu Lanteh yaitu Semongkat merupakan ibu kota kecamatan yang tertinggi sedangkan Sumbawa Besar yang merupakan ibukota kabupaten merupakan kawasan perkotaan yang terendah.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 1 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

B. Iklim Seperti daerah lainnya di Indonesia, iklim di Kabupaten Sumbawa adalah iklim tropik yang sangat dipengaruhi oleh iklim muson. Antara bulan Mei sampai dengan Agustus angin bertiup dari arah tenggara. Angin ini relatif kering dan tidak menimbulkan hujan. Temperatur siang hari dan malam hari sangat besar fluktuasinya, masa ini sering disebut dengan musim timur. Antara November sampai dengan Februari angin bertiup dari barat laut, angin ini membawa hujan. Masa ini sering disebut dengan musim barat. Rata-rata curah hujan tahunan di daerah daratan rendah adalah 1300 mm dan di daerah pegunungan adalah 2500 mm. Semakin ke timur curah hujannya semakin kecil, berkisar antara 800 – 1100 mm. Temperatur rata-rata maksimum dan minimum 32 derajat Celcius dan 22 derajat Celcius. Kelembaban udara rata-rata 85% dan penyinaran matahari 60%. Evaporasi berkisar 5 mm perhari pada bulan januari dan berkisar antara 9-10 mm pada bulan oktober. Rata-rata evaporasi tahunan adalah 60%.

Sebagian besar Kabupaten Sumbawa merupakan lereng vulkan bawah dan daratan kaki vulkan yang berbentuk bahan pasir vulkan basin berumur muda dan hanya sebagian kecil saja berupa jalur aliran sungai yang berbentuk dari kaluvio alluvium. Faktor iklim yang sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah berjalan cukup intensif dengan dua pergiliran musim. Pada musim kemarau permukaan tanah serta batuan secara fisik disinari oleh teriknya matahari sedangkan pada musim hujan diendapkan pada bagian bawahnya.

C. Geomorfologi Menurut peta topografi skala 1:125.000 kenampakan morfologi Kabupaten Sumbawa secara umum dapat di bagi dalam empat satuan utama yaitu dataran rendah, dataran perbukitan, batu gamping, daerah pegunungan dan wilayah gunung api. Di bawah ini akan dijelaskan karakterisrik dan sebaran dari ke empat satuan tersebut. a. Dataran Rendah Satuan utama ini dibagi atas dua satuan yaitu: dataran alluvial dan dataran pantai. Dataran menempati tepi pantai, kecuali di daerah Kecamatan Moyo Hulu di poros Sumbawa Besar – Lunyuk Rea. Daerah ini merupakan areal sawah/ladang tadah hujan dan irigasi teknis. Sebagian besar dataran rendah di Pulau Sumbawa telah dimanfaatkan sebagai areal sawah, ladang/tegal dan permukiman. Dataran pantai daerah basah terlentak di pantai utara daerah Plampang, Labuhan Kuris, bagian hilir Sungai Moyo dan pulau-pulau dilepas pantai barat Sumbawa. Daerah ini ditumbuhi pohon bakau, dan tumbuhan rawa di pantai lainnya. Usaha memanfaatkan dataran ini, telah mulai dibuka sebagai tambak ikan dan garam serta tambak udang. Dataran gosong pasir hanya dijumpai sedikit di pantai dan merupakan dataran yang dibentuk oleh gosong pasir atau terumbu koral. b. Daerah Perbukitan dan Batu Gamping Daerah ini dapat dibedakan atas lima satuan, terdiri atas dataran rendah miring landai, dataran rendah bergelombang, dataran rendah berbukit bergelombang. Daerah dengan relief sedang dataran berbukit sedang dengan tekstur halus dan lereng tajam. § Dataran rendah miring landai di Kabupaten Sumbawa tersebar di sekitar lembah di Kecamatan Empang dan di sepanjang pantai Pulau Moyo. Kantong-kantong dataran rendah lainnya menempati sepanjang pantai barat (Kecamatan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 2 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Sumbawa, dan Utan) pantai utara Kecamatan Sumbawa, serta pantai selatan sekitar Teluk Panas Beru. § Dataran rendah bergelombang dijumpai di daerah pantai utara Utan hingga Teluk Sumbawa, daerah mulai dari Sumbawa Besar ke arah timur hingga Labuhan Kuris. Dataran ini terbentuk oleh batuan vulkanik kecuali yang menempati pantai utara. § Dataran rendah berbukit dan bergelombang merupakan dataran gelombang dengan bukit yang kadang kala membentuk jajaran masing-masing tersebar di Empang, Pulau Ngali, Pulau Moyo sebelah utara dan Sumbawa Besar yang pada umumnya berbentuk oleh batuan vulkanik. Satuan dataran dengan relief rendah hingga sedang dapat dijumpai di Pulau Moyo, Pulau Liang, Pulau Ngali dan daerah Kelamping dekat Projo. § Satuan morfologi daerah berbukit sedang dengan tekstur halus dan lereng tajam menempati daerah yang di atas oleh batuan vulkanik dapat dijumpai di daerah berbukit Sumbawa Besar hingga Plampang. Secara umum di daerah berbukit dan batu gamping ini di beberapa tempat terutama di satuan yang mempunyai lereng landai telah dimanfaatkan untuk ladang dan permukiman. c. Daerah Pegunungan Satuan ini pada hekekatnya menempati daerah di mana morfologi dicirikan oleh suatu bentuk rangkaian gunung tua. Terbentuk oleh satuan hasil aktivitas vulkanik yang telah mengalami denudasi stadium awal sedang. Daerah ini dibedakan atas daerah pegunungan api tua dengan puncak dan lereng bukit terjal dan tajam, dataran miring dengan permukaan rata, dataran yang berbukit-bukit tajam, pegunungan dengan lereng dan puncak terjal, tekstur besar. § Satuan daerah gunung api tua dengan puncak dan lereng yang terjal serta tajam dijumpai di bagian utara dibentuk oleh kumpulan gunung Olat Burbaur, Olat Puncak Ngengas, Olat Kalaeng, Olat Batulanteh dan puncak-puncak kecil lainnya. Satuan dengan dataran miring dengan permukaan rata terdapat di pantai selatan dan bagian tengah Kabupaten Sumbawa. Dataran ini dicirikan oleh lereng yang tidak terjal dan tidak terlalu intensif mengalami sayatan lembah. § Satuan dataran tinggi berbukit tajam hanya dijumpai di daerah Lunyuk, dicirikan oleh tekstur kasar dan relatif tajam. Pegunungan dengan sifat tekstur kasar, puncak dan lereng terjal dijumpai hampir ditutupi oleh vegetasi, sebagian hutan primer maupun skunder, sehingga kesetabilan lereng masih dapat dipertahankan. d. Satuan Utama Morfologi gunung Api Aktif Sifat khas suatu bentuk kerucut gunung api aktif tidak jelas memperlihatkan klasifikasi satuan ini. Satuan ini menempati pegunungan sekitar Alas dan Empang yang memperlihatkan satuan dinding kepundan muda dan kemungkinan dinding tua.

Permukaan tanah di wilayah Kabupaten Sumbawa tidak rata atau cenderung berbukit- bukit dengan ketinggian berkisar antara 0 – 1.730 mdpl, dimana sebagian besar seluas 355.108 ha (41,81%) berada pada ketinggian 100 – 500 m. Sedangkan ketinggian untuk kota-kota kecamatan di Kabupaten Sumbawa berkisar antara 10 – 650 mdpl. Ibu Kota Kecamatan Batulanteh yaitu Semongkat merupakan ibu kota kecamatan yang tertinggi, sedangkan Sumbawa Besar merupakan ibu kota kecamatan yang terendah.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 3 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Berdasarkan kondisi topografi yang tidak rata atau cenderung berbukit-bukit tersebut akan mempengaruhi jumlah air hujan yang meresap atau ditahan oleh tanah. Dalamnya air tanah akan mempengaruhi erosi yang akan mengarahkan gerakan air berikut bahan- bahan yang terlarut di dalamnya dari suatu tempat ke tempat lain sehingga dalam pengelolaan tanah perlu diperhatikan unsur-unsur konservasi tanah. Kabupaten Sumbawa yang terdiri dari wilayah daratan dan wilayah lautan memiliki garis pantai sekitar 800 km. Secara umum karakteristik wilayah Kabupaten Sumbawa dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.1 Karakteristik Wilayah Kabupaten Sumbawa

No Kecamatan Luas Wilayah (km2) Karakteristik Wilayah

1. Lunyuk 513,74 Pegunungan 2. Orong Telu 465,97 Pegunungan 3. Alas 123,04 Pesisir 4. Alas Barat 168,88 Pesisir 5. Buer 137,01 Pesisir 6. Utan 155,42 Pesisir 7. Rhee 230,82 Pesisir 8. Batulanteh 391,40 Pegunungan 9. Sumbawa 44,83 Pesisir 10. Labuhan Badas 435,89 Pesisir 11. Unter Iwes 82,38 Dataran 12. Moyo Hilir 186,79 Pesisir 13. Moyo Utara 90,80 Pesisir 14. Moyo Hulu 311,96 Pegunungan 15. Ropang 444,48 Pegunungan 16. Lenangguar 504,32 Pegunungan 17. Lantung 167,45 Pegunungan 18. Lape 204,43 Pesisir 19. Lopok 155,59 Pegunungan 20. Plampang 418,69 Pesisir 21. Labangka 243,08 Pesisir 22. Maronge 274,75 Pesisir 23. Empang 558,55 Pesisir 24. Tarano 333,71 Pesisir Jumlah 6.643,98 Sumber : Identifikasi dan Analisa, 2017

D. Geologi Kabupaten Sumbawa sebagaimana sebagian wilayah Indonesia terletak dalam sabuk gunung api (ring of fire). Dalam Peta Tatanan Geologi dan Gunung Berapi Indonesia, Kabupaten Sumbawa tempat pertemuan 2 lempeng aktif dunia yaitu Lempeng Indo- Australia (bagian selatan) dan Lempeng Eurasia (bagian utara). Kondisi geologis tersebut menyebabkan Kabupaten Sumbawa kaya akan deposit sumberdaya mineral sekaligus rawan terhadap bencana alam. Prakiraan potensi sumberdaya mineral

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 4 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

potensial yang dimiliki, berupa emas (180 ribu m3), tembaga (1,575 juta m3), lempung/tanahliat (5,9juta m3), batugamping (274,29 juta m3) dan marmer (43,06 juta m3), pasir besi (304,5 m3), sirtu (793 ribu m3) dan batu bangunan (269,22 juta m3).

Potensi lain seperti energi panas bumi juga terdapat di Kecamatan Maronge dengan potensi 6 Mwe untuk pemanfaatan langsung. Potensi angin juga cukup memadai untuk pembangkit listrik skala kecil terutama pada 6 kecamatan yakni Alas Barat (376,177 watt), Labuhan Badas (612,541 watt), Labangka (525,177 watt), Empang (376,177 watt), Plampang (313,621 watt) dan Lape (258,415 watt). Demikian pula potensi sumber daya air, disamping digunakan sebagai air irigasi juga dapat digunakan untuk pembakit Listrik Mikro Hidro yang terdapat di 16 lokasi potensial dengan potensi energi 3.082 Kwatt.

E. Jenis Tanah Menurut peta tanah skala tinjau (1:250.000), di Kabupaten Sumbawa tersebar beberapa jenis tanah yaitu alluvial, grumosol, komplek mediterran coklat, komplek litosol coklat, dan litossol kemerahan. Jenis tanah yang dominan adalah komplek litosol, mediterran coklat kemerahan menempati areal 457.478 Ha, tersebar dari bagian selatan Kabupaten Sumbawa dari timur hingga barat. Jenis tanah lainnya yang banyak dijumpai adalah tanah kompleks antara mediterran, grumossol, rennzina dan litosol. Mediterran coklat terdapat pada tiga kecamatan yaitu kecamatan Moyo Hulu, Moyo Hilir, dan Lape Lopok. Khususnya pada dua kecamatan terakhir ini dijumpai mediterran coklat Kemerahan. Asosiasi Litosol dan Litosol kemerahan dijumpai di daerah dengan curah hujan tinggi dan penggunaan lahan berupa hutan lebat dan fisiogerapi berbukit hingga bergunung yakni di wilayah kecamatan Batu Lanteh, Ropang, Moyo Hulu, yang seluruhnya 34.564 Ha atau 4,1 %. Penyebaran jenis tanah alluvial kelabu dan alluvial coklat kemerahan dijumpai di daerah daratan/lembah dan di pinggir pantai utara. Daerah ini diusahakan untuk persawahan, pertambakan dan sebagian besar merupakan masih rawa. Tiap macam tanah mempunyai sifat dan karakter sendiri dan hal ini akan menentukan kemampuan suatu lahan untuk dikembangkan sesuai dengan peruntukan tertentu.

F. Hidrologi Daerah-daerah pertanian dan permukiman di Kabupaten Sumbawa sangat ditentukan oleh tersedianya air disamping keadaan topografi dan tanahnya. Sumber air pokok adalah air hujan, air sungai dan air tanah. Daerah ini termasuk daerah curah hujan yang relatif kecil (semi arid) dan tidak merata sepanjang tahun.

Sungai di Kabupaten Sumbawa mempunyai catchment area yang sempit dan lereng yang curam, hanya ada beberapa sungai yang luas catchment areanya lebih dari 200 Km2 diantaranya adalah Sungai Brang Beh yang mengalir ke selatan Lunyuk yang luasnya adalah 1.372 Km2. Sempitnya catchment area atau daerah aliran sungai (DAS) dan karena curamnya lereng mengakibatkan aliran sungai sangat dipengaruhi oleh besarnya hujan. Pada waktu hujan besar debit sungai dengan cepat menjadi besar, tapi begitu hujan selesai aliran sungai dengan cepat menjadi turun.

Fluktuasi aliran sungai yang besar ini mengakibatkan konsentrasi sedimen yang berupa muatan suspensi sangat besar sekitar 100-200 mg/liter ada yang mencapai 3000

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 5 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

mg/liter. Besarnya kandungan sedimen ini mempunyai pengaruh positif yaitu mempercepat pembentukan dataran alluvial dan daerah pantai. Air tanah di Kabupaten Sumbawa telah digunakan meskipun secara sederhana, terutama untuk keperluan sehari-hari dengan menggunakan sumur gali di daerah-daerah dataran alluvial di sepanjang pantai utara.

3.2. SEJARAH SEBAGAI POTENSI PARIWISATA Ditinjau dari segi sejarah, sejak 500 tahun yang lalu di pulau Sumbawa telah berjalan pemerintahan kerajaan yang berkesinambungan dari abad ke-14 sampai dengan abad ke-20, yaitu kerajaan , Kerajaan Dompu, dan kerajaan Sumbawa. Masing-masing kerajaan mempunyai kesatuan pemerintahan adat beserta perangkatnya, dan wilayah kekuasaannya meliputi batas wilayah kabupaten sekarang ini. Bukti-bukti arkeologis yang diketemukan di wilayah Sumbawa, berupa sarkofagus, nakara dan menhir, mengindikasikan bahwa masyarakat Sumbawa telah memiliki kepercayaan dan bentuk- bentuk ritual penyembahan kepada arwah nenek moyang mereka. Konsep-konsep tentang kosmologi dan perlunya menjaga keseimbangan antara dirinya dengan makrokosmos terus diwariskan lintas generasi hingga masuknya kerajaan Hindu-Budha, bahkan peradaban Islam di Sumbawa kini. Diperkirakan agama Hindu-Budha telah berkembang pesat di kerajaan-kerajaan kecil Sumbawa sekitar dua ratus tahun sebelum invasi Kerajaan Majapahit ke wilayah Sumbawa. Beberapa kerajaan itu antara lain: Kerajaan Dewa Mas Kuning di Selesek (Ropang), Kerajaan Ai Renung (Moyo Hulu), Kerajaan Awan Kuning di Sampar Semulan (Moyo Hulu), Kerajaan Gunung Setia (Sumbawa), Kerajaan Dewa Maja Paruwa (Utan), Kerajaan Seran (Seteluk), Kerajaan Taliwang, dan Kerajaan Jereweh. Menurut Zolinger, agama Islam masuk ke Pulau Sumbawa lebih dahulu dari pada Pulau antara tahun 1450–1540 yang dibawa oleh para pedagang Islam dari Jawa dan Melayu, khususnya Palembang. Selanjutnya runtuhnya Kerajaan Majapahit telah mengakibatkan kerajaan-kerajaan kecil di wilayah Sumbawa menjadi kerajaan-kerajaan yang merdeka. Kondisi ini justru memudahkan bagi proses pengenalan ajaran Islam oleh para mubaligh tersebut, kemudian pada tahun-tahun awal di abad ke-16 Sunan Prapen yang merupakan keturunan Sunan Giri dari Jawa datang ke Sumbawa untuk menyebarkan Islam pada kerajaan-kerajaan Hindu di Sumbawa, dan terakhir penaklukan Karaeng Moroangang dari Gowa-Sulawesi tahun 1618 atas Kerajaan Dewa Maja Paruwa (Utan) sebagai kerajaan terakhir yang bersedia masuk Islam sehingga menghasilkan sumpah “adat dan rapang Samawa (contoh-contoh kebaikan) tidak akan diganggu gugat sepanjang raja dan rakyatnya menjalankan syariat Islam” yang merujuk pada konsepsi adat bersendikan syara’, dan syara’ bersendikan kitabullah.

Sebagai bukti kesejarahan tersebut, beberapa bangunan bersejarah/ situs cagar budaya, dan perkampungan tradisional sebagai potensi pariwisata di Kabupaten Sumbawa diantaranya adalah:

Istana Dalam Loka (The Old Palace) Istana Dalam Loka menjadi bukti sejarah dari kejayaan Kesultanan Sumbawa pada masa lampau. Istana Dalam Loka dibangun pada tahun 1885 oleh sultan ke-16 dari Dinasti Dewa Dalam Bawa, Sultan Muhammad Jalaluddin Syah III, kakek dari sultan Sumbawa saat ini (Sultan Muhammad Kaharuddin IV). Pembangunannya memakan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 6 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

waktu sembilan bulan 10 hari, sama seperti usia bayi dalam kandungan. Istana yang berlokasi di sebelah Mesjid Agung Nurul Huda ini dibangun tak lepas dari nilai-nilai Islam yang diterapkan setelah agama tersebut masuk ke Pulau Sumbawa. Bangunan berbentuk rumah panggung ini memiliki 99 tiang penopang dari kayu jati yang masih asli, jumlahnya diambil dari sifat Allah atau Asma'ul Husna. Menurut pemandu, kayu jati pada zaman dahulu dikeringkan dengan proses alami yang membuatnya jadi kokoh dan kuat walau dimakan usia. Ada 17 anak tangga di Istana Dalam Loka, sama seperti jumlah raka'at shalat lima waktu. Dahulu, Istana Dalam Loka menjadi kediaman sultan beserta keluarganya sekaligus pusat pemerintahan.

Wisma Praja/ Wisma Daerah/ Bala Puti (Goverment House) Merupakan Istana bangunan Belanda pada tahun 1932, tempat sebagai kediaman terakhir Sultan Kaharuddin III melakukan kegiatan pemerintahan. Sekarang digunakan sebagai tempat penerimaan tamu-tamu daerah dan kegiatan-kegiatan upacara/ resepsi yang bersifat formal, serta pertemuan kepemerintahan lainnya.

Bala Kuning (The Yellow House) Bala kuning merupakan rumah tempat tinggal keluarga Sultan yang terakhir. Di sini dapat dijumpai benda-benda magis kerajaan, seperti: Bodong, Sarpedang, Payung Kamutar, Tear (tombak/lembing), Keris, Qur’an tulisan tangan oleh Muhammad Ibnu Abdullah Al-Jawi (+/- Tahun 1784) pada saat Pemerintahan Sultan Harrunnurrasyid II (1770 – 1790), yang selalu terpelihara dengan baik.

Makam Sampar Letaknya tidak jauh dari kota Sumbawa besar, sekitar 1 km arah timur Dalam Loka. Situs ini disebut Makam Sampar, karena terletak di atas sampar (daratan di atas bukit). Sengaja di tempatkan di atas bukit mengikuti tradisi para leluhur yang biasanya membuat makam/ perkuburan di atas bukit. Agak berbeda dengan makam-makam disekitarnya karena dimakam sampar ini merupakan kuburan para raja Sumbawa terdahulu bersama ahli kerabatnya. Makam Sampar dikelilingi oleh batu-batu yang disusun sedemikian rupa seperti tembok setinggi 1 m yang membatasinya dengan kuburan masyarakat biasa. Siapa nama-nama raja Sumbawa yang dikuburkan di makam sampar tidak dapat ditunjukkan dengan pasti karena tidak ada tanda-tanda khusus yang dicantumkan pada tiap kuburan. Hal ini terjadi dengan alasan bahwa Islam tidak memperkenankan pengkultusan terhadap kuburan.

Makam Karongkeng Karongkeng adalah sebuah desa yang berjarak 6 km dari Empang ibu kota kecamatan Empang (107 km dari Sumbawa Besar). Untuk mengunjungi makam karongkeng kita dapat menggunakan kendaraan cidomo, sepeda motor ataupun mobil karena jalannya cukup baik. Memasuki areal makam terasa sejuk karena berada di Lutuk kerimbunan daun pohon asem disekitarnya. Dari profil makam terlihat bahwa jasad yang terkubur ditempat itu bukanlah orang sembarangan. Beliau adalah H. Abdul Karim (Haji Kari) seorang penyiar/ mubaliq Islam. Beliau adalah tokoh yang memiliki karomah, karena konon beliau pergi dan pulang ke Mekkah tanpa melalui perjalanan yang biasa. Abdul Karim adalah anak dari keluarga biasa, namun Allah mentakdirkannya dengan ilmu dan karomah sehingga beliau mengembangkan Islam di Sumbawa bagian timur jauh sebelum raja Sumbawa masuk islam di tahun 1623.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 7 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Situs Ai Renung Situs Ai Renung adalah situs pertama yang ditemukan di Kabupaten Sumbawa. Penemunya adalah Dinullah Rayes dari Kabin Kebudayaan Kabupaten Sumbawa tahun 1971 bersama Drs. Made Purusa dari Balai Arkeologi Denpasar serta tenaga ahli dari pusat Arkeologi nasional yang melakukan penelitian pertama. Pada penelitian pertama ditemukan hanya tiga buah sarkopagus, lalu setelah dilakukan peneitian yang berkelanjutan, sampai saat ini sudah ditemukan tujuh buah sakopagus (kuburan batu). Disebut situs Ai Renung karena berada dikomplek persawahan Ai Renung dekat kampung Ai Renung (waktu itu). Seluruh lokasi tersebut berada dalam wilayah desa Batu Tering kecamatam Moyohulu. Tidak jarang para mahasiswa dan peneliti asing datang ke Ai Renung lebih-lebih mahasiswa arkeologi. Lokasinya sangat memungkinkan untuk dikembangkan menjadi obyek wisata budaya, wisata alam (wana- wisata), camping dan lain-lain. Lokasinya berjarak 5 km dari desa Batu Tering (30 km dari Sumbawa Besar).

Situs Lutuk Batu Peti Dinamakan Lutuk Batu Peti karena ada batu seperti peti (sarkopagus) yang terletak di ujung bukit. Ujung atas bukit itulah yang disebut oleh masyarakat sebagai Lutuk Batu Peti. Letaknya berada di sebelah barat laut dusun Kuang Amo desa Sempe Kecamatan Moyohulu. Jaraknya diperkirakan 6 km dari Kuang Amo, karena ditempuh dua jam dengan berjalan kaki. Menurut para ahli yang pernah datang melakukan penelitian kesitus tersebut, umur sarkopag diperkirakan sudah lebih dari 2500 tahun.

Situs Tarakin Letak situs Tarakin agak lebih jauh dari Lutuk Batu Peti dan tidak searah dari Kuang- Amo. Tarakin berada sebelah barat Kuang Amo, dengan perjalanan 3 jam yang berjarak sekitar 9 km di atas gunung Tarakin. Untuk mengunjungi situs ini melewati obyek wisata Ai Beling yang berarti memiliki prospek kepariwisataan yang cukup baik. Namun kondisi jalan raya yang belum memadai maka obyek tersebut belum banyak dikenal orang. Pada umumnya masyarakat Kuang Amo tidak banyak yang tahu keberadaan sarkopag tersebut karena tempatnya yang jauh terpencil, tertutup dalam semak belukar. Para pemburu dan penjelajah hutan saja yang tahu tempat benda cagar budaya dimaksud. Tim dari Bidang Peninggalan Sejarah dan kepurbakalaan (PSK) Kanwil Depdikbud Provinsi NTB bersama Balar (Balai Arkeologi) Denpasar serta Pusat Arkeologi Nasional melakukan penelitian pada situs Tarakin dan Lutuk Batu Peti. Situs Tarakin diperkirakan berumur sama dengan situs Lutuk Batu Peti.

Situs Raboran Situs Raboran juga merupakan sarkopag. Letaknya tidak jauh dari desa Sebasang Kecamatan Moyo Hulu. Raboran dulunya adalah sebuah dusun terpencil di lereng gunung, terkenal sebagai pusat penggemblengan dan belajar ilmu kebal bagi balatentara Kerajaan Sumbawa (Bala Cucuk).

Situs Temang Dongan Pada mulanya situs Temang Dongan disebut Batu Babung, Batu Balo, Ai Paya Namun setelah dilakukan beberapa kali survey ternyata semua benda cagar budaya yang ditemukan adalah sarkopag yang terletak menyebar pada puncak gunung Temang Dongan, sehingga para arkeolog dari Balai Arkeologi Denpasar menamakan situs

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 8 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

tersebut sebagai situs Temang Dongan. Temang Dongan terletak kira-kira 4 km arah selatan Desa Pungkit Kecamatan Lape. Untuk sampai ke obyek, sebaiknya mendaki gunung setinggi 150 meter melalui lereng selatan. Di puncak sebelah selatan itulah sarkopagus yang telah berusia ribuan tahun tersebut tergeletak di atas daratan. Pemandangan dari puncak Temang Dongan sungguh menarik karena menyajikan keindahan alam. Sayup-sayup sebelah barat kita dapat menyaksikan kilauan air waduk Batu Bulan.

Situs Batu Bata Situs Batu Tata terletak di jalan Batu Dulang – Punik. Dari bentuknya, diperkirakan batu tersebut adalah menhir, atau tempat pemujaan arwah leluhur. Masyarakat menyebutnya batu tata karena ada tatahan bentuk manusia (manusia kangkang) pada salah satu sisinya. Tetapi sampai saat ditemukannya tidak seorang pun warga masyarakat yang mengkeramatkannya maupun mengapresiasinya sebagai benda cagar budaya.

Situs Kalimango Terletak di wilayah desa Mokong Kecamatan Moyo Hulu. Merupakan sarkopag yang berbeda dengan sarkopag-sarkopag lain yang pernah di temukan di Sumbawa. Sampai sekarang belum pernah dilakukan penelitian intensif terhadap situs Kalimango karena kesulitan transportasi. Situs ini dapat ditempuh dengan berjalan kaki 3 jam ke arah barat dari desa Mokong.

Situs Batu Gong Teretak di Desa Pukat Kecamatan Utan. Disebut Batu Gong karena situs tersebut berupa batu berbentuk gong. Obyek tersebut banyak dikunjungi oleh beberapa orang yang percaya akan kekeramatannya. Tetapi karena tidak ada juru pelihara, terdapat beberapa batu yang hilang.

Situs-situs tersebut adalah beberapa yang sudah ditemukan di daerah Sumbawa, dan masih banyak lagi situs-situs bersejarah lainnya, seperti situs Batu Tulis di Tepal, dan beberapa situs sejarah yang terdapat di daerah Selatan lainnya.

Dusun Pamulung Salah satu dusun yang termasuk dalam Wilayah Desa Karang Dima Kecamatan Labuan Badas, terletak sekitar 8 km dari kota Sumbawa Besar. Dusun ini merupakan lokasi desa wisata, karena di desa tersebut dapat disaksikan berbagai atraksi budaya daerah, seperti Karaci, Barapan Kebo, tari-tarian tradisional serta musik tradisional.

Desa Tepal Desa tradisional yang terletak 37 km dari pusat kota, masuk dalam wilayah Kecamatan Batu Lanteh. Desa ini dapat ditempuh dengan berjalan kaki atau dengan berkuda. Desa Tepal menyimpan banyak budaya tradisional, karena masyarakatnya masih memegang teguh adat istiadat dan Budaya Sumbawa. Ini dapat dilihat dari cara berpakaian, cara hidup dan bentuk rumah yang unik, sehingga desa ini disebut juga Desa Adat.

Desa Poto Salah satu desa di Kabupaten Sumbawa yang tetap memelihara kelestarian budaya daerah seperti tenunan tradisional, pembuatan gerabah dan atraksi permainan rakyat

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 9 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

seperti pacuan kuda, barapan kebo (karapan kerbau). Desa Poto yang letaknya di Kecamatan Moyo Hilir kira-kira 13 km dari kota Sumbawa Besar dapat dijangkau dengan sarana transportasi darat yang senantiasa melayani trayek tersebut setiap hari.

Pulau Bungin (Bungin Island) Lazimnya disebut sebagai pulau terpadat di dunia, karena kepadatan penduduknya +14.000 jiwa/km persegi. Dikenal juga sangat aman karena sejauh ini kehidupan masyarakatnya selalu rukun dan damai. Di pulau ini tidak akan ditemui lahan pertanian, perkebunan maupun peternakan. Lahan-lahan yang ada dimanfaatkan untuk membangun runah tinggal. Untuk membangun rumah baru, mereka harus bergotong royong dengan cara menyusun batu karang yang telah dikumpulkan sebelumya. Ketiadaan lahan membawa keunikan tersendiri, karena ternak kambing milik penduduk setempat tidak hanya memakan dedaunan, tetapi juga kertas, ikan laut, dan kain-kain baju yang telah robek. Pulau Bungin masih berada dalam wilayah Kecamatan Alas atau + 70 km dari kota Sumbawa besar. Untuk mencapai pulau ini tersedia perahu motor yang hilir mudik antara pulau Bungin dan Dermaga Alas atau melalui darat dengan kendaraan bermotor.

Pulau Kaung (Kaung Island) Salah satu pulau perkampungan nelayan yang letaknya tidak terlalu jauh dari pulau Bungin. Untuk mencapai pulau ini tidak lagi menyebrangi laut, melainkan dapat dilalui lewat darat dengan mempergunakan kendaraan bermotor maupun naik cidomo. Kerajinan rakyat yang terbuat dari kerang-kerangan dapat ditemui di pulau ini.

Dusun Talwa Merupakan dusun pandai besi (Black Smith) yang tetap mempertahankan sifat tradisionalnya yang kental dalam pembuatan pisau, parang, cangkul, tembilang, dan sebagainya. Dusun Talwa yang oleh para wisatawan dijuluki sebagai Blingin Jerman ini terletak di Kecamatan Moyo Hulu, berjarak 14 km dari kota Sumbawa Besar.

Obyek-obyek wisata budaya yang ada di Kabupaten Sumbawa sangat banyak dan hal ini dapat dimanfaatkan sebagai kawasan pariwisata disamping sebagai pengembangan ilmu pengetahuan. Obyek ini dapat berupa artifak atau bangunan peninggalan sejarah/ benda purbakala dan atraksi tari atau kerajinan. Adapun benda cagar budaya yang dijadikan sebagai obyek wisata budaya di Kabupaten Sumbawa terlihat pada Tabel 3.2 berikut ini.

Tabel 3.2 Jumlah Cagar Budaya di Kabupaten Sumbawa

No Nama Cagar Budaya Lokasi (Kecamatan/Desa) 1 2 3 1 Makam Sampar Kel. Seketeng Kec. Sumbawa 2 Bangunan Istana Dalam Loka Kel. Seketeng Kec. Sumbawa 3 Bangunan Bala Kuning Kel. Seketeng Kec. Sumbawa 4 Situs Batu Bertulis Kel. Seketeng Kec. Sumbawa

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 10 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

No Nama Cagar Budaya Lokasi (Kecamatan/Desa) 1 2 3 5 Rumah Adat Bala Datu Ranga Kel. Seketeng Kec. Sumbawa 6 Bangunan Istana Baru/Wisma Praja Kel. Brang Bara Kec. Sumbawa 7 Situs Buin Ai Awak Kel. Seketeng Kec. Sumbawa 8 Makam Datu Putih Geti Kel. Brang Biji Kec. Sumbawa 9 Makam Krongkeng Ds. Krongkeng Kec. Tarano 10 Situs Keramat Endagu Ds. Lab. Jambu Kec. Tarano 11 Makam Batu Tempayan Ds. Mata Kec. Tarano 12 Situs Ai Renung Ds. Batu Tering Kec. Moyo Hulu 13 Situs Lutuk Batu Peti Ds. Kuang Amo Kec. Moyo Hulu 14 Situs Tarakin Ds. Kuang Amo Kec. Moyo Hulu 15 Situs Raboran Ds. Sebasang Kec. Moyo Hulu 16 Makam Lala Bulan Ds. Batu Bulan Kec. Moyo Hulu 17 Situs Sampar Rhee Dsn. Kalimango Kec. Moyo Hulu 18 Makam Ponan Ds. Poto Kec. Moyo Hilir 19 Makam Kuber Tana Belo Ds. Olat Rawa Kec. Moyo Hilir 20 Situs Batu Masjid Ds. Olat Rawa Kec. Moyo Hilir 21 Makam Lake Mudi Ds. Ngeru Kec. Moyo Hilir 22 Makam Kuber Peti Ds. Poto Kec. Moyo Hilir 23 Makam Lala Bunte Ds. Pemasar Kec. Maronge 24 Situs Temang Dongan/Batu Babung Ds. Pungkit Kec. Lopok 25 Makam Dea Busing Kecamatan Lape 26 Situs Batu Tata Ds. Punik Kec. Batu Lanteh 27 Situs Batu Bergores Ds. Tepal Kec. Batu Lanteh 28 Situs Batu Tapak Kaki Ds. Tangkanpulit Kec. Batu Lanteh 29 Situs Patung Batu Kecamatan Ropang 30 Situs Batu Gong Ds. Pukat Kec. Utan 31 Situs Makam Orong Bawa Ds. Orong Bawa Kec. Utan 32 Makam Faqih Ismail Ds. Motong Kec. Utan 33 Makam Kramat Ds. Labu Bua Kec. Utan 34 Bangunan Bala Dea Iman Ds. Empang Atas Kec. Empang 35 Situs Lesung Batu Ds. Brangkolong Kec. Plampang 36 Makam Kramat Mampis Ds. Luar Kec. Alas

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 11 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

No Nama Cagar Budaya Lokasi (Kecamatan/Desa) 1 2 3 37 Gua Liang Ne Munri Ds. Dalam Kec. Alas 38 Situs Batu Pemanto/Batu Bersusun Ds. Mate Mega Kec. Alas 39 Bangunan Bala Datu Alas Ds. Dalam Kec. Alas 40 Situs Batu Nong Ds. Lekong Kec. Alas 41 Makam Pua Bonga Ds. Lab. Burung Kec. Buer 42 Situs Batu Patung Kebo Ds. Jamu Kec. Lunyuk Sumber: Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kab. Sumbawa, 2016.

3.3. KEKAYAAN EKOLOGIS SEBAGAI POTENSI PARIWISATA Gambaran umum untuk wilayah Kabupaten Sumbawa meliputi gambaran aspek geografis, aspek fisik, penggunaan lahan, kependudukan, fasilitas, dan perekonomian.

3.3.1. Letak Geografis dan Administratif Kabupaten Sumbawa merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) kabupaten/kota yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat, terletak pada sentral Pulau Sumbawa, yakni pada posisi 116” 42’ sampai dengan 118” 22’ Bujur Timur dan 8’’ 8’ sampai dengan 9’’ 7’ Lintang Selatan serta memiliki luas wilayah 6.643,98 KM2. Secara administratif memiliki batas: • Sebelah Utara : Laut Flores • Sebelah Timur : Kabupaten Dompu • Sebelah Selatan : Samudra Indonesia • Sebelah Barat : Kabupaten Sumbawa Barat

Kabupaten Sumbawa terbagi menjadi 24 (dua puluh empat) wilayah kecamatan, yang tersebar dari bagian barat hingga timur kabupaten ini, antara lain : 1. Kecamatan Tarano 2. Kecamatan Labangka 3. Kecamatan Empang 4. Kecamatan Lunyuk 5. Kecamatan Plampang 6. Kecamatan Maronge 7. Kecamatan Moyo Hilir 8. Kecamatan Moyo Utara 9. Kecamatan Moyo Hulu 10. Kecamatan Batu Lanteh 11. Kecamatan Sumbawa 12. Kecamatan Unter Iwis 13. Kecamatan Labuhan Badas 14. Kecamatan Rhee 15. Kecamatan Utan 16. Kecamatan Buer 17. Kecamatan Alas 18. Kecamatan Alas Barat

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 12 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

19. Kecamatan Orong Telu 20. Kecamatan Lape 21. Kecamatan Lopok 22. Kecamatan Lantung 23. Kecamatan Lenangguar 24. Kecamatan Ropang

Dengan luas wilayah yang sangat besar tersebut, Kabupaten Sumbawa memiliki keragaman morfologi wilayah yang memiliki karakteristik yang khas. Untuk jelasnya mengenai pembagian wilayah di Kabupaten Sumbawa, dapat dilihat pada Peta 3.1 berikut ini.

Gambar 3.1 Peta Administrasi Kabupaten Sumbawa

3.3.2. Penggunaan Lahan Merujuk kepada Rencana Tata Ruang Wilayah, tata guna lahan terbagi ke dalam dua klasifikasi besar yaitu kawasan budidaya dan kawasan lindung. a. Kawasan Budidaya Penggunaan lahan di Kawasan Budidaya di Kabupaten Sumbawa terbagi dalam beberapa kategori penggunaan, meliputi: 1) lahan sawah, terdiri dari: lahan irigasi teknis, lahan tadah hujan, rawa pasang surut dan rawa lebak; 2) lahan pertanian bukan sawah, terdiri dari: tegal/ kebun, ladang/ huma, perkebunan, ditanami pohon/ hutan rakyat, padang pengembalaan/ padang rumput, sementara tidak diusahakan, lainnya (tambak, kolam, empang, hutan negara dll); 3) lahan bukan pertanian, terdiri dari: jalan pemukiman, perkantoran, sungai dan lain-lain.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 13 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tabel 3.3 Penggunaan Lahan (Ha) Tahun 2011-2014 Di Kabupaten Sumbawa Luas Penggunaan (Ha) Lahan 2010 2011 2012 2013 2014 1 2 3 4 5 6 Lahan Sawah 48.491 49.324 51.588 56.146 56.191 Lahan Bukan Sawah 518.123 517.787 515.537 510.565 509.058 Lahan Bukan Pertanian 97.784 97.287 97.273 97.687 99.149 Total Lahan 664.398 664.398 664.398 664.398 664.398 Sumber: BPS Kabupaten Sumbawa (Sumbawa Dalam Angka 2011-2015). Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Sumbawa Nomor 10 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Sumbawa, bahwa rencana pengembangan kawasan budidaya di Kabupaten Sumbawa dalam 20 tahun adalah sebesar 435.675,97 hektar.

Gambar 2.8 Peta Penggunaan Lahan Di Kabupaten Sumbawa b. Kawasan Lindung Kawasan Lindung sebagaimana diatur dalam peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah Kabupaten Sumbawa terdiri dari: 1. Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya; Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan bawahannya meliputi kawasan resapan air yang terletak pada Kecamatan Utan, Kecamatan Rhee, Kecamatan Batu Lanteh, Kecamatan Ropang, Kecamatan Lenangguar, Kecamatan Lunyuk, Kecamatan Orong Telu, Kecamatan Lape, Kecamatan Lopok, Kecamatan Moyo Hulu, Kecamatan Maronge, Kecamatan Labuhan Badas, Kecamatan Moyo Hilir, Kecamatan Tarano, Kecamatan Empang, Kecamatan Labangka, Kecamatan Plampang, Kecamatan Unter Iwes, Kecamatan Buer, Kecamatan Alas dan Kecamatan Alas Barat. 2. Kawasan perlindungan setempat;

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 14 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Kawasan perlindungan setempat di Kabupaten Sumbawa adalah seluas 29.398,37 Ha meliputi: a. Kawasan sempadan sungai diarahkan untuk pengelolaan sungai bersama dari hulu sampai hilir sungai untuk memanfaatkan potensi sungai maupun melindungi sungai dari kegiatan yang dapat mengganggu atau merusak bantaran, tanggul sungai, kualitas air sungai, dasar sungai, mengamankan aliran sungai dan mencegah terjadinya bahaya banjir terutama pada daerah aliran sungai-sungai besar yaitu DAS Rhee, DAS Ampang, DAS Bako, DAS Beh, DAS Moyo Hulu dan DAS Pulau Moyo; b. Kawasan sekitar danau atau waduk diarahkan ke seluruh kawasan sekitar danau dan waduk yang tersebar di Kabupaten Sumbawa meliputi Bendungan Batu Bulan di Kecamatan Moyo Hulu, Bendungan Mamak di Kecamatan Lopok, Bendungan Tiu Kulit di Kecamatan Plampang, Bendungan Gapit di Kecamatan Empang, dan Bendungan Plara di Kecamatan Lunyuk; c. Kawasan mata air yang tersebar di seluruh kecamatan, dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk keperluan pemenuhan air minum dan irigasi; dan d. Kawasan sempadan pantai berlokasi di seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Batu Lanteh, Kecamatan Orong Telu, Kecamatan Lenangguar, Kecamatan Moyo Hulu, Kecamatan Unter Iwes, dan Kecamatan Lantung. e. Kawasan ekosistem mangrove ditetapkan di wilayah Pulau Rakit, Pulau Ngali, Pulau Liang, Pulau Medang, pesisir Teluk Saleh, Pulau Panjang, pesisir utara Sumbawa dan pesisir selatan Sumbawa. f. Kawasan Ruang Terbuka Hijau seluas 30 % (tiga puluh per seratus) dari luas perkotaan Kabupaten Sumbawa 3. Kawasan cagar budaya seluas 4.874,5 Ha 4. kawasan lindung geologi. Kawasan lindung geologi di Kabupaten Sumbawa meliputi kawasan cagar alam geologi berupa: a. Kawasan cagar alam geologi yang berupa keunikan bentang alam di kawasan Puncak Ngengas Selalu Legini; b. Kawasan rawan bencana geologi yaitu : 1) Kawasan rawan bencana banjir meliputi Kecamatan Sumbawa, Kecamatan Moyo Hilir, Kecamatan Moyo Utara, Kecamatan Lunyuk, Kecamatan Rhee, Kecamatan Alas Barat, Kecamatan Buer, Kecamatan Labuhan Badas, Kecamatan Unter Iwes, Kecamatan Plampang, Kecamatan Ropang, Kecamatan Lape, Kecamatan Lopok, Kecamatan Alas dan Kecamatan Empang; 2) Kawasan rawan bencana longsor meliputi Kecamatan Batu Lanteh, Kecamatan Orong Telu, Kecamatan Ropang, Kecamatan Lenangguar, Kecamatan Lantung, Kecamatan Alas, Kecamatan Lunyuk, Kecamatan Labangka, dan Kecamatan Empang; 3) Kawasan rawan bencana tsunami yang berlokasi di hampir sepanjang pantai selatan Sumbawa dan pantai utara Sumbawa; dan 4) Kawasan rawan bencana gempa bumi yang berlokasi di hampir diseluruh wilayah Kabupaten mengingat lokasi berada pada daerah patahan dan berbatasan dengan Samudra Hindia.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 15 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

3.3.3. Wilayah Rawan Bencana Kabupaten Sumbawa memiliki ancaman bencana kegempaan yang cukup tinggi dan tsunami terutama di wilayah pesisir bagian Selatan, dikarenakan posisi Pulau Sumbawa diapit oleh dua lempeng tektonik (utara dan selatan) yang pergerakannya dapat menimbulkan gempa, yang pada skala dan kedalaman tertentu dapat menyebabkan tsunami.

Gambar 3.3 Peta Lempeng Tektonik

Berdasarkan Gambar diatas, kawasan rawan tsunami terletak pada kawasan pesisir bagian utara dan selatan yaitu Alas, Utan, Badas, Sumbawa Besar, Prajak, Labuhan Moyo Hilir, Empang dan Plampang bagian Selatan, Lunyuk dan Teluk Panas, Plampang. Pada musim hujan, ancaman banjir terjadi wilayah dengan catchment area besar dengan kondisi DAS yang mulai terganggu seperti sepanjang Brang Moyo, Brang Beh di Lunyuk, Brang Labuhan Mapin di Alas, Brang Utan, Brang Buer, dan Brang Muir. Ancaman terhadap permukiman penduduk di sepanjang tebing sungai juga menjadi permasalahan tersendiri pada saat musim hujan. Kawasan yang diidentifikasi sebagai kawasan rawan banjir di Kabupaten Sumbawa terletak pada sepanjang Brang Moyo di daerah Poto Tengke Moyo Hilir, Brang Beh di Lunyuk, Brang Labuhan Mapin di Alas, Brang Utan di Utan Rhee, Brang Muir di Plampang, Empang, Moyo Hulu, Ropang dan Lape Lopok. Demikian pula dengan ancaman tanah longsor. Di Kabupaten Sumbawa, kawasan rawan longsor dikelompokkan ke dalam 2 (dua) type, yaitu (1) lokasi rawan tanah longsor type A (Kawasan sekitar Alas, Semongkat, Lenangguar, dan Empang), dan (2) lokasi rawan tanah longsor type B (Jalur jalan Orong Telu-Ropang-Lunyuk-Jalur ke Sumbawa Barat dan pada desa- desa di Kecamatan Batu Lanteh). Ancaman kekeringan juga berpeluang terjadi pada banyak titik di Kabupaten Sumbawa terutama pada wilayah lumbung pangan di Kecamatan Labangka, Lunyuk, Moyo Hilir, Moyo Utara, Utan, Alas dan Alas Barat. Bencana alam lainnya yang perlu diwaspadai adalah tanah longsor terutama di wilayah Kecamatan Batulanteh, Lunyuk, Ropang,

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 16 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Lantung dan Orong Telu termasuk di beberapa bagian permukiman padat penduduk di wilayah perbukitan Kecamatan Sumbawa. Bencana abrasi pantai terutama dirasakan di wilayah permukiman padat penduduk di pesisir pantai labuhan Kecamatan Labuhan Sumbawa. Sedangkan ancaman angin topan terkadang menerjang beberapa wilayah permukiman terbuka seperti wilayah Pulau Kaung, Pulau Bungin, dan wilayah pesisir sepanjang pantai sebelah utara Kabupaten Sumbawa. Kondisi geologis seperti itu memberikan peluang sekaligus tantangan bagi Kabupaten Sumbawa dalam pembangunan daerah.Pengelolaan potensi sumberdaya geologis yang berwawasan lingkungan sekaligus mitigasi bencana alam dalam konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menjadi jawaban untuk dapat mengoptimalkan potensi sumberdaya geologis yang dimiliki Kabupaten Sumbawa.

3.3.4 POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH Berdasarkan kondisi karakteristik wilayah dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya sebagai seperti terlihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.4 Arahan Pengembangan Kawasan Budidaya Dalam RTRW Kabupaten Sumbawa No Jenis Kawasan Lokasi 1 Kawasan Hutan Produksi • Kawasan Hutan Produksi Tetap yaitu Ngali RTK Tetap 12 (1.135,10 Ha), Serading RTK 36 (826 Ha), Pusuk Pao RTK 38 (2.072,30 Ha), Buin Soway RTK 57 (3.813,90 Ha), Selalu Legini RTK 59 (5.415 Ha), Klongkang P. Ngengas RTK 60 (976,06 Ha), Batu Lanteh RTK 61 (1.891,40 Ha), Dodo Jaran Pusang RTK 64 (12.571,10 Ha), Ampang Kampaja RTK 70 (11.113 Ha), Olat Lake/Olat Cabe RTK 78 (3.451,78 Ha), Gili Ngara/Olat Puna RTK 79 (2.617,80 Ha), P. Rai Rakit Kwangko RTK 80 (4.745,31 Ha), Samoko Lito RTK 89 (251,50 Ha). 2 Kawasan Peruntukan • Kawasan Alas dan Pantai Utara Kabupaten Perikanan, Kelautan, Pesisir Sumbawa dan sekitarnya sebagai kawasan dan Pulau Kecil penangkapan ikan, budidaya laut, budidaya tambak, pertambangan, cagar wisata, konservasi terumbu karang dan lamun, perlindungan cagar alam dan pelabuhan; • Kawasan Teluk Saleh dan sekitarnya sebagai kawasan penangkapan ikan, budidaya laut, budidaya tambak, pertambangan, wisata bahari, pelestarian ekosistem dan pelabuhan; 3 Kawasan Peruntukan • Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi terdiri Pertanian dari beririgasi teknis seluas 17.714 Ha; • Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi setengah teknis seluas 8.839 Ha; • Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi sederhana seluas4.602 Ha; • Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi non PU

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 17 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

No Jenis Kawasan Lokasi seluas 4.397Ha; • Kawasan pertanian lahan sawah tadah hujan seluas 7.627 Ha; • Kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering tersebar di seluruh kecamatan seluas 23.795 Ha. • Kawasan pertanian tanaman hortikultura semusim tersebar di seluruh wilayah kecamatan seluas 91.905 Ha. 4 Kawasan Peruntukan • Perkebunan dikembangkan di Kawasan Industri Perkebunan Masyarakat Perkebunan (KIM-Bun): Rhee dengan tanaman unggulan kelapa, jambu mete; Batulanteh dengan tanaman unggulan kopi, • Komoditi unggulan jambu mete di KIM-Bun : Utan Rhee, • Komoditi kelapa di KIM-Bun : Sumbawa; • Komoditi kopi di KIM-Bun : Batulanteh, • Komoditi kemiri di KIM-Bun : Batulanteh, • Kawasan perkebunan dikembangkan kegiatan agroindustri Hasil tanaman perkebunan dan tanaman komoditi unggulan; 5 Kawasan Peruntukan • WUP operasi produksi di Pulau Sumbawa seluas Pertambangan 100.536,29 Ha • Zona-zona tertentu yang telah dinyatakan layak berdasarkan Hasil kajian teknis, ekonomi dan lingkungan. 6 Kawasan Peruntukan • WUP operasi produksi di Pulau Sumbawa seluas Peternakan 100.536,29 Ha • Zona-zona tertentu yang telah dinyatakan layak berdasarkan Hasil kajian teknis, ekonomi dan lingkungan. Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumbawa 2011-2031

3.4. KONDISI SOSIAL BUDAYA SEBAGAI POTENSI PARIWISATA Masyarakat Sumbawa memiliki sikap yang relatif terbuka, bahwa keberadaan manusia tidak dilihat dari latar belakang asal, keturunan, tetapi lebih ditekankan pada sejauh mana orang itu dapat membawa ketenangan hati bagi kehidupan bersama. Konsep ketenangan (hati) inilah lalu merefleksikan berbagai konstruksi hubungan sosial kemasyarakatannya. Melalui adat istiadat dan budaya lokal bersendikan agama, kehidupan sosial secara intuitif terintrodusir ke dalam nilai hidup yang menempatkan masalah hati nurani sebagai parameter dalam mengarahkan derap langkah kehidupan. Hati nurani pula yang menjadi ukuran tercapainya tujuan kehidupan, bahkan hati nurani diidentikkan dengan diri manusia itu sendiri. Perilaku keterbukaan, egaliter yang dimiliki selain digambarkan dalam konstruksi kebahasaan juga dalam pola komunikasi antarsesama telah memunculkan suatu bentuk reduksi sarana komunikasi (bahasa) dari terminologi hubungan kekerabatan/ persaudaraan antarsesama dengan melintasi batas hubungan seketurunan. Fakta semangat egalitarian itulah yang menjadikan Sumbawa memiliki masyarakat yang

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 18 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

majemuk. Hal ini terlihat dari beragamnya suku yang mendiami Kabupaten Sumbawa selain suku Sumbawa yang merupakan suku asli masyarakat Sumbawa. Dari segi keagamaan, mayoritas penduduk Kabupaten Sumbawa beragama Islam, diikuti Hindu, Katolik, Protestan, dan yang paling sedikit beragama Budha. Sampai dengan saat ini, nilai-nilai toleransi antar umat beragama senantiasa teraktualisasi dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Kasus-kasus perusakan terhadap rumah ibadah tidak dijumpai di Kabupaten Sumbawa. Dari lima agama yang dianut masyarakat di kabupaten Sumbawa, tersedia 926 unit prasarana keagamaan, yang terdiri atas 880 unit mesjid/musholla, 2 gereja kristen, 3 gereja katholik, 40 pura dan 1 wihara. Peran yang ditempuh pemerintah daerah selama ini hanyalah memberikan bantuan dana untuk pembangunan dan pemeliharaan terhadap prasarana keagamaan tersebut. Sumber utama pembiayaan pembangunannya merupakan swadaya masyarakat ataupun dari bantuan yang diterima dari pihak luar. Aspek lain yang tidak kalah penting sebagai potensi pariwisata adalah aspek budaya, aspek ini mempunyai nilai-nilai yang masih sangat dipertahankan sebagai landasan hidup dalam bermasyarakat, berinteraksi dengan masyarakat luar dan pranata global. Masyarakat Kabupaten Sumbawa secara historis pernah dipengaruhi oleh paradaban zaman prasejarah yang dibawa oleh nenek moyang yang tergolong suku bangsa Austronesia, selanjutnya pengaruh agama hindu di Pulau Jawa dirasakan pula di Pulau Sumbawa, bahkan beberapa diantara unsur budaya prasejarah tersebut seperti pemuja animisme, pemuja arwah leluhur misalnya ritual tanak eneng ujan (upacara mohon hujan), dan basadekah lang (ritual selamatan dan mohon doa untuk kesuburan pada) masih dipertahankan sampai sekarang. Pada tahun 1511 M, ketika kerajaan Malaka yang beragama islam jatuh ketangan Portugis, diperkirakan banyak orang-orang islam bugis yang ada di Malaka bermigrasi ke P. Sumbawa dan menetap disana. Pada tahun 1618 M dibawah pimpinan Karaeng Moroangang dari kerajaan Goa (Sulawesi) memperluas pengaruhnya dengan azas islam sehingga pengaruh Hindu tidak berkembang secara bebas, dibeberapa tempat tradisi animisme sudah mulai ditinggalkan. Pada tahun 1623 P. Sumbawa telah berada dibawah pengaruh kekuasaan Kerajaan Goa (Sulawesi) dipersatukan dibawah Kesultanan Sumbawa, kemudian orang-orang Makasar dan Bugis berdatangan ke P. Sumbawa. Pada tahun 1856 ratusan keluarga Sasak dari Lombok bermigrasi disusul oleh etnis jawa. Beberapa etnis yang kini mendiami P. Sumbawa diantaranya etnis jawa, Makasar, Bugis, Sasak, Sunda, Timor, Minang dll. Dalam berinteraksi pada umumnya penduduk Kabupaten Sumbawa menggunakan bahasa Samawa dengan berbagai dialek seperti dialek Taliwang, Tepal, Jereweh dll. Bahasa Indonesia dipakai oleh penduduk setempat dalam berinteraksi dengan masyarakat pendatang dari luar Kabupaten Sumbawa. Sebagai Kabupaten yang berkembang dari cikal bakal wilayah Kesultanan Samawa, kondisi sosial budaya masyarakat masih dipengaruhi oleh budaya dan adat istiadat yang berkembang pada zaman kerajaan dulu. Ruh dari budaya dan adat istiadat masih tetap hidup terutama terlihat dalam event-event kebudayaan. Berbagai kesenian tradisional masih tetap terpelihara dan menjadi bagian dari berbagai prosesi kegiatan adat-istiadat masyarakat Sumbawa. Disamping itu, peninggalan-peninggalan sejarah masa lampau berupa bangunan-bangunan bersejarah (situs-situs budaya) serta berbagai perlengkapan upacara adat sebagian masih terpelihara dengan baik.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 19 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Dalam perkembangannya, tidak bisa dipungkiri bahwa berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, kecanggihan informasi dan komunikasi yang kini serba sukar terbendung merambat pula dalam kehidupan sosial. Sikap masyarakat yang terbuka disamping memberikan sisi positif ternyata juga mulai terinfiltrasi ke sikap moral, perilaku dalam kehidupan. Nilai-nilai budaya dan agama mulai terusik. Apresiasi masyarakat umumnya kalangan generasi muda terhadap budaya-budaya lokal termasuk seni dan bahasa, serta sikap pergaulanpun relatif mulai menunjukkan pergeseran mengikuti perkembangan dunia luar meskipun belum tentu senafas dengan nilai-nilai moral, budaya dan agama. Kreasi-kreasi seni yang merupakan kesenian kontemporer sebagai seni garapan baru lebih banyak dipertunjukkan dan diminati masyarakat terutama kalangan generasi muda dibandingkan dengan seni tradisional. Kondisi ini memang sangat kontras mengingat Kabupaten Sumbawa dulunya adalah sebuah kerajaan yang mestinya dapat mewariskan orisinalitas adat dan budaya lokal kepada generasi penerusnya. Meskipun demikian, ruh dari budaya dan adat istiadat masih tetap hidup terutama terlihat dalam event-event budaya walaupun tetap tidak dapat mewarnai kehidupan keseharian masyarakat.

3.5. PEREKONOMIAN Pendapatan Regional PDRB atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan tahun 2010 Kabupaten Sumbawa dari rentang tahun 2011 – 2014, sebagai berikut.

Tabel 3.5 PDRB dan Laju Pertumbuhan PDRB Tahun 2011 – 2016 ADH Berlaku dan ADH Konstan 2010 Di Kabupaten Sumbawa PDRB ADH (Juta Rp.) Laju Pertumbuhan (%) Tahun Berlaku Konstan (2010) Berlaku Konstan (2010) 1 2 3 4 5 2011 6.805.883,27 6.606.354,56 10,20 6,97 2012 7.410.211,83 7.046.786,98 8,88 6,67 2013 8.051.789,00 7.500.252,00 8,66 6,44 2014 9.074.925,00 7.997.178,00 12,71 6,63 2015* 10.288.325,00 8.511.042,00 13,37 6,43 2016** 11.392.034,00 8.958.630,00 10,73 5,26 Sumber: BPS Kabupaten Sumbawa (PDRB tahun 2017) *) Laju pertumbuhan menggunakan tahun dasar 2000.

Kondisi perekonomian Kabupaten Sumbawa terus tumbuh dan berkembang, terlihat dari peningkatan PDRB ADH Berlaku dari Rp6,805 trilyun pada tahun 2011 menjadi Rp11,392 Trilyun pada tahun 2016 dengan rata-rata laju pertumbuhan pertahun sebesar 10,76%. Demikian pula dengan PDRB ADH Konstan 2010 dari Rp6,606 Trilyun pada tahun 2011 menjadi Rp8,959 Trilyun pada tahun 2016 dengan rata-rata laju pertumbuhan pertahun sebesar 6,40%. Berdasarkan struktur perekonomian Kabupaten Sumbawa pada tahun 2016, maka sektor penyumbang PDRB terbesar di Kabupaten Sumbawa adalah kategori pertanian, kehutanan, dan perikanan yang memberikan kontribusi sebesar 38,79%; disusul kategori perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 20 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

dengan kontribusi sebesar 15,46%; kategori konstruksi dengan kontribusi sebesar 12,97%; dan kategori administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib yang memberikan kontribusi sebesar 7,11%. Selain itu, sektor jasa pendidikan dan sektor transportasi dan pergudangan juga memiliki konstribusi yang cukup besar terhadap PDRB Kabupaten Sumbawa dengan kontribusi berturut-turut sebesar 4,86% dan 4,01%.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 3 - 21 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

4.1. DAYA TARIK DAN SUMBER DAYA WISATA KABUPATEN SUMBAWA abupaten Sumbawa memiliki potensi pariwisata yang cukup banyak dan beragam. Wisata alam, wisata sejarah, dan wisata budaya dapat ditemukan di kabupaten ini. Wisata alam yang meliputi wisata hutan, wisata bahari baik berupa wisata pantai maupun wisata taman laut, wisata pertanian, wisata cagar alam, dan sebagainya tersebar di Kabupaten Sumbawa. KWisata sejarah yang sebagian besar berupa peninggalan purbakala juga terdapat di kabupaten ini. Potensi daya tarik dan sumber daya obyek wisata di Kabupaten Sumbawa diklasifikasikan meliputi obyek-obyek sebagai berikut.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 1 K A B U P A T E N S U M B A W A

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

(1) Obyek Wisata Alam Secara umum wisata alam dan pegunungan meliputi wisata laut dan pantai, wisata hutan, wisata pendakian, wisata cagar alam, wisata air terjun dan sebagainya. Wisata ini dapat berupa wisata massal maupun ekowisata. Obyek wisata bahari banyak mendominasi keragaman wisata alam di hampir seluruh wilayah Kabupaten Sumbawa. Hal ini tidak terlepas dari kondisi alam dan morfologi wilayahnya, dimana pada bagian pesisir, memiliki kondisi morfologi wilayah yang landai dan memiliki akses mudah. Sedangkan wilayah lain, morfologinya bergelombang dan berbukit. Daya tarik yang paling menonjol pada wisata bahari di Kabupaten Sumbawa adalah keindahan panorama pantainya yang indah, pasir putih yang terdapat di pesisir pantai, taman laut yang berada di dasar laut, serta keanekaragaman terumbu karang yang terdapat di sekitar pantai. Wisatawan yang datang ke obyek dapat melakukan diving, snorkelling, katamaran, berenang, menyelam, berjemur, serta kegiatan olahraga laut lainnya. Salah satu tempat yang juga direkomendasikan serta mempunyai potensi wisata untuk dikembangkan adalah Pulau Moyo yang namanya sudah mendunia dan banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. Wisata alam di Kabupaten Sumbawa sangat banyak, setidaknya terdapat 122 obyek wisata alam yang tersebar di 22 wilayah kecamatan.

Tabel 4.1 Sebaran dan Kondisi Objek Wisata Alam Lokasi Tertangani No. Jenis Daya Tarik Wisata (Desa/Kel) Sudah Belum

I. Kecamatan Alas Barat 1. Taman Laut Labuhan Mapin Labuhan Mapin √ 2. Pantai & Taman Nasional Pulau Panjang Labuhan Mapin √ 3. Air Terjun Tiu Sabangka Mapin Rea √ 4. Wisata Alam Uma Jomo Desa Gontar √ 5. Wisata Alam Gili Kalong Labuhan Mapin √ II. Kecamatan Buer 1. Kawasan/Resort Terpadu Agro Tamase Juru Mapin √ III. Kecamatan Alas 1. Air Terjun Agal Marente √ 2. Air Terjun Saketok Marente √ 3. Air Terjun Sebra Marente √ 4. Taman Wisata Alam Mate Mega Marente √ 5. Taman Laut Pulau Bungin Pulau Bungin √ IV. Kecamatan Utan 1. Pantai Labu Pade Pukat √ 2. Pantai dan Taman Laut Pulau Bedil Labuhan Bajo √ 3. Pantai dan Taman Laut Pulau Keramat Labuhan Bajo √ 4. Pantai dan Taman Laut Pulau Temudung Labuhan Bajo √ 5. Bendungan Beringin Sila Stowe Brang √ V. Kecamatan Labuhan Badas 1. Taman Nasional & Pantai Ai Manis (P. Moyo) Labuhan Aji √ PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 2 K A B U P A T E N S U M B A W A

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Lokasi Tertangani No. Jenis Daya Tarik Wisata (Desa/Kel) Sudah Belum

2. Air Terjun Dihu Mbai (P. Moyo) Labuhan Aji √ 3. Air Terjun, Taman Nasional Mata Jitu (P. Labuhan Aji √ Moyo) 4. Pantai & Taman Nasional Pantai Gedal Labuhan Aji √ 5. Taman Nasional Raja Sua (P. Moyo) Labuhan Aji √ 6. Air Terjun Sangelo (P. Moyo) Sebotok √ 7. Pantai & Taman Nasional Tanjung Pasir (P. Labuhan Aji √ Moyo) 8. Pantai & Taman Laut Labuhan Aji (P. Moyo) Labuhan Aji √ 9. Pantai Batu Gong Labuhan Badas √ 10. Pantai Goa Karang Dima √ 11. Pantai Kencana Labuhan Badas √ 12. Bajo/ Bugis √ Taman Laut Pulau Medang Medang

13. Taman Laut Takat Sagele (P. Moyo) Labuhan Aji √ 14. Pantai & Taman Laut Tanjung Pasir Utara Sebotok √ 15. Pantai Salipir Ate Labuhan Badas √ VI. Kecamatan Sumbawa 1. Pantai Batu Kuping Brang Biji √ 2. Pantai dan Taman Laut Tanjung Menangis Brang Biji √ VII. Kecamatan Moyo Hilir 1. Taman Laut Prajak Batu Bangka √ 2. Pantai & Taman Laut Pulau Dangar Ode Olat Rawa √ VIII. Kecamatan Moyo Utara 1. Pantai Ai Loang Penyaring √ 2. Wisata Alam Labuhan Sawo Ds. Labu Sawo √ 3. Wisata Alam Lu Air Ds. Prajak √ IX. Kecamatan Unter Iwes 1. Taman Wisata Alam Ai Kawat Krekeh √ 2. Air Terjun Ai Nyember Krekeh √ 3. Air Terjun Ai Teba Krekeh √ 4. Taman Wisata Alam Brang Pelat Pelat √ X. Kecamatan Batu Lanteh 1. Taman Wisata Alam Batu Dulang Batu Dulang √ 2. Taman Nasional Semongkat Kelungkung √ 3. Air Terjun Tebangan Batu Rotok √ 4. Air Terjun Telekan Tepal √ 5. Air Terjun Tiu Rarang Tepal √ XI. Kecamatan Moyo Hulu 1. Air Terjun Ai Beling Brang Rea √ 2. Gua Karst Liang Bukal Batu Tering √ 3. Gua Karst Liang Kelondo Pernek √

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 3 K A B U P A T E N S U M B A W A

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Lokasi Tertangani No. Jenis Daya Tarik Wisata (Desa/Kel) Sudah Belum

4. Gua Karst Liang Petang Batu Tering √ 5. Teba Tewa Pernek √ 6. Bendungan Batu Bulan Maman √ XII. Kecamatan Lenangguar 1. Air Terjun Teba Muren Lenangguar √ 2. Air Terjun Ai Puti Lenangguar √ 3. Air Terjun Lenangguar √ 4. Air Terjun Kokar Tasik Desa Tatebal √ 5. Air Terjun Gerontong Desa Tatebal √ 6. Air Terjun Lete Batu Desa Tatebal √ XIII. Kecamatan Lunyuk 1. Pantai & Taman Wisata Alam Emang Lestari Emang Lestari √ 2. Taman Laut Lampin Padasuka √ 3. Pantai & Taman Wisata Alam Pandan Sari Lunyuk Ode √ 4. Pantai & Taman Wisata Alam Sampar Goal Lunyuk Ode √ 5. Batu Bongkang Dsn. Sampar Goal √ 6. Tampar Belo (Kuang Dingin) Dsn. Mekar Sari √ 7. Pasir Putih Dsn. Sampar Lok √ 8. Pantai Petani Ds. Emang Lestari √ XIV. Kecamatan Lape 1. Air Terjun Tiu Pasai Lape √ 2. Wisata Alam Batu Puyung √ 3. Wisata Alam Ai Rantok √ 4. Wisata Alam Ai Tenge √ 5. Wisata Alam Embung Ai Bua √ 6. Wisata Alam Batu Bela √ 7. Wisata Alam Embung Parado √ 8. Pantai dan Taman Laut Pulau Dangar Rea Labuhan Kuris √ 9. Pantai dan Taman Laut Pualu Liang Labuhan Kuris √ 10. Pantai dan Taman Laut Pulau Ngali Labuhan Kuris √ XV. Kecamatan Lopok 1. Wisata Alam Bendungan Mamak Mamak √ XVI. Kecamatan Marongge 1. Wisata Alam Ai Panas Maronge √ 2. Pantai dan Taman Laut Pulau Tapan Labuhan Sangoro √ (Ketapang) 3. Wisata Alam Bendungan Tiu Kulit Simu √ XVII. Kecamatan Labangka 1. Pantai & Taman Wisata Alam Pantai Labangka √ Labangka I 2. Gua Karst Liang Dewa Labangka √ 3. Pantai & Taman Wisata Alam Pantai Sekokat Sekokat √ PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 4 K A B U P A T E N S U M B A W A

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Lokasi Tertangani No. Jenis Daya Tarik Wisata (Desa/Kel) Sudah Belum

XVIII. Kecamatan Empang 1. Taman Wisata Alam Brang Bako Jotang √ 2. Taman Wisata Alam Brang Tiram Jotang √ 3. Taman Wisata Alam Pantai Tero Boal √ 4. Taman Wisata Alam Pulau Raja Kepe Empang √ XIX. Kecamatan Plampang 1. Jaran Pusang Muer √ 2. Air Terjun Pelman Plampang √ 3. Danau Telaga Lompa Muer √ 4. Pantai dan Taman Laut Pulau Kebo Teluk Santong √ 5. Pantai dan Taman Laut Pulau Lipan Teluk Santong √ 6. Pulau Meriam Besar Teluk Santong √ 7. Pulau Meriam Kecil Teluk Santong √ 8. Pulau Sentigi Teluk Santong √ 9. Pantai Saliper Ate Teluk Santong √ XX. Kecamatan Tarano 1. Pantai & T. Wisata Alam Pantai Donggo Dede Mata √ 2. Pantai & Taman Wisata Alam Pantai Maci Mata √ 3. Pantai & Taman Wisata Alam Pantai Panubu Mata √ 4. Pantai & Taman Wisata Alam Pantai Sili Mata √ 5. Pantai & Taman Wisata Alam Pantai So Athi Mata √ 6. Buin Pitu √ 7. Pantai Jemplung Labuhan Jambu √ 8. Pantai & Taman Laut Pulau Depi Lab. Bontong √ 9. Pantai & Taman Laut Pulau Rakit Lab. Bontong √ 10. Pantai dan Religi Gili Dewa Lab. Bontong √ XXI. Kecamatan Lantung 1. Lenang Indah Lantung Desa Sepukur √ 2. Lampas Sepukur Desa Sepukur √ 3. Lampas Buin Racin Desa Sepukur √ 4. Batu Raponong Desa Sepukur √ 5. Buin Lajendre Desa Padesa √ 6. Lampas Perung Desa Padesa √ 7. Liang Zamrud Desa Padesa √ 8. Batu Nganga/Bela Desa Padesa √ 9. Batu Panimang Desa Lantung √ 10. Lampas Ekat Desa Lantung √ 11. Liang Batu Para Desa Lantung √ 12. Buin Ai Mual Desa Lantung √ 13. Ble Bananung Desa Lantung √

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 5 K A B U P A T E N S U M B A W A

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Lokasi Tertangani No. Jenis Daya Tarik Wisata (Desa/Kel) Sudah Belum

14. Arung Jeram / Rapting Desa Lantung √ XXII. Kecamatan Orong Telu 1. Air Terjun & Sumber Air Panas Senawang Senawang √ Sumber : Hasil Identifikasi Data Lapangan, 2017

(2) Obyek Wisata Sejarah dan Budaya Obyek wisata sejarah di Kabupaten Sumbawa berdasarkan sejarah yang ada tidak terlepas dari benda-benda peninggalan sejarah seperti makam, monumen hingga benda purbakala pada zaman dulu. Daya tarik wisata sejarah yang ditonjolkan di sini adalah adanya ornamen budaya peninggalan Kesultanan Samawa yang didukung dengan panorama indah sehingga dapat membuat wisatawan semakin tertarik untuk mengunjunginya. Daya tarik terhadap budaya juga menjadi potensi tersendiri. Tabel berikut menunjukkan Benda Cagar Budaya (BCB) yang dijadikan sebagai obyek wisata sejarah dan budaya di Kabupaten Sumbawa. Kondisi fisik dari tempat-tempat wisata sejarah tersebut sebagian besar masih relatif baik. Hanya beberapa lokasi yang potensi utamanya berupa peninggalan pubakala, kondisinya tidak baik, bahkan cenderung tidak terurus sehingga perlu mendapatkan penanganan yang lebih intensif. Di Kabupaten Sumbawa dikenal pula memiliki wisata budaya berupa tari-tarian daerah dan kegiatan budaya kemasyarakatan, seperti : Atraksi Karaci, Ratib Rabana Rea, Nuja Rame, Nesek, Barempuk, Barapan Kebo dan Main Jaran.

Tabel 4.2 Sebaran dan Kondisi Objek Wisata Sejarah dan Budaya Lokasi Tertangani No. Jenis Daya Tarik Wisata (Desa/Kel) Sudah Belum

I. Kecamatan Alas Barat 1. Perkampungan Tradisional Labuhan Mapin Labuhan Mapin √ 2. Situs Purbakala dan Budaya Kuburan Gontar √ Keramat 3. Uma Jomo Desa Gontar √ II. Kecamatan Alas 1. Perkampungan Tradisional Pulau Bungin Pulau Bungin √ III. Kecamatan Buer 1. Perkampungan Tradisional Pulau Kaung Pulau Kaung √ IV. Kecamatan Utan 1. Situs Batu Gong Utan √ V. Kecamatan Labuhan Badas 1. Perkampungan Tradisional Dusun Pamulung Karang Dima √ 2. Perkampungan Tradisional Pantai Goa Karang Dima √ 3. Perkampungan Tradisional Pulau Medang Bajo/Bugis Medang √ VI. Kecamatan Sumbawa 1. Museum Istana Bala Kuning Seketeng √

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 6 K A B U P A T E N S U M B A W A

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Lokasi Tertangani No. Jenis Daya Tarik Wisata (Desa/Kel) Sudah Belum

2. Museum Istana Bala Puti Brang Bara √ 3. Museum Istana Dalam Loka Seketeng √ 4. Makam Sampar Seketeng √ 5. Museum Bala Datu Ranga Pekat √ 6. Museum Daerah Brang Bara √ VII. Kecamatan Unter Iwes 1. Perkampungan Tradisional Dusun Perung Krekeh √ VIII. Kecamatan Batu Lanteh 1. Perkampungan Tradisional Desa Tepal Tepal √ IX. Kecamatan Moyo Hilir 1. Perkampungan Tradisional Desa Poto Poto √ 2. Perkampungan Tradisional Kakiang Kakiang √ 3. Perkampungan Tradisional Moyo Moyo √ 4. Budaya Ponan Desa Poto √ 5. Kuber Belo Dsn. Semeri √ X. Kecamatan Moyo Utara 1. Perkampungan Tradisional Senampar Sebewe √ 2. Perkampungan Tradisional Penyaring Penyaring √ XI. Kecamatan Moyo Hulu 1. Situs Purbakala dan Budaya Ai Renung Batu Tering √ 2. Situs Purbakala dan Budaya Lutuk Batu Peti Kuang Amo √ 3. Situs Raboran Sebasang √ 4. Situs Sampar Re Kalimango √ 5. Situs Tarakin Kuang Amo √ XII. Kecamatan Lopok 1. Situs Temang Dongan Pungkit √ XIII. Kecamatan Maronge 1. Perkampungan Tradisional Maronge Maronge √ XIV. Kecamatan Empang 1. Perkampungan Tradisional Boal Boal √ 2. Perkampungan Tradisional Empang Empang √ XV. Kecamatan Plampang 1. Perkampungan Tradisional Teluk Santong Teluk Santong √ XVI. Kecamatan Tarano 1. Perkampungan Tradisional Labuhan Lab. Bontong √ Bontong 2. Perkampungan Tradisional Labuhan Jambu Labuhan Jambu 3. Makam Karongkeng Lab. Bontong √ XVII. Kecamatan Ropang 1. Perkampungan Tradisional Lebangkar Lebangkar √ Sumber : Hasil Identifikasi Data Lapangan, 2017

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 7 K A B U P A T E N S U M B A W A

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

(3) Obyek Wisata Buatan Objek wisata yang di buat secara sengaja atau juga bisa di bilang buatan manusia dengan segala keunikan, keindahan keanekaragaman kekayaan hasil cipta rasa dan karya manusia, ataupun hasil dari sebuah kreatifitas yang berupa implementasi ide dan seni. Obyek wisata buatan yaitu wisata rekreasi dan minat khusus adalah suatu bentuk wisata yang memiliki sifat rekreatif, dimana dalam wisata tersebut wisatawan melakukan kegiatan wisata atau mengunjungi suatu tempat karena memiliki suatu minat atau motivasi khusus mengenai suatu jenis objek atau kegiatan yang dapat ditemui atau dilakukan di sebuah lokasi wisata. Wisata yang bersifat rekreatif dan minat khusus sebenarnya tidak memerlukan fasilitas yang mahal dan pengembangan infrastruktur yang besar. Sifat yang paling utama dari klasifikasi wisata ini adalah lebih dominan pada pencapaian kesan yang terjadi karena sifat tantangan yang diperoleh wisatawan.

Tabel 4.3 Sebaran dan Kondisi Objek Wisata Buatan Lokasi Tertangani No. Jenis Daya Tarik Wisata (Desa/Kel) Sudah Belum

I. Kecamatan Alas Barat 1. Taman Hiburan dan Rekreasi Putri Balqis Gontar √ II. Kecamatan Buer 1. Kawasan/Resort Terpadu Agro Tamase Juru Mapin √ III. Kecamatan Utan 1. Taman Hiburan & Rekreasi Labu Pade Pukat √ 2. Waduk Bendungan Beringin Sila Stowe Brang √ IV. Kecamatan Unter Iwes 1. Taman Hiburan & Rekreasi Splash Water Park Pelat √ V. Kecamatan Moyo Hulu 1. Waduk Bendungan Batu Bulan Maman √ VI. Kecamatan Moyo Utara 1. Kawasan/Resort Terpadu Ai Loang Penyaring √ VII. Kecamatan Lape 1. Wisata Buatan Embung Ai Bua √ 2. Embung Parado √ VIII. Kecamatan Lopok 1. Taman Hiburan dan Rekreasi Miyati Lopok √ 2. Taman Wisata Buatan Lopok √ 3. Waduk Bendungan Mamak Mamak √ IX. Kecamatan Maronge 1. Waduk Bendungan Tiu Kulit Simu √ X. Kecamatan Plampang 1. Taman Hiburan dan Rekreasi Saliper Ate Teluk Santong √ XI. Kecamatan Rhee 1. Agro Wisata Kuliner Jagung Rhee √ Sumber : Hasil Identifikasi Data Lapangan dan Instansi serta Hasil Analisa, 2017

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 8 K A B U P A T E N S U M B A W A

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

4.2. FASILITAS PARIWISATA Sarana dan prasarana yang terdapat di Kabupaten Sumbawa termasuk akomodasi umumnya telah tersedia dengan baik, tetapi tidak menjangkau objek wisata yang lokasinya jauh dari pusat pelayanan pada masing-masing wilayah. Akomodasi tersebut telah memiliki fasilitas yang cukup dan tersedia sumber air bersih. Akomodasi yang utama adalah hotel atau penginapan lain yang sejenis. Akomodasi penginapan di Kab. Sumbawa, terutama yang berada di kawasan bagian selatan, masih ada yang menggunakan jasa rumah penduduk (homestay). Untuk jumlah kamar yang tersedia di Kabupaten Sumbawa, terkait akomodasi wisata, sejumlah 697 kamar dari 39 unit fasilitas hotel/losmen/wisma, baik yang berkelas bintang maupun kelas melati. Sebagian hotel/losmen/wisma tersebut masih berada di Sumbawa Besar dan sekitarnya, hanya ada di beberapa lokasi yang letaknya menyebar. Tabel 4.4 Sarana Hotel/Losmen/Wisma Kab. Sumbawa JUMLAH NO. NAMA FASILITAS TIPE KET. KAMAR 1 AMANWANA RESORT Bintang 4 20 2 LAGUNA BIRU Bintang 2 9 3 KENCANA BEACH Bintang 1 19 4 TAMBORA Melati 3 31 5 SAMAWA SEA SIDE COTTAGE Bintang 3 11 6 TRANSIT HOTEL Bintang 2 37 7 CENDERAWASIH Melati 3 28 8 TIRTA SARI Melati 3 21 9 PARAHIYANGAN - 54 10 SUTAN HOTEL - 24 11 GARUDA HOTEL - 28 12 SERNU RAYA Melati 2 34 13 DEWI Melati 2 31 14 HARAPAN Melati 2 21 15 SUCI Melati 2 30 16 JAYANNI Melati 2 26 17 CIREBON Melati 2 42 18 SAMAWA REA - 12 19 DIAN Melati 2 10 20 EKSEKUTIF Melati 2 10 21 ANDA Melati 2 20 22 GAROTO Melati 1 9 23 BARU Melati 1 10 24 MEKAR SARI Melati 1 14 25 TUNAS Melati 1 10 26 BALA KEMAR Melati 1 16 27 LINA - 6 28 TELAGA Melati 1 10 29 SAUDARA Melati 1 10 30 SELAMAT Melati 1 6 31 TARANO JAYA - 9 32 PESANGGERAHAN EMPANG Melati 1 6

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 9 K A B U P A T E N S U M B A W A

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

JUMLAH NO. NAMA FASILITAS TIPE KET. KAMAR 33 PESANGGERAHAN LUNYUK Melati 1 3 34 99 - 16 35 PONDOK DAUN HOMESTAY - 12 36 KARA - 7 37 GUEST HOUSE 668 JAYA Melati 1 13 38 CITRA - 12 39 BALE UMA HOME STAY - 10 40 AMORY HOME STAY - 10 JUMLAH KAMAR HOTEL 707 Sumber : Dinas POPAR Kab. Sumbawa, 2017

4.3. FASILITAS UMUM PENDUKUNG PARIWISATA Fasilitas-Fasilitas yang terdapat di Kabupaten Sumbawa: A. Fasilitas Laut Fasilitas laut yang tersedia untuk memasuki Kabupaten Sumbawa telah tersedia dengan menggunakan kapal laut fery melalui Pelabuhan Poto Tano (Wilayah Kabupaten Sumbawa Barat) dan Pelabuhan Badas. Pelabuhan Badas dapat pula digunakan sebagai tempat persinggahan kapal-kapal besar menuju daerah lain di seluruh Indonesia.

B. Fasilitas Bandar Udara Bandar udara Sultan Muhammad Kaharudin IV dan Bandar Udara Lunyuk merupakan bandar udara yang terletak di Kabupaten Sumbawa. Bandara Sultan Muhammad Kaharudin IV termasuk bandara kelas III, terletak di Kota Sumbawa Besar yang melayani penerbangan domestik. Bandara ini memiliki landasan pacu sepanjang 1.650 x 30 m permukaan aspal dengan ketinggian 1 meter di atas permukaan tanah, dan dapat didarati pesawat jenis ATR 72-800 dan memiliki terminal domestik baru dengan konsep arsitektur khas rumah adat Sumbawa yang sedang dalam proses pembangunan. Bandara ini sedang dalam proses perluasan dan pembangunan. Bandar udara Sultan Muhammad Kaharuddin IV melayani penerbangan setiap hari dengan jadwal 3 kali sehari serta telah di lengkapi fasilitas penunjang penerbangan yang cukup memadai. Sedangkan Bandar Udara Lunyuk memiliki ukuran landasan pacu 850 x 23 m permukaan beton mulai tanggal 23 Juli 2014. Akses untuk mencapai kota bisa menggunakan angkutan darat berupa Bis, mobil travel atau ojek. Bandara Lunyuk merupakan simpul dalam jaringan transportasi sesuai dengan hierarkinya, pintu gerbang kegiatan perekonomian, tempat kegiatan alih moda transportasi, sebagai akses penanganan bencana, serta prasarana memperkukuh Wawasan Nusantara dan kedaulatan negara.

C. Fasilitas Bank Fasilitas perbankan di Kabupaten Sumbawa telah banyak tersebar di kota Kabupaten Sumbawa dan telah di buka cabang-cabang bank yang terdapat di beberapa kecamatan yang dapat memudahkan aktifitas perbankan. Fasilitas perbankan yang telah tersedia antara lain: Bank BNI, BRI, Bank NTB, Bank Danamon, Bank Mandiri, Bank Mandiri Syariah.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 10 K A B U P A T E N S U M B A W A

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

D. Fasilitas Rumah Makan dan Restoran Ketersediaan restoran/rumah makan di suatu daerah dapat menunjukkan indikator tingkat daya tarik investasi suatu daerah. Perkembangan ketersediaan restoran/ rumah makan di Kabupaten Sumbawa disajikan sebagai berikut.

Tabel 4.5 Jumlah Restoran/Rumah Makan di Kabupaten Sumbawa Tahun 2011 Tahun 2015 No Uraian Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Usaha Kursi Usaha Kursi 1 2 3 4 5 6 1. Restoran 8 236 9 408 Rumah makan/Café/ 233 2.228 281 2.671 2. Depot Sumber: Badan Pendapatan Daerah Kab. Sumbawa

E. Fasilitas Rumah Sakit Rumah Sakit di Kabupaten Sumbawa berjumlah 3 buah, yang terdiri dari 1 buah rumah sakit milik Pemerintah Provinsi yang merupakan rumah sakit rujukan Pulau Sumbawa, 1 buah rumah sakit umum daerah, dan 1 buah rumah sakit milik swasta. Fasilitas kesehatan yang tersedia cukup lengkap dan memadai. Selain rumah sakit, tersedia pula 25 unit Puskesmas, 93 unit puskesmas pembantu dan sebanyak 26 unit polindes yang tersebar di seluruh kecamatan.

F. Fasilitas Pusat Informasi Pariwisata Pusat Informasi Pariwisata berada di tengah Kota Sumbawa Besar, dengan memanfaatkan bangunan yang berada di areal Taman Mangga (salah satu ruang publik di Kabupaten Sumbawa). Selain itu untuk mendekatkan pelayanan informasi bagi para wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Sumbawa melalui Bandar Udara Sultan Muhammad Kaharuddin IV juga telah disediakan ruangan di Bandara tersebut sebagai Pusat Informasi Pariwisata di Kabupaten Sumbawa. Selain itu, telah dibangun pula Pusat Informasi Pariwisata di obyek wisata Pantai Saliper Ate. Pusat Informasi Pariwisata tersebut dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan informasi berupa website pariwisata beserta perangkat pendukungnya serta kapasitas sumberdaya pegawai dan tenaga operator yang cukup memadai.

4.4. AKSESIBILITAS PENDUKUNG PARIWISATA Akses menuju objek-objek wisata yang ada di Kabupaten Sumbawa relatif mudah untuk dijangkau sehingga aksesibilitasnya cukup tinggi. Akses tersebut dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi darat, yakni kendaraan roda dua atau empat serta transportasi laut menggunakan speed boat, atau kapal kayu. Sedangkan untuk transportasi udara hanya melayani Ibukota Kabupaten Sumbawa, melalui Bandar Udara Sultan Muhammad Kaharuddin IV – Sumbawa Besar. Untuk transportasi darat, sebaran beberapa objek wisata sudah dilengkapi dengan infrastruktur jalan yang baik dan beraspal walaupun pada beberapa lokasi objek wisata, kondisi perkerasan aspalnya sedikit rusak dan membutuhkan penanganan, serta di beberapa obyek wisata alam pegunungan masih terdapat obyek wisata yang belum ditunjang dengan infrastruktur jalan masuk yang memadai menuju lokasi obyek wisata. Untuk transportasi laut menuju objek-objek wisata kepulauan, wisatawan dapat PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 11 K A B U P A T E N S U M B A W A

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

memanfaatkan jasa penyeberangan yang dilayani oleh masyarakat setempat, seperti di wilayah Labuhan Badas, Labuhan Sumbawa, Labuan Pade, Tanjung Menangis, Labuhan Jambu, dan wilayah-wilayah lain yang tersebar di pesisir utara kabupaten Sumbawa.

4.4.1. Lokasi dan Aksesbilitas Objek Wisata Akses menuju objek-objek wisata yang ada di Kabupaten Sumbawa memang cenderung relatif mudah, baik yang ditempuh menggunakan kendaraan di darat maupun kendaraan air. Dengan melihat lokasi objek wisata yang menyebar di seluruh wilayah Kabupaten Sumbawa yang sangat luas ini, maka faktor aksesbilitas terkadang menimbulkan permasalahan tersendiri. Kemudahan pencapaian yang sebenarnya diinginkan oleh wisatawan, sering terhambat oleh kurang tersedianya moda pengangkutan yang baik dan nyaman. Untuk objek-objek wisata yang masih berada di sekitar jalur utama Trans Pulau Sumbawa, kemungkinan akan lebih mudah pencapaiannya, sedangkan untuk objek wisata yang berada di luar jalur utama tersebut, akan sangat sulit untuk mencapainya, kecuali menggunakan kendaraan pribadi.

4.4.2. Akomodasi Wisata Sarana dan prasarana yang terdapat di Kabupaten Sumbawa, jika dilihat dari rasio jumlah antara wisatawan dan ketersediaan infrastruktur penunjang sektor pariwisata terutama akomodasi, relatif sudah berimbang. Akan tetapi, akomodasi yang ada saat ini, sebarannya tidak merata, dan tidak menjangkau hingga objek-objek wisata yang ada. Akomodasi utama hanya berada di pusat kota, atau pusat pelayanan lainnya seperti ibukota kecamatan yang ramai kegiatan wilayahnya. Wisatawan harus mengakses ke lokasi tertentu dalam jarak yang cukup jauh untuk mendapatkan akomodasi yang diinginkan. Terkait dengan masalah akomodasi, hal ini berhubungan erat dengan permasalahan aksesbilitas yang ada saat ini, sehingga keduanya berhubungan erat dan saling mempengaruhi. Jika melihat sifat sektor wisata yang mengandalkan kemudahan, kenyamanan, maka kondisi ini menjadi kontradiksi, karena di satu sisi, wisatawan ingin cepat mudah mengakses dan menikmati potensi objek wisata yang ada, tetapi di sisi lain, kemudahan dalam menunjang kegiatan wisatanya tidak tersedia dengan baik dan lengkap.

4.5. PRASARANA UMUM PENDUKUNG PARIWISATA A. Prasarana Jaringan Listrik Penyedia utama layanan listrik di Kabupaten Sumbawa selama ini adalah PT. PLN, yang kapasitas layanannya sudah tersebar di semua desa yang ada di Kabupaten Sumbawa. Setiap tahun jumlah pelanggan listrik di Kabupaten Sumbawa terus bertambah baik untuk keperluan rumah tangga, kebutuhan industri maupun kebutuhan lainnya. Jumlah VA daya listrik tersambung di Kabupaten Sumbawa disajikan sebagai berikut. Tabel 4.6 Jumlah VA Tersambung Pada Layanan PLN Tahun 2011-2015 Di Kabupaten Sumbawa Tahun No Klasifikasi Pelanggan 2011 2012 2013 2014 2015 1 2 3 4 5 6 7 1 Sosial (VA) 1.989.100 3.372.550 3.679.650 3.941.300 4.155.400 2 Rumah Tangga (VA) 48.674.000 69.940.700 81.326.850 90.409.400 97.051.500 3 Usaha (VA) 7.903.400 9.581.350 11.886.300 16.353.750 17.607.200

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 12 K A B U P A T E N S U M B A W A

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tahun No Klasifikasi Pelanggan 2011 2012 2013 2014 2015 1 2 3 4 5 6 7 4 Industri (VA) 5.900.800 8.082.700 8.444.900 9.628.200 9.698.200 5 Gedung & Jasa (VA) 2.530.350 4.316.450 4.752.300 4.959.400 5.623.550 Sumber: Daerah Dalam Angka. BPS Kab. Sumbawa (beberapa tahun terbitan)

Berdasarkan data tersebut, konsumen terbesar yang memanfaatkan daya lisrik di Kabupaten Sumbawa adalah rumah tangga, sedangkan dari klasifikasi sosial merupakan konsumen terendah. Selain pasokan energi listrik dari PLN, di Kabupaten Sumbawa juga terdapat layanan pasokan energi listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH).

B. Prasarana Pelayanan Air Bersih Sebanyak 76,60% rumah tangga di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2015 telah menggunakan akses layanan air bersih. Gambaran umumnya disajikan pada tabel berikut. Tabel 4.7 Persentase Rumah Tangga Dengan Akses Air Bersih Tahun 2015 Rumah Tangga Dengan No Kecamatan Jumlah Rumah Tangga Akses Air Bersih Jumlah % 1 2 3 4 5 1 Tarano 4.385 2.979 67,94 2 Empang 6.322 5.189 82,08 3 Plampang 7.646 4.846 63,38 4 Labangka 3.262 2.145 65,76 5 Maronge 2.849 1.944 68,23 6 Lape 4.655 3.457 74,26 7 Lopok 5.324 3.867 72,63 8 Moyo Hilir 6.556 4.802 73,25 9 Moyo Utara 2.699 2.210 81,88 10 Moyo Hulu 6.403 4.197 65,55 11 Ropang 1.548 1.108 71,58 12 Lenangguar 1.904 1.376 72,27 13 Lantung 970 788 81,24 14 Lunyuk 5.411 3.463 64,00 15 Orong Telu 1.234 901 73,01 16 Batu Lanteh 3.181 2.349 73,84 17 Unter Iwes 5.464 4.493 82,23 18 Sumbawa 16.904 16.588 98,13 19 Lab. Badas 8.498 6.352 74,75 20 Rhee 2.003 1.669 83,33 21 Utan 8.578 5.859 68,30 22 Buer 4.049 2.746 67,82 23 Alas 8.074 6.746 83,55 24 Alas Barat 5.495 4.457 81,11 Jumlah Kabupaten 123.414 94.531 76,60 Sumber: Dinas PU Kab. Sumbawa

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 13 K A B U P A T E N S U M B A W A

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Air bersih yang diakses masyarakat berasal dari distribusi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), sumber air tanah melalui pompa, dan sumber air pegunungan melalui jaringan sistem gravitasi.

C. Prasarana Kantor Pos Jumlah kantor pos di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2016 sebanyak 13 kantor pos. Banyaknya rekening masuk dan keluar setiap tahun relatif besar. Ini menunjukkan bahwa pos masih merupakan sarana yang diandalkan dalam memperlancar arus pengiriman barang maupun uang.

4.6. PENDUDUK SEBAGAI POTENSI SUMBER DAYA MANUSIA PARIWISATA 4.6.1 Jumlah Penduduk, Sex Rasio dan Kepadatan Penduduk Berdasarkan angka proyeksi dari Badan Pusat Statistik terdata jumlah penduduk di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2016 sebesar 445.503 jiwa, terdiri dari laki- laki 227.323 jiwa (51,03%) dan perempuan 218.180 jiwa (48,97%), dengan sex rasio sebesar 104. Secara rinci terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.8 Jumlah, Sex Rasio Dan Kepadatan Penduduk Tahun 2012-2016 Di Kabupaten Sumbawa Penduduk (Jiwa) Kepada Sex No Kecamatan Perem- tan (Jiwa/ Laki-Laki Jumlah Rasio puan Km2) 1 2 3 4 5 6 7 1. Lunyuk 10.460 9.852 20.312 106 40 2. Orong Telu 2.499 2.274 4.773 110 10 3. Alas 14.753 14.427 29.180 102 237 4. Alas Barat 9.967 9.599 19.566 104 116 5. Buer 7.066 7.044 14.110 100 103 6. Utan 15.174 14.863 30.037 102 193 7. Rhee 3.780 3.481 7.261 109 31 8. Batulanteh 5.426 4.968 10.394 109 27 9. Sumbawa 30.842 30.022 60.864 103 1.358 10. Lab. Badas 16.756 16.536 33.292 101 76 11. Unter Iwes 10.039 9.486 19.525 106 237 12. Moyohilir 12.072 11.710 23.782 103 127 13. Moyo Utara 4.912 4.746 9.658 103 106 14. Moyohulu 10.679 10.057 20.736 106 66 15. Ropang 2.708 2.428 5.136 112 12 16. Lenangguar 3.382 3.062 6.444 110 13 17. Lantung 1.454 1.405 2.859 103 17 18. Lape 8.870 8.397 17.267 106 84 19. Lopok 9.464 9.280 18.744 102 120 20. Plampang 16.132 15.337 31.469 105 75 21 Labangka 5.566 5.217 10.783 107 44 22. Maronge 5.356 4.954 10.310 108 38 23. Empang 11.597 10.963 22.560 106 40 24 Tarano 8.369 8.072 16.441 104 49 Jumlah Th. 2016 227.323 218.180 445.503 104 67 Jumlah Th. 2015 224.974 216.128 441.102 104 66 Jumlah Th. 2014 222.728 213.871 436.599 104 66 PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 14 K A B U P A T E N S U M B A W A

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Penduduk (Jiwa) Kepada Sex No Kecamatan Perem- tan (Jiwa/ Laki-Laki Jumlah Rasio puan Km2) 1 2 3 4 5 6 7 Jumlah Th. 2013 220.206 211.718 431.924 104 65 Jumlah Th. 2012 217.679 209.440 427.119 104 64 Sumber: BPS Kab. Sumbawa (beberapa tahun terbitan)

4.6.2 Pertumbuhan Penduduk Pada rentang waktu 5 (lima) tahun terakhir, yakni dari tahun 2012-2016, penduduk Kabupaten Sumbawa terus mengalami peningkatan dari 427.119 jiwa pada tahun 2012 menjadi 445.503 jiwa pada tahun 2016, dengan laju pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar 1,08%. Tabel 4.9 Pertumbuhan Penduduk Tahun 2011-2014 Di Kabupaten Sumbawa Tahun Uraian 2012 2013 2014 2015 2016 1 2 3 4 5 6 Laki-Laki 217.679 220.206 222.728 224.974 227.323 Perempuan 209.440 211.718 213.871 216.128 218.180 Jumlah 427.119 431.924 436.599 441.102 445.503 Pertumbuhan (%) 1,17 1,12 1,08 1,03 1,00 Sumber: BPS Kab. Sumbawa (data diolah) Dari tabel di atas, meskipun jumlah penduduk setiap tahun bertambah, namun laju pertumbuhannya menunjukkan kecenderungan menurun.

4.6.3 Struktur Dan Komposisi Penduduk Pada tahun 2016, penduduk Kabupaten Sumbawa masih didominasi oleh kelompok umur 0-4 tahun, yaitu sebanyak 45.057 jiwa dengan komposisi penduduk laki-laki masih lebih banyak dari perempuan. Struktur penduduk Kabupaten Sumbawa ditunjukkan pada piramida berikut ini.

Gambar 4.1 Struktur Penduduk Tahun 2016 Di Kabupaten Sumbawa

Struktur penduduk Kabupaten Sumbawa dari tahun 2012 s/d 2016 menunjukkan trend positif, dengan menurunnya persentase penduduk usia non produktif (usia 0-14 tahun dan usia diatas 64 tahun), dan semakin meningkatnya persentase penduduk usia produktif (usia 15-64 tahun), sebagaimana tabel berikut ini.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 15 K A B U P A T E N S U M B A W A

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tabel 4.10 Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur Tahun 2012-2016 Di Kabupaten Sumbawa Persentase No Kelompok Umur 2012 2013 2014 2015 2016 1 2 3 4 5 6 7 1 0 – 4 Tahun 10,74 10,63 10,48 10,30 10,11 2 5 – 9 Tahun 9,95 9,96 9,97 9,99 9,97 3 10 – 14 Tahun 9,32 9,20 9,11 9,05 9,02 4 15 – 19 Tahun 8,29 8,24 8,17 8,10 8,03 5 20 – 24 Tahun 7,79 7,73 7,67 7,61 7,57 6 25 – 29 Tahun 8,23 8,12 8,03 7,96 7,90 7 30 – 34 Tahun 8,52 8,47 8,41 8,33 8,25 8 35 – 39 Tahun 7,64 7,65 7,65 7,65 7,62 9 40 – 44 Tahun 7,09 7,19 7,27 7,33 7,38 10 45 – 49 Tahun 6,12 6,21 6,31 6,41 6,52 11 50 – 54 Tahun 4,74 4,81 4,88 4,96 5,03 12 55 – 59 Tahun 3,86 3,99 4,11 4,21 4,31 13 60 – 64 Tahun 2,70 2,76 2,82 2,91 3,01 14 65 – 69 Tahun 2,03 2,08 2,13 2,18 2,22 15 70 – 74 Tahun 1,40 1,40 1,41 1,42 1,44 16 > 75 Tahun 1,57 1,58 1,59 1,60 1,63 Jumlah 100 100 100 100 100 Sumber: BPS Kab. Sumbawa (beberapa tahun terbitan)

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 4 - 16 K A B U P A T E N S U M B A W A

R E V I E W L A P O R A N A K H I R

5.1. USAHA PARIWISATA ndustri Pariwisata adalah kumpulan usaha pariwisata yang saling terkait dalam rangka menghasilkan barang dan/atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan I dalam penyelenggaraan pariwisata.

Usaha pariwisata meliputi: 1. Agen Perjalanan, Biro Perjalanan dan Tour Operator (Usaha Jasa Perjalanan): Kegiatan Biro Perjalanan lebih luas lagi dibandingkan dengan Biro Perjalanan. 2. Pemanduan Wisata: Usaha ini ada yang telah dimasukkan ke dalam kegiatan Biro Perjalanan. Namun terdapat pula yang berdiri sendiri. Misalnya, di sebuah objek wisata terdapat para pemandu yang tidak terkait dengan Biro Perjalanan. Mereka merupakan pemandu resmi yang tergabung dalam suatu perkumpulan tertentu.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 5 - 1 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

3. Pelayanan Informasi Wisata: Pelayanan informasi wisata dapat dilakukan baik oleh pemerintah maupun pihak swasta. Kegiatan ini dilakukan oleh pemerintah maka hal tersebut bukan merupakan usaha komersial, melainkan kegiatan untuk memberikan kemudahan pelayanan kepada para wisatawan. 4. Pelayanan Pertemuan dan Konferensi: Pelayanan dan pertemuan ini lebih memfokuskan kegiatannya pada penyediaan fasilitas pertemuan, seminar-seminar, konferensi dan lain-lain baik dari penyelenggaraannya maupun penyediaan tempat beserta perlengkapannya. Usaha ini juga kadang menyediakan jasa Master of Ceremony (MC). 5. Usaha Jasa Boga: Restoran, bar dan ketering merupakan usaha yang berdiri sendiri maupun usaha yang menyatu dengan hotel. 6. Usaha Transportasi: Usaha transportasi meliputi transportasi darat, laut dan udara. Perusahaan transportasi udara meliputi maskapai penerbangan, transportasi darat meliputi pelayanan bus, kereta, perusahaan taksi dan transportasi laut meliputi pelayanan umum dan pelayanan wisata. 7. Usaha Jasa Akomodasi: Usaha akomodasi memberikan pelayanan kepada tamu yang menginginkan penyewaan penginapan (tempat tinggal) baik dalam jangka waktu pendek maupun agak lama. Berbagai macam jenis akomodasi seperti: hotel, motel, apartemen, guest house, hostel, wisma, cottage, bungalow dan lain sebagainya. 8. Usaha Jasa Pencucian (Laundry and Dry Cleaning): Usaha pencucian memberikan pelayanan kepada para tamu yang ingin mencucikan pakaiannya baik dicuci biasa maupun kering/minyak. 9. Usaha Jasa Pemijatan (Message): Message bukan hal baru di hotel. Para tamu dapat memperoleh pelayanan pemijatan baik ditempat/ruang pemijatan maupun di kamar. Bermacam-macam mulai dari pijat biasa, refleksi maupun pijat untuk olahraga dan kecantikan. 10. Usaha Jasa Penitipan Anak (Baby Sitting): Para wisatawan yang repot dengan keluarga sementara waktu mereka terbatas dapat memanfaatkan tempat ini. Untuk layanan ini, hotel biasanya tidak menyediakan karyawan permanen tetapi daily worker atau casual.

Berbagai usaha pariwisata di Kabupaten Sumbawa hingga tahun 2016 disajikan pada Tabel 5.1 sampai dengan Tabel 5.5 berikut ini.

Tabel 5.1 Usaha Transportasi Wisata Di Kabupaten Sumbawa Tahun 2016 Jumlah NO Nama Badan Usaha Nama Pimpinan Alamat Tempat Usaha Tenaga Kerja Lokal Asing 1 2 3 4 5 6 1. PT. Samawa Novel Jalan Ki Hajar 4 - Nusantara Indah Dewantara No. 43 Kelurahan Pekat - Sumbawa Besar

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 5 - 2 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Jumlah NO Nama Badan Usaha Nama Pimpinan Alamat Tempat Usaha Tenaga Kerja Lokal Asing 1 2 3 4 5 6 2. The Travel Tia Lusianti Jalan Kebayan No. 4 5 - Kel. Uma Sima - Sumbawa Besar 3. CV. Lentera Arung Yus Harianto RT.005 RW.007 11 - Jonga 97 Kelurahan Lempeh, Kecamatan Sumbawa 4. PT. Lantung Prima Marairoant Jalan Cendrawasih Gg. 4 - Utama 4 RT. 003 RW.005, Kelurahan Brang Biji. Sumber: Dinas POPAR Kab. Sumbawa

Sementara usaha perjalanan wisata yang tersedia di Kabupaten Sumbawa sampai dengan tahun 2016 terdaftar sebanyak 9 (sembilan) Badan Usaha, sebagaimana Tabel 5.2 berikut ini. Tabel 5.2 Usaha Perjalanan Wisata di Kabupaten Sumbawa Tahun 2016 Jumlah Nama Badan Nama NO Alamat Tempat Usaha Tenaga Kerja Usaha Pimpinan Lokal Asing 1 2 3 4 5 6 1. PT. Tambora Duta Ade Wira Utama Jalan Kebayan N0. 2 5 - Wisata Ranteg Kelurahan Brang Biji, Sumbawa Besar Telp. 0371 - 21624, 21555 2. PT. Tia Utama Era Tia Lusianti Jalan Kebayan No. 5 - Travel 4/45 Kel. Uma Sima - Sumbawa Besar Telp. 085 238 371 435 3. CV. Aero Trans Syaiful Bahri, Griya Idola Blok M.14 1 - Mandiri SH Labuhan Sumbawa, Kec. Labuhan Badas Telp. 0371-23966 4. Gerai Garuda Nurhasanah Jalan Kebayan No. 2 3 - (PT. Anugerah Tana Sumbawa Besar Telp. Samawa) 081 877 241 949 5. CV. Lentera Arung Yus Harianto RT.005 RW.007 11 - Jonga 97 Kelurahan Lempeh, Kecamatan Sumbawa 6. PT. Batu Bulaeng Idrus Jalan Raberas, Gg. 6 - Samawa Rambutan RT.002 RW.006 Kelurahan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 5 - 3 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Jumlah Nama Badan Nama NO Alamat Tempat Usaha Tenaga Kerja Usaha Pimpinan Lokal Asing 1 2 3 4 5 6 Seketeng - Sumbawa

7. CV. Bangun Sahabuddin, Jl. Garuda Gg. Karya III 4 - Samawa Andalan A.Md Rt/Rw.003/004, Kelurahan Lempeh - Sumbawa Besar 8. PT. Anugerah Tana Nurhasanah Jalan Kebayan No. 2 3 - Samawa Sumbawa Besar 9. PT. Sabalong Tour H. Herman BTN Bukit Permai Blok 6 - Travel Kadri M-15 RT.003 RW.008 Kelurahan Seketeng Sumber: Dinas POPAR Kab. Sumbawa

Tabel 5.3 Usaha Wisata Selam di Kabupaten Sumbawa Tahun 2016 Jumlah NO Nama Badan Usaha Nama Pimpinan Alamat Tempat Usaha Tenaga Kerja Lokal Asing 1 2 3 4 5 6 1. SAMAWA DIVE ALFARIZI ARIFIN Samawa Seaside 5 - CENTRE (Wisata Cottage, Dusun Omo, Selam) Desa Penyaring Kecamatan Moyo Utara. Telp. 0371 - 21754 2 MOKO MOYO DIVE DENNY Desa Labuhan Aji, 4 - (Wisata Selam) Pulau Moyo Kecamatan Labuhan Badas Sumber: Dinas POPAR Kab. Sumbawa

Tabel 5.4 Usaha Jasa Hiburan dan Rekreasi di Kabupaten Sumbawa Tahun 2016 Jumlah JumLah Nama Alamat Tempat NO Nama Usaha Ruang/ Tenaga Kerja Pimpinan Usaha Kamar Lokal Asing 1 2 3 4 5 6 7 1. NT Family Totom Jalan DR. Cipto No. 4 2 - Karaoke Wibowo 25 Sumbawa Besar 2. Warna Warni Chandra Tios, Jalan Sultan 7 - - SE Kaharuddin No. 27

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 5 - 4 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Jumlah JumLah Nama Alamat Tempat NO Nama Usaha Ruang/ Tenaga Kerja Pimpinan Usaha Kamar Lokal Asing 1 2 3 4 5 6 7 Kel. Brang Bara Kec. Sumbawa 3. Karaoke Aurora Ratna RT.002 RW.002 Gemala Desa Nijang Kec. 2 1 - Unter Iwes 4. Senyaman Ate Jamaluddin Jalan Manggis N0. 6 - - HM 12 Kel. Seketeng 5. Sernu Raya M. Nur. H. Jalan Bungur No. 18 Family Music Yusuf Sumbawa 5 3 - Room 6. G'Studio Dony Jalan Bungur Bernyanyi Triwardana RT.002 RW.007 Kel. 4 3 - Lempeh Kec. Sumbawa 7. The Beat Family Sartono Jalan Terusan Karaoke Kerato - Olat Rarang 4 3 - Kel. Lempeh, Kec. Sumbawa 8. Azena Karaoke Sugianti Jalan Diponegoro No. 61 Kel. Bugis 6 10 - Kec. Sumbawa Sumber: Dinas POPAR Kab. Sumbawa

Tabel 5.5 Usaha Jasa Informasi Pariwisata di Kabupaten Sumbawa Tahun 2016 Jumlah Nama Badan Alamat Tempat NO Nama Pimpinan Tenaga Kerja Usaha Usaha Lokal Asing 1 2 3 4 5 6 1. CV. Lentera Yus Harianto RT.005 RW.007 11 - Arung Jonga 97 Kelurahan Lempeh, Kec. Sumbawa 2. CV. Transmedia Yudi Prasetiyo Utomo Bandar Udara Sultan 4 - Globalindo Muhammad Kaharuddin, Jalan Garuda N0. 41 Kelurahan Lempeh - Sumbawa Besar Sumber: Dinas POPAR Kab. Sumbawa

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 5 - 5 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

5.2. USAHA KECIL DAN MENENGAH PENDUKUNG PARIWISATA Wisatawan selama di daerah tujuan wisata melakukan berbagai pengeluaran (konsumsi), seperti untuk akomodasi, makanan dan minuman, perjalanan, melihat atraksi budaya, pembelian cendramata dan lain-lain. Pengeluaran ini akan ditangkap oleh sektor-sektor ekonomi, sehingga menjadi pendapatan sektor-sektor ekonomi tersebut, dan disebut dengan efek langsung (direct effects) pengeluaran wisatawan. Namun peningkatan pendapatan sektor-sektor ekonomi tersebut akan meningkatkan permintaan input yang berasal dari output sektor-sektor ekonomi lain seperti pertanian, industri, industri kerajinan, jasa transportasi dan sebagainya. Dengan demikian, peningkatan pendapatan sektor-sektor ekonomi yang satu akan mendorong peningkatan produktivitas sektor-sektor ekonomi yang lain. Peningkatan output sektor- sektor ekonomi produksi selanjutnya akan meningkatkan balas jasa faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi, sehingga meningkatkan pendapatan pemilik faktor produksi, yaitu rumahtangga dan perusahaan. Ini disebut efek tidak langsung (indirect effects) pengeluaran wisatawan. Peningkatan pendapatan rumahtangga atau masyarakat akan mendorong peningkatan konsumsi masyarakat, selanjutnya mendorong peningkatan pendapatan masyarakat lainnya dan memperluas kesempatan kerja. Ini disebut efek yang didorong (induced effects) dari pengeluaran wisatawan. Indirect effects dan induced effects disebut secondary effects, dan efek pengganda (multiplier effects) wisatawan mengukur total efek (directs plus secondary) yang dihasilkan dari tambahan pengeluaran wisatawan. Peningkatan aktivitas produksi sektor-sektor ekonomi yang terkait langsung atau tidak langsung dengan pariwisata akan menciptakan dan memperluas lapangan kerja. Ini yang disebut dengan keterkaitan penciptaan kesempatan kerja (employment linkages). Usaha kecil menengah (UKM) dan usaha rumah tangga (URT) baik yang berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum adalah pelaku-pelaku ekonomi yang tersebar di semua sektor ekonomi, dan merupakan usaha yang banyak menciptakan lapangan usaha tanpa harus memiliki jenjang pendidikan tertentu. Kebijakan pemerintah untuk memberi prioritas lebih besar dalam pembangunan yang berorientasi pada pemberdayaan ekonomi kerakyatan utamanya UKM dan URT sangat strategis dan akan berdampak luas terhadap penyerapan tenaga kerja. Usaha kecil menengah merupakan peluang usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri dan dikerjakan secara mandiri namun memerlukan akses permodalan dalam pengembangan usaha. Jumlah UKM non BPR di Kabupaten Sumbawa menunjukkan perkembangan yang positif. Pada tahun 2014 berjumlah 7.456 bertambah sebesar 1,03% menjadi 7.658 pada tahun 2015. Ini menunjukkan semakin besarnya kapasitas pelayanan pendukung yang dimiliki daerah dalam meningkatkan ekonomi daerah melalui UKM. Tabel 5.1 Jumlah UKM non BPR/LKM Tahun 2011-2015 Di Kabupaten Sumbawa UKM/BPR/LKM (Unit) No Uraian 2011 2012 2013 2014 2015 1 2 3 4 5 6 7 1 Jumlah seluruh UKM 5.846 6.224 6.317 7.678 7.822 2 Jumlah BPR/LKM 182 185 194 222 164 3 Jumlah UKM non BPR/LKM 5.664 6.039 6.123 7.456 7.658 Sumber: Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sumbawa

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 5 - 6 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Banyaknya sentra industri, unit usaha produksi dan tenaga kerja sebagai hasil dari efek langsung, efek tidak langsung, efek pendorong, dan efek pengganda atas kunjungan wisatawan di Kabupaten Sumbawa terlihat pada Tabel 5.2 berikut ini.

Tabel 5.2 Sentra Industri, Unit Usaha Produksi dan Tenaga Kerja Tahun 2015-2016 di Kabupaten Sumbawa 2015 2016 No Jenis Industri Sentra Unit Tenaga Sentra Unit Tenaga Industri Usaha Kerja Industri Usaha Kerja 1 2 3 4 5 6 7 8 1. Industri Makanan 31 540 1.058 31 545 1.072 dan Minuman 2. Industri Kayu, 15 261 544 15 261 544 Rotan, Rumput dan Sejenisnya 3. Industri Pulp, 26 584 1.841 26 585 1.845 Kertas, dan Bahan Kimia 4. Industri Aneka 4 72 84 4 72 95 5. Industri Tekstil 13 290 397 13 290 397 6. Industri Logam, 9 86 322 9 90 335 Mesin dan Perekayasaan Jumlah 98 1.833 4.246 98 1.843 4.288 Sumber: Sumbawa Dalam Angka, 2017.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 5 - 7 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

6.1. JUMLAH DAN PERKEMBANGAN PASAR WISATAWAN A. Jumlah Wisatawan B erdasarkan data pada Tabel dan grafik berikut dapat dilihat adanya fluktuasi kunjungan wisatawan di Kabupaten Sumbawa. Tetapi jika melihat kunjungan secara umum, didapatkan kesimpulan, bahwa kunjungan wisatawan yang datang ke Kabupaten Sumbawa meningkat.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 6 - 1 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tabel 6.1 Jumlah Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Sumbawa TAHUN 2015 TAHUN 2016 NO. BULAN WNI WNA JUMLAH WNI WNA JUMLAH 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Januari 4.550 108 4.658 5.423 118 5.541 2 Pebruari 4.329 104 4.433 5.395 68 5.463 3 Maret 4.955 117 5.072 6.118 100 6.218 4 April 4.669 119 4.788 6.315 95 6.410 5 Mei 4.642 156 4.798 6.574 157 6.731 6 Juni 5.996 145 6.141 5.722 117 5.839 7 Juli 6.251 195 6.446 5.932 244 6.176 8 Agustus 6.446 269 6.715 6.811 336 7.147 9 September 6.976 135 7.111 6.606 234 6.840 10 Oktober 7.271 167 7.438 7.045 229 7.274 11 Nopember 6.771 116 6.887 7.014 172 7.186 12 Desember 7.088 107 7.195 6.081 138 6.219 JUMLAH 69.944 1.738 71.682 75.036 2.008 77.044 JUMLAH 2014 42.816 2.447 45.263 JUMLAH 2013 41.763 3.340 45.103 JUMLAH 2012 40.130 3.233 43.363 Sumber: DISPOPAR Kab. Sumbawa, 2017

Rentang data kunjungan wisatawan selama 5 tahun terakhir menunjukkan peningkatan jumlah wisatawan. Bila dibanding dengan tahun sebelumnya, jumlah wisatawan pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 1.740 orang dari tahun 2012, atau tumbuh sebesar 4,01%. Sedangkan pada tahun 2014, kunjungan wisatawan hanya mengalami pertumbuhan sebesar 0,35%. Namun pada tahun 2015, kunjungan wisatawan mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan sebesar 58,37%, dan tahun 2016 tumbuh sebesar 7,48%. Untuk kunjungan wisatawan mancanegara, sampai dengan tahun 2015 mengalami kecenderungan menurun, namun mulai meningkat pada tahun 2016. Sedangkan kunjungan wistawan domestik menunjukkan kecenderungan yang meningkat setiap tahun, sebagaimana terlihat pada Gambar 6.1 dan 6.2.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 6 - 2 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

4.500

3.233 3.340

3.000 2.447 2.008 1.738

1.500

- 2012 2013 2014 2015 2016

Gambar 6.1 Trend Kunjungan Wisatawan Mancanegara di Kabupaten Sumbawa

90.000 75.036 69.944

60.000 42.816 40.130 41.763

30.000

- 2012 2013 2014 2015 2016

Gambar 6.2 Trend Kunjungan Wisatawan Domestik di Kabupaten Sumbawa

B. Perkembangan Pasar Wisatawan Kunjungan wisatawan yang mengunjungi objek-objek wisata yang ada di Kabupaten Sumbawa, cenderung wisatawan yang hanya singgah dan tidak banyak menghabiskan waktunya untuk menikmati potensi sektor wisata di wilayah ini. Kecuali pada beberapa objek wisata yang memang telah terkenal dan memiliki nama yang mendunia seperti Pulau Moyo. Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis data terkait kunjungan wisata, kebanyakan wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Sumbawa, didominasi oleh

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 6 - 3 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

wisatawan domestik, sedangkan wisatawan mancanegara menyumbang jumlah kunjungan yang relatif kecil jika melihat rasio kunjungan wisatawan keseluruhan. Kebanyakan wisatawan mancanegara yang mengunjungi Kabupaten Sumbawa merupakan wisatawan yang menghabiskan waktunya atau hanya sekedar beristirahat untuk melanjutkan perjalanan wisatanya ke daerah lain. Hal ini tentu saja tidak menguntungkan baik dari segi kontribusi ke pemerintah maupun ke masyarakat sendiri.

ANALISIS PENGEMBANGAN PASAR WISATA Kegiatan pengembangan pariwisata diharapkan mampu menjadi lokomotif dalam mengembangkan perekonomian daerah. Pengembangan pariwisata daerah terutama di Kabupaten Sumbawa diarahkan pada wisata budaya dan bahari. Wisatawan di kedua jenis wisata tersebut selain menikmati keunikan budaya dan keindahan alam juga diharapkan ikut berpartisipasi langsung dalam konservasi budaya dan lingkungan serta dapat memperoleh pemahaman lebih baik tentang seluk beluk ekosistem budaya dan alam. Interaksi wisatawan dengan masyarakat diharapkan mampu membangun kesadaran bersikap saling menghormati nilai dan tata cara budaya masing-masing serta berupaya agar alam tetap lestari. Pengembangan pasar wisata perlu memperhatikan segmentasi pasar, yaitu membagi pasar wisata menjadi beberapa kelompok pengunjung berdasarkan kebutuhan, karakteristik, dan mungkin membutuhkan produk wisata atau bauran pemasaran yang berbeda. Dasar untuk membuat segmentasi pasar wisata ada 3 (tiga) yaitu: segmentasi geografi, segmentasi demografi, serta segmentasi tingkah laku berdasarkan pengetahuan dan sikap pengunjung.

Pemasaran industri pariwisata harus memutuskan segmen mana dan berapa segmen wisata yang akan dilayani. Pemerintah daerah diharapkan dapat berperan untuk mengevaluasi jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Sumbawa guna melakukan strategi pengembangan wisata yaitu : (1) Mengindentifikasi segmen pasar wisata untuk setiap obyek wisata yang ada di Kabupaten Sumbawa (2) Mengembangkan produk wisata untuk memperluas segmen pasar wisata (3) Meningkatkan akses ke seluruh kawasan dan obyek daerah tujuan wisata di Kabupaten Sumbawa guna meningkatkan lama tinggal wisatawan

6.2. KARAKTERISTIK PASAR WISATAWAN Wisata pantai merupakan wisata yang paling diminati wisatawan baik wisatawan domestik, nusantara, maupun wisatawan mancanegara. Potensi alam dari pantai dan laut memberikan daya tarik dan pengalaman tersendiri. Keterbukaan pandangan dan kebebasan bergerak merupakan karakteristik obyek wisata pantai dimanapun berada. Oleh karena itu, karakter pantai harus dipertahankan tanpa hambatan yang berarti untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan daya tarik bagi pengunjung. Aktivitas wisatawan yang dapat diakomodasi sangat beragam, antara lain: (1) Berenang di laut (2) Berjalan-jalan di tepi pantai (3) Berjemur matahari (sun bath) di atas pasir pantai. (4) Berperahu di tepi laut (5) Berselancar dan bermain ski air

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 6 - 4 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

(6) Kegiatan mengumpulkan kerang (7) Kegiatan berfoto, people watching, dan lain sebagainya

6.3. UPAYA PEMASARAN YANG DILAKUKAN PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA Pemasaran Pariwisata adalah serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan produk wisata dan mengelola relasi dengan wisatawan untuk mengembangkan kepariwisataan dan seluruh pemangku kepentingannya. Pemasaran dalam bidang pariwisata sangat diperlukan karena akan memperkenalkan semua obyek wisata yang ada kepada masyarakat luas dan akan menarik wisatawan untuk berkunjung. Untuk menarik pengunjung ke suatu lokasi terdapat dua jenis strategi utama yaitu event dan atraksi. Berbagai jenis event dapat dirancang dan diselenggarakan untuk memberi kontribusi bagi upaya pemasaran destinasi. Agar suatu event dapat berjalan baik dan lancar memerlukan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan pariwisata baik pemerintah, pengusaha dan masyarakat. Event yang menarik bagi suatu pasar yang diinginkan dan sesuai dengan budaya masyarakat dapat memberikan hasil yang menguntungkan, terutama bila event tersebut berlangsung secara reguler selama bertahun-tahun. Event yang hanya bisa terjadi satu kali atau yang memerlukan investasi modal besar bagi suatu masyarakat tidak memberikan keuntungan ekonomis yang memadai.

Dalam kaitan tersebut, dalam lima tahun terakhir (tahun 2012-2016) Pemerintah Kabupaten Sumbawa telah melakukan upaya pemasaran pariwisata melalui penyelenggaraan event dan atraksi yang dikemas dalam satu festival seni budaya bernama Festival Moyo. Melalui Festival Moyo ini Pemerintah Kabupaten Sumbawa berupaya memperkenalkan potensi pariwisata dari sisi obyek wisata alam dan budaya serta pertunjukan atraksi potensi keragaman seni budaya yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Sumbawa. Meskipun reguler dilaksanakan setiap tahun, namun karena durasi waktu pelaksanaan hanya terkonsentrasi pada satu bulan tertentu selama satu bulan penuh, belum mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Untuk mampu memberikan dampak yang signifikan terhadap jumlah kunjungan wisatawan, diperlukan penyelenggaraan event- event festival yang terjadi sepanjang tahun. Kondisi ini akan memudahkan bagi pelaku usaha pariwisata dalam membantu promosi pariwisata di Kabupaten Sumbawa melalui pembuatan paket-paket wisata sepanjang tahun.

Dari sisi kelembagaan pariwisata yang ada di luar pemerintahan belum mampu optimal dalam mengupayakan pemasaran pariwisata di Kabupaten Sumbawa. Hingga tahun 2016 asosiasi pariwisata yang ada di Kabupaten Sumbawa baru terbentuk dua asosiasi, yaitu Perhimpunan Hotel dan Restoran (PHRI) dan Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI). Peran kedua lembaga ini belum mampu memberikan dampak yang signifikan bagi perkembangan pariwisata di Kabupaten Sumbawa. Diperlukan asosiasi-asosiasi pariwisata lainnya sebagai mitra kerja Pemerintah Daerah dalam pembangunan kepariwisataan daerah, seperti Association Of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA), dan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BP2D), serta asosiasi- asosiasi pariwisata lainnya.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 6 - 5 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

7.1. SUMBER DAYA MANUSIA PARIWISATA engembangan kegiatan kepariwisataan yang tidak tertata seringkali membawa konotasi negatif bagi perkembangan adat serta budaya setempat. Salah satu antisipasi dari hal tersebut dapat dilakukan dengan meletakan dasar yang kokoh terhadap adat serta budaya setempat. Hal tersebut dapat dilakukan melalui pembinaan sejak dini nilai-nilai tradisi, Pbudaya serta adat setempat melalui pendidikan formal, misalnya melalui kurikulum pendidikan. Sehingga pada masa yang akan datang nilai-nilai budaya tersebut tetap mengakar pada masyarakat dan dapat menjadi potensi budaya bagi pengembangan kegiatan kepariwisataan.

Secara umum, sumber daya manusia pariwisata dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu:

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 7 - 1 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

1. Kalangan Pemerintah 2. Kalangan Tenaga Kerja/ Usaha Pariwisata 3. Kalangan Masyarakat, khususnya sekitar objek dan daya tarik wisata

Untuk kalangan pemerintah yang menangani secara langsung pengembangan pariwisata, perlu dilakukan Diklat Penjenjangan dan Diklat Teknis Fungsional. Sedangkan untuk aparat yang menunjang/ tidak langsung terkait dengan pengembangan pariwisata, dilakukan Diklat Kepariwisataan yang bersifat penyuluhan, peningkatan “Tingkat Sadar Wisata” dan “Citra Pariwisata”.

Untuk kalangan tenaga kerja/ usaha pariwisata, peningkatan kualitas SDM dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan pendidikan dan latihan yang bersifat penyegaran, pemantapan dan pengembangan. Kegiatan diklat pemantapan dapat dilakukan pada kalangan pimpinan tingkat menengah, dengan lama waktu sekitar 3 - 6 hari dan titik berat pada peningkatan wawasan pariwisata. Kegiatan diklat pengembangan, dapat dilakukan pada kalangan pimpinan tingkat bawah atau pelaksana, dengan lama waktu sekitar 7-14 hari dan titik berat pada praktek kerja lapangan.

7.2. ASOSIASI PARIWISATA Hingga tahun 2016 asosiasi pariwisata di Kabupaten Sumbawa masih sangat minim. Keberadaan asosiasi pariwisata diharapkan mampu menjadi mitra kerja pemerintah daerah dalam pembangunan kepariwisataan daerah.

Assosiasi pariwisata yang ada di kabupaten sumbawa tahun 2016, adalah: 1. PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Cabang Sumbawa 2. HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) Cabang Sumbawa

7.3. KELEMBAGAAN PEMERINTAH TERKAIT PARIWISATA Lembaga kepariwisataan pemerintah di tingkat Kabupaten adalah Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (DISPOPAR) Kabupaten Sumbawa yang berwenang dalam mengelola kepariwisataan di Tingkat Kabupaten Sumbawa. Dinas ini didukung oleh Dinas-dinas lain sebagai lembaga pemerintah tingkat hulu dalam sektor pariwisata.

Lembaga kepariwisataan di Kabupaten Sumbawa telah melaksanakan tugasnya sesuai tugas pokok dan fungsinya. Pada masa yang akan datang tugas dan tanggung jawab lembaga-lembaga tersebut semakin berat. Beban yang berat tersebut terutama untuk mengantisipasi perkembangan kepariwisataan yang berkaitan dengan koordinasi dengan masyarakat atau stakeholders lainnya. Kondisi Kabupaten Sumbawa yang kondisi wilayahnya bervariasi memerlukan dukungan sistem kelembagaan yang kuat dan SDM yang handal dan profesional. Posisi Instansi/ Dinas dan lembaga yang langsung maupun tidak langsung menangani kepariwisataan di Kabupaten Sumbawa dapat dilihat pada Tabel 7.1 berikut ini.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 7 - 2 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tabel 7.1 Komposisi Instansi / Lembaga Pengelola Kepariwisataan Kabupaten Sumbawa Instansi / Lembaga Instansi / Lembaga No. Jenis Usaha Langsung Tidak Langsung 1. Akomodasi • Dispopar • Bappeda • Dinas PERA-KP • DPM-PTSP • Bagian Ekonomi 2. Restoran / Rumah Makan • Dispopar • Bappeda • Bapenda • Dinas PERA-KP • Disperindag • DPM-PTSP 3. Objek & Daya Tarik Wisata • Dispopar • Bappeda Alam & Pegunungan • Dinas PUPR • Dinas Kehutanan • Balai KSDA • Dinas Perhubungan • Disperindag 4. Objek & Daya Tarik Wisata • Dispopar • Bappeda Bahari • Dinas Kelautan & • Dinas PUPR Perikanan • Balai KSDA • Dinas Perhubungan • Disperindag 5. Objek & Daya Tarik Wisata • Dispopar • Bappeda Budaya dan Sejarah • Dinas Dikbud • Dinas PUPR • Masyarakat Adat • Dinas Perhubungan • Disperindag 6. Objek & Daya Tarik Wisata • Dispopar • Disperindag Rekreasi dan Hiburan • Bapenda • Swasta • DPM-PTSP Sumber: Hasil Rencana, 2017

7.4. KELEMBAGAAN LAIN TERKAIT PARIWISATA Sebagai daerah dengan kondisi sosial budaya masyarakat yang masih dipengaruhi oleh budaya dan adat istiadat yang berkembang sejak zaman kerajaan, peran kelembagaan adat yang ada sangat diperlukan dalam membantu pembangunan kepariwisataan daerah. Di tingkat Kabupaten terdapat Lembaga Adat Tana Samawa (LATS) yang membawahi LATS di tingkat Kecamatan. Sebagai mitra strategis pemerintah daerah, LATS dapat berperan aktif dalam memberikan masukan dan saran kepada Pemerintah Daerah atas berbagai kebijakan pembangunan termasuk pembangunan bidang pariwisata.

Selain LATS, terdapat pula lembaga Dewan Kesenian Sumbawa (DKS) yang dibentuk sejak tahun 1998, dihajatkan untuk menjadi organisasi induk dimana para seniman dan kelompok-kelompok seni di Kabupaten Sumbawa bernaung. Dengan demikian DKS memiliki fungsi pembinaan dan koordinasi terhadap seniman dan kelompok seni serta

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 7 - 3 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

berperan untuk menjalankan fungsi kemitraan dengan pemerintah daerah. Melalui DKS ini pula diharapkan agar potensi-potensi pariwisata yang hampir dan bahkan sudah punah dapat digali dan dikembangkan kembali.

Dalam rangka pemberdayaan dan peningkatan partisipasi masyarakat, telah dibentuk Kelompok-kelompok Sadar Wisata di berbagai lokasi obyek wisata. Hingga tahun 2017, Kelompok Sadar Wisata yang telah terbentuk di Kabupaten Sumbawa terlihat pada Tabel 7.2 berikut ini.

Tabel 7.2 Jumlah Kelompok Sadar Wisata Tahun 2017 di Kabupaten Sumbawa

No POKDARWIS NAMA KETUA ALAMAT ANGGOTA

1 2 3 4 5 1 BULAN SUAR ABDULLAH ZAIN Poto Kec. Moyo Hilir 35 Orang

2 SAMPAR ALWAN HIDAYAT, Batu Tering, Moyo 25 Orang PATONANG S.Pdi Hulu 3 DARWIS AI BARI KAMARUDDIN Ai Bari Kec. Moyo 26 Orang Utara 4 DARWIS M. MAHDI Kelungkung kec. 34 Orang SENAMPAR Batu Lanteh 5 BUIN AI AWAK EDY RAHMAD Seketeng Kec. 35 Orang Sumbawa 6 JENRING LET BUJIR DM Pamulung Kec. Lab. 35 Orang BATU REA Badas 7 TELAGA LOMPA M. NURMALA Plampang 34 Orang

8 TIMBUL WISATA ALFING Lab. Mapin Kec. 27 Orang Alas Barat 9 SUKA MADYA ABDULLAH M Lenangguar 35 Orang

10 DARWIS BATU A. MANAF M. ALI Batu Bulan Kec. 27 Orang BULAN Moyo Hulu 11 DARWIS RHEE SUPARMAN M Rhee Loka Kec. 100 Orang SALEH, A.Md Rhee 12 DARWIS LUNYUK ABDULLAH M. NUR Pada Suka Kec. 35 Orang Lunyuk 13 DARWIS MAMAK A. Manan HD Mamak Kec. Lopok 20 Orang

14 BATU BAKO M. A. DAYAT Empang Bawa Kec. 35 Orang Empang 15 JAYA BAHARI ARDIANSYAH Lab. Burung Kec. 25 Orang Buer 16 DARWIS BUER UNGANG Buer Kec. Buer 35 Orang

17 WISATA BAHARI BAHARUDDIN Penyaring Kec. 35 Orang Moyo Utara

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 7 - 4 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

No POKDARWIS NAMA KETUA ALAMAT ANGGOTA

1 2 3 4 5 18 SAMADA ANGI JAHRUN Maci Kec. Tarano 35 Orang

19 JAYA MAKMUR AHMAD Perung Kec. Unter 34 Orang Iwis 20 DADARA RENAP Jotang Baru Kec. 25 Orang BELANG Empang 21 KAKIANG PAHRUDDIN, SE Kakiang Kec. Moyo 27 Orang CREATIVE Hilir 22 AGRO TAMASE TAHZINUL MURAD Juru Mapin Kec. 27 Orang Buer 23 GOA JAYA NAHUNG Karang Dima Kec. 27 Orang Lab. Badas 24 BATU TONGKOK SYAHRUDDIN Plampang Kec. 25 Orang JARAN PUSANG Plampang 25 DARWIS ZUHRIADI TABRI Penyaring Kec. 26 Orang PENYARING Moyo Utara 26 BINTANG LAUT AHMAD Labuhan Aji Kec. 20 Orang Lab. Badas 27 CITRA BAHARI M. AMIR, S.Pd Pulau Medang Kec. 25 Orang Lab. Badas 28 MADU LESTARI M. YAMIN Semongkat Kec. 48 Orang Batu Lanteh 29 LESENG A. W. SOEKANDAR Leseng Kec. Moyo 24 Orang KREATIF Hulu 30 BATU API ARIFIN Maman Kec. Moyo 27 Orang Hulu 31 KRAMAT JAYA HERMAYADI AL Labu Pade Kec. 20 Orang Utan 32 TANJUNG SARI HASIBUAN Batu Gong Kec. 26 Orang Lab. Badas 33 BUNGIN SAHABUDDIN Pulau Bungin Kec. 40 Orang TAKETEN Alas 34 TIU SEBANGKA ANGGUN Desa Mapin Rea 35 Orang FIRMANSYAH Kec. Alas Barat 35 SAGARA BURHANUDDIN, Desa Marente Kec. 46 Orang S.Pd Alas 36 ADVENTUROUS RAMA EROPATI Sumbawa Besar 20 Orang SUMBAWA Sumber: Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Kab. Sumbawa, 2017

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 7 - 5 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

8.1. TANTANGAN DAN ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN elain memiliki potensi yang sangat baik di sektor pariwisata, objek-objek wisata yang ada sampai saat ini juga memiliki keterbatasan yang relatif hampir sama antara satu objek dengan yang lainnya. Secara umum, seluruh kondisi objek wisata yang tersebar di wilayah Kabupaten Sumbawa memiliki karakteristik objek dan atraksi wisata yang Sbervariasi. Jika diamati dengan seksama, sebenarnya permasalahan yang ada di masing-masing objek tersebut secara umum relatif memiliki kesamaan. Kondisi sarana pendukung wisata yang kurang baik dan tidak lengkap merupakan salah satu permasalahan utama. Adapun permsalahan umum yang terjadi pada kondisi objek wisata di Kabupaten Sumbawa adalah: A. Faktor Internal (1) Produk dan Daya Tarik Wisata • Banyaknya objek wisata yang belum tergali

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 1 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

• Penataan objek wisata belum ditangani secara optimal • Kurangnya event wisata yang dilakukan secara rutin untuk menarik kunjungan wisatawan • Kurangnya produk olahan maupun cinderamata

(2) Sarana dan Prasarana • Sarana dan prasarana wisata yang belum memadai • Lemahnya segi pemeliharaan sarana dan prasarana yang sudah dibangun • Belum optimalnya pengelolaan jasa dan sarana penunjang pariwisata • Peran serta masyarakat sekitar objek wisata masih rendah • Belum optimalnya pelayanan dan operasional Pusat Informasi Pariwisata

(3) Pasar dan Promosi • Promosi kepariwisataan belum dilaksanakan dengan baik sehingga kurang mendapatkan informasi mengenai kepariwisataan baik dari segi objek, daya tarik maupun atraksi wisata

(4) Sumberdaya Manusia • Pola pikir masyarakat belum mengarah kepada pengembangan potensi pariwisata • Pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan objek wisata belum profesional • Kualitas sumber daya manusia bidang pariwisata masih kurang dan belum memadai • Adanya pergeseran nilai-nilai sosial budaya • Keterpaduan antarpengelola, pengambil kebijakan dan perhatian masyarakat dalam mewujudkan upaya pengembangan masih kurang sehingga melemahkan sinergi hasil pembangunan

B. Faktor Eksternal (1) Produk dan Daya Tarik Wisata • Pengelolaan objek dan daya tarik wisata di daerah lain yang lebih baik • Jenis objek dan daya wisata yang sama dengan daerah lain • Status kepemilikan dan pengelolaan sebagian objek wisata belum jelas berkaitan dengan PAD dan pemeliharaan objek • Potensi wisata belum jadi daya tarik yang besar bagi investor

(2) Sarana dan Prasarana • Degradasi lingkungan dan menurunnya debit air Pemenuhan akan kebutuhan sarana dan prasarana penunjang pariwisata

(3) Pasar dan Promosi • Adanya persaingan yang ketat antar daerah dalam menarik jumlah wisatawan • Daerah-daerah lain lebih konsern dan lebih gencar dalam melakukan promosi dan pemasaran wisata daerah

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 2 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

(4) Sumberdaya Manusia • Kurangnya pemberdayaan dalam pemeliharaan, sehingga hasil pembangunan mudah/ cepat rusak dan kurang terpelihara • Masuknya pengaruh budaya dari luar dan terjadi interaksi antara masyarakat lokal dan wisatawan (arus global) • Dampak dari kegiatan wisata seperti miras, narkoba, dan lain-lain yang biasanya tidak bisa dihindari

8.1.1 Isu-isu Internal Pengembangan Pariwisata Isu-isu internal yang ada di Kabupaten Sumbawa khususnya pada sektor pariwisata terdapat pada kekuatan dan kelemahan kepariwisataan Kabupaten Sumbawa itu sendiri. Kekuatan (strength) merupakan potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Sumbawa yang dapat dikembangkan karena belum dimanfaatkan secara optimal. Kelemahan (weakness) merupakan permasalahan atau kendala yang dapat menghambat berkembangnya pariwisata di Sumbawa.

Tabel 8.1 Isu-isu Internal Pengembangan Pariwisata Kabupaten Sumbawa Isu-isu Internal Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness) • Keragaman objek, daya tarik dan • Banyaknya objek wisata yang belum atraksi wisata tergali • Pemandangan yang indah • Penataan objek wisata belum ditangani • Beragamnya kegiatan masyarakat yang secara optimal adaptif dan masih eksisnya budaya • Kurangnya event wisata yang dilakukan lokal masyarakat Samawa secara rutin untuk menarik kunjungan • Tersedianya banyak kesenian wisatawan tradisional • Kurangnya produk olahan maupun • Banyak terdapat peninggalan sejarah cinderamata • Letak geografis berada di lintasan jalur • Sarana dan prasarana wisata yang utama Pulau Sumbawa belum memadai • Telah memiliki usaha jasa dan sarana • Lemahnya segi pemeliharaan sarana wisata yang menunjang kegiatan dan prasarana yang sudah dibangun pariwisata • Belum optimalnya pengelolaan jasa • Tersedianya Pusat Informasi Pariwisata dan sarana penunjang pariwisata bagi wisatawan • Peran serta masyarakat sekitar objek • Sebagian objek dan daya tarik wisata wisata masih rendah sudah ada yang diekspos keluar • Belum optimalnya pelayanan dan daerah operasional Pusat Informasi Pariwisata • Promosi kepariwisataan belum dilaksanakan dengan baik sehingga kurang mendapatkan informasi mengenai kepariwisataan baik dari segi objek, daya tarik maupun atraksi wisata • Pola pikir masyarakat belum mengarah kepada pengembangan potensi

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 3 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Isu-isu Internal Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness) pariwisata • Pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan objek wisata belum profesional • Kualitas sumber daya manusia bidang pariwisata masih kurang dan belum memadai • Adanya pergeseran nilai-nilai sosial budaya • Keterpaduan antar pengelola, pengambil kebijakan dan perhatian masyarakat dalam mewujudkan upaya pengembangan masih kurang sehingga melemahkan sinergi hasil pembangunan Sumber: Hasil Analisa 2013

8.1.2 Isu-Isu Eksternal Pengembangan Kawasan Pengembangan pariwisata di Kabupaten Sumbawa dilakukan dengan mengkaji keterkaitan pengembangan Kabupaten Sumbawa dalam lingkup Provinsi NTB dan nasional, bahkan regional dan global. Pengkajian ini menghasilkan isu-isu eksternal dalam pengembangan pariwisata Kabupaten Sumbawa. Isu-isu eksternal yang ada di Kabupaten Sumbawa berupa peluang dan tantangan, khususnya pada sektor pariwisata. Peluang merupakan kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan pariwisata. Ancaman merupakan penghambat yang dapat menghentikan atau merusak rencana pengembangan pariwisata di Kabupaten Sumbawa. Tabel 8.2 Isu-isu Eksternal Pengembangan Pariwisata Kabupaten Sumbawa Isu-isu Eksternal Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat) • Tersedianya potensi wisata • Pengelolaan objek dan daya tarik • Kondisi bentang alam yang indah wisata di daerah lain yang lebih baik • Adanya kecenderungan para • Jenis objek dan daya wisata yang wisatawan untuk “back to nature” sama dengan daerah lain (keaslian dan kelokalan) • Status kepemilikan dan pengelolaan • Budaya masyarakat yang ramah sebagian objek wisata belum jelas • Sudah tersedia sarana akomodasi berkaitan dengan PAD dan perhotelan yang didalamnya pemeliharaan objek menyuguhkan daya tarik dan atraksi • Potensi wisata belum jadi daya tarik wisata yang besar bagi investor • Sebagian objek wisata sudah • Degradasi lingkungan dan menurunnya dilengkapi dengan sarana dan debit air Pemenuhan akan kebutuhan prasarana yang menunjang sarana dan prasarana penunjang

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 4 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Isu-isu Eksternal Peluang (Opportunity) Ancaman (Threat) • Kondisi jalan yang baik sehingga pariwisata memudahkan pencapaian ke objek • Adanya persaingan yang ketat antar wisata daerah dalam menarik jumlah • Terbukanya kesempatan untuk wisatawan mengembangkan usaha jasa dan • Daerah-daerah lain lebih konsern dan sarana penunjang pariwisata lebih gencar dalam melakukan promosi • Tingginya tingkat kunjungan wisatawan, dan pemasaran wisata daerah khususnya wisnus dari tahun ke tahun • Kurangnya pemberdayaan dalam • Kabupaten Sumbawa berada di pemeliharaan, sehingga hasil lintasan Lombok - Komodo pembangunan mudah/ cepat rusak dan • Besarnya minat investor di sektor kurang terpelihara pariwisata • Masuknya pengaruh budaya dari luar • Situasi dan kondisi yang relatif kondusif dan terjadi interaksi antara masyarakat memungkinkan wisatawan untuk lokal dan wisatawan (arus global) menikmati objek wisata • Dampak dari kegiatan wisata seperti • Tersedianya sumberdaya manusia miras, narkoba, dll yang biasanya tidak • Keinginan sumberdaya manusia untuk bisa dihindari memajukan sektor pariwisata • Semangat pelaku wisata yang masih tinggi Sumber: Hasil Analisa 2013

8.2. PRINSIP PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN Kepariwisataan diselenggarakan dengan prinsip: 1. menjunjung tinggi norma agama dan nilai budaya sebagai pengejawantahan dari konsep hidup dalam keseimbangan hubungan antara manusia dan Tuhan Yang Maha Esa, hubungan antara manusia dan sesama manusia, dan hubungan antara manusia dan lingkungan; 2. menjunjung tinggi hak asasi manusia, keragaman budaya, dan kearifan lokal; 3. memberi manfaat untuk kesejahteraan rakyat, keadilan, kesetaraan, dan proporsionalitas; 4. memelihara kelestarian alam dan lingkungan hidup; 5. memberdayakan masyarakat setempat; 6. menjamin keterpaduan antarsektor, antardaerah, antara pusat dan daerah yang merupakan satu kesatuan sistemik dalam kerangka otonomi daerah, serta keterpaduan antarpemangku kepentingan; 7. mematuhi kode etik kepariwisataan dunia dan kesepakatan internasional dalam bidang pariwisata; dan 8. memperkukuh keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 5 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

8.3. KONSEP PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN Pengembangan pariwisata harus merupakan pengembangan yang berencana secara menyeluruh, sehingga dapat diperoleh manfaat yang optimal bagi masyarakat, baik dari segi ekonomi, sosial dan kultural.

Perencanaan tersebut harus mengintegrasikan pengembangan pariwisata ke dalam suatu program pembangunan ekonomi, fisik, dan sosial dari suatu negara. Disamping itu, rencana tersebut harus mampu memberikan kerangka kerja kebijaksanaan pemerintah, untuk mendorong dan mengendalikan pengembangan pariwisata.

Konsep pengembangan kegiatan pariwisata harus diintegrasikan ke dalam pola dan program pembangunan semesta ekonomi, fisik dan sosial sesuatu Negara, karena pengembangan pariwisata saling berkait dengan sektor lain. Pengembangan pariwisata diarahkan sedemikian rupa, sehingga dapat membawa kesejahteraan ekonomi yang tersebar luas dalam masyarakat.

Pengembangan pariwisata harus sadar lingkungan, sehingga pengembangannya mencerminkan ciri-ciri khas budaya dan lingkungan alam suatu negara, bukan merusak lingkungan alam dan budaya yang khas. Konsep pengembangan pariwisata akan mempertimbangkan beberapa hal, antara lain: a. Posisi daya tarik (Positioning) b. Sinergi daya tarik wisata c. Keselarasan antar sektor d. Keselarasan lingkungan

Pertimbangan utama yang harus mendayagunakan pariwisata sebagai sarana untuk memelihara kekayaan budaya, lingkungan alam dan peninggalan sejarah, sehingga masyarakat sendiri menikmatinya dan merasa bangga akan kekayaannya itu. Pengembangan pariwisata harus diarahkan sedemikian rupa, sehingga pertentangan sosial dapat dicegah seminimal mungkin, sedapat mungkin harus menampakkan perubahan-perubahan sosial yang positif. Keseimbangan antara ekonomi, kehidupan dan alam diperlukan untuk: a. Meningkatkan pendapatan (standar hidup) b. Penggunaan sumberdaya yang efektif (energy saving, recycling, dll) c. Menjaga dan memperkaya lingkungan d. Pengarahan amenity (leisure, comfort, contact with nature, dll)

Berdasarkan hal tersebut, beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam perumusan konsep pengembangan kawasan wisata di Kabupaten Sumbawa, adalah sebagai berikut: • Perlunya pemisahan zoning antara kawasan wisata dengan kegiatan lainnya. Tujuannya, adalah untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam pelaksanaan rencana tata ruang di masa datang. • Lahan yang saat ini mempunyai ikatan dengan kehidupan dan adat istiadat masyarakat setempat harus dipertahankan keberadaannya. Tujuannya, adalah untuk menghindari timbulnya benturan kepentingan antara pihak pelaksana pembangunan dengan masyarakat.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 6 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

• Lahan yang ekologinya diperkirakan tidak stabil dan menimbulkan dampak bagi daerah sekitarnya atau lahan yang memerlukan kelestarian lingkungan dibebaskan dari peruntukan kegiatan pembangunan dan diusulkan sebagai kawasan konservasi dan preservasi. Tujuannya, adalah untuk mencegah timbulnya ketidakseimbangan (mempertahankan keseimbangan) ekologi di seluruh kawasan perencanaan. • Dalam pengembangan kawasan wisata sebaiknya digunakan teknik konservasi budaya, artinya melalui pengembangan pariwisata secara langsung dapat membantu pelestarian atau bahkan menghidupkan kembali musik dan tarian misalnya kerajinan tangan, pakaian daerah, upacara adat dan gaya arsitektur daerah yang hampir punah. • Pengembangan kawasan wisata dilakukan secara bertahap sesuai perkembangan pasar dan keseimbangan masyarakatnya.

Untuk mencapai optimalisasi pemanfaatan ruang sesuai dengan peranan dan fungsi yang diharapkan, batasan serta potensi yang terdapat di kawasan perencanaan, maka konsepsi pengembangannya sebagai kawasan wisata didasarkan pada kriteria-kriteria berikut: • Kesesuaian lahan dan kemampuan lahan dalam mendukung pengembangan kawasan wisata; • Kebutuhan ruang dan komponen dalam menampung perkembangan kegiatan pariwisata; • Tingkat kemudahan hubungan intensitas kegiatan dan kecenderungan perkembangan.

Konsep pengembangan kepariwisataan Kabupaten Sumbawa ini terkait dengan potensi dan permasalahan pengembangan kepariwisataan dan isu-isu strategis pengembangan kepariwisataan yang dihadapi.

A. Konsep Zonasi Konsep zonasi ini memiliki tujuan untuk menjaga kelestarian sumberdaya yang ada di dalamnya dan turut serta memelihara lingkungan agar berkelanjutan. Berkaitan dengan konsep diatas, fasilitas yang merupakan faktor pendukung utama suatu atraksi memerlukan penempatan yang baik. Dengan menggunakan konsep zonasi yang sesuai dapat menciptakan suatu pengembangan atraksi wisata yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Menurut Inskeep (1991:432), zonasi diciptakan/ dibuat dengan maksud untuk membatasi daerah-daerah dengan jenis penggunaan lahan yang berbeda-beda sehingga kepentingan masing-masing penggunaan lahan tidak bertabrakan dan lebih dapat dikendalikan serta diawasi. Selain itu juga zonasi diperlukan sebagai suatu usaha peminimalan dampak kerusakan yang mungkin ditimbulkan sebagai akibat adanya kunjungan. Zonasi ini berguna dalam membagi konsentrasi pengunjung, sehingga tidak terjadi konsentrasi di satu tempat yang dapat mengakibatkan kenyamanan pengunjung menjadi berkurang.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 7 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

1. Zona Inti, merupakan main attraction suatu ODTW ditempatkan dan aktivitas utama harus dilengkapi pula dengan fasilitas utama. 2. Zona Penyangga (Buffer Zone), berfungsi memisahkan main attraction dengan aktivitas dan fasilitas pendukung. 3. Zona Pelayanan, suatu area dimana seluruh aktivitas dan fasilitas pendukung dikelompokkan seperti jaringan infrastruktur dasar, akses fasilitas, pelayanan pengunjung dan sebagainya.

Lebih jelas mengenai konsep zonasi tersebut diatas lihat pada Gambar 8.1

Gambar 8.1 Konsep Zonasi

B. Konsep Aktivitas Wisata Aktivitas wisata didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan wisata, baik berupa atraksi atau events yang ditawarkan atau tersedia di suatu Objek wisata maupun berupa kegiatan yang dapat dilakukan oleh wisatawan yang berkunjung. Jenis aktivitas dapat ditentukan berdasarkan bentuk daya tarik dan potensi yang dimiliki oleh Objek wisata tersebut (Inskeep, 1991). Salah satu dari beberapa aktivitas standar wisata yang berbasiskan air yang dikemukakan oleh Baud-bovy dan Lawson (1977), bukan hanya aktivitas berenang saja yang dapat diterapkan. Selain itu ada juga aktivitas-aktivitas lain (Standards for Land- Based Outdoor Recreational Activities) seperti: Pickniking parks, playing fields, open space, commonstrail activities such as: hiking, walking, bicycling, and hore riding. Miscellaneous recreational activities such as; outdoor sports (individualor team games), climbing, hunting, shooting ranges and sport centres combined with multiple indoor sport.

C. Konsep Fasilitas Wisata Secara definitif, menurut Witt-Moutinho (1994:338) fasilitas ODTW yang kadang juga diterminologikan sebagai amenities, adalah "segala unsur-unsur yang terdapat di suatu daerah tujuan wisata, atau yang berhubungan dengannya, yang dimungkinkan digunakan bagi para pengunjung yang tidak hanya untuk sekedar tinggal dan menikmati saja, tapi juga ikut berpartisipasi dalam ODTW atau atraksi tersebut."

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 8 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Karakteristik ODTW yang mass tourism dengan area kepadatan medium dan tinggi, menurut Baud-Bovy (101:1977) harus dilengkapi dengan fasilitas- fasilitas, sebagai berikut: a. Fully equipped picnic sites with car parking; b. Grassed area for rest, sunbathing, family groups; c. Limited camp sites (day and weekend use and for organised youth dubs, etc); d. Catering, recreational and cultural facilities, zoological gardens, natural history and local culture museum, etc; e. Where posssible rivers or reservoir for fishing, swimming and other permitted water based activities; f. At a later phase the park may include open or enclosed swimming pools and spot is fields for shows and competitions.

Atraksi wisata yang berkualitas harus didukung pula dengan adanya berbagai fasilitas. Fasilitas wisata yang tersedia di suatu kawasan wisata merupakan faktor pendukung terhadap daya tarik wisata yang dimiliki, sehingga keberadaan fasilitas wisata yang fungsional dan berkualitas merupakan kondisi mutlak dalam pengelolaan suatu usaha atraksi wisata. Kemudian dalam diktat MAW (2000:13) standar yang terdapat dalam fasilitas wisata sangat berkaitan dengan fasilitas fisik yang tersedia di kawasan wisata seperti : jumlah, jenis, kondisi atau kualitas dan daya tampung/ kapasitas dari fasilitas wisata tersebut.

Penyediaan jenis dan jumlah fasilitas wisata di suatu atraksi wisata harus mempertimbangkan beberapa faktor, sebagai berikut: • Karakteristik atraksi wisata; • Profil pengunjung/ wisatawan; • Referensi dan permintaan pasar wisata; • Aktivitas wisata yang akan dilaksanakan oleh para pengunjung/wisatawan; • Tingkat pengembangan pariwisata yang direncanakan; • Dana pengembangan yang tersedia. Hal ini juga didukung oleh pendapat Inskeep di bawah ini: “The basic approach for planning of natural tourist attractions is application of the environmental planning approach which emphasizes conservation of the natural environment as well as designing visitor facilities and organizing visitor use that fit well into the environment and do not degrade it" (1991:272).

Menurut Inskeep pula bahwa konservasi ini diterminologikan sebagai "Management Plan”, dimana hal tersebut memiliki konsep manajemen yang selalu berkesinambungan sehingga pariwisata yang ada didalamnya dapat mendukung fungsl konservasi dan diantara keduanya bisa saling terlaksana seiring sejalan (1991:272). Mengacu pada prinsip-prinsip perencanaan, khususnya dalam perencanaan zonasi, maka perlu dilakukan suatu penetapan perencanaan dan desain berbagai fasilitas yang dibutuhkan atau sesuai dengan natural attraction resources.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 9 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Fasilitas yang disediakan di dalam suatu kawasan wisata sangat dibutuhkan wisatawan/ pengunjung untuk mendukung aktivitas pengunjung selama pengunjung menikmati atraksi wisata yang ada.

D. Konsep Pengembangan Daya Tarik Utama Pengembangan daya tarik utama bagi para wisatawan diarahkan dengan menjadikan pantai sebagai daya tarik utama (focus of interst) dengan didorong oleh jenis-jenis produk lainnya seperti unsur penunjang (enrichment factor). Faktor yang dapat dijadikan unsur penunjang, adalah sebagai berikut (lihat pada Gambar 8.2):

WISATA ALAM

KLASIFIKASI WISATA

WISATA WISATA MINAT BUDAYA KHUSUS

Gambar 8.2 Klasifikasi Wisata Berdasarkan UU No. 9 / 2010

E. Konsep Diversifikasi Daya Tarik Di samping penetapan ciri daya tarik utama tersebut, dapat juga dikembangkan suatu ciri daya tarik berbeda yang dimaksudkan sebagai diversifikasi produk. Pengembangan ini dilakukan secara terbatas karena bukan merupakan bagian dari konsentrasi pengembangan yang akan dijalankan. Melihat kondisi alam yang banyak diantaranya masih asli, dapat diperkenalkan jenis wisata ekowisata.

Jenis wisata ini pada umumnya diminati oleh jumlah wisatawan yang terbatas jumlahnya. Ekowisata adalah jenis kegiatan wisata yang lebih banyak mengandalkan kepada daya tarik alam yang ada dan hanya sesedikit mungkin menampilkan segala sesuatu yang sifatnya buatan manusia, baik untuk daya tariknya maupun fasilitas- fasilitas wisata. Ekowisata dikembangkan menjadi daya tarik minor atau yang jumlahnya hanya sedikit, dan disisi lain tidak perlu dilakukan banyak upaya untuk mengembangkan kegiatan ini.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 10 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

F. Konsep Struktur Tata Ruang Sesuai dengan kaidah perencanaan yang baik, penataan suatu wilayah harus mempertimbangkan unsur-unsur keterpaduan dan menyeluruh (holistik). Berdasarkan hal itu, upaya pengembangan kegiatan pariwisata di Kabupaten Sumbawa harus dilakukan dengan memandang Kabupaten Sumbawa sebagai suatu satuan wilayah pengembangan. Implikasinya adalah semua komponen penunjang ditata sebagai satu kesatuan yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Penetapan struktur ruang merupakan penjabaran spasial dari strategi pengembangan yang diambil dan dimaksudkan untuk: 1. Memaksimalkan peluang kedatangan wisatawan melalui penciptaan kemudahan kunjungan; 2. Mengefektifkan upaya pengembangan kegiatan pariwisata melalui aglomerasi- aglomerasi kegiatan dan alokasi fasilitas penunjang secara efisien; 3. Meningkatkan citra daya tarik wisata Kabupaten Sumbawa melalui sediaan produk yang menarik, serta pelayanan yang berkualitas; 4. Memberi kejelasan kepada berbagai pihak terkait dengan industri pariwisata dan menyelaraskan dengan rencana pengembangan sektor-sektor kegiatan lainnya.

Ada 3 unsur strategis yang ditetapkan untuk membentuk struktur ruang kegiatan, yaitu: 1. Simpul-Simpul Pengembangan, yang merupakan cluster-cluster daya tarik wisata, berfungsi sebagai suatu kesatuan wilayah pengembangan kegiatan wisata dimana di dalamnya: • Terdapat kumpulan berbagai objek/ daya tarik wisata • Sebagai pusat pelayanan kepada wisatawan • Sebagai tempat pengembangan usaha-usaha pariwisata

Sebagai pusat pelayanan kepada wisatawan, pada tiap Simpul Pengembangan harus memiliki fasilitas pelayanan yang bersifat menunjang aktivitas wisata, yaitu: • Akomodasi • Logistik • Transportasi • Informasi dan komunikasi • Rekreasi Simpul pengembangan dengan demikian merupakan suatu kutub pertumbuhan kegiatan pariwisata dan suatu wilayah. Sebagai kutub pertumbuhan, tidak diberikan suatu batasan wilayah yang tegas, sebaliknya diharapkan kutub tersebut akan terus membesar sejauh hal itu memberi keuntungan kepada wilayah secara keseluruhan. Simpul pengembangan juga bukan merupakan suatu alokasi wilayah yang secara eksklusif hanya diperuntukan bagi pengembangan kegiatan tertentu.

2. Pintu Gerbang Wilayah, sesuai dengan namanya, akan menjadi tempat keluar- masuknya wisatawan dari dan ke suatu wilayah. Penetapan suatu titik sebagai pintu gerbang adalah bersangkut-paut dengan ketersediaan prasarana

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 11 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

perhubungan antar wilayah serta posisi wilayah-wilayah luar yang akan dipandang menjadi sumber wisatawan.

Pintu gerbang wilayah juga menjadi titik lokasi yang memberi kesadaran kepada wisatawan mengenai identitas dari suatu wilayah yang akan dimasuki. Dengan demikian pintu gerbang dapat juga berfungsi memberikan citra/ impresi mengenai suatu wilayah kepada wisatawan yang datang, sebagai "kesan pertama" yang akan membantu wisatawan dalam mengapresiasi berbagai daya tarik yang ada di dalam wilayah tersebut.

3. Koridor Penghubung, berfungsi menjadi jalur pergerakan wisatawan sejak kedatangan dan pergerakan antar simpul pengembangan. Jika pada masing- masing simpul pengembangan pergerakan wisatawan merupakan perjalanan jarak pendek, yaitu dari tempat akomodasi ke berbagai lokasi objek wisata dan daya tarik lainnya, maka pergerakan wisatawan di Koridor Penghubung merupakan suatu perjalanan jarak jauh. Perbedaan sifat perjalanan ini memerlukan jenis pelayanan yang berbeda.

Gambar 8.3 Konsep Struktur Tata Ruang Pariwisata

G. Konsep Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan Pembangunan pariwisata yang berkelanjutan, adalah pembangunan yang didukung secara ekologis dalam jangka panjang, sekaligus layak secara ekonomi, adil secara etika dan sosial.

Potensi sumber daya wisata Kabupaten Sumbawa sekaligus potensi pasar wisatawan yang tersebar tidak merata di wilayah Sumbawa, serta kondisi lingkungan fisik, sosial, budaya, maupun ekonomi yang beragam menyebabkan pengembangan pariwisata

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 12 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

yang sesuai dengan kerangka pembangunan berkelanjutan menjadi tidak bisa ditawar- tawar lagi.

Pengembangan kepariwisataan harus disesuaikan dengan daya dukung spesifik untuk tiap-tiap wilayahnya. Pembangunan pariwisata Kabupaten Sumbawa yang berkelanjutan berprinsip pada: 1. Terjaminnya keberlanjutan sumber daya wisata dan sumber daya pendukung pembangunan pariwisata Kab. Sumbawa untuk kesejahteraan masyarakat; 2. Terintegrasinya pembangunan kepariwisataan Sumbawa dengan lingkungan alam, budaya, dan manusia, serta menjamin perubahan yang terjadi akibat pembangunan pariwisata dapat diterima oleh lingkungan; 3. Terpadunya perencanaan dan pengembangan pariwisata yang disusun pemerintah dan otoritas yang berwenang dengan seluruh stakeholders pariwisata di Kab. Sumbawa.

H. Konsep Keterkaitan Antar sektor dalam Pengembangan Pariwisata Pengembangan wilayah melihat sektor-sektor sebagai suatu sistem yang saling berkaitan. Sektor ekonomi yang utama di suatu wilayah perlu dikembangkan dalam kerangka saling melengkapi dan mendukung dengan sektor lain.

Pariwisata sangat multisektoral dan tidak dapat maju dan berkembang dengan sendirinya tanpa dukungan dari sektor lain. Di lain pihak, sektor lain pun dapat memanfaatkan pariwisata untuk bersinergi secara positif sehingga saling mendukung dan menguntungkan. Dengan kreativitas dan inovasi perencanaan, pariwisata dapat dikembangkan seiring dengan sektor lainnya tanpa harus memunculkan konflik. Oleh karena itu pengembangan pariwisata Kabupaten Sumbawa, harus: 1. Dikaitkan dan diselaraskan dengan sektor ekonomi dasar yang berkembang atau berpotensi di daerah yang bersangkutan, misalnya pengembangan wisata agro perkebunan buah-buahan di kawasan agropolitan yang ditetapkan sebagai kawasan budidaya buah-buahan; 2. Secara kreatif menggali potensi, baik yang tangible (teraba) maupun intagible (tak teraba) dari potensi sumber daya sektor-sektor di wilayah; 3. Bekerjasama dan berkoordinasi dengan sektor lain dalam berbagai tahapan perencanaan, implementasi dan pengawasan pembangunan serta dengan jelas menguraikan ’siapa melakukan apa’ di antara sektor-sektor yang ada dalam pemerintahan, industri pariwisata, masyarakat, dan stakeholders pariwisata lainnya.

Dengan konsep ini pariwisata menjadi alat pemersatu sektor-sektor pembangunan wilayah dan mengurangi potensi konflik antar kepentingan.

I. Konsep Hirarki dan Penjenjangan Pariwisata Kapasitas masyarakat untuk berpariwisata berbeda-beda karena adanya perbedaan kemauan dan kemampuan (fisik, ekonomi), dan heterogenitas masyarakat Indonesia pada umumnya. Dengan pertimbangan tersebut maka diperlukan konsep stratifikasi atau penjenjangan, yang membagi pengembangan kawasan wisata menurut jangkauan atau skala jangkauan, baik fisik maupun ekonomi.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 13 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Konsep penjenjangan dalam pengembangan pariwisata Kab. Sumbawa, dilakukan dengan: 1. Membagi skala pengembangan kawasan wisata menjadi skala lokal yang melayani pengunjung lokal (recreationist), skala kabupaten/kota yang melayani wisatawan luar kota weekenders dan/ atau liburan pendek, dan skala provinsi serta skala nasional dan skala internasional untuk melayani wisatawan regional. 2. Membedakan bentuk pengembangan pariwisata suatu wilayah tergantung pada karakteristik potensial untuk setiap skala yang dimiliki.

Dengan konsep penjenjangan ini maka pengembangan kawasan wisata akan memiliki perbedaan skala dan prioritas pengembangan.

8.3.1 Obyek Wisata Bahari

Obyek-obyek wisata pantai di Kabupaten Sumbawa dapat mengakomodasi kegiatan- kegiatan tersebut walaupun tidak berada pada satu obyek. Obyek wisata pantai yang ideal meliputi ruang-ruang yang dapat mengakomodasi berbagai macam kegiatan pantai (Gambar 8.4). Orientasi wisata pantai adalah menghadap laut sehingga konsep utama pembangunan pariwisata di pantai adalah menjadikan laut sebagai muka atau bagian depan kawasan (waterfront). Setiap pembangunan struktur harus menjadikan laut sebagai bagian depannya. Dengan memenuhi ketentuan daerah sempadan pantai, konsep waterfront ini akan sangat kuat dan dapat menjadikan pantai terlihat identitas dan karakternya (Gambar 8.4). Pantai diarahkan untuk menerapkan konsep waterfront- based development.

Gambar 8.4 Pembagian Ruang Rekreasi Pantai yang Ideal

Secara umum ruang-ruang yang diperlukan untuk wisata pantai meliputi: (1) ruang sirkulasi yang terdiri atas jalur kendaraan, jalur pejalan kaki (pedestrian walk), dan jalur hijau jalan, (2) ruang pelayanan yang terdiri atas areal parkir dan areal amenitas (sarana dan prasarana), (3) ruang terbuka hijau, dan (4) ruang aktivitas pantai-laut. Jalur sirkulasi kendaraan merupakan jalur sirkulasi yang menghubungkan antar daerah atau antarobyek wisata, sedangkan jalur pedestrian merupakan jalur pejalan kaki yang terutama disediakan di kawasan obyek wisata tersebut. Ruang pelayanan dapat berupa node atau tempat berkumpulnya wisatawan sebelum dan setelah mereka berekreasi. Areal parkir berada pada ruang pelayanan ini. Pada ruang pelayanan ini tersedia berbagai amenitas yang bersifat tidak permanen seperti kios makanan, kios cindera

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 14 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

mata, kantor pengawasan pantai, tempat sewa alat-alat berenang dan sebagainya. Amenitas yang bersifat bangunan permanen seperti hotel/penginapan dan restoran tidak ditempatkan pada kawasan ini, namun ditempatkan pada area rumah dan bangunan seperti terlihat pada Gambar 8.6.

Ruang terbuka hijau pada obyek wisata pantai disediakan untuk memperkaya keragaman aktivitas pengunjung. Selain beraktivitas di pantai dan laut bagi pengunjung yang senang berenang dan bermain pasir, juga menyediakan tempat rekreasi lain bagi pengunjung yang tidak berenang saat itu, misalnya kegiatan duduk-duduk di taman, berjalan-jalan di bawah tegakan pohon dengan berbagai vegetasi berbunga dan sebagainya. Desain ruang terbuka hijau disesuaikan dengan ketersediaan lahan di setiap obyek wisata.

Ruang aktivitas pantai-laut merupakan ruang yang disediakan bagi pengunjung untuk beraktivitas seperti jalan-jalan di pasir pantai, berenang di tepi laut, mencari atau koleksi kerang laut, bermain pasir membentuk bangunan dan permainan dari pasir, dan sebagainya. Pantai yang tidak mempunyai pasir atau batas daratan dengan laut yang jelas (tidak landai), maka pengembangannya diarahkan pada rekreasi dengan promenade (Gambar 8.5). Area laut dapat digunakan untuk rekreasi berenang, berdayung, ski air, dan sebagainya, sesuai dengan kondisi laut tersebut. Area ini harus didesain untuk semua pengunjung yang ingin berenang di laut, baik yang sudah bisa berenang, maupun yang belum bisa berenang. Batas kedalaman atau area yang dapat digunakan untuk berenang harus jelas dan mudah dikenali oleh orang yang sedang berenang.

Gambar 8.5 Pengembangan Pantai dengan Promenade

Untuk konsep pomenade pada kawasan rekreasi pantai ini sebaiknya dapat mengakomodasi kegiatan tambahan seperti jogging, bersepeda (bicycling) dan duduk- duduk di atas seawall. Ruang terbuka hijau yang ada merupakan satu kesatuan lanskap dengan pomenade sehingga untuk menyatukan ruang-ruang tersebut maka desain sebaiknya dilakukan secara terintegrasi.

Gambar 8.6 memperlihatkan konsep zonasi di kawasan pantai yang menjadi konsep pengembangan obyek-obyek wisata pantai di Kabupaten Sumbawa. Pada konsep ini, sirkulasi kendaraan memisahkan kawasan rekreasi pantai dengan kawasan bangunan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 15 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

seperti hotel, perumahan, perkantoran, restauran, dan sebagainya. Bangunan yang berada di tepi jalan memanfaatkan ruang terbuka yang berada di seberang jalan sebagai halaman mukanya (waterfront). Semua bangunan berorientasi menghadap laut. Bangunan-bangunan taman dan kantor pengawas pantai yang tidak permanen dapat diletakkan di ruang terbuka hijau, sedangkan bangunan permanen tetap harus berada di seberang jalan utama.

Prinsip utama yang sangat penting dalam pengembangan obyek wisata kawasan pantai adalah pandangan dari sirkulasi utama (jalan utama) menuju pantai harus tidak ada hambatan atau penghalang. Artinya pantai pemandangan laut dapat dilihat pada jalur sirkulasi utama (jalan kendaraan) baik secara terbuka maupun terlihat secara sebagian.

Gambar 8.6 Konsep Zonasi Kawasan Obyek Wisata Pantai

Perkerasan pada ruang pelayanan, ruang terbuka hijau, dan area pasir harus menggunakan material ramah lingkungan, seperti conblock (contrete block) dan grassblock. Aliran air permukaan pada area perkerasan harus masuk ke kawasan itu sendiri. Teknik penyerapan air yang ramah lingkungan dan dapat diterapkan di kawasan ini adalah teknik biopori. Teknik ini diintegrasikan dengan limbah organik berupa sampah organik yang ada di kawasan, diantaranya adalah limbah organik dari restoran, serasah dari pohon-pohon yang ada, limbah dari buah-buahan yang dikonsumsi langsung, dan sebagainya.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 16 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

WISATA BAHARI

Selancar ATRAKSI ATRAKSI MINAT PANTAI Ski Air KHUSUS

Menyelam

Snorkling

Berperahu

Memancing

Berdayung

Berkano

Gambar 8.7 Kegiatan Wisata Bahari

Tahapan pembangunan kawasan untuk wisata bahari secara singkat dapat dilihat pada Gambar 8.8. Kajian kelayakan untuk pengembangan obyek wisata pantai perlu dilakukan diantaranya meliputi : (1) Detail Engineering Design (DED) lokasi obyek wisata, (2) Kajian kelayakan secara sosial dan ekonomi, dan (3) Kajian mengenai dampak lingkungan (AMDAL).

Apabila hasil kajian secara sosial, ekonomi, dan lingkungan dinyatakan layak, maka pemerintah Kabupaten Sumbawa menawarkan hasil kajian ini kepada investor yang berminat baik yang berasal dari kalangan masyarakat setempat maupun dari luar Kabupaten Sumbawa.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 17 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Gambar 8.8 Tahapan Pembangunan Obyek Wisata Bahari

8.3.2 Obyek Wisata Alam & Pegunungan

Obyek wisata alam & pengunungan erat kaitannya dengan hutan baik hutan alami atau hutan binaan, air terjun, pendakian, kawasan agropolitan dan atraksi yang berkaitan dengan objek wisata yang berada di kawasan konservasi. Obyek wisata yang memanfaatkan kawasan konservasi tidak terlepas dari ketentuan yang telah ditetapkan seperti Undang-Undang Kehutanan. Pengembangan kawasan alam dan pengunungan lebih diarahkan pada konservasi kawasan sehingga untuk kegiatan wisata harus dikembangkan sebagai tujuan ekowisata. Ekowisata merupakan kegiatan perjalanan wisata yang bertanggung jawab di daerah tujuan wisata yang masih alami atau di daerah tujuan wisata yang dikelola dengan kaidah alam dimana tujuannya selain menikmati keindahan juga melibatkan unsur pendidikan, pemahaman, dan dukungan terhadap usaha-usaha konservasi alam dan peningkatan pendapatan masyarakat setempat sekitar daerah tujuan ekowisata. Pemanfaatan kawasan alam dan pegunungan untuk ekowisata harus mempertimbangkan dampak yang diakibatkan oleh wisatawan. Kabupaten Sumbawa mempunyai banyak potensi wisata alam dan pegunungan Beberapa pertimbangan penting dalam pemanfaatan ekowisata ini antara lain adalah: (1) Pengunjung kawasan harus bertanggung jawab terhadap ekologi alam tersebut atau disebut sebagai ekowisatawan. Pelatihan atau pengarahan intensif bagi calon pengunjung perlu dilakukan berkaitan dengan ekowisata dan pentingnya konservasi kawasan. (2) Fasilitas pendakian harus memenuhi persyaratan ekowisata yang berbasis pada sumber daya lokal dan alami. Struktur bangunan tidak dibangun yang berlebihan. (3) Setiap kegiatan yang memanfaatkan kawasan konservasi harus ada petunjuk jalan (guide) yang ditunjuk oleh pengelola pariwisata setempat sehingga setiap kegiatan wisata yang dlakukan wisatawan tercatat di pengelola kawasan. (4) Jumlah kegiatan wisata tidak melebihi daya dukung kawasan. Kajian perlu dilakukan berkaitan dengan daya dukung kawasan setiap objek wisata yang dimanfaatkan untuk kegiatan wisata sebagai ekowisata. (5) Perbaikan aksesibilitas menuju kawasan dan di dalam kawasan. Sirkulasi di dalam kawasan dibuat sealami mungkin dan membantu konservasi lahan.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 18 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Kegiatan wisata alam dan pegunungan merupakan kegiatan ekowisata yang sangat memperhatikan ekologi kawasan dan kesejahteraan masyarakat setempat. Pengelolaan kegiatan di kawqasan ini harus mengikuti prosedur dan ketentuan yang ditetapkan pihak pengelola (Lembaga Kepariwisataan Kabupaten Sumbawa).

Atraksi lain yang ada di dalam kelompok wisata ini adalah kawasan agrowisata nama umum dari wisata pertanian, yaitu wisata ke kawasan pertanian baik pertanian secara umum ataupun pertanian secara khusus. Kawasan pertanian umum yang dimaksud dapat berupa integrated farming dimana berbagai komoditas seperti sayuran, buah- buahan, tanaman hias, peternakan, perikanan, dan sebagainya. Pertanian secara khusus yang dimaksud dapat berupa pertanian khusus buah-buahan, khusus buah- buahan tertentu seperti buah naga, buah stroberi, buah durian, buah manggis, dan sebagainya. Agrowisata di Kabupaten Sumbawa lebih diarahkan pada agrowisata perkebunan. Komoditas agrowisata yang paling potensial di Kabupaten Sumbawa adalah perkebunan, yang berada didataran tinggi Buer berupa Agro Tamase dan kawasan Semongkat di Kecamatan Batulanteh.

Kegiatan agrowisata yang dapat diakomodasi pada lokasi ini adalah seperti tercantum pada Gambar 8.9. Secara umum, kegiatan agrowisata meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: (1) menikmati lanskap perkebunan, (2) mengikuti proses produksi perkebunan, (3) mengikuti proses pengolahan hasil perkebunan, dan (4) menikmati produk-produk lainnnya. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikunjungi baik secara sendiri-sendiri maupun keseluruhan. Kunjungan secara keseluruhan merupakan paket khusus yang ditawarkan dengan berbagai sajian termasuk didalamnya souvenir dan menikmati hidangan makanan khas.

Gambar 8.9 Kegiatan-kegiatan di Kawasan Agrowisata

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 19 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Lanskap Perkebunan. Salah satu daya tarik agrowisata di perkebunan adalah kondisi alam atau lanskapnya. Bentukan lahan (landform) yang alami bergelombang sampai berbukit tersebut memungkinkan untuk mengakomodasi kegiatan-kegiatan seperti rekreasi alam, piknik, dan berkemah (Gambar 8.10). Sirkulasi di dalam perkebunan harus dirancang untuk dapat membawa pengunjung berkeliling menikmati pemandangan alam perkebunan dan pemandangan pantai dan laut yang sangat menarik. Sirkulasi ini harus dapat mengakomodasi pergerakan pengunjung yang beragam mulai dari anak-anak sampai kakek-nenek. Panjang sirkulasi tidak terlalu jauh dan tidak memotong kawasan yang mempunyai kemiringan lahan yang sangat tajam. Pola sirkulasi sebaiknya mengikuti pola alami, yaitu pola organik.

Fasilitas yang mendukung kegiatan rekreasi tersebut adalah gazebo, shelter, bangku taman, dan ruang terbuka berupa lapangan rumput yang dikelilingi tegakan pohon (Gambar 8.11). Fasilitas ini disediakan untuk memenuhi kegiatan-kegiatan rekreasi seperti duduk-duduk di hamparan rumput, duduk-duduk di bawah tegakan atau shelter, lari-lari bagi anak-anak, dan foto-foto. Beberapa tegakan pohon yang merupakan focal point perlu dihadirkan di kawasan rumput terbuka. Pohon yang dihadirkan dapat berupa pohon berbunga menarik atau pohon besar yang mampu memberi naungan yang cukup luas.

Gambar 8.10 Lanskap Perkebunan sebagai Daya Tarik Obyek Wisata

Lapangan rumput terbuka selain sebagai tempat rekreasi jalan-jalan menikmati pemandangan dapat juga dimanfaatkan untuk kegiatan piknik dengan duduk bersama di atas rumput di bawah tegakan pohon sambil menikmati hidangan makanan dan minuman. Area piknik dan rekreasi dapat berdampingan dan atau satu kesatuan.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 20 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Gambar 8.11 Lapangan Rumput di antara Tegakan Pohon

Pemandangan lanskap perkebunan dapat dinikmati dengan mengunjungi lokasi dan mengikuti sirkulasi yang direncanakan belum terasa cukup apabila tidak dapat menikmati produk perkebunan secara langsung. Pengunjung dapat merasakan nikmatnya buah lokalyang tumbuh di kawasan tersebut, dengan mengunjungi area tertentu yang dirancang khusus untuk memetik dan menikmati produk perkebunan secara langsung.

Kegiatan lain yang sangat menarik adalah kegiatan berkemah di bawah tegakan pohon di perkebunan tersebut. Sebagian areal perkebunan sesuai dengan kebutuhan standar dapat dimanfaatkan untuk area berkemah. Fasilitas disesuaikan dengan kebutuhan standar bumi perkemahan sederhana. Pengelolaan bumi perkemahan ini masih terintegrasi dengan agrowisata.

8.4. VISI Visi adalah sesuatu yang diharapkan dan yang dicita-citakan. Dalam kenyataan hal itu bisa saja tidak terwujud karena beberapa faktor. Namun demikian visi itu bukan juga sesuatu yang tidak dapat dicapai karena membuat visi dilakukan berdasarkan kemampuan dan peluang yang ada dengan melihat perkembangan aktual yang terjadi.

Visi Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Sumbawa adalah: “Menjadikan Sektor Pariwisata Sebagai Andalan Perekonomian Daerah Berbasiskan Sumber Daya Alam dan Budaya yang Lestari dan Agamis”. Rumusan tersebut mengandung arti, sebagai berikut: 1. Lokomotif perkembangan sektor yang terkait 2. Pendorong pertumbuhan perekonomian daerah (PDRB dan Income Perkapita) 3. Andalan Pendapatan Asli Daerah/ Desa baik langsung maupun tidak langsung 4. Basis kekuatannya terletak pada alam dan budaya 5. Memperhatikan kelestarian sumber daya alam, budaya dan nilai agama

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 21 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan ekonomi telah mendorong berkembangnya pariwisata. Meningkatnya aktivitas ekonomi menyebabkan lebih banyak penduduk bepergian untuk urusan bisnis dan berbagai keperluan dinas. Kenaikan pendapatan karena pertumbuhan ekonomi, juga menyebabkan penduduk lebih mampu bepergian untuk rekreasi dan penyegaran. Tetapi sebaliknya pun telah terbukti dan tidak dapat disangkal, bahwa perkembangan pariwisata mendorong dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Kegiatan pariwisata menciptakan permintaan, baik permintaan konsumsi maupun permintaan investasi, yang pada gilirannya akan menimbulkan kegiatan produksi barang dan jasa, baik barang konsumsi maupun barang modal. Dengan demikian, produk dan pendapatan masyarakat dan daerah meningkat.

Rona bentang alam yang mempesona, keragaman budaya dan kehidupan masyarakat yang religius merupakan modal dasar yang potensial bagi kepariwisataan. Usaha untuk mengeksploitasi bagi kepentingan pariwisata dengan memperhatikan kelestariannya akan menjamin kelangsungan lingkungan hidup secara keseluruhan sekaligus menjamin kelangsungan kepariwisataan itu sendiri.

8.5. MISI Pernyataan misi merupakan hal yang sangat penting untuk dapat terus eksis. Dengan misi, dapat ditetapkan sasaran utama yang harus dicapai oleh organisasi, sehingga tidak ada keraguan bagi segenap komponen organisasi.

Misi mengandung aktivitas organisasi, memberikan gambaran tentang citra yang ingin diproyeksikan agar dikenali dan diketahui oleh berbagai pihak yang berkepentingan, mencerminkan pandangan organisasi tentang dirinya sendiri dan bidang aktivitas yang ditekuni. Dengan demikian misi merupakan maksud dari kegiatan utama yang membuat organisasi memiliki jati diri dan sekaligus membedakannya dari organisasi lain.

Misi Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Sumbawa, yaitu: 1. Mengembangkan Daya Tarik Wisata, Fasilitas Pariwisata, Fasilitas Umum pendukung pariwisata, prasarana/infrastruktur, Pemberdayaan Masyarakat, serta investasi pariwisata secara terpadu dan berkesinambungan; 2. Mengembangkan Pemasaran Pariwisata bersama, terpadu, dan berkesinambungan dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan, serta pemasaran yang bertanggungjawab; 3. Mengembangkan struktur Industri Pariwisata, daya saing produk pariwisata, kemitraan Usaha Pariwisata, kredibilitas bisnis, serta tanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial budaya; dan 4. Pengembangan organisasi pemerintah, swasta, dan masyarakat, sumber daya manusia, regulasi, serta mekanisme operasional di bidang Kepariwisataan.

8.6. TUJUAN Tujuan merupakan penjabaran atau implementasi dari misi, yang merupakan hasil akhir yang akan dicapai. Melalui tujuan ini akan diketahui apa yang harus dilakukan, dengan memperhitungkan sumber daya, nilai-nilai dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 22 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tujuan Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Sumbawa, yaitu: 1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas Destinasi Pariwisata yang mempunyai keunikan lokal, kesejarahan, dan nilai-nilai budaya, sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, sosial budaya dan Pemberdayaan Masyarakat yang didukung pelestarian lingkungan dan cagar budaya; 2. Memasarkan Destinasi Pariwisata secara efektif, efisien dan bertanggung jawab dalam membangun citra Daerah sebagai Destinasi Pariwisata yang berdaya saing; 3. Mewujudkan Industri Pariwisata yang mampu menggerakkan perekonomian Daerah dan masyarakat; dan 4. Mengembangkan kelembagaaan Kepariwisataan dan tata kelola pariwisata yang mampu mensinergikan Pembangunan Destinasi Pariwisata, Pemasaran Pariwisata, dan Industri Pariwisata secara profesional, efektif dan efisien.

8.7. SASARAN Sasaran Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Sumbawa, yaitu: 1. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara; 2. Meningkatnya lama tinggal wisatawan nusantara dan mancanegara; 3. Meningkatnya jumlah pengeluaran wisatawan nusantara dan mancanegara; dan 4. Meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto sub sektor hotel dan restoran.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 8 - 23 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

9.1. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN 9.1.1 Formulasi Kebijakan Pembangunan Kepariwisataan ebijakan pembangunan kepariwisataan diderivasi dari isu-isu strategis yang dianalisis dengan analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, dan threat) untuk menjawab permasalahan-permasalahan strategis kepariwisataan di Kabupaten Sumbawa. Kebijakan ini dijadikan landasan bagi penyusunan rumusan strategi pembangunan kepariwisataan di KKabupaten Sumbawa. Untuk membuat suatu kebijakan dan rencana pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Sumbawa perlu diketahui kekuatan (potensi) dan kelemahan (kendala/

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 1 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

permasalahan) yang dimiliki berdasarkan karakteristik tiap objek wisata yang ada. Di samping itu, perlu juga mengetahui bentuk peluang dan tantangan/ancaman yang akan dihadapi yang berasal dari kondisi eksternal yang terkait dengan pembangunan kepariwisataan di Kabupaten Sumbawa. Formulasi kebijakan pembangunan kepariwisataan dilakukan dengan menghadapkan isu-isu internal dengan eksternal. Faktor-faktor internal dan eksternal yang ada kemudian ditabulasi silang sehingga dapat memformulasikan dasar strategis yang menjadi dasar kebijakan pembangunan kepariwisataan. Tabulasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.1 dan 9.2 berikut ini.

Tabel 9.1 Analisis Isu-isu Internal dan Eksternal Kekuatan (S): Kelemahan (W): • Keragaman • Banyaknya objek wisata yang objek, daya tarik belum tergali dan atraksi • Penataan objek wisata belum wisata ditangani secara optimal • Pemandangan • Kurangnya event wisata yang yang indah dilakukan secara rutin untuk • Beragamnya menarik kunjungan wisatawan kegiatan • Kurangnya produk olahan masyarakat yang maupun cinderamata adaptif dan • Sarana dan prasarana wisata masih eksisnya yang belum memadai budaya lokal • Lemahnya segi pemeliharaan masyarakat sarana dan prasarana yang Samawa sudah dibangun • Tersedianya • Belum optimalnya pengelolaan banyak kesenian jasa dan sarana penunjang tradisional pariwisata • Banyak terdapat • Peran serta masyarakat sekitar peninggalan objek wisata masih rendah sejarah • Belum optimalnya pelayanan dan • Letak geografis operasional Pusat Informasi berada di Pariwisata lintasan jalur • Promosi kepariwisataan belum utama Pulau dilaksanakan dengan baik Sumbawa sehingga kurang mendapatkan • Telah memiliki informasi mengenai usaha jasa dan kepariwisataan baik dari segi sarana wisata objek, daya tarik maupun atraksi yang menunjang wisata kegiatan • Pola pikir masyarakat belum pariwisata mengarah kepada • Tersedianya pengembangan potensi Pusat Informasi pariwisata

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 2 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Pariwisata bagi • Pemahaman masyarakat wisatawan terhadap pengelolaan objek • Sebagian objek wisata belum profesional dan daya tarik • Kualitas sumber daya manusia wisata sudah bidang pariwisata masih kurang ada yang dan belum memadai diekspos keluar • Adanya pergeseran nilai-nilai daerah sosial budaya Keterpaduan antar pengelola, pengambil kebijakan dan perhatian masyarakat dalam mewujudkan upaya pengembangan masih kurang sehingga melemahkan sinergi hasil pembangunan Peluang (O): Strategi S-O: Strategi W-O: • Tersedianya potensi wisata • Pengembangan • Penataan dan pengembangan • Kondisi bentang alam objek & daya ODTW di Kabupaten Sumbawa yang indah tarik wisata yang dengan melibatkan peran serta • Adanya memiliki swasta kecenderungan para keunggulan • Untuk menarik investasi, maka wisatawan untuk komparatif bagi swasta yang akan “back to nature” dengan mengembangkan pariwisata di (keaslian dan keragaman dan Kabupaten Sumbawa perlu kelokalan) keunikan yang diberikan insentif • Budaya masyarakat dimiliki • Perlu melakukan perbaikan yang ramah diprioritaskan infrastruktur, khususnya • Sudah tersedia untuk peningkatan aksesibilitas sarana akomodasi dikembangkan terhadap ODTW yang ada perhotelan yang secara progresif • Melakukan promosi dan didalamnya • Menangkap pemasaran pada wilayah-wilayah menyuguhkan daya peluang pasar yang merupakan potensi pasar tarik dan atraksi wisatawan yang wisata yang cukup besar wisata berada di sekitar • Menyelenggarakan event wisata • Sebagian objek wilayah Kab. secara rutin wisata sudah Sumbawa • Memberikan pendidikan/ dilengkapi dengan dengan pelatihan bagi SDM di bidang sarana dan melakukan pariwisata prasarana yang promosi di menunjang wilayah tersebut • Kondisi jalan yang dengan baik sehingga membuka jalur memudahkan langsung dengan pencapaian ke objek wilayah-wilayah wisata tersebut

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 3 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

• Terbukanya • Melakukan kesempatan untuk kerjasama mengembangkan interregional usaha jasa dan dengan sarana penunjang pemerintah dan pariwisata pengelola • Tingginya tingkat pariwisata di kunjungan wilayah sekitar wisatawan, Kabupaten khususnya wisnus Sumbawa untuk dari tahun ke tahun membuka paket • Kabupaten Sumbawa jalur wisata berada di lintasan Lombok - Komodo • Besarnya minat investor di sektor pariwisata • Situasi dan kondisi yang relatif kondusif memungkinkan wisatawan untuk menikmati objek wisata • Tersedianya sumberdaya manusia • Keinginan sumberdaya manusia untuk memajukan sektor pariwisata • Semangat pelaku wisata yang masih tinggi Sumber: Hasil Analisa, Tahun 2013

Tabel 9.2 Analisis Isu-isu Internal dan Eksternal Kekuatan (S): Kelemahan (W): • Keragaman • Banyaknya objek wisata yang objek, daya tarik belum tergali dan atraksi • Penataan objek wisata belum wisata ditangani secara optimal • Pemandangan • Kurangnya event wisata yang yang indah dilakukan secara rutin untuk • Beragamnya menarik kunjungan wisatawan kegiatan • Kurangnya produk olahan masyarakat yang maupun cinderamata

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 4 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

adaptif dan • Sarana dan prasarana wisata masih eksisnya yang belum memadai budaya lokal • Lemahnya segi pemeliharaan masyarakat sarana dan prasarana yang Samawa sudah dibangun • Tersedianya • Belum optimalnya pengelolaan banyak kesenian jasa dan sarana penunjang tradisional pariwisata • Banyak terdapat • Peran serta masyarakat sekitar peninggalan objek wisata masih rendah sejarah • Belum optimalnya pelayanan dan • Letak geografis operasional Pusat Informasi berada di Pariwisata lintasan jalur • Promosi kepariwisataan belum utama Pulau dilaksanakan dengan baik Sumbawa sehingga kurang mendapatkan • Telah memiliki informasi mengenai usaha jasa dan kepariwisataan baik dari segi sarana wisata objek, daya tarik maupun atraksi yang menunjang wisata kegiatan • Pola pikir masyarakat belum pariwisata mengarah kepada • Tersedianya pengembangan potensi Pusat Informasi pariwisata Pariwisata bagi • Pemahaman masyarakat wisatawan terhadap pengelolaan objek • Sebagian objek wisata belum profesional dan daya tarik • Kualitas sumber daya manusia wisata sudah bidang pariwisata masih kurang ada yang dan belum memadai diekspos keluar • Adanya pergeseran nilai-nilai daerah sosial budaya Keterpaduan antar pengelola, pengambil kebijakan dan perhatian masyarakat dalam mewujudkan upaya pengembangan masih kurang sehingga melemahkan sinergi hasil pembangunan Ancaman (T): Strategi S-T: Strategi W-T:

• Pengelolaan objek • Perlu dilakukan • Perlu dilakukan kerjasama dan daya tarik wisata usaha-usaha pengelolaan antar pengelola di daerah lain yang untuk objek wisata di sepanjang jalur lebih baik meningkatkan wisata Provinsi NTB • Jenis objek dan daya dan • Kemungkinan terjadinya

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 5 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

wisata yang sama menampilkan penyusutan jumlah kunjungan ke dengan daerah lain daya tarik dan objek wisata di Kabupaten • Status kepemilikan keunikan objek Sumbawa, untuk itu perlu dan pengelolaan dan daya tarik dilakukan peningkatan fasilitas sebagian objek wisata yang penunjang serta pemasaran dan wisata belum jelas dimiliki promosi berkaitan dengan Kabupaten • Membuka peluang terhadap PAD dan Sumbawa pasar wisata mancanegara pemeliharaan objek dengan jalan • Potensi wisata belum peningkatan jadi daya tarik yang fasilitas besar bagi investor penunjang • Degradasi lingkungan kegiatan dan menurunnya pariwisata serta debit air Pemenuhan peningkatan akan kebutuhan kegiatan promosi sarana dan dan pemasaran prasarana penunjang • Melakukan pariwisata berbagai promosi • Adanya persaingan wisata melalui yang ketat antar kegiatan- daerah dalam kegiatan menarik jumlah kepariwisataan wisatawan • Berusaha untuk • Daerah-daerah lain terus konsisten lebih konsern dan melakukan lebih gencar dalam pengembangan melakukan promosi di sektor dan pemasaran kepariwisataan wisata daerah • Kurangnya pemberdayaan dalam pemeliharaan, sehingga hasil pembangunan mudah/ cepat rusak dan kurang terpelihara • Masuknya pengaruh budaya dari luar dan terjadi interaksi antara masyarakat lokal dan wisatawan (arus global) Dampak dari kegiatan wisata

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 6 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

seperti miras, narkoba, dll yang biasanya tidak bisa dihindari Sumber: Hasil Analisa, Tahun 2013

9.1.2 Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata Pembangunan Destinasi Pariwisata, meliputi: a. Perwilayahan pembangunan destinasi pariwisata daerah; b. Pembangunan daya tarik wisata; c. Pembangunan aksesibilitas pariwisata; d. Pembangunan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata; e. Pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan; dan f. Pengembangan investasi di bidang pariwisata.

Perwilayahan pembangunan destinasi pariwisata daerah merupakan pemetaan spasial dalam pembangunan destinasi pariwisata daerah yang meliputi: Destinasi Pariwisata Kabupaten (DPK), Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten (KSPK), dan Kawasan Pengembangan Pariwisata Kabupaten (KPPK).

Kebijakan pembangunan destinasi pariwisata, meliputi: 1. Perencanaan, penegakan regulasi, dan pengendalian implementasi pembangunan DPK, KSPK, dan KPPK. 2. Perintisan pengembangan daya tarik wisata dalam rangka mendorong pertumbuhan DPK dan pengembangan daerah; 3. Pembangunan daya tarik wisata untuk meningkatkan kualitas dan daya saing produk dalam menarik minat dan loyalitas segmen pasar yang ada; 4. Pemantapan daya tarik wisata untuk meningkatkan daya saing produk dalam menarik kunjungan ulang wisatawan dan segmen pasar yang lebih luas; 5. Revitalisasi daya tarik wisata dalam upaya peningkatan kualitas, keberlanjutan dan daya saing produk dan destinasi pariwisata daerah; 6. Pengembangan dan peningkatan kemudahan akses terhadap prasarana transportasi sebagai simpul pergerakan yang menghubungkan pintu masuk wisatawan menuju destinasi dan pergerakan wisatawan di DPK; 7. Pengembangan dan peningkatan keterhubungan antara destinasi pariwisata daerah dengan pintu masuk wisatawan regional dan/atau nasional maupun keterhubungan antarkomponen daya tarik dan simpul-simpul pergerakan di dalam DPK; 8. Peningkatan kualitas dan kapasitas prasarana transportasi dalam rangka meningkatkan kenyamanan perjalanan menuju destinasi dan pergerakan wisatawan di dalam destinasi pariwisata daerah; 9. Pengembangan prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata dalam mendukung perintisan pengembangan destinasi pariwisata daerah; 10. Peningkatan prasarana umum, kualitas fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata yang mendukung pertumbuhan, meningkatkan kualitas dan daya saing DPK serta mendukung aktifitas MICE di daerah;

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 7 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

11. Pengendalian prasarana umum, pembangunan fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata bagi DPK yang sudah melampaui ambang batas daya dukung; 12. Pengembangan potensi, kapasitas dan partisipasi masyarakat melalui pembangunan kepariwisataan; 13. Optimalisasi pengarusutamaan gender melalui pembangunan kepariwisataan; 14. Peningkatan potensi dan kapasitas sumber daya lokal melalui pengembangan usaha produktif di bidang pariwisata; 15. Penyusunan regulasi dan pemberian insentif untuk mendorong perkembangan industri kecil dan menengah dan usaha pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah yang dikembangkan masyarakat lokal sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan; 16. Penguatan kemitraan rantai nilai antarusaha di bidang kepariwisataan; 17. Perluasan akses pasar terhadap produk industri kecil dan menengah dan usaha pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah yang dikembangkan masyarakat lokal; 18. Peningkatan akses dan dukungan permodalan dalam upaya mengembangkan produk industri kecil dan menengah dan usaha pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah yang dikembangkan masyarakat lokal; 19. Peningkatan kesadaran dan peran masyarakat serta pemangku kepentingan terkait dalam mewujudkan sapta pesona untuk menciptakan iklim kondusif kepariwisataan; 20. Peningkatan motivasi dan kemampuan masyarakat dalam mengenali dan mencintai bangsa dan tanah air melalui perjalanan wisata nusantara; 21. Peningkatan pemberian insentif investasi di bidang pariwisata sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan; 22. Peningkatan kemudahan investasi di bidang pariwisata; dan 23. Peningkatan promosi investasi di bidang pariwisata.

9.1.3 Kebijakan Pembangunan Pemasaran Pariwisata Pembangunan pemasaran pariwisata, meliputi: a. Pengembangan pasar wisatawan; b. Pengembangan citra pariwisata; c. Pengembangan kemitraan pemasaran pariwisata; dan d. Pengembangan promosi pariwisata.

Kebijakan pembangunan pemasaran pariwisata dirumuskan sebagai berikut: 1. Pemantapan segmen pasar wisatawan massal dan pengembangan segmen ceruk pasar untuk mengoptimalkan pengembangan destinasi pariwisata daerah dalam dinamika pasar global; 2. Peningkatan dan pemantapan citra pariwisata secara berkelanjutan baik citra pariwisata Daerah maupun citra pariwisata destinasi; 3. Peningkatan citra pariwisata daerah sebagai destinasi pariwisata daerah yang aman, nyaman, dan berdaya saing; 4. Pengembangan kemitraan pemasaran yang terpadu, sinergis, berkesinambungan dan berkelanjutan; 5. Penguatan dan perluasan eksistensi promosi pariwisata di daerah; dan 6. Penguatan dan perluasan eksistensi promosi pariwisata di luar daerah.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 8 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

9.1.4 Kebijakan Pembangunan Industri Pariwisata Pembangunan industri pariwisata daerah, meliputi: a. Penguatan struktur industri pariwisata; b. Peningkatan daya saing produk pariwisata; c. Pengembangan kemitraan usaha pariwisata; d. Penciptaan kredibilitas bisnis; dan e. Pengembangan tanggung jawab terhadap lingkungan.

Kebijakan yang dirumuskan dalam pembangunan industri pariwisata daerah, meliputi: 1. Penguatan fungsi, hierarki, dan hubungan antarpengembangan kualitas dan keragaman usaha daya tarik wisata; 2. Pengembangan kualitas dan keragaman usaha daya tarik wisata; 3. Pengembangan kapasitas dan kualitas fungsi dan layanan fasilitas pariwisata yang memenuhi standar nasional dan mengangkat unsur keunikan dan kekhasan lokal; 4. Pengembangan kapasitas dan kualitas layanan jasa transportasi yang mendukung kemudahan perjalanan wisatawan ke destinasi pariwisata daerah; 5. Pengembangan skema kerja sama antara Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat; 6. Pengembangan manajemen dan pelayanan usaha pariwisata yang kredibel dan berkualitas; dan 7. Pengembangan manajemen usaha pariwisata yang mengacu kepada prinsip-prinsip pembangunan pariwisata berkelanjutan, kode etik pariwisata dan ekonomi hijau.

9.1.5 Kebijakan Pembangunan Kelembagaan Kepariwisataan Pembangunan kelembagaan kepariwisataan, meliputi: a. Penguatan organisasi kepariwisataan; b. Pembangunan sumber daya manusia pariwisata; dan c. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan.

Kebijakan pembangunan kelembagaan kepariwisataan daerah dirumuskan sebagai berikut: 1. Penataan kelembagaan dan penguatan mekanisme kinerja organisasi untuk mendukung misi kepariwisataan sebagai portofolio pembangunan daerah; 2. Pemantapan organisasi kepariwisataan dalam mendukung pariwisata sebagai pilar strategis pembangunan daerah; 3. Pengembangan dan penguatan organisasi kepariwisataan yang menangani bidang destinasi pariwisata daerah; 4. Pengembangan dan penguatan organisasi kepariwisataan yang menangani bidang pemasaran pariwisata; 5. Pengembangan dan penguatan organisasi kepariwisataan yang menangani bidang industri pariwisata; 6. Peningkatan kapasitas dan kapabilitas sumber daya manusia pariwisata di lingkungan Pemerintah Daerah; 7. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia pariwisata di lingkungan dunia usaha dan masyarakat;

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 9 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

8. Peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan destinasi pariwisata daerah; 9. Peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan pemasaran pariwisata; 10. Peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan industri pariwisata; dan 11. Peningkatan penelitian yang berorientasi pada pengembangan kelembagaan dan sumber daya manusia pariwisata.

9.2. STRATEGI PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN 9.2.1 Strategi Pembangunan Destinasi Pariwisata Strategi yang tempuh dalam pembangunan destinasi pariwisata, meliputi: 1. Penyusunan rencana induk dan rencana detail, serta penyusunan regulasi tata bangunan dan tata lingkungan masing-masing kawasan; 2. Melakukan monitoring dan pengawasan oleh Pemerintah Daerah terhadap penerapan rencana detail kawasan; 3. Peningkatan koordinasi antara Pemerintah Daerah, pelaku usaha dan masyarakat dalam pengendalian implementasi rencana pembangunan kawasan; 4. Pengembangan daya tarik wisata baru di destinasi pariwisata daerah yang belum berkembang kepariwisataannya; 5. Penguatan upaya pengelolaan potensi kepariwisataan dan lingkungan dalam mendukung upaya perintisan pengembangan daya tarik wisata; 6. Pengembangan inovasi manajemen produk dan kapasitas daya tarik wisata untuk mendorong akselerasi perkembangan DPK; 7. Penguatan upaya konservasi potensi kepariwisataan dan lingkungan dalam mendukung intensifikasi daya tarik wisata; 8. Pengembangan diversifikasi atau keragaman nilai daya tarik wisata dalam berbagai tema terkait; 9. Penguatan upaya penataan ruang wilayah dan konservasi lingkungan dalam mendukung diversifikasi daya tarik wisata; 10. Revitalisasi struktur, elemen dan aktivitas yang menjadi penggerak kegiatan kepariwisataan pada daya tarik wisata; 11. Penguatan upaya penataan ruang wilayah dan konservasi lingkungan dalam mendukung revitalisasi daya tarik dan kawasan di sekitarnya; 12. Ketersediaan prasarana simpul pergerakan moda transportasi pada lokasi-lokasi strategis di DPK sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar; 13. Keterjangkauan prasarana simpul pergerakan moda transportasi dari pusat-pusat kegiatan pariwisata di destinasi pariwisata daerah; 14. Jaringan transportasi penghubung antara destinasi pariwisata daerah dengan pintu gerbang wisata regional dan/atau nasional maupun keterhubungan antarkomponen daya tarik dan simpul-simpul pergerakan di dalam DPK; 15. Keterpaduan jaringan infrastruktur transportasi antara pintu gerbang wisata dan DPK serta komponen yang ada di dalamnya yang mendukung kemudahan transfer intermoda;

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 10 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

16. Jaringan transportasi untuk mendukung kemudahan, kenyamanan dan keselamatan pergerakan wisatawan sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar; 17. Fasilitas persinggahan di sepanjang koridor pergerakan wisata di dalam DPK sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar; 18. Peningkatan ketersediaan moda transportasi sebagai sarana pergerakan wisatawan menuju destinasi dan pergerakan wisatawan di DPK sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar; 19. Peningkatan kecukupan kapasitas angkut moda transportasi menuju destinasi dan pergerakan Wisatawan di destinasi pariwisata daerah sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar; 20. Pengembangan keragaman atau diversifikasi jenis moda transportasi menuju destinasi dan pergerakan wisatawan di DPK sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar; 21. Kenyamanan moda transportasi menuju destinasi dan pergerakan wisatawan di DPK sesuai kebutuhan dan perkembangan pasar; 22. Keamanan moda transportasi untuk menjamin keselamatan perjalanan wisatawan menuju destinasi dan pergerakan wisatawan di DPK; 23. Pembangunan sistem transportasi dan pelayanan terpadu di DPK; 24. Ketersediaan informasi pelayanan transportasi berbagai jenis moda dari pintu gerbang wisata ke DPK; 25. Kemudahan reservasi moda transportasi berbagai jenis moda; 26. Pemberian insentif untuk pengembangan prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata dalam mendukung perintisan DPK; 27. Peningkatan fasilitasi pemerintah daerah untuk pengembangan prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata atas inisiatif swasta; 28. Perintisan dan pengembangan prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata untuk mendukung kesiapan dan meningkatkan daya saing DPK; 29. Mendorong dan menerapkan berbagai skema kemitraan antara Pemerintah Daerah dan swasta; 30. Mendorong dan menerapkan berbagai skema kemandirian pengelolaan; 31. Mendorong dan menerapkan prasarana umum, fasilitas umum, dan fasilitas pariwisata yang memenuhi kebutuhan wisatawan berkebutuhan khusus; 32. Penyusunan regulasi perizinan untuk menjaga daya dukung lingkungan; 33. Dorongan penegakan Peraturan Perundang-undangan; 34. Pemetaan potensi dan kebutuhan penguatan kapasitas masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan; 35. Pemberdayaan potensi dan kapasitas masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan; 36. Penguatan kelembagaan masyarakat guna mendorong kapasitas dan peran masyarakat dalam pengembangan kepariwisataan; 37. Peningkatan pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang pengarusutamaan gender dalam pengembangan pariwisata; 38. Peningkatan peran masyarakat dalam perspektif kesetaraan gender dalam pengembangan Kepariwisataan; 39. Peningkatan pengembangan potensi sumber daya derah sebagai daya tarik wisata berbasis kearifan lokal dalam kerangka pemberdayaan masyarakat melalui pariwisata;

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 11 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

40. Pengembangan potensi sumber daya daerah melalui desa wisata dan kampung wisata; 41. Peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah sebagai komponen pendukung produk wisata di destinasi pariwisata daerah; 42. Peningkatan kemampuan berusaha pelaku usaha pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah yang dikembangkan masyarakat; 43. Pemberian insentif dan kemudahan bagi pengembangan industri kecil dan menengah dan Usaha pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan; 44. Perlindungan terhadap kelangsungan industri kecil dan menengah dan Usaha pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah di sekitar DPK; 45. Dorongan kemitraan antarusaha kepariwisataan dengan industri kecil dan menengah dan usaha mikro, kecil dan menengah; 46. Peningkatan kualitas produk industri kecil dan menengah dan layanan jasa kepariwisataan yang dikembangkan usaha mikro, kecil dan menengah dalam memenuhi standar pasar; 47. Penguatan akses dan jejaring industri kecil dan menengah dan usaha pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah dengan sumber potensi pasar dan informasi global; 48. Peningkatan tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan dalam upaya memperluas akses pasar terhadap produk industri kecil dan menengah dan usaha pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah; 49. Pemberian insentif dan kemudahan terhadap akses permodalan bagi usaha pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah dalam pengembangan usaha sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan; 50. Pemberian bantuan permodalan untuk mendukung perkembangan industri kecil dan menengah dan usaha pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah di sekitar DPK; 51. Peningkatan pemahaman, dan kesadaran masyarakat tentang sadar wisata dalam mendukung pengembangan kepariwisataan; 52. Peningkatan peran serta masyarakat dalam mewujudkan sadar wisata bagi penciptaan iklim kondusif kepariwisataan; 53. Peningkatan peran dan kapasitas masyarakat dan polisi pariwisata dalam menciptakan iklim kondusif kepariwisataan; 54. Peningkatan kualitas jejaring media dalam mendukung upaya pemberdayaan masyarakat di bidang pariwisata; 55. Pengembangan pariwisata sebagai investasi pengetahuan; 56. Peningkatan kuantitas dan kualitas informasi pariwisata nusantara kepada masyarakat; 57. Upaya menarik investasi modal asing di bidang pariwisata sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang keuangan; 58. Dorongan investasi daerah di bidang pariwisata sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan di bidang keuangan serta penanaman modal; 59. Pelaksanaan debirokratisasi investasi di bidang pariwisata; 60. Pelaksanaan deregulasi peraturan yang menghambat perizinan; 61. Penyediaan informasi peluang investasi di destinasi pariwisata daerah;

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 12 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

62. Peningkatan promosi investasi di bidang pariwisata di dalam negeri dan di luar negeri; dan 63. Peningkatan sinergi promosi investasi di bidang pariwisata dengan sektor terkait.

9.2.2 Strategi Pembangunan Pemasaran Pariwisata Dalam rangka menjalankan kebijakan pembangunan pemasaran pariwisata yang telah dirumuskan, ditempuh strategi-strategi sebagai berikut: 1. Peningkatan pemasaran dan promosi untuk mendukung penciptaan destinasi pariwisata daerah yang diprioritaskan; 2. Peningkatan akselerasi pemasaran dan promosi pada pasar utama, baru, dan berkembang; 3. Pengembangan pemasaran dan promosi untuk meningkatkan pertumbuhan segmen ceruk pasar; 4. Pengembangan promosi berbasis tema tertentu; 5. Peningkatan akselerasi pergerakan wisatawan di seluruh destinasi pariwisata daerah; 6. Peningkatan intensifikasi pemasaran wisata MICE yang diselenggarakan oleh sektor lain; 7. Peningkatan dan pemantapan citra pariwisata daerah sebagai Jaringan Kota Pusaka Indonesia; 8. Peningkatan dan pemantapan citra pariwisata destinasi; 9. Peningkatan promosi, diplomasi, dan komunikasi dalam upaya peningkatan citra pariwisata sebagai destinasi pariwisata daerah; 10. Peningkatan keterpaduan sinergis promosi antarpemangku kepentingan pariwisata; 11. Pemasaran berbasis pada pemasaran yang bertanggung jawab, yang menekankan tanggung jawab terhadap masyarakat, sumber daya lingkungan dan wisatawan; 12. Penguatan fungsi dan peran promosi pariwisata di daerah; 13. Penguatan dukungan terhadap Badan Promosi Pariwisata Daerah; 14. Penguatan koordinasi dan sinkronisasi Badan Promosi Pariwisata Daerah dengan Badan Promosi Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan Badan Promosi Pariwisata Indonesia serta seluruh pemangku kepentingan; dan 15. Penguatan fungsi dan keberadaan promosi pariwisata di luar daerah melalui mekanisme kemitraan.

9.2.3 Strategi Pembangunan Industri Pariwisata Strategi pembangunan industri pariwisata daerah ditempuh melalui: 1. Peningkatan sinergi dan keadilan distributif antarmata rantai pembentuk industri pariwisata; 2. Penguatan fungsi, hierarki, dan hubungan antarusaha pariwisata sejenis untuk meningkatkan daya saing; 3. Penguatan mata rantai penciptaan nilai tambah antara pelaku usaha pariwisata dan sektor terkait; 4. Pengembangan manajemen atraksi; 5. Perbaikan kualitas interpretasi; 6. Penguatan kualitas produk wisata;

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 13 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

7. Peningkatan pengemasan produk wisata; 8. Dorongan dan peningkatan standardisasi dan sertifikasi usaha pariwisata; 9. Pengembangan skema fasilitasi untuk mendorong pertumbuhan usaha pariwisata skala usaha mikro, kecil dan menengah; 10. Dorongan pemberian insentif untuk menggunakan produk dan tema yang memiliki keunikan dan kekhasan lokal; 11. Peningkatan etika bisnis dan pelayanan prima dalam pelayanan usaha transportasi pariwisata; 12. Penguatan kerja sama antara Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat; 13. Penguatan implementasi kerja sama antara Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat; 14. Penguatan monitoring dan evaluasi kerja sama antara Pemerintah Daerah, dunia usaha, dan masyarakat; 15. Penerapan standardisasi dan sertifikasi usaha pariwisata yang mengacu pada prinsip-prinsip dan standar nasiobal dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lokal; 16. Dorongan penerapan sistem yang aman dan terpercaya dalam transaksi bisnis secara elektronik; 17. Dukungan penjaminan usaha melalui regulasi dan fasilitasi; 18. Dorongan tumbuhnya ekonomi hijau di sepanjang mata rantai usaha pariwisata; dan 19. Pengembangan manajemen Usaha Pariwisata yang peduli terhadap pelestarian lingkungan dan budaya.

9.2.4 Strategi Pembangunan Kelembagaan Kepariwisataan Adapun strategi-strategi yang ditempuh dalam pembangunan kelembagaan kepariwisataan daerah, meliputi: 1. Penguatan tata kelola organisasi kepariwisataan dalam struktur dinas; 2. Penguatan kemampuan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program pembangunan kepariwisataan; 3. Penguatan mekanisme sinkronisasi dan harmonisasi program pembangunan kepariwisataan baik secara internal dinas maupun lintas sektor; 4. Penguatan fungsi strategis kepariwisataan dalam menghasilkan devisa; 5. Peningkatan usaha pariwisata terkait; 6. Peningkatan pemberdayaan masyarakat; 7. Peningkatan pelestarian lingkungan; 8. Penguatan struktur dan fungsi organisasi bidang pengembangan destinasi; 9. Fasilitasi terbentuknya organisasi pengembangan destinasi; 10. Penguatan kemitraan antara organisasi pengembangan destinasi dan Pemerintah Daerah dalam pembangunan kepariwisataan; 11. Penguatan struktur dan fungsi organisasi bidang pemasaran di tingkat Pemerintah Daerah; 12. Fasilitasi terbentuknya Badan Promosi Pariwisata Daerah; 13. Penguatan kemitraan antara Badan Promosi Pariwisata Daerah dan Pemerintah Daerah dalam pembangunan kepariwisataan Daerah; 14. Fasilitasi pembentukan Gabungan Industri Pariwisata Daerah; 15. Penguatan kemitraan antara Gabungan Industri Pariwisata Daerah dan Pemerintah

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 14 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Daerah dalam pembangunan kepariwisataan; 16. Peningkatan kemampuan dan profesionalitas pegawai; 17. Peningkatan kualitas pegawai bidang kepariwisataan; 18. Peningkatan kualitas sumber daya manusia pengelola pendidikan dan latihan bidang Kepariwisataan; 19. Peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang memiliki sertifikasi kompetensi di setiap destinasi pariwisata daerah; 20. Peningkatan kemampuan kewirausahaan di bidang kepariwisataan; 21. Peningkatan kualitas dan kuantitas lembaga pendidikan kepariwisataan yang terakreditasi; 22. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan daya tarik wisata; 23. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan aksesibilitas dan/atau transportasi kepariwisataan dalam mendukung daya saing destinasi pariwisata daerah; 24. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan prasarana umum, fasilitas umum dan fasilitas pariwisata dalam mendukung daya saing destinasi pariwisata daerah; 25. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan dalam memperkuat pemberdayaan masyarakat melalui kepariwisataan; 26. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan dalam pengembangan investasi di bidang pariwisata; 27. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan pasar wisatawan dalam rangka pengembangan pasar baru dan pengembangan produk; 28. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan penguatan citra pariwisata; 29. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan kemitraan pemasaran pariwisata; 30. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan peningkatan promosi pariwisata di dalam negeri dan di luar negeri; 31. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan penguatan industri pariwisata; 32. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan daya saing produk pariwisata; 33. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan kemitraan usaha pariwisata; 34. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan penciptaan kredibilitas bisnis; 35. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan tanggungjawab terhadap lingkungan; 36. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan organisasi kepariwisataan; dan 37. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan sumber daya manusia pariwisata.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 9 - 15 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

10.1. RENCANA STRUKTUR PERWILAYAHAN PARIWISATA encana Struktur Tata Ruang Pariwisata Kabupaten Sumbawa akan terbagi menjadi 3 zonasi, yang di dalamnya akan terdiri dari beberapa Satuan Kawasan Wisata (SKW). Pembagian zonasi pengembangan kepariwisataan Kabupaten Sumbawa ini terkait dengan potensi dan permasalahan Rpengembangan kepariwisataan dan isu-isu strategis pengembangan kepariwisataan yang dihadapi. Adapun pembagian zonasi tersebut, adalah:

1. Zona Inti, merupakan main attraction suatu ODTW ditempatkan dan aktivitas utama harus dilengkapi pula dengan fasilitas utama. 2. Zona Penyangga (Buffer Zone), berfungsi memisahkan main attraction dengan aktivitas dan fasilitas pendukung. 3. Zona Pelayanan, suatu area dimana seluruh aktivitas dan fasilitas pendukung dikelompokkan seperti jaringan infrastruktur dasar, akses fasilitas, pelayanan pengunjung dan sebagainya.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 1 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Untuk lebih jelas mengenai pembagian zonasi dapat dilihat pada Tabel 10.1 dan Peta 10.1. Tabel 10.1 Pembagian Fungsi Zona Objek Wisata di Kab. Sumbawa No. Zona Inti No. Zona Penyangga No. Zona Pelayanan 1. Istana Dalam Loka 1. Dalam Pekat 1. Prajak 2. Wisma Bala Puti 2. Penyaring 2. Poto 3. Wisma Bala Kuning 3. Maronge 3. Ngeru 4. Bendungan Batu 4. Moyo 4. Kakiang Bulan 5. Batu Gong 5. Batu Tering 5. Bend. Tiu Kulit 6. Goa 6. Liang Petang 6. Pulau Dangar 7. Saliper Ate 7. Ai Renung 7. Talwa 8. Tanjung Menangis 8. Kencana 8. Ai Beling 9. Waterpark Splash 9. Empan 9. Bendungan Mamak 10. Lapade 10. Pamulung 10. Batu Dulang Tepal 11. Pulau Bungin 11. Semongkat 11. Pulau Kaung 12. Amanwana 12. Pulau Keramat 12. Pulau Bedil 13. Lab. Aji 13. Agro Buer 13. Ai Manis (Tamase) 14. Empang 14. Takat Sagele 14. Raja Sua 15. Labu Jambu 15. Tanjung pasir 15. Ai Sebotok 16. Maci 16. Mata Jitu 16. Labu Bontong 17. Sili 17. Brang Bako 17. Bendungan Gapit 18. Brang Tiram 18. Pulau Lipan 19. Tero 19. Pulau Sentigi 20. Pandan Sari 20. Lampin 21. Batu Pampang 22. Telaga Lompa 23. Pelman Sumber: Hasil Rencana, 2013

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 2 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 3 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

10.2. RENCANA KAWASAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DAN KAWASAN STRATEGIS PARIWISATA Secara geografis, luas Kabupaten Sumbawa yang sangat besar dan memiliki karakteristik wilayah yang beragam, mulai dari kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil, pegunungan dan dataran rendah, menciptakan panorama alam yang sangat indah. Sebaran kawasan wisata itu, mulai dari bagian barat hingga timur wilayah Kabupaten Sumbawa, bahkan juga dari bagian utara hingga selatan.

Dalam Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2012 tentang RTRW Kabupaten Sumbawa 2011 – 2031, secara eksplisit telah dikelompokkan seluruh objek wisata yang ada di Kabupaten Sumbawa dalam kawasan-kawasan utama destinasi wisata yang terkait antarsatu dengan lainnya. Kawasan Destinasi Wisata Utama yang ada dalam dokumen tersebut, terdiri dari 6 (enam) kawasan Destinasi Utama yaitu: 1. Dalam Loka 2. Batu Bulan 3. Semongkat 4. Lab. Mapin 5. Pulau Moyo 6. Empang Tarano Dari keenam Kawasan Destinasi Utama tersebut, terdiri dari beberapa jenis daya tarik wisata yang sangat menarik dan memiliki karakteristik yang beragam. Sedangkan dalam hasil identifikasi dan survey lapangan yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat juga kawasan yang memiliki potensi pengembangan wisata yang cukup baik yaitu di Kecamatan Lunyuk dan Labangka, berupa wisata pantai/ bahari.

Sebelum menginjak pada pembagian kawasan wisata, terlebih dahulu akan diklasifikasikan jenis tiap objek wisata berdasarkan atraksi yang ada di masing-masing objek tersebut. Di Kabupaten Sumbawa, berdasarkan kondisi setempat, dan dari hasil identifikasi mengenai sebaran objek wisata, jenis wisata dibagi menjadi 4 kategori, antara lain: 1. Wisata Budaya dan Sejarah Terdiri dari kegiatan wisata yang berhubungan dengan kegiatan seni budaya, ke- khasanahan lokal, dan warisan leluhur, serta peninggalan sejarah atau kepurbakalaan. Tabel 10.2 Pengelompokan Wisata Budaya & Sejarah OBYEK WISATA BUDAYA DAN No. JENIS DAYA TARIK WISATA SEJARAH I. Kecamatan Alas Barat 1. Labuhan Mapin Perkampungan Tradisional 2. Situs Kuburan Keramat Situs Purbakala dan Budaya Makam 3. Uma Jomo Wisata Budaya Pertanian II. Kecamatan Alas 4. Pulau Bungin Perkampungan Tradisional

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 4 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

OBYEK WISATA BUDAYA DAN No. JENIS DAYA TARIK WISATA SEJARAH III. Kecamatan Buer 5. Pulau Kaung Perkampungan Tradisional IV. Kecamatan Utan 6. Batu Gong Situs Purbakala V. Kecamatan Labuhan Badas 7. Dusun Pamulung Perkampungan Tradisional 8. Pantai Goa Perkampungan Tradisional 9. Pulau Medang Perkampungan Tradisional VI. Kecamatan Sumbawa 10. Bala Kuning Museum Istana 11. Bala Puti Museum Istana 12. Dalam Loka Museum Istana 13. Makam Sampar Situs Purbakala dan Budaya Makam 14. Bala Datu Ranga Museum Budaya 15. Museum Daerah Museum Daerah VII. Kecamatan Unter Iwes 16. Dusun Perung Perkampungan Tradisional VIII. Kecamatan Batu Lanteh 17. Desa Tepal Perkampungan Tradisional IX. Kecamatan Moyo Hilir 18. Desa Poto Perkampungan Tradisional 19. Kakiang Perkampungan Tradisional 20. Moyo Perkampungan Tradisional 21. Ponan Wisata Budaya Pertanian 22. Kuber Belo Wisata Budaya Makam X. Kecamatan Moyo Utara 23. Dusun Senampar Perkampungan Tradisional 24. Penyaring Perkampungan Tradisional XI. Kecamatan Moyo Hulu 25. Situs Ai Renung Situs Purbakala 26. Situs Lutuk Batu Peti Situs Purbakala 27. Situs Raboran Situs Purbakala 28. Situs Sampar Re Situs Purbakala 29. Situs Tarakin Situs Purbakala XII. Kecamatan Lopok 30. Situs Temang Dongan Situs Purbakala XIII. Kecamatan Maronge 31. Maronge Perkampungan Tradisional

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 5 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

OBYEK WISATA BUDAYA DAN No. JENIS DAYA TARIK WISATA SEJARAH XIV. Kecamatan Empang 32. Boal Perkampungan Tradisional 33. Empang Perkampungan Tradisional XV. Kecamatan Plampang 34. Teluk Santong Perkampungan Tradisional XVI. Kecamatan Tarano 35. Labuhan Bontong Perkampungan Tradisional 36. Labuhan Jambu Perkampungan Tradisional 37. Makam Karongkeng Situs Purbakala dan Budaya Makam XVII. Kecamatan Ropang 38. Lebangkar Perkampungan Tradisional Sumber: Hasil Identifikasi Data Lapangan dan Instansi serta Hasil Analisa, 2017

2. Wisata Alam Bahari Obyek wisata alam bahari banyak mendominasi keragaman wisata alam di hampir seluruh wilayah Kabupaten Sumbawa. Hal ini tidak terlepas dari kondisi alam dan morfologi wilayahnya, dimana pada bagian pesisir, memiliki kondisi morfologi wilayah yang landai dan memiliki akses mudah. Sedangkan wilayah lain, morfologinya bergelombang dan berbukit. Daya tarik yang paling menonjol pada wisata alam bahari di Kabupaten Sumbawa adalah keindahan panorama pantainya yang indah, pasir putih yang terdapat di pesisir pantai, taman laut yang berada di dasar laut, serta keanekaragaman terumbu karang yang terdapat di sekitar pantai. Wisatawan yang datang ke obyek dapat melakukan diving, snorkelling, katamaran, berenang, menyelam, berjemur, serta kegiatan olahraga laut lainnya. Salah satu tempat yang juga direkomendasikan serta mempunyai potensi wisata untuk dikembangkan adalah Pulau Moyo yang namanya sudah mendunia dan banyak dikunjungi wisatawan mancanegara. Terdiri dari kegiatan wisata yang berhubungan dengan kegiatan pantai, pesisir, pulau kecil, dan kegiatan perairan laut lainnya.

Tabel 10.3 Pengelompokan Wisata Alam Bahari No. OBYEK WISATA ALAM BAHARI JENIS DAYA TARIK WISATA I. Kecamatan Alas Barat 1. Labuhan Mapin Taman Laut 2. Pulau Panjang Pantai II. Kecamatan Alas 3. Pulau Bungin Taman Laut III. Kecamatan Utan 4. Pulau Bedil Pantai dan Taman Laut 5. Pulau Keramat Pantai dan Taman Laut 6. Pulau Temudung Pantai dan Taman Laut

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 6 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

No. OBYEK WISATA ALAM BAHARI JENIS DAYA TARIK WISATA IV. Kecamatan Labuhan Badas 7. Ai Manis (P. Moyo) Pantai 8. Labuhan Aji (P. Moyo) Pantai & Taman Laut 9. Gedal Pantai 10. Batu Gong Pantai 11. Goa Pantai 12. Kencana Pantai 13. Pulau Medang Taman Laut 14. Raja Sua (P. Moyo) Pantai 15. Takat Sagele (P. Moyo) Taman Laut 16. Tanjung Pasir (P. Moyo) Pantai 17. Tanjung Pasir Utara Pantai & Taman Laut 18. Salipir Ate Pantai V. Kecamatan Sumbawa 19. Batu Kuping Pantai 20. Tanjung Menangis Pantai dan Taman Laut VI. Kecamatan Moyo Hilir 21. Prajak Taman Laut 22. Pulau Dangar Ode Pantai & Taman Laut VII. Kecamatan Moyo Utara 23. Ai Loang Pantai 24. Labuhan Sawo Pantai 25. Lu Air Pantai VIII. Kecamatan Lunyuk 26. Emang Lestari Pantai 27. Lampin Taman Laut 28. Pandan Sari Pantai 29. Sampar Goal Pantai 30. Pasir Putih Pantai 31. Pantai Petani Pantai IX. Kecamatan Lape 32. Pulau Dangar Rea Pantai dan Taman Laut 33. Pulau Liang Pantai dan Taman Laut 34. Pulau Ngali Pantai dan Taman Laut X. Kecamatan Maronge 35. Pulau Tapan (Ketapang) Pantai dan Taman Laut XI. Kecamatan Labangka 36. Pantai Labangka I Pantai 37. Pantai Sekokat Pantai

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 7 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

No. OBYEK WISATA ALAM BAHARI JENIS DAYA TARIK WISATA XII. Kecamatan Empang 38. Brang Bako Pantai 39. Brang Tiram Pantai 40. Tero Pantai 41. Pulau Raja Kepe Pantai XIII. Kecamatan Plampang 42. Pulau Kebo Pantai & Taman Laut 43. Pulau Lipan Pantai & Taman Laut 44. Pulau Meriam Besar Pantai & Taman Laut 45. Pulau Meriam Kecil Pantai & Taman Laut 46. Pulau Sentigi Pantai & Taman Laut 47. Saliper Ate Pantai XIV. Kecamatan Tarano 48. Donggo Dede Pantai 49. Jemplung Pantai 50. Maci Pantai 51. Panubu Pantai 52. Sili Pantai 53. So Athi Pantai 54. Pulau Depi Pantai & Taman Laut 55. Pulau Rakit Pantai & Taman Laut 56. Gili Dewa Pantai dan Religi Sumber: Hasil Identifikasi Data Lapangan dan Instansi serta Hasil Analisa, 2017

3. Wisata Alam Pegunungan Terdiri dari kegiatan wisata yang berhubungan dengan wisata alam pegunungan, seperti air terjun, pendakian gunung, penjelajahan alam, ekowisata dan lain sebagainya.

Tabel 10.4 Pengelompokan Wisata Alam Pegunungan OBYEK WISATA No. JENIS DAYA TARIK WISATA ALAM PEGUNUNGAN I. Kecamatan Alas Barat 1. Pulau Panjang Taman Nasional 2. Tiu Sabangka Air Terjun 3. Uma Jomo Wisata Alam Pertanian 4. Gili Kalong Pantai II. Kecamatan Alas 5. Agal Air Terjun 6. Saketok Air Terjun

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 8 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

OBYEK WISATA No. JENIS DAYA TARIK WISATA ALAM PEGUNUNGAN 7. Sebra Air Terjun 8. Mate Mega Wisata Alam Pegunungan III. Kecamatan Buer 9. Agro Tamase Agrowisata IV. Kecamatan Utan 10. Beringin Sila Taman Wisata Alam IV. Kecamatan Labuhan Badas 11. Ai Manis (P. Moyo) Taman Nasional 12. Dihu Mbai (P. Moyo) Air Terjun 13. Mata Jitu (P. Moyo) Air Terjun, Taman Nasional 14. Pantai Gedal Taman Nasional 15. Raja Sua (P. Moyo) Taman Nasional 16. Sangelo (P. Moyo) Air Terjun 17. Tanjung Pasir (P. Moyo) Taman Nasional V. Kecamatan Unter Iwes 18. Ai Kawat Wisata Alam Pegunungan 19. Ai Nyember Air Terjun 20. Ai Teba Air Terjun 21. Brang Pelat Wisata Alam Pegunungan VI. Kecamatan Batu Lanteh 22. Batu Dulang Wisata Alam Pegunungan 23. Semongkat Taman Nasional 24. Tebangan Air Terjun 25. Telekan Air Terjun 26. Tiu Rarang Air Terjun VII. Kecamatan Moyo Hulu 27. Ai Beling Air Terjun 28. Batu Bulan Wisata Alam Pegunungan 29. Liang Bukal Gua Karst 30. Liang Kelondo Gua Karst 31. Liang Petang Gua Karst 32. Teba Tewa Air Terjun VIII. Kecamatan Lenangguar 33. Teba Muren Air Terjun 34. Ai Puti Air Terjun 35. Air Terjun Air Terjun 36. Kokar Tasik Air Terjun 37. Gerontong Air Terjun

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 9 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

OBYEK WISATA No. JENIS DAYA TARIK WISATA ALAM PEGUNUNGAN 38. Lete Batu Air Terjun IX. Kecamatan Lunyuk 39. Emang Lestari Wisata Alam Pegunungan 40. Pandan Sari Wisata Alam Pegunungan 41. Sampar Goal Wisata Alam Pegunungan 42. Batu Bongkang Wisata Alam Pegunungan 43. Tampar Belo (Kuang Dingin) Wisata Alam Pegunungan X. Kecamatan Lape 44. Tiu Pasai Air Terjun 45. Batu Puyung Wisata Alam Pegunungan 46. Ai Rantok Wisata Alam Pegunungan 47. Ai Tenge Wisata Alam Pegunungan 48. Ai Bua Wisata Alam Pegunungan 49. Batu Bela Wisata Alam Pegunungan 50. Embung Parado Wisata Buatan Embung XI. Kecamatan Lopok 51. Bendungan Mamak Wisata Alam Pegunungan XII. Kecamatan Marongge 52. Ai Panas Sumber Air Panas Alami 53. Bendungan Tiu Kulit Wisata Alam Pegunungan XIII. Kecamatan Labangka 54. Liang Dewa Gua Karst XIV. Kecamatan Empang 55. Brang Bako Wisata Alam Pegunungan 56. Brang Tiram Wisata Alam Pegunungan 57. Pulau Raja Kepe Wisata Alam Pegunungan XV. Kecamatan Plampang 58. Jaran Pusang Wisata Alam Pegunungan 59. Pelman Air Terjun 60. Telaga Lompa Danau XVI. Kecamatan Tarano 61. Buin Pitu Wisata Alam XVII. Kecamatan Lantung 62. Lenang Indah Lantung Wisata Alam Pegunungan 63. Lampas Sepukur Wisata Alam Pegunungan 64. Lampas Buin Racin Wisata Alam Pegunungan 65. Batu Raponong Wisata Alam Pegunungan 66. Buin Lajendre Wisata Alam Pegunungan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 10 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

OBYEK WISATA No. JENIS DAYA TARIK WISATA ALAM PEGUNUNGAN 67. Lampas Perung Wisata Alam Pegunungan 68. Liang Zamrud Wisata Alam Pegunungan 69. Batu Nganga/Bela Wisata Alam Pegunungan 70. Batu Panimang Wisata Alam Pegunungan 71. Lampas Ekat Wisata Alam Pegunungan 72. Batu Para Gua Karst 73. Buin Ai Mual Wisata Alam Pegunungan 74. Ble Bananung Wisata Alam Pegunungan 75. Arung Jeram / Rapting Wisata Alam Pegunungan XVIII. Kecamatan Orong Telu 76. Senawang Air Terjun & Sumber Air Panas Alami Sumber: Hasil Identifikasi Data Lapangan dan Instansi serta Hasil Analisa, 2017

4. Wisata Rekreasi dan Minat Khusus Terdiri dari kegiatan wisata yang memiliki sifat rekreatif dan pemanfaatannya sangat tergantung oleh wisatawan itu sendiri.

Tabel 10.5 Pengelompokan Wisata Rekreasi dan Minat Khusus WISATA REKREASI & No. JENIS DAYA TARIK WISATA MINAT KHUSUS I. Kecamatan Alas Barat 1. Putri Balqis Taman Hiburan dan Rekreasi II. Kecamatan Buer 2. Agro Tamase Kawasan Agrowisata/Resort Terpadu III. Kecamatan Utan 3. Bendungan Beringin Sila Wisata Buatan Bendungan 4. Labu Pade Taman Hiburan & Rekreasi IV. Kecamatan Rhee 5. Kuliner Jagung Agro Wisata V. Kecamatan Labuhan Badas 6. Kencana Taman Hiburan & Rekreasi 7. Goa Wisata Kuliner 8. Saliper Ate Taman Hiburan & Rekreasi 9. Jempol Wisata Kuliner VI. Kecamatan Unter Iwes 10. Splash Water Park Taman Hiburan & Rekreasi VII. Kecamatan Batu Lanteh 11. Semongkat Taman Hiburan & Rekreasi

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 11 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

WISATA REKREASI & No. JENIS DAYA TARIK WISATA MINAT KHUSUS VIII. Kecamatan Moyo Hulu 12. Bendungan Batu Bulan Wisata Buatan Bendungan IX. Kecamatan Moyo Utara 13. Ai Loang Kawasan/Resort Terpadu X. Kecamatan Lape 14. Ai Bua Wisata Buatan Embung XI. Kecamatan Lopok 15. Bendungan Mamak Wisata Buatan Bendungan 16. Miyati Taman Hiburan dan Rekreasi XII. Kecamatan Maronge 17. Bendungan Tiu Kulit Wisata Buatan Bendungan XIII. Kecamatan Plampang 18. Saliper Ate Taman Hiburan dan Rekreasi Sumber: Hasil Identifikasi Data Lapangan dan Instansi serta Hasil Analisa, 2017

Dalam pembagian tersebut, terdapat beberapa objek wisata yang masuk ke dalam beberapa jenis daya tarik wisata sesuai dengan atraksi wisata yang ada di lokasi objek wisata tersebut. Pengelompokan jenis wisata tersebut dapat dilihat pada tabel dan peta yang disajikan pada halaman selanjutnya.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 12 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 13 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 14 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 15 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 16 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 17 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Untuk rencana Destinasi Pariwisata Kabupaten (DPK) di Kabupaten Sumbawa akan terbagi kedalam 8 (delapan) DPK, didasarkan pada pendekatan, sebagai berikut. 1. Melakukan pengelompokan berbagai objek dan daya tarik wisata sesuai dengan lokasi serta homogenitasnya. 2. Setiap DPK terbentuk oleh kemudahan aksesibilitas dan ketersediaan sarana penunjang. 3. DPK yang terbentuk merupakan satu wilayah kawasan wisata yang mengelompok.

Lebih jelas mengenai Rencana Pembagian DPK dapat dilihat pada Tabel 10.6 berikut.

Tabel 10.6 Pembagian Destinasi Pariwisata Kabupaten (DPK) Kab. Sumbawa DESTINASI PARIWISATA DAYA TARIK JENIS DAYA TARIK KABUPATEN (DPK) WISATA WISATA 1. Istana Dalam Loka Peninggalan Sejarah 2. Mesjid Jami’ Nurul Wisata Religi Huda 3. Wisma Daerah (Praja) Peninggalan Sejarah 4. Bala Kuning Peninggalan Sejarah 5. Dalam Pekat Peninggalan Sejarah 6. Penyaring Desa Kerajinan I 7. Prajak Peninggalan Sejarah ISTANA DALAM LOKA 8. Poto Desa Wisata 9. Ngeru Desa Kerajinan 10. Kakiang Atraksi Seni Budaya 11. Moyo Atraksi Seni Budaya 12. Maronge Atraksi Seni Budaya 13. Bendungan Tiu Kulit Bendungan Buatan 14. Pulau Dangar Taman Laut

1. Bendungan Batu Bendungan / Danau Bulan 2. Talwa Desa Kerajinan II 3. Batu Tering Peninggalan Purbakala BATU BULAN 4. Liang Petang Gua 5. Ai Renung Peninggalan Purbakala 6. Ai Beling Air Terjun/ Kawasan Hutan 7. Bendungan Mamaq Bendungan/ Danau

1. Batu Gong Pantai 2. Kencana Pantai 3. Goa Pantai/ Wisata Kuliner III 4. Saliper Ate Pantai/ rekreasi SEMONGKAT 5. Tanjung Menangis Pantai 6. Empan Pantai 7. Pamulung Desa Wisata 8. Semongkat Kawasan Hutan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 18 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

DESTINASI PARIWISATA DAYA TARIK JENIS DAYA TARIK KABUPATEN (DPK) WISATA WISATA 9. Waterpark Splash Rekreasi 10. Batu Dulang Perkampungan Tradisional 11. Tepal Desa Wisata

1. Lapade Pantai 2. Pulau Keramat Taman Laut/ Kawasan Laut IV 3. Agro Tamase Kawasan Hutan LAB. MAPIN 4. Pulau Kaung Perkampungan Tradisional 5. Pulau Bungin Perkampungan Tradisional 6. Gili Bedil Taman Laut / Kawasan Laut

1. Tanjung Pasir Pantai, Taman Nasional/ Taman laut 2. Ai Manis Pantai, Taman Nasional/ Taman laut V 3. Raja Sua Pantai, Taman Nasional/ PULAU MOYO Taman laut 4. Takat Sagele Taman laut/ Kawasan Laut 5. Labuhan Aji Pantai, Desa Tradisional 6. Mata Jitu Air Terjun, Taman Nasional 7. Sebotoq Air Terjun, Taman Nasional

1. Labu Bontong Perkampungan Tradisional 2. Brang Bako Pantai 3. Brang Tiram Pantai 4. Labu Jambu Perkampungan Tradisional 5. Tero Pantai VI 6. Maci Pantai EMPANG TARANO 7. Sili Pantai 8. Bendungan Gapit Bendungan 9. Gili Lipan Pulau/ Taman Laut 10. Gili Sentigi Pulau/ Taman Laut 11. Telaga Lompa Telaga Alam 12. Pelman Air Terjun

1. Pandan Sari Pantai VII 2. Lampin Pantai LUNYUK 3. Batu Pampang Pantai

1. Tanjung Panas Pantai VIII 2. Leppu Pantai LABANGKA 3. Liang Dewa Pantai Sumber: Review Hasil Rencana dari Pengolahan 2013, 2017

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta pembagian Destinasi Pariwisata Kabupaten (DPK) di halaman selanjutnya.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 19 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 20 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 21 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

10.2.1. Rencana Kawasan Pengembangan Pariwisata Kabupaten (KPPK) Rencana kawasan pengembangan pariwisata merupakan arahan pembangunan kawasan pariwisata yang menurut hasil analisis dapat menjadi andalan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi serta mencapai visi dan misi pengembangan kepariwisataan daerah. Kawasan pengembangan pariwisata adalah suatu ruang pariwisata yang mencakup luasan area tertentu sebagai suatu kawasan dengan komponen kepariwisataannya, serta memiliki karakter atau tema produk pariwisata tertentu yang dominan dan melekat kuat sebagai komponen pencitraan kawasan tersebut.

Kawasan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Sumbawa dikelompokkan ke dalam 4 (empat) KPP Kabupaten yang tersebar di 9 (sembilan) kecamatan, yaitu: 1. KPPK Gerbang Barat dan sekitarnya, yang meliputi Labuhan Mapin, Gontar, Mapin Rea, Marente, Pulau Bungin, Pulau Panjang, Pulau Kalong, dan daya tarik wisata sekitarnya; 2. KPPK Batu Telu dan sekitarnya, yang meliputi Batu Dulang, Batu Rotok, Tepal, Klungkung, Senawang, dan daya tarik wisata sekitarnya; 3. KPPK Lenangguar-Lantung dan sekitarnya, yang meliputi Teba Murin, Lenang Indah, Buin Lajendre, dan daya tarik wisata sekitarnya. 4. KPPK Dodo-Rinti dan sekitarnya, yang meliputi Pandan Sari, Lampin, Batu Pampang, Dodo, Rinti, Lebangkar, Tanjung Panas, Leppu, Liang Dewa, dan daya tarik wisata sekitarnya.

KPPK Gerbang Barat dan sekitarnya, meliputi Kecamatan Alas Barat dan Kecamatan Alas; KPPK Batu Telu dan sekitarnya, meliputi Kecamatan Batu Lanteh dan Kecamatan Orong Telu; KPPK Lenangguar-Lantung dan sekitarnya, meliputi Kecamatan Lenangguar dan Kecamatan Lantung; sedangkan KPPK Dodo-Rinti dan sekitarnya, meliputi Kecamatan Lunyuk, Kecamatan Ropang dan Kecamatan Labangka.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta pembagian Kawasan Pengembangan Pariwisata Kabupaten Sumbawa di halaman selanjutnya.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 22 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 23 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

10.2.2. Rencana Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten (KSPK) Rencana kawasan strategis pariwisata merupakan arahan pengembangan kawasan pariwisata yang dianggap strategis untuk menjawab isu-isu strategis pembangunan wilayah dan atau pembangunan kepariwisataan. Kawasan strategis pariwisata adalah kawasan yang memiliki fungsi utama pariwisata atau memiliki potensi untuk pengembangan pariwisata yang mempunyai pengaruh penting dalam satu atau lebih aspek seperti pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya, pemberdayaan sumber daya alam, daya dukung lingkungan hidup, serta pertahanan dan keamanan (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, Pasal 10).

Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten Sumbawa dikelompokkan ke dalam 5 (lima) KSP Kabupaten yang tersebar di 15 (lima belas) kecamatan, yaitu: 1. KSPK Kebete dan sekitarnya, yang meliputi Pulau Keramat, Pulau Bedil, Pulau Temudong, Labu Pade, Tamase, Pulau Kaung, dan daya tarik wisata sekitarnya; 2. KSPK Dalam Loka-Tanjung Menangis dan sekitarnya, yang meliputi Pamulung, Istana Bala Kuning, Istana Bala Puti, Istana Dalam Loka, Makam Sampar, Bala Datu Ranga, Museum Daerah, Batu Gong, Saliper Ate, Tanjung Menangis, Perung, Poto, Kakiang, Moyo, Ponan, Kuber Belo, Kuber Dea Koasa, Senampar, Penyaring, dan daya tarik wisata sekitarnya; 3. KSPK Temang Dongan-Ai Renung dan sekitarnya, yang meliputi Situs Ai Renung, Situs Lutuk Batu Peti, Situs Raboran, Situs Sampar Re, Situs Tarakin, Situs Temang Dongan, dan daya tarik wisata sekitarnya; 4. KSPK Teluk Saleh-Pulau Moyo dan sekitarnya, yang meliputi Pulau Moyo, Pulau Dangar Rea, Pulau Dangar Ode, Pulau Liang, Pulau Ngali, Pulau Tapan, Teluk Santong, Labuhan Bontong, Labuhan Jambu, Pulau Depi, Pulau Rakit, Gili Dewa, dan daya tarik wisata sekitarnya; 5. KSPK Sili-Maci-Panubu dan sekitarnya, yang meliputi Pantai: Sili, So Athi, Maci, Panubu, Pulau Raja Kepe, Brang Bako, Brang Tiram, Tero, dan daya tarik wisata sekitarnya.

KSPK Kebete dan sekitarnya, meliputi Kecamatan Buer, Kecamatan Utan dan Kecamatan Rhee (termasuk pulau-pulau kecil di sekitarnya); KSPK Dalam Loka- Tanjung Menangis dan sekitarnya, meliputi Kecamatan Labuhan Badas, Kecamatan Sumbawa, Kecamatan Unter Iwes, Kecamatan Moyohilir dan Kecamatan Moyo Utara; KSPK Temang Dongan-Ai Renung dan sekitarnya, meliputi Kecamatan Moyohulu dan Kecamatan Lopok; KSPK Teluk Saleh-Pulau Moyo dan sekitarnya, meliputi Pulau Moyo, Kecamatan Moyo Utara, Kecamatan Moyohilir, Kecamatan Lape, Kecamatan Maronge, Kecamatan Plampang, Kecamatan Empang dan Kecamatan Tarano; sedangkan KSPK Sili-Maci-Panubu dan sekitarnya, meliputi Kecamatan Empang dan Kecamatan Tarano (terutama pesisir selatan).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta pembagian Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten Sumbawa di halaman selanjutnya.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 24 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Bab 10 - 25 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

11.1 PRIORITAS PROGRAM PENGEMBANGAN WISATA rioritas program pengembangan wisata di Kabupaten Sumbawa dibagi menjadi dua pembahasan, yaitu: prioritas program penanganan dan prioritas penanganan kawasan. Prioritas program penanganan menyangkut substansi dari program pengembangan wisata di Kabupaten Sumbawa, yaitu program-program apa saja yang perlu segera dilakukan. Sedangkan Pprioritas penanganan kawasan menyangkut aspek spasial dalam pengembangan wisata Kabupaten Sumbawa, yaitu DPK-DPK mana saja yang penanganannya perlu diprioritaskan.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPAR) Bab 11 -1 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

A. Prioritas Program Penanganan Pengembangan kepariwisataan tidak hanya tergantung pada potensi dari objek dan daya tarik saja, tetapi menyangkut setiap elemen dari produk wisata. Dari sudut makro, minat pasar wisatawan bagi Kabupaten Sumbawa sampai saat ini masih sangat tergantung pada potensi alami dan sejarah, sementara itu pemenuhan dan pemeliharaan sarana dan prasarana wisata dirasakan masih kurang terutama dalam penyediaan modal angkutan yang menuju ke setiap ODTW, selain itu jenis atraksi wisata yang disuguhkan masih sangat kurang.

Tantangan terbesar yang dirasakan dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Sumbawa adalah bagaimana menciptakan ketertarikan pasar dan memadukan unsur- unsur pembangunan kegiatan wisata terhadap objek wisata yang ada, sehingga "primadona" kepariwisataan Kabupaten Sumbawa tertumpu pada setiap sektor wisata. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat potensi wisata di Kabupaten Sumbawa yang cukup besar dan beragam jenisnya.

Berdasar pada uraian diatas, prioritas penanganan dalam pengembangan pariwisata di Kabupaten Sumbawa adalah lebih pada pengoptimalan sarana dan prasarana wisata yang ada. Prioritas pertama yang perlu segera dilakukan adalah berupa pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana wisata. Selain itu juga pengembangan sistem promosi yang mendukung rencana pengembangan wisata Kabupaten Sumbawa. Secara skematis, prioritas program pengembangan wisata di Kabupaten Sumbawa dapat dilihat pada Gambar dibawah ini.

Gambar 11.1 Prioritas Penanganan Program Pengembangan Wisata

B. Prioritas Penanganan Kawasan Prioritas pertama dalam penanganan kawasan ditujukan bagi kawasan yang secara fisik maupun ekonomi mempunyai potensi yang cukup tinggi, tetapi mempunyai kendala dalam pengembangannya. Prioritas berikutnya ditujukan bagi kawasan yang secara fisik

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPAR) Bab 11 -2 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

maupun ekonomi mempunyai potensi yang cukup tinggi dan relatif tidak terlalu mempunyai kendala dalam pengembangannya. Prioritas terakhir diberikan bagi kawasan yang secara fisik maupun ekonomi tidak berpotensi, dan kendala yang dihadapi dalam pengembangannya pun cukup tinggi.

POTENSI KENDALA

PRIORITAS PERTAMA Tinggi Ada

PRIORITAS KEDUA Tinggi Relatif Tidak Ada

PRIORITAS KETIGA Rendah Tinggi

Gambar 11.2 Prioritas Penanganan Program Pengembangan Kawasan

Berdasarkan sistematika diatas serta kondisi eksisting yang ada, maka kawasan yang menempati prioritas tertinggi dalam pengembangannya adalah terletak pada DPK Lunyuk dan DPK Empang Tarano. Relevansi penanganan kawasan yang diprioritaskan, terletak pada penciptaan kawasan wisata Kabupaten Sumbawa yang dapat menjadi "Primadona" bagi wisatawan regional maupun internasional yang pada akhirnya mampu menjadi pemacu bagi pertumbuhan kawasan lainnya.

Prioritas berikutnya diberikan pada objek dan daya tarik wisata yang pengembangannya sudah berlangsung dan relatif tidak mempunyai kendala. Objek dan daya tarik wisata yang termasuk dalam prioritas ini terletak pada DPK Labuan Mapin dan DPK Batu Bulan. Untuk objek dan daya tarik wisata yang terletak pada DPK selain di atas, prioritas penanganannya adalah prioritas ketiga, yaitu DPK Semongkat, DPK Istana Dalam Loka dan DPK Pulau Moyo.

11.2 INDIKASI PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN Program dan kegiatan pengembangan pariwisata Kabupaten Sumbawa secara rinci dapat dilihat pada Tabel 11.1. Kegiatan-kegiatan dalam satu program merupakan satu kesatuan yang saling mendukung. Setiap kegiatan dilaksanakan oleh institusi terkait yang berwenang. Institusi tersebut merupakan institusi penerintah, swasta, dan atau lembaga swadaya masyarakat.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPAR) Bab 11 -3 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

TABEL 11.1 INDIKASI PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA TAHUN 2018-2027 PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS Program Pembangunan 1. Penyusunan Rencana Induk dan Tersedianya Rencana Induk dan Perangkat Daerah bidang Pariwisata Destinasi Pariwisata Rencana Detail Pembangunan Rencana Detail Pembangunan KSPK Kawasan Pariwisata dan KPPK 2. Penyusunan regulasi tata bangunan Tersedianya regulasi tata bangunan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; dan tata lingkungan pembangunan dan tata lingkungan KSPK dan KPPK 2. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan kawasan pariwisata Umum dan Penataan Ruang; 3. Perangkat Daerah bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman 3. Pembuatan standarisasi fasilitas Terbentuknya standarisasi fasilitas 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; umum dan fasilitas pariwisata umum dan fasilitas pariwisata 2. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 4. Pembuatan aturan untuk Terbentuknya aturan untuk 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; pengembangan fasilitas umum dan pengembangan fasilitas umum dan 2. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan fasilitas pariwisata menggunakan fasilitas pariwisata Umum dan Penataan Ruang kekayaan dan mempertimbangan nilai-nilai lokal 5. Pengembangan pariwisata berbasis Tersusunnya revitalisasi paket 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; kegiatan budaya (cultural events) cultural event tourism 2. Perangkat Daerah bidang Kebudayaan 6. Pengembangan pariwisata berbasis Tersusunnya revitalisasi paket 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; peninggalan sejarah dan budaya heritage tourism 2. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan (heritage tourism) Umum dan Penataan Ruang 7. Pembinaan dan penataan kawasan Terbinanya dan tertatanya kawasan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; wisata dan komunitas masyarakat wisata dan komunitas masyarakat 2. Perangkat Daerah bidang yang mencerminkan prinsip-prinsip yang mencerminkan prinsip-prinsip Kebudayaan sadar wisata/sapta pesona sadar wisata/sapta pesona

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 4 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS 8. Pembinaan dan pelatihan pengelola Terlaksananya pelatihan pengelola 1. Perangkat Daerah bidang show room, rumah produk, dan show room, rumah produk dan lain- Perindustrian; pengelola usaha kecil lain 2. Perangkat Daerah bidang Perdagangan 9. Pembenahan landscape di destinasi Terlaksananya pembenahan obyek 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; pariwisata wisata setiap tahun 2. Perangkat Daerah bidang Kebudayaan; 3. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 10. Pengembangan hutan wisata Tertanamnya pohon-pohon langka 1. Perangkat Daerah bidang Kehutanan; (ditanami tanaman langka) di destinasi di destinasi pariwisata daerah 2. Perangkat Daerah bidang Lingkungan pariwisata daerah Hidup 11. Penanaman pohon di kawasan Ternanamnya pohon di kawasan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; destinasi pariwisata untuk mendukung destinasi pariwisata 2. Perangkat Daerah bidang Lingkungan pembangunan pariwisata berwawasan Hidup; lingkungan 3. Perangkat Daerah bidang Kehutanan 12. Pembangunan/peningkatan jalur Terbangunannya jalur transportasi Perangkat Daerah bidang Perhubungan transportasi perintis perintis 13. Pengembangan fasilitas penunjuk Terbangunnnya signage menuju Perangkat Daerah bidang Perhubungan jalan (signage) menuju objek dan daya destinasi pariwisata daerah tarik wisata di destinasi pariwisata daerah 14. Peningkatan kualitas jalan (akses) Terpeliharanya jalan menuju Perangkat Daerah bidang Pekerjaan menuju destinasi pariwisata daerah destinasi pariwisata daerah Umum dan Penataan Ruang 15. Pembangunan jalan menuju daya tarik Terbangunannya jalan menuju daya Perangkat Daerah bidang Pekerjaan wisata di destinasi pariwisata daerah tarik wisata Umum dan Penataan Ruang

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 5 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS 16. Pembangunan gerbang obyek wisata Terbangunnya gerbang obyek wisata 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; dalam kawasan wisata 2. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang 17. Peningkatan kualitas jalan (akses) Terpeliharanya jalan menuju Perangkat Daerah bidang Pekerjaan menuju destinasi pariwisata daerah destinasi pariwisata daerah Umum dan Penataan Ruang 18. Revitalisasi terminal sebagai Terevitalisasinya terminal Perangkat Daerah bidang Perhubungan hubungan yang menghubungkan antar obyek-obyek wisata 19. Pengadaan sarana transportasi berupa Tersedianya bus-bus kecil untuk 1. Perangkat Daerah bidang bus-bus kecil untuk menuju ke obyek- menuju obyek wisata Perhubungan; obyek wisata 2. Swasta 20. Pengaturan jadwal sarana moda Terdapatnya pengaturan moda Perangkat Daerah bidang Perhubungan transportasi transportasi yang terjadwal 21. Pengaturan rute sarana moda Terdapatnya pengaturan rute Perangkat Daerah bidang Perhubungan transportasi transportasi yang terjadwal 22. Pengembangan kemudahan Kemudahan perjalanan wisatawan Perangkat Daerah bidang Perhubungan perjalanan wisata bagi masyarakat dari satu obyek wisata ke obyek wisata yang lain 23. Peningkatan kuantitas dan kualitas Moda transportasi umum yang 1. Perangkat Daerah bidang moda transportasi menuju destinasi berkualitas dan mencukupi menuju Perhubungan; pariwisata daerah obyek wisata 2. Swasta 24. Pengontrolan kualitas moda Terdapatnya pengawasan terhadap Perangkat Daerah bidang Perhubungan transportasi wisata kualitas moda transportasi wisata secara rutin

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 6 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS 25. Pendampingan teknis pembangunan Tertatanya kios cenderamata di 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; dan penataan kios-kios cenderamata destinasi pariwisata daerah 2. Perangkat Daerah bidang di destinasi pariwisata daerah Perdagangan; 3. Perangkat Daerah bidang Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman 26. Pembangunan sarana interpretasi Terbangunnya sarana interpretasi di Perangkat Daerah bidang Pariwisata pariwisata di daya tarik wisata destinasi pariwisata 27. Pembangunan papan interpretasi Terbangunnya papan interpretasi di Perangkat Daerah bidang Pariwisata (interpretation board) di daya tarik destinasi pariwisata wisata 28. Peningkatan kualitas fisik Tourist Terdapat Tourist Information Center Perangkat Daerah bidang Pariwisata Information Center (TIC) di destinasi (TIC) yang memadai pariwisata daerah 29. Pengembangan kualitas sarana Tersedianya sarana pariwisata yang 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; pariwisata milik pemerintah daerah berkualitas di destinasi pariwisata 2. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan daerah Umum dan Penataan Ruang 30. Pengelolaan sarana pariwisata milik Terkelolanya sarana pariwisata yang Perangkat Daerah bidang Pariwisata pemerintah daerah berkualitas di destinasi pariwisata daerah 31. Penyusunan multiplier effect Tersusunnya analisis multiplier Perangkat Daerah bidang Pariwisata pengembangan pariwisata effect pengembangan pariwisata 32. Pengembangan sarana prasarana Berkembangnya sarana prasarana Perangkat Daerah bidang Pekerjaan pendukung/infrastruktur bagi pendukung/infrastruktur bagi Umum dan Penataan Ruang kemudahan akses terhadap produk kemudahan akses terhadap produk dan usaha ekonomi yang dan usaha ekonomi yang dikembangkan masyarakat lokal dikembangkan masyarakat lokal

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 7 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS 33. Pembangunan Tourist Information Terbangunnya Pembangunan Perangkat Daerah bidang Pariwisata Center (TIC) di daya tarik wisata Tourist Information Center (TIC) di destinasi pariwisata 34. Pengembangan public place yang Terbangunnya public place di 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; sekaligus berfungsi sebagai tempat destinasi pariwisata 2. Perangkat Daerah bidang Perumahan atraksi seni dari grup-grup kesenian Rakyat dan Kawasan Permukiman daerah 35. Pembangunan tempat bersantai di Terbangunnya tempat bersantai di Perangkat Daerah bidang Pekerjaan daya tarik wisata di destinasi destinasi pariwisata Umum dan Penataan Ruang pariwisata 36. Fasilitasi peningkatan kualitas Terbangunnya lingkungan homestay 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; lingkungan homestay sesuai tipologi & yang sehat di destinasi pariwisata 2. Swasta kriteria lingkungan sehat & nyaman 37. Peningkatan kualitas sarana dan Tersedianya sarana dan prasarana 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; prasarana akomodasi dengan nuansa akomodasi yang berkualitas dan 2. Swasta alam bernuansa alam 38. Pengembangan kualitas layanan Revitalisasi homestay di destinasi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; homestay di destinasi pariwisata pariwisata daerah 2. Swasta daerah 39. Pendampingan dan pembinaan Terlaksananya pembinaan pengrajin 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; pengrajin di sentra-sentra kerajinan untuk mendukung pengembangan 2. Perangkat Daerah bidang koperasi untuk mendukung pengembangan wisata kerajinan dan UMKM wisata kerajinan (craft tourism) 40. Pembangunan fasilitas umum dan Adanya fasilitas umum dan fasilitas 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; fasilitas pariwisata yang aksesibel bagi pariwisata yang aksesibel bagi 2. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan semua (difable) semua (difable) Umum dan Penataan Ruang

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 8 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS 41. Pembangunan jalan setapak pada Terbangunnya jalan setapak pada 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; obyek wisata untuk mengarahkan rute obyek wisata 2. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan sight seeing dari wisatawan Umum dan Penataan Ruang 42. Pemetaan potensi dan kebutuhan Terpetakannya potensi dan Perangkat Daerah bidang Pariwisata masyarakat lokal dalam pembangunan kebutuhan masyarakat lokal dalam kepariwisataan pembangunan kepariwisataan 43. Penyuluhan sadar wisata untuk Terselenggaranya penyuluhan sadar 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; masyarakat penyedia jasa transportasi wisata terhadap masyarakat 2. Perangkat Daerah bidang lokal (Ojek, taksi, dan lain-lain) penyedia transportasi lokal Perhubungan 44. Peningkatan profesionalisme para Tersertifikasinya pemandu wisata 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; pemandu wisata melalui peningkatan setiap tahun 2. Himpunan Pariwisata Indonesia; pengetahuan dan keterampilan terkait 3. Badan Nasional Sertifikasi Profesi 45. Peningkatan pemahaman masyarakat Meningkatnya pemahaman 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; tentang pengarusutamaan gender masyarakat tentang 2. Tim Penggerak Kelompok dalam pembangunan kepariwisataan pengarusutamaan gender dalam Pemberdayaan Kesejahteraan pembangunan kepariwisataan Keluarga; 3. Perangkat Daerah bidang Pemberdayaan Perempuan 46. Pembuatan media campaign tentang Adanya media campaign tentang 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; sadar wisata yang terjadwal dan sadar wisata yang terjadwal dan 2. Media massa; terencana dengan baik terencana dengan baik 3. Badan Promosi Pariwisata Daerah 47. Pemberdayaan potensi dan kapasitas Pemberdayaan potensi dan Perangkat Daerah bidang Pariwisata masyarakat dalam pembangunan kapasitas masyarakat dalam destinasi kepariwisataan pembangunan destinasi kepariwisataan 48. Pengembangan dan pembinaan Terselenggaranya pelatihan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; kelompok kesenian rakyat tradisional peningkatan keterampilan kelompok 2. Perguruan Tinggi bidang seni (seni pertunjukan) di destinasi seni pertunjukan pariwisata daerah PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 9 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS 49. Optimalisasi pelaksanaan investasi Optimalnya pelaksanaan investasi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; sektor publik pendukung pariwisata sektor publik pendukung pariwisata 2. Perangkat Daerah bidang Perencanaan Pembangunan 50. Pembentukan Kelompok Kerja Terbentuknya Kelompok Kerja 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; Investasi Pariwisata di daerah Investasi Pariwisata 2. Perangkat Daerah bidang Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu 51. Peningkatan unit kerja yang berfungsi Meningkatnya kinerja unit kerja 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; menggerakan bidang investasi yang berfungsi menggerakkan 2. Perangkat Daerah bidang bidang investasi Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu 52. Perlunya penyusunan Profil Investasi Tersusunnya Profil Investasi Bidang 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; Bidang Pariwisata Pariwisata 2. Perangkat Daerah bidang Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu 53. Perlunya penyusunan Buku Petunjuk Tersusunnya Buku Petunjuk dan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; dan Daftar Peluang Investasi Usaha Daftar Peluang Investasi Usaha 2. Perangkat Daerah bidang Pariwisata Daerah Pariwisata Daerah Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu 54. Pengoptimalan Perangkat Daerah Optimalnya Perangkat Daerah 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; bidang Pariwisata dalam bidang Pariwisata dalam 2. Perangkat Daerah bidang mempromosikan peluang usaha mempromosikan peluang usaha Pemerintahan Umum; kepariwisataan di destinasi masing- kepariwisataan di destinasi masing- 3. Perangkat Daerah bidang masing masing Kepegawaian Program Pembangunan 1. Pemanfaatan produk baru dan produk Termanfaatkannya produk baru dan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; Pemasaran Pariwisata yang dibaharukan dalam kegiatan produk yang dibaharukan dalam 2. Asosiasi Travel dan Agen Indonesia promosi pariwisata sesuai target pasar kegiatan promosi sesuai target pasar (ASITA)

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 10 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS 2. Pembuatan Program Pemasaran Terlaksananya Program Pemasaran 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; business to business business to business 2. Industri kepariwisataan 3. Pemanfaatan sarana media sosial Adanya pemasaran wisata minat 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; seperti Facebook, Twitter, Instagram, khusus melalui sarana media sosial 2. Perangkat Daerah bidang Komunikasi dan lain-lain, untuk memasarkan seperti Facebook, Twitter, dan Informatika wisata minat khusus sebagai wisata Instagram, dan lain-lain grup atau kelompok 4. Penggunaan media promosi bagi Digunakannya media promosi bagi Perangkat Daerah bidang Pariwisata pembukaan akses pasar terhadap pembukaan akses pasar terhadap produk dan usaha ekonomi yang produk dan usaha ekonomi yang dikembangkan masyarakat lokal dikembangkan masyarakat lokal 5. Peningkatan kualitas teknologi (cetak Tersusunnya leaflet dan website Perangkat Daerah bidang Pariwisata dan elektronik) promosi pariwiata di pariwisata Tourist Information Center (TIC) 6. Pengembangan sistem promosi Dibuatnya suatu sistem informasi Perangkat Daerah bidang Penanaman investasi yang terintegrasi antar yang terintegrasi antar sektor Modal dan Pelayanan Terpadu Satu sektor Pintu 7. Pembaharuan basis data dan Tersedianya basis data dan Perangkat Daerah bidang Pariwisata informasi produk wisata di destinasi- informasi produk wisata di destinasi pariwisata yang updated, destinasidestinasi pariwisata yang terintegrasi, dan antisipatif terhadap updated, terintegrasi, dan antisipatif akses pasar yang semakin kritis/ smart terhadap akses pasar yang semakin untuk pengaturan perjalanan kritis/ smart untuk pengaturan perjalanan 8. Identifikasi produk wisata minat Teridentifikasinya obyek-obyek 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; khusus wisata yang bisa dikembangkan ke 2. Asosiasi Travel dan Agen Indonesia arah minat khusus (ASITA)

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 11 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS 9. Pengembangan atraksi serta kegiatan Berkembangnya atraksi serta 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; wisata minat khusus kegiatan wisata minat khusus 2. Asosiasi Travel dan Agen Indonesia (ASITA) 10. Pembuatan program promosi yang Adanya program promosi yang 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; memprioritaskan pengembangan memprioritaskan pengembangan 2. Asosiasi Travel dan Agen Indonesia produk mendasarkan pada produk mendasarkan pada (ASITA); pertimbangan daya tarik/minat pasar pertimbangan daya tarik/minat 3. Persatuan Hotel dan Restoran (market attractiveness) dan kekuatan pasar (market attractiveness) dan Indonesia (PHRI); kompetisi (competitive strenghts) kekuatan kompetisi (competitive 4. Badan Promosi Pariwisata Daerah untuk menarik pasar strenghts) untuk menarik target pasar yang dituju 11. Penguatan promosi wisata minat Adanya website khusus untuk wisata 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; khusus dengan membuat website- minat khusus 2. Perangkat Daerah bidang Komunikasi website dan Informatika 12. Pembuatan program public relation Adanya program public relation (PR) 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; (PR) yang kreatif dan sesuai dengan yang kreatif dan sesuai dengan 2. Badan Promosi Pariwisata Daerah peningkatan brand image peningkatan brand image 13. Memperluas cakupan promosi ke Cakupan promosi yang mencapai Perangkat Daerah bidang Pariwisata tataran nasional dan internasional tataran nasional dan internasional dengan menggunakan sarana internet 14. Pembuatan program pemasaran yang Adanya program-program 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; komprehensif yang bermuara pada pemasaran yang komprehensif yang 2. Badan Promosi Pariwisata Daerah peningkatan brand image positif dari bermuara pada peningkatan brand destinasi pariwisata daerah image positif dari destinasi pariwisata daerah 15. Penyelenggaraan Gelar Seni Budaya Terlaksananya Gelar Seni Budaya Perangkat Daerah bidang Pariwisata Tingkat Nasional Nasional tiap tahun

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 12 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS 16. Penyelenggaraan event pariwisata Terselenggaranya event pariwisata Perangkat Daerah bidang Pariwisata yang berskala nasional maupun yang berskala nasional maupun internasional seperti parade seni, internasional upacara adat, dan festival seni pertunjukan tradisional 17. Pembuatan brand image destinasi Adanya brand image destinasi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; pariwisata daerah pariwisata daerah 2. Badan Promosi Pariwisata Daerah 18. Pembenahan dan pengembangan Adanya strategi pengembangan Perangkat Daerah bidang Pariwisata; produk yang mendukung strategi produk yang mendukung strategi pencitraan/ branding pencitraan/ branding 19. Partisipasi dalam setiap event Partisipasi dalam setiap event-event Perangkat Daerah bidang Pariwisata pariwisata maupun pentas seni dan pariwisata maupun pentas seni dan kebudayaan skala nasional maupun kebudayaan nasional maupun internasional internasional 20. Pembaharuan materi promosi Terbaharuinya materi promosi Perangkat Daerah bidang Pariwisata pariwisata di tourism website pariwisata di tourism website 21. Pelibatan hotel dan tour agency untuk Terlibatnya hotel dan tour agency 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; pengembangan paket-paket dan pola untuk pengembangan paket-paket 2. Asosiasi Travel dan Agen Indonesia kunjungan yang kreatif dan terfokus dan pola kunjungan yang kreatif dan (ASITA); pada target pasar dan minat terhadap terfokus pada target pasar dan 3. Persatuan Hotel dan Restoran produk minat terhadap produk Indonesia (PHRI) 22. Perlibatan lembaga swadaya Terlibatnya lembaga swadaya 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; masyarakat lingkungan dalam masyarakat lingkungan dalam 2. Lembaga Swadaya Masyarakat perencanaan promosi produk perencanaan promosi produk pariwisata pariwisata 23. Pembuatan program pemasaran yang Adanya program promosi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; melibatkan masyarakat dalam proses pemasaran yang melibatkan 2. Badan Promosi Pariwisata Daerah perencanaannya masyarakat dalam proses

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 13 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS perencanaannya 24. Pengoptimalan kemitraan pemerintah Adanya kemitraan antara 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; dan swasta dalam pemasaran dan pemerintah dengan swasta untuk 2. Industri kepariwisataan promosi promosi 25. Pelaksanaan kerjasama dengan Terciptanya jejaring dunia maya 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; website-website lain untuk saling yang semakin luas 2. Perangkat Daerah bidang Komunikasi bertukar link dan Informatika; 3. Badan Promosi Pariwisata Daerah 26. Peningkatan sinergi promosi dengan Terjadinya sinergi promosi dengan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; sektor-sektor lain sektor-sektor lain 2. Perangkat Daerah bidang Perencanaan Pembangunan; 3. Badan Promosi Pariwisata Daerah 27. Pengidentifikasian dan pemanfaatan Teridentifikasinya komunitas- Perangkat Daerah bidang Pariwisata komunitas-komunitas masyarakat komunitas masyarakat untuk untuk memasarkan produk pariwisata memasarkan produk pariwisata 28. Pembuatan aturan-aturan dalam Adanya aturan yang jelas dalam Perangkat Daerah bidang Pariwisata penentuan pola insentif terhadap penentuan pola insentif terhadap semua upaya promosi dari para semua upaya promosi dari para stakeholders yang mendasarkan pada stakeholders yang mendasarkan konsep responsible tourism pada konsep responsible tourism 29. Perencanaan strategi promosi yang Terencananya strategi promosi yang 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; mempertimbangkan jalur-jalur mempertimbangkan jalur-jalur 2. Asosiasi Travel dan Agen Indonesia distribusi pemasaran distribusi pemasaran (ASITA); 3. Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) 30. Penyusunan database seluruh asosiasi Tersusunnya database seluruh 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; pariwisata di daerah asosiasi pariwisata di daerah 2. Badan Pusat Statistik 31. Pelatihan staf untuk membuat Staf mampu melakukan pemasaran Perangkat Daerah bidang Pariwisata program pemasaran lewat melalui website/internet PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 14 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS website/internet 32. Pengadaan staf khusus yang Adanya staf khusus yang Perangkat Daerah bidang Pariwisata bertanggungjawab terhadap update bertanggungjawab terhadap website dan reply atas permintaan informasi dari wisatawan lewat website 33. Pengoptimalan program-program Optimalnya efektifitas jalur-jalur 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; promosi pariwisata ke arah destinasi distribusi pemasaran di sepanjang 2. Badan Promosi Pariwisata Daerah pariwisata strategis koridor wisata strategis wisatawan nusantara 34. Pembentukan dan optimalisasi forum Terjadinya sinergi program promosi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; promosi pariwisata antar mata rantai stakeholder pada 2. Badan Promosi Pariwisata Daerah; lingkup destinasi-destinasi 3. Industri Kepariwisataan pariwisata 35. Pelibatan Badan Promosi Pariwisata Terlibatnya Badan Promosi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; Daerah dalam event promosi Pariwisata Daerah dalam event 2. Badan Promosi Pariwisata Daerah pariwisata promosi pariwisata 36. Promosi integrasi antar pelaku usaha Terintegrasinya promosi antar 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; untuk menggerakkan kunjungan pelaku usaha untuk menggerakkan 2. Badan Promosi Pariwisata Daerah; wisatawan antar obyek wisata kunjungan wisatawan antar obyek 3. Pelaku usaha pariwisata wisata 37. Pembuatan booklet pariwisata daerah Tersusunnya booklet pariwisata Perangkat Daerah bidang Pariwisata daerah 38. Pengoptimalan efektifitas jalur-jalur Optimalnya jalur-jalur distribusi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; distribusi pemasaran di sepanjang pemasaran di sepanjang koridor 2. Pelaku usaha pariwisata koridor wisata strategis wisatawan wisata strategis wisatawan nusantara nusantara Program Pembangunan 1. Pelatihan pengelolaan usaha Terwujudnya usaha pariwisata yang 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; Industri Pariwisata pariwisata yang berdaya saing berdaya saing 2. Pelaku usaha pariwisata

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 15 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS 2. Pengembangan restoran/tempat Terbangunnya restoran/tempat 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; makan untuk menjual makanan makan 2. Perangkat Daerah bidang (culinary tourism) Perdagangan; 3. Swasta 3. Peningkatan kapasitas pengelolaan Meningkatnya kapasitas Perangkat Daerah bidang Pariwisata usaha wisata yang dikembangkan pengelolaan usaha wisata yang masyarakat lokal sekitar destinasi dikembangkan masyarakat lokal pariwisata daerah sekitar destinasi pariwisata daerah 4. Pengembangan produk dan layanan Adanya produk dan layanan usaha 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; usaha ekonomi yang dikembangkan ekonomi yang dikembangkan 2. Perangkat Daerah bidang masyarakat lokal di sekitar destinasi masyarakat lokal di sekitar destinasi Perindustrian pariwisata pariwisata 5. Pembuatan media informasi Tersedianya media indormasi Perangkat Daerah bidang Pariwisata kepariwisataan di pintu kedatangan kepariwisataan di pintu kedatangan wisatawan wisatawan 6. Penetapan asuransi bagi wisatawan di Ditetapkannya pemberian asuransi Perangkat Daerah bidang Pariwisata lingkungan daya tarik wisata bagi wisatawan 7. Pembuatan online business Tersedianya online business 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; transaction transaction 2. Pelaku usaha pariwisata 8. Peningkatan peran akses lebih besar Meningkatnya peran dan akses lebih 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; bagi perempuan dalam besar bagi perempuan dalam 2. Tim PKK; pengembangan usaha kepariwisataan pengembangan usaha 3. Perangkat Daerah bidang kepariwisataan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak 9. Pengembangan dan pembinaan Terlaksananya kegiatan pelatihan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; kompetensi kewirausahaan kewirausahaan di bidang pariwisata 2. Perangkat Daerah bidang masyarakat di sektor-sektor usaha Perindustrian; pariwisata 3. Perguruan Tinggi

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 16 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS 10. Pelatihan sertifikasi nasional bagi Terbukanya wacana pelaku usaha 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; usaha pariwisata pariwisata mengenai pentingnya 2. Badan Nasional Sertifikasi Profesi; sertifikasi nasional bagi usaha 3. Pelaku usaha pariwisata pariwisata 11. Pelaksanaan ujian sertifikasi usaha Terwujudnya usaha pariwisata yang 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; pariwisata memiliki sertifikasi nasional 2. Badan Nasional Sertifikasi Profesi; 3. Pelaku usaha pariwisata 12. Sertifikasi usaha jasa pariwisata Tersertifikasinya semua usaha jasa 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; pariwisata 2. Lembaga Sertifikasi Kepariwisataan 13. Penyusunan kebijakan tax holiday Tersusunnya kebijakan tax holiday 1. Pemerintah Daerah; sebagai insentif untuk usaha baru sebagai insentif untuk usaha baru 2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pariwisata pariwisata 14. Penganugerahan tourism award bagi Terapresiasinya usaha pariwisata 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; usaha pariwisata yang menggunakan yang menggunakan dan 2. Pelaku Usaha Pariwisata dan mengembangkan produk lokal mengembangkan produk lokal dan dan produk usaha mikro, kecil dan produk usaha mikro, kecil dan menengah menengah 15. Pemasaran kepariwisataan bersama Terbangunnya kebersamaan dalam 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; antara pelaku wisata memasarkan kepariwisataan se- 2. Pelaku Usaha Pariwisata Kabupaten Sumbawa 16. Penyusunan skema kerjasama antara Tersusunnya skema kerjasama 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; pemerintah daerah dan industri antara pemerintah daerah dan 2. Pelaku Usaha Pariwisata pariwisata dalam keadaan darurat industri pariwisata dalam keadaan darurat misalnya bencana alam 17. Penyusunan skema kerjasama antara Tersusunnya skema kerjasama 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; pemerintah daerah dan industri antara pemerintah daerah dan 2. Pelaku Usaha Pariwisata pariwisata dalam upaya perintisan industri pariwisata dalam upaya pengembangan pariwisata perintisan pengembangan pariwisata PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 17 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS 18. Fasilitasi penyusunan pola kerjasama Tersusunnya skema kerjasama antar 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; antar usaha pariwisata dalam usaha pariwisata dalam membuat 2. Asosiasi Travel dan Agen Indonesia membuat paket dan menjual produk paket dan menjual produk wisata (ASITA); wisata 3. Pelaku usaha pariwisata 19. Pembentukan Gabungan Industri Terbentuknya Gabungan Industi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; Pariwisata Pariwisata 2. Pelaku usaha pariwisata 20. Fasilitasi promosi bagi paket-paket Terfasilitasinya promosi bagi paket- 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; produk wisata yang dibuat oleh paket produk wisata yang dibuat 2. Pelaku usaha pariwisata kalangan usaha pariwisata oleh kalangan usaha pariwisata 21. Penyusunan pola-pola rintisan dalam Tersusunnya pola-pola rintisan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; keadaan darurat dalam keadaan darurat 2. Stakeholder kepariwisataan daerah 22. Penyiapan insentif dan kemudahan Adanya insentif dan kemudahan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; bagi pengembangan usaha ekonomi bagi pengembangan usaha ekonomi 2. Perangkat Daerah bidang yang dikembangkan masyarakat lokal yang dikembangkan masyarakat Perdagangan; terkait dengan pariwisata daerah lokal terkait dengan pariwisata 3. Perangkat Daerah bidang daerah Perindustrian 23. Fasilitasi forum temu pengusaha Terfasilitasinya temu pengusaha 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; usaha mikro, kecil dan menengah usaha mikro, kecil dan menengah 2. Perangkat Daerah bidang Koperasi terkait dengan pariwisata daerah terkait dengan pariwisata daerah dan UMKM; dengan perbankan dengan perbankan 3. Perbankan 24. Proteksi terhadap eksistensi dan Adanya perlindungan terhadap 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; kelangsungan usaha mikro, kecil dan eksistensi dan kelangsungan usaha 2. Perangkat Daerah bidang Koperasi menengah di sekitar destinasi mikro, kecil dan menengah di sekitar dan UMKM pariwisata daerah destinasi pariwisata 25. Pelatihan kewirausahaan pada sektor Terlaksananya pelatihan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; unit usaha mikro, kecil dan menengah kewirausahaan pada sektor unit 2. Perangkat Daerah bidang terkait dengan jasa pariwisata daerah usaha mikro, kecil dan menengah Perindustrian; terkait dengan jasa pariwisata 3. Perangkat Daerah bidang Koperasi daerah dan UMKM PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 18 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS 26. Pelatihan peningkatan hospitality para Terlaksananya pelatihan hospitality 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; pelaku bisnis pariwisata daerah bisnis pariwisata 2. Perangkat Daerah bidang Koperasi dan UMKM 27. Pengembangan koperasi pariwisata di Terbentuknya koperasi pariwisata di 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; sekitar destinasi pariwisata daerah destinasi pariwisata daerah 2. Perangkat Daerah bidang Koperasi dan UMKM 28. Penyusunan standar keamanan untuk Tersusunnya panduan standar 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; setiap usaha pariwisata keamanan untuk setiap usaha 2. Pelaku usaha pariwisata pariwisata 29. Penilaian penerapan standar Dievaluasinya penerapan standar 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; keamanan untuk setiap usaha keamanan usaha pariwisata 2. Pelaku usaha pariwisata pariwisata 30. Penyusunan pedoman mengenai Tersusunnya pedoman mengenai Perangkat Daerah bidang Pariwisata kewajiban usaha pariwisata dalam kewajiban usaha pariwisata dalam melestarikan sumber daya budaya melestarikan sumber daya budaya 31. Pemberian insentif dan kemudahan Diberikannya insentif dan Perangkat Daerah bidangPenanaman perijinan bagi usaha pariwisata kemudahan perijinan bagi usaha Modal danPelayanan Terpadu Satu pariwisata Pintu 32. Operasi penerapan standar dan Terwujudnya penerapan standar 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; pedoman pengelolaan lingkungan pengelolaan lingkungan hidup dalam 2. Perangkat Daerah bidang Lingkungan hidup dalam penyelenggaraan usaha penyelenggaraan usaha pariwisata Hidup pariwisata dan pemberian sanksinya 33. Penyusunan kebijakan dan regulasi Terciptanya kebijakan dan regulasi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; penggunaan sumber daya lokal dalam penggunaan sumber daya lokal 2. Pelaku usaha pariwisata menyelenggarakan usaha pariwisata dalam menyelenggaran usaha pariwisata

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 19 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS 34. Operasi penerapan standar keamanan Terwujudnya penerapan standar 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; usaha pariwisata dan pemberian keamanan usaha pariwisata 2. Perangkat Daerah bidang sanksi bagi usaha pariwisata yang Ketenteraman dan Ketertiban Umum tidak mematuhi standar keamanan 35. Penyusunan standar dan pedoman Tersusunnya standar dan pedoman 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; pengelolaan lingkungan hidup dalam pengelolaan lingkungan hidup dalam 2. Perangkat Daerah bidang Lingkungan penyelenggaraan usaha pariwisata penyelenggaraan usaha pariwisata Hidup 36. Pembuatan kegiatan pilot project Terlaksananya kegiatan pilot project 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; Corporate Social Responsibility (CSR) Corporate Social Responsibility (CSR) 2. Pelaku usaha pariwisata untuk pengembangan kepariwisataan untuk pengembangan kepariwisataan 37. Penyusunan sistem koordinasi dan Tersusunnya sistem koordinasi dan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; program yang integratif dalam program yang integratif dalam 2. Pelaku usaha pariwisata menyalurkan dana Corporate Social menyalurkan dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari usaha-usaha Responsibility (CSR) dari usaha- pariwisata usaha pariwisata 38. Sosialisasi Corporate Social Tersosialisasinya CSR bagi usaha 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; Responsibility (CSR) bagi usaha pariwisata 2. Pelaku usaha pariwisata pariwisata Program Pembangunan 1. Penyusunan perencanaan sumber Tersusunnya perencanaan sumber 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; Kelembagaan Kepariwisataan daya manusia pariwisata di lingkungan daya manusia pariwisata di 2. Perangkat Daerah bidang pemerintah daerah lingkungan pemerintah daerah Kepegawaian serta Pendidikan dan Latihan 2. Technical Assistance bagi industri Terdampinginya industri pariwisata Perangkat Daerah bidang Pariwisata pariwisata (homestay, hotel, restoran, dalam mengembangkan usahanya UMKM dan lain-lain)

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 20 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS 3. Sosialisasi Standard Operating Terlaksananya kegiatan sosialisasi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; Procedure (SOP) usaha perhotelan di Standard Operating Procedure (SOP) 2. Persatuan Hotel dan Restoran destinasi pariwisata usaha perhotelan di destinasi Indonesia (PHRI) pariwisata 4. Sosialisasi Standard Operating Terlaksananya sosialisasi Standard 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; Procedure (SOP) usaha rumah Operating Procedure (SOP) usaha 2. Persatuan Hotel dan Restoran makan/restoran di destinasi rumah makan/restoran di destinasi Indonesia (PHRI) pariwisata pariwisata 5. Pelatihan pengembangan pariwisata Terbina dan terlatihnya masyarakat 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; bagi masyarakat pegiat pariwisata pegiat pariwisata 2. Perguruan Tinggi 6. Pembentukan forum komunikasi Terbentuknya forum komunikasi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; masyarakat yang peduli terhadap masyarakat yang peduli terhadap 2. Masyarakat pembangunan pariwisata pembangunan pariwisata 7. Fasilitasi pembentukan Kelompok Terfasilitasinya pembentukan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; Sadar Wisata (Pokdarwis) Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) 2. Masyarakat; 3. Kelurahan 8. Pelibatan Kelompok Sadar Wisata Terlibatnya Kelompok Sadar Wisata 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; (Pokdarwis) dalam penerapan Sapta (Pokdarwis) dalam penerapan Sapta 2. Masyarakat; Pesona Pesona 3. Kelurahan 9. Sosialisasi sadar wisata pada Tersosialisasinya sadar wisata pada Perangkat Daerah bidang Pariwisata masyarakat luas masyarakat luas 10. Pembinaan sadar wisata untuk Terselenggaranya penyuluhan sadar 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; masyarakat penyedia jasa boga wisata di destinasi pariwisata daerah 2. Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) 11. Revitalisasi kelompok sadar wisata Aktifnya kelompok sadar wisata dan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; dan lembaga masyarakat dalam lembaga masyarakat dalam 2. Kelompok Sadar Wisata mendukung pengembangan mendukung pengembangan pariwisata daerah pariwisata

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 21 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS 12. Peningkatan kapasitas organisasi Meningkatnya kapasitas organisasi Perangkat Daerah bidang Pariwisata masyarakat lokal/adat dalam masyarakat lokal/adat dalam pengembangan destinasi parwisata pengembangan destinasi pariwisata daerah daerah 13. Peningkatan kapasitas Kelurahan Meningkatknya kapasitas Kelurahan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; dalam pengembangan destinasi dalam pengembangan destinasi 2. Kelurahan kepariwisataan kepariwisataan 14. Fasilitasi pembentukan dan Terfasilitasinya pembentukan dan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; operasionalisasi Badan Promosi operasionalisasi Badan Promosi 2. Perangkat Daerah bidang Pariwisata Daerah Pariwisata Daerah Perencanaan Pembangunan 15. Pelibatan Badan Promosi Pariwisata Terlibatnya Badan Promosi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; Daerah dalam penyusunan kebijakan Pariwisata Daerah dalam 2. Badan Promosi Pariwisata Daerah promosi pariwisata penyusunan kebijakan promosi pariwisata 16. Pembentukan forum promosi lintas Terbentuk 1 (satu) forum promosi Perangkat Daerah bidang Pariwisata destinasi pariwisata daerah lintas destinasi pariwisata daerah 17. Pembentukan forum komunikasi Terbentuknya forum komunikasi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; pembangunan kepariwisataan daerah pembangunan kepariwisataan 2. Pelaku usaha pariwisata daerah 18. Fasilitasi pertemuan rutin forum Terfasilitasinya pertemuan rutin 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; komunikasi pembangunan forum komunikasi pembangunan 2. Pelaku usaha pariwisata kepariwisataan daerah kepariwisataan daerah 19. Peningkatan peran penting asosiasi- Terlibatnya asosiasiasosiasi pelaku 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; asosiasi pelaku industri pariwisata industri pariwisata dalam 2. Industri pariwisata; dalam mengembangkan mengembangkan kepariwisataan 3. Asosiasi pariwisata kepariwisataan daerah daerah 20. Fasilitasi kelembagaan industri Terfasilitasinya kelembagaan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; pariwisata industri pariwisata 2. Industri pariwisata

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 22 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS 21. Fasilitasi pembentukan dan Terfasilitasinya pembentukan dan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; operasionalisasi Gabungan Industri operasionalisasi Gabungan Industri 2. Industri pariwisata Pariwisata Pariwisata 22. Fasilitasi pengembangan dan Terbentuknya 1 (satu) lembaga 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; penguatan lembaga pengelola pengelola di masing-masing 2. Pelaku wisata destinasi pariwisata destinasi pariwisata 23. Fasilitasi pembentukan dan Terbentuknya dan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; operasionalisasi Destination dioperasionalkannya Destination 2. Stakeholder pariwisata Management Organization Management Organization 24. Pelibatan Destination Management Terlibatnya Destination 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; Organization dalam penyusunan Management Organization dalam 2. Destination Management kebijakan pengembangan destinasi penyusunan kebijakan Organization pariwisata daerah pengembangan destinasi pariwisata 25. Fasilitasi kelembagaan Destination Terlibatnya kelembagaan Perangkat Daerah bidang Pariwisata Management Organization Destination Management Organization 26. Pendataan jumlah kebutuhan sumber Terdatanya jumlah kebutuhan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; daya manusia di industri pariwisata sumber daya manusia di industri 2. Perangkat Daerah bidang dan pemerintah daerah pariwisata dan pemerintah daerah Kepegawaian; 3. Industri Pariwisata 27. Sosialisasi standar kualifikasi karyawan Tersosialisasinya standar kualifikasi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; di industri pariwisata karyawan di industri pariwisata 2. Industri pariwisata 28. Penyusunan pedoman standar kualitas Tersusunnya pedoman standar 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; karyawan di industri pariwisata kualitas karyawan di industri 2. Industri pariwisata pariwisata 29. Shortcourse kepariwisataan bagi Terbekalinya pejabat/calon pejabat 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; pejabat/calon pejabat pariwisata pariwisata 2. Perguruan Tinggi

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 23 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS 30. Sosialisasi sertifikasi profesi pelaku Tersosialisasinya sertifikasi profesi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; industri pariwisata pelaku industri pariwisata 2. Badan Nasional Sertifikasi; 3. Pelaku usaha pariwisata 31. Sinkronisasi program dan kegiatan Terkoordinirnya program dan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; Perangkat Daerah terkait dengan kegiatan antara Perangkat Daerah 2. Perangkat Daerah bidang aksesibilitas ke suatu destinasi wisata bidang Pariwisata, bidang Pekerjaan Perhubungan; Umum dan Penataan Ruang dan 3. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan bidang Perhubungan Umum dan Penataan Ruang 32. Penyusunan skema kerjasama Tersusunnya skema kerjasama 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; Perguruan Tinggi dengan pelaku usaha Perguruan Tinggi dengan pelaku 2. Perguruan Tinggi; pariwisata dalam hal penyediaan usaha pariwisata dalam hal 3. Pelaku usaha pariwisata sumber daya manusia penyediaan sumber daya manusia 33. Penyusunan skema kerjasama antara Tersusunnya skema kerjasama 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; industri pariwisata dengan industri antara industri pariwisata dengan 2. Perangkat Daerah bidang keuangan industri keuangan Perdagangan; 3. Perangkat Daerah bidang Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; 4. Perbankan/Lembaga permodalan lainnya 34. Penyusunan skema kerjasama antara Tersusunnya skema kerjasama 1. Perangkat Daerah bid. Perhubungan; pemerintah daerah dengan pelaku antara pemerintah daerah dengan 2. Perangkat daerah bidang Pariwisata; usaha jasa transportasi pelaku usaha jasa transportasi 3. Perangkat Daerah bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang; 4. Pelaku usaha jasa transportasi 35. Peningkatan kinerja sumber daya Terwujudnya sumber daya manusia Perangkat Daerah bidang Pariwisata manusia penyedia layanan informasi yang mampu memberikan pariwisata di semua Tourist pelayanan optimal kepada Information Center (TIC) wisatawan di semua Tourist Information Center (TIC) PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 24 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS 36. Penguatan kompetensi sumber daya Terwujudnya sumber daya manusia Perangkat Daerah bidang Pariwisata manusia penyedia layanan informasi yang mampu memberikan pariwisata di semua Tourist pelayanan optimal kepada wisatawa Information Center (TIC) di semua Tourist Information Center (TIC) 37. Fasilitasi standar kualifikasi karyawan Terfasilitasinya standar kualifikasi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; industri pariwisata karyawan di industri pariwisata 2. Industri pariwisata 38. Monitoring dan evaluasi standar Dievaluasinya implementasi standar 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; kualifikasi karyawan di industri kualifikasi karyawan di industri 2. Industri pariwisata pariwisata pariwisata 39. Pelaksanaan magang untuk Meningkatnya kompetensi sumber 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; peningkatan kompetensi SDM industri daya manusia industri pariwisata 2. Industri pariwisata pariwisata 40. Pelaksanaan magang untuk Meningkatnya kompetensi sumber 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; peningkatan kompetensi sumber daya daya manusia pemerintah daerah di 2. Perangkat Daerah bidang manusia pemerintah daerah di bidang bidang pariwisata Kepegawaian serta Pendidikan dan pariwisata Latihan 41. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan Terselenggaranya pendidikan dan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; techno entrepreneur pelatihan techno entrepreneur 2. Perguruan Tinggi 42. Pelatihan penguasaan teknologi Terlatihnya pelaku usaha pariwisata 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; informasi bagi para pelaku usaha dalam hal penguasaan teknologi 2. Pelaku usaha pariwisata pariwisata informasi 43. Training Of Trainers (TOT) pelaku Terlaksananya Training Of Trainers 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; usaha pariwisata (TOT) pelaku usaha kepariwisataan 2. Pelaku usaha pariwisata di destinasi pariwisata 44. Uji kompetensi pelaku usaha Terlaksananya uji kompetensi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; pariwisata pelaku usaha pariwisata 2. Lembaga Sertifikasi Kepariwisataan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 25 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS 45. Beasiswa pendidikan formal lanjutan Terwujudnya pemberian beasiswa 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; untuk SDM pariwisata di pemerintah pendidikan formal lanjutan untuk 2. Perangkat Daerah bidang daerah SDM pariwisata di pemerintah Kepegawaian; daerah 3. Perguruan Tinggi 46. Sensus SDM pariwisata berdasar Terdatanya SDM pariwisata 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; tingkat pendidikan dan sertifikasi berdasar tingkat pendidikan dan 2. Badan Pusat Statistik kompetensi sertifikasi kompetensi 47. Pelatihan kompetensi kerja di bidang Tercapainya standar kompetensi Perangkat Daerah bidang Pariwisata pariwisata yang sesuai dengan Standar kerja di bidang pariwisata yang Kompetensi Kerja Nasional Indonesia sesuai dengan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia 48. Pelatihan Tourism Hospitality bagi Terlatihnya Frontline People Industri 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; Frontline People Industri Pariwisata Pariwisata 2. Industri pariwisata 49. Pelatihan Tourism Hospitality dan Terlatihnya Tourism Hospitality dan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; Customer Services bagi pengelola daya Customer Services bagi pengelola 2. Pengelola daya tarik wisata tarik wisata daya tarik wisata 50. Benchmarking SDM pariwisata di Terlaksananya benchmarking Perangkat Daerah bidang Pariwisata lingkungan Perangkat Daerah bidang Sumber Daya Manusia pariwisata di Pariwisata dalam rangka peningkatan lingkungan Perangkat Daerah bidang standar kompetensi SDM pariwisata Pariwisata 51. Penerapan sertifikasi profesi di bidang Diterapkannya sertifikasi profesi di 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; pariwisata bidang pariwisata 2. Badan Nasional Sertifikasi Profesi 52. Pelatihan standarisasi penilaian Terlatihnya pelaku wisata yang 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; kompetensi para pelaku wisata/ memiliki kompetensi di bidang 2. Badan Nasional Sertifikasi Profesi sumber daya manusia usahanya 53. Penilaian kompetensi para pelaku Teridentifikasinya kompetensi 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; wisata/ sumber daya manusia pelaku wisata 2. Badan Nasional Sertifikasi Profesi

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 26 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR CAPAIAN STAKEHOLDERS 54. Pemberian tourism award/ Terapresiasinya usaha pariwisata 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; penghargaan bagi usaha pariwisata yang secara aktif memasarkan dan 2. Pelaku usaha pariwisata yang secara aktif memasarkan dan menjual produk wisata menjual produk wisata 55. Penyusunan skema kerjasama instansi Tersusunnya skema kerjasama 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; teknis terkait pengembangan instansi teknis terkait 2. Pelaku usaha pariwisata; pariwisata dengan pelaku usaha pengembangan pariwisata dengan 3. Perusahaan Daerah Air Minum; pariwisata pelaku usaha pariwisata 4. Perusahaan Listrik Negara; 5. Instansi terkait lainnya 56. Penyusunan skema kerjasama dengan Tersusunnya skema kerjasama 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; perguruan tinggi dalam meningkatkan dengan perguruan tinggi dalam 2. Perguruan Tinggi kemampuan pelaku industri meningkatkan kemampuan pelaku pariwisata di luar jalur akademik industri pariwisata 57. Peningkatan penelitian dan Terlaksananya penelitian 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; pengembangan pariwisata pengembangan pariwisata setiap 2. Perguruan Tinggi tahun 58. Penelitian pemetaan program promosi Adanya penelitian pemetaan 1. Perangkat Daerah bidang Pariwisata; yang dilakukan pesaing program promosi yang dilakukan 2. Badan Promosi Pariwisata Daerah; pesaing 3. Perguruan Tinggi Sumber: Hasil Rencana, 2017.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) K A B U P A T E N S U M B A W A Bab 11 - 27 R E V I E W L A P O R A N A K H I R

1. Metode Penilaian Multi-Criteria Decision Making (MCDM) Dalam melakukan penilaian dan pembobotan terhadap seluruh sebaran objek wisata yang ada di Kabupaten Sumbawa, dilakukan metode Multi-Criteria Decision Making (MCDM). Multi-Criteria Decision Making adalah suatu metode pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif terbaik dari sejumlah alternatif berdasarkan beberapa kriteria tertentu. Kriteria biasanya berupa ukuran-ukuran atau aturan-aturan atau standar yang digunakan dalam pengambilan keputusan. Secara umum dapat dikatakan bahwa MCDM menyeleksi alternatif terbaik dari sejumlah alternatif. (Kusumadewi et al, 2006). Janko (2005) dalam Kusumadewi et al, (2006) menyebutkan terdapat beberapa fitur umum yang digunakan dalam MCDM, yaitu:

(1) Alternatif, alternatif adalah obyek-obyek yang berbeda dan memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih oleh pengambil keputusan. (2) Atribut, atribut sering juga disebut sebagai kriteria keputusan.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 1 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

(3) Konflik antarkriteria, beberapa kriteria biasanya mempunyai konflik antara satu dengan yang lainnya, misalnya kriteria keuntungan akan mengalami konflik dengan kriteria biaya. (4) Bobot keputusan, bobot keputusan manunjukkan kepentingan relatif dari setiap kriteria

Penilaian objek dan daya tarik wisata tersebut dilihat setiap satuan kawasan wisata sesuai dengan daya tarik setiap kawasan, dan penilaian yang dilakukan dilihat dari aspek-aspek, yaitu sebagai berikut : 1. Letas Strategis Kawasan 2. Fungsi Kawasan 3. Generator Ekonomi 4. Tingkat Kerawanan Bencana 5. Potensi Konflik 6. Kesesuaian dengan Regulasi Tata Ruang 7. Memiliki Dokumen Rinci berkaitan dengan penataan kawasan 8. Keragaman Program Terdapat dalam RPIJM 9. Kondisi Aksesbilitas 10. Permasalahan Kawasan 11. Status Kawasan

Dengan melihat penilaian dari setiap objek wisata tersebut, maka untuk pengembangan selanjutnya mudah dilihat kekurangan-kekurangan yang harus dibenahi dan dikembangkan agar menjadi lebih baik dengan melakukan strategi pengembangan di setiap Satuan Kawasan Wisata (SKW).

Untuk lebih jelasnya mengenai penjelasan parameter yang digunakan dalam mengidentifikasi potensi dan permasalahan tiap objek wisata berkaitan dengan penilaian dan pembobotan yang akan dipergunakan dalam penetapan prioritas penanganan, dapat dilihat pada tabel Lampiran I.1 di halaman berikut ini.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 2 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tabel Lampiran I-1 Parameter Penilaian Objek Wisata Metode Multi-Criteria Decision Making PARAMETER CARA PENGUMPULAN DATA INDIKATOR NILAI Keterangan PENILAIAN UTAMA PENDUKUNG Letak Strategis Sangat Strategis 3 Dokumen rencana Wawancara pejabat Didasarkan pada letak kawasan apakah Kawasan tata ruang Observasi lapangan merupakan kawasan strategis Provinsi, Kurang Strategis 2 Jarak/ kedekatan dengan ibukota Kabupaten, Tidak Strategis 1 serta memiliki fasilitas yang merupakan penggerak ekonomi dalam skala regional. Untuk kawasan dalam konstelasi wilayah dinilai sangat strategis diberi nilai (3), kurang strategis diberi nilai (2), dan tidak strategis diberi nilai (1). Fungsi Kawasan Pelayanan Skala 3 Dokumen rencana Wawancara pejabat Fungsi kawasan terkait dengan strategisnya Provinsi tata ruang Observasi lapangan kawasan. Kawasan yang memiliki fungsi Pelayanan Skala 2 dengan skala pelayanan regional/ provinsi Kabupaten memiliki nilai tertinggi (3), sedangkan untuk Pelayanan Skala 1 skala pelayanan kabupaten (2) dan skala Kecamatan pelayanan kecamatan (1). Generator Ekonomi Sudah ada 3 Dokumen rencana Wawancara pejabat Generator ekonomi terkait dengan penggerak Skala Regional tata ruang Observasi lapangan ekonomi/ bangkitan kawasan yang memiliki Dalam Rencana 2 multiplayer effect besar terhadap Tidak ada 1 perkembangan kawasan, seperti Bandara, Pusat Perbelanjaan, Terminal Type (A/B). Kawasan yang sudah memiliki generator ekonomi memiliki nilai tertingi (3),, namun apabila masih dalam rencana (akan terealisasi) nilai (2) dan apabila tidak ada sama sekali nilai (1).

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 3 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PARAMETER CARA PENGUMPULAN DATA INDIKATOR NILAI Keterangan PENILAIAN UTAMA PENDUKUNG Tingkat Kerawanan Sangat Rawan dan 3 Wawancara Dokumen/ Tingkat Kerawanan Bencana pada kawasan Bencana membahayakan masyarakat/RT/RW/ monografi desa/ terkait dengan kerawananatau memiliki Rawan namun tidak 2 Kades/Lurah kelurahan potensi bencana seperti banjir, tanah longsor membahayakan yang umumnya terdapat pada kawasan Tidak Bermasalah 1 sempadan sungai & bendungan dan harus segera membutuhkan penanganan. Kawasan dengan tingkat kerawanan tinggi dan membahayakan sehingga harus segera membutuhkan penanganan memiliki nilai tertinggi (3), untuk kawasan perkotaan yang memiliki daerah rawan namun tidak membahayakan diberi nilai (2), dan kawasan perkotaan yang tidak memiliki daerah rawan bencana diberi nilai (1). Potensi Konflik Tidak memiliki 3 Wawancara - Kondisi kawasan yang kondusif merupakan potensi konflik masyarakat/RT/RW/ jaminan terhadap keberlanjutan program. (Masyarakat Kades/Lurah Potensi konflik kawasan dapat dilihat dari Kondusif) keamanan kawasan serta karakter Potensi konflik ada 2 masyarakat & intensitas konflik yang pernah (sedang) terjadi pada kawasan terebut. Kawasan Potensi konflik ada 1 perkotaan yang tidak memiliki daerah potensi (sangat tinggi)/ Tidak konflik dalam hal ini kawasan di tunjang kondusif sama sekali. dengan data track record kawasan yang tidak pernah terjadi konflik memiliki nilai tertinggi (3)., untuk kawasan perkotaan yang memiliki daerah potensi konflik rendah diberi nilai (2), dan untuk kawasan perkotaan yang tidak

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 4 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PARAMETER CARA PENGUMPULAN DATA INDIKATOR NILAI Keterangan PENILAIAN UTAMA PENDUKUNG kondusif sama sekali diberi nilai (1).

Kesesuaian dengan Kesesuaian >60% 3 Dokumen rencana Wawancara pejabat Kesesuaian dengan RTRW ditinjau RTRW tata ruang Observasi lapangan berdasarkan besarnya penyimpangan atau Kesesuaian 30 - 60% 2 ketidak sesuaian fungsi kawasan serta rencana penggunaan lahan terhadap kondisi Kesesuaian < 30% 1 faktual dilapangan. Semakin tinggi tingkat kesesuaian dengan Rencana tata ruang maka jaminan keberlanjutan program jg semakin tinggi. untuk Kesesuaian >60% diberi nilai (3), kesesuaian 30-60% diberi nilai (2) dan kesesuaian kurang dari 30% diberi nilai (1). Memiliki Dokumen Sudah ada 3 Wawancara - Untuk kawasan yang sudah memiliki RDTR Rencana Detai Tata dengan Pejabat diberi nilai (3), kawasan yang masih dalam Ruang Dalam Rencana 2 rencana/ sedang dalam proses penyusunan diberi nilai (2) dan kawasan yang belum/ Tidak ada 1 tidak ada rencana penyusunan RDTR dalam waktu dekat diberi nilai (1). Program RPIJM Terdapat banyak 3 Dokumen RPIJM - Parameter penilaian kawasan terkait dengan penanganan banyk/sedikitnya penanganan kawasan yang Tidak banyak 2 tercantum dalam RPIJM. Dimana kawasan penanganan yang memiliki banyak dan beragam program Tidak ada 1 penanganan kawasan perkotaan diberi nilai penanganan (3), kawasan yang memiliki sedikit program dan tidak beragam dalam penanganan kawasan di RPIJM diberi nilai (2) dan yang

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 5 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PARAMETER CARA PENGUMPULAN DATA INDIKATOR NILAI Keterangan PENILAIAN UTAMA PENDUKUNG tidak memiliki program dalam RPIJM diberi nilai (1). Kondisi Aksesbilitas Kondisi Jalan Buruk 3 Observasi Wawancara Kondisi jalan yang buruk pada suatu >70% lapangan, Data masyarakat/RT/RW/ kawasan ditentukan berdasarkan kondisi Kondisi Jalan Buruk 2 Instansi Kades/Lurah jalan yang diperoleh dari observasi lapangan. 50-70% Untuk kawasan dengan Kondisi Jalan Buruk Kondisi Jalan Buruk 1 >70% diberi nilai tertinggi yakni (3). demikian <50% juga untuk kawasan dengan Kondisi Jalan Buruk 50-70% dengan nilai (2), sedangkan kawasan dengan Kondisi Jalan Buruk <25% dengan nilai (1). Status Kawasan Pemerintah 3 Wawancara Observasi Status Kawasan terkait dengan legalitas masyarakat/RT/RW/ lapangan, Data penguasaan atas kawasan wisata. Swasta 2 Kades/Lurah Instansi Identifikasi elemen ini, berkaitan dengan peran serta pemerintah dalam melakukan Masyarakat Adat/ 1 intervensi kebijakan di kawasan wisata yang Komunitas ada. Nilai tertinggi (3) jika status kawasan tersebut berada dalam penguasaan pemerintah, yang berikutnya adalah nilai tengah (2) jika telah dikelola oleh pihak swasta dan nilai terendah (1) jika kawasan wisata tersebut merupakan miliki pribadi/ komunitas yang terkait dengan budaya. Permasalahan Tinggi 3 Wawancara Observasi Parameter penilaian permasalahan kawasan Kawasan masyarakat/RT/RW/ lapangan, Data terkait dengan tingkat permasalahan umum Sedang 2 Kades/Lurah Instansi pada kawasan. Semakin banyak permasalahan maka semakin tinggi tingkat

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 6 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

PARAMETER CARA PENGUMPULAN DATA INDIKATOR NILAI Keterangan PENILAIAN UTAMA PENDUKUNG Rendah 1 kepentingan penanganan kawasan tersebut. Untuk kawasan dengan tingkat masalah tinggi diberi nilai (3), untuk kawasan dengan permaalahan rendah diberi nilai (2), sedangkan untuk kawasan dengan permasalahan rendah diberi nilai(1). Sumber: Hasil Analisa, 2013

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 7 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Hasil analisa menggunakan metode Multi-Criteria Decision Making (MCDM), output yang diharapkan adalah menentukan perankingan untuk selanjutnya hasil tersebut digunakan sebagai dasar penentuan prioritas penanganan pada masing-masing objek wisata.

A. Istana Dalam Loka Sesuai dengan hasil skoring menggunakan Metode Multi-Criteria Decision Making (MCDM), maka didapatkan perhitungan sebagai berikut:

Tabel Lampiran I-2 Pembobotan Metode MCDM Destinasi Utama Istana Dalam Loka

Sumber: Hasil Analisa, 2013

Dari hasil perhitungan tersebut, maka prioritas penanganan secara berjenjang, didasarkan pada nilai ranking yang tertinggi hingga paling rendah, dimana hasil prioritas tersebut adalah :

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 8 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

• Prioritas 1 : Istana Dalam Loka • Prioritas 2 : - Masjid Nurul Huda - Wisma Bala Puti/ Praja - Wisma Bala Kuning • Prioritas 3 : Dalam Pekat • Prioritas 4 : Poto • Prioritas 5 : - Penyaring - Bendungan Tiu Kulit - Prajak - Pulau Dengar - Ngeru - Kaliang - Moyo - Maronge

B. Batu Bulan Destinasi utama berikutnya adalah Destinasi kawasan Batu Bulan. Destinasi di Kawasan ini terdiri dari 6 objek wisata, dimana setelah melakukan pembobotan, diperoleh skor untuk prioritas penanganan adalah sebagai berikut : • Prioritas 1 : Bendungan Batu Bulan • Prioritas 2 : Talwa • Prioritas 3 : - Batu Tering - Liang Petang • Prioritas 4 : - Ai Renung - Ai Beling • Prioritas 5 : Bendungan Mamak

Untuk tabel penilaiannya, dapat dilihat pada halaman berikut ini.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 9 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tabel Lampiran I-3 Pembobotan Metode MCDM Destinasi Utama “Batu Bulan”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 10 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

C. Semongkat Destinasi Utama Semongkat, berada di beberapa wilayah kecamatan seperti Kecamatan Sumbawa, Batulanteh, dan Labuhan Badas. Destinasi utama ini, memiliki daya tarik objek wisata seperti wisata alam, wisata rekreasi dan beberapa wisata bahari. Dengan menggunakan metode MCDM, diperoleh hasil bahwa prioritas 1 adalah Wisata Pantai Goa di Kecamatan Labuhan Badas dan prioritas terendah adalah Permukiman Tradisional Tepal di Batulanteh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel Lampiran I-4 Pembobotan Metode MCDM Destinasi Utama “Semongkat”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 11 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Untuk hasil pembobotan skoring secara umum, diperoleh hasil : • Prioritas 1 : Pantai Goa • Prioritas 2 : Saliper Ate • Prioritas 3 : Pantai Kencana • Prioritas 4 : - Pantai Batu Gong - Tanjung Munangis - Pamulung • Prioritas 5 : Semongkat • Prioritas 6 : Batu Dulang • Prioritas 7 : Tepal • Prioritas 8 : Waterpark Splash • Prioritas 9 : Pantai Empan

D. Labuan Mapin Labuan Mapin Merupakan desa wisata bahari yang ada di Kecamatan Alas Barat, dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Sumbawa Barat. Mengingat eksistensi kawasan ini, dalam beberapa dasawarsa, saat berlangsungnya pendudukan Tentara Jepang di Nusantara, maka lokasi Labuan Mapin sangat strategis. Mengingat hal itu, maka destinasi utama kali ini, merujuk pada penamaan Labuhan Mapin secara umum. Di dalam Destinasi Utama Kawasan Labuhan Mapin ini, terdiri dari 5 objek wisata andalan yang mayoritas merupakan wisata bahari. Adapun hasil pembobotan yang telah dilakukan terkait destinasi utama di kawasan ini, hasil yang diperoleh adalah : • Prioritas 1 : Agro Buer • Prioritas 2 : Lapade • Prioritas 3 : Pulau Bungin • Prioritas 4 : Pulau Keramat • Prioritas 5 : Pulau Kaung • Prioritas 6 : Pulau Bedil Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 12 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tabel Lampiran I-5 Pembobotan Metode MCDM Destinasi Utama “Labuan Mapin”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

E. Pulau Moyo

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 13 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Moyo adalah sebuah pulau yang terdapat 2,5 km di sebelah utara Pulau Sumbawa. Pulau ini memiliki luas 350 km2, dan memiliki garis pantai 88 km. Secara administratif, pulau ini termasuk wilayah Kecamatan Labuhan Badas, Kabupaten Sumbawa.

Pulau Moyo memiliki cagar alam yang ditetapkan sebagai kawasan konservasi yang berada beberapa kilometer dari pantai utara dan pulau ini dikelilingi oleh terumbu karang yang indah dan habitat untuk babi hutan, biawak berikut 21 jenis kelelawar, rusa liar dan terdapat juga kelompok kera pemakan kepiting, serta berbagai macam spesies burung, ikan lumba-lumba dan kura-kura. Selain menawarkan wisata bahari, di pulau Moyo juga terdapat air terjun alami yang memiliki air yang jernih yaitu Mata Jitu.

Tabel Lampiran I-6 Pembobotan Metode MCDM Destinasi Utama “Pulau Moyo”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

Adapun hasil pembobotan yang telah dilakukan terkait destinasi utama di kawasan ini, hasil yang diperoleh adalah:

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 14 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

• Prioritas 1 : Ai Manis • Prioritas 2 : Tanjung Pasir • Prioritas 3 : - Raja Sua - Takat Sagele - Labuhan Aji - Mata Jitu • Prioritas 4 : Sebotok

F. Empang Tarano Destinasi Wisata Utama yang ke-enam berada di kawasan Empang-Tarano. Kawasan ini berada di ujung timur Kabupaten Sumbawa dan berbatasan langsung dengan kabupaten Dompu. Secara umum, potensi wisata yang ada di kawasan ini didominasi oleh wisata bahari. Terdapat juga wisata rekreasi minat khusus, berupa kawasan pantai yang memiliki ombak yang sangat baik, dan dimanfaatkan oleh wisatawan yang berkunjung, terutama wisatawan mancanegara untuk melakukan kegiatan olah raga air yaitu surfing. Keberadaan lokasi surfing ini dipercaya oleh wisatawan merupakan kawasan yang terbaik yang ada di kawasan Nusa Tenggara Barat, karena pantai lokasi olahraga air ini, langsung menghadap Samudera Indonesia yang gelombang maupun ombaknya konstan.

Lokasi wisata yang ada di kawasan ini, sangat berpotensi untuk dikembangkan, tetapi tidak ditunjang oleh infrastruktur yang memadai, sehingga wisatawan hanya singgah saja di lokasi ini, tanpa memberikan kontribusi apapun bagi pemerintah maupun masyarakat yang ada di wilayah ini.

Sedangkan untuk hasil pembobotan yang dilakukan, terkait dengan penentuan prioritas kawasan, dapat dilihat pada table berikut ini.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 15 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tabel Lampiran I-7 Pembobotan Metode MCDM Destinasi Utama “Empang Tarano”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

Untuk prioritas penanganan sesuai dengan hasil perankingan yang telah dilakukan, didapatkan hasil :

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 16 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

• Prioritas 1 : - Brang Bako • Prioritas 5 : - Bendungan Gapit - Brang Tiram - Telaga Lompa • Prioritas 2 : Labu Bontong Prioritas 6 : - Pulau Lipan • Prioritas 3 : - Labu Jambu • - Tero - Pulau Sentigi • Prioritas 4 : - Maci • Prioritas 7 : - Air Terjun Pelman - Sili

G. Lunyuk Kawasan wisata yang ada di Kecamatan Lunyuk, merupakan hasil identifikasi setelah dilakukan survey mendalam dan mengakomodir saran dari beberapa pihak. Kondisi objek wisata di Kecamatan Lunyuk, masih sangat alami dan memiliki panorama alam yang sangat indah, tetapi belum terkelola dengan baik. Kondisi alam yang unik, antara morfologi pegunungan dan pantai yang cukup landai dan luas, ditambah lagi dengan pasir putih yang sangat indah, ditunjang dengan iklim yang sangat bersahabat karena menghadap langsung ke Samudera Hindia. Adapun objek wisata di kecamatan Lunyuk yang sangat berpotensi dikembangkan adalah wisata bahari.

Dari hasil perhitungan pembobotan pada kawasan wisata di Kecamatan Lunyuk, didasarkan pada nilai ranking yang tertinggi hingga paling rendah, dimana hasil prioritas tersebut adalah : • Prioritas 1 : Limpan • Prioritas 2 : Pandan Sari Batu Pampang

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 17 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tabel Lampiran I-8 Pembobotan Metode MCDM Destinasi Utama “Lunyuk”

Sumber : Hasil Analisa, 2013

H. Labangka Seperti halnya Lunyuk, kawasan wisata yang ada di Kecamatan Labangka merupakan hasil identifikasi setelah dilakukan survey mendalam dan mengakomodir saran dari beberapa pihak. Kondisi objek wisata di Kecamatan Labangka, masih sangat alami dan memiliki panorama alam yang sangat indah, tetapi belum terkelola dengan baik. Kondisi alam yang unik, antara morfologi pegunungan dan pantai yang cukup landai dan luas, ditambah lagi dengan pasir putih yang sangat indah, ditunjang dengan iklim yang sangat bersahabat karena menghadap langsung ke Samudera Hindia. Adapun objek wisata di kecamatan Labangka yang sangat berpotensi dikembangkan adalah wisata bahari.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 18 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Dari hasil perhitungan pembobotan pada kawasan wisata di Kecamatan Labangka, didasarkan pada nilai ranking yang tertinggi hingga paling rendah, dimana hasil prioritas tersebut adalah : • Prioritas 1 : Pantai Leppu • Prioritas 2 : Pantai Tanjung Panas Pantai Liang Dewa

Sedangkan untuk hasil pembobotan yang dilakukan, terkait dengan penentuan prioritas kawasan, dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel Lampiran I-9 Pembobotan Metode MCDM Destinasi Utama “Labangka”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 19 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

1. Analisis Pariwisata Teori Fandeli Pariwisata adalah salah satu sektor yang diharapkan dapat dikembangkan untuk mendongkrak atau memajukan ekonomi wilayah. Dalam pengembangan pariwisata terdapat setidaknya 2 komponen yang saling berkaitan yakni supply dan demand pariwisata. Komponen Supply meliputi : a. Atraksi daya tarik b. Aksesibilitas c. Informasi promosi d. dan Pelayanan.

Sedangkan untuk komponen demand meliputi : a. Motivasi berkunjung b. Tingkat kepuasan wisatawan c. Lama kunjungan wisatawan d. Biaya perjalanan e. Permintaan pelayanan (sarana prasarana)

Dalam menganalisis tentang penilaian terhadap beberapa objek wisata yang ada di Kabupaten Sumbawa, digunakan metode pembobotan skoring dengan skala penilaian mengaplikasi skala penilaian Fandeli yang didukung dengan metode pembobotan dan Value Action Criteria (VAC). Metode pembobotan (faktor skoring) merupakan suatu teknik dalam menganalisis data dengan membuat suatu nilai terhadap keadaan yang ada, dan disusun menurut ranking yang telah dibuat sebelumnya. Dalam pembobotan ini, akan menghasilkan nilai yang paling rendah hingga yang paling tinggi untuk menentukan variable mana yang mempunyai daya tarik tinggi, sedang, dan rendah untuk aktivitas wisata. Skala untuk kawasan wisata yang terbentuk dari tiap-tiap SKW (Satuan Kawasan Wisata) berbeda-beda, didasarkan pada nilai tertinggi dan terendah untuk masing-masing total skor yang telah diperoleh.

Dalam menentukan penilaian digunakan skala penilaian menurut Fandeli yaitu membagi menjadi 5 kelas yaitu : - sangat buruk (nilai skor 1) - buruk (nilai skor 2) - sedang (nilai skor 3) - baik (nilai skor 4) - sangat baik (nilai skor 5).

A. Istana Dalam Loka Dengan menggunakan Analisa Fandeli, akan ditetapkan terlebih dahulu skala penilaian untuk zona ini. Skala tersebut didasarkan pada jumlah indikator nilai tertinggi (5) dikali dengan jumlah objek wisata yang ada di kawasan ini, sampai pada nilai terendah yaitu indikator nilai terendah (1) dikali dengan jumlah objek wisata yang ada.

Skala penilaian yang dipergunakan untuk kawasan Destinasi Utama “Istana Dalam Loka” adalah : • 57 – 70 à Sangat Baik • 43 – 56 à Baik

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 20 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

• 29 – 42 à Sedang • 15 – 28 à Buruk • 00 – 14 à Sangat Buruk

1. Hasil Skoring Sedangkan hasil akumulasi skor rata-rata masing-masing indikator yang diperoleh dari perhitungan menggunakan Metode Fandeli adalah : 1. Atraksi à 47 2. Aksesbilitas à 54,5 3. Informasi & Promosi à 45 4. Pelayanan à 30,8

2. Kesimpulan Destinasi Utama Kondisi objek wisata terkait atraksi wisata dan aksesbilitasnya baik, dan telah ditunjang dengan informasi dan promosi yang telah dilakukan oleh pemerintah dengan maksimal, sehingga kawasan ini cenderung telah dikenal baik. Hanya perlu ditunjang dengan peningkatan pelayanan dan dukungan wisata yang lain.

Tabel Lampiran I-10 Pembobotan Metode Fandeli Destinasi Utama “Istana Dalam Loka”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 21 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

B. Batu Bulan Kawasan Wisata Destinasi Utama Batu Bulan, dalam analisis Fandeli menghasilkan skala penilaian : • 29 – 35 à Sangat Baik • 22 – 28 à Baik • 15 – 21 à Sedang • 08 – 14 à Buruk • 00 – 07 à Sangat Buruk

1. Hasil Skoring Diperoleh hasil skoring untuk destinasi utama wisata ini adalah : 1. Atraksi à 23 2. Aksesbilitas à 21,25 3. Informasi & Promosi à 19 4. Pelayanan à 13

2. Kesimpulan Destinasi Utama Dalam destinasi utama ini, berdasarkan hasil penilaian dengan menggunakan Analisis Fandeli, diperoleh hasil bahwa hanya atraksi saja yang berada dalam skala “baik”, sedangkan indikator lain masih perlu penanganan lebih baik untuk pengembangan destinasi utama wisata di kawasan ini, sebagai upaya meningkatkan kunjungan wisatawan.

Tabel Lampiran I-11 Pembobotan Metode Fandeli Destinasi Utama “Batu Bulan”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 22 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

C. Semongkat Kawasan Wisata Destinasi Utama Semongkat, dalam analisis Fandeli menghasilkan skala penilaian: • 45 – 55 à Sangat Baik • 34 – 44 à Baik • 23 – 33 à Sedang • 12 – 22 à Buruk • 00 – 11 à Sangat Buruk

1. Hasil Skoring Diperoleh hasil skoring untuk destinasi utama wisata ini adalah : 1. Atraksi à 37 2. Aksesbilitas à 42,5 3. Informasi & Promosi à 33,25 4. Pelayanan à 28,4

2. Kesimpulan Destinasi Utama Dalam destinasi utama ini, berdasarkan hasil penilaian dengan menggunakan Analisis Fandeli, diperoleh penilaian dan kesimpulan, untuk atraksi wisata dan aksesibilitas di kawasan ini sudah baik, dan perlu sedikit penanganan untuk kegiatan informasi – promosi dan pelayanan di masing-masing objek wisata.

Tabel Lampiran I-12 Pembobotan Metode Fandeli Destinasi Utama “Semongkat”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 23 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

D. Lab. Mapin Skala penilaian Kawasan Wisata Destinasi Utama Lab. Mapin, yang digunakan sesuai dengan hasil pembobotan dalam analisis Fandeli menghasilkan skala penilaian : • 25 – 30 à Sangat Baik • 19 – 24 à Baik • 13 – 18 à Sedang • 07 – 12 à Buruk • 00 – 06 à Sangat Buruk

1. Hasil Skoring Diperoleh hasil skoring untuk destinasi utama wisata ini adalah : 1. Atraksi à 22 2. Aksesbilitas à 18,75 3. Informasi & Promosi à 17,25 4. Pelayanan à 12,8

2. Kesimpulan Destinasi Utama Dalam destinasi utama ini, berdasarkan hasil penilaian dengan menggunakan Analisis Fandeli, diperoleh penilaian dan kesimpulan, hanya atraksi yang berada dalam skala baik. Jika di kaji lebih dalam, sebenarnya aksesibilitas, promosi dan pelayanan yang ada di kawasan ini, saat dikaji secara parsial, sudah cukup memadai, karena pada beberapa objek wisata unggulan, sudah terpenuhi dengan baik dan lengkap. Tetapi karena menggunakan skoring akumulatif, maka hasil kesimpulan umum yang diperoleh untuk informasi dan promosi serta pelayanan objek wisata, perlu sedikit peningkatan karena masih dalam skala sedang.

Tabel Lampiran I-13 Pembobotan Metode Fandeli Destinasi Utama “Labuhan Mapin”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 24 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

E. Pulau Moyo Moyo adalah pulau yang terletak di utara Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Destinasi ini menjadi pilihan wisata beberapa orang dikarenakan tempatnya sunyi dan indah. Lokasinya yang berpisah dengan pulau induknya, hanya dapat ditempuh dengan menggunakan transportasi laut dan udara.

Kawasan Wisata Destinasi Utama Pulau Moyo, dalam analisis Fandeli menghasilkan skala penilaian : • 29 – 35 à Sangat Baik • 22 – 28 à Baik • 15 – 21 à Sedang • 08 – 14 à Buruk • 00 – 07 à Sangat Buruk

1. Hasil Skoring Diperoleh hasil skoring untuk destinasi utama wisata ini adalah : 1. Atraksi à 34 2. Aksesbilitas à 14 3. Informasi & Promosi à 23,75 4. Pelayanan à 16,4

2. Kesimpulan Destinasi Utama Pulau Moyo kita ketahui bersama adalah pulau yang pengelolaannya pada beberapa bagian telah di serahkan oleh pihak swasta. Pemerintah memperoleh kontribusi dari pajak yang diberikan oleh pengelola swasta tersebut.

Hasil penilaian yang dilakukan diperoleh kesimpulan umum bahwa tingkat aksesbilitas dan pelayanan perlu ditingkatkan untuk menunjang indikator atraksi yang memiliki nilai bobot yang sangat baik. Sedangkan untuk informasi dan promosi berada dalam skala baik. Tetapi mengingat kondisi beberapa objek wisata unggulan yang ada di kawasan Pulau Moyo ini, bersifat private dan ekseklusif, maka dalam penilaian yang dilakukan, secara perbandingan, tidak dapat dipergunakan karena keunggulan yang ditawarkan oleh kawasan wisata ini, juga mencakup indikator lain yang nilai bobotnya kecil. Sebagai contoh, tingkat aksesbilitas / pencapaian yang rendah, sebenarnya merupakan salah satu nilai tawar lokasi objek wisata yang diunggulkan, karena konsep wisata di kawasan ini adalah eksklusif.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 25 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tabel Lampiran I-14 Pembobotan Metode Fandeli Destinasi Utama “Pulau Moyo”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

F. Empang Tarano Kawasan Wisata Destinasi Utama Empang Tarano, dalam analisis Fandeli menghasilkan skala penilaian : • 49 – 60 à Sangat Baik • 37 – 48 à Baik • 25 – 36 à Sedang • 11 – 24 à Buruk • 00 – 12 à Sangat Buruk

1. Hasil Skoring Diperoleh hasil skoring untuk destinasi utama wisata ini adalah : 1. Atraksi à 47 2. Aksesbilitas à 26,5 3. Informasi & Promosi à 25,5 4. Pelayanan à 22,4

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 26 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

2. Kesimpulan Destinasi Utama Dalam destinasi utama ini, berdasarkan hasil penilaian dengan menggunakan Analisis Fandeli, diperoleh penilaian dan kesimpulan, untuk atraksi wisata dan nilai yang diperoleh adalah “baik”, sedangkan indikator lain masih rendah, mencakup informasi- promosi yang masih kurang, aksesbilitas yang tidak baik jika mengakses lokasi ini, bahkan ditambah dengan pelayanan wisata yang sangat perlu peningkatan yang signifikan. Tabel Lampiran I-15 Pembobotan Metode Fandeli Destinasi Utama “Empang Tarano”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

G. Lunyuk Skala penilaian Kawasan Wisata Destinasi Utama Lunyuk, yang digunakan sesuai dengan hasil pembobotan dalam analisis Fandeli menghasilkan skala penilaian : • 11 – 15 à Sangat Baik • 10 – 12 à Baik • 07 – 09 à Sedang • 04 – 06 à Buruk • 00 – 03 à Sangat Buruk

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 27 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

1. Hasil Skoring Diperoleh hasil skoring untuk destinasi utama wisata ini adalah : 1. Atraksi à 12 2. Aksesbilitas à 5,25 3. Informasi & Promosi à 6,5 4. Pelayanan à 6,2

2. Kesimpulan Destinasi Utama Dalam destinasi utama ini, berdasarkan hasil penilaian dengan menggunakan Analisis Fandeli, diperoleh penilaian dan kesimpulan, atraksi yang ditawarkan pada kawasan destinasi utama ini sudah baik, karena kondisi alam yang masih alami, yang merupakan salah satu faktor wisatawan mengunjungi suatu lokasi wisata. Untuk indikator lain sesuai hasil penilaian pembobotan yang dilakukan, masih dalam skala “buruk”. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan dan kebijakan dari pemerintah jika ingin mengembangkan kawasan ini menjadi salah satu destinasi wisata yang mampu bersaing dengan kawasan-kawasan lain disekitarnya.

Tabel Lampiran I-16 Pembobotan Metode Fandeli Destinasi Utama “Lunyuk”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 28 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

H. Labangka Skala penilaian Kawasan Wisata Destinasi Utama Labangka, yang digunakan sesuai dengan hasil pembobotan dalam analisis Fandeli menghasilkan skala penilaian : • 13 – 15 à Sangat Baik • 10 – 12 à Baik • 07 – 09 à Sedang • 04 – 06 à Buruk • 00 – 03 à Sangat Buruk

1. Hasil Skoring Diperoleh hasil skoring untuk destinasi utama wisata ini adalah : 5. Atraksi à 12 6. Aksesbilitas à 5,25 7. Informasi & Promosi à 6,5 8. Pelayanan à 6,2

2. Kesimpulan Destinasi Utama Seperti halnya dengan Destinasi utama Lunyuk, dalam destinasi utama Labangka ini, berdasarkan hasil penilaian dengan menggunakan Analisis Fandeli, diperoleh penilaian dan kesimpulan, atraksi yang ditawarkan pada kawasan destinasi utama ini sudah baik, karena kondisi alam yang masih alami, yang merupakan salah satu faktor wisatawan mengunjungi suatu lokasi wisata. Untuk indikator lain sesuai hasil penilaian pembobotan yang dilakukan, masih dalam skala “buruk”. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan dan kebijakan dari pemerintah jika ingin mengembangkan kawasan ini menjadi salah satu destinasi wisata yang mampu bersaing dengan kawasan-kawasan lain disekitarnya.

Tabel Lampiran I-17 Pembobotan Metode Fandeli Destinasi Utama “Labangka”

Sumber: Hasil Analisa, 2013

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran I - 29 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

I. Perencanaan Obyek Wisata Budaya Obyek Wisata Budaya meliputi obyek-obyek wisata yang berkaitan erat dengan kehidupan manusia seperti artifak benda bersejarah, gedung atau bangunan bersejarah dan arsitekturnya, museum seni dan benda bersejarah, bangunan tempat beribadah, dan sebagainya.

A. Obyek Wisata Sejarah Pengembangan obyek-obyek wisata sejarah harus memperhatikan beberapa hal yang berkaitan dengan obyek tersebut, yaitu 1) kumpulan obyek-obyek wisata tersebut dalam suatu area atau kompleks secara keseluruhan, 2) obyek-obyek wisata secara individu baik berupa bangunan maupaun artifak non-bangunan, dan 3) lingkungan sekitarnya atau lanskap yang merupakan satu kesatuan dengan bangunan atau artifak bersejarah lainnya (Gambar Lampiran II-1)

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 1 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

.

Gambar Lampiran II-1 Komponen Obyek Wisata Bersejarah

Perencanaan kompleks atau kumpulan bangunan bersejarah dan artifak bersejarah diarahkan pada penataannya secara spasial dan mengembalikan fungsinya sesuai aslinya. Apabila kompleks yang ditata terlalu besar, maka dilakukan pengelompokkan berdasarkan kelompok fungsi.

Obyek-obyek secara individu baik berupa bangunan dan artefak non-bangunan direncanakan untuk preservasi dan restorasi sehingga bangunan dan artefak lainnya akan berpenampilan seperti kondisi semula. Bentuk arsitektur dikembalikan seperti semula dan atau berkarakter sesuai dengan aslinya, serta kualitas perbaikan yang sangat baik.

Kondisi lanskap sekitar bangunan bersejarah sebaiknya juga dikembalikan pada kondisi seperti semula. Oleh karena itu perlu suatu kajian lanskap secara khusus, karena kajian ini belum pernal dilakukan sebelumnya. Pengembangan lingkungan luar (outdoor) atau dikenal sebagai lanskap dimaksudkan untuk mengembalikan fungsi ruang luar seperti yang terjadi saat bangunan bersejarah tersebut dioperasionalkan pada zamannya. Selain itu, penampilan lanskap pendukung bangunan utama agar terlihat estetik memberi suatu kesatuan antara bangunan dan lanskapnya.

B. Obyek Wisata Museum Perencanaan museum dalam hal ini tidak mengkhususkan pada fisik gedungnya saja, tapi juga yang lainnya seperti konten koleksi dan sekuens sirkulasi yang menarik (Gambar Lampiran II-2).

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 2 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Gambar Lampiran II-2 Komponen Penting Obyek Wisata Museum

Perencanaan obyek wisata museum secara khusus diarahkan pada hal-hal sebagai berikut: 1. Materi Koleksi. Suatu museum akan menjadi perhatian pengunjung apabila koleksinya memberikan daya tarik tersendiri. Daya tarik dapat berupa topik atau jenis koleksinya dan juga kualitas koleksinya. Pengembangan materi koleksi untuk setiap museum perlu dikaji terlebih dahulu. Demikian juga terhadap kualitas koleksi, pemeliharaan perlu dilakukan secara intensif. 2. Sekuens atau sirkulasi. Materi yang baik perlu disajikan dengan baik juga. Penyajian tidak hanya sekedar menampilkan dalam ruang pamer yang menarik, tapi juga berkaitan dengan rangkaian cerita yang terkandung di dalamnya. Seluruh koleksi dihadirkan dalam suatu rangkaian cerita yang mudah dipahami dan menarik. Beberapa museum tidak memperlihatkan sekuens yang mudah dimengerti. Jadi tidak hanya menceritakan bahwa koleksi ini dan koleksi itu pernah digunakan pada masa itu, tapi koleksi satu dengan lainnya mempunyai keterkaitan dan memberi cerita yang menyeluruh (komprehensif) dan menarik. Dalam menikmati cerita yang terkandung dalam koleksi tersebut, pengunjung diharapkan merasa nyaman bergerak dalam museum tersebut. Pergerakan pengunjung diharapkan tidak terhambat oleh adanya dan bertumpuknya koleksi yang tidak terartur. Oleh karena itu, perlu penataan koleksi sehingga memberi cerita keseluruhan yang menarik dan nyaman bergerak menikmati koleksi tersebut. 3. Penampilan Keseluruhan. Penampilan museum secara keseluruhan merupakan penampilan indoor dan outdoor. Kesatuan penataan kedua ruang tersebut (indoor dan outdoor) sangat membantu penampilan keseluruhan. Penampilan outdoor meliputi karakter bangunan dan keindahan penampilan bangunan dan lingkungan luarnya. 4. Keramahtamahan Penjaga. Hal kecil yang dapat mengganggu daya tarik obyek wisata museum adalah pelayanan museum dan guidenya. Bila museum tersebut berukuran kecil dan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 3 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

dikelola oleh satu atau dua orang saja, yang bertugas menjaga dan melayani pengunjung, maka peran penjaga tersebut sangat membantu meningkatkan daya tarik museum. Penyambutan yang ramah dengan penjelasan sang sangat menarik akan membantu meningkatkan daya tarik museum sebagai obyek wisata.

Perencanaan pengembangan museum diarahkan pada rehabilitasi bangunan dan pengembangan koleksi-koleksinya, baik secara kuantitas maupun kualitas. Selain itu pendidikan dan pelatihan keramahtamahan (hospitality) penjaga museum juga perlu dilakukan agar pengunjung merasa bersahabat dengan konten koleksi melalui penjaga dan atau guide museum tersebut.

C. Obyek Wisata Budaya Obyek wisata budaya merupakan aktivitas budaya masyarakat setempat yang mempunyai daya tarik tersendiri sehingga dapat dijadikan obyek kepentingan pariwisata. Kabupaten Sumbawa memiliki kekayaan budaya yang sangat tinggi, seperti jumlah kesenian dan tradisi masyarakat yang tetap dipegang teguh dalam kehidupan keseharian mereka. Demikian pula kekayaan kesenian tradisional, jumlahnya sangat banyak. Perencanaan pengembangan obyek wisata budaya harus memperhatikan beberapa hal diantaranya adalah: 1) kegiatan budaya itu sendiri, 2) lokasi atau ruang yang diperlukan untuk menyelenggarakan budaya tersebut, 3) institusi penyelenggara kegiatan budaya tersebut (Gambar Lampiran II-3).

Kegiatan budaya atau adat biasanya diselenggarakan dalam periode tertentu atau dilakukan dengan frekuensi tertentu dalam satu tahun. Jadwal penyelenggaraan yang pasti dari suatu kegiatan budaya akan sangat membantu bagian promosi sehingga memudahkan para calon wisatawan yang akan melihat kegiatan tersebut untuk menetapkan hari kunjungannya ke lokasi dimana kegiatan tersebut dilaksanakan. Kegiatan yang jelas dan pasti juga memudahkan perencana pariwisata untuk membuat program wisata yang lebih akurat dan efisien.

Gambar Lampiran II-3 Komponen Penting Obyek Wisata Budaya

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 4 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Pelaksana kegiatan budaya juga menjadi perhatian perencana pengembangan pariwisata. Di beberapa daerah, pelaksana kegiatan budaya adalah masyarakat yang sudah lanjut usia, tidak ada generasi muda yang tertarik dengan kegiatan budayanya sendiri. Oleh karena itu dalam perencanaan harus memperhatikan regenerasi budaya atau adat. Untuk pengembangan regenerasi budaya dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan baik secara formal maupun informal. Menumbuhkan minat generasi muda terhadap budaya sendiri harus digalakan dalam berbagai kesempatan termasuk melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah.

Perencanaan obyek wisata budaya juga harus memperhatikan ruang atau lokasi yang diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan budaya tersebut. Kegiatan budaya dapat dilakukan di dalam gedung, di halaman atau ruang terbuka, dan di laut. Apakah ruang, gedung, atau lokasi yang seharusnya digunakan masih ada atau sudah berubah fungsi. Perbaikan atau penyediaan sarana tersebut harus direncanakan dengan baik agar kegiatan budaya yang sudah mengakar tidak hilang secara bertahap. Oleh karena itu perlu kajian berkaitan dengan identifikasi dan inventarisasi kegiatan budaya khususnya berkaitan dengan kebutuhan ruang, gedung atau lokasi.

Perencanaan wisata budaya juga meliputi upaya untuk meningkatkan rasa persaudaraan, yaitu diantaranya adalah: 1. Mempererat persaudaraan masyarakat Samawa dengan cara sosialisasi melalui berbagai media, termasuk promosi iklan layanan tv, radio, atau media cetak lainnya. 2. Sosialisasi yang sama juga dilakukan pada setiap instansi/lembaga/perusahaan baik formal maupun informal, seperti kegiatan kerja bakti bersama, kegiatan olah raga bersama dan berbagai kegiatan bersama lainnya. 3. Mengadakan kegiatan pentas seni dan oleh raga bersama secara rutin baik di tingkat kelurahan/desa, tingkat kecamatan, maupun tingkat kabupaten. 4. Memfasilitasi dialog damai antar pemuka agama, suku, dan adat. 5. Meningkatkan kesadaran satu saudara melalui pendidikan baik secara formal maupun informal. 6. Pemberian insentif bagi institusi adat atau institusi lainnya baik pemerintah maupun swasta yang menyelenggarakan kegiatan tersebut.

Lembaga atau institusi penyelenggara kegiatan-kegiatan budaya secara adat juga merupakan komponen penting dalam perencanaan pembangunan obyek wisata budaya. Masyarakat adat sebagai institusi harus menjadi obyek perencanaan agar keberadaannya tidak mengalami degradasi atau kemunduran. Kajian institusi lokal yang menyelenggarakan kegiatan-kegiatan budaya perlu dilakukan untuk mengidentifikasi seberapa jauh kekuatan institusi tersebut. Apakah sudah mengalami ancaman tidak berfungsi (disfuction). Tabel Lampiran II-1 Strategi Pengembangan Objek Wisata STRATEGI-1: Strategi pengembangan obyek wisata agar berdaya saing nasional, regional, dan global, serta berkelanjutan Indikasi Program: Kegiatan: 1. Peningkatan Kualitas 1. Perencanaan Pengembangan dan Perbaikan Obyek dan Obyek dan Daya Tarik Daya Tarik Wisata Alam dan Pegunungan

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 5 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

STRATEGI-1: Strategi pengembangan obyek wisata agar berdaya saing nasional, regional, dan global, serta berkelanjutan Indikasi Program: Kegiatan: Wisata Eksisting 2. Perencanaan Pengembangan dan Perbaikan Obyek dan Daya Tarik Wisata Bahari 3. Perencanaan Pengembangan Ekowisata 4. Perencanaan Pengembangan dan Perbaikan Obyek dan Daya Tarik Wisata Perdesaan 5. Perencanaan Pengembangan dan Perbaikan Obyek dan Daya Tarik Agrowisata 6. Perencanaan Pengembangan dan Perbaikan Obyek dan Daya Tarik Wisata Budaya 7. Perencanaan Pengembangan dan Perbaikan Obyek dan Daya Tarik Wisata Sejarah 8. Perencanaan Pengembangan dan Perbaikan Obyek dan Daya Tarik Wisata Minat Khusus dan Petualangan 9. Perencanaan Pengembangan dan Perbaikan Lanskap Obyek-obyek Wisata Andalan Eksisting Kabupaten/ Kota 2. Perencanaan Obyek 10. Perencanaan dan Pembangunan Obyek dan Daya Tarik Wisata Baru yang Wisata Ilmiah Potensial 11. Perencanaan dan Pembangunan Kawasan Rekreasi berbasis Theme Park. 12. Perencanaan dan Pembangunan Obyek-obyek Wisata Baru lain yang potensial 13. Perencanaan dan Pembangunan Lanskap Obyek-obyek Wisata Andalan yang Baru Kabupaten Sumber : Hasil Rencana, 2013

II. Perencanaan Paket Wisata Jangkauan Pariwisata di Kabupaten Sumbawa hampir sama dengan typical yang ada di Kabupaten yang ada di Pulau Sumbawa. Kabupaten Sumbawa didominasi oleh dataran yang luas dan pada bagian utaranya tersebar banyak pulau-pulau kecil. Morfologi wilayahnya yang bervariasi dan mayoritas bergunung-gunung serta sebaran lokasi objek wisata yang luas, sedikit menyulitkan untuk menjangkau obyek-obyek wisata andalan dalam waktu yang singkat. Oleh karena itu, perlu disediakan paket-paket wisata yang dapat mengakomodasi berbagai kepentingan dan waktu yang tersedia dari para wisatawan. Perencanaan pengembangan pariwisata di kabupaten ini tidak hanya menyediakan obyek-obyek wisata unggulan dan keragaman jenis obyek wisata, tetapi juga menyediakan paket-paket wisata yang menarik dan dapat mengundang rasa penasaran pengunjung atau calon pengunjung.

Kebutuhan berwisata satu atau kelompok wisatawan dapat berbeda dengan satu atau kelompok wisatawan lainnya. Kebutuhan yang berbeda-beda ini perlu diidentifikasi dengan baik sehingga pengunjung dapat memperoleh pengalaman sesuai dengan yang diinginkan (Gambar Lampiran II-4).

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 6 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Gambar Lampiran II-4 Kategori Paket Wisata

Waktu yang Tersedia. Apabila wisatawan ingin mengunjungi obyek-obyek wisata dengan waktu yang sangat terbatas atau pembatas wisatanya adalah waktu, maka perlu disediakan suatu paket yang memenuhi kebutuhannya. Paket wisata dapat disusun berdasarkan waktu yang tersedia bagi pengunjung tersebut. Oleh karena itu, perlu disusun paket wisata berdasarkan waktu yang tersedia. Artinya, pengunjung hanya mempunyai waktu tertentu untuk berwisata. Ketersediaan waktu tersebut dikelompokkan kedalam beberapa kategori, diantaranya adalah: (1) wisatawan yang hanya mempunyai waktu setengah hari, (2) hanya mempunyai waktu satu hari penuh, (3) waktu yang tersedia selama 2-3 hari, (4) waktu yang tersedia untuk berwisata selama satu minggu, dan (5) waktu yang disediakan untuk berwisata lebih dari satu minggu (Gambar Lampiran II-5).

Gambar Lampiran II-5 Kategori Paket Wisata Berdasarkan Waktu yang Tersedia.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 7 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Wisatawan yang mempunyai waktu kunjungan sampai setengah hari, kunjungan dapat diarahkan hanya dalam sekitar kota saja (Gambar Lampiran II-5). Kunjungan dengan waktu yang tersedia satu hari penuh dapat dilakukan di dalam kota dengan wisata perkotaan. Obyek-obyek yang dikunjungi dapat berupa obyek-obyek wisata andalah yang ada di Sumbawa Besar dan sekitarnya.

Waktu kunjungan yang tersedia sampai 3 hari memberikan keleluasaan dalam berwisata. Hari pertama dapat mengunjungi obyek-obyek wisata yang berada di ibukota Kabupaten. Hari kedua dapat mengunjungi obyek-obyek wisata yang berada di luar Kota Sumbawa Besar. Hari ketiga dapat mengunjungi obyek-obyek wisata yang terletak agak jauh dari lokasi ibukota. Perjalanan dapat dilakukan secara berkesinambungan tanpa harus kembali ke Sumbawa Besar.

Paket wisata dengan waktu yang tersedia selama satu minggu merupakan paket wisata yang diprediksi merupakan paket wisata yang cukup lengkap. Paket ini dapat mengunjungi semua berbagai obyek-obyek wisata yang ada. Waktu satu minggu masih sangat memungkinkan untuk mengikuti paket khusus atau paket minat khusus. Paket wisata dengan waktu yang tersedia lebih dari satu minggu dapat diarahkan pada wisata dengan homestay. Wisatawan dapat menikmati alam dan budaya Samawa lebih mendalam lagi seperti kebiasaan hidup sehari-hari, dan sebagainya.

Jenis Obyek Wisata yang Sama. Paket wisata yang didasarkan atas kesamaan obyek dapat disusun dengan memperhatikan obyek-obyek wisata andalan dan mempunyai nilai wisata yang tinggi, seperti sebagai berikut: 1) Paket Wisata Sejarah dan Budaya 2) Paket Wisata Taman Laut (Diving dan Snorkeling) 3) Paket Wisata Pantai 4) Paket Agrowisata 5) Paket Ekowisata

Paket wisata dengan jenis obyek yang sama dapat dilaksanakan dalam dan antarzona pariwisata, atau kunjungan di zona pariwisata 1 hanya pada lokasi-lokasi yang paling baik (andalan), kemudian dilanjutkan pada objek lain yang terbaik di masing-masing zona pariwisata lainnya.

Jenis Obyek yang Beragam. Paket wisata ini menyediakan berbagai macam obyek untuk dikunjungi, mulai dari obyek wisata sejarah, bahari, alam pegunungan, bahkan sampai pada wisata rekreasi. Sekali kunjungan wisatawan diajak ke berbagai obyek wisata andalan baik di dalam zona pariwisata maupun zona pariwisata lainnya sesuai waktu wisatawan yang tersedia. Penyusunan paket wisata ini perlu kajian khusus.

Obyek Wisata yang Berdekatan. Paket wisata ini disediakan bagi wisatawan yang tidak ingin pergi jauh dari tempat mereka menginap. Wisatawan akan mengunjungi obyek-obyek wisata yang lokasinya berdekatan dan tidak jauh, walaupun obyek-obyek wisata yang dikunjungi bukan merupakan obyek andalan di zona tersebut. Kunjungan obyek-obyek wisata terdekat di Sumbawa dapat dilakukan walaupun bukan obyek wisata andalan.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 8 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Tabel Lampiran II-2 Strategi Pengembangan Paket Wisata STRATEGI-2: Pengembangan paket-paket wisata yang berdaya saing nasional dan global serta dapat mengakomodasi berbagai kebutuhan wisatawan: Indikasi Program: Kegiatan: 1. Penyusunan paket-paket a. Kajian Paket Wisata Berdasarkan Waktu yang wisata yang sesuai Tersedia. kebutuhan wisatawan b. Kajian Paket Wisata Berdasarkan Jenis Obyek Wisata yang Sama. c. Kajian Paket Wisata Berdasarkan Jenis Obyek Wisata yang Beragam. d. Kajian Paket Wisata Berdasarkan Kedekatan lokasi Obyek Wisata e. Penyusunan Dokumen Rencana Detil Pemasaran Paket Wisata Kabupaten Sumbawa. f. Penyusunan Dokumen Rencana Detil Pemasaran Paket Wisata Antar Pulau dan Antar Provinsi, dan Antar Negara. Sumber : Hasil Rencana, 2013

III. Perencanaan Sarana Dan Prasarana Mengacu pada Gambar Lampiran II.1, sarana dan prasarana atau amenitas merupakan penunjang pariwisata yang sangat membantu kenyamanan wisatawan diantaranya akomodasi penginapan, rumah makan atau restoran, toko souvenir, pasar, pelayanan kesehatan, pelayanan pos dan telekomunikasi, jasa pelayanan perjalanan, dan sebagainya. Pelayanan amenitas harus direncanakan secara komprehensif dan terintegrasi baik pada tingkat objek wisata maupun tingkat kabupaten. Fasilitas pelayanan di tingkat kabupaten merupakan fasiltas pelayanan yang lengkap sehingga apabila pelayanan di objek wisata atau kecamatan kurang memadai, maka dapat dirujuk ke tingkat kabupaten, khususnya untuk pelayanan kesehatan (Gambar Lampiran II-6).

Pelayanan juga dapat dilakukan pada kabupaten sekitar sehingga pencapaian lebih mudah dan cepat. Pengembangan pelayanan lintas kabupaten tersebut perlu ada suatu kajian khusus, mengingat jenis pelayanan yang diperlukan dan mekanisme merujuk belum dipunyai. Melalui kajian tersebut, akan diketahui fasilitas dan pelayanan seperti apa yang dimiliki masing-masing zona wisata yang ada.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 9 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Gambar Lampiran II-6 Konsep Pelayanan Tiap SKW

Wisatawan yang ingin berkunjung ke Kabupaten Sumbawa perlu menyediakan waktu minimal satu hari. Selama itu, tentunya memerlukan akomodasi terutama tempat tinggal atau menginap (jika lebih dari satu hari) dan makan (Gambar Lampiran II-7). Berbagai jenis penginapan tersedia di Kabupaten Sumbawa, mulai dari yang murah sampai yang mahal. Demikian juga restoran atau rumah makan tersedia di sekitar kawasan. Perjalanan yang lama, memungkinkan para wisatawan mengalami penurunan kesehatan atau bahkan menjadi sakit.

Rumah sakit, klinik atau puskesmas di Kabupaten Sumbawa selalu terbuka untuk melayani para pasiennya, termasuk para wisatawan. Demikian pula apabila wisatawan berkeinginan membeli souvenir yang merupakan ciri khas Kabupaten Sumbawa, dapat mengunjungi toko-toko souvenir atau pasar terdekat untuk mendapatkan berbagai macam oleh-oleh khas Kabupaten Sumbawa.

Merujuk pada Gambar Lampiran II-7 tersebut di atas, perencanaan amenitas lebih difokuskan pada kebutuhan utama wisatawan selama kunjungannya di Kabupaten Sumbawa. Perencanaan amenitas meliputi penginapan atau hotel, rumah makan atau restoran, pelayanan kesehatan, listrik, telepon, pos, dan sebagainya.

Penginapan. Jumlah penginapan di Kabupaten Sumbawa saat ini adalah 27 buah. Jumlah ini diperhitungkan masih mampu menampung wisatawan dengan asumsi bahwa kedatangan wisatawan tersebar setiap minggu dalam satu tahun dan tersebar di berbagai SKW. Jika terjadi pemusatan waktu dan lokasi kedatangan wisatawan, maka diperlukan penambahan jumlah kamar penginapan. Dilhat dari segi jumlah total kamar, tambahan kamar masih belum diperlukan sampai 10 tahun kedepan, karena jumlah kamar yang diperlukan saat itu diperkirakan mencapai jumlah kamar sebanyak 593

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 10 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

kamar, dirasa masih mencukupi untuk menampung jumlah wisatawan yang akan memanfaatkan akomodasi hotel.

Gambar Lampiran II-7 Amenitas Utama yang Diperlukan Wisatawan

Pengembangan penginapan, baik berupa hotel, wisma, maupun homestay, dikategorikan kedalam dua pendekatan, yaitu: 1. Perbaikan atau Penataan Kembali. Pendekatan ini dilakukan terutama untuk zona utama, dimana sudah banyak tersedia fasilitas amenitas. Penataan dan perbaikan dilakukan terhadap kondisi fisik dan sistem pelayanannya. Perbaikan terhadap kondisi fisik diarahkan pada kelayakan tinggal bagi wisatawan sesuai dengan kelas pelayanan penginapan. Penataan fisik harus disertai penataan pelayanannya. Jangan sampai terjadi bahwa hotel berbintang dengan pelayanan wisma. Salah satu pelayanan bagi wisatawan untuk amenitas penginapan ini adalah menyediakan informasi yang jelas dan akurat berkaitan dengan penginapan seperti harga dan fasilitas yang disediakan. Informasi ini harus dapat diperoleh wisatawan sebelum wisatawan tiba di Kabupaten Sumbawa.

Penataan kembali kondisi fisik yang direncanakan tidak hanya dilakukan pada indoor penginapan, tapi juga outdoor-nya. Kondisi sekitar penginapan harus diperhatikan sehingga wisatawan merasa nyaman untuk tinggal. Keramahtamahan pelayanan adalah sangat penting, karena akan memberikan kesan yang sangat mendalam dan membekas sampai mereka kembali. Kegiatan yang perlu dilakukan dalam perencanaan pembangunan pariwisata adalah identifikasi penginapan yang memenuhi standard, perencanaan detil lanskap perhotelan dan penginapan yang mendukung estetika lingkungan, serta pendidikan dan pelatihan perhotelan dan keramahtamahan bagi pekerja hotel dan penginapan.

2. Pembangunan yang Baru. Pada beberapa wilayah yang lokasinya jauh dari ibukota kabupaten, penginapan masih sangat terbatas, bahkan hampir dikatakan tidak ada. Untuk wilayah tersebut direncanakan dibangun penginapan standar yang mampu menampuk wisatawan yang berkunjung ke wilayah tersebut. Pada tahun pertama, jika wisatawan ingin

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 11 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

menginap pada agak jauh dari pusat-pusat pengembangan di zona-zona tersebut, maka harus melalui pendekatan pada masyarakat sekitar yang mau bersedia memerima wisatawan untuk menginap di rumahnya. Pengembangan pelayanan penginapan di zona ini diarahkan dengan pendekatan homestay. Pada periode awal pengembangan, pendekatan ini dapat dilakukan karena akan sangat membantu wisatawan dan masyarakat. Oleh karena itu, perlu kajian mendalam berkaitan dengan pengalihan fungsi rumah masyarakat yang layak untuk dijadikan tempat homestay para wisatawan.

Pengembangan selanjutnya, apabila kapasitas daya tampung homestay sudah tidak memenuhi lagi, artinya jumlah wisatawan yang ingin homestay jauh melebihi daya tampung homestay yang ada di zona tersebut, maka perlu direncanakan untuk membangun penginapan berupa wisma, motel atau hotel sesuai dengan kondisi lokasi tersebut. Investasi pembangunan penginapan tersebut ditawarkan kepada pihak ketiga atau masyarakat sekitar. Peran pemerintah hanya memfasilitasi pembangunan tersebut. Biaya investasi diserahkan pada investor yang berminat.

Perbaikan ataupun pembangunan yang baru fasilitas penginapan harus disertai dengan penyediaan amenitas lainnya seperti listrik, telepon, air bersih, dan makan. Di setiap penginapan harus menyediakan penerangan yang layak, menyediakan pelayanan telepon (lokal, interlokal dan internasional), menyediakan air bersih untuk mandi dan minum, dan menyediakan pelayanan makan, serta pelayanan kesehatan darurat.

Rumah Makan. Berbagai rumah makan, saat ini tersedia cukup banyak di seluruh Kabupaten Sumbawa, baik yang menyediakan makanan tradisional maupun makanan nusantara. Pembinaan rumah-rumah makan dilakukan pada rumah makan yang belum memenuhi standar kesehatan. Selain itu, pembinaan juga dilakukan untuk memberi pelayanan yang ramah dan menyenangkan para wisatawan sehingga wisatawan ingin kembali makan di tempat tersebut.

Pelayanan makan, selain makan di tempat juga menyediakan paket makan yang dapat dibawa wisatawan dan tahan lama. Hal ini mengantisipasi kemungkinan tidak adanya rumah makan pada lokasi tertentu dimana wisatawan ingin menghabiskan waktunya seharian penuh di lokasi tersebut.

Toko Souvenir. Beberapa buah tangan (oleh-oleh) khas Sumbawa, tersedia di toko souvenir. Jumlah toko souvenir masih sangat terbatas dan saat ini hanya ada di kota- kota kecamatan dan berpusat di Sumbawa Besar. Pengembangan pelayanan gift dan souvenir ini harus melibatkan masyarakat pengrajin dan industri wisata. Penataan lokasi toko souvenir harus dilakukan untuk menyedia pelayanan ini bagi wisatawasn dengan mudah. Aksesibilitas. Perencanaan infrastruktur aksesibilitas meliputi aksesibilitas menuju Ibu Kota Kabupaten dan obyek wisata yang dituju (Gambar Lampiran II-8). Sampai saat ini akses yang paling mudah menuju Kabupaten Sumbawa adalah melalui penyeberangan laut yang dilanjutkan dengan perjalanan menggunakan kendaraan darat. Sedangkan untuk rute penerbangan, Kabupaten Sumbawa telah di layani oleh 2 maskapai regular

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 12 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

yang memanfaatkan Bandar Udara Brang Biji Sumbawa Besar. Penerbangan utama dilakukan melalui Hub Lombok dan Denpasar. Beberapa penerbangan non regular juga sering singgah di Bandar Udara ini, untuk mengangkut grup wisatawan yang akan menuju ke pulau Moyo.

Gambar Lampiran II-8 Aksesibilitas Menuju Obyek Wisata

Akses direncanakan menggunakan transportasi darat, laut dan udara. Demikian pula akses menuju obyek-obyek wisata direncanakan dengan menggunakan ketiga transportasi tersebut. Pada umumnya obyek-obyek wisata di Kabupaten Sumbawa berjarak lebih dari 10 kilometer dari pusat kota Kabupaten/Kota. Obyek-obyek wisata yang jaraknya dekat dengan ibukota kabupaten dan jumlahnya sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa transportasi sangat diperlukan untuk mencapai obyek-obyek wisata tersebut. Oleh karena itu, perencanaan aksesibilitas juga meliputi akses menuju ibukota kabupaten, dan akses menuju obyek-obyek wisata. Selain itu juga konektivitas antar obyek wisata, perlu diperhatikan.

Akses transportasi laut menuju Kabupaten Sumbawa adalah yang utama. Pengembangan jalur laut ini direncanakan untuk memanfaatkan jalur laut regional dalam rangka meningkatkan aksesibilitas melalui jalur laut. Semakin intensif kapal yang singgah ke Kabupaten Sumbawa akan semakin besar peluang kedatangan wisatawan baik wisatawan nusantara, maupun wisatawan mancanegara. Pelabuhan laut berskala nasional yang hanya ada di Sumbawa Besar, direncanakan untuk dikembangkan untuk memenuhi standar nasional maupun internasional. Pelabuhan kolektor direncanakan harus tersedia di setiap wilayah yang memikiki pusat-pusat pertumbuhan utama. Pengembangan pelabuhan lokal disesuaikan kebutuhan lokal seperti pengembangan lokasi tertentu untuk pemukiman atau obyek-obyek wisata baru yang akan dibangun. Rencana pengembangan transportasi baik laut maupun darat, ini merupakan usulan pengembangan yang dikaitkan dengan kebutuhan pariwisata.

Akses darat dari ibu kota kabupaten menuju obyek wisata direncanakan untuk ditingkatkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Secara kualitas, peningkatan jalan diarahkan pada peningkatan kelas jalan atau fisik jalan yang semula jalan tersebut berupa jalan agregrat menjadi jalan beraspal, atau semua berupa jalan tanah menjadi jalan agregrat. Selain itu, pengembangan jalan beraspal yang sudah ada diikuti dengan pengembangan lanskap jalannya.

Pada jalan-jalan-jalan kota bagian tertentu yang intensitas pejalan kakinya tinggi, khususnya untuk mencapai obyek-obyek wisata, perlu trotoar (pedestrian walk) yang

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 13 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

memadai, agar para wisatawan merasa nyaman menuju obyek-obyek wisata di dalam kota dengan berjalan kaki.

Pengembangan jalan secara kuantitas yang dimaksud adalah menambah panjang jalan menjadi lebih panjang sesuai dengan RTRW Kabupaten Sumbawa. Dalam RIPPDA Kabupaten Sumbawa ini, pengembangan jalan baru disarankan agar melintasi obyek- obyek wisata andalan yang potensial dan yang masih belum dimanfaatkan sebagai obyek wisata. Prasarana Jalan sangat penting dalam pariwisata, namun demikian, alat transportasi juga merupakan fasilitas penting bagi pariwisata. Pengunjung lokal dan pengunjung lainnya memerlukan transportasi yang layak, pasti, dan tertib.

Transportasi umum merupakan jenis transportasi rakyat yang harus dikembangkan. Namun demikian, sistem transportasi harus dikaji lebih jauh, karena untuk keberlanjutan sistem transportasi yang nyaman dan ramah lingkungan banyak variebel yang harus dipertimbangkan, termasuk perilaku berkendaraan dan sangsi pelanggaran. Kajian berkaitan dengan preferensi masyarakat, peluang usaha jasa transportasi bagi masyarakat, jenis transportasi yang sesuai, dan sebagainya, perlu dilakukan untuk memperkuat rencana pengembangan transportasi.

Tabel Lampiran II-3 Strategi Pengembangan Sarana dan Prasarana STRATEGI-3: Strategi pengembangan sarana dan prasarana pariwisata untuk mencapai sistem kepariwisataan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta berpihak pada masyarakat Indikasi Program: Kegiatan: 1. Peningkatan Kualitas 1. Perencanaan dan Pembangunan Lanskap Obyek-obyek Sarana dan Prasarana Wisata Andalan Kabupaten Obyek Wisata 2. Kajian Pengembangan Kebutuhan Hotel, Penginapan dan Restoran untuk Pariwisata. 3. Pembangunan Gedung Pusat Informasi Pariwisata Kabupaten Sumbawa. 4. Pembangunan Gedung Pusat Informasi Pariwisata Kabupaten 5. Pembangunan Sistem Informasi Pariwisata berbasis Teknologi Informasi. 6. Perencanaan dan Pembangunan pusat perbelanjaan pariwisata (toko souvenir, makanan dan minuman, jasa bank dsb). 2. Pengembangan 7. Perencanaan dan Pembangunan Infrastruktur Aksesibilitas Transportasi Darat Menuju Obyek Wisata Andalan yang Terpencil 8. Perbaikan Akses/Jalan Darat Menuju Obyek-obyek Wisata Andalan. 9. Perencanaan dan Pembangunan Darmaga Kapal Laut/Speedboat Wisata dari dan ke Tujuan Obyek Wisata 10. Pengadaan Kapal Pariwisata Multifungsi Berkapasitas Sedang Tujuan Pulau-pulau Kecil.

11. Peningkatan Kualitas Pelayanan Bandar Udara

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 14 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

STRATEGI-3: Strategi pengembangan sarana dan prasarana pariwisata untuk mencapai sistem kepariwisataan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan serta berpihak pada masyarakat Indikasi Program: Kegiatan: 12. Perencanaan dan Pembangunan Sarana/ Prasarana Kesehatan 13. Perencanaan dan Pembangunan Sarana/ Prasarana Pos dan Telekomunikasi 14. Perencanaan Sistem dan Alat Transportasi Umum (trayecking) Menuju Obyek-obyek Wisata 15. Pengadaan Perahu Taman Laut 16. Perbaikan Pelabuhan Lintasan Transportasi Laut Untuk Memenuhi Standar Nasional 17. Melakukan kajian sistem transportasi umum menuju obyek-obyek wisata 18. Melakukan kajian pengembangan Bandara, baik lokal maupun internasional Sumber : Hasil Rencana, 2013

IV. Perencanaan Sumberdaya Manusia Perencanaan pengembangan sumberdaya manusia (SDM) pariwisata memfokuskan pada kualitas dan kuantitas sumberdaya manusia pariwisata (Gambar Lampiran II.9). Yang dimaksud dengan sumberdaya manusia pariwisata adalah orang-orang yang terlibat dalam dunia kepariwisaan di berbagai posisi/fungsi. Perencanaan pengembangan kualitas SDM meliputi pendidikan, pelatihan, dan magang. Pengembangan sumberdaya manusia kepariwisaan Kabupaten Sumbawa direncanakan untuk menyekolahkan baik program diploma, sarjana maupun pascasarjana dalam bidang kepariwisataan. Perencanaan pengembangan SDM melalui pelatihan direncanakan dilakukan di dalam dan di luar wilayah Kabupaten. Selain pelatihan, magang juga direncanakan untuk meningkatkan kualitas SDM. Pelaksanaannya dapat dilakukan pada daerah dengan sistem kepariwisataan yang sudah mapan dan maju. Bahkan untuk beberapa bidang tertentu, beberapa SDM kepariwisataan Kabupaten Sumbawa dapat dimagangkan di luar negeri. Untuk itu perlu ada kajian sumberdaya manusia kepariwisataan di Kabupaten Sumbawa secara komprehensif. Pendidikan, pelatihan dan magang SDM pariwisata yang direncanakan selain untuk SDM pemerintah juga untuk SDM masyarakat yang terlibat dalam usaha pariwisata. Pembinaan bagi masyarakat yang berusaha di sektor pariwisata.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 15 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Gambar Lampiran II-9 Komponen Perencanaan Pengembangan SDM Kepariwisaan

Pembinaan dilakukan melalui pendampingan penyusunan rencana pengembangan usaha pariwisata, atau pendampingan penyusunan rencana buka usaha baru di bidang pariwisata.

Perencanaan pengembangan sumberdaya juga mempertimbangkan kebutuhan jumlah tenaga kepariwisataan yang optimal agar dapat menggerakkan roda kepariwisataan Kabupaten Sumbawa dengan baik dan benar. Jumlah SDM yang dibutuhkan dapat dipenuhi dengan cara: 1. Memanfaatkan tenaga ahli dan profesional yang berada di luar Kabupaten Sumbawa untuk dapat membantu pengembangan kepariwisaan, 2. Melakukan rekruitmen tenaga kepariwisataan secara terbuka dan fair untuk menghasilkan input SDM yang berkualitas dan sesuai kebutuhan, termasuk rekruitmen bagi mereka yang menerima beasiswa untuk melanjutkan pendidikan di bidang kepariwisataan atau bidang yang terkait. 3. Mengalihfungsikan SDM yang ada dari sektor lain menjadi SDM yang bekerja di sektor pariwisata dengan melalui pendidikan, pelatihan, atau pemagangan terlebih dahulu, 4. Menawarkan kepada berbagai pihak, mulai dari masyarakat setempat, para pelajar sekolah menengah umum (SMU), maupun pada para pegawai negeri sipil untuk menjadi volunteer dalam berbagai kegiatan kepariwisataan.

Tabel Lampiran II-4 Strategi Peningkatan SDM Pariwisata STRATEGI-4: Strategi peningkatan kualitas profesionalisme sumberdaya manusia pariwisata melalui pendidikan, pelatihan, dan magang Program Kegiatan 1. Peningkatan Tenaga Terampil di 1. Pendidikan, Pelatihan dan Magang Tenaga Bidang Perhotelan, Restoran, Biro Terampil di Bidang Perhotelan. Perjalanan dan Pemandu Wisata 2. Pendidikan, Pelatihan dan Magang Tenaga

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 16 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

STRATEGI-4: Strategi peningkatan kualitas profesionalisme sumberdaya manusia pariwisata melalui pendidikan, pelatihan, dan magang Program Kegiatan Terampil di Bidang Restoran. 3. Pendidikan, Pelatihan dan Magang Tenaga Terampil di Bidang Biro Perjalanan. 4. Pendidikan, Pelatihan dan Magang Tenaga Terampil di Bidang Pemandu Wisata. 5. Peningkatan Kemampuan 6. Pendidikan dan Pelatihan Kemampuan Bahasa Berbahasa Asing bagi Tenaga Asing bagi Tenaga Terampil di Bidang yang Terlibat Kepariwisataan Kepariwisataan. 7. Peningkatan dan Pemanfaatan 8. Pendidikan dan Pelatihan Hospitality bagi Kesiapan Masyarakat sebagai Masyarakat sebagai Tuan Rumah. Tuan Rumah Pariwisata 9. Studi Banding dan Pemagangan Tenaga Terampil di Bidang Pariwisata ke Daerah yang lebih maju 10. Pemberian Beasiswa bagi lulusan SMU, Aparat pemerintah dan dosen untuk menempuh pendidikan lanjutan S1, S2, dan atau S3 di bidang pariwisata. 11. Peningkatan Kesadaran 12. Sosialisasi Peningkatan sadar wisata bagi Masyarakat dalam masyarakat tujuan wisata Mempertahankan Kerukunan 13. Sosialisasi Kerukunan Bermasyarakat melalui Bermasyarakat Melalui Pariwisata Pentas Seni Bersama sebagai Atraksi Wisata Budaya. 14. Sosialisasi Kerukunan Bermasyarakat melalui Rekreasi Sport Bersama sebagai Atraksi Wisata Olah Raga 15. Peningkatan Kemampuan Teknis 16. Pendidikan dan Pelatihan Total Quality di Bidang Manajemen Management (TQM) Pariwisata bagi Aparat Kepariwisataan. Pemerintah dan Stakeholder yang terlibat pada dunia bisnis Pariwisata. 17. Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Berbasis Kinerja, Balance Scorecard (BSC) bagi Aparat Pemerintah dan Stakeholder yang terlibat pada dunia bisnis Pariwisata. 18. Pendidikan dan Pelatihan ISO 9000 dan ISO 14000 bagi Aparat Pemerintah dan Stakeholder yang terlibat pada dunia bisnis Pariwisata. 19. Peningkatan Kemampuan di 20. Pendidikan dan Pelatihan Bidang Perencanaan Bidang Perencanaan dan Pariwisata bagi Aparat Pemerintah Setempat. Pemasaran Pariwisata 21. Pendidikan dan Pelatihan Pemasaran Pariwisata bagi Aparat Pemerintah dan Stakeholders yang terlibat Usaha Pariwisata. 22. Kajian Kebutuhan SDM Kepariwisataan di Kabupaten Sumbawa 23. Mengadakan rekruitmen SDM kepariwisataan 24. Pengembangan pendidikan 25. Pembukaan sekolah kejuruan berbasis pariwisata kejuruan berbasis pariwisata (jurusan perhotelan, jurusan pariwisata, dll) setingkat SMU, diploma, dan S-1 26. Pengembangan modul-modul kurikulum sekolah

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 17 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

STRATEGI-4: Strategi peningkatan kualitas profesionalisme sumberdaya manusia pariwisata melalui pendidikan, pelatihan, dan magang Program Kegiatan kejururan berbasis pariwisata 27. Mengadakan Kajian yang 28. Melakukan kajian identifikasi kegiatan budaya dan mendukung pariwisata penyelengaraannya 29. Pendidikan dan Pelatihan Aplikasi Sistem Informasi Pariwisata berbasis Teknologi Informasi bagi Aparat Pemerintah Pengelola Pariwisata. 30. Melakukan kajian Homestay di zona wisata yang belum lengkap akomodasi wisatanya 31. Melakukan pengawasan dari pihak pemerintah yang memberikan fasilitas perijinan dan social control investment Sumber : Hasil Rencana, 2013

V. Perencanaan Kelembagaan Lembaga kepariwisataan merupakan suatu lembaga yang mengelola berbagai kegiatan kepariwisataan baik secara langsung maupun tidak langsung. Lembaga ini sangat diharapkan keberadaannya agar kepariwisataan daerah terorganisir dan terkoordinasi dengan baik sehingga para wisatawan merasakan kenyamanannya berwisata di daerah tersebut. Lembaga kepariwisataan yang profesional tidak harus lembaga baru yang dibentuk khusus untuk kepariwisataan, tapi dapat juga memberdayakan lembaga yang sudah ada dan potensial untuk dikembangkan secara profesional.

Peran utama lembaga atau institusi tersebut adalah mengelola sistem kepariwisataan Kabupaten Sumbawa yang ada di dalamnya. Kegiatan penting lainnya adalah mempromosikan dan memasarkan pariwisata yang ada di Kabupaten Sumbawa.

Pada tingkat Kabupaten, lembaga yang menangani kepariwisataan secara legal adalah Dinas Pemuda Olahraga dan Budaya dan Pariwisata Kabupaten Sumbawa. Sedangkan pada tingkat kecamatan, dapat dibentuk lembaga yang menangani sektor wisata berupa Unit Pelaksana Teknis Bidang Pariwisata (Gambar Lampiran II-10). Dengan demikian, lembaga yang menangani kepariwisataan secara legal sudah ada.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 18 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Gambar Lampiran II-10 Lembaga Kepariwisataan

Pembentukan lembaga baru yang independen sekalipun masih dirasa kurang tepat, karena dapat mengurangi peran dan fungsi dinas-dinas tersebut. Namun demikian, pada pelaksanaannya dinas-dinas tersebut masih mempunyai kelemahan-kelemahan yang perlu diperkuat. Oleh karena itu, pada pelaksanaannya dinas-dinas tersebut dapat bermitra dengan masyarakat dan atau lembaga non-pemerintah (LSM). Bentuk kemitraan, kewenangan, dan teknis pelaksanaannya perlu dikaji lebih jauh.

Tabel Lampiran II-5 Strategis Kelembagaan Pengelolaan Pariwisata STRATEGI-5: Strategi promosi dan pemasaran melalui pengembangan institusi pariwisata dengan sistem pengelolaan yang melibatkan pihak-pihak terkait. Strategi pengembangan ekonomi dan investasi berbasis kesejahteraan masyarakat setempat. Indikasi Program: Kegiatan: 1. Pengembangan Pasar 1. Pengembangan Pemasaran Bersama dengan Daerah Lain Pariwisata yang Memiliki Sasaran Sejenis 2. Pengembangan dan Pemantapan Sistem Informasi Kepariwisataan 3. Penetapan dan Pemantapan Event Pariwisata 4. Pengembangan segmen pasar pariwisata

2. Pengembangan Promosi 5. Peningkatan Kegiatan Promosi Daya Tarik Wisata dan Pariwisata Investasi. 6. Pengembangan Pengelolaan Situs Pariwisata Sumbawa yang Efisien dan Efektif. 7. Penyusunan Dokumen Promosi dan ’Promotion Kits’ 8. Melakukan promosi melalui lomba menulis tingkat SD,

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 19 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

STRATEGI-5: Strategi promosi dan pemasaran melalui pengembangan institusi pariwisata dengan sistem pengelolaan yang melibatkan pihak-pihak terkait. Strategi pengembangan ekonomi dan investasi berbasis kesejahteraan masyarakat setempat. Indikasi Program: Kegiatan: SMP, SMU, Mahasiswa atau umum. 3. Pengembangan Institusi 9. Melakukan kajian kelembagaan dan bentuk kewenangan Pariwisata mitra 10. Pembangunan Sistem Informasi Pariwisata berbasis Teknologi Informasi (Web). 11. Koordinasi dan konsolidasi institusi pemerintah dan stakeholder dalam pengelolaan pariwisata 12. Penyusunan Dokumen Sistem Pengelolaan Pariwisata berbasis TQM dan BSC 13. Kajian penyusunan dokumen aplikasi ISO 9000 dan 14000 bagi pengelolaan pariwisata di Kabupaten Sumbawa. Sumber : Hasil Rencana, 2013

VI. Perencanaan Pengelolaan Lingkungan Perencanaan pengelolaan lingkungan dimaksudkan untuk menjamin bahwa kualitas lingkungan produk wisata (obyek-obyek wisata dan pendukung wisata) tidak mengalami penurunan yang sangat drastis. Pembangunan obyek-obyek wisata dan penunjang wisata yang baru harus dilakukan analisis mengenai dampak lingkungannya (amdal). Amdal dibuat sesuai dengan skala pekerjaan perencanaan dan pembangunan produk- produk wisata. Produk-produk wisata berskala kecil baik yang belum dibangun maupun yang sudah dibangun setidaknya harus menyertakan dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKP) dan Rencana Pamantauan Lingkungan (RPL). Dengan dokumen- dokumen tersebut diharapkan kelestarian produk-produk wisata dapat dipertahankan.

Gambar Lampiran II-11 Analisis Mengenai Dampak Lingkungan pada Produk Wisata.

Rencana dan pelaksanaan pengelolaan lingkungan (RKL) meliputi: 1) faktor lingkungan yang terkena dampak, 2) sumber dampak, 3) bobot dan tolok ukur dampak, 4) upaya pengelolaan lingkungan.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 20 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Faktor-faktor yang terkena dampak meliputi faktor biogeofisik kimia, aspek sosial ekonomi dan sosial budaya. Sumber dampak meliputi komponen-komponen penting penyebab dampak seperti misalnya emisi SO2 dan NOx dengan konsentrasi tinggi, atau berupa limbah rumah makan, sampah kawasan rekreasi dan sebagainya.

Upaya pencegahan dampak yang diakibatkan oleh kegiatan wisata di produk wisata dapat dilakukan dengan beberapa cara (Suratmo, 1990), diantaranya: 1. Pencegahan dilakukan dengan menggunakan bahan baku yang tidak atau kurang menghasilkan limbah berbahaya dan beracun yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan manusia. 2. Penanggulangan di luar prosesnya agar tidak membahayakan. 3. Pengembangan, yaitu usaha untuk lebih meningkatkan daya guna dampak positif afar dapat diperoleh manfaat yang lebih besar.

Perencanaan pengelolaan lingkungan yang lebih detil perlu suatu kajian tersendiri yang mencermati setiap obyek-obyek wisata, dan setiap kawasan atau zona.

Tabel Lampiran II-6 Strategi Pengelolaan Lingkungan Bidang Pariwisata STRATEGI 6: Strategi pengembangan sistem pengelolaan dan pemantauan lingkungan menuju sistem kepariwisataan berkelanjutan Indikasi Program: Kegiatan: 1. Peningkatan Kesadaran 1. Sosialisasi Kesadaran Lingkungan bagi pelaku Lingkungan di Obyek dan Daya pariwisata dan Wisatawan. Tarik Wisata 2. Pengembangan Usaha 2. Pemberian insentif bagi usaha pariwisata yang ramah Pariwisata yang Ramah lingkungan dan hemat energi. Lingkungan dan Hemat Energi 3. Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi yang Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan. 3. Peningkatan dan Pemantapan 4. Perencanaan Konservasi Kawasan-kawasan Lindung Konservasi Kawasan-kawasan yang dimanfaatkan pariwisata. yang Rentan Terhadap 5. Perencanaan Pengelolaan Kawasan Konservasi yang Perubahan Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan. 6. Penyusunan Rencana Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Setiap Obyek Wisata Andalan. Sumber : Hasil Analisa, 2013

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran II - 21 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Dalam pelaksanaan masa pekerjaan, konsultan melakukan 3 kali seminar pada masing- masing tahapan laporan, dengan tujuan menyampaikan progress perkembangan pekerjaan kepada pihak Pengguna Jasa. Seminar yang dilakukan dihadiri oleh stakeholder yang memiliki kaitan dengan pengembangan sektor Pariwisata di Kabupaten Sumbawa. Kegiatan seminar yang dilakukan antara lain :

1. Seminar Laporan Pendahuluan Seminar ini secara substansi membahas mengenai metode kerja dan sekaligus sedikit mengupas isu strategis pengembangan pariwisata di Kab. Sumbawa, berdasarkan hasil survey primer yang telah dilakukan sebelumnya pada tahapan awal. Pada seminar ini, konsultan menghimpun saran dan masukan terkait sektor wisata di Kab. Sumbawa.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran III - 1 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Dokumentasi Seminar Laporan Pendahuluan :

2. Seminar Laporan Antara Seminar laporan antara dilakukan setelah 1 bulan laporan pendahuluan dilakukan. Dalam seminar ini, membahas temuan fakta dan hasil analisis berkaitan dengan penilaian masing-masing objek wisata yang ada di Kabupaten Sumbawa. Dalam seminar ini, diperoleh masukan atas beberapa objek wisata yang belum terekam dalam laporan yang mana, objek wisata tersebut memang berpotensi dikembangkan. Selain itu juga, dalam seminar ini, didiskusikan terkait indikator penilaian masing-masing objek, agar menyamakan persepsi terhadap fakta yang sebenarnya ada di lapangan.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran III - 2 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Dokumentasi Seminar Laporan Antara :

3. Seminar Laporan Akhir Seminar ini, merupakan seminar tahap akhir, dimana dalam seminar ini, dibahas mengenai konsep dan strategi pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Sumbawa. Dalam seminar ini, dimunculkan juga, matrik indikasi program kegiatan terkait sektor wisata, yang akan diacu dalam pengelolaan dan pengembangan pariwisata di Kabupaten Sumbawa. Dalam seminar ini, juga dirumuskan visi dan misi pengembangan pariwisata kabupaten Sumbawa, yang bertujuan sebagai pengendali dan pengarah kebijakan sektor pariwisata, sehingga akan tercapai harapan yang diinginkan dalam penyusunan RIPPDA ini secara khusus dan pengembangan sektor Pariwisata yang berdampak pada sektor lain secara umum.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran III - 3 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Dokumentasi Seminar Laporan Akhir :

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran III - 4 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

Terkait dengan program perancangan terhadap penanganan kawasan objek wisata di Kab. Sumbawa, kami mencoba untuk melakukan desain atas beberapa objek wisata yang diharapkan dapat diaplikasikan secara nyata melalui mekanisme perencanaan tahap lain. Penetapan lokasi, sengaja dipilih berdasarkan pertimbangan kegiatan wisata masyarakat umum, sehingga akan dapat dinikmati oleh kalangan luas. Penetapan ini tidak berdasarkan pada hasil scoring yang telah dilakukan, tetapi berdasarkan hasil kajian dan interview atas kebutuhan masyarakat terhadap rekreasi yang bermuara pada lokasi wisata. Masyarakat menginginkan lokasi yang mudah dijangkau, murah, aman dan nyaman dalam melakukan aktivitas wisatanya.

Pertimbangan-pertimbangan itulah yang mendasari kami memilih lokasi yang akan dilakukan simulasi desainnya.

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran IV - 1 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

1. Pantai Batu Gong

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran IV - 2 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

2. Pelabuhan Wisata

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran IV - 3 K A B U P A T E N S U M B A W A R E V I E W L A P O R A N A K H I R

3. Kawasan Wisata Semongkat

PENYUSUNAN RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH (RIPPARDA) Lampiran IV - 4 K A B U P A T E N S U M B A W A