Imaji Youkai Dalam Cerita Rokuro-Kubi Kertas Karya

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Imaji Youkai Dalam Cerita Rokuro-Kubi Kertas Karya IMAJI YOUKAI DALAM CERITA ROKURO-KUBI KERTAS KARYA Kertas karya ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Pendidikan Non-Gelar Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan, untuk melengkapi salah satu syarat ujian Diploma III dalam bidang Studi Bahasa Jepang. Dikerjakan Oleh: INTAN PUSPASARI LUBIS NIM : 142203060 PEMBIMBING Mhd.Pujiono,SS.,M.Hum.,ph.d NIP: 19691011200212 PROGRAM STUDI BAHASA JEPANG D-III FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2017 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Disetujui oleh : Program Diploma Sastra dan Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Program Studi D III Bahasa Jepang Ketua Program Studi Dr. Diah Syafitri Handayani, M.Litt Nip : Medan, Juli 2017 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa menyertai penulis sehingga dapat menyelesaikan kertas karya ini. Penulisan kertas karya yang berjudul“ IMAJI YOUKAI DALAM KISAH ROKURO-KUBI ” ini diajukan untuk memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan Pendidikan Program D-III pada Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. Selama proses penelitian dan penulisan tugas akhir ini, penulis banyak menerima bantuan baik moril, materi dan ide dari berbagai pihak. Oleh sebab itu pada kesempatan kali ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih, penghargaan dan penghormatan kepada : 1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. 2. Ibu Dr. Diah Syafitri Handayani. M.Litt. selaku Ketua Program Studi Bahasa Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. 3. Bapak Mhd. Pujiono, M.Hum., Ph.D., selaku Pembimbing, yang selalu memberikan waktu dan pemikirannya dalam membimbing, mengarahkan serta memberikan saran – saran kepada penulis dalam penyusunan tugas akhir ini hingga selesai. 4. Terima kasih yang tidak terhingga kepada ayahanda Ir. Sukrial Lubis dan ibunda Siti Zaleka yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil dan selalu mendoakan sampai penulis dapat menyelesaikan studinya dan dapat menyelesaikan tugas akhir ini. i UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 5. Kepadasaudarasaya Novita Dumasari Lubis dan Muhammad Ihsan Lubis mengucapkan terima kasih atas dukungannya atas moral maupun moril. 6. Serta kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu – persatu, yang telah memberikan bantuans ehingga tugas akhir ini dapat terselesaikan. Hanya Tuhan yang dapat membalas kebaikan anda semua. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dari isi maupun uraiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga tugas akhir ini nantinya dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis, pembaca khususnya mahasiswa/mahasiswi Program Studi Bahasa Jepang D-III Universitas Sumatera lainnya. Medan, 2017 Penulis, Intan Puspasari Lubis NIM ; 142203060 ii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR …………………………………………..……………. i DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. iii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasanpemilihanjudul………………………….…………..………..... 1 1.2 Tujuanpenulisan…………………………….………….….…............... 2 1.3 Batasanmasalah………………………...………...…………………....2 1.4 Metodepenulisan………………..….………………………………......3 BAB II PENGERTIAN DAN BENTUK SERTA JENIS IMAJI YOUKAI 2.1PengertianImaji Youkai……………………………………….….……. 4 2.2BentukdanJenisImaji Youkai…………..……………………….…….. 13 BAB III IMAJI YOUKAI DALAM KISAH ROKURO-KUBI 3.1 BentukImaji Youkai Rokuro-kubi………………………...………..…... 18 3.2 JenisYoukai Rokuro-kubi………………………………………..…… 20 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan……………………………………….....…………............23 4.2 Saran …………..…………………………………......………...............24 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ABSTRAK iii UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul Jepang merupakan salah satu negara maju di Asia yang memiliki perindustrian modern dan ekonomi yang kuat. Jepang yang awalnya belajar dari negara Barat dalam hal teknologi maupun ilmu pengetahuan kini dapat bersaing dengan negara-negara Barat yang telah lebih dulu maju dalam berbagai bidang. Meski begitu Jepang juga terkenal dengan berbagai macam kebudayaannya yang masih dipertahankan hingga saat ini. Tidak banyak negara maju yang dapat mempertahankan kebudayaannya bahkan hingga dikenal diseluruh dunia. Dapat dikat akan Jepang adalah negara dimana modernisasi dan tradisi berjalan beriringan. Hal ini tidak terlepas dari karakteristik masyarakatnya yang dikenal sebagai masyarakat pekerja keras dan berdisiplin tinggi. Masyarakat dilihat sebagai kekuatan impersonal yang mempengaruhi, mengekang dan juga menentukan tingkah laku anggota-anggotanya. Masyarakat Jepang yang modern masih mempercayai akan adanya youkai. Salah satu contohnya cerita kappa yang membuat masyarakat Jepang takut akan membuang sampah disungai. Tetapi mereka juga mempercayai beberapa youkai merupakan dewa yang turun kastanya. Kepercayaan rakyat Jepang akan adanya youkai membantu pembentukkan karakteristik masyarakat Jepang sendiri. Dari kepercayaan akan kebersihan di toilet, sungai, hutan, dan lain-lain. 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki banyak cerita mengenai youkai. masyarakat Jepang pun masih mempercayai youkai sampai sekarang. Youkai sendiri merupakan jin, dedemit, iblis, dan lain-lain. Belum ada kata yang cocok menerjemahkan youkai di dalam Bahasa Indonesia. Ada beberapa cerita terkenal yang berhubungan dengan cerita youkai , misalnya kappa, yuki- onna, mujina, karakasa, kitsune, rokuro-kubi, dan lain-lain. Dalam penulisan karya tulis ini, penulis memfokuskan tentang Imaji Youkai dalam Cerita Rokuro- kubi. Penulis merasa tertarik untuk membahas Imaji Youkai dalam Cerita Rokur- kubi, dan dijadikan sebagai judul kertas karya. 1.2 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan kertas karya ini adalah : 1. Untuk menjelaskan adanya Imaji Youkai dalam Cerita Rokuro-kubi di Jepang 2. Agar menambah wawasan penulisan pembaca mengenai cerita youkai 1.3 Batasan Masalah Berdasarkan uraian alasan pemilihan judul yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis menganggap perlu adanya pembatasan masalah, agar tidak terlalu melebar. Sehingga penulis dapat lebih fokus terhadap pembahasan dalam masalah tersebut dan agar tidak menyulitkan pembaca dalam memahami pokok permasalahan yang dibahas. 2 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dalam penulisan karya tulis ini, penulis membatasi ruang lingkup pembahasan yang difokuskan kepada jenis-jenis imaji youkai dan bentuk imaji youkai. Agar pembahasan lebih mendalam, jelas dan juga memiliki akurasi data yang benar, maka penulis akan menjelaskan juga mengenai arti imaji youkai. 1.4 Metode Penulisan Dalam penulisan kertas karya ini penulis menggunakan metode studi kepustakaan. Metode kepustakaan yaitu metode untuk menggumpulkan data atau informasi dengan cara membaca buku atau referensi yang berkaitan dengan Imaji Youkai khususnya dalam cerita Rokuro-kubi. Selain menggunakan studi kepustakaan penulis juga menggunakan media online untuk membantu melengkapi penulisan kertas karya ini. 3 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA BAB II PENGERTIAN DAN BENTUK SERTA JENIS IMAJI YOUKAI 2.1 Pengertian Imaji Youkai Pencitraan (imaji) adalah pengungkapan perasaan sensoris penyair kedalam kata dan ungkapan sehingga terjelma gambaran suasana yang lebih konkrit (Djojo Suroto, 2005:20-21). Menurut Waluyo (1995:78) pencitraan dibatasi oleh pengertian kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran dan perasaan. Altenberd dalam Pradopo (1999: 79-80) mengatakan “citraan adalah gambar-gambar angan pikiran dan bahasa yang menggambarkannya, sedangkan setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji (image).” Kata-kata yang dipergunakan penyair tidak sama artinya dengan kata-kata di dalam kamus. Seorang penyair tidak hanya bermaksud menyampaikan makna lugas. Lebih dari itu, penyair ingin membentuk citraan atau imaji tertentu dalam pikiran pembacanya. Makna yang ditimbulkan itu disebut makna citraan atau makna imaji. Dengan kata lain, citraan adalah cara membentuk citra mental pribadi (penyair) atau gambaran sesuatu (Surana, 2001:97). Arti youkai, 妖怪 (baca : youkai) yang diambil dari kamus Kanji Nelson adalah hantu atau monster. Namun berdasarkan sumber-sumber lain arti youkai tidak hanya itu. Istilah untuk menyebut makhluk sejenis youkai sama halnya dengan istilah untuk makhluk gaib yang dipakai dalam bahasa Indonesia. Ada banyak istilah dalam bahasa Indonesia, contohnya hantu, siluman, setan, iblis, dedemit, dan lain sebagainya. Oleh karena itu cukup sulit menentukan istilah arti youkai dalam bahasa Indonesia. 4 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Pengertian youkai dari beberapa sumber : 1. Kutipan dari 日本妖怪学大全 (nihon youkaigaku taizen): 「『妖怪』という言葉はいろいろな意味でやっかいな言葉であ る。まずその語が指示する対象がはっきりしないことである。 たとえば、鬼と言えば、ほとんどの人は共通した鬼のイメージ を想起するだろう。ろくろ首と言えば、首がとてつもなく長い 人間の姿を思い浮かべるだろう。これらはいずれも妖怪の種目 を構成ものであるが… せいぜい自分が妖怪だと思っているいく つかの妖怪種目を思い浮かべて,あやし存在や不思議な現象の ことを妖怪と言うのだ…」「妖怪を定義するのは難しい。しか し、あれこれ考えるよりもここは文字通りに理解して、『あや しもの』や『あやしこと』、つまり『かいい』というふう理解 しておくのが無難である。すなわち、人に、『あやし』とか 『不思議』とか思わせるものはすべて、『妖怪』というラベル を貼るってかまわないのである。」 (Nihon Youkaigaku Taizen : 10) “ Youkai to iu kotoba wa, iroiro na imi de yakkai na kotoba dearu. Mazu sono go ga shiji suru taishou ga hakkiri shinai koto dearu. Tatoeba, oni to ieba, hotondo no hito wa kyoutsuushita oni no imeeji wo soukisuru darou. Rokuro kubi to ieba, kubi ga totetsu mo naku nagai ninki no omoiukaberu darou. Korera wa izure mo youkai no shumoku kousei mono de aruga. Seizei jibun ga youkai dato omotte 5 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA iruikutsu
Recommended publications
  • Shaping Darkness in Hyakki Yagyō Emaki
    Asian Studies III (XIX), 1 (2015), pp.9–27 Shaping Darkness in hyakki yagyō emaki Raluca NICOLAE* Abstract In Japanese culture, the yōkai, the numinous creatures inhabiting the other world and, sometimes, the boundary between our world and the other, are obvious manifestations of the feeling of fear, “translated” into text and image. Among the numerous emaki in which the yōkai appear, there is a specific type, called hyakki yagyō (the night parade of one hundred demons), where all sorts and sizes of monsters flock together to enjoy themselves at night, but, in the end, are scattered away by the first beams of light or by the mysterious darani no hi, the fire produced by a powerful magical invocation, used in the Buddhist sect Shingon. The nexus of this emakimono is their great number, hyakki, (one hundred demons being a generic term which encompasses a large variety of yōkai and oni) as well as the night––the very time when darkness becomes flesh and blood and starts marching on the streets. Keywords: yōkai, night, parade, painted scrolls, fear Izvleček Yōkai (prikazni, demoni) so v japonski kulturi nadnaravna bitja, ki naseljuje drug svet in včasih tudi mejo med našim in drugim svetom ter so očitno manifestacija občutka strahu “prevedena” v besedila in podobe. Med številnimi slikami na zvitkih (emaki), kjer se prikazni pojavljajo, obstaja poseben tip, ki se imenuje hyakki yagyō (nočna parade stotih demonov), kjer se zberejo pošasti različne vrste in velikosti, da bi uživali v noči, vendar jih na koncu preženejo prvi žarki svetlobe ali skrivnosten darani no hi, ogenj, ki se pojavi z močnim magičnim zaklinjanje in se uporablja pri budistični sekti Shingon.
    [Show full text]
  • Of Mice and Maidens: Ideologies of Interspecies Romance in Late Medieval and Early Modern Japan
    University of Pennsylvania ScholarlyCommons Publicly Accessible Penn Dissertations 2014 Of Mice and Maidens: Ideologies of Interspecies Romance in Late Medieval and Early Modern Japan Laura Nuffer University of Pennsylvania, [email protected] Follow this and additional works at: https://repository.upenn.edu/edissertations Part of the Asian Studies Commons, and the Medieval Studies Commons Recommended Citation Nuffer, Laura, "Of Mice and Maidens: Ideologies of Interspecies Romance in Late Medieval and Early Modern Japan" (2014). Publicly Accessible Penn Dissertations. 1389. https://repository.upenn.edu/edissertations/1389 This paper is posted at ScholarlyCommons. https://repository.upenn.edu/edissertations/1389 For more information, please contact [email protected]. Of Mice and Maidens: Ideologies of Interspecies Romance in Late Medieval and Early Modern Japan Abstract Interspecies marriage (irui kon'in) has long been a central theme in Japanese literature and folklore. Frequently dismissed as fairytales, stories of interspecies marriage illuminate contemporaneous conceptions of the animal-human boundary and the anxieties surrounding it. This dissertation contributes to the emerging field of animal studies yb examining otogizoshi (Muromachi/early Edo illustrated narrative fiction) concerning elationshipsr between human women and male mice. The earliest of these is Nezumi no soshi ("The Tale of the Mouse"), a fifteenth century ko-e ("small scroll") attributed to court painter Tosa Mitsunobu. Nezumi no soshi was followed roughly a century later by a group of tales collectively named after their protagonist, the mouse Gon no Kami. Unlike Nezumi no soshi, which focuses on the grief of the woman who has unwittingly married a mouse, the Gon no Kami tales contain pronounced comic elements and devote attention to the mouse-groom's perspective.
    [Show full text]
  • Tsukumogami Ki付喪神記 (The Record of Tool Specters)
    Japanese Journal of Religious Studies [Online-only supplement: 1–19] © 2009 Nanzan Institute for Religion and Culture Noriko T. Reider translation Tsukumogami ki 付喪神記 (The Record of Tool Specters) Noriko T. Reider is associate professor of Japanese Language and Literature in the Department of German, Russian, and East Asian Languages at Miami University in Ohio. 1 ccording to Miscellaneous Records of Yin and Yang,1 after a span of one hundred years, utsuwamono or kibutsu 器物 (containers, tools, and instruments) receive souls and trick people. They are called tsukumo- Agami. In view of that, every year people bring out the old tools from their houses and discard them in the alleys before the New Year. This event, called susuharai 煤払 (lit. “sweeping soot,” year-end house cleaning), is carried out to avoid mis- fortune caused by tsukumogami tool specters but a year short of a hundred. This custom of renewing the hearth fire, drawing fresh water, and renewing everything from clothing to furniture at the New Year is thought to have started from the proud extravagance of the well-to-do, but now we understand the cus- tom is meant to prevent the calamities caused by tsukumogami. Around the era of Kōhō 康保 (964–967) perhaps, according to the usual cus- tom of Sweeping Soot, old tools were thrown away from houses both inside the capital and in the surrounding area. Those abandoned instruments got together to discuss their fate: “We have faithfully served the houses as furniture and utensils for a long time. Instead of getting the reward that is our due, we are abandoned in the alleys to be kicked by oxen and horses.
    [Show full text]
  • Yōkai Als Helden Der Populärkultur Am Beispiel Der Manga, 1978-2012“
    MASTERARBEIT Titel der Masterarbeit „Yōkai als Helden der Populärkultur am Beispiel der Manga, 1978-2012“ Verfasser Stefan Fiala, Bakk. phil. angestrebter akademischer Grad Master of Arts (MA) Wien, 2013 Studienkennzahl lt. Studienblatt: A 066 843 Studienrichtung lt. Studienblatt: Masterstudium Japanologie UG2002 Betreuer: Mag. Dr. Bernhard Scheid 3 Inhaltsverzeichnis 1 Einleitung................................................................................................................................. 5 1.1 Forschungsstand ............................................................................................................... 6 1.2 Forschungsfrage und Hypothese ...................................................................................... 8 1.3 Definition und Methode ................................................................................................. 10 1.3.1 Analyse ................................................................................................................... 14 1.4 Auswahl der Manga ....................................................................................................... 16 2 Eine kurze Geschichte der yōkai ........................................................................................... 18 2.1 Die Definition von yōkai ................................................................................................ 18 2.2 Die ersten yōkai-Sammlungen ....................................................................................... 21 2.3 Toriyama Sekien
    [Show full text]
  • JPT 4502 Fall 2018 Japanese Folklore
    JPT 4502 Fall 2018 Japanese Folklore Section 009H 105 MAT Class No 18181 H, N T 4th period 10:40–11:30 am R 4th-5th periods, 10:40-11:30; 11:45-12:35 pm Website: http://elearning.ufl.edu Canvas Instructor: Ann Wehmeyer Office: 320 Pugh Office Hours: Monday 7th period (1:55-2:45); Tuesday 5th and 6th periods (11:45– 1:40), and by appointment Email: [email protected] Telephone: 352-273-2961 Course Description and Objectives: Japan has a rich tradition of myths, folktales and ghost stories. In this course, we will examine a wide selection of tales, including ancient myths, Buddhist-themed tales, and traditional folktales. We will also study the various manifestations of supernatural yōkai 妖怪 figures from folklore such as ghosts, shape-shifters, and demons in a variety of media, including woodblock prints, anime, and film. In addition, we will examine the ways in which social practice, spiritual beliefs, and political strategies have been linked to folklore in Japan. Upon successful completion of this course, you should be able to: Identify key figures from folklore, and their characteristic features and behaviors, and explain why nearly all supernatural creatures have complex natures; Explain the roles played by certain animals in Japanese culture, and the changing attributes people have ascribed to them; Interpret the folk motifs in visual media, such as Japanese prints and anime; Interpret folktales from the perspectives of religious beliefs, social practice, and political ideology; Recognize similarities and differences between Japanese and European folktales with similar themes; Explain the symbolic meaning of social practices related to the relationship between the dead and the living; Understand the ways in which folklore has been strategically adapted to new contexts such as environmentalism and tourism promotion in the process of folklorism and town revitalization.
    [Show full text]
  • Monster Recovery Effort Is the Result of a Collaborative Project Completed on Rpggeek
    Sample file Introduction The inspiration for this project comes from “One Hundred Monsters Ancient and Modern” - specifically from the book “Konjaku Hyakki Shūi”, by the 18th century ukiyo-e artist Toriyama Sekien. The source book is available online at https://www.metmuseum.org/art/collection/search/78693 and is released under Creative Commons CC0 1.0 Universal (CC0 1.0) Public Domain Dedication - https://creativecommons.org/publicdomain/zero/1.0/ This derived work is released under Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International (CC BY-NC 4.0) - https://creativecommons.org/licenses/by-nc/4.0/ "Konjaku Hyakki Shūi (今昔百鬼拾遺, ‘Supplement to The Hundred Demons from the Present and the Past’) is the third book of Japanese artist Toriyama Sekien's Gazu Hyakki Yagyō tetralogy, published c. 1781. These books are supernatural bestiaries, collections of ghosts, spirits, spooks and monsters, many of which Toriyama based on literature, folklore, and other artwork. These works have had a profound influence on subsequent yōkai imagery in Japan. Konjaku Hyakki Shūi is preceded in the series by Gazu Hyakki Yagyō and Konjaku Gazu Zoku Hyakki, and succeeded by Gazu Hyakki Tsurezure Bukuro." (Source: https://en.wikipedia.org/wiki/Konjaku Hyakki Shūi) Monster Recovery Effort is the result of a collaborative project completed on RPGGeek. Based on the images from the book, users of the RPGGeek forum created the descriptions collected here. Despite the influence of the source material in Japanese culture, Toriyama's prints are little known among RPG players from North America and Europe. His creatures haven't had the chance to bend, spindle, or mutilate player characters for too many years.
    [Show full text]
  • Yōkai – Japońskie Duchy Liminalne
    Studia Religiologica 48 (1) 2015, s. 71–81 doi:10.4467/20844077SR.15.005.3134 www.ejournals.eu/Studia-Religiologica Yōkai – japońskie duchy liminalne Michał Spurgiasz Instytut Religioznawstwa Uniwersytet Jagielloński Abstract Yōkai – Japan Liminal Spirits The goal of this paper is to introduce Japanese demonology. The paper focuses on the spirits known as yōkai, providing answers from the incredibly scarce publications in Polish covering issues rela- ted to Japanese demonology. The article examines the origin of the term yōkai and thedifferences in meaning between yōkai, mononoke and ayakashi. It goes on to explain the difference between yōkai and kami, as well as introducing a categorisation of spirits to explain how new yōkai are generated. Keywords: yōkai, Japanese folklore Słowa klucze: yōkai, demonologia japońska Niniejszy tekst stanowi wprowadzenie do tematyki związanej z japońską klasą du- chów pośrednich znanych jako yōkai1. Tekst ten, w intencji autora, powinien wypeł- nić lukę w polskich publikacjach dotyczących japońskiej demonologii. Przedstawio- na typologia ma charakter propozycji i wymaga pogłębionych badań. Tekst porusza kwestie genezy nazwy yōkai oraz różnicy między terminami yōkai, mononoke a ay- akashi; zarysowuje różnice między yōkai oraz kami; wprowadza kategoryzacje du- chów i wskazuje na to, w jaki sposób nowe yōkai są generowane2. Artykuł dotyczy w szczególności wyobrażeń yōkai z epoki Meiji3 oraz wyobrażeń współczesnych. Wykorzystuję termin „duchy liminalne”, ponieważ pojawia się on w ważnej mono- grafii The Book of Yōkai, której autorem jest badacz japońskiego folkloru Michael Dylan Foster. Opisuje on yōkai w następujący sposób: 1 Niektóre kwestie zostały jedynie zaznaczone. Na przykład problem kultu yōkai i wyjątki z nim powiązane. 2 Zarówno w sposób tradycyjny, oparty na metodach znanych już przed laty, jak i przy uwzględnie- niu nowoczesnych technologii.
    [Show full text]
  • Pandemonium and Parade
    Pandemonium and Parade Pandemonium and Parade Japanese Monsters and the Culture of YOkai Michael Dylan Foster UNIVERSITY OF CALIFORNIA PRESS Berkeley . Los Angeles . London University of California Press, one of the most distinguished university presses in the United States, enriches lives around the world by advancing scholarship in the humanities, social sciences, and natural sciences. Its activities are supported by the UC Press Foundation and by philanthropic contributions from individuals and institutions. For more information, visit www.ucpress.edu. Frontispiece and title-page art: Details from Kawanabe KyOsai, HyakkiyagyO-zu: Biwa o ou otoko, c. 1879. Ink and color on paper. © Copyright the Trustees of The British Museum. Excerpt from Molloy, by Samuel Beckett, copyright © 1955 by Grove Press, Inc. Used by permission of Grove/Atlantic, Inc., and Faber and Faber Ltd., © The Estate of Samuel Beckett. An earlier version of chapter 3 appeared as Michael Dylan Foster, “Strange Games and Enchanted Science: The Mystery of Kokkuri,” Journal of Asian Studies 65, no. 2 (May 2006): 251–75, © 2006 by the Associ- ation for Asian Studies, Inc. Reprinted with permission. Some material from chapter 5 has appeared previously in Michael Dylan Foster, “The Question of the Slit-Mouthed Woman: Contemporary Legend, the Beauty Industry, and Women’s Weekly Magazines in Japan,” Signs: Journal of Women in Culture and Society 32, no. 3 (Spring 2007): 699–726, © 2007 by The University of Chicago. Parts of chapter 5 have also appeared in Michael Dylan Foster, “The Otherworlds of Mizuki Shigeru,” in Mechademia, vol. 3, Limits of the Human, ed. Frenchy Lunning (Minneapolis: University of Minnesota Press, 2008).
    [Show full text]
  • El Folclore Y La Mitología Japonesa En Las Películas Del Studio Ghibli
    EL FOLCLORE Y MITOLOGÍA JAPONESES EN LAS PELÍCULAS DE STUDIO GHIBLI LOS CASOS DE EL VIAJE DE CHIHIRO Y MI VECINO TOTORO 101486 – Trabajo de fin de grado Grado en Traducción e Interpretación Curso académico 2014-2015 Laia Rubio Prats Jose Antonio Jiménez Ordóñez Tutor: Jordi Mas López Facultad de Traducción e Interpretación Universitat Autònoma de Barcelona El folclore y mitología japoneses en las películas del Studio Ghibli 2014 - 2015 DATOS DEL TFG Título: El folclore y mitología japoneses en las películas de Studio Ghibli. Los casos de El viaje de Chihiro y Mi vecino Totoro. Autores: Laia Rubio Prats y Jose Antonio Jiménez Ordóñez Tutor: Jordi Mas López Centro: Facultad de Traducción e Interpretación Estudios: Grado en Traducción e Interpretación Curso académico: 2014‐15 PALABRAS CLAVE Traducción, doblaje, lengua japonesa, lengua española, lengua inglesa, mitología japonesa, Studio Ghibli, folclore, elementos culturales, sintoísmo. RESUMEN DEL TFG El siguiente trabajo trata de elaborar un análisis de la cultura y mitología japonesas reflejadas en la traducción o doblaje de las películas El viaje de Chihiro y Mi vecino Totoro. Se ha intentado realizar no solo un análisis comparativo de la traducción de ambas películas de Studio Ghibli, sino también del trasfondo cultural que en ellas se muestra y cómo se ha traducido y mostrado en la versión española e inglesa. Aunque a simple vista pueden parecer sencillas películas para niños, ambas muestran una gran cantidad de elementos culturales que en la traducción española e inglesa pasan a segundo plano o desaparecen por completo. En segundo lugar, el trabajo intenta recoger, analizar y explicar los distintos seres, criaturas y elementos del folclore japonés mencionados o mostrados en ambas películas y el papel que estos desempeñan tanto en la trama de las obras como en la mitología japonesa.
    [Show full text]
  • Folleto De La Exposición (Castellano E Inglés)
    Palabras de saludo Message Dentro del marco de las importantes actividades que se desarrollan from the Organizers para conmemorar el 150 Aniversario del establecimiento de relaciones diplomáticas entre España y Japón, es para nosotros un gran honor y alegría el presentar la exposición “Yo¯kai: iconografía de lo fantástico. El Desle Nocturno de los Cien Demonios como génesis de la imagen sobrenatural en Japón”. En Japón, puede encontrarse la gura de los y o¯ k a i desde tiempos tan antiguos como el Periodo Muromachi (siglos XIV a XVI, aproximadamente), retratados en el llamado Hyakki Yagyo¯ Emaki (Rollo ilustrado del Desle Nocturno de los Cien Demonios) que se dibujó entonces, y se cree que este tipo de criaturas nacieron del temor reverencioso y la intranquilidad de ánimo que producían fenómenos incontrolables de la Naturaleza, como las catástrofes naturales, los cambios We are very pleased and honored to present one of the most important atmosféricos o las enfermedades contagiosas. Las criaturas de formas projects commemorating the 150th anniversary of diplomatic relations anómalas que aquí contemplamos continuaron siendo dibujadas tomando between Japan and Spain: the exhibition “Yokai: Iconography of the como modelo este tipo de Hyakki Yagyo¯ Emaki, dando a luz otras nuevas Fantastical. The Night Parade of One Hundred Demons as the Source of de lo más diverso y, a lo largo del Período Edo (primeros del siglo XVII Supernatural Imagery in Japan.” a mediados del XIX), cuando la impresión mediante tacos de madera estaba en su apogeo, la información sobre el particular se vuelve más Depicted as far back as the Muromachi period (fourteenth-sixteenth sistematizada, llegando a difundirse idéntico contenido entre un espectro century) when the Night Parade of One Hundred Demons picture scroll was muy amplio de población.
    [Show full text]
  • COX-DISSERTATION-2018.Pdf (5.765Mb)
    Copyright Copyright by Benjamin Davis Cox 2018 Signature Page The Dissertation Committee for Benjamin Davis Cox certifies that this is the approved version of the following dissertation: Gods Without Faces Childhood, Religion, and Imagination in Contemporary Japan Committee: ____________________________________ John W. Traphagan, Supervisor ____________________________________ A. Azfar Moin ____________________________________ Oliver Freiberger ____________________________________ Kirsten Cather Title Page Gods Without Faces Childhood, Religion, and Imagination in Contemporary Japan by Benjamin Davis Cox Dissertation Presented to the Faculty of the Graduate School of the University of Texas at Austin in Partial Fulfillment of the Requirements for the Degree of Doctor of Philosophy The University of Texas at Austin May 2018 Dedication For my mother, who tirelessly read all of my blasphemies, but corrected only my grammar. BB&tt. Acknowledgments Fulbright, CHLA This research was made possible by the Fulbright-Hays Doctoral Dissertation Fellowship, a Hannah Beiter Graduate Student Research Grant from the Children’s Literature Association, and a grant from the Mitsubishi Heavy Industries Endowment in the College of Liberal Arts, University of Texas at Austin. I would additionally like to thank Waseda University for sponsoring my research visa, and in particular Glenda Roberts for helping secure my affiliation. Thank you to the members of my committee—John Traphagan, Azfar Moin, Oliver Freiberger, and Kirsten Cather—for their years of support and intellectual engagement, and to my ‘grand-advisor’ Keith Brown, whose lifetime of work in Mizusawa opened many doors to me that would otherwise have remained firmly but politely shut. I am deeply indebted to the people of Mizusawa for their warmth, kindness, and forbearance.
    [Show full text]
  • 1573384856139.Pdf
    Touhou Forbidden Hermit. By IGanon. Welcome to Gensokyo, a land on the boundary of fantasy and reality, a land where myths are true. A land where Western vampires and Eastern youkai – spirits from Japanese mythology – coexist, living by the power of belief and fear the humans hold of them. Here, under the watchful protection of powerful youkai and humans who wield magic and the powers of gods, a village of mankind thrives in relative safety, warded against the worst of natural disasters and violence. Here few fall in battle, as an agreement between youkai and the representatives of humanity keep battles non-lethal. It is the ultimate goal of the major powers here to ensure a careful balance between youkai and humanity; disrupting this balance would be exceedingly unwise for you. Be warned that while many people here are very silly and prefer play-fighting to serious battle, many of them are tremendously powerful, and you would not like to force them to fight seriously. You start in early spring of the year 2010, on the day Kasen first storms up to the Hakurei Shrine to investigate the rumour of a kappa’s arm and will remain here for a full decade. Race: You may keep your gender the same as before or switch to female for free, otherwise switching to male will cost 50 CP. Subraces, marked with a bullet point, use the base race for the purpose of discounts. Picking a subrace means you only need to pay the cost of the subrace, not the base + sub. Human (+200): Humans have it rough here.
    [Show full text]