Jurnal Azimut Vol. 1, No. 1, Desember 2018 (10-18) ©2018 Program Studi Geografi UNITAS

https://ojs.unitas-pdg.ac.id/index.php/azimut

STUDI TINGKAT BAHAYA LONGSOR DI KECAMATAN KOTO PARIK GADANG DIATEH KABUPATEN SELATAN

Nina Ismayani Program Studi Geografi, Universitas Tamansiswa Padang *Email: [email protected]

ABSTRACT

This experiment have a purpose to describe about characteristic a land in the Koto Parik Gadang Diateh subdistrict South Solok , the grade of slide hazard in the Koto Parik Gadang Diateh subdistrict South and spatial share the grade of slide in the Koto Parik Gadang Diateh subdistrict South Solok regency. The genre of the experiment is describe with use a metod survey, data source is primer data result direct in the field and labororatorium, whereas sekunder data is a reference source and analytical result in the library. Experiment technic is use a stratified random technik. The product of experiment explain about: characteristic the land in the experiment zone have 7 land squad grade of hazard slide is: (1) grade of hazard slide is low. (2) grade of hazard slide is medium. (3) grade of hazard slide is hing.

Keywords: characteristic, land, grad, hazard slide

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan mengenai karakteristik lahan di Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh Kabupaten Solok Selatan, tingkat bahaya longsor di Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh Kabupaten Solok Selatan dan sebaran spasial tingkat bahaya longsor di Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh Kabupaten Solok Selatan. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan metode yang digunakan adalah metode survey, sumber dataa dalah data primer yang diperoleh secara langsung di lapangan dan di laboratorium, sedangkan data sekunder merupakan sumber acuan dan analisis yang diperoleh dari perpustakaan. Teknik penelitian ini yaitu dengan memakai teknik stratified random. Hasil penelitian menjelaskan bahwa : karakteristik lahan didaerah penelitian ada 7 satuan lahan, tingkat bahaya longsor yaitu: (1) tingkat bahaya longsor rendah. (2) tingkat bahaya longsor sedang. (3) tingkat bahaya longsor tinggi.

Kata Kunci: karakteristik, lahan, tingkat, bahaya longsor

https://ojs.unitas-pdg.ac.id/index.php/azimut |10

Vol. 1, No. 1, Desember 2018 (10-18)

1. PENDAHULUAN Tanah longsor merupakan suatu merupakan salah satu negara peristiwa alam yang pada saat ini frekuensi dengan tingkat kerawanan tinggi terhadap kejadiannya semakin meningkat.Fenomena berbagai ancaman bencana alam. Hal ini alam ini berubah menjadi bencana alam. dibuktikan dengan terjadinya berbagai Tanah longsor tersebut dapat menimbulkan bencana yang melanda berbagai wilayah korban, baik berupa korban jiwa maupun secara terus menerus, yang disebabkan oleh kerugian harta benda dan hasil budaya alam atau ulah manusia yang terjadi secara manusia. Indonesia yang sebagian wilayahnya tiba-tiba atau perlahan-lahan yang menimpa berupa daerah perbukitan dan pegunungan dengan hebatnya, sehingga masyarakat yang menyebabkan sebagian wilayah Indonesia terkena bencana harus menanggapinya dengan menjadi daerah yang rawan terhadap tanah tindakan yang luar biasa, dimana merugikan longsor. Intensitas curah hujan yang tinggi dan kehidupan manusia, harta, benda, atau kejadian gempa yang sering muncul secara aktivitas bila meningkat menjadi bencana alami akan dapat memicu terjadinya bencana (Bakornas PBP, 1998; Utomo, 2006; alam tanah longsor. Daerah Kecamatan Koto Darmawan, 2008). Bencana longsor sangat Parik Gadang Diateh Kabupaten Solok Selatan sering terjadi di Indonesia. Hal ini disebabkan merupakan daerah yang memiliki perbukitan karena Indonesia merupakan daerah subduksi, dan berlereng. Melihat kondisi wilayah sehingga mempunyai topografi yang tersebut ada beberapa tempat yang mempunyai bergunung-gunung yang menjadikan lahan potensi rawan pada musim hujan, dan bahaya mempunyai lereng yang landai sampai curam, akan terjadinya longsor. Kepala Badan dengan curah hujan yang relatif tinggi setiap Penanggulangan Bencana Daerah Solok tahunnya. Kombinasi curah hujan yang tinggi Selatan menyatakan bahwa terjadi becana dan kondisi geomorfologi yang cukup longsor di daerah Sungai Ipuh nagari Pakan kompleks di beberapa wilayah Indonesia Rabaa kecamatan Koto Parik Gadang Diateh mengakibatkan longsor menjadi suatu hal yang pada tanggal 22 Desember 2012 menyebutkan sudah biasa terjadi, (Karnawati, 2005; Andreas longsor yang terjadi sekitar pukul 00.00 WIB et al., 2007; Sariri et al., 2007). Secara menelan tiga orang korban diantaranya Yosi geografis posisi wilayah Indonesia memeng Fitriani (12), Triyuliandra Sari (8), dan daerah yang rawan terhadap bencana, ini Nurbaiti (61). disebabkan oleh empat factor (Marlina, 2010) Secara umum kejadian longsor diantaranya : disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor (1) Indonesia dilalui oleh tiga jalur lempeng pendorong dan faktor pemicu. Faktor dunia yaitu lempeng Indo-australia, pendorong adalah faktor-faktor yang lempeng Eurasia, kemudian lempeng memengaruhi kondisi material sendiri, Pasifik. Pergerakan lempeng-lempeng sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang tersebut menyebabkan terbentuknya jalur menyebabkan bergeraknya material tersebut. gempa bumi, rangkaian gunung api aktif Meskipun penyebab utama kejadian ini serta patahan-patahan geologi yang adalah gravitasi yang memengaruhi suatu merupakan zona rawan bencana bumi dan lereng yang curam, namun ada pula faktor- tanah longsor, faktor lainnya yang turut berpengaruh seperti (2) topografi daerah yang berfariasi yaitu erosi yang disebabkan aliran air permukaan/ adanya daratan dan juga pegunungan, air hujan, sungai sungai atau gelombang laut (3) Indonesia terletak pada daerah khatulisti- yang menggerus kaki lereng-lereng bertambah wa yang merupan daerah dengan curah curam. Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh hujan yang tinggi yang sangat (KPGD), Kabupaten Solok Selatan merupakan mempengaruhi terhadap longsor itu daerah yang rawan akan bahaya longsor, yang sendiri, diakibat desakan akan kebutuhan lahan baik (4) pemukiman penduduk yang mengelompok. untuk pertanian maupun non pertanian telah memaksa penduduk memanfaatkan lahan 11

Vol. 1, No. 1, Desember 2018 (10-18) perbukitan dan pegunungan yang rawan 1.2. Iklim terhadap longsor. Kurangnya pemahaman atas Iklim memberikan kontribusi yang perwatakan proses longsor lahan cukup besar terhadap longsor. Parameter iklim mengakibatkan semakin berkembangnya tersebut berupa curah hujan yang terdiri dari gejala longsor di daerah penelitian. jumlah bulan basah dan jumlah bulan kering.Bulan basah merupakan jumlah hujan 2. METODOLOGI dengan rata-rata >100 mm/bulan, sedangkan Penelitian yang akan dilakukan termasuk bulan kering merupakan bulan dengan jumlah kategori penelitian deskriptif dengan metode hujan rata-rata <60 mm/bulan (Triyatno, yang digunakan adalah metode survey, 2004). Arikunto (2005) menyatakan bahwa penelitian Data curah hujan penelitian didapatkan deskriptif marupakan penelitian yang dari dinas PSDA Sumatera Barat dengan dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi stasiun curah hujan Sungai Ipuh Kecamatan mengenai status atau gejala yang ada yaitu Koto Parik Gadang Diateh Kabupten Solok keadaan menurut apa adanya pada saat Selatan. Data curah hujan yang diguakan penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif adalah data hujan rata-rata bulanan selama 5 perlu memenfaatkan atau menciptakan tahun terakhir menunjukkan Kecamatan Koto konsep-konsep ilmiah, sekaligus berfunggsi Parik Gadang Diateh memiliki jumlah bulan mengadakan suatu spasifikasi mengenai basah sebanyak empat puloh delapan dan gejala-gejala fisik yang dipersoalkan. Hasil jumlah bulan kering sebanyak satu ditunjukan penelitiannya adalah difokuskan untuk bahwa Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh memberikan gambaran keadaan sebenarnya mempunyai tipe iklim A yaitu tipe iklim dari objek yang diteliti. sangat basah. Dengan kondisi curah hujan yang terjadi di Kecamatan Koto Parik Gadang 2.1. Posisi Astronomis Daerah Penelitian Diateh, maka hal ini merupakan salah satu Wilayah Kabupaten Solok Selatan pemicu untuk terjadinya longsor pada daerah- terletak pada ketinggian 350 - 430 m diatas daerah dengan kondisi karakteristik yang tidak permukaan laut. Kawasan Koto Parik Gadang stabil. Diateh terletak di Kabupaten Solok Selatan, memiliki luas daerah 524,10 km2 dengan 3. HASIL DAN PEMBAHASAN memiliki curah hujan 1190 mm/tahun. Lokasi pada penelitian ini dibatasi pada ketinggian 3.1 Karakteristik Lahan di Kecamatan 458 m di atas permukaan laut. Secara geo- Koto Parik Gadang Diateh (KPGD) grafis daerah penelitian terletak antara 010 17' Kabupaten Solok Selatan 0 0 13" - 01 36' 04" Lintang Selatan, 100 53' 24" Hasil analisis tingkat bahaya longsor di 0 - 101 13' 10" Bujur Timur. Selanjutnya secara lokasi penelitan berdasarkan formula administrasi lokasi penelitian adalah sebagai pengharkatan yang di kemukakan oleh Zuidam berikut: (1997) dalam Hermon dan Khairani (2009), 1. Sebelah Utara: Kecamatan Pantai Cermin dimodifikasi. Diperoleh tiga kelas bahaya dan Lembah Gumanti longsor, yaitu kelas tingkat bahaya longsor 2. Sebelah Selatan: Kecamatan Sangir dengan kriteria rendah, sedang, dan tinggi. 3. Sebelah Barat: Kabupaten Pesisir Selatan Karakteristik sifat-sifat lahan pada tingkat 4. Sebelah Timur: Kabupaten Dharmasraya bahaya longsor rendah dapat dilihat pada Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh Tabel 1. 2 mempnyai luas daerah 524,10 km , dengan jumlah penduduk 24.658 jiwa yang terdiri dari Tabel 1. Karakteristik Lahan dengan Tingkat empat nagari : Bahaya Longsor Rendah (1) Nagari Pakan Rabaa, Faktor Bahaya Penyebab Data Kriteria (2) Nagari Pakan Rabaa Tengah, Longsor (3) Nagari Pakan Rabaa Utara, Longsor (4) Nagari Pakan Rabaa Timur Kemiringan 0-13 Datar 12

Vol. 1, No. 1, Desember 2018 (10-18)

Lereng (%) mengakibatkan peluang terjadinya longsor Bentuk KP Komplek sangat kecil sekali. Hal ini menyebabkan tidak Lereng ada bahaya longsor pada daerah dengan Panjang <15 Pendek Lereng (m) Lahan stabil karakteristik di atas. Ketinggian <5 Rendah bebas dari Wilayah dengan tingkat bahaya Relief (m) bahaya longsor sedang di lokasi penelitian disebabkan Tekstur KS Kasar longsor oleh kemirinagan lereng yang relatif landai- Tanah miring, stuktur pelapisan batuan tidak Permeabilita <0,5- Lambat berstuktur pada medan curam (20%) miring s Tanah 2,0 (cm/jam) pada medan bergelombang (8-14%), tingkat Kedalaman <25 Sangat pelapukan batuan lapuk-sedang, tidak adanya Solum Dangkal mata air tanah, dan kedalaman muka air tanah Tanah (cm) relatif agak dangkal, mengakibatkan peluang Struktur MD Baik- terjadinya longsor agak tinggi. Hal ini Lapisan Sangat Batuan Baik menyebabkan peluang terjadinya longsor pada Tingkat TL Tidak lahan-lahan tersebut adalah 1 kali longsor Pelapukan Lapuk dalam 5 tahun pada kemiringan >19%. Batuan Karakteristik lahan pada tingkat bahaya Kedalaman SD Sangat longsor sedang dapat dilihat pada Tabel 2. Pelapukan Dangkal Batuan Keterdapata 1-2 Sedikit Tabel 2. Karakteristik Lahan dengan Tingkat n Mata Air Bahaya Longsor Sedang Faktor Kedalaman 100- Agak Bahaya Penyebab Data Kriteria Muka Air 250 Dangkal Longsor Tanah (cm) Longsor Penggunaan ST Sawah dan Kemiringan 14-25 Landai- Lahan Tegalan Lereng (%) miring Curah Hujan 60-90 Tinggi Bentuk KP Komplek (mm/bulan) Lereng Sumber: Zuidam (1997) dalam Hermon dan Panjang 50-250 Panjang Khairani (2009), dimodifikasi. (2013) Lereng (m) Lahan Ketinggian 50-200 Tinggi kurang Relief (m) stabil dan Ket: KP, komplek; KS, kasar; MD, horizontal tegak Tekstur SDG Kasar kemukinan miring pada medan datar-berombak (0-8%); TL, tidak Tanah terjadinya lapuk; SD, pelapukan sangat dangkal; 1-2, mata air 1-2; Permeabilitas <0,5- Lambat bencana ST, sawah dan tegalan. longsor I Tanah 2,0 Tingkat bahaya longsor rendah di lokasi (cm/jam) kali dalam 5 tahun penelitian didebabkan oleh kemiringan lereng Kedalaman 60-90 Sedang Solum Tanah pada wilah yang relatif datar (0-3%), bentuk lereng yang (cm) dengan relatif komplek, panjang lereng tergolong Struktur MB Sedang kemiringan pendek (<15), ketinggian relief tergolong Lapisan n lereng rendah (<5), dengan tekstur tanah kasar (pasir Batuan 19% berlempung, pasir berdebu, pasir berliat), Tingkat LS Lapuk permeabilitas tanah lambat (<0,5-2,0 cm/jam), Pelapukan Sedang Batuan kedalaman solum tanah yang sangat dangkal, Kedalaman SDG Sedang struktur lapisan batuan tergolong baik-sangat Pelapukan baik, tingkat pelapukan batuan tidak nampak Batuan adanya pelapukan, batuan segar kristal, Keterdapatan 0 Tidak Ada kedalaman pelapukan batuan tergolong sangat Mata Air Kedalaman 100- Agak dangkal, tidak terdapanya mata air, kedalaman Muka Air 250 Dangkal muka air tanah agak dangkal, penggunaan Tanah (cm) lahan sebagai kebun campuran/belukar, Penggunaan KC kebun 13

Vol. 1, No. 1, Desember 2018 (10-18)

Lahan Campuran/ Solum Tanah Belukar (cm) Curah Hujan 30-60 Sedang Struktur PB Jelek (mm/bulan) Lapisan Sumber: Zuidam (1997) dalam Hermon dan Batuan Khairani (2009), dimodifikasi. (2013) Tingkat LK Lapuk Pelapukan Kuat Batuan Ket: KP, komplek; SDG, sedang; MB, tidak Kedalaman D Dalam berstruktur pada medan curam (20%), miring pada Pelapukan medan bergelombang (8-14%); LS, SDG, Batuan pelapukan sedang; 0, tidak ada mata air; KC, Keterdapatan 1-2 Sedikit kebun campuran/belukar. Mata Air Kedalaman AD Agak Menurut Dibyosaputro (1999) dan de Muka Air Dangkal Mello et al. (2003) dalam Hermon (2009) Tanah (cm) bahwa zona dengan tingkat bahaya sedang Penggunaan HT Hutan mempunyai kemiringan lereng yang relatif Lahan landai (8-20%). Longsor jarang terjadi kecuali Curah Hujan 60- Tinggi pada lereng-lereng sungai dan lahan-lahan (mm/bulan) 90 Sumber: Zuidam (1997) dalam Hermon dan dengan kemiringan >15% yang digunakan Khairani (2009), dimodifikasi. (2013) tidak sesuai dengan peraturan lahan.

Tingkat bahaya longsor tinggi di lokasi Ket: CB, cembung; H, halus; PB, miring dengan penelitian disebabkan oleh kemiringan lereng pelapisan keras lunak pada medan yang relatif curam, struktur pelapisan batuan bergelombang/berbukit; LK, lapuk kuat; D, yang relatif miring dengan pelapisan keras dangkal; HT, hutan. lunak pada medan bergelombang/berbukit (14-

30%), pelapukan batuan tergolong lapuk kuat, Chaigira dan Inokuchi (2003) dalam mata air tanah tergolong sedikit, kedalaman Hermon (2009) menjelaskan bahwa tingkat muka air tanah relatif agak dangkal, bahaya longsor tinggi umumnya mempunyai mengakibatkan peluang terjadinya longsor kemiringan lereng 15-30% pada lereng bagian tinggi. Hal ini menyebabkan terjadinya atas lembah dan pegunungan longsor pada lahan-lahan tersebut adalah 1-2 bukit/pegunungan.Selain itu batuan penyusun kali longsor dalam 5 tahun. Karakteristik umumnya batuan yang relatif lapuk, lepas- bahaya longsor tinggi dapat dilihat pada Tabel lepas dan gembur pada permukaan lereng. 3. 3.2. Tingkat Bahaya Longsor Tabel 3. Karakteristik Lahan dengan Tingkat Hasil analisis terhadap tingkat bahaya Bahaya Longsor Tinggi longsor diuaraikan berdasarkan satuan lahan Faktor Bahaya yang terdapat di Kecamatan Koto Parik Penyebab Data Kriteria Longsor Longsor Gadang Diateh. Satuan lahan adalah bagian Kemiringan 26- Curam lahan yang mempunyai kualitas dan Lereng (%) 40 karakteristik tertentu sehinga dapat ditentukan Bentuk CB Cembung batasnya pada peta, artinya satuan lahan Lereng mempunyai karakteristik yang homogen yang Panjang 50- Panjang dapat ditemukan atau merupakan satu kesatuan Lereng (m) 250 Lahan tidak Ketinggian >200 Sangat stabil dari bentuk lahan, kemiringan lereng, batuan, Relief (m) Tinggi kemungkinan jenis tanah, penggunaan lahan serta drainase. Tekstur H Halus terjadinya Sedangkan lahan itu merupakan bentang alam Tanah bencana yang mencakupi ciri fisik termasuk iklim, Permeabilitas <0,5- Lambat longsor 1-2 kali dalam 5 topografi, hidrologi, vegetasi yang secara Tanah 2,0 potensi berpengaruh terhadap penggunaan (cm/jam) tahun Kedalaman >90 Dalam lahan. Studi tingkat bahaya longsor didasarkan 14

Vol. 1, No. 1, Desember 2018 (10-18) pada kondisi fisik lokasi penelitian berupa (1) bahaya rendah untuk terjadi longsor satuan lahan yang tersusun berdasrkan bentuk (tingkat bahaya longsor rendah). Pada lahan, lereng, penggunaan lahan, geologi dan daerah ini sangat jarang atau tidak pernah jenis tanah. terjadi longsor baik longsor lama maupun Hasil analisis terhadap studi tingkat baru, atau juga bisa dikatankan tidak ada bahaya longsor di lokasi penelitiian diperoleh sama sekali longsor yang mengancam tiga tingkat bahaya longsor yaitu tingkat pemukiman masyarakat, bahaya longsor rendah, tingakat bahaya (2) bahaya sedang untuk terjadi longsor longsor sedang dan tingkat bahaya longsor (tingkat bahaya longsor sedang). Pada tinggi, dapat diuraikan sebagai berikut : daerah ini jarang terjadi longsor jika tidak mengalami gangguan pada lereng dan jika Table 4. Hasil Analisis Studi Tingkat Bahaya terdapat longsor lama, lereng telah mantap Longsor di Kecamatan Koto Parik kembali. Longsor berdimensi kecil Gadang Diateh mungkin dapat terjadi, terutama pada Titik Satuan Lahan Total Tingkat tebing lembah sungai dan lereng >15% Sampel Harkat Bahaya Longsor yang mempunyai peluang terjadinya 1 VI.Qpt.I.Pem.Gleih 28 Rendah longsor 1 kali dalam 5 tahun. V3.Mip.III.Pem.Glei 2 34 Sedang (3) bahaya tinggi untuk terjadi longsor h (tingkat bahaya longsor tinggi). Pada V3.Qal.III. 3 35 Sedang daerah ini sering terjadi longsor pada Pem.Gleih lereng yang mengalami gangguan, yang V4.Mpip.IV. 4 45 Tinggi dapat dipengaruhi oleh curah hujan yang Pem.Gleih tinggi dan erosi yang kuat, pada daerah ini 5 V4.Qal.IV.Pem.V 44 Tinggi peluang longsor dapat terjadi 1-2 kali V4.Qal.IV. 6 44 Tinggi dalam 5 tahun. Pem.Gleih V4.Qvbe.IV. 7 45 Tinggi 3.4. Pembahasan Pem.Gleih Sumber: Hasil Analisis Data Penelitian (2013) Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh merupakan suatu kesatuan (entity) dan 3.3. Sebaran Spasial Bahaya Longsor komunitas yang mengambarkan sejarah Hasil analisis tingkat bahaya longsor perkembangan sebuah daerah yang merupakan memberikan gambaran visual yang nyata bagian dari pemekaran Kabupaten Solok yang terhadap tingkat bahaya longsor di daerah menjadi Kabupaten Solok Selatan dengan penelitian sebagai berikut: masyarakat yang kemudian tumbuh dan

720000 735000 750000

PETA HASIL PENLITIAN berkembang menjadi daerah jasa, perda- 9

0 6 KEC. KOTO PARIK GADANG DIATEH

0 7 0 5

5 0 Skal 1 : 250.000

7 0 6 0 9 2,5 0 2,5 Km gangan, pertambangan, budaya dan pariwisata.

Kab. Dharmasraya Proses perubahan tutupan lahan Kab. Solok N

W E

S menjadi lahan permukiman umumnya

9

0 6

0 6 0 0

0 0 Legenda

6 0 6 0 9 Jalan dilakukan oleh masyarakat ataupun pihak Pakan Rabaa Timur Sungai Sedang Batas Kecamatan S# S# Titik Sampel swasta. Aktivitas yang dilakukan masyarakat 1 V1.Q pt.I.Pem.Gleih ( R endah ) 2 V3.M Pip.III.Pem.Gleih ( Sedang ) Pakan Rabaa Utara 3 V3.Q al.III.Pem.Gleih ( Sedang ) S# 4 Tinggi V4.M Pip.IV .Pem.Gleih ( Tinggi ) Tinggi S# 5 V4.M Pip.IV .Pkb.G leih ( Tinggi) ataupun pihak swasta akan meningkatkan 6 V4.Q al.IV .Pem.Gleih ( Tinggi ) #

S 7 V4.Q vbe.IV.Pem.Gleih ( Tinggi ) 9

0 Tinggi 6 0 4

0 Pakan Rabaa Tengah Pakan Rabaa 5 5 0

4 0 500 1000

1 6 0

0 0 perubahan tutupan lahan menjadi lahan

9

0 0

0 0 1

Kab. Pesisir Selatan S# 5

S# 0 0 0 0

5 permukiman di Kecamatan Kokto Parik Tinggi Rendah S# kECAMATAN SANGIR 500 1000 Gadang Diateh. Sedang Kec. Lokasi Penelitian

Dibuat Oleh : Nina Ismayani (09030064) 720000 735000 750000 Hermon (2009) dan Juita (2012) Gambar 1. Peta Sebaran Spasial Tingkat menjelaskan bahwa dengan meningkatnya Bahaya Longsor. jumlah penduduk dan terbatasnya luas lahan tempat usaha, menyebabkan mereka Dari model bahaya longsor yang merambah hutan untuk dijadikan lahan usaha dihasilkan diperoleh 3 tingkatan bahaya tani, jika telah berhasil dengan pengembangan longsor, yaitu: usaha taninya maka lambat laun petani juga 15

Vol. 1, No. 1, Desember 2018 (10-18) akan merambah hutan untuk dijadikan tempat (2) bentuk lereng komplek dan cembung, tinggal, salanjutnya dilengkapi dengan (3) panjang lereng dari pendek-panjang <15- fasilitas-fasilitas lainnya. Dengan demian akan 250 m, semakin banyak lahan hutan yang akan (4) ketingian relief dari rendah-tinggi <5-200 terkonversi menjadi lahan permukiman. m, Hardiyatmo (2010) menjelaskan bahwa (5) tekstur tanah kasar, sedang dan halus, pada permukaan tanah yang tidak horizontal (6) permeabilitas tanah lambat-sedang <0,5- atau miring, komponen gravitasi cendrung 6,25 untuk menggerakkan tanah kebawah. Jika (7) kedalaman solum tanah sangat dangkal, komponen grafitasi sedemikian besar dangkal dan sedang <25-90 cm serhingga perlawanan terhadap geseran yang (8) struktur lapisan batuan baik-sangat baik dapat dikerahkan oleh tanah pada bidang sampai sangat jelek, longsornya, maka maka akan terjadi pada (9) tingkat pelapukan batuan tidak lapuk kelongsoran. sampai lapuk kuat, Noor (2006) menjelaskan bahwa faktor (10) kedalaman pelapukan batuan dangkal internal yang dapat menyebabkan terjadinya sampai dalam 50-150 cm gerakan tanah (longsor) adalah daya ikat (11) keterdapatan mata air 1 atau 2, (kohesi) tanah/batuan yang lemah sehingga (12) kedalaman muka air tanah agak dangkal butiran-butiran tanah/batuan dapat terlepas sampai agak-dangkal 100-500cm, dari ikatannya dan bergerak kebawah (13) pengunaan lahan sebagai hutan, sawah menyeret butiran lainnya yang ada dan tegalan, permukiman dan, disekitarnya yang membentuk massa yang (14) curah hujan relatif tinggi 60-90. lebih besar. Kedua, tingkat bahaya longsor yang Lemahnya daya ikat tanah/batuan ditemukan didaerah penelitian degan 7 satauan dapat disebabkan oleh sifat kesarangan lahan, dimana terdapat tingkat bahaya longsor (porositas) dan kelolosan air (permeabilitas) diantaranya: tanah/batuan maupun rekahan yang intensif (1) tingkat bahaya longsor rendah yaitu pada dari massa tanah/batuan tersebut. Sedangkan satuan lahan VI.Qpt.I.Pem.Gleih, pada faktor eksternal yang dapat mempercepat dan daerah ini sangat jarang atau tidak pernah memicu terjadinya gerakan tanah (longsor) terjadi longsor lama maupun baru yang terdiri dari berbagai sebab yang kompleks mengancam permukiman. seperti sudut kemiringan lereng, perubahan (2) bahaya longsor sedang yaitu pada satuan kelembaban tanah/ batuan karena masuknya lahan V3.Mip.III.Pem.Gleih dan V3. air hujan, tutupan lahan pada pola pengolahan Qal.III.Pem.Gleih, pada daerah ini jarang lahan, pengikisan oleh aliran air, ulah manusia terjadi longsor jika tidak mengalami seperti penggalian dan sebagainya. gangguan pada lereng.Longsor berdimensi Dengan demikian karakteristik lahan kecil mungkin dapat terjadi terutama pada merupakan faktor yang sangat penting, tebing lembah sungai dan lereng >15%. mengingat bahwa karakteristik lahan (3) bahya longsor tinggi yaitu pada satuan merupakan penyambung harkat terbesar untuk lahan V4.Mpip.IV.Pem.Gleih, V4.Qal.IV. terjadinya longsor di daerah penelitian. Pem.V, V4.Qal.IV.Pem.Gleih dan V4. Pertama, berdasarkan karakteristik Qvbe.IV.Pem.Gleih, pada daerah ini lahan hasil penelitian dangan pengukuran di sering terjadi longsor terutama pada lapangan dan analisis laboratorium terhadap 7 daerah yang berbatasan dengan lembah satuan lahan, maka karakteristik lahan di sungai, tebing jalan atau lereng yang daerah penelitian menunjukan sifat-sifat yang mengalami gangguan. Longsor lama dapat berpotensi terjadinya longsor. aktif kembali akibat curah hujan yang Adapun karateristik lahan untuk bahaya tinggi atau peluang terjadi longsor 1-2 kali longsor adalah sebagai berikut : dalam 5 tahun. (1) kemiringan lereng landai-miring sampai curam 14-40%, 16

Vol. 1, No. 1, Desember 2018 (10-18)

Tiga, klasifikasi sebaran spasial tentang setempat dalam penyuluhan terhadap daerah- studi tingkat bahaya longsor diantaranya daerah yang memiliki bahaya longsor tinggi terdapat pada daerah berikut: tidak digunakan sebagai area permukiman (1) lereng datar (0-13%) dengan tingkat sehingga dapat menimalisir resiko bahaya bahaya longsor rendah, pada satuan lahan longsor. VI.Qpt.I.Pem.Gleih. (2) lereng landai-miring (14-25%) dengan DAFTAR PUSTAKA tingkat bahaya longsor sedang, pada Arikunto.Suharsimi. (2005). Prosedur satuan lahan V3.Mip.III.Pem.Gleih dan Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. V3.Qal.III.Pem.Gleih. Jakarta: Pustaka Amani. (3) lereng curam (26-40%) dengan tingkat Badan Penanggulangan Bencana Daerah Solok bahaya longsor tinggi, pada satuan lahan Selatan (BPBD). V4.Mpip.IV.Pem.Gleih, 4.Qal.IV.Pem.V, https://sumbar.antaranews.com/berita/13 V4.Qal.IV.Pem.Gleih dan V4.Qvbe.IV 4586/duka-bencana-kembali-selimuti- Pem.Gleih. solok-selatan. Diakses 10 Mai 2013. Data Letak Geografis Kecamatan Koto Parik Sebaran wilayah-wilayah yang terdapat Gadang Diateh Kabupaten Solok potensi longsor yaitu pada sebagian dari Selatan. Nagari Pakan Rabaa tengah, Nagari Pakan https://id.wikipedia.org/wiki/Pakan_Rab Rabaa Tengah arah selatan, Nagari Pakan aa_Utara,_Koto_Parik_Gadang_Diateh,_ Rabaa Utara bagian perbatasan antara Solok_Selatan. Diakases 21 Juni 2013. Kabupaten Solok dengan Kabupaten Solok Data Curah Hujan PSDA Sumatera Barat. Selatan dan Nagari Pakan Rabaa tengah bagia (2013). Stasiun curah hujan Sungai Ipuh utara, Pakan Rabaa Utara bagian selatan, dan Kecamatan Koto Parik Gadang Diateh Nagari Pakan Rabaa yaitu pada Jorong Sungai Kabupten Solok Selatan; Padang. Pangkua, yang mana di daerah ini sempat Hardjowigeno, Sarwono. (2003). Klasifikasi terjadinya longsor pada tanggal 25 Desember Tanah dan Pedagogis.Jakarta:Akademika 2012 yang menelan korban sebanyak tiga 3 Pressindo. orang. Hardiyatmo, Hary Christady.(2010).Mekanika Tanah 2. Yogyakarta: Gajah Mada 4. KESIMPULAN DAN SARAN University Press. Disimpulkan bahwa sebaran spasial Hermon dan Khairani.(2009). Geografi Tanah tentang studi tingkat bahaya longsor di daerah Suatu Tujuan Teoritis, Metodologis, dan yang memiliki lereng datar (0-13%), landai- Aplikasi Proposal Penelitian. Padang. miring (14-25%) dan curam (26-40%) yaitu Yayasan Jihadul Khair Center.Hermon, pada sebagian dari Nagari Pakan Rabaa D., dkk. 2008. Metode dan Teknik tengah, Nagari Pakan Rabaa Tengah arah Penelitian Geografi Tanah Aplikasi selatan, Nagari Pakan Rabaa Utara bagian Instrument dan Acuan Penelitian perbatasan antara Kabupaten Solok dengan Geografi Fisik. Padang. Yayasan Jihadul Kabupaten Solok Selatan dan Nagari Pakan Khair Center. Rabaa tengah bagian utara, Pakan Rabaa Utara Hermon, Dedi. (2012). Mitigasi Bencana bagian selatan, dan Nagari Pakan Rabaa yaitu Hidrometeorologi Banjir, Longsor, pada Jorong Sungai Pangkua. malakukan Ekoligi, Degradasi Lahan, Putting program reklamasi lahan yang rusak dan Beliung, Kekeringan. Padang. UNP konservasi lahan secara vegetatif. Press. Kepada peduduk setempat disarankan Hermon dan Triyatno.(2005). Analisis Spasial untuk dapat mengenali tipologi lereng yang Bahaya dan Resiko Longsor Lahan di rawan akan terjadinya longsor, gejala awal Gunung Padang Sumetera Barat.FIS. akan terjadinya longsor dan upaya antisipasi UNP. Padang. dini yang harus dilakukan, serta kepada pemerintah bekerja sama dengan masyarakat 17

Vol. 1, No. 1, Desember 2018 (10-18)

Indarto.(2010). Hidrologi Dasar Teori dan .go.id/post/read/55/letak-geografis-dan- Contoh Aplikasi Model Hidrologi. topografi.html. Diakses Juni 2013 Jakarta. PT Bumi Aksara. Prahasta, Eddy. (2005). Sistem Informasi Geo Marlina, Wira. (2010). Studi Tingkat Bahaya grafis.Bandung: Informatika Bandung. dan Resiko Longsor Berbasia GIS di Rudiyanto.(2010). Analisis Potensi Bahaya Kawasan Merapi Bagian Timur Tanah Longsor Menggunakan Sistem Kabupaten Tanah Datar. Skripsi. Informasi Geografi (SIG) di Kecamatan Universitas Negeri Padang. Padang. Selo Kabupaten Bayolali. Skripsi. Noor, Djauhari. (2006). Geologi Lingkungan. Universitas Muhammadiayah Surakarta. Yogyakarta: Graha Ilmu. Surakarta. Letak Geografis dan Topografi Kabupaten Solok Selatan. https://www.Solselkab

18