JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2016 Vol. 18 (1): 13-19______ISSN 1410-8356

REDEFINISI KAUM PADERI MELALUI METODOLOGI GENEALOGIS FOUCAULDIAN SEBAGAI REKONSILIASI ETNIS MINANGKABAU–

Alfi Arifian1

Received Article: 28 Juli 2016 Accepted Article: 05 November 2016

Abstract

Redefinition upon “Kaum Paderi” is back-grounded by historical conflict of long-term aftermath in Paderi War involving two major Sumatran races, Minangkabau and Batak, which remains closed conflict caused by ambiguous local historical sources, tambo (Minang term) or turi-turian (Batak term). Upon the emergence of book authored by Ir. Mangaraja Onggang Parlindungan (MOP) entitled “Tuanku Rao; Teror Agama Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak 1816-1833” which was firstly published in 1964 sharpened this closed conflict issue. then responded with “Antara Fakta dan Khayal: Tuanku Rao” in 1974 as he attempted to reduce conflict and deny public perception constructed through Parlindungan’s book about Minang people’s viciousness during the propagation campaign of “Kaum Paderi”.

Redefinition upon “Kaum Paderi” through genealogical methodology is the root of solution to change mindset with final result of reconciliation between Minangkabau and Batak. The product of this theory can change the course of history and giving comprehension to the people about dichotomy in Paderi.

Keywords: redefinition, Kaum Paderi, genealogical methodology, reconciliation

Abstrak Redefinisi Kaum Paderi ini dilatarbelakangi konflik masa lalu Paderi yang memiliki dampak jangka panjang hingga melibatkan dua etnis besar Sumatera; Minangkabau dan Batak yang menyisakan konflik tertutup akibat pendidikan lokal yang rancu, yakni tambo (istilah Minang) atau turi-turian (istilah Batak). Munculnya buku karya Ir. Mangaraja Onggang Parlindungan (MOP) berjudul “Tuanku Rao; Teror Agama Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak 1816-1833” yang terbit pertama kali tahun 1964 semakin mempertajam isu konflik tertutup ini. Hamka pun membalas dengan buku “Antara Fakta dan Khayal: Tuanku Rao” tahun 1974 sebagai usaha mereduksi konflik dan untuk menepis persepsi publik yang terbangun oleh buku MOP mengenai kekejaman bangsa Minang selama dakwah Kaum Paderi.

Redefinisi Kaum Paderi melalui metodologi genealogis merupakan akar solusi untuk mengubah pola pikir dengan pencapaian akhir rekonsiliasi antara etnis Minangkabau- Batak. Luaran hasil teori redefinisi ini bisa mengubah arah sejarah serta memberi pemahaman masyarakat tentang dikotomi di tubuh Paderi.

Kata kunci: redefinisi, Kaum Paderi, metodologi genealogis, rekonsiliasi

1 Penulis adalah Alumni Universitas Teknologi Yogyakarta Redefinisi Kaum Paderi Melalui Metodologi Genealogis Foucauldian 13 | P a g e JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2016 Vol. 18 (1): 13-19______ISSN 1410-8356

A. Pendahuluan sendiri. Sebagai jalan tengah dirumuskanlah 1. Latar Belakang gagasan ini dengan mengambil asumsi pertama tentang pembantaian yang luralisme selalu melahirkan gejala- (mungkin) dilakukan oleh bangsa Minang gejala konflik. Konflik Paderi adalah atau Kaum Paderi (meski tidak semua orang konflik masa lalu yang memiliki P Minang adalah Paderi) terkait ada tidaknya dampak jangka panjang, dari konflik internal peristiwa itu merujuk gerakan Wahhabi yang etnis Minangkabau (Kaum dan Kaum diklaim berhaluan radikal. Paderi) hingga melibatkan dua etnis besar Sumatera; Minangkabau dan Batak. Hal ini 2. Tujuan dan Manfaat terjadi karena wacana yang muncul di tengah masyarakat khususnya Batak a. Memberikan sumbangan terhadap sebagai akibat pendidikan lokal yang rancu, ilmu pengetahuan berupa luaran yakni tambo dalam bahasa Minangatau turi- teori yang menyajikan pilihan turian dalam istilah Batak. Baik tambo sejarah yang belum pernah maupun turi-turian tidak bisa dibuktikan disajikan di dalam makalah maupun mutlak kebenarannya sebab suatu peristiwa buku-buku sejarah. Validitas atau sejarah hanya dikisahkan dari mulut ke terhadap teori ini bisa mengubah mulut. Munculnya buku berbasis legenda arah sejarah (change the course of versi Batak (Tuanku Rao; Teror Agama history). Islam Mazhab Hambali di Tanah Batak b. Memberi pemahaman kepada ma 1816-1833) menyulut konflik tertutup antar syarakat Indonesia tentang Kaum dua etnis. Sejarawan mengklaim buku Paderi yang terdikotomi atau tersebut otentik sebab penulis merupakan terpecah menjadi sekte-sekte keturunan langsung dari pelaku sejarah fundamental berbasis kepemimpi yakni Tuanku Lelo atau Idris Nasution serta nan dalam kerangka ke data-datanya juga berasal dari koran kuasaan Nagari (pemahaman Belanda terbitan tahun masa itu (artikel imamah tentang konsepsi balad). Oorsprong der Padaries-EeneSecte op de c. Meredam konflik tertutup antara Westkust van Sumatra-termuat dalam etnis Minangkabau dan Batak. Tijdschrift voor Nederlandsch Indie 1, No. 1, 1838) maupun sumber Residen Poortman, B. Realitas Konflik Tertutup Minangka tokoh Belanda ahli Batak yang memiliki bau-Batak peran seperti Snouck Hurgronje di Perang Aceh. onflik tertutup ini sebenarnya sifatnya Cerita turun temurun dari versi Batak halus, sama seperti konflik tertutup dalam konflik Paderi adalah bahwa selama etnis Jawa dan Sunda (legenda Perang Paderi, dakwah yang dilancarkan K Perang Bubat). Namun menilik stereotipe Kaum Paderi adalah dengan memerangi orang Sumatra yang keras bisa jadi konflik (membunuh) sehingga terjadi pembantaian tertutup memiliki potensi menjadi konflik massal yang menghabiskan seluruh dinasti terbuka, apalagi bila didasari dalih ras dan Mauli Pagaruyung, separuh etnis Batak ideologi (Perang Paderi merupakan Mandailing (genosida) serta terbunuhnya kampanye jihad) serta dendam yang raja Batak Singamangaraja XII. Pernyataan terpendam sejak Perang Paderi berakhir. ini ditentang habis-habisan oleh pihak Bila akar pemecahan masalah tidak Minangkabau. Dari versi orang Minang, tidak dibangun, maka wacana konflik akan terus ada pembantaian apapun. Belanda dan berlanjut hingga bergenerasi, atau tidak orang Batak dianggap berkomplot menulis pernah bisa diselesaikan. sejarah yang menyudutkan orang Minang Permasalahan ini bergulir beberapa (Islam). Dari tambo orang Minang muncul tahun lalu (antara 2007-2008), yakni setelah tokoh Malin Marajo, seorang jawara buku tulisan Ir. Mangaraja Onggang Harimau Nan Salapan yang tidak bisa Parlindungan (MOP) berjudul “Tuanku Rao: ditaklukan orang Batak sehingga memicu Teror Agama Islam Mazhab Hambali di kedengkian bahwa orang Batak dikalahkan Tanah Batak 1816-1833” cetakan kedua orang Minang. Entah mana yang benar diterbitkan kembali oleh Penerbit LKiS lantaran masing-masing memiliki legenda Yogyakarta pada bulan Juni 2007. Buku ini Redefinisi Kaum Paderi Melalui Metodologi Genealogis Foucauldian 14 | P a g e JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2016 Vol. 18 (1): 13-19______ISSN 1410-8356 menjadi wacana perdebatan dan diskusi di memicu nasionalisme ke-Batak-an dan kalangan akademisi dan budayawan memicu konflik tertutup (menghidupkan terutama tentang sejarah Batak (Seminar dendam masa lalu). “Perang Paderi, 1803 – 1838.Aspek Sosial Bisa dikatakan buku Hamka adalah Budaya, Sosial Psikologi, Agama dan upaya atau solusi untuk meredam Manajemen Konflik" di Arsip Nasional RI, meluasnya konflik karena terpicu buku karya Jakarta, 22 Januari 2008). Sifat halus konflik MOP. Memang tidak sepenuhnya buku tertutup ini dibuktikan dengan budaya karya Hamka tersebut bertendensi menjadi santun yang mewakili intelektualitas etnis solusi rekonsiliasi, hanya sebagai usaha terkait. Bangsa Sumatra diakui sebagai difensif terhadap labelisasi kekejaman bangsa berbudaya, terutama dalam ranah bangsa Minang (ethnic issue), namun kesusasteraan. Sebagaimana pantun setidaknya usaha ini bisa dikatakan berani dibalas pantun, maka buku pun dibalas lantaran Hamka mempertaruhkan nama dengan buku. Alhasil, cetakan pertama buku besarnya dengan menyatakan kebohongan Tuanku Rao karya MOP dibalas oleh Hamka dalam tulisan MOP. Secara umum tidak ada dengan buku berjudul “Antara Fakta dan upaya rekonsiliasi yang benar-benar Khayal-Tuanku Rao”oleh Penerbit Bulan diwujudkan bahkan diwacanakan, sebab hal Bintang Jakarta 1974, yang isinya ini berkaitan dengan pembenaran cerita membantah total buku tulisan MOP. Bahkan masing-masing dan sifat halusnya konflik Hamka menyebut data di buku MOP 80% tertutup antara etnis Minangkabau dan bohong, 20% meragukan. Hal ini berkaitan Batak. Redefinisi Kaum Paderi merupakan dengan tidak adanya pembantaian yang tawaran solusi rekonsiliasi sebab hal ini dilakukan pasukan Paderi di tanah Batak, menjadi akar pola pikir masyarakat yang pemerkosaan dan perbudakan terhadap perlu diubah lantaran masih tumpang tindih wanita Batak (menurut sumber turi-turian, terhadap legenda. wanita Batak banyak yang tidak cantik sebab yang cantik dipancung atau diperkosa C. Redefinisi Kaum Paderi Melalui dan dijadikan budak oleh pasukan Paderi), Metodologi Genealogis Foucauldian serta asal-usul Tuanku Rao yang menurut MOP adalah anak hasil hubungan gelap agasan mengenai redefinisi ini timbul antara Gana Boru Sinambela (putri lantaran banyaknya data yang Singamangaraja IX) dengan paman kan Gtumpang tindih mengenai kebenaran dungnya, Gindoporang Sinambela (adik dari Perang Paderi, terutama mengenai siapa Singamangaraja X). Hamka menyebut yang paling bertanggung jawab atau sumber Belanda, J.B. Neumann, Kontelir menjadi tokoh sentral selama dakwah BB, yang menyebut bahwa Tuanku Rao agresif Paderi. Apakah Paderi merupakan berasal dari Padang Matinggi, bukan orang satu organisasi besar yang dipimpin Imam Bakkara (Batak) seperti data dalam buku Bonjol dan melakukan kampanye dakwah MOP. Sumber Neumann, Residen T.J. berupa pelenyapan dinasti Mauli Willer mengonfirmasinya (Hal. 239). Kurang Pagaruyung di Kototangah, pembantaian kuatnya data buku itu menurut Hamka etnis Batak, pemerkosaan dan perbudakan sebab setiap kali ditanya mengenai data- wanita bangsawan Mauli dan wanita Batak, data buku tulisannya, MOP hanya serta pembunuhan raja Batak Singama menjawab, “Sudah dibakar” (Detik ngaraja XII? Forum.com). Dalam pandangan Foucault, genea Bila cetakan pertama buku karya logi atau sejarah selalu ditulis dari perspektif MOP dibantah Hamka, maka cetakan masa kini. Genealogi berusaha mengin keduanya diikuti buku “Greget Tuanku Rao” dentifikasi hal-hal yang menyempal karya Basyral Hamidi Harahap yang terbit (accidents), mengidentifikasi penyimpangan- tahun 2007 juga. Namun buku “Greget penyimpangan yang kecil (the minute Tuanku Rao” justru memperkuat tulisan deviations)’. Genealogi memfokuskan diri MOP yang secara garis besar pada retakan-retakan, pada kondisi-kondisi membenarkan telah terjadi pembantaian sinkronik dan pada tumpang tindihnya oleh pasukan Paderi semasa Perang Paderi pengetahuan yang bersifat akademis berlangsung hingga pasukan Paderi dengan kenangan-kenangan yang bersifat meninggalkan tanah Batak karena wabah lokal (Foucault dan Lechte via Yudi Latif, penyakit. Praktis kedua buku tersebut 2012).

15 | P a g e Redefinisi Kaum Paderi Melalui Metodologi Genealogis Foucauldian JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2016 Vol. 18 (1): 13-19______ISSN 1410-8356

Metodologi genealogis ini menem membangun surau sendiri, sampai mun patkan keadaan sinkronik (perubahan pada culnya kelompok reformis yang dilabeli saat-saat tertentu) yang dipengaruhi Pemerintah Kolonial sebagai ‘Kaum Paderi’ hegemoni eksternal kerangka sejarah (merujuk radikalisme Tuanku Nan Renceh subjektif, seperti pola instrumentalis media yang membunuh bibinya karena tidak mau ataupun kekuasaan suatu pemerintahan salat dan makan sirih). (regime) dalam membangun citra suatu Konsep kekuasaan nagari di komunitas masyarakat yang dianggap Minangkabau masa itu yang merepre ‘berbahaya’, dalam kerangka waktu yang sentasikan ideologi surau tak jauh berbeda diakronik (lama-sinambung). Sejarah selalu dengan konsep keormasan di masa memiliki pola yang sama, hanya dimensinya kekinian. Di awal abad XX, gerakan Islam (tempat dan waktu) yang berbeda. dari embrio SDI (Sarekat Dagang Islam) Metodologi genealogis ini memandang pola terpecah menjadi beberapa partai maupun fenomena sosial masa kini sebagai pijakan organisasi Islam karena perbedaan prinsip kesamaan pola fenomena sosial di masa para petingginya. Kita sekarang melihat lalu. Melalui metodologi genealogis ini data Islam terpecah ke dalam ormas yang secara yang dibandingkan antara lain: a) Konsep ideologi mungkin sejalur namun secara kekuasaan nagari yang mirip dengan pragmatis mereka berbeda baju dan struktur organisasi massa (ormas) serta jiwanya. Bahkan sekte Islam Puritan yang pemahaman konsep imamah dalam ada di Indonesia secara garis besar dibagi kerangka balad (nagari), b) Labelisasi oleh ke dalam tiga domain yakni Wahabi, Salafi rezim melalui alat instrumentalis media dan Islam Jamaah. Kiprah dua aliran sebagai pembangun opini publik seperti (Wahabi dan Salafi) diklaim sebagai aliran dalam kasus Islam Jamaah (Ludhy Islam transnasional dan terbukti menjadi Cahyana, Islam Jamaah: Di Balik domain ormas seperti Partai Keadilan Pengadilan Media Massa, 2003). Sejahtera (PKS) dan Hisbut Tahrir Indonesia Dalam kebudayaan Minangkabau (HTI) dimana hierarki kepemimpinan utama sistem pemerintahan masyarakat diatur berada pada kontrol di luar wilayah secara otonomi dalam batas kekuasaan Indonesia (KH. , 2009). konfederasi empat suku dan membentuk Ketiganya bisa disebut sebagai Islam apa yang dinamakan nagari (citystate). Puritan (merujuk gerakan pemurnian Kaum Pemimpin nagari tadi dipilih dalam sidang Paderi) sebab domain sekte ini menolak mufakat di balairung yang dikenal dengan ajaran tradisi dan akulturasi (bid’ah, istilah penghulu (A. A. Navis, 1999:4). khurafat, syirik, takhayul), menolak taklid, Pemerintah Belanda menyebut sistem dan lebih literalis (pemahaman ayat secara pemerintahan nagari ini sebagai republik- tekstual). Ketiga domain ini juga republik kecil sebab ada kekuasaan yang memandang pentingnya konsep imamah. lebih besar di atas otonomi nagari yang Dan pada kenyataannya, kesamaan mengatur masyarakat Minangkabau dalam ideologi, pemahaman tekstual, serta konsep ranah negara atau alam Minangkabau yang imamah tetap mendikotomi ketiganya ke terpusat di Tanahdatar, Kerajaan Paga dalam sekte terpisah.Kenapa? Realitas ini ruyung. Tiap penghulu nagari menjadi yang mungkin juga terjadi di masa Paderi pemimpin tertinggi internal nagari dalam dan metodologi genealogis memandang urusan politik, sosial dan agama, sehingga fenomena tersebut sebagai variabel pola penghulu nagari juga menjadi kepala surau. pembanding untuk melihat sejarah dengan Dalam satu kawasan nagari hanya boleh perspektif masa kini. ada satu surau. Dengan demikian surau Di masa awal dakwah Kaum Paderi suatu nagari bisa berbeda ideologinya muncul nama-nama pelopor seperti Haji dengan surau di nagari lain, sebab Miskin, Haji Sumanik serta Haji independensi dan otonomi kekuasaan Piobangpada tahun 1803. Baru setelah itu penghulu atas nagari yang bahkan Rajo nama Tuanku Nan Renceh, seorang Alam Pagaruyung tidak berhak atasnya. penghulu nagari Kamang mencuat karena Umumnya agama Islam di seluruh nagari di dikenal dengan keradikalannya. Dakwahnya Minangkabau adalah agama adat (adat pun mendapat pertentangan dan basandi syarak, syarak basandi Kitabullah), menimbulkan konfrontasi sehingga pusat namun persebaran sekte-sekte baru tidak gerakan Paderi di Kamang dipindah ke menimbulkan konflik bahkan boleh Pandai Sikat (Wikipedia). Paderi adalah

Redefinisi Kaum Paderi Melalui Metodologi Genealogis Foucauldian 16 | P a g e JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2016 Vol. 18 (1): 13-19______ISSN 1410-8356 gerakan dakwah yang diklaim radikal karena Secara antropologis Tuanku Nan terpengaruh paham Wahhabi merupakan Renceh tidak bisa mewakili stereotipe orang ideologi Islam literalis yang mengutamakan Minang ataupun Muslim puritan. Keradikalan konsep baiat (keamiran atau imamah). Tuanku Nan Renceh tidak bisa menjadi Namun kenyataannya dari sekian tokoh variabel kekejaman kelompok Islam Puritan Paderi sejak awal gerakan ini muncul yang dipelopori Bangsa Minang, sehingga hanya Peto Syarif yang dibaiat menjadi apabila memang terjadi konfrontasi fisik di Imam, dan itu di nagari Bonjol. Kalau Tanah Batak, perkosaan dan perbudakan, memang Paderi adalah satu organisasi pembantaian etnis Mandailing, serta pem dakwah yang memegang teguh konsep bunuhan Singamangaraja XII, tidak bisa “halalnya hidup jamaah dengan membaiat diklaim semua itu perbuatan Bangsa seorang amir”, kenapa sejak awal gerakan Minang, kaum muslim puritan atau Tuanku ini muncul, tiga haji pelopor itu tidak Imam Bonjol karena adanya dikotomi Kaum membaiat salah satunya, atau jamaah Paderi. Sama seperti aksi terorisme oleh Paderi membaiat Tuanku Nan Renceh jaringan Al Qaeda, ISIS, atau kelompok JIL sebagai amir? Fakta ini menunjukkan tidak bisa diklaim bahwa masyarakat Islam perbedaan atau bahkan adanya dikotomi di dunia (orang Arab, muslim bercelana tubuh Paderi. Padahal nama Peto Syarif menggantung, muslim berjenggot, muslimah juga muncul setelah tahun 1815, yakni bercadar dll) yang bertanggung jawab atas tahun pembantaian dinasti Mauli Paga aksi teror tersebut. ruyung. Dalam buku Mungkin sejarah tulisan Belanda perlu karya Sjafnir Aboe Nain oleh Penerbit Esa direvisi melihat kasus labelisasi serupa tahun 2008, TIB adalah penerus Tuanku pernah menerpa kelompok Islam Jamaah Nan Renceh yang wafat di Mejan-Kamang (Lemkari/LDII) yang menggeliat pada de tahun 1832. Data ini kurang masuk masuk kade ‘60an dan ‘70an dimana peran akal melihat Tuanku Nan Renceh yang instrumentalis media ataupun kekuasaan menjadi pemimpin Paderi tidak disebut suatu pemerintahan (regime) mampu Imam. Bagi kaum literalis, konsep imamah membangun citra komunitas masyarakat bukan hanya isu sunnah, namun mutlak yang dianggap ‘sesat’. Menurut Eriyanto wajibnya. Fakta gelar ini menunjukkan tidak (Islam Jamaah: Di Balik Pengadilan Media ada relasi antara Imam Bonjol dan Tuanku Massa, 2003, hal. 9-10) pemberitaan Nan Renceh. Tempo, Suara Karya, Jawa Pos, dan Sabili Berdasarkan konsep imamah atau tidak proporsional dalam memberitakan keamiran, dalam satu negara (nagari/balad) LDII, selalu memberi label yang buruk dan hanya boleh ada satu amir yang dibaiat. mensugestikan bahwa organisasi dan ajaran Perbedaan konsep kekuasaan antar nagari yang dibawa LDII berbahaya dan sesat. ini menunjukkan absolutisme kekuasaan Stigma yang tidak terjadi secara alamiah, nagari sebagai balad. Hal ini yang menjadi tetapi dibentuk lewat pemberitaan media. dasar mengapa Peto Syarif dibaiat sebagai Hal inilah yang terjadi pada Kaum Imam di nagari Bonjol dan menjadi fakta Paderi. Labelisasi oleh Pemerintah Belanda adanya perbedaan ideologi di tubuh Paderi dan menciptakan stigma di tengah sendiri, yang dengan kata lain Kaum Paderi masyarakat yang membentuk opini bahkan bukanlah satu kesatuan persaudaraan legenda, tambo atau turi-turian yang dakwah, bukan satu kelembagaan otokrasi, diceritakan turun temurun dan menjadi bukan pula kesatuan gerakan terorisme, sumber sejarah yang tanpa sadar namun merupakan penamaan atau masyarakat kala itu telah berhasil dipecah labelisasi yang lebih merujuk pada tujuan belah oleh politik devide et impera. Kita politik devide et impera Pemerintah Kolonial pada saat itu disetir oleh Belanda untuk Belanda dengan melabeli gerakan ini menulis sejarah sendiri yang sesuai sebagai gerakan radikal karena mayoritas propaganda Belanda. Dengan metodologi ulama pelopornya baru kembali dari Mekah genealogis, dua kasus di atas menghasilkan yang telah dikuasai dinasti Saud (pengamat teori demikian. Barat menyebutnya kelompok Wahhabi) Gagasan rekonsiliasi takkan terwujud serta melihat radikalisme satu tokoh tanpa ada campur tangan pihak yang (Tuanku Nan Renceh) dengan maksud agar membantu memberi pemahaman kepada seluruh gerakan Islam Puritan di Minang masyarakat (terutama generasi muda) kabau musnah. tentang redefinisi atau pilihan terbaru

17 | P a g e Redefinisi Kaum Paderi Melalui Metodologi Genealogis Foucauldian JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2016 Vol. 18 (1): 13-19______ISSN 1410-8356 mengenai definisi Kaum Paderi. Pihak-pihak b. Seminar budaya yang tujuannya yang sangat berperan dalam pencapaian mensosialisasikan redefinisi Kaum rekonsiliasi antara lain: Paderi oleh akademisi dan budayawan a. Tokoh adat dan tokoh masyarakat tanpa tendensi egoisme terhadap Tokoh adat dan tokoh masyarakat di legenda masing-masing pihak. tanah Minang dan Batak memiliki peran c. Revisi kurikulum oleh pemerintah sosio-politik dan sosio-spiritual yang untuk memasukkan pilihan sejarah memberi mereka kuasa atas terinisiasinya mengenai redefinisi Kaum Paderi wacana rekonsiliasi. Adat masih sebagai akar solusi rekonsiliasi memandang tokoh masyarakat dan tokoh masyarakat Minang-Batak. adat (tetua adat atau wali nagari) sebagai otoritas tertinggi dalam memutuskan suatu perkara atau menginisiasikan sebuah D. Kesimpulan gagasan krusial. onflik merupakan produk perbedaan b. Akademisi dan budayawan atau keanekaragaman budaya yang Para akademisi dan budayawan Kmenajam karena adanya kekuasaan yang memiliki perhatian besar terhadap isu yang menyusup ke bentuk hubungan sosial sejarah memiliki akses sebagai pembicara itu. Pemerintah Belanda sebagai pihak atau garda depan dalam menyampaikan ketiga dalam Konflik Paderi menjadi gagasan Redefinisi Kaum Paderi terhadap pemenang di akhir karena propagandanya masyarakat luas, khususnya masyarakat mulus. Tambo atau turi-turian sebagian Minangkabau dan Batak. Peran sebagai besar bisa saja disusupi propaganda “cendekiawan” mampu meyakinkan Pemerintah Kolonial sehingga produk- masyarakat melalui pemikiran ilmiah dan produk legenda masyarakat menjadi rancu, logis terkait redefinisi Kaum Paderi. bahkan buku sejarah yang menjadi produk kekinian merupakan koalisi produk naskah c. Pemerintah Belanda dan naskah pribumi. Hasilnya tetap Pemerintah dalam hal ini adalah menciptakan perspektif berbeda antar pihak yang menjadi penengah atau mediator masing-masing pihak baik Minang maupun dalam wacana rekonsiliasi antara etnis Batak. Kesimpulannya, pihak penjajah Minangkabau dan Batak terkait sejarah berhasil memecah belah kita melalui produk masa lalu, dan juga pemerintah yang budaya lokal. Perbedaan kolektif ini bisa menjadi akses utama tersiarnya gagasan menajam menjadi konflik bila akar solusi Redefinisi Kaum Paderi kepada masyarakat tidak dibangun untuk meruntuhkan pola pikir Indonesia bahkan dunia, dengan yang tumpang tindih berdasarkan legenda. menyajikan pilihan sejarah mengenai Redefinisi Kaum Paderi Melalui Metodologi dikotomi di tubuh “Kaum Paderi”. Genealogis Foucauldian ini menjadi akar solusi konflik tersebut yang diharapkan bisa Banyak hal bisa dilakukan terkait wacana mengubah pola pikir primordial dan rekonsiliasi pasca “Perang Paderi”. menuntun pada rekonsiliasi. Beberapa langkah strategis berikut bisa Secara implementatif, redefinisi ini menjadi pertimbangan untuk diimplementa bisa berhasil menuntun pada rekonsiliasi jika sikan guna mencapai rekonsiliasi antara pihak-pihak terkait memahami peranannya Minangkabau-Batak, antara lain: sebagai pelopor rekonsiliasi melalui sosialisasi, seminar kebudayaan, bahkan a. Sosialisasi redefinisi Kaum Paderi revisi kurikulum sejarah mengenai sejarah kepada masyarakat khususnya Kaum Paderi. Minangkabau dan Batak agar Kondisi yang diharapkan bisa tercapai pemahaman tentang sejarah di masa secara global melalui sosialisasi redefinisi lalu bisa memberikan pilihan yang bijak Kaum Paderi dengan pilihan teori sejarah dengan mengambil jalan tengah antara yang baru adalah adanya rekonsiliasi etnis dua kepercayaan masyarakat yang Minangkabau-Batak. Lunturnya pola pikir berbeda. Sosialisasi akar rumput ini primordial menjadi titik tolak dimulainya bisa diinisiasikan oleh tokoh adat dan rekonsiliasi. Rekonsiliasi mungkin satu kata tokoh masyarakat Minang dan Batak. yang ringan namun bermakna sangat dalam. Kita bisa menapaki jejak peradaban

Redefinisi Kaum Paderi Melalui Metodologi Genealogis Foucauldian 18 | P a g e JURNAL ANTROPOLOGI: Isu-Isu Sosial Budaya. Juni 2016 Vol. 18 (1): 13-19______ISSN 1410-8356 secara damai sampai bergenerasi jika kita rekonsiliasi hanyalah ruang publik untuk yang memulai kata “maaf” apabila pernah mengucap kata maaf dan menerima maaf terjadi konflik berdarah di masa lalu dan tanpa memandang kebenaran subjektif. tidak mewariskan dendam dengan legenda yang tumpang tindih kebenarannya. Istilah

Daftar Pustaka

Cahyana, Ludhy. 2003. Islam Jamaah di Balik Pengadilan Media Massa: Suatu Analisis Mengenai Pembunuhan Karakter Terhadap Lemkari/LDII. Yogyakarta: Benang Merah. HAMKA. 1961. Pengaruh Muhammad Abduh di Indonesia: Pidato Pengukuhan Gelar Doctor HonorisCausa dari Universitas Al-Azhar Mesir pada 21 Januari 1958 (edisi digital tahun 2008). Jakarta:Tintamas. http://pustakamarola.wordpress.com (dari tulisan-tulisan Suryadi; Dosen dan peneliti pada Opleiding Talen en Culturen van Zuidoost-Azië en Oceanië, Universiteit Leiden, Belanda) http://www.basyral-hamidy-harahap.com/blog/index.php?itemid=43 Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia (2009). Jakarta: . Latif, Yudi. 2012. Inteligensia Muslim dan Kuasa: Genealogi Inteligensia Muslim Indonesia Abad Ke-20(edisi digital). Jakarta: Yayasan Abad Demokrasi. Navis, A.A. 1999. Yang Berjalan Sepanjang Jalan (Kumpulan Karangan Pilihan). Jakarta: Grasindo.

Internet www.detikforum.com www.id.wikipedia.org

19 | P a g e Redefinisi Kaum Paderi Melalui Metodologi Genealogis Foucauldian