Pewarisan Nilai Kepahlawanan Pangeran dalam Perang Jawa (Warto) 2

PEWARISAN NILAI KEPAHLAWANAN PANGERAN DIPONEGORO DALAM PERANG JAWA

HEROISM VALUE INHERITANCE OF DIPONEGORO PRINCE IN JAVA WAR

Warto Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial (B2P3KS) Kementerian Sosial RI , Jl. Kesejahteraan Sosial No. 1 Sonosewu Yogyakarta HP. 085740073552, Email: [email protected] Naskah diterima 11 November 2016, direvisi 2 Desember 2016, disetujui 10 Desember 2016

Abstract

The study is done to reveal heroism value heritage of Diponegoro Prince in Java War. The approach used was qualitative-desciriptive focusing on library study as the main base. Data gathered through tracking various informations collected from several literatures and documents which relevant to the goal of the study. It was found that heroism value from Diponegoro Prince in Java War included extraordinary brave and strong attitude, moral glorious, mental sturdy, and always gave attitude and simple live example. Based on the finding, it is recommended that generation as development pioneers and motivators fulfil independent era, should always base on heroism value heritage tof Diponegoro Prince.

Keywords: Heritage, Heroism Values, Jawa War.

Abstrak

Kajian ini bertujuan menggali warisan nilai-nilai kepahlawanan Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif yang lebih memfokuskan pada penelaahan kepustakaan sebagai basis utama. Pengumpulan data dilakukan dengan melacak berbagai informasi yang diperoleh dari sejumlah literatur ataupun dokumen yang relevan dengan tujuan pengkajian. Kajian menemukan, bahwa warisan nilai-nilai kepahlawanan Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa meliputi sikap gagah dan keberanian yang luar biasa, keluhuran moral dan kekokohan mental, serta senantiasa memberikan keteladanan dalam berperilaku dan kesederhanaan hidup. Atas dasar temuan tersebut, direkomendasikan agar generasi penerus cita-cita bangsa selaku pelopor dan penggerak pembangunan dalam berjuang mengisi kemerdekaan senantiasa berlandaskan nilai-nilai kepahlawanan warisan Pangeran Diponegoro.

Kata Kunci: Nilai Kepahlawanan, Pangeran Diponegoro, Perang Jawa, Pewarisan.

217 Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 40, No. 3, Desember 2016, 217-226

A. PENDAHULUAN hidupnya melakukan tindakan kepahlawanan Perjuangan rakyat pada berbagai daerah atau menghasilkan prestasi dan karya yang di Indonesia dalam upaya mengusir penjajah luar biasa bagi pembangunan serta kemajuan untuk merebut ataupun mempertahankan bangsa dan negara Republik Indonesia. kemerdekaan, telah memberi gambaran kepada Gelar Pahlawan Nasional menurut generasi muda bahwa sebegitu menggelora dokumen di museum Sasana Wiratama semangat juang dan jiwa kepahlawanan bangsa Tegalrejo Yogyakarta dianugerahkan kepada kita. Diantara perjuangan rakyat pribumi dalam Pangeran Diponegoro berdasar Surat Keputusan melawan penjajah Belanda adalah Perang Presiden RI Nomor 087/TK/1973 tertanggal 1 Jawa yang berlangsung di wilayah Kasultanan Maret 1973, atas usulan Departemen Sosial Yogyakarta antara tahun 1825 hingga tahun melalui Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, 1830. Perlawanan rakyat terhadap penjajahan dan Kesetiakawanan Sosial. Apabila mengacu Belanda tersebut dipimpin oleh Pangeran kriteria yang dipersyaratkan dalam Undang- Diponegoro seorang bangsawan putra raja Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Yogyakarta Sultan Hamengkubuwono III. Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan pasal 25 Bermodal ungkapan lokal sebagai dan pasal 26, Pangeran Diponegoro pantas semboyan, rawe-rawe rantas, malang-malang mendapat anugerah gelar Pahlawan Nasional. putung yang menurut Sagimun (1965: 7), berarti Menurut Habib MS (2009: 49-51), setidaknya semua yang merintangi akan diberantas dan terdapat tiga alasan jiwa perjuangan sosok semua yang menghalangi akan dipatahkan. Pangeran Diponegoro tetap hidup dan Ungkapan lokal yang merupakan semboyan dikenang sebagai pahlawan. Pertama, semasa masyarakat setempat pada waktu itu mampu hidupnya telah berjuang melawan penjajah menggelorakan semangat juang dan menjadi Belanda di daerah Jawa bagian tengah dan jiwa perlawanan rakyat Jawa khususnya timur khususnya Yogyakarta yang pada masa masyarakat Yogyakarta dalam mengusir kemerdekaan ini menjadi wilayah Negara penjajahan Belanda. Semboyan rawe-rawe Kesatuan Repubik Indonesia. rantas, malang-malang putung bahkan hingga Kedua, melakukan perjuangan hampir saat ini masih mendasari daya perjuangan dan semasa hidupnya. Perlawanan yang dilakukan pengabdian masyarakat Jawa dalam segala melalui perang mengusir Belanda memang aspek kehidupan. hanya berlangsung selama lima tahun (1825- Pangeran Diponegoro selaku pejuang 1830), tetapi dalam menjalani hidup di yang mimimpin perlawanan rakyat dalam pengasingan mulai ditangkap di Magelang, Perang Jawa selama lebih kurang lima tahun ditahan di Semarang, Jakarta, Manado, dan (1825-1830), oleh pemerintah dianugerahi gelar dipindahkan di Makassar hingga akhir hayatnya Pahlawan Nasional. Dalam Undang-Undang selama lebih kurang 25 tahun. Pejuang ini wafat Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Tanda Jasa, pada 8 Januari tahun 1855 di penjara Benteng dan Tanda Kehormatan disebutkan, gelar adalah Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang dan penghargaan negara yang diberikan kepada jenazahnya dimakamkan di Kampung Melayu seseorang yang telah gugur atau meninggal Kota Makassar. dunia atas perjuangan, pengabdian, darmabakti, Ketiga, dalam berjuang Pangeran dan karya yang luar biasa kepada bangsa dan Diponegoro berlandaskan integritas moral negara. Pahlawan Nasional adalah gelar yang dan sikap keteladanan serta pantang mundur diberikan kepada warga negara Indonesia atau jikalau tidak dikhianati Belanda, sehingga seseorang yang berjuang melawan penjajahan oleh masyarakat dipandang telah berjasa di daerah yang sekarang menjadi wilayah kepada bangsa dan negara. Selain itu, dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang melakukan perjuangan tidak pernah menyerah, gugur atau meninggal dunia demi membela meskipun kondisinya terdesak. Dalam kondisi bangsa dan negara, atau yang semasa terdesak bahkan digunakan strategi perang

218 Pewarisan Nilai Kepahlawanan Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa (Warto) gerilya pada malam hari dengan persenjataan kepustakaan atau literatur sebagai basis utama seadanya seperti tombak, pedang, bambu pengkajian. Menurut Sunit Agus Tri Cahyono runcing dan dilakukan secara berpindah-pindah (2015: 229), studi kepustakaan (study Literature) markas antara lain di Pleret, Pengasih, Dekso, adalah pengumpulan data dengan melacak dan Goa Selarong. Dalam upaya mematahkan berbagai informasi yang diperoleh dari sejumlah perlawanan Pangeran Diponegoro, Belanda dokumen yang relevan dengan masalah ataupun akhirnya harus licik menggunakan cara tipu tujuan penelitian. Mengacu pendapat tersebut, muslihat dengan dalih mau berunding di Kota kepustakaan atau literature yang ditelaah dalam Magelang yang sejatinya bertujuan untuk kajian ini bersumber dari catatan tertulis tentang menangkap pejuang tersebut. kegiatan Pangeran Diponegoro semasa hidup Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional dan berbagai peristiwa lain yang mendukung bagi Pangeran Diponegoro sangatlah pantas tujuan pengkajian yakni terungkapnya nilai- untuk mengenang dalam arti membangun niai kepahlawanan yang diwariskan oleh ingatan terhadap peristiwa luar biasa, yakni pejuang tersebut. perlawanan terhadap penjajah Belanda melalui Studi dengan pendekatan kualitatif melalui Perang Jawa dan selanjutnya mengakui kajian pustaka, menurut Lathiful Khuluq (2014: pengabdian dan segala jasanya bagi bangsa 149) akan memperoleh data bukan berupa dan negara. Perihal yang juga penting sesuai angka, melainkan berupa informasi pihak dengan konteks penelitian ini yakni menggali berkompeten dari hasil wawancara, observasi, nilai-nilai kepahlawanan yang diwariskan oleh catatan lapangan, dokumen pribadi, memo, dan Pangeran Diponegoro dalam melawan penjajah dokumen resmi lain dari pemerintah ataupun Belanda melalui Perang Jawa. instansi terkait. Data berupa informasi yang Berdasar latar belakang sebagaimana terkumpul secara deskriptif kemudian dipilah- dipaparkan, permasalahan kajian ini dirumuskan pilah untuk selanjutnya direduksi sesuai dengan yakni apakah nilai-nilai kepahlawanan yang permasalahan dan tujuan penelitian ini. diwariskan Pangeran Diponegoro melalui Perang Miles dan Huberman (dalam Sevilla, Jawa. Tujuan kajian ini adalah diketahui nilai- dkk. 2003: 54) berkait dengan konteks nilai kepahlawanan yang diwariskan Pangeran analisis ini menyatakan, bahwa aktivitas Diponegoro melalui Perang Jawa. Hasil dalam analisis kualitatif dilakukan secara penelitian ini diharapkan bermanfaat, pertama interaktif dan berlangsung secara terus- sebagai landasan penyemangat para generasi menerus sampai tuntas, sehingga datanya muda dalam mengisi kemerdekaan melalui sudah jenuh. Sementara aktivitas analisis data pembangunan berbagai aspek kehidupan. Di dalam penelitian ini mengacu Idrus (2007: 54) samping manfaat tersebut, keseluruhan naskah yaitu mencakup data reduction, data display, hasil pengkajian ini diharapkan juga bermanfaat conclusion drawing/verification). menambah perbendaharaan khasanah ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan tentang C. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Perang Jawa nilai-nilai kepahlawanan dan Perang Diponegoro, Perang Jawa atau dalam bahasa Belanda bagi generasi muda masa kini. De Java Oorlog menurut Karel A. Steenbrink B. METODE KAJIAN (1999: 59) berlangsung mulai tahun 1825 Pengkajian ini menggunakan pendekatan hingga 1830 di Pulau Jawa. Perlawanan rakyat kualitatif, yakni bertujuan mengungkap nilai- yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro ini nilai kepahlawanan yang diwariskan Pangeran merupakan peperangan terbesar yang dihadapi Diponegoro melalui Perang Jawa kepada pemerintah kolonial Belanda selama menduduki generasi penerus cita-cita bangsa. Peneliti Pulau Jawa sebagai bagian wilayah Nusantara. dalam mengkaji tidak melakukan studi lapangan, a. Penyebab Timbulnya Perang Jawa tetapi lebih memfokuskan pada penelaahan Kondisi yang melatarbelakangi sehingga

219 Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 40, No. 3, Desember 2016, 217-226 menjadi penyebab pecahnya Perang Jawa Smissaert, sehingga sangat melukai hati rakyat berdasar beberapa sumber dikelompokkan termasuk Pangeran Diponegoro. Campur tangan menjadi dua yaitu sebab yang bersifat umum Belanda juga dalam hal penataan birokrasi dan sebab khusus. Berikut lima kondisi menjadi kerajaan, misalnya pengangkatan pegawai penyebab umum yang memicu terjadinya yang ditugaskan untuk memungut pajak. Berikut Perang Jawa. Pertama, ulah penjajah Belanda intervensi Belanda yang digambarkan Frida yang terus berupaya mempersempit dan Firdiani (2010: 10): hati Pangeran Diponegoro memecah wilayah Kerajaan Mataram. Kerajaan semakin sakit ketika melihat campur tangan Mataram yang relatif luas di bawah Raja Sultan Belanda yang semakin besar dalam persoalan Agung Hanyokrokusumo, terpecah menjadi Kerajaan Yogyakarta. Berbagai peraturan beberapa kerajaan kecil akibat pengaruh dan yang dibuat pemerintah Belanda menurutnya politik devide ed empera (adu domba) Belanda. sangat merendahkan martabat raja Jawa. Misalnya melalui perjanjian Giyanti 1755 Sikap ini menunjukkan, bahwa ia memiliki sifat Kerajaan Mataram terpecah menjadi Kasunanan kepemimpinan dan kepahlawanan. Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Perjanjian Keempat, pengurangan hak bangsawan Salatiga 1757 di Surakarta muncul kekuasaan dan abdi dalem. Sebelum kedatangan penjajah baru Mangkunegaran. Pada 1813 di Yogyakarta Belanda, Sultan Yogyakarta memiliki tradisi juga muncul kekuasaan Pakualaman. Beberapa memberi jaminan hidup bagi sentono dalem kondisi inilah yang dialami para raja yang dulu (keluarga raja) berupa tanah apanase, dan bersatu di bawah payung Kerajaan Mataram. kepada para abdi dalem (pegawai kerajaan) Kedua, masuknya budaya barat ke dalam berupa tanah lungguh atau bengkok. Pada masa Keraton Yogyakarta dari tahun ke tahun semakin kolonial ini, tanah apanase dan tanah lungguh besar, sehingga para pembesar Belanda banyak yang diambil pemerintah Belanda, jikalau menghadap raja duduk sejajar dengan sehingga mengurangi sumber penghasilan Sultan. Adat kebiasaan keraton seperti Sultan mereka. Tindakan sewenang-wenang Belanda menyajikan sirih untuk tamu termasuk pembesar ini tentu menimbulkan sikap kebencian bagi Belanda yang menghadap dihapuskan. Perihal kalangan Keraton Yogyakarta. yang paling mengkhawatirkan adalah masuknya Kelima, terjadinya penderitaan rakyat minuman keras di lingkungan para bangsawan karena beban berbagai pajak. Pada masa dan bahkan beredar pula di kalangan masyarakat menjelang meletusnya perang Jawa, rakyat luas. sangat menderita karena beragam pajak Ketiga, intervensi Belanda dalam urusan yang diberlakukan oleh pemerintah Belanda. kerajaan. Belanda sebagai penjajah selalu Diantara pajak tersebut menurut Mawarti (2011: intervensi dalam urusan kerajaan. Intervensi 84) meliputi pejongke (pajak pindah rumah), yang paling menyakitkan rakyat adalah kering aji (pajak tanah), pengawang-awang mengenai pergantian tahta yang dilaksanakan (pajak halaman dan pekarangan), pecumpling Belanda. Sebagaimana disebutkan oleh Peter (pajak jumlah pintu), pajigar (pajak ternak), Carey (2014: 257), pada 6 Desember 1822 penyongket (pajak pindah nama), dan bekti Hamengkubuwono IV meninggal di usia 19 (pajak menyewa tanah atau menerima jabatan). tahun. GKR Kencono sang permaisuri memohon Berbagai penarikan pajak ini sangat membebani kepada pemerintah Belanda untuk mengukuhkan dan membuat rakyat semakin sengsara. putranya yang masih berusia dua tahun menjadi Penyebab khusus meletusnya Perang Hamengkubuwono V. Pangeran Diponegoro Jawa adalah provokasi yang dilakukan penguasa diangkat menjadi wali dari keponakannya Belanda, yaitu merencanakan pembuatan jalan bersama Pangeran Mangkubumi. Tahun 1823 dengan sengaja menerjang tanah dan makam tahta keraton yang seharusnya diduduki kedua leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo. wali tersebut karena Sultan masih balita, Deretan patok rencana pembuatan jalan yang ternyata ditempati oleh Residen Belanda yakni dibuat dari kayu dicabut dan diganti tombak

220 Pewarisan Nilai Kepahlawanan Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa (Warto) sebagai bentuk protes keras dari pihak Pangeran musuh yang disergap dari depan dan dari kedua Diponegoro. Residen Smissaert berusaha sayap. Pangeran Diponegoro adalah panglima berunding tetapi pejuang ini tidak bersedia perang yang cakap, sehingga beberapa kali menanggapi dan hanya mengutus Pangeran serdadu Belanda dikepung dan dibinasakan. Mangkubumi. Asisten residen Chevallier Belanda sangat mengalami kecemasan, berusaha menangkap kedua pangeran tersebut sehingga didatangkan serdadu yang berada di tetapi digagalkan barisan rakyat di Tegalrejo. Sumatera, Sulawesi, Semarang, dan Surabaya Pangeran Diponegoro mendesak agar anthek untuk menghadapi laskar jihad Diponegoro, dan Belanda Danurejo dipecat dari jabatan patih, usaha tersebut untuk sementara sia-sia. surat desakan baru mulai ditulis mendadak Pusat pertahanan yang semula di Goa rumah kediaman di Tegalrejo diserbu serdadu Selarong dipindahkan ke Pleret. Semasa Belanda di bawah komando Chevallier. berpusat di Pleret ini gerakan pasukan Kediaman Tegalrejo dibumihanguskan, namun Diponegoro meluas hingga Kedu, Semarang, Pangeran Diponegoro didampingi Pangeran Demak, Surakarta, Madiun, Surabaya, bahkan Mangkubumi beserta keluarga berhasil Banyuwangi. Kemenangan yang selalu diperoleh meloloskan diri menuju Kalisoko sebelah barat mampu membakar semangat rakyat sehingga daya Kraton Yogyakarta. mendorong bangsawan dan bupati untuk b. Jalannya Perang Jawa bergabung seperti Bupati Madiun, Kertosono, Pada 20 Juli 1825 di daerah Kalisoko Nyi Ageng Serang, dan Pangeran Suriatmojo inilah Pangeran Diponegoro menyatakan perang dari Banyumas. Sewaktu pertahanan berpusat suci membela agama Islam (Perang Sabil) di Pleret pada tanggal 9 Juni 1826 Pangeran menentang ketidakadilan Belanda. Banyak Diponegoro sempat dinobatkan menjadi raja pangeran dan rakyat menyusul ke Kalisoko dengan gelar Sultan Abdul Hamid Herucokro untuk bergabung memberikan perlawanan Amirul Mukminin Sayidin Panatagama terhadap penjajah Belanda. Dari Kalisoko Chalifahtullah Tanah Jawa. Menurut Purwadi Pangeran Diponegoro bersama pengikutnya dan Megandaru W. Kawuryan (2005: 102), nama berpindah menuju Goa Selarong yang berjarak Sultan dipakai untuk mewujudkan suatu negara 13 km dari Keraton Yogyakarta. Berlandaskan merdeka, yang mempunyai kedaulatan luhur semangat sadumuk bathok, senyari bumi kudu bersendi kekuasaan kawula dasih (rakyat jelata) ditohi tekan pati, yang menurut Nindya Noegraha dan keadilan Tuhan. Gelar Sultan memang lazim (2010: 42) berarti sejari kepala, sejengkal tanah dalam tatanegara Islam semenjak Keraton Demak harus dibela sampai mati, serdadu Belanda dan Mataram, setelah runtuhnya Majapahit yang mengejar dapat dibinasakan oleh pasukan yang berperadaban kehinduan. Nama Amiral Pangeran Diponegoro di bawah pimpinan Mulyo Mukminin, Panatagama, dan Khalifahtullah Sentiko. bermakna, bahwa negara dan masyarakat Berpusat di Goa Selarong pasukan yang terbentuk adalah bersendi firman dan Diponegoro berhasil mengepung Keraton aturan yang diperintahkan oleh agama Islam. Yogyakarta sehingga keadaan menjadi kacau, Pleret akhirnya juga diserbu serdadu Belanda, Sultan Hamengkubuwono V yang masih kanak- perlawanan rakyat dipimpin Kerta Pangalasan. kanak dan serdadu Belanda Menyingkir di Dalam perang ini laskar pribumi dibantu seorang Benteng Belanda Vredenburg. Perang berpindah pemuda yang gagah dan pemberani bernama dari satu daerah ke daerah lain dengan siasat Sentot Alibasyah Prawirodirjo, seorang putra perang gerilya. Menurut Peter Carey (2014: 306), Bupati Madiun Raden Ronggo Prawirodirjo. taktik yang digunakan adalah bersembunyi di Pusat pertahanan Pangeran Diponegoro rerumputan tinggi di sisi jalan yang akan dilewati dari Pleret selanjutnya dipindahkan lagi ke Dekso musuh, lalu menembak dalam formasi setengah sebelah barat Sungai Progo. Serdadu Belanda lingkaran, yakni prajurit yang bersembunyi terus mengalami kesulitan dalam menghadapi dalam posisi tiarap menembakkan bedil kearah laskar Diponegoro, sehingga terpaksa

221 Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 40, No. 3, Desember 2016, 217-226 mendatangkan serdadu dari Negeri Belanda, nilai-nilai kepahlawanan adalah mutiara, makna, yang kenyataannya serdadu tambahan tersebut ataupun hikmah dari perjuangan para pahlawan juga dapat dihancurkan pasukan Diponegoro. yang dapat dikaji, dihayati, dan diteladani Berbagai kekalahan perang antara tahun oleh setiap generasi muda saat ini dan pada 1825-1826 mendorong pemerintah Belanda masa mendatang. Kementerian Sosial melalui pada tahun 1827 mengangkat Jenderal De Kock Direktorat Kepahlawanan, Keperintisan, dan sebagai panglima perang di Jawa. Jenderal Kesetiakawanan Sosial (2012: 17) merumuskan, Belanda ini menggunakan siasat perang baru nilai-nilai kepahlawanan adalah suatu sikap dan yang dikenal dengan Benteng Stelsell, yaitu semangat perjuangan dari para pahlawan yang siasat perang yang selalu menduduki daerah menunjukkan keberanian secara luar biasa, yang telah dikuasai dengan mendirikan benteng tindakan tanpa pamrih pribadi ataupun golongan, untuk mengawasi daerah sekitar, antara serta memiliki moral, mental, dan perilaku yang benteng satu dengan yang lain dihubungkan mengandung suritauladan bagi bangsanya. oleh serdadu gerak cepat. Pemberlakuan Mengacu rumusan tersebut, maka nilai- siasat benteng mulai tahun 1827 ini bertujuan nilai kepahlawanan yang diwariskan Pangeran untuk mempersempit ruang gerak pasukan Diponegoro melalui Perang Jawa dalam Diponegoro dengan mendirikan banyak pusat berjuang mengusir penjajah Belanda bersama pertahanan berupa benteng di daerah yang rakyat berhasil digali, pada intinya mencakup telah dikuasai Belanda. tiga nilai yang mendasar yaitu: 1) memiliki sikap Diberlakukannya Benteng Stel-sell keberanian secara luar biasa, 2) bertindak tanpa ditambah usaha Belanda untuk menjauhkan pamrih pribadi ataupun golongan, dan 3) memiliki dari pengikut setia seperti Sentot Alibasyah moral, mental, dan perilaku yang mengandung Prawirodirjo, sangat memukul perasaan teladan. Ketiga nilai tersebut secara rinci dapat Diponegoro sehingga perlawanan pejuang ini dijelaskan dan dibahas pada bagian berikut. semakin melemah, meskipun pada pihak Belanda Pertama, memiliki sikap dan semangat masih mencari segala upaya untuk segera keberanian secara luar biasa. Perjuangan dan mengakhiri Perang Jawa. Belanda berusaha perlawanan Pangeran Diponegoro dilakukan menghalalkan segala cara untuk mencapai berlandaskan sikap yang teguh, kokoh, dan prinsip tujuan tersebut. Cara licik yang ditempuh Belanda keberanian. Pangeran Diponegoro memiliki mengajak Pangeran Diponegoro untuk berunding prinsip, bahwa seorang pemimpin perang harus di Magelang, dengan perjanjian jika perundingan berani membela kepentingan, hak, martabat, mengalami kegagalan maka pejuang tersebut dan kehormatan rakyat. Keberanian Pangeran dapat melanjutkan kembali ke medan perang. Diponegoro dalam membela kepentingan dan Perundingan dilaksanakan pada 28 Maret hak rakyat digambarkan oleh Moelyono (1985: 1830, dan ternyata perundingan tidak mencapai 11) dengan menyatakan, “Ketika pemerintah kesepatakan atau mengalami kegagalan. Pada Belanda merencanakan pembuatan jalan waktu itu Belanda mengkianati janjinya dengan yang sengaja menerjang rumah penduduk menangkap Pangeran Diponegoro. Setelah di daerah Tegalrejo, dengan maksud agar ditangkap di Magelang pejuang tersebut dibawa Pangeran Diponegoro marah dan menentang ke Semarang, Batavia, dan pada 3 Mei 1830 kompeni Belanda. Pangeran Diponegoro diasingkan ke Menado. Pada 1834 dipindahkan setelah mengetahui rencana tersebut benar- ke Makassar hingga akhir hayatnya 8 Januari benar menjadi marah, sehingga patok-patok 1855 dalam usia 70 tahun. pembuatan jalan diperintahkan untuk dicabut 2. Nilai Kepahlawanan Pangeran Diponegoro dan diganti dengan tombak. Akhirnya Residen Sebelum memaparkan nilai kepahlawanan Smissert tidak berani bertindak tegas terhadap yang diwariskan Pangeran Diponegoro, perlu Pangeran Diponegoro, dan untuk sementara dikemukakan apa yang dimaksud dengan nilai- waktu rencana pembuatan jalan tersebut nilai kepahlawanan. Warto (2006: 4) menyatakan, ditangguhkan”.

222 Pewarisan Nilai Kepahlawanan Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa (Warto)

Sikap dan keberanian dalam membela kenyataan meninggalkan tanah leluhurnya, kehormatan ditunjukkan oleh Pangeran dan hidup dalam pengasingan di Menado dan Diponegoro dengan tidak mau tunduk karena Makassar selama lebih kurang 25 tahun hingga bujukan kekuasaan, kedudukan, kekayaan, akhir hayatnya pada 8 Januari 1955. apalagi hanya berupa ancaman atau terror Kedua, bertindak tanpa pamrih baik oleh Belanda. Sikap dan keberanian membela untuk kepentingan pribadi maupun golongan. kehormatan dengan tidak tunduk dari rayuan Pangeran Diponegoro merupakan sosok kekuasaan dan kedudukan juga dipaparkan dalam seorang yang senantiasa memperjuangkan hak, Babad Cokronegoro (dalam Moelyono, 1985: 6)” kepentingan, dan kedaulatan seluruh rakyat, sebagai pengganti Sultan Hamengkubuwono IV tidak saja kepentingan golongan bangsawan, diangkat putranya BRM Menol selaku Sultan apalagi hanya untuk kepentingan individu Hamengkubuwono V. Karena baru berusia tiga (segelintir orang). Bermodal karakter tersebut tahun, dibentuklah suatu Dewan Perwalian pejuang ini pada masanya dapat diterima dan dengan anggota Kanjeng Ratu Kencono dipercaya oleh segala lapisan masyarakat (Ibunda Sultan), Pangeran Mangkubumi, dan secara luas. Beliau adalah seorang pribadi yang Pangeran Diponegoro. Perwalian tersebut berjuang tidak untuk mengarah suatu jabatan memang sudah diatur sedemikian rupa oleh ataupun kedudukan di lingkungan Kerajaan Belanda agar kekuasaan Pangeran Diponegoro Yogyakarta. Sebagaimana disebutkan dalam tidak terlalu besar. Sebab Belanda sangat Babat Cakranegara (dalam Moelyono, 1985: takut kepada Pangeran Diponegoro yang 7), bahwa Pangeran Diponegoro tampak jelas sangat besar pengaruhnya terhadap rakyat. kesederhanaan hidup dan keluhuran budi. Pangeran Diponegoro yang sejak semula selalu Dari kata-kata yang sederhana menunjukkan, menentang campur tangan Belanda dalam bahwa beliau jauh dari sikap serakah, lebih- urusan intern kerajaan, karena menurutnya lebih untuk menduduki tahta kerajaan seperti hal itu menyalahi hukum adat dan agama, yang dituduhkan Belanda secara licik. Sebagai karena tidak setuju dengan cara perwalian seorang yang soleh dan taat beragama beliau demikian, maka Pangeran Diponegoro memilih secara lahir mengutamakan kerohanian mengundurkan diri”. daripada keduniawian. Bagi seorang pemimpin semacam Ketiga, memiliki moral, mental, dan Pangeran Diponegoro, kekuasaan dan perilaku yang mengandung teladan. Pangeran jabatan adalah taruhan dari sikap membela Diponegoro adalah seorang tokoh pemimpin kepentingan rakyat, dengan prinsip siap dan perang Jawa yang memiliki moral (budi pekerti) sanggup melepas jabatan apabila merasa tidak yang luhur. Betapa luhurnya moral pribadi berhasil membela kepentingan rakyat banyak. Pangeran Diponegoro sebagaimana dikisahkan Diponegoro adalah sosok pahlawan yang berani Cokronegoro (dalam Moelyono, 1985: 6) meninggalkan tahta dan urusan pribadinya, dengan menyatakan; ketika ayah Pangeran supaya dapat mewujudkan cita-cita luhur yaitu Diponegoro yaitu Sultan Hamengkubuwono III tegaknya agama Islam di Jawa (Frida Firdiani, masih hidup dan menduduki tahta kerajaan, 2010: 23). Sikap dan keberanian sebagaimana beliau menghendaki agar Pangeran Diponegoro dikemukakan waktu itu juga ditunjukkan oleh sebagai anak sulung sanggup menggantikan Pangeran Diponegoro. Beliau berani meloloskan sebagai Raja Yogyakarta, jikalau beliau wafat. diri dari kediaman yang dibumihanguskan oleh Oleh karena itu, beliau menginginkan agar Belanda, hidup bersama rakyat untuk berjuang Pangeran Diponegoro bersedia diangkat sebagai melawan penjajah dengan gagah dan keberanian Pangeran Adipati Anom (Putra Mahkota). Akan yang luar biasa, hingga Belanda harus licik tetapi dengan tegas dan perasaan terharu menggunakan cara tipu muslihat dalam upaya Pangeran Diponegoro menolak seraya berkata menangkapnya. Pangeran Diponegoro dengan pada ayahnya: “Dengan rasa terimakasih jiwa yang tetap memberontak menerima yang tiada terhingga anaknda menghargai

223 Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 40, No. 3, Desember 2016, 217-226 dan menjunjung tinggi keinginan Paduka agama ini membuat. Pangeran Diponegoro oleh ayahnda. Namun kehormatan yang setinggi itu para ulama pada masanya diberi gelar Sultan saya serahkan dengan segala keikhlasan hati Ngabdulhamid Herucokro Kabirul Chalifatullah kepada adik anaknda (kelak menjadi Sultan IV). Panatagama Tanah Jawa (Moelyono, 1985: Sebagai kakak, saya akan membantu dengan 24). Pemberian gelar tersebut menunjukkan, segala daya dan nasehat”. Demikian gambaran bahwa selain selaku pengemban tugas keluhuran budi pekerti atau sikap moral dan sebagai panglima tertinggi perang dalam upaya perilaku Diponegoro semasa hidupnya. mempertahankan kedaulatan wilayah, juga Pangeran Diponegoro sebagai pejuang sebagai pemimpin negara sekaligus sebagai juga memiliki mental baja, dengan kepribadian ulama besar yang memimpin agama. Gelar yang kuat dan tangguh. Seorang pejuang Sultan mengandung makna, bahwa Pangeran yang telah memberikan contoh kepribadian Diponegoro dinobatkan sebagai kepala negara, sebagai suritauladan dalam sejarah Perang sedangkan gelar Chalifatullah Panatagama Jawa. Kepribadiannya tidak dimiliki oleh setiap Tanah Jawa menunjukkan, bahwa pejuang ini orang. Pribadi beliau dimunculkan dalam juga dinobatkan sebagai pimpinan agama Islam bentuk sikap yang senantiasa tabah dan di tanah Jawa. tawakal dalam memberikan perlawanan untuk Nilai-nilai kepahlawanan yang diwariskan mengusir penjajah kolonialisme Belanda dari Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa bumi Nusantara. hingga saat ini memberi semangat pengabdian Memiliki perilaku yang mengandung para generasi muda. Dalam perjalanan peneliti teladan. Pangeran Diponegoro juga napak tilas menuju Goa Selarong, terlihat papan memberikan teladan dalam hal perilaku, yakni nama “Karang Taruna Dipo Ratna Muda” di tindakan terpuji yang tidak mudah terlupakan depan Kantor Lurah Desa Guwosari, sebagai sepanjang masa. Perilaku ataupun tindakan desa yang memiliki wilayah bersejarah tersebut. terpuji yang patut diteladani adalah sikap teguh Penelusuran lebih lanjut melalui telaah dokumen yang anti penjajahan dengan tindakan terus laporan kegiatan Karang Taruna tersebut, berjuang untuk mengusir Belanda dari bumi ternyata nama “Dipo Ratna Muda” diambil leluhur Mataram yang diyakini sebagai tanah dari penggalan nama Pangeran Diponegoro airnya. Purwadi dan Megandaru W Kawuryan dan istrinya Ratnaningsih. Penggunaan nama (2005: 207) menyatakan, menilik tingkahlaku tersebut ternyata mampu memberi motivasi Pangeran Diponegoro bukan orang biasa. pengabdian pemuda-pemudi di desa tersebut Melihat keberanian dan kebijaksanaan, beliau untuk lebih berprestasi. Terbukti Karang Taruna seorang manusia yang luar biasa, yaitu seorang Dipo Retno Muda pada tahun 2009 menjadi juara pahlawan. Nilai kepahlawanan Diponegoro nasional, dan pada tahun 2016 kembali menjadi hidup selamanya sebagai pengawal kedaulatan juara tingkat provinsi sehingga mewakili Daerah bangsa yang dijunjung tinggi. Begitulah labuh Istimewa Yogyakarta menjadi kandidat juara labet (perjuangan) Pangeran Diponegoro pada nasional bersaing dengan utusan dari Provinsi negeri ini. Jawa Barat, Jawa Timur, dan Bali. Perilaku dan tindakan terpuji lainnya di samping sebagai pemimpin perang Jawa, beliau D. SIMPULAN juga sebagai pemimpin agama. Berkait dengan Melalui kajian dengan pembahasan sebagai pemimpin agama ini, Frida Firdiani sebagaimana dipaparkan dapat disimpulkan, (2010: 22) menyatakan Pangeran Diponegoro bahwa nilai-nilai kepahlawanan yang adalah pejuang dan bangsawan Jawa yang diwariskan Pangeran Diponegoro dalam Perang mendalami agama Islam secara serius. Jawa mencakup beberapa dimensi. Nilai Dalam perjuangannya, senantiasa melawan kepahlawanan tersebut meliputi sikap gagah penjajah Belanda dengan semangat jihad dan dan keberanian yang luar biasa, berjuang tanpa fisabilillah. Keteladanan perilaku di bidang pamrih untuk kepentingan pribadi ataupun

224 Pewarisan Nilai Kepahlawanan Pangeran Diponegoro dalam Perang Jawa (Warto) golongan, tetapi demi mempertahankan wilayah Keperintisan, dan Kesetiakawanan Sosial dan kedaulatan rakyat. Memiliki keteladanan hendaknya menggali nilai-nilai kepahlawanan yang pantas diikuti generasi penerus cita-cita yang diwariskan oleh para pahlawan dari setiap bangsa seperti moral (budipekerti) yang luhur, daerah di wilayah Nusantara, yang kemudian bermental baja yang mampu membangun perlu dirumuskan dalam bentuk indikator nilai- semangat patriotisme yang bersifat heroik. nilai kepahlawanan bangsa Indonesia. Indikator Memiliki perilaku yang senantiasa menjadi nilai-nilai kepahawanan tersebut lebih lanjut teladan bagi setiap pejuang generasi muda perlu disosialisasikan untuk ditanamkan pada masa kini. masyarakat terutama generasi muda, sebagai landasan gerak langkah dan penyemangat Sebagai generasi penerus cita-cita dalam berjuang mengisi kemerdekaan sesuai bangsa, diharapkan mampu merevitalisasi dan profesi dan bidang tugasnya. mengimplementasikan nilai-nilai kepahlawanan Diucapkan terimakasih kepada semua yang diwariskan para pahlawan. Dalam konteks pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan ini nilai kepahlawanan Pangeran Diponegoro penelitian, hingga tersusun naskah ini. untuk mendukung pembangunan bidang kesejahteraan sosial di setiap daerah, dengan mengedepankan kepentingan masyarakat di PUSTAKA ACUAN atas kepentingan pribadi ataupun golongan. Revitalisasi dan internalisasi nilai kepahlawanan Budi Susanto. 2003. Identitas dan Pastkolonialitas di Indonesia. Yogyakarta: Kanisius sangat diperlukan sebagai upaya mengevaluasi Carey. 2009. Raden Saleh: Diponegoro dan Lukisan kembali terhadap upaya penanaman nilai Penangkapan Diponegoro di Magelang. kepahlawanan pada saat ini, sebagai model untuk Jakarta: Komunitas Bambu menyejahterakan masyarakat. Revitalisasi dan ______2014. Takdir Riwayat, Pangeran internalisasi nilai kepahlawanan sebagaimana Diponegoro (1825-1830). Jakarta: Kompas dimaksud dalam konteks kekinian, dapat Frida Firdiani. 2010. Pahlawan Nasional Pangeran juga dijadikan modal sosial untuk mengatasi Diponegoro. Jakarta: Bee Media berbagai permasalahan kesejahteraan sosial Habib MS. 2009. Kepahlawanan dan Pujaan bagi seperti kemiskinan, keterlantaran, dan kondisi Pahlawan. Majalah Adzan edisi Nopember keterbelakangan. 1999 Atas dasar kesimpulan tersebut, Idrus. 2007. Metode Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, direkomendasikan agar generasi muda selaku Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. penggerak dan pelopor pembangunan dalam Yogyakarta: UII Press berjuang mengisi kemerdekaan senantiasa Karel A. Steenbrink. 1999. Beberapa Aspek tentng Islam di Indonesia Abad ke-19. Jakarta: mengacu pada nilai-nilai kepahlawanan yang Bulang Bintang diwariskan Pangeran Diponegoro. Seorang Kementerian Sosial. 2012. Pedoman Prosedur pemimpin atau tokoh masyarakat misalnya, dalam Pengusulan Gelar Pahlawan Nasional. memperjuangkan hak-hak rakyat harus penuh Jakarta: Direktorat Kepahlawanan, keberanian. Dalam melaksanakan pengabdian Keperintisan, dan Kesetiakawanan Sosial pada masyarakat hendaknya dilakukan secara ______2015. Rangkaian Kegiatan Hari tulus dan tanpa pamrih untuk kepentingan suatu Pahlawan. Jakarta: Direktorat Kepahlawanan, kelompok apalagi untuk kepentingan pribadi. Keperintisan, dan Kesetiakawanan Sosial Dalam berperilaku atau bertindak keseharian, ______. Pedoman Pembinaan senantiasa menunjukkan suatu keteladanan Warakawuri/Keluarga Pahlawan dan Perintis seperti keluhuran budi pekerti dan bermoral baik, Kemerdekaan/Janda Perintis Kemerdekaan. yang pantas dicontoh oleh warga masyarakat Jakarta: Direktorat Kepahlawanan, di lingkungan setempat. Pemerintah melalui Keperintisan, dan Kesetiakawanan Sosial Kementerian Sosial cq Direktorat Kepahlawanan, Lathiful Khuluq. 2014. Peran Pesantren dalam

225 Media Informasi Penelitian Kesejahteraan Sosial, Vol. 40, No. 3, Desember 2016, 217-226

Pengembangan Masyarakat – Media Sagimun. 1965. Pahlawan Diponegoro Berjuang (Bara Informasi Kesejahteraan Sosial Vol. 38 Api Kemerdekaan Nan Tak Kunjung Padam). Nomor 2 Juni 2014 Jakarta: Gunung Agung Mawarti. 2011. Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP/ Sevilla, dkk. 2003. Pengantar Metode Penelitian. MTS Kelas VII. Jakarta: Balai Pustaka Jakarta: UI Press Moelyono. 1985. Sejarah Perang Diponegoro 1925- Sunit Agus Tri Cahyono. 2015. Opresi Buruh Migran 1930. Yogyakarta: Sasana Wiratama Indonesia di Luar Negeri, Media Informasi Tegalrejo Kesejahteraan Sosial Vol. 39 Nomor 3 Nindya Noegraha. 2010. Babad Diponegoro. Jakarta: September 2015 Perpustakaan Nasional RI Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang- Warto. 2006. Pengaruh Penghayatan Nilai-Nilai Undang Nomor 20 Tahun 2009 tentang Gelar Kepahlawanan terhadap Kemandirian Tanda Jasa, dan Tanda Kehormatan Pejuang Veteran. Yogyakarta: B2P3KS Purwadi dan Megandaru W. Kawuryan. 2005. Press Sejarah Perjuangan Pangeran Diponegoro. _____. 2014. Masyarakat Desa dan Kearifan Lokalnya Yogyakarta: Tunas Harapan dalam Mewujudkan Ketahanan Sosial. Yogyakarta: Citra Media

226