MASTERPLAN PKKPT KABUPATEN MERAUKE

KATA PENGANTAR

Ucapan Puji dan Syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Masterplan Pengembangan Kawasan Kelautan Dan Perikanan Terintegrasi (PKKPT) Kabupaten Merauke. Laporan Masterplan ini tersusun secara sistematika memuat pendahuluan, gambaran umum wilayah, masterplan dan penutup.

Dengan adanya Laporan Masterplan ini, diharapkan materi dalam studi ini bisa menjadi pijakan dan dasar pertimbangan dalam menyusun strategi pengelolaan pengembangan PKKPT Kabupaten Merauke, semoga dapat bermanfaat bagi Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik , Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil dalam penentuan kebijakan dan implementasinya di masa yang akan datang

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih atas bantuan dari semua pihak hingga terselesaikannya laporan ini.

Jakarta, Desember 2015

MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

3.3.1. Rencana Peruntukan Lahan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)

DAFTAR ISI Merauke...... 46 3.3.2. Rencana Peruntukan Lahan Pelabuhan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kimaam ...... 56 3.4. Rencana Pembangunan ...... 64 3.4.1. Rencana Pembangunan Fasilitas ...... 64 KATA PENGANTAR...... i 3.4.2. Perkiraan Bangunan Dan Biaya Pembangunan PPS Merauke ...... 67 DAFTAR ISI ...... ii 3.4.3. Perkiraan Bangunan Dan Biaya Pembangunan PPI Kimaam ...... 68

DAFTAR GAMBAR...... iii 3.5. Road Map Dan Indikasi Program ...... 68 3.5.1. Indikasi Program Fisik ...... 68 DAFTAR TABEL ...... V 3.5.2. Indikasi Program Non Fisik...... 69 1. PENDAHULUAN ...... 1 4. BUSINESS PLAN...... 86 1.1. Latar Belakang...... 1 4.1 Lokasi Serta Pelaku Kegiatan Ekonomi Dan Pelaku Pembangunan Sarana Prasarana ...... 86 1.2. Strategi Dan Keunggulan ...... 2 4.2 Kegiatan Ekonomi Dan Kompetisi Dengan Produk Dari Wilayah Lain ...... 86 1.3. Tujuan Masterplan Di Kabupaten Merauke ...... 2 4.3 Pemanfaatan Ketersediaan Dan Rencana Kegiatan Pemeliharaan Hasil Pembangunan 1.4. Dasar Hukum ...... 3 Sarana Prasarana Di Wilayah Pertumbuhan Sekitarnya ...... 87 1.5. Sistematika Laporan ...... 3 4.3.1 Air Bersih ...... 87 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH ...... 4 4.3.2 Listrik ...... 87

2.1. Letak Geografis Dan Administratif...... 4 4.3.3 Telekomunikasi ...... 88 2.1.1. Kondisi Fisik ...... 5 4.3.4 Transportasi ...... 88 2.1.2. Kondisi Sistem Infrastruktur Wilayah ...... 14 4.3.5 Sarana Perikanan Tangkap...... 89 2.1.3. Kondisi Demografi Dan Sosial ...... 20 4.4 Rekomendasi Tipe Dan Jenis Kegiatan Ekonomi Produktif Yang Kompetitif ...... 89 2.1.4. Kondisi Perekonomian Wilayah ...... 25 4.4.1 Kelayakan Bisnis Penangkapan Ikan ...... 91 2.1.5. Kondisi Risiko Bencana Dan Pencemaran ...... 27 4.4.2 Kelayakan Bisnis Cold Storage ...... 96 2.2. Kawasan Terpilih ...... 30 4.4.3 Kelayakan Bisnis Pabrik Es ...... 99 2.2.1. Kondisi Distrik Merauke ...... 30 4.4.4 Kelayakan Bisnis Usaha Pengolahan Ikan ...... 101 2.2.2. Kondisi Distrik Kimaam ...... 32 4.4.5 Kelayakan Bisnis Mangrove Walk ...... 105 4.5 Rekomendasi Arahan Tujuan Pemasaran Produk Kegiatan Ekonomi Produktif ...... 106 3. MASTERPLAN ...... 36 4.6 Rekomendasi Investasi Terhadap Kegiatan Ekonomi Produktif ...... 106 3.1. Konsep Makro ...... 36 5. PENUTUP ...... 108 3.2. Konsep Mikro ...... 39 3.2.1. Pelabuhan Perikanan Samudera Merauke ...... 39 3.2.2. Pangkalan Pendaratan Ikan Kimaam ...... 43 3.3. Konsep Rencana Sarana Dan Prasarana ...... 46

Daftar Isi Halaman ii

MASTERPLAN PKKPT KABUPATEN MERAUKE

Gambar 2-22. Kantor Pelabuhan Perikanan Samudera ...... 31 DAFTAR GAMBAR Gambar 2-23. Unit Pengelolaan Ikan PPS Merauke ...... 31 Gambar 2-24. Kondisi pelabuhan PPS Merauke ...... 32

Gambar 2-25. Desalinasi Distrik Merauke ...... 32

Gambar 2-26. Pelabuhan Umum Kimaam ...... 32

Gambar 1-1. Grafik Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan di WPPNRI 718 ...... 1 Gambar 2-27. Pipa dan Penampungan Air Bersih ...... 33

Gambar 2-1. Data Distribusi Frekuensi dan Wind Rose ...... 5 Gambar 2-28. PLTS Kampung Kalilam, Distrik Kimaam ...... 33

Gambar 2-2. Topografi Distrik Merauke ...... 7 Gambar 2-29. Depot Bahan Bakar Minyak Distrik Kimaam ...... 33

Gambar 2-3. Topografi Distrik Kimaam ...... 8 Gambar 2-30. Sarana Transportasi Distrik Kimaam ...... 34

Gambar 2-4. Grafik Elevasi pasang surut di Dermaga Perikanan Merauke (sumber data: survei Gambar 2-31. Sarana Ibadah Distrik Kimaam ...... 34 oseanografi, 2015)...... 9 Gambar 2-32. Tower Komunikasi Distrik Kimaam ...... 34

Gambar 2-5. Peta Bathimetri Kabupaten Merauke ...... 10 Gambar 2-33. Pasar Tradisional Distrik Kimaam...... 35

Gambar 2-6. Fluktuasi Tinggi gelombang signifikan di kawasan Merauke untuk rentang waktu Gambar 2-34. Penginapan Floren Di Dstrik Kimaam ...... 35

2005 – 2014 (sumber data: ECMWF, 2014) ...... 11 Gambar 2-35. Polsek Dan Koramil Distrik Kimaam ...... 35

Gambar 2-7. Data Distribusi frekuensi dan gambar wind rose (sumber data: survei oseanografi, Gambar 2-36. Bank di Distrik Kimaam ...... 35 2015) ...... 11 Gambar 3-1. Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Republik Indonesia, Bappennas ...... 36 Gambar 2-8. Peta Suhu Kabupaten Merauke ...... 12 Gambar 3-2. Rencana Masterplan Indikatif PKKPT Merauke ...... 37 Gambar 2-9. Peta Sebaran Klorofil Kabupaten Merauke ...... 13 Gambar 3-3. Konsep Perencanaan Kawasan PPS Merauke ...... 40 Gambar 2-10. Peta Salinitas ...... 15 Gambar 3-4. Siteplan dan Animasi 3D PPS Merauke ...... 40 Gambar 2-11. Peta pH Air ...... 16 Gambar 3-5. Gerbang Masuk dan Simbol PPS Merauke ...... 40 Gambar 2-12. Jaringan Listrik Di Wilayah Pesisir ...... 19 Gambar 3-6. Techno Park PPS Merauke ...... 41 Gambar 2-13. Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Merauke 2013 ...... 20 Gambar 3-7. Kawasan Industri PPS Merauke ...... 41 Gambar 2-14. Piramida Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Wilayah Pesisir Kabupaten Merauke ...... 21 Gambar 3-8. Kawasan Pelabuhan PPS Merauke ...... 41 Gambar 2-15. Persentase Penduduk Menurut Agama di Wilayah Pesisir Kabupaten Merauke Gambar 3-9. Siteplan PPS Merauke ...... 42 2014 ...... 21 Gambar 3-10. Konsep Perencanaan Kawasan PPI Kimaam ...... 43 Gambar 2-16. PDRB Kabupaten Merauke ADH Berlaku dan Konstanta 2009 - 2013 (Triliun) ...... 25 Gambar 3-11. Siteplan dan Animasi 3D PPI Kimaam ...... 43 Gambar 2-17. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Merauke 2009 - 2013 (%) ...... 25 Gambar 3-12. Gerbang Masuk PPI Kimaam ...... 44 Gambar 2-18. PDRB Perkapita di Kabupaten Merauke, 2009-2013 (juta rupiah) ...... 27 Gambar 3-13. Packing Ikan/ Tempat Pelelangan Ikan PPI Kimaam ...... 44 Gambar 2-19. Kapita Kabupaten Merauke, 2009-2013 (%) ...... 27 Gambar 3-14. Kawasan Pelabuhan PPI Kimaam ...... 44 Gambar 2-20. Potensi Bencana Alam Di Kabupaten Merauke ...... 27 Gambar 3-15. Siteplan PPI Kimaam ...... 45 Gambar 2-21. Peta Rawan Bencana Kabupaten Merauke ...... 29

Daftar Gambar Halaman iii MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Gambar 3-16. Rencana Lokasi PPS Merauke ...... 47

Gambar 3-17. Permukaan Jalan berupa tanah/sirtu ...... 48

Gambar 3-18. Pola Kegiatan Operasional PPS Merauke ...... 50

Gambar 3-19. Pola Penangan Ikan PPS Merauke...... 51

Gambar 3-20. Lokasi Pelabuhan Umum Kimaam ...... 57

Gambar 3-21. Kondisi Jalan dari Pelabuhan Umum menuju Bandara Kimaam ...... 58

Gambar 3-22. Kondisi Jalan Permukiman Kimaam ...... 58

Gambar 4-1. Sumber Air Bersih ...... 87

Gambar 4-2. Sumber Ketersediaan Listrik ...... 87

Gambar 4-3. Menara BTS ...... 88

Gambar 4-4. Alat Transportasi ...... 88

Gambar 4-5. Alat tangkap dan Kapal Semang ...... 89

Gambar 4-6. Kapal Nelayan ...... 89

Gambar 4-7. Bentuk Hubungan Kelembagaan ...... 92

Gambar 4-8. Bentuk Hubungan Kelembagaan ...... 100

Gambar 4-9. Pola Pemasaran Ikan Segar ...... 102

Gambar 4-10. Pola Pemasaran Ikan Olahan ...... 102

Gambar 4-11. Pasar dan Potensi Pasar Produk Perikanan Merauke ...... 106

Daftar Gambar Halaman iv MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Tabel 2-18. Data Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Status Perkawinan DAFTAR TABEL di Kabupaten Merauke (%) ...... 24

Tabel 2-19. Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Merauke Tahun 2010-2014 ...... 24

Tabel 2-20. Jumlah Tenaga Medis Menurut Unit Kerja dan Sarana Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Merauke, 2013 ...... 24 Tabel 2-1. Jumlah Kelurahan, Kampung, Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) Tabel 2-21. Distribusi PDRB Berdasar Lapangan Usaha Kabupaten Merauke (%) Tahun Menurut Distrik di Kabupaten Merauke...... 4 2009-2013 ...... 26 Tabel 2-2. Wilayah dan Presentase Luas Wilayah Menurut Distrik di Kabupaten Merauke ...... 4 Tabel 2-22. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Merauke, Tahun 2013 (%) ...... 26 Tabel 2-3. Iklim Bulan Juli 2014 – Juli 2015 Merauke ...... 6 Tabel 2-23. Jenis Penggunaan Lahan Distrik Merauke ...... 30 Tabel 2-4. Kemiringan Lereng di Kabupaten Merauke ...... 6 Tabel 3-1. Proyeksi Jumlah Kapal...... 53 Tabel 2-5. Panjang Jalan Menurut Pemerintahan yang Berwenang di Kabupaten Merauke, Tabel 3-2. Kebutuhan Lahan PPS Merauke ...... 56 Tahun 2010-2014 (km) ...... 18 Tabel 3-3. Proyeksi Jumlah Kapal ...... 61 Tabel 2-6. Tabel Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan di Kabupaten Merauke, 2010 – Tabel 3-4. Kebutuhan Lahan PPI Kimaam ...... 64 2014 (km) ...... 18 Tabel 3-5. Perkiraan Biaya Konstruksi PPS Merauke...... 67 Tabel 2-7. Jumlah Bank Pemerintah dan Swasta di Kabupaten Merauke ...... 19 Tabel 3-6. Perkiraan Biaya Konstruksi PPI Kimaam ...... 68 Tabel 2-8. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Distrik Pesisir di Kabupaten Tabel 3-7. Road Map PKKPT Tahun 2016 s/d 2020...... 70 Merauke, 2014 ...... 20 Tabel 3-8. Tabel Indikasi Program Kawasan Pemanfaatan Umum...... 79 Tabel 2-9. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Wilayah Pesisir Kabupaten Merauke ...... 20 Tabel 3-9. Tabel Indikasi Program Pengembangan Kawasan Konservasi Kabupaten Merauke...... 81 Tabel 2-10. Jumlah Penduduk Wilayah Pesisir Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Merauke, 2014 (orang) ...... 21 Tabel 3-10.Tabel Indikasi Program Kawasan Nasional Strategi Tertentu Kabupaten Merauke...... 83 Tabel 2-11.Banyaknya Pemeluk Agama Menurut Golongan Agama di Wilayah Pesisir Kabupaten Merauke ...... 22 Tabel 3-11.Tabel Indikasi Program Alur Laut Kabupaten Merauke...... 83

Tabel 2-12. Jumlah Tempat Peribadatan Menurut Distrik di Kabupaten Merauke ...... 22 Tabel 3-12.Tabel Indikasi Program Pendukung Kabupaten Merauke...... 84

Tabel 2-13.Data Pendidikan Taman Kanak-kanak Menurut Distrik Di Wilayah Pesisir Tabel 4-1. Profil Biaya Usaha Penangkapan Ikan di Kabupaten Merauke ...... 92 Kabupaten Merauke ...... 22 Tabel 4-2. Nilai Kriteria Investasi Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan di Kabupaten

Tabel 2-14. Data Pendidikan Sekolah Dasar Menurut Distrik Di Wilayah Pesisir Kabupaten Merauke dengan Armada 5 GT dan 10 GT ...... 92 Merauke ...... 22 Tabel 4-3. Cash Flow Usaha Penangkapan Ikan dengan Armada 5 GT ...... 93

Tabel 2-15.Data Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Menurut Distrik Di Tabel 4-4. Cash Flow Usaha Penangkapan Ikan dengan Armada 10 GT ...... 93

Wilayah Pesisir Kabupaten Merauke ...... 23 Tabel 4-5. Nilai Investasi Penangkapan Ikan dengan Menggunakan Kapal Armada 30 dan Tabel 2-16.Data Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Menurut Distrik Di Wilayah 60 GT ...... 94

Pesisir Kabupaten Merauke ...... 23 Tabel 4-6. Asumsi Harga Ikan dan Produksi per Jenis Ikan dan Jenis Kapal ...... 95 Tabel 2-17. Data Pendidikan Perguruan Tinggi Di Kabupaten Merauke ...... 23

Daftar Gambar Halaman v MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Tabel 4-7. Nilai Kriteria Investasi Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan di Kabupaten Merauke dengan Armada 30 GT dan 60 GT ...... 95

Tabel 4-8. Penerimaan Penjualan Ikan dan Udang pada Tahun 2016 ...... 97

Tabel 4-9. Biaya Investasi Pembangunan Cold Storage ...... 97

Tabel 4-10. Rekapitulasi Biaya Operasional dan Pemeliharaan Cold Storage...... 98

Tabel 4-11. Kelayakan Cold Storage...... 98

Tabel 4-12. Pemasaran dan Hasil Produksi ...... 99

Tabel 4-13. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Pabrik Es ...... 100

Tabel 4-14. Biaya Investasi...... 100

Tabel 4-15. Rekapitulasi biaya operasional Pabrik Es ...... 101

Tabel 4-16. Kelayakan Pembangunan Pabrik Es ...... 101

Tabel 4-17. Penerimaan Pengolahan Ikan Kering pada Tahun 2016 ...... 102

Tabel 4-18. Kelayakan Usaha Ikan Asin/Kering ...... 103

Tabel 4-19. Proyeksi Usaha Ikan Kering ...... 103

Tabel 4-20. Penerimaan Pengolahan Abon Ikan pada Tahun 2016 ...... 104

Tabel 4-21. Kelayakan Usaha Abon Ikan ...... 104

Tabel 4-22. Proyeksi Usaha Abon Ikan ...... 105

Tabel 4-23. Proyeksi Mangrove Walk...... 105

Tabel 4-24. Cash Flow Mangrove Walk ...... 106

Tabel 4-25. Incremental Labor Output Ratio Wilayah Pesisir Kabupaten Merauke ...... 107

Daftar Gambar Halaman vi MASTERPLAN PKKPT KABUPATEN MERAUKE

bagian Timur. Wilayah tersebut merupakan salah satu daerah penangkapan udang dan ikan demersal BAB – I yang berpotensi serta wilayah fishing ground terbaik kedua di dunia setelah afrika selatan, sehingga menyebabkan perairan ini menjadi surga bagi para pengusaha perikanan di dunia.

Namun, ada beberapa permasalahan yang dihadapi di sentra-sentra nelayan seperti keterbatasan 1. PENDAHULUAN kemampuan SDM, kondisi alat tangkap, perahu perikanan, serta sarana pendukung seperti dermaga, kolam pelabuhan, sarana dan prasarana transportasi, ketersediaan listrik, air, es, BBM dan sebagainya. 1.1. Latar Belakang Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu segera disusun masterplan Pengembangan Kawasan Kelautan dan Perikanan Terintegrasi (PKKPT ) di Kabupaten Merauke terutama di pusat-pusat produksi Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.54/MEN/2014 dan pusat industri pengolahan. PKKPT adalah konsep pembangunan kelautan dan perikanan berbasis tentang Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik wilayah dengan pendekatan dan sistem manajemen kawasan dengan prinsip integrasi, efisiensi, kualitas Indonesia, penetapan estimasi potensi sumber daya ikan di WPPNRI 718 didominasi oleh ikan dan akselerasi tinggi. Adapun tujuan PKKPT adalah : pelagis kecil yang mencapai 468,700 ton/tahun, sedangkan produksi terkecil adalah lobster sebanyak 1. Meningkatkan produksi, produktivitas, dan kualitas produk kelautan dan perikanan; 100 ton/tahun. Hal ini sangat berpotensi dan prospektif sebagai penggerak ekonomi maritim Indonesia, yang dilakukan dengan tujuan kemakmuran masyarakat dan bangsa. 2. Meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya, pengolah ikan dan masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil;

3. Mengembangkan kawasan ekonomi kelautan dan perikanan terintegrasi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di daerah dan sentra-sentra produksi sebagai penggerak ekonomi rakyat.

Untuk menyusun masterplan tersebut, perlu dilakukan kajian profil kawasan secara komprehensif. Profil kawasan dimaksud meliputi isu dan permasalahan strategis; potensi sumberdaya perikanan; kondisi umum wilayah mencakup administrasi wilayah, kondisi biofisik, sosekbud, perekonomian daerah, infrastruktur; masterplan indikatif pengembangan kawasan mencakup kebijakan tata ruang, pengembangan kawasan kelautan dan perikanan, roadmap PKKPT, dan tahapan pelaksanaan kegiatan untuk pengembangan kawasan; business plan komoditas unggulan potensial mencakup komoditas unggulan potensial, keragaan pasar, strategi pengembangan produk dan pasar, kelayakan usaha dan pola pelaksanaannya; dan potensi pemberdayaan masyarakat terkait dengan pengembangan kawasan yang mencakup kondisi eksisting program pemberdayaan dan strategi pemberdayaan masyarakat.

Gambar 1-1. Grafik Estimasi Potensi Sumber Daya Ikan di WPPNRI 718 Namun demikian, perlu dipertimbangkan pula keberhasilan pembangunan kelautan dan perikanan, karena akan sangat dipengaruhi oleh adanya kebijakan yang ditetapkan instansi lain, baik secara Perairan laut arafura sebagian besar termasuk wilayah ZEE Indonesia dan secara langsung langsung maupun tidak langsung. Sinergi dan dukungan lintas sektoral yang terkait dengan berhubungan dengan Laut Timor dan Laut Banda. Di sebelah utara, sirkulasi massa air sangat pembangunan kelautan dan perikanan diharapkan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perlu dipengaruhi oleh Samudera Pasifik. Kedalaman Laut Arafura berkisar antara 5 meter sampai dengan membangun “corporate culture” dan termasuk kemitraan Pusat dengan Daerah dalam lingkup sektor 60 meter atau rata-rata 30 meter dengan lapisan tebal berupa lumpur dan sedikit pasir yang kelautan dan perikanan. mencakup hampir 70% (tujuh puluh persen) dari luas wilayah perairan. Kabupaten Merauke memiliki Sumberdaya perikanan di Kabupaten Merauke sangat strategis untuk dikembangkan dan didukung oleh posisi strategis dan laut potensial yang berada di kawasan teritorial dan kawasan ZEE, dimana pelabuhan perikanan berskala internasional, yakni berupa Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS). berhadapan pada Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 718 yaitu laut Arafura, laut Aru, dan laut Timor Wilayah pelabuhan yang paling cocok untuk dikembangkan adalah pelabuhan Merauke. Hal ini didukung

Bab II : Gambaran Umum Halaman 1 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

oleh kondisi perairan sungai Maro yang bisa dilalui kapal-kapal besar. Secara politis, pembangunan PPS 1.3. Tujuan Masterplan Di Kabupaten Merauke Merauke dapat juga menjadi penguat terhadap posisi pembangunan nasional seutuhnya, sehingga mendorong terwujudnya pembangunan sektor perikanan yang bertujuan antara lain peningkatan Maksud dan tujuan dari kegiatan adalah untuk menyusun masterplan PKKPT di Kabupaten Merauke, pendapatan nelayan, peningkatan konsumsi, dan peningkatan ekspor. Sehingga dapat menciptakan pusat dengan : pertumbuhan ekonomi baru di kawasan timur Indonesia, bagi masyarakat pesisir khususnya nelayan 1. Menyusun Masterplan kawasan prioritas pemanfaatan ruang di Kawasan Terpilih PKKPT di maupun pusat pertumbuhan ekonomi pada umumnya yang bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya. Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Merauke dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kimaam, Berdasarkan potensi perikanan dan sarana prasarana yang ada, penyusunan masterplan PKKPT Kabupaten Merauke. Kabupaten Merauke khususnya di Distrik Merauke dipilih sebagai pintu gerbang bagi armada laut untuk 2. Menyusun rencana pengembangan sarana dan prasarana Kawasan PKKPT Mandiri (Listrik; Air keluar-masuknya produk-produk yang memiliki nilai ekonomi serta menjadi pusat industri pengolahan bersih; Transportasi (jetty, jalan poros desa, jalan lingkar, konektivitas dengan pulau lain, airstrip); produk perikanan yang bernilai tambah dan di pusatkan di PPS Merauke. Selain itu, kawasan pendukung Ekonomi Produktif (perikanan, kelautan, pariwisata, dan ekonomi unggulan daerah lainnya); lainnya yang perlu dikembangkan sebagai penyuplai bahan baku untuk kebutuhan industri pengolahan Pendidikan; Kesehatan; Telekomunikasi; dan Pos Jaga) di Kabupaten Merauke. perikanan yang ada di 5 distrik (Kimaam, Tabonji, Waan, Ilwayab dan Merauke), seperti: Sibenda, Waan, 3. Menyusun business plan pembangunan sarana dan prasarana Kawasan Terpilih PKKPT dan kegiatan Tabonji, Wanam, Komolom, Kimaam, Payum, Kumbis. ekonomi yang meliputi :

1.2. Strategi Dan Keunggulan a. Lokasi dan pelaku kegiatan ekonomi dan pembangunan sarana dan prasarana kawasan PKKPT.

b. Kegiatan ekonomi dan kompetisi dengan produk kawasan PKKPT dengan wilayah lainnya. Strategi untuk menyusun Masterplan PKKPT di Kabupaten Merauke, dengan : c. Pemanfaatan ketersediaan sarana dan prasarana pada wilayah pertumbuhan kawasan PKKPT a. Menggerakkan produksi di sentra-sentra produksi unggulan pro usaha rakyat kecil; dengan kawasan di sekitarnya. b. Mengembangkan Kawasan Kelautan dan Perikanan Terintegrasi dengan mengintegrasikan d. Rekomendasi tipe dan jenis produk kegiatan ekonomi produktif yang kompetitif. sentra-sentra produksi menjadi kawasan ekonomi unggulan daerah; e. Rencana kegiatan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan sarana dan prasarana PKKPT. c. Melakukan pendampingan melalui penyuluhan dan pelatihan serta bantuan teknis di sentra- sentra produksi; f. Rekomendasi arahan tujuan pemasaran produk kegiatan ekonomi.

d. Mengembangkan Sistem Ekonomi Kelautan dan Perikanan berkelanjutan berbasis wilayah. g. Menyusun indikasi program pembangunan sarana dan prasarana kawasan PKKPT.

Keunggulan dari kegiatan PKKPT di Kabupaten Merauke, yaitu : h. Menyusun kajian kelayakan pengembangan kawasan pada lokasi PKKPT dari aspek finansial, teknis, aspek sosial - budaya, dan lingkungan. a. Adanya kepastian, bagi pemerintah adalah jaminan kelestarian sumberdaya ikan (SDI) serta kontrol, bagi pengusaha adalah kepastian hasil tangkapan; i. Kelembagaan terkait dengan kegiatan ekonomi dan pembangunan sarana dan prasarana PKKPT Mandiri (Pemerintah, swasta, dan masyarakat) yang memuat lembaga yang melaksanakan b. Kelestarian SDI lebih terjamin, karena baik pemerintah maupun pengelola akan menjaga secara kegiatan, kegiatan yang akan dilaksanakan, lokasi kegiatan, dan alokasi anggaran. bersama; Sasaran penyusunan Masterplan PKKPT PPS Merauke dan PPI Kimaam, Kabupaten Merauke adalah : c. Manfaat sosial dan ekonomi akan lebih besar, karena akan menumbuhkan sentra-sentra ekonomi kawasan yang berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi; 1. Tersusunnya masterplan kawasan prioritas pemanfaatan ruang di Kawasan Terpilih PKKPT Kabupaten Merauke. d. Kemungkinan terjadinya IUU fishing sangat kecil, karena cluster akan dijaga bersama oleh pelaku (sebagian besarnya adalah pengusaha dan nelayan lokal) dan pemerintah, tanpa harus 2. Tersusunnya rencana pengembangan sarana dan prasarana kawasan PKKPT Kabupaten Merauke. mengerahkan kekuatan penegakan hukum yang sangat mahal.

Bab I: Pendahuluan Halaman 2 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

3. Tersusunnya business plan pembangunan sarana dan prasarana Kawasan Terpilih PKKPT dan 10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER. 17/MEN/2008 tentang kawasan konservasi di kegiatan ekonomi yang meliputi: wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

a. Kelembagaan terkait dengan kegiatan ekonomi dan pembangunan sarana dan prasarana 11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER. 8/MEN/2012 tentang kepelabuhanan PKKPT (pemerintah, swasta, dan masyarakat). perikanan

b. Lokasi dan pelaku kegiatan ekonomi dan pembangunan sarana dan prasarana kawasan 12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER. 18/MEN/2013 tentang perubahan ketiga atas PKKPT. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. PER. 2/MEN/2011 tentang jalur penangkapan ikan dan penempatan alat penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan ikan di wilayah pengelolaan c. Kegiatan ekonomi dan kompetisi dengan produk kawasan dengan wilayah lainnya. perikanan negara Republik Indonesia d. Pemanfaatan ketersediaan sarana dan prasarana pada wilayah pertumbuhan kawasan PKKPT 13. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 34/Permen KP/2014 tentang perencanaan dengan kawasan di sekitarnya. pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil e. Rekomendasi tipe dan jenis produk kegiatan ekonomi produktif yang kompetitif. 14. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 45/KEPMEN-KP/2014 tentang rencana induk f. Rencana kegiatan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan sarana dan prasarana PKKPT. pelabuhan perikanan nasional. g. Rekomendasi arahan tujuan pemasaran produk kegiatan ekonomi. 15. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 54/KEPMEN-KP/2014 tentang rencana pengelolaan h. Menyusun indikasi program pembangunan sarana dan prasarana kawasan PKKPT. perikanan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Negara Republik Indonesia 718.

i. Menyusun kajian kelayakan pengembangan kawasan pada lokasi PKKPT dari aspek finansial, 1.5. Sistematika Laporan teknis, aspek sosial-budaya, dan lingkungan.

1.4. Dasar Hukum Bab 1. Pendahuluan Bab ini berisikan tentang latar belakang, strategi dan keunggulan, tujuan, dan dasar-dasar hukum Dasar hukum yang menjadi payung hukum dalam kegiatan pengembangan kawasan terpilih di kegiatan penyusunan masterplan PKKPT di Kabupaten Merauke. Kabupaten Merauke yaitu : Bab 2. Gambaran Umum Wilayah 1. UU No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya Bab ini berisikan tentang gambaran umum dan kondisi wilayah pesisir Kabupaten Merauke dan 2. UU No. 25 Tahun 2004 tentang sistem perencanaan pembangunan nasional masterplan kawasan terpilih.

3. UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang Bab 3. Masterplan

4. UU No. 1 Tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 27 Tahun 2007 tentang pengelolaan wilayah Bab ini berisikan tentang konsep pengembangan kawasan pesisir dan terpilih, rencana pembangunan, pesisir dan pulau-pulau kecil analisis kelayakan, serta road map dan indikasi program untuk pelaksanaan kegiatan masterplan.

5. UU No. 45 Tahun 2009 tentang perubahan atas UU No. 31 tahun 2004 tentang perikanan Bab 4. Business Plan

6. UU No. 32 Tahun 2014 tentang kelautan Bab ini berisikan tentang urairan kegiatan ekonomi, perhitungan dan kelayakan bisnis PKKPT, serta

7. UU No. 23 Tahun 2014 tentang pemerintah daerah rekomendasi kegiatan ekonomi bisnis PKKPT.

8. PP No. 60 Tahun 2007 tentang konservasi sumberdaya ikan Bab 5. Penutup

9. PP No. 15 Tahun 2010 tentang penyelenggaraan penataan ruang Bab ini berisikan tentang kesimpulan penyusunan masterplan PKKPT Kabupaten Merauke.

Bab I: Pendahuluan Halaman 3

MASTERPLAN PKKPT KABUPATEN MERAUKE

No Distrik Kelurahan Kampung RW RT BAB – II 11. Malind - 7 19 78 12. Merauke 8 2 46 206 2. GAMBARAN UMUM WILAYAH 13. Naukenjerai - 5 6 12 14. Semangga - 10 33 98 15. Tanah Miring - 13 52 161 2.1. Letak Geografis Dan Administratif 16. Jagebob - 14 38 111 17. Sota - 5 7 21 Kabupaten Merauke merupakan salah satu kabupaten yang berada pada wilayah Provinsi , dimana 18. Muting - 12 22 51 secara geografis terletak antara 137⁰ –141⁰ BT dan 5⁰ –9⁰ LS dengan luas mencapai hingga 46.791,63 km² 19. Elikobel - 12 21 55 atau 14,67% dari keseluruhan wilayah Provinsi Papua. Hal ini menjadikan Kabupaten Merauke sebagai 20. Ulilin - 11 26 76 kabupaten terluas tidak hanya di Provinsi Papua, namun juga di antara kabupaten lainnya di Indonesia. Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke, 2015 Secara administratif, Kabupaten Merauke memiliki 20 distrik dengan desa sebanyak 160 desa dan 8 Dilihat dari luas wilayah daratan, Distrik Waan merupakan distrik yang memiliki luas daratan terbesar, kelurahan, dimana 8 kelurahan tersebut hanya terdapat di Distrik Merauke. Total luas peraian sekitar yaitu mencapai 5.416,84 km², sedangkan Distrik Semangga adalah distrik yang terkecil dengan luas hanya 5.089,71 km². Batas-batas Kabupaten Merauke adalah sebagai berikut: mencapai 326,95 km² atau hanya 0,70% dari total luas wilayah Kabupaten Merauke. Secara rinci luas  Sebelah Utara : Kabupaten Boven Digoel dan Kabupaten Mappi wilayah dan presentase luas wilayah menurut distrik di Kabupaten Merauke dapat dilihat pada berikut:

 Sebelah Timur : Negara Papua New Guinea Tabel 2-2. Wilayah dan Presentase Luas Wilayah Menurut Distrik di Kabupaten Merauke  Sebelah Selatan : Laut Arafura No. Distrik Luas (km²) Luas Perairan (km²) Presentase Luas Terhadap Total (%)  Sebelah Barat : Laut Arafura 1. Kimaam 4.630,30 769,88 9,90 2. Tabonji 2.868,06 666,99 6,13 Secara rinci jumlah kelurahan, kampung, RW dan RT menurut distrik di Kabupaten Merauke dapat dilihat 3. Waan 5.416,84 1.383,74 11,58 4. Ilwayab 1.999,08 501,75 4,27 pada berikut: 5. 1.560,50 376,45 3,34 6. Tubang 2.781,18 286,22 5,94 Tabel 2-1. Jumlah Kelurahan, Kampung, Rukun Warga (RW) dan Rukun Tetangga (RT) Menurut Distrik di Kabupaten 7. Ngguti 3.554,62 - 7,60 Merauke 8. Kaptel 2.384,05 - 5,10 9. Kurik 977,05 - 2,09 No Distrik Kelurahan Kampung RW RT 10. Animha 1.465,60 - 3,13 11. Malind 490,60 306,20 1,05 1. Kimaam - 11 30 35 12. Merauke 1.445,63 188,93 3,09 2. Tabonji - 9 9 29 13. Naukenjerai 905,86 517,48 1,94 3. Waan - 8 - 25 14. Semangga 326,95 92,07 0,70 15. Tanah Miring 1.516,67 - 3,24 4. Ilwayab - 4 6 21 16. Jagebob 1.364,96 - 2,92 5. Okaba - 8 12 32 17. Sota 2.843,21 - 6,07 18. Muting 3.501,67 - 7,48 6. Tubang - 6 6 15 19. Elikobel 1.666,23 - 3,56 7. Ngguti - 5 6 15 20. Ulilin 5.092,57 - 10,88 Total 46.791,63 5.089,71 100,00 8. Kaptel - 4 4 11 Sumber: Bappeda Kabupaten Merauke, 2014 9. Kurik - 9 33 121 10. Animha - 5 5 16

Bab II : Gambaran Umum Halaman 4 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Luas wilayah dan kondisi lahan di Kabupaten Merauke memungkinkan untuk pengembangan sektor yang terjadi dipengaruhi oleh Angin Muson, baik Muson Barat - Barat Laut (Angin Muson Basah) dan Muson peternakan. Antara lain potensi pengembangan 576.588 ha, daya dukung lahan 342.872 ST, prospek Timur - Timur Tenggara (Angin Muson Kering) dan juga dipengaruhi oleh kondisi Topografi dan elevasi pengembangan ternak 329.723 ST, populasi ternak sapi 10.396 ST dan populasi ternak besar 13.149 ST. daerah setempat. Potensi pengambangan terdapat pada lahan-lahan potensial di sepanjang Sungai Maro, Sungai Bian dan Angin muson berperan penting dalam menentukan karakteristik oseanografi di kawasan pesisir Kabupaten Pulau Kimaam. Hal ini didukung dengan ketersediaan vegetasi pakan dalam bentuk padang rumput. Merauke. Kawasan tersebut sebagai sumbu utama pergerakan angin Muson, berganti arah dua kali dalam Demikian pula tanaman pangan sebagai penghasil limbah, dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak rata- setahun. Puncak periode musim barat diwakili oleh bulan Desember, angin muson bertiup dari arah barat rata 18.000 - 20.000 ha/tahun. Selain itu, kabupaten ini juga memiliki potensi yang sangat besar pada di kawasan ini, kemudian berbelok di sekitar bujur 132°BT kearah selatan. Kecepatan angin berkisar antara sektor perikanan. Dengan panjang pantai lebih dari 846,36 km, dapat menghasilkan potensi lestari sebesar 2 – 5 m/s, yang relatif lebih lemah dibandingkan dengan periode musim timur. Kondisi yang berlawanan 232.500 ton/tahun yang didukung dengan fasilitas Tempat Pendaratan Ikan (TPI) dan Pelabuhan terjadi pada puncak periode musim timur (diwakili bulan Agustus), dimana angin kuat bertiup dari arah Perikanan Samudera (PPS). Potensi budidaya di Kabupaten Merauke tersedia areal tambak seluas lebih dari tenggara dengan kecepatan penuh di atas 10 m/s (Gambar 2-1). Tiupan angin yang lebih kuat di musim 34.958 ha pada Distrik Kurik, Okaba, Kimaam dan Merauke. Selain itu, tersedia pula areal kolam seluas timur berimplikasi terhadap pembangkitan gelombang yang juga lebih besar terjadi pada musim timur. 23.711 ha pada Distrik Semangga, Jagebob, Tanah Miring Sota, Eligobel, Ulilin, dan Muting. Komoditas Variasi musiman suhu permukaan laut (SPL) juga menunjukkan pola musiman yang nyata, dimana SPL perikanan yang menjadi unggulan diantaranya udang galah, kakap, kepiting, arwana, hingga udang hias. Di pada periode musim barat lebih hangat dibandingkan dengan musim timur. sektor pariwisata, kabupaten ini juga memiliki potensi yang menjadikannya salah satu tujuan wisata. Curah hujan pertahun di Kabupaten Merauke rata-rata mencapai 1330.4 mm, data tersebut diambil dari Beberapa lokasi wisata yang ada di kabupaten ini antara lain Taman Nasional Wasur dengan luas 412.387 Kantor Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Merauke Juli 2014 – Juli 2015 curah hujan tertinggi ha, Pantai Lampu Satu yang hanya berjarak 2 km dari pusat Distrik Merauke, Tugu Pepera yang merupakan ada pada bulan Januari sampai dengan Mei 2015. Selain dari bulan tersebut curah hujan sangat rendah. simbol perjuangan rakyat Merauke, dan Tugu Sabang Merauke yang berlokasi di tapal batas negara Republik Indonesia dengan Papua New Guinea. Distribusi Frekuensi Wind Rose 2.1.1. Kondisi Fisik

Secara fisik, Kabupaten Merauke memiliki karakter sebagai kawasan pesisir, sehingga perairannya memiliki peran cukup penting. Aspek fisik perairan membawa potensi tersendiri, khususnya potensi sumberdaya kelautan berupa hasil laut, maupun manfaat ekonomi laut untuk prasarana transportasi laut yang menguntungkan secara ekonomi. Sungai-sungai besar di Kabupaten Merauke yakni Bian, Digul, Maro, Yuliana, Lorents, dan Kumbe merupakan potensi sumber air tawar untuk pengairan dan dapat digunakan sebagai prasarana angkutan antar kecamatan dan desa–desa. Sumber air tawar dari rawa–rawa, air permukaan dan air tanah cukup tersedia untuk dimanfaatkan sebagai sumber air minum. Namun, beberapa tempat lain terdapat air tanah Gambar 2-1. Data Distribusi Frekuensi dan Wind Rose yang mengandung belerang panas. Kawasan pesisir pantai Kabupaten Merauke dibentuk oleh hutan sedimen dan tergolong dalam endapan alivium. Berdasarkan data tingkat kesuburan tanah Kabupaten Penyinaran matahari rata- rata di Kabupaten Merauke adalah 191.83 jam/bulan. Penyinaran terendah Merauke tergolong rendah sampai sedang. terjadi pada bulan Agustus sebesar 129 jam dan tertinggi sebesar 261 jam/bulan pada bulan oktober. Tingkat kelembaban udara cukup tinggi, karena dipengaruhi oleh iklim Tropis Basah. Kelembaban rata-rata 2.1.1.1. Klimatologi berkisar antara 76 ± 87%. Sepanjang tahun juli 2014–juli 2015 temperatur udara tertinggi di Kabupaten Merauke terjadi pada bulan Desember yang mencapai 32,80ᵒC, sedangkan temperatur terendah Kabupaten Merauke memiliki iklim antara musim penghujan dan musim kemarau. Menurut Oldeman berlangsung pada bulan September 21,00ᵒC. Kelembaban udara yang terjadi selama Juli 2014- Juli 2015 (1975), wilayah Kabupaten Merauke berada pada zona (Agroclimate Zone C) yang memiliki masa basah antara 5 - 6 bulan. Dataran Merauke mempunyai karakteristik iklim yang agak khusus, dimana curah hujan

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 5 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

rata – rata sebesar 97%, kelembaban udara ini masih tergolong relatif tinggi. Berikut ini tabel informasi Berdasarkan peta dasar Kabupaten Merauke terlihat sebagian besar daerah merupakan areal dataran yang terkait iklim bulanan yang terjadi pada Juli 2014 – Juli 2015. berada pada ketinggian antara 0 – 60 m diatas permukaan laut. Wilayah yang benar-benar datar tersebut berada sebagian besar pada daerah selatan dan tengah. Daerah tersebut merupakan sentra penduduk yang Tabel 2-3. Iklim Bulan Juli 2014 – Juli 2015 Merauke memulai usaha pemanfaatan lahan untuk kegiatan budidaya dan konsentrasi pemukiman penduduk.

BULAN UNSUR Lahan-lahan yang tanahnya tergolong masih mentah (melumpur) yaitu pada tanah Hydraquents sangat sulit JUL AGS SEPT OKT NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL IKLIM untuk konstruksi tambak. Tanah tersebut perlu dikeringkan terlebih dahulu (di drainase). Jika tanah (MM) 15 22 8,1 2,6 59,3 47,7 304,3 327 251,4 130,3 119,9 21,2 21,6 tersebut mengandung bahan sulfidik, maka konsekuensi dari perlakuan tersebut akibat proses oksidasi CURAH Maks 2,4 6,6 5,2 2,6 47,4 12,4 45 61 79,1 58,8 37,6 5,4 8,7 HUJAN Hari berkepanjangan waktu penggalian tambak. Selain itu, akan terbentuknya pirit dan stadia berikutnya jarosit. 14 18 7 1 6 9 27 21 16 16 12 16 7 Hujan Jenis tanah yang terdapat di wilayah Kabupaten Merauke terdiri atas tanah organosol, alluvial dan KELEMBABAN (%) 83 83 80 76 78 81 87 87 86 86 85 85 82 hidromorf kelabu yang terdapat di daerah-daerah rawa dan payau. Jenis tanah ini terbentuk dari bahan RATA 24,8 25,2 25,3 26,7 28 28,4 26,9 27 27,1 27,3 26,4 25,7 25,1 SUHU UDARA induk buatan sedimen yang menyebar di wilayah distrik Okaba, Merauke dan Kimaam. Kondisi topografi MAKS 28,9 29 29,8 31,8 32,7 32,8 29,9 31 31,1 31,7 30,7 30 29,6 (°C) MIN 22 22,6 21 22,5 24,3 24,9 24,2 24,2 24,1 24,3 23,3 22,9 21,8 distrik Merauke dan Kimaam dapat dilihat pada Gambar 2-2 dan Gambar 2-3. LAMA PENYINARAN 156 129 178 261 220 180 130 141 175 198 198 168 168 MATAHARI (JAM) KEC. ANGIN RATA 16 9 19 9 16 14 15 13 6 6 7 7 7 (Knots) MAKS 24 24 24 26 23 18 32 20 21 18 20 20 9 ARAH ANGIN T T T TG T U BL BL U T T TG T PENGUAPAN (MM) 1011,8 1014,2 1013,9 1010,3 1008,6 1007,2 1007,7 1010 1009 1009,2 1011,2 1011,1 1013 Sumber: Kantor Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Merauke, 2015

2.1.1.2. Topografi

Topografi di Kabupaten Merauke umumnya datar dan berawa disepanjang pantai dengan kemiringan 0-3% dan kearah utara yakni mulai dari Distrik Tanah Miring, Jagebob, Elikobel, Muting dan Ulilin keadaan Topografinya bergelombang dengan kemiringan 0 – 8%. Kondisi Geografis Kabupaten Merauke yang relatif masih alami, merupakan tantangan serta peluang pengembangan bagi Kabupaten Merauke yang masih menyimpan banyak potensi ekonomi untuk menunjang pembangunan. Berikut informasi untuk mengetahui kemiringan lereng di Kabupaten Merauke.

Tabel 2-4. Kemiringan Lereng di Kabupaten Merauke

Kelas Lereng Luas (km2) Persentase Sebelah Wilayah

0–3% 5.598 12,42 Kimaam, Okaba, Kurik, Semangga Merauke, Tanah Miring, 3–8% 30.513 67,70 Jagebob, Sota 8–12% 18.960 19,88 Okaba, Kurik, Muting, Elikobel dan Ulilin

Jumlah 45.071 100,00

Sumber: Bappeda Kabupaten Merauke, 2012

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 6 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Gambar 2-2. Topografi Distrik Merauke

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 7 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Gambar 2-3. Topografi Distrik Kimaam

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 8 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

2.1.1.3. Bathimetri 2.1.1.5. Oceanografi

Di sekitar wilayah perairan Merauke, kondisi bathimetri relatif lebih dangkal dengan kedalaman maksimum a) Pasang surut sekitar 40 m yang ditemukan di bagian lepas pantai. Jarak sekitar 4 Nmil (7,4 km) dari garis pantai memiliki Pasang surut di kawasan perairan Merauke terjadi 2 kali pasang dan 2 kali surut. Hal ini terlihat kedalaman kurang dari 15 m. Dangkalnya perairan ini diduga berkaitan dengan proses sedimentasi dari pada grafik elevasi pasang surut yaitu terdapat 2 puncak pasang dan 2 surut dengan ketinggian beberapa sungai besar yang bermuara ke perairan laut. Di kawasan bagian selatan Semenanjung Kimaam, yang berbeda dalam rentang sekitar 24 jam. kedalaman perairan relatif dalam (35 m) untuk jarak sekitar 15 Nmil (27,8 km) dari garis pantai, sedangkan di sisi utara Kimaam, perairan relatif lebih dangkal. Peta bathimetri dapat dilihat pada Gambar 2-4.

2.1.1.4. Geologi Dan Geomorfologi Laut

Geomorfologi pantai di Kabupaten Merauke memiliki total panjang garis pantai sekitar 97,36 km. Kabupaten Merauke terdiri atas dua bagian, yaitu wilayah darat dan kepulauan. Wilayah darat merupakan bagian dari Pulau Papua, sedangkan kepulauan adalah bagian dari kepulauan sebelah barat Kabupaten Merauke dengan Pulau Kimaam dan Komolom sebagai pulau terbesarnya.

Secara umum, kondisi morfologi wilayah darat dari Kabupaten Merauke adalah datar dan datar berombak. Bentangan alam datar tersebar di pesisir utara Kabupaten Merauke, bagian Barat sampai ke Pulau Kimaam dan Komolom. Sedangkan datar-berombak terdapat di bagian tengah wilayah Kabupaten Merauke, dimana wilayah tersebut merupakan bagian wilayah rawa dan bagian hulu dari DAS 3 (tiga) sungai besar di Gambar 2-4. Grafik Elevasi pasang surut di Dermaga Perikanan Merauke (sumber Merauke (Bian-Kumbe-Maro). data: survei oseanografi, 2015) b) Gelombang Wilayah kepulauan di Kabupaten Merauke terdapat 2 (dua) pulau, yaitu Pulau Kimaam dan Pulau Komolom. Di dalam pulau-pulau besar ini terdapat empat distrik, yaitu Distrik Kimaam, Ilwayab, Waan, dan Tiupan angin yang lebih kuat di musim timur berimplikasi terhadap pembangkitan gelombang Tabonji dengan jumlah luasan sebesar 1.489.866,14 ha. Morfologi wilayah ini adalah datar, seragam dengan yang juga lebih besar terjadi pada musim timur. Variasi musiman suhu permukaan laut (SPL) juga morfologi seluruh wilayah pesisir Kabupaten Merauke. Namun, permasalahan yang banyak ditemui di menunjukkan pola musiman yang nyata, dimana SPL pada periode musim barat lebih hangat wilayah ini adalah erosi air laut yang cukup besar, terutama wilayah pesisir Laut Arafura. Potensi perikanan dibandingkan dengan musim timur. sangat tinggi di wilayah ini, dimana penangkapan di muara sungai besar seperti Muara Sungai Digul dan Selat Mariana merupakan tempat-tempat penangkapan paling strategis di wilayah kepulauan tersebut. Di Data deret-waktu tinggi gelombang signifikan di perairan Merauke menunjukan siklus tahunan sekitar 2 pulau besar itu terdapat pulau-pulau dan tanah gosong/atol, yang berjumlah sekitar 12 buah, yang jelas. Tinggi gelombang yang besar (> 3 m) umumnya terjadi pada periode musim timur, membentang diantara selat antara pulau besar dengan daratan utama (Selat Mariana) ke arah Selatan yang sesuai dengan pola tiupan angin muson yang lebih kuat terjadi pada musim timur. Pada sampai pertemuan dengan Laut Arafura. periode musim barat tinggi gelombang umumnya kurang dari 1 m. Namun demikian, pada periode musim barat, kejadian terbentuknya siklon tropis dapat menimbulkan gelombang laut yang besar pada rentang waktu 5-11 hari kejadian siklon.

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 9 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Gambar 2-5. Peta Bathimetri Kabupaten Merauke

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 10 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

SPL >31°C. Pada puncak musim timur (Agst) suhu turun drastis menjadi <26°C. Terdapat variasi spasial antara nilai SPL yang terdapat di sisi selatan dan sisi utara dari tanjung, dimana suhu lebih hangat di sisi utara pada musim barat, dan sebaliknya lebih dingin di sisi selatan pada musim timur.

Sebaran suhu permukaan laut (SPL) di perairan Merauke hasil pengukuran pada bulan September 2015 menunjukkan variasi spasial SPL yang relatif kecil. Rerata SPL sekitar 26,17°C dengan simpangan baku sekitar 0,15°C. Dengan kata lain, nilai SPL dari hasil survei bulan September relatif homogen, karena pengaruh perairan yang dangkal (<20 m), serta pengadukan kolom air oleh aksi gelombang yang sangat intensif. Peta SPL bulan September sebaran suhu di perairan bagian selatan Kabupaten Merauke lebih rendah dengan SPL di perairan bagian utara Kabupaten Merauke.

Di perairan bagian selatan Kabupaten Merauke (Distrik Okaba, Kurik, Merauke, dan Naukenjerai) Gambar 2-6. Fluktuasi Tinggi gelombang signifikan di kawasan Merauke untuk rentang waktu 2005 nilai SPL relatif homogen sekitar 26°C. Nilai SPL sedikit meningkat sekitar 26,1°C di perairan – 2014 (sumber data: ECMWF, 2014) selatan dari Distrik Waan, Kimaam, dan Tubang. Garis isoterm 26,1°C membentang di sepanjang

wilayah perairan pantai. Di perairan sekitar Tanjung Dolok, di bagian ujung tenggara dari Distrik Waan, terjadi perubahan SPL secara spasial dari 25.9°C sampai 26.3 °C. Gradien SPL secara horisontal yang relatif tinggi ini diperkirakan sebagai tempat pertemuan di massa air dengan karakter suhu laut berbeda, dikenal sebagai front massa air. Hal ini terlihat dari sebaran SPL di perairan bagian barat laut/utara Distrik Waan, Distrik Tabonji yang memiliki SPL sekitar 26,3°C sampai 26,4°C, yang sedikit lebih hangat dibandingkan dengan SPL di perairan bagian selatan Kabupaten Merauke. Peta suhu permukaan dapat dilihat pada Gambar 2-8.

d) Klorofil

Kandungan klorofil di sisi utara tanjung lebih tinggi dibandingkan dengan di sisi selatan tanjung. Siklus tahunan kandungan klorofil menunjukkan terjadi periode Jan-April dan Sept-Desember, dimana nilai klorofil yang relatif tinggi terjadi di sisi utara tanjung (Gambar 2-9).

Nilai rerata klorofil di perairan Merauke 0,2 mg/m3 dengan simpangan baku 0,3 mg/m3. Peta Gambar 2-7. Data Distribusi frekuensi dan gambar wind rose (sumber sebaran klorofil permukaan menunjukkan nilai tersebut relatif homogen, dimana tersebar di data: survei oseanografi, 2015) perairan bagian tenggara Kabupaten Merauke (dari Distrik Tubang sampai Distrik Naukenjerai).

Di perairan bagian selatan dari Distrik Waan dan Kimaam, nilai klorofil permukaan meningkat c) Suhu menjadi sekitar 1,2 mg/m3. Di kawasan perairan ini ditemukan variasi spasial yang tinggi dari sebaran klorofil permukaan. Di perairan bagian utara Distrik Waan, sebaran klorofil permukaan Di kawasan perairan Merauke, nilai Suhu Permukaan Laut (SPL) terjadi pada puncak periode sekitar 0,2 mg/m3. Di perairan utara Tabonji, ditemukan variasi spasial klorofil yang relatif tinggi musim barat dan musim timur. SPL hangat terjadi pada periode musim barat (Des-Feb) dengan dengan rentang nilai klorofil antara 0,2 mg/m3 sampai 1 mg/m3.

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 11 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Gambar 2-8. Peta Suhu Kabupaten Merauke

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 12 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Gambar 2-9. Peta Sebaran Klorofil Kabupaten Merauke

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 13 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

e) Salinitas perikanan tangkap dan pusat kawasan kelautan dan perikanan terintegrasi yang dirancang dengan pendekatan konektivitas antar kawasan. Sesuai dengan kebijakan tersebut, maka kebutuhan dukungan Kadar salinitas di perairan pesisir Kabupaten Merauke berkisar 21-30 ppt. Baku mutu salinitas infrastruktur wilayah yang perlu dikembangkan di masing-masing wilayah pengembangan kawasan untuk biota laut khususnya terumbu karang adalah 32-34 ppt. Nilai rerata salinitas sekitar 31.909 sebagai berikut: (practical salinity unit, psu) dengan simpangan baku sekitar 1.575 psu. Sebaran salinitas di perairan bagian selatan Kabupaten Merauke (Distrik Okaba sampai Distrik Naukenjerai) tercatat 1. Pengembangan Infrastruktur Wilayah Di Sentra- Sentra Produksi sekitar 30 psu. Diperairan bagian selatan Distrik Waan dan Kimaam, nilai salinitas sekitar 31 psu. Sentra-sentra produksi yang akan dikembangkan meliputi wilayah Distrik Tabonji, Ilwayab, Kimaam Variasi spasial salinitas yang cukup tinggi terjadi di sekitar Tanjung Dolak, yang diperkirakan dan Waan. Kondisi eksisting di beberapa wilayah adalah masih sangat minimnya sarana dan prasarana sebagai wilayah front (pertemuan dua massa air dari sisi selatan dan utara perairan Merauke. Hal pendukung wilayah (suplai air bersih; suplai energi listrik; sistem transportasi jalan, dll) maupun ini terjadi juga pada data suhu permukaan laut. Variasi spasial salinitas yang relatif tinggi juga fasilitas pelabuhan perikanan (kawasan pelabuhan; dermaga; kolam pelabuhan; TPI; air tawar bersih; terjadi di perairan bagian utara dari Distrik Tabonji dan dekat pintu masuk Selat Marianne stasiun pengisian diesel nelayan; es, gudang penyimpanan dingin/ cold storage, kantor pelabuhan; dll). (Gambar 2-10). 2. Transportasi f) pH Air Kabupaten Merauke dibatasi oleh daratan dan lautan, dimana luas perairan di Kabupaten Merauke Paramater pH suatu larutan menyatakan konsentrasi ion hidrogen dalam larutan tersebut. mencapai 5.089,71 km². Untuk itu, demi menunjang kegiatan transportasi baik itu transportasi laut, Semakin asam larutan, maka pH makin rendah dan sebaliknya semakin basa, maka pH makin darat maupun udara terutama untuk daerah pedalaman, maka sistem transportasi ini harus tinggi. Perubahan nilai pH suatu perairan dipengaruhi oleh keberadaan sistem buffer karbonat, dikembangkan secara terpadu untuk mewujudkan sistem distribusi yang mantap dan mampu dimana semakin tinggi kandungan ion karbonat (CO 2-) dan ion bikarbonat (HCO -), maka sistem 3 3 memberikan pelayanan dan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat serta buffer semakin kuat untuk mempertahankan nilai pH di perairan. bertujuan untuk memperlancar mobilitas barang dan penumpang maupun jasa termasuk informasi pH suatu perairan dapat digunakan sebagai indikasi suatu pencemaran khususnya pencemaran baik antar kecamatan maupun antar pulau. bahan organik. Pemecahan bahan organik oleh mikroorganisme akan menghasilkan karbon

dioksida. Peningkatan karbon dioksida akan mengakibatkan penurunan nilai pH jika sistem buffer karbonat di perairan rendah. Perairan yang mempunyai pH rendah akan dapat meningkatkan toksisitas beberapa persenyawaan gas-gas tertentu dalam air seperti amonia.

Di perairan bagian selatan Kabupaten Merauke, variasi spasial nilai pH lebih tinggi dibandingkan dengan di perairan sisi utaranya. Di bagian selatan Merauke nilai pH bervariasi antara 7,65 sampai 7,85, sedangkan di perairan bagian utara nilai pH sedikit lebih tinggi sekitar 7,95 dan sebarannya relatif homogen. Peta pH dapat dilihat pada Gambar 2-11.

2.1.2. Kondisi Sistem Infrastruktur Wilayah

Kondisi faktual sarana dan prasarana, aksesibilitas serta perkembangan kegiatan perikanan PKKPT di Kabupaten Merauke diarahkan menjadi dua peruntukan kawasan, yaitu kawasan sentra produksi

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 14 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Gambar 2-10. Peta Salinitas

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 15 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Gambar 2-11. Peta pH Air

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 16 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

a. Jaringan Transportasi Laut 9) Kegiatan di dermaga pelabuhan Merauke yang terdiri dari Pelayaran lokal, Pelayaran Interinsulair, Pelayaran Antar Pulau dan Pelayaran Samudera dengan kegiatan bongkar muat Jaringan transportasi laut sudah cukup tersedia, namun yang menjadi hambatan adalan keterbatasan barang sebanyak: sarana kapal penumpang antar kota di wilayah Kabupaten Merauke dan sekitarnya. Mengingat banyaknya sungai di wilayah Papua, maka sungai merupakan jaringan transportasi paling potensial 10) Bongkar / Unload : 358.899,257 ton/m3 untuk dikembangkan. Oleh karena itu, untuk mendukung sistem pembangunan jaringan sentra 11) Muat / Load : 50.728,179 ton/m3 produksi perlu disediakan sarana kapal pengangkut ikan kapasitas 60 GT yang dilengkapi dengan 12) Adapun arus penumpang baik yang turun maupun yang naik sebesar: ruang pendingin yang melakukan pengumpulan produk perikanan dengan cara mendatangi sentra produksi pada periode tertentu sebelum jaringan darat tersedia dan memadai. Sarana transportasi 13) Penumpang Turun : 18.623 Orang

cukup memadai baik dari segi besar kapal dan kualitas kapal penumpang, namun jumlah dan frekuensi 14) Penumpang Naik : 17.549 Orang pelayaran masih perlu ditingkatkan jumlahnya.

Kabupaten Merauke saat ini memiliki 5 (lima) buah kapal antara lain: KM Muli Anim (kapal kontainer), b. Jaringan Transportasi Darat KM Maroka Ehe (kapal penumpang), KM Yelmasu (Kapal barang), KM Lady Mariana (Kapal Tanker), KM Yelmasu II (kapal barang). Distrik Merauke sebagai ibukota Kabupaten, dapat dijangkau melalui Hambatan pembangunan dan pengembangan serta operasionalisasi suatu pelabuhan perikanan salah jalur transportasi laut dan udara. satunya adalah akibat keterbatasan jaringan transportasi berupa jalan dari kota sebagai konsumen maupun ke pelabuhan perikanan sebagai produsen. Secara faktual kondisi jaringan transportasi Dermaga pelabuhan Merauke dengan panjang 158 m, draft 6 m dan GT 7.341 dapat disinggahi oleh berupa jalan dari sentra sentra produksi (Tabonji; Ilwayab; Kimaam; dan Waan) menuju pusat kapal penumpang dan kapal perintis. Dermaga Merauke merupakan pelabuhan utama yang ada di pemasaran kurang memadai bahkan tidak ada kecuali Kimaam namun kondisi masih kurang bagus. Kabupaten Merauke. Sampai saat ini kapal penumpang yang menyinggahi pelabuhan Merauke sbb: Data perkembangan jalan negara sejak tahun 2009 sampai tahun 2012 tidak ada penambahan panjang 1) Km Kalimutu dengan trayek : Merauke, Timika, Dobo, Saumlaki, Kupang, Ende, Waingapu dan jalan yaitu tetap 271.000 km baru tahun 2013 ada penambahan panjang jalan sebesar 2.000 km. Surabaya. Bahkan jalan propinsi sejak tahun 2009 tidak berubah yaitu 233.407 km. Jalan Kabupaten ada 2) R 42 dengan jalur pelayaran : Merauke, Kimaam, Bayun, Atsy, Eci dan Senggo (PP) perkembangan tetapi relatif lambat, periode tahun 2009 sampai tahun 2010 hanya bertambah 2,3% dan tahun 2012 ke tahun 2013 hanya bertambah 0,6%. 3) R 43 dengan jalur pelayaran : Merauke, Wanam, Bayun, Atsy, , Akat, Agats, Sawa Erma, Atsy, Bayun, Wanam, Merauke Hal tersebut mengakibatkan ketersediaan sarana angkutan darat untuk memobilisasi orang dan produksi ikan juga mengalami keterbatasan, sedangkan untuk menuju daerah lainnya masih 4) R 44 dengan jalur pelayaran : Merauke, Kimaam, Wanam, Bade, Mur, Keppi (PP) menggunakan jalur perairan tetapi juga ada keterbatasan sarana angkutan air. Peranan jaringan jalan 5) R 44 dengan jalur pelayaran : Merauke, Kimaam, Wanam, Bade, Asiki, Getentiri (PP) tidak hanya untuk memobilisasi orang dan produk perikanan saja, tetapi juga untuk memenuhi 6) R 45 dengan jalur pelayaran : Merauke, Wanam, Bayun, Atsy, Eci, Senggo, Atsy, Bayun, Wanam, kebutuhan logistik anak buah perahu dan kapal motor maupun masyarakat yang melakukan aktivitas Suator, Merauke (PP) di pelabuhan perikanan (sembako; alat bahan bangunan; kebutuhan mesin-mesin kapal dan lain-lain). Berkaitan dengan rencana RTRW diatas, pada kesempatan pertama sebagai prioritas pembangunan 7) R 46 dengan jalur pelayaran : Merauke, Bade, Agats, Parako, Dobo, Tual, Kaimana, Fak-Fak, infrastruktur wilayah untuk mendukung pelabuhan perikanan adalah membuka dan meningkatkan Gorong, Geser, Bintuni, Babo, Sorong (PP) jaringan jalan antara pemukiman dan kota ke pelabuhan perikanan yaitu jalan Kabupaten. 8) R 47 dengan jalur pelayaran : Merauke, Wanam, Bade, Agats, Dobo, Tual, Kaimana, Fak-Fak, Aktivitas perhubungan penduduk di Kabupaten Merauke sehari-harinya menggunakan perhubungan Gorong, Geser (PP) darat. Tahun 2013 panjang jalan di Kabupaten Merauke mencapai hingga 1.793.983 km. Sepanjang 273.000 km merupakan jalan negara, 233.407 km adalah jalan provinsi dan 1.287.576 km adalah jalan

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 17 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

kabupaten. Selain itu, sepanjang 719.439 km jalan di Kabupaten Merauke telah di aspal, sisanya banyaknya pengusaha perikanan yang menggunakan fasilitas penerbangan untuk melakukan kegiatan merupakan jalan tanah. usaha perikanan di pelabuhan perikanan. Untuk menuju ke pusat Distrik Merauke bisa ditempuh dengan menggunakan transportasi udara yang dilayani oleh Meskapai Garuda Indonesia, Sriwijaya Air Tabel 2-5. Panjang Jalan Menurut Pemerintahan yang Berwenang di Kabupaten Merauke, dan Lion Air. Tahun 2010-2014 (km)

No. Jenis Jalan 2010 2011 2012 2013 2014 Kabupaten Merauke saat ini memiliki 7 bandara udara, terdiri dari Bandar Udara Kelas IV Bade, 1. Jalan Negara 271.000 271.000 271.000 273.000 273.000 Bandar Udara Kelas IV Ewer, Bandar Udara Kelas IV Kepi, Bandar Udara Kelas SATKER Kimaam, 2. Jalan Provinsi 233.407 233.407 233.407 233.407 233.407 Bandar Udara Muting, dan Bandar Udara Kelas I Mopah serta Bandara Kelas IV Okaba. Dari ke 7 3. Jalan Kabupaten 1.098.630 1.103.744 1.279.917 1.287.576 1.313.804 bandara tersebut, Bandara Mopah yang paling tinggi jam operasinya. Pada tahun 2013 di bandara Jumlah 1.603.037 1.608.151 1.784.324 1.793.983 1.820.211 Mopah terdapat sebanyak 2.654 pesawat yang datang. Pesawat ini membawa sebanyak 144.949 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke, 2015 penumpang selama tahun 2013. Sedangkan pesawat yang berangkat ada sebanyak 2.650 pesawat dengan sebanyak 140.906 penumpang. Tabel 2-6. Tabel Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaan di Kabupaten Merauke, 2010 –

2014 (km) 3. Infrastruktur Pos dan Telekomunikasi Kondisi Jalan 2010 2011 2012 2013 2014 Jalan Negara Di era komunikasi serba cepat ini, dibutuhkan jasa layanan pos dan telekomunikasi terutama di Diaspal 227.100 227.100 227.100 273.000 273.000 wilayah terpencil. Dukungan layanan jasa pos dan jasa telekomunikai diperlukan kecepatan untuk Kerikil - - - - - komunikasi dengan pelanggan di luar daerah. Efisiensi merupakan salah satu kunci keberhasilan Tanah 43.900 43.900 43.900 - - Lainnya - - - - - bisnis, sehingga jasa komunikasi ini akan meningkatkan keuntungan dalam kegiatan berbisnis. Jalan Provinsi Teknologi informasi akan mempercepat informasi tentang ketersediaan baku di pedalaman, sehingga Diaspal 218.007 218.007 218.007 218.007 218.007 mempercepat pengusaha pengumpul ikan segera melakukan aksi ke daerah untuk melakukan Kerikil - - - - - pengambilan produk, karena transaksi dapat dilakukan melalui teknologi komunikasi “hand phone”. Tanah 15.400 15.400 15.400 15.400 15.400 Lainnya - - - - - Tahun 2013 terdapat sebanyak 30 kantor pos di Kabupaten Merauke, dimana kantor pos terbanyak Jalan Kabupaten adalah jenis pos desa sebanyak 11 unit. Jumlah surat dalam negeri yang dikirim selama tahun 2013 ada Diaspal 347.898 382.943 418.400 446.439 463.133 Kerikil - - - - - sebanyak 26.496 surat. Disamping itu, ada sebanyak 182.418 surat yang diterima di Kantor Pos Tanah 750.732 720.801 857.717 835.678 834.044 Kabupaten Merauke selama tahun 2013. Ada sebanyak 4.072 sambungan telekomunikasi selama tahun Lainnya - - 3.800 3.800 16.627 2013, dimana sambungan terbanyak adalah sambungan telepon sebanyak 3.235 sambungan. Jumlah 1.603.037 1.608.151 1 .784.324 1.792.324 1.820.211

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke, 2015 4. Jaringan Energi Listrik

Di tahun 2013 rata-rata tarif listrik per kWh di Kabupaten Merauke sebesar Rp. 898,00/kWh. Jumlah Demi memperlancar arus transportasi di darat, maka keberadaan jembatan sangat penting. Pada tahun pelanggan listrik di Kabupaten Merauke ada sebanyak 38.942 konsumen, dimana listrik di wilayah di 2013 panjang jembatan di Kabupaten Merauke mencapai 4.693 km, dimana jenis jembatan beton Kabupaten Merauke baru menjangkau sebanyak 12 distrik. Pelanggan terbanyak terdapat di Distrik sepanjang 859 km, jembatan baja sepanjang 1.182 km dan jembatan jenis jembatan kayu sepanjang Merauke, yaitu sebanyak 21.045 konsumen. 2.652 km. Pihak PLN masih belum mampu menyediakan suplai energi listrik ke berbagai wilayah sentra produksi c. Perhubungan Udara perikanan. Hal ini belum tersedia jaringan listrik antar sentra produksi baik untuk penerangan Jaringan transportasi udara merupakan salah satu infrastruktur pendukung wilayah yang terkait maupun untuk kegiatan produksi, akibatnya listrik belum menjangkau kedaerah tersebut. Jaringan dengan kinerja pelabuhan perikanan dalam mendukung pembangunan perikanan. Hal ini terlihat dari listrik di Pulau Kolepon, khususnya di Distrik Kimaam ketersediaan listrik masih terkonsentrasi di

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 18 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

kampung Kimaam. Informasi lain yang didapat bahwa di kampung Batu Merah/Kalilam memiliki beberapa sumur air yang memiliki kualitas air bersih yang lebih baik. Di Distrik Ilwayab sudah pembangkit listrik tenaga surya dengan kapasitas 50 kWp. Kemudian Distrik Waan, Ilwayab, dan memiliki desilinasi air yg berada di kampung wanam untuk keadaan air sama seperti Distrik Tabonji. Tabonji selebihnya hanya menggunakan genset. Kendala penggunaan genset adalah disamping Berdasarkan kondisi diatas, untuk mengembangkan sentra produksi perikanan berupa pelabuhan ketersediaan BBM dan harga BBM cukup mahal, serta membutuhkan pemeliharaan yang mahal. perikanan masih diperlukan infrastruktur wilayah jaringan air dengan membangun jaringan air bersih. Berkaitan dengan kondisi diatas maka pada kesempatan pertama perlu dikembangkan suplai energi Untuk percepatan pembangunan, diperlukan koordinasi antar instansi terkait terutama dalam hal tenaga surya pada masing-masing sentra produksi. Maksud suplai energi ini akan digunakan sebagai pendanaan. Untuk kesempatan pertama, selama masih mempersiapkan tempat pemrosesan air bersih penerangan serta energi penggerak instalasi pemrosesan air bersih; pompa air untuk suplai ke dan pembangunan jaringan air bersih maka disetiap sentra produksi (pelabuhan perikanan) dibangun berbagai unit yang membutuhkan (tempat processing ikan; pabrik es; perumahan dan kantor; logistik instalasi pemrosesan air bersih untuk kebutuhan mencuci ikan dan bahan baku es balok serta perahu dan kapal penangkap dan pengangkut ikan). konsumsi masyarakat.

a. Fasilitas Umum  Bank

Di Kabupaten Merauke terdapat 18 unit bank, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2-7. Jumlah Bank Pemerintah dan Swasta di Kabupaten Merauke

No. Nama Bank Jumlah 1. Bank Papua 7 2. Bank Mandiri 1 3. Bank Rakyat Indonesia 5 4. Bank Mega Merauke 1 5. Bank BNI Merauke 1 6. Bank Danamon Merauke 1 7. Bank Muamalat Merauke 1 Gambar 2-12. Jaringan Listrik Di Wilayah Pesisir 8. BPR Irian Sentosa 1

Jumlah 18

5. Jaringan Distribusi Air Bersih Sumber: Kabupaten Merauke Dalam Angka, 2013

Kondisi air di Distrik Merauke, layanan PDAM sudah menjangkau dihampir seluruh wilayah. Namun,  Koperasi bisa dikatakan untuk kualitas air PDAM itu sendiri masih tergolong kurang baik, karena warna air yang keruh. Beberapa daerah di Distrik Merauke juga masih ada yang menggunakan sumur sebagai sumber Secara kuantitatif, perkembangan koperasi Di Kabupaten Merauke mengalami perubahan air. Sumber air yang cukup baik, bisa ditemukan di sepanjang jalan Mandala sampai kearah Bandara yang cukup berarti. Pada tahun 2013 jumlah koperasi di Kabupaten Merauke sebanyak 322 Mopah. Namun, diluar dari daerah tersebut kondisi air sumurnya masih berupa air payau. unit, yang meliputi Koperasi Unit Desa sebanyak 62 unit, Koperasi KPN sebanyak 38 unit, Koperasi KOPKAR sebanyak 17 unit, Koperasi KSU sebanyak 72 unit, Koperasi Kopermas Di Distrik Kimaam sudah terdapat pengolahan air bersih milik dinas Pekerjaan Umum. Sedangkan sebanyak 27 unit, Koperasi jenis lainnya sebanyak 102 unit. Pada tahun 2013 jumlah anggota untuk kondisi terbaru saat ini, disekitar rumah di wilayah Kimaam sudah mulai dibangun galian untuk koperasi sebanyak 31.634 orang. nantinya digunakan sebagai tempat saluran air bersih.

Di Distrik Waan ketersediaan air bersih sangat sulit dan masih memanfaatkan air tadah hujan. Di Distrik Tabonji beberapa masyarakat masih memanfaatkan air tadah hujan, meskipun terdapat

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 19 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

b. Pengembangan Zona Industri yang tidak merata dan tidak mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat, menyebabkan terjadinya ketimpangan, khususnya dalam kegiatan ekonomi yang mengakibatkan tingginya tingkat kemiskinan. Pengembangan zona industri adalah pengembangan pusat industri pengolahan dan pendukungnya di suatu lokasi tertentu. Arahan kebijakan ditetapkan di Distrik Merauke, 2. Jenis Kelamin khususnya kawasan pelabuhan perikanan Merauke. Kawasan tersebut ditetapkan sebagai pusat Jika ditinjau berdasarkan jenis kelamin, rata-rata rasio jenis kelamin di Kabupaten Merauke sebesar kawasan industri kelautan dan perikanan terintegrasi. Arah pengembangannya adalah sebagai 109.54. Hal ini menunjukkan jumlah penduduk laki-laki masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan pusat industri pengolahan hasil perikanan, pengembangan produk perikanan, pendaratan ikan, penduduk perempuan. Menurut data BPS, jenis kelamin Kabupaten Merauke tahun 2014, laki-laki pintu gerbang pasar luar daerah termasuk ekspor beserta pelayanannya. masih dominan sebesar 51% dan jumlah perempuan sebesar 49%.

Tabel 2-9. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Wilayah Pesisir Kabupaten Merauke 2.1.3. Kondisi Demografi Dan Sosial No. Distrik Laki-laki Perempuan Total

1. Kependudukan 1 Kimaam 3.195 2.898 6.093 2 Tabonji 2.705 2.671 5.376 Tahun 2014 jumlah penduduk wilayah pesisir Kabupaten Merauke merupakan hintherland sebanyak 3 Waan 2.494 2.223 4.717 112.975 orang. Jumlah penduduk terbanyak terdapat di Distrik Merauke sebanyak 93.999 jiwa, 4 Ilwayab 287 2.503 2.790 sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Distrik Ilwayab sebanyak 2790 jiwa. Dilihat dari 5 Merauke 49.094 44.905 93.999 tingkat kepadatan penduduk, Distrik Merauke memiliki tingkat kepadatan penduduk tertinggi, yaitu 6 Okaba 2.713 2.424 5.137 sebesar 65.02 orang/km2. Sedangkan distrik lain hanya memiliki tingkat kepadatan penduduk kurang 7 Tubang 1.218 1.134 2.352 dari 5 jiwa/km². Distrik Tabonji merupakan distrik yang memiliki tingkat kepadatan penduduk 8 Malind 4.909 4.468 9.377 terendah, yaitu 0,99 orang/km². 9 Naukenjerai 1.026 948 1.974 10 Semangga 7.262 6.408 13.670 Tabel 2-8. Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Distrik Pesisir di Kabupaten Merauke, 2014 Total Penduduk Wilayah Pesisir 74.903 70.582 145.485 Kabupaten Merauke Luas Penduduk (orang) Kepadatan No Distrik km² % Jumlah % Penduduk 1 Kimaam 46.303,30 72% 6.093 4% 1,32 1% 2 Tabonji 2.868,06 4% 5.376 4% 0,99 1% PENDUDUK WILAYAH PESISIR 3 Waan 5.416,84 8% 4.717 3% 1,64 1% KAB. MERAUKE 2014 4 Ilwayab 1.999,08 3% 2.790 2% 2,69 2% 5 Merauke 1.445,63 2% 93.999 65% 65,02 47% 6 Okaba 1.560,50 2% 5.137 4% 3,29 2% 7 Tubang 2.781,18 4% 2.352 2% 0,85 1% 8 Malind 490,60 1% 9.377 6% 19,11 14% 9 Naukenjerai 905,86 1% 1.974 1% 2,18 2% Perempuan Laki-laki 10 Semangga 326,90 1% 13.670 9% 41,81 30% 49% 51% Total Pesisir Kabupaten 64.097,95 100% 145.485 100% 138,9 100% Merauke Sumber: Kabupaten Merauke Dalam Angka, 2014

Penyebaran tingkat penduduk yang tidak merata di wilayah pesisir Kabupaten Merauke, dapat dilihat dari tingkat kepadatan yang memberikan kesulitan tersendiri dalam pelayanan fasilitas umum kepada masyarakat. Akibatnya, tidak semua penuduk bisa terjangkau program pemerintah. Pembangunan Gambar 2-13. Persentase Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Merauke 2013

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 20 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

3. Umur 4. Agama

Data Merauke dalam angka yang didapat dari BPS, dapat diketahui jumlah penduduk wilayah pesisir Penduduk Kabupaten Merauke merupakan masyarakat heterogen yang memeluk berbagai agama yang Kabupaten Merauke berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin. Berikut kami tampilkan tabelnya : diakui pemerintah Indonesia. Pemeluk agama terbanyak di pesisir Kabupaten Merauke adalah agama katolik sebanyak 47%, agama islam dan protestan sebesar 37% dan 16%, sedangkan agama hindu dan Tabel 2-10. Jumlah Penduduk Wilayah Pesisir Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di budha memiliki persentase paling sedikit. Masalah agama merupakan masalah yang sensitif dan rentan Kabupaten Merauke, 2014 (orang) terhadap konflik. Oleh karena itu, dengan beragamnya agama yang dianut oleh penduduk Kabupaten Nama Distrik Laki- Laki Perempuan Jumlah Presentase (%) Merauke, diharapkan tetap tercipta dan terpelihara suasana kehidupan kerukunan umat beragama Kimaam 3.157 2.898 6.093 100 salah satunya melalui kebijakan pemerintah dalam pendirian rumah ibadah dari masing-masing Tabonji 2.705 2.671 5.376 100 agama, sehingga tidak ada lagi perbedaan dan diskrimasi dari agama tertentu. Data jumlah agama Waan 2.495 2.221 4.717 100 penduduk pesisir Kabupaten Merauke dapat dilihat pada gambar berikut: Ilyawab 2.870 2.503 5.373 100

Merauke 49.094 44.905 93.999 100 Malind 4.909 4.468 9.377 100 Tubang 1.217 1.134 2.351 100 Persentase Agama Penduduk Wilayah Okaba 2.713 2.424 5.137 100 Pesisir Kabupaten Merauke Naukenjerai 1.026 948 1.974 100 Semangga 7.262 6.408 13.670 100 Budha; 271; 0% Lainnya; 0; 0% Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke, 2014 Hindu; 329; 0%

Islam

Semangga 7262 6408 Protestan Islam; 57.387; Katolik; 72.549; Katolik Naukenjerai 1026 948 37% 47% Hindu Okaba 2713 2424 Budha Protestan; Tubang 1217 1134 25.331; 16% Lainnya

Malind 4909 4468 Laki- Laki Merauke 49094 44905 Perempuan

Ilwayab 2870 2503 Gambar 2-15. Persentase Penduduk Menurut Agama di Wilayah Pesisir Kabupaten Waan 2495 2221 Merauke 2014

Tabonji 2705 2671

Kimaam 3157 2898

60.000 40.000 20.000 0 20.000 40.000 60.000

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke, 2014

Gambar 2-14. Piramida Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Wilayah Pesisir Kabupaten Merauke

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 21 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Tabel 2-11. Banyaknya Pemeluk Agama Menurut Golongan Agama di Wilayah Pesisir Kabupaten Tabel 2-13. Data Pendidikan Taman Kanak-kanak Menurut Distrik Di Wilayah Pesisir Kabupaten Merauke Merauke

Nama Distrik Islam Protestan Katolik Hindu Budha Lainnya Rasio Rasio Negeri Murid Swasta Murid Kimaam 189 650 6.695 12 0 0 Distrik Terhadap Terhadap Tabonji 14 20 5.102 0 0 0 Sekolah Guru Murid Guru Sekolah Guru Murid Guru Waan 8 20 6.090 2 0 0 Kimaam - - 1 - 100 - Ilyawab 445 1.925 3.563 0 0 0 Tabonji - - - - - Merauke 39.963 17.235 38.630 180 256 0 Waan - - - - - Malind 6.498 520 2.463 98 5 0 Ilyawab - - - - - Tubang 29 359 2.537 0 5 0 Merauke 1 13 97 7 32 70 2569 37 Okaba 640 450 3.513 6 6 0 Malind - - 5 8 305 38 Naukenjerai 400 1.288 1.883 0 0 0 Tubang - - - - - Semangga 10.369 536 667 82 0 0 Okaba - - 1 2 22 11 Jumlah 58.555 23.003 71.143 380 272 0 Naukenjerai - - 1 1 35 35 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke, 2015 Semangga - - 6 11 283 26 Jumlah 1 13 97 7 46 92 3314 147

Tabel 2-12. Jumlah Tempat Peribadatan Menurut Distrik di Kabupaten Merauke Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke, 2015

Distrik Masjid Gereja Protestan Gereja Katolik Pura Vihara Kimaam 1 1 11 - - Tabel 2-14. Data Pendidikan Sekolah Dasar Menurut Distrik Di Wilayah Pesisir Kabupaten Tabonji - - 8 - - Merauke Waan - - 7 - - Ilyawab 1 1 9 - - Rasio Rasio Negeri Murid Swasta Murid Distrik Merauke 45 98 15 1 1 Terhadap Terhadap Malind 7 2 8 1 - Sekolah Guru Murid Guru Sekolah Guru Murid Guru Tubang - 3 6 - - Kimaam 3 25 472 19 5 27 861 32 Okaba 2 3 13 - - Tabonji 2 12 465 39 4 24 854 36 Naukenjerai 1 5 7 - - Waan 5 26 652 25 3 12 608 51 Semangga 16 5 10 1 - Ilyawab 2 12 725 60 3 16 334 21 Jumlah 73 118 94 3 1 Merauke 15 163 5.156 32 22 153 5.218 34 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke, 2015 Malind 4 24 487 20 4 31 863 28 Tubang 2 21 231 11 4 30 450 15 Okaba 3 25 268 11 8 146 846 6 5. Pendidikan Naukenjerai 1 6 83 14 4 20 347 17 Semangga 7 62 1.441 23 4 24 573 24 Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan. Di wilayah pesisir Kabupaten Jumlah 44 376 9.980 254 61 483 10.954 264

Merauke, dalam sektor pendidikan khususnya, sangat membutuhkan perhatian yang lebih. Tahun 2014 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke, 2015

tercatat sebanyak 47 Taman Kanak-kanak (TK), 105 Sekolah Dasar (SD), 30 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan 19 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) serta 9 Perguruan Tinggi di Wilayah

Pesisir Kabupaten Merauke.

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 22 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Tabel 2-15. Data Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Menurut Distrik Di Wilayah Tabel 2-17. Data Pendidikan Perguruan Tinggi Di Kabupaten Merauke Pesisir Kabupaten Merauke Perguruan Tinggi Guru Murid Rasio Rasio Sekolah Tinggi Administrasi Karya Darma 45 446 Negeri Murid Swasta Murid Distrik Universitas Musamus Merauke 168 5.609 Terhadap Terhadap Sekolah Guru Murid Guru Sekolah Guru Murid Guru Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam YAMRA Merauke 28 67 Kimaam 1 14 326 23 1 6 128 21 Akademi Perawat 39 225 Tabonji 1 9 105 12 - - - - Akademi Bank Yapis Merauke 35 221 Waan 1 9 231 26 - - - - Politeknik Yasanto Merauke 32 116 Ilyawab 1 11 56 5 - - - - STISIPOL Yaleka Maro 72 1.500 Merauke 6 194 3.036 16 9 176 2.393 14 STK St. Yakobus 18 166 Malind 3 35 401 11 - - - - Sekolah Tinggi Agama Kristen 33 104 Tubang 1 8 72 9 - - - - Jumlah 470 8.454 Okaba 2 16 251 16 - - - - Sumber: Kabupaten Merauke Dalam Angka, 2014 Naukenjerai - - - - 1 11 111 10 Semangga 3 52 678 13 - - - - 6. Ketenagakerjaan Jumlah 19 348 5.156 131 11 193 2.632 45

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke, 2015 Pada tahun 2013 ini berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) yang dilaksanakan

di Kabupaten Merauke diketahui ada sebanyak 111.317 penduduk usia 15 tahun ke atas yang termasuk dalam angkatan kerja. Secara lebih lanjut, ada sebanyak 102.260 penduduk usia 15 tahun ke atas yang Tabel 2-16. Data Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Menurut Distrik Di Wilayah Pesisir Kabupaten Merauke bekerja. Dengan tingkat pengangguran terbuka sebesar 8,14% menunjukkan bahwa dari 100 penduduk usia 15 tahun ke atas masih ada sebanyak 8 hingga 9 penduduk yang sedang mencari Rasio Rasio Negeri Murid Swasta Murid pekerjaan. Jika dilihat dari jenis pekerjaan, maka sebagian besar masyakarat Kabupaten Merauke Distrik Terhadap Terhadap Sekolah Guru Murid Guru Sekolah Guru Murid Guru bekerja di sektor pertanian (51,34%), sedangkan di sektor industri sebesar 28,52% dan sektor jasa Kimaam 1 13 210 16 - - - - sebesar 20,14%. Tabonji ------Apabila dilihat dari tingkat pendidikan, pencari kerja terbanyak adalah tenaga kerja dengan Waan ------Ilyawab ------pendidikan SMA yaitu sekitar 7.543 orang yang terdiri dari 4.153 orang laki-laki dan 3.390 orang Merauke 5 172 2.605 15 11 205 1.523 7 perempuan. Sedangkan pencari kerja dengan tingkat pendidikan sarjana muda sebesar 790 orang. Malind ------Untuk pencari kerja dengan tingkat pendidikan sarjana sebesar 790 orang, dan tingkat S2 (megister) Tubang ------sebanyak 19 orang. Jika melihat pola tingkat pendidikan pencari kerja, maka pemerintah daerah harus Okaba 1 13 109 8 - - - - dapat memahami jenis kebutuhan pekerjaan apa yang diharapkan dapat menyerap tenaga kerja Naukenjerai ------Semangga 1 18 59 3 - - - - dengan mayoritas pendidikan tingkat SLTA tersebut. Selain itu, masih perlu dorongan lebih kuat dari Jumlah 8 216 2.983 42 11 205 1.523 7 pemerintah Kabupaten Merauke untuk meningkatkan kualitas para pencari kerja khususnya dengan

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke, 2015 tingkat pendidikan SLTA ke atas agar mampu menduduki jabatan di tingkat manajemen atau mampu menjadi wiraswasta yang justru mampu menciptakan lapangan kerja. Tentunya untuk mendukung Di tahun 2013 jumlah perguruan tinggi di Kabupaten Merauke ada sebanyak 9 yang terdiri dari 8 upaya ini harus dilakukan secara terintegrasi antara bidang pendidikan, ketenagakerjaan, universitas swasta dan 1 universitas negeri. Semua perguruan tinggi ini berada di Distrik Merauke, perindustrian dan perdagangan, serta perbankan. yang merupakan wilayah pesisir Kabupaten Merauke. Jumlah mahasiswa di tahun 2013 mengalami penurunan dimana ada sebanyak 8.454 mahasiswa.

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 23 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

7. Status Pernikahan Merauke sebanyak 43 orang, perawat sebanyak 256 orang, bidan sebanyak 201 dan tenaga farmasi sebanyak 11 orang. Sedangkan untuk jumlah dokter menurut spesifikasinya terdiri dari dokter Masyarakat di Kabupaten Merauke tampaknya sudah mulai paham akan dampak dari menikah di usia umum sebanyak 65 orang, dokter spesialis sebanyak 14 orang, dan dokter gigi sebanyak 10 orang. dini, dimana pada usia dibawah 16 tahun sangat rentan terjadi ganguan psikologis karena tidak adanya Jumlah tenaga medis menurut unit kerja dan sarana pelayanan kesehatan di Kabupaten Merauke kesiapan mental akan kehidupan berumah tangga. Oleh karena itu, diharapkan usia pernikahan tidak dapat dilihat pada berikut. kurang dari 16 tahun. Bila dilihat dari data BPS 2014 angka pernikahan di Kabupaten Merauke adalah sebagai berikut : Tabel 2-20. Jumlah Tenaga Medis Menurut Unit Kerja dan Sarana Pelayanan Kesehatan di Kabupaten Merauke, 2013 Tabel 2-18. Data Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Keatas Menurut Status Perkawinan di Tenaga Medis Tenaga Non-Medis Kabupaten Merauke (%) No. Unit Kerja 1 2 3 4 5 6*) 7 8 Kelompok Belum Cerai Cerai Kawin 1. Puskesmas 43 256 201 11 20 14 18 20 Umur Kawin Hidup Mati < 25 18,84 1,47 0,05 0,00 2. Instalasi Farmasi 5 Kantor Kesehatan Laki - laki 25 – 49 2,99 20.87 0,38 0,31 3. - 7 - 2 - - 4 3 Pelabuhan (KKP) 50 + 0,11 6,81 0,41 0,68 4. Dinas Kesehatan 1 15 2 7 3 - 3 15 < 25 13,38 4,35 0,22 0,00 5. Rumah Sakit 33 184 53 15 4 16 2 4 Perempuan 25 – 49 1,04 20,95 0,31 0,44 6. Rumah Sakit TNI/Polri 11 9 3 - - - - 1 50 + 0,00 3,82 0,66 1,91 7. Prodi D-III Merauke - 10 2 - - - - - Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke, 2014 8. Lain-Lain ------Jumlah 88 481 261 38 27 30 27 43 Sumber: Kabupaten Merauke Dalam Angka, 2013 8. Kesehatan Ket : 1= Dokter, 2= Perawat, 3= Bidan, 4= Farmasi, 5= Ahli Gizi, 6= Teknisi Medis,

Sarana fasilitas kesehatan di Kabupaten Merauke pada tahun 2014 terdiri dari rumah sakit sebanyak 5 7= Sanitasi, 8= Kesehatan Masyarakat. *)= Termasuk Ahli Radiologi dan Penata Anastesi unit, puskesmas perawatan sebanyak 13 unit, puskesmas sebanyak 8 unit, PUSTU sebanyak 143 unit,

puskesmas keliling sebanyak 236 unit, POLINDES sebanyak 10 unit dan balai pengobatan sebanyak 15 unit. 9. Sejarah Sosial Dan Budaya

Tabel 2-19. Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Merauke Tahun 2010-2014 Dari segi sejarah, dalam bagian selayang pandang Pulau Papua dijelaskan bahwa sejarah orang Papua No. Jenis Fasilitas Kesehatan 2010 2011 2012 2013 2014 mulai diungkap dalam catatan tertulis setelah ditemukan sepotong catatan tentang New Guinea dan 1. Rumah Sakit 5 5 5 5 5 penduduknya, yang menjadi nenek moyang bangsa Papua, pada awal kedatangan orang portugis pada 2. PUSKESMAS Perawatan 14 14 13 13 13 permulaan abad ke 16. Penduduk asli papua memiliki ciri-ciri fisik: berkulit hitam, berbulu dan 3. PUSKESMAS 3 6 8 8 8 berambut keriting. Dari tanda-tanda tersebut terlihat ada keterkaitan dengan penduduk asli Australia, 4. PUSTU 147 144 143 143 143 suku Aborigin. Bentuk fisik orang papua diperkirakan memiliki dasar-dasar yang sama dengan 5. PUSKESMAS Keliling 188 207 221 235 236 Paleoantropos (wujud purba) Australia 60.000 tahun yang lalu. 6. POLINDES 10 10 10 10 10 Orang Papua di Papua pada 18.000 tahun yang lalu tentu saja berbeda dengan sekarang. Setelah 7. Balai Pengobatan 14 15 15 15 15 melalui ribuan tahun, orang Papua yang mencapai pulau Papua ini berkembang biak hingga ke pulau- Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Merauke, 2015 pulau tetangganya. Sedangkan orang Australia (Aborigin) beradaptasi pada tata ekologi lainnya. Kedua gen (Papua dan Australia) ini terisolasi paling tidak 10.000 tahun atau mungkin lebih dari itu. Sekilas Untuk menunjang pelayanan kesehatan di Kabupaten Merauke, maka keberadaan tenaga medis sejarah lainnya yang penting untuk diungkapkan disini adalah mengenai wilayah Papua hingga masuk sangat penting. Pada tahun 2013 jumlah dokter yang bekerja di setiap puskesmas di Kabupaten

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 24 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

kedalam kesatuan wilayah Republik Indonesia. Hal ini karena berkaitan dengan persoalan wilayah 2.1.4. Kondisi Perekonomian Wilayah perbatasan Papua umumnya dan Merauke khususnya dalam konteks nasional dan daerah. 2.1.4.1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Persoalan yang sering timbul pada dekade terahir, yaitu mengenai wilayah perbatasan RI-PNG, tidak

lepas dari pembagian Wilayah Pulau Papua yang dilakukan oleh pemerintah Belanda dan pemerintah Hingga tahun 2013, nilai tambah sektor-sektor ekonomi di Kabupaten Merauke telah mencapai 5,25 triliun Australia pada saat itu. Persoalan itu timbul karena pemerintah Belanda dan pemerintah Australia rupiah atau meningkat sebesar 11,70% dari tahun 2012 dan telah berkembang menjadi 2,13 kali lipat dari dalam menetapkan batas tidak memperhatikan batas–batas tradisional antara etnik dan tribe; yang tahun 2009. Sementara itu, nilai tambah atas dasar harga konstan mencapai 10,26% dari tahun 2012 dan menyebabkan suku–suku yang sama terbagi-bagi ke dalam beberapa bagian kecil. Padahal wilayah telah berkembang menjadi 0,26 kali lipat dari tahun 2009. Besarnya perubahan di tingkat produsen perbatasan merupakan wilayah yang bebas bagi mobilitas suku-suku di barat dan di timur yang tercemin dari besarnya perbedaan antara PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dengan Atas Dasar bersangkutan, karena antara keduanya terdapat sumber daya alam yang saling melengkapi kebutuhan Harga Konstan (ADHK). suku-suku tersebut.

Dalam bagian-bagian dari Pulau Papua memperlihatkan adanya sebelas kecenderungan wilayah budaya di pulau Papua dan kepulauan arah timurnya (Pasifik Barat Daya), yaitu Wilayah Budaya Saereri, Doberai – Bomberai, Ha–Anim, Tabi, Dani–Poqo, Sepik, Houn, Orokolo, Enga, Chimbu, dan Kepulauan Melanesia. Pembagian wilayah tersebut berdasarkan tipe fisik, seni ukir atau seni pahat, seni patung dan aspek lainnya yang menurut pertimbangan sangat menonjol.

Dari setiap wilayah budaya dari sebelas wilayah budaya tersebut meliputi beberapa sub wilayah budaya; dimana wilayah Merauke termasuk satu diantaranya sebelas wilayah budaya tersebut, yaitu

wilayah Budaya Ha-Anim, yang meliputi empat sub wilayah budaya. Adapun ke empat sub wilayah Sumber: PDRB Kabupaten Merauke 2013 budaya dalam wilayah Budaya Ha–Anim adalah Sub Wilayah Budaya Asmat–Komoro meliputi kelompok Asmat dan kelompok Komoro; Sub Wilayah Budaya Muyu–Mandobo meliputi kelompok Gambar 2-16. PDRB Kabupaten Merauke ADH Berlaku dan Konstanta 2009 - 2013 (Triliun) Muyu dan kelompok Mandobo; Sub Wilayah Budaya Citak Mitak meliputi kelompok Citak, kelompok Dalam lima tahun terakhir, nilai tambah sektor ekonomi Kabupaten Merauke atas dasar harga konstan rata- Mitak dan kelompok Jair; serta Sub Wilayah Budaya Marind–Kimagahma meliputi kelompok Marind, rata tumbuh sebesar 7,00%. Pertumbuhan ekonomi tahun 2013 mencapai 10,24%. Tahun 2013 merupakan kelompok Kimagahma, dan kelompok Kanum – More – Nambu. pertumbuhan tertinggi dalam periode 2009-2013, yaitu mencapai 10,24%. Sementara pertumbuhan Ciri yang menonjol dari Wilayah Budaya Ha-Anim ini adalah ketrampilan seni ukir terutama pada ekonomi tahun 2011 tercatat paling rendah mencapai 5,31%. kelompok Asmat dan Mimika serta ketrampilan menganyam terutama pada kelompok Marind dan Kimaam. Kelompok Marind ini sangat dominan pada wilayah Kabupaten Merauke. Suku Marind (Marind-Anim), wilayah tanah adatnya mencakup seluruh wilayah bagian selatan Kabupaten Merauke.

Dari jenis mata pencaharian mengalami perkembangan, karena tidak terbatas sebagai peramu dan pemburu (berburu). Adapun jenisnya adalah: pengumpul dan tukar menukar kelapa, produksi minyak kelapa dan minyak babi, buruh (dalam pembuatan kopra, gula merah, ikan asin, terasi dan dendeng), berburu buaya, menanam padi, dan beternak sapi. Kemudian dari jenis mata pencaharian komoditas yang dihasilkan kelompok Suku Marind meliputi: padi (tanaman non lokal), kelapa dan minyak kelapa,

babi dan minyak babi, ikan laut dan ikan asin, terasi dendeng, kulit dan daging buaya, serta sapi dan Sumber: PDRB Kabupaten Merauke 2013 daging sapi. Gambar 2-17. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Merauke 2009 - 2013 (%)

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 25 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Sebagai wilayah pesisir, Kabupaten Merauke merupakan salah satu wilayah penghasil perikanan terbesar pengangkutan dan komunikasi memberikan peranan lebih besar terhadap laju pertumbuhan ekonomi di di Provinsi Papua. Dengan jumlah produksi ikan di Kabupaten Merauke tahun 2013 sebesar 7.841.927 kg, Kabupaten Merauke dibandingkan sektor pertanian. Memang sampai dengan tahun 2013, sektor pertanian yang terdiri dari 6.912.824 kg (88,15%) hasil perikanan laut dan 929.103 kg (11,85%) perikanan darat. secara keseluruhan masih merupakan sektor yang memberikan pengaruh terbesar terhadap pertumbuhan Selain itu, pemasaran ikan hias antar pulau juga cukup tinggi dimana pada tahun 2013 mencapai 2.349.511 ekonomi di Kabupaten Merauke. ekor. Sektor pertanian memberikan kontribusi yang paling besar yaitu 3,11%. Sementara, sektor listrik dan air bersih memberikan kontribusi terendah yaitu hanya minus 0,05% terhadap pertumbuhan ekonomi Pada distribusi PDRB lapangan usaha Kabupaten Merauke, perikanan merupakan subsektor dari sektor Kabupaten Merauke. pertanian. Tahun 2013, subsektor perikanan merupakan kontributor terbesar (20,09%) dalam pembentukan PDRB Kabupaten Merauke dibandingkan subsektor lainnya. Selama periode 2009 – 2013, Tabel 2-22. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Merauke, Tahun 2013 (%) ritme pertumbuhan subsektor perikanan hampir sama dengan pertumbuhan sektor pertanian, yaitu sangat Distribusi PDRB Laju Pertumbuhan Peranan Terhadap ADHK/Distribut PDRB berfluktuatif. Meskipun kontribusi subsektor lainnya masih terbilang kecil, namun tidak terlalu signifikan Laju Pertumbuhan No. Lapangan Usaha ion of GRDP at ADHK/Growth of Ekonomi/Share to dalam mempengaruhi fluktuasi pertumbuhan sektor pertanian. Constant Price GRDP at Constant Economic Growth 2012 Price 2013 Tabel 2-21. Distribusi PDRB Berdasar Lapangan Usaha Kabupaten Merauke (%) Tahun 2009-2013 1. Pertanian/Agriculture 42,33 7,35 3,11 2009 2010 2011 2012 2013 2. Pertambangan dan Penggalian 1,75 8,59 0,15 Lapangan Usaha (%) (%) (%) (%) (%) 3. Industri Pengolahan 3,15 5,46 0,17 Pertanian 43,58 41,36 38,91 36,73 35,10 4. Listrik dan Air Bersih 0,46 10,04 0,55 Pertambangan dan Pengalian 1,98 2,02 2,14 2,18 2.11 5. Bangunan 8,75 22,734 1,99 Industri Pengolahan 3,09 2,94 2,99 2,89 0,31 Perdagangan, Hotel, dan 6. 10,83 10,55 1,14 Listrik dan Air Bersih 0,41 0,39 0,38 0,36 0,19 Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 11,57 10,85 1,26 Bangunan 10,40 11.07 12,30 13,35 13,22 Keuangan, Persewaan,& Jasa 8. 4,21 13,54 0,57 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 12,87 13,05 13,86 14,61 17,6 Perusahaan Pengangkutan dan Komunikasi 10.90 10,91 11,40 12,56 12,11 9. Jasa-Jasa 16,96 10,67 1815 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2,69 4,56 4,11 3,99 4,12 PDRB/GRDP 100,00 6,00 6,00 Jasa-jasa 14,11 13,69 13,89 13,78 13,45 Sumber: PDRB Kabupaten Merauke Tahun 2014 PDRB 100 100 100 100 100

Sumber: PDRB Kabupaten/ Kota Se Provinsi Papua Tahun 2013 2.1.4.2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Per Kapita

Alternatif lain untuk melihat sejauh mana pengaruh pembangunan ekonomi terhadap tingkat pendapatan Secara umum, tabel diatas menunjukkan bahwa meskipun mengalami penurunan nilai kontribusi, namun masyarakat, dapat dilakukan melalui analisis Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita. Memang selama periode tersebut subsektor perikanan tetap menjadi subsektor dominan dalam sektor pertanian. ukuran ini belum dapat memberikan gambaran secara benar tentang tingkat kesejahteraan masyarakat, Dalam periode tersebut, tahun 2013 merupakan pertumbuhan tertinggi yang mencapai 7,35%. Pada tahun karena nilai PDRB per kapita hanya dihitung berdasarkan tingkat pendapatan total kabupaten yang dibagi 2011, pertumbuhan sektor ini tercatat 1,60% yang merupakan pertumbuhan terendah. Setelah mengalami dengan jumlah penduduk kabupaten. Kesenjangan dan pemerataan pendapatan belum dianalisis dalam pertumbuhan yang melemah pada tahun 2011, sektor ini terus mengalami pertumbuhan positif, pada tahun angka PDRB Per Kapita. Terlebih untuk wilayah Provinsi Papua secara umum, maupun khususnya untuk 2012 mencapai 3,52%. Kabupaten Merauke di mana jumlah penduduk masih relatif kecil dan tingkat kepadatan penduduk masih Kondisi perekonomian Kabupaten Merauke pada tahun 2013 tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun terpusat pada wilayah-wilayah pusat pertumbuhan, maka angka pendapatan per kapita masih belum tepat sebelumnya. Hal ini tentu patut mendapatkan perhatian serius dalam perencanaan pembangunan apabila digunakan untuk menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk. selanjutnya. Perbaikan kondisi atau kinerja sektor ekonomi terjadi di sektor bangunan, pengangkutan dan komunikasi, dan jasa-jasa. Apabila dianalisis melalui analisis share, maka dapat dilihat bahwa sektor

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 26 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Pada tahun 2013 PDRB per kapita Kabupaten Merauke mencapai 25,00 juta rupiah. Pendapatan per kapita 2.1.5. Kondisi Risiko Bencana Dan Pencemaran Kabupaten Merauke secara konsisten terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009, PDRB per kapita bernilai 16,41 juta rupiah dan meningkat 1,52 kali lipat menjadi 25,00 juta rupiah pada tahun 2013. 2.1.5.1. Potensi Bencana Alam

Saat ini, tingkat perusakan pantai akibat abrasi laut berada pada kondisi yang mengkhawatirkan di Kabupaten Merauke. Contohnya kerusakan lingkungan di Distrik Naukenjerai dan Distrik Okaba. Di Distrik Naukenjerai, tepatnya di Desa Ndalir terjadi kerusakan jalan aspal yang disebabkan oleh abrasi air laut. Kuatnya abrasi bahkan menyebabkan jalan tersebut putus. Penduduk disana bahkan telah membuat beberapa penahan ombak agar abrasi air laut tersebut dapat dikurangi, selain memanfaatkan penahan ombak tersebut untuk membuat tambak di belakangnya. Peta potensi bencana alam di Kabupaten Merauke dapat dilihat pada Gambar 2-16.

Sumber: PDRB Kabupaten Merauke 2013

Gambar 2-18. PDRB Perkapita di Kabupaten Merauke, 2009-2013 (juta rupiah)

Pertumbuhan PDRB per kapita mengalami penurunan di tahun 2011, yaitu hanya mencapai 2,97%, lebih rendah dibanding pertumbuhan di tahun 2010 yang mencapai 5,06%. Sementara rata-rata pertumbuhan PDRB per kapita setiap tahun selama kurun waktu 2009 – 2013 mencapai 5,20%. Pada pertumbuhan PDRB per kapita di Kabupaten Merauke tahun 2013 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 8,09%. Penahan Ombak, Desa Ndalir Jalan Putus Akibat Abrasi, Desa Ndalir

Gambar 2-20. Potensi Bencana Alam Di Kabupaten Merauke

Kerusakan akibat abrasi air laut di Distrik Okaba bahkan lebih parah dibandingkan di Distrik Naukenjerai. Kecepatan Abrasi air laut di Pantai Okaba diperkirakan mencapai 10 m/ tahun. Di Distrik Okaba terdapat sebuah Gereja tua peninggalan zaman belanda yang dulunya diletakkan di tengah kota, akan tetapi sekarang jaraknya tinggal kira-kira 150 m saja dari garis pantai. Bahkan kabarnya Kantor Kepala Distrik Okaba sekarang dipindahkan ke tempat baru karena kecenderungan habisnya wilayah pantai akibat abrasi laut ini. Wilayah Kota Okaba terancam habis perlahan-lahan jika fenomena ini tidak ditanggulangi secepatnya.

Bencana didefinisikan sebagai suatu rangkaian peristiwa yang menyebabkan korban jiwa, Sumber: PDRB Kabupaten Merauke 2013 kerusakan/hilangnya harta benda, merusak lingkungan, mengganggu kehidupan dan penghidupan Gambar 2-19. Kapita Kabupaten Merauke, 2009-2013 (%) masyarakat, yang datangnya secara tiba-tiba. Sedangkan bencana geologi adalah secara spesifik bencana yang disebabkan oleh dinamika geologi seperti antara lain letusan gunung api, gempa bumi, tsunami dan

gerakan tanah (longsor). Di Provinsi Papua bencana yang perlu diwaspadai adalah gempa bumi dan

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 27 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

gerakan tanah, begitu pula tsunami tercatat hanya di bagian barat Provinsi Papua khususnya di daerah kepulauan Biak, Pulau Yapen dan Bagian Utara Kabupaten Waropen.

Kabupaten Merauke sendiri termasuk daerah yang tergolong aman dari gempa bumi atau kategori lemah hingga stabil bersama dengan Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Fak Fak dan bagian tubuh kepala burung bagian selatan, Kabupaten Asmat, dan Kabupaten Mappi.

2.1.5.2. Potensi Pencemaran Lingkungan

Kemungkinan terjadinya pencemaran lingkungan perairan di Merauke sangatlah kecil, karena wilayahnya yang masih cukup terjaga. Menurut informasi dari warga sekitar bahwa untuk pencemaran di perairan biasanya berasal dari limbah kapal. Untuk dari sisi pencemaran udara biasanya disebabkan oleh cerobong asap yang berasal dari PLTD.

2.1.5.3. Resiko Dan Wilayah Rentan Bencana

Resiko bencana besar kemungkinan terjadi di Kabupaten Merauke. Peta resiko dan wilayah rentan bencana di Kabupaten Merauke dapat dilihat pada Gambar 2-17. Resiko bencana yang terjadi adalah sebagai berikut: a) Kekeringan

Kekeringan di Kabupaten Merauke biasanya disebabkan oleh kemarau berkepanjangan dan terjadi sekitar 4-7 bulan. Lokasi yang sering terkena dampak kekeringan adalah di hampir semua wilayah Kabupaten Merauke kecuali di daerah aliran sungai.

b) Banjir Rob

Banjir rob terjadi tiap tahun ketika musim hujan dan laut sedang pasang dengan ketinggian banjir mencapai 1 meter. Selain itu, banjir rob juga terjadi karena permukaan topografi pantai yang landai. Lokasinya berada di hampir seluruh wilayah pesisir yaitu di Distrik Naukenjerai, Merauke, Okaba dan Semangga.

c) Abrasi

Terjadi di sepanjang pantai di Kabupaten Merauke, yang disebabkan oleh ketinggian dan kecepatan gelombang serta kondisi pantai yang berhadapan langsung dengan laut yang tanpa dibatasi oleh penghalang ombak (break water). Lokasi abrasi terjadi di Distrik Okaba, Naukenjerai, Merauke, Tabonji dan Semangga.

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 28 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Gambar 2-21. Peta Rawan Bencana Kabupaten Merauke

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 29 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

2.2. Kawasan Terpilih Tabel 2-23. Jenis Penggunaan Lahan Distrik Merauke NO PEMANFAATAN RUANG PENGGUNAAN LAHAN LUAS

Rencana pengembangan PKKPT Kabupaten Merauke terpilih berada di Distrik Merauke yaitu PPS 1 Bakau 6.724.866,607 672,486 (Pelabuhan Perikanan Samudera) Merauke dan Distrik Kimaam yaitu PPI (Pangkalan Pendaratan Ikan) 2 Cagar Budaya 752.956,81 75,296 Kimaam. Kedua lokasi terpilih tersebut menjadi fokus utama dalam pengembangan kawasan perikanan 3 Dermaga Sungai Kelapa Lima 7.806,613 0,781 terintegrasi, dimana lokasi tersebut menjadi pusat dan penunjang kegiatan perikanan tangkap terintegrasi 4 Embung 77.072,045 7,706 5 Hutan Kota 3.922.496,826 392,25 dari beberapa rencana pengembangan PKKPT pelabuhan lain. Pengembangan lokasi terpilih merupakan Industri, Perumahan, 6 1.038.438,175 103,844 pengembangan pelabuhan dari kondisi eksisting (sebelumnya), dimana lokasi sebelumnya masih harus Komersial 7 Jalan 1.133.023,024 113,3 dilengkapi baik pengadaan sarana prasarana dan infrastrukturnya, maupun pengadaan lahan baru. 8 Jasa & Perkantoran 351.678,738 35,167 9 Jasa Komersial 63.500,66 6,35 2.2.1. Kondisi Distrik Merauke 10 Jasa Komersil 75.074,174 7,507 11 Kawasan Bandara 1.620.411,182 162,04 12 Kawasan Campuran 395.446,163 39,545 2.2.1.1. Kondisi Umum 13 Kawasan Pendidikan Tinggi 776.010,549 77,601 Distrik Merauke merupakan pusat Ibu Kota Kabupaten Merauke, sehingga infrastruktur yang ada di Distrik 14 Komplek Olah Raga 677.548,168 67,755 Merauke perkembangannya sangat pesat dibandingkan dengan distrik-distrik lain. Hampir semua sarana 15 Landas Pacu 86.385,828 8,639 Pelabuhan Pergudangan 16 458.991,999 45,898 dan prasarana di Distrik Merauke sudah tersedia dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Bahkan, Terpadu Pendidikan & Pelayanan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) akan menjadikan distrik ini sebagai pusat hasil perikanan yang 17 863.246,219 86,325 Umum dapat menampung semua hasil perikanan di Kabupaten Merauke dan sekitarnya secara terintegrasi. Selain 18 Perdagangan & Jasa 885.643,137 88,566 itu, Distrik Merauke merupakan salah satu dari lima daerah yang direncanakan oleh Kementrian Kelautan 19 Perkantoran & Pemerintahan 266.845,975 26,685 dan Perikanan Merauke sebagai salah satu wilayah yang akan mengolah dan memproduksi hasil perikanan, 20 Pertanian Lahan Kering 631.769,783 63,177 21 Rawa Sungai 8.800.568,349 880,057 kemudian didistribusikan ke beberapa wilayah di Indonesia maupun mancanegara. Untuk melaksanakan 22 RTH 1.807.721,903 180,772 rencana tersebut, perlu adanya dukungan dari semua pihak dan lembaga terkait. 23 RTH/TPU 64.539,133 6,454 Struktur ruang Distrik Merauke dibentuk oleh jaringan jalan dan sungai maro itu sendiri. Secara umum, 24 Rumah 31.066,376 3,104 jariangan jalan trans Irian merupakan jalan yang memisahkan kegiatan perkotaan yang bersifat inklusif 25 Rumah Kepadatan Rendah 15.375.013,4 1.537,501 26 Rumah Kepadatan Sedang 10.891.830,97 1.089,187 (pelayanan ke dalam) di sebelah barat dan kegiatan perkotaan berskala regional sesuai dengan fungsi dan 27 Rumah Kepadatan Tinggi 1.038.988,07 103,898 peran Distrik Merauke dimasa mendatang berada disebelah timur jalan tersebut. Oleh sebab itu, untuk 28 Sawah 2.529.397,584 252,94 mengembangkan konsep dan struktur tata ruang tersebut, pelayanan regional diarahkan pada jaringan 29 Sentra Bisnis Regional 527.048,15 52,705 Jalan Trans Irian dengan memberikan tingkat aksesibilitas tinggi melalui pelabuhan menuju jalan Trans 30 Sungai/Saluran 291.928,755 29,196 Irian dan bandar udara menuju jalan trans irian. Selain itu, pola pergerakan dalam kota, pelayanan 31 Taman 93.682,425 9,369 32 Terminal Induk 89.539,459 8,954 transportasi dipusatkan pada jalan lingkar dalam (Jalan Mandala), agar dapat mengurangi beban dan 33 TPU 71.793,224 7,179 memudahkan sirkulasi pergerakan dalam kota. Dengan kondisi jalan yang relatif banyak persimpangan dan TOTAL berbentuk kotak (grid iron), maka jalan lingkar dapat berfungsi juga sebagai orientasi pergerakan internal 6.242,234 Sumber: Dinas Tata Ruang, Merauke 2015 kota. Pemanfaatan ruang Distrik Merauke sebagian besar didominasi oleh hutan bakau, hutan kota, rawa, dan pemukiman. Berikut rincian pemanfaatan ruang di Distrik Merauke:

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 30 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

2.2.1.2. Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Merauke

Rencana Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) membangun kawasan sebagai pusat hasil perikanan di Distrik Merauke, merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan ekonomi masyarakat lokal serta meningkatkan produksi perikanan tangkap yang ada di Kabupaten Merauke. Pelabuhan perikanan di Distrik Merauke yang ada saat ini, direncanakan sebagai pusat produksi perikanan terintegrasi. Pelabuhan perikanan Merauke yang saat ini dikenal sebagai PPS Merauke sudah tersedia beberapa fasilitas pendukung kegiatan perikanan, antara lain : Unit Pengelolaan Ikan A. Kantor Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)

Kantor Pelabuhan Perikanan Samudera ini biasa disingkat dengan sebutan PPS. Kantor PPS ini di bangun di atas tanah milik Dinas Kelautan Perikanan Kabupaten Merauke. Sampai saat ini, bangunan kantor PPS belum juga digunakan dan bagian depan dari bangunan tersebut dicoret-coret oleh warga yang tidak bertanggung jawab, sehingga perlu dilakukan renovasi.

Kondisi Unit Pengelolaan Ikan

Sumber: Survei Lapangan, 2015 Gambar 2-23. Unit Pengelolaan Ikan PPS Merauke

C. Dermaga PPS Merauke

Pelabuhan perikanan di kawasan PPS Merauke sudah dibangun dermaga sepanjang 100 m. Pelabuhan tersebut belum dapat beroperasi, karena masih dalam tahap pembangunan dan penambahan dermaga. Saat ini, pelabuhan perikanan di PPS Merauke sedang dibangun dermaga baru dengan panjang sekitar

300 meter. Oleh sebab itu, dermaga tersebut hanya digunakan sebagai tempat bersandarnya kapal-kapal Sumber: Survei Lapangan, 2015 Gambar 2-22. Kantor Pelabuhan Perikanan Samudera besar asing yang dimoratorium.

B. Unit Pengelolaan Ikan (UPI) PPS Merauke

Di sekitar PPS Merauke sudah dibangun Unit Pengelolaan Ikan (UPI). Bangunan tersebut berfungsi sebagai tempat pengelolaan kegiatan perikanan tangkap. Bangunan tersebut belum dapat digunakan sebagaimana mestinya, karena ada beberapa bangunan yang belum diselesaikan. Namun saat ini ada beberapa bagian bangunan yang sudah mengalami kerusakan sehingga harus direnovasi kembali.

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 31 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

2.2.2. Kondisi Distrik Kimaam

2.2.2.1. Kondisi Umum

Distrik Kimaam merupakan distrik kedua setelah Distrik Merauke yang sudah tergolong maju dibandingkan distrik lain yang mendiami Pulau Kolepon. Pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana di Distrik Kimaam hampir semua fasilitas umum telah tersedia, meskipun adanya keterbatasan dalam jumlah/ volumenya.

Kebutuhan sarana dan prasarana di Distrik Kimaam sendiri hampir semua fasilitas umum telah tersedia seperti Puskesmas, SD, SMP, SMA /SMK, Lapangan Sepak Bola, Bandara dan tempat Ibadah. Tempat ibadah yang ada saat ini yaitu Masjid, Gereja Protestan dan Gereja Katolik. Mata pencaharian orang asli kimaam adalah sebagian besar adalah Nelayan tradional, Petani dan Pemburu. Sedangkan untuk mata pencaharian seperti Guru, Tentara, Polisi dan Pegawai Kesehatan didominasi dari pendatang. Pendatang yang ada di Distrik Kimaam berasal dari semua daerah dan beraneka ragam suku. Pembangunan dermaga baru Berikut adalah sarana dan prasarana Distrik Kimaam; Sumber: Survei Lapangan, 2015

Gambar 2-24. Kondisi pelabuhan PPS Merauke A. Pelabuhan Umum Kimaam

D. Desalinasi Distrik Kimaam merupakan salah satu distrik terluas diantara distrik lain yang berada di Pulau Kolepon. Selain itu, pelabuhan yang ada di distrik tersebut sering dilalui oleh alur pelayaran. Oleh Pembangunan PPS Merauke sudah pasti membutuhkan ketersediaan infrastruktur dan sarana sebab itu, pelabuhan di Distrik Kimaam akan dijadikan salah satu kawasan Pengembangan Kawasan prasarana untuk menunjang kegiatan tersebut. Oleh karena itu, dinas PU membangun desalinasi yang Kelautan dan Perikanan Terintegrasi (PKKPT), setelah PPS Merauke. Berdampingan dengan pelabuhan befungsi untuk menyaring air laut menjadi air tawar. Desalinasi dapat membantu menyediakan tersebut, akan dibangun Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) sebagai penunjang sentra produksi ketersediaan air bersih, sehingga kebutuhan air bersih di pelabuhan tercukupi. Desalinasi ini berada di perikanan tangkap di Pulau Kolepon. Walapun belum ada studi pelabuhan perikanan di tempat kawasan DKP yang berada pas disebelah bangunan Kantor PPS dan PPS. tersebut dan belum ada lahan untuk membangun pelabuhan, namun pembangunan pelabuhan perlu segera dibangun.

Desalinasi

Sumber: Survei Lapangan, 2015 Sumber: Survei Lapangan, 2015 Gambar 2-25. Desalinasi Distrik Merauke Gambar 2-26. Pelabuhan Umum Kimaam

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 32 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

B. Penyaringan Air

Salah satu masalah utama di Distrik Kimaam adalah kurang tersedianya air bersih. Air yang biasa digunakan oleh masyarakat Kimaam untuk keperluan sehari-hari mereka adalah air payau. Namun saat ini, dinas PU telah membangun saringan air yang dapat mengubah air payau menjadi air tawar.

Sumber: Survei Lapangan, 2015

Gambar 2-28. PLTS Kampung Kalilam, Distrik Kimaam

D. Depot Bahan Bakar Minyak

Depot agen bahan bakar dari Pertamina dapat sangat membantu bagi masyarakat Kimaam yang sebagian besar menggunakan transportasi air dengan menggunakan perahu dan speedboat. Harga bahan bakar yang dijual-pun cukup terjangkau yaitu Rp. 4.500,- untuk minyak tanah, dan Rp. 12.000,-

Sumber: Survei Lapangan, 2015 untuk bensin. Namun, terbatasnya ketersediaan bahan bakar membuat harga tersebut akan melonjak

Gambar 2-27. Pipa dan Penampungan Air Bersih naik sampai 2x lipat, jika stok bahan bakar sedikit. Hal ini dikarenakan oleh keterlambatan pengiriman dan keterbatasan jumlah bahan bakar dari pihak penyedia bahan bakar. C. Ketersedian Listrik

Selain air bersih, masalah yang ada di Distrik Kimaam yaitu kurangnya ketersedian Listrik. Di pusat Distrik Kimaam sendiri, ketersediaan listrik sudah di kelola oleh PLN. Namun sampai saat ini, hasilnya masih kurang maksimal. Hal ini terbukti bahwa listik di wilayah tersebut hanya menyala dari pukul 18.00 WIT sampai dengan pukul 24.00 WIT. Hal ini berlaku sama pada distrik lain, meskipun pengelolaan listrik bukan dari PLN. Selain listrik yang disediakan oleh PLN, ada beberapa masyarakat yang memiliki pembangkit listrik sendiri dengan menggunakan genset. Selain itu, di pusat Distrik Kimaam juga telah dibangun PLTS di Kampung Batum merah/Kalilam dengan kapasitas 50 KWP.

Sumber: Survei Lapangan, 2015

Gambar 2-29. Depot Bahan Bakar Minyak Distrik Kimaam

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 33 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

E. Sarana Transportasi selain katolik sebagian besar dari para pendatang yang tinggal di Distrik Kimaam dengan profesi diantaranya sebagai Petugas Kesehatan, Guru, Petugas Keamanan dll. Sarana dan prasarana untuk transportasi darat maupun transportasi laut di Distrik Kimaam sudah bisa dikatakan baik dibandingkan dengan Distrik lain yang berada di Pulau Kolepon, hanya saja untuk transportasi udara masih harus dilakukan perbaikan mengingat untuk permintaan penerbangan di Distrik Kimaam sudah cukup besar baik permintaan dari warga kimaam sendiri maupun dari Instansi pemerintahan. Armada untuk penerbangan di Kimaam bisa dibilang masih sangat terbatas hanya ada satu kali penerbangan setiap harinya dengan jadwal penerbangan dari hari senin sampai hari kamis. Khusus untuk hari jumat jenis penerbanganya adalah Extra Flight. Kapasitas pesawat tersebut hanya sekitar 12 sampai 15 orang untuk setiap penerbangan. Untuk sarana dan prasarana seperti Jalan, Pelabuhan dan Jembatan sudah cukup baik. Hanya saja letak Pelabuhan di Distrik Kimaam posisinya sangat jauh dengan pusat Distrik Kimaam. Jarak dari Pelabuhan menuju pusat distrik kimaam sekitar 8 km dan hanya dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi, dikarenakan belum adanya transportasi umum yang beroprasi dari pusat Distrik Kimaam menuju Pelabuhan Umum. Gambar 2-31. Sarana Ibadah Distrik Kimaam

G. Komunikasi

Di Distrik Kimaam alat komunikasi yang tersedia hanya Provider Telkomsel dan jaringannya pun tidak setiap saat ada. Sistem jaringan komunikasi yang ada, hanya dapat digunakan untuk telepon dan sms, sedangkan untuk mengakses jaringan internet tidak tersedia.

Gambar 2-30. Sarana Transportasi Distrik Kimaam

F. Sarana Ibadah Gambar 2-32. Tower Komunikasi Distrik Kimaam Tempat ibadah yang terdapat di wilayah kampung Kimaam Mambun, Kiworo, Woner dan Deka terdiri H. Sarana Perdagangan dari Masjid, Gereja Katolik dan Gereja Protestan. Mayoritas penduduk Kimaam memeluk agama Kristen Katolik, meskipun selain katolik juga ada, namun jumlahnya tidak begitu banyak. Pemeluk agama Keberadaan pasar di Distrik Kimaam sangat membantu masyarakat, dikarenakan mereka dapat melakukan jual beli dari hasil kerja mereka seperti hasil pertanian, perkebunan, perburuan dan hasil penangkapan ikan. Pasar mulai beroprasi dari pukul 06.00 WIT sampai pukul 10.00 WIT. Selain

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 34 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

masyarakat kimaam juga banyak masyarakat dari Distrik Lain yang melakukan jual beli dipasar (POLSEK) dan Komando Rayon Militer (KORAMIL) dengan adanya POLSEK dan KORAMIL tersebut tersebut. maka TNI dan POLRI bersama-sama dengan masyarakat menjaga keamanan dan ketenteraman di wilayah distrik Kimaam.

Gambar 2-33. Pasar Tradisional Distrik Kimaam Gambar 2-35. Polsek Dan Koramil Distrik Kimaam I. Penginapan K. Perbankan Semua pengunjung yang datang ke Kimaam sebagian besar menginap ditempat ini, karena di Distrik Kimaam hanya ada satu penginapan. Di penginapan ini terdapat sepuluh kamar dengan harga Layanan perbankan Distrik Kimaam yang telah tersedia adalah sebuah kantor Unit Bank Papua yang perkamarnya diantara Rp. 300.000,- sampai Rp. 600.000,- tergantung luas kamarnya. beroperasi dan berfungsi sebagai tempat kegiatan perbankan masyarakat di distrik Kimaam.

Gambar 2-34. Penginapan Floren Di Dstrik Kimaam

J. Pos Keamanan Gambar 2-36. Bank di Distrik Kimaam Dalam menjaga stabilitas keamanan di wilayah Distrik Kimaam, telah terdapat beberapa kantor aparat keamanan baik dari Kepolisian dan TNI yaitu Kantor Kepolisian Resor Merauke Sektor Kimam

Bab II: Gambaran Umum Wilayah Halaman 35 MASTERPLAN PKKPT KABUPATEN MERAUKE

Permasalahan yang dihadapi pemerintah sampai saat ini, dikarenakan kondisi sarana dan prasarana yang BAB III belum mendukung; kondisi pendidikan dan kemampuan sumberdaya manusia setempat; jenis alat tangkap dan perahu yang digunakan masih tradisional; dan belum tersedia prasarana perikanan berupa pelabuhan 3. MASTERPLAN perikanan. Di samping itu, potensi yang sangat besar di WPP 718 dimanfaatkan oleh kapal asing (illegal fishing) yang kemampuan dan jumlahnya lebih besar.

3.1. Konsep Makro Berkaitan dengan rencana pembangunan PKKPT, strategi konsep pengembangan perikanan di Kabupaten Merauke diarahkan menjadi dua peruntukan kawasan yaitu kawasan pendukung PKKPT dan kawasan Kabupaten Merauke adalah salah satu kabupaten yang berada pada wilayah Provinsi Papua, dimana secara pusat PKKPT. Kawasan pendukung PKKPT berada di wilayah pesisir berada di Distrik Tabonji, Ilwayab, geografis posisi terletak antara 137⁰ –141⁰ BT dan 5⁰ –9⁰ LS. Hal ini menjadikan Kabupaten Merauke Kimaam, Waan, Okaba, Tubang, Malind, Naukenjerai, dan Semangga. Kawasan pusat PKKPT berada di merupakan salah satu kabupaten yang wilayahnya menghadap Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 718 Distrik Merauke. (Gambar 3-1). Dalam rangka pengembangan Kelautan dan perikanan, lokasi sentra-sentra produksi perikanan tangkap yang potensial untuk dikembangkan di kawasan pendukung berada di Distrik Tabonji, Ilwayab, Kimaam, dan Waan. Kemudian sebagai pusat kawasan berada di Merauke yang berfungsi sebagai kawasan industri pengolahan; pemasaran dan distribusi kelautan dan perikanan terintegrasi yang dirancang dengan pendekatan konektivitas antar kawasan.

Berdasarkan pembagian diatas, konsep pengembangan perikanan di PKKPT berbasis inti dan plasma yang dinamis. Kawasan sentra-sentra produksi perikanan tangkap sebagai “plasma” artinya kawasan tersebut sebagai sumber produksi perikanan tangkap bagi pengembangan perikanan, meliputi wilayah Distrik Merauke, Tabonji, Ilwayab, Kimaam, dan Waan. Untuk mendukung kinerja kawasan plasma ini dibangun pelabuhan perikanan yang dilengkapi dengan berbagai sarana (dermaga, cold storage, pabrik es, suplai air, energi listrik). Sedangkan untuk mendukung kegiatan nelayan dibantu dengan sarana penangkapan ikan (perahu dan alat penangkapan ikan).

Secara faktual, masyarakat Pulau Kolepon yang perlu dibantu dalam penyediaan armada kapal adalah Gambar 3-1. Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Republik Indonesia, Bappennas sebesar 10.358 nelayan (Gambar 3-2). Untuk memanfaatkan potensi hasil tangkapan perikanan sebesar Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor KEP.54/MEN/2014, estimasi 69.750 ton, maka diperkiraan membutuhkan motor tempel 5 GT dengan kapasitas 2 ton/motor tempel potensi sumber daya ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) Negara Republik Indonesia 718 terdiri sebanyak 34.875 unit motor tempel. Oleh sebab itu, masing-masing lokasi pelabuhan perikanan dari ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan demersal, udang, ikan karang konsumsi, lobster dan cumi- membutuhkan 159 unit motor tempel/lokasi/tahun. Selain itu, alat tangkap yang digunakan antara lain cumi. Diantara potensi tersebut, ikan pelagis kecil merupakan potensi yang terbesar, sedangkan produksi pukat udang, tramell net, gill net, jaring insang hanyut, jaring insang tetap, jaring insang angkat, pancing, terkecil adalah lobster. bubu dan jala. Dari potensi diatas, Kabupaten Merauke baru memanfaatkan potensi sebesar 15% saja dari potensi lestari

(potensi berkelanjutan) di WPP 718, maka masih ada peluang untuk memanfaatkan potensi sebesar 85%. Pemanfaatan potensi yang sangat prospektif dapat dijadikan sebagai penggerak ekonomi maritim di Kabupaten Merauke maupun secara nasional untuk tujuan kemakmuran masyarakat setempat.

BAB III : Masterplan Halaman 36 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Gambar 3-2. Rencana Masterplan Indikatif PKKPT Merauke

BAB III : Masterplan Halaman 37 MASTERPLAN PKKPT KABUPATEN MERAUKE

Kemudian daripada itu, peluang eksport berupa ikan dan udang sudah sampai di Tiongkok, Taiwan, 3. Transportasi laut, terdiri dari : Vietnam, Thailand, Eropa dan Australia. Peluang tersebut perlu ditingkatkan produksi dengan a. Prasarana pelabuhan perikanan di sentra-sentra perikanan, baik kawasan pendukung maupun mengembangkan armada kapal 10-30 GT, sedangkan untuk kapal <5 GT digantikan dengan kapal 10-30 GT. kawasan pusat PKKPT; Pemanfaatan potensi investor dibagi menjadi 3 kelompok armada kapal yaitu kapal 10 GT dengan kapasitas b. Sarana angkut produksi perikanan berupa kapal angkut ukuran diatas 75 GT. 4 ton, kapal 20 GT dengan kapasitas 7 ton, dan kapal 30 GT dengan kapasitas 10 ton. Untuk memanfaatkan potensi hasil tangkapan perikanan sebesar 30.500 ton, maka diasumsikan kuota kapal 10 GT dapat 4. Transportasi udara, terdiri dari : mengangkut sebesar 5000 ton, kapal 20 GT sebesar 10.500 ton, dan kapal 30 GT sebesar 15.000 ton. Hal a. Pengembangan bandara alternatif pertama di Kimaam, alternatif kedua di Wanam; tersebut diasumsikan setiap tahunnya jumlah armada kapal 10 GT bertambah sebanyak 6 kapal/ tahun, b. Sarana pengepakan ikan (kontainer) untuk transportasi udara. kapal 20 GT sebanyak 7 kapal/tahun, dan kapal 30 GT sebanyak 7 kapal/tahun. 5. Transportasi darat, terdiri dari : Guna mendukung operasional pemasaran dan distribusi produksi kawasan plasma, disiapkan kapal pengangkut yang dilengkapi ruang pendingin (insulated) untuk melakukan kegiatan collecting a. Pembangunan jalan darat diantara sentra-sentra produksi perikanan;

(mengumpulkan) produksi dari masing-masing sentral produksi. Sedangkan Distrik Merauke yang berada b. Penyiapan sarana angkutan ikan (truk dan kontainer berpendingin). di kawasan pelabuhan perikanan Merauke dan sekitarnya, ditetapkan sebagai “inti” artinya sebagai pusat Menurut ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 08 Tahun 2012 kawasan industri pengolahan hasil perikanan, pengembangan produk perikanan, pendaratan ikan, pintu tentang kepelabuhanan perikanan, pada pasal 4 tentang jenis dan kapasitas serta fasilitasnya untuk gerbang pasar luar daerah termasuk ekspor beserta pelayanannya. Sebagai Kawasan Inti dilengkapi dengan mendukung fungsi Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS). Yang dimaksud dengan Pelabuhan Perikanan sarana industri pengolahan (cold storage, pabrik es, suplai air, energi listrik, pasar ikan) dan prasaran adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai pelabuhan perikanan (dermaga, kawasan industri, jalan komplek). tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal Dalam operasionalisasinya, produksi hasil penangkapan para nelayan ditampung di pelabuhan perikanan perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pada masing-masing sentra produksi. Pada periode tertentu, kapal pengangkut mengumpulkan produksi pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Sedangkan dalam Pasal 5, disebutkan Pelabuhan Perikanan dimasing-masing pelabuhan perikanan dan dibawa ke Kimaam (alternatif pertama) dan/atau ke Wanam diklasifikasikan dalam 4 (empat) kelas, yaitu: (alternatif kedua). Selanjutnya, semua produksi yang sudah terkumpul diangkut melalui laut dan udara a. Pelabuhan Perikanan kelas A, yang selanjutnya disebut Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS); menuju Merauke. Strategi ini perlu didukung oleh segenap stakeholder yang ada di wilayah tersebut, karena tanpa dukungan dari berbagai pihak terkait sulit untuk mewujudkan pembangunan wilayah tersebut. b. Pelabuhan Perikanan kelas B, yang selanjutnya disebut Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN); Dukungan berupa sarana transportasi untuk pemasaran dalam negeri (Surabaya; Jakarta) dan ekspor c. Pelabuhan Perikanan kelas C, yang selanjutnya disebut Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP); (Australia; Jepang; China; Uni Eropa; Taiwan (melalui laut dan udara). Dukungan instansi terkait, d. Pelabuhan Perikanan kelas D, yang selanjutnya disebut Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). diperlukan: Dalam Pasal 6, yang dimaksudkan dengan PPS memiliki kriteria berdasarkan teknis dan operasional, yaitu : 1. Koordinasi kementerian kelautan dan perikanan: 1. Kriteria teknis a. Kementerian kehutanan dan dinas kehutanan untuk penyiapan lahan/ kawasan rencana a. Mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan Indonesia, pembangunan pelabuhan perikanan. Maksud dari koordinasi adalah perubahan status kawasan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI), dan laut lepas; konservasi hutan mangrove digunakan menjadi kawasan pelabuhan perikanan. b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 60 GT; b. Penetapan lokasi pelabuhan perikanan berkoordinasi dengan kementerian perhubungan dan dinas

perhubungan Kabupaten Merauke. c. Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 3 m;

BAB III : Masterplan Halaman 38 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

d. Mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 100 unit atau jumlah keseluruhan Menteri Kehutanan. Dalam peningkatan kemampuan produksi dari masing-masing sentra nelayan, ada sekurang-kurangnya 6.000 GT; beberapa strategi yang perlu dilaksanakan yaitu :

e. Memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 20 ha. 1. PPS Merauke : Pengadaan sarana dan prasarana untuk pengolahan hasil tangkapan perikanan, ketersediaan air sebanyak 1000 m3, suplai listrik dengan genset sebesar 500 KVA, 2. Kriteria operasional pengadaan alat tangkap gill net dengan mesh size berukuran 5x8x10 inch untuk 5  Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor; kelompok nelayan, serta pelatihan dan bimbingan cara penangkapan ikan untuk  Memiliki aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil perikanan rata-rata 50 ton per hari; masyarakat nelayan lokal.

 Memiliki industri pengolahan ikan dan industri penunjang lainnya. 2. PP Payum : Pembebasan lahan seluas 2 hektar, pengadaan 2 unit kapal long boat untuk 2 kelompok nelayan tradisional beserta alat tangkap dan mesin tempelnya, dan Berkaitan dengan hal ini, maka PPS akan digunakan untuk menampung kegiatan industri pengolahan ikan, pengadaan sarana transportasi untuk memasarkan hasil tangkapan. dimana lokasi tersebut terdapat di PPS Merauke. Namun demikian, untuk mendapatkan bahan baku industri pengolahan, maka didukung oleh pelabuhan perikanan dengan skala yang lebih kecil. 3. PPI Kimaam : Pembebasan lahan seluas 2 hektar, pengadaan 2 unit kapal long boat untuk 2 kelompok nelayan tradisional beserta alat tangkap dan mesin tempelnya, Selain itu, sesuai dengan Pasal 9, yang dimaksud PPI memiliki kriteria berdasarkan teknis dan operasional pengadaan sarana transportasi untuk memasarkan hasil tangkapan, serta pelatihan yaitu: dan bimbingan cara penangkapan ikan untuk masyarakat nelayan lokal. 1. Kriteria teknis 4. PP Kumbis : Pembebasan lahan seluas 2 hektar. a) Mampu melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan Indonesia; 5. PP Tabonji : Pembangunan pelabuhan baru dan pengadaan fasilitas untuk pendaratan kapal. b) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 5 GT; 6. PP Wanam : Pembangunan pelabuhan baru dan pengadaan fasilitas untuk pendaratan kapal. c) Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam sekurang-kurangnya minus 1 m; 3.2. Konsep Mikro d) Mampu menampung kapal perikanan sekurang-kurangnya 15 unit atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 75 GT; Wilayah masterplan terpilih di Kabupaten Merauke terdapat di Distrik Merauke dan Distrik Kimaam, yaitu

e) Memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang-kurangnya 1 ha. PPS Merauke dan PPI Kimaam. Kedua distrik tersebut dipilih karena memiliki potensi strategis dalam PKKPT saat ini. Dalam pengembangan selanjutnya, 7 lokasi lain yang terdapat pada Gambar 3-2 perlu 2. Kriteria operasional yaitu memiliki aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil perikanan rata- dikembangkan baik pembangunan pelabuhan, sarana, prasarana dan infrastrukturnya. Hal ini dikarenakan rata 2 ton per hari. 7 lokasi tersebut menjadi pelabuhan penunjang sentra perikanan untuk PPS Merauke dan PPI Kimaam, Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) diatas sesuai fungsi dan peranannya dalam menunjang kegiatan sehingga kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Merauke dapat terintegrasi dan berjalan dengan baik. penangkapan ikan. Tempat tersebut akan berfungsi sebagai pusat produksi masyarakat perikanan kecil yang menunjang bahan baku industri, dimana lokasinya terdapat di PPI Payum, PPI Kimaam, PPI Kumbis, 3.2.1. Pelabuhan Perikanan Samudera Merauke PPI Komolom, PPI Waan, PPI Sibenda, PPI Tabonji, dan PPI Wanam (Gambar 3-2). Rencana pengambangan kawasan PPS Merauke difokuskan pada pengembangan lokasi perencanaan PPS Merauke, PPI Kimaam, PPI Payum, PPI Kumbis, PPI Tabonji dan PPI Wanam merupakan wilayah Masterplan PKKPT Kabupaten Merauke terkait dengan KEPMEN No. 45 Tahun 2014 tentang rencana induk pengembangan prioritas yang direncanakan dalam Pengembangan Kawasan Kelautan dan Perikanan pelabuhan perikanan nasional. Secara faktual, luas kawasan sebesar 74,5 ha sudah dilengkapi dengan Terintegrasi (PKKPT) Kabupaten Merauke, sedangkan pelabuhan lain yaitu PPI Sibenda, PPI Waan, dan PPI beberapa fasilitas sarana dan prasarana pelabuhan perikanan seperti kantor DKP, kantor PPS, dermaga, Komolom belum dapat dilaksanakan karena belum mencapai kesepakatan antara Menteri Kelautan dan fasilitas air bersih, RO (Reverse Osmosis) serta perusahaan industri asing. Oleh sebab itu, untuk rencana

Bab III: Masterplan Halaman 39 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

pengembangan kawasan, ada beberapa penambahan fasilitas pada rencana terdahulu. Konsep perencanaan sisa dari pemakaian lahan kawasan industri. Rencana pengembangan kawasan PPS Merauke dapat dilihat kawasan PPS Merauke dapat dilihat pada Gambar 3-3. pada siteplan masterplan pada Gambar 3-9.

RO & Sollar cell

74,5 ha SPBB

Kawasan Industri

SITEPLAN PPS MERAUKE ANIMASI 3D PPS MERAUKE

Gambar 3-4. Siteplan dan Animasi 3D PPS Merauke Techno Park

Gerbang masuk Jalan

Gambar 3-3. Konsep Perencanaan Kawasan PPS Merauke

Penyusunan rencana sarana dan prasarana merupakan dasar untuk menyusun konsep rencana pembangunan PPS Merauke. Berdasarkan konsep tersebut, komponen utama dan komponen penunjang dalam perencanaan pembangunan terdiri dari:

1. Kawasan pelabuhan

2. Kawasan industri

3. RTH

4. Jalan

Rencana siteplan PPS Merauke, dalam tahap pembangunan dibagi dalam beberapa kebutuhan yaitu lahan techno park & RTH (Ruang Terbuka Hijau) dengan pemakaian lahan 30% dari total luas kawasan yang disiapkan, peruntukan lahan jalan dan saluran 20% dari sisa lahan pemakaian RTH, peruntukan lahan kawasan industri 70% dari sisa lahan pemakaian jalan dan saluran dan peruntukan kawasan pelabuhan Gambar 3-5. Gerbang Masuk dan Simbol PPS Merauke SIMBOL PPS MERAUKE Bab III: Masterplan Halaman 40 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

DERMAGA

TECHNO PARK R.O. & BAK PENAMPUNG

Gambar 3-6. Techno Park PPS Merauke

BUNKER BBM/ SPBB

GERBANG MASUK PPS MERAUKE

KAWASAN INDUSTRI

Gambar 3-7. Kawasan Industri PPS Merauke SOLLAR CELL

Gambar 3-8. Kawasan Pelabuhan PPS Merauke

Bab III: Masterplan Halaman 41 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Gambar 3-9. Siteplan PPS Merauke

Bab III: Masterplan Halaman 42 MASTERPLAN PKKPT KABUPATEN MERAUKE

Penyusunan rencana sarana dan prasarana merupakan dasar untuk menyusun konsep rencana 3.2.2. Pangkalan Pendaratan Ikan Kimaam pembangunan PPI Kimaam. Berdasarkan konsep tersebut, komponen utama dan komponen penunjang dalam perencanaan pembangunan terdiri dari: Rencana pengembangan kawasan PPI Kimaam difokuskan pada wilayah yang sudah mendapat dukungan prasarana seperti jalan penghubung. Infrastruktur ini sekaligus mendukung kinerja pelabuhan umum, 1. Kawasan pelabuhan sehingga pengembangan pelabuhan perikanan akan mendapatkan kemudahan dari adanya prasarana 2. RTH pendukung yang sudah ada. Akan tetapi, disarankan untuk menyediakan lahan baru dalam pengembangan 3. Jalan kawasan PKKPT di Kimaam. Hal ini disebabkan pelabuhan yang ada saat ini masih dikelola oleh Dinas Perhubungan dan pihak swasta. Lahan untuk pelabuhan PPI direncanakan seluas 2 ha bersebelahan dengan Rencana siteplan PPI Kimaam, dalam tahap pembangunan dibagi dalam beberapa kebutuhan yaitu lahan pelabuhan umum. Disamping itu, untuk mendapatkan lahan pembangunan, harus berkoordinasi dengan RTH (Ruang Terbuka Hijau) dengan pemakaian lahan 30% dari total luas kawasan yang disiapkan, Kementerian Kehutanan karena lahan masih berstatus kawasan konservasi dan terdapat di hutan peruntukan lahan jalan dan saluran 20% dari sisa lahan pemakaan RTH, dan peruntukan kawasan mangrove. pelabuhan sisa dari pemakaian jalan dan saluran. Rencana pengembangan kawasan PPI KKimaam dapat dilihat pada siteplan masterplan pada Gambar 3-15. Di dalam pengelolaan pelabuhan perikanan mendatang, pada wilayah tersebut tetap berada disisi pelabuhan umum. Namun, kedua pelabuhan tersebut tetap digunakan sesuai fungsi dan peranannya, dimana tiap-tiap pelabuhan yang dibangun memiliki fungsi berbeda-beda. Pelabuhan umum lebih diutamakan untuk sarana transportasi umum/laut dan aktivitas lainnya, sedangkan kawasan PPI difokuskan untuk sarana pendaratan ikan yang diperoleh dari sekitar perairan laut Kimaam dan kegiatan perikanan tangkap lainnya. Konsep perencanaan kawasan PPI Kimaam dapat dilihat pada Gambar 3-10.

Packing Ikan & Pelelangan

2 ha

RTH SITEPLAN PPI Kimaam

ANIMASI 3D PPI KIMAAM Gerbang masuk

RO & Gambar 3-11. Siteplan dan Animasi 3D PPI Kimaam Sollar cell Jalan

Gambar 3-10. Konsep Perencanaan Kawasan PPI Kimaam

BAB III : Masterplan Halaman 43 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

SOLAR CELL R.O & TEMPAT PENAMPUNGAN AIR Gambar 3-12. Gerbang Masuk PPI Kimaam

PACKING IKAN DAN TPI

TAMPAK PPI KIMAAM KESELURUHAN

Gambar 3-13. Packing Ikan/ Tempat Pelelangan Ikan PPI Kimaam

Gambar 3-14. Kawasan Pelabuhan PPI Kimaam

Bab III: Masterplan Halaman 44 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Gambar 3-15. Siteplan PPI Kimaam

Bab III: Masterplan Halaman 45 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

3.3. Konsep Rencana Sarana Dan Prasarana 2. Fasilitas fungsional terdiri atas :

NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT Perencanaan kebutuhan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan mengacu Permen KKP-RI No. 1 Tempat pelelangan ikan 1.000,00 m2 PER.08/MEN/2012 tentang Kepelabuhanan Perikanan. Analisis/prediksi kebutuhan sarana prasarana 2 Gudang penyimpan keranjang ikan 90,00 m2 maupun infrastruktur Kabupaten Merauke dibuat untuk 20 (dua puluh) tahun yang akan datang 3 Kantor Syahbandar 192,00 m2 4 Kolam kapal mati 95.000,00 m2 disesuaikan dengan jumlah dan perkembangan armada perikanan, produksi perikanan, distribusi ikan serta 5 Docking facility/slipway 5.000,00 m2 pemasaran ikan. Untuk mengakomodir kegiatan perikanan tersebut, maka jenis fasilitas dan kapasitas 6 Bengkel dan gudang peralatan 60,00 m2 fasilitas yang harus disediakan minimal kawasan pelabuhan dilengkapi sarana berupa dermaga, jalan 7 Pasar ikan 1.000,00 m2 komplek, pabrik es, cold storage, bak penampung air, BBM, kantor, mess operator, bengkel, sumber energi 8 Tempat perbaikan jaring 1.000,00 m2 9 Toilet/WC umum 48,00 m2 listrik. 10 Bangunan rumah pompa 18,00 m2 11 Bangunan rumah genset 9,00 m2 3.3.1. Rencana Peruntukan Lahan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) 12 Bak penampung air (ground water tank) 350,00 m2 13 Reverse osmosis (kap 8 lt/dt) + gedung 1,00 unit Merauke 14 Menara air (water torn) 2,00 unit 15 Pabrik es 400,00 m2 Pada saat ini, kepemilikan lahan PPS seluas ±74,5 ha telah disiapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten 16 Cold storage 400,00 ton 17 Balai pengolahan ikan 2.000,00 m2 Merauke untuk rencana pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS). Penggunaan lahan akan 18 Bak penampung air (ground water tank) 2.000,00 m2 digunakan menjadi 2 (dua) zona peruntukan yaitu zona untuk lahan industri seluas 54,5 ha dan zona untuk 19 IPAL 240,00 m2 lahan fasilitas untuk PPS seluas 20 ha. Kondisi eksisting bangunan yang telah ada saat ini, akan dilakukan 20 Menara air (water torn) 128,00 m2 penambahan fasilitas sarana dan prasarana dan pembangunan gedung baru sesuai dengan kebutuhan. Jenis 21 Instalasi listrik (solar cell) 500,00 KVA 22 Instalasi BBM fasilitas dan kapasitas fasilitas yang direncanakan dibangun dan dikembangkan di PPS Merauke sesuai Kantor penjualan 120,00 m2 ketentuan yang diatur dalam PERMEN No. 08 Tahun 2012 Pasal 4 terdiri dari : Tangki solar (kap 200 m3) 400,00 unit 3 1. Fasilitas pokok terdiri atas : Tangki minyak Tanah (kap 200 m ) 100,00 unit Tangki oli (kap 5 m3) 5,00 unit NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT 23 Instalasi telekomunikasi - 1 Dermaga 24 Balai pertemuan nelayan 180,00 m2 (pelat beton tulang + tiang pancang beton) 25 Tempat ibadah 100,00 m2 Dermaga bongkar-muat kapal < 30 GT 4.000,00 m2 26 Shelter nelayan (transit sheed) 120,00 m3/hr Dermaga bongkar kapal > 30 GT 7.200,00 m2 27 Garasi alat berat 240,00 m3/hr Dermaga muat dan tambat kapal > 30 GT 3.200,00 m2 28 Pos jaga 48,00 m3/hr Ponton dermaga (16 x 16) m 2,00 unit 29 Pos pelayanan terpadu (kepolisian, bank) 240,00 m2 2 Turap 30 Gapura jalan masuk + papan nama 1,00 m2 Sheet pile (pra cetak) 20.000,00 m' 31 Gapura pelabuhan + papan nama 1,00 m2 3 Reklamasi lahan 657.800,00 m3 2 4 Jalan (beton cor + lapis aspal HRS) 32 Tempat parkir 27.900,00 m 2 Jalan utama/primer 44.800,00 m2 33 Pagar keliling pelabuhan 4.230,00 m Jalan sekunder 21.600,00 m2 34 Penghijauan/landscape 222.000,00 m2 5 Trotoar (paving block) 17.400,00 m2 6 Drainase (pas batu belah adk 1pc : 4ps) 13.200,00 m' 7 Bollard dan fender 250,00 unit

Bab III: Masterplan Halaman 46 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

3.3.1.1. Penyiapan Lahan Pelabuhan dan Industri 3. Fasilitas penunjang terdiri atas : Secara umum, lahan untuk industri maupun pelabuhan seluas ±74,5 ha berupa rawa dengan ketinggian NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT 1 Perumahan (elevasi) diantara + 2,70 m dpl hingga + 3.50 m dpl. Ketinggian (elevasi) pada dermaga/jetty yang sudah

Kepala pelabuhan (1 orang) 70,00 m2 dibangun + 4,925 m dpl dan bangunan gedung administrasi pelabuhan pada ketinggian (elevasi) + 4,25 m Syahbandar (1 orang) 70,00 m2 dpl, sehingga perlu dilakukan reklamasi/urugan tanah untuk peninggian lahan dengan menggunakan Kepala bidang (3 orang) 210,00 m2

Staf/penjaga (3 orang) 150,00 m2 perkerasan kaku (rigid pavement), trotoar menggunakan paving block dan saluran drainase menggunakan

Mess operator (2 orang) 100,00 m2 pasangan batu belah. Mess instruktur pelatihan (4 orang) 280,00 m2

Mess tamu (7 orang) 200,00 m2 3.3.1.2. Analisis Kebutuhan Infrastruktur 2 Tempat istirahat nelayan 90,00 m2 3 Pertokoan/ruko (2 lantai) 1.000,00 m2 4 Prasarana olah raga 10.000,00 m2 A. Jaringan Jalan 5 Gedung serba guna (Techno park) m2

Laboratorium bina mutu 72,00 m2 1. Jaringan jalan di luar areal lahan industri dan pelabuhan Pusat penelitan kelautan 72,00 m2

Pusat pelatihan 72,00 m2 Jaringan jalan di luar areal lahan industri dan pelabuhan sebagai akses menuju PPS. Kondisi jalan Inkubator m2 72,00 m2 dari bandar udara Mopah maupun dari kota kecamatan di sekitarnya menuju PPS memiliki akses Workshop m2 72,00 m2

Mess peserta pelatihan (40 orang) 1.200,00 m2 sudah baik, dengan lebar (7 m) dan beraspal. Selain itu, jalan lingkungan permukiman sebagian

sudah beraspal dan ada pula yang masih berupa tanah atau dilapisi koral.

2. Jaringan jalan di dalam lahan industri dan pelabuhan

Jaringan jalan di dalam areal pelabuhan baik dilahan industri maupan lahan pelabuhannya telah ada penyiapan badan jalan pada jalur jalan utama, dan sebagian badan jalan tersebut telah diakukan perkerasan jalan menggunakan perkerasan kaku (beton cor/rigid pavement) belum dilapisi aspal antara lain :

 Jalan utama di dalam lahan industri dan pelabuhan (akses dari luar kawasan memiliki

Rencana Lokasi PPS Merauke panjang 1000 m dan lebar 8 m)

 Jalan utama pinggir sungai menuju dermaga (dari persimpangan jalan utama akses dari luar Gambar 3-16. Rencana Lokasi PPS Merauke kawasan menuju ke arah hulu) memiliki panjang 240 m dan lebar 12 m

Pembangunan PPS Merauke adalah untuk mendukung aktivitas perikanan di Kabupaten Merauke dan  Jalan utama pinggir sungai menuju dermaga kapal kecil (dari persimpangan jalan utama sebagai pusat penampungan hasil perikanan di sekitar pelabuhan PPS Merauke secara terintegrasi. Lokasi akses dari luar kawasan menuju ke arah hilir) memiliki panjang 400 m dan lebar 8 m. PPS dibangun di sebelah tepi kiri sungai Maro dengan arah pandang ke hilir (sekitar 4 km di hulu muara).

Bab III: Masterplan Halaman 47 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

B. Drainase

Sistem drainase dibuat untuk mengalirkan air buangan dari air hujan, hasil kegiatan industri, kegiatan perkantoran, dan perumahan/mess. Air hujan diupayakan seminimal mungkin dibuang kesaluran drainase dengan cara diresapkan ke dalam tanah melalui sumur resapan, ruang terbuka hijau dan lain sebagainya. Sementara dimensi/ukuran saluran drainase air limbah ditentukan berdasarkan debit air yang akan dialirkan.

Permukaan Jalan Menuju PPS Merauke Saluran drainase sebaiknya ditempatkan di kiri dan kanan mengikuti jaringan jalan, baik jalan utama/primer maupun jalan sekunder. Saluran drainase direncanakan di pinggir kiri dan kanan sepanjang jalan utama/primer maupun jalan sekunder. Air saluran drainase dibuang ke sungai Maro melalui 4 (empat) jalur aliran. Berdasarkan perkiraan intensitas hujan di lokasi tersebut sebesar 19 mm/jam, maka diperkirakan kebutuhan saluran drainase pada masing-masing jalan sebagai berikut :

 Jalan utama/primer :

 Panjang saluran drainase = 3.200,00 m Gambar 3-17. Permukaan Jalan berupa tanah/sirtu

 Dimensi saluran : lebar = 0,70 m Rencana jaringan jalan pada lahan industri maupun jaringan jalan pada lahan fasilitas pelabuhan Tinggi = 0,70 m terdiri dari 2 (dua) klasifikasi, yaitu jalan utama/primer dan jalan penghubung/kolektor sekunder. Untuk jaringan jalan utama/primer membutuhkan ruang milik jalan (Rumija) 24 meter, terdiri dari  Jalan sekunder : 2 (dua) lajur 1 (satu) arah dengan lebar perkerasan 2 x 7 m atau 2 (dua) jalur 2 (dua) arah dengan  Panjang saluran drainase = 3.400,00 m lebar perkerasan minimum 7 meter, trotoar dan saluran drainase di kanan-kiri jalan dan median sebagai pemisah jalur. Jalan ini dilalui kendaraan dengan tekanan gandar minimal 8 ton. Sedangkan  Dimensi saluran : lebar = 0,70 m jaringan jalan sekunder sekelas kolektor sekunder membutuhkan ruang milik jalan (Rumija) 10 m, terdiri dari 2 (dua) jalur 2 (dua) arah dengan lebar perkerasan 6 m, trotoar dan saluran drainase di Tinggi = 0,70 m kanan-kiri jalan tanpa median (pemisah jalur). Jalan ini dilalui kendaraan dengan tekanan gandar 5 ton sampai 20 ton. C. Instalasi Listrik

Rencana kebutuhan lahan untuk jalan baik jalan utama/primer maupun jalan kolektor/ sekunder di Pembangunan kawasan industri/pelabuhan diperlukan sistem jaringan listrik yang memadai baik dalam areal lahan industri dan pelabuhan lengkap berikut trotoar, saluran drainase dan median, dari sisi jaringan maupun kapasitasnya untuk memenuhi kebutuhan kegiatan industri. Perencanaan sebagai berikut : jaringan dan penyediaan listrik pada kawasan industri/pelabuhan dilakukan oleh PLN atau perusahaan swasta yang mempunyai kemampuan menyediakan energi listrik. Pada umumnya  Jalan utama/primer : luas 7,24 ha kebutuhan listrik untuk kawasan industri minimal 0,25 – 0,3 MVA/ha yang di distribusikan oleh  Jalan sekunder : luas 3,52 ha jaringan tegangan menengah dengan melalui gardu distribusi dengan kapasitas 250 kVA.

Bab III: Masterplan Halaman 48 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Kebutuhan energi listrik pada kawasan industri dibedakan menjadi dua yaitu kebutuhan untuk 2) Pendaratan di dermaga bongkar (landing) aktivitas industri dan kebutuhan pelabuhan. Kebutuhan energi listrik pada kawasan industri Kegiatan pendaratan kapal penangkap ikan di dermaga mencakup bongkar ikan sebesar 300 KVA x 54 ha =16.200 KVA. Kapasitas tersebut direncanakan menggunakan sumber (unloading), pengangkutan ikan ke TPI, penyortiran dan pembersihan (sorting/ energi dari tenaga diesel (PLTD) dengan kapasitas atas dasar asumsi kebutuhan daya listrik cleaning). Pembangunan PPS Merauke direncanakan memisahkan pendaratan ditambah sumber cadangan sebesar 40%, sehingga PLTD terpasang harus mempunyai kapsitas bagi kapal-kapal besar > 30 GT dan kapal-kapal kecil < 30 GT. Hasil tangkapan minimum 23.000 KVA, sedangkan untuk kebutuhan aktivitas pelabuhan diperkirakan memerlukan yang didaratkan oleh kapal-kapal kecil berukuran < 30 GT diangkut untuk energi listrik sebesar 500 KVA. Untuk pengadaan sumber listrik di dalam pelabuhan disarankan dilelang di TPI, kemudian diangkut ke pengolahan tradisional atau dipasarkan, menggunakan energi listrik tenaga surya (solar cell). sedangkan hasil tangkapan yang didaratkan oleh kapal-kapal berukuran besar berukuran > 30 GT diangkut untuk dilelang di TPI, kemudian diangkut ke D. Sarana Komunikasi (Telepon, Radio Komunikasi, Faximili) industri pengolahan atau langsung dipasarkan atau diekspor menggunakan

Pengembangan jaringan telekomunikasi pada kawasan industri/pelabuhan, berdasarkan standar kapal carrier atau lewat udara. teknis kawasan industri diperlukan 4 (empat) sampai dengan 5 (lima) SST (Satuan Sambungan 3) Pelayanan di dermaga muat (servicing) Telepon) per hektar termasuk faximile/telex dan telepon umum 1 SST (Satuan Sambungan Telepon) Setelah kapal-kapal selesai membongkar hasil tangkapan, kemudian menuju ke per 10 (sepuluh) hektar. Selain itu, diperlukan sambungan jaringan internet di kawasan industri dermaga pelayanan (service berth) untuk memuat perbekalan berupa bahan disarankan menggunakan serat optik, karena mempunyai hantar dan kualitas yang cukup baik. bakar (BBM), air bersih, es, bahan makanan dan sebagainya. Dalam perencanaannya, dermaga pelayanan (service berth) dipisahkan dengan E. Perencanaan Kebutuhan Fasilitas Pelabuhan dermaga bongkar (loading berth).

1. Dasar-Dasar Perencanaan 4) Perawatan dan perbaikan (maintenance & repairs)

a. Pola Kegiatan Operasional Pelabuhan Perikanan Kegiatan ini mencakup perbaikan bagi kapal-kapal yang rusak, penggantian

Perencanaan kebutuhan fasilitas pelabuhan disesuaikan dengan pola kegiatan suku cadang maupun perawatan rutin sebelum melaut. Kegiatan tersebut operasional pelabuhan perikanan yang mencakup : diperlukan fasilitas perbengkelan/workshop dan fasilitas docking /slipway.

 Kegiatan operasional di laut 5) Tambat labuh dan peristirahatan (berthing)

Kegiatan operasional di laut meliputi kegiatan sebagai berikut : Dalam rangka menunggu operasi penangkapan ikan berikutnya, kapal-kapal yang telah selesai membongkar hasil tangkapan maupun yang telah selesai 1) Penangkapan ikan (fishing ground) perbaikan akan tambat dan istirahat. Selama masa tambat/istirahat, akan Penangkapan ikan di laut (fishing ground) melibatkan nelayan dilakukan pembersihan dan perawatan kapal, pengisian perbekalan makanan setempat/tradisional yang menangkap ikan di perairan pantai menggunakan dan kesempatan istirahat bagi para ABK. Oleh sebab itu, diperlukan areal labuh kapal-kapal kecil dan sedang (<30 GT), maupun pengusaha penangkapan ikan yang memadai. yang beroperasi di perairan lepas pantai menggunakan kapal-kapal berukuran  Kegiatan operasional di darat besar (> 30 GT). Kegiatan operasional di darat meliputi : Kegiatan penangkapan ikan mencakup kegiatan penanganan ikan di atas kapal berupa pembersihan (cleaning), pengawetan dengan pendinginan menggun 1) Pelelangan (auctioning) akan es (freezing), penggaraman (salting), dan penyimpanan dalam fish Kegiatan pelelangan ikan hasil tangkapan merupakan kegiatan utama dan hold/storage. dilakukan di tempat pelelangan ikan (TPI). Pelelangan mencakup kegiatan

Bab III: Masterplan Halaman 49 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

administrasi (pencatatan, penarikan retribusi dan lain-lain) yang dilakukan oleh petugas TPI, kegiatan jual beli yang melibatkan pemilik ikan/penjual serta pedagang, dan pembeli.

2) Penyortiran dan pengepakan (sorting & packing)

Ikan hasil tangkapan yang telah dilelang, selanjutnya dipilah/disortir dan di pak. Kemudian dipasarkan atau diolah. Kegiatan ini dilakukan di salah satu ruangan yang ada di TPI.

3) Pengolahan (Processing)

Kegiatan pengolahan meliputi pendinginan/pembekuan di dalam cold storage atau freezer, pengawetan dengan pengeringan atau penggaraman, pemindangan, pengalengan, dan sebagainya. Kegiatan ini melibatkan para pengolah tradisional maupun para pengolah modern yang mengolah ikan untuk pemasaran antar pulau maupun ekspor.

4) Pengangkutan (Transportation)

Pengangkutan hasil produksi (ikan segar maupun olahan) dari pelabuhan ke kota-kota tujuan pemasaran dalam negeri atau ekspor ke negara lain, merupakan komponen yang mempengaruhi harga penjualan. Kegiatan pengangkutan melibatkan sarana dan prasarana transportasi darat (jalan,

jembatan, truk, trailer, peti kemas), laut (pelabuhan umum, kapal carrier), dan udara (bandar udara dan pesawat terbang). Gambar 3-18. Pola Kegiatan Operasional PPS Merauke 5) Pemasaran (Marketing)

Kegiatan pemasaran meliputi pemasaran lokal, antar pulau, dan ekspor. b. Pola Penanganan Ikan (Fish Handling) Kegiatan ini melibatkan para pedagang dan pengecer yang memasarkan ikan di Penanganan ikan hasil tangkapan agar mutu tetap baik dan memenuhi syarat sebagai sekitar lokasi, antar pulau, maupun para eksportir. bahan baku olahan untuk diekspor, perlu penanganan yang baik sejak penangkapan,

Pola kegiatan operasional yang dilakukan di PPS Merauke dapat dilihat pada penyimpanan, dan pangangkutan sampai ke konsumen. Kegiatan tersebut meliputi :

Gambar 3-18  Penanganan ikan di laut

Untuk menjaga agar ikan hasil tangkapan tetap segar, maka ikan hasil tangkapan disimpan dalam palkah (fish hold) dan diawetkan menggunakan es. Cara ini mampu menjaga ikan-ikan tersebut tetap segar selama dalam perjalanan di laut.

 Penanganan ikan di pelabuhan

Untuk menjaga agar mutu ikan tetap baik, maka pembongkaran ikan dari laut ke dermaga, terutama saat ikan-ikan dibongkar dari palkah harus dibersihkan dari

Bab III: Masterplan Halaman 50 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

kotoran dan es menggunakan air bersih, dipilah/sortir, dikemas dalam keranjang dan 2. Jenis Fasilitas yang Dibutuhkan dilindungi dengan es. Keranjang kemasan ikan tersebut diangkut ke TPI menggunakan Berdasarkan pola kegiatan operasional pelabuhan perikanan dan pola penanganan ikan kereta dorong atau fork lift. Ikan yang telah dilelang diangkut ke tempat penyimpanan, tersebut, maka jenis ikan dan pengelompokan fasilitas yang dibutuhkan untuk pelabuhan ke pengolahan ikan, atau langsung dipasarkan. perikanan dapat diuraikan sebagai berikut :  Penanganan ikan dalam pengangkutan a. Fasilitas dasar Ikan yang akan dijual dalam keadaan segar memerlukan penanganan yang baik selama Fasilitas pokok yang harus ada dan berfungsi melindungi pelabuhan dari gangguan alam, pengangkutan. Apabila jarak pengangkutan cukup jauh, maka ikan-ikan tersebut harus tempat bongkar muat, serta tempat tambat labuh kapal meliputi : diangkut dalam keadaan tetap dingin dan beku dengan cara dilindungi/ditaburi es dan disimpan dalam peti. Ikan yang akan diekspor dengan kapal carrier yang telah  Dermaga bongkar, dermaga muat dan tambat

dilengkapi pendingin atau kontainer yang memakai sistem pendingin, disimpan dalam  Areal daratan pelabuhan keadaan beku di dalam palkah.  Jaringan jalan Pola penanganan ikan (fish handling) yang dilakukan di PPS Merauke dapat dilihat pada  Jaringan drainase Gambar 3-19

b. Fasilitas fungsional

Untuk memberikan pelayanan dan manfaat bagi kegiatan opersional pelabuhan perikanan perlu didukung fasilitas fungsional yang meliputi :

1) Fasilitas produksi

 Tempat pelelangan ikan (TPI) berikut fasilitas penunjangnya (kantor, ruang penimbangan, gudang keranjang ikan dan tempat pengepakan)

 Toilet umum

 Shelter nelayan

2) Fasilitas perbekalan

 Pabrik es

 Tangki BBM untuk perbekalan kapal dan keperluan pengolahan

 Instalasi air bersih (menara air/water torn) untuk perbekalan kapal dan keperluan pengolahan serta kebutuhan pelabuhan

 Kios KUD/ toko yang menyediakan perbekalan makanan dan alat-alat tangkap ikan.

3) Fasilitas perbaikan/pemeliharaan

Gambar 3-19. Pola Penangan Ikan PPS Merauke  Gudang/garasi alat berat

Bab III: Masterplan Halaman 51 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

 Bengkel/workshop  Tempat ibadah

 Pelataran perbaikan dan penjemuran alat tangkap ikan (jaring)  Balai kesehatan/poliklinik

 Dok/galangan kapal (slipway).  Kantin

4) Fasilitas pengolahan  Pertokoan/kios KUD

 Cold storage/cold room untuk menyimpan kelebihan produksi sebelum ikan  Pasar dipasarkan  Sarana kebersihan (IPAL, TPS)

 Balai/unit pengolahan ikan (UPI)  Laboratorium mini (untuk bina mutu)

5) Kantor administrasi pelabuhan  Pusat penelitian dan informasi

 Terdiri dari kantor syahbandar, kantor UPT pelabuhan perikanan, bea cukai,  Pusat pelatihan nelayan imigrasi, kepolisian, kesehatan dan bank. d. Lahan pengembangan industri perikanan

6) Balai pertmuan nelayan Berupa lahan yang disediakan untuk investor yang akan membangun industri perikanan

 Berfungsi sebagai tempat kegiatan penyuluhan nelayan, tempat pertemuan dan (pabrik es, pembekuan, pengalengan, pengasapan, cold storage dan sebagainya). sebagai ruang serbaguna e. Lahan pengembangan industri kecil/tradisional

7) Fasilitas pendukung Berupa lahan yang disediakan untuk para nelayan dan pengusaha kecil yang akan

 Gedung utilitas mendirikan industri kecil (pemindangan, penggaraman, pengeringan, pengasapan dan sebagainya).  Rumah pompa 3. Analisis Kebutuhan Fasilitas  Rumah jaga

 Gedung generator set a. Asumsi dasar

 Gudang perlengkapan Analisis kebutuhan fasilitas PPS Merauke menggunakan asumsi dasar sebagai berikut :

 Gedung techno park 1) Dermaga

 Pagar keliling Dalam perencanaan dermaga, ada pemisahan antara dermaga untuk kapal-kapal kecil (<30 GT) dan kapal-kapal ukuran sedang dan besar (> 30 GT). Masing-masing c. Fasilitas penunjang dermaga terdiri dari dermaga bongkar, dermaga muat dan dermaga tambat/istirahat. Fasilitas penunjang merupakan fasilitas tambahan yang diperlukan untuk mendukung Proyeksi jumlah kapal di PPS Merauke dapat dilihat pada tabel brikut :

kegiatan pelabuhan, meliputi :

 Perumahan untuk kepala pelabuhan, syahbandar, kepala bidang, staf dan mess operator

 Mess tamu/nelayan

Bab III: Masterplan Halaman 52 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Tabel 3-1. Proyeksi Jumlah Kapal. T = waktu untuk pembongkaran per hari (jam)

Proyeksi jumlah kapal (buah) S = faktor ketidakteraturan Per Tahun No Jenis kapal L = panjang dermaga yang diperlukan 2016 2021 2026 2031 2036 U = kecepatan bongkar rata-rata termasuk persiapan 1 KM 10 GT 50 60 72 86 103

2 KM 30 GT 38 46 55 66 79 Mengacu data kapal pada Tabel 3.2 dan perkiraan pertumbuhan 20% dalam waktu 5 (lima) tahunan, berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan dermaga sampai dengan 3 KM 50 GT 13 16 19 23 28 tahun 2036 diperoleh : 4 KM 75 GT 2 2 2 2 2  Dermaga bongkar dan muat untuk kapal < 30 GT = 120,00 m 5 KM 150 GT 26 31 37 44 53  Dermaga bongkar kapal > 30 GT = 280,00 m

2) Dermaga bongkar Namun demikian, dalam perencanaan ini mengacu pada Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 45/KEPMEN-KP/2014 tentang Rencana Induk Pelabuhan Dermaga bongkar sebagai tempat kapal merapat dan bongkar/menurunkan ikan hasil Perikanan, untuk panjang dermaga bongkar sekurang-kurangnya 300 meter, maka tangkapan. Dermaga ini dibagi 2 (dua) zona yaitu : dermaga PPS Merauke dalam perencaannya adalah sebagai berkut :  Zona 1 (kapal < 30 GT)  Dermaga bongkar dan muat untuk kapal < 30 GT = 150,00 m  Zona 2 (kapal > 30 GT)  Dermaga bongkar kapal > 30 GT = 300,00 m

Dermaga bongkar untuk kapal-kapal kecil (< 30 GT) maupun kapal-kapal sedang dan Kriteria bangunan besar (> 30 GT) berupa jetty dengan struktur pelat beton yang ditopang tiang pancang Dermaga bongkar ditempatkan di depan TPI zona 1 dan sisi kanan pelabuhan. Panjang beton/pipa baja dan dilengkapi fasilitas penambat. dermaga ditentukan oleh jumlah kapal, jenis/ukuran dan pola operasi waktu 3) Dermaga muat membongkar. Fungsi sebagai tempat kapal merapat dan memuat perbekalan dan perlengkapan Panjang dermaga menurut PIANC dihitung dengan rumus sebagai berikut : untuk bekal selama operasi penangkapan ikan di laut.

Kriteria bangunan

Dermaga muat berada sedekat mungkin dengan fasilitas-fasilitas perbekalan antara lain tempat BBM, air, es dan lainnya. dengan : Panjang kapal ditentukan oleh jumlah kapal, jeni/ukuran kapal dan pola operasai saat Loa = panjang kapal muat perbekalan. Panjang dermaga muat dihitung dengan rumus PIANC sebagai N = jumlah kapal berikut :

n = jumlah kapal yang operasi

Q = hasil tangkapan rata-rata sekali pelayaran

Dc = rata-rata periode ulang pelayaran (hari) dengan :

Bab III: Masterplan Halaman 53 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Loa = panjang kapal Dengan :

n = jumlah kapal yang operasi Hp = kedalaman kolam pelabuhan di bawah LWS

Ts = waktu pelayanan yang diperlukan per kapal D = draft kapal ( untuk kapal 150 GT, draft kapal diambil 2,50 m)

T = waktu yang ada untuk pembongkaran per hari (jam) H = tinggi gelombang maksimum dalam kolam (0,50 m)

S = faktor ketidakteraturan Clearance = 0,60 – 1,55 m

L = panjang dermaga yang diperlukan Jika direncanakan kolam akan digunakan oleh kapal besar (150 GT), maka perhitungan kedalaman kolam berdasarkan data kapal 150 GT. Mengacu data kapal pada tabel 4.1 dan perkiraan pertumbuhan 20% dalam waktu 5 Hp = LWS – 2 ,50– (0,50 x 0,50) – 1,075 m (lima) tahunan, berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan dermaga sampai dengan tahun 2036 diperoleh : Hp = LWS – 3,825 m.

 Dermaga muat, tambat dan istirahat > 30 GT = 125,00 m Jika LWS merupakan air surut terendah dianggap sebagai titik datum = 0, maka kedalaman kolam pelabuhan sekurang-kurangnya 3,825 m di bawah permukaan air Dengan mempertimbangkan hal-hal lain serta kondisi lapangan, panjang dermaga terendah. muat, tambat dan istirahat dalam perencanaannya dibuat 350 m

 Dermaga muat untuk kapal-kapal kecil (< 30 GT) maupun kapal-kapal sedang dan 5) Tempat pelelangan ikan

besar (> 30 GT) berupa jetty dengan struktur pelat beton yang ditopang tiang Kebutuhan tempat pelelangan ikan (TPI) dihitung berdasarkan persamaan berikut : pancang beton/pipa baja dan dilengkapi fasilitas penambat.

4) Luas kolam pelabuhan Dengan : Luas kolam pelabuhan dihitung berdasarkan persamaan berikut : S = luas yang dibutuhkan (m2) A = At + 3nLB N = jumlah ikan yang dilelang (ton/hari) Dengan : R = jumlah lelang per hari A = luas kolam pelabuhan (m2) = 0,3 At = luas untuk memutar kapal (m2) P = luas yang dibutuhkan untuk tiap satuan berat ikan (ton/m2) n = jumlah kapal maksimum yang berlabuh setiap hari Ikan kecil P = 6 L = panjang kapal Ikan besar P = 13 (tanpa wadah) B = lebar kapal P = 6 (dalam wadah) Luas untuk memutar kapal (turning basin) diperkirakan adalah luas lingkaran dengan Sesuai ketentuan tentang Rencana Induk Pelabuhan Perikanan, ikan yang diproduksi jari-jari R = 2 x L pelabuhan perikanan samudera minimum 50 ton/hari. Kedalaman kolam Luas TPI yang dibutuhkan adalah : Elevasi dasar kolam pelabuhan dihitung berdasarkan persamaan berikut : S = (50 x 6)/(1 x 0,3) = 1000 m2 Hp = LWS – D – 0,5H – clearance

Bab III: Masterplan Halaman 54 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

6) Kebutuhan es Bak penampung air (ground water tank) direncanakan dengan ukuran panjang 35 m, lebar 10 m dan kedalaman 3 m, sehingga mampu menampung air sebanyak 1.050 m3. Kebutuhan ikan dihitung berdasarkan proyeksi produksi ikan per hari. Kebutuhan es yang ideal antara 1,50 kg – 2 kg es untuk 1 kg ikan. Perkiraan tangkapan ikan 50 ton 9) Kebutuhan listrik per hari maka kebutuhan es minimum adalah 50 x 1,50 x 1000 = 75 ton es/hari. Kebutuhan listrik dihitung berdasarkan dimensi bangunan, fungsi bangunan dan 7) Kebutuhan BBM ruangan, kebutuhan daya untuk mesin penggerak dan kebutuhan penerangan lainnya. Kebutuhan BBM dihitung berdasarkan jenis dan jumlah kapal. Bangunan yang sudah ada di pelabuhan PPS Merauke saat ini (gedung administrasi

 Kebutuhan oli = 0,01 liter/DK/jam perikanan) belum dipasang aliran listrik. Pengadaan energi listrik yang akan datang  Kebutuhan solar = 0,20 liter/DK/jam direkomendasikan menggunakan energi listrik tenaga surya (solar cell) dengan kapasitas minimum 500 KVA.  Kebutuhan minyak tanah = 0,10 liter/DK/jam

Solar disediakan dalam tangki BBM dengan kapasitas mingguan, sedangkan oli dan 10) Kebutuhan luas bangunan fungsional dan penunjang minyak tanah disediakan menggunak drum. Kebutuhan luas bangunan dihitung berdasarkan jumlah pemakai, kapasitas produksi 8) Kebutuhan air bersih dan ditambah ruang sirkulasi sebesar 20 % - 30 % dari luas total.

Kebutuhan air bersih dihitung berdasarkan kebutuhan perbekalan untuk awak buah Standar luas bangunan mengacu Permen P.U No. 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman kapal (ABK), pencucian ikan, pembersihan TPI, bahan baku pabrik es, pendingin mesin Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara, untuk gedung maksimum 2 lantai dan kebutuhan penghuni pelabuhan dan kebutuhan lainnya. dengan luas lantai 500 m2 termasuk klasifikasi gedung sederhana.  Kebutuhan ABK : 20 liter/orang/hari Standar luas bangunan sesuai dengan kentuan tersebut adalah :  Kebutuhan bahan baku es : 1kg air untuk 1 kg es  Bangunan gedung kantor = 9,60 m2/personil  Kebutuhan ikan : 1 liter air per kg ikan  Ruang rapat = 40 m2  Kebutuhan TPI : 1,50 liter/ m2 luas TPI  Ruang studio = 4 m2/orang  Kebutuhan pendingin mesin : 10 % dari kebutuhan total Pemakai = 10% x staf  Kebutuhan orang pengguna : 100 liter/orang/hari  Ruang arsip = 0,40 m2/orang  Kebutuhan hydran kebakaran : 40 % dari kebutuhan total Pemakai = jumlah staf Untuk itu, kebutuhan bersih per hari di pelabuhan diprakirakan sebanyak 250  WC = 2 m2/ 25 orang m3/hari.  Tempat ibadah/musholla = 0,80 m2/orang Penampungan air menggunakan bak penampung yang tertanam di tanah (ground water tank), dan untuk distribusi air direncanakan ditampung dengan menara air Pemakai = 20% x jumlah personil (water torn) terlebih dahulu dan pengisiannya menggunakan pompa air, sehingga pendistribusian ke tiap-tiap pemakai air secara gravitasi. Sumber air bisa dari air

tanah maupun air permukaan (sungai atau laut), sebelum dikonsumsi terlebih dahulu diolah melalui reverse osmosis (R.O).

Bab III: Masterplan Halaman 55 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

 Rumah negara : b. Program kebutuhan fasilitas

 Setingkat kasubdit, kabag, kabid, PNS golongan IVa – IVc adalah bangunan Berdasarkan asumsi dasar tersebut, maka dapat ditetapkan kapasitas dan dimensi dari tipe C dengan klasifikasi : tiap-tiap fasilitas yang dibutuhkan dalam pembangunan pelabuhan PPS Merauke adalah sebagai berikut : luas bangunan = 70 m2 Tabel 3-2. Kebutuhan Lahan PPS Merauke luas tanah = 200 m2, toleransi luas tanah 50% Bobot Sisa Lahan No Uraian Luas (ha)  Setingkat kasi, kasubag, kasubid, PNS golongan IIIa – IIId adalah bangunan (%) (ha) Luas lahan - 74,5,00 - tipe D dengan klasifikasi : 1 RTH 30% 22,20 51,80 (1) luas bangunan = 50 m2 2 Jalan = 20% x sisa lahan (1) 20% 10,36 41,44 (2) 3 Industri = 70 % x sisa lahan (2) 70% 29,01 12,43 (3) 2 luas tanah = 120 m , toleransi luas tanah 50% 4 Sisa lahan (3) digunakan untuk pelabuhan - 12,43 0,00

11) Kebutuhan instalasi pengolahan limbah (IPAL)

Air limbah/buangan adalah air yang berasal dari rumah mess, perkantoran maupun 3.3.2. Rencana Peruntukan Lahan Pelabuhan Pangkalan Pendaratan Ikan tempat pelelangan ikan, pasar ikan dan tempat umum lainnya, dan pada umumnya (PPI) Kimaam mengandung bahan-bahan/zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia serta menggangu lingkungan. Karenanya, pengelola di pelabuhan wajib melakukan Berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa di wilayah studi belum ada pelabuhan perikanan, dan belum pengelolaan lingkungan sesuai dengan jenis dampak yang ditimbulkan dengan ada lahan untuk membangun pelabuhan. Pelabuhan yang sudah ada di Kimaam merupakan pelabuhan pendekatan sosial ekonomi, kelembagaan, dan teknologi. Perkiraan volume umum transportasi air/laut yang dikelola oleh Dinas Perhubungan dan terletak di selat, karena itu dkapasitas limbah cair yang dihasilkan oleh aktivitas pelabuhan berkisar antara 60% pelabuhan perikanan perlu pengadaan lahan sebagai wilayah otoritas pelabuhan pelabuhan (PPI). Kondisi - 80% dari konsumsi air bersih per hari. lokasi pelabuhan umum dan rencana pelabuhan pangkalan pendaratan ikan terdapat pada Gambar 3-11.

12) Kebutuhan tempat pembuangan sampah (TPS) Jenis fasilitas dan kapasitas fasilitas yang direncanakan dibangun dan dikembangkan di PPI Kimaam terdiri dari : Sesuai Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, 1. Fasilitas pokok terdiri atas : pengelolaannya agar ramah lingkungan dengan metode 3 R (reduce, reuse, recycle) sampah didaur ulang. NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT 1 Dermaga

Standar luas bangunan mengacu Permen P.U No. 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman (pelat beton tulang + tiang pancang beton)

Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara, produksi sampah minimum 3 Dermaga bongkar-muat kapal < 30 GT 4.800,00 m2

2 Turap liter/orang/hari. Diasumsikan orang yang beraktivitas di pelabuhan (personil, Sheet pile (pra cetak) 4.000,00 m' keluarga karyawan, tamu/pedagang/pengunjung dan lain-lain) sebanyak 150 3 Reklamasi lahan 40.000,00 m3 orang/hari , maka kapasitas tempat sampah yang harus disediakan adalah 0,50 4 Jalan (beton cor + lapis aspal HRS)

m3/hari dibuang dalam 1 minggu 1 kali, bak sampah yang harus disediakan Jalan komplek pelabuhan 2.700,00 m2

2 berkapasitas 4 m3. 5 Bahu jalan 900,00 m 6 Drainase (pas batu belah adk 1pc : 4ps) 900,00 m' 7 Bollard dan fender 67,00 unit

Bab III: Masterplan Halaman 56 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

2. Fasilitas fungsional terdiri atas : 3. Fasilitas penunjang terdiri atas :

NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT 2 1 Perumahan 1 Tempat Pelelangan Ikan 200,00 m 2 Kepala pelabuhan (1 orang) 70,00 m2 2 Gudang penyimpan keranjang ikan 270,00 m Staf (4 orang) 200,00 m2 3 Kantor administrasi pelabuhan 192,00 m2 mess operator (1 orang) 50,00 m2 4 Docking facility/slipway 2.000,00 m2 2 Tempat istirahat nelayan 48,00 m2 5 Bengkel dan gudang peralatan 24,00 m2 3 Pertokoan/ruko (2 lantai) 1.000,00 m2 6 Pasar ikan 500,00 m2 7 Tempat perbaikan jaring 500,00 m2 8 Toilet/WC umum 8,00 m2 9 Bangunan rumah pompa 9,00 m2 10 Bangunan rumah genset 9,00 m2 11 Bak penampung air (ground water tank) 350,00 m2 12 Reverse osmosis (kap 5lt/dt) 1,00 unit 13 Menara air (water torn) 1,00 unit 14 Depot es 200,00 m2 15 Cold storage + pabrik es 10,00 ton 16 Balai pengolahan ikan 500,00 m2 Pelabuhan Umum Kimaam

2 17 Tempat penjemuran ikan 500,00 m Gambar 3-20. Lokasi Pelabuhan Umum Kimaam 17 IPAL 120,00 m2

18 Instalasi listrik (solar cell) 300,00 KVA 19 Instalasi BBM 3.3.2.1. Penyiapan Lahan Pelabuhan PPI kantor penjualan 60,00 m2

tangki solar (kap 200 m3) 1,00 unit Lahan untuk pelabuhan direncanakan seluas 2 ha dan dibangun di selat bersebelahan dengan pelabuhan

tangki minyak tanah (kap 50 m3) 1,00 unit umum/ transportasi air yang sudah ada. Lahan tersebut berupa rawa dengan ketinggian (elevasi) diantara

tangki oli (kap 3 m3) 1,00 unit + 2,00 m dpl hingga + 3.00 m dpl. Ketinggian (elevasi) pada dermaga/jetty umum yang sudah ada + 4,25 m,

20 Instalasi telekomunikasi - sehingga perlu dilakukan reklamasi/urugan tanah untuk peninggian lahan.

21 Balai pertemuan nelayan 96,00 m2 22 Tempat ibadah 64,00 m2 3.3.2.2. Analisis Kebutuhan Infrastruktur 23 Garasi alat berat 120,00 m2 A. Jaringan Jalan 24 Pos jaga 18,00 m2 25 Pos pelayanan terpadu (kepolisian, bank) 120,00 m2 1. Jaringan jalan di luar areal rencana lahan pelabuhan

26 Gapura jalan masuk + papan nama 1,00 unit Jaringan jalan di luar areal rencana lahan pelabuhan merupakan salah satu akses menuju PPI. 27 Gapura pelabuhan + papan nama 1,00 unit Kondisi jalan bandar udara Kimaam maupun dari perkampungan di sekitarnya menuju PPI memiliki 28 Tempat parkir 2.520,00 m2 akses yang sudah baik, dengan lebar jalan 5 m dan beraspal. Selain itu, jalan lingkungan 29 Pagar keliling pelabuhan 600,00 m' permukiman sebagian sudah beraspal dan ada pula yang masih tanah atau dilapisi koral. Kondisi 30 Penghijauan/landscape 6.000,00 m2 jalan dari pelabuhan umum menuju bandara terdapat pada Gambar 3-10 dan Gambar 3-11.

Bab III: Masterplan Halaman 57 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

B. Drainase

Sistem drainase dibuat untuk mengalirkan air buangan dari air hujan dari halaman pelabuhan. Air hujan diupayakan seminimal mungkin dibuang kesaluran drainase dengan cara diresapkan ke dalam tanah melalui sumur resapan, ruang terbuka hijau dan lain sebagainya. Sementara dimensi/ukuran saluran drainase air limbah ditentukan berdasarkan debit air yang akan dialirkan. Saluran drainase ditempatkan di kiri dan kanan mengikuti jaringan jalan. Berdasarkan perkiraan intensitas hujan di lokasi tersebut sebesar 19 mm/jam, maka diperkirakan kebutuhan saluran drainase pada masing- masing jalan sebagai berikut :

Kondisi Jalan Menuju Bandara Kimaam  Panjang saluran drainase =900,00 m

Gambar 3-21. Kondisi Jalan dari Pelabuhan Umum menuju Bandara Kimaam  Dimensi saluran : Lebar = 0,70 m Tinggi = 0,70 m

C. Instalasi Listrik

Kebutuhan energi listrik untuk kebutuhan aktivitas pelabuhan diperkirakan memerlukan energi listrik sebesar 300 KVA. Untuk pengadaan sumber energi listrik di dalam pelabuhan disarankan menggunakan energi listrik tenaga surya (solar cell).

D. Sarana Komunikasi (Telepon, Radio Komunikasi, Faksimili)

Pengembangan jaringan telekomunikasi di pelabuhan, berdasarkan standar teknis kawasan industri diperlukan 4 (empat) sampai dengan 5 (lima) SST (Satuan Sambungan Telepon) per hektar termasuk

Jalan permukiman yang sudah di cor beton Jalan permukiman masih berupa tanah faximile/telex dan telepon umum 1 SST (Satuan Sambungan Telepon) per 10 (sepuluh) hektar. PPI

Kimaam cukup dipasang 5 SST dan disarankan menggunakan serat optik, karena mempunyai hantar Gambar 3-22. Kondisi Jalan Permukiman Kimaam dan kualitas yang cukup baik. Pengadaan sarana telekomunikasi disarankan bekerja sama dengan P.T. 2. Jaringan jalan di dalam lahan pelabuhan Telkom.

Rencana jaringan jalan untuk melayani kegiatan fasilitas pelabuhan membutuhkan ruang milik jalan E. Perencanaan Kebutuhan Fasilitas Pelabuhan (Rumija) seluas 10 m. Jalan tersebut terdiri atas 2 (dua) jalur dan 2 (dua) arah dengan lebar 1. Dasar-dasar Perencanaan perkerasan 6 m, dilengkapi saluran drainase di kanan dan kiri jalan tanpa median (pemisah jalur). Jalan ini dapat dilalui kendaraan dengan tekanan gandar 5 ton sampai 8 ton. Oleh sebab itu, luas a. Pola Kegiatan Operasional Pelabuhan Perikanan lahan yang dibutuhkan sebesar 4.500 m2. Secara umum, lahan pelabuhan di Kimaam terbentuk oleh Perencanaan kebutuhan fasilitas ini disesuaikan dengan pola kegiatan operasional pelabuhan sedimentasi, karena berada di daerah rawa. Oleh sebab itu, pembangunan jalan di daerah tersebut perikanan yang mencakup : menggunakan perkerasan kaku (rigid pavement) dan saluran drainase menggunakan pasangan batu  Kegiatan operasional di laut belah. Kegiatan operasional di laut meliputi kegiatan sebagai berikut :

1) Penangkapan ikan (fishing ground)

Bab III: Masterplan Halaman 58 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Penangkapan ikan di laut (fishing ground) melibatkan nelayan setempat/tradisional 1) Pelelangan (auctioning) yang menangkap ikan di perairan pantai menggunakan kapal-kapal kecil dan sedang Kegiatan pelelangan ikan hasil tangkapan merupakan kegiatan utama dan dilakukan di (<30 GT), maupun pengusaha penangkapan ikan yang beroperasi di perairan lepas tempat pelelangan ikan (TPI). Didalam pelelangan mencakup kegiatan administrasi pantai menggunakan kapal-kapal berukuran besar (> 30 GT). (pencatatan, penarikan retribusi dan lain-lain) yang dilakukan oleh petugas TPI, Dalam kegiatan penangkapan ikan, juga termasuk kegiatan penanganan ikan di atas kegiatan jual beli yang melibatkan pemilik ikan/penjual dan pedagang, dan pembeli kapal berupa pembersihan (cleaning), pengawetan dengan pendinginan menggunakan 2) Penyortiran dan pengepakan (sorting & packing) es (freezing), penggaraman (salting), dan penyimpanan dalam fish hold/storage. Ikan hasil tangkapan yang telah dilelang selanjutnya dipilah/disortir dan di pak, 2) Pendaratan di dermaga bongkar (landing) selanjutnya dipasarkan atau disimpan di dalam ruang pendingin (cold storage). Kegiatan pendaratan kapal penangkap ikan di dermaga mencakup bongkar ikan Kegiatan ini dilakukan di salah satu ruangan yang ada di pelabuhan. (unloading), pengangkutan ikan ke TPI, penyortiran dan pembersihan (sorting/ 3) Pengolahan (procesing) cleaning). Hasil tangkapan yang didaratkan oleh kapal-kapal kecil berukuran < 30 GT Kegiatan pengolahan meliputi pendinginan/pembekuan di dalam cold storage atau diangkut untuk dilelang di TPI kemudian diangkut ke pengolahan tradisional atau freezer, pengawetan dengan pengeringan atau penggaraman, pemindangan, dan dipasarkan, sedang hasil tangkapan yang setelah dilelang di TPI tidak terjual/ sebagainya. Kegiatan ini melibatkan para pengolah tradisional. dikonsumsi, langsung dimasukkan ke pendingin (cold storage) untuk diangkut ke pelabuhan Merauke. Pengangkutan menggunakan kapal carrier atau lewat udara. 4) Pengangkutan (trasportation)

3) Pelayanan di dermaga muat (servicing) Pengangkutan hasil produksi dari pelabuhan Kimaam ke Merauke merupakan komponen yang mempengaruhi mutu ikan. Kegiatan pengangkutan melibatkan sarana Kapal-kapal yang selesai membongkar hasil tangkapan, kemudian ditambat untuk dan prasarana transportasi. Pengankutan ikan dari pelabuhan Kimaam bisa istirahat atau memuat perbekalan yang berupa bahan bakar (BBM), air bersih, es, bahan menggunakan pelabuhan umum, (kapal carrier), dan udara ( bandar udara dan makanan dan sebagainya. Dalam perencanaannya, dermaga pelayanan (service berth) pesawat terbang). menjadi satu dengan dermaga bongkar (loading berth). 5) Pemasaran (marketing) 4) Perawatan dan perbaikan (maintenance & repairs) Kegiatan pemasaran meliputi pemasaran lokal, antar pulau, dan ekspor. Kegiatan ini Kegiatan ini mencakup perbaikan bagi kapal-kapal yang rusak, penggantian suku melibatkan para pedagang dan pengecer yang memasarkan ikan di sekitar lokasi, cadang, maupun perawatan rutin sebelum melaut. Untuk kegiatan tersebut diperlukan antar pulau, maupun para eksportir. fasilitas perbengkelan/workshop dan fasilitas docking /slipway). b. Pola Penanganan Ikan (Fish Handling) 5) Tambat labuh dan istirahat (berthing) Penanganan ikan hasil tangkapan agar memiliki mutu ikan tetap baik dan memenuhi syarat Dalam rangka menunggu operasi penangkapan ikan berikutnya, kapal-kapal yang telah sebagai bahan baku olahan untuk diekspor, perlu penanganan yang baik sejak penangkapan, selesai membongkar hasil tangkapan maupun yang telah selesai perbaikan akan tambat penyimpanan, dan pangangkutan sampai ke konsumen. dan istirahat. Selama masa tambat/istirahat, akan dilakukan pembersihan dan perawatan kapal, pengisian perbekalan makanan dan kesempatan istirahat bagi para Kegiatan tersebut meliputi :

ABK. Untuk itu diperlukan areal labuh yang memadai.  Penanganan ikan di laut

 Kegiatan operasional di darat Untuk mejaga agar ikan hasil tangkapan tetap segar, maka ikan hasil tangkapan disimpan Kegiatan operasi di darat meliputi : dalam palkah (fish hold) dan diawetkan menggunakan es. Dengan cara ini maka ikan-ikan tersebut tetap segar selama dalam perjalanan di laut.

Bab III: Masterplan Halaman 59 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

 Penanganan ikan di pelabuhan  Tempat pelelangan ikan (TPI) berikut fasilitas penunjangnya (kantor, ruang penimbangan, gudang keranjang ikan dan tempat pengepakan) Untuk menjaga agar mutu ikan tetap baik, maka pembongkaran ikan dari laut ke dermaga, terutama saat ikan-ikan dibongkar dari palkah harus dibersihkan dari kotoran dan es  Toilet umum menggunakan air bersih, dipilah/sortir, dikemas dalam keranjang dan dilindungi dengan es.  Shelter nelayan Keranjang kemasan ikan tersebut diangkut ke TPI menggunakan kereta dorong atau fork lift 2) Fasilitas perbekalan atau alatlain. Ikan yang telah dilelang diangkut ke tempat penyimpanan, ke pengolahan ikan, atau langsung dipasarkan.  Pabrik es

 Penanganan ikan dalam pengangkutan  Tangki BBM untuk perbekalan kapal dan keperluan pengolahan

Ikan yang akan dijual dalam keadaan segar memerlukan penanganan yang baik selama  Instalasi air bersih (menara air/water torn) untuk perbekalan kapal dan keperluan pengangkutan. Apabila jarak pengangkutan cukup jauh maka ikan-ikan tersebut harus pengolahan serta kebutuhan pelabuhan diangkut dalam keadaan tetap dingin dan beku dengan cara dilindungi/ditaburi es dan 3) Fasilitas perbaikan/pemeliharaan disimpan dalam peti. Ikan yang akan diekspor dengan kapal carrier yang telah dilengkapi  Gudang/garasi alat berat pendingin atau kontainer yang memakai sistem pendingin, disimpan dalam keadaan beku di dalam palkah.  Bengkel/workshop

2. Jenis Fasilitas yang dibutuhkan  Pelataran perbaikan dan penjemuran alat tangkap ikan (jaring)

Berdasarkan pola kegiatan operasional pelabuhan perikanan dan pola penanganan ikan tersebut,  Dok/galangan kapal (slipway). maka jenis ikan dan pengelompokan fasilitas yang dibutuhkan untuk pelabuhan perikanan dapat 4) Fasilitas pengolahan diuraikan sebagai berikut : Cold storage/cold room untuk menyimpan kelebihan produksi sebelum ikan dipasarkan a. Fasilitas dasar 5) Kantor administrasi pelabuhan Fasilitas pokok yang harus ada dan berfungsi melindungi pelabuhan dari gangguan alam, tempat Terdiri dari kantor kepala pelabuhan/ kantor UPT pelabuhan perikanan. bongkar muat, serta tempat tambat labuh kapal meliputi : 6) Balai pertmuan nelayan  Dermaga bongkar, dermaga muat dan tambat Berfungsi sebagai tempat kegiatan penyuluhan nelayan, tempat pertemuan  Areal daratan pelabuhan 7) Fasilitas pendukung  Jaringan jalan  Rumah pompa  Jaringan drainase  Rumah jaga

 Gedung generator set b. Fasilitas fungsional  Gudang perlengkapan Untuk memberikan pelayanan dan manfaat bagi kegiatan opersional pelabuhan perikanan perlu didukung fasilitas fungsional yang meliputi :  Pagar keliling

1) Fasilitas produksi

Bab III: Masterplan Halaman 60 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

c. Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang merupakan fasilitas tambahan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan

pelabuhan, meliputi : dengan :

 Tempat ibadah Loa = panjang kapal

 Balai kesehatan/poliklinik N = jumlah kapal

 Kantin n = jumlah kapal yang operasi

 Pertokoan/ruko yang menyediakan perbekalan makanan dan alat-alat tangkap ikan. Q = hasil tangkapan rata-rata sekali pelayaran

 Pasar ikan Dc = rata-rata periode ulang pelayaran (hari)

 Sarana kebersihan (IPAL, TPS) T = waktu untuk pelayanan per hari (jam)

d. Lahan pengembangan industri kecil/tradisional S = faktor ketidakteraturan

Berupa lahan yang disediakan untuk para nelayan dan pengusaha kecil yang akan mendirikan L = panjang dermaga yang diperlukan industri kecil (pemindangan, penggaraman, pengeringan, pengasapan dan sebagainya). U = kecepatan bongkar rata-rata termasuk persiapan

3. Analisis Kebutuhan Fasilitas Sesuai dengan data kapal pada tabel 3-3 dan perkiraan pertumbuhan 20% dalam waktu 5

a. Asumsi dasar (lima) tahunan, berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan dermaga sampai dengan tahun 2016 diperoleh : Analisis kebutuhan fasilitas PPS Merauke menggunakan asumsi dasar sebagai berikut : Dermaga bongkar dan muat = 50,00 m 1) Dermaga Namun demikian, dalam perencanaan ini mengacu pada Keputusan Menteri Kelautan dan Dalam perencanaan dermaga, dermaga untuk kapal-kapal kecil (<30 GT) dan kapal-kapal Perikanan No. 45/KEPMEN-KP/2014 tentang Rencana Induk Pelabuhan Perikanan, untuk ukuran sedang dan besar (> 30 GT), baik dermaga bongkar, dermaga muat dan dermaga panjang dermaga bongkar sekurang-kurangnya 50 m, maka dermaga PPI Kimaam dalam tambat/istirahat menjadi satu dermaga. Proyeksi jumlah kapal di PPI Kimaam dapat dilihat perencaannya adalah sebagai berkut : pada tabel berikut : Dermaga bongkar dan muat =200,00 m Tabel 3-3. Proyeksi Jumlah Kapal Proyeksi jumlah kapal (buah) Dermaga bongkar untuk kapal-kapal kecil (< 30 GT) maupun kapal-kapal sedang dan besar (> No Jenis kapal Tahun 30 GT) berupa jetty dengan struktur pelat beton yang ditopang tiang pancang beton/pipa baja 2021 2026 2031 2036 2016 dan dilengkapi fasilitas penambat. 1 KM 10 GT 21 25 30 36 43 2 KM 30 GT 79 95 114 137 164 2) Dermaga muat 3 KM 50 GT 6 7 8 10 12 4 KM 75 GT 12 14 17 20 24 Fungsi sebagai tempat kapal merapat dan memuat perbekalan dan perlengkapan untuk bekal 5 KM 150 GT 6 7 8 10 12 selama operasi penangkapan ikan di laut.

Panjang dermaga menurut PIANC dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Bab III: Masterplan Halaman 61 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Kriteria bangunan Luas untuk memutar kapal (turning basin) diperkirakan adalah luas lingkaran dengan jari-jari R = 2 x L Dermaga muat berada sedekat mungkin dengan fasilitas-fasilitas perbekalan antara lain tempat BBM, air, es dan lainnya. Kedalaman kolam

Panjang kapal ditentukan oleh jumlah kapal, jeni/ukuran kapal dan pola operasai saat muat Elevasi dasar kolam pelabuhan dihitung berdasarkan persamaan berikut : perbekalan. Panjang dermaga muat dihitung dengan rumus PIANC sebagai berikut: Hp = LWS – D – 0,5H – clearance

Dengan :

Hp = kedalaman kolam pelabuhan di bawah LWS Dengan : D = draft kapal ( untuk kapal 150 GT, draft kapal diambil 2,50 m) Loa = panjang kapal H = tinggi gelombang maksimum dalam kolam (0,50 m) n = jumlah kapal yang operasi Clearance = 0,60 – 1,55 m Ts = waktu pelayanan yang diperlukan per kapal Jika direncanakan kolam akan digunakan oleh kapal besar (150 GT), maka perhitungan T = waktu yang ada untuk pelayanan per hari (jam) kedalaman kolam berdasarkan data kapal 150 GT.

S = faktor ketidakteraturan Hp = LWS – 2 ,50– (0,50 x 0,50) – 1,075 m

L = panjang dermaga yang diperlukan Hp = LWS – 3,825 m.

Jika LWS merupakan air surut terendah dianggap sebagai titik datum = 0, maka kedalaman Mengacu data kapal pada tabel 3-4 dan perkiraan pertumbuhan 20 % dalam waktu 5 (lima) kolam pelabuhan sekurang-kurangnya 3,825 meter di bawah permukaan air terendah. tahunan, berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan dermaga sampai dengan tahun 2016 diperoleh : 4) Tempat pelelangan ikan  Dermaga muat, tambat dan istirahat > 30 GT = 45,00 m Kebutuhan tempat pelelangan ikan (TPI) dihitung berdasarkan persamaan berikut :

3) Luas kolam pelabuhan

Luas kolam pelabuhan dihitung berdasarkan persamaan berikut : Dengan : A = At + 3nLB S = luas yang dibutuhkan (m2) dengan : N = jumlah ikan yang dilelang (ton/hari) A = luas kolam pelabuhan (m2) R = jumlah lelang per hari At = luas untuk memutar kapal (m2) = 0,3 n = jumlah kapal maksimum yang berlabuh setiap hari P = luas yang dibutuhkan untuk tiap satuan berat ikan (ton/ m2) L = panjang kapal Ikan kecil P = 6 B = lebar kapal Ikan besar P = 13 (tanpa wadah)

P = 6 (dalam wadah)

Bab III: Masterplan Halaman 62 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Sesuai ketentuan tentang Rencana Induk Pelabuhan Perikanan, ikan yang diproduksi pemakai air secara gravitasi. Sumber air bisa dari air tanah maupun air permukaan (sungai pelabuhan perikanan samudera minimum 5 ton/hari. atau laut), sebelum dikonsumsi terlebih dahulu diolah melalui reverse osmosis (R.O).

Luas TPI yang dibutuhkan adalah : S = (5 x 6)/(1 x 0,3) = 100 m2 Bak penampung air (ground water tank) direncanakan dengan ukuran panjang 35 meter, lebar 10 meter dan kedalaman 2 meter, sehingga mampu menampung air sebanyak 700 m3. 5) Kebutuhan es 8) Kebutuhan listrik Kebutuhan ikan dihitung berdasarkan proyeksi produksi ikan per hari. Kebutuhan es yang ideal antara 1,50 kg – 2 kg es untuk 1 kg ikan. Perkiraan tangkapan ikan 50 ton per hari maka Kebutuhan listrik dihitung berdasarkan dimensi bangunan, fungsi bangunan dan ruangan, kebutuhan es minimum adalah 5 x 1,50 x 1000 = 7,50 ton es/hari. kebutuhan daya untuk mesin penggerak dan kebutuhan penerangan lainnya. Pengadaan energi listrik yang akan datang direkomendasikan menggunakan energi listrik tenaga surya 6) Kebutuhan BBM (solar cell) dengan kapasitas minimum 300 KVA. Kebutuhan BBM dihitung berdasarkan jenis dan jumlah kapal. 9) Kebutuhan luas bangunan fungsional dan penunjang  Kebutuhan oli = 0,01 liter/DK/jam Kebutuhan luas bangunan dihitung berdasarkan jumlah pemakai, kapasitas produksi dan  Kebutuhan solar = 0,20 liter/DK/jam ditambah ruang sirkulasi sebesar 20 % - 30 % dari luas total.  Kebutuhan minyak tanah = 0,10 liter/DK/jam Standar luas bangunan mengacu Permen P.U No. 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Solar disediakan dalam tangki BBM dengan kapasitas mingguan, sedangkan oli dan minyak Pembangunan Bangunan Gedung Negara, untuk gedung maksimum 2 lantai dengan luas lantai tanah disediakan menggunak drum. 500 m2 termasuk klasifikasi gedung sederhana. Standar luas bangunan sesuai dengan kentuan tersebut adalah : 7) Kebutuhan air bersih  Bangunan gedung kantor = 9,60 m2/personil Kebutuhan air bersih dihitung berdasarkan kebutuhan perbekalan untuk awak buah kapal 2 (ABK), pencucian ikan, pembersihan TPI, bahan baku pabrik es, pendingin mesin dan  Ruang rapat = 40 m kebutuhan penghuni pelabuhan dan kebutuhan lainnya.  Ruang studio = 4 m2/orang

 Kebutuhan ABK : 20 liter/orang/hari Pemakai = 10% x staf

 Kebutuhan bahan baku es : 1kg air untuk 1 kg es  Ruang arsip = 0,40 m2/orang

 Kebutuhan ikan : 1 liter air per kg ikan Pemakai = jumlah staf

 Kebutuhan TPI : 1,50 liter/ m2 luas TPI  WC = 2 m2/ 25 orang

 Kebutuhan pendingin mesin : 10 % dari kebutuhan total  Tempat ibadah/musholla = 0,80 m2/orang

 Kebutuhan orang pengguna : 100 liter/orang/hari Pemakai = 20% x jumlah personil

 Kebutuhan hydran kebakaran : 40 % dari kebutuhan total  Rumah negara :

Untuk itu, kebutuhan bersih per hari di pelabuhan diprakirakan sebanyak 100 m3/hari.  Setingkat kasubdit, kabag, kabid, PNS golongan IVa – IVc adalah bangunan tipe C Penampungan air menggunakan bak penampung yang tertanam di tanah (ground water tank), dengan klasifikasi : luas bangunan = 70 m2 dan untuk distribusi air direncanakan ditampung dengan menara air (water torn) terlebih luas tanah = 200 m2, toleransi luas tanah 50% dahulu dan pengisiannya menggunakan pompa air, sehingga pendistribusian ke tiap-tiap

Bab III: Masterplan Halaman 63 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

 Setingkat kasi, kasubag, kasubid, PNS golongan IIIa – IIId adalah bangunan tipe D 3.4.1. Rencana Pembangunan Fasilitas

Dengan klasifikasi : luas bangunan = 50 m2 3.4.1.1. Jangka Pendek (2016-2020) luas tanah = 120 m2, toleransi luas tanah 50% Untuk melengkapi sarana dan prasarana pada PPS di Merauke dan PPI di Kimaam jangka pendek 10) Kebutuhan Instalasi Pengolahan Limbah (IPAL) diperkirakan sebagai berikut : a. PPS Merauke Air limbah/buangan adalah air yang berasal dari rumah mess, perkantoran maupun tempat 1. Fasilitas pokok terdiri atas : pelelangan ikan, pasar ikan dan tempat umum lainnya, dan pada umumnya mengandung bahan-bahan /zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan manusia serta menggangu NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT HARGA TOTAL (Rp) lingkungan. Karenanya, pengelola di pelabuhan wajib melakukan pengelolaan lingkungan 1 Tempat pelelangan ikan 1.000,00 m2 12.000.000.000,00 2 Kantor Syahbandar 192,00 m2 3.340.800.000,00 sesuai dengan jenis dampak yang ditimbulkan dengan pendekatan sosial ekonomi, 3 Kolam kapal mati 95.000,00 m2 1.204.600.000.000,00 kelembagaan, dan teknologi. Perkiraan volume dan kapasitas limbah cair yang dihasilkan 4 Docking facility/slipway 3.000,00 m2 38.040.000.000,00 oleh aktivitas pelabuhan berkisar antara 60% - 80% dari konsumsi air bersih per hari. 5 Bengkel dan gudang peralatan 60,00 m2 720.000.000,00 6 Toilet/WC umum 48,00 m2 576.000.000,00 11) Kebutuhan Tempat Pembuangan Sampah (TPS) 7 Bangunan rumah pompa 18,00 m2 216.000.000,00 8 Bangunan rumah genset 9,00 m2 108.000.000,00 Sesuai Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pengelolaannya 9 Bak penampung air (ground water tank) 350,00 m2 4.438.000.000,00 agar ramah lingkungan dengan metode 3 R (reduce, reuse, recycle) sampah didaur ulang. 10 Reverse osmosis (kap 8 lt/dt) + gedung 1,00 unit 3.220.000.000,00 Standar luas bangunan mengacu Permen P.U No. 45/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis 11 Menara air (water torn) 1,00 unit 2.000.000.000,00 12 Pabrik es 200,00 m2 Pembangunan Bangunan Gedung Negara, produksi sampah minimum 3 liter/ orang/hari. 2.400.000.000,00 13 Cold storage 200,00 ton 6.580.000.000.000,00 Jika orang yang beraktivitas di pelabuhan (personil, keluarga karyawan, 14 Balai pengolahan ikan 1.000,00 m2 12.000.000.000,00 tamu/pedagang/pengunjung dan lain-lain) diasumsikan sebanyak 50 orang/hari, maka 15 IPAL 240,00 m2 2.880.000.000,00 kapasitas tempat sampah yang harus disediakan adalah 0,150 m3/hari dan dibuang dalam 1 16 Menara air (water torn) 128,00 m2 1.536.000.000,00 17 Instalasi listrik (solar cell) 500,00 KVA minggu 1 kali, sehingga bak sampah yang harus disediakan berkapasitas 1,50 m3. 12.600.000,00 18 Instalasi BBM Kantor penjualan 120,00 m2 b. Program Kebutuhan Fasilitas 1.440.000.000,00 Tangki solar (kap 200 m3) 400,00 unit 800.000.000.000,00 Tangki minyak tanah (kap 200 m3) 100,00 unit Berdasarkan asumsi dasar tersebut, maka dapat ditetapkan kapasitas dan dimensi dari tiap-tiap 200.000.000.000,00 Tangki oli (kap 5 m3) 5,00 unit fasilitas yang dibutuhkan dalam pembangunan pelabuhan PPI Kimaam adalah sebagai berikut : 500.000.000,00 19 Balai pertemuan nelayan 180,00 m2 2.160.000.000,00 2 Tabel 3-4. Kebutuhan Lahan PPI Kimaam 20 Tempat ibadah 100,00 m 1.200.000.000,00 21 Shelter nelayan (transit sheed) 120,00 m3/hr 1.440.000.000,00 22 Garasi alat berat 240,00 m3/hr Uraian Bobot Luas 2.880.000.000,00 No 3 (%) (ha) 23 Pos jaga 48,00 m /hr 576.000.000,00 24 Pos pelayanan terpadu (kepolisian, bank) 240,00 m2 4.176.000.000,00 1 RTH 30% 0,60 25 Gapura pelabuhan + papan nama 1,00 m2 200.000.000,00 2 Jalan = 20% x sisa lahan (1) 20% 0,28 26 Tempat parkir 15.000,00 m2 19.200.000.000,00 3 1,12 27 Pagar keliling pelabuhan 3.000,00 m2 9.480.000.000,00 Sisa lahan (2) digunakan untuk pelabuhan LUAS LAHAN 2,00 28 Penghijauan/landscape 150.000,00 m2 6.000.000.000,00

3.4. Rencana Pembangunan

Bab III: Masterplan Halaman 64 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

2. Fasilitas fungsional terdiri atas : NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT HARGA TOTAL (Rp) mess tamu (7 orang) 200,00 m2 3.480.000.000,00 NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT HARGA TOTAL (Rp) 2 Pertokoan/ruko (2 lantai) 500,00 m2 8.700.000.000,00 1 Tempat pelelangan ikan 1.000,00 m2 12.000.000.000,00 3 Prasarana olah raga 10.000,00 m2 12.800.000.000,00 2 Kantor Syahbandar 192,00 m2 3.340.800.000,00 4 Gedung serba guna (Techno park)

3 Kolam kapal mati 95.000,00 m2 1.204.600.000.000,00 Laboratorium bina mutu 72,00 m2 1.252.800.000,00 4 Docking facility/slipway 3.000,00 m2 38.040.000.000,00 Pusat penelitan kelautan 72,00 m2 1.252.800.000,00 5 Bengkel dan gudang peralatan 60,00 m2 720.000.000,00 Pusat pelatihan 72,00 m2 1.252.800.000,00 6 Toilet/WC umum 48,00 m2 576.000.000,00 Inkubator 72,00 m2 1.252.800.000,00 7 Bangunan rumah pompa 18,00 m2 216.000.000,00 Workshop 72,00 m2 1.252.800.000,00 2 8 Bangunan rumah genset 9,00 m2 108.000.000,00 Mess peserta pelatihan (40 orang) 1.200,00 m 20.880.000.000,00

9 Bak penampung air (ground water tank) 350,00 m2 4.438.000.000,00 10 Reverse osmosis (kap 8 lt/dt) + gedung 1,00 unit 3.220.000.000,00 b. PPI Kimaam 11 Menara air (water torn) 1,00 unit 2.000.000.000,00 1) Fasilitas pokok terdiri atas : 12 Pabrik es 200,00 m2 2.400.000.000,00

13 Cold storage 200,00 ton 6.580.000.000.000,00 NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT HARGA TOTAL (Rp) 2 14 Balai pengolahan ikan 1.000,00 m 12.000.000.000,00 1 Dermaga

15 IPAL 240,00 m2 2.880.000.000,00 (pelat beton tulang + tiang pancang 900,00 m2 64.098.000.000,00 16 Menara air (water torn) 128,00 m2 1.536.000.000,00 beton) Dermaga bongkar-muat kapal < 30 GT 900,00 m2 64.098.000.000,00 17 Instalasi listrik (solar cell) 500,00 KVA 12.600.000,00 18 Instalasi BBM 2 Turap

Kantor penjualan 120,00 m2 1.440.000.000,00 Sheet pile (pra cetak) 3.000,00 m' 46.230.000.000,00

Tangki solar (kap 200 m3) 400,00 unit 800.000.000.000,00 3 Reklamasi lahan 30.000,00 m3 13.500.000.000,00

Tangki minyak tanah (kap 200 m3) 100,00 unit 200.000.000.000,00 4 Jalan (beton cor + lapis aspal HRS)

Tangki oli (kap 5 m3) 5,00 unit 500.000.000,00 Jalan komplek pelabuhan 1.200,00 m2 5.136.000.000,00

19 Balai pertemuan nelayan 180,00 m2 2.160.000.000,00 5 Bahu jalan 300,00 m2 105.000.000,00 20 Tempat ibadah 100,00 m2 1.200.000.000,00 6 Drainase (pas batu belah adk 1pc : 4ps) 300,00 m' 1.686.000.000,00 21 Shelter nelayan (transit sheed) 120,00 m3/hr 1.440.000.000,00 7 Bollard dan fender 25,00 unit 440.250.000,00 22 Garasi alat berat 240,00 m3/hr 2.880.000.000,00 23 Pos jaga 48,00 m3/hr 576.000.000,00 2) Fasilitas fungsional terdiri atas : 24 Pos pelayanan terpadu (kepolisian, bank) 240,00 m2 4.176.000.000,00 25 Gapura pelabuhan + papan nama 1,00 m2 200.000.000,00 NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT HARGA TOTAL (Rp) 2 26 Tempat parkir 15.000,00 m2 19.200.000.000,00 1 Tempat Pelelangan Ikan 200,00 m 2.400.000.000,00 2 27 Pagar keliling pelabuhan 3.000,00 m2 9.480.000.000,00 2 Kantor administrasi pelabuhan 192,00 m 3.340.800.000,00 2 28 Penghijauan/landscape 150.000,00 m2 6.000.000.000,00 3 Docking facility/slipway 1.000,00 m 12.680.000.000,00 4 Bengkel dan gudang peralatan 24,00 m2 288.000.000,00 5 Toilet/WC umum 8,00 m2 96.000.000,00 3. Fasilitas penunjang terdiri atas : 6 Bangunan rumah pompa 9,00 m2 108.000.000,00 NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT HARGA TOTAL (Rp) 7 Bangunan rumah genset 9,00 m2 108.000.000,00 1 Perumahan 8 Bak penampung air (ground water tank) 350,00 m2 4.357.500.000,00

Kepala pelabuhan (1 orang) 70,00 m2 1.218.000.000,00 9 Reverse osmosis (kap 5lt/dt) 1,00 unit 1.860.000.000,00 Syahbandar (1 orang) 70,00 m2 1.218.000.000,00 10 Menara air (water torn) 1,00 unit 2.000.000.000,00 Kepala bidang (2 orang) 140,00 m2 2.436.000.000,00 11 Cold storage + pabrik es 10,00 ton 65.800.000.000,00 Staf/penjaga (3 orang) 150,00 m2 2.610.000.000,00 12 IPAL 120,00 m2 1.440.000.000,00 2 mess operator (1 orang) 100,00 m 1.740.000.000,00 13 Instalasi listrik (solar cell) 300,00 KVA 7.560.000,00 mess instruktur pelatihan (2 orang) 280,00 m2 4.872.000.000,00

Bab III: Masterplan Halaman 65 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT HARGA TOTAL (Rp) 2. Fasilitas fungsional terdiri atas : 14 Instalasi BBM NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT HARGA TOTAL (Rp) Kantor penjualan 60,00 m2 720.000.000,00 1 Gudang penyimpan keranjang ikan 90,00 m2 1.080.000.000,00 Tangki solar (kap 200 m3) 1,00 unit 2.000.000.000,00 2 Docking facility/slipway 2.000,00 m2 25.360.000.000,00 Tangki minyak tanah (kap 50 m3) 1,00 unit 1.000.000.000,00 3 Pasar ikan 1.000,00 m2 12.000.000.000,00 Tangki oli (kap 3 m3) 1,00 unit 75.000.000,00 4 Tempat perbaikan jaring 1.000,00 m2 1.280.000.000,00 15 Tempat ibadah 64,00 m2 768.000.000,00 5 Menara air (water torn) 1,00 unit 2.000.000.000,00 16 Pos jaga 18,00 m2 216.000.000,00 6 Pabrik es 200,00 m2 2.400.000.000,00 17 Gapura jalan masuk + papan nama 1,00 unit 200.000.000,00 7 Cold storage 200,00 ton 6.580.000.000.000,00 18 Tempat parkir 2.000,00 m2 2.560.000.000,00 8 Balai pengolahan ikan 1.000,00 m2 12.000.000.000,00 19 Pagar keliling pelabuhan 600,00 m' 1.896.000.000,00 9 Bak penampung air (ground water tank) 1.000,00 m2 1.280.000.000,00 20 Penghijauan/landscape 6.000,00 m2 240.000.000,00 2 10 Gapura jalan masuk + papan nama 1,00 m 200.000.000,00 11 Tempat parkir 12.900,00 m2 16.512.000.000,00 3) Fasilitas penunjang terdiri atas : 12 Pagar keliling pelabuhan 1.230,00 m2 3.886.800.000,00 13 Penghijauan/landscape 7.000,00 m2 280.000.000,00 NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT HARGA TOTAL (Rp) 1 Perumahan Kepala pelabuhan (1 orang) 70,00 m2 840.000.000,00 3. Fasilitas penunjang terdiri atas : 2 Perumahan Staf (4 orang) 200,00 m2 2.400.000.000,00 NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT HARGA TOTAL (Rp) 3 Perumahan Mess operator (1 orang) 50,00 m2 600.000.000,00 1 Perumahan

Kepala bidang (1 orang) 70,00 m2 1.218.000.000,00

2 3.4.1.2. Jangka Menengah (2021-2030) 2 Tempat istirahat nelayan 90,00 m 1.080.000.000,00 3 Pertokoan/ruko (2 lantai) 500,00 m2 8.700.000.000,00 a. PPS Merauke 1. Fasilitas pokok terdiri atas : b. PPI Kimaam

NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT HARGA TOTAL (Rp) 1. Fasilitas pokok terdiri atas : 1 Dermaga NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT HARGA TOTAL (Rp) (pelat beton tulang + tiang pancang beton) 1 Dermaga

Dermaga bongkar-muat kapal < 30 GT 1.600,00 m2 113.952.000.000,00 (pelat beton tulang + tiang pancang beton) 1.200,00 m2 85.464.000.000,00

Dermaga bongkar kapal > 30 GT 3.200,00 m2 227.904.000.000,00 Dermaga bongkar-muat kapal < 30 GT 1.200,00 m2 85.464.000.000,00

Dermaga muat dan tambat kapal > 30 GT 1.600,00 m2 113.952.000.000,00 2 Turap

2 Turap Sheet pile (pra cetak) 1.000,00 m' 15.410.000.000,00

3 Reklamasi lahan 10.000,00 m3 4.500.000.000,00 Sheet pile (pra cetak) 10.000,00 m' 154.100.000.000,00 4 Jalan (beton cor + lapis aspal HRS) 3 Reklamasi lahan 257.800,00 m3 116.010.000.000,00 Jalan komplek pelabuhan 1.500,00 m2 6.420.000.000,00 4 Jalan (beton cor + lapis aspal HRS) 5 Bahu jalan 500,00 m2 175.000.000,00 2 Jalan utama/primer 14.800,00 m 63.344.000.000,00 6 Drainase (pas batu belah adk 1pc : 4ps) 200,00 m' 1.124.000.000,00

Jalan sekunder 6.600,00 m2 28.248.000.000,00 7 Bollard dan fender 30,00 unit 528.300.000,00

5 Trotoar (paving block) 7.400,00 m2 3.034.000.000,00 6 Drainase (pas batu belah adk 1pc : 4ps) 3.200,00 m' 17.984.000.000,00 7 Bollard dan fender 100,00 unit 1.761.000.000,00

Bab III: Masterplan Halaman 66 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

2. Fasilitas fungsional terdiri atas : b. PPI Kimaam 1. Fasilitas pokok terdiri atas : NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT HARGA TOTAL (Rp) 1 Gudang penyimpan keranjang ikan 270,00 m2 3.240.000.000,00 NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT HARGA TOTAL (Rp) 2 Docking facility/slipway 1.000,00 m2 12.680.000.000,00 1 Dermaga

3 Pasar ikan 500,00 m2 6.000.000.000,00 (pelat beton tulang + tiang pancang beton) 900,00 m2 64.098.000.000

4 Tempat perbaikan jaring 500,00 m2 6.225.000.000,00 Dermaga bongkar-muat kapal < 30 GT 900,00 m2 71.220.000,00

5 Depot es 200,00 m2 2.400.000.000,00 2 Bahu jalan 100,00 m2 35.000.000 6 Cold storage + pabrik es 10,00 ton 65.800.000.000,00 3 Drainase (pas batu belah adk 1pc : 4ps) 400,00 m' 2248.000.000 7 Balai pengolahan ikan 500,00 m2 6.000.000.000,00 4 Bollard dan fender 22,00 unit 387.420.000 8 Tempat penjemuran ikan 500,00 m2 640.000.000,00 9 Balai pertemuan nelayan 96,00 m2 1.152.000.000,00 2. Fasilitas operasional terdiri atas : 10 Garasi alat berat 120,00 m2 1.440.000.000,00 11 Pos pelayanan terpadu (kepolisian, bank) 120,00 m2 2.088.000.000,00 NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT HARGA TOTAL (Rp) 12 Gapura pelabuhan + papan nama 1,00 unit 200.000.000,00 1 Toilet/WC umum 8,00 m2 96.000.000 13 Tempat parkir 1.520,00 m2 1.945.600.000,00 2 Balai pertemuan nelayan 96,00 m2 1.152.000.000 3 Gapura pelabuhan + papan nama 1,00 unit 200.000.000 3. Fasilitas penunjang terdiri atas :

NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT HARGA TOTAL (Rp) 3.4.2. Perkiraan Bangunan Dan Biaya Pembangunan PPS Merauke 1 Tempat istirahat nelayan 48,00 m2 576.000.000,00

2 2 Pertokoan/ruko (2 lantai) 1.000,00 m 12.000.000.000,00 Kebutuhan biaya pembangunan sebelum ada perancangan (detail engineering design), maka estimasi biaya

masih ditaksir/prakiraan (appraisal) kasar berdasarkan pengamatan kondisi lapangan secara visual, 3.4.1.3. Jangka Panjang (2031-2035) kesiapan tenaga kerja setempat, prakiraan ketersediaan material dan struktur bangunan yang akan a. PPS Merauke digunakan, serta upah tenaga kerja dan harga material pada saat dilakukan studi.

1. Fasilitas pokok terdiri atas : Apabila Pembangunannya sudah dirancang secara rinci/detil, maka asumsi/estimasi biaya dapat dilakukan

NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT HARGA TOTAL (Rp) menggunakan analisa yang sudah distandarkan baik untuk Analisa Bangunan Konstruksi (ABK) untuk 1 Ponton dermaga (16 x 16) m 2,00 unit 4.000.000.000,00 Bangunan Gedung dan Perumahan maupun analisa penggunaan alat-alat berat yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bina Marga yaitu Panduan Analisa Harga Satuan (PAHS). Perkiraan biaya konstruksi 2. Fasilitas operasional terdiri atas : PPS Merauke sebagai berikut :

NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT HARGA TOTAL (Rp) Tabel 3-5. Perkiraan Biaya Konstruksi PPS Merauke.

2 1 Toilet/WC umum 48,00 m 576.000.000,00 NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT HARGA (Rp) 2 2 Bak penampung air (ground water tank) 1.000,00 m 1.280.000.000,00 I PEKERJAAN PRA KONSTRUKSI 5.000.000.000,00

3 Instalasi listrik (solar cell) 500,00 KVA 12.600.000,00 II PEKERJAAN KONSTRUKSI

4 Instalasi telekomunikasi - - A. PEKERJAAN PERSIAPAN 30.718.430.000,00

B. PEKERJAAN INFRASTRUKTUR (FASILITAS POKOK)

1) Dermaga (pelat beton tulang + tiang pancang beton) 14.400,00 m2 1.029.568.000.000,00

2) Turap 20.000,00 m' 308.200.000.000,00

Bab III: Masterplan Halaman 67 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT HARGA (Rp) 3.5. Road Map Dan Indikasi Program 3) Reklamasi lahan 657.800,00 m3 296.010.000.000,00

4) Jalan (beton cor + lapis aspal HRS) 66.400,00 m2 284.192.000.000,00 Road map kawasan PKKPT tahun 2015-2019 meliputi kondisi saat ini, kegiatan, anggaran, kondisi yang 5) Trotoar (paving block) 17.400,00 m2 7.134.000.000,00 diharapkan, outcome dan instransi yang terlibat/penanggungjawab tersaji selengkapnya pada Tabel 3-8. 6) Drainase (pas batu belah adk 1pc : 4ps) 13.200,00 m' ±74,5.184.000.000,00

7) Bollard dan fender 250,00 unit 4.402.500.000,00 Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, maka akan dibangun Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) di

C. PEKERJAAN FASILITAS FUNGSIONAL 15.579.498.200.000,00 Distrik Merauke dan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) di 8 wilayah lainnya yaitu wilayah Kimaam, Sibenda,

D. PEKERJAAN FASILITAS PENUNJANG 77.216.000.000,00 Tabonji, Wanam, Waan, Komolom, Kumbis, dan Payum. Setelah ditetapkan wilayah perencanaannya, maka

III PEKERJAAN PASCA KONSTRUKSI 32.012.370.000,00 dapat disusun indikasi program sebagai berikut : Jumlah 17.728.135.500.000,00

3.5.1. Indikasi Program Fisik

3.4.3. Perkiraan Bangunan Dan Biaya Pembangunan PPI Kimaam a. Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)

Di wilayah Distrik Merauke sangat berpotensi dibangun PPS, karena dilihat dari kondisi wilayahnya Kebutuhan biaya pembangunan sebelum ada perancangan (detail engineering design), maka estimasi biaya memungkinkan untuk dijadikan pusat/sentral pelabuhan perikanan dari beberapa distrik yang ada. masih ditaksir/prakiraan (appraisal) kasar. Berdasarkan pengamatan kondisi lapangan secara visual, Selain itu, secara geografis wilayah Merauke merupakan jalur strategis untuk kapal dari berbagai kesiapan tenaga kerja setempat, prakiraan ketersediaan material dan struktur bangunan yang akan daerah berlabuh. PPS Merauke dibangun di tepi kiri Sungai Maro dengan arah pandangan hilir, sekitar digunakan, serta upah tenaga kerja dan harga material pada saat dilakukan studi. 4 km di hulu muara. Sungai tersebut memiliki lebar bervariasi yaitu 850 meter pada bagian muara dan Apabila Pembangunannya sudah dirancang secara rinci/detil maka asumsi/estimasi biaya dapat dilakukan 450 meter pada lokasi 5100 km hulu muara. Beberapa fasilitas pendukung yang dibutuhkan untuk menggunakan analisa yang sudah distandarkan baik untuk Analisa Bangunan Konstruksi (ABK) untuk menunjang pengembangan Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) di distrik ini adalah penyiapan lahan Bangunan Gedung dan Perumahan maupun analisa penggunaan alat-alat berat yang diterbitkan oleh industri dan pelabuhan, drainase, air bersih, jaringan jalan, aliran listrik, telekomunikasi, instalasi Direktorat Jenderal Bina Marga yaitu Panduan Analisa Harga Satuan (PAHS). Perkiraan biaya konstruksi pengolahan air limbah, dan persampahan. PPI Kimaam sebagai berikut : b. Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Tabel 3-6. Perkiraan Biaya Konstruksi PPI Kimaam

NO JENIS PEKERJAAN VOLUME UNIT HARGA (Rp) Di delapan wilayah lainnya konsep pengembangan yang akan dibuat adalah pelabuhan PPI. I PEKERJAAN PRA KONSTRUKSI 11.500.000.000,00 Berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa di wilayah studi belum ada pelabuhan perikanan, dan II PEKERJAAN KONSTRUKSI

A. PEKERJAAN PERSIAPAN 4.154.000.000,00 belum ada lahan untuk membangun pelabuhan. Pelabuhan yang sudah ada di Kimaam merupakan

B. PEKERJAAN INFRASTRUKTUR (FASILITAS POKOK) pelabuhan transportasi air/laut yang dikelola oleh Dinas Perhubungan dan terletak di selat. Oleh sebab

1) Dermaga (pelat beton tulang + tiang pancang beton) 4.800,00 m2 341.856.000.000,00 itu, pelabuhan perikanan perlu pengadaan lahan sebagai wilayah otoritas pelabuhan PPI. Ada 3 lokasi 2) Turap 4.000,00 m' 61.640.000.000,00 untuk pangkalan pendaratan ikan yang status lahannya masih dimiliki dan diakui sebagai kawasan 3) Reklamasi lahan 40.000,00 m2 18.000.000.000,00

4) Jalan (beton cor + lapis aspal HRS) 2.700,00 m2 11.556.000.000,00 lindung oleh Kementrian Kehutanan.

5) Drainase (pas batu belah adk 1pc : 4ps) 900,00 m' 5.058.000.000,00 Analisis kebutuhan perlu dilakukan untuk memperkirakan kebutuhan infrastruktur yang perlu 6) Bollard dan fender 67,00 unit 1.179.870.000,00 disediakan sebagai penunjang kegiatan di kawasan pelabuhan perikanan. Infrastruktur tersebut antara C. PEKERJAAN FASILITAS FUNGSIONAL 146.891.000.000,00

D. PEKERJAAN FASILITAS PENUNJANG 16.416.000.000,00 lain jaringan jalan, drainase, air bersih, listrik, telekomunikasi, instalasi pengolahan air limbah (IPAL)

III PEKERJAAN PASCA KONSTRUKSI 1.661.000.000,00 dan persampahan. Jumlah 619.912.000.000,00

Bab III: Masterplan Halaman 68 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

3.5.2. Indikasi Program Non Fisik a. Pelatihan dan Pendampingan

Pelatihan penggunaan alat tangkap, pembuatan jaring, pelatihan penyimpanan ikan, penggunaan mesin serta pelatihan service mesin mendatangkan instruktur ke daerah pesisir. Hal ini bertujuan agar para masyarakat mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan terhadap kegiatan perikanan tangkap. Oleh sebab itu, pembangunan yang dilakukan tidak sia-sia. Disamping itu, ada pendamping yang konsisten dan berkelanjutan dari Staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Merauke. b. Penyuluhan

Penyuluhan tentang manajemen keuangan dan pengelolaan usaha diharapkan agar kedepannya masyarakat lokal mampu hidup mandiri dan memiliki perekonomian yang baik. Penyuluhan tersebut harus dilakukan secara berkelanjutan, agar masyarakat sekitar semakin sadar akan manfaat dari pengelolaan usaha dan keuangan yang baik, sehingga membuat masyarakat menjadi sejahtera.

Indikasi program pengembangan wilayah pesisir dalam pembangunan sarana prasarana dan infrastruktur kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Merauke dapat dilihat pada Tabel 3-9 sampai Tabel 3-13.

Bab III: Masterplan Halaman 69 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Tabel 3-7. Road Map PKKPT Tahun 2016 s/d 2020.

Anggaran (Rp. Juta) Kondisi saat ini Kegiatan Kondisi yang diharapkan Outcome Instansi 2016 2017 2018 2019 2020 KLASTER PRODUKSI PERIKANAN TANGKAP

18.000 18.000 18.000 18.000 18.000 Untuk menggantikan perahu tanpa motor yang  Meningkatnya produksi a. Pengadaan kapal 5-30 GT = 300 1. Kondisi eksisting saat ini: (40 (40 (40 (40 (40 tidak layak operasi sebesar 291 unit, menjadi perikanan tangkap sesuai unit per 5 tahun unit) unit) unit) unit) unit) 300 unit pada 5 distrik. dengan target

11.000 a. Estimasi potensi produksi perikanan tangkap mencapai Sehingga akan ada pengadaan 60  Meningkatkan pendapatan (20 11.000 11.000 11.000 11.000 125.300 ton/th (15% dari WPP 718) unit dibagi 5 distrik masyarakat unit) b. Jumlah produk perikanan tangkap eksisting sebesar 55.800 (20 (20 (20 (20  Mengembangkan ekonomi ton/th (44,53% dari potensi) (Sumber: Permen KP No 45  Untuk ukuran 5-10GT = 40 unit unit) unit) unit) unit) perikanan Tahun 2011) c. Jumlah Armada Penangkapan di 5 distrik kawasan  Meningkatkan kesejahteraan pendukung produksi perikanan tangkap masih didominasi  Untuk ukuran 10-30GT = 20 unit masyarakat nelayan oleh: 1.500 Pengadaan kapal pengangkut akan DJPT b. Pengadaan Kapal pengangkut 75 2.250  PTM : 291 unit (2 dialokasikan di 5 distrik dan pengelolaannya GT sebanyak 5 unit di 5 distrik (3 unit) unit) oleh koperasi/BUMD c. Pengadaan alat tangkap pursesine 100 set selama 5 Penambahan alat tangkap Purse Seine  PMT: 233 unit 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000 tahun, sehingga akan ada sebanyak 100 set pengadaan 20 set setiap tahun d. Bantuan Pengadaan Alat Tangkap Gillnet mesh size Penambahan alat tangkap gillnet sebanyak 100  Kapal Motor 5-10 GT: 71 Unit 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 5/8/10 inch100 set selama 5 set dengan pengadaan 20 set tiap tahun tahun e. Bantuan Pengadaan Alat Penambahan alat tangkap Pancing sebanyak  Kapal Motor ≥ 10GT: 117 unit Tangkap Pancing 100 set selama 2.000 2.000 2.000 2.000 2.000 100 Set dengan pengadaan 20 set tiap tahun 5 tahun f. Bantuan pengadaan GPS/Fish d. Jumlah nelayan di kawasan simpul pendukung produksi Tersalurkannya GPS/Fish Finder sebagai Alat Efisiensi penangkapan dan Finder (Alat Bantu perikanan tangkap 11.210 orang dengan Jumlah RTP 168 168 168 168 168 Bantu Penangkapan sebanyak 300 Unit dengan peningkatan produktifitas hasil DKP Penangkapan) sebanyak 300 unit Penangkapan 2.835 RTP pengadaan 60 set tiap tahun penangkapan dengan jumlah 60 unit/ tahun g. Pelatihan Teknis (minimal meliputi teknis penangkapan 500 juta untuk tiap tahun di 5 distrik. e. Proporsi jumlah nelayan di kawasan simpul pendukung ikan, alat tangkap serta Terlaksananya pelatihan untuk peningkatan Meningkatnya keterampilan produksi perikanan tangkap adalah 49,2% dibandingkan penanganan hasil tangkapan) 500 500 500 500 500 skill teknis nelayan di 5 distrik lokasi simpul DKP nelayan di 5 distrik dengan jumlah keseluruhan nelayan di Kabupaten Merauke untuk Nelayan (Merauke, sentra perikanan produksi tangkap setiap Kimaam, Ilwayab, Tabonji dan tahun masing-masing lima paket. Waan) (Lima Paket) f. Daya jelajah nelayan dari simpul-simpul pendukung Terlaksananya program sekaya maritim di 6 produksi perikanan tangkap ke lokasi DPI mencapai 0 s/d 12 lokasi target program nmil. h. Pelaksanaan Program Sekaya Maritim di 6 lokasi (payum, Terlaksananya Sekaya Maritim di 12.000 Pelaksanaan ini didahului dengan studi DKP 2. Permasalahan: lampu satu, kimaam, kumbis, 6 lokasi kelayakan wanam, tabonji)  Masih belum optimalnya pemanfaatan sumberdaya ikan Pelaksanaan ini didahului dengan studi di lokasi, yang disebabkan antara lain oleh: kelayakan i. Penguatan Kelembagaan (Sekaya Pembinaan akan lebih terarah dan  Masih rendahnya pengetahuan mengenai teknis Maritim) di 6 lokasi (payum, 2.934 memudahkan nelayan untuk meningkatkan Kesejahteraan DKP penangkapan lampu satu, kimaam, kumbis, usahanya wanam, tabonji)

 Masih terbatasnya sarana dan prasarana penangkapan

khususnya kapal dan alat tangkap

Bab III: Masterplan Halaman 70 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Anggaran (Rp. Juta) Kondisi saat ini Kegiatan Kondisi yang diharapkan Outcome Instansi 2016 2017 2018 2019 2020  Masih adanya perahu yang tidak layak untuk

penangkapan di laut (PTM).  Jarak dari pendukung produksi perikanan tangkap ke pusat pemasaran dan atau pusat  pengolahan yang cukup jauh, rata-rata >140

nMil dan tidak bisa ditempuh lewat jalan darat 3. Target a. Fokus kepada optimalisasi pemanfaatan sumberdaya ikan di lokasi DPI (WPP 718) oleh nelayan di kawasan simpul pendukung produksi perikanan tangkap

Dengan mempertimbangkan kondisi lokasi simpul pendukung produksiperikanan tangkap (seperti: kapasitas nelayan, unit penangkapan, metoda penangkapan, dll) , maka asumsi peningkatan produksi stabil di angka 5% dalam lima tahun ke depan, dari 55.765.329 Kg menjadi 58.553.595 Kg atau terdapat peningkatan produksi sekitar 2.788.266 Kg dalam lima tahun ke depan atau sekitar 557.653,3 Kg/Tahun. Dengan proporsi jumlah nelayan (49,2%), maka target peningkatan produksi di kawasan simpul pendukung produksi perikanan tangkap sekitar 1.371.827,09 Kg dalam lima tahun ke depan atau sekitar 274.365,42 Kg/Tahun. Dengan mempertimbangkan produktifitas armada penangkapan saat ini dan beberapa asumsi (seperti Kapasitas SDM dan Teknik Penangkapan) maka, guna mendukung target tersebut diperlukan penambahan armada penangkapan ikan; PMT sekitar 80 armada dan 40 unit Kapal Motor 5 GT dan 40 Unit Kapal Motor 10 GT. Disamping itu didukung pula dengan penambahan/penggantian alat tangkap bagi armada (PTM/PMT dan atau KM) eksisting serta motorisasi PTM di ke-empat lokasi simpul pendukung produksiperikanan tangkap.

Bab III: Masterplan Halaman 71 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Anggaran (Rp. Juta) Kondisi saat ini Kegiatan Kondisi yang diharapkan Outcome Instansi 2016 2017 2018 2019 2020 KLASTER PENGOLAHAN, PEMASARAN, PEMBERDAYAAN DAN SDM  Berjalannya proses pemasaran dan 1. Kondisi saat ini: pengolahan produk perikanan dengan baik a. Rantai dingin dalam penangan ikan di kawasan pendukung produksi perikanan tangkap masih belum  Meningkatkan kesejahteraan masyarakat optimal, belum adanya fasilitas miniplan Ice Flake Maker nelayan/Pengolah Tersedianya Pusat Pemasaran saat ini sudah ada pabrik es di sekitar kawasan Pusat a. Pengembangan Pusat Pemasaran DJP2HP, Balitbang KP/BPSDM, 3.000 hasil Perikanan (P3HP) di lokasi PK2PT tapi belum beroperasi Hasil Perikanan (P3HP) DJKP3K, DJPT Pusat PK2PT b. Olahan berbasis ikan di sentra pengolahan (skala industri) di pusat PK2PT dan sekitarnya masih sebatas  Menciptakan dan menstimulan peluang fillet dan pembekuan (Frozen) , sekala UMKM saat ini investasi sudah mulai berkembang jenis olahan lain seperti: Baso Ikan, Abon, Ikan Asin dan Terasi c. Pasar produk perikanan (Segar/Olahan) masih sangat terbatas (Pasar Lokal Merauke dan pasar antar pulau seperti Surabaya, Makasar, Jayapura: volume masih b. Pengadaan Sarana Untuk sistem Tersedianya Sarana Pengolahan sangat kecil), khusus untuk eksport dilakukan langsung Rantai Dingin dan berjalannya proses produksi oleh perusahaan perikanan umumnya ke DJP2HP, Balitbang KP/BPSDM,  Mutu ikan yang didaratkan dan dipasarkan pengolahan pusat pengolahan China/Tiongkok DJKP3K, DJPT kualitasnya meningkat ikan di Pusat PK2PT  Pengadaan cool box 11.153 2. Permasalahan: 5.577 unit (5 distrik) a. Belum adanya fasilitas fasilitas miniplan Ice Flake Maker  Pengadaan sarana angkut di kawasan simpul-simpul pendukung produksi pendingin sebanyak 10 unit 5.000 perikanan tangkap (5 distrik) c. Pengadaan Sarana Pengolahan b. Masih terbatasnya sarana prasarana pengolahan dan untuk pusat pengolahan ikan di  Berjalannya proses pemasaran dan

pemasaran Pelabuhan Perikanan Merauke pengolahan produk perikanan dengan baik (Pusat PK2PT)  Pengadaan alat pembuat  Meningkatkan kesejahteraan masyarakat d. Pengembangan Pasar Luar Daerah 2.700 bakso ikan 9 unit (5 distrik) nelayan/Pengolah  Pengadaan Alat pembuat  Menciptakan dan menstimulan peluang e. Quality Control dan Standarisasi Produk Olahan 2.700 Tersedianya Sarana Pengolahan abon ikan 9 unit (5 distrik) investasi dan berjalannya proses produksi DJP2HP, Balitbang KP/BPSDM, f. Membutuhkan Diversifikasi Produk (meningkatkan  Berjalannya proses pemasaran dan pengolahan pusat pengolahan DJKP3K, DJPT added value) pengolahan produk perikanan dengan baik ikan di Pusat PK2PT  Meningkatkan kesejahteraan masyarakat g. Teknologi Pengolahan yang masih rendah nelayan/Pengolah h. Pemberdayaan masyarakat terkait aktifitas pengolahan dan atau pengembangan matapencaharian berbasis  Menciptakan dan menstimulan peluang perikanan dan kelautan masih belum berkelanjutan dan investasi berkesinambungan termasuk di dalam pendampingan aktif  Berjalannya proses pemasaran dan pengolahan produk perikanan dengan baik Tersedianya Sarana Pengolahan d. Penyediaan Gedung Processing  Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan berjalannya proses produksi DJP2HP, Balitbang KP/BPSDM, 4.500 di 9 lokasi (5 distrik) nelayan/Pengolah pengolahan pusat pengolahan DJKP3K, DJPT  Menciptakan dan menstimulan peluang ikan di Pusat PK2PT investasi  Berjalannya proses pemasaran dan pengolahan produk perikanan dengan baik Tersedianya Sarana Pengolahan e. Pembangunan Pusat pemasaran  Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan berjalannya proses produksi DJP2HP, Balitbang KP/BPSDM, ikan basah dan olahan 2 lokasi 2000 nelayan/Pengolah pengolahan pusat pengolahan DJKP3K, DJPT Kimaam dan Merauke  Menciptakan dan menstimulan peluang ikan di Pusat PK2PT investasi f. Pengadaan Sarana Prasarana Angkutan Pengolahan (Kontainer Tersedianya Sarana Angkutan Kelancaran angkutan hasil olahan untuk berpendingin kapasitas 20 feet Pengolahan dan berjalannya DJP2HP, Balitbang KP/BPSDM, pemasaran ekspor maupun lokal dan antar dengan kapasitas 15 ton) di 400 proses pemasaran dan distribusi DJKP3K, DJPT pulau Merauke (Pelabuhan Perikanan produksi pengolahan Merauke) sebanyak 2 unit g. Penguatan kelompok pengolah di 800 Terciptanya koordinasi dan kerjasama antar Ada kelancaran proses produksi DJP2HP, Balitbang KP/BPSDM,

Bab III: Masterplan Halaman 72 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Anggaran (Rp. Juta) Kondisi saat ini Kegiatan Kondisi yang diharapkan Outcome Instansi 2016 2017 2018 2019 2020 kawasan Pusat PK2PT dan kelompok pengolahan dan distribusi DJKP3K, DJPT sekitarnya

h. Pelatihan (Capacity Building) Teknis Penanganan dan Kemampuan tehnis para pengolah ikan dan Menjadi industri pengolahan 500 500 Pengolahan Ikan di Kawasan kemampuan manajemen pengolahan yang berdaya saing Pusat PK2PT dan sekitarnya

i. Pengembangan technopark di Berjalannya promosi hasil pengolahan untuk Terciptanya promosi pengolahan 4000 15.000 DJP2HP, Balitbang KP/BPSDM, Kawasan Pusat PK2PT dikenalkan ke masyarakat lokal dan ekspor dan pemasaran hasil perikanan DJKP3K, DJPT, Pemerintah Daaerah j. Pembangunan dan Berjalannya pemberdayaan masyarakat terkait Meningkatnya kemampuan dan Pemberdayaan Masyarakat serta aktifitas pengolahan dan atau pengembangan keterampilan masyarakat Pengelolaan Sumberdaya Pesisir mata pencaharian berbasis perikanan dan pengolah hasil perikanan dan dan Lautan - (CCDP IFAD) 4.000 kelautan yang berkesinambungan termasuk terciptanya sumberdaya kelautan berjalannya pendampingan aktif dikawasan dan perikanan yang sekitar kawasan pusat PK2PT dan pendukung berkesinambungan Produksi Perikanan Tangkap

Bab III: Masterplan Halaman 73 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Anggaran (Rp. Juta) Kondisi saat ini Kegiatan Kondisi yang diharapkan Outcome Instansi 2016 2017 2018 2019 2020 KLASTER SARANA DAN PRASARANA TANGKAP

a. Penyediaan kawasan PPI di 8 Membangun fasilitas pelabuhan untuk 1. Kondisi saat ini: 64.000 Pelabuhan Perikanan DKP lokasi masing-masing 2 ha memudahkan kegiatan perikanan

-belum tersedia sarana dan prasaran tangkap yang memadai di 8 lokasi ( dermaga/jety, jalan komplek, air bersih, cold Memudahkan kapal bersandar untuk Ketersediaan dermaga dan storage, pabrik es, sumber energi, dll) b. Pembangunan Dermaga / jety 10.683 menurunkan ikan dan menaikkan logistik terciptanya kualitas ikan yang DKP sepanjang 100 meter di 8 lokasi untuk berlayar baik

c. Pembangunan Kantor Pengelola Terciptanya kondisi yang tertib di 4.000 Tersedianya fasilitas kantor DKP PPI sebanyak 8 unit (5 distrik) lingkungan kerja PPI di 8 pelabuhan.

d. Pembangunan / pengembangan Terciptanya tertib dan lancarnya lalu lintas kimaam 7 lokasi Jalan pelabuhan DKP jalan kompleks di 8 PPI di lingkungan pelabuhan

e. Pembangunan mess nelayan di 4.608 Nelayan memiliki tempat untuk beristirahat Terbangunnya mess nelayan DKP 8 lokasi Terciptanya kegiatan ekonomi yang akan f. Pembangunan Waserda 9 pintu 69.600 mendorong perkembangan ekonomi Terbangunnya Waserda koperasi di 8 lokasi kawasan

g. Pembangunan mess operator Operator mempunyai mess untuk Terbangunnya mess untuk 4.800 DKP masing-masing 3 unit di 8 lokasi beristirahat operator

h. Pembangunan gedung Terciptanya ketertiban dan keamanan di Terbangunnya gedung 26.726 DKP pengawasan di 8 lokasi pelabuhan pengawasan i. Pembangunan dan Pengadaan Adanya kemudahan bagi nelayan dalam Tersedianya toko bahan alat Toko Bahan Alat Perikanan 49.800 Koperasi pemenuhan kebutuhan untk melaut perikanan pendukung Pendukung 8 lokasi Terciptanya lingkungan yang bersih dan air j. Penyediaan IPAL di 8 lokasi 11.520 Terbangunnya IPAL yang tidak tercemar

k. Pengembangan Bak penampung 34.860 Tersedianya air bersih Bak penampungan air PDAM air bersih 500 kubik di 8 lokasi

l. Pembangunan Balai Informasi Adanya kemudahan bagi nelayan dalam 9.216 Bangunan informasi DKP Perikanan di 8 lokasi kegiatan perikanan di pelabuhan

m. Pembangunan dan Pengadaan Adanya kemudahan dalam pemenuhan Tersedianya toko bahan 12.000 Koperasi Toko Bahan Pendukung Logistik kebutuhan melaut perikanan pendukung n. Pembangunan Pabrik Es Untuk membantu nelayan dalam menjaga Kapasitas 50 ton per hari 38.400 Pabrik Es Swasta kesegaran hal tangkapan sebanyak 8 lokasi o. Pembangunan Cold Storage 20 Memudahkan nelayan dalam penyimpanan 263.200 Cold storage DKP ton di 8 lokasi hasil tangkapan p. Pembangunan Lembaga Tersedianya alat tukar uang dan 16.704 Lembaga-lembaga keuangan Swasta dan BUMN Keuangan (Bank; Pegadaian dll) kemudahan dalam bertransaksi q. Penyediaan Bengkel mesin Membantu nelayan dalam perbaikan 3.024 Mesin servis Swasta service mesin di 9 lokasi kerusakan kapal r. Penyiapan landasan hukum Terjaminnya kepastian hukum Peraturan WKOPP DKP WKOPP di 8 lokasi

Bab III: Masterplan Halaman 74 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Anggaran (Rp. Juta) Kondisi saat ini Kegiatan Kondisi yang diharapkan Outcome Instansi 2016 2017 2018 2019 2020

s. Pembangunan sumber energi listrik tenaga surya 300 kva 9 68.040 Tersedianya kapasitas energi listrik Sollar panel BUMN lokasi t. Pengadaan Sarana Processing Membuat kualitas air menjadi baik dan 28.980 Bangunan instalasi air bersih PDAM air bersih 500 kubik 9 unit layak dikonsumsi u. Pembangunan jaringan *Bekerja sama dengan PT. Telkom* 4.000 telekomunikasi di 9 lokasi v. Penyediaan tempat pengolah 27.000 2 lokasi 7 lokasi Terciptanya lingkungan yang bersih TPS Swasta sampah di 9 lokasi 2.000 7.000 Tergambarkan dengan jelas, baik desain w. Pembuatan detail design (DED) (merauke maupun biaya untuk membangun Buku Laporan DED DKP 9 lokasi (di 7 &kimaam) lokasi) pelabuhan

KLASTER INFRASTRUKTUR PENDUKUNG WILAYAH

Berjalannya proses pengembangan Kawasan PK2PT a. Pembangunan Akses jalan DJPT, DJKP3K, KESDM, Kemen 77.000 Kimaam 7 lokasi sesuai dengan rencana khususnya lingkar diantara 9 lokasi PU-PR terkait dengan penyediaan sarana 1. Kondisi saat ini: dan prasarana (infrastruktur) b. Pembuatan jalan poros desa di a. Hubungan antara sentral nelayan belum tersedia Kimaam (Kumbis) dengan infrastruktur berupa jalan sehingga komunikasi dan 5.000 3.000 Tersedianya jalan poros Kumbis Jalan Poros DKP panjang 9 km, lebar 2 m transportasi antara sentral nelayan hanya melalui perairan sebanyak 1 unit c. Pembangunan jaringan air b. Wilayah di sekitar sentral nelayan terdapat hutan 9 Terjaminnya pasokan air untuk menuju di 9 lokasi oleh PDAM, 15.400 9 lokasi 9 lokasi Jaringan air bersih PDAM mangrove yang merupakan kawasan konservasi lokasi mendukung kegiatan pelabuhan 1/5 dari harga jalan

2. Permasalahan d. Pembangunan desalinasasi air 2 lokasi Terjaminnya pasokan air untuk laut kapasitas 200 kubik di 9 (Kimaam & 7 lokasi Bangunan desalinasi DKP dan Swasta mendukung kegiatan pelabuhan a. Belum adanya jalan poros khususnya di kampung Kumbis lokasi Merauke) b. Ketersediaan air bersih dan listrik masih sangat minim di 70.000 Tersedianya sarana prasarana air bersih e. Air bersih (pengeboran tanah 20.000 simpul-simpul pendukung kawasan pendukung (7 di 9 lokasi simpul pendukung produksi Pompa air DKP dalam dan penyediaan RO) (2 lokasi) produksiperikanan tangkap lokasi) perikanan tangkap c. Belum tersedianya dermaga dan tambat labuh/jetty di simpul pendukung kawasan pendukung produksiperikanan tangkap d. Jalan di kawasan pusat PK2PT belum semuanya di cor, hanya jalan pelabuhan sebelah kanan dengan panjang 1.800 m yang sudah selesai dicor e. Masih banyak fasilitas (Pokok, fungsional dan Pendukung)

Pelabuhan yang belum terbangun f. Belum terdapat stasiun pengawas dan kapal pengawas

sumberdaya perikanan

Bab III: Masterplan Halaman 75 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Anggaran (Rp. Juta) Kondisi saat ini Kegiatan Kondisi yang diharapkan Outcome Instansi 2016 2017 2018 2019 2020 KLASTER PEMBANGUNAN PENGAWASAN 1. Kondisi saat ini: a. Stasiun pengawas di 9 lokasi 9 unit 36.000 Terciptanya ketertiban dan keamanan di Terbangunnya gedung pengawasan DKP & PSDKP a. Pada 9 lokasi sentral nelayan yang akan dikembangkan pelabuhan untuk pusat produksi belum tersedia fasilitas pengawasan maupun petugas pengawas b. Kapal pengawas (merauke, kimaam) 31.000 Terciptanya keamanan di sekitar perairan Kapal Pengawas DKP & PSDKP b. Wilayah pengembangan merupakan rencana pembangunan 9 unit pelabuhan baru, sehingga penyediaan sarana pengawasan dan petugas pengawasan akan disesuaikan dengan kondisi operasional c. Pembangunan Dermaga Untuk ad 9 lokasi Memudahkan nelayan terhadap penangan Dermaga DKP & PSDKP yang akan datang Doc kapal di 9 lokasi kapal saat tidak melaut

d. Pembangunan dermaga khusus 108.000 9 lokasi Memudahkan kapal pengawas dalam Dermaga DKP & PSDKP 2. Permasalahan: kapal pengawas 50 meter di 9 penempatan kapal a. Hampir semua kegiatan perikanan tidak ada pengawasan lokasi b. Kondisi wilayah sangat rentan terhadap IUU fishing e. Pembangunan gedung penyidikan 9 lokasi Terciptanya kepastian hukum Gedung penyidikan dan tahanan POL Air & DKP dan tahanan pengawas di 9 lokasi pengawas

f. Penyediaan Area Pelatihan SDM di 18.000 9 lokasi Terciptanya SDM yang berkualitas Gedung pelatihan DKP & PSDKP 9 lokasi

g. Pengadaan kendaraan darat untuk 4.500 Adanya dukungan bagi pengawas untuk Transportasi darat DKP & PSDKP sarana pendukung pengawasan 9 melakukan pengawasan di area pelabuhan lokasi 1 unit 500juta h. Pengembangan Menara pengawasan 3.600 Memudahkan pengawas dalam mengawasi Menara Pengawasan DKP & PSDKP 9 lokasi 1 unit 400juta area pelabuhan

i. Pembangunan Garasi Sarana 900 Penempatan bersandar yang teratur Garasi DKP & PSDKP Pengawasan 9 lokasi 1 lokasi 100jt

j. Penyiapan SDM Pengawasan 1.800 Terciptanya SDM yang berkualitas Tenaga terampil DKP & PSDKP melalui pelatihan magang 9 lokasi 200jt/lokasi utk 2 org KLASTER PARIWISATA BAHARI a. Pengadaan Kantor Pelayanan Memudahkan wisatawan dalam Wisata terpadu 4 lokasi 1.000 4 lokasi mengunjungi kawasan wisata yang Kantor pelayanan DKP/Dinas Pariwisata 1. Kondisi saat ini: (sibenda,waan,komolom,habe) berpotensi Memiliki potensi kawasan konservasi mangrove dengan Memudahkan wisatawan dalam b. Pengadaan Kantor Pelayanan kepadatan mangrove sangat tinggi, sehingga berpeluang 1.000 4 lokasi mengunjungi kawasan wisata yang Kantor pelayanan DKP/Dinas Pariwisata/Swasta Wisata terpadu 4 lokasi untuk dijadikan obyek wisata berpotensi c. Pembangunan / pengembangan Terciptanya pemandu wisata yang 2. Permasalahan: pelatihan pemandu wisata di 4 225 4 lokasi Gedung pelatihan Dinas Pariwisata informatif lokasi a. Belum ada program untuk melakukan kegiatan pariwisata d. Pembangunan Dermaga Kapal Memudahkan kapal wisata dalam 44.000 4 lokasi Dermaga DKP mangrove wisata di 4 lokasi penempatan kapal b. Belum ada /keterbatasan sarana pendukung pariwisata e. Penyediaan tempat pengolah 4 lokasi Terciptanya lingkungan yang bersih TPS Swasta/PU sampah di 4 lokasi c. Belum ada /keterbatasan SDM pemandu wisata f. Pengembangan Bak penampung air bersih 500 kubik di 4 lokasi 4 lokasi Tersedianya air bersih Bak penampungan air PDAM/PU wisata (sibenda,waan,komolom,habe) g. Pembangunan Balai Diklat Terciptanya tenaga pemandu wisata yang 4 lokasi Gedung pelatihan DKP/Dinas Pariwisata Pariwisata di 4 lokasi terampil h. Penyediaan Sarana Kapal Transportasi Pariwisata melalui 4 lokasi Tersedianya sarana transportasi laut Kapal DKP/Dinas Pariwisata/Swasta laut 9 unit

Bab III: Masterplan Halaman 76 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Anggaran (Rp. Juta) Kondisi saat ini Kegiatan Kondisi yang diharapkan Outcome Instansi 2016 2017 2018 2019 2020 Menarik minat wisatawan dari potensi i. Penyiapan gedung promosi wisata 4 lokasi Gedung promosi DKP/Dinas Pariwisata wisata yang ada Ketersediaan perencanaan yang j. Penyiapan Masterplan Masterplan pengembangan 4 lokasi sistematis dan terarah untuk DKP/Dinas Pariwisata pengembangan wisata di 4 lokasi pariwisata pengembangan pariwisata

Tergambarkan dengan jelas, baik desain k. Pembuatan detail design (DED) 4 4 lokasi maupun biaya untuk membangun Buku Laporan DED DKP/Dinas Pariwisata lokasi pelabuhan

KLASTER PEMBANGUNAN EKOSISTEM WILAYAH

a. Identifikasi dan penilaian KP3K Dokumen Perencanaan 1. Kondisi saat ini: di 5 wilayah (okaba, tabonji, 2.500 Teridentifikasi kondisi KP3K di 5 wilayah Pengembangan Ekosistem DKP & Dinas Kehutanan waan, komolom, naukenjerai) Wilayah Belum teridentifikasi kondisi lingkungan dan kepedulian b. Identifikasi Pengembangan Terjaganya luasan hutan mangrove dan untuk memelihara lingkungan, sehingga kondisi hanya Mangrove di bagian barat dan 2.250 Hutan mangrove DKP & Dinas Kehutanan kelestarian hutan mangrove dibiarkan secara alami. selatan (waan,komolom,okaba)

Terjaganya luasan mangrove dan c. Rehabilitasi Mangrove di 2 lokasi 4.000 kelesatarian akibat dari kerusakan alam Hutan mangrove DKP & Dinas Kehutanan (naukenjerai,okaba) 2. Permasalahan: maupun buatan d. Pembangunan penahan gelombang pelindung mangrove a. Keterbatasan sarana untuk evaluasi dan monitoringnya 20.000 Terciptanya kelestarian hutan mangrove Pemecah gelombang DKP di willayah abrasi (tabonji,okaba) e. Pembangunan kawasan ramah Terciptanya kawasan yang ramah Lingkungan yang nyaman, asri b. Keterbatasan SDM sebagai pengelola lingkungan lingkungan di lampu satu dan 1.000 Swasta/ DKP/Dinas Kehutanan lingkungan dan lestari wanam f. Pelatihan dan pengenalan Terciptanya SDM terampil dalam rehabilitasi mangrove di 2 lokasi 1.000 SDM Terampil DKP & Dinas Kehutanan memperbaiki kondisi area mangrove (naukenjerai,okaba) g. Pembangunan tambak Menghasilkan produksi perikanan percontohan mangrove di 1.000 Area tambak Swasta/DKP tangkap komolom utk kepiting h. Penyediaan tempat konservasi Tercipatanya kawasan konservasi mangrove di bagian barat dan 3.000 Kawasan konservasi Dinas Kehutanan/DKP mangrove selatan (waan,komolom,okaba)

i. Penyadaran masyarakat tidak Terciptanya kesadaran masyarakat dalam Masyarakat yang sadar 2.700 2.700 LSM/ DKP & Dinas Kehutanan merusak mangrove di 9 lokasi menjaga kondisi hutan mangrove lingkungan

j. Penyiapan master plan PPI Tercipatnya rencana pembangunan lebih ramah lingkungan 8 lokasi PPI 13.500 Perencanaan pembangunan DKP sistematis dan terarah dan 1 PP k. Pembangunan Lembaga Terciptanya SDM berkualitas dalam 500 Lembaga pelatihan DKP Pelatihan peduli lingkungan menjaga lingkungan KLASTER PEMBANGUNAN BUDIDAYA a. Pembangunan/pengembangan Ketersediaan sarana untuk Benih untuk pengembangan ikan 1. Kondisi saat ini: 2.000 DKP budidaya ikan kerapu pengembangan ikan kerapu kerapu Belum adanya fasilitas yang tersedia namun telah ada b. Pembangunan laboratorium 1.000 Ketersediaan gedung untuk laboratorium Benih yang berkualitas DKP pelatihan pengembangan kerapu c. Pembangunan Bak penjernih air Tersedia suplai air untuk kelancaran 2. Permasalahan: 2.000 Sarana untuk pembenihan DKP laut di 2 lokasi (merauke,okaba) penyediaan benih

Bab III: Masterplan Halaman 77 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Anggaran (Rp. Juta) Kondisi saat ini Kegiatan Kondisi yang diharapkan Outcome Instansi 2016 2017 2018 2019 2020 d. Pembangunan Bak pendederan Tersedia suplai air untuk kelancaran a. Lahan untuk pelaksanaan budidaya lokasinya terpencil ikan kerapu di 2 lokasi 2.000 Sarana untuk pembenihan DKP penyediaan benih (merauke,okaba) e. Penyediaan tempat pendederan Tersedia suplai air untuk kelancaran b. Keterbatasan transportasi dan komunikasi ikan Nila di di 2 lokasi 2.000 Sarana untuk pembenihan DKP penyediaan benih (merauke,okaba) f. Pembangunan Balai Informasi Adanya kemudahan bagi nelayan dalam c. Keterbatasan benih Budidaya di 2 lokasi 10.000 Bangunan informasi DKP kegiatan budidaya (merauke,okaba) g. Penyediaan Sarana Transportasi Tersedianya transportasi untuk Pemasaran ikan hidup melalui 15.000 Sarana transportasi DKP pemasaran ikan laut di 2 lokasi (merauke,okaba) h. Pembangunan Gedung pelatiham Terciptanya tenaga pembudidaya yang pembudidaya di 2 lokasi 1.500 Gedung pelatihan DKP terampil (merauke,okaba)

Bab III: Masterplan Halaman 78 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Tabel 3-8. Tabel Indikasi Program Kawasan Pemanfaatan Umum.

Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan No Program Kawasan Pemanfaatan Umum Lokasi Unit Sumber Dana Pelaksana 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 A PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA PERIKANAN TANGKAP Merauke, Kimaam, 300 unit per 5 1 Pengadaan kapal 5-30 GT Ilwayab, Tabonji dan APBN/APBD KKP/DKP tahun Waan pengadaan kapal 60 unit dibagi 5 distrik Untuk ukuran 5-10GT = 40 unit ( Kimaam, Kimaam, Ilwayab, 5-10GT = 40 unit, 2 APBN/APBD KKP/DKP Ilwayab, Tabonji dan Waan) Untuk ukuran 10- Tabonji, Waan, Merauke 10-30 GT =20 unit 30GT = 20 unit (merauke)

Merauke, Kimaam, 3 Pengadaan Kapal pengangkut 75 GT Ilwayab, Tabonji dan 6 unit APBN/APBD KKP/DKP Waan

Pengadaan alat tangkap pursesine 100 set Merauke, Kimaam, 4 selama 5 tahun Sehingga akan ada pengadaan Ilwayab, Tabonji dan 100 set APBN/APBD KKP/DKP 20 set setiap tahun Waan

Merauke, Kimaam, Bantuan Pengadaan Alat Tangkap Gillnet mesh 5 Ilwayab, Tabonji dan 100 set APBN/APBD KKP/DKP size 5/8/10 inch 100 set selama 5 tahun Waan

Merauke, Kimaam, Bantuan Pengadaan Alat Tangkap Pancing 100 6 Ilwayab, Tabonji dan 100 set APBN/APBD KKP/DKP set selama 5 tahun Waan

Bantuan pengadaan GPS/Fish Finder (Alat Merauke, Kimaam, 7 Bantu Penangkapan) sebanyak 300 unit dengan Ilwayab, Tabonji dan 300 unit APBN/APBD KKP/DKP jumlah 60 unit/ tahun Waan

Pelatihan Teknis (minimal meliputi teknis penangkapan ikan, alat tangkap serta Merauke, Kimaam, 8 penanganan hasil tangkapan) untuk Nelayan Ilwayab, Tabonji dan 1 Paket APBN/APBD KKP/DKP (Merauke, Kimaam, Ilwayab, Tabonji dan Waan Waan) (Lima Paket)

B PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA PELABUHAN

Kimaam, Tabonji, Wan, Wanam, Sibenda, 1 Studi kelayakan Pembangunan PPI 8 Paket Komolom, Payum, Kumbis

Kimaam, Tabonji, Wan, Penyediaan kawasan PPI di 8 lokasi masing- Wanam, Sibenda, 2 8 Paket KKP/Prov/ Kab Dkp Kabupaten masing 2 ha Komolom, Payum, Kumbis

Kimaam, Tabonji, Wan, Detail Disain dan pelaksanaan Pembangunan Wanam, Sibenda, 3 8 Paket APBN/APBD KKP/DKP Sarana dan Prasarana PPI di 8 lokasi Komolom, Payum, Kumbis

Kimaam, Tabonji, Wan, Wanam, Sibenda, 4 Penyiapan SDM dan Organisasi di 8 lokasi 8 Paket APBN/APBD KKP/DKP Komolom, Payum, Kumbis

Kimaam, Tabonji, Wan, Wanam, Sibenda, 5 Operasionalisasi PPI 8 Paket APBN/APBD KKP/DKP Komolom, Payum, Kumbis

Bab III: Masterplan Halaman 79 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan No Program Kawasan Pemanfaatan Umum Lokasi Unit Sumber Dana Pelaksana 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035

Kimaam, Tabonji, Wan, Project Benefit Monitoring and Evaluation Wanam, Sibenda, 6 8 Paket APBN/APBD KKP/DKP (PBME) Komolom, Payum, Kumbis

C PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA PERIKANAN BUDIDAYA PAYAU

Komolom, Lampu Satu, 1 Identifikasi lokasi budidaya air payau 1 Paket APBN/APBD KKP/DKP Habe, Wan, Kimaam

Kelayakan Pembangunan / pengembangan Komolom, Lampu Satu, 2 1 Paket APBN/APBD KKP/DKP budidaya air payau Habe, Wan, Kimaam

Detail disain sarana dan prasarana budi daya Komolom, Lampu Satu, 3 1 Paket APBN/APBD KKP/DKP air payau Habe, Wan, Kimaam

Pembangunan sarana Pendukung budi daya Komolom, Lampu Satu, 4 1 Paket APBN/APBD KKP/DKP air payau Habe, Wan, Kimaam

Komolom, Lampu Satu, 5 Pembangunan Bak penjernih air laut di 5 lokasi 1 Paket APBN/APBD KKP/DKP Habe, Wan, Kimaam

Pembangunan Bak pendederan benih ikan di 5 Komolom, Lampu Satu, 6 lokasi dan kepiting di 2 lokasi (Komolom dan 1 Paket APBN/APBD KKP/DKP Habe, Wan, Kimaam wan)

Pembangunan Balai Informasi Budidaya di 5 Komolom, Lampu Satu, 7 1 Paket APBN/APBD KKP/DKP lokasi Habe, Wan, Kimaam

Penyediaan Sarana Transportasi Pemasaran Komolom, Lampu Satu, 8 1 Paket APBN/APBD KKP/DKP ikan hidup melalui laut di 5 lokasi Habe, Wan, Kimaam

Pembangunan Gedung pelatiham pembudidaya Komolom, Lampu Satu, 9 1 Paket APBN/APBD KKP/DKP di 5 lokasi Habe, Wan, Kimaam

Pelatihan SDM Pembudidaya air payau di 5 Komolom, Lampu Satu, 10 1 Paket APBN/APBD KKP/DKP lokasi Habe, Wan, Kimaam

Project Benefit Monitoring and Evaluation Komolom, Lampu Satu, 11 1 Paket APBN/APBD KKP/DKP (PBME) Habe, Wan, Kimaam

D PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA PARIWISATA BAHARI

Kementerian 1 Identifikasi lokasi wisata Sibenda, waan, komolom, 1 Paket APBD/APBN Pariwisata/Dinas tabonji, habe, lampu satu Pariwisata Kementerian Sibenda, waan, komolom, 2 Studi kelayakan objek wisata 1 Paket APBD/APBN Pariwisata/Dinas tabonji, habe, lampu satu Pariwisata Kementerian Sibenda, waan, komolom, 3 Detail design sarana pendukung wisata 6 paket APBD/APBN Pariwisata/Dinas tabonji, habe, lampu satu Pariwisata

Bab III: Masterplan Halaman 80 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan No Program Kawasan Pemanfaatan Umum Lokasi Unit Sumber Dana Pelaksana 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 Kementerian Sibenda, waan, komolom, 4 Pembangunan sarana pendukung wisata 6 unit APBD/APBN Pariwisata/Dinas tabonji, habe, lampu satu Pariwisata Kementerian Sibenda, waan, komolom, 5 Pembangunan Balai Diklat Pariwisata 6 unit APBD/APBN Pariwisata/Dinas tabonji, habe, lampu satu Pariwisata Kementerian Penyediaan Sarana Kapal Transportasi Sibenda, waan, komolom, 6 6 unit APBD/APBN Pariwisata/Dinas Pariwisata melalui laut tabonji, habe, lampu satu Pariwisata Kementerian Sibenda, waan, komolom, 7 Pelatihan SDM pemandu wisata 6 paket APBD/APBN Pariwisata/Dinas tabonji, habe, lampu satu Pariwisata Kementerian Project Benefit Monitoring and Evaluation Sibenda, waan, komolom, 8 6 paket APBD/APBN Pariwisata/Dinas (PBME) tabonji, habe, lampu satu Pariwisata

E PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA PERMUKIMAN PESISIR

1 Penyiapan peraturan terkait permukiman Okaba, Naukenjerai, Tabonji 3 paket APBD PEMDA/PU

Identifikasi Pengembangan Sarana Prasarana 2 Okaba, Naukenjerai, Tabonji 3 paket APBD PEMDA/PU pendukung kawasan

3 Penyiapan kawasan Okaba, Naukenjerai, Tabonji 3 paket APBD PEMDA/PU

4 Detail design sarana prasarana Okaba, Naukenjerai, Tabonji 3 paket APBD PEMDA/PU

5 Pelaksanaan pembangunan Okaba, Naukenjerai, Tabonji 3 paket APBD PEMDA/PU

6 Evaluasi dan pengawasan Okaba, Naukenjerai, Tabonji 3 paket APBD PEMDA/PU

F PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA INDUSTRI

1 Identifikasi dan Studi Kelayakan Merauke 1 Paket APBN/APBD/Swasta KKP/DKP/Swasta

2 Detail design sarana dan prasarana Industri Merauke 1 Paket APBN/APBD/Swasta KKP/DKP/Swasta

3 Pembangunan sarana dan prasarana industri Merauke 1 Paket APBN/APBD/Swasta KKP/DKP/Swasta

4 Pelatihan dan Penyiapan SDM Industri Merauke 1 Paket APBN/APBD/Swasta KKP/DKP/Swasta

5 Operasionalisasi Industri Merauke 1 Paket APBN/APBD/Swasta KKP/DKP/Swasta

Project Benefit Monitoring and Evaluation 6 Merauke 1 Paket APBN/APBD/Swasta KKP/DKP/Swasta (PBME)

7 Pengembangan sarana dan prasarana industri Merauke 1 Paket APBN/APBD/Swasta KKP/DKP/Swasta

Tabel 3-9. Tabel Indikasi Program Pengembangan Kawasan Konservasi Kabupaten Merauke.

Sumber Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Pelaksana Program Konservasi Lokasi Unit Dana 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035

A Ekosistem Pesisir Mangrove

okaba, tabonji, KKP/DKP/KEMNHUT 1 Identifikasi dan penilaian KP3K waan, komolom, 5 Paket APBN/APBD /DISHUT naukenjerai okaba, tabonji, Identifikasi Pengembangan Mangrove di KKP/DKP/KEMNHUT 2 waan, komolom, 5 Paket APBN/APBD bagian barat dan selatan /DISHUT naukenjerai

Bab III: Masterplan Halaman 81 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Sumber Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Pelaksana Program Konservasi Lokasi Unit Dana 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035

Rehabilitasi Mangrove di kawasan bebas KKP/DKP/KEMNHUT 3 Waan, komolom 2 Paket APBN/APBD abrasi /DISHUT

Detail design penahan gelombang di willayah tabonji, okaba, KKP/DKP/KEMNHUT 4 3 Paket APBN/APBD abrasi naukenjerai /DISHUT

Pembangunan penahan gelombang pelindung tabonji, okaba, KKP/DKP/KEMNHUT 5 3 Paket APBN/APBD mangrove di willayah abrasi naukenjerai /DISHUT

naukenjerai,okab KKP/DKP/KEMNHUT 6 Rehabilitasi Mangrove di wilayah abrasi 3 Paket APBN/APBD a,Tabonji /DISHUT

Lampu satu, KKP/DKP/KEMNHUT 7 Pembangunan kawasan ramah lingkungan wanam, 3 Paket APBN/APBD /DISHUT naukenjerai

Pelatihan dan pengenalan rehabilitasi okaba, tabonji, KKP/DKP/KEMNHUT 8 3 Paket APBN/APBD mangrove naukenjerai /DISHUT

Pembangunan tambak percontohan mangrove KKP/DKP/KEMNHUT 9 komolom 1 Paket APBN/APBD untuk kepiting /DISHUT

okaba, tabonji, Penyediaan tempat konservasi mangrove di KKP/DKP/KEMNHUT 10 waan, komolom, 5 Paket APBN/APBD bagian barat dan selatan /DISHUT naukenjerai okaba, tabonji, Penyadaran masyarakat tidak merusak KKP/DKP/KEMNHUT 11 waan, komolom, 5 Paket APBN/APBD mangrove /DISHUT naukenjerai okaba, tabonji, Pembangunan Lembaga Pelatihan peduli KKP/DKP/KEMNHUT 12 waan, komolom, 5 Paket APBN/APBD lingkungan /DISHUT naukenjerai okaba, tabonji, KKP/DKP/KEMNHUT 13 Evaluasi dan Pengawasan waan, komolom, 5 Paket APBN/APBD /DISHUT naukenjerai

B Pembebasan Lahan Konservasi Untuk PPI

Sibenda,Waan,K Studi kelayakan terhadap konservasi KKP/DKP/KEMNHUT 1 omolom, 4 paket APBD mangrove di 3 lokasi yang ingin dijadikan PPI /DISHUT Kimaam Berkoordinasi dengan Kementrian Kehutanan Sibenda,Waan,K KKP/DKP/KEMNHUT 2 dan Dinas Kehutanan Daerah terkait omolom, 4 paket APBD /DISHUT pengalihan lahan konservasi mangrove Kimaam Sibenda,Waan,K Penyiapan lahan untuk PPI di kawasan KKP/DKP/KEMNHUT 3 omolom, 4 paket APBD mangrove /DISHUT Kimaam Sibenda,Waan,K KKP/DKP/KEMNHUT 4. Persiapan detil design omolom, 4 paket APBD /DISHUT Kimaam Sibenda,Waan,K KKP/DKP/KEMNHUT 5. Pelaksanaan Pembangunan omolom, 4 paket APBD /DISHUT Kimaam Sibenda,Waan,K KKP/DKP/KEMNHUT 6 Operasionalisasi omolom, 4 paket APBD /DISHUT Kimaam Sibenda,Waan,K Project Benefit Monitoring and Evaluation KKP/DKP/KEMNHUT 7 omolom, 4 paket APBD (PBME) /DISHUT Kimaam Sibenda,Waan,K KKP/DKP/KEMNHUT 8 Rehabilitasi dan Pengembangan omolom, 4 paket APBD /DISHUT Kimaam

Bab III: Masterplan Halaman 82 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Sumber Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Pelaksana Program Konservasi Lokasi Unit Dana 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035

C Sempadan Pantai dan Sungai

Sungai maro, sungai sibenda, Kajian Penetapan Sempadan Pantai dan selat mariana, KKP/DKP/KEMNHUT 1 4 paket APBN/APDB Sungai wilayah pesisir /DISHUT Kabupaten Merauke Sungai maro, sungai sibenda, selat mariana, KKP/DKP/KEMNHUT 2 Pembuatan Peraturan Sempadan Pantai 4 paket APBN/APDB wilayah pesisir /DISHUT Kabupaten Merauke Sungai maro, sungai sibenda, selat mariana, KKP/DKP/KEMNHUT 3 Evaluasi dan Pengawasan 4 paket APBN/APDB wilayah pesisir /DISHUT Kabupaten Merauke

Tabel 3-10. Tabel Indikasi Program Kawasan Nasional Strategi Tertentu Kabupaten Merauke.

Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Sumber Dana Pelaksana Program Kawasan Strategi Nasional No Lokasi Unit Tertentu 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035

A Pertahanan dan Keamanan

1 Kajian Kawasan Strategis Nasional Rep Yam 1 Paket APBN TNI/PEMDA

Penetapan Peraturan kawasan Strategi Nasional 2 Rep Yam 1 Paket APBN TNI/PEMDA Tertentu

Penyediaan Sarana dan Prasarana Pertahanan dan 3 Rep Yam 1 Paket APBN TNI/PEMDA Keamanan

4 Mobilisasi Petugas dilapangan Rep Yam 1 Paket APBN TNI/PEMDA

5 Evaluasi dan pengembangan sarana dan prasarana Rep Yam 1 Paket APBN TNI/PEMDA

Tabel 3-11. Tabel Indikasi Program Alur Laut Kabupaten Merauke.

Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan No Program alur laut Lokasi Unit Sumber Dana Pelaksana 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035

A Alur Pelayaran

Sepanjang pesisir 1 Penetapan peraturan tentang alur 1 paket APBN/APBD Kemenhub/Dishub Kabupaten Merauke

2 Penetapan tipe alur Sepanjang pesisir 1 paket APBN/APBD Kemenhub/Dishub Kabupaten Merauke

3 Penetapan rute Sepanjang pesisir 1 paket APBN/APBD Kemenhub/Dishub Kabupaten Merauke

Bab III: Masterplan Halaman 83 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan No Program alur laut Lokasi Unit Sumber Dana Pelaksana 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035

Sepanjang pesisir 4 Penetapan tipe kapal 1 paket APBN/APBD Kemenhub/Dishub Kabupaten Merauke

5 Penetapan tipe pelabuhan Sepanjang pesisir 1 paket APBN/APBD Kemenhub/Dishub Kabupaten Merauke

6 Evaluasi dan pengawasan Sepanjang pesisir 1 paket APBN/APBD Kemenhub/Dishub Kabupaten Merauke

Sepanjang pesisir 7 Pengembangan 1 paket APBN/APBD Kemenhub/Dishub Kabupaten Merauke

B Migrasi Penyu

1 Survei Lokasi Penangkaran Tabonji, 1 Paket APBN KKP/DKP Naukenjerai,Okaba

Tabonji, 2 Penetapan aturan migrasi penyu 1 Paket APBN/APBD KKP/DKP Naukenjerai,Okaba

3 Persiapan prasarana penangkaran penyu Tabonji, 1 Paket APBN/APBD KKP/DKP Naukenjerai,Okaba

4 Sosialisasi dan publikasi penangkaran penyu Tabonji, 1 Paket APBN/APBD KKP/DKP Naukenjerai,Okaba

Tabonji, 5 Penangkaran penyu 1 Paket APBN/APBD KKP/DKP Naukenjerai,Okaba

6 Evaluasi dan pengawasan Tabonji, 1 Paket APBN/APBD KKP/DKP Naukenjerai,Okaba

C PEMBANGUNAN SARANA PENGOLAHAN DAN PEMASARAN

Studi dan identifikasi Pengembangan pusat KKP/ DKP 1 Merauke; Kimaam; 1 Paket APBN/APBD pemasaran Provinsi/Kabupaten Pembangunan dan Pengembangan Gedung KKP/DKP 2 Pusat pemasaran ikan basah 2 lokasi Kimaam Merauke; Kimaam; 1 Paket APBN/APBD Prov./Kabupaten dan Merauke Pengadaan dan Pengembangan sarana KKP/ DKP 3 Merauke; Kimaam; 1 Paket APBN/APBD Pengolahan dan Pemasaran Provinsi/Kabupaten Merauke; Kimaam; Pelatihan dan Peningkatan SDM penangkapan Kumbis; Wanam; KKP/ DKP 4 Tabonji Sibenda; 1 Paket APBN/APBD dan pengolahan dari 8 PPI dan 1 PP Wan; Komolom; Provinsi/Kabupaten Payum Pendampingan dan Pembinaan Pengolahan KKP/ DKP 5 Merauke; Kimaam; 1 Paket APBN/APBD serta Pemasaran di 2 lokasi Provinsi/Kabupaten Project Benefit Monitoring and Evaluation DKP Provinsi / 6 1 Paket APBD (PBME) Kabupaten

Tabel 3-12. Tabel Indikasi Program Pendukung Kabupaten Merauke.

Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan No Program Pendukung Lokasi Unit Sumber Dana Pelaksana 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 A PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR PENDUKUNG WILAYAH

Studi dan Identifikasi Pembangunan Kimaam; PU Provinsi/ 1 Komolom Wan; 1 Paket APBD/BUMD/PLN Infrastruktur Wilayah Sibenda Kabupaten/BUMD/PLN

Pembangunan Akses jalan lingkar; Jaringan Kimaam; 2 Komolom Wan; 1 Paket Listrik; Air diantara 6 lokasi Sibenda Tabonji; Pembangunan jaringan drainase air di 6 Wanam; PU Provinsi/ 3 Kimaam; 1 Paket APBD lokasi Komolom Wan; Kabupaten/BUMD/PLN Sibenda

4 Pembangunan desalinasasi air laut Merauke; 1 Paket APBD PU Provinsi/

Bab III: Masterplan Halaman 84 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan Tahun Pelaksanaan No Program Pendukung Lokasi Unit Sumber Dana Pelaksana 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031 2032 2033 2034 2035 kapasitas 200 kubik di 9 lokasi Tabonji; Kabupaten/BUMD/PLN Wanam; Kimaam; Komolom Wan; Sibenda; Payum Merauke; Tabonji; Project Benefit Monitoring and Evaluation PU Provinsi/ 5 Wanam; 1 Paket APBD (PBME) Kimaam; Kabupaten/BUMD/PLN Komolom Wan; Sibenda; Payum B PEMBANGUNAN PRASARANA PENGAWASAN

Identifikasi dan Detail Desain Gedung Wanam; Kimaam; 1 Pengawas Dermaga ad hoc dan khusus 1 Paket APBN/ APBD KKP/PROVINSI/Kabupaten Komolom Wan; kapal pengawas 9 lokasi Sibenda; Payum Wanam; Pembangunan Dermaga Untuk ad hoc kapal Kimaam; 2 1 Paket APBN/APBD KKP/PROVINSI/Kabupaten di 9 lokasi Komolom Wan; Sibenda; Payum Merauke; Tabonji; Pembangunan dermaga ad hoc dan khusus Wanam; 3 1 Paket APBN/APBD KKP/PROVINSI/Kabupaten kapal pengawas 50 meter di 9lokasi Kimaam; Komolom Wan; Sibenda; Payum Merauke; Tabonji; Pembangunan gedung penyidikan dan Wanam; 4 1 Paket APBN/APBD KKP/PROVINSI/Kabupaten tahanan pengawas di 9 lokasi Kimaam; Komolom Wan; Sibenda; Payum Merauke; Tabonji; Penyiapan dan Pelatihan SDMPengawasan Wanam; 5 1 Paket APBN/APBD KKP/PROVINSI/Kabupaten melalui pelatihan magang Kimaam; Komolom Wan; Sibenda; Payum Merauke; Tabonji; Penyediaan Area Pelatihan SDM 6 Wanam; 1 Paket APBN/APBD KKP/PROVINSI/Kabupaten Pengawasan di 9 lokasi Kimaam; Komolom Wan; Sibenda; Payum Merauke; Tabonji; Pengadaan kendaraan darat untuk sarana 7 Wanam; 1 Paket APBN/APBD KKP/PROVINSI/Kabupaten pendukung pengawasan Kimaam; Komolom Wan; Sibenda; Payum Merauke; Tabonji; Pembangunan Menara pengawasan; Wanam; 8 1 Paket APBN/APBD KKP/PROVINSI/Kabupaten Perumahan; dan Garasi Sarana Pengawasan Kimaam; Komolom Wan; Sibenda; Payum Merauke; Tabonji; Project Benefit Monitoring and Evaluation Wanam; 8 1 Paket APBN/APBD KKP/PROVINSI/Kabupaten (PBME) Kimaam; Komolom Wan; Sibenda; Payum

Keterangan : 1. Warna merah : Pembangunan awal 2. Warna hijau : pengembangan, renovasi atau perbaikan bangunan 3. Warna biru : pelaksanaan berkelanjutan

Bab III: Masterplan Halaman 85 MASTERPLAN PKKPT KABUPATEN MERAUKE

Masyarakat merupakan pengguna produk-produk umum, seperti jalan raya, sekolah, dll. Apabila BAB IV masyarakat tersebut tidak memiliki penghasilan, atau hanya berperan sebagai konsumen saja, maka mereka disebut pengangguran. Kebanyakan dari pengangguran tersebut memiliki status ekonomi yang 4. BUSINESS PLAN sangat rendah. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk produktif, tidak hanya bisa mengkonsumsi.

Rumah tangga dan masyarakat membentuk permintaan akan suatu produksi. Produksi secara besar dapat 4.1 Lokasi Serta Pelaku Kegiatan Ekonomi Dan Pelaku dipenuhi dengan keberadaan perusahaan. Seperti penjelasan diatas, Peran utama dari perusahaan adalah untuk produksi sehingga dapat menghasilkan keuntungan. Sesuai dengan peran dan Tujuannya tersebut, Pembangunan Sarana Prasarana maka pastilah sebuah perusahaan akan berperan sebagai produsen. Namun, apabila produknya tidak laku maka suatu perusahaan akan mengalami kerugian, oleh karena itu mereka harus berperan sebagai Lokasi kegiatan ekonomi berlangsung di Kabupaten Merauke, dimana seluruh kegiatan yang menunjang distributor agar produknya sampai ke konsumen. Perusahaan juga melakukan kegiatan konsumsi yang berbagai aktivitas ekonomi perikanan dibangun di sekitar Distrik Pesisir Merauke. Untuk itu segala macam dilakukan perusahaan berkaitan erat dengan kegiatan produksi, antara lain pengadaan bahan pokok, bentuk investasi harus dibangun sesuai dengan kebutuhan dan rencana mengenai pembangunan pengadaan Alat dan Bahan, serta pendanaan upah karyawan. Berdasarkan seluruh kegiatan ini, peran Kabupaten Merauke. Namun demikian, seluruh kegiatan ini juga tidak akan berlangsung apabila di pemerintah berfungsi sebagai lembaga kepemerintahan yang bertugas untuk memantau kegiatan ekonomi dalamnya tidak ada pelaku yang menjalankan kegiatan ekonomi tersebut. yang berjalan. Pelaku ekonomi merupakan individu, kelompok, atau lembaga yang terlibat dalam perkonomian, baik konsumsi, distribusi, maupun produksi. Secara Umum, Pelaku Ekonomi di Kabupaten Merauke dibagi 4.2 Kegiatan Ekonomi Dan Kompetisi Dengan Produk Dari menjadi lima kelompok besar, yaitu Rumah Tangga Keluarga, Masyarakat, Perusahaan (investor), dan Pemerintah sebagai perwakilan negara. Setiap pelaku ekonomi tersebut memiliki peran tersendiri dalam Wilayah Lain kegian konsumsi, distribusi, dan Produksi. Komoditas unggulan hasil perikanan yang dimiliki Kabupaten Merauke cukup beragam. Hasil statistik Rumah tangga keluarga baik rumah tangga perikanan maupun rumah tangga non perikanan berperan perikanan tangkap menunjukkan bahwa hasil penangkapan ikan di Kabupaten Merauke mencapai 374.960 sebagai produsen dalam kegiatan ekonomi yang dapat menghasilkan barang/jasa untuk memenuhi ton. Hasil tangkapan tersebut belum optimal, karena secara faktual Kabupaten Merauke hanya kebutuhan konsumen. Dalam menghasilkan produksi, Rumah tangga keluarga sebagai produsen, mereka memanfaatkan 15% saja dari potensi yang ada. memiliki tanah, tenaga kerja, modal, keahlian untuk dimanfaatkan. Hasil yang diperoleh rumah tangga Dilihat dari pasar dunia, hasil perikanan tangkap seperti kepiting, udang, kakap, kuro dan tenggiri sangat keluarga sebagai produsen adalah uang dengan menjual hasil dari keahlian yang dimiliki. diminati, baik secara langsung maupun sebagai bahan baku untuk olahan lain. Pasar eksport seperti Masyarakat sebagai produsen merupakan anggota kelompok yang menghasilkan pendapatan dengan Tiongkok, Taiwan, Vietnam, Thailand, Eropa dan Australia berlomba untuk mendapatkan hasil perikanan menjual produksi produk barang/jasa, misalnya berdagang. Kegiatan usaha untuk mendapatkan laut Indonesia. Dengan pangsa pasar yang sangat besar, masyarakat Kabupaten Merauke harus dapat penghasilan tersebut, usahanya memiliki ciri-ciri sebagai berikut: melihat kondisi ini sebagai peluang eksport yang besar untuk memasok hasil perikanan tangkap dalam (1) Umumnya tidak menggunakan alat-alat yang canggih, jumlah yang lebih banyak lagi. Selain itu, apabila penangkapannya dioptimalkan, maka komoditas unggulan (2) Tidak membutuhkan pendidikan/keahlian khusus, hasil perikanan dapat dijual baik pasar dalam negeri maupun luar negeri. (3) Dapat membuka lapangan kerja yang bisa menampung banyak anggota, Hasil perikanan tangkap yang diekspor di Kabupaten Merauke umumnya hanya gelembung renang ikan (4) Usaha Ekonomi berlangsung dalam ruang lingkup yang kecil. Di sisi lain, kakap yang dikeringkan, dengan harga jual cukup fantastis. Kemudian oleh negara pengimpor, gelembung Peran Masyarakat sebagai distributor terwujud apabila masyarakat menjadi penyalur bahan produksi dari renang ikan kering tersebut diolah kembali menjadi obat-obatan yang harganya jauh lebih tinggi. Akibatnya produsen ke konsumen. Namun demikian, Kelompok masyarakat pasti membutuhkan barang dan jasa nilai tambah tersebut tidak dinikmati di dalam negeri. Masyarakat hanya menjual gelembung ikannya saja, untuk kelangsungan usaha dan hidupnya, sehingga mereka menjadi konsumen dari produsen lain. kemudian sisa daging ikan tersebut tidak banyak di manfaatkan. Oleh sebab itu, beberapa industri olahan

BAB IV : Business Plan Halaman 86 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

yang cukup besar dan investasi teknologi didalamnya, sehingga produk hasil perikanan tangkap dapat Untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat pesisir, dibangun jaringan air dari PDAM dan dijual secara langsung, diolah dan dikemas dalam bentuk kemasan beku dengan kondisi yang masih sangat didistribusikan ke masing-masing pemukiman. Sedangkan untuk memenuhi kegiatan perikanan dibangun baik. jaringan air dari PDAM dengan bak penampung air sebanyak 500 m3, desalinasi air dengan menampung air sebanyak 200 m3, dan pengeboran tanah untuk penyediaan RO (Reverse Osmosis) di distrik pesisir 4.3 Pemanfaatan Ketersediaan Dan Rencana Kegiatan Kabupaten Merauke. Selanjutnya, bangunan tersebut dilakukan pengawasan dan perawatan tiap tahunnya sejak pembangunan pertama, kemudian dilakukan pengecekan tiap 5 tahun sekali selama 20 tahun ke Pemeliharaan Hasil Pembangunan Sarana Prasarana Di depan. Wilayah Pertumbuhan Sekitarnya 4.3.2 Listrik 4.3.1 Air Bersih Jaringan listrik 24 jam saat ini hanya tersedia di Distrik Merauke. Sedangkan distrik lain, listrik hanya menyala 12 jam atau bahkan hanya 4-6 jam di malam hari. Oleh sebab itu, masyarakat lebih banyak Ketersediaan air bersih saat ini di beberapa distrik pesisir Kabupaten Merauke masih mengandalkan air menggunakan genet listrik bertenaga bahan bakar minyak dan bertenaga surya untuk penerangan. Terkait sumur dan mata air. Jaringan pipa PDAM baru melayani di Distrik Merauke saja. Di beberapa distrik lain, hal ini, pemerintah pusat menetapkan proyek peningkatan layanan listrik dan penggunaan solar cell di ditemukan jaringan pipa dan bak-bak penampungan air dari air sumur, air tadah hujan maupun mata air. Kabupaten Merauke, khususnya distrik pesisir. Namun, kondisinya kurang layak digunakan, karena kurangnya perawatan dan pengawasan pemanfaatan fasilitas yang telah dibangun.

Air Sumur Mata Air

Genset Listrik Bertenaga Surya

Gambar 4-2. Sumber Ketersediaan Listrik

Untuk memenuhi kegiatan perikanan dan kebutuhan listrik masyarakat pesisir Kabupaten Merauke, direncanakan pembangunan sumber energi listrik bertenaga surya (solar cell) sebesar 300 KVA. Air Sumur Air Tadah Selanjutnya, bangunan tersebut dilakukan pengawasan dan perawatan tiap tahunnya sejak pembangunan

pertama, kemudian dilakukan pengecekan tiap 5 tahun sekali selama 20 tahun ke depan. Gambar 4-1. Sumber Air Bersih

BAB IV : Business Plan Halaman 87 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

jalan darat masih terkendala akibat keberadaan jaringan infrastruktur yang belum maksimal dalam 4.3.3 Telekomunikasi memberikan pelayanan mobilisasi bagi masyarakat. Sektor transportasi laut sangat berperan dalam pergerakan logistik kebutuhan masyarakat sehari-hari terutama penyambung antar distrik di Pulau Jaringan dan sinyal telepon saat ini masih terbatas. Penyedia jaringan yang ada hanya satu operator dengan Kolepon dan sekitarnya. kemampuan transfer data (sinyal GSM/EDGE) yang lambat. Hal ini dikarenakan ketersediaan menara BTS Rencana pembangunan jalan yang menghubungkan antar distrik pesisir di Kabupaten Merauke masih sebagai pemancar sinyal komunikasi masih sedikit. Padahal jaringan telekomunikasi berperan sangat terkendala, dimana kondisi jaringan infrastruktur yang belum maksimal serta aksesnya dibatasi dengan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Merauke, khususnya di daerah kondisi bentang alam berupa sungai-sungai yang besar, sehingga mobilitas masyarakat masih sangat terpencil seperti Pulau Kolepon. terbatas. Oleh sebab itu, sebagian besar masyarakat di sekitar distrik pesisir cenderung memiliki perahu kayu secara pribadi dan menggunakan kapal penumpang feri/ perintis.

Selain itu, moda transportasi yang juga digunakan oleh masyarakat adalah sektor transportasi udara. Angkutan udara berupa pesawat perintis dari penyedia jasa penerbangan yaitu susi air digunakan sebagai penghubung berbagai lokasi antar distrik. Pesawat tersebut hanya menghubungkan Distrik Kimaam, Distrik Wanam dan Distrik Merauke saja, karena hanya di distrik tersebut yang memiliki bandar udara. Pesawat ini beroperasi sebanyak 2 kali PP (pulang-pergi) dalam sehari tujuan Merauke-Kimaam dan Merauke-Wanam dengan waktu tempuh ±40 menit sekali perjalanan.

Menara BTS

Perahu Kayu Kapal Penumpang Feri/ Perintis Gambar 4-3. Menara BTS

Untuk memenuhi kualitas sumber daya manusia dalam kegiatan perikanan maupun kebutuhan masyarakat itu sendiri, direncanakan pembangunan pemancar BTS yang bekerja sama dengan PT. Telkom di beberapa titik distrik pesisir Kabupaten Merauke. Pembangunan pemancar tersebut selanjutnya dikelola dan dilakukan pengawasan oleh petugas PT. Telkom tiap tahunnya selama beberapa tahun ke depan.

4.3.4 Transportasi

Pesawat Perintis Transportasi di Kabupaten Merauke, didominasi oleh angkutan air berupa kapal-kapal atau perahu kayu, kapal perintis untuk menghubungkan berbagai lokasi antar distrik. Hal ini terjadi karena akses melalui Gambar 4-4. Alat Transportasi

BAB IV : Business Plan Halaman 88 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Untuk mengakomodir kebutuhan masyarakat pesisir Kabupaten Merauke, direncanakan penambahan jumlah moda transportasi serta perbaikan jaringan jalan agar masyarakat dapat meminimilasir biaya transportasi. Selanjutnya, dilakukan pengawasan dan perawatan moda transportasi tiap tahunnya, kemudian dilakukan pengecekan pada kapal penumpang dan pesawat perintis tiap 5 tahun sekali selama 20 tahun ke depan.

4.3.5 Sarana Perikanan Tangkap

Ketersediaan air bersih saat ini di beberapa distrik pesisir Kabupaten Merauke masih mengandalkan air Kapal 10 GT Kapal >10 GT sumur dan mata air. Jaringan pipa PDAM baru melayani di Distrik Merauke saja. Di beberapa distrik lain, ditemukan jaringan pipa dan bak-bak penampungan air dari air sumur, air tadah hujan maupun mata air. Gambar 4-6. Kapal Nelayan Namun, kondisinya kurang layak digunakan, karena kurangnya perawatan dan pengawasan pemanfaatan Untuk memenuhi sarana kegiatan perikanan tangkap, direncanakan penambahan jumlah kapal dan alat fasilitas yang telah dibangun. tangkap serta penambahan alat bantu penangkapan berupa GPS dan fish finder agar masyarakat dapat Ketersediaan sarana dalam kegiatan perikanan tangkap di tiap distrik pesisir Kabupaten Merauke saat ini memaksimalkan kegitan produksi perikanan tangkap. Selanjutnya, dilakukan pengawasan dan perawatan masih menggunakan kapal semang dengan mesin 40 pk, hanya beberapa masyarakat saja yang sudah kapal tiap tahunnya, kemudian dilakukan pengecekan pada kapal dan alat bantu penangkapan tiap 5 tahun menggunakan kapal >10 GT. Kapal sangat berperan penting dalam kegiatan produksi perikanan tangkap, sekali selama 20 tahun ke depan. sehingga direncanakan pengadaan kapal 5-10 GT sebanyak 40 unit, kapal 10-30 GT sebanyak 20 unit dan kapal pengangkut 75 GT sebanyak 5 unit untuk masing-masing distrik pesisir Kabupaten Merauke tiap 4.4 Rekomendasi Tipe Dan Jenis Kegiatan Ekonomi Produktif Yang tahunnya selama 5 tahun. Selain itu, pengadaan alat tangkap pursesinese sebanyak 100 set selama 5 tahun (20 set/ tahun), alat tangkap gillnet dengan mesh size 5,8 dan 10 inch sebanyak 100 set selama 5 tahun, alat Kompetitif tangkap pancing sebanyak 100 set selama 5 tahun serta GPS/fish finder (alat bantu penangkapan) sebanyak Salah satu tantangan besar dalam sektor perikanan adalah meningkatkan jumlah dan jenis usaha 300 unit selama 5 tahun (60 unit/ tahun). pengolahan produk perikanan terkait. Berdasarkan teknik kuantitatif dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi daerah relatif terhadap struktur ekonomi (shiftshare analysis) dan pemetaan empat kuadran importance performance analysis, sektor perikanan berada pada kuadran overkill atau berlebih adalah diversifikasi konsentris, diversifikasi horizontal, dan diversivikasi konglomerat.

Strategi diversifikasi konsentris dijalankan dengan menambah produk baru yang masih terkait dengan produk yang ada saat ini, baik keterkaitan dalam kesamaan teknologi, pemanfaatan fasilitas bersama, ataupun jaringan pemasaran yang sama. Strategi diversifikasi horisontal adalah strategi menambah atau menciptakan produk baru yang tidak terkait dengan produk saat ini kepada konsumen saat ini. Diversifikasi konglomerat adalah strategi yang dilakukan dengan penambahan produk baru dan dipasarkan pada pasar baru yang tak terkait dengan yang ada saat ini. Ide dari dasar strategi ini mengutamakan Gill net Kapal Semang dan gill net pertimbangan profit, misalnya menambah produk ikan olahan kalengan terhadap produk ikan beku

eksisting. Strategi diversifikasi horizontal yang dapat diterapkan adalah penambahan atau penciptaan Gambar 4-5. Alat tangkap dan Kapal Semang produk baru. Hal ini perlu dijelaskan sebagai upaya untuk memperoleh pelanggan atau pasar baru.

BAB IV : Business Plan Halaman 89 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Umumnya, strategi ini digunakan apabila pasar eksisting telah jenuh. Bakso ikan, abon ikan, dan terasi karena ada banyak kemungkinan yang terjadi dalam pengambilan keputusan yang kurang realistis udang merupakan ragam produk baru baru bagi pasar eksisting, sementara ikan kering/asin merupakan dalam proyek yang direncanakan (Kadariah et al. 1999). penerapan strategi diversifikasi horizontal. 4. Aspek Sosial Ada beberapa aspek yang perlu dilakukan untuk menentukan kelayakan suatu usaha. Masing-masing aspek Analisis kelayakan sosial dapat dilihat dari bagaimana respon rencana bisnis terhadap lingkungan tidak akan berdiri sendiri, akan tetapi saling berkaitan. Secara umum aspek-aspek yang perlu dilakukan sekitar baik lingkungan alam maupun masyarakat sekitar. Rencana bisnis harus memberikan dampak studi kelayakan adalah sebagai berikut : positif dan tidak merugikan lingkungan sampai batas yang dapat ditolerir. 1. Aspek Pasar 5. Aspek Finansial (Keuangan) Aspek-aspek pasar dari suatu bisnis adalah rencana pemasaran output yang dihasilkan oleh bisnis Studi kelayakan adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu rencana bisnis yang tersebut dan rencana penyedian input yang dibutuhkan untuk kelangsungan dan pelaksanaan sebuah merupakan sebuah investasi. Bisnis tersebut harus bisa mendapatkan keuntungan bila bisnis tersebut bisnis (Gittinger 1986). Analisis aspek pasar sangat penting untuk dilakukan karena banyak perusahaan telah berjalan. Aspek finansial dari persiapan dan analisis usaha menjelaskan pengaruh finansial dari atau bisnis yang mengalami kegagalan karena tidak tersedianya pasar untuk memasarkan produknya. suatu bisnis yang diusulkan terhadap pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Tujuan utama analisis Suatu perusahaan dapat dikatakan layak jika perusahaan harus dapat melihat bagaimana potensial finansial adalah untuk menentukan proyeksi mengenai anggaran yang akan digunakan secara efisien pasar dari produk perusahaan tersebut, sehingga produk perusahaan dapat terjual karena adanya dengan cara mengestimasi penerimaan dan pengeluaran pada saat pelaksanaan usaha serta pada masa- permintaan poduk. masa yang akan datang sesetiap tahunnya (Gittinger, 1986). 2. Aspek Teknis Rencana anggaran dari suatu proyeksi analisis finansial dilakukan untuk mengetahui seberapa besar Analisis aspek teknis berhubungan dengan input (penyediaan) dan output (produksi) berupa barang investasi yang dibutuhkan dan sumber dana yang digunakan untuk membiayai pelaksanaan bisnis nyata dan jasa (Gittinger 1986). Aspek teknis berkaitan dengan proses pembangunan proyek secara tersebut. Analisis finansial juga digunakan sebagai pertimbangan dalam pengajuan kredit investasi dan teknis seperti lokasi proyek, kapasitas produksi, bahan baku, peralatan dan mesin, proses produksi, modal kerja serta penjadwalan pelunasan kredit yang digunakan untuk membiayai pembangunan serta teknologi yang digunakan dalam usaha tersebut. Beberapa hal yang akan disoroti dalam kelayakan rencana bisnis tersebut. Dalam analisis ini kriteria yang digunakan untuk perusahaan adalah payback aspek teknis adalah ketersediaan sarana produksi. Sarana produksi yang dibutuhkan dalam bisnis period (PP), Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Profitability Index (PI), serta rasio-rasio pengolahan ikan di Merauke antara lain Perahu, Cold Storage, dan Pabrik Es keuangan.

Berikut merupakan rumus dari : 3. Aspek Manajemen

Menurut Gittinger (1986), analisis aspek manajemen berkaitan dengan halhal yang berkenaan dengan a. Free Cashflow (arus kas bebas) pertimbangan mengenai sesuai atau tidaknya bisnis dengan pola sosial, budaya, dan lembaga yang Arus Kas Bebas adalah sisa perhitungan arus kas yang dihasilkan oleh suatu perusahaan di akhir suatu memanfaatkan keberadaan bisnis tersebut, susunan organisasi proyek agar sesuai dengan prosedur periode keuangan (kuartalan atau tahunan) setelah membayar gaji, biaya produksi, tagihan, cicilan organisasi setempat, dan kesanggupan staff untuk mengelola bisnis tersebut. Hal yang perlu hutang berikut bunganya, pajak, dan juga belanja modal (capital expenditure) untuk pengembangan diperhatikan dalam aspek manajemen yaitu bentuk badan usaha yang digunakan, jenis pekerjaan yang usaha. Sisa uang inilah yang disebut Arus Kas Bebas. Meskipun dinamankan bebas, tapi manajemen diperlukan untuk menjalankan perusahaan tersebut, struktur organisasi yang digunakan, serta tidak bisa sebebasnya menggunakan uang ini karena uang sisa inilah yang bisa digunakan untuk penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan perusahan tersebut (Husna et al. 2000). Keahlian manajemen mengembangkan usaha, kalau tidak mengambil dana dari hutang dan sumber dana. hanya dapat dievaluasi secara subjektif, meskipun demikian hal ini tidak mendapat perhatian khusus

Free Cashflow = Arus Kas dari Operasi – Belanja Modal

BAB IV : Business Plan Halaman 90 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

b. Metode IRR (Internal Rate of Return) Kriteria kelayakan dari metode ini adalah sebagai berikut:

Metode internal rate of return adalah metode penilaian kelayakan investasi yang ditujukan untuk a. Rencana bisnis dikategorikan sebagai rencana bisnis layak jika jumlah nilai sekarang dari mengetahui tingkat imbal hasil yang dihasilkan dari proyek investasi berdasarkan kondisi dimana nilai seluruh arus kas bersih yang akan diterima di masa mendatang lebih besar dari modal investasi sekarang dari seluruh arus kas bersih proyek sama dengan modal awal investasi, atau tingkat imbal awal, atau nilai net present value > 0. hasil proyek pada saat nilai NPV=0. Berikut ini moel perumusan dari metode Internal Rate Of Return. b. Rencana bisnis dikategorikan sebagai rencana bisnis tidak layak jika jumlah nilai sekarang dari n CF t  I seluruh arus kas bersih yang akan diterima di masa mendatang lebih kecil dari modal investasi t 0  (1 IRR) awal, atau nilai net present value < 0. t1

Dimana: CF = arus kas bersih rencana bisnis c. Payback Periode

IRR = tingkat pengembalian investasi rencana bisnis Metode payback periode adalah metode analisis kelayakan investasi yang mengukur berapa n = umur ekonomis rencan bisnis lama waktu yang dibutuhkan untuk pemulihan seluruh modal yang diinvestasikan dari suatu proyek. Masa pemulihan modal dihitung dari proyeksi arus kas bersih yang diperkirakan akan I0 = modal awal investasi diterima selama masa umur proyek investasi. Kriteria kelayakan dari metode ini adalah sebagai berikut: Kriteria kelayakan dari metode ini adalah sebagai berikut:  Rencana bisnis dikategorikan sebagai rencana bisnis layak jika tingkat pengembalian investasi rencana bisnis (IRR) lebih besar dari tingkat biaya modal.  Proyek dikategorikan sebagai proyek layak jika masa pemulihan modal lebih cepat daripada  Rencana bisnis dikategorikan sebagai rencana bisnis tidak layak jika tingkat pengembalian umur ekonomis proyek. investasi rencana bisnis (IRR) lebih kecil dari tingkat biaya modal.  Proyek dikategorikan sebagai proyek tidak layak jika masa pemulihan modal lebih lama  NPV (Nett Present Value) daripada umur ekonomis proyek yang bersangkutan. Metode net present value adalah metode penilaian kelayakan investasi yang menyelaraskan nilai arus kas bersih rencana bisnis yang diperkirakan akan diterima di masa mendatang 4.4.1 Kelayakan Bisnis Penangkapan Ikan menjadi nilai sekarang melalui proses pemotongan nilai arus kas dengan menggunakan

tingkat biaya modal tertentu sebagai faktor diskonto. Perhitungan net present value 1. Perahu 5 GT dan 10 GT dirumuskan sebagai berikut: Kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan di perairan Kabupaten Merauke meliputi kegiatan penangkapan ikan dengan perahu tanpa mesin, dan atau dengan motor tempel menggunakan armada 5  CF CF CF  NPV  1  2  ...  n  I  1 2 n  0 GT serta kapal (mesin onboard) (10 GT) dengan alat tangkap utama gillnet. Para nelayan yang memiliki (1 i) (1 i) (1 i)  kapal dengan mesin onboard dapat melakukan penangkapan ikan di ZEE, sehingga peluang Dimana: CF = arus kas bersih rencana bisnis memperoleh hasil tangkapan yang besar sangat besar. Untuk itu perlu diupayakan pemberdayaan I = tingkat biaya modal nelayan melalui kepemilikan kapal penangkapan ikan dengan mesin tempel maupun onboard. n = umur ekonomis rencana bisnis Pemberdayaan ini dapat meningkatkan kapasitas produksi nelayan, sehingga diperlukan analisis usaha I0 = modal awal investasi penangkapan ikan dengan menggunakan armada 5 GT dan armada 10 GT.

BAB IV : Business Plan Halaman 91 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Profil besaran biaya pengembangan usaha penangkapan ikan terdiri dari nilai investasi dan biaya Analisis kelayakan usaha menggunakan kriteria penilaian investasi usaha yang umum, yaitu NPV, Net operasional tersaji pada tabel berikut ini. B/C, IRR, Payback Periode serta R/C atau profitability. Nilai kriteria investasi usaha penangkapan ikan di Kabupaten Merauke dengan menggunakan armada < 5 GT dan 5-10 GT tersaji pada tabel berikut: Tabel 4-1. Profil Biaya Usaha Penangkapan Ikan di Kabupaten Merauke Tabel 4-2. Nilai Kriteria Investasi Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan di Kabupaten Merauke dengan Armada 5 Biaya GT dan 10 GT No. Jenis Usaha Nilai Investasi Biaya Operasional (Rp) (Rp) Kriteria Penilaian 5 GT 10 GT Penangkapan Ikan dengan Nilai Invetasi 1. 88.405.000,00 127.860.333,00 armada 5 GT NPV 1.192.270.845,21 2.244.529.124,5 Penangkapan Ikan dengan IRR (Persen) 196,0 81,00 2. 405.150.000,00 404.583.333,00 armada 10 GT Net B/C 2,3 1,79 Sumber: Data Primer Diolah, 2015 Payback Periods 1,5 bulan 1 tahun 8 bulan ROI 207,3 84,8 Investasi yang digunakan dalam penangkapan ikan baik yang menggunakan armada 5 GT dan 10 GT Sumber: Data Primer Diolah, 2015 adalah perahu, jaring, mesin yamaha, cool box, ember dan pisau. Sedangkan komponen dari biaya operasional antara lain bensin, oli, minyak tanah, es batu, beras, gaji tenaga kerja dan perlengkapan Dari Tabel 4-2 di atas dapat jelaskan bahwa nilai NPV (Net Present Value)adalah nilai sekarang dari lainnya. Penghitungan biaya investasi dan operasional pada kegiatan penangkapan dengan arus pendapatan yang ditimbulkan oleh investasi pada tingkat bunga tertentu. Dimana pada usaha menggunakan kapal berukuran 5 GT dan kapal berukuran 10 GT dapat dilihat pada Tabel 4-1. penangkapan dengan menggunakan kapal berukuran 5 GT serta 10 GT berturut-turut nilai NPV sebesar Rp. 1.192.270.845,2 (NPV >0) dan Rp. 2.244.529.124.5.818,19. Artinya bahwa kegiatan Investasi dengan profil biaya di atas dapat dilakukan oleh rumah tangga nelayan, dengan bantuan penangkapan tersebut layak untuk dijalankan dengan tingkat DR 11,25 % selama 5 tahun. Apabila nilai koperasi atau lembaga kerjasama lainnya seperti forum kerjasama nelayan atau kelompok petani. Dana NPV < 0 maka usaha tidak layak untuk dijalankan, sedangkan jika nilai NPV = 0 maka usaha sangat dapat disuntikkan melalui lembaga ini. Sebagai pinjaman bergulir. Bentuk hubungan kelembagaan sulit untuk dijalankan, dikarenakan manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang untuk investasi ini dapat menerapkan sistem berikut : dikeluarkan.

Nilai Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) adalah nilai perbandingan antara jumlah present value yang DKP bernilai positif (pembilang) dengan present value yang bernilai negatif (penyebut). Net B/C ratio menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. Pembinaan dan Proyek dinyatakan layak untuk dilaksanakan apabila nilai B/C ratio lebih dari satu, dari Tabel 4-2 Koordinasi bahwa nilai Net B/C usaha penangkapan dengan menggunakan kapal 5 GT dan 10 GT berturut-turut KOPERASI Lap. /lembaga adalah sebesar 2,3 dan 1,79. Artinya bahwa usaha tersebut layak dijalankan, karena setiap Keuangan, Rp. 1 tambahan yang dikeluarkan akan memperoleh tambahan sebesar Rp. 3,26 (kapal ukuran 5 GT) produksi, dll PENANGGUNG dan Rp. 1,50 (kapal ukuran 10 GT). TEKNISI/KEPALA ADMINISTRASI JAWAB OPERASIONAL Sedangkan untuk Internal Rate of Return (IRR)adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasillkan OPERATOR NPV sama dengan 0. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Sebuah bisnis atau usaha dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capital-

nya (DR). IRR pada usaha penangkapan menggunakan kapal 5 GT sebesar 196 %, untuk kapal Gambar 4-7. Bentuk Hubungan Kelembagaan

BAB IV : Business Plan Halaman 92 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

berukuran 10 GT sebesar 81 %. Nilai tersebut menunjukkan bahwa usaha penangkapan tersebut layak Uraian Tahun

untuk dijalankan, dikarenakan IRR lebih besar dari DR yang ada. Hal tersebut menunjukkan bahwa - 1 2 3 4 5 penerimaan yang akan didapat dari kegiatan penangkapan tersebut dapat memberikan penerimaan Ember sedang 30,000 30,000 Pisau 25,000 25,000 196 % pertahun (kapal ukuran 5 GT) dan 81% (kapal berukuran 10 GT). Total Investasi 88,405,000 100,000 100,000 8,405,000 100,000 100,000 Payback Period merupakan metode untuk mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Usaha atau Biaya tetap bisnis yang memiliki payback periode yang singkat atau cepat pengembaliannya kemungkinan besar Penyusutan 18,868,333 19,057,016 19,247,586 19,440,062 19,634,463 19,830,808 akan dipilih. Usaha layak untuk dilaksanakan jika payback periode lebih kecil dari umur proyek. Untuk Perawatan perahu 5,000,000 5,050,000 5,100,500 5,151,505 5,203,020 5,255,050

kegiatan penangkapan menggunakan kapal berukuran 5 GT memiliki payback periode 1,5 bulan. Perawatan jaring 14,400,000 14,544,000 14,689,440 14,836,334 14,984,698 15,134,545

Artinya bahwa kegiatan tersebut dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun akan mampu Total biaya tetap 38,268,333 38,651,016 39,037,526 39,427,902 39,822,181 40,220,403 mengembalikan investasi yang ada. Sedangkan untuk kapal beruuran 10 GT memiliki nilai payback periode sebesar 1 tahun 8 bulan. Baik usaha penangkapan menggunakan kapal 5 GT maupun kapal 10 Biaya Variabel GT layak untuk dijalankan, karena memiliki payback periode kurang dari 5 tahun (PP < 5 tahun). Bensin 39,000,000 39,390,000 39,783,900 40,181,739 40,583,556 40,989,392 Oli 8,400,000 8,484,000 8,568,840 8,654,528 8,741,074 8,828,484 Sedangkan untuk ROI kegiatan penangkapan menggunakan kapal 5 GT sebesar 207,3. Nilai ini Minyak tanah 1,200,000 1,212,000 1,224,120 1,236,361 1,248,725 1,261,212 menunjukkan usaha layak untuk dijalankan, karena nilainya di atas tingkat diskonto yang digunakan, Es batu 2,400,000 2,424,000 2,448,240 2,472,722 2,497,450 2,522,424 Beras 1,680,000 1,696,800 1,713,768 1,730,906 1,748,215 1,765,697 yaitu 11,25%. Demikian pula halnya dengan kegiatan usaha penangkapan menggunakan kapal 10 GT Kopi 360,000 363,600 367,236 370,908 374,617 378,364 layak untuk dijalankan, karena memiliki nilai ROI sebesar 84,8% Gula 360,000 363,600 367,236 370,908 374,617 378,364

Air galon 192,000 193,920 195,859 197,818 199,796 201,794 Penghitungan cash flow pada kegiatan penangkapan dengan menggunakan kapal berukuran 5 GT dan Gaji tenaga kerja 36,000,000 36,360,000 36,723,600 37,090,836 37,461,744 37,836,362 kapal berukuran 10 GT dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan 4.4 sebagai berikut. Total biaya 89,592,000 90,487,920 91,392,799 92,306,727 93,229,794 94,162,092 variabel

Tabel 4-3. Cash Flow Usaha Penangkapan Ikan dengan Armada 5 GT Total Biaya 127,860,333 129,138,936 130,430,326 131,734,629 133,051,975 134,382,495 Operasional Uraian Tahun TOTAL OUT FLOW 216,265,333 129,238,936 130,530,326 140,139,629 133,151,975 134,482,495 - 1 2 3 4 5 - Net Benefit 167,761,064 169,439,674 162,830,071 172,847,422 174,576,896 INFLOW 216,265,333 Dsicount Factor 1.0000 Ikan Kuro - 63,000,000 63,630,000 64,266,300 64,908,963 65,558,053 11.25% 0.8989 0.8080 0.7263 0.6528 0.5868 Present Value Per -216,265,333 159,471,384 150,444,702 134,955,926 133,895,249 126,316,272 Ikan Bandang - 72,000,000 72,720,000 73,447,200 74,181,672 74,923,489 Tahun Kakap - 24,000,000 24,240,000 24,482,400 24,727,224 24,974,496

Ikan Duri - 48,000,000 48,480,000 48,964,800 49,454,448 49,948,992 Tabel 4-4. Cash Flow Usaha Penangkapan Ikan dengan Armada 10 GT

Ikan Paha-paha - 90,000,000 90,900,000 91,809,000 92,727,090 93,654,361 Uraian Tahun Total INFLOW 0 297,000,000 299,970,000 302,969,700 305,999,397 309,059,391 1 2 3 4 5 INFLOW OUTFLOW Ikan Kuro 168,000,000 169,680,000 171,376,800 173,090,568 174,821,474 Perahu 35,000,000 Ikan Bandang 144,000,000 145,440,000 146,894,400 148,363,344 149,846,977 Jaring 8,250,000 8,250,000 Bulanak 63,000,000 63,630,000 64,266,300 64,908,963 65,558,053 Mesin yamaha 45 PK 45,000,000 Kakap 84,000,000 84,840,000 85,688,400 86,545,284 87,410,737 Cool box 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000 100,000

BAB IV : Business Plan Halaman 93 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Uraian Tahun Uraian Tahun

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Ikan Duri 84,000,000 84,840,000 85,688,400 86,545,284 87,410,737 Factor 11.25% Ikan Paha- 180,000,000 181,800,000 183,618,000 185,454,180 187,308,722 Present paha Value Per -809,733,333 649,887,640.4 590,010,352.2 123,132,109.3 486,297,839.4 441,492,869.9 Total 723,000,000 730,230,000 737,532,300 744,907,623 752,356,699 Tahun INFLOW

OUTFLOW 2. Kapal 30 GT dan 60 GT Perahu 150,000,000 Dalam setiap usaha, perlu adanya strategi-strategi untuk meningkatkan daya saing dan Jaring 150,150,000 150,150,000 mengembangkan apa yang telah dimiliki. Salah satu pilihan yang harus dilakukan adalah menentukan Mesin Yanmar 100,000,000 apakah pengembangan usaha dilakukan dengan melakukan sewa/peminjaman fasilitas atau haruskah Cool box 4,000,000 Peralatan melakukan investasi fasilitas usaha. Hal ini berlaku juga bagi para pelaku usaha penangkapan ikan, 1,000,000 1,000,000 pendukung mengingat perlunya meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil tangkapan. Total 405,150,000 - - 151,150,000 - - Investasi Selain menggunakan kapal 5 GT dan 10 GT seperti yang sudah di jelaskan di atas, tentunya nelayan dan Biaya tetap pelaku usaha harus memikirkan pengembangan di masa depan, yaitu dengan memperbesar armada Penyusutan 101,183,333 102,195,166 103,217,118 104,249,289 105,291,782 106,344,700 kapal yang digunakan. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan kapal dengan Perawatan 10,000,000 10,100,000 10,201,000 10,303,010 10,406,040 10,510,101 perahu ukuran 30 GT dan 60 GT. Pemilik kapal dan nelayan harus memperhitungkan biaya-biaya yang harus Perawatan 24,000,000 24,240,000 24,482,400 24,727,224 24,974,496 25,224,241 jaring dikeluarkan selama operasi kapal. Dengan mengetahui biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan serta Total biaya 135,183,333 136,535,166 137,900,518 139,279,523 140,672,318 142,079,042 tetap jumlahnya, maka pemilik kapal dan nelayan dapat memperhitungkan keuntungan yang didapat, dan untuk pemilik kapal dapat mengetahui dalam jangka waktu berapa tahun atau berapa kali operasi Biaya

Variabel kapal maka bisa untuk balik modal untuk suatu investasi. Solar 78,000,000 78,780,000 79,567,800 80,363,478 81,167,113 81,978,784 Tabel 4-5. Nilai Investasi Penangkapan Ikan dengan Menggunakan Kapal Armada 30 dan 60 GT Oli 8,400,000 8,484,000 8,568,840 8,654,528 8,741,074 8,828,484 Biaya Minyak tanah 1,800,000 1,818,000 1,836,180 1,854,542 1,873,087 1,891,818 No. Jenis Usaha Nilai Investasi (Rp) Biaya Operasional (Rp) Es batu 30,000,000 30,300,000 30,603,000 30,909,030 31,218,120 31,530,302 Penangkapan Ikan dengan 1. 569,314,261.16 565,787,452.6 Beras 3,360,000 3,393,600 3,427,536 3,461,811 3,496,429 3,531,394 armada 30 GT Kopi 1,440,000 1,454,400 1,468,944 1,483,633 1,498,470 1,513,454 Penangkapan Ikan dengan 2. 1,138,628,522.32 1,131,574,905.27 Gula 1,440,000 1,454,400 1,468,944 1,483,633 1,498,470 1,513,454 armada 60 GT Sumber: Data Primer Diolah, 2015 Air galon 960,000 969,600 979,296 989,089 998,980 1,008,970 Gaji tenaga 144,000,000 145,440,000 146,894,400 148,363,344 149,846,977 151,345,447 Investasi yang digunakan dalam penangkapan ikan baik yang menggunakan armada 30 GT dan 60 GT kerja Total biaya adalah kayu, kasko, mesin utama, generator, mesin bantu, alat tangkap, alat bantu, jangkar, pompa 269,400,000 272,094,000 274,814,940 277,563,089 280,338,720 283,142,107 variabel air, biaya inventaris dan biaya pekerja. Sedangkan biaya operasional dalam penangkapan ikan baik

Total Biaya menggunakan armada 30 GT maupun 60 GT dapat dijabarkan seperti berikut : 404,583,333 408,629,166 412,715,458 416,842,613 421,011,039 425,221,149 Operasional TOTAL OUT 809,733,333 0 0 567,992,613 0 0 1. Biaya Pemeliharaan dan Perawatan FLOW Net Benefit -809,733,333 723,000,000 730,230,000 169,539,687 744,907,623 752,356,699 Merupakan komponen biaya yang harus dikeluarkan sehubungan dengan aspek-aspek Dsicount 1 0.898876404 0.807978791 0.72627307 0.652829726 0.586813237 keselamatan pelayaran pada umumnya dan keselamatan kapal pada khususnya.

BAB IV : Business Plan Halaman 94 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

2. Biaya Bahan Bakar operasi per trip kapal tersebut adalah empat sampai tiga hari dengan jumlah trip dalam setahun diasumsikan sebanyak 85 trip. Tabel dibawah ini menjelaskan harga dan jumlah produksi ikan Biaya bahan bakar adalah biaya yang harus dikeluarkan sehubungan dengan kebutuhan per jenis ikan dan jenis kapal, sehingga diasumsikan untuk kapal 30 GT mendapatkan konsumsi bahan bakar yang diperlukan selama kapal beroperasi. Besarnya biaya ini tergantung penerimaan sebesar Rp. 535.017.651,1 dan Kapal 60 GT sebesar Rp. 1.070.035.302,3. dari tipe mesin penggerak dari kapal dan juga lama waktu pelayaran.

3. Biaya Perbekalan Tabel 4-6. Asumsi Harga Ikan dan Produksi per Jenis Ikan dan Jenis Kapal

Biaya perbekalan adalah biaya yang dikeluarkan logistik seperti makanan serta minuman untuk Jenis Ikan Kapal 30 GT Kapal 60 GT Harga ikan Produksi Harga ikan Produksi para ABK dan pemilik kapal. Lemuru 10,141.43 200,100 20,282.85 400,200 4. Biaya Minyak Pelumas Layang 3,380.48 55,300 6,760.95 110,600 Adalah biaya yang harus dikeluarkan sehubungan dengan kebutuhan pelumasan untuk kegiatan Tongkol 5,634.13 16,100 11,268.25 32,200 operasional kapal. Kerapu 22,536.50 4,730 45,073.00 9,460 Kakap 4,507.30 3,000 9,014.60 6,000 5. Biaya Air Tawar Cucut 20,282.85 6,000 40,565.70 12,000 Biaya ini berhubungan dengan keperluan air tawar bagi ABK untuk memasak, mandi, cuci. Hiu 14,648.73 700 29,297.45 1,400 Total 6. Biaya Es Batu Curah 535,017,651.1 1,070,035,302.3 Penerimaan Untuk kapal dangan sistem pendingin menggunakan es batu curah dalam setiap operasinya Analisis kelayakan usaha menggunakan kriteria penilaian investasi usaha yang umum, yaitu NPV, Net memerlukan biaya untuk menyediakan es sebagai media pendingin muatan. B/C, IRR, Payback Periode serta R/C atau profitability. Nilai kriteria investasi usaha penangkapan ikan 7. Biaya Umpan di Kabupaten Merauke dengan menggunakan armada 30 GT dan 60 GT tersaji pada tabel berikut : Biaya umpan merupakan biaya yang diperlukan untuk menyediakan kebutuhan umpan dalam Tabel 4-7. Nilai Kriteria Investasi Kelayakan Usaha Penangkapan Ikan di Kabupaten Merauke dengan Armada 30 kegiatan operasioanal kapal. GT dan 60 GT

8. Biaya ABK dan Pemilik Kriteria Penilaian 30 GT 60 GT Nilai Invetasi Biaya yang dikeluarkan untuk membayar gaji para ABK yaitu diambil 50% dari keuntungan NPV 1,201,873,139.34 3,898,470,591.63 bersih kapal. Untuk pemilik diambil seperlunya untuk biaya hidup dan diambil dari keuntungan IRR (Persen) 0.28 0,41 yang sudah diambil dari biaya ABK. Net B/C 1.30 1.49 Payback Periods 1 Tahun 8 bulan 1 tahun 8 bulan 9. Biaya Lain – Lain ROI 35.07 56.58

Biaya ini merupakan biaya tambahan dari berbagi keperluan untuk memperlancar kegiatan Sumber: Data Primer Diolah, 2015 operasional kapal, seperti izin operasi Dari Tabel 4-7 di atas dapat jelaskan bahwa nilai NPV (Net Present Value) adalah nilai sekarang dari

Kapal 30 dan 60 GT diasumsikan beroperasi di fishing ground yang memiliki jarak 56 – 60 mil arus pendapatan yang ditimbulkan oleh investasi pada tingkat bunga tertentu. Dimana pada usaha dari pantai. Selain itu diperkirakan lama pelayaran adalah 10 sampai 12 jam yang dilakukan penangkapan dengan menggunakan kapal berukuran 30 GT serta 60 GT berturut-turut nilai NPV pada setiap hari. Namun, musim penangkapan ikan dibagi menjadi dua yaitu antara bulan Juni- sebesar Rp. 1,201,873,139.34 (NPV >0) dan Rp. 3,898,470,591.63. Artinya bahwa kegiatan Desember adalah musim ikan sedangkan Januari sampai Mei tidak musim ikan. Rata-rata hari penangkapan tersebut layak untuk dijalankan dengan tingkat DR 11.25 % selama 5 tahun. Apabila nilai

BAB IV : Business Plan Halaman 95 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

NPV < 0 maka usaha tidak layak untuk dijalankan, sedangkan jika nilai NPV = 0 maka usaha sangat sulit untuk dijalankan, dikarenakan manfaat yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang 4.4.2 Kelayakan Bisnis Cold Storage dikeluarkan. 1. Aspek Pasar

Nilai Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) adalah nilai perbandingan antara jumlah present value yang Upaya Pengembangan usaha perikanan melalui peningkatan kualitas produk yang dipasarkan di bernilai positif (pembilang) dengan present value yang bernilai negatif (penyebut). Net B/C ratio tingkat regional hingga internasional tentulah membutuhkan dukungan keberadaan berbagai fasilitas menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu rupiah. perikanan, satu diantaranya adalah sarana cold storage. Sarana ini diharapkan dapat berfungsi Proyek dinyatakan layak untuk dilaksanakan apabila nilai B/C ratio lebih dari satu, dari Tabel 4-8 sebagai : bahwa nilai Net B/C usaha penangkapan dengan menggunakan kapal 30 GT dan 60 GT berturut-turut 1. Sentral penampungan produksi perikanan terutama udang, yang akan dipasarkan di tingkat adalah sebesar 1,3 dan 1,49. Artinya bahwa usaha tersebut layak dijalankan, karena setiap Rp. 1 nasional dan internasional. tambahan yang dikeluarkan akan memperoleh tambahan sebesar Rp. 1,3 (kapal ukuran 30) dan Rp. 1,49 (kapal ukuran 60). 2. Sarana pengolahan dan atau pengawetan produksi perikanan khususnya dalam proses pembekuan, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi (economic added value) yang Sedangkan untuk Internal Rate of Return (IRR)adalah tingkat discount rate (DR) yang menghasillkan mampu dinikmati oleh pelaku usaha perikanan. NPV sama dengan 0. Besaran yang dihasilkan dari perhitungan ini adalah dalam satuan persentase (%). Perwujudan fasilitas cold storage yang mampu memainkan peranannya secara maksimal bukanlah Sebuah bisnis atau usaha dikatakan layak apabila IRR-nya lebih besar dari opportunity cost of capital- semata-mata merupakan beban satu pihak saja dalam hal ini pemerintah daerah, tetapi lebih nya (DR). IRR pada usaha penangkapan menggunakan kapal 30 GT sebesar 1,3 %, untuk kapal merupakan suatu upaya sinergis dari berbagai pihak seperti Pemerintah (pusat, provinsi dan berukuran 60 GT sebesar 1,49 %. Nilai tersebut menunjukkan bahwa usaha penangkapan tersebut layak untuk dijalankan, dikarenakan IRR lebih besar dari DR yang ada. Hal tersebut menunjukkan kabupaten) sebagai pengelola dan atau donatur, pihak swasta sebagai donatur dan pemilik bahwa penerimaan yang akan didapat dari kegiatan penangkapan tersebut dapat memberikan kepentingan terhadap fasilitas perikanan ini, pihak masyarakat melalui unit-unit ekonominya dan penerimaan 1,3 % pertahun (kapal ukuran 30 GT) dan 1,49% (kapal berukuran 60 GT). Perguruan Tinggi sebagai penyumbang pemikiran/analisa tentang langkah/strategi yang akan diambil demi tercapainya fungsi cold storage yang optimal. Payback Period merupakan metode untuk mengukur seberapa cepat investasi bisa kembali. Usaha atau bisnis yang memiliki payback periode yang singkat atau cepat pengembaliannya kemungkinan besar Kawasan pesisir Kabupaten Merauke memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Umumnya akan dipilih. Usaha layak untuk dilaksanakan jika payback periode lebih kecil dari umur proyek. Untuk masyarakat yang tinggal di Kawasan Pesisir Kabupaten Merauke bekerja sebagai nelayan, hal ini kegiatan penangkapan menggunakan kapal berukuran 30 dan 60 GT memiliki payback periode 1 Tahun yang menyebabkan adanya cold storage akan membantu para nelayan untuk menyimpan ikan yang 8 bulan. Artinya bahwa kegiatan tersebut dalam kurun waktu kurang dari 2 tahun akan mampu baru ditangkap dari laut. Kondisi sekarang ini para nelayan langsung menjual atau menaruh ikan mengembalikan investasi yang ada. Baik usaha penangkapan menggunakan kapal 30 GT maupun kapal hasil tangkapannya ke tengkulak karena mereka tidak mempunyai tempat untuk menyimpan hasil 60 GT layak untuk dijalankan, karena memiliki payback periode kurang dari 5 tahun (PP < 5 tahun). tangkapannya.

Sedangkan untuk ROI kegiatan penangkapan menggunakan kapal 30 GT sebesar 35,07. Nilai ini Seiring permintaan terhadap ikan yang semakin meningkat dari masa. Ketersedian cold storage menunjukkan usaha layak untuk dijalankan, karena nilainya di atas tingkat diskonto yang digunakan, sangat dibutuhkan, karena dengan demand terhadap ikan akan meningkat maka nelayan dapat yaitu 11.25%. Demikian pula halnya dengan kegiatan usaha penangkapan menggunakan kapal 60 GT menaruh ikan hasil tangkapannya sendiri dan menjual ikan tersebut tanpa menjualnya ke tengkulak. layak untuk dijalankan, karena memiliki nilai ROI sebesar 56,58%. Hal tersebut dapat meningkatkan pendapatan nelayan dan akan meningkatkan kondisi ekonomi nelayan tersebut.

BAB IV : Business Plan Halaman 96 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

2. Aspek Manajemen Tabel 4-8. Penerimaan Penjualan Ikan dan Udang pada Tahun 2016

Suatu manajemen yang baik tentu akan menyebabkan suatu usaha dapat berjalan dengan baik pula. Harga dan Produksi satuan Jumlah harga/kg rupiah 35,350 Aspek manajemen meliputi berbagai aspek yang dinilai penting sebagai upaya untuk membangun cold produksi Kg per tahun 36,000 storage. Salah satu aspek manajemen yang perlu diperhatikan adalah Dengan melakukan kerjasama Benefit Ikan rupiah 1,272,600,000 kepada beberapa pihak yaitu pemerintah, investor maupun masyarakat. Hal tersebut sangat penting harga/kg rupiah 35,350 produksi Kg per tahun 36,000 karena selain untuk biaya, kerja sama tersebut dapat membantu untuk membentuk organisasi atau Benefit Udang rupiah 1,272,600,000 manajemen pengelolaan cold storage. Aspek manajemen sangat penting, kegiatan seperti pengurusan Total penerimaan Terasi rupiah 2,545,200,000 Udang perijinan, kegiatan pra operasi maupun saat operasi harus terencana dan diaplikasikan dengan baik,

sehingga operasional pembangunan hingga jalannya cold storage ini dapat berjalan dengan lancar. b. Biaya Investasi

3. Aspek Sosial Biaya investasi adalah biaya-biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan pendirian Daya dukung aspek sosial dalam proyek ini mempuyai nilai positif. Aspek sosial di ruang lingkup usaha maupun pada saat tahun berjalan untuk memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian. daerah adalah dengan adanya usaha ini akan menghasilkan pembukaan lapangan kerja dan Umumnya biaya investasi memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun. Biaya investasi mengurangi pengangguran. Selain itu pembangunan cold storage ini dapat membantu nelayan untuk dikeluarkan di awal tahun usaha berupa investasi perahun, investasi tanah, investasi bangunan, menyimpan hasil tangkapannya sehingga para nelayan tidak perlu menjualnya kepada tengkulak dan investasi mesin dan peralatan. Barang-barang investasi yang telah habis masa pakainya

4. Aspek Finansial sebelum periode usaha berakhir harus dibeli kembali atau dire-investasi.

Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek Pembangunan cold storage memerlukan dua komponen utama yaitu bangunan utama dan finansial dapat diukur melalui perhitungan beberapa kriteria kelayakan diantaranya NPV, IRR, Net B/C prasarana produksi. Bangunan utama terdiri dari ruang kompresor sebanyak 2 ruangan dengan dan Payback Period. luas sebesar 36 m2 dan 100 m2. Selain itu dibutukan juga gudang beku, gudang pembangkit listrik,

a. Penerimaan ruang pembuatan es, ruang pengupasan, ruang pengolahan dan gedung material untuk pengepakan sebanyak satu unit. Bangunan prasarana produksi merupan bangunan yang untuk Penerimaan yang dapat dihasilkan dari pembangunan cold storage adalah dari hasil penjualan ikan menjalankan proses produksi. Alat yang digunakan adalah alat untuk pembekuan sebanyak 2 unit, segar maupun penjualan udang. Diasumsikan harga ikan per kilogram-nya pada tahun 2015 ice cruser, shrimp size grades, fish size grades, strapping machine, alat pendeteksi logam, bak adalah Rp. 20.000, maka nilai manfaat yang didapat dari penjualan ikan adalah sebesar Rp. 35.000. pencucian sebanyak 1 unit. Selain itu untuk memperlancar distribusi produksi dibutuhkan truk Selain itu diasumsikan pertumbuhan harga adalah sebesar 1 persen per tahun dan peningkatan sebanyak 2 unit. Dengan penjelasan kebutuhan tersebut maka diasumiskan biaya investasi produksi karena efisiensi adalah 1 persen per tahun, maka diasumsikan pada tahun 2016 adalah pengolahan ikan adalah sebesar Rp. 8.598.000.000 (Tabel 4-10 ). manfaat yang didapatkan dari penjualan ikan adalah sebesar Rp. 35.350, dengan asumsi produksi Tabel 4-9. Biaya Investasi Pembangunan Cold Storage ikan pada Tahun 2016 adalah sebesar 36.000 Kg. Selain itu pada Tahun 2015 harga udang diasumsikan adalah sebesar Rp. 25.000 per kilogramnya, maka diasumsikan nilai manfaat yang Biaya Investasi pembangunan Cold Storage didapat dari penjualan udang adalah sebesar Rp. 35.000. Apabila menggunakan skenario yang Satuan No. Fasilitas Jumlah Investasi sama seperti penjualan ikan pada Tahun 2016 maka diasumsikan manfaat yang dapat dari Jumlah Luas (m2) 1 penjualan udang pada Tahun 2016 adalah Rp. 35.350. Sehingga total penerimaan yang dapat Bangunan Utama 36 108,000,000 diterima pada Tahun 2016 adalah sebesar Rp. 2.545.200.000 (Tabel 4-8). Ruang kompresor 2 unit 100 600,000,000 Gudang beku 1 unit 25 75,000,000

BAB IV : Business Plan Halaman 97 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Biaya Investasi pembangunan Cold Storage Rekapitulasi biaya operasional dan pemeliharaan cold storage Satuan Jumlah Biaya Per bulan Biaya Per tahun No. Fasilitas Jumlah Investasi Uraian Jumlah Luas (m2) Unit (Rupiah) (Rupiah) Gudang pembangkit listrik 1 unit 36 108,000,000 Listrik 10,000,000 120,000,000

Ruang pembuatan es 1 unit 100 300,000,000 Biaya lain lain 30,000,000 30,000,000

Ruang pengupasan 1 unit 100 300,000,000 Bahan Baku Udang 3000 kg 150,000,000 1,800,000,000 Ruang pengolahan 1 unit 36 108,000,000 Bahan Baku Ikan (Kerapu Karang) 3000 kg 120000000 1,440,000,000 Gedung material untuk Jumlah 321,000,000 3,522,000,000 1 unit 433 1,599,000,000 pengepakan d. Kelayakan Finansial Sub total Bangunan 3,198,000,000 2 Prasarana Produksi Kelayakan pada aspek finansial dapat diukur melalui perhitungan beberapa kriteria kelayakan Alat untuk pembekuan 2 unit 2,000,000,000 diantaranya NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period. Suku bunga yang digunakan adalah sebesar Mesin penghancur (ice 1 unit 50,000,000 5,75. Kelayakan pembangunan cold storage dapat dilihat pada Tabel berikut. cruser) Kelas ukuran udang (shrimp 1 unit 50,000,000 Tabel 4-11. Kelayakan Cold Storage size grades) Kelas ukuran ikan (fish size 1 unit 50,000,000 grades) Kelayakan Pembangunan Cold Storage Strapping machine 1 unit 150,000,000

Alat pendeteksi logam (metal Metode Non Discounted Cash Flow 1 unit 50,000,000 detector) Average Benefit - Cost 1,589,581,454.54 layak, positif Bak pencucian 1 set 300,000,000 Investasi 8,598,000,000.00

Truk 2 unit 2,750,000,000 Payback Periods 4 tahun 1 bulan Sub total Prasarana Produksi 5,400,000,000 Accounting Rate of Return 18% layak> tingkat diskonto TOTAL INVESTASI 8,598,000,000 Metode Discounted Cash Flow c. Biaya Operasional Net Present Value 10490758724 layak Profitability Index 2.41 layak skala rumahtangga Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan selama usaha berjalan dimana biaya ini IRR 15.42% layak> tingkat diskonto terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya operasional pada usaha pengolahan ikan kering ANALISIS BEP & RETURN ON INVESTEMENT ini adalah biaya pembayaran listrik, bbm, bahan baku udang, bahan baku ikan, dan beberapa biaya Kuantitas produksi per tahun (kg) 36000 lainnya.Diasumsikan biaya operasional pada usaha pengolahan ikan kering adalah sebesar Biaya variabel per kg 1624 Rp. 3.522.000.000 (Tabel 4-11 ). Harga jual per kg 71407 BEP (kg) 8801 Tabel 4-10. Rekapitulasi Biaya Operasional dan Pemeliharaan Cold Storage BEP (Rp) 628437142 Rekapitulasi biaya operasional dan Return On Investment (%), tahun kedua 18% pemeliharaan cold storage Jumlah Biaya Per bulan Biaya Per tahun Nilai NPV pembangunan cold storage adalah sebesar Rp. 10.490.758.724. Nilai tersebut Uraian Unit (Rupiah) (Rupiah) menjelaskan bahwa pembangunan cold storage akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Tenaga Kerja 3 org 3,000,000 36,000,000 Rp. 10.490.758.724. Nilai NPV yang bernilai positif maka usaha ini dinyatakan layak. BBM 8000000 96,000,000

Hasil perhitungan kriteria kelayakan usaha pada pembangunan cold storage didapatkan nilai IRR

BAB IV : Business Plan Halaman 98 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

sebesar 15,42 persen. Nilai tersebut menjelasakan bahwa tingkat pengembalian pembangunan cold dan memenuhi permintaan konsumen. Akan tetapi strategi promosi tetap dilakukan secara sederhana storage terhadap investasi yang ditanamkan adalah sebesar 15,42 persen. Nilai IRR tersebut lebih misalnya dengan memasang papan reklame yang mempermudah konsumen untuk melihat bahwa ada besar dari tingkat diskonto sehingga usaha tersebut dapat dikatakan layak. pabrik es yang beroperasi dan memproduksi es balok.

Nilai Net B/C pada usaha ini adalah sebesar 2,41. Hal ini menunjukan bahwa setiap tambahan biaya Strategi Promosi yang dilakukan antara lain sebagai berikut : sebesar Rp. 1,00 dapat menghasilkan tambahan manfaat bersih sebesar Rp. 2,41. Nilai Net B/C  Pemasangan Plan Pabrik Es pada tempat yang strategis. pada pembangunan cold storage lebih besar dari satu sehingga usaha ini layak untuk dilaksanakan  Mengunjungi beberapa mitra strategis untuk penyampaian tentang keberadaan pabrik es. (Net B/C>1).  Membuat brosur sekaligus sebagai profil pabrik es untuk pihak-pihak yang membutuhkan. Payback periode pembangunan cold storage adalah selama 4 tahun. Nilai ini berarti bahwa seluruh modal yang digunakan kembali dalam waktu satu tahun. Hal ini menunjukkan pengembalian Selain itu Kemitraan merupakan faktor penting dalam pengembangan usaha agar usaha tersebutdapat investasi terjadi sebelum proyek berakhir, sehingga usaha ini dikatakan layak. berjalan secara optimal dan terjamin kontinyuitasnya. Pabrik es ini akan bermitra dalam hal pemasaran atau penjualan hasil produksi dengan beberapa konsumen yaitu sebagai berikut : Hasil perhitungan berbagai kriteria kelayakan pembangunan cold storage dapat dikatakan layak karena memiliki NPV lebih dari nol (NPV>0), Net B/C lebih dari satu (Net B/C>1), IRR lebih dari Tabel 4-12. Pemasaran dan Hasil Produksi tingkat discount rate (IRR>DR) dan payback periode kurang dari umur usaha (PP

4.4.3 Kelayakan Bisnis Pabrik Es 1 Kapal-kapal seperti bagang dengan kapasitas Jumlah yang melakukan bongkar muat kapal di atas 5GT minimal 10 kapal dengan konsumsi es 1. Aspek Pasar per kapal mencapai 20 balok es.

Potensi untuk mengembangkan usaha pembuatan es balok menjadi sebuah usaha yang sangat baik 2 Penampung dan pengumpul lokal di wilayah Minimal 10 pengumpul/pedagang kecil untuk memenuhi kebutuhan penggunaan es nelayan yang selama ini cukup tinggi. Produksi es balok ini pesisir Kabupaten Merauke dengan konsumsi rata-rata 5 balok es. akan sangat diperlukan oleh masyarakat khususnya nelayan dan diprediksikan akan berjalan dengan lancar dari sisi pemasaran produk es baloknya. 3 Pedagang ikan yang melakukan pembelian Mobil yang melakukan perdagangan / dengan kendaraan mobil pick-up. Mobil mobil pembelian ikan dari nelayan rata-rata Es balok yang diperlukan nelayan adalah es balok dengan ukuran volume 25 kg, dimana es balok jenis pedagang ini jumlahnya cukup banyak dan membutuhkan 15 balok es. ini adalah es yang sangat diminati oleh nelayan untuk mendinginkan ikan hasil tangkapannya. Selain akan menjadi mitra pemasaran atau pembeli itu juga es jenis ini akan dimanfaatkan oleh para pengumpul ikan dan penampung lokal hasil perikanan tetap es produksi pabrik es ini. sehingga dapat secara sistematis meningkatkan nilai pembelian dan nilai jual hasil tangkapan ikan. Lokasi pembuatan pabrik es balok ini dapat dibangun di sekitar pelabuhan Merauke. 4 Nelayan penangkap lokal, yang meskipun Nelayan kecil dengan kapasitas kapal konsumsinya rendah mungkin hanya antara 1- dibawah 3GT membutuhkan minimal 1 es 2. Aspek Manajemen 2 balok per trip tetapi jumlahnya cukup balok per trip. Jumlahnya kapal seperti Dalam pengelolaan pabrik es ini tidak dibutuhkan promosi besar-besaran dan berlebihan karena es banyak. ini sangat banyak. balok merupakan produk yang sangat dicari dan sangat dibutuhkan oleh nelayan dan pengumpul atau yang bergerak di bidang distribusi dan pemasaran hasil perikanan. Selain itu dalam hal manajemen organisasi, pembuatan pabrik es ini dapat berbentuk koperasi atau Apalagi dari sisi jumlah pabrik es yang ada belum dapat memenuhi kebutuhan es bagi nelayan. lembaga lainnya, yang dipimpin oleh kepala unit/ teknis. Gambar di bawah ini menjelaskan struktur Promosi hanya akan dilakukan dari mulut ke mulut dan pabrik es sudah akan kewalahan memproduksi organisasi pabrik es.

BAB IV : Business Plan Halaman 99 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

mengeluarkan uang Rp. 25.000 – Rp. 30.000. Perbedaan harga ini tentunya akan membuat DKP masyarakat nelayan dan konsumen lebih memilih penggunaan es balok.  Daya tahan es balok lebih tinggi daripada es rumah tangga. Es balok yang diproduksi dengan Pembinaan dan air garam lebih awet dan lambat mencair dibanding dengan es rumahan yang kecil dan cepat Koordinasi KOPERASI mencair. Lap. Keuangan, /lembaga Penerimaan yang dapat dihasilkan dari pabrik es adalah dari penjualan balok es. Apabila produksi, dll diasumsukan rata-rata penjualan es batu adalah sebanyak 100 balok dengan rata-rata penjualan PENANGGUNG TEKNISI/KEPALA UNIT ADMINISTR per bulan adalah 2.000 balok es, maka apabila harga jual per balok adalah sebesar Rp. 13.500, JAWAB dapat diperoleh pendapatan dari hasil penjualan balok es sebesar Rp. 27.000 per bulan. Sehingga OPERASIONAL dalam satu tahun dapat diperoleh pendapatan sebesar Rp. 324.000.000 (Tabel 4-13). OPERATOR Tabel 4-13. Proyeksi Produksi dan Pendapatan Pabrik Es

Skenario No Uraian Satuan Gambar 4-8. Bentuk Hubungan Kelembagaan Konservatif 1 Rata-rata penjualan per hari balok 100 3. Aspek Sosial 2 Rata-rata penjualan per bulan (Asumsi 20 hari) balok 2,000 Daya dukung aspek sosial dalam proyek ini mempuyai nilai positif. Aspek sosial di ruang lingkup 3 Harga jual per balok Rupiah 13,500 daerah adalah dengan adanya usaha ini akan menghasilkan pembukaan lapangan kerja dan mengurangi pengangguran. Selain itu, pembangunan pabrik es ini dapat membantu pedagang ikan 4 Total penjualan per bulan Rupiah 27,000,000

maupun nelayan untuk mendapatkan balok es. Total penjualan dalam setahun 324,000,000 4. Aspek Finansial b. Biaya Investasi Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek Biaya investasi adalah biaya-biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan pendirian financial dapat diukur melalui perhitungan beberapa kriteria kelayakan diantaranya NPV, IRR, Net B/C usaha maupun pada saat tahun berjalan untuk memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian. dan Payback Periode. Umumnya biaya investasi memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun. Biaya investasi a. Penerimaan dikeluarkan di awal tahun usaha berupa investasi per tahun, investasi tanah, izin bangunan, investasi bangunan, dan investasi mesin dan peralatan. Barang-barang investasi yang telah habis Es Balok yang diproduksi oleh pabrik es ini memiliki keunggulan daripada es lokal skala rumah masa pakainya sebelum periode usaha berakhir harus dibeli kembali atau dire-investasi. Biaya tangga yang diproduksi oleh masyarakat. Beberapa keunggulan yang membuat masyarakat akan investasi untuk membangun pabrik es adalah dengan mendirikan bangunan dan sarana peralatan. lebih memilih penggunaan es balok adalah antara lain : Tabel 4-14. Biaya Investasi.  Dari sisi volume, es balok dengan ukuran 25 kg tentu lebih besar daripada es skala rumah tangga dengan kemasan kecil. Dibutuhkan lebih dari 30 bungkus es skala rumah tangga Umur Nilai No Uraian Satuan Harga Jumlah ekonomis Penyusutan untuk menyamai volume satu unit es balok produksi pabrik es. (tahun) (Rp) 1 Bangunan 1 bangunan 337,000,000 337,000,000 15 22,466,667  Dari sisi harga, es balok produksi pabrik es hanya dipasarkan dengan harga Rp. 13.000,- - Sarana 2 1 paket 620,000,000 620,000,000 10 62,000,000 Rp. 13.500 per baloknya, sementara untuk menyamai volumenya nelayan harus Peralatan Total 957,000,000 84,466,667

BAB IV : Business Plan Halaman 100 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

c. Biaya Operasional ANALISIS BEP & RETURN ON INVESTEMENT

Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan selama usaha berjalan dimana biaya ini Kuantitas produksi per tahun (kg) 50,000 terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya operasional pada pabrik es adalah biaya Biaya variabel per kg 893

pembayaran listrik, bbm, garam, upah tenaga kerja dan beberapa biaya lainnya.Diasumsikan biaya Harga jual per kg 13,771

operasional pada pabrik es adalah sebesar Rp. 202,800,000 (Tabel 4-15). BEP (kg) 4,814

Tabel 4-15. Rekapitulasi biaya operasional Pabrik Es BEP (Rp) 66,299,829 Return On Investment (%), tahun kedua 69% NO BIAYA OPERASIONAL VOL UNIT BIAYA JUMLAH Nilai NPV pembangunan pabrik es adalah sebesar Rp. 4.446.427.470. Nilai tersebut menjelaskan bahwa 1 Biaya Listrik 5 Bulan 2,500,000 12,500,000 pembangunan cold storage akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp. 4.446.427.470. Nilai NPV yang 2 Oli Compressor 10 Liter 15,000 150,000 bernilai positif maka usaha ini dinyatakan layak. 3 Garam 500 Kilo 1,000 500,000

4 Tenaga Kerja Hasil perhitungan kriteria kelayakan usaha pada pembangunan pabrik es didapatkan nilai IRR sebesar 1

persen. Nilai tersebut menjelasakan bahwa tingkat pengembalian pembangunan pabrik es terhadap Administrasi 1 Orang 1,000,000 1,000,000

investasi yang ditanamkan adalah sebesar 1 persen. Nilai IRR tersebut lebih besar dari tingkat diskonto Teknisi 1 Orang 1,500,000 1,500,000

sehingga usaha tersebut dapat dikatakan layak. Operator 1 Orang 750,000 750,000

5 Biaya Lain 1 Paket 500,000 500,000 Nilai Net B/C pada usaha ini adalah sebesar 15. Hal ini menunjukan bahwa setiap tambahan biaya sebesar

TOTAL BIAYA OPERASIONAL 16,900,000 Rp. 1,00 dapat menghasilkan tambahan manfaat bersih sebesar Rp. 15. Nilai Net B/C pada pembangunan

BIAYA OPERASIONAL TAHUNAN 202,800,000 pabrik es lebih besar dari satu sehingga usaha ini layak untuk dilaksanakan (Net B/C>1). d. Kelayakan Finansial Payback period pembangunan pabrik es adalah selama 4 tahun. Nilai ini berarti bahwa seluruh modal yang Kelayakan pada aspek finansial dapat diukur melalui perhitungan beberapa kriteria kelayakan digunakan kembali dalam waktu satu tahun. Hal ini menunjukkan pengembalian investasi terjadi sebelum diantaranya NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period. Suku bunga yang digunakan adalah sebesar proyek berakhir, sehingga usaha ini dikatakan layak.

5,75. Kelayakan usaha pembangunan pabrik es dapat dilihat pada tabel berikut. Hasil perhitungan berbagai kriteria kelayakan pembangunan pabrik es dapat dikatakan layak karena

Tabel 4-16. Kelayakan Pembangunan Pabrik Es memiliki NPV lebih dari nol (NPV>0), Net B/C lebih dari satu (Net B/C>1), IRR lebih dari tingkat discount rate (IRR>DR) dan payback period kurang dari umur usaha(PP

Average Benefit - Cost 683,523,895 layak, positif 4.4.4 Kelayakan Bisnis Usaha Pengolahan Ikan Investasi 987,000,000

Payback Periods 4 tahun 1 bulan 1. Aspek Manajemen Accounting Rate of Return 1 layak> tingkat diskonto Aspek manajemen meliputi berbagai aspek yang dinilai penting sebagai upaya untuk menjalankan Metode Discounted Cash Flow kegiatan usaha pengolahan ikan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam menjalankan usaha Net Present Value 4,446,427,470 layak pengolahan ikan. Salah satunya adalah dengan mengembangakan/membentuk koperasi dan atau Profitability Index 15 layak skala rumahtangga badan usaha milik daerah yang berperan sebagai pusat pemasaran; menampung, memasarkan dan IRR 1 layak> tingkat diskonto mengirim/distribusi produk serta menstimulan dan atau memancing pengembangan investasi di

BAB IV : Business Plan Halaman 101 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

sector perikanan dan kelautan. Daya dukung aspek sosial dalam proyek ini mempuyai nilai positif. Aspek sosial di ruang lingkup daerah adalah dengan adanya usaha ini akan menghasilkan pembukaan lapangan kerja dan Selain itu, dapat juga melakukan kerjasama kepada pihak ketiga, organisasi yang nanti akan dibentuk mengurangi pengangguran. Selain itu usaha ini juga dapat mendukung program pemerintah yaitu sudah berdasarkan ketentuan yang nanti dibuat oleh pihak ketiga dan pihak pemilik modal. Aspek Pengembangan dan Pengelolaan Perikanan Tangkap. Secara komposit, usaha-usaha ini dapat menjadi tersebut meliputi, nama yang akan digunakan, pimpinan organisasi, alamat dan lokasi, struktur andalan perekonomian wilayah, mengingat sektor yang dikembangkan merupakan livelihood sebagian organisasi, dan deskripsi pekerjaan masing-masing bagian. Aspek manajemen sangat penting, kegiatan besar masyarakat Kabupaten Merauke. seperti pengurusan perijinan, kegiatan pra operasi maupun saat operasi harus terencana dan diaplikasikan dengan baik, sehingga operasional pembangunan hingga jalannya kegiatan pengolahan 3. Aspek Finansial ikan dapat berjalan dengan lancar. Aspek pemasaran juga merupakan aspek yang penting. Dilihat dari a. Ikan Kering kondisi yang ada dapat dibentuk pola saluran pemasaran produk perikanan, yaitu saluran pemasaran ikan segar, dan pola saluran pemasaran produk olahan ikan. Masing-masing pola saluran pemasaran 1) Penerimaan Pengolahan ikan kering

tersebut tersaji pada Gambar 4-4 sampai dengan Gambar 4-5 berikut ini : Produk ikan tangkap memiliki karakteristik cepat rusak, dengan perubahan harga yang sangat cepat. Ikan uyang tidak laku pada tiga jam pertama setelah pendaratan akan mengalami nasib di buang. Ikan layu atau ikan segar berkualitas rendah ini dijual dengan harga murah, tergantung pada derajat kesegarannya. Sebagai solusi, ikan tidak laku ini dapat diolah menjadi ikan kering yang memiliki harga lebih baik dari ikan layu dan bila dikemas lebih lanjut dengan kemasan yang baik, nilai tambah yang diperoleh dari kegiatan ini dapat mencapai Rp. 55.000,00. Diasumsikan produksi ikan layu yang terlambat terjual pada hari itu dengan harga Rp. 5.000,00 per kilogram. Diasumsikan pula harga input output tumbuh sebesar 2% per tahun dan pertumbuhan harga sebesar 1%. Sehingga pada tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 4-17. Penerimaan Pengolahan Ikan Kering pada Tahun 2016 Gambar 4-9. Pola Pemasaran Ikan Segar Satuan 2016

Harga/kg rupiah 35,700.00 Produksi kg 28,000.00 Total penerimaan ikan rupiah 999,600,000.00

2) Biaya Investasi

Biaya investasi adalah biaya-biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan pendirian usaha maupun pada saat tahun berjalan untuk memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian. Umumnya biaya investasi memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun. Biaya investasi

dikeluarkan di awal tahun usaha berupa investasi perahu, investasi tanah, investasi bangunan, Gambar 4-10. Pola Pemasaran Ikan Olahan dan investasi mesin dan peralatan. Barang-barang investasi yang telah habis masa pakainya sebelum periode usaha berakhir harus dibeli kembali atau dire-investasi. Diasumiskan biaya 2. Aspek Sosial investasi pengolahan ikan kering adalah sebesar Rp. 514.320.000,00.

BAB IV : Business Plan Halaman 102 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

3) Biaya Operasional Nilai NPV usaha ikan asin/kering adalah sebesar Rp. 845.858.003,00 Nilai tersebut menjelaskan bahwa usaha ikan asin/kering akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp. Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan selama usaha berjalan dimana biaya ini 845.858.003,00. Nilai NPV yang bernilai positif maka industri ini dinyatakan layak. terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap pada usaha pengolahan ikan kering ini adalah biaya pembayaran listrik, pulsa telepon, transportasi, pemeliharaan bangunan dan Hasil perhitungan kriteria kelayakan usaha pada usaha pengolahan ikan asin/kering pemeliharaan peralatan, pajak kendaraan, biaya kesehatan karyawan, sewa lahan, dan didapatkan nilai IRR sebesar 22,59%. Nilai tersebut menjelasakan bahwa tingkat pengembalian beberapa peralatan yang memiliki umur ekonomis kurang dari satu tahun. Sedangkan biaya usaha pengolahan ikan asin/kering terhadap investasi yang ditanamkan adalah sebesar variabel mencakup biaya pada proses pengolahan ikan kering seperti biaya bahan baku, biaya 22,59%. Nilai IRR tersebut lebih besar dari tingkat diskonto sehingga usaha tersebut dapat pengemasan, biaya bahan bakar dan transportasi penjualan. Biaya variabel tersebut jumlahnya dikatakan layak. ditentukan oleh banyaknya output, semakin banyak output maka akan semakin banyak biaya Nilai Net B/C pada usaha ini adalah sebesar 1,13. Hal ini menunjukan bahwa setiap tambahan yang dikeluarkan.Diasumsikan biaya operasional pada usaha pengolahan ikan kering adalah biaya sebesar Rp. 1,00 dapat menghasilkan tambahan manfaat bersih sebesar Rp. 1,13. Nilai sebesar Rp. 698.528.000,00. Net B/C pada usaha pengolahan ikan asin/kering lebih besar dari satu sehingga usaha ini layak 4) Kelayakan Finansial untuk dilaksanakan (Net B/C>1).

Kelayakan pada aspek finansial dapat diukur melalui perhitungan beberapa kriteria kelayakan Payback period usaha pengolahan ikan asin/kering adalah selama 1 tahun. Nilai ini berarti diantaranya NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period. Suku bunga yang digunakan adalah sebesar bahwa seluruh modal yang digunakan kembali dalam waktu satu tahun. Hal ini menunjukkan 11,50. Kelayakan usaha pengolahan ikan kering dapat dilihat pada Tabel berikut. pengembalian investasi terjadi sebelum proyek berakhir, sehingga usaha ini dikatakan layak.

Tabel 4-18. Kelayakan Usaha Ikan Asin/Kering Hasil perhitungan berbagai kriteria kelayakan usaha pengolahan Ikan asin/kering dapat dikatakan layak karena memiliki NPV lebih dari nol (NPV>0), Net B/C lebih dari satu (Net Metode Non Discounted Cash Flow B/C>1), IRR lebih dari tingkat discount rate (IRR>DR) dan payback period kurang dari umur Average Benefit - Cost 157.628.899 layak, positif usaha (PP tingkat diskonto CASH CASH NPV NPV TAHUN PROFIT NPV LABA Metode Discounted Cash Flow INFLOW OUTFLOW PENERIMAAN PENGELUARAN

Net Present Value 845.858.003 layak 2016 999600000 926248128 73351872 898516853.9 832582587 65934266.97 Profitability Index 1,13 layak skala kecil 2017 1019592000 935510609.3 84081390.72 823808711 755872730.6 67935980.38 IRR 22,59% layak> tingkat diskonto 2018 1039983840 944865715.4 95118124.63 755312256.4 686230524 69081732.4 ANALISIS BEP & RETURN ON INVESTEMENT 2019 1060783517 954314372.5 106469144.3 692511012.6 623004790.3 69506222.28 Kuantitas produksi per tahun (kg) 28.000,00 2020 1081999187 963857516.3 118141670.9 634931445.3 565604349 69327096.3 Biaya variabel per kg 33.080,29 2021 1103639171 973496091.4 130143079.5 582139392.5 513492487.6 68646904.91 Harga jual per kg 36.414,00 2022 1125711954 983231052.3 142480902 533736791.3 466181943.8 67554847.54 BEP (kg) 15.427,86 2023 1148226193 993063362.9 155162830.5 489358676.1 423230349 66128327.12 BEP (Rp) 561.790.020,28 2024 1171190717 1002993996 168196720.8 448670426.6 384236092.1 64434334.52 2025 1194614532 1013023936 181590595.1 411365245.1 348834564.5 62530680.57 Return On Investment (%), tahun kedua 58% 2026 1218506822 1023154176 195352646.4 377161842.7 316694750.7 60467091.98 2027 1242876959 1033385718 209491241.1 345802318.7 287516133.2 58286185.46

BAB IV : Business Plan Halaman 103 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

dan investasi mesin dan peralatan. Barang-barang investasi yang telah habis masa pakainya CASH CASH NPV NPV TAHUN PROFIT NPV LABA INFLOW OUTFLOW PENERIMAAN PENGELUARAN sebelum periode usaha berakhir harus dibeli kembali atau dire-investasi. Diasumiskan biaya investasi pengolahan ikan adalah sebesar Rp. 338.504.000,00. 2028 1267734498 1043719575 224014923.1 317050215.8 261025882.8 56024333.04 2029 1293089188 1054156770 238932417.3 290688737.2 236976307 53712430.13 3) Biaya Operasional 2030 1318950972 1064698338 254252633.4 266519111.8 215142534.9 51376576.91 Biaya operasional merupakan biaya yang dikeluarkan selama usaha berjalan dimana biaya ini 2031 1345329991 1075345322 269984669.4 244359095.8 195320413.7 49038682.06 2032 1372236591 1086098775 286137816 224041597.9 177324600.3 46716997.61 terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap pada usaha pengolahan ikan kering ini 2033 1399681323 1096959763 302721560.1 205413420.1 160986828.2 44426591.97 adalah biaya pembayaran listrik, pulsa telepon, transportasi, pemeliharaan bangunan dan 2034 1427674949 1107929360 319745588.9 188334102.1 146154333.9 42179768.17 pemeliharaan peralatan, pajak kendaraan, biaya kesehatan karyawan, sewa lahan, dan 2035 1456228448 1119008654 337219794.3 172674862.1 132688429 39986433.14 beberapa peralatan yang memiliki umur ekonomis kurang dari satu tahun. Sedangkan biaya b. Abon Ikan variabel mencakup biaya pada proses pengolahan ikan kering seperti biaya bahan baku, biaya

1) Penerimaan Pengolahan Abon Ikan pengemasan, biaya bahan bakar dan transportasi penjualan. Biaya variabel tersebut jumlahnya ditentukan oleh banyaknya output, semakin banyak output maka akan semakin banyak biaya Produk ikan tangkap memiliki karakteristik cepat rusak, dengan perubahan harga yang sangat yang dikeluarkan.Diasumsikan biaya operasional pada usaha pengolahan ikan kering adalah cepat. Ikan uyang tidak laku pada tiga jam pertama setelah pendaratan akan mengalami nasib sebesar Rp. 1.082.461.336,00. di buang. Ikan layu atau ikan segar berkualitas rendah ini dijual dengan harga murah, tergantung pada derajat kesegarannya. Sebagai solusi, ikan tidak laku ini dapat diolah menjadi 4) Kelayakan Finansial

abon ikan yang memiliki harga lebih baik dari ikan layu dan bila dikemas lebih lanjut dengan Kelayakan pada aspek finansial dapat diukur melalui perhitungan beberapa kriteria kelayakan kemasan yang baik, nilai tambah yang diperoleh dari kegiatan ini dapat mencapai Rp. diantaranya NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period. Suku bunga yang digunakan adalah sebesar 55.000,00. Diasumsikan produksi ikan layu yang terlambat terjual pada hari itu dengan harga 11.50. Kelayakan usaha pengolahan ikan kering dapat dilihat pada Tabel berikut. Rp. 5.000,00 per kilogram. Diasumsikan pula harga input output tumbuh sebesar 2% per tahun Tabel 4-21. Kelayakan Usaha Abon Ikan dan pertumbuhan harga sebesar 2%. Sehingga pada tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel Metode Non Discounted Cash Flow berikut. Average Benefit - Cost 23.085.8641,3 layak, positif Tabel 4-20. Penerimaan Pengolahan Abon Ikan pada Tahun 2016 Investasi 338.504.000 Payback Periods 3 tahun 1 bulan Satuan Total Accounting Rate of Return 68% layak> tingkat diskonto Harga/kg rupiah 50,500 Metode Discounted Cash Flow Net Present Value 319.782.641 layak Produksi kg 43,200 Profitability Index 1,11 layak skala kecil Total penerimaan abon ikan rupiah 2,181,600,000 IRR 65,09% layak> tingkat diskonto ANALISIS BEP & RETURN ON INVESTEMENT

Kuantitas produksi per tahun (kg) 43.200 2) Biaya Investasi Biaya variabel per kg 30.369 Harga jual per kg 51.005 Biaya investasi adalah biaya-biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan pendirian BEP (kg) 1.640 usaha maupun pada saat tahun berjalan untuk memperoleh manfaat beberapa tahun kemudian. BEP (Rp) 83.666.611 Return On Investment (%), tahun kedua 58% Umumnya biaya investasi memiliki umur ekonomis lebih dari satu tahun. Biaya investasi

dikeluarkan di awal tahun usaha berupa investasi perahun, investasi tanah, investasi bangunan,

BAB IV : Business Plan Halaman 104 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Nilai NPV usaha abon ikan adalah sebesar Rp. 319.782.641,00. Nilai tersebut menjelaskan CASH CASH NPV NPV TAHUN PROFIT NPV LABA bahwa usaha abon ikan akan menghasilkan manfaat bersih sebesar Rp. 319.782.641,00. Nilai INFLOW OUTFLOW PENERIMAAN PENGELUARAN NPV yang bernilai positif maka industri ini dinyatakan layak. 2030 2507692944 2260352691 247340252.7 506727020.6 456747221.5 49979799.02 Hasil perhitungan kriteria kelayakan usaha pada usaha pengolahan abon ikan didapatkan nilai 2031 2532769873 2282956218 249813655.3 460039811.9 414664893.3 45374918.66 IRR sebesar 65,09%. Nilai tersebut menjelasakan bahwa tingkat pengembalian usaha 2032 2558097572 2305785780 252311791.8 417654121.4 376459813.2 41194308.18 2033 2583678547 2328843638 254834909.7 379173629.3 341774751.8 37398877.54 pengolahan abon ikan terhadap investasi yang ditanamkan adalah sebesar 65,09%. Nilai IRR 2034 2609515333 2352132074 257383258.8 344238530.9 310285392.6 33953138.26 tersebut lebih besar dari tingkat diskonto sehingga usaha tersebut dapat dikatakan layak. 2035 2635610486 2375653395 259957091.4 312522171.8 281697300.3 30824871.59

Nilai Net B/C pada usaha ini adalah sebesar 1,11. Hal ini menunjukan bahwa setiap tambahan biaya sebesar Rp. 1,00 dapat menghasilkan tambahan manfaat bersih sebesar Rp. 1,11. Nilai 4.4.5 Kelayakan Bisnis Mangrove Walk Net B/C pada usaha pengolahan abon ikan lebih besar dari satu sehingga usaha ini layak untuk dilaksanakan (Net B/C>1). Merauke berpotensi untuk dikembangkan sebagai wisata mangrove. Kriteria kelayakan finansial ekoturism mangrove tersebut selengkapnya tersaji pada Tabel 4-23 berikut ini. Payback period usaha pengolahan abon ikan adalah selama 3 tahun. Nilai ini berarti bahwa Tabel 4-23. Proyeksi Mangrove Walk seluruh modal yang digunakan kembali dalam waktu satu tahun. Hal ini menunjukkan pengembalian investasi terjadi sebelum proyek berakhir, sehingga usaha ini dikatakan layak. No. Kriteria Penilaian Investasi Usaha Tambat Labuh

Hasil perhitungan berbagai kriteria kelayakan usaha pengolahan abon ikan dapat dikatakan 1 NPV Rp. 123.706.796 layak karena memiliki NPV lebih dari nol (NPV>0), Net B/C lebih dari satu (Net B/C>1), IRR 2. Net B/C 1,04 lebih dari tingkat discount rate (IRR>DR) dan payback period kurang dari umur usaha (PP

Tabel 4-22. Proyeksi Usaha Abon Ikan 4. Payback Periode 24,12 Tahun

CASH CASH NPV NPV 5. R/C 7,20 TAHUN PROFIT NPV LABA INFLOW OUTFLOW PENERIMAAN PENGELUARAN

2016 2181600000 1966423139 215176860.8 1960988764 1767571361 193417402.9 Berdasarkan Tabel 4-23 di atas, maka kriteria investasi yang digunakan untuk jasa dermaga tambat labuh terdiri 2017 2203416000 1986087371 217328629.4 1780313395 1604716472 175596923.1 dari NPV (Net Present Value), IRR, Net B/C, Payback Periode serta R/C. NPV (Net Present Value) merupakan 2018 2225450160 2005948244 219501915.7 1616284520 1456866190 159418330.2 nilai sekarang dari arus pendapatan yang ditimbulkan oleh investasi pada tingkat bunga tertentu. Pada Tabel 4.23 2019 2247704662 2026007727 221696934.8 1467368418 1322638069 144730349.2 di atas, nilai NPV, yaitu sebesar Rp. 123.706.796. Sementara nilai Net B/C yaitu 1,04. Begitu juga dengan IRR, 2020 2270181708 2046267804 223913904.2 1332172676 1200777034 131395642.9 jasa tambat labuh adalah 34,57 %. Oleh karenanya sangat wajar, bila payback periode yang tercepat adalah 2021 2292883525 2066730482 226153043.2 1209433171 1090143644 119289527.5 2022 2315812361 2087397787 228414573.6 1098002250 989703443 108298807 lobster, yaitu 24,12 tahun. Dan nilai R/C ratio yaitu sebesar 7,20. Penghitungan Cash flow pada jasa dermaga 2023 2338970484 2108271765 230698719.4 996837997.7 898517283.1 98320714.64 tambat labuh dapat dilihat pada Tabel 4-24. 2024 2362360189 2129354482 233005706.6 904994496.8 815732544.7 89261952.16 2025 2385983791 2150648027 235335763.6 821612981.4 740575164.1 81037817.25

2026 2409843629 2172154508 237689121.3 745913807.8 672342396.2 73571411.61 2027 2433942065 2193876053 240066012.5 677189164.9 610396242.9 66792922 2028 2458281486 2215814813 242466672.6 614796455.3 554157487.9 60638967.39 2029 2482864301 2237972961 244891339.3 558152287.5 503100281.1 55052006.35

BAB IV : Business Plan Halaman 105 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Tabel 4-24. Cash Flow Mangrove Walk dalam bentuk Beku; serta kepiting bakau dikirim dalam kondisi hidup; dan 4). Produk olahan yang bisa Uraian Tahun keluar saat ini hanya gelembung renang ikan kakap, udang rebon dan ikan asin gastor. - 1 2 3 4 5 Penerimaan Penjualan ikan segar langsung ke pasar tidak memiliki nilai tambah yang besar bagi nelayan. Untuk itu Penerimaan tamu - 816,000,000 816,000,000 816,000,000 816,000,000 816,000,000 ------perlu dikembangkan suatu pola bisnis yang dapat memberikan dampak baik dan manfaat lebih bagi ------nelayan. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan melakukan pendampingan kepada masyarakat melalui Total Penerimaan - 816,000,000 816,000,000 816,000,000 816,000,000 816,000,000 pelatihan-pelatihan pengolahan ikan, maupun teknik distribusi yang lebih baik. Biaya Variabel tenaga kerja 86,400,000 86,400,000 86,400,000 86,400,000 86,400,000 86,400,000 Pasar dan potensi pasar utama dari produk perikanan Merauke adalah Pasar Lokal Kabupaten Merauke, Listrik 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 24,000,000 Pasar Ibu Kota Provinsi Papua (Kota Jayawijaya), Makasar, Surabaya dan Jakarta serta pasar eksport 0 ------0 ------(Tiongkok, Taiwan, Vietnam, Thailand, Eropa dan Australia). 0 ------Total Biaya Variabel 110,400,000 110,400,000 110,400,000 110,400,000 110,400,000 110,400,000

Biaya Tetap

perawatan 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 Total Biaya Tetap 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000 3,000,000

Biaya Total 113,400,000 113,400,000 113,400,000 113,400,000 113,400,000 113,400,000 Laba Bersih Sebelum Bunga dan Pajak (113,400,000) 702,600,000 702,600,000 702,600,000 702,600,000 702,600,000

Laba Bersih Sebelum Pajak (113,400,000) 702,600,000 702,600,000 702,600,000 702,600,000 702,600,000 Pajak (25%) - 175,650,000 175,650,000 175,650,000 175,650,000 175,650,000 Laba Bersih (113,400,000) 526,950,000 526,950,000 526,950,000 526,950,000 526,950,000 R/C 7.20 Penerimaan per bulan 43,912,500

4.5 Rekomendasi Arahan Tujuan Pemasaran Produk Kegiatan Ekonomi Produktif

Komoditas perikanan memiliki nilai jual yang tinggi apabila sudah sampai ke pasar nasional dan pasar internasional. Umumnya, para nelayan di Kabupaten Merauke mencari ikan untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga dan sebagai produk yang dijual langsung ke tengkulak/pasar lokal berupa ikan segar. Pasar Gambar 4-11. Pasar dan Potensi Pasar Produk Perikanan Merauke di Kabupaten Merauke terdiri dari Pasar Lokal dan Pasar Luar Daerah. Pasar lokal memiliki beberapa karakteristik, yaitu: 1). Hanya sebatas ikan segar, dan produk olahan masih sangat terbatas (misalnya 4.6 Rekomendasi Investasi Terhadap Kegiatan Ekonomi Produktif terasi); 2). Serapan pasar sangat terbatas (maksimal 3-4 ton/hari); dan 3). Hanya beberapa jenis ikan saja seperti ikan Paha Putih/Senangin, Kakap Batu, Ikan Kue dan Udang Putih yang bisa terserap. Meningkatnya jumlah investasi akan diikuti dengan meningkatnya pembelian terhadap barang-barang Sementara itu, karakteristik Pasar luar daerah yaitu: 1). Serapan pasar yang tinggi dan stabil; 2). Butuh modal seperti mesin atau peralatan dan sarana produksi lainnya. Barang modal ini digunakan untuk upaya lebih dalam pengiriman, umumnya hanya perusahaan yang mampu melakukan Bulky Product (Ikan mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan. Pertumbuhan sektor industri dan perusahaan Beku, Fillet Beku), karena Sangat Padat Modal; 3).Jenis ikan utama yang dapat diserap pasar ini adalah ikan merupakan bentuk nyata terciptanya lapangan kerja. Pengaruh langsung dari tumbuhnya industri dan tenggiri, kuro, kakap putih (Baramundi) yang dikirim dalam bentuk Fillet/Utuh Beku dan Udang Putih perusahaan adalah meningkatnya permintaan terhadap tenaga kerja yang tercermin dari turunnya tingkat pengangguran.

BAB IV : Business Plan Halaman 106 MASTERPLAN PKKPT KAB. MERAUKE

Umumnya untuk menilai dampak sosial dari suatu pertumbuhan ekonomi digunakan indikator Incremental Capital Output Ratio (ICOR), yang menunjukkan secara makro kemampuan belanja modal termasuk infrastruktur dalam mendongkrak ekonomi. ICOR Kabupaten Merauke sebesar 4.6 (hasil perhitungan), berarti setiap pertumbuhan satu persen perekonomian, maka Kabupaten Merauke membutuhkan 4.6 persen pertumbuhan investasi dan infrastruktur. Semakin besar nilai ICOR, maka investasi belanja modal akan semakin tidak efektif. Hal ini disebabkan kriteria nilai ICOR, yaitu yang ideal ada pada angka 3,00. Kondisi ini memerlukan perbaikan sumberdaya manusia, berupa peningkatan lama sekolah bagi penduduk usia sekolah, atau pelatihan keterampilan bagi masyarakat yang berkecimpung dalam industri perikanan.

Indikator lainnya yang dapat digunakan untuk menilai dampak sosial dari pertumbuhan ekonomi terkait investasi adalah rasio tenaga kerja terhadap output marjinal atau Incremental Labor Output Ratio (ILOR), yang merupakan suatu besaran yang menunjukkan besarnya tambahan tenaga kerja baru yang dibutuhkan untuk menaikkan/menambah satu unit output. Besaran ILOR diperoleh dengan membandingkan besarnya tambahan tenaga kerja dengan tambahan output. Dengan demikian, intepretasinya dapat dibalik, yaitu jumlah tenaga kerja yang dapat terserap dengan sejumlah investasi tertentu. ILOR wilayah pesisir Kabupaten Merauke berdasarkan perhitungan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4-25. Incremental Labor Output Ratio Wilayah Pesisir Kabupaten Merauke

Tahun Kimaam Waan Ilwayab Tabonji Merauke 2010 - - - - - 2011 0.1804 0.4061 0.3981 0.3425 0.0056 2012 1.3969 1.6842 1.5126 1.2401 0.0405 2013 0.3694 0.4103 0.3833 0.3376 0.0089 2014 0.1833 0.1998 0.2121 0.1626 0.0051 2015 0.3782 0.8832 0.8234 0.7294 0.0169 Rataan 0.5017 0.7167 0.6659 0.5624 0.0154 Mengingat bahwa pertumbuhan akan dipusatkan pada satu lokasi, maka ILOR yang akan digunakan adalah grand average dari rataan tiap wilayah, yaitu sebesar 0.4924. Nilai ini memberikan arti, bahwa setiap kenaikan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen akan menyerap sebesar 49-50 tenaga kerja.

Dengan demikian dengan meningkatnya investasi di wilayah pesisir Kabupaten Merauke sebesar 1% akan meningkatkan perekonomian sebesar 0.217391304 milyar rupiah atau Rp. 217,391,304.35 yang pada gilirannya akan menyerap tenaga kerja sebesar 49 – 50 tenaga kerja.

Jumlah tenaga kerja yang diperkirakan dapat terserap dari investasi-investasi yang telah dianalisis dan dinyatakan layak untuk dilaksanakan sebelumnya, diperkirakan mencapai lebih dari 1000 orang, dapat menurunkan tingkat pengangguran di wilayah pesisir kabupaten Merauke, dengan demikian dapat meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat.

BAB IV : Business Plan Halaman 107 MASTERPLAN PKKPT KABUPATEN MERAUKE

bangunan kelautan di Indonesia bisa maju dan bersaing dengan produk-produk industri negara lain. BAB – V Dokumen Masterplan ini diharapkan menjadi momentum untuk menggali dan mengoptimalkan potensi di Kabupaten Merauke dan semoga dokumen Masterplan ini dapat ditindaklanjuti oleh seluruh pihak yang 5. PENUTUP berkepentingan.

Demikian hasil kajian dan telah tersusun konsepsi Masterplan Pengembangan Kawasan Kelautan dan Perikanan Terintegrasi (PKKPT) di Kabupaten Merauke, dengan harapan dapat menjadi rujukan dan pedoman dalam membangun Kabupaten Merauke, dalam rangka mewujudkan pembangunan perikanan dan kelautan berkelanjutan. Pembangunan industri perikanan seperti perikanan tangkap, pengolahan hasil- hasil perikanan, bangunan kelautan/pelabuhan perikanan, dan lain-lain, haruslah tetap berorientasi pada basis untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Merauke dengan terbukanya lapangan kerja di daerah, dan peningkatan pendapatan masyarakat asli daerah dan devisa negara. Kemudian juga pengembangan Kabupaten Merauke dalam bidang perikanan dan jasa-jasa kelautan harus diciptakan harmoni dengan upaya-upaya pelestarian sumberdaya pesisir, terutama sumberdaya hayati perairan laut (keanekaragaman hayati ikan dan mangrove), serta tetap menjaga kesehatan lingkungan pantai dan laut dari pencemaran dan terhindar dari kerusakan ekonsistemnya.

Keberhasilan mewujudkan konsep Masterplan PKKPT di Kabupaten Merauke adalah ditandai dengan adanya semangat dan tekad yang kuat dari masing-masing para pemangku kepentingan (main stakeholders), pelaku usaha (investor), birokrasi pemerintahan dan pelaku usaha industri baik yang berada di Pusat maupun Daerah untuk menerapkan atau mengambil peran dan fungsi untuk mengimplementasikan dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program, serta pemantauan serta evaluasi keberhasilan pengembangan PKKPT, dengan menggunakan sejumlah indikator berdasarkan Peraturan dan Perundangan yang berlaku di Indonesia, mulai dari ketentuan Undang-undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan dan Peraturan Menteri (Kepmen/Permen) terutama ketentuan-ketentuan yang berkaitan dengan pengembangan perdagangan dan industri perikanan dan kelautan.

Selain itu, pola pendekatan dan strategi pengembangan PKKPT hendaknya senantiasa mempertimbangkan aspek-aspek perubahan lingkungan strategis, baik skala lokal, regional dan bahkan global (internasional), apalagi diliihat dari posisi Kabupaten Merauke secara geoekonomi dan geoploitik di kawasan Laut Arafuru yang tentunya akan selalu berubah, sehingga pembangunan PKKPT khususnya sektor industri kelautan dan perikanan menghendaki kelenturan dan dinamika kebijakan dan program pembangunan sektor kelautan dan perikanan untuk mendapatkan peluang ekonomi dan nilai tambah kawasan, sehingga kinerja industri-industri perikanan dan industri jasa-jasa kelautan di Kabupaten Merauke Provinsi Papua, serta

BAB V : Penutup Halaman 108