LAPORAN FINAL

D E P A R T E M E N P E K E R JA A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A L C I P TA K A R Y A SATUAN KERJA SEMENTARA PENATAAN BANGUNAN DAN LIN GKUNGAN PROPIN SI RIA U BAGIA N PELAKSANA KEGIA TAN PENATAAN LIN GKUNGAN PERMUKIM AN PROPIN SI RIA U Jl. No. 1 Telp. (0761) 7046907 Fax. (0761) 7046907 Pekanbaru Email:[email protected]

RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (RTBL) KAWASAN BERSEJARAH BENTENG TUJUH LAPIS

Kecamatan Tambusai ( Dalu-Dalu) Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau

PT. HOLISTIKA PRIMA GRAHITA Engineering Service - Design - Consultant Jl. Selamat Gg. Makmur no. 6 Labu Baru Tlp. 0761 26702 Fax. 0761 26702 Pekanbaru 28282 E-mail : [email protected]

DAFTAR ISI 4.3.1 Kajian Aspek Sosial Kependudukan...... IV-13 a. Perkembangan Penduduk...... IV-13 b. Ketenagakerjaan...... IV-14 c. Komposisi Penduduk...... IV-14 Halaman 4.3.2 Kajian Aspek Perekonomian...... IV-15 Kata Pengantar...... i 4.3.3 Kajian Aspek Budaya Rokan Hulu...... IV-17 Daftar Isi...... ii a. Kajian Sejarah Rokan Hulu...... IV-17 Daftar Tabel...... Iii b. Budaya Musik, Tata Cara Berpakaian, Dan Bentuk Rumah IV-18 Daftar Gambar...... iv IV-19 Bab I Pendahuluan c. Makanan Khas Daerah Rokan Hulu...... IV-19 1.1 Latar Belakang...... I-1 d. Kerajinan...... IV-19 1.2 Maksud dan Tujuan Penyusunan RTBL...... I-1 e. Oleh-Oleh Khas Rokan Hulu...... 1.3 Dasar Hukum...... I-2 4.4 Kajian Potensi Wisata Kabupaten Rokan Hulu...... IV-19 1.4 Kedudukan RTBL...... I-2 1.5 Lingkup Wilayah Perencanaan...... I-2 Bab V Kajian Internal: Kajian Khusus Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh 1.6 Sistematika Pembahasan...... I-3 Lapis Bab II Pengertian dan Studi Banding 5.1 Kondisi Fisik Dasar ...... V-1 2.1 Pengertian...... II-1 a. Topografi...... V-1 2.2 Studi Banding...... II-1 b. Jenis Tanah...... V-1 2.2.1 Studi Banding Kasus di Dalam Negeri...... II-2 c. Geologi...... V-1 2.2.2 Studi Banding Kasus di Luar Negeri...... II-3 d. Hidrologi...... V-1 Bab III Metodologi e. Klimatologi...... V-1 3.1 Pendekatan Umum...... III-1 5.2 Kajian Kependudukan ...... V-3 3.2 Tahap Kajian Literatur...... III-2 5.3 Kajian Aspek Perekonomian ...... V-3 3.3 Tahap Pengumpulan Data...... III-4 5.4 Kajian Aksesibilitas dan Pola Pergerakan Kegiata...... V-4 3.4 Tahap Identifikasi Karakteristik Kawasan ...... III-4 5.5 Kajian Aspek Prasarana dan Sarana ...... V-4 3.5 Tahap Analisis dan Penyusunan Konsep Pengembangan...... III-5 5.6 Kajian Aspek Budaya ...... V-14 3.6 Tahap Perumusan Konsep Perencanaan...... III-6 5.7 Kajian Kawasan Bersejarah di Sekitar Benteng Tujuh Lapis...... V-14 3.7 Tahap Penyusunan Rencana dan Program Pelaksanaan...... III-7 5.8 Kajian Kawasan Benteng Tujuh Lapis...... V-16 Bab IV Kajian Eksternal: Kajian Umum Kabupaten Rokan Hulu 5.8.1 Kajian Sejarah Perjalanan Perjuangan Tuanku Tambusai...... V-16 4.1 Karakteristik Dan Kajian Fisik Kabupaten Rokan Hulu...... IV-1 5.8.2 Kondisi dan Permasalahan Kawasan Benteng Tujuh Lapis...... V-20 4.1.1 Kondisi Fisik Dasar...... IV-1 5.9 Kajian Tata Massa Bangunan...... V-23 a. Batas Administrasi Dan Luas Wilayah...... IV-1 5.10 Potensi Pengembangan Wisata...... V-26 b. Topografi...... IV-3 5.11 Analisis Potensi dan Permasalahan...... V-27 c. Jenis Tanah...... IV-3 Bab VI Konsep Pengembangan Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis d. Geologi ...... IV-6 6.1 Konsep Pengembangan...... VI-1 e. Hidrologi ...... IV-6 6.1.1 Visi dan Misi...... VI-1 f. Klimatologi...... IV-6 6.1.2 Tujuan dan Sasaran...... VI-1 4.1.2 Struktur Ruang Dan Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Rokan 6.2 Strategi Pengembangan...... VI-1 Hulu...... IV-6 6.2.1 Strategi Pengembangan Kegiatan...... VI-1 a. Struktur Ruang Kabupaten Rokan Hulu...... IV-6 6.2.2 Strategi Penataan Fisik...... VI-1 b. Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Rokan Hulu...... IV-9 6.3 Struktur Pengembangan Kawasan...... VI-2 6.4 Konsep Penatan Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis...... VI-2 4.2 Kajian Aksesibilitas Dan Pola Pergerakan Kegiatan 6.4.1 Konsep Penataan Fisik Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Di Kabupaten Rokan Hulu...... IV-10 Lapis………...... VI-2 6.4.2 Konsep Wisata…………………………………………………………… VI-13 4.3 Kajian Aspek Sosial Kependudukan, Ekonomi, Dan Budaya...... IV-13

LAPORAN AKHIR ii Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Bab VII Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan 7.1 Tata Guna Lahan...... VII-1 7.2 Sirkulasi dan Parkir ...... VII-1 7.2.1 Sirkulasi Kendaraan dan Pejalan...... VII-1 7.2.2 Parkir...... VII-1 7.3 Tata Massa Bangunan...... VII-5 7.3.1 Intensitas Bangunan...... VII-5 7.3.2 Orientasi Bangunan...... VII-5 7.3.3 Gaya Bangunan...... VII-5 7.4 Ruang Terbuka Hijau ...... VII-7 7.5 Konservasi Situs dan Obyek Bersejarah ...... VII-7 Bab VIII Rencana Detail Kawasan 8.1 Blok A (Gerbang Kawasan : Perkantoran) ...... VIII-1 8.2 Blok B (Gerbang Kawasan : Balai Adat dan Perkantoran) ...... VIII-5 8.3 Blok C (Transisi : Perkantoran, Permukiman dan Konservasi) ...... VIII-5 8.4 Blok D (Transisi : Perkantoran, Perumahan) ...... VIII-10 8.5 Blok E (Konservasi : Komersial, Jasa) ...... VIII-10 8.6 Blok F (Konservasi : Komersial, Jasa, Perumahan dan Konservasi) VIII-13 8.7 Blok G (Konservasi dan Rekreasi)...... VIII-13 Bab IX Indikasi Program 9.1 Pertimbangan Prioritas Program Pembangunan ...... IX-1 9.2 Indikasi Program Pembangunan Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis ...... IX-1 9.2.1 Program Fisik …………………………………………………………… IX-1 9.2.2 Program Non Fisik ……………………………………………………… IX-6 9.3 Penetapan Kawasan Prioritas Pembangunan ……………………….. IX-7

LAPORAN AKHIR ii Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

DAFTAR TABEL

Hal. Tabel II-1 Aspek Pengamatan Studi Banding...... II-2 Tabel V-6 Matriks SWOT Pengembangan Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Tabel III-1 Rincian Kegiatan Penyusunan RTBL Kawasan Bersejarah Lapis...... V-28 Benteng Tujuh Lapis...... III-1 Tabel VI-1 Konsep Pelestarian Situs dan Bangunan Bersejarah...... VI-11 Tabel III-2 Rincian Kegiatan yang Dilakukan pada Tahap I – Kajian Literatur...... III-2 Tabel VII-1 Pelestarian Situs dan Obyek Bersejarah Tabel III-3 Rincian Kegiatan yang Dilakukan pada Tahap 2 – Pengumpulan Data...... III-4 di Kawasan Benteng Tujuh Lapis...... VII-7 Tabel III-4 Rincian Kegiatan yang Dilakukan pada Tahap 3 – Tabel VIII-1 Intensitas Pemanfaatan Lahan Blok A...... VIII-1 Identifikasi karakteristik Kawasan...... III-5 Tabel IX-1 Penataan Blok A (Gerbang Kawasan: Perkantoran, Terminal dan Pasar IX- 2 Tabel III-5 Rincian Kegiatan yang Dilakukan pada Tahap 4 – Baru)...... Analisis dan Penyusunan Konsep Pengembangan………………………… III-5 Tabel IX-2 Penataan Blok B (Gerbang Kawasan: Balai Adat dan Perkantoran)...... IX-2 Tabel III-6 Rincian Kegiatan yang Dilakukan pada Tahap 5 – Tabel IX-3 Penataan Blok C (Transisi : Perkantoran, Perumahan dan Konservasi)..... IX-3 Perumusan Konsep Perencanaan...... III-7 Tabel IX-4 Penataan Blok D (Transisi : Perkantoran, Perumahan) ...... IX-3 Tabel III-7 Rincian Kegiatan yang Dilakukan pada Tahap 6 – Tabel IX-5 Penataan Blok E (Konservasi : Komersial, Jasa) ...... IX-3 Penyusunan Rencana dan Program Pelaksanaan………………………….. III-7 Tabel IX-6 Penataan Blok F (Konservasi : Komersial, Jasa, Perumahan dan Tabel IV-1 Luas Kecamatan Kabupaten Rokan Hulu Dirinci per Kecamatan...... IV-1 Riverfront) ...... IX-4 Tabel IV-2 Luas Wilayah Menurut Kelerengan Tempat di Kabupaten Rokan Hulu...... IV-3 Tabel IX-7 Penataan Blok F (Konservasi : Komersial, Jasa, Perumahan dan Tabel IV-3 Klasifikasi Tingkat Kelerengan Tempat dan Fungsi Peruntukkan Guna Riverfront) ...... IX-4 Lahan...... IV-3 Tabel IX-8 Penataan Situs/Bangunan Bersejarah di Kawasan Benteng Tujuh Lapis... IX-5 Tabel IV-4 Sistem Kota-Kota di Kabupaten Rokan Hulu...... IV-7 Tabel IX-9 Program Pengembangan Wisata...... IX-5 Tabel IV-5 Luas dan Persentase Perubahan Penggunaan Lahan Tabel IX-10 Program Non Fisik...... IX-6 Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2000 – 2004...... IV-10 Tabel IV-6 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2002 – 2005...... IV-13 Tabel IV-7 Jumlah Pencari Kerja Berdasarkan Kelompok Umur dan Tingkat Pendidikan Tahun 2005...... IV-14 Tabel IV-8 Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan di Kabupaten Rokan Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2005...... IV-14 Tabel IV-9 Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan di Kabupaten Rokan Berdasarkan kelompok Umur Tahun 2006...... IV-15 Tabel IV-10 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Rokan Hulu Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2001 – 2005 (Juta Rupiah)...... IV-15 Tabel IV-11 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Rokan Hulu Tahun 1997 – 2002 (%)...... IV-16 Tabel IV-12 PDRB Perkapita Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2003-2005...... IV-17 Tabel V-1 Jumlah Pencari Kerja Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin di Kecamatan Tambusai Tahun 2005...... V-3 Tabel V-2 Jumlah Pencari Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Tambusai Tahun 2005...... V-3 Tabel V-3 Nilai Investasi dan Nilai Produksi Industri Berdasarkan Jenisnya di Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu) Tahun 2005...... V-4 Tabel V-4 Panjang Jalan Kabupaten dan Jalan Propinsi Berdasarkan Jenis Permukaan Jalan di Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu) Tahun 2005...... V-5 Tabel V-5 Jumlah Sarana Pendidikan Berdasarkan Status Sekolah di Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu) Tahun 2005...... V-9

LAPORAN INTERIM iii Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

DAFTAR GAMBAR

Hal. Gambar 1.1 Batas Wilayah Perencanaan...... I-4 Gambar 1.2 Hinterland Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis...... I-5 Gambar 6.2 Konsep Penataan Secara Umum...... VI-4 Gambar 2.1 Kawasan Historis Lama……………………………………………………… II-3 Gambar 6.3 Konsep Detail Penataan Koridor Kawasan Bersejarah Benteng Gambar 2.2 Bentuk Ruang Sebelum Penataan...... II-3 Tujuh Lapis……………………………………………………………… VI-5 Gambar 2.3 Bentuk Ruang Setelah Penataan...... II-3 Gambar 6.4 Penataan Jalan dengan Membagi Jalur Mobil, Sepeda, dan Pejalan Gambar 2.4 Yacoraite Archaeological in the Province of Jujuy…………………… II-3 di Sepanjang Riverfront...... VI-6 Gambar 2.5 Rencana Kawasan Rural………………………………………………… II-4 Gambar 6.5 Pedestrian yang cukup lebar dapat mengakomodasi pejalan dan Gambar 3.1 Kerangka Pendekatan Penyusunan RTBL Kawasan Bersejarah street furniture dengan baik, sehingga akan memberikan Benteng Tujuh Lapis...... III-3 kenyamanan bagi penggunanya...... VI-6 Gambar 4.1 Peta Dasar/Administratif Kabupaten Rokan Hulu...... IV-2 Gambar 6.6 Bangunan ini pada awalnya berbentuk bangunan panggung, namun Gambar 4.2 Peta Kelas Kemiringan Lahan Kabupaten Rokan Hulu Provinsi Riau IV-4 saat bagian kolong bangunan telah ditutup. Untuk itu direncanakan Gambar 4.3 Peta Sebaran Jenis Tanah Di Kabupaten Rokan Hulu...... IV-5 dikembalikan ke bentuk awal…………………………………………………. VI-8 Gambar 4.4 Hirarki Pusat Pelayanan Kota-Kota Di Kabupaten Rokan Hulu...... IV-8 Gambar 6.7 Penataan Riverfront di Kawasan Terbangun Yang Dibatasi Oleh Jalan VI-8 Gambar 4.5 Peta Guna Lahan Eksisting Di Kabupaten Rokan Hulu...... IV-11 Gambar 6.8 Penataan Riverfront Di Kawasan Alami Dengan Promenade Dan Gambar 4.6 Peta Jaringan Jalan Eksisting Kabupaten Rokan Hulu...... IV-12 Boardwalk...... VI-8 Gambar 4.7 Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan Di Kabupaten Rokan Hulu Gambar 6.9 Penataan Riverfront Di Kawasan Alami Dengan Menyediakan Jalur VI-9 Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2005...... IV-15 Sepeda……………………………………………………………………………. Gambar 4. 8 Persentase Kontribusi Masing-Masing Sektor Terhadap Gambar 6.10 Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkantoran Yang Bergaya Forma.. VI-9 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Gambar 6.11 Jalur Hijau Di Persimpangan Empat Di Kawasan Komersial...... VI-9 Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2005...... IV-16 Gambar 6.12 Ruang Terbuka Hijau Yang Dibiarkan Tetap Seperti Eksisting, Untuk Gambar 4.9 PDRB Perkapita Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2003-2005...... IV-17 Memberikan Kesan Lebih Natural……………………………………………. VI-10 Gambar 4.10 Gambar Istana Rokan...... IV-18 Gambar 6.13 Ruang Terbuka Hijau Di Area Tepi Sungai…………………………………. VI-10 Gambar 4.11 Peta Potensi Wisata Kabupaten Rokan Hulu...... IV-21 Gambar 6.14 Konsep jalur hijau dengan sistem bio retention untuk dapat Gambar 5.1 Peta Administrasi Ibukota Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu)...... V-2 menangkap air lebih banyak………………………………………………… VI-10 Gambar 5.2 Moda Angkutan Becak Motor Yang Melayani Pergerakan Internal Gambar 6.15 Sistem Drainase Dengan Konsep Water Sensitive Urban Design...... VI-10 Dalu-Dalu...... V-4 Gambar 6.16 Konsep Konservasi...... VI-13 Gambar 5.3 Moda Angkutan Berupa Colt Dan Pick Up ...... V-4 Gambar 6.17 Konsep Wisata...... VI-14 Gambar 5.4 Moda Angkutan Bus Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP)...... V-4 Gambar 7.1 Rencana Tata Guna Lahan...... VII-2 Gambar 5.5 Peta Aksesibilitas Dan Pola Pergerakan Ibukota Kecamatan Gambar 7.2 Rencana Sirkulasi Kawasan...... VII-3 Tambusai (Dalu-Dalu)...... V-6 Gambar 7.3 Rencana Parkir...... VII-4 Gambar 5.6 Kendala Aksesibiltas di Dalu-Dalu...... V-7 Gambar 7.4 Bangunan Lembaga Adat dengan bentuk Panggung dan Gaya Gambar 5.7 Alur Distribusi Air Bersih Oleh PDAM………………………………… V-8 Tradisional Melayu Riau...... VII-5 Gambar 5.8 Gambar Permasalahan Prasarana Jalan dan Terminal di Gambar 7.5 Rencana Intensitas Bangunan...... VII-6 Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu)...... V-10 Gambar 7.6 Rencana Ruang Terbuka Hijau...... VII-8 Gambar 5.9 Gambar Permasalahan Prasarana Drainase dan Air Bersih di Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu)……………………………………... V-11 Gambar 5.10 Gambar Permasalahan Sistem Persampahan di Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu)...... V-12 Gambar 5.11 Peta Sebaran Sarana di Ibukota Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu). V-13 Gambar 5.12 Peta Kawasan Bersejarah Di Sekitar Benteng Tujuh Lapis...... V-15 Gambar 5.13 Kajian Historis Dalu-Dalu...... V-20 Gambar 5.14 Perbandingan Kondisi Benteng Tujuh Lapis Tahun 1838 - 2007...... V-22 Gambar 6.1 Rencana Struktur Kawasan...... VI-3

LAPORAN INTERIM iv Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 8.1 Pembagian Blok Kawasan...... VIII-2 Gambar 8.2 Rencana Mikro Gerbang Kawasan (Blok A Perkantoran)...... VIII-3 Gambar 8.3 Potongan Jalan Arteri Primer di Blok A...... VIII-4 Gambar 8.4 Rencana Mikro Gerbang Kawasan (Blok B Perkantoran dan Balai Adat)...... VIII-6 Gambar 8.5 Potongan Jalan Kolektor Primer Di Blok A-B...... VIII-7 Gambar 8.6 Rencana Mikro Blok C (Transisi, Permukiman,Perkantoran dan Konservasi)...... VIII-8 Gambar 8.7 Kawasan Situs Bersejarah Kubu Baling-Baling Di Blok C...... VIII-9 Gambar 8.8 Rencana Mikro Blok D Transisi Perkantoran dan Perumahan)...... VIII-11 Gambar 8.9 Rencana Mikro Blok E (Konservasi: Komersil dan Jasa)...... VIII-12 Gambar 8.10 Rencana Mikro Blok F (Konservasi :Komersil dan Jasa)...... VIII-14 Gambar 8.11 Potongan Jalan Lokal Sekunder Di Blok F...... VIII-15 Gambar 8.12 Site Plan Kawasan Pasar Lama...... VIII-16 Gambar 8.13 Tampak Atas Kawasan Pasar Lama...... VIII-16 Gambar 8.14 Sketsa Suasana Kawasan Pasar Lama...... VIII-17 Gambar 8.15 Fasade Kawasan Pasar Lama...... VIII-17 Gambar 8.16 Situs Bersejarah Benteng Godong Di Blok F...... VIII-18 Gambar 8.17 Situs Bersejarah Rumah Raja Di Blok F...... VIII-19 Gambar 8.18 Rencana Mikro Blok G (Konservasi Dan Rekreasi) ...... VIII-21 Gambar 8.19 Potongan Jalan Kolektor Sekunder Di Blok E-G...... VIII-22 Gambar 8.20. Site Plan Benteng Tujuh Lapis...... VIII-23 Gambar 8.21 Kawasan Outbond...... VIII-24 Gambar 8.21.1 Perspektif Mata Burung Kawasan Outbond...... VIII-24 Gambar 8.21.2 Perspektif Mata Burung Kawasan Outbond ...... VIII-24 Gambar 8.21.3 Sketsa Suasana Kawasan Outbond...... VIII-24 Gambar 8.21.4 Sketsa Suasana Kawasan Outbond...... VIII-24 Gambar 8.22 Kawasan Riverfront...... VIII-25 Gambar 8.22.1 Tampak Atas Kawasan Riverfront...... VIII-25 Gambar 8.22.2 Sketsa Kawasan Riverfront...... VIII-25 Gambar 8.22.3 Sketsa Kawasan Riverfront...... VIII-26 Gambar 8.22.4 Sketsa Kawasan Riverfront...... VIII-26

LAPORAN INTERIM iv Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

kawasan akan terkelola dengan baik, mulai dari pembangunan prasarana umum, fasilitas BBAABB II umum, ataupun permukima.

PPENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999, Kabupaten Rokan Hulu merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Salah satu kecamatan di Kabupaten Rokan Hulu adalah Kecamatan Tambusai dengan ibukota kecamatan adalah 1.1 Latar Belakang Dalu-Dalu. Dengan adanya pemekaran ini, maka perkembangan kota dalam waktu singkat Salah satu peran Pemerintah Provinsi Riau adalah melakukan perencanaan dalam akan sangat pesat, sejalan dengan pembangunan yang akan gencar. Kegiatan kerangka pembangunan maupun pengembangan daerah. Kegiatan ini dilakukan dengan kependudukan, ekonomi, dan sosial akan semakin intensif. Selain itu, luas wilayah memperhatikan kontinuitas (keberlanjutan) terhadap semua sektor yang ada di lingkungan perkotaan akan makin bertambah, peruntukan lahan juga akan berubah dan makin Provinsi Riau dalam usaha meningkatkan mutu pelayanan kepada masyarakat. Diantara beragam, serta kawasan permukiman akan semakin luas. Hal ini berarti pula bahwa semua usaha dan kebijakan yang telah dilakukan, maka usaha untuk menciptakan perencanaan dan pengendalian tata ruang yang baik dan terinci akan sangat dibutuhkan. lingkungan yang nyaman, tertib, dan estetis terus diupayakan. Usaha-usaha tersebut dilakukan dalam rangka menindaklanjuti keinginan dan aspirasi masyarakat untuk dapat Perkembangan lingkungan yang tidak diarahkan dengan tepat dan terencana akan hidup sejahtera, juga untuk mewujudkan visi yang telah dicanangkan oleh Pemerintah menimbulkan berbagai masalah baik itu konflik penggunaan lahan maupun aspek Provinsi Riau. kelestarian dan kualitas lingkungan hidup. Untuk kawasan-kawasan yang memiliki nilai sejarah, dalam mengantisipasi perkembangan lingkungan diperlukan pendekatan urban Diantara berbagai usaha yang mempengaruhi pencapaian tujuan di atas, usaha design yang diikuti pemahaman akan kegiatan preservasi dan konservasi untuk menetapkan rencana penataan ruang merupaan salah satu faktor yang sangat signifikan mengoptimalkan kawasan bersejarah. untuk diperhatikan secara cermat. Bagaimanapun, usaha menciptakan lingkungan yang nyaman, tertib, dan estetis akanlah sia-sia jika pemanfaatan ruang dan lahan tidak dikelola Kawasan Benteng Tujuh Lapis merupakan kawasan bersejarah yang perlu dilestarikan. secara baik. Pengertian pemanfaatan ruang dan lahan yang baik disini adalah pemanfaatan Selain itu kawasan tersebut merupakan salah satu objek wisata di Kabupaten Rokan Hulu yang efektif dan efisien yang secara operasional didasarkan pada prinsip-prinsip yang belum dikembangkan secara optimal. Objek wisata yang ada di kawasan ini bersifat pemanfaatan yang sistematis, komprehensif, fungsional, kesesuaian dengan lingkungan, rural tourism. Untuk mengoptimalkan potensi wisata ini dibutuhkan Rencana Tata Bangunan aspiratif, dan partisipatif. dan Lingkungan (RTBL) yang memberikan arahan pengendalian pemanfaatan ruang dan menindaklanjuti Rencana Rinci Tata Ruang, serta sebagai panduan rancangan kawasan Komponen rencana tata ruang yang dibutuhkan diataranya adalah Rencana Tata Bangunan bersejarah Benteng Tujuh Lapis tersebut . dan Lingkungan (RTBL). Dengan adanya rencana tata ruang yang baik dan terinci, yaitu dalam bentuk RTBL diharapkan pembangunan kawasan ataupun lingkungan tidak dilakukan 1.2 Maksud dan Tujuan Penyusunan RTBL seenaknya, yang pada gilirannya akan menyebabkan kondisi lingkungan tidak teratur, Maksud kegiatan penyusunan RTBL ini adalah sebagai dokumen panduan umum yang berpotensi menjadi kumuh, dan tidak menampakkan citra estetis. Selain itu, dengan adanya menyeluruh dan memiliki kepastian hukum tentang perencanaan tata bangunan dan rencana tata bangunan dan lingkungan yang baik, diharapkan pembangunan suatu lingkungan dari kawasan perencanaan, dalam hal ini adalah Kawasan Bersejarah Benteng

LAPORAN AKHIR I-1 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Tujuh Lapis. Sehingga diharapkan dari penyusunan RTBL ini dapat dihasilkan berupa 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan masukan rencana dan program pembangunan fisik bagi Pemerintah Daerah dalam Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung penanganan tata bangunan dan lingkungan Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis, 8. Peraturan Menteri PU Nomor 29/PRT/2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis masukan teknis bagi Pemerintah Daerah dalam bentuk rincian pengendalian perwujudan Bangunan Gedung bangunan dan lingkungan pada Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis, dan masukan 9. Peraturan Menteri PU Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Persyaratan Teknis Fasilitas dan teknis bagi Pemerintah Daerah dalam mengarahkan peran serta seluruh pelaku Aksesibilitas pada Bangunan Umum dan Lingkungan pembangunan (pemerintah, swasta, masyarakat lokal, investor) dalam mewujudkan 10. SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di lingkungan yang dikehendaki. Perkotaan 11. Peraturan daerah tentang rencana tata ruang wilayah setempat Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah: sebagai dokumen pengendali pembangunan dalam penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan untuk Kawasan Bersejarah Benteng 1.4 Kedudukan RTBL Tujuh Lapis supaya memenuhi kriteria perencanaan tata bangunan dan lingkungan yang Dalam pelaksanaan, sesuai kompleksitas permasalahan kawasannya, RTBL juga dapat berkelanjutan, meliputi: berupa: a. Pemenuhan persyaratan tata bangunan dan lingkungan • Rencana aksi/kegiatan komunitas (community-action plan/CAP) b. Peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui perbaikan kualitas lingkungan dan ruang • Rencana penataan lingkungan (neighbourhood-development plan/NDP) publik • Panduan rancang kota (urban design guidelines/UDGL) c. Perwujudan perlindungan lingkungan, serta d. Peningkatan vitalitas ekonomi lingkungan. Seluruh rencana, rancangan, aturan, dan mekanisme dalam penyusunan Dokumen RTBL Selain itu, kegiatan ini dilaksanakan guna menyiapkan Rencana Tata Bangunan dan harus merujuk pada pranata pembangunan yang lebih tinggi, baik pada lingkup kawasan, Lingkungan pada Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis, dan menyusun Program kota, maupun wilayah. Investasi Pembangunan sebagai acuan implementasi dari rencana dan rancangan yang telah disusun. Kedudukan RTBL dalam pengendalian bangunan gedung dan lingkungan sebagaimana digambarkan dalam diagram pada halaman berikut. 1.3 Dasar Hukum Penyusunan Dokumen Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan didasarkan pada: 1.5 Lingkup Wilayah Perencanaan 1. UURI No.4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman Wilayah studi yang direncanakan dalam penyusunan Rencana Tata Bangunan dan 2. UURI No.5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya Lingkungan (RTBL) ini adalah bagian wilayah dari Ibukota Kecamatan Tambusai (Dalu- 3. UURI No.23 Tahun 1992 tentang Lingkungan Hidup Dalu). Wilayah ini merupakan kawasan dimana terdapat situs – situs bersejarah dari Tuanku 4. UURI No.28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung Tambusai. Wilayah perencanaan ini dapat dilihat pada Gambar 1.1. 5. UURI No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1993 tentang Pelaksanaan Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) kawasan perencanaan Undang-undang Nomor 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya tersebut tetap mempertimbangkan wilayah hinnterlandnya, yaitu sebagian dari kawasan

LAPORAN AKHIR I-2 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Ibukota Kecamatan Tambusai (Dalu - Dalu). Adapun wilayah hinterland tersebut dapat Bab ini memaparkan latar belakang, maksud, tujuan dan sasaran kegiatan, dilihat dari Gambar 1.2. lingkup wilayah perencanaan, dan sistematika pelaporan penyusunan RTBL Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis. Bab II Pengertian dan Studi Banding Kedudukan RTBL dalam Pengendalian Bangunan dan Gedung dan Lingkungan Uraian pada bab ini berisikan paparan mengenai definisi RTBL, dan beberapa studi banding di dalam maupun di luar negeri sebagai masukan kegiatan penyusunan RTBL. Bab III Metodologi Bab ini menjelaskan tahapan-tahapan yang akan dilaksanaka, sehingga pembahasan mencakup uraian detail tentang tahapan kajian literatur, pengumpulan data, identifikasi karakteristik kawasan, analisis dan penyusunan konsep pengembangan dan perencanaan. Bab IV Kajian Eksternal: Kajian Umum Kabupaten Rokan Hulu Bab ini menjelaskan mengenai karakteristik eksternal yaitu kajian umum Kabupaten Rokan Hulu yang meliputi aspek fisik, sosial, ekonomi, budaya, serta prasarana. Bab V Kajian Internal: Kajian Khusus Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis Bab ini memaparkan karakteristik khusus Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis yang akan dikembangkan. Pada kajian ini mencakup aspek fisik, sosial, ekonomi, budaya, serta prasarana. Bab VI Konsep Pengembangan Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis Pada bab ini akan dijelaskan mengenai konsep pengembangan Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis dengan mempertimbangkan potensi, masalah,

dan prospek pengembangan kawasan bersejarah.

Bab VII RTBL Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis 1.6 Sistematika Pembahasan Bab ini menjelaskan mengenai Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Secara keseluruhan, laporan akhir memuat beberapa bab dengan lingkup pembahasan Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis yang memaparkan design-guidelines sebagai berikut: yang merupakan turunan terperinci dari konsep pengembangan.

Bab VIII Indikasi Program Bab I Pendahuluan Bab ini menjelaskan mengenai indikasi program rencana yang telah disusun, termasuk program investasi dan pengendalian.

LAPORAN AKHIR I-3 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

LAPORAN AKHIR I-4 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

HINTERNLAND KAWASAN BERSEJARAH BENTENG TUJUH LAPIS

LAPORAN AKHIR I-5 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

kota akibat pertumbuhan ekonomi kota yang tinggi, sehingga dapat mengembangkan BBAABB IIII kawasan tanpa merusak potensi kawasan yang sudah ada.

PPENGERTIAN DAN SSTUDI BBANDING RTBL merupakan alat untuk mengendalikan petumbuhan fisik tata bangunan dan lingkungan sejak dini dalam rangka memandu pembangunan. Dengan memberikan arahan secara khusus dan spesifik, RTBL disusun berdasarkan pola penanganan penataan 2.1 Pengertian bangunan yang telah dietapkan sebelumnya, dengan cakupan lingkup perencanaan yang Definisi umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) berdasarkan Peraturan lebih mikro. Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 adalah: panduan rancang bangun suatu lingkungan/kawasan yang dimaksudkan untuk mengendalikan pemanfaatan ruang, Sebagai sebuah alat pengendali pertumbuhan fisik dengan lingkup yang lebih mikro, RTBL penataan bangunan dan lingkungan, serta memuat materi pokok ketentuan program mencakup panduan rencana dan panduan pelaksanaan kegiatan fisik penataan bangunan bangunan daln lingkungan, rencana umum dan panduan rancangan, rencana investasi, suatu lingkungan, yang meliputi: ketentuan pengendalian rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pembangunan • Pelaksanaan penataan bangunan pada pembangunan lingkungan yang sudah lingkungan/kawasan. Secara ideal RTBL perlu disusun oleh pemerintah daerah setempat. terbangun, dalam rangka pembangunan parsial/infill peremajaan, pembangunan Dalam implementasi di kemudian hari, masih diperlukan pegangan bagi interpretasi bentuk kembali, revitalisasi atau regenerasi suatu lingkungan; ruang kota atau kawasan dengan besaran bangunan serta lingkungan yang diarapkan, dan • Pelaksanaan penataan bangunan pada lingkungan bangunan yang dilestarikan; pegangan tersebut tertuang alam bentuk rencana, yaitu Rencana Tata Bangunan dan • Pelaksanaan penataan bangunan pada pembangunan lingkungan baru, potensial Lingkungan (RTBL). berkembang, Lingkungan Siap Bangun (Lisiba), dan Kawasan Siap Bangun (Kasiba). RTBL merupakan salah satu wujud konkret proses menuju arsitektur perkotaan yang RTBL dimaksudkan untuk memberikan arahan lingkungan binaan pada kawasan yang memadai, yaitu: layak huni (livable), berjati diri (imageable), dan produktif (enduring). dapat memenuhi kepentingan dan aspirasi rakyat, pemanfaatan sumberdaya setempat, dan daya dukung lahan yang optimal, melalui panduan penataan bangunan dan lingkungan, 2.2 Studi Banding panduan perijinan, serta panduan program investasi. RTBL akan memberikan pegangan Studi banding pengembangan Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis dilakukan dengan nilai estetika ruang pada bentuk rencana bangunan yang diperkenankan dikembangkan cara mengkaji beberapa kawasan bersejarah baik di dalam negeri maupun luar negeri. pada kawasan tersebut. Diharapkan RTBL ini dapat menjadi pegangan bagi perencana Beberapa asek pengamatan yang menjadi perbandingan dalam kajian ini adalah sebagai pembangunan atau pengembang (developer) dalam membaca gambaran kebijaksanaan berikut: pemerintah daerah terhadap kehendak pengembangan pembangunan pada kawasan tertentu. Dengan demikian pembangunan tersebut nantinya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, baik pembangunan yang dikembangkan pemerintah maupun pembangunan yang diperoleh dari partisipasi non pemerintah (perkantoran, pertokoan, dan fasilitasnya). RTBL ini juga diharapkan dapat mengendalikan cepatnya perkembangan fisik

LAPORAN AKHIR II-1 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Tabel II-1 Aspek Pengamatan Studi Banding • Memiliki sejarah pembangunan kota yang menarik terutama berkaitan dengan kerajaan- Aspek Studi Kasus Dalam Negeri Studi Kasus Luar Negeri kerajaan Melayu di Cagar Budaya Kawasan Cagar Budaya Siak Sri Indrapura • Mempunyai obyek-obyek peninggalan sejarah yang sangat penting di Propinsi Riau • Sungai Siak untuk pengembangan waterfront kota Komponen Urban Boulder City Colorado Design • Kemampuan daerah dalam keuangan untuk pembangunan kota Elemen Fungsi Yacoraite Archaeological in the

Kawasan Province of Jujuy Adapun persoalan yang dihadapi dalam upaya pengembangan Kawasan Cagar Budaya Siak Sri Indrapura ialah: 2.2.1 Studi Banding Kasus di Dalam Negeri • Akses ke Kota Siak Sri Indrapura secara kuantitas dan kualitas masih terbatas Beberapa studi kawasan bersejarah yang dijadikan aspek pengamatan pada pekerjaan • Sarana dan prasarana pendukung kegiatan cagar budaya belum lengkap dan terbatas penyusunan RTBL Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis adalah: Kawasan Cagar • Pengembangan wajah jalan sangat terbatas, demikian pula pengembangan fasilitas Budaya Siak Sri Indrapura Berikut adalah pembahasannya lebih lanjut. pejalan dan pengendara.

Kawasan Cagar Budaya Siak Sri Indrapura Tujuan pengembangan kawasan: mewujudkan kawasan Cagar Budaya Kota Siak Sri Latar belakang disusunnya RTBL Kawasan Cagar Budaya Siak Sri Indrapura dikarenakan Indrapura sebagai Kawasan Budaya berkarakter lokal (melayu) dan pusat wisata terjadinya konflik penggunaan lahan, penurunan aspek kelestarian dan kualitas lingkungan kebudayaan Melayu Riau, dengan mempertahankan struktur kota lama dengan dilengkapi hidup. Tujuan RTBL kawasan Cagar Budaya Siak Sri Indrapura adalah: membentuk, fasilitas penunjang terpadu untuk menciptakan lingkungan yang nyaman, aman, selamat menyelaraskan dan mengendalikan pembangunan fisik kawasan Cagar Budaya Melayu dan sehat. Siak sesuai dengan visi dan misi kota sehingga dapat diwujudkan ruang publik yang berkualitas. Sasaran RTBL Cagar Budaya Siak Sri Indrapura : Sasaran pengembangan kawasan: • Mengidentifikasi elemen-elemen kota yang potensial untuk pengembangan kawasan; • Menyeimbangkan dan mengintegrasikan berbagai pemanfaatan ruang yang kompak • Menganalisis serta mengembangkan potensi guna menghidupkan fungsi ruang secara fisik dan fasilitas penunjangnya; kawasan, dengan memperhatikan unsur-unsur ekonomi dan variasi komponen kota; • Mempertahankan struktur kota lama (struktur jalan, tata massa bangunan) sebagai daya • Merumuskan rencana makro dan mikro kawasan mencakup rencana perpetakan, tarik wisata; rencana struktur kawasan perencanaan, rencana peruntukan lahan dan ruang, rencana • Mengembangkan potensi Sungai Siak sebagai identitas kota terutama untuk menata ruang terbuka, rencana sistem dan ruang pergerakan, dan rencana tata utilitas; kawasan sepanjang sungai; • Melibatkan para stakeholder terkait pada setiap tahapan pekerjaan sehingga rencana • Mengembangkan dan menata pendukung kegiatan kawasan yang mudah yang dihasilkan telah menjadi kesepakatan bersama, dengan demikian akan pencapaiannya dan tertata untuk meningkatkna kinerja kegiatan utama kota dan memudahkan implementasi dari rencana tersebut; ekonomi kawasan; • Merumuskan konsep perencanaan/perancangan. • Mengkonservasi obyek-obyek menarik di Kawasan Pusat Kota untuk daya tarik kota Potensi Kawasan Cagar Budaya Siak Sri Indrapura ialah: seperti obyek-obyek peninggalan sejarah, bangunan pertokoan lama, dll;

LAPORAN AKHIR II-2 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

• Mengembangkan dan menata koridor jalan utama sebagai jalur wisata dan identitas kota yang menonjol; • Menata bangunan dan lingkungan dengan mempertimbangkan aspek lingkungan dan potensi visual kawasan; • Menciptakan aksesibilitas tinggi baik untuk pergerakan regional maupun pergerkan lokal atau setempat;

• Mengembangkan perangkat pendukung kegiatan wisata cagar budaya. Gambar 2.2 Bentuk Ruang Sebelum Penataan

2.2.2 Studi Banding Kasus di Luar Negeri Beberapa studi luar negeri yang dijadikan aspek pengamatan pada pekerjaan penyusunan RTBL Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis adalah: Boulder City Colorado dan Yacoraite Archaeological in the Province of Jujuy. Berikut adalah pembahasannya lebih lanjut.

Gambar 2.3 Bentuk Ruang Setelah Penataan 1. Boulder City Colorado Lingkup panduan pengembangan kawasan Boulder City Colorado ialah: • Kawasan geografis khusus, mencakup: kawasan histories kota lama, kawasan non

historis, dan neighborhood area. 2. Yacoraite Archaeological in the Province of Jujuy

• Komponen urban design. Mencakup: parker, signage, dan wajah jalan (streetscape)

Bentuk penerapan panduan setelah penataan pada kawasan historis lama Boulder City Colorado dapat dilihat pada gambar-gambar berikut.

Gambar 2.1 Gambar 2.4 Yacoraite Archaeological in the Province of Jujuy Kawasan Historis Lama

Lingkup program pengembangan kawasan mencakup: kawasan arkeologi, botani, penelitian, dan kawasan lokal. Tipologi arsitektur pengembangan kawasan meliputi: Visitor’s Centre, Interpretation Centre, dan Research Centre. Kriteria dalam

LAPORAN AKHIR II-3 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

perencanaan/perancangan kawasan (taman, lansekap, dan fasilitas) mencakup: contextual/environmental criteria (related to the natural and socioeconomic/environtment), functional criteria, formal criteria, dan technological criteria. Kriteria-kriteria ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan masa depan dan menata ruang dengan elemen-elemen kawasan yang berkelanjutan.

Gambar 2.5 Rencana Kawasan Rural

LAPORAN AKHIR II-4 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Keenam tahapan mempunyai kaitan satu dengan yang lainnya. Setiap tahapan terdiri dari BBAABB IIIIII beberapa kegiatan yang sebagian dapat dilakukan secara paralel dan sebagian lainnya merupakan lanjutan dari kegiatan sebelumnya. Kegiatan untuk setiap tahapan adalah MMETODOLOGI sebagai berikut:

Tabel III-1 Rincian Kegiatan Penyusunan RTBL Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis 3.1 Pendekatan Umum Nomor Tahapan Kegiatan Sesuai dengan materi pokok Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL), maka Tahap 1 Kajian Literatur a. Kajian Teoretik b. Review Studi Terdahulu keluaran pekerjaan ini terdiri dari 6 (enam) materi, yaitu: c. Review Kebijakan Tata Ruang dan Kebijakan lainnya • Program Bangunan dan Lingkungan; d. Studi Banding e. Review Peraturan Terkait • Program Investasi;

• Rencana Umum; Tahap 2 Pengumpulan Data a. Survey Fisik dan Lingkungan b. Survey Sosial-Kependudukan • Rencana Detail; c. Survey Kelembagaan d. Survey Ekonomi • Administrasi Program Pengendalian dan Rencana; dan, e. Survey Sosial-Budaya • Arahan Pengendalian Pelaksanaan. f. Survey Struktur Ruang g. Survey Pola Pemanfaatan Ruang h. Survey Sistem Prasarana Perkotaan i. Survey Pola Tata Bangunan dan Lingkungan Berdasarkan keluaran yang akan dihasilkan tersebut, maka pelaksanaan pekerjaan dibagi Eksisting menjadi beberapa tahap. Secara garis besar, operasional pekerjaan terdiri dari 6 (enam) Tahap 3 Identifikasi Karakteristik a. Identifikasi Karakter Fisik dan Pola Ruang tahapan diluar tahap persiapan, yaitu: Kawasan b. Identifikasi Karakter Sosial Ekonomi c. Identifikasi Karakter Sosial Budaya 1. Kajian Literatur; d. Identifikasi Karakter Pengelolaan Kawasan 2. Pengumpulan Data; Tahap 4 Analisis dan Penyusunan a. Analisis Potensi, Masalah, dan Prospek 3. Identifikasi Karakteristik Kawasan; Konsep Pengembangan Pengembangan 4. Analisis dan Penyusunan Konsep Pengembangan; b. Identifikasi Kegiatan dan Kebutuhan Ruang c. Analisis Peruntukan dan Pemanfaatan Lahan 5. Penyusunan Konsep Perencanaan; d. Analisis Sistem Jaringan Prasarana Perkotaan e. Analisis Prasarana dan Sarana Lingkungan 6. Penyusunan Rencana dan Program Pelaksanaan. f. Analisis Sirkulasi Pergerakan, Parkir, dan Pedestrian g. Analisis Bentuk dan Tatanan Massa Bangunan Keenam tahapan tersebut disajikan dalam bentuk bagan alir seperti pada Gambar 3.1. h. Analisis Ruang Terbuka dan Pola Tata Hijau i. Analisis Tata Informasi dan Pertandaan Secara umum, pendekatan yang akan dilakukan adalah pendekatan kesisteman, dengan j. Analisis Kelembagaan dan Investasi melakukan peninjauan yang menyeluruh terhadap setiap komponen yang ada dalam k. Pemrograman l. Perumusan Arah, Tujuan, dan Sasaran sistem. Dari Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa tiga tahap pertama merupakan tahap kritis Pengembangan m. Penyusunan Konsep Pengembangan untuk pelaksanaan berikutnya, sehingga dalam bagan alir berada dalam satu kelompok. Tahap 5 Penyusunan Konsep a. Perumusan Kriteria Perencanaan dan Perencanaan Perancangan

LAPORAN AKHIR III-1 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Nomor Tahapan Kegiatan Nomor Kegiatan Uraian Keluaran b. Perumusan Konsep Perencanaan dan masyarakat Kecamatan Tambusai (Dalu- Perancangan Dalu).

Tahap 6 Penyusunan Rencana dan a. Perumusan Rencana Umum 1.c. Review Kebijakan tata ruang yang akan digunakan Positioning aktivitas Program Pelaksanaan b. Perumusan Rencana Panduan Rancang Kebijakan Tata sebagai acuan dalam penyusunan RTBL ini dan kawasan Bangunan dan Lingkungan serta Administrasi Ruang dan adalah Rencana Tata Ruang Wilayah bersejarah dalam Pengendalian Program dan Rencana Kebijakan (RTRW) Kabupaten Rokan Hulu dan pengembangan dan c. Perumusan Manajemen Pelaksanaan dan Lainnya Rencana Umum Tata Ruang Dalu-Dalu. organisasi ruang Pengelolaan serta Arahan Pengendalian dan Kebijakan ini sebenarnya lebih dibutuhkan kota. Rencana sebagai kajian eksternal karena kawasan d. Perumusan Program Investasi yang direncanakan merupakan bagian dari wilayah kota. Kebijakan lain yang terkait antara lain: kebijakan mengenai rencana Masing-masing tahapan dan kegiatan seperti yang dijelaskan di atas, secara rinci diuraikan pengembangan jaringan jalan, prasarana, pada sub bab-sub bab berikut. dan lain-lain.

1.d. Studi Banding Studi banding dilakukan untuk • Permasalahan dari mendapatkan gambaran permasalahan aspek fisik, sosial, 3.2 Tahap Kajian Literatur secara lengkap tentang pengembangan ekonomi. Tahap ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang segala sesuatu yang berkaitan kawasan bersejarah. Untuk mendapatkan • Keterkaitan bentuk gambaran yang lebih bervariasi, studi fisik bangunan dengan penyusunan rencana tata bangunan dan lingkungan, baik dari aspek substansi banding dilakukan pada kawasan dengan kegiatan bersejarah di luar negeri dan di Indonesia yang pekerjaan maupun yang berkaitan dengan wilayah perencanaan. Kajian literatur ini meliputi sendiri. dikembangkan. 5 (lima) jenis kegiatan, yaitu: 1) kajian teoretik; 2) review studi terdahulu; 3) penelaahan 1.e. Review Semua peraturan yang berkaitan dengan • Aspek hukum kebijakan tata ruang dan kebijakan pengembangan Kabupaten Rokan Hulu dan Kecamatan Peraturan penyusunan RTBL dikaji dengan rinci, baik yang berkaitan Terkait yang berupa undang-undang (UU), Tambusai (Dalu-Dalu), dan kebijakan lainnya; 4) studi banding; dan 5) review peraturan dengan penataan peraturan pemerintah (PP), peraturan bangunan dan terkait yang berkenaan dengan wilayah dan substansi pekerjaan. daerah (Perda), dan peraturan lainnya. lingkungan. • Aspek hukum yang berkaitan Dengan diperolehnya gambaran teoretis dan praktis tentang tata bangunan dan lingkungan, dengan kawasan bersejarah. maka diharapkan hasil yang diperoleh dapat optimal dan sesuai dengan aturan yang ada. • Aspek hukum yang berkaitan Uraian tentang kegiatan-kegiatan tahap ini dapat dilihat pada Tabel III-2. dengan penataan kawasan bersejarah. Tabel III-2 Rincian Kegiatan yang Dilakukan pada Tahap I – Kajian Literatur Nomor Kegiatan Uraian Keluaran 1.a. Kajian Teoretik Kajian teoretik yang akan dilakukan • Pendekatan studi mencakup kajian mengenai: • Standar • Kawasan bersejarah; perencanaan • Perancangan kawasan bersejarah.

1.b. Review Studi Review dilakukan terhadap semua studi • Permasalahan Terdahulu yang relevan dengan substansi dan wilayah dan strategi studi, mencakup: sejarah Rokan Hulu/Dalu- penyusunan RTBL Dalu, Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh • Karakteristik Lapis, sosial ekonomi dan sosial budaya wilayah studi

LAPORAN AKHIR III-2 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 3.1 Kerangka Pendekatan Penyusunan RTBL Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

LAPORAN INTERIM II-3 RTBL Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

3.3 Tahap Pengumpulan Data Nomor Kegiatan Uraian Keluaran 2.f. Survey Struktur Data mengenai struktur tata ruang Pola struktur ruang Pengumpulan data dilakukan untuk mendapatkan infromasi yang menyeluruh mengenai Ruang dibutuhkan untuk mengetahui distribusi profil kondisi internal dan eksternal dari kawasan yang akan disusun RTBL-nya. Dengan penggunaan ruang sesuai dengan jenis kegiatan dan hirarki pelayanannya. Selain demikian akan diperoleh gambaran aktual dari sistem yang akan direncanakan. itu data tersebut juga digunakan untuk menentukan sirkulasi pergerakan internal Pengumpulan data akan dilakukan melalui instansi terkait dan observasi atau pengamatan dan eksternal orang maupun barang. langsung ke lapangan. Tujuan lainnya dari tahap pengumpulan data adalah untuk 2.g. Survey Tautan fungsional antara kawasan yang Pola pemanfaatan memperoleh kondisi obyektif tentang kondisi fisik dan lingkungan di tapak yang Pemanfaatan direncanakan dengan kawasan lainnya ruang Ruang dapat ditentukan dengan adanya informasi bersangkutan. Ada sembilan survey yang akan dilakukan, baik yang menyangkut fisik dan mengenai pola pemanfaatan ruang ini. lingkungan, kelembagaan, kependudukan, maupun sosial ekonomi, seperti yang dapat 2.h. Survey Sistem Sistem prasarana perkotaan yang akan • Sistem jaringan dilihat uraiannya pada Tabel III-3. Prasarana dibutuhkan mencakup prasarana jalan dan jalan Perkotaan transportasi, drainase, jaringan listrik, • Sistem jaringan jaringan air bersih, jaringan telepon, dan drainase Tabel III-3 Rincian Kegiatan yang Dilakukan pada Tahap 2 – Pengumpulan Data lain-lain. Survey prasarana ini terutama • Sistem jaringan Nomor Kegiatan Uraian Keluaran yang akan berkaitan langsung dengan listrik 2.a. Survey Fisik Data fisik dan lingkungan ini dibutuhkan Kondisi fisik tapak kegiatan di kawasan bersejarah • Sistem jaringan dan Lingkungan untuk mengoptimalkan pemanfaatan ruang telepon sesuai dengan daya dukung fisik dan • Sistem air bersih lingkungan. 2.i. Survey Tata Data ini dibutuhkan untuk mengintegrasikan • Pola tata 2.b. Survey Sosial Data ini dibutuhkan untuk mengkaji demand Jumlah penduduk, Bangunan dan dan menyelaraskan tata bangunan dan bangunan dan Kependudukan (permintaan) terhadap kegiatan yang akan sebaran penduduk, Lingkungan lingkungan yang sudah ada dengan lingkungan dialokasikan di kawasan bersejarah yang kegiatan yang akan Binaan kawasan yang akan direncanakan. • Pola ruang terbuka direncanakan. dikembangkan, baik dari segi jenis maupun Selanjutnya data-data ini akan dianalisis untuk mendapatkan profil kondisi internal dan kuantitasnya. eksternal kawasan. 2.c. Survey Pengumpulan data tentang kelembagaan • Pola pengelolaan Kelembagaan dimaksudkan untuk memperoleh gambaran kawasan mengenai kemampuan dan kesiapan bersejarah 3.4 Tahap Identifikasi Karakteristik Kawasan Pemerintah Daerah beserta masyarakat • Sumber Tahap ini sebetulnya tidak hanya mengidentifikasi karakter Kawasan Bersejarah Benteng untuk mengimplementasikan rencana, pendanaan mencakup: aspek pengelolaan, aspek Tujuh lapis, tetapi juga di Kota Dalu-Dalu secara keseluruhan. Pengamatan yang regulasi, dan aspek investasi. menyeluruh tersebut adalah dengan maksud menangkap karakter sesungguhnya dari pola 2.d. Survey Pengumpulan data mengenai karakteristik • Pola perdagangan kegiatan yang diwujudkan dalam bentuk fisik bangunan dan penggunaan ruang. Jika pada Ekonomi ekonomi ini diperlukan untuk yang ada mengidentifikasikan kegiatan ekonomi yang • Kegiatan yang tahap pengumpulan data hasilnya hanya berupa deskripsi tentang kondisi eksisting, maka telah ada, dan yang mempunyai potensi berprospek untuk dikembangkan lebih lanjut. dikembangkan di pada tahap ini sudah dilakukan analisis awal berdasarkan kondisi eksisting tersebut. wilayah yang dikaji 2.e. Survey Sosial Karakteristik sosial budaya masyarakat Bentuk arsitektur Budaya setempat akan sangat menentukan pola banguan tradisional, Kegiatan ini diperoleh dari hasil telaahan profil kondisi internal dan eksternal kawasan, pemakaian ruang dan bentukan fisik makanan khas, bangunan dan lingkungan binaan. potensi kerajinan, telaahan kebijakan tata ruang dan kebijakan lain, serta kajian teoretik. Pada tahap ini hal-hal dan lain-lain. yang akan diidentifikasi adalah:

LAPORAN AKHIR III-4 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

• Karakter fisik dan pola ruang; 3.5 Tahap Analisis dan Penyusunan Konsep Pengembangan • Karakter sosial ekonomi; Analisis dilakukan berdasarkan data yang telah dikompilasi. Tujuan pelaksanaan tahapan ini • Karakter sosial budaya; adalah untuk mendapatkan parameter-parameter dasar yang dibutuhkan bagi perumusan • Karakter pengelolaan kawasan. konsep perencanaan. Pada tahap ini akan dilakukan 12 (duabelas) kegiatan, termasuk perumusan konsep pengembangan, seperti diuraikan pada Tabel III-5. Pengidentifikasian karakter kawasan bersejarah juga untuk memberikan pemahaman Tabel III-5 Rincian Kegiatan yang Dilakukan pada Tahap 4 – spasial dan fungsional yang lebih mendalam bagi penyusunan RTBL di kawasan Analisis dan Penyusunan Konsep Pengembangan perencanaan. Tahap ini penting dilakukan untuk mendapatkan potensi, masalah dan Nomor Kegiatan Uraian Keluaran 4.a. Analisis Untuk mendapatkan keluaran yang Potensi, masalah, dan prospek pengembangan kawasan. Rincian dari setiap kegiatan diuraikan pada Tabel III-4. Potensi, optimal, terlebih dahulu perlu prospek pengembangan. Masalah dan diketahui potensi dan masalah Prospek pengembangan untuk kawasan yang Tabel III-4 Rincian Kegiatan yang Dilakukan pada Tahap 3 – Pengembangan bersangkutan. Dengan potensi dan Identifikasi karakteristik Kawasan masalah tersebut, dapat dirumuskan Nomor Kegiatan Uraian Keluaran prospek pengembangan untuk masa 3.a. Identifikasi Kegiatan ini dilakukan setelah survey fisik Kaitan antara yang akan datang. Karakteristik dan lingkungan, struktur ruang, dan karakter fisik dan Fisik dan Pola pemanfaatan runag dilakukan. Sasarannya pola ruang dengan 4.b. Identifikasi Pengidentifikasian kegiatan dan • Jenis kegiatan di Ruang adalah untuk memperoleh gambaran yang pengembangan Kegiatan dan kebutuhan ruang ini merupakan kawasan bersejarah lebih spesifik tentang keterkaitan kondisi kawasan bersejarah. Kebutuhan tahap awal untuk menentukan yang akan fisik dengan pemanfaatan ruang. Ruang kegiatan yang paling tepat atau dikembangkan, sesuai dengan karakteristik • Skala kegiatan di 3.b. Identifikasi Kegiatan ini dilakukan setelah diperoleh Kaitan antara setempat. Identifikasi untuk bagian kawasan bersejarah Karakteristik gambaran awal dari survey kependudukan karakter sosial kawasan bersejarah harus saling yang akan Sosial Ekonomi dan kegiatan ekonomi penduduk. ekonomi dan terkait dan sinergsi satu sama lain. dikembangkan, Sasarannya untuk memperoleh potret kegiatan komersial. Keterkaitan positif ini nantinya akan • Kebutuhan ruang setiap tentang permasalahan, kegiatan unggulan, mendorong perkembangan kota kegiatan di kawasan dan sistem kegiatan komersial yang tepat secara stimulan. bersejarah yang akan untuk melayani penduduk kota dan dikembangkan. kabupaten. 4.c. Analisis Analisis peruntukan lahan dan Sistem pemanfaatan 3.c. Identifikasi Kegiatan ini dilakukan setelah diperoleh Kaitan antara Peruntukan dan pemanfaatan lahan dilakukan untuk ruang. Karakteristik gambaran awal dari survey sosial budaya karakter sosial Pemanfaatan merumuskan program bangunan dan Sosial Budaya masyarakat Dalu-Dalu. Sasarannya untuk budaya dan pola Lahan lingkungan. Analisis ini dilakukan memperoleh gambaran yang spesifik kegiatan, pola terlebih dahulu sebelum tentang pengaruh budaya terhadap pemanfaatan ruang dilakukannya analisis spasial lain, pemanfaatan ruang dan karakter dan bentuk fisik yaitu: sistem prasarana dan sarana, bangunan, serta pola kegiatan di kawasan bangunan. sistem transportasi, bentuk dan bersejarah yang sesuai. tatanan masa bangunan, ruang terbuka hijau, serta tata informasi 3.d. Identifikasi Kegiatan ini merupakan analisis awal dari Kaitan antara dan pertandaan. Karakteristik hasil survey kelembagaan dan sosial karakter Pengelolaan ekonomi. Sasarannya untuk mendapatkan pengelolaan 4.d. Analisis Sistem Dalam hal ini yang akan dianalisis • Parameter untuk Kawasan potret tentang pengelolaan kawasan kawasan dan pola Jaringan adalah sistem prasarana pengembangan sistem bersejarah yang berada di Dalu-Dalu. kegiatan kawasan Prasarana transportasi, jaringan listrik, prasarana, bersejarah. Perkotaan drainase, jaringan air bersih, jaringan • Kebutuhan prasarana telepon, dan lain-lain. perkotaan.

LAPORAN AKHIR III-5 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Nomor Kegiatan Uraian Keluaran Nomor Kegiatan Uraian Keluaran 4.e. Analisis Analisis ini merupakan analisis atas • Parameter untuk Kelembagaan dimaksudkan untuk mendukung • Pola investasi Prasarana dan kelengkapan, kedalaman, dan pengembangan sistem dan Investasi dihasilkannya rencana yang realistis, Sarana keluasan prasarana/sarana prasarana dan sarana sesuai dengan kemampuan lembaga Lingkungan lingkungan yang dipengaruhi oleh lingkungan, terkait dan masyarakat pada kegiatan yang akan dikembangkan • Kebutuhan prasarana dan umumnya. sarana lingkungan. 4.k. Pemrograman Program bangunan dan lingkungan • Jenis aktivitas yang akan 4.f. Analisis Analisis sirkulasi pergerakan ini • Parameter untuk pola mempertimbnagkan faktor kelayakan berlangsung di dalam Sirkulasi berkenaan dengan sistem sirkulasi sirkulasi pergerakan, baik dari segi ekonomi, sosial, dan kawasan perencanaan Pergerakan, yang akan mendukung kemudahan • Parameter untuk budaya. Program ditetapkan setelah beserta fasilitas yang Parkir, dan pencapaian yang didukung oleh penyediaan fasilitas mempertimbangkan konsep dibutuhkan. Pedestrian unsur-unsur estetika. Analisis parkir perparkiran, keragaman kawasan, seperti • Jumlah kebutuhan ruang dilakukan dengan berorientasi pada • Parameter untuk keseimbangan pengembangan untuk kepentingan pejalan kaki, penyediaan fasilitas fungsi kawasan bersejarah dan mengakomodasikan memudahkan aksesibilitas, dan pedestrian. niaga/usaha. aktivitas di dalam sirkulasi pejalan kaki tidak terganggu kawasan perencanaan. oleh sirkulasi kendaraan. • Kualitas tautan (linkage) 4.g. Analisis Bentuk Bentuk dan tatanan massa Parameter untuk bentuk pada kawasan untuk dan Tatanan bangunan yang telah ada perlu dan tatanan massa menciptakan sinergi yang Massa dianalisis agar nantinya bentuk dan bangunan. positif sehingga Bangunan tata massa bangunan di kawasan penggunaan kawasan perencanaan akan selaras, dan dapat secara optimal sesuai dengan konteks fisik terpenuhi. arsitektural bangunan dan 4.l. Perumusan Dari kegiatan pemrograman Arah, sasaran, dan tujuan lingkungan binaan kota secara Arah, Tujuan, dilakukanlah perumusan arah, pengembangan. kesleuruhan. dan Sasaran tujuan, dan sasaran pengembangan Pengembangan yang menjadi salah satu dasar untuk 4.h. Analisis Ruang Analisis terhadap ruang terbuka dan • Parameter untuk perumuan konsep pengembangan. Terbuka dan pola tata hijau dilakukan untuk penataan ruang terbuka Pola Tata Hijau memperoleh ruang terbuka yang dan pola tata hijau, 4.m. Penyusunan Pada kegiatan ini akan dikeluarkan Konsep pengembangan. bermakna dan seimbang antara • Kebutuhan runag terbuka. Konsep beberapa alternatif konsep ruang terbuka yang aktif dan ruang Pengembangan pengembangan berdasarkan terbuka yang pasif. rumusan arah, sasaran, dan Ruang terbuka aktif misalnya pengembangan; kajian teoretik; dan digunakan sebagai tempat interaksi studi banding. Dari beberapa sosial, sedangkan ruang terbuka alternatif konsep pengembangan pasif diperlukan untuk ventillasi, dalam proses selanjutnya akan pencahayaan, sebagai faktor dianalisis, diperbandingkan, dan keselamatan bangunan, dan lain- dipilih yang paling sesuai untuk lain. diterapkan pada kawasan.

4.i. Analisis Tata Analisis tata informasi dan Parameter untuk tata Informasi dan pertandaan penting untuk membantu informasi dan pertandaan. Pertandaan orientasi dengan tidak mengganggu 3.6 Tahap Perumusan Konsep Perencanaan karakteristik lingkungan yang ingin diciptakan atau dipertahankan, baik Tahapan ini terdiri dari kegiatan perumusan kriteria perencanaan dan perancangan, dan yang ditempatkan pada bangunan, di dalam kapling, di pagar, atau pada perumusan konsep perencanaan dan perancangan. Sasarannya adalah untuk memperoleh ruang publik. acuan untuk penyusunan rencana. Ada 2 (dua) kegiatan yang akan dilakukan, yang masing-

4.j. Analisis Analisis kelembagaan dan investasi • Pola kelembagaan masing akan diuraikan pada tabel berikut.

LAPORAN AKHIR III-6 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Tabel III-6 Rincian Kegiatan yang Dilakukan pada Tahap 5 – Nomor Kegiatan Uraian Keluaran Perumusan Konsep Perencanaan Sasarannya adalah agar rencana yang • Rencana dan Nomor Kegiatan Uraian Keluaran dihasilkan lebih aplikatif. strategi 5.a. Perumusan Perumusan kriteria ini diilakukan untuk • Kriteria implementasi. Kriteria menentukan batasan serta ketentuan perencanaan Perencanaan kondisi yang diperlukan bagi kegiatan • Kriteria 6.c. Perumusan Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan • Panduan rancang dan perencanaan dan perancangan. perancangan Rencana panduan bagi pelaksanaan rencana yang bangun dan Perancangan Panduan telah dihasilkan sebelumnya, termasuk lingkungan; Rancang bagaimana mengendalikannya. • Administrasi 5.b. Perumusan Konsep perencanaan dan perancangan • Konsep Bangunan dan Kegiatan ini terdiri dari penyusunan: pengendalian Konsep dirumuskan sebagai kerangka dasar bagi perencanaan Lingkungan • Panduan Rancang Bangunan dan program dan Perencanaan ide perencanaan dan perancangan yang • Konsep serta Lingkungan. Merupakan hasil pokok dari bencana. dan akan dilakukan untuk Kawasan Bersejarah perancangan Administrasi kegiatan penyusunan Rencana Tata Perancangan Benteng Tujuh Lapis. Pengendalian Bangunan dan Lingkungan. Kegiatan ini Program dan berisi panduan bagi keseluruhan aspek Rencana perancangan bangunan dan lingkungan 3.7 Tahap Penyusunan Rencana dan Program Pelaksanaan secara teknis dan berfungsi sebagai arahan bagi pelaksanaan perancangan Dalam tahapan ini akan dilakukan berbagai kegiatan, yang terdiri atas: 1) Perumusan dan implementasinya di lapangan. Rencana Umum, 2) Perumusan Rencana Panduan Rancang Bangunan dan Lingkungan • Administrasi Pengendalian Program dan Rencana. Merupakan bagian penting yang serta Administrasi Pengendalian Program dan Rencana, 3) Perumusan Manajemen menyertai Panduan Rancang Bangunan Pelaksanaan dan Pengelolaan serta Arahan Pengendalian dan Rencana, 4) Perumusan dan Lingkungan sebagai perangkat administratif bagi pelaksanaan dan Program Investasi. Tabel III-7 berikut ini adalah uraian rinci mangenai masing-masing pengendalian program dan rencana secara keseluruhan. kegiatan. Tabel III-7 Rincian Kegiatan yang Dilakukan pada Tahap 6 – 6.d. Perumusan Manajemen Pelaksanaan dan Pengelolaan • Manajemen Penyusunan Rencana dan Program Pelaksanaan Manajemen diperlukan bagi kalangan pengelola serta pengelolaan Pelaksanaan pelaksana kegiatan di lapangan, baik Nomor Kegiatan Uraian Keluaran • Pengendalian serta Arahan kegiatan perencanaan dan pelaksanaan 6.a. Perumusan Rencana umum merupakan rencana induk rencana • Rencana Pengendalian secara keseluruhan. Hal ini dilakukan agar Rencana untuk perancangan dan kemungkinan Peruntukan lahan; dan Rencana kegiatan dapat berlangsung sesuai dengan Umum pengembangan Kawasan Bersejarah • Rencana rencana program dan jadual pelaksanaan Benteng Tujuh Lapis. perpetakan blok; program. • Rencana Arahan Pengendalian dan Rencana tapak/siteplan; merupakan bagian penting perangkat • Rencana sistem arahan pelaksanaan dan pengendalian pergerakan; program dan rencana secara keseluruhan. • Rencana prasarana dan sarana 6.e. Perumusan Program ini dilakukan untuk menjaring Program investasi lingkungan; Program investor dari berbagai kalangan, sebagai • Rencana Investasi salah satu sumber pendanaan bagi aksesibilitas keberlangsungan program dalam Kawasan lingkungan; Bersejarah Benteng Tujuh Lapis, baik untuk • Rencana wujud jangka pendek maupun jangka panjang. bangunan; Program investasi diperuntukkan bagi • Rencana preservasi investor, dari kalangan privat (swasta dan dan konservasi. luar negeri), masyarakat serta kalangan publik (kalangan pemerintahan, baik pusat 6.b. Perumusan Rencana detail disusun setelah • Rencana detail; maupun daerah). Rencana Detail perencanaan umum diselesaikan. • Rencana investasi;

LAPORAN AKHIR III-7 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Hilir), Kecamatan Tambusai (menjadi Kecamatan Tambusai dan Tambusai Utara), dan BBAABB IIVV Kecamatan Kunto Darussalam (menjadi Kecamatan Bonai Darussalam dan Kecamatan Pagaran Tapah Darussalam). Dengan demikian diharapkan terjadinya pemerataan KKAAJJIIAANN EEKKSSTTEERRNNAALL:: pembangunan dan peningkatan kinerja pelaku pembangunan (stakeholder) di seluruh KKAAJJIIAANN UUMMUUMM wilayah Kabupaten Rokan Hulu. Lebih jelasnya mengenai luas Kabupaten Rokan Hulu yang dirinci per kecamatan dapat dilihat pada Tabel IV-1. KKAABBUUPPAATTEENN RROOKKAANN HHUULLUU

Tabel IV-1 Luas Kecamatan Kabupaten Rokan Hulu Dirinci per Kecamatan 4.1 Karakteristik dan Kajian Fisik Kabupaten Rokan Hulu Jarak ke 4.1.1 Kondisi Fisik Dasar Luas No. Kecamatan Kelurahan 2 Ibu Kota Kabupaten (Km ) a. Batas Administrasi dan Luas Wilayah (Km) 1 Rambah Pasir Pengarayan 377,69 Ibukota Kabupaten Kabupaten Rokan Hulu merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kampar yang dibentuk 2 Rambah Samo Danau Sati 249,90 10 berdasarkan Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 3 Bangun Purba Tangun 171,90 16 4 Rambah Hilir Muara Rumbai 294,66 17 2003 yang merupakan revisi dari Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 mengesahkan tiga 5 Tambusai Dalu-Dalu 1.017,50 33 6 Ujung Batu Ujung Batu 90,57 35 desa yaitu: Desa Tandun, Aliantan dan Kabun yang masuk kedalam wilayah Kabupaten 7 Kepenuhan Kepenuhan Tengah 918,85 45 Rokan Hulu, sehingga terdapat duabelas kecamatan di Kabupaten Rokan Hulu. Kemudian 8 Tandun Tandun 613,06 62 9 Tambusai Utara Rantau Kasai 529,50 63 dilakukan lagi pemekaran atas Kecamatan Kunto Darussalam, dimana terbentuk 2 (dua) 10 Rokan IV Koto Rokan 1.114,35 65 kecamatan baru yaitu: Kecamatan Bonai Darussalam dan Kecamatan Pagaran Tapah 11 Kabun Kabun 639 82 12 Kunto Darussalam Kota Lama 1.432,87 56 Darussalam, sehingga jumlah kecamatan Kabupaten Rokan Hulu menjadi empatbelas 13 Bonai Darussalam Sontang NA NA kecamatan (sumber: Profil Daerah Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2006). Kabupaten Rokan 14 Pagaran Tapah Pagaran Tapah NA NA Darussalam Hulu terletak antara 1000 – 1010 52’ Bujur Timur dan 00 – 10 30’ Lintang Utara, dan memiliki Jumlah 7.449,85 2 Sumber: Pekerjaan Aktualisasi Peta Tutupan Lahan Kabupaten Rokan Hulu, Tahun 2004 dan luas wilayah sebesar 7.449,85 Km dengan batas-batas administratif sebagai berikut: Profil Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2006 ƒ Sebelah Timur : berbatasan dengan Kabupaten Kampar NA: Belum ada Data

ƒ Sebelah Barat : berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara Berdasarkan tabel di atas, Kecamatan Rokan IV Koto merupakan kecamatan dengan luas ƒ Sebelah Utara : berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir wilayah paling besar yaitu 1.114,35 Km2. Sedangkan Kecamatan dengan luas wilayah paling ƒ Sebelah Selatan : berbatasan dengan Provinsi Sumatera Barat kecil yaitu Kecamatan Ujung Batu seluas 90,57 Km2.

Kabupaten Rokan Hulu dibagi menjadi 14 (empatbelas) kecamatan, yaitu: Kecamatan

Rambah, Rambah Hilir, Rambah Samo, Tandun, Rokan IV Koto, Tambusai, Tambusai

Utara, Kepenuhan, Bangun Purba, Ujung Batu, Kabun, Kecamatan Kunto Darussalam,

Bonai Darussalam, dan Pagaran Tapah Darussalam. Sejalan dengan dibentuknya

Kabupaten Rokan Hulu, maka sejak tahun 2000 – 2006 telah dilakukan pemekaran pada 3

(tiga) kecamatan yaitu: Kecamatan Rambah (menjadi Kecamatan Rambah dan Rambah

LAPORAN AKHIR IV-1 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 4.1 PETA ADMINISTRASI KABUPATEN ROKAN HULU

LAPORAN AKHIR IV-2 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

b. Topografi Tabel IV-3 Klasifikasi Tingkat Kelerengan Tempat dan Fungsi Peruntukkan Guna Lahan Secara umum wilayah Kabupaten Rokan Hulu memiliki kondisi topografi yang bervariasi, Satuan Klasifikasi % Lereng Penggunaan Tanah yang Diusulkan berupa daerah dataran rendah, perbukitan, dan rawa-rawa. Hampir seluruh kecamatan yang Bentang Alam ada di Kabupaten Rokan Hulu memiliki ketinggian hingga 500 m/dpl, kecuali Kecamatan Sangat Curam > 40% Perbukitan dan Rekreasi Terbatas dan Konservasi Pegunungan Kunto Darussalam dimana seluas 57 % dari total wilayahnya memiliki ketinggian lokasi yang Curam-Agak Curam 15 – 40% Bukit Kecil dan Rekreasi Umum dan Bangunan berada pada interval 25 – 100 m/dpl. Perbukitan Terstruktur Daerah Terjal-Landai 2 - 15% Bergelombang Rekreasi Umum, Bangunan Lemah dan Kuat, Terstruktur, Perkotaan Umum, Jalan serta bukit kecil Umum, Sistem Septik, Perumahan Sebaran kelerengan pada wilayah Kabupaten Rokan Hulu terbagi atas dataran rendah Pusat Perdagangan, Jalan Raya, (terletak antara Kecamatan Tandun dan Tambusai) hingga dataran tinggi, serta morfologi Lapangan Terbang, Jalan Kereta Api, dan Wilayah Transimgrasi yang bervariasi (datar, landai, bergelombang sampai berbukit dengan kelerengan datar Landai-Datar 0 – 2% Dataran dan Rekreasi Umum, Bangunan Bergelombang Terstruktur, Perkotaan Umum, Jalan sampai curam). Lebih jelasnya mengenai kemiringan lahan di Kabupaten Rokan Hulu dapat Lemah Umum, Sistem Septik, Perumahan dilihat pada Tabel IV-2. Pusat Perdagangan, Jalan Raya, Lapangan Terbang, Jalan Kereta Api, dan Wilayah Transimgrasi Sumber: RTRW Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2000 Tabel IV-2 Luas Wilayah Menurut Kelerengan Tempat di Kabupaten Rokan Hulu

Wilayah Kelerengan (%) No. Administrasi 0 - 2 2 - 15 15 - 40 >40 Jumlah c. Jenis Tanah Rambah + Rambah 117,20 479,29 34,50 216,40 907,39 1 Hilir Jenis tanah memiliki keterkaitan dengan kemampuan lahan yang digunakan untuk berbagai 2 Rambah Samo 48,80 132,00 9,50 59,60 249,90 kegiatan. Di Kabupaten Rokan Hulu terdapat 5 (lima) jenis tanah yaitu: tanah organosol dan 3 Tandun + Ujung 445,08 192,23 137,00 67,50 772,18 Batu + Kabun glei humus bahan induk aluvial, podsolik merah kuning dengan bahan induk batuan 4 Kunto Darussalam 1.316,87 83,00 33,00 - 1.432,87 endapan, podsolik merah kuning dengan bahan induk batuan aluvial, podsolik merah kuning 5 Rokan IV Koto 76,00 228,00 221,88 625,64 1.151,52 6 Tambusai + 1.116,25 643,00 - - 1.759,25 dengan bahan induk batuan endapan dan beku, podsolik merah kuning dengan bahan induk Tambusai Utara 7 Kepenuhan 685,80 8,40 47,00 - 816,80 batuan beku. Adapun sebaran jenis tanah tersebut adalah sebagai berikut: Jumlah 4.866,00 1.841,52 482,88 969,14 7.159,80 1. Jenis tanah organosol dan glei humus bahan induk aluvial, tersebar di Kecamatan Sumber: Pekerjaan Aktualisasi Peta Tutupan Lahan Kabupaten Rokan Hulu, Tahun 2004 Kunto Darussalam, Tambusai dan Kepenuhan.

2. Jenis Tanah podsolik merah kuning dengan bahan induk batuan endapan, tersebar Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat kelerengan Kabupaten Rokan Hulu paling banyak hampir di seluruh wilayah Kabupaten Rokan Hulu, kecuali di Kecamatan Rokan IV berkisar pada interval 0 – < 40 % yaitu seluas 6.190,40 Km2. Sedangkan kawasan dengan Koto. kelerengan yang sangat curam yakni > 40 % yaitu seluas 969,14 Km2. Hal ini menunjukkan 3. Jenis tanah podsolik merah kuning kompleks dengan bahan induk batuan beku, jenis wilayah Kabupaten Rokan Hulu potensial untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya podsolik tanah merah kuning dengan bahan induk batuan beku sesuai dengan rencana peruntukkannya. Klasifikasi tingkat kelerengan tempat di Kabupaten

Rokan Hulu dapat dilihat pada Tabel IV-3. Lebih jelasnya mengenai sebaran kelas Lebih jelasnya mengenai sebaran jenis tanah di Kabupaten Rokan Hulu dapat dilihat pada kemiringan lahan di Kabupaten Rokan Hulu dapat dilihat pada Gambar 4.2. Gambar 4.3.

LAPORAN AKHIR IV-3 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 4.2 PETA KELAS KEMIRINGAN LAHAN KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

LAPORAN AKHIR IV-4 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 4.3 PETA SEBARAN JENIS TANAH KABUPATEN ROKAN HULU PROVINSI RIAU

LAPORAN AKHIR IV-5 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

d. Geologi f. Klimatologi Kondisi geologi Kabupaten Rokan Hulu tersusun oleh endapan gunung api yang berasal dari Curah hujan di Kabupaten Rokan Hulu rata-rata berkisar antara 2000 – 3000 mm per tahun. gunung api quarter tua dan gunung api quarter muda. Di daerah hulu Sungai Rokan struktur Musim hujan biasanya terjadi pada bulan September sampai April, dan sebaliknya siklus geologinya terdiri dari bahan induk batu tulis, filit, dan batu gamping, kadang-kadang disela- kemarau terjadi pada Bulan Juni – Agustus. Berdasarkan tipe curah hujan (menurut Schidt, selanya dijumpai batuan kwarsa. Aluvium menempati tempat yang terluas sampai Ferguson, dan Koppen), maka Kabupaten Rokan Hulu diklasifikasikan dalam kategori berbatasan dengan endapan. Dataran aluvium adalah bentukan berumur kwarter yang wilayah yang memiliki tipe curah hujan A (sangat basah) dan tipe iklim Af (tropika basah). terjadi secara terus menerus sampai sekarang. Sebagian dataran aluvium ini di Kabupaten tertutup oleh gambut di bagian Utara dengan ketebalan yang berbeda-beda. Temperatur udara Kabupaten Rokan Hulu pada siang hari umumnya berkisar pada 300 C, sedangkan pada malam hari temperaturnya relatif sedang yakni berkisar pada 220 C. e. Hidrologi Tingginya temperatur udara pada siang hari menyebabkan kelembaban udara pada Kondisi hidrologi Kabupaten Rokan Hulu dipengaruhi oleh keberadaan Sungai Rokan yang permukaan tanah, namun hal tersebut tidak berdampak pada cuaca secara ekstrim. Iklim di memiliki hulu sungai di punggung Bukit Barisan dan bercabang membentuk anak Sungai Kabupaten Rokan Hulu dipengaruhi oleh angin musim. Pada Bulan April sampai Agustus Rokan Kanan dan Rokan Kiri. Kabupaten Rokan Hulu merupakan salah satu daerah yang bertiup angin Barat Laut, sedangkan pada Bulan Agustus sampai April dipengaruhi oleh terletak pada gugusan bukit yang terbentang dari Selatan ke Utara Pulau Sumatera. Hal ini angin Timur dengan suhu maksimum 400 dan suhu minimum 120 C. berpengaruh terhadap sistem hidrologinya, dimana daerah ini memiliki banyak sungai (baik sungai besar maupun sungai kecil), danau, dan rawa-rawa. Selain sebagai salah satu 4.1.2 Struktur Ruang dan Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Rokan Hulu penghubung antar wilayah, sungai juga merupakan sarana perhubungan air bagi a. Struktur Ruang Kabupaten Rokan Hulu masyarakat pedesaan yang membangun permukiman secara linier mengikuti alur sungai. Kabupaten Rokan Hulu merupakan hasil pemekaran dari wilayah Kabupaten Kampar. Pola Pola pemanfaatan lain kondisi hidrologi ini ialah untuk mendukung kegiatan budidaya struktur ruang Kabupaten Rokan Hulu didasarkan pada konsep Wilayah Pengembangan perikanan darat. (WP), dimana terdapat hirarki kota-kota di tiap wilayah pengembangan. Terdapat 3 (tiga) Wilayah Pengembangan di Kabupaten Rokan Hulu, yaitu: Kabupaten Rokan Hulu memiliki 2 (dua) sungai besar dan beberapa anak sungai, WP I (Tengah), berpusat di Kota Pasir Pengarayan dengan wilayah pelayanan: Kecamatan diantaranya adalah: Rambah Hilir, Rambah Samo, dan Kepenuhan. 1. Sungai Rokan Kanan yang terletak di bagian Utara Kabupaten Rokan Hulu, hulunya WP II (Selatan), berpusat di Kota Ujung Batu dengan wilayah pelayanan: Kecamatan Rokan berasal dari punggung Bukit Barisan di bagian Barat mengalir ke arah Timur melintasi IV Kuto dan Kunto Darussalam. Kecamatan Rambah, Rambah Samo, Rambah hilir, dan Kecamatan Kepenuhan. WP III (Utara), berpusat di Kota Dalu-Dalu dengan wilayah pelayanan: Kecamatan 2. Sungai Rokan Kanan yang terletak di bagian Selatan Kabupaten Rokan Hulu, hulunya Tambusai dan Tambusai Utara. juga terdapat di bagian Barat mengalir ke arah Timur melintasi Kecamatan Tandun, Rokan IV Koto, dan Kunto Darussalam. Pengembangan Kabupaten Rokan Hulu mengacu pada sistem kota-kota, hal ini diupayakan 3. Sungai Mahato yang berada di bagian paling Utara Kabupaten dan mengalir melintasi untuk menciptakan trickledown effect (efek penetesan) sehingga pembangunan dan Kecamatan Tambusai dan Tambusai Utara. pengembangan wilayah dapat terjadi secara merata dan menyeluruh karena membentuk satu kesatuan ekonomi dan spasial yang lebih solid. Hal ini perlu diperhatikan karena

LAPORAN AKHIR IV-6 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis adanya keterkaitan dengan upaya pengembangan prasarana jalan yang dapat ƒ Kota-Kota di Jalur Lintas Tengah Sumatera mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yang dapat memberikan keuntungan bagi daerah - Padang Sidempuan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang memiliki Kabupaten Rokan Hulu dan daerah diluar Kabupaten Rokan Hulu. Yang perlu diperhatikan keterkaitan dengan Dalu-Dalu melalui Pasir Sibuhuan. adalah bagaimana upaya untuk menarik pergerakan agar prasarana jalan dapat - Rao sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) yang memiliki keterkaitan dengan Pasir memberikan keuntungan yang besar pula bagi pertumbuhan Kabupaten Rokan Hulu, jadi Pengarayan melalui Sungai Bilut. pergerakan tidak hanya melintas saja (through traffic). - Payakumbuh sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yang memiliki keterkaitan dengan Rokan dan Ujung Batu melalui Talao – Sibiruang. Sistem kota-kota pada dasarnya merupakan upaya untuk merumuskan sistem pusat-pusat - Jalan Lintas Barat yang menghubungkan kota-kota di Bagian Barat Pulau Sumatera. pelayanan baik skala regional, wilayah, dan lokal. Pendekatan sistem kota-kota di Kabupaten Rokan Hulu didasarkan pada aspek internal wilayah, yaitu sebagai berikut: Pengembangan kota-kota diupayakan untuk menciptakan pertumbuhan wilayah yang ƒ Potensi pusat-pusat pelayanan berada pada pusat kecamatan yang notabene merata dan menyeluruh. Secara sistematis, pengembangan kota-kota dalam fungsi merupakan cikal bakal berkembangnya suatu kota. pelayanannya di Kabupaten Rokan Hulu adalah sebagai berikut: ƒ Adanya pusat-pusat tertentu yang memiliki fungsi strategis seperti: perdagangan, pemerintahan, perkebunan, jasa jasa, dan kota yang berada pada persimpangan lalu Tabel IV-4 Sistem Kota-Kota di Kabupaten Rokan Hulu lintas regional. Keterkaitan Keterkaitan Pusat Pelayanan Hirarki Eksternal Internal ƒ Jarak tempuh dari suatu tempat ke tempat lainnya berada pada interval jarak rata-rata Pasir Pengarayan Orde I Kuat Sangat Kuat 20 Km (duapuluh kilometer). Ujung Batu Orde II Sedang Kuat Kota Tengah Orde II Sedang Kuat Dalu-Dalu Orde II Sedang Kuat Adapun aspek eksternal yang mempengaruhi pengembangan sistem kota-kota di wilayah Muara Rumbai Orde III Lemah Kuat Danau Sati Orde III Sedang Kuat Kabupaten Rokan Hulu antara lain: Tandun Orde III Sedang Kuat Aliantan Orde III Sedang Kuat ƒ Kota-Kota di Jalur Lintas Timur Sumatera Kota Lama Orde III Lemah Kuat - Pekanbaru sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN), memiliki akses ke Kota Pasir Sungai Murai Orde III Lemah Kuat Rokan Orde III Lemah Kuat Pengarayan melalui Bangkinang (selain memiliki akses ke Timur dan Selatan). Pekan Tebih Orde III Lemah Kuat - Duri sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang memiliki keterkaitan dengan Pasir Kasimang Orde III Lemah Kuat Rantau Kasai Orde III Sedang Kuat Pengarayan melalui Kota Tengah. Watas Orde III Lemah Kuat - Balai Pungut sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yang memiliki keterkaitan Sumber: RTRW Kabupaten Rokan Hulu, Tahun Anggaran 2000

dengan Kecamatan Kepenuhan.

- Tanjung Medan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL), yang memiliki keterkaitan ke

Kuala Mahato, Rantau Kasai dan Dalu-Dalu.

LAPORAN AKHIR IV-7 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Pasir Pengarayan

Kota Orde I

Kota Orde II

Dalu-Dalu Kota Tengah Pasir Pengarayan Ujung Batu

Watas Rantau Pekan Sungai Danau Muara Rumbai Rokan Kota Tandun Kasai Tebih Murai Sati Lama

Kota Orde III WP II WP III WP I

Gambar 4.4 Hirarki Pusat Pelayanan Kota-Kota di Kabupaten Rokan Hulu

LAPORAN AKHIR IV-8 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

b. Pola Pemanfaatan Ruang Kabupaten Rokan Hulu Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2010, Kabupaten Rokan Hulu merupakan kabupaten dengan luas wilayah sekitar 7.449,85 maka kawasan lindung di Kabupaten Rokan Hulu mencakup: Kawasan Hutan Km2. Pertumbuhan fisik kota ditunjukkan oleh besarnya kawasan yang terbangun, Lindung, Kawasan Resapan Air, Sempadan Sungai, Kawasan Sekitar Waduk atau yaitu seluas 498,99 Km2 atau sekitar 6,70 % dari luas seluruh wilayah kabupaten, Danau, Kawasan Sekitar Sumber Air Bersih, dan Kawasan Rawan Bencana. sehingga sebagian wilayah yang ada sangat strategis untuk dapat dikonsolidasi Kawasan resapan air Kabupaten Rokan Hulu terdapat di bagian Hulu Kabupaten dengan baik kedalam wilayah terbangun melalui pengembangan yang sesuai Rokan Hulu sepanjang punggung Bukit Barisan, yaitu daerah yang memiliki kriteria dengan rencana yang berlaku. Data Aktualisasi Peta Tutupan Lahan Kabupaten ketinggian > 500 m/dpl, yang tersebar di Kecamatan Tambusai, Rambah, Rambah Rokan Hulu tahun 2004 menunjukkan bahwa pemanfaatan lahan di Kabupaten Samo, Rokan IV Koto, dan Tandun. Rokan Hulu meliputi: • Kawasan Pemukiman (498,99 Km2) Kawasan lindung di Kabupaten Rokan Hulu yang telah ditetapkan adalah sebagai • Areal Perkebunan Bekas Tebangan (496,16 Km2) berikut: • Areal Persawahan (77,10 Km2) - Kawasan sepanjang punggung Bukit Barisan dengan ketentuan memiliki • Belukar dan Semak Rawa (239,43 Km2) batas ketinggian 500 m/dpl serta rencana tambahan hutan lindung pada • Hutan Dataran Rendah Bekas Tebangan (62,50 Km2) kawasan hutan dengan kelerengan > 40 %. • Hutan Rawa Gambut dan Air Tawar Bekas Tebangan (327,10 Km2) - Kawasan Hutan Lindung Sungai Mahato seluas 28.800 Ha di Kecamatan • Hutan Dataran Rendah/Fungsi Hutan Lindung (1460,69 Km2) Tambusai. - Kecamatan Hutan Lindung Bukit Suligi seluas 30.035 Ha di Kecamatan • Hutan Rawa Gambut dan Air Tawar (654,54 Km2) Tandun. • Kebun Campuran (39,87 Km2) - Kecamatan Hutan Lindung Sei Rokan seluas 15.068 Ha di Kecamatan • Kebun Karet (96,25 Km2) Rokan IV Koto. • Kebun Kelapa Sawit (780,56 Km2)

• Lahan Terbuka (24,65 Km2) Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya merupakan kriteria kawasan lindung di • Mosaik Kebun Sawit dan Karet (1082,01 Km2) sekitar bangunan bernilai tinggi, situs purbakala, dan kawasan dengan bentukan • Mosaik Karet dan Belukar (17,62 Km2) geologi tertentu yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu • Perkebunan Sawit (1.574,55 Km2) pengetahuan. Kawasan ini terletak di beberapa kecamatan yang memiliki situs-situs • Tegalan/Ladang (17,83 Km2) peninggalan budaya seperti:

- Kecamatan Rambah dan Rambah Samo, berupa: Benteng Kubu Pauh, Situs Pola penggunaan lahan di Kabupaten Rokan Hulu dapat dikelompokkan kedalam 2 Kaiti, Kubu Pertahanan Kuto Tinggi, Kubu Jua, Makam H. Maksoeman, dan (dua) kategori, yaitu: kawasan lindung dan kawasan budidaya. lain-lain. ƒ Kawasan Lindung - Kecamatan Kunto Darussalam, berupa: Kuburan Pakik Kumango dan Kawasan lindung di Kabupaten Rokan Hulu adalah seluas 2.139, 88 Km2 atau Pagaruyung Anak Harimau. sekitar 29,48 % dari total luas wilayah kabupaten. Kawasan lindung ini meliputi: hutan lindung, hutan rawa gambut dan air tawar, serta lahan terbuka.

LAPORAN AKHIR IV-9 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

- Kecamatan Tambusai, berupa: Benteng Tujuh Lapis, Situs Nisan Tembaga, lahan terbesar terjadi pada hutan lindung yaitu sebesar 34,25%, serta hutan rawa dan Situs Mondang. gambut dan air tawar sebesar 12,16 %. Adapun rincian perubahan guna lahan pada - Kecamatan Rokan IV Koto, berupa: Istana Kerajaan Rokan, Benteng Tanah, interval tahun 2000 – 2004 adalah sebagai berikut: dan Makam Raja Joman. Tabel IV-5 Luas dan Persentase Perubahan Penggunaan Lahan Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2000 – 2004 Persentese Kawasan Lindung Suaka Alam dan Cagar Budaya Benteng Tujuh Lapis di Luas Perubahan Penggunaan Lahan Perubahan (Ha) Kecamatan Tambusai sebagai salah satu objek bersejarah dan memiliki nilai (%) historis yang tinggi perlu disinkronkan dengan rencana tata ruang Kecamatan Hutan Dataran Rendah Bekas Tebangan-Hutan Dataran Rendah 40,71 0,29 Fungsi Lindung Tambusai dan Kabupaten Rokan Hulu. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya Hutan Dataran Rendah-Areal Perkebunan Bekas Tebangan 630,88 4,50 Hutan Dataran Rendah-Hutan Dataran Rendah Bekas Tebangan 4.805,45 34,25 mempertahankan fungsi kawasan yang memiliki nilai historis tinggi. Hutan Dataran Rendah-Mosaik Kelapa Sawit dan Karet 86,40 0,62 Hutan Rawa Gambut&Air Tawar Bekas Tebangan-Perkebunan Sawit 166,67 1,19 Hutan Rawa Gambut&Air Tawar Bekas Tebangan-Lahan Terbuka 328,50 2,34 Kawasan Rawan Bencana Alam perlu diidentifikasi untuk diintegrasikan dengan Hutan Rawa Gambut&Air Tawar Bekas Tebangan-Areal Perkebunan 1.706,09 12,16 Bekas Tebangan rencana tata ruang wilayah, sehingga mampu meminimalisir kerusakan dan Hutan Rawa Gambut&Air Tawar Bekas Tebangan-Hutan Rawa 1.385,06 9,87 kerugian yang ditimbulkan. Identifikasi kawasan rawan bencana banjir di Kabupaten Gambut dan Air Tawar Bekas Tebangan Kebun Kelapa Sawit-Pemukiman 187,25 1,33 Rokan Hulu, terutama yang berada di sekitar kawasan permukiman penduduk Mosaik Kelapa Sawit&Karet-Areal Perkebunan Bekas Tebangan 1.588,72 11,32 Mosaik Kelapa Sawit&Karet-Kebun Kelapa Sawit 2.328,41 16,60 terdapat di Kota Pasir Pengarayan. Hal ini selain dipengaruhi oleh kondisi alam Perkebunan Sawit-Pemukiman 60,51 0,43 seperti tingkat curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan debit air sungai Perkebunan Sawit-Areal Perkebunan Bekas Tebangan 714,73 5,09 meningkat, tetapi disebabkan pula oleh belum optimalnya jaringan drainase di Jumlah Total Perubahan 14.029,48 100,00 Sumber: Pekerjaan Aktualisasi Peta Tutupan Lahan Kabupaten Rokan Hulu, Tahun 2004 wilayah tersebut, dimana jaringan drainase primer maupun sekunder mengalami penurunan kualitas karena adanya penumpukkan sampah domestik (rumah tangga, material pohon, dll) maupun karena terjadinya pendangkalan oleh lumpur dan Lebih jelasnya mengenai pola penggunaan lahan di Kabupaten Rokan Hulu dapat tanah. dilihat pada Gambar 4.5. ƒ Kawasan Budidaya Berdasarkan data guna lahan tahun 2004, wilayah Kabupaten Rokan Hulu memilki 4.2 Kajian Aksesibilitas dan Pola Pergerakan Kegiatan luas sekitar 7.449,85 Km2. Guna lahan untuk kawasan budidaya meliputi: di Kabupaten Rokan Hulu pemukiman, kebun, tegalan/ladang, kolam, hutan rakyat, dan lain-lain sebesar Kabupaten Rokan Hulu berada pada Jalur Lintas Tengah Sumatera. Hal ini 5.253,41 Km2 atau 70,52 % dari keseluruhan luas wilayah kabupaten. Kawasan memberikan keuntungan ekonomis kepada penduduk di sepanjang koridor ini. Pola budidaya yang sudah terbangun berupa pemukiman seluas 498,99 Km2, sedangkan linier yang sangat dominan pada sistem transportasi perlu memperhatikan kawasan belum terbangun berupa: kebun, tegalan/ladang, dan lain-lain seluas perkembangan kegiatan di sepanjang jalur koridor ini, sehingga tidak mengganggu 4736,42 Km2. efisiensi pergerakan dari dan keluar Kabupaten Rokan Hulu. Lebih jelasnya Dari data Aktualisasi Peta Tutupan Lahan Tahun 2004, pada periode tahun 2000 – mengenai aksesibilitas dan pola pergerakan di Kabupaten Rokan Hulu dapat dilihat 2004 terjadi perubahan guna lahan sebesar 14.029,38 Ha. Perubahan penggunaan pada Gambar 4.6.

LAPORAN AKHIR IV-10 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 4.5 PETA GUNA LAHAN EKSISTING KABUPATEN ROKAN HULU

LAPORAN AKHIR IV-11 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 4.6 PETA JARINGAN JALAN EKSISTING KABUPATEN ROKAN HULU

LAPORAN AKHIR IV-12 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Pola pergerakan di Kabupaten Rokan Hulu lebih dipengaruhi oleh aktivitas memiliki variasi yang berbeda. Peningkatan jumlah penduduk tertinggi dari interval pergerakan orang dan jasa yang bersifat reguler dan rutin seperti: bekerja, belanja, tahun 2002 sampai tahun 2005 terdapat di Kecamatan Tambusai yang termasuk ke dan sekolah. Kegiatan pergerakan barang untuk lingkup lokal dari sentra produksi dalam wilayah pelayanan Kota Dalu-Dalu, yang memiliki pola pelayanan berupa: ke pusat-pusat koleksi lebih bersifat sequence (berurutan) dan memiliki intensitas permukiman, perdagangan dan jasa, pemerintahan, pendidikan, dan kesehatan. maupun volume kejadian yang relatif stabil. Lain halnya dengan pola pergerakan Jumlah penduduk paling kecil dari tahun 2002 sampai tahun 2005 terdapat di barang untuk lingkup regional biasanya lebih fluktuatif dan variatif, puncak kegiatan Kecamatan Bangun Purba. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah dan kepadatan pergerakan (peak services) biasanya terjadi pada saat panen hasil perkebunan. penduduk dapat dilihat pada Tabel IV-6. Pola pergerakan antar pusat pelayanan di Kabupaten Rokan Hulu sangat dipengaruhi oleh faktor jarak. Pusat-pusat pertumbuhan tersebut umumnya berada Tabel IV-6 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Tahun 2002 - 2005 pada interval jarak rata-rata 20 Km. Hal ini terlihat melalui pola pergerakan: Kepadatan Jumlah Kepadatan Jumlah Penduduk Penduduk Penduduk Luas Penduduk ƒ Kabun – Aliantan – Tandun – Ujung Batu – Kota Lama No. Kecamatan Tahun Tahun Tahun Wilayah Tahun 2002 2002 2005 2005 ƒ Ujung Batu – Rokan (jiwa) (Jiwa/Km2) (jiwa) (Jiwa/Km2) ƒ Ujung Batu – Danau Sati 1 Rokan IV Koto 1.114,35 25.991 23 27.792 25 2 Tandun 613,06 39 22.113 36 ƒ Pasir Pengarayan – Watas – Dalu-Dalu – Rantau Kasai 23.674 3 Kabun 639,00 15.402 24 16.970 27 ƒ Muara Rumbai – Kota Tengah 4 Ujung Batu 90,57 29.444 325 30.968 342 5 Rambah Samo 249,90 20.663 83 23.073 92 6 Rambah 377,69 26.861 71 31.403 83 Pola pergerakan untuk lingkup eksternal Rokan Hulu sangat dipengaruhi oleh 7 Rambah Hilir 291,15 28.361 97 29.394 101 sistem transportasi wilayah yang melintasi atau menghubungkan wilayah-wilayah 8 Bangun Purba 175,41 15.245 87 13.694 78 9 Tambusai 1.017,50 24.850 24 40.515 40 diluar Kabupaten Rokan Hulu. Adapun wilayah di sekitar Rokan Hulu yang memiliki 10 Tambusai Utara 529,50 41.786 79 45.159 85 interaksi pergerakan yang cukup kuat dengan masyarakat Kabupaten Rokan Hulu 11 Kepenuhan 918,85 23.487 26 30.022 33 12 Kunto Darussalam 1.432,87 48.165 34 49.889 35 adalah: daerah sekitar Dumai, Bengkalis, Tanjung Medan, Padang Sidempuan, Jumlah 7.449,85 424.929 44 460.992 48 Bangkinang, dan lain-lain. Sumber: Kabupaten Rokan Hulu Dalam Angka, Tahun 2005

4.3 Kajian Aspek Sosial Kependudukan, Ekonomi, dan Budaya Kepadatan penduduk dapat menjelaskan jumlah penduduk per satuan unit wilayah. 4.3.1 Kajian Aspek Sosial Kependudukan Kabupaten Rokan Hulu merupakan kabupaten dengan kepadatan rata-rata sebesar 2 Karakteristik kependudukan meliputi perkembangan penduduk, komposisi 48 Jiwa/Km . Berdasarkan Tabel 4.6, kepadatan tiap kecamatan di Kabupaten penduduk, dan ketenagakerjaan. Rokan Hulu hampir seluruhnya meningkat setiap tahunnya, kecuali Kecamatan Tandun dan Bangun Purba yang mengalami penurunan tingkat kepadatan 2 a. Perkembangan Penduduk penduduk per Km . Dalam kurun waktu 2002 - 2005, Kecamatan Ujung Batu dan Jumlah penduduk Kabupaten Rokan Hulu dari interval tahun 2002 ke tahun 2005 Kecamatan Rambah Hilir memiliki kepadatan tertinggi dengan angka kepadatan 342 2 2 meningkat, begitu juga dengan jumlah penduduk per kecamatan secara umum, jiwa/Km dan 101 jiwa/Km , jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kepadatan kecuali Kecamatan Tandun dan Bangun Purba. Jumlah penduduk tiap kecamatan Kabupaten Rokan Hulu. Kecamatan yang memiliki kepadatan melebihi kepadatan

LAPORAN AKHIR IV-13 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Kabupaten Rokan Hulu secara keseluruhan selain kedua kecamatan tersebut 15 – 19 20 - 29 40 - 44 45 - 54 No. Kecamatan adalah Kecamatan Rambah Samo, Rambah, Bangun Purba, dan Tambusai Utara. L P L P L P L P 10 Tambusai Utara 0 0 1 0 51 82 17 20 Laju pertumbuhan penduduk rata-rata di Kabupaten Rokan Hulu pada tahun 2000 - 11 Kepenuhan 0 0 3 10 72 86 18 32 2006 cukup tinggi yaitu sebesar 2,05 %. Tingkat pertumbuhan penduduk ini tidak 12 Kunto Darussalam 0 0 3 0 69 65 21 28 Tahun 2005 44 14 81 66 1,168 1,424 420 524 hanya disebabkan oleh pertumbuhan secara alamiah, tetapi juga karena pengaruh Tahun 2004 516 548 1,406 1,571 244 256 0 0 migrasi penduduk, terutama di beberapa wilayah Kabupaten Rokan Hulu yang Sumber: Kabupaten Rokan Hulu Dalam Angka, Tahun 2005 difungsikan untuk wilayah transmigrasi. c. Komposisi Penduduk b. Ketenagakerjaan Komposisi penduduk merupakan gambaran penduduk yang dibagi dalam kelompok-

Aspek ketenagakerjaan dalam kependudukan berkaitan dengan pembangunan kelompok tertentu yang memiliki karakteristik yang sama, misalnya berdasarkan ekonomi daerah dan jumlah penduduk miskin. Berdasarkan Tabel 3.7 dapat dilihat jenis kelamin dan kelompok umur (dependency ratio). Lebih jelasnya mengenai perbandingan jumlah pencari kerja dengan kelompok umur dan tingkat pendidikan komposisi jumlah penduduk Kabupaten Rokan Hulu berdasarkan jenis kelamin dan pencari kerja. kelompok umur dapat dilihat pada Tabel IV-8 dan Tabel IV-9.

Tabel IV-8 Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan di Kabupaten Rokan Hulu Dari tabel 3.7 dapat diketahui komposisi pencari kerja berkisar pada usia kelompok Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2005 produktif (15 - < 60 Tahun), dengan perbandingan jumlah pencari kerja perempuan Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio No. Kecamatan lebih banyak dibandingkan laki-laki. Adanya penurunan pencari kerja dari tahun (jiwa) (jiwa) (jiwa) (L/P) 2004 sampai tahun 2005 menunjukkan lapangan pekerjaan mampu menyerap 1 Rokan IV Koto 13.381 12.610 25.991 771 2 Tandun 11.641 12.033 23.674 -392 tenaga kerja untuk kelompok usia 15 – 30 tahun. Daya serap tenaga kerja 3 Kabun 7.935 7.467 15.402 468 kelompok usia > 30 tahun jauh lebih kecil dibandingkan daya serap tenaga kerja 4 Ujung Batu 14.758 14.686 29.444 72 5 Rambah Samo 10.694 9.969 20.663 725 kelompok usia < 30 tahun. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV-7. 6 Rambah 13.636 13.225 26.861 411 7 Rambah Hilir 14.025 14.336 28.361 -311 8 Bangun Purba 7.602 7.643 15.245 -41 Tabel IV-7 Jumlah Pencari Kerja Berdasarkan Kelompok Umur dan Tingkat Pendidikan Tahun 2005 9 Tambusai 12.545 12.305 24.850 240 10 Tambusai Utara 21.175 20.611 41.786 564 11 Kepenuhan 11.864 11.623 23.487 241 15 – 19 20 - 29 40 - 44 45 - 54 No. Kecamatan 12 Kunto Darussalam 25.310 22.855 48.165 2.455 L P L P L P L P Jumlah 164.566 159.464 424.929 5.204 1 Rokan IV Koto 13 2 12 9 84 64 22 28 Sumber: Laporan Kependudukan Dispencapil, Tahun 2004 2 Tandun 4 2 14 7 96 92 28 38 3 Kabun 1 1 2 0 69 89 30 34 4 Ujung Batu 0 0 6 8 173 175 44 73 5 Rambah Samo 1 0 12 3 86 175 18 45 6 Rambah 9 4 8 15 230 258 64 99 7 Rambah Hilir 2 4 3 2 108 122 26 40 8 Bangun Purba 0 0 12 8 54 112 15 46 9 Tambusai 3 1 5 4 76 104 17 40

LAPORAN AKHIR IV-14 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

4.3.2 Kajian Aspek Perekonomian 30,000 Kegiatan ekonomi suatu wilayah sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan 25,000

20,000 dan perkembangan suatu wilayah. Semakin tinggi tingkat intensitas dan skala 15,000 kegiatan ekonomi wilayah, maka semakin tinggi pula stimulan terhadap 10,000 Laki-Laki pertumbuhan dan perkembangan wilayah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 5,000 Perempuan merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat Jumlah Penduduk (jiwa) Penduduk Jumlah 0 perekonomian suatu wilayah dan mengetahui sektor-sektor yang dominan di wilayah tersebut.

Kecamatan Tabel IV-10 menunjukkan bahwa PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (PDRB ADHB) Gambar 4.7 Kabupaten Rokan Hulu tahun 2001 - 2005 pada umumnya mengalami peningkatan. Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan di Kabupaten Rokan Hulu Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2005 PDRB ADHB tahun 2002 meningkat sebesar 60,13 % berdasarkan PDRB ADHB Sumber: Tabel IV-8 tahun 2001, kemudian pada tahun 2003 meningkat sebesar 57,09 % berdasarkan

PDRB ADHB tahun 2002. Pada tahun 2004, PDRB ADHB meningkat sebesar 54,88 Data penduduk berdasarkan jenis kelamin di tiap kecamatan Kabupaten Rokan Hulu menunjukkan komposisi penduduk laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan % berdasarkan PDRB ADHB tahun 2003, kemudian pada tahun 2005 terjadi peningkatan PDRB ADHB sebesar 51,71 % berdasarkan PDRB ADHB tahun 2004. jumlah penduduk perempuan. Selisih jumlah laki-laki dan perempuan mencapai 2

%, artinya jumlah penduduk laki-laki jauh lebih banyak yakni sebesar 5.203 jiwa Tabel IV-10 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Rokan Hulu dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2001 – 2005 (Juta Rupiah)

Tahun Lapangan Usaha Tabel IV-9 menunjukkan penduduk Kabupaten Rokan Hulu paling banyak yaitu 2001 2002 2004 2004 2005 sebesar 63% termasuk ke dalam kelompok usia produktif (kelompok usia 15 – 64 Pertanian 1.028.827,86 1.725.595,21 2.435.756,56 2.948.295,12 3.689.760,17 Pertambangan & 172.658,79 172.978,05 181.358,78 213.192,74 301.809,90 tahun). Sedangkan penduduk yang paling sedikit berdasarkan kelompok usia Penggalian adalah penduduk kelompok usia > 65 tahun. Industri Pengolahan 303.689,41 479.076,79 604.057,72 743.830,28 870.912,30 Listrik, Gas Dan Air Bersih 1.094,76 1.355,06 1.788,53 2.086,65 2.361,63 Bangunan 56.286,36 69.656,33 81.784,89 93.891,06 106.040,42 Tabel IV-9 Jumlah Penduduk Tiap Kecamatan di Kabupaten Rokan Hulu Perdagangan, Hotel & 74.131,70 79.555,54 94.972,06 118.994,74 125.591,53 Berdasarkan kelompok Umur Tahun 2006 Restoran Angkutan Dan Komunikasi 34.372,55 39.281,23 44.917,17 54.854,39 58.764,73 Kelompok Umur Jumlah Penduduk (Jiwa) Keuangan, Persewaan Dan 23.288,05 32.076,78 38.910,60 48.981,21 55.583,73 0 - 14 136.835 Jasa Perusahaan 15 - 64 239.232 Jasa-Jasa 119.918,76 136.946,10 157.452,34 204.104,62 215.775,68 65 + 1.599 Total PDRB 1.814.268,24 2.746.521,09 4.640.998,65 4.428.240,81 4.555.687,79 Total 477.666 Sumber: Kabupaten Rokan Hulu Dalam Angka, Tahun 2005 Sumber: Profil Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2006

LAPORAN AKHIR IV-15 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Tabel IV-11 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 1% Pertanian 1% 2% 4% Kabupaten Rokan Hulu Tahun 1997 – 2002 (%) 2% Pertambangan & Penggalian Lapangan Usaha 1997 1998 1999 2000 2001 2002 0% Industri Pengolahan Pertanian 2,95 11,84 6,06 7,296,95 5,37 16% Pertambangan & Penggalian 19,26 3,38 2,47 4,53 9,88 8,18 Listrik, Gas Dan Air Industri Pengolahan 9,39 -16,04 0,01 10,20 7,15 17,21 Bersih Listrik, Gas Dan Air Bersih 4,54 14,24 6,01 1,65 5,14 5,67 Bangunan Bangunan 1,77 -30,69 -0,98 8,908,86 5,69 Perdagangan, Hotel & Restoran 7,50 -8,64 -4,33 1,75 4,66 4,35 Angkutan Dan Komunikasi 12,72 -0,48 2,44 4,47 5,65 6,65 Perdagangan, Hotel & 6% Keuangan, Persewaan Dan Restoran 7,94 -5,13 -2,75 0,68 5,77 3,29 Jasa Perusahaan Angkutan Dan Jasa-Jasa 1,67 -0,01 5,17 2,073,98 6,25 68% Komunikasi Total PDRB 5,16 -0,14 4,14 6,04 6,54 6,74 Keuangan, Persewaan Sumber: Pendapatan Regional Kabupaten Rokan Hulu Tahun 1997 – 2002 Dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa

Gambar 4.8 Berdasarkan hasil analisis PDRB Kabupaten Rokan Hulu, sektor basis Kabupaten Persentase Kontribusi Masing-Masing Sektor Terhadap Rokan Hulu adalah sektor pertanian dan industri pengolahan. Sektor pertambangan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2005 dan penggalian, sektor jasa-jasa, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran juga Sumber: Tabel IV-10 potensial. Namun LPE ketiga sektor tersebut mengalami peningkatan yang tidak

signifikan dan relatif stabil, bahkan terjadi penurunan laju pertumbuhan pada sektor Gambar 4.8 menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan penyumbang perdagangan, hotel dan restoran. Sektor keuangan, persewaan dan jasa terbesar pada PDRB ADHB Kabupaten Rokan Hulu tahun 2005 yaitu sebesar 68 %. perusahaan mengalami penurunan yang signifikan pada tahun 1997 - 1999 namun Sektor kedua terbesar penyumbang PDRB ADHB Kabupaten Rokan Hulu tahun bangkit kembali pada tahun 2000 dan mengalami peningkatan yang sangat pesat di 2005 adalah industri pengolahan sebesar 16 %. Sektor pertambangan dan tahun 2001. penggalian sebesar 6 %, sektor jasa-jasa sebesar 4 %, serta sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 2 %. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian dan Tahun 2003 - 2005 terjadi peningkatan pendapatan perkapita yang cukup signifikan, industri pengolahan sebagai sektor basis yang sangat potensial untuk yaitu hampir Rp. 2.000.000 tiap tahunnya. PDRB perkapita Kabupaten Rokan Hulu dikembangkan di Kabupaten Rokan Hulu. tahun 2005 adalah sebesar Rp. 14.250.000, artinya secara rata-rata setiap

penduduk Kabupaten Rokan Hulu memberikan kontribusinya dalam perekonomian Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Rokan Hulu tahun 1997 adalah sebesar Rp. 14.250.000. Peningkatan pendapatan perkapita ini menunjukkan 5,16%, kemudian pada tahun 2002 angka LPE mengalami peningkatan menjadi tingkat perekonomian Kabupaten Rokan Hulu yang tinggi walaupun terjadi 6,74%. Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi secara garis besar pada semua peningkatan jumlah penduduk. sektor dalam kurun waktu 5 tahun (2001-2005) menunjukkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Rokan Hulu dalam kondisi baik.

LAPORAN AKHIR IV-16 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Tabel IV-12 PDRB Perkapita Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2004-2005 kemampuan mempertahankan serta melestarikan adat dan budaya untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. PDRB ADHB PDRB Perkapita Tahun (Jutaan Rupiah) (Juta Rupiah) 2003 3.640.998,65 10,31 2004 4.428.230,81 12,07 Budaya Rokan Hulu adalah budaya Melayu yang berpegang pada kepercayaan dan 2005 4.555.687,79 14,25 kelembagaan Islam. Masyarakat Melayu di Kabupaten Rokan Hulu dikenal sebagai Sumber: Kabupaten Rokan Hulu Dalam Angka Tahun 2001 - 2005 Orang Melayu Daratan, dimana masyarakatnya bertempat tinggal di sekitar Kaki Bukit Barisan yang berbatasan secara langsung dengan Sumatera Barat dan Tapanuli Selatan. Suku daerah Rokan Hulu adalah Suku Bonai dan Sakai. Seiring 5000000 4500000 perkembangan wilayah yang berpengaruh pada peningkatan pergerakan, 4000000 mempengaruhi karakteristik penduduk di Kabupaten Rokan Hulu yang terdiri dari 3500000 etnis yang semakin beragam, misalnya: Melayu, Mandahiling, Minangkabau, Sunda, 3000000 Tahun dan Jawa. Namun hal ini tidak menjadi kendala dalam upaya mempertahankan 2500000 Jumlah PDRB 2000000 keaslian budaya dan adat istiadat Rokan Hulu. ADHB 1500000 1000000 a. Kajian Sejarah Rokan Hulu 500000 0 Sejarah kerajaan di Rokan Hulu diawali dengan berdirinya Kerajaan Rokan Tua 2003 2004 2005 pada Abad ke-13. Setelah runtuhnya Kerajaan Rokan Tua, maka mulai terbentuk kerajaan-kerajaan otonom di Rokan Hulu yang terbagi dalam lima luhak (daerah Gambar 4.9 PDRB Perkapita Kabupaten Rokan Hulu Tahun 2004-2005 kekuasaan) yaitu: Sumber: Tabel IV-12

4.3.3 Kajian Aspek Budaya Rokan Hulu Wilayah Rokan Kanan, terdiri dari: Kabupaten Rokan Hulu dijuluki sebagai ‘Negeri Seribu Suluk’, hal ini terkait dengan - Kerajaan Tambusai, ibu negerinya Dalu-Dalu fakta bahwa masyarakat Rokan Hulu banyak yang mendalami agama Islam dengan - Kerajaan Rambah, ibu negerinya Pasir Pengarayan melakukan tharekat atau Suluk yang pelaksanaannya dilakukan di -surau atau - Kerajaan Kepenuhan, ibu negerinya Kota Tengah madrasah Suluk. Julukan ‘Negeri Seribu Suluk’ sejalan dengan penetapan arti harfiah Suluk berdasarkan Keputusan Bupati Rokan Hulu Nomor SE/01/SOS/2004 Wilayah Rokan Kiri, terdiri dari: yaitu: Sholeh, Unggul, Luhur, Ukhuwah/Persaudaraan, Keikhlasan dan - Kerajaan IV Koto, ibu negerinya Rokan Kesederhanaan. Kemudian dijabarkan secara lebih lanjut dalam arti: upaya - Kerajaan Kunto Darussalam, ibu negerinya Kota Lama, dan pengembangan wilayah yang berdasarkan pada sistem yang baik (Good - Kampung Kewalian Negeri Tandun dan Kabun Governance), memperhatikan upaya peningkatan dan pengembangan ekonomi wilayah, meningkatkan dan mempertahankan masyarakat yang memiliki Iman dan Taqwa serta kemampuan penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan

LAPORAN AKHIR IV-17 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Kampung Kewalian Negeri Tandun dan Kabun adalah kampung dari pemerintahan Rumah Pangka Balai yaitu tempat raja berdiam dan memerintah; Rumah Bogonjong Tapung Tiga Nenek yang sebelumnya dibawah kepemimpinan Kerajaan Kunto yaitu: tempat para menteri beraktivitas; Rumah Atok Ijuk yaitu: tempat para codiek Darussalam, dan dibawah kepemimpinan Kerajaan Siak Indrapura. pandai; dan Rumah Bolinggi yaitu: tempat para panglima.

Sistem pemerintahan kerajaan dipimpin oleh Raja dengan gelar Yang Dipertuan, masyarakat ditiap kerajaan dipimpin oleh kepala suku (induk suku), gabungan dari Gambar 4.10 tiap induk suku di seluruh wilayah Rokan Hulu dipimpin oleh Kotuo Pucuk atau Istana Rokan (Rumah Tinggi) terletak di desa Rokan IV Koto sekitar 46 km dari Pasir pendamping Raja dalam kerapatan adat. Pada masa penjajahan Hindia Belanda, Pengarayan. Istana Rokan adalah peninggalan kesultanan Nagari Tuo berumur secara administratif pengaturan kerajaan tersebut dilakukan oleh seorang 200 tahun. Istana dan beberapa rumah Kontseleur yang berkedudukan di Pasir Pengarayan. Pada masa kemerdekaan penduduk sekitar ini memiliki koleksi ukiran dan bentuk bangunan lama khas melayu Republik Indonesia sampai dengan tahun 1963, daerah masing-masing kerajaan (Rumah tinggi). Sumber: Profil Provinsi Riau tersebut (Luhak) ditingkatkan menjadi kecamatan yang dipimpin oleh seorang wedana yang berkedudukan di pasir Pengarayan. Berdasarkan kajian Arsitektur Tradisional Melayu Rokan Hulu diketahui bahwa Masyarakat adat yang tergabung dalam suku di Negeri Rokan Hulu berjumlah lebih bentuk rumah tradisional Rokan Hulu terdiri dari: Rumah Rakyat, Rumah Adat dari 168 suku yang terbagi dalam Lima Luhak dan dua Kewalian Negeri Tandun dan (terdiri dari: Rumah Rajo Pasak, Rumah Datuk Bendaharo, Rumah Kopalo Balai Kabun. Suku-suku tersebut diantaranya adalah: Suku Melayu, Ampu, Kuti, Kandang Kerapatan, Rumah Rajo-Rajo, Rumah Persukuan), Istana (Istano), Balai Kerapatan, Kopuh, Soborang, Pungkuik, Mais, Bonuo, Moniliang, Simajo Rokan, dan lain Mesjid, Rumah Suluk, Surau, Puri, Anjong, Behang (Pos Jaga), Rumah Tutupan sebagainya yang dalam masyarakat adat Rokan Hulu mereka disebut dengan istilah (Rumah Tahanan), Rumah Pasungan (Pengasingan Sakit Jiwa), Rumah URSIN (Urang Siko Nian). Masyarakat pendatang baru bisa disebut URSIN dengan Boasiangkan, Rumah Kopuk Padi, Rumah Losong Indiek, Rumah Koran (untuk cara masuk ke salah satu suku di Lima Luhak atau Dua Kewalian. memasang air enau), dan Rumah Apa (Tempat Pandai Besi).

b. Budaya Musik, Tata Cara Berpakaian, dan Bentuk Rumah Adat Berdasarkan jenis konstruksi bangunannya, Rumah Rakyat diklasifikasikan menjadi: Budaya Melayu yang sangat kental di daerah ini memberikan pengaruh terhadap (a) Rumah Samping, yaitu rumah yang dibangun dengan menggunakan tiang dari ciri khas musik daerah, berupa: musik gambus, rabbana, dan gendang zikir. Selain kayu bulat kemudian tiang tersebut diberi tongkat penyangga (rumah ladang); (b) itu, pengaruh budaya Melayu juga yang sangat kental dengan tata cara berpakaian Rumah Runjang, yaitu rumah di ladang yang diberi konstruksi kayu yang diikat masyarakat Rokan Hulu, berupa baju kurung bagi perempuan dan pakaian muslim dengan rotan; (c) Rumah Tiang Botanam, yaitu rumah yang dibuat dengan bagi laki-laki. Adapun tarian tradisional yang unik dan masih ada sampai saat ini menanam tiang kedalam tanah; dan (d) Rumah Bosondi, yaitu rumah yang adalah Tarian Lukah Gilo, Tarian Tahan Kulik, dan Tari Kwayang. Jenis bangunan tiangnya diberi alas semen. di Rokan Hulu berdasarkan fungsinya dikelompokkan menjadi 5 (lima) jenis, yaitu: Rumah Rajo, Rumah Adat, Rumah Suluk, Mesjid, dan Rumah Penduduk. Rumah Berdasarkan struktur ruang rumah tradisional, maka struktur ruang Rumah Rakyat Rajo dalam Kerajaan Rambah dikelompokkan dalam empat nama antara lain: tradisional Melayu Rokan Hulu terdiri dari: Halaman (Laman Rumah), Tapak

LAPORAN AKHIR IV-18 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Tangga (Tapak Jonjang), Beranda (Borando), Ruang Tamu (Sorompu), Ruang d. Kerajinan Keluarga (Rumah Tongah), Kamar Tidur (Biliek), Dapur (Sujuk), Tempat Air dan Kerajinan khas Rokan Hulu terbuat dari berbagai macam bahan baku seperti: Kayu, Tempat Mencuci Peralatan Dapur (Jambuo), Rumah Tambah untuk Anak Gadis Rotan, dan Pandan. Adapun jenis kerajinan ini berupa: meja, kursi, alat dapur dari (Paleh), dan Rumah Tambah (Ubong). pohon kelapa, hiasan rumah tangga, peralatan rumah tangga, miniatur peralatan rumah tangga (misalnya: Ragow, Ringko, dll), Tikar, Keranjang Rotan, Tikar Bentuk dan jenis atap Rumah Tradisional Melayu Rokan Hulu antara lain adalah: Pandan, Tas Pandan, dan Tempat Beras (Kelamai). Bumbungan Panjang dengan Atap Lipek Kajang, Lipek Kajang, Lipek Kajang Bolipek, Bubungan Lontiek, Bubungan Limo, Bubungan Lapan, Bubungan Popek e. Oleh-Oleh Khas Rokan Hulu Gantang, Gajah Monyusu, Gajah Boimba, Jalo Momumpun, Pisang Sosikek, Kondisi hidrologi Rokan Hulu mempengaruhi oleh-oleh khas Rokan Hulu berupa Lontiek Solari, Lontiek Solari Bolipek, Bolegan, Kreben, Kubah, dan Gubah. Ikan Salai yang sudah terkenal, Ikan Salai Motan, Baung, Tapah, Umbuik-Umbuik, Limbek, dan Ikan Asin Sengarek. Selain itu ada pula Gula Enau (Gula Aren) yang c. Makanan Khas Daerah Rokan Hulu merupakan makanan favorit orang Jepang, nilai lebih lainnya adalah selain Kondisi alam juga mempengaruhi jenis makanan khas daerah, misalnya adanya menikmati hasil produksi Gula Aren, proses produksinya pun dapat dilihat. sungai besar di Kabupaten Rokan Hulu mempengaruhi jenis makanan yang bahan bakunya berasal dari ikan-ikan besar seperti: Gulai Ikan Baung, Ikan Tapah, Gulai 4.4 Kajian Potensi Wisata Kabupaten Rokan Hulu Lingkitang (Lingkitang adalah sejenis siput air yang ukurannya kecil tetapi memiliki Kabupaten Rokan Hulu memiliki potensi wisata yang sangat beragam, hal ini dapat nilai gizi yang tinggi). Selain itu konsumsi buah Durian yang diolah menjadi dimanfaatkan sebagai upaya mempertahankan fungsi lindung kawasan bersejarah hidangan utama dengan kombinasi bahan makanan lainnya, seperti: Asam Pedas Rokan Hulu. Adapun objek-objek wisata tersebut adalah: Asam Durian, dan Kokek Asam Durian. ƒ Benteng Tujuh Lapis, Benteng Tujuh Lapis dibangun tahun 1835, dan merupakan bukti sejarah perjuangan Tuanku Tambusai. Benteng ini terletak Kekayaan alam seperti hutan mempengaruhi jenis makanan, dimana dedaunan di Kelurahan Dalu-Dalu Kecamatan Tambusai. hutan digunakan sebagai santapan makan siang seperti: Gulai Pucuk Ubi Tumbuk ƒ Air Panas di Pawan, Air Panas di Pawan merupakan objek wisata air panas Ikan Salai, dan Anyang Ratuih yaitu Anyang yang dilengkapi lebih dari seratus yang terletak di Kecamatan Rambah. daun-daun dan pucuk-pucuk dedaunan hutan. Jenis minuman yang khas di daerah ƒ Goa Huta Sikafir, Berada sekitar 1 Km dari Sumber Air Pawan, di tempat ini ini adalah Salam yaitu: Kuini atau Macang yang diiris-iris kemudian diberi santan dapat dijumpai hutan dengan kayu-kayu besar, yang dililit oleh urat-urat dan gula secukupnya (di Kepulauan disebut Laksamana Mengamuk), kayu hawa (Sulur). Didalam kawasan hutan 6 hektar inilah terdapat 41 goa- Jandopulangan yaitu sejenis minuman air kelapa muda yang dipanaskan, dicampur goa besar dan kecil yang setiap goa memiliki nama yang sesuai dengan dengan daging dalamnya kemudian didinginkan. Jenis makanan ringan (kue-kue) kondisi goa, seperti: Goa Landak, goa ini seperti lobang sarang landak; Goa yang khas dari daerah ini adalah: Lopek Pegu, Lopek Buluh, Lopek Buah Takuo, Tupai seperti parit yang panjang tidak terlalu sempit. Dari sekian banyak goa Kosidah, Lopek Panggang, Goreng Lingka, Kolamai Gegek, Wajik, Itak Kolamai, yang terkenal keindahannya ialah Goa Mata Dewa dan Goa Lepong, serta Lopek Bugih, Sarang Rabai (Bekang), Putilamandi, Buah Molako, Buah Klopong, Goa Kulam. Goa-goa ini cukup membuat anda lelah berpetualang Caco Labu Cino, dan Lalaju.

LAPORAN AKHIR IV-19 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

didalamnya bersama pemandu yang telah siap melayani jasa pramuwisata sebuah dongeng tentang sumpah seorang yang sakti terhadap kampung di Huta Sikafir. yang durhaka tidak menjalankan syariat Islam hingga satu kampung ƒ Istana Kerajaan Rokan Hulu, Istana Kerajaan Rokan Hulu terletak di disumpah menjadi batu. Dekat daerah ini terdapat sebuah kampung yang

Kecamatan IV Koto sekitar 46 km dari Pasir Pengarayan, dibangun pada terisolir dari modernisasi tempat ini dikenal orang dengan Desa Tanjung

abad 17 M dan merupakan peninggalan bersejarah Kerajaan Rokan. Botong. ƒ Air Terjun Aek Martua, Terletak di kawasan pegunungan Bukit Barisan, air ƒ Makam Raja-Raja Rambah, terletak di Desa Kumu sekitar 9 km dari Pasir terjun ini terdiri dari tiga tingkat. Pengarayan dan masuk sekitar 100 meter dari jalan propinsi dengan kondisi ƒ Taman Nasional Bukit Suligi, Luas Taman Nasional Bukit Suligi kurang jalan semenisasi. Daerah ini adalah bekas kompleks Kerajaan Rambah yang lebih 3000 Ha, terletak antara Kecamatan Tandun dan Kecamatan Rokan IV terakhir, terdapat beberapa makam Raja Rambah yang terkenal. Masuk ke Koto. Di dalam hutan ini banyak dijumpai goa-goa kecil dan binatang- tempat ini berkesan suasana angker dikarenakan makam-makam telah binatang seperti: Rusa, Kijang, Beruang, dan lain-lain. ditumbuhi kayu-kayu besar, ada salah satu makam Raja Rambah yang ƒ Goa Mata Dewa, Terletak di Desa Pawan Kecamatan Rambah, Goa Mata dilindungi oleh urat-urat kayu ara sehingga makam tersebut seperti terletak Dewa memiliki dua lubang goa yang saling berhubungan, dalam goa ini di dalam pangkal kayu sehingga para peziarah melihat makam harus kurang lebih sepuluh meter. merunduk masuk kedalam jalinan urat kayu ara tersebut. ƒ Bendungan Cipogas, Terletak di Desa Kaiti Kecamatan Rambah, yang ƒ Mesjid Tua Kunto Darussalam, terletak sekitar 62 km dari Pasir berada di kaki Pegunungan Bukit Barisan. Pengarayan yang didirikan pada tahun 1937 oleh R.T. Muhammad Alie dan ƒ Danau Ombak, Terletak di Kecamatan Kunto Darussalam. terdapat 3 makam ahli Suluk (Khalifah) Tengku Imam Khalifah Muda dan ƒ Batu Pemandian, Terletak di Kecamatan Kabun. Imam Nawawi. Mesjid Tua Kunto Darussalam ini sebagai pusat Tarkat ƒ Sungai Bungo, adalah sebuah kampung dikaki Bukit Hadiantua dengan Syahbandiyah, dalam perkembangan selanjutnya dibangun bangunan suluk penduduk sekitar 30 Kepala Keluarga dengan pencaharian penduduk pada tahun 1958. berkebun, berladang, serta meramu hutan. Daerah yang asli perkampungan ƒ Wisata Air Sungai Rokan Kiri yang mengalir melintasi Kota Ujungbatu tanpa pengaruh modernisasi dan terisolir sekitar 1 jam perjalanan dari salah satu potensi untuk wisata air deras, atau wisata petualangan dengan Bendungan Cipogas. Tempat ini cocok dijadikan Ecotourism, dimana segala menggunakan boat ke hulu sungai yang deras dengan tebing-tebing sungai kegiatan yang memiliki sifat menjauhkan diri dari keramaian dan tidak yang cadas, sekaligus dapat menyaksikan hutan sekunder di sepanjang menuntut fasilitas yang baik, sifat berpetualang dan berkemah dipinggir sungai, sekitar 1 jam perjalanan akan jumpai Air Terjun Hujan Lobek di kampung, serta melihat rutinitas masyarakat. tebing sungai, dan di hulu sungai dapat dijumpai dua air terjun yang cukup ƒ Rumah Batu Serombou, terletak di Desa Serombou Indah sekitar 12 km tinggi yaitu: Air Terjun Sungai Murai Dan Air Terjun Sungai Tolang. dari jalan propinsi dengan kondisi jalan dapat dilalui kendaraan roda empat pada musim kemarau. Terdapat 3 batu berbentuk rumah secara radial Keseluruhan budaya dan ciri khas daerah ini memberikan karakteristik yang unik menonjol keluar seperti payung, bagian bawah menjorok berlobang, hutan dan dapat dijadikan nilai tambah terutama untuk pengembangan kegiatan dan bebatuan yang berbentuk binatang serta benda-benda rumah yang pariwisata. Lebih jelasnya mengenai sebaran potensi wisata di Kabupaten Rokan terlihat tidak jelas dan nyata (Gejala alam yang beraturan). Dikisahkan Hulu dapat dilihat pada Gambar 4.11.

LAPORAN AKHIR IV-20 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 4.11 PETA POTENSI LOKASI WISATA KABUPATEN ROKAN HULU

LAPORAN AKHIR IV-21 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

a. Topografi. Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis memiliki ketinggian hingga 159 m BBAABB VV dpl, dan tingkat kelerengan lahan berkisar antara 0 – 15 %. b. Jenis Tanah. Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis memiliki 2 (dua) jenis tanah KKAAJJIIAANN IINNTTEERRNNAALL:: yaitu: Tanah Gambut dan Lempung Pasiran. Jenis tanah ini kurang sesuai untuk KKAAJJIIAANN KKHHUUSSUUSS bangunan yang mempunyai beban berat, untuk bangunan bertingkat perlu dilakukan KKAAWWAASSAANN BBEERRSSEEJJAARRAAHH pemadatan tanah atau menggunakan teknik pondasi yang baik sesuai dengan kondisi tanah yang ada. BBEENNTTEENNGG TTUUJJUUHH LLAAPPIISS c. Geologi. Struktur geologi di Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis didominasi oleh 5.1 Kondisi Fisik Dasar jenis batuan struktur gunung api kuarter tua. Secara keseluruhan struktur geologi seperti Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis termasuk dalam wilayah administrasi Kota Dalu- ini memiliki tingkat kestabilan struktur batuan yang cukup tinggi terhadap dukungan Dalu yang termasuk kedalam hirarki kota orde II yang dibawahi oleh Kota Pasir Pengarayan pengembangan fisik diatasnya. yang merupakan kota orde I, sehingga Dalu-Dalu memiliki fungsi untuk mendukung Kota d. Hidrologi. Kondisi hidrologi di Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis didukung oleh Pasir Pengarayan. Kota Dalu-Dalu merupakan pusat pelayanan untuk Wilayah potensi air permukaan (sungai), air tanah dalam, air tanah dangkal, dan akuifer Pengembangan (WP) III yang mencakup: Kecamatan Tambusai dan Kecamatan Tambusai produktivitas tinggi. Kondisi seperti ini mampu memberikan dukungan yang baik Utara. terhadap ketersediaan air baku untuk kebutuhan air bersih, kegiatan pertanian, dan kegiatan perkotaan lainnya. Dalu-Dalu sebagai wilayah yang mencakup Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis e. Klimatologi. Curah hujan di Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis berkisar antara 2 memiliki luas wilayah sebesar 1.127,51 Km , dengan jarak ke Ibukota Kabupaten Rokan 2000 – 3000 mm/tahun, dengan suhu udara antara 220 – 270 C. Berdasarkan intensitas Hulu yaitu Pasir Pengarayan sejauh 33 Km. Kota Dalu-Dalu merupakan pusat kota curah hujan, maka Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis termasuk kedalam wilayah Kecamatan Tambusai dengan batas administratif sebagai berikut: iklim tropis basah yang dapat mendukung upaya pengembangan wilayah. - Sebelah Utara : berbatasan dengan Kecamatan Tambusai Utara - Sebelah Barat : berbatasan dengan Provinsi Sumatera Utara Secara keseluruhan kondisi fisik dasar diatas sangat mendukung dalam upaya - Sebelah Timur : berbatasan dengan Kecamatan Kepenuhan pengembangan Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis. Tetapi, dalam pelaksanaannya - Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Rambah Hilir perlu tetap memperhatikan kelestarian lingkungan, termasuk memperhatikan kondisi hidrologi dan drainase perkotaan karena karaktersitik kelerengan lahan yang cenderung Upaya pengembangan Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis yang berada di kota datar yakni 0 – 15 %. kecamatan (Dalu-Dalu) perlu memperhatikan aspek daya dukung lahan. Karakteristik fisik dasar yang terkait dengan daya dukung lahan Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis adalah sebagai berikut:

LAPORAN AKHIR V-1 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 5.1 PETA ADMINISTRASI IBUKOTA KECAMATAN TAMBUSAI (DALU-DALU)

LAPORAN AKHIR V-2 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

5.2 Kajian Kependudukan termasuk kedalam kelompok usia 30 – 44 tahun, dan 23 % atau 57 jiwa termasuk kedalam Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis yang termasuk wilayah administrasi Dalu-Dalu kelompok usia 45 – 54 tahun. (Ibukota Kecamatan Tambusai) memiliki jumlah penduduk sampai tahun 2005 sebanyak 40.515 jiwa, dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki sebesar 53 % atau 21.477 jiwa, Tabel V-2 Jumlah Pencari Kerja Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan di Kecamatan Tambusai Tahun 2005 dan perempuan sebesar 47 % atau 19.038 jiwa. Tingkat kepadatan penduduk di wilayah ini Tingkat Pendidikan 2 Sekolah adalah 40 jiwa/Km , artinya tingkat kepadatan penduduk termasuk dalam kategori tingkat Sekolah Jenis Lanjutan Sekolah Lanjutan Sarjana Sarjana kepadatan sedang dan sangat sesuai diarahkan sebagai pusat kegiatan BWK maupun sub Kelamin Tingkat Dasar (SD) Tingkat Atas Muda (Strata-I) Pertama pusat BWK. (SLTA) (SLTP) Laki-Laki 3 5 76 17 24 Perempuan 1 4 104 40 30 Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan penduduk di wilayah ini (Dalu-Dalu) Jumlah 4 9 180 57 54 adalah terdapatnya lokasi pusat pengembangan transmigrasi. Walaupun lokasi transmigrasi Sumber: Kabupaten Rokan Hulu Dalam Angka, Tahun 2005 berada diluar Dalu-Dalu, tetapi secara tidak langsung memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan mobilitas penduduk yang masuk dan keluar Dalu-Dalu. Adanya migrasi Tabel V-2 menunjukkan bahwa jumlah pencari kerja paling banyak (59 %) memiliki tingkat musiman yang datang dari daerah sekitar Dalu-Dalu dan Kabupaten Rokan Hulu sebagai pendidikan terakhir SLTA dengan komposisi terbesar adalah perempuan. pekerja perkebunan serta pedagang keliling turut mempengaruhi aspek pertumbuhan populasi wilayah perencanaan secara keseluruhan. 5.3 Kajian Aspek Perekonomian Dalu-Dalu memiliki potensi yang sangat besar terutama dalam sektor perkebunan kelapa Karakteristik penduduk dapat ditinjau dari tingkat jumlah pencari kerja berdasarkan sawit, karet, kelapa, dan kopi. Adapun jumlah produksi tanaman perkebunan (Berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Secara terperinci karakteristik Rangkuman Data Dasar Benteng Tujuh Lapis Tahun 2007) antara lain: produksi perkebunan penduduk ditinjau dari aspek ketenagakerjaan dijelaskan di bawah ini: kelapa sawit 232.576,7 ton, karet 47.357 ton, kelapa 96,8 ton, dan kopi sebanyak 86 ton. Nilai investasi komoditi perkebunan dan kehutanan sampai tahun 2005 adalah sebesar Rp. Tabel V-1 Jumlah Pencari Kerja Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin 3.563.851 juta rupiah, dan nilai produksi sebesar Rp. 4.316.867 juta rupiah. Hal ini di Kecamatan Tambusai Tahun 2005 menunjukkan potensi perekonomian di sektor ini sangat tinggi, oleh karena itu perlu Jenis Kelamin (jiwa) Kelompok Usia diupayakan penunjang kegiatan produksi maupun distribusi seperti sarana dan prasarana. Laki-Laki Perempuan 15 – 19 3 1 Selain sektor perkebunan dan kehutanan, industri di Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu) juga 20 – 29 5 4 potensial, diantaranya adalah: industri mesin dan kimia, industri aneka dan kehutanan. 30 – 44 76 104 45 – 54 17 40 Secara terperinci nilai investasi dan produksi kedua sektor potensial tersebut adalah sebagai Sumber: Kabupaten Rokan Hulu Dalam Angka, Tahun 2005 berikut:

Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah pencari kerja di Dalu-Dalu sebagai Ibukota

Kecamatan Tambusai sampai tahun 2005 adalah sebanyak 304 jiwa, dengan komposisi jumlah perempuan sebesar 60 % atau 149 jiwa dan jumlah laki-laki sebesar 40 % atau 101 jiwa. Ditinjau dari kelompok usia pencari kerja, sebesar 72 % atau 180 jiwa pencari kerja

LAPORAN AKHIR V-3 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Tabel V-3 Nilai Investasi dan Nilai Produksi Industri Berdasarkan Jenisnya di Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu) Tahun 2005 Gambar5.2

Moda Angkutan Becak Motor Jumlah Nilai Investasi Nilai Produksi yang Melayani Pergerakan Jenis Industri Internal Dalu-Dalu Unit Usaha (Rp.000) (Rp.000) Mesin dan Kimia 125 3.979.288 5.968.219 Aneka dan Kehutanan 29 847.334 968.512 Sumber: Kabupaten Rokan Hulu Dalam Angka, Tahun 2005

Pola kegiatan di Kawasan Dalu-Dalu cenderung mengikuti konsep ribbon development Gambar 5.3 dengan fungsi aktivitas perdagangan dan jasa, permukiman, pendidikan, kesehatan, dan Moda Angkutan Berupa Colt dan Pick Up yang pemerintahan. Hal ini tentunya perlu diantisipasi terkait dengan perkembangan Kawasan melayani pergerakan Internal Dalu-Dalu Dalu-Dalu sebagai Ibukota Kecamatan Tambusai dan wilayah yang berada pada poros perhubungan Lintas Tengah Pulau Sumatera, terutama dalam mendukung upaya pengembangan sektor pariwisata. Gambar 5.4 Moda Angkutan Bus Antar Kota Dalam Propinsi (AKDP) dan Antar Kota Antar Propinsi 5.4 Kajian Aksesibilitas dan Pola Pergerakan Kegiatan

Secara keseluruhan Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu) dilintasi jalan kabupaten sepanjang

135,16 Km, dan jalan propinsi sepanjang 48,74 Km. Letak wilayah Dalu-Dalu berada pada Pola pergerakan di Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu) sangat dipengaruhi oleh faktor jarak. poros perhubungan Lintas Tengah Pulau Sumatera yang memanjang dari Pekanbaru Pusat-pusat pergerakan tersebut umumnya berada pada interval jarak rata-rata 20 Km. Hal menuju Sumatera Utara, memberikan keuntungan aksesibilitas dengan wilayah sekitarnya. ini terlihat melalui pola pergerakan yang memiliki interaksi kuat antara Kecamatan Tambusai Adanya jalan raya utama (kolektor sekunder) yang menghubungkan Pekanbaru dan Medan (Dalu-Dalu) dengan pusat kecamatan lainnya (Sumber: RTRW Kabupaten Rokan Hulu yang melintas di wilayah ini merupakan salah satu keuntungan yang mampu menunjang Tahun 2000), antara lain: perkembangan sosial ekonomi, perdagangan, maupun pariwisata. ƒ Dalu-Dalu – Muara Rumbai

ƒ Dalu-Dalu – Pasir Pengarayan Aksesibilitas Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu) didukung pula oleh ketersediaan angkutan. ƒ Dalu-Dalu – Rantau Kasai Jenis dan jumlah angkutan darat bermotor di Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu) terdiri dari:

Bus sebanyak 9 unit, pick up sebanyak 38 unit, dan truk sebanyak 153 unit. 5.5 Kajian Aspek Prasarana dan Sarana

Prasarana dan sarana merupakan aspek penting dalam pengembangan wilayah. Hal ini

dimaksudkan untuk sinkronisasi dengan pengembangan sektor lainnya termasuk sektor

pariwisata.

LAPORAN AKHIR V-4 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

ƒ Prasarana Jalan dan Terminal. Panjang jalan di Kabupaten Rokan Hulu pada tahun Tabel V-4 menunjukkan jenis jalan kabupaten di Kecamatan Tambusai (Dalu-DaLu) sebesar 2005 adalah sepanjang 1.6240,48 Km. Adapun panjang jalan kabupaten yang 63 % (85,71 Km) masih berupa kerikil, sedangkan jenis permukaan aspal baru mencakup 34 menghubungkan Kecamatan Tambusai dengan daerah sekitarnya adalah 135,16 Km. % atau 45,95 Km. Kondisi jalan kabupaten di Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu) sepanjang Kondisi jalan kabupaten di Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu) berdasarkan jenis 45,60 Km (34 %) dalam kondisi rusak, 13,26 Km (10 %) dalam kondisi rusak berat, lainnya permukaan jalan adalah sebagai berikut: sebesar 40 % dalam kondisi sedang, dan hanya 16 % kondisi baik. Jalan propinsi di Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu) berdasarkan jenis permukaan jalan, sebesar 69 % (33,74 Tabel V-4 Panjang Jalan Kabupaten dan Jalan Propinsi Berdasarkan Jenis Km) berupa aspal dan 31 % (15 Km) berupa kerikil. Adapun kondisi jalan propinsi ini Permukaan Jalan di Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu) Tahun 2005 sebesar 82 % (40 Km) dalam kondisi baik, dan 12 % (8,74 Km) dalam kondisi rusak. Kondisi Panjang Jalan Persentase Jenis Permukaan Jalan (Km) (%) prasarana jalan perlu diperhatikan terkait dengan kebutuhan pengembangan wilayah yang Jalan Kabupaten perlu ditunjang oleh kondisi prasarana jalan. Aspal 45,95 34 Kerikil 85,71 63 Tanah 3,50 3 Jumlah 135,16 100 Jalan Propinsi Aspal 33,74 69 Kerikil 15,00 31 Jumlah 48,74 100 Sumber: Rokan Hulu Dalam Angka, Tahun 2005

LAPORAN AKHIR V-5 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 5.5 PETA AKSESIBILITAS & POLA PERGERAKAN IBUKOTA KECAMATAN TAMBUSAI (DALU-DALU)

LAPORAN AKHIR V-6 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 5.6 Kendala Aksesibiltas di Dalu-Dalu

LAPORAN AKHIR V-7 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Pola pergerakan di Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu) sangat dipengaruhi oleh faktor jarak. - Pembuangan air limbah (black water maupun green water) masih menggunakan Pusat-pusat pergerakan tersebut umumnya berada pada interval jarak rata-rata 20 Km. Hal sungai sebagai saluran pembuangan. Hal ini tentunya akan berdampak pada kualitas ini terlihat melalui pola pergerakan yang memiliki interaksi kuat antara Kecamatan Tambusai air, terutama karena sungai merupakan salah satu sumber air baku. (Dalu-Dalu) dengan pusat kecamatan lainnya (Sumber: RTRW Kabupaten Rokan Hulu - Kondisi aliran anak sungai maupun selokan banyak yang tidak terawat dan dipenuhi Tahun 2000), antara lain: oleh sampah, hal ini jika tidak diantisipasi tentunya akan berdampak pada kelancaran ƒ Dalu-Dalu – Muara Rumbai saluran dalam menampung debit limpasan air, baik air hujan maupun karena luapan ƒ Dalu-Dalu – Pasir Pengarayan sungai. ƒ Dalu-Dalu – Rantau Kasai ƒ Prasarana Air Bersih. Sumber air bersih di Dalu-Dalu adalah air sumur/air tanah dan Adapun permasalahan yang terkait dengan aspek prasarana jalan dan terminal di PDAM. Jumlah pelanggan PDAM sampai tahun 2007 (Berdasarkan Badan Pengelola Air Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu) antara lain: Bersih Unit Dalu-Dalu) adalah sebanyak 250 SR (Sambungan Rumah) atau baru - Hampir di sepanjang jalan belum terdapat trotoar, terutama Jalan Tambusai yang melayani 3 % dari total rumah tangga yang ada. Kapasitas produksi air bersih oleh termasuk kedalam hirarki Jalan Provinsi. Dimensi Jalan Tambusai yang melintasi PDAM adalah 20 L/dtk dari sumber air ke bangunan pengolahan (IPA), sedangkan Kawasan Dalu-Dalu memiliki lebar jalan 6 meter, dengan bahu jalan kiri kanan kapasitas distribusi yaitu sebanyak 10 L/dtk dengan menggunakan dua unit pompa, masing-masing 1 meter. Namun di sepanjang area Pasar Lama, bahu jalan masing-masing pompa memiliki kapasitas 5 L/dtk. Air bersih yang telah diolah dan berdimensi lebih besar, hal ini dikarenakan adanya aktivitas yang berada di dalam bak penampungan, kemudian dipompakan dan langsung didistribusikan beragam/permukiman, perdagangan dan jasa, dimana pola perkembangan yang kepada pelanggan. Adapun kendala teknis yang sering dihadapi dalam operasional terjadi adalah ribbon development. Dengan tidak adanya trotoar sebagai pendukung PDAM Unit Dalu-Dalu ialah sering terjadinya kerusakan pada mesin pompa produksi prasarana jalan tentunya akan sangat berpengaruh pada kelancaran arus karena usia mesin yang sudah tua. transportasi, serta keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan. - Tidak ada Garis Sempadan Bangunan (GSB) antara bangunan permukiman, maupun Sumber Instalasi Pengolahan Bak Penampungan Air Baku Air Bersih (IPA) Air Bersih perdagangan dan jasa dengan jalan utama.

- Tidak ada terminal untuk kebutuhan bongkar muat penumpang maupun barang. Kapasitas Produksi Air Kapasitas Distribusi 10 L/dtk Bongkar muat penumpang maupun barang sampai saat ini dilakukan di tempat 20 L/dtk

pemberhentian dan terminal bayangan. Hal ini akan berdampak pada kelancaran arus Pelanggan PDAM

lalu lintas, keamanan dan kenyamanan pengguna jalan. (User)

Gambar 5.7 ƒ Prasarana Drainase. Prasarana drainase Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu) masih Alur Distribusi Air Bersih oleh PDAM memanfaatkan saluran primer (Sungai Saosah), saluran sekunder (Sungai Toulan), dan

saluran tersier (saluran drainase sepanjang jalan berupa selokan). Permasalahan yang

dihadapi terkait dengan aspek ini adalah:

LAPORAN AKHIR V-8 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

ƒ Prasarana Persampahan Tingkat Atas (SLTA/Sederajat). Adapun jumlah sarana pendidikan berdasarkan Pengelolaan persampahan di Dalu-Dalu sampai tahun 2007 belum didukung dengan status negeri dan swasta di Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu) adalah sebagai keberadaan TPAS (Tempat Pembuangan Akhir Sampah) maupun ketersediaan penunjang berikut: lainnya seperti: Tempat Pembuangan Sampah Sementara (TPS), gerobak maupun truk sampah. Hal ini tentunya perlu diantisipasi untuk mendukung upaya pengembangan Tabel V-5Jumlah Sarana Pendidikan Berdasarkan Status Sekolah di Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu) Tahun 2005 wilayah.

Tingkat Pendidikan Status Sekolah Negeri (Unit) Swasta (Unit) ƒ Kajian Aspek Sarana di Kota Dalu-Dalu Taman Kanak-Kanak (TK) 0 4 - Perdagangan dan Jasa. Sarana perdagangan dan jasa mempengaruhi kegiatan Sekolah Dasar (SD) 25 0 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP/Sederajat) 2 3 perekonomian suatu wilayah. Berdasarkan data Kabupaten Rokan Hulu Dalam Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA/Sederajat) 1 1 Angka Tahun 2005, sarana perdagangan di Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu) terdiri Jumlah 28 8 Sumber: Rokan Hulu Dalam Angka, Tahun 2005 dari: Toko sebanyak 20 unit, dan Koperasi sebanyak 14 unit.

- Sarana Kesehatan. Sarana kesehatan di Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu) sampai

tahun 2005 dilayani oleh: 1 Unit Puskesmas, 2 Unit Puskesmas Pembantu, 1 Unit

Puskesmas Keliling, dan 30 Unit Posyandu.

- Sarana Pendidikan. Sarana pendidikan di Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu) terdiri

dari tingkatan Taman Kanak-Kanak (TK) sampai dengan tingkat Sekolah Lanjutan

LAPORAN AKHIR V-9 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 5.8 Permasalahan Prasarana Jalan dan Terminal di Dalu-Dalu

LAPORAN AKHIR V-10 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 5.9 Permasalahan Prasarana Drainase dan Air Bersih di Kota Dalu-Dalu

LAPORAN AKHIR V-11 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 5.10 Permasalahan Sistem Persampahan di Kota Dalu-Dalu

LAPORAN AKHIR V-12 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 5.11 PETA SEBARAN SARANA DI IBUKOTA KECAMATAN TAMBUSAI (DALU-DALU)

LAPORAN AKHIR V-13 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

5.6 Kajian Aspek Budaya Dalu-Dalu memiliki sumberdaya yang potensial dikembangkan berupa Kawasan Suaka Alam a. Identifikasi dan inventarisasi objek wisata potensial yang memiliki nilai jual, dan dan Cagar Budaya tepatnya berada di Kecamatan Tambusai, berupa: Benteng Tujuh Lapis, b. Melakukan penataan kawasan wisata melalui penyediaan fasilitas dan prasarana Situs Nisan Tembaga, dan Situs Mondang. Masyarakat adat di Dalu-Dalu terbagi menjadi pendukung sehingga memiliki daya tarik dan kenyamanan bagi pengunjung. dua kelompok, salah satunya yaitu: Sibah Lua atau Suku Nan Sembilan yang memakai adat Sumondo Perpatih Nan Sobatang, dikepalai oleh seorang Datuk Benahara dari Melayu. Kawasan Bersejarah di Sekitar Benteng Tujuh Lapis yang termasuk wilayah administrasi Adapun suku Nan Sembilan terdiri dari: Dalu-Dalu memiliki potensi berupa daya tarik wisata yang memiliki nilai sejarah tinggi. Hal ini - Suku Melayu gelar Datuk Pusako Rangkayo Naro didukung dengan kondisi letak wilayah yang berada pada poros perhubungan Lintas Tengah - Suku Ampu gelar Datuk Sinaro Mudo Pulau Sumatera yang memanjang dari Pekanbaru menuju Sumatera Utara, memberikan - Suku Kuti gelar Datuk Paduko Jo Sianso atau Datuk Paduko Laksmano atau Datuk keuntungan aksesibilitas dengan wilayah sekitarnya. Paduko Jo Lelo - Suku Kandang Kopuh gekar Datuk Kutianso Kawasan Bersejarah di wilayah ini merupakan kawasan bersejarah yang memiliki lebih dari - Suku Soborang gelar Datuk Rangkayo Maharajo satu daya tarik wisata tetapi secara keseluruhan tiap objek bersejarah ini memiliki - Suku Pungkuik gelar Datuk Rangkayo Morajo keterkaitan. Adapun potensi objek wisata yang terdapat di wilayah ini adalah sebagai berikut: - Suku Mais gelar Datuk Tomogong Kayo ƒ Benteng Tujuh Lapis Tuanku Tambusai dengan luas area 4 Ha - Suku Bonuo gelar Datuk Bonuo Ampo ƒ Benteng Talikumain Tuanku Tambusai - Suku Moniliang gelar Datuk Paduko Tuo ƒ Benteng Kubu Baling-Baling Tuanku Tambusai ƒ Benteng Godong Tuanku Tambusai Adapun kekerabatan antara suku Nan Sembilan adalah sebagai berikut: ƒ Masjid Jami’ yang merupakan masjid tertua bekas areal Istana Raja Tambusai yang - Suku Melayu dengan Suku Mais dan Moniliang, terbakar - Suku Bonuo dengan Suku Ampu, ƒ Pasar Lama Dalu-Dalu yang dibangun pada awal abad 20 - Suku Pungkuik dengan Kanang Kopuh, dan ƒ Pemakaman Umum, yang semula merupakan tempat pemakaman Prajurit Tuanku - Suku Kuti dengan Suku Soborang Tambusai ƒ Tempat pemakaman Raja-Raja Tambusai 5.7 Kajian Kawasan Bersejarah di Sekitar Kawasan Benteng Tujuh Lapis ƒ MTs yang merupakan sekolah agama pertama/PGA yang berdiri sejak tahun 1938 Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu) Tahun ƒ SDN 07 yang merupakan sekolah dasar pertama yang berdiri di Dalu-Dalu Anggaran 2002, dijelaskan bahwasanya pengembangan kawasan pariwisata pada ƒ Lapangan Sepak Bola Sultan Zainal Abidin hakekatnya diarahkan kepada pengembangan potensi wisata budaya berupa peninggalan sejarah. Upaya peningkatan potensi pariwisata ini perlu ditindaklanjuti dengan strategi- strategi sebagai berikut:

LAPORAN AKHIR V-14 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 5.12 PETA KAWASAN BERSEJARAH DI SEKITAR BENTENG TUJUH LAPIS

LAPORAN AKHIR V-15 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

5.8 Kajian Kawasan Benteng Tujuh Lapis Di Rao, M. Saleh melanjutkan syiar agama Islam bersama dengan sahabatnya (pemuda 5.8.1 Kajian Sejarah Perjalanan Perjuangan Tuanku Tambusai Batak) yang telah dikenal saat belajar ilmu agama bersama-sama di Rao yaitu Pongki Na 1. Tanah Kelahiran Tuanku Tambusai Ngolngolan/ (Menantu Yang Dipertuan Negeri Rao). Syiar agama mereka Tuanku Tambusai: dijuluki oleh Belanda sebagai De Padriesche Tijger Van Rokan mencakup daerah: Rao, Air Bangis, Padang Lawas, Padang Bolak, dan sebagainya. (Harimau Paderi dari Rokan). Beliau lahir di Kampar, Indonesia pada 5 November 1784. Pada saat perjalanan tugasnya ini, beliau banyak berkenalan dengan orang penting Pada usia 7 tahun mulai melanjutkan belajar ilmu agama kepada ulama-ulama (Haji Miskin, termasuk Huender (kebangsaan Belanda yang bertugas menyelidiki pengaruh Islam di Haji Sumanik, Haji Piobang, Tuanku Nan Renceh, dll) di Sumatera Barat. Minangkabau guna mengetahui pshicology penduduk daerah tersebut).

Jalur yang dilewati untuk belajar agama oleh Tuanku Tambusai dan Ayahnya (Imam Tahun 1819, Kerajaan Tambusai masih dipimpin oleh: Duli Yang Dipertuan Besar, tapi tugas Maulana Kali) sangat panjang dan sukar, terkadang harus menempuh dan mendaki gunung pemerintahan lebih banyak dipegang oleh Wazir (Perdana Menteri) yaitu: Tengku Sutan (antara Kerajaan Tambusai dengan Sumatera Barat dibatasi oleh Bukit Barisan). Tempat Mahmud. Sedangkan masalah keagamaan oleh Imam Maulana Kali (Ayah Tuanku belajar ajaran agama Islam Tuanku Tambusai yang pertama : di Bonjol, yang merupakan Tambusai). pusat gerakan ulama-ulama yang baru kembali dari Mekah. Gerakan ulama-ulama disini kemudian dikenal dengan Gerakan Paderi. Pada masa itu pula di Bonjol selalu terjadi M. Saleh kembali ke Dalu-Dalu (dipanggil oleh Duli Yang Dipertuan Besar untuk persengketaan-persengketaan kecil akibat reaksi Golongan Adat di Minangkabau terhadap menyelesaikan suatu masalah). Di Dalu-Dalu M. Saleh mengembangkan ajaran agama Gerakan Paderi, oleh karena itu, M. Saleh (Tuanku Tambusai) ditempatkan di Kubung 12 Islam dengan membuka perguruan membaca Al-quran, memberikan tablig-tabligh → upaya (Rao). syiar agama Islam di Dalu-Dalu tidak menghadapi kendala yang sangat berat (tidak ada konflik golongan agama dan golongan adat), kendala muncul karena hal pribadi (dengan 2. Masa Syiar Ajaran Agama Islam oleh Muhammad Saleh (Tuanku Tambusai) Wazir yaitu Tengku Sutan Mahmud) → hal ini menjadi salah satu faktor M. Saleh pindah dari Kemampuan M. Saleh menguasai ilmu Fiqih membuat beliau diberi gelar Pakih, sehingga Kampung Lama (masih dalam lingkup Negeri Dalu-Dalu) ke tempat agak hilir Batang dikenal sebagai Pakih Muhammad Saleh atau Pakih Saleh. Beliau kemudian dipercayai dan Sosah (saat ini adalah bagian hilir Pasar Dalu-Dalu), disini pula beliau mendirikan Surau. diberikan tugas untuk menyebarkan ajaran agama Islam di Toba (daerah yang paling sukar, karena kebanyakan penduduk masih menganut kepercayaan Pelbegu sebagai salah satu Pada masa yang sama, pertentangan Belanda dengan Kaum Paderi di Bonjol kian kepercayaan Animisme di Tanah Batak). Pada saat melaksanakan tugasnya, perjuangan meruncing (Belanda semakin menindas penduduk Bumi Putera/Indonesia melalui: pajak yang cukup berat karena harus berhadapan dengan misi pengembangan ajaran agama yang sangat tinggi, kerja rodi, dll), menyebabkan M. Saleh kembali ke Sumatera Barat (pusat Kristen Katholik dan Zending Protestan. kegiatan Kaum Paderi), pada saat yang sama (dengan pertimbangan situasi di Sumbar belum terlalu gawat) M. Saleh menunaikan ibadah Haji dan kembali ke Indonesia (Hindia Di Toba upaya syiar agama Islam oleh M. Saleh mendapat tantangan dari Golongan Belanda) dan menetap di Padang Lawas (tahun 1820). Di Mekah beliau bertemu dan Bangsawan. Puncaknya, beliau dituduh sebagai pengacau karena merombak tradisi dan belajar agama bersama dengan ulama yang berasal dari daerah sekitar Minangkabau, adat istiadat penduduk Tanah Batak, hal ini yang menyebabkan beliau kembali ke Rao untuk Tapanuli dan Riau, diantaranya ialah: Syeikh Ismail bin Abdullah al-Khalidi an-Naqsyabandi menghindari konflik yang berkepanjangan. dan lain-lain. Sama halnya dengan Tuanku Tambusai, di Mekah mereka termasuk murid Syeikh Daud bin Abdullah al-Fathani.

LAPORAN AKHIR V-16 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Konfilk golongan adat (termasuk raja dan bangsawan Minangkabau) dan Kaum Paderi Bansa, Tuanku Galung, Tuanku Lubuk Aur, Tuanku Padang Lawas, Tuanku Padang Luar, semakin meningkat, hal ini yang mempengaruhi golongan adat bersekutu dengan Belanda. Tuanku Kubu Ambelan dan Tuanku Kubu Sanang. Mereka disebut "Harimau nan Salapan" Tahun 1822 – 1825 perang mulai terjadi antara Belanda (yang telah menguasai Sumatera (Delapan Harimau). Tuanku Koto Tuo menolak saat ditunjuk menjadi ketua. Maka anaknya, Barat) dan Kaum Paderi di Tapanuli Selatan (Padang Lawas, tempat bermukim M. Saleh). Tuanku Mensiangan, yang memimpin kelompok tersebut. Sejak itu, ceramah-ceramah agama di masjid berisikan seruan untuk menjauhi maksiat tersebut. Perang Paderi berawal Tahun 1825, terjadi Perang (menyebabkan pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1803 yang dihidupkan oleh: Haji Miskin dari Pandai Sikat, Haji Sumanik dari Tiga mengerahkan sebagian kekuatan ke Pulau Jawa). Hal ini mempengaruhi Belanda merasa Belas Koto dan Haji Piobang dari Tanah Datar. butuh membuat perjanjian pada tanggal 15 November 1825 (di Rao) yang dikenal sebagai Perjanjian Padang (dengan perantara orang Arab yaitu Sayed Salim Ul Jufrie) antara Tahun 1830, M. Saleh (saat itu sudah bergelar Tuanku Tambusai) kembali ke Rao dari Belanda dengan Kaum Paderi (Kaum Paderi diwakili oleh Tuanku Nan Renceh dan Tuanku Padang Lawas (didampingi oleh: pasukan, sahabat dan penasihat pribadi yaitu Imam Perang Pasaman), isi perjanjian adalah: tidak akan ada lagi peperangan, namun pada kenyataannya Muhammad Jawi, dan ajudannya yaitu: Haji Muhammad ), dan bersama dengan peperangan tetap saja berkobar. Tuanku Rao berjuang melawan Belanda (saat itu Tuanku Tambusai diangkat sebagai Panglima Perang). Pertahanan di Rao diperkuat dengan mendirikan Benteng Rao 3. Masa Perjuangan Tuanku Tambusai (merupakan pintu gerbang tiga arah: Barat, ke Minangkabau, Timur, Tapanuli, dan Utara ke Perjuangan Tuanku Tambusai memiliki keterkaitan dengan perjuangan Kaum Paderi di Luhak Tambusai/Riau). Tuanku Rao (Pongki Nangolngolan Sinambela) adalah sahabat Bonjol (dipimpin oleh ). Peto Syarif yang lebih dikenal dengan Tuanku Tuanku Tambusai semasa belajar agama di Rao. Beliau adalah orang batak asli, keponakan Imam Bonjol dilahirkan pada tahun 1772 di Kampung Tanjung Bunga, Kabupaten Pasaman Sisingamangaraja X. Sumatra Barat. Ia dilahirkan dalam lingkungan agama. Mula-mula ia belajar agama dari ayahnya, Buya Nudin. Kemudian dari beberapa orang ulama lainya, seperti Tuanku Nan Tahun 1830 belanda memulai penyerangan mulai dari pertahanan Paderi di Naras Renceh. Imam Bonjol adalah pendiri negeri Bonjol (Sumber: Wikipedia, the free (Pariaman) yang dipertahankan oleh Tuanku Nan Cerdik, dan tahun 1832 dilanjutkan encyclopedia). dengan penyerangan ke Lintau dan Bukit Kamang. Kemunculan Tuanku Tambusai dengan Masyarakat Minangkabau telah memeluk ajaran Islam sejak Abad 16 atau bahkan pasukannya di bahagian utara terutama sekitar daerah Hulu Sungai Rokan menyebabkan sebelumnya. Namun hingga awal abad 19, masyarakat tetap melaksanakan adat yang Tuanku Imam Bonjol dapat bertahan dari serangan Belanda lebih lama karena pasukan berbau maksiat seperti judi, sabung ayam maupun mabuk-mabukan. Hal demikian Tuanku Imam Bonjol posisinya di bagian tengah. Taktik dan strategi perang diatur dua menimbulkan polemik antara Tuanku Koto Tuo (seorang ulama yang sangat disegani) bagian oleh Tuanku Rao dan Tuanku Tambusai. Tuanku Rao melalui Padangsidempana dan dengan para muridnya yang lebih radikal, terutama Tuanku nan Reneh. Tuanku Tambusai melalui Padanglawas, Gunung Tua, Bilah Panai berhimpun di Sipiruk. Mereka sepakat untuk memberantas maksiat. Hanya, caranya yang berbeda. Tuanku Koto Juli – September 1832, Belanda menyerang Rao → Oktober 1832, Tuanku Rao mundur ke Tuo menginginkan jalan lunak. Sedangkan Tuanku nan Reneh cenderung lebih tegas. Air Bangis, sedangkan Tuanku Tambusai dan pengikutnya mundur ke arah Barat (daerah Tuanku nan Reneh kemudian mendapat dukungan dari tiga orang yang baru pulang dari haji Mandailing) → Benteng Rao berubah nama menjadi Fort Amerongen (Benteng (1803) yang membawa paham puritan Wahabi. Mereka Haji Miskin dari Pandai Sikat, Haji Amerongen). Sumanik dari Delapan Kota, dan Haji Piobang dari Limapuluh Kota. Kalangan ini kemudian membentuk forum delapan pemuka masyarakat. Mereka adalah Tuanku nan Reneh, Tuanku

LAPORAN AKHIR V-17 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Tahun 1833, Tuanku Tambusai menyerang dan memusnahkan kekuasaan Belanda di Benteng kedua mulai dibangun di suatu tempat di sebelah Barat Dalu-Dalu di tanah Bonjol, dilanjutkan dengan penyerangan ke Benteng Amerongen → pada penyerangan ke ketinggian, benteng ini diberi nama Kubu Baling-Baling (kondisinya jauh lebih baik dan Benteng Amerongen, Tuanku Tambusai terpaksa menarik pasukannya dan mundur ke arah lebih besar daripada Kubu Talikemain). Barat menuju Angkola, di Angkola (penduduk asli daerah ini: orang mandahiling) beliau Benteng ketiga mulai dibangun dan diberi nama Kubu Gedung (kondisinya jauh lebih baik, menjadi orang penting sebagai seorang ulama besar, pemuka adat, dan intelektual, yang temboknya lebih tebal, dan lapangan di dalamnya lebih luas daripada Kubu Talikemain dan kemudian dimasukan dalam marga Harahap dan dikenal sebagai Ompu Baleo. Pasukannya Kubu Baling-Baling). di Mandahiling berasal dari: Berumun, Angkola, dan Batang Gadis. Pasukan baru dibentuk dan dipimpin oleh putera dari Sutan Guru Temiang XX, kemudian bergabung dengan seluruh Benteng keempat, adalah benteng terbesar dan terkuat yang diberi nama Benteng Aur pasukan lama Tuanku Tambusai. Dalam perang melawan penjajah Belanda itu di antara Berduri, dibangun di sebelah Timur dengan kondisi fisik: jasa besar Tuanku Tambusai, beliau dapat menyatupadukan tiga etnik iaitu - Area yang dikelilingi benteng sangat luas, cukup untuk mendirikan pekampungan Minangkabau/Rao, Melayu dan Mandailing. Bahawa mereka bersatu tekad dan semangat - Tembok yang mengelilinginya terdiri dari tujuh lapis, sangat tebal dan kuat bumi pusaka bukan milik bangsa penjajah. - Tiap-tiap lapis, dari yang pertama (paling luar) mempunyai pintu gerbang tersendiri dengan tutup yang dibuat dari papan tebal berlapis tiga, dipasang secara melintang dan Tahun 1834, Tuanku Tambusai (Ompu Baleo) memperkuat pertahanan dengan mendirikan membujur. Pintu ini diberi lubang (disebut: Lubang-Kumbang) sebagai tempat untuk Benteng mulai dari Mandahiling sampai ke Dalu-Dalu. Benteng di Dalu-Dalu merupakan mengintip atau mengeluarkan laras bedil untuk menembak. pertahanan terakhir sehingga Tuanku Tambusai beranjak pergi ke Dalu-Dalu (daerah - Tiap-tiap lapis memiliki rahasia tersendiri, baik mengenai letak tempat persenjataan, asalnya). persediaan makanan, dan lain-lain. Hal ini dilakukan agar misalnya: jika lapis luar dikuasai musuh, maka rahasia lapis kedua (letak tempat persenjataan, persediaan Perjalanan ke Dalu-Dalu dari Angkola dibagi menjadi dua pasukan, yaitu: pasukan berkuda makanan, dan lain-lain) tidak mudah diketahui musuh, karena berbeda dengan letak yang menuju Dalu-Dalu Lama melewati jalur: Padang Nunang → menyeberangi Sungai Asik, penyimpanan pada lapis pertama. dan terus ke Rumbai (bukan Rumbai Pekanbaru), sedangkan pasukan yang berjalan kaki - Tembok benteng diperkuat dengan duri-duri (sejenis bambu) yang ditanam sedemikian (Invanteri) melanjutkan perjalanan ke Rokan IV Koto dan Pasir Pengarayan. rapatnya sehingga tak mudah diterobos. - Di sekeliling benteng bagian paling luar, dikelilingi oleh parit yang memiliki kedalaman 10 Tuanku Tambusai bertempat di sekitar Batang Kuyuh dan mulai mendirikan benteng kecil meter, dengan tebing yang curam (dibuat agar musuh tidak mudah mendekati tembok yaitu Kubu Talikemain. Disaat yang sama Duli Yang Dipertuan Besar (Raja Tambusai) benteng untuk memanjat atau merusak aur duri yang padat. beserta keluarga telah mengosongkan kerajaan dan mengungsi ke arah Batang Panai - Didalam benteng yang luas didirikan rumah hingga berpuluh-puluh. (Sungai Daun). - Benteng ini berbentuk agak bundar.

Dari Batang Kuyuh Tuanku Tambusai bergerak ke hilir Batang Sosah dan menjadikannya Setelah selesai mengerjakan seluruh benteng, Tuanku Tambusai dan pasukannya kembali pangkalan, beliau menempati suraunya yang dulu di daerah ini. ke Padang Lawas melaui Gunung Intan. Di sepanjang jalan antara Dalu-Dalu didirikan benteng-benteng kecil, sedangkan di Gunung Intan didirikan benteng berukuran menengah, hal ini dilakukan oleh Tuanku Tambusai untuk menghadapi kemungkinan apabila kelak

LAPORAN AKHIR V-18 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

mereka terpaksa mundur. Perjalanan dilanjutkan ke Angkola → Berumun → Batang Tahun 1834 – 1838 Tuanku Tambusai dan pasukannya menetap di Dalu-Dalu (Benteng Gadis (dengan pertimbangan daerah ini daerah yang baik untuk mengembangkan Aur Berduri), dan berhasil menghalau Belanda yang berusaha meruntuhkan pertahanan pengaruh, menambah prajurit, dan jumlah persenjataan). Benteng Aur Berduri. Awal tahun 1835, Tuanku Tambusai dan 7000 pasukannya meninggalkan Batang Gadis April 1838, Belanda mengundurkan diri dari Dalu-Dalu menuju Sumatera Barat untuk menuju Portibi dan Siminiabun (wilayah Medan Barat dan Utara). Kerajaan Siminiabun menyusun strategi berikutnya → penduduk yang mengungsi di lingkungan Benteng Aur dipimpin oleh Yang Dipertuan Djumadil Alam sebagai raja dan panglima perang kota Berduri kembali beraktivitas dan bebas keluar kemana-mana → strategi Belanda sebelum tersebut (dahulunya Raja Portibi; Raja Siminiabun yaitu Datu Bange meninggalkan wilayah mundur ke Sumbar adalah menembakkan kepingan uang logam ke arah Benteng Aur Siminiabun karena menolak masuk ajaran agama Islam; Kerajaan Portibi sendiri dipimpin Berduri, hal ini menyebabkan banyak penduduk yang mengorek dan memotong rumpunan oleh putera Yang Dipertuan Djumadil Alam yaitu: Yang Dipertuan Muda Kali Alam. Portibi bambu aur berduri di sekitar lingkungan benteng. Karena hal ini, benteng dengan pagar aur dan Siminiabun kemudian bergabung menjadi satu kekuasaan militer tertinggi yang berdurinya pada beberapa bagian telah rusak dan menipis sehingga dapat diterobos dengan dipegang oleh Tuanku Tambusai. mudah.

Tahun 1837, Belanda berhasil melumpuhkan Bonjol dan menangkap Tuanku Imam Bonjol Tahun 1839, Belanda kembali dan berhasil menerobos lapis benteng pertama. Hari ke-19 (28 Oktober 1837). Penyerangan kemudian difokuskan ke wilayah pertahanan Tuanku Belanda berhasil menerobos lapis benteng ke tujuh. Tuanku Tambusai dan seluruh Tambusai di Siminiabun, disini Yang Dipertuan Djumadil Alam gugur → penyerangan terus- rombongannya segera meninggalkan benteng melalui pintu rahasia yang langsung menerus menyebabkan Tuanku Tambusai bergerak dan menarik pasukannya dari menuju Batang Sosah (salah satu cabang Sungai Rokan), melewati Sungai Toulan, Siminiabun menuju Portibi dan bergabung dengan Yang Dipertuan Muda Kali Alam (putera melanjutkan perjalanan ke arah hilir sungai, dan kemudian tiba di Sungai Rokan. Yang Dipertuan Djumadil Alam) Sebagian rombongan Tuanku Tambusai menetap di Rokan Tengah (sekarang adalah Tahun 1838, Tuanku Tambusai dan pasukannya meninggalkan Portibi menuju Kota Pinang, Kecamatan Tanah Putih) tepatnya di tepi kiri (dengan datarannya yang tinggi) dan tepi kanan dan kemudian bersatu dengan Yang Dipertuan Kota Pinang → upaya penyerangan terhadap (lahannya yang subur) Sungai Rokan. Penduduk yang menempati daerah ini dikenal sebagai Belanda di Kota Pinang dilakukan melalui empat kelompok, yaitu: Orang Tambusai Negeri Tinggi. Penduduk di bekas Kerajaan Tambusai yang terlebih dahulu - Pasukan yang dipimpin Kali Alam: pasukan ini kemudian terdesak ke hutan dan mundur tinggal di sepanjang Batang Sosah lebih dikenal sebagai Orang Tambusai Negeri Lama. ke arah Portibi Yang membedakan adalah kebiasaan Orang Tambusai Negeri Tinggi yang menempatkan - Pasukan yang dipimpin Yang Dipertuan Kota Pinang: terdesak dan mundur ke arah Barat nama warga ’Tambusai’ di akhir namanya. Rombongan Tuanku Tambusai lainnya menetap Kota Pinang di Rokan Hilir (sekarang adalah Kecamatan Bangko), daerah di Muara Sungai Rokan, - Pasukan yang dipimpin HM Saman: terdesak dan mundur ke Bukit Barisan, kemudian Dumai, daerah Sumatera Timur. Tuanku Tambusai beserta keluarga dan beberapa mendaku Bukit Simelembu dan menuju Dalu-Dalu pengikutnya menyeberang ke Semenanjung Malaka dan menetap di Rasah, Seremban, - Pasukan yang dipimpin Tuanku Tambusai dan pasukan IPM Jawi Bagian Negeri Sembilan, Malaysia. Beliau telah menyemaikan benih berjuang kepada Pasukan Tuanku Tambusai, IPM Jawi, dan HM Saman menuju Dalu-Dalu (untuk bangsa Melayu di Negeri Sembilan khususnya, dan Semenanjung umumnya yang dijajah menempati benteng-benteng yang telah dibangun sejak Tahun 1834) melalui Gunung oleh Inggris pada masa itu. Beliau meninggal dunia di Malaysia pada tahun 1882 dan Intan (18 Km dari Dalu-Dalu). dimakamkan di Rasah, Negeri Sembilan, Malaysia.

LAPORAN AKHIR V-19 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Rokan Hulu 4. Pahlawan Rokan Hulu (Selain Tuanku Tambusai) Negeri Seribu Suluk Arti Harfiah: Berlandaskan ajaran agama islam 1. Syekh Ismail (1809 – 1948) Penetapan arti harfiah Suluk berdasarkan Keputusan Bupati Rokan Hulu Nomor SE/01/SOS/2004 yaitu: Sholeh, Unggul, Luhur, Ukhuwah/Persaudaraan, Keikhlasan dan Lahir di Titian Gading Tapanuli Selatan. Pahlawan yang mengembangkan ajaran Kesederhanaan. Kemudian dijabarkan secara lebih lanjut dalam arti: Upaya pengembangan wilayah yang berdasarkan pada sistem yang baik (Good agama Islam di Rokan, upayanya membuka rumah suluk di Surau Gading, yang Governance), Memperhatikan upaya peningkatan dan pengembangan ekonomi wilayah, merupakan kampung terakhir perjalanan rombongan keluarganya dari Tapanuli Selatan Meningkatkan dan mempertahankan masyarakat yang memiliki Iman dan Taqwa serta kemampuan penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dan – Rambah. Kemampuan mempertahankan serta melestarikan adat dan budaya untuk mencapai kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.

2. Syekh Abdul Wahab Rokan (1811)

Sejarah Kerajaan di Rokan Hulu diawali dengan Lahir di Negeri Tinggi, Rokan Tengah. Pahlawan yang mengembangkan ajaran agama Kerajaan Rokan Tua (Abad ke-13) Pemimpin kerajaan: Raja dengan Islam di Rokan, salah satunya membangun Kampung Mesjid di wilayah Kubu, sebagai gelar Yang Dipertuan, dan ciri adat Melayu daerahnya disebut Luhak. basis bagi upaya menyebarkan ajaran agama Islam. Setelah Kerajaan Rokan Tua Runtuh, merupakan awal 3. Sultan Zainal Abidin (1854 – 1916) berdirinya kerajaan otonom, meliputi: Masyarakat di tiap Wilayah Rokan Kanan, terdiri dari: Kampung Kewalian Negeri Berasal dari Negeri Tinggi Adalah seorang raja dibawah pimpinan Sultan Tambusai Kerajaan Tambusai, ibu negerinya Dalu-Dalu Tandun dan Kabun adalah kerajaan dipimpin oleh Kerajaan Rambah, ibu negerinya Pasir Pengarayan pemerintahan yang dibentuk oleh XVI. Sultan Zainal Abidin terlibat dalam perjuangan melawan Belanda melalui Perang ( Kerajaan Kepenuhan, ibu negerinya Kota Tengah orang-orang yang berasal dari Wilayah Rokan Kiri, terdiri dari: Kerajaan Kunto Darussalam Kerajaan IV Koto, ibu negerinya Rokan Mondang Kumango (1887 – 1889). Riwayat perjuangan Sultan Zainal Abidin adalah Gabungan dari tiap induk suku di Kerajaan Kunto Darussalam, ibu negerinya Kota Lama, dan seluruh wilayah Rokan Hulu Kampung Kewalian Negeri Tandun dan Kabun sebagai berikut: dipimpin oleh Kotuo Pucuk/pendamping Raja dalam Tahun 1889 dinobatkan sebagai Raja Tambusai XVI kerapatan adat Tahun 1902 – 1904: berjuang merebut wilayah Rokan dari kekuasaan Belanda Kerajaan Tambusai Tahun 1904: ditangkap Belanda dan diinterogasi di Medan → dibawa ke Batavia →

Raja Yang Dipertuan Pemuka Agama Islam/Khadi Pemimpin Adat dipenjarakan di Pengangongan, Madiun. Imam Maulana Kali

5.8.2 Kondisi dan Permasalahan Kawasan Benteng Tujuh Lapis Tuanku Tambusai (Muhammad Saleh) Kawasan Benteng Tujuh Lapis merupakan Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya yang Gambar 5.13 memiliki nilai historis tinggi yang merupakan bentuk fisik perjuangan Tuanku Tambusai Kajian Historis Dalu-Dalu beserta pejuang lainnya, dan memiliki fungsi kawasan lindung. Berdasarkan Rangkuman

Data Dasar Benteng Tujuh Lapis Tahun 2007, Benteng Tujuh Lapis adalah benteng

tradisional yang dibuat oleh orang Melayu masa lalu. Benteng ini berbentuk segi empat,

terdiri dari parit yang dialiri air sungai dan benteng berbentuk gundukan tanah berupa

pematang dengan tinggi 8 – 11 meter.

Seiring perkembangan wilayah, maka terjadi pergeseran guna lahan maupun pengaruh

kondisi alam yang berdampak pada perubahan struktur bangunan objek bersejarah

Kawasan Benteng Tujuh Lapis. Pemanfaatan objek wisata Benteng Tujuh Lapis sampai saat

LAPORAN AKHIR V-20 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

ini bersifat multifungsi salah satunya adalah aktivitas permukiman. Kendala yang dihadapi dalam upaya pengembangan Benteng Tujuh Lapis sebagai kawasan lindung yang memiliki nilai sejarah tinggi adalah sebagai berikut: - Kondisi bangunan bersejarah berupa tujuh benteng tidak terawat, banyak ditumbuhi rumput liar dan sebagian bangunan benteng sebagai salah satu daya tarik utama telah hilang, baik karena dipugar maupun hilang karena terkikis air. - Jaringan drainase berupa parit tidak terawat dan tidak berfungsi dengan baik, karena telah dipenuhi oleh material sampah rumah tangga, maupun material pohon dan tanah/lumpur. - Upaya relokasi permukiman dari Benteng Tujuh Lapis ke lokasi baru di Jalan Veteran dengan luas lahan 5 Ha tidak optimal. Hal ini disebabkan karena lokasi permukiman baru yang diperuntukkan bagi warga yang tinggal di dalam area Benteng Tujuh Lapis belum dilengkapi dengan prasarana air bersih dan listrik, padahal upaya ini merupakan salah satu langkah dalam rencana pengembangan kawasan bersejarah Benteng Tujuh Lapis. - Kondisi jalan di dalam area Benteng Tujuh Lapis adalah baik, artinya mampu mendukung keamanan dan kenyamanan pejalan kaki. Namun, tidak terdapat lahan parkir yang memadai, hal ini akan berpengaruh pada keamanan dan kenyamanan pengunjung yang menggunakan kendaraan. - Tidak ada tempat pembuangan sampah (tong sampah, dll), sehingga kurang mendukung upaya untuk menjaga kebersihan di area benteng Tujuh lapis. - Tepat di samping area Benteng Tujuh Lapis terdapat Sungai Saosah. Kendala yang terjadi ialah air sering meluap ketika musim penghujan karena tidak ada konstruksi bangunan (tidak adanya Turap Penahan Air) yang mampu menahan luapan air sungai terutama di area yang hampir sejajar dengan mulut sungai, sehingga menggenangi sebagian areal Benteng Tujuh lapis. - Tidak terdapat toilet/WC umum sebagai salah satu sarana pendukung objek wisata.

LAPORAN AKHIR V-21 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Pig. a. Sketsa Benteng Tujuh La pis Tahun 1838 Pig. b. Sketsa Benteng Tujuh Lapis Tahun 2007

Gambar 5.14 (pig. a dan b) Perbandingan Kondisi Benteng Tujuh Lapis Tahun 1838 - 2007

LAPORAN AKHIR V-22 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

5.9 Kajian Tata Masa Bangunan

TATA MASSA BANGUNAN (3)

TATA MASSA BANGUNAN (1) TATA MASSA

MTS

A B Permukiman C D E Koridor jalan Suka damai F G H Koridor jalan Veteran I Koridor jl Veteran J

TATA MASSA BANGUNAN (4)

TATA MASSA BANGUNAN (2) TATA MASSA (C)

TATA MASSA

Simpang jalan taulan dan jalan transmigrasi Lingkungan kantor kecamatan

LAPORAN AKHIR V-23 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

TATA MASSA BANGUNAN (5) TATA MASSA BANGUNAN (7)

TATA MASSA TATA MASSA (F)

Koridor jl Veteran Lembaga Adat

TATA MASSA BANGUNAN (6) TATA MASSA BANGUNAN (8)

TATA MASSA TATA MASSA (G)

Lingkungan pasar lama Koridor jl tunku Tambusai

LAPORAN AKHIR V-24 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

TATA MASSA BANGUNAN (9) TATA MASSA BANGUNAN (11)

Jl.T.M.Yuda

TATA MASSA (H) TATA MASSA (J)

Masjid jami

Benteng Godong

TATA MASSA BANGUNAN (10) STREETSCAPES (1)

TATA MASSA (I)

A

B

C

Jl. Tuangku tanbusai

LAPORAN AKHIR V-25 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

STREETSCAPES (2) SEGMEN C Jl.Tm.Yuda (masjid Dimensi jalan ; SEGMEN A Dimensi jalan ; ƒBadan jalan : 6 m ƒBadan jalan : 3 m ƒBahu jalan : 4,5 m ƒBahu jalan : 0,8 m Street Funiture ; Street Funiture ƒLampu jalam ; ƒLampu jalam

Jl.Transmigrasi

5.10 Potensi Pengembangan Wisata Kabupaten Rokan Hulu memiliki potensi wisata yang sangat beragam. Objek-objek potensial pengembangan wisata di Rokan Hulu cenderung bersifat alami (rural natural tourisme) dan atau memiliki nilai historis yang sangat tinggi. Objek wisata potensial tersebut diantaranya adalah: STREETSCAPES (3) Jl.Veteran SEGMEN B ƒ Air Panas di Pawan Dimensi jalan ; ƒ Goa Huta Sikafir ƒBadan jalan : 6 m ƒ Istana Kerajaan Rokan Hulu ƒBahu jalan : Street ƒ Air Terjun Aek Martua Funiture ; ƒLamp jalam ƒ Taman Nasional Bukit Suligi Jl.Tuanku Tambusai (benteng)

Dimensi jalan ; ƒ Goa Mata Dewa ƒBadan jalan : 6 m ƒ Bendungan CipogasDanau Ombak Street ƒ Batu Pemandian Funiture ; S ƒLamp jalam ƒ Sungai Bungo Jl.Tuanku Tambusai (Pasar lama) Dimensi jalan ; ƒ Rumah Batu Serombou ƒBadan jalan : 6 m ƒ Makam Raja-Raja Rambah ƒBahu jalan : 45m Street ƒ Mesjid Tua Kunto Darussalam Funiture ; ƒ Wisata Air Sungai Rokan Kiri, dan ƒLamp jalam ƒ Benteng Tujuh Lapis, yang terletak di Kelurahan Dalu-Dalu Kecamatan Tambusai.

Kecamatan Tambusai, tepatnya wilayah ibukota kecamatan yaitu Dalu-Dalu merupakan salah

satu wilayah yang memiliki potensi pengembangan pariwisata, selain kondisi fisik dasar objek

wisata yang masih bersifat alami (natural) tetapi juga memiliki nilai historis yang tinggi. Potensi

wisata di Dalu-Dalu dapat dilihat melalui indikator jumlah pengunjung. Jumlah pengunjung objek

LAPORAN AKHIR V-26 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

wisata Benteng Tujuh Lapis dapat mencapai 3000 orang tiap tahun (sumber: Kantor Pariwisata Masalah • Keterkaitan fungsional yang belum optimal • Bangunan berasitektural lokal sudah hampir tidak ada Kabupaten Rokan Hulu). Selain aktivitas padat pengunjung pada masa-masa liburan (libur hari • Belum tersediannya fasilitas penunjang kegiatan cagar budaya raya, libur nasional), kawasan ini juga sering dimanfaatkan pada periode harian dan atau • Beberapa situs benteng sudah ”hilang” bentuk aslinya, dan saat ini posisinya berada diantara perumahan mingguan untuk kegiatan-kegiatan akademik sekolah yang berada di lingkup lokal Dalu-Dalu maupun daerah sekitarnya, dalam upaya meningkakan solidaritas dan kecintaan siswa/siswi Prospek • Penataannya lebih mudah karena ketersediaan lahan relatif luas dan belum ada bangunan lain di lokasi tersebut terhadap lingkungan. Aktivitas atau jenis kegiatan yang biasa dilakukan oleh pengunjung

kawasan bersejarah ini adalah: memanfaatkan view di dalam area Benteng Tujuh Lapis untuk b. Aksesibilitas berkumpul bersama keluarga, berkemah, dan kegiatan keagamaan seperti berdzikir bersama Potensi • Kawasan berada di Kabupaten Rokan Hulu yang berada pada Jalur Lintas Tengah yang biasa dilakukan di dalam Rumah Suluk di area Benteng Tujuh Lapis (Rumah Suluk dapat Sumatera • Kota Dalu-dalu berada pada posisi yang cukup strategis, yaitu berada pada jalur lintas memuat ± 40 orang), kegiatan dzikir bersama biasanya dilakukan menjelang dan atau pada saat regional yang menghubungkan kota-kota di Provinsi Riau dengan kota-kota di Bulan Ramadhan, dan empatpuluh hari menjelang Hari Raya Idul Adha. Sumatera Utara dan Sumatera Barat. • Ketersediaan sarana angkutan regional maupun lokal

Masalah • Belum ada terminal untuk kebutuhan bongkar muat penumpang maupun barang. Berdasarkan karakteristik tempat asal pengunjung objek wisata bersejarah Benteng Tujuh Bongkar muat penumpang maupun barang sampai saat ini dilakukan di tempat pemberhentian dan terminal bayangan. Lapis, pengunjung berasal dari wilayah lokal Dalu-Dalu dan luar daerah. Apresiasi masyarakat • Terjadinya pencampuran arus pergerakan lokal dengan regional lokal maupun regional terhadap keberadaan objek wisata bersejarah Benteng Tujuh Lapis ini Prospek • Dengan aksesibilitas yang bagus, dapat menarik pergerakan yang potensial ke belum didukung oleh konsep pengembangan kawasan wisata sejarah budaya. Lebih jelasnya Kawasan Bersejarah Benteng 7 Lapis

mengenai potensi dan masalah pengembangan kawasan dapat dilihat pada uraian selanjutnya. c. Prasarana 5.11 Analisis Potensi dan Permasalahan Potensi • Ketersedian air baku yang cukup baik untuk pengembangan prasarana air bersih Kajian potensi dan masalah wilayah perencanaan dapat dijadikan acuan untuk menghasilkan Masalah • Pembuangan air limbah masih menggunakan sungai sebagai saluran pembuangan prospek dan strategi pengembangan wilayah. Potensi dan masalah yang ada di Kawasan • Kondisi aliran anak sungai maupun selokan banyak yang tidak terawat dan dipenuhi oleh sampah Bersejarah Benteng Tujuh Lapis dapat dilihat pada tabel berikut. • Pengelolaan persampahan belum didukung dengan keberadaan TPAS maupun ketersediaan penunjang lainnya • Ketersediaan lahan parkir dan trotoar belum baik a. Penggunaan Lahan Prospek • Pembangunan prasarana kota yang baik akan mendukung pengembangan kawasan Potensi • Kawasan memiliki situs-situs sejarah yang penting

• Kawasan memiliki fungsi budaya yang potensial untuk dikembangkan • Lahan masih relatif kosong • Adanya Sungai Sousah yang dapat dimanfaatkan sebagai daya tarik kawasan yang dapat dikembangkan

LAPORAN AKHIR V-27 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Tabel V-6 Matriks SWOT Pengembangan Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis Opportunity Threat 1. Dikenalnya Benteng 7 lapis sebagai kawasan bersejarah 1. Banyaknya pendatang rentan terhadap konflik sosial dan budaya 2. Adanya kebutuhan alternatif tujuan wisata 2. Daya saing dari kawasan lain 3. Salah satu obyek wisata yang diprioritaskan untuk dikembangkan 3. Munculnya konflik dari kegiatan baru di Kabupaten Rokan Hulu Strength: 1. Memiliki situs-situs bersejarah di beberapa titik lokasi 1. Penguatan citra kawasan sebagai kawasan bersejarah (O1-S1) 1. Pengembangan kerjasama antara pemerintah provinsi dan 2. Memiliki fungsi budaya yang potensial untuk dikembangkan 2. Pengembangan kawasan bersejarah menjadi daerah tujuan wisata Kabupaten Rokan Hulu dalam pengembangan kegiatan dan 3. Ketersediaan lahan untuk pengembangan yang masih cukup luas (O1,2,3-S5,7,8) penataan obyek wisata (T2-O1,2,4) (lahan masih relatif kosong) 3. Promosi wisata kawasan bersejarah, budaya dan alam pada 2. Pemberdayaan masyarakat dalam program kegiatan budaya, 4. Adanya Sungai Sousah yang dapat dimanfaatkan sebagai daya tingkat lokal, regional maupun internasional (O1,2,3-S1,2,4) wisata dan penataan kawasan bersejarah (T1-S6) tarik kawasan yang dapat dikembangkan 4. Kerjasama pengembangan Budaya Melayu dan wisata dengan 3. Perancangan ruang terbuka publik (T1-S3) 5. Kawasan berada pada posisi yang strategis berada pada jalur Negara Serumpun (O1,2-S2,4) 4. Perlindungan sungai dari kerusakan fisik oleh lintas regional yang menghubungkan kota-kota di Provinsi Riau 5. Pengembangan program kegiatan budaya tepi/di atas air (O2-S4) pemanfaatan/kegiatan di badan sungai/penataan tepi air (T3,1-S4) dengan kota-kota di Sumatera Utara (jalur lintas tengah Sumatera) 6. Pemberdayaan masyarakat dalam program kegiatan budaya, 6. Adanya dukungan masyarakat untuk pelestarian situs bersejarah & wisata dan penataan kawasan bersejarah (O3-S6) pengembangan kawasan 7. Pelibatan masyarakat dalam pengawasan pemanfaatan ruang (O3- 7. Ketersediaan sarana angkutan regional maupun lokal S6) 8. Ketersediaan air baku yang cukup baik untuk pengembangan 8. Mengintegrasikan penataan kawasan bersejarah, kegiatan budaya parasarana air bersih dan penataan koridor Sungai Sousah serta kehidupan sosial budaya (O1,2,3-S4) Weakness: 1. Situs-situs bersejarah kondisinya tidak terawat dan beberapa 1. Perlindungan terhadap situs dan bangunan peninggalan sejarah 1. Penyusunan perangkat pengendalian pemanfaatan ruang (T3- sudah “hilang” bentuk aslinya, dan saat ini posisinya berada dan berarsitektur khas (O1,3-W1,2,3,4) W5) diantara perumahan 2. Sosialisasi program kegiatan pengembangan Kawasan Bersejarah 2. Perancangan ruang terbuka publik, sarana dan prasarana publik 2. Berdirinya beberapa bangunan “baru” di site/tapak benteng 7 lapis Benteng Tujuh Lapis (O3-W1,2) (T1-W6,7,8) 3. Bangunan berarsitektural lokal sudah hampir tidak ada 3. Pelatihan, pembinaan masyarakat untuk mendukung kegiatan 3. Pengembangan fasilitas pejalan kaki dan penataan sistem tautan 4. Keterkaitan fungsional di kawasan dan sekitarnya belum optimal wisata kawasan bersejarah, budaya dan alam (O3-W8) lainnya 5. Belum adanya perda bangunan untuk kawasan perencanaan 4. Pengembangan kegiatan pendukung, sarana dan prasarana serta 4. Mengembangkan struktur jaringan jalan kawasan 6. Belum tersediannya elemen rancang kota & fasilitas yang program wisata kawasan bersejarah, budaya dan alam (O3-W4) mendukung pengembangan kawasan 5. Strategi untuk pengembangan sistem jaringan dan sirkulasi (O3- 7. Ketersediaan sarana angkutan yang belum memadai W4) 8. Belum adanya prasarana terminal angkutan, yang ada sekarang ini 6. Pelibatan sektor swasta dalam penataan kawasan adalah terminal bayangan 9. Kualitas sumberdaya manusia yang belum mendukung pengembangan kawasan perencanaan

LAPORAN AKHIR V-28 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

• Menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang kegiatan wisata yang lengkapMenciptakan tujuan BBAABB VVII wisata baru, sebagai penunjang wisata budaya dan sejarah, untuk lebih meningkatkan KONSEP PENGEMBANGAN vitalitas kota. KONSEP PENGEMBANGAN KKAAWWAASSAANN BBEERRSSEEJJAARRAAHH 6.2 Strategi Pengembangan BBEENNTTEENNGG TTUUJJUUHH LLAAPPIISS Strategi pengembangan Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis merupakan hasil analisis potensi dan masalah wilayah. Strategi pengembangan Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis ini terdiri atas 2 (dua) strategi yang mencakup lingkup eksternal maupun internal. Berikut 6.1 Konsep Pengembangan adalah 2 (dua) strategi pengembangan Kawasan Benteng Tujuh Lapis: 6.1.1 Visi dan Misi 6.2.1. Strategi pengembangan kegiatan Visi dalam pengembangan Kota Dalu-Dalu adalah: “Kota Wisata Budaya dan Sejarah yang • Strategi untuk pengembangan kegiatan wisata yang meliputi: Berkelanjutan”. Visi ini dirumuskan dengan pertimbangan potensi yang dapat dikembangkan di – Pengembangan kerjasama antara pemerintah provinsi dan Kabupaten Rokan Kecamatan Dalu-Dalu, diantaranya adanya peninggalan bersejarah yaitu Benteng Tujuh Lapis Hulu dalam pengembangan kegiatan dan penataan obyek wisata. dan budaya daerah setempat yang dapat digali sebagai potensi wisata untuk meningkatkan – Promosi wisata kawasan bersejarah, budaya dan alam pada tingkat lokal, pengembangan Kecamatan Dalu-Dalu. Pernyataan berkelanjutan diangkat dengan harapan regional maupun internasional. Kecamatan Dalu-Dalu dapat terus berkembang dengan keseimbangan antara aktivitas, • Strategi untuk pengembangan kawasan bersejarah dan budaya, yang meliputi pembangunan fisik dan ekonomi yang memperhatikan ekologi, budaya dan sejarah kawasan. – Penguatan citra kawasan sebagai kawasan bersejarah. Sementara Misi yang akan menunjang visi tersebut adalah “untuk menciptakan kota wisata – Kerjasama pengembangan Budaya Melayu dan wisata dengan Negara yang mengutamakan budaya, sejarah dan ekologi dalam pembangunan kawasannya”. serumpun. – Perlindungan bangunan peninggalan sejarah dan berarsitektur khas. 6.1.2 Tujuan dan Sasaran – Pengembangan program kegiatan budaya tepi/ di atas air. Tujuan dalam penataan kawasan ini adalah: Menciptakan kota wisata budaya dan sejarah yang • Strategi untuk pengembangan masyarakat yang meliputi lengkap, aman dan nyaman bagi penduduk dan pendatang. – Pemberdayaan masyarakat dalam program kegiatan budaya, wisata dan Adapaun Sasaran dalam penataan kawasan adalah sebagai berikut: penataan kawasan bersejarah. • Mempertahankan dan mengembangkan aktivitas budaya yang ada. – Pelibatan masyarakat dalam pengawasan pemanfaatan ruang. • Mempertahankan bangunan/kawasan yang bersejarah dalam kawasan dengan – Sosialisasi program kegiatan budaya dan wisata Kawasan Bersejarah Benteng menentukan tindakan pelestarian yang tepat untuk masing-masing obyek. Tujuh Lapis. • Merencanakan guna lahan yang efektif dan efisien sesuai dengan karakteristik kawasan. – Pelatihan, pembinaan masyarakat untuk mendukung kegiatan wisata kawasan • Menciptakan kawasan tepi sungai yang aman dan nyaman dengan menyediakan jalur bersejarah, budaya dan alam. pejalan dan merancang kawasan tepi sungai sebagai fasilitas publik. – Pelibatan sektor swasta dalam penataan kawasan. • Menciptakan sirkulasi yang aman dan nyaman bagi semua pengguna jalan, dengan 6.2.2. Strategi penataan fisik memisahkan antara jalur pejalan dan kendaraan. • Strategi penataan guna lahan yang meliputi:

LAPORAN AKHIR VI-1 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

– Mengintegrasikan penataan kawasan bersejarah, kegiatan budaya dan penataan fisik kawasan dihasilkan dari tanggapan terhadap potensi dan kendala fisik kawasan ini, yaitu koridor Sungai Sousah serta kehidupan sosial budaya. dengan mempertimbangkan aspek budaya, sejarah dan kondisi eksisting kawasan, serta – Perancangan ruang terbuka publik. pertimbangan bahwa kawasan ini akan direncanakan sebagai kawasan wisata sejarah dan – Perlindungan sungai dari kerusakan fisik oleh pemanfaatan/kegiatan di badan budaya. Sementara, konsep wisata merupakan konsep yang disusun untuk mengembangkan sungai/penataan tepi air. program wisata budaya dan sejarah di kawasan Benteng Tujuh Lapis. Pada sub bab berikut – Pengembangan kegiatan pendukung, sarana dan prasarana serta program akan dijabarkan masing-masing konsep tersebut. wisata kawasan bersejarah, budaya dan alam. • Strategi untuk pengembangan sistem jaringan dan sirkulasi 6.4.1 Konsep Penataan Fisik Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis – Pengembangan fasilitas pejalan kaki dan penataan sistem tautan lainnya. Konsep penataan fisik kawasan terdiri dari: konsep guna lahan, sirkulasi dan parkir, tata massa – Mengembangkan struktur jaringan jalan kawasan. bangunan, gaya bangunan, riverfront, streetscapes, ruang terbuka hijau, utilitas, dan konsep pelestarian bangunan dan kawasan bersejarah 6.3 Struktur Pengembangan Kawasan a. . Guna Lahan Struktur pengembangan kawasan akan dilihat dari kawasan perencanaan dan hinterlandnya. Guna lahan dalam kawasan ini terdiri dari guna lahan pemerintahan, perumahan, perdagangan Struktur kawasan dibagi menjadi 1 (satu) Pusat dan 4 (empat) Subpusat. Dalam pusat kawasan dan jasa, kesehatan, pendidikan, ruang terbuka hijau dan konservasi. Masing-masing guna direncanakan terdiri dari fungsi-fungsi bangunan perkantoran pemerintahan, fasilitas sosial dan lahan memiliki karakteristik yang dialokasikan berdasarkan kondisi eksisting dan rencana pola fasilitas umum (sekolah, rumah sakit, dll). Untuk Subpusat 1, terdiri dari gerbang kawasan, tata ruang Ibukota Kecamatan Tambusai (Dalu-Dalu). balai adat dan beberapa bangunan perkantoran pemerintahan. Subpusat 2 terdiri dari perkantoran swasta, perdagangan, pasar lama. Subpusat 3 merupakan kawasan konservasi Guna lahan yang direncanakan berada pada pusat kawasan adalah pemerintahan, fasilitas yaitu tapak Benteng Tujuh Lapis dan Subpusat 4 direncanakan sebagai kawasan perdagangan sosial dan fasilitas umum (sarana peribadatan, pendidikan, kesehatan, dll). Guna lahan baru dan terminal. Perletakkan masing-masing pusat dan subpusat dapat dilihat pada gambar pemerintahan direncanakan di area yang saat ini merupakan lokasi kantor Kecamatan Dalu- 6.1 berikut ini. Dalu, yaitu di bagian Utara. Dalam guna lahan ini dialokasikan beberapa fungsi antara lain kantor Kecamatan dan rencana relokasi kantor-kantor pemerintahan yang sebelumnya berada 6.4 Konsep Penataan Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis di koridor jalan arteri primer. Untuk beberapa kantor yang sudah ada, terutama yang kondisinya Konsep penataan kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis secara umum akan dirumuskan masih baik saat ini tetap dipertahankan pada lokasi saat ini, yaitu pada area yang direncanakan berdasarkan 2 (dua) batasan wilayah. Batasan wilayah pertama adalah wilayah yang mencakup sebagai gerbang kawasan, dan di koridor arteri primer. kawasan perencanaan (yang di-RTBL-kan) dan wilayah hinterlandnya. Dari batasan wilayah tersebut dirumuskan konsep penataan secara umum, konsep ini dapat dilihat pada gambar 6.2. Guna lahan perdagangan jasa direncanakan pada koridor Jalan Tambusai (saat ini sudah Batasan wilayah yang kedua adalah wilayah yang merupakan kawasan perencanaan (yang di- terdapat pasar tradisional/lama) dan jalan Negeri Lama yang saat ini sudah ada pasar baru RTBL-kan). Konsep dari batasan wilayah ini merupakan konsep detail penataan koridor dengan pertimbangan mengembangkan kondisi eksisting yang telah ada. Dalam guna lahan ini Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis. Konsep ini dapat dilihat pada gambar 6.3. akan direncanakan fungsi-fungsi komersial yang nantinya akan mendukung kegiatan

perekonomian dan wisata sejarah di kawasan ini. Fungsi-fungsi tersebut antara lain pusat Selanjutnya konsep penataan Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis ini dibagi menjadi dua perbelanjaan, pasar, penginapan, dan lain-lain. konsep, yaitu konsep penataan fisik kawasan dan konsep program wisata. Konsep penataan

LAPORAN AKHIR VI-2 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 6.1 Rencana Struktur Kawasan

LAPORAN AKHIR VI-3 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 6.2 Konsep Penataan Secara Umum

LAPORAN AKHIR VI-4 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 6.3 Konsep Detail Penataan Koridor Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

LAPORAN AKHIR VI-5 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Guna lahan perumahan direncanakan di lapis kedua koridor perdagangan jasa. Guna lahan ini tidak direncanakan di sepanjang koridor arteri primer untuk menjaga privasi dan suasana lingkungan perumahan itu sendiri.

Guna lahan konservasi direncanakan di area Benteng Tujuh Lapis dan sekitarnya untuk menjaga kelestarian dari objek-objek bersejarah di kawasan ini. Dalam kawasan ini diupayakan untuk tidak terlalu banyak melakukan pembangunan fisik, untuk menjaga keaslian dari fungsi sejarah di dalamnya. Rencana pembangunan yang dilakukan dibatasi hanya untuk fasilitas Gambar 6.4 penunjang wisata sejarah pada area ini. Penataan Jalan dengan Membagi Jalur Mobil, Sepeda, dan Pejalan di Sepanjang Riverfront

b. Sirkulasi dan Parkir Jalan memiliki peran yang penting dalam konteks suatu kawasan, termasuk didalamnya yaitu menyediakan akses untuk kendaraan bermotor, sepeda, pejalan kaki, menentukan batas kawasan dan lokasi, melayani fasilitas komersial, memicu ada nya interaksi sosial, kontinuitas visual dan ruang dan berkontribusi terhadap sistem lingkungan.

Sirkulasi dalam kawasan direncanakan terdiri dari jalan arteri primer, jalan arteri sekunder, jalan kolektor sekunder dan jalan lokal sekunder. Hal ini dipertimbangkan dari adanya jalan arteri primer yang membelah kawasan menjadi bagian Utara dan Selatan. Untuk pusat dan subpusat kawasan direncanakan pada area yang dilalui jalan arteri primer dan arteri sekunder. Untuk Gambar 6.5 Pedestrian yang cukup lebar dapat mengakomodasi perumahan beberapa fasos fasum dilayani oleh jalan kolektor sekunder dan lokal sekunder. pejalan dan street furniture dengan baik, sehingga akan memberikan kenyamanan bagi penggunanya Untuk jalan arteri primer, lebar jalan direncanakan 24 m, lebar jalan arteri sekunder 20 m, lebar jalan kolektor sekunder 16 m, dan jalan lokal sekunder 8 - 10 m. Pada jalan-jalan tertentu, terutama ruas jalan yang berada di area riverfront, direncanakan dengan menyediakan ruas Parkir untuk kawasan kompleks pemerintahan dirancang secara berkelompok untuk beberapa yang dapat digunakan untuk pengendara sepeda. bangunan. Untuk kawasan komersial, pada komplek pusat perbelanjaan parkir dirancang

secara berkelompok, namun untuk pertokoan dengan bentuk ruko, parkir dibuat berderet di Untuk sirkulasi pejalan disediakan pedestrian di sepanjang jalan, sehingga perencanaan sepanjang ruko dan dipisahkan dengan penghijauan untuk setiap 10 (sepuluh) deret parkir. kawasan akan terasa lebih manusiawi dengan tetap memperhatikan kebutuhan semua pengguna jalan. Semakin lebar jalan, diupayakan pedestrian yang bisa diakomodasi semakin c. Tata Massa dan Gaya Bangunan lebar, terutama di koridor perdagangan dan jasa, pedestrian dirancang dengan baik dan Bangunan dalam kawasan ini dapat dibagi dalam beberapa tipologi, yaitu: bangunan komersial, nyaman sehingga dapat menambah kenyamanan dalam kegiatan komersial. bangunan perumahan dan bangunan bersejarah. Masing-masing jenis tipologi ditata

LAPORAN AKHIR VI-6 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

berdasarkan karakteristik masing-masing disesuaikan dengan visi kawasan sebagai kawasan 5. Rekonstitusi: yaitu campur tangan yang lebih radikal dari konsolidasi maupun restorasi, wisata sejarah. dimana bangunan hanya dapat diselamatkan dengan cara merakitnya kembali bagian per 1. Bangunan Komersial bagian baik di lokasi semula (in situ) ataupun pada lokasi baru. Penataan massa bangunan pada koridor perdagangan-jasa berbentuk linear dengan gaya 6. Rehabilitasi: mengembalikan kondisi bangunan rusak atau menurun sehingga berfungsi lagi bangunan campuran antara gaya modern dan Melayu Riau, tetapi untuk bangunan di komplek seperti semula dengan tetap menjaga sejarah dan kesan khasnya. pasar tradisional, tetap menggunakan gaya Melayu Riau. 7. Renovasi: upaya mengubah sebagian atau seluruh interior bangunan, sehubungan dengan perlunya adaptasi bangunan bersangkutan dengan fungsi baru. 2. Bangunan Perumahan 8. Penggunaan adaptif: segala upaya dalam mengubah suatu tempat agar dapat digunakan Penataan bangunan perumahan dengan konsep PUD (Planned Unit Development), dengan untuk fungsi baru yang sesuai, engan mengadaptasikan bangunan tersebut dengan pertimbangan untuk tetap mengoptimalkan luas ruang terbuka hijau untuk sarana publik. Untuk kebutuhan fungsi yang baru. Campur tangan ini biasanya sangat mempengaruhi interior gaya bangunan dibebaskan kepada masing-masing pemilik bangunan. bangunan. 9. Rekonstruksi: upaya mengembalikan atau membangun kembali penampilan orisinal suatu 3. Bangunan Bersejarah kawasan atau bangunan sesuai informasi kesejarahan yang diketahui, dengan Bangunan bersejarah tetap dipertahankan baik tata letak maupun gayanya. Dalam kawasan ini, menggunakan bahan baru ataupun lama. Campur tangan ini merupakan bentuk yang obyek bersejarah terletak terpisah-pisah/berpencar, tidak berada dalam satu kompleks. paling radikal dan beresiko secara budaya, karena walaupun semua data yang diperlukan Tindakan yang dapat dilakukan terhadap bangunan bersejarah antara lain adalah: untuk merekonstruksi suatu bangunan tersedia, tetap melibatkan hipotesis subjektif dari 1. Konservasi: semua kegiatan pemeliharaan suatu tempat guna mempertahankan nilai pelaku rekonstruksi, yang kemungkinan besar tidak sesuai dengan keadaan di masa lalu. budayanya, dengan tetap memanfaatkannya untuk mewadahi kegiatan yang sama dengan 10. Replikasi: merupakan upaya untuk membuat duplikat dari artefak yang masih ada. Secara aslinya atau untuk kegiatan yang sama sekali baru untuk membiayai sendiri kelangsungan fisik replikasi mungkin lebih akurat dari rekonstruksi karena prototipe yang ditiru masih ada. keberadaannya. Konservasi mencakup pemeliharaan sesuai kondisi setempat, dan dapat Walaupun demikian, campur tangan ini tidak kalah radikal dan beresikonya secara budaya meliputi preservasi, restorasi, rekonstruksi maupun adaptasi. dibandingkan dengan rekonstruksi. Namun upaya rekplikasi ini perlu dilakukan untuk 2. Preservasi: upaya melindungi bangunan, artefak, monumen, dan lingkungan dalam kondisi situasi tertentu misalnya dalam keadaan dimana benda yang asli harus dipindahkan untuk fisik yang sama pada saat ditemukan, tanpa ada penambahan maupun pengurangan dilindungi dari bahaya lingkungan yang dapat mempercepat kerusakannya, diperlukan terhadapnya. replikasi untuk menggantikan benda atau bangunan aslinya di lokasi semula. 3. Konsolidasi: menggambarkan campur tangan fisik pada material/bahan dari bangunan 11. Proteksi: mempertahankan atau menjaga kondisi fisik bangunan dari kerusakan, untuk menjamin kelanjutan integritas struktur bangunan (melindungi dari kerusakan fisik kehilangan, serangan, atau melindunginya dari bahaya dan kerusakan. secara alamiah maupun akibat perbuatan manusia). 12. Stabilisasi: suatu tindakan atau proses untuk membangun kembali kestabilan struktur 4. Restorasi: upaya mengembalikan kondisi fisik bangunan seperti semula dengan membuang bangunan yang tidak aman atau rusak dengan tetap mempertahankan bentuk aslinya. elemen tambahan serta memasang kembali elemen asli yang telah hilang tanpa menggunakan bahan baru. Untuk masing-masing obyek peninggalan bersejarah akan direncanakan tindakan apa yang dilakukan berdasarkan karakteristik kondisi masing-masing. Untuk Benteng Tujuh Lapis akan

LAPORAN AKHIR VI-7 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

dilakukan tindakan konservasi. Pembangunan fasilitas-fasilitas penunjang wisata budaya dan sepanjang sungai yang alami, dibiarkan seperti eksisting, untuk memberikan kesan lebih alami sejarah dilakukan dengan tidak merubah obyek bersejarah yang telah ada sebelumnya. (tetap rural) dan berbeda dengan kawasan terbangun.

Gambar 6.6 Bangunan ini pada awalnya berbentuk bangunan panggung, namun saat bagian kolong bangunan telah ditutup. Untuk itu direncanakan dikembalikan ke bentuk awal.

d. Riverfront Area di sepanjang sungai terbagi menjadi dua jenis yaitu area sungai yang berbatasan dengan wilayah terbangun dan area yang berbatasan dengan area alami (rural). Untuk area yang berbatasan langsung dengan area terbangun, seperti di kawasan permukiman maka penataan kawasan terbangun dibatasi dengan jalan, sehingga memperjelas batas daerah yang akan dimanfaatkan untuk riverfront. Daerah terbuka hijau di sepanjang sungai dimanfaatkan untuk fasilitas rekreasi publik.

Gambar 6.7 Penataan Riverfront di Kawasan Terbangun Yang Dibatasi Oleh Jalan

Untuk area sungai yang alami, maka di sepanjang badan sungai akan dirancang boardwalk dan riverwalk, yang bisa menjadi prasarana publik untuk berekreasi. Kondisi ruang terbuka hijau di Gambar 6.8 Penataan Riverfront Di Kawasan Alami Dengan Promenade Dan Boardwalk

LAPORAN AKHIR VI-8 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 6.10 Ruang Terbuka Hijau Di Kawasan Perkantoran Yang Bergaya Formal

Gambar 6.9 Penataan Riverfront Di Kawasan Alami Dengan Menyediakan Jalur Sepeda

e. Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau di kawasan ini direncanakan menjadi dua tipologi, yaitu ruang terbuka hijau sarana publik dan non sarana publik. Ruang terbuka hijau sarana publik diantaranya adalah taman, lapangan olahraga, jalur hijau dan lain-lain, sementara ruang terbuka hijau non sarana adalah perkebunan, buffer, hutan kota, dan lain-lain.

Gambar 6.11 Ruang terbuka hijau sarana publik diantaranya tersebar di kawasan pemerintahan dengan gaya Jalur Hijau Di Persimpangan Empat Di Kawasan Komersial formal baik itu berupa taman maupun lapangan, kawasan permukiman berupa taman lingkungan dan lapangan olahraga, kawasan perdagangan dan jasa, serta area di bagian riverfront yang dibuat terbuka untuk fasilitas publik yaitu di area yang berbatasan dengan jalan di kawasan permukiman. Untuk ruang terbuka hijau di sepanjang sungai direncanakan pula tetap alami, dengan tetap menyediakan akses ke area tersebut, hal ini dilakukan untuk memberikan suasana yang berbeda dengan ruang terbuka hijau yang tertata rapi.

LAPORAN AKHIR VI-9 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

• Memanfaatkan air hujan sebagai sumber air baku atau air bersih dengan pendekatan storage oriented approach menggunakan kolam penampungan air hujan (wet pond) • Memperbanyak bio-retention pada taman-taman dan ruang terbuka • Sistem saluran drainase air hujan dan sistem air kotor yang terpisah • Menggunakan tanaman untuk menahan erosi lahan • Terintegrasi dengan tata letak bangunan

Gambar 6.12 Ruang Terbuka Hijau Yang Dibiarkan Tetap Seperti Eksisting, Untuk Memberikan Kesan Lebih Natural.

Gambar 6.14 Konsep jalur hijau dengan sistem bio retention untuk dapat menangkap air lebih banyak

Gambar 6.13 Ruang Terbuka Hijau Di Area Tepi Sungai

f. Utilitas Utilitas kawasan terdiri dari jaringan listrik, jaringan telepon, jaringan air bersih, dan drainase. Jaringan listrik untuk seluruh kawasan bersumber dari PLN, jaringan telepon yang utama bersumber dari TELKOM, jaringan air bersih terdiri dari dua sumber yaitu PDAM dan sumur penduduk, sementara untuk jaringan drainase, direncanakan arah aliran menuju sungai. Tetapi Gambar 6.15 Sistem Drainase Dengan Konsep Water Sensitive Urban Design untuk limbah harus dimasukkan terlebih dahulu ke water treatment plan, sebelum dialirkan ke sungai.

Selain sistem jaringan diatas, dipertimbangkan pula untuk perencanaan sistem jaringan drainase dengan konsep yang lebih alami (water sensitive urban design), untuk menangkap air lebih banyak, yaitu dengan cara bio retention. Sistem drainase yang dapat digunakan yaitu:

LAPORAN AKHIR VI-10 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

g. Konsep Pelestarian Situs dan Bangunan Bersejarah di Kawasan Bersejarah Arahan Situs / Obyek Potensi Kendala Tindakan Pelestarian Pengembangan Benteng Tujuh Lapis dokumentasi yang dengan informasi bahwa Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis memiliki sejumlah situs yang memiliki nilai historis bisa dijadikan benteng ini dulu sebagai acuan untuk merupakan peninggalan tinggi, sehingga dalam lingkup mikro selain diupayakan konsep penataannya tetapi juga perlu merekonstruksi bersejarah benteng diupayakan konsep pelestariannya. Konsep pelestarian situs dan bangunan bersejarah di Kubu Baling- Kendala: • Ditetapkan sebagai - Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis didasarkan pada hasil analisis potensi dan kendala Baling • Bentukan eksisting titik/tapak bersejarah, sudah tidak ada dengan hanya dapat dilihat pada tabel berikut. visualisasinya menggunakan (eksisting sudah signage/penanda diratakan) dengan informasi Tabel VI-1 Konsep Pelestarian Situs dan Bangunan Bersejarah • Sudah berdiri rumah- bahwa benteng ini rumah penduduk dulu merupakan Arahan Situs / Obyek Potensi Kendala Tindakan Pelestarian • Tidak ditemukan peninggalan Pengembangan dokumentasi yang bersejarah Kawasan Potensi: Sebagai obyek wisata Untuk Benteng Tujuh bisa dijadikan • Rumah penduduk Benteng Tujuh • Masih ada tersisa sejarah baik Benteng Lapis: sebagai acuan untuk dibatasi, sehingga Lapis, Rumah lapisan-lapisan Tujuh Lapisnya sendiri Rekonstruksi merekonstruksi tidak menutupi seluruh Suluk dan benteng 7 lapis, maupun penataan Untuk mengembalikan benteng kawasan tapak, Lansekapnya berupa parit-parit lansekapnya atau membangun terutama pada titik yang berlapis kembali penampilan benteng orisinal bangunan Benteng Potensi: • Ditetapkan sebagai - Kendala: bangunan Benteng Godong • Masih tersisa titik/tapak bersejarah, • Kondisi benteng Tujuh Lapis sesuai eksisting benteng dengan hanya sudah tidak utuh, informasi / dokumentasi berupa gundukan menggunakan beberapa bagian sejarah yang ada, tanah signage/penanda sudah tidak utuh. dengan menggunakan dengan informasi Parit sudah tidak bahan baru ataupun Kendala: bahwa benteng ini lama. teraliri air, tetapi • Bentukan eksisting dulu merupakan

titumbuhi tanaman sudah tidak ada peninggalan Untuk Rumah Suluk: semak visualisasinya bersejarah Rekonstruksi: (eksisting sudah • Rumah penduduk Mengembalikan kondisi diratakan) dibatasi, sehingga fisik bangunan rumah • Sudah berdiri rumah- tidak menutupi seluruh suluk seperti semula rumah penduduk kawasan tapak, dengan membuang terutama pada titik elemen tambahan. • Tidak ditemukan benteng dokumentasi yang Penggunaan Adaptif: bisa dijadikan Memasukan fungsi baru sebagai acuan untuk yang sesuai untuk rumah merekonstruksi suluk, misalnya sebagai benteng museum, dengan tidak mengubah interior Pasar Lama Potensi: • Akan dikembangkan Konservasi: secara signifikan. • Kegiatan menjadi pasar wisata • Pemeliharaan perdagangan di • Diupayakan dapat bangunan dan Benteng Kendala: Ditetapkan sebagai - pasar ini masih aktif beroperasi setiap hari lingkungan pasar guna Telekumain • Pada lokasi saat ini, titik/lokasi bersejarah, hingga saat ini dengan memasukkan mempertahankan nilai fisik benteng sudah dengan hanya komoditas tambahan budayanya, dengan tidak tersisa menggunakan Kendala: (seperti kerajinan tetap memanfaatkannya • Tidak ditemukan signage/penanda • Masih terbatasnya tangan, souvenir, dll)

LAPORAN AKHIR VI-11 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Arahan Arahan Situs / Obyek Potensi Kendala Tindakan Pelestarian Situs / Obyek Potensi Kendala Tindakan Pelestarian Pengembangan Pengembangan sarana dan dengan menyediakan untuk mewadahi menjaga sejarah dan prasarana pada program wisata kegiatan yang sama kesan khasnya. pasar belanja yang berbeda dengan aslinya atau • Hanya beroperasi atau berselang-seling penambahan kegiatan Penggunaan Adaptif: pada hari-hari tiap harinya. baru yang sesuai untuk Memasukan fungsi baru tertentu saja membiayai sendiri yang sesuai ke dalam (Minggu, Rabu dan kelangsungan rumah Raja dengan tidak Jumat) keberadaannya. mengubah interior Tindakan konservasi secara signifikan. ini dapat mencakup pemeliharaan sesuai kondisi setempat, dan Dalam penyusunan RTBL ini, situs-situs bersejarah yang berada di kawasan perencanaan dapat meliputi merupakan satu kesatuan kawasan. Sehingga dalam konsep konservasi, kawasan preservasi, restorasi, rekonstruksi maupun perencanaan terbagi menjadi 2 kawasan yaitu kawasan konservasi dan kawasan campuran. adaptasi Kawasan konservasi merupakan bagian dari kawasan perencanaan dengan terdapatnya situs- Makam Raja- • Jalan akses ke lokasi • Dikembangkan Preservasi situs bersejarah, yaitu situs bersejarah Benteng Tujuh Lapis, Rumah Suluk dan Lasekapnya, Raja Tambusai masih berupa jalan menjadi salah satu • Upaya melindungi tanah dan kerikil tujuan wisata budaya bangunan, artefak, Kubu Baling-baling, Benteng Godong, Pasar Lama, dan Masjid Jami serta Rumah Raja. • Area makam tidak dan sejarah dengan monumen, dan Sedangkan kawasan campuran merupakan kawasan dengan arahan pembangunan yang lebih terawat dikombinasikan lingkungan dalam dengan situs/obyek kondisi fisik yang sama bebas dibandingkan kawasan konservasi. Namun demikian, kawasan campuran ini dalam sejarah lainnya di pada saat ditemukan, Kecamatan Tambusai tanpa ada pembangunannya tetap harus mempertimbangkan konteks historis Benteng Tujuh Lapis. penambahan maupun Konsep pembagian kawasan ini dapat dilihat pada Gambar 6.16 berikut ini. pengurangan terhadapnya.

Rumah Raja Kendala: • Dipertahankan Rekonstruksi: Untuk kawasan konservasi maupun kawasan campuran, dalam rencana detail kawasan akan • Kondisi rumah tidak keberadaannya Mengembalikan kondisi dijabarkan kedalam beberapa blok. Meski kawasan konservasi terbagi kedalam beberapa blok, terawat, mengalami sebagai salah satu fisik bangunan rumah kerusakan obyek sejarah. Raja seperti semula hal ini tidak berarti adanya pemisahan dari masing-masing situs dan obyek sejarah yang ada. • Sudah tidak dengan membuang digunakan untuk elemen tambahan. Pembagian blok dilakukan untuk memperjelas dan mempermudah arahan pengembangan dari kegiatan apapun masing-masing blok tersebut. Rehabilitasi: mengembalikan kondisi bangunan rusak atau menurun sehingga berfungsi lagi seperti semula dengan tetap

LAPORAN AKHIR VI-12 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 6.16 Konsep KonservasI

LAPORAN AKHIR VI-13 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

6.4.2 Konsep Wisata Konsep wisata yang dikembangkan di wilayah perencanaan berdasarkan potensi dan masalah yang dimiliki dapat dilihat pada gambar 6.17 berikut.

Gambar 6.17 Konsep Wisata

LAPORAN AKHIR VI-14 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Jalan yang menghubungkan koridor utama ke subpusat kawasan lainnya terdiri dari jalan BBAABB VVIIII kolektor sekunder dan lokal sekunder. Jalan lokal sekunder merupakan jalan lingkungan yang menghubungkan zona-zona perumahan. RRENCANA TTATA BBANGUNAN DAN LLINGKUNGAN Untuk sirkulasi pejalan pada Jalan Raya Tuanku Tambusai disediakan pedestiran yang nyaman. Jaringan pedestrian ini direncanakan kontinu dari gerbang Barat hingga Gerbang Timur, sehingga diharapkan pejalan bisa menikmati fasilitas di sepanjang koridor dengan berjalan kaki. Pada titik-titik tertentu, misalnya di perempatan jalan disediakan plaza dengan Visi dan misi yang dirumuskan pada konsep rencana tata bangunan dan lingkungan Benteng area duduk-duduk untuk pejalan beristirahat. Tujuh Lapis merupakan citra yang akan diwujudkan dalam perancangan kawasan. Komponen- komponen yang akan ditata dalam mewujudkan visi misi tersebut adalah: Selain pedestrian disediakan di sepanjang jalan utama (kolektor primer dan kolektor sekunder), 1. Tata guna lahan pedestrian yang ditata alami dalam bentuk boardwalk dan jalan tanah direncanakan di 2. Sirkulasi dan parkir kawasan (jaringan penghubung untuk kendaraan dan pejalan (darat sepanjang Sungai Sousah yang bisa diakses dari kawasan terbangun pada kawasan di sekitar dan sungai) lingkungan Benteng Godong hingga kawasan sungai di belakang Benteng Tujuh Lapis. 3. Tata Massa bangunan (kepadatan, orientasi, dan gaya bangunan)

4. Ruang terbuka hijau Rencana sirkulasi kawasan perencanaan dapat dilihat pada gambar 7.2. 5. Konservasi situs dan obyek bersejarah.

7.2.2 Rencana Parkir 7.1 Tata Guna Lahan Sistem parkir di kawasan Benteng Tujuh Lapis direncanakan dengan konsep parkir di dalam Tata guna lahan dalam rencana tata bangunan dan lingkungan Kawasan Bersejarah Benteng lahan perencanaan (offstreet parking). Pada masing-masing fungsi disediakan area parkir yang Tujuh Lapis ini pada dasarnya tetap mempertahankan kondisi eksisting, pada lahan Benteng memadai untuk menampung pengunjung. Pada area parkir disediakan akses untuk pejalan Tujuh Lapis dan sekitarnya ditetapkan untuk guna lahan konservasi dan wisata. Pada yang terhubung dengan fasilitas atau fungsi tertentu. gerbang kawasan di sebelah Barat guna lahan ditetapkan sebagai guna lahan perkantoran dan pendidikan. Di koridor jalan raya Tuanku Tambusai ditetapkan sebagai guna lahan Perhitungan kebutuhan parkir dapat disesuaikan dengan standar yang ditetapkan oleh perumahan, perdagangan dan jasa, serta konservasi kawasan pasar lama. pengelola kawasan/Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu agar kebutuhan parkir dapat terpenuhi.

Namun standar kebutuhan parkir tersebut tidak boleh lebih kecil dari peraturan yang ditetapkan Detail penataan guna lahan kawasan di sepanjang koridor Jalan Raya Tuanku Tambusai dapat oleh Pemerintah Kabupaten Rokan Hulu. dilihat pada gambar 7.1.

Rencana parkir di kawasan perencanaan dapat dilihat pada gambar 7.3. 7.2 Sirkulasi dan Parkir

7.2.1 Sirkulasi Kendaraan dan Pejalan

Sirkulasi utama dalam kawasan adalah koridor Jalan Raya Tuanku Tambusai yang merupakan jalan kolektor primer. Jalan ini menghubungkan gerbang kawasan sebelah Barat dan Timur.

LAPORAN AKHIR VII-1 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 7.1 Rencana Tata Guna Lahan

LAPORAN AKHIR VII-2 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 7.2 Rencana Sirkulasi Kawasan

LAPORAN AKHIR VII-3 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 7.3 Rencana Parkir

LAPORAN AKHIR VII-4 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

7.3 Tata Massa Bangunan kota. KLB menetapkan besaran maksimum luas lantai yang dapat terbangun dari masing- Komponen-komponen yang mempengaruhi tata massa bangunan pada kawasan Benteng masing peruntukan lahan. Distribusi intensitas bangunan telah dilakukan dengan Tujuh Lapis ini terdiri dari intensitas, orientasi dan gaya bangunan. Masing-masing mempertimbangkan besaran massa bangunan yang terjadi, terutama pada kawasan yang harus direncanakan untuk memperkuat zona konservasi Benteng Tujuh Lapis dengan ketinggian dilestarikan (konservasi). Oleh karena itu, pada Kawasan Benteng Tujuh Lapis dapat diterapkan maksimal pada kawasan adalah 3 (tiga) lantai di guna lahan perkantoran dan fasos-fasum pada sistem “deposit”, dimana kelebihan lantai bangunan dapat disimpan untuk selanjutnya dialihkan gerbang kawasan sebelah Barat. (transfer) kepada sub-blok lain yang membutuhkannya. Kawasan Benteng Tujuh Lapis diterapkan distribusi nilai KLB pada setiap sub-blok seperti terlihat pada gambar 7.4 berikut. 7.3.1 Intensitas Bangunan Intensitas bangunan adalah perbandingan jumlah luas seluruh lantai bangunan terhadap luas 7.3.2 Orientasi Bangunan tanah perpetakan/daerah perencanaan yang sesuai dengan rencana kota. Intensitas banguna Orientasi bangunan pada lapis pertama disepanjang koridor Tuanku Tambusai diarahkan erat hubungannya dengan konsep peruntukan lahan Kawasan Benteng Tujuh Lapis, terutama menghadap jalan untuk memperkuat karakter koridor. Sementara untuk bangunan-bangunan di menyangkut besaran ruang yang ditempati oleh peruntukan yang ditetapkan. Oleh karena lapis berikutnya, orientasi bangunan diarahkan pada jalan dan sub pusat lingkungan berupa intensitas bangunan merupakan luas lantai maksimum yang dapat dibangun di atas sebidang ruang terbuka hijau, yang dimanfaatkan sebagai taman lingkungan, taman bermain, lapangan lahan, maka dari hal tersebut dapat diperoleh gambaran skala pembangunan bagi Kawasan olahraga dan lain-lain untuk kegiatan publik. Benteng Tujuh Lapis. 7.3.3 Gaya Bangunan 1. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) Gaya bangunan di sepanjang koridor Tuanku Tambusai pada bangunan perkantoran dan Koefisien Dasar Bangunan adalah angka presentasi berdasarkan perbandingan luas lantai pertokoan lama adalah gaya tradisional atau gaya yang mengadopsi gaya tradisional Melayu dasar bangunan terhadap luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai Riau. Untuk kawasan perumahan pada lapis pertama koridor mengadopsi gaya tradisional dengan rencana kota. Pertimbangan pembentukan massa bangunan dan batasan rata-rata Melayu, sementara pada lapis selanjutnya gaya bangunan lebih dibebaskan. maksimum juga berlaku bagi KDB keseluruhan lahan Kawasan.

Dari Barat ke Timur koridor kawasan, intensitas bangunan semakin mengecil. Pada area konservasi Koefisien Dasar Bangunan ditetapkan hanya 15%, sebagian besar zona ini dimanfaatkan untuk area konservasi dengan penataan lansekap yang sesuai dengan karakter Benteng Tujuh Lapis. Untuk detail intensitas bangunan di masing-masing blok dapat dilihat pada gambar berikut.

Koefisien Lantai Bangunan adalah angka perbandingan jumlah luas lantai seluruh bangunan Gambar 7.4 Bangunan Lembaga Adat dengan bentuk Panggung dan terhadap luas tanah perpetakan/daerah perencanaan yang dikuasai sesuai dengan rencana Gaya Tradisional Melayu Riau

LAPORAN AKHIR VII-5 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 7.5 Rencana Intensitas Bangunan

LAPORAN AKHIR VII-6 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

7.4 Ruang Terbuka Hijau Situs / Obyek Arahan Pengembangan Tindakan Pelestarian Memasukan fungsi baru yang sesuai untuk Ruang terbuka hijau yang diterapkan pada kawasan ini terdiri dari: rumah suluk, misalnya sebagai museum, dengan tidak mengubah interior secara • Ruang terbuka hijau sebagai jalur hijau, yang direncanakan di sepanjang jalan arteri primer signifikan. dan kolektor primer maupun sekunder. Benteng Telekumain • Ditetapkan sebagai - • Ruang terbuka hijau sebagai buffer, direncanakan di sepanjang Sungai Sousah, yang ditata titik/tapak bersejarah, dengan penataan secara alami untuk menunjang penataan lansekap disepanjang boardwalk atau pedestrian lansekap • Membatasi kavling dengan alami di sepanjang sungai dari kawasan terbangun hingga kawasan belakang Benteng tegas Kubu Baling-Baling • Ditetapkan sebagai - Tujuh Lapis. titik/tapak bersejarah, dengan penataan • Ruang terbuka hijau sebagai taman lingkungan dan lapangan olahraga, direncanakan lansekap sebagai sub pusat lingkungan, yang berada di tengah-tengah lingkungan perumahan di • Membatasi kavling dengan tegas lapis dalam koridor Tuanku Tambusai. Benteng Godong • Ditetapkan sebagai - titik/tapak bersejarah, • Ruang terbuka hijau konservasi, direncanakan pada lokasi-lokasi situs atau obyek dengan penataan lansekap bersejarah di kawasan ini. • Membatasi kavling dengan tegas • Ruang terbuka hijau rekreasi, direncanakan dengan penataan lansekap yang menarik Pasar Lama • Akan dikembangkan Konservasi: terutama untuk rekreasi alam, seperti yang akan direncanakan pada subblok. menjadi pasar wisata • Pemeliharaan bangunan dan lingkungan • Diupayakan dapat pasar guna mempertahankan nilai Rencana ruang terbuka hijau dapat dilihat pada gambar 7.6. beroperasi setiap hari budayanya, dengan tetap dengan memasukkan memanfaatkannya untuk mewadahi komoditas tambahan kegiatan yang sama dengan aslinya atau (seperti kerajinan tangan, penambahan kegiatan baru yang sesuai 7.5 Konservasi Situs dan Obyek Bersejarah souvenir, dll) dengan untuk membiayai sendiri kelangsungan menyediakan program keberadaannya. Tindakan konservasi ini Situs dan obyek bersejarah yang akan dilestarikan dan rencana pengembangannya di kawasan wisata belanja yang dapat mencakup pemeliharaan sesuai ini antara lain dapat dilihat pada tabel berikut: berbeda atau berselang- kondisi setempat, dan dapat meliputi seling tiap harinya. preservasi, restorasi, rekonstruksi Tabel VII-1 maupun adaptasi

Pelestarian Situs dan Obyek Bersejarah Rumah Raja • Dipertahankan Rekonstruksi: di Kawasan Benteng Tujuh Lapis keberadaannya sebagai Mengembalikan kondisi fisik bangunan Situs / Obyek Arahan Pengembangan Tindakan Pelestarian salah satu obyek sejarah rumah Raja seperti semula dengan Kawasan Benteng Tujuh Lapis, Sebagai obyek wisata Untuk Benteng Tujuh Lapis: dengan menegaskan membuang elemen tambahan. Rumah Suluk dan sejarah baik Benteng Tujuh Rekonstruksi batas kavlingnya sehingga Lansekapnya Lapisnya sendiri maupun Untuk mengembalikan atau membangun tidak terganggu oleh Rehabilitasi: mengembalikan kondisi penataan lansekapnya kembali penampilan orisinal bangunan pertumbuhan permukiman bangunan rusak atau menurun sehingga bangunan Benteng Tujuh Lapis sesuai penduduk berfungsi lagi seperti semula dengan tetap informasi / dokumentasi sejarah yang ada, menjaga sejarah dan kesan khasnya. dengan menggunakan bahan baru ataupun lama. Penggunaan Adaptif: Memasukan fungsi baru yang sesuai ke Untuk Rumah Suluk: dalam rumah Raja dengan tidak mengubah Rekonstruksi: interior secara signifikan. Mengembalikan kondisi fisik bangunan Sumber: hasil analisis 2007 rumah suluk seperti semula dengan membuang elemen tambahan.

Penggunaan Adaptif:

LAPORAN AKHIR VII-7 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 7.6 Rencana Ruang Terbuka Hijau

LAPORAN AKHIR VII-6 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

• Koridor jalan raya Tuanku Tambusai ditata dengan konsep yang mewadahi pejalan dan BBAABB VVIIIIII kendaraan dengan aman dan nyaman. • Pada area gerbang, ruang terbuka di depan bangunan ditata dengan lansekap yang RRENCANA DDETAIL KKAWASAN menunjang karakter gerbang kawasan sebagai kawasan wisata sejarah dan budaya. • Bangunan di sepanjang koridor ditata dengan gaya bangunan Melayu Riau untuk memperkuat karakter kawasan sebagai kawasan wisata sejarah dan budaya. Rencana detail dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) secara garis besar berisikan panduan dan arahan pembangunan yang diterapkan pada sub-kawasan atau blok 8.1 Blok A (Gerbang Kawasan : Perkantoran) pembangunan yang sebelumnya telah diatur dalam Rencana Umum Kawasan. Rencana Detail 1. Peruntukan Lahan: perkantoran, terminal dan pasar baru Kawasan ini disusun mengacu pada konsep pengembangan yang sebelumnya telah dijabarkan, 2. Intensitas Pemanfaatan Lahan: untuk meningkatkan karakter Benteng Tujuh Lapis, terkait dengan upaya peningkatan kualitas Tabel VIII-1 Intensitas Pemanfaatan Lahan Blok A kawasan sebagai tujuan wisata budaya dan sejarah di Kabupaten Rokan Hulu. Subblok KDB Maks. KLB Maks. Tinggi Bangunan (%) Maks. (Lantai) A1 60 1,8 3 Uraian Rencana Detail sebagaimana halnya pada Rencana Umum dimulai dengan penetapan A2 70 1,4 2 karakter kawasan, prinsip-prinsip pengembangan dan aturan pengembangan. Secara substansi 3. Ruang Terbuka: Rencana Detail ini akan memberikan arahan bagi penyusunan arahan teknis atau Panduan ƒ Ruang terbuka terbentuk dari area setback bangunan. Ruang luar pada masing- Rancangan Kota kawasan. Rencana Detail pada RTBL Kawasan Benteng Tujuh Lapis ini akan masing kavling dimanfaatkan sebagai plaza dan taman. menjadi rujukan utama dalam pembuatan aturan teknis (PRK). ƒ Tempat parkir di dalam blok harus ditanami dengan pohon bertajuk lebar sebagai

peneduh. Dalam Rencana Detail, pembagian sub kawasan dalam kawasan perencanaan adalah sebagai ƒ Di sepanjang koridor jalan direncanakan sebagai jalur hijau. berikut:

1. Blok A : Gerbang kawasan (perkantoran) 4. Sirkulasi: 2. Blok B : Gerbang kawasan (balai adat dan perkantoran) ƒ Pencapaian utama kedalam bangunan dari jalan utama. 3. Blok C : Transisi (perkantoran, perumahan, konservasi) ƒ On street parking pada kawasan perkantoran tidak diperkenankan. 4. Blok D : Transisi (perkantoran, perumahan) ƒ Ruang terbuka di dalam blok pengembangan setidaknya mengakomodasi dan 5. Blok E : Konservasi (komersial, jasa) menyediakan tempat parkir bagi pengguna kantor. 6. Blok F : Konservasi (komersial, jasa, perumahan, riverfront)

7. Blok G : Konservasi dan rekreasi Tata Bangunan:

ƒ Garis sempadan bangunan pada koridor Tuanku Tambusai adalah 6 m. Prinsip pengembangan kawasan dalam Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Benteng ƒ Karakter bangunan ditentukan oleh gaya arsitektur Melayu Riau. Tujuh Lapis adalah sebagai berikut: ƒ Bangunan perkantoran eksisting yang kondisinya masih baik dan permanen bisa dipertahankan dengan mengadopsi gaya arsitektur Melayu Riau.

LAPORAN AKHIR VIII-1 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 8.1. Pembagian Blok Kawasan

LAPORAN AKHIR VIII-2 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 8.2. Rencana Mikro Gerbang Kawasan (Blok A Perkantoran)

LAPORAN AKHIR VIII-3 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 8.3 Potongan Jalan Arteri Primer Di Blok A

LAPORAN AKHIR VIII-4 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

ƒ Pengembangan bangunan baru (infill) harus merujuk pada karakteristik tipo-morfologi ƒ Bangunan balai adat dikembangkan dengan tambahan fasilitas ruang terbuka yang bisa kawasan. menampung kegiatan atraksi budaya dan bangunan pertemuan terbuka untuk ƒ Bangunan terminal dan pasar baru direncanakan dengan tema tradisional Melayu Riau, memfasilitasi kegiatan kesenian dan budaya masyarakat di Kabupaten Rokan Hulu. karena direncanakan pada area yang merupakan gerbang kawasan. 8.3 Blok C (Transisi : Perkantoran, Permukiman dan Konservasi) 8.2 Blok B (Gerbang Kawasan : Balai Adat dan Perkantoran) 1. Peruntukan Lahan: perkantoran, perumahan, pendidikan dan konservasi 1. Peruntukan Lahan: perkantoran, balai adat 2. Intensitas Pemanfaatan Lahan: 2. Intensitas Pemanfaatan Lahan: • KDB maks. : 70% • KDB maks. : 60% • KLB maks. : 1,4 • KLB maks. : 1,8 • Tinggi maks. : 2 lantai

• Tinggi maks. : 3 lantai Pada subblok dimana terdapat tapak situs dan obyek bersejarah intensitas pemanfaatan 3. Ruang Terbuka: lahan dibatasi sebagai berikut: ƒ Ruang terbuka terbentuk dari area setback bangunan. Ruang luar pada masing- • KDB maks. : 10% masing kavling dimanfaatkan sebagai plaza dan taman. • KLB maks. : 0,1 • Tinggi maks. : 1 lantai ƒ Tempat parkir di dalam blok harus ditanami dengan pohon bertajuk lebar sebagai peneduh. 3. Ruang Terbuka: ƒ Di sepanjang koridor jalan direncanakan sebagai jalur hijau. ƒ Ruang terbuka terbentuk dari area setback bangunan. Ruang luar pada masing- masing kavling dimanfaatkan sebagai plaza dan taman. 4. Sirkulasi: ƒ Tempat parkir di dalam blok harus ditanami dengan pohon bertajuk lebar sebagai ƒ Pencapaian utama kedalam bangunan dari jalan utama. peneduh. ƒ On street parking pada kawasan perkantoran tidak diperkenankan. ƒ Di sepanjang koridor jalan direncanakan sebagai jalur hijau. ƒ Ruang terbuka di dalam blok pengembangan setidaknya mengakomodasi dan ƒ Ruang terbuka pada situs direncanakan dengan lansekap yang sesuai karakter situs. menyediakan tempat parkir bagi pengguna kantor. ƒ Di tengah area permukiman disediakan ruang terbuka yang dapat berfungsi sebagai taman, area bermain dan lapangan olahraga. Tata Bangunan: ƒ Garis sempadan bangunan pada koridor Tuanku Tambusai adalah 6 m. 4. Sirkulasi: ƒ Karakter bangunan ditentukan oleh gaya arsitektur Melayu Riau. ƒ Pencapaian utama kedalam bangunan dari jalan utama. ƒ Bangunan perkantoran eksisting yang kondisinya masih baik dan permanen bisa ƒ Ruang terbuka di dalam blok pengembangan setidaknya mengakomodasi dan dipertahankan dengan mengadopsi gaya arsitektur Melayu Riau. menyediakan tempat parkir bagi pengguna kantor. ƒ Pengembangan bangunan baru (infill) harus merujuk pada karakteristik tipo-morfologi ƒ Pada blok perumahan kawasan.

LAPORAN AKHIR VIII-5 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 8.4. Rencana Mikro Gerbang Kawasan (Blok B Perkantoran Dan Balai Adat)

LAPORAN AKHIR VIII-6 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 8.5. Potongan Jalan Kolektor Primer Di Blok A-B

LAPORAN AKHIR VIII-7 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 8.6. Rencana Mikro Blok C (Transisi Permukiman,Perkantoran Dan Konservasi)

LAPORAN AKHIR VIII-8 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 8.7. Kawasan Situs Bersejarah Kubu Baling-Baling Di Blok C

LAPORAN AKHIR VIII-9 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

5. Tata Bangunan: ƒ Garis sempadan bangunan pada koridor Tuanku Tambusai adalah 6 m. 5. Tata Bangunan: ƒ Garis sempadan banguna pada jalan lokal sekunder adalah 3 m. ƒ Garis sempadan bangunan pada koridor Tuanku Tambusai adalah 6 m. ƒ Karakter bangunan untuk fungsi perkantoran dan pendidikan ditentukan oleh gaya ƒ Garis sempadan banguna pada jalan lokal sekunder adalah 3 m. arsitektur Melayu Riau. ƒ Karakter bangunan untuk fungsi perkantoran dan pendidikan ditentukan oleh gaya ƒ Bangunan perkantoran eksisting yang kondisinya masih baik dan permanen bisa arsitektur Melayu Riau. dipertahankan dengan mengadopsi gaya arsitektur Melayu Riau. ƒ Bangunan perkantoran eksisting yang kondisinya masih baik dan permanen bisa ƒ Orientasi bangunan pada lapis pertama di koridor Tuanku Tambusai adalah ke koridor. dipertahankan dengan mengadopsi gaya arsitektur Melayu Riau. Orientasi banguna perumahan adalah ke taman lingkungan atau jalan lokal ƒ Orientasi bangunan pada lapis pertama di koridor Tuanku Tambusai adalah ke koridor. sekunder/lingkungan. Orientasi banguna perumahan adalah ke taman lingkungan atau jalan lokal sekunder/lingkungan. 8.4 Blok D (Transisi : Perkantoran, Perumahan) 1. Peruntukan Lahan: perkantoran, perumahan 8.5 Blok E (Konservasi : Komersial, Jasa) 2. Intensitas Pemanfaatan Lahan: 1. Peruntukan Lahan: komersial, jasa • KDB maks. : 70% 2. Intensitas Pemanfaatan Lahan: • KLB maks. : 1,4 • KDB maks. : 70% • Tinggi maks. : 2 lantai • KLB maks. : 1,4

• Tinggi maks. : 2 lantai 3. Ruang Terbuka: 3. Ruang Terbuka: ƒ Ruang terbuka terbentuk dari area setback bangunan. Ruang luar pada masing- ƒ Ruang terbuka terbentuk dari area setback bangunan. Ruang luar pada masing- masing kavling dimanfaatkan sebagai plaza dan taman. masing kavling dimanfaatkan sebagai plaza dan taman. ƒ Tempat parkir di dalam blok harus ditanami dengan pohon bertajuk lebar sebagai ƒ Tempat parkir di dalam blok harus ditanami dengan pohon bertajuk lebar sebagai peneduh. peneduh. ƒ Di sepanjang koridor jalan direncanakan sebagai jalur hijau. ƒ Di sepanjang koridor jalan direncanakan sebagai jalur hijau. ƒ Ruang terbuka pada situs direncanakan dengan lansekap yang sesuai karakter situs. ƒ Ruang terbuka pada situs direncanakan dengan lansekap yang sesuai karakter situs. ƒ Di tengah area permukiman disediakan ruang terbuka yang dapat berfungsi sebagai ƒ Di tengah area permukiman disediakan ruang terbuka yang dapat berfungsi sebagai taman, area bermain dan lapangan olahraga. taman, area bermain dan lapangan olahraga.

4. Sirkulasi: 4. Sirkulasi: ƒ Pencapaian utama kedalam bangunan dari jalan utama. ƒ Pencapaian utama kedalam bangunan dari jalan utama. ƒ Ruang terbuka di dalam blok pengembangan setidaknya mengakomodasi dan ƒ Ruang terbuka di dalam blok pengembangan setidaknya mengakomodasi dan menyediakan tempat parkir bagi pengguna kantor. menyediakan tempat parkir bagi pengguna kantor. ƒ Pada blok perumahan parkir disediakan pada masing-masing kavling ƒ Pada blok perumahan parkir disediakan pada masing-masing kavling

LAPORAN AKHIR VIII-10 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 8.8. Rencana Mikro Blok D (Transisi Perkantoran Dan Perumahan)

LAPORAN AKHIR VIII-11 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 8.9. Rencana Mikro Blok E (Konservasi:Komersial Dan Jasa)

LAPORAN AKHIR VIII-12 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

5. Tata Bangunan: ƒ Area terbuka di tepi soungai Sousah dimanfaatkan sebagai jalur boardwalk, yang dapat ƒ Garis sempadan bangunan pada koridor Tuanku Tambusai (kolektor sekunder) adalah dimanfaatkan pula untuk rekreasi alam. Selain itu di sepanjang sungai ini juga ditanami 6 m. pohon sebagai buffer untuk turap alami. ƒ Garis sempadan bangunan pada jalan lokal sekunder adalah 3 m. ƒ Karakter bangunan untuk fungsi perkantoran dan jasa ditentukan oleh gaya arsitektur 3. Sirkulasi: Melayu Riau. ƒ Pencapaian utama kedalam bangunan dari jalan utama. ƒ Orientasi bangunan pada lapis pertama di koridor Tuanku Tambusai adalah ke koridor. ƒ Ruang terbuka di dalam blok pengembangan setidaknya mengakomodasi dan Orientasi bangunan perumahan adalah ke taman lingkungan atau jalan lokal menyediakan tempat parkir bagi pengguna kantor. sekunder/lingkungan. ƒ Parkir pada pasar lama diletakkan di belakang bangunan ruko. ƒ Pada blok perumahan parkir disediakan pada masing-masing kavling 8.6 Blok F (Konservasi : Komersial, Jasa, Perumahan dan Konservasi) 1. Intensitas Pemanfaatan Lahan: 4. Tata Bangunan: Blok F1, F2, F3, F4 ƒ Garis sempadan bangunan pada koridor Tuanku Tambusai (kolektor sekunder) adalah • KDB maks. : 70% 6 m. • KLB maks. : 1,4 • Tinggi maks. : 2 lantai ƒ Garis sempadan bangunan pada jalan lokal sekunder adalah 3 m. ƒ Karakter bangunan untuk fungsi perdagangan dan jasa ditentukan oleh gaya arsitektur Blok F5 Melayu Riau. • KDB maks. : 70% • KLB maks. : 1,4 ƒ Bangunan perkantoran eksisting yang kondisinya masih baik dan permanen bisa • Tinggi maks. : 2 lantai dipertahankan dengan mengadopsi gaya arsitektur Melayu Riau.

2. Ruang Terbuka: ƒ Orientasi bangunan pada lapis pertama di koridor Tuanku Tambusai adalah ke koridor. ƒ Ruang terbuka terbentuk dari area setback bangunan. Ruang luar pada masing- Orientasi bangunan perumahan adalah ke taman lingkungan atau jalan lokal masing kavling dimanfaatkan sebagai plaza dan taman. sekunder/lingkungan. ƒ Tempat parkir di dalam blok harus ditanami dengan pohon bertajuk lebar sebagai ƒ Bangunan tepi sungsi Sousah direncanakan menghadap sungai dengan peneduh. menambahkan boardwalk sebagai akses pada tepian sungai. ƒ Di sepanjang koridor jalan direncanakan sebagai jalur hijau. 8.7 Blok G (Konservasi dan Rekreasi) ƒ Ruang terbuka pada situs direncanakan dengan lansekap yang sesuai karakter situs. 1. Intensitas Pemanfaatan Lahan: ƒ Di tengah area pasar lama ruang terbuka dirancang untuk memfasilitasi pedagang Blok G1, G2, G3 dengan lapak non permanen. • KDB maks. : 20% ƒ Di tengah area permukiman disediakan ruang terbuka yang dapat berfungsi sebagai • KLB maks. : 0,2 taman, area bermain dan lapangan olahraga. • Tinggi maks. : 1 lantai

LAPORAN AKHIR VIII-13 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 8.10. Rencana Mikro Blok F (Konservasi:Komersial Dan Jasa)

LAPORAN AKHIR VIII-14 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 8.11. Potongan Jalan Lokal Sekunder Di Blok F

LAPORAN AKHIR VIII-15 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 8.13. Tampak Atas Kawasan Pasar Lama

Gambar 8.12. Site Plan Kawasan Pasar Lama

LAPORAN AKHIR VIII-16 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 8.14. Sketsa Suasana Kawasan Pasar Lama

Gambar 8.15. Fasade Kawasan Pasar Lama

LAPORAN AKHIR VIII-17 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 8.16. Situs Bersejarah Benteng Godong Di Blok F

LAPORAN AKHIR VIII-18 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 8.17. Situs Bersejarah Rumah Raja Di Blok F

LAPORAN AKHIR VIII-19 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

2. Ruang Terbuka: ƒ Ruang terbuka pada area Benteng Tujuh Lapis dimanfaatkan untuk rekreasi sejarah dengan penataan lansekap secara alami dengan mempertimbangkan karakter benteng. ƒ Vegetasi eksisting yang signifikan dipertahankan dan dikembangkan dengan penataan lansekap yang menarik. ƒ Tempat parkir di dalam blok harus ditanami dengan pohon bertajuk lebar sebagai peneduh. ƒ Di sepanjang koridor jalan direncanakan sebagai jalur hijau. ƒ Ruang terbuka pada situs direncanakan dengan lansekap yang sesuai karakter situs. ƒ Di tengah area permukiman disediakan ruang terbuka yang dapat berfungsi sebagai taman, area bermain dan lapangan olahraga. ƒ Area terbuka di tepi soungai Sousah dimanfaatkan sebagai jalur boardwalk, yang dapat dimanfaatkan pula untuk rekreasi alam. Selain itu di sepanjang sungai ini juga ditanami pohon sebagai buffer untuk turap alami.

3. Sirkulasi: ƒ Pencapaian utama kedalam bangunan dari jalan utama. ƒ Ruang terbuka di dalam blok pengembangan setidaknya mengakomodasi dan menyediakan tempat parkir bagi pengguna kantor. ƒ Parkir pada pasar lama diletakkan di belakang bangunan ruko. ƒ Pada blok perumahan parkir disediakan pada masing-masing kavling

4. Tata Bangunan: ƒ Garis sempadan bangunan pada koridor Tuanku Tambusai (kolektor sekunder) adalah 6 m. ƒ Garis sempadan bangunan pada jalan lokal sekunder adalah 3 m. ƒ Karakter bangunan penunjang pada area Benteng Tujuh Lapis dan rekreasi outbond mengadopsi gaya arsitektur Melayu Riau. ƒ Orientasi bangunan pada lapis pertama di koridor Tuanku Tambusai adalah ke koridor. Orientasi bangunan perumahan adalah ke taman lingkungan atau jalan lokal sekunder/lingkungan.

LAPORAN AKHIR VIII-20 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 8.18. Rencana Mikro Blok G (Konservasi Dan Rekreasi)

LAPORAN AKHIR VIII-21 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 8.19. Potongan Jalan Kolektor Sekunder Di Blok E-G

LAPORAN AKHIR VIII-22 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 8.20. Site Plan Benteng Tujuh Lapis

LAPORAN AKHIR VIII-23 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 8.21. Kawasan Outbond

Gambar 8.21.1. Perspektif Mata Burung Kawasan Outbond Gambar 8.21.2. Perspektif Mata Burung Kawasan Outbond

Gambar 8.21.3. Sketsa Suasana Kawasan Outbond Gambar 8.21.4. Sketsa Suasana Kawasan Outbond

LAPORAN AKHIR VIII-24 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 8.22. Kawasan Riverfront

Gambar 8.22.1. Tampak Atas Kawasan Riverfront

GAMBAR 8.15.2. SKETSA KAWASAN RIVERFRONT

Gambar 8.22.2 Sketsa Kawasan Riverfront

LAPORAN AKHIR VIII-25 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Gambar 8.22.3. Sketsa Kawasan Riverfront

Gambar 8.22.4. Sketsa Kawasan Riverfront

LAPORAN AKHIR VIII-26 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

1. Tingkat kemendesakan dalam rangka perlindungan obyek-obyek peninggalan sejarah BBAABB IIXX di Kawasan Benteng Tujuh Lapis. 2. Tingkat kemendesakan pengembangan wisata budaya dan sejarah Melayu di IINDIKASI PPROGRAM Kabupaten Rokan Hulu.

3. Tingkat kemendesakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan nyata masyarakat.

4. Merupakan sambungan dari program multi-tahun yang sedang berjalan, sedemikian Indikasi-indikasi program pembangunan berikut dapat ditindaklanjuti menjadi program sehingga jika dihentikan akan sama sekali menghapus manfaat dari keseluruhan pembangunan melalui prosedur formal perencanaan pembangunan yang ada. Program program yang sudah dan sedang berjalan tersebut. pembangunan ini dapat diterjemahkan menjadi proyek-proyek dan pelaksanaan kegiatan 5. Merupakan program penarik investasi dan/atau penciptaan kondisi yang kondusif bagi melalui APBD untuk sektor publik dan tidak menutup kemungkinan peran aktif dan kontribusi penarikan investasi dari luar Kabupaten Rokan Hulu. pihak swasta dan masyarakat. Indikasi program yang disusun mempertimbangkan tujuan, 6. Merupakan program yang menciptakan lapangan pekerjaan dan menjanjikan konsep pengembangan dan berbagai strategi dan kebijakan spasial yang berupa rencana tata peningkatan kesejahteraan lahir dan batin masyarakat. bangunan dan lingkungan serta rencana teknis ruang. 7. Merupakan program yang mampu meningkatkan kecerdasan masyarakat.

8. Merupakan program yang mampu meningkatkan pelayanan publik secara luas, bahkan Agar Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh untuk skala wilayah. Lapis dapat dijadikan pedoman dan acuan pembangunan secara nyata, perlu dijabarkan dalam 9. Merupakan program yang mampu menciptakan wahana sosialisasi antar warga. aspek implementasi terkait penyusunan indikasi program. Indikasi program disusun dengan mengupayakan pelaksanaan yang konsisten dengan tujuan pembangunan Kabupaten Rokan 9.2 Indikasi Program Pembangunan Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis Hulu, mengakomodasi langkah yang mendukung strategi penataan, runtut serta dapat Untuk mewujudkan kawasan yang sesuai dengan perencanaan diperlukan rangkaian program dijabarkan lebih lanjut dalam program dan satuan proyek-proyek pendukungnya. dengan skala prioritas. Program-program pembangunan ini terbagi menjadi program fisik dan mengidentifikasi input sumber dayanya (waktu, dana, lokasi, pelaku). program non-fisik.

9.1 Pertimbangan Prioritas Program Pembangunan 9.2.1 Program Fisik Program-program yang akan diindikasikan disini adalah program-program jangka panjang (10 Program fisik rencana tata bangunan dan lingkungan kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis tahun) dan menengah (5 tahun) sesuai dengan tahun rencana. Keseluruhan indikasi program ini dibagi dalam program pembangunan untuk penataan zona/sub-kawasan sebagai berikut: diturunkan dari strategi dan kebijaksanaan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan 1. Penataan Blok A sebagai gerbang kawasan (perkantoran, terminal dan pasar baru) Bersejarah Benteng Tujuh Lapis yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk 2. Penataan Blok B sebagai gerbang kawasan (balai adat dan perkantoran) menjaga konsistensi dari tujuan dan arah pengembangan yang telah disepakati bersama. 3. Penataan Blok C sebagai sub kawasan transisi (perkantoran, perumahan, konservasi) Beberapa pertimbangan prioritas perlu dikemukakan terlebih dahulu dalam rangka memberikan 4. Penataan Blok D sebagai sub kawasan transisi (perkantoran, perumahan) acuan jenis dan bentuk program yang dirasakan paling penting dan mendesak untuk 5. Penataan Blok E sebagai sub kawasan konservasi (komersial, jasa) dilaksanakan dalam jangka menengah untuk mendukung strategi RTBL Kawasan Bersejarah 6. Penataan Blok F sebagai sub kawasan konservasi (komersial, jasa, perumahan, riverfront) Benteng Tujuh Lapis seperti : 7. Penataan Blok G sebagai sub kawasan konservasi dan rekreasi

LAPORAN DRAFT FINAL IX-1 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Indikasi program pembangunan tersebut di atas dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut ini. Didalam setiap zona tersebut, termasuk juga indikasi program pembangunan untuk setiap koridor jalan utama yaitu Jalan Raya Tuanku Tambusai

Tabel 9.1 Penataan Blok A (Gerbang Kawasan: Perkantoran, Terminal dan Pasar Baru) No. Program Sub Program Sumber Stakeholder Tahun Realisasi Pembiayaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Penataan Blok A Perbaikan dan pelebaran jalan APBD Dinas PU Binamarga Perbaikan fisik trotoir terintegrasi dengan pembuatan jalur pedestrian (full pedestrian area) APBD Dinas PU Binamarga Penanaman pohon/vegetasi pelindung APBD/Swadaya Masyarakat Dinas PU Binamarga Pembuatan perabot jalan APBD Dinas PU Binamarga Pembuatan jalur alternatif pedestrian APBD Dinas PU Binamarga Penataan tata informasi/signage APBD/Swasta/Masyarakat Dinas Pu/Pengawas Bangunan

Pemasangan JPU Pembuatan dan penataan jalur drainase APBD Dinas PU Pembuatan tempat pemberhentian kendaraan umum APBD Dinas PU Binamarga Pembangunan/penataan lahan parkir APBD Dinas PU/Pengawas Bangunan Konsolidasi lahan APBD Swasta, Dinas PU, Bappeda, Masyarakat Pembangunan Terminal transit/penyeberangan APBD Dinas PU Pembangunan Pasar Baru APBD Dinas PU Pengembangan Bangunan Perkantoran APBD Dinas PU Penyediaan dan penambahan kapasitas air bersih APBD/Swadaya Masyarakat PDAM , Dinas PU, Masyarakat/Swasta Penyediaan dan penambahan kapasitas listrik dan telepon Masyarakat PLN, Telkom dan Masyarakat.

Tabel 9.2 Penataan Blok B (Gerbang Kawasan: Balai Adat dan Perkantoran) No. Program Sub Program Sumber Stakeholder Tahun Realisasi Pembiayaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Penataan Blok B Perbaikan dan pelebaran jalan APBD Dinas PU Binamarga Perbaikan fisik trotoir terintegrasi dengan pembuatan jalur pedestrian (full pedestrian area) APBD Dinas PU Binamarga Penanaman pohon/vegetasi pelindung APBD/Swadaya Masyarakat Dinas PU Binamarga Pembuatan perabot jalan APBD Dinas PU Binamarga Pembuatan jalur alternatif pedestrian APBD Dinas PU Binamarga Penataan tata informasi/signage APBD/Swasta/Masyarakat Dinas Pu/Pengawas Bangunan

Pemasangan JPU Pembuatan dan penataan jalur drainase APBD Dinas PU Pembuatan tempat pemberhentian kendaraan umum APBD Dinas PU Binamarga Pembangunan/penataan lahan parkir APBD Dinas PU/Pengawas Bangunan Konsolidasi lahan APBD Swasta, Dinas PU, Bappeda, Masyarakat Pengembangan Balai adat dan pusat informasi wisata dan budaya APBD Dinas PU Penyediaan dan penambahan kapasitas air bersih APBD/Swadaya Masyarakat PDAM , Dinas PU, Masyarakat/Swasta Penyediaan dan penambahan kapasitas listrik dan telepon Masyarakat PLN, Telkom dan Masyarakat.

LAPORAN DRAFT FINAL IX-2 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

Tabel 9.3 Penataan Blok C (Transisi : Perkantoran, Perumahan dan Konservasi) No. Program Sub Program Sumber Stakeholder Tahun Realisasi Pembiayaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Penataan Blok C Perbaikan dan pelebaran jalan APBD Dinas PU Binamarga Perbaikan fisik trotoir terintegrasi dengan pembuatan jalur pedestrian (full pedestrian area) APBD Dinas PU Binamarga Penanaman pohon/vegetasi pelindung APBD/Swadaya Masyarakat Dinas PU Binamarga Pembuatan perabot jalan APBD Dinas PU Binamarga Pembuatan jalur alternatif pedestrian APBD Dinas PU Binamarga Penataan tata informasi/signage APBD/Swasta/Masyarakat Dinas Pu/Pengawas Bangunan

Pemasangan JPU Pembuatan dan penataan jalur drainase APBD Dinas PU Pembuatan tempat pemberhentian kendaraan umum APBD Dinas PU Binamarga Pembangunan/penataan lahan parkir APBD Dinas PU/Pengawas Bangunan Konsolidasi lahan APBD Swasta, Dinas PU, Bappeda, Masyarakat Rehabilitasi situs bersejarah APBD Dinas PU Dinas Pariwisata Pengembangan bangunan perkantoran APBD Dinas PU Penyediaan dan penambahan kapasitas air bersih APBD/Swadaya Masyarakat PDAM , Dinas PU, Masyarakat/Swasta Penyediaan dan penambahan kapasitas listrik dan telepon Masyarakat PLN, Telkom dan Masyarakat.

Tabel 9.4 Penataan Blok D (Transisi : Perkantoran, Perumahan) No. Program Sub Program Sumber Stakeholder Tahun Realisasi Pembiayaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Penataan Blok D Perbaikan dan pelebaran jalan APBD Dinas PU Binamarga Perbaikan fisik trotoir terintegrasi dengan pembuatan jalur pedestrian (full pedestrian area) APBD Dinas PU Binamarga Penanaman pohon/vegetasi pelindung APBD/Swadaya Masyarakat Dinas PU Binamarga Pembuatan perabot jalan APBD Dinas PU Binamarga Pembuatan jalur alternatif pedestrian APBD Dinas PU Binamarga Penataan tata informasi/signage APBD/Swasta/Masyarakat Dinas Pu/Pengawas Bangunan

Pemasangan JPU Pembuatan dan penataan jalur drainase APBD Dinas PU Pembuatan tempat pemberhentian kendaraan umum APBD Dinas PU Binamarga Pembangunan/penataan lahan parkir APBD Dinas PU/Pengawas Bangunan Konsolidasi lahan APBD Swasta, Dinas PU, Bappeda, Masyarakat Penyediaan dan penambahan kapasitas air bersih APBD/Swadaya Masyarakat PDAM , Dinas PU, Masyarakat/Swasta Penyediaan dan penambahan kapasitas listrik dan telepon Masyarakat PLN, Telkom dan Masyarakat.

Tabel 9.5 Penataan Blok E (Konservasi : Komersial, Jasa) No. Program Sub Program Sumber Stakeholder Tahun Realisasi Pembiayaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Penataan Blok E Perbaikan dan pelebaran jalan APBD Dinas PU Binamarga Perbaikan fisik trotoir terintegrasi dengan pembuatan jalur pedestrian (full pedestrian area) APBD Dinas PU Binamarga Penanaman pohon/vegetasi pelindung APBD/Swadaya Masyarakat Dinas PU Binamarga Pembuatan perabot jalan APBD Dinas PU Binamarga Pembuatan jalur alternatif pedestrian APBD Dinas PU Binamarga

LAPORAN DRAFT FINAL IX-3 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

No. Program Sub Program Sumber Stakeholder Tahun Realisasi Pembiayaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Penataan tata informasi/signage APBD/Swasta/Masyarakat Dinas Pu/Pengawas Bangunan

Pemasangan JPU Pembuatan dan penataan jalur drainase APBD Dinas PU Pembuatan tempat pemberhentian kendaraan umum APBD Dinas PU Binamarga Pembangunan/penataan lahan parkir APBD Dinas PU/Pengawas Bangunan Konsolidasi lahan APBD Swasta, Dinas PU, Bappeda, Masyarakat Pembangunan gedung serba guna dan museum APBD Dinas PU Pembangunan pusat penelitian sejarah dan wisata Melayu Riau APBD Dinas PU Penyediaan dan penambahan kapasitas air bersih APBD/Swadaya Masyarakat PDAM , Dinas PU, Masyarakat/Swasta Penyediaan dan penambahan kapasitas listrik dan telepon Masyarakat PLN, Telkom dan Masyarakat.

Tabel 9.6 Penataan Blok F (Konservasi : Komersial, Jasa, Perumahan dan Riverfront) No. Program Sub Program Sumber Stakeholder Tahun Realisasi Pembiayaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Penataan Blok E Perbaikan dan pelebaran jalan APBD Dinas PU Binamarga Perbaikan fisik trotoir terintegrasi dengan pembuatan jalur pedestrian (full pedestrian area) APBD Dinas PU Binamarga Penanaman pohon/vegetasi pelindung APBD/Swadaya Masyarakat Dinas PU Binamarga Pembuatan perabot jalan APBD Dinas PU Binamarga Pembuatan jalur alternatif pedestrian APBD Dinas PU Binamarga Penataan tata informasi/signage APBD/Swasta/Masyarakat Dinas Pu/Pengawas Bangunan

Pemasangan JPU Pembuatan dan penataan jalur drainase APBD Dinas PU Pembuatan tempat pemberhentian kendaraan umum APBD Dinas PU Binamarga Pembangunan/penataan lahan parkir APBD Dinas PU/Pengawas Bangunan Konsolidasi lahan APBD Swasta, Dinas PU, Bappeda, Masyarakat Rehabilitasi dan pengembangan pasar lama APBD Dinas PU Dinas Pariwisata Pembangunan kawasan tepi air (board walk dan lansekap) APBD Dinas PU Penyediaan dan penambahan kapasitas air bersih APBD/Swadaya Masyarakat PDAM , Dinas PU, Masyarakat/Swasta Penyediaan dan penambahan kapasitas listrik dan telepon Masyarakat PLN, Telkom dan Masyarakat.

Tabel 9.7 Penataan Blok F (Konservasi : Komersial, Jasa, Perumahan dan Riverfront) No. Program Sub Program Sumber Stakeholder Tahun Realisasi Pembiayaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Penataan Blok E Perbaikan dan pelebaran jalan APBD Dinas PU Binamarga Perbaikan fisik trotoir terintegrasi dengan pembuatan jalur pedestrian (full pedestrian area) APBD Dinas PU Binamarga Penanaman pohon/vegetasi pelindung APBD/Swadaya Masyarakat Dinas PU Binamarga Pembuatan perabot jalan APBD Dinas PU Binamarga Pembuatan jalur alternatif pedestrian APBD Dinas PU Binamarga Penataan tata informasi/signage APBD/Swasta/Masyarakat Dinas Pu/Pengawas Bangunan

Pemasangan JPU Pembuatan dan penataan jalur drainase APBD Dinas PU Pembuatan tempat pemberhentian kendaraan umum APBD Dinas PU Binamarga Pembangunan/penataan lahan parkir APBD Dinas PU/Pengawas Bangunan

LAPORAN DRAFT FINAL IX-4 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

No. Program Sub Program Sumber Stakeholder Tahun Realisasi Pembiayaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Konsolidasi lahan APBD Swasta, Dinas PU, Bappeda, Masyarakat Rehabilitasi dan pengembangan pasar lama APBD Dinas PU Dinas Pariwisata Pembangunan kawasan tepi air (board walk dan lansekap) APBD Dinas PU Penyediaan dan penambahan kapasitas air bersih APBD/Swadaya Masyarakat PDAM , Dinas PU, Masyarakat/Swasta Penyediaan dan penambahan kapasitas listrik dan telepon Masyarakat PLN, Telkom dan Masyarakat.

Tabel 9.8 Penataan Situs/Bangunan Bersejarah di Kawasan Benteng Tujuh Lapis No. Program Sub Program Sumber Stakeholder Tahun Realisasi Pembiayaan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 Penataan Bangunan Penting/ Rehabilitasi situs dan bangunan bersejarah APBD/APBN/Swadaya PU/Pengawas Bangunan Khusus pada Kawasan Cagar Masyarakat Masyakat Buadaya Penerapan insentif dan disinsentif bagi pemilik dan lingkungan di sekitar bangunan APBD Bappeda penting/bermakna Dinas PU/Pengawas Bangunan Dinas Pariwisata Penyusunan Perda perlindungan bangunan penting/bermakna penting pada kawasan APBD Bappeda Bersejarah Dinas PU Dinas Pariwisata

Tabel 9.9 Program Pengembangan Wisata No Program Sub Program Pembiayaan Stakeholder Tahun Realisasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Pariwisata: Atraksi: Bappeda - Pengembangan produk - Peningkatan kuaitas objek & daya tarik wisata yang ada APBD Dinas PU - Penyediaan fasilitas penunjang di objek wisata Dinas Paririsata - Menggali daya tarik budaya/kesenian/kerajinan lokal Masyarakat - Interpretasi objek & daya tarik wisata Swasta Akomodasi & restoran: Masyarakat - Penyediaan akomodasi setara hotel bintang Swasta Swasta - Pengembangan homestay berkualitas - Peningkatan kualitas restoran/rumah makan - Pembangunan rstoran/rumah makan Penunjang: APBD & Swasta Bappeda - Shelter/rest area, dilengkapi KM/toilet Dinas PU - Signage/papan objek/peta lokasi Dinas Pariwisata - Pembangunan tourist Information center Swasta - Pembangunan visitor centre - Souvenir shop/pasar cendramata lokal - Penyusunan Heritage Trail APBD Bappeda Dinas Pariwisata Swasta Pemasaran - Kerjasama regional/nasional/internasional APBN/APBD & Swasta Dinas Pariwisata - Promosi bersama: brosur, travel mart dll - Integrasi paket wisata dengan daerah Melayu lainnya - Pemantapan pasar wisnus lokal - Pengembangan pasar wisnus reg/nas - Pengembangan pasar wisman

LAPORAN DRAFT FINAL IX-5 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

No Program Sub Program Pembiayaan Stakeholder Tahun Realisasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 SDM - Sosialisasi ke masyarakat Masyarakat - Pelatihan bagi petugas APBD/Swasta Dinas Pemberdayaan Masyarakat - Pemberdayaan masyarakat Dinas Pariwisata Kelembagaan - Pembentukan badan pengelola Heritage Trail APBD Dinas Pariwisata Dinas Pemberdayaan Masyarakat DPRD

9.2.2 Program Non Fisik Program non fisik dari rencana tata bangunan dan lingkungan Kawasan Bersejarah masyarakat. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah masalah rencana relokasi dari Benteng Tujuh Lapis terdiri dari sosialisasi RTBL Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh beberapa kawasan. Agar tercipta kondisi win win solution, maka upaya relokasi Lapis antar dinas/instansi terkait, sosialisasi RTBL kepada masyarakat, proses RTBL penduduk diarahkan pada lokasi perumahan yang telah direncanakan pada RTBL ini. menjadi Perda, dan penyusunan Masterplan/Development Plan Kawasan Bersejarah Selain arahan lokasi, juga perlu disiapkan sarana dan prasarana untuk perumahan Benteng Tujuh Lapis. Dalam implementasi program-program dari RTBL ini perlu terlebih tersebut. dahulu dilakukan penyiapan masyarakat agar tidak terjadi gejolak sosial di masyarakat. Upaya penyiapan ini diantaranya adalah dengan dilakukannya sosialisasi RTBL kepada

Tabel 9.10 Program Non Fisik No. Program Sub Program Pembiayaan Stakeholder Tahun Realisasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Program Non Fisik Sosialisasi RTBL Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis antar Dinas/instansi APBD Bappeda terkait Dinas Pariwisata Dinas Pemberdayaan Masyarakat Proses RTBL menjadi Perda Dinas Pariwisata Dinas PU Bappeda DPRD Sosialisasi RTBL Kawasan Benteng Tujuh Lapis kepada masyarakat luas APBD Dinas Pemberdayaan Masyarakat Penyusunan Master plan/Development plan Kawasan Benteng Tujuh Lapis APBD/ Bappeda APBN Dinas PU Dinas Pariwisata

LAPORAN DRAFT FINAL IX-6 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis

9.3 Penetapan Kawasan Prioritas Pembangunan

Kawasan yang diprioritaskan dalam pembangunan Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis didasarkan pada tingkat kemendasakan kebutuhan pemerintah daerah dan masyarakat serta perlindungan obyek-obyek bersejarah. Beberapa kawasan yang diprioritaskan pembangunannya adalah sebagai berikut; 1. Prioritas pertama Kawasan Perkantoran dan Balai Adat pada Blok A dan B, koridor Tuanku

Tambusai , situs dan bangunan bersejarah di Kawasan Benteng Tujuh Lapis. 2. Prioritas kedua adalah pembangunan perumahan dan fasilitas lingkungan di lapis kedua koridor Tuanku Tambusai, dan kawasan rekreasi.

3. Prioritas Ketiga adalah pembangunan di kawasan paling luar dari pembangunan prioritas pertama dan kedua, yaitu kawasan tepi air di Blok F dan Blok G.

LAPORAN DRAFT FINAL IX-7 Rtbl Kawasan Bersejarah Benteng Tujuh Lapis