PEMERINTAH KABUPATEN SELATAN DINAS KEHUTANAN UPTD KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) MODEL BACAN (UNIT XIII) Jalan Raya Tomori – Labuha Bacan Tlp/Fax (09278) 2321194, 2321544 Kode Pos 97791

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHP MODEL BACAN (UNIT XIII) DI KABUPATEN HALMAHERA SELATAN PROVINSI UTARA

DISUSUN OLEH : KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI MODEL BACAN (UNIT XIII)

LABUHA, 2014

BUKU RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHP MODEL BACAN (UNIT XIII)

Digandakan dan dijilid oleh : Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional IV Tahun 2015

HALAMAN JUDUL

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHP MODEL BACAN (UNIT XIII) DI KABUPATEN HALMAHERA SELATAN PROVINSI MALUKU UTARA

Merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari :

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK Nomor : SK. 7580/Menhut-II/Reg.4-1/2014 Tanggal : 17 Desember 2014

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIRETORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH VI

NOMOR : LP. 69/BPKH VI-3/2014 TAHUN : 2014

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP) KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP) MODEL BACAN (UNIT XIII) KABUPATEN HALMAHERA SELATAN PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN : 2015 - 2024

MANADO,SEPTEMBER 2014 PerDirJenPlanologi_no:P.5/VII-WP3H/2012_14Mei2012_Halaman Judul

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 i

LEMBAR PENGESAHAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KPHP MODEL BACAN (UNIT XIII) DI KABUPATEN HALMAHERA SELATAN PROVINSI MALUKU UTARA

Labuha, 2014

Disusun oleh : KEPALA UPTD KPHP MODEL BACAN (UNIT XIII),

Bachruddin Limatahu, S.Hut. NIP. 19711106 200604 1 017

Diketahui oleh:

KEPALA DINAS KEHUTANAN KEPALA DINAS KEHUTANAN PROVINSI MALUKU UTARA, KABUPATEN HALMAHERA SELATAN,

M. Syukur Lila, S.Hut., M.Si. Drs. Josep Pinoke NIP 19690505 200112 1 005 NIP 19570625 198503 1 008

DISAHKAN

PADA TANGGAL : …………………….

OLEH :

a.n. MENTERI KEHUTANAN RI KEPALA PUSAT PENGENDALIAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN REGIONAL IV,

Dr.Ir. Muhammad Firman, M.For.Sc. NIP. 19590225198603 1 002 Sumber format

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 ii

PETA SITUASI

KPHP MODEL BACAN di KABUPATEN HALMAHERA SELATAN, PROVINSI MALUKU UTARA

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 iii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi(KPHP) Model Bacan (Unit XIII) di Kabupaten Halmahera Selatan tahun 2015- 2024 ini disusun dan disajikan berpedoman pada Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan, Nomor:P.5/VII-WP3H/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor :P.46/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi. KPHP Model Bacan memiliki luas areal ±140.808 ha dengan fungsi Kawasan Hutan Lindung (±62.836 ha), Kawasan Hutan Produksi Terbatas (±70.212 ha), dan Kawasan Hutan Produksi (±7.760 ha).

Visi KPHP Model Bacantahun 2015-2024 yaitu “Pengelolaan hutan lestari yang berbasis kepulauan, berbudaya dan mandiri untuk kesejahteraan masyarakat sekitarnya”. Adapun misi KPHP Model Bacan yakni: 1. Mewujudkan kelestarian sumberdaya hutan dengan membangun partisipasi para pihak/para pemegang kepentingan (stakeholder), meningkatkan sumber daya manusia kehutanan, meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia yang terlibat dalam pengelolaan sumberdaya hutan, mencegah tindakan kerusakan hutan, meminimalkan potensi konflik pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan, memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengelolan sumberdaya hutan, dan merevitalisasi kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya hutan. 2. Mewujudkan masyarakat yang sejahtera dengan terpenuhinya hajat hidup yang mencakup kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan lapangan kerja, keamanan dan keselamatan diri dan lingkungannya, serta pemenuhan aktualisasi eksistensi kepribadian. 3. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya hutan yang mandiri dengan mengembangkan produk hutan yang memiliki prospek ekonomi, mengoptimalkan fungsi kawasanHutan Produksi (HP) dan Hutan Lindung (HL), mengoptimalkan pemanfaatan jasa lingkungan dan memberdayakan ekonomi masyarakat.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 iv

Capaian-capaian utama dari RPHJP KPHP Model Bacanantara lain: 1. Tertatanya blok-blok dan petak-petak pengelolaan hutan dalam KPHP Model Bacan seluas lebih kurang 140.808 ha yang terdiri 9 blok pengelolaan yang meliputi pada kawasan HP 433 petak pengelolaan dan 3 blok pengelolaan yang meliputi 362 petak pengelolaan pada HL secara bertahap dan berkelanjutan. 2. Tersusunnya perencanaan hutan lanjutan untuk KPHP Model Bacan, yakni: RPHJP 2025-2034, dan RPH-RPH Jangka Pendek/Tahunan untuk tahun 2016 sampai tahun 2024. 3. Terbangunnya database KPHP Model Bacan berbasis pengelolaan komoditas pada setiap blok dan petak. 4. Terbangunnya lembaga KPHP Model Bacan yang professional, efektif dan efisien dengan perkembangan mulai dari Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) menjadi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PERATURAN PEMERINTAHK-BLUD). 5. Tersedianya sarana dan prasarana operasional KPHP Model Bacan yang memadai untuk tingkat Resor Polisi Hutan (RPH). 6. Terbentuk dan terbinanya 30 kelompok tanihutan (KTH) dan 20 koperasi sebagai lembaga usaha kelompok dari masyarakat lokal sekitar KPHP Model Bacan. 7. Terlaksananya pengelolaan hutan lestari KPHP Model Bacan melalui kegiatan-kegiatan: penyuluhan kehutanan dan patroli hutan yang intensif dan berkelanjutan, pemberantasan illegal logging dan penurunan areal perambahan kawasan, pengendalian kebakaran hutan, dan penurunan jumlah kejadian konflik tenurial. 8. Terwujudnya pengembangan obyek wisata alam dan jasa lingkungan lainnya melalui kemitraan dengan KPHP Model Bacan 9. Terlaksananya reboisasi dan pengkayaan tanaman hutan secara partisipatif dalam KPHP Model Bacan dan 10. Tersusunnya rencana pengembangan usaha (business plan) dan kemitraan pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (HHK), Hasil Hutan Buka Kayu (HHBK), perdagangan karbon dan jasa lingkungan lainnya pada wilayah tertentu dalam KPHP Model Bacan.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 v

Jenis pohon/tanaman unggulan yang tumbuh alami dan akan dikembangkan dalam RPHJP KPHP Model Bacantahun 2015-2024 antara lain: HHK Kelompok Meranti/Komersial Satu seperti tegakan kenari (Canarium hirsutum), nyatoh (Palaquium javense), matoa (Pometia pinnata), meranti (Shorea sp.), susu (Alstonia scholaris).HHK Kelompok Rimba Campuran/Komersial Dua seperti tegakan pala hutan (Myristica fatren), gofasa (Vitex sp.), raja (Koompassia malaccensis), bugis (Koordensiodendron pinnatum), taulate (Metrosideros sp.), binuang (Octomeles sumatrana), samama (Anthocepallus micropillus). dan lain-lain.HHK kelompok kayu eboni/kayu indah satu seperti tegakan malambua (Diospyros sp.), mologotu (Diospyros ebenum).HHK kelompok kayu indah dua seperti tegakan cempaka (Lipiniopsis ternatensis), mangga hutan (Mangifera indica), cina (Casuarina sumatrana).HHK kelompok kayu belum dikenal seperti tegakan hiru (Vatica papuana), suling (Drupetes sp.), badenga (Neonauclea schlechteri).Serta jenis HHBK seperti damar, aren, kayu putih, bambu, pala, kemiri, durian, manggis, leci, matoa, dan tanaman Multi purpose tree spices (Mpts) serta tanaman produktif di bawah tegakan atau tanaman non-HHBK seperti kelapa, cengkeh, kopi, kakao dan tanaman ikutan lainnya.

Target rencana kegiatan RPHJP KPHP Model Bacan tahun 2015-2024 sebagai berikut; 1. Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) pada seluruh wilayah minimal sekali setiap 5 tahun, meliputi: inventarisasi potensi tegakan tiap blok dan/atau petak pada Blok-blok Wilayah Tertentu seluas lebih kurang 68.086,06 ha atausebanyak 513 petak dan Blok-blok Bukan Wilayah Tertentu seluas lebih kurang 72.722 ha atau sebanyak 282 petak dengan rincian Blok-blok Wilayah Tertentu sebagai berikut: a. Blok-blok Pemanfaatan pada kawasan HLseluas lebih kurang 27.720 ha yang meliputi 110 petak. b. Blok-blok Khusus Cagar Budaya pada kawasan HL seluas lebih kurang 1.055 ha yang meliputi 5 petak. c. Blok-blok Pemanfaatan HHBK, Jasling dan Kawasan pada kawasan HPseluas lebih kurang 4.818 ha meliputi 46 petak. d. Blok-blok Pemanfaatan HHK-HA pada kawasan HP seluas lebih kurang 6.324 ha meliputi 59 petak. e. Blok-blok Pemanfaatan HHK-HT pada kawasan HP seluas lebih kurang 13.485 ha meliputi 144 petak.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 vi

f. Blok-blok Pemanfaatan HHK-RE pada kawasan HP seluas lebih kurang 2.527 ha meliputi 26 petak. g. Blok-blok Pemberdayaan Masyarakat pada kawasan HP seluas lebih kurang 11.871 ha meliputi 120 petak dan h. Blok-blok Khusus Pendidikan pada kawasan HP seluas lebih kurang 287 ha meliputi 3 petak. IHMB juga dibarengi dengan inventarisasi potensi lainnya dan inventarisasi sosekbud masyarakat sekitar KPH pada 5 pulau besar, yaitu P. Bacan, P. Kasiruta, P. Mandioli, P. Batanglomang dan P. Kayoa serta pulau kecil lainnyatermasuk monitoring Petak Ukur Permanen (PUP) stok karbon secara bertahap dan berkelanjutan. 2. Rekonstruksi batas dilakukan secara bertahap dan akan dikoordinasikan dengan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VI. Target kegiatan rekonstruksi batas luar dan batas fungsi kawasn hutan tahun 2015 dan tahun 2016 direncanakan sepanjang 600 kmdan direncanakan pengamanan dan pemeliharaan batas kawasan hutan sepanjang 300 km yang dilakukan secara rutin dan berkelanjutan. 3. Rencana pemanfaatan wilayah tertentu pada HL diarahkan untuk pemanfaatan terbatas, yakni jasa wisata alam, jasa karbon dan jasa lingkungan lainnya. 4. Rencana pemanfaatan wilayah tertentu pada HP diarahkan untuk pemanfaatan HHK, HHBK, jasa wisata, jasa karbon dan jasa lingkungan lainnya. Selanjutnya rencana skema pemanfaatan wilayah tertentu dilakukan melalui skema kemitraan sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.39/Menhut-II/2013 dan Nomor : P.47/Menhut-II/2013. 5. Pemberdayaan masyarakat dengan pembentukan KTH sebanyak 20 kelompok, pembinaan KTH sebanyak 40 kegiatan, pengembangan tanaman produktif di bawah tegakan seluas 5.000 ha, hasil kemasan olahan HHBK sebanyak 20 paket, pembinaan kelompok usaha perlebahan sebanyak 2 unit, pembentukan koperasi KTH sebanyak 6 koperasi, dan fasilitasi perkreditan kemitraan sebanyak 60 kegiatan, pembentukan forum adat sebanyak 2 kegiatan dan sosialisasi KTH sebanyak 60 kegiatan; 6. Pembinaan dan pemantauan pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan pada areal yang berizinberupa:(a) sosialisasi peraturan perundangan mengenai pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan kepada para pemegang izin,(b) mengingatkan para pemegang izin mengenai kewajiban yang harus dipenuhi,(c) mengingatkan para pemegang izin yang tidak melakukan kewajibansesuai dengan aturan perundangan, dan (d) monitoring dan evaluasi serta penilaian terhadap pelaksanaan izin.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 vii

7. Rencana rehabilitasi hutan dan konservasi tanah meliputi kegiatan reboisasi seluas 4.000 ha, pengayaan tanaman seluas 12.000 ha, pembuatan dam pengendali sebanyak 6 unit dan dam penahan sebanyak 60 unit, embung air sebanyak 8 unit, saluran pembuangan air dan bangunan terjunan sebanyak 42 unit; 8. Pembinaan dan pemantauan (controlling) pelaksanaan rehabilitaasi dan reklamasi hutan pada areal KPHP yang telah ada izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan berupa : (a) sosialisasi mengenai aturan perundangan yang mengatur rehabilitas dan reklamasi hutan, (b) pembinaan atas pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi hutan dan melaporkan hasilnya kepada Menteri setiap 3 bulan dengan tembusan kepada Gubernur dan Bupati, dan (c) memberikan penilaian dan masukan terhadap pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan reklamasi hutan. 9. Perlindungan hutan dan konservasi alam berupa kegiatan patroli pengamanan hutan sebanyak 10.000 HOK, operasi fungsional sebanyak 60 kali, operasi gabungan sebanyak 20 kali, pemberkasan sebanyak 80 paket, pengangkutan barang bukti sebanyak 10 paket, pembangunan pos penjagaan sebanyak 10 lokasi, pembuatan portal sebanyak 30 titik, identifikasi obyek wisata/jasa lingkungan lainnya sebanyak 20 kegiatan, pembuatan menara pemantau/pengamat kebakaran sebanyak 4 unit, pembuatan sekat bakar dan jalur hijau sebanyak 2 unit dan penyelesaian konflik tenurial sebanyak 30 kegiatan; 10. Mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan rencana kerja KPHP dengan para pemegang izin dan instansi terkait lainnya. 11. Rencana penguatan kapasitas kelembagaan KPH meliputi peningkatan dari UPTD Dinas Kehutanan menjadi Satuan Kerja (Satker) tersendiri melalui Peraturan Daerah Kabupaten Halmahera Selatan meliputi 2 kegiatan, yaitu : (1) Penyusunan dan pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) untuk Satker dan (2)Penyusunan dan pembahasan Ranperda tentang PPK-BLUD KPHP Bacan. Dalam hal ini terpenuhinya SDM KPH sebanyak 120 orang yang meliputi SDM pada kantor KPH sebanyak 20 orang, kantor resort/lapangansebanyak 36 orang dan petugas lapangan/Mandor sebanyak 64 orang.Selanjutnya kegiatan diklat teknis sebanyak 20 orang, pelatihan keterampilan/inhouse training/praktek kerja/studi banding/magang mandor dan masyarakat sebanyak 300 orang dan penyusunan SOP KPH dan RPH. 12. Peningkatan sarana dan prasarana operasional serta pembangunan kantor resort KPH sebanyak 7 unit, pembangunan rumah penjaga kantor KPH 1 unit, pemeliharaan kantor KPH, pengadaan kendaraan operasional roda empat (4x4) 2 unit, kendaraan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 viii

roda empat truck sebanyak 4 unit, kendaraan roda dua 36 unit, perahu 40 PK sebanyak 7 unit serta perlengkapan sarana kerja perkantoran. 13. Penyediaan pendanaan diupayakan melalui dana APBN, APBD, DAK Kehutanan, dana bagi hasil kemitraan, dana perdagangan karbon, dana hibah, dan sumber dana lainnya yang tidak mengikat. 14. Mulai tahun 2015, KPHP Model Bacan membangun database untuk pengelolaan data terkini dan akurat untuk penyusunan buku rencana tahunan, rencana strategis lainnya, Neraca Sumber Daya Hutan(NSDH) dan statistik KPH. 15. Review rencana pengelolaan dan evaluasi RPHJP KPHP Model Bacan, meliputi kegiatan evaluasi RPHJP tahun 2015-2024 dan penyusunan RPHJP tahun 2025-2034 16. Rasionalisasi wilayah kelola KPHP Model Bacan dilakukan secara bertahap mulai dari 2 wilayah resort yaitu RPH Bacan dengan luas kawasan hutan lebih kurang 85.620 ha dan luas kawasan wilayah tertentunya lebih kurang 33.204 ha, dan RPH Kasiruta dengan luas kawasan hutan lebih kurang 55.188 ha dan luas kawasan wilayah tertentunya lebih kurang 34.882 hadengan pendekatan utama, yaitu: kekompakan kawasan hutan, keutuhan ekosistem pulau dan rentang kendali secara spasial, pembagian kewenanganserta kemampuan dalam pengelolaan hutan yakni: (1) RPH Bacan Tenggara dengan kawasan wilayah tertentu seluas lebih kurang 10.053 ha,(2) RPH Bacan Baratdaya dengan kawasan wilayah tertentu seluas lebih kurang 3.300 ha,(3) RPH Bacan Timur Laut dengan kawasan wilayah tertentu seluas lebih kurang 18.596 ha,(4) RPH Mandioli dengan kawasan wilayah tertentu seluas lebih kurang 8.351 ha,(5) RPH Kayoa dengan kawasan wilayah tertentu seluas lebih kurang 1.776 ha,(6) RPH Bacan Barat dengan kawasan wilayah tertentu seluas lebih kurang 5.908 ha, dan (7)RPH Kasiruta dengan kawasan wilayah tertentu seluas lebih kurang 20.104 ha. 17. Pengembangan investasi dilakukan dengan meningkatkan promosi, temu usaha, dan mempermudah pelayanan melalui skema kemitraan dengan pola KPH- lembaga usaha masyarakatdalam upaya peningkatan potensi dan diversifikasi produk hasil hutan.

Pembinaan pengawasan dan pengendalian internal akan dilakukan oleh Kepala KPHP Model Bacan baik secara langsung maupun secara tidak langsung termasuk melaksanakan sistem pengendalian intern di tingkat KPH da RPH. Sedangkan pembinaan, pengawasan dan pengendalian eksternal sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 ix

P.6/Menhut-II/2010 dilakukan oleh atau atas nama Menteri Kehutanan yakni eselon I terkait, Pusdal Regional IVyang dapat juga didelegasikan kepada Gubernur Maluku Utara.

Pemantauan dan evaluasi KPHP Model Bacan dilakukan secara berkala dan berjenjang sesuai dengan tahapannya terhadap seluruh komponen kegiatan pengelolaan hutan yang dilaksanakan. Organisasi KPHP Model Bacan melaporkan hasil akhir dari seluruh kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan fungsi dan tugasnya secara berkala dengan mengacu pada SOP dengan tahapan penyusunan laporan dimulai dari penyiapan format laporan, penyusunan bahan laporan resume telaahan dan pengarsipan dokumen. Laporan KPHP Model Bacan terdiri dari Laporan Bulanan, Laporan Triwulanan, Laporan Semester dan Laporan Tahunan. Seluruh laporan ditandatangani Kepala KPHP Model Bacan dan disampaikan kepada Menteri Kehutanan melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Halmahera Selatan dengan ditembuskan kepada Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan dan instansi terkait lainnya.

Semoga buku ini bermanfaat bagi para pihak yang membutuhkannya, terutama pengelola KPHP Model Bacan sebagai bahan pedoman dalam pengelolaan hutan di tingkat tapak.Diharapkan pengelolaan hutan lestari, mandiri untuk kesejahteraan masyarakat dan berbudaya kepulauan yang berbasis ekosistem pulau dapat diwujudkanpada tahun 2025 yang akan datang.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 x

KATA PENGANTAR

Buku RPHJP KPHP Model Bacan disusun dan disajikan dengan berpedoman pada Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor: P.5/VII-WP3H/2012 tanggal 14 Mei 2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.46/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi. Lebih lanjut materi RPHJP dan Tata Hutan telah memperhatikan hasil konsultasi public pada tanggal 27 Agustus 2014 yang lalu di Labuha, Kabupaten Halmahera Selatan. Perencanaan hutan KPHP Model Bacan Tahun 2015-2024 diperlukan untuk pengelolaan hutan yang efisien dan berkelanjutan melalui strategi pembangunannya. Kawasan hutan KPHP Model Bacan dibagi kedalam blok-blok pengelolaan melalui proses tata hutan dengan kriteria kepastian dan kelayakan ekologi, pengembangan kelembagaan, pemanfaatan hutan, aspirasi dan nilai budaya masyarakat serta berpedoman pada rencana kehutanan nasional, Provinsi Maluku Utara danKabupaten Halmahera Selatan dengan prinsip pengelolaan hutan yang efisien, ekonomis dan lestari.

RPHJP KPHP Model Bacan dalam implementasinya membutuhkan kolaborasi dengan instansi pemerintah dan para pihak terkait, untuk mewujudkan beroperasinya KPHP secara mandiri.Semoga buku ini bermanfaat bagi para pihak yang membutuhkannya dan sebagai acuan dan pedoman dalam pengelolaan hutan di tingkat tapak.

Labuha, September 2014

Kepala KPHP Model Bacan,

Bachruddin Limatahu, S.Hut. NIP. 19711106 20060604 1 017

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 xi

SEKAPUR-SIRIH

Dokumen RPHJP KPHP Model Bacan Tahun 2015-2024 disajikan sebagai upaya untuk mewujudkan pengelolaan hutan tingkat tapak.Dokumen ini membutuhkan kolaborasi dan sinergitas dengan instansi pemerintah dan parapihak terkait.Materi dokumen perencanaan yang telah melibatkan peran parapihak secara berkala perlu di evaluasi/review agar KPHP dapat beroperasi secara mandiri, produktif dan lestari untuk memberdayakan masyarakat desa di sekitar kawasan hutan guna peningkatan kesejahteraannya.

Pada kesempatan ini kami dari pihak perguruan tinggi mohon maaf apabila masih terdapat kajian materi yang bersifat umum dikarenakan tidak dimungkinkan peninjauan di tingkat tapak pada saat penyusunan dokumen RPHJP ini.Selanjutnya kami berharap pihak KPHP Model Bacan untuk dapat mengaplikasikan target-target perencanaan yang sudah tersajikan dalam dokumen ini.Semoga buku ini bermanfaat bagi para pihak yang membutuhkannya dan sebagai acuan dan pedoman dalam pengelolaan hutan tingkat tapak.

Manado, September 2014

Penulis/Pakar,

Joko Purbopuspito dan Anang Mulyantana.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 xii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ...... i HALAMAN JUDUL ...... ii LEMBAR PENGESAHAN ...... iii PETA SITUASI ...... iv RINGKASAN EKSEKUTIF ...... v KATA PENGANTAR ...... xii DAFTAR ISI ...... xiv DAFTAR TABEL ...... xvi DAFTAR GAMBAR ...... xviii DAFTAR LAMPIRAN ...... xx

I. PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang ...... 1 B. Tujuan ...... 2 C. Sasaran ...... 3 D. Ruang Lingkup ...... 4 E. Batasan Pengertian ...... 5

II. DESKRIPSI KAWASAN KPHP MODEL BACAN ...... 12 A. Risalah Wilayah KPHP Model Bacan ...... 12 B. Potensi Wilayah KPHP Model Bacan ...... 17 C. Sosial Budaya Masyarakat di dalam / sekitar KPHP Model Bacan ...... 21 D. Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan ...... 26 E. Posisi Areal Kerja KPHP Model Bacan dalam Perspektif TataRuang Wilayah dan Pembangunan Daerah Kabupaten Halmahera Selatan ……. 36 F. Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan ...... 36 III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN KPHP MODEL BACAN ..... 38 A. Visi Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan dan KPHP Model Bacan.. 38 B. Misi KPHP Model Bacan ...... 39 C. Tujuan dan Capaian yang Diharapkan dari KPHP Model Bacan Unit XIII 39

IV. ANALISIS DAN PROYEKSI KPHP MODEL BACAN ...... 41 A. Analisis Data dan Informasi Deskriptif dan SWOT bagi KPHP Model Bacan ...... 41

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 xiii

B. Analisis Data Spasial…………………………………………………….. 52 C. Proyeksi Kondisi KPHP Model Bacan ...... 52

V. RENCANA KEGIATAN STRATEGIS 2015 – 2025 KPHP MODEL BACAN ...... 57 A. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan Penataan Hutan KPHP Model Bacan ...... 57 B. Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu ...... 58 C. Pemberdayaan Masyarakat ...... 62 D. Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan pada Areal yang Berizin ...... 63 E. Rehabilitasi pada Areal Di Luar Izin ...... 66 F. Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi dan Reklamasi di Dalam Areal yang Berizin ...... 68 G. Rencana Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi alam ...... 69 H. Rencana Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang izin ...... 73 I. Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder Terkait ...... 74 J. Rencana Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia 78 K. Penyediaan Pendanaan ...... 80 L. Pengembangan Database ...... 83 M. Rasionalisasi Wilayah Kelola ...... 84 N. Review Rencana Pengelolaan ...... 87 O. Pengembangan Investasi ...... 87

VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN ...... 99

VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN ...... 104

VIII. PENUTUP ...... 105

DAFTAR PUSTAKA ...... 107

LAMPIRAN ...... 108

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 xiv

DAFTAR TABEL

Nomorteks Halaman

1. Luas Penutupan Lahan Utama pada Berbagai Fungsi Hutan dalam KPHP Model Bacan ...... 13 2. Luas Blok-blok Pengelolaan dalam KPHP Model Bacan ...... 14 3. Luas Jenis Penutupan Lahan dalam Wilayah KPHP Model Bacan ...... 18 4. Luas Blok-Blok Pengelolaan Dengan Berbagai Potensi Kayu Dalam Wilayah KPHP Model Bacan ...... 19 5. Jenis-Jenis Spesies Terancam Punah di Kawasan Wallacea- Maluku Utara …………………………………………………………………….. 21 6. Kekuatan (S) KPHP Model Bacan ...... 43 7. Kelemahan (W) KPHP Model Bacan ...... 43 8. Peluang (O) KPHP Model Bacan ...... 43 9. Tantangan (T) KPHP Model Bacan ...... 44 10. Strategi Agresif Hasil Analisis SWOT Balanced Scorecard KPHP Model Bacan ...... 45 11. Koherensi Antara Visi, Misi, Tujuan, dengan Strategi Agresif (kekuatan-peluang) dan Sasaran Program Indikatif di KPHP Model Bacan ...... 48 12. Jenis-Jenis Pohon Fast Growing Speciesyang Dapat Dibudidayakan di KPHP Model Bacan ...... 54 13. Arahan dan Proyeksi Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan dan HHBK di KPHP Model Bacan ...... 55 14. Arahan dan Proyeksi Pemanfaatan Blok-Blok Perlindungan di KPHP Model Bacan ...... 70 15. Koordinasi dan Sinergi Pemegang Izin Usaha dengan KPHP Model Bacan ...... 73 16. Koordinasi dan Sinergi Instansi Terkait dengan KPHP Model Bacan ...... 74 17. Koordinasi dan Sinergi Eselon 1 Untuk KPHP Model Bacan ...... 75 18. Rencana Kerja BPKH Wilayah VI Manado Untuk Sinergi Mendukung Tata Batas (m) di KPHP Model Bacan ...... 77 19. Kebutuhan Tenaga Bakti Rimbawan di KPHP Model Bacanpada Tahun Anggaran 2015 ...... 78 20. Rencana Penguatan Kelembagaan di KPHP Model Bacanpada Tahun Anggaran 2015 ...... 79 21. Tatawaktu dan Rencana Kegiatan dari KPHP Model Bacan ...... 88

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 xvii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pembagian Blok-Blok dan Tatabatas Blok yang Sudah dan Belum Dikerjakan dalam Kawasan KPHP Model Bacan Hasil Analis Data BPKH Wilayah VI Manado ...... 15

2. Pencadangan Blok-blok Inti Hutan Lindung Lahan Kering dalam Kawasan KPHP Model Bacan ...... 27

3. Pencadangan Blok-blok Inti Hutan Lindung Mangrove dalam Kawasan KPHP Model Bacan...... 28

4. Pencadangan Blok-Blok Pemanfaatan dalam Kawasan Hutan Lindung Lahan Kering Untuk HHBK Jasa Lingkungan dan/atau Kawasan ...... 29

5. Pencadangan Blok Pemanfaatan dalam Kawasan Hutan Lindung Mangrove Untuk HHBK Jasa Lingkungan dan/atau Kawasan ...... 30

6. Pencadangan Blok Khusus Cagar Budaya Kasiruta Dalam ...... 31

7. Pencadangan Blok-blok Pemanfaatan Kawasan dalam Hutan Produksi Untuk HHBK Jasa Lingkungan dan/atau Kawasan ...... 32

8. Pencadangan Blok-blok Pemanfaatan HHK-HA ...... 33

9. Pencadangan Blok-blok Pemanfaatan HHK-HT ...... 34

10. Pencadangan Blok Khusus Pendidikan ...... 31

11. SWOT Balanced Scorecard ...... 35

12. Hasil analisis SWOT Balanced ScorecardKPHP Model Bacan ...... 42

13. Hasil analisis SWOT Balanced ScorecardKPHP Model Bacan ...... 44

14. Kawasan Wilayah Tertentu dan Bukan Wilayah Tertentu ...... 60

15. Kawasan Wilayah Tertentu ………………………………………….. 60

16. Blok-blok Pemberdayaan Masyarakat ...... 62

17. Areal IUPHHK-HA PT. Bela Berkat Anugerah ...... 64

18. Areal HTR Lippu Mandiri Blok 01.1 – Blok 01.3 ...... 64

19. Areal HTR Lippu Mandiri Blok 01.4 – Blok 01.6 ...... 65

20. Kawasan Hutan Dalam Blok-blok Pemanfaatan HHK-RE ...... 68

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 xvii

21. Blok-blok Hutan Produksi Lahan Kering dalam Blok-blok Perlindungan Gn. Sibela dan P.Kasiruta ...... 69

22. Blok-blok Hutan Produksi Mangrove dalam Blok-blok Perlindungan .. 71

23. Blok-Blok Hutan Produksi Mangrove untuk Blok Perlindungan Tanjung Kokotu – Tanjung Gilalang ...... 72

24. Blok-blok Hutan Produksi Mangrove untuk Blok Perlindungan Ake Minjahe ...... 72

25. Pembagian Wilayah Resort pada Tahun 2015 ...... 85

26. Rencana Pembagian Wilayah Resort pada Tahun 2020 ...... 86

27. Rencana Wilayah Resort Pada Akhir Jangka Benah Pertama, Tahun 2025 ...... 86

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Rincian Luas Jenis Penutupan Lahan di KPHP Model Bacan…………... 110 2. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Inti Hutan Lindung Lahan Kering di KPHP Model Bacan ...... 111 3. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Inti Hutan Lindung Mangrove di KPHP Model Bacan ...... 112 4. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Hutan Lindung Lahan Kering Pemanfaatan di KPHP Model Bacan ...... 113 5. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Hutan Lindung Mangrove Pemanfaatan di KPHP Model Bacan ...... 114 6. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Hutan Lindung untuk Pemanfaatan Khusus di KPHP Model Bacan ...... 115 7. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Hutan Produksi Lahan Kering untuk Perlindungan di KPHP Model Bacan ...... 116 8. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Hutan Produksi Mangrove untuk Perlindungan di KPHP Model Bacan ...... 116 9. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Hutan Produksi Lahan Kering untuk Pemanfaatan Kawasan, Jasa lingkungan dan / atau HHBK di KPHP Model Bacan ...... 116 10. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Hutan Produksi Pemanfaatan HHK-HA di KPHP Model Bacan ...... 117 11. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Hutan Produksi Pemanfaatan HHK-HT di KPHP Model Bacan ...... 117 12. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Hutan Produksi Pemanfaatan HHK-RE di KPHP Model Bacan ...... 117 13. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Hutan Produksi Pemberdayaan Masyarakat di KPHP Model Bacan ...... 118 14. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Hutan Produksi Peruntukan

Khusus di KPHP Model Bacan ...... 118 15. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Hutan Produksi Berizin di KPHP Model Bacan ...... 118

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 xvii

DAFTAR LAMPIRAN PETA

1. Peta WilayahKPHP Model Bacan (Unit XIII) di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara Skala 1: 250.000 Luas 140.808,00 ha (1 lembar)

2. Peta Penutupan Lahan KPHP Model Bacan (Unit XIII) di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara Skala 1: 250.000 Luas 140.808,00 ha (1 lembar)

3. Peta DAS KPHP Model Bacan (Unit XIII) di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara Skala 1: 250.000 Luas 140.808,00 ha (1 lembar)

4. Peta Sebaran Potensi Wilayah dan Aksessibilitas KPHP Model Bacan (Unit XIII) di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara Skala 1: 250.000 Luas 140.808,00 ha (1 lembar)

5. Peta Penataan Hutan (Blok dan Petak) KPHP Model Bacan (Unit XIII) di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara Skala 1: 250.000 Luas 140.808,00 ha (1 lembar)

6. Peta Penggunaan Lahan KPHP Model Bacan (Unit XIII) di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara Skala 1: 250.000 Luas 140.808,00 ha (1 lembar)

7. Peta Keberadaan Izin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan KPHP Model Bacan (Unit XIII) di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara Skala 1: 250.000 Luas 140.808,00 ha (1 lembar)

8. Peta Tanah KPHP Model Bacan (Unit XIII) di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara Skala 1: 250.000 Luas 140.808,00 ha (1 lembar)

9. Peta Iklim KPHP Model Bacan (Unit XIII) di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara Skala 1: 250.000 Luas 140.808,00 ha (1 lembar)

10. Peta Geologi KPHP Model Bacan (Unit XIII) di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara Skala 1: 250.000 Luas 140.808,00 ha (1 lembar) 11. Peta Wilayah TertentuKPHP Model Bacan (Unit XIII) di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara Skala 1: 250.000 Luas 68.086,06 ha (1 lembar)

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 xvii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seluruh kawasan hutan di Indonesia terbagi habis dalam wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) yang dikelola oleh organisasi pemerintah untuk menyelenggarakan fungsi pengelolaan hutan secara optimal dan lestari.KPH berperan sebagai penyelenggara pengelolaan hutan di lapangan atau di tingkat tapak yang harus menjamin bahwa pengelolaan hutan dilakukan secara lestari sesuai dengan fungsinya.Keberadaan KPH menjadi kebutuhan semua pihak sesuai mandat Undang- undang.hutan dikuasai negara dan harus dikelola secara lestari. Penyelenggaraan pengelolaan hutan pada tingkat tapak oleh KPH bukan memberi izin pemanfaatan hutan melainkan melakukan pengelolaan hutan secara langsung, termasuk mengawasi kinerja pengelolaan hutan yang dilakukan oleh para pemegang izin.Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada tingkat provinsi, kabupaten/kota dandi tingkat unit pengelolaan.

KPH merupakan wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.KPH merupakan organisasi pengelola hutan di tingkat tapak sebagai sarana untuk menuju Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) dan peningkatan nilai ekonomi dari pemanfaatan hutan.Sesuai pasal 9 Peraturan PemerintahNomor : 6 Tahun 2007 dan Nomor :3 Tahun 2009, tugas dan fungsi organisasi KPH yakni :(1) menyelenggarakan pengelolaan hutan yang meliputi tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, kawasan hutan, rehabilitasi hutan dan reklamasi, dan penggunaan perlindungan hutan dan konservasi alam.,(2) menjabarkan kebijakan kehutanan nasional, provinsi dan kabupaten/kota bidang kehutanan untuk diimplementasikan,(3) melaksanakan kegiatan pengelolaan hutan di wilayahnya mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta pengendalian,(4) melaksanakan pemantauan dan penilaian atas pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan di wilayahnya,(5) membuka peluang investasi guna mendukung tercapainya tujuan pengelolaan hutan.

Lebih lanjut pada pasal 12 Undang-UndangNomor : 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan menyebutkan bahwa perencanaan kehutanan meliputi: (1) inventarisasi hutan, (2) pengukuhan kawasan hutan dan penatagunaan kawasan hutan, (3) pembentukan wilayah pengelolaan hutan, dan (4) penyusunan rencana kehutanan. Perencanaan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 1

pengelolaan hutan yakni perencanaan penggunaan ruang wilayah hutan (tata hutan) dan perencanaan aktivitas pada ruang wilayah hutan (rencana pengelolaan hutan), baik dalam jangka panjang, jangka menengah, maupun jangka pendek. Sesuai dengan Pasal 9 Peraturan PemerintahNomor : 6 Tahun 2007 danNomor : 3 Tahun 2008, yang dijabarkan dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP, secara eksplisit fungsi kerja KPH dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan di tingkat tapak dijabarkan secara operasional di KPHP Model Bacan, sebagai berikut: 1. Melaksanakan penataan batas kawasan hutan di dalam wilayah KPH. 2. Menyusun rencana pengelolaan hutan di tingkat wilayah KPH, termasuk rencana pengembangan organisasi KPH. 3. Melaksanakan pembinaan, monitoring dan evaluasi kinerja pengelolaan hutan yang dilaksanakan oleh pemegang izin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, termasuk dalam bidang rehabilitasi dan reklamasi hutan, serta perlindungan hutan dan konservasi alam. 4. Melaksanakan rehabilitasi dan reklamasi hutan, melaksanakan perlindungan hutan dan konservasi alam , melaksanakan pengelolaan hutan di wilayah tertentu bagi KPH yang telah menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU) atau Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). 5. Menjabarkan kebijakan kehutanan menjadi inovasi dan operasi pengelolaan hutan. 6. Menegakkan hukum kehutanan, termasuk perlindungan dan pengamanan kawasan. 7. Membuka peluang investasi guna mendukung tercapainya tujuan pengelolaan hutan lestari.

B. Tujuan

RPHJP KPHP Model Bacan, dimaksudkan untuk memberikan arah dan pedoman yang tepat didalam pelaksanaan pengelolaan hutan selama kurun waktu 10 tahun ke depan. Dengan rencana pengelolaan hutan ini, maka KPHP Model Bacan memiliki kerangka kerja yang komprehensif untuk pelaksanaan pengelolaan hutan yang lebih efektif, efisien dan bermanfaat pada kawasan HP dan HL. Adapun tujuan pengelolaan KPHP Model Bacan yakni: (1) mengoptimalkan pemanfaatan potensi kawasan hutan secara efisien dan lestari melalui pemanfaatan hasil hutan kayu (HHK) dan hasil hutan bukan-kayu (HHBK), jasa lingkungan dan perdagangan karbon sesuai dengan fungsi blok pengelolaan, (2) meningkatkan daya dukung kawasan hutan sesuai fungsi dan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 2

peruntukannya melalui inventarisasi potensi sumberdaya hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan, (3) memberdayakan masyarakat desa disekitar kawasan hutan untuk berperan serta sebagai mitra dalam pengelolaan hutan lestari, (4) melakukan perlindungan hutan konservasi alam.

C. Sasaran

TercapainyaRPHJP KPHP Model Bacan 10 tahun (2015-2024) sebagai acuan penyusunan rencana pengelolaan hutan jangka pendek (tahunan) yang dimulai tahun 2015 dan selanjutnya dipedomani oleh semua pemangku kepentingan untuk mewujudkan kelestarian fungsi dan manfaat kawasan yang berkontribusi terhadap pelaksanaan program pembangunan kabupaten melalui pemanfaatan sumber daya alam guna pengembangan ekonomi daerah.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup RPHJP KPHP Model Bacan meliputi Bab-bab : (1) Pendahuluan , yang terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, ruang lingkup dan batasan pengertian, (2) Deskripsi kawasan , yang mengandung informasi mengenai wilayah KPHP Model Bacan, terdiri dari risalah wilayah, potensi wilayah KPHP, data sosekbud masyarakat, kondisi letak KPHP dalam perspektif tata ruang wilayah dan pembangunan daerah serta isu strategis, kendala dan permasalahan, (3) Visi dan misi , yang berisi atas visi dan misi Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan, visi dan misi KPHP Model Bacan, strategi pengelolaan hutan dan tujuan serta sasaran KPHP Model Bacan, (4) Analisis dan proyeksi, yang memuat analisis data dan informasi yang tersedia, baik data primer maupun sekunder serta proyeksi kondisi wilayah KPHP Model Bacan mendatang, (5) Rencana kegiatan , yang memuat rencana inventarisasi hutan berkala di wilayah kelola dan penataan batas kawasan hutan, pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu, pemberdayaan masyarakat, penyelenggaran rehabilitasi pada areal tertentu, pembinaan dan pemantauan pelaksanaan rehabilitasi, penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam, penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin, koordinasi dan sinergi dengan instansi pemerintah dan pemangku kepentingan, penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM, penyediaan pendanaan, pengembangan database, rasionalisasi wilayah kelola, review rencana pengelolaan, pengembangan investasi dan kegiatan lain yang relevan, (6) pembinaan, pengawasan dan pengendalian,

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 3

(7)p emantauan, evaluasi dan pelaporan dan (8) penutup ; dan lampiran , yang berisi peta- peta: wilayah KPHP Model Bacan, penutupan lahan, DAS, sebaran potensi wilayah dan aksessibilitas, penataan hutan berupa blok dan petak, penggunaan lahan, keberadaan izin pemanfatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, tanah, iklim, geologi dan wilayah tertentu.

Penyusunan RPHJP KPHP Model Bacan diproyeksikan untuk 10 tahun ke depan (2015-2024) telah didasarkan atas kajian aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya dengan memperhatikan partisipasi, aspirasi, budaya masyarakat lokal dan rencana pembangunan nasional dan daerah/wilayah di Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara. RPHJP KPHP Model Bacan ini menjadi dasar penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek tahunan yang selanjutnya akan dirincikan lagi dalam bentuk strategi pengelolaan hutan yang memuat program-program dan usulan kegiatan operasional.

E. Batasan Pengertian

1. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu (Undang- UndangNomor :41 Tahun 1999). 2. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Undang-Undang Nomor : 41 Tahun 1999). 3. Hutan mangrove adalah suatu formasi pohon-pohon yang tumbuh pada tanah aluvial di daerah pantai dan sekitar muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut dan dicirikan oleh keberadaan jenis-jenis Avicennia Peraturan Pemerintah (Api-api), Soneratia Peraturan Pe merintah. (Pedada), Rhizophora Peraturan Pemerintah (Bakau), Bruguiera Peraturan Pemerintah (Tanjang), Lumnitzera excoecaria (Tarumtum), Xylocarpus sPeraturan Pemerintah (Nyirih), Anisoptera dan Nypa fruticans (Nipah) (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.9/Menhut- II/2013) 4. Hutan tanaman industri yang selanjutnya disingkat HTI adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok industri kehutanan untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan si lvikultur

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 4

dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan. ( Peraturan Pemerintah Nomor :6 Tahun 2007) 5. Hutan Tanaman Rakyat yang selanjutnya disingkat HTR adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyara kat untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan. (Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun 2007) 6. Hutan Tanaman Hasil Rehabilitasi yang selanjutnya disingkat HTHR adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun melalui kegiatan merehabilitasi lahan dan hutan pada kawasan hutan produksi untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi lahan dan hutan dalam rangka mempertahankan daya dukung, produk tivitas dan peranannya sebagai sistem penyangga kehidupan. (Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun 2007) 7. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah. (Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun 2007) 8. Hutan kemasya rakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat. (Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun 2007) 9. Hutan desa adalah hutan negara yang belum dibebani izin/hak, yang dikelola oleh desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa. (Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun 2007) 10. Penatagunaan kawasan hutan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka menetapkan fungsi dan penggunaan kawasan hutan. 11. Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, mencakup kegiatan pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan potensi yang terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar?besarnya bagi masyarakat secara lestari. 12. Perencanaan ke hutanan adalah proses penetapan tujuan, penentuan kegiatan dan perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan lestari untuk memberikan pedoman dan arah guna menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan kehutanan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat ya ng berkeadilan dan berkelanjutan (Undang-UndangNomor :41 Tahun 1999; Peraturan Pemerintah Nomor : 44 Tahun 2004) 13. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 5

dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap (Peratur an Menteri Kehutanan Nomor : P.46/Menhut-II/2013) 14. Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik bagi pihak ketiga untuk mengembangkan pemanfaatannya berada di luar areal izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan (Per aturan Menteri Kehutanan Nomor : P.47/ Menhut -II/2013) 15. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi selanjutnya disebut KPHP adalah KPH yang luas wilayahnya seluruh atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan produksi (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.46/ Menhut -II/2013) 16. Blok adalah bagian wilayah KPH yang dibuat relatif permanen untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan ( Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.46/Menhut-II/2013) 17. Petak adalah bagian dari blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit usaha pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan atau silvikultur yang sama (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.46/ Menhut -II/2013) 18. Inventarisasi hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk mengetahui keadaan dan potensi sumber daya hutan serta lingkungannya secara lengkap (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.46/ Menhut -II/2013) 19. Rencana Pengelolaan Hutan adalah rencana pada Kesatuan Pengelolaan Hutan yang disusun oleh Kepala KPH, berdasarkan hasil tata hutan dan rencana kehutanan, dengan memperhatikan aspirasi, peran serta dan nilai budaya masyarakat serta kondisi lingkungan, memuat semua aspek pengelolaan hutan dalam kurun jangka panjang dan jangka pendek (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.46/ Menhut -II/2013) 20. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP yang selanjutnya disebut RPHJP KPHP adalah rencana pengelolaan hutan untuk seluruh wilayah kerja KPHP dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.46/ Menhut -II/2013) 21. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHP adalah rencana pengelolaan hutan untuk kegiatan KPHP dalam kurun waktu 1 (satu) tahun ( Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.46/ Menhut -II/2013) 22. Pengelolaan hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan, pemanfaatan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan,

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 6

perlindungan hutan dan konservasi alam (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor :P.46/Menhut-II/2013). 23. Penggunaan kawasan hutan adalah penggunaan atas sebagain kawasan hutan untuk kepentingan pembangunan di luar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi pokok kawasan hutan (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.46/ Menhut - II/2013) 24. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.47/ Menhut -II/2013) 25. Pemanfaatan hasil hutan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa kayu dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi pokoknya (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.47/ Menhut -II/2013) 26. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan, memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya. ( Peraturan Pemerintah Nomor :6 Tahun 2007) 27. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan, memanfaatkan jasa lingkungan,memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu serta memungut hasil hutan kayu da n bukan kayu secara optimal dan adil untuk kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya ( Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.47/Menhut-II/2013) 28. Pemanfaatan jasa lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan potensi jasa lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengur angi fungsi utamanya (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.47/Menhut-II/2013) 29. Pemanfaatan kawasan adalah kegiatan untuk memanfaatkan ruang tumbuh sehingga diperoleh manfaat lingkungan, manfaat sosia l dan manfaat ekonomi secara optimal dengan tidak mengurangi fungsi utamanya ( Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.47/Menhut-II/2013) 30. Pemungutan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu adalah kegiatan untuk mengambil hasil hutan baik berupa kayu d an/atau bukan kayu dengan batasan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 7

waktu, luas dan volume tertentu. (Peraturan Pemerintah Nomor :6 Tahun 2007) 31. Izin Pemanfaatan Hutan adalah izin yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang yang terdiri dari izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu, dan izin pemungutan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu pada areal hutan yang telah ditentukan. (Peraturan Pemerintah Nomor :6 Tahun 2007) 32. Izin usah a pemanfaatan kawasan yang selanjutnya disingkat IUPK adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan kawasan pada hutan lindung dan/atau hutan produksi. (Peraturan Pemerintah Nomor :6 Tahun 2007) 33. Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan yang selanjutnya disingkat IUPJL adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan jasa lingkungan pada hutan lindung dan/atau hutan produksi. (Peraturan Pemerintah Nomor :6 Tahun 2007) 34. Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu yang selanjutnya disin gkat IUPHHK dan/atau izin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang selanjutnya disebut IUPHHBK adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dan/atau bukan kayu dalam hutan alam pada hutan produksi melalui kegiatan pemane nan atau penebangan, pengayaan, pemeliharaan dan pemasaran. (Peraturan Pemerintah Nomor :6 Tahun 2007) 35. IUPHHK restorasi ekosistem dalam hutan alam adalah izin usaha yang diberikan untuk membangun kawasan dalam hutan alam pada hutan produksi yang memiliki ekosistem penting sehingga dapat dipertahankan fungsi dan keterwakilannya melalui kegiatan pemeliharaan, perlindungan dan pemulihan ekosistem hutan termasuk penanaman, pengayaan, penjarangan, penangkaran satwa, pelepasliaran flora dan fauna untuk mengembalikan unsur hayati (flora dan fauna) serta unsur non hayati (tanah, iklim dan topografi) pada suatu kawasan kepada jenis yang asli, sehingga tercapai keseimbangan hayati dan ekosistemnya. (Peraturan Pemerintah Nomor :6 Tahun 2007) 36. IUPHHK dan/atau IUPHHBK dalam hutan tanaman adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dan/atau bukan kayu dalam hutan tanaman pada hutan produksi melalui kegiatan penyiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran. (Peraturan Pemerintah Nomor :6 Tahun 2007) 37. Izin pemungutan hasil hutan kayu yang selanjutnya disingkat IPHHK adalah izin

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 8

untuk mengambil hasil hutan berupa kayu pada hutan produksi melalui kegiatan pemanenan, pengangkutan, d an pemasaran untuk jangka waktu dan volume tertentu. (Peraturan Pemerintah Nomor :6 Tahun 2007) 38. Izin pemungutan hasil hutan bukan kayu yang selanjutnya disingkat IPHHBK adalah izin untuk mengambil hasil hutan berupa bukan kayu pada hutan lindung dan/atau hutan produksi antara lain berupa rotan, madu, buah-buahan, getah- getahan, tanaman obat-obatan, untuk jangka waktu dan volume tertentu. ( Peraturan Pemerintah Nomor:6 Tahun 2007) 39. Sistem silvikultur adalah sistem budidaya hutan atau sist em teknik bercocok tanaman hutan mulai dari memilih benih atau bibit, menyemai, menanam, memelihara tanaman dan memanen. (Peraturan Pemerintah Nomor :6 Tahun 2007) 40. Iuran izin usaha pemanfaatan hutan yang selanjutnya disingkat IIUPH adalah pungut an yang dikenakan kepada pemegang izin usaha pemanfaatan hutan atas suatu kawasan hutan tertentu. (Peraturan Pemerintah Nomor :6 Tahun 2007) 41. Provisi sumber daya hutan yang selanjutnya disingkat PSDH adalah pungutan yang dikenakan kepada pemegang izin sebagai pengganti nilai intrinsik dari hasil hutan yang dipungut dari hutan negara. (Peraturan PemerintahNomor :6 Tahun 2007). 42. Dana reboisasi yang selanjutnya disingkat DR adalah dana yang dipungut dari pemegang IUPHHK dalam hutan alam pada hutan produksi untuk mereboisasi dan merehabilitasi hutan. (Peraturan PemerintahNomor :6 Tahun 2007). 43. Pemungutan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu adalah kegiatan untuk mengambil hasil hutan baik berupa kayu dan/atau bukan kayu dengan ba tasan waktu, luas dan/atau volume tertentu (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.47/Menhut-II/2013). 44. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan huta n, rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.46/Menhut-II/2013). 45. Industri primer hasil hutan kayu adalah pengolahan kayu bulat dan/atau kayu bahan baku serpih menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. ( Peraturan PemerintahNomor :6 Tahun 2007). 46. Industri primer hasil hutan bukan kayu adalah pengolahan hasil hutan berupa bukan kayu menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. ( Peraturan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 9

PemerintahNomor :6 Tahun 2007). 47. Investasi Langsung adalah penyertaan modal dan/atau pemberian pinjaman oleh badan investasi pemerintah untuk membiayai kegiatan usaha ( Peraturan PemerintahNomor :1 Tahun 2008). 48. Pemberian Pinjaman adalah bentuk Investasi Pemerintah pada Badan Usaha, Badan Layanan Umum (BLU), Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, dan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan hak memperoleh pengembalian berupa pokok pinjaman, bunga, dan/atau biaya lainnya (Peraturan Pemerintah Nomor :1 Tahun 2008). 49. Surat keterangan sahnya hasil hutan adalah dokumen- dokumen yang merupakan bukti legalitas hasil hutan pada setiap segmen kegiatan dalam penatausahaan hasil hutan. (Peraturan PemerintahNomor :6 Tahun 2007). 50. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan, kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorang an atas hutan, kawasan hutan, hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.46/Menhut-II/2013). 51. Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang selanjutnya disingkat RHL adalah upaya un tuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga (Peraturan Menteri KehutananNomor : P.9/Menhut- II/2013). 52. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali hutan atau lahan dan vegetasi dalam kawasan hutan yang rusak sebagai akibat penggunaan kawasan hutan agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan peruntukannya (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.46/Menhut-II/2013). 53. Dam penahan adalah bendungan kecil yang lolos air dengan konstruksi bronjong batu atau trucuk bambu/kayu yang dibuat pada alur sungai/ jurang dengan tinggi maksimal 4 (empat) meter yang berfungsi untuk mengendalikan /mengendapkan sedimentasi/erosi tanah dan aliran permukaan (run-off) ( Peraturan Menteri KehutananNomor : P.9/Menhut-II/2013). 54. Dam pengendali adalah bendungan kecil semi permanen yang dapat menampung

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 10

air (tidak lolos air) dengan konstruksi urugan tanah homogen, lapisan kedap air dari beton (tipe busur) untuk mengendalikan erosi tanah, sedimentasi dan aliran permukaan yang dibangun pada alur sungai/anak sungai dengan tinggi bendungan maksimal 8 (delapan) meter (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.9/Menhut- II/2013). 55. Embung air adalah bangunan penampung air berbentuk kolam yang berfungsi untuk menampung air hujan/air limp asan atau air rembesan pada lahan tadah hujan yang berguna sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan pada musim kemarau (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.9/Menhut-II/2013). 56. Validasi adalah pencermatan terhadap substansi tertentu berdasark an ketentuan untuk memastikan bahwa kualitas substansi tersebut memenuhi persyaratan kemanfaatan (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.46/Menhut-II/2013). 57. Verifikasi adalah suatu bentuk pengujian terhadap dokumen secara administratif dengan membandingkan terhadap pedoman yang berlaku ( Peraturan Menteri Kehutanan. Nomor :P.46/Menhut-II/2013). 58. ResortPengelolaan Hutan adalah kawasan hutan dalam wil ayah KPHL dan KPHPyangmerupakan bagian dari wilayah KPHL dan KPHP yang dipimpin oleh Kepala Resort KPHL dan KPHP dan bertanggung jawab kepada Kepala KPHL dan KPHP.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 11

II. DESKRIPSI KAWASAN KPHP MODEL BACAN

A. Risalah Wilayah KPHP Model Bacan

Risalah wilayah KPHP Model Bacan menginformasikan mengenai letak, luas, batas-batas, pembagian blok sesuai fungsi kawasan, biofisik, potensi sumber daya alam, sosial ekonomi masyarakat desa sekitar kawasan, keberadaan izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan, aksessibilitas kawasan dan sejarah wilayah KPHP.

1. Letak dan Luas

Batas – batas wilayah administrasi KPHP Model Bacan sebelah Utara berbatasan dengan Laut Halmahera, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Obi, sebelah Barat berbatasan dengan Laut Maluku, dan sebelah Timur berbatasan dengan Selat Patinti (Laut Halmahera). KPHP Model Bacan secara koordinat geografis terletak antara 0 o0’10,50” Lintang Selatan (LS) – 0o53’12,80” LS dan 127 o0’48,25” Bujur Timur (BT) – 127 o54’40,95” (BT). Pada wilayah KPHP Model Bacan terdapat 14 wilayah kecamatan. Prosentase luas kawasan hutan KPHP Model Bacan terhadap luas masing-masing kecamatan (BPS Halmahera Selatan, 2013) sebagai berikut: (1) Bacan Selatan (18,0 %), (2) Kayoa (19,4 %), (3) Kayoa Barat (25,5 %), (4) Bacan Timur Selatan (31,7 %), (5) Kasiruta Barat (38,6 %), (6) Mandioli Selatan (43,4 %), (7) Kepulauan Batang Lomang (46,3 %), (8) Bacan Timur Tengah (46,7 %), (9) Mandioli Utara (49,4 %), (10) Kasiruta Timur (55,8 %), (11) Bacan Barat (58,2 %), (12) Bacan Timur (58,3 %), (13)bBacan (62,5 %) dan (14) Bacan Barat Utara (67,7 %).

Wilayah KPHP Model Bacan memiliki luas lebih kurang 140.808 ha dengan rincian sebagai berikut :(1) kawasan HL seluas lebih kurang62.840 ha terdiri dari HL lahan kering seluas lebih kurang 59.409 ha, HL mangrove seluas lebih kurang 3.418 ha dan danau/laguna/sungai seluas lebih kurang 12 ha, (2) kawasan HPT seluas lebih kurang 70.186 haterdiri dari HPT lahan kering seluas lebih kurang 70.146 ha, HPT mangrove seluas lebih kurang 34 ha, dan danau seluas lebih kurang 6 ha, (3) kawasan HP seluas lebih kurang 7.782 ha terdiri dari HP lahan kering seluas lebih kurang 7.370 ha, HP mangrove seluas lebih kurang 380 ha, dan danau/laguna/sungai seluas lebih kurang32,4 ha; sehingga dalam kawasan KPHP Model Bacan ini terdapat danau, laguna dan sungai seluas lebih kurang73,7 ha. Danau-danau dan laguna itu terdapat di

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 12

HL P. Tawale seluas lebih kuranglebih kurang 6 ha, HL P. Salipogot seluas lebih kurang 6 ha, HP Ake Minjahe seluas lebih kurang 32 ha, HPT Ake Sajuang seluas lebih kurang 23 ha dan HPT Tutupa seluas lebih kurang 6 ha.Jumlah luasan danau/laguna 0,05 % dari luas KPHP Model Bacan, peranan danau ini akan menjadi sangat penting dalam perencanaan, terlebih untuk mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di masa mendatang. Secara rinci, luas kawasan hutan sesuai penutupan lahan sebagaimana pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Penutupan Lahan Utama pada Berbagai Fungsi Hutan dalam KPHP Model Bacan

Penutupan Lahan Utama (ha) Penutupan Lahan Utama (ha) Danau/ Danau/ No Nama Kawasan Hutan Lahan No Nama Kawasan Hutan Lahan Mangrove Sungai/ Jumlah Mangrove Sungai/ Jumlah Kering Kering Laguna Laguna 1 HL Gn. Bibinoi 9.889,0 9.889,0 30HL P. Wiring 202,6 14,8 217,4 2 HL Gn. Raroang 9.564,4 9.564,4 31HL P. Talimau 181,6 11,5 193,1 3 HL Gn. Goro-goro 6.847,9 6.847,9 32HL P. Batuampat 170,1 93,5 263,6 4 HL Urijawa 6.508,2 6.508,2 33 HL P. Tuada 35,4 26,2 61,6 5 HL Bukit Kabau 5.390,8 5.390,8 34 HL Pulau-pulau Mamalayu 11,2 11,0 22,2 6 HL P. Kasiruta II 2.592,0 2.592,0 35 HL P. Salipogot 20,9 5,8 26,7 7 HL Sajuang 818,8 818,8 36 HL Bakau P. Bacan 1.038,7 1.038,7 8 HL Bukit Indari 594,4 594,4 37 HL Bakau P. Kasiruta 478,7 478,7 9 HL Ake Lasa 550,5 550,5 38 HL Bakau P. Gilalang 289,8 289,8 10 HL P. Toduku 234,6 234,6 39HL P. Pacitaka 114,2 114,2 11 HL P. Loid 185,5 185,5 40 HL Bakau Ake Sajuang 70,2 70,2 12 HL P. Nusababullah 91,3 91,3 41HL P. Paniki Besar 10,7 10,7 13 HL P. Nusauwa 67,9 67,9 42HL P. Guramangofalamo 4,7 4,7 14HL P. Kusu 41,1 41,1 43 HL P. Keramat 3,1 3,1 15 HL P. Salintang 37,5 37,5 44HL P. Goramanjanga 2,4 2,4 16 HL P. Ora-ora 30,2 30,2 45 HL P. Nenek 1,2 1,2 17 HL P. Parapotang Kecil 23,8 23,8 46 HL P. Kecil 0,7 0,7 18 HL P. Nanoang 13,6 13,6 47 HL P. Solimongo 0,1 0,1 19 HL P. Nusadeket 9,3 9,3 48 HPT P. Kasiruta III 9.542,7 9.542,7 20 HL P. Sakitang 8,8 8,8 49 HPT P. Kasiruta I 3.401,1 3.401,1 21 HL P. Aru 0,2 0,2 51 HPT P. Kasiruta II 1.101,0 1.101,0 22 HL P. Tawale 174,0 6,3 180,3 50HPT Gn. Sibela 3.663,9 3.663,9 23 HL P. Mandioli 10.569,8 209,2 10.778,9 52 HPT Tutupa 12.781,0 6,1 12.787,1 24 HL P. Obit 1.438,5 255,7 1.694,2 53HPT Ake Sajuang 39.633,1 6,8 23,1 39.663,1 25 HL P. Tameti 925,9 579,9 1.505,9 54 HPT P. Bacan 27,3 27,3 26 HL P. Lata-lata 822,9 14,4 837,3 55HP Ake Sajuang 1.468,2 1.468,2 27HL P. Muari 668,6 21,7 690,3 56HP P. Pacitaka 739,1 739,1 28 HL P. Tambeluk 459,4 144,5 603,9 57HP Ake Minjahe 5.162,7 379,5 32,4 5.574,7 29 HL Pulau-pulau Pao 249,4 0,5 250,0 Jumlah 2 78.093,8 2.606,1 67,5 80.767,4 Jumlah 1 58.808,4 1.226,0 6,3 60.040,6 Jumlah Seluruhnya 136.902,2 3.832,1 73,7 140.808,0

2. Pembagian Blok

Hasil analisis spasial tata hutan KPHP Model Bacan sesuaikriteria yakni fungsi kawasan, kondisi biofisik wilayah, potensi sumberdaya alam, sosial ekonomi masyarakat sekitar hutan, keberadaan izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan dari 57 kawasan hutan pada Tabel 1, dirincikan prosentase pembagian kawasan hutan KPHP Model Bacan kedalam blok-blok pengelolaan hutan, maka untuk kawasanHL diperoleh: Blok Inti 24,19%, Blok Pemanfaatan 19,7 %, dan Blok Khusus

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 13

Cagar Budaya 0,7 % yang diperuntukkan Kesultanan Bacan. Blok-blok pemanfaatan hutan produksi terdiri dari Blok Perlindungan (2,0 %), Blok Pemanfaatan Kawasan (3,4 %), Blok Pemanfaatan HHK-HA (4,5 %), Blok Pemanfaatan HHK-HT (9,6 %), Blok Pemanfaatan HHK-RE (1,8 %), Blok Pemberdayaan Masyarakat (8,4 %), Blok Khusus Pendidikan (0,2 %), Areal IUPHHK-HA Bela Berkat Anugerah (20,8 %), dan Areal HTR Lippu Mandiri (4,6 %). Areal IUPHHK-HA Bela Berkat Anugerah dan areal HTR Lippu Mandiri merupakan areal hutan yang sudah berizin dan terdapat dalam wilayah pengelolaan dengan prosentase luas sebesar 25,2 % dari luas kawasan KPHP Model Bacan. Luas masing-masing blok pengelolaan sebagaimanaterinci pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Luas Blok-blok Pengelolaan Dalam KPHP Model Bacan

Fungsi Kawasan Hutan No Luas (ha) Kode dan Blok Pengelolaan I Hutan Lindung (HL) 62.839,7 1 I.a. Blok Inti 34.064,9 I.a.1. Hutan Lindung Lahan Kering 30.660,6 I.a.2. Hutan Lindung Mangrove 3.392,2 2 I.b. Blok Pemanfaatan 27.720,0 I.b.1. Hutan Lindung Lahan Kering 27.693,9 I.b.2. Hutan Lindung Mangrove 26,2 3 I. c. Blok Khusus Cagar Budaya 1.054,8 II Hutan Produksi (HP dan HPT) 77.968,3 1 II.a. Blok Perlindungan 2.867,3 II.a.1. Hutan Produksi Lahan Kering 2.421,2 II.a.2. Hutan Produksi Mangrove 413,7 2 II.b.1. Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan dan HHBK 4.818,5 3 II.b.2. Blok Pemanfaatan HHK -HA 6.323,8 4 II.b.3. Blok Pemanfaatan HHK -HT 13.484,6 5 II.b.4. Blok Pemanfaatan HHK -RE 2.526,6 6 II.c. Blok Pemberdayaan Masyarakat 11.864,9 7 II.d. Blok Khusus Pendidikan 286,8 8 II.e. Areal IUPHHK-HA Bela Berkat Anugerah 29.240,6 9 II.f. Areal HTR Lippu Mandiri 6.525,9 III. Danau/Laguna (di Blok -blok Inti, Perlindungan, Pemberdayaan 73,7 Masyarakat, dan Areal IUPHHK-HA) Jumlah 140.808,00

Panjang batas seluruh blok-blok pengelolaan dalam wilayah KPHP Model Bacan yakni 1.558.476 m dengan panjang yang sudah ditatabatas (garis berwarna merah pada

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 14

Gambar 1) yaitu 479.243 m, dan yang belum ditatabatas sepanjang1.079.233 m (garis berwarna kuning pada Gambar 1).

Gambar 1. Pembagian Blok-Blok dan Tata Batas Blok yang Sudah dan Belum Dikerjakan dalam Kawasan KPHP Model Bacan (Unit XIII), Hasil AnalisisData BPKH Wilayah VI

3. Aksessibilitas Kawasan dan Sejarah Wilayah KPHP Model Bacan (Unit XIII)

Kabupaten Halmahera Selatan terbentuk tanggal 25 pebruari 2003 berdasarkan Undang-Undang Nomor : 1 Tahun 2003 dengan sembilan wilayah kecamatan, kemudian dengan terbitnya Peraturan Daerah Nomor : 8 Tahun 2007 maka kecamatan-kecamatan tersebut dimekarkan menjadi 30 wilayah kecamatan dengan ibukota Kabupaten di Labuha, Kecamatan Bacan. Kawasan hutan dalam wilayah Kabupaten Halmahera Selatan sejak penerbitan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 415/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 mempunyai aksessibilitas kawasan yang bersifat open access seluas lebih kurang 809.281,7 hadan secara de facto terjadi illegal logging , perambahan, konflik kawasan hutan karena kebutuhan lahan dan bahan baku kayu, sehingga menyebabkan terjadinyakerusakan hutan.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 15

Selanjutnya kegiatan-kegiatan pembinaan masyarakat didalam dan di sekitar hutan, pengamanan dan perlindungan hutan kurang mendapat perhatian yang proporsional.

Kondisi akses yang terbuka dan kerusakan hutan menuntut perlunya pengelolaan hutan di tingkat tapak. Hal initelah ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 73/Menhut-II/2010 tanggal 8 Januari 2010, menetapkan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Provinsi Maluku Utara sebanyak 16 unit meliputi 11 unit KPHP dan 5 unit KPHL mencakup luasanlebih kurang 1.768.424 ha yang tersebar di 7 wilayah administrasi pemerintahan kabupaten/kota. Unit-unit KPH dimaksud antara lain KPH(L) Pulau Morotai, KPH(L) Tiabo, KPH(L) Sasado Bidadari, KPH(P) Wasile Maba, KPH(P) Watileo, KPH(L) Ake Kobe, KPH(P) Damuli, KPH(P) Talawi, KPH(P) Oba, KPH(P) Gn. Sinopa, KPH(L) , KPH(P) Gane, KPH(P) Pulau Bacan, KPH(P) Pulau Obi, KPH(P) Wai Todontaha dan KPH(P) Wai Samada. Penunjukan KPHP Model Bacan menjadi KPHP Model berdasarkan usulan Bupati Halmahera Selatan dengan Surat Bupati Nomor 522/1215/2013 tanggal 5 April 2013.

Kawasan hutan KPHP Model Bacan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK. 73/Menhut-II/2010 tanggal 8 Pebruari 2010 seluas lebih kurang 134.726 ha dan diperbarui dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK. 969/Menhut-II/2013 tanggal 27 Desember 2013 menjadi seluas lebih kurang 140.808 ha dengan adanyaperubahan Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Maluku Utara berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK. 302/Menhut-II/2013 tanggal 1 Mei 2013. Pembentukan kelembagaan/institusi KPHP Model Bacanberdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten Halmahera Selatan Nomor: 11 Tahun 2014 tanggal 5 Juli 2013tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) pada Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan.

Wilayah Kabupaten Halmahera Selatan sebelum era kemerdekaan merupakanbagian wilayah Kesultanan Bacan yang meliputi: Pulau Bacan, Pulau Kasiruta, Pulau Mandioli serta pulau-pulau kecil di sekitarnya. Tradisi tahunan yang dilaksanakan pihak kesultanan berziarah ke tempat yang diyakini asal mulanya berdiri kesultanan Bacan di Desa Kasiruta Dalam, Kecamatan Kasiruta Timur dan terletak dalam kawasan hutan sehingga dapat dimasukkan pada pengelolaan hutan dengan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 16

tujuan khusus untuk kerja sama kemitraan dengan Kesultanan Bacan, yang masih mempraktekkan kearifan lokal pengelolaan hutan.

Banyak pulau di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan belum memiliki jalan lingkar pulau. Panjang ruas jalan darat (963,7 km) di Kabupaten Halmahera Selatan tergolong dalam : jalan negara (58,5 km); jalan provinsi (404,0 km) dan jalan kabupaten (501,2 km). Transportasi masyarakat mengandalkan laut utnuk menghubungkan kota-kota kecamatan dan kota kabupaten. Jembatan laut/ dermaga berskala regional terdapat di Babang dan Indari; yang dilayani oleh kapal PELNI dan ferry ASDP. Dengan demikian, transportasi antar desa antar kecamatan juga lebih banyak menggunakan speedboat, longboat dan perahu lokal (Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan, 2013).

B. Potensi Wilayah Biogeofisik

Hasil analisis penutupan lahan dan hutan dalam wilayah kelola KPHP Model Bacan disajikan pada Tabel.3 dan rinciannya sebagaimana Lampiran 1.

Hutan lahan kering primer dan sekunder mendominasi kawasan hutan KPHP Model Bacan sebesar 78,7% dari total luas kawasan hutan lebih kurang 140.808 ha dengan kisaran 60,9% pada Areal Pemanfaatan HTR Lippu Mandiri dan 98,9% pada Blok Pemanfaatan HHK-HA a.n. PT. Bela Berkat Anugerah sebagaimana Tabel 3.

Penutupan lahan berupa pertanian lahan kering, perkebunan dan semak belukar mencapai 18,5 % dari total luas kawasan hutan; sedangkan pada masing-masing blok, penutupan pertanian lahan kering campur semak ini mencapai 39,1% dalam Areal Pemanfaatan HTR Lippu Mandiri 35,8% dalam cadangan Blok Pemberdayaan Masyarakat, 31,6% dalam cadangan Blok Khusus Pendidikan. Areal berpenutupan lahan berupa semak-belukar, pertanian lahan kering campur semak juga masing-masing mencapai 29,5% dan 29,1% dari luas areal KPHP Model Bacan pada cadangan hutan produksi untuk Blok Pemanfaatan Kawasan dan untuk Blok Perlindungan. Blok Pemanfaatan HL mangrove seluas 26,2 ha dengan penutupan mangrove primer dan sekunder.

Potensi kayu sedang mendominasi kawasan hutan KPHP Model Bacan sebesar 53,1% dari total luas kawasan hutan, sedangkan potensi kayu tinggi hanya 28,7% dari total luas kawasan hutan sebagaimana Tabel 4 dan Peta Lampiran4. kawasan yang

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 17

dicadangkan untuk Blok Pemberdayaan Masyarakat dan Blok Pemanfaatan HHK-RE mempunyai hutan berpotensi kayu tinggi masing-masing hanya sangat sedikit yakni 5,3% dan 0%. Areal berpotensi kayu sedang dan potensi kayu tinggi pada Areal Pemanfaatan HTR LiPeraturan Pemerintahu Mandiri dan Areal Pemanfaatan HHK-HA PT Bela Berkat Anugerah sebesar 60,9% dan 86,1%. Areal berpotensi kayu sedang dalam cadangan Blok Khusus Pendidikan tidak dijumpai, 68,4% arealnya berpotensi kayu tinggi dan berarti kepadatan pohonnya masih tinggi. Semua areal pencadangan Blok Inti dan Blok Pemanafaatan HL mangrove masih berkisar sedang hingga tinggi.

Tabel 3. Luas Penutupan Lahan dalam Wilayah KPHP Model Bacan (Unit XIII)

Luas Jenis Penutupan Lahan (ha) Hutan Pertanian Kode. Blok-blok Pengelolaan dalam Wilayah KPHP Model Bacan (Unit XIII) Hutan lahan Mangrove lahan kering Permukiman Jumlah Kering Primer Primer & Semak dan dan tanah Danau/ & Sekunder Sekunder Belukar Perkebunan terbuka Laguna I.a. Blok Inti I.a.1. Hutan Lindung Lahan Kering 28.480,6 - 1.752,5 425,0 2,5 - 30.660,6 I.a.2. Hutan Lindung Mangrove - 3.392,2 - - - - 3.392,2 I.b. Blok Pemanfaatan I.b.1. Hutan Lindung Lahan Kering 20.008,9 - 3.120,6 4.522,5 41,9 - 27.693,9 I.b.2. Hutan Lindung Mangrove - 26,2 - - - - 26,2 I.d. Blok Khusus Cagar Budaya I.d. Blok Khusus Cagar Budaya 871,0 - 182,9 0,9 - - 1.054,8 II.a. Blok Perlindungan II.a.1. Hutan Produksi Lahan Kering 1.717,3 - 264,7 439,2 - - 2.421,2 II.a.2. Hutan Produksi Mangrove - 413,7 - - - - 413,7 II.b.1. Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan dan HHBK II.b.1. Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan dan HHBK 3.398,4 - 1.100,2 319,8 - - 4.818,5 II.b.2. Blok Pemanfaatan HHK-HA II.b.2. Blok Pemanfaatan HHK-HA 6.254,2 - 34,1 35,5 - - 6.323,8 II.b.3. Blok Pemanfaatan HHK-HT II.b.3. Blok Pemanfaatan HHK-HT 11.100,4 - 1.234,3 1.150,0 - - 13.484,6 II.b.4. Blok Pemanfaatan HHK-RE II.b.4. Blok Pemanfaatan HHK-RE 2.095,7 - 26,8 404,1 - - 2.526,6 II.c. Blok Pemberdayaan Masyarakat II.c. Blok Pemberdayaan Masyarakat 7.614,6 - 1.914,9 2.335,4 - - 11.864,9 II.d. Blok Khusus Pendidikan II.d. Blok Khusus Pendidikan 196,2 - 54,7 36,0 - - 286,8 II.e. Areal IUPHHK-HA Bela Berkat Anugerah II.e. Areal IUPHHK-HA Bela Berkat Anugerah 25.163,1 - 3.397,1 680,4 - - 29.240,6 II.f. Areal HTR Lippu Mandiri II.f. Areal HTR Lippu Mandiri 3.971,1 - 179,3 2.375,5 0,03 - 6.525,9 III. Danau/Laguna - - - - - 73,7 73,7 Jumlah 110.871,4 3.832,1 13.262,0 12.724,4 44,4 73,7 140.808,0

Hasil inventarisasi biogeofisik didalam areal KPHP Model Bacan yang dilaksanakan pada berbagai jenis penutupan lahan diperoleh jumlahpohon per ha pada hutan primer lahan kering rata-rata sebanyak 211 pohon/ha, hutan sekunder lahan kering

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 18

sebanyak 160 pohon/ha dan pada hutan mangrove primer sebanyak 72 pohon/ha. Jenis pohon yang dominan pada hutan lahan kering yaknikenari ( Canarium sp.), nyatoh (Palaqium sp.), dan hiru (Vatica papuana , Dyer.). Volume kayu jenis meranti/kelompok komersial satu sebanyak 69,7 m 3/ha dengan jenis kayu dominan: kenari ( Canarium hirsutum, Wild.) sebanyak 108 pohon, dan nyatoh ( Palaquium javense, Burck.) sebanyak 98 pohon.

Hasil inventarisasi tegakan juga menggambarkan kelompok jenis kayu rimba campuran/ kelompok komersial dua memiliki potensi kayu sebesar 39,05 m 3/ha dengan jenis domionan yakni pala hutan ( Myristica fatren, Houtz.) sebanyak 43 pohon, dan gofasa ( Vitex sp.) sebanyak 38 pohon. Potensi kelompok jenis kayu eboni/kelompok indah satu sebesar 5,3 m 3/ha, dengan jenis dominan yakni malambua ( Diospyros sp.) sebanyak 60 pohon. Potensi kelompok jenis kayu indah/kelompok indah dua sebesar 5,46 m 3/ha, dengan jenis dominancempaka ( Lepiniopsis ternatensis Val.) sebanyak 29 pohon. Pengelompokan jenis kayu sangat penting secara ekonomi untuk keberjantan usaha pengelolaan KPHP Model Bacan (unit XIII).

Tabel 4. Luas Blok-blok Pengelolaan dan Tingkat Potensi Kayu dalam Wilayah KPHP Model Bacan (Unit XIII) Kode. Blok-blok Pengelolaan dalam Wilayah KPHP Model Bacan Luas areal (ha) dengan potensi kayu: (Unit XIII) Non Hutan Rendah Sedang Tinggi Jumlah I.a. Blok Inti I.a.1. Hutan Lindung Lahan Kering 427,5 1.490,9 14.775,3 13.966,9 30.660,6 I.a.2. Hutan Lindung Mangrove 6,2 1.520,1 1.866,0 3.392,2 I.b. Blok Pemanfaatan I.b.1. Hutan Lindung Lahan Kering 4.564,4 3.115,6 16.458,6 3.555,4 27.693,9 I.b.2. Hutan Lindung Mangrove 26,2 26,2 I.d. Blok Khusus Cagar Budaya 0,9 182,9 329,6 541,3 1.054,8 II.a. Blok Perlindungan II.a.1. Hutan Produksi Lahan Kering 439,2 264,7 389,3 1.328,0 2.421,2 II.a.2. Hutan Produksi Mangrove 169,4 244,3 413,7 II.b.1. Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan dan HHBK 319,8 1.100,2 2.714,3 684,2 4.818,5 II.b.2. Blok Pemanfaatan HHK-HA 35,5 34,1 770,7 5.483,4 6.323,8 II.b.3. Blok Pemanfaatan HHK-HT 1.150,0 1.217,9 9.672,1 1.444,6 13.484,6 II.b.4. Blok Pemanfaatan HHK-RE 404,1 26,8 2.095,7 2.526,6 II.c. Blok Pemberdayaan Masyarakat 2.335,4 1.810,4 7.092,8 626,2 11.864,9 II.d. Blok Khusus Pendidikan 36,0 54,7 196,2 286,8 II.e. Areal IUPHHK-HA PT. Bela Berkat Anugerah 680,4 3.397,1 15.993,2 9.169,9 29.240,6 II.f. Areal HTR Lippu Mandiri 2.375,5 179,3 2.752,5 1.218,6 6.525,9 III. Danau/Laguna 69,2 4,5 73,7 Jumlah 12.844,2 12.874,6 74.738,0 40.351,2 140.808,0

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 19

Potensi jasa lingkungan di wilayah KPHP Model Bacan (Unit XIII), seperti: a) Pantai Kupal dan Pantai Nusa Ra di Kecamatan Bacan, b) Pantai Tawa di Kecamatan Bacan Timur, c) Kepulauan Gura Ici di Kecamatan Kayoa, dan d) beberapa air terjun, misalnya air terjun Inggoi dan Bibinoi. Selain itu potensi pariwisata juga terdapat di Kesultanan Bacan yakni: Keraton, Mesjid Sultan dan Mahkota Sultan; serta benteng pertahanan peninggalan bangsa Portugis dan Belanda (Benteng Barnevald; Pemda Halsel, 2013). Beberapa fauna endemik di Maluku Utara, seperti: kakaktua putih ( Cacatua Alba ), cendrawasih gagak ( Lycocorax Pyrrhopterus ), dan gagak Halmahera ( Corvus Validus ) dan burung bidadari ( Semioptera Wallacei ). Fauna dan flora yang dapat dijumpai dalam KPHP Model Bacandan terancam punah disajikandalam Tabel 5 (sumber: www.wallacea.org).

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 20

Tabel 5. Jenis-jenis Spesies Terancam Punah di Kawasan Wallacea- Maluku Utara Status No Kelompok Nama ilmiah Nama Inggris Nama Indonesia IUCN RedList 1 Mammal Melomys fraterculus Manusela Melomys CR 2 Mammal Melomys aerosus Dusky Melomys EN 3 Mammal Melomys bannisteri Bannister's Rat EN 4 Mammal Nesoromys ceramicus Seram Rat Tikus Seram EN 5 Mammal Pteropus melanopogon Black-bearded Flying-fox EN 6 Mammal Rhynchomeles prattorum Ceram Bandicoot EN 7 Mammal Babyrousa babyrussa Babiroussa Babirusa VU 8 Mammal Nyctimene keasti Keast's tube-nosed fruit-bat VU 9 Mammal Nyctimene minutus lesser tube-nosed bat kelelawar hidung-tabung kecil VU 10 Mammal Phalanger matabiru Blue-eyed Cuscus Kuskus mata biru VU 11 Mammal Pteropus ocularis Ceram Flying-fox Kalong Seram VU 12 Mammal Pteropus temminckii Temminck's Flying-fox VU 13 Mammal Syconycteris carolinae Halmahera Blossom-bat Kelelawar Halmahera VU 14 Burung Charmosyna toxopei Blue-front Lorikeet Perkici Buru CR 15 Burung Monarcha boanensis Black-chinned Monarch Kehicap CR 16 Burung Lorius domicella Purple-naped Lory Kasturi Tengkuk-ungu EN 17 Burung Madanga ruficollis Rufous-throated White-eye Opior Buru EN 18 Burung Scolopax rochussenii Moluccan Woodcock Berkik-gunung Maluku EN 19 Burung Cacatua alba White Cockatoo Kakatua Putih VU 20 Burung Cacatua moluccensis Salmon-crestedCockatoo Kakatua Maluku VU 21 Burung Habroptila wallacii Invisble Rail Mandar Gendang VU 22 Burung Lorius garrulus Chattering Lory Kasturi Ternate VU 23 Burung Philemon fuscicapillus Dusky Friarbird Cikukua Hitam VU 24 Burung Ptilinopus granulifrons Carunculated Fruit-dove Walik Benjol VU 25 Burung Tanygnathus gramineus Black-lored Parrot Betet-kelapa Buru VU 26 Burung Todiramphus funebris Sombre Kingfisher Cekakak Murung VU 27 Ornithoptera croesus Wallace's Golden Birdwing EN 28 Lepidoptera stresemanni VU 29 Lepidoptera Ornithoptera aesacus VU 30 Lepidoptera Troides prattorum The Buru Opalescent Birdwing VU 31 Tanaman Shorea montigena CR 32 Tanaman Shorea selanica CR 33 Tanaman Hopea gregaria Balau Pooti, Merawan Maluku EN 34 Tanaman Paphiopedilum mastersianum Anggrek Sepatu Maluku EN 35 Tanaman Aglaia ceramica VU 36 Tanaman Guioa malukuensis VU 37 Tanaman Guioa patentinervis VU 38 Tanaman Horsfieldia decalvata VU 39 Tanaman Mangifera transversalis Mangga Olat VU 40 Tanaman Myristica alba Pala-Hutan VU 41 Tanaman Myristica fissurata Pala-Hutan VU 42 Tanaman Myristica perlaevis Pala-Hutan VU 43 Tanaman Myristica pubicarpa Pala-Hutan VU 44 Tanaman Myristica robusta Pala-Hutan VU Keterangan status IUCN Red List: CR = Critically Endangered; EN =Endangered; VU = Vulnerable

C. Sosial Budaya Masyarakat di dalam / sekitar KPHP Model Bacan

Masyarakat Halmahera Selatan memiliki sejarah yang penting karena Kesultanan Bacan, bersama Kesultanan Ternate, Tidore, dan Jailolo, membentuk sebuah kebudayaan yang dikenal dengan nama ”Maloku Kie Raha”. Secara umum terdapat 3 pengaruh budaya lokal di Halmahera Selatan,yaitu: budaya Ternate mencakup kepulauan Ternate, Halmahera Utara dan Kepulauan Sula, budaya Tidore mencakup kepulauan Tidore dan Halmahera Tengah/Timur, dan budaya Bacan mencakup kepulauan Bacan dan Obi yang

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 21

adat istiadatnya berbeda secara gradual. Suku-suku bangsa di Halmahera Selatan antara lain: Suku Tobelo Galela, Makian Kayoa, Suku Boton, Suku Bajo, Suku Bacan, dan pendatang dari Gorontalo dan Jawa (Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan, 2013).

Struktur masyarakat pada desa sampel dalam survei sosial budaya untuk KPHP Model Bacan, yaitu: Desa Bibinoi, Prapakanda, Sabatang, Loleojaya, Kaputusang dan Desa Pelita terdiri dari berbagai etnis, seperti: Togale (Tobelo-Galela), Makian, Wanci, Ternate dan suku Sanger. Banyaknya etnis yang mendiami setiap desa memperlihatkan masyarakatnya hidup dengan rukun, kompak dan bersatu, sesuai azas-azas Pancasila yaitu ”Walaupun Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu” dengan kehidupan masyarakat sehari- harinya saling bantu membantu dan bergotong royong dalam banyak hal yang berhubungan dengan kepentingan umum. Sistem gotong-royong masih sering dijumpai pada acara-acara kerja bakti maupun dalam usaha subsistem pertanian, juga tercermin pada acara rapat-rapat desa untuk pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat demi kepentingan bersama.

Penduduk Halmahera Selatan memiliki sumber mata pencaharian, yaitu sebagaipeladang, berburu yang sering berpindah tempat, dan kebudayaan pesisir yang dipengaruhi kebudayaan Islam serta kegiatan perdagangan yang menonjol. Mereka mengembangkan kesenian dalam bentuk tarian, musik dan kesusastraan sebagai unsur pemersatu.Kondisi sosial ekonomi masyarakat di dalam / sekitar KPHP Model Bacan pada desa sampel/lokasi survei sebagai berikut:

Desa Bibinoi merupakan ibukota Kecamatan Bacan Timur Tengah. Sarana ekonomi yang dimiliki sebanyak 1 pasar yang buka tiap hari, toko pakaian sebanyak 1 unit, warung/kios sembako sebanyak 40 unit, lumbung padi sebanyak 2 unit, penggilingan padi sebanyak 2 unit, ojek motor sebanyak 40 unit, speed boat sebanyak 5 unit, longboat sebanyak 3 unit, perahu motor sebanyak 20 unit, 150 kk menggunakan listrik PLN, 15 kk menggunakan listrik perorangan /gendset dan penjahit sebanyak 2 orang. Letak dan jarak desa yang berada di sepanjang tepian pantai dapat memberikan nilai yang positif untuk perkembangan perekonomian kedepannya, jarak desa dengan pelabuhan yang masih relatif dekat memberikan keuntungan kepada masyarakat desa dalam meningkatkan perekonomiannya.

Desa Prapakanda memiliki warung/kios sembako sebanyak 7 unit, pedagang pengumpul sebanyak 15 orang, perahu motor/ketinting sebanyak 5 unit,

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 22

koperasisebanyak 1 unit, dan penjahit sebanyak 1 orang. Mayoritas masyarakat bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan.Hasil melaut dan pertanian dipengaruhi oleh iklim, luas lahan dan harga pasar.Iklim sekarang yang sulit diprediksi menyebabkan hasil laut dan pertanian yang tidak menentu.Sumber pendapatan/penghasilan dari masyarakat Desa Prapakanda diperoleh dari hasil ladang, kebun, dan nelayan.Penerimaan para petani juga bervariasi sesuai dengan luas lahan yang dimiliki dan jenis komoditi tanaman yang ditanam. Hasil pengolahan data penghasilan masyarakat yang diterima dari hasil pertanian dan sumber pendapatan lainnya menunjukkan bahwa terdapat 40% responden memiliki pendapatan yang sama baiknya dengan pendapatan yang diterima pada tahun 2012 dan 60% memiliki pendapatan yang meningkat atau lebih baik dibandingkan dengan pendapatan pada tahun 2012.Hal ini memberikan gambaran bahwa lebih banyak masyarakat yang memiliki peningkatan penghasilan pada tahun 2014.

Desa Sabatang mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan nelayan. Desa Sabatang memiliki warung/kios sembako sebanyak 9 unit, speed boat sebanyak1 unit, perahu motor sebanyak 5 unit dan listrik perorangan sebanyak 21 unit. Lahan pertanian masyarakat ditanami tanaman perkebunan dan pada umumnya jenis tanaman yang ditanam berupa kelapa, coklat dan pala.Lahan pertanian masyarakat ditanami tanaman perkebunan dan tanaman semusim yang tujuannya untuk memberikan hasil tahunan dan kebutuhan sehari-hari seperti kasbi, dan pisang yang dikonsumsi sendiri. Masyarakat memiliki penghasilan minim, sehingga tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan mengupayakan tambahannya dengan mengalihkan pekerjaan sementara menjadi penyedia jasa serta mencari nafkah di daerah luar desa mereka. Salah satu bentuk alternatif pekerjaan untuk mencukupi kehidupan mereka yaitu mencari kayu dan hasil hutan non kayu seperti mengambil rotan, berburu, usaha pembibitan dan nelayan.

Pada Desa Kaputusang terdapat sarana ekonomi seperti warung/kios sembako sebanyak 6 unit, 6 unit ojek motor, speed boat sebanyak 1 unit, long boat sebanyak 1 unit, perahu motor/ketinting sebanyak 20 unit dan masyarakat menggunakan listrik genset untuk penerangan. Dilihat dari kondisi sosial ekonominya, perekonomian masyarakat desa umumnya terbatas dikarenakan faktor pendukung dan penggerak perekonomian masih sangat minim.Sangat sedikit sekali dijumpai warung/kios yang menjadi penggerak perekonomian apalagi toko yang menyediakan bahan kebutuhan pokok untuk masyarakat dan dalam hal pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat masih

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 23

mengandalkan pasokan dari ibukota Kabupaten Halmahera Tengah.Kondisi kebutuhan papan (rumah) yakni sebagian besar kondisi rumah masih banyak yang belum memadai, hal ini dilihat dari bentuk rumah yang masih banyak berdinding papan dan atap seng dengan tipe rumah yang masih relative kecil.Mayoritas masyarakat memiliki mata pencaharian sebagai petani, dan nelayan.Jenis mata pencaharian masyarakat berpengaruh terhadap tingkat pendapatan masyarakat.Adapun tanaman unggulan petani di Desa Kaputusang, yaitu: kelapa, cengkeh, pala, dan coklat. Masyarakat juga mengalami kesulitan memasarkan hasil pertanian tersebut karena ongkos angkut yang mahal dan tidak seimbang dengan pendapatan yang diperoleh, mengakibatkan pemenuhan kebutuhan sehari-hari terhadap sandang, pangan dan papan belum sepenuhnya terpenuhi, sehingga masyarakat mengupayakan alternatif tambahan dengan bekerja pada sub sektor lain seperti perikanan atau kehutanan. Mereka juga mengambil hasil hutan berupa kayu gaharu, damar, nyatoh dan mersawa, serta hasil hutan non kayu seperti rotan dan bambu. Kondisi ini dapat menjadi permasalahan dalam pengelolaan KPHP Model Bacan ke depan, kalau tidak segera diupayakan solusinya.

Sarana pendukung perekonomian pada Desa Loleojaya antara lain : toko pakaian sebanyak 1 unit, toko bangunan sebanyak 1 unit, warung/kios sembako sebanyak 10 unit, speed boat sebanyak 1 unit, long boat sebanyak 2 unit, koperasi sebanyak 1 unit, dan penjahit sebanyak 2 orang serta masyarakat menggunakan listrik tenaga surya sebagai sumber penerangan. Dilihat dari sarana prasarana ekonomi desa yang tersedia, dapat dikategorikan masih sangat minim untuk mendukung roda perekonomian masyarakatnya.Tidak dijumpai pasar yang menjadi penggerak perekonomian, sehingga untuk memenuhi kebutuhan bahan pokok masih mengandalkan toko/kios sembako yang ada di desa dan pasokan dari ibukota Kabupaten Halmahera Tengah yang memerlukan biaya transportasi yang cenderung mahal.Kondisi rumah masyarakat Desa Loleojaya sebagian besar belum memadai, hal dapat dilihat dari kondisi rumah yang umumnya masih berdinding papan dan atap seng dengan tipe rumah yang reatif masih kecil.Mayoritas masyarakat memiliki mata pencaharian sebagai petani, dan nelayan.Tanaman unggulan petani di Desa Loleojaya yaitu kelapa, cengkeh, pala, dan coklat. Masyarakat juga mengalami kesulitan memasarkan hasil pertanian tersebut dengan ongkos angkut yang cukup tinggi/mahal, mengakibatkan pemenuhan kebutuhan sehari hari terhadap sandang, pangan dan papan sepenuhnya dapat terpenuhi, sehingga untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka bekerja pada sub sektor lain seperti nelayan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 24

atau mengambil hasil hutan yang berada disekitarnya seperti kayu. Kondisi ini dapat saja berkembang/meluas yang berakibat pada kerusakan hutan dan hal ini perlu segera diupayakan penyelesaiannya.

Sarana dan prasanana ekonomi Desa Pelita dapat dikategorikan masih relative minim berupa toko bangunan sebanyak 2 unit, warung/kios sembako sebanyak 10 unit, pedagang pengumpul 3 orang, long boat sebanyak 2 unit, dan perahu motor/ketinting sebanyak3 unit, sehingga perlu peningkatan sarana dan prasarana ekonomi ke depan,untuk meningkatkan perekonomian masyarakat desa.Sebagian besar kondisi rumah masyarakat Desa Pelita masih tergolong belum memadai, hal inidapat dilihat dari kondisi rumah yang masih berdinding papan dengan atap seng dan tipe rumah yang masih relative kecil. Mayoritas masyarakat memiliki sumber mata pencaharian sebagai petani, dan nelayan.Masyarakat juga mengalami kesulitan memasarkan hasil pertaniannya dengan ongkos angkut yang cukup mahal, mengakibatkan pemenuhan kebutuhan sehari hari terhadap sandang, pangan dan papan belum sepenuhnya dapat terpenuhi. Untuk mencukupi kebutuhan hidup, mereka bekerja pada sub sektor lain seperti nelayan atau mengambil hasil hutan di sekitarnya.

Dari 6 desa sample/sasaran survei, Desa Bibinoi memiliki jumlah penduduk terbanyak yaitu 1.761 jiwa atau 346 kepala keluarga, yang terdiri dari laki-laki sebanyak 908 jiwa, dan perempuan sebanyak 853 jiwadan setiap keluarga memiliki batih rata-rata sebanyak 5 jiwa. Desa Bibinoi memiliki luas wilayah lebih kurang 5,41 km².Adapundesa yang memiliki jumlah penduduk terendah yaitu Desa Sabatang dengan jumlah penduduk sebanyak lebih kurang 763 jiwa atau 178 kk yang terdiri dari laki-laki sebanyak 360 jiwa, dan perempuan sebanyak 403 jiwa dengan batih rata-rata sebanyak 5 jiwa. Desa Sabatang memiliki wilayah seluas lebih kurang 54,7 km². Pertambahan penduduk yang terus meningkat mengakibatkan kebutuhan akan lahan pertanian semakin meningkat pula. Desa Kaputusang memiliki tingkat kepadatan penduduk lebih tinggi dibandingkan desa sampel lainnya yaitu 1.449 jiwa/km², karena memiliki luas wilayah yang lebih kecil dibandingkan dengan desa lainnya, hal ini dapat merupakan ancaman bagi keberadaan KPHP Model Bacan ke depan.

Sarana ekonomi yang dimiliki desa sampel umumnya sangat minim, yaitu dari 6 desa sampel hanya Desa Bibinoi yang memiliki pasar.Pasar yang merupakan tempat untuk menjual dan membeli hasil pertanian dan perikanan, tempat untuk mendapatkan kebutuhan hidup sehari-hari, dan menjadi tempat perputaran roda ekonomi sangat

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 25

minimtersedia di desa sampel, sehingga masyarakat hanya mengandalkan warung/kios yang tersedia di desa untuk memenuhi kebutuhan sembako mereka.Sarana perhubungan yang digunakan masyarakat ke daerah lainnya baik untuk hubungan masyarakat maupun menghubungkan masyarakat dengan aktivitas lainnya sepertiuntuk ke tempat bekerja, ke sekolah, dan lainnya mengandalkan perahu, longboat dan speed boat, sehingga memerlukan waktu yang relatif lebih lama.

D. Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan

Kawasan KPHP Model Bacan terdiri atas blok-blok pengelolaan, yakni untuk HL terbagi atas blok inti, blok pemanfaatan dan blok khusus, sedangkanuntuk HP terbagi atasblok perlindungan, blok pemanfaatan, blok pemberdayaan masyarakat, blok khusus dan areal sudah berizin. Pembagian blok pada kawasan hutan KPHP Model Bacan menggunakan analisis spasial dan sesuai kriteria berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor : P. 5/VII-WP3H/2012 yang disajikan pada Gambar 1 dan Tabel 2 danlebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran Peta 1.

Pada wilayah KPHP Model Bacanterdapat izin pemanfaatan hasil hutan yaitu IUPHHK-HA a.n. PT. Bela Berkat Anugerah, HTR a.n. Lippu Mandiri, dan izin penggunaan kawasan hutan untuk eksplorasi a.n. PT. Harita Multi Karya Mineral dan PT. Bukit Fajar Mandiri. Terdapat areal izin yang tumpang tindih,yaitu antara areal PT. Bela Berkat Anugerah dengan areal eksplorasi a.n. PT Harita Multi Karya Mineral dan areal PT. Bukit Fajar Mandiri (Lampiran Peta 7).Juga terdapat perizinan kecil di Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) Majiko dan Pido Doko yang masuk ke dalam Kawasan KPHP Model Bacan.

Blok Inti Hutan Lindung Lahan Kering (Gambar 2) terbagikedalam 145 petak dengan areal seluas lebih kurang 30.664,4 ha dan telah ditatabatas sepanjang 94.736 m (30,83 %) dari keseluruhan panjang batasyaitu 307.262 m. Blok-blok inti ini sebagian besar (69,17 %) belum ditatabatas, kecuali batas luar kawasan HL. Urijawa, Gn. Goro- goro, Gn. Raroang dan Gn. Bibinoi. Areal yang memiliki potensi kayu rendah seluas 233,9 ha pada kawasan hutanlindung Gn. Goro-goro dan seluas 507,3 ha pada kawasan HL P.Mandioli dan areal tersebut berpotensi mengalami kerusakan hutan yang cukup tinggi. Pada arael tersebut perlu dilakukan rehabilitasi melalui kegiatan antara lain : (a)

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 26

inventarisasi lahan kritis, (b) pengukuran dan pemetaan areal rehabilitasi, (c) penanaman, (d) pemeliharaan tanaman, (e) pengayaan tanaman dan (f) penerapan teknik konservasi.

Gambar 2. Pencadangan Blok-blok Inti Hutan Lindung Lahan Kering dalam Kawasan KPHP Model Bacan

Blok-blok Inti Hutan Lindung Mangrove (Gambar 3 dan Lampiran 3) ) terbagikedalam 102 petak dengan areal seluas lebih kurang3.400,5 ha dan telah ditatabatas sepanjang 1.556 m (0,46 %) dari keseluruhan panjang batasyaitu 337.869 m. Blok-blok inti bakau ini perlu segera diselesaikan tatabatasnya untuk memberikan kepastian batas baik secara hokum maupun secara fisik di lapangan.Areal yang memiliki potensi kayu rendah seluas 6,2 ha yang berlokasi padaHL bakau P.Parapotang dengan potensi kerusakan hutan yang cukup tinggi, namun pada blok-blok inti bakau lainnya masih sangat bagus kondisi tegakannya. Pada kawasan HL mangrove yang telah kritis/mengalami kerusakan perlu dilakukan rehabilitasi hutan melalui kegiatan, antara lain : (a) inventarisasi lahan kritis mangrove, (b) pengukuran dan pemetaan areal HL mangrove, (c) penanaman mangrove), (d) pemeliharaan tanaman, (e) pengayaan tanaman, dan (f) penerapan teknik konservasi.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 27

Gambar 3.Pencadangan Blok-blok Inti Hutan Lindung Mangrove dalam Kawasan KPHP Model Bacan Pemanfaatan hasil hutan khususnya pada blok pemanfaatan HL berupa jasa lingkungan danHHBK tersebar di 17 lokasi/kawasandan terbagi kedalam 110 petak (Gambar 4 dan Lampiran 4) dengan areal seluas lebih kurang 27.720 ha. Adapun areal yang memiliki potensi kayu rendah seluas lebih kurang 7.680 ha. Batas kawasan hutan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 28

untuk blok pemanfaatan hutan lindung lahan kering seluruhnya sepanjang 274.678 m dan telah ditatabatas sepanjang 97.087 m (35,35 %).

Gambar 4. Pencadangan Blok-blok Pemanfaatan dalam Kawasan Hutan Lindung Lahan Kering untuk Pemanfaatan, Jasa Lingkungan danHHBK

Satu-satunya blok pemanfaatan padakawasan HL Mangrove terdapat pada HL Selat Kaireu seluas lebih kurang 26,2 ha dengan batas fungsi sepanjang 1.626 m dan telah ditatabatas serta batas alam sepanjang 1.466 m yang belum ditatabatas. Blok pemanfaatan Selat Kaireu ini dapat dijadikan percontohan pengelolaan mangrove untuk keperluan obat-obatan herbal hayati, sehingga perlu diinventarisasi secara detail. Blok pemanfaatan ini juga dapat dijadikansebagai lokasi sumber bibit/benih mangrove guna mendukung rehabilitasi mangrove di sekitarnya.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 29

Gambar 5. Pencadangan Blok Pemanfaatan untuk Jasa Lingkungandan HHBKdalam Kawasan Hutan Lindung Mangrove

Blok Khusus Cagar Budaya Kasiruta Dalam terbagi dalam 5 petak seluas lebih kurang 1.054,8 ha (Gambar 6) sebagai kawasan pengelolaan hutan oleh Kesultanan Bacan karena letaknya sangat berdekatan dengan situs-situs kesultanan lainnya (telaga milik Kesultanan Bacan). Blok Khusus Cagar Budaya Kasiruta Dalam ini perlu segera ditindaklanjuti dengan pengesahan oleh pihak yang berwenang untuk menjamin kepastian pengelolaan kawasan, karena baru sebagian bataskawasannya ditetapkan. Pemanfaatan kawasan hutan ini untuk HHBK karena dijumpai banyak komoditas HHBK yang sudah diolah secara tutun-temurun dalam Kesultanan Bacan, seperti: damar, obat- obat herbal dari hutan, dll. Pengusahaan kemitraan secara penuh dapat dilakukan sesuai pedoman dan tatacara pengusulan kawasan hutan lindung untuk pemanfaatan.Blok Khusus Cagar Budaya Kasiruta Dalam ini perlu diakomodir sesuai arahan untuk kawasan HL.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 30

Gambar 6. Pencadangan Blok Khusus Cagar Budaya Kasiruta Dalam

Blok-blok pemanfaatan kawasan, Jasa lingkungan dan HHBK pada KPHP Model Bacan terbagi kedalam 46 petak dengan areal seluas lebih kurang 4818,5 ha yang berada pada 6 lokasi/kawasan hutan (Gambar 2.7), yakni: (1)blok pemanfaatan Ake Sajuang 2, (2) blok pemanfaatan Tutupa, (3)blok pemanfaatan Ake Sajuang 1, (4) blok pemanfaatan P. Kasiruta 1, (5) blok pemanfaatan P. Kasiruta 2, dan (6)blok pemanfaatan P. Kasiruta 3. Batas blok-blok ini sepanjang 116.811 m, dan yang telah ditatabatas 48.500 m (41,52 %). Pada blok pemanfaatan P. Kasiruta 1 dan blok pemanfaatan P. kasiruta 2 (Gambar 7, bentuk 04 dan 05) terdapat wilayah pertambangan rakyat untuk batu bacan (krisokola) yang sudah dikerjakan masyarakat secara turun-temurun dan berizin SK. Bupati Halmahera Selatan. Potensi kayu pada blok-blok pemanfaatan kawasan ini sangat rendah dengan areal seluas lebih kurang 1.420,0 ha. Untuk memulihkan kawasan hutan ini perlu dilakukan kegiatan rehabilitasi dan reklamasi hutan secara berkelanjutan melalui pemberdayaan masyarakat sekitar wilayah pertambangan rakyat tersebut yang didahului dengan penyelesaian tata batas yang masih sisa yaitu sepanjang 17.530 m.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 31

Gambar 7. Pencadangan Blok-blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa lingkungan dan HHBK dalam Hutan Produksi

Blok Pemanfaatan HHK-HA Ake Minjahe dan Blok Pemanfaatan HHK-HA Tutupa merupakan 2 lokasi pemanfaatan hutan untuk HHK-HA dengan luas masing- masing 2.021,0 ha dan 4.302,7 ha (Gambar 8 dan Lampiran 10). Potensi kayu pada kedua lokasi ini sangat baik, sedangkan luas areal dengan potensi kayu rendah dan non- kayu seluas lebih kurang 69,6 ha dari 6.323,8 ha. Walaupun demikian, pemanfaatan HHK-HA ini perlu dipertegas dengan penataan batas sepanjang 24.896 m dari panjang batas seluruhnya 37.412 m. Lokasi Blok Pemanfaatan HHK-HA Tutupa yang terletak di RPH Bacan meliputi 40 petak dan berbatasan dengan Areal HTR Lippu Mandiri, sehingga biaya penataan batasnya dapat ditanggung bersama. Sedangkan Blok Pemanfaatan HHK-HA Ake Minjahe termasuk RPH Kasiruta di P.Bacan meliputi 19 petak. Batas blok pemanfaatan ini perlu segeraditatabatas dan penataan batasnya dapat dilakukan bersama masyarakat yang diberdayakan untuk mengelola blok permberdayaan masyarakat HP Ake Minjahe. Blok Pemanfaatan HHK-HA Ake Minjahe ini memilikiaksessibilitas yang tinggi karena berbatasan dengan APL.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 32

Gambar 8. Pencadangan Blok-blok Pemanfaatan HHK-HA

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 33

Gambar 9. Pencadangan Blok-blok Pemanfaatan HHK-HT

Blok-blok Pemanfaatan HHK-HT meliputi 7 lokasi/kawasan dengan areal seluas lebih kurang 13.484,6 ha dan terbagikedalam 144 petak yang berada di P.Kasiruta dan P.Bacan (Gambar 9 dan Lampiran Peta 1). Blok Pemanfaatan HHK-HT P.Kasiruta 1 seluas lebih kurang 1.101,0 ha terdiri dari 12 petak dan sudah ditatabatas fungsi.Adapunpanjang batasluar seluruh kawasannya yaitu lebih kurang 13.320 m, dan memerlukan pengukuhan kembali dan penataan batas petak-petaknya. Demikian pula halnya dengan Blok Pemanfaatan HHK-HT Ake Sajuang 4 seluas lebih kurang 697,1 ha yang terdiri dari 8 petak sudah ditatabatas batas-fungsi dan panjang batasluar seluruhnya yaitu 2.541, namun memerlukan pengukuhan kembali dan penataan batas petaknya. Sedangkan Blok-blok Pemanfaatan HHK-HT lainnya masih memerlukan penataan batas, baik batas fungsi maupun batas kawasan dan batas luasnya. Sayangnya, Blok Pemanfaatan HHK-HT Ake Sajuang 4 dan P.Kasiruta 1 memiliki potensi kayu yang sedang, sehingga perlu penanaman kembali sebelum dapat dipanen secara lestari (Lampiran Peta 4). Blok Pemanfaatan HHK-HT Ake Sajuang 4 penutupan non hutan seluas lebih kurang 31,8 ha, sedangkan Blok HHK-HT P.Kasiruta 1 potensi kayunya lebih baik.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 34

Gambar 10. Pencadangan Blok Khusus Pendidikan

Blok Khusus Pendidikan dicadangkan seluas lebih kurang 286,8 ha terletak antara Wayamiga dan Marabose di tepi kawasan Cagar Alam Gn. Sibela (Gambar 10 dan Lampiran Peta 1). Panjang batas Blok Khusus Pendidikan ini yang sudah ditatabatas yaitu 728 m dan lokasinya berbatasan dengan cagar alam dan memiliki areal seluas lebih kurang 90,6 ha yang berpotensi kayu dan non kayu rendah. Areal Perbukitan blok khusus ini sangat bagus dijadikan prioritas sebagai jendela pemasaran ( site-show ) untuk pengelolaan hutan di KPHP Model Bacan karena mudah dijangkau dan langsung terlihat dari jalan yang menghubungkan ibukota Labuha dan Pelabuhan Babang. Pengayaan tanaman pohon perlu dilakukan juga untuk blok ini, bahkan uji-coba demplot petak permanen pengukuran tegakan dan penyerapan karbon dapat dilakukan bersama masyarakat khususnya mahasiswa dan pelajar yang meminati program studi kehutanan. Kerjasama dan kolaborasi pengelolaan kawasan ini dengan para pihak terkait dapat dilakukan dengan baik bila kepastian tatabatas kawasannya telah ada dilapangan dan memiliki kekuatan hukum.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 35

E. Posisi Areal Kerja KPHP Model Bacan dalam Perspektif Tataruang Wilayah dan Pembangunan Daerah Kabupaten Halmahera Selatan

Rencana pola pemanfaatan ruang Kabupaten Halmahera Selatan yang tergabung dalam Gugus Pulau Halmahera Selatan terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu pola pemanfaatan ruang daratan serta Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Peraturan Pemerintah). Rencana pola pemanfaatan ruang di daratan serta pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pada dasarnya terdiri dari dua bagian besar pemanfaatan ruang, yaitu pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya (Perpres 77 Tahun 2014).

Rencana sistem perkotaan di Kabupaten Halmahera Selatan dengan kawasan andalan Bacan-Halmahera Selatan yang berkaitan dengan KPHP Model Bacan (Unit XIII)sebagai berikut :

1. PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) Kota Labuha 2. PKL (Pusat Kegiatan Lokal) Saketa dan Babang 3. PPK(Pusat Pelayanan Kawasan) Bajo dan Kukupang 4. PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) Indari, Yaba, Mandaong, Wayaua, Bibinoi, Palamea, Loleojaya, Busua, Laluin, Laromabati, Jiko, dan Indong.

Kawasan andalan tersebut dapat menjadikan Pelabuhan Babang dan Pelabuhan Labuha sebagai pelabuhan laut yang menghubungkan daerah sekitarnya.

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan hutan meliputi: a. mempertahankan dan merehabilitasi kawasan peruntukan hutan dari deforestasi dan degradasi; b. mengembangkan pengelolaan kawasan peruntukan hutan dengan prinsip berkelanjutan; c. meningkatkan fungsi ekologis kawasan peruntukan hutan, terutama di Pulau Kecil; dan d. mengendalikan kegiatan budidaya kehutanan yang berpotensi merusak fungsi kawasan hutan lindung untuk menjaga ketersediaan air (Perpres Nomor : 77 Tahun 2014).

F. Isu Strategis, Kendala, dan Permasalahan Pengelolaan Hutan KPHP Model Bacan (Unit XIII)

Renstra Kementerian Kehutanan tahun 2010 – 2014 dalam meningkatkan keberlanjutan pembangunan kehutanan telah menetapkan 6 program prioritas, yakni : (1)

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 36

pemantapan kawasan hutan; (2) rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung Daerah Aliran Sungai (DAS); (3) pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan; (4) konservasi keanekaragaman hayati; (5) revitalisasi pemanfaatan hutan dan industri kehutanan; (6) pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan.

Pengelolaan hutan memiliki isu-isu strategis yang berpengaruh dalam pengelolaan hutan jangka panjang KPHP Model Bacan antara lain: a. Pemantapan kawasan hutan b. Degradasi dan deforestasi kawasan hutan c. Percepatan pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (HTR) d. Perdagangan karbon e. Pengelolaan hutan lestari f. Tingkat perekonomian masyarakat yang relatif rendah

Pengelolaan hutan KPHP Model Bacan juga menghadapi kendala-kendala sebagai berikut: a. Pemahaman masyarakat akan fungsi hutan sebagai penyangga kehidupan dan perlindungan ekosisitem masih relatif rendah b. Masyarakat belum mengetahui batas-batas kawasan hutan secara pasti c. Ketergantungan masyarakat di dalam/sekitar hutan yang tinggi terhadap hutan sebagai sumber penghidupan d. Terdapat pemukiman masyarakat di dalam kawasan hutan

Permasalahan-permasalahan pengelolaan hutan KPHP Model Bacan yang dijumpai saat ini, yakni : a. Koordinasi antar instasi dan stakeholder terkait yang belum berjalan dengan baik b. Masyarakat dan pemerintah setempat masih belum memahami dengan benar tujuan dan sasaran dari pembangunan KPHP Model Bacan. c. Masyarakat dan pemerintah setempat masih belum memahami dengan benar manfaat pembangunan KPH Model Bacan.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 37

III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN

A. VisiPemerintahKabupaten Halmahera Selatan dan KPHP Model Bacan

VisiKabupaten Halmahera Selatan Tahun 2005-2025 yang “MenjadiKabupatenKepulauan yang AdildanDamai, MajudanMandiri, Sejahtera danBermartabat, MelayanidanDiridhoi Allah Yang MahaKuasa” (BPS Halmahera Selatan, 2013) mengilhamiVisiKPHP Model Bacanperiode 2015 – 2024, yakni: “Pengelolaanhutanlestari yang berbasiskepulauan, berbudayadanmandiriuntukkesejahteraanmasyarakat sekitarnya”. VisitersebutjugamemuatvisiKementerianKehutananTahun 2010-2014 dalampenyelenggaraanpembangunankehutananyaitu “Hutan Lestari untukKesejahteraanMasyarakat Yang Berkeadilan”.VisiKPHP Model Bacanperiode 2015 – 2024 dirumuskankarenakawasanhutan di wilyah KPHP model mempunyaiberagamfungsidankondisibiofisik, dengananekakondisisosio- demografimasyarakat yang melingkupwilayahKPHP Model Bacandankomitmennasionalterhadapisu global perubahaniklim ( climate change ) danpenaikanpermukaan air laut ( sea-level rise ). Penjelasansingkatdarivisitersebutyakni, : Kesejahteraanmasyarakat adalahsuatukondisimasyarakat yang hidupberkecukupansecara material dan spiritual denganindikatorkesejahteraannyamerujukpadaberbagaiindikator yang umumdigunakan, sepertiindikatorkemiskinan, pendidikan, pendapatan, kesehatandanindikatorpembangunanmanusialainnya. Pengelolaanhutanlestari adalahsuatukondisisistempengelolaansumberdayahutan yang eksissepanjangmasa, sehinggaterciptakondisihutan yang memberikanmanfaatsecaraekonomisbagimasyarakat ( stakeholders ) danpemerintah, danmenjagakondisiekologishutantetap prima. KPHP Bacan yang berbasiskepulauan, berbudaya, danmandiri bermaknabahwasistempengelolaan yang khassesuaibudayakepulauandanmenjaminterciptanyakemandirian KPH, sehinggadalampelaksanaankegiatannyatidakselalubergantungpadafasilitas yang diberikanpemerintah, karena KPH telahmampumembiayaidirinyasendiri/mandiri.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 38

B. Misi KPHP Model Bacan

Untukmewujudkanvisitersebut, makamisiKPHP Model Bacanyaknimembangundanmengembangkansistempengelolaandanpemanfaatananekafu ngsihutanlindungdanhutanproduksidenganhasilhutankayudan non- kayusertajasalingkungan, danmengoptimalkanmanfaathutansebagailingkunganekonomi, sosialdanbudaya, yaitu: a) Mewujudkankelestariansumberdayahutandenganmembangunpartisipasimasyar akatdanseluruh stakeholder kehutanan, meningkatkankapasitassumberdayamanusia yang terlibatdalampengelolaansumberdayahutan, mencegahtindakanperusakanhutan, meminimalkanpotensikonflikpengelolaandanpemanfaatansumberdayahutan, memanfaatkanilmupengetahuandanteknologidalampengelolansumberdayahutan, danmerevitalisasikearifanlokaldalampengelolaansumberdayahutan. b) Mewujudkanmasyarakat yang sejahteradenganterpenuhinyahajathidupmasyarakatnya yang mencakupkebutuhansandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, danlapangankerja, keamanandankeselamatandiridanlingkungannya, sertapemenuhanaktualisasieksistensikepribadianmasyarakatdan KPHP. c) Mewujudkanpengelolaansumberdayahutan yang mandiridenganmengembangkanprodukhutan yang memilikiprospekekonomi, mengoptimalkanfungsihutan (lindungdanproduksi), mengoptimalkanpemanfaatanjasalingkungan, danmemberdayakanekonomimasyarakat.

C. TujuandanCapaian yang Diharapkandari KPHP Model Bacan

KPHP Model Bacanbertujuan agar pengelolaanhutandilakukansecaraefisiendanlestaridalamkawasanhutan yang mantapberjangkapanjangsehinggamampumemproduksihasilhutankayudanhasilhutanlain nya, sertamenjagakualitasekosistemkepulauandanmemberikeuntunganbagimasyarakatdanorg

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 39

anisasi KPHP.RPHJP KPHP Model Bacanmerupakanpanduan yang harusdiikutiuntukmenujupengelolaanhutanberkelanjutandenganpertimbanganekologi, sosialdanekonomi.Dengan kata lainKPHP Model Bacanbertujuanuntukmemecahkanmasalah-masalahstrategispengelolaanhutan di tingkattapak, sebagaiberikut: 1. Meningkatkanstabilitasekosistemkawasanhutan 2. Memantapkanpenataankawasanhutansecararasional, efektifdanefisien 3. Meningkatkanprofesionalismesumberdayamanusia (SDM) kehutanan 4. Meningkatkankomunikasi, koordinasi, dankerjasamaantarinstitusi 5. Meningkatkantanggungjawabsosialmelaluipeningkatanaksesmasyarakatterhad apsumberdayahutan 6. Meningkatkanviabilitasfinansialpengelolaanhutan

Sasaran-sasaranRPHJP KPHP Model Bacanpadakawasan-kawasanhutan di wilayahtertentuyakni : (a)HPmeliputipenataanbataskawasanhutan, inventarisasipotensisumberdayahutan, rehabilitasihutandanlahan, pemanfaatan HHK dan HHBK, jasalingkungandanperdagangankarbon, pelatihanmasyarakatsekitarhutanuntukpengolahankayudan non kayu, danpengawasanpemanfaatandanperedarannya,(b)HL meliputipemantapanbataskawasanhutan, inventarisasipotensisumberdayahutan, rehabilitasihutandanlahan, perdagangankarbon, pelatihanmasyarakatsekitarhutanuntukpengolahandanpengawasanpemanfaatannyadan(c )Organisasi KPHP Bacanmembangundanmengembangkanprofesionalismepemanfaatansumberdayahutan, kolaborasi, koordinasidankomunikasiantarinstitusi, tanggungjawabsosialdanaksesmasyarakatterhadapsumberdayahutandankelayakanfinans ialpengelolaanhutan.

Capaian-capaianRPHJP KPHP Model Bacan,meliputi:

1. Meningkatnyastabilitasekosistemkawasanhutandanmantapnyabataskawasanhutan. 2. Meningkatnyakomunikasi, koordinasi, kolaborasidankerjasamaantarinstitusidengan KPHP Model Bacan. 3. Meningkatnyaprofesionalisme SDM KPHP Bacan (yang saatiniberstruktur UPTD) danmeningkatnyakelembagaan KPHP Bacanmenjadi SKPD

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 40

denganpolapenataankeuanganBLUDsertameningkatnyapendapatan KPH danpendapatanmasyarakat. 4. Meningkatnyakelayakanfinansial, adanyainvestasikehutanan di wilayah KPHP Bacandanmeningkatnyakelembagaanmasyarakatpengelola HHK dan HHBK secaralestari. 5. Meningkatnyatanggungjawabsosialdanakses legal masyarakatterhadapsumberdayahutansertameningkatnyakesempatankerja. 6. Menurunnyaaktifitasperusakandankonflikkawasanhutansertamenurunnyapeng anggurandankemiskinanmasyarakatdi sekitardandi dalamkawasanhutan.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 41

IV. ANALISIS DAN PROYEKSI KPHP MODEL BACAN

Dalam bab ini akan disajikan beberapa analisis terhadap data dan informasi yang tersedia (baik data primer hasil inventarisasi hutan dan penataan hutan, maupun data sekunder) serta proyeksi kondisi wilayah KPHP Model Bacan di masa yang akan datang.

A. Analisis Data dan Informasi Deskriptif dengan SWOT bagi KPHP Model Bacan

Analisis SWOT untuk RPHJP KPHP Model Bacan dimulai dengan mengidentifikasi faktor internal strength (kekuatan) dan weakness (kelemahan), dan eksternal opportunity (peluang) dan threat (ancaman). Strength (kekuatan) berarti keberadaan kelebihan sumberdaya dan keahlian atau keunggulan yang dimiliki oleh KPHP Model Bacan.Weakness (kelemahan) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumberdaya, keahlian dan kemampuan yang mengganggu keberadaan KPHP Model Bacan.Opportunity (peluang) adalah situasi di luar KPHP Model Bacan yang menguntungkan dan dapat membantu mencapai tujuan pengelolaan KPHP Model Bacan.Threats (ancaman) adalah situasi yang tidak menguntungkan dari luar KPHP Model Bacan yang menghambat pencapaian tujuan.Analisa SWOT ini menghasilkan strategi pencapaian tujuan yang memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan meminimalkan kelemahan dan ancaman (Rangkuti, 2006).

Informasi deskriptif ringkas terkait pengelolaan KPHP Model Bacan yang dapat dihimpun, antara lain: 1. Akses dalam dan ke kawasan pulau sulit dicapai. 2. Kawasan Berbatasan dengan lahan-lahan milik masyarakat. 3. Berkembangnya bentuk-bentuk kerjasama dengan pihak lain dalam pengelolaan hutan dalam rangka kemandirian KPH. 4. Besarnya minat peneliti untuk melakukan penelitian di KPHP Model Bacan. 5. Dukungan para pihak (pemerintah pusat-provinsi-kabupaten, sektor swasta, LSM, masyarakat, dan adanya progam peningkatan kapasitas staf dari lembaga lain. 6. Inkonsistensi peraturan dan kebijakan kehutanan serta krisis ekonomi berpotensi memiskinkan masyarakat. 7. Jumlah personil terbatas dan tidak sebanding dengan wilayah pengelolaan dan kewenangan pengelola masih terbatas. 8. Kegiatan illegal logging dan illegal mining.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 41 9. Partisipasi masyarakat dalam mendukung keberadaan KPHP Model Bacan. 10. Pemakaian lahan untuk kegiatan perladangan dan masih maraknya pembakaran lahan. 11. Penataan batas kawasan belum selesai dan potensi kawasan belum lengkap. 12. Pengembangan jasa lingkungan (carbon trade, pariwisata, penelitian, DAS, air bersih) yang didukung dengan kebijakan pemerintah. 13. Memiliki fungsi sebagai penyangga kehidupan/penyeimbang ekosistem. 14. Memiliki legalitas hukum kawasan dan struktur organisasi yang jelas. 15. Memiliki potensi jasa lingkungan (carbon trade, pariwisata, penelitian, DAS, air bersih, dll.) 16. Memiliki potensi kayu yang besar 17. Memiliki potensi keanekaragaman hayati dan spesies endemik 18. Rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat di sekitar kawasan dan masih maraknya perburuan satwa liar 19. Sarana dan prasarana belum memadai dan pendanaan belum mencukupi. 20. Terdapat sebagian wilayah pemukiman masyarakat di dalam kawasan

Gambar 11. SWOT Balanced Scorecard (Rangkuti, 2006)

Dari data deskriptif tersebut, maka dapat dilakukan analisis SWOTterhadap faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan KPHP Model Bacan, yakni : kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan/ancamanseperti pada Tabel 6, 7, 8, dan 9.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 Tabel 6. Kekuatan/Strengths (S) KPHP Model Bacan Skor Nomor Uraian Bobot Urgensi prioritas Punya legalitas hukum kawasan dan struktur 0,25 4 1,00 1. organisasi yang jelas 2. Punya potensi kayu yang besar 0,20 3 0,60 Punya potensi jasa lingkungan (carbon trade, 0,08 3 0,24 3. pariwisata, penelitian, DAS, air bersih) Punya potensi keanekaragaman hayati dan 0,05 2 0,10 4. spesies endemic Punya fungsi sebagai penyangga kehidupan/ 0,02 1 0,02 5. penyetimbang ekosistem Jumlah 0,60 13 1,96

Tabel 7. Kelemahan/Weakness (W) KPHP Model Bacan Skor Nomor Uraian Bobot Urgensi prioritas Penataan batas kawasan belum selesai dan 0,10 -4 -0,40 1. potensi kawasan belum lengkap Jumlah personil terbatas dan tidak sebanding 0,15 -3 -0,45 2. dengan wilayah pengelolaan dan kewenangan pengelola masih terbatas. Sarana dan prasarana belum memadai dan 0,05 -2 -0,10 3. pendanaan belum mencukupi. Terdapat sebagian wilayah pemukiman 0,05 -1 -0,05 4. masyarakat di dalam kawasan 5. Akses kawasan pulau sulit dicapai. 0,05 -1 -0,05 Jumlah 0,40 -11 -1,05

Tabel 8. Peluang/Opportunities (O) KPHP Model Bacan Skor Nomor Uraian Bobot Urgensi prioritas Partisipasi masyarakat dalam mendukung 0,20 4 0,80 1. keberadaan KPHP Model Bacan (Unit XIII) Dukungan para pihak (pemerintah pusat-propinsi- 0,15 3 0,45 kab/kota, privat sektor, LSM, Masyarakat , dan 2. adanya progam peningkatan kapasitas staf dari lembaga lain Pengembangan jasa lingkungan (carbon trade, 0,10 2 0,21 3. pariwisata, penelitian, DAS, air bersih) yang didukung dengan kebijakan pemerintah. Berkembangnya bentuk-bentuk kerjasama dengan 0,06 2 0,12 4. pihak lain dalam pengelolaan hutan dalam rangka kemandirian KPHP Model Bacan (Unit XIII) Besarnya minat peneliti untuk melakukan 0,04 1 0,04 5. penelitian di KPHP Model Bacan (Unit XIII) Jumlah 0,55 12 1,62

Tabel 9. Tantangan/Ancaman/Threaths (T) KPHP Model Bacan Skor Nomor Uraian Bobot Urgensi prioritas

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 43 1. Berbatasan dengan lahan-lahan milik masyarakat 0,15 -4 -0,60 2. Kegiatan illegal logging dan illegal mining 0,20 -3 -0,60 Pemakaian lahan untuk kegiatan perladangan dan 0,05 -3 -0,15 3. masih maraknya pembakaran lahan Rendahnya pendidikan dan taraf hidup 0,03 -2 -0,06 4. masyarakat di sekitar kawasan dan masih maraknya perburuan satwa liar Inkonsistensi peraturan kebijakan kehutanan dan 0,02 -1 -0,02 5. krisis ekonomi yang berpotensi memiskinkan masyarakat Jumlah 0,45 -13 -1,43

Gambar 12. Hasil Analisis SWOT Balanced ScorecardKPHP Model Bacan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 Tabel 10. Strategi Agresif hasil analisis SWOT Balanced Scorecard KPHP Model Bacan Strategi Agresif dengan Faktor Internal: Kekuatan (W) KPHP Model Bacan S1. Punya legalitas hukum S2. Punya potensi kayu yang S3. Punya potensi jasa S4. Punya potensi S5. Punya fungsi sebagai lingkungan (carbon trade, Uraian kawasan dan struktur besar keanekaragaman hayati dan penyangga kehidupan/ organisasi yang jelas pariwisata, penelitian, DAS, air spesies endemik penyetimbang ekosistem bersih) 1 2 3 4 5 6 Strategi Agresif dengan Faktor External: Peluang (O) KPHP Model Bacan (Unit XIII): O1. Partisipasi masyarakat a.S1O1. Pemantapan Struktur b.S1O2. Meningkatkan jumlah c.S1O3. Konsistensi d.S1O4. Pemantapan status hukum e.S1O5. Mengelola potensi dalam mendukung Organisasi KPHP dalam upaya dan kapasitas personil untuk peraturan/kebijakan kehutanan kelembagaan & kawasan dengan keanekaragaman hayati dan jasa meningkatkan dukungan para mengawasi kawasan KPHP yang untuk mendukung fungsi meningkatkan partisipasi lingkungan untuk meningkatkan keberadaan KPHP Model masyarakat dan dukungan para Bacan (Unit XIII) pihak dan mendorong berbatasan dengan lahan-lahan kawasan taraf hidup, tingkat pendidikan pengembangan pemanfaatan jasa masyarakatr serta mencegah dan pihak serta meningkatkan minat dan mengurangi tingkat lingkungan melalui kerjasama mengurangi kegiatan perburuan para ilmuwan untuk melakukan kemiskinan masyarakat sekitar dengan para mitra dan investor liar penelitian dalam mendukung kawasan keberadaan KPHP Model Bacan (Unit XIII) O2. Dukungan para pihak f.S2O1. Meningkatkan g.S2O2. Meningkatkan h.S2O3. Setiap pengambilan i.S2O4. Penyediaan sarana dan j.S2O5. Pendanaan yang (pemerintah pusat-propinsi- koordinasi dengan para pihak dukungan para pihak dalam keputusan dalam pembuatan prasarana yang memadai dalam memadai untuk mengatasi kab/kota, privat sektor, LSM, terutama pemerintah daerah dan penggalangan sumber-sumber kebijakan kehutanan dapat mengatasi ancaman yang seluruh ancaman yang dihadapi Masyarakat , dan adanya pemerintah pusat dalam dana alternatif, pengadaan dan mengakomodir saran dan dihadapi perluasan kewenangan peningkatan sarana dan kepentingan stakeholder progam peningkatan prasarana pengelolaan terbawah kapasitas staf dari lembaga lain O3. Pengembangan jasa k.S3O1. Penyelesaian penataan m.S3O2. Memberantas kegiatan n.S3O3. Mengurangi o.S3O4. Menyediakan SOP p.S3O5. Menjaga kelestarian lingkungan (carbon trade, batas dan penetapan blok illegal logging, perburuan satwa pembakaran lahan dengan dalam pengelolaan KPHP dalam potensi keanekaragaman hayati pariwisata, penelitian, DAS, kawasan untuk memberikan liar, penyerobotan lahan dengan melibatkan masyarakat didalam upaya peningkatan pemahaman, dengan partisipasi masyarakat air bersih) yang didukung kepastian hukum yang jelas meningkatkan jumlah dan kegiatan pemanfaatan jasa pengetahuan dan partisipasi dan kerjasama serta dalam menangani segala kapasitas personil, struktur lingkungan, agar potensi masyarakat meningkatkan mengakomodir kearifan lokal dengan kebijakan ancaman organisasi yang jelas dan keanekaragaman hayati tetap pengembangan jasa lingkungan masyarakat pemerintah. penegakan hukum terjaga serta dukungan kegiatan penelitian akan keberadaan KPHP Model Bacan (Unit XIII)

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 45

1 2 3 4 5 6 O4. Berkembangnya bentuk- q.S4O1. Meningkatkan r.S4O2. Meningkatkan s.S4O3. Peningkatan kapasitas t.S4O4. Menggalang minat u.S4O5. Mendorong bentuk kerjasama dengan koordinasi dengan para pihak, dukungan para pihak dan personil dengan memanfaatkan penelitian dan partisipasi pengembangan potensi jasa pihak lain dalam pengelolaan terutama dengan pihak BPKH menggalang partisipasi program peningkatan kapasitas masyarakat dalam medukung lingkungan, Ekowisata dan hutan dalam rangka Wilayah VI Manado dalam masyarakat dalam penyelesaian staff dari lembaga lain pengumpulan data potensi meningkatkan minat ilmuwan penyelesaian penataan batas batas kawasan dan penataan blok kawasan untuk melakukan penelitian di kemandirian KPH kawasan KPHP Model Bacan (Unit XIII) O5. Besarnya minat peneliti v.S5O1. Menjaga fungsi w.S5O2. Penguatan koordinasi x.S5O3. Menjaga fungsi y.S5O4. Penyediaan SOP dalam z.S5O5. Meningkatkan untuk melakukan penelitian penyangga kehidupan, dan perencanaan didalam penyangga kehidupan, pemberantasan kegiatan illegal pengetahuan, pendidikan, di KPH kelestarian spesies langka/ penyelesaian masalah illegal kelestarian potensi dan spesies logging, perburuan satwa liar, pemahaman dan taraf hidup endemik melalui kerjasama logging, perburuan satwa liar, langka/ endemik dalam penyerobotan lahan masyarakat sekitar untuk dalam pemanfaatan jasa penyerobotan lahan dan batas Kerangka Program mengurangi tekanan terhadap lingkungan, meningkatkan minat dengan lahan-lahan milik pembangunan berkelanjutan konservasi kawasan dalam para ilmuwan melakukan masyarakat menjaga fungsi penyangga kehidupan dan penyeimbang penelitian di KPHP Model ekosistem Bacan (Unit XIII)

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 46

Strategi-strategi pengelolaan dari hasil analisis SWOT dan kondisi faktual kawasan maka pertimbangan peruntukan kawasan sebagai dasar rancang bangun KPH Model Bacan adalah sebagai berikut (Gambar 11): (1). Arahan peruntukan kawasan hutan berbasis kepentingan sosial ekonomi masyarakat sekitar; (2). Arahan peruntukan kawasan hutan berbasis kepentingan konservasi dan jasanya; (3). Arahan peruntukan kawasan hutan berbasis kepentingan finansial dan suplai bahan baku industri HHK dan/atau HHBK; dan (4). Arahan pengelolaan kawasan hutan berbasis akuntabilitas

Selanjutnya, keeratan koherensi antara Visi, Misi, Tujuan, Strategi (kombinasi program) dan Sasaran Program Indikatif di KPHP Model Bacandisajikan pada Tabel 11.

Gambar 13. Hasil Analisis SWOT Balanced Scorecard KPHP Model Bacan; WT: Wilayah Tertentu, BWT: Bukan Wilayah Tertentu

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 47 Tabel 11. Koherensi Antara Visi, Misi, Tujuan, dengan Strategi Agresif (kekuatan-peluang) dan Sasaran Program Indikatif di KPHP Model Bacan

STRATEGI SASARAN VISI MISI TUJUAN AGRESIF (kekuatan PROGRAM peluang) 1 2 3 4 5 engelolaan hutan a. Mewujudkan 1. Meningkatnya c.S1O3. Konsistensi 1. Penegakan lestari dalam kelestarian stabilitas ekosistem peraturan/kebijakan supremasi hukum KPHP Bacan yang sumberdaya hutan kawasan hutan dan kehutanan untuk berbasis kepulauan, dengan membangun mantapnya batas mendukung fungsi berbudaya, dan partisipasi kawasan hutan; kawasan mandiri untuk masyarakat dan d.S1O4. Pemantapan 2. Penyiapan prosedur kesejahteraan seluruh stakeholder status hukum kerja (SOP) sesuai masyarakat pada kehutanan, kelembagaan & bidang tugas dan Tahun 2025. meningkatkan kawasan dengan kebutuhan kapasitas meningkatkan sumberdaya manusia partisipasi yang terlibat dalam masyarakat dan pengelolaan dukungan para pihak sumberdaya hutan, serta meningkatkan mencegah tindakan minat para ilmuwan kerusakan hutan, untuk melakukan meminimalkan penelitian dalam potensi konflik mendukung pengelolaan dan keberadaan KPHP pemanfaatan Model Bacan (Unit sumberdaya hutan, XIII) memanfaatkan ilmu k.S3O1. 3. Pemantapan struktur pengetahuan dan Penyelesaian organisasi Unit teknologi dalam penataan batas dan Pelaksana Teknis pengelolaan penetapan blok KPHP Model Bacan sumberdaya hutan, kawasan untuk (Unit XIII) dan merevitalisasi memberikan kearifan lokal dalam kepastian hukum pengelolaan yang jelas dalam sumberdaya hutan. menangani segala ancaman q.S4O1. 4. Pemantapan status Meningkatkan legal formal terhadap koordinasi dengan kelembagaan dan para pihak, terutama kawasan dengan pihak BPKH Wilayah VI Manado dalam penyelesaian penataan batas kawasan r.S4O2. 5. Penyelesaian trayek Meningkatkan tata batas kawasan dan dukungan para pihak penataan petak dan menggalang partisipasi masyarakat dalam penyelesaian batas kawasan dan penataan blok x.S5O3. Menjaga 6. Menjaga bagian dari fungsi penyangga Program Pengelolaan kehidupan, Hutan Produksi Lestari kelestarian potensi (PHPL) dan spesies langka/ endemik dalam Kerangka Program pembangunan berkelanjutan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 48

1 2 3 4 5 Pengelolaan hutan a. Mewujudkan 2. Meningkatnya f.S2O1. 1. Menggalang lestari dalam kelestarian komunikasi, Meningkatkan partisipasi dan KPHP Bacan yang sumberdaya hutan koordinasi, koordinasi dengan koordinasi program berbasis kepulauan, dengan membangun kolaborasi dan para pihak terutama dari para pihak berbudaya, dan partisipasi kerjasama antar pemerintah daerah mandiri untuk masyarakat dan institusi dengan dan pemerintah kesejahteraan seluruh stakeholder KPHP Model Bacan pusat dalam masyarakat pada kehutanan, (Unit XIII); perluasan Tahun 2025. meningkatkan kewenangan kapasitas g.S2O2. 2. Membangun bank sumberdaya manusia Meningkatkan data/ database KPHP yang terlibat dalam dukungan para pihak pengelolaan dalam penggalangan sumberdaya hutan, sumber-sumber dana mencegah tindakan alternatif, pengadaan kerusakan hutan, dan peningkatan meminimalkan sarana dan prasarana potensi konflik pengelolaan pengelolaan dan h.S2O3. Setiap 3. Membentuk Forum pemanfaatan pengambilan Pemerhati KPHP sumberdaya hutan, keputusan dalam Model Bacan (Unit memanfaatkan ilmu pembuatan kebijakan XIII) pengetahuan dan kehutanan dapat teknologi dalam mengakomodir saran pengelolaan dan kepentingan sumberdaya hutan, stakeholder terbawah dan merevitalisasi w.S5O2. Penguatan 4. Memprakasai kearifan lokal dalam koordinasi dan lembaga Mitra Polisi pengelolaan perencanaan didalam Hutan sumberdaya hutan. penyelesaian masalah illegal logging, perburuan satwa liar, penyerobotan lahan dan batas dengan lahan-lahan milik masyarakat Pengelolaan hutan b. Mewujudkan 3. Meningkatnya a.S1O1. Pemantapan 1. Menbentuk forum lestari dalam masyarakat yang profesionalisme Struktur Organisasi penasehat untuk KPHP KPHP Bacan yang sejahtera dengan SDM KPHP Bacan KPHP dalam upaya Model Bacan (Unit berbasis kepulauan, terpenuhinya hajat (yang saat ini meningkatkan XIII) berbudaya, dan hidup masyarakatnya berstruktur UPTD, dukungan para pihak mandiri untuk yang mencakup Unit Pelaksana dan mendorong kesejahteraan kebutuhan sandang, Teknis Daerah) dan pengembangan masyarakat pada pangan, papan, meningkatnya pemanfaatan jasa Tahun 2025. pendidikan, kelembagaan KPHP lingkungan melalui kesehatan, dan Bacan menjadi kerjasama dengan lapangan kerja, berstuktur Satuan para mitra dan keamanan dan Kerja Pemerintah investor keselamatan diri dan Daerah (SKPD) i.S2O4. Penyediaan 2. Peningkatan sarana lingkungannya, serta dengan pola sarana dan prasarana dan prasarana pemenuhan penataan keuangan yang memadai penunjang aktualisasi eksistensi Badan Layanan dalam mengatasi kelembagaan kepribadian Umum Daerah ancaman yang masyarakat dan (BLUD) serta dihadapi KPHP. meningkatnya s.S4O3. Peningkatan 3. Meningkatkan pendapatan KPH dan kapasitas personil kapasitas personil pendapatan dengan dengan memanfaatkan masyarakat; memanfaatkan program peningkatan program peningkatan kapasitas SDM dari kapasitas staf dari lembaga lain serta lembaga lain penambahan jumlah personil lapangan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 49

1 2 3 4 5 Pengelolaan b. Mewujudkan 4. Meningkatnya u.S4O5. Mendorong 1. hutan lestari masyarakat yang kelayakan finansial, pengembangan potensi Menggalang dalam KPHP sejahtera dengan adanya investasi jasa lingkungan, sumber dana Bacan yang terpenuhinya hajat kehutanan di wilayah ekowisata dan alternatif berbasis hidup masyarakatnya KPHP Bacan dan meningkatkan minat kepulauan, yang mencakup meningkatnya ilmuwan untuk berbudaya, dan kebutuhan sandang, kelembagaan masyarakat melakukan penelitian di mandiri untuk pangan, papan, pengelola HHK dan KPHP Model Bacan kesejahteraan pendidikan, kesehatan, HHBK secara lestari; (Unit XIII) masyarakat pada dan lapangan kerja, j.S2O5. Pendanaan yang 2. Kolaborasi Tahun 2025. keamanan dan memadai untuk pemanfaatan keselamatan diri dan mengatasi seluruh jasa lingkungannya, serta ancaman yang dihadapi lingkungan pemenuhan aktualisasi e.S1O5. Mengelola 3. eksistensi kepribadian potensi keaneka-ragaman Pemanfaatan masyarakat dan hayati dan jasa sumber daya KPHP. lingkungan untuk alam hayati meningkatkan taraf dan hidup, tingkat pendidikan ekosistemnya dan mengurangi tingkat dalam kemiskinan masyarakat pengembanga sekitar kawasan n pemanfaatan jasa lingkungan Pengelolaan c. Mewujudkan 5. Meningkatnya m.S3O2. Memberantas 1. hutan lestari pengelolaan tanggungjawab sosial dan kegiatan illegal logging, Pengembanga dalam KPHP sumberdaya hutan akses legal masyarakat perburuan satwa liar, n daerah Bacan yang yang mandiri dengan terhadap sumberdaya penyerobotan lahan pemberdayaa berbasis mengembangkan hutan, serta meningkatnya dengan meningkatkan n masyarakat kepulauan, produk hutan yang kesempatan kerja; dan. jumlah dan kapasitas berbudaya, dan memiliki prospek personil, struktur mandiri untuk ekonomi, organisasi yang jelas dan kesejahteraan mengoptimalkan penegakan hukum masyarakat pada fungsi hutan (lindung n.S3O3. Mengurangi 2. Tahun 2025. dan produksi), pembakaran lahan dengan Peningkatan mengoptimalkan melibatkan masyarakat upaya-upaya pemanfaatan jasa didalam kegiatan pemberdayaa lingkungan, dan pemanfaatan jasa n masyarakat memberdayakan lingkungan, agar potensi ekonomi masyarakat. keaneka ragaman hayati tetap terjaga p.S3O5. Menjaga 3. Penggalian kelestarian potensi potensi dalam keanekaragaman hayati pengembanga dengan partisipasi n Ekowisata masyarakat dan kerjasama serta mengakomodir kearifan lokal masyarakat t.S4O4. Menggalang 4. Mengenali minat penelitian dan potensi kayu partisipasi masyarakat yang dalam medukung memiliki nilai pengumpulan data ekonomis potensi kawasan tinggi

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 50

1 2 3 4 5 Pengelolaan hutan c. Mewujudkan 5. Meningkatnya zS5O5. 5. Membangun Pusat lestari dalam pengelolaan tanggungjawab Meningkatkan Riset KPH dalam KPHP Bacan yang sumberdaya hutan sosial dan akses pengetahuan, mendukung KPHP berbasis kepulauan, yang mandiri dengan legal masyarakat pendidikan, Model Bacan (Unit berbudaya, dan mengembangkan terhadap sumberdaya pemahaman dan XIII) mandiri untuk produk hutan yang hutan, serta taraf hidup kesejahteraan memiliki prospek meningkatnya masyarakat sekitar masyarakat pada ekonomi, kesempatan kerja; untuk mengurangi Tahun 2025. mengoptimalkan dan. tekanan terhadap fungsi hutan konservasi kawasan (lindung dan dalam menjaga produksi), fungsi penyangga mengoptimalkan kehidupan dan pemanfaatan jasa penyeimbang lingkungan, dan ekosistem memberdayakan ekonomi masyarakat. Pengelolaan hutan c. Mewujudkan 6. Menurunnya b.S1O2. 1. Program bersama lestari dalam pengelolaan aktifitas perusakan Meningkatkan dalam penyelesaian KPHP Bacan yang sumberdaya hutan dan konflik hutan, jumlah dan kapasitas konflik dan berbasis kepulauan, yang mandiri dengan dan menurunnya personil untuk perambahan kawasan berbudaya, dan mengembangkan pengangguran dan mengawasi kawasan mandiri untuk produk hutan yang kemiskinan KPHP yang kesejahteraan memiliki prospek masyarakat sekitar berbatasan dengan masyarakat pada ekonomi, dan dalam kawasan lahan-lahan Tahun 2025. mengoptimalkan hutan. masyarakatr serta fungsi hutan mencegah dan (lindung dan mengurangi kegiatan produksi), perburuan liar mengoptimalkan o.S3O4. Menyediakan 2. Penyuluhan pemanfaatan jasa SOP dalam masyarakat dan lingkungan, dan pengelolaan KPHP sekolah lapang memberdayakan dalam upaya kehutanan peningkatan ekonomi pemahaman, masyarakat. pengetahuan dan partisipasi masyarakat meningkatkan pengembangan jasa lingkungan serta dukungan kegiatan penelitian akan keberadaan KPHP Model Bacan (Unit XIII) v.S5O1. Menjaga 3. Penyuluhan fungsi penyangga masyarakat dan kehidupan, kelestarian Pengendalian spesies langka/ kebakaran hutan dan endemik melalui kerjasama dalam lahan pemanfaatan jasa lingkungan, meningkatkan minat para ilmuwan melakukan penelitian di KPHP Model Bacan (Unit XIII) y.S5O4. Penyediaan 4. Pemberantasan SOP dalam illegal logging pemberantasan kegiatan illegal logging, perburuan satwa liar, penyerobotan lahan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 51

B. Analisis Data Spasial

Penggunaan data dan informasi berupa peta sebaran blok dan petak mengacu dari buku tata hutan skala 1 : 50.000 sebanyak 10 lembar. Selanjutnya peta-peta lampiran RPHJP KPHP Model Bacan memiliki luas lebih kurang 140.808 sehingga penyajiannya menggunakan skala 1 : 250.000 sebanyak 11 peta tematik berdasarkan Petunjuk Teknis (Juknis) Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHL) Direktorat Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan, Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Kehutanan Tahun 2012. Informasi dan data peta-peta lampiran RPHJP KPHP Model Bacan bersumber dari bank data UPT terkait Kementerian Kehutanan yakni : (1) peta Daerah Aliran Sungai (BPDAS Akemalo), (2) peta penutupan lahan hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang liputan tahun 2013 (BPKH Wilayah VI), (3) peta penggunaan lahan (Bakosurtanal 2008- BPKH Wilayah VI), (4) peta iklim (Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan) dan (5) peta tanah dan geologi (Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Utara). Sedangkan peta- peta izin pemanfaatan kawasan hutan bersumber dari dasar hukum pemegang izin masing-masing dan penggunaan kawasan hutan dalam tahapan izin pinjam pakai untuk kegiatan explorasi yang memiliki waktu lebih kurang 2 tahun sehingga akan disesuaikan berdasarkan kebijakan dan peraturan-peraturan yang berlaku.

C. Proyeksi ke Depan dari KPHP Model Bacan

Proyeksi ke depan dari KPHP Model Bacan ditekankan pada pengembangan dan pemanfaatan sumberdaya hutan dan lahan, yaitu: (1) pengembangan dan pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (HHK); (2) pengembangan dan pemanfaatan HHBK; serta (3) pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan, yang tergantung pada: a) kecenderungan-kecenderungan global, nasional, maupun lokal pemanfaatan sumberdaya hutan dan lahan; (2) potensi kekuatan dan peluang kawasan KPHP Model Bacan; dan (3) skema-skema pengembangan yang tersedia berdasarkan kekuatan dan peluang serta kecenderungan-kecenderungan di atas.

Skenario rasionalisasi kawasan hutan Indonesia sampai dengan tahun 2030 yang termuat dalam Rencana Kehutanan Tingkat Nasional Tahun 2011-2030 (RKTN 2011- 2030) menunjukkan bahwa terdapat lebih kurang 43,6 juta hektar lahan hutan yang

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 52

dialokasikan untuk pengusahaan hutan skala besar (IUPHHK-HA/HT/RE) dan 5,6 juta hektar untuk pengusahaan skala kecil (HTR, HKm dan HD), mengingat permintaan kayu dunia semakin meningkat.

Berdasarkan uraian deskripsi kawasan KPHP Model Bacan dan analisis SWOT yang dilakukan, maka arahan pembangunan jangka panjang KPHP Model Bacan dirumuskan antara lain untuk: (a)blok inti hutan lindung lahan kering,(b)blok inti hutan lindung mangrove,(c) blok perlindungan hutan produksi lahan kering,(d)blok perlindungan hutan produksi mangrove,(e)blok pemanfaatanhutan lindung lahan kering,(f)blok pemanfaatan hutan lindung mangrove,(g)blok khusus cagar budaya,(h)blok pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK; (i). Blok Pemanfaatan HHK-HA,(j)blok pemanfaatan HHK-HT,(k)blok pemanfaatan HHK- RE,(m)blok pemberdayaan masyarakat, dan (n)blok khusus pendidikan.

Arahan dan proyeksi pengelolaan kawasan hutan pada blok-blok pemberdayaan masyarakat, meliputi: (a)pembangunan dan pengembangan Hutan Tanaman Rakyat (HTR),(b)pembangunan dan pengembangan Hutan Kemasyarakatan (HKm),(c)penyelenggaraan hutan desa, (d)pembinaan area pengembangan model-model agroforestrypada lahan terambah/ terokupasi,(e)penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan lahan,(f)pelestarian ekosistem mangrove secara terpadu dengan masyarakat pesisir setempat menjadi pelestari mangrove, dan (g)pemanfaatan terbatas hasil hutan bukan kayu/HHBK dan jasa lingkungan HL. HHBK, seperti :usaha pemungutan rotan, getah damar, buah/biji, dan lebah madu, sedangkan pemanfaatan jasa lingkungan seperti: jasa aliran air, jasa wisata alam, jasa RAP-PAN Karbon.

Dalam pengembangan hutan tanaman, hutan desa dan hutan tanaman rakyat, pemilihan jenis tanaman harus mempertimbangkan aspek ekonomis dan ekologis.Aspek ekonomis artinya tanaman yang ditanam harus menjamin kesejahteraan dan keberlangsungan hidup masyarakat.Untuk itu tanaman yang ditanam harus bernilai ekonomis tinggi serta mampu memulihkan ekosistem lingkungan.Jenis tanaman tersebut adalah dari jenis pohon fast growing species. Adapun jenis tanaman yang dapat dikembangkan melalui hutan kemasyarakatan, hutan desa dan hutan tanaman rakyat, antara lain: Sengon, mahoni, cempaka, jabon, gamelina, aren, langsat, durian, matoa, rambutan, pala, kakao, rotan jernang, , dan karet. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 12 berikut.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 53

Tabel 12. Jenis-Jenis Pohon Fast Growing Speciesyang Dapat Dibudidayakan di KPHP Model Bacan

No Jenis Nama botani Umur Panen/Tebang Tanaman 1 Sengon Paraserianthes falcataria 7 tahun 2 Mahoni Swietenia macrophylla 10 tahun 3 Cempaka Magnolia elegans 10 tahun 4 Jabon Anthocephalus macrophyllus 5 tahun 5 Gamelina Gmelina arborea 7 tahun 6 Aren Arenga Pinata 6 tahun 7 Langsat Lansium domesticum 5 tahun 8 Durian Durio zibethinus 5 tahun 9 Matoa Pometia pinnata 7 tahun 10 Rambutan Nephelium laceum 7 tahun 11 Pala Myristica fragrans 7 tahun 12 Kakao Theobroma cacao L. 3 tahun 13 Rotan Jernang Daemonorops sp. 6 tahun 14 Masohi Massoia aromatica Becc. 5 tahun 15 Karet Hevea braziliensis 5 tahun

Jenis tanaman diatas dapat ditumpangsarikan dengan tanaman seperti tanaman obat-obatan, gaharu dan rotan.Untuk itu, pihak pengelola perlu membimbing masyarakat untuk dapat mengusahakan pengelolaan tanaman tersebut secara berkelanjutan melalui peningkatan kapasitas peningkatan skill dan penguatan kelembagaan masyarakat.Dengan demikian maka kawasan dapat dikelola sekaligus memberikan aliran hasil alam dan jasa secara berkelanjutan kepada masyarakat.Sementara itu pengembangan usaha alternatif perlu dikembangkan pada usaha-usaha ekonomi produktif yang bahan bakunya diambil dari areal HTR dan hutan desa.Analisis kebutuhan harus disesuaikan dengan daya dukung kawasan.Perlu dipikirkan pengembangan tanaman yang berdaya nilai jual tinggi, ringan dan awet, sehingga memudahkan transportasi dan pengiriman dari wilayah yang terpencil, misalnya bumbu, ekstrak tanaman obat dan lain-lain.Hal ini dapat dikembangkan dengan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan pada umumnya.Sistem pertanian ini dapat diterapkan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 54

secara effisien dan murah pada saat penduduk masih sedikit dan lahan pertanaian tersedia luas.Untuk masa kini sistem pertanian ini sudah tidak sesuai lagi mengingat pertambahan penduduk dan segmentasi areal pertanian, sehingga memaksa masa bera yang semakin singkat sehingga kesuburan tanah semakin menurun.Oleh karena itu para peladang berpindah sudah seharusnya mengubah ke sistem pertanian menetap.Sayangnya sistem pertanian modern ini memerlukan modal yang lebih tinggi sehingga masyarakat belum berdaya untuk menerapkannya.Dukungan pemerintah dan LSM diperlukan untuk memberdayakan masyarakat peladang untuk menerapkan pertanian modern.

Blok pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK merupakan blok yang telah ada izin pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK dan yang akan difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk pemanfataan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK sesuai dengan potensi kawasan yang telah dihasilkan dari proses inventarisasi. Dalam blok ini diupayakan berintegrasi dengan solusi konflik atau upaya pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK. Kriteria blok ini, antara lain: (1) mempunyai potensi jasa lingkungan, wisata alam, potensi hasil hutan non kayu, terdapat izin pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan, hasil hutan non kayu, dan (3) dalam RKTN/RKTP/RKTK dimungkinkan masuk dalam kawasan untuk perlindungan hutan alam dan lahan gambut atau untuk kawasan rehabilitasi atau kawasan hutan untuk pengusahaan hutan skala besar atau kecil. Arahan dan proyeksi pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK adalah sebagai berikut:

Tabel 13. Arahan dan Proyeksi Pemanfaatan Kawasan JasaLingkungan dan HHBK di KPHP Model Bacan.

Program Sasaran Strategis Kegiatan 1 2 3 1. Memantapkan 1. Tersedianya dokumen 1. Inventarisasi potensi penetapan fungsi peta dan data base secara kawasan hutan, jasa pemanfaatan kawasan, lengkap menyangkut lingkungan dan HHBK jasa lingkungan dan batas, luas, potensi serta HHKB untuk areal status blok pemanfaatan kelola KPHP Bacan kawasan, jasa lingkungan bagi masyarakat dan HHBK pada kawasan KPHP

1 2 3 2. Mantapnya status blok 2. Tata batas dan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 55

pemanfaatan kawasan, pemasangan pal batas jasa lingkungan dan kawasan hutan, jasa HHBK yang proporsional lingkungan dan HHBK dan mempertahankan hutan utuh dengan luas minimal 30% yang menyebar merata di seluruh DAS dalam wilayah KPHP Bacan 2. Peningkatan 3. Pemetaan dan pemanfaatan hasil hutan dokumentasi hasil bukan kayu pada blok inventarisasi dan tata batas kawasan, jasa kawasan hutan, jasa lingkungan dan HHBK lingkungan dan HHBK 2. Pelatihan pemungutan dan pengolahan hasil hutan bukan kayu bagi masyarakat 3. Penyediaan dan diseminasi data potensi kayu dan HHBK 4. Penyederhanaan regulasi prosedur perizinan dan kepastian usaha IUPHHBK 5. Penyediaan infrastruktur yang memadai 3. Peningkatan fungsi 1. Berkembangnya kawasan 1. Penyediaan sarana dan hutan sebagai jasa wisata alam yang prasarana wisata alam lingkungan untuk berfungsi untuk menjaga yang memadai kawasan wisata alam kelestarian hutan pada 2. Pembentukan kelompok wilayah KPHP pengelola hutan wisata yang berwawasan lingkungan 4. Rasionalisasi jumlah 1. Tercapainya 1. Rasionalisasi kuota dan kapasitas produksi keseimbangan antara pemanfaatan hutan dan perusahaan kehutanan kapasitas produksi hasil hutan berdasarkan dan industri hasil hutan perusahaan sektor potensi blok kawasan jasa agar dapat beroperasi kehutanan dengan luas lingkungan dan HHBK secara sehat dan kawasan produktif dan 2. Rasionalisasi perizinan berkelanjutan tanpa potensi hasil hutan pengusahaan hutan dan dampak negatif terhadap unggulan pada blok pemanfaatan hasil hutan kelestarian blok kawasan, jasa lingkungan berdasarkan asas kawasan, jasa dan HHBK pemerataan, berkeadilan lingkungan dan HHBK dan berkelanjutan pada blok kawasan, jasa lingkungan dan HHBK

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 56

V. RENCANA KEGIATAN STRATEGIS 2015 – 2024 PENGELOLAAN KPHP MODEL BACAN

Dalam bab ini memuat rencana kegiatan strategis antara lain : inventarisasi berkala wilayah kelola serta penataan hutannya, pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu, pemberdayaan masyarakat, pembinaan dan pemantauan (controlling) pada areal KPHL dan KPHP yang telah ada izin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan hutan, penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar izin, pembinaan dan pemantauan (controlling) pelaksanaan rehabilitaasi dan reklamasi pada areal yang sudah ada izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutannya, penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam, penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin, koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait, penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM, penyedian pendanaan, pengembangan database, rasionalisasi wilayah kelola, review rencana pengelolaan (minimal 5 tahun), dan pengembangan investasi.

A. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan Penataan Hutan

Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) pada seluruh wilayah seluas lebih kurang 140.808 ha (12 blok pengelolaan) yang dilaksanakan minimal sekali setiap 5 tahun.Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui potensi tegakan dan kekayaan sumber daya alam. Pada12 blok pengelolaan terdapat 10 blok (795 petak) diantaranya dilaksanakan oleh KPHP Model Bacan dan untuk 2 blok atau kawasan bukan wilayah tertentu lainnya dilaksanakan oleh pemegang IUPHHK.10 blok pengelolaan yang IHMB nya dilaksanakan oleh KPHP Bacan, 8 blok (479 petak) merupakan Wilayah Tertentu seluas lebih kurang 68.086 ha, dan 2 blok (286 petak)lainnya yakni blok inti dan perlindungan seluas lebih kurang 72.722 ha. Adapun blok pengelolaan pada Wilayah Tertentu sebagai berikut: 1. Blok pemanfaatan di HL seluas lebih kurang 27.720 ha dengan petak pengelolaan sebanyak 110 petak. 2. Blok khusus cagar budaya di HL seluas lebih kurang 1.055 ha dengan petak pengelolaan sebanyak 5 petak 3. Blok pemanfaatan HHBK, jasling dan kawasan di HP seluas lebih kurang 4.818 ha dengan petak pengelolaan sebanyak 46 petak.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 57 4. Blok pemanfaatan HHK-HA di HP seluas lebih kurang 6.324 ha dengan petak pengelolaan sebanyak 59 petak. 5. Blok pemanfaatan HHK-HT diHP seluas lebih kurang 13.485 ha dengan petak pengelolaan sebanyak 144 petak. 6. Blok pemanfaatan HHK-RE di HP seluas lebih kurang 2.527 ha dengan petak pengelolaan sebanyak 26 petak. 7. Blok pemberdayaan masyarakat seluas lebih kurang 11.871 ha dengan petak pengelolaan sebanyak 120 petak. 8. Blok pemanfaatan khusus untuk Pendidikan seluas lebih kurang 287 ha dengan petak pengelolaan sebanyak 3 petak.

IHMB dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.33/Menhut-II/2009 dan Nomor : P.5/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala. Kegiatan IHMB diprioritaskanpada blok pemanfaatan HHK-HA dan HHK-RE, selanjutnya pada blok pemanfaatan HHK-HT dikerjakan pada daur yang kedua, kemudian blok-blok pengelolaan lainnya. Pelaksanaan IHMB juga sebaiknya dibarengi dengan inventarisasi potensi hutan lainnya dan inventarisasi Sosial Ekonomi Budaya (sosekbud) masyarakat sekitar KPH pada 50 pulau, serta monitoring Petak Ukur Permanen (PUP) stok karbon pada 166 petak secara bertahap dan berkelanjutan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Penataan batas kawasan dilakukan secara bertahap dan dikoordinasikan dengan Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VI Manado. Kegiatan rekonstruksi batas luar dan batas fungsi hutan tahun 2015 dan tahun 2016 direncanakan sepanjang 600 km, dilakukan secara bertahap sepanjang 300 km yang dalam pelaksanaannya membuat lorong batas/jalur rintis selebar 2 meter. Pemeliharaan dan orientasi batas dapat dilaksanakan minimal sekali setiap 4 tahun. Untuk menjaga tanda-tanda batas di lapangan dapat dilakukan pengamanan hutan secara rutin dan berkelanjutan oleh tenaga bantuan polisi kehutanan setiap bulan, dengan total kegiatan pengawasan/patroli sebanyak 10.000 HOK.

B. Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu

Rencana pemanfaatan wilayah tertentu dalam hutan produksi dan hutan lindung diarahkan melalui skema kemitraan sesuai Peraturan Menteri KehutananNomor :

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 58 P.39/Menhut-II/2013 dan Nomor : P.47/Menhut-II/2013. RPHJP KPHP Model Bacan pada kawasan hutan produksi di wilayah tertentu, kegiatannya meliputi:

1. Penataan dan pemantapan tapal batas. 2. Inventarisasi potensi sumberdaya hutan. 3. Rehabilitasi dan reklamasi hutan. 4. Pemanfaatan HHK dan HHBK. 5. Jasa lingkungan (Jasling) dan perdagangan karbon. 6. Pelatihan masyarakat sekitar hutan untuk pengolahan HHBK dan HHK, dan 7. Pengawasan pemanfaatan dan peredaran HHK dan HHBK.

RPHJPKPHP Model Bacan pada kawasan hutan lindung di wilayah tertentu, kegiatannya meliputi: 1. Penataan dan pemantapan tapal batas 2. Inventarisasi potensi sumberdaya hutan 3. Rehabilitasi dan reklamasi Hutan 4. Perdagangan karbon 5. Pelatihan masyarakat sekitar hutan untuk pengolahan HHBK 6. Pengawasan pemanfaatan HHBK

Kawasan bukan wilayah tertentu seluas 72.721,9 ha dengan jumlah blok sebanyak 286 petak (Gambar 14), yang terdiri dari: (a)blok Inti HLlahan kering seluas lebih kurang 30.660,6 ha (145 petak),(b)blok inti HLmangrove seluas lebih kurang 3.392,2 ha (106 petak),(c) blok perlindungan HPlahan kering seluas lebih kurang 2.421,2 ha (24 petak),(d)blok perlindungan HPmangrove seluas lebih kurang 413,7 ha (11 petak) (e)areal IUPHHK-HA Bela Berkat Anugerah seluas lebih kurang 29.263,8 ha (1petak),(f)areal HTR Lippu Mandiri seluas lebih kurang 6.525,9 ha (1petak), dan (g)danau/laguna seluas lebih kurang 73,7 ha. Peran pengelolaan KPHP Model Bacan pada kawasan bukan wilayah tertentu yakni melakukan pembinaan, pengendalian dan pemantauan (controlling), karena yang berperan aktif sebagai pelaksana yaitu para pemegang izin areal pemanfaatan; kecuali pada blok-blok inti dan blok-blok perlindungan KPHP Model Bacan.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 59

Gambar 14. Kawasan Wilayah Tertentu dan Bukan Wilayah Tertentu

Gambar 15. Kawasan Wilayah Tertentu

Kawasan hutan wilayah tertentu (Gambar 15) yang merupakan wilayah pengelolaan aktif KPHP Model Bacan seluas lebih kurang 54.873,60 ha menjadi prioritas dalam pengelolaan. Kawasan hutan wilayah tertentu yakni:

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 1. Blok pemanfaatan HL lahan kering seluas lebih kurang 27.693,9 ha (109 petak). 2. Blok pemanfaatan HL mangrove seluas lebih kurang 26,2 ha (1 petak). 3. Blok pemanfaatan kawasan, jasling dan HHBK seluas lebih kurang 4.818,5 ha (46 petak). 4. Blok pemanfaatan HHK-HA seluas lebih kurang 6.323,8 ha (59 petak). 5. Blok pemanfaatan HHK-HT seluas lebih kurang 13.484,6 ha (110 petak). 6. Blok pemanfaatan HHK-RE seluas lebih kurang 2.526,6 ha (26 petak).

Prinsip pola pengelolaan KPHP yakni kemitraan, sehingga dokumen kerjasama kemitraan dibuat dalam bentuk perjanjian kerjasama (MoU) dan bentuk perizinan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Peran aktif KPHP Model Bacan dalam mendapatkan kerjasama dengan mitra untuk dapat memberdayakan dan membimbing masyarakat menjadi pelaku usaha yang dapat mandiri.

Jenis pohon/tanaman unggulan yang tumbuh alami dan dapat dikembangkan di wilayahKPHP Model Bacan dalam bentuk hasil hutan kayu (HHK) seperti (1)kelompok meranti/komersial satu yakni kenari (Canarium hirsutum), nyatoh (Palaquium javense), matoa (Pometia pinnata), meranti (Shorea sp.), susu (Alstonia scholaris), dan lainnya (2)kelompok rimba campuran/komersialdua seperti pala hutan (Myristica fatren), gofasa (Vitex sp.), raja (Koompassia malaccensis), bugis (Koordensiodendron pinnatum), taulate (Metrosideros sp.), binuang (Octomeles sumatrana), samama (Anthocepallus micropillus) dan lain-lain, (3)kelompok kayu eboni/kayu indah satu yakni malambua (Diospyros sp.), mologotu (Diospyros ebenum),(4) kelompok kayu indah dua yakni cempaka (Lipiniopsis ternatensis), mangga hutan (Mangifera indica), cina (Casuarina sumatrana) dan, (5)kelompok kayu belum dikenal yaknihiru (Vatica papuana), suling (Drupetes sp.), badenga (Neonauclea schlechteri). Selain itu HHBK yang dapat dikelola seperti damar, aren, kayu putih, bambu, pala, kemiri, durian, manggis, leci, matoa, dan pohon serbaguna (MptS) lainnya seperti tanaman produktif di bawah tegakan atau tanaman non-HHBK yaknikelapa, cengkeh, kopi, kakao dan tanaman ikutan lainnya.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 61 C. Pemberdayaan Masyarakat

Luas dan lokasi blok-blok pemberdayaan masyarakat seluas lebih kurang 11.864,9 ha (120 petak) sebagaimana Gambar 16, sehingga diharapkan dapat dibentuk kelompok tani hutan (KTH). KTH yang dibutuhkan sebanyak 20 KTH, dengan kegiatan berupa pembinaan KTH sebanyak 40 kegiatan, pengembangan tanaman produktif di bawah tegakan seluas lebih kurang 5.000 ha, bantuan peralatan tata guna hutan dan hasil kemasan olahan HHBK sebanyak 20 paket, pembinaan kelompok usaha perlebahan 2 unit, pembentukan koperasi KTH 6 koperasi, dan fasilitasi perkreditan kemitraan 60 kegiatan, pembentukan forum adat 2 kegiatan dan sosialisasi KTH 60 kegiatan. Pemberdayaan ini perlu dimulai dengan pembuatan surat perjanjian antara pihak KPHP Model Bacan dengan masyarakat/kelompok masyarakat yang diberdayakan sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.

Gambar 16. Blok-blokPemberdayaan Masyarakat

Rencana bina usaha dan pemanfaatan hutan blok-blok pemberdayaan masyarakat meliputi penyusunan buku bisnis plan 1 judul, kerjasama kemitraan pada

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 desa sekitarHP sebanyak 20 KTH, penerimaan sumbangan pihak ketiga pemanfaatan/penggunaan kawasan hutan dan bagi hasil kemitraan 12 kegiatan, penerimaan REDD selama 10 tahun, pembangunan pengolahan damar sebanyak 2 unit, pembangunan penyulingan kayu putih sebanyak 2 unit, pembangunan pengolahan HHBK sebanyak 6 unit, pembangunan industri kayu sebanyak 3 unit, pemasaran HHK dan HHBK sebanyak 18 kegiatan.

D. Pembinaan dan pemantauan pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan pada areal yang berizin

Pada wilayahKPHP Model Bacan terdapat dua areal pemanfaatan hutan yakni 1) areal IUPHHK-HA PT. Bela Berkat Anugerah, dan 2) areal HTR Lippu Mandiri (gambar 17 dan lampiran 15). Luas areal IUPHHK-HA PT. Bela Berkat Anugerah sebesar 20,8% dan HTR Lippu Mandiri sebesar 4,6% dari luas areal KPHP Model Bacan. Penutupan lahan berupa pertanian lahan kering, perkebunan dan semak belukar dalam areal pemanfaatan HTR Lippu Mandiri mencapai 39,1%, sehingga memerlukan pembinaan kepada pemegang izin tersebut, sedangkan pada areal IUPHHK-HA PT. Bela Berkat Anugerah mencapai 17,9%.

Pembinaan KPHP Model Bacan pada pemanfaatan hutan, yakni 1) pembinaan, pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan izin pemanfaatan hutan dilaporkan kepada Menteri secara berkala setiap 3 bulan dengan tembusan kepada Gubernur dan Bupati, 2) pemberian informasi aturan perundangan mengenai pemanfaatan hutan kepada para pemegang izin pemanfaatan hutan, 3) pengingatan kewajiban para pemegang izin pemanfaatan hutan, 4) peringatan/larangan kepada para pemegang izin pemanfaatan hutan yang melakukan aktifitas pemanfaataan yang tidak sesuai dengan aturan perundangan dan, 5) penilaian dan masukan mengenai pelaksanaan kegiatan pemanfaatan hutan.

Pemberian informasi/sosialisasi aturan perundangan yang terbaru mengenai pemanfaatan hutan kepada para pemegang izin pemanfaatan hutan.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 63

Gambar 17. Areal IUPHHK-HA PT. Bela Berkat Anugerah

Gambar 18. Areal HTR Lippu Mandiri Blok 01.1 – Blok 01.3

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024

Penutupan lahan pada areal HTR Lippu Mandiri berupa semak yang terletak pada wilayah KPHP Model Bacan seperti pada Areal HTR 01.1, Areal HTR 01.2, dan Areal HTR 01.4 – 6. Pemegang izin juga telah melakukan penanaman HTR pada Areal HTR 01.3(Gambar 17) yang terletak diluar kawasan hutan. Hal tersebutperlu diapresiasi dengan pujian, dan nantinya KPHP Model Bacan dapat memfasilitasi perizinan IUPHHK-HTR bagi pemegang izin HTR Lippu Mandiri. Garis-garis kuning pada Gambar 17 dan 18memperlihatkan bahwa Areal HTR Lippu Mandiri belum semuanya ditatabatas, sehingga perlu dilakukan penataan batas areal tersebut.

Bentuk pengawasan Kepala KPHP Model Bacan pada pemanfaatan hutan yaitu 1) mengawal dan mengamati pelaksanaan atas izin pemanfaatan hutan, 2) menjaga hubungan yang baik dengan para pemegang izin, 3) mengawal pemenuhan kewajiban oleh para pemegang izin dan, 4) mengawal masa berlaku izin pemanfaatan hutan.

Gambar 19. Areal HTR Lippu Mandiri Blok 01.4 – Blok 01.6

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024

E. Rehabilitasi pada Areal Di Luar Izin

Sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P37/Menhut-V/2010 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, rehabilitasi hutan dan lahan (RHL) merupakan upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sisterm penyangga kehidupan tetap terjaga. Setiap rencana rehabilitasi hutan dan lahan perlu didukung oleh dokumen Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL). RPRHL sebagai acuan bagi Rencana Tahunan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTnRHL), dan RTnRHL menjadi acuan bagi penyusunan Rancangan Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RK-RHL) bagi pelaksanaan RHL di lapangan. Dokumen RPRHL DAS disusun dengan mengacu pada RTkRHL DAS. RTk RHL DAS merupakan dokumen rencana RHL jangka panjang selama 10 tahun (2015-2024), sedangkan RPRHL DAS yang merupakan management plan RHL jangka menengah (5 tahun). Selanjutnya RTnRHL menjadi dokumen rencana tahunan yang menggambarkan sebaran lokasi sasaran kegiatan RHL dalam tahun tersebut. Setiap lokasi sasaran kegiatan RHL dalam dokumen RTnRHL wajib disusun dijabarkan dalam dokumen RK-RHL.

Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan yang telah dilaksanakan oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan sejak tahun 2011 sampai tahun 2013. Bentuk kegiatan sebagai berikut :

1. Kegiatan reboisasi a. Reboisasi pengkayaan HP dan HL tahun 2011seluas 600 ha. b. Reboisasi pengkayaan HP dan HL tahun 2012 seluas 500 ha. c. Reboisasi pengkayaan HP dan HL tahun 2013 seluas 450 ha. 2. Kegiatan penghijauan a. Penghijauan tahun 2011 seluas 750 ha. b. Penghijauan tahun 2012 seluas 300 ha. c. Penghijauan tahun 2013 seluas 356 ha.

Adapun sasaran lokasi kegiatan HHT-RE di wilayah KPHP Model Bacan pada Blok Pemanfaatan HHK-RE P. Kasiruta seluas lebih kurang 2.526,6 ha sebagaimana gambar 20. Kondisi blok tersebut yakni kawasan non hutan seluas lebih kurang 404,1

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 66 ha, kawasan berpotensi kayu rendah seluas lebih kurang26,8 ha, dan kawasan berpotensi kayu sedang seluaslebih kurang 2.095,7 ha.

Kondisi kawasan non hutan KPHP Model Bacan seluas lebih kurang 12.844,2 ha, sedangkan kawasan berpotensi kayu rendah seluas lebih kurang 12.874,6 ha, sehingga rencana rehabilitasi hutan dan konservasi tanah seperti kegiatan reboisasi seluaslebih kurang 4.000 ha, dan pengayaan hutan seluaslebih kurang 12.000 ha.

Rehabilitasi pada areal di luar izin ini tidak hanya dilakukan pada areal yang dicadangkan untuk HKK-RE, tetapi juga pada blok yang tidak memiliki potensi kayu, seperti pada : 1)blok inti HL lahan kering seluas lebih kurang 427,5 ha, 2) blok inti HL mangrove seluas lebih kurang 6,2 ha, 3)blok pemanfaatan HLlahan kering seluas lebih kurang 4.564,4, 4)blok khusus cagar budaya seluas lebih kurang 0,9 ha, 5)blok perlindungan HP lahan kering seluas lebih kurang 439,2 ha, 6)blok pemanfaatan kawasan, jasling, HHBK seluas lebih kurang 319,8 ha, 7)blok pemanfaatan HHK-HA seluas lebih kurang 35,5 ha, 8)blok pemanfaatan HHK-HT seluas lebih kurang 1.150,0 ha, 9) blok pemberdayaan masyarakat seluas lebih kurang 2.335,4 ha, dan 10) blok khusus pendidikan seluas lebih kurang 36,0 ha. Pada blok-blok pengelolaan yangtidak memiliki potensi kayu dapat dibuat dam pengendali sebanyak 6 unit, dam penahan sebanyak 60 unit, embung air sebanyak 8 unit, dan saluran pembuangan air dan bangunan terjunan sebanyak 42 unit untuk mencegah erosi dan banjir longsor.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 67

Gambar 20. Blok-blok Pemanfaatan HHK-RE

F. Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan pada Areal yang Berizin

Pada areal IUPHHK-HA PT. Bela Berkat Anugerah yang tidak memiliki potensi kayu seluas lebih kurang 680,4 ha dan yang memiliki potensi kayu rendah seluas lebih kurang 3.397,1 ha. Untuk areal HTR Lippu Mandiri yang tidak memiliki potensi kayu seluas lebih kurang 2.375,5 ha dan yang memiliki potensi kayu rendah seluas lebih kurang 179,3 ha. Bentuk kegiatan pembinaan dan pemantauan rehabilitasi dan reklamasi pada kedua areal tersebut dengan melaksanakan kegiatan sebagai berikut: 1) Pembinaan atas pelaksanaan rehabilitasi hutandilaporkan kepada Menteri secara berkala setiap 3 bulan, dengan tembusan kepada Gubernur dan Bupati, 2) Memberikan informasi/sosialisasi aturan perundangan mengenai rehabilitas hutan, 3) Pembinaan, pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan reklamasi hutan dilaporkan kepada Menteri secara berkala setiap 3 bulan, dengan tembusan kepada Gubernur dan Bupati,

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 4) Memberikan informasi/sosialisasi aturan perundangan mengenai rehabilitas hutan dan reklamasi, dan 5) Memberikan penilaian dan masukan terhadap pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan reklamasi hutan.

G. Rencana Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

Rencana penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam lahan kering disajikan pada Gambar 21 dan peta lampirannya, yakni pada Blok Perlindungan Gn. Sibela seluas lebih kurang 1.212,4 ha, dan Blok Perlindungan P.Kasiruta seluas lebih kurang 1.208,8 ha). Selanjutnya pada perlindungan hutan dan konservasi pada hutan mangrove sebagaimana yang berada pada Blok Perlindungan Tg. Kokotu hingga Tg. Gilalang dan Blok Perlindungan Ake Minjahe dengan luas keseluruhan lebih kurang 446,1 ha. Blok perlindungan ini merupakan petak-petak pada hutan mangrove yang diperuntukkan tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati dan membatasi HP dan HL.

Gambar 21. Blok-blok HP Lahan Kering untuk Blok Perlindungan Gn. Sibela dan P.Kasiruta Arahan dan proyeksi blok perlindungan KPHP Model Bacan pada Tabel 14.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 Tabel 14. Arahan dan Proyeksi Pemanfaatan Blok-blok Perlindungan pada KPHP Model Bacan.

Program Sasaran Strategis Kegiatan 1. Inventarisasi 1. Tersedianya data potensi hutan pada 1. Inventarisasi potensi hutan kawasan blok kawasan blok perlindungan pada kawasan blok perlindungan dan 2. Terdefinisikannya masing-masing perlindungan tata batas peruntukan kawasan blok 2. Tata batas dan kawasan pada perlindungan beserta batas-batasnya pemasangan pal batas KPHP Bacan pada kawasan blok perlindungan 3. Pemetaan dan dokumentasi hasil inventarisasi dan tata batas kawasan blok perlindungan 2. Pengukuhan 1. Terwujudnya kawasan blok 1. Penetapan aturan tentang kawasan blok perlindungan yang tetap terjaga dari larangan pemanfaatan perlindungan pemanfaatannya, baik secara kawasan blok pada KPHP ekonomi, sosial dan budaya perlindungan dalam KPHP Bacan oleh masyarakat 2. Terwujudnya tertib kawasan blok 2. Mengupayakan kepastian perlindungan yang dapat menjamin hukum mengenai status, kepastian hukum bagi masyarakat batas dan luas wilayah agar tidak memanfaatkan kawasan kawasan blok blok perlindungan pada kawasan perlindungan pada KPHP Bacan kawasan KPHP Bacan 3. Penyusunan 1. Terdapatnya regulasi yang mengikat 1. Menyusun dan regulasi daerah bagi masyarakat agar tidak mensosialisasikan regulasi yang mengatur memanfaatkan kawasan pelestarian blok kawasan perlindungan untuk usaha perlindungan pada perlindungan pertambangan rakyat masyarakat sekitar pada kawasan kawasan KPHP Bacan KPHP Bacan 4. Perencanaan dan 1. Terdapatnya peta perencanaan dan 1. Menyusun master plan penyelenggaraan rehabilitasi kawasan blok penyelenggaraan rehabilitasi lahan perlindungan yang dijadikan dasar rehabilitasi lahan kritis kawasan blok pengelolaan kawasan blok pada kawasan blok perlindungan perlindungan, baik secara ekonomi, perlindungan di KPHP pada KPHP sosial dan budaya Bacan Bacan 2. Terdapatnya pengaturan produksi 2. Penetapan prioritas pada kawasan blok perlindungan rehabilitasi kawasan blok yang direncanakan sesuai daya perlindungan dan dukung kawasan KPHP mendesain model rehabilitasinya 3. Terehabilitasinya lahan-lahan kritis pada kawasan blok perlindungan dengan berbagai jenis pohon unggulan lokal dan komersial.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 70

Perlindungan dan konservasi alam direncanakan dalam bentuk kegiatan seperti patroli hutan sebanyak 10.000 HOK, operasi fungsional sebanyak 60 kali, operasi gabungan sebanyak 20 kali, pemberkasan sebanyak 80 paket, pengangkutan barang buktisebanyak 10 paket, pembangunan pos penjagaan sebanyak 10 lokasi, pembuatan portal sebanyak 30 titik, identifikasi obyek daya tarik wisata/jasling lainnya sebanyak 20 kegiatan, pembuatan menara pemantau kebakaransebanyak 4 unit, pembuatan sekat bakar dan jalur hijau sebanyak 2 unit dan penyelesaian konflik tenurialsebanyak 30 kegiatan.

Gambar 22. Blok-blok HP Mangrove untuk Blok Perlindungan

Pada blok perlindungan Tg. Kokotu sampai dengan Tg. Gilalang(Gambar 23) merupakan blok yang terpisah yang terletak di sepanjang pantai, sehingga diperlukanbentuk investasi untuk menjaga dan melindungi blok tersebut. Perlindungan flora dan fauna yang memiliki nilai konservasi tinggi (HVCF) sangat sesuai dilakukan di blok tersebut, karena status hutan yang berfungsi produksi. Untuk memperjelas batas perlu dilaksanakan kegiatan penataan batas kawasan, dan inventarisasi potensi dengan sangat detil.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 Pada Blok Perlindungan Ake Minjahe (Gambar 24) terdapat laguna/danau mangrove seluas lebih kurang 28,0 ha dapat dijadikan objek ekowisata sekaligus perlindungan hutan. Pada ujung blok juga terdapat P.Salipogot yang memiliki danau/laguna seluas lebih kurang 6.1 ha, sehingga dapat menjadi satu paket ekowisata. Perlindungan alam bernilai konservasi tinggi (HVCF) perlu dilakukan di lokasi tersebut. Kegiatan yang perlu dilakukan berupa penatabatasan untuk memperjelas batas kawasan, dan inventarisasi potensi yang detil.

Gambar 23. Blok-blok HP Mangrove untuk Blok Perlindungan Tanjung Kokotu – Tanjung Gilalang

Gambar 24. Blok-blok Hutan Produksi Mangrove untuk Blok Perlindungan Ake Minjahe

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 H. Rencana Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang Izin

Pembinaan dan pemantauan pelaksanaan kegiatan pemegang izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan secara berkala dan berkelanjutan, dengan rencana sebagaimana Tabel 15.

Tabel 15. Koordinasi dan Sinergi Pemegang Izin Usaha dengan KPHP Model Bacan

Jenis Koordinasi KPHP Sinergi KPHP Model Nomor Kegiatan Model Bacandengan Bacan dengan Para Kebutuhan Usaha Para pihak Pihak A Rencana Pemanfaatan (Wilayah Tertentu dan WilayahIzin Usaha). 1 IUPHHK-HT BPKH, BP2HP, Dana, Binwasdal dan Dishut Kab.HalSel, IUPHHK- Dishut Prov.Malut HA 2 IUPHHK-RE BPKH, BP2HP, BUMS Dana, Binwasdal Dishut Prov.Malut 3 IPHHBK- BPKH, BP2HP, Dinas BUMS/BUMN Dana, Binwasdal Tambang Pertambangaan, Dishut Prov.Malut B Rencana Rehabilitasi Hutan 1 RH-HL BPDAS, Kelompok BPDAS, Petani Hutan Dana, Binwasdal (Reboisasi/P Tani Hutan engkayaan) 2 RH pada HP BPDAS, Kelompok BPDAS, Petani Hutan Dana, Binwasdal HT/ Tani Hutan (Reboisasi/P engkayaan) C Rencana Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam 1 Perlindungan Pemegang izin usaha Dishut Kab.HalSel, Dana, Binwasdal Hutan Dishut Prov.Malut, Pemcam, Pemdes, Masyarakat, Pemegang izin usaha 2 Perlindungan Pemerintah Desa Dishut Kab.HalSel, Dana, Binwasdal tata air (PL- Dishut Prov.Malut, TA) Pemcam, Pemdes, Masyarakat 3 Perlindungan Pemerintah Desa Dishut Kab.HalSel, Dana, Binwasdal Blok inti HL Dishut Prov.Malut, dan HP Pemcam, Pemdes, Masyarakat

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 73 I. Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder Terkait

Koordinasi dan sinergitas dengan instansi dan stakeholder terkait dilakukan secara berjenjang dan berkelanjutan;

Tabel 16. Koordinasi dan Sinergi Instansi Terkait dengan KPHP Model Bacan Koordinasi KPHP Jenis Kegiatan Sinergi KPHP Model No Model Bacandengan Kebutuhan Usaha Bacan dengan Para Pihak Para Pihak 1 2 3 4 5 A Rencana Pemanfaatan (Wilayah Tertentu dan Wilayah Izin Usaha) 1 IPHHBK- Dana, Rotan/Getah/Ma Kelompok Tani Hutan Industri Pengolahan HHBK Binwasdal du hutan 2 UPJL-JA (jasa Kelompok Usaha Dana, Dinas PU. Pengairan lingkungan air) Pengelola Jasa Air Binwasdal 3 UP RAP- BPKH, Pemerintah KARBON Daerah, LSM, Lembaga Internasional & Dana, dan/atau UP UNREDD Provinsi, Masyarakat Binwasdal PAN-KARBON Pokja Mangrove B Rencana Pemberdayaan Masyarakat 1 BPKH, Pemerintah BPDAS/ Dishut Kab.HalSel, Dana, HKm Desa/ Kelompok Tani Dishut Prov.Malut Binwasdal Hutan 2 BPKH, Pemerintah Hutan Desa BPDAS/ Dishut Kab.HalSel, Dana, Desa/ Kelompok Tani (HD) Dishut Prov.Malut Binwasdal Hutan 3 BPKH, Pemerintah Hutan Tanaman BPDAS/ Dishut Kab.HalSel, Dana, Desa/ Kelompok Tani Rakyat (HTR) Dishut Prov.Malut Binwasdal Hutan C Rencana Rehabilitasi Hutan 1 RH-HL BPDAS, Kelompok Dana, (Reboisasi/Peng BPDAS, Petani Hutan Tani Hutan Binwasdal kayaan) 2 RH pada HP HT/ BPDAS, Kelompok Dana, BPDAS, Petani Hutan (Reboisasi/Peng Tani Hutan Binwasdal kayaan) D Rencana Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam 1 Dishut Kab.HalSel, Dishut Perlindungan Dana, Pemerintah Desa Prov.Malut, Pemcam, Hutan Binwasdal Pemdes,Masyarakat 2 Dishut Kab.HalSel, Dishut Perlindungan Dana, Pemerintah Desa Prov.Malut, Pemcam, Tata Air (PTA) Binwasdal Pemdes, Masyarakat 3 Perlindungan Dishut Kab.HalSel, Dishut Dana, Blok inti HL Pemerintah Desa Prov.Malut, Pemcam, Binwasdal dan HP Pemdes, Masyarakat

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 74

Koordinasidansinergi antar Esalon 1 dengan para pemegang kepentingan/ para pihak/instansi terkait terhadap rencana aktivitas pengelolaan dengan peraturan perundangan yang berlaku, seperti hasil Rakornis KPH Tahun 2014 untuk Tahun 2015, seperti pada Tabel 17 berikut ini.

Tabel 17. Koordinasi dan Sinergi Eselon 1 untuk KPHP Model Bacan Eselon I No Jenis Peningkatan Kapasitas KeMenhut 1 Penataan batas wilayah kerja (batas wilayah KPH, batas Blok/ PLANHUT petak KPH) 2 Inventarisasi Potensi SDH PLANHUT 3 Sosialisasi KPH kepada stakeholder di tingkat tapak PLANHUT 4 Penyempurnaan RPHJP yang belum disahkan maupun yang BPDAS-PS/BUK sudah disahkan. 5 Fasilitasi kajian pengembangan usaha. BPDAS-PS/BUK 6 Rencana Strategi Bisnis KPH (bagi KPH RPHJP yang sudah BPDAS-PS/BUK disahkan) 7 Penyusunan RPHJ-Pendek BPDAS-PS/BUK 8 Proses Fasilitasi menuju PERATURAN PEMERINTAHK- BPDAS-PS/BUK BLUD 9 Rehabilitasidi Hutan Lindung dan Penanaman di Hutan BPDAS-PS/BUK Produksi 10 Sarpras bangunan resort, jalan hutan, peralatan survey, dan BPDAS-PS/BUK kendaraan operasional, sistem informasi KPH 11 Fasilitasi sarpras pengolahan hasil hutan dan jasa lingkungan BPDAS-PS/BUK 12 Fasilitasi kegiatan perlindungan dan pengamanan Hutan serta BPDAS-PS/BUK konservasi alam 13 Pengembangan usaha HHBK dari hulu sampai hilir BPDAS-PS/BUK 14 Fasilitasi Kemitraan dengan masyarakat atau pihak ketiga untuk BPDAS-PS/BUK kegiatan dari hulu sampai hilir (prakondisi, kelembagaan usaha, perencanaan, dan operasionalisasi) 15 Fasilitasi Pemasaran hasil hutan BPDAS-PS/BUK 16 Fasilitasi pengolahan limbah organik hasil hutan BPDAS-PS/BUK 17 Fasilitasi kegiatan Agroforestry (kehutanan, pertanian, BPDAS-PS/BUK perikanan dan peternakan) 18 Fasilitasi Kegiatan Monitoring dan Evaluasi (izin dan kegiatan BPDAS-PS/BUK di wilayah KPH) 19 Fasilitasi Sertifikasi Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) BUK 20 Fasilitasi identifikasi dan inventarisasi potensi konflik dan BPDAS-PS/BUK penyelesaian konflik 21 Fasilitasi design tapak ekowisata BPDAS-PS/BUK

Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan melalui BPKH Wilayah VI sebagai UPT yang menangani kegiatan penataan batas, telah mensinergikan kegiatan tatabatas

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 75 KPHP Model Bacan untuk tahun 2015 berupa tata batas fungsi pada HL Gn. Bibinoi dan pada tahun 2016 direncanakan tata batas fungsi dan batas luar HL P. Kayoa, HL. Teluk Kasiruta, HP P. Pacitaka, HP P. Parapotang dan HL. pada pulau-pulau lainnya dalam KPHP Model Bacan, sebagaimanaTabel 18 berikut.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 76 Tabel 18. Rencana Kerja BPKH Wilayah VI Manado untuk Sinergi Mendukung Tata Batas (m) pada KPHP Model Bacan Provinsi 2015 2016 2017 2018 2019 Jumlah No Kelompok / Kawasan Hutan BL BF Total BL BF Total BL BF Total BL BF Total BL BF Total BL BF Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 II.10 HL Gn. Bibinoi - 40.376 40.376 ------40.376 40.376 II.12 HPK P. Bacan ------94.055 3.254 97.309 ------94.055 3.254 97.309 II.28 HL P. Mandioli - - - 30.378 30.378 ------30.378 30.378 II.29 HL P. Makian - - - 20.713 20.713 ------20.713 - 20.713 II.30 HL. Teluk Kasiruta - - - 7.573 3.546 11.119 ------7.573 3.546 11.119 II.31 HP P. Pacitaka - - - 4.870 9.921 14.791 ------4.870 9.921 14.791 II.32 HL P. Pacitaka - - - 4.192 4.192 ------4.192 4.192 II.33 HL P. Parapotang - - - 6.763 6.763 ------6.763 6.763 II.34 HL P. Kayoa - - - 17.462 17.462 ------17.462 - 17.462 II.35 HL P. Tambeluk - - - 18.361 18.361 ------18.361 18.361 II.36 HL P. Batuampat - - - 12.685 12.685 ------12.685 12.685 II.37 HL P. Nusauwa - - - - 4.450 4.450 ------4.450 4.450 II.38 HL P. Tawabiwiring - - - - 13.023 13.023 ------13.023 13.023 II.39 HL P. Salintang - - - - 3.816 3.816 ------3.816 3.816 II.40 HL P. Tuada - - - - 3.681 3.681 ------3.681 3.681 II.41 HP P. Parapotang - - - 3.260 6.167 9.427 ------3.260 6.167 9.427 II.42 HL P Toduku - - - - 7.541 7.541 ------7.541 7.541 II.43 HL P. Salipogot - - - - 2.204 2.204 ------2.204 2.204 II.44 HL P. Loid - - - - 5.798 5.798 ------5.798 5.798 II.45 HL P. Nusababullah - - - - 4.723 4.723 ------4.723 4.723 II.46 HL P. Nusadeket - - - - 1.285 1.285 ------1.285 1.285 II.47 HL P. Keramat - - - - 0.666 0.666 ------0.666 0.666 II.48 HL P. Goramanjanga - - - - 0.742 0.742 ------0.742 0.742 II.49 HL P. Sakitang - - - - 1.302 1.302 ------1.302 1.302 II.50 HL P. Nanoang - - - - 1.522 1.522 ------1.522 1.522 II.51 HL P. Nenas - - - - 1.171 1.171 ------1.171 1.171 II.52 HL P. Tarakian - - - - 1.242 1.242 ------1.242 1.242 II.53 HL P. Mamalayu - - - - 1.417 1.417 ------1.417 1.417 II.54 HL P. Ora-ora - - - - 2.112 2.112 ------2.112 2.112 II.55 HL P. Parapotang Kecil - - - - 1.856 1.856 ------1.856 1.856 II.56 HL P. Paniki Besar - - - - 1.442 1.442 ------1.442 1.442 II.57 HL P. Sali Kecil - - - - 11.155 11.155 ------11.155 11.155 II.58 HL P. Proco - - - - 2.902 2.902 ------2.902 2.902 II.59 HL P. Kusu - - - - 3.723 3.723 ------3.723 3.723 II.60 HL P. Kaireu - - - - 2.834 2.834 ------2.834 2.834 II.61 HL P. Gilalang - - - - 11.007 11.007 ------11.007 11.007

77 J. Rencana Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia

Kantor KPHP Model Bacan terletak di Labuha dan siap digunakan pada awal Tahun 2015. Untuk lokasi RPH masih memaksimalkan pos-pos pengawasan kehutanan. Rencana kantor KRPH sampai Tahun 2024 berada di (1) Nondang (KRPH Bacan Barat), (2) Marabose(KRPH Bacan),(3) Sayoang (KRPH Bacan Timur),(4) Wayaua (KRPH Bacan Timur Selatan), (5) Galala (KRPH Mandioli Selatan), (6) Palamea (KRPH Kasiruta Barat) dan, (7) Loleo Jaya (KRPH Kasiruta Timur). Kondisi organisasi KPHP Model Bacan Tahun 2014 memiliki struktur organisasi sebagai beriku : a) Kepala KPHP Model Bacan, b) Tata usaha, c) Kawasan Resort Pengelolaan Hutan (KRPH) Bacan dan KRPH Bacan Barat. Sumberdaya manusia yang dimiliki KPHP Model Bacan terdiri dari 12 personel (1 personel KaKPH, 1 personel KaSubag Tatausaha, 4 personel Tatausaha, 1 personel KaKRPH Bacan, 2 personel polisi hutan KRPH Bacan, 1 personel KaKRPH Bacan Barat, 2 personel polisi hutan KRPH Bacan Barat. KPHP Model Bacan masih mendapat dukungan 70 personel Pembantu Polisi Hutan dari Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan, yang masing-masing kecamatan terdiri dari 5 personel. Tenaga bakti rimbawansesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.58/Menhut-II/2014 tentang Bakti Rimbawan dalam Pembangunan Kehutanan,tenaga bakti kehutanan yang rencananya ditempatkan pada KPHP Model Bacan sebanyak 7 orang yang terdiri dari: 3 orang S1 Kehutanan dan GIS, 1 orang S1 Pertanian, dan 3 orang SMK Kehutanan (Tabel 19).

Tabel 19. Kebutuhan Tenaga Bakti Rimbawan di KPHP Model Bacan pada Tahun Anggaran 2015. Kualifikasi Formasi BR Fungsi / Jabatan SDM Pendidikan (orang) PG.1 Pemanfaatan & Penggunaan Kawasan/ Pengelola S1 Kehutanan 2 usaha kehutanan/ PEH Bidang Pemanfaatan (Pertama) PG.1 Pemantauan rehabilitasi & reklamasi hutan/ D3 1 Penanaman & Pemeliharaan Tanaman/ Pengolah Data Kehutanan Rehabilitasi Hutan & Lahan PG.1 Pemberdayaan Masyarakat/ Analis Pemberdayaan S1 Pertanian 1 Masyarakat/ Penyuluh Pertama PG.1 Perencanaan/ Tenaga Teknis Perencanaan & S1 1 Pemetaan/ Analis Perencanaan Kehutanan Kehutanan*) PG.2 Pemanfaatan & Penggunaan Kawasan/ Pengelola SMK 1 Usaha Kehutanan/ PEH Bidang Pemanfaatan (Pemula) Kehutanan PG.2 Perlindungan Hutan & Konservasi Alam/ PEH Bidang SMK 2 PHKA (Pemula) Kehutanan Lampiran Pengumuman Bakti Rimbawan Nomor: PG. 1 / IX - YL /2014 Tanggal: 1 Oktober 2014 Lampiran Pengumuman Bakti Rimbawan Nomor: PG. 2 / IX - YL /2014 Tanggal: 1 Oktober 2014

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 78 Rencana penguatan kapasitas kelembagaan KPHP Model Bacan meliputi revisi Perda organisasi KPHP Model Bacan sebanyak 4 kegiatan, penyusunan Perbup tentang sumbangan pihak ketiga dan bagi hasil pengelolaan hutan sebanyak 2 kegiatan, penyusunan Perbup Peraturan Pemerintah BLUD KPHP Model Bacan sebanyak 2 kegiatan, terpenuhinya SDM KPHP sebanyak 120 orang yang terdiri dari 1) kantor KPH sebanyak 20 orang, 2) kantor Resort dan Sektor sebanyak 36 orang, dan, 3) petugas lapangan/Mandor sebanyak 64 orang. Kegiatan pendidikan dan pelatihan teknis sebanyak 20 orang, pelatihan keterampilan/inhouse training/praktek kerja/studi banding/magang mandor dan masyarakat sebanyak 300 orang, dan penyusunan SOP KPH dan KRPH sebanyak 3 judul.Peningkatan sapras operasional pembangunan kantor resor KPH sebanyak 6 unit, pembangunan rumah jaga kantor KPH sebanyak 1 unit, rehabilitasi kantor KPH sebanyak 2 kegiatan, pengadaan kendaraan operasional roda empat (4x4) sebanyak 2 unit, kendaraan roda empat truck sebanyak 4 unit, kendaraan roda empat minibus sebanyak 1 unit, kendaraan roda dua sebanyak 36 unit, perahu 40 PK sebanyak 8 unit, serta sarana prasarana kantor sebanyak 8 paket.

Hasil Rakornas KPH Tahun 2014 disampaikan bahwa secara nasional untuk rencana penguatan kapasitas kelembagaan KPH sebagai berikut:

Tabel 20. Rencana Penguatan Kelembagaan KPHP Model Bacanpada Tahun 2015 No Jenis Kegiatan Eselon I KeMenhut 1 2 3 A. Organisasi 1. Peningkatan Kapasitas Organisasi UPTD, SKPD, BLUD BPDAS-PS dan BUK

B. Kuantias SDM KPH 2. Pemenuhan Sumber Daya Manusia (Staf Teknis, Staf BP2SDMK Administrasi, Bakti Rimbawan dan tenaga lapangan penanaman/ mandor pam swakarsa dalam bentuk kontrak) 3. Perpanjangan tenaga kontrak dan tenaga pendamping 1 BP2SDMK/PL RPHJP ANHUT C. Kualitas SDM KPH 4. PengembangandanPeningkatankapasitastenaga SDM KPH dan BP2SDMK Mitra KPH 5. Pelatihan Kewirausahaan BUK 6. Pelatihan Dalkar PHKA 7. Pelatihan Penghitungan Karbon BP2SDMK 8. Pendampingan Penyusunan RP PLANHUT 1 2 3

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 79 9. Pengembangan Basis Data PLANHUT 10. Pelatihan Invenhutsurta PLANHUT 11. Sertifikasi Kompetensi SDM KPH BP2SDMK 12. Pelatihan Resolusi Konflik (tenurial) BP2SDMK 13. Pembangunan Sistim Informasi teknologi PLANHUT 14. Pelatihan tenaga Lapangan/ mandor/ pamswakarsa BP2SDMK 15. Pendidikan dan Pelatihan PERATURAN PEMERINTAHNS BP2SDMK dan polhut sporc 16. Pendidikan dan pelatihan wasganis/ ganis BUK 17. Pelatihan menulis project proposal/ fund rising strategy PUSKLN SETJEN 18. Pelatihan pengukuran dan pengenalan jenis pohon PLANHUT 19. Pelatihan managemen proyek dan pengadaan barang jasa SETJEN 20. Pelatihan keuangan/ sistem akutansi instansi SETJEN

K. Penyediaan Pendanaan

Pengelolaan KPHP Model Bacan membutuhkan modal yang besar untuk pelaksanaan masing-masing jenis kegiatan usahanya,sehingga memerlukan kemitraan dengan berbagai pihak yang berminat untuk berinvestasi di wilayah tersebut.Untuk menarik investasi dan investor, makaKPHP Model Bacan harus menawarkan berbagai produk pemanfaatan kawasan hutan dan penggunaan kawasan hutan dalam berbagai bentuk portofolio KPHP Model Bacan, sepertiportofolio/ bisnis plan/ rencana pemanfaatan HHK dalam hutan tanaman pada HP (HHK-HT/HTI), portofolio/ bisnis plan/ rencana pemanfaatan HHK dalam hutan alam dalam bentuk restorasi ekosistem pada HP (HHK-RE), portofolio/ bisnis plan/ rencana pemanfaatan jasling (jasa wisata alam, jasa aliran air dan jasa karbon), dan portofolio/ bisnis plan/ rencana pemungutan HHBK dalam hutan alam pada HL (HHBK-rotan/getah/dll.). Portofolio/ bisnis plan/ rencana-rencana usaha pemanfaatan kawasan hutan dan hasil hutan tersebut diharapkan pendanaannya bersumber dari pemegang izin usaha.

Penyediaan pendanaan juga diupayakan melalui dana APBN, APBD, DAK Kehutanan, dana bagi hasil kemitraan, sumbangan pihak ketiga dalam pemanfaatan dan penggunaan kawasan, dana perdagangan karbon, dana hibah, dan dana-dana dari berbagai pihak yang mempunyai komitmen dalam pengelolaan hutan lestari;

Rencana Nasional Fasilitasi Kegiatan di Wilayah KPH oleh Eselon I Kementerian Kehutanan sesuai hasil Rakornas KPH pada bulan Oktober 2014 tahun 2015,yakni:

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 80 1. Biro Perencanaan Setjen Kemenhut a. Tindak lanjut rakor tahun 2013 oleh Biro Perencanaan Kementerian Kehutanan mengenai peningkatan kinerja KPH dengan optimalisasi pemanfaatan DAK dengan telah terbitnya Peraturan Presiden Nomor : 43 Tahun 2014 untuk membangun komitmen antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Untuk memberikan koridor penggunaan DAK telah disusun rancangan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Juknis penggunaan DAK Kehutanan. b. Alokasi DAK tahun 2015 diusulkan Rp 664,400 milyar dengan sasaran meningkatkan pengelolaan KPHP dan KPHL dan meningkatkan pengelolaan Tahura, Hutan Rakyat dan Hutan Kota. c. Kebijakan dalam RPJMN 2015-2019 (RancanganTeknokratik) yakni meningkatkan tata kelola kehutanan dengan pemisahan peran administrator (regulator) dan pengelola (operator) kawasan hutan melalui KPH dan operasionalisasinya.

2. Ditjen Bina Usaha Kehutanan a. Program Ditjen BUK oleh Bina Hutan Produksi dan Usaha Kehutanan yang bertujuan untuk peningkatan tata kelola HP dalam rangka meningkatkan daya saing industri kehutanan. Hasil program yang akan dicapai seperti 1) peningkatan kelola dan pemanfaatan HP serta daya saing industri primer hasil hutan, 2) peningkatan produksi dan diversifikasi hasil hutan. b. Target pelaksanaan kegiatan mulai dari tata hutan, perencanaan hutan, pemanfaatan, rehabilitasi, perlindungan dan penambahan sarana terdapat di 80 unit KPHP dengan berbagai jenis kegiatan sesuai dengan tipologi KPH yaitu tipe A sebanyak 20 unit KPHP yang RPHJP telah disahkan, tipe B sebanyak 22 unit KPHP yang RPHJPnya sedang dinilai dan tipe C sebanyak 39 unit KPHP yang RPHJPnya sedang disusun. c. Anggaran yang dialokasikan untuk 80 unit KPHP sebesar Rp. 356,38 Milyar.

3. Ditjen BPDAS-PS a. Pada Ditjen BPDAS-PS rencana pelaksanaan kegiatan tahun 2015 lebih difokuskan pada kawasan HL pada KPHL, yaitu pengelolaan HL pada 40 unit KPHL, dengan kegiatan : 1) Fasilitasi perencanaan pengelolaan KPHL Penyusunan Rencana Pengelolaan Jangka Pendek (RPJPd) KPHL dan bisnis plan, 40 Unit 2) Penyusunan NSPK pengelolaan HL oleh KPH 3) Pembinaan dan pengendalian perencanaan dan pelaksanaan rehabilitasi hutanpada KPHL untuk HL seluas lebih kurang 10.000 Ha 4) Pembinaan dan pengendalian pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove di KPHL pada HL seluas lebih kurang 400 Ha 5) Pemberian akses kepada masyarakat melalui HKm dan HD 6) Persemaian di KPHL dan pembangunan sumber benih b. Untuk mendukung kegiatan tersebut dibutuhkan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang baik. c. Pada aspek perencanaan dibutuhkan adanya keterpaduan antara perencanaan KPH (RPHJP) dengan perencanaan dalam pengelolaan DAS (Rencana Pengelolaan DAS Terpadu) serta RPHJP segera dijabarkan menjadi perencanaan tahunan dan bisnis plan.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 81 d. Pada aspek pengorganisasian dibutuhkan : 1) kepastian (dasar hukum) terkait dengan kewenangan dalam hal pembinaan KPH, khususnya Ditjen BPDASPS pada KPHL, 2) SDM dengan kualitas dan kuantitas yang memadai sebagai pengelola KPH. e. Pada aspek pelaksanaan koordinasi yang optimal antara para pihak terkait (BPDAS, BPKH, BP2HP, KPH, DISHUT, KEMENHUT) yang dapat menunjang optimalisasi pelaksanaan kegiatan pada KPH.

4. Ditjen Planologi Kehutanan a. Seluruh program kegiatan di lingkup Direktorat Jenderal (Ditjen) Planologi Kehutanan mendukung pembangunan KPH dan menghasilkan output/produk kegiatan berupa: berlokus di KPH, NSPK KPH, mendukung penguatan KPH. b. Tahun 2015-2019 Ditjen Planologi Kehutanan fokus terhadap Prakondisi Pembangunan KPH (non-fisik), sesuai mandat Undang-Undang Nomor : 41 Tahun 1999 mengenai perencanaan kehutanan yang terdiri dari inventarisasi, pengukuhan, penatagunaan, dan perencanaan kawasan hutan. c. Alokasi anggaran untuk pembangunan KPH di tahun 2015 sebesar Rp. 47,25 Milyar (109 unit KPH) d. Prakondisi KPH tahun 2015 pada 109 unit KPH yakni 49 unit KPHL dan 69 unit KPHP dengan bentuk kegiatan sebagai berikut : 1) Penyiapan wilayah kerja KPH 2) Fasilitasi penyiapan kelembagaan KPH 3) Inventarisasi potensi KPH 4) Rancangan tata hutan 5) Rancangan rencana pengelolaan

5. Badan P2SDMK a. Fokus pembangunan SDM kehutanan dan pemberdayaan masyarakat di KPH tahun 2015 dengan kegiatan : 1) Pemenuhan kebutuhan minimal SDM KPH 2) Diklat SDM KPH 3) Tenaga teknis dari lulusan SMK Kehutanan 4) Pemberdayaan masyarakat dan pendampingan penyuluh (PNS,PKSM, swasta) b. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.30/Menhut-II/2013 tentang Tenaga Bakti Sarjana Kehutanan dan Nomor : P.58/Menhut-II/2014 tentang Bakti Rimbawan dalam Pembangunan Kehutanan sebagai dasar untuk pemenuhan SDM di KPH c. Proses rekruitmen bakti rimbawan untuk formasi S1,D3 dan SMK Kehutanan tahun 2015 telah dilaksanakan sebanyak 822 Orang. d. Diklat calon KaKPH dan tenaga teknis ekosistem hutan bagi KPH tahun 2015

6. Badan Litbang Kehutanan a. Kegiatan Litbang diarahkan untuk percepatan operasionalisasi KPH, melalui: 1)) Konvergensi Kegiatan Penelitian di KPH: a) Kajian kebijakan untuk mendorong percepatan operasionalisasi KPH b) Menggunakan KPH sebagai unit kajian c) Menggunakan KPH sebagai lokus penelitian d) Topik penelitian dengan target output yang disesuaikan dengan potensi yang ada di KPH sesuai hasil RPJP KPH

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 82 2) Piloting IPTEK Litbang pada KPH a) Pilot Iptek Litbang (Hulu Hilir) b) Pilot Iptek Litbang mengenai penyusunan RP dan transformasi KPH ke BLUD c) Pilot iptek Litbang mengenai konvergensi hasil iptek di KPH 3) Diseminasi hasil litbang melalui gelar teknologi, alih teknologi kepada pengelola dan masyarakat sekitar KPH

7. Pusdalbangreghut Setjen Kemenhut a. Pusdalbangreghut bertugas untuk pengesahan RPHJP KPH, sampai Oktober 2014 telah disahkan sebanyak 34 unit KPH dari 65 unit KPH yang telah mengajukan penilaian. b. Tahun 2015 akan dilaksanakan percepatan pengesahan RPHJP KPH sehingga KPH dapat beroprasi dengan kegiatan melalui bimbingan teknis KPH, supervisi inventarisasi potensi KPH dan koordinasi KPH

8. Inspektorat Jenderal Kemenhut a. Kewenangan yang besar KPH harus dibarengi dengan sistem akuntabilitas yang baik dengan menerapkan Sistem Pengendalian Intern (SPI). b. Fungsi Inspektorat dalam rangka APIP adalah sebagai: 1. Pengawas mengidentifikasi permasalahan, lalu memberikan saran untuk mengatasinya 2. Konsultan bertujuan memberikan nilai tambah bagi organisasi 3. Katalis untuk membimbing manajemen dalam mengenali risiko-risiko yang mengancam pencapaian tujuan organisasi

9. Seknas Pembangunan KPH Program Setnas KPH pada tahun 2015 yakni 1. Mobilisasi dukungan Rumah Akademisi Kehutanan (RAKI) 2. Mobilisasi dukungan Civil Social Organisation 3. Mobilisasi sumberdaya dengan cara membangun jejaring dan pendampingan.

L. Pengembangan Database

Mulai tahun 2015, KPHP Model Bacan membangun database untuk pengelolaan data terkini dan akurat sesuai hasil IHMB yang sudah tersedia, untuk penyusunan rencana tahunan dan rencana strategis lainnya, NSDH dan Statistik Kehutananserta penyusunan dan evaluasi RPHJP KPHP Model Bacan secara berjenjang dan bertahap, meliputi kegiatan evaluasi RPHJP tahun 2015-2024 dan penyusunan RPHJP tahun 2025-2034 yang akan datang.

Database yang akurat menjamin kepastian dalam perencanaan. Pengembangan database sangat diperlukan untuk menyediakan data wilayah dan bahan-bahan promosi pengembangan investasi yang akurat. Pengembangan database merupakan salah satu bentuk investasi. Perawatan jaringan internet menjadi hal yang mutlak, dan didukung biaya rutin tahunan dari KPHP Model Bacan.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 83 M. Rencana Rasionalisasi Wilayah Kelola

Rasionalisasi wilayah kelola KPHP Model Bacan dilaksanakan secara bertahap mulai dari 2 wilayah resort di RPH Bacan dengan luas kawasan hutan lebih kurang 85.620 ha dengan luas kawasan wilayah tertentunya lebih kurang 33.204 ha dan KRPH Kasiruta dengan luas kawasan hutan lebih kurang 55.188 ha dan luas kawasan wilayah tertentunya lebih kurang 34.882 ha, sebagaimana Gambar 25. Selanjutnya dapat dikembangkan sebanyak 7 unit RPH pada tahun 2025, melalui pendekatan utama seperti kekompakan kawasan hutan, keutuhan ekosistem pulau, dan rentang kendali secara spasial, pembagian kewenangan, serta kemampuan dalam pengelolaan hutan. 7 unit RPH yakni : 1) RPH Bacan Tenggara dengan luas kawasan wilayah tertentu lebih kurang 10.053 ha, 2) RPH Bacan Barat Daya dengan luas kawasan wilayah tertentu lebih kurang 3.300 ha, 3) RPH Bacan Timur Laut dengan luas kawasan wilayah tertentu lebih kurang 18.596 ha, 4) RPH Mandioli dengan luas kawasan wilayah tertentu lebih kurang 8.351 ha, 5) KRPH Kayoa dengan luas kawasan wilayah tertentu lebih kurang 1.776 ha, 6) RPH Bacan Barat dengan luas kawasan wilayah tertentu lebih kurang 5.908 ha dan, 7) RPH Kasiruta dengan luas kawasan wilayah tertentu lebih kurang 20.104 ha, sebagaimana Gambar 25. Diharapkan tahun 2020 RPH yang telah ada dapat dimekarkan menjadi 5 unit RPH seperti pada Gambar 26.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 84

Gambar 25. Pembagian Wilayah Resortpada Tahun 2015

Pembagian resort perlu didukung denganpenataan batas blok. Kawasan hutan wilayah tertentu yang perlu segera dilakukan penataan batas blok untuk tahun 2015- 2019 yakni :a) blok pemanfaatan kawasan kasiruta 2, b) blok khusus cagar budaya kasiruta dalam, c) blok pemberdayaan masyarakat kasiruta 4, d) blok inti P.Kasiruta, e) blok inti bakau P.Kasiruta, f) blok perlindungan Ake Minjahe, g) blok inti Ake Lasa, h) blok inti Gn. Goro-goro, i) blok pemberdayaan masyarakat Ake Sajuang 6, dan j) blok khusus pendidikan. Kawasan hutan bukan wilayah tertentu juga perlu segera penataan batas blok untuk tahun 2015-2019, seperti sebagian areal IUPHHK- HA dan areal HTR Lippu Mandiri blok 2 dan blok 4.

Selanjutnya pada tahun 2020-2024 perlu dilaksanakanpenataan batas blok pada : a) blok pemanfaatan kawasan kasiruta 1, b) blok pemanfaatan kawasan kasiruta 2, c) blok pemberdayaan kasiruta 3dan, d) blok pemberdayaan masyarakat Sibela 1 dan seluruh areal IUPHHK-HA dan HTR Lippu Mandiri blok 6.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 85

Gambar 26. Rencana Pembagian Wilayah Resort pada Tahun 2020.

Gambar 27. Rencana Pembagian Wilayah Resort pada Tahun 2025

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 86 N. Review Rencana Pengelolaan

Penyusunan dan evaluasi RPHJP KPHP Model Bacan dapat dilaksanakan melalui kegiatan revisi RPHJP tahun 2015-2024 dan untuk bahan penyusunan RPHJP tahun 2025-2034. Review rencana pengelolaan minimal dilakukan sekali dalam 5 tahun, dan perlu mendapat persetujuan berjenjang. Revisi dapat dilakukan apabila terjadi: a. Perubahan luas areal kerja; b. Perubahan siklus tebang dan/atau limit diameter tebang; c. Perubahan terhadap kondisi fisik sumber daya hutan yang disebabkan oleh faktor manusia maupun faktor alam serta penggunaan kawasan oleh sektor lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau d. Perubahan sistem dan teknik silvikultur serta perubahan lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

O. Pengembangan Investasi

Pengembangan investasi dilakukan dengan meningkatkan promosi, temu usaha, dan mempermudah pelayanan perizinan melalui skema kemitraan dengan pola KPH- Masyarakat dan pola KPH-Lembaga Usaha-Masyarakat, dalam upaya peningkatan potensi dan diversifikasi produk hasil hutan. Protofolio usaha/bisnis plan untuk masing masing usaha harus dibuat, dan disebarluaskan kepada para calon mitrausaha; baik secara langsung dalam pertemuan-pertemuan, maupun melalui website KPHP Model Bacan. Leaflet-leaflet mengenai prospek pengelolaan dari RPHJP KPHP Model Bacan ini dapat dilengkapkan dan dicuplik sebagai bagian-bagian yang spesifik untuk promosi usaha. Kelengkapan data rinci melalui IHMB perlu segera dilakukan untuk potensi wilayah kelola dalam KPHP model ini. Kondisi saat ini, data-data tersebut masihlah sangat minim.

Rencana-rencana strategis RPHJP KPHP Model Bacan secara makro disajikan ringkas pada Tabel 20dengan catatan bahwa tata waktu dan jenis kegiatan itu masih fleksibel sesuai kemampuan personil KPHP Model Bacan dan ketersediaananggaran untuk melaksanakan kegiatan dimaksud.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 87 Tabel 20. Tata Waktu dan Rencana Kegiatan KPHP Model Bacan

STRATEGI SASARAN No AGRESIF (kekuatan- Kegiatan-kegiatan Jumlah satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 PROGRAM peluang) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 Pemberian informasi aturan perundangan tentang pemanfaatan hutan kepada para 10 kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 pemegang izin pemanfaatan hutan; 2 Pengingatan kepada para c.S1O3. Konsistensi pemegang izin pemanfaatan 20 kegiatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 peraturan/kebijakan 1. Penegakan hutan mengenai kewajiban yang kehutanan untuk supremasi harus dipenuhi; 3 mendukung fungsi hukum Peringatan kepada para kawasan pemegang izin pemanfaatan hutan yang melakukan aktifitas 40 kegiatan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 pemanfaataan yang tidak sesuai dengan aturan perundangan; dan 4 Penilaian dan masukan terhadap pelaksanaan kegiatan 20 kegiatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 pemanfaatan hutan;

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 88 STRATEGI SASARAN No AGRESIF (kekuatan- Kegiatan-kegiatan Jumlah satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 PROGRAM peluang) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

5 d.S1O4. Pemantapan status hukum kelembagaan & kawasan dengan meningkatkan partisipasi masyarakat 2. Penyiapan dan dukungan para prosedur kerja Penyusunan SOP KPH dan pihak serta (SOP) sesuai 3 dokumen 1 1 1 KRPH 3 judul; meningkatkan minat bidang tugas dan para ilmuwan untuk kebutuhan melakukan penelitian dalam mendukung keberadaan KPHP Model Bacan (Unit XIII)

6 Revisi Perda organisasi KPHP k.S3O1. Penyelesaian 4 kegiatan 1 1 1 3. Pemantapan Model Bacan (Unit XIII) penataan batas dan struktur 7 penetapan blok Penyusunan Perbup tentang organisasi Unit kawasan untuk sumbangan pihak ketiga dan 2 kegiatan 1 1 Pelaksana memberikan kepastian bagi hasil pengelolaan hutan Teknis KPHP 8 hukum yang jelas penyusunan Perbup Model Bacan dalam menangani PERATURAN (Unit XIII) 2 kegiatan 1 1 segala ancaman PEMERINTAHK-BLUD KPHP Model Bacan (Unit XIII) 9 q.S4O1. Meningkatkan Kegiatan evaluasi RPHJP jangka 4 kegiatan 1 1 1 1 koordinasi dengan para 4. Pemantapan benah 2015-2024 10 pihak, terutama dengan status legal Rasionalisasi wilayah kelola pihak BPKH Wilayah formal terhadap KPHP Model Bacandilakukan 10 kegiatan 2 2 2 2 2 VI Manado dalam kelembagaan secara bertahap mulai 11 penyelesaian penataan dan kawasan Penyusunan RPHJP periode 1 kegiatan 1 batas kawasan 2025-2034;

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 89 STRATEGI SASARAN No AGRESIF (kekuatan- Kegiatan-kegiatan Jumlah satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 PROGRAM peluang) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 12 Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) pada seluruh 765 petak 120 162 110 87 110 176 wilayah (inventarisasi potensi tegakan tiap blok dan/atau petak) 13 IHMB juga dibarengi dengan inventarisasi potensi lainnya dan 50 pulau 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 inventarisasi sosekbud masyarakat sekitar KPH 14 Monitoring Petak Ukur r.S4O2. Meningkatkan Permanen (PUP) stok karbon 166 unit/kegiatan 18 24 26 22 20 22 16 18 dukungan para pihak secara bertahap dan 5. Penyelesaian dan menggalang berkelanjutan; trayek tata batas 15 partisipasi masyarakat Rekonstruksi batas dilakukan kawasan dan dalam penyelesaian secara bertahap dan akan penataan petak batas kawasan dan dikoordinasikan dengan Balai 600 km 600 penataan blok Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VI Manado 16 Pembuatan dan pemeliharaan batas luar dilakukan dengan 300 km 150 150 membuat lorong/jalur rintis dengan batas lebar 2 meter 17 Pengawasan batas, dilakukan secara rutin dan berkelanjutan 10.000 HOK oleh tenaga bantuan polisi 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 kehutanan setiap bulan 18 Kegiatan reboisasi 4.000 ha 500 500 500 500 500 500 500 500 19 Pengkayaan hutan 12.000 ha 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120 20 x.S5O3. Menjaga Informasi mengenai aturan fungsi penyangga 6. Menjaga perundangan yang mengatur 20 kegiatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 kehidupan, kelestarian bagian dari rehabilitas hutan dan reklamasi potensi dan spesies Program hutan ; 21 langka/ endemik dalam Pengelolaan Pembinaan atas pelaksanaan Kerangka Program Hutan Produksi rehabilitasi hutan dan reklamasi pembangunan Lestari (PHPL) hutan di wilayah KPHP Model 40 kegiatan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 berkelanjutan Bacandan dilaporkan kepada Menteri setiap 3 (tiga) bulan dengan tembusan kepada

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 90 STRATEGI SASARAN No AGRESIF (kekuatan- Kegiatan-kegiatan Jumlah satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 PROGRAM peluang) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Gubernur dan Bupati; dan

22 Penilaian dan masukan terhadap pelaksanaan kegiatan rehabilitasi 40 kegiatan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 dan reklamasi hutan; 23 Pembuatan prasarana jasa 5 kegiatan 2 1 1 1 karbon 24 Pembuatan prasarana jasa 5 kegiatan 1 1 1 1 1 lingkungan lainnya 25 f.S2O1. Meningkatkan koordinasi dengan para 1. Menggalang Pembinaan dan pemantauan pihak terutama partisipasi dan pelaksanaan kegiatan pemegang pemerintah daerah dan koordinasi izin pemanfaatan dan 20 kegiatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 pemerintah pusat program dari penggunaan kawasan secara dalam perluasan para pihak berkala dan berkelanjutan; kewenangan

26

g.S2O2. Meningkatkan dukungan para pihak Pembangunan database untuk dalam penggalangan 2. Membangun pengelolaan data terkini dan sumber-sumber dana bank data/ akurat untuk penyusunan 40 kegiatan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 alternatif, pengadaan database KPHP Rencana Tahunan dan rencana dan peningkatan sarana strategis lainnya, dan prasarana pengelolaan

27 Pembangunan data NSDH dan 40 kegiatan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 Statistik Kehutanannya;

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 91 STRATEGI SASARAN No AGRESIF (kekuatan- Kegiatan-kegiatan Jumlah satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 PROGRAM peluang) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 28 Penyusunan dan evaluasi RPHJP 4 kegiatan 1 1 1 1 KPHP Model Bacan (Unit XIII) 29

h.S2O3. Setiap pengambilan 3. Membentuk keputusan dalam Koordinasi dan sinergitas Forum pembuatan kebijakan dengan instansi dan stakeholder Pemerhati KPHP 10 kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 kehutanan dapat terkait dilakukan secara Model Bacan mengakomodir saran berjenjang dan berkelanjutan; (Unit XIII) dan kepentingan stakeholder terbawah

30 Pembentukan forum adat 2 kegiatan 1 1 31

w.S5O2. Penguatan koordinasi dan perencanaan didalam penyelesaian masalah Koordinasi dan sinergitas 4. Memprakasai illegal logging, dengan instansi dan stakeholder lembaga Mitra 10 kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 perburuan satwa liar, terkait dilakukan secara Polisi Hutan penyerobotan lahan berjenjang dan berkelanjutan; dan batas dengan lahan-lahan milik masyarakat

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 92 STRATEGI SASARAN No AGRESIF (kekuatan- Kegiatan-kegiatan Jumlah satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 PROGRAM peluang) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 32 a.S1O1. Pemantapan Struktur Organisasi KPHP dalam upaya meningkatkan 1. Menbentuk Koordinasi dan sinergitas dukungan para pihak forum penasehat dengan instansi dan stakeholder dan mendorong untuk KPHP 10 kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 terkait dilakukan secara pengembangan Model Bacan berjenjang dan berkelanjutan; pemanfaatan jasa (Unit XIII) lingkungan melalui kerjasama dengan para mitra dan investor

33 Pembangunan kantor resor KPH 6 unit 1 2 2 1 34 Pembangunan rumah jaga kantor 1 unit 1 KPH 35 Pemeliharaan kantor KPH 2 kegiatan 1 1 36 i.S2O4. Penyediaan 2. Peningkatan pengadaan kendaraan 2 unit 1 1 sarana dan prasarana sarana dan operasional roda empat (4x4) yang memadai dalam prasarana 37 mengatasi ancaman penunjang kendaraan roda empat truck 4 unit 1 1 1 1 38 yang dihadapi kelembagaan kendaraan roda empat minibus 1 unit 1 39 kendaraan roda dua 36 unit 2 6 6 6 4 4 4 4 40 perahu 40 PK 8 unit 2 2 2 2 41 serta perlengkapan/peralatan 8 kegiatan kantor 42 3. Meningkatkan pelatihan keterampilan/inhouse kapasitas training/praktek kerja/studi 300 orang 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 s.S4O3. Peningkatan personil dengan banding/magang 43 kapasitas personil memanfaatkan Personil Kantor KPH 20 orang 7 6 7 44 dengan memanfaatkan program Personil Kantor Resort dan 36 orang 2 6 6 6 4 4 4 4 program peningkatan peningkatan Sektor 45 kapasitas staf dari kapasitas SDM Petugas lapangan/Mandor 64 orang 6 6 6 6 6 6 6 6 8 8 lembaga lain dari lembaga 46 lain serta Personil teknis fungsional 20 orang 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 penambahan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 93 STRATEGI SASARAN No AGRESIF (kekuatan- Kegiatan-kegiatan Jumlah satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 PROGRAM peluang) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 jumlah personil lapangan 47 Peningkatan promosi usaha 20 kegiatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 48 Temu usaha, 20 kegiatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 49 u.S4O5. Mendorong Pelayanan melalui skema 20 kegiatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 pengembangan potensi kemitraan jasa lingkungan, 50 kemitraan pola KPH-Masyarakat 10 kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 ekowisata dan 1. Menggalang 51 kemitraan pola KPH-Lembaga meningkatkan minat sumber dana 10 kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 ilmuwan untuk alternatif Usaha-Masyarakat, 52 Peningkatan potensi produk melakukan penelitian 10 kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 di KPHP Model Bacan hasil hutan. 53 (Unit XIII) Diversifikasi produk hasil hutan. 10 kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 54 Pembinaan kelompok usaha 2 unit 1 1 perlebahan 55 Pemanfaatan HHBK, 20 kegiatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 56 j.S2O5. Pendanaan Jasa wisata alam, 10 kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 57 Identifikasi obyek daya tarik yang memadai untuk 2. Kolaborasi 20 kegiatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 mengatasi seluruh pemanfaatan wisata/jasa lingkungan lainnya 58 ancaman yang jasa lingkungan Pemanfaatan HHK, 10 kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 dihadapi 59 Pengembangan tanaman 5.000 ha 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500 produktif di bawah tegakan 60 e.S1O5. Mengelola Pembuatan rencana pemanfaatan 5 dokumen 1 1 1 1 1 potensi keaneka- 3. Pemanfaatan wilayah tertentu hutan produksi 61 ragaman hayati dan sumber daya Pembuatan rencana pemanfaatan 6 dokumen 2 1 1 1 1 jasa lingkungan untuk alam hayati dan HHBK, jasa wisata, meningkatkan taraf ekosistemnya 62 hidup, tingkat dalam Pembuatan rencana jasa karbon 4 dokumen 2 1 1 63 Pembuatan rencana jasa pendidikan dan pengembangan 4 dokumen 1 1 1 1 mengurangi tingkat pemanfaatan lingkungan lainnya; 64 kemiskinan masyarakat jasa lingkungan Fasilitasi perkreditan kemitraan 60 kegiatan 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 65 sekitar kawasan Sosialisasi KTH 60 kegiatan 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 66 Pembentukan kelompok tani m.S3O2. 1. 20 kelompok 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Memberantas kegiatan Pengembangan hutan (KTH) 67 illegal logging, daerah Pembentukan koperasi KTH 6 unit 2 1 1 1 1

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 94 STRATEGI SASARAN No AGRESIF (kekuatan- Kegiatan-kegiatan Jumlah satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 PROGRAM peluang) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 68 perburuan satwa liar, pemberdayaan Pembinaan KTH 40 kegiatan 5 5 5 5 5 5 5 5 69 penyerobotan lahan masyarakat dengan meningkatkan jumlah dan kapasitas Bantuan peralatan tata guna personil, struktur hutan dan hasil kemasan olahan 20 paket 4 4 4 4 organisasi yang jelas HHBK dan penegakan hukum 70 n.S3O3. Mengurangi Penyederhanaan regulasi pembakaran lahan prosedur perizinan dan kepastian 10 paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 dengan melibatkan usaha IUPHHBK 2. Peningkatan 71 masyarakat didalam upaya-upaya kegiatan pemanfaatan pemberdayaan jasa lingkungan, agar Pelatihan manajemen dan masyarakat 10 paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 potensi permodalan usaha keanekaragaman hayati tetap terjaga 72 p.S3O5. Menjaga kelestarian potensi keanekaragaman hayati 3. Penggalian dengan partisipasi Pembangunan Arboretum potensi dalam masyarakat dan plasma nutfah lokal Halmahera 10 paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 pengembangan kerjasama serta Selatan di wilayah KPH Ekowisata mengakomodir kearifan lokal masyarakat

73 t.S4O4. Menggalang 4. Mengenali minat penelitian dan potensi kayu partisipasi masyarakat Inventarisasi potensi hutan pada yang memiliki 10 paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 dalam medukung kawasan blok perlindungan nilai ekonomis pengumpulan data tinggi potensi kawasan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 95 STRATEGI SASARAN No AGRESIF (kekuatan- Kegiatan-kegiatan Jumlah satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 PROGRAM peluang) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 74

zS5O5. Meningkatkan pengetahuan, pendidikan, pemahaman dan taraf 5. Membangun hidup masyarakat Pusat Riset KPH Pembentukan unit usaha HHK- sekitar untuk dalam HA baik yang dikelola mengurangi tekanan mendukung 10 paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 masyarakat maupun pihak terhadap konservasi KPHP Model swasta kawasan dalam Bacan (Unit menjaga fungsi XIII) penyangga kehidupan dan penyeimbang ekosistem

75

b.S1O2. Meningkatkan jumlah dan kapasitas personil untuk 1. Program mengawasi kawasan bersama dalam KPHP yang berbatasan penyelesaian Sosialisasi pengurangan konflik 30 kegiatan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 dengan lahan-lahan konflik dan tenurial masyarakatr serta perambahan mencegah dan kawasan mengurangi kegiatan perburuan lia

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 96 STRATEGI SASARAN No AGRESIF (kekuatan- Kegiatan-kegiatan Jumlah satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 PROGRAM peluang) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 76

o.S3O4. Menyediakan SOP dalam pengelolaan KPHP dalam upaya peningkatan pemahaman, pengetahuan dan 2. Penyuluhan Pengembangan Kemitraan partisipasi masyarakat masyarakat dan Pengelolaan Hutan antara KPH 10 paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 meningkatkan sekolah lapang dan Kelompok Masyarakat pengembangan jasa kehutanan lingkungan serta dukungan kegiatan penelitian akan keberadaan KPHP Model Bacan (Unit XIII)

77 v.S5O1. Menjaga fungsi penyangga kehidupan, kelestarian spesies langka/ endemik melalui 3. Penyuluhan kerjasama dalam masyarakat dan Penetapan wilayah peruntukkan pemanfaatan jasa Pengendalian hutan tanaman bagi masyarakat 10 paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 lingkungan, kebakaran hutan dan swasta meningkatkan minat dan lahan para ilmuwan melakukan penelitian di KPHP Model Bacan (Unit XIII)

78 y.S5O4. Penyediaan 4. Pelaksanaan patroli hutan 10.000 HOK 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 97 STRATEGI SASARAN No AGRESIF (kekuatan- Kegiatan-kegiatan Jumlah satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 PROGRAM peluang) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 79 SOP dalam Pemberantasan Operasi fungsional kehutanan 60 kegiatan 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 80 pemberantasan illegal logging Operasi gabungan kehutan dan 20 kegiatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 kegiatan illegal instansi terkait 81 logging, perburuan Kegiatan pemberkasan perkara 80 kegiatan 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8 satwa liar, 82 Kegiatan pengangkutan barang penyerobotan lahan 10 kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 bukti 83 Pembangunan pos penjagaan 10 area/lokasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 84 Pembuatan portal fisik kawasan 30 titik/lokasi 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 85 Pembuatan menara pemantau 4 unit 1 1 1 1 kebakaran 86 Pembuatan sekat bakar dan jalur 2 unit 1 1 hijau

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 98 VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Secara umum, pembinaan merupakan suatu usaha, tindakan, dan/atau kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Dalam pelaksanaan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan dan perlindungan hutan, pembinaan juga dapat diartikan sebagai upaya untuk memperbaharui dan/atau menyempurnakan suatu usaha, kegiatan, ataupun kebijakan yang sudah ada sehingga hasil yang diharapkan lebih optimal. Pengendalian diartikan sebagai tindakan melakukan pembatasan, memberikan pengaruh, melakukan penyesuaian dan/atau pengaturan terhadap suatu kegiatan, kebijakan ataupun suatu usaha antara hasil yang telah dicapai dengan sasaran yang ingin dicapai agar sesuai dengan yang diharapkan.Pengawasan adalah suatu upaya penilikan, penjagaan terhadap suatu barang, kegiatan atau kebijakan yang diterapkan.

Struktur kelembagaan KPHP Model Bacan sesuai keputusan Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan Nomor :522/444/2014 tanggal 18 Agustus 2014 dan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 61 tahun 2010, yakni terdiri dari Kepala KPH, dibantu oleh Kepala sub bagian Tata Usaha dan 2 KRPH, tetapi belum dibantu oleh seksi-seksi seperti Seksi Perencanaan dan Pengamanan Hutan serta Seksi Pengendalian dan Pemantauan Pengelolaan. Pembinaan, pengendalian dan pengawasan KPHP Model Bacan seturut Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan, dilakukan oleh Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota dan Kepala KPH secara berjenjang terhadap pelaksanaan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan serta pemanfaatan hutan. Selanjutnya, pembinaan, pengendalian dan pengawasan teknis atas penyelenggaraan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan serta perlindungan hutan dilakukan oleh KPHP Model Bacan berpedoman pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.47/Menhut-II/2013 tentang Pedoman, Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hutan di Wilayah Tertentu pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.47/Menhut-II/2013 menyatakan bahwa pembinaan, pengendalian, dan pengendalian pemanfaatan hutan di wilayah tertentu dalam KPHP Model Bacan diselaraskan terhadap Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 99 Hutan dan Konservasi Alam dalam hal wilayah tertentu berada di Kawasan Hutan Lindung dan Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan dalam hal wilayah tertentu berada di Kawasan Hutan Produksi.

Pembinaan, pengawasan dan pengendalian internal dilakukan oleh Kepala KPHP Model Bacan dapat dilakukan secara parsial, kompherensif dan berjenjang, baik langsung atau tidak langsung dengan melalui tim pelaksana terhadap seluruh kegiatan pengelolaan hutan. Sedangkan pembinaan, pengawasan dan pengendalian eksternal dilaksanakanberpedoman pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.6/Menhut-II/2010 dan dilakukan oleh atau atas nama Menteri Kehutanan (eselon I terkait, yakni: Pusat Pengendalian Regional IV), yang dapat juga melalui pendelegasian kepada Gubernur Maluku Utara.

Pembinaanoleh Kepala KPHP Model Bacan dalam menyelenggarakan pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, pemungutan dan/atau pengolahan hasil hutan,antara lain: a. Pembinaanpada tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, yaitu: (1) pemberian saran dan masukan dalam proses penyusunan tata hutan dan rencana pengelolaan hutan,(2) pemberian penilaian dan masukan terhadap draft yang telah tersusun hingga dihasilkan tata hutan dan rencana pengelolaan hutan untuk disahkan,(3) pengarahan kepada pegawai KPH terkait kegiatan penyusunan rencana pengelolaan hutan,(4) pengarahan kepada pegawai KPH untuk mengembangkan kapasitasnya, dan (5) pengarahan kepada pegawai KPH agar senantiasa melaksanakan kegiatan sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku. b. Pembinaanpada pemanfaatan hutan, yakni: (1) pembinaan, pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan izin pemanfaatan hutan di wilayah KPH-nya dan dilaporkan kepada Menteri setiap 3 bulan dengan tembusan kepada Gubernur dan Bupati,(2) pemberian informasi aturan perundangan tentang pemanfaatan hutan kepada para pemegang izin pemanfaatan hutan,(3) pengingatan kepada para pemegang izin pemanfaatan hutan khususnya mengenai kewajiban yang harus dipenuhi,(4) peringatan kepada para pemegang izin pemanfaatan hutan yang melakukan aktifitas pemanfaataan yang tidak sesuai dengan aturan perundangan, dan (5) penilaian dan masukan terhadap pelaksanaan kegiatan pemanfaatan hutan c. Pembinaan dalam penggunaan kawasan hutan meliputi :(1) pembinaan, pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan izin penggunaan kawasan hutan di wilayah KPH-nya dan dilaporkan kepada Menteri setiap 3 bulan dengan tembusan kepada Gubernur dan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 100 Bupati/Walikota,(2) memberikan informasi mengenai aturan perundangan yang mengatur pemanfaatan hutan kepada para pemegang izin penggunaan hutan,(3) mengingatkan kepada para pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan khususnya mengenai kewajiban yang harus dipenuhi,(4) memberikan peringatan kepada para pemegang izin pinjam pakai yang melakukan aktifitas pemanfaataan yang tidak sesuai dengan aturan perundangan yang mengatur dan (5) memberikan penilaian dan masukan terhadap pelaksanaan kegiatan penggunaan kawasan hutan; d. Pembinaan dalam rehabilitasi hutan dan reklamasi lahan antara lain: (1) pembinaan atas pelaksanaan rehabilitasi hutan di wilayah KPH-nya dan dilaporkan kepada Menteri setiap 3 bulan dengan tembusan kepada Gubernur dan Bupati,(2) memberikan informasi mengenai aturan perundangan yang mengatur rehabilitas hutan,(3) pembinaan, pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan reklamasi hutan di wilayah KPH-nya dan dilaporkan kepada Menteri setiap 3 bulan dengan tembusan kepada Gubernur dan Bupati (4) memberikan informasi mengenai aturan perundangan yang mengatur rehabilitas hutan dan reklamasi kepada para pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan dan (5) memberikan penilaian dan masukan terhadap pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan reklamasi hutan; e. Pembinaan Kepala KPH dalam perlindungan hutan dan konservasi Alam, antara lain: (1) memberikan informasi aturan perundangan yang mengatur mengenai perlindungan hutan dan konservasi alam,(2) Melaporkan serta memberikan masukan kepada pemerintah dan pemerintah daerah mengenai pelaksanaan kegiatan perlindungan dan konservasi alam di wilayah KPH secara berkala dan (3) Memberikan penilaian dan masukan terhadap pelaksanaan kegiatan perlindungan hutan dan konservasi alam;

Bentuk-bentuk pengendalian Kepala KPHP Model Bacan dalam setiap penyelenggaraan kegiatan pengelolaan hutan antara lain: a. Pengendalian Kepala KPHP Model Bacan dalam tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan, antara lain: (1) memberikan penilaian dan saran penyesuaian terhadap draft tata hutan dan rencana pengelolaan hutan yang telah disusun agar lebih sesuai dengan kondisi situasional tingkat tapak untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai,(2) memberikan masukan dan rekomendasi dalam perekrutan tenaga KPH agar memenuhi standar kompetensi yang diinginkan; b. Pengendalian Kepala KPHP Model Bacan dalam pemanfaatan hutan, antara lain: (1) pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan izin pemanfaatan hutan di wilayah KPH-nya

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 101 dan dilaporkan kepada Menteri setiap 3 bulan dengan tembusan kepada Gubernur dan Bupati,(2) memantau dan mengevaluasi pemenuhan kewajiban para pemegang izin pemanfaatan hutan, 3) memberikan peringatan kepada para pemegang izin bilamana terdapat pelaksanaan izin yang tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku dan (4) memberikan sanksi atas pelanggaran pelaksanaan izin pemanfaatan hutan oleh pemegang izin sesuai dengan kewenangannya; c. Pengendalian Kepala KPHP Model Bacan dalam penggunaan kawasan hutan, antara lain: (1) pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan izin pinjam pakai kawasan hutan di wilayah KPH-nya dan dilaporkan kepada Menteri setiap 3 bulan dengan tembusan kepada Gubernur dan Bupati,(2) memantau dan mengevaluasi pemenuhan kewajiban para pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan,(3) memberikan peringatan kepada para pemegang izin bilamana terdapat pelaksanaan izin yang tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku,(4) memberikan sanksi sesuai dengan kewenangannya atas pelanggaran pelaksanaan izin pinjam pakai kawasan hutan oleh pemegang izin; d. Pengendalian Kepala KPHP Model Bacan dalam rehabilitasi hutan dan reklamasi, antara lain: (1) pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan rehabilitasi hutan di wilayah KPH-nya dan dilaporkan kepada Menteri setiap 3 bulan dengan tembusan kepada Gubernur dan Bupati,(2) memberikan saran dan masukan dalam pelaksanaan rehabilitasi hutan dan reklamasi dan(3) memberikan penilaian keberhasilan atas pelaksanaan rehabilitasi hutan dan reklamasi; e. Pengendalian Kepala KPHP Model Bacan dalam perlindungan hutan dan konservasi alam, antara lain:memberikan penilaian keberhasilan terhadap pelaksanaan kegiatan perlindungan hutan dan konservasi alam.

Pengawasan dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat menteri, gubernur, bupati, sampai pelaksana di tingkat tapak sesuai dengan kewenangan masing-masing. Pengawasan Kepala KPHP Model Bacan pada setiap kegiatan pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan dan/atau pengolahan hasil hutan yakni: a. Pengawasan Kepala KPHP Model Bacan pada tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, berupa: (1) mengawal dan mengamati proses dan perkembangan pelaksanaan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan dan (2) mengawal dan menjaga profesionalisme pegawai KPH dalam melaksanakan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan;

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 102 b. Pengawasan Kepala KPHP Model Bacan pada pemanfaatan hutan, antara lain: (1) mengawal dan mengamati pelaksanaan atas izin pemanfaatan hutan,(2) menjaga hubungan yang baik dengan para pemegang izin, (3) mengawal pemenuhan kewajiban oleh para pemegang izin dan (4) mengawal masa berlaku izin pemanfaatan hutan; c. Pengawasan Kepala KPHP Model Bacan pada penggunaan kawasan hutan berupa: (1) mengawal dan mengamati pelaksanaan atas izin pinjam pakai kawasan hutan di wilayah KPH,(2) menjaga hubungan yang baik dengan para pemegang izin,(3) mengawal pemenuhan kewajiban oleh para pemegang izindan (4) memperhatikan masa berlaku izin pinjam pakai kawasan hutan; d. Pengawasan Kepala KPHP Model Bacan pada rehabilitasi hutan dan reklamasi yakni mengawal dan mengamati pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi hutan; e. Pengawasan Kepala KPHP Model Bacan pada perlindungan hutan dan konservasi alam yaknimengawal dan mengamati pelaksanaan perlindungan hutan dan konservasi alam.

Pembinaan, pengawasan dan pengendalian dalam pengelolaan hutan di wilayah KPHP Model Bacan tentu akan melibatkan banyak stakeholder sehingga perlu disediakanprosedur operasional baku (standard operational procedure, SOP) sebagai dokumen kontrol internal yang mengacu pada peraturanperundangan yang ada sesuai kegiatan usaha dalam menyelenggarakan pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, pemungutan dan/atau pengolahan hasil hutan. Prosedur operasional baku, SOP yang disusun minimal memuat: rentang kendali, skala prioritas kegiatan, rentang waktu, tata kelola administrasi dan keuangan, koordinasi dan sinkronisasi serta sinergitas, reward dan punishmentdalam unit-unit kegiatan pengelolaan/pemanfaatan hutan wilayah kerja KPH model Bacan.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 103

VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN

KPHP Model Bacan saat ini berbentuk UPTD sesuai pasal 4 dari Peraturan Bupati Kabupaten Halmahera Selatan Nomor : 11 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) pada Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan yang berazas otonomi dan tugas perbantuan, yang harus diukur kinerjanya dengan kegiatan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dalam pengelolaan atau pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh KPHP Model Bacan. Kriteria dan indikator pengukuran kinerja KPHP Model Bacan meliputi: (1) kemantapan kawasan, (2) tata hutan, (3) rencana kelola, (4) kapasitas organisasi, (5) hubungan antar strata pemerintahan dan regulasi, (6) mekanisme investasi, (7) ketersediaan akses dan hak masyarakat, dan (8) mekanisme penyelesaian sengketa kehutanan. Kriteria dan indikator Provinsi/Kabupaten meliputi: (1) sistem pengurusan hutan, (2) dukungan regulasi, (3) internalisasi program pembangunan KPH, (4). mobilisasi sumberdaya, (5) percepatan berjalannya fungsi kawasan produksi. Implementasi terhadap kriteria dan indikator pengukuran kinerja KPH pada masing-masing jenis kegiatan, mengacu pada peraturan perundang-undangan, baik yang bersifat umum, khusus maupun yang bersifat teknis.

Pemantauan dan evaluasi KPHP Model Bacan dilakukan secara berkala dan berjenjang sesuai dengan tahapannya terhadap seluruh komponen kegiatan pengelolaan hutan yang dilaksanakannya.Organisasi KPHP Model Bacan melaporkan hasil akhir dari seluruh kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan fungsi dan tugasnya secara berkala dengan mengacu pada SOP dengan tahapan penyusunan laporan dimulai dari penyiapan format laporan, penyusunan bahan laporan dan resume telaahan, dan pengarsipan dokumen.Laporan KPHP Model Bacan terdiri dari laporan bulanan, laporan triwulanan, laporan semester dan laporan tahunan. Seluruh laporan ditandatangani Kepala KPHP Model Bacan dan disampaikan kepada Menteri Kehutanan melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Halmahera Selatan sebagai UPTD Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan dengan tembusan kepada instansi terkait lainnya.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 104 VIII. PENUTUP

Dokumen RPHJP KPHP Model Bacan Tahun 2015-2024 ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan dan pedoman dalam pelaksanaaan tugas serta menjadi dasar dalam penyusunan rencana tahunan dan rencana teknis pengelolaan hutan serta dapat digunakan sebagai bahan dalam melahirkan kebijakan-kebijakan dalam pengelolaan hutan di wilayah KPHP Model Bacan.

Pengelolaan hutan untuk memperoleh manfaat yang optimal dari hutan dan kawasan hutan bagi kesejahteraan masyarakat merupakan prinsip utama dalam RPHJP KPHP Model BacanTahun 2015-2024, sehingga kawasan hutannya harus dikelola dengan tetap memperhatikan sifat, karakteristik dan keunikannya serta tidak dibenarkan mengubah fungsi kawasan HL dan HP. Para pihak (dinas/instansi, swasta, dan masyarakat) yang terlibat dalam pembangunan KPH diperlukan kerjasama, koordinasi, kolaborasi dan sinkronisasi program-program dalam pelaksanaannya.Percepatan implementasi RPHJP KPHP Model Bacan Tahun 2015-2024, perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan rencana tahunan pengelolaan KPH mulai tahun 2015.

Capaian-capaian utama dari RPHJP KPHP Model Bacan tahun 2015-2024 antara lain: (1) Tertatanya blok-blok dan petak-petak pengelolaan hutan dalam KPHP Model Bacan seluas lebih kurang 140.808 ha kedalam 795 blok secara bertahap dan berkelanjutan. (2) Tersusunnya perencanaan hutan lanjutan untuk KPHP Model Bacan, yakni: RPHJP 2025-2034, dan RPH RPH Jangka Pendek/Tahunan untuk tahun 2016 sampai tahun 2024; (3) Terbangunnya databaseKPHP Model Bacan berbasis pengelolaan komoditas pada setiap blok dan petak; (4) Terbangunnya lembaga KPHP Model Bacan yang professional, efektif dan efisien dengan perkembangan mulai dari UPTD menjadi SKPD dengan PPK BLUD. (5) Tersedianya sarana dan prasarana operasional KPHP Model Bacan yang memadai untuk tingkat resort. (6) Terbentuk dan terbinanya 30 KTH dan 20 koperasi sebagai lembaga usaha kelompok dari masyarakat lokal sekitar KPHP Model Bacan. (7) Tercapainya kesepahaman tentang pengelolaan hutan lestari KPHP Model Bacan melalui kegiatan-kegiatan: penyuluhan kehutanan dan patroli hutan yang intensif dan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 105 berkelanjutan, pemberantasan illegal logging dan penurunan areal perambahan kawasan, pengendalian kebakaran hutan, dan konflik tenurial. (8) Terwujudnya pengembangan obyek wisata alam dan jasa lingkungan lainnya melalui kemitraan dengan KPHP Model Bacan. (9) Terlaksananya rehabilitasi hutan dan lahan secara partisipatif dalam KPHP Model Bacan. (10) Tersusunnya rencana pengembangan usaha (business plan) dan kemitraan pemanfaatan HHK, HHBK, perdagangan karbon dan jasa lingkungan lainnya pada wilayah tertentu KPHP Model Bacan.

Sebagai pelengkap dan pendukung kegiatan perencanaan dan implementasi kegiatan pengelolaan hutan KPHP Model Bacan maka dokumen ini dilengkapi dengan data dan informasi spasial berupa peta-peta terlampir.

Tiada gading yang tak retak; mengingat dokumen ini adalah dokumen pertama yang disusun untuk RPHJP KPHP Model Bacan, kami menyadari dalam penyusunan rencana ini masih banyak mengandung kelemahan dan kekurangan,sehingga masukan dan saran dari semua pihak demi perbaikan rencana pengelolaan di masa-masa mendatang. Akhirnya semoga rencana ini dapat menjadi alat pengendali dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan pada KPHP Model BacanTahun 2015-2024 mendatang.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 106 DAFTAR PUSTAKA

Bupati Kabupaten Halmahera Selatan. 2013. Peraturan Bupati Kabupaten Halmahera Selatan Nomor 11 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) pada Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan, tanggal 5 Juli 2013. Labuha.9 hal. Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan. 2014. Surat Keputusan Nomor:522/444/2014, tanggal 18 Agustus 2014, tentang Penempatan PNS dan PTT Lingkup Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan. Labuha.4 hal. Menteri Dalam Negeri. 2010. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi di Daerah, tanggal 23 Desember 2010. Jakarta. 9 hal. Menteri Kehutanan. 2010. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 73/Menhut-II/2010 tentang KPHP dan KPHL di Maluku Utara, tanggal 8 Februari 2010 Menteri Kehutanan. 2013. Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor. Sk.969/Menhut-Ii/ 2013 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi Model Bacan (Unit XIII) yang Terletak di Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara seluas ±140.808 (Seratus Empat Puluh Ribu Delapan Ratus Delapan) Hektar, tanggal 27 Desember 2013. Jakarta. 4 hal. Menteri Kehutanan. 2013. Peraturan Menteri KehutananNomor: P.9/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Kegiatan Pendukung dan Pemberian Insentif Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, tanggal 28 Januari 2013. Jakarta. 19 hal. Presiden Republik Indonesia. 2008. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah, tanggal 4 Februari 2008. Jakarta. 23 hal. Presiden Republik Indonesia. 2014. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77 Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku, tanggal 23 Juli 2014. Jakarta. 57 hal. Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan. 2013. Sarana dan Prasarana Kabupaten Halmahera Selatan; http://halselkab.go.id/static/47/sarana-dan-prasarana-kabupaten- halmahera-selatan Baharuddin dan Taskirawati, I. 2009. Hasil Hutan Bukan Kayu (Buku Ajar). Fakultas Kehutanan UNHAS, Makassar. 295 hal. BPS HalSel (Badan Pusat Statistik Kabupaten Halmahera Selatan). 2013. Kabupaten Halmahera Selatan dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik Kabupaten Halmahera Selatan.282 hal. Rangkuti, F. (2006), Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis, Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama; Jakarta http://freddyrangkuti.wordpress.com/page/3/FEBRUARY 21, 2011 · 11:43 PM.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 107