1

THE TECNOLOGY OF TIDAL TRAP BARRIER FISHING GEAR IN VILLAGE ANAK SETATAH WEST RANGSANG DISTRICT OF MERANTI ISLAND REGENCY PROVINCE

BY :

Muhammad Reza1), Ir. Arthur Brown, M.Si2), Isnaniah, S.Pi, M.Si2)

[email protected]

ABSTRACT

This research was conducted in May 2015 in the village of Anak Setatah District of Western Rangsang of Meranti Island Regency Province of Riau. The aim of this study is analyze aspects relating to technological aspects of environmental friendliness, fishing operations management and business feasibility. The method used is a survey method. Results obtained environmental friendliness of 29.7 means environmentally friendly. The results of the feasibility namely Benefit cost ratio of 3.5, the financial rate of return of 11%, and a payback period of 9.6 months.

Keywords: Splint, environmental friendliness, fishing operation, business feasbility

1.Student of Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau, 2.Lecture of Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau, Pekanbaru

PENDAHULUAN Peningkatan pengetahuan mengenai alat tangkap akan memberikan Latar belakang dukungan dalam kemajuan usaha Penangkapan ikan merupakan perikanan. Kemajuan akan berlangsung aktifitas yang sudah tidak asing lagi bagi ke berbagai bidang baik dari segi teknik masyarakat nelayan maupun bagi pembuatan, maupun bahan dasar yang masyarakat luas. Penangkapan ikan akan digunakan dalam proses dapat dilakukan dengan menggunakan penangkapan ikan, yang pada akhirnya alat, mulai dari alat yang masih kita dapat memperkirakan kemampuan sederhana hingga alat penangkapan ikan alat dalam prngoprasian di perairan dan yang sudah modern yang sudah mengurangi biaya operasi, serta efisiensi dilengkapi dengan intrumentasi (alat dalam proses penangkapan. bantu) yang digunakan untuk Alat penangkapan ikan (fishing mengumpulkan ikan maupun alat-alat gear) adalah segala macam alat yang tambahan lainnya sebagai alat dipergunakan dalam usaha pendukung dalam penangkapan ikan. penangkapan, termasuk alat tangkap, 2

dan kapal bantunya. Ada dua metode Tujuan Penelitian penangkapan ikan yaitu metode Penelitian ini bertujuan penangkapan secara aktif dan metode menganalisis aspek teknologi yang penangkapan secara pasif. Metode berkaitan dengan aspek keramah penangkapan secara salah satunya yaitu lingkungan, manajemen operasi alat tangkap belat, alat ini mengandalkan penangkapan dan kelayakan usaha alat arus pasang surut yang membawa ikan tangkap belat yang di operasikan di masuk kedalam daerah penangkapan dan sekitar perairan desa Anak Setatah akan terperangkap ketika air surut. Kecamatan Rangsang Barat Kabupaten Desa Anak Sitatah adalah salah Kepulauan Meranti. satu desa yang memiliki potensi Manfaat dari penelitian ini perikanan yang berlimpah dan salah satu secara umum yaitu sebagai informasi alat tangkap yang banyak digunakan bagi pihak-pihak terkait yang adalah alat tangkap belat, perkembangan membutuhkan, khususnya bagi nelayan daerah seperti sosial ekonomi setempat. masyarakat dan kegiatan perikanannya belum ada dilakukan penelitian, padahal METODE PENELITIAN potensi sumberdaya alamnya baik itu Penelitian ini dilaksanakan pada dari laut maupun sektor pertanian sangat bulan Mei 2015. Penelitian ini dilakukan berpotensi untuk dikembangkan. di desa Anak Sitatah, Kecamatan Informasi mengenai perikanan Rangsang Barat, Kabupaten Kepulauan tentang alat tangkap belat sangat minim Meranti Provinsi Riau. dan belum ada yang melakukan Objek yang digunakan dalam penelitian tentang alat tangkap ini, penelitian ini yaitu alat tangkap belat dengan kondisi ini penulis tertarik dan yang di operasikan di perairan Anak bermaksud melakukan penelitian Setatah. denagan judul —Studi Teknologi Metode yang digunakan yaitu Penangkapan Alat Tangkap Belat di metode survey. Desa Anak Sitatah Kecamatan Rangsang Data operasi penangkapan di Barat Kabupaten Kepulauan Meranti dapatkan dari hasil pengamatan Provinsi Riau“ untuk memberikan langsung alat tangkap belat. sumbangsih berupa informasi kepada Data tingkat ramah lingkungan pihak-pihak yang membutuhkan. di dapatkan dari hasil wawancra terhadap stake holder yang terkait. 3

Data rentabilitas dan FRR = NI/Ix 100% manajemen operasi di dapatkan dari NI = Net Income (pendapatan bersih) hasil pengamatan langsung dan I = investasi wawancara terhadap nelayan untuk Model matematika Payback mendapatkan data hasil tangkapan per Period of Capital yaitu: musim. PPC = I/Nx 1 thn Langkah - langkah yang PPC = Payback Period of Capital dilakukan dalam penelitian ini adalah I = investasi sebagai berikut: NI = Net income Langkah awal penelitian ini melakukan HASIL DAN PEMBAHASAN pendataan alat tangkap belat yang ada, Hasil Penelitian teknik pengoperasian, jenis hasil Keadaan Umum Anak Setatah tangkapan dan rentabilitas usahanya. Luas wilayah desa Anak Setatah Penentuan daerah penangkpan belat dan yaitu 980 Ha. Batas wilayah Anak pengukuran parameter lingkungan dan Setatah sebelah utara berbatasan dengan dilanjutkan pengoperasian belat. Setelah selat malaka dan desa Segomeng, dioperasikan belat di diamkan diperairan sebelah timur berbatsan dengan desa selama 5-6 jam dan mencatat pasang Sialang Pasung, sebelah barat surut. Setelah dilakukan hauling maka berbatasan dengan desa Bantar dan selat hasil tangkapan dihitung berdasarkan malaka, dan sebelah selatan berbatasan berat dan jumlah (ekor). Penelitian ini dengan desa Bantar. Perairan desa Anak dilakukan pada siang dan malam hari. Setatah merupakan periaran berlumpur Analisis data tingkat ramah dan bentuk pantainya landai, disekitar lingkungan dilakukan dengan formula: pantai banyak ditumbuhi vegetasi dan ∑N = ∑B x S pohon mangrove. ∑Nilai (N) = ∑Bobot (B) x Skor (S)

Analisis kelayakan usaha Armada Penangkapan dilakukan dengan formula. Untuk Armada penengkapan yang Benefit Cost Raito model digunakan yaitu sampan yang matematikanya yaitu : digerakkan dengan dayung. Ukuran BCR = GI/TC sampan belat mempunyai ukuran GI = Gros Income (pendapatan kotor) panjang yaitu 6 meter, lebar 3 meter, TC = Total Cost (biaya total) dan tinggi 1 meter. Sampan yang Model matematika Financial digunakan merupakan milik pribadi. Rate of Return yaitu: 4

Alat Tangkap Belat ini yaitu: daerah penangkapan 1; 10 1‘ Belat yang dioperasikan di Anak 47“ LU dan 1020 39‘ 2“ BT. Sedangkan Setatah ada 2 jenis yaitu, belat laut daerah penangkpan 2; 10 1‘ 45“ LU dan dalam dan belat tepi. 1020 39‘ 1“ BT. Belat laut dalam yaitu belat Parameter lingkungan di daerah yang dioperasikan 1-2 km dari bibir penangkapan adalah kecepatan arus pantai. Belat jenis ini dioperasikan pada berkisar 10-15 cm/s, kecerahan berkisar 11-14 hari bulan karena pada waktu 34-36,5 cm, suhu berkisar 25,7-32,8o C, tersebut pasang surut tidak terlalu besar. dan salinitas berkisar 35-40 %o. Belat tepi yaitu belat yang Pengoperasian Alat Tangkap Belat dioperasikan di tepi pantai. Waktu Persiapan Melaut operasinya yaitu pada 15 -17 hari bulan Adapun persiapan yang atau pasang surut besar. dilakukan antara lain menyiapkan jaring Konstruksi Belat belat, pancang, dan mengecek kerusakan 1. jaring belat : terbuat dari bahan belat tersebut. Polyetheline (PE) ukuran mesh size 0,5 Setting inchi, panjang jaring 250 meter, lebar 1. Belat laut dalam pengoperasiannya 2,5 meter. yang pertama yaitu mengikatkan tali ris 2. tali ris atas dan tali ris bawah : atas dan menyangkutkan tali ris bawah diameter talinya 0,2 cm. panjang tali ris ke pancang. Setelah itu pancang disesuaikan dengan panjang belat. Pada ditancapkan kedasar perairan yang tali ris atas dilebihkan dalam setiap 8 berlumpur. Setelah itu dilakukan lagi meter dilebihkan 3 meter untuk tahap yang sama sampai belat mengikatkan tali ris ke pancang. membentuk seperti huruf U. banyak 3. pancang : tinggi pancang 5-6 meter, pancang yang digunakan sebanyak 34 diameter 5 cm, dan terbuat dari pohon buah. abaku (Rhizopora sp). 2. Belat tepi pengoperasiannya yang 4. catak dan penyauk : terbuat dari besi pertama yaitu keadaan perairan harus yang berkuran 4-5 inchi. surut timpas. Setelah itu dilakukan mengikatkan tali ris bawah ke pancang Daerah Penangkapan dan ditancapkan ke lumpur. Dan Daerah pengoperasian belat di mengikatkan tali pembantu pada tali ris desa Anak Setatah biasanya di lakukan atas ke ujung tiang pancang agar mudah di bibir pantai. Adapun titik koordinat menaikkan jaring pada saat air lokasi pengoperasian alat tangkap belat 5

pasang.setelah itu dilakukan tahap yang Dalam penelitian ini jumlah sama sampai belat membentuk seperti udang putih (Paneus Indicus) sebanyak huruf U. setelah itu nelayan melakukan 30 kg, ikan senangin (Eleutheronema pembenaman tali ris bawah dengan tetradactylum) sebanyak 2 kg, ikan pancang kecil atau semat dengan tujuan layur (Trichiurus lepturus) sebanyak memperkuat tali ris bawah supaya ikan 3 kg, ikan sembilang (Plotosus Canius) tidak lolos. sebanyak 2 kg, ikan kakap (Trichiurus Hauling lepturus) sebanyak 4 kg, dan ikan Pada proses hauling tidak ada belanak (Mugil Cephalus) sebanyak 4 perbedaan antara belat laut dalam dan kg. belat tepi.Proses hauling dilakukan pada saat air surut maka nelayan mulai pergi Pemasaran Hasil Tangkapan ke lokasi penangkapan belat dengan Setelah proses hauling selesai membawa jirigen dan catak. Nelayan maka hasil tangkapan didaratkan dan mengambil hasil tangkapan dengan cara dicuci dengan air bersih. Setelah itu menggunakan tangan di sekitar dekat hasil tangkapan lalu dipasarkan dengan jaring belat. Dalam satu hari hauling dijual ke pasar atau agen dan ada juga dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada dijual kepada para tetangga. siang dan malam hari. Pengamatan Alat Tangkap Ramah Hasil Tangkapan Lingkungan Tangkapan utama alat tangkap Teknologi penangkapan ikan yang belat adalah udang putih (Paneus ramah lingkungan pada alat tangkap Indicus ), ikan senangin belat adalah yaitu menangkap ikan (Eleutheronema tetradactylum), ikan secara selektif dan memberikan layur (Trichiurus lepturus), ikan keuntungan secara ekonomi bagi sembilang (Plotosus Canius), ikan nelayan. Secara umum ada 9 kriteria kakap (Trichiurus lepturus) dan ikan teknologi penangkapan yang ramah belanak (Mugil Cephalus). lingkungan, dapat dilihat pada tabel. Tabel 4.Hasil pengamatan alat tangkap ramah lingkungan.

No Sub kriteria terpilih Responden

1 2 3 4 5 6 7 8 9 6

1. Alat menangkap lebih dari tiga spesies dengan ukuran yang berbeda 1 2 1 3 1 1 1 1 1 jauh

2. Alat tangkap yang digunakan tidak merusak habitat, tempat tinggal, 4 4 3 3 4 3 4 3 4 perkembangbiakan dan organism lainnya. 3. Tidak membahayakan 4 4 3 4 4 3 3 3 3 nelayan (penangkap ikan) 4. Menghasilkan ikan yang 4 4 3 4 4 3 3 3 3 bermutu baik 5. Aman bagi konsumen 4 4 4 3 4 4 4 4 4

6. Hasil tangkapan yang 3 1 3 4 3 3 3 3 3 terbuang minimum 7. Alat tangkap yang digunakan harus memberikan dampak 4 4 2 3 4 3 4 3 4 minimum terhadap keanekaan sumberdaya hayati 8. Tidak menangkap jenis 4 3 3 4 4 4 4 4 4 yang dilindungi undang- undang dan terancam punah 9. Alat tangkap memenuhi 4 4 4 4 4 4 4 4 4 dua dari emapat butir persyaratan disamping Jumlah 32 30 26 32 32 28 30 28 30 Sumber : Data Survei Manajemen Operasi Penangkapan Rata-rata = jumlah bobot nilai / jumlah Belat responden Perencanaan (Planning) Dalam perencanaan = = 29,7 pengoperasian alat tangkap belat nelayan biasanya menyiapkan alat Skor terakhir yang diperoleh tangkap dan menentukan daerah adalah 29,7, berarti alat tangkap belat penangkapan belat sebelum termasuk kedalam alat tangkap yang pengoperasian. sangat ramah lingkungan.

7

Pengorganisasian (Organizing) belat itu sendiri. Sehingga semua Dalam pengoperasian alat kegiatan pada saat operasi penangkapan tangkap belat jumlah nelayannya hanya berlangsung dilakukan oleh 1 orang 1 orang.Sehingga semua kegiatan dalam nelayan belat. pengoperasian alat tangkap belat hanya Kelayakan Usaha dilakukan 1 orang nelayan. Analisis Biaya Pelaksanaan (Actualing) Biaya-biaya tersebut terdiri dari biaya Dalam pengoperasian belat tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap memiliki 3 tahap yaitu, pencarian daerah (variable cost) adalah biaya yang penangkapan (fishing ground), dikeluarkan secara periodik dan pemasangan alat di perairan, dan besarnya selalu kostan atau tetap,tidak mengambil hasil tangkapan. Ketiga terpengaruh oleh besarnya kecilnya tahap tersebut di kerjakan ioleh nelayan volume usaha atau proseses bisnis yang belat dengan baik sehingga berjalan terjadi pada perioda tersebut.sedangkan sesuai dengan rencana. biaya tidak tetap (variable cost) adalah Pengawasan (Controlling) biaya yang jumlahnya selalu berubah Dari hasil wawancara dengan dan diperngaruhi oleh besarnya nelayan belat, pengawasan atau produktifitas yang dihasilkan pada suatu contoling hanya dilakukan oleh nelayan usaha. Berikut dapat dilihat di tabel. Tabel 2. Biaya investasi belat No. Biaya investasi Harga (Rp) Jumlah Total 1. Perahu 3.000.000 1 3.000.000 2. Alat tangkap 10.000.000 1 10.000.000 3. Mesin - - - 4. Izin usaha - - - Total 13.000.000

Tabel 3. Biaya Penyusutan No. Biaya penyusutan Nilai Masa Biaya ekonomis penyusutan/tahun 1. Alat tangkap 10.000.000 15 667.000 2. Perahu 3.000.000 10 300.000 Jumlah 997.000

8

Tabel 4 Biaya Perawatan No. Biaya perawatan Periode Biaya Biaya/tahun waktu 1. Alat tangkap 12 200.000 2.400.000 2. Perahu 12 200.000 2.400.000 Jumlah 4.800.000 Sumber : Data Survei, 2015 penangkapan belat yaitu sebesar Biaya tetap (biaya penyusutan+biaya 5.797.000. perawatan) Pendapatan Kotor (Gross Income) = 997.000+4.800.000 =Rp 5.797.000 Dari musim ke musim, Dalam operasi penangkapan pengoperasian alat tangkap belat selalu belat di desa Anak setatah ini tidak ada membuahkan hasil tangkapan mesti biaya tidak tetapnya karena nelayan pendapatan berbeda untuk setiap disana tidak menggunakan bahan bakar musimnya.Untuk lebih jelasnya dan tidak ada perbekalan melautnya. penerimaan hasil tangkapan usaha Jadi total cost (TC) untuk operasi perikanan belat dapat lihat pada tabel 5 berikut ini. No. Musim Jenis hasil Jumlah Harga Jumlah tangkapan hasil ikan tangkapan (kg/ekor) 1. Musim barat Udang putih 25 60.000 1.500.000 Sembilang 30 35.000 1.050.000 Kakap 10 60.000 600.000 Gulamah 25 20.000 500.000 Belanak 20 35.000 800.000 Senangin 20 40.000 700.000 Layur 20 25.000 500.000 Total 5.650.000 2. Musim timur Udang putih 30 55.000 1.650.000 Sembilang 35 35.000 1.225.000 Kakap 15 60.000 900.000 Gulamah 25 20.000 500.000 Belanak 30 25.000 750.000 Senangin 30 35.000 1.050.000 Layur 25 25.000 625.000 Total 6.700.000 3. Musim selatan Udang putih 45 50.000 2.250.000 9

Sembilang 40 30.000 1.200.000 Kakap 18 60.000 1.080.000 Gulamah 40 15.000 600.000 Belanak 33 25.000 825.000 Senangin 35 35.000 1.225.000 Layur 25 25.000 625.000 Ikan kapas 25 15.000 375.000 Total 8.180.000 Total keseluruhan 20.530.000 Sumber : Data Survei, 2015 lebih kecil dari suku bunga bank maka sebaiknya modal di investasikan ke bank Pendapatan Bersih (Net Income) daripada ke usaha dengan pertimbangan GI œ TC suku bunga bank (10-13%) lebih besar = Rp 20.530.000 œ Rp 5.797.000 daripada hasil yang diperoleh dari nilai

FFR. = Rp 14.733.000 / tahun Payback Period of Capital (PPC) Dari perhitungan diatas, maka Investasi / Net Income dapat diketahui bahwa jumlah = 13.000.000 / 14.733.000 pendapatan bersih usaha belat dalam = 0,8 x 12 bulan = 9,6 bulan satu tahun yaitu sebesar Rp 13.703.000. Berdasarkan perhitungan diatas, Benefit Cost of Ratio (BCR) maka jangka waktu yang diperlukan GI / TC oleh nelayan untuk mengembalikan = Rp 20.530.000 / Rp 5.797.000 modal investasi yaitu 10,8 bulan. = 3,5 Apabila B/C > 1 maka usaha ini Pembahasan menguntungkan, B/C < 1 maka usaha ini Alat Tangkap Belat tidak menguntungkan dan B/C = 1. Menurut ketentuan (FAO 1995) Berdasarkan perhitungan diatas nilai yang mengharuskan mesh size 1 inci yang diperoleh yaitu 3,3 berarti B/C > 1 untuk dikatakan alat tangkap tersebut maka usaha ini layak untuk dilanjutkan. selktif. Sementara mesh size belat yang Finacial Rate of Return (FRR) dioperasikan di Anak Setatah adalah 0,8 NI / I x 100% inci ini menjadikan alat tangkap tidak = Rp 14.733.000 / 13.000.000 x 100 % seletif terhadap ukuran dan spesies yang = 11 % tertangkap. Berdasarkan perhitungan diatas, maka Populasi belat di desa Anak dapat diketahui jumlah Financial rate of Setatah dalam satu dasawarsa ini terus return adalah 11 % itu artinya FRR mengalami penurunan antara lain 10

disebabkanhasil tangkapan yang pelaksanaan, dan pengendalian) serta cenderung menurun baik secara unsure-unsur manajemen seperti man, kuantitas maupun kualitas hanya ada money, method, dan material. Empat satu nelayan belat yang memiliki satu unsur manajemen ini adalah unsur unit alat tangkap belat. Namun pokok yang menunjang manajemen, jika belakangan ini jumlah nelayan belat di ke empat unsure ini terkelola dengan desa Anak Setatah hanya tinggal 1 orang baikmaka pelaksana manajemen dapat nelayan saja yang mengoperasikan belat terlaksana dengan baik (Purnomo, karena kebanyakan nelayan beralih ke 2013). pukat pantai dan gill net. Teknologi Ramah Lingkungan Pengaruh Pasang Surut Dari aspek teknologi yang Nybakken (1988) menyatakan ramah lingkungan alat tangkap belat ini pasang surut adalah suatu proses naik tergolong alat tangkap yang pasif, alat turunnya permukaan air laut secara tangkap ini tidak menyebabkan berkala yang ditimbulkan oleh adanya kerusakan pada lingkungan gaya tarik matahari dan bulan terhadap perairan.Ditinjau 9 dari 14 kriteria yang massa air di bumi. ditetapkan oleh FAO (1995) tentang Dalam pengoperasian Alat teknologi penangkapan ikan yang ramah tangkap belat sangat mengahandalkan lingkungan. pasang surut, jenis pasang surut yang Kelayakan Usaha terdapat di desa Anak Setatah adalah Menurut Husnan (2003), jenis pasang surut harian ganda (semi diurnal tides) merupakan pasang surut yang dimaksud studi kelayakan yang terjadi dua kali pasang dan dua kali usaha adalah penelitian tentang dapat surut, sehingga dengan putaran waktu tidaknya suatu usaha (biasanya pasang dan surut dapat mengatur operasi merupakan usaha investasi) penangkapan belat. dilaksanakan dengan berhasil. Pekerjaan membelat atau Manajemen Operasi Penangkapan mengoperasikan belat merupakan Secara umum sistem manajemen perikanan belat termasuk pekerjaan utama bagi nelayan artinya sudah cukup bagus dan memenuhi membelat sebagai mata pencarian kriteria manajemen yang baik karena utama. Berdasarkan analisis memiliki fungsi yang jelas kelayakan usaha penangkapan belat (perencanaan, pengorganisasian, 11

di desa Anak Setatah dapat Benefit cost ratio (BCR) diperoleh 3,3 memberikan keuntungan dan layak artinya B/C >1 maka usaha ini untuk dikembangkan. Biaya menguntungkan,dan layak untuk inevestasi yang dikeluarkan nelayan dilanjutkan. Financial rate of raturn (FRR) diperoleh 11% artinya modal untuk alat tangkap dan perahu diinvestasikan ke bank supaya lebih sebesar Rp 13.000,000 dan biaya menguntungkan. Payback period of produksi yang dikeluarkan selama capital (PPC) diperoleh 10,8 artinya satu tahun sebesar Rp 5.797.000, jangka waktu yang diperlukan oleh sedangkan pendapatan bersihnya nelayan untuk mengembalikan modal selama satu tahunsebesar Rp investasi yaitu 10,8 bulan. 13.703.000.Pada saat nelayan tidak Saran mengoperasikan belat, nelayan Perlu diadakan penelitiaan tersebut memiliki pekerjaan berkelanjutan pada semua musim sampingan seperti bertani dan penangkapan sehingga data akan lebih berternak. baik. Sebaiknya ukuran mesh sizenya disesuaikan dengan ketentuan FAO agar KESIMPULAN DAN SARAN lebih selektif lagi. Kesimpulan Dari hasil penelitian dilapangan DAFTAR PUSTAKA dengan menggunakan kriteria FAO Awaluddin.1983. Penangkapan Ikan (1995) ternyata belat di desa Anak dengan Belat di Perairan Setatah tergolong teknologi Kecamatan Tebing Tinggi penangkapan yang sangat ramah Kabupaten . Kertas lingkungan dengan nilai yang diperoleh Karya, Fakultas Perikanan 29,7. Universitas Riau. (tidak Hasil analisis manajemen diterbitkan). Pekanbaru.45 operasional penangkapan, usaha hal. perikanan belat sudah tergolong cukup Brant. A. 1968. Classification of Fishing baik, dimana usaha ini telah memenuhi Gear. Pp 274-296. In H. fungsi-fungsi manajemen tersebut. Kristjohnson (ed) Modern Dari hasil analisis kelayakan Fishing Gear of The World. usaha perikanan belat diketahui dengan Fishing News (Books) Ltd, hasil penilaian sebagai berikut: London. 12

. 1984. Fish Catch Methods of the Gray, C, S Payaman, LK Sabur, PFL World, Fishing News Book Maspaitella dan RCG Varly. Ltd England 2005. Pengantar Evaluasi Boyd, C. E. 1979. Fishing Methods Proyek Edisi Kedua. Jakarta: Diktas Kuliah Ilmu Teknik PT. Gramedia Pustaka Penangkapan Ikan.Bagian Utama, 317 hal. Penangkapan. Fakultas Hela, I. and T. Laevastu. 1970. Fisheries Perikanan IPB. Bogor Oceanography Fishing News Brown,A, Bustari, Pareng Rengi dan (book) Ltd. London 238 p. Gerhard Friksan Hutabarat, Ibrahim, Yacob. 2009. Studi Kelayakan 2012. Study on Fishing Bisnis, Jakarta. 21 hal. Technology of Stow Net at Jaya I. 2000.Instrumentasi dan Survey Halang Island, Rokan Hilir Kelautan dan Perikanan Regency, Indoensia, pp 112- dalam APlikasi Teknologi 126. Prosiding Seminar Kelautan untuk Pengelolaan Antara Bangsa Ke 5 , Sumberdaya Pesisir dan ekologi, Habitat Manusia dan Laut.Pelatihan Marine Perubahan Lingkungan di Techno and Fisheries alam Melayu, Pekanbaru. 200.Sea Watch. Badan Daniel, Mohar. 2002. Pengantar Pengkajian Penerapan Ekonomi Pertanian, Cetakan Teknologi dan HIMITEKA Pertama, PT. Bumi Aksara, IPB, Jakarta 31 hal (Tidak Jakarta. diterbitkan) Elbrizon dan Tim Penyusun.2003.Ilmu Martasuganda S. 2002. Jaring Insang Perikanan dan Ilmu (Gillnet). Bogor: Jurusan Kelautan.Fakultas Perikanan Pemanfaatan Sumberdaya dan Ilmu Kelautan Perikanan, Fakultas Universitas Perikanan dan ILmu Riau.Pekanbaru.141 hal. Kelautan, IPB. 67 hal Fauzi. 1996. Kumpulan Istilah Munzir. 2009. Daerah Penangkapan Perikanan, Lembaga Ikan. Dikunjungi tanggal 12 Pelayanan Informasi dan Februari 2015.http://pondok- Kajian (LPIK). munzir.blogspot.com/2009/0 Pekanbaru.203 hal. 6daerah-penangkapan- ikan.html. 13

Nedelec, C. and J. Prado. 1990. Technoi dan Fisheries Definition and Clasification 2000.Sea Watch , of Fishing Gears Categories. Badan Pengkajian Penerapan FAO FISEHRIES Teknologi dan Hemeteka TECHNICAL PAPER 222 Institut Pertanian Bogor, Rev.1, FAO Fisheries Jakarta 23 hal. Industries Division, Rome. Rab. T. 1985. Prinsip Dasar Fiso 92p. Behavioristik Ikan. Yayasan Nikijuluw, V. H. 2002. Sasi Sebagai Abdurrab, Pekanbaru.1949 Suatu Pengolahan hal. Sumberdaya Berdasarkan Romimortarto, K dan S. Komunitas (Psbk) di Pulau Juwana.2005.Biologi Laut Saparua Maluku, Journal Ilmu Pengetahuan tentang Penelitian Perikanan Laut no. Biota Laut. Djambatan, 93 tahun 1994. Balai Jakarta. Penelitian Perikanan Laut, Said, R, M. Panjaitan dan Badan Litbang Pertanian, Syafriadiman.1993. Departemen Pertanian Oseanografi I. Baahan Jakarta Kuliah. Fakultas Perikanan Pudjosumarto, M. 2001. Evaluasi Universitas Riau. Pekanbaru, Proyek Liberty, Yogyakarta. 50 hal 200 hal Umar, Husein. 2000. Studi Kelayakan PurbayantoA, MRiyanto dan ADP Fitri. Bisnis, Manajemen, Metode 2010. Fisologi dan Tingkah Dan Kasus. PT. Gramedia Laku Ikan pada Perikanan Pustaka Utama. Jakarta Tangkap. Bogor: IPB Press. Wyrtki, K. 1961. Phyical Oceanography Purwanto, 2000.Kondisi Sumberdaya of the South East Asian Manusia Indonesia.Peluang Waters. Naga Report Vol. 2 dan Tantangan dalam Scripps, Institute Aplikasi Teknologi Kelautan Oceanography, California. untuk PengolahanSumberdaya Perikanan Pesisir Laut.Pelatihan Marine