BAHASAN UTAMA

KERAWANAN PANGAN DAN PERSOALAN YANG MELINGKUPI: KASUS KABUPATEN , NUSA TENGGARA BARAT 1

Yusup Napiri Maguantara 2

Abstract

The study we carried out started from the need for improving the people's food system in Dompu . The discourse has long been thrown by NGOs, go- vernment, peasant groups, and even starvation has long become news in Dom- pu. The passage is going to reveal that the relation between the physical nature condition and the social structure surrounding a community should be paid attention in order to comprehend the potency of food criticality, as the over- coming reference at once. The data and information used in this passage were taken from the research carried out by the studying team of Food Storage of from April—August 2005.

Pendahuluan pangan di Kabupaten Dompu—mulai dari rendahnya harga pada saat pa- Latar dan Tujuan nen hingga kesulitan mengolah tanah pada musim kemarau dan tidak mera- Sederet persoalan yang dihadapi pe- tanya penguasaan tanah pertanian. tani produsen pangan muncul dalam Kemunculan persoalan-persoalan ter- sebuah lokakarya mengenai sistem sebut, dan terdapatnya laporan kela-

1 Tulisan ini merupakan bagian dari Laporan Studi Pembentukan Lumbung Pangan Daerah Kabupaten Dompu yang akan beredar dalam lingkup yang terbatas. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh tim studi, terutama untuk Dede Mulyanto (staf peneliti AKATIGA), Wawuk Kristian Wijaya, dan Dedi Kurniawan (Staf peneliti KRKP) yang turut serta dalam proses studi lapang dan penulisan laporannya. Namun demikian, keseluruhan isi dari tulisan ini menjadi tanggung jawab penulis. 2 Staf peneliti AKATIGA.

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006 83 KERAWANAN PANGAN DAN PERSOALAN YANG MELINGKUPI

paran dan kekurangan gizi di Kabu- ngan berakar pada kemiskinan. Na- paten Dompu 3, jelas merupakan indi- mun, kemiskinan itu sendiri tumbuh kasi kerawanan pangan di kabupaten dari tanah yang dipenuhi unsur-unsur itu. Indikasi ini patut diwaspadai, wa- beraneka ragam yang terjalin secara laupun jika merujuk pada neraca pro- rumit. Persenyawaan unsur-unsur duksi-konsumsi beras tahun 2004 Ka- yang rumit tersebut sering membuat bupaten Dompu surplus sekitar pihak-pihak yang berkepentingan de- 23.500 ton.4 ngan masalah ini putus asa dan me- milih cara-cara serampangan dengan Jelas, kelaparan sebagian penduduk tujuan “asal ada program”. bukan karena Kabupaten Dompu ti- dak menghasilkan surplus hasil tani. Dalam tulisan ini, saya akan meng- Terlebih dengan program bantuan ungkapkan bahwa pertalian antara beras murah berjumlah ribuan ton kondisi fisik alam dan struktur sosial juga turun dari pemerintah pusat. yang melingkupi sebuah komuniti pa- Singkatnya, kerawanan pangan bu- tut diperhatikan dalam upaya mema- kan persoalan alamiah semata, me- hami potensi kerawanan pangan, se- lainkan telah terjadi kerusakan sistem kaligus sebagai acuan penanganan- jaminan pangan dan pengaturannya. nya. Sejumlah data dan informasi yang digunakan dalam tulisan ini di- Fenomena kerawanan pangan terse- ambil dari penelitian yang dilakukan but menggugah pihak-pihak tertentu tim kaji Lumbung Pangan Kabupaten untuk berupaya melenyapkannya, en- Dompu pada rentang April—Agustus tah terdorong oleh keibaan manu- 2005. Tim kaji lumbung ini meru- siawi, panggilan ideologis, ataupun pakan kolaborasi tiga lembaga, yaitu oleh kepentingan politik untuk mengi- Tim 15 Kabupaten Dompu 5, KRKP 6, kis rakyat lapar yang sering “meng- dan AKATIGA 7, dengan dukungan dari gangu penampilan” di forum antar- Pemda Kabupaten Dompu dan Veco- bangsa. Sulit kita mengelak dari ke- RI 8 . nyataan bahwa ketakterjaminan pa-

3 Lihat Harian Kompas 11 Juli 2005 halaman 38 dan hasil survai lapang gizi buruk dan indikasi rawan pangan Kabupaten Dompu yang dilakukan oleh FORSIP-PS dan PWI Dompu tahun 2005. 4 Laporan Dinas Pertanian Kabupaten Dompu 2005 5 Tim 15 terdiri dari unsur petani, organisasi Petani Dompu, LSM, pemerintah, DPRD dan Promis GTZ. 6 Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan, sebuah perkumpulan LSM dan individu yang menggagas kedaulatan rakyat atas pangan, di Bogor. 7 Sebuah LSM Pusat Kajian Masalah-masalah Sosial di Bandung. 8 Lembaga donor yang memperhatikan masalah petani dan pertanian di Denpasar.

84 JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006 BAHASAN UTAMA

Cara Pandang Kerawanan Pangan lainnya, terutama kebutuhan petani seperti pupuk dan bibit, mahal. Di Secara sederhana, terdapat dua pen- tingkat pedesaan, elite setempat dekatan dalam menjelaskan sebab- (tuan tanah, tengkulak, rentenir, dan musabab kerawanan pangan yang pamong desa) menumpuk kekayaan tentunya mempengaruhi pendekatan dan kekuasaan. Perubahan sosial- terhadap penyelesaiannya juga, yaitu ekonomi biasanya menguntungkan pendekatan sosial-politik dan pende- golongan-golongan elite ini. katan lingkungan fisik. Bagi pendekatan ini, teknologi dan Pendekatan sosial-politik meman- komersialisasi memainkan peran da- dang kerawanan pangan muncul da- lam pemiskinan. Komersialisasi me- lam kemiskinan yang berakar dalam nyebabkan produk-produk kota hubungan-hubungan sosial tak adil. membanjiri desa-desa dan mema- Kemiskinan merupakan akibat dari tikan usaha di desa. Teknologi padat- proses pemusatan kekayaan (domi- modal menghancurkan kehidupan bu- nasi atas barang) dan kekuasaan (do- ruh dan pekerja. Keduanya bersifat minasi atas orang) pada segelintir pi- memusatkan kekayaan dan kekua- hak. Pemusatan kekayaan dan kekua- saan di tangan orang kaya dan men- saan ini terjadi pada tiga tingkatan. jadikan mereka kian kaya dengan Pada tingkat internasional, negara- mendapat hasil pertanian lebih negara kaya menjadikan negara mis- banyak atau memperbesar dagang- kin tetap miskin lewat penjajahan annya. Ikatan antara orang kaya di atau ikatan merugikan, dan pada saat kota dan di desa diperkuat. Ikatan ini yang sama memperoleh keuntungan oleh Breman dan Wiradi (2004) dise- dari penanaman modal dan pengem- but patronase sipil. Kedudukan orang balian keuntungan. Di tingkat nasio- kaya diperkukuh lewat persekutuan nal, negara-negara miskin mendahu- dengan pemuka politik, pemerintah, lukan kepentingan golongan mene- dan elit desa. Hasilnya, orang miskin ngah perkotaan di atas kepentingan semakin sengsara, lemah, dan tersi- golongan miskin pedesaan melalui sih. Semua pengambilan keputusan pergeseran nilai tukar perdagangan yang berkenaan dengan lingkungan antara desa dan kota serta melalui tinggal berada di tangan orang-orang investasi di bidang industri dan jasa. yang percaya diri, yaitu orang kaya Pangan diatur agar murah untuk dan berpendidikan. Hal ini diperparah warga kota, tetapi barang-barang oleh keberpihakan sebagian pemuka

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006 85 KERAWANAN PANGAN DAN PERSOALAN YANG MELINGKUPI

agama, pegiat LSM, dan peneliti pada pangan. Semua faktor alam tersebut golongan elite, karena bagaimana- tentu tidak bisa begitu saja diabaikan. pun, mereka berasal dari golongan Bagaimanapun, kerawanan pangan elite juga (Chamber 1983). lebih sering muncul di daerah yang rentan bencana alam. Pandangan ini tentu saja mendapat tantangan dari mereka yang mende- Kedua pendekatan di atas tidak se- kati masalah dari segi tampakan fisik luruhnya keliru. Sebagian faktor kera- tempat masalah terjadi. Pendekatan wanan pangan memang mendekam di yang menantang ini boleh disebut arena sosial-politik. Struktur sosial dengan pendekatan lingkungan fisik. dan moda produksi yang mengha- Pendekatan ini melihat akar masalah lalkan eksploitasi segelintir orang atas kerawanan pangan pada tekanan ke- sebagian besar orang juga mengha- pendudukan dan tekanan terhadap silkan segolongan orang terpinggir sumberdaya alam dan lingkungan hi- yang susah payah mencapai keter- dup. Lebih banyak manusia, lebih jaminan pangan sepanjang tahun. besar kerusakan yang dilakukannya Sebagian faktor lain sangat mungkin terhadap lingkungan hidupnya dan, berada di lingkungan fisik alam. karenanya, dari generasi ke generasi mereka tetap (atau kian) miskin. Faktor-faktor fisik seperti kuman Konteks Alam dan Sosial Kerawa- penyakit, lingkungan yang kotor, bah- nan Pangan di Kabupaten Dompu kan pemukiman yang tidak memadai juga dianggap sebab sekaligus akibat Sejarah Ekologi dan Demografi dalam lingkaran kemiskinan yang di tengah-tengahnya kerawanan pa- Kabupaten Dompu merupakan salah ngan tinggal. satu kabupaten di Pulau . Pulau Sumbawa sendiri adalah pulau Selain itu, pendekatan ini juga me- seluas 13 ribu kilometer persegi yang lihat faktor cuaca dan iklim sebagai secara topografis merupakan daerah sumber masalah. Iklim kering mem- berbukit-bukit. Rangkaian perbukitan batasi tanaman pertanian tertentu memanjang dari barat ke timur de- untuk menghasilkan panenan yang ngan titik tertinggi pada puncak lebih banyak. Kekeringan, banjir, atau Gunung Tambora (2.821 m dpl). wabah hama juga berperan dalam masalah kemiskinan dan kerawanan

86 JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006 BAHASAN UTAMA

Sejarah ekologi Pulau Sumbawa, me- kelompok bangsa Melayu-Polinesia nurut tipologi Geertz (1983), terma- Tengah (Parimartha 2002:35). suk ke dalam ekologi “ Luar”, yang didominasi lahan kering Letusan gunung Tambora pada tahun dan perladangan. Tidak seperti eko- 1815 adalah peristiwa penting dalam logi sawah yang berlaku di Jawa, eko- sejarah Pulau Sumbawa, pada umum- logi ladang memang sulit untuk me- nya. Letusan tersebut menelan kor- nampung penduduk padat karena ban 11.000 orang tewas dan 37.825 surplus hasil pertaniannya yang tidak orang meninggal dunia karena kela- bisa menghidupi banyak orang. Bukit- paran yang mengikuti bencana ter- bukit berbatu dan tanah-tanah kering sebut. Selain itu tercatat 36.275 o- yang tidak bisa ditumbuhi tanaman rang meninggalkan pulau mengungsi pangan merupakan lanskap umum ke pulau lain. Kerajaan Dompu lenyap sepanjang pulau. Kian ke timur iklim dan menyisakan sekitar 2.000—3.000 semakin kering. Sebagai contoh, 64 orang penduduk yang kehilangan persen tanah di Kabupaten Dompu, kerajaan (Chamber-Loir 1985, Pari- secara umum, merupakan hutan tro- martha 2002:115—119). Jadi, sebe- pis kering yang menyelimuti rang- lum ledakan Tambora, Dompu dihuni kaian perbukitannya. 23 persen lahan oleh sekitar 10.000—11.000 orang merupakan ladang kering, dan hanya dan setelah ledakan tinggal 2000— 11 persen yang tercatat merupakan 3000 jiwa saja. Suatu penurunan sawah. Satu bagian dari Kabupaten demografik yang pasti mengubah Dompu, yaitu Kecamatan Kilo bahkan banyak sekali segi kehidupan mereka. hanya 442 hektar saja yang meru- Saat sekarang, kepadatan penduduk pakan sawah sedangkan lahan ke- Dompu bisa dikatakan tidak padat, ringnya 23 ribu hektar. hanya 144 hingga 200 jiwa/km persegi dibandingkan dengan Jawa Penghuni prasejarah pulau Sumbawa yang mencapai 2.000 jiwa/km secara umum bisa digolongkan men- persegi. jadi dua. Berdasarkan analisis bahasa yang digunakan, penduduk Pulau Masyarakat pedesaan Dompu meru- Sumbawa bagian barat (Sumbawa) pakan kelanjutan masyarakat pela- tergolong ke dalam Melayu-Polinesia dang berpindah yang pernah menge- Barat; dan penduduk bagian timur nyam keberadaan kerajaan sebagai (Dompu, ) tergolong ke dalam pemegang kendali politik di tingkat

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006 87 KERAWANAN PANGAN DAN PERSOALAN YANG MELINGKUPI

supra-kampung. Dengan hancurnya luang meningkatnya orang yang men- Kerajaan Dompu, maka tidak ada lagi jadi pengemudi ojek cukup tinggi. otoritas suprakampung yang berpe- ran dalam menegakkan norma aturan Berkenaan dengan air, ada beberapa bersama dalam cakupan luas. Selain sumber air untuk memenuhi kebu- itu, banyaknya lahan kosong karena tuhan penduduk pedesaan Dompu, ditinggal pemilik, baik mati karena yaitu air sungai, mata air, dan sumber bencana Tambora maupun mengungsi air dalam. Tidak semua daerah dialiri ke luar pulau, memungkinkan sistem sungai. Selain itu, pendeknya alur su- peladangan berpindah kembali dija- ngai juga menyebabkan air tidak sela- lankan. Orang Dompu kembali ke ma- lu ada sepanjang tahun. Untuk keper- syarakat peladang berpindah. Mung- luan rumah tangga, penduduk desa kin sampai kekuasaan kolonial kem- banyak memanfaatkan sumber mata bali menguasai di awal abad ke-20. air yang merupakan berkah dari rang- kaian perbukitan yang relatif masih memungkinkan air tersimpan. Air dari Sarana dan Prasarana Desa mata air disalurkan melalui pipa-pipa Jalan lintas pulau yang berkelok-kelok langsung ke beberapa tempat. Satu di sepanjang pesisir utara meng- tempat penyaluran dimanfaatkan hubungkan kota pelabuhan Bima dan oleh beberapa rumah tangga; bia- Sumbawa Besar. Setiap hari bus-bus sanya lima hingga enam rumah. Pada angkutan umum mengangkut pen- bulan-bulan paling kering (Juli-Agus- duduk pulau kering ini dari satu kota tus-September), air sungai yang ting- ke kota lainnya. Jalan lintas yang gal sedikit pun menjadi sumber air menghubungkan kota kabupaten untuk keperluan mandi, cuci, dan ka- dengan wilayah-wilayah pedesaannya kus. merupakan sarana sejak dekade 1990-an dan dimanfaatkan pemilik Listrik sudah mencapai pedesaan modal sebagai transportasi darat. Dompu sejak dekade 1980-an bersa- Bus-bus kecil dan truk hilir-mudik maan dengan dibangunnya jalan- mengantar orang dan barang dari de- jalan lintas yang menghubungkan sa ke kota dan sebaliknya. Dua atau kota kabupaten dengan wilayah- tiga tahun lalu jasa angkutan sepeda wilayah pedesaannya. Namun demi- motor, ojek, mulai mengisi kekurang- kian, tidak semua penduduk bisa an angkutan bis untuk rute-rute jarak mengakses listrik. Sebagai contoh, di dekat. Lima tahun mendatang pe- Kecamatan Hu'u saja, hanya 30 per-

88 JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006 BAHASAN UTAMA

sen rumah tangga yang teraliri lis- pemukiman, semua ladang dan sa- trik. Di beberapa kecamatan, seperti wah mempunyai gubuk yang di sana di Kilo, sebagian penduduknya me- pemilik lahan atau orang suruhannya manfaatkan listrik tenaga matahari. tinggal untuk beberapa waktu. Namun, secara umum penduduk pe- desaan Dompu masih menggunakan Kebiasaan memiliki dua kediaman lampu minyak sebagai penerang di seperti ini khas peladang berpindah hari gelap. yang masih dekat dengan hutan. Ikat- an pada “rumah” sangat kecil. Pendi- Bagi penduduk dari golongan berada, dikan tata kepatutan pun lepas dari keberadaan listrik tidak hanya seba- pengawasan orangtua. Bahkan, dapat gai penerang, tetapi juga sarana un- saja terjadi bahwa kasus-kasus gizi tuk menunjukkan kemampuan kon- buruk muncul sebagai akibat penga- sumsi barang-barang elektronik se- wasan konsumsi untuk anak-anak perti televisi, radio-tape, atau kulkas. terlantarkan. Waktu yang cukup lama Simbol-simbol kemakmuran, teru- bagi rumah tangga petani kecil untuk tama sejak revolusi hijau mengun- menunggui ladangnya memung- tungkan petani pemilik lahan luas, se- kinkan anak-anak tumbuh tanpa ke- makin bisa diterjemahkan ke dalam sadaran akan otoritas kuat dalam nor- kepemilikan barang-barang tersebut. ma-norma yang dianut bersama oleh masyarakat. Hal inilah, bersama-sa- ma dengan tingkat migrasi masuk Pola Pemukiman dan Perumahan dari Bima dan daerah lain di Nusa Pemukiman utama penduduk pede- Tenggara, yang memungkinkan mun- saan Dompu berciri mengelompok pa- culnya masyarakat longgar yang dat di suatu wilayah pusat desa de- mendefinisikan semua hubungan so- ngan kantor kepala desa sebagai titik sial dalam kerangka hubungan indivi- pusatnya. Selebihnya rumah-rumah dual dengan norma-norma penata berjajar tidak teratur mengikuti jalan hubungan sosial yang terbatas dan utama dan jalan sekunder. Hampir di sangat lentur. semua komuniti, kecuali yang berada di dekat kota kabupaten, rumah di desa hanya salah satu unit kediaman Matapencaharian penduduk. Satu unit lainnya adalah Sebagian penduduk pedesaan meng- gubuk ladang. Karena ladang dan andalkan pertanian sebagai sumber sawah biasanya agak terpisah dari pencaharian utama, entah sebagai

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006 89 KERAWANAN PANGAN DAN PERSOALAN YANG MELINGKUPI pemilik tanah, penggarap penyewa, pu tidak mempunyai kandang. Tidak atau buruh tani. Selain itu, beberapa ada kandang yang tampak di sekitar variasi sumber nafkah ditemukan permukiman penduduk. Tidak juga sebagai bentuk adaptasi terhadap ada penggembala. Tradisi “meliarkan” kondisi ekologi wilayah, infrastruktur, ternak tampaknya merupakan stra- pengetahuan budidaya, kekuatan tegi adaptasi atas kondisi iklim yang sosial dan kekuatan pasar. Untuk kering. Sedikit sekali ada ladang rum- yang berbasis sawah, budidaya padi put di seluruh Dompu. dilakukan minimal 2 kali dalam setahun dan terkadang diselingi Di beberapa desa, tampaknya kedelai, kacang hijau, dan kacang ta- kemiskinan merupakan potret kese- nah. Sementara itu, untuk sawah ta- harian. Kemiskinan di pedesaan Dom- dah hujan hanya dapat satu kali dita- pu menjangkiti banyak keluarga. Ke- nami padi dan/atau palawija. Komu- gagalan panen pada musim tanam niti yang dekat dengan hutan masih yang telah lalu mengakibatkan memanfatkan tanah hutan untuk la- persediaan pangan menipis. Untuk dang berpindah, diselingi tanaman u- menyambung kehidupan, sebagian mur panjang dan perkebunan seperti penduduk yang hanya mengandal- jambu mete. Mata pencaharian lain- kan pertanian lebih sering berutang nya adalah memanfaatkan hasil kayu kepada para tengkulak atau rentenir. hutan dan meramu madu. Pola yang Meskipun tidak semua penduduk ber- serupa dilakukan pada tanah perbu- tindak demikian, pola peminjaan kitan kering. uang kepada rentenir sudah menja- mur di pedesaan Dompu. Sebagian komuniti di pantai selatan memanfaatkan hasil laut. Sebagian besar nelayan di pantai selatan Dom- Kelompok Tani pu berasal dari Bima yang bermigrasi Pengamatan atas beberapa kelompok pada awal abad ke-20. Ada pula tani menunjukkan bahwa hampir se- kampung nelayan di Kecamatan Hu'u mua anggota kelompok tani adalah yang penduduknya berasal dari Jawa. petani pemilik tanah. Satu kelompok Hasil laut lainnya adalah rumput laut. tani dipersatukan oleh so atau blok Sebagian penduduk memiliki sapi, hamparan tanah garapan yang saling kuda, atau kambing sebagai hewan berdekatan. So merupakan organi- ternak. Tidak seperti pada masya- sasi sosial berdasarkan kepemilikan rakat pedesaan Jawa, ternak di Dom- lahan. Dasar kepemilikan lahan di so

90 JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006 BAHASAN UTAMA inilah yang tidak memungkinkan bu- dipertontonkan kepada pengunjung, ruh tani tunakisma menjadi anggota baik dari kantor pemerintah, lembaga kelompok. Program yang digulirkan penelitian, maupun LSM yang sedang melalui kelompok tani merupakan pe- mengadakan evaluasi program. Kare- layanan kebutuhan-kebutuhan para na tiga pihak ini jarang sekali menye- pemilik lahan: penyediaan pupuk, lidik lebih dari yang terpajang, per- bibit, pestisida, penyewaan traktor, soalan mendasar yang menghinggapi dan pinjaman. Mekanisme ini meru- penduduk desa, terutama golongan pakan warisan program revolusi hijau miskin, terbenam dalam kabut buram di masa Orde Baru. Penyuluh perta- pertunjukan-pertunjukan ini. nian berkepentingan untuk menge- lompokkan petani pemilik lahan ke Pengendalian sosial kelompok tani dalam satuan so, untuk memudahkan yang lemah dilihat dari beberapa segi. pengorganisasian masalah irigasi dan Secara formal, dalam kasus-kasus waktu tanam. Hingga saat ini, kelom- proyek pinjaman, pengendalian pok-kelompok tani diorganisasikan pengembalian dana tidak baik. Petu- berdasarkan so-nya. gas tidak secara aktif dan tidak secara terus-menerus menjalankan tugas- Kelompok-kelompok tani kadangkala nya. Selain itu, dan ini yang penting, digunakan sebagai sarana hubungan adalah pengendalian sosial informal antara elite desa dengan kekuasaan oleh anggota kelompok tani sendiri. di luar desa dan meningkatkan basis Ketua kelompok tidak mampu mene- kekuasaan di daerah masing-masing. gur dan menekan anggotanya untuk Selain itu, kelompok-kelompok “par- mengembalikan pinjaman. Penge- tisipatif” ini juga menjadi sarana bagi lompokan petani berdasarkan so juga elite desa untuk pengembangan dan menyulitkan mekanisme pengen- dominasi ekonomi. Perolehan dari dalian sosial secara informal antar- kedudukan sebagai ketua kelompok anggota. Hal ini terjadi karena kede- dapat berupa gagasan, pelatihan, katan di suatu so belum tentu juga informasi, dan akses politik yang bisa diiringi dengan kedekatan kediaman. lebih meningkatkan kemakmuran Untuk penanganan teknis pertanian, rumah tangga dan kedudukan politik mungkin pengorganisasian berdasar- mereka di desa. Daftar-daftar menge- kan so bisa berguna. sankan dari jumlah anggota kelom- pok dan penghargaan atas beberapa keberhasilan disimpan untuk sesekali

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006 91 KERAWANAN PANGAN DAN PERSOALAN YANG MELINGKUPI

Dinamika Sosial-Ekonomi Pangan panen dan memenuhi kebutuh- an pangan. di Pedesaan Dompu Mitos kelimpahan itu masih diyakini Desa Di Antara Kelimpahan dan oleh sebagian orang Desa Daha saat Kekurangan ini. Konon jika kita mengunjungi tem- Menurut keterangan informan, pada pat yang dulunya Ncuhi Daha dan awalnya masyarakat Dompu-Bima keturunannya pertama kali membuka merupakan kesatuan yang dipimpin wilayah yang sekarang menjadi Desa 9 oleh 5 Ncuhi . Selain sebagai pelin- Daha, dan kita sedang beruntung, dung, dengan kekuatannya seorang maka kita bisa menemukan hasil Ncuhi mampu menciptakan kema- bumi yang di luar kebiasaan. Jika kita kmuran sehingga dipercaya dan di- menemukan pohon pisang, maka hormati rakyatnya. Sepenggal kisah buah pisangnya itu biasanya besar- tentang suatu masa kelimpahan di besar dan enak-enak. masa lalu melekat dan berkembang di masyarakat sebagai cerita rakyat ten- Mitos serupa juga muncul bersama tang Ncuhi Daha. Kesaktian Ncuhi revolusi hijau. Tujuan agung Orde memungkinkan semua kelimpahan Baru untuk menghantar bangsa me- padi tidak hanya memenuhi kebutuh- nuju kemakmuran dan keadilan telah an pangan masyarakatnya, tetapi ju- mengubah lahan-lahan menjadi “pa- ga dianggap berlebih. Berikut petikan brik” yang menghasilkan berton-ton wawancara dengan salah satu infor- hasil tani lewat revolusi cara dan tek- man: nik produksi. Pada tahun 2004, seba- gai contoh, Kabupaten Dompu men- Hanya dengan delapan petak yang keseluruhannya tidak catat surplus padi sebesar 23.500 mencapai satu hektar, penduduk ton. Para pejuang revolusi, yaitu insi- mengalami masa kemakmuran yang panjang. Hal ini terjadi ka- nyur-insinyur terlatih dari berbagai rena kesaktian Ncuhi. Penduduk perguruan tinggi, bekerja memban- hanya sekali saja menanam padi ting tulang membangkitkan petani dan panen terus menerus dituai. Karena kebosanan sebagian dari kekurangan pangan di masa se- penduduk karena kerjanya ha- belumnya. Perjuangan mereka masih nya panen dan panen saja setiap waktu, huma-huma itu dibakar. berlanjut hingga kini, termasuk oleh Setelah itu, penduduk harus se- pegiat LSM yang menyalurkan pin- lalu menanam untuk satu kali jaman ringan dan bimbingan teknis

9 Ncuhi adalah sebutan atau gelar pemimpin, chief, atau datu, yang memimpin sekelompok orang di suatu pemukiman masa pramodern di daerah kebudayaan Dompu-Bima.

92 JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006 BAHASAN UTAMA

menuju kemajuan yang memak- mungkin. “Anak” yang miskin diberi murkan. Namun, berbeda dengan bantuan beras murah di kala paceklik. masa kelimpahan di zaman Ncuhi Masyarakat, sadar atau tidak, telah Daha, kelimpahan masa revolusi hi- “membakar” ladang-ladang mereka jau hingga saat ini tidak diiringi kelim- seperti yang dulu dilakukan pengikut pahan sarana produksi bagi semua Ncuhi Daha. Ikatan patronase setem- orang. Lahan-lahan tidak terbagi se- pat yang memungkinkan orang mis- cara merata. Orang-orang kaya pe- kin terjamin secara sosial-ekonomi milik lahan luas tidak hanya menik- terhadap akses ke sumber-sumber mati kelimpahan lahan, tetapi juga pendapatan mulai ditinggalkan. Pa- kelimpahan bantuan pinjaman, tek- tronase tidak lagi terjalin antara nik-teknik baru eksploitasi lahan, orang kaya di desa dengan orang teknologi pertanian, informasi ino- miskin tetangga mereka, tetapi anta- vasi, dan jaringan pasar penghasil ra orang kaya desa dengan pejabat, uang tunai. Persahabatan erat petani pedagang hasil tani, dan politikus dari kaya dan elit-elit desa lainnya dengan kota. Orang kaya tidak lagi merasa orang kaya dan orang berkuasa yang perlu membantu tetangganya yang datang dari kota Dompu membuat se- miskin, toh kini orang miskin bisa mua kelimpahan ini berfungsi dengan mencari kerja nonpertanian ke kota- baik. Tidak demikian halnya bagi kota. Kalau pun tidak mendapatkan kaum miskin. Beberapa bantuan yang kerja, pemerintah akan menanga- mereka terima lebih dimanfaatkan ninya. sebagai “tambal-sulam” pemenuhan kebutuhan hidup. Kelangkaan daya Kepekaan akan krisis hilang dalam dukung sosial memperlemah kemam- kesadaran bersama. Semua dinding puan membangkitkan nilai tambah penutup telah dibuka. Tidak perlu dan menikmati kelimpahan yang ter- sehari-semalam berkuda untuk jadi. mengabarkan sesuatu ke ibukota ka- bupaten. Jalan aspal dan kendaraan Semua pihak yang berkepentingan bermotor sebagai buah pembangun- dengan kemakmuran desa di Kabupa- an menjalankan tugasnya dengan ten Dompu tampak seperti “Bapak” baik. Pemerintah menempatkan pe- yang memperhatikan semua “anak- juang-pejuang pembangunan hingga anaknya”. “Anak-anak” yang kaya di- ke pelosok. Informasi apapun tentang bantu mengolah lahan seproduktif kekurangan dan bencana akan de- ngan segera menurunkan bantuan-

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006 93 KERAWANAN PANGAN DAN PERSOALAN YANG MELINGKUPI

bantuan. Bapak selalu memerhatikan nen atau gagal tanam terjadi, pilihan anak-anaknya. satu-satunya petani miskin adalah dengan berutang kepada rentenir un- tuk memenuhi kebutuhan hidup hing-

Keterbukaan Ekonomi Desa dan ga tanah bisa ditanami kembali. Ke- Keragaman Sumber Nafkah butuhan tinggi akan uang tunai ka- Desa-desa di Dompu mengalami rena berubahnya pola konsumsi juga perubahan, terutama sejak awal abad meningkatkan ketergantungan petani ke-20. Perubahan pertama yang miskin akan asupan uang tunai se- teridentifikasi adalah kehidupan panjang tahun. Keterdesakan kebu- ekonomi desa di Dompu yang se- tuhan uang tunai, misalnya ketika makin terbuka dengan melemahnya anggota keluarga sakit atau anak peran tanah sebagai sumber nafkah yang beranjak ke usia sekolah, mem- penduduk. Sumber-sumber nafkah permudah sistem ijon dijalankan. Bila bukan-pertanian seperti perdagang- petani miskin tidak bisa melunasi an, buruh industri, dan jasa berkem- utangnya, tanahnya dapat diambil se- bang semakin kuat. Karena desa tidak bagai pembayaran. Pemusatan kepe- bisa memberikan semua sumber milikan tanah pada segelintir orang tersebut, tingkat migrasi penduduk kaya tampak dari banyaknya anggota desa tinggi. Kedudukan tanah dalam rumah tangga buruh tani tanpa tanah kehidupan sosial ekonomi sebenar- terdesak untuk mencari nafkah ke nya agak berbeda dari satu desa luar desa, terutama ke kota-kota dengan desa kasus lainnya. Di besar seperti Surabaya, Denpasar, Dompu, kepemilikan tanah masih atau Makasar. Pilihan atas ketiga kota berperan penting sebagai sumber yang paling dituju tersebut menun- nafkah, sumber pengumpulan keka- jukkan bahwa orientasi migrasi keluar yaan, dan gengsi sosial. Namun, ter- penduduk adalah ekonomi. Kota-kota jadi proses pemusatan kepemilikan tersebut jelas tidak sekadar simbol tanah di tangan segelintir orang yang pertumbuhan ekonomi, tetapi juga termasuk golongan kaya yang relatif tempat nyata yang menyediakan be- tinggi. Pemusatan ini dapat terjadi ragam sumber nafkah, bahkan untuk karena berkembangnya sistem ijon orang desa berpendidikan rendah. dan rentenir yang membayangi pe- tani miskin. Karena tidak sepanjang Dari Desa Daha misalnya, ditemukan waktu tanah-tanah pertanian mem- bahwa petani miskin meninggalkan buahkan hasil, maka ketika gagal pa- desa untuk menjadi buruh bangunan,

94 JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006 BAHASAN UTAMA

tukang becak, tukang kayu, atau camatan. Orientasi investasi pendi- pedagang ke Makasar, Surabaya, dan dikan adalah kota dan Maka- kota sekitarnya. Tekanan kependu- sar. Sedikit yang menjangkau Jawa dukan dan desakan pemenuhan ke- selain Yogyakarta, dan itu pun dari butuhan ekonomi rumah tangga telah kalangan penduduk kaya yang mengi- mengantar sebagian penduduk ber- rim anaknya untuk sekolah. anjak dari desa ke kota untuk mencari nafkah. Basis kepemilikan tanah tidak Keterbukaan ekonomi desa dan kian berarti lagi untuk sebagian besar beragamnya sumber nafkah memang penduduk. Internasionalisasi buruh, telah mengikis kemiskinan absolut di meminjam istilah Breman dan Wiradi pedesaan Dompu. Sumber-sumber (2004), pun terjadi yang tampak dari nafkah tidak lagi terkunci dalam tanah meningkatnya jumlah penduduk yang pertanian. Golongan miskin tidak lagi menjadi TKI ke Timur Tengah atau terpenjara dalam struktur timpang Malaysia. kepemilikan tanah yang secara tradi- sional menjadi ukuran derajat kemis- Selain migrasi, perdagangan kecil kinan. Saluran-saluran bukan-tanah menjadi salah satu sumber nafkah memungkinkan penduduk tanpa ta- yang kian banyak dipilih penduduk nah mengusahakan pendapatan dan desa yang tersingkir dari pertanian. mengisi cadangan keuangan rumah- Kecenderungan ini lebih tampak pada tangga, dan bagi yang berhasil, bisa kalangan kaya dan menengah yang “naik kelas” melalui kerja upahan atau masih mempunyai cadangan ekonomi perdagangan di kota. Kemajuan-ke- rumah tangga. Dari kalangan keluar- majuan ekonomi desa yang kian ga kaya, orientasi sumber pengum- terbuka dirasakan baik oleh golongan pulan kekayaan sudah mulai beralih kaya maupun golongan miskin meski- dari tanah ke modal. Penanaman pun dengan derajat keuntungan yang modal dalam kegiatan wirausaha berbeda. Golongan kaya memperoleh bengkel dan toko onderdil, jasa per- lebih banyak dari perkembangan ini antara, usaha penangkaran rumput sehingga menjadi golongan yang laut dan distribusinya, serta investasi mampu memperluas modal ekonomi alat transportasi merupakan pilihan rumah tangganya ke modal-modal yang umum. Investasi ke sektor pen- lainnya seperti sekolah, jaringan didikan untuk keturunan juga meng- politik, dan organisasi. Namun, se- uat di kalangan keluarga kaya di ke- perti terbukanya “kotak pandora”, se- gala keuntungan dari keterbukaan

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006 95 KERAWANAN PANGAN DAN PERSOALAN YANG MELINGKUPI

ekonomi desa juga membawa serta upah kerja, barang elektronik, motor, kesenjangan yang semakin tajam dan beras. antara lapisan kaya dan lapisan mis- kin. Akumulasi kekayaan merupakan ciri dari lapisan kaya desa, sedangkan Keterbukaan Politik dan Penge- lapisan miskin masih bergulat untuk lompokan Masyarakat bertahan hidup. Pendidikan yang di- Revolusi yang diembuskan rezim Orde harapkan menjadi sarana pening- Baru telah berhasil merambah desa- katan modal kultural lapisan miskin desa dan menutup saluran-saluran ternyata kian hari kian sulit dimasuki politiknya. Semuanya itu telah meng- orang miskin desa. Sementara itu, ubah masyarakat desa secara radikal. pemassalan pendidikan yang menjadi Reformasi belum mengubah apa-apa praktik kebijakan pemerintah Orde selain banyaknya partai dan mudah- Baru telah mendevaluasi nilai ijazah. nya akses lembaga donor interna- Menyempitnya sumber nafkah perta- sional masuk desa. Reformasi politik nian dan kebutuhan akan ijazah un- nasional belum bisa mencabut akar tuk memasuki sektor formal semakin derita kaum miskin desa. Struktur so- meminggirkan rumah tangga miskin sial pedesaan yang tidak lagi berpihak yang terpaksa memangkas alokasi pada orang miskin masih akan tetap konsumsi pendidikannya. Selain seperti ini di masa depan. menjadikan kemiskinan menjadi ti- dak absolut lagi, keterbukaan eko- Pengelompokan masyarakat ke dalam nomi desa juga membuat kesen- satuan administratif desa ternyata jangan antarlapisan ekonomi mele- tidak efektif. Karena latar sejarahnya, bar. desa-desa di Dompu dihuni oleh pen- duduk dari beragam latar belakang. Jalan dan listrik meningkatkan mobi- Orang-orang dari kabupaten lain di litas orang desa ke kota dan orang Nusa Tenggara Barat masuk. Di bebe- kota ke desa. Barang-barang kon- rapa desa, sebagian warganya adalah sumsi baru—seperti televisi dan sepe- penduduk transmigran dari Bali dan da motor—menjadi kebutuhan sosial Jawa. Penduduk migran ini tidak me- yang mau tidak mau harus dipenuhi. nyatu sepenuhnya dengan penduduk Lumbung lenyap dalam ekonomi de- asal Dompu. Penduduk pendatang sa. Padi ladang juga menjadi barang beradaptasi dengan budaya setempat dagangan. Kebutuhan uang tunai me- hanya lewat bahasa. Permukiman ningkat untuk konsumsi pupuk, bibit, mereka tetap terpisah. Oleh karena

96 JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006 BAHASAN UTAMA

itu, ketegasan perbedaan identitas hubungan antarlembaga (bridging), bisa dipertahankan. Dapat dikatakan lemah sekali kalau bukan tidak ada. bahwa pengelompokan dalam ma- Keadaan ini menimbulkan kesan syarakat beragam latar belakang dan bahwa lembaga-lembaga sosial hidup energi pemersatunya. Ikatan primor- berdampingan, tetapi tidak berhu- dial berupa asal-usul suku bangsa bungan. Persis gambaran tentang bukan soal sepele dan dapat menjadi suatu masyarakat majemuk yang go- sumber potensial konflik kepen- longan-golongan konstituennya da- tingan. pat memenuhi kebutuhan hidup ma- sing-masing. Seperti model masyara- Perubahan sosial di pedesaan Dompu, kat majemuk pula, fungsi desa bagi paling tidak dari enam desa kasus, lembaga-lembaga itu sekadar seba- antara lain dapat dilihat dari perkem- gai salah satu sumber legitimasi ke- bangan lembaga-lembaga sosial se- beradaan mereka. tempat yang digerakkan oleh LSM. Jika dianalisis dengan terminologi Kemajuan ekonomi pada tingkat desa modal sosial, tiap-tiap lembaga yang menunjukkan kemakmuran. Banyak bertumbuh kembang itu menun- orang dapat bersekolah bahkan jukkan upaya pemeliharaan ikatan hingga ke Jawa dan Sulawesi. Banyak antaranggota di dalam kelompoknya orang mempunyai kendaraan bermo- sendiri (bonding) dengan kurang tor. Jalan-jalan desa sudah masuk baik. Terlihat bahwa sumber-sumber hingga pelosok. Pembangunan me- dukungan bagi kegiatan mereka ter- nuntut lebih banyak kemakmuran, lalu banyak datang dari luar, baik tetapi menuntut lebih sedikit hubung- berupa pendatang simpatisan mau- an-hubungan sosial (Antlöv 2002: pun dari lembaga lain yang menyum- 135). Hal ini terjadi di desa-desa pe- bangkan gagasan maupun jasa dan nelitian. Namun, kemakmuran yang barang bagi mereka. Barangkali hu- meningkat lebih banyak dinikmati la- bungan yang baik dengan pihak luar pisan kaya desa, dan lebih sedikitnya (linking) ini menyebabkan lembaga- hubungan sosial lebih menimpa lapis- lembaga itu dapat hidup dan bergerak an miskin. Lembaga-lembaga sosial secara relatif mandiri di dalam desa, yang berkembang di pedesaan, entah tidak terlalu tergantung kepada lem- berlatar kesamaan keagamaan atau- baga lain yang ada di desa. Oleh kare- pun politik, bersifat tertutup. Kelom- na itu, di antara mereka sendiri, hu- pok-kelompok ini menyediakan ikatan bungan yang bersifat menjembatani persaudaraan semu. Hanya mereka

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006 97 KERAWANAN PANGAN DAN PERSOALAN YANG MELINGKUPI

yang lahir dari keluarga yang sejak lokalitas secara terbatas hanya lama berada dalam kelompok dapat berlaku pada tingkat lingkungan ke- menjadi saudara. Bagi anggota ke- diaman yang hanya meliputi lima lompok, lembaga-lembaga ini mem- hingga sepuluh rumah. Pengelom- berikan saluran-saluran yang me- pokan masyarakat yang bermakna ningkatkan modal sosialnya dan bagi penduduk terbentuk dengan mengantarnya ke luar dari desa. Mo- energi yang berasal dari identitas dan dal ini kemudian bisa dikembangkan jaringan supradesa. Ikatan-ikatan menjadi sarana peningkatan eko- berdasarkan lapisan sosial ekonomi nomi. Akan tetapi, sekali lagi, lem- tidak terbentuk. baga-lembaga ini tidak seterbuka ekonomi desa. Tidak semua orang Lembaga Pemerintahan Desa cende- desa bisa mengikatkan diri ke dalam rung tidak lagi berperan penting da- kelompok-kelompok ini. Kuatnya ke- lam kehidupan masyarakat selain cenderungan ikatan-dalam-kelompok untuk urusan administratif dan pena- masyarakat, terutama yang bero- rikan pajak bumi dan bangunan. Pe- rientasi aliran keagamaan, menun- merintah desa tidak lagi mampu jukkan pula kuatnya eksklusi dan menjadi penggalang solidaritas lokal inklusi. Korban dari keadaan ini ten- penduduk. Akhirnya, desa sebagai tunya adalah mereka yang berada di satuan sosial-ekonomi tidak lagi pinggiran aktivitas masyarakat, baik mampu menampung kebutuhan pen- dalam ekonomi, politik, maupun duduk memperoleh nafkah. Migrasi kultural. Pembukaan ekonomi desa keluar yang tinggi karena alasan eko- tidak hanya memunculkan sumber- nomi menunjukkan kenyataan ini. sumber nafkah baru, tetapi juga me- nata ulang kelompok-kelompok ma- Orde Baru telah menghancurkan ikat- syarakat. an patronase lokal antara orang kaya dan tetangganya yang miskin. Kebi- Sejak dekade 1990-an, solidaritas an- jakan-kebijakan pedesaan Orde Baru tarpenduduk desa yang diikat oleh adalah membangun struktur patrona- identitas yang berakar pada lokalitas, se antara negara dan elite-elite desa memudar dan digantikan oleh iden- yang kaya (bdk. Caderroth 2001: titas yang mengatasi batas-batas 219). Hal serupa ditemukan juga oleh geografis administratif. Tak ada go- Breman dan Wiradi (2004). Keduanya tong royong penduduk desa karena menemukan banyak gejala yang desa itu sendiri. Hubungan bantu- memperlihatkan tiadanya ikatan mo- membantu yang tersisa dari ikatan

98 JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006 BAHASAN UTAMA

ral dalam semangat kebersamaan da- nya penyataan-pernyataan tentang lam kehidupan pedesaan. Hubungan adanya persamaan ditolak sama se- sosial sudah sangat kontraktual dan kali. kepedulian golongan kaya terhadap mereka yang miskin pun ditunjukkan Sementara itu, patronase jenis baru dengan kalimat “itu tugas pemerin- muncul. Negara, melalui dinas-dinas tah” (Breman dan Wiradi 2004: pemerintahnya, berhubungan erat de- 208—10). Secara tajam, dalam kajian ngan elite desa seperti kepala desa, tentang dinamika sosio-ekonomi di haji kaya yang punya banyak tanah, Cirebon Timur dan Subang Utara ter- dan insinyur yang sedang berjuang sebut, Breman dan Wiradi (2004:28) membangun bangsa sebagai tenaga menyatakan “mekanisme jaminan so- penyuluh. Hubungannya tidak seka- sial, yang katanya merupakan lemba- dar administratif, tetapi juga ekonomi ga yang khas untuk pedesaan Jawa di dan politik. Bantuan-bantuan peme- masa kolonial, tidak lagi kelihatan di rintah asing selalu melewati tangan mana pun.” Temuan-temuan ini tidak para elite. Kerja sama yang harmonis jauh berbeda dengan yang terjadi di antara ”Bapak” dan “anak” seperti Dompu meskipun hubungan bantu- inilah yang memungkinkan “anak” membantu memang tidak hilang tidak perlu mengembalikan pinjaman- sepenuhnya. Penduduk desa di situs- pinjaman yang disediakan pemerintah situs penelitian ini masih sering untuk petani. Hubungan sejenis ter- mengungkapkan adanya kebiasaan jadi juga antara elite LSM bentukan membantu tetangga dan kerabat lembaga donor luar negeri dengan yang kesulitan atau ketika mengha- para pendamping masyarakat yang dapi upacara tertentu—seperti per- ada di desa-desa. Pendamping ma- nikahan—yang membutuhkan dana syarakat selalu dari kalangan orang- lebih. Ini seperti temuan Antlöv orang yang mempunyai kepercayaan (1999:198) baru-baru ini yang mene- diri yang besar: orang kaya dan orang mukan bahwa komunitas moral yang pintar lulusan perguruan tinggi. Bah- berdasarkan keintiman dan keter- kan, ada pendamping masyarakat dari tiban sosial bagaimanapun masih hi- sebuah LSM terkenal berperan juga dup di desa tempatnya meneliti di sebagai rentenir. Dampak dari pudar- Jawa Barat. Namun, seperti halnya nya patronase lokal dan terbentuknya juga Antlöv, sedemikian jauh ideologi patronase antara elit desa dengan distributif ini lebih merupakan pemo- pemerintah adalah terkikisnya solida- les, sedangkan di balik itu pada dasar- ritas antarpenduduk. Keterikatan ang-

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006 99 KERAWANAN PANGAN DAN PERSOALAN YANG MELINGKUPI

gota kelompok pada kelompoknya bahwa alam Dompu yang kering tidak lebih dari keterikatan pada ke- menyumbang saham dalam produksi pentingan untuk memperoleh bagian kerawanan pangan. Hanya perlu dua dari keuntungan proyek: pinjaman, sampai tiga kali gagal panen dalam bantuan, dan lain-lain. Para pembina kemarau panjang untuk kemunculan kelompok pun hanya datang di kala bahaya kelaparan. Kita yang mengkaji dana masih tersedia. persoalan besar ini tentu tidak boleh menutup mata keragaman virus yang Selain itu terjadi juga polarisasi antar- membuat kerawanan pangan betah warga masyarakat ke dalam dua ku- tinggal di desa-desa. Akan tetapi, tub kepentingan: golongan elite desa secara khusus kita perlu insaf bahwa yang menangguk keuntungan dari faktor-faktor utama yang melang- keprihatinan pemerintah dan lemba- gengkan hal ini berada di relung dunia ga donor atas kemiskinan orang desa, sosial. Andai alam menyimpan faktor dan golongan miskin yang diman- utama, tidak akan ada seorang pun faatkan tanda tangan dan daftar yang dapat makmur di pedesaan nama-namanya sebagai bagian dari Dompu. proposal permohonan bantuan oleh golongan pertama. Oleh karena itu, Ketergantungan petani miskin pada ada kasus yang di situ orang-orang uang tunai dari para tengkulak dan miskin menolak turut campurnya rentenir sudah tinggi di beberapa desa orang luar dan orang berpendidikan. yang diteliti. Kenyataan ini melang- Mereka sadar telah dimanfaatkan. gengkan hubungan timpang antara Kepercayaan sudah tidak lagi ber- yang kaya dan yang miskin. Kera- peran secara memadai dan merata wanan pangan terutama menimpa dalam hubungan sosial yang sehat. penduduk miskin, karena bagi yang mampu, bahan pangan dari luar daerah dapat didatangkan selama Penutup pintu ekonomi desa terbuka lebar.

Hasil amatan terhadap kehidupan pe- Gambaran empiris di atas juga me- desaan menunjukkan bahwa terdapat nunjukkan bahwa orang desa dan banyak faktor yang memaksa rawan petani di Dompu tidak seragam baik pangan tetap mendekam di antara hubungan sosial maupun situasi alam sebagian besar orang miskin pedesa- yang melingkupi. Keanekaragaman an Dompu. Kita tidak dapat mungkir tidak hanya karena kepemilikan ta-

100 JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006 BAHASAN UTAMA

nah—yang sayang sekali tidak ter- tidak, akan punya andil dalam upaya sedia datanya secara lengkap—tetapi penanganan kerawanan pangan di Ka- juga anutan politik, gender, kepen- bupaten Dompu. Semoga, setiap kita tingan ekonomi, serta orientasi ter- bisa menyumbang apa yang bisa kita hadap keberadaan lembaga-lembaga berikan, dan setiap orang menda- yang dibentuk orang luar. Semua hal patkan apa yang dibutuhkannya. tersebut di atas, langsung maupun

Daftar Pustaka

Adam, A. W. 2005. “Sejarah Politik dan Politik Sejarah”, dalam W.H. Frederick dan S. Soeroto (peny.). Pemahaman Sejarah Indonesia Sebelum dan Sesudah Revolusi. Jakarta: LP3ES. hlm. xi—xxxiii.

Antlöv, H. 1999. “The New Rich and Cultural Tensions in Rural Indonesia”, dalam M. Pinches (ed.). Culture and Previledge in Capitalist Asia. London/New York: Routledge. hlm. 188—207.

______. 2001. “Elite Desa dan Orde Baru”, dalam H. Antlöv dan S. Cederroth (peny.). Kepemimpinan Jawa: perintah halus, pemerintahan otoriter. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 100—132.

Booth, A. 1988. “Agricultural Development in Indonesia”. Asian Studies Association of Australia: Southeast Asia Publication Series No 16.

Breman, J., dan G. Wiradi. 2004. Masa Cerah dan Masa Suram di Pedesaan Jawa: studi kasus dinamika sosio-ekonomi di dua desa menjelang akhir abad ke-20. Jakarta: LP3ES dan KITLV-Jakarta.

Breman, J. 1986. Penguasaan Tanah dan tenaga Kerja: Jawa di Masa Kolonial. Jakarta:LP3ES.

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006 101 KERAWANAN PANGAN DAN PERSOALAN YANG MELINGKUPI

Caderroth, S. 2001. “Modernisasi Orde Baru dan Islam: aparat desa dan tokoh agama”, dalam H. Antlöv dan S. Cederroth (peny.). Kepemimpinan Jawa: perintah halus, pemerintahan otoriter. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. hlm. 188—222.

Chamber, R. 1983. Pembangunan Desa: mulai dari belakang. Jakarta: LP3ES.

______. 1988. “Metode-metode Pintas dalam Mengumpulkan Informasi Sosial untuk Proyek-proyek Pembangunan Pedesaan”, dalam M.M. Cernea (peny.). Mengutamakan Manusia di dalam Pembangunan: variabel-variabel sosiologi di dalam pembangungan pedesaan. Jakarta: UI Press. hlm. 511—529.

Chambert-Loir, H. 1985. Syair Kerajaan Bima. Jakarta: Lembaga Penelitian Prancis untuk Timur Jauh.

Geertz, C. 1963. Involusi Pertanian: Proses Perubahan Ekologi di Indonesia. Bhatara Karya Aksara.

Giddens, A. 1986. Kapitalisme dan Teori Sosial Modern: suatu analisis karya- tulis Marx, Durkheim, dan Max Weber. Jakarta: UI Press.

Kuhnen, F. 1993. “Struktur Pertanian”. Sosiologi Pertanian. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Lombard, D. 2000. Nusa Jawa Silang Budaya Jilid III: warisan kerajaan- kerajaan konsentris. Jakarta: Gramedia.

Marzali, Amri. 2003. Strategi Peisan Cikalong dalam Menghadapi Kemiskinan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Miles, M. B., dan A. M. Huberman. 1992. Analisis data Kualitatif: buku sumber tentang metode-metode baru. Jakarta: UI Press.

Napiri, Y. 2002. Evaluasi Program Sustainable Livelihood OXFAM GB di Beberapa LSM Pendamping Petani di Jawa. Laporan Penelitian AKATIGA. Tidak Diterbitkan.

102 JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006 BAHASAN UTAMA

Parimartha, I G. 2002. Perdagangan dan Politik Di Nusa Tenggara 1815-1915. Jakarta: Penerbit Djambatan dan KITLV-Jakarta.

Soetomo, G. 1997. Kekalahan Manusia Petani: dimensi manusia dalam pembangunan pertanian. Yogyakarta: Kanisius.

Wahono, F. 1999. “Revolusi Hijau: Dari Perangkap Involusi ke Perangkap Globalisasi”. Jurnal Wacana No IV. Yogyakarta: INSIST Press.

Wolf, E. R. 1985. Petani: suatu tinjauan antropologis. Jakarta: Rajawali Press untuk YIIS.

______. 1990. Europe and The People Without History. Berkeley: University of California Press.

JURNAL ANALISIS SOSIAL VOL. 11 NO. 1 APRIL 2006 103