Daniek Intan | Fotografi di Hindia Belanda 121

Fotografi di Hindia Belanda

Daniek Intan Mahasiswa S1 Jurusan Sejarah Universitas Gadjah Mada

Abstract

This research analyses photography in the Indies since the mid-19th century and its development until the early 20th century. The rise of photography in the Netherlands Indies as part of its modernization, is not merely the development of the arts, but photography was also used to explore the colonial territory of the colonial government. European photographers were sent to document archeological artefacts in various expeditions in several places in the archipelago. Photography also began to be commercialized. European, Chinese and even indigenous photographers arose with their photo studios. They have produced a natural and anthropological landscape of the Netherlands Indies, from Europeans and indigenous people living there. The commercialization of photography expanded with a variety of photo subjects, sold to other parts of the world in the form of albums, souvenirs or postcards. This answered the curiosity of the outside world on the Netherlands Indies as a colonial area. Key words: photography, Netherlands Indies, photographer, exploration, commercial, photo studio, landscape and portrait.

Abstrak

Penelitian ini mengulas mengenai fotografi di Hindia Belanda sejak medio abad ke-19, sampai perkembangannya hingga awal abad ke-20. Kehadiran fotografi di Hindia Belanda sebagai bagian dari modernitas, tidak hanya menggambarkan seni semata, namun fotografi juga digunakan untuk eksplorasi daerah koloni oleh pemerintah kolonial. Datanglah para fotografer Eropa yang diperintahkan untuk mendokumentasikan benda-benda arkeologis, maupun ikut serta dalam ekspedisi di beberapa tempat di Nusantara. Tidak hanya itu, fotografi selanjutnya berkembang ke arah komersial. Mulai bermunculan fotografer-fotografer dari Eropa, Tionghoa atau bahkan pribumi, yang mencoba peruntungan mereka dengan mebuka studio foto. Mereka menghasilkan lanskap alam maupun potret dari penduduk di Hindia Belanda, baik Eropa maupun pribumi. Komersialisasi fotografi semakin berkembang luas, dengan menyasar berbagai subjek foto, yang kemudian mereka jual ke belahan dunia lain dalam bentuk album, suvenir atau kartu pos. Dengan begitu, keingintahuan 122 Jurnal Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 2, Oktober 2014 orang-orang luar akan Hindia Belanda sebagai daerah koloni dapat terjawab dengan adanya fotografi . Kata kunci: fotografi , Hindia Belanda, fotografer, eksplorasi, komersial, studio foto, lanskap dan potret.

Sepanjang abad ke-17 sampai abad ke- ke dalam catatan maupun lukisan (Heijboer, 18, sebelum fotografi lahir, banyak penjela- 1980: 28). jah Eropa yang merekam perjalanan mereka Untuk memenuhi hasrat itu, para penje- ke Hindia Belanda dengan tulisan. Tidak se- lajah Eropa, para orientalis, mulai memakai dikit dari mereka yang memiliki kemampuan cara baru untuk merekam eksotisme Nusan- melukis menambahkan catatannya tersebut tara dengan cara yang baru lahir: fotografi . dengan gambar. Setelah itu seni menggam- Ketimbang sketsa dan lukisan, teknologi bar lantas kian digandrungi dengan tujuan yang dapat merekam lanskap dan gambar agar lebih memperjelas daerah-daerah yang manusia ke dalam kertas putih dengan me- baru saja mereka datangi, termasuk lans- manfaatkan cahaya matahari ini dirasa cu- kap dan manusianya. Itu bisa dilihat dari kup efi sien untuk merekam perjalanan para karya-karya para penjelajah-perupa-peneliti penjelajah. Menurut Henry P. Robinson foto- Eropa, seperti Isaac Groeneman, Franz Wil- grafi lebih mendekati realitas sebenarnya helm Junghuhn, dan C.W. Mieling. Nuansa dibandingkan dengan gambaran tangan. “kekaguman” atas Hindia Belanda mereka Melalui fotografi , para penjelajah lebih jelas gambarkan dengan apik sekaligus jelas me- menjabarkan pandangan mereka mengenai lalui catatan dan sketsa-sketsa mereka (Bas- Nusantara (Robinson, 1966: 88). tin dan Brommer, 1979: 2). Tulisan ini akan membahas perkembang- Oleh sebab itu, para penjelajah setelah an fotografi di Hindia Belanda. Termasuk mereka pun mengikuti gaya iluminasi pemahaman ihwal ide-ide fotografi , sudut – catatan disandingkan dengan gambar – pandang penjelajah yang menggunakan foto- yang mereka mulai. Gaya ini terus berlang- grafi sebagai media catatan mereka, serta re- sung sampai medio ke-19, saat para pemikir alitas yang mereka tangkap melalui foto. Eropa mulai gencar menarasikan ide-ide aufklarung. Namun, gerakan seni rupa para Para Fotografer Awal penjelajah juga mulai bergerak ke semangat “estetika” saja, tanpa ada tujuan ilmiah se- Keberadaan fotografi di Hindia Belanda dikitpun. mulai berkembang sejak pemerintah kolo- nial menyadari pentingnya foto dalam upaya Lambat laun, Hindia Belanda bukan lagi perekaman dan eksplorasi daerah koloni. daerah yang “asing”, yang tidak lagi misteri. Jurrian Munnich, petugas kesehatan dari Rekaman mengenai daerah yang juga dikenal Belanda, yang pertama kali membawa foto- dengan sebutan Nusantara ini sudah banyak grafi ke Hindia Belanda pada medio abad ke- diterbitkan dalam catatan-catatan para pen- 19. Dutch Ministry of Colonies memerintah- jelajah. Banyak dari mereka yang merasa kannya untuk melakukan ekspedisi ke Pulau bahwa bangunan pemerintahan, istana, Jawa sebagai fotografer. Salah satu ekspe- sosiologi masyarakat pribumi, lanskap alam, disinya tersebut berjudul Verslag over de maupun hasil peradaban Hindu-Buddha photographie gedurende het tweede gedeelte seperti candi, tidak cukup sekadar direkam mijner reis over . Laporan tersebut kini Daniek Intan | Fotografi di Hindia Belanda 123 tersimpan dalam Arsip Nasional Republik , tiba di Batavia pada dengan nama penulis laporan S. tanggal 26 Agustus. Ia ditugaskan Batavian Munusche. Society of Arts and Sciences untuk mendo- kumentasikan benda-benda peninggalan Dalam laporannya Munnich berkisah peradaban Hindu-Buddha. Kinsbergen tidak mengenai uji coba fotografi pertamanya un- menyia-nyiakan kesempatan itu. Ketelitian- tuk mengabadikan Candi , Boro- nya itu menghasilkan sejumlah karya yang budur dan Kompleks Candi Dieng, Jawa kemudian dipamerkan di beberapa negara Tengah. Dalam bahasa Belanda ia menu- Eropa sepanjang 1873. lis, bahwa uji coba pertama ini cukup sulit, terutama memperoleh kalibrasi yang tepat Karir Kinsbergen sebagai fotografer di (ANRI, Inventaris Konninklijk Bataviache Hindia Belanda dimulai pada era Guber- Genootschap, Laporan Perjalanan S. Munus- nur Jenderal Baron Sloet van de Beele yang che). Dalam bukunya Batavia in Nineteenth memerintah pada 1861-1866. Ia diundang un- Century Photograph, Scott Merrillees (2000: tuk mengikuti perjalanan ke Siam, , 254) berpendapat kesulitan mencari ketepa- pada 1862. Dalam perjalanannya itu ia harus tan kalibrasi itu membuktikan iklim tropis mengikuti pola dan jadwal yang telah ditetap- di Hindia Belanda mempengaruhi hasil foto- kan. Kinsbergen mengunjungi setiap kota be- grafi , sehingga sebagian besar foto Munnich sar, instansi militer, dan kabupaten terpencil cukup mengecewakan. yang membuatnya akrab dengan kehidupan di daerah (Boer dan Asser, 2005: 30). Lantar- Pada 1844, seorang fotografer Jerman an misi tersebut Kinsbergen juga memiliki yang memiliki studio foto di Den Haag, Be- kontak yang cukup dekat dengan pemerin- landa, bernama Adolph Schaefer, mendapat- tah kolonial. kan izin untuk melakukan ekspedisi ke Hindia Belanda sebagai imbalan atas karya- Pasca-sukses dengan foto benda-benda karya fotografi nya. Sesampainya di Batavia, arkeologis, Kinsbergen kemudian mulai ber- ia lantas mendirikan studio foto yang bisa minat terhadap gaya fotografi potret – aliran dibilang sebagai studio foto pertama di Bata- fotografi yang merekam manusia. Dari gaya via. Setahun kemudian Schaefer menyang- baru yang didalaminya ini ia menyelesaikan gupi permintaan pemerintah kolonial untuk 4.145 foto orang Eropa yang tinggal di mendokumentasikan -relief di Candi Batavia (Dijk, 2014: 17-18). Sebelum men- . Namun, saat itu ia terpaksa jadi fotografer, Kinsbergen dikenal sebagai untuk bekerja dengan peralatan seadanya pelukis dan litografer – perupa yang melukis sekaligus langsung di bawah terik matahari di atas bidang logam. Ia mempelajari foto- dan iklim yang cukup lembap. Meski begitu, grafi pada 1855 dan menjadi fotografer per- Schaefer berhasil membuat 58 foto, yang be- tama keturunan Belanda di Batavia. lakangan menjadi media pendukung peneli- Seorang fotografer amatir bernama tian arkeologi.1 Franz Wilhelm Junghuhn berkebangsaan Setelah Schaefer, pemerintah Hindia Be- Jerman yang lahir pada 1809 mengikuti landa pernah berhenti memanfaatkan foto- jejak Kinsbergen di Hindia Belanda dengan grafi untuk tujuan eksplorasi mereka. Foto memulai gaya foto lanskap alam. Karir baru mulai dipakai kembali pada 1851, saat fotografi Junghuhn bermula saat pertama

1 Lihat Geheugen van Nederland, http://www.geheugenvannederland.nl /?/en/collecties/pioniersfotografi e_ uit_nederlands-indie/adolf_schaefer. Diakses pada 17 Februari 2015. 124 Jurnal Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 2, Oktober 2014 kali ia bertemu dengan E.A. Fritze, seorang yang menerangkan keberadaannya. Pada dokter militer Hindia Belanda. Fritze me- pertengahan 1857, ia mulai aktif beriklan mintanya untuk melakukan studi ilmiah kembali dan membuka studio barunya tentang alam (Nieuwenhuys dan Jaquet, bernama Nieuwe Photographiche Galerij di 1980: 7). Rob Nieuwenhuys dan Baren en Batavia. Oudgasten, dua sejarawan asal Belanda, Fotografer keliling yang menetap cukup menyebut Junghuhn sebagai peneliti dan lama di Batavia adalah Antoine Francois pecinta alam yang sejati. Ia tidak memiliki Lecouteux. Sepanjang 1854-1857 fotografer tujuan komersial. Padahal, teknik fotografi ini tercatat mendirikan studio foto, Groot yang baik, yang dipelajarinya sendiri saat Photographisch Atelier van A. Lecouteux di Belanda, bisa ia manfaatkan lebih dari di Noordwijk, Batavia. Selama itu pulalah sekadar penelitian (Nieuwenhuys dan ia beriklan di Java Bode (Merrillees, 2000: Oudgasten, 2005: 13). 255). Fotografi lambat laun menjadi fenome- Pada tahun yang sama, studio foto na tersendiri di Tanah Hindia Belanda. Woodbury & Page didirikan di Batavia. Pemanfaatan fotografi di Batavia pada 1850- Studio foto ini menawarkan potret kepada an mulai bergeser, dari yang semula untuk publik dalam iklan surat kabar Java Bode. eksplorasi kawasan kolonial menjadi lebih Pendirinya adalah Walter Woodbury dan ke arah komersial. Itu terlihat dari marak- James Page. Sejumlah catatan menyebutkan nya fotografer keliling yang menawarkan ke- studio ini menjadi studio fotografi komersial ahlian mereka untuk membuat foto keluarga pertama yang paling berhasil dan paling orang-orang Eropa di Batavia. Tidak sedikit penting selama abad ke-19. dari mereka yang beriklan di surat kabar. Khususnya Java Bode, sebagai koran berba- Keberhasilan usaha fotografi di Batavia hasa Belanda yang populer di kalangan ma- membuat banyak fotografer membuka studio syarakat Barat di Batavia. fotografi di beberapa kota besar di Jawa yang terdapat banyak pemukiman orang Eropa. Salah satunya adalah L. Saurman yang Tidak hanya klien orang Eropa, industri menawarkan jasa fotografi melalui iklan dan pemerintah residen pun turut menyewa yang ia pasang di Java Bode pada 22 dan 26 jasa studio foto untuk kepentingan mereka. Januari 1853 (Java Bode, 22 dan 26 Januari Beberapa studio foto baru muncul pada 1853). Ia datang ke Batavia pada Januari dekade 1870. Di antaranya, yaitu Kurkdjian 1853 dan mendirikan studio foto Saurmans & Co., Lux studio, Fotax, Van Felde, dan Daguerrian Gallery. Nama lain yang pernah Wijnand Kerkhoff. Sedangkan fotografer yang tercatat sebagai fotografer keliling adalah cukup terkenal di Jawa, antara lain, yaitu C. Duben. Ia tinggal di Batavia sepanjang Hendrik Veen di Malang dan J.A. Meessen Juli-Agustus 1854 dan mendirikan studio di di Batavia. Studio foto begitu penting dan Molenvliet. Melalui iklan di Java Bode pada menjadi sumber pendapatan besar pada 5 dan 9 Agustus 1854, ia menawarkan gaya waktu itu (Dijk, 2014: 15). fotografi potret New Daguereotype (Java Bode, 5 dan 9 Agustus 1854). Sepanjang September Pada dekade terakhir abad 19, muncul 1854 sampai awal 1857 tidak ada catatan fotografer pribumi pertama bernama Kas-

2 Lihat Geheugen van Nederland, http://www.geheugenvannederland.nl /?/en/collecties/pioniersfotografi e_ uit_nederlandsindie/christiaan_benjamin_nieuwenhuis. Diakses pada 3 Maret 2015. Daniek Intan | Fotografi di Hindia Belanda 125 sian Cephas yang bekerja sebagai fotografer budaya dan adat Kalimantan. Karya-karya Kasultanan . Saat itu raja yang foto Demmeni dijadikan ilustrasi dalam dua berkuasa adalah Sri Hamengku Bu- jilid buku karya A.W. Nieuwenhuis berjudul wono VII. Nama Cephas juga dikenal seba- Door Central Borneo yang terbit pada 1900 gai fotografer pembawa modernitas. Lahir di di Leiden, Belanda. Karena pemahamannya Yogyakarta pada 15 Januari 1845, Cephas tentang etnografi Kalimantan itulah, pada merupakan anak dari pasangan Kartodro- April 1898, Demmeni diangkat menjadi ang- no dan Minah. Saat berusia 15 tahun, Ce- gota komisi yang dibentuk untuk menyelidiki phas diangkat anak oleh pasangan Belanda, perang antara Suku Dayak Hulu Sungai Ma- Christina Petronella dan Jan Carolus Phil- hakam dan Suku Dayak Batang Lupar Se- ips, yang tinggal di Bagelan. Atas saran De rawak (Haks dan Zach, 1987: 5). Paul Peters Graaf, arkeolog asal Belanda, Cephas belajar dan Firman Ichsan, dalam bukunya Lewat fotografi dari Isidore van Kinsbergen. Pada Mata Masa Lalu: Ketika Membaca Ulang 22 Januari 1866, Cephas menikah dengan Karya Fotografi Dokumentasi Masa Lalu di Dina Rakijah (Knaap, 1999: 20). Masa Kini, juga mencatat Demmeni pernah melakukan ekspedisi ke Papua. Ia mengala- Gejolak fotografi juga menyasar pulau- mi medan yang sulit dan peralatannya sam- pulau lain di Nusantara. Pada 1870, Dane pai rusak dalam ekspedisi tersebut (Peters Krister Feilberg sampai di Danau Toba, dan Ichsan, 2008: 8-9). Sumatera Utara dan mengambil foto-foto pertamanya. G.R. Lambert & Co, studio foto Tidak seperti abad ke-19, para fotografer di Singapura, membuka cabangnya di Me- abad 20 jarang melakukan perjalanan ke dan pada 1880. Tidak lama setelah itu mulai luar pulau. Mereka hanya bepergian ke bermunculan fotografer Eropa di Sumatera pedalaman pulau untuk mengambil foto, bagian utara, seperti Heinrich Ernst, Carl baik itu lanskap alam maupun potret Josef Kleingrothe, Herman Srafhell, yang penduduk setempat. Meski begitu, jumlah kemudian membuka studio mereka sendiri. fotografer meningkat pesat sepanjang 1900- an. Setidaknya dalam satu kota besar di Di daerah lain di Sumatera, tepatnya di Jawa dapat ditemukan satu studio foto. Padang, C.B. Nieuwenhuis membuka studio Satu hal yang menarik dicatat di sini adalah foto pada 1891. Karya-karya foto Nieuwen- mulai bermunculannya fotografer non-Eropa huis menunjukkan ketertarikannya pada yang mulai mencari peruntungan di Hindia kebudayaan Minang. Rumah adat, pasar Belanda (Dijk, 2014: 14). tradisional, sampai penduduk dan pakaian- nya ia rekam dengan apik untuk kemudian Mengikuti jejak fotografer Eropa, orang- “dijual”.2 orang Tionghoa mulai menyasar bisnis foto- grafi . Usaha ini mulai mengakar di beberapa Perkembangan fotografi di Pulau Bor- pemukiman Tionghoa di Jawa. Namun, neo, kini bernama Kalimantan, dipelopori tampaknya jarak budaya dan sosial memang oleh Jean Demmeni. Pada 1888, pria yang tidak bisa dihapus dengan kemunculan berprofesi sebagai tentara ini mengembang- studio foto orang-orang Tionghoa. Klien kan keahlian fotografi nya. Ia lebih banyak fotografer Eropa biasanya berasal dari mengembangkan aliran topografi fotografi . elite kolonial dan elite pribumi, sementara Bersama A.W. Nieuwenhuis, seorang fotografer Tionghoa lebih menyasar pasar naturalis, Demmeni melakukan ekspedisi kelas menengah dengan memasang tarif ke Borneo untuk merekam berbagai jejak yang lebih murah (Strassler, 2010: 29). 126 Jurnal Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 2, Oktober 2014

Kehadiran Fotograi dan Dampaknya nyak disajikan secara romantis, tapi foto-foto yang dihasilkan fotografer Eropa itu juga ti- Tidak dapat dipungkiri bahwa perkem- dak sedikit yang menstereotipkan pribumi bangan fotografi menjadi media penting “lebih rendah”. Mungkin, mereka berusaha dalam eksplorasi daerah kolonial Hindia menunjukkan situasi realitas yang ada. Belanda. Orang-orang Eropa lantas mulai dapat beradaptasi dengan masyarakat Bagi orang Eropa fotografi mempunyai pribumi serta cara mereka hidup melalui makna lain. Yakni, menjadi pengikat antara fotografi . Satu hal yang pasti fotografi orang Eropa yang tinggal di Hindia Belanda menjadi media penyebaran informasi saat dan yang tinggal di Belanda. Banyak ke- itu, termasuk benda-benda arkeologis dan luarga Eropa di Jawa membuat album foto etnografi masyarakat. Dalam sub-bab keluarga dan mengirimkannya ke sanak ke- sebelumnya pun telah dijelaskan banyak luarga yang tinggal di Belanda. Begitu pula fotografer yang ditugasi untuk merekam sebaliknya. Di tengah album foto tersebut, eksotisme etnik nusantara tersebut. mereka menyisipkan foto lanskap atau ma- syarakat pribumi. Disadari atau tidak cara Antropologi dan etnografi menjadi salah kirim-mengirimi foto ini menjadi bangunan satu tema yang kerap diangkat oleh foto- imaji orang Eropa mengenai wajah Hindia grafer Eropa, khususnya di Jawa. Kassian Belanda dan masyarakatnya, khususnya Cephas adalah salah satu orang yang sering di Batavia (Graaf, 1970: 40-1). Di sisi lain, membuat karya berdasarkan pola hidup ma- fotografer ingin menyampaikan bahwa Hin- syarakat Jawa. Selama tinggal di Jawa, ia dia Belanda memang layak untuk ditinggali merekam kehidupan di dalam Keraton Yog- orang-orang Eropa (Taylor, 2005: 124-5). yakarta (Knaap, 1999: 20). Akhirnya fotografi dimanfaatkan untuk Tema lainnya yang kerap diangkat menggambarkan ekspansi kolonial di Hindia adalah antropometri. Foto jenis potret ini Belanda. Dibukanya Terusan Suez di Mesir adalah foto yang memuat bagian tubuh ma- membuat pendatang dari Eropa ke Nusan- nusia tanpa busana, baik itu seluruh tubuh, tara semakin banyak. Perjalanan dari Barat wajah, dan bagian tubuh lainnya. Tujuannya ke Timur menjadi lebih cepat karena infra- untuk merekam morfologi tubuh manusia struktur laut ditingkatkan. Infrastruktur dan menghitung proporsinya melalui foto. kolonial di Hindia Belanda juga dikembang- Fotografer Eropa di Hindia Belanda yang kan, seperti jalur kereta api baru dan pabrik. berkonsentrasi dalam foto jenis ini adalah Pada 1862, Isidore van Kinsbergen menjadi Jean Demmeni saat melakukan ekspedisi salah satu fotografer yang merekam perkem- ke Borneo. Di sana ia membuat banyak foto bangan infrastruktur tersebut, khususnya antropometri masyarakat suku Dayak Kajan perkeretaapian. Karya-karyanya merekam (Haks dan Zach, 1987: 10). jalur-jalur defi nitif yang akan dilalui kereta Dua tema besar fotografi tersebut kerap api, yaitu Semarang, Surakarta, dan Yogya- dimanfaatkan para fotografer untuk kepen- karta (Boer dan Asser, 2005: 30). tingan komersil. Masyarakat, ke-tubuh-an- Para Pelaku Bisnis Fotograi nya, dan tradisinya kerap menjadi daya tarik orang-orang Eropa. Anneke Groeneveld Dalam pembahasan “Para Fotografer (1988: 38) berpendapat, kesenangan daya Awal” telah dipaparkan mengenai Isidore tarik itu muncul lantaran rasa superioritas van Kinsbergern, fotografer yang kerap barat yang dimiliki orang Eropa. Meski ba- menghasilkan foto lanskap dan potret. Pada Daniek Intan | Fotografi di Hindia Belanda 127 dekade 1860-an ia bekerja untuk pemer- Melbourne tiba berniat untuk tinggal di intah Hindia Belanda. Namun, debutnya Batavia untuk beberapa waktu. Beberapa seorang fotografer dimulai pada Mei 1855 uji coba yang dapat dilihat dari kerja mere- saat ia berkolaborasi dengan Antoine Fran- ka menunjukkan keterampilan dan hasil cois Lecouteux, fotografer berkebangsaan Pe- yang dipertimbangkan dengan penuh hati- rancis yang memiliki sebuah studio di Noord- hati, sehingga memunculkan harapan dan wijk, Batavia. Aliansi yang keduanya bentuk kekaguman terhadap hasil karya mereka” dapat dilihat pada iklan di Javasche Courant (Java Bode, 23 Mei 1857). tanggal 30 Mei 1855. Sayangnya kemitraan Dua tahun berselang, Walter Woodbury mereka tidak berumur panjang. Pada 1856, kembali ke Inggris setelah tujuh tahun me- Lecouteux kembali melanjutkan bisnis foto- ninggalkan Negeri Kerajaan itu. Pada 22 grafi nya sendiri (Merrillees, 2000: 256). April 1859, usahanya kemudian diteruskan Karir komersial Kinsbergen baru dimulai oleh saudaranya, Henry James Woodbury pada 1877. Saat itu, ia mendirikan studio (Ouwehand, 2009: 35). Sesampainya di Ing- potret di Batavia bersama Herman Salzwe- gris, Walter menjual foto-fotonya selama ia del, fotografer berkebangsaan Jerman. Kerja mengelilingi Jawa dengan harga £ 10 per sama ini pun berlangsung sebentar. Sebab, foto. Karya-karya tersebut menuai kritik pada 1879, Salzwedel pindah ke Surabaya dan sekaligus pujian dari British Journal of Pho- mendirikan studio sendiri dengan beberapa tography pada awal 1861. Sekembalinya dari cabang di Gombong, Purworejo, bahkan Inggris, Walter membayar hutang-hutang- sampai Medan. Sedangkan Kinsbergen tetap nya saat membuka Woodbury & Page. menjalankan studionya di bawah namanya Sebaliknya, kini giliran James Page yang sendiri selama sisa abad 19 (Raap, 2013: pulang ke Inggris. Sayangnya momen terse- 179). but membuat kerja sama James dan Walter Kinsbergen lantas menghadapi per- berakhir, sehingga kegiatan studio foto yang saingan dari studio fotografi komersial lain baru berumur tiga tahun itu harus berhenti. milik Walter Bentley Woodbury dan James Di Batavia, Walter tetap melanjutkan pro- Page, yang juga menerima pesanan foto dari fesinya sebagai fotografer komersial dengan pemerintah. Dua fotografer asal Inggris ini membuka studio foto baru bernama Photo- mulai bermitra saat mereka bersama-sama graphisch Atelier van Walter Woodbury atau mencoba peruntungan di Melbourne, Aus- juga dikenal dengan Atelier Woodbury, yang tralia. Ketidakberuntungan di Melbourne dibuka pada 18 Maret 1861. Sementara itu, membuat keduanya pindah dari Australia saudaranya membuka studionya sendiri di ke Hindia Belanda pada 1857 dan membuat Surabaya (Wachlin, 1994: 18). Woodbury & Page (Wachlin, 1994: 11). Meski tidak lagi bermitra, tampaknya Keberadaan mereka memperoleh reaksi hubungan Walter dan James Page masih positif, terbukti melalui surat-surat Wood- berjalan dengan baik. Itu terlihat dari ke- bury yang diperuntukkan kepada ibunya datangan James ke Hindia Belanda pada 9 dan pemberitaan di surat kabar berbahasa Desember 1861 dan kembali bergabung de- Belanda di Batavia, Java Bode, pada 23 Mei ngan Walter. Kemitraannya pun berlanjut. 1857: Studio Atelier Woodbury kembali menjadi Woodbury & Page, sesaat sebelum ia dan “Dengan kapal Joung Amerika, Woodbury istrinya, Marie Sophia Olmeijer, pulang ke dan Page, studio fotografi profesional dari Inggris pada 1863. 128 Jurnal Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 2, Oktober 2014

Selama sisa hidupnya di Inggris Walter di timur Jawa, khususnya daerah yang ber- mendirikan rumah yang dinamai Java dampingan dengan Woodbury & Page. House. Di rumah itu ia aktif menulis banyak Hal tersebut memunculkan kebingungan karya tentang fotografi , sampai akhirnya di kalangan fotografer yang bekerja di dua pada 8 September 1885 menghembuskan bendera studio foto itu. Musababnya, di satu napas terakhir. Vonis dokter saat itu Walter sisi muncul persaingan antara Woodbury & menderita diabetes (Nieuwenhuys dan Page dan H.J. Woodbury & Co. Namun, di Oudgasten, 2005: 12). sisi lain, kedua perusahaan fotografi ini me- Sepeninggal Walter ke Inggris, James makai alat yang sama dalam pengoperasian- Page dan Henry James mengurus Woodbury nya. Tidak ayal banyak kalangan menduga & Page. Mei 1864, James Page membuka ca- para pemilik dua studio ini hanya meman- bang Woodbury & Page di Surabaya. Namun, faatkan reputasi Woodbury untuk menarik ia hanya tinggal beberapa pekan di Suraba- keuntungan (Wachlin, 1994: 22-3). Pada 16 ya. Saat menderita sakit keras, James pu- Januari 1866, Henry James Woodbury kem- lang ke Inggris. Pada 7 Januari 1865, ia me- bali ke kampung halamannya, Inggris. ninggal di rumahnya yang terletak di Aston, Kepemilikan Woodbury & Page berpindah Birmingham, pada usia 32 tahun (Wachlin, ke tangan Albert Woodbury, saudara termuda 1994: 20). 20 tahun lebih dulu dari kematian di keluarga Woodbury. “Suksesi” tersebut Walter. terjadi pada 1 Maret 1870. Mengapa suksesi? Sepulangnya James Page ke Inggris Sebab, memang puncak kesuksesan studio untuk kedua kalinya juga menandakan foto ini terjadi saat di bawah manajerialnya, bubarnya Woodbury & Page. Pada 16 Agustus Woodbury & Page menjadi studio foto paling 1864, Woodbury & Page diambil alih oleh terkenal di Jawa sepanjang 1870-1880. Saat seorang fotografer baru di Batavia, Jerman di bawah tangkup kepeminpinannya, cabang- Carl Kruger (Ouwehand, 2009: 35). Akuisisi cabang Woodbury & Page di seluruh daerah tersebut meliputi nama, peralatan fotografi , koloni juga melesat. serta foto-fotonya. Henry James, yang semula Mendekati akhir dekade 1880, Albert menjadi fotografer independen di Semarang, menjual perusahaan fotonya kepada Adolf bergabung ke Woodbury & Page pimpinan Constantine Franz Groth dengan metode Kruger (Wachlin, 1994: 21). Henry James pembayaran cicilan. Setelah itu, ia kembali Woodbury mengoperasikan studio Woodbury ke Inggris (Wachlin, 1994: 25). Namun, & Page di Surabaya. proses pembayaran terhenti tiba-tiba. Tidak lama kemudian Henry James dan Dalam benak Albert, Adolf Groth tidak istrinya pindah ke Pasuruan untuk membuka bisa menyelesaikan pembayaran. Karena studio foto dengan nama yang sama di dekat itu, ia melawat ke Batavia dengan maksud alun-alun kota. Pada 31 Agustus 1865 studio menagih secara langsung sisa hutang Adolf di Pasuruan itu diserahkan ke A. Kortz, se- Groth, atau kembali mengambil kepemilikan mentara ia pindah ke Malang dan membuka Woodbury & Page. H.J. Woodbury & Co. bersama Henry James Dugaannya terbukti, ternyata Woodbury Potter. Keduanya menyepakati bahwa Pot- & Page mengalami krisis keuangan, tapi ter akan menjadi kepala operator studio. Adolf Groth enggan menyerahkan kembali Hanya dalam dua tahun studio foto ini telah studio foto tersebut. Dia malah menye- memiliki banyak cabang di banyak daerah rahkan uang sebesar f 12.000 kepada Albert Daniek Intan | Fotografi di Hindia Belanda 129

Woodbury sebagai tanda pembebasan peru- di Batavia mengenai penjualan foto-foto sahaan secara penuh. April 1893, Albert tersebut. Dalam surat yang sama keluarga lantas meninggalkan Batavia untuk terakhir Woodbury juga meminta foto-foto yang tidak kalinya. Ini sekaligus mengakhiri 35 tahun laku dijual (ANRI, Inventaris Koninklijk keterlibatan Woodbury bersaudara pada Bataviache Genootschap, Surat Woodbury). perusahaan fotografi tersebut (Wachlin, Kemunculan Woodbury & Page membawa 1994: 28). dampak luas di Hindia Belanda, khususnya Setelah itu Adolf Groth terus menjalan- Jawa. Sejak saat itu, jumlah fotografer kan Woodbury & Page. Sayangnya kondisi komersial meningkat drastis. Maraknya keuangan perusahaan foto ini tidak pernah fotografer Eropa di Hindia Belanda sekaligus kembali pulih. Iklan terakhir perusahaan menandakan era kapital yang sedang foto ini terbit pada sebuah surat kabar dianut banyak negara di Benua Biru. Era di Batavia berbahasa Belanda pada Juni itu semakin berjaya saat Undang-undang 1896. Singkatnya, perusahaan ini bangkrut. Agraria di Hindia Belanda disepakati pada Setelah kematian Adolf Groth pada 4 1870, yang kemudian memunculkan banyak November 1901, Woodbury & Page jatuh perusahaan swasta, termasuk perusahaan ke tangan Pengadilan Chancery di Batavia, fotografi (Nieuwenhuys dan Oudgasten, yang kemudian melelang seluruh properti, 2005: 9). bangunan, koleksi foto dan peralatan Sejak saat itu pula, fotografi , baik se- fotografi . bagai profesi maupun hobi, berkembang ke Koleksi dan peralatan fotografi Wood- arah yang lebih modern. Selain Woodbury & bury & Page akhirnya jatuh ke tangan Felix Page, studio foto yang juga muncul pada era Busenbender. Ia lantas menyewa tempat yang sama adalah Charls & Van Es & Co, yang pernah menjadi studio foto Woodbury yang didirikan di kota-kota besar di Jawa. & Page dan membuka studio fotografi baru Di antaranya di Bandung, Batavia, Salatiga, bernama Busenbender & Co. Sayangnya, Semarang, dan Surabaya. Didirikan pada studio foto ini tidak begitu laris, sehingga 1880, studio foto ini mampu bertahan sampai harus berhenti pada 10 Februari 1908. menjelang Perang Dunia Kedua (Groeneveld, Sebelum pulang ke Eropa, ia melelang 1988: 180). sekitar 600 pelat fotografi , semua peralatan Seorang berkebangsaan Armenia, fotografi , serta aksesoris studio dan mobil. Ohannes Kurkdjian, juga meraup sukses Pada 27 Februari 1908, sejarah Woodbury & dalam bisnis fotografi di Surabaya. Keahlian Page, studio foto yang telah dibangun selama fotografi nya ia pelajari di Tbilisi, Moskow dan 50 tahun oleh Walter Woodbury dan James Wina. Pada 1888 Kurkdjian membuka studio Page resmi berakhir (Wachlin, 1994: 29-30). foto Kurkdjian & Co. dengan klien yang ker- Meski begitu, hingga tahun 1930-an, ap meminta untuk membuatkan album kor- proses lelang dan hak cipta atas foto-foto porasi (Dijk, 2014: 15). Lantaran kecakapan potret milik Woodbury & Page masih menuai tersebut, perusahaan Kurkdjian & Co. men- masalah. Dalam surat yang disimpan Arsip jadi besar dan mampu merekrut banyak foto- Nasional Republik Indonesia sepanjang grafer. Salah satunya adalah George Lewis, tahun 1932-1933, anggota keluarga Woodbury fotografer profesional asal Inggris. lainnya masih meminta pertanggungjawaban Pasca meninggalnya Kurkdjian pada The Royal Batavian Society of the Art and 1903, Lewis diangkat menjadi bos besar Sciences dan British Consulate-Generale Kurkdjian & Co. Ia menjalankan studio ini 130 Jurnal Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 2, Oktober 2014 sampai 1916. Selama menjadi bos di studio Cephas meneruskan kegiatan Camerik buatan Kurkdjian, Lewis menerima seorang sebagai fotografer Kasultanan Yogyakarta. murid bernama Margarethe Mathilde Weis- Tugas Cephas adalah membuat berbagai senborn – dikenal juga sebagai Thilly Weiss- potret petinggi Kasultanan dan mendoku- nborn –perempuan berkebangsaan Jerman mentasikan kehidupan di keraton. Selain yang lahir di pada 1889. Mulanya, aktif di Keraton Kasultanan Yogyakarta, Thilly diserahi tugas untuk menangani nega- Cephas membuka sebuah studio foto pri- tif foto. Kemudian, perlahan-lahan ia ber- badinya di Loji Kecil Wetan. Ia dibantu oleh kembang menjadi seorang fotografer perem- seorang asisten bernama Damoen. Karya- puan pertama di Hindia Belanda dengan karya fotonya dijual sebagai suvenir dan konsep artistik khas Kurkdjian & Co (Dijk, kartu pos. 2014: 16). Setelah Lewis, usaha Kurkdjian & Berkat kedekatannya dengan Pemerin- Co. diteruskan H.C. van der Maal. Sayang- tah Hindia Belanda, Cephas kerap menerima nya, di bawah manajerial van der Mall, stu- pesanan untuk terbitan ilmiah (Raap, 2013: dio foto ini malah mengalami kemunduran 178). Pada akhir abad ke-19, The Archeologi- sampai akhirnya bangkut pada 1936 (Raap, cal Society atau Archaeologische Vereenig- 2013: 179). ing, menugaskan Cephas untuk membuat Salah satu fotografer komersil yang dike- foto Candi Prambanan, Candi Sewu, Candi nal pada zaman Hindia Belanda adalah Kas- Mendut dan Kompleks Candi Borobudur. sian Cephas. Ia menjadi pribumi pertama Atas jasanya itu, pada 1901, ia menerima yang menjadi fotografer profesional, seka- bintang jasa dari Ratu Wilhelmina dan di- ligus pengembang fotografi modern. Selain berikan status hukum Eropa bersama kedua menjadi murid Isidore van Kinsbergen, Ce- anaknya. Status hukum ini membuatnya se- phas juga dilatih oleh Camerik, fotografer tara dengan Eropa bagi dirinya dan kedua sekaligus pelukis Kasultanan Yogyakarta anaknya. Ini menandakan bahwa fotografi , pada masa Hamengku Buwana VI. Camerik selain sebagai usahanya, juga menjadi alat pernah tercatat memuat iklan perusahaan untuk meningkatkan status sosialnya dalam fotografi nya, Atelier-Camerik, pada surat masyarakat kolonial (Knaap, 1999: 17 dan kabar lokal Semarang De Locomotief. Dalam 20). Chepas, Yogyakarta: Photography in the Ser- Cephas mendapatkan “pukulan” telak saat vice of Sultan, Gerrit Knap mencatat studio Belanda mendirikan Oudheidkundige Dienst foto Camerik berdiri sejak 1870 sampai 1885 atau Archeological Service, pada 1913, yang (Knaap, 1999: 7). bekerja dengan fotografer mereka sendiri. Akhirnya, ia lebih mementingkan studio foto miliknya dan lebih banyak membuat potret individu dan keluarga pribumi Jawa (Knaap, 1999: 21).

Sejak saat itulah Cephas mulai bersa- ing dengan fotografer profesional komersil lainnya di Yogyakarta. Salah satunya ialah Taggesell yang cukup sukses membuka stu- dio di Semarang dan Surakarta sepanjang Iklan Camerik 1880-1910. Selain Taggesell, Cephas bersa- Sumber: De Locomotief , 19 Agustus 1880 ing dengan fotografer dari etnis Tionghoa. Daniek Intan | Fotografi di Hindia Belanda 131

Setidaknya tercatat dua studio foto milik mereka tetap lebih lemah. Mereka memiliki orang Tionghoa yang berdiri di Yogyakarta, modal yang relatif lebih sedikit ketimbang yakni Chelan & Co. milik L. Che Lan dan fotografer Eropa. Dalam banyak kasus, Kien Djiang & Co., yang sama-sama berdiri mereka pun kalah bersaing dengan studio sekitar 1910 (Groeneveld, 1988: 190). foto seperti Woodbury & Page.

Memang, pada awal abad ke-20 usaha Seputar Karya dan Tema fotografi masih didominasi orang-orang Ero- Hal yang paling utama dalam sebuah pa. Namun, lambat laun, orang-orang Tiong- karya fotografi adalah “apa yang tergam- hoa dan Jepang mulai merambah usaha ini. barkan dalam foto” alias subjek foto. Selama Melalui fotografi , mereka berusaha “menge- perkembangan fotografi di Hindia Belanda, jar” kontak langsung dengan pemerintah tidak hanya bermunculan fotografer dan stu- kolonial. Dengan begitu, status hukum yang dio foto, keberagaman itu juga terlihat dari sama dengan orang Eropa akan otomatis banyaknya subjek foto. Seperti halnya pada mereka dapatkan. Jepang, misalnya, dikate- awal munculnya fotografi di Hindia Belanda, gorikan sebagai “Asiatik asing”. mayoritas subjek foto adalah pemandangan Mulanya, para fotografer Tionghoa dan lanskap alam di daerah koloni. Selanjutnya Jepang bekerja di studio foto milik orang subjek berkembang kepada peninggalan Eropa. Dari situ mereka mulai membuka arkeologi Nusantara. Dari situ pun terlihat studio foto pribadi di desa-desa dan kota- karakter foto dari masing-masing fotografer. kota tempat tinggal komunitas mereka. Selama bertugas dengan pemerintah ko- Bedanya, jika fotografer Eropa menerima lonial di bawah pimpinan Gubernur Jenderal pesanan dari klien elite Eropa dan elite Baron Sloet van de Beele, Isidore van Kins- pribumi, fotografer Jepang dan Tionghoa bergen lebih mengambil subjek foto lanksap lebih menyasar golongan kelas menengah pemandangan lokal dan bangunan arke- dengan memasang tarif yang lebih murah. ologis, seperti Candi Prambanan dan Candi Salah satu fotografer non-Eropa yang berasal Borobudur. Surat kabar berbahasa Belanda dari golongan Tionghoa adalah Tan Tjie Lan, di Batavia, Bataviaasch Handelsblad, yang yang aktif pada periode 1895-1940 di Batavia. terbit pada 14 September 1864 menjelas- Di Surakarta, juga ada fotografer Tionghoa kan bahwa ia pergi ke Dataran Tinggi Di- yang memotret elite Keraton Kasunanan eng untuk mengambil foto atas permintaan Surakarta bernama L. King Ming. Kelompok pemerintah. Di sana ia menemukan banyak penting lainnya adalah studio foto Tsukinuki Art Studio, yang dimiliki orang Jepang, didirikan pada 1920 di Modjokerto (Groeneveld, 1988: 192). Tampaknya fenomena jaringan fotografer Tionghoa dan Jepang ini terus berkembang dan meluas di kawasan Asia Tenggara (Dijk, 2014: 14).

Meski kedudukan fotografer dari dua golongan ini sama Reliëf van de verborgen voet van de Boroboedoer (Relief Dasar di mata hukum Eropa, tapi dari Borobudur) Tahun 1980-1981 Karya kedudukan sosial dan ekonomi Sumber: KITLV Digital Image Library 132 Jurnal Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 2, Oktober 2014 sisa-sisa peradaban Hindu (Bataviaasch pribadi Sri Sultan Hamengku Buwono Handelsblad, 14 September 1864). VI, membuat tulisan mengenai Taman Sari, tempat pemandian keluarga Keraton Semangat Isidore tertular pada Kas- Yogyakarta. Ia lantas meminta Cephas sian Cephas. Sepanjang 1889-1890 Archae- untuk membuat foto tempat tersebut. Dalam ologische Vereeniging meminta Cephas artikelnya untuk Batavian Society of Arts merekam kegiatan studi dan pelestarian and Sciences itu, Groneman memuji karya monumen kuno sisa-sisa peradaban Hindu- Cephas, bahwa ia memahami seluk beluk Buddha di Jawa Tengah, terutama Candi Istana Air Taman Sari dan Upacara Grebeg. Prambanan. Cephas pun menghasilkan 62 foto yang mengesankan. Dalam rangka kon- Selain dua subjek tersebut, Cephas servasi candi ini Pemerintah Hindia-Belanda juga membuat karya seputar humanisme menyiapkan dana sebesar f 3.000 untuk keg- dan tradisi Jawa. Salah satunya adalah iatan dokumentasi (Knaap, 1999: 16). pagelaran wayang beber yang diadakan di Desa Gelaran, Gunung Kidul, pada tahun Setahun kemudian pemerintah kolonial 1902. Pagelaran wayang itu dilaksanakan menyiapkan dana sebesar f 9.000 untuk di kediaman Wahidin Sudirohusodo dan kegiatan dokumentasi relief-relief Candi dihadiri oleh G.A.J. Hazeu, seorang pakar Borobudur. Kali ini Cephas membuat 160 javanologi yang khusus pergi ke Yogyakarta relief dan empat foto gambaran umum untuk melakukan studi mengenai wayang kompleks candi. Foto-foto Cephas kemudian beber (Knaap, 1999: 20). Foto yang sama digunakan Van Erp untuk ilustrasi bukunya. digunakan sebagai sampul buku karya Sri A.J. Bernet Kempers juga mengambil 35 foto Margana yang berjudul Pujangga Jawa dan relief Candi Borobudur karya Cephas dalam Bayang-bayang Kolonial yang terbit tahun bukunya yang berjudul Ancient Indonesian 2004. Art, terbit pada 1959 (Kempers, 1959: 69- Berkembangnya fotografi komer- sial di Hindia Belanda memiliki peran tersendiri terhadap perkem- bangan subjek foto, terutama yang bisa mendatangkan keuntungan. Woodbury & Page bisa disebut se- bagai studio foto yang paling am- bisius mendokumentasikan potret masyarakat di Jawa. Proyek ambi- sius itu dapat dilihat dari ekspedisi keliling Jawa yang dilakukan para fotografer studio ini. Selama ekspe- disi, mereka mengabadikan lanskap Wajang beber-voorstelling van de desa Gelaran (Pertunjukan alam dan candi yang dianggap suci. Wayang Beber dari desa Gelaran) Tahun 1902 Karya Kassian Cephas Setelah merasa cukup dengan foto-foto tersebut, para fotografer Sumber: KITLV Digital Image Library Woodbury & Page kembali ke Bata- via dan menjual karya me-reka se- 72). cara komersial. Surat kabar Java Bode edisi Pada 1883, Isaac Groneman, dokter 30 Januari 1861 memuji hasil karya Wood- Daniek Intan | Fotografi di Hindia Belanda 133 bury & Page dengan menyetarakan karya- saja mereka taklukan, sehingga Woodbury karya tersebut dengan fotografer profesional & Page menghadiahkan angle lain dari foto- di Eropa (Java Bode, 10 Januari 1861). foto Aceh kepada Raja Willem III. Sejak saat itu, tepatnya pada 1879, studio foto ini Tidak sampai situ, Woodbury & Page pun memperoleh hak istimewa sebagai pemasok menyasar subjek mengenai bencana alam un- resmi foto bagi Kerajaan Belanda dan berhak tuk dikomersialkan. Saat Gunung Krakatau memakai lambang kerajaan dalam iklan- meletus pada 21 Juni 1886, studio foto ini iklan mereka (Wachlin, 1994: 24). mendapatkan kesempatan untuk mendoku- mentasikan dampak bencana meletusnya gunung di Selat Sunda tersebut. Sebuah ekspedisi ilmu pengetahuan yang disponsori Pemerintah Hindia Belanda dikirimkan ke Krakatau termasuk Woodbury & Page diwa- kili oleh Felix Busenbender (Wachlin, 1994: 27-8). Sekitar 10 foto berhasil diambil dari Lambang Kerajaan Belanda pada Iklan Woodbury ekspedisi tersebut. Woodbury & Page lantas & Page menjualnya secara komersial. Sumber: Java Bode, 25 Juni 1879 Woodbury & Page tidak sendi-ri. Studio Tampaknya subjek foto yang berkem- foto Kurkdjian & Co. milik Ohannes Kurkdji- bang pada masa Hindia Belanda tidak bisa an, fotografer berkebangsaan Armenia, juga dilepaskan dari genre lukisan yang berkem- menyasar subjek bencana alam. Pada 1901, bang saat itu, beautiful East Indies alias saat Gunung Kelud meletus, Kurkdjian men- mooi indie. Aliran ini kerap menggambarkan gabadikan sisa-sisa dan dampak letusan gu- keromantisan lanskap alam, seperti sawah nung ini. Melalui fotonya akhirnya diketahui yang luas, gunung berapi, deretan pohon adanya kerusakan lanskap pasca meletus- di pantai, termasuk manusia pribuminya. nya Kelud. Foto-foto ini pun akhirnya ia jual Kurkdjian sering melakukan perjalanan (Nieuwenhuys dan Oudgasten, 2005: 13). keliling Jawa untuk mengabadikan foto-foto dengan gaya tersebut. Tidak ubahnya fotografer di Eropa, fotografer di Hindia Belanda tampaknya Saat sedang menetap di suatu desa, ia tertarik pula terhadap perang. Foto-foto memotret kegiatan adatnya dan para natives yang dihasilkan namun tidak lepas dari type – istilah untuk menyebut orang-orang ihwal komersialisasi. Perang Aceh yang pribumi. Dengan teliti Kurkdjian memilih meledak pada awal 1870 menjadi salah satu komposisi, pencahayaan, dan latar suasana contohnya. Felix Busenbender dari Woodbury foto-foto karyanya. Di Eropa, aliran foto mooi & Page pergi ke Aceh untuk mengabadikan indie memiliki pengaruh besar, terutama perang tersebut. dalam membangun persepsi orang-orang Eropa mengenai daerah koloni (Dijk, 2014: Ia menyusuri pantai utara Aceh sampai 179-180). ke pedalaman untuk mengambil foto, dari dampak perang sampai personel militernya. Woodbury & Page tidak mau ketinggal- Ia menghasilkan 50 foto yang kemudian dijual an. Perusahaan penerbitan H.M. van Dorp & dalam album bertajuk 50 different views Co menerbtikan 693 foto koleksi Woodbury of Atjeh. Bertepatan dengan itu, Belanda & Page mengenai Nusantara, dari Aceh sangat antusias dengan daerah yang baru hingga Ternate. Sebagian besarnya adalah 134 Jurnal Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 2, Oktober 2014 pemandangan kota, buah-buahan, tanaman, Muridnya, Kassian Cephas mengikuti senjata dan natives type. Koleksi ini menda- jejak Kinsbergen dengan menjadi fotografer pat pujian dari segi teknis dan artistiknya, Keraton Yogyakarta. Ia memotret Sri Sultan serta disebut memiliki standar tinggi yang Hamengku Buwono VII beserta keluarganya. bahkan nilai-nilai di dalam fotonya tidak Hanya saja, sulit mengatakan tempat tertandingi di Eropa sekalipun (Wachlin, pemotretan elite kerajaan tersebut, beberapa 1994: 25). menyebutkan pemotretan diambil di dalam keraton dan beberapa pihak menyebutkan Kesuksesan Woodbury & Page di Bata- pemotretan diambil di dalam studio milik via mendorong dibukanya cabang di kota- Cephas (Harwi, 1990: 4). kota besar lain di Jawa. Ekpansi bisnis ini membuat mereka mengembangkan subjek Selain golongan elite pribumi, Cephas foto ke arah foto potret. Mereka mendapat- sering memotret pribumi dari kalangan kan banyak klien dari kalangan elite Eropa, bawah, seperti para pedagang, pelayan yang cenderung suka dipotret di lingkungan rumah tangga, dan rakyat jelata. Tapi itu kediaman mereka, seperti kebun dan jalan dilakukan di dalam studionya di Loji Kecil. setapak. Foto-foto tersebut kemudian diki- Di studionya ini Cephas pun kerap memotret rimkan ke keluarga mereka di Belanda atau para perempuan Jawa (Nieuwenhuys dan dipajang di dinding kamar dan almari. Tidak Oudgasten, 2005: 22). jarang orang Eropa meminta untuk difoto Akhirnya, kehadiran fotografi di Hindia saat pergi berlibur dan berkegiatan (Wach- Belanda tampaknya dapat menjawab keingin- lin, 1994: 25). tahuan orang Eropa terhadap daerah koloni Subjek potret tidak hanya berasal dari dan penduduknya. Berkat fotografi pulalah golongan Eropa, elite pribumi pun menjadi dunia Barat mengetahui Nusantara dan subjek yang kerap ditemukan dalam karya- “eksotisme” di dalamnya, yang kemudian karya fotografer Hindia Belanda. Woodbury membuat orang-orang Eropa berdatangan & Page lagi-lagi menjadi studio komersial untuk mengeksplorasi keeksotisan tersebut. pertama yang mengembangkan subjek native Selain itu, fotografi pun sangat berjasa type ini, baik dalam perjalanan mengelilingi merekam jejak-jejak sejarah Hindu-Buddha Jawa maupun dibuat di dalam studio (Dijk, dan perkembangan peradaban Nusantara, 2014: 19). khususnya Jawa. Meski demikian, belakang- an fotografi menjadi bisnis yang dianggap Isidore van Kinsbergen menjadi salah dapat mendatangkan keuntungan besar dan satu fotografer yang juga mengembangkan membuat banyak orang berlomba-lomba foto potret. Dalam perjalanan mengikuti mendirikan studio foto komersial. Gubernur Jenderal Baron Sloet van de Beele di Vorstenlanden, Kinsbergen memperoleh izin untuk mengambil beberapa potret para pembesar Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Daniek Intan | Fotografi di Hindia Belanda 135

Bibliograi Haks, Leo dan Paul Zach. 1987. Indonesia, Images from the Past. Singapura: Times Arsip dan internet Editions. ANRI, Inventaris Koninklijk Bataviache Heijboer, John Pierre. 1980. Reizen door Genootschap. “Verslag over de een Onvoltooid Verleden. Amsterdam: photographie gedurende het tweede Unieboek b.v. gedeelte mijner reis over Java”. Laporan Kempers, A.J. Bernet. 1959. Ancient Perjalanan S. Munusche. Indonesian Art. Cambridge: Harvard ANRI, Inventaris Koninklijk Bataviache University Press. Genootschap. “Surat Woodbury”. Koleksi Knaap, Gerrit. 1999. Chepas, Yogyakarta : foto Woodbury & Page. Photography in the Service of Sultan. Geheugen van Nederland, “Adolf Schaefer”. Leiden : KITLV. http://www.geheugenvannederland.nl Merrillees, Scott. 2000. Batavia In Nineteenth /?/en/collecties/pioniersfotografi e_uit_ Century Photograph. Singapura: nederlands-indie/adolf_schaefer, diakses Archipelago Press. pada 17 Februari 2015. Nieuwenhuys, Rob dan Frits Jaquet. Geheugen van Nederland, “Christian 1980. Java’s Onuitputtelijke Natuur, Benjamin Nieuwenhuis”, http://www. Reisverhalen, Tekeningen en Fotografi eën geheugenvannederland.nl/?/en/collecties/ van Franz Wilhelm Junghuhn. pioniersfotografie_uit_nederlandsindie/ Amsterdam: Alpen aan den Rijn. christiaan_benjamin_nieuwenhuis, diakses Nieuwenhuys, Rob dan Baren en Oudgasten. pada 3 Maret 2015. 2005. Tempo Doeloe – een Verzonken Buku, artikel dan tulisan ilmiah Wereld Fotografi che Documenten uit het Oude Indie 1870-1920. Leiden: KITLV. Bastin, John dan Bea Brommer. 1979. Nineteenth Century Prints And Illustrated Ouwehand, Liesbeth. 2009. Herinneringen in Books Of Indonesia. Utrecht: Spectrum Beeld, Fotoalbums uit Nederlands-Indie. Press. Leiden : KITLV. Boer, Gerda Theuns de dan Saskia Asser. Peters, Paul dan Firman Ichsan. 2008. Lewat 2005. Isidore van Kinsbergen, Photo Mata Masa Lalu : Ketika Membaca Ulang Pioneer and Theatre Maker in the Dutch Karya Fotografi Dokumentasi Masa Lalu East Indies. Amsterdam: KITLV. di Masa Kini. : Erasmus Huis. Dijk, Janneke van. 2014. Photographs of The Ne- Raap, Olivier Johannes. 2013. Pekerdja therlands East indies, at the Tropenuseum. di Djawa Tempo Doeloe. Yogyakarta: Amsterdam: KIT Publishers. Galang Pustaka. Graaf, H.J. de. 1970. Batavia in Oude Robinson, Henry P. 1966. “Paradoxes of Art, Ansichten. Zaltbommel: Europese Science, and Photography”. Photographers Bibliotheek. on Photography. New Jersey: Prentice- Hall. Groeneveld, Anneke. 1988. Toekang Potret : 100 jaar fotografi e in Nederlands Indie 1839-1939. Amsterdam: Fragment. 136 Jurnal Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 2, Oktober 2014

Strassler, Karen. 2010. Refracted Vision: Koran dan Majalah Popular Photography and National Modernity in Java. London: Duke Bataviaasch Handelsblad, 14 September University Press. 1864. Taylor, Jean Gelman. 2005. “Kostum dan Harwi, “Kasijan Cephas, Ahli Fotografi Gender di Jawa Kolonial tahun 1800- Indonesia Sapisanan”, Mekar Sari, 9 Mei 1940” dalam Schulte Nordholt, Henk (ed.). 1990. Outward Appearances: Trend, Identitas, Java Bode, 22 dan 26 Januari 1853; 5 dan 9 Kepentingan. Yogyakarta: LKIS. Agustus 1854; 23 Mei 1857; 30 Januari Wachlin, Steven. 1994. Woodbury and Page: 1861. Photographers Java. Leiden: KITLV.