Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI-JM) Bidang Cipta Karya RPIJM Kota Bandar

BAB Profil Kota 2 Bandar Lampung

2.1 Wilayah Admininistrasi

Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 5020’ sampai dengan 5030’ Lintang Selatan dan 105028’ sampai dengan 105037’ Bujur Timur. Kota Bandar Lampung memiliki luas wilayah daratan 19.722 Ha (197,22 KM2) dan luas perairan kurang lebih 39,82 KM2 yang terdiri atas Pulau Kubur dan Pulau Pasaran. Jumlah kecamatan dan kelurahan yang ada sebanyak 20 Kecamatan dan 126 Kelurahan. Secara administratif Kota Bandar Lampung bebatasan langsung dengan beberapa wilayah Kabupaten di Provinsi Lampung, yaitu:

. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan . Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cermin Kabupaten Pesawaran dan Kecamatan Ketibung Kabupaten Lampung Selatan serta Teluk Lampung . Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedung Tataan dan Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran . Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan

Sebagian besar wilayah Kota Bandar Lampung berada pada ketinggian antara 0 – 500 meter dari permukaan laut, kecuali sebagian wilayah Kecamatan Kedaton, Tanjung Karang Barat dan Kecamatan Kemiling berada pada ketinggian antara 500 – 700 meter dari permukaan laut.

II - 1 Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI-JM) Bidang Cipta Karya RPIJM Kota Bandar Lampung

Tabel 2.1 Wilayah Administrasi Kota Bandar Lampung

No Kecamatan Luas (Ha) 1. Kedaton 457

2. Sukarame 1.475

3. Tanjung Karang Barat 1.064

4. Panjang 1.415

5. Tanjung Karang Timur 203

6. Tanjung Karang Pusat 405

7. Teluk Betung Selatan 380

8. Teluk Betung Barat 1.102

9. Teluk Betung Utara 425

10. Rajabasa 636

11. Tanjung Senang 1.780

12. 2.821

13. Kemiling 2.505

14. Labuhan Ratu 864

15. Way Halim 535

16. Langkapura 736

17. Enggal 349

18. Kedamaian 875

19. Teluk Betung Timur 1.142

20. Bumi Waras 465

Jumlah 19,722 Sumber: RTRW Kota Bandar Lampung, 2011 - 2030.

II - 2 Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI-JM) Bidang Cipta Karya RPIJM Kota Bandar Lampung

Gambar2.1 Peta Administrasi Kota Bandar Lampung

II - 3 Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI-JM) Bidang Cipta Karya RPIJM Kota Bandar Lampung

2.2 Potensi Wilayah Kota Bandar Lampung

Dalam RTRW Kota Bandar Lampung 2010-2030 dijelaskan bahwa dengan potensiserta kecenderungan perkembangan yang ada, ditunjang dengan lokasi yangstrategis, potensi alam, penduduk, dan potensi wilayah belakangnya, kota BandarLampung terlihat menuju perkembangan yang prospektif. Dengan kedudukan potensitesebut, Bandar Lampung dapat berperan sebagai pusat pertumbuhan bagi Sumaterabagian Selatan, serta pendukung Provinsi Lampung sebagai pusat produksi pertaniannasional.Kota Bandar Lampung memiliki prospek yang kuat untuk berkembang menjadi kota besar dalam skala regional, nasional, bahkan internasional. Potensi kota BandarLampung yang mendukung antara lain adalah (1) Lokasi geografis yang sangatstrategis, (2) Kedudukan yang dituju dalam kebijaksanaan tingkat nasional danregional, (3) Pemandangan alam yang indah yang dapat dimanfaatkan untuk menarikwisatawan, (4) Keanekaragaman suku bangsa (multi ethnic), dan (5) Dukunganwilayah sekitarnya (hinterland) yang menunjang pertumbuhan dan perkembangankota Bandar Lampung.

2.2.1 Lokasi yang strategis

Kota Bandar Lampung menempati posisi geografis yang sangat strategis, baik dalam konstelasi internasional, nasional, maupun regional. Posisinya terhadap Singapura danJakarta merupakan potensi bagi pengambilan peran dalam kerjasama ekonomiregional IMS-AFTA. Dari segi jarak kedudukan kota Bandar Lampung terhadap kota-kotabesar seperti dan wilayah pertumbuhan ekonomi Jabotabek dan JawaBarat menjadikannya salah satu pilihan bagi relokasi dan tempat limpahan kegiatanekonomi dari wilayah tersebut. Dalam kaitan ini, Bandar Lampung menjadi bagian dariporos pertumbuhan Pantai Utara Jawa dan bagian dari proses perkembangan PulauJawa bagian Barat.

Dalam kedudukannya kini, Bandar Lampung menjadi salah satu unggulan untukmenjadi pusat pertumbuhan Sumatera bagian Selatan. Lokasinya di ujung SelatanPulau Sumatera akan memantapkan posisinya sebagai pintu gerbang utama antaraPulau Jawa dengan Sumatera.Kedudukan Bandar Lampung pada

II - 4 Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI-JM) Bidang Cipta Karya RPIJM Kota Bandar Lampung posisi geografis yang strategis ini didukung pulaoleh aksebilitas yang tinggi. Bandar Lampung dapat dicapai melalui jalan raya TranSumatera, transportasi laut melalui Pelabuhan Bakauheni dan Pelabuhan Panjang,serta jalur udara melalui Bandar Udara Branti yang berjarak lebih kurang 18 km dariBandar Lampung. Bandar Lampung pun memiliki posisi yang menguntungkanterhadap obyek dan daya tarik wisata nasional maupun internasional, sepertiGunungKrakatau, pelatihan gajah Way Kambas, dan lain sebagainya.

2.2.2 Kedudukan dalam Kebijaksanaan Nasional

Kebijakan nasional dan regional menetapkan Bandar Lampung sebagai pusatpertumbuhan nasional dan merupakan orientasi bagi pusat pengembangan antardaerah, pusat pengembangan daerah, dan pusat local. Sebagai pusat pertumbuhan ekonomi potensial, kawasan Bandar Lampung – Metrodijadikan salah satu kawasan andalan di Pulau Sumatera dengan sektor unggulan :perdagangan; jasa; akomodasi; pariwisata; industry kerajinan; agroindustri; danindustry manufaktur; transportasi; selain sebagai pusat pemerintahan. Berbagaikebijaksanaan di atas, baik RTRW Nasional, RTRW Provinsi Lampung 2009-2029, danRTRW Kota Bandar Lampung 2010-2030 mempertimbangkan kedudukan Kota BandarLampung sebagai pintu gerbang terhadap Pulau Jawa; adanya jalur lintas TransSumatera;pelabuhan Panjang; serta keberadaan pusat komando operasi AngkatanLaut di Teluk Ratai bagi bagian Barat. Dalam perkembangan terakhir terungkap adanya pandangan ke depan bagi ProvinsiLampung untuk berkembang tidak sekedar sebagai hinterland Jakarta dan Jawa Barat,melainkan menjadi salah satu simpul distribusi barang dan jasa nasional melalui kotaBandar Lampung. Hal ini selaras dengan arah kebijaksanaan penataan ruang nasional,regional, dan lokal untuk Bandar Lampung.

2.2.3 Potensi Alam

Selain wilayah yang cukup luas, kota Bandar Lampung juga memiliki potensi alamyang sangat indah, terutama laut dan perbukitannya. Kekhasan morfologinya mulaidari pegunungan, perbukitan, daratan, hingga pantai yang terletak di bagian dalamTeluk Lampung, menjadikan kota Bandar Lampung

II - 5 Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI-JM) Bidang Cipta Karya RPIJM Kota Bandar Lampung sangat potensial untuk dikunjungiwisatawan. Citra endogenik “laut dan gunung” tersebut merupakan potensi keindahandan daya tarik kota Bandar Lampung. Pantai yang berada di kota Bandar Lampung memiliki pemandangan yangmempesona. Pantai Bandar Lampung ini memiliki keistimewaan tersendiri yaituterletak di suatu teluk yang nyaman, dengan keindahan panorama laut dan beberapagugusan pulau kecil di tengah teluk, yang potensial dikembangkan untuk wisatarekreasi bahari. Hal ini juga ditunjang oleh letaknya yang tidak jauh dari pusat kota.Fisiografi marin tersebut memanjang dari Tarahan, Panjang, Way Lunik, Teluk Betung.Pesawahan, sampai ke arah Lempasing. Keindahan pantai dan Teluk Lampung inimenjadi modal utama bagi Bandar Lampung untuk mengembangkan diri sebagai kotapantai (waterfront city). Perbukitan yang terletak di pusat kota dan bagian kota lainnya, juga merupakanpotensi alam yang secara khas dimiliki oleh Bandar Lampung. Selain berfungsi lindungbagi pelestarian tata air dan konservasi tanah, perbukitan dengan tanaman hijaunyaakan berfungsi pula sebagai paru-paru kota. Pemanfaatannya yang terbatas dapatdiselaraskan dengan pengembangan wisata hutan raya.

2.2.4 Keanekaragaman Suku Bangsa

Salah satu cirri khas kota Bandar Lampung adalah keanekaragaman suku bangsanya.Sejak dimulainya program transmigrasi dari Pulau Jawa ke Pulau Sumatera khususnyake Provinsi Lampung, penduduk Lampung terdiri dari berbagai suku bangsa. Dengankeanekaragaman suku bangsanya, Lampung dikenal sebagai negeri yang ruwa jurai (dua unsur) karena dihuni oleh masyarakat asli dan pendatang. Keanekaragaman sukubangsa ini harus dipandang sebagai potensi atau kekuatan untuk membangun kotaBandar Lampung, dalam arti kota Bandar Lampung menjadi semakin mudahberadaptasi dan menerima pendatang baru, sehingga juga semakin mudah menerimapengaruh pembangunan bagi wilayahnya.

2.2.5 Dukungan Wilayah Belakang

Kota Bandar Lampung didukung oleh hinterland yang merupakan wilayah penghasilperikanan, perkebunan, dan lokasi berbagai industri. Dengan wilayah seluas 35.376,50km², propinsi Lampung dijuluki wilayah unggulan, sentra

II - 6 Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI-JM) Bidang Cipta Karya RPIJM Kota Bandar Lampung pertumbuhan industri barudan pintu gerbang lintas Jawa-Sumatera. Provinsi Lampung tumbuh menjadi wilayahpenyangga bagi kegiatan pertanian dan industri pengolah hasil pertanian. Tanamanperkebunan telah memperlihatkan perkembangan yang berarti sehingga sebagian diantaranya mampu menjadi salah satu pemasok produk nasional. Komoditi yangmemegang peranan penting adalah gula, kelapa, lada, dan kopi robusta. Provinsi inisegera akan menjadi daerah produsen gula terbesar di Indonesia yang mampumemasok 40% kebutuhan gula nasional, setelah berbagai daerah produsen di PulauJawa menghadapi keterbatasan lahan perkebunan tebu. Iklim industri gula yang sehatsejak dua tahun terakhir menjadikan Lampung sebagai lumbung gula nasional, disamping produk gula tetes yang diekspor. Selain gula, Provinsi Lampung jugadiharapkan mampu memasok kebutuhan daging segar. Sub-sektor peternakan jugatumbuh pesat melalui pola PIR dan didukung pihak swasta melalui program kemitraan.Sub-sektor perikanan juga mencatat perkembangan yang positif, terutama untukkomoditi udang yang diternak di pertambakan. Kegiatan industri yang terkait dengan hasil produksi pertanian selama ini relatif telahberkembang. Dalam RPJP Provinsi Lampung, provinsi ini memastikan diri menjadisentra agroindustri pada skala nasional, dengan kopi dan lada sebagai komodititradisional andalan. Namun demikian provinsi ini juga menunjukkan kecenderungandiminati oleh industri manufaktur da kimia baik dalam rangka PMDN maupun PMAsebagai limpahan kegiatan industri di Jabotabek, dan Jawa Barat yangsemakin padat. Peran pihak swasta dalam perkembangan Provinsi Lampung terlihatdari arus investasi yang tinggi, dimana lebih dari separuhnya ditujukan untuk bidangpertanian dan agroindustri. Dalam hal ini, Provinsi Lampung termasuk daerah palingunggul di luar Jawa.

2.2.6 Pusat Pertumbuhan

Sebagai pusat kegiatan Propinsi Lampung, sekitar 12,4% penduduk Provinsi Lampungberada di kota Bandar Lampung. Berbagai pelayanan bagi wilayah yang lebih luasdisediakan oleh Kota Bandar Lampung, baik di bidang pemerintahan, niaga, jasakeuangan, pendidikan, dan sebagainya. Peran sebagai pusat pertumbuhan ditunjang oleh rencana peningkatan aksesibilitasdari dan ke Kota Bandar Lampung. Dalam mewujudkan tercapainya mekanisme sistempusat

II - 7 Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI-JM) Bidang Cipta Karya RPIJM Kota Bandar Lampung pertumbuhan di Provinsi Lampung, telah terdapat tiga jalur lintas Sumatera,yaitu : Jalur Tengah, mulai Pelabuhan Bakauheni - Bandar Lampung – Kotabumi danselanjutnya ke Muara Enim. Rencana Jalur Lintas Barat, mulai dari Bandar Lampung – Kota Agung – Liwadan selanjutnya ke Provinsi . Rencana Jalur Lintas Timur, mulai Pelabuhan Bakauheni – – KayuAgung dan seterusnya hingga ke .Kesemuanya melintasi Bandar Lampung. Di samping itu, Bandar Lampung siapberfungsi sebagai transhipment point dari berbagai moda angkutan. Hal ini didukungoleh berbagai rencana pengembangan dalam sistem transportasi regional. Pembangunan Tol Sumatera akan mendukung perekonomian sebagai salah satu back bone utama pergerakan barang dan jasa di Indonesia Bagian Barat Pelabuhan Panjang melengkapi sistem angkutan antar-moda bagi seluruhProvinsi Lampung dan Sumatera bagian Selatan. Gagasan jaringan kereta api TransSumatera menjadi salah satu alternatif sarana pergerakan antar-moda. Adanyarencana pembangunan jaringan jalan tol ke arah Palembang juga akan turutmendukung kelancaran aksesibilitas tersebut.

Kecenderungan perkembangan menunjukkan proses relokasi kegiatan ekonomi dariPulau Jawa bagian Barat ke Lampung. Bahkan untuk beberapa sektor ditetapkankebijaksanaan menjadikan Lampung sebagai basis produksi nasional. Hal inimenjadikan Bandar Lampung potensial sebagai pusat distribusi barang dan jasa untukwilayah Sumatera bagian Selatan.

2.2.7 Pusat Koleksi dan Distribusi

Dengan lokasi yang strategis secara geografis, ketersediaan akses yang memadai, danjalur transportasi yang mendukung serta kelengkapan fasilitas penunjangnya,menjadikan kota Bandar Lampung potensial sebagai pusat koleksi dan distribusiberbagai barang dan jasa.

Perkembangan sektor ekonomi, khususnya pertanian di wilayah Provinsi Lampungmaupun Sumatera bagian Selatan, mendorong fungsi Bandar Lampung sebagai pusatkoleksi dan distribusi berbagai komoditi yang dihasilkan oleh wilayah belakangnya.Fungsi sebagai pusat koleksi dan distribusi berbagai komoditi yang dihasilkan olehSumatera bagia Selatan dilangsungkan oleh

II - 8 Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI-JM) Bidang Cipta Karya RPIJM Kota Bandar Lampung rencana pengembangan jaringan jalantoldan kereta api, jaringan jalan Trans Sumatera, serta rencana pengembanganPelabuhan Panjang. Kelengkapan fasilitas yang tersedia di kota Bandar Lampung jugamendukungnya sebagai pusat koleksi dan distribusi barang dan jasa pada berbagaiskala pelayanan.

2.2.8 Aksesibilitas yang Semakin Baik

Kecenderungan pergerakan Pulau Jawa-Sumatera yang memberikan indikasi peranan penting kegiatan sosial dan ekonomi keduanya menempatkan Provinsi Lampung pada posisi sentral. Sejak tahun 1996, jumlah arus lalu lintas antara Pulau Jawa dan Sumatera melalui pelabuhan Merak-Bakauheni menunjukkan pertumbuhan yang terusmeningkat. Kota Bandar Lampung sebagai pusat pertumbuhan akan memperolehpengaruh yang signifikan dari pergerakan tersebut melalui kemungkinan peningkataninvestasi di sektor regional, nasional, dan internasional. Bandar Lampung akanmenjadi salah satu alternatif pilihan setelah Jakarta, Banten dan Jawa Barat.

2.2.9 Pengembangan Transhipment Point Akibat Perkembangan Akses

Peran Kota Bandar Lampung sebagai pusat koleksi dan distribusi barang dan jasa didukung oleh Pelabuhan Panjang yang telah diminati oleh berbagai pihak untuk dikembangkan sebagai pelabuhan antarnegara, terutama dalam konteks region Sumatera bagian Selatan. Peranan yang dituju oleh pelabuhan ini adalah sebagai pelabuhan ekspor bagi komoditi dan produk yang dihasilkan oleh Sumatera Bagian Selatan. Pilihan ini mempertimbangkan posisi strategis Pelabuhan Panjang sebagai gerbang lintas dua kawasan ekonomi penting yaitu Sijori (Singapura-Johor-) dan pusat pasar nasional Jakarta dan Jawa Barat bagian Barat, terutama dalam mengisi kerjasama ekonomi regional IMS-GT.

2.3 Demografi dan Urbanisasi

2.3.1 Laju Pertambahan Penduduk

II - 9 Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI-JM) Bidang Cipta Karya RPIJM Kota Bandar Lampung

Jumlah penduduk kota pada tahun 2012 mengalami peningkatan yang cukup banyak dibandingkan tahun sebelumnya (2011) yang jumlahnya sekitar 895.370 jiwa. Dalam kurun waktu 10 tahun jumlah penduduk kota mengalami pertumbuhan sekitar 1,59 % per tahunnya. Perkembangan jumlah penduduk kota dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.2 Perkembangan dan Proyeksi Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung sampai tahun 2020 Jumlah Penduduk (Jiwa) No. Kecamatan 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020

1 Kedaton 88.314 88.667 72.017 73.162 74.325 75.507 76.708 77.927 79.166 80.425 81.704

2 Sukarame 63.598 65.843 58.284 59.211 60.152 61.109 62.080 63.067 64.070 65.089 66.124

3 Tanjung Karang Barat 63.747 65.878 61.989 62.975 63.976 64.993 66.027 67.076 68.143 69.226 70.327

4 Panjang 63.504 63.857 91.080 92.528 93.999 95.494 97.012 98.555 100.122 101.714 103.331

Tanjung Karang 5 50.292 Timur 89.324 92.074 51.092 51.904 52.729 53.568 54.419 55.285 56.164 57.057

6 Tanjung Karang Pusat 72.385 72.819 67.496 68.569 69.659 70.767 71.892 73.035 74.197 75.376 76.575

7 Teluk Betung Selatan 92.156 92.852 50.503 51.306 52.122 52.950 53.792 54.648 55.517 56.399 57.296

8 Teluk Betung Barat 59.396 59.812 34.031 34.572 35.122 35.680 36.248 36.824 37.409 38.004 38.608

9 Teluk Betung Utara 62.663 62.825 66.182 67.234 68.303 69.389 70.493 71.613 72.752 73.909 75.084

10 Rajabasa 43.257 45.329 36.032 36.605 37.187 37.778 38.379 38.989 39.609 40.239 40.879

11 Tanjung Senang 41.225 43.826 75.430 76.629 77.848 79.086 80.343 81.620 82.918 84.237 85.576

12 Sukabumi 63.598 65.843 64.054 65.072 66.107 67.158 68.226 69.311 70.413 71.532 72.670

13 Kemiling 71.471 75.745 77.149 78.376 79.622 80.888 82.174 83.481 84.808 86.156 87.526

14 Labuhan Ratu - - 58.284 59.211 60.152 61.109 62.080 63.067 64.070 65.089 66.124

15 Way Halim - - 81.383 82.677 83.992 85.327 86.684 88.062 89.462 90.885 92.330

16 Langkapura - - 42.191 42.862 43.543 44.236 44.939 45.654 46.379 47.117 47.866

17 Enggal - - 41.598 42.259 42.931 43.614 44.307 45.012 45.728 46.455 47.193

18 Kedamaian - - 63.333 64.340 65.363 66.402 67.458 68.531 69.620 70.727 71.852

19 Teluk Betung Timur - - 52.039 52.866 53.707 54.561 55.428 56.310 57.205 58.115 59.039

20 Bumi Waras - - 68.762 69.855 70.966 72.094 73.241 74.405 75.588 76.790 78.011

JUMLAH 1.212.129 1.231.402 1.250.981 1.270.872 1.291.079 1.311.607 1.332.461 1.353.647 1.375.170

Sumber : RTRW Kota Bandar Lampung, 2014

Penduduk Kota Bandar Lampung berdasarkan Sensus Penduduk Nasional 2012 yang dilaksanakan Biro Pusat Statistik (BPS) berjumlah 1.212.129 jiwa. Sebaran

II - 10 Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI-JM) Bidang Cipta Karya RPIJM Kota Bandar Lampung penduduk kota paling banyak berada di Kecamatan Panjang yang berjumlah 91.080 jiwa, sedangkan paling sedikit berada di Kecamatan Teluk Betung Barat dengan jumlah 34.031 jiwa.

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung Tahun 2017

Jumlah Luas Wilayah No Kecamatan Penduduk (Km²) (Jiwa)

1 Telukbetung Barat 30.365 11,02

2 Telukbetung Timur 42.439 14,83

3 Telukbetung Selatan 40.103 3,79

4 Bumi Waras 57.823 3,75

5 Panjang 75.716 15,75

6 Tanjung Karang Timur 37.815 2,03

7 Kedamaian 53.593 8,21

8 Telukbetung Utara 51.556 4,33

9 Tanjung Karang Pusat 52.098 4,05

10 Enggal 28.620 3,49

11 Tanjung Karang Barat 55.750 14,99

12 Kemiling 66.885 24,24

13 Langkapura 34.587 6,12

14 Kedaton 49.990 4,79

15 Rajabasa 48.941 13,53

16 Tanjung Senang 46.647 10,63

17 Labuhan Ratu 45.696 7,97

II - 11 Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI-JM) Bidang Cipta Karya RPIJM Kota Bandar Lampung

Jumlah Luas Wilayah No Kecamatan Penduduk (Km²) (Jiwa)

18 Sukarame 58.005 14,75

19 Sukabumi 58.436 23,6

20 Way Halim 62.663 5,35

2016 997.728 197,22

2015 979.287 197,22

2014 960.695 197,22

2013 942.039 197,22

2012 902.885 197,22

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017

2.3.2 Struktur Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk terendah Kota Bandar Lampung pada tahun 2011 terdapat di Kecamatan Teluk Betung Barat, Kecamatan Panjang, Kecamatan Tanjung Karang Timur,Kecamatan Tanjung Karang Barat, Kecamatan Kemiling, Kecamatan Rajabasa, Kecamatan Tanjung Senang, Kecamtan Sukarame. Hal ini menandakan bahwa pada kecamatan-kecamatan yang memiliki kepadatan rendah mampu menampung beban jumlah penduduk jika kemudian hari terjadi pertumbuhan penduduk yang signifikan di bandingkan dengan kecamatan dengan tingkat kepadatan sedang seperti pada Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Kecamatan Teluk Betung Selatan, Kecamatan Teluk Betung Utara, Kecamatan Kedaton dan Kecamatan Sukabumi.

Tabel 2.4

Kepadatan Penduduk Tahun 2012-2016

II - 12 Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI-JM) Bidang Cipta Karya RPIJM Kota Bandar Lampung

Jumlah Kepadatan Luas Wilayah No Kecamatan Penduduk Penduduk (Km²) (Jiwa) (Jiwa/Km²)

1 Telukbetung Barat 30.365 11,02 2.755

2 Telukbetung Timur 42.439 14,83 2.862

3 Telukbetung Selatan 40.103 3,79 10.581

4 Bumi Waras 57.823 3,75 15.419

5 Panjang 75.716 15,75 4.807

6 Tanjung Karang Timur 37.815 2,03 18.628

7 Kedamaian 53.593 8,21 6.528

8 Telukbetung Utara 51.556 4,33 11.907

9 Tanjung Karang Pusat 52.098 4,05 12.864

10 Enggal 28.620 3,49 8.201

11 Tanjung Karang Barat 55.750 14,99 3.719

12 Kemiling 66.885 24,24 2.759

13 Langkapura 34.587 6,12 5.651

14 Kedaton 49.990 4,79 10.436

15 Rajabasa 48.941 13,53 3.617

16 Tanjung Senang 46.647 10,63 4.388

17 Labuhan Ratu 45.696 7,97 5.734

18 Sukarame 58.005 14,75 3.933

19 Sukabumi 58.436 23,6 2.476

20 Way Halim 62.663 5,35 11.713

2016 997.728 197,22 5.059

II - 13 Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI-JM) Bidang Cipta Karya RPIJM Kota Bandar Lampung

Jumlah Kepadatan Luas Wilayah No Kecamatan Penduduk Penduduk (Km²) (Jiwa) (Jiwa/Km²)

2015 979.287 197,22 4.965

2014 960.695 197,22 4.871

2013 942.039 197,22 4.777

2012 902.885 197,22 4.578

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017

2.4 Isu Strategi Sosial Ekonomi dan Lingkungan berdasarkan RPJMD

dan RTRW Kota Bandar Lampung

2.4.1 Profil Ekonomi

Laju pertumbuhan ekonomi merupakan suatu indikator makro yang dapat menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi. Indikator ini biasanya digunakan untuk menilai tingkat keberhasilan pembangunan suatu daerah dalam periode waktu tertentu, sehingga indikator ini dapat pula dipakai untuk menentukan arah kebijaksanaan pembangunan yang akan datang. Pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian, dan sebaliknya pertumbuhan yang negatif menunjukkan adanya penurunan perekonomian. Untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara riil dapat digambarkan melalui laju pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan.

Pertumbuhan ekonomi kota Bandar Lampung secara tidak langsung dipengaruhi oleh keadaan perekonomian nasional dan kebijakan yang diterapkan oleh Pemerintah Pusat. Pertumbuhan ekonomi Kota Bandar Lampung selama lima tahun terakhir (2006-2010) mengalami pertumbuhan yang fluktuatif.

II - 14 Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI-JM) Bidang Cipta Karya RPIJM Kota Bandar Lampung

Pertumbuhan ekonomi selama lima tahun terakhir dapat digambarkan sebagai berikut, pada tahun tahun 2006 sebesar 6,30 persen, tahun 2007 sebesar 6,83 persen, tahun 2008 sebesar 6,82 persen, tahun 2009 sebesar 6.01 persen, dan tahun 2010 sebesar 6,33 persen.

Secara sektoral seluruh sektor ekonomi kota Bandar Lampung selama kurun waktu 2006-2010 masih dalam kondisi normal. Seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif. Pada tahun 2010 pertumbuhan ekonomi kota Bandar Lampung banyak disumbangkan dari sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sektor ini menyumbang laju pertumbuhan terbesar yaitu tumbuh secara signifikan sebesar 12,64 persen, sedangkan sektor ekonomi lainnya tumbuh pada level dibawah 10 persen.

Tabel 2.2 Pertumbuhan Riil Sektor Ekonomi Tahun 2006-2010 (Persen) Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010 2011

1. Pertanian 9,99 2,95 3,95 2,06 1,92 1,96

2.Pertambangan dan Penggalian -1,79 -1,57 -2,86 1,50 3,19 3,23

3. Industri Pengolahan 15,08 10,47 4,91 7,54 5,22 5,44

4. Listrik, gas dan air bersih - 7,36 2,98 1,46 2,57 2,72 14,30

5. Bangunan 1,06 5,69 6,21 1,37 4,63 3,46

6. Perdagangan, Hotel dan 0,32 2,85 3,75 1,78 3,95 4,06 Restoran

7.Pengangkutan dan Komunikasi 3,91 3,40 4,82 6,99 6,67 6,89

8. Keuangan, persewaan dan 16,11 18,34 16,23 11,99 12,64 12,93 jasa perusahaan

9. Jasa-jasa 1,51 1,27 5,70 4,27 3,54 3,62

Rata-Rata Pertumbuhan 6,30 6,83 6,93 6,01 6,33 6,53 Ekonomi

Sumber : BPS Kota Bandar Lampung, 2012

a) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

II - 15 Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI-JM) Bidang Cipta Karya RPIJM Kota Bandar Lampung

Pendapatan Regional atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sering disalah tafsirkan dengan pendapatan Pemerintah Daerah. Pendapatan Pemerintah Daerah yaitu besarnya penerimaan pemerintah daerah dalam bentuk pajak dan non pajak dari masyarakat. Sedangkan Pendapatan Regional adalah seluruh nilai netto barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu daerah pada waktu tertentu atau dari segi arus uangnya adalah jumlah seluruh pendapatan yang diterima oleh faktor produksi. Dengan kata lain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh sektor ekonomi dikurangi dengan biaya antara yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang dan jasa tersebut.

Pengukuran terhadap nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit kegiatan ekonomi di suatu wilayah dapat ditunjukan oleh nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di wilayah tersebut. Dengan demikian, nilai PDRB dapat menggambarkan kemampuan wilayah dalam menghasilkan barang dan jasa yang mencerminkan pendapatan masyarakat di suatu daerah.

Nilai PDRB yang selanjutnya dibagi dengan jumlah penduduk akan menghasilkan nilai PDRB per kapita. Jika menggunakan PDRB per kapita atas dasar harga berlaku, maka PDRB per kapita tersebut akan menggambarkan besarnya nilai PDRB per penduduk, sedangkan jika menggunakan PDRB atas harga konstan menunjukan besarnya PDRB riil perkapita penduduk.

Selanjutnya struktur perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari besarnya peranan/kontribusi masing-masing sektor usaha terhadap total PDRB yang dihitung atas dasar harga berlaku. Dari hasil perhitungan PDRB Kota Bandar Lampung (berdasarkan harga konstan 2000) pada Tahun 2006 terlihat bahwa sektor usaha yang dominan kontribusinya terhadap PDRB yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (19,14%), sektor Industri pengolahan (18,09%), sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (16,59%), sektor pengangkutan dan komunikasi (16,17%). Pada tahun 2007, sektor usaha yang dominan adalah sektor industri pengolahan (18,70%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (18,42%), sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (18,38%) serta sektor pengangkutan dan komunikasi (15,65%). Sedangkan

II - 16 Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI-JM) Bidang Cipta Karya RPIJM Kota Bandar Lampung pada tahun 2008, sektor usaha yang dominan adalah sektor sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (20,00%), sektor industri pengolahan (18,37%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (17,90%), serta sektor pengangkutan dan komunikasi (15,36%). Pada Tahun 2009, sektor usaha yang dominan adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (21,11%), sektor industri pengolahan (18,61%), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (16,78%), serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Pada Tahun 2010, Sektor usaha yang dominan adalah sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan (19,85%), sektor industri pengolahan (18,40%), sektor perdagangan, hotel, dan restoran (16,78%), serta sektor pengangkutan dan komunikasi (15,53%).

Besarnya sumbangan/kontribusi sektor tersier dan sekunder terutama keempat sektor tersebut diatas sesuai dengan kondisi riil yang dapat kita amati antara lain karena Kota Bandar Lampung merupakan pusat perbelanjaan di Propinsi Lampung sehingga perputaran keuangan berlangsung cepat dan dalam nominal yang relatif besar. Selain itu, Kota Bandar Lampung juga merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial, politik dan kebudayaan, serta sebagai kota pelajar, pusat transportasi dan komunikasi di Proipinsi Lampung.

Oleh karena itu, wajar saja jika keempat sektor tersebut menjadi tulang punggung perekonomian Kota Bandar Lampung. Bahkan jika dilihat dari kontribusinya terhadap PDRB Propinsi Lampung, terlihat bahwa Kota Bandar Lampung sebagai penyumbang terbesar untuk keempat sektor tersebut.

Dengan tingginya dominasi dari keempat sektor tersebut dalam menyumbang perekonomian Kota Bandar Lampung, maka Pemerintah Kota Bandar Lampung menyikapinya dengan menyediakan sarana dan prasarana yang lebih kondusif untuk mendapatkan multiplier effect dari keempat sektor tersebut. Sehingga dengan berkembangnya keempat sektor ini diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan sektor lainnya. Sektor usaha yang kontribusinya terhadap PDRB Kota Bandar Lampung sangat kecil yaitu sektor listrik dan Air Bersih, sektor Pertambangan dan Penggalian serta sektor Pertanian, Peternakan dan Perikanan. Secara rinci mengenai besaran masing- masing sektor pada PDRB terdapat pada tabel-tabel berikut.

II - 17 Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI-JM) Bidang Cipta Karya RPIJM Kota Bandar Lampung

Tabel 2.3

Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2012-2016 (Persen) Lapangan Tahun Usaha 2012 2013 2014 2015 2016*

2,42 2,65 5,91 2,37 1,12 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 11,72 10,02 5,90 11,39 6,47

Pertambangan dan Penggalian 4,46 6,07 5,51 8,50 6,19

Industri Pengolahan 11,86 12,64 20,47 5,28 5,82

Pengadaan Listrik dan Gas 3,30 0,10 5,82 3,05 4,13 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 4,81 5,54 6,86 2,85 10,37

Konstruksi 5,70 5,21 5,67 0,29 3,20 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 9,09 7,21 9,80 12,67 8,09

Transportasi dan Pergudangan 7,97 8,03 7,69 10,88 5,83 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 11,39 9,85 8,77 9,28 16,42

Informasi dan Komunikasi 14,74 12,63 9,02 3,44 3,76

Jasa Keuangan dan Asuransi 8,99 9,81 7,98 6,67 5,45

Real Estat 12,97 13,38 12,44 7,11 2,85

Jasa Perusahaan 2,73 4,80 5,89 5,64 4,54 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 8,73 9,15 9,53 8,18 4,30

Jasa Pendidikan 7,81 8,39 8,86 7,97 6,19 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 4,51 4,52 5,56 8,90 3,28

ProdukJasa lainnya Domestik Regional 6,64 6,77 7,05 6,33 6,43 Bruto/Gross Regional Domestic Product Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017 *Angka Sementara

II - 18 Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI-JM) Bidang Cipta Karya RPIJM Kota Bandar Lampung

Pertumbuhan ekonomi Kota Bandar Lampung terjadi pada hampir seluruh sektor lapangan usaha. Informasi dan komunikasi menjadi sektor lapangan usaha dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun 2016, yaitu mencapai 16,42 persen. Sektor lapangan usaha lain yang juga mengalami pertumbuhan tinggi yaitu konstruksi yang mencapai 10,37 persen pada tahun 2016.

Adapun lapangan usaha yang mengalami pertumbuhan yang rendah pada tahun 2016 yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 1,12 persen; jasa perusahaan sebesar 2,85 persen; perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 3,20 persen; jasa lainnya sebesar 3,28 persen.

Berdasarkan uraian diatas, sektor – sektor lapangan usaha yang memiliki laju pertumbuhan yang cukup tinggi dapat memberikan kontribusi bagi tujuan pembangunan yaitu dapat meningkatkan pendapatan daerah maupun meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan.

Selama 5 tahun terakhir perekonomian Bandar Lampung mampu tumbuh stabildi kisaran 6 hingga 7 persen. Angka pertumbuhan ekonomi Bandar Lampung tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung dan Nasional, sebagaimana yang ditunjukkan tabel berikut ini:

Tabel 2.4 Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung dan Pertumbuhan Ekonomi 2012 2013 2014 2015 2016* Nasional Tahun 2012-2016 (Persen) Kota Bandar Lampung 6,64 6,77 7,05 6,33 6,43 Provinsi Lampung 6,44 5,77 5,08 5,13 5,15 Nasional 6,23 5,78 5,02 4,88 5,02 Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017 *Angka Sementara

Diagram 2.3 Grafik Pertumbuhan Ekonomi Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung dan Nasional Tahun 2012-2016 II - 19 Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI-JM) Bidang Cipta Karya RPIJM Kota Bandar Lampung

1. PDRB per Kapita

PDRB suatu daerah dibagi dengan jumlah penduduk yang tinggal di daerah itu, maka akan dihasilkan suatu PDRB per kapita. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku (ADHB) menunjukkan niai PDRB per kepala atau per satu orang penduduk.

Pada tahun 2016, PDRB per kapita ADHB Kota Bandar Lampung mencapai 44,84 juta rupiah sementara PDRB per kapita ADHB Kota Bandar Lampung pada tahun

2012-2015 berturut-turut sebesar 30,06 juta; 32,77 juta; dan 26,78 juta; 40,26 juta.

Berikut adalah data yang menunjukkan kenaikan PDRB Per Kapita Kota Bandar

Lampung (ADHB maupun ADHK 2010) Tahun 2012-2016 :

II - 20 Review Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI-JM) Bidang Cipta Karya RPIJM Kota Bandar Lampung

Tabel Uraian2.1 PDRB Per2012 Kapita Kota2013 Bandar Lampung2014 Tahun2015* 2012 –2012016**6 (Rupiah)

Atas Dasar Harga 30.063.498 32.770.590 36.778.385 40.262.886 44.843.789 Berlaku (ADHB) Atas Dasar Harga 25.517.702 28.792.775 30.224.133 31.526.570 32.993.858 Konstan (ADHK) Sumber: Badan Pusat Statistik, 2017 *Angka Sementara ** Angka sangat sementara

PDRB per kapita Kota Bandar Lampung menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Indikator ini menunjukkan bahwa secara ekonomi setiap penduduk Bandar Lampung rata-rata mampu menciptakan PDRB atau nilai tambah sebesar nilai per kapita di masing-masing tahun tersebut.

II - 21