KONSEP PENDIDIKAN PEREMPUAN SITI WALIDAH

Dian Ardiyani

Fasilitator Baitul Arqam Universitas Surakarta Email: [email protected]

ABSTRACT Education is a process in which a person acquires knowledge, develops skills , atitude or change skills. Education is a process of transformation of students to achieve certain things as a result of the educational process that involved1. As part of society, education has a dual function of social function and individual function. Through Siti Walidah’s thoughts on the concept of education for women, finally it gave new hope to education for women in Java in particular and in Indonesia. Siti Walidah’s thinking is not only for Javanese women, but for Indonesian women to get a balance in terms of education with men.

Keywords: Education of women, Siti Walidah

الرتبية هي إحدى العمليات من حيث يكسب املرء املعرفة، تطوير القدرة أو مهارة املوقف وتغيريه. الرتبية عملية حتويل الطالب لتحقيق أشياء معينة نتيجة العملية التعليمية اليت قام هبا. كجزء من اجملتمع، لديها الرتبية وظيفة مركبة يعين وظيفة اجتماعية و وظيفة فردية. من خالل أفكار سييت والدة عن مفهوم الرتبية للمرأة، تقدم يف هناية األمر فرصة مثينة يف تربية املرأة خاصة جاوه و إندونيسيا. أفكار سييت والدة ليست جمرد للمرأة يف جاوه فحسب، ولكن للمرأة اإلندونيسية الكتساب التوازن يف .القضااي الرتبوية ابلرجال

الكلمات الرئيسية: تربية املرآة، سييت والدة

PENDAHULUAN pelatihan, atau penelitian. Secara etimologi kata pendidikan itu Pendidikan adalah sendiri berasal dari bahasa Yunani pembelajaran, pengetahuan yaitu ducare, berarti “menuntun, keterampilan dan kebiasaan mengarahkan, atau memimpin” sekelompok orang yang diturunkan dan awalan e, berarti “keluar”. Jadi, dari satu generasi ke generasi pendidikan berarti menuntun ke berikutnya melalui pengajaran,

1Ibid.

12 Tajdida, Vol. 15, No. 1, Juni 2017 luar”. Dalam bahasa Arab dikenal pendidikan memiliki ruang lingkup dengan istilah “tarbiyah” , yang manfaat yang lebih luas, bukan berasal dari kata “raba-yarbu” yang hanya pada perempuan itu sendiri berarti mengembang, tumbuh. tetapi juga keluarga, komunitas dan “Seperti satu benih yang menumbuhkan negara. tunas dan lembaganya, makin Pendidikan bagi kaum mengeras dan kokoh batangnya hingga perempuan pada masa Siti Walidah mengagumkan bagi banyak petani”.2 merupakan suatu hal yang sangat Pendidikan adalah suatu proses tabu. Kaum perempuan tidak di mana seorang mendapatkan diperkenankan mengenyam pengetahuan (knowledge acquisition), pendidikan yang tinggi bahkan mengembangkan kemampuan atau hanya diperbolehkan untuk keterampilan (skills developments) menyelesaikan pekerjaan rumah sikap atau mengubah sikap (attitute saja. Hanya perempuan putra change). 3 pendidikan merupakan bangasawan dan kaum ningrat suatu proses transformasi anak saja yang boleh bersekolah, itupun didik agar mencapai hal-hal tertentu jenjang pendidikannya dibatasi sebagai akibat proses pendidikan hanya sampai pendidikan dasar yang diikutinya. Sebagai bagian dari saja. Budaya patriarki masih melekat masyarakat, pendidikan memiliki kuat dalam masyarakat dimana fungsi ganda yaitu fungsi sosial dan menganggap perempuan hanya fungsi individual. sebagai pelengkap kaum laki-laki Setiap pengalaman yang dan perempuan merupakan kaum memiliki efek formatif pada cara yang lemah.4 Adanya anggapan orang berfikir, merasa, atau tindakan bahwa kodrat perempuan adalah dapat dianggap pendidikan. untuk mengurus keperluan Pendidikan pada umumnya dibagi rumah tangga saja sehingga tidak menjadi tahap seperti prasekolah, membutuhkan pendidikan. Hal sekolah dasar, sekolah menengah ini sangat bertentangan dengan dan kemudian perguruan pribadi Siti Walidah bahwasannya tinggi, universitas atau magang. perempuan bukan hanya sekedar Pendidikan merupakan salah satu pelengkap bagi kaum laki-laki saja, motor penggerak perubahan sosial. tapi perempuan adalah pengerak Bagi perempuan, pendidikan adalah kemajuan keluarga, bangsa dan kunci menuju kehidupan yang negara. lebih baik. Namun sebenarnya, Siti Walidah merupakan

2Prof.Dr.H.Veithzal Rivai Zainal,SE,MM,MBA dan Dr.H.Fauzi Bahar,Msi. 2013. Islamic Education Management: Dari Teori kr Praktik. Jakarta: Rajawali Pers. Hlm.149. 3Ibid. 4Yunan Yusuf dkk, Ensiklopedi Muhammadiyah: Siti Walidah (Nyai ) (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2005), hlm. 392 Konsep Pendidikan Perempuan... - Dian Ardiyani 13 sosok perempuan yang terus berdakwahnya sudah mulai memperjuangkan pendidikan bagi diasah, sehingga beliau dipercaya kaum perempuan. Berbagai cara ayahnya untuk membantu mengajar dilakukan untuk mengentaskan dilanggar Kiai Fadhil. kaum perempuan dari belenggu Siti Walidah menikah pada kebodohan dan budaya patriarki. tahun 1889 dengan Darwis atau lebih dikenal dengan BIOGRAFI SITI WALIDAH Kiai Haji Ahmad Dahlan. Siti walidah selalu mendampingi perjalanan Siti walidah lahir di suaminya dalam mendirikan dan pada tahun 1872 M. Nama kecilnya mengembangkan Muhammadiyah adalah Siti Walidah Binti Kiai pada tahun 1912 M. Dari sana Penghulu Haji Ibrahim bin Kiai beliau belajar banyak dan juga kenal Muhammad Hasan Pengkol bin dengan beberapa tokoh Nasional Kiai Muhammad Ali Ngraden teman Kiai Ahmad Dahlan seperti Pengkol, ayahnya biasa dipanggil Jendral , Bung Tomo, Bung dengan nama Kiai Fadhil. Ibunya Karno, dan Kiai Haji Mas Mansyur. dikenal dengan nama Nyai Mas.5 Siti Pada tahun 1914, Nyai Ahmad Walidah dibesarkan dilingkungan Dahlan mendirikan kelompok agamis tradisional. Perempuan pengajian yang diberi nama Sopo pada waktu itu tidak boleh Tresno. 6Sebuah kelompok pengajian mengenyam pendidikan formal, untuk gadis-gadis terdidik di sekitar dan hanya diperbolehkan belajar Kauman, yogjakarta. Pengajian agama. meskipun di kalangan para ini tidak hanya belajar tentang Ulama, Siti Walidah hanya dididik agama tetapi juga mengajarkan oleh kedua orang tuanya, beliau tentang pentingnya pendidikan diajarkan berbagai aspek tentang bagi masyarakat. kemudian pada Islam termasuk bahasa Arab dan tahun 1923 pengajian Sopo Tresno al-Qur’an. Sejak kecil, kemampuan

5Yunus Anis, Riwayat Hidup Nyai Ahmad Dahlan Ibu Muhammadiyah dan Pelopor Pergerakan Indonesia (Yogyakarta: Yayasan Mercusuar, 1968), hlm.8. 6Sapa Tresna artinya siapa suka atau siapa cinta. Nama ini dipilih supaya orang yang mengikuti pengajian ini tidak dalam keterpaksaan, namun karena suka atau cinta. Yusuf Abdullah,Perjuangan dan Pengabdian Muhammadiyah (Jakarta: Pustaka Antara, 1989), hlm.6. 7Aisiyah berasal dari kata Aisyah, yaitu nama salah satu istri nabi Muhammad yang kemudian ditambah ya’ nisbiyah yang berarti pengikut atau pengiring. Muhammadiyah menamakan gerakan wanitanya dengan Aisyiyah bermaksud agar kaum ibu dalam Muhammadiyah ikut berjuang berasama-sama dalam menyampaikan ajaran Islam ke tengahtengahmasyarakat serta dapat meneladani peri kehidupan dan perjuangan ibu kaum muslimin,yaitu Aisyiyah. Suratmin, Nyai Ahmad Dahlan (Jakarta, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1981), hlm. 62-63.

14 Tajdida, Vol. 15, No. 1, Juni 2017 diganti namanya menjadi ‘Aisyiyah,7 Untuk itu beliau mulai mendidik lembaga khusus perempuan. kader-kader muda bangsa melalui media penyelenggara internaat KONSEP PENDIDIKAN PE- (pondok),8 khusus bagi anak REMPUAN SITI WALIDAH perempuan. Pemikiran Nyai Ahmad Dalam lembaga ‘Aisyiyah ini Dahlan ini pada awalnya mendapat Nyai Ahmad Dahlan mencoba tantangan dari masyarakat, namun memperkenalkan pemikirannya kemudian sedikit demi sedikit bahwa perempuan mempunyai masyarakat dapat menerimanya. hak yang sama untuk menuntut Muhammadiyah dikenal sebagai ilmu setinggi-tingginya. Selain itu organisasi pembaharu dalam beliau juga menentang praktik Islam yang mulai mengakar dalam kawin paksa. Tekanan terhadap masyarakat, dan Muhammadiyah kaum perempuan telah membuka mendukung gerakan Nyai Ahmad wacana Nyai Ahmad Dahlan Dahlan dalam perjuangannya dalam memperjuangkan kaum untuk mengangkat martabat kaum perempuan. Dari tekat yang kuat perempuan. Muhammadiyah dan dorongan suami, pada tahun mulai berperan dalam mamajukan 1914 beliau membuat kelompok pendidikan perempuan dan pengajian yang anggotanya adalah berkiprah dalam merespon ibu-ibu dan perempuan muda. Di isu-isu perempuan sekaligus antara pengajian tersebut adalah memberdayakan melalui jalur Sopo Tresno, Wal ‘Asri, dan Magribi pendidikan dan pelayanan sosial. School. Materi pengajian antara lain Dari pemikiran Nyai Ahmad adalah masalah agama, membaca Dahlan ini beliau menginginkan dan menulis agar bisa bersikap jujur agar bangsa Indonesia terutama dan tidak merasa kecil hati karena kaum perempuan lebih maju dalam menganggap dirinya bodoh. pendidikan sehingga terlepas dari Yang menarik adalah ketika penjajahan. Ini membuktikan bahwa Nyai Ahmad Dahlan mampu spirit Islam mampu mendorong menyesuaikan dengan pemikiran kemajuan wanita. Inilah yang suami dalam pendidikan Islam akhirnya menyadarkan kaum modern. Nyai Ahmad Dahlan perempuan tentang arti pendidikan menyadari bahwa dirinya memiliki serta kiprah Nyai Ahmad Dahlam kewajiban yang sangat besar dalam mendidik kaum untuk melawan pendidikan untuk mengentaskan penjajah. Maka dari itu pemerintah kaumnya dari belenggu kebodohan.

8Bisyron Ahmadi Ranadirdja. Cikal Bakal Sekolah Muhammaadiyah (yogyakarta: Badan Pembantu Pelaksana Pembantu Pendidikan Pawiyatan Wanita Sekolah Dasar Muhammadiyah Kauman Yogyakarta, 1980). Hlm.8. Konsep Pendidikan Perempuan... - Dian Ardiyani 15 menganugerahkan bintang anu- hasil dari bentukan (konstruksi) merta pada Nyai Ahmad dahlan. sisoal budaya yang tertanan melalui Dan sesuai surat Presiden no. 042/ proses sosialisasi dari satu generasi TK/TH 1971 tanggal 22 september kegenerasi berikutnya.11 Menurut 1971 pemerintah mengelompokkan teori nurture adanya perbedaan sebagai Pahlawan Nasional9 antara laki-laki dan perempuan pada hakekatnya adalah bentukan dari PENDIDIKAN PEREMPUAN masyarakat melalui konstruksi sosial budaya, perbedaaan perempuan dan Konstruksi sosial menempatkan laki-laki adalah kodrati sehingga perempuan dan laki-laki dalam menghasilkan peran dan dan perbedaan kelas. Laki-laki tugasnya yang berbeda. Sehingga diidentikkan dengan kelas borjuis, dari perbedaan itu menyebabkan dan perempuan sebagai proletar. perempuan selalu tertinggal dan Perjuangan untuk persamaan hak tarabaikan peran dan konribusinya ini dipelopori oleh kaum feminis dalam kehidupannya di keluarga, internasional yang cendenrung bermasyarakat, berbangsa dan mengejar kesamaan dengan konsep negara. Namun dalam proses 50:50 (fifty-fifty), yang kemudian perkembangannya banyak kaum dikenal dengan perfect equality perempuan sadar terhadap beberapa (kesamaan sempurna) secara kelemahan teori nature kemudian kuantitas. Berangkat dari kenyataan beralih ke teori natura. Pendekatan bahwa perjuangan tersebut sulit nature dirasa tidak menciptakan dicapai karena berbagai hambatan kedamaian dan keharmonisan baik dari nilai agama maupun dalam hidup berkeluarga dan budaya, kemudian para feminis bermasyarakat. berjuang dengan menggunakan Talcott Parson (1902-1979) dan pendekatan sosial konflik, konsep Parson & Bales berpendapat bahwa ini diilhami oleh Karl Marc (1818- keluarga merupakan unit sosial yang 1883) dan Machiavvelli (1469- memberikan perbedaan peran suami 1527) kemudian dilanjutkan oleh dan istri untuk saling melengkapi dan David Lockwood (1957) dengan saling membantu. Keharmonisan menggunakan konsep dialektika.10 hidup akan diciptakan juga terjadi “Gender” dapat diartikan pembagian peran dan tugas yang sebagai perbedaan peran, fungsi, serasi antara perempuan dan status dan tanggung jawab pada laki-laki. Aliran ini melahirkan laki-laki dan perempuan sebagai paham struktural fungsional

9Alfiyanti, Dina. 2012. Mengenal Pahlawan Nasional Jilid 1. Hlm. 60. 10Lubis, Ahyar Yusuf. 2015. Pemikiran Kritis Kontemporer. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. Hlm.103. 11Ibid. hlm.107.

16 Tajdida, Vol. 15, No. 1, Juni 2017 yang menerima perbedaan peran. kongres ke-5 Aisyiyah di yogyakarta, Sehingga lahirlah Teori Equilibrium, pada awal masa pemimpinannya, Ia yaitu menekankan pada konsep berfokus pada kegiatan pemberian kemitraan dan keharmonisan dalam dakwah di seluruh pulau Jawa. hubungan antara perempuan dan Pada tahun kedua laki-laki. Untuk mewujudkan kepemimpinannya, Siti Walidah gagasan tersebut, maka dalam setiap berfokus pada pendirian masjid kebijakan dan strategi pembangunan perempuan. Kemudian pada tahun agar diperhitungkan kepentingan berikutnya beliau memusatkan dan peran perempuan dan laki- kegiatan organisasi kearah laki secara seimbang. Hubungan pendidikan keagamaan dan kursus- antara kedua elemen tersebut bukan kursus kesehatan mental. Kemudian saling bertentangan tetapi hubungan pada tahun 1924 beliau terpilih komplementer untuk saling lagi untuk keempat kalinya. Beliau melengkapi satu sama lain. memusatkan kegiatan ‘Aisyiyah berfokus pada pendidikan formal ANALISIS PEMIKIRAN dan non formal. Kemudian beliau kembali menjabat lagi pada tahun Siti Walidah merupakan dua 1925, 1926, dan 1930. Pada masa tokoh perempuan yang memiliki tersebut tidak ada program kerja pemikian yang sama dalam baru, namun beliau membuat mengentaskan kaum perempuan majalah yang membantu memajukan dalam pendidikan. Konsep perempuan yaitu majalah ‘Suara pendidikan perempuan menurut Siti ‘Aisyiyah”. Walidah diantaranya adalah: bahwa perempuan Muslim tak hanya tahu Konsep pendidikan perempuan tugas berumah tangga, tetapi juga menurut pemikiran Siti Walidah tahu tugas mereka dalam kewajiban sangat relevan dengan konsep bernegara dan bermasyarakat. Yang kekinian, dimana pola pikir manusia kemudian Siti Walidah mendirikan semakin berkembang dan cenderung sekolah-sekolah putri dan asrama, terbuka dengan ilmu pengetahuan serta keaksaraan dan program dan teknologi. Penghargaan kepada pendidikan Islam bagi perempuan. kaum perempuan pun semakin Dan kemudian beliau juga meningkat, karena sudah banyak menentang kawin paksa. Berbeda dilihat pada sektor pendidikan dengan tradisi masyarakat Jawa yang dan kedokteran didominasi oleh Patriarki, Siti Walidah berpendapat kaum perempuan yang memang bahwa perempuan adalah mitra mereka benar – benar mumpuni suami mereka. Pada tahun 1921, Siti di bidang tersebut. Dalam hal ini Walidah menjadi ketua ‘Aisyiyah kaum perempuan bisa dkatakan yang pertama, beliau dipilih dalam sebagai mitra dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan negara. Konsep Pendidikan Perempuan... - Dian Ardiyani 17 Ditinjau dari perspektif teori tidak diperbolehkan bersekolah gender, pemikiran Siti Walidah seperti layaknya kaum laki-laki. memperjuangkan hak perempuan Kalaupun ada anak perempuan untuk mendapatkan pendidikan yang diperbolehkan untuk sekolah yang setara dengan kaum laki-laki. pastilah mereka dari golongan Tidak hanya pendidikan, dalam priyayi. Begitu juga yang dialami kehidupan berkeluarga, berbangsa oleh Siti Walidah. Siti Walidah dan bernegara juga diperjuangkan mendapatkan pendidikan hanya dari untuk kaum perempuan. Hal ini orang tuanya tentang pendidikan sejalan dengan teori equilibrium Agama saja. Namun kedua tokoh yang di usung oleh Talcott Parson tersebut memiliki pemikiran yang (1902-1979) dan Parson & Bales sangat luas dan jangka panjang untuk yang berpendapat bahwa keluarga kaumnya. Melalui pemikiran Siti merupakan unit sosial yang Walidah tentang konsep pendidikan memberikan perbedaan peran suami untuk kaum perempuan, akhirnya dan istri untuk saling melengkapi memberikan angin segar pada dan saling membantu. Dalam teori pendidikan untuk kaum perempuan equilibrium ini menekankan pada di tanah Jawa khususnya dan di konsep kemitraan dan keharmonisan Indonesia. Pemikiran Siti Walidah dalam hubungan antara perempuan tidak hanya untuk perempuan dan laki-laki. Kemudian untuk Jawa saja, tetapi untuk perempuan mewujudkan gagasan tersebut, maka Indonesia supaya mendapatkan dalam setiap kebijakan dan strategi keseimbangan dalam hal pendidikan pembangunan agar diperhitungkan dengan kaum laki-laki. kepentingan dan peran perempuan Kemudian konsep pendidikan dan laki-laki secara seimbang. Begitu perempuan yang diusung oleh Siti juga konsep Pendidikan Perempuan Walidah sangat relevan dengan Siti Walidah yang menempatkan konsep pendidikan perempuan perempuan setara dengan laki-laki, masa kekinian. Selanjutnya dalam namun dalam keluarga perempuan perspektif teori jender, pemikiran Siti adalah mitra bagi suaminya dalam Walidah ini tidak semata-mata ingin mengatur rumah tangga. Sebagai mencari kesamaan fifty-fifty seperti mitra perempuan harus memiliki yang diusung oleh para feminisme pendidikan yang setara dengan internasional yang menginginkan laki-laki sehingga dapat membantu hak dan persamaan kaum laki- suami dalam membina rumah laki dan perempuan secara utuh, tangga dan anak-anak. tetapi lebih pada penekanan Pendidikan bagi kaum bahwa perempuan adalah mitra perempuan pada masa Siti Walidah bagi kaum laki-laki tidak hanya merupakan suatu hal yang sekedar konco wingking saja. Ini langka, dimana kaum perempuan selaras dengan teori equilibrium yang

18 Tajdida, Vol. 15, No. 1, Juni 2017 diusung oleh Talcott Parson (1902- dalam pendidikan, pekerjaan dan 1979) dan Parson & Bales. Dimana perjuangan kemerdekaan bangsa kedudukan perempuan adalah dan negara. sebagai patner bagi kaum laki-laki

DAFTAR PUSTAKA

Ajisaka, Arya; Damayanti, Dewi. 2010. Mengenal Pahlawan Indonesia. Jakarta: Kawan Pustaka. Alfiyanti, Dina. 2012. Mengenal Pahlawan Nasional Jilid 1. Erlangga Group. Komandoko, Gamal. 2006. Kisah 124 Pahlawan & Pejuang Nusantara. Sleman: Pustaka Widyatama. Kurniasari, Triwik. 22 Agustus 2010. “Zaskia Adya Mecca: Juggling family and movies”. The Jakarta Post (dalam Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 Januari 2012. Diakses tanggal 15 Januari 2012. Lubis, Ahyar Yusuf. 2015. Pemikiran Kritis Kontemporer. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada Pusat Kajian Gender Wanita dan Gender Universitas Indonesia, Hak Asasi Perempuan, Yayasan Obor, Jakarta, 2007. Ranadirdja, Bisyron Ahmadi. 1980. Cikal Bakal Sekolah Muhammaadiyah (yogyakarta: Badan Pembantu Pelaksana Pembantu Pendidikan Pawiyatan Wanita Sekolah Dasar Muhammadiyah Kauman Yogyakarta). Rinusu (Ed). 2007. Pengarusutamaan Gender Dalam Pembangunan di Indonesia: Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kerjasama antara Kementerian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia dan United National Development Program (UNDP). Sadari.2015 . Hak Perempuan untuk Pendidikan dan Pengajaran dalam Prespektif Islam. Al-Murabi. Suhartono.1994 . Sejarah Pergerakan Nasional; dari Budi Utomo sampai Proklamasi . Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Syamsiyah, Dailatus. 2015 . Perempuan dalam Tantangan Pendidikan Global: Kontribusi Kaum Perempuan dalam Mewujudkan Millenium Development Goals. Palastren. Wahyudi, Jarot. 2002. “Nyai Ahmad Dahlan: Penggerak Perempuan Muhammadiyah”. Di Burhanuddin, Jajat. Ulama Perempuan Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Yunus Anis. 1968. Riwayat Hidup Nyai Ahmad Dahlan Ibu Muhammadiyah dan Aisyiyah Pelopor Pergerakan Indonesia (Yogyakarta: Yayasan Mercusuar). Zainal, Veithzal Rivai, dkk. 2013. Islamic Education Management: Dari Teori kr

Konsep Pendidikan Perempuan... - Dian Ardiyani 19 Praktik. Jakarta: Rajawali Pers. http://www.suaramuhammadiyah.id/2016/01/21/siti-walidah-perintis- namun-bukan-ketua-pertama-aisyiyah/2/ https://www.pwmu.co/5137/2016/04/siti-walidah-lebih-dari-seorang- /

20 Tajdida, Vol. 15, No. 1, Juni 2017