Journal of Tourism Destination and Attraction

POTENSI KUPU-KUPU SEBAGAI DAYA TARIK EKOWISATA DI KAWASAN JATILUWIH, BALI

(POTENTIAL OF AS ECOTOURIST ATTRACTION IN JATILUWIH AREA, BALI)

Anak Agung Gde Raka Dalem Prodi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, dan Pusat Unggulan Pariwisata Universitas Udayana, Bali, Indonesia [email protected]

Abstract Research on "Potential of butterflies as ecotourist attraction in Jatiluwih area, Bali" was undertaken in 2018. The objectives of this research were: to discover species of butterflies found in Jatiluwih area, to find out their potentials as ecotourist attractions, as well as to find out stakeholders’ perception about the development of -based eco-tourism in Jatiluwih. Samples were collected through an exploration of the research sites and though interview. Butterflies caught on sites brought to the laboratory at Udayana University for identification. Results of observation were identified by using identification books such as Bland and Jaques (1978), Landman (2001), Lilies S. (1992), etc. The data of butterflies recorded, such as the species and its relative numbers /frequency. The availability of attractions, accessibilities, amenities, and other matters (ancillaries) is used to analyse butterflies' potential and analyse the ecotourist attractions. This research showed 33 species of butterflies identified in the Jatiluwih area, one of which was protected by law. Jatiluwih has the potential in the development of butterflies as ecotourist attractions. This could be seen from the richness of butterfly species sighted in Jatiluwih and the existence of rare or protected species. Accessibility to Jatiluwih was also well; accommodation was available predominantly in the form of homestays, food stalls/restaurants were also open there, and support from the government's policy on the development of tourism. Based on this research, it was found that no use of butterflies as a unique ecotourist attraction found there, even though support from stakeholders for the development of butterfly-based eco-tourism existed. Keywords: butterflies, eco-tourism, Jatiluwih area, Bali

Abstrak Penelitian tentang “Potensi Kupu-Kupu sebagai Daya Tarik Ekowisata di Kawasan Jatiluwih, Bali” dilaksanakan pada tahun 2018. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jenis-jenis kupu-kupu yang ditemukan di kawasan Jatiluwih, untuk mengetahui potensinya sebagai daya tarik ekowisata, serta persepsi pemangku kepentingan dalam pengembangan ekowisata kupu-kupu. Sampel diambil melalui penjelajahan wilayah penelitian dan wawancara. Kupu-kupu yang ditemukan di lapangan ditangkap dan dibawa ke laboratorium di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana untuk diidentifikasi jenisnya. Hasil pengamatan dicocokkan dengan pedoman identifikasi antara lain Bland and Jaques (1978), Landman (2001), Lilies S. (1992), dan lain-lain. Data kupu-kupu dicatat berupa jenis dan jumlahnya (relatif)/frekwensinya. Potensi kupu-kupu sebagai daya tarik ekowisata antara lain dianalisis berdasarkan ketersediaan atraksi, khususnya kekayaan jenis kupu-kupu di Jatiluwih, aksesibilitas, amenitas serta unsur/komponen lainnya. Hasil penelitian menunjukkan teridentifikasi 33 jenis kupu-kupu di kawasan Jatiluwih, yang mana hanya ada satu species dilindungi. Jatiluwih memiliki potensi untuk mengembangkan kupu-kupu sebagai daya tarik ekowisata. Hal ini dilihat dari kekayaan jenis kupu-kupu yang cukup tinggi serta adanya jenis yang langka/dilindungi. Akses ke Jatiluwih tersedia cukup baik, sarana penginapan rata-rata berupa homestay, rumah makan/restoran juga tersedia di wilayah ini, serta adanya dukungan kebijakan pemerintah di dalam pengembangan pariwisata. Belum ditemukan pemanfaatan kupu-kupu sebagai daya tarik ekowisata secara khusus di Jatiluwih, namun dukungan terhadap itu tersedia dari pemangku kepentingan. Kata Kunci: kupu-kupu, ekowisata, kawasan Jatiluwih, Bali

Volume 9 No.2 Juni 2021, E-ISSN: 2685-6026 115

Anak Agung Gde Raka Dalem

PENDAHULUAN Salah satu kawasan yang sudah berusaha Ekowisata merupakan alternatif untuk memanfaatkan alam untuk pengembangan menyelaraskan kepentingan ekonomi, konservasi/ pariwisatanya adalah Kawasan Jatiluwih, di pelestarian sumberdaya alam, dan pemberdayaan Kabupaten Tabanan, Bali. Namun data lebih masyarakat (Anon., 1997). Pengembangan detil tentang kupu-kupu sebagai daya tarik ekowisata juga harus disesuaikan dengan nilai-nilai ekowisata di kawasan Jatiluwih belum tersedia. sosial budaya masyarakat lokal (Dalem, 2002) Penelitian ini bertujuan untuk menyediakan sehingga menekan kemungkinan terjadinya konflik. data dasar tentang jenis-jenis kupu-kupu sehingga Kupu-kupu merupakan salah satu dapat dipakai untuk pengkajian potensinya komponen ekosistem yang bisa dipergunakan sebagai daya tarik ekowisata berbasis kupu-kupu. sebagai daya tarik ekowisata (Mason, 2005; Pengembangan ekowisata berbasis kupu-kupu Dalem dan Joni, 2017). Hal ini berkaitan ini diharapkan memberikan sumber pendapatan dengan beberapa faktor, antara lain bisa karena alternatif kepada masyarakat dan dapat wujudnya dan warnanya yang indah, siklus berkontribusi positif tentang pelestarian alam, hidupnya yang unik, tingkah lakunya yang termasuk kupu-kupu beserta ekosistemnya. menarik misalnya interaksinya dengan Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk tumbuhan khususnya bunga, dan lain-lain. mengetahui jenis-jenis kupu-kupu yang ditemukan Penelitian kupu-kupu yang sudah dilakukan di kawasan Jatiluwih, Tabanan, Bali; (2) Untuk di Indonesia, antara lain terkait dengan jenis mengetahui potensi pengembangan ekowisata dan ekologi kupu-kupu di Taman Nasional berbasis kupu-kupu di kawasan Jatiluwih, Tabanan, Gunung Bawung, Pasuruan oleh Wafa dkk Bali, serta (3) untuk mengetahui persepsi pemangku (2016), terkait dengan kupu-kupu sebagai daya kepentingan terhadap pengembangan ekowisata tarik wisata edukasi di Taman Kupu-Kupu Bali berbasis kupu-kupu di Jatiluwih. oleh Yuliana (2015), terkait keanekaragaman kupu-kupu di Gunung Bonsu, Riau oleh Bibas METODE dkk (2016), tentang diversitas dan pentingnya Penelitian ini dilaksanakan di kawasan kupu-kupu di Nusa Kambangan oleh Peggie Jatiluwih, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali, (2014), tentang kupu-kupu di Pulau Serangan pada tahun 2018. Pengambilan sampel (Bali) oleh Prima W.S. (2017), tentang dilaksanakan dengan menggunakan metode biodiversitas kupu-kupu di Sulawesi Utara oleh jelajah dan ditunjang dengan data wawancara Koneri dan Maabuat (2016), tentang kupu-kupu atau data melalui penyebaran kuesioner. pada sebuah resor di Taman Nasional Gunung Penjelajahan dilakukan melalui jalur-jalur yang Gede Pangrango oleh Dendang (2009), tentang potensial untuk penangkapan kupu-kupu, untuk kupu-kupu sebagai daya tarik ekowisata di mengumpulkan data kupu-kupu di berbagai kawasan pariwisata Ubud oleh Dalem dan Joni kondisi lingkungan/habitat, antara lain di (2017), tentang indeks diversitas dan status wilayah persawahan (lahan basah), tegalan kupu-kupu di Jatiluwih, Tabanan oleh Dalem (lahan kering), sekitar sungai/tepian sungai, dan Sugi Wahyuni (2018), dan lain-lain. Dengan wilayah permukiman, kawasan hutan (jika ada demikian kajian kupu-kupu untuk pengembangan dan memungkinkan). Pengamatan kupu-kupu ekowisata masih sangat terbatas jumlahnya. dilakukan pada lima lokasi, yaitu: Lokasi 1: Melalui pengembangan ekowisata pengamatan Gong Jatiluwih dan sekitarnya, Lokasi 2: Trail kupu-kupu, fauna ini diharapkan dapat dilestarikan 2 Jatiluwih, Lokasi 3: Trail 1 Jatiluwih/ keberadaannya di alam, memberikan manfaat Besikalung, Lokasi 4: Pura Petali dan sekitarnya, ekonomi kepada masyarakat serta dapat memberikan Lokasi 5: Trail 3 Jatiluwih. pendidikan kepada masyarakat tentang peranannya Penangkapan (dilakukan jika memungkinkan) dalam ekosistem. Kegiatan ini diharapkan mampu dibantu dengan menggunakan net. Kupu- menggugah kesadaran masyarakat maupun kupu yang tertangkap dibawa ke laboratorium turis untuk melestarikan kupu-kupu di alam. di Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan

116 Volume 9 No.2 Juni 2021, E-ISSN: 2685-6026

Journal of Tourism Destination and Attraction

Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Udayana Penelitian tentang kupu-kupu sebagai daya untuk diidentifikasi jenisnya. Jenis-jenis kupu-kupu tarik ekowisata di kawasan Jatiluwih, Tabanan, dikenali berdasarkan pedoman identifikasi, Bali merupakan bagian dari penelitian pariwisata antara lain yang ditulis oleh Bland dan Jaques alam atau ekowisata, atau wisata pendidikan. (1978), Landman (2001), Lilies S. (1992), Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor Mason (2005), dan lain-lain, dan jumlahnya unggulan dalam MP3EI koridor 5 (Perpres RI (relatif)/frekwensi yang ditemukan dicatat no. 32 tahun 2011) yang meliputi wilayah Bali (hasilnya diklasifikasikan menjadi sering jika dan Nusa Tenggara. Penelitian ekowisata ini ditemukan pada empat sampai lima lokasi merupakan salah satu penelitian unggulan yang pengamatan, sedang jika ditemukan pada dua sering kali digarap Kelompok Studi Ekowisata sampai tiga lokasi pengamatan atau jarang jika dan Pembangunan Berkelanjutan, Fakultas ditemukan hanya pada satu lokasi pengamatan). Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, serta Statusnya ditentukan apakah dilindungi atau Pusat Penelitian Kebudayaan dan Kepariwisataan tidak (mengacu pada Permen LHK No. Universitas Udayana, walaupun penelitian P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang terhadap kupu-kupu sebagai daya tarik wisata Perubahan kedua atas Peraturan Menteri masih termasuk jarang dilakukan. Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 tentang HASIL PEMBAHASAN jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi). Jenis-jenis kupu-kupu yang ditemukan di Potensi kupu-kupu sebagai daya tarik ekowisata kawasan Jatiluwih antara lain dinilai dari kekayaan jenis kupu- Dalam studi atau penelitian di kawasan kupu (yang mewakili daya tarik), aksesibilitas, Jatiluwih ini, telah berhasil diidentifikasi 33 amenitas, dan unsur tambahan lainnya. jenis kupu-kupu, sebagai berikut. Kupu-kupu Data wawancara/dari hasil penyebaran yang sering ditemukan dalam penelitian ini ada kuesioner dipakai untuk melengkapi data lima (5) jenis, yaitu: Papilio memnon, Jamides celeno, pengamatan lapangan. Misalnya, dengan Eurema sp., Leptosia nina, dan Neptis hylas. wawancara/penyebaran kuesioner didapatkan Kupu-kupu yang frekuensi ditemukannya apakah ada masyarakat atau pihak lain yang sedang ada 16 jenis: Papilio Polythes, Euploea telah mengemas kupu-kupu sebagai daya tarik mulciber, Elymnias hypermnestra, Danaus wisata. Lokasinya dicatat jika ada. Di samping genutia, Junonia hedonia, Graphium agamemnon, itu dikumpulkan pula data persepsi wisatawan Charaxes bernardus, Athyma perius, Hypolimnas dan masyarakat tentang kupu-kupu dan bolina, Orsotriaena medus, Ypthima pandocus, pengembangan ekowisata berbasis kupu-kupu Junonia almana, Catopsilia pomona, Doleschallia di kawasan Jatiluwih. Informan dan responden bisaltide, Erionota thrax, dan Delias belisama. dalam penelitian ini berjumlah 73 orang, terdiri Kupu-kupu yang jarang ditemukan ada 12 dari pengelola (seorang), perbekel/kepala desa jenis: Tanaecia pelea, Melanitis leda, Danaus (seorang), tokoh adat (bendesa adat) (seorang), chrysippus, Junonia atlites, Symbrenthia lilaea, wisatawan nusantara (30 orang), wisatawan Pareronia valeria, Troides helena, Moduza mancanegara (30 orang), masyarakat lokal procris, stolli, Faunis canens, Ariadne (lima orang), dari kalangan industri pariwisata ariadne, dan Pantoporia hordonia. (lima orang), Kuesioner dan pedoman wawancara berbeda antar pihak yang berbeda. Potensi pengembangan ekowisata berbasis Wawancara dengan pedoman wawancara (open kupu-kupu di Jatiluwih ended) dilakukan oleh surveyor. Penyebaran Dalam penelitian ini terungkap bahwa kuesioner (terbuka dan tertutup) dan hasilnya belum ada pemanfaatan kupu-kupu sebagai daya dibuat tertulis. Hasil penelitian dituangkan tarik ekowisata secara khusus di Jatiluwih. Yang dalam uraian secara deskriptif. . ada hanya di luar kawasan Jatiluwih.

Volume 9 No.2 Juni 2021, E-ISSN: 2685-6026 117

Anak Agung Gde Raka Dalem

Potensi pengambangan ekowisata berbasis Persepsi Pemangku Kepentingan dalam kupu-kupu di kawasan Jatiluwih, Tabanan, Bali Pengembangan Ekowisata Berbasis Kupu- dapat dilihat dari segi: daya tarik (atraksi), Kupu di Jatiluwih aksesibilitas, amenitas, dan unsur tambahan lainnya. Persepsi dari Kalangan Industri Pariwisata Daya tarik: Dari segi daya tarik, nampak Kelompok industri menyatakan bahwa bahwa kupu-kupu di kawasan Jatiluwih bisa menurut pendapat mereka, potensi kupu-kupu menjadi daya tarik wisata yang potensial, yang sebagai daya tarik ekowisata berkaitan dengan terkait dengan cukup banyaknya jenis kupu- warnanya yang indah. Tantangannya bahwa 80 kupu yang ditemukan di kawasan ini, yaitu 33 % responden menyatakan kondisi kupu-kupu di jenis. Potensi ini mungkin juga berhubungan alam menurun, sedangkan hanya 20% yang dengan ditemukannya jenis yang langka dan meyakini populasinya tetap. Sebanyak 40% dilindungi di wilayah ini, yaitu Troides helena berpendapat yang berperan dalam pelestarian yang jarang ditemukan secara alami di wilayah kupu-kupu adalah pemerintah, 40% merupakan lainnya di Bali. Hasil pengamatan peneliti, jenis tanggung jawab masyarakat, serta sisanya ini pernah terlihat secara alami atau liar antara beranggapan bahwa merupakan tanggung lain di Desa Taman, Abiansemal, Kabupaten jawab gabungan keduanya. Badung. Kupu-kupu ini menurut 80% responden Aksesibilitas. Akses ke Jatiluwih saat ini kalangan industri menyatakan bahwa ia cukup baik dengan tersedianya jalan raya yang berperan dalam penyerbukan dan pembuahan, beraspal dan mulus termasuk akses bis sedangkan sisanya untuk keindahan saja. berkapasitas 30 tempat duduk, antara lain dari Sebagian besar dari mereka (80%) tidak sumber-sumber pemasok wisatawan terutama di mengetahui adanya kupu-kupu yg sudah punah wilayah Bali Selatan. Namun transportasi umum di alam, sedangkan 20% dari mereka ke Jatiluwih tidak tersedia, kecuali melalui menyatakan bahwa kupu-kupu barong (ada kendaraan yang disewa (rental car) dan menyebutnya sebagai kupu-kupu mangut) yang sejenisnya. sudah punah padahal yang dikatakan sebagai Amenitas: Penginapan sudah tersedia di kupu-kupu barong itu sebenarnya bukanlah kawasan Jatiluwih yang dapat mengakomodir kupu-kupu, tetapi ngengat (moth), dan saat ini wisatawan yang ingin meluangkan waktu untuk masih ada di Bali (tidak punah). menginap di sana, walaupun akomodasi yang Sebanyak 80% dari kalangan industri tersedia hanya berbentuk home stay. Rumah- pariwisata tidak tahu bahwa ada jenis kupu- rumah makan dan restoran sudah tersedia. kupu yang dilindungi di Jatiluwih, sementara Permasalahnnya adalah masih terbatasnya lokasi sisanya menyatakan dibiarkan saja. parkir. Dampak positif dari ekowisata berbasis Unsur lainnya: Dari segi kebijakan, kupu-kupu terhadap masyarakat sekitar (jika ada) pemerintah sudah mendorong Jatiluwih di dalam menurut pendapat kelompok industri adalah pengembangan kepariwisataannya. Ini antara sebagai berikut: 40% menyatakan sebagai bahan lain sudah dibuktikan dengan penetapan Jatiluwih edukasi bagi masyarakat, 40% menyatakan sebagai Daya Tarik Wisata (DTW). Di samping untuk menumbuhkan ekonomi dan edukasi, itu, pemerintah telah berhasil memperjuangkan serta 20% menyatakan dapat menumbuhkan status Jatiluwih sebagai WBD (warisan atau perekonomian. Sebanyak 80% responden dari pusaka budaya dunia), sehingga memberikan kelompok industri meyakini bahwa pasar kupu- dampak positif pada daya tarik wisata Jatiluwih. kupu dalam pariwisata lebih cocok untuk Keberadaan pengelola kawasan juga merupakan wisatawan Eropa, sedangkan sisanya untuk usaha meningkatkan pelayanan kepada wisatawan wisatawan Australia. Mereka juga berpendapat sehingga diharapkan meningkatkan kepuasan bahwa ekowisata jenis ini cocok menyasar wisatawan yang berkunjung ke DTW ini. anak-anak sekolah dan pecinta alam.

118 Volume 9 No.2 Juni 2021, E-ISSN: 2685-6026

Journal of Tourism Destination and Attraction

Persepsi Masyarakat Lokal tetap, sedangkan bendesa menyatakan sedikit Ada 40% masyarakat lokal meyakini menurun. Namun keduanya sepakat bahwa populasi kupu-kupu di alam Jatiluwih tetap, yang harus berperan dalam pelestarian kupu-kupu 40% meyakini menurun, dan ada 20% yang adalah gabungan masyarakat dan pemerintah. berpendapat bahwa populasi kupu-kupu itu Menurut mereka belum ada usaha penyelamatan sedikit dan tergantung musim. kupu-kupu di Jatiluwih. Mereka menyadari Sebanyak 60% dari mereka beranggapan bahwa kupu-kupu diperlukan tetap ada dalam bahwa yang harus berperan di dalam lingkungan kita untuk penyerbukan tanaman. melestarikan kupu-kupu adalah pemerintah Menurut mereka kupu-kupu yang sudah bersama-sama masyarakat, 20% menyatakan dikenal oleh masyarakat Jatiluwih sejak dulu pemerintah, 20% menyatakan masyarakat. masih terbatas hanya dikenal kupu-kupu barong Semua responden beranggapan bahwa (yang sebenarnya bukan kupu-kupu) serta kupu-kupu diperlukan di alam ini. Mereka tahu bahwa beberapa kupu-kupu kuning. Mereka juga tidak kupu-kupu berperan dalam penyerbukan tanaman. tahu jenis kupu-kupu yang punah di alam. Sebagian besar masyarakat tidak tahu apa Mereka pun tidak tahu bahwa ada kupu-kupu ada kupu-kupu yang sudah punah di alam, dan yang dilindungi di Jatiluwih, serta belum ada awig- ada juga sebanyak 40% dari masyarakat menyatakan awig (aturan lokal) atau aturan sejenis yang melindungi bahwa kupu-kupu barong yang sudah punah atau kupu-kupu di Jatiluwih. Bahkan menurut mereka, mungkin sudah punah di alam, padahal yang awig-awig atau yang sejenisnya yang mendukung dikatakan sebagai kupu-kupu barong itu sebenarnya pelestarian lingkungan pun belum ada di Jatiluwih. bukanlah kupu-kupu, tetapi ngengat (moth). Tentang pengembangan kupu-kupu sebagai Permasalahan dalam pelestarian kupu-kupu ini daya tarik ekowisata, Perbekel Jatiluwih berpendapat menurut 80% dari mereka mereka menyatakan “Akan sangat bagus nantinya apabila bisa tidak tahu, hanya 20% menyadari penyebabnya diwujudkan, dapat menjadi atraksi wisata baru adalah berkaitan dengan penggunaan pestisida. sehingga dapat menambah minat wisatawan Semua (100%) dari mereka juga beranggapan berkunjung”. Sementara itu bendesa adatnya bahwa kupu-kupu di Jatiluwih tidak dilindungi, menyatakan “Hal ini perlu disosialisasikan padahal sebenarnya ada jenis yang dilindungi terlebih dahulu”. Menurut mereka, penelitian peraturan perundang-undangan di Indonesia. yang pernah dilakukan di Jatiluwih baru berupa Sebanyak 60% dari masyarakat berpendapat penelitian pertanian dan pariwisata saja, yang bahwa dampak positif ekowisata kupu-kupu (jika ada) dilakukan peneliti dari Bali maupun luar Bali, adalah berupa dampak ekonomi, sedangkan 20% sedangkan penelitian lainnya belum pernah. menyatakan berupa dampak pengenalan jenis dan Badan Pengelola DTW Jatiluwih ditetapkan ekonomi, serta 20% menyatakan hanya berhubungan pada bulan September 2013, dan secara optimal dengan pengetahuan saja. Masyarakat berpendapat beroperasi sejak Januari 2014. Badan pengelola bahwa wisata berbasis kupu-kupu ini cocok untuk ini dibentuk oleh desa Jatiluwih dan pemerintah kalangan anak-anak/siswa dan pecinta alam. kabupaten Tabanan. Badan pengelola ini melibatkan pihak kabupaten, desa, tokoh Persepsi Kepala Desa (Perbekel) dan (bendesa) adat dan manajemen DTW. Bendesa Adat Hasil pengelolaan tiket dan lain-lainnya Menurut hasil wawancara dengan Kepala dari Jatiluwih dibagi dengan proporsi sebagai Desa (Perbekel) Jatiluwih I Nengah Kartika, berikut: 30% diberikan kepada Desa Pekraman serta Bendesa Adat Bapak Puspa, dapat Jatiluwih, 20% kepada Desa Pekraman Gunung disarikan pendapatnya sebagai berikut: Sari, 25% untuk desa dinas, 21% untuk subak Ada perbedaan pendapat antara kepala lahan basah, dan 4% untuk subak lahan kering desa/perbekel dan bendesa adat terkait dengan (subak abian). Dari segi pertanian, diperoleh populasi kupu-kupu di Jatiluwih. Perbekel informasi bahwa hanya sekitar 25% saja pertanian berpendapat bahwa populasi kupu-kupu di alam Jatiluwih yang menerapkan pertanian organik.

Volume 9 No.2 Juni 2021, E-ISSN: 2685-6026 119

Anak Agung Gde Raka Dalem

Hasil Wawancara Terhadap Pengelola DTW wisatanya. Bahkan mereka semua menyatakan Jatiluwih tidak pernah melihat adanya kupu-kupu di Hasil wawancara terhadap pengelola atau Jatiluwih. Mereka juga tidak tahu jika ada manajemen DTW Jatiluwih, I Wayan Agus perusahaan atau perorangan di Bali yang Santika, dapat diuraikan sebagai berikut. menjual kupu-kupu sebagai daya tarik Pengelola meyakini populasi kupu-kupu di wisatanya walaupun kenyataannya sudah ada, Jatiluwih sepertinya menurun, dan belum ada antara lain di Tabanan, pantai Saba dan usaha penyelamatannya. Beliau juga Kemenuh. berpendapat bahwa kupu-kupu itu diperlukan Mereka beranggapan bahwa pemerintah keberadaannya di alam ini, yaitu sebagai bersama-sama dengan pecinta alam, penyerbuk tanaman. Menurutnya, yang harus masyarakat lokal dan ilmuwan bertanggung berperan dalam pelestarian kupu-kupu adalah jawab dalam pelestarian kupu-kupu. gabungan masyarakat dan pemerintah. Wisatawan mancanegara berpendapat Menurut pengelola kawasan, kupu-kupu bahwa ada dampak positif dari keberadaan yang sudah dikenal di Jatiluwih dari dulu antara kupu-kupu di lingkungan kita. Sebanyak 40% lain kupu-kupu barong, kupu-kupu kuning serta dari mereka menyatakan bermanfaat dalam kupu-kupu coklat. Kupu-kupu di Jatiluwih ini polinasi, 30% menyatakan untuk life cycle atau menurutnya tidak diketahui apakah ada yang ecosystem, 10% menyatakan untuk keindahan, dilindungi atau tidak; “sepertinya tidak”, kata 10 % menyatakan untuk polinasi dan pengelola. Pengelola juga tidak tahu tentang ekosistem, 10% menyatakan “make the world permasalahan yang dihadapi dalam pelestarian beautiful and pollination”. Wisatawan kupu-kupu di Jatiluwih, tetapi menyarankan mancanegara juga tidak tahu apakah kupu-kupu mengurangi penggunaan racun dari bahan yang dilihat di Jatiluwih itu dilindungi atau kimia. Peraturan sejenis awig-awig yang tidak. melindungi satwa liar menurutnya juga belum Manfaat dari ekowisata berbasis kupu- ada di Jatiluwih. kupu bagi masyarakat lokal menurut wisman Pengelola meyakini adanya manfaat adalah sebagai berikut: 60% menyatakan untuk terhadap pengenalan kupu-kupu serta manfaat “economic”, 20% menyatakan untuk ekonomi jika di sana dikembangkan ekowisata “education”, 10% “keep the species”, 10% “for berbasis kupu-kupu. Tentang ekowisata ecosystem”. berbasis kupu-kupu jika dikembangkan, Menurut wisatawan mancanegara , untuk menurut pengelola merupakan usulan yang pelestarian kupu-kupu di Jatiluwih disarankan bagus dan akan menambah daya tarik wisata. sebagai berikut: 20% menyarankan agar melindungi /menjaga alam; 30% menyarankan Persepsi Wisatawan Mancanegara melakukan konservasi/lingkungan yang baik; Menurut pendapat responden wisatawan 20% menyarankan mengurangi pemakaian mancanegara menyatakan bahwa 70% dari bahan kimia, serta sisanya yang 40% mereka tertarik dengan kupu-kupu. menyatakan tidak terlalu tahu tentang itu. Ketertarikannya (yang 70% itu) karena kupu- Sebanyak 60% dari wisatawan kupu itu cantik (beautiful). Sementara itu ada mancanegara meyakini wisatawan yang tertarik 10% wisatawan mancanegara yang takut terhadap kupu-kupu adalah yang berasal dari dengan serangga, serta 20% menyatakan “just benua Eropa, sementara sisanya menyatakan don’t like it”. tidak mengetahui hal tersebut. Jenis wisatawan Wisatawan mancanegara ke Jatiluwih yang tertarik dengan kupu-kupu menurut 30% 100% karena tertarik dengan landscape atau dari wisatawan mancanegara adalah pecinta view atau nature. Namun mereka 100% alam, 30% sebagai siswa (student), 30% menyatakan tidak pernah membeli paket wisata menyatakan pecinta alam dan siswa, serta yang ada kupu-kupunya sebagai daya tarik sisanya 10% serta anak-anak.

120 Volume 9 No.2 Juni 2021, E-ISSN: 2685-6026

Journal of Tourism Destination and Attraction

Sebanyak 60% dari wisatawan mancanegara Sebanyak 30% wisatawan Nusantara tidak takut dengan ulat. Sisanya 40% menyatakan menyatakan permasalahan dalam pelestarian takut. Ketika ditanya apakah wisatawan mancanegara kupu-kupu adalah karena kesadaran masyarakat itu takut mengunjungi daya tarik wisata yang yang kurang, 20% menyatakan karena polusi ada kupu-kupunya karena dia takut dengan ulat, udara, 10% karena terkait dengan habitat, serta sebanyak 60% menyatakan tidak, 10% menyatakan 40% yang menyatakan tidak tahu. sedikit (a little bit), serta 30% menyatakan ya (yes). Sebanyak 50% dari wisatawan Nusantara Ketika ditanya apakah pernah membeli paket wisata menyatakan bahwa kupu-kupu di Jatiluwih itu yang memiliki kupu-kupu sebagai daya tariknya, tidak dilindungi, 50% menyatakan kurang tahu. mereka 100% menjawab tidak atau saya tidak tahu. Menurut wisatawan Nusantara ketika ditanya Semua (100%) wisatawan mancanegara yang apakah ada aturan, awig-awig atau sejenisnya diwawancara di Jatiluwih menyatakan membeli di Jatiluwih yang berperan dalam pelestarian paket trekking dengan harga Rp 40 ribu per pax. kupu-kupu, ternyata 50% menyatakan tidak, Mereka semuanya hanya berkunjung maksimal 50% menyatakan kurang tahu. selama satu hari di Jatiluwih. Wisnus meyakini dampak positif ekowisata berbasis kupu-kupu terhadap masyarakat sekitar Persepsi Wisatawan Nusantara adalah sebagai berikut: 50% menyatakan untuk Sebanyak 70% wisatawan nusantara menumbuhkan perekonomian, 30 % menyatakan (Wisnus) tertarik dengan kupu-kupu, sementara untuk edukasi masyarakat, 10% menyatakan 10% biasa-biasa saja, serta 20% tidak tertarik. untuk perekonomian dan edukasi, serta 10% Sebanyak 80% wisatawan nusantara menyatakan menyatakan untuk daya tarik wisata baru. tertarik dengan kupu-kupu karena warnanya Usaha yang harus dilakukan untuk pelestarian yang cantik, serta sisanya 20% menyatakan kupu-kupu di Jatiluwih menurut wisatawan Nusantara: takut dan kurang suka dengan serangga. 50% menyatakan membuat penangkaran, 30% Semua wisatawan Nusantara ke Jatiluwih menyatakan tidak menyakiti kupu-kupu, 20% tertarik melihat pemandangannya (termasuk menyatakan dengan melestarikan alam. rice field nya). Selama di Bali, 20% wisatawan Sebanyak 20% wisatawan Nusantara meyakini Nusantara ini membeli paket wisata berbasis bahwa segmen pasar yang tertarik pada produk kupu-kupu, sementara 80% nya tidak. Wisatawan kupu-kupu adalah yang dari Eropa, sedangkan Nusantara yang 20% inilah yang melakukan sisanya menyatakan tidak tahu. Sebanyak 70% kunjungan ke taman kupu-kupu. dari wisatawan Nusantara ini menyatakan bahwa Wisatawan Nusantara ini 20% menyatakan ceruk pasar yang tertarik pada kupu-kupu adalah pernah melihat kupu-kupu kuning di Jatiluwih, anak-anak sekolah, sedangkan 30% menyatakan sedangkan 80% menyatakan tidak pernah. Menurut pecinta alam dan anak-anak. 80% wisatawan Nusantara, yang berperan dalam Sebanyak 70% dari wisatawan Nusantara pelestarian kupu-kupu adalah masyarakat bersama takut dengan ulat, sisanya tidak. Karena kaitan pemerintah, 10 % menyatakan masyarakat, pemerintah ulat dengan siklus hidup kupu-kupu, ketika mereka dan pecinta alam, 10% menyatakan masyarakat lokal. ditanya apakah mereka (wisnus) tertarik membeli Semua wisatawan Nusantara menyatakan produk wisata berbasis kupu-kupu , ternyata jawabannya bahwa kupu-kupu itu ada diperlukan di 50% menyatakan tidak, 40% ya, 10% biasa saja. lingkungan kita. Sebanyak 70% dari mereka Wisnus mengenal Jatiluwih dari berbagai menyatakan kupu-kupu diperlukan karena media: dari TV sebanyak 50%, dari internet 40%, untuk penyerbukan tanaman, 20% menyatakan serta 10% dari internet dan temannya. Lama karena merupakan rantai makanan, 10% waktu kunjungan wisatawan Nusantara ke menyatakan mempercantik lingkungan. Seratus Jatiluwih maksimal selama satu hari (100%). persen wisatawan Nusantara menyatakan Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahwa mereka tidak tahu ada kupu-kupu yang jenis kupu-kupu yang ditemukan di kawasan Jatiluwih punah di Jatiluwih maupun di Bali. sebanyak 33 jenis, masih dalam rentang jumlah

Volume 9 No.2 Juni 2021, E-ISSN: 2685-6026 121

Anak Agung Gde Raka Dalem jenis dari hasil penelitian lainnya di Bali. Jumlah Jatiluwih memiliki potensi untuk mengembangkan jenis kupu-kupu di Jatiluwih ini lebih banyak kupu-kupu sebagai daya tarik ekowisata. Hal dibandingkan dengan jumlah jenis kupu-kupu hasil ini dilihat dari kekayaan jenis kupu-kupu yang penelitian Prima W. S. di Pulau Serangan yang cukup tinggi (33 jenis) serta adanya jenis yang langka/ mengidentifikasi 29 jenis kupu-kupu (Prima W.S,, 2017), dilindungi. Akses ke Jatiluwih telah tersedia hasil penelitian Handayani (1999) di Kebun Raya cukup baik. Dari segi amenitas, di Jatiluwih sudah Eka Karya Bedugul dengan 32 jenis, tetapi lebih tersedia sarana penginapan, rata-rata berupa sedikit daripada yang dilaporkan oleh Rahayu (1999) homestay. Di samping itu rumah makan atau di Teluk Terima (Taman Nasional Bali Barat) dengan restoran juga tersedia di wilayah ini. 46 jenis kupu-kupu, serta lebih sedikit daripada yang Dari segi unsur atau komponen lainnya, juga dilaporkan oleh Dalem dan Joni (2017) di kawasan penting artinya dalam pengembangan pariwisata pariwisata Ubud dengan 37 jenis kupu-kupu. Perbedaan termasuk ekowisata di Jatiluwih Dukungan kebijakan ini mungkin disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk pemerintah di dalam pengembangan pariwisata diantaranya kondisi lingkungan, serta penggunaan juga sudah ada, dengan ditetapkannya Jatiluwih pestisida di persawahan bisa menjadi faktor pembeda sebagai daya tarik wisata, walaupun belum ditemukan antara hasil penelitian ini dengan hasil penelitian pemanfaatan kupu-kupu sebagai daya tarik lainnya. Dalam jangka sekitar 20 tahun juga terjadi ekowisata secara khusus di kawasan ini. konversi lahan terbuka hijau termasuk lahan Potensi Jatiluwih di dalam pengembangan pertanian yang signifikan di Bali yang juga dapat ekowisata berbasis kupu-kupu masih perlu digarap berpengaruh terhadap perbedaan hasil penelitian lagi jika ingin dikembangkan. Hal ini perlu dilakukan ini dengan hasil penelitian lainnya di Bali. mengingat belum banyaknya data tergali dan Walaupun telah ada berbagai jenis kupu- usaha pengembangannya secara maksimal. kupu di kawasan Jatiluwih, namun sampai saat Dari persepsi pemangku kepentingan yang penelitian dilakukan, belum ada penjualan produk ada di kawasan Jatiluwih, nampak ada dukungan ekowisata berbasis kupu-kupu secara khusus di untuk pengembangan produk ekowisata berbasis kawasan ini. Hal ini memang cukup beralasan kupu-kupu. Dukungan dari pemangku kepentingan karena pemandangan dengan hamparan persawahan ini akan sangat membantu di dalam pengembangan berterasering di Jatiluwih sudah memberikan produk baru, seperti ekowisata berbasis kupu-kupu. keindahan yang luar biasa sehingga merupakan Hal ini akan mengurangi peluang terjadinya daya tarik utama bagi kawasan ini. Sementara itu, konflik antara masyarakat lokal dengan pihak diversifikasi daya tarik dan produk mungkin belum industri yang mengembangkannya banyak dilakukan. Hal ini mungkin berhubungan dengan belum teridentifikasinya potensi di bidang KESIMPULAN ekowisata secara mendalam, serta belum tergarapnya Hasil penelitian ini menunjukkan ceruk pasar yang khusus yang berkaitan dengan teridentifikasinya 33 jenis kupu-kupu di ekowisata, apalagi yang sangat spesifik berhubungan kawasan Jatiluwih, yang mana ada ditemukan dengan kupu-kupu sebagai daya tariknya. satu jenis dilindungi, Troides helena. Jatiluwih Pengelola kawasan, kepala desa (perbekel), memiliki potensi untuk mengembangkan kupu- tokoh (bendesa) adat, pihak industri pariwisata, kupu sebagai daya tarik ekowisata. Hal ini serta masyarakat lokal dalam kawasan pariwisata dilihat dari kekayaan jenis kupu-kupu yang Jatiluwih umumnya menyadari bahwa kupu-kupu cukup tinggi serta adanya jenis yang itu diperlukan keberadaannya di lingkungan kita, langka/dilindungi. Akses ke Jatiluwih telah tetapi data yang mereka pegang atau ketahui tersedia cukup baik, sarana penginapan sudah tentang satwa ini masih sangat minim. Bahkan tersedia, serta rumah makan/restouran juga mereka tidak tahu bahwa ada jenis kupu-kupu tersedia di wilayah ini. Dukungan pemerintah yang dilindungi di kawasan Jatiluwih. Sementara di dalam pengembangan pariwisata juga sudah itu dukungan instrument untuk konservasi berupa ada antara lain dengan penetapan Jatiluwih awig-awig dan yang sejenisnya belum ada. sebagai daya tarik wisata, serta dengan

122 Volume 9 No.2 Juni 2021, E-ISSN: 2685-6026

Journal of Tourism Destination and Attraction membentuk pengelolanya. Belum ditemukan Koneri, R. and P. V. Maabuat. 2016. Diversity of Butterflies pemanfaatan kupu-kupu sebagai daya tarik () in Manembo-Nembo Wildlife ekowisata secara khusus di sini, tetapi Reserve, North Sulawesi, Indonesia. Pakistan dukungan dari pemangku kepentingan ke arah Journal of Biological Sciences 19: 202-210. itu tetap ada. Landman, W. 2001. The Complete Encyclopedia of Butterflies. UK: Grange Books. DAFTAR PUSTAKA Lilies S., C. 1992. Kunci determinasi serangga. Anonimus. 1997. Prinsip dan kriteria ekowisata. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Kalawarta Indecon: 5:1. Mason, V. 2005. Butterflies of Bali. Bali: Bibas, E., A. Muhammad, dan D. Salbiah. 2016. Saritaksu Editions. Keanekaragaman Kupu-Kupu di Kawasan Peggie, D. 2014. Diversitas dan pentingnya Gunong Bonsu, Kabupaten Rokan Hulu, kupu-kupu Nusa Kambangan (Jawa- Provinsi Riau. Jurnal Riau Biologia 1(6): 39-43. Indonesia). Zoo Indonesia Jurnal Fauna Bland, R. G. and H. E. Jaques. 1978. How to Tropika 23 (1): 45-55. know the . 3rd ed. Iowa, USA: W. Perpres RI No. 32 tahun 2011 tentang Masterplan C. Brown Company Publishers. Percepatan dan Perluasan Pembangunan Dalem, A.A.G.R. 2002. Ecotourism in Indonesia. Ekonomi Indonesia 2011-2025. Pp. 98-103. in "Linking Green Productivity Prima W.S., K. 2017. Keanekaragaman jenis kupu-kupu to Ecotourism: Experience in the Asia – (Lepidoptera: Rhopalocera) di Pulau Serangan, Pacific Region" ed by T. Hundloe. Denpasar, Bali. Skripsi. PS Biologi, Tokyo: Asian Productivity Organization. Fakultas MIPA, Universitas Udayana. Dalem, A.A.G.R. dan I G.A. Sugi Wahyuni. 2018. Rahayu, N. M. 1999. Inventarisasi kupu-kupu The species, diversity index and status of (Lepidoptera; Papilionoidea) di teluk butterflies in Jatiluwih, Tabanan-Bali. Prosiding Terima Taman Nasional Bali Barat. seminar nasional Sainstek 2018: 56-62. Skripsi. Bukit Jimbaran: Jurusan Biologi, Dalem, A.A.G.R. dan M. Joni. 2017. Kupu-kupu Fakultas MIPA, Universitas Udayana. Sebagai Daya Tarik Ekowisata di Kawasan Suryanto, H. 2015. Keseuaian media tabur, sapih dan Pariwisata Ubud, Gianyar, Bali. Laporan naungan pada semai lada-lada (Micromelum penelitian Hibah Unggulan Program minutum Wight & Arn) sebagai pakan larva Studi. Bukit-Jimbaran, Fakultas MIPA, Papilio peranthus untuk pembinaan habitat Universitas Udayana. kupu-kupu. Jurnal Penelitian Kehutanan Dalem, A.A.G.R. dan M. Joni. 2017. Jenis-jenis Wallacea 4(2): 179-184. kupu-kupu yang ditemukan di kawasan Wafa, I. Y., S. E. Rahayu dan Masjhudi. 2016. pariwisata Ubud, Bali. Prosiding Seminar Kajian Jenis dan Ekologi Kupu-Kupu di Nasional Sainstek Fakultas MIPA Universitas Taman Wisata Alam Gunung Baung, Udayana tahun 2017 hal.163-177. Kec. Purwodadi, Kab. Pasuruan. Jurnal Handayani, N.S. 1999. Inventarisasi kupu-kupu Online. Universitas Negeri Malang. Sumber: (Lepidoptera; Papilionoidea) di Kebun jurnal-online.um.ac.id/.../artikel/artikel Raya Eka Karya Bali Baturiti, Tabanan. F4C405ADCC6C71567A59C10B60B Skripsi. Bukit-Jimbaran: Jurusan Biologi, CA6D9.d..., disitasi 03 02 2017. Fmipa, Universitas Udayana. Yuliana, P. R. 2015. Taman Kupu-kupu Bali Dendang, B. 2009. Keragaman Kupu-Kupu di Resort sebagai daya tarik wisata edukasi di Selabintana Taman Nasional Gunung Gede kabupaten Tabanan. Skripsi. Prodi S1 Pangrango, Jawa Barat (The Diversity of Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Butterflies in Selabintana Resort, Gunung Universitas Udayana, Bali. Sumber: Gede Pangrango National Park, West Java. erepo.unud.ac.id/10368/1/1919290689b Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi 7ecdd1e4ce6f339cc6d2f.pdf. disitasi 03 Alam 6(1): 25-36. 01 2017.

Volume 9 No.2 Juni 2021, E-ISSN: 2685-6026 123

AnakJournal Agung of Tourism Gde Raka Destination Dalem and Attraction

124 Volume 9 No.2 Juni 2021, E-ISSN: 2685-6026