KARAKTERISTIK SITUS PESISIR DI KECAMATAN KUMAI, KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT The Characteristics of Coastal Sites in the District of Kumai, West Kotawaringin Regency

Sunarningsih Balai Arkeologi , Jalan Gotong Royong II, Banjarbaru, Kalimantan Selatan [email protected]

Naskah diterima : 6 Maret 2015 Naskah diperiksa : 4 Mei 2015 Naskah disetujui : 20 Agustus 2015

Abstrak. Kabupaten Kotawaringin Barat yang berada di Provinsi Kalimantan Tengah memiliki kawasan pesisir, tepatnya di sebelah selatan, yang berbatasan langsung dengan Laut Jawa. Posisi yang strategis tampaknya sangat berpengaruh terhadap perkembangan kebudayaan di daerah tersebut. KesempatanARKENAS untuk dapat berinteraksi dengan dunia luar menjadi sangat mungkin. Keberadaan situs arkeologi di pesisir menjadi sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut. Tulisan ini ditujukan untuk mengetahui karakteristik situs tersebut. Metode penelitian bersifat deskriptif eksplanatif dengan penalaran induktif. Data arkeologi yang digunakan merupakan hasil survei arkeologi pada tahun 2014. Hasil survei menemukan adanya beberapa kelompok temuan yang berada di wilayah Desa Sebuai dan Desa Pendulangan, dengan keramik sebagai temuan terbanyak. Berdasarkan hasil analisis artefaktual dan lingkungan, sintesa dan interpretasi menunjukkan bahwa situs di pesisir tersebut, selain sebagai tempat hunian dari abad ke-13 - 14 hingga sekarang, juga memegang peranan penting dalam aktivitas perdagangan dengan daerah luar, serta mempunyai keterkaitan yang erat dengan situs arkeologi di daerah pedalaman. Kata kunci: Situs pesisir, Keramik, Sungai Arut, Kotawaringin Barat

Abstract. The regency of West Kotawaringin, which is located in province, has coastal areas, precisely in the south, which is directly adjacent to the Java Sea. Its strategic position seems very influential on the development of culture in this area. The opportunity to interact with the outside world becomes very possible. The existence of archaeological sites on the coast became very interesting to be studied further. This article discusses the characteristics of the sites. The method used in this article is inductive reasoning and an explanatory descriptive. Archaeological data were obtained from archaeological survey in 2014. It can be concluded that the coastal sites were not only served as dwelling places from 13 - 14 AD to present, but also played an important role in trading activities with abroad, as well as having strong links with archaeological sites in the hinterland. Keywords: Coastal site, Ceramic, Arut River, Kotawaringin Barat

1. Pendahuluan menjadi salah satu wilayah yang memiliki Peranan pesisir menjadi sangat penting beberapa keunggulan, yaitu ketersediaan karena letaknya yang strategis sebagai tempat sumber daya alam baik nabati maupun hewani, berinteraksinya masyarakat dengan dunia luar yang diperlukan untuk kehidupan. Proses melalui aktivitas perdagangan. Daerah pesisir interaksi dengan dunia luar terjadi melalui biasanya juga menjadi salah satu pilihan pelabuhan, berupa aktivitas pertukaran, baik manusia sebagai tempat tinggal. Pesisir yang pertukaran barang, pengetahuan, maupun terletak di tepi pantai dan relatif terbuka ideologi (kepercayaan) (Renfrew dan Bahn

103 KALPATARU, Majalah Arkeologi Vol. 24 No. 2, November 2015 (103-116)

2012: 347-348). Akan tetapi, di pesisir juga berlabuh di Kao-to Lingyin (Kotawaringin) terdapat keterbatasan, misalnya masalah dengan melayari Shung-ai Ma-chiao (Sungai sumber air bersih. Tidak semua desa di Lamandau), yang menjadi petunjuk bahwa pesisir bisa mendapatkan air tawar dengan Kotawaringin merupakan salah satu tujuan mudah. Kualitas air yang tersedia biasanya para pedagang Cina di Kepulauan jauh dari standar air baku yang layak sebagai (Fadillah 1994: 4-5). air minum dan memasak. Oleh karena itu, Situs arkeologi yang terdapat di aliran banyak masyarakat di pesisir menggantungkan Sungai Arut dan Kumai, ditandai oleh adanya kebutuhan air bersih dari air hujan. Seiring temuan pecahan keramik asing. Hal itu sudah dengan berjalannya waktu, Perusahaan Daerah diketahui oleh masyarakat sejak dulu hingga Air Minum (PDAM) milik negara menjadi muncul aktivitas perburuan barang antik yang alternatif lain yang digunakan oleh masyarakat bernilai jual tinggi di tempat itu. Beberapa untuk memenuhi kebutuhan akan air bersih. kegiatan survei arkeologi juga sudah dilakukan Kabupaten Kotawaringin Barat yang di wilayah pesisir tersebut. Tim penelitian berada diARKENAS Provinsi Kalimantan Tengah arkeologi sudah melakukan pendataan, yaitu memiliki daerah pesisir yang berada di bagian dua kali survei oleh Pusat Arkeologi Nasional selatan. Di sepanjang pesisir tersebut terdapat pada tahun 1994 dan 1995 dan dua kali survei beberapa desa kecil dan juga pelabuhan besar oleh Balai Arkeologi Banjarmasin pada tahun yang berada di Teluk Kumai, yaitu Pelabuhan 2007 dan 2014. Pada tahun 1995, Pusat Utar, dan terdapat dua buah sungai yang Arkeologi Nasional telah melakukan survei bermuara di Laut Jawa, yaitu Sungai Arut di situs Sungai Rangas (Desa Pendulangan) dan Sungai Kumai. Sungai Arut mengalir dan Natai Durian (Situs Kapitan), yang sampai ke kota Pangkalan Bun, dan sebelum menghasilkan data arkeologi berupa keramik, mencapai kota tersebut sungai ini bercabang baik yang masih utuh maupun fragmen, menuju kota lama, yaitu Kotawaringin Lama dan artefak perunggu (Harkantiningsih dan di tepian Sungai Lamandau. Kedua kota Pervaya 1995/1996: 5). Selanjutnya pada tahun tersebut menduduki tempat yang istimewa, 2007, Balai Arkeologi Banjarmasin melakukan yaitu sebagai pusat kerajaan Islam pada masa survei untuk mengetahui sebaran data lalu. Kotawaringin Lama menjadi ibukota arkeologi di beberapa kecamatan di Kabupaten kerajaan Islam pada abad ke-16, selanjutnya Kotawaringin Barat, yaitu Kecamatan ibukota tersebut pindah ke Pangkalan Bun Kotawaringin Lama, Kecamatan Arut Selatan, pada abad ke-19. Sejarah kehidupan pada masa Kecamatan Kumai, dan Kecamatan Arut Utara Islam di wilayah ini sangat jelas, tetapi tidak (Hartatik 2009: 91-105). Hasil survei pada tahun demikian dengan kehidupan masyarakat pada 2014 menunjukkan adanya situs arkeologi masa sebelumnya. Salah satu sumber tertulis, di Desa Sebuai dan Desa Pendulangan yang yaitu Nāgarakrětāgama (1365) menyebutkan menjadi data primer dalam artikel ini. bahwa Kotawaringin menjadi salah satu daerah Berdasarkan uraian di atas, tulisan ini bawahan Majapahit (Riana 2009: 36, 97). mengkaji lebih jauh karakteristik dari situs- Keberadaan sebuah inskripsi di Masjid Kyai situs yang berada di wilayah pesisir tersebut, Gede, yang terletak di depan Astana Alnursari dan kaitannya dengan keberadaan kerajaan Kotawaringin Lama menyebut i 1356 saniscara sebelum Islam di wilayah Kotawaringin (1434), yang mungkin bisa dijadikan petunjuk Lama. Gambaran mengenai karakteristik situs terjadinya kontak dengan Jawa dan berita Shun di pesisir Kabupaten Kotawaringin Barat ini Feng Hsiang Shung. Pada akhir abad ke-15, akan dijawab dengan menggunakan metode telah terjadi pelayaran pedagang Cina yang penalaran induktif dan bersifat deskriptif

104 Karakteristik Situs Pesisir di Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Sunarningsih eksplanatif (Singarimbun dan Effendi 1989: maupun sumber tertulis lain tentang daerah 3-5). Hasil analisis akan dideskripsikan untuk pesisir di Kabupaten Kotawaringin Barat. menghasilkan interpretasi dan eksplanasi. Selanjutnya, upaya interpretasi menjadi bagian Sebagai kajian arkeologi, data yang paling menantang (Renfrew dan Bahn 2012: digunakan adalah data artefaktual dari situs dan 12) karena terbatasnya material budaya yang hasil wawancara dengan penduduk. Data situs ditemukan. di wilayah pesisir Kotawaringin Barat diambil dari hasil beberapa survei arkeologi yang sudah 2. Hasil dan Pembahasan dilakukan sebelumnya dan pengamatan penulis Sungai Arut yang alirannya membelah di lapangan pada penelitian tahun 2014. Analisis kota Pangkalan Bun, bermuara di Laut Jawa terhadap data arkeologi dilakukan untuk dan berhulu di Pegunungan Schwaner-Muller. mengetahui karakter situs di wilayah pesisir Keberadaan situs arkeologi di muara Sungai ini. Oleh karena itu, analisis yang dilakukan Arut terdapat di wilayah Desa Sebuai dan Desa bersifat arkeologis (artefaktual) dan analisis Pendulangan, Kecamatan Kumai, Kabupaten terhadap lingkungan.ARKENAS Upaya sintesis dilakukan Kotawaringin Barat. Situs arkeologi di wilayah dengan menggunakan data kepustakaan pesisir ini meliputi Desa Sebuai dan Desa terkait, baik berupa teori yang mendukung Pendulangan.

Peta 1. Peta keletakan situs di Desa Sebuai dan Desa Pendulangan (Sumber: GIS Team-OFI)

105 KALPATARU, Majalah Arkeologi Vol. 24 No. 2, November 2015 (103-116)

2.1 Desa Sebuai pedagang dan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Desa Sebuai yang berada tepat di pesisir Total jumlah penduduknya adalah 145 kepala termasuk dalam wilayah Kecamatan Kumai. keluarga (593 jiwa), dan seluruhnya (100%) Penduduk saat ini pada awalnya tinggal di memeluk agama Islam. wilayah Desa Sebuai Timur, karena sumber Sebaran keramik yang ditemukan hampir airnya lebih bagus. Sumber air (sumur) di Desa merata di sepanjang pesisir Desa Sebuai. Luas Sebuai berwarna keruh (kemerahan), sehingga sebaran temuan di sebelah timur berada di masyarakat memanfaatkan layanan air perbatasan dengan Desa Sebuai Timur, dan di bersih dari PDAM setempat untuk keperluan sebelah barat berada di wilayah persawahan sehari-hari, terutama untuk memasak. Kedua (rawa) (lihat peta 1). Berikut akan diuraikan desa tersebut dulu merupakan satu wilayah tempat-tempat yang banyak ditemukan administratif Desa Sebuai, dan setelah keramik, baik utuh maupun fragmen, beserta dilakukan pemekaran menjadi Desa Sebuai dan temuan artefaktual lainnya. Desa Sebuai Timur. Berdasarkan cerita rakyat, nama SebuaiARKENAS berawal dari keberadaan suku 2.1.1 Sebaran Keramik di Sekitar Kantor Bugis yang memiliki beberapa rumah yang Kepala Desa Sebuai tersebar di desa ini. Setiap malam penduduk Dulu di sekitar kantor Kepala Desa berkumpul dalam sebuah rumah karena takut (sekarang Jalan Arkeologi) banyak ditemukan akan perompak. Peristiwa berkumpulnya keramik utuh dan pecahan, tetapi sekarang penduduk itu melahirkan nama sebuai yang temuan sudah banyak yang tidak dapat artinya “sebuah” dipakai sebagai nama desa. dilacak lagi keberadaannya. Hasil penyisiran Desa ini kemudian berkembang menjadi permukaan tanah di halaman kantor tersebut pemukiman yang besar dengan komposisi menunjukkan beberapa pecahan keramik asing penduduknya terdiri dari Suku Melayu (97%), akibat penimbunan tanah di halaman kantor. suku pendatang (3%) antara lain adalah Suku Kantor Kepala Desa Sebuai berada sekitar Madura, Banjar, dan Jawa. Mata pencaharian 200 meter dari tepi pantai. Temuan artefak penduduk sebagian besar adalah bertani di sekitar kantor Kepala Desa Sebuai ada di (80%), nelayan (10%), dan sisanya antara lain dalam tabel 1.

Tabel 1. Temuan keramik utuh milik masyarakat di sekitar Kantor Kepala Desa (Tim Penelitian 2014: 15-16) No Foto Situs Masa Bentuk 1. Sebuai Dinasti Yuan 1271–1368 Buli-buli

2. Sebuai Dinasti Yuan 1271–1368 Tempayan Kecil

3. Sebuai Dinasti Yuan 1271–1368 Piring

106 Karakteristik Situs Pesisir di Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Sunarningsih

4. Sebuai Vietnam abad ke-13 - 14 Piring

5. Sebuai Dinasti Yuan 1271 – 1368 Buli-buli

6. Sebuai Dinasti Qing abad ke-18 Mangkuk

7. ARKENASSebuai Dinasti Yuan 1271 – 1368 Mangkuk Porselen

Hasil analisis terhadap tujuh keramik masyarakat untuk tempat yang tinggi (natai) menunjukkan bahwa keramik dengan bentuk dengan temuan bata di sekitarnya. Selain itu, mangkuk dan buli-buli berasal dari Cina, juga ditemukan keramik asing dan beberapa yaitu masa Dinasti Yuan (abad ke-13 - 14) dan kubur muslim yang menggunakan nisan dari batu Dinasti Qing (abad ke-18), serta Vietnam (abad gamping di beberapa tempat (tiga tempat yang ke-13 - 14). Secara kronologis, dapat dikatakan berbeda). Kawasan ini berada agak jauh dari tepi bahwa temuan keramik lebih dominan dari pantai, yaitu sekitar satu kilometer. Tidak jauh abad ke-13 - 14. dari kubur keramat panjang juga terdapat tempat yang ditumbuhi oleh sebuah pohon besar dan 2.1.2 Sebaran Keramik di Sekitar Natai Bata rindang, yang disebut sebagai Pulau Keramat. Natai Bata berada di arah barat kantor Nisan-nisan pada tabel 2 merupakan Kepala Desa yang merupakan sebutan kubur muslim. Sayangnya tidak ada inskripsi,

Tabel 2. Temuan nisan Islam (Tim Penelitian 2014: 17) No. Bahan Bentuk Jumlah/Ukuran Letak/ orientasi Foto 1 Batu Pipih, dengan Dua buah, nisan ini masih Berada di Natai Bata. gamping pola lengkung berada pada posisi seperti saat Dengan orientasi warna dan meruncing ditemukan(berdiri), dengan barat laut tenggara. putih pada bagian sebagian nisan (bagian bawah) Tidak tepat arah atasnya. Tanpa terpendam. Panjang 50 cm, lebar utara selatan, tetapi inskripsi. bagian atas 22 cm, lebar bagian agak miring. bawah 20 cm, dan tebal 8 cm.

2 Batu Pipih, dengan Dua buah, nisan ini sudah Berada di Natai Bata. gamping pola lengkung tergeletak di atas tanah. Ukuran Dengan orientasi warna dan meruncing nisan ada dua, yaitu (1) Panjang tidak diketahui, putih pada bagian 80 cm, lebar bagian atas 25 cm, kemungkinan besar atasnya. Tanpa lebar bagian bawah 15 cm, dan sama dengan nisan inskripsi. tebal 8 cm; dan (2) panjang 75 cm, pertama (1). lebar bagian atas 28 cm, dan lebar bagian bawah 18 cm, tebal 8 cm.

107 KALPATARU, Majalah Arkeologi Vol. 24 No. 2, November 2015 (103-116)

3 Batu Pipih, dengan Nisan tunggal yang disebut Nisan ini berada gamping pola lengkung keramat tunggal ini tidak dapat di tepi jalan desa, warna dan meruncing diukur, karena posisinya yang tepatnya di bawah putih pada bagian terendam di dalam tanah. pohon, di halaman (berdasar- atasnya. Tanpa sebuah rumah yang kan infor- inskripsi. masih dalam proses masi pen- Ujung nisan pembangunan. duduk) lebih runcing Nisan ini berada dari nisan no. 1 di dalam tanah, dan no. 2. sengaja dikuburkan agar dipindahkan karena akan menimbulkan hujan yang lebat disertai gemuruh petir yang menggelegar di Desa Sebuai.

4 Batu Pipih, dengan Dua buah nisan. Nisan yang Nisan ini sudah gamping pola lengkung telah pecah menjadi tiga bagian tercabut, dan warna ARKENASdan meruncing mempunyai ukuran lebar bagian tergeletak di atas putih pada bagian atas 34 cm, lebar bagian tengah kubur yang dikenal kemerah- atasnya. 24 cm, dan lebar bagian bawah 18 masyarakat sebagai an Kondisi nisan cm. Panjangnya 55 cm, dengan keramat tunggal. sudah tidak tebal 5 cm. Nisan satunya hanya utuh lagi, tinggal bagian atasnya saja yang tetapi telah bertakik pada kedua sisinya, dan pecah menjadi mempunyai ukuran lebar 19 cm, tiga bagian, panjang 15 cm, da tebal 2,9 cm. dan satu buah nisan yang tidak utuh juga adalah pasangannya. 5 Batu Dua buah Dua buah nisan bentuk gada ini Letak nisan kubur andesit nisan mempunyai ukuran, diameter ini berada tepat warna berbentuk gada bagian atas (kepala nisan) 15 di pertigaan jalan hitam cm, panjang dari permukaan Desa Sebuai, dengan tanah 45 cm. Bagian atas orientasi barat membentuk bulatan, dilanjutkan laut tenggara. Saat dengan bentuk segienam di ini makam sudah bawahnya, tiga buah bagian yang di kelilingi oleh membentuk lingkaran, dan bagian tembok beton, yang yang lurus bulat (silinder) yang rendah membentuk sebagian dibenamkan ke dalam sebuah bundaran, tanah. Tampak bahwa bagian yang dilengkapi dengan menancap permukaannya lebih pagar dari besi agar kasar dan polos (tanpa motif). lebih aman. Makam ini dikenal oleh masyarakat sebagai keramat panjang. Nisan pipih no. 4 juga berada (terge- letak) di atas kubur keramat panjang ini. baik yang menyebutkan tokoh maupun angka bentuk pipih dalam posisi tersebar, tidak tahun, yang dapat memberi informasi tentang dalam susunan konstruksi bangunan. Di kronologi kubur tersebut. tempat tersebut juga ditemukan keramik. Oleh Pada lokasi tersebut, ditemukan bata karena itu, belum bisa diketahui bata tersebut yang terdapat di sekitar nisan yang memiliki merupakan bagian dari makam atau bangunan

108 Karakteristik Situs Pesisir di Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Sunarningsih

Tabel 3. Temuan bata (Tim Penelitian 2014: 18)

No. Bahan Jumlah/Ukuran Letak Foto 1 Tanah liat bakar Satu buah utuh Batu bata ini berwarna merah terang berbentuk persegi berada di atas yang menunjukkan panjang, dengan kubur nisan 1 teknologi pembakaran ukuran panjang 30 di Natai Bata yang merata cm, lebar 16 cm, dan tebal 3 cm.

Tabel 4. Temuan keramik utuh, koleksi penduduk (Tim Penelitian 2014: 19-21)

No Foto Masa Bentuk/ warna glasir Jumlah/ ukuran 1. Vietnam abad Cupu porselen berdasar Satu buah dengan ukuran diameter ke-13 - 14 rata dan berleher pendek, tepian 7,2 cm, diameter dasar 4 cm, tepian tebal terlipat keluar, tinggi 4 cm, dan tebal 0,5 cm. dengan dua buah kupingan, ARKENASberglasir putih polos. 2. Vietnam abad Buli-buli bermulut kecil Satu buah dengan ukuran diameter ke-13 - 14 rata, berkarinasi (tajam), tepian 3 cm, diameter karinasi dan berdasar rata. Warna (yang berada tepat di tengah glasir putih polos, peah badan) 9 cm, diameter dasar 5,5 seribu. cm, tinggi 5 cm.

3. Dinasti Yuan Mangkuk kecil, bentuk Satu buah dengan ukuran diameter 1271-1368 bibir rata, berkaki cincin, tepian 12 cm, diameter dasar 4,4 berglasir hijau tipis (sudah cm, tinggi mangkuk 4,5 cm, tinggi aus). kaki cincin 0,5 cm, dan tebal 0,4 cm.

4 Vietnam abad Cawan kecil berdasar rata, Satu buah, dengan ukuran ke-13 - 14 berglasir hijau (?), mulut diameter tepian 6,6 cm, diameter rata. dasar 3,7 cm, tinggi 3,5 cm, dan tebal 0,3 cm.

5 Vietnam abad Mangkuk tinggi badan Satu buah dengan ukuran, ke-13 - 14 lurus, berdasar rata, diameter mulut 14,5 cm, diameter berglasir biru putih dasar 7,8 cm, tinggi 10 cm, dan (underglazed blue), hias ukel tebal 0,3 cm. dan suluran.

6 Vietnam abad Cawan, berbibir dan Diameter tepian 9 cm, diameter ke-13 - 14 berdasar rata, glasir warna dasar 4 cm, dan tinggi 3 cm. hijau polos dan sudah aus.

7 Vietnam abad Buli-buli, bibir tebal terlipat Satu buah dengan ukuran diameter ke-13 - 14 keluar, berdasar cincin, dan tepian 3,3 cm, diameter dasar 3,5, berkuping dua buah, tanpa tinggi dasar 0,6 cm, dan tinggi glasir (?) sudah hilang. buli-buli 6 cm.

8 Dinasti Yuan Buli-buli, bibir rata, dasar Satu buah dengan ukuran diameter 1271-1368 rata, dan berglasir hijau tepian 3 cm, diameter dasar 3,5 cm, polos. tinggi 4,7 cm, dan tebal 0,5 cm.

109 KALPATARU, Majalah Arkeologi Vol. 24 No. 2, November 2015 (103-116)

Tabel 5. Temuan fragmen keramik (Tim Penelitian 2014: 21) No. Bahan Bentuk Warna glasir Pola hias Asal/ periodisasi Keterangan 1 Stoneware Dasar/ Glasir coklat Geometris pada Thailand, Diameter dasar mangkuk putih bagian dasar Sukothai, abad yang berbentuk (dalam) dan ke-14 cincin 6 cm,warna badan (luar) abu-abu 2 Stoneware Dasar/ Tanpa glasir polos Dinasti Yuan Warna abu-abu guci abad ke-13 - 14 (rumah). Bata yang ditemukan polos tanpa Tabel 6 memberi gambaran bahwa hiasan (lihat tabel 3). keramik di Sambu(k) juga berasal dari Cina, Keramik berbentuk buli-buli dan masa Dinasti Yuan (abad ke-13 - 14). mangkuk yang terdapat pada tabel 4 berasal dari masa yang sama, yaitu abad ke- 13 - 14, 2.2 Desa Pendulangan tetapi berasal dari tempat berbeda, yaitu Cina Desa Pendulangan terletak kurang lebih dan Vietnam, sedangkan fragmen keramik tiga kilometer di utara muara Sungai Arut, pada tabel 5ARKENAS berasal dari Cina dan Thailand. berjarak kurang lebih empat kilometer ke arah barat Desa Sebuai. Waktu yang ditempuh untuk 2.1.3 Sebaran Keramik di Sambu(k) mencapai desa ini sekitar 20 menit melalui jalan Sambu(k) merupakan sebuah kawasan antardesa yang belum diaspal yang membelah rawa di sebelah barat Natai Bata. Sambu(k) persawahan warga. Saat ini masyarakat yang sendiri berarti cawat, disebut demikian karena bermukim di Dusun Pendulangan terdiri dari masyarakat yang dahulu tinggal di tempat ini berbagai macam suku (heterogen), yaitu suku memakai cawat untuk pakaian mereka sehari- Banjar, Dayak, Jawa, dan Madura. Sebagian hari. Kawasan ini berjarak sekitar 1,5 km dari besar masyarakat bermata pencaharian sebagai tepi pantai, dan 5 km dari tepi Sungai Arut. nelayan. Rumah di desa ini semuanya terbuat Penduduk banyak menemukan barang emas dari kayu dan berkonstruksi panggung. (perhiasan), keramik (utuh dan pecahan), Pasang surut air sungai dan rob air laut juga manik-manik, dayung, dan tonggak kayu ulin. mengharuskan masyarakat di sini untuk Dari hasil survei di tempat ini juga didapatkan membuat rumah sedikit lebih tinggi, sehingga beberapa pecahan keramik berbahan stoneware. jalan kampung yang berupa titian (menyerupai Sebagian wilayah Sambu(k) digunakan jembatan panjang) dibuat dari kayu ulin yang masyarakat sebagai lahan pertanian tanaman berkualitas kuat. padi, sebagian yang lain dibiarkan ditumbuhi Artefak yang ditemukan oleh masyarakat belukar dan pohon galam. di Dusun Pendulangan sangat padat, terutama Tabel 6. Temuan fragmen keramik di Sambu(k) (Tim penelitian 2014: 21) No. Bahan Bentuk Warna glasir Pola hias Asal/ Keterangan periodisasi 1. porselen Tepian/ Hijau tipis polos Yuan abad piring ke-13 - 14 2. porselen Tepian/ Hijau tipis polos Yuan abad mangkuk ke-13 - 14 3. stoneware Tepian/ Berglasir, polos Yuan abad Diameter tempayan sudah aus ke-13 - 14 tepian 11 cm 4. stoneware Badan/ Tanpa glasir Hias gores, Yuan abad tempayan pola ukel ke-13 - 14 dan garis lengkung

110 Karakteristik Situs Pesisir di Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Sunarningsih fragmen keramik, tersebar di sepanjang dusun Temuan keramik koleksi masyarakat memiliki hingga radius 200 meter dari tepi sungai Arut. bentuk variatif, seperti mangkuk celadon, buli- Temuan masyarakat yang masih disimpan buli, fragmen piring kecil, fragmen keramik antara lain keramik asing dan uang kepeng biru putih, dan botol minuman berwarna Cina. Pada saat mendulang, masyarakat lebih coklat. Hasil analisis terhadap temuan artefak memilih untuk mencari emas dalam bentuk jadi, selama survei (2014) dapat dilihat pada tabel 7. seperti jarum, cincin, gelang, rantai dan lain Pada keramik wadah koleksi penduduk sebagainya, dibandingkan dengan koin Cina. yang terdapat pada tabel 7, meskipun terdapat Tabel 7. Temuan artefak dari Desa Tanjung Putri (Pendulangan) (Tim Penelitian 2014: 22-24) No. Foto Situs Masa Bentuk 1 Pendulangan Dinasti Yuan Akhir 1350 Mangkuk Celadon ARKENASMenjelang Dinasti Ming 2. Pendulangan Piring Keramik Dinasti Piring kecil Song Akhir 1200

3. Pendulangan Vietnam Buli-buli abad ke-13 - 14

4. Pendulangan Dinasti Yuan Cupu porselen 1271 – 1368 bercampur stoneware

5. Pendulangan Vietnam Buli-buli porselen abad ke-13 - 14

6. Pendulangan Cina Kepeng Cina (uang abad ke-10 - 13 Cina)

7. Pendulangan Diperkirakan Dinasti Yuan Patung keramik kecil

8. Pendulangan Vietnam Cupu porselen abad ke-13 - 14

111 KALPATARU, Majalah Arkeologi Vol. 24 No. 2, November 2015 (103-116) sebuah keramik yang berasal dari dinasti Melihat jumlah artefak yang ditemukan lebih tua (Dinasti Song), tetapi ada pula yang selama survei (temuan permukaan), memang berasal dari dinasti yang lebih muda, yaitu tidak terlalu banyak, begitu juga dengan temuan Dinasti Song akhir (1200 M). Oleh karena yang menjadi koleksi penduduk. Keramik itu, dapat dikatakan bahwa dominan temuan banyak ditemukan oleh penduduk pada masa keramik berasal dari abad ke-13 - 14 (Cina lalu, menurut informasi bila dikumpulkan bisa dan Vietnam). Selain keramik, ada juga uang memenuhi ruangan kantor Kepala Desa, dan kepeng Cina yang berasal dari abad ke-13 - 14. aktivitas pendulangan sudah lama dilakukan. Keberadaan uang kepeng ini memberi informasi Hal tersebut menunjukkan bahwa konsentrasi tambahan bahwa uang kepeng digunakan, keramik di Desa Sebuai dan Desa Pendulangan dan ikut berperan di situs ini pada masa lalu. sangat padat. Selanjutnya, mengingat bahwa Demikian juga dengan patung keramik kecil keramik pada masa lalu merupakan komoditas yang kemungkinan berasal dari Dinasti Yuan perdagangan yang tidak murah harganya maka (abad ke-13 - 14), tentunya mempunyai fungsi keberadaan keramik asing mempunyai arti tersendiri. ARKENAStersendiri. Demikian juga dengan asal keramik yang didominasi dari abad ke-13 - 14 menjadi 2.3 Keterkaitan Pemukiman Kuna di petunjuk bahwa aktivitas yang berlangsung di Daerah Pesisir dan Pedalaman situs tersebut kurang lebih berada pada masa Dari hasil temuan artefak selama survei pemerintahan Majapahit di Jawa. Pada saat (2014), dapat diketahui kronologi masing- itu, Kotawaringin sudah menjadi salah satu masing situs secara relatif berdasarkan temuan wilayah jajahan Majapahit. Berita Cina yang keramiknya. Situs di Desa Sebuai tersebar di menyebutkan telah berlabuhnya pedagang tiga titik berbeda, yaitu di kantor kepala desa, Cina di Kotawaringin dengan menyusuri Natai Bata, dan Sambu(k). Temuan keramik di Sungai Lamandau sangat berkaitan dengan desa ini memiliki kronologi sama, yaitu berasal keberadaan situs di pesisir tersebut. Apabila dari abad ke-13 - 14. Demikian juga dengan ingin mencapai Sungai Lamandau, sebelumnya temuan keramik di Dusun Pendulangan berasal harus melalui muara Sungai Arut. Banyaknya dari abad ke-13 - 14. uang kepeng Cina yang ditemukan oleh Secara kontekstual, temuan keramik masyarakat memperkuat asumsi bahwa ada di Natai Bata berada di sekitar nisan kubur aktivitas perdagangan pada masa lalu di tempat dari masa Islam. Keberadaan nisan dari masa tersebut. Islam memberi petunjuk bahwa pemukiman Dengan demikian, keberadaan situs di wilayah pesisir ini berlanjut. Selain itu, pemukiman kuna di daerah pesisir tersebut keberadaan komunitas masyarakat asli, yaitu tampaknya mempunyai keterkaitan dengan masyarakat Dayak di Sambu(k) yang juga keberadaan kerajaan di Kotawaringin memiliki temuan keramik dari abad ke-13 - (Kutaringin). Sebelum menjadi pusat 14, memberi petunjuk bahwa di lokasi Desa pemerintahan kerajaan Islam pertama di Sebuai pada masa lalu telah dihuni oleh wilayah Kalimantan Tengah, apakah di masyarakat yang hidup secara berkelompok. tempat tersebut (Kotawaringin lama saat ini) Untuk sementara, tiga buah titik hunian di merupakan kerajaan yang menjadi jajahan Desa Sebuai tersebut menunjukkan perbedaan Majapahit? Hal tersebut masih menjadi masyarakat pendukungnya. Asumsi tersebut pertanyaan besar bagi kita. Apabila melihat juga didasarkan pada keletakan dan jarak lokasinya yang berada di hulu dan dataran masing-masing hunian (konsentrasi temuan) yang cukup luas, Kotawaringin Lama sangat dengan tepian pantai yang memang berbeda. memungkinkan untuk dipilih menjadi ibukota

112 Karakteristik Situs Pesisir di Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Sunarningsih sebuah kerajaan. Hal tersebut sesuai dengan wilayah Indonesia diperkirakan terjadi antara konsep makrokosmos dalam agama Hindu, 200 s.d. 300 (van Melis 2010: 69). Sebuah yaitu dataran (Jambudwipa) merupakan tempat rentang waktu yang cukup lama, dan jauh lebih tinggal manusia, di tengahnya terdapat gunung tua dari temuan keramik di muara Sungai Arut. yang merupakan tempat bersemayan Dewa, di Keberadaan nekara di tempat tersebut semakin lereng gunung tempat bermukim orang suci, memperkuat adanya aktivitas perdagangan dan di kaki gunung merupakan tempat tinggal dengan luar. manusia (Munandar 2011: 36). Tepian pantai dan laut (lautan) merupakan tempat tinggal 2.4 Karakteristik Situs Pemukiman Kuna roh-roh jahat (tempat yang nista dan kotor). di Desa Sebuai dan Desa Pendulangan Selanjutnya, lokasi yang dianggap suci adalah Istilah karakteristik menurut Kamus pertemuan dua aliran sungai, daerah dataran Besar Bahasa Indonesia adalah ciri khusus tinggi dan pegunungan, dan dekat sumber- atau mempunyai sifat khas sesuai dengan sumber air (mata air) (Munandar 2011: 17). perwatakan tertentu (Tim Penyusun Kamus Di tempat tersebutARKENAS biasanya terdapat bangunan 1995: 445). Jadi karakteristik situs adalah suci umat Hindu, beberapa situs Hindu ciri khusus dari sebuah situs. Berdasarkan yang ditemukan di dekat sungai antara lain uraian dalam sub bab sebelumnya dapat ditemukan di daerah Muara Jambi (Sumatera), dikatakan bahwa situs di Desa Sebuai dan Borobudur dan Temanggung (Jawa Tengah), Desa Pendulangan adalah situs pemukiman serta Sleman dan Bantul (Daerah Istimewa kuna dari abad ke-13 - 14. Hasil penelitian Yogyakarta) (Mundardjito 2002: 12-13 dan menunjukkan bahwa hunian di situs tersebut 197-198). berkelanjutan, tidak hanya mewakili satu Kotawaringin Lama lebih dikenal saat periode tertentu. Untuk sementara masa tertua menjadi pusat kerajaan Islam yang berdiri pada adalah abad ke-13 - 14, masa di saat sebuah abad ke-17. Kerajaan Islam tersebut didirikan kerajaan besar di Jawa sedang berkuasa, oleh Pangeran Antakesuma, anak dari Marhum yaitu Majapahit. Pengaruhnya teridentifikasi Panembahan (Sultan Mustainullah), menjadi dari sumber tertulis (Nāgarakrětāgama) yang Sultan Kerajaan banjar setelah kekuasaan menyebutkan bahwa Kotawaringin merupakan Sultan Hidayatullah berakhir (Ras 1968: 50- daerah bawahan Majapahit1, dan aktivitas 53). Hasil analisis keramik koleksi Astana perdagangan melalui laut memang lebih ramai Alnursari (Tim Penelitian 2014) menunjukkan pada sekitar abad ke-13 - 14 (Munandar 2011: bahwa keramik berasal dari masa Dinasti Ming 37). Situs di pesisir tersebut tampaknya sangat Akhir - Qing, sampai dengan masa kolonial. berkaitan dengan aktivitas perdagangan dengan Meskipun demikian, ada juga keramik dari daerah luar, terutama keramik asing (Cina dan dinasti yang lebih tua (Yuan) dalam jumlah Vietnam). Peranan situs sebagai tempat suci sedikit. Hal menarik lainnya adalah di Astana pada masa pengaruh Hindu tersebut tidak Alnursari tersebut adalah nekara perunggu. mendukung (mengingat konsep agama Hindu Keberadaan nekara tersebut, yang merupakan 1 Dalam kitab Nāgarakrětāgama disebutkan bahwa pulau dan benda yang mudah dipindahkan (portable), daerah yang menjadi bawahan Majapahit antara lain adalah daerah-daerah di Negeri Melayu, yaitu Jambi, Palembang, tidak diketahui asal-usulnya, dan sudah Toba, Darmasraya, Kandis, Kahwas, Minang-kabau, Siak dimiliki sejak kerajaan berdiri (Nasruddin Rokan, Kampar, Pane, Kampe, Haru, Mandailing, Tumihang, Perlak, dan Barat (Padang). Selain itu juga daerah-daerah 1993/1994: 9). Nekara tersebut secara tipologi pulau, yaitu Tanjung, Kapuas, Katingan, Sampit, Kutalingga, termasuk tipe Heger I (van Melis 2010: 43), Kutawaringin, Sambas, Lawai, Kadangdangan, Landa, Samedang, Tirem, Sedu Bruneng (Brunai) Kalka, Saludung, merupakan hasil kebudayaan Dong Son, Solot, Pasir Barito, Sawaku, Tabalung, Tanjung Kutai, dan Vietnam. Penyebaran nekara tipe Heger I ke Malano yang terkemuka di Tanjungpura. Daerah pulau tersebut berada di Pulau Kalimantan (Riana 2009: 96-98)

113 KALPATARU, Majalah Arkeologi Vol. 24 No. 2, November 2015 (103-116) yang memandang pesisir sebagai tempat yang selanjutnya mengikuti aliran sungai ke arah kotor). Bisa jadi muara Sungai Arut ini menjadi hulu terdapat pusat perdagangan yang kedua sebuah pelabuhan pada masa kerajaan Hindu, (B) dan ketiga (C), berada di percabangan atau dengan kata lain sebagai pusat aktivitas sungai; percabangan aliran sungai mengarah ke perdagangan (trade) yang berada di wilayah pedalaman (hinterland) yaitu (D) merupakan terluar. titik pertama tempat pengumpulan hasil bumi Temuan keramik di Desa Sebuai dan dari hutan; dan titik percabangan yang lebih ke Desa Pendulangan tidak berada pada satu hulu lagi (E dan F) merupakan daerah produsen kawasan saja tetapi untuk sementara ini terlihat hasil bumi dari hutan; X adalah penguasa dari pada empat lokasi berbeda. Terlihat dengan negara luar yang menjadi penyuplai barang jelas bahwa masing-masing lokasi mempunyai import sekaligus konsumen hasil hutan dari A. perbedaan, baik dari segi kedekatan dengan tepi laut maupun topografinya. Pembagian ruang pada masing-masing situs pemukiman kuna tersebutARKENAS juga berbeda. Untuk mengetahui secara lebih mendalam jenis aktivitas pada masing-masing situs tersebut, maka penelitian lanjutan perlu dilakukan berdasar pada kajian arkeologi ruang. Dalam sebuah kajian arkeologi ruang, titik berat penelitian lebih berada pada dimensi ruang (spatial) daripada dimensi bentuk dan dimensi waktu (Mundardjito 2002: 2). Dengan demikian, arkeologi ruang menitikberatkan pada sebaran benda dan situs arkeologi. Selanjutnya, studi keruangan dalam arkeologi dibagi menjadi tiga skala berdasarkan luas satuan ruang yang dipelajari, yaitu skala mikro, skala meso, dan skala makro (Mundardjito 2002: 9). Analisis terhadap situs pemukiman mencakup semua tempat di mana pusat aktivitas sebuah komunitas berada, yang Gambar 1. Model jaringan perdagangan sungai pada antara lain meliputi aktivitas penguburan, masa lalu, milik Bennet Bronson (sumber: aktivitas perdagangan, dan aktivitas untuk van Mellis 2010:49-50) mencukupi kehidupan sehari-hari (eksploitasi Letak situs, baik di Desa Sebuai terhadap sumberdaya alam). maupun di Desa Pendulangan, tampaknya Untuk dapat melengkapi sebaran data sesuai dengan posisi A pada model jaringan situs pemukiman dilengkapi dengan aktivitas perdagangan sungai milik Bronson. Di tempat perdagangan oleh komunitas pendukungnya, tersebut juga ditemukan komoditas dari luar maka penggunaan teori jaringan perdagangan berupa koin Cina dan keramik asing, sementara sungai milik Bennet Bronson diperlukan ini didominasi oleh keramik dari abad ke- pada penelitian lanjutan. Menurut Bronson 13 - 14. Kronologi tersebut sangat jauh lebih (van Mellis 2010: 49), terdapat sebuah model muda dari penyebaran nekara di Kotawaringin jaringan perdagangan sungai pada masa lalu Lama. Apakah kedua desa tersebut sebenarnya (lihat Gambar 1), di mana pusat (A) berada di sudah menjadi wilayah pusat perdagangan muara sungai langsung berbatasan dengan laut; pada tingkat pertama, yakni jauh sebelum

114 Karakteristik Situs Pesisir di Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Sunarningsih abad ke-13? Untuk menjawab pertanyaan Permuseuman) dan Saudara Ida Bagus tersebut diperlukan survei di sepanjang Sungai Putu Prajna Yogi, S.S. (Balai Arkeologi Arut ke arah hulu dengan tujuan menemukan Banjarmasin) yang telah membantu melakukan indikasi adanya pusat perdagangan lain yang analisis terhadap keramik asing sebagai salah berada di persimpangan sungai, seperti yang satu data yang digunakan dalam penulisan digambarkan pada titik B dan C. Selanjutnya, artikel ini. survei dilakukan lebih ke pedalaman (daerah perbukitan atau dataran yang lebih tinggi) untuk Daftar Pustaka mencari tempat pengumpulan hasil bumi (titik Fadillah, Moh. Ali dkk. 1994. Laporan D) dan tempat produsen hasil bumi (titik E dan Penelitian Arkeologi Kotawaringin F). Hasil survei tersebut ditindaklanjuti dengan 1994. Laporan Penelitian. Jakarta: Pusat ekskvasi untuk mengumpulkan data artefaktual Penelitian Arkeologi Nasional. dan kronologi situs dengan harapan dapat Harkantiningsih, M.Th. Naniek dan Vida memperkuat asumsi yang diajukan, bahwa Pervaya Rusianti Kusmartono. jaringan perdagangan dengan dunia luar telah 1995/1996. “Survei Eksploratif ARKENASArkeologi di Provinsi Kalimantan ada sejak masa awal sejarah di Sungai Arut. Tengah”, Laporan Penelitian. Banjarmasin: Balai Arkeologi 3. Penutup Banjarmasin. Berdasarkan hasil analisis dan sintesis Hartatik. 2009. “Kontinuitas budaya di terhadap situs di pesisir Kecamatan Kumai, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kalimantan Barat”, Berita Penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik Arkeologi Vol. 3 No. 1. Banjarmasin: situs di muara Sungai Arut selain sebagai Balai Arkeologi Banjarmasin. tempat hunian, juga mempunyai peranan Munandar, Agus Aris. 2011. Catuspatha penting dalam aktivitas perdagangan pada Arkeologi Majapahit. Jakarta: Wedatama sekitar abad ke-13 - 14. Hunian di tempat ini Widya Sastra. jelas menunjukkan keberlanjutannya pada Mundardjito. 2002. Pertimbangan Ekologis masa sesudahnya, yaitu pengaruh Islam. Penempatan Situs Masa Hindu-Buda di Untuk membuktikan bahwa hunian ini dimulai Daerah Yogyakarta. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan École française pada masa yang lebih tua (abad ke-13 - 14), d’Extrȇme-Orient. diperlukan penelitian lanjutan. Selain itu, situs juga mempunyai Nasruddin. 1993/1994. “Laporan Penelitian Arkeologi Kotawaringin Barat, keterkaitan dengan keberadaan sebuah Kalimantan Tengah”. Bagian Proyek Kerajaan Hindu yang sudah berdiri di aliran Penelitian Purbakala Banjarmasin. Sungai Lamandau (Kotawaringin Lama) Ras, Johannes Jacobus. 1968. Hikajat Bandjar sebelum kerajaan Islam muncul. Letak ibukota A studying in Malay Historiography. kerajaan Hindu tersebut sampai saat ini masih Leiden: KITLV belum diketahui, di tempat yang sama dengan Renfrew, Colin dan Paul Bahn. 2012. letak istana saat ini (Astana Alnursari) atau di Archaeology: Theories, Methods and tempat lain. Hal tersebut masih memerlukan Practice. London: Thames & Hudson. penelitian lebih intensif. Riana, I Ketut. 2009. Kakawin Dēśa Warņnana Uthawi Nāgara Kŗtāgama Masa Keemasan Majapahit. Jakarta: Buku Ucapan Terima Kasih Kompas Penulis mengucapkan terima kasih Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi (ed.). kepada Ibu Widiati, M. Hum. (Direktorat 1987. Metode Penelitian Survai. Jakarta: Jenderal Pelestarian Cagar Budaya dan LP3ES

115 KALPATARU, Majalah Arkeologi Vol. 24 No. 2, November 2015 (103-116)

Tim Penelitian. 2014. “Survei Potensi Arkeologi di Daerah Aliran Sungai Arut dan Identifikasi Temuan Keramik di Rumah Mangkubumi dan Astana Alnursari, Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah”. Banjarmasin: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kotawaringin Barat dan Balai Arkeologi Banjarmasin. Tim Penyusun Kamus. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi kedua. Jakarta: Balai Pustaka. Van Mellis, Dennis. 2010. The Ketlledrums of Insular Southeast Asia. Thesis. Leiden: LeidenARKENAS University.

116