<<

PAKAIAN, NEGARA, DAN IDENTITAS: DI UNI EMIRAT ARAB PASCA OIL BOOMING II (2000-2010)

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum.)

Oleh Alfida Marifatullah NIM: 1113022000015

PROGRAM STUDI SEJARAH DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H/2017 M

LEPIBAR PERNYATAAN

17 Juli 2017

Alflda Ⅳlarifatullah PAKAIAN, NEGARA, DAN IDENTITAS: ARAYA DI T]II.I EMIRAT ARAB PASCA OrL BOOMTNG rr (2000-2010)

Skripsi Diajukan untuk Mernenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Humaniora (S. Hum.) Oleh:

Alflda Marifatullah NIRI:1113022000015

Pembimbing

/ Dr.Awalia Rahman MA NIP:19710621.200112.2.001

PROGtt STUDISEJ」 姐L姐圧DAN PERADABAN ISLAM FAKULTAS ADAB DAN IⅡ ЛttANIORA IIINIVERSITAS ISL劇 NEGERISYARIF IIIDAYATULLAⅡ

J2姐KARTA 1439H/2017 LEⅣIBAR PENGESAHAN

Skl・ ipsi bcttudul PAKAIAN,NEGARA,DAN IDENTITAS:ABAYA DI UNI 石 EMIRAT ARAB PASCA OILBOθ出 GⅡ (2000… 2010)telah di司 ikan dalam sidang shripsi Fakultas Adab dan Hmaniora Universitas lslam Ncgcri Syarif Hidayatullah

Jakarta pada 25 Scptcmbcr 2017. Sklipsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sttana Hllmaniora(S.Huln.)pada Progralln Studi Saarah dan

Perttaban lslam.

Ciputat, 25 September 2017

Sidang Skripsi

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Ⅱo Nurhasan,Ⅳ 124. tus Sa'diyah, M. Pd. NIP:196907241997031001 197504172005012007 Anggota, Penguji I, Penguji II,

Dro Saiful Umam,MA. Dro Sai Derlni, MA. NIP:196712081993031002 NIP:195 1992031001

Dr.AL、valia Rahma,Ⅳ IA. NIP:197106212001122001

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segala macam nikmat dan rahmat-Nya. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW serta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya. Amiin Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mendapat gelar Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah membuat karya tulis ilmiah dalam bentuk skripsi. Dalam rangka itulah penulis menyusun skripsi ini dengan judul : “Pakaian, Negara, dan Identitas: Abaya Di Uni Emirat Arab Pasca Oil Booming II (2000-2010)”.

Jakarta, 17 Juli 2017 Penulis,

Alfida Marifatullah

iv

UCAPAN TERIMA KASIH

Tentunya dalam menyelesaikan skripsi ini penulis tidak hanya berhasil sendirian saja namun banyak pihak yang telah berpartisipasi dalam selesainya skripsi ini baik bersifat moril ataupun materil, maka dengan ini penulis mengucapkan terima kasih serta penghargannya atas dorongan dan kerja samanya kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Rasa terima kasih dan penghargaan yang begitu besar penulis sampaikan kepada: 1. Kedua orang tua yaitu Mama Arlinda Septarina dan Papa Juawaidin (alm.) tercinta yang selalu memberikan dukungan dan perhatian serta kasih sayang tiada hentinya kepada penulis, sehingga penulis dapat termotivasi hingga bisa menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. H. Abdul Chair, selaku Dosen Pembimbing Akademik, Bapak H. Nurhasan, MA Ketua Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam serta Ibu Sholikatus Sa’diyah, M. Pd. selaku Sekretaris Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Dr. Awalia Rahma, MA selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dengan sepenuh hati sehingga skripsi ini selesai dengan tepat waktu. 4. Bapak Dr. Saiful Umam dan Bapak Dr. H. Saidun Derani selaku Dosen Penguji skripsi yang telah memperbaiki isi skripsi penulis menjadi lebih baik. 5. Kepada seluruh Dekanat dan Dosen Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama menjadi mahasiswa aktif di Fakultas Adab dan Humaniora. 6. Adik-adik penulis, Jihad Ulhaq Alhakim dan Jiran Anis Matta yang selalu memberikan semangat kepada penulis. 7. Keluarga Besar Kakek Somad yang telah memberikan dukungan yang luar biasa kepada penulis sehingga penulis termotivasi menyelesaikan skripsinya. 8. Dewi Khoirunnisa dan Rahmania Nammas selaku sahabat terdekat penulis yang selalu memberikan dukungannya terhadap penulis. 9. Anggraeni Abdul dan Karlinda Rahma selaku teman sekamar penulis yang senantiasa menemani hari-hari penulis selama tahun terakhir.

v

vi

10. Avikisia dan Syakhril yang telah mau menjadi tempat tumpangan selama penulis pulang pergi kampus-rumah. 11. Seluruh kawan di Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam khususnya angkatan 2013, Karlinda Rahma Syahida, Siti Durrotul Goliyah, Sania Qulkarni, Izmi Syahidah, Yunita , Elis Khairunnisa, Putri Inggita, Sunnah Khairuni’mah, Ilham Edlian, Burhanuddin Muhammad, Lukman Hadi dan masih banyak lagi. Senior-senior juga para junior Sejarah dan Kebudayaan Islam atas segala bantuannya selama ini. 12. Kawan-kawan Kuliah Kerja Nyata Kebangsaan Desa Sebong Pereh, Kepulauan Riau; Hajrawati, Whike, Umi, Akak Fatihah, Dina, Hanifah, Kak Rinda, Geo, Rizki, Ricky,Yogi, Andy, Bang Opan, dan Dang Julirin, dan kawan-kawan Kuliah Kerja Nyata Kebangsaan UIN Syarif Hidayatullah terima kasih atas pengalaman dan ilmunya selama ini dan juga dukungannya. 13. Terima kasih untuk semua teman-teman antar fakultas dan universitas yang telah membantu dan mendukung penulis dalam proses pengerjaan skripsi.

Penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis berharap ada tegur sapa untuk penyempurnaan karya ini sangat bermanfaat untuk orang banyak sebagai bahan bacaan dan refrensi.

Jakarta, 17 Juli 2017 Penulis,

Alfida Marifatullah

ABSTRAK

Penelitian ini membahas abaya di Uni Emirat Arab tahun 2000-2010. Abaya merupakan pakaian tradisional yang umum dipakai di wilayah Arab sehingga menjadi sebuah identitas masyarakat Arab. Pada penelitian terdahulu seperti karya Shimek (2012) menjelaskan bahwa abaya tidak hanya sebagai identitas agama tapi juga sebagai identitas di era globalisasi karena digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Lesher (2011) menjelaskan secara umum bahwa abaya mengalami perubahan di berbagai aspek setelah munculnya minyak dan menjelaskan bahwa abaya merupakan sebuah identitas nasional. Lindholm (2014) menjelaskan tentang pertumbuhan industri fashion di Uni Emirat Arab setelah Oil Booming II dengan abaya sebagai contohnya. Berdasarkan penelitian yang ada sebelumnya, maka pada penelitian kali ini akan membahas hal yang berbeda dari penelitian yang telah ada yakni membahas secara detail gabungan antara perubahan abaya yang disebabkan oil booming dengan abaya yang menjadi identitas sejak sebelum dan sesudah oil booming baik pertama ataupun kedua. Berdasarkan penelitian yang ada sebelumnya terdapat pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini yaitu, bagaimana abaya bisa menjadi identitas perempuan dan identitas nasional di Uni Emirat Arab setelah oil booming II? Untuk menjawab pertanyaan tersebut menggunakan metode deskriptif-analitis dengan pendekatan sejarah sosial budaya yang menggunakan teori keseharian Ludtke dan teori fashion Entwistle. Temuan penelitian ini adalah pertama, abaya sudah menjadi pakaian sehari-hari sehingga menjadi identitas bagi perempuan Uni Emirat Arab. Kedua, kategori tempat menurut Ludtke tidak seluruhnya operatif dalam kaitannya dengan abaya, hanya pada kategori tempat bekerja dan hiburan saja sedangkan pada kategori domestik abaya tidak digunakan karena perempuan Uni Emirat Arab umumnya di rumah mengenakan pakaian yang lebih modern dan bergaya Barat. Ketiga, terdapat kategori tambahan yaitu masjid. Pengunjung masjid diharuskan untuk memakai pakaian abaya. Keempat, negara berperan penting pada pembentukan identitas perempuan dan nasional melalui abaya. Temuan kelima yaitu oil booming memberikan perubahan pada abaya yakni dengan warna dasar yang berwarna hitam dengan tambahan motif dan pernik yang berwarna serta terlihat lebih modern dibandingkan dengan abaya yang terdapat di wilayah lain.

Kata Kunci: Abaya, Identitas, Perempuan, Oil Booming, Uni Emirat Arab.

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI

Berikut ini disajikan pola transliterasi arab latin berdasarkan keputusan bersama antara Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I. No. 158 Tahun 1987 dan No. 0543b/U/1987.

1. Konsonan Huruf Nama Penulisan ‘ Alif ا Ba b ب Ta t ت Tsa S ث Jim j ج Ha H ح Kha kh خ Dal d د Zal Z ذ Ra R ر Zai Z ز Sin S س Syin Sy ش Sad Sh ص Dlod dl ض Tho th ط Zho zh ظ ‘ Ain‘ ع Gain gh غ Fa r ف Qaf q ق Kaf k ك Lam l ل Mim m م Nun n ن Waw w و Ha h ه ٫ Hamzah ء Ya Y ي Ta (marbutoh) T ة

2. Vokal

Vokal Bahasa Arab seperti halnya dalam bahasa Indonesia terdiri atas vokal tunggal dan vokal rangkap (diftong)

viii

ix

3. Vokal Tunggal Vokal tunggal dalam bahasa Arab: ------Fatha ------Kasroh - و

------Dlommah

Contoh : Kataba : كتب Zukira (Pola I atau II) dan seterusnya : ذكر

4. Vokal Rangkap Lambang yang digunakan untuk vocal rangkap adalah gabungan antara harakat dan huruf, dengan transliterasi berupa gabungan huruf. Tanda Huruf Tanda Huruf Baca Fathah da ai a dan i ي n ya Fathah da au a dan u و n waw

Contoh: kaifa : كيف ala‘: على haula : حول ai atau ay : أي

5. Mad Mad atau panjang dilambangkan dengan harakat atau huruf, dengan transliterasi berupa huruf atau benda: Contoh: Harkat dan huruf Tanda Keterangan baca Fatha dan alif at a a dan garis اي au ya panjang diatas Kasroh dan ya i i dan garis diatas اي Dlommatain da u U dan garis diatas او x

n waw

qala subhanaka : قال سبحنك shama ramadlana : صام رمضان rama : رمي fi manafi’u : فيها منا فع yaktubuna ma yamkuruna : يكتبون ما يمكرون iz qala yusufu liabihi : اذ قال يوسف ال بيه

6. Ta’ Marbutah Transliterasi untuk ta marbutah ada dua macam: 1. Ta’ Marbutah hidup atau yang mendapat harakat fatha, kasroh dan dlammah, maka transliterasinya adalah /t/. 2. Ta’ Marbutah yang mati atau mendapat harakat sukun, maka transliterasinya adalah/h/.

3. Kalau pada kata yang terakhir dengan ta marbutah diikuti dengan kata yang memakai al serta bacaan keduanya terpisah, maka ta marbutah itu ditransliterasikan dengan /h/.

4. Pola penulisan tetap 2 macam Contoh: Raudlatul athfal رومضة االطفال al-Madinah al-munawwarah المدينة المنورة 7. Syaddad (Tasydid) Syaddah atau tasydid dalam system tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda, yaitu tanda syaddah atau tasydid. Dalam transliterasi ini tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf yang diberi tanda syaddah tersebut dilambangkan dengan huruf yang diberi tanda syaddah tersebut. Nazzala = نزل Robbana = ربنا

8. Kata Sandang Diikuti oleh Huruf Syamsiah Kata sandang yang diikuti oleh huruf syamsiah ditransliterasikan bunyinya dengan huruf /I/ diganti dengan huruf yang langsung mengikutinya. Pola yang dipakau ada dua seperti berikut. Contoh: Pola Penulisan xi

Al-tawwabu At-tawwabu التواب Al-syamsu Asy-syamsu الشمس

Diikuti huruf Qomariah Kata sandang yang diikuti huruf qomariyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan- aturan diatas dan dengan bunyinya. Contoh: Pola Penulisan Al-badi’u Al-badi’u البديع Al-qomaru Al-qomaru القمر

Catatan : Baik diikuti huruf syamsiah maupun maupun qomariyah, kata sandang ditulis secara terpisah dari kata yang mengikutinya dan diberi tanda hubung (-). 9. Hamzah Hamzah ditransliterasikan dengan opostrof. Namun hal ini hanya berlaku bagi hamzah yang terletak ditengah dan akhir kata. Apabila terletak diawal kata, hamzah tidak dilambangkan karena dalam tulisannya ia berupa alif.

Contoh: Ta’khuzuna : تا خذون Asy-syuhada’u : الشهداء Umirtu : اومرت Fa’tibiha : فاتي بها

10. Penulisan Huruf Pada dasarnya setiap kata, baik fi’il, isim maupun huruf ditulis terpisah. Hanya kata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata-kata lain karena ada huruf atau harakat yang dihilangkan. Maka penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya. Penulisan dapat menggunakan salah satu dari dua pola sebagai berikut: Contoh Pola Penulisan Wa innalaha lahuwa khair al-raziqin وان لها لهو خير الراز قين Fa aufu al-kaila wa al-mizani فاو فوا الكيل والميزان

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ...... i LEMBAR PERSETUJUAN ...... ii LEMBAR PENGESAHAN ...... iii KATA PENGANTAR ...... iv UCAPAN TERIMA KASIH ...... v ABSTRAK ...... vii PEDOMAN TRANSLITERASI ...... viii DAFTAR ISI ...... xii DAFTAR TABEL ...... xiv DAFTAR GAMBAR ...... xv DAFTAR ISTILAH ...... xvii BAB I PENDAHULUAN ...... 1 A. Latar Belakang ...... 1 B. Identifikasi Masalah ...... 6 C. Rumusan Masalah ...... 7 D. Tujuan Penelitian ...... 7 E. Tinjauan Pustaka ...... 7 F. Kerangka Teori ...... 10 G. Metode Penelitian ...... 10 H. Sistematika Penulisan ...... 12 BAB II PERKEMBANGAN ABAYA DI DUNIA ARAB ...... 13 A. Dari Pra-Sejarah ke Arab Pra-Islam ...... 13 B. Transformasi Abaya di Dunia Arab ...... 17 C. Abaya dan Busana Muslim Lain ...... 20 BAB III UNI EMIRAT ARAB SEBELUM OIL BOOMING II ...... 25 A. Ekonomi Uni Emirat Arab dan Oil Booming ...... 25 1. Ekonomi ...... 27 2. Pendidikan ...... 31 3. Infrastruktur dan Pariwisata ...... 34

xii

xiii

4. Pakaian ...... 36 B. Kondisi Sosial Masyarakat Sebelum Oil Booming II ...... 38 C. Kondisi Perempuan Uni Emirat Arab sebelum Oil Booming II ...... 41 BAB IV ABAYA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL ...... 45 A. Abaya Uni Emirat Arab Pasca Oil Booming II ...... 45 B. Abaya sebagai Identitas Nasional ...... 49 C. Abaya Sebagai Identitas Perempuan Uni Emirat Arab Pasca-Oil Booming II ...... 52 BAB V PENUTUP ...... 57 A. Kesimpulan ...... 57 B. Saran ...... 59 DAFTAR PUSTAKA ...... 60 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...... 66

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1: Hasil Produksi Minyak dari Tahun 1980-2010 ...... 28 Tabel 3. 2: Sumber Pendapatan Negara Dari Tiga Sektor Tahun 1970-2006 ...... 30 Tabel 3. 3: Evolusi Pendidikan UEA Beberapa Tahun Setelah Oil Booming ...... 31 Tabel 3. 4: Pertumbuhan Pendidikan Dasar Dari Tahun 1980 Sampai 2009 ...... 33 Tabel 3. 5: Pertumbuhan Kedatangan Wisatawan Tahun 1995-2010 ...... 35 Tabel 3. 6:Pendukung Perkembangan Pasar Fashion UEA ...... 37 Tabel 3. 7: Pertumbuhan Penduduk Tahun 1970-2010 ...... 40

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Code of Ethics and Professional Conduct (1) ...... 67 Gambar 2: Code of Ethics and Professional Conduct (2) ...... 68 Gambar 3: Code of Counduct dalam bahasa Arab (1)...... 69 Gambar 4: Code of Counduct dalam bahasa Arab (2)...... 70 Gambar 5: Federal Law No (3) of 1987 on Issuance of The Penal Code (1) ...... 71 Gambar 6: Federal Law No (3) of 1987 on Issuance of The Penal Code (2) ...... 72 Gambar 7: Zayed Grand : Code of Conduct ...... 73 Gambar 8: ’s Constitution of 1971 with Amendements through 2009 (1) ...... 74 Gambar 9: United Arab Emirates’s Constitution of 1971 with Amendements through 2009 (2) ...... 75 Gambar 10: Perkembangan Dubai ...... 76 Gambar 11: Izar atau zeira Perempuan Yahudi Rabat 1920 ...... 77 Gambar 12: Jaltita dengan korset di pinggang, Tetouan sekitar Abad ke-19 ...... 78 Gambar 13: Haik, Maroko Awal abad ke-20 ...... 79 Gambar 14: Sirwal, celana dari zaman Dinasti Mamluk ...... 80 Gambar 15: Pakaian zaman Yunani ...... 81 Gambar 16: Tantur, Pakaian Tradisional Lebanon (Penutup Kepala), Lebanon, 1880 . 82 Gambar 17: Stocking ...... 82 Gambar 18: Pedagangan Ikan Kering di Ras Al Khaimah, 1948 ...... 83 Gambar 19: Abaya tradisional UEA, 1977 ...... 84 Gambar 20: Perempuan dari Mengangkat Wadah, 1965 ...... 84 Gambar 21: Siswi di UEA Sedang Menulis Bahasa Inggris, 1972 ...... 85 Gambar 22: dari Sekolah Perempuan UEA Berlatih Pramuka, 1968 ...... 85 Gambar 23: Abaya Ras al-Khaima dengan Bordir Hitam, 2014 ...... 86 Gambar 24: Gaya abaya modern dengan menggunakan shayla, Dubai, 2017 ...... 86 Gambar 25: Abaya karya designer Eropa Dolce & Gabana, UEA, 2017 ...... 87 Gambar 26: Pakaian tradisional pria UEA, Khandura dan Guttrah,1958...... 88 Gambar 27: Abaya dan Khandura sebagai Buah Tangan Khas UEA ...... 88

xv

xvi

Gambar 28: Patung di depan Burj Khalifa, Dubai. Simbol Identitas Nasional ...... 89 Gambar 29: Larangan Berpakaian Terbuka di Mall UEA, 2015 ...... 89 Gambar 30: Aturan Berpakaian di Masjid Khalifa ...... 90 Gambar 31: Transformasi Abaya mulai dari Tradisional, Modern, hingga Kontemporer ...... 91 Gambar 32: Tunik dari Masa ke Masa ...... 92 Gambar 33: Pohon Fashion Arab ...... 93

DAFTAR ISTILAH

ADNOC: Abu Dhabi National Oil Company, perusahaan minyak nasional milik pemerintah Abu Dhabi. Bordir: Hiasan dari benang yang dijahitkan pada kain; sulaman. Brokat: Kain sutra yang bersulam benang emas atau perak. Burka: Merupakan penutup wajah yang paling rapat dari semua kerudung dalam Islam. bentuknya merupakan selembar kain yang menutup wajah dan tubuh sehingga hanya menyisakan lubang di bagian mata yang berfungsi untuk melihat. Cadar: Kain penutup kepala atau muka (bagi perempuan). Guttrah: Penutup kepala yang berbentuk persegi yang terbuat dari katun. Biasa warna putih atau merah dan putih atau putih dan hitam. GWU: General Women’s Union merupakan gerakan perempuan yang didirkan oleh istri Presiden Uni Emirat Pertama yaitu Shaikha Fatima bint Mubarak pada tahun 1975. Haik: Pakaian Tradisional Aljazair. Jalabiah: Berasal dari kata Jilbab sering juga disebut gallabiya, djellaba, jillaba digunakan dalam bahasa Arab untuk pakaian khusus yang digunakan laki-laki dan perempuan. sedangkan menurut Elguindi, gaun panjang yang longgar dengan bentuk tangan yang lebar. Jaltita: Kata lainnya giraldetta (dalam bahasa Spanyol) atau whirling Dress (berasal dari kata whirl dalam bahasa Inggris yang artinya berputar, kemudian digunakan menjadi nama pakaian menjadi whirling): Pakaian yang biasa digunakan oleh para penari sufi dari Maroko. Kalasiris: Merupakan gaun linen panjang yang merupakan seragam. Biasa digunakan oleh para perempuan Mesir Kuno dengan memamerkan bagian atas tubuh mereka. Korset: Penahan perut berbentuk kemban yang diberi kancing untuk membuat perut (pada perempuan) tampak lebih kecil.

xvii

xviii

Linen: Bahan (kain) dibuat dari rami halus, kuat, tampak berkilat, dan dingin bila dipakai. Malafas: Pakaian Tradisional Mauritania. Niqab: Istilah yang digunakan untuk menyebut potongan kain yang menutupi wajah dan biasa dipakai wanita untuk menutupi tangannya. Banyak dipakai oleh wanita Muslim Arab Saudi dan Anak benua dan beberapa wanita Barat. Qalansuwa: Kata lain koulla (bahasa Koptik) penutup kepala berwarna hitam yang menutupi kepala sampai leher bagian belakang. Sirwal: Celana panjang atau pendek yang biasa dipakai laki-laki dan perempuan Arab sebagai lapisan sebelum memakai baju luar. Stocking: penutup ketat yang digunakan untuk kaki atau lengan. Stola: Gaun panjang tanpa lengan yang digunakan bersama palla (semacam selendang yang digunakan di lengan atau sebagai kerudung). Di dalam stola biasa digunakan pakaian dalam lagi seperti bra. Tantur: Topi berbentuk kerucut yang menjadi pakaian nasional Libanon. : sering di-eja dengan kata thoub atau thobe dan sering juga disebut khamez atau dishdashah merupakan pakaian panjang dengan lengan panjang untuk laki-laki sedangkan untuk perempuan ditambah dengan hiasan di lehernya dengan sulaman atau manik. Tunik: Pakaian longgar yang menutup bagian atas tubuh. Wol: Bulu binatang yang halus (seperti bulu domba) untuk bahan pakaian (baju hangat, jas, celana, dan sebagainya). Zeira: biasa juga disebut izar, azr, izara, mi’zar (kalimat yang ada dalam teks Arab kuno), atau ezor (terdapat pada injil yahudi), Pakaian pada masa Arab kuno yang masih digunakan sampai sekarang. Zeira merupakan kain panjang yang kemudian dipakaikan pinggang dan terkadang digunakan sebagai mantel.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Islam merupakan agama yang mengatur berbagai urusan manusia seperti makan, minum, tidur, dan termasuk berpakaian yang akan dibahas dalam skripsi ini. Terdapat beberapa aturan yang terdapat dalam Islam mengenai pakaian, baik pakaian laki-laki maupun perempuan. Pada masa awal Islam banyak laki-laki yang mengenakan pakaian berbahan sutra dan memakai emas sehingga Rasullulah SAW menyatakan larangan bagi laki-laki untuk tidak mengenakan benda tersebut. Sedangkan untuk pakaian perempuan dalam Quran tidak disebutkan jenis pakaian yang harus dipakai tetapi disebutkan bahwa perempuan harus menutup aurat.1 Hal ini memunculkan berbagai macam model pakaian perempuan di masyarakat. Islam yang lahir di Mekah, merupakan bagian wilayah Arab sehingga membuat orang menganggap bahwa pakaian yang digunakan orang Mekah merupakan pakaian yang dianjurkan Islam. Tradisi orang di wilayah Arab dalam berpakaian khususnya perempuan yaitu dengan menutup seluruh tubuh kecuali mata. Sehingga pakaian ini di beberapa negara menjadi pakaian yang digunakan dan dianggap sebagai identitas Islam. Sebelum kedatangan Islam, pakaian di wilayah Arab berbeda-beda. Menurut Herodotus dalam buku Arab Dress, orang Arab menggunakan zeira.2 Pernyataan Herodotus juga didukung Strabo yang muncul empat abad kemudian. Strabo mengatakan bahwa orang Arab Nabatean jika keluar rumah tidak memakai tunik,3 tetapi memakai semacam korset4 di pinggang dan sandal di kaki mereka. Di masa Islam

1 Annelies Moors, “Islam and Fashion on the Streets of San’a, ,” Etnofoor, Vol. 16, No.2 (2003), h. 43. 2 Zeira atau izar (bahasa daerah), atau azr, izara, mi’zar (kalimat yang ada dalam teks Arab kuno), atau ezor (terdapat pada injil Yahudi) merupakan pakaian pada masa Arab kuno yang masih digunakan sampai sekarang. Zeira merupakan kain panjang yang kemudian dipakaikan ikat pinggang dan terkadang digunakan sebagai mantel. Lihat Yedida Kalfon Stillman, Arab Dress: From the Dawn of Islam To Modern Times, 2nd. (Leiden: Brill, 2003), h.7 3 Tunik adalah pakaian longgar yang menutup bagian atas tubuh dan sekarang tunik telah mengalamai perubahan tergantung peradaban. Lihat Sara Pendergast dan Tom Pendergast, Fashion Costume, and Culture: Clothing, Headwear, Body, Decoration, and Footwear throughthe Ages, (USA: Thomson Gale, 2004), h.29 4 Korset adalah penahan perut berbentuk kemban yang diberi kancing untuk membuat perut (pada perempuan) tampak lebih kecil. Lihat Fashion, Costume, and Culture, h.151

1

2

pakaian ini disebut pakaian ihram. Jadi, pakaian ihram merupakan pakaian zaman dahulu yang masih ada sampai sekarang.5 Pada masa Islam pakaian disesuaikan dengan aturan-aturan di dalam Quran dan Hadits. Pada masa pra Islam pakaian perempuan dan laki-laki . Sedangkan, pada masa Islam pakaian antara laki-laki dan perempuan terlihat jelas perbedaannya. Beberapa aksesoris yang sebelumnya umum digunakan perempuan dan laki-laki kini hanya digunakan oleh perempuan saja. Umumnya perempuan pada masa awal Islam memakai jilbab untuk menutupi kepala mereka atau dengan selembar kain, selendang dan sejenisnya. Namun, pada masa Dinasti Umayah tradisi ini berubah. Banyak laki-laki memakai hal yang dilarang. Hanya orang taat agama atau biasanya disebut sufi yang memakai pakaian sederhana. Pada masa Dinasti Umayah perkembangan pakaian mewah terlihat begitu signifikan terutama di kalangan kerajaan,6 contohnya di kalangan laki- laki kerajaan banyak menggunakan jubah berbahan sutra atau brokat,7 sedangkan perempuan banyak menggunakan qalansuwa8 dan menutup wajah dengan kain.9 Perubahan paling mencolok pada pakaian terjadi pada masa Dinasti Abbasiyah. Dinasti Abbasiyah mengikuti gaya berpakaian Bizantium dan Sasaniah.10 Sekitar abad ke-10 penutup kepala menjadi hal yang tidak umum.11 Emas dan perak menjadi hiasan favorit kalangan kerajaan yang digunakan pada pakaian. Sekitar pertengahan abad ke-19 para intelektual, pembaharu, dan orang liberal mulai mengumumkan ide untuk menciptakan pakaian yang bisa melindungi perempuan. Kelompok ini membahas pakaian Barat dan mendorong negeri mereka bergaya Barat.12 Sehingga muncul ide-ide

5 Yedida Kalfon Stillman, Arab Dress: From the Dawn of Islam To Modern Times, 2nd. (Leiden: Brill, 2003), h. 7. 6 Yedida Kalfi Stillman, Arab Dress, h. 31. 7 Brokat merupakan kain yang ditenun dengan pola yang timbul di seluruh permukaan. Lihat Lihat Fashion, Costume, and Culture, h.lxvii 8 Qalansuwa atau koulla (dalam bahasa Koptik) adalah penutup kepala berwarna hitam yang menutupi kepala sampai leher bagian belakang. Pada awalnya pentup kepala ini digunakan oleh kalangan gereja koptik orthodox di Alexandria kemudian menyebar ke wilayah timur tengah. pada akhir abad ke- 20 namanya lebih dikenal sebagai qalansuwa. Lihat “Costumes of al-Andalus, http://moorishmaiden.org” 9 Lady Violante de Sant Sebastian, “Costumes of al-Andalus: the Umayyad Caliphate,” dari http://moorishmaiden.org, akses 27 Maret 2017 jam 22.25 10 Yedida Kalfi Stillman, Arab Dress, h. 42. 11“Historical Prespective on Islamic Dress,” dari http://www.womeninworldhistory.com/essay01.html, akses 07 Februari 2017 jam 15.37 12“Historical Perspective on Islamic Dress,” dari http://www.womeninworldhistory.com/essay01.html, akses 07 Februari 2017 jam 15.37 3

modernitas dan gaya berpakaian perempuan. Kolonialisme Eropa di dunia Arab sedikit banyak mempengaruhi perkembangan pakaian, terutama Perancis dan Inggris. Banyak modifikasi yang terjadi pada pakaian di masa itu, seperti, Jaltita13 yang pada saat itu biasa digunakan oleh perempuan Andalusia dan Yahudi di Maroko.14 Di masa kontemporer, tahun 2000-an pakaian banyak mengikuti gaya Eropa- Amerika baik pakaian formal, keseharian, maupun pakaian militer. Sedangkan di dunia Arab pakaian tradisional masih digunakan yaitu oleh orang miskin.15 Sedangkan mayoritas orang kaya biasa menggunakan pakaian khusus untuk menandakan kelas sosial mereka. Pakaian di masa ini mulai beralih fungsi tidak hanya sebagai pelindung tubuh tetapi juga sebagai identitas sosial di masyarakat. Sebetulnya fenomena ini sudah terjadi sejak Abad Pertengahan akan tetapi baru terjadi di kalangan kerajaan. Untuk memfokuskan penulisan maka akan membahas satu negara Arab yaitu Uni Emirat Arab (selanjutnya akan dituliskan menjadi UEA) dengan membahas satu pakaian yang menjadi identitasnya yaitu abaya. UEA merupakan negara federasi yang terdiri atas tujuh wilayah yaitu, Abu Dhabi, Dubai, , Ras al-Khaimah, Sharjah, dan Umm al-Qaiwin. Ketujuh wilayah ini bergabung ketika Inggris berniat untuk mengambil wilayah Teluk Arab pada akhir tahun 1971. Pada saat itu Teluk Arab dipimpin oleh Sheikh Zayed yang kemudian meminta tujuh wilayah di atas beserta Qatar dan Bahrain untuk bergabung melawan Inggris yang ingin merebut wilayah mereka. Setelah kejadian ini ketujuh wilayah tersebut bergabung dan menjadi sebuah Emirat. Sedangkan Qatar dan Bahrain lebih memilih untuk memerdekakan diri.16 UEA memiliki ciri khas yang sama dengan negara Arab lainnya, yaitu wilayah yang hampir seluruhnya diselimuti oleh gurun pasir. Pada tahun 1950-an ekonomi UEA bergantung pada perikanan dan pertambangan mutiara. Setelah ditemukannya minyak

13 Jaltita atau giraldetta (dalam bahasa Spanyol) atau whirling Dress (berasal dari kata whirl dalam bahasa Inggris yang artinya berputar, kemudian digunakan menjadi nama pakaian menjadi whirling), merupakan pakaian yang biasa digunakan oleh para penari sufi dari Maroko. Lihat Arab Dress h. 99 14 Yedida Kalfi Stillman, Arab Dress, h. 99. 15 Yedida Kalfi Stillman, Arab Dress, h. 161. 16 Mike Charlton, “History,” dari http://www.UEAinteract.com/culture/history.asp, akses 12 Februari 2017 jam 21.09 4

pada tahun 1962 perlahan ekonomi UEA mulai bangkit.17 Pencarian minyak di UEA sebenarnya telah dimulai pada tahun 1930, dipelopori oleh kelompok geologi UEA.18 Pada tahun 1939 Sheikh Shakhbul ibn Sultan Al Nahyan juga melakukan pencarian minyak, namun baru ditemukan 14 tahun kemudian.19 Akan tetapi pada saat itu belum ada yang bisa mengelola hasil minyak tersebut dan karena itu pemerintah melakukan kerja sama dengan Inggris. Minyak bumi kemudian menjadi sumber penghasilan negara yang terbesar. Selain itu, UEA juga salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di dunia dengan cadangan minyak nomor tujuh terbesar di dunia20 dan cadangan gas alam terbesar nomor 17 di dunia.21 Sekitar tahun 2000-an harga minyak dunia meningkat sebagai tanda oil booming yang kedua bagi UEA dan memberikan keuntungan bagi negara ini sebagai negara penghasil minyak, sehingga baik pendapatan negara maupun pendapatan per kapita meningkat. Tahun 2003 pendapatan per kapita warganya sekitar 81.000 Dirham kemudian pada tahun 2004 meningkat sebanyak 4.7%.22 Selanjutnya banyak sekali kemajuan yang dialami oleh UEA termasuk mulai dibangunnya menara yang terkenal yaitu Burj Khalifah. Bangunan ini membuat banyak investor melirik UEA sebagai tempat berinvestasi yang menguntungkan dan semakin membuka pintu akulturasi budaya yang besar. Dalam banyak penelitian disetujui bahwa kawasan Teluk Arab sangat penting bagi industri negara-negara di dunia. Lokasi strategis dan cadangan minyak bumi tak

17 “United Arab Emirates Country Profile,” dari http://www.bbc.com/news/world-middle-east- 147039988, diakes pada 5 Februari 2017 jam 22.18 18 “About The UEA,” dari http://www.UEA-embassy.org/about-UEA/history, akses 5 Februari 2017 jam 21.02 19 “The Story of the UEA,’” dari http://www.zu.ac.ae/main/en/_careers/living/story.aspx, akses 2 Februari 2017 jam 21.02 20“The World Factbook Middle East: Uni Emirates Arab,” dari https://www.cia.gov/library/publications/resources/the-world-factbook/geos/print_ae.html, akses 5 Februari 2017 jam 21.12 21“BP Statistical Review Of World Energy,” dari https://web.archive.org/web/20120705035456/http://www.bp.com/liveassets/bp_internet/globalbp/globalb p_uk_english/reports_and_publications/statistical_energy_review_2011/STAGING/local_assets/pdf/natur al_gas_section_2012.pdf, akses 5 Februari 2017 jam 15.45 22“Oil Boom Lifts UEA Per Capita Income Above Dh 91,000,” dari http://gulfnews.com/business/economy/oil-boom-lifts-UEA-per-capita-income-above-dh91-000- 1.287566, diakes pada 28 Maret 2017 jam 22.15 5

tertandingi memberikan peluang berinvestasi.23 Ditemukannya minyak di UEA menandai munculnya budaya baru ke negara itu. Terjadi akulturasi besar-besaran sejak minyak masuk ke wilayah ini. Banyak warga asing yang datang ke UEA untuk mencari kesempatan kerja. Ekonomi warga lokal semakin meningkat menjadikan kualitas pendidikan di sana juga meningkat. Perubahan ini juga berpengaruh terhadap perempuan UEA. Sejak tahun 2005 pemerintah berusaha untuk memberikan beberapa perubahan meskipun berjalan lambat tetapi tetap memberikan efek pada perempuan Arab.24 Sekarang, perempuan UEA sudah satu langkah lebih maju, banyak perempuan yang bekerja sebagai profesional dan memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Bahkan, perempuan UEA juga sudah menempati posisi di pemerintahan dan bisnis dunia. Kebijakan pemerintah UEA memberikan beasiswa25 pada anak muda termasuk perempuan. Menjadikan perempuan memiliki kualitas pendidikan yang baik serta bisa menciptakan inovasi-inovasi baru di berbagai bidang. Fashion menjadi salah satu bidang yang diminati. Hal tersebut terbukti dengan berkembangnya industri fashion khas UEA di masa sekarang. Abaya merupakan pakaian tradisional yang digunakan sebagai pakaian sehari-hari oleh mayoritas perempuan Arab. Pada tahun 2008 abaya dijadikan sebagai pakaian nasional UEA, sehingga negara ini menjadi pusat abaya bagi beberapa negara. Umumnya abaya memiliki warna gelap. Mayoritas abaya tradisional berwarna hitam dan dipakai bersama burqa26 atau niqab27. Sedangkan pada tahun 2008, abaya tradisional diubah oleh perancang busana UEA dan menarik minat para perempuan sehingga menjadi populer di masa sekarang. Mayoritas perempuan UEA di masa

23 William A. Rugh, “The Foreign Policy of the United Arab Emirates,” Middle East Journal, Vol. 50, No. 1 (1996), h. 57. 24 Senja Kelly dan Julia Breslin, Women Rights in the Middle East and North Africa:Progress Amid Resistance (New York: Freedom of House, Lanham MD:Rowman&Little Field, 2010), h.1. 25 Senja Kelly dan Julia Breslin, Women’s Right in the Middle East and North Africa, h. 6 26 Niqab adalah istilah yang digunakan untuk menyebut potongan kain yang menutupi wajah dan biasa dipakai wanita yang juga menutupi tangannya. Banyak dipakai oleh wanita Muslim Arab Saudi dan Anak benua India dan sebagian wanita di Barat. Lihat “Niqab Introduction,” http://www.bbc.co.uk/religion/religions/islam/beliefs/niqab_1.shtml. 27 Burka merupakan penutup wajah yang paling rapat dari semua kerudung dalam Islam. bentuknya merupakan satu kain yang menutup wajah dan tubuh dan hanya menyisakan lubang di bagian mata untuk melihat. Lihat “, niqab, burka-there are lots of different kinds of coverings worn by Muslim women all over the world,” http://www.bbc.co.uk/newsround/24118241. 6

modern tidak lagi menggunakan pakaian yang berwarna hitam tetapi menggunakan abaya yang lebih berwarna dengan tambahan beberapa motif.28 Meskipun UEA merupakan negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam dan berada di wilayah Arab, tetapi tidak menjadikan wilayah ini menggunakan hukum Islam sebagai landasan hukum negaranya. Hukum yang digunakan ada dua jenis, yaitu hukum syariah dan hukum negara. Berpakaian termasuk dalam aturan pemerintah UEA. Di Teluk Arab pada dasarnya terdapat tiga pola gaya berpakaian perempuan, yaitu, gaya tradisional, Islam, dan Barat (sekarang Eropa-Amerika).29 Pakaian tradisional biasa digunakan pada acara khusus. Sedangkan Teluk Arab perkotaan tren kebarat-baratan pada pakaian perempuan muncul pada awal abad ke-21, biasanya dalam bentuk kombinasi blus dan rok atau celana panjang.30 Tetapi berbeda dengan di UEA, abaya di negara ini sekarang sudah mengalami perubahan. Mulai dari segi fungsi dan tampilannya. Dahulu fungsi abaya adalah sebagai penutup aurat sedangkan sekarang sebagian orang menjadikan abaya sebagai alat untuk menunjukkan identitas diri dan penanda kelas sosial di masyarakat. Abaya sekarang bahkan dirancang menjadi barang mewah dan digunakan pada acara tertentu. Fenomena ini terjadi setelah industri minyak masuk ke UEA dan membawa perubahan bagi kehidupan masyarakat khususnya kehidupan perempuan.

B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas yang akan diteliti oleh penulis yaitu sejarah sosial dan budaya dengan beberapa masalah pokok mengenai bagaimana perubahan abaya di kalangan perempuan UEA setelah muncul industri minyak saat itu. Tidak hanya itu, penulis juga akan menjelaskan mengenai perkembangan ekonomi dan sosial UEA sebelum terjadinya oil booming untuk dijadikan sebagai perbandingan kondisi UEA pasca oil booming 2000-2010. Terdapat juga penjelasan mengenai abaya sebagai

28 Khadeeja Al-Hosani, “Young Emirati Woman: My Abaya Never Held Me Back,” dari http://edition.cnn.com/videos/world/2015/03/08/natpkg-al-hosani-wearing-an-abaya.cnn, akses 13 Desember 2016 jam 15.20 29 Yedida Kalfon, Arab Dress, h. 161 30 Salwa Mohammed Amin A Tashkhandi, “An Investigation of Thermal Comfort Properties of Abaya under Heat Stress,” Thesis School of Fashion and Textiles RMIT University, Melbourne, 2014, h. 8. 7

identitas perempuan dan identitas nasional. Pasca oil booming UEA pertama kali di tahun 1960-an dan semakin meningkat perekonomiannya pasca oil booming di tahun 2000-an menjadi waktu yang menarik untuk dibahas karena pada waktu tersebut banyak perubahan yang terjadi di berbagai bidang seperti ekonomi, sosial-masyarakat, dan budaya. UEA dipilih karena memiliki perubahan ekonomi dan sosial yang sangat signifikan dan berbeda dengan negara-negara Timur Tengah pada umumnya salah satunya adalah perubahan abaya.

C. Rumusan Masalah Dari permasalahan yang ada maka penulis merumuskan masalah untuk dibahas sebagai berikut; 1. Bagaimana asal mula kemunculan abaya di UEA? 2. Bagaimana pakaian perempuan UEA sebelum terjadinya oil booming II? 3. Bagaimana abaya bisa menjadi identitas perempuan dan identitas nasional di UEA pasca oil booming II?

D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penulisan skripsi ini yaitu; 1. Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan abaya ke UEA. 2. Untuk menunjukkan abaya sebagai identitas perempuan UEA sebelum oil booming. 3. Untuk mengetahui perkembangan abaya sebagai identitas perempuan UEA pasca oil booming.

E. Tinjauan Pustaka Abaya saat ini menjadi trend di banyak negara, sehingga menarik untuk diteliti. Beberapa karya yang berkaitan baik dalam bentuk buku, jurnal, artikel, dan majalah. Di bawah ini beberapa sumber yang dijadikan sebagai objek penelitian. Video dokumenter yang diunggah oleh situs resmi pemerintah UEA http://www.UEAinteract.com/culture/history.asp, berisi tentang terpilihnya presiden pertama di tahun 1971 dan perkembangan ekonomi mulai dari sebelum dan sesudah 8

ditemukannya minyak.31 Sumber ini sangat berguna bagi peneliti karena memudahkan peneliti untuk mengetahui kondisi nyata masyarakat UEA setelah ditemukannya ladang minyak di sana. Video dokumenter yang diunggah dari akun Youtube Welkin REC, menjelaskan peran pendiri UEA yaitu Shaikh Zayed bin Sultan Al Nahyan dalam memajukan UEA, khususnya peran dalam kemajuan ekonomi yang berasal dari minyak yang ditemukan pada masanya.32 Sumber ini membantu penulis untuk mengetahui kondisi UEA pada masa awal berdirinya dan ditemukannya ladang minyak di negara ini. Karya Elizabeth D. Shimek, “The Abaya: Fashion, Religion, and Identity in a Globalized World,” (2012).33 Menjelaskan tentang fenomena abaya beberapa tahun terakhir yang menjadi pakaian keseharian yang modis dan nyaman digunakan oleh mayoritas perempuan di Teluk Arab dan menjadi identitas pemakainya karena sebelumnya abaya hanya menjadi sebuah identitas agama. Artikel ini membantu penulis untuk mengetahui fungsi abaya yang dulu hanya sebagai identitas agama kini berkembang menjadi identitas diri dari pemakai dan pembuatnya serta sebagai identitas nasional negara khususnya di UEA. Karya Tina Lesher, “Writing Abaya Chronicles,” (2011).34 menjelaskan tentang kemunculan UEA dengan wajah baru karena ditemukannya minyak, sehingga menimbulkan banyak perubahan di berbagai aspek. Artikel ini menekankan perubahan tersebut pada pola berpakaian khususnya perempuan UEA dan yang paling penting artikel ini membahas hal yang dibutuhkan penelitian yaitu sejarah kemunculan abaya dan kondisi abaya di masa modern. Selanjutnya, karya Christina Lindholm, “Cultural Collision: The Branded Abaya,” (2014).35 menjelaskan tentang kembalinya abaya di Teluk Arab bersamaan dengan penemuan sumber daya minyak. Hal ini membawa perubahan pada bentuk dan

31 Official UEA, “Before & After the Union of the Emirates, How?,” dari https://www.youtube.com/watch?v=DQcj3daY_84, akses 12 Februari 2017 jam 15.20 32 Welkin REC, “History of UEA and the Founding Ruler HH Shaikh Zayed bin Sultan Al Nahyan,” dari https://www.youtube.com/watch?v=zhJhLlvCCw0, akses 16 November 2016 jam 15.21 33 Elizabeth D. Shimek, “The Abaya: Fashion, Religion, and Identity in a Globalized World,” Lawrence University Honors Project, (2012), h. 12 34 Lesher dan Tina, “Writing the Abaya Chronicles”, Middle East Media Educator, Vol.1 No. 1, (2011), h. 54-60. 35 Christina Lindholm, “Cultural Collision: The Branded Abaya”, Journal of Fashion, Style& Popular Culture, Vol. 1, No. 1, (2014), h. 45-55 9

model abaya. Hal ini dikarenakan pertumbuhan industri fashion di UEA yang berasal dari efek berkembangnya industri minyak. Artikel ini membantu mengetahui bentuk dan model abaya karena di dalamnya terdapat ilustrasi abaya modern. Karya Noor Al-Qasimi, “Immodest Modesty: Accommodating Dissent and the ‘Abaya as Fashion in the Arab Gulf States” (2010)36, menjelaskan tentang fenomena abaya yang berubah dari tradisional menjadi abaya sebagai fashion yang banyak dijual di toko baju modern. Al-Qasimi juga ingin menyampaikan bahwa abaya sebagai fashion merupakan ciptaan Muslim sendiri, bukan dari orang luar Islam, sehingga abaya layak untuk digunakan dalam keseharian. Sejak saat itu mulai menjamur para perancang busana yang tertarik merancang busana khusus abaya dan melakukan pagelaran busana. Di Teluk Arab, khususnya Doha dan Abu Dhabi menjadi pusat fashion abaya terkenal di Teluk Arab. Artikel ini membantu peneltian untuk mengetahui bagaimana perubahan abaya tradisional menjadi abaya sebagai fashion. Karya Tiffany D. Reed, “Modern Middle Eastern and Their Rising Impact on Society,”37 menjelaskan tentang usaha untuk mengubah pandangan orang banyak terhadap perempuan Arab yang dianggap konservatif karena pada abad ke-21 banyak perubahan yang lebih modern di dunia Arab disebabkan oleh globalisasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, bahwa aturan mengenai berpakaian dalam Quran tidak dirinci secara jelas. Perempuan hanya diperintahkan untuk menutup aurat. Oleh karena itu, sekarang ini banyak orang melakukan interpretasi pakaian yang dimaksud dalam Quran. Artikel ini membantu penelitian untuk mengetahui bagaimana Islam melihat perkembangan pakaian sekarang. Karya K. Prakash Vel, Alia Captain, dkk, “Luxury Buying In The United Arab Emirates,”38 menjelaskan pasar UEA yang menjadi tujuan para investor karena tingkat pembelian tinggi terutama barang bermerek. Oleh karena itu Vel dan Alia memfokuskan perhatiannya pada penyebab terjadinya fenomena ini di masyarakat UEA terutama pada konsumsi pakaian. Karena, pakaian di UEA dijadikan penanda kelas sosial masyarakat.

36 Noor Al-Qasimi, “Immodest Modesty: Accommodating Dissent and the ‘Abaya-as-Fashion in the Arab Gulf States”, Journal of Middle East Women's Studies, Vol. 6, No. 1, (2010), h. 46-74 37 Tiffany D. Reed, “Modern Middle Eastern and Their Rising Impact On Society,” dari http://www.culturaldiplomacy.org, akses 15 Desember 2016 jam 21.15 38 Vel, K., Captain, A., Al-Abbas, R. & Al Hashemi, B., “Luxury buying in the United Arab Emirates,” Journal of Business and Behavioural Sciences, vol. 23, No. 3, (2011), h. 145-160. 10

Artikel ini membantu penulis mengetahui bagaimana minat perempuan UEA terhadap abaya.

F. Kerangka Teori Teori Alf Ludtke tentang subjek yang dibentuk secara historis dan dijadikan sebagai penilaian karena digunakan secara berulang. Ludtke juga menyatakan bahwa terdapat tiga faktor tempat yang membentuk kebiasaan keseharian yaitu, domestik, tempat kerja, dan hiburan. 39 Teori ini digunakan karena abaya merupakan subjek sejarah karena dipakai berulang-ulang. Serta dua kategori yang dimiliki Lutdke sesuai dengan penggunaan abaya di UEA. Selain itu, teori Joanne Entwistle tentang fashion sebagai komunikasi juga bisa digunakan dalam penguat skripsi ini. Menurutnya pakaian merupakan ekspresi dari identitas dan bagian dari ekspresi budaya dalam sebuah komunitas.40 Hal ini sama seperti fenomena abaya yang terjadi di UEA. Abaya dijadikan sebagai simbol oleh para pemakainya (perempuan) untuk menunjukkan identitas diri bahkan dijadikan sebagai identitas nasional negara.

G. Metode Penelitian Metode yang dilakukan penulis adalah metode deskriptif-analitis. Maka dalam penelitian ini penulis akan menjelaskan dan menggambarkan kondisi yang terkait dengan abaya dan identitas perempuan UEA. Dalam melakukan penelitian ini penulis melakukan beberapa rangkaian penelitian yaitu; 1. Heuristik Kegiatan yang penulis lakukan pertama kali adalah mengumpulkan sumber. Penulis menggunakan dua sumber, yaitu: sumber primer yang berupa arsip sezaman serta sosial media dan sumber sekunder seperti buku-buku, jurnal, artikel, tesis, disertasi, dan lain sebagainya. Pencarian buku-buku dilakukan pertama kali ke Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, namun yang ditemukan hanya beberapa sumber yang tidak bisa menjadi acuan utama dalam penulisan skripsi.

39 Alf Ludtke, The History of Everyday Life, (USA: Princeton University Press, 1995), h. 172 40 Brian Seitz, Fashion Statement on Style, Appearence, and Identity, (USA: Palgrave Macmillan, 2010), h. 3 11

Kemudian, melanjutkan pencarian melalui internet dengan mengakses situs jurnal internasional yang menggunakan koneksi internet Universitas yang tersambung dengan situs jurnal internasional. Setelah berbagai situs jurnal diakses, seperti Jstore, Proquest, Oxford Islamic Studies, Taylor&Francis, Google Scholar, Bookzz.org, Genesis Library, Arcihive.org, dan masih banyak lagi lainnya. Setelah mengakses halaman tersebut barulah penulis menemukan banyak refrensi yang bisa digunakan. Selain itu, penulis juga menggunakan media online seperti berita online dan sosial media seperti website resmi Kedutaan UEA, portal berita online (BBC, , CNN, Arabian Business, UEA Interact, Gulf Today, dan masih banyak lainnya), situs majalah fashion terkemuka di UEA. Melalui internet ini juga penulis menemukan sumber primber baik berupa arsip atau media sosial. Arsip yang digunakan merupakan arsip yang telah didigitalisasikan kemudian bisa bebas diunduh melalui situ pemerintah. Selain itu sumber primer melalu media sosial terutama youtube dan instagram. Kedua media sosial ini sangat membantu karena banyak wawancara-wawancara yang terekam kemudian foto-foto yang berasal dari kurun waktu sejak berdirinya UEA sampai sekarang. sebetulnya penulis telah berusaha untuk mendapatkan sumber primer melalu wawancara melalui media sosial dengan warga negara lokal baik desainer dan pihak pemerintahan. Namun sampai skripsi ini selesai masih belum ada respon dari narasumber oleh karena itu sumber utama yang digunakan hanya arsip yang terkait dengan abaya dan negara. 2. Kritik Sumber Setelah data terkumpul penulis melakukan kritik sumber. Karena hampir semua sumber yang ditemukan penulis berasal dari media elektronik, maka kritik ekstern tidak memungkinkan untuk dilakukan maka hanya menggunakan kritik intern saja. 3. Interpretasi Pada tahap selanjutnya, penulis akan melakukan interpretasi pada setiap sumber yang telah ditemukan yang berkaitan dengan abaya dan identitas perempuan UEA dengan menggunakan pendekatan ilmu sosial dan budaya berdasarkan data yang terdapat dari dalam sumber yang ada. 4. Penulisan Sejarah Penulisan sejarah merupakan tahap akhir yang dilakukan penulis. Penulis akan menuangkan seluruh pemikiran, imajinasi, dan analisa penulis untuk menjawab 12

pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah dibuat di rumusan masalah, dalam sebuah karya sejarah atau historiografi.

H. Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab penulisan, termasuk di dalamnya pendahuluan dan penutup. Berikut dituliskan secara singkat bab I sampai bab V; Bab I, terdiri dari latar belakang masalah, Permasalahan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan penelitian, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penelitian. Bab II, terdapat pembahasan tentang perkembangan abaya di dunia Arab dan jenis pakaian lainnya di daratan Arab. Bab III, penjelasan mengenai kondisi UEA sebelum terjadinya oil booming tahun II. Bab IV, merupakan pembahasan inti yang membahas mengenai abaya sebagai identitas baik sebagai identitas nasional negara ataupun sebagai identitas perempuan UEA pasca oil booming II. Bab V, merupakan penutup dan saran yang berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang telah ditempuh dan saran dari penulis untuk mengembangkan studi fashion lebih lanjut di Indonesia. Kesimpulan ini merupakan pandangan penulis mengenai hasil dari penelitian yang telah dilakukan.

BAB II PERKEMBANGAN ABAYA DI DUNIA ARAB

A. Dari Pra-Sejarah ke Arab Pra-Islam Kemunculan abaya di dunia Arab menjadi perdebatan karena tidak ada catatan khusus yang menuliskan tentang abaya. Namun, pada zaman pra-Islam sudah ada pakaian yang mirip dengan abaya yakni pakaian orang-orang Arab Badui, berbentuk jubah dan berwarna gelap.41 Selain itu terdapat pakaian longgar untuk menutup seluruh tubuh biasa digunakan oleh kalangan elit pada masa itu yang disebut jilbab. Pakaian ini berasal dari masyarakat Persia yang berhasil ditaklukkan oleh Bizantium yang kemudian cepat ditiru oleh rakyat jelata dan menyebar ke seluruh wilayah taklukkan Bizantium.42 Al-Qasimi menuliskan bahwa abaya merupakan pakaian tradisional yang berasal dari Timur Arab Saudi yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu.43 Menurut al-Bassam, Profesor di Universitas Riyadh, abaya datang ke dari Iraq atau Suriah lebih dari 75 tahun lalu. Sedangkan menurut Al-Mukhtar, abaya hitam datang dari Turki, Irak, Suriah pada 80 tahun lalu.44 Pakaian orang-orang Arab yang longgar didasarkan pada gaya yang berasal dari ratusan tahun yang lalu. Asal-usulnya tidak diketahui secara pasti, namun kebanyakan ilmuwan sepakat bahwa pakaian orang Arab sekarang merupakan pakaian keseharian wilayah tersebut sebelum kedatangan Islam.45 Jika melihat sejarah panjang pakaian dapat dilihat bahwa terdapat beberapa pakaian yang sejenis abaya yakni semacam jubah atau tunik yang berubah sesuai perkembangan zaman. Pakaian tunik pada masa kuno merupakan pakaian yang umum digunakan oleh laki-laki. Pakaian sudah ada sejak zaman purbakala karena digunakan sebagai alat pelindung tubuh dari cuaca yang ekstrim yakni Zaman Es. Jenis manusia purba yang

41 Yedida Kalfin Stillman, Arab Dress, h. 8 42 Tiffany D Reed, “Modern Middle Eastern Women and Their Rising Impact on Society,” dari http://www.culturaldiplomacy.org/academy/content/pdf/participant-papers/2011-12-cdac/Running-Head- Modern-Middle-Eastern-Women-and-their-Rising-Impact-on-Society-Tiffany-Reed.pdf, akses 25 April 2017 jam 21.15 43 Noor Al-Qasimi, “Immodest Modesty: Accommodating Dissent and the Abaya-as-Fashion in the Arab Gulf States”, Journal of Middle East Women’s Studies, Vol. 6, No. 1, (2010), h. 46. 44 Elizabeth D. Shimek, “The Abaya: Fashion, Religion, and Identity in a Globalized World ,” Lawrence University Honors Projects, Paper 12, (2012), h. 5. 45 Jill Condra, Encyclopedia of National Dress, h.63

13

14

menggunakan pakaian adalah homo sapiens dari jenis Neanderthal (200.000 SM sampai 300.000 SM) yang ditemukan di Eropa, Afrika, dan Timur Tengah. 46 Diduga, pakaian yang pertama kali dibuat adalah tunik sederhana, celana panjang, rok, dan ikat pinggang.47 Pada masa ini pakaian yang digunakan adalah pakaian yang berasal dari kulit binatang48. Bukti yang ditemukan pada zaman pra sejarah tidak banyak karena panjangnya rentang waktu yang ada, memasuki peradaban selanjutnya mulai bermunculan bukti baru mengenai pakaian. Masa peradaban manusia pertama yakni zaman Mesir Kuno. Pakaian pada masa ini memiliki bahan yang lebih tipis karena cuaca di Mesir sangat panas. Pada masa Old Kingdom (2700 SM – 2000 SM) pakaian yang dipakai orang- orang Mesir masih pakaian sederhana yang menutupi bagian penting tubuh. Pada masa Middle Kingdom (2000 SM-1500 SM) Mesir mulai melakukan persentuhan dengan negara lain yang mempengaruhi pakaian yang mereka kenakan. Tunik merupakan salah satu pakaian yang digunakan oleh laki-laki Mesir saat itu sedangkan perempuannya menggunakan kalasiris49.50 Peradaban selanjutnya yang menggunakan tunik sebagai pakaian kesehariannya adalah . Peradaban Mesopotamia dianggap paling dekat dengan peradaban bangsa Arab karena lokasinya yang berada di antara sungai Euphrat dan Tigris (sekarang Irak).51 Peradaban ini juga disebut sebagai peradaban pertama di Timur Tengah.52 Peradaban Mesopotamia terbagi menjadi empat peradaban besar yang memiliki budaya yang berbeda di tiap peradabannya. Peradaban Sumeria (3000 SM –

46 Sara Pendergast dan Tom Pendergast, Fashion Costume, and Culture: Clothing, Headwear, Body, Decoration, and Footwear throughthe Ages, (USA: Thomson Gale, 2004), h. 5 47 Jane Bingham, History of Costume and Fashion Volume 1, (New York: Bailey Publishing Associates Ltd, 2005), h. 5 48 Bukti bahwa manusia purba menggunakan kulit binatang yaitu dengan ditemukannya alat pemotong pada 100.000 SM. Peneliti percaya bahwa alat ini digunakan untuk memotong makanan dan pakaian dikarenakan cuaca pada masa itu sangat ekstrim. Lihat “History of Fashion and Costume Volume 1,” h. 6 49 Kalasiris merupakan gaun linen panjang yang merupakan seragam biasa digunakan oleh para perempuan Mesir Kuno dengan memamerkan bagaian atas tubuh mereka. Namun, pakaian terus berkembang sehingga menutupi bagian atas tubuh (payudara). Lihat, “Fashion, Costume, and Culture,” h. 24 50 Sara Pendergast dan Tom Pendergast, Fashion Costume, and Culture, h. 29 51 Valerie Steele, ed., Encyclopedia of Clothing and Fashion, (Drake: Thomson Gale), 2005, h. 52 52 Jane Bingham, History of Costume and Fashion Volume 1, h. 9 15

2000 SM), Peradaban Akkadia (2350 SM – 2218 SM), Peradaban Babilonia (1894 SM – 1595 SM), Peradaban Assyiria (1380 SM – 612 SM), Peradaban Persia (550 SM – 330 SM).53 Budaya bangsa-bangsa tersebut kemudian mempengaruhi pakaian bangsa Arab yakni kerudung dan . Kerudung di peradaban ini berfungsi sebagai pelindung bagi perempuan untuk keluar rumah, karena pada saat itu perempuan Mesopotamia selama belum menikah berada di bawah kendali ayah dan setelah menikah berada di bawah kendali suami. Pada masa Assyiria terdapat peraturan tertulis mengenai pemakaian kerudung bagi perempuan Mesopotamia. Kerudung pada masa ini terbuat dari bahan linen, wol (bahan yang paling sering digunakan), dan kapas.54 Pada masa ini pakaian perempuan yang digunakan harus menutup hampir seluruh tubuh mereka. Sedangkan turban digunakan pada masa awal peradaban Sumeria. Tunik pada peradaban Babilonia dan Assyiria merupakan tunik lebar menjuntai dengan setengah lengan.55 Pada peradaban Yunani tunik berjahit baru digunakan pada abad ke-4 SM dengan leher berbentuk huruf U dan V, hal ini disebabkan orang Yunani lebih menyukai pakaian yang terbuka dibanding menggunakan jubah seperti tunik. Tradisi pada masa awal laki-laki Yunani hanya menggunakan pakaian dalam saja untuk menutupi tubuhnya sedangkan perempuannya menggunakan pakaian yang bertumpuk dengan bagian dada yang terbuka.56 Memasuki peradaban selanjutnya yakni Romawi, pakaian yang umum digunakan adalah tunik dari wol atau linen yang berasal dari Mesir, katun dari India, dan Sutra yang berasal dari Cina. Tunik pada masa ini biasa digunakan oleh laki-laki, sedangkan perempuan menggunakan stola57.58 Pakaian pada zaman ini merupakan hasil adopsi dari sejarah yang ada sebelumnya.59

53 Sara Pendergast dan Tom Pendergast, Fashion Costume, and Culture, h. 49 54 Sara Pendergast dan Tom Pendergast, Fashion Costume, and Culture, h. 62 55 Sara Pendergast dan Tom Pendergast, Fashion Costume, and Culture, h. 59 56 Sara Pendergast dan Tom Pendergast, Fashion Costume, and Culture, h. 121 57 Stola merupakan gaun panajng tanpa lengan yang digunakan bersama palla yakni semcam selendang yang digunakan di lengan atau sebagai kerudung. Di dalam stola biasa digunakan pakaian dalam lagi seperti bra. Lihat, “Fashion, Costume, and Culture,” h.176 58 Jane Bingham, History of Costume and Fashion Volume 1, h. 37 59 Sara Pendergast dan Tom Pendergast, Fashion Costume, and Culture, h. 164 16

Dari peradaban sebelumnya bisa dilihat bahwa pakaian yang berbentuk jubah telah ada sejak zaman pra sejarah dan kemudian berkembang seiring perkembangan zaman. Kemudian pakaian jubah ini bertransformasi masuk ke beberapa wilayah di dunia yang mayoritas berada di wilayah Arab dan dikenal dengan berbagai nama. Arab memiliki peradaban sendiri terbukti dengan ditemukannya bukti keberadaan Kerajaan Arab. Salah satu kerajaannya adalah Kerajaan Sabah yang sudah ada sejak abad 10 SM. Kemudian ditemukan bukti lainnya yakni mengenai orang-orang Arab Nabatean yang telah melakukan kontak dengan bangsa Romawi pada 65 SM, hal ini bertujuan untuk menjaga wilayah Romawi yang berbatasan dengan wilayah gurun dan supaya mereka bisa terhubung dengan wilayah Arab agar bisa mengontrol jalur perdagangan ke rute selatan yakni India.60 Dari sini bisa dilihat bahwa bangsa Arab telah melakukan kontak dengan dunia luar sehingga dapat mempengaruhi jenis pakaian yang mereka pakai. Wilayah Arab masa Archaic61 di Mesopotamia. Mereka memakai mantel berlengan, chiton62, celana panjang dengan gaya Persia, dan perhiasan Persia. Kemudian pakaian orang Arab di wilayah oasis gurun Suriah menggunakan gaya fashion hellenistik yang cenderung lebih mirip dengan pakaian orang di Semenanjung Arab. Kemudian, pakaian yang dipakai oleh Arab Badui yang konservatif dari dulu sampai sekarang masih sama yaitu menggunakan selendang lebar yang mirip penggunaannya dengan kain ihram. Selain itu terdapat beberapa pakaian yang sering disebutkan pada puisi Arab Jahiliyah di antaranya; Rida, Burd, Izar, Mirt, Rayt, dan Shamlah.63 Dari semua pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa kemunculan abaya tidak diketahui karena masing-masing memiliki versi yang berbeda dan merupakan hasil dari percampuran budaya Arab dan non-Arab yang bertemu di tempat kemunculan Islam yaitu daerah Arab Saudi.

60 Bernand Lewis, Arab in History, (New York: Oxford University Press, 1993), h. 21. 61 Masa ini terjadi sekitar tahun 750-480 SM ditandai dengan perkembangan seni, khususnya melalui tembikar dan pahatan. Lihat http://www.ancientgreece.com/s/ArchaicPeriod/ 62 Pakaian Yunani Kuno yang dipakai oleh laki-laki dan perempuan pada abad 750 – 500 SM. Lihat https://www.britannica.com/topic/chiton-clothing 63 Yedida Kalfi Stillman, Arab Dress, h. 9. 17

B. Transformasi Abaya di Dunia Arab Islam datang ke dunia Arab pertama kali di Mekah pada abad ke-7 M yang dibawa oleh Muhammad dan kemudian disebarkan oleh pengikutnya sampai ke beberapa wilayah Arab bahkan sampai ke wilayah Timur Tengah dan Asia. Hal ini membuat akulturasi budaya terjadi termasuk pakaian yang dikenakan. Pakaian Arab setelah kedatangan Islam tidak banyak berubah yakni sesuai dengan pakaian yang ada pada peradaban sebelum-sebelumnya. Tetapi yang paling terlihat persamaannya dengan budaya Arab adalah peradaban Mesopotamia. Telah disebutkan sebelumnya bahwa peradaban Mesopotamia melarang perempuan untuk memakai pakaian yang terbuka jika keluar rumah. Hal ini juga tertuang dalam ajaran Islam pada Surat An-nur ayat 31 yang berbunyi; Katakanlah kepada perempuan yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera- putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera- putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau perempuan-perempuan islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.

Ayat-ayat ini berisi, antara lain, dua perintah;64 1. Seorang perempuan Muslim seharusnya tidak menampilkan kecantikan dan hiasannya kecuali "apa yang biasanya tampak dari itu", atau "apa yang tampak jelas. 2. Penutup kepala harus ditarik sampai leher. Ini berarti bahwa penutup kepala harus ditarik agar tidak menutupi rambut saja, tapi juga harus ditarik dari atas leher dan harus dilapisi sehingga bisa menutupi dada.

64 Jamal A. Badawi, The Muslim Woman’s Dress According to the Qur’an and Sunnah, (Ministry of Awqaf and Islamic Affairs Kuwait), h. 8. 18

Islam mengatur cara berpakaian baik laki-laki dan perempuan dengan syarat yaitu harus menutup aurat. Aurat bagi laki-laki dari perut sampai lutut dan perempuan, seluruh tubuhnya kecuali pergelangan tangan dan wajah.65 Menurut sudut pandang Islam, pakaian memiliki dua tujuan: menutupi tubuh dan mempercantik penampilan. Islam telah mewajibkan umat Islam untuk melindungi diri. Keindahan dan keanggunan tidak hanya diizinkan tapi diwajibkan oleh Islam, dan secara umum menolak usaha apapun untuk melarangnya.66 Setelah beberapa abad Islam masuk dan berhasil menguasai beberapa kerajaan besar, pakaian semakin berkembang dan bervariasi karena terpengaruh oleh budaya wilayah yang ditaklukkan. Orang Islam yang berada di Arab awalnya berupa populasi kecil dengan komunitas yang terpisah. Hal ini berdampak pada berkembangnya Islam yang tersebar ke beberapa wilayah dengan cepat. Beberapa wilayah yang berhasil ditaklukkan oleh kekuatan Islam diantaranya adalah Mesir Suriah, dan Irak. Semua wilayah yang ditaklukkan tersebut, merupakan wilayah penghasil tekstil sehingga harta rampasan yang didapat kemudian dibawa dan mempengaruhi gaya berpakaian orang Arab pada saat itu.67 Pada zaman Dinasti Umayah, pakaian yang semula pada zaman Nabi longgar dan sederhana seketika, berubah mengikuti gaya pakaian kekaisaran Bizantium. Pada zaman ini, pakaian menjadi barang mewah serta dibuat dengan bahan yang dilarang digunakan laki-laki dalam Islam yakni sutra, satin, dan brokat. Sumber tertulis mengenai pakaian perempuan tidak banyak ditemukan pada zaman ini. Sumber yang tersedia hanya berupa patung-patung yang mengenakan baju terpisah antara atasan dan bawahan.68 Pada zaman Dinasti Abbasyiah, gaya pakaian yang dikenakan sudah mulai memadukan berbagai jenis peradaban karena semakin banyak orang non-Arab yang masuk Islam, seperti, Turki, Persia, dan Arab- Islam. Mayoritas pakaian zaman ini pakaian yang dikenakan terinspirasi dari kebudayaan Persia seperti, sirwal, jawwab,

65 “Clothing,” dari http://www.oxfordislamicstudies.com/article/opr/t243/e75, akses 2 Februari 2017 jam 20.15 66 Aisha Wood Boulanour, “The Notion of Modesty In Muslim Women’s Clothing: An Islamic Point of View”, New Zealeand Journal of Asian Stuies, Vol. 8, No. 2, h. 138. 67 Yedida Kalfin Stillman, Arab Dress, h. 28 68 Yedida Kalfin Stillman, Arab Dress, h. 39 19

qalansuwa, tawila. Di bawah kekuasaan Khalifah Al-Mansur, seluruh masyarakat diwajibkan untuk menggunakan pakaian jubah berwarna hitam yang dikenakan untuk acara-acara khusus.69 Pada zaman Abbasiyah, pakaian yang dikenakan kembali lebih sederhana dan sesuai dengan ajaran Islam, kecuali di kalangan kerajaan yang masih menggunakan pakaian mewah dalam kesehariannya. Pada zaman Turki Usmani, pakaian militer yang digunakan menngikuti gaya pakaian militer Barat. Seiring perkembangan zaman, pakaian kaum elit dan terpelajar pun turut mengikuti gaya pakaian Barat. Sedangkan pakaian perempuan berubah mulai dari hal-hal yang kecil seperti sepatu, stocking, dan mantel. Pada abad ke-19, pakaian tradisional tidak lagi digunakan sebagai pakaian keseharian karena yang dipakai adalah pakaian yang bergaya Eropa.70 Pakaian perempuan Arab abad ke-21 ini dikenal berwarna hitam, hal ini identik dengan pakaian perempuan Arab Badui.71 Hal ini dikarenakan sebelum Islam masuk ke Arab yang berkuasa di daratan Arab saat itu adalah orang-orang Arab Badui. Pada abad ke-4 M dan ke-6 M, Arab tidak lagi menjadi penting bagi Kerajaan Persia. Kerajaan di Yaman jatuh ke tangan Arab Barat dan kemudian terjadi perpecahan bendungan Maarib. Saat ini Jazirah Arab dikuasai oleh kelompok atau suku-suku,72 sehingga Arab Badui juga berperan dalam perkembangan pakaian di Jazirah Arab. Dari zaman ke zaman terjadi perubahan pakaian akibat akulturasi budaya dengan asing. Pakaian abaya yang berbentuk jubah telah masuk ke dunia Arab sejak lama dan terus berkembang sesuai perkembangan zaman menyesuaikan bahan dan motif yang ada pada zaman itu. Para perempuan Arab di masa modern umumnya keluar rumah menggunakan abaya atau sejenisnya (nama pakaian tergantung wilayah) yang dapat menutup kepala, wajah, dan tubuh. Selain itu bertujuan untuk melindungi dari terik matahari, melembabkan kulit, dan dari pasir73 yang ada di wilayah Arab. Abaya merupakan pakaian tradisional yang biasa berwarma hitam, lebar, dan longgar dan biasa

69 Yedida Kalfin Stillman, Arab Dress, h. 48 70 Yedida Kalfin Stillman, Arab Dress, h. 167. 71 Jill Condra, Encyclopedia of National Dress, h. 361. 72 Bernand Lewis, Arab in History, h. 22 73 Jill Condra, Encyclopedia of National Dress, h. 66. 20

digunakan bersama cadar74 atau atau niqab (pasangan abaya tradisional atau biasa digunakan perempuan Arab konservatif). Abaya juga biasa digunakan sebagai outer75 untuk menutupi pakaian yang ada di dalamnya.76 Abaya menjadi populer ketika Raja Abdul Aziz al-Saud memberikan abaya sebagai hadiah kepada kepala suku sekitar Kerajaan di awal tahun 1930-an. Ketika negara ini bersatu di bawah pimpinan Raja al-Saud, secara bertahap abaya menggantikan kostum regional karena pada saat ini di Arab Saudi menerapkan aturan yang ketat terhadap kode berpakaian.77 Abaya sempat mengalami naik turun peminat bahkan tidak ada mengenakan abaya lagi selain di wilayah Teluk Arab kecuali pada acara-acara khusus seperti acara resmi atau acara pesta.78 dan baru menjadi tren kembali di abad ke-21 ini dengan model bahkan warna yang lebih variatif bahkan memiliki nama yang berbeda-beda di tiap wilayah. Tetapi yang masih mempertahankan warna abaya asli yakni hitam hanya di negara-negara Arab Teluk saja.

C. Abaya dan Busana Muslim Lain Di dunia Muslim pakaian menggambarkan identitas, selera, penghasilan, pola wilayah perdagangan, dan religiusitas dari pemakainya.79 Sehingga wajar jika di beberapa wilayah Islam masing-masing memiliki pakaian yang khas sebagai identitas wilayah mereka. Pakaian khas tetap menggunakan pakaian ke-Islaman sesuai dengan pakaian mayoritas dunia Muslim lainnya.80 Di beberapa wilayah Arab pakaian perempuan memiliki nama dan penyebutan yang sebetulnya hanya berbeda dialek saja

74 Cadar merupakan kain penutup kepala atau muka (bagi perempuan). Lihat. http://kbbi.web.id/cadar 75 Kebiasaan orang semenanjung Arab di era modern adalah dengan menggunakan pakaian lain sebelum mereka menggunakan abaya. Oleh karena itu abaya sering dijadikan sebagai outer yang sebelumnya telah dilapisi oleh pakaian-pakaian khas Eropa dan Amerika. Bahkan pada acara tertentu khusus perempuan mereka melepas abaya mereka dan menunjukkan berbagai setelan yang mereka kenakan di dalam abaya. Hal ini biasa dilakukan oleh kalangan elite. Lihat. “Encyclopedia of National Dress,” h. 66 76 Jill Condra, Encyclopedia of National Dress, h.66. 77 Elizabeth D. Shimek, “The Abaya,” h. 5. 78 Yedida Kalfin Stillman, Arab Dress, h. 166. 79Sherifa Zuhur, “The Oxford Encyclopedia of the Islamic World,” dari http://www.oxfordislamicstudies.com/article/opr/t236/e0206, akses 28 April 2016 jam 16.56 80 Aisha Wood Boulanoura,” The Notion of Modesty in Muslim Women’s Clothing: An Islamic Point of View”, New Zealand Journal of Asian Studies, Vol. 8, No. 2 (2006), h. 143. 21

atau bahkan berbeda sama sekali namun serupa bentuk pakaiannya.81 Thawb di Palestina dan thawb di . memiliki nama yang sama tetapi bentuk pakaian memiliki perbedaan yang mencolok. Jalabiya atau jalaba (bisa dipakai laki-laki atau perempuan tapi umumnya dipakai oleh perempuan di Maroko) dan abaya (mayoritas penggunanya adalah perempuan negara-negara Teluk Arab) dua jenis pakaian yang berbeda nama namun sangat mirip dalam bentuk akan tetapi jalabiya mayoritas berwarna putih dan berwarna-warni dengan bagian tangan yang lebih lebar sedangkan abaya berwarna hitam. Keduanya sama-sama pakaian longgar dan biasa digunakan perempuan untuk keluar rumah. Selain itu, biasa dipasangkan dengan penutup kepala atau wajah, tergantung wilayah pakaian ini berasal. Selama berabad-abad Muslim menggunakan pakaian yang longgar sedangkan sekarang muslim lebih memilih pakaian ala barat dan beberapa memodifikasi pakaian tradisional menjadi lebih cocok dipakai di masa sekarang.82 meski begitu pakaian tradisional tetap dikenakan pada acara-acara tertentu seperti acara pernikahan dan acara formal lain.83 Abaya merupakan salah satu pakaian tradisional yang berbentuk jubah yang kemudian dimodifikasi menjadi lebih trendy di masa sekarang. Abaya juga bisa digunakan oleh laki-laki dan perempuan namun terdapat perbedaan, pakaian laki-laki abayanya berlengan pendek saja sedangkan perempuan memiliki lengan panjang. Abaya terdapat di beberapa negara dengan model dan nama yang sedikit berbeda. Abayyah dan aba’ dua pakaian yang sama yakni yang dimaksud adalah abaya. Aba’ merupakan abaya yang digunakan untuk perempuan di Irak sedangkan abayyah merupakan abaya yang dipakai laki-laki. Abaya di Irak dipakai oleh semua kalangan, badui, elit pedesaan, dan elit urban. Pada musim panas bahan yang digunakan untuk abaya adalah bordir dengan benang atau kapas dan musim dingin bordir menggunakan wol ditambah dengan ekstra kain di dalam abaya.84 Oman dan Yaman juga memiliki pakaian tradisional abaya yang sama seperti abaya pada umumnya di wilayah Arab.

81 Jill Condra, Encyclopedia of National Dress: Traditional Clothing Around the World, (California: ABC-CLIO, LLC), 2013, h. 66. 82“The Islamic World: Past adn Present,” dari http://www.oxfordislamicstudies.com/article/opr/t243/e75, akses 18 November 2016 jam 16.20 83Sherifa Zuhur, “The Oxford Encyclopedia of the Islamic World,” dari http://www.oxfordislamicstudies.com/article/opr/t236/e0206, akses 28 April 2016, jam 16.56 84 Jill Condra, Encyclopedia of National Dress, h. 359. 22

Namun di masa sekarang abaya Yaman sama dengan abaya UEA karena banyak abaya Emirat yang dijual di luar UEA termasuk Yaman. Akan tetapi hal tersebut tetap saja dianggap sebagai model abaya Emirat.85 Dari semua abaya yang ada di dunia Arab terdapat yang paling khas khususnya di masa sekarang, sehingga apabila melihat abaya tersebut kita segera tahu abaya tersebut berasal dari daerah mana. Abaya UEA merupakan abaya yang khas dengan warna dasar hitam kemudian di atas kain hitam tersebut diberikan bordir, motif, dan hiasan lainnya. Jika di dunia Arab lain pada masa sekarang abaya justru terlihat seperti gaun-gaun bergaya Barat pada umumnya dengan warna-warna yang cerah. Selain abaya, di dunia Arab masih banyak pakaian lainnya dan berikut diantaranya; 1. Haik, pakaian yang biasa digunakan oleh perempuan yang keluar rumah. Haik merupakan selembar kain yang lebar kemudian diikatkan satu sama lain sehingga menjadi penutup tubuh dan kepala. Kemudian untuk menutupi bagian wajah biasanya para perempuan menggunakan semacam cadar berwarna putih dengan bordir di bagian bawah sehingga yang terlihat hanya bagian mata saja.86 Haik biasanya digunakan oleh perempuan Aljazair tradisional, Libya, dan beberapa perempuan Maroko. Namun, haik Libya biasanya berwarna cerah dan mengkilap tidak hanya berwana putih dan sering disebut shafsari.87 Sedangkan perempuan Maroko biasanya menggunakan haik berwarna biru tua dan putih cerah.88 2. , merupakan pakaian sejenis gamis yang biasa dipakai oleh laki-laki di dunia Arab sebagai pakaian keseharian mereka.89 Namun sekarang banyak thawb yang dipakai oleh perempuan di beberapa negara di luar Arab. Umumnya thawb berwarna putih dan hitam. Di Qatar pakaian ini menjadi pakaian wajib

85“Traditional Abaya Goes Funky” dari https://www.youtube.com/watch?v=u5RDmar1fH4 akses 09 Juni 2017 jam 15.50 86 “Alegerian Women Dress,” dari https://www.youtube.com/watch?v=sgqXB_qmavQ, akses 15 Juni 2017 jam 12.10 87 Jill Condra, Encyclopedia of National Dress, h. 444 88 Jill Condra, Encyclopedia of National Dress, h. 501 89 “Can Foreigners Wear Thobes,” dari https://www.youtube.com/watch?v=SqanwKjcAwo, akses 15 Juni 2017 jam 21.10 23

ketika hari kemerdekaan mereka dan emua warga negara menggunakannya. Di Oman disebut juga dishdash dan berwarna cerah serta banyak bordiran.90 3. Jalabiyah, pakaian panjang dengan lengan yang lebar yang berasal dari Persia namun sekarang umum di pakai oleh orang-orang Arab. Biasa digunakan orang Maroko, Yaman, dan Mesir. Jalabiyah bisa digunakan sebagai pakaian keseharian, formal, dan pesta menyesuaikan dengan hiasan yang terdapat pada baju.91 Kini Jalabiyah memiliki model ala Barat sehingga banyak orang di luar Arab menggunakan pakaian ini. Di Maroko pakaian ini memiliki lengan yang lebar. Sedangkan, di wilayah lain seperti qamis yang biasa dipakai orang Arab pada umumnya.92 4. Malafas, merupakan pakaian khas Mauritania yang cara pakainya hanpir mirip dengan haik tetapi memiliki warna yang lebih cerah dan mengkilap. Malafas digunakan oleh perempuan Mauritania sebagai pakaian keluar mereka tanpa menggunakan penutup wajah karena malafas terkadang bisa juga dijadikan penutup wajah sehingga yang terlihat hanya sedikit bagian mata saja.93 5. Sirwal, merupakan celana putih panjang atau pendek yang dikenakan pria di wilayah Arab (kebanyakan pria Saudi) dan kadang perempuan sebagai lapisan dalam menggunakan abaya atau baju jubah lainnya. Namun sekarang warna sirwal sudah beragam dan sudah tersebar ke belahan dunia lain di luar Arab.94 6. , pakaian yang terdapat bordir di leher dan di bagian depan tidak berjahit tetapi menggunakan kancing. Kaftan merupakan pakaian yang sekarang lebih terkenal di dunia Barat dengan berbagai macam model yang sesuai dengan gaya orang Barat, yakni dengan dijadikan sebagai pakaian pesta atau gaun malam.95 Maroko merupakan negara yang menggunakan pakaian ini sebagai pakaian

90 Jill Condra, Encyclopedia of National Dress, h. 767 91 “The New Gallabiya,” dari http://www.jellabiya.com/, akses 10 Juni 2017 jam 12.30 92 Jill Condra, Encyclopedia of National Dress, h. 500 93 “How To Wrap Mauritanian Dress,” dari https://www.youtube.com/watch?v=hTf3bdeY1yE, akses 10 Juni 2017 jam 12.13 94J ill Condra, Encyclopedia of National Dress, h. 502 95 Anna Skinbinsky, “The Modern Kaftan,” Epoch Times, 15-21 Juli 2010 24

rumah mereka. Biasanya mereka menggunakan kaftan tanpa lengan jika di rumah.96 7. Tantur, merupakan salah satu aksesoris yang dijadikan sebagai pakaian nasional di Libanon. Pada acara resmi perempuan banyak yang menggunakan tantur sebagai identitas diri mereka sebagai orang Libanon. Tantur merupakan topi yang berbentuk kerucut dan dibagian ujung kerucut tersebut terdapat dua lembar kain yang menjuntai ke bawah biasanya sampai pinggang atau kaki. Tantur biasa dipakai untuk keluar rumah mengenakan jubah hitam lebar semacam abaya.97 8. Shayla, merupakan selendang panjang yang umunya berwarna hitam yang biasa dipakai oleh perempuan untuk menutupi rambut mereka sebagian lagi berfungsi untuk menutup leher bahkan dada mereka. Umum dipakai bersama abaya dan pakaian yang berbentuk jubah lainnya di Arab.98

96 Jill Condra, Encyclopedia of National Dress, h. 501 97 Jill Condra, Encyclopedia of National Dress, h. 433 98 “UEA Fashion Woman’s,” dari https://www.youtube.com/watch?v=Qug27tvHuwY, akses 11 Juni 2017 jam 10.10

BAB III UNI EMIRAT ARAB SEBELUM OIL BOOMING II

A. Ekonomi Uni Emirat Arab dan Oil Booming UEA merupakan bagian dari Timur Tengah, berada di antara negara Oman dan Arab Saudi, berbatasan dengan Teluk Oman dan Teluk Persia.99 UEA merupakan negara federasi dari tujuh emirat yang merdeka dari Inggris pada tahun 1971. UEA diatur oleh Penguasa Dewan Tertinggi yang terdiri dari tujuh emir yang bertugas untuk menunjuk perdana mentri dan kabinet.100 UEA dibentuk oleh sekelompok sekte Jazirah Arab berdasarkan kesukuan di sepanjang pantai selatan Teluk Persia dan pantai barat laut Teluk Oman. Daerah ini memeluk Islam pada abad ke-7 M. Selama berabad-abad negara ini terlibat dalam perselisihan dinasti.101 Semula UEA yang merupakan negara gabungan dengan negara teluk lainnya dengan pemegang kekuasaan utamanya adalah sultan. Namun pada tahun 2006 terjadi pemilihan presiden pertama dan yang terpilih adalah anak dari pemimpin yang sebelumnya yaitu Sheikh Zayid bin Sultan al-Nahyan. UEA memiliki sejarah yang panjang terbukti dengan ditemukannya bukti arkeologi yang mengungkapkan bahwa perkembangan peradaban di wilayah ini sudah ada sejak Zaman Neolitik atau Palaeolitik102 (6000 SM - 3500 SM), Zaman Perunggu103 (3200 SM – 1300 SM), dan sampai akhir Zaman Besi104 (1300 SM - 300 SM).105

99 “Middle East: United Arab Emirates,” dari https://www.cia.gov/library/publications/the-world- factbook/geos/ae.html , akses 16 Juni 2017 jam 16.08 100 “United Arab Emirates 2017 Country Review,” dari http://www.countrywatch.com, akses 02 April 2017 jam 12.23 101 Federal Reasearch Division, “Country Profile: United Arab Emirates,” dari https://www.loc.gov/rr/frd/cs/profiles/UEA.pdf, akses 06 Maret 2017 jam 13.48 102 Bukti pertama dari zaman ini adalah pemukiman manusia di wilayah UEA. ditemukan sisa komunitas Badui. Komunitas ini hidup dengan menangkap ikan dan bertanam. Ada juga makam di Jebel Al Buhais di Sharjah. Ditemukan juga peralatan dan tombak di pulau Dalma dan Marawah di Abu Dhabi. Era ini ditandai dengan munculnya tembikar, buktinya ditemukan di Sharjah, Umm al Quwain, Ras al Khaimah dan Abu Dhabi. Lihat “About The UEA History,” http://beta.government.ae/en/about-the- UEA/history 103 Zaman ini terbagi menjadi tiga periode; pertama Periode Jebel Hafeet, Periode ini mulai dari tahun 3200 SM. Sampai 2500 SM. Dan dinamai demikian karena makam yang ditemukan di Jebel Hafeet dekat daerah di Emirat Abu Dhabi. Periode ini bertepatan dengan industri tembaga yang sedang booming. Ada banyak makam yang ditemukan di wilayah itu yang berukuran kecil dan berbentuk sarang dan ada bukti adanya permukiman pertanian yang besar. Bukti yang ditemukan di daerah Al Ain menunjukkan bahwa orang hidup dari budidaya jagung dan gandum. Monumen yang paling penting dari zaman ini adalah kuburan dan pemukiman kuno di Jebel Hafeet dan daerah Hili di Al-Ain, Abu Dhabi, serta makam di Jebel Emalah di dekat daerah Al Dhaid di Sharjah. Periode kedua, periode Umm al-Nar,

25

26

Selain di bawah penguasa Islam, negara ini juga pernah dijajah oleh bangsa Barat seperti Portugis, Belanda, dan Inggris. Penjajahan ini terjadi selama berabad-abad karena saat itu Abu Dhabi menjadi pusat perdagangan yang penting106 dan memberikan pengaruh yang signifikan bagi kehidupan masyarakat UEA saat itu. Negara barat yang pertama kali menduduki negara Teluk adalah Portugis pada tahun 1498. Portugis di negara Teluk memonopoli perdagangan lada dan rempah- rempah selama satu setengah abad dan kemudian dilanjutkan oleh negara Eropa lain yaitu Belanda dan Inggris. Selama abad ke-17 yang menguasai wilayah Teluk Arab adalah Belanda kemudian kekuatan Belanda melemah dan digantikan oleh Inggris.107 Dikuasai oleh Barat menjadi awal mula persentuhan dengan dunia luar. Beberapa negara Eropa tiba di Jazirah Arab bertujuan untuk mengeksplorasi dan untuk menguasai pantai.108 Karena pada saat itu industri yang sedang berkembang adalah industri mutiara. Inggris menjadi negara Eropa yang berperan dalam sejarah berdirinya UEA. Pada tahun 1892 Inggris membuat perjanjian eksklusif dengan Kawasan Teluk

mulai dari 2.500 SM. Sampai 2000 SM. Dinamai demikian setelah ditemukannya monumen di Umm al- Nar Island di Abu Dhabi pada pertengahan tahun 95. Sekitar empat puluh gundukan, banyak kuburan bulat dan beberapa kuburan ditemukan di situs Umm al Nar. Di dekat makam ini, sisa-sisa juga ditemukan pemukiman di mana rumah-rumah dibangun dari batu dan berisi kapal-kapal batu yang mirip dengan alat pemakaman. Alat lain, yang digunakan dalam memasak, juga ditemukan. Semua ini memberikan bukti bahwa rumah-rumah ini berasal dari periode makam yang sama. Selanjutnya periode Suq, periode ini mulai dari tahun 2000 SM. Sampai 1300 SM. Dan dinamai menurut salah satu situs di Wadi Suq, antara Al Ain dan pantai Oman. Penemuan arkeologi yang paling penting dalam periode ini adalah sejumlah makam, kepala tombak, pot dan hiasan emas dan perak di Shamil di Ras al Khaimah, Khorfakkan dan Jebel al Buhais di Sharjah dan Al Qusais di Dubai. Lihat “About The UEA History,” http://beta.government.ae/en/about-the-UEA/history. 104 Pada zaman ini menunjukkan wilayah UEA selama Zaman ini berada di puncak kemakmuran dan peradabannya. Hal ini ditandai dengan munculnya penggunaan sistem irigasi falaj pertama yang memungkinkan ekstraksi air tanah untuk budidaya berkelanjutan di iklim kering. Periode ini menyaksikan penampilan tulisan pertama. Ada 24 situs arkeologi dari Zaman ini di UEA. Penemuan arkeologi yang paling penting dari Zaman ini adalah desa-desa yang menggunakan sistem irigasi falaj di daerah Rumaila dan Qarn binti Saud di Al Ain, Abu Dhabi, Althegaibh dan Umm Safat di Sharjah, dan permukiman besar yang diperkuat di Muwaileh dan Tell Abraq in Umm al Quwain dan Sharjah. Lihat “About The UEA History,” http://beta.government.ae/en/about-the-UEA/history. 105 “About UEA History,” dari http://beta.government.ae/en/about-the-UEA/history, akses 02 April 2015 jam 21.02 106 “United Arab Emirates Country Handbook,” dari https://info.publicintelligence.net/MCIA- UnitedArabEmiratesHandbook.pdf, akses 02 April 2017 jam 20.05 107 “About UEA History,” dari http://beta.government.ae/en/about-the-UEA/history, akses 02 April 2015 jam 21.02 108 “ About UEA History,” dari http://beta.government.ae/en/about-the-UEA/history, akses 02 April 2015 jam 21.02 27

supaya tidak berkoalisi dengan negara lain karena pada saat itu Perancis, Jerman, dan Rusia sedang berusaha mengambil perhatian negara Teluk. Berdasarkan perjanjian ini, para syekh sepakat untuk tidak menandatangani kesepakatan atau korespondensi dengan siapapun selain Inggris dan tidak menyerahkan, menjual, atau mengontrak bagian manapun dari wilayah mereka kepada orang lain selain Inggris tanpa persetujuan Inggris.109 Hal ini berlangsung sampai UEA merdeka di tahun 1971. Sebelum merdeka UEA telah menemukan sumber daya baru yaitu minyak. Sejak Abu Dhabi pertama kali mengekspor minyak pada tahun 1962, UEA telah mengalami transformasi besar dari wilayah gurun dengan kerajaan miskin menjadi negara modern dengan standar kehidupan yang tinggi. Negara ini telah berkembang dari daerah terpencil yang sepi ke salah satu pusat ekonomi terpenting Timur Tengah.110 Pendapatan minyak Abu Dhabi tahun 1974 sebesar $ 3,2 Milyar dan Dubai $ 570 Juta, dan gabungan lima emirat lainnya yaitu $ 1,2 Juta.111 Dari hasil tersebut bisa terlihat terjadi ketimpangan ketika di waktu awal berdirinya negara ini. Hanya Dubai dan Abu Dhabi saja yang menikmati sumber daya minyak sedangkan emirat yang lain tidak. Sehingga barulah pada saat itu dibuat sebuah federal atau Uni yang bertujuan untuk memberikan perbaikan pada kehidupan populasi di wilayah terpencil dan tidak dapat dijangkau.112 Berkat oil booming banyak aspek yang berubah di UEA sehingga berdampak pada kehidupan masyarakat. Berikut beberapa bidang yang terpengaruh oleh oil booming di UEA; 1. Ekonomi Perekonomian UEA telah berubah yang awalnya hanya bersumber pada menangkap ikan, mencari mutiara, dan bercocok tanam menjadi ekonomi berbasis minyak dan berpenghasilan tinggi. Dari 180.000 penduduk yang dihitung dalam sensus penduduk pertama yang dilakukan pada tahun 1968 di tujuh Negara Emirat, hampir

109 “United Arab Emirates 2017 Country Review,” dari http://www.countrywatch.com, akses 02 April 2017 jam 13.48 110 “United Arab Emirates 2017 Country Review,” dari http://www.countrywatch.com, akses 02 April 2017 jam 12.23 111 “United Arab Emirates,” MRIP Reports, no. 36, 1975,, h. 9. 112 Frauke Herad Bey, “The United Arab Emirates: Statehood and Nation-Building in A Traditional Society,” Middle East Journal, Vol. 59, No. 3, (2005), h.363. 28

59.000 orang tinggal di Dubai, lebih dari 46.000 di Abu Dhabi, namun hanya 3.744 jiwa yang dihitung di Umm al-Qaiwain.113 Minyak mulai membentuk evolusi dan perkembangan ekonomi UEA di tahun 1970-an sebagai hasil dari peningkatan besar dalam produksi minyak dan ekspor dan pendapatan pemerintah. Produksi minyak meningkat dari 253 mineral per barel pada tahun 1970 menjadi sekitar 619 mineral per barel. Pada tahun 1975 ekspor meningkat dari 253 mineral per barel menjadi sekitar 606 mineral per barel dan pendapatan minyak melonjak dari US $ 233 juta menjadi US $ 6000 juta. Pertumbuhan pendapatan minyak yang sangat besar selama periode 1970-1975 (sekitar 2475 %) merupakan hasil dari peningkatan produksi dan penyesuaian dalam pengambilan pemerintah. Kemakmuran yang belum pernah terjadi sebelumnya yang mulai dialami UEA.114

Tabel 3. 1: Hasil Produksi Minyak dari Tahun 1980-2010115 UEA mengalami dua kali oil booming pertama yang telah dijelaskan di atas pada tahun 1960-an sampai 1980-an. Kedua sekitar tahun 2000-an tepatnya tahun 2002 sampai 2008, populasi emirat Abu Dhabi tumbuh lebih cepat selama ledakan minyak terbaru dibandingkan tahun-tahun sebelumnya meski terjadi pemberitaan yang

113 Frauke Herad Bey, “The United Arab Emirates,” h. 360. 114 Ali Tawfik Al Sadik, “Evolution and Performance of the UEA Economy 1972-1998,” dari https://www.UEAinteract.com/UEAint_misc/pdf/perspectives/10.pdf, akses 28 Maret 2017 jam 13.23 115 “United Arab Emirates: 40 Years of Progress,” dari https://www.cpc.gov.ae/sitecollectiondocuments/40%20years%20book%20english.pdf, akses 28 Maret 2017 jam 16.36 29

dilaporkan banyak orang yang mengalami krisis fiskal di tahun 2008.116 Seperti yang terdapat pada tabel menunjukan bahwa setelah tahun 2000 terdapat peningkatan perlahan produksi minyak dan menjadi oil booming kedua. Tingkat harga minyak tinggi antara tahun 2002 sampai 2008 memperkuat indikator makroekonomi utama di enam negara Teluk (Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar Saudi Arabia, dan UEA) pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) riil mencapai rata- rata 8 % per tahun selama periode 2002-2007, dengan cadangan devisa, investasi, dan anggaran menunjukkan kinerja yang sama solidnya. Menurut Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan, rata-rata pendapatan per kapita yang diukur dalam paritas daya beli (purchasing power parity / PPP) meningkat dari US $ 12.000 di tahun 2002 menjadi di atas $ 20.000 di tahun 2007.117 Dibandingkan dengan negara-negara lain di Gulf Cooperation Council (GCC) ekonomi UEA adalah salah satu yang paling terdispersi dan paling tidak bergantung pada sektor energi, walaupun Pendapatan yang dihasilkan oleh penjualan minyak dan gas bumi terdiri dari proporsi yang signifikan dari anggaran Emirat. Ketergantungan ini sangat kuat di Abu Dhabi, yang menghasilkan 55% dari anggaran dan PDB dari penjualan karbohidrat. Namun, Abu Dhabi ingin mengurangi proporsi ini menjadi 35% Pada tahun 2030 melalui diversifikasi ekonominya. Sudah turun ke 25-30% di UEA secara keseluruhan.118 Saat ini, UEA adalah pusat wisata dan bisnis internasional utama serta salah satu negara yang paling modern, stabil, dan aman di dunia. UEA salah satu negara dengan pendapatan per kapita tertinggi di dunia dengan harga hampir $ 25.000 USD.119 UEA merupakan Anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) sejak 1967 dan salah satu produsen minyak paling signifikan di dunia. Menurut perkiraan Oil & Gas Journal, UEA memegang cadangan minyak ketujuh yang terbukti di dunia

116 Nadim Kawach, “Abu Dhabi Population Growth Picks Up During Oil Boom,” dari http://www.emirates247.com/news/emirates/abu-dhabi-population-growth-picks-up-during-oil-boom- 2010-08-15-1.279118, akses 28 Maret 2017 jam 14.45 117 Ibrahim Saif, The Oil Boom in the GCC Countries, 2002-2008: Old Challenges, Changing Dynamics, (Washington DC: The Carnegie Middle East Center,2009), h.2. 118 Joel Kukemelk, “United Arab Emirates-the Rse of Abu Dhabi and the Recovery of Dubai,” dari http://persiangulffund.com/united-arab-emirates-%E2%80%93-the-rise-of-abu-dhabi-and-the- recovery-of-dubai/, akses 28 Maret 2017 jam 13.49 119 “The Story of the U. A. E,” dari http://www.zu.ac.ae/main/en/_careers/living/story.aspx, akses 7 Februari 2017 jam 12.45 30

dengan harga 97,8 miliar/barel, dengan mayoritas cadangan berada di Abu Dhabi (sekitar 94 %). Enam emirat lainnya menggabungkan hanya 6 % cadangan minyak mentah UEA, dipimpin oleh Dubai dengan sekitar 4 miliar barel. Produksi sumber daya ini didominasi oleh Perusahaan Minyak Nasional Abu Dhabi milik negara (ADNOC) dalam kemitraan dengan beberapa perusahaan minyak internasional besar dalam jangka panjang.120 Kontribusi minyak terhadap PDB akan jauh lebih tinggi, sehingga selanjutnya menggaris bawahi pentingnya minyak dalam perekonomian. Sumbangan tidak langsung dari pendapatan minyak akan dieksplorasi dengan menyoroti peran pendapatan minyak dalam pengembangan sektor non-minyak dan implikasinya terhadap kebijakan publik, kebijakan moneter, dan kebijakan fiskal.121

Tabel 3. 2: Sumber Pendapatan Negara Dari Tiga Sektor Tahun 1970-2006122 Selama tahun 1970-an dan awal 1980-an harga minyak mengalami penurunan dan akibatnya, UEA mendasarkan ekonominya pada sumber pendapatan yang lebih stabil dan dapat diandalkan. UEA memberi jalan untuk mempromosikan sistem kesejahteraan yang sehat dengan investasi infrastruktur, utilitarian, segmen dasar serta mensubsidi persediaan dasar seperti air, listrik dan pajak yang sangat rendah. Hal ini

120 “Oil in United Arab Emirates,” dari https://www.worldenergy.org/data/resources/country/unitedarabemirates/oil/, akses 7 Februari 2017 jam 15.20 121 Ibrahim Saif, The Oil Boom in the GCC Countries, h. 4. 122 “United Arab Emirates Human Development Report 2016,” dari http://hdr.undp.org/sites/all/themes/hdr_theme/country-notes/fr/ARE.pdf, akses 07 Maret 2017 jam 00.48 31

menyebabkan pertumbuhan jangka panjang di sektor non-minyak.123 Hal ini membuat UEA menjadi mandiri mengandalkan non-minyak, jadi minyak sebagai pendongkrak perekonomian meski bukan sebagai sumber ekonomi utama di abad 21. 2. Pendidikan Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan mencatat bahwa aset sebenarnya dari setiap bangsa maju adalah rakyatnya, terutama yang berpendidikan, makmur dan kesuksesan masyarakat yang diukur dengan standar pendidikan mereka.124 Hal ini dibuktikan setelah ditemukannya minyak kemudian ekonomi semakin membaik sehingga presiden bisa memberikan fasilitas pendidikan yang baik laki-laki dan perempuan.

Tabel 3. 3: Evolusi Pendidikan UEA Beberapa Tahun Setelah Oil Booming 125 Di awal ditemukannya minyak berdasarkan tabel bisa dilihat bahwa pendidikan milik pemerintah ataupun swasta sama-sama mengalami kenaikan yang bagus. Peningkatan pendidikan terus dilakukan oleh UEA sampai saat ini. Sekolah-sekolah negeri di UEA didanai oleh pemerintah dan memiliki tujuan yang sama dengan pembangunan UEA. Bahasa pengantar sehari-hari adalah bahasa Arab dan Inggris. Pada masa awal, sekolah di UEA menggunakan metode hafalan

123 Gabriel Cardona Cevantes dan Jonas Zemoi, Ekonomisk Differentiering I Förenta Arabemiraten, (Internationella Handeshögskefan, 2009), h. 8 124 “Education in United Arab Emirates,” dari http://www.UEAcd.org/education-introduction, akses 11 Juni 2017 jam 17.10 125 Ali Tawfik Al Sadik, “Evolution and Performance of the UEA Economy 1972-1998,” dari https://www.UEAinteract.com/UEAint_misc/pdf/perspectives/10.pdf, akses 28 Maret 2017 jam 16.54 32

namun dirasa kurang efektif sehingga sedang dicari metode pembelajaran yang lebih efektif dan tetap melestarikan tradisi lokal, prinsip dan identitas budaya UEA.126 Sebelum ditemukannya minyak banyak penduduk UEA yang mengalami buta huruf dan tidak memiliki keterampilan.127 Pada tahun 1952 hanya ada sedikit sekolah formal di negara ini dan baru pada awal 1970 setelah oil booming pertama banyak kemajuan yang dicapai dalam bidang pendidikan. Pada tahun 1975 tingkat melek huruf orang dewasa laki-laki adalah 54% dan perempuan 31% perempuan.128 Pemerintah mendorong program ini dengan meluncurkan program K-12 untuk meningkatkan sistem pendidikan di UEA. Program K-12 memiliki program diantaranya yaitu;129 Tidak hanya program mengenai pelajaran tetapi pemerintah juga mengadakan melek teknologi bagi siswa sejak dini. Dengan majunya tingkat pendidikan kemajuan teknologi juga ikut berkembang. Contohnya pemerintah UEA mengembangkan sistem sekolah sesuai dengan standar internasional dengan mengenalkan teknologi informasi ke semua tingkat termasuk taman kanak-kanak. Pemerintah menyediakan satu komputer untuk setiap sepuluh anak taman kanak-kanak dan tiap lima anak murid sekolah dasar satu komputer.130 Kemajuan ini membuat peningkatan kualitas di UEA semakin baik dan semakin bisa menyamai negara maju di Eropa dan Amerika.

126 “K-12 Education,” dari http://www.UEAcd.org/k-12-education, akses 11 Juni 2017 jam 17.10 127 Jhon Duke Anthony, “Impact OF Oil production on Political Socio Economic Change In UEA,” dari https://ncusar.org/publications/Publications/1975-12-01-Impact-of-Oil-on-Political- Socioeconomic-Change-in-UEA.pdf, akses 10 Juni 2017 jam 10.00 128 “Education in United Arab Emirates,” dari http://www.UEAcd.org/education-introduction, akses 11 Juni 2017 jam 17.10 129 “K-12 Education,” dari http://www.UEAcd.org/k-12-education, akses 11 Juni 2017 jam 17.11 130 “Education in United Arab Emirates,” dari http://www.UEAcd.org/education-introduction, akses 11 Juni 2017 jam 17.10

33

Tabel 3. 4: Pertumbuhan Pendidikan Dasar Dari Tahun 1980 Sampai 2009131 Pendidikan di tingkat dasar dan menengah bersifat universal dan wajib sampai kelas sembilan. Ini terjadi dalam proses empat tingkat selama 14 tahun: a. Anak usia 4-5 tahun berada di tingkat pendidikan TK (Taman Kanak- kanak). b. Anak usia 6 sampai 11 tahun berada di tingkat sekolah dasar c. 12- 14 Tahun berada pada tahap persiapan. d. 15 sampai 17 tahun bersekolah di sekolah menengah dan mendapatkan sertifikat sekolah menengah. e. 12-18 tahun khusus untuk sekolah menengah tehnik. Selain K-21 yang khusus untuk pendidikan dasar pemerintah juga memiliki program untuk pendidikan tinggi yakni mencakup pendidikan tingkat universitas. Berdasarkan sumber dari website resmi kedutaan besar UEA menyatakan bahawa terdapat 13 universitas negeri, swasta, dan termasuk sekolah teknik.132

131 “United Arab Emirates: 40 Years of Progress,” dari https://www.cpc.gov.ae/sitecollectiondocuments/40%20years%20book%20english.pdf, akses 28 Maret 2017 jam 16.36 132 “Education in United Arab Emirates,” dari http://www.UEAcd.org/education-introduction, akses 11 Juni 2017 jam 17.10 34

Selain itu pemerintah juga menyediakan sekolah bagi warga yang berkebutuhan khusus dengan mendirikan pusat penyembuhan dan rehabilitasi dan bekerja sama dengan pihak asing supaya anak kebutuhan khusus juga bisa mengikuti olimpiade.133 Jika UEA tidak mengalami oil booming maka eknomi UEA tidak akan mengalami perubahan dan hal itu juga berdampak pada pendidikan UEA. Bukti-bukti di atas menunjukan kemajuan pendidikan UEA dari setelah oil booming sampai dengan sekarang yang semakin maju dan bahkan banyak sekolah UEA sudah mendapat akreditas internasional. 3. Infrastruktur dan Pariwisata Semenjak oil booming wilayah yang berisi gurun berubah menjadi wilayah yang memiliki gedung-gedung pencakar langit serta hunian-hunian mewah. Pemerintah segera melakukan pembangunan dan memperbaiki fasilitas yang ada. Seperti, membangun jembatan di jalur kemacetan antara Abu Dhabi dan Oasis Buraimi, menyiapkan ketersediaan listrik, perluasan kantor pos, telepon, dan sistem komunikasi radio, pembangunan sistem air danpembuangan limbah, di kota-kota dibangun sekolah dan rumah sakit, pelabuhan dan bandara dibangun dan diperbesar, pembangunan pabrik semen, gas, sulfur, alumunium dan kilang minyak.134 Pembangungn ini menjadi langkah awal UEA untuk mewujudkan infrastruktur lainnya yang di masa sekarang menjadi destinasi wisata terkenal di dunia. Dubai merupakan wilayah UEA yang kini menjadi tujuan pariwisata dunia. Menurut pemerintah UEA pendapatan pariwisata Dubai melebihi pendapatan dari minyak. 6,2 juta pengunjung dari India, , Iran, Lebanon, Filipina, Eropa, Australia, dan Afrika Selatan pada tahun 2006.135 Dubai memang menjadi tujuan utama para pelancong jika berkunjung ke UEA terbukti dengan 19% menyumbang dalam pendapatan negara di tahun 2008.136 Pembangunan tempat wisata ini menjadi bukti

133 “Education in the UEA,” dari http://www.UEA-embassy.org/sites/default/files/pdf/LH- Education-factsheet_2010-03.pdf, akses 11 Juni 2017 jam 17.10 134 Khalida Qureshi, The United Arab Emirates, Pakistan Institute of International Affairs, Vol. 26, No.4, 1973, h. 22. 135 “Country Profile United Arab Emirates,” dari https://www.loc.gov/rr/frd/cs/profiles/UEA.pdf, akses 11 Juni 2017 jam 14.56 136 Rebecca Bundhun, “Dubai Tourist Numbers Declines,” dari http://www.thenational.ae/business/travel-tourism/dubai-tourist-numbers-declines, akses 1 Juni 2017 jam 15.20 35

bahwa pemerintah serius, tidak ingin mengandalkan minyak saja sebagai satu-satunya sumber pendapatan negara. Selain Dubai beberapa wilayah UEA lainnya juga sudah menjadi tempat wisata.

Tabel 3. 5: Pertumbuhan Kedatangan Wisatawan Tahun 1995-2010137 Pembangunan Burj Khalifa sebagai gedung tertinggi di dunia pada tahun 2008 menjadikan UEA sebagai negara terkenal dan menjadi objek wisata. Menara dengan total luas 460.000 meter persegi yang di dalamnya terdapat perumahan, hotel, kantor, tempat belanja, tempat hiburan dengan tinggi 700 meter dan terdapat 160 lantai.138 Selain Burj Khalifah masih banyak tempat wisata lain yang sengaja dibangun pada masa oil booming II untuk mempertahankan perekonomian UEA di masa akan datang. Semua kemajuan pariwisata ini merupakan hasil dari oil booming II. Pemerintah sempat mengalami penuruan produksi minyak pada oil booming I dan hal itu menjadi pelajaran bagi pemerintah dan membangun sumber pendapatan lain yang lebih

137 “United Arab Emirates: 40 Years of Progress,” dari https://www.cpc.gov.ae/sitecollectiondocuments/40%20years%20book%20english.pdf, akses 28 Maret 2017 jam 16.36 138 Ahmad Abdelrazaq, dkk, “Brief on the Construction Planning of the Burj Dubai Project, Dubai, UEA,” dari http://www.civil.ist.utl.pt/~cristina/EBAP/FolhasEdifAltos/burj- dubai/T10_Abdelrazaq.pdf,akses 11 Juni 2017 jam 19.20 36

menguntukan dari minyak yakni pariwisata. Setelah terjadi oil booming II pemerintah kembali membangun UEA dengan daya tarik baru yakni dengan membangun bangunan yang menjadi perhatian dunia. 4. Pakaian Oil booming di UEA membawa perubahan bagi kehidupan sosial dan budaya masyarkatnya. Pakaian menjadi perhatian utama bagi perubahan budaya di UEA yang terkenal sebagai salah satu negara Arab dengan gaya berpakaian yang serba tertutup dengan warna dominan hitam. Gaya berpakaian orang Arab ini bisa dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti geografi, iklim, ekonomi, atau bahkan pakaian yang ada di masa lalu.139 Pakaian tidak pernah benar-benar berubah dari masa ke masa sehingga di masa yang akan datang akan ditemui modelpakaian yang sama dengan tambahan sesuai dengan perubahan zaman. Seperti yang dicatat oleh para peneliti fashion dalam temuan mereka, gaya modern tidak cenderung "merusak tampilan tradisional dan tradisional dalam kasus UEA adalah abaya, yang oleh perancang busana UEA masih dianggap simbol penghormatan dan tradisi yang harus dipertahankan oleh wanita di UAE". Selain itu, meski wanita Emirati tertutup saat mereka keluar di depan umum, mereka juga memiliki banyak pertemuan dengan wanita lainnya, menurut perempuan UEA mereka jika bersamakeluarga dan teman ingin menunjukan apa yang mereka miliki di dalam pakaian abaya mereka.140 Keinginan intrinsik wanita Emirat untuk perubahan, integrasi, ekspresi diri dan kebutuhan untuk tetap mengikuti perkembangan telah mengubah abaya dari garmen utilitarian menjadi "pernyataan gaya yang melambangkan anugerah, keanggunan dan pesona". Itulah kesimpulan para periset dari Universitas Amerika Lebanon di Beirut, yang fokus dengan wanita Emirati untuk memeriksa bagaimana "benturan" antara tren

139 “Clothes and Fashion,” dari http://skola.amoskadan.cz/s_aj/AJpdf/atpdf/at09.pdf, akses 02 Oktober 2017 jam 07.06 140 Louise Redvers, “The High-end, Designer Fashion Hidden Beneath The Abaya,” dari http://www.bbc.com/capital/story/20160623-the-high-end-designer-fashion-hidden-beneath-the-abaya, akses 02 Oktober 2017 jam 22.45 37

kontemporer dan kesopanan religius konvensional telah mempengaruhi kebutuhan fashion wanita UEA dan mempengaruhi evolusi desain abaya.141 Dalam beberapa tahun terakhir, UEA telah menjadi banyak topik artikel mengenai pagelaran busana yang berkembang pesat. Di luar itu, pemerintah UEA ingin mendukung perancang busana baru, yang ditunjukkan dengan pembangunan Pusat Desain Dubai dan peluncuran The Dubai Design and Fashion Council pada tahun 2014. Dukungan lebih lanjut diberikan kepada bakat daerah oleh Fashion Forward dan Abu Dhabi Fashion Week, yang membawa penonton internasional ke UEA untuk menyaksikan koleksi perancang berbakat.142 Eksekutif mode mengatakan Timur Tengah kemungkinan akan tetap menjadi klien teratas di masa depan jika lingkungan ekonomi memburuk di Eropa dan Amerika Utara.143 Hal ini membuat perempuan di UEA untuk membuka usaha di sektor pakaian. Selain dukungan dari para desainer dan pemerintah, warga lokalpun menjadi pendukung berkembangnya beragam model pakaian dengan tingginya tingkat pembelian fashion.

Tabel 3. 6:Pendukung Perkembangan Pasar Fashion UEA144

141 Roberta Pennington, “Abaya Trends in UAE Constantly Evolving in Clash Between Fashion and Religious Modesty,” dari https://www.thenational.ae/uae/heritage/abaya-trends-in-uae-constantly- evolving-in-clash-between-fashion-and-religious-modesty-1.1545, 02 Oktober 2017 jam 22.48 142Grace Gordon, “11 UAE-Based Fashion Designers You Need to Know,” dari https://www.savoirflair.com/fashion/200333/arab-fashion-designers, akses 02 Oktober 2017 jam 21.37 143 Astrid Wendlandt dan Martina Fuchs, “Out of Public Eye, Arab Women Power Haute Couture,” dari https://www.reuters.com/article/us-fashion-middleeast/out-of-public-eye-arab-women- power-haute-couture-idUSTRE7942YG20111005, akses 02 Oktober 2017 jam 22.07 144 Lisa Hay De Villers, “Global Fashion Industry Growth in Emerging Markets,” dari https://www.scribd.com/document/85634916/Global-Fashion-Industry-Growth-in-Emerging- Markets,akses 02 Oktober 2017 jam 6.55 38

Abaya sebagai pakaian keseharian di UEA menjadi pasar yang sangat menarik bagi para desainer setelah berkembangnya ekonomi akibat oil booming sehingga banyak ditemukan ragam abaya dengan berbagai motif yang membuatnya menarik bagi warga lokal dan bahkan bagi warga non-UEA.

B. Kondisi Sosial Masyarakat Sebelum Oil Booming II Masyarakat UEA mayoritas merupakan orang-orang Arab sisanya merupakan pendatang yang bekerja di negara ini. Sekitar dua per tiga masyarakat non-Arab adalah orang Asia (kebanyakan orang India, Pakistan, Sri Lanka, Bangladesh, dan Filipina), dan sepertiga lainnya adalah orang Iran atau Arab (terutama orang Yordania, Palestina, dan Mesir).145 Mayoritas penduduk UEA merupakan Muslim Sunni dan Syiah sebagai minoritas. Dalam konstitusi UEA menyatakan bahwa Islam sebagai agama resmi negara di semua emirat.146 Kebanyakan para pendatang juga beragama Muslim meskipun terdapat yang beragama Hindu dan Kristen. Bahasa resmi yang digunakan adalah bahasa Arab.147 Ezra Santos menyatakan dalam wawancaranya di arabianbussines.com Di Timur Tengah banyak wanita menginginkan sesuatu yang sangat spesial. Beberapa orang terkaya bisa pergi dan memesan Haute Couture, dan saya harus mengatakan apa yang membuat Haute Couture di Paris adalah sebagian besar klien mereka Timur Tengah.148 Terdapat dua kelompok masyarakat UEA secara umum yaitu; masyarakat Badui yang suka berpindah-pindah dan bertahan hidup dengan bercocok tanam (Bani Yas) kemudian masyarakat dengan budaya laut yang menjadikan berlayar dan mencari mutiara sebagai mata pencaharian utama (Qawasim) yang berasal dari imigran Persia

145 “United Arab Emirates,” dari http://education.stateuniversity.com/pages/1605/UnitedArabEmiratesHISTORYBACKGROUND.html, akses 17 Januari 2016 jam 15.20 146 Federal Reasearch Division, “Country Profile: United Arab Emirates,” dari https://www.loc.gov/rr/frd/cs/profiles/UEA.pdf, akses 06 Maret 2017 jam 13.48 147 Arab Emirates 2017 Country Review,” dari http://www.countrywatch.com, akses 02 April 2017 jam 12.23 148 http://www.arabianbusiness.com/lady-gaga-showcases-dubai-based-fashion-designer- 565500.html, akses 02 Oktober 2017 jam 21.53 39

dan negara Teluk lainnya.149 Selain itu, sebagian besar wilayah UEA merupakan daratan gurun yang luas dengan beberapa oasis serta memiliki suhu panas yang ekstrim150 seperti pada wilayah gurun lainnya. Beberapa hal yang telah disebutkan di atas merupakan hal yang berpengaruh bagi budaya UEA pada masa itu ataupun di masa yang akan datang. Sebelum ditemukannya minyak, Ajman, Dubai, dan Ra’as al-Khaymah merupakan wilayah pesisir yang masyarakatnya bekerja sebagai pelaut. Sedangkan masyarakat yang hidup dengan bercocok tanam (petani gembala dan petani oasis) adalah masyarakat pedalaman yang merupakan sisa dari emirat tersebut. Kebanyakan masyarakat ini buta huruf dan tidak terampil.151 Masyarakat Emirat terbagi dalam dua kategori sosial: warga negara (Al Muwateneen) dan imigran asing, disebut sebagai pendatang (Al Wafedeen). Warga dibagi menjadi empat kelas sosial utama: (1) keluarga sheikhly yang berkuasa, yang anggotanya memegang posisi politik dan kekuasaan tertinggi dan memiliki kekayaan dan prestise yang besar, (2) kelas pedagang, yang dikenal sebagai al-tujjar, pedagang tradisional yang sedang menjual barang konsumen internasional, (3) kelas menengah baru, diwakili oleh meningkatnya jumlah profesional yang memperoleh manfaat dari pendidikan negara bebas, dan (4) kelompok berpenghasilan rendah, yang diwakili oleh pengembara Badui yang baru saja menetap dan mantan penyelam mutiara dan petani oasis.152 Populasi masyarakat UEA pada tahun 1970-an sekitar 232.000.153 Berdasarkan sensus tahun 2005 jumlah penduduk UEA sudah mencapai 4.1 juta jiwa. Jumlah warga lokal 21.9% dari total penduduk dan warga non-lokal 78.1% dari jumlah penduduk.

149 “United Arab Emirates Country Handbook,” dari https://info.publicintelligence.net/MCIA- UnitedArabEmiratesHandbook.pdf, pada 02 April 2015 jam 20.50 150 “Culture of United Arab Emirates history, people, women, beliefs, food, customs, family, social, Dress,” dari http://www.everyculture.com/ToZ/UnitedArabEmirates.html, akses 8 Januari 2016 jam 12.28 151 Jhon Duke Anthony, ed, Impact of Oil on PoliticalSocial Economic Change In UEA, NP, h. 88 152 “United Arab Emirates,” dari http://www.everyculture.com/ToZ/UnitedArabEmirates.html, akses 8 Januari 2016 jam 15.20 153 Georgia Daleure, Emiratization in the UEA Labor Market: Opportunities and Challenges, (UEA: Springer, 2017), h. 15. 40

Jumlah laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan.154 Sebagian besar penduduk UEA masih muda dengan jumlah penduduk 4,4 juta dan 75% nya adalah berumur 15 – 64 tahun. Kurang dari 1% di bawah 14 tahun dan 65 tahun.155 Dalam bidang kesehatan, sebelum tahun 1960, hanya ada sedikit rumah sakit, dan penduduknya mengandalkan metode pengobatan tradisional, seperti, pembekaman, penggunaan ramuan, dan seorang guru agama yang bertugas untuk menangani kasus penyakit jiw.156 Pada tahun 1971 UEA memiliki tujuh rumah sakit dan terus bertambah sampai sekarang. Jika dibandingkan dengan sekarang angka harapan hidup di UEA hampir setara dengan maju.

Tabel 3. 7: Pertumbuhan Penduduk Tahun 1970-2010157 UEA memiliki tingkat pendidikan yang baik sejak oil booming I terjadi di tahun 1960-an. Peluang pendidikan di UEA telah berkembang sejak berdirinya federasi ketika hanya sebagian kecil penduduk perkotaan yang memiliki akses terhadap pendidikan formal. Saat ini, UEA menawarkan pendidikan komprehensif untuk semua siswa laki- laki dan perempuan dari taman kanak-kanak ke universitas, dengan pendidikan untuk

154 Ibrahim Al Abed, ed., UEA At A Glance 2008, (London: Trident Press Ltd, 2008), h. 5. 155 “Country Profile United Arab Emirates,” dari https://www.loc.gov/rr/frd/cs/profiles/UEA.pdf, akses 11 Juni 2017 jam 14.56 156 “Culture of United Arab Emirates,” dari http://www.everyculture.com/ToZ/UnitedArabEmirates.html, akses 8 Januari 2016 jam 14.28 157 “United Arab Emirates: 40 Years of Progress,” dari https://www.cpc.gov.ae/sitecollectiondocuments/40%20years%20book%20english.pdf, akses 28 Maret 2017 jam 16.36 41

warga negara yang diberikan gratis di semua tingkat.158 Tingkat buta huruf hanya 9% dari total populasi.159 Dua sektor yang telah dijelaskan bahwa sejak penemuan minyak yang pertama kali UEA terus memperbaiki berbagai macam sektor di negaranya. UEA mulanya merupakan sebuah negara berkembang yang kemudian saat ini setara dengan negara maju di berbagai sektor terutama bidang sosial dan ekonomi. Perubahan sosial yang ada di UEA merupakan dampak dari penemuan minyak yang kemudian berkembang ke sektor non-minyak. Sehingga taraf hidup masyarakat UEA semakin maju.

C. Kondisi Perempuan Uni Emirat Arab sebelum Oil Booming II Di dunia Muslim, Islam mengatur kesetaraan antara laki-laki dan perempuan akan tetapi kebanyakan perempuan jadi memiliki batas untuk melakukan aktivitasnya. Islam menempatkan status tinggi pada tanggung jawab perempuan. Perempuan Muslim berperan sebagai tulang punggung dan elemen vital dalam pembentukan masyarakat. Sejarah Islam menyatakan bahwa cukup lazim bagi perempuan untuk memainkan peran ganda, bekerja dan pada saat yang bersama mengurus rumah tangga. Sayangnya, perlakuan kepada perempuan masih berdasarkan budaya daerah tersebut bukan berdasarkan agama.160 Sebelum awal abad ke-20, negara memberikan kontrol pada perempuan dan keluarga ke tangan kelompok-kelompok kekerabatan patriarkal dan pengadilan syariah, yang keduanya mengkonseptualisasikan undang-undang tersebut berdasarkan perbedaan seksual.161 Namun setelah itu persentuhan dunia Islam membuat perempuan membuka mata mereka sehingga mencoba memperjuangkan hak mereka. Mesir merupakan negara Islam yang perempuannya pertama kali mendirikan pergerakan untuk menyuarakan hak perempuan. Gerakan perempuan ini didukung oleh kelompok pembaharu. Berkat peristiwa ini negara Islam lainnya juga mengikuti jejak Mesir.

158 Ibrahim Al Abed, ed., UEA at a Glance, h. 75 159 Ibrahim Al Abed, ed., UEA at a Glance, h. 5 160 Nadia Agrab Noomohamed, “Muslim Women –Adapting Culture To the Modern World,” Journal of Diversity Management, Vol 3, No.2, (2008), h. 67 161 Soraya Altorki, dkk., “ Women and Islam,” dari http://www.oxfordislamicstudies.com/article/opr/t236/e0852, akses 28 April 2016 jam 12.15 42

Sejak peristiwa Mesir di atas, banyak kaum perempuan di dunia Islam yang melakukan reformasi terutama mengenai kesetaraan gender. Kemunculan gerakan- gerakan wanita muslim di dunia mendorong perubahan sistem pemerintahan, sosial, dan budaya, terutama dunia Islam yang patriarki. Sehingga perempuan saat ini memiliki haknya untuk setara dengan laki-laki atau setidaknya mendapatkan haknya sebagai perempuan. Di era sebelum oil booming, perempuan memainkan peran aktif dalam masyarakat, suku, dan keluarga mereka, baik mereka yang tinggal di pegunungan atau oasis padang pasir. Perempuan Badui dipercaya untuk mengambil air dari sumur, yang biasanya jauh sekali dan memungkinkan mereka untuk bertemu dengan orang asing. Beberapa perempuan juga memainkan peran penting dalam menjalankan urusan kesukuan, meski umumnya di belakang layar. Namun tingkat pendidikan yang dimiliki perempuan sangat rendah. Pada tahun 1950 tingkat buta huruf dari jumlah penduduk adalah 98 %. Sharjah adalah, emirat pertama yang membuka sekolah anak perempuan, pada tahun 1955, kecuali Dubai, emirat lain tidak mulai membuka sekolah sampai satu dekade kemudian. Pada tahun 1970, perempuan hanya menyumbang 4 % dari populasi terpelajar, dan pada akhir 1980, 51 % pria UEA dan 77,6 % perempuan berusia di atas 45 tahun masih buta huruf. Namun, pada tahun 1990, persentase masing-masing turun menjadi 40 dan 65,4 %. Pada tahun 1995, tingkat buta huruf keseluruhan telah turun menjadi 22 %. Berdasarkan perkiraan tahun 1995 untuk keseluruhan populasi, dari mereka yang berusia 15 tahun ke atas, 79,2 % melek huruf (dengan laki-laki 78,9 % dan perempuan 79,8 %). Meskipun pria lebih terpelajar dari pada perempuan, perempuan telah bergerak maju dengan cepat. Dari mereka yang berpartisipasi dalam angkatan kerja pada tahun 1980, hanya 9,8 % perempuan UEA yang memiliki gelar universitas. Satu dekade kemudian, bagaimanapun, proporsinya telah berbalik, dengan 40,7 % perempuan UEA di angkatan kerja memiliki pendidikan universitas.162 Setelah mendapatkan pendidikan perempuan UEA mulai mengembangkan industri pakaian. Hal ini juga yang membuat perempuan UEA menjadi berbeda gaya berpakaiannya dibandingkan dengan negara Arab lainnya yang awalnya semuanya sama yaitu menggunakan abaya tradisional berwarna hitam polos.

162 Wandda Krause, Women in Civil Society, (USA: Palgrave Macmillah, 2008), h. 32. 43

Sebetulnya sebelum oil booming perempuan lebih banyak mengambil peran. yaitu, pekerjaan rata-rata orang miskin memiliki toko sendiri kemudian orang kaya mereka memiliki usaha mutiara dan penyewaan kapal. Sebagian lagi berjualan dari pintu ke pintu. Sedangkan setelah ditemukannya minyak pekerjaan perempuan lebih sedikit karena lebih banyak peluang menggapai pendidikan meskipun mereka memiliki kesempatan kerja mereka lebih memilih tinggal di rumah. Karena menurut mereka, tinggal di rumah kemudian mengurus anak mereka dengan baik maka akan menghasilkan generasi yang baik dan dapat memperbaiki ekonomi keluarga.163 Pada tahun 1950 kota Abu Dhabi merupakan kota yang miskin, hidup tanpa listrik dan kondisi gurun yang sangat panas sehingga perawatan kesehatan sangatlah kurang. Satu-satunya orang yang bisa didatangi para wanita di Abu Dhabi adalah Susan Hillyard, dia adalah salah satu perwakilan perusahaan minyak yang tinggal di Abu Dhabi dari tahun 1956-1958. Dia merupakan satu-satunya wanita barat yang tinggal di Abu Dhabi yang kemudian menjadi andalan para perempuan di sana pada masa itu. Di Kota Al Ain di UEA pada tahun 1960 angka kematian bayi sebanyak 50% begitu juga angka kematian ibu yang sama tingginya. Karena pada saat itu kondisi para perempuan banyak yang menikah muda di usia 12 atau 13 tahun.164 Di UEA perempuan telah didorong dan diberdayakan sejak berdirinya negara. Kebijakan ini dipelopori oleh kepemimpinan negara tersebut dan didukung oleh Konstitusi UEA, yang menjamin persamaan hak bagi laki-laki dan perempuan sesuai dengan ajaran Islam. Akibatnya, peran perempuan dalam masyarakat telah berkembang cukup pesat selama ini. Saat ini, manfaat ekonomi dan sosial dari keragaman secara universal diakui dan perempuan dipandang sebagai mitra dalam mencapai pembangunan berkelanjutan.165 Secara tradisional, perempuan selalu menjadi tulang punggung kehidupan keluarga dan struktur sosial UEA dan mereka tetap menjadi bagian integral dari

163 Rana Almutawa, Awareness of Emirati Women’s Economic Roles Before The Oil Boom: Changing Perceptions of Gender Roles?,” Enquiries Journal Socil Sciences, Vol. 8, No. 10, (2016), h. 2 164 Tina Lesher, “Writing Abya Chronicles,” Middle East Media Educator, Vol. 1, No, (2011), 1, h. 54 165 “Women,” dari http://UEAinteract.com/society/women.asp, akses 04 Mei 2017 jam 23.07 44

mempertahankan warisan budaya bangsa dan nasional budaya.166 Selama dua atau tiga dekade terakhir, pemerintah UEA telah mendorong perempuan untuk menjadi lebih terdidik dan bekerja, yang, dari waktu ke waktu, membantu para pemimpin perempuan muncul dalam berbagai lingkungan budaya.167 Sejak terpilihnya Sheikh Khalifa sebagai presiden pertama UEA beliau telah mengizinkan salah satu istrinya untuk mendirikan gerakan perempuan yaitu Serikat Perempuan Sejati. Di bawah kepemimpinan Sheikha Fatima binti Mubarak, Serikat Perempuan Sejati (GWU) telah tanpa kenal lelah mendukung perempuan sejak dibentuk pada 1975. Sejak awal, GWU berfokus pada isu utama yang menjadi perhatian perempuan, anak-anak dan keluarga, termasuk melek huruf, pendidikan dan kesehatan. Karena sebagian kecil dari upaya GWU, harapan hidup saat lahir bagi perempuan sekarang setara dengan negara maju, 100 % kelahiran di UEA dihadiri oleh para profesional dan tingkat kematian bagi perempuan yang melahirkan telah dikurangi menjadi 12 per 100.000. Seiring kebutuhan perempuan berkembang, maka jangkauan dan fokus perhatian dan keahlian GWU telah berevolusi.168

166 “Women in the United Arab Emirates,” dari http://www.UEA-embassy.org/about- UEA/women-UEA, akses 5 April 2017 jam 12.04 167 Susan R Madsen, “The Experiencies of UEA Women Leaders in Developing Leadership Early Life,” Feminist Formation, Vol. 22, No. 3, (2010), h. 76. 168 “Women,” dari http://UEAinteract.com/society/women.asp, akses 04 Mei 2017 jam 23.04

BAB IV ABAYA SEBAGAI IDENTITAS NASIONAL

A. Abaya Uni Emirat Arab Pasca Oil Booming II Sebelum dan setelah datangnya kolonialisme pakaian UEA tetap tidak berubah masih tetap sama yaitu abaya. UEA merupakan negara yang tetap mempertahankan pakian tradisionalnya dengan sedikit modifikasi karena sudah bersentuhan dengan barat.169 Sebelum kedatangan penjajah dari Portugis, Belanda, dan Inggris, abaya yang dikenakan adalah abaya tradisional yang berwarna hitam dan longgar dilengkapi dengan cadar, burqa, dan niqab. Pakaian ini sama seperti pakaian pada umumnya yang dikenakan di wilayah Arab selama berabad-abad. Sedangkan setelah melakukan persentuhan budaya dengan orang barat bentuk abaya tradisional mulai berubah. Abaya tradisional berfungsi sebagai simbol penting identitas Islam dan nasionalistik bagi orang-orang di Teluk Arab. Bagi mereka, abaya adalah sejarah dan budaya abadi yang tak lekang oleh waktu. Menurut Shimek, abaya yang dipakai oleh wanita di negara Teluk Arab bisa dibilang menghadirkan solidaritas yang melampaui batas nasional.170 Abaya melindungi privasi dan keamanan seorang wanita serta kehormatan keluarganya.171 Selain abaya, pakaian laki-laki juga mengalami perubahan dan cenderung lebih cepat. Karena, di dunia Arab yang langsung bersentuhan dengan dunia luar (Barat) adalah kaum laki-laki. Sedangkan perempuan lebih lambat karena memiliki aturan yang lebih ketat dalam berpakaian.172 perubahan ini wajar terjadi karena menurut Hellyer dalam tulisannya mengatakan bahwa tradisi perlu bergerak seiring perkembangan zaman. Jika tetap membeku dan tidak berubah sedangkan masyarakat disekitar mereka terus berkembang maka tradisi tersebut akan kehilangan makna dan akan pudar.173

169 Yedida Kalfin Stillman, Arab Dress, h. 172. 170 Elizabt D. Shimek, The Abaya, h. 76 171 Christina Lindholm, Cultural Coallision the Branded Abaya, h. 50 172Yedida Kalfon Stillman, Arab Dress, h. 167. 173 Peter Hellyer, “ Emirati Women Carry the Tradition of Abaya in Style,” dari www.thenational.ae/tehnationalconversation/comment/emirati-women-carry-the-tradition-of-abaya-in- style/ akses 18 Juni 2017 Jam 15.45

45

46

Sehingga wajar jika abaya mengalami sedikit perubahan yang tetap mempertahankan unsur tradisi mereka. Abaya setelah kolonialisme masuk ke UEA tidak serta merta berubah. Puncak perubahan terjadi di sekitar tahun 1950an dengan mengikuti gaya Eropa-Amerika baik laki-laki ataupun perempuan untuk menunjukkan kekayaan dan status mereka di masyarakat. Setelah kejadian tersebut semua pakaian, termasuk abaya memiliki kelas dalam masyarakat. Abaya sempat mengalami penurunan eksistensi kemudian bangkit lagi karena terdapat beberapa perancang busana yang membuat pakaian abaya menjadi lebih modern dan fashionable.174 Sehingga abaya kembali ramai peminat. Perubahan ini terjadi secara drastis mulai dari bahan, motif, bordir, dan fungsi abaya. Periode pakaian Eropa-Amerika hanya berlangsung pada tahun 1950 sampai 1980 saja. Selanjutnya, terjadi perhatian terhadap tradisi Islam yang mulai tergerus sehingga sekitar tahun 1970- an terdapat gerakan yang menolak sekulerisme sehingga pakaian yang bergaya konservatif kembali lagi. Akibatnya ada tahun 1990-an wilayah Teluk Arab mengenakan abaya kembali sebagai bentuk religiusitas yang didasari oleh dorongan budaya.175 Abaya sebelum oil booming terbuat dari katun atau wol sedangkan abaya untuk acara khusus terbuat dari sutra. Pada tahun 1950an interaksi perdagangan dengan Perancis membawa pengaruh terhadap bahan abaya. bahan yang digunakan bukan sutra murni lagi tetapi sutra sintetis. Pada masa ini juga abaya mulai terdiri dari berbagai model yakni abaya yang bagian depannya terbuka tidak berjahit yang difungsikan sebagai outer.176 Abaya modern terinspirasi dari abaya tradisional yang berwarna hitam polos kemudian diberikan corak atau bordir sesuai dengan keinginan masyarakat atau pembeli. Kemunculan abaya modern ini didorong oleh perkembangan ekonomi di UEA. Penemuan sumber daya minyak membuat ekonomi masyarakat dan pendapatan negara meningkat. Sehingga kesempatan untuk mengembangkan berbagai aspek kehidupan sangat terbuka lebar bagi masyarakat UEA. Sejak berdirinya, negara ini memiliki

174Elizabet D. Shimek, The Abaya, h. 10. 175Christian Lindhom, Cultural Collision, h. 48 176 Christian Lindhom, Cultural Collision, h.53 47

pemimpin yang memperhatikan kemajuan negaranya mulai dari pendidikan, teknologi, infrastruktur, dan lainnya. Kemunculan abaya modern ini bukan tanpa halangan karena beberapa kelompok tradisionalis melarang kemunculan abaya modern ini karena mereka menganggap bahwa abaya bentuk ini akan membelokan niat mereka dalam berpakaian dan mengurangi keimanan. Namun, beberapa kelompok fundamentalis tetap memebela bahwa abaya modern yang ada tidak akan mengubah keimanan mereka karena yang menarik perhatian bukan apa yang mereka pakai tapi sesuai tingkah laku mereka. Percuma jika memakai abaya tradisional tetapi memakai celak mata yang berlebihan, minyak wangi yang banyak, dan tingkah laku yang tidak menggambarkan keimanan. Lebih baik perempuan yang memakai pakaian abaya modern akan tetapi menjaga sikap dan tingkah laku mereka dalam berpakaian.177 Permasalahan ini akhirnya diselesaikan dengan munculnya syarat abaya modern yang layak dipakai yang dibuat oleh komite bimbingan penelitian Arab Saudi pada fatwa nomor 21352 dengan syarat sebagai berikut;178 a. Harus tebal dan tidak tembus pandang. b. Harus "menutupi semua," yaitu seluruh tubuh dan dikendurkan supaya tidak memperlihatkan kontur tubuh. c. Harus terbuka hanya di depan, sementara lengan baju baju seharusnya kecil. d. Seharusnya tidak mengandung hiasan, yang mungkin menarik perhatian mata, dan oleh karena itu harus bebas dari gambar, hiasan, tulisan, dan simbol. e. Seharusnya tidak sama dengan pakaian perempuan kafir atau laki-laki. Abaya tradisional tidak memiliki banyak ragam sehingga di era modern ini kurang diminati. Sedangkan abaya modern menjadi daya tarik utama bagi tiap perempuan di negara Teluk khususnya UEA untuk dijadikan sebagai fashion. Abaya di era modern dijadikan sebagai penanda kelas sosial. Sehingga tidak jarang abaya digunakan bersamaan dengan barang-barang bermerk seperti Christian Dior, Hermes, Guci, dan Chanel.179

177 Elizabet D. Shimek, The Abaya, h. 16 178 Noor Al-Qasimi, “Immodesty Modesty: Accomodating Dissent and the ‘Abaya-as-Fashion in the Arab Gulf States, Journal of Middle Eastern Women’s Studies, Vol. 16, No.1, (2010), h. 56 179 Elizabet D. Shimek, The Abaya, h. 16. 48

Munculnya abaya modern juga menandai munculnya ragam abaya untuk berbagai tingkatan masyarakat. Karena abaya modern cenderung memiliki model dan gaya sehingga mencirikan orang yang memakainya dengan kata lain abaya menjadi identitas diri pemakai. Berbeda dengan abaya tradisional yang tidak memiliki ragam dan bentuk hanya kain hitam panjang polos yang berjahit dengan lengan yang panjang saja. Akhir tahun 1990-an abaya memiliki motif yang masih sederhana yakni dengan hiasan halus dengan bordir hitam dan terdapat dekorasi sederhana. Semakin berkembang abaya bisa dipesan melalui desiner dengan model khusus sesuai keinginan pembeli. Bagi perempuan UEA menggunakan abaya dengan model yang sama lebih dari dua kali merupakan sebuah penghinaan.180 Memasuki abad ke-21 abaya memiliki ragam motif yang lebih berwarna. Terutama abaya yang digunakan oleh anak muda. Beberapa menggunakan abaya yang berwarna redup seperti, krem dan abu-abu ditambah dengan motif dengan warna yang tidak mencolok. Meski dengan menggunakan warna dasar selain hitam perempuan Emirat menjadi pusat perhatian,181 tetapi hal tersebut tidak menjadi masalah asalkan mereka masih menutup tubuh mereka. Inovasi abaya di negara ini menjadi pasar yang menarik bagi pecinta fashion. Abaya dengan permata sebagai motif, abaya bordir, dan abaya dengan rancangan menyerupai gaun-gaun mewah membuat UEA menjadi sorotan dunia. Hal ini karena memang pelanggan UEA memiliki tipe jika membeli barang harus mewah dan eksklusif.182 Tidak hanya itu para perancang busana UEA semakin banyak dan makin melebarkan sayapnya ke kancah internasional beberapa di antaranya telah berhasil memamerkan pada acara fashion bergengsi. Pada tahun 2009, Fashion Show Muslim menjadi pusat perhatian pada acara fashion show Arab pertama yang diselenggarakan di Eropa dengan tema “Arabian Fashion World.” Lima desainer Arab dari Arab Saudi,

180 Christian Lindhom, Cultural Collision, h. 54 181 Fatma al Shamsi, “Fashion the National Dresses,” dari http://www.thenational.ae/lifestyle/fashion/my-life-the -abaya-is-not-a-reflection-of-ones-value akses 15 Juni 2017 jam 17.13 182 K. Parkash Vel, dkk, “Luxury Buying in the United Arab Emirates,” Journal of Business and Behavioural Sciences, vol. 23, No. 3, (2011), h. 5. 49

Lebanon, UEA, Maroko dan Yordania membawa perancang busana terbaik mereka ke London.183 Selain itu, beberapa perancang busana UEA juga telah merambah dunia internasional untuk menambah eksistensi mereka di dunia fashion dunia. dengan merancang pakaian beberapa orang penting. Seperti Rami Al Ali, seorang perancang busana keturunan Suriah yang kemudian berkarier dan hasil rancangannya pernah dikenakan oleh Ivana Trump, Natasha Bedingfiel, Vanessa Mae.184 Ezra Santos desainer yang berasal dari Filipina yang kemudian menjadi desainer di UEA dan berhasil merancang pakaian penyanyi internasional yakni Lady Gaga.185 Masih banyak perancang busana UEA yang telah berhasil menembus pasar internasional. Perkembangan fashion membuat UEA menjadi salah satu pusat fashion di dunia Arab. Dari semua rancangan yang dibuat oleh perancang busana ini hampir seluruhnya mendesain pakaian yang terbuka tetapi tetap memunculkan ciri khas UEA yakni pakaiannya yang didominasi dengan warna hitam. Sebagian lainnya justru benar-benar mengikuti gaya Barat dalam merancang busananya sehingga tidak terlihat bahwa mereka merupakan desiner yang berasal dari UEA. Hal ini dilakukan untuk memenuhi kemauan pasar internasional sehingga desiner itu sendiri memiliki tuntutan untuk tetap mendesain baju apapun dan dalam bentuk bagaimanapun jika ingin tetap bertahan di dunia fashion khususnya di UEA yang sebagian besar penduduknya sekarang merupakan pendatang.

B. Abaya sebagai Identitas Nasional Orang terkadang berinteraksi dengan obyek dan memperlakukan mereka seolah mereka merupakan manusia, kontak fisik antara pakaian dan manusia membuatnya

183 “Pesatnya Perkembangan Industri Fashion Busana Muslim Dunia,” dari http://kawanni.com/2014/09/07/fashion-model-busana-muslim-dunia/, akses 02 April 2017 jam 22.22 184 UEA Style Magazine, “Top 10 Fashion Desginer of UEA,” dari http://www.UEAstylemagazine.com/18/top-10-fashion-desainers-of-UEA.html, akses 03 April 2017 jam 22.23 185 “Lady Gaga Showcase Dubai-Based Fashion Desainer,” dari http://www.arabianbusiness.com/lady-gaga-showcases-dubai-based-fashion-desainer- 565500.html#.WQjAq_nyjIU, akses 03 April 2017 jam 16.35 50

sangat terlihat dalam pembangunan identitas sosial karena pakaian menjadi melakukan kontak sosial dengan manusia.186 Pakaian di masa modern ini tidak hanya berfungsi sebagai penutup tubuh semata tetapi sebagai penanda kelas sosial masyarakat. Pakaian hadir sebagai deskripsi atas diri seseorang. Laurie menyatakan bahwa pakaian merupakan ekspresi dari identitas seseorang karena saat kita memilih pakaian berarti kita mendefinisikan dan mendeskripsikan diri sendiri.187 Mayoritas penduduk perempuan UEA menggunakan abaya sebagai pakaian keseharian. Sedangkan kaum laki-lakinya menggunakan khandura. Khandura menyerupai abaya namun berwarna putih. dan dipakai bersama guttrah atau keffiyeh188.189 Abaya terbagi menjadi dua jenis seperti yang telah disebutkan sebelumnya; Pertama, abaya modern khusus UEA yang warna utamanya adalah hitam dan ini sebagai pembeda abaya ini dengan lainnya.190 Sehingga abaya UEA mudah dikenali dengan keidentikan warnanya. Di UEA hampir semua lapisan menggunakan abaya modern. Hanya kalangan orang miskin saja yang menggunakan abaya tradisional. Kedua, abaya tradisional, berbentuk jubah panjang berwarna hitam polos digunakan dengan hijab atau shayla dan beberapa perempuan menggunakan niqab untuk menutupi mulut dan hidung.191 Dengan melambungnya abaya di dunia internasional membuat para pemakai abaya di UEA merasa bangga dengan apa yang mereka pakai saat ini. Belum lagi abaya

186 Zoi Arvanitidou, Fashion, Gender and Social Identity, (London: First Fashion Colloquia), h. 3 187Adi Purnomo, “Identitas Dalam Konsumsi,” Kompas, 17 Oktober 2016, h. 13. 188 Penutup kepala yang berbentuk persegi yang terbuat dari katun. Biasa warna putih atau merah dan putih atau putih dan hitam. Lihat, http://nationalclothing.org/middle-east/53-united-arab- emirates/126-UEA-traditional-clothing-emirati-men-and-women-cover-their-heads-and-bodies.html.

A. 189 “UEA traditional clothing. Emirati men and women cover their heads and bodies,” dari http://nationalclothing.org/middle-east/53-united-arab-emirates/126-UEA-traditional-clothing- emirati-men-and-women-cover-their-heads-and-bodies.html, akses 09 Juli 2017 jam 12.05 190Emina Osmandzikovic, “ Abaya: Culture Behind Cloth,” dari https://www.thegazelle.org/issue/16/features/abaya/, akses 15 November 2016 jam 19.09 191“Traditional Wear in the UEA,” dari https://sites.google.com/site/exploringtheUEA/presentation/culture/traditional-wear, akses 03 Mei 2017 jam 12.30 51

UEA memiliki kekhasan tersendiri sehingga mereka bisa mengidentikkan diri mereka sendiri sebagai orang UEA. Penetapan abaya sebagai identitas nasional tidak begitu saja dikatakan oleh pimpinan UEA. Penetapan abaya sebagai identitas nasional yakni pada tahun 2008 di acara konferensi identitas nasional. Sebelumnya pada tahun 2007 di hari kemerdekaan UEA yang ke-36 tahun Sheikh Khalifah mendeklarasikan bahwa tahun 2008 nanti adalah tahun identitas nasional bagi warga Uni Emirat Arab. Dia mengatakan bahwa, “orang yang tidak memiliki identitas tidak memiliki masa kini dan tidak akan memiliki masa depan.”192 Pada tanggal 15 April 2008, Sheikh Mansour Bin Zayed Al Nahyan menteri urusan presiden meresmikan acara konferensi identitas UEA di Emirates Palace Hotel Abu Dhabi. Acara tersebut berada di bawah naungan Mohamed bin Rashid Al Maktoum. Dalam pidatonya tersebut mengatakan bahwa acara ini merupakan respon atas seruan presiden Sheikh Khalifah bin Zayed Al Nahyan.193 Dalam pidatonya Sheikh Khalifah menyatakan bahwa warga UEA harus menjaga tradisi dan bahasa mereka sendiri karena itu merupakan jantung identitas mereka. UEA dan Arab merupakan satu kesatuan sehingga jika Arab terluka maka sama saja UEA terluka.194 Pemimpin UEA sangat menjaga tradisi arab dalam kehidupan negaranya sehingga beberapa peneliti berpendapat salah satunya Noor Al-Qasimi menyatakan bahwa hal ini juga termasuk sebagai penetapan abaya karena abaya berkaitan dengan keaslian dan pelestarian tradisi. Selain itu Shimek menyatakan bahwa sebetulnya abaya tidak diwajibkan tapi menjadi pakaian nasional resmi dan wanita didorong memakai pakaian yang tertutup. Hal ini menjadi ramai diperbincangkan belum lagi pemerintah mengatur pakaian bagi turis yang ingin berwisata ke Uni Emirat Arab supaya berpakaian menutup aurat hal ini seolah mengisyaratkan bahwa pakaian yang dijadikan sebagai identitas nasional

192 Jillian Schedneck, “Complicated Identities: Multiculturalism and Dubai,” dari http://practicalmattersjournal.org/2009/10/01/complicated-identities/, akses 05 Juni 2017 jam 12.45 193 “UEA National Identity Conference Kicks Off,” dari http://www.UEAinteract.com/docs/UEA_National_Identity_Conference_kicks_off/29614.htm, akses 05 Juni 2017 jam16.23 194 “Khalifa’s Address to the Nation on National Day,” dari http://www.UEAinteract.com/docs/Khalifas_address_to_the_nation_on_National_Day/27794.htm, akses 05 Juni 2017 jam 05.21 52

adalah abaya. Selain itu banyak perempuan UEA yang memakai abaya merasa bangga dengan apa yang mereka pakai menurut mereka itu merepresentasikan budaya dan negara mereka. Abaya menjadi sangat iconic di UEA terbutkti dengan patung yang dibangun menyerupai sepasang laki-laki dan perempuan yang mengenakan pakain nasional mereka yaitu khandura bagi laki-laki dan abaya hitam polos untuk perempuan. Selain itu di toko-toko buah tangan banyak terdapat oleh-oleh yang menggambarkan identitas nasional mereka yaitu abaya dan khandura. Contohnya seperti gelas dan hiasan rumah dengan bentuk laki-laki dan perempuan yang menggunakan pakaian identitas mereka.195 Sehingga tidak heran jika perempuan dan laki-laki dipertanyakan jika mereka tidak menggunakan pakaian yang menjadi identitas mereka baik oleh orang lokal ataupun orang asing.

C. Abaya Sebagai Identitas Perempuan Uni Emirat Arab Pasca-Oil Booming II Di Timur Tengah peran agama bagi perilaku, interaksi sosial, dan hubungan sosial bagi perempuan sangat berperan aktif dalam pembentukan tingkah laku perempuan. Sehingga Gallan dan Punder mengidentifikasi tiga faktor penting lainnya yang dapat mempengaruhi isu yang terkait dengan wanita Arab, pertama yaitu perempuan memerlukan kesempatan kerja melalui legislasi, fasilitas, dan dukungan; kedua, perempuan membutuhkan pendidikan dan keterampilan bekerja; ketiga, individu dan negara harus memahami kebutuhan wanita dalam bekerja.196 Sejak UEA menjadi negara maju, perempuan di negara ini memiliki peluang unuk mengeksplorasi diri mereka terutama dengan membangun bisnis-bisnis. Menurut survei menemukan bahwa pebisnis wanita di UEA cenderung terpelajar dan muncul dari berbagai kalangan, dan kewarganegaraan. Setengah dari bisnis yang dijalankan adalah bisnis jasa. Sebanyak 89% perempuan merasa bisnis yang dijalankannya maju, 73%

195 Jillian Schedneck, “Gender and Invested Agency,” h. 165 196 Susan R Madsen, “Th Experiences of UEA Women Leaders in Developing Leadership Early in Life”, Feminist Formations, Vol, 22, No. 3, (2010), h. 79 53

merasa merencanakan keuntungan yang besar bagi bisnisnya, dan hanya 8% merasa bisnis yang dijalankan mengalami kegagalan.197 Sejak ditemukannya minyak di tahun 1960-an perempuan UEA memiliki identitas sebagai perempuan yang modern dan cerdas karena tingkat pendidikan mereka yang baik. Selain itu pemerintah juga membuat konstitusi legal untuk meningkatkan derajat wanita dalam negara. Seperti dalam pasal 16 dan 25 dalam konstitusi UEA yang berbunyi; Pasal 16; “masyarakat bertanggung jawab untuk melindungi anak kecil dan ibu- ibu dan harus melindungi anak di bawah umur yang tidak dapat menjaga diri mereka sendiri untuk alasan apapun, seperti sakit, cacat, usia lanjut, atau pengangguran paksa.” Pasal 25 “semua orang setara di hadapan hukum, tanpa perbedaan warga, ras, kebangsaan, agama, atau status sosial. Dari dua pasal di atas dapat dilihat bahwa pemerintah UEA mengedepankan kesejahteraan seluruh rakyatnya termasuk perempuan, sehingga perempuan UEA tidak perlu khawatir dengan terjadinya kekerasan atau diskriminasi pada perempuan seperti yang terjadi di negara Arab lainnya. Sejak abaya sebagai fashion muncul ragam abaya menjadi semakin bervariasi yang awalnya hanya sekadar motif dan renda saja yang berwarna kini abaya semakin mewah dengan tambahan berlian atau emas yang dijahit sebagai hiasan abaya. Abaya yang mewah di dunia modern sebetulnya telah ada sejak abad 2M. Terdapat Kerajaan Palmyra yang dipimpin seorang ratu bernama Zenobia yang kemudian orang-orang Romawi yang menguasai Arab kemudian merantai ratu dengan rantai emas. Selain itu ada juga anggapan oang-orang UEA bahawa semakin banyak barang mewah yang dipakai semakin baik mereka di pandang orang lain.198 Hal ini membuat para wanita UEA berlomba-lomba untuk menunjukkan status mereka lewat abaya yang mereka kenakan. Beberapa perempuan mengatakan dengan tidak menggunakan abaya itu akan menghilangkan identitas mereka sebagai seorang perempuan Emirat karena mereka

197 Women Business Owners in the United Arab Emirates, (Abu Dhabi: the Center of Arab Women for Training and Research and the International Finnce Corporation, 2007), h. 2. 198 K Prakash Vel, “Luxury buying” h. 4 54

pasti akan ditanya oleh orang-orang apakah mereka benar-benar perempuan UEA.199 Bahkan beberapa dari pemudi UEA tidak menggunakan shayla sebagai penutup kepala dan membiarkan rambut mereka begitu saja, khususnya di wilayah Dubai, Abu Dhabi, dan Ras Al Khaima. Sedangkan di wilayah Sharjah dan Ajman peraturan lebih ketat dan pakaian yang digunakan lebih konservatif.200 Meski abaya yang ada di UEA terlihat sedikit perbedaannya satu sama lain namun secara tidak langsung abaya telah diklasifikasikan oleh pemakaiannya itu sendiri ke dalam beberapa kategori. Kategori yang paling mencolok di UEA adalah berdasarkan kelas sosial masyarakatnya. Meski hampir semua tingkat pendapatan penduduknya hampir sama dengan penduduk dengan negara maju, tapi tidak semua abaya negara ini memiliki kemewahan yang sama. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi UEA, negara ini berada pada tingkat ke lima konsumen pakaian dan aksesoris mewah di dunia.201 Hampir di seluruh aktivitas wanita emirat mengenakan abaya baik abaya modern ataupun tradisional. Mayoritas abaya modern dipakai oleh hampir seluruh perempuan Emirat, beberapa wanita yang menggunakan abaya konservatif yaitu perempuan yang memiliki landasan agama yang kuat. Sebetulnya pemerintah tidak mewajibkan seluruh perempuan emirat menggunakan abaya. Akan tetapi pemerintah membuat masyarakat beranggapan bahwa abaya sebagai identitas nasional sehingga dengan menggunakan abaya muncul kebanggaan tersendiri. Warga asing yang tinggal di UEA tidak perlu menggunakan abaya dalam kesehariannya. Mungkin diharuskan mengenakan abaya di beberapa bagian UEA tapi biasanya pakaian sederhana biasa masih diperbolehkan.202 Dalam peraturan pemerintah UEA tentang turis yang menetap di UEA selama beberapa hari diharuskan untuk menutup tubuhnya.203 Terutama pada bulan Ramadhan. Pada bulan

199 Jillian Schedneck, “Gender and Invested Agency: Cultural Expression in the United Arab Emirates,” (Thesis For The Degree of Doctor Philosophy in Gneder Studies, University Adelaide, Australia, 2013), h. 165 200 “Clothing and Dress Standards in the UEA,” dari https://www.worldnomads.com/travel- safety/middle-east/united-arab-emirates/what-can-i-wear-UEA, akses 18 Juni 2017 jam 21.44 201 K Prakash Vel, “Luxury buying” h.6 202“Emirati Clothing Traditional Dress of UEA,” dari http://www.yourabudhabiguide.com/emiraticlothing.html, akses 1 September 2016 jam 20.15 203 The Dubai Code of Conduct, (Goverment of Dubai) 55

Ramadhan peraturan di UEA semakin ketat baik penduduk lokal maupun pendatang. 204 Peraturan yang dibuat oleh pemerintah UEA sejalan dengan teori Giddens bahwa negara memiliki peran dalam membentuk kehidupan masyarakat. 205 Menurut Lezley George yang mewawancari 70 orang wanita emirat yang memakai abaya dengan umur 18-70 tahun. Beberapa ada yang menyatakan bahwa mereka ingin mengenakan abaya yang berwarna namun mereka sadar bahwa itu menantang. Beberapa pekerja juga mengatakan hal seperti itu akan tetapi mereka menyatakan bahwa abaya berwarna dilarang di kantor-kantor mereka.206 Tapi sebetulnya pakaian di kantor tidak ada aturan khusus yang tertulis untuk memakai abaya asalkan tidak berwarna mencolok.207 Namun karena budaya abaya yang sudah melekat di masyarakat membuat abaya menjadi pakaian yang lazim digunakan dalam berpakaian termasuk ke kantor. Berdasarkan pengamatan melalui video dokumenter dan foto-foto yang beredar bahwa kebanyakan hampir seluruh profesi mengenakan seragam untuk mereka bekerja. Terutama pakaian bagi perempuan yang bekerja di pemerintahan beberapa dari mereka mengenakan abaya konservatif yakni yang menggunakan niqab atau cadar. Sedangkan pekerja publik seperti selebriti beberapa bahkan mereka ada yang tidak mengenakan penutup kepala dan sedikit yang ditemukan menggunakan abaya modern yang telah ditetapkan. Mereka mengenakan baju seperti biasa layaknya perempuan non-emirat. Sedangkan para perempuan sosialita tidak hanya melalu abayanya saja yang mewah tetapi apa yang mereka pakai dalam abaya juga mewah dan bermerk. Meski abaya sebagai identitas nasional mereka namun pada saat Idul Fitri perempuan UEA tidak mengenakan abaya melainkan jalabiya dengan warna-warna yang cerah dan kualitas yang bagus. Sedangkan untuk pengantin kain yang digunakan

204Ali Al Saloom,” National Dress Code High On Cultural Agenda,” dari http://www.thenational.ae/lifestyle/fashion/nationaldresscodehighonculturalagenda, akses 31 November 2016 jam 15.20 205 Anthony Giddens, A Contemporary Critique of Historical Materialism, (USA: Plagrave Macmillan, 1995), H. 4 206 Rym Ghazal, “Back to Black: Why the Traditional Abaya is a Favorite for Emirati Women,” dari http://www.thenational.ae/arts-life/fashion/back-to-black-why-the-traditional-abaya-is-a-favourite- for-emirati-women, akses 05 Juni 2017 jam 12.20 207 Herman Miller, “Culture and Work Studies in Dubai,” dari https://www.hemrnamiller.com/MarketFacingTech/hmc/research/research_summaries/assets/wp_culture_ workstyles_dubai.pdf, akses 21 Juni 2017 jam 23.17 56

untuk jalabiya adalah kain sutra ringan yang disebut Abu Tairah. Yakni kain berwarna- warni yang mengkilap dengan motif bunga, daun, dan burung di atas kainnya. Disepanjang garis lehernya dijahit atau disulam dengan emas atau perak.208 Di universitas warga asli UEA wajib menggunakan abaya hitam dan yang menutup tubuh mereka beserta dengan shayla sedangkan untuk mahasiswa asing mereka juga wajib menutup tubuh mereka dengan pakaian yang longgar. Di Universitas khalifa semua mahasiswanya wajib memakai pakaian yang terutup tetapi dilarang menggunakan penutup wajah atau burqa di area universitas.209 Namun di sekolah dengan tingkat lebih dasar menggunakan seragam yang telah ditentukan sekolah. abaya merupakan pakaia keluar rumah, sedangkan di dalam rumah mereka mengenakan pakaian yang lebih modis dan bergaya barat. Khusus untuk memasuki masjid di UEA semua pengunjung wajib menutup tubuh dan rambut mereka. Jadi baik muslim ataupun non-muslim wajib menutup tubuh dan kepala mereka dengan abaya dan shayla yang telah disediakan. Contohnya seperti di Masjid Khalifa yang memasang papan pengumuman untuk pengunjung supaya berpakaian tertutup (abaya dan shayla).

208 Wafa Issa, “Celebrating the Traditional Dress,” dari http://gulfnews.com/news/UEA/culture/celebrating-the-traditional-dress-1.68053, akses 19 Juni 2017 jam 4.59 209 “Student Hand Book Khalifa University,” dari http://www.kustar.ac.ae/source/pdfs/student- handbook-2015-16.pdf, akses 19 Juni 2017 jam 5.38

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Abaya merupakan pakaian yang kembali muncul di abad ke-20. Faktor utama kemunculan kembali abaya adalah karena oil booming. Di pertengahan abad 20 sampai awal abad 21 merupakan waktu yang penting bagi kemajuan UEA sebagai negara penghasil minyak. Hal ini dimanfaatkan UEA untuk membangun negaranya. UEA memulainya dengan memperbaiki sistem pendidikan yakni dengan mendirikan sekolah- sekolah dan memberikan beasiswa ke luar negeri. Hal ini berlaku untuk laki-laki dan perempuan. Setelah para pelajar kembali ke UEA secara tidak langsung mereka juga membawa budaya baru ke UEA sehingga terjadi akulturasi budaya. Selain itu, ekonomi UEA yang semakin membaik membuat para investor asing masuk ke UEA sehingga akulturasi budaya pasti terjadi. Bahkan beberapa dari mereka menetap di UEA. Setelah budaya luar masuk ke UEA membuat negara ini tak bisa membendung pengaruh globalisasi. Menolak globalisasi sama saja menolak kemajuan negara. Abaya menjadi salah satu dampak dari akulturasi budaya dan globalisasi. Pakaian sejenis abaya sebetulnya telah ditemukan sejak Zaman Es di sekitar Eropa, Afrika, dan Timur Tengah dengan bahan dasar kulit binatang. Di peradaban- peradaban selanjutnya juga ditemukan pakaian sejenis abaya. Pada zaman Mesir Kuno pakaian sejenis abaya yaitu tunik, baru dipakai pada masa middle kingdom (2000 SM – 1500 SM). Kemudian pada masa Mesopotamia, masa ini merupakan masa yang dianggap sebagai masa yang paling mirip dengan budaya Arab dan Islam, karena pada masa ini perempuannya menggunakan pakaian yang berwarna gelap dan menutup aurat. Selanjutnya pada zaman Yunani, pakaian tunik yang berjahit mulai digunakan pada abad 4 SM yang kemudian terus berkembang ke zaman Romawi. Pada masa ini pakaiannya hanya mengikuti pola pakaian peradaban sebelumnya. Dari semua peradaban ini pakaian berbentuk jubah hampir semua dipakai oleh laki-laki meski ada beberapa yang menggunakannya untuk perempuan. Pada masa Islam pakaian berbentuk jubah mulai digunakan oleh perempuan karena terdapat anjuran untuk menutup aurat. Tradisi menutup aurat dengan pakaian sederhana baik laki-laki atau perempuan mulai

57

58

berubah pada zaman Dinasti Umayah, pada zaman ini pakian yang dilarang pada zaman nabi dipakai dan memakai pakaian yang mewah-mewah mengikuti pakaian Bizantium. Setelah masa Dinasti Bani Umayah berlalu kemudian berlanjut ke masa dinasti Abbasiyah yang mengadopsi pakaian pemerintahan Sasaniah, Persia. Memasuki masa modern pakaian di dunia Arab kembali memakai pakaian dengan gaya sederhana yang dipengaruhi oleh pakaian budaya luar Arab, terutama Eropa. Di dunia Arab pakaian tidak sepenuhnya berubah karena orang Arab merasa perlu menjaga tradisi leluhur mereka termasuk cara berpakaian yang menjadi identitas diri mereka yakni pakaian yang berbentuk jubah dan longgar. Dari sumber dan penjelasan yang ada dapat disimpulkan bahwa abaya merupakan bagian dari budaya pra-Islam yang kemudian digunakan dan berkembang pesat di abad 20. Setelah peristiwa oil booming membuat UEA tidak bisa menolak globalisasi. Di UEA terjadi dua kali peristiwa oil booming. Pertama, tahun 1971 yang mengubah wajah UEA yang semula negara miskin menjadi negara makmur. Kedua, tahun 2002 yang menambah keuangan dan kualitas manusia UEA semakin baik sehingga negara ini sekarang menjadi kategori negara yang maju. Globalisasi pada negara ini begitu cepat sehingga membuat negara ini rentan terhadap westernisasi yang akan mengubah budaya warga lokal. Banyak perubahaan di UEA diberbagai bidang seperti, ekonomi, pendidikan, infrastruktur, dan pakaian. Hal ini menjadi antisipasi bagi pemerintah UEA, sehingga pada tahun 2008 pemerintah menetapkan bahwa tahun tersebut merupakan tahun identitas nasional negaranya. Pemerintah UEA menghimbau masyarakatnya untuk menjaga budaya ke-Araban mereka meski sudah banyak pengaruh dari luar yaitu dengan mendorongnya dengan membuat aturan-aturan tertulis dan tidak tertulis. Seperti undang-undang, papan pengumuman, dan patung. Berdasarkan hal ini para peneliti menganggap bahwa abaya yang merupakan bagian dari budaya Arab dan menjadi bagian dari identitas nasional UEA. Sehingga abaya menjadi pakaian sehari-hari yang banyak dipakai perempuan UEA dan sebagai identitas negara. Tempat bekerja (kantor) dan hiburan (mall) merupakan tempat pengaplikasian abaya yang umum di UEA. Sedangkan kategori domestik (tempat tinggal) tidak digunakan karena umumnya perempuan UEA jika di dalam rumah mereka mengenakan pakaian yang modern dan bergaya barat. Selain tempat bekerja dan hiburan, terdapat 59

kategori tambahan dalam pengaplikasian abaya yaitu masjid. Terdapat aturan khusus dalam memasuki masjid di UEA yakni harus menggunakan pakaian yang tertutup yaitu abaya.

B. Saran Dari penelitian yang telah dilakukan maka penulis memiliki saran yakni: 1. Studi identitas melalui pakaian bisa dikembangkan ke wilayah Muslim lain. Hal ini bisa dilakukan dengan memunculkan kekhasan identitas wilayah masing- masing. Misalnya dengan penambahan motif, pernik, warna, dan aksesoris lainnya yang menunjukan identitas bangsa atau negara tersebut. 2. Indonesia memiliki beragam suku dan budaya dan hal ini menjadi identitas negara kita tetapi di masa modern ini identitas Indonesia semakin tergerus efek dari globalisasi. Hal ini bisa dipertahankan dengan mempelajari dan memperdalam studi identitas melalui fashion supaya identitas bangsa Indonesia bisa terlihat dan dikenali. Mungkin bahkan Indonesia dengan ragam kekhasannya bisa menjadi kiblat fashion dunia. 3. Melihat kondisi saat ini banyak orang Indonesia yang memakai abaya. Padahal abaya merupakan identitas wilayah Arab. Hal ini membuat identitas Indonesia sebagai negara yang memiliki banyak tradisi dan budaya tidak terlihat karena banyak mengikuti gaya orang barat. Seharusnya orang Indonesia memunculkan identitas mereka sendiri dengan menambahkan aksesoris, pernik, atau motif khas Indonesia. Misal, abaya motif dengan menggunakan bahan kain khas Indonesia. Tetapi lebih baik jika orang Indonesia memunculkan identitas dengan mengenakan pakaian khasnya hal ini bertujuan untuk mengenalkan identitas Indonesia melalui pakaian.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Primer:

Official UEA, “Before & After the Union of the Emirates, How?,” dari https://www.youtube.com/watch?v=DQcj3daY_84. akses 12 Februari 2017 “Federal Law No (3) of 1987 on Issuance of the Penal Code,” dari www.icla.up.ac.za. akses 19 Juni 2017 jam 1.44 “Code of Ethics and Profesional Conduct,” dari www.fahr.gov.ae. akses 22 Mei 2017 jam 18.06 “United Arab Emirates’s Constitution of 1971 with Amandements through 2009.” dariwww.constituteproject.org/constitution/United_Arab_Emirates_2004.pdf, akses 03 November 2016 jam 11.39 “Sheikh Zayed Grand Mosque - Tour Operator and Tourist Guide Code of Conduct.” dari www.szgmc.ae, akses 19 Juni jam 1.56 https://www.instagram.com/p/BP62c-hhGTF/?r=wa1. akses 18 Juni 2017 jam 17.05 https://www.instagram.com/p/BMPLX6fjz2O/?r=wa1. akses 18 Juni 2017 jam 17.05 https://twitter.com/HHShkMohd. Akses 20 Juni 2017 jam 13.32

Sumber Buku dan Artikel:

Al Abed, Ibrahim ed., UEA At A Glance 2008. London: Trident Press Ltd. 2008. Almutawa, Rana. Awareness of Emirati Women’s Economic Roles Before The Oil Boom: Changing Perceptions of Gender Roles?.” Enquiries Journal Socil Sciences, Vol. 8. No. 10. (2016). Al-Qasimi, Noor. “Immodest Modesty: Accommodating Dissent and the ‘Abaya-as- Fashion in the Arab Gulf States.” Journal of Middle East Women's Studies. Vol. 6. No. 1 (2010): h. 46-74. Arvanitidou, Zoi. Fashion, Gender and Social Identity. London: Fist Fashion Colloquia. 2006. Badawi, Jamal A. The Muslim Woman’s Dress According to the Qur’an and Sunnah. Ministry of Awqaf and Islamic Affairs Kuwait. 2008 Bearman, P.J ed., Encyclopedia of Islam, 2nd ed. Leiden: E. J. Brill. 1960. Bey, Frauke Herad. “The United Arab Emirates: Statehood and Nation-Building in a Traditional Society.” Middle East Journal. Vol. 59. No. 3. (2005): h. 357-375 Bingham, Jane. History of Costume and Fashion Volume 1. New York: Bailey Publishing Associates Ltd. 2005. Boulanoura, Aisha Wood. “The Notion of Modesty in Muslim Women’s Clothing: An Islamic Point of View.” New Zealand Journal of Asian Studies. Vol. 8. No. 2 (2006): h. 134-156 Cevantes, Gabriel Cardona dan Jonas Zemoi. Ekonomisk Differentiering I Förenta Arabemirates. Internationella Handeshögskefan. 2009. Condra, Jill. Encyclopedia of National Dress: Traditional Clothing Around the World. California: ABC-CLIO, LLC. 2013.

60

61

Daleure, Georgia. Emiratization in the UEA Labor Market: Opportunities and Challenges. UEA: Springer. 2017. Giddens, Anthony. A Contemporary Critique of Historical Materialism. USA: Plagrave Macmillan. 1995 Grassby, Richard.“Material Culture and Cultural History.” Journal of Interdisciplinary History. Vol. 35, No.4 (2005): h. 591-603. Gul, Ozyegin. Ed, Gender and Sexuality in Muslim Cultures, USA: Routledge. 2016. Kellly, Senja dan Julia Breslin. Women Rights In The Middle East and North Africa:Progress Amid Resistance. New York: Freedom Of House, Lanham MD:Rowman&Little Field. 2010. Krause, Wandda. Women in Civil Society. USA: Palgrave Macmillan. 2008. Lesher, Tina. “Writing the Abaya Chronicles.” Middle East Media Educator Journal. Vol. 1(1) (2011): h. 54-60. Lewis, Bernand. Arab in History. New York: Oxford University Press. 1993. Lindholm, Christina. “Cultural Collision: The Branded Abaya.” Journal of Fashion, Style& Popular Culture. Vol 1 No. 1 (2014): h. 45-55. Ludtke, Alf. The History of Everyday Life. USA: Princeton University Press. 1995 Madsen, Susan R. The Experiencies of UEA Women Leaders in Developing Leadership Early Life. Feminist Formation. Vol. 22. No. 3. (2010). Madsen, Susan. R “The Experiencies of UEA Women Leaders in Developing Leadership Early Life.” Feminist Formation. Vol. 22. No. 3. (2010): h. 75-95 Moors, Annelies. “Islam and Fashion on the Streets of San’a, Yemen.” Etnofoor. Vol. 16, No.2. (2003): h. 41-56. Noomohamed, Nadia Agrab. “Muslim Women –Adapting Culture To the Modern World.” Journal of Diversity Management. Vol 3. No. (2008): h. 67-74 Purnomo, Adi. “Identitas Dalam Konsumsi.” Kompas. 17 Oktober 2016. Qureshi, Khalida. The United Arab Emirates. Pakistan Institute of International Affairs. Vol. 26. No.4. (1973). Pp. 3-27 Rugh, William A. “The Foreign Policy Of The United Arab Emirates.” Middle East Journal. Vol. 50. No. 1 (1996): h. 57-70. Saif, Ibrahim. The Oil Boom in the GCC Countries, 2002-2008: Old Challenges, Changing Dynamics. Washington DC: The Carnegie Middle East Center. 2009. Schwaighofer, Verena. Tourist Destination Images and Local Culture. Austria: Spring Gebler. 2014. Seitz, Brian. Fashion Statement on Style, Appearence, and Identity, US: Palgrave Macmillan. 2010. Shimek, Elizabeth D. “The Abaya: Fashion, Religion, and Identity in a Globalized World.” Lawrence University Honors Project. (2012): h. 12 Shoshan, A Rose, Marzel&Guy D, ed. Stiebel. Dress and Ideolgy Fashioning Identity From Antiquity To Present. London: Bloomsbury. 2015. Stillman, Yedida Kalfon. Arab Dress: From the Dawn of Islam to Modern Times, 2nd ed. Leiden: Koninklijke Brill. 2003. Tashkhandi, Salwa Mohammed Amin A. “An investigation of thermal comfort properties of Abaya under heat stress.” Thesis School of Fashion and Textiles RMIT University. 2014. 62

Torststrick, Rebecca L. dan Elizabeth Faier, Culture and Customs of the Arab Gulf States. London: Green Woods Press. 2009. Vel, K., Captain, A., Al-Abbas, R. & Al Hashemi, B. “Luxury buying in the United Arab Emirates,” Journal of Business and Behavioural Science. vol. 23, No. 3, (2011): h. 145-160. Woodward, Ian. Understanding Material Culture. London: SAGE Publication Ltd. 2007. Woodward, Kathryn. Ed., Identitiy and Difference. London: SAGE Publication Ltd. 1997.

Sumber Elektronik:

“About The UEA.” Akses 5 Februari 2017 jam 21.02 dari http://www.UEA- embassy.org/about-UEA/history. “BP Statistical Review Of World Energy.” Akses 5 Oktober 2016 jam 15.45 dari https://web.archive.org/web/20120705035456/http://www.bp.com/liveassets/bp_i nternet/globalbp/globalbp_uk_english/reports_and_publications/statistical_energy _review_2011/STAGING/local_assets/pdf/natural_gas_section_2012.pdf. “Clothes and Fashion”. Akses 02 Oktober 2017 jam 07.06 dari http://skola.amoskadan.cz/s_aj/AJpdf/atpdf/at09.pdf. “Clothing.” akses 2 Februari 2017 dari http://www.oxfordislamicstudies.com/article/opr/t243/e75. “Culture of United Arab Emirates history, people, women, beliefs, food, customs, family, social, Dress.” Akses 8 Januari 2016 jam 09.06 dari http://www.everyculture.com/ToZ/UnitedArabEmirates.html. “Culture of United Arab Emirates.” Akses 8 Januari 2016 jam 14.28 dari http://www.everyculture.com/ToZ/UnitedArabEmirates.html. “Education in UEA.” akses 11 Juni 2017 dari http://www.UEAcd.org/k-12-education. “Education in United Arab Emirates.” Akses 11 Juni 2017 dari http://www.UEAcd.org/education-introduction “Education in United Arab Emirates.” Akses 11 Juni 2017 dari http://www.UEAcd.org/education-introducti “Historical Prepective on Islamic Dress.” Akses 07 Februari 2017 jam 15.37 dari http://www.womeninworldhistory.com/essay01.html. “K-12 Education.” akses 11 Juni 2017 dari http://www.UEAcd.org/k-12- education. “Khalifa’s Address to the Nation on National Day.” Akses 05 Juni 2017 dari http://www.UEAinteract.com/docs/Khalifas_address_to_the_nation_on_National_ Day/27794.htm “Lady Gaga Showcase Dubai-Based Fashion Desainer.” Akses 03 April 2017 jam 16.35 dari http://www.arabianbusiness.com/lady-gaga-showcases-dubai-based- fashion-desainer-565500.html#.WQjAq_nyjIU “Middle Eastern Background.” Akses 02 Mei 2017 jam 16.54 dari http://www.raqs.co.nz/me/clothing_shirt.html. 63

“Middle Eastern Dress Vocabulary.” Akses 25 April 2017 jam 12.12 dari http://www.csames.illinois.edu/documents/outreach/Middle_Eastern_Dress_Voca bulary.pdf “Oil Boom Lifts UEA Per Capita Income Above Dh 91,000.” dari http://gulfnews.com/business/economy/oil-boom-lifts-UEA-per-capita-income- above-dh91-000-1.287566. Akses 28 Maret 2017 jam 22.15 “Oil in United Arab Emirates.” Akses 7 Februari 2017 jam 12.45 dari https://www.worldenergy.org/data/resources/country/unitedarabemirates/oil/ “Pesatnya Perkembangan Industri Fashion Busana Muslim Dunia.” Akses 02 April 2017 jam 22.22 dari http://kawanni.com/2014/09/07/fashion-model-busana- muslim-dunia/. “Presentation of the Arab League.” Akses 07 Februari 2017 jam 15.20 dari http:// www.arableagueonlinehelloworld/#more1. “The Islamic World: Past and Present.” Akses 18 November 2016 jam 20.50 dari http://www.oxfordislamicstudies.com/article/opr/t243/e75 “The New Gallabiya,” akses 10 Juni 2017 jam 21.12 dari http://www.jellabiya.com/ “The Story of the U. A. E.” Akses 7 Februari 2017 jam 12.45 dari http://www.zu.ac.ae/main/en/_careers/living/story.aspx “The Story of the UEA.” Akses 2 Februari 2017 jam 15.56 dari http://www.zu.ac.ae/main/en/_careers/living/story.aspx. “The World Factbook Middle East: Uni Emirates Arab.” Akses 5 Februari 2017 jam 21.12 dari https://www.cia.gov/library/publications/resources/the-world factbook/geos/print_ae.html. “Traditional Wear in the UEA.” Akses 13 April 2016 jam 12.04 dari https://sites.google.com/site/exploringtheUEA/presentation/culture/traditional- wear “UEA National Identity Conference Kicks Off.” Akses 05 Juni 2017 jam 10.15 dari http://www.UEAinteract.com/docs/UEA_National_Identity_Conference_kicks_of f/29614.htm “United Arab Emirates 2017 Country Review.” Akses 02 April 2017 jam 12.23 jam 13.48 dari http://www.countrywatch.com. “United Arab Emirates Country Handbook.” Akses 02 April 2017 jam 20.50 dari https://info.publicintelligence.net/MCIA-UnitedArabEmiratesHandbook.pdf “United Arab Emirates Country Profile.” Akses 5 Februari 2017 jam 20.55 dari http://www.bbc.com/news/world-middle-east-147039988. “United Arab Emirates.” Akses 17 Januari 2016 jam 15.20 dari http://education.stateuniversity.com/pages/1605/UnitedArabEmiratesHISTORYB ACKGROUND.html. “Women in the United Arab Emirates.” Akses 5 April 2017 jam 12.04 dari http://www.UEAembassy.org/sites/default/files/Women_in_the_UEA_Eng.pdf “Women.” Akses 04 Mei 2017 jam 23.07 dari http://UEAinteract.com/society/women.asp. “World History of Oil and Gas.” Akses 07 Februari 2017 jam 15.37 dari https://web.archive.org/web/20120705035456/http://www.bp.com/liveassets/bp_i 64

nternet/globalbp/globalbp_uk_english/reports_and_publications/statistical_energy _review_2011/STAGING/local_assets/pdf/natural_gas_section_2012.pdf. Ahmad Abdelrazaq, dkk, “Brief on the Construction Planning of the Burj Dubai Project, Dubai, UEA,” akses 11 Juni 217 dari http://www.civil.ist.utl.pt/~cristina/EBAP/FolhasEdifAltos/burj- dubai/T10_Abdelrazaq.pdf Al-Hosani, Khadeeja. “Young Emirati Woman: My Abaya Never Held Me Back.” Akses 02 November 2016 jam 6.50 dari http://edition.cnn.com/videos/world/2015/03/08/natpkg-al-hosani-wearing-an- abaya.cnn. Ali Al Saloom,” National Dress Code High On Cultural Agenda.” Akses 31 November 2016 dari http://www.thenational.ae/lifestyle/fashion/nationaldresscodehighonculturalagend a. Ali Tawfik Al Sadik, “Evolution and Performance of the UEA Economy 1972-1998.” Akses 28 Maret 2017 jam 13.23 dari https://www.UEAinteract.com/UEAint_misc/pdf/perspectives/10.pdf Charlton, Mike. “History.” Akses 12 Februari 2017 jam 13.38 dari http://www.UEAinteract.com/culture/history.asp. De Villers, Lisa Hay. “Global Fashion Industry Growth in Emerging Markets.” akses 02 Oktober 2017 jam 6.55 dari https://www.scribd.com/document/85634916/Global- Fashion-Industry-Growth-in-Emerging-Markets. Federal Reasearch Division, “Country Profile: United Arab Emirates.” Akses 06 Maret 2017 jam 13.48 dari https://www.loc.gov/rr/frd/cs/profiles/UEA.pdf Gordon, Grace. “ II UAE-Based Fashion Designers You Need to Know.” Akses 02 Oktober 2017 jam 21.37 dari https://www.savoirflair.com/fashion/200333/arab- fashion-designers. Jillian Schedneck, “ Complicated Identities: Multiculturalism and Dubai”, akses 05 Juni 2017 dari http://practicalmattersjournal.org/2009/10/01/complicated-identities. Joel Kukemelk, “United Arab Emirates-the Rise of Abu Dhabi and the Recovery of Dubai.” Akses 28 Maret 2017 jam 13.49 dari http://persiangulffund.com/united- arab-emirates-%E2%80%93-the-rise-of-abu-dhabi-and-the-recovery-of-dubai/ Joel Kukemelk, “United Arab Emirates-the Rse of Abu Dhabi and the Recovery of Dubai.” Akses 28 Maret 2017 dari http://persiangulffund.com/united-arab- emirates-%E2%80%93-the-rise-of-abu-dhabi-and-the-recovery-of-dubai/ Lady Violante de Sant Sebastian, “Costumes of al-Andalus: the Umayyad Caliphate.” Akses 27 Maret 2017 jam 22.25 dari http://moorishmaiden.org. Nadim Kawach, “Abu Dhabi Population Growth Picks Up During Oil Boom.” Akses 28 Maret 2017 jam 14.45 dari http://www.emirates247.com/news/emirates/abu- dhabi-population-growth-picks-up-during-oil-boom-2010-08-15-1.279118. Osmandzikovic, Emina. “ Abaya: Culture Behind Cloth.” Akses 15 November 2016 jam 20.45 dari https://www.thegazelle.org/issue/16/features/abaya/. Pennington, Roberta. “Abaya Trens in UAE Constantly Evolving In Clash Between Fashion And Religious Modesty.” Akses 02 Oktober 2017 jam 22.48 dari https://www.thenational.ae/uae/heritage/abaya-trends-in-uae-constantly-evolving- in-clash-between-fashion-and-religious-modesty-1.1545. 65

Rebecca Bundhun, “Dubai Tourist Numbers Declines.” Akses 1 Juni 2017 dari http://www.thenational.ae/business/travel-tourism/dubai-tourist-numbers. Redvers, Louise. “The hIgh-end, Designer Fashion Hidden Beneath The Abaya”. akses 02 Oktober 2017 jam 22.45 dari http://www.bbc.com/capital/story/20160623-the- high-end-designer-fashion-hidden-beneath-the-abaya. Reed, Tiffany D. “Modern Middle Eastern and Their Rising Impact On Society.” Akses 05 Februari 2017 jam 21.15 dari http://www.culturaldiplomacy.org. Rym Ghazal, “Back to Black: Why the Traditional Abaya is a Favorite for Emirati Women.” Akses 05 Juni 2017 dari http://www.thenational.ae/arts- life/fashion/back-to-black-why-the-traditional-abaya-is-a-favourite-for-emirati- women. Sherifa Zuhur, “The Oxford Encyclopedia of the Islamic World.” Akses 28 April 2016 jam 16.56 dari http://www.oxfordislamicstudies.com/article/opr/t236/e0206. Soraya Altorki, dkk., “Women and Islam.” Akses 28 April 2016 jam 12.15 dari http://www.oxfordislamicstudies.com/article/opr/t236/e0852. UEA Style Magazine, “Top 10 Fashion Desginer of UEA.” Akses 03 April 2017 jam 22.23 dari http://www.UEAstylemagazine.com/18/top-10-fashion-desainers-of- UEA.html. Welkin REC. “History of UEA and the Founding Ruler HH Shaikh Zayed bin Sultan Al Nahyan.” Akses 16 November 2016 jam 21.45 dari https://www.youtube.com/watch?v=zhJhLlvCCw0. Wendlandt, Astrid dan Martin Fuchs. “Out of Public Eye, Arab Women Power Haute Couture.” akses 02 Oktober 2017 jam 22.07 dari https://www.reuters.com/article/us-fashion-middleeast/out-of-public-eye-arab- women-power-haute-couture-idUSTRE7942YG20111005.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

66

67

Gambar 1: Code of Ethics and Professional Conduct (1)

68

Gambar 2: Code of Ethics and Professional Conduct (2) 69

Gambar 3: Code of Counduct dalam bahasa Arab (1) 70

Gambar 4: Code of Counduct dalam bahasa Arab (2) 71

Gambar 5: Federal Law No (3) of 1987 on Issuance of The Penal Code (1) 72

Gambar 6: Federal Law No (3) of 1987 on Issuance of The Penal Code (2) 73

Gambar 7: Sheikh Zayed Grand Mosque: Code of Conduct 74

Gambar 8: United Arab Emirates’s Constitution of 1971 with Amendements through 2009 (1) 75

Gambar 9: United Arab Emirates’s Constitution of 1971 with Amendements through 2009 (2) 76

Gambar 10: Perkembangan Dubai210

210“Dubay,” dari dhttps://id.pinterest.com/pin/336644140869907377/, akses 18 Juni 2017 jam 12.10 77

Gambar 11: Izar atau zeira Perempuan Yahudi Rabat 1920211

211 Yedida Kalfon, Arab Dress, h. 343 78

Gambar 12: Jaltita dengan korset di pinggang, Tetouan sekitar Abad ke-19212

212 Yedida Kalfon, Arab Dress, h. 329 79

Gambar 13: Haik, Maroko Awal abad ke-20213

213 Yedida Kalfon, Arab Dress, h. 321 80

Gambar 14: Sirwal, celana dari zaman Dinasti Mamluk214

214 Yedida Kalfon, Arab Dress, h. 311

81

Gambar 15: Pakaian zaman Yunani215

215“Greek Clothing,” dari https://s-media- cacheak0.pinimg.com/236x/50/68/e5/5068e58aac5c4e972333e6da52a5827f.jpg, akses 19 Juni 2017 jam 9.00 82

Gambar 16: Tantur, Pakaian Tradisional Lebanon (Penutup Kepala), Lebanon, 1880216

Gambar 17: Stocking217

216 http://nationalclothing.org/44-nationalclothing/middle-east/lebanon/83-national-costume-of- lebanon-sleeves-of-traditional-female-dresses-can-be-attached-and-detached.html, akses 19 Juni 2017 jam 9.11 217 “Truform Closed Toe, Knee High 20-30 mmHg Compression Stockings,” dari https://www.amazon.com/Truform-Compression-Stockings-Below-Closed/dp/B000A33FY0, akses 19 Juni 2016 jam 9.14 83

Gambar 18: Pedagangan Ikan Kering di Ras Al Khaimah, 1948218

218 https://www.instagram.com/p/BMPLX6fjz2O/?r=wa1, akses 18 Juni jam 17.05, 13.32 84

Gambar 19: Abaya tradisional UEA, 1977219

Gambar 20: Perempuan dari Abu Dhabi Mengangkat Wadah, 1965220

219 https://www.instagram.com/p/BWMjkS_lRBq/?r=wa1, akses 09 Juli 2017, 14.43 85

Gambar 21: Siswi di UEA Sedang Menulis Bahasa Inggris, 1972221

Gambar 22: Murid dari Sekolah Perempuan UEA Berlatih Pramuka, 1968222

220 https://www.instagram.com/p/BP62c-hhGTF/?r=wa1, akses 18 Juni 2017 jam 17.05 221 https://www.instagram.com/p/BE1g1x4h0sL/?r=wa1, akses 8 Juni 2017 jam 17.05 222 https://www.instagram.com/p/BE1kiLBB0nY/?r=wa1, akses 18 Juni 2017 jam 17.05 86

Gambar 23: Abaya Ras al-Khaima dengan Bordir Hitam, 2014223

Gambar 24: Gaya abaya modern dengan menggunakan shayla, Dubai, 2017224

223 http://www.thenational.ae/UEA/in-pictures-emiratis-opinions-on-the-UEA-dress-code#8, akses 18 Juni 2017 jam 14.20 224 https://www.instagram.com/p/BVmMSLqlQTV/?r=wa1, akses 09 Juli 2017 jam 14.50 87

Gambar 25: Abaya karya designer Eropa Dolce & Gabana, UEA, 2017225

225 https://www.instagram.com/p/BVJjiyIlhEd/?r=wa1, akses 09 Juli 2017 jam 15.01 88

Gambar 26: Pakaian tradisional pria UEA, Khandura dan Guttrah,1958226

Gambar 27: Abaya dan Khandura sebagai Buah Tangan Khas UEA227

226 https://www.instagram.com/p/BRjCNxSDDFI/?r=wa1, akses 09 Juli 2017 jam 15.01 227 https://www.worldtraveladventurers.com/glimpse-united-arab-emirates-past-heritage-village- abu-dhabi/, akses 19 Juni 2017 jam 08.00 89

Gambar 28: Patung di depan Burj Khalifa, Dubai. Simbol Identitas Nasional228

Gambar 29: Larangan Berpakaian Terbuka di Mall UEA, 2015229

228 http://www.thenational.ae/news/UEA-news/burj-khalifa-sculpture-to-contribute-to-areas- cultural-evolution, akses 19 Juni 2017 jam 08.00 229http://www.thenational.ae/storyimage/AB/20150514/OPINION/150519361/AR/0/&NCS_mod ified=20150519100308&MaxW=640&imageVersion=default&AR-150519361.jpg, akses 19 Juni 2017 jam 13.21 90

Gambar 30: Aturan Berpakaian di Masjid Khalifa230

230http://www.thenational.ae/storyimage/AB/20150624/OPINION/150629445/AR/0/&NCS_mod ified=20150624151857&MaxW=640&imageVersion=default&AR-150629445.jpg, akses 19 Juni 2017 jam 13.21 91

Gambar 31: Transformasi Abaya mulai dari Tradisional, Modern, hingga Kontemporer

pakaian pada zaman es (200.000-300.000SM) Eropa, Afrika, Timur Tengah Mesir Kuno (Middle Kingdom 2000-1500 SM) Peradaban Akkadian (2350-2218 SM) sumber: Sara Pendergast dan Tom Pendergast, Fashion Mesir Mesopotamia Costume, and Culture: Clothing, Headwear, Body, Decoration, Sumber: https://id.pinterest.com/pin/529806343636164701/ sumber: https://id.pinterest.com/pin/292100725819793256/ and Footwear throughthe Ages, (USA: Thomson Gale, 2004), h. 12

Abad 1 M Zaman Romawi Abad 6 M Yunani sumber: https://id.pinterest.com/pin/304415256043732675/ Zaman Bizantium sumber: https://id.pinterest.com/pin/112871534391983500/ sumber: https://id.pinterest.com/pin/177118197821907491/

Gambar 32: Tunik dari Masa ke Masa

92 93

TUNIK SEDERHANA Sumber: : Sara Pendergast dan Tom Pendergast, Fashion Costume, and Culture: Clothing, Headwear, Body, Decoration, and Footwear throughthe Ages, (USA: Thomson Gale, 2004), h.

MALAFAS PAKAIAN ABAYA UNI EMIRAT ARAB, 1953 HAIK, ALJAZAIR, 191O TRADISIONAL MAURITANIA, Sumber: https://id.pinterest.com/3353071 Sumber: 2011 34737958387 https://id.pinterest.com/ Sumber:https://www.youtu pin/14552263168395655 be.com/watch?v=hTf3bdeY1 6/ yE

THWAB IRAQ, 1970 JALABIYA, DUBAI, 2012 MODERN KAFTAN, Sumber:https://id. Sumber: RABAT, 2006 pinterset.com/364 https://id.pinterest.com/naw Sumber: Anna 158319856211502 aal91/caftans-/ Skibinsky, The / Modern Kaftan, Epoch Times, 15 Juli 2010

Gambar 33: Pohon Fashion Arab