Volume 5(1) 2017 PUBLIKA BUDAYA Halaman 28-35

PENGEMBANGAN SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN TAHUN 2002-2013 (The Development of Tourism Sector in 2002-2013)

Hisyam Arifal Fahad, Eko Crys Endrayadi Jurusan Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Jember (UNEJ) Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 E-mail: [email protected]

Abstract This article discusses the development of tourism sector in Banyuwangi regency 2002-2013. The problems in this thesis are (1) the conditions of tourism before the government issues policies; (2) the regional government‘s efforts to develop tourism sector; (3) the impact of tourism towards economic, social, and cultural life in Banyuwangi regency. To discuss the problems, this study applies theory of modernization by using the sociology of tourism approach and historical method. Tourism is not merely an activity to find pleasure, but also the source of foreign exchange. One of regencies which can develop tourism industry is Banyuwangi. The development of tourism in this regency, in its early development, experienced fluctuation that was caused by the economic crisis and the tragedy of santet (the killings of many people who were issued having black magic in 1998-1999) that decreased Banyuwangi‘s tourism image. Such condition still run until the issue of the 2102 regional government‘s regulation as the legal standing of tourism development in Banyuwangi. This regulation has got positive response from the investors that has been showed by the construction of hotel industry, tourism destinations, and transportation which have made Banyuwangi as the centre of emergent economic department in . The growth of tourism has brought new jobs for the society as the managers of tourism services and regrowing local cultures through carnival events conducted by the regional government and society.

Keywords: Industry, Tourism, Banyuwangi

Pendahuluan memberikan motivasi bagi masyarakat dan pemerintah daerah turut berpartisipasi dalam rangka pembangunan Pariwisata merupakan ragkaian perjalanan nasional. Adanya Otoda, maka suatu pembangunan seseorang atau kelompok dalam mengunjungi suatu diharapkan dapat berjalan lebih efektif, efisien, dan tempat ke tempat lain, tetapi tidak untuk menetap mempercepat pertumbuhan ekonomi. melainkan akan kembali ke tempat asal dengan tujuan Guna mempercepat pertumbuhan ekonomi, sektor untuk mencari kepuasan (Budisantoso, 1980: 11-19). pariwisata dipandang sebagai menjadi sektor yang Kegiatan pariwisata berkembang luas hingga menjanjikan untuk dikembangkan. Faktanya bahwa melibatkan ratusan juta manusia, baik di kalangan adanya pariwisata dapat menyumbang hingga 10% pemerintah dan masyarakat dengan biaya yang cukup dari produk domestik bruto global, sehingga pariwisata tinggi dalam ber-pariwisata (Hari Karyono, 1997: 45- menjadi industri terbesar di dunia (James Spillane, 51). Perkembangan tersebut menjadikan sektor 1987: 43-44). Besarnya pengaruh industri sektor pariwisata mengalami perubahan pola, bentuk, dan pariwisata dapat membuka lapangan kerja bagi sifat kegiatan yang dapat menguntungkan pihak masyarakat dalam bentuk usaha, bahkan negara dapat pengelola wisata dan pendapatan daerah. (James memperoleh pendapatan melalui devisa negara. Spillane, 1987: 37). Fluktuatif perkembangan sektor pariwisata justru terjadi di hal ini karena Kabupaten Banyuwangi menjadi salah satu bagian adanya pengaruh politik yang dinilai kurang maksimal dari kabupaten yang turut berpartisipasi dalam rangka dalam mengelola aset wisatanya. Bahkan pada masa mempercepat pertumbuhan ekonomi lokal melalui Orde Baru pemerintahan otoriter membuat setiap industri pariwisata. Kabupaten Banyuwangi memiliki kebijakan diputuskan hanya pada pemerintah pusat. daya tarik di sektor pariwisata yang sangat beragam. (Hanif Nurcholis, 2005: 33). Seiring pergantian Terdapat pemandangan alam seperti pantai, gunung, tatanan birokrasi dari masa Orde Baru menjadi hutan, taman nasional, budaya, dan lainnya. Pemerintahan Reformasi mengakibatkan banyaknya Berdasarkan keragaman aset pariwisata yang lebih perbaikan dan revisi terjadi pada undang-undang. Di dominan pada di kabupaten Banyuwangi yakni wisata tandai dengan adanya pemberlakuan Otoda tahun 1999 alam, maka pembangunan pariwisata yang diutamakan

FIB Universitas Jember 28

Volume 5(1) 2017 PUBLIKA BUDAYA Halaman 28-35 adalah eco-tourism, dengan kata lain pengembangan Selat dan Samudera Hindia (Badan Koordinasi sektor pariwisataberwawasan lingkungan dan budaya Penanaman Modal, 2013: 21). (Wawancara Dariharto, 8 Januari 2016). Keberadaan Dari suku/etnis berbagai macam terdapat di akan potensi SDA dan keankekaragaman budaya yang Kabupaten Banyuwangi seperti Suku Madura, Suku dimiliki Banyuwangi dapat membuat pembangunan Using, Suku Bali, Suku Mandar, Etnis Tionghoa dan pariwisata menjadi lebih mudah. sebagainya. Selain itu terdapat 35 macam kesenian di Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan Kabupaten Banyuwangi yang turut diapresiasi, beberapa pokok permasalahan yang akan dikaji dalam kesenian tersebut tidak hanya kesenian asli penelitian ini, yakni (1) Bagaimana kondisi pariwisata Banyuwangi melainkan juga kesenian hasil akluturasi Kabupaten Banyuwangi sebelum adanya kebijakan dengan budaya luar. Kesenian-kesenian tersebut antara pemerintah? (2) Upaya-upaya apa saja yang dilakukan lain: Gandrung, Angklung, Kuntulan, Hadrah, oleh pemerintah daerah Kabupaten Banyuwangi untuk Gedogan, Patrol, Barong, Janger, Jaranan, Mocoan, mengembangkan sektor pariwisata? (3) Serta apa Campursari Jowoan, Wayang Kulit, ludruk, Kendang dampak pariwisata terhadap kehidupan ekonomi, Kempul, dan Gambus. (Dariharto, 2009: 9). Beberapa sosial dan budaya masyarakat di Kabupaten kesenian tersebut, kesenian yang paling populer di Banyuwangi?. Banyuwangi adalah kesenian gandrung dan angklung. Orang Using tidak hanya tinggi daya apresiasinya, Tujuan dari penulisan artikel ini ialah untuk akan tetapi orang Using juga memiliki daya kreatifitas mengetahui Potensi sektor pariwisata di Kabupaten yang tinggi dalam berkesenian. Berbicara tentang Banyuwangi sebelum ada kebijakan dari pemerintah, kesenian, maka tidak akan lepas dengan kesenian lalu menjelaskan langkah-langkah pemerintah dalam Gandrung sebagai seni tradisional, sebagai seni mengelola pariwisata di Kabupaten Banyuwangi, maka hiburan ataupun sebagai bentuk identitas budaya Using dalam hal ini dapat diketahui nantinya dampak yang sangat besar pengaruhnya dalam dunia seni ditimbulkan dari adanya kebijakan pariwisata terhadap Banyuwangi. Baik dalam bentuk tariannya, lagu- kehidupan ekonomi, sosial, dan budaya masyarakat di lagunya atau ornamen-ornamennya sangat mudah Kabupaten Banyuwangi. Adapun metode yang ditemui di Banyuwangi (Dariharto, 2009: 15). digunakan adalah metode sejarah yang terdiri dari empat tahapan penulisan yaitu heuristik,kritik sumber Keanekaragaman potensi alam, kekayaan seni, (intern dan ekstern), interpretasi dan historiografi budaya, dan adat tradisi Banyuwangi merupakan (Gottschalk, 1983: 32). sebuah mahkota yang harus dipelihara dan ditunjukkan kepada dunia luar. Dengan begitu, potensi tersebut Gambaran Umum Kabupaten Banyuwangi dapat bermanfaat, baik untuk masyarakat maupun

pemerintah, dalam meningkatkan pendapatan asli Kabupaten Banyuwangi sebagian besar kondisi daerah. Kekayaan tersebut akan menjadi point penting ekonominya bergerak di bidang pertanian, hal ini dalam pembangunan, terutama di sektor pariwisata, dikarenakan Kabupaten Banyuwangi yang memiliki yang harus diangkat ke kancah nasional maupun 2 luas mencapai 5,782,50 km dimanfaatkan sebagai internasional. areal persawahan seluas 66.487,00 ha, sehingga sektor tersebut mempunyai pengaruh penting terhadap tingkat Kondisi Obyek-Obyek Wisata Kabupaten perekonomian masyarakat sebesar 49.18 persen. Banyuwangi Sebelum Tahun 2002 Sektor ekonomi kedua yang memiliki peranan terbesar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan Kondisi pariwisata di Kabupaten Banyuwangi sumbangan terhadap perekonomian Kabupaten menunjukkan hasil fluktuatif dikarenakan oleh Banyuwangi sebesar 24,05 persen atau sepertiga dari beberapa hambatan yang dilalui oleh Pemerintah kegiatan ekonomi yang ada di Kabupaten Banyuwangi Daerah Kabupaten Banyuwangi. Hambatan tersebut bergerak di sektor perdagangan, hotel dan restoran. dimulai dari adanya krisis ekonomi yang melanda (Badan Pusat Statistik, 2002 : 15). Semakin perekonomian Indonesia dan peristiwa tragedi santet meningkatnya pertumbuhan ekonomi perdagangan dan tahun 1998. Semua hambatan tersebut menimbulkan hotel tidak lepas dari posisi strategis Kabupaten dampak buruk bagi pariwisata Indonesia, sehingga Banyuwangi yang berdekatan dengan Pulau Bali, menimbulkan travel warning dari negara-negara asing kekayaan budaya dan pariwisata di Banyuwangi. bagi warga negaranya untuk melakukan kunjungan ke Berbagai jenis lokasi wisata yang ada di Banyuwangi Indonesia, termasuk ke Kabupaten Banyuwangi (Dinas seperti wisata bahari, wana wisata dan wisata buatan Pariwisata Daerah, 1994: 38). Peristiwa yang paling oleh karena secara topografi Kabupaten Banyuwangi berdampak bagi citra kepariwisataan Kabupaten berada di Bawah Pegunungan Merapi dan diapit oleh Banyuwangi yaitu peristiwa tragedi santet pada tahun 1998.Peristiwa tersebut, membuat Kabupaten

FIB Universitas Jember 29

Volume 5(1) 2017 PUBLIKA BUDAYA Halaman 28-35

Banyuwangi mendapatkan citra negatif di mata untuk mengelola, mengatur, dan mengamati setiap masyarakat khususnya wisatawan yang akan pembangunan, terutama dalam memanfaatkan berkunjung ke Kabupaten Banyuwangi. kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang Kedatangan wisatawan ke suatu negara atau daerah dimiki. Pengembangan sektor pariwisata merupakan tentu tidak lepas dari aspek citra negara itu sendiri, langkah cukup realistis, mengingat bahwa manfaat bahkan keamanan sangat penting untuk menjamin arus yang diberikan dapat meningkatkan kesejahteraan kunjungan wisatawan ke obyek-obyek wisata di masyarakat.Sebagai bagianintegral pembangunan Kabupaten Banyuwangi. Arus kunjungan wisatawan nasional, Kabupaten Banyuwangi memiliki potensi ke obyek-obyek wisata wilayah pengembangan Dinas besar di sektor pariwisata, baik dalam hal potensi Pariwisata Daerah Kabupaten Bayuwangi mengalami alammemiliki keanekaragaman juga kekayaan budaya, fuktuasi (Badan Pusat Statistik, 2002: 14). sehingga bila kedua potensi tersebut dapat dikelola Fluktuasi tingkat kunjungan wisatawan disebabkan dengan optimal, maka bukan hal yang tidak mungkin oleh keadaan perekonomian masyarakat/wisatawan di waktu yang akan datang Kabupaten Banyuwangi lokal tahun 1998-2000. Perekonomian masyarakat di akan mampu menjadi daerah tujuan wisata pada Kabupaten Banyuwangi masih belum stabil akibat saatnya mampu memberikan kontribusi terhadap krisis moneter. Segala perhatian dan pendapatan yang pembangunan daerah. Dalam rangka menciptakan diperoleh masyarakat masih difokuskan pada Kabupaten Banyuwangi sebagai daerah tujuan wisata kebutuhan pokok Sementara itu jumlah kunjungan maka diperlukan penataan, strategi yang tepat dan wisatawan mancanegara masih relatif stabil di empat pelaksanaanya menjadi tanggung jawab antara obyek wisata Kabupaten Banyuwangi yaitu Taman pemerintah sebagai penentu kebijakan, serta Nasional Alas Purwo, Kawah Ijen, Taman Nasional masyarakat sebagai pelaku utama usaha jasa yang Meru Betiri dan Taman Nasional Baluran. Adanya berhubungan langsung dengan wisatawan. obyek wisata alternatif menjadi hiburan bagi Sejak tahun 2002 Pemerintah Daerah Kabupaten masyarakat lokal pada periode tahun tersebut Banyuwangi mulai membentuk, mengelola dan dikarenakan oleh akses lebih mudah serta biaya mengatur sektor pariwisata seperti diterbitkannya perjalanan murah seperti Pantai Watudodol, Desa PERDA Nomor 40 Tahun 2002, tentang Usaha Using (diresmikan tahun 1996), Taman Suruh Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi dalam (diresmikan tahun 1999), dan wisata Grajagan. (Badan rangka memajukan sektor pariwisata dengan tetap Koordinasi Penanaman Modal, 2013: 33). Dari 17 menjaga kelestarian alam dan budaya. PERDA obyek wisata daerah pengembangan Dinas Pariwisata tersebut digunakan sebagai landasan hukum bagi Daerah Kabupaten Banyuwangi, terdapat 4 obyek setiap pengembangan sektor pariwisata Kabupaten wisata mengalami penurunan jumlah wisatawan akibat dari kurangnya kesadaran dari masyarakat dan Banyuwangi. (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata pengelola obyek wisata untuk menjaga obyek wisata Kabupaten Banyuwangi, 2015: 4). Melalui peraturan tersebut sebagai daerah tujuan wisata. salah satu tersebut, Bupati Samsul Hadi tahun 2002 contohnya obyek wisata Pantai Boom menjadi obyek menanggapinya dengan mempromosikan Banyuwangi wisata mengalami tingkat kunjungan rendah ke tingkat nasional. Dimulai dengan membangun dibandingkan Tamansuruh. Hal ini dikarenakan oleh Patung Gandrung di Kawasan Obyek Wisata Watu kebersihan di pantai Boom masih kurang terjamin, Dodol sebagai pintu masuk utama Kabupaten meskipun lokasinya berada di tengah Kota Banyuwangi. Penetapan Gandrung tersebut digunakan Banyuwangi (Badan Koordinasi Penanaman Modal, sebagai maskot pariwisata yang dirancang melalui SK 2013: 37-38). Bupati Banyuwangi Nomor. 173 Tanggal 31 Desember Kondisi Pariwisata Kabupaten Banyuwangi Tahun 2002 (Wawancara Dariharto, 8 Januari 2016). 2002-2013 Guna mempermudah akses wisatawan yang berkunjung, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi Kebijakan Pengembangan Pariwisata oleh membangun trayek jalur penerbangan bandara di Desa Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi Blimbingsari. Bandara Blimbingsari ditetapkan Pasca lengsernya Pemerintahan Orde Baru, dengan sebagai bandar udara oleh menteri perhubungan dan ditandai pembentukan Undang-Undang Otoda dilakukan sejak tahun 2004, sekaligus merupakan memberikan Kebebasan bagi setiap wilayah dalam sebuah proyek multiyears atau menitik-beratkan pada mengelola potensi daerahnya tanpa ada campur tangan pembangunan fisik secara periodik untuk mewujudkan dari pemerintah pusat. Kebijakan Otoda merupakan harapan masyarakat Banyuwangi akan tersedianya suatu motivasi bagi setiap pemerintah maupun jalur transportasi udara. Namun proyek lapangan kelompok masyarakat yang diberikan hak kebebesan terbang Blimbingsari mengalami hambatan dalam

FIB Universitas Jember 30

Volume 5(1) 2017 PUBLIKA BUDAYA Halaman 28-35 proses pembangunannya akibat dari kasus korupsi bagi kesejahteraan masyarakat, karena sektor pembebasan lahan yang merugikan APBD Kabupaten pariwisata memiliki sektor cabang yang bisa Banyuwangi tahun 2005 (Anonim, 2012: 7). Era meningkatkan perekonomian lokal (Pemerintah Kepemimpinan Bupati Ratna Ani Lestari pada tahun Kabupaten Banyuwangi, 2013: 26-27). 2005 menggantikan bupati sebelumnya (Samsul Hadi). Prospek kebijakannya dilakukan mulai dari Kondisi Obyek-Obyek Wisata di Kabupaten pembangunan infrastruktur yang mendukung pola Banyuwangi Tahun 2002-2013 peningkatan kegiatan sosial, budaya dengan pemulihan infrastruktur masyarakat perdesaan dan pemantapan Sejak diterbitkan PERDA Kabupaten Banyuwangi prasarana sosial dasar lingkungan. Bupati Ratna Ani tahun 2002 tentang Usaha Kepariwisataan Kabupaten Lestari juga mengupayakan kebijakan di sektor Banyuwangi, sistem pengelolaan obyek-obyek wisata pariwisata yang di bentuk melalui pembenahan di mulai bebas dilakukan oleh setiap pemerintah daerah bidang jasa transportasi. Dalam kebijakan tersebut, bersama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Bupati Ratna Ani Lestari melanjutkan proyek Banyuwangi sebagai pemberdayaan masyarakat. Hal pembangunan Bandar Udara Blimbingsari yang ini dapat dilihat dari berbagai macam inovasi-inovasi sempat tertunda di tahun 2005. Namun, lanjutan dari kreatif yang telah dilakukan oleh Pemda Kabupaten pembangunan proyek Bandar Udara Blimbingsari Banyuwagi terkait usaha pengelolaan obyek wisata tidak berjalan sesuai target perencanaan yang tersebut. Beberapa obyek wisata di Kabupaten diproyeksikan oleh menteri perhubungan akan selesai Banyuwangi mendapatkan responsif terkait di tahun 2008. Pembangunan Bandara Blimbingsari pengelolaan atau pembenahan obyek wisata secara terkesan berjalan lambat yang diakibatkan oleh kasus terarah. Pengembangan wisata alam di Kabupaten serupa yaitu upaya pembebasan lahan pada periode Banyuwangi pariwisata seperti, Obyek Wisata Pantai tahun 2008-2009 (Anonim, 2012: 7). Watudodol pada tahun 2002 menjadi awal dari Pada tahun 2010 Bupati Ratna Ani Lestari secara gagasan pariwisata di Kabupaten Banyuwangi yang resmi digantikan oleh Bupati . dipimpin oleh Bupati Samsul Hadi dengan brand Kebijakan dalam mengembangkan sektor pariwisata di Jenggirat Tangi, sekaligus dijadikannya sebagai pintu bawah pimpinan Bupati Anas dilakukan melalui masuk Pariwisata Kabupaten Banyuwangi dan RPJMD tahun 2010. Visi dan misi Kabupaten dibangun sebuah patung Gandrung sebagai maskot Banyuwangi dalam RPJMD tahun 2010, diketahui pariwisata. Pengembangan obyek wisata di Kabupaten bahwa pengembangan pariwisata pada masa Banyuwangi turut diikuti dengan obyek wisata Kawah pemerintahan Bupati Abdullah Azwar Anas dilakukan Ijen yang dilakukan dengan membenahi Desa secara terintegrasi stakeholder. Tujuannya agar Tamansari sebagai jalan utama telah beraspal dan diharapkan setiap keputusan dilakukan dengan saling jembatan desa yang terbuat dari beton ada 6 buah yang terhubung, saling memberi dampak positif dan berjalan mana fungsinya untuk memperlancar kegiatan beriringan. Dalam hal ini, Pemerintah Kabupaten masyarakat yang selesai dilakukan pada akhir tahun Banyuwangi mulai melakukan beberapa langkah 2010 melalui APBD Kabupaten sebesar 6 miliyar kebijakan utama dalam menunjang sektor pariwisata rupiah. Kawasan Taman Nasional Meru Betiri atau tertuang pada misi ke III, yaitu: Pertama, perbaikan Sukamade yang juga sebagai salah satu objek wisata infrastruktur untuk akses ke tujuan wisata unggulan unggulan di Kabupaten Banyuwangi mulai Kawah Ijen, Sukamade dan Plengkung. Kedua, disediakannya pondok wisata, camping ground, promosi kekayaan budaya lokal, hal ini karena pendopo, shelter, souvenir shop, information centre, Kabupaten Banyuwangi memiliki kebudayaan lokal dan perbaikan laboratorium (tempat penangkaran dan potensi wisata alam yang sangat beragam agar penyu). Selain itu pada obyek wisata pantai Plengkung supaya dikemas semenarik mungkin untuk tujuan para dan pantai boom mulai dipasang papan penunjuk arah wisatawan. Ketiga. Kombinasi modernitas dan atau sign digunakan sebagai mempermudah para lokalitas, serta konsolidasi komunitas pariwisata, wisatawan. Segala upaya pemerintah daerah dalam termasuk mempersiapkan pola perilaku masyarakat membenahi fasilitas pendukung obyek wisata alam di dalam menjaga komunikasi yang baik kepada Kabupaten Banyuwangi, disertai pula dengan wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara. Dalam dibukanya obyek wisata Bedul Mangrove dan Pulau hal ini, maksudnya masyarakat Banyuwangi Merah sebagai lokasi wisata baru di Kabupaten dibiasakan untuk bersikap ramah kepada wisatawan. Banyuwangi. Berbagai event sport tourism dilakukan Stakeholder pariwisata di Banyuwangi harus kompak untuk mendukung kesuksesan promosi wisata di untuk tumbuh dan memberikan efek multiplier luas Banyuwangi seperti: kejuaraan international surving

FIB Universitas Jember 31

Volume 5(1) 2017 PUBLIKA BUDAYA Halaman 28-35

(obyek wisata Plengkung dan Pulau Merah) yang wisata sekaligus melestarikan budaya daerah setempat. dihadiri oleh wisatawan mancanegara tahun 2012 dan Program-program tersebut meliputi: Festival Kawah Ijen sebagai tempat dilaksanakannya event Gandrung Sewu Pantai Boom, Festival Kuwung di Tour De Ijen Tahun 2013 (Bayu Mitra, 2014: 120). Kota Banyuwangi, Seblang Desa Olehsari-Bakungan, Berkembangnya industri pariwisata modern Barong Ider Bumi, Banyuwangi Etnho Carnival (BEC), terutama setelah adanya Perda di Kabupaten dan sebagainya (Bayu Mitra, 2014: 120). Banyuwangi turut memberikan ladang usaha bagi pihak-pihak swasta dalam mendirikan jasa obyek wisata baru terutama wisata buatan di Kabupaten Peran Swasta dan Masyarakat di Kabupaten Banyuwangi. Wisata buatan ini hadir dalam rangka Banyuwangi melengkapi wahana wisata lain yang telah berdiri di Program peningkatan daya tarik investor bertujuan Kabupaten. Taman rekreasi Alam Indah Lestari (AIL) untuk meningkatkan jumlah dan nilai investasi secara berada di Kecamatan Rogojampi mulai didirikan pada signifikan. Sasaran yang ingin dicapai oleh pemkab tahun 2003 di bawah naungan perusahaan swasta milik Banyuwangi melalui industri pariwisata yaitu Michael. selain itu diikuti dengan berdirinya Obyek membaiknya iklim investasi yang didukung oleh wisata Umbul Pule tahun 2004 oleh Ali Muhtar Bahaki sistem pelayanan investasi yang efisien dan efektif. selaku pengusaha dari CV. Insan Sejati. (Badan Kabupaten Banyuwangi sebagai daerah memiliki Koordinasi Penanaman Modal, 2013: 23-27) Berbicara potensi alam yang cukup besar mulai menjadi pusat mengenai wisata buatan di Kabupaten Banyuwangi pertumbuhan ekonomi baru di Jawa Timur, hal ini turut berdampak juga pada pengembangan taman kota dilihat dari banyaknya pengusaha atau investor yang sebagai RTH (Ruang Terbuka Hijau). Strategi mulai melirik Kabupaten yang berada di ujung timur pengembangan taman kota tersebut dijabarkan tahun pulau Jawa tersebut. peran para investor mulai terlihat 2011. Pemkab Kabupaten Banyuwangi mengawalinya dari beberapa industri besar telah dibangun di dengan menyulap Taman Blambangan atau Taman Banyuwangi seperti PT Semen Gresik Tbk dan PT Sritanjung hingga Taman Makam Pahlawan dengan Semen Boswa, bahkan Pemkab Banyuwangi penambahan fasilitas, seperti: batu refleksi, area PKL, menyiapkan lahan seluas 600 hektar untuk free wifi, air mancur, labirin, lampu taman dan toilet. pembangunan dua kawasan industri tersebut. Hasilnya pun cukup bagus, Taman Makam Pahlawan Kementrian BUMN juga melirik Banyuwangi sebagai hasil dari renovasi pemkab dinobatkan sebagai pilot kawasan industri modern, Mereka berupaya untuk project dari Kementerian Sosial RI pada tahun 2012. membangun pabrik gula terbesar se-Indonesia dengan Sebagian pemerintah daerah mulai melirik TMP kapasitas giling 10.000 ton tebu/hari yang berencana Banyuwangi beserta Taman Blambangan tahun 2013 dilaksanakan pada 12 Desember 2012 (Bappeda, 2013: dibuat sebagai bagian dari acara studi banding. (Dinas 40-45). Selain BUMN, Pemkab Banyuwangi juga telah Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, menjalin kerjasama dengan beberapa investor swasta 2015:12). lainnya. Adapun para investor tersebut di antaranya PT. Perkembangan obyek wisata budaya di Kabupaten Sumber Yala Samudra, PT. Avilla Prima Intra Banyuwangi meliputi obyek-obyek wisata Makmur, PT.Maya Muncar, CV. Pacivic Harvest, menampilkan kesenian adat daerah serta budaya Pabrik Kertas Basuki Rahmat (Bappeda, 2013: 58). menawarkan lokalitas kehidupan sosial dan budaya Dari 5 badan swasta yang dibangun di Kabupaten masyarakat. Hal itu diisi dengan adanya program Banyuwangi memiliki nilai investasi cukup besar dari kesenian hiburan yang sejak tahun 2002 dilakukan. 1 millyar hingga 10 millyar Rupiah.Guna menarik Program kesenian “Umbul-Umbul“ dilakukan sebagai investor, jalur transportasi udara di Kabupaten bentuk promosi wisata yang di lokasikan di kawasan Banyuwangi turut dibenahi. Beroperasinya Bandara Pantai Boom Kabupaten Banyuwangi sebagai prioritas Blimbingsari pada tahun 2011 telah melayani rute kebijakan Samsul Hadi dengan memberikan ruang perjalanan Banyuwangi-Surabaya yakni Merpati bagi kesenian Gandrung sebagai bentuk industri Airlines dan Wings Air (Bappeda, 2013: 79-80). hiburan modern, memiliki tujuan terutama untuk Mudahnya akses transportasi menjadi salah satu membangkitkan citra dari kesenian Gandrung sendiri pertimbangan investor untuk menanamkan sebagai bagian dari kehidupan sosial masyarakat investasinya, sehingga beroperasinya Bandara Kabupaten Banyuwangi. Program-program wisata Blimbingsari membuka pintu investasi yang cukup budaya turut dilakukan pada masa pemerintahan besar di Kabupaten Bayuwangi. Bupati Abdullah Azwar Anas bersama Dinas Peran masyarakat juga dibutuhkan guna membantu Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2010 melalui sebuah perkembangan perekonomian Banyuwangi, khususnya event-event yang digelar setiap satu tahun sekali. Hal pada bidang pariwisata. Bentuk partisipasi masyarakat tersebut bertujuan untuk menambah program obyek di antaranya dengan membangun home industri (Bayu

FIB Universitas Jember 32

Volume 5(1) 2017 PUBLIKA BUDAYA Halaman 28-35

Mitra, 2014: 36). Keberadaan home industri ini dapat terbangunnya kepercayaan dan minat para investor menciptakan berbagai suatu usaha-usaha di bidang untuk menanamkan modalnya di Kabupaten kerajinan hingga produk makanan olahan melalui Banyuwangi. Perekonomian Kabupaten Banyuwangi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Industri semakin tumbuh pesat dengan mulai beroperasinya Kerajinan menjadi suatu usaha yang dilakukan di Bandara Blimbingsari. Apalagi maskapai Lion Air dan hampir seluruh pedesaan Banyuwangi. Berbagai jenis Garuda Airlines sudah melakukan uji coba dan sudah bahan alami diolah dengan kreatifitas masyarakat bersiap mengambil rute penerbangan Surabaya - dalam sebuah kelompok pemberdayaan masyarakat, Banyuwangi dan Banyuwangi - Bali pada akhir tahun sehingga menjadi bentuk berupa hiasan, makanan 2011 (Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, 2013: 45- maupun perabotan sehari-hari. Hasil kreativitas dari 51). Di tahun 2012 terjadi stabilitas dari lonjakan masyarakat menjadi perhatian di berbagai negara, kunjungan wisata, promosi dan berbagai event yang seperti Jerman, Australia, Jepang, Amerika dan Swiss. digelar setiap tahun menjadikan Kabupaten yang Produk-produk tersebut, diolah lalu dijual ke beberapa berjuluk The Sunrise of Java, pendapatannya di sektor pasar induk di kawasan pusat-pusat kecamatan di pariwisata semakin meningkat menjadi Rp. Kabupaten Banyuwangi, kemudian dikemas menjadi 1.805.340.000,-. Peningkatan tersebut kemudian sebuah cinderamata yang dikhususkan menjadi oleh- menjadikan kabupaten Banyuwangi mampu meraih oleh wisatawan. Sebuah produk-produk kreatif hasil penghargaan di bidang industri pariwisata, Travel UMKM tersedia sebagai produk unggulan masyarakat, Tourism Club Award (TCTA) 2012, sebagai seperti kerajinan batok kelapa, kerajinan tangan, kabupaten/kota yang terus berkomitmen dalam souvenir penari gandrung, serat apaka, jaket kulit, mewujudkan pembangunan pariwisata yang aneka minuman buah, keripik. Tidak ketinggalan batik berkualitas, sehingga memenangkan kategori Most khas Banyuwangi, motif khasnya adalah gajah uling, Improved sebagai kabupaten/kota yang konsisten kangkus setingkes, paras gempal, dan geringsing. mengembangkan sektor pariwisata. Sementara pada Terdapat pula produk unggulan pangan tersedia, antara tahun 2013, Banyuwangi juga kembali mendapatkan lain kue bangkiak, sale pisang, marning, krupuk cumi, penghargaan dari TCTA untuk kategori Most Creative manisan cereme dan lainnya. Untuk olahan produk tingkat kabupaten/kota (Christian Andika, 2012: 21). kerajinan tangan tersedia anyaman Bambu di daerah

Rogojampi dan Gintangan, anyaman bambu ini telah menjadi icon produk kreatif Banyuwangi (Christian Dampak Sosial Andika, 2012: 25-26). Adanya pengembangan pariwisata di Kabupaten Dampak Ekonomi Banyuwangi, banyak masyarakat yang beralih mata pencaharian. Hal itu dikarenakan semakin ramainya Peranan sektor pariwisata di bidang jasa menempati kunjungan wisata ke Kabupaten Banyuwangi. urutan kedua sebagai penunjang perekonomian Meskipun pertanian masih menjadi mayoritas Kabupaten Banyuwangi. Meski berada di posisi kedua pekerjaan masyarakat di Kabupaten Banyuwangi, dalam struktur PRDB, namun keberadaan sektor ini tetapi pada sektor lain seperti perdagangan dan usaha telah menjadi lokomotif utama dalam mengangkat jasa menjadi pekerjaan sebagian masyarakat tumbuhnya perekonomian Kabupaten Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi. Salah satunya seperti Dikanil, yang semakin tahun mengalami kenaikan harga barang pemilik homestay yang sebelumnya bekerja sebagai dan jasa. Sektor perdagangan, hotel, dan jasa pada nelayan, dan bersama istrinya Nur Rosidah yang tahun 2010 mampu tumbuh sebesar 26,81% dan pada sebelumnya bekerja sebagai TKW Taiwan, tahun 2011 mencapai hingga 30,2%. Peningkatan di menginvestasikan rumahnya menjadi sebuah bidang industri pariwisata didukung dengan besarnya penginapan yang didirikannya sejak tahun 2009 pendapatan yang dihasilkan oleh Pemkab Banyuwangi ( Wawancara Dikanil, 7 Desember 2015). Dikanil setiap tahun.Kenaikan PAD Kabupaten Banyuwangi sukses mengelola homestay tersebut, ia belajar dari terlihat singnifikan memasuki awal tahun 2010, jumlah Program Pemberdayaan Dinas Pariwisata Kabupaten sumbangan sektor perhotelan pada tahun-tahun Banyuwangi melalui Pokdarwis (Program Sadar tersebut sebesar 7,24 persen atau mencapai Wisata) dan pemilik homestay bagaimana cara menata Rp.1.250.000.000,- (Pemerintah Kabupaten kamar, menyiapkan makanan dan bersikap ramah Banyuwangi, 2013: 45-51). Peningkatan tersebut tak kepada wisatawan. Hasil dari pendapatan Dikanil lepas dari meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan mengelola homestay berkisar Rp. 100.000,- hingga Rp. sebesar 538.913 wisatawan. Beberapa hotel berbintang 750.000,-. Pendapatan tersebut menjadi lebih besar pun mulai dibuka dan di perbaiki, seperti Hotel Santika, jika dibandingkan dari pendapatan Dikanil sebelumnya Hotel Surya Plengkung, Hotel Watudodol Beach, dan sebagai nelayan lobster yang hanya Rp. 500.000 beberapa hotel lainnya. ( Wawancara Ainur Rofiq: 10 per/hari, tetapi ia harus menantang gelombang laut dan Februari 2016) Kondisi ini menggambarkan

FIB Universitas Jember 33

Volume 5(1) 2017 PUBLIKA BUDAYA Halaman 28-35 resiko nyawa. Perubahan dalam masyarakat memanfaatkan potensi alam dan keanekaragaman menyangkut mobilitas vertikal terlihat pada beralihnya budaya sebagai bagian pokok dari aset penjualan mata pencaharian masyarakat dari sektor pertanian ke pariwisata. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan- sektor pariwisata, misalkan dulu menjadi buruh kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi tani/nelayan menjadi pemilik usaha vila dan yang sejak awal memiliki tujuan untuk mengangkat sebagainya ( Wawancara Dikanil, 7 Desember 2015). kembali citra kepariwisataan Kabupaten Banyuwangi melalui Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RJP)

dan Rencana Jangka Menengah Daerah (RJMD). Dampak Budaya Adanya kebijakan tersebut dapat memberikan harapan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi dalam bahwa pengembangan sektor pariwisata Kabupaten rangka memperluas tujuan dari pengembangan sektor Banyuwangi dapat dilakukan secara baik dan terarah. pariwisata daerah, mengadakan acara event tahun Kesuksesan Kabupaten Banyuwangi untuk menjadi dengan memadukan acara dari yang bertaraf lokal daerah tujuan wisata sempat mengalami berbagai hingga bertaraf internasional yang dikemas setiap hambatan. Hambatan tersebut dimulai dari adanya tahun seperti, Festival Gandrung Sewu, Banyuwangi krisis ekonomi yang melanda perekonomian Jazz, Malam Resepsi Hari Jadi Kabupaten Banyuwangi yang berdampak pada perununan citra Banyuwangi, Pagelaran Wayang Kulit (Dalang Ki kepariwisataan di mata internasional. Namun Enthus), Festival Kuwung, Tumpeng Sewu Kemiren, hambatan tersebut dapat dilalui oleh Pemkab Seblang Olehsari, Seblang Bakungan, Barong Ider Kabupaten Banyuwangi pasca lengsernya Bumi, Festival Ngopi Sepuluh, Festival Rujak Soto, Pemerintahan Orde Baru, dengan ditandainya Festival Banyuwangi Ethno Carnival (BEC), pembentukan Otoda tahun 1999 dan Perda tahun 2002 Banyuwangi Batik Festival (BBF), Banyuwangi Art tentang usaha kepariwisataan daerah dan memberikan Week, International Tour de Ijen, Banyuwangi Jazz kebebasan bagi setiap wilayah khususnya Banyuwangi Festival, Banyuwangi International Surfing untuk mengelola potensi daerahnya tanpa ada campur Competition dan Banyuwangi International Adventure tangan dari pemerintah pusat. Adanya peraturan Trail (Bayu Mitra, 2013: 128-129). Salah satu event tersebut terbukti bahwa kegiatan pariwisata di yang paling istimewa adalah Banyuwangi Ethno Kabupaten Banyuwangi mulai mengalami peningkatan Carnival (BEC). BEC merupakan sebuah karnaval dari bidang pembangunan baik dari perbaikan obyek- yang sangat unik karena tema yang digunakan budaya obyek wisata, Pendapatan Asli Daerah, event promosi lokal kontemporer dengan etnik tradisional. Tujuan budaya, hingga fasilitas-faslitas penunjang pariwisata utama dari diselenggarakannya BEC yang digelar lainnya seperti pembangunan hotel, rumah makan, dan sejak tahun 2011 adalah untuk menjembatani antara fasilitas lainnya. modernitas dengan seni budaya lokal khas Banyuwangi yang dikemas dalam bentuk karnaval Daftar Pustaka bertaraf internasional (Christian Andika, 2013: 7-8). Peserta BEC mengenakan kostum sesuai dengan tema Sumber Buku yang selalu berubah setiap tahunnya. Hal ini mampu [1] Budhisantoso. Pariwisata Dan Pengaruhnya menstimulkan ide dan kreativitas kostum dari masing- Terhadap Nilai-Nilai Budaya. Jakarta: Universitas masing peserta untuk menunjukkan dan memberikan Press. 1980. nuansa warna-warni yang menarik dengan desain yang [2] Dariharto. Kesenian Gandrung Banyuwangi, sangat indah dan megah. BEC tidak hanya bergema (Banyuwangi: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata secara lokal, tetapi telah terdengar hingga luar daerah Kabupaten Banyuwangi, 2009. di seluruh Indonesia, bahkan ke luar negeri. [3] Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Banyuwangi. Banyuwangi The New Paradise of Indonesian Tourism: Visitor Guide. Banyuwangi: Kesimpulan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Pariwisata berperan penting bagi pengembangan Banyuwangi, 2015. suatu wilayah. Dengan adanya kegiatan pariwisata [4] Dinas Pariwisata Daerah. Himpunan maka daerah-daerah yang memiliki potensi dasar PeraturanKepariwisataan. Jakarta: Departemen pariwisata akan berkembang dan maju. Kegiatan Pariwisata Daerah Tingkat 1, 1994. pariwisata tersebut dapat dilihat pada pengembangan [5] Gottschalk, Louis. Mengerti Sejarah. (terjemahan pariwisata di Kabupaten Banyuwangi. Kabupaten Nugroho Notosusanto), Jakarta: Universitas Banyuwangi adalah salah satu Kabupaten yang berada Indonesia Press. 1983. di ujung timur Pulau Jawa yang telah berhasil [6] Karyono,Hari. Kepariwisataan. Jakarta: PT mengembangkan sektor pariwisata dengan Grasindo, 1997.

FIB Universitas Jember 34

Volume 5(1) 2017 PUBLIKA BUDAYA Halaman 28-35

[7] Nurcholis, Hanif. Teori dan Praktik Pemerintahan Otonomi Daerah, (Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia, 2005. [8] Spillane, James. Ekonomi Pariwisata: Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta: Kanisius, 1991. [9] Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). —Potensi dan Peluang Investasi Kabupaten Banyuwangi“. Jakarta: PT Buanatama Dimensi Consultants, 2013. [10] Bappeda, —Pengembangan Database Potensi Kerjasama dan Penyusunan Materi Promosi Investasi“, Laporan Akhir. Banyuwangi: Bappeda, 2013. [11] Kabupaten Banyuwangi Dalam Angka, Banyuwangi: BPS, 2002. [12] Mitra Bayu —Pembangunan Terintegratif Dalam Mewujudkan Kota Pariwisata bertaraf Internasional“, JurnalJKKMP, Vol. 2, No. 2, September 2014. [13] Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, —Pengembangan dan Penguatan Informasi Data Base“, dalam Laporan Akhir Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Banyuwangi: Pemkab, 2013. [14] Anonim, Mantan Bupati Banyuwangi Kasus Pembebasan Lahan Lapter dalam Berita Metro, Banyuwangi, 3 Juli 2012. [15] Christian Andika. Segitiga Berlian: Eksotika Keindahan Bumi Blambangan. Banyuwangi: Majalah Khusus Banyuwangi Ethno Carnival, 2012. [16] Ainur Rofiq, Banyuwangi, 10-2-2016. [17] Dariharto, Banyuwangi, 8-1-2016. [18] Dikanil, Banyuwangi, 7-12-2015.

FIB Universitas Jember 35