Kunjungan PDSPK Kemendikbud, yang dalam hal ini diwakili oleh Noorman Sambodo, S.Kom dan Fitri Sumairawati, S.Psi ke Dinas Pendidikan kota . Kami bertemu dengan Ibu Nur Vera Zenina, S.Kom , selaku Kasubag Umum dan Program di Dinas Pendidikan Kota Tegal, mengatakan bahwa di Kota Tegal banyak potensi cagar budaya yang ada dikarenakan peninggalan bangunan dari jaman belanda. Sementara ini sudah ditetapkan dengan penetapan daerah. Kota tegal juga berencana untuk membangun Museum Kebudayaan yang akan berisi kebudayaan lokal khas Kota Tegal, seperti baru-baru ini ditetapkan dua tarian khas Kota Tegal. Pertemuan selanjutnya dengan Sekretaris Dinas, Mochammad Mashar, A.h.T, yang membahas indikator APK APM, dikarenakan Kota Tegal sebagai kota yang banyak dijumpai oleh siswa siswi yang berasal dari daerah luar Kota Tegal.

Info yang kami dapat mengenai acara kebudayaan adalah 18 April 2018 mendatang merupakan hari jadi Kota Tegal, yang mana akan diselenggarakan banyak acara yang berpusat di alun-alun Kota Tegal, seperti “Jateng Gayeng” yang merupakan pertunjukan ketoprak jawa dimana pejabat provinsi Jawa Tengah seperti Gubernur, Pejabat dari Dinas Pendidikan Dinas Pariwisata, DPRD maupun Sekda Kota Tegal akan menjadi aktor lakon pagelaran tersebut. Lalu akan ada “Tegal Tempoe Doeloe”, yang rencana akan diadakan akhir April dimana akan ada bangunan yang berisi oleh kuliner tradisional dan permainan tradisional yang akan tersaji disana. Selain itu akan ada Wayang Spektakuler yang merupakan kolaborasi dari 9 Dalang dari Kota Tegal yang akan mengisi pertunjukkan tersebut.

PDSPK Kemendikbud sedang berada di ruang sidang dari Dinas Pendidikan Kota Tegal, melakukan sosialisasi APK APM dan verval stat dan membahas indikator yang berasal dari data dapodik.

Untuk Cagar Budaya yang berada di Kota Tegal, sudah ada setidaknya 37 bangunan yang terindikasi bangunan cagar budaya, semoga , dapat menambah pengetahuan tentang kebudayaan di Kota Tegal dan bermanfaat bagi generasi mendatang. Total sampai tahun 2018, terdapat 37 Bangunan Yang Diduga Cagar Budaya. Berikut 6 Bangunan Yang Diduga Cagar Budaya di Kota Tegal.

1. Kelenteng Tek Hay Kiong

Usia klenteng Tek Hay Kiong ini diperkirakan sudah mencapai 323 tahun. Tepatnya berdiri pada tahun 1690. Berada di jalan Gurameh No.4 Tegal, menempati areal tanah 660 meter dengan luas bangunan 420 meter, panjang bangunan ± 21 meter. Lebar bangunan ± 20 meter dan mempunyai tinggi bangunan ± 8 meter, berada di bawah Yayasan Tri Dharma Tegal. Bangunan klenteng ini melayani peribadatan agama Kong Hu Cu, Tao, dan Budha. Hal ini ditunjukkan dengan 3 tempat persembahyangan yang berbeda.

Dewa pujaan utama dalam bangunan klenteng ini adalah Ze Hai Zhen Ren / Tek Hay Cin Jien, yang nama aslinya Konco Guo Liuk Kwan [Kwee Lak Kwa]. Arti dari penamaan itu adalah, “Seorang insan yang telah mencapai Ke Tuhanan dan Kebajikan seluas lautan".

2. Kantor Pos

Tahun 1860-an merupakan revolusi dalam bidang telekomunikasi dan transportasi. Pelayanan telegraf dibuka untuk umum dimulai tahun 1856, disusul layanan pos modern tahun 1862. Di Tegal pelayanan pos, dan telegraf di buka pada awal abad XX dengan dibangunnya kantor Post Telegraafend Telefoon Dienst yang sekarang berada di Jalan Proklamasi No. 2 Tegal. Layanan Pos Tegal saat itu menjangkau wilayah Brebes, Tegal dan Pemalang.

Layanan pos dan telegraf membuktikan Tegal menjadi wilayah urban dinamis. Sama seperti bangunan peninggalan kolonial, arsitektur bangunan Pos dan Telegraf punya ciri khas bangunan perkantoran era kolonial yakni monumental dan menyesuaikan dengan kondisi setempat. Gedung Pos Tegal memiliki luas bangunan ± 659 meter diatas tanah seluas ± 210 meter. Dengan panjang bangunan ± 30 meter, lebar bangunan ± 20 meter dan tinggi bangunan ± 7 meter.

Bangunan ini pernah mengalami fungsi sebagai markas Angkatan Laut dan tahun 1954 diserahkan kepada Perusahaan Telepon dan Telegram (PTT) untuk difungsikan kembali sebagai kantor pos dan telegraf. Hingga pada akhirnya menjadi bagian dari PT Pos .

3. Gedung DPRD Kota Tegal atau Rumah Residen Tegal

Empat pilar menyangga kokoh bangunan bercat itu. Berada di jalan Pemuda No. 4 Tegal, diatasnya bertuliskan DPRD Kota Tegal. Di sinilah para wakil rakyat bersidang dan berdinas menjadi aspirator masyarakat kota Tegal. Sebelumnya bangunan itu dikenal sebagai Balaikota Tegal. Sejatinya bangunan gedung tersebut dikenal sebagai residenthuis Tegal. Tegal pernah menjadi ibukota karesiden dan sekaligus ibukota kabupaten (regentschaap). Ditetapkannya Tegal sebagai ibukota Residen diketahui ketika tahun 1824 pemerintah klonial mengangkat seorang Residen di Tegal. Penetapan Tegal sebagai karesidenan dan ibukota karesidenan dapat dilacak melalui Regeering Almanak van Nederlandsdsch Indie tahun 1824-1832. Sebuah sumber menyebutkan bangunan yang merupakan kediaman resmi Resident Tegal sudah berdiri tahun 1750-an oleh Mathijs Willem de Man (1720-1763) . Karesidenan Tegal membawahi wilayah Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Pemalang. Pusat pemerintahan karesidenan berada di kompleks yang sekarang dinamakan Gedung DPRD Kota Tegal.

Berada diatas tanah seluas ± 4.600 meter, bangunan gedung DPRD mempunyai luas bangunan ± 1.468 meter dengan panjang bangunan ± 48, 80 meter, lebar ± 30,10 meter dan tinggi bangunan mencapai ± 8 meter.

Tahun 1910 bangunan ini dialihkan menjadi kantor Asisten Resident Tegal yang tergabung dalam wilayah karesidenan . Penetapan Tegal menjadi bagian karesidenan Pekalongan ditetapkan dalam Staatsblad 170 / 1905, Aantoonede de administratie ve Indeeling de Residentie Pekalongan, tertanggal 28 Februari 1905. Semasa pasca kemerdekaan tahun 1950-an, bangunan ini difungsikan sebagai Balaikotapraja Tegal. Sedangkan untuk Kabupaten Tegal berada di Pendopo Alun-alun Kota Tegal sekarang. Sebelum nantinya pindah ke Slawi.

Fungsi sebagai gedung DPRD dimulai tahun 1987, saat Balaikota Tegal pindah dari kompleks Balaikota lama di jalan Proklamasi menuju Pendopo Alun-alun jalan Ki Gede

Sebayu sekarang. Sementara Pemerintah Kabupaten berpindah ke selatan, tepatnya di kecamatan Slawi yang dijadikan ibukota Kabupaten Tegal.

4. Gedung Lanal Tegal

Perkembangan perniagaan yang dilecut dari angin liberalisme membawa dampak masuknya investasi dari swasta di Hindia Belanda. Sejumlah regulasi ditetapkan oleh Pemerintah kolonial. Salah satunya UU Agraria 1870. Aturan ini merubah dalam persoalan agraria. Produk hukum tersebut merupakan jawaban pemerintah kolonial atas tuntutan kaum liberal yang meminta kepastian hukum atas tanah yang dikuasai masyarakat/penduduk. Inilah yang kemudian menghasilkan hubungan horizontal.antara tanah, tenaga kerja dan kapital (baca pemilik modal). Investasi yang cukup pesat adalah pada bidang industri perkebunan.

Produk utama perkebunan yang menjadi andalan diantaranya adalah tebu, tembakau, nila, kopi dan teh. Terkecuali kopi yang didominasi negara, perkebunan lainnya melahirkan perusahaan yang bergerak dalam bidang agrikultural. Kemajuan perniagaan didorong pula oleh banyaknya lembaga pendanaan yang menyuplai permintaan modal. Seperti Handelsvereeniging dengan modal f. 1,25 juta berdiri tahun 1878. Tahun 1881 didirikan Bank Koloniale dengan modal f 0,5 juta. Terakhir tahun 1863 berdiri di Amsterdam lembaga Handelsbank Matschappij. Lembaga ini mengkhususkan pada bidang perniagaan khususnya pada pendanaan perkebunan di Hindia Belanda. Ekspansi lembaga berkembang pesat. Pada tahun 1901 membuka cabang di Singapura, berturut-turut 1906 membuka di Hongkong sebagai upaya menunjang perniagaan gula, 1920 dibuka cabang di Sanghai, Calcutta, Bombay dan Kobe sebagai upaya mendukung perniagaan katun di kawasan Asia Timur dan Asia Selatan, 1921 mendirikan cabang di Tokyo, setahun berikutnya di Yokohama. Di tahun 1950 berganti nama . Pada tahun 1959 bank ini dinasionalisasi dengan nama Bank Umum Negara.

Tegal merupakan salah satu wilayah yang pesat dengan perniagaan. Pada abad XIX wilayah ini telah memiliki industri gula dan areal perkebunan yang menjanjikan. Kawasan industri gula berpusat di Pangkah, Pagongan, Kemanglen, Balapoelang, Doekoehwringin, Kemantran dan Adiwerna Industri gula menciptakan peningkatan infrastruktur di kawasan Tegal. Pesatnya Tegal memungkinkan kawasan ini oleh pemerintah kolonial dijadikan sebagai gementee (setingkat kotapraja) tahun 1906, berdasarkan Staatsblad No 123, tertanggal 1 April 1906.

Gedung Lanal TNI Angkatan Laut menjadi bukti pesatnya dinamika perkembangan ekonomi di kota Tegal. Berdiri tahun 1914, bangunan berciri Eropa klasik dan monumental ini pernah digunakan sebagai kantor N.V Handelsbank Matschappij, sebuah lembaga perbankan yang berkaitan dengan pendanaan pada sektor perkebunan. Berada pada jalan Proklamasi No.1 Tegal, ini membuktikan sejak kolonial, kota Tegal mempunyai magnet bagi ekonomi serta perniagaan.

Berada diatas tanah seluas 2.970 meter, bangunan Lanal Tegal ini memiliki luas bangunan 1.069,2 meter dengan panjang 59,40 meter, lebar bangunan 18 meter dan tinggi bangunan mencapai 8 meter.

Tipe klasik Eropa pada bangunan ini ada pada bagian pintu masuk yang diatasnya menyerupai bangunan kastil Eropa dan menyesuaikan dengan kondisi lingkungan tropis dengan pengadaan ruang berventilasi dan jendela yang banyak dan tinggi sehingga menciptakan keteduhan di dalam ruangan.

Bangunan ini berpindah ke TNI Angkatan Laut tahun 1960 dan digunakan sebagai Markas Komando ALRI Tegal. Pernah digunakan sebagai kantor PT Yala Gita dan Gedung Sional dan sekarang dipaqkai Markas Komando Angkatan Laut Tegal.

5. SCS dan Transportasi Kereta Api di Jawa

Perusahaan Cheriboon Stroomtramm Matchappij merupakan salah satu perusahaan transportasi kereta api yang melayani trayek Semarang hingga melalui Pekalongan dan Tegal. Pada masa pemerintahan kolonial terdapat beberapa perusahaan kereta api. Diantaranya milik perusahaan pemerintah Staats Spoorwegen yang melayani trayek Batavia – Buitenzorg (). Perusahaan kereta api ini juga membuka trayek --.

Beberapa perusahaan kereta api lainnya yang pernah ada di Indonesia era pemerintah kolonial antara lain Nederlandsch Indiche Spoorweg Matschappij, Semarang Joana Stroomtram Matschappij yang melayani Semarang Juwana, Serajoedal Stroomtramm melayani trayek Banyumas-Cilacap- Banjarnegara hingga .

Gedung Birao adalah saksi bahwa Tegal menjadi penanda transportasi kereta api di Jawa yang tak lekang digerus zaman. Meski banyak yang tak mengetahui dibalik kekokohan bangunan ini.

6. SMP Negeri 1 Kota Tegal

Selain bidang transportasi pada semasa penjajahan Belanda, bidang pendidikan sangat penting khususnya bagi an Belanda maka pada tahun 1917 dibagun gedung pendidikan yang digunakan untuk Sekolah Dasar Belanda (sekolah slerok) sampai tahun 1933 dengan kepala sekolah pada waktu itu bernama Sleyer.

Bangunan gedung berdiri diatas luas tanah ± 8.888 meter dengan luas bangunan ± 588 meter, lebar bangunan ± 14 meter dan mempunyai tinggi bangunan ± 8 meter.

Menjadi sekolah MULO Belanda sampai dengan tahun 1945, setelah MULO bubar menjadi SMP Tegal dengan kepala sekolah Raden Anwar dan paqda tahun 1958 berdirilah SMP Negeri 1 pada bulan Agustus 1958 sampai sekarang.

Dalam kunjungan PDSPK ke SMP Negeri 1 Kota Tegal, didampingi oleh ibu Tuti dari bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan Kota Tegal, bertemu dengan Ibu Ries selaku kepala sekolah.

Beruntung kami juga bisa berinteraksi dengan siswa yang sedang menyelenggarakan mulok Bahasa Jawa di salah satu kelas.

Hal ini menandakan bahasa Jawa di SMP Negeri 1 Kota Tegal terjaga dengan baik karena masih diajarkan lewat mulok.

Untuk pelajaran seni dan budaya juga diajarkan di sekolah ini dimana di hari tersebut, materinya adalah seni musik latihan dengan menggunakan alat musik recorder dan pianika.

Kami berterima kasih kepada semua pihak sehingga acara kompilasi data berjalan dengan lancar, terutama Dinas Pendidikan Kota Tegal dan SMP Negeri 1 Tegal.

Sumber lain: tegalkota.go.id