KERAJINAN TENUN MELAYU RIAU UNTUK PELESTARIAN KEARIFAN LOKAL

Guslinda

Dosen PGSD FKIP Universitas Riau [email protected]

Abstract Riau Malay songket weaving craft is the cultural heritage from generation to temurum which must be maintained kelestarianya. Riau Malay songket is the craft laden with wisdom values and also valuable in the universe (universal). The presence of the Malay songket weaving craft which manifested itself in various forms and shades of course also have a philosophy and symbolism in public life. Philosophy and symbolism is evident from the style and yeast from the Riau Malay songket. The forms of the Malay Songket Weaving craft materialized in the form of clothes and belongings shovenir used in everyday life and also for traditional ceremonies. Use of Riau Malay songket can certainly be used as a medium for the preservation of culture based on local wisdom Keywords:Riau Malay songket, local wisdom

Abstrak Kerajinan tenun songket Melayu Riau merupakan warisan budaya secara turun temurum yang mesti dijaga kelestarianya. Tenun songket Melayu Riau adalah hasil kerajinan yang sarat dengan nilai-nilai kearifan danjuga bernilai secara semesta (universal). Kehadiran kerajinan tenun songket Melayu Riau yang terwujud dalam berbagai bentuk dan corak tentu juga memiliki falsafah dan perlambangan dalam kehidupan bermasyarakat. Falsafah dan perlambangan ini terlihat dari corak dan ragi dari tenun songket Melayu Riau tersebut. Bentuk-bentuk dari kerajinan Tenun Songket Melayu Riau terwujud dalam bentuk pakaian dan barang-barang shovenir yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan juga untuk upacara-upacara . Penggunaan tenun songket Melayu Riau tentu dapat dijadikan sebagai media untuk pelestarian budaya berbasis pada kearifan lokal. Kata kunci: Tenun songket Melayu Riau, kearifan lokal

PENDAHULUAN kehidupan masyarakat sampai saat ini.Salah Kerajinan tenun songket merupakan satunya tenun songket yang masih ada salah satu hasil kebudayaan yang dimiliki sampai saat ini adalah tenun songket sejak zaman prasejarah sampai sekarang. Melayu Riau. Tenun songket tersebar diseluruh wilayah Kerajinan tenun songket Melayu dengan bentuk yang khas tiap- Riau dapat dijumpai hampir disetiap daerah tiap daerah. Kekhasan bentuk kain tenun di Riau, seperti di Siak, Bengkalis, songket ditiap daerah senantiasa Pekanbaru dan lain sebagainya. Keberdaan dipertahankan, karena merupakan identitas tenun songket Melayu Riau begitu dekat dari masyarakat pendukungnya, dan dalam dalam kehidupan keseharian, karenabanyak kerangka yang lebih luas juga merupakan digunakanuntuk pemenuhan kebutuhan identitas kebudayaan bangsa Indonesia fisik dan kelengkapan kebutuhan hidup yang bersifat Bhineka Tunggal Ika. sehari-hari atau benda-benda shovenir. Keberadaan tenun songket tidak lepas Dalam penggunaan tenun songket Melayu dari tumbuh kembangnya budaya, karena Riau banyak dipakai pada acara-acara adat, merupakan bagian tidak terpisahkan dalam terutama untuk pakaian adat dan kehidupan manusia. Kerajinan tenun kelengkapan adat serta benda shovenir. songket masih dapat ditemukan dalam Tenun songket Melayu Riau bukan hanya

124

Kerajinan Tenun Songket Melayu Riau untuk Pelestarian Kearifan Lokal Guslinda sekedar memenuhi kebutuhan fisik semata (wisdom) dan kata lokal (local). Lokal tapi juga memiliki nilai-nilai, makna dan berarti setempat, sedangkan wisdom atau simbol yang merupakan pesan-pesan dalam kearifan sama dengan kebijaksanaan. Maka kehidupan masyarakat. secara umum local wisdom (kearifan lokal) Berkenaan dengan pesan-pesan atau dapat dipahami sebagai gagasan-gagasan nilai-nilai budaya yang disampaikan maka setempat (local) yang bersifat bijaksana, pemakaian dapat dilihat melalui berbagai penuh kearifan, bernilai baik, yang tertanam simbol dan ragam hias pada pakaian adat dan diikuti oleh anggota masyarakatnya. tradisional. Pakain adat ini mempunyai Sebagai sebuah istilah wisdom sering aturan-aturan tertentu kapan pakain adat diartikan sebagai 'kearifan/ kebijaksanaan', digunakan, siapa yang memakainya, dan di mana wisdom dipahami sebagai bagaimana cara memakainya harus kemampuan seseorang dalam menggunakan mengikuti aturan-aturan yang telah akal pikirannya dalam bertindak atau disepakati sesuai dengan kesepakatan bersikap sebagai hasil penilaian terhadap lembaga adat Melayu tersebut. Begitu juga sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi. dengan penggunaan corak ragam hias yang Local secara spesifik menunjuk pada ruang terdapat pada tenun songket, dimana setiap interaksi terbatas dengan system nilai yang corak itu memiliki makna dan falsafa terbatas. tertentu. Nilai mengacu kepada sifat-sifat Menurut Patria dan Siti Mutmaniah asal dari setiap benda atau mahluk yang (2015), Kearifan local atau local wisdom dijadikan corak, yang dipadukan dengan merupakan usaha manusia dengan nilai-nilai kepercayaan dan budaya menggunakan akal budinya (kognisi) untuk tempatan. Dengan mengacu kepada nilai- bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, nilai luhur yang terkandung di dalam setiap objek, atau peristiwa yang terjadi dalam corak itulah, adat resam tempatan mengatur ruang tertentu. Antariksa dalam Patria dan pemakaian dan penempatannya. Hal itu Mutmaniah (2015) juga mengatakan, menyebabkan corak menjadi kokoh, kearifan local merupakan unsure bagian menjadi kegemaran dan menjadi dari tradisi-budaya masyarakat suatu kebanggaan sehingga diwariskan secara bangsa, yang muncul menjadi bagian- turun temurun (Malik, dkk 2004). bagian yang ditempatkan pada tatanan fisik bangunan (arsitektur) dan kawasan KEARIFAN LOKAL (perkotaan) dalam geografi kenusantaraan DalamUU No.32 tahun 2009 tentang sebuah bangsa. Di dalam antropologi perlindungan dan pengelolaan lingkungan dikenal dengan istilah local genius. Haryati hidup BAB I Pasal 1 butir 30 Kearifan local Soebadio mengatakan bahwa local genius adalah nilai-nilai luhur yang berlaku dalam adalah juga cultural identity, tata kehidupan masyarakat untuk antara lain identitas/kepribadian budaya bangsa yang melindungi dan mengelola lingkungan menyebabkan bangsa tersebut mampu hidup secara lestari. menyerap dan mengolah kebudayaan asing Kearifan local terdiri dari dua kata sesuai watak dan kemampuan sendiri. yaitu kearifan (wisdom) atau kebijaksanaan Menurut Liliweri (2007: 75), mengatakan dan lokal (local) atau setempat. Jadi bahwa cultural identity terlihat dari kearifan local adalah Ide dan gagasan atau tampilan individual yang unik seperti pengetahuan yang lahir dari masyarakat bahasa, adat istiadat, gerak-gerik tubuh setempat dalam menjalankan kehidupan di waktu menari, dan pakaian. Selanjutnya lingkungan sekitar. Selanjutnya dalam Francis Wahono (2005) menjelaskan bahwa kamus besar bahasa Indonesia dikatakan kearifan lokal adalah kepandaian dan bahwa kearifan lokal (local Wisdom) yang strategi-strategi pengelolaan alam semesta terdiri dari dua kata yaitu: kearifan dalam menjaga keseimbangan ekologis

125

JURNAL PIGUR Volum 02, Nomor 01, Maret 2017 yang sudah berabad-abad teruji oleh yang memiliki nilai tinggi. Tenun songket berbagai bencana dan kendala serta bukan hanya sekedar untuk memenuhi keteledoran manusia. Kearifan lokal tidak kebutuhan sandang yang digunakan untuk hanya berhenti pada etika, tetapi sampai penutup tubuh, tapi tenun songket sarat pada norma dan tindakan dan tingkah laku, dengan berbagai makna dan simbol, sehingga kearifan lokal dapat menjadi sertanilai-nilai yang mesti dipertahankan seperti religi yang memedomani manusia dan diwariskan kegenerasi penerusnya. dalam bersikap dan bertindak, baik dalam konteks kehidupan sehari-hari maupun TENUN SONGKET MELAYU RIAU menentukan peradaban manusia yang lebih Pada dasarnya pengertian tenun jauh. songket identik dengan tenunan karena Dengan demikian bicara masalah memiliki pola teknik yang sama. Menenun kearifan lokal maka tidak lepas dari diidentikan dengan membuat kain, permasalahan budaya. menurut Spradley membuat kain pada prinsipnya mengayam (1997:5), konsep kebudayaan ditampakan dua benang secara tegak lurus (vertikal) dalam berbagai pola tingkah laku yang dengan mendatar atau (horizontal).Kata dikaitkan dengan kelompok-kelompok tenun biasanya lebih sering diikuti dengan masyarakat tertentu, seperti adat (custom) kata songket, karena itu orang sering atau cara hidup masyarakat. Nurhadi (2000) menyebutnya dengan tenun songket. Asal- juga menerangkan bahwa kebudayaan muasal namanya, songket berasal dari kata merupakan manifestasi kepribadian suatu tusuk dan cukit yang disingkat menjadi suk- masyarakat. Artinya identitas masyarakat kit. Dalam perkembangannya kemudian tercemin dalam orientasi yang menunjukan suk-kit itu banyak dilafalkan sebagai pandangan hidup serta sistem nilainya, sungkit yang kemudian berubah menjadi dalam persepsi untuk melihat dan songket.Selanjut Suarti Kartiwa (1986) menanggapi dunia luar, dalam pola serta berpendapat mengatakan bahwa, “tenun sikap hidup yang diwujudkan dalam songket adalah kain yang ditenun dengan tingkah laku sehari-hari, serta dalam gaya menggunakan benang emas atau perak dan hidup yang mewarnai peri kehidupannya. dihasilkan dari daerah-daerah tertentu saja Berdasarkan pendapat di atas tentang seperti misalnya songket , kearifan lokal dan budaya dapat di songket Minangkabau, songket Melayu dan simpulkan bahwa kearifan lokal lahir dan sebagainaya.” terjadi dalam budaya yang diciptakan dan Kain tenun songket Melayu digunakan secara bijaksana oleh manusia mengandung pengertian, hasil seni untuk selalu memaknainya. Sehingga nilai- kerajinan tangan masyarakat Melayu. Dapat nilai tersebutakan bertahan dan selalu juga dikatakan bahwa kain songket yang berusaha diwariskan dari generasi ada di tanah Melayu Riau, karena kain kegenerasi. songket dalam kehidupan masyarakat Di dalam masyarakat Indonesia Melayu umumnya dipakai pada waktu khususnya Riau kearifan local dapat tertentu yang menuntut orang harus dijumpai pada wujud budaya materi dannon memakainya seperti pada acara-acara resmi materi yaitu dalam bentuk pepatah petitih, atau perhelatan. Sebagaimana diungkapkan syair, tunjuk ajar, karya-karya seni dan oleh Ralph Linton (1962),bahwa”benda- kerajinan, seperti kerajinan anyaman, benda yang biasa dibuat atau digunakan songket, ukiran, sulaman, dan sebagainya. oleh anggota suatu masyarakat, senantiasa Salah satu karya kerajinan adalah tenun memuja di pandang sebagai kebudayaan songket yang sering digunakan dalam materil, dan dianggap sebagai bagian berbagai situasi. Tenun songket yang integral dari konfigurasi kebudayaan”. merupakan karya kerajianan anak negeri

126

Kerajinan Tenun Songket Melayu Riau untuk Pelestarian Kearifan Lokal Guslinda

PEMBAHASAN kain tenun songket juga masih berfungsi Kehadiran tenun songket Melayu untuk pakaian khususnya, baik untuk Riau dalam perkembangannya tidak lepas pakaian adat maupun pakaian masyarakat dari perkembangan kerajaan-karajaan besar umum. Tapi tenun songket Siak yang yang ada di Riau pada masa lalu. Semasa sekarang lebih banyak digunakan untuk kerajaan Melayu masih bernama Johor-Riau berbagai aktivitas seperti untuk pakai dan Riau Johor yang metupakan kelanjutan kantor. Selain untuk pakaian, tenun songket dari kerajaan Melayu Malaka pada tahun Siak juga digunakan sebagai pelengkapan 1511. Dan terus berkembanga dengan pakaian seperti tas, dompet dan sendal dan berkembangnya kerajaan besar lainnya di bahkan sepatu. Ini disebabkan karena orang Riau daratan. sebagaimana yang dalam berpakaian cendrung memakai dikemukakan oleh Malik (2004), bahwa seragam supaya lebih serasi. kegiatan menenun di bumi Melayu itu telah 2. Fungsi Estetis ada semejak kerajaan-kerajaan besar ada di Selain fungsi pakai kain tenun Riau seperti Kerajaan Pelalawan (1530- songket juga berfungsi untuk nilai estetis, 1879), Kerajaan Indragiri (1658-1838), dan dimana orang menggunakan kain songket kerajaan Siak Sri Indrapura (1732-1858). bukan karena hanya bisa menutup tubuh Pada masa ini budaya bertenun sudah saja tapi juga karena keindahanannya. tumbuh subur.Tenun songket yang semasa Sebagaimana yang dikemukan oleh Supri zaman kerajaan yang digunakan hanya oleh dalam Guslinda, (2010:84), mengatakan kalangan istana. Pada masa sekarang ini bahwa masyarakat Melayu itu dalam tenun songket Melayu Riau masih bertahan berpakaian bukan hanya untuk penutup baik corak dan bentuknya, walaupun bentuk tubuh saja tapi juga karena keindahannya. dan coraknya sudah ada dimodifikasi. Kalau dulu waktu semasa Sultan pakaian itu Sebagai mana Malik (2004) mengatakan adalah simbol dari keindahan yang dapat bahwa Pengunaan tenun songket tidak memancarkan kemewahan. Dan sampai hanya dalam acara-acara adat tetapi juga sekarang orang menggunakan kain songket dapat dikenakan dalam berbagai kegiatan di itu tertarik kerena akan keindahannya. masyarakat. Penggunaan tenun dalam Keindahan yang terdapat pada tenun masyarakat dapat terlihat dari fungsi-fungsi songket Melayu Riau tersebut dimunculkan tenun songket Melayu Riau tersebut di oleh penggunaan motif-motif yang masyarakat. ditampilkan pada permukaan kain tersebut. Bertahannya kerajinan tenun songket 3. Fungsi Ekonomi Riau sampai hari ini, tidak lepas dari peran Pada masa sekarang ini tenun songket aktif masyarakat penganut dari budaya Melayu juga sudah dijadikan sebagai mata tersebut, yang senatiasa menggunakan dan pencarian terutama bagi si pengrajin mempertahankan. Pengunaan tenun songket sendiri. Dimana kain tenun songket Siak hampir dijumpai di setiap waktu dan dapat di perdangakan. Kalau dahulu kain kesempatan. Dari hasil penelitian yang tenun songket Siak tidak diperjual belikan sudah dilakukan didapat bahwa karena orang membuat kain tenun songket penggunaantenun songket pada masa itu karena untuk dipakai sendiri. Dalam sekarang ini memiliki beberapa fungsi penelitian Guslinda menurut Hj Ramlah yaitu: Aisyah dalam Guslinda (2010) mengatakan bahwa dahulu orang membuat kain tenun 1. Fungsi pakaian songket ini adalah untuk pakai sendiri. Kain Tenun songket yang berfungsi pakai tenun songket dibuat untuk keperluan acara maksudnya adalah kain tenun songket yang besar seperti pernikahan atau acara yang digunakan oleh masyarakat untuk pakaian dianggap sakral. Tapi Sekarang ini orang dan kelengkapannya. Untuk sekarang ini,

127

JURNAL PIGUR Volum 02, Nomor 01, Maret 2017 membuat kain songket untuk diperjual memiliki fungsi sosial dimana kain tenun belikan. songket ini dapat diwariskan secara turun Untuk sekarang tenun songket Siak temurun dari generasi kegenerasi, selain itu dapat dikatakan sudah memiliki nilai kain tenun songket siak saat ini dalam ekonomis yang cukup tinggi. Dimana untuk pemakaiannya juga sudah sangat beragam menjualnya tidak terlalu susah-susah untuk di masyarakat. orang sudah menggunakan melakukan pemasaran kemana-mana. kain tenun songket ini di segala suasana. Sebagaimana yang dikatakan oleh ibu Rahimna dalam Guslinda (2010), bahwa CORAK DAN PENGGUNAAN TENUN untuk pemasaran tidak sulit karena orang SONGKET MELAYU RIAU sudah tahu bagamana keberadaan tenun Corak dalam tradisi Melayu Riau songket tersebut. Pembelinya tenun disebut juga dengan motif atau pola, ragi, songket ini bukan saja datang dari Riau bentuk dasar, acuan induk, bentuk asal atau sendiri bahkan dari daerah-daerah lain yang gambar asal. Corak dasar tenun songket datang ke Riau, bahkan juga dijadikan Melayu Riau umunnya bersumber dari untuk oleh-oleh dari Riau. alam yang terdiri dari flora, fauna, dan 4. Fungsi sosial benda-benda angkasa. Menurut Malik, Kain tenun songket selain memiliki (2004), mengatakan bahwa corak tenun fungsi yang lain juga memiliki fungsi sosial songket Melayu Riau berasal dari bentuk dimana, dengan adanya seorang flora, fauna dan benda langit yang direka- mengenakan kain tenun songket akan dapat reka dalam bentuk-bentuk tertentu, baik menunjukan status dan hubungan sosial menrut bentuk asalnya sepeti bunga kundur, antara yang satu dengan yang lain. bunga hutan, maupun dalam bentuk Penggunaan tenun songket yang terdapat abstraknya yang sudah diabstrakkan atau pada pakaian ini memang tidak terlalu dimodifikasi sehingga tidak lagi berbeda antara yang satu dengan yang menampakkan wujud asalnya tetapi lainnya. Namun ada ketentuan yang menggunakan namanya saja seperti itik disepatakati walaupun tidak ada secara pulang petang, semut beriring. tertulis, dimana untuk warna hitam dan Bagi orang Melayu corak tak hanya kuning tidak boleh dipakai oleh sembarang menjadi hiasan semata, tetapi juga dijadikan orang. Yang memakai warna tersebut hanya lambang atau simbol yang mengandung datuk-datuk atau keturunan kerajaan. Kalau makna dan falsafah tertentu yang sarat untuk warna yang lain boleh saja digunakan berisi nilai-nilai luhur budaya oleh siapa saja, bahkan orang pendatangpun tempatan.Nilai-nilai budaya dari corak dapat mempergunkannya sesuai dengan tersebut terlihat dari makna yang pepatah ”dimana bumi dipijak disitu langit diungkapkan dalam bentuk pantun-pantun, dijunjung”. Sebagaiman Nuraisyah dalam seperti nama-nama corak tenun songket Guslinda (2010) mengatakan, kain tenun Melayu Riau diantaranya adalah: songket Melayu Riau yang ada juga Tabel 1. Corak Dasar, Nama Corak, dan Makna Corak Corak Nama Corak Makna Corak Dasar Flora Tampuk manggis Tampuk manggis bunga hutan Ditekat menjadi bunga bertabur Elok manis barang kelakuan Diingat orang sampai kekubur Tampuk manggis Tampuk manggis tapak catur variasi tapak catur Sama setara susun dan tempat Dalam majelis sifat diukur

128

Kerajinan Tenun Songket Melayu Riau untuk Pelestarian Kearifan Lokal Guslinda

Budi yang mulia tanda beradat Pucuk rebung Hiasan pucuk rebung penuh penuh Bagaikan bintang isi didalam Perangai elok laku senonoh Habislah hutang hialnglah dendam Bunga melati Memakai hiasan bunga melati Muka jernih hatipun suci Sengketa jauh hasad berhenti Berkah mengalir tiada henti

Fauna Siku banji dengan Hiasan siku keluang banji hiasan semut Berpadan dengan semut beriring beriring Tanda berilmu memegang janji Tanda berkawan jalan seiring Siku keluang Hiasan siku keluang banji Berpadan dengan semut beriring Tanda berilmu memegang janji Tanda berkawan jalan seiring Benda- Awan larat Hiasan kuntum bertangkai lengkap benda Awan larat nama induknya angkasa Dengan senyum merangkai cakap Laut dan darat sama eloknya

Corak-corak yang beragam tersebut memberikan simbol adat an dan marwah ditempatkan pada pakaian, baik pakaian yang tinggi. Sebagaimana Geertz (1992) adat ataupun pakaian resmi lainnya. Maka mengatakan simbol adalah sarana untuk pakaian yang terbuat dari tenun songket menyimpan atau mengungkapkan makna- tersebut apabila dipakai akan dapat makna apakah itu berupa gagasan (ideas), memberikan makna baik bagi sipemakainya sikap-sikap (attitudes), pertimbangan- maupun bagi orang lain yang melihatnya. pertimbangan (judgments), hasrat-hasrat Sebagimana orang yang memakai pakaian (longings), atau kepercayaan-kepercayaan adat dengan menggunakan tanjak. Tanjak (beliefs), serta abstraksi-abstraksi dari mengandung makna adat dan tanjak juga pengalaman tertentu (abstractions from mengandung marwah, sebagaimana experience fixed) dalam bentuk yang dapat terungkap dalam pantunya yaitu: dimengerti. Selanjutnya Abdul Malik,dkk (2004), Besar sungguh buah cempedak bahwa pakaian orang melayu Riau yang Cempedak setangkai berdaun lebat terbuat dari tenunan yang kaya akan Besar sungguh tuah bertanjak khazanah kebudayaan harus memiliki nilai Tanjak dipakai mengandung adat tinggi bukan hanya sekedar berfungsi untuk melindungi tubuh tapi lebih dari itu Mengapa parang bertangkai pandak berfungsi untuk menutup malu, menjeput Tangkai pandak mencencang mudah budi, menjunjung adat, menolak bala, dan Mengapa orang memakai tanjak menjunjung bangsa. Tanjak dipakai mengandung marwah Hal ini menunjukan bahwa pakaian bagi orang Melayu memiliki nilai Berdasarkan pantun di atas tampaklah pragmatis, namun juga bernilai religius, bahwa pengunaan pakaian adat yang adat dan kultural, dan estetis. Sesuai terbuat dari tenun songket memilki

129

JURNAL PIGUR Volum 02, Nomor 01, Maret 2017 dengan ungkapan dalam budaya Melayu dapat dijadikan sebagai penuntun dan yang berbunyi”pantang memakai pedoman dalam bertindak dan perperilaku memandai-mandai” artinya bahwa pakaian dalam masyrakat. Untuk dapatnya yang terbuat dari tenun songket tidak dapat terwariskan secara turun-temurun dipakai disembarangan tempat, tetapi harus pengenalan dan pemahaman tentang tenun mengikuti ketentuan yang sudah diatur oleh songket Melayu Riau dapat dimasukan adat. kedalam pembelajaran budaya Melayu. Kebudayaan memakai kain tenun Supaya para anak didik dapat memahami songket pada masyarakat Melayu dari tenun songket tersebut. merupakan proses sosial di mana makna- makna diproduksi, dialihkan dan DAFTAR PUSTAKA dipertukarkan. Sesuatu yang digunakan Geertz, Clifford, 1992. Tafsirkebudayaan, sebagai tanda akan menghasilkan makna. Yogyakarta, Kanisius. Karena karya budaya tidak terlepas dari Guslinda. 2016. Perubahan, Bentuk, Fungsi makna. Makna yang tersirat dari suatu dan Makna Tenun Songket Siak pada bentuk objek, dalam tingkatannya terdiri Masyarakat Melayu Riau. Pendidikan dari dua lapis yaitu denotatif dan konotatif. Guru Sekolah DasrVol 5. No 1. Menurut Dudi Wiyancoko (2000) Makna April-September. denotatif adalah makna lapis pertama, dapat Kartika, Suwati, 1989. Kain Songket segera dipelajari pada fisik produk (fungsi, Indonesia. Djambatan. Jakarta. material, dll). Sedangkan makna konotatif Liliweri, Alo, 2007, Makna Budaya Dalam adalah makna yang pada lapisan kedua, Komunikasi Antar Budaya, seperti halnya makna ideologis, mitologis Yogyakarta, LKIS. dan teologis yang melatari bentuk fisik dan Linton, Ralph, 1962. Latar belakang fungsi pratis suatu produk. Kebudayaan Dari Pada kebudayaan. Jakarta. Djaja Sakti. KESIMPULAN Malik, Abdul, dkk, 2004, Corak Dan Ragi Bertahannya sampai saat ini Tenun Melayu Riau. Yogyakarta. penggunaan tenun songket pada Adicita. masuyarakat Melayu Riau menjukan bahwa Ritzer, George, 2005.TeoriSosiologi masih terjaganya dan lestarinya budaya Modern, Jakarta, Prenada Media. tenun songket tersebut. Hal ini dikarenakan Spradley, James P, 1997. Metode Enografi, tenun songket dapat bertahan terhadap Yogyakarta, PT Tiara Wicana budaya yang datang dari luar, walaupun Wiyancoko, Dudi. 2000. Dimensi beragam bentuk dan model pakain yang ada Kebudayaan Dalam Desain. Orasi sekarang tetapi tenun songket tetap Ilmiah 18 Agustus 2000 ITB dipertahankan keberadaannya. Bandung. Syaratnya nila-nilai dan falsafah yang terdapat pada tenun songket Melayu Riau

130