BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islamic Center Adalah Ruang Dimana Kegiatan Ummat Islam Berlangsung. Islamic Center Di Indon

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islamic Center Adalah Ruang Dimana Kegiatan Ummat Islam Berlangsung. Islamic Center Di Indon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islamic Center adalah ruang dimana kegiatan ummat islam berlangsung. Islamic Center di Indonesia tidak lahir sendiri. Ia dikembangkan dari negara negara barat untuk menampung kegiatan islami seperti sholat, ceramah agama, dan kegiatan lainnya yang behubungan dengan ke-Islaman. Islamic Center muncul pertama kali karena adanya keresahan ummat muslim di negara barat yang menjadi minoritas. Sulit rasanya bagi mereka untuk melaksanakan ibadah juga bersilaturahmi dengan ummat muslim lainnya. Artinya, Islamic Center muncul sebagai wadah ummat muslim disana untuk melakukan kegiatan Islami mereka, sebagai pengganti masjid yang sedari awal dinisbatkan sebagai pusat kegiatan muslim. Seperti kata Prof. Syafii Karim dalam (Muis A, 2010 p. 12) bahwa "Islamic Center merupakan istilah yang berasal dari negara-negara barat yang dimana minoritas masyarakatnya beragama Islam. Jadi untuk memenuhi segala kebutuhan akan kegiatan-kegiatan Islam mereka kesulitan untuk mencari tempat. Untuk itu aktivitas-akivitas Islam tersebut dipusatkan dalam suatu wadah yang disebut Islamic Center." Islamic Center (IC) sebagai pusat umat islam di luar negeri ini pun kemudian diadopsi oleh masyarakat Indonesia. Islamic Center banyak dibangun di Indonesia, meski Islam di Indonesia bukanlah agama minoritas. Islamic Center pertama di Indonesia yaitu PUSDAI (Pusat Dakwah Islam) di jawa barat. Islamic center muncul pada tahun 1978 tepatnya pada saat pemerintahan Gubernur H. Aang Kunaefi. Saat itu islamic center menjadi perbincangan oleh para umat muslim di Jawa Barat. Kemudian pada tanggal 11 September 1980 dilakukan musyawarah yang hasilnya adalah persetujuan perealisaisan gagasan pembangunan Islamic center di Jawa Barat. Dalam musyawarah tersebut disepakati bahwa fungsi utama islamic center adalah sebagai sebuah sarana dalam mengembangkan dan menyebarkan Islam dan kebudayaan islam di Jawa Barat. Selain itu, dibangunnya Islamic Center ini juga diharap dapat menciptakan sumber daya manusia umat islam yang mempunyai daya cipta, berdaya pembaharuan, bertaqwa serta berilmu (Awang Rozi, 2013, p. 2 & 3) 1 Semenjak itu, islamic center semakin banyak bermunculan diberbagai daerah seperti di jakarta yaitu JIC (Jakarta Islamic Center) yang awalnya merupakan tempat prostitusi yang dilokalisasi bernama kramat tunggak, kemudian tempat itu mendapat kecaman dari masyarakat sehingga digusur dan dibangunlah Jakarta Islamic Center yang mulai aktif di gunakan pada tahun 2002. Sampai di sini, Islamic Centre sebagai sebuah praktik kebudayaan sebenarnya punya problem sendiri terkait dengan pemaknaan Islamic Center sendiri dalam konteks Indonesia. Sebagai sebuah praktik budaya yang diadopsi dari luar, Islamic Center di Indonesia diterjemahkan dengan cara yang mungkin tidak sama dengan Islamic Center yang ada di Barat. Islamic Centre juga dibangun di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Kota Mataram berada di pulau Lombok, pulau yang dikenali sebagai pulau seribu masjid dan mayoritas masyarakatnya beragama Islam. Islamic Center di Mataram mempunyai luas 7,6 hektar dengan bangunan utama yaitu Masjid Raya Hubbul Wathan yang tinggi dan megah. Masjid yang dibangun pada tahun 2010 lalu ini memiliki fasilitas ballroom, ruang meeting, dan beberapa ruang VIP lainnya. Uniknya Islamic Center di Kota Mataram malah menjadi ‘ikon’ dari pulau seribu masjid ini. Dari sekian banyak masjid yang ada di kota mataram, Islamic Center menjadi masjid terbesar dan termewah di pulau seribu masjid ini. Islamic Center telah menjadi ikon dari kota Mataram yang akrab disebut Pulau seribu masjid dengan fungsi yang sangat beragam, mulai dari sholat lima waktu, kajian agama dengan Ustadz dan UIama, sebagai pasar seni, pengadaan event, juga tempat wisata religi dan terbuka untuk umum baik masyarakat lokal maupun mancanegara. (Effendi, 2016 : Kompasiana, di akses 3 Mei 2019). Kepala Dinas Pariwisata bekerjasama dengan pengurus Islamic Center pada bulan mei – juni 2017 lalu untuk mengadakan rangkaian kegiatan dibulan Ramadhan yaitu “Pesona Khazanah Ramadhan. Acara ini mejadikan kegiatan keagamaan sebagai fokus utama. Rangkaian acara dimulai dari seremoni pembukaan dengan acara tabligh akbar yang dipimpin oleh Tuan Guru Bajang (TGB) dan Ustadz Yusuf Mansyur. Prof. Dr. Syeikh Khalid Barakat yang berasal dari Lebanon juga ikut meramaikan acara, kemudian Syeikh Ezzat El-Sayyed dari Mesir, Syeikh Mouad 2 Douaik dari Maroko serta Syeikh Ahmad Jalal Abdullah Yahya dari Yordania. Para imam besar tersebut bergiliran memimpin sholat taraweh di Islamic Center Mataram. Selain acara keagamaan, beberapa acara hiburan juga dipersiapkan di Islamic Center. Mulai dari kampung kuliner yang diadakan saat Ramadan, kaligrafi, yang masih bertemakan islami sampai event dan lomba yang diadakan untuk umum seperti lomba membuat VLOG (Video Blog), dan foto. Dinas pariwisata juga menyediakan fasilitas penunjang yaitu Wi-fi untuk para pengunjung Islamic Center Mataram. Islamic Center sekarang bukan lagi hanya menjadi tempat untuk melakukan kegiatan keagamaan, namun juga sebagai tempat berkumpul, tempat wisata, bahkan menjadi tempat untuk mengadakan event dan pesta yang meriah. Islamic Center di Lombok mengalami hibridisasi budaya. Hibridasi budaya yaitu ketika batasan yang telah ada didalam sebuah sistem kebudayaan terjadi pelenturan dan akhirnya terjadi ketidakjelasan atau keambiguan terkait apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan. Hal ini kemudian menghasilkan suatu ruang baru yang sangat berpotensi dimaknai secara beragam oleh masyarakat, bahkan tidak terbatas .Peneliti berasumsi, adanya Islamic Center merupakan fenomena baru dimana terdapat usaha untuk memamerkan Islam yang tidak sekuler, idealis dan kaku. Kemudian untuk membaca fenomena ini, Asef Bayat menawarkan kerangka baru dalam menganalisa yaitu Post- Islamisme. Post-Islamisme mempunyai ciri yaitu Islam yang cenderung pragmatis, realistis dan bersedia berdamai dengan realitas. Salah satu contoh fenomena yang terjadi yaitu di Teheran, Iran, Ketika ruang publik Islamisme pada tahun 1980-an yang kemudian berubah dan menjadi titik kemunculan post-Islamisme. Pada saat itu, Iran mengalami puncak Islamisme dimana pendirian negara Islam didasarkan pada Wilayatul Faqih (Pemerintahan tertinggi berasal dari ahli hukum Islam). Pada masa ini, semua hukum harus berlaku sesuai dengan prinsip prinsip Islam. Islamisme yang secara umum didasarkan pada pembacaan tentang Islam dan ditafsirkan sebagai sistem sosial, politik, ekonomi, dan moral yang lengkap telah menjawab semua persoalan manusia (Bayat, 2007, p. 97) Artinya Islamisme bersifat tertutup, eksklusif, tidak toleran terhadap kemajemukan dan memonopoli kebenaran Islam dimana ideologinya bersifat absolut dan totaliter pula sehingga menutup kemungkinan untuk berdampingan dengan 3 banyak pandangan yang berbeda disekitarnya. Teheran mengalami krisis pemerintahan pada bangsanya secara menyeluruh yang akibatnya pada kepadatan penduduk, polusi, pengelolaan negara yang tidak beraturan dan terlemahkan oleh perang suadara. Kota Teheran juga awalnya adalah kota yang di dalalmnya terbagi antara dua daerah, yaitu utara dan selatan. Dalam bukunya, Asef Bayat menyebutnya sebagai kelainan internal, dimana daerah selatan pada masa pemerintahan sebelumnya adalah yang tradisional dan miskin sedangkan utara adalah daerah yang berada dalam naungan rezim Islamisme yaitu yang kaya dan terbaratkan. Kemudian pada tahun 1989, Presiden baru Rafsanjani menunjuk Ghulam Husein Karbaschi (mantan mahasiswa teologi yang telah menjadi perencana kota) untuk menetralisir semua kekacauan. Setelahnya, Teheran telah mempunyai karakter baru dan berubah menjadi kota yang hampir tidak mencirikan “Kota Islam” dalam kurun waktu delapan tahun. Simbolisme, Jalan tol, papan iklan, mall, pusat perbelanjaan telah menjadi pertanda awal munculnya Pos-Islamisme dalam ruang public kota. Kota baru ini akhirnya pun mengeliminasi sosial dan budaya yang telah memisahkan antara utara dan selatan. Karbaschi melakukan pembaharuan kota, menciptakan banyak taman public, membangun komplek budaya didaerah selatan,serta jalan penghubung antara utara dan selatan. Menurut Karbaschi, taman taman public ini merupakan sebuah taman sentral yang mempunyai visi pemandangan sebagai pintu keamanan social dimana kelas social, perbedaan etnik bercampur bersama ruang rekreasi yang aman secara moral (Bayat, 2007, p. 99). Ruang yang terbentuk dari Gerakan Pos Islamisme ini pada akhirnya menjadi acuan penelitini dalam mengidentifikasi Islamic Center Mataram sebagai Ruang Post Islamsime. Dalam konteks teoritis dan praktis penelitian ini menjadi penting dalam membawa wacana dan perspektif post-Islamisme ke jantung kegiatan Islam yakni masjid/Islamic Center. Dalam konteks disiplin komunikasi, penelitian ini penting untuk melihat bagaimana teknologi media/komunikasi modern turut mengkonstruk ruang religius. Selama ini penelitian Islamic Center diteliti oleh disiplin lain, misalnya, Islamic Center pernah di teliti oleh Rida Mardia, mahasiswi UIN Makassar Fakultas Ushuluddin Filsafat dan Politik, jurusan sosiolog agama tahun 2017. Objek dalam penelitiannya adalah Islamic Center Dato Tiro kota Bulukumba. Penelitiannya berfokus pada bagaimana Islamic Center mengalami perubahan fungsi menjadi 4 tempat wisata dan berfoto, kemudian mengangap hal tersebut terjadi karena adanya aturan yang kurang tegas dan tidak jelas dari pengurus Islamic Center. Berbeda dengan penelitian ini, Peneliti berasumsi bahwa perubahan atau pemultifungsian Islamic Center dapat dilihat dengan cara yang berbeda melalui Pos-Islamisme,
Recommended publications
  • Rodja TV's Involvement in the Civil Society Discourse for Community Development
    Jurnal Komunikasi Malaysian Journal of Communication Jilid 34(3) 2018: 226-244 Media and Religion: Rodja TV’s Involvement in the Civil Society Discourse for Community Development ANDI FAISAL BAKTI Universitas Pancasila, Indonesia ABSTRACT After Soeharto’s fall in 1998, a plethora of different types of media discovered ways to grow and expand in Indonesia. After Indonesia accepted the democratic political system, freedom of expression became part of everyday life. As pillars of democracy, the media are the tools par excellence for the expression of the people’s ideas. Established in 2007, Rodja TV started its own discourse amidst civil society. The aim of this paper is to see the involvement of Rodja TV in the civil society discourse for community development. To what extent Rodja TV’s discourse has involved the four civil society spheres - private, public, market, and the state - and how it pursued the creation of the exemplified community it promotes. This paper takes the qualitative approach and uses data gathered from observation, documents, and interviews. Apparently, Rodja TV has adopted a safe discourse by showing its propensity for mainstream Sunni Islam rather than taking the jihadi approach to politics that strives for the establishment of an Islamic state. Rodja TV’s main targets are localism and globalism but it is open to local values and selected expressions of modernism. However, it does not criticise the Indonesian government in fighting terrorism. While the station initially targeted a limited audience, because it broadcasts information about Islamic tenets, its public audience widened and members of Muslim associations, businessmen, and members of the government have become attracted to Rodja TV’s programs.
    [Show full text]
  • Hegemony of Mui Halal Labeling Ushuluddin And
    HEGEMONY OF MUI HALAL LABELING THESIS Submitted to Ushuluddin and Humanity in Partial Fulfillment of The Requirements for The Degree of S-1 of Islamic Theology on Theology and Islamic Philosophy Departement By: AKBAR FARID NIM: 134111015 USHULUDDIN AND HUMANITY FACULTY STATE ISLAMIC UNIVERSITY (UIN) WALISONGO SEMARANG 2019 i ii iii iv MOTTO احلﻻل بني واحلرام بني وبينهما امور متشبهات ﻻ يعلمهن كثري من الناس, فمن اتقى الشبهات فقد استرب ألدينو وعرضو. )رواه مسلم( Translation: "It is clear that lawful and unlawful is already clear; and between them there are things that musyta-bihat (doubtful, vague, not clearly lawful illegitimate), most people do not know the law. Whoever careful of doubtful cases, indeed he had saved religion and pride ... "(HR. Muslim) “All men are intellectuals, one could therefore say: but not all men have in society the function of intellectuals” (Gramsci in his thesis of The Formation of the Intellectuals) v DEDICATION This thesis is decicated to: My God who sent Prophet Muhammad SAW who have made me to get an enjoyability of faith, Islam, and moral values in my life. My lovely parents: H. Abdul Mutolip and Hj. Intim Irmawati love and respect are always for you. Thanks for the hard efforts in making my education`s success. My beloved brothers and sisters: Nilam Kusuma, Rusdiarto Wisnu Prabowo, Nadea Feby Ayuningtyas. I love you more than anything in the world. I hope that you always do the righteous and get your dreams. My beloved woman, Aliyatur Rofi`ah, that will be past, present, and future in my life. All of my beloved teachers at Kindergarten of Masyitoh Kalegen, Elementary School of State Kalegen 1, Junior High School of State 1 Bandongan, Senior High School of State 4 Magelang, State Islamic University of Walisongo Semarang, specially Boarding school of Raudlatuth Thalibin Tugurejo, who taught me and inspired me to always study and open my mind.
    [Show full text]
  • The Meaning of the Relatioship Between Bale Nyungcung Roof and Inner Room in Architectural Design of Mosques at Sunda Tatar a Ca
    Contents available at: www.repository.unwira.ac.id https://journal.unwira.ac.id/index.php/ARTEKS Research paper doi: 10.30822/arteks.v6i1.538 The meaning of the relatioship between bale nyungcung roof and inner room in architectural design of Mosques at Sunda Tatar A case study of Majalaya, Manonjaya, and Banten Great Mosques Roza Rahmadjasa Mintaredja, Purnama Salura* , Bachtiar Fauzy Architecture Study Program, Faculty of Engineering, Universitas Katolik Parahyangan Jl. Ciumbuleuit no. 94, Bandung, Indonesia ARTICLE INFO ABSTRACT Article history: There has been a decline in the form and function of Sundanese Received May 19, 2020 vernacular architecture for large buildings due to the absence of Received in revised form June 26, 2020 artifacts in village houses. The data on palace or keraton and Accepted October 11, 2020 terraced roofs are only found in lontar and from outside observers Available online April 01, 2021 in the XVI century. Meanwhile, the phenomenon of the bale Keywords: nyungcung roof emerged on the mosque in the XVI-XIX centuries at Bale nyungcung West Java after disappearing for more or less two centuries. The Inner room reappearance makes it interesting to study this concept, especially Meaning relationship with the focus on its relationship with the inner room of the mosque. Mosque This research was conducted on the Great Mosque spread in Sunda Sundanese architecture Tatar such as the West Java and Banten Provinces with buildings of Majalaya, Manonjaya, and Banten used as case studies. It was conducted qualitatively and interpretatively using the building anatomical theory to analyze the scope of shape and the bale nyungcung roof.
    [Show full text]
  • PUSAT KEGIATAN ISLAMI DI MALINO KABUPATEN GOWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Dalam R
    PUSAT KEGIATAN ISLAMI DI MALINO KABUPATEN GOWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Syarat dalam Rangka Menyelesaikan Studi pada Program Sarjana Arsitektur Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Oleh : ANDI JAMALUDDIN 601.001.12.040 PROGRAM SARJANA ARSITEKTUR JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2018 HALAMAN PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa penulisan skripsi ini dilakukan secara mandiri dan disusun tanpa menggunakan bantuan yang tidak dibenarkan, sebagaimana lazimnya pada penyusunan sebuah skripsi. Semua kutipan, tulisan, atau pemikiran orang lain yang digunakan di dalam penyusuan skripsi, baik dari sumber yang dipublikasikan ataupun tidak termasuk dari buku, seperti artikel, jurnal, catatan kuliah, tugas mahasiswa lain dan lainnya, direferensikan menurut kaidah akedemik yang baku dan berlaku. Makassar, 27 Agustus 2018 Penyusun ANDI JAMALUDDIN NIM. 601.001.12.040 i ii iii KATA PENGANTAR بِ ۡس ِمِِٱ َّللِِٱل َر ۡح َٰ م ِهِِٱل َر ِحي ِمِ ِ Assalamu ‘alaykum wa rahmatullahi wa barokatuh. Dengan nama Allah jalla jalaluhu yang maha perkasa lagi maha mengetahui yang telah memberikan kekuatan jasmani dan rohani serta pemahaman ilmu, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi atau tugas akhir S1 program studi teknik arsitektur dengan judul: Pusat Kegiatan Islami di Malino Kabupaten Gowa dengan Pendekatan Arsitektur Islam Salam dan shalawat kepada Nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam, serta kelurga dan para sahabat beliau. Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis telah mendapatkan begitu banyak pengetahuan dan informasi yang bermanfaat dari bebagai pihak. Karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin berterima kasih kepada: 1. Rosmiati Jamal dan M. Darwis Petta Engka sebagai Orang tua penulis yang senang tiasa memberikan do’a dan dorongan berupa materil maupun moril.
    [Show full text]
  • Arabs and "Indo-Arabs" in Indonesia: Historical Dynamics, Social Relations and Contemporary Changes
    IJAPS, Vol. 13, No. 2, 45–72, 2017 ARABS AND "INDO-ARABS" IN INDONESIA: HISTORICAL DYNAMICS, SOCIAL RELATIONS AND CONTEMPORARY CHANGES Sumanto Al Qurtuby* Department of General Studies, King Fahd University of Petroleum and Minerals, KFUPM Box 201 Dhahran 31261, Saudi Arabia email: [email protected] Published online: 15 July 2017 To cite this article: Al Qurtuby, S. 2017. Arabs and "Indo-Arabs" in Indonesia: Historical dynamics, social relations and contemporary changes. International Journal of Asia Pacific Studies 13 (2): 45–72, https://doi.org/10.21315/ijaps2017.13.2.3 To link to this article: https://doi.org/10.21315/ijaps2017.13.2.3 ABSTRACT This article outlines the origins, development and historical dynamics of Arabs in Indonesia and discusses responses of Indonesians, particularly Muslims, towards this group. It sketches a variety of Indonesia's Arabs—sadah and non-sadah alike— and their contributions to the shape of Indonesian Islam, Islamic cultures and Muslim politics. It also traces the roots of—and depicts the historical dynamics and changes—social relations and interactions between Arabs and local populations. The relations between Arabs and non-Arabs in the country have always been marked with conflict and tensions on the one hand, and peace and cooperation on the other. Some Muslims in the country "have admired" and built a strong relationship with the Arabs and "Indo-Arabs" while others have denounced them as the destroyers of Indonesia's local traditions, civic pluralism, social stability and interreligious tolerance. This article tries to portray this paradox, discuss factors contributing to the damaging image of Arabs in contemporary Indonesia, and explain the rationales behind it.
    [Show full text]
  • Changing a Hindu Temple Into the Indrapuri Mosque in Aceh: the Beginning of Islamisation in Indonesia – a Vernacular Architectural Context
    This paper is part of the Proceedings of the 1st International Conference on Islamic Heritage Architecture and Art (IHA 2016) www.witconferences.com Changing a Hindu temple into the Indrapuri Mosque in Aceh: the beginning of Islamisation in Indonesia – a vernacular architectural context Alfan1 , D. Beynon1 & F. Marcello2 1Faculty of Science, Engineering and Built Environment, Deakin University, Australia 2Faculty of Health Arts and Design, Swinburne University, Australia Abstract This paper elucidates on the process of Islamisation in relation to vernacular architecture in Indonesia, from its beginning in Indonesia’s westernmost province of Aceh, analysing this process of Islamisation from two different perspectives. First, it reviews the human as the receiver of Islamic thought. Second, it discusses the importance of the building (mosque or Mushalla) as a human praying place that is influential in conducting Islamic thought and identity both politically and culturally. This paper provides evidence for the role of architecture in the process of Islamisation, by beginning with the functional shift of a Hindu temple located in Aceh and its conversion into the Indrapuri Mosque. The paper argues that the shape of the Indrapuri Mosque was critical to the process of Islamisation, being the compositional basis of several mosques in other areas of Indonesia as Islam developed. As a result, starting from Aceh but spreading throughout Indonesia, particularly to its Eastern parts, Indonesia’s vernacular architecture was developed by combining local identity with Islamic concepts. Keywords: mosque, vernacular architecture, human, Islamic identity, Islamisation. WIT Transactions on The Built Environment, Vol 159, © 2016 WIT Press www.witpress.com, ISSN 1743-3509 (on-line) doi:10.2495/IHA160081 86 Islamic Heritage Architecture and Art 1 Introduction Indonesia is an archipelago country, comprising big and small islands.
    [Show full text]
  • Redesign Interior Sarana Penunjang Pusat Dakwah Islam Jawa Barat Melalui Pendekatan Nilai – Nilai Islami
    PENGANTAR TUGAS AKHIR REDESIGN INTERIOR SARANA PENUNJANG PUSAT DAKWAH ISLAM JAWA BARAT MELALUI PENDEKATAN NILAI – NILAI ISLAMI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Desain Oleh : Rajip Anwar (1403110071) PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR FAKULTAS INDUSTRI KREATIF UNIVERSITAS TELKOM BANDUNG 2016 HALAMAN PENGESAHAN REDESIGN INTERIOR SARANA PENUNJANG PUSAT DAKWAH ISLAM JAWA BARAT MELALUI PENDEKATAAN NILAI-NILAI ISLAMI Oleh Nama : Rajip Anwar NIM : 1403110071 Program Studi : Desain Interior Bandung, 15 Agustus 2016 Mengesahkan : Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2 (Fajarsani Retno Palupi, S.Sn., M.Ds) (Titihan Sarihati, S.Sn., M.Ds) ii HALAMAN PERNYATAAN Dengan ini saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama : Rajip Anwar NPM : 1403110071 Fakultas/ Jurusan : Fakultas Industri Kreatif/ Desain Interior Menyatakan bahwa laporan tugas akhir yang berjudul “Redesain Interior Sarana Penunjang Pusat Dakwah Islam Jawa Barat Melalui Pendekatan Nilai-Nilai Islami” ini adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri. Seluruh isi, karya seni dan desain yang saya buat merupakan karya sendiri. Seluruh isi dalam Pengantar Karya Tugas Akhir ini berasal dari sumber-sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Saya tidak melakukan penjiplakan secara keseluruhan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat akademik. Apabila pada masa mendatang diketahui bahwa pernyataan ini tidak benar adanya, saya bersedia menerima sanksi yang diberikan. Demikian pernyataan ini saya buat. Bandung, 15 Agustus 2016 Rajip Anwar iii KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillahi rabbilalamin, penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T berkat karunia dan segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad s.a.w yang telah menunjukkan jalan kebenaran kepadaku selaku muslim.
    [Show full text]
  • The Royal Mosques in Indonesia from 16Th to Early 20Th Centuries As a Power Representation
    I.P. Nasution, Int. J. of Herit. Archit., Vol. 1, No. 3 (2017) 494–502 THE ROYAL MOSQUES IN INDONESIA FROM 16TH TO EARLY 20TH CENTURIES AS A POWER REPRESENTATION ISMAN Pratama NASUTION Department of Archaeology, Faculty of Humanities, Universitas Indonesia, Indonesia. ABstract This study describes the characteristics of the royal mosques in Indonesia from the 16th century to the early 20th century through the architectural and archaeological study of the building’s components. Royal mosques are meaningful in the concept of building because they are the places for sultans and their people to pray, and these mosques are located in the capital cities of the Islamic empires that rep- resent the sultans and became the identity of the characters of the Islamic empires in the past. Through architectural and archaeological studies of several kingdom’s mosques in Java, Sumatra, Borneo, Sulawesi and North Maluku, this research observes the data with the context of space (spatial) with the central government (the palace), squares, markets, tombs and other buildings of a king. In addition, this paper studied the aspects of power relations with the palace mosque as the centre of power, to reveal the power of representation in the mosque, with attention to the style of the building and ritual. The results obtained show that the royal mosques in Indonesia have special characteristics displayed in the building form and the local ritual practices that are different from non-royal mosques and the mosques outside of Indonesia as a strategy and resistance against global Islamic power relations in the past. Keywords: identity and resistance, royal mosque, the representation of power.
    [Show full text]
  • BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum Tentang Islam 2.1
    11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum tentang Islam 2.1.1. Pengertian dan Pokok Ajaran Islam berserah diri kepada Tuhan”) adalah agama”, اﻹسﻻم ,Islam (Arab: al-Islam yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah SWT. Di dalam Al-Qur‟an Islam juga ( ِدي ِن َّللا ِ :disebut sebagai Agama Allah atau Dienullah (Arab Islam adalah agama yang berisi tentang ajaran pokok-pokok yang lengkap dan mengatur hubungan antara manusia dengan Allah SWT sebagai Tuhannya, sesama manusia dan lingkungan hidupnya. Islam juga merupakan agama universal bagi seluruh umat, tidak terbatas dengan ras, suku bangsa, tempat dan masa. Firman Allah SWT “Dan tidak Kami utus engkau (Muhammad) melainkan untuk manusia seluruhnya, sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti. “(QS. Saba‟ : 34) Ajaran Islam terdiri dari beberapa aspek antara lain aspek akidah (tentang keimanan), aspek syariah (tentang ajaran, hukum norma ilahi) dan aspek akhlak (tentang moral). Berikut adalah penjabarannya: a. Aspek akidah Akidah adalah hal pertama yang diyakini oleh seorang muslim tentang keberadaan Allah SWT, mengenai kekuasaan dan keesaannya. Konsep ini yang sering disebut tauhid. Kemudian dikaitkan dengan zaman yang sudah modern maka tauhid dibagi menjadi dua, yakni tauhid normatif dan tauhid sosial. b. Aspek Syariah Merupakan manifestasi dari aspek aqidah dan akhlak yang berguna untuk mewujudkan ikatan manusia dengan Tuhan dalam wujud ibadah, hubungan manusia dengan manusia (hablu minanas), hubungan manusia dengan alam, serta dengan kenikmatan hidup. c. Aspek Akhlak Aspek ini berhubungan dengan pendidikan budi pekerti yang menghiasi jiwa dengan sifat yang baik dan meninggalkan yang buruk. Islam memiliki tiga tingkatan, yaitu: (1) Islam, (2) Iman, (3) Ihsan, dan masing-masing tingkatan mempunyai rukun.
    [Show full text]
  • Model Pembelajaran Membaca Al-Quran Untuk Usia Dewasa (Studi Multi Kasus Di Griya Al-Quran Surabaya Dan LKP TAR-Q Bandung)
    MODEL PEMBELAJARAN MEMBACA AL-QURAN UNTUK USIA DEWASA (Studi Multi Kasus di Lembaga Griya Al-Quran Surabaya dan LKP TAR-Q Bandung) TESIS Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar magister dalam program studi ilmu ke-Islaman konsentrasi Pendidikan Agama Islam i Oleh: ACHMAD MUDZAKIR NIM: F03212021 PROGRAM PASCASARJANA KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016 FE&q}. &?AAlq tu&A$teAH TESgS '*srl'*h Yang herfaade tange$ di i*i. Nama AchmadMudzakir MM F03212021 Program Magiser (S-2] Institusi Program Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa TESIS ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian atau karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang dirujuk sumbernya. Surabaya, 26 Juli2016 .".,,;..1 .,tlt -r':1il ,1!i.,r :,.r r..Liirrr,crii. ,- r5..'r:* 1t PER,SE,TUJUAN Tesis Achmad Mudzakir ini telah disetujui pada tanggal 26 Juli 2016 NrF. 196s031s19980 rti ABSTRAK Achmad Mudzakir, Model Pembelajaran Membaca Al-Quran Untuk Usia Dewasa (Studi Multi Kasus Di Griya Al-Quran Surabaya dan LKP TAR-Q Bandung). Tesis, konsentrasi Pendidikan Agama Islam, Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya, 2016. Jika selama ini mayoritas lembaga yang bergerak dalam pembelajaran Al- Quran lebih banyak terdapat di lingkungan masjid dan pondok pesantren, Griya Al- Quran Surabaya dan LKP TAR-Q Bandung mempunyai fokus untuk menggarap wilayah perkotaan. Hal ini juga untuk menumbuhkan kesan bahwa belajar Al-Quran dapat dikemas dengan metode terstruktur, dan yang tidak kalah penting dikelola dengan manajemen yang profesional. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti di Griya Al-Quran Surabaya dan LKP TAR-Q Bandung, karena kedua lembaga ini merupakan lembaga pendidikan Islam yang konsep pembelajarannya mempunyai kelebihan perpaduan antara sekolah formal dengan kursus.
    [Show full text]
  • The Workshop for Morality
    THE WORKSHOP FOR MORALITY The Islamic Creativity of Pesantren Daarut Tauhid in Bandung, Java THE WORKSHOP FOR MORALITY The Islamic Creativity of Pesantren Daarut Tauhid in Bandung, Java Dindin Solahudin A thesis submitted in partial fulfilment of the degree of Master of Arts in the Department of Archaeology and Anthropology Faculty of Arts The Australian National University February 1996 Published by ANU E Press The Australian National University Canberra ACT 0200, Australia Email: [email protected] This title available online at: http://epress.anu.edu.au/morality_citation.html National Library of Australia Cataloguing-in-Publication entry Author: Solahudin, Dindin. Title: The workshop for morality : the islamic creativity of Pesantren Daarat Tauhid in Bandung, Java / author, Dindin Solahudin Publisher: Acton, A.C.T. : ANU E Press, 2008. ISBN: 9781921313677 (pbk.) 9781921313684 (pdf) Notes: Bibliography. Subjects: Pesantren Daarut Tauhid (Bandung, Indonesia) Islamic education--Indonesia--Bandung. Islamic religious education--Indonesia--Bandung. Community leadership--Indonesia--Bandung. Islam and state--Indonesia--Bandung. Islam--Indonesia--Bandung--Social life and customs. Dewey Number: 297.7795982 All rights reserved. No part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system or transmitted in any form or by any means, electronic, mechanical, photocopying or otherwise, without the prior permission of the publisher. Cover design by Teresa Prowse Printed by University Printing Services, ANU This edition © 2008 ANU E Press Islam in Southeast Asia Series Theses at The Australian National University are assessed by external examiners and students are expected to take into account the advice of their examiners before they submit to the University Library the final versions of their theses.
    [Show full text]
  • Masjid Raya Jakarta Dengan Konsep Arsitektur Betawi Kontemporer
    Masjid Raya Jakarta dengan Konsep Arsitektur Betawi Kontemporer Randy Hardyanto1, Agung Murti Nugroho2, Noviani Suryasari3 1,2,3 Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan MT.Haryono 167, Malang 65145, Indonesia Email: [email protected] ABSTRAK Budaya Betawi merupakan salah satu budaya dari ratusan budaya yang ada di Indonesia dan terdapat di Ibukota Indonesia yaitu Kota Jakarta. Budaya Betawi saat ini mulai diabaikan oleh generasi penerus dikarenakan pengaruh dari budaya luar khususnya dalam bidang arsitektur. Studi ini bertujuan untuk menerapkan ornamen Arsitektur Betawi pada perancangan Masjid Raya Jakarta. Metode yang dilakukan menggunakan metode transformasi dengan memfokuskan arsitektur Betawi pada bagian ornamennya dikarenakan ornamen Betawi merupakan bagian yang paling kuat dalam tampilan dan memiliki ciri khas dari arsitektur Betawi. Ornamen Betawi memiliki geometri dasar berbentuk lingkaran dan segitiga sehingga bentukan dasar tersebut yang ditransformasikan ke dalam bentuk bangunan masjid. Perancangan tersebut diharapkan dapat mengembalikan dan memberikan informasi atau pengetahuan tentang arsitektur Betawi yang telah sesuai dengan kondisi masa kini. Kata Kunci : masjid, arsitektur Betawi, kontemporer ABSTRACT The culture of Betawi is one of the culture of more than hundreds culture that exist in Indonesia which Betawi comes from capital city of Indonesia, Jakarta. Nowadays, Betawi Culture begin to be ignored by young generation because of the impact from foreign culture, moreover its impacting on architecture of Indonesian. This study aims to apply the Betawi architectural ornaments on designing The Mosque of Jakarta. The method of Betawi contemporary architecture using transformation method which focusing on ornaments of Betawi itself. It is because Betawi ornaments is one part of strongest display that makes Betawi architecture unique and different from others.
    [Show full text]