Menuju Psikologi Mistis*

YF La Kahija

Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro

Abstrak

Dalam artikel ini, saya mengemukakan tinjauan umum tentang perlunya upaya lebih serius untuk mendorong psikologi ke arah eksplorasi batin yang berkembang dalam berbagai tradisi spiritual dan religius. Tinjauan yang saya gunakan di sini masih berbasis pada telaah literatur dan pendekatan interpretatif. Untuk tujuan itu, upaya awal yang perlu dilakukan adalah berpaling ke mistisisme sebagai ilmu yang secara khusus mengkaji hubungan manusia dengan Yang Transenden. Sejauh ini, psikologi sudah berpartisipasi lewat kemunculan psikologi transpersonal. Dalam psikologi ini, mistisisme menjadi salah satu tema sentral. Bila perhatian difokuskan pada mistisisme, maka psikologi akan berkembang menjadi – apa yang saya istilahkan –psychologia mystica(psikologi mistis). Pada gilirannya, peluang yang lebih besar akan terbuka bagi kajian-kajian kearifan lokal.

Pendahuluan Dengan menggunakan istilah perlu dibicarakan terlebih dahulu adalah psikologi mistis, saya dengan segera mistisisme. perlu memperjelas konsepsi dan konsep Mistisisme mekar dan mendapat “mistis” yang saya maksudkan. Dalam nutrisinya dari berbagai tradisi spiritual perspektif awam, mistis umumnya dan religius. Setiap agama mengandung diasosiasikan dengan klenik, sihir, atau mistisisme. Demikianlah, kita mengenal gaib. Pemaknaan seperti ini sudah mistisisme Islam atau sufisme (tasawuf), menjamur tidak hanya dalam mistisisme Kristen, mistisisme Hindu, masyarakat, tetapi juga di kalangan mistisisme Buddha, mistisisme Yahudi. akademisi. Wajar bahwa beberapa Meski kajian-kajian ilmiah lebih sering peneliti psikologi yang tertarik dengan melekatkan istilah “mistisisme” dengan pengalaman mistis mengambil jalan dimensi batin (esoteris) agama, istilah ini memutar dengan mengemukakan istilah- telah memiliki makna yang ekstensif. istilah lain. Dalam pemikiran Barat, Harus diakui bahwa mistisisme cukup sering digunakan membersihkan istilah “mistis” dari dalam pengertian yang luas sehingga prasangka butuh proses. Terlebih lagi, tidak hanya meliputi pengalaman batin sudah cukup lama istilah “mistis” diberi dalam agama, tetapi juga menyangkut makna yang negatif dalam persepsi fenomena-fenomena paranormal dan masyarakat sehingga gambaran yang supranatural (Tart, 1975; Daniels, 2003). lebih komprehensif tentang istilah ini Ini terjadi karena istilah “mistis” sangat penting untuk dikemukakan. diperlakukan sebagai “tempat sampah” Untuk maksud itu, tema sentral yang yang bisa menampung peristiwa- peristiwa yang sulit dicerna oleh pikiran.

148 149 Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5. No. 2, Desember 2009

Inilah salah satu tantangan yang Bukankah dunia itu adalah dunia asing dihadapi psikologi ketika ingin menarik yang sulit dimengerti oleh sebagian mistisisme ke ranah ilmiah. terbesar manusia? Terlebih lagi, hampir Sebelum masuk terlalu jauh ke semua literatur mistis dalam berbagai dalam mistisisme, saya ingin agama dan filsafat mengedepankan menekankan bahwa mistisisme akan keterbatasan rasio dalam memahami sulit dimengerti bila hanya bersandar Yang Mistis atau Yang Ilahi. pada literatur atau bacaan tanpa disertai Begitulah, memahami dimensi upaya pribadi untuk mengalami secara Ilahi pada dasarnya melampaui pikiran. langsung berbagai gejolak batin mulai “Melampaui pikiran” di sini tidak berarti dari tubuh (body) ke pikiran (mind) ke “anti-pikiran”. Mistisisme tetap terbuka jiwa (soul) ke roh (spirit). Dengan kata untuk didialogkan dengan pikiran lain, memahami mistisisme menuntut asalkan pikiran selalu digandengkan perpaduan harmonis antara pengetahuan dengan pengalaman pribadi dan teoretis dan pengalaman praktis. langsung (Happold, 1981). Banyak Untuk menarik mistisisme ke litaratur mistis menekankan pentingnya dalam psikologi, langkah awal yang pengalaman ini, seperti yang menjadi perlu dilakukan adalah memperjelas apa jelas dalam beberapa kutipan berikut: yang dimaksud dengan mistisisme. Di sini, saya membatasi wacana pada “Mengenal Allah tidak mudah, mistisisme yang berkembang dalam sampai seseorang mengenal agama atau – kita sebut saja – tradisi dirinya sendiri.” – Ibnu Arabî religius. Dengan pembatasan ini, saya berharap bahwa nuansa-nuansa “Dan ketika diingatkan untuk paranormal dan supranatural bisa kembali pada-Mu, aku masuk ke ditempatkan di luar konteks artikel ini. dalam diriku.” – St. Agustinus Mistisisme dalam agama selalu melihat korelasi kuat antara pengalaman “Jika kamu ingin mengenalku, akan dunia kejiwaan manusia dan dunia lihat ke dalam hatimu.” – Tao Te keilahian yang tak terselami oleh Ching pikiran. Pengalaman tulen akan Yang Ilahi adalah pengalaman ekslusif yang “Diri yang Ilahi (ātman) lebih melekat hanya pada segelintir orang. kecil daripada yang terkecil, Orang yang mengalaminya pun lebih besar daripada yang seringkali tidak bisa menggambarkan terbesar. Ia tinggal dalam semua pengalamannya secara tuntas dan penuh. hati.” – Kaţha Upanishad Dalam penjelasan mereka, selalu ada yang tidak terjelaskan; dalam kata-kata Dewa Ruci (diri terdalam mereka, selalu ada yang tidak Wrekudara) berkata, “Manakah terkatakan; dalam ilustrasi mereka, yang lebih besar, kamu atau alam selalu ada yang tidak terilustrasikan. semesta? Semua isinya ada di Jika demikian, kita bisa bertanya: dalamku.” – Yasadipura I bagaimanakah manusia rata-rata bisa menyelaraskan diri dengan mistisi yang Intisari dari semua ucapan itu adalah berbicara tentang dunia yang berada di imbauan untuk masuk ke dalam diri dan luar jangkauan rasio atau pikiran itu? membiarkan dunia batin terbuka Kahija, Menuju Psikologi Mistis 150 menerima pesan-pesan Ilahi. Meski mencegahnya. "Jangan", imbauan itu sering dikumandangkan, serunya, "Biarkan dia sendiri. cukup banyak orang memilih Itu salah satu kebiasaannya: menghindari dari tugas yang menyita kadang-kadang ia berhenti banyak waktu dan tenaga itu. Kita begitu saja seperti itu dan seolah-olah memilih melarikan diri. berdiri mematung di manapun Ketika pelarian itu terasa lumrah dan ia mau. Saya yakin, ia akan biasa-biasa saja, kita akan terjangkit segera datang. Jadi, jangan penyakit “kelupaan-akan-pengenalan- ganggu dia; biarkan saja." diri”. Bila kelupaan itu sudah Perasaan aneh dan janggal yang menggejala, pengasingan diri dalam dilekatkan pada perilaku Sokrates juga keheningan akan terlihat janggal, bahkan dialami banyak mistikus sejak era abnormal. Inilah alasan mengapa orang- modern. Itulah era di mana kejayaan orang yang memilih mengasingkan diri rasionalitas dan intelek menepikan dari keramaian rawan diberi label kebijaksanaan yang mengalir dari “egoisme” atau “eskapisme”. Dalam mistisisme. Namun ada kejanggalan lain buku Symposium yang ditulis Plato yang muncul: ketika manusia menjauh (2003), ada satu kisah yang dari mistisisme, ia justru berjalan menggambarkan “kelupaan-akan- semakin dekat menuju mistisisme. Ini pengenalan-diri” ini. Sokrates – guru terjadi karena ke manapun manusia Plato – sedang berjalan kaki ke rumah pergi, ia selalu membawa pertanyaan- Agathon untuk menghadiri pesta. Di pertanyaan dasar tentang eksistensinya tengah jalan, ia bertemu Aristodemus di dalam dunia. dan mengajaknya ikut. Tapi ketika Dalam psikologi Jawa, hampir sampai, Sokrates berhenti dan pertanyaan dasar itu dirumuskan sebagai diam membisu. Aristodemus tidak “Sangkan paraning dumadi (Asal dan menyadarinya dan terus saja berjalan. tujuan segala sesuatu)” dan “Sangkan Agathon menyambut paraning manungsa (asal dan tujuan Aristodemus dan segera menanyakan di hidup manusia)” (Ciptoprawiro, 1986). mana Sokrates. Aristodemus terlihat Pertanyaan pokok ini bisa diurai dalam bingung dengan pertanyaan itu. Melihat macam-macam rumusan, seperti: Dari kejanggalan itu, Agathon segera manakah aku berasal? Mengapa aku menyuruh budaknya mencari Sokrates. harus “terdampar” ke dunia yang sarat Tidak lama berselang, budak itu kembali penderitaan ini? Untuk apa aku di sini? dan memberi laporan: Apa yang aku cari? Mengapa aku tidak bisa lepas dari penderitaan? Bisakah “Sokrates sudah di sini, tetapi ia aku bebas dari penderitaan ini? berhenti di serambi tetangga. Ia Jawaban untuk semua pertanyaan yang berdiri di situ dan tidak ingin bernuansa derita (pertanyaan masuk meski saya telah eksistensial) itu terletak pada upaya memanggilnya berkali-kali. untuk menyobek diri sendiri. Persis "Aneh!" kata Agathon. inilah yang dilakukan dan diimbau oleh "Kembali ke sana dan ajak dia para mistikus. masuk. Jangan tinggalkan dia." Berusaha memahami mistisisme Tetapi Aristodemus berarti berusaha mengalami secara 151 Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5. No. 2, Desember 2009

pribadi aneka gejolak batin dan menarik 3. Haqîqah. Kata Arab ini berarti keluar pesan kehidupan yang ada di kebenaran. Bila dua tahap di atas dalamnya. Dengan kata lain, praktik dan telah dilalui, maka seseorang akan pengalaman langsung (direct sampai pada tahap haqîqah. Tahap experience) adalah jalan poros menuju ini dicirikan dengan pengalaman pemahaman akan mistisisme. masuk ke dunia gaib. Tanpa sampai Agama sebenarnya sudah pada taraf ini, praktik keagamaan menawarkan jalan itu bila agama seseorang masih merupakan imitasi dipandang dalam dua dimensi, yaitu (1) atau tiruan; dimensi eksoteris (lahiriah) dan (2) 4. Ma’rifah. Kata Arab ini berarti dimensi esoteris (batin). Dimensi pengetahuan/pengenalan. Pada tahap eksoteris agama berkaitan erat dengan ini, seseorang memiliki kearifan aturan dan dogma; sementara dimensi yang bersumber dari pengenalan esoteris agama berkaitan erat dengan langsung akan kebenaran spiritual. pengalaman batin, pribadi, dan langsung Tidak banyak orang yang bisa akan Yang Ilahi. Mistikus Islam Ibnu mencapai level ini. Inilah level yang Arabî melihat dua dimensi itu sebagai dicapai oleh orang-orang suci. satu mata rantai menuju pemahaman akan Yang Ilahi. Menurut Ibnu Arabi Tahap-tahap yang dikemukakan Ibnu (melalui Robert Frager, 2005), kedua Arabî di atas tampaknya memberi dimensi itu tercermin dalam empat tahap pengaruh pada pemikir-pemikir Jawa di pemahaman akan Yang Ilahi: tahun 1700-an, khususnya pada Mangkunegara IV (melalui Ciptoprawiro, 1986) yang merumuskan 1. Syarî’ah. Kata Arab ini ini berarti empat tahap menuju kesempurnaan diri jalan. Syarî’ah adalah dasar atau yang meliputi: fondasi dari semua agama yang berisi ajaran moral dan etika. Ajaran 1. Sembah raga. Pada tahap pertama itu memberi petunjuk tentang cara ini, seseorang mengarahkan diri hidup yang benar di dunia sehingga pada Tuhan dengan melibatkan tampilan luar seseorang menjadi aktivitas lahiriah atau badaniah. bersih. Dengan kata lain, syarî’ah Sembah raga adalah partisipasi adalah hukum keagamaan; badan dalam kehidupan spiritualitas 2. Tharîqah. Kata Arab ini berarti jalan sehari-hari. Dalam tahap ini tanpa petunjuk di padang pasir, seseorang menjalankan syarî’ah seperti jalan yang ditempuh dari Islam. Ini adalah tahap awal satu oasis ke oasis yang lain. Pada pemurnian diri atau lakutapa. tahap ini, pengalaman religius Aktivitas ini berlangsung seumur seseorang bergeser ke pengamalan hidup; batin. Perjalanan batin ini dilakukan 2. Sembah cipta atau sembah kalbu. tanpa petunjuk jalan sehingga rawan Cipta umumnya diterjemahkan tersesat. Untuk itu, dibutuhkan menjadi pikiran atau gagasan; panduan dari orang yang telah sementara kalbu berarti hati. berpengalaman. Dalam tradisi Sembah cipta dan kalbu di sini tasawuf, pemandu ini disebut syekh mengarah pada pembersihan (Persia: pir); pikiran, hati, dan nurani. Pada tahap Kahija, Menuju Psikologi Mistis 152

ini, seseorang mengarahkan diri inti dari dunia batin manusia. pada Yang Ilahi melalui perjuangan Dengan demikian, manusia dengan batin melawan hawa nafsu yang inti batinnya menghadap Allah. mendorong perbuatan dosa. Dengan demikian, manusia menjadi semakin Persentase terbesar dari ajaran agama pantas menemui Allah; terletak pada pengamalan, yaitu 3. Sembah jiwa. Pada tahap ini, penerapan langsung dari apa yang seseorang mengarahkan diri pada diketahui secara kognitif, teoretis, atau Yang Ilahi melalui jiwanya. Jiwa konseptual. Penerapan dalam tindakan melampaui pikiran dan perasaan. atau praktik pribadi akan membantu Dengan jiwanya, manusia menemui menyuburkan bibit-bibit spritualitas Allah dan menyerahkan diri secara sehingga ajaran dapat tumbuh subur dan penuh kepada-Nya. Dengan berbuah nyata. Lewat praktik dan demikian, manusia selalu mengingat tindakan, pesan batin dari semua ajaran Allah; dan dogma akan mengalir; lewat praktik 4. Sembah rasa. Pada tahap ini, dan tindakan iman dimurnikan. seseorang mengarahkan dirinya Mangkunegara IV (melalui Jatman, pada Tuhan dengan intisari 2000) merumuskan keterkaitan itu batinnya. Dalam pandangan Jawa, sebagai berikut: rahsa adalah inti dari kehidupan,

Ngèlmu iku kelakoné kanthi laku Ngèlmu1 itu berjalan karena dilaksanakan Lekasé lawan kas Dimulai dengan kas Tegesé kas, nyantosani Kas berarti kemauan yang keras Setya budya pengekesé dur angkara Teguh iman dan budi menghadapi godaan

Sejauh ini mistisisme yang Pergeseran seperti itu dapat dipandang menjadi perhatian dalam tulisan ini lumrah sebagai proses yang umum semakin kelihatan tekstur dan coraknya terjadi ketika informasi dialihkan dari yang bersifat religius dan spiritual. satu kepala ke kepala yang lain, dari satu Mistisisme akan terasa manfaatnya bila lokasi geografis ke lokasi geografis yang ada keinginan kuat untuk berpraktik, lain, dari satu generasi ke generasi yang mengalami, dan menyadari gejolak lain. Sudah sangat lama istilah ”mistis” batin. Untuk membantu pikiran dalam dikekang dalam atmosfir negatif. memahami mistisisme, salah satu jalur Ada peristiwa-peristiwa dalam alat bantu yang bisa digunakan adalah sejarah yang telah membuat mistisisme melihat aneka pemikiran yang berkonotasi dengan dunia gaib, berkembang tentang mistisisme. supranatural, atau mejik. Secara etimologis, kata mistis berasal dari kata Istilah “Mistisisme” Yunani “myô” yang berarti menutup bibir dan memejamkan mata (Happold, Bila mistisisme memang 1981). Dalam kehidupan sehari-hari, berkaitan dengan agama dan kehidupan aktivitas seperti ini umum ditemui pada spiritual, mengapa istilah ini kerap orang-orang yang merenung, berzikir, dihubungkan dengan klenik dan dunia bermeditasi, atau berdoa. Dengan kata supranatural atau paranormal? lain, myô berkaitan erat dengan upaya 153 Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5. No. 2, Desember 2009 manusia untuk masuk ke dalam dirinya dewa. Jika dunia para dewa adalah sendiri dan memahami berbagai rahasia simbol dari dunia yang melampaui yang ada di dalamnya. keterbatasan manusia, maka manusia Selain itu, istilah myô juga diyakini bisa melampaui berkaitan dengan “misteri (Yunani: keterbatasannya. Dengan melampaui mysterion)”. Di era Yunani kuno, misteri keterbatasannya itu, manusia menuju merupakan bentuk pemujaan (cult). dunia yang tak terbatas. Itulah dunia Secara harfiah, mysterion berarti yang tak berhingga. Itulah dunia yang kerahasiaan. Begitulah, orang-orang tak terkatakan (dunia mistis). Mungkin yang diterima ke dalam misteri inilah alasan mengapa kata “mistisisme” menjalankan ritual-ritual yang sangat dianggap berasal dari kata Yunani rahasia sehingga ada larangan untuk mysterion dan mystes. membicarakannya. Hukuman berat Beberapa abad kemudian, dijatuhkan kepada mereka yang ketertarikan akan pengalaman batin melanggar. berkembang dalam lingkungan Kristen. Orang-orang yang diterima Dalam iklim ini, istilah yang umum masuk ke dalam misteri disebut mystes. digunakan adalah "kontemplasi (Latin: Sebelum menjadi anggota, mereka harus contemplatio)". Istilah “mistis” menjalani ritual-ritual pendahuluan yang kemudian menyebar dalam dunia ke- bertujuan memurnikan diri. Baru Kristen-an pada abad ke-5, khususnya sesudah itu, mereka dianggap pantas dan lewat tulisan-tulisan Pseudo-Dionysius layak. Ada cukup banyak misteri yang atau yang juga disebut Dyonisius berkembang dalam masyarakat Yunani Areopagitus. Lewat karyanya yang pada waktu itu. Masing-masing misteri berjudul Theologia Mystica (Teologi itu ditujukan pada dewa-dewa tertentu. Mistis), istilah “mistis” dikaitkan dengan Dua jenis dewa yang umum disembah teologi. Sejak itu, ada anggapan bahwa adalah: mistisisme adalah bagian dari teologi. Dalam pemikirannnya, Dyonisius 1. Dewa-dewa homerik.2 Dewa-dewa mendapat pengaruh yang cukup kental ini digambarkan sebagai dewa-dewa dari Plotinos yang dalam filsafat terkenal yang hidup abadi dan tinggal di akrab dengan aktivitas kontemplasi Gunung Olympus, seperti Zeus (Jawa: manekung). Plotinos percaya (dewa para dewa dan dewa semua bahwa manusia bisa menyatu dengan manusia), atau Apollo (dewa musik); Yang Ilahi melalui ekstase dalam 2. Dewa-dewa chthonic.3 Dewa-dewa kontemplasi. Bagi Dyonisius, ini digambarkan sebagai dewa-dewa mistisisme merupakan teori atau yang hidup lebih dekat dengan pemahaman tentang Allah sebagai Yang manusia. Mereka biasanya menghuni Transenden, melampaui rasio, pikiran, tempat-tempat tertentu yang dekat atau intelek. Pemahaman akan Allah bisa dengan bumi, seperti Dewa Hades dicapai lewat via negativa atau via yang mendiami dunia bawah-tanah. negationis (jalan negatif). Lewat jalan ini, Tuhan dimengerti dalam cara Bila misteri itu ingin dimaknai secara negatif. simbolis, maka pesan penting yang bisa Bagaimana Tuhan bisa ditarik keluar adalah bahwa manusia dinegatifkan? Dalam linguistik, kalimat bisa berhubungan dengan dunia para negatif disebut juga kalimat ingkar. Kita Kahija, Menuju Psikologi Mistis 154 biasanya mengingkari pernyataan positif berbagai jenis pengetahuan batin dengan menggunakan kata “tidak” atau yang sulit dibuktikan kebenarannya “bukan”, misalnya “Saya bukan dia” secara empiris atau faktual. Dengan atau “Saya tidak di rumah”. Dalam demikian, mistisisme meliputi contoh ini, “bukan dia” dan “tidak di macam-macam fenomena psikis rumah” menjelaskan tentang “saya”. (psychic phenomena) dan peristiwa- Dengan demikian, saya dijelaskan secara peristiwa gaib (occult happenings). negatif. Efeknya, banyak ilmuwan seringkali Nah, lewat jalan negatif itulah mengonotasikan mistisisme dengan kita memahami Allah. Untuk lebih pengetahuan semu (pseudo-science), jelasnya, mari kita bereksperimen dunia mejik, dan fenomena menyatakan Allah dalam kalimat ingkar abnormal. atau negatif: Jika demikian, apakah ada istilah yang membedakan antara  Allah bukan objek pemikiran mistisisme yang dekat dengan manusia. pengalaman religius dan mistisisme  Allah tidak mungkin bisa yang dekat dengan dunia dideskripsikan. supranatural? Orang-orang Jerman  Allah tidak bisa dijelaskan membuat perbedaan yang tegas dengan kata-kata atau pikiran antara Mysticismus dan Mystik5. manusia yang terbatas. Mystik berkaitan dengan pengalaman batin dalam mengenal Yang Ilahi; Dari contoh-contoh kalimat di atas, sementara Mysticismus berkaitan Allah dimengerti dengan membicarakan- dengan fenomena-fenomena Nya secara negatif. Jalan negatif ini supranatural, paranormal, atau gaib. kemudian memunculkan konsep lain Rudolf Eisler (1904) dalam yang dikenal dengan nama Wörterbuh der philosophischen “agnotisisme”,4 yaitu pandangan yang Begriffe menjelaskan makna Mystik menyatakan bahwa manusia mustahil sebagai berikut: mengetahui ada-tidaknya Allah (Staal, 1980). Orang yang menganut pandangan Mystik (von, myô, schließen, ini disebut agnostik. Bagi agnostik, nämlich die Augen, um in die pengetahuan manusia sangat terbatas Innenwelt sich zu versenken) ist untuk memahami dunia keilahian. Dapat die (vermeintliche) Erfassung des disimpulkan bahwa agnostisisme lebih Übersinnlichen, Göttlichen, terarah pada keyakinan batin akan Transzendente (nicht durch die eksistensi Allah dengan mengedepankan Sinne, nicht durch Vernunft, keterbatasan pikiran manusia. sondern) durch eigenartige innere Jelas bahwa mistisisme Erfahrung, durch unmittelbare awalnya sarat dengan keterarahan (intellektuelle) Intuition, pada dunia transendental dan Contemplation, gefühlsmäßiges keilahian. Dalam perkembangan Erleben, liebendes Erfassen im lebih jauh, Yang Transenden Zustande der Ekstase; Streben mendapat pemaknaan yang kian nach Versenkung in die Tiefen meluas. Kata “mistisisme” des eigenen Gemüts, um so der digunakan secara bebas untuk Vereinigung mit dem göttlichen 155 Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5. No. 2, Desember 2009

Sein (»unio mystica«) auf menemukan definisi mistik sebagai unbegreifliche, geheimnisvolle berikut: Weise teilhaftig zu werden; die mystische Lehre, das mystische Mistik. 1. Subsistem yang ada dalam Verhalten. hampir semua agama dan sistem religi untuk memenuhi hasrat Ke dalam bahasa Indonesia, manusia mengalami dan penjelasan di atas dapat merasakan emosi bersatu dengan diterjemahkan sebagai berikut: Tuhan; tasawuf; suluk; 2. Hal-hal gaib yang tidak terjangkau dengan Mistik (dari kata [Yunani] myô yang akal manusia yang biasa. berarti menutup, khususnya menutup mata, untuk masuk ke Kata “mistik” dalam bahasa dunia batin) adalah pengenalan Indonesia itu identik dengan kata akan Yang Melampaui Indera Inggris “”. Dengan kata [transinderawi], Yang Ilahi, Yang lain, orang Inggris juga menyatukan Transenden (bukan dengan Mysticismus dan Mystik. Berikut ini indera, bukan dengan adalah penjelasan mysticism yang budi/pikiran, melainkan) dengan saya kutip dari American Heritage pengalaman batin yang unik, Dictionary (second edition): melalui intuisi langsung (intelektual), Kontemplasi, Mysticism. 1. a. A spiritual Pengalaman tiba-tiba, discipline aiming at direct union pengalaman diselimuti cinta or communion with ultimate dalam keadaan ekstase; reality or God through deep perjuangan menuju peleburan ke meditation or trancelike dalam jiwa sendiri, untuk menjadi contemplation. b. The experience satu dengan Yang Ilahi (unio of such communion as described mystica) dengan cara yang tidak by mystics. 2. A belief in the terpikirkan dan penuh rahasia; existence of realities beyond ajaran mistis, tindakan mistis. perceptual or intellectual apprehension that are central to Kata Jerman Mysticismus dan Mystik being and directly acessible by bisa diparalelkan dengan kata subjective experience, such as by Belanda mysticisme dan mystiek. intuition. 3. Vague and groundless Kuat dugaan bahwa istilah “mistik” speculation. dalam bahasa Indonesia diserap dari kata Belanda “mystiek”. Meski Ke dalam bahasa Indonesia, demikian, kata “mistik” dalam penjelasan di atas dapat bahasa Indonesia cenderung diterjemahkan sebagai berikut: menyatukan kata Jerman Mysticismus dan Mystik atau kata Mistisisme. 1. a. Disiplin spiritual Belanda mysticisme dan mystiek. yang bertujuan mencapai Dalam Kamus Besar Bahasa kesatuan atau penyatuan Indonesia, misalnya, kita langsung dengan Realitas terdalam atau Allah melalui Kahija, Menuju Psikologi Mistis 156

meditasi yang kusyuk atau Artinya, istilah Jerman Mystik kontemplasi yang mirip trans. b. sinonim dengan mistisisme dalam Pengalaman penyatuan bahasa Indonesia; sementara istilah sebagaimana yang digambarkan Jerman Mysticismus sinonim dengan para mistikus. 2. Kepercayaan mistik dalam bahasa Indonesia. akan adanya dunia yang Bagaimanapun, ini hanya usulan. melampaui pemahaman perseptual dan intelektual yang Mendefinisikan Mistisisme sentral bagi ada dan dapat dialami langsung lewat Kita baru saja menemui definisi tentang pengalaman subjektif, seperti mistisisme versi kamus (makna lewat intuisi. 3. Spekulasi yang leksikal). Sebenarnya, sudah begitu tidak jelas dan tanpa dasar. banyak pakar atau peneliti kesadaran dan ketidaksadaran yang mencoba Dari berbagai definisi leksikal memberikan definisi. Berbagai (berdasarkan kamus) di atas, pandangan yang dikemukakan cukup tergambar adanya kesulitan dalam sering berkisar pada penyatuan antara menyetarakan mistisisme dan mistik. manusia dan Yang Ilahi yang dalam Kata Inggris mysticism dekat dengan bahasa Jawa disebut manunggaling kata mistik dalam bahasa Indonesia. kawula-Gusti atau dalam bahasa Latin Baik bahasa Inggris maupun bahasa disebut Unio divina (Penyatuan Ilahi). Indonesia cenderung menyatukan Meski demikian, ada juga beberapa kata Jerman Mysticismus dan Mystik pakar yang masih menemukan atau kata Belanda myticisme dan kebingungan dan kesimpang-siuran mystiek. dalam penggunaan istilah ini. Berikut ini Dalam artikel ini, pembagian adalah beberapa pernyataan mereka serupa tampaknya perlu tentang mistisme: dimunculkan. Perlu diakui bahwa sebagian besar orang Indonesia lebih “Kata ‘mistisisme’ dan cenderung mengaitkan istilah 'mistis’ seringkali hanya “mistik” dengan dunia gaib, mejik, digunakan sebagai ejekan. Ke supranatural, dan paranormal. dalam istilah ini, kita Sayangnya, dalam kamus Besar melemparkan apa saja yang Bahasa Indonesia, kita belum bisa kita anggap kabur, luas, menemukan kata “mistisisme”. sentimental, dan tanpa dasar Ketidakpopuleran istilah faktual dan logis. Bagi “mistisisme” ini bisa dimanfaatkan. sejumlah penulis, ‘mistikus’ Artinya, mistisisme bisa adalah orang yang percaya diperkenalkan ke dalam bahasa pada transferensi pikiran Indonesia sebagai istilah yang secara (thought-transference) atau khusus mempelajari dunia batin kembalinya roh (spirit- dalam agama, tradisi religius, dan return). Dengan pemaknaan tradisi spiritual. Risiko yang harus seperti ini, kata “mistis” ditanggung adalah perbedaan menjadi berkurang bobotnya: sekaligus pembalikan istilah antara ada begitu banyak sinonim bahasa Jerman dan Indonesia. yang membingungkan.” 157 Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5. No. 2, Desember 2009

William James “Kata ‘mistisisme’ secara “Apa yang sebenarnya kita populer digunakan dalam maksud dengan mistisisme? berbagai cara yang bebas dan Istilah ini dengan leluasa tidak tepat. Kadang-kadang, diterapkan untuk praktik yang disebut ‘mistis’ adalah medium (paranormal), sesuatu yang tidak jelas ekstase yang dialami orang (misty), buram (foggy), suci, pengontrolan pikiran, samar-samar, atau perdukunan, puisi-puisi sentimental. Terasa aneh penenang jiwa, kesenian di bahwa ‘mistisisme’ harus Abad Pertengahan, doa, dan dihubungkan dengan ‘misty’ palmistri (racah tangan)…. karena kemiripan bunyi Pemaknaan seperti ini katanya. Dan dalam membuat pemula dalam mistisisme, tidak ada yang mistisisme menjadi bingung misty (tidak jelas), buram dan mereka dengan keliru (foggy), samar-samar, atau memahami bahwa setiap teori sentimental. dan praktik supersensual Walter T. Stace (diluar jangkauan indera) adalah ‘mistis’. Karena itu, Pernyataan-pernyataan di atas jika mungkin, ciri-ciri kembali mengaskan bahwa makna mistisisme yang benar perlu mistisisme sudah meluas, melebar, dan diluruskan dan kembali perlu menampung banyak fenomena. Agar ditegaskan bahwa mistisisme tidak melenceng terlalu jauh, kembali adalah ilmu tentang perlu ditegaskan bahwa mistisisme di penyatuan dengan Yang sini lebih dipersempit pada mistisisme Absolut, tidak lebih daripada yang berkembang dalam agama dan itu, dan mistikus adalah tradisi spiritual, khususnya yang orang yang mencapai berkembang di Indonesia. Dengan penyatuan ini.” pembatasan ini, dunia mistis dapat Evelyn Underhill dimengerti sebagai dunia yang berkaitan dengan Yang Transenden atau Yang “Apakah mistisisme itu? Kata Ilahi. ‘mystic (mistikus)’ bermula Baik Hinduisme dan Buddhisme dari misteri-misteri Yunani. maupun Mistisisme Islam dan Kristen Mistikus adalah orang yang mengakui bahwa pengalaman mistis ini telah diterima ke dalam bersifat personal. Penyatuan ātman misteri-misteri ini. Lewat dengan Brahman dalam Hinduisme pengalaman itu, ia telah adalah pengalaman personal; penyatuan mendapatkan pengetahuan antara ātman dengan kekosongan (Sans: esoteris mengenai dunia śūnyatā) dalam Buddhisme adalah keilahian dan “dilahirkan pengalaman personal; pengalaman akan kembali ke dalam “sentuhan Ilahi” dalam ber-zikir adalah keabadian”. pengalaman personal; pengalaman akan F. C. Happold: “jamahan Tuhan” dalam doa dan Kahija, Menuju Psikologi Mistis 158 kontemplasi adalah pengalaman Amerika, atau Asia; mereka juga bisa personal; dan perjumpaan antara berafiliasi dengan agama Islam, Kristen, Wrekudara dan Dewa Ruci dalam lakon Katolik, Hindu, atau Buddha. Tentang Bima Suci adalah pengalaman personal. mistikus ini, Underhill (....) dalam Dari berbagai pandangan di atas, Practical Mysticism (Mistisisme Praktis) kita sekarang bisa melihat mistisisme mengatakan: sebagai ilmu tentang dunia batin kita sendiri. Salah satu ciri yang “Mistisisme adalah seni menggarisbawahi semua pandangan di penyatuan dengan Realitas.6 atas adalah bahwa pemahaman akan Mistikus adalah orang yang mistisisme terletak pada perjuangan telah mencapai penyatuan itu pribadi untuk menyobek lapisan-lapisan pada tingkat yang lebih tinggi kejiwaan yang subtil dan lebih dalam atau lebih rendah; atau orang sambil berupaya melampaui kesadaran yang bermaksud mencapai atau normal atau (normal state of percaya pada pencapaian itu.” consciousness) atau kesadaran sehari- hari (ordinary state of consciousness). Sedangkan Walter Terence Stace (2002) dalam The Teachings of the Mystics Mistikus (Ajaran Mistisi) dengan lebih tegas menyatakan: Untuk bisa mengerti lebih dalam tentang mistisisme, kita mendasarkan "Dengan kata ‘mistikus’, saya diri pada orang-orang yang telah sampai selalu memaksudkannya pada pengalaman mistis. Mereka itu sebagai orang yang mengalami disebut mistisi. Mereka adalah informan sendiri pengalaman mistis. utama untuk berbagai konsep yang Seringkali, kata itu digunakan ditemui dalam mistisisme. Dalam dalam cara yang lebih luas dan pandangan mereka, kita bisa lebih bebas. Siapapun yang menemukan upaya untuk simpatik dengan mistisisme, mengeksplisitkan pelbagai gejolak pantas diberi label mistikus. dalam dunia batin manusia. Tetapi saya akan selalu Para mistikus ini hidup lintas menggunakan istilah itu dalam jaman, lintas tempat, dan lintas generasi. pengertian yang lebih ketat. Bisakah kita menunjuk mereka secara Betapapun simpatiknya jelas? Sulit mengatakan siapa mereka. seseorang terhadap mistisisme, Yang jelas, mereka semua disatukan betapapun ia tertarik, terlibat, oleh perjuangan masuk ke dalam diri, entusias, atau menggeluti memeriksa diri, bergerak menuju mistisisme, ia tidak akan ketenangan batin, dan melebur ke dalam disebut mistikus jika ia tidak sesuatu yang lebih besar daripada ego memiliki, atau pernah memiliki, fenomenal – ego yang akrab dengan pengalaman mistis. pengalaman hidup sehari-hari. Mistikus ini hidup dan membagi Jelas bahwa mistisi adalah orang-orang pengalaman dalam konteks agama dan yang mengalami secara langsung dan kulturalnya masing-masing. Mereka bisa pribadi hubungan yang intim dengan berasal dari daratan Eropa, Arab, Rusia, Yang Absolut (Allah). Yang Absolut itu 159 Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5. No. 2, Desember 2009

bersifat universal. Sifat yang universal dorongan untuk lepas dari perasaan inilah yang membuat Yang Absolut bisa terisolasi dan bergerak menuju muncul, ditemui, dan dialami di banyak kedekatan dan penyatuan kembali tempat, di banyak jaman, dan di banyak dengan Alam atau Allah yang generasi. Orang-orang yang membawa kedamaian dan mengalaminya kadang-kadang ditemui ketenangan bagi jiwa; sebagai guru spiritual, orang bijak, filsuf, 2. Mistisisme pengetahuan dan teolog, ilmuwan, pemuka masyarakat, pemahaman (mysticism of atau orang yang disucikan. Mereka juga knowledge and understanding), cukup sering disebut dengan beragam yaitu mistisisme yang didasarkan istilah, seperti sufi, santo/a, jivanmukta, pada dorongan dalam diri manusia atau boddhisatva (La Kahija, 2006). untuk menemukan dan memahami Karena perbedaan dalam lokasi rahasia jagat secara keseluruhan, geografis dan situasi sosio-kultural, bukan bagian per bagian. ekspresi verbal mereka tentang esensi pengalaman mistis menjadi menjadi Dari dua tipe utama mistisisme di atas, beragam. Demikianlah, kita mengenal Happold menspesifikkan lagi mistisisme istilah-istilah seperti Allah, Kristus, menjadi tiga jenis, yaitu: Bunda Ilahi, Shiva, Yang Satu, Yahweh, ātman, Brahman, atau kekosongan. 1. Mistisisme alam (nature Dalam ucapan yang bervariasi ini, kita mysticism), yaitu mistisisme yang bisa menemukan benang merah yang dicirikan dengan perasaan akan merajut pesan-pesan universal bagi imanensi4 dengan Yang Satu, Allah, kemanusiaan (humanity), seperti atau jiwa dalam Alam. Mistisisme ini perdamaian, persaudaraan, keutamaan bersifat pan-en-henic, yaitu perasaan (virtue), atau cinta kasih. Dalam akan semua dalam Satu yang tidak mistikus, keunikan bercampur-baur terpecah-pecah dan Satu dalam dengan keuniversalan. semua; 2. Mistisisme jiwa (soul mysticism), yaitu mistisisme yang dicirikan Jenis Mistisisme dengan ketiadaan pemikiran tentang eksistensi Allah. Jiwa sendiri Oleh banyak peneliti, pandangan dipandang sebagai yang numinosum5 dan ajaran-ajaran mistikus menjadi pilar- dan yang tersembunyi. Mistisisme ini pilar yang menopang bangunan bersifat pan-en-theistic, yaitu mistisisme. Ketika ajaran-ajaran itu perasaan akan semua dalam Allah ingin dikomunikasikan, kita dan Allah dalam semua; membutuhkan kerja pikiran yang cara 3. Mistisisme Allah (God mysticism), kerjanya akrab dengan klasifikasi atau yaitu mistisisme yang pembagian. Happold (1981), misalnya, dikarakteristikkan sebagai secara umum membagi mistisisme kembalinya jiwa kepada Dasar-nya menjadi dua, yaitu: yang kekal dan tak berhingga yang disebut Allah. Mistisisme ini bersifat 1. Mistisisme cinta dan penyatuan pan-theistic, yaitu perasaan akan (mysticism of love and union), yaitu Allah sebagai realitas yang mistisisme yang didasarkan pada “terkandung” dalam ciptaan, seperti Kahija, Menuju Psikologi Mistis 160

yang diserukan dalam Upanishad, yaitu pengalaman menyatu dengan “Tidak ada sesuatu di dunia ini yang segala sesuatu; bukan Allah.” 2. Mistisisme monistis (monistic mysticism), yaitu mistisisme yang Pembagian serupa juga ditemui dalam didasarkan pada pengalaman pemikiran Evelyn Underhill. Dalam melebur ke dalam diri sendiri atau bukunya yang berjudul Practical menyatu dengan roh sebagai Yang Mysticism, Underhill (2000) membagi Absolut; mistisisme yang berkembang di Barat 3. Mistisisme theistis (theistic menjadi tiga, yaitu: mysticism), yaitu mistisisme yang didasarkan pada pengalaman akan 1. Misistisisme alam (nature penyatuan dengan Allah personal – mysticism), yaitu mistisisme yang Allah yang ada di dalam hati setiap dicirikan dengan meluasnya orang. kesadaran dalam menjangkau aliran kehidupan; Semua pembagian di atas bisa 2. Mistisisme metafisis (metaphysical bermanfaat bagi peneliti-peneliti mysticism), yaitu mistisisme yang psikologi kesadaran dan ketidaksadaran memuncak pada pengalaman akan dalam melihat kualitas dan nuansa halus berhentinya segala sesuatu tanpa dari berbagai pengalaman yang kejelasan (formless cessation); dilaporkan oleh mistisi. Untuk alasan 3. Mistisisme Ilahi (Divine mysticism), kepraktisan, dalam artikel ini saya secara yaitu mistisisme yang dicirikan sederhana sekali membagi mistisisme dengan malam kelam (dark night)7 menjadi dua kategori, yaitu: dan penyatuan (union). 1. Mistisisme religius. Mistisisme ini Klasifikasi lain juga dikemukakan R. C. berkaitan dengan pengalaman mistis Zaehner (2000) yang membagi atau penyatuan dengan yang Ilahi mistisisme menjadi 3 kategori. pada orang-orang yang berafiliasi Pembagian yang dikemukakan Zaehner dengan agama. Beberapa contoh bersifat hierarkis. Ini berarti, ada dari mistisisme ini adalah sufisme tingkatan dalam mistisisme. Mistisisme atau tasawuf dalam Islam, yang berada pada urutan yang lebih kontemplasi dalam Kristen, meditasi tinggi memiliki makna dan nilai moral Zen dan Buddhisme, Yoga dan yang lebih tinggi daripada mistisisme Hinduisme, dan hasidisme atau yang lebih rendah. Urutan hierarkis itu kabbalah dalam agama Yahudi; adalah sebagai berikut: 2. Mistisisme nirreligius. Mistisisme ini berkaitan dengan pengalaman 1. Mistisisme alam (nature mistis atau penyatuan dengan mysticism), yaitu mistisisme yang Realitas terdalam pada orang-orang didasarkan pada pengalaman bahwa yang tidak berafiliasi dengan agama. semua ada dalam satu (all-in-one). Mistisisme nirreligius ini bisa Pengalaman ini disebut juga menampung pengalaman mistis pengalaman pan-en-henic, seperti ateis, agnostis, atau sekuler. pengalaman akan kesadaran kosmis8,

161 Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5. No. 2, Desember 2009

Pengalaman mistis konseptualisasi. Bila konseptualisasi itu berhasil, maka kita mendapatkan Semakin terbuka dan jelas sekarang konsep. Karena itu, konsep bisa bahwa memahami mistisisme tidak bisa diartikan sebagai konsepsi yang dicapai hanya dengan membaca buku- disepakati bersama lewat buku dan memikirkan isinya. Intisari konseptualisasi. Dengan mistisisme terletak pada pengalaman dan mengekspresikan pengalaman mistis, praktik yang bersifat pribadi dan kita sebenarnya sibuk berhadapan langsung. Karena penekanan yang besar dengan macam-macam konsepsi. pada dimensi praktis ini, kita cukup Lewat wacana, konsepsi-konsepsi itu sering menemui banyak literatur yang dikonseptualiasikan untuk begitu leluasa mempertukarkan istilah memunculkan sejumlah konsep “mistisisme (mysticism)” dan tentang pengalaman mistis. “pengalaman mistis (mystical Bagaimanapun, perlu diingat bahwa experience)”. Meski demikian, pikiran ketika seseorang berkomentar bisa berpartisipasi dalam memperjelas tentang pengalamannya, maka ia pengalaman mistis sehingga bisa sebenarnya sudah mengambil jarak diterima dalam lingkungan ilmiah. dengan pengalaman itu sendiri. Salah satu ciri yang dominan dari Dengan demikian, konsep tidak bisa pikiran adalah kemampuannya begitu saja disamakan dengan menjelaskan dan memaparkan secara pengalaman yang asli. sistematis dan terklasifikasi dengan jelas. Dalam istilah René Descartes, Mistisisme meliputi baik pengalaman pikiran menjelaskan secara clara et langsung maupun konsepsi dan konsep distincta (jelas dan terpilah-pilah). Bila tentang pengalaman mistis; sementara jalur ini ingin ditmpuh, kita terlebih pengalaman mistis lebih terbatas pada dahulu perlu mengakrabkan diri dengan pengalaman langsung dan pribadi yang istilah-istilah berikut: sifatnya subjektif dan unik. Dalam cara lain, kita dapat mengatakan bahwa 1. Pengalaman langsung. Ini berarti mistisisme adalah ranah teoretis dan pengalaman mistis didapatkan secara konseptual yang menjadi perhatian langsung dan secara pribadi. Dengan ilmuwan dan pemikir; sementara demikian, seseorang mengalami pengalaman mistis adalah ranah yang secara unik pengalaman yang ia melekat erat dengan praktik pribadi. dapatkan; Jika pengalaman mistis adalah 2. Konsepsi dan konsep terhadap pengalaman yang subjektif, bagaimana pengalaman langsung. Konsep dan dengan ilmu pengetahuan yang menuntut konsepsi adalah dua istilah yang objektivitas? Tidakkah mustahil menarik berbeda. Untuk memperjelas pengalaman mistis ke ranah ilmu perbedaan itu, kita juga perlu akrab pengetahuan (science)? Objektivitas dengan istilah konseptualisasi. memang perlu bagi keilmiahan. Ini Konsepsi berarti upaya pribadi sangat bisa dimengerti. Banyak untuk merumuskan suatu mahasiswa dan akademisi begitu takut pengalaman. Ketika rumusan pribadi dan malu jika ucapannya divonis itu ingin disepakati sebagai rumusan subjektif alias tidak objektif. Namun, bersama, kita perlu melakukan kita juga sulit mengingkari bahwa fakta Kahija, Menuju Psikologi Mistis 162 yang paling objektif tentang manusia bisa dilakukan adalah mendeskripsikan adalah bahwa manusia pada dasarnya pengalaman itu sambil tetap menjaga subjektif. sifatnya yang tak terkatakan (La kahija, Sebelum lebih jauh medialogkan 2007). Seperti apakah persisinya pengalaman mistis dengan pikiran, saya pengalaman mistis itu? Berikut ini ingin kembali mengulang secara singkat adalah dua kutipan yang bisa memberi apa yang sudah kita bicarakan sejauh ini: gambaran sekilas.

Istilah mistisisme pada awalnya “Pengalaman dalam pengalaman akrab dengan iklim spiritual dan mistis mungkin kadang-kadang religius. Dalam perkembangan datang menyapu seperti selanjutnya, istilah itu digunakan gelombang pasang yang lembut, secara luas sehingga tidak hanya memenuhi (pervading) pikiran menyangkut praktik spiritual dengan suasana hati yang damai dalam agama, tetapi juga praktik dalam kekhusyukan ibadah spiritual dalam banyak tradisi (deepest worship). Pengalaman dan budaya. Lebih jauh, itu mungkin masuk ke dunia mistisisme terus meluas hingga kejiwaan yang abadi dan kekal, menampung banyak praktik yang terus begerak, menimbulkan umum dikaji dalam getaran dan gema yang dahsyat, parapsikologi, seperti mejik sampai akhirnya ia lenyap dari (magick), komunikasi antara pendengaran dan kembali ke manusia dan roh-roh suasana noneligius, ke suasana (mediumship), kekuatan "duniawi"-nya dalam supranatural (psi), kemampuan pengalaman sehari-hari. mendengarkan yang tak Pengalaman [mistis] itu mungkin terdengar (claireaudience), meledak tiba-tiba dari kedalaman kemampuan melihat yang tak jiwa disertai kejang dan terlihat (clairevoyance), ketegangan otot (konvulsi), atau kemampuan melihat masa depan menimbulkan perasaan bahagia (precognition), indera keenam yang luar biasa, perasaan mabuk, (ESP: extrasensory perception), kegirangan (transport), dan dan sebagainya. ekstase. Pengalaman ini bisa memunculkan keadaan tak Karena pengalaman mistis terkendali mirip kesurupan dan bekaitan dengan mistisisme yang tenggelam dalam perasaan takut beraneka makna itu, maka bisa dan mengerikan." dipastikan bahwa pengalaman mistis juga beraneka makna. Ada ungkapan dalam mistisisme yang berbunyi: Tentu saja, [ketika ingin “Mistisisme bermula dengan berbicara tentang mistikus] Anda ketidakjelasan dan selalu berakhir dalam perlu mendefinisikan apa yang skisme (pembagian)”. Jargon ini bisa Anda maksud dengan diinterpretasikan sebagai berikut: Bila mistisisme? Mari kita berasumsi dunia mistis adalah dunia yang tak bahwa yang Anda maksudkan terkatakan, maka maksimalkan yang adalah orang-orang yang 163 Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5. No. 2, Desember 2009

memiliki pengalaman mistis. Ciri-ciri Pengalaman Mistis Mistisi adalah orang-orang yang memiliki pengalaman yang Pengalaman akan Yang Absolut adalah sangat hidup tentang pengalaman yang imanen sekaligus ketidaksadaran kolektif. transenden.10 Ini berarti Yang Absolut itu Pengalaman mistis adalah dekat (ada di dalam kita) sekaligus pengalaman akan arketipe [isi-isi berada di balik (melampaui) pikiran, ketidaksadaran kolektif]9. kehendak, kesadaran, nafsu, ingatan, Carl Gustav Jung emosi, suasana hati, dan perasaan kita. Ketika Yang Absolut itu mengaliri kesadaran, maka manusia merasa lepas, Pengalaman mistis itu sangat dalam, terbebaskan, atau tercerahkan. luas, dan kompleks sehingga tidak Pengalaman itu pada gilirannya akan mungkin dikekang dalam satu definisi mentranformasikan kepribadian. Orang atau pemaknaan. Setiap agama, tradisi, yang mengalaminya akan berubah secara atau teori ilmiah memiliki rumusan- radikal dalam sikap dan perilaku. rumusan yang bervariasi tentang Setiap orang sangat potensial mengalami pengalaman mistis. Meski demikian, Yang Absolut, namun pengalaman itu variasi itu disatukan oleh kenyataan memiliki level atau tingkat yang bahwa pengalaman mistis adalah buah berbeda. Dalam Lakon Bima Suci, level dari perjuangan pribadi masuk ke dalam itu secara sederhana diklasifikasikan diri sendiri. menjadi dua, yaitu: (1) kalepasan dan Begitulah, pengalaman mistis yang (2) kamoksan (La Kahija, 2003). Meski buram itu berlangsung dalam jiwa kita kedua pengalaman ini berlangsung sendiri. Padahal, psikologi Indonesia singkat, orang yang mengalaminya sendiri masih buram dengan istilah menjadikan momen itu sebagai momen “jiwa”. Ada begitu variasi kata atau yang sangat berharga dan bernilai dalam istilah. Mari bertanya: Apakah jiwa hidupnya. Kisah berikut ini adalah satu adalah mind? Ataukah ia adalah soul? contoh pengalaman yang bisa disebut Atau mungkin spirit? Apakah kata sebagai kalepasan. Inggris mind, soul, dan spirit itu sama dengan jiwa dalam pikiran orang Psikiater Kanada Richard Bucke Indonesia? Lalu, karena jiwa secara dan kedua temannya etimologis berkaitan dengan kata menghabiskan malam bersama Sanskerta jiva, apakah ini berarti jiwa sambil membaca Wordsworth, identik dengan jiva? Karena jiwa secara Shelley, Keats, Browning, dan khusus dikaji dalam psikologi atau ilmu khususnya Whitman. Mereka (logos) tentang jiwa (psykhē), apakah ini berpisah sekitar tengah malam berarti kata jiwa bermakna sama dengan dan Bucke menempuh perjalanan kata Yunani psykhē? Saya ingin panjang dengan kereta kuda. membiarkan pertanyaan-pertanyaan ini Pikirannya masih terserap ke terbuka untuk dibicarakan dan dikaji dalam ide, gambaran, dan emosi lebih jauh. yang muncul dari bacaan dan diskusi mereka malam itu. Pikirannya menjadi tenang dan damai. Dalam ketenangan itu, ia Kahija, Menuju Psikologi Mistis 164

merasakan kegembiraan. Tiba- kebebasan penuh di puncak tertinggi. tiba saja, tanpa tanda-tanda Inilah yang disebut kamoksan yang bisa apapun, ia merasa seperti diparalelkan dengan Pencerahan diselimuti awan yang menyala tertinggi (Enlightenment) dalam tradisi terang benderang seperti nyala Timur pada umumnya. api. Ia sempat menyangka ada Dalam bahasa Inggris, baik kalepasan kebakaran, namun ia segera sadar maupun kamoksan cenderung disatukan bahwa terang itu memancar dari dalam istilah mystical experience dalam dirinya. Setelah (pengalaman mistis). Lewat pengalaman pengalaman itu berlalu, ia ini, seseorang dialiri energi yang merasakan kegembiraan yang tak menyegarkan, menenangkan, dan terperikan, rasa senang yang tak mendamaikan. Energi itu dapat terkatakan, dan pencerahan mengubah kepribadian secara radikal ke intelektual yang tak terlukiskan. arah yang positif. Efek yang jelas dari pengalaman ini adalah perasaan dicintai, Peristiwa itu dialami Richard Bucke di senang, bahagia, gembira, atau terharu Inggris pada musim semi 1872 dan (Hawkins, 2002) . dituangkan dalam bukunya yang Begitulah, pengalaman subjektif dan berjudul Cosmic Consciousness sangat pribadi ini sulit dijelaskan. Kita (Kesadaran Kosmis). Bucke menyebut perlu jalur lain untuk menyentuh pengalamannya itu sebagai kesadaran pengalaman mistis. Jalur yang selama ini kosmis (cosmic consciousness). umum digunakan adalah Menurutnya, cukup banyak orang yang mendeskrispikan ciri-cirinya, seperti berusia antara 30 dan 40 tahun bisa yang dilakukan (1904) mendapatkan pengalaman itu bila dalam The Varieties of Religious intelek, moralitas, atau perasaan religius Experience (Keberagaman Pengalaman mereka berkembang dengan baik. Religius). James mengemukakan empat Pengalaman kalepasan bisa ciri umum pengalaman mistis, yaitu: menguatkan dan menyehatkan seseorang secara psikologis. Dalam kalepasan, 1. Ketidakterlukisan (ineffability). seseorang seolah-olah dibangunkan dari Orang yang mengalami pengalaman tidurnya dan bangkit menyambut mistis akan mengungkapkan bahwa kesegaran, ketenangan, dan rasa damai pengalaman itu tidak bisa yang luar biasa. Pengalaman ini bisa diekspresikan. Kata-kata tidak cukup ditemukan contoh-contoh kecilnya untuk menampung isi pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, seperti itu. Pengalaman ini harus dialami kebahagiaan ibu yang menyaksikan langsung. Ia tidak bisa diberikan atau kelahiran anaknya; remaja yang larut dialihkan kepada orang lain. dalam alunan musik; pecinta alam yang Pengalaman ini lebih banyak menikmati terbitnya matahari di puncak melibatkan perasaan alih-alih intelek. gunung; atau seorang penyair yang Perasaan ini tidak mungkin bisa terbenam dalam inspirasi ketika menulis dijelaskan pada orang lain yang puisi di tepi pantai. belum pernah mengalaminya. Orang Bagaimanapun, ada pengalaman lain bisa menilai alunan musik bila ia yang jauh lebih besar lagi. Orang yang memiliki telinga yang peka untuk mengalaminya seolah-olah berada dalam menilai; orang bisa memahami 165 Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5. No. 2, Desember 2009

gejolak cinta orang lain bila ia tertentu atau menjaga sikap tubuh mengalami cinta. Kurangnya tertentu seperti dalam berdoa atau kepekaan hati dan telinga membuat bermeditasi. Meski demikian, ketika kita kesulitan menginterpretasikan pengalaman mistis terjadi, mistikus ekspresi musikus dan pecinta. Begitu merasa seolah-olah kehendak juga dengan orang yang ingin sadarnya melayang-layang, kadang- memahami pengalaman mistis. Ia kadang terasa seperti direnggut dan harus membuka diri untuk dipegang oleh kekuatan yang lebih mengalaminya. Dengan demikian, tinggi. Kondisi yang aneh ini ketika pengalaman ini membuat pengalaman mistis kadang- dikomunikasikan, orang-orang yang kadang dihubungkan dengan berbicara memiliki rasa terhubung fenomena-fenomena yang dianggap (sense of conncetedness); abnormal atau paranormal seperti 2. Kualitas noetis (noetic quality). ucapan profetis (ramalan), penulisan Meski pengalaman mistis lebih otomatis (automatic writing), atau banyak melibatkan perasaan, trans mediumistis (kemampuan pengalaman ini juga sebenarnya berkomunikasi dengan roh di saat melibatkan pengetahuan orang yang trans). Ketika pengalaman akan mengalaminya. Pengetahaun di sini fenomena paranormal itu berakhir bukanlah pengetahuan rasional, tapi dan orang yang mengalaminya pemahaman langsung akan sesuatu kembali “sadar”, maka ia mungkin di luar penalaran atau hukum-hukum tidak mengingat apa yang sudah logis. Inilah yang umum disebut terjadi. Dengan kata lain, iluminasi, pewahyuan, perasaan pengalaman paranormal hanya bermakna dan bernilai; interupsi dalam pengalaman mistis. 3. Kesementaraan (transiency). Pengalaman mistis jauh lebih luas Pengalaman mistis berlangsung daripada interupsi ini. Sulit sekali singkat. Dalam beberapa kasus yang memilah pengalaman mistis ini sangat jarang terjadi, pengalaman ini secara jelas. Beberapa kejadian berlangsung selama setengah jam dalam pengalaman ini masih bisa atau paling lama satu atau dua jam. diingat dan memiliki dampak yang Ketika pengalaman itu berakhir, besar bagi perubahan kualitas hidup. kualitasnya tidak bisa ditangkap penuh oleh ingatan. Kapasitas William James menambahkan bahwa ingatan manusia tidak cukup untuk dua ciri yang pertama (nomor 1 dan 2) menampungnya. Meski demikian, umum dijumpai pada semua pengalaman ketika pengalaman itu dialami mistis; sementara dua ciri yang terakhir kembali, mistkus bisa mengenalnya. (nomor 3 dan 4) tidak begitu menyolok Dari pengalaman yang satu ke dalam pengalaman mistis, namun cukup pengalaman yang lain, ia menjadi sering ditemui. semakin diperkaya secara batin; Pembagian yang dikemukakan 4. Kepasifan (passivity). Kehendak William James di atas menjadi referensi sadar bisa menjadi alat bantu dalam utama bagi banyak sarjana dan ilmuwan mencapai pengalaman mistis. yang ingin mengkaji tentang pengalaman Sebagai contoh, seseorang dengan mistis. Salah satu peneliti mistisisme sadar bisa berkonsentrasi pada objek yang mengadopsi pemikiran James itu Kahija, Menuju Psikologi Mistis 166 adalah F. C. Happold. Happold (1981) menambahkan tiga ciri lain, yaitu: Pakar lain yang juga secara khusus mengkaji tentang pengalaman mistis 1. Kesadaran akan kesatuan segala adalah Walter Terence Stace. Stace sesuatu (consciousness of the (2002) membagi pengalaman mistis oneness of everything). Mistikus dalam tujuh karakteristik. Pembagian ini mengalami segala sesuatu sebagai tidak mutlak atau tidak harus ditemui kesatuan: semua dalam satu (all in dalam semua pengalaman mistis. one) dan satu dalam semua (one in Ketujuh ciri itu adalah sebagai berikut: all). Pengalaman ini sangat umum djumpai dalam mistisisme teistis 1. Kesatuan (unity). Indera manusia yagn merasakan Allah (Yang Satu) menangkap begitu banyak dalam segala sesuatu; perbedaan, seperti mata yang 2. Perasaan tanpa waktu (sense of menangkap macam-macam jenis timelessness). Dalam obrolan sehari- bunga. Dalam pengalaman mistis, hari, ucapan seseorang dirujuk pada semua perbedaan itu disingkirkan waktu tertentu, misalnya seseorang sehingga segala sesuatu terlihat menelepon di taman pada jam 4 sore sebagai kesatuan atau kekosongan; atau Anda membaca tulisan ini pada 2. Subjektivitas (subjectivity). jam.... Itulah konsekuensi dari hidup Pengalaman mistis bersifat pribadi. dalam waktu. Pengalaman mistis Dengan demikian, apa yang dialami berada di luar waktu jam atau dan dirasakan dalam pengalaman ini penanggalan. Pengalaman mistis bersifat subjektif dan unik; tidak bisa dibagi, dipecah, atau 3. Realitas (Reality). Pengalaman diklasifikasikan dalam urutan waktu mistis adalah pengalaman yang tertentu, seperti masa lalu, masa objektif dan asli. Pengalaman ini sekarang, dan masa akan datang; terlepas dari cengkeraman ego 3. Keyakinan bahwa ego fenomenal sehingga realitas terlihat jernih dan bukanlah aku yang sesungguhnya. tampil apa adanya; Ketika bertemu dengan orang lain, 4. Perasaan positif. Pengalaman mistis kita biasanya membicarakan disertau perasaan diberkati, kejadian-kejadian yang umum dalam kebahagiaan, kegirangan, atau kehidupan sehari-hari. Dalam cara kepuasan; ini, kita sebenarnya menampilkan 5. Perasaan sakral (sacredness). apa yang ditangkap oleh ego kita Pengalaman mistis berkaitan dengan masing-masing. Ego yang akrab dunia Ilahi yang suci dan sakral. dengan pengalaman sehari-hari ini 6. Paradoksikalitas (paradoxicality). disebut ego fenomenal. Dengan Paradoks berarti pertentangan. pengalaman mistis, mistikus sadar Dalam logika Aristoteles, paradoks bahwa ego fenomenal itu bukanlah dianggap tidak logis. Mustahil atau dirinya yang sesungguhnya. Diri tidak logis bahwa satu bisa sekaligus yang sebenarnya adalah jiwa yang banyak. Pernyataan seperti ini jelas mampu menyatu dengan Yang tak tidak konsisten bagi pikiran: satu Berhingga. Diri yang dimaksud di yang satu dan banyak yah banyak. sini bisa dibandingkan dengan ātman Dalam pengalaman mistis, paradoks dalam pandangan Hindu. 167 Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5. No. 2, Desember 2009

ini justru ditemui: kosong sekaligus (.....), misalnya, menjadikannya sebagai penuh, banyak sekaligus satu; dasar dalam membuat alat ukur 7. Inefabilitas (ineffability). psikologis yang dikenal dengan nama M- Pengalaman mistis tidak bisa Scale (mysticism scale).11 Alat ukur ini dituangkan dalam kata-kata. Bahasa yang terdiri dari 32 butir pertanyaan manusia sangat terbatas untuk (item) dirancang untuk meneliti mengekspresikan pengalaman mistis. pengalaman mistis dalam populasi yang besar. Berikut ini adalah contoh Karakteristik-karakteristik yang beberapa butir pertanyaan dalam M- dikemukakan oleh Walter Stace di atas scale berikut terjemahannya: diadaptasi oleh beberapa peneliti pengalaman mistis. Ralph W. Hood, Jr

Tabel 1 Contoh Butir Pertanyaan M-Scale

_____ I have had an experience which was both timeless and spaceless. 1 (Saya pernah mengalami perasaan terlepas dari ruang dan waktu) I have never had an experience which was incapable of being expressed in _____ words. 2 (Saya tidak pernah memiliki pengalaman yang tidak bisa diekspresikan dengan kata-kata) I have had an experience in which something greater than myself seemed to _____ absorb me. 3 (Saya pernah mengalami sesuatu yang lebih besar dari diriku sendiri yang seolah-olah menyedot aku) I have had an experience in which everything seemed to disappear from my _____ mind until I was conscious only of a void. 4 (Saya pernah mengalami pikiranku seolah-olah hilang hingga saya merasakannya hanya sebagai kekosongan) _____ I have experienced profound joy. 5 (Saya pernah merasakan kegembiraan yang teramat dalam) I have never had an experience in which I felt myself to be absorbed as one _____ with all things. 6 (Saya tidak pernah merasakan diriku menyatu dengan segala sesuatu) _____ I have never experienced a perfectly peaceful state. 7 (Saya tidak pernah mengalami keadaan yang amat damai) _____ I have never had an experience in which I felt as if all things were alive. 8 (Saya tidak pernah mengalami segala sesuatu terasa hidup)

Tujuh karakteristik yang terhadap pengalaman mistis dalam dikemukakan Walter Stace juga agama (religious experience).13 Dari digunakan oleh Walter Pahnke sebagai penelitiannya itu, ia menyimpulkan kriteria asesmen.12 Pahnke (....) bahwa pengalaman mistis yang melakukan penelitian eksperimental dilaporkan dalam banyak literatur sama untuk melihat pengaruh obat psikoaktif dengan pengalaman yang dilaporkan Kahija, Menuju Psikologi Mistis 168 subjek-subjek penelitiannya. Hasil di saat menyaksikan hadirnya penelitian itni menjadi dasar bagi Realitas terdalam. Elemen-elemen Pahnke untuk mengemukakan ciri-ciri utama dari keadaan ini adalah rasa pengalaman mistis yang meliputi: terpesona (awe), rasa hormat, rasa 1. Kesatuan (unity). Kesatuan di sini kagum, dan kerendahan hati; berarti kesatuan kosmis yang dicapai 5. Kualitas noetis (noetic quality). dengan meleburkan ego ke dalam Pengalaman mistis adalah dunia transenden. Meski demikian, pengalaman yang datang tiba-tiba, ingatan dan kesadaran akan peristiwa terjadi begitu saja. Pengalaman ini itu tetap ada. Lewat pengalaman ini, bisa disebut sebagai iluminasi. Inilah orang menjadi sadar bahwa dia keadaan di mana seseorang secara hanyalah bagian dari sesuatu yang subjektif merasakan hadirnya jauh lebih besar dan jauh lebih luas. kekuatan yang luar biasa dari Kesatuan ini bisa dirangsang oleh Sumber segala sesuatu (Realitas pengalaman batin (internal) atau terdalam); pengalaman akan dunia sekitar 6. Paradoksikalitas. Pengalaman (eksternal). Dalam kesatuan ini, mistis mengarah pada kontradiksi seseorang merasa bahwa ia adalah (pertentangan) logis. Kontradiksi ini bagian dari segala sesuatu di alam menjadi sangat jelas ketika semesta ini (kesatuan kosmis). dideskripsikan atau dianalisis dengan Singkatnya, semua adalah satu (All is kaidah-kaidah logis. Orang yang one); mengalaminya tahu dan sadar bahwa 2. Transendensi waktu dan ruang pengalaman itu bisa bertentangan (Transcendence of time and space). dengan pikiran atau akal; Pengalaman mistis tidak bisa 7. Ketidakterlukisan (alleged dimengerti sebagai pengalaman yang ineffability). Pengalaman ini tidak terjadi dalam ruang (di sini atau di bisa diekspresikan dengan kata-kata. sana) dan waktu (masa lalu, Pengalaman itu juga tidak bisa sekarang, masa depan). Pengalaman dideskripsikan atau digambarkan. mistis adalah pengalaman akan dunia Meski demikian, banyak mistikus keabadian (eternity) dan tetap berupaya mengomunikasikan ketidakberhinggaan (infinity); pengalaman itu; 3. Suasana hati positif dalam 8. Kesementaraan (transiency). kekhusyukan (deeply felt positive Pengalaman mistis tidak berlangsung mood). Dalam pengalaman mistis, lama dengan intensitas yang penuh. seseorang dialiri kegembiraan, Pengalaman ini hanya menyisakan perasaaan terberkati, kedamaian, dan perasaan bahagia dalam ingatan; cinta. Kadang-kadang juga terjadi 9. Perubahan positif yang tetap bahwa orang yang mengalaminya dalam sikap dan perilaku meneteskan air mata dalam rasa (persisting positive changes in haru; attitudes and behavior). Lewat 4. Rasa kesakralan (sense of pengalaman mistis, seseorang sacredness). Perasaan yang muncul mengalami perubahan dalam cara dalam pengalaman mistis adalah memandang dirinya sendiri, orang respons yang tidak rasional, intuitif, lain, dan kehidupan. mencengangkan, dan menggetarkan 169 Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5. No. 2, Desember 2009

Berbagai pandangan tentang ciri-ciri adalah pengalaman yang subjektif dan pengalaman mistis di atas dimaksudkan tidak bisa diamati. Dengan demikian, untuk memberi gambaran tentang pengalaman mistis sangat mungkin pengalaman mistis. Peneliti-peneliti dianggap tidak ilmiah. kesadaran bisa berpartisipasi Agar bisa diterima, pengalaman memperluas spektrum itu. Saya percaya, mistis perlu diupayakan pengukurannya. masih banyak lagi versi yang bisa Cara yang ditempuh Maslow adalah dikemukakan. melihat frekuensi (kekerapan) dan berbagai tampilan pengalaman mistis. Pengalaman Mistis dan Keseharian Tidak hanya itu, Maslow juga berupaya memperkenalkan dan memopulerkan Pengalaman mistis yang dideskripsikan pengalaman mistis dengan nama lain di atas kadang-kadang dipandang “pengalaman puncak (peak experience)”. sebagai pengalaman yang eksklusif dan Istilah baru ini tampaknya lebih mudah terkungkung di kalangan mistisi. Dalam diterima karena tidak terkungkung dalam kacamata awam, pengalaman itu eksklusivitas agama. Pengalaman seringkali sulit dimengerti. Bila puncak bersifat unik, seunik orang yang demikian, kita butuh rumusan yang lebih mengalaminya. Maslow menekankan sederhana. Salah satu pemikir yang pentingnya membagi pengalaman- sangat berjasa dalam membumikan atau pengalaman puncak itu dengan orang menyekularisasikan pengalaman mistis lain. Ia mendorong kebebasan dalam adalah Abraham Harold Maslow – mengekspresikan pengalaman puncak peletak dasar psikologi humanistik tanpa merasa malu dan takut. sekaligus psikologi transpersonal. Meski demikian, kita tetap perlu Menurutnya, pengalaman mistis adalah sadar bahwa pengalaman puncak dan pengalaman universal yang terbuka pengalaman mistis tetap berbeda. untuk dialami setiap orang. Dari Maslow sebenarnya punya istilah lain berbagai laporan yang dikumpulkan untuk pengalaman mistis, yaitu Maslow, pengalaman mistis bisa dilihat pengalaman plato (plateau experience). dalam tiga wajah: (1) teistis, (2) Pengalaman plato dicapai, dipelajari, supranatural, atau (3) nonteistis. Dengan diperoleh lewat kerja keras yang demikian, pengalaman mistis tidak panjang. Pengalaman puncak tidak sama hanya dialami oleh orang-orang yang dengan pengalaman plato. Pengalaman berafiliasi dalam agama tertentu, tetapi puncak hanya memberi gambaran sekilas juga bisa dialami ateis. tentang pengalaman Plateau. Untuk bisa Program Maslow membumikan menetap di atas plateau, diperlukan kerja pengalaman mistis tidak berjalan mudah keras dan disiplin. Menurut Maslow karena iklim ilmiah yang mengitarinya berpendapat, kerja keras ini berjalan di tahun 1950-an dan 1960-an. Pada seumur hidup. waktu itu, data dianggap ilmiah bila Seperti apakah persisnya dasarnya adalah kejadian-kejadian yang pengalaman puncak yang dimaksud bisa diamati dan diukur. Pengamatan dan Maslow? Tidak ada definisi yang jelas. pengukuran menjadi kriteria bagi Cara terbaik yang bisa dilakukan adalah objektivitas. Dalam filsafat, cara berpikir menyentuhnya lewat karakteristiik- ini disebut positivistis. Kendalanya karakteristik. Berikut ini adalah terletak di sini. Pengalaman mistis beberapa karakteristik penting yang saya Kahija, Menuju Psikologi Mistis 170 tarik keluar dari pemaparan Maslow didasarkan persepsi yang jernih dalam buku yang berjudul Religions, sehingga segala sesuatu dilihat apa Values, and Peak Experiences (Agama, adanya. Persepsinya melebihi Nilai, dan Pengalaman Puncak). persepsi biasanya: lebih terang, lebih  Seluruh alam semesta dilihat kuat, lebih besar, lebih tinggi; sebagai kesatuan. Pengalaman ini  Perasaan bernilai. Pengalaman tidak sama dengan visualisasi seperti puncak memperkaya diri sendiri bila saya melihat gambar bola bumi dengan nilai-nilai yang mulia. atau planet-planet dan Banyak orang yang mengalami memvisualisasikan diriku satu pengalaman puncak mendapatkan dengan bumi. Dalam pengalaman kekuatan dalam menjalani hidup. puncak, orang secara nyata merasa Hidup menjadi lebih berarti dan satu dengan alam semesta di mana ia lebih bermakna.; benar-benar merasakan dirinya  Perasaan melampaui ruang dan sebagai bagian yang tak terpisahkan waktu. Kita hidup dalam ruang dari alam semesta. Pengalaman ini (misalnya, di sini) dan waktu punya makna pribadi yang dalam (misalnya, hari ini). Dalam sehingga dapat mengubah seseorang pengalaman puncak, seseorang secara radikal dan relatif tetap; berada di luar ruang dan waktu. Ia  Perhatian dan konsentrasi yang masuk sesaat ke dalam dunia penuh dalam cara yang tidak biasa. universal dan abadi. Dia bisa saja Dalam pengalaman puncak, merasa seolah-olah kesadarannya seseorang tidak bisa mengevaluasi, hilang. Satu menit bisa terasa sehari, membandingkan, dan menilai. sebulan, atau setahun; Segala sesuatu terlihat sama. Tidak  Dunia terasa indah dan baik. Lewat ada yang lebih unggul dari yang lain. pengalaman puncak, dunia tidak lagi Setiap orang sama uniknya; setiap dilihat sebagai kejahatan dan derita. orang sama mulianya; setiap orang Dunia dan kehidupan diterima apa adalah anak-anak Allah. Lewat adanya dengan segala sisi terang dan pengalaman ini, seseorang tidak lagi suramnya. Orang yang mengalami melihat manusia ini atau manusia itu. pengalaman puncak berdamai Yang dilihatnya adalah dengan kejahatan. Reaksi emosional kemanusiaan; yang mereka tunjukkan adalah belas-  Melampaui ego (ego-transcending). kasih, cinta-kasih, kebaikan, Dengan demikian, ia terlepas dari kemurahan hati, rasa senang, atau kepentingan pribadi. Umumnya, juga keprihatinan; orang cenderung melihat sesuatu  Efek terapeutik. Pengalaman puncak berdasarkan ke-aku-annya, bisa memberi efek langsung atau berdasarkan kepentingan pribadinya. efek sesudah (aftereffects) bagi orang Orang yang mengalami pengalaman yang mengalaminya. Seseorang puncak melihat dunia luar tanpa merasakan momen penuh bahagia. keterikatan pada aku (ego). Ia Efeknya begitu kuat sehingga melampaui ke-aku-an itu dan seorang ateis bisa saja berbalik melupakan diri sendiri. menjadi seorang yagn sangat Penglihatannya tidak lagi dikotori religius. Mereka juga bisa merasa oleh keinginan pribadi, tetapi disembuhkan secara luar biasa dari 171 Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5. No. 2, Desember 2009

penyakit atau gangguan psikologis. dan control, kebingungan, kekalutan, Dalam pengamatan Maslow, konflik, penundaan, dan pengalaman puncak bisa pengekangan, disintegrasi, kegilaan, menyembuhkan seseorang dari atau kematian; gangguan psikologis dan  Perasaan ke “surga”. Pengalaman menghindarkan diri dari dorongan puncak memunculkan perasaan untuk bunuh diri; seperti berada di surga untuk sesaat  Pengalaman akan B-values (nilai- dan kemudian kembali ke bumi. nilai intrinsik dalam manusia). Surga di sini tidak berarti tempat Orang yang mengalami pengalaman bagi orang mati sesudah kematian, puncak mengalirkan keutamaan- tetapi tempat yang membahagiakan keutamaan abadi atau nilai-nilai dalam kehidupan di dunia; spiritual atau nilai-nilai yang lebih  Pengenalan diri yang tinggi. Dengan nilai-nilai ini, sesungguhnya. Lewat pengalaman manusia memandang sesamanya puncak, seseorang bergerak semakin sebagai makhluk yang sakral. Dunia dekat pada identitasnya yang pun tidak hanya dilihat sebagai sempurna atau keunikan dirinya. Ia tempat hunian, tetapi juga tempat menjadi dirinya yang sesungguhnya. sakral; Ia merasa dirinya bertanggung  Perasaan yang tak terungkapkan. jawab, aktif, dan kreatif, bagi Dalam pengalaman puncak, muncul tindakan dan pesepsinya. Ia semakin berbagai perasaan yang bercampur- mengandalkan dirinya dan merasa baur, seperti heran, tercengang, lebih bebas. Orang yang mencapai hormat, tunduk, rendah hati, pasrah. pengenalan diri ini melepaskan diri Kadang-kadang ada juga perasaan dari kepentingan pribadi (ego) dalam seolah-olah mati dengan perasan tindakan-tindakannya; tenang, damai, dan bahagia. Lewat  Pribadi yang menjiwa. Lewat pengalaman puncak, kematian pengalaman puncak, seseorang berdamai dengan kehidupan. menjadi kurang perhatian pada Begitulah sikap religius terhadap perkara material. Ia tidak kematian; memandang dirinya sebagai materi  Persepsi akan kesatuan dan yang hidup di dunia. Ia juga tidak integasi. Hidup kita seringkali taat pada hukum-hukum fisika. terjepit antara dua hal yang terkesan Orientasinya adalah jiwa (psyche). bertentangan. Pengalaman puncak Dengan demikian, ia semakin menyatukan dan mendamaikan manusiawi, semakin tunduk pada perceraian, keterpisahan, konflik, hukum psikologis, khususnya hukum dan oposisi. Dalam pengalaman kehidupan yang lebih tinggi dan puncak, rendah hati dan tinggi hati mulia; berbaur menjadi satu. Tidak lagi ada  Perasaan terberkati. Pengalaman dikotomi atau pertentangan: tinggi puncak menimbulkan perasaan hati sekaligus rendah hati; diberkati dan dirahmati oleh Yang  Hilangnya rasa takut. Pengalaman Maha Kuasa. Orang yang puncak menghilangkan rasa takut. mengalaminya diselimuti rahmat Rasa takut di sini meliputi yang membawanya pada keinginan kecemasan, hambatan, pertahanan untuk mengabdi dengan cinta. Kahija, Menuju Psikologi Mistis 172

Perasaan ini bisa dialami lewat spontan (spontaneous mystical pemujaan, penyembahan, doa experience). Pengalaman ini biasanya bersama, atau praktik-praktik lain dipicu oleh beberapa kejadian tertentu dalam aktivitas ke-agama-an. yang akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Alister Hardy (melalui Sesudah Maslow, kajian-kajian tentang Graham Miles, 2007) mendapatkan lebih pengalaman mistis dan pengalaman dari 3000 laporan tentang pengalaman puncak berkembang kian pesat. Ada mistis. Ia kemudian mengidentifikasikan begitu banyak peneliti yang berupaya kondisi-kondisi yang bisa memicu lebih mendekatkan lagi pengalaman itu munculnya pengalaman mistis. Berikut dengan pengalaman sehari-hari. ini adalah angka rata-rata dari 1000 Pengalaman mistis dalam kehidupan pengalaman yang menurut Hardy adalah sehari-hari kerap kali muncul secara pengalaman mistis.

Tabel 2 Pemicu Pengalaman Mistis

depresi, putus asa (depression, despair) 183.7 doa, meditasi (prayer, meditation) 135.7 keindahan alam (natural beauty) 122.7 keikutsertaan dalam ibadah (participation in religious worship) 111.7 bacaan, drama, atau film (literature, drama, film) 82.0 penyakit (illness) 80.0 musik (music) 56.7 krisis dalam hubungan pribadi (crises in personal relations) 37.3 kematian orang lain (the death of others) 28.0 tempat-tempat suci (sacred places) 26.0 seni visual (visual arts) 24.7 karya kreatif (creative work) 20.7 menghadapi kematian (the prospect of death) 15.3 ketenangan, kesunyian (silence, solitude) 15.3 obat-obat anestetik (anaesthetic drugs) 10.7 aktivitas fisik (physical activity) 09.7 relaksasi (relaxation) 09.7 kelahiran anak (childbirth) 08.7 kebahagiaan (happiness) 07.3 obat-obat psikedelik (psychedelic drugs) 06.7 hubungan seksual (sexual relation) 04.0

Perlu ditekankan di sini bahwa keindahan alam, pemujaan; sementara berbagai kondisi di atas bukanlah pemicu-pemicu yang rendah adalah penyebab, tetapi pemicu. Penyebab jauh obat-obat psikedelik, hubungan seksual, lebih luas daripada pemicu. Dari analisis kebahagiaan, melahirkan anak. yang dilakukan Hardy, pemicu-pemicu Bahwa depresi dan putus asa utama yang dari pengalaman mistis dipandang memiliki korelasi kuat adalah depresi, putus asa, doa, meditasi, dengan pengalaman mistis dapat 173 Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5. No. 2, Desember 2009

dipandang wajar bila kita meletakkannya Pengalaman mistis tidak lahir dalam konteks filsafat eksistensial atau dari permukaan jiwa, tapi dari eksistensialisme. Eksistensialisme kedalaman jiwa. Bagaimanapun, ada mengajarkan manusia hidup dalam masalah penting yang perlu diantisipasi dunia; sementara dunia adalah sarangnya dalam mengkaji dan penderitaan. Karena itu, hidup sudah menginterpretasikan pengalaman mistis, kodratnya melekat dengan derita. Untuk yaitu interpretasi simbol. Secara betah dalam derita ini, setiap orang sederhana sekali, simbol bisa diartikan mengemban misi untuk memberi makna sebagai sesuatu yang mengatakan bagi kehidupannya (Stumpf, 1983). tentang sesuatu yang lain (La Kahija, Memang selalu ada tawaran 2007). Contoh sederhananya adalah instan dalam mendapatkan pengalaman nyala lampu-lalu-lintas. Warna merah puncak. Tawaran seperti itu bahkan adalah warna merah biasa. Nyala merah seringkali lebih menggiurkan. Hubungan (sesuatu) itu ternyata bukan sekadar seksual atau obat-obat psikedelik atau nyala merah, tetapi ada sesuatu yang lain psikoaktif bisa dengan cepat yang ingin dikatakan, yaitu memunculkan perasaan seperti terlepas, menghentikan kendaraan. Begitulah bebas, dan melayang. Tapi kualitas yang interpretasi bekerja: ia melewati sesuatu dimunculkan tentu berbeda. Para untuk menemukan sesuatu yang lain. mistikus selalu mengingatkan Memahami simbol dalam pentingnya menghargai proses dan usaha pengalaman mistis menuntut dialog keras untuk sampai pada pemahaman antara pengalaman pribadi dan akan esensi kejiwaan kita. Sikap seperti pengetahuan konseptual tentang inilah yang ingin dianjurkan oleh para pengalaman mistis. Bersyukur bahwa mistikus ketika mereka menyatakan lewat psikoanalisis, khususnya dalam bahwa hidup ini pada dasarnya adalah pemikiran Jung, psikologi sudah menjadi penderitaan dan tanggung jawab setiap akrab dengan simbol dan teknik orang adalah menemukan makna hidup interpretasi ketidaksadaran. Jung telah dalam penderitaan. membuka jalan menuju seni interpretasi yang menetas dari pengalaman mistis. Sejauh ini, saya melihat bahwa Penutup psikoanalisis yang akrab dengan dunai ketidaksadaran dapat dijadikan batu Dengan pandangan dan interpretasi loncatan untuk masuk lebih dalam ke tentang mistisisme dan pengalaman level kejiwaaan yang menjadi kesibukan mistis di atas, saya berharap bahwa psikologi transpersonal dan mistisisme. peneliti-peneliti psikologi yang tertarik Contoh yang sangat baik tentang dengan kajian kesadaran dan korelasi ini adalah pemikiran-pemikiran ketidaksadaran akan memperoleh Alberto Assagioli dalam bukunya yang gambaran tentang kelayakan melakukan berjudul Psychosynthesis. penelitian psikologis untuk mistisisme. Banyak penelitian psikologis Berbicara tentang pengalaman mistis tentang mistisisme sangat bersandar berarti berupaya menginterpretasikan pada laporan mistikus sekaligus atau menafsirkan berbagai ucapan yang keterbukaan peneliti untuk masuk ke ke lahir dari pengalaman mistis yang dalam jiwanya sendiri. Psikologi dialami oleh para mistikus. transpersonal menyebut keterbukaan ini Kahija, Menuju Psikologi Mistis 174 sebagai rasa terhubung (sense of melakukannya untuk menunjukkan connectedness); sementara fenomenologi bahwa Indonesia sebenarnya punya menyebutnya intersubjektivitas. Bila psikologi yang bisa digandengkan rasa terhubung atau intersubjektivitas itu dengan psikologi Barat yang vbanyak sudah ada, barulah kajian dan membanjiri lingkungan akademis kita. interpretasi terhadap pengalaman mistis Saya memiliki asumsi yang cukup kuat terbuka untuk dijalankan. bahwa pesan-pesan mistis bisa Dari uraian di atas, beberapa ditemukan dalam kearifan lokal. Bila kutipan yang bernuansa psikologi asumsi ini bisa dibuktikan secara pribumi (indigenous psychology) juga empiris, maka melakukan penelitian saya munculkan meskipun masih kearifan lokal berarti mengikutsertakan terbatas pada psikologi Jawa – istilah upaya-upaya peneliti dalam mengangkat yang dipopulerkan oleh senior saya pesan-pesan mistis di dalamnya. Darmanto Jatman. Saya dengan sengaja

Daftar Pustaka

American Heritage Dicionary (second Frager, Robert. 2005. Hati, Diri, dan edition). 1982. Boston: Hoghton Jiwa: Psikologi Sufi untuk Mifflin Company. Transformasi. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta. Augustinus. 1997. Pengakuan- pengakuan.Yogyakarta: Kanisius. Green, Thomas H. 1981. Darkness in the Marketplace. Washington: Ave Assagioli, Alberto. 1965. Maria Press. Psychosynthesis: A Collection of Basic Writings. New York: The Happold, F. C.. 1981. Mysticism: A Viking Press. Study and Anthology. New York: Penguin Books. Blood, Casey. 2001. Science, Soul, and Mysticism. California: Renaissance Graham Miles. 2007. Science and Books. Religious Experience: Are they similar forms of knowledge?. Sussex Bucke, R.M. 1969. Cosmic Academic Press. Consciousness. New York: Dutton. Hawkins, David R.2002. Power vs Ciptoprawiro, Abdullah. 1986. Filsafat Force: The Hidden Determinants of Jawa. Jakarta: Balai Pustaka. Human Behavior. California: Hay House, inc. Daniels, Michael. 2003. Making Sense of Mysticism. Transpersonal James, William. 2008. The Varieties of Psychology Review. 39-55. Religious Experience. Forgotten Books. Eisler, Rudolf. 1904. Wörterbuh der philosophischen Begriffe. Jatman, Daramnto. 2000. Psikologi Jawa. Yogyakarta: Bentang 175 Jurnal Psikologi Undip, Vol. 5. No. 2, Desember 2009

Jung, Carl Gustav. 1968. Analytical Pahnke, Walter. 2000. On being stoned: Pscyhology: Its Theory and Practice. A Psychological Study as Marijuana New York: Vintage Book Intoxiacation.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (edisi Plato. 2003. Symposium (penerjemah: kedua). 1995. Jakarta: Balai Pustaka Christopher Gill). New York: Penguin Classics. La Kahija, YF. 2003. Penelitian psikostruktural-semantis terhadap Runes, Dagobert D. 2006. Dictionary of Ekspresi Pengalaman Mistis dalam Philosophy. Kessinger Publishing, Lakon Bima Suci. Jurnal Psikologi LLC Sosial Universitas Sen, K.M. 1982. Hinduism. Middlesex: La Kahija, YF. 2007. Hipnoterapi: Penguin Books Ltd. Prinsip-prinsip Dasar Psikoterapi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Staal, Frits. 1980. Exploring Mysticism. utama. New York: Penguin Books.

La Kahija, YF. Membangun Integritas Stace, Walter Terence. 2002. The Mistis. Harian Kompas ...../ Teachings of the Mystics. New York: http://www2.kompas.com/kompas- Mentor cetak/0704/13/opini/3438434.htm (diakses 6/1/2008). Stumpf, Samuel Enoch. 1983. Philosophy: History and Problems. La Kahija, YF. Refleksi di Tapal Batas New York: McGraw-Hill Book Agama. Harian Kompas 3/2/2006. Company. http://www2.kompas.com/kompas- cetak/0602/03/humaniora/2405589.h Tart, Charles T. 1975. Transpersonal tm (diakses 6/1/2009) Psychologies. New York: Harper & Row, Publishers. Lao-Tzu. 1992. Tao te Ching (penerjemah: Stephen Mitchel). New Underhill, Evelyn. 2000. Practical York: Harper Perennial. Myticism. Dover Publications.

Maslow, Abraham H. 1994. Religions, Zaehner, Robert C. 1973. Mysticism Values, and Peak Experiences. New Sacred and Profane: An Inquiry into York: Penguin. Some Varieties of Praternatural Experience. London: Oxford Otto, Rudolf. 1968. The Idea of the Holy University Press. (Penerjemah: John W. Harvey). .

Kahija, Menuju Psikologi Mistis 176

Daftar catatan kaki:

* Artikel ini disarikan dari buku saya yang berjudul “Mistis itu Indah (Mystical is Beautiful)” dengan beberapa tambahan yang disesuaikan relevansinya bagi psikologi. 1 Dalam bahasa Jawa, istilah ngèlmu berarti pengetahuan akan dunia batin yang bersifat mistis. 2 Istilah homerik diambil dari nama Homer. Di era Yunani klasik, ia sangat terkenal lewat dua karyanya yang berjudul Iliad dan Odyssey. 3 Istilah chthonic berasal dari kata Yunani chtonios yang berarti dari/dalam/di bawah bumi. 4 Kata agnostisisme berasal dari kata Yunani agnostos yang berarti orang yang tidak tahu [apa-apa]. Agnostisisme adalah pandangan bahwa pengetahuan manusia tidak akan bisa memahami Allah. Lawan dari agnostisisme adalah gnostisisme, yaitu pandangan yang menyatakan bahwa manusia dapat memiliki pengetahuan (gnosis) tentang Yang Transenden lewat dunia batin dan intuisinya. Dengan demikian. Manusia bisa mengenal Allah secara pribadi. 5 Dalam bahasa Jerman, kata benda selalu ditulis dengan huruf besar (kapital). 6 Istilah Realitas(dengan huruf awal kapital R) adalah istilah yang umum digunakan dalam mistisisme ketika membicarakan Yang Ilahi atau Kenyataan terdalam dari segala sesuatu. 4 Kata “imanensi” seringkali dibicarakan sebagai lawan kata dari “transendensi”. Imanensi berasal dari kata Latin immanere yang berarti tetap tinggal dalam; sedangkan transendensi berasal dari kata transcendere yang berarti naik melampaui. Dengan demikian, imanensi di sini berarti bahwa Yang Satu begitu dekat dan tinggal dalam manusia. 5 Kata Latin “numinosum (Ing: numinuos)” sulit diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia karena menunjuk pada perasaan yang bercampur-baur. Istilah ini pertama kali digunakan oleh Rudolf Otto untuk menunjukkan pengalaman akan Yang Ilahi yang dicirikan dengan perasaan terpesona, takut, kagum, tercengang. 7 Istilah dark night (Spanyol: noche oscura) bisa diterjemahkan menjadi malam yang kelam. Istilah ini ditemukan dalam tulisan mistikus Spanyol Yohanes dari Salib (John of the Cross) yang berjudul Dark Night of the Soul (Malam kelam Jiwa). Istilah ini kemudian menjadi salah satu istilah populer dalam mistisisme untuk menggambarkan pengalaman mistis. 8 Istilah “kesadaran kosmis” dikemukakan oleh psikiater Kanada Richar M. Bucke dalam bukunya Cosmic Consciousness yang terbit tahun 1902. Kesadaran kosmis bisa diartikan sebagai pengalaman menyatu dengan segala sesuatu di alam semesta. Dengan pengalaman ini, seseorang akan sadar bahwa segala sesuatu di alam semesta pada dasarnya saling berkaitan. 9 Untuk memahami arketipe ini, kita perlu mengenal pemikiran Jung tentang dunia kejiwaan (psike). Jung membagi psike menjadi tiga ranah, yaitu kesadaran, ketidaksadaran personal, dan ketidaksadaran kolektif. Dengan kesadaran, Anda membaca buku ini; dengan ketidaksadaran personal, Anda merasa tidak nyaman ketika teringat pengalaman masa lalu yang menyakitkan; dan dengan ketidaksadaran kolektif, Anda menampilkan arketipe. Arketipe ini ada pada setiap orang dalam berbagai ras dan agama. Dengan demikian, ia bersifat universal. Arketipe seringkali keluar lewat mimpi. Sebagai contoh, ketika seseorang bermimpi bertemu orang bijak, guru spiritual, malaikat, setan, atau monster, maka semua itu adalah simbol dari arketipe. Pengalaman mistis adalah pengalaman akan arketipe; sementara mistikus adalah orang yang mengalami langsung dan jelas arketipe-arketipe itu. 10 Secara etimologis, imanen berasal dari kata kerja Latin immanere yang berarti tinggal di dalam; sementara transenden dari kata kerja transcendere yang berarti naik melampaui. Allah yang imanen berarti Tuhan yang tinggal di dalam dan dekat dengan manusia; sementara Allah yang transenden berarti Tuhan yang melampaui keterbatasan pikiran. 11 Dalam psikologi dikenal beberapa jenis alat ukur untuk mengungkap kondisi psikologis seseorang. Beberapa di antara alat ukur adalah skala, angket, kuesioner. Masing-masing alat ukur ini punya format dan tujuannya masing-masing. Alat ukur yang disusun oleh Ralph W. Hood mengambil bentuk skala. 12 Asesmen (assessment) adalah upaya untuk mengumpulkan informasi tentang seseorang untuk bisa mendapatkan gambarang tentang kepribadian, nilai, minat, dan keahlian. 13 Penelitian ini dilakukan pada tanggal 20 April 1962 dengan tujuan mengetahui apakah entheogen (sejenis obat psikoaktif) bisa memunculkan pengalaman mistis. Pahnke melakukan penelitiannya pada salah satu hari besar keagamaan. Penelitian ini melibatkan 20 subjek yang dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama yang terdiri dari 10 orang diberi diberi 30 mg psilocybin; sementara kelompok kedua yang juga 10 orang diberi placebo aktif (nictonic acid - vitamin B6). Hasilnya mengejutkan, 9 dari 10 mahasiswa yang meminum psilocybin melaporkan pengalaman religius atau mistis; sedangkan hanya 1 dari 10 yang meminum placebo melaporkan itu. Di bab selanjutnya, kita akan secara khusus membicarakan hubungan antara pengalaman mistis dan pengalaamn akan obat psikoaktif.