KEMENTERIAN PERHUBUNGAN REPUBLIK Direktorat Jenderal Perkeretaapian

Jl. Medan Merdeka Barat No.8 Pusat 10110

RENCANA RENCANA STRATEGISBIDANGERHUBUNGAN KEMENTERIAN PERKERETAAPIAN TAHUN2015 KEPUTUSANPERKERETAA[IAN DIRJEN PR.004/SK.318/DJKA/12/15 NOMOR:

RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BIDANG PERKERETAAPIAN

TAHUN 2015-2019

- 2019

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKERETAAPIAN

NOMOR : PR.004/SK.318/DJKA/12/15

TENTANG

RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BIDANG PERKERETAAPIAN TAHUN 2015 – 2019

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR JENDERAL PERKERETAAPIAN,

Menimbang : bahwa dalam rangkamelaksanakan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 430 Tahun 2015 tentang Rencana StrategisKementerian Perhubungan Tahun 2015 – 2019, perlu ditetapkan Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian Tahun 2015 – 2019 dengan Keputusan Direktur Jenderal Perkeretaapian;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4406); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 129, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5048); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5086); 10. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3); 11. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 12. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); 13. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 31 Tahun 2006 tentang Pedoman dan Proses Perencanaan di Lingkungan Departemen Perhubungan; 14. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM 49 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Departemen Perhubungan Tahun 2005-2025; 15. Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor PM 189 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan; 16. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) Tahun 2015-2019; 17. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KP 430 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015 – 2019.

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERKERETAAPIAN TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BIDANG PERKERETAAPIAN TAHUN 2015 – 2019

PERTAMA : Menetapkan Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian Tahun 2015 – 2019 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. KEDUA : Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang PerkeretaapianTahun 2015 – 2019sebagaimana dimaksud dalam Diktum PERTAMA wajib digunakan sebagai pedoman oleh setiap unit kerja di lingkungan Ditjen Perkeretaapian Kementerian Perhubungan. KETIGA : Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Bidang PerkeretaapianTahun 2015 – 2019akan dievaluasi secara berkala sesuai dengan perkembangan lingkungan strategis yang terjadi. KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di:J A K A R T A Pada tanggal :31 Desember 2015 ------

Salinan Keputusan ini disampaikan kepada : 1. Menteri Perhubungan; 2. Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan; 3. Sekretaris Direktorat Jenderal Perkeretaapian; 4. Para Direktur di Lingkungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian.

RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN PERHUBUNGAN BIDANG PERKERETAAPIAN TAHUN 2015–2019

KATA PENGANTAR

Berdasarkan pada UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan RENC ANA Pembangunan Nasonal, maka Rencana Strategis (Renstra) Kementerian STRA Perhubungan Bidang Perkeretaapian tahun 2015–2019 merupakan dokumen TEGI perencanaan untuk Unit Kerja Eselon I Direktorat Jenderal Perkeretaapian untuk S periode 5 (lima) tahun. Renstra Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian DIRE tahun2015-2019 memuat tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan KTO RAT kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Direktorat Jenderal JEND Perkeretaapian yang disusun dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan ERAL Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2015-2019 serta Renstra Kementerian PERK Perhubungan tahun 2015-2019. ERET AAPI Dalam penyusunan dokumen Renstra Kementerian Perhubungan Bidang AN Perkeretaapian tahun 2015–2019 ini, disamping dilandasipada tugas dan fungsi 2015 Direktorat Jenderal Perkeretaapian, juga memperhatikan pemetaan - perkembangan lingkungan strategis, prioritas nasional, dan isu-isu strategis di 2019 bidang perkeretaapian. Selain itu, penyusunan Renstra Kementerian Perhubungan i Bidang Perkeretaapian juga mengacu pada arah kebijakan yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005–2025 sesuai Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2007. Dengan ditetapkannya Renstra Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian tahun2015–2019 ini maka selanjutnya dokumen ini harus menjadi acuan dalam penyusunan program masing-masing unit kerja di lingkungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian serta Rencana Kerja dan Anggaran setiap tahun mulai Tahun 2015 hingga Tahun 2019. Melalui upaya artikulasi dan penterjemahan seluruh amanat di dalam Renstra Kementerian Perhubungan Bidang Perkeretaapian tahun 2015–2019 ini ke dalam sasaran program dan target kinerja dalam 5 (lima) tahun ke depan, seluruh jajaran Direktorat Jenderal Perkeretaapian diharapkan dapat ikut serta mensukseskan visi pembangunan nasional dalam menciptakan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong.

DIREKTUR JENDERAL PERKERETAAPIAN

HERMANTO DWIATMOKO

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 i

DAFTAR ISI

RENC BAB 1 PENDAHULUAN...... 1 ANA 1.1 KONDISI UMUM ...... 1 STRA TEGI 1.1.1 PERKERETAAPIAN INDONESIA DARI MASA KE MASA ...... 1 S DIRE 1.1.2 POSISI DOKUMEN RENSTRA DITJEN PERKERETAAPIAN KTO 2015-2019 ...... 4 RAT JEND 1.1.3 KONDISI EKSISTING PERKERETAAPIAN NASIONAL ...... 6 ERAL 1.2 POTENSI DAN PERMASALAHAN...... 23 PERK ERET 1.2.1 PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS GLOBAL ...... 23 AAPI AN 1.2.2 PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS NASIONAL ...... 26 2015 1.2.3 PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS SEKTOR - TRANSPORTASI ...... 31 2019

1.2.4 ISU STRATEGIS BIDANG PERKERETAAPIAN ...... 34 ii BAB 2 VISI, MISI DAN SASARAN PEMBANGUNAN ...... 42 2.1 VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL ...... 42 2.1.1 VISI DAN MISI PRESIDEN ...... 42 2.1.2 AGENDA PRIORITAS PEMBANGUNAN (NAWA CITA) ...... 42 2.1.3 SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL ...... 44 2.2 SASARAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019 ...... 45 2.3 SASARAN DITJEN PERKERETAAPIAN TAHUN 2015-2019 ...... 48 BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN ...... 50 3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL TAHUN 2015-2019 ...... 50 3.1.1 ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL ...... 50 3.1.2 STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL ...... 53 3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019 ...... 55 3.2.1 KESELAMATAN DAN KEAMANAN ...... 56 3.2.2 PELAYANAN TRANSPORTASI ...... 59 3.2.3 KAPASITAS TRANSPORTASI ...... 64 3.3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PERKERETAAPIAN TAHUN 2015-2019 ...... 68

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 ii

3.3.1 ARAH KEBIJAKAN UMUM ...... 68 3.3.2 STRATEGI ...... 69 3.4 KERANGKA REGULASI PERKERETAAPIAN ...... 74 RENC ANA 3.4.1 STRUKTUR REGULASI EKSISTING ...... 74 STRA TEGI 3.4.2 KEBUTUHAN PENGUATAN REGULASI ...... 74 S 3.5 KERANGKA KELEMBAGAAN PERKERETAAPIAN ...... 79 DIRE KTO 3.5.1 STRUKTUR KELEMBAGAAN EKSISTING ...... 79 RAT JEND 3.5.2 KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN ...... 82 ERAL BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN ...... 84 PERK ERET 4.1 TARGET KINERJA DITJEN PERKERETAAPIAN 2015-2019 ...... 84 AAPI AN 4.1.1 TARGET KINERJA PROGRAM (OUTCOME) ...... 84 2015 4.1.2 TARGET PENCAPAIAN SASARAN ...... 85 - 2019 4.2 KERANGKA PENDANAAN ...... 88 iii 4.2.1 KEBUTUHAN PENDANAAN PERKERETAAPIAN 2015-2019 ...... 88 4.2.2 PEMBAGIAN PORSI PENDANAAN PERKERETAAPIAN 2015-2019 89 4.3 RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN KERETA API TAHUN 2015-201990 4.3.1 PULAU SUMATERA ...... 901 4.3.2 PULAU JAWA ...... 912 4.3.3 PULAU KALIMANTAN ...... 933 4.3.4 PULAU SULAWESI ...... 934 4.3.5 PULAU ...... 945 4.4 RENCANA PENGEMBANGAN INTEGRASI ANTARMODA TAHUN 2015-2019 ...... 955 4.5 RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN KERETA API OLEH PEMDA/SWASTA/BUMN TAHUN 2015-2019 ...... 97 BAB 5 PENUTUP ...... 99 5.1 ARAHAN DIREKTUR JENDERAL PERKERETAAPIAN ...... 100 5.2 MEKANISME EVALUASI RENSTRA ...... 101

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 iii

DAFTAR TABEL

RENC Tabel 1.1 Rencana dan Realisasi Pembiayaan oleh Swasta ...... 7 ANA Tabel 1.2 Capaian Pelaksanaan Kegiatan Ditjen Perkeretaapian 2010-2014 .... 9 STRA Tabel 1.3 Capaian Target Kinerja Ditjen Perkeretaapian Tahun 2010-2014 ... 12 TEGI S Tabel 1.4 Perkembangan Penyediaan Prasarana Perkeretaapian 2009-2014 17 DIRE Tabel 1.5 Perkembangan Penyediaan Armada Kereta Api 2011-2014 ...... 18 KTO Tabel 1.6 Perkembangan Sertifikasi SDM Perkeretaapian Tahun 2007-2014 19 RAT JEND Tabel 1.7 Perkembangan Produksi Angkutan Penumpang Kereta Api ...... 20 ERAL Tabel 1.8 Perkembangan produksi angkutan barang kereta api ...... 21 PERK ERET Tabel 1.9 Perkembangan Tingkat Pelayanan Kereta Api ...... 22 AAPI Tabel 1.10 Perkembangan data kecelakaan kereta api ...... 23 AN Tabel 2.1 Sembilan Agenda Prioritas Nasional (NAWACITA) 2015-2019...... 43 2015 - Tabel 3.1 Strategi Penyelenggaraan Perkeretaapian Tahun 2015-2019 ...... 69 2019 Tabel 3.2 Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Perkeretaapian Tahun 2015-2019 ...... 71 iv Tabel 3.3 Kerangka Kebutuhan Penguatan Regulasi Perkeretaapian ...... 76 Tabel 3.4 Matriks Kerangka Regulasi Bidang Perkeretaapian...... 77 Tabel 4.1 Target Kinerja Program (Outcome) Ditjen Perkeretaapian 2015-2019 ...... 84 Tabel 4.2 Target Kinerja Pencapaian Sasaran Program Ditjen Perkeretaapian ...... 86 Tabel 4.3 Perkiraan Kebutuhan Pembiayaan Perkeretaapian 2015-2019 (Milyar Rp) ...... 88

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 iv

DAFTAR GAMBAR

RENC Gambar 1.1 Posisi Dokumen Renstra Ditjen Perkeretaapian 2015-2019 ...... 5 ANA Gambar 2.1 Sinkronisasi Sasaran RPJMN Tahun 2015-2019 dengan Renstra STRA Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 ...... 47 TEGI S Gambar 3.1 Strategi Pembangunan Nasional ...... 55 DIRE Gambar 3.2 Uraian Regulasi Bidang Perkeretaapian ...... 75 KTO RAT Gambar 3.3 Struktur Kelembagaan Penyelenggaraan Perkeretaapian JEND Indonesia ...... 81 ERAL Gambar 3.4 Bentuk Generik Kelembagaan UPT Balai Ditjen Perkeretaapian ..... 83 PERK ERET Gambar 4.1 Skenario Pemenuhan Kebutuhan Pendanaan Perkeretaapian ...... 89 AAPI Gambar 4.2 Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau AN Sumatera 2015-2019 ...... 91 2015 - Gambar 4.3 Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Jawa 2019 2015-2019 ...... 92 Gambar 4.4 Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau v Kalimantan 2015-2019 ...... 93 Gambar 4.5 Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Sulawesi 2015-2019 ...... 94 Gambar 4.6 Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Papua 2015-2019 ...... 95 Gambar 4.7 Rencana Pengembangan Jalur KA menuju Pelabuhan 2015-2019 ...... 96 Gambar 4.8 Rencana Pengembangan Jalur KA menuju Bandara 2015-2019 ..... 97

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 v

BAB 1 PENDAHULUAN RENC

ANA STRA 1.1 KONDISI UMUM TEGI S DIRE 1.1.1 PERKERETAAPIAN INDONESIA DARI MASA KE MASA KTO RAT JEND Sejarah perkeretaapian di Indonesia sudah cukup panjang. Sejak pertama kali ERAL dioperasikan pada tanggal 10 Agustus 1867 (pada Lintas Kemijen-Tanggung) PERK ERET hingga saat ini berbagai perkembangan dan perubahan telah terjadi baik dari sisi AAPI fisik jaringan pelayanan maupun sistem pengelolaannya. AN 2015 - Di era penjajahan Belanda pada abad ke-19 hinga awal abad ke-20, 2019 perkeretaapian di Indonesia mencapai masa keemasannya, di mana pada masa itu jaringan kereta api pernah tersebar selain di Jawa dan Sumatera, hingga 1 Sulawesi, Madura, dan bahkan direncanakan hingga Kalimantan dan . Peran moda kereta api pada masa itu sangat dominan, baik sebagai media utama pergerakan penumpang maupun barang, khususnya perkebunan, termasuk untuk kepentingan pertahanan dan keamanan. Peran sentral kereta api tersebut, masih bertahan hingga jaman penjajahan dan era orde lama sampai dengan pertengahan dekade 1960-an.

Pesatnya perkembangan industri otomotif dunia yang dipertegas oleh hegemoni ekonomi minyak dan gas bumi pada dekade 1970-an hingga 1990-an, secara perlahan namun pasti telah menyebabkan peran moda kereta api semakin terkikis di bumi pertiwi. Sebagian besar lintas cabang ditutup pengoperasiannya pada era tersebut karena kalah bersaing dengan fleksibilitas moda jalan.

Pada Tahun 2005, sejak dibentuknya Direktorat Jenderal Perkeretaapian, dapat dikatakan sebagai momentum awal kebangkitan perkeretaapian nasional. Sejak saat itu hinggga sekarang berbagai upaya revitalisasi perkeretaapian nasional sudah diupayakan. Tahun 2007, diterbitkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian yang menjadi landasan era baru perkeretaapian nasional dengan diperkenalkannya sistem multi operator di mana peran Pemda dan Swasta dibuka seluas-luasnya untuk ikut serta berperan dalam penyelenggaraan perkeretaapian.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 1

Kegiatan peningkatan dan rehabilitasi sudah berhasil mengurangi secara signifikan backlog prasarana perkeretaapian. Sejumlah lintas cabang sudah direaktivasi, layanan kereta api perkotaan (baik di Jabodetabek maupun di RENC wilayah perkotaan lainnya) sudah ditingkatkan kapasitasnya. Program ANA STRA peningkatan keselamatan perkeretaapian juga sudah mampu menekan tingkat TEGI kecelakaan kereta api hingga level yang sangat minimal. S DIRE KTO Berikut disampaikan capaian besar (big-wins) di bidang perkeretaapian yang RAT pantas dicatat dalam beberapa tahun terakhir: JEND ERAL - Pembentukan PT KAI Commuter Jabodetabek (PT. KCJ) pada Tanggal 12 PERK Agustus 2008 sebagai pemisahan (spin-off) dari PT. KAI (Persero) dapat ERET AAPI dikatakan sebagai upaya awal penyelenggaraan perkeretaapian secara AN multioperator di Indonesia, dan hingga kini layanan kereta api 2015 Jabodetabek terus mengalami peningkatan kualitas maupun kuantitas - 2019 layanan; 2 - Pada Tahun 2009 telah ditetapkan 2 (dua) Peraturan Pemerintah (PP) yakni PP No. 56 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian dan PP No. 72 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api yang menjadi landasan pelaksanaannya dari UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. Hingga akhir 2014 sudah sebanyak 63 Peraturan Menteri (PM) yang sudah ditetapkan sebagai dasar pengaturan teknis dalam penyelenggaraan perkeretaapian, termasuk Permenhub No. PM 43 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas) yang menjadi acuan bagi pembangunan seluruh elemen penyelenggaraan perkeretaapian nasional (jaringan prasarana dan layanan, regulasi, kelembagaan, SDM, sarana, teknologi, investasi, dlsb) hingga Tahun 2030;

- Dioperasikannya KA Akses Bandara Bandara Kualanamu pada 25 Juli 2013 (oleh PT. Raillink) yang merupakan kereta api bandara pertama di Indonesia yang akan diikuti bandara-bandara lainnya di Indonesia;

- Pelaksanaan konstruksi MRT (Mass Rapid Transit) Jakarta pada bulan September 2013 telah berhasil memupus kebutuhan selama lebih dari 30 tahun perencanaan pembangunan sistem angkutan massal ini;

- Dioperasikannya ujicoba KA Perintis pada 1 Desember 2013 di lintas pelayanan Krueng Mane-Bungkah-Krueng Geukueh (11,30 km) merupakan layanan kereta api perintis pertama yang dioperasikan di Indonesia;

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 2

- Ditetapkannya pemenang tender jalur KA Puruk Cahu-Bangkuang-Lupak Dalam pada Agustus 2014 menjadi proyek KPS (Kerjasama Pemerintah

dan Swasta) pertama yang berhasil dilakukan oleh Pemerintah Daerah; RENC ANA - Pelaksanaan ground breaking pembangunan jalur kereta api Makassar- STRA Parepare pada Tanggal 12 Agustus 2014 merupakan titik tolak bagi TEGI pengembangan jalur KA Trans Sulawesi; S DIRE - Diselesaikannya pembangunan double-track Lintas Utara Jawa sepanjang KTO RAT 725 kilometer yang ditandai oleh perampungan ruas rel ganda JEND Kandangan-Pasar Turi pada Tanggal 3 September 2014 merupakan bukti ERAL komitmen dan kemampuan dari seluruh stakeholders perkeretaapian PERK ERET Indonesia untuk menyelesaikan mega proyek ini hanya dalam tempo AAPI kurang dari 3 tahun. AN 2015

- Selain berbagai hasil positif tersebut di atas, tentu saja masih terdapat pula 2019 beberapa rencana dan tugas yang belum berhasil diselesaikan sampai dengan 3 saat ini, diantaranya adalah pemisahan Badan Usaha Penyelenggara (BUP) prasarana dengan BUP sarana pada jalur eksisting sesuai amanat UU No. 23 Tahun 2007, penuntasan pelaksanaan Perpres No. 83 Tahun 20111 khususnya pada Lingkar Layang Jabodetabek, pembangunan KA akses Bandara, akses KA ke pelabuhan Tanjung Priok hingga Lini 2 (Container Yard), penanganan perlintasan sebidang, revitalisasi sejumlah UPT Dry Port, dan lain sebagainya.

Di masa datang, peran perkeretaapian nasional kembali diharapkan hadir kembali sebagaimana masa keemasannya dulu, baik untuk angkutan penumpang maupun barang.GIZ (2013) memprediksi bahwa Tahun 2019 sebanyak 17 kota di Indonesia sudah bertranformasi menjadi kota Metropolitan, sehingga sudah sepantasnya kota-kota tersebut memiliki sistem angkutan massal berbasis rel sebagaimana layaknya kota-kota modern. Di sisi lain, beratnya beban pada jaringan jalan nasional, khususnya di Jawa dan Sumatera, mengharuskan adanya sistem layanan kereta api yang cukup ekstensif. Sedangkan Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan pulau-pulau lainnya pun membutuhkan kehadiran moda kereta api untuk mendukung laju perekonomiannya masing-masing.

Agenda presiden terpilih 2015-2019 untuk mengedepankan kebijakan pengembangan transportasi massal yang terintegrasi, berimbang, aman, nyaman, merata, efisienadalah sinyal bahwa dalam 5 tahun ke depan bukan hanya

1 Perpres No. 83 Tahun 2011 tentang Penugasan Kepada PT. Kereta Api Indonesia (Persero) untuk Menyelenggarakan Prasarana dan Sarana Kereta Api Bandar Udara Soekarno-Hatta dan Jalur Lingkar Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 3

transportasi laut, melalui program tol laut, yang akan diprioritaskan, tetapi juga transportasi kereta api antar kota dan perkotaan.

RENC ANA 1.1.2 POSISIDOKUMEN RENSTRA DITJEN PERKERETAAPIAN 2015-2019 STRA TEGI S Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Ditjen Perkeretaapian 2015-2019 sebagai DIRE instansi pemerintahan sebagaimana dinyatakan pada PP No. 40 Tahun 2006 KTO tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional adalah dokumen RAT JEND perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun yang berisi visi, misi, tujuan, strategi, ERAL kebijakan, serta program dan kegiatan pokok sesuai dengan tugas dan fungsinya PERK dengan berpedoman pada RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah ERET AAPI Nasional) dan tentu saja Renstra dari unit atasannya, yakni Renstra Kementerian AN Perhubungan. 2015 -

2019 Tugas dan fungsi Ditjen Perkeretaapian sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata 4 Kerja Kementerian Perhubungan adalah merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang perkeretaapian melalui beberapa fungsi berkaitan dengan perumusan kebijakan, pembinaan dan penyelenggaraan, perumusan NSPK, pengujian dan sertifikasi bidang keselamatan, lalu lintas dan angkutan kereta api, prasarana dan sarana perkeretaapian.

Selain itu, Ditjen Perkeretaapian adalah pemegang mandat tertinggi dalam membina penyelenggaraan perkeretaapian nasional sebagaimana disebutkan dalam pasal 13 UU No. 23 Tahun 2007 tetang Perkeretaapian, yang diantaranya bertugas melakukan pengaturan, pengendalian, dan pengawasan, dimana dalam hal belum ada badan usaha maka Pemerintah dalam menyelenggarakan prasarana dan/atau sarana perkeretaapian.

Renstra sebagai dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah, perlu memperhatikan keselarasannya dengan dokumen perencanaan jangka panjang yang telah ada, di mana untuk perkeretaapian sudah ditetapkan Permenhub No. PM 43 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Perkeretaapian Nasional (RIPNas) yang memberikan arahan pengembangan perkeretaapian nasional hingga Tahun 2030. Sedangkan dalam skala Kementerian sudah ditetapkan Kepmenhub No. KM 49 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Departemen Perhubungan, dan Indonesia sudah memiliki Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 yang telah ditetapkan melalui UU No. 17 Tahun 2007.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 4

Gambar 1.1 menyampaikan positioning dari dokumen Renstra Ditjen

Perkeretaapian 2015-2019 ini baik dalam konteks manajemen kinerja organisasi RENC sebagai bagian dari Pemerintah dalam menjalankan tugas dan fungsi maupun ANA STRA dalam konteks Ditjen Perkeretaapian sebagai pemegang mandat tertinggi TEGI sebagai pembina penyelenggaraan perkeretaapian nasional sesuai amanat UU No S 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian. DIRE KTO RAT JEND KM 43/2005 ERAL RPJMN I RENSTRA RENSTRA PERK (2005-2009) KEMENHUB DITJEN KA ERET Perpres 7/2005 (2005-2009) (2005-2009) AAPI AN 2015 - KM 7/2010 2019 RPJMN II RENSTRA RENSTRA AGENDA (2010-2014) KEMENHUB DITJEN KA RIPNAS 5 Perpres 5/2010 (2010-2014) (2010-2014) (2011-2014)

RPJMN III RENSTRA RENSTRA AGENDA (2015-2019) KEMENHUB DITJEN KA RIPNAS (2015-2019) (2015-2019) (2015-2019)

RPJMN IV RENSTRA RENSTRA AGENDA (2020-2024) KEMENHUB DITJEN KA RIPNAS (2020-2024) (2020-2024) (2020-2024)

RPJPN RPJP DEPHUB RIPNAS (2005-2025) (2005-2025) (2011-2030) PM 43/2011 UU 17/2007 KM 49/2008 Gambar 1.1Posisi Dokumen Renstra Ditjen Perkeretaapian 2015-2019

Dapat disimpulkan bahwa Renstra Ditjen Perkeretaapian 2015-2019 ini adalah dokumen induk dari seluruh kegiatan yang berkaitan dengan penyelenggaraan perkeretaapian dalam perioda tersebut, baik yang dilakukan Pemerintah, Swasta, maupun Pemerintah Daerah. Oleh karenanya cukup penting bagi seluruh pemangku kepentingan memperhatikan muatan dalam dokumen Renstra ini agar

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 5

pelaksanaan peranan masing-masing pihak dapat dilakukan saling bersinergi sehingga tercapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dalam rangka memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat luas. RENC ANA STRA

TEGI S 1.1.3 KONDISI EKSISTING PERKERETAAPIAN NASIONAL DIRE KTO RAT 1.1.3.1 CAPAIAN PERIODA RENSTRA 2010-2014 JEND ERAL PERK Sebagai dokumen perencanaan yang berkelanjutan, maka Renstra Ditjen ERET Perkeretaapian 2015-2019 harus memperhatikan berbagai capaian dan juga AAPI permasalahan dan kendala pada perioda Renstra sebelumnya (2010-2014). Hal ini AN 2015 diperlukan untuk mengetahui kondisi tahun dasar (base-line) serta mengambil - pelajaran atas berbagai permasalahan yang dihadapi pada perioda sebelumnya. 2019

6 A. RENCANA, ALOKASI, DAN PENYERAPAN APBN

Gambar 1.2 disampaikan grafik perbandingan antara rencana alokasi anggaran yang dituangkan dalam dokumen Renstra 2010-2014, dengan alokasi APBN dalam DIPA Ditjen Perkeretaapian, serta dengan realisasi penyerapan anggaran setiap tahunnya.

Rencana, alokasi, dan realisasi APBN Ditjen Perkeretaapian 2010-2014

Secara statistik terdapat korelasi yang sangat tinggi antara rencana dan alokasi APBN Ditjen Perkeretaapian, di mana koefisien korelasinya (r) mencapai angka 0,98 (mendekati 1), yang artinya bahwa sesungguhnya hampir semua rencana

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 6

pendanaan APBN Ditjen Perkeretaapian yang direncanakan dalam Renstra 2010- 2014 terpenuhi oleh alokasi DIPA-APBN.Namun perlu dicatat, bahwa prestasi penyerapan anggaran oleh seluruh satuan kerja di Lingkungan Ditjen RENC Perkeretaapian rata-rata sekitar 72% (relatif rendah dibandingkan dengan daya ANA STRA serap rata-rata Unit Eselon I di Kementerian Perhubungan sekitar 87-88%). TEGI Daya serap anggaran ini perlu diupayakan peningkatannyadi masa datang agar S berbagai kegiatan prioritas dapat diselesaikan tepat waktu dan segera dirasakan DIRE KTO manfaatnya oleh masyarakat. RAT JEND B. RENCANA DAN REALISASI PEMBIAYAAN OLEH SWASTA ERAL PERK Deskripsi rencana (yang dimuat dalam Renstra 2010-2014) dan realisasi ERET AAPI pengembangan prasarana dan sarana perkeretaapian yang dilakukan oleh Swasta AN disampaikan pada Tabel 1.1. 2015 - 2019 Tabel 1.1Rencana dan Realisasi Pembiayaan oleh Swasta KEGIATAN RENCANA RENSTRA 2010-2014 REALISASI 7 PENGEMBANGAN PRASARANA Jalur KA batubara • Rencana 9 jalur KA 2 jalur proses tender KPS, 1 jalur • Panjang 1828 km PFI/swasta murni Jalur KA perkotaan LRT/Monorel Jakarta (24 km) Dilanjutkan konstruksinya PENGEMBANGAN SARANA Rehab sarana • Lokomotif 25 unit N/A • Kereta 16 unit • Kereta pembangkit/ bagasi 4 unit Pengadaan sarana • Lokomotif 150 unit Realisasi oleh PT. KAI: • Kereta 452 unit • Lokomotif 150 unit • Kereta pembangkit/ bagasi 44 • Gerbong 2400 unit unit • Kereta dan kereta pembangkit: N/A • Gerbong 2400 unit Pengadaan KRL 650 unit 664 unit (oleh PT. KCJ)

Sampai dengan Akhir Tahun 2014 rencana pengembangan prasarana perkeretaapian, yakni jalur kereta api batubara, oleh swastabelum ada yang yang sampai tahap operasional, sebagian sudah ada progress sampai proses tender atau konstruksi. Sedangkan untuk kereta api perkotaan, yakni dimulainya pembangunan LRT Jakarta, Depok, Bogor dan Bekasi dan LRT Provinsi Sumatera Selatan. Perlu dicatat, bahwa terdapat beberapa aktivitas investasi yang dilakukan swasta (melalui KPS ataupun swasta murni/PFI) diantaranya MRT Jakarta, KA Bandara Kualanamu, dan KA Bandara Soekarno-Hatta.

Pengadaan sarana dan KRL oleh Swasta (terutama oleh PT. KCJ dan PT. KAI) umumnya memiliki realisasi yang sesuai/lebih besar dari yang direncanakan dalam Renstra 2010-2014.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 7

Berdasarkan data progress tersebut, mengisyaratkan bahwa dalam situasi ekonomi dan politik Indonesia 5 tahun belakangan, investasi prasarana dianggap RENC cukup beresiko oleh para investor swasta (baik melalui skema KPS ataupun PFI), ANA STRA sedangkan dengan investasi pada sarana (di mana jalurnya sudah ada serta TEGI market sudah terbentuk) relatif lebih menarik. Sehingga dalam jangka waktu 5 S tahun ke depan peran pemerintah dalam pengembangan jaringan prasarana DIRE KTO masih akan sangat diperlukan, sedangkan swasta akan cukup berminat untuk RAT mengoperasikan sarana pada jalur eksisting yang sudah padat. JEND ERAL PERK C. PELAKSANAAN KEGIATAN DITJEN PERKERETAAPIAN 2010-2014 ERET AAPI Pada Tabel 1.2 disampaikan rangkuman dari hasil pelaksanaan kegiatan yang AN dilakukan oleh Ditjen Perkeretaapian selama perioda Renstra 2010-2014. Secara 2015 umum capaian pelaksanaan kegiatan oleh Ditjen Perkeretaapian telah mencapai - 2019 target yang ditetapkan. 8 Terdapat beberapa kegiatan yang mendapatkan catatan karena capaian pelaksanaannya jauh dari target yang diharapkan, di mana penyebabnya lebih dikarenakan hambatan dalam berkoordinasi dengan pihak di luar Ditjen Perkeretaapian. Sebagai contoh, pelaksanaan kegiatan rehabilitasi jalur kereta api, yang seharusnya menjadi tugas dari penyelenggara prasarana perkeretaapian.

Kegiatan melalui skema PHLN (Pinjaman dan Hibah Luar Negeri) sepertinya masih terdapat hambatan dalam proses pengadaan. Hal ini disebabkan oleh sinkronisasi jadual alokasi pendanaan serta persyaratan tender yang harus menyesuaikan ketentuan dari pemberi dana. Sebaiknya, target kegiatan melalui PHLN dibuat lebih longgar, sehingga tidak menjadi beban terhadap kinerja keseluruhan.

Target kegiatan pengadaan sarana perkeretaapian oleh Ditjen Perkeretaapian juga mengalami hambatan, terkait dengan ketentuan dalam UU No. 23 Tahun 2007 yang menyatakan bahwa kegiatan pengadaan sarana merupakan lingkup tanggung jawab penyelenggara sarana (bukan domain Pemerintah sebagai pembina). Perlu disediakan regulasi khusus untuk mengatasi kendala ini, karena ke depan peran pemerintah masih sangat diperlukan untuk pengadaan sarana untuk layanan kelas ekonomi/PSO dan juga perintisan.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 8

awab

Keterangan

KA termasuk jalur Rehab perawatan yang kegiatan j tanggung menjadi prasarana penyelenggara

% 95 90 95 150 151 103 114 103 152 Pencapaian

2014

2014 – - 49 58 77 556 333 210 916 859 1.021 Target Target Renstra 2010

2014 - 73 56 55 922 947 835 504 216 Total Total 1305 2010 Pencapaian

Ditjen Ditjen Perkeretaapian 2010

- 38 82 29 10 13 106 356 332 2014

egiatan

- 75 65 13 10 497 155 420 123 2013

9 79 20 69 14 103 550 232 140 2012

4 9 20 70 26 12 135 140 100 2011 Pencapaian per Tahun Pencapaian

Capaian Capaian Pelaksanaan K

2 . 81 11 89 27 10 11 1 297 168 163 2010

Tabel Tabel

Paket Paket Paket Km'sp Km'sp Unit Unit Paket Satuan Km'sp Km'sp

Indikator

pelistrikan pelistrikan paket Jumlah pembangunan/rehabilitasi operasional/stasiun bangunan dibangun dibangun pekerjaan paket Jumlah persinyalan dan peningkatan telekomunikasi pekerjaan paket Jumlah peningkatan/pembangunan Jumlah km'sp pengadaan rel km'sp Jumlah pengadaan wesel pengadaan unit Jumlah KA yang jembatan unit Jumlah dan direhabilitasi ditingkatkan/ dibangun termasuk jalur ganda termasuk jalur dibangun KA km Panjang yang jalur kondisinya/ ditingkatkan termasuk keandalannya reaktivasi KA km Panjang yang jalur direhabilitasi Panjang km jalur KA baru KAyang km Panjang baru jalur

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 9

2019 2019

-

underpass/ yang masuk masuk dalam yang

green (PHLN) book

pengadaan KRL Kegiatan pada masih dalam proses untuk melalui KfW pembiayaan (80 10 trainset sebanyak barudiperkirakan unit), 2015 terealisasi akan Pengadaan melalui skema melalui Pengadaan (KfW) PHLN masih ini saat dari dalam proses, terdiri MTT = unit, 7 pengadaan sparepart pengadaan track, perawatan peralatan pengadaan dll track, inspeksi Sesuai UU 23/2007, perlintasan penanganan diarahkan ke sebidang perlintasan pembangunan sebidang melalui tidak pembangunan flyover KAjembatan output

93 72 57 30 104 125 148

28 28 33 67 57 124 148

49 17 29 35 38 115 107

- - 4 2 5 4 12

- - - 3 6 5 11

- 4 8 8 17 55 20

4 6 7 49 15 11 61

- 5 1 1 3 16 10

Unit Unit Unit Paket Paket Unit Paket Paket Unit

Jumlah unit modifikasi modifikasi unit Jumlah KA sarana peralatan/fasilitas sarana peralatan/fasilitas perkeretaapian yang ekonomi kereta Jumlah dibangun pengadaan unit Jumlah KRDI,lokomotif, KRDE, KRL, kerja sarana Railbus, Tram, Jumlah paket pengadaan paket Jumlah keselamatan peralatan/fasilitas pengadaan paket Jumlah Jumlah unit peningkatan fasilitas peningkatan unit Jumlah sebidang perlintasan pintu Jumlah paket pengadaan paket Jumlah peralatan/fasilitas perkeretaapian prasarana

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 10

D. CAPAIAN SASARAN KINERJA DITJEN PERKERETAAPIAN 2010-2014

Tabel 1.3 menyampaikan daftar capaian sasaran kinerja Ditjen Perkeretaapian untuk Tahun 2010-2014. Capaian sasaran strategis diukur melalui Indikator Kinerja Utama (IKU) yang menjadi ukuran kuantitatif dari pelaksanaan visi dan misi yang ditetapkan pada perioda Renstra 2010-2014. Sebagai catatan, IKU yang digunakan pada Tahun 2010 dan Tahun 2011 menggunakan daftar IKU yang termuat dalam Permenhub No. PM 85 Tahun 2010 tentang Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Kementerian Perhubungan, sedangkan IKU untuk Tahun 2012 hingga Tahun 2014 mengikuti daftar IKU pada Permenhub No. PM 68 Tahun 2012 yang merevisi IKU sebelumnya.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa selama perioda 2010-2014 terdapat perbaikan capaian kinerja untuk masing-masing IKU.Hal ini ditunjukkan oleh adanya trendjumlah kejadian kecelakaan kereta api yang cenderung menurun, ketepatan waktu keberangkatan dan kedatangan kereta api yang terus meningkat, aktivitas sertifikasi yang semakin bertambah, jumlah lintas pelayanan komersil/PSO/perintis yang semakin meluas dan bertambah, penyediaan kapasitas maupun panjang jalur KA yang terus mengalami pertambahan dari tahun ke tahun. Selain itu, manfaat dari penyelenggaraan perkeretaapian pun juga terus membaik, dilihat dari kontribusi dalam angkutan barang maupun penumpang maupun dampaknya terhadap ekonomi dan lingkungan. Secara internal, terdapat pula kemajuan dalam pelaksanaan reformasi birokrasi dan pengelolaan anggaran berbasis kinerja maupun penyediaan SDM aparatur.

Yang perlu mendapatkan perhatian ke depan adalah relevansi indikator dan juga target capaian yang ditetapkan, apakah sesuai dengan kebutuhan dan tantangan pembangunan di masa datang. Dari sisi relevansi indikator, dalam 5 tahun ke depan fokus presiden terpilih dan juga RPJMN adalah pada peningkatan konektivitas dan pembenahan sistem transportasi perkotaan. Dari sisi struktur indikator, perlu dilakukan penyesuaian dengan agenda penataan Arsitektur dan Informasi Kinerja (ADIK) dalam Rencana Kerja Dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga2

2Agenda penataan ADIK sudah diperkenalkan oleh Kementerian Keuangan dalam Permenkeu Nomor 136/PMK.02/2014 tentang Petunjuk Penyusunan dan Penelaahan Rencana Kerja dan Anggaran K/L dimana struktur indikator kinerja akan disusun berdasarkan logic model. Pendekatan ini juga sudah diadopsi dalam Peraturan Menteri PPN/Bappenas No. 5 Tahun 2014 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Renstra K/L Tahun 2015-2019.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 11

7 81 39 66 186 461 3006 2014 60,40

9 68 39 17 152 2374 2013 571,6 62,65

5 69 31 168 3037 2012 225,9 75,60 44,64

5 33 n/a n/a 970 2011 279,1 40,25 54,25

55 42 n/a n/a 389 279 2010 39,75 58,75

-

lintas lintas non - 2014 -

UTAMA (IKU)

rata keterlambatan keterlambatan rata - INDIKATOR KINERJA INDIKATOR KINERJA jadian tabrakan antar antar jadian tabrakan (reaktivasi lintas (reaktivasi maupun operasi dukung daya peningkatan Jumlah kejadian kecelakaan kecelakaan kejadian Jumlah khususnya api kereta dan anjlokan kejadian ke api kereta realisasi Prosentase waktu ketepatan dan keberangkatan (%)api kereta kedatangan Rata (menit) api kereta kelaikan sertifikat Jumlah yang perkeretaapian sarana waktu tepat dikeluarkan kelaikan sertifikat Jumlah perkeretaapian prasarana tepat dikeluarkan yang waktu lintas pelayanan Jumlah (penambahan/perubahan rute) lintas PSO Jumlah dan api kereta perintis angkutan KA yang jalur Panjang maupun (baru dibangun ganda), direvitalisasi jalur

1 2 3 4 5 6 7 8

SASARAN STRATEGIS Meningkatnya Keselamatan Keselamatan Meningkatnya Perkeretaapian Pengoperasian Keandalan Meningkatnya Perkeretaapian Pengoperasian Sarana Kelaikan Meningkatnya dan Dalam Perkeretaapian Prasarana Keselamatan Upaya Meningkatkan Aksesibilitas Meningkatnya Pelayanan terhadap Masyarakat Api Kereta Angkutan

Capaian Target Kinerja Ditjen Perkeretaapian 2010 Kinerja Tahun Capaian Target Ditjen a b c d 3 . 1

Tabel Tabel

SASARAN KEMENHUB pelayanan sarana dan pelayanan guna transportasi prasarana konektivitas mendorong wilayah antar Meningkatnya Aksesibilitas Aksesibilitas Meningkatnya terhadap Masyarakat Meningkatnya Keselamatan, Keselamatan, Meningkatnya Pelayanan dan Keamanan prasarana dan sarana Standar sesuai transportasi Minimal (SPM) Pelayanan

NO 2 1

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 12

24 31 39 278 0,22 0,24 2014

38 24 51 220 0,46 0,31 2013

85 22 70 133 0,39 0,17 2012

17 46 121 146 0,33 0,21 2011

21 20 59 201 0,40 0,33 2010

ke

juta juta

shifting shifting -

penumpang) penumpang) modal ggaraan ggaraan juta juta UTAMA (IKU) shifting ke kereta api api kereta ke shifting -

INDIKATOR KINERJA INDIKATOR KINERJA persetujuan perizinan perizinan persetujuan penyelen perkeretaapian Prosentase peningkatan peningkatan Prosentase moda KA kontribusi dalam sebagai barang angkutan keberhasilan indikator kebijakan (%)api kereta peningkatan Prosentase moda KA kontribusi dalam penumpang angkutan indikator sebagai kebijakan keberhasilan modal (%) sarana Jumlah (pengadaan/modifikasi/ (unit) rehabilitasi) KA penumpang yang Jumlah ( dilayani barang angkutan Jumlah oleh dilayani KA ( yang ton) jumlah izin perizinan: Jumlah jumlah izin usaha, izin jumlah pembangunan, sarana/prasarana operasi rekomendasi/ jumlah dan dan kecepatan) (km'sp)kecepatan) dan

9 10 11 12 13 14

dan Penumpang SASARAN STRATEGIS Peningkatan Manfaat Peningkatan Perkeretaapian Pengoperasian Ekonomi dari Terhadap Transportasi Biaya Pengurangan Barang Angkutan Pelayanan Kapasitas Meningkatnya Perkeretaapian Angkutan Restrukturisasi Melanjutkan di Bidang Kelembagaan dalam Perkeretaapian Multioperator mengupayakan

e f g

SASARAN KEMENHUB Meningkatkan peranPemda, peranPemda, Meningkatkan dan BUMN, swasta, dlm penyediaan masyarakat sektor infrastruktur upaya sebagai transportasi efisiensi meningkatkan dalam penyelenggaraan transportasi Meningkatnya Kapasitas Kapasitas Meningkatnya Prasarana dan Sarana untuk transportasi dan backlog mengurangi kapasitas bottleneck transportasi infrastruktur

NO 4 3

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 13

83 14 dBA 2014 17,35 77,95 88,38 96,63 2.036

7 81,4 81,4 dBA 40,8 2013 64,81 87,28 90,22 2.701

5 74 44 dBA 81,7 2012 82,17 89,39 1.990

83 39 282 2011 165,2 78,40 77,48 1 keg 1

- 13 n/a n/a 2010 85,35 0 keg 0 10.225

undangan di undangan

- UTAMA (IKU) INDIKATOR KINERJA INDIKATOR KINERJA Jenderal Perkeretaapian Jenderal penyerapan Tingkat Ditjen anggaran (%) Perkeretaapian Jenderal Direktorat aset Nilai yang berhasil Perketaapian (T) diinventarisasi kecakapan sertifikat Jumlah SDM perkeretaapian peraturan Jumlah perundang perkeretaapian yang bidang diterbitkan yang api kereta jalur Panjang (km'sp)terelektifikasi sudah teknologi penerapan Jumlah ramah dan efisien yang di bidang lingkungan perkeretaapian Nilai AKIP Direktorat AKIP Nilai Direktorat

16 17 18 19 20 21 15

lim SASARAN STRATEGIS Pengelolaan Akuntabilitas Kinerja, Akuntabilitas Pengelolaan dan BMN Direktorat Anggaran, Perkeretaapian Jenderal Kualitas dan Jumlah Peningkatan yang SDM Perkeretaapian Dalam Bersertifikat Upaya dan Keselamatan Meningkatkan Pelayanan KA Keandalan Reformasi Regulasi Melanjutkan di Perkeretaapian Bidang Pengembangan Meningkatkan yang Perkeretaapian Teknologi dan Ramah Lingkungan Efisien Terhadap Antisipasi Sebagai Ik Perubahan Meningkatnya Optimalisasi Optimalisasi Meningkatnya

i j k h

SASARAN KEMENHUB sebagai antisipasi terhadap antisipasi terhadap sebagai iklim perubahan Meningkatkan Meningkatkan teknologi pengembangan efisien yang transportasi lingkungan ramah dan Peningkatan kualitas SDM kualitas Peningkatan melanjutkan dan kelembagaan restrukturisasi regulasi reformasi dan

NO 6 5

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 14

D. PERMASALAHAN DAN TANTANGAN IMPLEMENTASI RENSTRA 2010-2014

Pada beberapa butir berikut ini disampaikan daftar tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam implementasi Renstra Ditjen Perkeretaapian Tahun 2010- 2014 yang lalu, diantaranya:

1. Hambatan pembebasan lahan

Beberapa target pelaksanaan pembangunan di prasarana perkeretaapian banyak menemui kendala dari proses pengadaan lahan, diantaranya: pembangunan double-track Pantura Jawa, jalur KA antara Batu Ceper (Tangerang)-Bandara Soekarno Hatta, jalur KA Bandar Tinggi-Kuala Tanjung, jalur KA Bireun – Lhokseumawe.

2. Jangka waktu pelelangan yang panjang (khususnya untuk kegiatan PHLN)

Proses pelelangan untuk beberapa kegiatan pengadaan barang dan jasa, khususnya yang menggunakan dana PHLN cenderung lebih panjang dibandingkan dengan proses pelelangan menggunakan dana rupiah murni. Permasalahan ini muncul karena kompleksitas secara administrasi dan teknis yang kasuistik dan perlu dilakukan penanganan khusus.

3. Payung hukum untuk pengadaan sarana perkeretaapian

Pengadaan sarana kereta api, khususnya untuk layanan kelas ekonomi, pada perioda Renstra 2010-2014 mengalami hambatan dari sisi payung hukum, karena sesuai UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian lingkup kegiatan pengadaan sarana merupakan tugas Badan Usaha Penyelenggara (BUP) Sarana dalam hal ini adalah PT. KAI. Namun pada kenyataannya, masyarakat masih sangat membutuhkan peningkatan kualitas maupun kuantitas layanan kereta api kelas ekonomi.

4. Keterbatasan SDM bidang perkeretaapian

Besarnya alokasi anggaran Ditjen Perkeretaapian pada periode 2010-2015 serta cakupan kegiatan yang begitu luas (mulai dari penyusunan regulasi, kebijakan, pelaksanaan pembangunan/pengadaan, sertifikasi, hingga pengendalian dan pengawasan) kurang didukung oleh penyediaan SDM aparatur Ditjen Perkeretaapian. Sampai dengan Tahun 2014 jumlah SDM aparatur di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian hanya sebanyak 573 orang dengan 246 orang yang memiliki sertifikat keahlian.

5. Peran Pemda dan swasta yang masih minim dalam mendukung pembangunan infrastruktur perkeretaapian

Praktis hingga akhir Tahun 2014 tidak cukup banyak inisiasi pembangunan infrastruktur perkeretaapian yang telah selesai dibangun atas inisiatif

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 15

ataupun pembiayaan oleh Pemda maupun Swasta. Meskipun dalam UU No. 23 Tahun 2007 potensi peran sudah dibuka lebar, baik untuk perkeretaapian umum maupun perkeretaapian khusus, namun sepertinya Pemda dan Swasta cenderung bersikap “wait and see”. Sebenarnya sudah ada preseden, seperti: pembangunan MRT dan monorel Jakarta, KPS jalur Puruk Cahu-Bangkuang-Batanjung, namun peran pemerintah Pusat masih terlalu dominan.

6. Implementasi PSO, IMO, TAC yang belum optimal

Meskipun regulasi terbaru mengenai implementasi PSO (Public Service Obligation)3 yang sudah dipisahkan dengan IMO (Infrastructure Maintenance and Operation)4 dan TAC (Track Access Charge)5, namun dalam implementasinya belum optimal, karena saat ini penyelenggaraan prasarana maupun sarana perkeretaapian di jalur eksisting masih dilakukan oleh PT. KAI, sementara Pemerintah belum memiliki kelembagaan yang dapat menerima pembayaraan penggunaan prasarana sebagai PNBP.

1.1.3.2 KONDISI EKSISTING ELEMEN PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN

Sebagaimana disampaikan pada pasal 1 (1) UU. 23 Tahun 2007, yang dimaksud dengan perkeretaapian adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas prasarana, sarana, dan sumber daya manusia, serta norma, kriteria, persyaratan, dan prosedur untuk penyelenggaraan transportasi kereta api. Pada beberapa butir berikut ini disampaikan kondisi terkini mengenai setiap elemen dalam penyelenggaraan perkeretaapian tersebut, yang akan menjadi acuan (base-line) bagi kebijakan dan rencana pembangunan dalam perioda Renstra 2015-2019.

A. PRASARANA PERKERETAAPIAN

Perkembangan penyediaan jaringan prasarana perkeretaapian sampai dengan akhir Tahun 2013 disampaikan pada Tabel 1.4. Meskipun tingkat pertumbuhan panjang rel operasional tidak besar, namun perlu diperhatikan bahwa angka yang disajikan pada Tabel 1.4 belum menyertakan panjang jalur kereta api ganda yang pada akhir Tahun 2014 diperkirakan sepanjang 1.292,8 km.

3 Permenhub No. PM 10 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik Angkutan Orang Dengan Kereta Api Untuk Pelayanan Kelas Ekonomi 4 Permenhub No. PM 67 Tahun 2012 tentang Pedoman Perhitungan Biaya Perawatan dan Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian Milik Negara 5 Permenhub No. PM 62 TAHUN 2013 tentang Pedoman Perhitungan Biaya Penggunaan Prasarana Perkeretaapian Milik Negara

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 16

Tabel 1.4Perkembangan Penyediaan Prasarana Perkeretaapian 2009-2014 Jenis Prasarana satuan 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Panjang Jalan Rel Kereta Api Menurut Jenis Rel (Lintas Operasional) R - 54 km 2091.83 2207.13 2285.01 2353.79 2581.25 2737.52 R - 50 km 223.04 208.77 208.77 208.77 208.34 208.34 R - 42 km 1749.79 1749.53 1746.53 1651.2 1692.30 1651.26 R - 33 km 559.69 533.81 470.19 521.79 528.75 473.41 R - 25 km 188 117.18 117.18 125.56 97.15 125.56 Total km 4812.17 4816.42 4827.68 4861.11 5107.79 5196.09 Perlintasan sebidang Resmi Dijaga Lokasi 1174 1174 1169 1143 1163 1174 Resmi Tidak Dijaga Lokasi 3414 3410 3410 3037 2427 3419 Liar Lokasi 618 618 618 999 1355 618 Total 5206 5202 5197 5179 4945 5211 Jumlah Set 207 215 219 222 232 252 Persinyalan Elektrik

Upaya penanganan perlintasan sebidang sudah dilakukan secara ekstensif, di mana jumlah perlintasan liar sudah berkurang berikut dengan perlintasan resmi yang tidak dijaga. Sedangkan perlintasan resmi yang dijaga mengalami kenaikan secara marginal dari tahun ke tahun. Perlu dicatat, bahwa upaya penanganan perlintasan diupayakan mengikuti ketentuan dalam UU 23/2007 untuk diubah menjadi perlintasan tidak sebidang (melalui fly over ataupun underpass).

B. SARANA PERKERETAAPIAN

Tabel 1.5 menyampaikan perkembangan penyediaan sarana perkeretaapian. Terlihat bahwa penyediaan sarana untuk jenis gerbong, lokomotif diesel, dan juga kereta api berpenggerak sendiri. Sebagian besar pertumbuhan tersebut dilakukan oleh PT. KAI dan PT. KCJ sebagai operator kereta api di Indonesia. Untuk sarana perkeretaapian di luar kecepatan normal, umumnya tidak mengalami penambahan yang berarti, karena dioperasikan untuk keperluan pariwisata ataupun untuk kepentingan usaha sendiri.

Perlu dicatat disini bahwa selama perioda 2009-2014, Pemerintah (c.q Ditjen Perkeretaapian) telah melakukan pengadaan KRD / KRL/ KRDE sebanyak 122 unit dan kereta api kelas ekonomi sebanyak 129 kereta. Selain itu dilakukan pula rehabilitasi terhadap 41 kereta.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 17

Tabel 1.5Perkembangan Penyediaan Armada Kereta Api 2011-2014 GROWTH NO URAIAN 2011 2012 2013 2014 RATE (%) A KERETA API KECEPATAN NORMAL I LOKOMOTIF 410 380 484 498 7.65 1 Lokomotif diesel 406 376 480 494 7.73 2 Lokomotif Listrik 0 0 0 0 0 3 Lokomotif Uap 4 4 4 4 0 II KERETA 2332 2481 2385 2759 6.07 1 Kereta dengan Penggerak Sendiri 710 834 716 1006 14.61 2 Kereta yang ditarik lokomotif 1622 1647 1669 1753 2.64 III GERBONG 3937 5973 6169 7248 24.16 IV PERALATAN KHUSUS 125 125 127 133 2.11 1 Peralatan Khusus dengan 75 75 77 83 3.49 Penggerak Sendiri 2 Peralatan khusus yang ditarik 50 50 50 50 0 lokomotif JUMLAH KERETA API KECEPATAN 6804 8959 9165 10638 16.68 NORMAL

B KERETA API KECEPATAN TINGGI 0 0 0 0 0 C KERETA API MONOREL 0 0 0 0 0 D KERETA API MOTOR INDUKSI 0 0 0 0 0 LINIER E KERETA API GERAK UDARA 6 6 6 6 0 F KERETA API LEVITASI MAGNETIK 0 0 0 0 0 G TREM 0 1 1 1 0 H KERETA API GANTUNG 169 169 169 169 0 JUMLAH ARMADA KERETA API 6979 9135 9341 10814 16.31 Keterangan: sistem pengelompokkan data sarana perkeretaapian berbeda untuk Tahun 2009 dan Tahun 2010

C. SDM PERKERETAAPIAN

Di masa datang, seiring dengan perkembangan jaringan dan permintaan perjalanan, maka kebutuhan akan jumlah SDM perkeretaapian akan meningkat pesat. Diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan kapasitas sertifikasi maupun pendidikan dan pelatihan SDM perkeretaapian. Jika diperlukan dapat dibantu oleh asosiasi profesi dan lembaga diklat swasta, bahkan luar negeri untuk SDM pada teknologi perkeretaapian yang baru. Perkembangan sertifikasi SDM perkeretaapian yang dilakukan oleh Ditjen Perkeretaapian sejak Tahun 2007 disampaikan pada Tabel 1.6.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 18

KATEGORI

Sertifikat Kecakapan Sertifikat Kecakapan Sertifikat Kecakapan Sertifikat Kecakapan Sertifikat Keahlian Sertifikat Keahlian Sertifikat Keahlian Sertifikat Keahlian Sertifikat Keahlian Sertifikat Kecakapan Sertifikat

0 38 63 31 56 17 41 974 724 183 2266 3713 3802 4553 14628 14811 (Orang)

JUMLAH

0 0 0 0 0 0 14 25 24 63 263 427 161 1268 1331 2014 417*****

0 0 0 0 0 0 0

0 0 320 119

1119 2701 2701 2013 b 383*** 2014

760****

-

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 724 724 2077 2801 2012 652**

1425*

0 0 0 0 0 0 0 0 24 38 31 32 17 41 183 183

2011

TAHUN

0 0 0 0 0 0 0 0 0 480 592 715 855 2625

2010 5267 5267

M Perkeretaapian Tahun 2007M Perkeretaapian Tahun

0 0 0 0 0 0 0 0 0 417 1917 1780

2009 4114 4114

ng, Kulon Progo) Kulon ng, 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17 99 179 295 295

2008

0 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 169 174 174

2007

Perkembangan SertifikasiPerkembangan SD

6

. 1

Tabel Tabel

KATEGORI SDM Perkeretaapian Asisten Perkeretaapian Masinis Asisten Prasarana Perkeretaapian Prasarana

Baru sejumlah 299 asisten masinis dan perpanjangan (ganti buku sertifikat, tanpa smart card) sejumlah 353 sejumlah card) smart tanpa sertifikat, buku (ganti perpanjangan dan masinis asisten 299 sejumlah Baru

Fasilitas Operasi Fasilitas KA Bangunan dan Jalur

Train Watcher Train Inspektur Inspektur PengujiPerkeretaapian Sarana Tenaga Perkeretaapian Sarana Inspektur Perkertaapian Auditor Perkeretaapian Masinis Sarana Awak Sarana Awak ApiPerjalanan Kereta (PPKA)Pengatur ApiPerlintasan Kereta (PJL) Penjaga (JPJ) Prasarana Pemeriksa Juru Tenaga Penguji Prasarana Perkeretaapian Penguji Prasarana Tenaga - - OPERATOR (PT.KAI) OPERATOR

REGULATOR PERKERETAAPIAN REGULATOR

2 3 4 5 1 2 3 4 5 SDM KONTRAKTOR 1

NO

C B Sub Total Bidang Operator Bidang Sub Total Kontraktor Bidang Sub Total Total Grand Sub Total Bidang Regulator Bidang Sub Total A ****) 39 PJL Dishub wilayah Jawa Tengah (Pekalongan, Brebes, Tegal, Semara Tegal, Brebes, (Pekalongan, Tengah Jawa wilayah PJL Dishub 39 ****) PJL 72 Dishu dan 2014) Januari 1 per sertifikat penerbitan 2013, Desember (pengujian Tengah Jawa wilayah Dishub PJL 21 *****) Keterangan: 1140 sejumlah card) smart tanpa bukusertifikat, (ganti perpanjangan dan masinis 285 sejumlah Baru Pengajuan ) * Pengajuan **) MKP(Jumlah:8) PT MTT dan Uap:3) Wisata (Kereta Jaladara Sarana Awak ***)

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 19

D. PRODUKSI ANGKUTAN

Tabel 1.7 menyampaikan perkembangan produksi angkutan penumpang menurut jenis lintas di Indonesia.

Tabel 1.7Perkembangan Produksi Angkutan Penumpang Kereta Api No Uraian Satuan 2010 2011 2012 2013 2014 1 KA Utama Pnp 32.215.509 30.071.426 24.202.627 24.034.029 28.569.459 2 KA Lokal Pnp 46.959.183 50.797.349 44.591.335 39.350.773 41.359.170 Raya 3 KA Pnp 122.755.992 110.817.816 134.087.064 156.734.704 206.812.113 Jabotabek 4 KA Pnp - - - 268.748 820.840 Bandara Kualanamu 5 KA Perintis Pnp - - - 25.448 15.828 Aceh 6 KA Perintis Pnp - - - - 105.751 Sidoarjo - Tulangan - Tarik - Mojokerto Jumlah Pnp 201.930.684 191.686.591 202.881.026 220.413.702 277.683.161

Dari gambar tersebut terlihat jelas bahwa pangsa pasar terbesar angkutan kereta api penumpang adalah pada lintas kereta api perkotaan/commuter (Jabodetabek dan Lokal Raya) yang mengkomposisi sekitar 74,5% dari total pada tahun 2014. Terdapat kecenderungan penurunan pada pangsa angkutan kereta api lintas utama (jarak sedang-jauh) sekitar 2,0% per tahun dan lintas lokal raya sekitar 2,67% per tahun.

Di Tahun 2013 dan 2014 terdapat 3 jenis pelayanan baru angkutan kereta api penumpang, yakni KA Bandara Kuala Namun, KA Perintis Aceh serta KA Perintis Sidoarjo - Tulangan - Tarik - Mojokerto. UntukKA Bandara Kualanamu baru bisa mengangkut sekitar 3,32% dari total sekitar 8,1 juta pengguna Bandara Kualanamu (best practice di negara lain KA Bandara mampu mengangkut hingga 5-10% dari total). Adapun penyediaan KA perintis Aceh dan Sidoarjo - Tulangan - Tarik - Mojokerto setidaknya dapat menarik animo masyarakat luas terhadap layanan kereta api.

Atas perkembangan data yang ada, maka di masa datang sangat direkomendasikan untuk melakukan ekspansi pelayanan kereta api ke wilayah perkotaan lainnya (khususnya yang sudah berjuluk kota metropolitan). Adapun untuk kereta api jarak sedang dan jarak jauh perlu dilakukan reposisi sesuai

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 20

karakteristiknya untuk lebih fokus pada layanan jarak sedang (maksimal 4-6 jam perjalanan) sedangkan untuk jarak jauh sebaiknya fokus pada kelas ekonomi.

Peningkatan kualitas layanan, aksesibilitas dan rasionalisasi tarif angkutan kereta api, serta pengembangan akses bandara dan pelabuhan di lokasi lainnya perlu mendapatkan porsi perhatian yang cukup. Sedangkan aktivitas pengembangan layanan keperintisan pada jalur baru dan hasil reaktivasi perlu dijadikan sebagai media promosi layanan kereta api pada area yang sedang berkembang.

Perkembangan produksi angkutan barang kereta api disajikan pada Tabel 1.8. Pertumbuhan angkutan barang kereta api cukup besar, sekitar 13,25% per tahun di mana pada Tahun 2014 mencapai sebanyak 30,7 juta ton.

Tabel 1.8Perkembangan produksi angkutan barang kereta api Growth No Uraian Satuan 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rate (%) 1 Minyak Bumi Ton 2470 1825 1677 1780 1976 2112 -4.40 (BBM) 2 P u p u k Ton 4 0 0 0 24 0 0.00 3 S e m e n Ton 2750 2443 2663 3101 3143 5071 9.84 4 Batubara Ton 11030 11147 12011 13217 14885 16914 8.11 5 Hasil Ton 1038 993 333 1240 767 781 -37.89 Perkebunan 6 Peti Kemas Ton 111 123 1224 1813 2511 2764 33.83 7 Pasir Kuarsa Ton 28 7 0 46 0 0 0.00 8 Karet Ton 0 0 3 0 0 0 0.00 9 B. C. (Barang Ton 98 87 64 67 201 177 1.80 Cepat) 10 B. H. P. (Barang Ton 76 130 127 157 147 154 11.21 Hantaran Penumpang) 11 Lain-Lain Ton 1305 2186 507 658 1060 2712 -33.81 Jumlah Ton 18910 18941 18609 22079 24714 30685 8.84

Jika diperhatikan komposisinya, maka lebih dari 55% angkutan barang dikontribusi oleh angkutan batubara, kemudian 17% oleh angkutan semen, dan sekitar 9% oleh angkutan peti kemas. Sebagian besar dari pangsa angkutan barang tersebut diangkut berdasarkan kontrak negosiasi, sedangkan porsi barang umum masih sangat kecil.

Di masa datang perlu dilakukan optimalisasi pangsa pasar angkutan barang kereta api pada komoditas tambang dan industri dasar yang secara tradisional

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 21

menjadi captive demand bagi kereta api. Oleh karenanya pengembangan jaringan jalur KA baru untuk angkutan barang di Sumatera dan Kalimantan sangat relevan.

Selain itu, optimalisasi pemanfaatan jalur ganda Pulau Jawa untuk logistik (yang diperkirakan dapat menghemat biaya hingga 30%) perlu menjadi perhatian kebijakan dalam 5 tahun ke depan, di mana diperlukan dukungan pengembangan intermodality yang kuat dengan moda lainnya.

E. TINGKAT PELAYANAN

Pada Tabel 1.9disampaikan perkembangan tingkat pelayanan kereta api.Dimana terlihat adanya peningkatan ketepatan waktu keberangkatan maupun kedatangan penumpang maupun barang yang cukup signifikan, khususnya dalam 3 tahun terakhir.

Tabel 1.9Perkembangan Tingkat Pelayanan Kereta Api NO URAIAN SATUAN 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 Penumpang berangkat tepat % 72 57 81 92 90 89 2 Penumpang berangkat terlambat menit 7 7 5 3 4 4 3 Penumpang datang tepat % 31 20 29 73 72 29 4 Penumpang datang terlambat menit 35 50 42 27 29 35 5 Barang berangkat tepat % 27 29 27 65 50 46 6 Barang berangkat terlambat menit 115 79 85 75 30 85 7 Barang datang tepat % 28 29 29 64 49 34 8 Barang datang terlambat menit 107 100 86 77 31 140 9 Gangguan Sintel Kejadian 818 697 594 0 1116 844 10 Lokomotif mogok Kejadian 1622 1591 1560 1578 1118 1834 11 Waktu peredaran gerbong rata-rata Hari 2.82 2.6 2.33 2.58 2,42 2,4

Tingkat gangguan sintel dan jumlah kejadian lokomotif mogok harus dikurangi hingga level minimal, karena berbagai gangguan tersebut sangat berpengaruh terhadap kinerja layanan.

F. TINGKAT KECELAKAAN

Pada Tabel 1.10disampaikan perkembangan data tingkat kecelakaan kereta api dalam 5 tahun terakhir. Trend penurunan tingkat kecelakaan sangat jelas terlihat, di mana dari sisi jumlah kejadian maupun jumlah korban kecelakaaan mengalami penurunan luar biasa. Tahun 2013 bahkan jumlah korban kecelakaan mencapai rekor 0 orang, yang artinya kejadian kecelakaan yang terjadi berskala kecil (dan umumnya bukan tabrakan antar kereta maupun dengan kendaraan).

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 22

Dari sisi jenis kejadian, anjlokan masih menempati urutan yang tertinggi, dengan faktor penyebab kecelakaan tertinggi adalah faktor sarana dan SDM operator. Kedua faktor penyebab ini masih dapat dikendalikan melalui pemeliharaan sarana serta peningkatan kompetensi SDM.

Tabel 1.10Perkembangan data kecelakaan kereta api NO URAIAN SATUAN 2009 2010 2011 2012 2013 2014 A Korban 1 Meninggal Dunia Orang 57 79 39 4 0 3 2 Luka Berat Orang 122 93 45 8 0 7 3 Luka Ringan Orang 76 104 28 37 0 6 Jumlah korban Orang 255 276 112 49 0 16 B Jenis Kecelakaan 1 Tabrakan KA dengan Kejadian 5 3 1 2 0 1 KA 2 Tabrakan KA dengan Kejadian 21 26 22 Kendaraan 3 Anjlokan Kejadian 41 25 23 21 25 33 4 Terguling Kejadian 7 4 2 2 1 0 5 Banjir/Longsor Kejadian 8 6 1 4 7 2 6 Lain-Lain Kejadian 8 4 6 2 6 3 Jumlah kecelakan Kejadian 90 68 55 31 39 39 C Penyebab Kecelakaan 1 Sarana Kejadian 22 11 11 12 11 5 2 Prasarana Kejadian 12 6 4 3 6 6 3 SDM Operator Kejadian 24 14 13 8 11 8 4 Eksternal Kejadian 23 28 26 4 3 18 5 Alam Kejadian 9 9 1 4 8 2 Jumlah kecelakaan 90 68 55 31 39 39

1.2 POTENSI DAN PERMASALAHAN

1.2.1 PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS GLOBAL

Dalam 5 tahun ke depan akan terdapat berbagai perkembangan lingkungan strategis global yang menjadi peluang dan tantangan pengembangan bidang perkeretaapian di Indonesia. Beberapa perkembangan lingkungan strategis tersebut dirinci dalam beberapa butir berikut ini.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 23

A. TRANSFORMASI PEREKONOMIAN DUNIA

Sejumlah ilmuwan menyatakan bahwa tranformasi perekonomian dunia akan terus berlanjut. Tapscot6 (1999) menegaskan bahwa ekonomi dunia yang sudah sedemikian maju saat ini telah mengalami transformasi lanjutan (sebelumnya dari pertanian ke industri manufaktur dan terus bergeser ke industri informasi), dari ekonomi yang berbasiskan industri saat ini menuju kepada ekonomi berbasiskan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi (knowledge based economy). Ke depan negara yang mampu memanfaatkan teknologi informasi dan menguasai perkembangan ipteks untuk menyediakan layanan yang berkualitas, efisien, cepat dan akurat akan memenangkan persaingan. Hal ini juga berlaku dalam bidang sektor transportasi, di mana pemanfaatan teknologi yang ekstensif di dalam sistem prasarana maupun sarana akan mampu menghasilkan layanan yang tidak hanya cepat, tetapi juga murah, aman, dan selamat.

Transformasi perekonomian global yang berikutnya adalah adanya pergeseran pendulum perekonomian dunia (global shifting) ke Asia. Asian Development Bank7 membuat proyeksi atas skema peralihan perekonomian dunia ke Asia, dimana pada tahun 2050 perekonomian Asia diproyeksikan akan bangkit mencapai 52% dari perekonomian dunia dan Indonesia bersama lima Negara Asia lainnya akan menyumbang sekitar 91% (China, India, Singapura, Thailand, Korea, dan Jepang) dari perekonomian Asia pada tahun 2010-2050. Kebangkitan ekonomi Asia ini membawa dua konsekuensi bagi Indonesia. Di satu sisi akan terjadi persaingan yang sangat ketat di antara bangsa-bangsa di Asia untuk memperebutkan sumberdaya ekonomi. Di sisi lain membuka peluang yang sangat besar bagi Indonesia untuk segera tampil berada di barisan depan dari negara-negara maju dan modern Asia dengan proyeksi pendapatan per kapita jauh diatas USD 14.000.

Dalam hal ini, transportasi perkeretaapian akan memegang peran penting di mana konektivitas transportasi nasional yang efisien melalui skala ekonomi yang lebih besar akan membutuhkan jaringan angkutan massal yang berkapasitas dan berkecepatan tinggi, dan ini hanya mampu dilakukan oleh moda kereta api (di daratan) dan moda laut (antar pulau). Kualitas dan konektivitas jaringan kereta api akan menjadi penentu utama kemampuan Indonesia untuk memenangkan perebutan sumber daya ekonomi yang semakin langka ke depan.

6Pembahasan tentang Ekonomi Baru dunia ini dapat dilihat di: Tapscott, D. The Digital Economy. Promise and Peril in the Age of Networked Intelligence. Mc Graw-Hill, 1999. Lihat juga: Tapscott, D., Alex Lowy, dan David Ticoll, Blueprint to the Digital Economy, McGraw-Hill, 1998. 7Asian Development Bank (ADB). Asian Development Outlook 2013 Update.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 24

B. KOMPETISI GLOBAL (GLOBAL COMPETITIVENESS)

Adanya pergeseran perekonomian dunia membawa konsekuensi bagi adanya persaingan ketat dalam memperebutkan hegemoni ekonomi dunia, semua itu mengarah pada perlunya peningkatan daya saing Indonesia dalam kancah global. Sebagaimana diketahui bahwa WEF dalam Global Competitiveness Report edisi 2013-2014, menempatkan Global Competitiveness Index (GCI) Indonesia pada peringkat 38 dunia dari 148 negara (di bawah Singapura, Malaysia, Brunei, Darussalam, dan Thailand) dengan skor 4,5 (skala 7).Salah satu penyebab belum maksimalnya daya saing Indonesia adalah kualitas infrastruktur di mana WEF memberikan skor 4,0 (skala 7) di peringkat 82 dari 148 negara. Adapun khusus untuk infrastruktur kereta api skor yang diberikan WEF adalah 3,5 (skala 7) pada peringkat 44 (dari 148 negara).

Terlepas dari keabsahan dari proses maupun hasil penilaian WEF tersebut, bagaimanapun juga kualitas penyediaan dan kinerja pelayanan transportasi kereta api di Indonesia harus ditingkatkan agar mampu menopang pergerakan ekonomi nasional yang akan lebih besar di masa-masa mendatang.

C. KERJASAMA EKONOMI GLOBAL DAN REGIONAL

Indonesia merupakan anggota dari sejumlah perkumpulan atau kerjasama ekonomi, baik dalam skala global maupun regional, tercatat diantaranya adalah WTO, G-20, APEC, dan juga AEC (Asean Economic Community). Berbagai kerjasama ekonomi tersebut umumnya berusaha untuk mengurangi hambatan perdagangan diantara negara anggota, sehingga setiap negara mendapatkan manfaat berupa pasar yang lebih terbuka dan kompetitif.

Sebagai anggota WTO, Indonesia saat ini sudah menghadapi tekanan persaingan yang sedemikain ketat untuk berbagai jenis produk yang sudah dikurangi/ dihilangkan hambatan perdagangannya. Selanjutnya, APEC juga telah mensyaratkan bahwa diantara negara anggota pada Tahun 2020 sudah tercipta pasar bebas. Dalam waktu dekat di akhir Tahu 2015, seluruh anggota AEC (Asean Economi Community) akan memberlakukan liberalisasi perdagangan diantara negara ASEAN. Pelaksanaannya akan disokong oleh perwujudan konsep ASEAN connectivity yang sudah disusun masterplannya (MPAC/Masterplan of ASEAN Connectivity) pada Tahun 2012.

Beberapa agenda dalam MPAC sangat terkait dengan transportasi kereta api, diantaranya adalah rencana pengembangan SKRL (Singapore Kunming Rail Link)

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 25

yang akan menghubungkan seluruh wilayah daratan ASEAN melalui rail di Tahun 2015, dan selanjutnya akan diperpanjang hingga wilayah Indonesia.

Sedikit banyak AEC akan berpengaruh terhadap industri jasa maupun industri pendukung perkeretaaapian nasional, karena persaingan akan semakin terbuka (meskipun jalur rel Indonesia tidak terhubung langsung). Perdagangan bebas ASEAN harus diartikan sebagai kebutuhan peningkatan konektivitas dan efisiensi layanan transportasi yang akan menjadi penentu bagi daya saing produk nasional.

D. AGENDA PASCA 2015: SUSTAINABLE DEVELOPMENT GOALS (UN-SDGs)

Millenium Development Goals (MDGs) yang dicanangkan dalam Sidang PBB Tahun 2000 akan dievaluasi capaian akhir targetnya di Tahun 2015, sebagai kelanjutannya ditetapkan SDGs sebagai pola dasar pembangunan dunia setelah Tahun 2015 (hasil kesepakatan Konferensi PBB tentang Pembangunan Berkelanjutan di Rio de Janeiro pada bulan Juni 2012 (Rio + 20).

Agenda pembangunan Dunia setelah Tahun 2015, termasuk perkeretaapian, diharapkan mempertimbangkan agenda SDGs tersebut terutama aplikasi dari konsep green economy, pengentasan kemiskinan, serta sarana pelaksanaan agenda bersama dalam keuangan, akses dan transfer teknologi, capacity buildings.

1.2.2 PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS NASIONAL

Perencanaan pembangunan bidang perkeretaapian sebagai bagian dari agenda besar pembangunan nasional, harus secara baik mengelaborasi berbagai perkembangan sektor-sektor strategis lain, sehingga fungsi layanan yang dihasilkan dapat secara efisien dan efektif mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan nasional. Beberapa perkembangan lingkungan strategis nasional tersebut dijelaskan pada beberapa butir berikut ini.

A. PERTUMBUHAN DAN PEMERATAAN EKONOMI NASIONAL

Sebagaimana dituangkan dalam dokumen RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional) 2005-2025 (UU No. 17 Tahun 2005) bahwa Indonesia menginginkan keluar dari jebakan negara ekonomi menengah (middle income trap) pada Tahun 2025 di mana pada waktu itu PDB perkapita Indonesia sudah

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 26

menembus angka USD 12.000. Untuk mencapai target tersebut di atas maka dibutuhkan pertumbuhan ekonomi nasional rata-rata sekitar 6-7% per tahun (sumber: McKinsey, 2013).

Konsekuensi dari aspirasi pertumbuhan ekonomi tersebut terhadap sektor transportasi, atau perkeretaapian secara spesifik, cukup jelas, yakni di mana: (1) untuk membantu pencapaian target pertumbuhan ekonomi 6-7% tersebut, maka moda kereta harus dapat berperan sebagai pendorong ekonomi pertumbuhan ekonomi nasional dengan memanfaatkan keunggulan komparatifnya sebagai sistem angkutan massal yang efisien, dan (2) selanjutnya kereta api harus mampu menyediakan layanan transportasi yang prima dan berorientasi pada pengguna (user oriented) karena keberadaan golongan kelas ekonomi menengah ke atas di Indonesia akan tumbuh pesat (middle income booming) dalam 5-10 tahun ke depan.

Dalam sisi pandang yang berbeda, kesenjangan ekonomi masih akan terjadi dalam beberapa tahun ke depan. Di dalam sejarah Indonesia modern beberapa dekade ke belakang, Kawasan Barat Indonesia (KBI) - Jawa, Sumatera, and Bali- telah menjadi hegemony dalam menyumbang PDB nasional sedangkan Kawasan Timur Indonesia (KTI) yang sangat kaya akan sumber daya alam, laut, hutan, dan mineral, seolah-olah hanya menjadi pelengkap.

Bappenas (2012) menyatakan bahwa kesenjangan ekonomi antar wilayah masih terjadi dalam beberapa tahun ke depan, dimana KBI (Sumatera dan Jawa) masih akan menyumbang 82,40% dari total PDRB Nasional, sedangkan KTI secara keseluruhan hanya menyumbang sekitar 17,60% PDB Nasional di Th 2012.

Kesenjangan ekonomi juga dirasakan antar golongan ekonomi masyarakat, di mana index gini Indonesia pada Tahun 2013 sudah mencapai angka 0,41 yang membutukan solusi cepat agar terdapat transfer kesempatan/akses terhadap sumber-sumber perekonomian.

Moda kereta api, sebagai media konektivitas antar wilayah di dalam pulau perlu mengambil bagian dalam mendorong pemerataan pembangunan, dimana pengembangan jaringan di luar Jawa dan Sumatera (Kalimantan, Sulawesi, Papua) diharapkan dapat memberikan peluang lebih baik bagi daerah untuk lebih berkembang ekonominya. Sedangkan pemberian layanan perintis, dan khususnya PSO (Public Service Obligation) diharapkan dapat membantu golongan masyarakat miskin untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahterannya.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 27

B. KEPENDUDUKAN DAN URBANISASI

UNFPA-Bappenas (2014) merilis data tentang proyeksi pertumbuhan penduduk Indonesia sampai dengan tahun 2035 di mana pada waktu itu jumlah penduduk penduduk sudah menembus angka 306 juta jiwa. Diperkirakan pada Tahun 2019 jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 271 juta jiwa dengan penyebaran penduduk yang tidak merata, dimana sekitar 56%-nya tinggal di Pulau Jawa dan proporsi penduduk perkotaan di Indonesia akan terus bertambah, Tahun 2020 sekitar 56,7%.

Selain, hal itu yang perlu diperhatikan juga adalah kenyataan bahwa jumlah penduduk perkotaan di Indonesia saat ini sudah sekitar sudah mencapai angka di atas 130 juta jiwa yang mengkomposisi sekitar 54% dari total penduduk Indonesia. Bappenas-UNFPA (2014) juga memprediksi bahwa di tahun 2035 dengan tingkat urbanisasi yang sepertinya tetap akan tinggi, maka jumlah penduduk perkotaan akan menembus angka 196 juta jiwa atau sekitar 66,6% dari jumlah penduduk Indonesia. GIZ (2013) memprediksi bahwa pada Tahun 2019 jumlah kota Metropolitan di Indonesia akan bertambah menjadi 17 kota, kota besar akan menjadi 12 kota, dan akan terdapat 50 kota berukuran sedang.

Pulau Jawa yang padat, tidak akan mungkin lagi menggantungkan transportasinya pada jaringan jalan, peran moda kereta api akan sangat diperlukan, setidaknya untuk mengurangi beban 10-20% dari lalu lintas pada jaringan jalan nasional di Pantura dan Pansela Jawa, salah satunya melalui program double-track.

Selanjutnya, wilayah perkotaan akan menjadi garapan wajib bagi moda kereta api untuk menghindarkan terjadinya dead-lock kemacetan di sejumlah kota Metropolitan di Indonesia.

C. KEBIJAKAN EKONOMI KEWILAYAH NASIONAL

Agenda pengembangan koridor ekonomi nasional (yang dicanangkan melalui Perpres No. 32 Tahun 2011) serta pengembangan sistem logistik nasional (Sislognas) (yang dicanangkan melalui Perpres No. 26 Tahun 2012) akan tetap relevan sebagai acuan dalam pengembangan ekonomi kewilayahan di Indonesia dalam 5 tahun mendatang.

MP3EI yang mencanangkan pengembangan 6 koridor ekonomi yang disokong oleh perkuatan konektivitas, SDM, dan ipteks akan tetap relevan disinergikan dengan rencana pengembangan kawasan industri dan poros maritim yang

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 28

dicanangkan oleh Presiden Jokowi. Sislognas yang sifatnya lebih operasional di mana pengembangan jaringan dan industri logistik nasional dengan tag-line “locally integrated, globally connected for national competitiveness and social welfare” akan tetap relevan dengan rencana pengembangan tol laut dan tata niaga perdagangan yang akan menjadi agenda utama pemerintahan 2015-2019.

Ke depan, berbagai proyek infrastruktur perkeretaapian yang terkait dengan MP3EI dan Sislognas tetap perlu dilanjutkan namun perlu disinergikan dengan rencana pembangunan dari Presiden, khususnya dalam mendukung perwujudan tol laut dalam kerangka Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia serta pengembangan sistem transportasi publik massal yang terintegrasi antar kota dan perkotaan di darat, laut, dan udara.

D. REFORMASI BIROKRASI DAN OTONOMI DAERAH

Berlandaskan pada semangat otonomi daerah dalam UU No. 23 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah maka berbagai kewenangan dalam penyelenggaraan pemerintahan diserahkan kepada Pemerintah Daerah. Dengan kebijakan ini diharapkan pelayanan publik dapat dilaksanakan lebih baik, karena Pemda diasumsikan lebih mampu secara cepat dan tepat merespon kebutuhan masyarakat setempat.

Dalam penyelenggaraan bidang perkeretaapian, sebagaimana diatur dalam UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, maka kegiatan penyelenggaraan perkeretaapian Provinsi, Kabupaten, dan Kota kewenangan pembinaannya diserahkan kepada pemerintah daerah setempat. Namun sayangnya, dengan kapasitas fiskal dan kemampuan kelembagaan pemerintah daerah yang sangat terbatas menyebabkan berbagai inisiatif pengembangan perkeretaapian di Daerah kurang berjalan lancar, bahkan cenderung dikembalikan kepada Pusat.

Sementara itu, Pemerintah Pusat (cq Ditjen Perkeretaapian) saat ini juga sedang menjalankan program reformasi birokrasi untuk mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik (good governance) yang sangat diperlukan untuk menjawab berbagai tantangan dalam pembangunan nasional ke depan yang semakin berat. Sesuai Perpres No. 81 Tahun 2010 tentang tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025 maka agenda reformasi birokrasi akan terus berlanjut di mana dalam 5 tahun ke depan akan masuk ke babak baru dengan diimplementasikan berbagai agenda reformasi perioda sebelumnya.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 29

Ditjen Perkeretaapian, sebagai lembaga pemerintahan, secara konsisten akan menerapkan proses reformasi birokrasi, dan sekaligus membantu Pemda dalam penyelenggaraan perkeretaapian di Daerah. Layanan yang baik, investasi yang efisien, serta daya saing moda kereta api yang meningkat, akan dapat diwujudkan oleh birokrasi Ditjen Perkeretaapian yang professional dan beriorientasi kepada publik, serta kerjasama dengan Pemda yang optimal dalam kerangka otonomi daerah yang mantap.

E. KETERBATASAN PENDANAAN DAN KAPASITAS DELIVERY

Bappenas (2014) menyatakan bahwa kebutuhan pembangunan infrastruktur transportasi di Indonesia untuk perioda Tahun 2015-2019 mencapai angka lebih dari Rp. 1869 Trilyun. Kebutuhan biaya dalam rangka percepatan pembangunan infrastruktur tersebut berada dalam situasi keuangan pemerintah yang kurang menguntungkan, di mana dengan beban biaya hutang dan subsidi yang cukup besar, maka celah fiskal (fiscal space) yang dimiliki Pemerintah untuk meningkatkan kapasitas pendanaan infrastruktur relatif terbatas, share pemerintah diperkirakan maksimal hanya sekitar 30% dari kebutuhan.

Hal itu menandakan perlunya pemanfaatan berbagai sumber pembiayaan alternatif melalui berbagai skema innovative financing, termasuk dalam pengembangan infrastruktur perkeretaapian. Skema standar proyek KPS (kerjasama pemerintah dan swasta) dengan berbagai variannya tetap harus didorong implementasinya di bidang perkeretaapian, termasuk beberapa alternatif lainnya: sukuk berbasis proyek, PBAS (performance based annuity scheme), dan lain sebagainya.

Namun sayangnya, kemampuan kelembagaan Pemerintah juga sangat terbatas untuk menyiapkan dan mengeksekusi berbagai proyek strategis, baik yang berbasis APBN maupun non-APBN. Daya serap anggaran belum menembus level psikologis 90-95%, berbagai proyek KPS masih belum financial closed, sementara itu berbagai model pembiayaan alternatif belum disiapkan kerangka regulasi dan kelembagaannya.

Penguatan perencanaan, regulasi dan kelembagaan, serta penjaminan pemerintah atas proyek infrastruktur akan menjadi kunci keberhasilan pemerintah dalam menarik sumber-sumber pembiayaan baru, terutama dari swasta, dalam pengembangan infrastruktur perkeretaapian di masa yang akan datang. Hal ini harus berhasil dilakukan, karena jika tidak maka backlog penyediaan infrastruktur

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 30

akan semakin melebar, dan lebih menyulitkan bagi Indonesia untuk keluar dari middle income trap menuju negara ekonomi besar di dunia.

1.2.3 PERKEMBANGAN LINGKUNGAN STRATEGIS SEKTOR TRANSPORTASI

Sebagaimana diamanatkan dalam pertimbangan UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian bahwa perkeretaapian sebagai salah satu moda transportasi dalam sistem transportasi nasional yang mempunyai karakteristik pengangkutan secara massal dan keunggulan tersendiri, yang tidak dapat dipisahkan dari moda transportasi lain, perlu dikembangkan potensinya dan ditingkatkan peranannya sebagai penghubung wilayah, baik nasional maupun internasional, untuk menunjang, mendorong, dan menggerakkan pembangunan nasional guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Oleh karenanya pembangunan perkeretaapian dalam 5 tahun ke depan harus secara sinergis memperhatikan berbagai perkembangan di sektor transportasi secara keseluruhan, sehingga diperoleh kinerja dan manfaat yang sebesar- besarnya bagi kepentingan publik.

Berikut ini disampaikan beberapa perkembangan lingkungan strategis di sektor transportasi nasional yang perlu diperhatikan.

A. PERIMBANGAN PANGSA ANGKUTAN ANTAR MODA (MODAL SHARE)

Secara teoretis, setiap moda transportasi memiliki keunggulan komparatifnya masing-masing. Untuk negara kepulauan seperti Indonesia, Balitbang Perhubungan (2003) menjelaskan bahwa moda kereta api akan lebih efisien berperan untuk pergerakan barang jarak menengah dalam pulau (diantara 250 s.d 700 km) dan pergerakan penumpang secara massal di perkotaan.

Pada kenyataannya, berdasarkan analisis atas data survei ATTN 2011 sampai dengan saat ini moda jalan masih sangat sangat dominan di Indonesia, peran angkutan (share) moda jalan mencapai 85% untuk pergerakan penumpang dan 91% untuk pergerakan barang. Sedangkan peran moda kereta api masih sangat marginal, yakni 3,18% untuk angkutan penumpang dan 0,16% untuk angkutan barang. Hal ini menyebabkan munculnya kemacetan di sejumlah ruas jalan nasional antar kota, khususnya pada ruas yang berbatasan dengan kawasan perkotaan yang sudah padat. Sedangkan jaringan jalan perkotaan mengalami gejala kemacetan yang lebih parah di mana data BSTP (2014) menyebutkan di 10 kota termacet di Indonesia kecepatan lalulintasnya berkisar antara 20-30 km/jam.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 31

DI masa datang peran moda kereta api perlu ditingkatkan sesuai dengan keunggulan komparatifnya, diantaranya: (1) untuk mengurangi beban jalan pada koridor utama di Jawa dan Sumatera, (2) untuk memberikan akses dari/ke kawasan potensial ke simpul pelabuhan/bandara, (3) untuk menyediakan angkutan massal penumpang di kawasan perkotaan yang aman, nyaman, dan selamat, serta (3) untuk menyeimbangkan kontribusi ekonomi dan penyebaran penduduk ke wilayah lainnya melalui pengembangan jaringan di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua serta skema keperintisan.

B. KONEKTIVITAS TRANSPORTASI NASIONAL

Tingginya biaya logistik nasional hingga sekitar 26% dari PDB, merupakan salah satu bukti bahwa bagaimanapun juga harus diakui bahwa penyediaan jaringan dan sistem layanan transportasi nasional belum mampu menyediakan konektivitas yang efisien dan merata. Pengembangan simpul maupun jaringan layanan di masing-masing moda secara fisik belum direncanakan secara terpadu, adapun dari sisi layanan sistem transportasi intermoda/multimoda belum berkembang sama sekali.

Bahkan sampai dengan saat ini belum ada dokumen resmi tentang rencana pengembangan jaringan transportasi nasional yang terintegrasi di seluruh moda. Masing-masing moda masih merencanakan masterplan/rencana induk/tatanan jaringan yang terpisah-pisah dengan pertimbangan intermodality yang sangat terbatas.

Sebagaimana diinginkan dalam agenda pembangunan nasional, seperti MP3EI (Perpres No. 32 Tahun 2011) dan SISLOGNAS (Perpres No. 26 Tahun 2012) bahwa dalam 10 tahun ke depan diharapkan sudah terwujud konektivitas transportasi nasional yang efisien dan handal yang menjangkau seluruh titik NKRI melalui jaringan transportasi intermoda/multimoda yang terintegrasi.

Pembangunan bidang perkeretaapian dalam 5 tahun ke depan perlu mengedepankan konsep konektivitas dalam jaringan intermoda/multimoda yang terintegrasi tersebut yang diejawantahkan dalam kebijakan, regulasi, maupun investasi yang dilakukan baik untuk pelayanan penumpang maupun barang antar kota maupun perkotaan. Apalagi sifat layanan dari moda kereta api yang tidak door-to-door mengharuskan adanya integrasi dengan moda feeder/lanjutan-nya agar daya saingnya dapat dipertahankan.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 32

C. TRANSFORMASI REGULASI DAN KELEMBAGAAN

Sebagaimana diketahui bahwa dalam beberapa tahun terakhir, sektor transportasi Indonesia sedang mengalami proses transformasi dari monopoli negara (atau BUMN yang diserahi kewenangan sepenuhnya untuk mengelola suatu moda) ke arah pasar yang lebih terbuka bagi peran swasta maupun Pemda. Hal ini ditandai dengan ditetapkan sejumlah UU baru di sektor transportasi pada perioda Tahun 2004-2009, diantaranya: UU No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan, UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, UU No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, dan UU No. 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan.

UU baru di sektor transportasi tersebut umumnya memperkenalkan kebijakan pemisahan kelembagaan antara operator dengan regulator serta mendorong partisipasi sektor swasta sebesar-besarnya dalam penyelenggaraan transportasi. Ke depan pemerintah akan fokus menjalankan fungsinya sebagai regulator dalam membina penyelenggaraan sektor transportasi nasional yang target utamanya adalah menyediakan kebijakan dan regulasi/tata aturan yang baik dan fair sebagai platform/landasan bagi stakeholders terkait untuk bersaing secara sehat dalam penyediaan layanan transportasi, yang pada akhirnya akan dinikmati hasilnya oleh masyarakat melalui kinerja layanan yang lebih baik dan terjangkau.

Proses transisi dalam regulasi dan kelembagaan di sektor transportasi, termasuk di perkeretaapian, harus segera dituntaskan, karena hal ini akan menjadi landasan bagi terwujudnya sistem penyelenggaraan layanan transportasi yang maju, modern, terbuka, dan berdaya saing tinggi. Sebagaimana diketahui bahwa saat ini amanat UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian untuk memisahkan BUP sarana dengan BUP prasarana untuk jalur yang dimiliki oleh Pemerintah belum terlaksana, agenda ini sangat penting untuk dituntaskan dalam 5 tahun ke depan.

D. BIAYA LOGISTIK NASIONAL

Pada Tahun 2014, World Bank merilis data bahwa LPI (Logistics Performance Index) Indonesia berada pada rangking 53 dunia, dengan skor 3,08. Sedangkan perkiraan total biaya logistik Indonesia masih sangat tinggi, yakni di atas 25% dari PDB, dengan komposisi 12,04% untuk biaya transportasi, 9,47% untuk biaya persediaan (inventory), dan 4,52% untuk biaya administrasi. Data tersebut menunjukkan bahwa biaya logistik di Indonesia masih relatif tinggi, bahkan jika dibandingkan beberapa negara tetangga seperti Singapura (8%), Malaysia (13%), dan Thailand (20%).

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 33

Moda kereta api memiliki peran penting dalam penurunan biaya logistik nasional, karena daya angkutnya yang besar akan menghasilkan efisiensi dari economic-of- scale jika sistem jaringan kereta api didukung dengan interkoneksinyadengan simpul pelabuhan dan kawasan industri dapat dikembangkan secara optimal.

Penurunan biaya logistik akan menjadi penentu daya saing Indonesia dalam kancah perekonomian global di mana pasar akan semakin terbuka. Logistik yang murah dan prudent akan memberikan nilai tambah bagi produk nasional, baik dari sisi biaya ataupun kualitas.

E. KONSUMSI ENERGI DAN DAMPAK LINGKUNGAN

Sesuai perhitungan Kementerian ESDM dan Kementerian Lingkungan Hidup, diperkirakan bahwa pada Tahun 2012 sektor transportasi mengkonsumsi BBM bersubsidi sekitar 42 juta KL, dan menyumbang sekitar 60-70% emisi gas rumah kaca (CO2). Di masa datang isu energi dan lingkungan akan semakin relevan dengan semakin langkanya sumber energi dan menurunnya daya dukung lingkungan untuk menopang berbagai aktivitas dan kebutuhan warga dunia.

Indonesia melalui RAN-GRK (Perpres No. 61 Tahun 2011) berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) pada tahun 2020 sebesar 26% dengan upaya sendiri jika dibandingkan dengan garis dasar pada kondisi BAU (baseline). Meskipun sumbangan transportasi perkeretaapian terhadap emisi gas buang relatif kecil dibandingkan moda jalan, namun adanya peralihan angkutan dari jalan ke moda kereta api akan banyak mengurangi tingkat konsumsi BBM dan emisi gas buang baik untuk angkutan penumpang perkotaan maupun angkutan barang antar kota.

1.2.4 ISU STRATEGIS BIDANG PERKERETAAPIAN

Berdasarkan atas telaahan terhadap capaian dan permasalahan Renstra perioda sebelumnya (2010-2014), deskripsi kondisi eksisting perkeretaapian nasional dan perkembangan lingkungan strategis pada beberapa sub bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan akan adanya beberapa permasalahan penting yang menjadi isu strategis di bidang perkeretaapian yang perlu diselesaikan dalam perioda Renstra 2015-2019. Penyelesaian berbagai isu strategisini merupakan prasyarat bagi terwujudnya kondisi dan kinerja perkeretaapian nasional sebagaimana yang diharapkan dalam tujuan penyelenggaraan perkeretaapian pada pasal 3 UU No. 23 Tahun 2007tentang perkeretaapian, yakni: memperlancar perpindahan orang

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 34

dan/atau barang secara massal dengan selamat, aman, nyaman, cepat dan lancar, tepat, tertib dan teratur, efisien, serta menunjang pemerataan, pertumbuhan, stabilitas, pendorong, dan penggerak pembangunan nasional.

Pada beberapa butir berikut disampaikan pembahasan mengenai isu strategis bidang perkeretaapian 2015-2019.

A. REFORMASI REGULASI DI BIDANG PERKERETAAPIAN

Beberapa mandat utama dalam UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian diantaranya adalah (1) memperkenalkan multioperator (penghapusan monopoli), (2) focusing peran pemerintah sebagai pembina (regulator), (3) peningkatan peran Pemda dan Swasta, (4) peningkatan keselamatan perkeretaapian, (5) peningkatan teknologi, (6) peningkatan layanan, serta (7) peningkatan kualitas SDM.

Sejak diterbitkannya UU No. 23 Tahun 2007 sampai dengan saat ini tercatat sudah sebanyak 2 Peraturan Pemerintah (PP) dan 73 Peraturan Menteri (PM) yang diterbitkan sebagai pelaksanaannya. Sebagian besar regulasi yang ditetapkan mengatur tentang teknis pelaksanaan kegiatan pembangunan/pengadaan, dan pengoperasian serta perizinan di bidang perkeretaapian.

Jika dikaitkan dengan mandat/maksud ditetapkannya UU No. 23 Tahun 2007 sebenarnya masih terdapat kelemahan dalam struktur maupun relevansi dari regulasi-regulasi baru terutama sebagai landasan dalam pelaksanaan multi operator pada jaringan jalur eksisting, fasilitasi terhadap peran Pemda dan swasta, peningkatan jumlah SDM, serta aplikasi teknologi perkeretaapian terbaru (misalnya: monorel, MRT, HST, dlsb).

Proses reformasi regulasi dengan mempekuat struktur dan melengkapi kebutuhan regulasi di bidang perkeretaapian akan tetap menjadi isu penting dalam 5 tahun ke depan, khususnya dalam menfasilitasi pembagian peran antara Pusat, BUMN, Pemda, dan swasta (termasuk lembaga terkait lainnya) dalam mendorong investasi dan penciptaan multioperator yang sehat.

B. TRANSFORMASI KELEMBAGAAN DI BIDANG PERKERETAAPIAN

Berbagai tantangan dalam penyelenggaraan perkeretaapian di masa datang, baik dalam rangka peningkatan konektivitas, kapasitas dan kinerja layanan, maupun keselamatan mengharuskan adanya suatu kerangka kelembagaan yang kuat dalam penyelenggaraan perkeretaapian nasional. Kerangka kelembagaan ini setidaknya mencakup kelembagaan internal di lingkungan Ditjen Perkeretaapian

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 35

dan juga kelembagaan secara luas dalam hubungan antara operator-regulator- user-publik.

Secara internal di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian diperlukan adanya pengembangan dan perkuatan kelembagaan untuk dapat melaksanakan seluruh beban tugas dan fungsi yang diemban di masa datang. Saat ini kelembagaan Ditjen Perkeretaapian terdiri dari 5 eselon II (Direktorat Prasarana, Direktorat Sarana, Direktorat Lalulintas dan Angkutan, Direktorat Keselamatan, dan Sekretariat Direktorat Jenderal) serta memiliki 3 UPT Dry Port (Rambi Puji, Gedebage, Jebres).

Di masa datang, dengan semakin luasnya penyediaan jaringan perkeretaapian di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan pulau lainnya, maka cakupan area pembinaan perkeretaapian nasional akan semakin luas. Proses sertifikasi sarana, prasarana, dan SDM serta pengendalian dan pengawasan layanan perkeretaapian akan semakin besar jumlahnya dan menyebar lokasinya. Sangat diperlukan pembentukan sejumlah UPT/Balaibaru di lingkungan Ditjen Perkeretaapian untuk menjalankan fungsi regulator dan fungsi teknis di lapangan.

Adapun kelembagaan dalam kerangka penyelenggaraan perkeretaapian secara lebih luas perlu ditransformasikan dan diperkuat. Sampai saat ini, pemisahan penyelengaraan sarana dengan prasarana di jalur eksisting belum tuntas dilakukan, tranformasi kelembagaan di PT. KAI sesuai amanat UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian perlu segera dituntaskan, karena selain menghambat terciptanya multioperator, juga mempengaruhi efektivitas pembiayaan PSO, IMO, dan TAC.

Selain itu, pola kelembagaan kerjasama antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta dengan swasta perlu ditetapkan sistem dan prosedur teknisnya, sehingga proses perizinan, pemberian bantuan teknis dan pendanaan (termasuk hibah), koordinasi, serta bidang pembinaan lainnya dapat dijalankan dengan baik.

Peran lembaga pendidikan, asosiasi profesi, perguruan tinggi, dan lembaga/instansi terkait lainnya dalam penyelenggaraan perkeretaapian sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian juga perlu dibangunkan kerangka kelembagaannya.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 36

C. AKSESIBILITAS DAN KONEKTIVITAS JARINGAN

Total panjang jalur kereta api operasional di Indonesia sampai dengan tahun 2015 sepanjang ± 5434 Km’sp yang tersebar di seluruh wilayah Jawa dan 3 (tiga) area di Pulau Sumatera (Sumatera Utara-Aceh, Sumatera Barat, dan Sumatera Selatan-Lampung). Akses ke pelabuhan dan bandara saat ini baru di 7 lokasi (Pelabuhan Belawan, Bandara Kualanamu, Pelabuhan Panjang/Tarahan, Pelabuhan Penyeberangan Merak, Pelabuhan Tanjung Perak, Bandara Adi Sucipto, Pelabuhan Cilacap), sedangkan KA commuter baru disediakan di 5 kota (Jabodetabek, Bandung, Medan, Surabaya, dan Solo-Jogya).

Dengan kondisi penyediaan jaringan perkeretaapian seperti di atas, maka upaya peningkatan aksesibilitas dan konektivitas jaringan perkeretaapian akan menjadi isu penting bagi Renstra 2015-2019. Perluasan jaringan ke Pulau Kalimantan dan Sulawesi, pengembangan jaringan kereta api perkotaan di sejumlah kota metropolitan, serta pengembangan akses ke pelabuhan dan bandara utama harus diprioritaskan.

Perluasan aksesibilitas dan konektivitas jaringan perkeretaapian sangat relevan dengan agenda Presiden 2015-2019 yang mengutamakan pengembangan sistem transportasi massal yang terpadu di perkotaan maupun antar kota, serta konektivitas ke bandara dan pelabuhan (melalui jalur KA normal, monorel, underground) yang menjadi salah satu prioritas pembangunan infrastruktur.

D. BACKLOG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA

Tundaan pelaksanaan kegiatan (backlog) pemeliharaan sarana dan prasarana perkeretaapian akibat terbatasnya pembiayaan pemerintah dalam 5 tahun ke depan diperkirakan belum dapat dituntaskan maksimal. Permasalahan backlog pemeliharaan ini menjadi isu penting karena akan sangat berkaitan dengan tingkat keselamatan, keandalan, serta kapasitas angkut dari moda kereta api.

Diperkirakan total backlog pada Tahun 2012 (sumber: MTI) sekitar Rp 17,4 triliun dengan komposisi untuk pemeliharaan prasarana rel mencapai Rp 6,092 triliun, jembatan Rp 1,633 triliun, dan sintelis Rp 3,764 triliun, sedangkan untuk sarana sekitar Rp 5,982 triliun.

Masih terhambatnya implementasi IMO dan TAC (akibat belum terbentuknya BUP prasarana milik pemerintah akan menjadi isu strategis tersendiriselain terbatasnya kemampuan pendanaan pemerintah dalam menyediakan nilai kebutuhan riil dari

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 37

pemeliharaan prasarana perkeretaapian yang dimiliki. Sementara itu, backlog untuk pemeliharaan sarana seharusnya menjadi tanggung jawab dari BUP sarana (saat ini adalah PT. KAI dan anak-anak perusahaannya), meskipun sejumlah kereta kelas ekonomi pengadaannya dilakukan oleh pemerintah, namun pemeliharaannya tentu saja menjadi tugas dari operator.

E. OPTIMALISASI UTILISASI ASET EKSISTING

Dari total panjang jalur kereta api yang operasional sekarang sekitar 5434 km’sp setiap tahun hanya mampu memproduksi sebanyak 2673 perjalanan kereta api per hari (Sumber: GAPEKA, 2014) atau sekitar 900 ribu perjalanan kereta api per tahun. Di mana produksi panjang perjalanan penumpang sekitar 16.880 juta penumpang-km sedangkan untuk barang 2.645 ribu ton-km.

Terlihat bahwa utilisasi dari aset prasarana perkeretaapian yang ada belum optimal, Optimalisasi utilisasi aset prasarana eksisting dapat dilakukan melalui peningkatan jumlah lintas layanan serta frekuensi layanan baik oleh PT. KAI (operator eksisting) maupun mengundang operator baru (melalui skema multi operator, setelah BUP prasarana milik pemerintah sudah dibentuk).

Jika diperhatikan secara detail Gapeka 2014 masih terdapat sejumlah lintas/jalur kereta api operasional yang hanya dilintasi kurang dari 10 KA/hari. Perlu adanya upaya pemanfaatan lebih lanjut terhadap kapasitas lintas yang masih tersedia, khususnya untuk angkutan barang, sehingga terwujud optimalisasi utilisasi.

F. PEMENUHAN KEBUTUHAN SDM PERKERETAAPIAN

Sesuai dengan rencana di dalam RIPNas maka untuk Tahun 2019minimal diperlukan SDM sebanyak 31.320 orang (841 aparatur dan 30.479 operator). Sedangkan untuk sertifikasi SDM perkeretaapian dalam 5 tahun ke depan diperlukan sebanyak 16.446 orang. Sementara itu, jumlah SDM perkeretaapian yang sudah bersertifikat sebanyak 14.811 orang (183 orang aparatur bersertifikat dan 14.628 orang operator bersertifikat).

Isu utamanya adalah kapasitas lembaga diklat dan sertifikasi. Saat ini, baru saja dibuka STIKA Madiun dengan kapasitas sekitar 150-200 orang per tahun, sedangkan sertifkasi SDM saat ini masih dilakukan oleh Ditjen Perkeretaapian. Diperlukan upaya strategis untuk meningkatkan kapasitas lembaga diklat serta

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 38

mendorong asosiasi profesi untuk melakukan kegiatan sertifikasi SDM perkeretaapain.

G. PENINGKATAN PERAN DAN DAYA SAING MODA KERETA API

Sampai dengan saat ini peran moda kereta api dalam sistem angkutan penumpang maupun barang dan penumpang secara nasional masih sangat minim, masing-masing baru sekitar 3,18% untuk angkutan penumpang (sebagian besar disokong oleh KA commuter Jakarta) dan 0,16% untuk angkutan barang (sebagian besar disokong oleh KA batubara Sumsel).

Dalam RIPNas ditetapkan bahwa target pangsa angkutan kereta api pada Tahun 2030 sebesar 11%-13 % untuk angkutan penumpang dan 15%-17% untuk angkutan barang. Artinya untuk Tahun 2019 diperkirakan target untuk angkutan penumpang sekitar 7,5% dan 5% untuk angkutan barang.

Diperlukan upaya perluasan jaringan jalur kereta api yang cukup ekstensif untuk mencapai target tersebut, khususnya untuk angkutan barang. Pengembangan jalur KA di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, serta optimalisasi utilisasi double- track Jawa akan cukup membantu mendongkrak pangsa pasar kereta api. Sedangkan untuk angkutan penumpang, pengembangan KA perkotaan dan KA akses bandara akan memberikan tambahan muatan penumpang yang signifikan.

Namun selain dari upaya perluasan jaringan, peningkatan kualitas layanan (khususnya kecepatan dan ketepatan), rasionalisasi tarif, serta integrasi dengan moda lanjutan akan menjadi penentu daya saing kereta api dalam memenangkan persaingan dengan moda lainnya.

H. PENGEMBANGAN KERETA API PERKOTAAN

Kota-kota besar di Indonesia semakin macet, di mana share angkutan umum juga mencapai titik nadir dalam beberapa tahun terakhir. Data GIZ (2013) menyatakan bahwa modal share angkutan umum perkotaan secara nasional di Indonesia sekitar 23% (27,2% untuk kategori kota Metropolitan, 7% untuk kota Besar, dan 5,1% untuk kota menengah, sedangkan untuk kota kecil sangat marginal kalau tidak bisa dikatakan sudah punah). Adapun data kecepatan lalu lintas jalan di 10 kota termacet di Indonesia (BSTP, 2014) adalah Bogor (15,32 km/jam, DKI Jakarta (10-20 km/jam), Bandung (14,3 km/jam), Surabaya (21 km/jam), Depok (21,4 km/jam), Bekasi (21,86 km/m), Tangerang (22 km/jam), Medan (23,4 km/jam), Makassar (24,06 km/jam), dan Semarang (27 km/jam).

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 39

Harapan penyelesaian permasalahan transportasi perkotaan ke depan adalah dengan pengembangan transportasi massal berbasis jalan rel, terutama di kota- kota Metropolitan. Sampai saat ini layanan KA commuter baru baru disediakan di 5 kota (Jabodetabek, Bandung, Medan, Surabaya, dan Solo-Jogya), itupun masih memanfaatkan jalur antar kota yang tersedia (kecuali Commuter Jabodetabek).

Pengembangan KA perkotaan di sejumlah kota Metropolitan dengan berbagai teknologi merupakan keniscayaan untuk perioda 5 tahun ke depan. Program ini juga selaras dengan Nawacita dari Presiden Jokowi yang akan berorientasi pada kebijakan dan pengembangan sistem transportasi massal terintegrasi.

I. INVESTASI DAN PENDANAAN

Total perkiraan investasi untuk pengembangan perkeretaapian nasional dari Tahun 2011 s.d Tahun 2030 dalam RIPNas sekitar mencapai nilai USD 88.156,70 juta (setara dengan Rp. 1057,88 Triliyun) dengan rasio pendanaan melalui investasi Pemerintah (30%) dan Swasta (70%).

Total kebutuhan dana pemerintah sekitar Rp. 181.5 Trilyun selama 11 tahun atau Rp 9.55 Trilyun/tahun, sepertinya dapat terpenuhi dengan trend alokasi APBN saat ini sekitar Rp 8-12 Trilyun per tahun. Sedangkan kebutuhan pendanaan dari swasta sekitar Rp 423.5 Trilyun, membutuhkan kerja ekstra keras, karena praktis sampai dengan saat ini investasi oleh PT. KAI dan anak perusahaannya sekitar Rp 10,1 triliun di Tahun 2014 (sumber: Annual Report, PT. KAI, 2014) sedangkan sumber lainnya masih terbatas, saat ini investasi pembangunan oleh swasta baru sekitar Rp 40 Trilyundalam 5 tahun (MRT Jakarta sekitar Rp 20 Trilyun, Monorel Jakarta sekitar Rp 7 Trilyun, KA Puruk Cahu-Bangkuang-Batanjung sekitar Rp 11 Trilyun).

Diperlukan persiapan proyek KPS perkeretaapian yang lebih baik, kelembagaan simpul KPS/investasi di Ditjen Perkeretaapian yang lebih kuat, serta dukungan jaminan investasi dari Pemerintah (cq Kementerian Keuangan) yang lebih pasti, serta aplikasi berbagai alternatif skema pendanaan agar kebutuhan pembiayaan dari sektor swasta dapat dipenuhi.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 40

J. APLIKASI DAN PEMBARUAN TEKNOLOGI PERKERETAAPIAN

Pembaruan aplikasi teknologi sarana dan prasarana perkeretaapian belum sepenuhnya selesai dilaksanakan. Sampai Tahun 2014, aplikasi teknologi sinyal perkeretaapian baru 252set yang elektrik (sisanya masih mekanik), panjang jalur KA yang sudah dielektrifikasi sepanjang 254,8 km, sarana KRL baru sekitar 10% dari total, dan masih menyisakan beberapa kilometer rel dengan bantalan kayu.

Sementara itu, pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk peningkatan keselamatan dan pelayanan perkeretaapian juga belum sepenuhnya optimal. Penggunaan Electronic ticketing& Elelctronic Money baru diaplikasikan di KA Commuter Jabodetabek dan KA Akses Bandara Kualanamu, Reservasi Ticket online untuk KA Jarak jauh, namun train-tracking serta railway-system-monitoring secara online belum diaplikasikan maksimal.

Pembaruan teknologi sarana dan prasarana serta pemanfaatan TIK dalam pengoperasian kereta api, akan menjadi salah satu penentu daya saing dan kualitas layanan moda kereta api di masa datang. Informasi yang tepat dan akurat, serta sarana dan prasarana berteknologi tinggi akan memberikan impresi yang baik akan kondisi perkeretaapian nasional yang sudah bertransformasi lebih modern, efisien, dan ramah lingkungan.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 41

BAB 2 VISI,MISIDANSASARAN PEMBANGUNAN

2.1 VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

2.1.1 VISI DAN MISI PRESIDEN

Pemerintahan Negara Republik Indonesia untuk periode 2015-2019 dengan visi dan misi Presidenyang secara politik menjadi bagian dari tujuan tercapainya masyarakat Indonesia yang Adil dan Makmur.Visi Presidenlima tahun ke depan Indonesia Periode Tahun 2015 -2019 adalah :

“Terwujudnya Indonesia Yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”

Sedangkan untuk mewujudkan Visi tersebut, Misi Presiden dalamPembangunan Nasional Indonesia Periode Tahun 2015 -2019 adalah : 1. Mewujudkan keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumberdaya maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan; 2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesimbangan dan demokratis berlandaskan Negara hukum; 3. Mewujudkan politik luar negeri bebas-aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim; 4. Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera; 5. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing; 6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional; 7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

2.1.2 AGENDA PRIORITAS PEMBANGUNAN (NAWA CITA)

Program prioritas nasional yang dimuat dalam RPJMN 2015-2019 merupakan pengejawantahan dari visi dan misi Presiden 2015-2019 yang mengedepakan 9 (sembilan) agenda prioritas atau yang sering disebut sebagai NAWACITA. Adapun

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 42

penjelasan mengenai setiap agenda prioritas tersebut disampaikan pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1Sembilan Agenda Prioritas Nasional (NAWACITA) 2015-2019 NO AGENDA PRIORITAS PENJELASAN 1 Melindungi segenap • Pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif bangsa dan • Keamanan negara yang terpercaya dan pembangunan memberikan rasa pertahanan negara Tri Matra terpadu yang dilandasi aman pada seluruh kepentingan nasional warga negara • Memperkuat jati diri sebagai negara martim 2 Membangun tata • Memulihkan kepercayaan publik kepada institusi demokrasi kelola Pemerintahan • Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang transparan yang bersih, efektif, • Menjalankan agenda reformasi birokrasi secara berkelanjutan demokratis, dan • Mendorong partisipasi publik dalam proses pengambilan terpercaya kebijakan publik 3 Membangun • Pelaksanaan kebijakan desentralisasi asimetris Indonesia dari • Mensinergikan tata kelola pemerintahan pinggiran dengan • Reformasi tata hubungan keuangan Pusat dan Daerah memperkuat daerah- • Melakukan pemerataan pembangunan antar wilayah daerah dan desa • Reformasi pelayanan publik melalui penguatan desa dalam kerangka • Peningkatan kapasitas pemerintah dalam menjalankan fungsi negara kesatuan pembinaan 4 Reformasi sistem dan • Memprioritaskan pemberantasan korupsi dengan konsistem penegakan hukum dan terpercaya yang bebas korupsi, • Pemberantasan tindakan penebangan, perikanan, dan bermartabat, dan penambangan liar terpercaya • Pemberantasan tidak kejahatan perbankan dan pencucian uang • Menjamin kepastian hukum hak kepemilikan tanah • Perlindungan anak, perempaun, dan kelompok marjinal • Penghormatan dan penyelesaian masalah HAM 5 Meningkatkan • Peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan kualitas hidup • Peningkatan layanan kesehatan masyarakat manusia Indonesia • Peningkatan kesejahteraan masyarakat (termasuk land reform, perumahan, dan jaminan sosial) 6 Meningkatkan • Membangun infrastruktur produktivitas • Membangun kawasan industri masyarakat dan daya • Membangun pasar tradisional saing di pasar • Menciptakan layanan satu atap untuk investasi internasional • Mendorong BUMN sebagai agen pembangunan • Mendirikan Bank Pembangunan dan Infrastruktur • Meningkatkan anggaran riset • Membangun sejumlah science and techno park 7 Kemandirian ekonomi • Mewujudkan kedaulatan pangan dengan • Mewujudkan kedaluatan energi menggerakkan • Mewujudkan kedaulatan keuangan sektor-sektor • Mewujudkan penguatan teknologi melalui kebijakan penciptaan strategis ekonomi sistem inovasi nasional domestik 8 Revolusi karakter • Penataan kembali kurikulum pendidikan nasional bangsa • Memberikan jaminan hidup yang memadai bagi guru • Pemerataan fasilitas pendidikan • Kebijakan rekutmen dan distribusi tenaga pengajar berkualitas • Menginisiasi UU wajib belajar tanpa dipungut biaya • Meningkatkan pemberian subsidi kepada PTN

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 43

NO AGENDA PRIORITAS PENJELASAN • Mewajibkan aparatur menganut “techno-ideology” 9 Memperteguh • Memperkuat pendidikan kebhinekaan dan menciptakan ruang kebhinekaan dan dialog antar warga memperkuat restorasi • Menegakkan hukum secara tegas sesuai amanat konstitusi sosial Indonesia • Membangun modal sosial melalui metoda rekonstruksi sosial • Mengoptimalkan pranata sosial dan budaya yang ada • Mengembangkan insentif khusus untuk kebudayaan • Meningkatkan proses pertukaran kebudayaan

Penyediaan layanan transportasi merupakan bagian dari agenda prioritas ke -6 yakni “meningkatkan produktivitas masyarakat dan daya saing di pasar internasional” khususnya berkenaan dengan komitmen pembangunan infrastruktur.

2.1.3 SASARAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Terdapat 11sasaran pada agenda prioritas nasional ke-6 “meningkatkan produktivitas masyarakat dan daya saing di pasar internasional” dimana 2 diantaranya terkait erat dengan bidang transportasi dan perkeretaapian , yaitu:

1) Membangun Konektivitas Nasional Untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan;

2) Membangun Transportasi Umum Massal Perkotaan;

A. MEMBANGUN KONEKTIVITAS NASIONAL UNTUK MENCAPAI KESEIMBANGAN PEMBANGUNAN

Sasaran yang ingin dicapai berkaitan dengan pembangunan konektivitas nasional yang terkait dengan bidang perkeretaapian adalah: 1. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi multimoda dan antarmoda, melalui meningkatnya jumlah barang yang dapat diangkut oleh kereta api menjadi 1,5 juta TEUs/Tahun, pangsa muatan angkutan kereta api minimal 5 persen untuk barang dan 7,5 persen untuk penumpang melalui pembangunan jalur KA sepanjang 3258 km’sp. 2. Meningkatnya kinerja pelayanan dan industri transportasi nasional untuk mendukung konektivitas nasional, Sistem Logistik Nasional (Sislognas) dan konektivitas global melalui: a. Terselenggaranya pelayanan Short Sea Shipping yang terintegrasi dengan moda lainnya seperti kereta api dan angkutan jalan di Pulau Jawa dan Sumatera;

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 44

b. Meningkatnya SDM transportasi yang bersertifikat menjadi 2 kali lipat dibandingkan kondisi baseline dengan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan paling tidak untuk lulusan pendidikan darat dan perkeretaapian sebanyak 35 ribu orang; c. Termanfaatkannya hasil industri transportasi nasional dalam rangka pemberdayaan hasil industri transportasi dalam negeri yang meliputi pengembangan pesawat udara (N-219), armada serta galangan kapal nasional, bus, fasilitasdan sarana perkeretaapian nasional, serta industri aspal buton dan meningkatnya kapasitas jasa kontruksi nasional. 3. Meningkatnya tingkat keselamatan dan keamanan penyeleng- garaan pelayanan transportasi serta pertolongan dan penyelamatan korban kecelakaan transportasi melalui menurunnya rasio angka kecelakaan kereta api menjadi kurang dari 0,025 kecelakaan per 1 juta-km perjalanan kereta api. 4. Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) sebesar 2,982 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi darat, 15,945 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi udara, dan 1,127 juta ton CO2e untuk subsektor transportasi perkeretaapian hingga tahun 2020 melalui penyediaan sarana dan prasarana transportasi yang ramah lingkungan dan responsif terhadap perubahan iklim/cuaca ekstrem.

B. MEMBANGUN TRANSPORTASI MASSAL PERKOTAAN

Sasaran yang ingin dicapai melalui pembangunan transportasi massal perkotaan yang berkaitan langsung dengan bidang perkeretaapian adalah meningkatnya pelayanan angkutan massal perkotaan dengan salah satu indikasinya adalah jumlah kota yang menerapkan sistem angkutan massal berbasis jalan dan/atau kereta api minimal 34 kota dan meningkatnya aplikasi teknologi informasi dan skema sistem manajemen transportasi perkotaan melalui Penerapan ATCS di kota yang telah menerapkan sistem angkutan massal perkotaan berbasis bus (BRT) dan kota sedang/besar yang berada di jalur logistik nasional , serta Automatic Train Protection (ATP) pada jaringan kereta api perkotaan.

2.2 SASARAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019

Sesuai rumusan sasaran nasional pembangunan sektor transportasi dalam RPJMN Tahun 2015-2019 dan memperhatikan permasalahan dan capaian pembangunan tahun 2010-2014, maka sasaran pembangunan transportasi dalam Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 dijabarkan dalam 3 aspek

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 45

yaitu (i) keselamatan dan keamanan, (ii) pelayanan transportasi, dan (iii) kapasitas transportasi sesuai tugas dan tupoksi Kementerian Perhubungan untuk mewujudkan transportasi yang handal, berdaya saing dan memberikan nilai tambah.

Adapun sasaran Kementerian Perhubungan Tahun 2015 – 2019 yang dibagi menjadi 3 aspek adalah sebagai berikut: 1. Aspek Keselamatan dan Keamanan: a. Menurunnya angka kecelakaan transportasi; b. Menurunnya Jumlah Gangguan Keamanan dalam Penyelenggaraan Transportasi. 2. Aspek Pelayanan: a. Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi; b. Terpenuhinya SDM transportasi dalam jumlah & kompetensi sesuai dengan kebutuhan; c. Meningkatnya kualitas penelitian sesuai dengan kebutuhan; d. Meningkatnya kinerja capaian Kementerian Perhubungan dalam mewujudkan good governance; e. Meningkatnya penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan; f. Menurunnya emisi gas rumah kaca (GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor transportasi; g. Meningkatnya kualitas kinerja pengawasan dalam mewujudkan clean governance; 3. Aspek Kapasitas: a. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan multimoda; b. Meningkatnya produksi angkutan penumpang dan barang; c. Meningkatkan layanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan khususnya wilayah timur Indonesia; d. Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal perkotaan; e. Meningkatnya aplikasi teknologi informasi dan skema sistem manajemen transportasi perkotaan.

Sasaran pembangunan transportasi Kementerian Perhubungan pada prinsipnya sejalan dengan sasaran pembangunan nasional yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019. Hal ini tentunya memiliki keselarasan dan interkoneksi yang memberikan pemahaman bahwa sasaran pembangunan nasional dapat dijabarkan kembali menjadi sasaran pada Kementerian Perhubungan yang secara khusus difokuskan pada

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 46

perencanaan dan pembangunan transportasi. Secara lebih jelasnya korelasi antara sasaran pembangunan nasional dengan sasaran Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 sebagaimana pada diagram berikut ini.

Gambar 2.1Sinkronisasi Sasaran RPJMN Tahun 2015-2019 dengan Renstra Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019

Interkoneksi antara isu strategis dan sasaran Kementerian Perhubungan diperlukan sebagai dasar dalam mengidentifikasi alur pikir perencanaan pembangunan transportasi tahun 2015-2019, sehingga hubungan liniearitas antara isu strategis dan sasaran pembangunan transportasi ke depan dapat terarah dan sejalan dengan agenda prioritas pembangunan nasional yang tertuang di dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019, sehingga sasaran Kementerian Perhubungan memiliki interkoneksi secara langsung dengan 9 agenda prioritas nasional (Nawa Cita). Hal ini memberikan konsekuensi logis dalam bidang transportasi bahwa konsep perencanaan dan pendekatan pembangunan bidang transportasi akan mendukung 9 (sembilan) agenda prioritas nasional selama 5 (lima) tahun ke depan. Pendekatan isu strategis transportasi dalam perumusan sasaran pembangunan Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 menjadi penting untuk lebih menata dan mengelola transportasi dengan baik, serta berbasis pendekatan multidimensi/multisektor termasuk dalam hal ini kaitannya dengan

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 47

aspek tata ruang, gender, sosial, lingkungan, dan budaya. Pendekatan tersebut akan membawa sinergitas pembangunan transportasi secara lebih terpadu, mewujudkan pembangunan dan penanganan permasalahan transportasi secara lebih komprehensif dan membawa perubahan pada karakteristik masyarakat, maupun perilaku masyarakat dalam menggunakan dan memelihara sarana dan prasarana transportasi secara lebih baik dan bijaksana. Demikian juga Pemerintah menjadi bagian penting sebagai pihak yang akan selalu hadir dalam mengupayakan pembangunan dan pengembangan transportasi untuk sebesar- besarnya kemakmuran rakyat.

2.3 SASARAN DITJEN PERKERETAAPIAN TAHUN 2015-2019

Komprehensivitas pertimbangan dalam penetapan visi dan misi Presiden terpilih, dan tujuan serta penjabaran sasaran Kementerian Perhubungan sangat diperlukan agar sasaran penyelenggaraan perkeretaapian dalam 5 tahun ke depan tidak terlepas dari konteks regulasi, tantangan, dan permasalahan sektoral, nasional, maupun global yang akan dihadapi.

Dengan mengacu Rencana Strategis Kementerian Perhubungan tahun 2015-2019, maka sasaran Ditjen Perkretaapian tahun 2015-2019 sebagai berikut:

1. Aspek Keselamatan dan Keamanan: a. Menurunnya angka kecelakaan transportasi perkeretaapian; b. Menurunnya jumlah gangguan keamanan dalam penyelenggaraan Transportasi perkeretaapian. 2. Aspek Pelayanan: a. Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi perkeretaapian; b. Meningkatnya kinerja capaian Ditjen Perkeretaapian dalam mewujudkan good governance; c. Menurunnya emisi gas rumah kaca (GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor transportasi perkeretaapian; 3. Aspek Kapasitas: a. Meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi perkeretaapian dan keterpaduan sistem transportasi multimoda dan antarmoda untuk mengurangi backlog maupun bottleneck kapasitas prasarana transportasi perkeretaapian dan sarana transportasi

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 48

antarmoda dan antarpulau sesuai dengan sistem transportasi nasional dan cetak biru transportasi multimoda; b. Meningkatkan layanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar dan khususnya wilayah timur Indonesia; c. Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal perkotaan.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 49

BAB 3 ARAH KEBIJAKAN, STRATEGI, KERANGKA REGULASI, DAN KERANGKA KELEMBAGAAN

3.1 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI NASIONAL TAHUN 2015-2019

3.1.1 ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Sejalan dengan visi pembangunan “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong”, maka pembangunan nasional 2015-2019 diarahkan untuk mencapai sasaran utama, yang salah satu sasaran pembangunan sektor unggulan adalah aspek maritim dan kelautan yang memuat upaya membangun konektivitas nasional. Salah satu program Agenda Prioritas Pembangunan (Nawa Cita) yaitu meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional dijabarkan kembali kedalam agenda pembangunan nasional, khususnya agenda pembangunan transportasi nasional, diantaranya adalah membangun konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan dan membangun transportasi massal perkotaan.

3.1.1.1 MEMBANGUN KONEKTIVITAS NASIONAL UNTUK MENCAPAI KESEIMBANGAN PEMBANGUNAN

Arah kebijakan dan strategi pembangunan konektivitas yang berkaitan dengan bidang perkeretaapian antara lain adalah:

1. Mempercepat pembangunan Sistem Transportasi Multimoda, diantaranya melalui pembangunan akses kereta api menuju ke pelabuhan dan bandara internasional dengan kompetisi yang sehat dan berimbang, diantaranya pada Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Minangkabau, Bandara Kualanamu, Bandara Juanda, Bandara Kertajati, Bandara Kulon Progo, Pelabuhan Kuala Tanjung, Pelabuhan Belawan, Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Tanjung Perak, Pelabuhan Tanjung Emas, dan Pelabuhan Penyeberangan Merak – Bakauheni.

2. Mempercepat pembangunan transportasi dengan penguatan industri nasional untuk mendukung Sistem Logistik Nasional dan penguatan konektivitas nasional dalam kerangka mendukung kerjasama regional dan global. Diantaranya dengan:

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 50

a. Penempatan transportasi laut sebagai tulang punggung sistem logistik nasional melalui pengembangan pelabuhan- pelabuhan berkapasitas tinggi yang ditunjang dengan fasilitas pelabuhan yang memadai serta membangun short sea shipping/ coastal shipping pada jalur logistik nasional yang diintegrasikan dengan moda kereta api dan jalan raya, terutama untuk mengurangi beban (share) angkutan jalan Sumatera-Jawa (Pelabuhan Paciran/Tanjung Perak, Pelabuhan Kendal/ Tanjung Emas dan Pelabuhan Marunda/Tanjung Priok di Pulau Jawa serta Pelabuhan Panjang/Sumur di Pulau Sumatera);

b. Pembangunan sarana dan prasarana serta industri transportasi, diantaranya dengan Pembangunan kereta api Trans Kalimantan, Sulawesi, dan Papua serta penyelesaian jalur kereta api Trans Sumatera, serta peningkatan kapasitas jalur eksisting menjadi jalur ganda di Sumatera dan Jawa terutama di lintas selatan Jawa;

c. Penyediaan armada transportasi nasional melalui pemberdayaan industri transportasi dalam negeri yang diantaranya meliputi pengembangan fasilitas dan sarana perkeretaapian seperti lokomotif, kereta penumpang, gerbong, KRL dan persinyalan.

3. Melakukan upaya keseimbangan antara transportasi yang berorientasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan diantaranya melalui:

a. Menciptakan pembagian peran moda transportasi yang lebih berimbang dengan mendorong pembangunan perkeretaapian dan transportasi laut yang lebih progresif sehingga secara bertahap terjadi perpindahan moda dari jalan ke moda kereta api serta moda angkutan laut;

b. Meningkatkan frekuensi pelayanan, optimalisasi, dan integrasi penyelenggaran subsidi angkutan perintis dan Public Service Obligation (PSO) diantara subsidi bus perintis, angkutan laut, sungai, danau, penyeberangan, udara, dan perkeretaapian.

4. Membangun sistem dan jaringan transportasi yang terintegrasi untuk mendukung investasi pada Koridor Ekonomi, Kawasan Industri Khusus, Komplek Industri, dan pusat-pusat pertumbuhan lainnya di wilayah non- koridor ekonomi, diantaranya melalui:

a. Pembangunan dan peningkatan prasarana transportasi yang mendukung pengembangan industri dan pariwisata nasional

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 51

sesuai dengan Rencana Induk Pengembangkan Industri Nasional (RIPIN) dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).

b. Stimulasi pengembangan kawasan dan penguatan konektivitas regional di wilayah Surabaya-Madura (Suramadu);

c. Percepatan penyelesaian peraturan perundangan terkait masalah lahan, sinkronisasi RTRW Nasional dan Daerah.

5. Meningkatkan keselamatan, keamanan, dan kesadaran dalam penyelengaraan transportasi diantaranya melalui pemenuhan persyaratan keselamatan sesuai standar internasional.

3.1.1.2 MEMBANGUN TRANSPORTASI MASSAL PERKOTAAN

Arah kebijakan dan strategi yang berkenaan dengan penyelenggaraan perkeretaapian adalah:

1. Mengembangkan transportasi perkotaan dengan memperhatikan interaksi antara transportasi dan tata guna lahan serta pemanfaatan Intelligent Transport System (ITS), diantaranya melalui strategi:

a. Peningkatan Akses terhadap Angkutan Umum dengan Pembangunan Berorientasi Angkutan (TOD) danPark and Ride, sistem informasi lalu lintas secara real time

b. Penyediaan fasilitas pendukung untuk alih moda angkutan umum dengan moda transportasi lainnya.

2. Pengembangan angkutan umum massal yang modern dan maju dengan berorientasi berbasis kepada bus (BRT) maupun rel (LRT, tramway, MRT) dengan fasilitas alih moda terpadu, melalui strategi:

a. Pembangunan angkutan massal cepat berbasis rel antara lain MRT diwilayah Jabodetabek, dan jalur lingkar layang KA Jabodetabek, serta LRT//Tram di Surabaya, Bandung, dan Palembang,

b. Pengembangan kereta perkotaan di 10 kota metropolitan: Batam, Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan Makassar.

c. Penyediaan dana subsidi yang terarah untuk angkutan massal perkotaan.

3. Meningkatkan integrasi kelembagaan transportasi perkotaan melalui percepatan pembentukan Kelembagaan pengelolaan transportasi perkotaan

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 52

seperti Otoritas Transportasi Jabodetabek (OTJ) yang memiliki kewenangan kuat dalam integrasi dari konsep, strategi, kebijakan, perencanaan, program, implementasi, manajemen, dan pembiayaan sistem transportasi perkotaan di kota-kota megapolitan lainnya.

3.1.2 STRATEGI PEMBANGUNAN NASIONAL

Secara umum Strategi Pembangunan Nasional menggariskan hal-hal sebagai berikut: 1. Norma Pembangunan yang diterapkan dalam RPJMN 2015-2019 adalah sebagai berikut: a. Membangun untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan masyarakat. b. Setiap upaya meningkatkan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar yang dapat merusak keseimbangan pembangunan. Perhatian khusus kepada peningkatan produk-tivitas rakyat lapisan menengah-bawah, tanpa menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan pelaku-pelaku besar untuk terus menjadi agen pertum-buhan. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan pertum-buhan ekonomi yang berkelanjutan. c. Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan mengganggu keseimbangan ekosistem. 2. Tiga Dimensi Pembangunan; a. Dimensi pembangunan manusia dan masyarakat. Pembangunan dilakukan untuk meningkatkan kualitas ma- nusia dan masyarakat yang menghasilkan manusia-manusia Indonesia unggul dengan meningkatkan kecerdasan otak dan kesehatan fisik melalui pendidikan, kesehatan dan perbaikan gizi. Manusia Indonesia unggul tersebut diharap-kan juga mempunyai mental dan karakter yang tangguh dengan perilaku yang positif dan konstruktif. Karena itu pembangunan mental dan karakter menjadi salah satu prioritas utama pembangunan, tidak hanya di birokrasi tetapi juga pada seluruh komponen masyarakat, sehingga akan dihasilkan pengusaha yang kreatif, inovatif, punya etos bisnis dan mau mengambil risiko; pekerja yang berde-dikasi, disiplin, kerja keras, taat aturan dan paham terhadap karakter usaha tempatnya bekerja; serta masyarakat yang tertib dan terbuka sebagai modal sosial yang positif bagi pembangunan, serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi sesama.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 53

b. Dimensi pembangunan sektor unggulan dengan prioritas:  Kedaulatan pangan. Indonesia mempunyai modal yang cukup untuk memenuhi kedaulatan pangan bagi seluruh rakyat, sehingga tidak boleh tergantung secara berlebihan kepada negara lain.  Kedaulatan energi dan ketenagalistrikan. Dilakukan dengan memanfaatkan sebesar-besarnya sumber daya energi (gas, batu-bara, dan tenaga air) dalam negeri.  Kemaritiman dan kelautan. Kekayaan laut dan maritim Indonesia harus dapat dimanfaatkan secara optimal bagi kepentingan nasional dan kesejahteraan rakyat.  Pariwisata dan industri. Potensi keindahan alam dan keanekaragaman budaya yang unik merupakan modal untuk pengembangan pariwisata nasional. Sedangkan industri diprioritaskan agar tercipta ekonomi yang berbasiskan penciptaan nilai tambah dengan muatan iptek, keterampilan, keahlian, dan SDM yang unggul. c. Dimensi pemerataan dan kewilayahan. Pembangunan bukan hanya untuk kelompok tertentu, tetapi untuk seluruh masyarakat di seluruh wilayah. Karena itu pembangunan harus dapat menghilangkan/memperkecil kesenjangan yang ada, baik kesenjangan antarkelompok pendapatan, maupun kesenjangan antarwilayah, dengan prioritas:  Wilayah desa, untuk mengurangi jumlah penduduk miskin, karena penduduk miskin sebagian besar tinggal di desa;  Wilayah pinggiran;  Luar Jawa;  Kawasan Timur. 3. Kondisi sosial, politik, hukum, dan keamanan yang stabil diperlu- kan sebagai prasyarat pembangunan yang berkualitas. Kondisi perlu tersebut antara lain: a. Kepastian dan penegakan hukum; b. Keamanan dan ketertiban; c. Politik dan demokrasi; dan d. Tatakelola dan reformasi birokrasi. 4. Quickwins (hasil pembangunan yang dapat segera dilihat hasilnya). Pembangunan merupakan proses yang terus menerus dan membutuhkan waktu yang lama. Karena itu dibutuhkan output cepat yang dapat dijadikan contoh dan acuan masyarakat tentang arah pembangunan yang sedang berjalan, sekaligus untuk meningkatkan motivasi dan partisipasi masyarakat.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 54

Gambar 3.1Strategi Pembangunan Nasional

3.2 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGIPEMBANGUNAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019

Arah kebijakan dan strategi Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 dalam pembangunan sektor transportasi merujuk pada arah kebijakan pembangunan transportasi nasional yang tertuang didalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019. Kebijakan dan strategi tersebut juga disinergikan dengan arah kebijakan pembangunan berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kementerian Perhubungan 2005-2025 yang menjadi salah satu alur logis perencanaan pembangunan sektor transportasi berkelanjutan.

Pemikiran di atas sebagai dasar pertimbangan penyusunan strategi dilakukan sebagai bagian dari perumusan arah kebijakan dan strategi pembangunan di Kementerian Perhubungan yang berkorelasi pada sasaran Kementerian Perhubungan yang telah disusun sebelumnya. Arah kebijakan dan strategi Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 dikelompokkan menjadi 3 aspek, meliputi keselamatan dan keamanan, pelayanan, serta kapasitas transportasi.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 55

3.2.1 KESELAMATAN DAN KEAMANAN

Keselamatan dan keamanan dalam penyelengaraan pelayanan transportasi ditujukan untuk meningkatkan rasa aman dan nyaman pengguna transportasi serta menurunkan jumlah dan tingkat kecelakaan transportasi yang meliputi transportasi jalan, kereta api, pelayaran, dan penerbangan. Tingkat keselamatan dan keamanan transportasi diwujudkan melalui dua sasaran yaitu menurunnya angka kecelakaan transportasi, dan menurunnya jumlah gangguan keamanan dalam penyelenggaraan transportasi. 1. Sasaran menurunnya angka kecelakaan transportasi dengan arah kebijakan meningkatkan keselamatan dalam penyelenggaraan transportasi, melalui strategi : a. Penguatan kelembagaan dalam peningkatan keselamatan transportasi Keselamatan transportasi merupakan tanggung jawab berbagai pihak, baik pemerintah sebagai regulator maupun pelaku usaha sebagai operator. Saat ini fungsi pengawasan dan pembinaan keselamatan transportasi telah dilakukan pemerintah melalui kegiatan dan program peningkatan keselamatan, diharapkan fungsi pengawas keselamatan juga dilakukan di dunia usaha melalui pembentukan unit khusus yang menangani fungsi pengawas keselamatan. b. Peningkatan peran serta masyarakat dan badan usaha di bidang keselamatan transportasi Keselamatan transportasi merupakan keadaan yang terwujud dari penyelenggaraan transportasi yang lancar sesuai dengan prosedur operasi dan persyaratan kelaikan teknis terhadap sarana dan prasarana beserta penunjangnya. Upaya peningkatan keselamatan transportasi telah dan akan terus dilakukan pemerintah melalui penyediaan sarana dan prasarana keselamatan serta sosialisasi keselamatan kepada masyarakat dan badan usaha. Peran serta masyarakat dan badan usaha dalam peningkatan keselamatan transportasi diwujudkan dalam peningkatan kepatuhan untuk mematuhi standar operasi dan prosedur penggunaan dan penyediaan sarana transportasi darat, perkeretaapian, laut dan udara. c. Pendidikan dan peningkatan kesadaran penyelenggaraan transportasi yang berkeselamatan sejak usia dini Pendidikan keselamatan transportasi secara dini dengan menfokuskan pada penanaman pengetahuan tentang tata cara transportasi yang berkeselamatan (transfer of knowledge) dan menanamkan nilai-nilai (transform of values) etika dan budaya tertib dan membangun perilaku pada generasi muda. Pribadi yang beretika mempunyai kecerdasan

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 56

sosial yang tinggi dan kepekaan dalam bertansportasi, selain itu, juga akan mengerti pentingnya penggunaan peralatan dan prasarana keselamatan serta peraturan keselamatan. d. Peningkatan/pembaharuan regulasi terkini sesuai dengan standar keselamatan Untuk memenuhi tuntutan perkembangan teknologi keselamatan transportasi diperlukan pembaharuan regulasi keselamatan yang mencakup norma, standar, prosedur dan kriteria. e. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana keselamatan transportasi sesuai dengan perkembangan teknologi; Upaya peningkatan keselamatan transportasi selain pengurangan tingkat kecelakaan yang disebabkan kesalahan manusia (human error) dilakukan juga strategi melalui pemenuhan kuantitas dan tingkat kehandalan sarana dan prasarana keselamatan transportasi darat, perkeretaapian, laut dan udara. f. Pemenuhan standar keselamatan transportasi berupa perlengkapan keselamatan transportasi jalan dan perkeretaapian maupun perlengkapan navigasi pelayaran dan penerbangan Selain upaya pemenuhan kualitas dan kuantitas keselamatan transportasi, penurunan tingkat kecelakaan juga dilakukan melalui strategi ketentuan pemenuhan standar keselamatan pada sarana dan prasarana transportasi sesuai standar nasional dan internasional. g. Peningkatan efektivitas pengendalian, pengaturan dan pengawasan terhadap pemenuhan standar keselamatan transportasi; Dalam upaya pemenuhan standar keselamatan transportasi dilakukan melalui pemeriksaan atau audit secara berkala dan pelaksanaan random check yang meliputi standar keselamatan bidang prasarana, sarana, tata cara pengangutan serta sumber daya manusia transportasi dalam rangka pengawasan dan pengendalian terhadap peraturan standar keselamatan. h. Peningkatan keandalan/kelaikan sarana dan prasarana transportasi melalui program pengujian dan sertifikasi sarana, prasarana termasuk fasilitas pendukung lainnya Pengujian kehandalan/kelaikan sarana prasarana transportasi dilakukan secara berkala untuk menjamin tingkat kehandalan dan kecukupan peralatan keselamatan yang diikuti melalui penerbitan sertifikasi sarana dan prasarana termasuk fasilitas pendukung lainnya. i. Peningkatan koordinasi pelaksanaan Rencana Umum Nasional Keselamatan Jalan (RUNK) serta Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan baik di tingkat nasional maupun daerah

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 57

j. Koordinasi peningkatan keselamatan di perlintasan sebidang antara jalur kereta api dengan jalan. Perlintasan sebidang merupakan faktor kritis dalam penyelenggaraan kereta api mengingat banyaknya kejadian kecelakaan yang diterjadi di lokasi perlintasan. Berdasarkan pada amanat UU 23/2007, setiap perlintasan/perpotongan antara jalur kereta api dan jalan dibuat tidak sebidang. Pengecualian untuk pembangunan perlintasan tidak sebidang hanya dapat dilakukan dengan tetap menjamin keselamatan dan kelancaran perjalanan kereta api dan lalu lintas jalan dengan mengikuti ketentuan yang diatur pada Permenhub No. 36/2011, sehingga diperlukan koordinasi dengan Pemerintah Daerah maupun operator perkeretaapian dalam penanganan perlintasan sebidang antara jalur kereta api dan jalan.

2. Sasaran menurunnya jumlah gangguan keamanan dalam penyelenggaraan transportasi, melalui strategi antara lain : a. Peningkatan efektivitas pengawasan terhadap pemenuhan standar keamanan transportasi Dalam upaya pemenuhan standar keamanan transportasi dilakukan melalui pemeriksaan atau audit secara berkala dan pelaksanaan random check yang meliputi standar keamanan bidang prasarana, sarana, tata cara pengangutan serta sumber daya manusia transportasi dalam rangka pengawasan dan pengendalian terhadap peraturan standar keamanan, serta pemberian sanksi kepada aparatur pemerintah atau operator sarana/prasarana transportasi yang lalai dalam melaksanakan tugas. b. Pemenuhan standar keamanan transportasi berupa perlengkapan keamanan transportasi Keamanan transportasi adalah keadaan yang terwujud dari penyelenggaraan transportasi yang bebas dari gangguan dan/atau tindakan yang melawan hukum, langkah untuk mewujudkan keamanan transportasi melalui pemenuhan peralatan keamanan yang berupa alat pemidai barang-barang berbahaya dan alat pemidai jarak jauh dengan sistem terkoordinasi. c. Pencegahan terhadap penyusupan barang-barang yang mengancam keamanan penumpang Pelaksanaan pencegahan terhadap penyusupan barang yang mengancam keamanan penumpang selain dilakukan melalui pemenuhan peralatan keamanan juga didukung dengan kualitas SDM yang tersertifikasi dan diaudit secara berkala oleh aparatur pengawas keamanan transportasi.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 58

d. Peningkatan koordinasi dalam rangka mencegah terjadinya tindakan melawan hukum di sektor transportasi (pencurian, vandalisme, perompakan, pembajakan, teroris, dan lainnya)

3.2.2 PELAYANAN TRANSPORTASI

Dalam rangka meningkatkan pelayanan transportasi ditetapkan 7 sasaran, yaitu : (1) Meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi, (2) Terpenuhinya SDM transportasi dalam jumlah & kompetensi sesuai dengan kebutuhan, (3) Meningkatnya kualitas penelitian sesuai dengan kebutuhan, (4) Meningkatnya kinerja Kementerian Perhubungan dalam mewujudkan good governance, (5) Meningkatnya penetapan dan kualitas regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan, (6) Menurunnya emisi gas rumah kaca (RAN-GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor tansportasi, dan (7) Meningkatnya kualitas kinerja pengawasan dalam rangka mewujudkan clean governance. Masing-masing sasaran tersebut ditempuh melalui upaya strategi sebagai berikut :

1. Sasaran meningkatnya kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi, dengan arah kebijakan meningkatkan kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi, melalui strategi antara lain : a. Peningkatan kehandalan sarana dan prasarana transportasi serta penataan jaringan/rute Kinerja pelayanan sarana dan prasarana transportasi dilakukan melalui rehabilitasi, pembangunan dan pengembangan prasarana perhubungan meliputi pembangunan terminal bus type A, pelabuhan penyeberangan, pelabuhan laut, bandar udara dan jaringan jalan kereta api, sedangkan kondisi sarana transportasi terus didorong untuk ditingkatkan kehandalannya antara lain peremajaan angkutan kota yang berbasis angkutan massal, peremajaan sarana kereta api, pembatasan usia kapal. Dalam rangka mewujudkan kinerja pelayanan juga dilakukan penataan rute pada angkutan laut untuk menjamin kepastian muatan dan kontinuitas angkutan laut antara wilayah barat Indonesia menuju wilayah timur Indonesia. b. Penyusunan pedoman standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi Standar pelayanan merupakan ukuran pelayanan yang harus dipenuhi oleh penyedia layanan dalam memberikan pelayanan kepada pengguna jasa yang dilengkapi dengan tolok ukur sebagai acuan penilaian kualitas

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 59

yang merupakan kewajiban dan janji penyedia layanan kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur. c. Implementasi standar pelayanan publik pada sarana dan prasarana transportasi, termasuk penyediaan fasilitas bagi pengguna jasa berkebutuhan khusus dan fasilitas yang responsif gender Penyediaan layanan dan sarana transportasi yang berperspektif gender juga berarti mempertimbangkan dan mengakomodir permasalahan orang-orang atau kelompok masyarakat yang berkebutuhan khusus. Termasuk dalam hal ini adalah kebijakan perlindungan dan layanan transportasi bagi lansia, penyandang cacat, perempuan khususnya perempuan hamil dan balita. Penyediaan layanan dan sarana tersebut mempertimbangkan beberapa aspek yaitu aspek aksesibilitas, kenyamanan, keselamatan, keamanan dan keterjangkauan. Aspek keamanan sering menjadi persoalan bagi perempuan, anak-anak, lansia bahkan penyandang cacat. Layanan dan sarana transportasi seyogyanya dapat diakses secara aman oleh mereka termasuk aman dari segala tindak kriminalitas dan kekerasan seksual. d. Konsistensi penerapan reward dan punishment terhadap ketepatan pelayanan Pelayanan jasa transportasi selain mengutamakan keamanan dan keselamatan layanan, juga dituntut untuk tepat waktu dalam layanan yang dijanjikan. Untuk meningkatkan layanan transportasi diupayakan melalui penerapan sanksi berupa kewajiban yang harus dipenuhi setiap waktu keterlambatan dan apresiasi masyarakat terhadap layanan yang memenuhi standar pelayanan.

2. Sasaran terpenuhinya SDM transportasi dalam jumlah dan kompetensi sesuai dengan kebutuhan, dengan arah kebijakan memenuhi sdm transportasi dalam jumlah & kompetensi sesuai dengan kebutuhan, ditempuh melalui strategi antara lain : a. Menyusun Man Power Planning SDM transpotasi b. Menyusun Training Needs Analysis (TNA) SDM transportasi c. Mengembangkan kapasitas diklat SDM transportasi d. Menata regulasi penyelenggaraan diklat SDM transportasi. e. Meningkatkan tata kelola diklat dan kualitas lulusan. f. Meningkatkan penyerapan lulusan diklat transportasi.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 60

3. Sasaran meningkatnya kualitas penelitian sesuai dengan kebutuhan, dengan arah kebijakan meningkatkan kualitas penelitian transportasi, melalui strategi antara lain : a. Peningkatan kuantitas dan kualitas sumber daya peneliti serta tenaga fungsional pendukung. b. Peningkatan sinergitas antara Badan Litbang Perhubungan dengan pengguna jasa penelitian dalam rangka meningkatkan pemanfaatan hasil penelitian. c. Peningkatan kerjasama penelitian antar lembaga riset dan industri untuk merumuskan kebijakan strategis penyelenggaraan transportasi. d. Penyempurnaan regulasi dan kelembagaan untuk penguatan peran Badan Litbang Perhubungan.

4. Sasaran meningkatnya kinerja capaian dalam mewujudkan good governance, dengan arah kebijakan mewujudkan transparansi dan akuntabilitas kinerja, melalui strategi antara lain : a. Penuntasan agenda reformasi birokrasi melalui penataan kelembagaan (organisasi, ketatalaksanaan dan sumber daya manusia). Peningkatan kinerja capaian dalam mewujudkan good governance melalui penuntasan agenda reformasi birokrasi dengan penataan kelambagaan baik dari sisi organisasi, ketatalaksanaan dan sumber daya manusianya. b. Penyempurnaan sistem manajemen dan pelaporan kinerja dan keuangan Kementerian Perhubungan secara terintegrasi, terpercaya dan dapat diakses publik. Peningkatan kinerja capaian dalam mewujudkan good governance melalui penyempurnaan sistem manajemen dan pelaporan kinerja dan keuangan Kementerian Perhubungan secara terintegrasi, terpercaya dan dapat diakses publik. c. Penyediaan layanan informasi transportasi yang dapat diakses publik secara mudah. Peningkatan kinerja dalam mewujudkan good governance dengan penyediaan layanan informasi transportasi yang dapat diakses publik secara mudah. Kemudahan informasi terhadap layanan transportasi sehingga memudahkan masyarakat dalam memperoleh layanan transportasi yang berkualitas. d. Penyederhanaan perijinan sektor transportasi. Penyederhanaan perijinan sektor transportasi dijadikan sebagai langkah dalam perbaikan pelayanan publik di sektor transportasi. Penyederhanaan ini ditujukan agar tercapai pelayanan publik yang

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 61

efisien, transparan, cepat, akuntabel, dan dapat memberikan kepastian hukum, serta sebagai usaha untuk meningkatkan dunia investasi transportasi di Indonesia. e. Penerapan e-government di lingkungan Kementerian Perhubungan. Peningkatan kinerja capaian dalam mewujudkan good governance melalui penerapan e-government di lingkungan Kementerian Perhubungan dengan pemanfaatan teknologi, informasi dan komunikasi untuk meningkatkan tata hubungna kerja yang efektif dan efisien. f. Penyediaan ruang partisipasi publik dalam menyusun dan mengawasi penerapan kebijakan. Peningkatan kinerja capaian dalam mewujudkan good governance dengan membuka ruang bagi keterlibatan masyarakat dalam menyusun dan mengawasi penerapan kebijakan di sektor transportasi, sehingga setiap kebijakan dapat secara nyata dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.

5. Sasaran meningkatnya penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan, dengan arah kebijakan meningkatkan kuantitas dan kualitas penetapan dan implementasi regulasi sektor transportasi, melalui strategi antara lain : a. Pemetaan arah / kebutuhan kerangka regulasi untuk mempercepat pelaksanaan prioritas pembangunan transportasi. Peningkatan penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan dengan melakukan pemetaan arah/kebutuhan kerangka regulasi untuk mempercepat pelaksanaan prioritas pembangunan transportasi selama lima tahun kedepan. b. Peningkatan koordinasi dengan instansi lainnya terkait penyelesaian peraturan perundang-undangan. Peningkatan penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan dengan meningkatkan koordinasi dengan instansi lainnya terkait penyelesaian peraturan perundang-undangan. c. Percepatan penyusunan peraturan perundang-undangan sesuai amanah undang-undang bidang transportasi. Peningkatan penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan dengan percepatan penyusunan peraturan perundang- undangan sesuai amanah undang-undang bidang transportasi. Penyusunan peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan amanah undang-undang bidang transportasi perlu dipercepat agar dapat menjadi landasan dalam mengimplementasikan kebijakan- kebijakan yang telah ditetapkan.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 62

d. Percepatan pelaksanaan penyederhanaan dan harmonisasi regulasi di bidang transportasi. Peningkatan penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan dengan melakukan percepatan pelaksanaan penyederhanaan dan harmonisasi regulasi di bidang transportasi. e. Evaluasi peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih dan yang menghambat percepatan pembangunan transportasi. Peningkatan penetapan regulasi dalam implementasi kebijakan bidang perhubungan dengan melakukan evaluasi terhadap peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih dan menghambat percepatan pembangunan transportasi. Peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih dapat diminimalisir untuk mempercepat pembangunan sektor transportasi.

6. Sasaran menurunnya emisi gas rumah kaca (GRK) dan meningkatnya penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor tansportasi, dengan arah kebijakan menerapkan pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan, melalui strategi antara lain : a. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang ramah lingkungan dan tahan terhadap dampak perubahan iklim/ cuaca ekstrim. Penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dan peningkatan penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor transportasi melalui pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang ramah lingkungan dan tahan terhadap dampak perubahan iklim/cuaca ekstrim. Prasarana dan sarana transportasi yang ramah lingkungan dapat memberikan kontribusi positif dalam mengurangi pemanasan global yang disumbangkan dari sektor transportasi. b. Pemanfaatan bahan bakar yang berbasis energi baru terbarukan. Pemanfaatan bahan bakar yang berbasis fossil fuel saat ini sangat tinggi, sementara jumlah bahan bakar fossil fuel terus menipis. Dengan kondisi tersebut pemanfaatan bahan bakar yang berbasis energi baru terbarukan di sektor transportasi harus dikedepankan. c. Penerapan sistem manajemen transportasi yang efektif dan efisien. Penerapan sistem manajemen transportasi yang efektif dan efisien dilakukan untuk mewujudkan penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) yang disumbangkan dari sektor transportasi dan peningkatan teknologi ramah lingkungan pada sektor transportasi. d. Mendorong pengguna kendaraan pribadi berpindah ke transportasi umum/ massal.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 63

Penurunan emisi gas rumah kaca (GRK) dan peningkatan penerapan teknologi ramah lingkungan pada sektor tansportasi dengan mendorong penggunaan angkutan umum/massal terutama bagi masyarakat pengguna kendaraan pribadi.

7. Sasaran meningkatnya kualitas kinerja pengawasan dalam rangka mewujudkan clean governance, dengan arah kebijakan pelaksanaan pengawasan intern yang berintegritas, professional dan amanah, melalui strategi antara lain : a. Mengoptimalkan peran Inspektorat Jenderal sebagai consultant dan quality assurance. b. Peningkatan kualitas hasil pengawasan c. Peningkatan kualitas dan kompetensi SDM Pengawasan

3.2.3 KAPASITAS TRANSPORTASI

Dalam rangka meningkatkan kapasitas transportasi, Kementerian Perhubungan menetapkan 5 (lima) sasaran, yaitu : (1) Meningkatnya kapasitas sarana sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan multimoda (2) Meningkatnya produksi angkutan penumpang dan barang, (3) Meningkatnya layanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar, terpencil dan khususnya di wilayah timur Indonesia, (4) Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal perkotaan, dan (5) Meningkatnya aplikasi teknologi informasi dan skema sistem manajemen transportasi perkotaan. Dalam mencapai sasarana peningkatan kapasitas transportasi ditempuh melalui strategi pencapaian sebagai berikut :

1. Sasaran meningkatnya kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan multimoda, dengan arah kebijakan meningkatkan kapasitas, konektivitas/aksesibilitas antar wilayah dan keterpaduan antarmoda/multimoda, melalui strategi antara lain : a. Peningkatan kualitas perencanaan pembangunan sarana dan prasarana transportasi. Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan multimoda diwujudkan salah satunya melalui peningkatan kualitas perencanaan pembangunan sarana dan prasarana transportasi. Kualitas perencanaan akan sangat menentukan kualitas pembangunan sektor transportasi selama lima tahun kedepan.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 64

b. Pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang berdasarkan outcomes. Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan multimoda diwujudkan salah satunya melalui pembangunan sarana dan prasarana transportasi yang berdasarkan outcomes, sehingga pembangunan transportasi yang dilakukan oleh Kementerian Perhubungan dapat dirasakan langsung manfaat pembangunan oleh masyarakat. c. Mendorong pembangunan infrastruktur transportasi melalui kerjasama Pemerintah dan badan usaha serta melalui pembiayaan swasta. Peningkatan kapasitas sarana dan prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi antarmoda dan multimoda melalui peningkatan kerjasama pemerintah dan badan usaha serta peningkatan investasi swasta dalam penyediaan infrastruktur transportasi nasional melalui penguatan kelembagaan dan sistem perencanaan proyek-proyek yang akan dikerjasamakan. Kerjasama pemerintah dan badan usaha dalam penyediaan infrastruktur transportasi antara lain : Penyelenggaraan kerjasama pemerintah dan badan usaha pada sektor perkeretaapian sebanyak 6 proyek sampai pada tahun 2019; Penyelenggaraan kerjasama pemerintah dan badan usaha pada sektor transportasi laut ditargetkan sampai pada tahun 2019 sebanyak 10 proyek; Penyiapan dokumen terhadap infrastruktur transportasi udara yang siap ditawarkan kepada swasta sampai pada tahun 2019 sebanyak 3 proyek. d. Pembangunan jaringan pelayanan yang terintegrasi antarmoda. Dalam setiap peraturan perundang-undangan transportasi diamanahkan untukmenyusun tatanan dan rencana induk masing-masing moda, yaitu rencana induk jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, tatanan perkeretaapian nasional, tatanan kepelabuhanan nasional dan tatanan kebandarudaraan nasional serta tersusunnya perencanaan umum jaringan jalan nasional dan jalan tol. Salah satu faktor yang diamanahkan dalam penyusunan tatanan dan rencana induk transportasi adalah keterpaduan intra dan antarmoda transportasi. Pada dasarnya transportasi antarmoda/multimoda adalah pembangunan transportasi yang mempertimbangkan jenis dan karakteristik sistem transportasi yang digunakan, dan mempertimbangkan sisi efisiensi, efektivitas dan kemudahan sistem operasinya, sehingga mampu melahirkan sistem transportasi yang berdaya saing tinggi. Upaya keterintegrasian ini diwujudkan melalui antara lain ketersediaan angkutan kereta api di bandar udara dan pelabuhan.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 65

e. Penyiapan konsep dan implementasi angkutan laut dari barat ke timur Indonesia. Dalam rangka menjamin ketersediaan barang dengan harga yang terjangkau diperlukan konsep untuk memperkuat jalur pelayaran yang dititikberatkan pada Indonesia bagian Timur yang dimaksudkan selain untuk mengkoneksikan jalur pelayaran dari Barat ke Timur Indonesia juga akan mempermudah akses niaga dari negara-negara Pasifik bagian selatan ke negara Asia bagian Timur. Pada prinsipnya, ketersediaan pelayanan angkutan kapal dari barat ke timur Indonesia merupakan penataan trayek tetap dan teratur yang harus didukung dengan pengembangan pelabuhan agar dapat melayani kapal dengan ukuran besar, mengingat saat ini untuk terminal-terminal domestik, ukuran kapal peti kemas yang bisa masuk tidaklebih dari 2600 TEUs dan kebanyakan hanya mampu melayani kapal ukuran 800 atau 900 TEUs, dengan demikian akan mewujudkan efisiensi biaya logistik nasional.

2. Sasaran meningkatnya layanan transportasi di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar, terpencil dan khususnya di wilayah timur Indonesia, dengan arah kebijakan meningkatkan pengembangan sarana dan prasarana di daerah rawan bencana, perbatasan, terluar, terpencil dan khususnya di wilayah timur Indonesia, melalui strategi antara lain : a. Mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi di wilayah- wilayah perbatasan dan wilayah-wilayah terluar. Jaringan transportasi ke depan akan diperluas dan dibangun lebih banyak lagi untuk meningkatkan keseimbangan transportasi antara Jawa dan luar Jawa dan meningkatkan aksesibilitas di daerah kawasan timur Indonesia, daerah terpencil, dan pedesaan, kawasan perbatasan, serta daerah tertinggal lainnya, melalui percepatan pembangunan infrastruktur transportasi; b. Meningkatkan kapasitas sarana dan prasarana transportasi di wilayah terpencil, pedalaman, perbatasan dan rawan bencana. Selain upaya penyediaan prasarana transportasi juga dilakukan peningkatan kapasitas untuk meningkatkan konektivitas yang pada akhirnya dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah. Selain untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi, prasarana transportasi juga diarahkan untuk peningkatan aksesibilitas daerah rawan bencana melalui penyediaan bandar udara yang dapat didarati pesawat Hercules dan pelabuhan untuk kepentingan pasokan logistik di saat terjadi bencana alam. c. Penyediaan sarana angkutan keperintisan

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 66

Guna merangsang pertumbuhan wilayah, Pemerintah berupaya untuk membuka keterisolasian daerah terpencil dan pedalaman agar mempunyai keterkaitan dengan daerah maju melalui penyediaan pelayanan angkutan keperintisan darat, laut dan udara.

3. Sasaran Meningkatnya pelayanan angkutan umum massal perkotaan, dengan arah kebijakan mengembangkan sistem angkutan umum massal dengan orientasi kepada angkutan bus maupun rel dengan fasilitas alih moda terpadu, melalui strategi antara lain : a. Penyiapan konsep angkutan umum massal perkotaan yang lebih matang dan komprehensif Penyiapan konsep angkutan umum massal perkotaan yang lebih matang dan komprehensif bertujuan untuk meningkatkan jumlah penduduk perkotaan yang akan menggunakan sistem angkutan umum, meninggalkan kendaraan pribadinya di rumah, dan menciptakan transportasi kota yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan berkeadaban. Kota akan bertahan secara lingkungandan efisiensi energi kalau pergerakan ekonominya didukung oleh sistem angkutan umum cepat masal yang didukung dengan jaringan pengumpan (feeder services). b. Pengembangan BRT Penerapan angkutan umum massal perkotaan salah satunya dilakukan melalui pengembangan /BRT. Penerapan sistem BRT perlu terpadu dalam fisik/prasarana, pelayanan, serta dalam konteks transportasi cerdas dengan memanfaatkan Information Technology. Transportasi antar moda di perkotaan perlu dibangun dengan memperhatikan pengembangan transportasi tidak bermotor dalam rangka menuju terwujudnya transportasi perkotaan yang berkelanjutan, yang didukung komitmen yang kuat dari Kepala Daerah dalam bentuk perencanaan, pendanaan dan kesiapan pengoperasian. c. Pembangunan dan pengembangan angkutan massal perkotaan berbasis rel. Selain pengembangan angkutan umum perkotaan dengan Bus Rapid Transit, angkutan perkotaan dapat dilakukan melalui pembangunan angkutan massal perkotaan berbasis rel. d. Penyediaan dana subsidi/ PSO yang terarah untuk penyelenggaraan angkutan umum massal perkotaan. Penerapan angkutan umum dengan BRT dan MRT dianggap tidak menarik bagi kota-kota yang belum menerapkannya karena dipersepsikan membebani anggaran. Oleh karena itu untuk mewujudkan

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 67

penyelenggaraan sistem angkutan umum yang handal dan berkelanjutan dibutuhkan antara lain dukungan kebijakan secara nyata dari pemerintah di sektor anggaran melalui penyediaan dana subisidi/PSO yang terarah.

4. Sasaran meningkatnya aplikasi teknologi informasi dan skema sistem manajemen transportasi perkotaan, dengan arah kebijakan meningkatkan aplikasi teknologi informasi dalam sistem manajemen perkotaan, melalui strategi antara lain : a. Penerapan sistem informasi lalu lintas secara real time, penerapan ATCS dan Virtual Mobility b. Penerapan sistem tiket elektonik yang terintegrasi Intelligent Transport System/ITS pada prinsipnya adalah penerapan teknologi maju di bidang elektronika, komputer dan telekomunikasi untuk membuat prasarana dan sarana transportasi lebih informatif, lancar, aman dan nyaman sekaligus ramah lingkungan. Sistem ini mempunyai tujuan dasar untuk membuat system transportasi yang mempunyai kecerdasan, sehingga dapat membantu pemakai transportasi dan pengguna transportasi untuk mendapatkan informasi, mempermudah transaksi, meningkatkan kapasitas prasarana dan sarana transportasi, mengurangi kemacetan atau antrean, meningkatkan keamanan dan kenyamanan, mengurangi polusi lingkungan, mengefisiensikan pengelolaan transportasi.

3.3 ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI BIDANG PERKERETAAPIAN TAHUN 2015-2019

3.3.1 ARAH KEBIJAKAN UMUM

Memperhatikan berbagai permasalahan dan tantangan yang akan dihadapi dalam 5 tahun ke depan, maka dalam mencapai program prioritas presiden yang dituangkan dalam RPJMN 2015-2019, ditetapkan beberapa arah kebijakan umum pembangunan bidang perkeretaapian untuk tahun 2015-2019 yaitu: 1. Meningkatkan keselamatan operasional perkeretaapian dengan membangun budaya safety first dalam setiap penyelenggaraan perkeretaapian nasional 2. Meningkatkan peran kereta api meliputi: a. angkutan massal perkotaan, b. angkutan massal antar kota yang menghubungkan pusat kegiatan, serta c. akses ke pelabuhan dan bandara dalam mendukung angkutan logistik 3. Mengintegrasikan layanan kereta api dengan moda lainnya

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 68

4. Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap layanan perkeretaapian

3.3.2 STRATEGI

Strategi pembangunan bidang perkeretaapian untuk tahun 2015-2019 yaitu:

Tabel 3.1Strategi Penyelenggaraan Perkeretaapian Tahun 2015-2019

NO ASPEK STRATEGI A Keselamatan dan Keamanan Peningkatan a) Meningkatkan pembinaan terhadap penyelenggaraan perkeretaapian keamanan dan melalui penyiapan regulasi (norma, standar, prosedur dan kriteria) keselamatan peningkatan keamanan dan keselamatan perkeretaapian; perkeretaapian b) Meningkatkan keandalan/kelaikan sarana dan prasarana perkeretaapian melalui program pengujian dan sertifikasi sarana, prasarana termasuk fasilitas pendukung lainnya, pengembangan sistem dan teknologi perawatan yang modern serta penggunaan teknologi informasi dalam operasional perkeretaapian; a) Koordinasi dengan pihak-pihak terkait dalam mewujudkan program peningkatan keamanan dan keselamatan perkeretaapian termasuk pelaksanaan monitoring dan evaluasinya. B Pelayanan Transportasi 1 Pengembangan a) Meningkatkan kualitas pelayanan perkeretaapian Layanan b) Meningkatkan keterjangkauan (aksesibilitas) masyarakat terhadap Perkeretaapian layanan kereta api melalui mekanisme kewajiban pelayanan publik (public services obligation) 2 Pengembangan a) Meningkatkan kemampuan SDM regulator perkeretaapian melalui sumber daya program pendidikan dan latihan termasuk pengembangan pola dan manusia kurikulum diklatnya; perkeretaapian b) Mendorong terciptanya SDM operator perkeretaapian melalui penyiapan regulasi tentang standar kompetensi dan kualifikasi SDM operator, sertifikasi kompetensi serta pembinaan SDM operator 3 Pengembangan a) Meningkatkan peran Pemerintah sebagai regulator perkeretaapian Kelembagaan melalui program pembentukan dan akreditasi lembaga pendidikan SDM perkeretaapian, lembaga pengujian dan fasilitas perawatan sarana dan prasarana perkeretaapian, pembentukan lembaga yang mengatur pola hubungan antara penyelenggara sarana dan penyelenggara prasarana perkeretaapian (Track Access Charges), pembentukan lembaga penyelenggara perawatan prasarana (Infrastructure Maintenance and Operation) serta lembaga penyelenggara kewajiban publik (Public Services Obligation); b) Meningkatkan peran Pemerintah Daerah dalam pembinaan penyelenggaraan perkeretaapian; Mendorong terwujudnya penyelenggaraan perkeretaapian yang multioperator dengan memberikan wewenang kepada Pemerintah Daerah dalam pembinaan dan pemberian izin penyelenggaraan perkeretaapian. C Kapasitas Transportasi 1 Pengembangan a) Meningkatkan peran kereta api perkotaan dan kereta api antar kota Jaringan b) Mengintegrasikan layanan kereta api dengan moda lain dengan Perkeretaapian membangun akses menuju bandara, pelabuhan dan kawasan industri

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 69

NO ASPEK STRATEGI 2 Alih Teknologi a) Meningkatkan penguasaan teknologi sarana dan prasarana dan perkeretaapian; Pengembangan b) Alih teknologi untuk pembelian produk teknologi tinggi dari luar negeri; Industri c) Mendorong peningkatan peran industri perkeretaapian dalam negeri termasuk industri pendukungnya untuk meningkatkan daya saing dan kemandirian industri perkeretaapian. 3 Investasi dan a) Meningkatkan investasi dan pendanaan penyelenggaraan Pendanaan perkeretaapian melalui dukungan regulasi dan mekanisme perizinan yang kondusif bagi iklim investasi serta pembentukan lembaga pembiayaan infrastruktur perkeretaapian; b) Mendorong keterlibatan swasta dalam investasi penyelenggaraan perkeretaapian melalui pola Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS) serta pola penyelenggaraan perkeretaapian khusus.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 70

Unit Unit Lokasi Juta Km Juta Sertifikat SATUAN Dokumen Ratio Kecelakaan/1 Kecelakaan/1 Ratio Jml. Kejadian/ Tahun Jml. Kejadian/

transportasi keselamatan &

2019 -

Jumlah pedoman standar keselamatan standar pedoman Jumlah prasarana dan sarana Jumlah peralatan peningkatan peningkatan peralatan SDM perkeretaapian ATP Ketersediaan Tingkat 2. Pengamanan/Penanganan Jumlah 3. Sebidang Perlintasan SDM Sertifikasi Teknis Jumlah Perkeretaapian padakeamanan gangguan Jumlah api kereta jasa transportasi pelayanan batu) (pelemparan Ratio kejadian kecelakaan kecelakaan kejadian Ratio api kereta kereta transportasi api keselamatan fasilitas Ketersediaan dan Tingkat 1.

INDIKATOR KINERJA UTAMA DITJENKA INDIKATORUTAMA KINERJA .

c). a). e). b) d).

Perkeretaapian Tahun 2015 Tahun Perkeretaapian

STRATEGIS (SS) STRATEGISDITJENKA

Menurunnya angka kecelakaan Menurunnya perkeretaapian transportasi Gangguan Jumlah Menurunnya dalam Keamanan Transportasi Penyelenggaraan perkeretaapian

2. 1. SASARAN

Sasaran dan Indikator Kinerja Utama Kinerja Indikator dan Sasaran 2 .

3 Penyelenggaraan Penyelenggaraan Tabel Tabel

SASARAN KEMENHUB

Menurunnya Jumlah Gangguan Jumlah Menurunnya dalam Keamanan Transportasi transportasi Menurunnya angka kecelakaan Menurunnya

. .

B A NO I. Keselamatan dan Keamanan dan I. Keselamatan

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 71

Km’sp Lokasi Tahun SATUAN Dokumen Penumpang Penumpang Juta ton CO2e ton Juta Prosentase (%) Prosentase

rumah kaca dari sektor sektor dari kaca rumah (penyempurnaan/revisi)

Jumlah prasarana perkeretaapian yang yang perkeretaapian prasarana Jumlah

Jumlah emisi Jumlah gas yang dapat perkeretaapian transportasi diturunkan ramah menerapkan konsep telah lingkungan jalur api kereta Terbangunnya Jumlah pedoman pelayanan standar pedoman Jumlah prasarana transportasi dan sarana perkeretaapian perawatan dan Pelaksanaan prasarana pengoperasioan milik negara (IMO) perkeretaapian KA penumpang PSO Jumlah di perijinan penyederhanaan Jumlah Perkeretaapian Ditjen lingkungan

INDIKATOR KINERJA UTAMA DITJENKA INDIKATORUTAMA KINERJA

). ). ). ). i i l f). h) g) k

ana

GRK) dan

- STRATEGIS (SS) STRATEGISDITJENKA Kapasitas, Aksesbilitas dan dan Aksesbilitas Kapasitas, dalam penyediaan Keterpaduan Meningkatnya kinerja pelayanan pelayanan kinerja Meningkatnya prasar dan sarana perkeretaapian transportasi pelayanan Mewujudkan yang api kereta angkutan terjangkau Ditjen kinerja Meningkatnya dalam Perkeretaapian good governance mewujudkan emisi gas rumah Menurunnya kaca (RAN penerapan meningkatnya lingkungan ramah teknologi tansportasi sektor pada perkeretaapian peningkatan Mewujudkan

. .

3. 4. 5. 6 7 SASARAN

dan dan

kaca kaca & keterpaduan keterpaduan

& Kementerian Kementerian

SASARAN KEMENHUB GRK) dan meningkatnya GRK) meningkatnya dan -

lingkungan pada sektor tansportasi. sektor pada lingkungan sarana kapasitas Meningkatnya transportasi prasarana multimoda sistem ransportasi Meningkatnya kinerja Meningkatnya dalam mewujudkan Perhubungan good governance emisi gas rumah Menurunnya (RAN ramah teknologi penerapan Meningkatnya kinerja pelayanan pelayanan kinerja Meningkatnya prasarana transportasi dan sarana

F E C D NO III. Kapasitas Transportasi III. Kapasitas II. Pelayanan

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 72

Rute

Lintas/ Rute Lintas/ Unit Proyek SATUAN Trayek/ Lintas/Rute Trayek/ Trayek/ Lintas/ Trayek/ Trayek/

Jumlah lintasan/ rute angkutan kereta api api rute angkutan lintasan/ kereta Jumlah komersial perintis menjadi yang perkotaan wilayah Jumlah massalsistem angkutan menerapkan api kereta berbasis Jumlah sarana kereta api kereta sarana Jumlah Proses Kerjasama Terselenggaranya dalam penyediaan Swasta Pemerintah perkeretaapian transportasi infrastruktur rute angkutan perintis lintasan/ Jumlah api kereta

INDIKATOR KINERJA UTAMA DITJENKA INDIKATORUTAMA KINERJA ). ). ). ). .)

n o p q m

STRATEGIS (SS) STRATEGISDITJENKA

Sarana dan Prasarana dan Sarana nasional perkeretaapian peningkatan Mewujudkan terhadap Publik Aksesbilitas api kereta transportasi layanan apikereta peran Meningkatkan Angkutan dalam penyediaan jalan berbasis Perkotaan Massal rel

. . 8 9 SASARAN

ak biru

SASARAN KEMENHUB Meningkatnya layanan transportasi di di transportasi layanan Meningkatnya perbatasan, rawan bencana, daerah khususnya dan terpencil terluar, Indonesia timur wilayah angkutan pelayanan Meningkatnya umum massal perkotaan antarmoda untuk mengurangi untuk mengurangi antarmoda bottleneck maupun backlog prasarana transportasi dan kapasitas antarmoda transportasi dan sarana sistem dengan sesuai antarpulau dan cet nasional transportasi multimoda transportasi

G H NO

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 73

3.4 KERANGKA REGULASI PERKERETAAPIAN

3.4.1 STRUKTUR REGULASI EKSISTING

Pada Gambar 3.1 disampaikan struktur regulasi eksisting dalam penyelenggaraan perkeretaapian di Indonesia. Sejak ditetapkannya UU 23/2007, sudah diterbitkan sebanyak 2 PP (Peraturan Pemerintah)8 dan 58 PM (Peraturan Menteri) sebagai pelaksanaannya. Sebagian besar mandat PP dan PM yang diamanatkan dalam UU 23/2007 sudah ditetapkan. Jika dilihat dari susunan (jumlah PM yang sudah ditetapkan) maka terlihat bahwa sebagian besar PM tersebut terkait dengan SDM, sarana, prasarana, serta pentarifan dan sebagian kecil yang berkaitan dengan penyelenggaraan (perizinan dan perencanaan (RIPNas)). Regulasi mengenai pengusahaan dan investasi belum diatur dalam sejumlah regulasi yang ada.

3.4.2 KEBUTUHAN PENGUATAN REGULASI

Kebutuhan regulasi teknis secara umum lebih kepada standarisasi teknis terkait teknologi baru, meskipun untuk monorel sudah ditetapkan namun untuk kereta gantung, levitasi magnetik, trem, dan high speed train belum ditetapkan. Regulasi terkait dengan SDM masih beberapa yang perlu dilengkapi khususnya berkaitan dengan tenaga penguji SDM, sertifikat kecakapan pengendali distribusi listrik. Terkait dengan hal ini juga perlu adanya regulasi tentang akreditasi badan hukum atau lembaga pelaksana pengujian sarana dan prasarana perkeretaapian.

Regulasi mengenai investasi dan penyelenggaraan perlu diperkuat, terutama berkaitan dengan persyaratan dan bentuk kerjasama pemerintah dengan swasta serta mekanisme bantuan dari pusat kepada Daerah dalam penyelenggaraan perkeretaapian. Selain itu, diperlukan juga regulasi mengenai pembentukan BUP prasarana perkeretaapian, skema kerjasama dan pembiayaan di era multioperator. Pedoman pembinaan penyelenggaraan perkeretaapian baik kepada swasta maupun kepada pemda perlu didukung oleh kerangka regulasi yang kuat.Secara umum kebutuhan penguatan regulasi perkeretaapian disampaikan pada Tabel 3.3.

8Untuk UU perkeretaapian sebelumnya (UU 13/2009) ditetapkan 3 PP pelaksanaan, yakni: PP 81/1998 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api dan PP 69/1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta Api. Untuk UU 23/2007, PP 56/2009 tentang Penyelenggaraan Perkeretaapian merupakan pengganti dari PP 69/1998 dan ditambahkan tentang aspek kelembagaan penyelenggaraannya.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 74

-

KA

apian Tatacara Tatacara tentang tentang tentang tentang Subsidi Subsidi Sertifikat Sertifikat engan engan d

Inspektur Inspektur PM 35/2011 PM 35/2011 PM 51/2012 PM 51/2012 PM 22/2011 PM 22/2011 & Standar Pem & Standar GAPEKA buatan tentang tentang tentang tentang Perkereta Ditarik Lokomotif Ditarik

Orang Orang tentang tentang Standar Spesifikasi Spesifikasi Standar Angkutan Perintis Perintis Angkutan Teknis Kereta yang yang Kereta Teknis Perkeretaapian PM 41/2010 tentang tentang 41/2010 PM Sertifikat Keahlian Keahlian Sertifikat Kelaikan Otomotif Kelaikan Standar, Tata Cara Cara Tata Standar, PM 96/2010 PM 96/2010 PM 14/2011 PM 14/2011 Tenaga Penguji Sarana Sarana Penguji Tenaga

Pengujian dan Sertifikasi Sertifikasi dan Pengujian

KA ntara ntara

tentang tentang

engan engan an

tentang tentang tentang tentang Standar, Standar, KA d Persyaratan Persyaratan PM 60/2012 PM 60/2012 tongan dan/atau dan/atau tongan Teknis Jalur Jalur Teknis Bangunan Lain Bangunan Jalur Jalur Awak Sarana Sarana Awak

Penggerak Sendiri Penggerak Standar Spesifikasi Spesifikasi Standar PM 36/2011 PM 36/2011 Perkeretaapian tentang tentang Persinggungan a Persinggungan PM 42/2010 tentang tentang 42/2010 PM Perpo Teknis Kereta dengan dengan Kereta Teknis Sertifikat Kecakapan Kecakapan Sertifikat PM 23/2011 PM 23/2011 Perkeretaapian

Penguji Prasarana Prasarana Penguji

PM 97/2010 tentang tentang 97/2010 PM Pedoman Pedoman Sertifikat Keahlian Tenaga Tenaga Keahlian Sertifikat

ang Ditarik Lokomotif ang Ditarik Perawatan Perawatan y Tata Cara Pengujian d Pengujian Cara Tata Sertifikasi Kelaikan Kereta Kereta Kelaikan Sertifikasi tentang PM 15/2011 : PM tentang Penyel. PerKAan (Perizinan, Perencanaan, Investasi) Perencanaan, (Perizinan, PerKAan Penyel. tentang PM : : PM tentang Standar Spesifikasi Teknis Sarana Prasarana Sarana Teknis Spesifikasi Standar tentang PM : (Sertifikasi) Perkeretaapian SDM tentang PM : Minimal Pelayanan Teknis Standar Kegiatan tentang PM : Pelaksanaan Tatacara dan Standar tentang TAC PM : IMO, PSO, dan Subsidi, Tarif, Penetapan tentang PM :

tentang tentang tentang tentang

Gerbong

PM 43/2010 43/2010 PM tentang Standar Standar tentang Spesifikasi Teknis Teknis Spesifikasi

Rencana Induk Induk Rencana Perkeretaapian Perkeretaapian tentang tentang

Nasional (RIPNas) Nasional Kereta Api Kereta

PM 43/2011 PM 43/2011 Lalu lintas lintas Lalu tentang tentang Bangunan Stasiun Stasiun Bangunan Perkeretaapian Milik Negara Milik Perkeretaapian Persyaratan Teknis Teknis Persyaratan Perhitungan Biaya Biaya Perhitungan dan Pengoperasian Prasarana Prasarana Pengoperasian dan PM 67/2012 PM 67/2012 PM 29/2011 PM 29/2011

Perkeretaapian

Penguji Prasarana Prasarana Penguji tentang tentang

PM 8/2011 PM 8/2011

tentang tentang KA KA tentang tentang Sertifikat Keahlian Tenaga Tenaga Keahlian Sertifikat

Sistem Sistem Standar, Tata Cara Cara Tata Standar, Tata Tata PM 44/2010 44/2010 PM PM 16/2011 PM 16/2011 elayanan elayanan tentang Standar Standar tentang Spesifikasi Teknis Teknis Spesifikasi Pengujian dan Sertifikasi Sertifikasi dan Pengujian Khusus Peralatan Khusus Kelaikan Peralatan Khusus Peralatan Kelaikan engan engan dan Angkutan Kereta Api Kereta Angkutan dan

n 2/2014 Perkeretaapian Perkeretaapian n 5 PP 72/2009 tentang tentang Penyelenggaraan Penyelenggaraan KA

Perangkat Perangkat PM 91/2011 PM 91/2011 Keselamatan Kereta Kereta Keselamatan PM PM tentang tentang Api Otomatis (SOSKO) Otomatis Api

engan engan - tentang tentang cara Pengujian Dan Dan Pengujian cara Pemberian Sertifikat Sertifikat Pemberian

PM 30/2011 PM 30/2011 Prasarana Perkeretaapian Prasarana Tata Cara Cara Tata nggaraan Kewajiban P Kewajiban nggaraan Orang d Orang Standar Pelayana Standar Kereta Api Kereta tentang tentang PM 47/2014 PM 47/2014 ntuk Pelayanan Kelas Ekonomi Kelas Pelayanan ntuk

Standar Spesifikasi Spesifikasi Standar Teknis Penomoran Penomoran Teknis PM 10/2013 tentang Tata Cara Cara Tata tentang 10/2013 PM Minimum utk Angkutan Angkutan utk Minimum u PM 45/2010 tentang tentang 45/2010 PM Kelaikan Gerbong Kelaikan PM 11/2012 PM 11/2012 Perkeretaapia Sarana Standar, Tata Cara Cara Tata Standar, Publik Angkutan Orang d Orang Angkutan Publik PM 17/2011 PM 17/2011 Api Jalur Jalur

Penetapan Trase Trase Penetapan Penyele tentang tentang

Pengujian dan Sertifikasi Sertifikasi dan Pengujian lan lan

tentang tentang an Uraian Regulasi Bidang Perkeretaapian Bidang Regulasi Uraian Perkeretaapian

tentang tentang PM 48/2014 PM 48/2014 Tata Cara Pemuatan, Pemuatan, Cara Tata 2 Barang Dengan Kereta Kereta Dengan Barang UU 23/2007 tentang tentang UU 23/2007

. tan, dan Pembongkaran Pembongkaran dan tan, Penyusunan, Pengangku Penyusunan, 3 Sertifikat Sertifikat tentang tentang Kereta Api Kereta Perkeretaapian Auditor Auditor

ang ang PM 31/2011 PM 31/2011 Perkeretaapian PM 18/2011 PM 18/2011 Standar Dan Tata Cara Cara Tata Dan Standar Pemeriksaan Prasarana Prasarana Pemeriksaan Persyaratan Teknis Teknis Persyaratan Kereta Kereta Perkeretaapian Standar Spesifikasi Spesifikasi Standar Teknis Penomoran Penomoran Teknis PM 10/2011 PM 10/2011 tent Peralatan Persinya Peralatan engan engan tentang tentang

PM 45/2010 tentang tentang 45/2010 PM

Gambar Gambar Sarana Perkeretaapian Sarana -

Sarana Sarana PM 28/2012 PM 28/2012

KA

Orang d Orang Api Monorel Monorel Api Penetapan Tarif Angkutan Angkutan Tarif Penetapan Pedoman Perhitungan d Perhitungan Pedoman Standar Spesifikasi Spesifikasi Standar

tentang tentang Sertifikat Sertifikat PM 37/2014 PM Teknis tentang tentang Tata Cara Cara Tata an tentang tentang

Perkeretaapian

n PM 19/2011 PM 19/2011 PM 92/2010 92/2010 PM Perlintasan Perlintasan Perkeretaapian rkeretaapian tentang Tenaga Tenaga tentang Angkutan Perintis Perkeretaapian Perintis Angkutan tentang tentang Pemeriksa Sarana Sarana Pemeriksa Tata Tata Kecakapan Penjaga Penjaga Kecakapan tentang tentang Kereta Api Kereta Pe Perkeretaapian

Angkutan Kewajiban Pelayanan Publik dan dan Publik Pelayanan Kewajiban Angkutan Lintas Lintas PM 56/2013 tentang Komponen Biaya yang yang Biaya Komponen tentang 56/2013 PM PM 32/2011 PM 32/2011 Perawatan Prasarana Prasarana Perawatan PM 11/2011 PM 11/2011 latan Telekomunikasi Telekomunikasi latan Standar dan dan Standar

dapat Diperhitungkan dalam Penyelenggaraan Penyelenggaraan dalam Diperhitungkan dapat PP 56/2009 an Persyaratan Teknis Pera Teknis Persyaratan

engan tentang tentang Penyelenggaraan Penyelenggaraan

Pemeriksa Pemeriksa PM 28/2012 PM 28/2012

tentang tentang Orang d Orang Penetapan Tarif Angkutan Angkutan Tarif Penetapan Pedoman Perhitungan d Perhitungan Pedoman Prasarana Prasarana a Penetapan Jaringan Jaringan Penetapan a didikan dan dan didikan tentang tentang tentang Perkeretaapian Pelayanan d Pelayanan Perkeretaapian - PM 9/2014 PM 9/2014 - Car Tenaga Tenaga Pelayanan Perkeretaapia Pelayanan

PM 93/2010 tentang tentang 93/2010 PM Kereta Api Kereta

Instalasi Listrik Listrik Instalasi tentang tentang Perkeretaapian Jenis, Kelas dan dan Kelas Jenis, Umum PM 20/2011

Persyaratan Teknis Teknis Persyaratan Kegiatan di Stasiun Stasiun di Kegiatan Lembaga Pen Lembaga PM 33/2011 PM 33/2011 PM 12/2011 PM 62/2013 tentang tentang 62/2013 PM KA Penggunaan Prasarana Prasarana Penggunaan Akreditasi Badan Hukum Atau Atau Hukum Badan Akreditasi Pelatihan SDM SDM Pelatihan Pedoman Perhitungan Biaya Perhitungan Pedoman Perkeretaapian Milik Negara Milik Perkeretaapian

/2010 tentang tentang /2010 retaapian retaapian an PM 94/2010 94/2010 PM Dengan Dengan araan Sarana Perke Sarana araan - dan KA 38 PM 31/2012 PM 31/2012 Perizinan Penyeleng Perizinan Perkeretaapian g tentang Tenaga Tenaga tentang Perawatan Sarana Sarana Perawatan Standar, Standar, Tata Cara Cara Tata KA PM PM Pedoman Penetapan Penetapan Pedoman Tarif Angkutan Orang Orang Angkutan Tarif

Kereta Api Kereta

tentang tentang

KA tentang tentang

tentang tentang Kelaikan Kereta Kereta Kelaikan tentang tentang Umum engan engan /2010 /2010 40 Prasarana Prasarana Sertifikat Kecakapan Kecakapan Sertifikat PM 21/2011 PM 21/2011 engan Penggerak Sendiri Penggerak engan Lokomotif Tata Cara Pengujian d Pengujian Cara Tata Kelas Ekonomi Kelas Tarif Angkutan Angkutan Tarif Perkeretaapian Tarif Angkutan Orang dan dan Orang Angkutan Tarif Sertifikasi Sertifikasi PM PM d Barang Dengan Dengan Barang izinan Penyelenggaraan Penyelenggaraan izinan Orang d Orang Pengendali Perjalanan Perjalanan Pengendali Perhitungan dan Penetapan Penetapan dan Perhitungan PM 66/2013 tentang Per tentang 66/2013 PM Tenaga Perawatan Perawatan Tenaga Prasarana Perkeretaapian Perkeretaapian Prasarana tentang Standar Standar tentang PM 5/2014 PM 5/2014 PM 13/2011 PM 13/2011 Pengatur Perjalanan Perjalanan Pengatur Spesifikasi Teknis Teknis Spesifikasi PM 95/2010 tentang tentang 95/2010 PM PM 34/2011 PM 34/2011

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-20 19 75

Tabel 3.3Kerangka Kebutuhan Penguatan Regulasi Perkeretaapian FUNGSI MANDAT UU 23/2007 KEBUTUHAN PENGUATAN REGULASI REGULASI Fungsi Perubahan dari monopoli  Pembentukan Badan Usaha Penyelenggara perubahan kepada multi operator Prasarana Milik Pemerintah  Pedoman Kerjasama, Penentuan Biaya, dan Pola Operasi dalam skema Multioperator Perubahan dari  Road Map Penguasaan Teknologi ketergantungan kepada Perkeretaapian Nasional kemandirian dalam investasi  Kebijakan Pemberdayaan Industri dan teknologi Perkeretaapian Nasional Fungsi Standarisasi teknis sarana  Akreditasi Badan Hukum atau Lembaga stabilisasi dan prasarana, serta Pengujian Sarana dan Prasarana Perkeretaapian kompetensi SDM  Standar dan spesifikasi teknis dan sertifikasi perkeretaapian sarana prasarana, dan sertifikasi kompetensi/kecakapan SDM untuk tknologi eksisting maupun penerapan teknologi baru (monorel, MRT, Trem, Kereta Gantung, HST)  Standar Kompetensi Penguji SDM Perkeretaapian Standarisasi sistem dan  Pedoman penyelenggaraan perkeretaapian prosedur penyelenggaraan Provinsi, Kabupaten, dan Kota (pembangunan/pengadaan,  Peraturan Pengusahaan Aset Non-Operasional pengoperasian, perawatan, Perkeretaapian pengusahaan) Fungsi Fasilitasi peran swasta dan  Mekanisme pemberian bantuan dari fasilitasi pemda Pemerintah Pusat bagi Daerah dalam pembangunan dan pengoperasian kereta api di Daerah  Bentuk dan besaran penjaminan pemerintah dalam Proyek KPS perkeretaapian  Kebijakan fasilitasi dalam pengadaan sarana dan prasarana perkeretaapian Fasilitasi kepada setiap  Standar dan spesifikasi teknik fasilitas bagi lapisan masyarakat (secara pengguna kereta api berkebutuhan khusus fisik, ekonomi, dan sosial)  Pengadaan sarana kereta api kelas ekonomi oleh Pemerintah  Penyelenggaraan Layanan Kereta Api Perintis dan PSO/bersubsidi

Kerangka regulasi bidang perkeretaapian disusun dengan mengacu pada kebijakan nasional diantaranya adalah: 1. Penguatan fungsi dan kewenangan kelembagaan sebagai landasan hukum bagi pemerintah dan badan usaha lainnya dalam mendorong penyelenggaraan sarana dan prasarana kereta api di wilayah Jabodetabek khususnya melalui Revisi Perpres No 83 Tahun 2011 Tentang Penugasan Kepada PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk menyelenggarakan Prasarana dan Sarana Kereta Api Bandar Udara Soekarno-Hatta dan Jalur Lingkar Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi. PT KAI memiliki dana yang terbatas sementara dana pemerintah tidak dapat membantu karena bertentangan dengan Perpres ini. Kerangka regulasi tersebut disusun dengan

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 76

mempertimbangkan aspek nilai manfaat dalam kebijakan penyelenggaraan prasarana dan sarana kereta api Bandar Udara Soekarno-Hatta dan Jalur Lingkat Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi yang akan dibangun kemudian. 2. Lebih lanjut didalam Rencana Strategis Kementerian Perhubungan Tahun 2015-2019 didalam skema landasan hukum bagi pemerintah dan badan usaha lainnya dalam mendorong penyelenggaraan sarana dan prasarana kereta api melalui revisi PP 56 tahun 2009 Tentang penyelenggaraan perkeretaapian. Hal ini ditindaklanjuti pula didalam amanat pembentukan Peraturan Menteri terkait dengan Penyelenggaraan Perkeretaapian seperti yang diamanatkan didalam PP No. 56 Tahun 2009. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4Matriks Kerangka Regulasi Bidang Perkeretaapian Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi No Regulasi Eksisitng, Kajian dan Penelitian A Pasal dalam PP No. 56 Tahun 2009 Tentang Peraturan Menteri Penyelenggaraan Perkeretaapian yang mengamanatkan dibentuknya Peraturan Menteri 1 Pasal 34 Ayat (3),Mengenai Standar spesifikasi Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan TeknisPembangunan/Pengadaan, Pengoperasian dan Perawatan Prasarana dan sarana masing - masing jenis Kereta Api 2 Pasal 36,Mengenai Tata Cara Penyusunan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Penyusunan Rencana Induk Perkeretaapian 3 Pasal 56,Mengenai Ruang Manfaat Jalur Kereta Api Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan 4 Pasal 60, Mengenai Ruang Milik Jalur Kereta Api Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan 5 Pasal 64, Mengenai Ruang Pengawasan Jalur Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Kereta Api 6 Pasal 73,Mengenai Tata Cara Penentuan Kelas Jalur Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Kereta Api, Jaringan Jalur kereta Api umum dan Kereta Api Khusus 7 Pasal 48,Mengenai Spesifikasi Teknis dan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Persyaratan Persambungan, Perpotongan dan/atau Persinggungan 8 Pasal 101,Mengenai Jenis, Kegiatan dan Kelas Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Stasiun Kereta Api 9 Pasal 116,Mengenai Tata Cara Penetapan Trase Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Jalur Kereta Api 10 Pasal 140,Mengenai Persyaratan Komponen, Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Persyaratan Teknis dan Kelaikan Operasi Prasarana Perkeretaapian 11 Pasal 162,Mengenai Tata Cara Permohonan dan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Pemberian Akreditasi Badan Hukum dan Lembaga Pengujian 12 Pasal 170,Mengenai Tata Cara Pemeriksaan dan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Pengawasan 13 Pasal 214,Mengenai Penyelenggaraan Pengujian, Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Tata Cara Permohonan dan Pemberian Akreditasi Badan Hukum/Lembaga Pengujian, Tempat Pengujian Sarana Perkeretaapian Serta Tata Cara Pengujian 14 Pasal 220,Mengenai Tata Cara Penerbitan Sertifikat Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Uji Pertama, Sertifikat Uji Berkala, Tanda Lulus Uji, Masa Berlaku Sertifikat Uji dan Tata Cara Verifikasi Sertifikat Sarana Perkeretaapian yang Sikeluarkan Badan Hukum/Lembaga 15 Pasal 228,Mengenai Jenis Peralatan, Standar, Tata Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 77

Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi No Regulasi Eksisitng, Kajian dan Penelitian Cara Pengujian/Pemeriksaan dan Tempat Pengujian Untuk setiap Jenis Sarana Perkeretaapian 16 Pasal 236,Mengenai jenis Peralatan, Standar, Tata Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Cara Perawatan dan Tempat Perawatan dari Setiap Jenis Sarana Perkeretaapian 17 Pasal 245,Mengenai Proses dan Tata Cara Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Pelaksanaan Rencana Bangun dan Rekayasa Sarana Perkeretaapian 18 Pasal 248 ayat (3),Mengenai Inspektur dan Auditor Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan 19 Pasal 283 ayat (2),Mengenai Tata Cara Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Permohonan Akreditasi 20 Pasal 289,Mengenai Akreditasi Badan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Hukum/Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, Tata Cara Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan serta Sertifikasi Petugas Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian 21 Pasal 302,Mengenai Akreditasi Badan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan hukum/Lembaga Pendidikan dan Pelatihan, Tata cara penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan serta Sertifikat Awak Sarana Perkeretaapian 22 Pasal 304 ayat (3),mengenai Penyelenggaraan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Pendidikan dan Pelatihan serta Pemberian Tanda Lulus Pendidikan dan Pelatihan Untuk Petugas Lain yang Ditugaskan Bekerja Dalam Kereta Api 23 Pasal 368, Mengenai Persyaratan Teknis dan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Standar Keselamatan Pengoperasian Perkeretaapian Khusus 24 Pasal 367, Mengenai Tata Cara Pemberian Izin Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Operasi Perkeretaapian Khusus dan Kerjasama Pengoperasian Perkeretaapian Khusus 25 Pasal 392, mengenai Tata Cara Pembinaan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Perkeretaapian B Pasal dalam PP No 72 Tahun 2009 Tentang Lalu Penyusunan Peraturan Menteri Lintas dan Angkutan Kereta Api yang mengamanatkan dibentuknya Peraturan Menteri 1 Pasal 20, Mengenai Prinsip Lalu Lintas Kereta Api Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan 2 Pasal 23, Mengenai Kecepatan dan Frekuensi Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Kereta Api 3 Pasal 29,Mengenai Tata Cara dan Standar Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Pembuatan Gapeka 4 Pasal 39,Mengenai Pengaturan Perjalanan Kereta Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Api 5 Pasal 47,Mengenai Tata Cara Persiapan Perjalanan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Kereta Api 6 Pasal 50,Mengenai Tata Cara Penempatan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Lokomotif Dalam Rangakaian Kereta Api 7 Pasal 52,Mengenai Tata Cara Pemeriksaan Jalur Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Kereta Api 8 Pasal 57,Mengenai Tata Cara Hubungan Blok Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan 9 Pasal 68,mengenai Tata Cara Pemberangkatan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Kereta Api 10 Pasal 74,Mengenai Tata Cara Kereta Api Dalam Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Perjalanan dan Perjalanan Kereta Api di Jalur Bergigi 11 Pasal 77,mengenai Tata Cara Kereta Api Memasuki Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Stasiun 12 Pasal 79,Mengenai Tata Cara Penerimaan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Kedatangan Kereta Api Berhenti 13 Pasal 82,Mengenai Tata Cara Kereta Api Berhenti Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan dan Berjalan Langsung di Stasiun 14 Pasal 84,Mengenai Tata Cara Kereta Api Berhenti Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan dii Stasiun akhir 15 Pasal 88,Mengenai Tata Cara Persilangan dan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Penyusulan serta Penutupan dan Pembukaan

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 78

Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi No Regulasi Eksisitng, Kajian dan Penelitian Stasiun Operasi 16 Pasal 91Mengenai Tata Cara Kereta Api Berhenti Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Luar Biasa 17 Pasal 96,Mengenai Tata Cara Pembatalan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Perjalanan Kereta Api 18 Pasal 105,Mengenai Tata Cara Penanganan Bagian Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Kereta Api yang terputus 19 Pasal 107,Mengenai Tata Cara Penanganan Rinting Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Jalan 20 Pasal 109,Mengenai Tata Cara langsiran Jalan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan 21 Pasal 119,mengenai Tata Cara Pengaturan Awak Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Sarana Perkeretaapian 22 Pasal 132, Mengenai Tata Cara Angkutan Orang Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan 23 Pasal 135, Mengenai Standar Pelayanan Minimum Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan angkutan Orang 24 Pasal 145, Mengenai Tata Cara Pemuatan, Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Penyusunan, Pengangkutan dan Pembongkaran Barang 25 Pasal 160, Mengenai Biaya Penggunaan Prasarana Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan 26 Pasal 163, Mengenai Tata Cara Pemberian Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan Persetujuan Pengintegrasian Pelayanan Angkutan Perkeretaapian Khusus 27 Pasal 167, Mengenai tata cara pelaporan dan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan penanganan sanksi administratif pelanggaran angkutan kereta api 28 Pasal 173, Mengeenai tata cara pemberian Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan santunan, pengobatan dan besarnya ganti kerugian terhadap penumpang dan pihak ketiga 29 Pasal 178, Mengenai tanggung jawab terhadap Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan barang yang diangkut 30 Pasal 184, Mengenai lalu lintas dan angkutan Sesuai Amanat dan Kebutuhan dalam Penyediaan kereta api untuk kereta api kecepatan tinggi, monorel, motor induksi linier, gerak udara, levitas magnetis, term dan kereta gantung sesuai dengan karakteristik

3.5 KERANGKA KELEMBAGAAN PERKERETAAPIAN

3.5.1 STRUKTUR KELEMBAGAAN EKSISTING

Pada Gambar 3.3 disampaikan struktur kelembagaan eksisting dalam penyelenggaraan perkeretaapian nasional, yang menjelaskan hubungan antara pemerintah selaku regulator dan pembina, dengan operator, dan juga Pemda serta stakeholders terkait lainnya. Pada dasarnya struktur umum penyelenggaraan perkeretaapian nasional sudah mengikuti pola yang diamanatkan dalam UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 79

Dalam UU No. 23 Tahun 2007 disebutkan bahwa terdapat 3 kelompok stakeholders utama dalam penyelenggaraan layanan kereta api9, yakni: 1) Pengguna jasa setiap orang dan/atau badan hukum yang menggunakan jasa angkutan kereta api, baik untuk angkutan orang maupun barang (pasal 1 butir 12 UU 23/2007); 2) Badan Usaha Penyelenggara: baik yang berlaku sebagai penyelenggara prasarana perkeretaapian dan/atau penyelenggara sarana perkeretaapian (pasal 1 butir 10, 16, 17 UU 23/2007); 3) Pembina Penyelenggaraan Perkeretaapian: yakni pemerintah (Pusat, Provinsi, dan Kab/Kota) yang bertugas melakukan pengaturan, pengendalian, dan pengawasan penyelenggaraan perkeretaapian (pasal 13, 14 UU 23/2007).

Dalam UU No. 23 Tahun 2007 kewenangan pembinaan oleh Pemerintah sebagian dapat didelegasikan kepada Lembaga/Badan Hukum khususnya yang berkenaan dengan: (1) pengujian/sertifikasi prasarana (pasal 68 (2) UU 23/2007), (2) pendidikan dan pelatihan serta sertifikasi SDM perkeretaapian (operator dan penguji) (pasal 74 (4), 80 (3, 4), 104 (4), 116 UU 23/2007), (3) pengujian/sertifikasi sarana (pasal 98 (2) UU 23/2007).

9Dalam UU 23/2007 terdapat pula kegiatan rancang bangun yang dapat dilakukan baik oleh Pemerintah, Pemda, Badan Usaha, Lembaga Penelitian, maupun Perguruan Tinggi, namun kegiatan tidak terkait langsung dengan penyelenggaraan transportasi kereta api.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 80

Audit dan dan Audit Akreditasi Akreditasi Penegakan Penegakan Analisis dan Analisis Hukum

Perkeretaapian Subbagian Tata Usaha Tata Subbagian Sumber Daya Manusia Daya Sumber Direktorat Keselamatan Keselamatan Direktorat Subdirektorat Subdirektorat Penanganan Kecelakaan Penanganan Subdirektorat Subdirektorat Subdirektorat Subdirektorat Peningkatan Keselamatan Peningkatan Subdirektorat Subdirektorat Kelembagaan dan Sertifikasi dan Kelembagaan

I

Pemerintah Kab/Kota Pemerintah

gujian dan dan gujian Pengelolaan Pengelolaan Pemerintah Daerah Pemerintah Pengujian dan dan Pengujian Pen Sarana Sarana

Subdirektorat Subdirektorat Perkeretaapian

Direktorat Sarana Sarana Direktorat Sarana Milik Negara Milik Sarana Subbagian Tata Usaha Tata Subbagian Pengembangan Sarana Sarana Pengembangan Pemerintah Provinsi Pemerintah Daerah (Dinas Perhubungan Prov, Kab/Kota) Prov, Perhubungan (Dinas Daerah Subdirektorat Subdirektorat Subdirektorat Pengawasan Pengawasan Subdirektorat Sertifikasi Sarana Wilayah I Wilayah Sarana Sertifikasi SKPD Pembina Penyelengaraan Perkeretaapian Perkeretaapian Penyelengaraan Pembina SKPD Sertifikasi Sarana Wilayah I Wilayah Sarana Sertifikasi Subdirektorat Subdirektorat Subdirektorat

Perkeretaapian

Data terkini BadanData Usahaterkini

Penyelenggara

h Pusat h Perhubungan Indonesia

Fasilitas Operasi Fasilitas

Kereta Api Kereta Api Kereta Api Kereta Perkeretaapian Pemerinta Direktorat Prasarana Prasarana Direktorat Subbagian Tata Usaha Tata Subbagian Subdirektorat Jalur dan dan Jalur Subdirektorat dan Jalur Subdirektorat Kementerian Kementerian Sertifikasi Sertifikasi Subdirektorat Pengujian dan dan Pengujian Subdirektorat dan Pengujian Subdirektorat

Sertifikasi Jalur danBangunan danBangunan Jalur Sertifikasi Subdirektorat Fasilitas Operasi Operasi Fasilitas Subdirektorat Bangunan Kereta Api Wilayah I Wilayah Api Kereta Bangunan Bangunan Kereta Api Wilayah II Wilayah Api Kereta Bangunan Direktorat Jenderal Perkeretaapian Jenderal Direktorat Pembina Penyelenggaraan Perkeretaapian Penyelenggaraan Pembina

Struktur Kelembagaan Penyelenggaraan Perkeretaapian Penyelenggaraan Kelembagaan Struktur 3

.

PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Indonesia Api Kereta PT. (KCJ) Jabodetabek Commuter PT KAI PT. Raillink Jakarta Transit Rapid PT. Mass Monorail PT. Jakarta Ltd Pte Rail Kalimantan Kencana Kutai Trans PT.

3 Badan Usaha Penyelenggara Prasarana dan/atau Sarana dan/atau Prasarana Penyelenggara Usaha Badan

      

Gambar Gambar

Angkutan Kereta Api Kereta Angkutan Subbagian Tata Usaha Tata Subbagian Sub Direktorat Jaringan Direktorat Sub Sub Direktorat Investasi Direktorat Sub Direktorat Lalulintas dan Lalulintas Direktorat Sub Direktorat Angkutan Direktorat Sub Sub Direktorat Lalu Lintas Lalu Direktorat Sub

Lembaga/Badan Usaha Diklat, Pengujian, Sertifikasi Pengujian, Diklat, Usaha Lembaga/Badan dan Umum dan Bagian Hukum Bagian Bagian Keuangan Bagian Penyelenggara Pengujian/Sertifikasi Prasarana Pengujian/Sertifikasi Penyelenggara Sarana Pengujian/Sertifikasi Penyelenggara APKA, STIKA) SDM (contoh: Diklat/Sertifikasi Penyelenggara Bagian Perencanaan Bagian Bagian Kepegawaian Kepegawaian Bagian Sekretariat Direktorat Direktorat Sekretariat Jenderal Perkeretaapian Jenderal

Kemenhub sesuai KM 60/2010 KM Kemenhubsesuai    SOTK

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 81

3.5.2 KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN

Terdapat 2 kebutuhan pokok dalam pengembangan kelembagaan perkeretaapian dalam 5 tahun ke depan, yakni: pengembangan kelembagaan pengusahaan penyelenggaraan prasarana pekeretaapian dalam pelaksanaan multioperator di bidang perkeretaapian serta pengembangan UPT Ditjen Perkeretaapian dalam rangka pelaksanaan fungsi regulator di lapangan.

3.5.2.1 PEMBENTUKAN BADAN USAHA PENYELENGGARA PRASARANA PERKERETAAPIAN MILIK PEMERINTAH Sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian bahwa penyelenggaraan sarana dan prasarana perkeretaapian eksisting harus disesuaikan dengan ketentuan dalam undang-undang tersebut. Ini membawa konsekuensi bahwa perlunya pembentukan Badan Usaha Penyelenggara (BUP) sarana dan BUP prasarana. Transformasi ini diperlukan juga agar mekanisme pemberian IMO (Infrastructure Maintenance and Operation) kepada BUP prasarana perkeretaapian milik pemerintah dari pemerintah, serta pembayaran TAC (Track Access Charge) dari BUP sarana ke BUP prasarana dapat dihitung dan dilaksanakan sesuai ketentuan dan kaidah pengelolaan yang baik.

Pembentukan BUP penyelenggara prasarana ini cukup strategis, karena selain mendorong adanya peningkatan kualitas pemeliharaan dan pengoperasian prasarana perkeretaapian, juga akan membuka keran bagi terselenggaranya multi operator dalam penyelenggaraan sarana perkeretaapian eksisting. Diharapkan akan muncul BUP sarana yang baru, sehingga akan tercipta persaingan dalam layanan yang lebih sehat dan terdapat potensi untuk peningkatan utilisasi dari aset prasarana eksisting.

3.5.2.2 PEMBENTUKAN UPT (BALAI) DITJEN PERKERETAAPIAN Seiring dengan perluasan penyediaan jaringan prasarana dan pelayanan perkeretaapian di berbagai wilayah di Indonesia, maka tugas teknis dalam pelaksanaan fungsi regulator maupun pembangunan perkeretaapian yang akan dilakukan oleh Ditjen Perkeretaapian akan menjadi lebih luas dan kompleks. Oleh karenanya berbagai tugas tersebut tidak memungkinkan untuk dilakukan oleh kelembagaan eksisting di terkonsentrasi di Pusat. Oleh karenanya perlu dibentuk beberapa UPT di daerah untuk membantu pelaksanaan tugas teknis di lapangan.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 82

Gambaran umum mengenai kelembagaan UPT Balai tersebut disampaikan pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4Bentuk Generik Kelembagaan UPT Balai Ditjen Perkeretaapian

Berbagai fungsi yang nantinya dapat dijalankan oleh UPT diantaranya terkait dengan pelaksanaan pengujian serta sertifikasi prasarana dan sarana, serta pengujian/sertifikasi SDM, penyediaan fasilitas/peralatan serta logistik, pelaksanaan pembangunan, serta pengendalian dan pengawasan pengoperasian kereta api di lapangan.

UPT ini akan dikembangkan berbasis wilayah (Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi) untuk memudahkan rentang kendali serta koordinasi dan operasional dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi yang akan diserahkan.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 83

BAB 4 TARGET KINERJA DAN KERANGKA PENDANAAN

4.1 TARGET KINERJA DITJEN PERKERETAAPIAN 2015-2019

4.1.1 TARGET KINERJA PROGRAM (OUTCOME)

Target pencapaian sasaran outcome program pengelolaan dan pembangunan bidang perkeretaapian ini mencakup indikator-indikator pokok yang merepresentasikan keberhasilan pencapaian fungsi pokok atau tujuan penyelenggaraan perkeretaapian dalam UU 23 Tahun 2007 yang disesuaikan dengan prioritas pembangunan nasional dalam RPJMN 2015-2019, yakni: keselamatan dan keamanan, pelayanan dan kapasitas transportasi.

Tabel 4.1 menyampaikan daftar target pencapaian outcome program penyelenggaraan perkeretaapian.Outcome program ini merupakan daftar kinerja pokok yang akan dirasakan manfaatnya langsung oleh masyarakat dan sekaligus dapat mencerminkan keberhasilan dari berbagai aktivitas yang dilakukan oleh setiap unit kerja yang ada di lingkungan Ditjen Perkeretaapian.

Tabel 4.1Target Kinerja Program (Outcome) Ditjen Perkeretaapian 2015-2019 ASPEK INDIKATOR BASELINE TH 2014 TARGET TH 2019 Keselamatan Ratio kejadian kecelakaan 0.65 ratio kejadian / 1 0.55 ratio kejadian / 1 dan transportasi perkeretaapian juta Km juta Km Keamanan Jumlah pedoman standar 1 dokumen 2 dokumen keselamatan transportasi perkeretaapian Tingkat Ketersediaan fasilitas 29 unit 124 unit dan peralatan peningkatan keselamatan & SDM perkeretaapian Tingkat Ketersediaan ATP 0 unit 17 unit Jumlah 4 lokasi 218 lokasi Pengamanan/Penanganan Perlintasan Sebidang Jumlah Sertifikasi SDM Teknis 1290 sertifikat 10384 sertifikat Perkeretaapian Jumlah gangguan keamanan n/a kejadian/tahun 211 kejadian/tahun pada pelayanan jasa transportasi perkeretaapian (pelemparan batu) Pelayanan Jumlah pedoman standar 2 dokumen 4 dokumen pelayanan sarana dan prasarana transportasi perkeretaapian (penyempurnaan/revisi)

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 84

ASPEK INDIKATOR BASELINE TH 2014 TARGET TH 2019 Jumlah penyederhanaan n/a % 100 % perijinan sektor perkeretaapian Jumlah emisi gas rumah kaca 0.042 juta ton CO2e 1.127 juta ton CO2e dari sektor transportasi perkeretaapian yang dapat diturunkan Pelaksanaan perawatan dan n/a 1 pengoperasioan prasarana perkeretaapian milik negara (IMO) Jumlah penumpang KA PSO 249.197.098 501.224.374 Jumlah prasarana yang telah 1 lokasi 5 lokasi menerapkan konsep ramah lingkungan Kapasitas Terbangunnya jalur kereta api 5.434 Km’sp 8.692 Km’sp Transportasi Jumlah sarana kereta api 42 unit 204 unit Terselenggaranya proses n/a 6 proyek kerjasama pemerintah swasta dalam penyediaan infrastruktur transportasi perkeretaapian Jumlah lintasan/rute angkutan 1 trayek/lintas/rute 8 trayek/lintas./ perintis kereta api Jumlah lintasan/rute angkutan n/a 2 trayek/lintas/rute perintis kereta api menjadi komersial Jumlah wilayah perkotaan yang 5 lokasi 13 lokasi menerapkan sistem angkutan massal berbasis kereta api

4.1.2 TARGET PENCAPAIAN SASARAN Tabel 4.2menyampaikan daftar indikator kinerja sebagai representasi/ukuran pencapaian sasaran strategis/sasaran program dari Ditjen Perkeretaapian, berikut dengan target capaian kinerja pada Tahun 2019. Sasaran strategis/sasaran program yang dimaksud adalah ukuran tujuan sebagaimana telah dijelaskan pada Sub Bab 2.4 dengan konsep BSC (Balanced Scorecard) yang mencakup sasaran dan kinerja untuk seluruh elemen dalam penyelenggaraan perkeretaapian. Pemanfaatan keseluruhan indikator kinerja dalam Tabel 4.2 akan dapat menerangkan hubungan (causal relationship) antara satu indikator/sasaran dengan yang lainnya. Sebagai ilustrasi pencapaian target penurunan tingkat kecelakaan dan peningkatan keandalan pengoperasian kereta (pada costumer perspectives) akan sangat ditentukan oleh keberhasilan pencapaian target pemanfaatan teknologi, penyediaan sarana dan prasarana, serta pemenuhan standart teknis sarana dan prasarana (pada internal bussines process). Dan seluruh capaian tersebut sangat tergantung ketersediaan dan kualitas regulasi yang dihasilkan, kapabilitas kelembagaan yang dikembangkan, kualitas dan kuantitas SDM, serta kinerja birokrasi yan baik (pada learning and growth perspectives).

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 85

Selain itu, target sasaran outcome program sebagaimana disampaikan pada Tabel 4.1 juga sangat tergantung dari bagaimana pencapaian target pada indikator lainnya di dalam konsep BSC Ditjen Perkeretaapian.

Dalam dokumen perencanaan maupun laporan kinerja sebaiknya seluruh indikator tersebut, baik indikator pencapaian outcome maupun indikator pencapaian sasaran sebaiknya dilaporkan. Indikator sasaran akan dapat menjelaskan keberhasilan atau kegagalan dalam mewujudkan sasaran outcome program, sehingga diperlukan sebagai back-up dalam pelaporan kinerja.

Selanjutnya setiap Unit Kerja di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian diharapkan untuk melakukan pengembangan metoda serta sistem pengumpulan dan pelaporan data kinerja sesuai bidang tugas dan fungsinya masing-masing.

Tabel 4.2Target Kinerja Pencapaian Sasaran Program Ditjen Perkeretaapian Tahun 2015-2019

SASARAN INDIKATOR BASELINE TH 2014 TARGET TH 2019 Menurunnya Ratio kejadian kecelakaan 0.65 ratio kejadian / 0.55 ratio kejadian / 1 angka kecelakaan transportasi perkeretaapian 1 juta Km juta Km transportasi Jumlah pedoman standar 1 dokumen 2 dokumen perkeretaapian keselamatan transportasi perkeretaapian Tingkat Ketersediaan fasilitas 29 unit 124 unit dan peralatan peningkatan keselamatan & SDM perkeretaapian Tingkat Ketersediaan ATP 0 unit 17 unit Jumlah 4 lokasi 218 lokasi Pengamanan/Penanganan Perlintasan Sebidang Jumlah Sertifikasi SDM Teknis 1290 sertifikat 10384 sertifikat Perkeretaapian Menurunnya Jumlah gangguan keamanan n/a kejadian/tahun 211 kejadian/tahun Jumlah Gangguan pada pelayanan jasa Keamanan dalam transportasi perkeretaapian Penyelenggaraan (pelemparan batu) Transportasi perkeretaapian Meningkatnya Jumlah pedoman standar 2 dokumen 4 dokumen kinerja pelayanan pelayanan sarana dan sarana dan prasarana transportasi prasarana perkeretaapian transportasi (penyempurnaan/revisi) perkeretaapian Pelaksanaan perawatan dan n/a Tahun 5 Tahun pengoperasioan prasarana perkeretaapian milik negara (IMO)

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 86

SASARAN INDIKATOR BASELINE TH 2014 TARGET TH 2019 Jumlah penumpang KA PSO 249.197.098 501.224.374 Meningkatnya Jumlah penyederhanaan n/a % 100 % kinerja Ditjen perijinan sektor Perkeretaapian perkeretaapian dalam mewujudkan good governance Menurunnya Jumlah emisi gas rumah kaca 0.042 juta ton CO2e 1.127 juta ton CO2e emisi gas rumah dari sektor transportasi kaca (RAN-GRK) perkeretaapian yang dapat dan diturunkan meningkatnya Jumlah prasarana yang telah 1 lokasi 5 lokasi penerapan menerapkan konsep ramah teknologi ramah lingkungan lingkungan pada sektor tansportasi perkeretaapian Mewujudkan Terbangunnya jalur kereta 5.434 Km’sp 8.692 Km’sp peningkatan api sebesar 3.258 km’sp, Kapasitas, meliputi: Aksesbilitas dan  Pembangunan jalur KA Keterpaduan Baru: 2.058 km’sp dalam  Reaktivasi/pembangunan penyediaan jalur ganda: 1.200 km’sp Sarana dan Jumlah sarana kereta api 42 unit 204 unit Prasarana Terselenggaranya proses n/a 6 proyek perkeretaapian kerjasama pemerintah swasta nasional dalam penyediaan infrastruktur transportasi perkeretaapian Mewujudkan Jumlah lintasan/rute 1 trayek/lintas/rute 8 trayek/lintas./ peningkatan angkutan perintis kereta api Aksesbilitas Jumlah lintasan/rute n/a 2 trayek/lintas/rute Publik terhadap angkutan perintis kereta api layanan menjadi komersial transportasi kereta api Meningkatkan Jumlah wilayah perkotaan 5 lokasi 13 lokasi peran kereta api yang menerapkan sistem dalam angkutan massal berbasis penyediaan kereta api Angkutan Massal Perkotaan berbasis jalan rel

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 87

4.2 KERANGKA PENDANAAN

4.2.1 KEBUTUHAN PENDANAAN PERKERETAAPIAN 2015-2019

Untuk menjalankan seluruh kegiatan dalam rangka mencapai target pembangunan maupun capaian outcome program dan sasaran kinerja diatas, maka perkiraan kebutuhan pendanaan untuk setiap penyelenggaraan perkeretaapian seperti yang disampaikan pada Tabel 4.3. Total kebutuhan pembiayaan untuk Tahun 2015-2019 sekitar Rp 233 Trilyun (swasta maupun pemerintah) dengan tingkat pertumbuhan sekitar 23,9% per tahun.

Tabel 4.3Perkiraan Kebutuhan Pembiayaan Perkeretaapian 2015-2019 (Milyar Rp) ALOKASI (Rp. Milyar) PROGRAM 2015 2016 2017 2018 2019 TOTAL Sarana 442.7 686 725.6 562.4 795.9 3,212.7 Perkeretaapian Lalu Lintas dan 170.5 156.4 164.6 172.4 180.7 844.6 Angkutan Kereta Api Prasarana dan 17,773.6 38,415.4 44,992.1 62,182.3 64,310.4 227,673.8 Fasilitas Pendukung Kereta Api Bidang 167.3 175.8 184.5 192.8 201.5 921.9 Keselamatan Perkeretaapian Dukungan 116.2 125.2 134 143.3 153.4 672.3 Manajemen & Dukungan Teknis lainnya TOTAL 19,849.3 38,352.3 46,561.1 63,481.7 66,086.5 233,325.5 Keterangan: - Kebutuhan biaya sarana belum memasukkan pengadaan sarana yang dilakukan oleh Swasta - Item prasarana (kegiatan prioritas) mencakup penanganan perlintasan sebidang (underpass, fly over, elevated track, elektrifikasi, dlsb) dalam rangka peningkatan keselamatan, kapasitas, dan keandalan.

Jika dilihat komposisi per bidang (untuk grand total), komposisi terbesar adalah untuk pembangunan prasarana perkeretaapian dengan prosentase sekitar 75,58%, kemudian sekitar 15,20% adalah untuk kegiatan prasarana prioritas (diantaranya: elektrifikasi, penanganan perlintasan sebidang, dll). Kegiatan untuk bidang lalu lintas dan angkutan mencapai 5,07% termasuk didalamnya adalah subsidi PSO dan perintis, dan pengadaan sarana sebanyak 3,41% khususnya untuk pengadaan kereta api kelas ekonomi, KRL dan KRD.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 88

Detail seluruh kebutuhan pembiayaan untuk setiap bidang tersebut disampaikan pada Lampiran 1.

4.2.2 PEMBAGIAN PORSI PENDANAAN PERKERETAAPIAN 2015-2019

Skenario pembagian porsi pendanaan untuk penyelenggaraan bidang perkeretaapian pada Tahun 2015-2019 disampaikan pada Gambar 4.1. Dengan asumsinya bahwa APBN perkeretaapian akan mendapatkan alokasi sekitar Rp. 12,5 Trilyun per tahun, maka dana tersebut hanya mencakup 26,6 % dari total seluruh kebutuhan. Selisih pendanaan ini akan ditutupi sekitar Rp. 14 Trilyun (5,9 %) oleh investasi BUMN PT. KAI, selanjutnya sekitar Rp 44,9 Trilyun diharapkan diperoleh dari proyek KPS perkeretaapian.

Gambar 4.1Skenario Pemenuhan Kebutuhan Pendanaan Perkeretaapian 2015-2019

Dengan komposisi pendanaan tersebut, masih tersisa kesenjangan pendanaan sekitar Rp 112,9 Trilyun (48,4%) yang harus dicari dari sumber-sumber pembiayaan yang lainnya. Berbagai skenario yang dapat dimaksimalkan diantaranya adalah melalui peningkatan fiscal-space Pemerintah dari pengalihan subsidi BBM, hibah dan bantuan luar negeri, potensi penghematan dari proyek KPS, serta pengaplikasian skema pembiayaan alternatif (khususnya PBAS). Akan

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 89

sangat baik jika dikembangkan bank infrastruktur sebagaimana dicanangkan oleh Presiden untuk membantu pembiayaan proyek perkeretaapian.

4.3 RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN KERETA API TAHUN 2015-2019

4.3.1 PULAU SUMATERA Pengembangan transportasi perkeretaapian di Pulau Sumatera meliputi :

1. Pembangunan jaringan KA Trans Sumatera (Nangroe Aceh Darussalam – Lampung) yang direncanakan dengan beban gandar 18-22 ton dengan lebar spoor 1067 mm (kecuali jalur KA di Aceh);

2. Pengembangkan jaringan kereta api untuk angkutan barang yang potensial (semen, CPO, karet, kayu, batubara, pulp) untuk mewujudkan transportasi yang efektif dan efisien termasuk berbiaya murah dan hemat energi;

3. Pengembangan jaringan kereta api untuk angkutan penumpang untuk memenuhi potensi pasar di kota-kota besar diantaranya dengan kereta api perkotaan seperti di Medan, Padang dan Palembang;

4. Menghubungkan jaringan KA dengan pelabuhan laut maupun bandara dalam rangka mendukung integrasi antar moda;

5. Peningkatan tingkat keselamatan perjalanan kereta api dengan peningkatan keandalan prasarana kereta api diantaranya melalui rehabilitasi jalur/jembatan KA, peningkatan jalur/jembatan KA, modernisasi persinyalan, modernisasi telekomunikasi dan peningkatan fasilitas pintu perlintasan sebidang.

Rencana kegiatan pembangunan perkeretaapian di Pulau Sumatera kurun waktu 2015-2019 difokuskan pada upaya peningkatan, rehabilitasi, pengembangan aksesibilitas dan pembangunan sarana dan prasarana sebagaimana pada gambar berikut.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 90

Gambar 4.2Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Sumatera 2015-2019

4.3.2 PULAU JAWA Pengembangan transportasi perkeretaapian di Pulau Jawa meliputi upaya untuk:

1. Optimalisasi jalur kereta api lintas selatan melalui pembangunan jalur KA untuk meningkatkan kapasitas lintasdan lintas utara jawa melalui pengembangan prasarana KA untuk peningkatan kecepatan menjadi 150 km/jam;

2. Pengembangan jaringan kereta api perkotaan yang akan dikembangkan pada kota Jabodetabek, Bandung, Semarang, Yogyakarta dan Surabaya untuk mendukung pergerakan orang dan barang secara massal, cepat, aman, dan efisien;

3. Menghidupkan kembali lintas KA dan meningkatkan kapasitas jaringan prasarana KA secara bertahap serta modernisasi sistem persinyalan dan telekomunikasi untuk mendukung optimalisasi peran moda KA di Pulau Jawa;

4. Menghubungkan jaringan KA dengan pelabuhan laut maupun bandara dalam rangka mendukung integrasi antar moda;

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 91

5. Peningkatan tingkat keselamatan perjalanan kereta api dengan peningkatan keandalan prasarana kereta api diantaranya melalui rehabilitasi jalur/jembatan KA, peningkatan jalur/jembatan KA, modernisasi persinyalan, modernisasi telekomunikasi dan peningkatan fasilitas pintu perlintasan sebidang;

6. Meningkatkan share pada moda kereta api terutama untuk penumpang kereta api di Pulau Jawa dengan peningkatan pelayanan perjalanan kereta api agar bisa kompetitif dengan moda lainnya;

7. Pembangunan kereta api cepat atau High Speed Rail (HSR) antara Jakarta - Bandung.

Rencana kegiatan pembangunan perkeretaapian di Pulau Jawa kurun waktu 2015-2019 difokuskan pada upaya peningkatan, rehabilitasi, pengembangan aksesibilitas dan pembangunan sarana dan prasarana sebagaimana pada gambar berikut.

Gambar 4.3Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Jawa 2015-2019

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 92

4.3.3 PULAU KALIMANTAN Pengembangan transportasi perkeretaapian di Pulau Kalimantan meliputi upaya pembangunan jaringan kereta api yang memiliki kapasitas tinggi, handal, cepat dan murah dengan titik berat untuk angkutan barang dan tidak menutup kemungkinan untuk angkutan penumpang. Adapun pembangunan jaringan tersebut berupa akses dari sentra produksi (tambang, perkebunan, perhutanan) menuju outlet terdekat (pelabuhan, angkutan sungai).

Rencana kegiatan pembangunan perkeretaapian di Pulau Kalimantan kurun waktu 2015-2019 melalui APBN difokuskan pada pengembangan jaringan untuk memenuhi kebutuhan pergerakan barang dan merangsang pertumbuhan wilayah dengan menghubungkan antar ibukota Provinsi (trans Kalimantan) di Pulau Kalimantan. Adapun pembangunan perkeretaapian di pulau Kalimantan melalui peran Pemerintah Pusat, Daerah, BUMN dan Swasta sebagaimana pada gambar berikut.

Gambar 4.4Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Kalimantan 2015-2019

4.3.4 PULAU SULAWESI Pengembangan transportasi perkeretaapian di Pulau Sulawesi meliputi upaya pembangunan jaringan kereta api yang berkapasitas tinggi, berkecepatan tinggi, berbiaya murah dan hemat energi baik angkutan penumpang dan barang untuk

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 93

memenuhi kebutuhan pergerakan/transportasi dan merangsang pertumbuhan wilayah.

Rencana kegiatan pembangunan perkeretaapian di Pulau Sulawesi kurun waktu 2015-2019 melalui APBN difokuskan pada pengembangan jaringan trans Sulawesi yang menghubungkan Sulawesi bagian utara dan Sulawesi bagian selatan yaitu lintas Manado – Bitung, Makassar – Parepare, Gorontalo – Bitung, Gorontalo – Palu – Mamuju dan Mamuju – Pare-pare serta pengembangan jaringan kereta api pada kawasan perkotaan metropolitan diantaranya Makassar – Maros – Sungguminasa – Takalar dan perkotaan Manado.

Rencana kegiatan pembangunan perkeretaapian di Pulau Sulawesi kurun waktu 2015-2019dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.5Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Sulawesi 2015-2019

4.3.5 PULAU PAPUA Sasaran pengembangan jaringan jalur kereta api di PulauPapua adalah untuk menghubungkan wilayah/kota yangmempunyai potensi angkutan penumpang dan/atauangkutan barang hasil tambang, perkebunan dan pertanian termasuk integrasi antarmoda (bandara/pelabuhan).

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 94

Pada tahun 2015-2019 direncanakan akan dibangun secarabertahap prasarana perkeretaapian meliputi jalur, stasiundan fasilitas operasi kereta api, diantaranya meliputi:

1. Pengembangan jaringan dan layanan kereta api antar kota pada lintas Sorng – Manokwari (tahap 1) di Provinsi Papua Barat dan Jayapura – Sarmi Segmen Jayapura – Bandara Sentani di Provinsi Papua;

2. Pengembangan layanan kereta api perintis.

Gambar 4.6Rencana Kegiatan Pembangunan Perkeretaapian di Pulau Papua 2015-2019

4.4 RENCANA PENGEMBANGAN INTEGRASI ANTARMODA TAHUN 2015-2019

Pada dasarnya transportasi antarmoda/multimoda adalah pembangunan transportasi yang mempertimbangkan jenis dan karakteristik sistem transportasi yang digunakan, dan mempertimbangkan sisi efisiensi, efektivitas dan kemudahan sistem operasinya, sehingga mampu melahirkan sistem transportasi yang berdaya saing tinggi. Upaya keterintegrasian ini diwujudkan melalui antara lain ketersediaan angkutan kereta api di bandar udara dan pelabuhan.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 95

Pada tahun 2015-2019 direncanakan akan dibangun secarabertahap prasarana perkeretaapian yang terintegrasi dengan Pelabuhan dan Bandara sebagai simpul transportasi dengan rincian lokasi sebagaimana pada gambar berikut.

Gambar 4.7Rencana Pengembangan Jalur KA menuju Pelabuhan 2015-2019

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 96

Gambar 4.8Rencana Pengembangan Jalur KA menuju Bandara 2015-2019

4.5 RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN KERETA API OLEH PEMDA/SWASTA/BUMN TAHUN 2015-2019

Sektor swasta (private sector) pasca pemberlakuan UU No, 23 Tahun 2007 diharapkan dapat berperan terhadap pengembangan perkeretaapian nasional melalui era multi operator (open access). Sektor swasta bersama-sama dengan pihak Pemerintah daerah dan BUMN dapat berperan sebagai investor, operator, dan pemilik infrastruktur/sarana yang memiliki pengaruh terhadap sistem manajemen perkeretaapian. Hal-hal yang perlu diperhatikan terhadap era multi operator (open access) antara lain :

1. Tuntutan terhadap keterbukaan operasi sarana dan prasarana KA bagi swasta melalui multi operator, dimana operator tidak lagi diselenggarakan melalui monopoli tetapi melibatkan stakeholder lain sebagai penyelenggara operasi (operator);

2. Derajat kepemilikan pemerintah (state owned) dan swasta (private owned) bergeser dari kepemilikan sarana dan prasarana yang didominasi pemerintah menjadi campuran antara kepemilikan pemerintah dan/atau swasta;

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 97

3. Tuntutan terhadap keterbukaan akses operasi infrastruktur dan pelayanan angkutan melalui skema open access yang berpengaruh terhadap pelaksanaan multioperator dalam pengadaan dan pengoperasian infrastruktur dan pelayanan angkutan;

4. Kompetisi (level of competitiveness) penuh menjadi konsekuensi dari keterbukaan bisnis perkeretaapian kepada sektor swasta (private sector).

Kegiatan pembangunan perkeretaapian yang diminati oleh pihak swasta/Pemda/BUMN dapatmenggunakan skema kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) diantaranya pengembangan KA bandara, angkutan massal perkotaan serta angkutan batubara di Sumatera maupun di Kalimantan.Rencana pembangunan jalur KA oleh swasta/Pemda/BUMN dalam kurun waktu 2015-2019 diantaranya :

1. Pembangunan Jalur Kereta Api Cepat/high speed railway (HSR) antara Jakarta - Bandung

2. Pembangunan Jalur KA Bandara Soekarno Hatta (express line)

3. Pembangunan Jalur KA Khusus antara Puruk Cahu - Mangkatib/Batanjung, Kalteng

4. Pembangunan Jalur KA Khusus antara Muara Wahau – Lubuk Tutung/Muara Bengalon, Kaltim

5. Pembangunan Jalur KA Khusus antara Murung Raya – Kutai Barat – Paser – Penajam Paser Utara – Balikpapan, Kaltim

6. Pembangunan Jalur KA Batubara antara Tj. Enim – Tj. Api-Api, Sumsel

7. Pembangunan Jalur KA Batubara antara Muara Enim – Pulau Baai, Sumsel dan Bengkulu

8. Pembangunan LRT/Monorel/MRT DKI Jakarta

9. Pembangunan LRT/Monorel/MRT Perkotaan Bandung

10. Pembangunan LRT/Monorel/MRT Perkotaan Semarang

11. Pembangunan LRT/Monorel/MRT Perkotaan Yogyakarta

12. Pembangunan LRT/Monorel/MRT Perkotaan Surabaya

13. Pembangunan LRT/Monorel/MRT Perkotaan Denpasar

14. Pembangunan LRT/Monorel/MRT Perkotaan Makassar

15. Pembangunan LRT/Monorel/MRT Perkotaan Batam

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 98

BAB 5 PENUTUP

Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2015- 2019 ini disusun dengan mempertimbangkan berbagai mandat dari dokumen perencanaan terkait dan juga penugasan kepada Ditjen Perkeretaapian sesuai amanat UU No. 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian sebagai pembina penyelenggaraan perkeretaapian nasional.

Dalam 5 tahun ke depan, perkeretaapian nasional akan menghadapi berbagai tantangan, mulai dari kesenjangan ekonomi dan kependudukan, lanjutan proses reformasi birokrasi, keterbatasan pembiayaan yang dimiliki oleh Pemerintah, transformasi teknologi perkeretaapian dan TIK, kelangkaan energi dan penurunan daya dukung lingkungan, hingga persaingan ekonomi global.

Pada satu sisi transportasi kereta api diharapkan dapat menjadi media bagi pemerataan pembangunan dan hasilnya ke semua wilayah Republik Indonesia, di sisi lain transportasi kereta api harus dapat menyediakan pelayanan yang berdaya saing dan handal. Namun demikian, kapasitas sumber daya yang dimiliki (SDM, sarana, prasarana, dan pendanaan) dirasakan sangat terbatas untuk dapat menjalankan berbagai peran strategis perkeretaapian tersebut. Oleh karenanya, dokumen Renstra Ditjen Perkeretaapian 2015-2019 ini perlu ditempatkan sebagai sebuah dokumen perencanaan kinerja sektor perkeretaapian, yang dalam pelaksanaannnya membutukan peran serta dari seluruh stakeholdersterkait.

Berbagai target capaian kinerja maupun rencana investasi yang dimuat di dalam dokumen Renstra Ditjen Perkeretaapian 2015-2019 ini secara umum masih bersifat indikatif, di mana perlu mendapatkan pendetailan lebih lanjut di dalam perencanaan kinerja dan anggaran tahunan. Potensi adanya deviasi terhadap capaian target pendanaan maupu target kinerja masih cukup besar, namun demikan perlu dicatat bahwa pencapaian target tersebut akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian target pembangunan nasional secara keseluruhan, karena ketersediaan jaringan dan kualitas layanan transportasi kereta api akan menjadi tulang punggung perekonomian nasional dalam 5 tahun ke depan, terutama untuk interaksi di dalam pulau.

Berbagai agenda pengembangan yang dicanangkan oleh Presiden khususnya untuk menciptakan sistem angkutan massal terintegrasi baik perkotaan maupuan antar kota, sudah diakomodir di dalam dokumen Renstra ini. Beberapa inisiatif kebijakan untuk peningkatan konektivitas, keselamatan, daya saing, dan juga

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 99

peningkatan kinerja layanan perkeretaapian sudah dijadikan sebagai arah kebijakan utama di dalam pengembangan perkeretaapian pada Renstra 2015- 2019 ini.

Untuk menjalankan semua agenda yang tertera di dalam Renstra Ditjen Perkeretaapian 2015-2019 ini, diperlukan peningkatan kapasitas kelembagaan, sinkronisasi regulasi, dan berbagai upaya lainnya, khususnya untuk dapat menarik investasi di bidang perkeretaapian serta pelaksanaan fungsi regulator di masa datang. Kebutuhan pembiayaan bidang perkeretaapian yang sedemikian besar, tidak akan terpenuhi seluruhnya oleh APBN, sehingga berbagai potensi alternatif pembiayaan perlu diupayakan, khususnya melalui skema KPS.

5.1 ARAHAN DIREKTUR JENDERAL PERKERETAAPIAN

Dokumen Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2015- 2019 ini merupakan acuan bagi pelaksanaan program dan kegiatan seluruh Unit Kerja di Lingkungan Direktorat Jenderal Perkeretaapian untuk Tahun Anggaran 2015 sd 2019. Diharapkan setiap Unit Kerja Eselon II dan Unit Kerja Mardiri di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian dapat menyusun Rencana Strategis masing- masing dengan mengacu pada dokumen ini.

Dalam rangka mengimplementasikan berbagai target dan rencana dalam Renstra Ditjen Perkeretaapian 2015-2019 ini di dalam program dan kegiatan tahunan, maka setiap Unit Kerja diharapkan menyusun Rencana Kerja (Renja) serta RKA (Rencana Kegiatan dan Anggaran) dengan mengacu kepada prioritas program dan kebijakan pada dokumen Renstra ini.

Kinerja setiap pimpinan Unit Kerja di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian untuk Tahun 2015-2019 akan dinilai berdasarkan pencapaian target kegiatan serta pencapaian target kinerja sebagaimana dituangkan dalam dokumen Renstra ini. Setiap pimpinan Unit Kerja diwajibkan untuk mengusulkan dokumen Penetapan Kinerja (PK) di awal tahun anggaran sebagai perwujudan akuntabilitas kinerja dengan memperhatikan susunan target dan capaian kegiatan dan kinerja dalam dokumen Renstra ini.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 100

5.2 MEKANISME EVALUASI RENSTRA

Tidak ada kesempurnaan mutlak dari suatu dokumen, sehingga Renstra Ditjen Perkeretaapian 2015-2019 ini dapat ditinjau ulang selama masa berlakunya jika terdapat perubahan yang mendasar di dalam perkembangan lingkungan strategis dan munculnya isu strategis yang signifikan sedemikian sehingga mengharuskan adanya penyesuaian dalam arah kebijakan maupun rencana program/kegiatan yang harus dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perkeretaapian.

Evaluasi atas pelaksanaan Renstra Ditjen Perkeretaapian 2015-2019 ini setidak- tidaknya dilakukan satu kali dipertengahan masa berlakunya (pertengahan Tahun 2017) untuk mengukur keberhasilan pencapaian target kegiatan dan target kinerja yang ditetapkan, serta menyesuaikan daftar program dan kegiatan yang diperlukan dalam rangka mencapai target secara keseluruhan di akhir masa perencanaan (Tahun 2019).

Adapun evaluasi tahunan terhadap pelaksanaan dari Renstra Ditjen Perkeretaapian 2015-2019 ini dilaporkan melalui LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Ditjen Perkeretaapian yang disampaikan kepada Menteri Perhubungan melalui Sekretariat Jenderal, untuk selanjutnya dievaluasi oleh Inspektorat Jenderal. Laporan Hasil Evaluasi (LHE) atas LAKIP Ditjen Perkeretaapian merupakan bagian dari penilaian prestasi dalam pelaksanaan reformasi birokrasi dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) di Lingkungan Ditjen Perkeretaapian.

RENCANA STRATEGIS KEMENHUB BIDANG PERKERETAAPIAN 2015-2019 101 LAMPIRAN I. INDIKATOR KINERJA UTAMA RINCIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DITJEN PERKERETAAPIAN TAHUN 2015-2019

SASARAN TAHUN 2014 CAPAIAN S/D NO. INDIKATOR KINERJA UTAMA (OUTCOME) SATUAN TAHUN 2015 TAHUN 2016 TAHUN 2017 TAHUN 2018 TAHUN 2019 2015-2019 KETERANGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN (BASELINE) 2019

I. Keselamatan dan Keamanan 1 Menurunnya angka kecelakaan a) Ratio kejadian kecelakaan transportasi nasional transportasi Transportasi Perkeretaapian Ratio kecelakaan/ 1 0.65 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 0.55 IKU KEMENHUB juta km b) Jumlah pedoman standar keselamatan Transportasi perkeretaapian Dokumen 1 1 - - - - 1 2 IKU KEMENHUB c) Jumlah sarana dan prasarana keselamatan Transportasi perkeretaapian Unit 33 57 115 135 154 176 330 359 IKU KEMENHUB 1) Tingkat Ketersediaan fasilitas dan peralatan peningkatan keselamatan & Unit 29 18 67 87 106 124 95 124 IKU KEMENHUB SDM perkeretaapian 2) Tingkat Ketersediaan ATP Unit 0 5 4 3 3 2 17 17 IKU KEMENHUB 3) Jumlah Pengamanan/Penanganan Perlintasan Sebidang Lokasi 4 34 44 45 45 50 218 218 IKU DITJEN PERKERETAAPIAN d) Jumlah Sertifikasi SDM Teknis Perkeretaapian Sertifikat 1290 1710 3792 5185 8032 10384 9094 10384 IKU DITJEN PERKERETAAPIAN 2 Menurunnya Jumlah Gangguan e) Jumlah gangguan keamanan pada pelayanan jasa transportasi Keamanan dalam Penyelenggaraan Transportasi perkeretaapian (pelemparan batu) Jumlah Kejadian / n/a 320 288 260 234 211 211 211 IKU KEMENHUB Transportasi Tahun II. Pelayanan 3 Meningkatnya kinerja pelayanan f) Jumlah pedoman standar pelayanan sarana dan prasarana transportasi sarana dan prasarana transportasi Transportasi perkeretaapian (penyempurnaan/revisi) Dokumen 2 2 - - - - 2 4 IKU KEMENHUB g) Pelaksanaan perawatan dan pengoperasioan prasarana perkeretaapian milik Tahun n/a 1 1 1 1 1 5 5 IKU DITJEN negara (IMO) PERKERETAAPIAN h) Jumlah penumpang KA PSO Pnp/tahun 249,197,098 373,795,647 560,693,471 841,040,206 1,261,560,309 1,892,340,463 4,929,430,095 9,485,064,543 IKU DITJEN PERKERETAAPIAN

4 Meningkatnya kinerja Kementerian i) Jumlah penyederhanaan perijinan di lingkungan Kementerian Perhubungan Perhubungan dalam mewujudkan good governance Transportasi perkeretaapian Prosentase (%) n/a 20 20 20 20 20 100 100 IKU KEMENHUB

5 Menurunnya emisi gas rumah kaca j) Jumlah emisi gas rumah kaca dari sektor transportasi nasional yang dapat (RAN-GRK) dan meningkatnya diturunkan penerapan teknologi ramah Transportasi Perkeretaapian Juta ton CO2e 0.042 0.259 0.476 0.693 0.91 1.127 1.127 1.127 IKU KEMENHUB lingkungan pada sektor tansportasi. k) Jumlah prasarana yang telah menerapkan konsep ramah lingkungan

Transportasi Perkeretaapian Lokasi 1 0 0 2 1 1 4 5 IKU KEMENHUB

III. Kapasitas Transportasi 6 Meningkatnya kapasitas sarana dan m) Peningkatan kapasitas prasarana: prasarana transportasi dan keterpaduan sistem transportasi Terbangunnya jalur kereta api Km'sp 5,434 186.99 409.65 724.43 900.33 1036.6 3,258 8,692 IKU KEMENHUB multimoda dan antarmoda untuk n) Peningkatan kapasitas sarana: mengurangi backlog maupun Jumlah sarana kereta api Unit 42 9 24 25 31 73 162 204 IKU KEMENHUB bottleneck kapasitas prasarana o) Terselenggaranya Proses Kerjasama Pemerintah Swasta dalam penyediaan transportasi dan sarana transportasi infrastruktur transportasi antarmoda dan antarpulau sesuai Transportasi Perkeretaapian Proyek n.a 0 1 2 2 1 6 6 IKU KEMENHUB dengan sistem transportasi nasional dan cetak biru transportasi multimoda

7 Meningkatnya layanan transportasi p) Jumlah lintasan/ rute angkutan perintis di daerah rawan bencana, Angkutan Kereta Api Trayek/ Lintas/ Rute 1 3 5 6 7 8 8 8 IKU KEMENHUB perbatasan, terluar, terpencil dan khususnya wilayah timur Indonesia q) Jumlah lintasan/ rute angkutan perintis menjadi komersial Angkutan Kereta Api Trayek/ Lintas/ Rute n/a 0 0 0 1 2 2 2 IKU KEMENHUB

8 Meningkatnya pelayanan angkutan r) Jumlah wilayah perkotaan yang menerapkan sistem angkutan massal berbasis umum massal perkotaan jalan dan kereta api Transportasi Perkeretaapian Lokasi 5 5 7 8 10 13 13 13 IKU KEMENHUB KEGIATAN STRATEGIS BIDANG PERKERETAAPIAN TAHUN 2015-2019 LAMPIRAN II. RINCIAN KEGIATAN STRATEGIS

PEMBIAYAAN JUMLAH NO KEGIATAN 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017 2018 2019 VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000)

A Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Prasarana & Fasilitas Pendukung KA 17,773,694,568 38,415,400,000 44,992,100,011 62,182,300,317 64,310,400,006 227,673,894,902

Rehabilitasi/Peningkatan Jalan Rel/Emplasemen 170.78 Km'sp 554,578,384 196.07 Km'sp 605,895,525.00 246.16 Km'sp 772,938,295.0 279.00 Km'sp 1,198,397,027 333.80 Km'sp 1,518,243,063.00 1,225.81 Km'sp 4,650,052,294

KORIDOR PULAU SUMATERA 38.48 Km'sp 188,832,231 30.82 Km'sp 189,037,734.00 39.70 Km'sp 192,580,000.0 57.00 Km'sp 284,092,149 73.00 Km'sp 289,543,030.00 239.00 Km'sp 1,144,085,144 Bireun - Lhokseumawe, Aceh 8.65 Km'sp 20,000,000 8.65 Unit 20,000,000 Binjai - Besitang, Sumut 5.75 Km'sp 27,240,177 5.75 Unit 27,240,177 Medan - Araskabu - Tebingtinggi, Sumut 58.00 Km'sp 244,543,030.00 58.00 Unit 244,543,030 Tebingtinggi - Bandartinggi - Kisaran, Sumut 19.00 Km'sp 66,500,000.0 10.00 Km'sp 12,000,000 29.00 Unit 78,500,000 Medan - Belawan, Sumut 9.50 Km'sp 39,919,354 9.50 Unit 39,919,354 Bukitputus - Indarung, Sumbar 15.00 Km'sp 45,000,000.00 15.00 Unit 45,000,000 Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam - Padangpanjang - Solok - Muaro Kalaban, Sumbar 6.58 Km'sp 25,308,412 13.52 Km'sp 57,437,734.00 20.10 Unit 82,746,146 Prabumulih - Kertapati, Sumsel 16.50 Km'sp 99,600,000.00 16.50 Km'sp 99,600,000.0 47.0 Km'sp 272,092,149 80.00 Unit 471,292,149 Prabumulih - Waytuba, Sumsel 0.80 Km'sp 32,000,000.00 0.80 Unit 32,000,000 Tanjung Rembang - X5, Sumsel 0.20 Km'sp 10,000,000.0 0.20 Unit 10,000,000 Waytuba - Tarahan, Lampung 8.00 Km'sp 76,364,288 4.0 Km'sp 16,480,000.0 12.00 Unit 92,844,288

KORIDOR PULAU JAWA 132.30 Km'sp 365,746,153 165.25 Km'sp 416,857,791.00 206.46 Km'sp 580,358,295.0 222.00 Km'sp 914,304,878 260.80 Km'sp 1,228,700,033.00 986.81 Km'sp 3,505,967,150 Rangkasbitung - Merak 33.15 Km'sp 149,185,644 35.00 Km'sp 157,548,250.00 68.15 Unit 306,733,894 Tanah Abang - Rangkasbitung 49.20 Km'sp 46,473,356 2.00 Km'sp 38,014,639.00 51.20 Unit 84,487,995 Jatinegara - Pondok jati - Senen - Kampungbandan 1.30 Km'sp 5,147,842.00 1.30 Unit 5,147,842 Kampungbandan - Tanah Abang - Manggarai 10.00 Km'sp 9,481,141.00 10.00 Unit 9,481,141 Jakarta Kota - Tanjung Priok/JICT 20.10 Km'sp 21,947,397.00 20.10 Unit 21,947,397 Jakarta Kota - Manggarai - Bogor, Jabodatebek 9.20 Km'sp 10,000,000 9.20 Km'sp 28,048,879.00 35.70 Km'sp 35,700,000.0 17.85 Km'sp 54,420,924 17.85 Km'sp 54,420,924.00 89.80 Unit 182,590,727 Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 22.90 Km'sp 94,507,265 34.0 Km'sp 59,000,000.00 38.0 Km'sp 147,381,225.0 0.30 Km'sp 18,993,533.00 95.20 Unit 319,882,023 Cicalengka - Banjar 13.2 Km'sp 23,060,000.00 58.47 Km'sp 203,849,601.0 2.30 Km'sp 30,852,657.00 73.92 Unit 257,762,258 Cikampek - Padalarang 1.00 Km'sp 1,675,435 4.55 Km'sp 61,134,953.00 5.55 Unit 62,810,388 Cirebon - Brebes - Tegal 1.10 Km'sp 11,868,757 1.00 Km'sp 2,385,000.00 1.5 Km'sp 13,244,319.0 3.60 Unit 27,498,076 Tegal - Pekalongan - Semarang - Bojonegoro 0.90 Km'sp 5,423,567 30.0 Km'sp 50,000,000.00 30.90 Unit 55,423,567 Tegal - Prupuk 38.5 Km'sp 73,902,275.0 38.50 Unit 73,902,275 Banjar - Kroya 33.30 Km'sp 68,249,716.00 33.30 Unit 68,249,716 Cirebon - Kroya (penataan emplasemen) 4.80 Km'sp 40,438,487.00 4.80 Unit 40,438,487 Semarang - Gundih 26.0 Km'sp 130,000,000.0 26.0 Km'sp 130,000,000.00 52.00 Unit 260,000,000 Gundih - Solo 7.00 Km'sp 40,000,000 30.0 Km'sp 103,000,000.00 37.00 Unit 143,000,000 Solo - Yogyakarta 9.49 Km'sp 14,330,101.0 9.49 Unit 14,330,101 Kutoarjo - Purworejo 11.0 Km'sp 55,000,000.0 11.00 Unit 55,000,000 Madiun - Surabaya 25.5 Km'sp 127,500,000.0 25.5 Km'sp 127,500,000.00 51.00 Unit 255,000,000 Purwosari - Wonogiri 16.0 Km'sp 80,000,000.0 16.0 Km'sp 80,000,000.00 32.00 Unit 160,000,000 Kandangan - Indro 10.0 Km'sp 50,000,000.00 10.00 Unit 50,000,000 Bojonegoro - Surabaya - Bangil 9.90 Km'sp 38,705,276 37.0 Km'sp 185,000,000.00 46.90 Unit 223,705,276 Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 21.30 Km'sp 73,075,125 9.7 Km'sp 36,334,406.00 24.8 Km'sp 91,950,774.0 39.5 Km'sp 53,198,310 95.30 Unit 254,558,615 Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 9.80 Km'sp 44,017,372 53.0 Km'sp 265,000,000.0 53.0 Km'sp 265,000,000.00 115.80 Unit 574,017,372

Pembangunan Jalan Rel/Emplasemen 186.99 Km'sp 8,928,460,000 409.65 Km'sp 25,845,945,435 724.43 Km'sp 32,222,076,323 900.33 Km'sp 49,419,982,006 1,036.60 Km'sp 51,390,049,337 3,258.00 Km'sp 167,806,513,101

KORIDOR PULAU SUMATERA 112.19 Km'sp 2,774,330,926 171.33 Km'sp 7,827,280,313 322.03 Km'sp 10,869,596,787 404.00 Km'sp 17,941,733,203 572.10 Km'sp 24,276,552,590 1,581.65 Km'sp 63,689,493,819 Sigli - Bireun - Lhokseumawe, Aceh 13.35 Km'sp 136,078,547 20.1 Km'sp 1,326,960,726.00 20.1 Km'sp 1,191,960,726.0 53.61 Km'sp 2,654,999,999 Lhokseumawe - Langsa, Aceh (tahap pertama) 1 Pkt 2,905,000,000 1 Pkt 1,627,080,959.00 1 Pkt 4,532,080,959 Kuala Langsa - Langsa - Besitang, Sumut & Aceh 1 Pkt 1,435,000,000 1 Pkt 1,435,000,000.00 1 Pkt 2,870,000,000 Medan - Bandar Khalifah, Sumut (Jalur KA Layang) 1,00 Pkt 600,000,000 8.0 Km'sp 1,430,000,000.00 8.00 Km'sp 2,030,000,000 Bandar Khalifah - Araskabu (jalur ganda), Sumut 15.00 Km'sp 115,572,472.00 1,00 Pkt 60,799,954 15.00 Km'sp 176,372,426 Araskabu - Kualanamu (jalur ganda), Sumut 4.00 Km'sp 55,057,998 4.00 Km'sp 55,057,998 Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Sumut (termasuk emplasemen) 7.20 Km'sp 90,000,000 14.3 Km'sp 198,500,000.00 21.50 Km'sp 288,500,000 Binjai - Besitang (Reaktivasi) 85.00 Km'sp 529,174,805 85.00 Km'sp 529,174,805 Medan - Gabion/Belawan, Sumut (elevated track) 6.2 Km'sp 1,597,063,893.00 1.8 Km'sp 470,236,107.0 8.00 Km'sp 2,067,300,000 Rantauprapat-Duri-Dumai 1,00 Pkt 209,280,000 29.00 Km'sp 1,015,000,000.00 60.00 Km'sp 2,100,000,000.0 60.00 Km'sp 2,100,000,000 100.00 Km'sp 3,500,000,000 249.00 Km'sp 8,924,280,000 Rantauprapat-Gunung Tua-Padang Sidempuan-Sibolga (tahap 1) 1 Pkt 35,000,000.00 1 Pkt 35,000,000

Siantar - Prapat & Medan - Deli Serdang - Karo (tahap 1) 1 Pkt 140,000,000.00 1 Pkt 140,000,000 PEMBIAYAAN JUMLAH NO KEGIATAN 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017 2018 2019 VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) Pekanbaru-Muara Lembu-Teluk Kuantan-Muaro 64.00 Km'sp 1,600,000,000.0 64.00 Km'sp 1,920,000,000 36.00 Km'sp 1,260,000,000 164.00 Km'sp 4,780,000,000

Duri - Pekanbaru 45.1 Km'sp 1,802,000,000 45.1 Km'sp 1,802,000,000 90.20 Km'sp 3,604,000,000 Duku - Bandara Internasional Minangkabau (BIM) 2.64 Km'sp 22,451,600 1,00 Pkt 35,000,000.00 2.64 Km'sp 57,451,600 Pariaman - Naras - Sungai Limau, Sumbar (reaktivasi) 6.70 Km'sp 25,943,625.00 6.70 Km'sp 25,943,625 Padang - Pulo Aer, Sumbar (reaktivasi) 1 Pkt 102,000,000.00 1 Pkt 102,000,000 Padang Panjang - Bukit Tinggi - Payakumbuh - Limbanang, Sumbar (Reaktivasi) 1 Pkt 780,000,000.00 1 Pkt 780,000,000

Muaro Kalaban - Muaro- Logas, Sumbar (reaktivasi) 1,00 Pkt 5,787,976 26.0 Km'sp 104,000,000.00 26.00 Km'sp 109,787,976

Shortcut Padang-Solok (tahap pertama) 1 Pkt 276,000,000 1 Pkt 276,000,000 Batu Ampar - Bandara Hang Nadim, Kep. Riau 6.00 Km'sp 336,300,000.00 7.1 Km'sp 400,000,000.0 8.9 Km'sp 500,000,000 22.00 Km'sp 1,236,300,000 Pekanbaru - Jambi 65.0 Km'sp 1,625,000,000.0 79.0 Km'sp 2,763,928,369 206.0 Km'sp 7,211,071,631 350.00 Km'sp 11,600,000,000 Jambi - Palembang 54.5 Km'sp 1,362,500,000.0 54.5 Km'sp 1,907,500,000 109.0 Km'sp 3,815,000,000 218.00 Km'sp 7,085,000,000 Muara Enim - Lahat, Sumsel (Jalur Ganda) 1,00 Pkt 334,500,000.0 40.0 Km'sp 764,504,834.0 40.00 Km'sp 1,099,004,834 Baturaja - Martapura, Sumsel (Jalur Ganda) 1,00 Pkt 334,500,000 35.00 Km'sp 523,139,597.00 35.00 Km'sp 857,639,597 Prabumulih - Kertapati (jalur ganda), Sumsel 1,00 Pkt 792,000,000 3.00 Km'sp 92,800,000.00 25.0 Km'sp 797,100,000.0 25.0 Km'sp 796,300,000.0 27.0 Km'sp 935,400,000.0 80.00 Km'sp 3,413,600,000 Simpang - Tanjung Api-Api (perpanjangan), Sumsel (tahap pertama) 1 Pkt 175,000,000.00 1 Pkt 175,000,000 Pembangunan LRT Provinsi Palembang 1 Pkt 70,000,000.00 1 Pkt 70,000,000.00 1 Pkt 70,000,000.00 1 Pkt 210,000,000 Indralaya - Kampus Unsri (perpanjangan), Sumsel 1 Pkt 5,000,000.00 1 Pkt 5,000,000 Rejosari - Tarahan, Lampung (jalur KA layang tahap pertama) 1 Pkt 175,000,000.00 1 Pkt 175,000,000 Tanjung Karang - Pelabuhan Panjang, Lampung 3.0 Km'sp 120,000,000 3.00 Km'sp 120,000,000 Cempaka - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung (jalur ganda) 24.5 Km'sp 857,500,000.0 24.5 Km'sp 857,500,000 49.0 Km'sp 1,715,000,000 98.00 Km'sp 3,430,000,000 Sukamenti - Tarahan, Lampung (jalur ganda) 2.0 Km'sp 70,000,000.00 2.00 Km'sp 70,000,000 Tarahan (KM3) - Bakauheni (tahap pertama) 1 Pkt 175,000,000.00 1 Pkt 175,000,000

KORIDOR PULAU JAWA - BALI 44.80 Km'sp 5,339,129,074 208.32 Km'sp 17,178,665,122 301.40 Km'sp 15,282,479,536 186.50 Km'sp 15,647,248,803 150.30 Km'sp 10,618,496,747 891.32 Km'sp 64,066,019,282 Maja - Rangkasbitung (jalur ganda) 12.80 Km'sp 99,491,368 7.00 Km'sp 210,461,327.00 19.80 Km'sp 309,952,695 Maja - Rangkasbitung (Test Track) 10.0 Km'sp 350,000,000.00 10.00 Km'sp 350,000,000 Rangkasbitung - Merak (jalur ganda) 33.7 Km'sp 1,297,928,969.0 35.3 Km'sp 821,997,485.0 1,00 Pkt 123,098,470 69.00 Km'sp 2,243,024,924 Cilegon - Anyer Kidul (Reaktivasi) 1 Pkt 189,919,588.00 1 Pkt 189,919,588 Rangkasbitung - Labuan - Saketi - Bayah (Reaktivasi) tahap pertama 1 Pkt 175,000,000.00 1 Pkt 175,000,000

Tonjong - Pelabuhan Bojonegara 1 Pkt 2,500,000.00 1 Pkt 2,500,000 QW Pondok Jati - Rajawali - Kampung Bandan - Duri - Tanah Abang - Manggarai - Pondok Jati (Jalur KA 1,00 Pkt 700,000,000 1,00 Pkt 1,908,000,000.00 7.70 Km'sp 3,339,000,000.0 3.4 Km'sp 2,862,000,000.0 14.3 Km'sp 732,000,000.00 25.40 Km'sp 9,541,000,000 Layang Loopline Jabodetabek) Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang (Double double track termasuk elektrifikasi dan fasilitas 1,00 Pkt 1,590,000,000 13.50 Km'sp 1,384,000,000.00 13.50 Km'sp 2,974,000,000 perkeretaapian) --> Paket A dan B1 (SBSN)

Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang (Double double track termasuk elektrifikasi dan fasilitas 1,00 Pkt 562,604,504 1,00 Pkt 562,604,504 perkeretaapian) --> PHLN Citayam - Nambo (jalur ganda) 1 Pkt 130,500,000.00 1 Pkt 130,500,000 Pembangunan LRT Jakarta, Depok, Bogor, Bekasi 1 Pkt 70,000,000.00 1 Pkt 1 Pkt 70,000,000.00 1 Pkt 140,000,000 Pembangunan HST Jakarta - Bandung 1 Pkt 300,000,000.00 1 Pkt 1 Pkt 300,000,000.00 1 Pkt 300,000,000.00 1 Pkt 900,000,000 Pembangunan jalur KA baru lingkar luar Jabodetabek antara Parungpanjang - Citayam 32.00 Km'sp 800,000,000.00 32.00 Km'sp 800,000,000 Pembangunan jalur KA baru lingkar luar Jabodetabek antara Nambo - Cikarang - Kalibaru (tahap 1 Pkt 1,031,250,000.00 1 Pkt 1,031,250,000.0 1 Pkt 2,062,500,000 pertama) Bogor - Sukabumi (jalur langsir/emplasemen) 1,00 Pkt 5,739,558.00 1,00 Pkt 5,739,558 Cibungur - Tanjungrasa, Jabar (termasuk penataan emplasemen) 1,00 Pkt 26,732,935 12.00 Km'sp 122,033,010.00 12.00 Km'sp 148,765,945 Cikarang - Pelabuhan Cilamaya (tahap 1) 1 Pkt 175,000,000.00 1 Pkt 175,000,000 Cikampek - Padalarang (jalur ganda) 23.5 Km'sp 920,000,000.00 23.48 Km'sp 920,000,000 Padalarang - Bandung - Cicalengka (termasuk elektrifikasi) 1,00 Pkt 97,805,000 11.6 Km'sp 968,400,000.00 11.6 Km'sp 968,400,000.0 17.8 Km'sp 1,008,400,000 41.00 Km'sp 3,043,005,000 Rancaekek - Tanjungsari (Reaktivasi) 11.0 Km'sp 238,000,000.00 11.00 Km'sp 238,000,000 Tanjungsari - Kertajati 24.0 Km'sp 735,500,000.0 24.0 Km'sp 735,500,000.0 48.00 Km'sp 1,471,000,000 Reaktivasi jalur KA antara Cirebon - Kadipaten dan pembangunan jalur KA baru antara Kadipaten - 1 Pkt 1,675,000,000.0 1 Pkt 1,675,000,000 Bandara Kertajati Cangkring - Pelabuhan Cirebon 2.5 Km'sp 114,395,246.00 2.5 Km'sp 211,893,552.0 1,00 Pkt 32,280,318.0 5.00 Km'sp 358,569,116 Cicalengka - Banjar - Kroya (jalur ganda) tahap pertama 1 Pkt 269,748,000.0 1 Pkt 2,771,541,000 1 Pkt 395,000,000 1 Pkt 3,436,289,000 Banjar - Pangandaran - Cijulang (reaktivasi) tahap pertama 1 Pkt 175,000,000.00 1 Pkt 175,000,000 Cirebon - Kroya (Purwokerto - Kroya) 1,00 Pkt 134,916,082 1,00 Pkt 760,800,006.00 26.4 Km'sp 302,755,494.0 26.40 Km'sp 1,198,471,582 Purwokerto - Wonosobo (reaktivasi) tahap pertama 1 Pkt 175,000,000.00 1 Pkt 175,000,000 Maos - Cilacap (termasuk akses ke Pelabuhan) 20.00 Km'sp 150,000,000.0 20.00 Km'sp 150,000,000 Kroya - Kutoarjo 1,00 Pkt 957,664,420 1,00 Pkt 897,327,361.00 76.0 Km'sp 385,143,254.0 76.00 Km'sp 2,240,135,035 Kedungjati - Tuntang (reaktivasi) 32.00 Km'sp 165,000,000 32.00 Km'sp 165,000,000 Semarang - Pelabuhan Tanjung Mas (reaktivasi) 1,00 Pkt 35,000,000 2.50 Km'sp 60,000,000.00 2.50 Km'sp 95,000,000 Jerakah - Semarang Poncol - Semarang Tawang - Alastua (jalur KA layang) 7.1 Km'sp 2,167,670,000.00 7.10 Km'sp 2,167,670,000 Solo - Semarang (jalur ganda) tahap pertama 1 Pkt 585,000,000.0 1 Pkt 785,000,000 1 Pkt 3,150,000,000 1 Pkt 4,520,000,000 Yogyakarta - Magelang (reaktivasi) tahap pertama 1 Pkt 175,000,000.00 1 Pkt 175,000,000 KA Bandara Kulonprogo (tahap 1) 1 Pkt 175,000,000.00 1 Pkt 175,000,000 PEMBIAYAAN JUMLAH NO KEGIATAN 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017 2018 2019 VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) Kutoarjo - Purworejo (emplasemen) 1 Pkt 7,160,090.00 1 Pkt 7,160,090 Shortcut Solo Kota - Solo Jebres 1 Pkt 89,100,000.00 1 Pkt 89,100,000 Surabaya - Kalimas & Sidotopo (jalur ganda) 3.00 Km'sp 56,474,420.00 3.00 Km'sp 56,474,420 Jombang - Babat - Tuban (reaktivasi) 37.00 Km'sp 342,830,267.0 36.0 Km'sp 1,260,000,000.0 36.0 Km'sp 960,000,000.0 109.00 Km'sp 2,562,830,267 Kandangan - Pelabuhan Teluk Lamong 7.0 Km'sp 210,000,000.0 7.00 Km'sp 210,000,000 Solo - Paron 1,00 Pkt 723,297,590 23.0 Km'sp 800,541,205.00 23.0 Km'sp 800,530,000.0 24.0 Km'sp 800,530,000.0 70.00 Km'sp 3,124,898,795 Paron - Madiun (jalur ganda), Jatim (termasuk emplasemen) 1,00 Pkt 122,754,002 12.5 Km'sp 287,500,000.00 12.5 Km'sp 287,500,000.0 25.00 Km'sp 697,754,002

Madiun - Mojokerto - Wonokromo 1 Pkt 417,752,384.00 20.0 Km'sp 800,000,000.0 46.0 Km'sp 1,200,000,000 100.0 Km'sp 3,555,355,000 166.00 Km'sp 5,973,107,384 Perkotaan Surabaya (Reaktivasi Tram Kalimas - Wonokromo, Jalur Ganda Wonokromo - Sidoarjp, KA 1,00 Pkt 123,863,173 17.1 Km'sp 2,289,140,927.00 17.14 Km'sp 2,413,004,100 Bandara Juanda)

Tulangan - Gununggangsir 20.0 Km'sp 600,000,000.00 20.00 Km'sp 600,000,000 Kalisat - Panarukan (reaktivasi) tahap pertama 1 Pkt 80,496,105.00 1 Pkt 80,496,105 Bangil - Banyuwangi (jalur ganda) tahap pertama 1 Pkt 1,890,000,000.0 1 Pkt 3,000,000,000 1 Pkt 97,547,172 1 Pkt 4,987,547,172 Bandara Ngurah Rai – Denpasar - Mengwi, Gilimanuk - Padang Bai tahap pertama 1 Pkt 175,000,000.00 1 Pkt 175,000,000

KORIDOR PULAU SULAWESI 30.00 Km'sp 815,000,000 30.00 Km'sp 840,000,000 101.00 Km'sp 6,070,000,000 122.63 Km'sp 6,649,000,000 116.00 Km'sp 6,285,500,000 399.63 Km'sp 20,659,500,000 Makassar - Pare-Pare 30.00 Km'sp 815,000,000 30.00 Km'sp 840,000,000 85.0 Km'sp 2,550,000,000.0 145.00 Km'sp 4,205,000,000 Manado - Bitung 16.00 Km'sp 640,000,000.0 16.00 Km'sp 640,000,000 16.00 Km'sp 640,000,000 48.00 Km'sp 1,920,000,000 Isimu-Kota Gorontalo-Taludaa-Molibagu-Tutuyan-Belang-Kema-Bitung 1 Pkt 2,880,000,000.0 106.6 Km'sp 4,320,000,000 100.0 Km'sp 3,500,000,000 206.63 Km'sp 10,700,000,000 Parepare-Pinrang-Polewali-Wonomulyo-Majene-Mamuju - Palu - Isimu (tahap pertama) 1 Pkt 1,689,000,000 1 Pkt 1,970,500,000.00 1 Pkt 3,659,500,000

Makassar-Sungguminasa-Takalar-Jeneponto-Bantaeng-Bulukumba-Sinjai-Watampone (tahap pertama) 1 Pkt 175,000,000.00 1 Pkt 175,000,000

KORIDOR PULAU KALIMANTAN - Km'sp - - Km'sp - - Km'sp - 137.20 Km'sp 6,557,000,000 148.20 Km'sp 7,584,500,000.00 285.40 Km'sp 14,141,500,000 Tanjung - Paringin - Barabai - Rantau - Martapura - Bandara Syamsuddin Noor - Banjarmasin 98.2 Km'sp 3,437,000,000.0 98.2 Km'sp 3,437,000,000.0 196.40 Km'sp 6,874,000,000 Balikpapan - Samarinda 39.0 Km'sp 1,365,000,000 50.0 Km'sp 1,750,000,000.00 89.00 Km'sp 3,115,000,000 Tanjung - Tanah Grogot - Balikpapan & Samarinda - Tanjung Redep - Batas Negara (tahap pertama) 1 Pkt 1,755,000,000.00 1 Pkt 2,047,500,000.00 1 Pkt 3,802,500,000 Palangkaraya - Pulang Kipas - Kuala Kapuas - Marabahan - Banjarmasin & Palangkaraya - Sangau - 1 Pkt 350,000,000.00 1 Pkt 350,000,000 Pontianak - Batas Negara (tahap pertama)

KORIDOR PULAU PAPUA - Km'sp - - Km'sp - - Km'sp - 50.00 Km'sp 2,625,000,000 50.00 Km'sp 2,625,000,000.00 100.00 Km'sp 5,250,000,000 Sorong - Manokwari & Jayapura - Sarmi (tahap pertama) 50.0 Km'sp 2,625,000,000.0 50.0 Km'sp 2,625,000,000.0 100.00 Km'sp 5,250,000,000

Pengadaan Material Rel (termasuk wesel Loan China) 2,030.00 Km'sp 1,711,067,000 350.0 Km'sp 1,303,989,635.00 550.0 Km'sp 761,877,457.0 700.0 Km'sp 1,015,273,507 700.0 Km'sp 1,015,273,507.00 4,330.00 Km'sp 5,807,481,106

Pengadaan Material Wesel (termasuk Loan China) 600.00 Unit 55,000,000 125.0 Unit 82,614,385.00 200.0 Unit 121,302,097.0 250.0 Unit 161,601,797 250.0 Unit 161,601,797.00 1,425.00 Km'sp 582,120,076

Rehabilitasi/Peningkatan Jembatan/Terowongan/Gorong-Gorong/Box Culvert/Underpass/Fly over 44.00 Unit 349,015,583 50.00 Unit 384,349,167 57.00 Unit 440,791,001 58.00 Unit 460,000,000 60.00 Unit 520,000,000 269.00 Km'sp 2,154,155,751

KORIDOR PULAU SUMATERA 15.00 Unit 248,561,828 15.00 Unit 102,740,368.00 15.00 Unit 133,830,529.0 16.00 Unit 160,000,000 18.00 Unit 180,000,000 79.00 Unit 825,132,725 Binjai - Besitang, Sumut 2.0 Unit 40,000,000 2.0 Unit 20,000,000 4.00 Unit 60,000,000 Medan - Binjau, Sumut 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000 Medan - Araskabu - Tebingtinggi, Sumut 2.00 Unit 562,479 5.0 Unit 1,437,521.00 7.00 Unit 2,000,000 Tebingtinggi - Bandartinggi - Kisaran, Sumut 2.0 Unit 40,000,000 2.0 Unit 20,000,000 4.00 Unit 60,000,000 Tebingtinggi - Siantar, Sumut 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000 Tanjungbalai - Kisaran - Rantauprapat, Sumut 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000 Medan - Belawan, Sumut 2.0 Unit 40,000,000 2.0 Unit 20,000,000 4.00 Unit 60,000,000 Pariaman - Naras, Sumbar 2.0 Unit 20,000,000 2.0 Unit 20,000,000 4.00 Unit 40,000,000 Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam - Padangpanjang - Solok - Muaro Kalaban, Sumbar 2.0 Unit 40,000,000 2.0 Unit 20,000,000 4.00 Unit 60,000,000 Padangpanjang - Payakumbuh, Sumbar 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000 Muarkalaban - Muaro, Sumbar 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000 Padang - Lubukalung - Pariaman, Sumbar 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000 Padang - Bukitputus - Indarung/Telukbayur, Sumbar 3.00 Unit 78,736,937 7.0 Unit 13,830,529.0 10.00 Unit 92,567,466 Prabumulih - Kertapati, Sumsel 1.00 Unit 2,883,704 2.0 Unit 20,000,000 3.00 Unit 22,883,704 Prabumulih - Waytuba, Sumsel 5.00 Unit 15,500,000.00 2.0 Unit 20,000,000 7.00 Unit 35,500,000 Tanjung Rembang - X5, Sumsel 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000 Prabumulih - Muara Enim - Lahat - Lubuk Linggau, Sumsel 4.00 Unit 28,848,016 1.0 Unit 5,802,847.00 2.0 Unit 20,000,000 7.00 Unit 54,650,863 Muara Enim - Tanjung Enim, Sumsel 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000 Waytuba - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung 5.00 Unit 137,530,692 2.0 Unit 20,000,000 7.00 Unit 157,530,692 Tanjung Karang - Panjang, Lampung 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000

KORIDOR PULAU JAWA 29.00 Unit 100,453,755 35.00 Unit 281,608,799 42.00 Unit 306,960,472 42.00 Unit 300,000,000 42.00 Unit 340,000,000 190.00 Unit 1,329,023,026 Rangkasbitung - Merak 2.0 Unit 40,000,000 2.0 Unit 20,000,000 4.00 Unit 60,000,000 Tanah Abang - Rangkasbitung 2.0 Unit 20,000,000 2.0 Unit 10,000,000 4.00 Unit 30,000,000 PEMBIAYAAN JUMLAH NO KEGIATAN 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017 2018 2019 VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) Krenceng - Anyer Kidul (reaktivasi) 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000 Sungai Lagoa - Kampungbandan (reaktivasi) 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000 Jatinegara - Pondok jati - Senen - Kampungbandan 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000 Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 5.00 Unit 26,976,626 2.0 Unit 20,000,000 7.00 Unit 46,976,626 Cicalengka - Banjar 1.00 Unit 17,059,952.00 2.0 Unit 20,000,000 3.00 Unit 37,059,952 Cikampek - Padalarang 1.00 Unit 8,426,008.00 2.0 Unit 20,000,000 3.00 Unit 28,426,008 Cirebon - Brebes 10.00 Unit 48,351,650.00 28.00 Unit 77,362,640.0 2.0 Unit 20,000,000 40.00 Unit 145,714,290 Jatinegara - Cikampek 3.0 Unit 20,000,000 2.0 Unit 10,000,000 5.00 Unit 30,000,000 Cikampek - Cirebon 5.0 Unit 20,000,000 2.0 Unit 10,000,000 7.00 Unit 30,000,000 Jatibarang - Indramayu 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000 Brebes - Tegal 3.0 Unit 20,000,000 3.00 Unit 20,000,000 Tegal - Pekalongan - Semarang 15.00 Unit 27,097,076 10.0 Unit 53,144,330.00 2.00 Unit 39,837,747.0 27.00 Unit 120,079,153 Semarang - Bojonegoro 3.0 Unit 20,000,000 3.00 Unit 20,000,000 Tegal - Prupuk 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000 Banjar - Kroya 1.00 Unit 27,367,511.0 2.0 Unit 20,000,000 3.00 Unit 47,367,511 Cirebon - Kroya 1.00 Unit 7,450,730 2.0 Unit 20,000,000 3.00 Unit 27,450,730 Semarang - Gundih 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000 Gundih - Solo - Yogyakarta 5.00 Unit 14,238,559 6.0 Unit 14,626,859.00 6.0 Unit 57,392,574.0 2.0 Unit 20,000,000 19.00 Unit 106,257,992 Puwosari - Wonogiri 2.00 Unit 22,984,989 1.0 Unit 20,000,000.00 1.0 Unit 25,000,000.0 2.0 Unit 20,000,000 6.00 Unit 87,984,989 Kutoarjo - Yogyakarta 2.0 Unit 40,000,000 2.0 Unit 20,000,000 4.00 Unit 60,000,000 Kroya - Kutoarjo 2.0 Unit 40,000,000 2.0 Unit 20,000,000 4.00 Unit 60,000,000 Kutoarjo - Purworejo 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000 Yogyakarta - Magelang - Secang - Bedono - Kedungjati 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000 Solo - Madiun 2.0 Unit 40,000,000 2.0 Unit 20,000,000 4.00 Unit 60,000,000 Madiun - Surabaya 5.0 Unit 20,000,000 2.0 Unit 10,000,000 7.00 Unit 30,000,000 Bojonegoro - Surabaya 2.0 Unit 20,000,000 2.00 Unit 20,000,000 Surabaya - Bangil 5.0 Unit 20,000,000 5.00 Unit 20,000,000 Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 1.00 Unit 1,705,775 4.0 Unit 20,000,000 5.00 Unit 21,705,775 Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 2.0 Unit 40,000,000 4.0 Unit 20,000,000 6.00 Unit 60,000,000

Pembangunan Jembatan/Terowongan/Gorong-Gorong/Box Culvert/Underpass/Fly over 66.00 Unit 856,552,433 68.00 Unit 929,631,210 68.00 Unit 1,073,495,234 70.00 Unit 1,142,295,370 72.00 Unit 1,198,107,771 344.00 Unit 5,200,082,018

KORIDOR PULAU SUMATERA 32.00 Unit 260,447,499 17.00 Unit 143,054,700.00 17.00 Unit 40,000,000.0 23.00 Unit 416,000,000 23.00 Unit 420,000,000.00 112.00 Unit 1,279,502,199 Bireun - Lhokseumawe, Aceh 8.00 Unit 194,350,000 3.0 Unit 20,000,000.00 11.00 Unit 214,350,000 Lhokseumawe - Langsa, Aceh (tahap pertama) 1.0 Unit 10,000,000.0 1.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 30,000,000 Kuala Langsa - Langsa - Besitang, Sumut & Aceh 1.0 Unit 10,000,000.0 1.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 30,000,000 Binjai - Besitang, Sumut 12.0 Unit 30,000,000.0 12.00 Unit 30,000,000 Medan - Araskabu, Sumut 7.00 Unit 16,866,480 7.00 Unit 16,866,480 Araskabu - Tebingtinggi, Sumut 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000 Tebingtinggi - Bandar Tinggi - Kisaran, Sumut 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000 Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Sumut 15.00 Unit 17,383,019 15.00 Unit 17,383,019 Medan - Belawan, Sumut 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000 Rantauprapat-Duri-Dumai 1.0 Unit 5,000,000.0 2.0 Unit 40,000,000.0 3.00 Unit 45,000,000 Rantauprapat-Gunung Tua-Padang Sidempuan-Sibolga (tahap 1) 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000

Pekanbaru-Muara Lembu-Teluk Kuantan-Muaro 1.0 Unit 10,000,000.0 2.0 Unit 40,000,000.0 3.00 Unit 50,000,000 Duri - Pekanbaru 1.0 Unit 10,000,000.0 1.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 30,000,000 Padang - Duku - Lubuk Alung - Pariaman, Sumbar 5.0 Unit 10,000,000.0 8.0 Unit 321,000,000 13.00 Unit 331,000,000 Duku - BIM, Sumbar 1.0 Unit 10,000,000.00 1.00 Unit 10,000,000 Pariaman - Naras - Sungai Limau, Sumbar 3.0 Unit 48,000,000.00 3.00 Unit 48,000,000 Padang - Pulo Aer, Sumbar 2.0 Unit 38,000,000.00 2.00 Unit 38,000,000 Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam - Padangpanjang - Solok - Muaro Kalaban, Sumbar 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000

Padang - Bukitputus - Indarung, Sumbar 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000 Padang Panjang - Bukit Tinggi - Payakumbuh - Limbanang, Sumbar (Reaktivasi) 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000 Muaro Kalaban - Muaro - Logas, Sumbar (reaktivasi) 1.0 Unit 3,000,000.00 1.00 Unit 3,000,000 Shortcut Padang-Solok (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000 Pekanbaru - Jambi 1.0 Unit 5,000,000.0 1.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 25,000,000 Jambi - Palembang 1.0 Unit 5,000,000.0 1.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 25,000,000 Simpang - Tanjung Api-Api (perpanjangan), Sumsel (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000 Rejosari - Tarahan, Lampung (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000 Prabumulih - Kertapati, Sumsel 2.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000 Prabumulih - Waytuba, Sumsel 4.0 Unit 12,000,000.00 4.00 Unit 12,000,000 Tanjung Rembang - X5, Sumsel 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000 Prabumulih - Muara Enim - Lahat - Lubuk Linggau, Sumsel 1.00 Unit 19,934,000 1.0 Unit 5,000,000.0 1.0 Unit 20,000,000.0 3.00 Unit 44,934,000 PEMBIAYAAN JUMLAH NO KEGIATAN 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017 2018 2019 VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) Muara Enim - Tanjung Enim, Sumsel 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000 Waytuba - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung 1.00 Unit 11,914,000 3.0 Unit 12,054,700.00 1.0 Unit 5,000,000.0 2.0 Unit 20,000,000.0 7.00 Unit 48,968,700 Sukamenti - Tarahan, Lampung (jalur ganda) 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000 Tarahan (KM3) - Bakauheni (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000 Tanjung Karang - Pelabuhan Panjang, Lampung 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000

KORIDOR PULAU JAWA 34.00 Unit 596,104,934 51.00 Unit 786,576,510.00 51.00 Unit 1,033,495,234.0 45.00 Unit 686,295,370 38.00 Unit 558,107,771 219.00 Unit 3,660,579,819 Tanah Abang - Rangkasbitung - Merak 10.00 Unit 144,011,233 2.0 Unit 20,000,000 12.00 Unit 164,011,233 Krenceng - Anyer Kidul (reaktivasi) 2.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000 Sungai Lagoa - Kampungbandan (reaktivasi) 2.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000 Jakarta Kota - Manggarai - Bogor 5.00 Unit 61,171,982 3.00 Unit 37,396,577.00 8.0 Unit 47,705,610.0 2.0 Unit 20,000,000.0 18.00 Unit 166,274,169 Citayam - Nambo 3.00 Unit 160,500,000.00 4.0 Unit 160,500,000.0 7.00 Unit 321,000,000 Duri - Tangerang 1.00 Unit 27,416,676.00 1.0 Unit 10,000,000.0 2.00 Unit 37,416,676 Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 2.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000 Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang 2.00 Unit 100,000,000 1.00 Unit 55,000,000.00 4.0 Unit 55,000,000.0 1.0 Unit 65,000,000.0 8.00 Unit 275,000,000 Cikarang - Cikampek 2.0 Unit 15,000,000.0 2.0 Unit 40,000,000.0 4.00 Unit 55,000,000 Cibungur - Tanjungrasa 1.00 Unit 55,079,200.00 10.0 Unit 261,539,387.0 6.0 Unit 263,833,295.0 17.00 Unit 580,451,882 Cicalengka - Banjar 2.0 Unit 10,000,000.0 2.00 Unit 10,000,000 Cikampek - Padalarang 2.0 Unit 20,000,000.0 2.0 Unit 20,000,000.0 4.00 Unit 40,000,000 Cirebon - Brebes 2.0 Unit 10,000,000.0 2.00 Unit 10,000,000 Cikampek - Cirebon 2.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000 Cangkring - Pelabuhan Cirebon 2.0 Unit 10,000,000.0 2.00 Unit 10,000,000 Jatibarang - Indramayu 2.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000 Brebes - Tegal 2.0 Unit 10,000,000.0 2.00 Unit 10,000,000 Tegal - Pekalongan - Semarang 2.0 Unit 10,000,000.0 2.0 Unit 20,000,000.0 4.00 Unit 30,000,000 Semarang - Bojonegoro 2.00 Unit 8,800,060.00 2.0 Unit 10,000,000.0 4.00 Unit 18,800,060 Kedungjati - Tuntang 7.00 Unit 75,757,132 7.00 Unit 75,757,132 Tegal - Prupuk 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000 Banjar - Kroya 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000 Cirebon - Kroya (Purwokerto - Kroya) 9.00 Unit 214,868,656 9.00 Unit 214,868,656 Cirebon - Kroya (underpass) 1.00 Unit 7,188,713.00 1.0 Unit 21,566,141.0 1.0 Unit 7,188,713 3.00 Unit 35,943,567 Semarang - Gundih 2.0 Unit 40,000,000.0 2.00 Unit 40,000,000 Gundih - Solo - Yogyakarta 5.00 Unit 56,848,908.00 10.0 Unit 56,848,908.0 1.0 Unit 85,273,362 3.0 Unit 98,107,771.00 19.00 Unit 297,078,949 Puwosari - Wonogiri 2.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000 Kutoarjo - Yogyakarta 2.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000 Kroya - Kutoarjo 2.0 Unit 10,000,000.0 2.0 Unit 20,000,000.0 4.00 Unit 30,000,000 Kutoarjo - Purworejo 2.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000 Yogyakarta - Magelang - Secang - Bedono - Tuntang 2.0 Unit 20,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000 Solo - Paron 10.00 Unit 224,638,212.00 14.0 Unit 430,335,188.0 24.00 Unit 654,973,400 Paron - Madiun 15.00 Unit 121,225,164.00 15.00 Unit 121,225,164 Madiun - Mojokerto - Wonokromo - Surabaya 2.0 Unit 20,000,000.0 4.0 Unit 80,000,000.0 6.00 Unit 100,000,000 Bojonegoro - Surabaya 1.00 Unit 295,931 9.00 Unit 32,483,000.00 1.0 Unit 10,000,000.0 11.00 Unit 42,778,931 Surabaya - Bangil 2.0 Unit 10,000,000.0 2.00 Unit 10,000,000 Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 2.0 Unit 20,000,000.0 3.0 Unit 60,000,000.0 5.00 Unit 80,000,000 Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 2.0 Unit 20,000,000.0 2.0 Unit 20,000,000.0 4.00 Unit 40,000,000

KORIDOR PULAU SULAWESI - Unit - - Unit - - Unit - 2.00 Unit 40,000,000 6.00 Unit 120,000,000 8.00 Unit 160,000,000 Makassar - Pare-Pare 2.0 Unit 40,000,000.0 2.0 Unit 40,000,000.0 4.00 Unit 80,000,000 Manado - Bitung 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000 Isimu-Kota Gorontalo-Taludaa-Molibagu-Tutuyan-Belang-Kema-Bitung 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000 Parepare-Pinrang-Polewali-Wonomulyo-Majene-Mamuju (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000 Makassar-Sungguminasa-Takalar-Jeneponto-Bantaeng-Bulukumba-Sinjai-Watampone (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000

KORIDOR PULAU KALIMANTAN - Unit - - Unit - - Unit - - Unit - 4.00 Unit 80,000,000 4.00 Unit 80,000,000 Tanjung - Paringin - Barabai - Rantau - Martapura - Bandara Syamsuddin Noor - Banjarmasin 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000

Balikpapan - Samarinda 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000 Tanjung - Tanah Grogot - Balikpapan (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000 Palangkaraya - Pulang Kipas - Kuala Kapuas - Marabahan - Banjarmasin (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000

KORIDOR PULAU PAPUA - Unit - - Unit - - Unit - - Unit - 1.00 Unit 20,000,000 1.00 Unit 20,000,000 Sorong - Manokwari (tahap pertama) 1.0 Unit 20,000,000.0 1.00 Unit 20,000,000 PEMBIAYAAN JUMLAH NO KEGIATAN 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017 2018 2019 VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) Rehabilitasi / Peningkatan Stasiun/Bangunan Operasional 6.00 Unit 37,963,508 6.00 Unit 47,018,764.00 7.00 Unit 51,146,395.0 9.00 Unit 55,314,613 10.00 Unit 56,000,000 38.00 Unit 247,443,280

KORIDOR PULAU SUMATERA - Unit - - Unit - - Unit - 2.00 Unit 4,000,000 3.00 Unit 9,000,000.00 5.00 Unit 13,000,000 Aceh 1.0 Unit 2,000,000.0 1.00 Unit 2,000,000 Sumut 1.0 Unit 3,000,000.0 1.00 Unit 3,000,000 Sumbar 1.0 Unit 2,000,000.0 1.00 Unit 2,000,000 Sumsel 1.0 Unit 3,000,000.0 1.00 Unit 3,000,000 Lampung 1.0 Unit 3,000,000.0 1.00 Unit 3,000,000

KORIDOR PULAU JAWA 6.00 Unit 37,963,508 6.00 Unit 47,018,764.00 7.00 Unit 51,146,395.0 7.00 Unit 51,314,613 7.00 Unit 47,000,000.00 33.00 Unit 234,443,280 Rangkasbitung - Merak 1.0 Unit 15,000,000.0 1.00 Unit 15,000,000 Tanah Abang - Rangkasbitung 4.00 Unit 5,314,613 4.00 Unit 5,314,613 Jakarta Kota - Tj. Priok 1.00 Unit 15,000,000 1.00 Unit 15,000,000 Duri - Tangerang 1.0 Unit 16,000,000.0 1.00 Unit 16,000,000 Citayam - Nambo 1.00 Unit 37,048,416.0 1.00 Unit 37,048,416 Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 1.0 Unit 6,000,000.0 1.00 Unit 6,000,000 Padalarang - Bandung - Cicalengka 1.00 Unit 6,829,200.00 1.00 Unit 6,829,200 Cirebon - Brebes 4.00 Unit 17,385,000 4.00 Unit 17,385,000 Cikampek - Cirebon 1.0 Unit 7,000,000.0 1.00 Unit 7,000,000 Tegal - Pekalongan - Semarang 6.00 Unit 14,097,979.0 6.00 Unit 14,097,979 Kedungjati - Tuntang 3.00 Unit 26,051,611.00 3.00 Unit 26,051,611 Gundih - Solo - Yogyakarta 1.00 Unit 5,578,508 1.0 Unit 8,568,273.00 2.00 Unit 14,146,781 Puwosari - Wonogiri 1.00 Unit 5,569,680.00 1.00 Unit 5,569,680 Kutoarjo - Yogyakarta 1.0 Unit 7,000,000.0 1.00 Unit 7,000,000 Yogyakarta - Magelang - Secang - Bedono - Tuntang 1.0 Unit 7,000,000.0 1.00 Unit 7,000,000 Solo - Paron - Madiun 1.0 Unit 6,000,000.0 1.00 Unit 6,000,000 Madiun - Mojokerto - Wonokromo - Surabaya 1.0 Unit 15,000,000.0 1.00 Unit 15,000,000 Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 1.0 Unit 7,000,000.0 1.00 Unit 7,000,000 Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 1.0 Unit 7,000,000.0 1.00 Unit 7,000,000

Pembangunan Stasiun/Bangunan Operasional 15.00 Unit 122,663,331 15.00 Unit 128,927,529 17.00 Unit 145,973,877 17.00 Unit 155,173,192 18.00 Unit 160,000,000 82.00 Unit 712,737,929

KORIDOR PULAU SUMATERA 6.00 Unit 41,431,168 6.00 Unit 32,779,529.00 8.00 Unit 47,000,000.0 9.00 Unit 75,000,000 9.00 Unit 75,000,000.00 38.00 Unit 271,210,697 Bireun - Lhokseumawe, Aceh 1.00 Unit 7,500,000 1.00 Unit 5,000,000.00 1.00 Unit 5,000,000.00 3.00 Unit 17,500,000 Binjai - Besitang, Sumut 1.0 Unit 5,000,000.00 1.00 Unit 5,000,000 Medan - Araskabu - Tebingtinggi - Bandar Tinggi - Kisaran, Sumut 1.0 Unit 5,000,000.00 1.00 Unit 5,000,000

Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Sumut 1.00 Unit 7,000,000.00 2.00 Unit 10,000,000.00 3.00 Unit 17,000,000 Rantauprapat-Duri-Dumai 1.0 Unit 10,000,000.0 1.0 Unit 10,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000 Pekanbaru-Muara Lembu-Teluk Kuantan-Muaro 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000 Duri - Pekanbaru 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000 Pariaman - Naras - Sungai Limau, Sumbar 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000 Padang - Pulo Aer, Sumbar 1.0 Unit 6,500,000.00 1.0 Unit 8,000,000.0 2.00 Unit 14,500,000 Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam - Padangpanjang, Sumbar 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000 Padang - Duku - BIM, Sumbar 2.00 Unit 21,405,251 2.00 Unit 21,405,251 Padang - Bukitputus - Indarung, Sumbar 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000 Padang Panjang - Bukit Tinggi - Payakumbuh - Limbanang, Sumbar (Reaktivasi) 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000 Muaro Kalaban - Muaro - Logas, Sumbar (reaktivasi) 1.0 Unit 5,000,000.00 1.00 Unit 5,000,000 Batu Ampar - Bandara Hang Nadim, Kep. Riau 1.0 Unit 10,000,000.0 1.0 Unit 10,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000 Pekanbaru - Jambi 1.0 Unit 10,000,000.0 1.0 Unit 10,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000 Jambi - Palembang 1.0 Unit 10,000,000.0 1.0 Unit 10,000,000.0 2.00 Unit 20,000,000 Simpang - Tanjung Api-Api (perpanjangan), Sumsel (tahap pertama) 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000 Indralaya - Kampus Unsri (perpanjangan), Sumsel 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000 Prabumulih - Waytuba, Sumsel 1.00 Unit 5,000,000 1.0 Unit 7,000,000.00 1.0 Unit 9,000,000.00 3.00 Unit 21,000,000 Prabumulih - Muara Enim - Lahat - Lubuk Linggau, Sumsel 2.00 Unit 7,525,917 2.00 Unit 7,525,917 Waytuba - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung 2.00 Unit 7,279,529.00 2.00 Unit 7,279,529 Sukamenti - Tarahan, Lampung (jalur ganda) 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000 Tanjung Karang - Pelabuhan Panjang, Lampung 1.0 Unit 5,000,000.0 1.00 Unit 5,000,000

KORIDOR PULAU JAWA 9.00 Unit 81,232,163 9.00 Unit 96,148,000.00 8.00 Unit 88,973,877.0 6.00 Unit 60,173,192 2.00 Unit 15,000,000.00 34.00 Unit 341,527,232 Rangkasbitung - Merak 1.00 Unit 5,000,000.00 1.00 Unit 5,000,000 Tanah Abang - Rangkasbitung 3.00 Unit 60,137,523 2.00 Unit 10,000,000.00 5.00 Unit 70,137,523 Cilegon - Anyer Kidul (reaktivasi) 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000 Tonjong - Bojonegara 1.0 Unit 10,173,192.0 1.00 Unit 10,173,192 Citayam - Nambo 3.00 Unit 16,544,687.00 3.00 Unit 16,544,687 PEMBIAYAAN JUMLAH NO KEGIATAN 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017 2018 2019 VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) Duri - Tangerang 1.00 Unit 49,842,187.00 1.00 Unit 49,842,187 Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 1.0 Unit 10,000,000.00 1.00 Unit 10,000,000 Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang 1.0 Unit 15,000,000.00 1.00 Unit 15,000,000 Padalarang - Bandung - Cicalengka 1.0 Unit 18,973,877.00 1.00 Unit 18,973,877 Cirebon - Brebes 1.00 Unit 14,722,030 1.00 Unit 14,722,030 Kedungjati - Tuntang 1.0 Unit 5,000,000.00 1.0 Unit 5,000,000.00 2.00 Unit 10,000,000 Kroya - Kutoarjo 1.0 Unit 10,000,000.00 1.00 Unit 10,000,000 Solo - Paron 1.0 Unit 10,000,000.00 1.0 Unit 10,000,000.00 2.00 Unit 20,000,000 Paron - Madiun 1.0 Unit 10,000,000.00 1.00 Unit 10,000,000 Madiun - Mojokerto - Wonokromo - Surabaya 1.0 Unit 10,000,000.00 1.0 Unit 10,000,000.00 2.00 Unit 20,000,000 Bojonegoro - Surabaya 5.00 Unit 6,372,610 2.00 Unit 14,761,126.00 7.00 Unit 21,133,736 Surabaya - Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000 Kalisat - Panarukan 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000 Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 1.0 Unit 10,000,000.00 1.00 Unit 10,000,000

KORIDOR PULAU SULAWESI - Unit - - Unit - 1.00 Unit 10,000,000 2.00 Unit 20,000,000 3.00 Unit 30,000,000 6.00 Unit 60,000,000 Makassar - Pare-Pare 1.0 Unit 10,000,000.00 2.0 Unit 20,000,000.0 3.00 Unit 30,000,000 Manado - Bitung 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000 Isimu-Kota Gorontalo-Taludaa-Molibagu-Tutuyan-Belang-Kema-Bitung 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000 Parepare-Pinrang-Polewali-Wonomulyo-Majene-Mamuju (tahap pertama) 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000

KORIDOR PULAU KALIMANTAN - Unit - - Unit - - Unit - - Unit - 3.00 Unit 30,000,000 3.00 Unit 30,000,000 Tanjung - Paringin - Barabai - Rantau - Martapura - Bandara Syamsuddin Noor - Banjarmasin 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000

Balikpapan - Samarinda 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000 Tanjung - Tanah Grogot - Balikpapan (tahap pertama) 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000

KORIDOR PULAU PAPUA - Unit - - Unit - - Unit - - Unit - 1.00 Unit 10,000,000 1.00 Unit 10,000,000 Sorong - Manokwari (tahap pertama) 1.0 Unit 10,000,000.0 1.00 Unit 10,000,000

Rehabilitasi / Peningkatan Persinyalan & Telekomunikasi 7.00 Pkt 269,011,225 7.00 Pkt 353,687,483.00 8.00 Pkt 844,630,652.0 8.00 Pkt 866,878,546 11.00 Pkt 875,328,770.00 41.00 Pkt 3,209,536,676

KORIDOR PULAU SUMATERA 2.00 Pkt 68,604,163 3.00 Pkt 102,034,806.00 1.00 Pkt 69,559,809.0 3.00 Pkt 90,000,000 4.00 Pkt 120,000,000.00 13.00 Pkt 450,198,778 Binjai - Besitang, Sumut 1.00 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000 Medan - Araskabu, Sumut 1.00 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000 Araskabu - Tebingtinggi, Sumut 1.00 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000 Tebingtinggi - Bandar Tinggi - Kisaran, Sumut 1.00 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000 Medan - Belawan, Sumut 1.00 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000 Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam - Padangpanjang, Sumbar 1.00 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000

Padang - Duku - BIM, Sumbar 1.00 Pkt 26,098,211 1.00 Pkt 26,098,211 Padang - Bukitputus - Indarung, Sumbar 1.00 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000 Prabumulih - Kertapati, Sumsel 1.00 Pkt 69,559,809.00 1.00 Pkt 69,559,809 Prabumulih - Waytuba, Sumsel 1.00 Pkt 52,964,581.00 1.00 Pkt 52,964,581 Prabumulih - Muara Enim - Lahat - Lubuk Linggau, Sumsel 1.00 Pkt 16,030,019.00 1.00 Pkt 16,030,019 Waytuba - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung 1.00 Pkt 42,505,952 1.00 Pkt 33,040,206.00 2.00 Pkt 75,546,158

KORIDOR PULAU JAWA 5.00 Pkt 200,407,062 4.00 Pkt 251,652,677.00 7.00 Pkt 775,070,843.0 5.00 Pkt 776,878,546 7.00 Pkt 755,328,770.00 28.00 Pkt 2,759,337,898 Rangkasbitung - Merak 1.00 Pkt 19,938,252 1.00 Pkt 67,160,077.00 2.00 Pkt 87,098,329 Tanah Abang - Rangkasbitung 1.00 Pkt 37,591,394.0 1.00 Pkt 56,387,090 2.00 Pkt 93,978,484 Jabodetabek (termasuk untuk mendukung KA bandara Soetta Commuter Line) 1.0 Pkt 437,397,599.0 1.0 Pkt 573,612,910 1.0 Pkt 488,989,491 3.00 Pkt 1,500,000,000 Citayam - Nambo 1.0 Pkt 50,000,000.00 1.00 Pkt 50,000,000 Cicalengka - Banjar 1.00 Pkt 68,864,210.00 1.00 Pkt 40,878,546 2.00 Pkt 109,742,756 Cikampek - Padalarang 1.00 Pkt 63,228,658.00 1.00 Pkt 63,228,658 Cangkring - Pelabuhan Cirebon 1.00 Pkt 7,620,822 1.00 Pkt 7,620,822 Tegal - Pekalongan - Semarang 1.00 Pkt 80,518,530 1.00 Pkt 26,630,652.0 2.00 Pkt 107,149,182 Semarang - Tanjung Mas 1.0 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000 Kedungjati - Tuntang 1.00 Pkt 18,822,728 1.00 Pkt 18,822,728 Cirebon - Kroya (Purwokerto - Kroya) 1.00 Pkt 49,402,274 1.00 Pkt 111,263,942.00 1.00 Pkt 86,586,988.0 3.00 Pkt 247,253,204 Gundih - Solo - Yogyakarta 1.00 Pkt 101,192,094.00 1.00 Pkt 101,192,094 Solo - Paron - Madiun 1.00 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000 Madiun - Mojokerto - Wonokromo - Surabaya 1.00 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000 Surabaya - Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 1.00 Pkt 68,000,000.0 1.00 Pkt 76,000,000.0 1.00 Pkt 40,624,676.00 3.00 Pkt 184,624,676 Kalisat - Panarukan 1.00 Pkt 56,901,687.00 1.00 Pkt 56,901,687 Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 1.00 Pkt 31,725,278 1.00 Pkt 30,000,000.00 2.00 Pkt 61,725,278 PEMBIAYAAN JUMLAH NO KEGIATAN 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017 2018 2019 VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) Pembangunan Persinyalan dan Telekomunikasi 12.00 Pkt 433,140,768 13.00 Pkt 446,635,194 14.00 Pkt 457,426,360 16.00 Pkt 465,428,275 16.00 Pkt 600,000,000 71.00 Pkt 2,402,630,597

KORIDOR PULAU SUMATERA 6.00 Pkt 185,207,628 7.00 Pkt 193,963,327.00 9.00 Pkt 267,426,360.0 8.00 Pkt 215,340,504 7.00 Pkt 280,000,000.00 37.00 Pkt 1,141,937,819 Bireun - Lhokseumawe, Aceh 1.00 Pkt 90,000,000.00 1.00 Pkt 90,000,000

Binjai - Besitang, Sumut 1.0 Unit 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000 Medan - Araskabu, Sumut 2.00 Pkt 76,172,274 2.00 Pkt 48,454,061.00 4.00 Pkt 124,626,335

Araskabu - Tebingtinggi, Sumut 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000 Tebingtinggi - Bandar Tinggi - Kisaran, Sumut 1.0 Pkt 35,340,504.00 1.00 Pkt 35,340,504

Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Sumut 2.00 Pkt 44,836,739.00 2.00 Pkt 33,163,261.00 4.00 Pkt 78,000,000 Medan - Belawan, Sumut 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000

Rantauprapat-Duri-Dumai 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000 Pekanbaru-Muara Lembu-Teluk Kuantan-Muaro 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000

Duri - Pekanbaru 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000 Pariaman - Naras - Sungai Limau, Sumbar 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000

Padang - Pulo Aer, Sumbar 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000 Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam - Padangpanjang - Solo - Sawahlunto - Muarokalaban, Sumbar 2.0 Pkt 30,000,000.00 2.00 Pkt 30,000,000

Padang - Duku - BIM, Sumbar 1.00 Pkt 5,336,263.00 1.00 Pkt 5,336,263 Padang Panjang - Bukit Tinggi - Payakumbuh, Sumbar (Reaktivasi) 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000 Muaro Kalaban - Muaro - Logas, Sumbar (reaktivasi) 1.0 Pkt 26,836,739.00 1.00 Pkt 26,836,739 Batu Ampar - Bandara Hang Nadim, Kep. Riau 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000 Pekanbaru - Jambi 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000 Jambi - Palembang 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000 Indralaya - Kampus Unsri (perpanjangan), Sumsel 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000 Padang - Pariaman, Sumbar 1.00 Pkt 5,336,264.00 1.00 Pkt 5,336,264 Prabumulih - Kertapati, Sumsel 1.00 Pkt 19,356,200 1.00 Pkt 19,356,200 Prabumulih - Waytuba, Sumsel 1.00 Pkt 22,902,800 1.0 Pkt 38,860,723.0 2.00 Pkt 61,763,523 Prabumulih - Muara Enim - Lahat - Lubuk Linggau, Sumsel 1.00 Pkt 36,612,700 2.0 Pkt 78,565,637.0 3.00 Pkt 115,178,337

Muara Enim - Tanjung Enim, Sumsel 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000 Waytuba - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung 1.00 Pkt 30,163,654 1.00 Pkt 30,163,654 Tanjung Karang - Panjang, Lampung 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000

KORIDOR PULAU JAWA 6.00 Pkt 247,933,140 6.00 Pkt 252,671,867.00 5.00 Pkt 190,000,000.0 7.00 Pkt 220,087,771 4.00 Pkt 120,000,000.00 28.00 Pkt 1,030,692,778 Tanah Abang - Rangkasbitung - Merak 1.00 Pkt 30,000,000 1.00 Pkt 30,000,000 Jakarta Kota - Manggarai - Bogor 1.00 Pkt 12,586,880.00 1.00 Pkt 12,586,880 Citayam - Nambo 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000 Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000 Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang 1.00 Pkt 92,366,369 1.00 Pkt 138,549,554.00 2.00 Pkt 230,915,923 Cibungur - Tanjungrasa 2.00 Pkt 65,428,275.0 2.00 Pkt 65,428,275 Cikampek - Cirebon 1.00 Pkt 24,900,447 1.00 Pkt 24,900,447 Cangkring - Pelabuhan Cirebon 1.00 Pkt 24,659,496 1.00 Pkt 24,659,496 Brebes - Tegal 1.00 Pkt 17,684,433.00 1.00 Pkt 17,684,433 Semarang - Bojonegoro 1.00 Pkt 36,049,854 1.00 Pkt 36,049,854 Kedungjati - Tuntang 1.0 Pkt 78,856,000.00 1.00 Pkt 78,856,000 Banjar - Kroya 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000 Cirebon - Kroya 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000 Semarang - Gundih 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000 Gundih - Solo - Yogyakarta 1.00 Pkt 34,259,670 1.00 Pkt 34,259,670 Puwosari - Wonogiri 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000 Kutoarjo - Yogyakarta 1.00 Pkt 50,000,000.0 1.00 Pkt 50,000,000 Kroya - Kutoarjo 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000 Solo - Paron - Madiun 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000 Madiun - Mojokerto - Wonokromo - Surabaya 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000 Bojonegoro - Surabaya 1.00 Pkt 30,178,400 2.0 Pkt 4,995,000.00 1.00 Pkt 50,000,000.0 4.00 Pkt 85,173,400 Surabaya - Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 1.00 Pkt 30,178,400 1.00 Pkt 30,178,400 Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000

KORIDOR PULAU SULAWESI - Pkt - - Pkt - - Pkt - 1.00 Pkt 30,000,000 2.00 Pkt 80,000,000 3.00 Pkt 110,000,000 Makassar - Pare-Pare 1.0 Pkt 30,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000 Manado - Bitung 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000 Isimu-Kota Gorontalo-Taludaa-Molibagu-Tutuyan-Belang-Kema-Bitung 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000 PEMBIAYAAN JUMLAH NO KEGIATAN 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017 2018 2019 VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000)

KORIDOR PULAU KALIMANTAN - Pkt - - Pkt - - Pkt - - Pkt - 2.00 Pkt 80,000,000 2.00 Pkt 80,000,000 Tanjung - Paringin - Barabai - Rantau - Martapura - Bandara Syamsuddin Noor - Banjarmasin 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000

Balikpapan - Samarinda 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000

KORIDOR PULAU PAPUA - Pkt - - Pkt - - Pkt - - Pkt - 1.00 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000 Sorong - Manokwari (tahap pertama) 1.0 Pkt 40,000,000.00 1.00 Pkt 40,000,000

Rejabilitasi/Peningkatan Transmisi Listrik Aliran Atas (LAA) 33.90 Km'sp 70,278,044 44.90 Km'sp 35,000,000 45.00 Km'sp 90,000,000 45.00 Km'sp 90,000,000 58.95 Km'sp 118,438,933 227.75 Km'sp 403,716,977

KORIDOR PULAU SUMATERA - Km'sp - - Km'sp - - Km'sp - - Km'sp - - Km'sp - - Km'sp -

KORIDOR PULAU JAWA 33.90 Km'sp 70,278,044 44.90 Km'sp 35,000,000.00 45.00 Km'sp 90,000,000.0 45.00 Km'sp 90,000,000 58.95 Km'sp 118,438,933.00 227.75 Km'sp 403,716,977 Tanah Abang - Serpong - Maja - Rangkasbitung 45.0 Km'sp 90,000,000.0 11.0 Km'sp 22,000,000.0 56.00 Km'sp 112,000,000 Jatinegara - Pondok jati - Senen - Kampungbandan - Tanah Abang 44.9 Km'sp 35,000,000.00 22.0 Km'sp 44,000,000.00 66.90 Km'sp 79,000,000

Tanah Abang - Manggarai 6.0 Km'sp 12,000,000 6.00 Km'sp 12,000,000

Jakarta Kota - Manggarai - Bogor 33.90 Km'sp 70,278,044 9.0 Km'sp 18,000,000 7.7 Km'sp 15,838,933.00 50.55 Km'sp 104,116,977 Citayam - Nambo 14.3 Km'sp 28,600,000.00 14.30 Km'sp 28,600,000 Duri - Tangerang 19.0 Km'sp 38,000,000 19.00 Km'sp 38,000,000 Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang 15.0 Km'sp 30,000,000.00 15.00 Km'sp 30,000,000

Rejabilitasi/Peningkatan Gardu Listrik (Catu Daya) 1.00 Unit 36,076,900 2.00 Unit 26,251,440 1.00 Unit 15,000,000 1.00 Unit 15,000,000 1.00 Unit 15,000,000 6.00 Unit 107,328,340

KORIDOR PULAU SUMATERA - Unit - - Unit - - Unit - - Unit - - Unit - - Unit -

KORIDOR PULAU JAWA 1.00 Unit 36,076,900 2.00 Unit 26,251,440.00 1.00 Unit 15,000,000.0 1.00 Unit 15,000,000 1.00 Unit 15,000,000.00 6.00 Unit 107,328,340 Tanah Abang - Rangkasbitung 1.00 Unit 15,000,000.0 1.00 Unit 15,000,000 Jatinegara - Pondok jati - Senen - Kampungbandan & Jakarta Kota - Tj Priok/JICT 1.00 Unit 15,000,000 1.00 Unit 15,000,000

Jakarta Kota - Manggarai - Bogor 1.00 Unit 36,076,900 1.00 Unit 36,076,900 Citayam - Nambo 1.00 Unit 15,000,000.00 1.00 Unit 15,000,000 Duri - Tangerang 1.00 Unit 11,251,440.00 1.00 Unit 11,251,440 Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang 1.00 Unit 15,000,000.00 1.00 Unit 15,000,000

Pembangunan Transmisi Listrik Aliran Atas (LAA) termasuk gardu listrik 17.35 Km'sp 291,282,388 61.80 Km'sp 2,001,374,366 138.50 Km'sp 2,226,550,241 101.00 Km'sp 1,105,760,000 40.00 Km'sp 800,000,000 358.65 Km'sp 6,424,966,995

KORIDOR PULAU SUMATERA - Km'sp - - Km'sp - 27.00 Km'sp 830,000,000 - Km'sp - - Km'sp - 27.00 Km'sp 830,000,000 Medan - Araskabu - Kualanamu, Sumut (termasuk DIPO KRL) 27.0 Km'sp 830,000,000.0 27.00 Km'sp 830,000,000

KORIDOR PULAU JAWA 17.35 Km'sp 291,282,388 61.80 Km'sp 2,001,374,366 111.50 Km'sp 1,396,550,241 101.00 Km'sp 1,105,760,000 40.00 Km'sp 800,000,000 331.65 Km'sp 5,594,966,995 Maja - Rangkasbitung - Merak 69.0 Km'sp 465,760,000 69.00 Km'sp 465,760,000 Tanah Abang - Rangkasbitung 17.35 Km'sp 101,221,535 1,00 Pkt 39,603,400.00 17.35 Km'sp 140,824,935 Tanah Abang - Rangkasbitung (Test Track) 10.0 Km'sp 77,857,297.00 10.00 Km'sp 77,857,297 Jakarta Kota - Tj Priok/JICT 1,00 Pkt 43,421,400 1,00 Pkt 43,421,400 Citayam - Nambo 14.3 Km'sp 300,300,000.00 14.30 Km'sp 300,300,000 Manggarai - Bekasi - Cikarang 17.0 Km'sp 530,020,669.00 17.00 Km'sp 530,020,669 Cikarang - Cikampek 40.00 Km'sp 800,000,000.00 40.00 Km'sp 800,000,000 Padalarang - Bandung - Cicalengka 20.5 Km'sp 410,000,000.00 20.5 Km'sp 410,000,000.0 41.00 Km'sp 820,000,000 QW Yogyakarta - Solo 1,00 Pkt 146,639,453 1,00 Pkt 643,593,000.00 59.0 Km'sp 346,550,241.0 59.00 Km'sp 1,136,782,694 Kutoarjo - Yogyakarta 32.00 Km'sp 640,000,000.0 32.00 Km'sp 640,000,000 64.00 Km'sp 1,280,000,000

Peningkatan/Pembangunan Bangunan Khusus 1.00 Unit 16,938,042 5.00 Unit 52,500,000.00 5.00 Unit 35,000,000.00 4.00 Unit 19,976,000.00 6.00 Unit 29,276,653.00 21.00 Unit 153,690,695

KORIDOR PULAU SUMATERA - Unit - 3.00 Unit 22,500,000.00 3.00 Unit 17,500,000.0 1.00 Unit 5,500,000.00 1.00 Unit 2,111,673.00 8.00 Unit 47,611,673 Sumut 1.0 Unit 7,500,000.00 2.0 Unit 10,000,000.0 3.00 Unit 17,500,000 Sumbar 1.0 unit 5,500,000 1.00 unit 2,111,673.00 2.00 Unit 7,611,673 Sumsel 1.0 Unit 7,500,000.00 1.00 Unit 7,500,000 Riau 1.0 Unit 7,500,000.00 1.00 Unit 7,500,000 Jambi 1.0 Unit 7,500,000.0 1.00 Unit 7,500,000 PEMBIAYAAN JUMLAH NO KEGIATAN 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017 2018 2019 VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) KORIDOR PULAU JAWA 1.00 Unit 16,938,042 2.00 Unit 22,500,000.00 2.00 Unit 13,000,000.0 1.00 Unit 5,476,000 2.00 Unit 11,000,000.00 8.00 Unit 68,914,042 Tanah Abang - Rangkasbitung - Merak, termasuk bangunan dan fasilitas pengujian dan laboratorium 1.0 Unit 7,500,000.00 1.00 Unit 7,500,000

Jakarta Kota - Manggarai - Bogor 1.0 Unit 7,500,000.0 1.00 Unit 7,500,000 Cicalengka - Banjar 1.0 Unit 5,476,000 1.00 Unit 5,476,000 Tegal - Pekalongan - Semarang 1.00 Unit 7,500,000.00 1.00 Unit 7,500,000 Semarang - Bojonegoro - Surabaya, termasuk bangunan dan fasilitas perawatan/workshop 1.00 Unit 16,938,042 1.00 Pkt 7,500,000.00 1.0 unit 5,500,000.0 1.00 Unit 8,000,000.00 3.00 Unit 37,938,042

Solo - Madiun - Surabaya - Bangil 1.0 Unit 7,500,000.00 1.00 Unit 7,500,000

KORIDOR PULAU SULAWESI - Unit - 1.00 Unit 7,500,000.00 2.00 Unit 4,500,000.0 2.00 Unit 9,000,000.00 - Unit - 5.00 Unit 21,000,000 Sulsel 1.0 Unit 7,500,000.00 1.00 Unit 7,500,000 Sulut - 0 1.0 Pkt 2,250,000.00 1.00 Unit 4,500,000.00 - 1.00 Unit 6,750,000 Gorontalo 1.0 Pkt 2,250,000.0 1.0 Unit 4,500,000.0 1.00 Unit 6,750,000

KORIDOR PULAU KALIMANTAN - Unit - - Unit - - Unit - - Unit - 3.00 Unit 16,164,980.00 3.00 Unit 16,164,980 Kaltim 1.00 unit 5,388,326.00 1.00 Unit 5,388,326 Kalsel 1.00 unit 5,388,327.00 1.00 Unit 5,388,327 Kalteng 1.00 unit 5,388,327.00 1.00 Unit 5,388,327

Pemagaran Fasilitas Pendukung / Sterilisasi 5.00 Pkt 35,445,422 11.00 Pkt 303,343,072.00 13.00 Pkt 305,320,176.0 15.00 Pkt 315,000,000.0 15.00 Pkt 315,000,000.0 59.00 Pkt 1,274,108,670

KORIDOR PULAU SUMATERA 1.00 Pkt 500,000 3.00 Pkt 174,651,998.00 5.00 Pkt 65,000,000.0 7.00 Pkt 140,000,000 4.00 Pkt 80,000,000.00 20.00 Pkt 460,151,998 Bireun - Lhokseumawe, Aceh 1.00 Pkt 500,000 1.00 Pkt 500,000 Binjai - Besitang, Sumut 1.00 Pkt 13,000,000.0 1.00 Pkt 13,000,000 Medan - Araskabu, Sumut 1.0 Pkt 85,000,000.00 1.00 Pkt 85,000,000 Araskabu - Tebingtinggi, Sumut 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000 Tebingtinggi - Bandar Tinggi - Kisaran, Sumut 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000 Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Sumut 1.0 Pkt 75,956,000.00 1.00 Pkt 75,956,000 Medan - Belawan, Sumut 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000 Pariaman - Naras - Sungai Limau, Sumbar 1.00 Pkt 13,000,000.0 1.00 Pkt 13,000,000 Padang - Pulo Aer, Sumbar 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000 Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam - Padangpanjang - Solok - Muaro Kalaban, Sumbar 1.00 Pkt 13,000,000.0 1.00 Pkt 13,000,000

Padang - Duku - BIM, Sumbar 1.00 Pkt 13,000,000.0 1.00 Pkt 13,000,000

Padang - Bukitputus - Indarung, Sumbar 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000

Padang - Pariaman, Sumbar 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000

Prabumulih - Kertapati, Sumsel 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000 Prabumulih - Waytuba, Sumsel 1.00 Pkt 13,000,000.0 1.00 Pkt 13,000,000 Tanjung Rembang - X5, Sumsel 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000 Prabumulih - Muara Enim - Lahat - Lubuk Linggau, Sumsel 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000

Muara Enim - Tanjung Enim, Sumsel 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000

Waytuba - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung 1.00 Pkt 13,695,998.00 1.00 Pkt 13,695,998 Tanjung Karang - Panjang, Lampung 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000

KORIDOR PULAU JAWA 4.00 Pkt 34,945,422 8.00 Pkt 128,691,074.00 8.00 Pkt 240,320,176.0 8.00 Pkt 175,000,000 11.00 Pkt 235,000,000.00 39.00 Pkt 813,956,672 Rangkasbitung - Merak 1.00 Pkt 13,000,000.0 1.00 Pkt 13,000,000 Tanah Abang - Rangkasbitung 1.00 Pkt 7,084,848.00 1.00 Pkt 7,084,848 Krenceng - Anyer Kidul (reaktivasi) 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000 Sungai Lagoa - Kampungbandan (reaktivasi) 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000 Jatinegara - Pondok jati - Senen - Kampungbandan - Tanah Abang - Manggarai 2.00 Pkt 17,000,000.00 2.00 Pkt 17,000,000

Jakarta Kota - Tj. Priok/JICT 1.00 Pkt 13,000,000.0 1.00 Pkt 13,000,000 Jakarta Kota - Manggarai - Bogor 1.00 Pkt 19,677,653 1.00 Pkt 16,490,716.00 1.00 Pkt 144,933,104.0 3.00 Pkt 181,101,473 Citayam - Nambo 1.00 Pkt 12,105,044.00 1.00 Pkt 12,105,044 Duri - Tangerang 1.00 Pkt 18,000,000.0 1.00 Pkt 18,000,000 Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000 Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang 1.00 Pkt 13,000,000.0 1.00 Pkt 13,000,000 Cikarang - Cikampek 1.00 Pkt 13,000,000.0 1.00 Pkt 13,000,000 Cibungur - Tanjungrasa 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000 Cikampek - Padalarang 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000 PEMBIAYAAN JUMLAH NO KEGIATAN 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017 2018 2019 VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) Cirebon - Brebes 1.00 Pkt 70,010,466.00 1.00 Pkt 70,010,466 Cikampek - Cirebon 1.00 Pkt 25,000,000.0 1.00 Pkt 25,000,000 Brebes - Tegal 1.00 Pkt 13,000,000.0 1.00 Pkt 13,000,000 Tegal - Pekalongan - Semarang 2.00 Pkt 6,086,269 2.00 Pkt 6,086,269 Semarang - Bojonegoro 1.00 Pkt 12,387,072.0 1.00 Pkt 12,387,072 Kedungjati - Tuntang 1.00 Pkt 25,000,000.0 1.00 Pkt 25,000,000 Banjar - Kroya 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000 Cirebon - Kroya 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000 Semarang - Gundih 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000 Gundih - Solo - Yogyakarta 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000 Puwosari - Wonogiri 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000 Kutoarjo - Yogyakarta 1.00 Pkt 25,000,000.0 1.00 Pkt 25,000,000 Kroya - Kutoarjo 1.00 Pkt 25,000,000.0 1.00 Pkt 25,000,000 Yogyakarta - Magelang - Secang - Bedono - Tuntang 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000 Solo - Paron 1.00 Pkt 1,500,000.00 1.00 Pkt 1,500,000 Paron - Madiun 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000 Madiun - Mojokerto - Wonokromo - Surabaya 1.00 Pkt 25,000,000.0 1.00 Pkt 25,000,000 Bojonegoro - Surabaya 1.00 Pkt 9,181,500 1.0 Pkt 4,500,000.00 2.00 Pkt 13,681,500 Surabaya - Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 1.00 Pkt 20,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000 Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 1.00 Pkt 25,000,000.0 1.00 Pkt 25,000,000

Pengamanan Perlintasan Sebidang 34.00 Pkt 50,633,726 44.00 Pkt 69,717,961 45.00 Pkt 90,000,000 45.00 Pkt 94,500,000 50.00 Pkt 110,000,000 218.00 Pkt 414,851,687

KORIDOR PULAU SUMATERA 18.00 Pkt 18,577,005 15.00 Pkt 25,092,766.00 15.00 Pkt 30,000,000.0 26.00 Pkt 54,600,000 12.00 Pkt 26,400,000.00 86.00 Pkt 154,669,771 Binjai - Besitang, Sumut 2.00 Pkt 3,100,000.00 1.00 Pkt 2,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 5.00 Pkt 9,500,000 Medan - Araskabu, Sumut 9.00 Pkt 2,000,000 2.00 Pkt 4,200,000.00 11.00 Pkt 6,200,000 Araskabu - Tebingtinggi, Sumut 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 4.00 Pkt 7,300,000 Tebingtinggi - Bandar Tinggi - Kisaran, Sumut 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 4.00 Pkt 7,300,000 Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Sumut 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 8,400,000 Medan - Belawan, Sumut 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 4.00 Pkt 7,300,000 Pariaman - Naras - Sungai Limau, Sumbar 2.00 Pkt 4,200,000.00 2.00 Pkt 4,200,000 Padang - Pulo Aer, Sumbar 2.00 Pkt 4,200,000.00 2.00 Pkt 4,200,000 Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam - Padangpanjang - Solok - Muaro Kalaban, Sumbar 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 8,400,000

Padang - Duku - BIM, Sumbar 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 4.00 Pkt 7,300,000

Padang - Bukitputus - Indarung, Sumbar 1.00 Pkt 1,316,103 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 5.00 Pkt 9,516,103

Padang - Pariaman, Sumbar 1.00 Pkt 1,316,102 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 5.00 Pkt 9,516,102

Prabumulih - Kertapati, Sumsel 1.0 Pkt 1,991,808.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 3.00 Pkt 6,191,808

Prabumulih - Waytuba, Sumsel 2.00 Pkt 3,983,616 3.0 Pkt 5,609,150.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 7.00 Pkt 13,792,766

Tanjung Rembang - X5, Sumsel 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 8,400,000

Prabumulih - Muara Enim - Lahat - Lubuk Linggau, Sumsel 1.00 Pkt 1,991,808 1.0 Pkt 1,991,808.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 4.00 Pkt 8,183,616

Muara Enim - Tanjung Enim, Sumsel 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 8,400,000

Waytuba - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung 4.00 Pkt 7,969,376 2.00 Pkt 4,200,000.00 6.00 Pkt 12,169,376

Tanjung Karang - Panjang, Lampung 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 8,400,000

KORIDOR PULAU JAWA 16.00 Pkt 32,056,721 29.00 Pkt 44,625,195.00 30.00 Pkt 60,000,000.0 19.00 Pkt 39,900,000 38.00 Pkt 83,600,000.00 132.00 Pkt 260,181,916

Rangkasbitung - Merak 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 7,500,000

Tanah Abang - Rangkasbitung 1.00 Pkt 1,200,000 1.00 Pkt 340,506.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 4.00 Pkt 5,740,506

Krenceng - Anyer Kidul (reaktivasi) 2.00 Pkt 4,400,000.00 2.00 Pkt 4,400,000

Sungai Lagoa - Kampungbandan (reaktivasi) 2.00 Pkt 4,400,000.00 2.00 Pkt 4,400,000

Jatinegara - Pondok jati - Senen - Kampungbandan - Tanah Abang - Manggarai 2.00 Pkt 3,100,000.00 1.00 Pkt 2,100,000.00 3.00 Pkt 5,200,000

Jakarta Kota - Tj. Priok/JICT 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 7,500,000

Jakarta Kota - Manggarai - Bogor 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,000,000 PEMBIAYAAN JUMLAH NO KEGIATAN 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017 2018 2019 VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) Citayam - Nambo 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,000,000

Duri - Tangerang 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 7,500,000

Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,000,000

Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 7,500,000

Cikarang - Cikampek 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 7,500,000

Cibungur - Tanjungrasa 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,000,000

Cicalengka - Banjar 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,000,000

Cikampek - Padalarang 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 7,500,000

Cirebon - Brebes 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 7,500,000

Cikampek - Cirebon 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 8,400,000

Jatibarang - Indramayu 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 8,400,000

Brebes - Tegal 1.00 Pkt 2,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 3.00 Pkt 6,400,000

Tegal - Pekalongan - Semarang 4.00 Pkt 7,969,376 1.00 Pkt 1,992,344.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 7.00 Pkt 14,161,720

Semarang - Bojonegoro 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 4.00 Pkt 7,300,000

Kedungjati - Tuntang 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 8,400,000

Tegal - Prupuk 1.00 Pkt 2,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 3.00 Pkt 6,400,000

Banjar - Kroya 2.00 Pkt 4,400,000.00 2.00 Pkt 4,400,000

Cirebon - Kroya 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 8,400,000

Semarang - Gundih 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 4.00 Pkt 7,300,000

Gundih - Solo - Yogyakarta 1.00 Pkt 1,992,345 1.00 Pkt 1,992,345.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 4.00 Pkt 8,184,690

Puwosari - Wonogiri 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,000,000

Kutoarjo - Yogyakarta 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 4.00 Pkt 7,300,000

Kroya - Kutoarjo 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,400,000.00 4.00 Pkt 8,400,000

Kutoarjo - Purworejo 1.00 Pkt 2,000,000.00 1.00 Pkt 2,000,000

Yogyakarta - Magelang - Secang - Bedono - Tuntang 1.00 Pkt 2,000,000.00 1.00 Pkt 2,000,000

Solo - Paron 4.00 Pkt 8,800,000.00 4.00 Pkt 8,800,000

Paron - Madiun 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,000,000

Madiun - Mojokerto - Wonokromo - Surabaya 2.00 Pkt 4,000,000.00 2.00 Pkt 4,000,000

Bojonegoro - Surabaya 10.00 Unit 20,895,000 2.00 Pkt 4,200,000.00 12.00 Pkt 25,095,000

Surabaya - Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 4.00 Pkt 7,300,000

Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 2.00 Pkt 3,100,000.00 2.00 Pkt 4,200,000.00 4.00 Pkt 7,300,000

Pengadaan Lahan 34.00 Pkt 1,297,784,684 30.00 Pkt 2,864,515,092 31.00 Pkt 2,094,445,104 31.00 Pkt 2,127,609,790 32.00 Pkt 1,600,000,000 158.00 Pkt 9,984,354,670

KORIDOR PULAU SUMATERA 14.00 Pkt 704,437,835 14.00 Pkt 1,230,689,079.00 9.00 Pkt 902,550,000.0 8.00 Pkt 548,200,000 11.00 Pkt 630,000,000.00 56.00 Pkt 4,015,876,914

Bireun - Lhokseumawe, Aceh 6.00 Pkt 422,765,921 4.00 Pkt 302,139,079.00 10.00 Pkt 724,905,000

Lhokseumawe - Langsa - Besitang 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 80,000,000.00 2.00 Pkt 90,000,000

Binjai - Besitang, Sumut 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 20,000,000.00 2.00 Pkt 30,000,000

Medan - Araskabu, Sumut 2.00 Pkt 13,163,356 2.00 Pkt 13,163,356

Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Sumut 3.00 Pkt 6,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000.00 4.00 Pkt 16,000,000

Medan - Belawan, Sumut 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 100,000,000 3.00 Pkt 120,000,000 PEMBIAYAAN JUMLAH NO KEGIATAN 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017 2018 2019 VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) Rantauprapat - Kota Pinang - Duri - Dumai, Sumut & Riau (124,5 Km x 1000 x 24 m) 2.00 Pkt 210,000,000 1.00 Pkt 507,600,000.00 1.00 Pkt 467,600,000.0 1.00 Pkt 388,200,000.0 5.00 Pkt 1,573,400,000

Duri - Pekanbaru 1.00 Pkt 50,000,000 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000.00 3.00 Pkt 70,000,000

Pekanbaru - Jambi 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 100,000,000.00 2.00 Pkt 110,000,000

Pekanbaru - Muaro 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 100,000,000.00 3.00 Pkt 120,000,000

Jambi - Palembang 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 100,000,000.00 2.00 Pkt 110,000,000

Pariaman - Naras - Sungai Limau, Sumbar 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000

Padang - Pulo Aer, Sumbar 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000

Lubuk Alung - Sicincin - Kayutanam - Padangpanjang - Solok - Muarokalaban - Muaro - Logas, Sumbar 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 100,000,000.00 2.00 Pkt 110,000,000

Padang - Bukitputus - Indarung, Sumbar 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000

Padang - Pariaman, Sumbar 2.00 Pkt 7,001,500 2.00 Pkt 7,001,500

Prabumulih - Kertapati, Sumsel 1.00 Pkt 1,507,058 1.00 Pkt 10,000,000.00 2.00 Pkt 11,507,058

Kertapati/Simpang - Tj. Api-Api, Sumsel 1.00 Pkt 50,000,000.00 1.00 Pkt 50,000,000

Prabumulih - Waytuba, Sumsel 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000

Prabumulih - Muara Enim - Lahat - Lubuk Linggau, Sumsel 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000

Muara Enim - Tanjung Enim, Sumsel 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000.00 2.00 Pkt 20,000,000

Waytuba - Rejosari - Tanjung Karang - Tarahan, Lampung 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000

Rejosari - Tarahan, Lampung 1.00 Pkt 364,950,000.00 1.00 Pkt 364,950,000.0 2.00 Pkt 729,900,000

Tarahan - Bakauheni, Lampung 1.00 Pkt 50,000,000.00 1.00 Pkt 50,000,000

KORIDOR PULAU JAWA 19.00 Pkt 243,346,849 13.00 Pkt 1,433,826,013.00 8.00 Pkt 891,895,104.0 9.00 Pkt 1,079,409,790 8.00 Pkt 470,000,000.00 57.00 Pkt 4,118,477,756

Rangkasbitung - Merak 1.00 Pkt 10,000,000 1.00 Pkt 94,895,104.00 1.00 Pkt 104,895,104.0 1.00 Pkt 90,209,790 4.00 Pkt 299,999,998

Tanah Abang - Rangkasbitung (termasuk untuk test track) 2.00 Pkt 15,000,000 1.0 Pkt 5,000,000.00 1.00 Pkt 11,000,000.0 4.00 Pkt 31,000,000

Krenceng - Anyer Kidul (reaktivasi) 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000

Parungpanjang - Citayam 1.00 Pkt 176,000,000.00 1.00 Pkt 176,000,000.0 1.00 Pkt 179,200,000 3.00 Pkt 531,200,000

Sungai Lagoa - Kampungbandan (reaktivasi) 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000

Jatinegara - Pondok jati - Senen - Kampungbandan - Tanah Abang - Manggarai 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000

Jakarta Kota - Manggarai - Bogor 2.00 Pkt 2,000,000 2.00 Pkt 2,000,000

Citayam - Nambo 2.00 Pkt 2,750,000 1.0 Pkt 1,000,000.00 3.00 Pkt 3,750,000

Halim - Manggarai - Duri - Bandara Soetta (express line) 1.0 Pkt 250,000,000.00 1.0 Pkt 500,000,000.0 1.0 Pkt 750,000,000 1.0 Pkt 400,000,000.00 4.00 Pkt 1,900,000,000

Bogor - Sukabumi - Cianjur - Padalarang 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000

Manggarai - Jatinegara - Bekasi - Cikarang 1.00 Pkt 27,289,353 1.0 Pkt 731,605,474.00 2.00 Pkt 758,894,827

Cikarang - Cikampek 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000

Padalarang - Bandung - Cicalengka 1.00 Pkt 1,000,000 1.00 Pkt 10,000,000.00 2.00 Pkt 11,000,000

Cicalengka - Banjar 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000

Cikampek - Cirebon 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000

Cangkring - Pelabuhan Cirebon 1.00 Pkt 18,674,565 1.00 Pkt 81,325,435.00 1.00 Pkt 70,000,000.0 3.00 Pkt 170,000,000

Tegal - Pekalongan - Semarang 1.00 Pkt 1,407,931 1.0 Pkt 25,000,000.00 2.00 Pkt 26,407,931

Semarang - Bojonegoro 1.00 Pkt 20,716,600 1.0 Pkt 25,000,000.00 2.00 Pkt 45,716,600

Elevated Track Semarang 1.0 Pkt 15,000,000.00 1.00 Pkt 15,000,000

Banjar - Kroya 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000

Cirebon - Kroya 1.00 Pkt 950,000 1.0 Pkt 9,000,000.00 2.00 Pkt 9,950,000 PEMBIAYAAN JUMLAH NO KEGIATAN 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017 2018 2019 VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) Semarang - Gundih 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000

Gundih - Solo - Yogyakarta 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000

Puwosari - Wonogiri 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000

Kutoarjo - Yogyakarta 1.00 Pkt 1,000,000 1.00 Pkt 1,000,000

Kroya - Kutoarjo 1.00 Pkt 1,558,400 1.00 Pkt 1,558,400

Yogyakarta - Magelang - Secang - Bedono - Tuntang 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000

Solo - Paron - Madiun 1.00 Pkt 50,000,000 1.00 Pkt 50,000,000

Madiun - Mojokerto - Wonokromo - Surabaya 1.00 Pkt 50,000,000 1.0 Pkt 10,000,000.00 2.00 Pkt 60,000,000

Bojonegoro - Surabaya 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000

Surabaya - Bangil - Klakah - Kalisat - Banyuwangi 1.00 Pkt 1,000,000 1.00 Pkt 10,000,000.00 2.00 Pkt 11,000,000

Surabaya - Kalimas 1.0 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000

Tulangan - Gununggangsir 1.00 Pkt 40,000,000 1.00 Pkt 40,000,000

Bangil - Malang - Kediri - Kertosono 1.00 Pkt 10,000,000.00 1.00 Pkt 10,000,000

KORIDOR PULAU SULAWESI 1.00 Pkt 350,000,000 3.00 Pkt 200,000,000 7.00 Pkt 190,000,000 7.00 Pkt 255,000,000 6.00 Pkt 240,000,000 24.00 Pkt 1,235,000,000

Makassar - Pare-Pare 1.00 Pkt 350,000,000 1.00 Pkt 100,000,000.00 1.00 Pkt 90,000,000.0 1.00 Pkt 45,000,000 4.00 Pkt 585,000,000

Pare-Pare - Mamuju (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 40,000,000.0 3.00 Pkt 85,000,000

Mamuju - Palu (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 40,000,000.0 3.00 Pkt 85,000,000

Palu - Isimu (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 40,000,000.0 3.00 Pkt 85,000,000

Isimu - Gorontalo - Bitung 1.00 Pkt 50,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 40,000,000.0 4.00 Pkt 155,000,000

Manado - Bitung 1.00 Pkt 50,000,000.00 1.00 Pkt 30,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 40,000,000.0 4.00 Pkt 155,000,000

Makassar - Sungguhminasa - Takalar - Bulukumba - Watampone (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 40,000,000.0 3.00 Pkt 85,000,000

KORIDOR PULAU KALIMANTAN - Pkt - - Pkt - 6.00 Pkt 100,000,000 6.00 Pkt 210,000,000 6.00 Pkt 220,000,000 18.00 Pkt 530,000,000

Tanjung - Paringin - Barabai - Rantau - Martapura - Bandara Syamsuddin Noor - Banjarmasin 1.00 Pkt 30,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 20,000,000.0 3.00 Pkt 85,000,000

Balikpapan - Samarinda 1.00 Pkt 30,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 40,000,000.0 3.00 Pkt 105,000,000

Tanjung - Tanah Grogot - Balikpapan (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 40,000,000.0 3.00 Pkt 85,000,000

Palangkaraya - Pulang Kipas - Kuala Kapuas - Marabahan - Banjarmasin (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 40,000,000.0 3.00 Pkt 85,000,000

Palangkaraya-Sangau-Pontianak-Batas Negara (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 40,000,000.0 3.00 Pkt 85,000,000

Samarinda-Sangata-Tanjung Redep-Batas Negara (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 40,000,000.0 3.00 Pkt 85,000,000

KORIDOR PULAU PAPUA - Pkt - - Pkt - 1.00 Pkt 10,000,000 1.00 Pkt 35,000,000 1.00 Pkt 40,000,000 3.00 Pkt 85,000,000

Sorong - Manokwari & Jayapura - Sarmi (tahap pertama) 1.00 Pkt 10,000,000.0 1.00 Pkt 35,000,000.0 1.00 Pkt 40,000,000.0 3.00 Pkt 85,000,000

Pengadaan/Perawatan Peralatan/Fasilitas Prasarana (MTT, dll) termasuk fasilitas pengujian dan 37.00 Pkt 622,205,262 31.00 Pkt 107,763,310.00 25.00 Pkt 136,134,462.0 22.00 Pkt 55,361,354 22.00 Pkt 66,433,624.00 137.00 Pkt 987,898,012 perawatan/workshop

Penyusunan Studi/Kajian/Desain/Norma/Standar/Pedoman/ Kriteria/Prosedur Bidang Prasarana 84.00 Dok 265,534,987 89.0 Dok 257,393,697.00 90.0 Dok 275,411,255.0 90.0 Dok 294,690,042.0 90.0 Dok 315,318,344.00 443.00 Dok 1,408,348,325 Perkeretaapian

Perawatan dan Pengoperasian Prasarana Perkeretaapian Milik Negara (IMO) 1.00 Thn 1,712,351,451 1.00 Thn 2,500,350,000.00 1.00 Thn 2,750,385,000.0 1.00 Thn 3,025,423,500 1.00 Thn 3,327,965,850.00 5.00 Dok 13,316,475,801.0 PEMBIAYAAN JUMLAH NO KEGIATAN 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017 2018 2019 VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000)

Pelaksanaan Pembinaan bidang Prasarana Perkeretaapian 4.00 Keg 17,624,291 4.00 Keg 20,392,169.00 4.00 Keg 24,470,602.0 4.00 Keg 29,364,722.0 4.00 Keg 35,237,666.00 20.00 Keg 127,089,450.0

Administrasi dan Layanan Perkantoran 1.00 Thn 40,087,139 1.00 Thn 48,104,566.00 1.00 Thn 57,725,480.0 1.00 Thn 69,270,576.0 1.00 Thn 83,124,691.00 5.00 Thn 298,312,452.0

B Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Sarana Perkeretaapian 442,776,999 686,000,000.00 725,600,000.0 562,400,000 795,900,000.00 3,212,676,999

Kegiatan Sosialisasi/Rakor/Seminar/Workshop Bidang Sarana Perkeretaapian 2.00 Keg 367,880 2.00 Keg 393,631.00 2.00 Keg 421,185.0 2.00 Keg 450,667 2.00 Keg 482,213.00 10.00 Keg 2,115,576.0

Pembangunan/Pengadaan Sarana Perkeretaapian 37.00 Unit 346,504,481 24 Unit 419,591,889 17 Unit 369,570,000 77.00 Unit 436,820,000 121.00 Unit 422,970,000 276.00 Unit 1,995,456,370

Sarana KA Perintis

Rehabilitasi/perbaikan KRDI 5.00 Unit 13,200,000 5.00 Unit 13,200,000

Perbaikan 1 set (@ 4 unit) KRL/KfW 4.00 unit 3,878,800 4.00 Unit 3,878,800

Pengadaan KRDI (Multiyears 2015-2016) 1,00 Pkt 40,862,791 8.00 Unit 43,474,004 8.00 Unit 84,336,795

Pengadaan KRDI (Multiyears 2017-2018) Lebar Spoor 1435 mm (Sulawesi) 1.00 Pkt 41,729,445 8.00 Unit 29,131,334 9.00 Unit 70,860,779

Pengadaan KRDI (Multiyears 2017-2018) Lebar Spoor 1435 mm (Aceh) 1,00 Pkt 44,399,445 2.00 Unit 34,221,334 2.00 Unit 78,620,779

Pengadaan KRDI (Multiyears 2017-2018) 1,00 Pkt 43,978,335.0 8.00 Unit 26,882,444 8.00 Unit 70,860,779

Pengadaan KRDI (Multiyears 2017-2018) Lebar Spoor 1435 mm (Kalimantan) 1,00 Pkt 43,978,335.0 8.0 Unit 26,882,444 8.00 Unit 70,860,779

Pengadaan KRDI (Multiyears 2018-2019) 1,00 Pkt 36,100,000 8.00 Unit 55,280,000 8.00 Unit 91,380,000

Pengadaan KRDI (Multiyears 2018-2019) Lebar Spoor 1435 mm (Kalimantan) 1,00 Pkt 32,000,000 8.0 Unit 48,000,000 8.00 Unit 80,000,000

Pengadaan KRL sistem AC/DC 1,00 Pkt 45,000,000 1.00 Pkt 19,477,667 15.00 Unit 90,000,000.0 15.0 Unit 83,540,000.0 47.0 119,900,000.00 77.00 Unit 357,917,667

pengadaan sarana kelas ekonomi/K3 untuk angkutan KA lebaran 11.00 unit 98,017,257 11.00 unit 159,547,553

- Unit -

Sarana Kerja

Pengadaan Kereta kedinasan 1.00 Unit 19,721,129 1.00 Unit 19,721,129

Pengadaan Lori Inspeksi 5.00 Unit 4,563,536 5.00 Unit 4,563,536

Pengadaan Kereta Inspeksi (Multiyears 2014 - 2015) 1.00 Set 5,651,896 1.00 Unit 5,651,896

Pengadaan Kereta Inspeksi 1.00 Unit 13,051,365 1.00 Unit 13,051,365

pengadaan kereta inspeksi 2015-2016 1 set (2 unit) lebar spoor 1067 1.00 Pkt 1,018,473 2.00 Unit 25,186,227 3.00

Pengadaan Kereta Inspeksi 1 set (@ 2 unit) (Multiyears 2015-2016) - APBNP 1,00 Pkt 8,000,000 1,00 Pkt 18,204,700 1,00 Pkt 26,204,700

Pengadaan Kereta Inspeksi (Multiyears 2015-2016) lebar spoor 1435 mm - APBNP 1,00 Pkt 3,915,410 1,00 Pkt 4,567,978 1,00 Pkt 8,483,388

Pengadaan Kereta Inspeksi (Multi Years 2018-2019) 1,00 Pkt 5,990,000 1.00 Unit 8,270,000.00 1.00 Unit 14,260,000

Pengadaan Kereta Ukur (Track dan LAA) (Multi Years 2015-2016) 1,00 Pkt 34,805,705 1.00 Unit 18,760,195 1.00 Unit 53,565,900

Pengadaan Kereta Uji Dinamis (Multiyears 2017-2018) 1.00 pkt 4,900,000.0 1.0 unit 5,400,000.0

Pengadaan Kereta Ukur (Multiyears 2015-2016) 2 unit 1.00 Pkt 4,729,969 2.00 unit 102,401,831.0

Pengadaan Lokomotif 1,00 Pkt 14,000,000 - Unit 14,000,000

Pengadaan Lokomotif (Multi Years 2016-2017) lebar spoor 1435 mm 1,00 Pkt 9,135,956 1,00 Pkt 13,334,440 1,00 Pkt 22,470,396

Pengadaan Lokomotif (Multi Years 2017-2018) Lebar Spoor 1435 mm 1,00 Pkt 15,100,000.0 2.00 Unit 34,600,000 2.00 Unit 49,700,000

Pengadaan Lokomotif Lokomotif (Multi Years 2018-2019) Lebar Spoor 1435 mm (Sulawesi) 1,00 Pkt 14,000,000 1.0 Unit 26,000,000.0 1.00 Unit 40,000,000

Pengadaan Lokomotif Lokomotif (Multi Years 2018-2019) Lebar Spoor 1435 mm (Kalimantan) 1,00 Pkt 14,000,000 1.0 Unit 26,000,000.0 1.00 Unit 40,000,000

Pengadaan Gerbong Datar (PPCW) 10.00 Unit 10,028,000 10.00 Unit 10,500,000.00 20.00 Unit 20,528,000 PEMBIAYAAN JUMLAH NO KEGIATAN 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017 2018 2019 VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) Pengadaan Gerbong Datar (PPCW) lebar spoor 1435 mm 20.0 Unit 19,000,000 10.00 Unit 9,000,000 30.00 Unit 28,000,000

Pengadaan Gerbong Terbuka (ZZOW) 10.00 Unit 16,012,000 10.00 Unit 14,500,000.00 20.00 Unit 30,512,000

Pengadaan Gerbong Terbuka (ZZOW) lebar spoor 1435 mm 10.0 Unit 21,000,000 20.00 Unit 18,000,000 30.00 Unit 39,000,000

Pengadaan Inspeksi (Multi Years 2018-2019) Lebar Spoor 1435 mm 1,00 Pkt 5,990,000 1.00 Unit 8,270,000.00 1.00 Unit 14,260,000

Pengadaan Kereta Penolong 1.00 Unit 5,000,000 1.00 Unit 5,000,000.00 2.00 Unit 10,000,000

Pengadaan TMC lebar spoor 1435 mm 1.00 Unit 10,048,150 2.00 Unit 22,000,000 2.00 Unit 22,000,000 5.00 Unit 54,048,150

Sarana Perawatan Prasarana lebar spoor 1435 mm (multi year 2018-2019) 1,00 Pkt 18,882,444 1.00 Unit 50,000,000.00 1.00 Unit 68,882,444

Crane lebar spoor 1435 mm (multi year 2016-2017) 1,00 Pkt 11,728,088 1.00 Unit 70,000,000.0 1.00 Unit 81,728,088

Konsultan Pengawas Pengadaan Sarana Perkeretaapian 1,00 Pkt 7,107,690 1,00 Pkt 2,150,000 1,00 Pkt 2,200,000 1,00 Pkt 2,250,000 5,00 Pkt 13,707,690

Pembangunan/Pengadaan Fasilitas/Peralatan Sarana Perkeretaapian (Depo, Balai Yasa, Balai Uji, 6.00 Pkt 33,811,759 11.0 Pkt 204,390,101.00 14.0 Pkt 289,670,732.0 9.0 Pkt 54,575,585 15.0 Pkt 296,955,278.00 55.00 Pkt 879,403,455.0 Peralatan Pengujian, laboratorium, workshop)

Perawatan dan Pengoperasian Sarana dan Fasilitas Sarana Milik Negara 3.00 Pkt 28,433,817 4.00 Pkt 30,424,184.00 4.00 Pkt 32,553,876.0 4.00 Pkt 34,832,647 4.00 Pkt 37,270,932.00 19.00 Pkt 163,515,456.0

Penyusunan Studi/Kajian/Desain/Norma/Standar/Pedoman/ Kriteria/Prosedur Bidang Sarana 11.00 Dok 11,764,400 9.0 Dok 7,772,908.00 9.0 Dok 8,317,011.0 9.0 Dok 8,899,202 9.0 Dok 9,522,146.00 47.00 Dok 46,275,667.0 Perkeretaapian

Pelaksanaan Pembinaan bidang Sarana Perkeretaapian 4.00 Keg 16,351,753 6.00 Keg 17,496,375.00 6.00 Keg 18,721,121.0 6.00 Keg 20,031,599.0 6.00 Keg 21,433,810.00 28.00 Keg 94,034,658.0

Administrasi dan Layanan Perkantoran 1.00 Thn 5,542,909 1.00 Thn 5,930,912.00 1.00 Thn 6,346,075.0 1.00 Thn 6,790,300.0 1.00 Thn 7,265,621.00 5.00 Thn 31,875,817.0

C Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Keselamatan Perkeretaapian 167,380,959 175,800,000.00 184,500,000.0 192,800,000 201,500,000.00 921,980,959

Kegiatan Sosialisasi/Rakor/Seminar/Workshop Bidang Keselamatan Perkeretaapian 3.00 Keg 3,000,000 3.0 Keg 3,210,000.00 3.0 Keg 3,434,700.0 3.0 Keg 3,675,129 3.0 Keg 3,932,388.00 15.00 Keg 17,252,217.0

Pembangunan/Pengadaan Fasilitas/Peralatan Keselamatan Perkeretaapian 18.00 Pkt 59,878,744 20.0 Pkt 63,597,300.00 20.0 Pkt 64,443,112.0 19.0 Pkt 64,339,131.0 18.0 Pkt 64,046,871.00 95.00 Pkt 316,305,158.0

Penyusunan Studi/Kajian/Desain/Norma/Standar/Pedoman/ Kriteria/Prosedur Bidang 7.00 Dok 64,466,700 9.0 Dok 66,154,700.00 9.0 Dok 70,785,529.0 9.0 Dok 75,740,516.0 9.0 Dok 81,042,352.00 43.00 Dok 358,189,797.0 Keselamatan Perkeretaapian

Pelaksanaan Pembinaan bidang Keselamatan Perkeretaapian 6.00 Keg 36,720,953 4.00 Keg 39,291,419.00 4.00 Keg 42,041,818.0 4.00 Keg 44,984,745 4.00 Keg 48,133,677.00 22.00 Keg 211,172,612.0

Administrasi dan Layanan Perkantoran 1.00 Thn 3,314,562 1.00 Thn 3,546,581.00 1.00 Thn 3,794,841.0 1.00 Thn 4,060,479 1.00 Thn 4,344,712.00 5.00 Thn 19,061,175.0

D Kegiatan Pembangunan dan Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api 170,588,268 156,400,000 164,600,000 172,400,000 180,700,000 844,688,268

Subsidi Angkutan Kereta Api 3.00 Keg 61,836,149 2.0 Keg 69,036,149.00 2.0 Keg 69,736,149.0 2.0 Keg 70,536,149 2.0 Keg 71,436,149.00 11.00 Keg 342,580,745.0

Pembangunan/Pengadaan Fasilitas/Peralatan Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api 1.00 Pkt 3,275,000.00 2.00 Pkt 6,550,000.0 2.00 Pkt 6,550,000 2.00 Pkt 6,550,000.00 7.00 Pkt 22,925,000.0 PEMBIAYAAN JUMLAH NO KEGIATAN 2015 (Alokasi Anggaran & APBNP) 2016 2017 2018 2019 VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) VOLUME BIAYA (Rp. 000) Penyusunan Studi/Kajian/Desain/Norma/Standar/Pedoman/ Kriteria/Prosedur Bidang LLAKA 31.00 Dok 73,013,938 20.0 Dok 45,400,962.00 21.0 Dok 46,917,811.0 24.0 Dok 51,020,089 26.0 Dok 55,319,527.00 122.00 Dok 271,672,327.0

Pelaksanaan Pembinaan bidang LLAKA 4.00 Keg 30,657,168 4.0 Keg 33,251,206.00 4.0 Keg 35,578,790.0 4.0 Keg 38,069,305 4.0 Keg 40,734,156.00 20.00 Keg 178,290,625.0

Administrasi dan Layanan Perkantoran 1.00 Thn 5,081,013 1.00 Thn 5,436,683.00 1.00 Thn 5,817,250.0 1.00 Thn 6,224,457 1.00 Thn 6,660,168.00 5.00 Thn 29,219,571.0

E Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya 116,226,528 125,246,384.00 134,013,630.0 143,394,583 153,432,203.00 672,313,328

Penyusunan Studi/Kajian/Norma/Standar/Pedoman/ Kriteria/Prosedur Bidang Dukungan 9.00 Dok 6,800,000 10.0 Dok 8,160,000.00 10.00 Dok 8,731,200.0 10.00 Dok 9,342,384.0 10.00 Dok 9,996,350.00 49.00 Dok 43,029,934.0 Manajeman dan Dukungan Teknis Lainnya Ditjen Perkeretaapian

Pelaksanaan Dukungan Manajemen dan Dukungan Teknis Lainnya Bidang Perencanaan, Keuangan, 4.00 Keg 26,145,402 4.00 Keg 27,975,580.00 4.00 Keg 29,933,870.0 4.00 Keg 32,029,240.0 4.00 Keg 34,271,286.00 20.00 Keg 150,355,378.0 Hukum, Kepegawaian dan Umum

Pembiayaan Belanja Pegawai termasuk Tunjangan 1.00 Thn 67,946,368 1.00 Thn 72,702,613.00 1.00 Thn 77,791,796.0 1.00 Thn 83,237,222.0 1.00 Thn 89,063,828.00 5.00 Thn 390,741,827.0

Administrasi dan Layanan Perkantoran 1.00 Thn 15,334,758 1.00 Thn 16,408,191.00 1.00 Thn 17,556,764.0 1.00 Thn 18,785,737.0 1.00 Thn 20,100,739.00 5.00 Thn 88,186,189.0

JUMLAH 18,670,667,322 39,558,846,384.00 46,200,813,641.0 63,253,294,900 65,641,932,209.00 233,325,554,456 Kementerian Perhubungan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Perkeretaapian Jl. Medan Merdeka Barat No.8 Jakpus 10110 www.dephub.go.id