Citra Indonesia Dalam Film Dan Serial Televisi Hollywood

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Citra Indonesia Dalam Film Dan Serial Televisi Hollywood Jurnal komunikasi P-ISSN: 1907-898X, E-ISSN: 2548-7647 Volume 11, Nomor 2, April 2017 Citra Indonesia dalam Film dan Serial Televisi Hollywood Herman Felani, S.S., M.A. Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia, [email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk membahas citra Indonesia dalam film dan serial televisi Hollywood. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan poskolonialisme yang berdasarkan pada teori orientalisme dari Edward Said. Berdasarkan temuan penelitian ini, Indonesia digambarkan sebagai negara yang aneh, kacau, dan tertinggal, sarang penjahat, tempat yang eksotis, terpencil, mistis dan misterius, dan pusat teroris. Munculnya citra tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan orang Amerika tentang Indonesia yang disebabkan oleh distorsi media massa. Keyword : citra, Indonesia, film, serial televisi, Hollywood Abstract This research aims to discuss about the image of Indonesia in Hollywood Movies and TV Series. This research is a qualitative research using the post colonialism approach based on orientalism theory of Edward Said. Based on the findings of this research, the image of Indonesia in Hollywood movies and TV series is strange, messy, and left behind country, mystical and mysterious, isolated, place for criminals, and center of terrorists. This image is created because Americans are lack of knowledge about Indonesia caused by distortion of media and ignorance of Americans to view Indonesia in an objective manner. Keyword : Image, Indonesia, film, TV series, Hollywood Pendahuluan. film Hollywood. Sedangkan pada tahun Indonesia merupakan salah satu 2015 Indonesia berada di urutan ke 16 dari negara pengkonsumsi Film terbesar di 20 negara yang menyumbangkan dunia. Di Nusantara, film masuk sejak era penghasilan terbesar dalam industri penjajahan Belanda dan diputar di layar hiburan Amerika untuk pasar film box bioskop. Ruffin (2016) menyatakan bahwa office internasional dengan penghasilan film pertama kali diputar di Nusantara sebesar 0,3 milyar dolar Amerika untuk pada tahun 1896. Berbagai catatan tahun 2015 (MPAA, 2015). Jumlah ini menunjukkan bahwa film yang paling setara dengan Argentina, Belanda, Taiwan, banyak ditonton masyarakat Indonesia dan Hongkong. Hal ini menunjukkan sejak saat itu hingga sekarang adalah film- bahwa film-film Amerika sangat digemari film yang diimpor dari Amerika. Data dari penonton Indonesia dan memberikan MPAA (Motion Picture Association of pemasukan yang besar sebagai sebuah America) bahkan menunjukkan di Tahun bisnis hiburan. Fenomena ini 2014 Indonesia menjadi negara ke 6 menunjukkan bahwa hampir semua film penyumbang penghasilan dalam industri Box Office di Amerika akan menjadi film 103 Jurnal komunikasi, Volume 11, Nomor 2, April 2017 laris pula di bioskop Indonesia. Penonton film terbaru Yaitu Star Trek Beyond yang Indonesia sudah terbiasa dengan tontonan rencananya akan dirilis di Juli 2016. dari Amerika dan menjadikan film-film Bintang keempat adalah Iko Uwais yang Amerika sebagai favorit. Hingga saat ini mendapat peran di Film Star Wars terbaru terdapat bioskop di 65 kota di Indonesia yaitu Star Wars: The Force Awaken (Jakpat, 2015). Sebagian besar film yang (2015). Di film Star Wars ini, Iko berperan diputar di bioskop Indonesia saat ini sebagai tokoh antagonis Razoo Qin–Fee, adalah film Hollywood. anggota Kanjiklub. Mesti cuma mendapat Selain menjadi sasaran pasar bagi adegan beberapa menit saja, Iko uwais ikut film-film Hollywood, Indonesia saat ini terlibat di Film arahan JJ Abraham ini. juga menjadi sasaran Hollywood sebagai Selain itu data dari IMDB juga lokasi pengambilan gambar. Diantaranya mencatat beberapa film Hollywood yang adalah The Fall (2006) karya Tarsem Singh menyingung atau menggunakan Indonesia yang mengambil lokasi di Ubud, Bali. Film dalam filmnya. Beberapa diantaranya lain adalah Eat, Pray, Love (2010) yang adalah The Years of Living Dangerously dibintangi oleh aktor dan aktris terkenal (1982). Film yang dibintangi Mel Gibson Hollywood Julia Roberts dan Javier ini berkisah tentang keadaan Indonesia di Bardem yang juga mengambil lokasi di masa kejatuhan Presiden Soekarno. Selain Ubud dan Gunung Kawi, Tampaksiring, itu, “Jakarta” disebut dalam film Tom Bali. Film ketiga adalah Amphibious Cruise, Mission: Impossible Rogue Nation. (2010) yang mengambil tempat di Kelapa Ini terjadi saat adegan dimana agen IMF Gading & Pantai Anyer, Jakarta, dan Ethan Hunt menjelaskan kepada Benji Batam. Pengambilan lokasi ini Dunn tentang sindikat yang sedang menunjukkan bahwa para pembuat film diburunya, dan disinilah ia menyebut Hollywood memiliki ketertarikan pada Jakarta. Dalam film animasi laris dari Indonesia karena pertimbangan pasar atau Pixar, Minions, beberapa minion seperti pertimbangan strategis lainnya. Bob mengucapkan bahasa Indonesia Selain penggunaan lokasi, beberapa seperti “terima kasih”. Selain itu, dalam film box office Hollywood juga film Anaconda: The Hunt for the Blood menggunakan aktor dan aktris dari Orchid (2004), Indonesia, lebih tepatnya Indonesia. Misalnya data dari Internet Borneo atau Kalimantan disebut sebagai Movie Data Base (IMDB) menunjukkan ujung dunia dimana anggrek langka yang beberapa nama pemain dari Indonesia mereka cari berada. Dalam film laga yang dalam film Hollywood. Yang pertama dibintangi Bruce Wilis, Die Hard (1988), adalah Cinta Laura yang bermain di Film “Sumatera” atau “Jawa” disebut-sebut The Philosopers (2013) yang kemudian sebagai lokasi tujuan pembuatan kilang berganti judul menjadi After the Dark . minyak oleh karakter pengusaha pemilik Bintang lainnya adalah artis senior Nakatomi Plaza. Dalam Film Italian Job Christine Hakim yang mendapatkan (2003), disebutkan bahwa batangan emas kesempatan untuk bermain dalam film yang diperebutkan berasal dari tambang di Eat, Pray, Love bersama seniman asli Bali Indonesia, bahkan batangan emas tersebut Ketut Liyer. Bintang Indonesia ketiga yang bergambar Penari Bali. Di film Jumanji bermain dalam film Hollywood adalah Joe (1995) disebutkan bahwa permainan Taslim yang bermain di Fast and Furious Jumanji berasal dari Kalimantan, Kirsten 6, bersama Vin diesel dan Paul Walker. Dunst bahkan sempat berkata kalau Terpilihnya Joe di film ini karena perannya Jumanji, “sounds like Indonesian name”. di film The Raid karya sutradara Gareth Dalam adegan lain, Kirsten juga Evans. Joe juga direncanakan terlibat di menjelaskan kalau Robin Williams adalah 104 Herman Felani, Citra Indonesia dalam Film dan Serial Televisi Hollywood pamannya yang berasal dari Indonesia. Hollywood, 2) Mengapa citra mengenai Sedangkan dalam Film King Kong (2005), Indonesia tersebut muncul dari Indonesia disebut namun digambarkan Hollywood. sebagai daerah antah berantah yang primitif dan dihuni makhluk bernama King Metode Penelitian Kong. Elsaesser dan Buckland (2002) Selain film, beberapa serial televisi menyatakan bahwa dalam mempelajari Amerika juga menyinggung Indonesia Film Amerika kontemporer, perlu dalam beberapa dialognya. Yang pertama digunakan teori khusus untuk konteks adalah serial The West Wing (1999), serial yang tepat, daripada menggunakan teori TV yang berlatar Gedung Putih Amerika. yang sama dalam semua konteks. Salah satu episodenya menceritakan Penelitian kualitatif ini melakukan analisis tentang kesibukan Gedung Putih saat terhadap film-film Hollywood dan Serial menerima tamu negara yaitu Presiden dari Televisi yang berkaitan dengan Indonesia Indonesia. Serial TV kedua adalah serial dengan menggunakan pendekatan House yang yang cukup populer pada postkolonialisme yang berdasarkan pada tahun 2004. Film ini dibintangi oleh Hugh teori orientalisme dari Edward Said. Said Laurie sebagai dr. House, seorang dokter di (1980) menyatakan bahwa orientalisme klinik yang memecahkan berbagai adalah suatu cara untuk memahami dunia penyakit langka. Dalam cerita ada satu Timur berdasarkan tempatnya yang adegan dimana dr. House sedang mengobati seorang anak kecil yang sedang khusus dalam pengalaman manusia Barat sakit parah. Tiba-tiba si dokter itu berkata, Eropa. Dengan basis teori ini, maka film- “Seorang anak yang sakit sampai parah film dan serial televisi yang dibahas dalam begini, tinggalnya pasti di Indonesia”. penelitian ini selalu dikaitkan dengan Dari data dan fakta di atas dapat persepsi barat mengenai bangsa di timur diduga bahwa Hollywood menaruh termasuk Indonesia. Metode analisis yang perhatian terhadap Indonesia dan digunakan adalah metode analisis film dari memiliki pandangan tersendiri mengenai Aumont dan Marie (1988) yang Indonesia. Hal ini ditampilkan dalam Film menyatakan bahwa analisis film dan Serial Televisi di Hollywood sebagai merupakan salah satu cara dalam teori film budaya populer yang dikonsumsi secara atau film studies untuk mengungkapkan massal oleh penonton dari seluruh dunia. makna. Salah satu cara paling umum untuk Holman (1983) menyatakan bahwa minat menganalisa film adalah dengan analisis Hollywood terhadap Indonesia untuk shot-by-shot, karena bagian ini yang paling kepentingan industri sudah ada sejak masa bisa mencakup aspek-aspek terdetail kolonial dan dilakukan secara dalam film. Data film dikumpulkan dari terorgansisir. Internet Movie Data Base Melihat berbagai respon positif (www.imdb.com) dengan menggunakan maupun negatif dari Hollywood terhadap kata kunci yang sesuai dengan pertanyaan Indonesia, menjadi menarik untuk penelitian. meneliti tentang “Citra Indonesia di dalam Budaya Populer Hollywood khususnya Film dan serial televisi. Berdasarkan latar belakang
Recommended publications
  • Chapter Ii Review of Related Literature
    932212509-ahsinkhuluqina-2013 Javanese Cultural Bound, “Java Heat” Movie CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE A. Culture 1. Definition of Culture. Culture is the way man use to survive and win in a society.7 A man is not only an individual creature, but also a social creature. People connect each other to communicate, to socialize, to help, to fight, and others. In this matter, people produce things and create some roles to maintain their life in the society. Those things and roles are then called culture. E. B. Taylor in his book under title “Primitive Culture” describes culture as a complex wholewhich includesknowledge, belief, art, morals, law, custom, and any other capabilities acquired by man as a member of society.8 This supports the previous definition of culture that is everything people produce in their life. Here, Taylor also focuses on the man as the member of society. This becomes one of the characteristics of culture that it exists in the social set or community. “Kebudayaan adalah cara berfikir dan merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia, yang membentuk kesatuan- kesatuan social dalam suatu ruang dan suatu waktu.” (Drs. Sidi Gazalba)9 7 This definition was also presented on a seminar held in Harvard Academy for International and Area Studies on 1990s. 8Prasetya, Joko Tri et.al. 1998.Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. p 29 9 The translation is “Culture is human’s way of thinking and feeling that states themselves in their part of life, that creates a social unity in certain place and certain time”.
    [Show full text]
  • Chapter Ii Review of Related Literature
    CHAPTER II REVIEW OF RELATED LITERATURE This chapter existing some literatures based some theories from the expert. It explains sociolinguistics, code switching, code switching in movie, types of code switching, and the affecting factors of code switching. 2.1 Sociolinguistics In general, sociolinguistics is viewed interdisciplinary, socio and linguistics as a basic essentials. Sociolinguistics is the studying aspect of language in social context. It means language being actively engaged in social. The purpose to studying sociolinguistics is being better in communication contextually. Sociolinguistics also studies about way person speaks based on various factors like gender, race, and culture. In sociolinguistics class there many kinds of sociolinguistics, such as: dialect, lingua franca, style, slang, jargon, dialect and accent, pidgin and creole, taboo, and artificial or natural. There the researcher would focus specially on code switching because this is the researcher going to be about. 2.2 Definition of Code Switching In general, code switching could apply us when a speaker alternates between two or more languages (or dialects or varieties of language) in a single conversation. Bilingual and multilingual communities mostly use code switching 6 to known for their ability to code switch or mix their language through their conversation. Also Herk (2012) code switching occurs in multilingualism, it occurs when person change between two or more languages. Code switching is serves as a liaison from native to new foreign languages is constructed in order to switch new content and the meaning (Memon, et all, 2005). A person may start speaking one language and then change to another one in the middle of their speech, or sometimes even in the middle of sentence.
    [Show full text]
  • A Case Study of Indonesia – US Bilateral Relations (2006 – 2013)
    The Promotion of US Campaign of War on Terrorism in Indonesia through Hollywood Action and War Films: A Case Study of Indonesia – US Bilateral Relations (2006 – 2013) By Tommy Surya Pradana ID No. 016201100081 A Thesis presented to the Faculty of Humanities President University in partial fulfillment of the requirements of Bachelor Degree in International Relations Major in Diplomacy 2015 i ii iii Abstrak Industri perfilman Amerika Serikat (Hollywood) dipercaya berperngaruh besar terhadap pembentukan opini masyarakat dunia karena produk-produk filmnya yang tersebar luas secara global dengan jumlah yang berlimpah dan bahkan sudah menjadi standar hiburan tersendiri bagi khalayak luas, terutama di Indonesia. Banyaknya pengambilan tema tentang terorisme serta penggambaran eksplisit terkait isu-isu terorisme di dalam film-film Hollywood bergenre action dan war membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana film-film ini mempromosikan kampanye Amerika Serikat dalam perang melawan terorisme di Indonesia. Dalam melakukan studi ini, penulis menggunakan teori diplomasi publik sebagai kerangka teoretis. Penulis mengambil kasus-kasus terkait Hollywood, Indonesia, Amerika Serikat, dan terorisme yang terjadi pada tahun 2006-2013 sebagai ruang lingkup dan keterbatasan penelitian. Berdasarkan hasil yang didapat, bisa disimpulkan bahwa Hollywood berperan cukup besar dalam membentuk opini masyarakat Indonesia dengan menggambarkan kekejaman, kegilaan, dan kebrutalan para teroris yang tidak dapat dibenarkan oleh alasan apapun dalam
    [Show full text]
  • Bab Iii Yogyakarta Sebagai Pusat Kebudayaan
    BAB III YOGYAKARTA SEBAGAI PUSAT KEBUDAYAAN Dalam bab ini penulis akan membahas mengenai Yogyakarta sebagai pusat kebudayaan dan budaya jawa pada khusunya yang didalamnya memuat tentang sejarah dan perkembangan kebudayaan jawa serta hasil kebudayaannya. Kemudian dalam bab ini pula akan dipaparkanpotensi-potensi yang dimiliki Yogyakarta untuk mewujudkan Yogyakarta sebagai pusat kebudayaan di Asia Tenggara sekaligus Yogyakarta sebagai miniatur kebudayaan nasional. Dan peluang kerjasama internasional di bidang pendidikan dan pariwisata. A. Sejarah dan Perkembangan Seni dan Budaya di DIY 1. Sejarah Kebudayaan Jawa di DIY Berdasarkan latar belakangnya, masyarakat Yogyakarta merupakan keturunan orang Jawa, yaitu orang yang menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi antarsesama. Mereka tinggal di tanah Jawa dan memiliki kepercayaan asli orang Jawa, yaitu kejawen.48 Setelah era Hindu-Budha, pusat kebudayaan Jawa adalah Kerajaan Mataram, yang diteruskan oleh Kesultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta yang masih berdiri hingga saat ini. Kepercayaan mereka berlandaskan ajaran Islam. Kerajaan Mataram Islam merupakan Kerajaan Islam di tanah Jawa yang didirikan pada abad ke-17 di Hutan Mentaok (Kotagede saat ini) oleh Ki Ageng Pemanahan. Hutan Mentaok tersebut 48Asep Ruhimat, dkk, Ensiklopedia Kearifan Lokal Pulau Jawa, Tiga Ananda, Solo, 2011, hal. 229. 45 merupakan pemberian dari Raja Pajang, Sultan Hadiwijaya kepada Ki Ageng Pemanahan atas jasanya membunuh musuh Kerajaan Pajang, Arya Penangsang. Bersama anaknya Sutawijaya, Ki Ageng Pamanahan kemudian membuka Hutan Mentaok untuk perkampungan penduduk. Sepeninggal Sultan Pajang, Mataram menjadi kerajaan merdeka. Sutawijaya menjadi Raja Mataram pertama dengan gelar Panembahan Senapati Ingalaga Sayidin Panatagama. Ia tidak memakai gelar “Sultan” untuk menghormati Sultan Hadiwijaya dan Pangeran Benowo. 49 Pada 1601 Panembahan Senapati meninggal dunia dan menandai akhir dari kekuasaannya di Mataram sejak tahun 1509.
    [Show full text]
  • BUDAYA JAWA DALAM FILM JAVA HEAT (Analisis Framing Model Zhongdang Pan Dan Gerald M
    JURNAL KOMUNIKASI BUDAYA JAWA DALAM FILM JAVA HEAT (Analisis Framing Model Zhongdang Pan dan Gerald M. Kosicki) Oleh: Lilik Hamidah Eva Masykurotin Azizah Abstrak Film adalah karya seni budaya yang merupakan pranata sosial dan media komunikasi massa yang dibuat berdasarkan kaidah sinematografi, dengan atau tanpa suara dan dapat dipertunjukkan. Sebuah film yang diproduksi di Negara lain tentunya turut membawa budaya lokal di daerah setempat, guna memenuhi asas kesesuaian dalam sinematografi yang bertujuan untuk pencapaian nilai estetika yang tinggi pada film. Hal inilah yang terjadi pada Java Heat, sebuah film Hollywood karya Sutradara Amerika yang di dalamnya banyak mengangkat budaya Jawa. Adapun fokus penelitian yang hendak dikaji pada penelitian ini adalah: (1) Bagaimana budaya Jawa ditampilkan dalam film Java Heat? dan (2) Pesan apa yang ingin disampaikan Conor Allyn dalam film Java Heat? Untuk menjawab fokus penelitian tersebut, maka peneliti menggunakan metode analisis framing model Zhongdang dan Kosicki dengan pendekatan paradigma kritis. Hasil penelitian yang ditemukan antara lain: (1) Ditampilkannya budaya Jawa dalam bentuk fisik dan non fisik, meliputi: icon Jawa, bahasa, kesenian, dan nilai-nilai yang dianut masyarakat Jawa; (2) pesan yang tersampaikan dalam film ini adalah Conor Allyn yang ingin memperburuk citra islam melalui tokoh muslim ciptaannya yang banyak berbuat kejahatan, namun disamarkan identitasnya dengan memilih pemain dari Amerika. Bertitik tolak dari penelitian ini, saran dari peneliti untuk penulis naskah film agar lebih memperhatikan unsur SARA dalam membuat film, mengingat Indonesia adalah Negara yang kaya akan keragaman suku, agama, dan budaya. Dan untuk Sineas Indonesia agar lebih peka dalam mengangkat tema yang ada di Indonesia ketika membuat sebuah film, mengingat Conor Allyn Sutradara dari Amerika saja mampu membuat film tentang Indonesia yang begitu menarik, hingga bisa mempromosikan tempat pariwisata di Indonesia.
    [Show full text]
  • Couple Claims Code Enforcement
    Alvarez acoustic, $399 In Today’s Classifieds! AND WEEKLY Charlotte Sun HERALD SPORTS PAGE 1 REDESIGN GONE WRONG HOLMBERG BACK IN THE BIGS General Motors’ deadly ignition switch flaws emerged The Port Charlotte High School alum will make his regular-season from an effort to improve its cars. THE WIRE PAGE 1 debut for the Cincinnati Reds tonight against the Chicago Cubs. An Edition of the Sun VOL. 122 NO. 189 AMERICA’S BEST COMMUNITY DAILY TUESDAY JULY 8, 2014 www.sunnewspapers.net $1.00 LIFE STORIES The Sage Couple claims code of Old Age enforcement ‘selective’ o disrespect to other contribu- tors, but John M. Cavanaugh gets By GARY ROBERTS reporting seven of her N my vote for Letter-Writer of the STAFF WRITER neighbors as violators. Year, and it’s only July. He won last year. “I want all these And the year before. PORT CHARLOTTE — people to get code in- And back to 2010, A year ago, when Debbie fractions and then form which is the earliest Nemser received a a mutiny together. This letter I could find in violation notice for the is not PGI (Punta Gorda our computer files. trailer parked in her Port Isles),” she said. “This From John we get Charlotte driveway, she is a complaint-driven no political tirades, was shocked. After all, CODE | 4 no Obamacare her husband is a con- ..................... or Obamacore, tractor and needs the SUN PHOTO no 99 percent vs. trailer to haul tools and BY GARY ROBERTS equipment to various 1 percent. Right: Debbie Nemser and Steve Instead, he writes job sites.
    [Show full text]
  • I the REPRESENTATION of YOGYAKARTA AS SEEN in JAVA
    THE REPRESENTATION OF YOGYAKARTA AS SEEN IN JAVA HEAT (2013) A GRADUATING PAPER Submitted in Partial Fulfillment of the Requirements for Gaining the Bachelor Degree in English Literature By MUYASSAROH 10150059 ENGLISH DEPARTMENT FACULTY OF ADAB AND CULTURAL SCIENCES STATE ISLAMIC UNIVERSITY SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2015 i THE REPRESENTATION OF YOGYAKARTA AS SEEN IN JAVA HEAT (2013) By Muyassaroh ABSTRACT Java Heat is an action movie that takes place in Yogyakarta. In this research, the writer intends to analyze the representation of Yogyakarta as seen in Java Heat. The writer analyzes how Yogyakarta is represented in Java Heat. Besides, the writer analyzes the constructed meaning of the representation of Yogyakarta in Java Heat. This research is aimed to find out the representation of Yogyakarta in this movie and to understand the constructed meaning of Yogyakarta representation. The theory of Representation by Stuart Hall becomes the main theory. Meanwhile, the writer also applies the movie theory by Graeme Turner as the supporting theory. The result of this research is that Yogyakarta is represented as the Javanese kingdom by the existence of royal family members and the significance of historical buildings like Keraton Yogyakarta and Tugu Yogyakarta. Furthermore, the movie maker also constructs Yogyakarta as the Javanese Kingdom with a good defense. From this research, the writer concludes that Yogyakarta still becomes a notable Javanese kingdom in the present era. The royal family has a good relationship with the people as they respect to each other. The Javanese kingdom, furthermore, protects the people as well as the royal family from the enemy attack Key Words: Yogyakarta, representation, Java Heat, meaning v THE REPRESENTATION OF YOGYAKARTA AS SEEN IN JAVA HEAT (2013) Oleh Muyassaroh ABSTRAK Java Heat adalah sebuah film laga yang berlatar di Yogykarta.
    [Show full text]
  • Code Switching Used by the Characters of Java Heat
    CODE SWITCHING USED BY THE CHARACTERS OF JAVA HEAT MOVIE THESIS By Siti Isro’Atun NIM 09320127 ENGLISH LANGUAGE AND LETTERS DEPARTMENT HUMANITIES FACULTY MAULANA MALIK IBRAHIM STATE ISLAMIC UNIVERSITY MALANG 2014 i CODE SWITCHING USED BY THE CHARACTERS OF JAVA HEAT MOVIE THESIS Presented to Maulana Malik Ibrahim State Islamic University Malang in Partial Fulfillment of the Requirement for the Degree of Sarjana Sastra (S.S) By: Siti Isro’Atun NIM 0932017 Advisor Drs. H. Djoko Susanto, M.Ed., Ph.D ENGLISH LANGUAGE AND LETTERS DEPARTMENT HUMANITIES FACULTY MAULANA MALIK IBRAHIM STATE ISLAMIC UNIVERSITY MALANG 2014 ii STATEMENT OF AUTHENTICITY I state that the thesis I have written entitled Code Switching Used by the Characters of Java Heat Movie is truly my original work. It does not incorporate with any materials previously written or published by another person, except those indicated in quotation and bibliography. Due to this fact, I am the only person who is responsible for the thesis when there is any objection or claims from others. Malang, 15 June 2014 The Researcher Siti Isro’Atun iii APPROVAL SHEET This is to certify that Siti Isro’Atun’s sarjana’s thesis entitled Code Switching Used by the Characters of Java Heat Movie has been approved by the thesis advisor for further approval by the Board of Examiners. Malang, 15 June 2014 Approved On Behalf of by the advisor Head of English Language and Letters Department, Secretary of English Language and Letters Department Drs. H. Djoko Susanto, M.Ed., Ph.D Dr. Syamsudin, M.Hum NIP 19670529 200003 1 001 NIP 19691122 200604 1 001 The Dean of Faculty of Humanities Maulana Malik Ibrahim State Islamic University of Malang Dr.
    [Show full text]
  • Chapter I Introduction
    932212509-ahsinkhuluqina-2013 Javanese Cultural Bound, “Java Heat” Movie CHAPTER I INTRODUCTION This chapter discusses the research background, research problem, research objective, research significance, scope and limitation, also definition of key terms. Those will be discussed in the following explanation as the introduction of the thesis. A. Research Background People connect from one to another. They engage everyday; having contact and share their life. They will never be able to live alone without any desire to know each other. They want all people to understand their existence, too. They have more connections time to time. The longer they live, the more they connect. The connection then becomes more complicated that causes the desire of each to show theircharacteristics. In making the connection people then create groups that may differ from one to the others. Those groups consist of very different people but have the same purpose, called organization. The rapid growth of human in the world causes the really rapid growth of the groups and the organization. Those groups can be a small informal group (say family, clan, and dynasty), formal groups (say nation, government, and some other institutions), and ethnic. Every groups created in the social life have their own characteristics. Those characteristics differentiate them to the other. They try to show those perpustakaanSTAINKEDIRI p.1 932212509-ahsinkhuluqina-2013 Javanese Cultural Bound, “Java Heat” Movie different characteristics to make others understand their existence. This also occurs on the ethnic. The members of one ethnic will find ways to show their characteristics-here we call it culture-by creating special rules, clothes, accessories, and many more.
    [Show full text]
  • Imperialisme Budaya Melalui Perangkulan Budaya Lokal Di Balik
    IMPERALISME BUDAYA MELALUI PERANGKULAN BUDAYA LOKAL DI BALIK FILM JAVA HEAT Melisa Arisanty Ilmu Komunikasi, Fakultas Humaniora dan Bisnis, Universitas Pembangunan Jaya [email protected] Abstract Cultural imperialism is still a hot topic of debate on an international scale. Even cultural imperialism was once accused of being a paradigm that responsible for the practice of exploitation and cultural destruction in the world. Form of cultural imperialism include fashion, music, movies and others.The most interesting thing that we can look at the form of currently cultural imperialism is in the film world. Today, many Hollywood directors who embrace the local culture of the developing countries (location setting, local actors and actresses, local fashion, and the very typical storyline that full of local nuances) in their film to attract many people in the world. This is a new American way to spreadtheir supremacy to the developing countries, especially in Indonesia. One of their way is through Java Heat Movie. This moviecollaboratedIndonesian culture, but still dominant with Hollywood culture. By using semiothics analysis of Roland Barthes, the researcher will discuss deeply about Java Heat films so that it will be found that the ideology of cultural imperialism that is still inherent and alive to this day in Hollywood movies. Nowdays, this cultural imperialismis framed beautifully in the embrace of local culture in hollywood movie “Java Heat”.These findings contribute to semiotics studies linked to the concept of implicit cultural imperialism in the Hollywood film Keywords : Cultural Imperialism, Semiothics, Java Heat, Embrace of The Local Culture Abstrak Imperialisme budaya hingga saat ini masih menjadi topik perdebatan yang hangat di skala Internasional.
    [Show full text]
  • Filming in Indonesia Filming in Indonesia
    MINISTRY OF EDUCATION AND CULTURE REPUBLIC OF INDONESIA. FILMING IN INDONESIA shooting guide 2015 - 2016 Indonesia Film Directory FILMING IN INDONESIA 2015 - 2016 // DISCLAIMER This publication is intended as general guide and reference for filming in Indonesia and the information it contains has been compiled from many resources. List of companies and business or individuals are intended as a sample only and are not to be read as a full or comprehensive list or resources or providers of services to the film industry in Indonesia. Inclusion in this publication is no way implies any affiliation with, or endorsement by, the Republic of Indonesia, the Directorate of Film Industry Development or anyone involved in the production of this book. All reasonable efforts have been made to ensure that the information contained in this guide is correct at the time of publication. However, as information is subject to change, user should not rely on the veracity of the information without checking with the relevant authorities, companies, businesses or individuals, or obtaining professional advice. Some of the materials reproduced in this book may be subject to copyright protection. Therefore, no part in this publication may be reproduced or stored in a retrieval system or copied or transmitted in any way, or adapted for film or other media, without prior written permission of the copyright holder. Advisor : Didik Suhardi Project Leader : Maman Wijaya Coordinator : Kholid Fathoni First Editor : Prima Duria, Nina Nurfalah Second Editor : Wellem Pongtuluran, Suharyoko Content Writer : Eddy Saputra, Heri Kusnadi Administration : Bobby Fernandez, Ismail Project Manager : Wiwit Marzuki Photographers : Yannis R.
    [Show full text]
  • Representasi Terorisme Dalam Film Java Heat
    ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA DAFTAR PUSTAKA BUKU : Arubusman, Muhyiddin. 2006. Terorisme Ditengah Arus Globalisasi. SPECTRUM, Jakarta. Barber, Benjamin R. 2002. Jihad vs Mc World : Fundamentalisme, Anarkisme Barat dan Benturan Peradaban. Ballantine Books, New York. Barker, Chris. 2000. Cultural Studies, Theory and Practice. London: Sage Publications. Beuken, Wim., Karl, Josef Kuschel. 2003. Agama sebagai Sumber Kekerasan. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Danesi, Marcel. 2010. Pengantar Memahami Semiotika Media. Jalasutra, Yogyakarta. Fairclough, Norman. 1995. Media Discourse. Arnold, London. Fiske, John. 2004. Cultural and Communication Studies : Sebuah Pengantar Paling Komperhensif. Jalasutra. Yogyakarta. Hall, Stuart. 2002. Representation: Cultural Representation and Signifyin Practises. Sage, London. Hakim, Luqman. 2004. Terorisme di Indonesia. Forum Studi Islam Surakarta, Surakarta. Hartley, John. 2010. Communication, Cultural and Media Studies. Jalasutra., Yogyakarta. xii SKRIPSI REPRESENTASI TERORISME ... SELVIRA MEISEISAR ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA Jainuri, Achmad., Mailiki, Zinuddin. & Arifin, Syamsul. 2003. Terorisme dan Fundanmentalisme Agama, Sebuah Tafsr Sosial. Bayumedia Publishing, Malang. Khotimah, Ema. 2004. Analisis Wacana Ideologi Tandingan (Wacana Terorisme dalam Media – Analisis Kritis Pemberitaan Abu Bakar Ba’asyir). Ditjen Dikti, Jakarta. Maulani, Z.A. 2005. Islam dan Terorisme, dari minyak Hingga Hegemoni Amerika. UCY Press, Yogyakarta. McQuail, Dennis. 1987. Mass Communication Theory. Sage,
    [Show full text]