PERAN TARUNA SIAGA BENCANA DALAM MITIGASI BENCANA DI KABUPATEN SERANG DAN

THE ROLE OF YOUTH MITIGATE SQUAD IN DISASTER MITIGATION IN SERANG AND SUKABUMI

Aulia Rahman

Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementerian Sosial RI Jalan Dewi Sartika No.200 Cawang III Timur, Telp (021) 8017146, Fax (021) 8017126 E-mail: [email protected]

Diterima: 30 Agustus 2016; Drevisi: 1 Nopember 2016; Disetujui: 14 Desember 2016

Abstrak Penelitian mengenai peran Taruna Siaga Bencana (Tagana) pada mitigasi bencana belum banyak dilakukan. Pada umumnya mengkaji peran Tagana pada tahap kesiapsiagaan dan tanggap bencana. Penelitian ini mengkaji bagaimana peran Tagana dalam mitigasi bencana di Kabupaten Serang dan Sukabumi, bagaimana koordinasi antara Tagana dan pemerintah daerah pada kegiatan penanggulangan bencana di Kabupaten Serang dan Sukabumi dan manfaat partisipasi Tagana dalam mendukung ketahanan daerah di Kabupaten Serang dan Sukabumi. Metode wawancara dilakukan terhadap 9 narasumber yang terdiri dari Kementerian Sosial sebagai lembaga pembina pusat, Dinas Sosial, (Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Anggota Tagana Kabupaten dan masyarakat. Studi dokumentasi dilakukan dengan melihat artikel, laporan kegiatan dan dokumentasi terkait mitigasi yang sudah dilakukan. Temuan lapangan memberikan kesimpulan pemerintah daerah melalui Dinas Sosial dan BPBD Kabupaten secara kesinambungan bekerjasama dengan Tagana untuk kegiatan mitigasi bencana dan koordinasi yang dilakukan antar lintas instansi sering dilakukan pada tiga tahapan penanggulangan bencana serta dapat disimpulkan masyarakat memahami tentang kegiatan mitigasi bencana serta turut serta pada setiap kegiatan mitigasi sehingga masyarakat siap jika menghadapi bencana. Kata Kunci: tagana; mitigasi, bencana. Abstract Study of Tagana in disaster mitigation are mostly examines about Tagana role in preparedness and disaster response. This study examines the role of Tagana in disaster mitigation in Serang and Sukabumi regency,in terms of their coordinative activities and their participate on regional resilience. Data has collected through Interview method that covers 9 informants consisted of ministry of Social Affairs, District Social Services, Regional Disaster management Agency (BPBD), a Tagana district member and the community. The source of secondary data are from articles, reports of activities and documentation related to the mitigation. The research found that the local government through the District Social Services and BPBD have cooperated with Tagana for disaster mitigation activities. The coordination among those agencies was conducted in three phases of disaster management. Beyond that, the research found that the people have also contributed in any mitigation activities.

Keywords: tagana; mitigation; disaster.

56 SOSIO KONSEPSIA Vol. 6, No. 01, September - Desember, Tahun 2016 PENDAHULUAN 1. Penjabaran rencana aksi nasional Paska bencana tsunami Aceh dan Nias, pengurangan risiko bencana dan adaptasi semakin menegaskan bahwa pengurangan risiko terhadap perubahan iklim global, kegiatan dampak bencana tidak hanya dilakukan dengan meliputi beberapa diantaranya: a) Meletakkan pengurangan risiko bencana program yang bersifat struktural namun juga sebagai prioritas nasional maupun daerah harus disertai dengan program yang mendorong dan implementasinya harus dilaksanakan adanya inisiasi fungsional dari elemen oleh suatu institusi yang kuat dan masyarakat. Oleh karena itu, Undang-Undang bersifat koordinatif lintas sektoral; b) Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Mempersiapkan penyusunan Rencana Bencana mengakomodir rencana itu. Aksi Daerah Pengurangan Risiko Bencana sebagai salah satu prioritas daerah dengan Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) mengintegrasikan adaptasi perubahan iklim Tahun 2008, telah ditetapkan program dan global, serta dengan mengikutsertakan fokus kegiatan pengurangan risiko bencana partisipasi dan konsensus serta komitmen melalui pendayagunaan rencana tata ruang berbagai pemangku kepentingan di wilayah sebagai salah satu instrumen utama tingkat daerah; c) Mengkaji termasuk untuk mengurangi resiko bencana dan mengembangkan Sistem Informasi peningkatan kualitas informasi, data maupun Pengurangan Risiko Bencana serta peta peta wilayah rawan bencana yang memadai multi rawan bencana yang terintegrasi bagi analisa pola pemanfaatan ruang sekaligus antar institusi yang mempunyai tugas dan menguatkan kelembagaan di tingkat daerah fungsi berkaitan dengan penanggulangan dalam pengendalian pemanfaatan rencana dan pengurangan risiko bencana; d) tata ruang wilayah. Meskipun demikian, Mengidentifikasi, mengkaji dan memantau pencapaian di bidang penataan ruang wilayah risiko bencana serta mengembangkan pada tahun 2008 masih terkendala oleh sistem (prosedur dan teknologi) peringatan dini (early warning system); e) Mengurangi beberapa hal pokok, diantaranya: (l) belum cakupan luasan dan dampak risiko bencana. memadainya kapasitas kelembagaan dan koordinasi penataan ruang wilayah di tingkat 2. Pengembangan kemampuan kelembagaan pusat dan daerah; (2) lemahnya dukungan dan SDM dalam mitigasi bencana dan perubahan iklim global, kegiatan meliputi sistem informasi dan monitoring penataan beberapa diantaranya: a) Penguatan ruang wilayah sebagai instrumen pengendalian kelembagaan dalam pencegahan dan pemanfaatan ruang wilayah yang tanggap penanganan bencana di tingkat nasional terhadap bencana; (3) belum tersedianya dan daerah-daerah, dengan prioritas pada Norma Standar Prosedur dan Manual (NSPM) daerah-daerah yang rawan bencana; b) penataan ruang wilayah yang tanggap terhadap Pembentukan Forum Nasional (National risiko bencana; serta (4) belum optimalnya Platform) Penanggulangan Bencana sebagai upaya penyediaan data dan informasi spasial pelaksanaan kesepakatan internasional (Presiden RI:2008). dalam Kerangka Aksi Hyogo; c) Peningkatan kapasitas aparatur pemerintah Sementara itu, untuk mengurangi risiko daerah dalam usaha mitigasi bencana; d) bencana, pemerintah dalam RKP Tahun 2009 Peningkatan kesiapsiagaan masyarakat dengan mengintegrasikan beberapa kebijakan, untuk mampu memberikan tanggapan yang antara lain: (Presiden RI:2008) tepat dan efektif terhadap dampak bencana;

Peran Taruna Siaga Bencana dalam mitigasi Bencana di Serang dan Sukabumi, Aulia Rahman 57 e) Penerapan sistem deteksi dini (early Sistem Informasi dan Monitoring Penataan warning system) dalam rangka peningkatan Ruang dalam rangka mendukung upaya kesiapsiagaan dan dalam menghadap pengendalian pemanfaatan ruang; e) bencana di tingkat daerah dan masyarakat; Penguatan kapasitas kelembagaan dan f) Peningkatan kapasitas kelembagaan koordinasi penataan ruang di tingkat nasional dan SDM terkait dengan penyedia data dan daerah dalam rangka mendukung dan informasi cuaca dan iklim dalam upaya pengendalian pemanfaatan ruang; memprediksi iklim secara akurat dan f) Peningkatan kualitas pemanfaatan dan menyebarluaskannya ke masyarakat secara pengendalian pemanfaatan ruang wilayah langsung (real time); yang berbasis mitigasi bencana, daya dukung 3. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman wilayah dan pengembangan kawasan. masyarakat terhadap pengurangan risiko Pemetaan daerah rawan bencana, bencana dan adaptasi perubahan iklim pembangunan sistem deteksi dini, dan global, kegiatan meliputi beberapa pemanfaatan penataan ruang nasional diantaranya: a) Memanfaatkan pendidikan merupakan langkah-langkah struktural dalam dan menciptakan inovasi ilmu pengetahuan mitigasi bencana. Namun, ketiga kegiatan itu dan teknologi untuk membangun budaya wajib memberikan ruang pada masyarakat dalam mengurangi risiko bencana, untuk memberikan konstribusi dalam keselamatan dan ketahanan pada seluruh tingkatan; b) Peningkatan kesadaran penyampaian informasi terkait daerah bencana masyarakat tentang pengurangan risiko dan juga sebagai penerima informasi terkait bencana dan perubahan iklim global dengan bencana dan cara untuk menghindari dampak melibatkan lembaga swadaya masyarakat, dari bencna. Poin ketiga dari empat kebijakan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) di atas menunjukkan bahwa pentingnya peran serta tokoh masyarakat dan tokoh agama; c) masyarakat dalam usaha pengurangan risiko Penyebaran informasi kepada masyarakat bencana. Banyak usaha untuk mengajak tentang pentingnya partisipasi masyarakat masyarakat untuk berperan dalam usaha ini, dalam usaha pelaksanaan pengurangan risiko salah satunya dengan membentuk Tagana. bencana; d) Peningkatan pemahaman dan pengetahuan masyarakat akan perubahan Penelitian mengenai peran masyarakat iklim global yang perlu diterapkan kedalam dalam hal ini Tagana pada penanggulangan kegiatan mata pencaharian sehari-hari, bencana, belum banyak dilakukan dan seperti pertanian, pe rikanan dan lain-lain; sebagian besar meneliti mengenai peran 4. Pendayagunaan penataan ruang nasional Tagana dalam proses kesiapsiagaan. Pada dan daerah yang berbasis pengurangan Siklus penanggulangan bencana, kesiapsiagaan risiko bencana kegiatan meliputi beberapa dilakukan setelah dilakukan tahapan mitigasi. diantaranya: a) Konsolidasi dan penyediaan Gunawan et. al. (2009) menyimpulkan bahwa informasi dan data spasial rawan bencana; secara organisatoris, yang dilakukan Tagana b) Penyusunan Rencana Tata Ruang belum menjangkau kegiatan kesiapsiagaan Wilayah Kabupaten/Kota berbasis serta komitmen pemerintah daerah dalam pengurangan risiko bencana; c) Penyusunan pengembangan Tagana baru sebatas kebijakan Norma, Standar, Prosedur dan Manual pembentukan Tagana. Sementara itu, Enditya (NSPM) pengendalian pemanfaatan (2013) menemukan kurangnya urgensi ruang dengan mempertimbangkaan faktor pemerintah untuk melibatkan masyarakat dalam mitigasi bencana; d) Penguatan dukungan kesiapsiagaan, kurangnya dana dan sumber

58 SOSIO KONSEPSIA Vol. 6, No. 01, September - Desember, Tahun 2016 daya manusia, sistem manajemen informasi dikumpulkan, dapat beberapa permasalahan, yang kurang efektif dan komunikasi antara antara lain 1) Koordinasi yang kurang terjalin masyarakat dengan pemerintah yang kurang baik antara pelaksana penanggulangan bencana berjalan. Penelitian Sari (2014) mengungkapkan dengan masyarakat dan dengan pelaksana bahwa peran Tagana masih terfokus pada penanggulangan bencana lainnya; 2) Dukungan kegiatan tanggap darurat dan pasca bencana. yang belum maksimal dari pemerintah daerah Idealnya kegiatan penanggulangan bencana dan unsur masyarakat lain dalam peningkatan lebih diarahkan pada kegiatan pencegahan/ kapabilitas, fasilitas dan jumlah personil prabencana. Belum ditemukan penelitian secara Tagana. khusus mengenai peran Tagana dalam siklus Rumusan masalah dari penelitan ini, penanggulangan bencana khususnya pada yakni bahwa Peran Tagana dalam kegiatan tahapan mitigasi. Belum ada secara khusus mitigasi belum maksimal. Melalui rumusan penelitian yang meneliti tentang peran Tagana permasalahan yang telah disimpulkan, dapat dalam tahapan mitigasi bencana. ditarik beberapa pertanyaan penelitian, Sementara itu, penelitian Fernandez dan antara lain: 1) Bagaimana peran Tagana dan Shaw (2013) yang berjudul “Youth Council Pemerintah Daerah dalam mitigasi bencana di Participation in Disaster Risk Reduction in Kabupaten Serang dan Kabupaten Sukabumi? Infanta and Makati, Philippines: A Policy 2) Bagaimana koordinasi Tagana dengan Review” di Infanta dan Makati, Pulau Luzon pemerintah daerah terkait dengan kegiatan Filipina. Istilah youth council hampir sama penanggulangan bencana di Kabupaten dengan Tagana di . Penelitian ini Serang dan Kabupaten Sukabumi? 3) Manfaat menemukan bahwa: 1) Orang-orang muda partisipasi Tagana dalam mendukung ketahanan di Filipina tidak diberi peran aktif dalam daerah di Kabupaten Serang dan Kabupaten pengurangan terhadap risiko bencana; 2) Perlu Sukabumi? Tujuan penelitian ini, antara lain: melibatkan orang-orang muda dalam membantu 1) Mengetahui peran Tagana dalam mitigasi membangun masyarakat yang tahan bencana bencana di Kabupaten Serang dan Kabupaten melalui kebijakan pemerintah yang secara tegas Sukabumi; 2) Mendeskripsikan Koordinasi mampu mendorong pemuda untuk aktif dalam yang dilakukan Tagana dengan pemerintah usaha pengurangan resiko bencana. Pemuda daerah terkait penanggulangan bencana di di Filipina merupakan seperlima dari populasi Kabupaten Serang dan Kabupaten Sukabumi; 3) dan merupakan potensi yang signifikan untuk Menjelaskan manfaat partisipasi Tagana dalam berkontribusi dalam usaha pengurangan mendukung ketahanan daerah di Kabupaten resiko bencana; 3) Program baru “Pemuda Serang dan Kabupaten Sukabumi. Pembangunan Filipina”, kebijakan eksplisit Kegiatan penanggulangan bencana alam yang mendorong partisipasi pemuda dalam tidak hanya menjadi tanggung jawab suatu Pengurangan Resiko Bencana (PRB), kita bangsa atau negara tertentu tetapi merupakan bisa berharap inisiatif PRB lebih melibatkan tanggung jawab seluruh umat manusia karena anak muda di Filipina waktu dekat, terutama penanggulangan bencana alam merupakan melalui dewan pemuda di masing-masing yang bagian dari tanggung jawab kemanusiaan atau barangay (desa/daerah) di negara ini. kehumanitarian sehingga hal ini mendorong Melalui fenomena yang dijabarkan di beberapa negara untuk melakukan gerakan atas dan melalui pengamatan serta data yang untuk bersama-sama proaktif terhadap

Peran Taruna Siaga Bencana dalam mitigasi Bencana di Serang dan Sukabumi, Aulia Rahman 59 penanggulangan bencana melalui Deklarasi keputusan terhadap kegiatan penang¬gulangan Hyogo atau dikenal juga dengan kerangka bencana, khususnya yang berkaitan dengan kerja Hyogo (Hyogo Framework for Action/ diri dan komunitasnya; dan (f) melakukan HFA 2005-2015). Berikut ini adalah 5 prioritas pengawasan sesuai dengan mekanisme yang aksi utama aksi Hyogo (APEC:2009), 1) diatur atas pelaksanaan penanggulangan Make Disaster Risk Reduction as Priority; bencana. Sedangkan pada bagian “kewajiban 2) Know The Risk and Take Action; 3)Build masyarakat” yakni Pasal 27 Undang-Undang Understanding and Awareness; 4) Reduce Risk; Penanggulangan Bencana: Setiap orang 5) Be Prepared and Ready to Act. Kemudian berkewajiban: (b). melakukan kegiatan dilanjutkan dengan Deklarasi Sendai yang penanggulangan bencana dan (c). memberikan menghasilkan kerangka kerja Sendai untuk informasi yang benar kepada publik tentang pengurangan risiko bencana (2015-2030) penanggulangan bencana dan berkonsultasi dengan 4 prioritas aksi (BNPB:2015), dengan masyarakat setempat. Perlu tetap antara lain: 1) Memahami risiko bencana; 2) diimbangi juga dengan jaminan hukum pada Penguatan tata kelola risiko; 3) Investasi PRB pasal 26 (bagian c) yakni bahwa mendapatkan untuk Resiliensi; 4) Meningkatkan manajemen informasi secara tertulis dan atau lisan tentang risiko. kebijakan penanggulangan bencana. Di sini bisa diperluas juga tentang peran pemerintah Pemerintah Indonesia melakukan ratifikasi dalam memberikan data dan informasi tentang terhadap perjanjian internasional mengenai bencana itu sendiri secara proaktif (Jonatan penanggulangan bencana, dimulai dengan Lassa et.al.: 2009). membuat payung hukum dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Penjelasan di atas dapat disimpulkan tentang Penanggulangan Bencana. Pasal 16 bahwa peran masyarakat merupakan faktor dari Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 penting dalam penanggulangan bencana ini menyebutkan bahwa komponen pelaksana alam. Departemen Sosial melalui Direktorat penanggulangan bencana memiliki 3 (tiga) Jendral Bantuan dan Jaminan Sosial berupaya tahapan tugas yang secara terintegrasi meliputi, meningkatkan peran masyarakat ini dengan yaitu: a) prabencana, b) tanggap darurat, c) membentuk Taruna Siaga Bencana (Tagana). pasca bencana. Pasal 26 ayat 1e Undang- Menurut Pasal 1 ayat (1) Peraturan Menteri Undang Nomor 24 Tahun 2007 menyebutkan Sosial RI (Permensos RI) No. 29 Tahun 2012 bahwa setiap orang berhak berpartisipasi dalam tentang Tagana, menyebutkan bahwa Tagana pengambilan keputusan terhadap kegiatan adalah relawan sosial yang sudah terlatih atau penanggulangan bencana, khususnya yang Tenaga Kesejahteraan Sosial (TKS) berasal berkaitan dengan diri dan komunitasnya. dari masyarakat yang memiliki kepedulian dan aktif dalam penanggulangan bencana. Tagana Selanjutnya Undang-Undang Nomor dibentuk pada tanggal 23 Maret 2004. Adapun 24 Tahun 2007 Bab V Hak dan Kewajiban fungsi Tagana menurut Departemen Sosial Masyarakat, khususnya Pasal 26 bagian d, (2006), terdiri dari: a) Fungsi Pencegahan, e, dan f, yakni: (d) berperan serta dalam yaitu menghambat dan atau membatasi tumbuh perencanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan dan berkembangnya masalah atau kebutuhan program penyediaan bantuan pelayanan yang dialami oleh korban dan lingkungan kesehatan termasuk dukungan psikososial; sosialnya; b) Fungsi Pengembangan atau (e) berpartisipasi dalam pengambilan

60 SOSIO KONSEPSIA Vol. 6, No. 01, September - Desember, Tahun 2016 pemberdayaan, yaitu menumbuhkembangkan perorangan, masyarakat negara, mengurangi kemampuan, motivasi, serta peranan korban dan penderitaan korban bencana, mempercepat lingkungan sosialnya; c) Fungsi Rehabilitasi, pemulihan, dan memberikan perlindungan yaitu memecahkan masalah atau memenuhi kepada pengungsi atau masyarakat yang kebutuhan serta memulihkan dan meningkatkan kehilangan tempat ketika kehidupannya status dan peran sosial korban dan lingkungan terancam. sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat; Pearce (Djalante et al., 2011) mengemukakan d) Fungsi Perlindungan, yaitu menjamin bahwa perencanaan dan pengelolaan bahaya setiap warga negara agar terhindar dari aneka bencana yang berkelanjutan hanya dapat peristiwa bencana yang menyebabkannya, dicapai melalui partisipasi masyarakat dalam mengalami berbagai permasalahan; e) Fungsi manajemen bencana. Pada sistem manajemen Penunjang, yaitu mendukung keberhasilan penanggulangan bencana, masyarakat memiliki pelaksanaan program penanggulangan bencana tanggung jawab yang sama dengan komponen sektor/bidang terkait lainnya. bangsa lainnya. Oleh karena itu, masyarakat Pada Pasal 7 Permensos RI No. 29 harus punya andil dalam proses ini. Salah satu Tahun 2012 menyebutkan bahwa pada fase upaya pemerintah untuk mengikutsertakan prabencana, Tagana memiliki fungsi, antara masyarakat dalam proses penanggulangan lain: a) Pendataan dan pemetaan daerah bencana yakni dengan membentuk Taruna rawan bencana; b) Peningkatan kapasitas Siaga Bencana (Tagana) sehingga Tagana masyarakat dalam pengurangan risiko bencana; menjadi manifestasi dari partisipasi masyarakat c) Pengurangan risiko bencana di lokasi dalam proses penanggulangan bencana. rawan bencana; d) Peningkatan kesiapsiagaan Carter (2008) mendefenisikan mitigasi masyarakat dalam menghadapi kemungkinan sebagai tindakan yang bertujuan mengurangi terjadi bencana; e) Fasilitasi dalam pembentukan dampak dari bencana alam atau bencana buatan dan pengembangan kampung siaga bencana; manusia pada suatu bangsa atau masyarakat. f) Pendeteksian dini kepada masyarakat atas kemungkinan terjadi bencana; g) Evakuasi Dengan definisi ini, asumsi dasarnya adalah bahwa kegiatan mitigasi itu sementara bersama pihak terkait terlebih dalam bidang mencegah beberapa efek bencana, sedangkan perlindungan sosial atas ancaman bahaya; h) efek lain jelas akan bertahan atau terjadi. Pengurangan risiko dan kesiapsiagaan lainnya. Kemudian, Carter (2008) membagi ke dalam Carter (2008) mendefinisikan pengelolaan dua metode, yakni mitigasi fisik dan mitigasi bencana sebagai suatu ilmu pengetahuan nonfisik. Mitigasi fisik (Structure Mitigation) terapan (aplikatif) yang mencari, dengan merupakan keseluruhan upaya yang bertujuan observasi sistematis dan analisis bencana untuk meminimalisir risiko bencana dan dampaknya meningkatkan tindakan-tindakan (measures) melalui pembangunan infrastruktur. Mitigasi terkait dengan preventif (pencegahan), nonfisik (Non Structure Mitigation) merupakan mitigasi (pengurangan), persiapan, respon keseluruhan upaya yang bertujuan untuk darurat, pemulihan dan pembangunan kembali. mengurangi risiko bencana dan dampaknya Selanjutnya, Carter menyebutkan bahwa tujuan dengan cara meningkatkan kemampuan baik dari manajemen bencana di antaranya, yaitu fisik maupun teknik melalui kegiatan yang mengurangi atau menghindari kerugian secara dapat meningkatkan kapasitas pemerintah dan fisik, ekonomi maupun jiwa yang dialami oleh masyarakat dalam menghadapi bencana.

Peran Taruna Siaga Bencana dalam mitigasi Bencana di Serang dan Sukabumi, Aulia Rahman 61 Keterlibatan pihak swasta/LSM dalam pengetahuan dan sumber daya mereka secara penanggulangan bencana, menurut Carter nyata untuk memecahkan secara bersama (2008), sebagai sumber non-pemerintah dapat tentang dilema sumber daya lingkungan atau dengan mudah dikoordinasikan ke dalam alam. sistem. Hal ini dapat dilakukan, misalnya Ketahanan daerah memiliki keterkaitan melalui dewan bencana nasional, melalui erat dalam mendukung ketahanan nasional. kantor manajemen bencana nasional (dengan Ketahanan daerah merupakan implementasi dari adanya link penghubung LSM). dan melalui terwujudnya ketahanan nasional yang diukur kelompok pengontrol operasi dan tim penasehat melalui 8 gatra (bidang). Menurut Soedarsono teknis (pada keduanya bisa ada perwakilan (1997), ketahanan nasional merupakan kondisi LSM). Selanjutnya keterlibatan masyarakat, dinamik akan suatu kekuatan nyata dan efektif Carter (1991) menjelaskan bahwa komunitas jika dibina secara bertahap melalui adanya masyarakat tertentu dapat mempengaruhi ketahanan daerah, di mana ketahanan daerah beberapa komunitas di satu waktu yang sama di bina melalui ketahanan rumah tangga/ dan komunitas ini disebut “disaster front”. Oleh keluarga dan pada akhirnya ketahanan keluarga karena itu, setiap organisasi penanggulangan akan bertumpu pada kekuatan unsurnya yaitu bencana harus memenuhi partisipasi atau manusia yang harus memiliki ketahanan keterlibatan masyarakat yang sesuai. “Disaster individu/pribadi. front” dapat dijelaskan sebagai garda terdepan dalam penanggulangan bencana. Oleh karena Pada kaitannya dengan penanggulangan itu, pada tingkat masyarakatlah yang paling bencana, kemampuan suatu negara dalam terdepan pada sistem manajemen bencana meminimalisir risiko dari bencana menunjukkan karena masyarakat yang paling mengetahui ketangguhan negara dalam menghadapi karakter tempat tinggal dan keadaan sosial yang bencana dan hal ini di mulai dari tingkatan ada. Hal ini penting dalam manajemen bencana daerah sehingga pada akhirnya mendukung terutama pada level mitigasi. ketahanan nasional. Skala besar negara, ketahanan sebuah negara terhadap bencana Rangkaian penjelasan di atas dapat alam menurut Djalante et al. (2011) dipengaruhi disimpulkan bahwa sistem manajemen oleh pemerintahan yang adaptif terhadap penanggulangan bencana membutuhkan bencana dan memiliki 4 (empat) karakteristik partisipasi dan adanya kolaborasi dari kunci yang saling berkaitan, antara lain berbagai organ yang termasuk dalam sistem sistem polisentris dan multilayered institution, penanggulangan bencana. Kolaborasi menurut partisipasi dan kolaborasi, organisasi mandiri Parker dan Braithwaite (Djalante at al., 2011) serta pembelajaran dan inovasi (learning and dapat didefinisikan sebagai proses di mana innovation). Keterkaitan antar 4 karakteristik sekelompok stakeholder yang beragam, kunci ini digambarkan dalam gambar 1. di termasuk aktor pemerintah dan non pemerintah, bawah ini: individu dan masyarakat memberikan

62 SOSIO KONSEPSIA Vol. 6, No. 01, September - Desember, Tahun 2016 Gambar 1. Interlinkages between Key Characteristics of Adaptive Government in Relation to Building Resillience sumber: Djalante et al., 2011.

METODE ini adalah Taruna Siaga Bencana (Tagana) Metode penelitian ini menggunakan metode Kabupaten Serang dan Kabupaten Sukabumi. kualitatif. Data yang digunakan merupakan Adapun alasan kedua daerah ini dipilih data-data yang berasal dari data primer dan menjadi lokasi penelitian, yakni: 1) Status sekunder. Data primer berupa hasil wawancara kedua daerah sebagai daerah yang memiliki dengan informan dari unsur pemerintah pusat, tingkat kerawanan bencana yang tinggi sesuai yakni dari Direktorat Jaminan Sosial sebagai data dari Indeks Rawan Bencana Indonesia pembina Tagana Pusat, dari unsur pemerintah (BNPB:2011). Dalam Indeks Rawan Bencana daerah yakni dari dinas sosial sebagai pembina Indonesia, Kabupaten Sukabumi berada di Tagana daerah, Badan Penanggulangan Bencana peringkat 6 (enam) sedangkan Kabupaten Daerah (BPBD) sebagai penanggungjawab Serang diperingkat 170 (seratus tujuh puluh) kegiatan penanggulangan bencana di daerah, secara nasional; 2) Data bencana yang terjadi dari unsur Tagana daerah yakni koordinator di Kabupaten Serang dan Sukabumi selama Tagana daerah, dan tokoh masyarakat yang kurun waktu 5 (lima) tahun dari Januari 2010 mengetahui tentang Tagana. Keseluruhan sampai dengan Maret 2015 yang cukup sering berjumlah 9 (sembilan) informan. Sedangkan dan memiliki karakteristik berbeda. Kabupaten data sekunder dikumpulkan dari literatur Serang memiliki data bencana banjir yang cukup buku, jurnal, laporan hasil penelitian, materi sering dan Kabupaten Sukabumi yang memiliki seminar, peraturan perundang-undangan data bencana longsor cukup signifikan; 3) Rasio yang didapat melalui bahan tercetak atau Jumlah anggota Tagana kedua daerah yang bahan yang bersifat elektronik yang mengkaji tidak sebanding dengan luas wilayah, dimana tentang penanggulangan bencana, partisipasi Kabupaten Serang lebih banyak dibandingkan masyarakat dalam penanggulangan bencana dan dengan anggota Tagana di Kabupaten yang mengkaji tentang Taruna Siaga Bencana Sukabumi, tetapi luas daerah kabupaten (Tagana). Unit analisis dalam penelitian

Peran Taruna Siaga Bencana dalam mitigasi Bencana di Serang dan Sukabumi, Aulia Rahman 63 Sukabumi lebih luas dari Kabupaten Serang; 4) 9. Kragilan 22 Persebaran anggota Tagana Kabupaten Serang 10. Kopo 4 dibagi berdasarkan wilayah, yakni Timur, 11. Ciruas 15 Barat, Selatan dan Utara sedangkan persebaran 12. Binuang 3 anggota Tagana Kabupaten Sukabumi secara 13. Carenang 12 umum terpenuhi untuk seluruh wilayah namun 14. Kragilan 9 tidak merata jumlahnya karena lebih banyak 15. Baros 4 pada satu kecamatan tertentu. 16. Petir 39 17. Kibin 2 Data yang sudah didapatkan dianalisa secara 18. Lebak Wangi 2 deskriptif dengan menggunakan model analisis Jumlah 164 interaktif dari Mathew Milles dan Huberman Sumber: Dinas Sosial Kab. Serang, 2014 (1992) dengan tahapan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Sekilas Profil Tagana Kabupaten Sukabumi Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten HASIL DAN PEMBAHASAN Sukabumi Provinsi Jawa Barat di bawah pembinaan Pemerintah Daerah Kabupaten Sekilas Profil Tagana Kabupaten Serang Sukabumi yang melalui Dinas Sosial Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Kabupaten Sukabumi. Tagana Kabupaten Serang mulai terbentuk melalui koordinasi Sukabumi sampai saat ini berjumlah 52 orang antara Dinas Sosial Provinsi dengan yang tersebar di beberapa daerah yang berada Dinas Sosial Kabupaten Serang. Dinas Sosial di Kabupaten Sukabumi. Kabupaten Serang sebagai pembina Tagana daerah mengumpulkan anggota masyarakat Anggota Tagana Kabupaten Sukabumi yang berminat dengan kegiatan sosial dan memiliki latar belakang yang berbeda-beda anggota masyarakat yang sudah sejak lama namun memiliki jiwa sosial yang tinggi berkecimpung sebagai relawan ataupun sehingga sesuai dengan jati diri Tagana yang penggiat kegiatan sosial khususnya yang merupakan relawan sosial yang berasal dari berkaitan dengan penanggulangan bencana. masyarakat dan sangat peduli pada kegiatan Jumlah anggota Tagana Kabupaten Serang sosial khususnya tentang penanggulangan sampai saat ini berjumlah 164 orang yang bencana. tersebar di beberapa kecamatan. Tabel 2. Data Penyebaran Tagana Kabupaten Tabel 1. Data Penyebaran Tagana Kabupaten Sukabumi Serang No Kecamatan Jumlah No Kecamatan Jumlah 1. Palabuhan Ratu 24 1. Cinangka 6 2. Cibadak 2 2. Anyer 2 3. Cikidang 5 3. Ciomas 4 4. Nyalindung 2 4. Bojo Negara 11 5. Kadudampit 1 5. Pamarayan 9 6. Cimanggu 2 6. 2 7. Kabandungan 2 7. Cikande 5 8. Kalapanunggal 2 8. Tunjung Teja 13 9. Cisaat 3

64 SOSIO KONSEPSIA Vol. 6, No. 01, September - Desember, Tahun 2016 10. Gunung Guruh 1 untuk digunakan. Salah satu kegiatan yang 11. Buleud 1 dilakukan Dinas Sosial Kabupaten Serang, 12. Pabuaran 1 yakni dengan menginisiasi kegiatan mitigasi 13. Bojonggenteng 1 bencana. Biasanya kegiatan mitigasi bencana 14. Curug Kembar 1 ini dilakukan bersama-sama dengan Satuan 15. Sukalarang 1 Perangkat Kerja Daerah (SKPD) dan instansi 16. Purabaya 1 lainnya dan dilaksanakan di kecamatan yang 17. Cicantayan 1 rawan bencana. 18. Sukaraja 1 19. Geger Bitung 1 Kegiatan mitigasi yang dilakukan biasanya Jumlah 52 berbentuk penyuluhan, simulasi dan bakti Sumber: Dinas Sosial Kabupaten Sukabumi, 2015 sosial pada daerah-daerah yang rawan bencana serta daerah yang menjadi wilayah Kampung Peran Tagana Dalam Mitigasi Bencana Siaga Bencana (KSB). Setiap kegiatan mitigasi Tagana yang berasal dari unsur masyarakat yang dilakukan selalu melibatkan masyarakat memiliki peran yang sangat besar jika dan anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana). dioptimalkan secara baik dan Tagana dapat Peralatan komunikasi yang sudah diberikan menjadi pengaruh besar terhadap masyarakat kepada koordinator Tagana pada beberapa lain untuk berperilaku yang tepat dalam kecamatan di Kabupaten Serang mempermudah menanggulangi bencana sehingga Tagana dapat komunikasi dan pengerahan anggota Tagana juga dikatakan sebagai “disaster front” dalam beserta unsur masyarakat lainnya. Tidak hanya penanggulangan bencana. Kerjasama dan Dinas Sosial Kabupaten Serang yang turut hubungan antara Tagana dengan pemerintah menginisiasi kegiatan mitigasi bencana, Badan akan menciptakan kolaborasi yang sangat Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) penting terutama jika dikaitkan dengan Kabupaten Serang sebagai koordinator kegiatan kegiatan-kegiatan yang bersifat pengurangan penanggulangan bencana di Kabupaten serang terhadap risiko dan dampak bencana atau memiliki satu tugas pokok dan fungsi yakni yang sering disebut dengan mitigasi bencana. mitigasi bencana sebagai salah satu upaya Pola mutualisme antara pemerintah memiliki untuk mengurangi risiko bencana. program yang berkelanjutan dan sistemik Pada sisi yang lain, BPBD Kabupaten dibantu oleh masyarakat melalui Tagana yang Sukabumi sebagai organisasi yang memiliki memiliki kemampuan dan keahlian khusus tupoksi dalam penanggulangan bencana terkait penanggulangan bencana. memiliki kegiatan yang termasuk kedalam Pada satu sisi, banyaknya sungai besar tahapan mitigasi yang bertujuan untuk membuat daerah Kabupaten Serang subur mengurangi risiko dan dampak bencana alam. namun pada sisi yang lain rawan bencana BPBD Kabupaten Sukabumi selalu melibatkan banjir jika terjadi curah hujan yang tinggi dan organ-organ yang tergabung di dalam sistem panjang. Keadaan di atas membuat Pemerintah penanggulangan bencana, seperti dinas sosial, Daerah Kabupaten Serang memiliki persiapan TNI-Polri, SAR Daerah, Pramuka, PMI dan juga untuk menanggulangi bencana banjir yang masyarakat di setiap tahapan penanggulangan suatu saat dapat terjadi. Dinas Sosial Kabupaten bencana. Pada tahapan mitigasi bencana ini Serang mempersiapkan peralatan terkait unsur masyarakat seperti Tagana dilibatkan penanggulangan bencana agar suatu saat siap melalui rekomendasi dinas sosial. Hal ini selain

Peran Taruna Siaga Bencana dalam mitigasi Bencana di Serang dan Sukabumi, Aulia Rahman 65 untuk menambah pengalaman dan kapasitas 15 Mei 2015), “tidak jarang anggota Tagana anggota Tagana, kegiatan mitigasi juga dapat menjadi instruktur atau narasumber dalam menjadi landasan munculnya kekompakan kegiatan mitigasi yang diinisiasi oleh BPBD dan kerjasama antar organ-organ yang berada karena pengalaman dan kemampuan anggota di dalam sistem manajemen penanggulangan Tagana Kabupaten Sukabumi yang sudah diakui bencana. oleh BPBD. BPBD memberikan dukungan yang bersifat fasilitasi standar dalam kegiatan Apa yang telah dilakukan Tagana dan mitigasi seperti peralatan dan perlengkapan pemerintah daerah di atas bila dikaitkan serta kendaraan bagi anggota Tagana yang ikut dengan mitigasi bencana, kegiatan yang sudah serta dalam kegiatan. Informan dari Tagana dilakukan sudah mencerminkan kegiatan mengatakan bahwa kegiatan mitigasi yang mitigasi yang bersifat mitigasi nonfisiktelah ataudilakukan selalu bersama-sama dengan fungsional, seperti yang dijelaskan Carter unsur-unsur yang terdapat dalam sistem (2008) bahwa salah satu kegiatan mitigasi dapat manajemen penanggulangan bencana seperti berbentuk mitigasi nonfisik atau fungsional BPBD, TNI-Polri, SAR daerah dan melibatkan (Nonstructure Mitigation) yang merupakan juga masyarakat. Bahkan kegiatan yang keseluruhan upaya yang bertujuan untuk dilakukan tidak hanya pada masyarakat pada mengurangi risiko bencana dan dampaknya kawasan tertentu namun juga sering melakukan dengan cara meningkatkan kemampuan baik kegiatan mitigasi berupa simulasi dengan siswa fisik maupun teknik melalui kegiatansekolah” yang (YR, Tagana Kab. Sukabumi, 14 Mei dapat meningkatkan kapasitas pemerintah 2015), hal ini penting sebagai proses mitigasi dan masyarakat dalam menghadapi bencana. yang bersifat edukasi. Maka, dapat dikatakan Tagana Kabupaten Serang juga bekerjasama kegiatan edukasi ini sangat penting sebagai dengan pihak sekolah melalui Gerakan salah satu cara atau media untuk menumbuhkan Pramuka untuk memberikan penyuluhan terkait partisipasi sosial masyarakat dalam kegiatan kebencanaan, pada kesempatan ini anggota penanggulangan bencana. Tagana sebagai narasumber. Selain itu BPBD Kabupaten Serang bekerjasama dengan Dinas Berdasarkan pengamatan dan pengumpulan Sosial dan Tagana akan membuat buku tentang informasi di lapangan, dapat diketahui kebencanaan yang nantinya dapat diaplikasikan bagaimana peran Tagana dan pemerintah daerah penggunaannya bagi siswa SD, SMP dan SMA. khususnya pada tahapan mitigasi bencana di Kabupaten Serang dan Kabupaten Sukabumi Menurut keterangan eksplisit informan dari dapat dipilah pada Tabel 3. di bawah ini: BPBD Kabupaten Sukabumi (Usman Susilo, Tabel 3. Karakteristik Pelaksanaan Mitigasi Bencana Indikator No. Kabupaten Serang Kabupaten Sukabumi Karakteristik 1. Bentuk Mitigasi Penyuluhan, simulasi dan bakti sosial Kegiatan mitigasi yang sering dilakukan Bencana untuk bencana banjir. merupakan kegiatan mitigasi yang berkaitan dengan bencana longsor.

66 SOSIO KONSEPSIA Vol. 6, No. 01, September - Desember, Tahun 2016 2. Peran Pemda Dinas Sosial Kabupaten Kegiatan mitigasi mutlak merupakan tugas Serang memiliki dana untuk pokok BPBD Kabupaten Sukabumi. Dinas menjalankankegiatan mitigasi bencana Sosial merupakan instansi pendukung dan sehingga berusaha mengoptimalkan banyak berperan dalam fase tanggap darurat dana yang ada dengan melibatkan dan pascabencana. instansi mitra lainnya serta masyarakat dan anggota Tagana untuk mensukseskan kegiatan mitigasi bencana. 3. Peran Tagana a. Kehadiran Tagana membuat a. Anggota Tagana selain menjadi peserta informasi mengenai bencana cepat kegiatan juga menjadi instruktur atau tersampaikan dan masyarakat narasumber dalam kegiatan mitigasi yang juga menjadi mengetahui tentang diinisiasi oleh BPBD karena pengalaman kebencanaan. dan kemampuan anggota Tagana b. Tagana menjadi media pembantu Kabupaten Sukabumi yang sudah diakui. pemerintah daerah dalam b. Tagana selalu koordinasi dengan Dinas menyampaikan program-program Sosial dan instansi lain serta wartawan atau kebijakan pemerintah dengan cara bertukar informasi terkait mengenai penanggulangan bencana. kebencanaan melalui alat komunikasi atau media sosial. 4. Partisipasi 3. Anggota Tagana selalu siap untuk 5. Anggota Tagana selalu ikut serta dalam masyarakat dalam ikut berpartisipasi baik itu bersifat kegiatan mitigasi melalui rekomendasi Tagana mitigasi struktural maupun mitigasi Dinas Sosial. nonstruktural. 6. Amggota Masyarakat sebagai 4. Anggota Tagan ikut serta dalam penyambung komunikasi masyarakat di kegiatan mitigasi bencana dengan daerah rawan bencana dengan pemerintah cara penyuluhan dan simulasi daerah. bencana sebagai narasumber dan pendamping teknis di sekolah- sekolah

Koordinasi Tagana dengan Pemerintah utama dari penanggulangan bencana yakni Daerah dalam Penanggulangan Bencana pengurangan dampak dari bencana. Selain Pada sistem manajemen penanggulangan organisasi yang kompleks, sumber daya bencana, koordinasi sangat diperlukan karena manusia dan peralatan juga mutlak dimiliki seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, dengan kuantitas yang banyak dan berkualitas sistem manajemen penanggulangan bencana sehingga dapat tercipta efektifitas. bekerja dengan banyak organisasi yang Bagaimana koordinasi yang telah dilakukan memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. oleh Tagana dan pemerintah daerah dapat Oleh karena itu koordinasi diperlukan untuk dilihat pada Tabel 4. di bawah ini: mempermudah dan mampercepat tujuan Tabel 4. Kondisi Koordinasi Tagana dengan Pemerintah Daerah Lokasi Kondisi Terkait Koordinasi Tagana dengan Pemda Kabupaten Serang Koordinasi berjalan dengan baik. Setiap kegiatan penanggulangan bencana baik yang diinisiasi oleh BPBD maupun Dinas Sosial selalu mengikutsertakan lembaga-lembaga yang terkait dengan penaggulangan bencana. Tagana selalu diikutsertakan dengan berkoordinasi dengan Dinas Sosial. Tagana selalu hadir pada setiap kegiatan penanggulangan bencana. Tagana selalu mengkomunikasikan kejadian bencana yang terjadi dengan pihak-pihak terkait dan menyampaikan kebutuhan masyarakat pada saat bencana serta mendistribusikan bantuan bencana.

Peran Taruna Siaga Bencana dalam mitigasi Bencana di Serang dan Sukabumi, Aulia Rahman 67 Kabupaten Sukabumi Koordinasi berjalan dengan sangat baik. Tagana selalu dilibatkan setiap kegiatan penanggulangan bencana dan selalu hadir bahkan anggota Tagana sering menjadi instruktur pada saat kegiatan sosialisasi dan pelatihan tyang diadakan Tagana dengan pihak lain melalui alat komunikasi dan media sosial terkait penanggulangan bencana bahkan koordinasi juga dilakukan dengan media massa melalui wartawan

Wilayah Kabupaten Serang yang luas teknis di daerah. Kadangkala, permasalahan menjadi tantangan lebih bagi Pemerintah koordinasi dipicu oleh hal-hal yang tidak terlalu Daerah Kabupaten Serang untuk mampu substansi seperti permintaan ijin pelibatan melaksanakan kegiatan penanggulangan personil, surat-menyurat dan lain sebagainya. bencana dengan baik dan terstruktur. Oleh Seperti yang disampaikan oleh informan karena itu diperlukan kolaborasi dan koordinasi dari BPBD Kabupaten Serang (ADQ, BPBD antar organ yang berada dalam sistem Kab. Serang, 16 April 2015): “setiap kegiatan manajemen penanggulangan bencana termasuk selalu koordinasi dan kerjasama dengan tagana juga pelibatan masyarakat. Kolaborasi dan melalui dinsos, setiap terjadi bencana selalu koordinasi antara Tagana dengan komponen dilibatkan, tagana selalu hadir dalam setiap lainnya sudah berjalan dengan baik bahkan bencana di kabupaten Serang. Setiap kegiatan kolaborasi dan koordinasi yang baik itu mitigasi fungsional seperti sosialisasi atau memudahkan dalam penanggulangan bencana. pelatihan selalu mengundang tagana”. Tagana Perlu adanya rapat-rapat koordinasi untuk Kabupaten Serang juga menginformasikan memperbaharui informasi terkini terkait bahwa koordinasi antar aktor penanggulangan kesiapan dan ketersediaan personil, logistik bencana sudah terjalin baik, seperti yang dan peralatan dan juga informasi terkini terkait disampaikan oleh ASR (Tagana Kab. Serang, kebencanaan. Pelibatan dunia usaha untuk 16 April 2015): “sering komunikasi terkait ikut dalam kegiatan penanggulangan bencana kegiatan penanggulangan bencana, baik menjadi hal yang mutlak dilakukan karena dengan dinas, BPBD maupun dengan TNI dunia usaha memiliki tanggungjawab yang dan Polisi”. Amsar juga mengatakan: “pada sama dalam kegiatan penanggulangan bencana. kegiatan prabencan sering dilakukan bakti Tentu hal ini diperlukan komitmen khusus antara sosial pembersihan bendungan pamarayan pihak dunia usaha dengan pemerintah daerah dan pembersihan kali ciujung. Penyuluhan terkait kegiatan penanggulangan bencana ini. mengenai kebencanaan dengan berkoordinasi Dinas Sosial Kabupaten Serang memiliki dengan masyarakat, kelurahan, kecamatan, dana untuk menjalankan kegiatan mitigasi dinas sosial dan instansi terkait lainnya. Saat bencana sehingga berusaha mengoptimalkan bencana: melakukan pelaporan terkait bencana dana yang ada dengan melibatkan instansi mitra yg terjadi kepada koordinator dan atau pembina lainnya serta masyarakat dan anggota Tagana tagana di kabupaten, kemudian memberikan untuk mensukseskan kegiatan mitigasi bencana. penyuluhan kepada masyarakat untuk siap-siap Pelibatan anggota Tagana dalam kegiatan yang mengungsi ke tempat yang lebih aman jika akan dilaksanakan BPBD Kabupaten Serang melalui terjadi banjir. Koordinasi dengan Dinsos terkait dinas sosial menunjukkan koordinasi dan saling lokasi untuk tempat evakuasi, tempat logistik, menghormati antar instansi penanggulangan dapur umum. Membantu mempersiapkan bencana. Bagaimanapun Tagana merupakan logistik di lapangan. Pasca bencana: membantu tanggung jawab dinas sosial sebagai pembina distribusi logistik kepada masyarakat, advokasi

68 SOSIO KONSEPSIA Vol. 6, No. 01, September - Desember, Tahun 2016 kebutuhan masyarakat yang menjadi pengungsi Keterangan-keterangan di atas menunjukkan dalam bencana. Trauma healing yang dilakukan bahwa koordinasi yang dilakukan antar aktor anggota Tagana yang perempuan”. Keterangan penanggulangan beserta Tagana di Kabupaten di atas menunjukkan bahwa koordinasi yang Sukabumi sudah terjalin dengan baik bahkan dilakukan antar aktor penanggulangan bencana koordinasi juga terjalin dengan media massa beserta Tagana di Kabupaten Serang sudah melalui wartawan. terjalin dengan baik. Review Djalante et al. (2011) menunjukkan Wilayah Kabupaten Sukabumi yang lebih bahwa lembaga polisentris dan berlapis-lapis luas daripada Kabupaten Serang memerlukan memiliki potensi yang sangat tinggi untuk perhatian yang intensif. Hal ini juga dipengaruhi mempengaruhi kapasitas dalam mengelola oleh ketersediaan personil dan kualitas personil. ketahanan terhadap bencana. Berjalannya “Ketersediaan dan kualitas personil Tagana yang sistem manajemen bencana dapat secara baik belum terpenuhi seutuhnya” (YR, Tagana Kab. berjalan melalui sistem pemerintahan yang Sukabumi, 14 Mei 2015). BPBD Kabupaten polisentris seperti yang dikemukakan oleh Sukabumi sebagai koordinator dalam kegiatan McGinnis (Djalante et al., 2011). penanggulangan bencana memeliki peran yang Kerjasama dan koordinasi juga dilakukan cukup sentral dan berpengaruh. BPBD memliki dengan pihak dunia usaha namun kerjasama peran sentral namun BPBD tetap memerlukan yang dilakukan masih pada tahap tanggap instansi lain untuk menutupi kekurangan yang darurat dengan memberikan bantuan logistik dimiliki oleh BPBD begitu juga sebaliknya. Hal bagi masyarakat yang terkena dampak bencana ini merupakan konsekuensi logis dari sistem dan penerjunan relawan-relawan dari dunia polisentris yang terdapat banyak organisasi usaha. Koordinasi dan kerjasama pada kegiatan dalam sistem manajemen penanggulangan penanggulangan bencana yang sudah berjalan bencana. dengan baik di Kabupaten Sukabumi tercermin Menurut NJ (Dinas Sosial Kab. Sukabumi, dalam proses tanggap darurat dan pascabencana 15 Mei 2015), “koordinasi sangat terjalin longsor yang terjadi pada akhir Maret 2015 di dengan baik, sering komunikasi antar instansi Desa Cimerak Kecamatan Cireunghas yang terkait seperti BPBD, SAR, TNI dan melibatkan dilakukan dengan waktu singkat, dimulai tagana tentunya. Sering ada Rapat koordinasi dari evakuasi masyarakat dan korban sampai yang dilakukan oleh BPBD dengan instansi dengan pascabencana, dimana masyarakat akan terkait selain jika terjadi bencana. Koordinasi ditempatkan pada daerah yang aman dengan terkait kegiatan mitigasi pernah dilakukan dana yang sudah disiapkan oleh Pemerintah bersama-sama dengan instansi lainnya ketika Daerah Kabupaten Sukabumi. di daerah Cisaat ada pergerakan tanah yang Setiap kegiatan penanggulangan bencana dilaporkan tagana dan instansi penanggulangan yang melibatkan Tagana, anggota Tagana selalu bencana mengambil langkah bersama-sama hadir untuk membantu terlaksananya kegiatan untuk mengevakuasi masyarakat”. YR (Tagana dengan baik dan lancar, bahkan beberapa anggota Kab. Sukabumi, 14 Mei 2014) juga mengatakan Tagana sering diamanatkan untuk menjadi “Tagana selalu koordinasi dengan Dinas instruktur pada pelatihan yang diselenggarakan Sosial dan instansi lain serta wartawan dengan oleh BPBD (US, BPBD Kab. Sukabumi, 15 cara bertukar informasi terkait kebencanaan Mei 2015). Informasi mengenai kebencanaan melalui alat komunikasi atau media sosial”.

Peran Taruna Siaga Bencana dalam mitigasi Bencana di Serang dan Sukabumi, Aulia Rahman 69 tidak hanya berasal dari masyarakat saja membuat informasi mengenai bencana cepat namun juga dapat melalui wartawan atau media tersampaikan dan masyarakat juga menjadi massa. Hal ini menjadi simbiosis mutualisme mengetahui tentang kebencanaan. NK, salah sehingga Forum Tagana Kabupaten Sukabumi satu tokoh pemuda Kecamatan Tunjung Teja tetap menjalin komunikasi dengan wartawan Kabupaten Serang, mengatakan bahwa “adanya karena tidak semua masyarakat ataupun Tagana Tagana sangat membantu masyarakat, tagana mampu secara luas menyebarkan informasi. membantu informasi terkait kebencanaan. Masyarakat menjadi memahami tentang Oleh karena itu, penting bagi komponen- kebencanaan sehingga dapat mengurangi komponen seperti komunikasi, sistem jatuhnya korban dan mengurangi kerugian”. peringatan dan fasilitas yang ada di dalamnya (21 April 2015) harus berfungsi secara efisien pada tingkat tertinggi dan harus dijaga sejauh mungkin Bagi Pemerintah Kabupaten Serang, dari efek bencana. Hal ini juga penting bahwa kehadiran Tagana menjadi media pembantu pemerintah harus mengatur organisasi non- pemerintah daerah dalam menyampaikan pemerintah untuk memperluas peran pada program-program atau kebijakan pemerintah penanggulangan bencana sehingga mereka mengenai penanggulangan bencana sehingga dapat mengatasi gangguan tambahan, dan yang paling utama masyarakat menjadi tekanan yang terdapat di dalamnya. mengetahui bagaimana cara yang dilakukan untuk meminimalisir dampak dari bencana Manfaat Partisipasi Tagana Bagi alam. Ketahanan Daerah Kehadiran Taruna Siaga Bencana (Tagana) Manfaat partisipasi Tagana terkait di Kabupaten Serang sangat bermanfaat penanggulangan bencana di Kabupaten Serang bagi masyarakat, dengan kehadiran Tagana dan Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 5. di bawah ini:

Tabel 5. Kondisi Manfaat Partisipasi Tagana Lokasi Kondisi Terkait Koordinasi Tagana dengan Pemda Kabupaten Serang Bagi Pemerintah Kabupaten Serang, Kehadiran Tagana menjadi media pembantu pemerintah daerah dalam menyampaikan program-program atau kebijakan pemerintah mengenai penanggulangan bencana. Tagana membantu informasi terkait Kebencanaan. Bagi masyarakat, tagana sangat membantu masyarakat, masyarakat menjadi memahami tentang kebencanaan sehinga dapat mengurangi jatuhnya korban dan mengurangi kerugian. Kabupaten Sukabumi Bagi Pemerintah Kabupaten Sukabumi, Tagana sering memberikan info tentang kegiatan masyaratak yang berpotensi menimbulkan bencana kepada instansi terkait dengan maksud untuk menjadi kewaspadaan. Bagi masyarakat, Tagana menambah pengetahuan masyarakat tentang bencana dan menjadi penyambung informasi masyarakat kepada pemerintah

Partisipasi dan kolaborasi masyarakat capital. Modal sosial menurut Sharma dan diperlukan dalam manajemen penanggulangan Patt (Djalante et al., 2011) merupakan norma bencana. Partisipasi dan kolaborasi masyarakat dan hubungan sosial dalam struktur sosial ini dipengaruhi oleh kepemimpinan baik masyarakat yang memungkinkan adanya dalam masyarakat dan pemerintahan, faktor koordinasi dan tindakan untuk mencapai tujuan kepercayaaan dan adanya modal sosial/social yang diinginkan, dan juga telah diidentifikasi

70 SOSIO KONSEPSIA Vol. 6, No. 01, September - Desember, Tahun 2016 sebagai elemen penting untuk membantu masyarakat ini juga dapat didorong dengan masyarakat menjadi lebih kuat menghadapi adanya sosialisasi penilaian terhadap bencana bencana. Tagana sebagai salah satu aktor dengan menggunakan kearifan lokal sehingga dalam struktur sosial masyarakat harus mampu pengetahuan yang diberikan ke masyarakat menjadi bagian dari modal sosial yakni sebagai tidak hanya bersifat teori dan praktek formal penjaga hubungan sosial masyarakat dan juga masa sekarang namun juga teori dan praktek pemerintah daerah khususnya terkait dengan yang sudah berjalan dari sejak dahulu. Kearifan penanggulangan bencana. lokal merupakan bagian dari norma sosial masyarakat dan ini menjadi bagian dari modal Jumlah anggota Tagana yang ada di sosial masyarakat dalam menghadapi bencana Kabupaten Kabupaten Sukabumi lebih alam. sedikit jumlahnya dari Kabupaten Serang dan persebaran anggota Tagana di Kabupaten Manfaat Tagana terhadap ketahanan Sukabumi tidak sepenuhnya terwakili di daerah dapat jabarkan sebagai berikut, salah seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten satu indikator dari ketahanan daerah adalah Sukabumi karena ada penumpukan anggota masyarakat yang memiliki kemandirian Tagana pada satu kecamatan tertentu (YR, dan inisiatif dalam menghadapi bencana Tagana Kab. Sukabumi, 14 Mei 2015). Namun alam. Seperti yang disampaikan salah satu hal ini tidak mempersurut partisipasi Tagana anggota masyarakat Kecamatan Geger Bitung dalam kegiatan penanggulangan bencana Kabupaten Sukabumi, TN (16 mei 2015), di Kabupaten Sukabumi khususnya untuk “Tagana bagus, masyarakat menjadi tahu mengurangi risiko dan dampak bencana alam. tentang bencana, jika terjadi bencana harus tahu Selain itu, NJ (Dinas Sosial Kab. Sukabumi, berbuat apa dan harus menghubungi siapa”. 15 Mei 2015) mengatakan “anggota Tagana Kemandirian dan inisiatif masyarakat sering memberikan info tentang kegiatan tentunya diperoleh melalui pelatihan, pertambangan yang berpotensi bencana kepada penyuluhan dan simulasi dalam menghadapi Dinsos dan instansi terkait agar menjadi bencana alam secara berkelanjutan. Seperti kewaspadaan”. yang diungkapkan Djalante et al. (2011) bahwa Upaya yang dilakukan Tagana di atas, faktor partisipasi masyarakat dan kolaborasi menunjukkan bahwa Tagana bermanfaat untuk masyarakat dengan pemerintah merupakan memberikan informasi kepada pihak terkait salah satu faktor dalam mendukung ketahanan atas kerawanan suatu daerah akan bencana. suatu bangsa. Oleh karena itu selain partisipasi Carter (2008) menegaskan bahwa komunitas masyarakat (Tagana) diperlukan juga persiapan masyarakat tertentu dapat mempengaruhi anggaran oleh pemerintah untuk mengakomodir beberapa komunitas di satu waktu yang kegiatan-kegiatan yang dapat mengurangi sama dan komunitas ini disebut “disaster risiko dan dampak dari bencana alam. front”. Oleh karena itu, setiap organisasi Ketahanan suatu daerah terhadap bencana penanggulangan bencana harus memenuhi alam dapat dilihat melalui indikator adanya partisipasi atau keterlibatan masyarakat yang sistem manajemen penanggulangan daerah, sesuai. Pemberian informasi kepada pihak partisipasi masyarakat dan LSM, dan adanya terkait dan kepada masyarakat yang berada inovasi dan transfer pengetahuan tentang di daerah rawan bencana merupakan salah bencana. Jadi, Pengetahuan masyarakat satu bentuk partisipasi masyarakat. Partisipasi

Peran Taruna Siaga Bencana dalam mitigasi Bencana di Serang dan Sukabumi, Aulia Rahman 71 atas kegiatan penanggulangan bencana dalam sistem manajeman penanggulangan dan partisipasi dalam setiap kegiatan bencana karena tidak mungkin pemerintah penanggulangan bencana khususnya pada fase mampu memenuhi kesiapan sumberdaya prabencana seperti kegiatan mitigasi menjadi dalam kegiatan penanggulangan bencana. indikator yang diharapkan berjalan sehingga Pada masa saat ini, masyarakat sudah mampu dapat mendukung ketahanan daerah. melakukan kegiatan minimal pada tahap prabencana yakni, mitigasi dan kesiapsiagaan. KESIMPULAN Keseluruhan kemampuan itu tidak terlepas Peran Tagana dalam kegiatan mitigasi dari kegiatan-kegiatan mitigasi yang dilakukan bencana sangat signifikan untuk meningkatkanTagana bersama pemerintah daerah. Kedua hal, partisipasi masyarakat. Pada Kabupaten Serang mitigasi dan kesiapsiagaan menjadi menjadi kegiatan mitigasi bencana yang dilakukan dinas dampak langsung peran masyarakat melalui sosial merupakan inisiasi dari anggota Tagana Tagana dalam mendukung ketahanan daerah di lapangan, meskipun memiliki dana yang terhadap bencana alam. kecil namun kegiatan mampu dilaksanakan dan melibatkan instansi lain. Pada Kabupaten SARAN Sukabumi, kegiatan mitigasi mutlak merupakan Partisipasi Masyarakat melalui Tagana tugas BPBD Kabupaten Sukabumi. Dinas sosial harus ditingkatkan dengan kemampuan merupakan instansi pendukung dan banyak yang tidak hanya berkisar pada saat tanggap berperan dalam fase tanggap darurat dan darurat dan pascabencana namun juga pada pascabencana. Namun, BPBD tetap melibatkan tahap prabencana. Melalui ketersediaan dana dinas sosial dan Tagana dalam setiap kegiatan yang memadai dapat meningkatkan program- penanggulangan bencana tidak terkecuali program untuk melatih anggota Tagana dan mitigasi bencana. masyarakat agar dapat mengurangi dampak bencana alam. Permasalahan ketersediaan Pada umumnya, terkait koordinasi dana, pemerintah dapat menggandeng lembaga- penanggulangan bencana pada kedua daerah lembaga filantropi yang memiliki dana dan sudah berlangsung dengan baik dan lancar. Hal program untuk mitigasi bencana. ini dibuktikan dengan sering dilakukan rapat koordinasi baik pada tahap prabencana, tanggap Koordinasi merupakan unsur yang sangat darurat dan pascabencana. Sering melibatkan mendukung dalam manajemen penaggulangan instansi lain pada saat kegiatan penanggulangan bencana. Oleh karena itu perlu sosialisasi dan bencana terutama pada kegiatan mitigasi bencana latihan bersama secara terus menerus dalam sehingga dapat memupuk kekompakan dan seluruh tahapan penanggulangan bencana menjalin komunikasi secara optimal dan hal ini untuk menjaga terjalinnya koordinasi antar terindikasi juga dengan cepatnya pemberlakuan aktor penanggulangan bencana. Tidak hanya tanggap darurat dan pascabencana. pemerintah, TNI/Polri dan pihak swasta bahkan komunitas masyarakat harus dapat menginisiasi Masyarakat mengetahui tentang kegiatan penanggulangan bencana khususnya kebencanaan, yakni mulai dari penilaian mitigasi bencana dan harus menjadikan salah terhadap bahaya, informasi bencana bahkan satu program penting dalam hubungannya sistem manajemen penanggulangan bencana dengan manajemen penanggulangan bencana. pada level komunitas masyarakat. Masyarakat Perlu ada jobdesk yang jelas antara lembaga- sebagai “disaster front” memiliki peran sentral

72 SOSIO KONSEPSIA Vol. 6, No. 01, September - Desember, Tahun 2016 lembaga dalam manajemen penanggulangan UCAPAN TERIMA KASIH bencana. Terlebih yang terkait dengan kegiatan Penulis mengucapkan terima kasih kepada mitigasi struktural, dengan geliat pembangunan Dr. Margaretha Hanita, Drs. Gunawan yang saat ini perlu mengutamakan unsur manajemen memberikan tanggapan dan masukan dalam bencana. Oleh karena itu, pemimpin daerah dapat proses penelitian ini. Kepada narasumber- menggunakan pengaruhnya dalam usaha ini narasumber yang telah bersedia memberikan dengan melakukan perencanaan pembangunan informasi serta Prof. Carunia M. Firdausy yang berdasarkan pengurangan risiko bencana. (Profesor Riset LIPI) atas masukan dan Pemimpin daerah dapat melakukan koordinasi tanggapan terhadap artikel ini. lintas sektoral terkait dengan hal ini dan bisa menunjuk lembaga tertentu yang bertanggung DAFTAR PUSTAKA jawab sesuai dengan tugas lembaga itu dalam APEC. (2009). Strategy for Disaster Risk manajemen penanggulangan bencana. Misalnya Reduction and Emergency Preparedness untuk pembangunan gedung yang berada dekat and Response in the Asia Pacific region : dengan jalur hijau atau dekat dengan daerah 2009 to 2015. Lima: APEC. yang rawan terjadi bencana, pemimpin daerah dapat meminta pendapat lembaga-lembaga Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang bisa menilai model gedung yang tepat Republik Indonesia. (2011). Indeks dibangun di daerah itu. Bisa juga pemerintah Rawan Bencana Indonesia. Jakarta: membuat pemetaan wilayah yang rawan akan Direktorat Pengurangan Risiko terjadinya bencana. Bencana, BNPB RI.

Konsistensi dan partisipasi masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana melalui Tagana harus terus terjaga dengan Republik Indonesia. (2015). Kerangka mengikutsertakan Tagana dalam berbagai Kerja Sendai. Kerangka Kerja Sendai tahapan penanggulangan bencana terutama (2015-2030) Untuk Pengurangan Risiko pada proses mitigasi bencana. Hal ini penting, Bencana. Jakarta: BNPB RI. mengingat Tagana merupakan salah satu Carter, W. N. (2008). Disaster Management: “A elemen masyarakat yang berperan dalam Disaster Managers Handbook. Manila: penanggulangan bencana yang diakui oleh Asian Develompent Bank. pemerintah. Oleh karena itu, pemerintah pusat dan daerah harus mampu menyiapkan program Departemen Sosial RI. (2006). Taruna Siaga untuk dapat meningkatkan peran Tagana dalam Bencana (Youth Disaster Preparedness tahapan penanggulangan bencana sehingga Unit), sebagai Gugus Tugas menjadi poin penting menjaga ketahanan daerah Penanggulangan Bencana Berbasis khususnya dalam manajemen penanggulangan Komunitas, Jakarta: Depsos RI. bencana. Tidak tertutup kemungkinan ada kerjasama “segitiga” antara pemerintah Djalante, R., Holley, C., & Thomalla, F. daerah, lembaga filantropi dan Tagana (2011). untuk Adaptive governance and membangun peran masyarakat dalam kegiatan managing resilience to natural hazards. penanggulangan bencana. International Journal of Disaster Risk Science, 2(4), 1–14. http://doi. org/10.1007/s13753-011-0015-6

Peran Taruna Siaga Bencana dalam mitigasi Bencana di Serang dan Sukabumi, Aulia Rahman 73 Enditya, R. (2013). Peran Taruna Siaga Bencana (TAGANA) Dalam Kesiapsiagaan Bencana Di DKI Jakarta (Studi Kasus Terhadap Taruna Siaga Bencana Jakarta Barat). Universitas Indonesia.

Fernandez, G., & Shaw, R. (2013). Youth Council participation in disaster risk reduction in Infanta and Makati, Philippines: A policy review. International Journal of Disaster Risk Science, 4(3), 126–136. http://doi.org/10.1007/s13753-013- 0014-x

Gunawan, Sugianto, A. D. A. (2009). Peran Tagana Dalam Peningkatan Kesiapsiagaan Masyarakat Untuk Mengurangi Resiko Bencana Alam. Jakarta: P3KS Press.

Lassa, J., Pujiono, P., Pristiyanto, D., Paripurno, E. T., Magatani, A., & Purwati, H. (2009). Pengelolaan Resiko bencana Berbasis Komunitas (PRBBK). Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Menteri Sosial RI. Peraturan Menteri Sosial Nomor 29 Tahun 2012 tentang Taruna Siaga Bencana (Tagana).

Presiden Republik Indonesia. Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2008 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2009.

Sari, D.P. (2014). Analisis Peran Taruna Siaga Bencana (Tagana) Dalam Penanggulangan Bencana di Kota , Universitas Bengkulu.

Soedarsono, S. (1997). Ketahanan Pribadi & Ketahanan Keluarga Sebagai Tumpuan Ketahanan Nasional (Cet. 2.). Jakarta: Intermasa.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.

74 SOSIO KONSEPSIA Vol. 6, No. 01, September - Desember, Tahun 2016