MANAJEMEN PENGEMBANGAN INDUSTRI BATIK GROBOGAN SEBAGAI UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 1 Elistriany Intar Maimunah, Zainal Hidayat2, Budi Puspo Priyadi3 Departemen Administrasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Jl. Prof H. Soedarto, S.H Tembalang Kotak Pos 1269 Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405 E-mail: [email protected]

Abstrak Pengembangan batik saat ini menjadi permasalahan yang cukup serius di Kabupaten Grobogan karena kurangnya daya saing kualitas batik Grobogan. Minimnya daya tarik masyarakat untuk membeli produk batik menyebabkan turunnya jumlah produksi. Penelitian ini, bertujuan untuk menganalisis manajemen dalam pengembangan industri batik Grobogan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat dan faktor-faktor yang menjadi kendalanya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Penelitian melihat komponen manajemen pada pengembangan industri batik Grobogan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat yang meliputi planning, organizing, actuating, controlling milik George R. Terry, dan teori proses pemberdayaan milik Wilson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Manajemen pengembangan industri batik Grobogan sebagai upaya pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Grobogan sudah cukup baik meskipun masih kurang maksimal karena kegiatan yang hanya berfokus pada pembinaan yang monoton dan kurang adanya inovasi yang bisa lebih menarik masyarakat untuk berpartisipasi. Adapun faktor yang mempengaruhi adalah: lemahnya kesadaran masyarakat, kurangnya tingkat partisipasi masyarakat, kurangnya kemampuan dalam menggunakan teknologi, mindset masyarakat masih tradisional, masyarakat masih memasarkan produk batik dengan konvensional, dan kurangnya daya tarik masyarakat sehingga perlu adanya kesempatan lebih bagi masyarakat untuk meningkatkan partisipasi, masih terdapat perasaan sungkan yang berlebihan dan inovasi serta perluasan kerjasama dengan marketplace. Saran yang diberikan adalah: memberikan ruang dan kesempatan masyarakat dalam menyampaiakan aspirasi, mengembangkan inovasi dengan mendatangkan pembicara professional dalam seminar yang berkelanjutan, memberikan pelatihan market place, melakukan pelaporan pengawasan dengan terbuka yang diunggah melului web Disperindag, serta memasarkan produk batik Grobogan, di tempat wisata. Kata Kunci: Manajemen, Pengembangan, Batik Grobogan, Pemberdayaan. Abstract The development of batik is currently a serious problem in Grobogan due to the lack of competitiveness of grobogan batik quality. The lack of attractiveness of the public to buy batik products led to a decrease in the amount of production. This research aims to analyze management in the development of Grobogan batik industry as an effort to empower the community and the factors that are the obstacles. This research uses qualitative descriptive method with data collection techniques using interview, observation and documentation techniques. The research looked at the management component in the development of Grobogan batik industry as a community empowerment effort that includes planning, organizing, actuating, controlling owned by George R. Terry, and wilson's theory of empowerment process. The results showed that the management of the development of the Grobogan batik industry as an effort to empower the community in is good enough although still not maximal because of activities that only focus on monotonous coaching and lack of innovations that can attract more people to participate. The factors that influence are: weak public awareness, lack of community participation rate, lack of ability to use technology, traditional mindset of society, people still market batik products with conventional, and lack of public attraction so that there needs to be more opportunities for the community to increase participation, there is still a feeling of excessive sungkan and innovation and expansion of cooperation with the marketplace. The suggestions provided are: provide space and opportunities for the community in conveying aspirations, developing innovations by bringing professional speakers in sustainable seminars, providing market place training, conducting open surveillance reporting uploaded through the Disperindag web, as well as marketing Grobogan batik products, in tourist attractions.

Keywords: Management, Development, Batik Grobogan, Empowerment. A. PENDAHULUAN

Kabupaten Grobogan memiliki teknis membatik. Pelatihan ini potensi industri batik tradisional. Batik diselenggarakan oleh Pemerintah Grobogan ini sudah ada sejak 1938, tetapi Kabupaten pada setiap tahun pada tahun 2010 pemerintah dengan menggunakan anggaran menyediakam akses guna menghidupkan APBD. Selanjutnya, dalam lagi eksistensi Batik Grobogan. pengembangannya Dinas Kabupaten Grobogan merupakan salah Perindustrian membentuk perajin satu kabupaten yang ada di Provinsi Jawa batik yang dijadikan kelompok Tengah. Kabupaten Grobogan adalah disetiap daerah dinamakan kabupaten paling luas kedua pada Kelompok Usaha Bersama (KUB). Provinsi Jawa Tengah sesudah Kabupaten 3. Mewajibkan kepada pegawai Cilacap. Perencanaan pembangunan pemerintah di Daerah untuk Bupati Grobogan Sri Sumarni SH, MM menggunakan batik pada hari-hari dalam visi pembangunan Kabupaten tertentu. Hal ini diwujudkan dalam Grobogan 2016-2021, yaitu penerbitan SK Bupati Grobogan Pembangunan Ekonomi Kerakyatan Nomor 050/213/2020 tentang Bidang UMKM, Industrian, Koperasi, Penetapan Motif Batik Khas Pariwisata, serta Perdagangan. Hal ini, Grobogan dan SE Bupati Grobogan mempunyai tujuan guna menumbuhkan Nomor 537/16811/III/2020 tentang usaha ekonomi kerakyatan baik UMKM Penggunaan Pakaian Batik Motif serta koperasi, industri dan perdagangan Khas Grobogan di Lingkungan serta meningkatkan pariwisata daerah Pemerintah Kabupaten Grobogan dengan daya saing. Kemudian, setiap hari kamis dimulai dari tahun berdasarkan pada Peraturan Daerah 2017. Kabupaten Grobogan No. 20 Tahun 2016 4. Menjadikan membatik sebagai tentang Perlindungan dan Pengembangan muatan lokal di sekolah. Muatan Batik Kabupaten Grobogan, sejatinya lokal tersebut berlaku untuk tingkat menjelaskan bahwa dalam pengembangan SD hingga SLTP/SMP dengan batik tersebut, pemerintah Kabupaten metode pembelajaran apresiasi Grobogan memiliki 6 kewajiban dalam batik Grobogan dengan mengembangkan batik Grobogan dan menggunakan teknik tertentu. telah berupaya untuk memenuhi hal 5. Melakukan dan/atau memfasilitasi tersebut sebagai berikut: promosi dan pemasaran, melalui pengadaan Pasar Rakyat, Grobogan 1. Mengupayakan ketersediaan bahan expo, serta saat ada kunjungan baku batik di Daerah, yang kenegaraan. Selain difasilitasi diwujudkan dengan pemberian bimbingan pemasaran online, fasilitas pada saat kegiatan memfasilitasi pemasaran di Hotel pembinaan dan pelatihan batik. maupun di toko modern, fasilitas di 2. Melakukan fasilitasi pelatihan Pusat Promosi IKM Gedung Ir teknis maupun non teknis kepada Dalmadi yang berada di Jl Jend pencipta, perajin, dan KUB, dengan Sudirman No.8 Purwodadi, Di diselenggarakannya pelatihan Dekranasda Setda Grobogan serta membatik dengan mendatangkan di Bidang Ekonomi Kreatif yang designer professional, sedangkan berada di Jl Panjaitan Purwodadi pelatihan non teknis Grobogan. Selain itu, cara promosi diselenggarakan pelatihan yang batik Grobogan masih konvensional tidak berkaitan langsung dengan menggunakan kartu nama, nomer Tabel 1 hp, dan dari mulut ke mulut. Rata-Rata Produksi Batik Grobogan Pada 6. Memberikan fasilitas kemudahan Tahun 2017-2019 pinjaman kepada Pencipta dan KUB Kelompok Usaha Bersaha Tahun (KUB) PRODUKSI dari lembaga kuangan dan/atau Jenis KUB Jumlah BATIK badan usaha milik daerah. Bentuk KUB fasilitas tersebut ditunjukkan 1. Besar 11 12.160 dengan surat rekomendasi dari 2017 2. Menengah 11 3.330 Dinas Perindustrian dan 3. Kecil 18 3.436 Perdagangan Kabupaten Grobogan. JUMLAH 40 18.926 Dengan begitu, para pencipta, 1. Besar 11 11,340 2018 2 Menengah 11 2,850 perajin dan Kelompok Usaha 3. Kecil 18 3,730 Bersama (KUB) dapat menambah JUMLAH 40 17.920 modal usahanya untuk 1. Besar 8 8,046 mengembangkan produk batik 2019 2. Menengah 7 2,616 sehingga perekonomian lebih 3. Kecil 12 1,627 meningkat. JUMLAH 27 12.289 Sumber : Dinas Perindustrian dan Berbagai upaya yang dilakukan Perdagangan Kabupaten Grobogan pemerintah tersebut pada pelaksanaannya Berdasarkan data dari tabel 1.1 dapat masih mengalami banyak kendala terutama dilihat bahwa jumlah KUB dan jumlah dalam promosi dan pemasaran. Promosi produksi batik Grobogan dalam 3 (tiga) dan pemasaran batik Grobogan mengalami tahun terakhir mengalami penurunan dari daya saing yang masih rendah. Kelompok tahun 2017 dimana jumlah KUB Pengrajin Usaha Bersama (KUB) yang dapat Batik Grobogan mencapai 40 KUB dengan memproduksi batik setiap hari Senin total jumlah produksi mencapai 18.926 kain sampai Jumat hanya terdapat 3-4 KUB saja, batik pada tahun 2019 hanya menyisakan sedangkan Kelompok Usaha Bersama 27 KUB dengan jumlah produksi 12.289 (KUB) yang lainnya memproduksi batik kain batik. Penurunan jumlah KUB dan pada saat ada pesanan saja. Masyarakat jumlah produksi tersebut memberikan sangat jarang yang membeli batik gambaran adanya permasalahan dalam Grobogan, masyarakat lebih tertarik pengembangan Batik Grobogan. Dari hasil terhadap produk batik luar kota seperti uraian tersebut dan data yang menunjukkan batik Solo, batik yang di desain masih adanya permasalahan dalam menjadi daster, jarik, baju dan lain-lain pengembangan batik Grobogan maka, dengan harga yang lebih murah dan penulis tertarik untuk menganalisis lebih terjangkau dibandingkan batik Grobogan. jauh berkaitan dengan Manajamen Masyarakat kurang tertarik dengan batik Pengembangan Industri Batik Grobogan Grobogan karena harga kainnya yang Sebagai Upaya Pemberdayaan mahal yang dibandrol mulai harga Masyarakat. berkisaran Rp 100.000 - Rp 300.000 tergantung motif, serta nantinya juga harus menjahitkan kainnya sehingga menjadikan banyak biaya yang harus dikeluarkan. B. KAJIAN PUSTAKA Selain itu, masyarakat juga kurang sadar 1. Administrasi Publik terhadap adanya potensi batik Grobogan Administrasi publik dengan corak dan motif khas Grobogan. Hal tersebut dapat dilihat lebih jelas dari tabel merupakan salah satu ilmu yang berikut memiliki cakupan yang cukup luas. Chandler serta Plano (dalam Keban, 2014:4) mengartikan administrasi publik merupakan suatu kegiatan yang pendukung dalam melakukan aktivitas mana personal publik serta sumber di dalamnya. Menurut Simbolon daya diorganisir serta dikoordinasikan (2004) alat tersebut disebut dengan guna mengimplementasikan, 6M, antara lain man (manusia), money memformulasikan, serta megelola (uang), materials (bahan), machines ketetapan-ketetepan kebijakan publik. (mesin), method (metode), dan markets Chandler serta Plano menekankan (pasar). Selanjutnya, dalam bahwa administrasi publik merupakan menjalankan suatu manajemen George suatu proses guna mengatur keputusan R. Terry (dalam Sukarno, 2011:10) pada kebijakan publik serta mengatur membagi 4 (empat) fungsi dasar hal-hal yang berkaitan dengan urusan manajemen, yaitu: publik untuk memecahkan masalah- 1. Planning (perencanaan), yaitu masalah publik. Administrasi publik pemilih fakta serta pengaitan merupakan urusan pemerintah sebab fakta dan pembuatan serta tujuan pemerintah adalah melakukan pengiraan pikiran-pikiran pekerjaan publik dengan cara efisien ataupun asumsi-asumsi untuk serta sejauh mungkin selaras pada masa mendatang dalam keinginan serta kelera masyarakat, merumuskan serta adanya administrasi publik ini menggambarkan aktivitas- pemerintah berupaya mencukupi aktivitas yang dibutuhkan guna kubutuhan rakyat yang tidak bisa meraih hasil yang diharapkan. ataupun tidak akan dicukupi oleh usaha 2. Organizing (organisasi) swasta/privat Woodrow Wilson (dalam merupakan penentuan, Definta, 2008:4-5). Dengan demikian, pengelompokan, serta dapat disimpulkan bahwa administrasi penyusunan jenis-jenis aktivitas publik merupakan ilmu sosial yang yang dibutuhkan gunu meraih memuat 3 (tiga) unsur penting yang tujuan, penempatan pegawai, mencangkup lembaga ekskutif, atas aktivitas-aktivitas ini legislatif, dan yudikatif serta semua hal penyediaan faktor-faktor fisik yang berhubungan dengan publik yang sesuai untuk kerja serta mengenai cara pengelolaan sebuah penunjukan hubungan organisasi publik, pada langkah wewenang, yang diberikan pada menyelenggarakan pemerintah yang semua individu dengan bisa mewujudkan tujuan semua hubungannya pada pelaksanaan organisasi. semua aktivitas yang diinginkan. 3. Actuating (pengarahan) 2. Manajemen merupakan serta Manajemen menurut John membangkitkan seluruh M Prifner (1960), yaitu berkaitan anggota kelompok agar dengan pengarahan orang serta tugas- berkeinginan serta berusaha tugas guna mewujudkan tujuan yang dengan sungguh-sungguh guna sudah ditentukan. Sedangkan menurut mewujudkan tujuan secara iklas Harord Koontz serta Cyril O’Donnel dan selaras pada perencanaan (1996:459) menjelaskan manajamen serta usaha-usaha adalah upaya meraih tujuan tertentu pengorganisasian melalui pihak melalui kerja individu lain. Ketika pemimpin. mencapai sebuah tujuan dalam 4. Controlling (pengawasan) organisasi publik diperlukan alat bantu merupakan tahap penentuan apa unsur dari manajemen sebagai yang harus diwujudkan, yakni standard, apa yang sedang 4. Pemberdayaan Masyarakat dilaksanakan, yakni Pemberdayaan menurut pelaksanaan, menilai Kristiadi (dalam Rw Randy, 2007: pelaksanaan, serta jika perlu 117), yaitu pada dasarnya melalui melaksanakan perubahan- pemberdayaan masyarakat harus perubahan, dan akhirnya menjadikan rakyat menjadi swadiri, pelaksanakan selaras pada bisa mengurus dirinya, swadana, rencana, yakni sesuai dengan swadaya, bisa membiayai kebutuhan ukuran. sendiri, serta seasembada sehingga

mampu mencukupi kebutuhan sendiri 3. Manajemen Publik dengan cara berkelanjutan. Menurut Manajemen Publik Rw Randy (2007:117) menyimpulkan berkaitan dengan paradigma kelima, bahwa kata pemberdayaan sering yaitu paradigma yang sudah dipakai pada konteks kompetensi mempunyai lokus dan fokus yang jelas. mengembangkan kondisi ekonomi Fokus administrasi publik pada seseorang. Secara umum, paradigma ini, yaitu teori organisasi, pemberdayaan adalah langkah usaha kebijakan publik, serta teori perbaikan ekonomi, psikologis, politik, manajemen dan lokusnya pada serta sosial budaya baik dengan cara permasalahan kepentingan publik. individiual ataupun kolektif yang Shafritz dan Russek (1997:20) berada sesuai dengan kelas sosial serta mengatakan bahwa manajemen kelompok etnik. Proses pemberdayaan mengenai pihak yang memiliki dengan memiliki makna, yaitu sebagai tanggung jawab untuk menjalankan runtutan perubahan pada sebuah organnisasi serta tahap perkembangan usaha guna menjadikan menjalankan organisasi tersebut, yakni masyarakat menjadi lebih berdaya. pendayagunaan sumberdaya (mesin Wilson (1996) (dalam Tukasno serta orang) guna mewujudkan tujuan 2013:184) memaparkan terdapat 4 organisasi. Sedangkan, Overman proses pemberdayaan, yakni: (dalam Ott, Hyde, dan Shafritz, 1991: xi) memaparkan bahwa manajemen 1. Awakening: Dalam tahap ini publik tidaklah scientific management, masyarakat disadarkan tehadap walaupun sangat dipengaruhi olehnya. ketrampilan, sikap, serta Manajemen publik tidak policy kemampuan yang dimiliki dan analysis, tidak juga “administrasi rencana serta harapan atas publik baru”, ataupun susunan yang keadaan yang lebih baik serta lebih baru. Namun, manajemen publik efektif. merefleksikan tekanan-tekanan antara 2. Understanding: Dalam tahap ini orientasi rational-instrumental di satu masyarakat diberikan persepsi pihak serta orientasi politik di lain serta pemahaman baru tentang pihak.. Dengan demikian, dapat ditarik diri mereka, aspirasi mereka kesimpulan bahwa manajemen publik serta kondisi umum yang lain. adalah ilmu yang membahas mengenai 3. Harnessing: Sesudah aktivitas organisasi dengan cara efektif masyarakat mengerti serta sadar serta efisien guna mencukupi tentang pemberdayaan, kebutuhan publik untuk suatu waktunya mereka menentukan masyarakat pada negara. guna menggunakan untuk kepentingan kelompoknya.

4. Using: Kemampuan serta dengan upaya pemeliharaan kerjasama ketrampilan sebagai bagian dari pada sebuah oragnisasi guna kehidupan sehari-hari. mewujudkan tujuan yang disusun dengan memakai sumber daya yang Tujuan melalui pemberdayaan, yaitu dimiliki. Sementara itu, sesuai paparan guna menjadikan seseorang menjadi Sigit (1987 : 100) aktivitas mandiri. Kemandirian itu mencakup pengembangan industri kecil harus mengendalikan apa yang mereka ditunjang oleh pemasaran yang baik, laksanakan itu, bertindak, serta yaitu aktivitas pemasaran itu bisa kemandirian berpikir. dikelompokkan menjadi empat 5. Pengembangan Industri aktivitas yakni: promosi, tempat, harga, dan produk. Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2002 Pengembangann merupakan C. METODE PENELITIAN aktivitas ilmu pengetahuan serta Desain penelitian yang teknologi yang memiliki tujuan digunakan dalam penelitian ini adalah mendayagunakan teori ilmu penelitian kualitatif deskriptif dimana pengetahuan serta kaidah yang sudah menurut Sugiyono (2010) Penelitian terbukti kebenarannya guna kualitatif merupakan penelitian yang mengembangkan manfaat, aplikasi, menghasilkan data deskriptif seperti serta fungsi ilmu pengetahuan dan kata-kata tertulis ataupun lisan melalui teknologi yang sudah tersedia, ataupun individu serta tingkah laku yang bisa menciptakan teknologi baru. dilihat. Pada saat melakukan penelitian Pengembangan secara umum memiliki ini, penulis mengamati secara langsung arti pola pertumbuhan, perubahan maupun tidak langsung terkait dengan cara perlahan serta perubahan manajemen pengembangan industri dengan cara bertahap. Pengembangan batik Grobogan sebagai upaya pada KBBI (dalam Daryanto, 1997) pemberdayaan masyarakat yang didefinisikan mengembangkan, dilakukan di Dinas Perindustrian dan pembuatan, cara, serta proses. Perdagangan Kabupaten Grobogan. Kemudian, definisi dari industri Data yang digunakan dalam penelitian berdasarkan KBBI (1997, h.378) ini berupa kata-kata, sumber tertulis merupakan aktivitas memproses dan foto dimana data tersebut barang dengan memakai peralatan dibedakan menjadi data primer atau serta sarana, seperti mesin. Melalui data yang diperoleh secara langsung definisi itu, dapat disimpulkan jika melalui teknik wawancara dan industri merupakan proses aktivitas observasi. Dimana pemilihan yang dilaksanakan oleh individu guna informasi dalam penelitian ini mengelola sebuah bahan menjadi menggunakan snowball sampling, barang yang memiliki nilai jual lebih yaitu teknik penentuan sampel yang besar. Dalam upaya pengembangan mula-mula kecil, kemudian membesar. industri memerlukan adanya Dalam penentuan sampel, penulis manajemen industri di dalamnya, memilih informan yang dari Dinas dengan cara umum tahap mengatur Perindustrian dan Perdagangan Planning, Organizing, Actuating, Kabupaten Grobogan yang terdiri dari Controlling yang dilaksanakan oleh Kepala Dinas Perindustrian dan sebuah industri guna mewujudkan Perdagangan Kabupaten Grobogan, tujuan usaha dengan cara efektif serta Kepala Bidang Perindustrian, Energi efisien. Oleh karena itu, manajemen dan SDM, Penyuluh Perindag Madya mempunyai sangat erat hubungannya Bidang Perindustrian, Energi dan SDM, Kepala Seksi Non Agro Industri industri di dalamnya yang dan ESDM, tetapi karena dengan dilaksanakan untuk mewujudkan informasi dari sampel Disperindag tujuan usaha yang efektif dan efisien. belum merasa lengkap terhadap data Menurut George. R. Terry (dalam yang diberikan, maka diperlukan Sukarna 2011:10) membagi empat (4) perajin batik Grobogan, yaitu ketua fungsi dasar manajemen, yakni: paguyuban batik Grobogan dan Planning (perencanaan), Organizing pengrajin batik Grobogan untuk (organisasi), Actuating (pengarahan), melengkapi data yang diperlukan. dan Controlling (pengawasan). Kemudian data sekunder yang Sedangkan dalam proses didapatkan dengan teknik pemberdayaan menurut Wilson (dalam dokumentasi. Analasis dan interpretasi Tukasno 2013 : 184) menyebutkan data dalam penelitian ini menggunakan bahwa proses pemberdayaan perlu Model Spadley, yaitu menggunakan melewati (4) empat tahapan penting, metode analisis domain karena dalam yaitu: Awakening (penyadaran), menganalisis pengembangan industri Understanding (pemahaman), batik Grobogan sebagai upaya Harnessing (memanfaatkan), dan pemberdayaan masyarakat Using (menggunakan). Dengan membutuhkan banyak domain atau demikian, maka Manajemen aspek, yaitu siapa saja yang terlibat Pengembangan Industri Batik pada pelaksaannya (dalam Sugiyono, Grobogan dalam upaya pemberdayaan 2013). Kualitas data dalam penelitian masyarakat di Kabupaten Grobogan ini diuji dengan teknik triangulasi dapat dilihat dari empat tahapan, yakni dengan mengecek kondisi lapangan perencanaan (planning), dengan data-data yang dimiliki. pengorganisasian (organizing), pengarahan (actuating), dan D. PEMBAHASAN pengawasan (controlling). Mutirara (2016:9) menjelaskan Sehubungan dengan hal itu, bahwa pengembangan industri menganalisis pengembangan tersebut merupakan sebuah kegiatan mengolah juga dilihat dari keberjalanan proses barang mentah maupun setengah jadi pemberdayaan yang meliputi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi awakening, understanding, dan memperoleh keuntungan. harnessing, dan using sehingga akan Pengembangan industri mempunyai terlihat sejauh mana manajemen sasaran pembangunan pada bidang pengembangan dalam pemberdayaan ekonomi dalam SDM yang mandiri, masyarakat di Kabupaten Grobogan. produktif, berdaya saing serta maju Pada penelitian ini, penulis sebab dunia industri dapat menganalisis manajemen menciptakan lapangan pekerjaan yang pengembangan industri batik bapat menyejahterakan masyarakat Grobogan sebagai upaya sehingga dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat sebagai pengembangan memerlukan adanya berikut: pemberdayaan sumber daya manusia Pertama, pada tahap sebagai alat bantu untuk menciptakan perencanaan (planning) Manajemen tujuan tersebut. Pada penelitian ini, Pengembangan Industri Batik penulis memakai indikator penilaian Grobogan Sebagai Upaya berdasarkan fungsi manjamen pada Pemberdayaan Masyarakat merupakan pengembangan batik Grobogan karena langkah awal dalam menentukan dalam upaya pengembangan industri tujuan, merumuskan masalah, memerlukan adanya manajemen mengumpulkan data, menentukan pemberdayaan masyarakat sejauh ini ramalan, dan menetapkan alternatif belum menyiapkan manajemen tindakan yang akan dilakukan pengelolaan yang efektif dan efisien kedepannya. Tahap Perencanaan dalam kegiatan pengembangan batik terdapat peran serta dari Dinas Grobogan ini. Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Grobogan sebagai pencetus Tahap perencanaan utama pengembangan eksistensi batik Manajemen pengembangan dalam Grobogan. Pengembangan industri Pemberdayaan masyarakat ini dapat batik sebagai upaya pemberdayaan dilihat dari tahap awakening masyarakat menjadi salah satu urgensi (penyadaran) masih belum nampak. Dinas Perindustrian dan Perdagangan. Proses awakening (penyadaran) Pada setiap tahun Dinas Perindustrian merupakan proses dimana individu dan Perdagangan mengajukan atau masyarakat didorong untuk anggaran dana yang akan digunakan menerima tantangan dan menggunakan untuk mengadakan pelatihan - potensi yang dimilikinya. Seharusnya pelatihan kepada masyarakat untuk dalam perencanaan terdapat belajar membatik. Selain itu, juga penyadaran dari pemerintah kepada digunakan untuk pengkoordinasian, masyarakat terhadap potensi yang pembinaan, pengawasan, dimiliki. Namun, sejauh ini proses pengendalian, pengelolaan, fasilitasi, awakening pada manajemen evaluasi serta monitoring kepada pengembangan dalam pemberdayaan masyarakat yang sudah aktif ini hanya sebatas penyadaran membatik. Perencanaan kegiatan masyarakat sebagai individu dan pengembangan industri Batik bagian dari masyarakat saja, belum ada Grobogan dilakukan untuk mendukung penyadaran lebih lanjut dalam kegiatan penyelenggaraan Manajemen pengelolaan pada pengembangan industri batik dalam pengembangan potensi lokal. Pada pemberdayaan masyarakat di proses perencanaan pengembangan batik yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Grobogan. Proses Kabupaten Grobogan dengan Dinas Pemberdayaan understanding Perindustrian Kabupaten Grobogan (pemahaman) merupakan memberikan juga diikuti oleh stakeholder terkait presepsi serta pemahaman baru tentang seperti Sekda Kabupaten Grobogan, potensi diri mereka, aspirasi mereka dan Bappeda Kabupaten Grobogan, serta kondisi umum yang lain. Pada selain itu juga diikuti oleh Perangkat proses Manajemen pengembangan Kelurahan atau Desa yang memperoleh dalam upaya pemberdayaan ini undangan rapat. Perencanaan pemberian pemahaman akan potensi Manajemen Pengembangan industri yang dimiliki juga belum tampak batik selain dilakukan kepada ibu-ibu dalam tahap proses perencanaan. rumah tangga. Pemerintah juga Proses harnessing (memanfaatkan) memberikan pelatihan kepada anak- juga belum tampak dalam tahap anak putus sekolah yang ada di perencanaan Manajemen Kabupaten Grobogan agar dapat Pengembangan sebagai upaya dijadikan kesibukan mereka untuk pemberdayaan. Tahap harnessing mengisi waktu luang mereka walaupun merupakan tahap lanjutan tahap kuotanya terbatas. Pada tahap understanding ketika masyarakat perencanaan Manajemen mampu diterima baik oleh masyarakat pengembangan industri batik sehingga setelah masyarakat mengerti Grobogan sebagai upaya serta sadar akan potensi yang dimilikinya mereka mampu untuk menetapkan, menggolong- memanfaatkan potensi yang ada dan golongkan, dan mengatur berbagai termasuk sarana atau fasilitas yang macam kegiatan yang dipandang perlu dapat mendukung keberjalanan untuk mencapai tujuan organisasi. pengembangan batik Grobogan secara Pengorganisasian menjadi hal yang optimal. . Namun, karena proses penting dalam mencapai tujuan yang understanding belum dilakukan telah diinginkan atau ditetapkan. sehingga proses harnessing juga belum Mewujudkan Manajemen dapat dilakukan. Sejauh ini masyarakat Pengembangan dalam upaya khususnya para pengrajin belum pembedayaan masyarakat harus mampu memanfaatkan sarana yang memperhatikan kegiatan dimiliki. Selanjutnya, pada proses pengorganisasian agar dalam using merupakan kemampuan serta pelaksanaan dapat berjalan dengan keterampilan dijadikan sebagai bagian efektif dan efisien masyarakat dapat dari kehidupan sehari-hari. Jika dilihat mencapai tujuan apa yang telah dari proses using dalam tahap direncanakan sebelumnya dan tidak perencanaan Manajemen menyimpang dari tujuan yang pengembangan sebagai upaya ditetapkan. Kegiatan Pengorganisasian pemberdayaan belum dilakukan Batik Grobogan sejauh ini untuk dengan optimal, dari proses pelibatan antara pihak Dinas awakening, understanding, harnessing Perindustrian dan Perdagangan dengan dan using potensi atau sarana yang masyarakat yang tergabung dalam dimiliki dalam tahap perencanaan paguyuban sudah berjalan sangat baik, belum digunakan secara optimal. mereka rutin mengadakan pertemuan- Dengan demikian, Pada tahap pertemuan untuk membahas progress perencanaan Manajemen Batik ke depannya. Kegiatan Pengembangan Industri Batik pengorganisasian pada Pengembangan Grobogan, dalam pemberdayaan Batik Grobogan sejauh ini melibatkan masyarakat melalui teori proses partisipasi masyarakat untuk berperan pemberdayaan yang meliputi aktif dan mengikuti manajemen Awakening, Understanding, pengembangan sebagai upaya Hernasing, dan Using, berdasarkan pemberdayaan masyarakat dengan penelitian penulis pada saat ini menjadi pengrajin batik sangat baik. pemberdayaan masyarakat baru Tidak ada Batasan dari pihak pengurus mencapai pada tahap awakening, yang paguyuban atau dari Dinas merupakan tahap awal dalam proses Perindustrian dan Perdagangan pemberdayaan masyarakat itu sendiri Kabupaten Grobogan untuk semua sehingga wajar Manajemen warganya yang ingin berperan aktif Pengembangan Industri Batik dan suka rela terlibat dalam Grobogan Sebagai Upaya pelaksanaan pengembangan batik Pemberdayaan Masyarakat di Grobogan. Pengorganisasian antara Kabupaten Grobogan belum optimal, Dinas Peridustrian dan Perdagangan dan pengembangan lebih fokus pada sebagai pembina turun ke pengurus kegiatan yang dilakukan secara paguyuban struktural hingga pada manual. masyarakat yang ikut berperan aktif bergabung dalam pemberdayaan setiap Kedua, pada tahap kelompok batik di setiap desa. Sejauh pengorganisasian menurut Hariani ini pelaksanaan yang dilakukan oleh (2017: 93) mendefinisikan pihak Dinas yaitu dengan mengadakan pengorganisasian adalah langkah berbagai pembinaan di berbagai desa dengan mengajak pengurus paguyuban kemampuan, dan keterampilan anggota untuk ikut serta dalam melatih serta timbulnya perasaan untuk masyarakat. Selain itu, untuk perajin menyukai pekerjaan yang dilakukan. yang sudah tergabung dalam berbagai Dalam tahap pengarahan yang lebih kelompok pengrajin di setiap berperan aktif adalah Dinas Kelompok Usaha Bersama (KUB) Perindustrian dan Perdagangan diadakan pembinaan secara langsung Kabupaten Grobogan dan dibantu oleh Disperindag. dengan ketua paguyuban batik Grobogan dari pengurus struktural Tahap pengorganisasian yang ada. Ketua paguyuban batik pengembangan batik Grobogan Grobogan sejauh ini telah memberikan sebagai upaya pemberdayaan dilihat pengarahan dalam setiap pelaksanaan dari proses pemberdayaan yang pengembangan batik Grobogan yang meliputi awakening, understanding, baik. Disisi lain pihak Dinas harnessing, dan using dapat dikatakan Perindustrian dan Perdagangan belum berjalan dengan baik. Pada Kabupaten Grobogan juga tahap pengorganisasian Manajemen memberikan bimbingan kepada Pengembangan Industri Batik dalam masyarakat dengan berbagai upaya Pemberdayaan masyarakat masih yang dilakukan. Sejauh ini Dinas dalam proses understanding. Adanya Perindustrian dan Perdagangan serta kendala miskomunikasi dalam proses ketua paguyuban memberikan understanding (pemahaman) tugas pengarahan dalam pelaksanaan pokok dan fungsi perangkat dan pengembangan batik Grobogan kepada pengurus tersebut masih kurang, masyarakat secara langsung melalui sehingga untuk melangkah ke proses pelatihan maupun pembinaan. Ketua harnessing dan using masih perlu paguyuban berserta Dinas diperbaiki. Hal ini bisa dikatakan Perindustrian dan Perdagangan selalu penting dalam proses memberikan pemahaman tentang pengorganisasian, karena perlu adanya mekanisme dan Manajemen dalam penekanan dan pemahaman perangkat Pengembangan yang akan atau pengurus paguyuban terkait, agar dilaksanakan. Namun, pengarahan tidak terjadi miskomunikasi antar yang diberikan tersebut masih belum perangkat atau pengurus sehingga dapat dikatakan efektif, karena Manajemen dalam Pemberdayaan akan pelaksanaan pelatihan-pelatihan yang lebih maksimal. dilakukan diberbagai desa/kelurahan di Ketiga, pada tahap pengarahan Kabupaten Grobogan hanya dapat (actuating) menurut Hariani diikuti masyarakat dengan kuota (2017:129) mendefinisikan Actuating terbatas. Selain itu, masyarakat umum (Pengarahan) merupakan salah satu yang mengikuti pelatihan belum fungsi manajemen yang ditunjukkan mengerti tentang Manajemen untuk mewujudkan hasil nyata Pengembangan sebagai upaya pelaksanaan perencanaan dan fungsi pemberdayaan. Masyarakat mayoritas pengorganisasian. Dalam lingkup yang mengikuti pelatihan mayoritas kegiatan manajemen Actuating yang belum memiliki usaha dan ibu berperan sebagai penggerak dari rumah tangga, dan ada pula pelatihan usaha-usaha yang telah ditujukan yang diberikan kepada anak putus untuk mencapai tujuan bersama. sekolah, mereka cenderung belum Dimana tujuan utamanya dilakukan mengerti tentang pengembangan Actuating agar terciptanya kerjasama potensi daerah. Pembinaan menjadi yang efisien, berkembangnya salah satu strategi yang dilakukan pemerintah Kabupaten Grobogan motif ini diharapkan depannya dalam Manajemen Pengembangan Kelompok Usaha Bersama (KUB) di Batik Grobogan. Pembinaan dilakukan Kabupaten Grobogan mengalami secara rutin setiap satu bulan sekali. peningkatan pemesanan. Hal ini juga Akan tetapi, pada saat ini sedang dapat mendukung adanya Surat Edaran terjadi pandemic covid-19 pembinaan Bupati Grobogan Nomor hanya dilakukan di Ir. Gedung 025/5886/IX/2013 tentang ajuran yang Dalmadi Purwodadi yang hanya bisa mewajibkan seluruh pegawai dihadiri oleh perwakilan setiap Kabupaten Grobogan untuk memakai Kelompok Usaha Bersama (KUB) hal batik Khas Grobogan pada hari kamis. ini dilakukan untuk mengurangi Pada tahap pengarahan Manajemen kerumunan. Selain pembinaan pada Pengembangan Industri Batik setiap bulan kepada setiap Kelompok Grobogan, dalam pemberdayaan Usaha Bersama (KUB) dan setiap satu masyarakat melalui teori proses tahun sekali kepada masyarakat umum, pemberdayaan yang meliputi Disperindag juga memberikan Awakening, Understanding, fasilitasi pengembangan batik melaluli Hernasing, dan Using, berdasarkan kegiatan bazar. Kegiatan event-event penelitian penulis pada saat ini bazar dilakukan dengan tujuan sebagai pemberdayaan masyarakat sudah upaya mengenalan potensi daerah atau melakukan empat proses sebagai ajang promosi, yang diadakan pemberdayaan, namun dalam proses di Kabupaten Grobogan setiap hari jadi Awakening dan Understading masih Kabupaten, Pasar Rakyat, Peringkatan sangat perlu ditingkangkan dan 17 Agustus dan event-event yang lain. kembangkan lagi untuk kedepannya, Pada tahun 2018 masih tercatat kurang agar dapat mendorong Proses lebih sebanyak 40 KUB yang masih Manajemen Pengembangan Batik ikut bergabung dalam paguyuban. Grobogan dalam upaya pemberdayaan Namun, pada tahun 2020 jumlah bisa lebih maksimal. Jadi, wajar Kelompok Usaha Bersama (KUB) Manajemen Pengembangan Industri yang masih aktif dan terdaftar dalam Batik Grobogan Sebagai Upaya binaan Diperindag hanya sebanyak 27 Pemberdayaan Masyarakat di Kelompok Usaha Bersama (KUB). Kabupaten Grobogan belum maksimal, Dengan adanya penurunan jumlah karena kegiatan hanya fokus pada KUB tersebut menjadikan Dinas kegiatan pembinan yang monoton dan Perindustrian dan Perdagangan belum memiliki inovasi baru lebih membuat strategi baru, yakni dengan menarik masyarakat dalam menetapkan motif-motif batik pengembangan Batik Grobogan Grobogan yang dianggap sebagai ciri sebagai upaya pemberdayaan. khas atau identitas daerah, motif yang dipatennya terdapat lima motif, yaitu: Keempat, pengawasan motif Gaandri, Tradisi Boyong (controlling) menurut George R Terry Grobog, Api Abadi Mrapen, Simpang (dalam Sukarna 2011:10) merupakan Lima Perwodadi, dan Pajale. Hal ini di proses penentuan apa yang harus diraih perkuat dengan adanya Surat dan standard, apa yang sedang Keputusan (SK) Bupati Grobogan dilaksanakan dalam pelaksanaan, Nomor: 050/213/2020 dengan adanya menilai pelaksanaan, serta jika perlu hak paten tersebut diharapkan para melaksanakan perubahan, dan pada perajin batik mampu bersaing di pasar akhirnya pelaksanaan bisa selaras atau regional maupun nasional. sesuai dengan rencana. Tahap Sehubungan dengan itu, penetapan pengawasan pada Manajemen Pengembangan Industri Batik Grobogan. Selanjutnya, didalam Grobogan sebagai upaya kegiatan evaluasi DISPERINDAG Pemberdayaan masyarakat sejauh ini melihat hasil buku laporan produksi dilakukan secara top down. batik pada setiap bulannya, maupun Pengawasan top down yaitu rekapan upah untuk setiap pengrajin pengawasan yang dilakukan dari pada buku laporan pada setiap atasan yang ditujukan kepada Kelompok Usaha Bersama (KUB) bawahannya sehingga masyarakat yang tersebar diberbagai tidak bisa berperan lebih aktif dalam desa/kelurahan di Kabupaten pengawasan ini, karena peran Grobogan. Dengan demikian, hasil pemerintah lebih dominan apabila rekapan-rekapan laporan produksi dibandingkan peran masyarakat itu pada setiap Kelompok Usaha Bersama sendiri. Sejauh ini pengawasan yang (KUB) nantinya dapat dijadikan bahan berjalan dalam Manajemen acuan evaluasi ke depannya. Sejauh ini Pengembangan Batik Grobogan dalam Manajemen Pengembangan sebagai upaya pemberdayaan Batik Grobogan sebagai upaya masyarakat dilakukan secara pemberdayaan, masyarakat belum fungsional oleh pejabat yang sepenuhnya dilibatkan dalam upaya berwenang, yaitu Dinas Perindustrian pengawasan. Hal tersebut terjadi dan Perdagangan Kabupaten karena masih kurangnya keterbukaan Grobogan. Pada tahap pengawasan secara penuh antara pihak Dinas dilakukan secara berjenjang dari atasan Perindustrian dan Perdagangan kepada bawahan hal ini ditunjukannya Kabupaten Grobogan kepada bahwa di dalam Manajemen masyarakat. Disatu sisi lain, Pengembangan Batik Grobogan ini, masyarakat yang diberdayakan untuk apabila ditemukan suatu mengikuti kegiatan pengembangan penyimpangan atau penyalahgunaan batik masih sangat bergantung kepada maka penyelesaian dilakukan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan DISPERINDAG, yaitu Bidang mereka masih kurang aktif dalam Perindustrian, Energi dan SDM kepada memberikan inovasi ataupun masukan tingkat internal paguyuban melalui dalam kegiatan, karena mereka teguran dan selanjutnya baru akan menganggap hasil yang dikeluarkan disampaikan kepada pengrajin atau oleh Dinas Perindustrian dan masyarakat. Perdagangan bisa lebih optimal karena semua tanggungjawab dan kebutuhan Secara umum, pengawasan yang ditanggung oleh pemerintah. Sejauh dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan ini, pada tahap pengawasan dilihat dari Perdagangan Kabupaten Grobogan proses pengembangan batik sebagai dilakukan melalui tahap monitoring upaya pemberdayaan telah mencapai dan evaluasi. Kegiatan monitoring tahap using. Meskipun sampai saat ini dilakukan secara periodic dari pihak proses awakening masih harus Bidang Perindustrian,Energi dan SDM dikembangkan. Tidak hanya itu, pada selama satu bulan sekali dengan tahap pengawasan jika dilihat dari hasil mendatangi secara langsung setiap laporan yang dibuat sejauh ini juga Kelompok Usaha Bersama (KUB). belum bisa dikatakan maksimal karena Monitoring ini bertujuan untuk meliat pelaporan pengembangan batik sejauh mana setiap Kelompok Usaha Grobogan yang berkaitan dengan hasil Bersama (KUB) dalam memproduksi akhirnya tidak ada transparansi untuk batik, dan apakah terjadi kendala atau disampaikan kepada masyarakat tidak di dalam memproduksi batik umum. Pada pelaksanaan manajemen rutin agar kegiatan pengembangan pengembangan batik di Kabupaten batik bisa terus berjalan dan Grobogan dalam kaitannya masyarakat juga mendapatkan pemberdayaan masyarakat ditemukan manfaat dari kegiatan beberapa kendala yang penulis coba pemberdayaan ini. untuk menguraikan kendala tersebut 2. Faktor Daya Saing, Daya saing kedalam analisis yang lebih mendalam. merupakan kemampuan Adapun faktor-faktor yang menghasilkan produk barang menghambat tersebut adalah: ataupun jasa yang dapat bersaing dipasar nasional maupun 1. Faktor Kesadaran Masyarakat, internasional sehingga dapat Kesadaran adalah suatu hal meningkatkan pendapatan rillnya. dianggap penting dalam tahap Menurut Krugman (dalam Intan, pemberdayaan. Kesadaran 2020:133) daya saing merupakan masyarakat merupakan keadaan suatu kemampuan dan kinerja pada masyarakat pada suatu perasaan tingkat perusahaan atau industri mengetahui atau mengerti atas yang digunakan untuk melihat hasil kejadian yang dialami dan pemasokan barang atau jasa dalam dirasakan didalam pergaulan sebuah pasar tertentu. Sejauh ini, kelompok maupun lingkungan masyarakat Grobogan secara umum masyarakat melalui peristiwa- masih enggan untuk membeli peristiwa yang terjadi dilingkup maupun menggunakan batik masyarakat. Sejauh ini, Grobogan karena mereka menilai Pengembangan batik di Kabupaten bahwa batik Grobogan dari segi Grobogan telah diberikan kualitasnya masih kurang baik jika sosialisasi sebagai salah satu bentuk dibandingkan dengan produk luar penyadaran kepada masyarakat daerah yang sudah terkenal. yang dilakukan oleh Dinas Manajemen pengembangan batik di Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Grobogan dijalankan Kabupaten Grobogan. Fokus oleh masyarakat sebagai pengrajin pemerintah dalam Manajemen yang dibentuk dan dibina langsung Pengembangan Batik ini dapat oleh Dinas Perindustrian dan memberdayakan masyarakat serta Perdagangan Kabupaten Grobogan. dapat membuka lapangan pekerjaan Selama ini, memang daya saing baru dengan memanfaatkan potensi menjadi permasalahan utama di daerah yang ada. Melalui sosialisasi dalam pengembangan batik dan pengarahan yang dilakukan Grobogan. Fakta dilapangan secara rutin kepada masyarakat menunjukkan bahwa setiap perlahan dapat mengerti maksud pengrajin batik Grobogan memang dari diadakannya kegiatan belum menguasai semua macam- pengembangan batik ini. Hal ini macam teknik dalam membatik, terbukti dari antusias masyarakat karena memang kemampuan dan yang sudah ikut tergabung dalam skill mereka berbeda-beda. Kelompok Usaha Bersama (KUB), Pelatihan teknis dan pembinaan saat walaupun masih banyak masyarakat ini yang dijadikan sebagai dasar dan belum tertarik untuk berpartisipasi. pedoman Manajemen Namun, kesadaran masyarakat Pengembangan Batik Grobogan harus dipancing dengan dalam upaya pemberdayaan diadakannya pelaksanaan masyarakat. sosialisasi dan pengarahan yang 3. Faktor Pemasaran, Munurut 4. Faktor Inovasi, Inovasi merupakan Kotler (2004) mendefinisikan pengembangan pada suatu pemasaran merupakan suatu proses keterampilan, pengalaman, maupun yang terjadi dalam kegiatan sosial pengetahuan untuk memperbaiki antar individu dan kelompok dalam suatu produk. Manajemen mendapatkan apa yang mereka Pengembangan memerlukan adanya butuhkan atau inginkan melalui inovasi-inovasi yang dapat proses menciptakan, menawarkan, mendukung suatu produk dapat dan menukarkan produk dengan berjalan dengan baik. Inovasi nilai yang lebih tinggi. Pemasaran menurut Cooper (dalam Farida, masih menjadi faktor penghambat 2006:86) merupakan sebagai suatu dalam manajemen pengembangan proses, ide, praktek, atau produk batik Grobogan. Fakta pada saat baru (penggunaan) yang dianggap penelitian dilapangan menunjukan sebagai perubahan dalam bahwa pemasaran yang dilakukan penggunaan. Sejauh ini Manajemen oleh Kelompok Usaha Bersama Pengembangan Batik Grobogan (KUB) atau pengrajin hanya dalam upaya pemberdayaan melalui konvensional yaitu dari masyarakat belum dilakukan. Pada mulut ke mulut, maupun kartu fakta yang terjadi dilapangan nama, adapun pemasaran melalui pengrajin atau Kelompok Usaha Whatsapp. Akan tetapi, masyarakat Bersama (KUB) dalam atau konsumen yang memesan memproduksi motif batik masih melalui Whatapp hanya bagi monoton dan masih kurang mereka yang mengetahui nomor mengembangan ide-idenya, mereka WA nya saja, sedangkan yang tidak masih bergantung kepada instruksi mempunyai nomor WA dari salah yang disampaikan oleh Dinas satu pengrajin mereka memilih Perindustrian dan Perdagangan datang langsung ke rumah pengrajin Kabupaten Grobogan saja. Dengan batik tersebut. Hal tersebut yang demikian, pengembangan produk menyebabkan kurang metode menggunakan suatu inovasi pemasaran yang digunakan maka bukanlah suatu hal yang mudah, pemasaran hanya lingkup regional karena dalam pengembangan saja, walaupun pernah juga produk sendiri terdapat beberapa pendapatkan pesananan dari luar hambatan baik dari internal maupun Provinsi. dari luar paguyuban batik. Selain itu, dalam berinovasi atau bereksperimen sudah pasti Gambar 1 diperlukan dukungan dalam hal Media Pemasaran Melalui Kartu Nama fasilitas maupun dukungan support. 5. Faktor Sumber Daya Manusia (SDM) Hendro (dalam Susanto, 2010) menjelaskan Sumber Daya Manusia merupakan bagian penting dari sistem perekonomian ataupun sistem mata pencahariannya. Selain itu, manusia merupakan seseorang

yang dapat mengolah bahan-bahan melalui sumber daya lingkungan Sumber : Data primer penulis menjadi suatu produk. Asset organisasi yang paling penting dalam sebuah manajemen adalah hormat terhadap atasan atau senior. manusia. Manajemen Ewuh pekewuh atau sungkan tidak Pengembangan Batik Grobogan hanya terjadi pada atasan atau sebagai upaya pemberdayaan senior saja, menurut Tobin (dalam masyarakat dijalankan oleh Dinas Aldri, 2014) ewuh pekewuh juga Perindustrian sebagai pembina dan dapat muncul akibat individu sudah ketua paguyuban sebagai mengenal atau banyak menerima koordinator. Selama ini masalah suatu kebaikan dari orang lain SDM memang tidak menjadi sehingga bagi individu itu akan permasalahan utama. Fakta sulit untuk menolak atau dilapangan menunjukkan bahwa mengabaikan permintaan, pengrajin batik Grobogan berasal kesalahan orang tersebut, maupun dari berbagai latar belakang yang pendapat orang tersebut. Ewuh berbeda-beda. Pelatihan teknis kepewuh atau sungkan merupakan dijadikan sebagai dasar dan nilai dalam masyarakat Jawa terdiri pedoman dalam manajemen dari beberapa prinsip yang sangat Pengembangan Batik dalam erat hubungannya dengan aspek- pemberdayaan. Permasalah timbul aspek dalam ewuh-pekewuh, yaitu pada Manajemen Pengembangan prinsip kerukunan dan prinsip Batik karena dalam pengembangan menghormati. Pada pengawasan batik Grobogan membutuhkan manajemen pengembangan industri sumber daya manusia yang mampu batik Grobogan sebagai upaya mengoperasionalkan teknologi dan pemberdayaan masyarakat yang di paham bagaimana mengelola lakukan oleh Dinas Perindustrian pemasaran melalui media sosial. dan Perdagangan Kabupaten Kebanyakan dari pengrajin batik Grobogan. Pada saat pengawasan adalah ibu-ibu rumah tangga yang berjalan realita dilapangan terdapat gaptek dalam mengusai teknologi. beberapa Kelompok Usaha Keterbatasan Sumber Daya Bersama (KUB) yang belum Manusia dalam Manajemen menyiapkan laporan bulanan. Akan Pengembangan Batik Grobogan tetapi, pihak Dinas Perindustrian sebagi upaya pemberdayaan dan Perdagangan Kabupaten masyarakat ini muncul akibat dari Grobogan khususnya bidang pengurus batik kebanyakan sudah industri, energi dan ESDM kurang tua dan tidak mendukung tegas untuk menegur Kelompok kemampuan dalam belanjar Usaha Bersama (KUB) yang belum menggunakan teknologi sehingga menyiapkan laporan karena dalam pengembangan batik Disperindag merasa sungkan karena Grobogan dalam hal pemasaran merasa sudah mengenal pengrajin melalui media online tidak dapat dari KUB tersebut. Pada dasarnya optimal. Jadi, dengan keterbatasan setiap Kelompok Usaha Bersama kemampuan ini menjadikan (KUB) yang ada di Kabupaten Manjaemen Pengembangan Batik Grobogan masih belum bisa sadar Grobogan dalam pemberdayaan untuk melaporkan hasil masih kurang efektif. produksinya dengan datang 6. Faktor Sungkan yang Berlebihan, langsung ke kantor Dinas Soeharjono (dalam Aldri, 2014) Perindustrian dan Perdagangan mendefinisikan ewuh pekewuh Kabupaten Grobogan. Dengan sebagai sikap sungkan atau rasa demikian, menjadikan Kelompok segan serta menjunjung tinggi rasa Usaha Bersama (KUB) dalam pelaporan jumlah produksi pemberdayaan masyarakat masih pada bergantung pada saat Disperindag proses understanding (pemahaman) melakukan pendataan ke setiap hal ini dapat dilihat pada saat perangkat pengrajin. dan pengurus dalam pemahaman menjalankan tugas dan fungsinya E. PENUTUP dalam pengembangan batik Grobogan masih dikatakan belum optimal. Oleh a. Kesimpulan karena itu, untuk melangkah ke proses Berdasarkan uraian hasil harnessing dan using masih perlu penelitian, dapat disimpulkan bahwa diperbaiki. Di samping itu, proses manajemen pengembangan industri pemahaman pada tahap batik Grobogan sebagai upaya pengorganisasian itu penting agar pemberdayaan masyarakat yang dalam menjalankan Manajemen dilaksanakan di Kabupaten Grobogan Pengembangan Batik tidak terjadi sejauh ini pengembangan dilakukan miskomunikasi antar perangkat atau secara rutin satu bulan sekali. pengurus. Pelaksanaan pengembangan batik Ketiga, tahap Pengarahan dalam Grobogan mendapatkan dukungan Manajemen Pengembangan Batik oleh pemerintah Kabupaten Grobogan Grobogan sebagai upaya dengan adanya pembinaan langsung pemberdayaan masyarakat. Sesuai oleh Dinas Perindustrian dan dengan keadaan dilapangan Perdangan Kabupaten Grobogan. pengembangan sudah melalui empat Manajemen pengembangan Batik proses pemberdayaan awakening, Grobogan dalam upaya pemberdayaan understanding, hernasing, dan using. masyarakat dilakukan melalui empat Namun, dalam proses Awakening dan tahapan dalam manajemen, yaitu : Understading masih sangat perlu Pertama, tahap perencanaan ditingkatkan dan kembangkan lagi dalam Manajemen Pengembangan untuk kedepannya agar dapat Batik Grobogan sebagai upaya mendorong Proses Manajemen pemberdayaan masyarakat saat ini baru Pengembangan Batik Grobogan dalam sampai pada proses awakening upaya pemberdayaan bisa lebih (penyadaran), yang merupakan maksimal. Manajemen Pengembangan tahapan awal pada proses Batik Grobogan belum bisa dikatakan pemberdayaan masyarakat itu sendiri. masimal karena kegiatan hanya Hal ini dapat dilihat dari belum berfokus pada pembinaan yang maksimalnya upaya pemberdayaan monoton dan kurang adanya inovasi yang digunakan untuk yang bisa lebih menarik masyarakat mengembangkan potensi batik untuk ikut berpartisipasi. Grobogan. Jadi, wajar Manajemen Keempat, tahap pengawasan Pengembangan Industri Batik dalam Manajemen Pengembangan Grobogan Sebagai Upaya Batik Grobogan sebagai upaya Pemberdayaan Masyarakat di pemberdayaan masyarakat dilakukan Kabupaten Grobogan belum optimal, secara top down oleh Dinas dan pengembangan lebih fokus pada Perindustrian dan Perdagngan kegiatan yang dilakukan secara Kabupaten Grobogan. Kemudian, pada manual. proses pemberdayaan pada Kedua, tahap pengorganisasian pengembangan batik telah mencapai dalam Manajemen Pengembangan using. Meskipun, sampai saat ini Batik Grobogan sebagai upaya proses awakening masih perlu dikembangkan. Tidak hanya itu, pada dirasa menjadikan mereka kurang tahap pengawasan jika dilihat dari hasil melek teknologi dalam laporan juga belum bisa dikatakan menggunakan media online. masimal karena pelaporan 6. Faktor Sungkan yang berlebihan, pengembangan batik Grobogan masih Dinas Perindustrian dan kurang transparansi serta melibatkan Perdagangan Kabupaten masyarakat umum. Grobogan dalam melakukan pengawasannya masih kurang Kemudian, dalam manajemen tegas dalam menegur kesalahan pengembangan industri batik pengrajin atau Kelompok Usaha Grobogan sebagai upaya Bersama (KUB) yang belum pemberdayaan masyarakat terdapat menyiapkan laporan bulanan beberapa kendala atau faktor sehingga hal ini menjadikan penghambat yang mempengaruhi pengrajin batik Grobogan berjalannya manajemen bergantung kepada Disperindag. pengembangan batik Grobogan dalam upaya pemberdayaan masyarakat b. Saran meliputi : Saran yang dapat diberikan penulis 1. Faktor Kesadaran Masyarakat: bagi pelaksanaan manajemen Pada tahap perencanaan dan pengembangan industri Batik pengorganisasian,Sampai saat ini Grobogan sebagai upaya kesadaran masyarakat Kabupaten pemberdayaan masyarakat adalah Grobogan dalam ikut sebagai berikut : berpartisipasi dalam 1. Pada tahap perencaan harus pengembangan batik Grobogan dapat memberikan ruang dan masih kurang optimal. kesempatan yang lebih bagi 2. Faktor Daya Saing: pada faktor masyarakat untuk mengikuti ini, pelaksanaan manajemen musyawarah agar dapat pengembangan batik dalam upaya menyampaikan aspirasi dan pemberdayaan masyarakat masih masukan. Contohnya dengan sangat kurang dibandingkan menyelenggarakan FGD, dengan produk daerah lain yang penyampaian aspirasi melalui sudah terkenal sehingga dari segi media sosial. peminat dan kualitas juga masih 2. Pada tahap pengorganisasian kurang. dan pengarahan Disperindag 3. Faktor Pemasaran: Pemasaran perlu bekerjasama dengan yang dilakukan para pengrajin pengurus paguyuban untuk batik masih konvensional dan mendorong masyarakat supaya tidak mengikuti perkembangan ikut serta dalam pelaksanaan elektronik hal ini menunjukkan pengembangan batik. kurang berdayanya masyarakat Contohnya menggelar seminar dari segi teknologi. dengan mendatangkan 4. Faktor Inovasi: Belum ada inovasi pembicara professional terkait maupun ide baru dalam produksi kegiatan pelatihan batik, motif batik yang ada masih pengembangan batik melalui monoton. market place dari shopee, toko 5. Faktor Sumber Daya Manusia pedia, buka lapak dan lain (SDM): Pengurus batik Grobogan sebagainya secara rutin dan tergolong sudah berumur tua maka berkelanjutan. keterbatasan kemampuannya 3. Pada tahap pengawasan hendanya Disperindag melakukan pengawasan secara tegas dan transparan dengan cara mengunggah laporan pengembangan batik di Web Disperindag Kabupaten Grobogan agar semua masyarakat umum dapat mengakses atau melihat perkembangannya. 4. Perlu adanya inovasi yang dapat menjadikan daya saing dan pemasaran batik meningkat, yaitu dengan membuat inovasi motif batik dengan corak yang bisa dipakai untuk kalangan anak muda maupun orang tua. Selain itu, pemasaran perlu didukung dengan adanya penggunaan teknologi informasi melalui promosi online maupun dipasarkan di seluruh tempat wisata yang ada di Grobogan. F. REFERENSI STIM YKPN d/h AMP YKPN. ISBN 979-514-051-5 Buku M.Lutfi Mustofa. 2012. Monitoring dan Evaluasi Konsep dan A.M.W. Panarka dan Vidyandika Penerapannya. UIN . Moeljarto. 1996. Pemberdayaan Moleong, Lexy J. 2017. Metodelogi (Empowerment). Penyunting : Onny S. Prijono dan A.M.W. Pranarka, Penelitian Kualitatif. Edisi Ketifa. Pemberdayaan Konsep, Kebijakan dan Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Implementasi, CSIS. ISBN 979-514-051-5 Priyono, Marnis. 2008. Manajemen Anwas, M. 2013. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia. Zifatama Masyarakat di Era Global. Publisher. Sidoharjo. Bandung. Alfabeta Pemkab Grobogan. 2020. Ringkasan Badan Pusat Statistika. 2020. Laporan Penyelenggaraan Kabupaten Grobogan Dalam Pemeritah Daerah Tahun 2019 Angka 2020. Kabupaten Grobogan Kabupaten Grobogan Provinsi Baharudin. 2015. Dasar-Dasar Jawa Tengah. Kabupaten Manajemen. Penerbit Alfabeta, Grobogan. Bandung. Ruslan, Malik dan Anwari WMK. George R. Terry. 1984. Principles of 2006. Pemberdayaan Manajemen. USA. Ricard. D. Masyarakat; mengantar manusia Kmin. Inc mandiri, demokratis dan Ginandjar, Kartasasmita. 1996. berbudaya. Jakarta: Pembangunan Untuk Rakyat Khanata,Pustaka LP3S . Memadukan Pertumbuhan dan ISBN 979-3330-44-9 Pemerataan. Jakarta: PT. Pustaka Simbolon, Maringan Masry. 2004. Cidesindo. ISBN 979-638-021-8 Dasar-Dasar Administrasi dan Hariani, Dyah. 2017. Azas-Azas Manajemen. Jakarta: Ghalia Manajemen. Edisi Revisi. Cetakan Indonesia. II. Universitas Diponegoro Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Inu, Kencana Syafiie. 2010. Tahap Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. actuatung atau pengarahan. Bandung: Alfabeta. CV, ISBN Universitas Muhammadiyah 979-8433-64-0 Yogyakarta Sugiyono. 2016. Metodelogi Irawan dan M. Suparmoko. 1992. Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Ekonomika Pembangunan. dan R&D. Bandung: Alfabeta. Yogyakarta. ISBN 979-503-052-3 CV. ISBN 979-8433-64-0 Ir. Muhamad Ali, MT, IPM. 2018. Suharto, Edi. 2009. Membangun Manajemen Industri. Universitas Masyarakat Memberdayakan Negeri Yogyakarta. Edisi Pertama. Rakyat Kajian Strategis ISBN 978-602-5566-27-1 Pembangunan Kesejahteraan Keban, Yeremias T. 2014. Enam Sosial & Pekerjaan Sosial. Dimensi Strategis Administrasi Bandung: PT Refika Aditama. Publik, Konsep, Teori, Dan Isu. ISBN 979-3304-39-9 Edisi ketiga. Yogyakarta: Gava Media, ISBN 978-602-8545-45-7 Sukarno. 2011. Dasar-Dasar Kuncoro, Mudrajad. 2006. Ekonomi Manajemen. Bandung: CV Pembangunan Teori, Masalah, Mandar Maju Dan Kebijakan. Yogyakarta: Unit Penerbit Dan Percetakan (UPP) T. Hani, Handoko. 2011. Manajemen Ali, Sumarno. 2012. Teori dalam Berbagai Perspektif. Pengembangan. Universitas Penerbit Erlangga. Negeri Yogyakarta. Thoha, Mifta. 2008. Ilmu Administrasi Publik Konteporer. Jakarta: Barokah, Siti Nur. Rr Ririn Kencana Budiningtyas, Azizah. 2017. Wahyuningsih, Diyah. 2014. Sejarah Peningkatan Produksi KUB Batik Batik Jawa Tengah. Badan Arsip Tulis di Purwodadi-Grobogan Dan Perpustakaan Jawa Tengah Melalui Penerapan IPTEKS. Wijaya, Candara. Muhammad Rifa’i. Administrasi Bisnis. Polines 2016. Dasar-Dasar Manajemen Semarang. Vol 3. ISSN: 2477- Mengoptimalkan Pengelolaan 2087 Organisasi Secara Efektif dan Damayanti, Maya. 2015. Strategi Kota Efisien. Medan: Perdana Pekalongan Dalam Publishing. ISBN 978-602-6970- Pengembangan Wisata Kreatif 61-9 Berbasis Industri Batik. Jurnal Pengembangan Kota. Universitas Jurnal Diponegoro, Semarang. Vol 3 No.2 (100-111) Agung, Prasaja. 2020. Pengembangan Definta, Aliffiana. 2018. Upaya Industri Batik Tulis “Moch Pemerintah Daerah Dalam Salam” Sukodono Sidoharjo. Pemberdayaan Usaha Mikro, Jurnal of Community Service Kecil Dan Menengah (UMKM) Consortium. Universitas 17 Sentra Industri Konveksi Dan Agustus . Vol 1. No 1. Bordir Di Desa Padurenan Agus, Tjahajana. 2010. Media Industri Kecamatan Gebog, Kabupaten (Industrialisasi menuju kehidupan Kudus. Departemen Administrasi yang lebih baik). Kementrian Publik. Universitas Diponegoro. Perindustrian. Jakarta. Damayanti, Maya. 2015. Strategi Kota Pekalongan Dalam Alfi, Amalia, Wahyu Hidayat dan Pengembangan Wisata Kreatif Agung Budianto. 2012. Analisis Berbasis Industri Batik. Jurnal Strategi Pengembangan Usaha Pengembangan Kota. Universitas Pada UKM Batik Semarang Di Diponegoro, Semarang. Vol 3 Kota Semarang. Semarang. No.2 (100-111) Jurusan Administrasi Bisnis. Dewi, Andriany. 2015. Pengembangan Alex, Tribuana Sutanto. 2013. Jurnal Model Pendekatan Partisipatif Manajemen Dan Bisnis (Artikel Dalam Pemberdayaan Jurnal hasil Penelitian Empiris Masyarakat Miskin Kota Medan Dan Artikel Konseptual Yang Untuk Memperbaiki taraf Hidup. Mencakup Kajian Bidang Universitas Muhammadiyah Manajemen Dan Bisnis. Fakultas Sumatera Utara. Ekonomi. Universitas Bandar Lampung. Fitri, Meiliza. dan Wahyudi Zahar. 2019. Kebijakan Sektor Industri A Harits Nu’man. 2005. Kebijakan Pertambangan Indonesia Dalam Pengembangan Industri Kecil Dan Revolusi Industri 4.0. Fakultas Menengah Sebagai Upaya Untuk Sains dan Teknologi. Universitas Menghadapi era Perdagangan Jambi Bebas. Jurnal Sosial dan Pembangunan. Vol XXI No.3 Firtriana, Aisyah Nurul. 2014. Pangmungkas, Bangkit. 2018. Pengembangan Industri Kreatif di Perlindungan Hukum Seni Batik Kota Batu (Studi Kasus tentang Motif Kontemporer Berdasarkan Industri Kreatif Sektor Kerajinan Undang-Undang Nomor 28 Tahun di Kota Batu). Fakultas Ilmu 2014 Tentang Hak Cipta (Studi di Administrasi, Universitas Kampung Batik Laweyan Kota Brawijaya. Malang ). Fakultas Hukum. Universitas Sebelas Maret. Gumelar, Bayu. Ratih Nur Pratiwi, Rahmawati, Dwi, Nila Armelia Riyanto. 2015. Strategi Windasari dan Prawira Fajarinda Pengembangan Industri Kecil Belgiawan. The analysis Of Kripik Tempe Di Desa Consumers Preferences For Batik KarangTengah Prandon Product In Indonesia. Institut Kabupaten Ngawi (Studi pada Teknologi Bandung. Review of Dinas Koperasi, Usaha Mikro integrative Business and Kecil Menengah dan Economics Research. Vol.9, Perindustrian Kabupaten Ngawi). Supplementary Issue 1. Jurnal Administrasi Publik. Vol 3. Robby, Firmansyah. 2014. Strategi No 1. Hal 55-60. Universitas Pemerintah Daerah Dalam Brawijaya. Malang Pemberdayaan Usaha Mikro, Hairuddin, Hanitahaiza. 2012. Why do Kecil Dan Menengah Di Microenterprise Refuse to Use Kabupaten Madiun. Fakultas Ilmu Information Technology: A Case Administrasi. Universitas of Batik Microenterprises in Brawijaya Malang. Jurnal Malaysia. Faculty of Business Administrasi Publik Vol 2, No 1. Management, Universitas Suhartini. Evi Yuliawati. 2015. Teknologi MARA. Malaysia. Pengembangan Strategi Hendry Janitra Hutama. 2015. Analisis Pengingkatan Daya Saing Produk Dan Perumusan Strategi Batik Dengan Menggunakan Pemasaran Pada UKM Batik Analisis Value Chain. Institut Jawa Anggun Pekalongan Teknologi Adhi Tama Surabaya. Menggunakan Analisis Swot Dan Vol XV. AHP. Universitas Diponegoro. Susanto, Alex Tribuana. 2013. Evaluasi Nila Kurnia Wati. 2013. Strategi Program Nasional Pemberdayaan Pengembangan Industri Mayarakat Mandiri Perdesaan Pengolahan Apel Berbasis (PNPM-MPd) Melalui Proses Ekonomi Lokal. Jurnal Pengembangan Kapasitas (Studi Administrasi Publik. Universitas di Kecamatan Pekalongan Brawijaya Malang. Vol 2. No.1 Kabupaten Lampung Timur). Nurul, Rizka Arumsari. 2017. Jurnal Manajemen dan Bisnis Penerapan Planning, Organizing, Vol.3 No.2. 178-197. Lampung Actuacing, Dan Controlling Di Surya, Yahya Adi. 2018. Strategi UPTD Dikpora Kecamatan Pengembangan Usaha Batik Jepara. Universitas Muria Kudus. Untuk Meningkatkan Daya Saing Novani, Santi, Utomo Sarjono Putro, Pri Klaster Batik Batangan. Fakultas Hermawan. 2015. Value Ekonomi, Universitas Negeri Orchestration Semarang. Jurnal of Development Platfrom:Promoting Tourism In Economics, Vol 1: 86-91 Batik Industrial Cluster Solo. Tri, Yanto. 2019. Pemahaman Institut Teknologi Bandung. Pengertian Kreativitas, Inovasi Kewirausahaan dan Strategi Indonesia” Pada Batik Buatan Pemasaran Untuk Meningkatkan Indonesia Kinerja Perusahaan (Studi UKM PERMENPERIN Nomor 39 Tahun 2019 Batik di Kabupaten Grobogan). tentang Standar Industri Untuk Fakultas Pendidikan Ilmu Industri Batik Pengetahuan Sosial, IKIP Veteran Peraturah daerah Provinsi Jawa Tengah Semarang. http://e-journal.ikip- Nomor 10 Tahun 2017 Tentang veteran.ac.id/index.php/pawiyatan Rencana Pembangunan Industri Provinsi Jawa Tengah Tahun Tukasno. 2013. Evaluasi Program 2017-2037 Nasional Pemberdayaan Renstra Tahun 2018-2023 Dinas Masyarakat Melalui Mandiri Perindustrian dan Perdagangan Perdesaan (PNPM-MPd) Melalui Provinsi Jawa Tengah Proses Pengembangan Kapasitas Peraturan Daerah Kabupaten Grobogan (Studi di Kecamatan Pekalongan Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Kabupaten lampung Timur). Perlindungan dan Pengembangan Jurnal Manajemen dan Bisnis Batik Kabupaten Grobogan Vol.3 No.2 hlm 178-197 Renstra Tahun 2016-2021 Dinas Ubaid, Elzaki. 2009. Faktor-Faktor Koperasi, Usaha Kecil dan Yang Mempengaruhi Menengah Perkembangan Industri Kecil Rencana Kerja Tahun 2019 Kabupaten Knalpot Di Desa Sayangan Grobogan Kecamatan Purbalingga Pemerintah Kabupaten Grobogan. Kabupaten Purbalingga. Fakultas Ringkasan Laporan Ekonomi. Universitas Negeri Penyelenggaraan Pemerintah Semarang. Daerah Tahun 2019. Kabupaten Wahyunisih, Diyah. Atti Mulyani. 2014. Grobogan Provinsi Jawa Tengah Sejarah Batik Jawa Tengah. Peraturan Bupati Grobogan Nomor 69 Badan Arsip Dan Perpustakaan Tahun 2016 Tentang Kedudukan, Provinsi Jawa Tengah. Semarang. Susunan Organisasi Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas Jabatan Dan Wati, Nila Kurnia. 2014. Strategi Tata Kerja Dinas Perindustrian Pengembangan Industri dan Perdagangan Kabupaten Pengolahan Apel Berbasis Grobogan. Ekonomi Lokal. Jurnal Administrasi Publik. Vol 2, No 1. Surat Edaran Bupati Grobogan Nomor: Hal 102-108. Universitas 537/1681/ III/ 2020 Tentang Brawijaya. Malang Penggunaan Pakaian Batik Motif Khas Grobogan Di Lingkungan Regulasi Pemerintah Kabupaten Grobogan. Undang-Undang Nomor Nomor 20 tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Surat Keputsan Bupati Grobogan Kecil, dan Menengah Nomor: 050/213/2020 tentang Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Penetapan Motif Batik Khas tentang Perindustrian Kabupaten Grobogan. Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 74/M/- IND/PER/9/2007 Tentang Penggunaan Batik Mark “natik