BIOLOGI CRAMER (: ) PADA JABON MERAH (Anthocephalus macrophyllus)

Biology of Moduza procris Cramer (Lepidoptera: Nymphalidae) on Red Jabon (Anthocephalus macrophyllus)

Martini Wali1*, Noor Farikhah Haneda2, Nina Maryana3

1Staf Pengajar Fakultas Pertanian dan Kehutanan, Universitas Iqra Buru, 2Staf pengajar dan peneliti pada Laboratorium Entomologi, Depertemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB. 3Staf pengajar dan peneliti pada Laboratorium Biosistematika Serangga, Depertemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian IPB.

*e-mail: [email protected]

ABSTRACT

Red jabon (Anthocephalus macrophyllus Roxb. Havil) includes in the family Rubiaceae. This plant has many advantages. This plant is also widely cultivate in plantations industry and plantations community forest today. Moduza procris is a new pests that attacks jabon leaves. The leaf are consumed from the edge and leave the venation. This study aimed to observe biology aspects of M. procris on red jabon. The result showed that life cycle of M. procris was about 25.3 days (larvae stadium was 17.2 days, and pupae 8.1 days). M. proris has 5 instars larvae. The average body size of M. procris was at eggs stadium was 1.32 mm. Size of the larvaes were 7.20, 9.70, 15.60, 24.20 dan 33.90 mm respectively, while the head of larvae were 0.91, 1.92, 2.91, 3.91, and 4.91 mm. Width and length of female pupae was 9.63 mm and 29.63 mm, male pupae was 27.50 mm and 8.00 mm. The body length of adult female was 20.50 mm and male was 16.50 mm, while the wings span of adult female was 67.25 mm and males was 55.00 mm.

Keywords: Anthocephalus macrophyllus, Lepidoptera, life cycle, Moduza procris

PENDAHULUAN Tanaman ini merupakan jenis pohon yang memiliki prospek tinggi untuk hutan Dewasa ini spesies-spesies pohon tanaman industri maupun hutan rakyat alternatif mulai dikembangkan untuk yang ada di Indonesia. Pertumbuhan memenuhi tuntutan kebutuhan kayu. tanaman ini relatif cepat, mampu Spesies pohon yang pada mulanya kurang beradaptasi pada berbagai kondisi tempat dikenal dan diminati, mulai dikembangkan tumbuh, serta perlakuan silvikulturnya untuk memenuhi kebutuhan kayu yang relatif mudah. Jabon juga diharapkan sangat tinggi. Salah satu pohon yang menjadi semakin penting bagi industri diminati dan menjadi primadona kehutanan perkayuan di masa mendatang, terutama adalah jabon merah. Jabon merah ketika bahan baku kayu pertukangan dari (Anthocephalus macrophyllus Roxb. hutan alam diperkirakan akan semakin Havil) termasuk dalam famili Rubiaceae. berkurang.

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 3 No. 1, April 2017 | 46 Namun dalam pengembangannya, dilakukan. Tulisan ini bertujuan untuk ada beberapa kendala di lapangan. Salah menyajikan informasi beberapa aspek satu diantaranya adalah serangan hama, biologi M. procris pada jabon merah yang karena sebagai suatu ekosistem yang meliputi siklus hidup dan lama hidup homogen, kawasan hutan tanaman rentan imago, perilaku, keperidian, dan ukuran terhadap berbagai serangan hama. Populasi setiap stadia perkembangan sehingga dapat tanaman hutan yang homogen akan mudah dijadikan dasar untuk mengetahui strategi diserang dan berpotensi terjadi ledakan pengendalian yang tepat. (outbreak) hama, baik di lapangan maupun di persemaian (Krisnawati et al. 2011). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Hama Moduza procris Cramer (Lepidoptera: Nymphalidae) tergolong Tempat dan Waktu Penelitian hama baru yang menyerang jabon. Penelitian biologi dilakukan di Penelitian tentang hama ini belum Laboratorium Entomologi Hutan, banyak dilakukan. Beberapa penelitian Departemen Silvikultur, Fakultas yang telah dilakukan yaitu di India, Kehutanan, IPB. Penelitian dilakukan dari sedangkan di Indonesia hama ini bulan Januari sampai Agustus 2014. dilaporkan menyerang jabon putih di persemaian, dengan pola serangan acak Prosedur Penelitian sehingga daun berbentuk tak beraturan. Pemeliharaan Tanaman Uji Intensitas serangan yang dilaporkan relatif Tanaman yang digunakan sebagai kecil, akan tetapi pada fase larva inang yaitu bibit jabon merah berumur 3 dipandang sebagai hama yang serius bulan yang didapatkan dari persemaian di karena memakan daun-daun jabon dalam sekitar kampus IPB. Tanaman dipelihara di waktu yang relatif singkat daun dapat habis dalam sungkup beratap paranet hitam. (Darwiati et al. 2010). Bibit tanaman disiram setiap hari. Perkembangan suatu hama di Tanaman ini disiapkan untuk pengamatan lapangan dapat dilihat dari biologi dan biologi M. procris. tingkat preferensi makannya. Pengetahuan aspek biologi yang diperlukan antara lain Pemeliharaan Serangga Uji meliputi perilaku, siklus hidup, Larva dan pupa M. procris perkembangan dan morfologi hama. diperoleh dari Hutan Rakyat yang ada di Populasi serangga dalam suatu areal sekitar Dramaga. Larva dan pupa dibawa tertentu ditentukan oleh dua faktor yaitu ke laboratorium Entomologi Hutan dan kemampuan hayati atau potensi biotik dan ditempatkan di dalam wadah plastik hambatan lingkungan (Dadang 2006). berukuran 17 x 12 x 11 cm3 sampai Perilaku biologi serangga sangat berkaitan menjadi imago. Imago yang keluar dengan tersedianya tanaman sebagai dibedakan jenis kelaminnya, kemudian sumber pakan yang berkualitas untuk dipilih 10 pasang imago dan dimasukkan menjamin keberlangsungan hidup larvanya ke dalam kurungan serta diberi makan (Price 2000). larutan madu 10% yang diserapkan pada Penelitian biologi pada hama M. kapas, kemudian digantung di bagian atas procris belum pernah dilakukan di kurungan. Dalam kurungan tersebut juga Indonesia, sementara informasi biologi ini diletakkan media peletakan telur (bibit sangat diperlukan dalam pengelolahan jabon merah) untuk tempat bertelur kupu- hama M. procris kaitannya dengan kupu betina. intensitas serangan dan waktu yang tepat dalam melakukan pengendalian. Oleh karena itu penelitian ini dipandang perlu

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 3 No. 1, April 2017 | 47 Pengamatan Biologi Penelitian biologi dimulai dengan pembedahan abdomen betina karena proses menggunakan 10 larva M. procris sebagai peneluran oleh imago di laboratorium ulangan. Pengamatan dilakukan setiap hari mengalami hambatan. Pengamatan dan dimulai dari larva instar 1 atau 2 dilakukan terhadap ukuran dan stadium sampai imago. Khusus untuk fase telur, telur. pengamatan dilakukan pada telur hasil

Gambar 1. Pengukuran bagian tubuh larva M. procis

Larva yang diperoleh dari lapangan morfologi, perilaku dan stadium tiap instar. diletakkan di dalam wadah plastik Pengukuran larva meliputi ukuran panjang pengamatan berukuran 17 x 12 x 11 cm3, dan lebar kepala larva setiap instar masing-masing wadah berisi 1 ekor larva. (Gambar 1). Pada fase pupa selain Fase larva diamati mulai dari instar dilakukan pengukuran, juga dilakukan pertama sampai instar terakhir. pengamatan stadium dan perilaku. Pengamatan larva meliputi jumlah instar,

Rentang sayap Panjang tubuh

Gambar 2. Pengukuran imago Moduza procris

Pengamatan imago dilakukan kupu kemudian diberi makan cairan madu dengan cara mengambil kupu-kupu yang 10% yang diserapkan pada kapas dan baru keluar dari pupa kemudian digantung di bagian atas kurungan. ditempatkan di dalam kurungan berkasa Pengamatan imago meliputi morfologi, berukuran 60 x 60 x 40 cm3. Pada setiap nisbah kelamin, lama hidup dan jumlah kurungan ditempatkan satu pasang kupu- telur yang diletakkan (keperidian). kupu. Apabila perbandingan jantan dan Pengamatan dilakukan setiap hari sampai betina tidak mencapai 1 : 1, maka jantan kupu-kupu tersebut mati, sehingga dipindahkan beberapa kali ke dalam diperoleh data lama hidup imago. beberapa kurungan imago betina agar Pengukuran panjang tubuh dan rentang semua imago dapat berkopulasi. Kupu- sayap dilakukan langsung setelah imago

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 3 No. 1, April 2017 | 48 mati. Total siklus hidup dihitung mulai dari merah di Indonesia lebih sempit bila larva instar 1 hingga stadia pupa, karena dibandingkan dengan jabon putih, yang imago betina mengalami hambatan dalam meliputi , Maluku dan Papua. proses oviposisi. Cara pengukuran Tinggi pohon jabon merah bisa mencapai terhadap imago dapat dilihat pada Gambar 40 meter dengan batang bundar dan tegak 2. lurus mencapai 70% - 80% dengan lingkar Pada penelitian ini dilakukan juga batang mencapai lebih dari 150 cm pengamatan terhadap parasitoid yang (diameter lebih dari 50 cm). Daya tumbuh menyerang hama di lapangan. Jenis di lahan kritis juga cukup baik, bahkan bisa parasitoid yang diperoleh dari lapangan dijadikan sebagai buffer zone untuk disimpan di dalam botol koleksi berisi kepentingan konservasi atau daerah alkohol 70%, selanjutnya untuk penyangga karena memiliki perakaran menentukan jenis perasitoid yang yang dalam. Di Hungoyono, Kabupaten ditemukan diidentifikasi menggunakan Bone Bolango, Gorontalo, jabon merah buku acuan (identifikasi Lembaga Ilmu ditemukan tumbuh dengan subur diatas Pengetahuan Indonesia). Selain itu suhu bukit karst dekat sumber air panas tempat dan kelembaban diukur sebagai faktor peneluran burung maleo (Macrocephalon yang mempengaruhi perkembangan hama maleo) (Halawane et al. 2011). di laboratorium. Pengukuran suhu ruangan Berdasarkan pengamatan pada dilakukan tiga kali sehari yaitu pada pukul pertanaman uji BBPBPTH Yogyakarta di 07.30, 13.30 dan 17.30 WIB (Bariyah Wonogiri, pada tahap awal pertumbuhan 2011). Rata-rata suhu dan kelembaban diperoleh taksiran riap tinggi 4 m/th dan relatif laboratorium yaitu berturut-turut riap diameter 5 cm/th. Pada umumnya 27.12 °C dan 64.93%. berbatang tunggal (single stem), relatif lurus, silindris dan terkadang berbanir Analisis Data ringan. Percabangan relatif mendatar Data pengamatan perkembangan dangan sudut kurang lebih 90° terhadap dianalisis secara deskriptif, data hasil batang dan membentuk tajuk seperti penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel payung. Papagan kulit batang berwarna dan gambar. gelap coklat kemerahan, kulit timpasan berwarna merah jambu sampai dengan merah marun. Kayu berwarna putih HASIL DAN PEMBAHASAN kemerahan menyerupai kayu meranti merah dan tidak mempunyai kayu teras Karakteristik Jabon Merah (Setyaji et al. 2014). Jabon merah (A. macrophyllus) merupakan tanaman cepat tumbuh (fast Biologi M. procris growing) yang tumbuh di daerah tropis. M. procris merupakan serangga Seperti pada umumnya jenis pionir, Jabon yang mengalami metamorfosis sempurna merah termasuk jenis tanaman intoleran. (holometabola), yaitu terdiri dari telur, Tanaman ini tidak tahan naungan dan larva yang terdiri dari lima instar, pupa dan membutuhkan pencahayaan penuh dalam imago. Perubahan setiap instar larva periode hidupnya. Tanaman ini juga ditandai dengan terjadinya pergantian kulit termasuk jenis yang mengugurkan daun pada setiap fase larva. Lama stadium dan (deciduous) dan mempunyai sifat self ukuran M. procris mulai dari telur, larva, pruning yang cukup kuat dimana pada pupa sampai imago pada tanaman jabon masa pertumbuhan cabang akan rontok merah tersaji pada Tabel 1. dengan sendirinya. Jabon merah dapat hidup di dataran rendah sampai ketinggian 50 - 1000 m dpl. Penyebaran alami jabon

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 3 No. 1, April 2017 | 49 Tabel 1. Rata-rata lama stadium dan ukuran pada setiap tahap perkembangan hidup Moduza procris Tahap Stadium Lebar Panjang tubuh N perkembangan (hari) (mm) (mm) Telur 10 - 1.32 ± 0.09 - Larva* 50 17.20 ± 2.47 Instar 1 10 3.40 ± 0.52 0.91 ± 0.03 7.20 ± 0.42 Instar 2 10 4.50 ± 0.53 1.92 ± 0.02 9.70 ± 0.43 Instar 3 10 3.20 ± 0.42 2.91 ± 0.03 15.60 ± 0.52 Instar 4 10 3.40 ± 0.52 3.91 ± 0.03 24.20 ± 0.79 Instar 5 10 2.70 ± 0.48 4.91 ± 0.02 33.90 ± 0.74 Pupa Jantan 2 8.00 ± 0.00 27.50 ± 0.58 Betina 8 8.10 ± 1.06 9.83 ± 0.52 29.63 ± 0.52 Imago** Jantan 2 14.50 ± 2.12 55.00 ± 0.00 16.50 ± 0.71 Betina 8 15.25 ± 2.38 67.25 ± 0.89 20.50 ± 0.93 Keterangan : * = lebar pada larva adalah lebar kepala, N = jumlah ulangan (individu) ** = lebar pada imago adalah rentang sayap imago, dan stadium pada imago adalah lama hidup. Sumber : Data pibadi (2014)

Gambar 3. Pradewasa

Telur berbentuk agak bulat khas yaitu adanya semacam tanduk berwarna hijau kekuningan dan terdapat bercabang pada bagian ujung. Larva rambut-rambut halus seperti duri pada memakan daun dengan cara menggigit dari permukaannya (Gambar 3a). Larva M. ujung daun tanaman dan meninggalkan procris berbentuk silindris (erusiform). tulang daun. Semakin besar ukuran Larva instar akhir berwarna coklat tua stadium larva semakin banyak daun yang sampai hitam. Pada ruas tubuh terdapat dimakan. Larva yang akan berganti kulit sejumlah duri. Kepala berwarna coklat tua berhenti makan untuk sementara waktu. sampai coklat kemerahan dengan bercak- Pergantian kulit ditandai dengan adanya bercak merah. Pada kepala terdapat ciri sisa bekas kulit (eksuvia). Eksuvia ini akan

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 3 No. 1, April 2017 | 50 dimakan kembali oleh larva kecuali memiliki panjang tubuh awal 13 mm, eksuvia kepala. Larva akan merespon bila dengan warna tubuh coklat kehitaman. diganggu, dan mengeluarkan cairan Pada akhir instar larva mempunyai panjang berwarna hijau sebagai perlindungan diri tubuh sekitar 18 mm, dengan warna yang dari serangan musuhnya. sama coklat kehitaman. Serabut tubuh Larva instar 1 memiliki panjang mulai tumbuh dan sepasang serabut yang awal 3 mm dan berwarna coklat kehijauan, lebih panjang pada bagian kepala yang sesuai dengan warna daun yang dimakan. menyerupai tanduk pada bagian ujung. Setelah keluar dari telur larva mencari Pada instar 3 larva mulai intens makan pakan di sekitarnya dan mulai memakan akan tetapi tidak dalam jumlah yang tepi daun dalam jumlah yang sedikit serta banyak. Larva makan untuk mencukupi gerakan larva masih lambat. Rambut- kebutuhan tubuh dan proses moulting rambut tubuh belum terbentuk. Kepala (Gambar 3d). Larva instar 4 memiliki larva agak bulat (Gambar 3b). Larva instar panjang tubuh awal sekitar 20 mm, dengan 2 yang baru berganti kulit mempunyai warna tubuh coklat kehitaman (Gambar panjang tubuh 8 mm. Larva berwarna 3e). Larva instar 5 memilih panjang tubuh merah kecoklatan. Pada instar 2 ini larva awal 30 mm, dan merupakan instar akhir mulai banyak makan daripada instar dari fase larva M. procris. Larva berwarna sebelumnya (Gambar 3c). Larva instar 3 coklat kehitaman (Gambar 3f).

a b c

Gambar 4. Moduza procris, (a) pupa, (b) imago, (c) imago yang sedang berkopulasi

Bentuk pupa berlekuk-lekuk dan betina dapat dilihat dari ukuran tubuh. terlihat seperti daun kering yang Ukuran tubuh pada jantan relatif lebih menggulung. Pupa berwarna coklat kecil dari betina. Selain itu pada abdomen kekuningan atau coklat kehitaman. Bagian betina dicirikan dengan adanya ovipositor, posterior pupa menempel pada batang atau sedangkan pada jantan tidak terdapat ciri daun dan terikat oleh benang sutra tipis tersebut. Proses kopulasi pada kupu-kupu (kremaster) (Gambar 4a). Imago yang baru berlangsung selama 50 menit (Gambar 4c). keluar dari pupa sayapnya masih pendek, Pada akhir kopulasi biasanya sayap imago lunak, dan berkerut. Setelah beberapa saat, rusak. Kupu-kupu betina lebih banyak dari sayap-sayap akan berkembang dan jantan dengan nisbah kelamin 8 : 2. Imago mengeras, pigmentasi akan terbentuk, dan betina yang melakukan kopulasi dengan imago siap melanjutkan perkembangannya. cahaya matahari yang cukup, setelah Kupu-kupu M. procris berwarna hitam, dilakukan pembedahan mampu coklat kemerahan dengan spot putih menghasilkan telur 17 - 43 butir. berbentuk huruf V, bagian ventral Menurut hasil penelitian yang berwarna putih kehijauan, warna pada dilakukan oleh Morrell (1948), M. procris betina dan jantan sulit dibedakan karena menyelesaikan siklus hidup pada tanaman sangat mirip. Perbedaan antara jantan dan inang Timonius wallichiana selama 26.5

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 3 No. 1, April 2017 | 51 hari, dengan lama stadia telur 3.5 hari, Dillon dan Sharma (2003) menyatakan larva 16 hari dan pupa 7 hari. Larva terdiri bahwa perbedaan tingkah laku dalam dari 5 instar. Telur diletakkan kupu-kupu meletakkan telur pada bagian tanaman betina pada ujung daun tanaman inang yang berbeda dapat dipengaruhi oleh yang terdapat bekas gigitan larva. Telur ukuran dari bagian tanaman yang meliputi berwarna hijau kekuningan, agak bulat jumlah, ukuran, ketebalan dari trikoma, berbentuk kubah dengan permukaan dan substansi volatil pada tanaman. berbentuk heksagonal dan terdapat bulu- Menurut Morrell (1960) semua bulu halus seperti duri. Larva yang baru spesies Nymphalidae terbang dengan kuat menetas (instar awal) hidup secara soliter dan cepat. Kebanyakan imago jantan pada setiap ujung daun tanaman inangnya. sangat menyukai cahaya matahari, Hal ini sejalan dengan (Bourinbaiar dan sehingga kopulasi dilakukan pada tempat Huang 2006; Adria 2010) yang yang banyak terdapat cahaya. Hal ini menambahkan bahwa aktifitas larva muda sejalan dengan penelitian Rayalu et al. relatif rendah, sehingga keberadaannya (2011), yang melaporkan bahwa imago masih di sekitar daerah peletakkan telur, dari spesis Byblia ilithyia (Lepidoptera: sedangkan larva yang lebih tua memiliki Nymphalidae) melakukan reproduksi di aktivitas morfologis sangat tinggi, tempat terbuka yang banyak terdapat sinar sehingga daerah sebarannya makin luas matahari secara langsung. Selain itu proses dan cenderung bergerak mencari daerah reproduksi dari famili ini juga tergantung dengan kondisi iklim yang lebih sesuai. dari cuaca setempat seperti curah hujan, Larva dari beberapa Famili kelembaban relatif, suhu dan panjang hari. Nymphalidae dicirikan dengan banyak Kupu-kupu jenis ini mampu beradaptasi bulu atau rambut pada tubuhnya dan pada lingkungan perkotaan. Kondisi ini sepasang antena pada kepala yang menyebabkan kupu-kupu betina menyerupai tanduk. Larva lepidoptera mengalami kesulitan dalam melakukan paling aktif dan juga dikenal sebagai fase proses praoviposisi di laboratorium yang banyak merusak. Hal ini disebabkan maupun di paranet khusus yang karena stadia larva memerlukan fase dipersiapkan untuk proses kopulasi dan mengumpulkan cadangan makanan. reproduksi. Imago hanya mampu Cadangan makanan ini kemudian melakukan proses kopulasi. diperlukan untuk proses pembentukan pupa. Larva akan membentuk pupa bila Parasitoid M. procris tersedianya cadangan makanan dalam Selama penelitian ditemukan dua tubuhnya. Selain itu fase larva juga jenis parasitoid pada pupa, yaitu Theronia merupakan parameter untuk menentukan sp. (Hymenoptera: Ichneumonidae), dan preferensi makan dan kesesuaian tanaman Brachymeria lassus (Hymenoptera: inang (Bernays 2001; Bjornson dan Chalcididae) (Gambar 4a dan 4b). Jumlah Schutte 2003; Sartiami et al. 2010). kedua jenis parasitoid ini tersaji pada Tabel Imago betina hanya meletakkan 1 4. Data pengamatan parasitoid yang telur pada satu daun tumbuhan inangnya. ditemukan selama penelitian dapat dilihat Jumlah telur yang diletakkan tergantung pada Tabel 2. kecukupan nutrisi dan cahaya matahari.

Tabel 2. Parasitoid yang keluar dari pupa Moduza procris (ekor) Jumlah pupa Jumlah parasitoid Jumlah parasitoid per Parasitoid terparasit yang keluar inang Theronia sp. 6 6 1 Brachymeria lasus 5 69 11 - 17

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 3 No. 1, April 2017 | 52 Parasitoid merupakan serangga (1996), kebanyakan famili Ichneumonidae yang bersifat sebagai parasit pada serangga merupakan parasitoid soliter, yaitu hanya atau binatang Arthropoda yang lain. ada satu individu yang muncul dalam satu Parasitoid bersifat parasitik pada fase pupa. Purnomo (2008) juga menyatakan pradewasa (larva) sedangkan pada fase bahwa Ichneumonidae merupakan famili dewasanya biasanya hidup bebas dan tidak yang banyak bertindak sebagai parasitoid terikat pada inangnya. Parasitoid yang pada bermacam inang. Menurut Soviani ditemukan selama pengamatan tidak (2012), yang melaporkan bahwa sebagian ditemukan gejala awal larva atau pupa besar famili Chalcididae merupakan yang terserang parasitoid. Menurut Untung parasitoid primer Lepidoptera.

11 mm

7 mm a b Gambar 4. Parasitoid pada Moduza procris, (a) Theronia sp. (b) Brachymeria lassus

Selain parasitoid yang ditemukan, menit dan setelah dilakukan proses ada beberapa jenis parasitoid yang pembedahan menghasilkan telur 17-43 diketahui menyerang hama jabon di butir. Ukuran rata-rata tiap stadia M. lapangan. Menurut Susanty (2014), yang procris yaitu, telur berukuran 1.32 mm. melaporkan bahwa ada lima jenis Larva secara berurutan yaitu 7.20, 9.70, parasitoid yang menyerang hama 15.60, 24.20 dan 33.90. Lebar kepala larva Artrochista hilaralis. Kelima jenis secara berurutan yaitu 0.91, 1.92, 2.91, parasitoid tersebut yaitu Phanerotoma sp., 3.91, dan 4.91. Lebar dan panjang pupa Chelonus sp., Apanteles sp., Tetrastichus yaitu betina 9.63 dan 29.63 mm dan jantan sp., dan Ooencyrtus sp. 27.50 dan 8.00 mm. Panjang tubuh imago betina 20.50 mm dan rentang sayap 67.25, jantan berukuran 16.50 dengan rentang KESIMPULAN sayap 55.00 mm. M. procris merupakan serangga yang melakukan metamorfosis sempurna. Hama ini mampu menyelesaikan siklus DAFTAR PUSTAKA hidup pada tanaman jabon merah selama 25.3 hari, dengan lama stadium larva 17.2 Adria. 2010. Populasi dan intensitas hari, dan pupa 8.1 hari. Larva terdiri dari 5 serangan hama Attacus atlas instar, dengan perilaku makan yang (Lepidoptera: Saturniidae) dan berbeda tiap instarnya. Lama stadium Aspidomorpha miliaris imago betina (15.25 ± 2.38) dan jantan (Coleoptera: Chrysomelidae) pada (14.50 ± 2.12). Nisbah kelamin kupu-kupu tanaman ylang-ylang. Jurnal Littri. betina lebih banyak dari pada kupu-kupu 16 (2):77-82 jantan dengan perbandingan 8 : 2. Kupu- Bariyah H. 2011. Hubungan antara panjang kupu melakukan proses kopulasi selama 50 probosis kupu-kupu dengan

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 3 No. 1, April 2017 | 53 preferensi pakan di areal Kampus 1 Krisnawati H, Kallio M, Kanninem M. Universitas Islam Negeri Syarif 2011. Anthocepalus cadamba Miq. Hidayatullah [skripsi]. Jakarta(ID): Ekologi, Silvikultur, dan Universitas Islam Negeri Syarif Produktivitas. Bogor (ID): CIFOR Hidayatullah Morrell R. 1948. Notes on the larvae of Bernays EA. 2001. Neural limitations in some common Malayan butterflies. phytophagous : implications Malay Nat J. 3(2): 1-8 for diet breadth and evolution of Morrell R. 1960. Malayan Natural host afilization. Ann Ref Ent. 46: Hanbook. Common Malayan 703-727 Butterflies. Longman (MY). Bjornson S dan Schutte C. 2003. Price PW. 2000. Host plant resource Pathogens of Mass-produced quality, insect herbivores and Natural Enemies and Pollinators. biocontrol. Proceedings of The X dalam: Van Lenteren JC. Editor. International Symposium on Quality Control and Production of Biological Control of Weeds 583. Biological Control Agents-Theory 14 July 1999, Montana State and testing procedures. Oxon: University, Bozeman, Montana. CABI. hal. 133-165. (US). Pp. 583-590 Bourinbaiar AS, Huang SL. 2006. The Purnomo, Rauf A, Sasromarsono S, insect activity of plant. J Entomol. Santoso T. 2008. Kesesuaian dan 32: 141-153 preferensi Liriomyza huidobrensis Dadang. 2006. Konsep hama dan dinamika (Blanchard) (Diptera: populasi. Workshop Hama dan Agromyzidae) pada berbagai Penyakit Tanaman Jarak (Jatropha tumbuhan inang. J HPT Trop. curcas Linn.): Potensi Kerusakan 8(2): 102-109 dan Teknik Pengendaliannya. Rayalu MB, Naidu MT, Atluri JB, Reddi Bogor (ID): Institut Pertanian CS. 2011. Life history and larval Bogor performance of the Joker butterfly, Darwiati W, Lelana NE, Anggraeni I. Byblia ilithyia (Lepidoptera: 2010. procris (Moduza Nymphalidae). J Entomol Soc Iran. procris): Serangga yang berpotensi (IR). 31(1): 71-85 sebagai hama jabon (A. cadamba Sartiami D, Mardiningsih TL, Sukmana C, Miq). Prosiding Pusat Penelitian Aftina R. 2010. Biologi dan Hasil Hutan Tanaman. Bogor (ID). preferensi Doleschallia bisaltide Hlm: 273-276 (Lepidoptera:Nymphalidae) pada Dillon MK dan Sharma PD. 2003. Studies Graptophyllum pictum dan on biology and behavior of Earias Pseuderanthemum reticulatum. di vitella (Lepidoptera: Noctuidae) for dalam Kardinan et al., editor. mechanisms of resistance in Peranan Entomologi dalam different cotton genotypes. Crop Mendukung Pengembangan Protection. 23(3):235-241 Pertanian Ramah Lingkungan dan Halawane JE, Hidayah HN, Kinho J. 2011. Kesehatan Masyarakat. Prosiding Prospek Pengembangan Jabon Seminar Nasional VI Perhimpunan Merah (Anthocephalus Entomologi Indonesia (PEI); macrophyllus Roxb. Havil) Solusi Bogor, 24 Juni 2010. Bogor: PEI. Kebutuhan Kayu Masa Depan. hlm 37-44. Manado(ID): Balai Penelitian dan Setyaji et al. 2014. Budidaya Intens Jabon Pengembangan Kehutanan Manado Merah (Anthocephalus

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 3 No. 1, April 2017 | 54 macrophyllus): Si Jati Kebun dari Susanty SC. 2014. Bioekologi Hama Timur. Bogor(ID): IPB Press Arthroschista hilaralis Soviani E. 2012. Identifikasi parasitoid (Lepidoptera: Pyralidae) pada pada Erionota thrax yang terdapat Tanaman Jabon (Anthocephalus dalam daun pisang (Musa cadamba Miq.) [tesis]. Bogor (ID): paradiciaca) [skripsi]. Bandung Institut Pertanian Bogor (ID): Universitas Pendidikan Untung K. 1996. Pengantar Pengelolaan Indonesia Hama Terpadu. Yogyakarta(ID): Gadjah Mada University Pr.

Jurnal Agrotek Lestari. Vol. 3 No. 1, April 2017 | 55