Survei Hidro-Oseanografi Di Perairan Raja Ampat, Papua Barat, Indonesia
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
SURVEI HIDRO-OSEANOGRAFI DI PERAIRAN RAJA AMPAT, PAPUA BARAT, INDONESIA HYDRO-OCEANOGRAPHIC SURVEY AT RAJA AMPAT WATERS, WEST PAPUA, INDONESIA Athur Yordan Herwindya*, Hendra Kurnia Febriawan, Adam Budi Nugroho dan Arnold Dannari Balai Teknologi Survei Kelautan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jl. MH. Thamrin No. 8, Jakarta *E-mail: [email protected] ABSTRAK Kepulauan Raja Ampat merupakan salah satu tujuan wisata utama di Indonesia dan juga sebagai kawasan konservasi alam. Hal tersebut disebabkan karena wilayah tersebut kaya akan keanekaragaman hayati, kenampakan dan sumber daya alam, serta budaya. Pada tahun 2014, pemerintah Indonesia menyelenggarakan kegiatan Sail Raja Ampat sebagai bagian promosi pembangunan di wilayah tersebut. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) berperan dalam kegiatan Sail tersebut dengan menggunakan KR Baruna Jaya IV untuk melakukan survei kelautan maupun kegiatan diseminasi teknologi. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran kegiatan survei hidro-oseanografi di perairan Raja Ampat sebagai bagian kegiatan Sail Raja Ampat. Kegiatan survei dilakukan pada dua area utama yaitu Teluk Kabui dan Selat Sagewin. Hasil menunjukkan bahwa survei tersebut mampu memberikan gambaran morfologi di kedua area tersebut. Secara batimetri perairan Teluk Kabui memiliki kedalaman antara 18 – 53 meter, sedangkan kedalaman perairan Selat Sagewin berkisar antara 104 - 508 meter. Rata – rata suhu di perairan Raja Ampat diketahui berkisar antara 29.2˚ – 30.5˚C dan memiliki salinitas berkisar antara 31 - 34 psu. Litologi berupa batupasir, batugamping, dan lempung juga berhasil diketahui dari survei tersebut. Data – data ilmiah kebumian tersebut bermanfaat untuk melengkapi data – data yang sudah ada ataupun sebagai dasar perencanaan kegiatan penelitian selanjutnya. Disamping itu, data tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengetahui karakteristik alam di perairan Raja Ampat sebagai pendukung kegiatan pembangunan di wilayah tersebut. Kata Kunci: Raja Ampat, hidrografi, oseanografi, multibeam, CTD, sub bottom profiler ABSTRACT [Hydro-oceanographic Survey at Raja Ampat Waters, West Papua, Indonesia] Raja Ampat archipelago is one of the major tourism destinations in Indonesia and a nature conservation area. This is due to the abundance of biodiversity, natural features and resources, as well as culture. In 2014, the Indonesian government organized Sail Raja Ampat as a promotion program for the development of Raja Ampat. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) took part in the event by using RV Baruna Jaya IV to perform a marine survey and technological dissemination activity. This study is aimed to describe hydro-oceanographic survey activity at the Raja Ampat waters as a part of the Sail Raja Ampat. The survey was conducted at the two main areas: Teluk Kabui and Selat Sagewin. Results indicate that the survei has successfully revealed morphological features in both areas. The bathymetry shows that Teluk Kabui has a bathymetry depth of 18 – 53 meters, while the bathymetry of Selat Sagewin is about 104 – 508 meters. The average temperature of the region is approximately 29.2˚ – 30.5˚C with a salinity of 31 - 34 psu. Lithological features as sandstones, limestones, and clays were also obtained. Those results and data are useful to complement the existing data and to future research activities. In addition, the data could also be used to evaluate the natural characteristics of Raja Ampat waters and to support the development activity in that area. Keywords: Raja Ampat, hydrography, oceanography, multibeam, CTD, sub bottom profiler 48 Oseanika: Jurnal Riset dan Rekayasa Kelautan Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020 1. PENDAHULUAN Wilayah kepulauan Raja Ampat merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Papua Barat, Indonesia. Kepulauan ini terdiri dari empat kepulauan utama yaitu Waigeo, Batanta, Salawati, dan Misool beserta ratusan pulau – pulau kecil (Larsen et al., 2018). Wilayah kepulauan Raja Ampat merupakan pusat dari segitiga terumbu karang “coral triangle” dunia yang sangat kaya keanekaragaman terumbu karang. Hukom et al. (2018) memprediksi bahwa terdapat sekitar 474 spesies ikan terumbu karang, 456 spesies terumbu keras (hard coral), dan juga 699 spesies moluska di wilayah tersebut. Disamping itu, wilayah ini juga merupakan titik konsentrasi dari habitat Cetacea seperti ikan paus, dan spesies lain seperti penyu, hiu, dugong, dan lumba – lumba (Papilaya et al., 2019). Priatna & Sadhotomo (2011) juga menyebutkan bahwa gugusan terumbu karang di wilayah tersebut juga berpengaruh pada ekosistem ikan – ikan pelagis. Keanekaragam ekosistem yang lain juga terdapat di wilayah tersebut seperti padang lamun, hutan mangrove, dan pantai – pantai tebing berbatu (Papilaya et al., 2019). Secara oseanografi dan biogeografi, Donnelly et al. (2003) menjelaskan bahwa wilayah kepulauan Raja Ampat terletak pada batas barat wilayah Samudra Pasifik di khatulistiwa dan pada jalur masuk timur laut “Indonesian Throughflow”dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia sehingga menarik untuk dijadikan kajian ilmiah. Secara geologi mereka juga menyebutkan bahwa Selat Sagewin, yang merupakan pembatas dua continental shelf, merupakan objek kajian ilmiah yang menarik karena diduga terdapat Sesar Sorong di area tersebut. Kepulauan Raja Ampat saat ini berkembang menjadi kawasan konservasi dan tujuan wisata nasional dan internasional. Dari beberapa pilihan kegiatan wisata, kegiatan penyelaman merupakan kegiatan utama wisatawan di kawasan Raja Ampat. Papilaya et al. (2019) menemukan sedikitnya ada 15 lokasi penyelaman yang terkenal bagi wisatawan dengan jumlah penyelam berkisar antara 20 – 500 penyelam per hari. Ditambah lagi kegiatan – kegiatan wisata lain di wilayah tersebut menyebabkan adanya potensi wisata dan pembangunan yang harus ditingkatkan di kepulauan Raja Ampat. Untuk lebih menggalakkan program pariwisata dan pembangunan di Raja Ampat, pemerintah menyelenggarakan kegiatan Sail Raja Ampat pada Tahun 2014. Pada kegiatan Sail Raja ampat tersebut, berbagai kegiatan lintas kementerian dan lembaga serta pemerintah daerah telah ditetapkan dan menjadi bagian keberhasilan program pemerintah, khususnya mendukung Propinsi Papua Barat sebagai destinasi utama pariwisata dunia. Balai Teknologi Survei Kelautan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) terlibat secara aktif dalam rangkaian Sail Raja Ampat 2014 tersebut. Dengan menggunakan Kapal Riset (KR.) Baruna Jaya IV, BPPT berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan, khususnya dalam bidang kegiatan ekspedisi kapal riset dan ilmiah kelautan. Salah satu kegiatan ilmiah kelautan dalam Sail Raja Ampat tersebut adalah kegiatan survei hidro-oseanografi. Disamping itu terdapat ekspedisi kapal berupa pengenalan dan diseminasi kapal dan peralatan riset kelautan kepada pejabat dan masyarakat sekitar Raja Ampat. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kegiatan survei hidro-oseanografi di perairan Raja Ampat, Papua Barat, Indonesia. Survei hidro-oceanografi tersebut terdiri dari beberapa kegiatan survei sepertisurvei multibeam batimetri, survei oseanografi (suhu dan salinitas), dan survei sub bottom profiler (SBP) yang merupakan kegiatan utama dari ekspedisi riset Sail Raja Ampat tersebut. Kegiatan survei hidro- oseanografi tersebut diharapkan dapat memberikan data ilmiah kebumian sebagai 49 pelengkap data – data ilmiah yang sudah ada dan untuk mendukung program pembangunan di wilayah Raja Ampat, Papua Barat, Indonesia. 2. METODOLOGI 2.1. Lokasi Studi Lokasi studi terletak di Kecamatan Waisai, Raja Ampat dengan koordinat area survei 02˚ 00’ S hingga 0˚00’ N dan 129˚00’ E hingga 131˚00’ E tepatnya di perairan Teluk Kabui dan Selat Sagewin, seperti terlihat pada Gambar 1. Kegiatan survei dilaksanakan selama 28 hari, mulai tanggal 17 Agustus sampai dengan 20 September 2014 menggunakan Kapal Riset Baruna Jaya IV. Gambar 1. Lokasi penelitian Pada survei tersebut, kegiatan navigasi dan penentuan posisi merupakan salah satu aspek penting dari keseluruhan kegiatan. Salah satu parameter dalam penentuan posisi tersebut adalah pemilihan datum geodesi dan proyeksi peta. Pada survei tersebut digunakan datum global WGS-84 dengan sistem proyeksi Universal Transverse Mercator (UTM) zone 52S. Oleh karena itu, penentuan posisi pada kegiatan survei batimetri dan survei oseanografi selanjutnya akan bereferensi pada datum tersebut. 2.2. Penentuan Posisi dan Navigasi Sistem penentuan posisi dan navigasi yang digunakan pada K.R. Baruna Jaya IV adalah DGPS F180 Coda Octopus. Sistem penentuan posisi tersebut merupakan sistem yang terintegrasi antara sistem penentuan posisi (koordinat) dan juga sistem pengukur pergerakan kapal (inertial motion unit/IMU) (Codaoctopus, 2020). Sistem tersebut 50 Oseanika: Jurnal Riset dan Rekayasa Kelautan Volume 1 Nomor 2 Tahun 2020 terdiri dari alat IMU dan dual-antenna GPS receiver. Coda Octopus F180 berfungsi untuk mendapatkan data arah (heading), dan data pergerakan inersial kapal (attitude) yang terdiri dari roll, pitch, yaw, dan heave. Menurut Sade et al. (2011), sistem tersebut dapat menghasilkan data pitch dan roll dengan ketelitian 0.02°, data heave dengan ketelitian 1.25 mm, dan data heading dengan ketelitian ~0.06°. Sistem kalibrasi dari sistem navigasi inersial ini menggunakan metode perhitungan yang didasarkan pada solusi aljabar linear. Algoritma perhitungan yang digunakan adalah 23-state Kalman filter. Algoritma ini dapat mengontrol data masukan dari GPS dan gerakan inersial secara real time untuk menghasilkan keluaran yang diperoleh dengan menghitung