Artikel Skripsi Universitas PGRI Kediri VISUALISASI NILAI – NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA

PADA CANDI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi Pendidikan sejarah Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Nusantara PGRI Kediri

Oleh :

RIMBA EKA DWI ASMORO

NPM : 11.1.01.02.0033

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

2015

Rimba Eka Dwi Asmoro| 11.1.01.02.0033 simki.unpkediri.ac.id FKIP- Sejarah || 1||

Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri

Rimba Eka Dwi Asmoro| 11.1.01.02.0033 simki.unpkediri.ac.id FKIP- Sejarah || 2||

Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri

Rimba Eka Dwi Asmoro| 11.1.01.02.0033 simki.unpkediri.ac.id FKIP- Sejarah || 3||

Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri VISUALISASI NILAI – NILAI BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA PADA RELIEF CANDI SURAWANA

Rimba Eka Dwi Asmoro 11.1.01.02.0033 Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan - Prodi Pendidikan Sejarah [email protected]

Dr. Zainal Afandi, M.Pd. dan Drs. Heru Budiono, M.Pd. UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI

ABSTRAK

Indonesia memiliki banyak peninggalan sejarah, baik yang berupa bangunan (candi), artefak, kitab sastra, dan lain-lain.Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang merepresentasikan keluhuran dan ketinggian budaya masyarakat, Salah satu peninggalan tersebut adalah candi Surawana di Kediri yang memiliki banyak relief.Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan dan mengidentifikasi nilai budaya dan nilai karakter bangsa yang terdapat dalam relief candi surowono. Identifikasi dilaksanakan terhadap Relief – relief yang berisi cerita – cerita kearifan lokal. Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah hasil dari relief yang dapat diidentifikasi pada candi Surowono?(2) Bagaimanakah nilai-nilai Budaya dan nilai karakter yang terkandung dalam relief candi surowono? Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Penelitian Historis (sejarah), sebab tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan dan mengidentifikasi Relief-relief dengan obyek yaitu Candi Surawana. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian Kualitatif. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peninggalan-peninggalan/sumber benda, sumber primer, dan sumber sekunder. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara studi pustaka (library research), studi arsip, observasi, dan wawancara. Tahapan penelitian yang dilakukan adalah pertama mengumpulkan sumber data yang terdapat dalam relief candi surowono. Kedua data – data yang telah didapat dipilah - pilah sesuei dengan fakta sejarah. Kemudian dilakukan identifikasi terkait relief yang memiliki relasi dengan nilai budaya dan karakter bangsa. Teknik analisis data dalam penelitian ini terangkum dalam kegiatan interpretasi. Kesimpulan Penelitian ini adalah (1) di candi Surawana terdapat Relief , Sri Tanjung, Bubuksah Gagangaking, dan Binatang atau Tantri (2) Dalam relief Arjunawiwaha diidentifikasi terdapat nilai Budaya dan Karakter Bangsa yaitu Religius, Kerja keras, Rasa ingin tahu, Disiplin, Kreatif, Semangat Kebangsaan, Cinta Tanah Air, Menghargai Prestasi, Peduli sosial, Dan Tanggung jawab.(3)Dalam relief Sri Tanjung diidentifikasi terdapat nilai Budaya dan Karakter Bangsa yaitu Religius, Tanggung jawab, Jujur.(4) Dalam relief Bubuksah Gagangaking diidentifikasi terdapat nilai Budaya dan Karakter Bangsa yaitu Religius, Toleransi, Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli sosial, Rasa ingin tahu.(5) Dalam relief Binatang diidentifikasi terdapat nilai Budaya dan Karakter Bangsa yaitu Religius, Jujur, Berseahabat, Peduli sosial. Berdasarkan hasil simpulan dari penelitian ini. Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan pembelajaran terkait dengan pendidikan sejarah. Khususnya mengenai sejarah Candi Surawana. Kata Kunci: Visualisasi, Nilai Budaya, Nilai Karakter Bangsa, Relief, Candi.

Rimba Eka Dwi Asmoro| 11.1.01.02.0033 simki.unpkediri.ac.id FKIP- Sejarah || 4||

Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri I. LATAR BELAKANG adalah sebuah negara yang dengan proses instan namun diturunkan dikenal dengan keberagamannya baik itu secara turun temurun dari generasi ke keberagaman suku ataupun ras. generasi dalam bentuk tingkah laku ataupun Keberagaman tersebut merupakan sebuah dalam bentuk cerita rakyat dan dongeng. kekayaan tersendiri dari negara Indonesia. Candi adalah sebuah bangunan suci Namun keberagamaan itu tentunya juga keagamaan yang banyak dimiliki oleh mendatangkan sebuah potensi terjadinya bangsa Indonesia, sebagai bukti kejayaan disintegrasi jika sebagai bangsa kurang bisa masa lalu serta merupakan bukti menyikapinya. Dengan melihat hal tersebut perkembangan tradisi Hindu dan Budha para pendiri bangsa ini mencetuskan Dasar yang dibangun pada masa klasik. Candi- Negara Republik Indonesia yaitu candi tersebut adalah bukti budaya materi dan slogan yakni atau berupa benda budaya yang dapat kita yang berarti berbeda-beda namun tetap satu saksikan berdiri megah hingga saat ini. juga. Para pendiri bangsa ini menganggap Diyakini bahwa sebuah candi didirikan persatuan sebagai jawaban akan memiliki berbagai latar belakang seperti kemungkinan terjadinya disintegrasi. aspek ideologis, sosiologi dan teknologi. Menariknya disini slogan Bhineka Tunggal Candi sebagai bangunan keagamaan Ika ini diambil dari kearifan lokal memiliki berbagai keistimewaan seperti masyarakat yang tertulis dalam sebuah kitab bentuknya yang beraneka ragam, reliefnya sastra berjudul Sutasoma dengan teks asli menggambarkan banyak cerita yang kaya yang berbunyi Bhinnêka tunggal ika tan dengan filsafat keagamaan. hana mangrwa. Candi di India yang lebih berfungsi Saat ini Strategi yang sama dilakukan sebagai kuil untuk tempat sembahyang atau pemerintah dengan menyisipkan nilai-nilai tempat pemujaan berbeda dengan fungsi kearifan lokal seperti toleransi, gotong candi di indonesia yang digunakan sebagai royong ke dalam pendidikan yang oleh bangunan pemakaman bersifat hinduistis pemerintah diidentifikasi sebagai 18 khususnya untuk para raja dan orang-orang karakter bangsa. tentunya dalam penentuan terkemuka. 18 karakter tersebut, diambil dari kearifan Menurut Soekmono (1973:81), candi diartikan sebagai berikut: Candi lokal yang saat ini masih ada dan berasal dari salah satu nama untuk diaplikasikan masyarakat dalam kehidupan sebagai Dewi Maut yaitu candika. Jadi bangunan itu sehari-hari. Kearifan lokal yang ada hubungannya dengan Dewi Maut. dimasyarakat bukanlah nilai yang tercipta Memang candi itu sebenarnya adalah

Rimba Eka Dwi Asmoro| 11.1.01.02.0033 simki.unpkediri.ac.id FKIP- Sejarah || 2||

Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri bangunan untuk memuliakan orang yang terjadi pada masa yang lalu selengkap yang telah wafat, khusus untuk para dan seakurat mungkin, dan biasanya raja dan orang-orang terkemuka. menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam agama hindu, candika Penelitian historis bermaksud membuat merupakan salah satu nama dewi durga rekontruksi masa lalu secara sistematis dan (sakti/isteri siwa) sebagai dewi kematian objektif, dengan cara mengumpulkan, yang tentunya juga terdapat relief-relief mengevaluasi, mengverifikasikan serta yang terpahatkan, sebagai contohnya adalah mensintesiskan bukti-bukti untuk Candi dan Candi mendukung bukti-bukti untuk mendukung yang terkenal dengan kemegahan fakta memperoleh kesimpulan yang bangunannya serta keindahan reliefnya. kuat.Dimana terdapat hubungan yang benar- Disamping candi-candi tersebut terdapat benar utuh antara manusia, peristiwa, waktu, pula candi lain yang salah satunya adalah dan tempat secara kronologis dengan tidak candi Surawana yang terletak di Kabupaten memandang sepotong-sepotong objek-objek Kediri Provinsi Jawa Timur. yang diobservasi. Walaupun secara diameter candi ini Jenis penelitian pada Obyek Candi tidak begitu besar namun Candi ini Surawana menggunakan penelitian tergolong kaya akan relief-reliefnya. Dengan kualitatif, berdasarkan pada data-data semangat menggali nilai kearifan lokal dari deskriptif dengan tujuan untuk daerah Kediri maka penelitian ini mendistribusikan obyek penelitian yaitu mengangkat tema” Visualisasi Nilai – nilai relief yang terdapat pada Candi Surawana, Budaya dan Karakter Bangsa Pada Relief yaitu relief Sri Tanjung, relief Bubuksah dan Candi Surawana. Gagangaking, relief Arjunawiwaha Serta

Relief Binatang ditinjau dari nilai budaya II. METODE dan nilai karakter. Sehingga dapat diperoleh Pendekatan penelitian yang gambaran secara jelas dan umum sebagai digunakan dalam penelitian ini adalah Pengetahuan tentang Candi Surawana. pendekatan Penelitian Historis (sejarah), sebab tujuan penelitian ini adalah III. HASIL DAN KESIMPULAN mendeskripsikan dan menganalisis A. Nilai budaya dan Karakter Bangsa peristiwa-peristiwa masa lampau. Penelitian dalam relief Arjunawiwaha sejarah adalah penelitian yang secara Cerita Arjunawiwaha eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. mengambil sumber dari kitab Penelitian ini mencoba merenkonstruksi apa Mahabarata bagian ketiga yaitu kitab

Rimba Eka Dwi Asmoro| 11.1.01.02.0033 simki.unpkediri.ac.id FKIP- Sejarah || 3||

Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri Wanaparwa. Relief Arjunawiwaha yang terdapat dalam relief ini didasarkan pada kekawin yang bercorakan ajaran-ajaran Hindu. digubah Mpu Kanwa pada tahun Tokoh bertapa berdoa 1035 M pada masa pemerintahan memohon kepada Sang pencipta raja di Jawa Timur. dengan hening dan khidmat, Kekawin ini pada dasarnya walaupun di goda oleh para bidadari. mengisahkan kepahlawanan dan Dari pertapaan ini terjadi hubungan perkawinan arjuna dengan bidadari supranatural antara Arjuna dan dewa Suprabha, juga berisi ajaran Siwa, sehingga arjuna mendapatkan kerohanian yang sangat tinggi. Cerita panah Pasopati dari dewa Siwa. Arjunawiwaha juga popular pada Relief Arjunawiwaha juga masa pemerintahan raja – raja berisikan nilai karakter bangsa kerja sesudah Airlangga. Hal ini dapat keras hal ini terbukti dari usaha dibuktikan dengan dipahatkan dalam Arjuna untuk mendapatkan senjata relief candi Surawana, candi Jago, untuk melawan Kurawa dalam Goa Selomangleng dan Goa pasir. perang Baratayudha. Ia melakukan Relief Arjunawiwaha pertapaan dengan tanpa makan dan merupakan salah satu hasil minum serta menahan godaan para kebudayaan nenek moyang kita. Bidadari yang diutus oleh dewa Dikatakan demikian karena relief guna meminta sebuah senjata Arjunawiwaha merupakan hasil kepada dewa Siwa. Relief karya cipta manusia yang Arjunawiwaha menampilkan dua mengandung nilai budaya yang aspek Arjuna yaitu sebagai ksatria tinggi. Relief yang dipahatkan yang harus memenuhi kewajibanya mengandung makna simbolis sebagai prajurit dan anggota terutama mengenai keindahan motif keluarga Pandawa yang luhur, serta sulur- suluran. aspek Arjuna sebagai yogi yang Didalam relief Arjunawiwaha dalam praktik bertapanya teridentifikasi mengandung nilai mengendalikan inderanya dan Karakter Bangsa yang saat ini mencari pengetahuan yang tinggi sedang di terapkan oleh pemerintah yang mencerminkan Nilai karakter Indonesia untuk membentuk generasi Bangsa Rasa Ingin Tahu. muda yang unggul, salah satunya Nilai karakter bangsa disiplin adalah nilai Religius. Nilai religius tercermin pada tokoh arjuna yang

Rimba Eka Dwi Asmoro| 11.1.01.02.0033 simki.unpkediri.ac.id FKIP- Sejarah || 4||

Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri selalu menunjukan perilaku tertib berfikir dan bertindak tokoh Arjuna dan patuh terhadap berbagai yang menempatkan kepentingan ketentuan dan peraturan. Tokoh bangsanya diatas kepentinganya Arjuna memiliki kepribadian yang sendiri. Nilai karakter bangsa Cinta luhur sebagai salah satu anggota Tanah Air tercermin dari sikap dan keluarga Pandawa. Nilai karakter perbuatan arjuna yang rela bertapa bangsa kerja keras tercermin pada menahan segala godaan demi cita- perilaku yang bersungguh-sungguh cita politik Tanah Airnya untuk dalam menyeleseikan tugasnya menyatukan bangsa Arya. Nilai dalam bertapa dan mengatasi karakter bangsa Menghargai Prestasi berbagai godaan dari para bidadari teridentifikasi dalam cerita dalam upayanya mendapatkan Arjunawiwaha yaitu Dewa siwa senjata sakti untuk perang memberikan senjata sakti kepada bharatayudha. Nilai karakter bangsa Arjuna yaitu Pasopati atas segala Kreatif tercermin dalam perilaku upaya untuk menahan segala godaan Arjuna yang melakukan sesuatu dalam pertapaanya. Tokoh Arjuna yaitu bertapa untuk menghasilkan juga membantu para dewa cara ataupun hasil baru berupa mengalahkan Raksasa senjata sakti yang kelak akan Niwatakawaca yang menyerang digunakanya untuk perang melawan kayangan, atas jasa dan prestasinya kurawa. tersebut Arjuna diijinkan oleh para Nilai karakter bangsa Mandiri dewa untuk tinggal dikayangan juga teridentifikasi dalam relief walaupun pada akhirnya arjuna arjunawiwaha dimana tokoh Arjuna menolaknya. menunjukan perilaku yang tidak Nilai lain yang teridentifikasi mudah bergantung pada orang lain dalam relief Arjunawiwaha adalah dalam menyeleseikan tugas- Nilai peduli sosial yang digambarkan tugasnya. Arjuna memiliki oleh arjuna yang membantu kewajiban sebagai seorang ksatria kesulitan para dewa di kayangan serta menjadi tumpuan keluarga dewa Indra akibat ulah dari Raja pandawa untuk memenangkan raksasa Niwatakawaca yang perang melawan kurawa. Nilai menyerang kayangan. Nilai karakter karakter bangsa Semangat bangsa Tanggung Jawab juga Kebangsaan tercermin pada cara teridentifikasi dalam relief

Rimba Eka Dwi Asmoro| 11.1.01.02.0033 simki.unpkediri.ac.id FKIP- Sejarah || 5||

Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri Arjunawiwaha dimana Arjuna pembebasan oleh Bethari Durga dari sebagai seorang ksatria yang penderitaan dan kematian agar mempunyai kewajiban dan tanggung menjadi wanita yang suci kembali. jawab sebagai seorang prajurit dan Di dalam kesusasteraan Hindu inti anggota keluarga pandawa yang cerita yang seperti ini tidak di luhur harus melawan ketidakadilan temukan . (Riboet D. 1976:29, yang dilakukan oleh Kurawa dengan Baskoro 1995:6). jalan perang. Cerita Sri Tanjung B. Nilai budaya dan Karakter merupakan cerita yang mengandung Bangsa dalam relief Sri Tanjung unsur-unsur Indonesia asli yang Cerita Sri Tanjung ditulis berhubngan dengan pemujaan arwah oleh seorang Resi bernama leluhur yaitu berkaitan dengan Citragotra dalam bentuk tembang ruwatan atau pelepasan atau dengan menggunakan bahasa jawa pembebasan. Unsur Nilai Budaya pertengahan. Dilihat dari segi dalam relief Sri tanjung yang dapat bahasa, cerita ini berasal dari zaman ditemukan adalah Cerita ini kerajaan . Menurut merupakan cerita asli Indonesia yang Poerbatjaraka, cerita Sri Tanjung didalamnya terdapat nilai moral dan termasuk cerita yang bertema ajaran- ajaran yang terkandung ruwatan atau pelepasan yang sering dalam konsep simbolik jawa, dimana disebut cerita pembebasan sama kebenaran akan selalu mengalahkan halnya dengan cerita Sudhamala dan kejahatan. Garudeya. Di dalam cerita Sri Tanjung Pada periode Jawa Timur teridentifikasi beberapa nilai budaya cerita bertema ruwatan begitu dan karakter bangsa yang salah di gemari oleh masyarakat, hal ini dapat disaksikan dari satunya adalah Nilai Religius yaitu banyaknya bangunan- tercermin dengan adanya pertemuan bangunan candi yang dihiasi dengan relief cerita ruwatan sidapaksa dengan Dewa indra di atau pelepasan. (Setyawati kayangan serta peruwatan Sri sulaiman(1981:23). Tanjung oleh Bathari Durga. Cerita Cerita Sri Tanjung ini mengandung unsur-unsur religius mengisahkan tentang kisah Asmara agama Hindu. Nilai karakter bangsa antara Sri Tanjung dan Sidapaksa jujur tercermin dalam tindakan Sri yang berintikan peruwatan dan Tanjung yang setia terhadap suami

Rimba Eka Dwi Asmoro| 11.1.01.02.0033 simki.unpkediri.ac.id FKIP- Sejarah || 6||

Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri dan mengatakan yang sebenarnya Ada dua bersaudara yang tua kepada suaminya bahwa dia masih bernama Gagangaking dan yang suci. Walaupun pada akhirnya muda bernama Bubuksah bertapa di suaminya tidak mempercayainya dan gunung Wilis. Disini mereka akhirnya membunuhnya. Nilai mendirikan pondok tempat mereka karakter bangsa tanggung jawab mempelajari kitab-kitab suci. terdapat dalam tindakan patih Pekerjaan Bubuksah sehari-hari sidapaksa yang menjalankan perintah hanya makan dan minum tuak saja. raja sesuei kewajibanya sebagai Perbuatan bubuksah itu ditegur oleh patih untuk ke kayangan menemui gagangaking karena tidak sesuai dewa indra. Padahai itu merupakan dengan pesan gurunya. Namun siasat raja untuk membunuhnya. Bubuksah sama sekali mengindahkan teguran gagangaking. C. Nilai budaya dan Karakter Dengan tenangnya Bubuksah terus Bangsa dalam relief Bubuksah memasang jeratnya, guna Gagangaking menangkap binatang untuk Kitab Bubuksah keperluanya sehari-hari. Sebaliknya Gagangaking adalah jenis sastra Gagangaking hanya makan makanan tutur yang ditulis dalam bahasa Jawa yang halal-halal saja. pertengahan dan menggunakan huruf Tidak terasa waktu berlalu, . Adapun mengenai penulis atau namun kebiasaan Bubuksah suka pengarang kitab ini belum diketahui makan dan minum tetap saja tidak dengan pasti demikian juga masa berubah. Hal tersebut tidak hanya penulisanya. Menurut Soewito dilakukan dalam siang hari tetapi Santoso, Kitab Bubuksah juga malam hari sehingga lupa tidur. Gagangaking sejaman dengan kitab Mengetahui perbuatan saudaranya Tantu Panggelaran ( 1550-1635 ), itu, sekali lagi Gagangaking namun lebih tua dari pada kitab memperingatkan Bubuksah bahwa Korawasrama ( 1703 ). Dengan kata dengan cara demikian ia pasti tidak lain dapat ditafsirkan kitab Bubuksah akan mencapai kesempurnaan. gagangaking sekitar abad ke 16. Akhirnya berita mengenai kelakuan Mengenei ringkasan cerita Bubuksah kedua bersaudara itu sampai di Gagangaking sebagai berikut : surga. Raksasa mamolo lantas diutus oleh Bhatara Guru untuk menguji

Rimba Eka Dwi Asmoro| 11.1.01.02.0033 simki.unpkediri.ac.id FKIP- Sejarah || 7||

Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri mereka berdua. Gagangaking dapat Bubuksah diperkenankan untuk naik menahan godaan tersebut tetapi diatas punggungnya. Gagangaking bubuksah tidak. Walaupun demikian atas permohonan Bubuksah Bubuksah masih saja tetap rakus diperkenankan juga tetapi hanya yaitu dengan makan segala makanan berpegangan dengan ekornya. Di seperti nasi, binatang, ikan, dan lain- kayangan harimau putih lalu lain. menjelma sebagai dewa. Akhirnya Kelakuan dua bersaudara oleh Bhatara Guru Bubuksah yang saling berlawanan itu membuat dijanjikan akan menerima mereka saling bertengkar. Bubuksah kebahagiaan yang sempurna dan dan Gagangaking lalu bersepakat Gagangaking hanya sebagian saja. minta keadilan kepada Bhatara Guru. Dari ringkasan cerita pada naskah Bhatara Guru lalu mengutus seorang cerita Bubuksah Gagangaking dalam dewa dalam wujud seekor harimau relief candi Surawana, dapat putih untuk menguji dua bersaudara dikatakan bahwa cerita Bubuksah itu. Dalam ujian ini Gagangaking Gagangaking mengandung unsur menolak permintaan harimau putih Nilai Budaya, karena merupakan untuk menyerahkan daging pengungkapan kembali akar bangsa tubuhnya. Sebaliknya Bubuksah Indonesia yang telah disesuikan dengan senang hati bersedia dengan bahasa dan suasana serta menyerahkan daging tubuhnya. Atas gagasan dan keadaan masyarakat jawaban dari kedua pertapa itu pada masa itu. terbukti bahawa Gagangaking belum Didalam cerita Bubuksah mencapai kesempurnaan, karena Gagangaking teridentifikasi terdapat masih terikat kepada duniawi. Tetapi Nilai Karakter religius yaitu harimau putih masih ingin menguji bercorak agama Hindu (Siwa)- sekali lagi. Lantas diterkamnya Budha. Bubuksah yang disamakan Bubuksah dengan kuku dan dengan pertapa Budha dan taringnya yang tajam, namun Gagangaking yang disamakan Bubuksah tetap tenang saja. dengan pertapa Hindu ( Siwa). Harimau putih lalu mengaku Menurut Stein callenfels inti cerita Bubuksah Gagangaking bahwa ia sebenarnya adalah utusan yang sebenarnya bersifat Bhatara Guru untuk menguji mereka religius dan tutur yaitu menggambarkan berdua. Oleh harimau putih perbandingan cara bertapa

Rimba Eka Dwi Asmoro| 11.1.01.02.0033 simki.unpkediri.ac.id FKIP- Sejarah || 8||

Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri seorang pendeta hindu (Siwa) Nilai karakter bangsa Gemar dan Budha. Dalam hal ini membaca tercermin dalam cerita Bubuksah disamakan dengan pendeta Budha dan Bubuksah dan Gagangaking Gagangaking disamakan dikarenakan kedua tokoh tersebut dengan pendeta Hindu. (Riharyani,1987:80) memiliki kebiasaan menyediakan

waktu untuk membaca dan Cerita Bubuksah dan mempelajari kitab suci untuk meraih Gagangaking juga mencerminkan kesempurnaan sesuai apa yang Nilai karakter Bangsa Toleransi diajarkan guru mereka. Nilai dimana inti cerita ini karakter bangsa Peduli Lingkungan menggambarkan keakraban teridentifikasi dalam cerita ini yaitu hubungan antara kedua saudara yang sikap dan tindakan Gagangaking menganut keagamaan yang berbeda. yang selalu berupaya untuk tidak Hal itu sesuei dengan keadaan merusak lingkungan dan menegur masyarakat sezaman yang pada saudaranya Bubuksah yang waktu itu menganut dua agama yaitu keseharianya menjerat binatang. Hindu dan Budha. Nilai karakter bangsa Cinta Nilai karakter bangsa kerja Damai teridentifikasi pada perilaku keras tercermin dari perilaku Bubuksah dan Gagangaking yang gagangaking yang menunjukan lebih mencintai kedamaian dengan upaya bersungguh-sungguh jalan mempelajari kitab-kitab suci mempelajari kitab-kitab suci guna dan mengasingkan diri di lereng untuk mencapai kesempurnaan. Nilai gunung Wilis untuk mencapai karakter bangsa Demokratis kesempurnaan. Nilai karakter bangsa teridentifikasi dalam cerita Bubuksah Peduli Sosial tergambar atas Gagangaking yaitu baik Bubuksah tindakan bubuksah memohon kepada maupun gagangaking menunjukan dewa yang menjelma sebagai sikap maupun cara berfikir yang harimau putih agar gagangaking demokratis dalam melakukan ritual diperkenankan ikut naik ke kayangan keagamaannya masing-masing, menaiki harimau putih. Bubuksah yang gemar minum tuak D. Nilai budaya dan Karakter dan suka menjerat binatang serta Bangsa dalam relief Binatang Gagangaking yang makan makanan Pada candi surawana terdapat yang halal-halal saja. relief binatang yang dipahatkan pada

Rimba Eka Dwi Asmoro| 11.1.01.02.0033 simki.unpkediri.ac.id FKIP- Sejarah || 9||

Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri kaki candi sebelah utara, timur dan lembu dan buaya. Lembu akan diberi selatan. Masing-masing dinding hadiah apabila mau mengantarkan memuat enam panil. buaya kerumahnya, yaitu ditengah Cerita binatang yang lautan. Sebenarnya itu adalah dipahatkan sebagai relief muslihat buaya untuk memangsa candi diindonesia khususnya cerita binatang yang ada lembu. Lembu yang tidak sangkut pautnya dengan mengetahui magsud jahat buaya agama budha, biasanya mengambil sumber dari kitab mengabulkan permintaanya. Tubuh pancatantra, hitopadesa, buaya lalu didorong menuju lautan . tantri dan jataka. (Asdi Dipojoyo,1983:10-12). sampai ditengah laut buaya

menggigit leher lembu. Lembu Cerita jataka pada merasa kesakitan maka tubuh buaya hakekatnya bertujuan untuk dilemparkan dari atas punggungnya pendidikan moral agar orang selalu dan jatuh ke air. Kemudian terjadi berbuat baik supaya tidak mengalami pertengkaran dan dilanjutkan hidup seperti binatang dalam cerita perkelahian antara lembu dan buaya. tersebut. Relief cerita binatang Mereka lalu meminta bantuan kancil dipahatkan pada dinding kaki candi untuk menengahi masalah tersebut. surawana sisi utara, timur dan Setelah mengetahui sebab masalah selatan. Arah pembacaan relief ini tersebut kancil memberikan vonis secara prasawya. Relief 1 dan 2 bahwa buaya diperintahkan untuk merupakan rangkaian cerita yang kembali masuk kedalam lubang mengisahkan seekor lembu yang seperti semula dan lembu disuruh ditipu oleh buaya. Cerita ini bermula melintangkan pohon seperti awalnya. saat buaya berada didaratan sedang Selesei melakukan itu Kancil dan tertimpa pohon besar. Untung buaya Lembu meninggalkan tempat itu dan tidak mati, karena pada waktu pohon buaya sendirian menanti ajalnya. itu tumbang ia sedang berada dalam Nilai karakter bangsa jujur tanah yang berlubang. Namun buaya tercermin dalam tindakan kancil tidak dapat keluar dari tempat itu. sebagai hakim dalam menyeleseikan Seekor lembu yang sedang mencari masalah antara buaya dan lembu makanan kebetulan melewati tempat secara adil. Tokoh kancil yang itu dan menolong buaya. tindakan, perkataan, serta Setelah lepas dari lubang pekerjaannya selalu jujur harus maut terjadilah percakapan antara

Rimba Eka Dwi Asmoro| 11.1.01.02.0033 simki.unpkediri.ac.id FKIP- Sejarah || 10||

Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri diteladani dalam kehidupan Cerita ini merupakan cerita yang berbangsa dan bernegara. Nilai popular dalam masyarakat. Cerita ini karakter bangsa peduli social bermula di telaga malini yang tinggal tercermin pada tindakan lembu berbagai macam ikan dan seekor menolong buaya yang sedang bangau. Suatu hari bangau itu berdiri tertimpa pohon. Tokoh lembu dalam di telaga Malini dengan wajah sedih. cerita ini memiliki sifat yang baik Perubahan sikap burung bangau itu yang selalu peduli terhadap hewan membuat ikan heran. Dengan lain yang sedang mengalami menangis pura-pura bersedih, burung kesusahan walaupun yang ditolong bangau mengatakan bahwa ikan-ikan malah memiliki niat jahat untuk akan ditangkap para nelayan. Untuk mencelakainya. itu burung bangau bersedia Relief panil nomer 3 memindahkan ikan-ikan ke telaga menggambarkan seekor burung dan Andawahana kepunyaan Bhatara kijang. Tetapi cerita ini sampai Rudra. Ikan- ikan setuju dengan usul sekarang belum dapat ditafsirkan bangau tersebut, maka jalan cerita dan magsudnya. diterbangkanlah ikan-ikan menuju Panil yang menggambarkan telaga Andawahana. Daklam singa dengan seorang lelaki (petani). perjalanannya ikan-ikan itu tidak Cerita ini berinduk pada dibawa ke telaga Andawahana tetapi kathasaritsagara yang berjudul dibawa ke gunung dan Mrigandatta, yang menggambarkan dimakannya. mimpi menteri Bhimaparakrama. Akhirnya tinggalah seekor Dalam mimpinya dia diserang oleh ketam (yuyu) dengan mengiba-iba seekor singa. Melihat datangnya minta diterbangkan ke telaga bahaya, ia segera berdiri dan Andawahana agar dapat berkumpul mengejar singa sambil membawa dengan teman-temanya. Selama senjata. Cerita ini kurang popular terbang ketam berpegangan dengan dan belum diketahui makna sapitnya pada leher burung bangau. ceritanya. Ketika sampai dipuncak gunung, Panil nomer 5 dan 6 yang ketam melihat tulang ikan menggambarkan bangau dan ketam berserakan ditanah. Ketam yakin (yuyu). Merupakan rangkaian cerita kalau tulang ikan tersebut adalah bangau mati oleh ketam (yuyu). tulang ikan teman-temanya yang

Rimba Eka Dwi Asmoro| 11.1.01.02.0033 simki.unpkediri.ac.id FKIP- Sejarah || 11||

Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri dibawa oleh bangau. Ketam menolak lagi jalan ceritanya. Demikian pula diturunkan dan meminta dengan kitab yang digunakan dikembalikan ke telaga Malini. sebagai sumber ceritanya. Mungkin Sampai di telaga Malini, leher relief itu merupakan penggambaran bangau dicapit oleh ketam hingga kegiatan masyarakat sekitar pada mati. zaman itu. Seperti menangkap Dalam cerita bangau mati burung dan memancing (panil 12 dan oleh ketam teridentifikasi terdapat 14). nilai karakter bangsa religius karena Kesimpulan cerita ini berisi ajaran budha yang Candi Surawana adalah didalamnya terdapat pesan moral peninggalan dari kerajaan Majapahit. yang mendidik manusia agar Masa pendirian candi ini belum bertingkah laku yang baik. Jangan dapat diketahui secara pasti, namun seperti binatang dalam cerita tersebut berdasar sumber sejarah yang ada yang celaka karena tindakanya yang dapat diperkirakan mengenai masa jahat. Nilai karakter bangsa pendirian candi. Sumber sejarah Bersahabat/Komunikatif tercermin mengenai candi Surawana adalah dalam tindakan yuyu yang ingin kitab Negarakertagama dan bersama teman-temanya yaitu para pararaton. Candi Surawana ikan yang diterbangkan oleh bangau merupakan tempat pendarmaan dari ke telaga Andawahana, walaupun Bhre Wengker atau Wijayarajasa kenyataannya ikan-ikan sahabat atau Prameswara. yuyu telah dimakan bangau diatas Pada candi Surawana gunung. terdapat relief Arjunawiwaha, Sri Panil yang menggambarkan Tanjung, Bubuksah-Gagangaking dua orang lelaki sedang mengadu dan Binatang atau tantri. Relief candi binatang itu belum dapat dikenali Surawana merefleksikan beberapa sumber ceritannya. Demikian pula kualitas khas (karakter) bangsa dengan dongeng yang Indonesia yakni Nilai karakter dimagsudkannya. Panil- panil cerita Religius teridentifikasi pada relief binatang yang lain seperti itik, katak, Arjunawiwaha, Sri Tanjung, burung, ular, serta kijang dan babi Bubuksah-Gagangaking dan hutan yang terdapat dalam relief Binatang atau tantri, Nilai karakter candi surawana belum dapat dikenali Jujur teridentifikasi pada relief Sri

Rimba Eka Dwi Asmoro| 11.1.01.02.0033 simki.unpkediri.ac.id FKIP- Sejarah || 12||

Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri Tanjung dan Binatang atau tantric, Lingkungan teridentifikasi pada Nilai karakter Toleransi relief Bubuksah-Gagangaking, Nilai teridentifikasi pada relief Bubuksah- karakter Peduli Sosial teridentifikasi Gagangaking dan Binatang atau pada relief Arjunawiwaha, tantric, Nilai karakter Disiplin Bubuksah-Gagangaking dan teridentifikasi pada relief Binatang atau tantric, Nilai karakter Arjunawiwaha, Nilai karakter Kerja Tanggung Jawab relief Keras teridentifikasi pada relief Arjunawiwaha, Sri Tanjung, Arjunawiwaha, Bubuksah- Bubuksah-Gagangaking. Gagangaking, Nilai karakter Kreatif Berbagai kearifan yang teridentifikasi pada relief terdapat pada candi Surawana baik Arjunawiwaha, Nilai karakter nilai Budaya maupun nilai Karakter Mandiri teridentifikasi pada relief Bangsa sangat penting untuk Arjunawiwaha, Nilai karakter ditanamkan pada seluruh masyarakat Demokratis teridentifikasi pada relief terutama pada generasi muda guna Bubuksah-Gagangaking, Nilai membentuk manusia Indonesia yang karakter Rasa Ingin Tahu unggul dan berdaya saing. teridentifikasi pada relief Arjunawiwaha, Nilai karakter IV. DAFTAR PUSTAKA Semangat Kebangsaan teridentifikasi Asdi Dipojoyo. 1983. Cerita pada relief Arjunawiwaha, Nilai Binatang Dalam Beberapa karakter Cinta Tanah Air Relief Pada Candi dan . : teridentifikasi pada relief Lukman Offset. Arjunawiwaha. Badan Penelitian dan Pengembangan Nilai karakter Menghargai Pusat Kurikulum. 2010. Prestasi teridentifikasi pada relief “Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Arjunawiwaha, Nilai karakter Bangsa”. . Bersahabat teridentifikasi pada relief Kementerian Pendidikan Nasional. Binatang atau tantric, Nilai karakter Cinta Damai teridentifikasi pada Balai Arkeologi Medan. 2014. Arkeologi dan Karakter Bubuksah-Gagangaking, Nilai Bangsa. Jakarta : Ombak karakter Gemar Membaca Dariani, Ririn.2013. Sejarah teridentifikasi pada relief Bubuksah- Kebudayaan Indonesia masa Gagangaking, Nilai karakter Peduli

Rimba Eka Dwi Asmoro| 11.1.01.02.0033 simki.unpkediri.ac.id FKIP- Sejarah || 13||

Artikel Skripsi Universitas Nusantara PGRI Kediri Hindu Budha. Yogyakarta : Ombak. Soekmono, R. 1993. “Peninggalan- Peninggalan Purbakala Kementerian Pariwisata dan Masa Majapahit”. Dalam Ekonomi Kreatif Balai 700 Tahun Majapahit: Suatu Arkeologi Denpasar. 2012.” Bunga Rampai. Surabaya: Merajut Kearifan Lokal Dinas Pariwisata Daerah Membangun Karakter Propinsi Daerah Tingkat I Bangsa” Denpasar. Balai Jawa Timur. Arkeologi Denpasar. Pusat penelitian Arkeologi. 2001. Kieven, Lydia. 2014. Menelusuri Mencermati Nilai Budaya Figur Bertopi dalam relief Masa Lalu Dalam Menatap candi Zaman Majapahit. Masa Depan. Jakarta: Proyek Jakarta: Gramedia. Peningkatan Penelitian Arkeologi Jakarta. Riyani, Mufti. 2005. Penggambaran etika jawa dalam relief Tanpa Pengarang. tt. Brosur Wiracarita di Kunjungan ke Candi candi Prambanan, jawa Surawana. Tanpa kota: tanpa tengah. Skripsi. Semarang: penerbit. Universitas Negeri Semarang Suwardono. 2013. Sejarah Indonesia Riharyani. 1987. “Latar Belakang masa Hindu Budha. Keagamaan Candi Surawana Yogyakarta: Ombak. Ditinjau dari Relief- Reliefnya”. Skripsi. Yogi Sudiana, I Putu.2013. Relief Yogyakarta: Fakultas Sastra tantri di pertapaan gunung Universitas Gajah Mada. Kawi bebitra Desa bitera, Gianyar. Sjamsuddin Helius. 2007. Online.https://www.myscienc Metodologi Sejarah. ework.com,diunduh: 23 Yogyakarta: Ombak. November 2015

Slamet, Mulyana. 2005. Menuju Yulianto, Ahmad Kholif. 2006. Puncak Kemegahan. Laporan Pendokumentasian Yogyakarta: Lkis. Relief Candi Surawana dan Tegowangi, Kabupaten Slamet, Mulyana. 1979. Kediri serta Candi dan Tafsir , Kabupaten . Sejarahnya. Jakarta: Bhatara Departemen Kebudayaan dan Karya Aksara Pariwisata Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala Balai Soekmono,R. 1974. Candi Fungsi Pelestarian Peninggalan dan Pengertianya. Semarang: Purbakala Mojokerto IKIP Semarang Press Provinsi Jawa Timur.

Soekmono, R. 1981. Pengantar https://wirasaputra.wordpress.com. Sejarah Kebudayaan diakses pada 6 juni 2015. Indonesia 2. Yogyakarta: Kanisius.

Rimba Eka Dwi Asmoro| 11.1.01.02.0033 simki.unpkediri.ac.id FKIP- Sejarah || 14||