Jurnal Artefak Vol.6 No.2 September 2019

https://jurnal.unigal.ac.id/index.php/artefak

TRADISI DAMA NYILI-NYILI DALAM MASYARAKAT KEPULAUAN

Farida Yusuf 1, Sidik Dero Siokona 2, Jamin Safi 3 Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP Kie Raha, , Utara, Jl.Stkip kie raha, Sasa, Ternate Sel., Kota Ternate, Maluku Utara E-mail: [email protected], [email protected], [email protected] Sejarah Artikel: Diterima 2-7-2019, Disetujui 2-8-2019, Dipublikasikan 7-9-2019

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masayarakat Tidore Kepulauan, proses serta nilai-nilai dalam tradisi Dama Nyili-nyili pada masyarakat Tidore Kepulaun. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Hasil penilitian menunjukan bahwa masyarakat Tidore Kepulauan masih berpegang teguh pada dan tradisi leluhurnya karena memiliki makna dalam tata kehidupan masyarakat seperti tradisi dama nyili-nyili. Tradisi dama nyili-nyili adalah tradisi berkeliling masyarakat Tidore dengan membawa dama (obor) dan paji (bendera) dengan mengunjungi wilayah-wilayah atau daerah-daerah kesultanan Tidore. Proses ritual dama nyili-nyili diawali dengan sogoroho gunyihi (membersihkan tempat) yang digunakan sebagai tempat berlangsungnya ritual, kemudian dilanjutkan dengan ratib taji besi (dabus). Ratib taji besi merupakan bagian dari dzikrullah atau mendoakan keselamatan dan kesejahteraan , boki, (permaisuri), bobato, dan rakyat di Kesultanan Tidore. Setelah prosesi tersebut dilanjutkan dengan upacara kota paji (pelepasan bendera) dan dama. Upacara pelepasan dama dan paji diarak secara bergantian dari soa ke soa menuju kadato kie atau keraton kesultanan Tidore yang berkedudukan di Soasio. Nilai-nilai dalam tradisi dama nyili antara lain nilai-nilai religius dan persatuan. Nilai religius bermakna bahwa selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon kepada-NYA agar dijauhkan dari musibah. Sedangkan Nilai Persatuan bermakna bahwa keberagaman merupakan kodrat yang patut disyukuri. Dalam kehidupan bermasyarakat, perbedaan baik itu suku, agama, ras atau golongan menjadi kekuatan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Kata Kunci: Tradisi, Dama Nyili-Nyili, Masyarakat Tidore

Abstract This study aims to determine the perceptions of the Tidore Islands community, the processes and values in the Dama Nyili-Nyili tradition in the Tidore Kepulaun community. The method used is a qualitative method. The results of the study indicate that the Tidore Islands community still adheres to the customs and traditions of their ancestors because they have meaning in the life order of the community such as the dama nyili-nyili tradition. The Dama Nyili-Nyili tradition is a tradition of traveling around the Tidore community by bringing dama (torches) and paji (flags) by visiting the regions or areas of the Sultanate of Tidore. The dama nyili-nyili ritual process begins with sogoroho gunyihi (cleaning the place) which is used as a place for the ritual, then followed by an iron spur ratib (dabus). Iron spurs Ratib is part of the Dhikrullah or pray for the safety and welfare of the sultan, boki, (empress), bobato, and the people in the Sultanate of Tidore. After the procession continued with the city ceremonies of paji (release of the flag) and dama. The release ceremony of dama and paji was paraded alternately from soa to soa to Kadato Kie or the Sultanate of Tidore sultanate based in Soasio. Values in the Dama Nyili tradition include religious values and unity. Religious value means that always draw closer to Allah and ask Him to be kept away from disaster. While the Value of Unity means that diversity is a nature that is thankful for. In social life, differences in terms of ethnicity, religion, race or class become a force in maintaining the unity and integrity of the nation.

Keyword: Tradition, Dama Nyili-Nyili, Tidore Community

Halaman | 39 Jurnal Artefak: Vol.6 No.2 September 2019 [Hal: 39-48]

PENDAHULUAN satu ritual yang bisa membawa berkah bagi masyarakat Tidore. Perwujudan rasa syukur Tidore adalah sebuah kerajaan di ini ditandai dengan adanya upacara tradisonal Maluku Utara yang dikenal sebagai negara dan dimeriahkan dengan kesenian tarian dan tradisional yang masih berpegang teguh pada lagu-lagu daerah. warisan leluhurnya. Menurut masayarakat Dalam memahami pengalaman masa setempat, bahwa adat dan tradisi perlu lalunya, suatu kelompok masyarakat yang dilestarikan dalam kehidupan sehari-hari belum mengenal tulisan selalu melihat alam karena menjadi perekat masyarakat. Menurut sebagai bagaian yang terpenting dalam Abdullah, dkk, (2005:28) bahwa setiap menentukan perubahan diri dan masyarakat memiliki tradisi yang hidup (living lingkungannya. Alam merupakan realitas tradition) yang dihayati dan dilaksanakan dari kehidupan dan dirinya merupakan bagian dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Tradisi alam. Manusia pada masa lalu masih memiliki yang hidup itu merupakan perilaku berpola sikap yang sangat menghormati bahkan yang menjadi kesepakatan bersama di masa mengultuskan alam. Alam memiliki kekuatan lalu yang berlanjut hingga masa kini. yang sangat menentukan kehidupan manusia Menurut Lestari (2013: 1) bahwa (Mulyana & Darmiasti, 2009:12). dewasa ini nilai-nilai kearifan lokal mulai Menurut Masyarakat setempat bahwa diangkat kembali, sebab dalam kebudayaan tradisi Dama Nyili-nyili hadir sejak adanya lokal yang mengandung adat istiadat, Kesultanan Tidore. Hal ini sebagaiamna di kebiasaan dan tradisi sering memiliki makna jelaskan Kene Puha pada saat diwawancarai, mendasar dalam kehidupan. Sering kali nilai- bawa: nilai kearifan lokal justru menjadi kekuatan “Tradisi Dama Nyili-nyili merupakan dan mampu menjadi perekat masyarakat. Ia suatu tradisi yang so lama ada di menjelaskan bahwa kearifan lokal justru Kesultanan Tidore. Tradisi ini hadir menjadi kebijakan yang bersumber dari tata bersamaan dengan munculnya kesultanan nilai dan budaya di suatu tempat jika dipelajari Tidore. Namun sebagian masyarakat dan diungkapkan pada dasarnya mengandung Tidore baru mengenal tradisi Dama nilai kehidupan dan ajaran yang tinggi. Nyili-nyili ini sejak hari jadi kota Tidore. Kearifan lokal (local wisdom) merupakan Kegiatan ini seperti lofu kie (mengililingi identitas dari suatu kelompok masyarakat gunung) atau patroli (4/02/2018)”. yang dipertahankan secara turun temurun. Melalui kearifan lokal Prayogi dan Daniel Berdasarkan hasil wawancara tersebut (2016: 63) menjelaskan hal tersebut sebagai diatas, bahwa masyarakat sudah lama upaya mempertahankan sebuah budaya dalam mengenal tradisi Dama Nyili-nyili. Namun suatu bangsa. sebagian masyarakat baru mengetahuinya Masyarakat Tidore adalah masyarakat sekitar abad ke-16. Tradisi Dama Nyili-nyili yang masih menjunjung tinggi warisan sempat tidak dilestarikan oleh masyarakat leluhurnya. Tradisi-tradisi yang dilaksanakan Tidore. Sejalan dengan hal tersebut, dalam karena dianggap memiliki hubungan dengan wawancara dengan Abdullah Mahifa, kehidupan sosial dan budaya mereka. Salah menjelaskan bahwa : satunya adalah tradisi Dama Nyili nyili. Dalam “tradisi ini sempat tidak dilestarikan lagi pelaksanaan ritual Dama Nyili-nyili meliputi kurang lebih 3 tahun dengan alasan beberapa wilayah diantaranya: Nyili pemerintah yang menjabat pada saat itu Gama/seba-seba (wilayah dekat) Tidore tidak lagi melakukannya. kemudian Kepulauan; Nyili lofo-lofo (wilayah yang Tidore kembali di pimpin oleh walikota masih dekat dengan Kepulauan Tidore) Ahmad Mahifa, dengan salah satu Seperti Weda, Patani Maba; dan Nyili Gulu- program tahunannya yaitu hari jadi Gulu (wilayah yang jauh) diantaranya , Tidore nah dari sini lah mereka mulai Raja Ampat, Seram. mengangkat tradisi Dama Nyili-nyili ini Dalam kehidupan masyarakat Tidore kembali yang sudah sekian lama tidak di tradisi Dama Nyili-nyili juga merupakan lestarikan (2/3/2018)”. simbol semangat kebersamaan, perekat persatuaan, yang tidak pernah padam diantara Tardisi Dama Nyili-nyili diestarikan daerah-daerah kekuasaan Kesultanan Tidore. kembali dalam kehidupan masyarakat Tidore Tradisi tersebut juga dianggap sebagai salah sejak perayaan hari ulang tahun Tidore yang

Halaman | 40 Jurnal Artefak: Vol.6 No.2 September 2019 [Hal: 39-48] ke-901, dalam rangka Festival Tidore. Tradisi utama dari studi narativ adalah (1) realitas tersebut diyakini bahwa setiap pesan dan ritual manusia tidak dapat dipisahkan dari konteks memimiki makna yang mendalam. Langkah latar natural; (2) penggunaan pengetahuan pemerintah untuk menghidupkan kembali tersembunyi (tacit knowledge); (3) hasil patuh diberi apresiasi merupakan upaya untuk penelitian yang dinegosiasikan dan menjaga kearifan lokal. Menurut Amin Farok interpretasi antara peneliti dan subjek peneliti; bahwa untuk menghidupkan kembali Dama (4) Penafsiran atas data bersifat ideolografis Nyili-nyili maka masyarakat juga tahu serta atau berlaku khusus, bukan bersifat mencari menjaga budaya bangsa. Dalam wawancara, generalisasi; dan (5) temuan penelitian bersifat Jainuddin Laha menambahkan bahwa : tentatif. “tradisi Dama Nyili-nyili mrupakan Penelitian ini dilaksanakan di Tidore tradisi obor yang berasal dari wilayah- Kepulauan. Pengambilan informan dilakukan wilayah yang ada di tidore. tujun dari dengan teknik cuplikan. Teknik cuplikan melaksanakan tradisi ini yaitu berharap cenderung bersifat purposive karena dianggap agar adanya kedamaian di negeri Tidore mampu menangkap kelengkapan dan (24/2/2018)”. kedalaman data dalam menghadapi realitas yang tidak tunggal (Sutopo, 2006:45-46). Globalisasi yang semakin kuat dengan Pengambilan informan dalam penelitian ini menyebarkan “virus” positif dan negatif, adalah orang-orang yang benar-benar jujur masyarakat diharapkan tetap menjaga dan dan tahu tentang ritual Dama Nyili-nyili di melestarikan budaya lokal terutama Tidore Kepulauan, yaitu tokoh adat, pelestarian Tradisi Dama Nyili-nyili dalam masyarakat, dan dinas terkait yang terlibat kehidupan Masyarakat Tidore. Dama Nyili- langsung dalam proses ritual. nyili adalah suatu tradisi yang hanya dilakukan Kata-kata dan tindakan orang-orang sekali dalam setahun. Tradisi tersebut yang diamati atau diwawancarai merupakan dipahami masyarakat memiliki simbol sumber data utama (Moleong, 2013:157). pemersatu masyarakat Tidore dan belum Pentingnya sumber data utama dijelaskan diketahui banyak generasi muda yang ada di Sutopo (2006:56) pemahaman mengenai Tidore. berbagai macam sumber data merupakan Berdasarkan uraian tersebut diatas, bagian yang sangat penting bagi peneliti maka peneitian ini bertujuan untuk karena ketepatan dan kekayaan data atau mengetahui persepsi masayarakat tentang kedalaman informasi yang diperoleh. Sumber tradisi Dama Nyili-Nyili, proses pelaksanaan data penelitian meliputi: (1) informan atau tradisi Dama Nyili-nyili dan nilai-nilai dalam narasumber, (2) peristiwa, aktivitas, dan tradisi Dama Nyili-nyili dalam masyarakat perilaku, (3) tempat atau lokasi, dan (4) arsip Tidore Kepulaun. dan dokumen. Sumber data yang dimaksud adalah informasi lisan atau tertulis yang berkaitan dengan tradisi dama nyili-nyili pada METODE PENELITIAN saat proses berlangsung dilapangan serta arsip dan dokumen yang berkaitan dengan Untuk menggali informasi tentang permasalahan yang diteliti. tradisi Dama Nyili- nyili pada masyarakat Teknik mengumpulkan data atau Tidore, maka dalam penelitian ini peneliti informasi tentang tradisi Dama Nyili-nyili menggunakan metode penelitian Kualitatif. pada masyarakat Tidore Kepulauan, yaitu Metode kualitatif adalah prosedur penilitian peneliti menggunakan teknik wawancara, yang menghasilkan data deskriptif dari baik itu observasi, dan studi dokumen terkait dengan kata-kata atau lisan yang diamati dilapangan. dama nyili-nyili. Sedangkan validitas data Menurut Lincoln dan Guba (1985:198) dalam penilitian, peneliti menggunakan teknik menjelaskan bahwa qualitative methods are trianggulasi, yaitu triangulasi data/sumber dan stressed within the naturalistic paradigm not triangulasi metode. Setelah tahapan tersebut, because the paradigm is antiqualitative but peneliti kemudian melakukan analisis because qualitative more easly to the human terhadap data atau informasi yang terkumpul, as insrument. Selanjutnya Lincoln dan Guba analisis tersebut menggunakan analisis data (1985: 187-190) menjelaskan bahwa ciri model interaktif (Miles dan Huberman, 1992:

Halaman | 41 Jurnal Artefak: Vol.6 No.2 September 2019 [Hal: 39-48]

20) yaitu reduksi data, penyajian data dan “satu penghormatan bahwa ternyata ada kesimpulan penggambaran atau verifikasi. paji-paji kebesaran, paji-paji itulah yang memberikan spirit atau semangat kepada torang pe leluhur dulu untuk HASIL PENELITIAN DAN mempertahankan Negeri yang bernama PEMBAHASAN Tidore dengan wilayah-wilayah Kekuasaannya itu. Jadi Dama tetap Persepsi Masyrakat tentang Tradisi Dama dampingi, karena Paji Nyili-nyili dan Nyili-Nyili Dama Nyili-nyili itu satu saja, dengan Secara etimologis Dama Nyili-nyili proses yang sama. (27/6/2018)”. berasal dari bahwa Tidore. Dama artinya obor dan Nyili-nyili artinya wilayah-wilayah. Realitas dilapangan juga menunjukan Dalam wawancara dengan Jojau Kadato bahwa dalam proses ritual selain dama (obor) Kesultanan Tidore, M. Amin Faaroeq telah juga terdapat Paji (bendera) angkatan perang menjelaskan bahwa tradisi Dama Nyili-Nyili Kesultanan Tidore—masyarakat mengenalnya berasal dari bahasa Tidore, yaitu “Dama dengan sebutan Paji Sangaji Se Gimalaha artinya obor dan Nyili-nyili artinya wilayah- kesultanan dan juga bendera merah putih yaitu wilayah. Yang dimaksud dengan wilayah- Indonesia yang dibawa serta berkeliling dari wilayah itu adalah kelurahan atau desa yang kampung ke kampung atau wilayah-wilayah dikunjungi (24/2/2018)”. Pandangan tersebut kesultanan Tidore. Paji-Paji Kebesaraan dan juga senada dengan Bapak Abdul Mahifa roh-roh Paji diyakini memberikan kekuatan dalam wawancaranya juga menjelaskan kepada para leluhur dalam berjuang bahwa “Dama itu obor, Nyili-nyili itu wilayah, mempertahankan Negeri Tidore. jadi dama itu dibawa dari wilayah ke wilayah (2/3/2018). Prosesi Ritual Dama Nyili-Nyili Dari pendapat tersebut diatas dapat Dama Nyili-nyili merupakan budaya disimpulkan bahwa tradisi Dama Nyili-nyili dari hasil karya leluhur masyarakat Tidore adalah tradisi berkeliling dengan membawa Kepulauan. Sejauh ini dalam pelaksanaannya obor dan mengunjungi wilayah-wilayah tradisi tersebut selalu dilestarikan. Menurut kekuasaan Kesultanan Tidore. Tradisi Dama Maurgiyanto (2004:2) tradisi akan tetap Nyili-nyili juga dipercaya memiliki makna dilakukan dan diteruskan selama yang sangat luhur dan kekhasiatan. Sebagian penduduknya masih melihat dan besar masyarakat Tidore memegang teguh menyukainnya. Tradisi ini sebagai bentuk adat yang menjadi falsafah dasar hidup. merekonstruksi semangat persatuan para Sehingga dalam melakukan aktivitas hidupnya leluhurnya. Dalam pelaksanaannya tradisi selalu berpatokan dengan tata cara adat. Dama Nyili-nyili berdampingan dengan Tradisi Dama Nyili-nyili atau obor dari negeri- dan tidak ada gesekan, kedua-duanya diterima negeri memang dianggap sebagai salah satu oleh masayarakat setempat. ritual yang bisa membawa berkah bagi masyarakat Tidore. Persiapan sebelum Ritual Tradisi Dama Pada tahun 2009, tradisi Dama Nyili- Nyili-Nyili nyili juga disebut sebagai Paji Nyili-nyili. 1. Sogoroho gunyihi Paji—artinya bendera. Bendera tersebut Sesuai dengan pengamatan peneliti di merupakan bendera angkatan perang lapangan bahwa proses awal tradisi Dama Kesultanan Tidore, masyarakat Tidore Nyili-nyili tersebut diawali dengan sogoroho mengenalnya dengan istilah Paji Sangaji Se gunyihi (membersihkan tempat). Dalam Gimalaha. Penggunaan istila paji karena kegiatan tersebut Pemerinta bersama-sama dipandang dapat memberikan spirit kepada dengan masyarakat bergotong-royong masayarakat untuk tetap bersatu menjaga membersihkan dan mempersiapkan lokasi negeri yang telah dibentuk atau diperjuangan yang nantinya menjadi titik pembukaan acara oleh para leluhur atau pahlawan sebelumnya. Dama Nyili-nyili, lokasi tersebut diantaranya Sejalan dengan hal tersebut, dalam wawancara desa Cobo, Mareku, Gurabanga—masayarakat dengan Jojau Kadato Kesultanan Tidore M. lebih mengenal dengan sebutan Gurabunga, Amin Faaroeq, menjelaskan bahwa: dan Mare. Lokasi-lokasi tersebut akan dihiasi

Halaman | 42 Jurnal Artefak: Vol.6 No.2 September 2019 [Hal: 39-48] dengan daun kelapa atau dalam bahasa Tidore Tidore. Pada saat yang sama ketika dilakukan disebut igo mraumadubo (keronci) dan juga prosesi rora paji, maka di seluruh Masjid di obor-obor kecil yang di pasang di sepanjang Tidore akan dilakukan prosesi doa dan dorora jalan raya yang ada di Tidore. sebagai bagian dari upacara malam Setanggi 2. Ratib taji besi Timur (malam doa) dan dorora (malam Setelah selesai mempersiapkan lokasi, kemenyan) oleh seluruh masyarakat Tidore malam harinya para joguru (Imam dan sarah) untuk mendoakan keselamatan dan yang ada di Kedaton melakukan Ratib taji besi kesejahteraan Sultan, Jou Boki, bobato (debus/dabus) merupakan bagian dari ritual kesultanan, bala rakyat dan negeri Tidore serta keagamaan Ratib Rabana atau Ratib Taji Besi seluruh wilayah kekuasaannya. Keesokan yang berakar dalam tradisi tarikat Tidore yang harinya pada tanggal 11 April malam pukul tumbuh dan berkembang sekian ratus tahun 23:00 WIT. Paji-Paji yang masih dibungkus bersamaan dengan perkembangan sejarah rapi menggunakan kain putih tersebut Syiar Islam di Maluku Kie Raha. Tradisi kemudian dibuka oleh Famanyira (kepala dabus dalam ritual Taji Besi di Tidore adat) dan kemudian satu persatu Paji-paji merupakan bagian dari konsep dzikrullah yang tersebut diikat di tiangnya. Setelah selesai tidak terpisahkan dari landasan dan falsafah diikat Paji-paji tersebut diberikan kepada Kesultanan Tidore yakni “Madofolo masing-masing pembawanya dan satu orang Dzikrullah, Madarifa Papa se Tete” didepan untuk membawa Dama (obor). (bersandar pada kekuatan leluhur, berazaskan Pembawa Dama dan Paji diharuskan laki-laki Dzikrullah). Dabus dilakukan dalam prosesi dengan berpakaian serba putih dan rapi dengan Ratib taji besi yang diringi dengan syair-syair kain berwarna merah yang diikatkan dalam bentuk dzikrullah. Ratib akan dipimpin dilehernya. oleh seorang Joguru (syeikh) yang dalam Setelah selesai proses tersebut para tradisi tarikat Tidore merupakan orang dengan rombongan yang membawa Dama dan Paji maqam tertentu yang sudah mencapai tahapan mulai melakukan perjalanannya secara penuntutan keilmuan untuk bisa menjadi serentak diiringi dengan suara Tifa (gendang). pemimpin dalam ritual ratib. Ratib Taji Besi Dalam prosesi ini, Dama dan paji berangkat merupakan ritual yang dilaksanakan untuk dari masing-masing titik pemberangkatan. mendoakan keselamatan dan kesejahteraan Dama dan Paji tersebut kemudian akan diarak Sultan, Jou Boki, Bobato Pehak Raha, bala secara estafet melalui soa (kampong) menuju rakyat serta keselamatan dan kesejahteraan Kadato Kie melalui perjalanan laut dan darat seluruh wilayah Kesultanan Tidore sesuai rute napak Tilas Perjuangan Sultan (Disbudpar Kota Tidore Kepulauan, 2018). Nuku (Disbudpar Tidore Kepulauan, 2018). 3. Kota Paji/Rora Paji Selama proses perjalanan lampu-lampu listrik Pada saat Ratib Taji besi sedang yang menerangi sepanjang jalan Kota Tidore berlangsung, rangkaian prosesi Perjalanan seluruhnya dipadamkan, dan hanya diterangi Dama Nyili-Nyili akan dimulai dengan oleh dama (obor) yang dibawah berkeliling. upacara Kota Paji (pelepasan paji) yang Para bobato Kesultanan Tidore ikut dilakukan oleh bobato Adat di Kadato Kie. dalam acara perjalanan Dama Nyili-nyili. Setelah Ratib Taji Besi dimulai Duplikat paji Dalam setiap kali memasuki soa para yang dibungkus dengan kain putih akan rombongan yang membawa Dama dan Paji diantar oleh bobato adat ke masing-masing disambut warga dengan berbagai macam kampung yaitu Kampung Cobo, Mareku, tarian khas Tidore seperti tarian cakalele, Guruabanga dan Mare (Disbudpar Tidore tarian kapita, dan soya-soya. Pada saat itu pula Kepulauan, 2018). kemudian Famanyira (kepala adat) dari Duplikat paji akan diterima dalam kampung yang didatangi rombongan tersebut prosesi adat sebagaimana lazimnya oleh langsung membacakan Borero Gosimo (pesan Gimalaha-Gimalaha, Fomanyira-Fomanyira leluhur) yang berisikan pesan para leluhur dan bobato (Kapita Kesultanan). Setelah yang harus disampaikan kepada anak cucu upacara penerimaan Paji, Para bobato adat yang ada di Tidore. Isi pesan tersebut dapat dimasing-masing soa (kampung) akan dilihat sebagaimana dibawah ini: melakukan prosesi Rora Paji yakni upacara untuk mendoakan paji-paji Kesultanan

Halaman | 43 Jurnal Artefak: Vol.6 No.2 September 2019 [Hal: 39-48]

Borero Gosimo soninga... ! gam majoro saya se duga bunga Toma Pariyama Wan ge nange enareni. ino kama sofo ua, ngone moi-moi, gura ma sofo tuada bunga ua mai yo sofo. ngofa sedano toma kie se gam, daerah se toloku, e... ngofa se dano toma Kie Tidore, daerah se sobaka puji te Jou Allah Ta’ala, Toloku lahi doa, sehat se salamat, kuat se futuru magoga se marorano, barakati se mustajab, soninga...soninga...soninga... cili ifa ngali ifa. ngofa se dano toma Kie baso se sogise, gosimo na borero Tidore, Daerah se Toloku ruba fola ifa, mabuku raha gosimo na gia ma ace, soninga, soninga, soninga to forero posi-posi ngona, yahu fati doro ifa, e...e...e... ngofa sedano,lila se hanyoli, ruku posi-posi ma jaga tongo, baikole manyinga se sodabi, susah...! ngone na ahu se gogahu, rejeki se rahmati ge Jou madihutu wo atur se fato ena, soninga....!!! no segewa-gewa ni tasibu se poreto Borero se dodia Gosimo ge cili ua ngali ua, la ma sujud se lolahi... nage bato yo gosa jira kie se gam enareni, ine se ine ua, tora ge, tora...! soninga....! kie segam enareni soninga... side maliyaro janji, rofu soninga madafolo Dzikrullah se madarifa papa se tete ma borero, lupa janji mai laha, borero no lupa ifa. e... ngofa se dano moi-moi Arti dalam Bahasa Indonesia: soninga, soninga, soninga, Disaat hari ini, mari kita sekalian, anak cucu kie se gam daerah se toloku toma nyili seba- di negeri ini, seba, serta wilayah kekuasaannya, menaikan puji nyili lofo-lofo, nyili gulu-gulu, oba wasile, dan syukur weda, patani, kepada Allah Subahanahu Wata’alah seraya gebe se maba,kolano ngaruha,papua gam sio, memohon doa mafor soaraha, senantiasa sehat dan selamat kekuatan yang seram se gorong, kei se tanibar,..ge rimoi prima, bato...! kesejukan dan penawaran,serta berkat dan soninga....! limau ma dade-dade rige ma bara mustajab, jiko se doe. tidak berpindah dan bergeser. e... ngofa se dano moi-moi wahai anak cucu di kepulauan Tidore dan semua wilayah kekuasannya. soninga jo, soninga jo, soninga kie se gam yo duka se balisa, mapolu ino, ingat...ingat...ingat... mari moi nyinga e... e... e... anak dan cucu, lihat dan tataplah, se gogahi, sogoliho kie se gam ma cahaya, tunduk dan gate be ge turu mai gate ge yali. resapi, hidup dan kehidupan kita, rejeki dan ngone ua se nage yali, oras enareni ua se fio rahmat yali. semuanya telah diatur oleh yang maha kuasa, sitakan waktu dan kesibukan e... ri ngofa se dano e...ri ngofa se ri dano ! kesempatan anda bersujud dan bermohon... guraci no ige ua karabanga no bonofo... ingat negeri ini soninga...! gosimo na dodia ge adat se berlandaskan jikrullah dan bersandarkan nakudi, atur se atoran, kepada leluhur. fara se filangi, syah se fakati, budi se bahasa, hai semua anak cucu ngaku se rasai, cingcingari. ena la no sira ge, kie se gam ma cahaya duka.

Halaman | 44 Jurnal Artefak: Vol.6 No.2 September 2019 [Hal: 39-48] ingat...ingat...ingat... janji bole dilupakan...... tetapi pesan tidak negeri serta wilayah kekuasaannya dijaman bole dilupakan. tempo dulu. (Sumber: Arsip Disbudpar Tidore Kepulauan, Tidore tiga negeri, kepulauan Raja ampat 2018). dengan empat wilayah, papua sembilan negeri, seram dan gorong, Setelah borero gosimo, kemudian kei dan tanibar, dilanutkan dengan doa. Suasana hening dan kesemuanya itu adalah satu, ingat... kota dan diam. Maksud dalam pesan tersebut agar negeri ini diapit oleh teluk dan tanjung. supaya anak dan cucu atau masyarakat selalu mensyukuri atas nikmat yang telah di berikan hai semua anak cucu oleh Allah SWT. Borero Gosimo juga menjadi sarana untuk ‘membakar’ semangat persatuan ingat... ingat... dan ingat dan kesatuan generasi muda yang berakar pada negeri ini berduka dan gelisa, mari... budaya lokalnya. berkumpul, bersatu hati Secara historis Kesultanan Tidore dan berbuatlah kembalikan cahaya negeri ini pernah berjaya pada masa kepemimpinan seperti Sultan Nuku. Selama hampir Dua puluh tahun tempo dulu, kalau bukan kita siapa lagi... perjuangan Sultan Nuku merupakan peristiwa tidak sekarang kapan lagi. besar dalam sejarah yang harus diketahui oleh generasi muda baik perjuangannya serta nilai- hai anak cucuku... hai anak cucuku... nilai luhur yang beliau miliki sehingga dapat mari kita bekerja keras, untuk mendapatkan diteladani dalam kehidupan sehari-hari. masa keemasan Setelah selesai proses serah-terima dama dan ingat... pesan leluhur yaitu manusia yang paji dari rombongan sebelumnya kepada berhadap yakni rombongan baru, kemudian melanjutkan manusia yang manusiawi, pelimpahan tugas perjalanan tersebut sampai di Kedaton dan wewenang, Kesultanan Tidore. pembagian hasil yang merata, pengambilan keputusan atas dasar Prosesi akhir Dama Nyili-Nyili musyawarah saling menghormati dan Pada tanggal 12 April 2018 (07:00 menghargai.... WIT) para utusan dari Seram Timur, Raja santun dalam berbahasa, menjunjung tinggi Ampat, Papua dan Gamrange: Weda, Maba amanat dan kepercayaan, dan Patani tiba di Rumah Adat Gimalaha dan selalu rendah hati dan merakyat.... Gamtufkange. Setelah pasukan Dama Paji apabila.....pupus dan hilang.... Nyili-nyili tiba di Rumah Adat Gimalaha negeri ini muram durjana, ingat... negeri ini Tomayou di Gamtufkange, selanjutnya bertanaman kembang dia pasukan (kirab) Kesultanan yang terdiri dari berbunga tetapi tidak berbuah, kebun bobato Kesultanan Tidore (Sangaji se bertanaman cempedak Gimalaha, Fomanyira) dari Nyili Gulu-Gulu berbuah tanpa bunga... ingat, ku tanam yakni Seram Timur, Raja Ampat, Papua dan kembang melati tanpa buah, Gamrange akan bergabung dalam perjalanan ku tanam cempedak berbuah tanpa bunga. kirab menuju Kadato Kie Kesultanan Tidore (Disbudpar Kota Tidore, 2018). Seluruh hai semua anak cucu pasukan Dama Nyili-Nyili dari berbagai penjuru tersebut akan bertemu di depan ingat... ingat.... ingat... keraton kesultanan Tidore, disambut oleh pesan dan peninggalan leluhur, jangan Sultan, bobato dalam upacara adat. Hal ini biarkan dan bergeser, sepert dijelaskan M. Amin Faaroeq dalam barang siapa yang merusak negri ini, tidak wawancaranya: akan naik, “jadi pasukan yang membawa Dama tetapi akan jatuh dan jatuh, ingat...berlayar dan Paji Nyili-nyili itu dong pe titik dengan segala janji, temunya berada di Soasio, mengapa di angkat layar ingat akan pesan.... Soasio? karena Soasio juga adalah ibu

Halaman | 45 Jurnal Artefak: Vol.6 No.2 September 2019 [Hal: 39-48]

kota kesultanan dan tempat keberadaan 1. Nilai Religius kadaton. (27/6/2018)”. Selain nilai kebersamaan dan kesatuan dari wawancara tersebut disimpulkan bahwa dalam tradisi Dama Nyili-nyili juga terdapat seluruh pasukan yang membawa Dama dan nilai religi yang masih dijaga dan di lestarikan Paji Nyili-nyili dari berbagai penjuru adalah Ratib Taji Besi / Dabus, hal ini juga di diantaranya Nyili Seba-Seba, Nyili Lofo-Lofo, jelaskan oleh M. Amin Faaroeq saat di dan Nyili Gulu-Gulu akan bertemu pada disatu wawacarai: titik yaitu di Keraton Kesultanan Tidore yang “Selain Ratib Taji Besi/Dabus, ada juga bertempat di Soasio. nilai religi yang terdapat dalam Borero Setelah itu dilanjutkan dengan Gosimo “no segewa-gewa ni tasibu se persiapan Upacara Puncak Hari jadi Tidore. poreto la masujud se lolahi te Jou Allah Kurang lebih 700 orang dari 5 (lima) negeri Ta’ala” yang artinya mari tinggalkan yakni: Raja Ampat, Seram, Maba, Patani, berbagai kesibukan dan marilah Weda (Gamrange) dan Nyili-nyili dalam ketorang bersatu untuk sujud dan wilayah Kesultanan Tidore. Upacara Puncak bermohon kepada Tuhan yang maha Esa Hari Jadi Tidore yang dilaksanakan di agar jahukan segala mala petaka, lapangan Sonine Salaka, Kadato Kie jahukan segala bencana tetapkan Kesultanan Tidore yang di mulai pukul 09:00 ketorang dalam satu kesatuan WIT tesebut merupakan upacara puncak (27/6/2018)”. sekaligus menutup seluruh rangkaian kegiatan yang didalamnya termaksud Tradisi Dama Berdasarkan hasil wawancara tersebut Nyili-nyili. diatas, bahwa ratib taji besi merupakan salah Pada 12 April 2018, Festifal hari jadi satu ritual dalam tradisi dama nyili-nyili yang kota Tidore adalah memperingati 229 tahun memiliki nilai religi, ratib taji besi adalah perjuangan Sultan Syaidul Djihad Muhammad ritual keagamaan yang memiliki nilai Al Mab’us Amiruddin Syah Kaicil keislaman yang sangat kuat dan telah melekat Paparangan Jou Barakati Sultan Nuku (1797– dalam kehidupan masyarakat Tidore. 1805) yang dikenal dengan Revolusi Tidore pada tanggal 12 April 1789. Upacara ini 2. Nilai Persatuan dipimpin oleh Sultan Tidore dan dihadiri oleh Dalam tradisi Dama Nyili-nyili terdapat seluruh Bobato Pehak Raha (Dewan Menteri nilai kebersamaan dan kesatuan, seperti yang Kesultanan) yang terdiri dari Sangaji, di jelaskan M. Amin Faaroeq dalam Gimalaha se Famanyira dari seluruh wilayah wawancaranya: adat Kesultanan Tidore meliputi Gamrange “nilai yang diutamakan dalam tradisi (Weda, Patani, Maba), Seram Timur, Raja Dama Nyili-nyili ini adalah kebersamaan Ampat dan Papua. Unsur Pemerintahan dan kesatuan. jangan jadikan perbedaan Walikota, Wakil Walikota, DPRD, unsur itu sebagai jurang pemisah. tetapi Muspida, undangan lain serta masyarakat berbedaan itu adalah mutlak untuk Tidore. menyatukan, masyarakat Tidore tidak memandang ras,warna kulit dan Nilai-Nilai dalam tradisi Dama Nyili-Nyili sebagainya karena bagi masyrakat Setiap tradisi memiliki nilai atau makna Tidore kebersamaan kesatuan dan yang mendasar dalam kehidupan masayarakat persatuan itulah yang lebih penting. setempat. Maurgiyanto (2004: 2) menegaskan dengan rasa kebersamaan tersebutlah bahwa tradisi akan tetap dilakukan dan para leluhur mampu mencetuskan diteruskan selama penduduknya masih Revolusi Tidore (27/6/2018)”. melihat dan masih menyukainnya. Salah satu dari sekian banyak tradisi dalam masyarakat dari wawancara tersebut di atas dapat Tidore Kepulauan adalah tradis Dama Nyili- disimpulkan bahwa nilai kebersamaan dan Nyili. Dalam tradisi tersebut diyakini kesatuan merupakan hal yang utama. Dengan mengandung unsur nilai yang menjadi perekat adanya tradisi Dama Nyili-nyili tersebut dapat hubungan masyarakat. Nilai-nilai tersebut mengajak semua masyrakat Tidore untuk adalah : bersama-sama dan bersatu agar tidak mudah terpecah belah. Hal ini sejalan dengan Lestari

Halaman | 46 Jurnal Artefak: Vol.6 No.2 September 2019 [Hal: 39-48]

(2013: 1) bahwa nilai kearifan lokal DAFTAR PUSTAKA mengandung adat istiadat, kebiasaan, dan tradisi memiliki makna mendasar dalam Abdullah, Dkk. (2005). Pedoman Penulisan kehidupan. Nilai-nilai tersebut merupakan Sejarah Lokal. Jakarta : Asdep Urusan kekayaan budaya yang tumbuh kembang Sejarah Nasional Deputi Bidang dalam sebuah masyarakat kemudian dipercai Sejarah dan Purbakala Kementerian dan diakui sebagai elemen-elemen penting Kebudayaan dan Pariwisata. yang mampu mempertebal kohesi sosial Disbudpar. (2018). Festifal Tidore (Merawat diantara warga masyarakat (Liliwerw, Tradisi, Mempertegas Jati diri Bangsa 2003:67). Maritim. 30 Maret-12 April. Dalam menghadapi zaman yang Lestari, Tri Puji. (2013). Pengunaan Media semakin modern masyarakat terutama VCD Tradisi Dama Nyili-nyili generasi muda perlu dibekali tentang Masyarakat Tidore Dalam pentingnya nilai-nilai budaya lokal, Dama Pembelajaran Sejarah Untuk Nyili-nyili sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan perestasi belajar dan membentengi generasi muda atau masyarakat kecintaan siswa terhadap tradisi lokal. dari budaya asing. Program pasca sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tesis. Tidak Diterbitkan. KESIMPULAN Lexy, J. Moleong. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Dama Nyili-nyili berasal dari bahwa Rosda Karya. Tidore. Dama artinya obor dan Nyili-nyili Lincoln dan Guba. (1985). Naturalistik artinya wilayah-wilayah. Tradisi Dama Nyili- Inquiry. Sage Publication: London. nyili memiliki makna mendasar sebagai Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman. kekuatan masayarakat. Tradisi tersebut juga (1992). Analisis data Kualitatif. Jakarta: dipercaya sebagai ritual yang bisa membawa UI Press. berkah bagi masyarakat. Prosesi tradisi Dama Mulyana, Agus & Darmiasti. (2009). Nyili-nyili dimulai dengan sogoroho gunyihi Historigrafi di Indonesia. Jakarta : PT. (membersihkan tempat). Selanjutnya, Refika Aditama. Perjalanan Dama Nyili-nyili. Kemudian diahiri Prayogi, Ryan dan Danial, Endang. (2016). dengan Upacara yang dilaksanakan di Kedaton Pergeseran Nilai-Nilai Budaya pada Kesultanan yang di pimpin langsung oleh Suku Bonai Sebagai Civil Culture di Sultan Tidore. Dalam tata cara dan prosesi Kecamatan Bonai Darussalam tradisi Dama Nyili-nyili jika dilihat dari ajaran Kabupaten Rokun Hulu Provinsi Riau. Islam tampak bahwa masyarakat Tidore kental Jurnal Humanika. Volume.23, No.1. dengan nuansa Islam. Hal ini juga terlihat Sutopo, H. B. (2006). Metodologi Penelian bahwa islam dan budaya lokal (local wisdom) Kualitatif: Dasar Teori dan dalam pelaksanannya selalu berdampingan. Terapannya dalam Penilitian. Tradisi Dama Nyili-nyili dipandang memiliki Surakarta. Universitas Sebelas Maret. nilai-nilai antara lain Nilai Religius dan Nilai Persatuan. Nilai religius mengandung makna bahwa dalam kesibukan apapun selalu mendekatkan diri kepada Allah SWT dan memohon kepada-NYA agar dijauhkan dari berbagai macam musibah. Sedangkan Nilai Persatuan bermakna sebagai perbedaan baik itu suku, agama, ras atau golongan harus menjadi kekuatan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa.

Halaman | 47 Jurnal Artefak: Vol.6 No.2 September 2019 [Hal: 39-48]

Halaman | 48