Review Buku

LIEM SIOE LIONG DAN SALIM GRUP: PILAR BISNIS SOEHARTO

Liem Sioe Liong and Salim Group: Business Pillars of

Rohani Budi Prihatin

Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Jl. Gatot Subroto Senayan

Naskah diterima: 12 September 2016 Naskah dikoreksi: 28 Oktober 2016 Naskah diterbitkan: 22 Desember 2016

Judul Buku : Liem Sioe Liong dan Salim Grup: Pilar Bisnis Soeharto Penulis : Richard Borsuk dan Nancy Chng Penerjemah : Noor Cholis Penerbit : Kompas Tahun : 2016. (Diterbitkan pertama kali dalam bahasa Inggris oleh ISEAS-Yusof Ishak Insitutue Publishing dengan judul “Liem Sioe Liong’s Salim Group: The Business Pillar of Suharto’s ”)

Pembahasan mengenai hubungan antara Penelitiannya dilakukan di Jakarta, Singapura, penguasa dengan pengusaha selalu menarik dan Kudus, Semarang, Hong Kong, dan Fuqing, tiada habis-habisnya untuk dikaji. Sebagaimana kampung halaman Liem di Tiongkok. Alasan utama diketahui, Soeharto meraih kekuasaan di Indonesia Borsuk dan Chng memilih topik ini adalah minat pada pertengahan 1960-an dan menjadi presiden mereka untuk mendokumentasikan kehidupan selama tiga dekade lebih, ditopang oleh militer dan era Liem, sosok penting dunia bisnis Asia yang kuat, bantuan asing yang melimpah, dan pendiri konglomerasi yang pada masa jayanya dukungan dari sekelompok kroni. Penopang bisnis merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Oleh pokok bagi pemerintahan Orde Barunya adalah karena Liem adalah cukong (pengusaha Tiongkok Liem Sioe Liong, seorang migran dari Tiongkok, yang menyediakan dana bagi para petinggi yang tiba di Jawa pada 1938. Kombinasi koneksi militer dan politik dengan imbalan patronase dan Soeharto di militer, kemujuran, dan pesona pribadi perlindungan) utama Soeharto, maka kisahnya melambungkan nama Liem sebagai taipan terkaya menawarkan wawasan tentang bagaimana Soeharto di Asia Tenggara. mampu bertahan di puncak kekuasaan selama tiga Buku yang ditulis oleh Richard Borsuk dan dekade. Pada waktu penelitian tersebut dilakukan, Nancy Chng ini menyajikan wawasan-wawasan kebanyakan teman-teman Liem sudah meninggal baru tentang Salim Grup dan Soeharto. Terdiri dari dunia sehingga tidak bisa memanfaatkan masukan 22 bab dan 575 halaman. Buku ini secara lengkap mereka. Ada beberapa keluarga yang juga menolak mendokumentasikan kehidupan dan era Liem diwawancara sehingga penulis sadar betul adanya sesuai dengan siklus hidupnya, dengan memuat kesenjangan informasi dalam buku ini. masukan langsung atau wawancara dari sang taipan. Pada awal buku, kedua penulis meyakinkan Beberapa tokoh bisnis, militer, politik dan lain-lain pembaca bahwa merekalah yang memegang kontrol juga diceritakan dalam buku ini, sejauh masih ada penuh atas naskah tersebut sehingga pihak Liem hubungan dan konteks sejarah antara Soeharto dan sendiri, keluarga Liem atau para eksekutif Grup Liem. Mengingat ikatan yang terjalin erat antara Salim tidak bisa sama sekali melihat naskah buku mereka berdua, bahkan dengan para jenderal sejak sebelum diterbitkan. Di samping itu, kedua penulis permulaan Orde Baru, kisahnya mencerminkan juga menyatakan penerbitan buku ini bukan atas potongan-potongan sejarah negara Indonesia. mandat maupun dana dari kelompok atau keluarga

Rohani Budi Prihatin, Book Review: Liem Sioe Liong dan Salim Grup | 209 Liem. Wawancara dengan dengan Liem terjadi pendudukan Jepang –disembunyikan dalam karung- antara tahun 2006 dan 2007 ketika kesehatannya lenyap dalam tempo semalam ketika dinyatakan masih mengizinkan. tidak berlaku (hlm. 42). Pemerintah baru memberi Richard Borsuk merupakan jurnalis Asian Wall kompensasi setiap rumah tangga menurut jumlah Street Journal dan Reuters dengan total pengalaman penghuninya: berapapun uang yang anda punya, lebih dari 40 tahun menjadi koresponden Thailand setiap kepala hanya berhak mendapatkan satu Asian Wall Street Journal dari 1981 hingga 1987 rupiah. Ada delapan orang yang tinggal di rumah dan menduduki posnya di Indonesia dari 1987 Liem, maka mereka pun hanya menerima delapan hingga 1998. Setelah kejatuhan Soeharto pada rupiah. Meskipun harus kembai ke titik nol, Liem 1998, ia pindah ke Singapura untuk menduduki lebih beruntung dari kebanyakan orang, karena ia posisi reporter regional dan redaksi pada surat kabar bisa memanfaatkan kekerabatan Hockchia yang yang sama. Ia sarjana dalam Asian Studies pada kuat, meminjam modal dari orang-orang seklannya Universitas Wisconcin di Madison. untuk memulai kembali bisnisnya. Bahkan ia sudah Sementara Nancy Chng adalah sarjana lulusan memiliki basis konsumen baru yaitu para pejuang University of California, Berkeley. Dia turut kemerdekaan. Liem bergabung bersama pedagang mendirikan toko buku dan penerbit Select Book lainnya yang menyelundupkan kebutuhan pokok di Singapura, yang mengkhususkan tema-tema bagi tentara republik, membangun persiapan bagi bukunya merupakan kajian wilayah Asia Tenggara. peran yang akan melebar jauh dari sekadar pemasok. Salah satu kelebihan dari buku ini adalah Pada masa itulah, Liem membangun kontak-kontak pembahasannya yang detail mengenai seluk beluk penting yang nantinya membantu menempatkan tokoh yang terlibat dalam hubungan antara Liem dan dirinya di jalan menuju kaya raya. Soeharto. Walau terkadang ada kesan menghakimi Menurut Twang Peck Yang (1998) dengan menggunakan istilah yang bombastis, bergabungnya pengusaha Tionghoa dan kaum namun penulis berusaha untuk tetap objektif antara revolusioner Republik adalah faktor signifkan lain dengan menjelaskan secara detail maksudnya. bagi terciptanya struktur ekonomi dan politik Salah satu istilah yang digunakan dalam buku Indonesia pascamerdeka. Kemitraan ini memiliki ini adalah cukong. Oleh karena maknanya yang sebuah sinergi alami: orang Tionghoa tahu begitu pejoratif, Borsuk dan Chng di awal bukunya di mana sumber barang berada dan punya sudah mendefsikannya secara jelas sebagai sarana untuk membayarnya; sementara militer pengusaha Tiongkok yang menyediakan dana bagi Republik menjamin jalur pasokan. Peck Yang para petinggi militer dan politik dengan imbalan menambahkan bahwa mudah bagi militer melihat patronase dan perlindungan (hlm. vii). Defnisi atau membenarkan arti penting peran mereka dalam inilah yang menjadi inti analisis buku tersebut. perekonomian dalam situasi perang. Tangan militer Awal kedatangan Liem di Indonesia mengalami dalam perekonomian dalam keadaan tertentu masa-masa sulit khususnya saat kedatangannya adalah kebijakan Republik. Beberapa perusahaan yang kemudian disusul pendudukan Jepang. perdagangan milik negara juga berakar pada Sebagaimana diketahui, Jepang memantau ketat penyelundupan barang, yang biasanya dilakukan perhimpunan dan bisnis orang Tionghoa, bahkan dengan barter karena kelangkaan uang tunai. ada beberapa yang diperintahkan untuk ditutup Pada tahun 1952, Liem memutuskan (hlm. 37). Walaupun melarang semua peminjaman memboyong keluarganya ke Jakarta dengan uang dan praktik kredit jangka panjang, Jepang keyakinan karena Jakarta memiliki peluang bisnis membiarkan penyelundupan barang-barang tertentu yang lebih baik. Jakarta pada tahun 1950-an adalah dan komoditas pokok yang sangat langka. Banyak kota yang semrawut. Menurut penulis James orang Hokchia yang memang suka mengambil risiko Michener yang mengunjungi Jakarta pada tahun dan menggunakan kesempatan bagus ini. Sterling 1951, Jakarta merupakan merupakan kota penuh Seagrave (1995) menyebut bahwa mereka yang sesak yang mudah tersulut amarah di mana sekitar makmur pada masa itu adalah para penyelundup 3.000.000 jiwa berjejal-jejal dalam daerah yang beras, obat-obatan, dan komoditas strategis yang semestinya dihuni 500.000 jiwa (hlm. 56). Dari dijual kepada orang-orang Jepang dengan laba 3.000.000 jiwa tersebut sekitar 250.000 jiwa di besar. antaranya adalah orang Tionghoa. Berakhirnya pendudukan Jepang pada tahun Pada saat itu (1950-1960), Liem bukanlah siapa- 1945 merupakan awal Liem memulai bisnis siapa karena bisnisnya belum punya peran strategis untuk mendapatkan kembali penghasilannya yang pada saat Soekarno berkuasa. Pada awal 1960-an, hilang. Tabungan yang dikumpulkan susah payah Soekarno semakin melemah karena memburuknya dalam bentuk uang kertas keluaran pemerintah krisis ekonomi dan konfik politik yang mendera

210 | Aspirasi Vol. 7 No. 2, Desember 2016 Indonesia sampai terjadinya peralihan kekuasaan menjadikan industri minyak sebagai kerajaannya dari Soekarno ke Soeharto pada tanggal 11 Maret dan memakai uang Pertamina untuk mendanai 1966. Selain mencengkeram kekuasaan politik, banyak kebutuhan “di luar anggaran” militer, dan Soeharto juga siap mengerahkan pengaruh atas ini membuat banyak jenderal tunduk kepadanya. bidang lain yang dekat di hatinya: menerjuni bisnis. Soetowo menjadi nyaris tak tersentuh. Baru pada Bagi Liem, yang mengenal Soeharto bertahun-tahun 1970-an, ketika dia hampir membangkrutkan sebelumnya, tetapi belum berteman pada masa- negara, Soeharto dengan berat hati memecatnya. masa dramatis 1965-1966, pembentukan Orde Baru Sesudah itu, Soeharto lebih banyak mengandalkan adalah berkah (hlm. 60). para cukongnya, terutama Liem, untuk membantu Dalam periode Orde Baru Soeharto, setiap mendanai proyek-proyeknya (hlm. 65). jenderal yang makmur pasti punya setidak-tidaknya Untuk memperkuat pilar militer, pada Agustus satu cukong sebagai mitranya (hlm. 63). Para 1966, Soeharto membentuk lingkaran penasihat perwira tinggi membutuhkan ketajaman bisnis yang disebut Spri, singkatan dari staf pribadi.Para pengusaha Tionghoa untuk mendapatkan dana, anggotanya membidangi berbagai fungsi –politik, imbalannya adalah perlindungan dan privilese. Itu intelijen, keuangan, dan ekonomi. Menurut Elson hubungan yang saling menguntungkan. Praktik ini (2001), pembentukan kelompok kepercayaan ini bukan hanya khas terjadi di Indonesia. Di seluruh adalah gaya keorganisasian yang sangat sesuai Asia Tenggara di mana orang Tionghoa adalah dengan pengalaman panjang kehidupan militernya, minoritas, hubungan erat dengan elit militer dan di mana Soeharto dikelilingi kelompok kecil birokrasi harus dijalin demi kelangsungan hidup tetap rekan-rekan dekat, sebagian besar sama- dan pertumbuhan. Bahkan pada masa penjajahan sama mewarisi budaya Jawa Tengah.Dalam Belanda sekalipun pengusaha Tionghoa piawai kelompok Spri itu terdapat para jenderal seperti seperti Oei Tiong Ham memahami pentingnya Ali Murtopo dan Yoga Sugama yang bertanggung merawat hubungan baik dengan pejabat dan perwira jawab atas informasi intelijen dan nasihat politik. tinggi Belanda. Anak turun Oei pada periode pasca- Pemimpin kelompok itu adalah Jenderal Alamsjah kolonial gagal melakukan hal serupa terhadap para Ratu Prawiranegara yang mempelajari keuangan pemimpin baru Indonesia, dan harus membayar ketika bertugas di Markas Besar Angkatan mahal atas keteledoran mereka. Mereka kehilangan Darat. Alamsjah menjalin hubungan baik dengan perusahaan dan asetnya di Indonesia ketika pengusaha Tionghoa dan menjalin hubungan baik pemerintah mendadak menasionalisasi perusahaan dengan Jepang yang sangat berminat menanam tersebut. modal di Indonesia setelah kejatuhan Soekarno yang Seperti para komandan resimen pada tahun condong ke kiri. Anak buahnya yang menangani 1950-an, Soeharto dipaksa mencari cara untuk masalah keuangan dan perekonomian adalah Mayor menggalang dana yang diperlukan karena Jenderal Sudjono Humardani dan Mayor Jenderal kekurangan anggaran. Keterlibatan tentara dalam Suryo Hadiputro yang kemudian menjadi salah bisnis bermula pada tahun 1957-1958 ketika satu jenderal paling aktif bekerja sama dengan Indonesia mengusir Belanda dan menyita perusahaan pengusaha Tionghoa. Alamsjah, Sudjono dan Suryo mereka (hlm. 63). Saat terjadi kekurangan birokrat serta beberapa jenderal lain sering disebut sebagai untuk mengisi kekosongan manajerial, tentara “jenderal fnansial.” dipanggil. Para perwira, meski miskin pengalaman, Di antara mereka yang mempunyai jalur dimobilisasi untuk menjalankan perusahaan sitaan, khusus dengan Soeharto adalah Sudjono. Konon dan angkatan bersenjata pun terkait dengan apa saja dia menjalin hubungan begitu erat dengan Presiden mulai dari perusahaan pelayaran dan penerbangan hingga kata seorang ajudan dialah satu-satunya orang sampai hotel dan konsesi kayu. selain Ibu Tien yang boleh masuk ke kamar tidur Peran semakin besar tentara dalam perekonomian Soeharto. Sudjono menyandang peran tambahan, menyebabkan angkatan bersenjata menjadi sasaran dia adalah penasihat spiritual presiden, dukun tuduhan penyelewengan dan skandal. Kasus awal pribadinya karena kekuasaan dan pengaruhnya yang patut diselidiki melibatkan Ibnu Sutowo yang media menjulukinya Rasputin. Rekomendasinya menjadi direktur perusahaan minyak Pertamina terhadap Liem, orang yang dikenalnya sejak tahun dengan kekuasaan besar. Pada tahun 1958, saat 1950-an sebagai calon cukong Soeharto, sangat masih berpangkat kolonel dan berdinas sebagai berpengaruh. Sejak itu Liem juga menjadi dekat kepala operasi militer, Sutowo memerintahkan dengan para petinggi militer lainnya, termasuk pelolosan barang melalui pelabuhan Tanjung Priok Jenderal Suryo dan Sofjar (jenderal fnasial penting untuk membayar suplai militer di Singapura (hlm. yang lain pada masanya). 64). Setelah Soeharto berkuasa, Sutowo berhasil

Rohani Budi Prihatin, Book Review: Liem Sioe Liong dan Salim Grup | 211 Salah satu jenderal politik paling kuat adalah pengusaha yang berani merambah wilayah yang Ali Murtopo yang bekerja sama erat dengan baru sama sekali dan tipe pembelajar yang gigih. para jenderal fnansial maupun pengeruk uang Pengusaha lain yang memiliki hubungan lain saat itu: Ibnu Sutowo. Mengepalai Opsus panjang dengan Liem adalah Robert Kuok Hock (Operasi Khusus), Murtopo adalah mata dan Nien, pemilik jaringan hotel Sangri-La. Kuok telinga Soeharto. Dia mengumpulkan laporan membekali Liem dengan keahlian penting saat intelijen dan merancang strategi politik –tidak memulai penggilingan gandum Bogasari. Dia ragu memanfaatkan gerombolan preman dan taktik turut menanam saham dalam usaha itu, meskipun kekerasan untuk mencegah dan mengancam setiap dengan nama orang lain karena dia bukan warga oposisi dan saingan potensial. Dalam perjalanannya negara Indonesia. Penghubung Kuok dalam usaha dia memperoleh reputasi sebagai orang yang paling Liem adalah orang kelahiran Sumatera Piet Yap ditakuti semasa rezim Soeharto. Murtopo dan yang mengatakan bahwa Liem mencari dirinya agar Humardani berhasil menjaga kepercayaan Soeharto membantu memenuhi permintaan beras Soeharto dan ditunjuk kembali menjadi lingkaran dalam pada awal tahun 1967. Itulah awal hubungan presiden yang disebut Aspri (Asisten Pribadi) langgeng Kuok dan Liem. Ayah Kuok adalah orang setelah Soeharto membubarkan versi lamanya, Spri, Hokchiu dari Fuzhou, ibukota provinsi Fujian. pada tahun 1968 (Jenderal Alamsjah dibuang). Selain tepung dan semen, Liem juga berbisnis Murtopo menjadi tangan kanan Soeharto cengkih. Cengkih merupakan salah satu bumbu selama hampir 25 tahun. Pembantu dekatnya aktivis rokok kretek Indonesia. Bagi Liem, perdagangan Katolik Liem Bian Kie, kini lebih dikenal dengan cengkih inilah yang membantunya menyiapkan nama Indonesianya Jusuf Wanandi, membela jalan menuju kekayaan (hlm. 84). Pada mulanya mantan bosnya dengan menyebutnya sebagai cengkih ditemukan di lima pulau terpencil di “cemerlang, berani dan tidak ortodok”. Wanandi Indonesia Timur yang dikenal sebagai kepulauan bersama saudaranya, Sofjan, dan teman sesama rempah-rempah. Pada akhir abad ke-18, bibit aktivisnya Harry Tjan Silalahi mendapat dukungan cengkih diselundupkan ke Afrika dan tumbuh subur Murtopo dan Sudjono dalam membangun tangki di tanah Madagaskar dan Zanzibar (kini bagian dari pemikir Centre for Strategic and International Tanzania). Ironisnya cengkih yang tumbuh di sana Studies (CSIS). CSIS memainkan peran penting menghasilkan bunga yang kualitasnya lebih disukai dalam merumuskan kebijakan-kebijakan awal Orde untuk produksi kretek. Rokok yang dibubuhi cengkih Baru, terutama yang berkaitan Irian Jaya dan Timor inilah yang digemari oleh perokok Indonesia. Timur. Namun, impor rempah-rempah ini dikontrol ketat Untuk menjadi raksasa sejati dalam dunia bisnis, oleh pemerintah sehingga para pemasok harus Liem tahu betul tidak hanya puas dengan patronase membeli dari perantara yang luar biasa kaya di para jenderal Indonesia. Selain akses modal, Singapura dan Hongkong. Ketika Indonesia tidak pengusaha yang bergerak di bidang manufaktur menghasilkan jumlah yang cukup untuk kebutuhan mutlak memerlukan keahlian. Kemampuan Liem dalam negeri, perusahaan yang memiliki koneksi memanfaatkan jaringannya untuk mendapatkan politik diberi izin mengimpor dari Afrika dimulai keduanya, merupakan faktor krusial yang sejak era Soekarno. Pada tahun 1965, menggunakan menentukan keberhasilannya. Dukungan Presiden perusahaan yang didirikan mitranya, Hasan Din, Indonesia adalah kartu nama ampuh untuk mertua Presiden Soekarno. Liem memperoleh meyakinkan jaringan taipan Tionghoa perantauan. izin sekali pakai untuk memasukkan tiga ribu ton Yang paling penting di antara mereka adalah bankir cengkih dari Afrika. Sekali impor ini saja, mampu Tionghoa Thailand Chin Sophonpanich yang meringankan beban utangnya, dan Liem yakin ada membuka berangkasnya di bank dan menyediakan uang besar dalam bisnis impor cengkih tersebut. koneksi-koneksi penting bagi Liem dan Robert Sebagaimana diketahui sekitar 90 persen Kuok dari Malaysia yang memberinya panduan rokok yang dikonsumsi di Indonesia adalah jenis praktis dan ikut menanam saham dalam bisnis kretek. Dari industri yang lesu pada tahun 1950-an, tepung terigu. produksi sigaret kretek menggeliat dalam beberapa Chin Sophonpanich berperan penting dalam dekade terakhir. Pemilik pabrik sigaret kretek memajukan bisnis semen Liem, antara lain dengan terbesar terus menduduki deretan orang terkaya mengenalkannya pada seorang produsen semen di Indonesia. Industri sigaret adalah penyumbang Taiwan yang memberikan panduan teknis. Chin terbesar kas cukai negara. Begitu kecanduannya sendiri juga menanam saham di salah satu pabrik perokok Indonesia dengan sigaret kretek sampai- semen dan duduk sebagai anggota dewan komisaris. sampai pada puncak krisis keuangan pada 1997- Dari sisi ini, Liem termasuk dalam kategori 1998 penjualan kretek justru meningkat. Indikasi

212 | Aspirasi Vol. 7 No. 2, Desember 2016 bahwa orang bersedia menangguhkan kemewahan bekerja sama dengan Jantje Liem yang peranakan. lain tetapi tidak asap mereka, atau indikasi bahwa Kepribadian, latar bekalang budaya, dan visi bisnis mereka membutuhkan lebih banyak rokok untuk mereka berbeda. Liem totok dan Jantje memutuskan meringankan penderitaan. untuk berpisah sedangkan Liem dan Dwi cocok Hingga 1980-an, ketika Indonesia kembali satu sama lain. Sementara itu, Djuhar pecah kongsi mencapai swasembada cengkih dan meningkatkan dengan mitra-mitra Hokchia-nya dan bergabung kualitasnya, importir cengkih berizin mencetak untung dengan Liem serta Dwi, sambil membawa Ibrahim besar. Sungguh pun marjin yang diperbolehkan untuk Risjad, rekan pribuminya. Kuartet ini kelak dikenal mereka tak seberapa. Liem yang pada akhir tahun 1960- di media Indonesia sebagai “Empat Sahabat” atau an adalah salah satu dari dua orang yang diizinkan “Empat Pilar”, tetapi julukan yang melekat adalah mengimpor cengkih, bertahun-tahun kemudian “Geng Empat Serangkai”. mengenang bahwa cengkih adalah uang mudah Sebelum bergabung dengan Geng Empat walaupun menurut peraturan marjin keuntungan impor Serangkai, Dhujar sudah bermitra dengan empat cengkih ditetapkan dua persen oleh pemerintah. teman Hokchia-nya dan mereka mempunyai Pada tahun 1960-an, sebagian besar cengkih sebuah perusahaan dagang bernama CV. Waringin. Afrika diimpor ke Indonesia melalui Singapura dan Ketika Liem muncul, kemitraan Djuhar dilanda Hongkong. Indonesia menyerap 90 persen cengkih ketegangan karena skandal yang mengakibatkan yang dihasilkan oleh dua pulau di Samudera Hindia bank yang mereka operasikan. Pada tahun 1968 itu, dan membayar mahal para pedagang perantara. Liem menyuntikkan modal ke Waringin mengambil Kendaraan dagang cengkih Liem adalah PT. alih dan merombaknya sebagai sebuah perseroan Mega, sebuah perusahaan dagang yang didirikan terbatas, PT. Waringin Kencana (Beringin Emas). pada tahun 1950 oleh Hasan Din (kakek Presiden Waringin adalah kata bahasa Jawa untuk pohon Megawati). Kontak Liem dengan Hasan Din terjalin beringin, simbol kekuatan dan panjang umur di Asia pada tahun-tahun revolusi, ketika dia diminta Tenggara karena memberi perlindungan dari hujan oleh perhimpunan klan Hokchia di Kudus untuk dan teriknya matahari tropis. Buddha mencapai memberikan tempat berlindung bagi tokoh politik pencerahan ketika duduk di bawah pohon beringin. tak disebutkan namanya yang bersembunyi dari Waktu kemudian membuktikan bahwa krisis kejaran Belanda. Saat itu Liem sudah membangun 1998 ternyata juga merusak hubungan persahabatan reputasi di kalangan teman-teman satu klannya bisnis “Geng Empat Serangkai” (hlm. 496). sebagai pengusaha yang bisa dipercaya dan pandai Persahabatan Liem dan Djuhar Sutanto pecah menyimpan rahasia. Dia langsung setuju meski tidak pasca-lengsenya Soeharto. tahu identitas sang tamu. Ternyata tamu itu adalah Secara umum, imperium Liem dibangun atas Hasan Din, ayah Fatmawati isteri Soekarno. Liem tiga pilar: perbankan (BCA), bahan bangunan segera akrab dengan Datuk (sapaan kehormatan (Indocement) dan makanan (Bogasari dan Hasan Din) dan mereka berteman sejak itu. ). Kejatuhan Soeharto pada Mei 1998 Liem juga bermitra dengan tiga orang lainnya. membahayakan ketiga pilar tersebut dan pilar Kemitraan ini oleh penulis buku disebut sebagai perbankan ambruk tak lama setelah ambruknya Geng Empat Serangkai yang terdiri dari Liem sang penguasa (hlm. 421). Pilar semen roboh agak Sioe Liong, Sudwikatmono, Dhujar Sutanto, dan perlahan. Namun Anthony Salim mendapatkan jalan Ibrahim Risjad. Sejarah awalnya bisa dilacak mulai untuk menyelematkan pilar ketiganya, makanan, tahun 1967, ketika sebuah perusahaan dagang era dan itu memungkinkan Salim Group tetap menjadi Soekarno, Hanurata, mempunyai pemegang saham pemain besar. Alasannya sederhana, walau krisis baru yaitu dua yayasan Soeharto bernama Trikora ekonomi mengurangi masyarakat dalam konsumsi dan Harapan Kita. Liem kemudian menyuntikkan namun orang tetap perlu makan dan mi instan saat modal dan diminta Soeharto untuk menjalankannya. itu sudah menjadi menu jutaan orang di Indonesia Soeharto juga menempatkan iparnya di perusahaan dan beberapa negara di luar negeri. Kehebatan itu dan mengatur agar sepupunya, Sudwikatmono, Liem yang lain adalah mengenalkan terigu sebagai masuk juga. Liem Sioe Liong pada saat itu relatif pengganti beras dan mengalihkan makanan nasi pendatang baru dalam lingkaran ekslusif Soeharto. yang sudah demikian memasyarakat menuju mi Sebelumnya ada dua Liem sebelum dia yaitu instan. “Kesuksesan” inilah yang mengantarkannya Jantje Liem dan Liem Oen Kian (Djuhar Sutanto). menjadi taipan Indonesia sepanjang zaman. Soeharto menyarankan agar ketiga Liem bersatu. Secara ringkas, “persahabatan” panjang Mereka berusaha, tetapi tidak bertahan lama. Kedua antara Liem dan Soeharto adalah karena ada totok itu, Liem dan Djuhar yang sama-sama Hokchia persamaan karakter di antara keduanya. Yang satu dari Jawa Tengah dan saling kenal, tidak cocok menginginkan kekuasaan, satunya menginginkan

Rohani Budi Prihatin, Book Review: Liem Sioe Liong dan Salim Grup | 213 uang, dan ketika berpasangan jadilah mereka tim Secara historis, Salim Group sangat tidak menyukai tangguh yang mampu bertahan di puncak politik publisitas. Bahkan dalam banyak kasus, Salim dan bisnis Indonesia selama tiga dekade. Soeharto Group mengabaikan ketidakakuratan pemberitaan dan Liem sama-sama ingin mencari uang dan dan lebih suka membiarkan berita tanpa koreksi. hasrat itu yang mempererat persahabatan mereka Singkat kata, walau termasuk buku berhalaman (hlm. 12). Kesamaan yang lain adalah sama-sama tebal karena berisi informasi detail namun tidak percaya pada mistisisme (hlm. 13). Liem sangat terasa melelahkan jika membacanya. Borsuk dan percaya takhayul, sering meminta saran pada rahib Chng berhasil menyusun berbagai informasi yang Buddha dan peramal Tao sebelum memulai usaha, berserakan menjadi sebuah rangkaian data dan sementara Soeharto semasa muda suka belajar wawasan baru serta gaya penceritaaan menarik pada guru kebatinan, meditasi di gua-gua keramat yang belum pernah ditemukan di tempat lain. Buku di Jawa, yang konon dilakukan untuk mencapai ini merupakan sumber par excellence bagi peneliti kesempurnaan batin dan kebijaksanaan spiritual. yang ingin memahami proses penghimpunan modal Bila dibandingkan dengan kajian sejenis, buku dari seorang konglomerat Liem yang berkelindang ini mendapatkan pujian dari Dieleman (2015), dengan kekuasaan Orde Baru di bawah Soeharto. seorang peneliti yang konsisten mengkaji soal Salim Buku ini merupakan sebuah studi dengan kedalaman Grup sejak lama. Menurutnya, buku ini memenuhi yang mengagumkan. ekspektasi penulisnya yang ingin (1) menceritakan kisah awal bisnisnya, kejayaan dan meredupnya Liem dari berbagai versi; dan (2) menghadirkan banyak fakta-fakta baru tentang hubungan Soeharto DAFTAR PUSTAKA dan Liem. Pendapat Dieleman ini sejalan dengan studinya terdahulu dalam tesisnya yang berjudul “How Chinese are Entrepreneurial Strategies of Ethnic Abdulgani, Retnowati, Knapp. 2007. Soeharto: The Chinese Business Groups in Southeast Asia?: Life and Legacy of Indonesia’s Second President, A Multifaceted Analysis of the Salim Group of Singapore: Marshall Cavendish. Indonesia” yang menyimpulkan bahwa hubungan Dieleman, Marleen. 2007. The Rhythm of Strategy: A antara Soeharto dan Liem akan jelas jika dianalisis Corporate Biography of the Salim Grup of Indonesia, dengan pendekatan kapitalisme kroni (2007). Amsterdam: ICAS/Amsterdam University Press. Dari sudut pandang ini sebenarnya buku Borsuk Dieleman, Marleen. 2015. Liem Sioe Liong’s Salim dan Chng merupakan kelanjutan dari studinya Group: The Business Pillar of Soeharto’s Indonesia, Dieleman. di dalam Journal of the Humanities and Social Selain Dieleman, studi Sato (1993) sebenarnya Sciences of Southeast Asia, pp: 116-117 (2). jauh lebih awal yang membahas Salim Group sebagai Dieleman, Marleen. 2007. How Chinese are fokus kajian. Dari kronologi waktu, studi Sato ini Entrepreneurial Strategies of Ethnic Chinese dilakukan ketika Salim Group sedang mengalami Business Groups in Southeast Asia?: A Multifaceted masa kejayaannya, sementara studi Borsuk dan Analysis of the Salim Group of Indonesia. Ph.D. Chng dilakukan justru ketika Salim Group sedang Dissertation at University of Leiden. mengalami penurunan dan stagnasi setelah krisis Elson, R.E. 2001. Soeharto: A Political Biography, ekonomi 1998. Hal lain yang membedakan di Cambridge: Cambridge University Press. antara dua kajian tersebut adalah titik fokusnya. Studi Borsuk dan Chng lebih menekankan sisi Sato, Yuri. 1993. “The Salim Grup in Indonesia: afliasi politis antara Liem dan Soeharto sehingga The Development and Behavior of the Largest analisis ekonomi politik begitu terasa. Sementara Conglomerate in Southeast Asia,” Developing pada studi Sato lebih memfokuskan sisi ekonomi Economies XXXI No. 4 December 1993. dan konglomerasi Salim Group. Seagrave, Sterling. 1995. Lords of the Rim: The Invisible Secara umum, kajian Borsuk dan Nancy dalam Empire of the Overseas Chinese, London: Bantam. buku ini melengkapi studi-studi lain mengenai tokoh Wanandi, Jusuf. 2012. Shades of Grey: A Political Soeharto dan Liem. Jauh sebelum buku ini terbit, Memoir of Modern Indonesia, 1965-1998, Jakarta: telah ada beberapa buku dalam bahasa Indonesia Equinox. dan Tiongkok tentang Liem, di antaranya Wanandi Yang, Twang Peck. 1998. The Chinese Business Elite in (2012), Dieleman (2007), Abdulhani-Knapp (2007), Indonesia and the Transition to Independence; 1940- Elson (2001), Yang (1998), dan Sato (1993). Namun 1950, Kuala Lumpur: Oxford University Press. umumnya, kajian itu cenderung merendahkan Liem.

214 | Aspirasi Vol. 7 No. 2, Desember 2016