Review Buku LIEM SIOE LIONG DAN SALIM GRUP: PILAR BISNIS SOEHARTO Liem Sioe Liong and Salim Group: Business Pillars of Suharto Rohani Budi Prihatin Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Jl. Gatot Subroto Senayan Jakarta Naskah diterima: 12 September 2016 Naskah dikoreksi: 28 Oktober 2016 Naskah diterbitkan: 22 Desember 2016 Judul Buku : Liem Sioe Liong dan Salim Grup: Pilar Bisnis Soeharto Penulis : Richard Borsuk dan Nancy Chng Penerjemah : Noor Cholis Penerbit : Kompas Tahun : 2016. (Diterbitkan pertama kali dalam bahasa Inggris oleh ISEAS-Yusof Ishak Insitutue Publishing dengan judul “Liem Sioe Liong’s Salim Group: The Business Pillar of Suharto’s Indonesia”) Pembahasan mengenai hubungan antara Penelitiannya dilakukan di Jakarta, Singapura, penguasa dengan pengusaha selalu menarik dan Kudus, Semarang, Hong Kong, dan Fuqing, tiada habis-habisnya untuk dikaji. Sebagaimana kampung halaman Liem di Tiongkok. Alasan utama diketahui, Soeharto meraih kekuasaan di Indonesia Borsuk dan Chng memilih topik ini adalah minat pada pertengahan 1960-an dan menjadi presiden mereka untuk mendokumentasikan kehidupan selama tiga dekade lebih, ditopang oleh militer dan era Liem, sosok penting dunia bisnis Asia yang kuat, bantuan asing yang melimpah, dan pendiri konglomerasi yang pada masa jayanya dukungan dari sekelompok kroni. Penopang bisnis merupakan yang terbesar di Asia Tenggara. Oleh pokok bagi pemerintahan Orde Barunya adalah karena Liem adalah cukong (pengusaha Tiongkok Liem Sioe Liong, seorang migran dari Tiongkok, yang menyediakan dana bagi para petinggi yang tiba di Jawa pada 1938. Kombinasi koneksi militer dan politik dengan imbalan patronase dan Soeharto di militer, kemujuran, dan pesona pribadi perlindungan) utama Soeharto, maka kisahnya melambungkan nama Liem sebagai taipan terkaya menawarkan wawasan tentang bagaimana Soeharto di Asia Tenggara. mampu bertahan di puncak kekuasaan selama tiga Buku yang ditulis oleh Richard Borsuk dan dekade. Pada waktu penelitian tersebut dilakukan, Nancy Chng ini menyajikan wawasan-wawasan kebanyakan teman-teman Liem sudah meninggal baru tentang Salim Grup dan Soeharto. Terdiri dari dunia sehingga tidak bisa memanfaatkan masukan 22 bab dan 575 halaman. Buku ini secara lengkap mereka. Ada beberapa keluarga yang juga menolak mendokumentasikan kehidupan dan era Liem diwawancara sehingga penulis sadar betul adanya sesuai dengan siklus hidupnya, dengan memuat kesenjangan informasi dalam buku ini. masukan langsung atau wawancara dari sang taipan. Pada awal buku, kedua penulis meyakinkan Beberapa tokoh bisnis, militer, politik dan lain-lain pembaca bahwa merekalah yang memegang kontrol juga diceritakan dalam buku ini, sejauh masih ada penuh atas naskah tersebut sehingga pihak Liem hubungan dan konteks sejarah antara Soeharto dan sendiri, keluarga Liem atau para eksekutif Grup Liem. Mengingat ikatan yang terjalin erat antara Salim tidak bisa sama sekali melihat naskah buku mereka berdua, bahkan dengan para jenderal sejak sebelum diterbitkan. Di samping itu, kedua penulis permulaan Orde Baru, kisahnya mencerminkan juga menyatakan penerbitan buku ini bukan atas potongan-potongan sejarah negara Indonesia. mandat maupun dana dari kelompok atau keluarga Rohani Budi Prihatin, Book Review: Liem Sioe Liong dan Salim Grup | 209 Liem. Wawancara dengan dengan Liem terjadi pendudukan Jepang –disembunyikan dalam karung- antara tahun 2006 dan 2007 ketika kesehatannya lenyap dalam tempo semalam ketika dinyatakan masih mengizinkan. tidak berlaku (hlm. 42). Pemerintah baru memberi Richard Borsuk merupakan jurnalis Asian Wall kompensasi setiap rumah tangga menurut jumlah Street Journal dan Reuters dengan total pengalaman penghuninya: berapapun uang yang anda punya, lebih dari 40 tahun menjadi koresponden Thailand setiap kepala hanya berhak mendapatkan satu Asian Wall Street Journal dari 1981 hingga 1987 rupiah. Ada delapan orang yang tinggal di rumah dan menduduki posnya di Indonesia dari 1987 Liem, maka mereka pun hanya menerima delapan hingga 1998. Setelah kejatuhan Soeharto pada rupiah. Meskipun harus kembai ke titik nol, Liem 1998, ia pindah ke Singapura untuk menduduki lebih beruntung dari kebanyakan orang, karena ia posisi reporter regional dan redaksi pada surat kabar bisa memanfaatkan kekerabatan Hockchia yang yang sama. Ia sarjana dalam Asian Studies pada kuat, meminjam modal dari orang-orang seklannya Universitas Wisconcin di Madison. untuk memulai kembali bisnisnya. Bahkan ia sudah Sementara Nancy Chng adalah sarjana lulusan memiliki basis konsumen baru yaitu para pejuang University of California, Berkeley. Dia turut kemerdekaan. Liem bergabung bersama pedagang mendirikan toko buku dan penerbit Select Book lainnya yang menyelundupkan kebutuhan pokok di Singapura, yang mengkhususkan tema-tema bagi tentara republik, membangun persiapan bagi bukunya merupakan kajian wilayah Asia Tenggara. peran yang akan melebar jauh dari sekadar pemasok. Salah satu kelebihan dari buku ini adalah Pada masa itulah, Liem membangun kontak-kontak pembahasannya yang detail mengenai seluk beluk penting yang nantinya membantu menempatkan tokoh yang terlibat dalam hubungan antara Liem dan dirinya di jalan menuju kaya raya. Soeharto. Walau terkadang ada kesan menghakimi Menurut Twang Peck Yang (1998) dengan menggunakan istilah yang bombastis, bergabungnya pengusaha Tionghoa dan kaum namun penulis berusaha untuk tetap objektif antara revolusioner Republik adalah faktor signifkan lain dengan menjelaskan secara detail maksudnya. bagi terciptanya struktur ekonomi dan politik Salah satu istilah yang digunakan dalam buku Indonesia pascamerdeka. Kemitraan ini memiliki ini adalah cukong. Oleh karena maknanya yang sebuah sinergi alami: orang Tionghoa tahu begitu pejoratif, Borsuk dan Chng di awal bukunya di mana sumber barang berada dan punya sudah mendefsikannya secara jelas sebagai sarana untuk membayarnya; sementara militer pengusaha Tiongkok yang menyediakan dana bagi Republik menjamin jalur pasokan. Peck Yang para petinggi militer dan politik dengan imbalan menambahkan bahwa mudah bagi militer melihat patronase dan perlindungan (hlm. vii). Defnisi atau membenarkan arti penting peran mereka dalam inilah yang menjadi inti analisis buku tersebut. perekonomian dalam situasi perang. Tangan militer Awal kedatangan Liem di Indonesia mengalami dalam perekonomian dalam keadaan tertentu masa-masa sulit khususnya saat kedatangannya adalah kebijakan Republik. Beberapa perusahaan yang kemudian disusul pendudukan Jepang. perdagangan milik negara juga berakar pada Sebagaimana diketahui, Jepang memantau ketat penyelundupan barang, yang biasanya dilakukan perhimpunan dan bisnis orang Tionghoa, bahkan dengan barter karena kelangkaan uang tunai. ada beberapa yang diperintahkan untuk ditutup Pada tahun 1952, Liem memutuskan (hlm. 37). Walaupun melarang semua peminjaman memboyong keluarganya ke Jakarta dengan uang dan praktik kredit jangka panjang, Jepang keyakinan karena Jakarta memiliki peluang bisnis membiarkan penyelundupan barang-barang tertentu yang lebih baik. Jakarta pada tahun 1950-an adalah dan komoditas pokok yang sangat langka. Banyak kota yang semrawut. Menurut penulis James orang Hokchia yang memang suka mengambil risiko Michener yang mengunjungi Jakarta pada tahun dan menggunakan kesempatan bagus ini. Sterling 1951, Jakarta merupakan merupakan kota penuh Seagrave (1995) menyebut bahwa mereka yang sesak yang mudah tersulut amarah di mana sekitar makmur pada masa itu adalah para penyelundup 3.000.000 jiwa berjejal-jejal dalam daerah yang beras, obat-obatan, dan komoditas strategis yang semestinya dihuni 500.000 jiwa (hlm. 56). Dari dijual kepada orang-orang Jepang dengan laba 3.000.000 jiwa tersebut sekitar 250.000 jiwa di besar. antaranya adalah orang Tionghoa. Berakhirnya pendudukan Jepang pada tahun Pada saat itu (1950-1960), Liem bukanlah siapa- 1945 merupakan awal Liem memulai bisnis siapa karena bisnisnya belum punya peran strategis untuk mendapatkan kembali penghasilannya yang pada saat Soekarno berkuasa. Pada awal 1960-an, hilang. Tabungan yang dikumpulkan susah payah Soekarno semakin melemah karena memburuknya dalam bentuk uang kertas keluaran pemerintah krisis ekonomi dan konfik politik yang mendera 210 | Aspirasi Vol. 7 No. 2, Desember 2016 Indonesia sampai terjadinya peralihan kekuasaan menjadikan industri minyak sebagai kerajaannya dari Soekarno ke Soeharto pada tanggal 11 Maret dan memakai uang Pertamina untuk mendanai 1966. Selain mencengkeram kekuasaan politik, banyak kebutuhan “di luar anggaran” militer, dan Soeharto juga siap mengerahkan pengaruh atas ini membuat banyak jenderal tunduk kepadanya. bidang lain yang dekat di hatinya: menerjuni bisnis. Soetowo menjadi nyaris tak tersentuh. Baru pada Bagi Liem, yang mengenal Soeharto bertahun-tahun 1970-an, ketika dia hampir membangkrutkan sebelumnya, tetapi belum berteman pada masa- negara, Soeharto dengan berat hati memecatnya. masa dramatis 1965-1966, pembentukan Orde Baru Sesudah itu, Soeharto lebih banyak mengandalkan adalah berkah (hlm. 60). para cukongnya, terutama Liem, untuk membantu Dalam periode Orde Baru Soeharto, setiap mendanai proyek-proyeknya (hlm. 65). jenderal yang makmur pasti punya setidak-tidaknya Untuk memperkuat pilar militer, pada Agustus satu cukong sebagai mitranya (hlm. 63). Para 1966, Soeharto membentuk lingkaran penasihat perwira tinggi membutuhkan ketajaman bisnis yang disebut Spri, singkatan dari staf pribadi.Para pengusaha Tionghoa untuk mendapatkan dana, anggotanya membidangi berbagai fungsi –politik, imbalannya adalah perlindungan dan privilese. Itu
Details
-
File Typepdf
-
Upload Time-
-
Content LanguagesEnglish
-
Upload UserAnonymous/Not logged-in
-
File Pages6 Page
-
File Size-