Transformasi Nelayan di Pesisir Kepulauan (Studi Tentang Pergerseran Pola Interaksi Sosial, Agama, Alat Penangkapan, dan Perubahan Ekosistem) Oleh: Hurmain1 dan Puriana2

Abstract

Fisherman Transformation in Coastal of Bengkalis I slamds (Study About Shifting Patterns of Social I nteraction, Religion, Tool Arrest, and Ecosystem Change) Development paradigm shift toward people-centered development (people centered development) who appreciate and consider initiatives and local differences. Therefore, local communities should be able to explore and develop the potential socio-economic as well as manage the diverse socio-economic potential in order to develop independently and sustainable community development through community based. The results program that spends money without a clear purpose. Fishing effort in Bengkalis has huge potential if it is able to manage the opportunities and strengths and to minimize weaknesses and threats coming from inside and outside the business. During this time, due to lack of knowledge about good management, the management of its potential is still quite large and underutilized. Keywords: Transformation, Fishermen, and Coastal

Pendahuluan masyarakat lokal yang memiliki ciri tersendiri menganut Islam taat dan memiliki adat melayu Penelitian ini berupaya memahami tentang yang kuat. Dengan ciri tersebut, pengaruh fenomena sosial komunitas nelayan Melayu perkembangan investasi, teknologi, dan manajemen Bengkalis3 hingga terjadinya perubahan dengan dalam menggerakkan industrial akan mengalami menggunakan pendekatan kualitatif4. Melalui studi artikulasi. Artikulasi dimaksud adalah munculnya ini akan terlihat kecenderungan, pola, arah, dan ciri perkembangan industri yang berbeda dari ciri interaksi, serta banyak fakta yang memacu terjadinya perkembangan industri pada masyarakat barat. perubahan. Selanjutnya akan teruji secara mendalam Perbedaan demikian terjadi karena adanya ke dan rinci dari satu konteks, serta akan terjaring eksistensi antara ciri tata produksi kapitalisme atau beberapa subjek atau dari satu kejadian khusus. Alur industrial yang dimunculkan oleh perkembangan pemikiran penelitian ini terstruktur secara skematis investasi, teknologi, dan manajemen dengan ciri dalam gambar berikut ini: produksi feodalisme atau non-industrial yang KERANGKA BERFIKIR merupakan unsur asli dalam masyarakat.

Pergeseran Nelayan Melayu Konsep transformasi dalam telaah ini akan dikaitkan dengan transformasi industri. Transformasi Interaksi Sosial industrial adalah proses yang melibatkan

Alat Penangkapan pengembangan teknologi dan metode kerja (Ponsioen, (Pengembangan Teknologi) 1969: 158), perkembangan, organisasi kerja dan ETOS KERJA manajemen produksi (Schneider, 1986: 108) dan Perubahan Ekosistem (Lingkungan Laut) NILAI-NILAIBUDAYA perkembangan investasi masyarakat (Rostow, 1964:

TRANSFORMASI 291). Dalam transformasi industri, industri perdesaan merupakan bentuk transisi yang perkembangannya Skema di atas dapat diuraikan sebagai berikut: dapat berfungsi mengakumulasi dan mentransfer komunitas Nelayan Melayu di Bengkalis adalah modal dari tata produksi berciri feodal atau non

13 Toleransi, Vol. 5 No. 1 Januari – Juni 2013 industrial ke tata produksi berciri kapitalistik atau transformasi sosial diartikan sama dengan perubahan industrial (Saith, 1986: 170). sosial. Transformasi industrial di dicirikan Bagi Weber, bayangan transformasi itu tidaklah oleh dualisme antara industri prakapitalis dengan lewat suatu proses dialektika linear sebagaimana industri kapitalis tinggi (Boeke, 1962: 26-27). Dalam pikiran Marx, namun proses transformasi dan kaitan ini, industri yang dominan berkembang di perubahan itu melalui proses evolusioner yang mana perdesaan lebih mencirikan bentuk transisi menuju berbagai unsurnya saling berpengaruh atau saling industri kapitalis tinggi. Menurut Saleh (1936: 11), mempengaruhi dalam sebuah tipe ideal masyarakat. industri kerajinan dan rumah tangga di Indonesia Dari pemaparan tersebut, sebenarnya pengertian terutama alat penangkapan ikan merupakan transformasi itu dikenakan pada sejumlah objek keterampilan lokal bermodal kecil yang kebanyakan sehingga sebagai konsep, sering merupakan sebuah menggunakan bahan baku dari lingkungan terdekat diskusi yang panjang. Dari rintisan para pemikir besar dengan harga jual relatif murah dan diproduksi secara itulah, lahirlah berbagai pendukung dan pemrotes. massal. Namun, transformasi itu mengabsahkan pendapat masing-masing pendukung atau pemrotes dalam Nelayan merupakan Industri perdesaan berskala konteks teori-teori besar yang memiliki ideologi. Perkembangannya melibatkan keterampilan lokal, Dalam perkembangan selanjutnya teori-teori pemodalan, dan organisasi produksi yang, berbasis sosial yang dibangun oleh dua tokoh tersebut semakin pada masyarakat komunitasnya sendiri, sebagian juga berkembang yang kemudian melahirkan pendukung karena peranan pemerintah melalui bantuan modal seperti Talcot Parsons yang kemudian melahirkan dan teknologi. Sebagai Industri perdesaan, nelayan teori kapitalisme di pihak Weber. Kemudian dari Melayu yang berkembang di dapat digambarkan pihak Marx muncul para pemikir sosial berhaluan sebagai bentuk transformasi dari industri prakapitalis kritis yang menganjurkan model sosialis, seperti ke industri kapitalis tinggi. Tahap transformasi tersebut Antonio Gramsci, Habermas, dan Foucoult yang telah berlangsung lama dan dalam perkembangannya senantiasa mempersoalkan relasi sosial sebagai biang kemiskinan, kesenjangan dan ketergantungan masih keladi munculnya ketidakadilan. ditemukan. Ini berbeda dengan sistem industri Dari pemaparan tersebut, meskipun terdapat masyarakat Barat yang perkembangannya dari ciri perbedaan, penulis simpulkan bahwa teori prakapitalis ke ciri kapitalis tinggi tidak memerlukan transformasi sosial disamakan dengan perubahan transisi yang lama. Untuk memahami fenomena sosial, dan perubahan sosial adalah reproduksi dan ini, pemikiran Tiryakian (1992) tentang dialektika transformasi. modernitas dalam perubahan sosial dijadikan acuan teori. Menurut Tiryakian (1992: 79), dalam perubahan sosial atau modernisasi, terdapat dua proses Kerangka Teoretis dan rasionalisasi tindakan. Dikatakan bahwa dua Istilah transformasi memiliki pengertian proses ini yang menentukan sejauhmana perubahan perubahan menyeluruh dalam bentuk, rupa, sifat, sosial atau modernisasi tetap diikuti oleh integrasi watak. dan sebagainya. Dalam hubungan timbal masyarakat dan terhindarkan dari patologi sosial. balik sebagai individu-individu maupun kelompok- Dalam penelitian ini, diasumsikan bahwa diferensiasi kelompok (lihat: Ensiklopedia Nasional Indonesia). sosial dan rasionalisasi tindakan merupakan faktor Timbulnya transformasi sosial bukanlah yang harus dianalisis karakteristik dan keseimbangan tanpa sebab, tetapi dipengaruhi oleh ragam faktor. perkembangannya. Faktor-faktor yang menyebabkan adalah timbunan Tiryakian (1992: 91) juga menyimpulkan kebudayaan, kontak dengan kebudayaan lain, bahwa dua proses tersebut tidak berlangsung penduduk yang heterogen, kekacauan sosial dan linear, melainkan terjadi proses, baik dalam bentuk perubahan sosial itu sendiri. Dalam transformasi sosial dediferensiasi untuk diferensiasi dan dalam bentuk akan melibatkan penduduk, teknologi, nilai-nilai derasionalisasi untuk rasionalisasi. Dianjurkan kebudayaan dan gerakan sosial. Dalam ensiklopedi bahwa perubahan sosial atau modernisasi dilihat nasional Indonesia disebutkan pula, seringkali istilah dengan pendekatan dialektik antara diferensiasi dan

14 Hurmain dan Puriana: Transformasi Nelayan di Pesisir Kepulauan Bengkalis (Studi Tentang Pergerseran Pola Interaksi Sosial, ... rasionalisasi dan mempertimbangkan dediferensiasi Orang Melayu Bengkalis di masa lalu seperti dan derasionalisasi sebagai proses baliknya. Dalam etnis lain, seperti etnis Bugis sangat dicirikan oleh penelitian ini, diasumsikan bahwa diferensiasi sosial hubungan patron-klien berhubung keadaan alam, dan rasionalisasi tindakan tidak hanya dilihat dalam kekacauan keamanan dan perilaku elit memang hal karakteristik dan keseimbangan perkembangan mengkondisikannya (Ahimsa Putra, 1998: 159). antara keduanya, tetapi juga pada proses batik Hubungan patron-kilen tersebut menjelma tidak terhadap keduanya dalam bentuk dediferensiasi dan hanya pada masyarakat maritim tetapi juga pada derasionalisasi. masyarakat pertanian dan kalangan pedagang (Felras, Dengan acuan teori yang demikian, perkembangan 1981: 1). Dengan demikian, pergeseran hubungan patron-klien ke hubungan industrial sangat relevan investasi, teknologi dan manajemen pada komunitas nelayan Melayu akan mendorong terjadinya dijadikan indikator bagi transformasi industrial pada komunitas maritim di Bengkalis. diferensiasi sosial dan rasionalisasi tindakan. Dugaan ini didasarkan pada argumen bahwa perkembangan Hubungan patron-klien adalah hubungan investasi, teknologi, dan manajemen adalah stimulan antara dua orang yang berbeda kedudukan sosial- perubahan sosial dalam konteks transformasi ekonominya, pihak yang berkedudukan tinggi industrial, dan karena diferensiasi sosial dan memberi perlindungan dan keuntungan yang dibalas oleh pihak yang lebih rendah dalam bentuk dukungan dalam perubahan sosial, berarti perkembangan atau jasa pribadi (Scoft, 1972b: 8). Hubungan investasi, teknologi dan manajemen Akan mendorong tersebut dicirikan oleh ketimpangan pertukaran diferensiasi sosial dan rasionalisasi tindakan tersebut. (inequality of exchange), sifat luwes dan meluas ( ), dan ciri mempribadi (face to Pada tahap transformasi pola interaksi, alat penangkapan nelayan Melayu menjadi komunitas face character) dari hubungan (Scoft, 1972 9). Untuk melihat sejauh mana hubungan patron-klien masih maritim modem, ketidakseimbangan antara diferensiasi sosial dengan rasionalisasi tindakan akan terwujud pada komunitas nelayan Patorani di Riau berarti tiga ciri tersebut bisa dijadikan indikator. didasarkan pada argumen bahwa suatu transformasi Dalam konteks budaya lokal Melayu Bengkalis industrial sebagai pendorong perubahan sosial dikenal berlakunya nilai agama dan adat sebagai melibatkan dialektika antara diferensiasi sosial acuan tindakan, termasuk tindakan yang berhubungan dengan rasionalisasi tindakan, sementara itu dialektika dengan pencapaian di bidang ekonomi (Bandingkan, dimaksud akan berlangsung minus bila keduanya Errington, 1977: 5; Andava, 1979: 367; Mattulada, berlangsung seimbang. Tahap transformasi adalah 1982: 200). Menurut hasil wawancara dengan tokoh tahap ketidakseimbangan menuju keseimbangan melayu Bengkalis, pada aspek ekonomi kehidupan dalam suatu perubahan sosial, dengan demikian masyarakat Melayu Bengkalis tidak bekerja dan ketidakseimbangan antara diferensiasi sosial dengan lemah usaha dianggap sesuatu yang menimbulkan rasionalisasi tindakan akan menjadi ciri dari tahap ‘asor’ sesuatu yang merendahkan harga diri. Dengan transformasi tersebut. demikian, di satu sisi nilai adat adalah sumber acuan Salah satu indikator dari transformasi komunitas tindakan, di sisi lain malas bekerja dan lemah usaha dianggap melanggar nilai adat berarti nilai agama dan nelayan di Bengkalis adalah pergeseran bentuk hubungan industri di dalamnya. Hubungan industri adat dapat berfungsi mendorong orang untuk bekerja keras untuk pencapaian di bidang ekonomi, dalam hal tersebut bergeser dari ciri hubungan interaksi sosial patron-klien ke ciri hubungan kontraktual (Ponsioen, ini termasuk perkembangan industri maritim. Dari uraian itu, dapat diduga bahwa pada tingkat aktor, 1969), dari ciri hubungan yang multikompleks ke ciri hubungan yang simpel (Legg, 1983: 70), nilai adat telah berfungsi sebagai sumber kekuatan bagi berlangsungnya transformasi industrial, dari atau dari ciri hubungan yang berbasis moral ke ciri hubungan yang berbasis rasionalitas (Popkin, 1979: karena diferensiasi sosial dan rasionalisasi tindakan 12), Dalam penelitian ini, pergeseran hubungan pola interaksi patron-klien ke hubungan industrial (alat industrial, berarti nilai adat juga berfungsi mendorong tercapainya keseimbangan diferensiasi sosial dengan penangkapan) hingga pada perubahan ekosistem dijadikan indikator dari transformasi industrial yang rasionalisasi tindakan. berlangsung. 15 Toleransi, Vol. 5 No. 1 Januari – Juni 2013

Menurut McDelland (1937: 43), suatu panjang. Kondisi inilah yang diharapkan menjadi kebudayaan menghasilkan daya dorong bagi keunggulan Bengkalis dalam menghadapi globalisasi perkembangan ekonomi bila dalam kebudayaan dan persaingan bebas, itu tertanam kebutuhan berprestasi (need for Kabupaten Bengkalis pada mulanya dibentuk achievement) yang tinggi. Dihubungkan dengan teori berdasarkan Undang-undang No. 12 tahun 1956 itu, pengaruh nilai adat dan agama dalam mendorong dengan luas 30.646,83 km2, kemudian dengan transformasi komunitas Nelayan Bengkalis terletak perkembangan ekonomi, politik, dan penduduk pada sejauhmana etos kerja yang bersumber dari nilai berdasarkan Undang -undang Nomor 16 tahun 1999 tersebut menempatkan prestasi kerja sebagai hal yang tentang Pembentukan Kota dan Nomor 53 utama. Sebagaimana dikatakan Abdullah (1979: 3), tahun 1999 tentang pemekaran beberapa wilayah etos kerja terkait dengan sumber motivasi seseorang Kabupaten di Provinsi Riau, dimekarkan menjadi dalam bekerja dan sejauhmana sumber motivasi empat kota/kabupaten termasuk Kota Dumai, tersebut cukup kuat untuk terciptanya prestasi Kabupaten Siak, Kabupaten Rokan Hilir, dan kerja. Dalam hal ini, karena nilai adat merupakan Kabupaten Bengkalis sebagai Kabupaten induk. motivasi tindakan yang utama, berarti etos kerja pada komunitas nelayan di Bengkalis adalah etos kerja Kemudian Berdasarkan UU No. 12 tahun 2009 yang menempatkan prestasi kerja sebagai bagian dari Kabupaten Bengkalis dimekarkan lagi menjadi penegakan nilai adat dan agama. Selanjutnya juga Kabupaten Kepulauan Meranti sehingga luas dapat diduga bahwa karena agama dan adat adalah Kabupaten Bengkalis menjadi 11.481,77 km2. sesuatu yang sangat berharga, yang seseorang mau Berdasarkan Undang -undang tersebut, Kabupaten berkorban untuk menegakkannya, berarti masyarakat Bengkalis dibagi menjadi delapan kecamatan, yaitu komunitas nelayan di berdaya lebih tinggi untuk suatu Kecama tan Mandau, Pinggir, Bukit Batu, Siak Kecil, prestasi kerja. Artinya, terdapat etos kerja yang kuat , Rupat Utara, Bengkalis dan Bantan. dalam berlangsungnya transformasi industrial pada Secara administrasi Pemerintah, Kabupaten komunitas nelayan Melayu dan karena diferensiasi Bengkalis terbagi menjadi delapan kecamatan, 20 sosial dan rasionalisasi tindakan adalah proses kelurahan, 102 desa/kelurahan dengan luas wilayah 8.861,00 km2. Penduduk Kabupaten Bengkalis berarti etos kerja yang kuat itu juga berpengaruh bersifat heterogen, mayoritas penduduk beragama dalam tercapainya keseimbangan diferensiasi sosial Islam. Di samping suku melayu yang merupakan dengan rasionalisasi tindakan. suku mayoritas penduduk, juga terdapat suku lainnya seperti suku Minang, Jawa, Batak, Bugis, etnis Tiong hoa dan sebagainya. Begitu juga suku asli/terasing Bengkalis seperti termuat dalam Buku ‘Annual yang masih terdapat di Kabupaten Bengkalis yang Social Economic Report of 2012’ dibina oleh Dinas Kesejahteraan Sosial Kabupaten merupakan salah satu kabupaten tertua di Provinsi Bengkalis. Riau, dikenal dengan sebutan Negeri Junjungan. Kota Bengkalis sebagai ibukota kabupaten Wilayahnya mencakup daratan bagian timur Pulau terkenal dengan julukan Kota Terubuk, karena daerah Sumatera dan wilayah kepulauan. Ibukota Kabupaten ini merupakan penghasil telur ikan terubuk yang berada di Pulau Beng kalis terpisah dari Pulau sangat disukai masyarakat sekitarnya. Kota lainnya Sumatera. Pulau Bengkalis sendiri berada tepat di adalah Kota Duri yang merupakan daerah penghasil Muara Sungai Siak, sehingga dikatakan bahwa pulau minyak, selain itu kota Duri ini juga merupakan Bengkalis adalah delta Sungai Siak. kota industri. Kota Sungai Pakning yang merupakan Pengembangan Kabupaten Bengkalis menjadi ibukota Kecamatan Bukitbatu merupakan kota daerah dengan konsentrasi pada sektor pertanian, penghubung antara Pulau Bengkalis dengan Riau industri, perdagangan, dan pariwisata hendaklah Daratan, sehingga ke depan kota Sungai Pakning ini dilakukan secara terpadu oleh pemerintah dan akan dikembangkan menjadi kota transit antar daerah swasta. Dengan otonomi yang dimiliki Kabupaten di Kabupaten Bengkalis. Bengkalis maka setiap keputusan/kebijak sanaan Kabupaten Bengkalis mempunyai letak yang dalam menangkap peluang pengem bangan dapat sangat strategis, karena dilalui oleh jalur perkapalan segera dihasilkan tanpa mela lui proses birokrasi yang

16 Hurmain dan Puriana: Transformasi Nelayan di Pesisir Kepulauan Bengkalis (Studi Tentang Pergerseran Pola Interaksi Sosial, ... internasional menuju Selat Malaka. Bengkalis menjadi hubungan patron-klien, di mana patron juga termasuk dalam salah satu program Indonesia mempunyai dan memperoleh sumber daya yang Malaysia Singapore Growth Triangle (IMS-GT) dan berlebih dibanding kliennya. Indonesia Malaysia Thailand Growth Triangle (IMT- Sedangkan hubungan yang seimbang mem- GT). perlihatkan pola hubungan yang bersifat pertemanan, seperti hubungan antar nelayan. Kedua pola hubungan terletak di bagian Pesisir Timur Pulau Sumatera, antara sosial tersebut terjadi pada kelompok nelayan kecil 2008’00”-0055’52” LU dan 10005’36”-102030’32” (tradisional) ataupun pada kelompok nelayan besar. BT. Kabupaten Bengkalis berbatasan dengan: Namun, pola hubungan dalam kelompok nelayan Utara: Selat Malaka besar lebih kompleks daripada kelompok nelayan kecil, baik dari segi kuantitas ataupun kualitasnya. Timur: Meranti dan Karimun Komunitas nelayan merupakan komunitas pinggiran Selatan: Siak yang kesejahteraannya berada di bawah garis ekonomi rata-rata. Barat: Dumai dan Rokan Hilir Arif satria (2004) mengemukakan perikanan Nelayan Melayu Bengkalis berkelanjutan. Menurutnya, ada tiga dimensi penting dalam konsep perikanan berkelanjutan, yaitu ekologi, Nelayan di Bengkalis punya cerita yang sama sosial, dan ekonomi. Keberlanjutan ketiga dimensi dengan kebanyakan nelayan di belahan daerah di tersebut merupakan tipe ideal. Artinya, suatu tipe Indonesia. Mereka masih sering mengenang masa yang hanya berfungsi sebagai acuan, yang sebenarnya lalu yang lebih baik, saat mereka tidak perlu harus secara empiris sulit ditemukan. Yang secara empiris melaut jauh ke tengah lautan ketika mereka ingin ada adalah proses tarik ulur antara ketiga kepentingan mendapatkan ikan. Mereka mengambil ikan cukup tersebut. Suatu saat dimensi ekologi yang menonjol, dengan sampan pancung dan ikan langsung dipungut pada saat yang lain dimensi sosial dan ekonomi dengan tangan di pinggir sungai (parit anak sungai) yang menonjol. Adalah fungsi kebijakan (policy) dengan serok yang terbuat dari bambu. Pada saat itu, untuk mengatur proses tarik ulur tersebut sehingga hasil tangkapan selalu melimpah. Bengkalis dulu ketiganya berada dalam kondisi yang seimbang. terkenal sebagai penghasil ikan terkemuka di dunia. Bentuk kebijakan itu beragam tergantung pada Banyak pendatang dari luar sengaja mencari ikan di hierarki perikanannya: laut Bengkalis yang terkenal dengan ikan Terubuknya. , atau Tidak sedikit pula di antara mereka yang menikah dengan perempuan Melayu Bengkalis dan menetap Pada atau perikanan pesisir di sana. Potensi laut Bengkalis yang demikian besar, yang umumnya digerakkan para nelayan tradisional, tetapi hasilnya akhir-akhir ini semakin berkurang (7- kebijakan umumnya dipegang oleh institusi lokal, 10 tahun terakhir). Lalu patut dipertanyakan melalui baik kelompok nelayan, komunitas adat atau desa, kajian ini: Bagaimana upaya komunitas nelayan atau populer dengan sebutan Community Based Bengkalis dalam mempertahankan kelestarian Management (CBM). Komunitas nelayan memiliki lingkungan hidupnya di sekitar hutan mangrove untuk aturan sendiri dalam menyeimbangkan ketiga dimensi peningkatan hasil tangkapan ikan laut dan untuk itu. Acuannya adalah nilai lokal yang memang penuh berkelanjutan komunitasnya? dengan kearifan. Yang menjadi persoalan adalah bahwa tingkat resiliensi atau kekenyalan institusi Dalam penyediaan alat produksi, nelayan lokal terhadap pengaruh eksternal semakin menurun. seringkali harus membina hubungan dengan pihak Modernisasi yang merupakan bagian dari kapitalisme penyandang dana. Nelayan pun membina hubungan global seolah merupakan keniscayaan. Pengaruh dengan nelayan buruh yang akan membantunya positifnya adalah nelayan menjadi melek teknologi. dalam kegiatan penangkapan ikan. Dalam aktivitas Nelayan juga menjadi bagian dari pasar (market). distribusi pemasaran, para nelayan juga berhubungan Namun, dampak negatifnya juga tidak kecil. Dimensi dengan pihak lain, seperti para pedagang. Berbagai ekonomi menjadi makin dominan menggeser dimensi hubungan yang dibina oleh para nelayan menunjukkan sosial dan ekologi. Kearifan lokal luntur. Wajar bila bahwa hubungan tersebut dapat seimbang atau tidak lalu muncul masalah kerusakan sumber daya pesisir. seimbang. Hubungan tidak seimbang biasanya

17 Toleransi, Vol. 5 No. 1 Januari – Juni 2013

Menurut Sulaiman Tripa (2001), pemerintah Bahkan ada yang sampai satu tahun, ketika imlek. harus menempatkan community paradigm (paradigma 2. Komunitas nelayan tangkap, kelompok dengan komunitas) dan ekonomi kerakyatan pada posisi penting mata pencaharian utama menangkap ikan di laut, untuk membangun kesejahteraan dan mengatasi krisis sungai, dan muara. ekonomi. Community paradigm-lah yang memikirkan tiga hal sekaligus: kesejahteraan nelayan, kelestarian 3. Komunitas nelayan pengumpul/pedagang. dan keberlanjutan, dan kebangunan komunitas Mereka mengumpulkan hasil tangkapan baik nelayan itu sendiri. Paradigma ini boleh dikatakan melalui pelelangan maupun langsung dari sebagai kemandirian lokal, yakni kemandirian yang nelayan. dimiliki oleh suatu entitas tertentu tanpa memandang 4. Komunitas nelayan buruh, kelompok masyarakat suku, agama, atau ras. Jadi melibatkan secara penuh nelayan yang paling banyak dijumpai dalam masyarakat lokal dalam proses pembangunan daerah kehidupan masyarakat pesisir. Mereka tidak dan masyarakatnya. Pertimbangannya, selain karena memiliki modal atau peralatan yang memadai pengetahuan turun-temurun, juga karena tanggung untuk usaha produktif. jawab yang lebih besar bagi masyarakat lokal untuk menjaga entitasnya sendiri. Intinya, merekalah yang 5. Komunitas nelayan pengolah (misalnya ikan beranggapan bahwa merusak lingkungan kelautan asin, terasi dan lain-lain). Kelompok ini berarti merusak kelanjutan hidup mereka sendiri. biasanya memanfaatkan ikan-ikan tertentu untuk diasinkan atau diolah kembali menjadi terasi, Kajian Sulaiman Trips menitikberatkan pada yang kemudian dijual ke daerah lain sampai ke perlunya penguatan community paradigm dalam Jakarta. Kelompok ini masih sedikit. membangun perikanan. Hal-hal penting yang harus diperhatikan, dalam paradigma ini adalah kelestarian Kegiatan melaut dilakukan pada waktu yang dan keberlanjutan sumberdaya perikanan, pendapatan bermacam-macam. Secara umum dapat dibedakan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat persekutuan, ke dalam tiga waktu, yaitu penangkapan ikan pada dan kebangunan komunitas lokal dalam persekutuan pagi hari, sore hari, dan malam hari (disebut nelayan itu. Itulah gambaran bagaimana kesadaran nelayan bagang). Penyiapan jaring dan mesin biasanya lokal bila dibandingkan dengan nelayan luar. melibatkan nelayan lain dan pembantunya, kadang- Memberi perlindungan kepada nelayan lokallah kadang juga keluarga. Peranan anggota keluarga yang bisa mencapai keselamatan sektor perikanan dalam proses produksi ini terletak dalam proses maupun menutupi kebutuhan kesejahteraan, termasuk persiapan ketika hendak berangkat ke laut. Istri mengurangi angka kemiskinan masyarakat. biasanya berperan dalam menyiapkan perbekalan makanan dan anak laki-laki biasanya membantu Menurut community paradigm, ketidakberdayaan menyiapkan kelengkapan lainnya, seperti membantu yang terjadi di komunitas nelayan harus dimusnahkan mengangkat jaring, mesin, atau membantu menguras oleh komunitas itu sendiri. Keberlanjutan mereka air jika perahunya ada yang bocor. sebagai nelayan ditentukan oleh hasil tangkapan laut yang dieksplorasi dari dalam laut. Jika ikan-ikan itu Usaha perikanan di Bengkalis seluruhnya di tidak dilestarikan keberadaannya maka putuslah mata pengaruhi oleh iklim, yaitu musim utara (Januari, rantai kesejahteraan yang akan mereka peroleh. Februari dan Maret), musim timur (April, Mei, Juni), musim barat (Juli, Agustus, September) dan musim Komunitas nelayan Bengkalis terdiri dari selatan (Oktober, November dan Desember). Lebih beberapa kelompok masyarakat: jelasnya lihat kalender musim kegiatan nelayan di 1. Komunitas nelayan petambak. Ada dua tipe Bengkalis sebagai berikut: petambak, yaitu petambak dengan tanah sendiri No Potensi J F M A M J J A S O N D dan petambak dengan tanah menyewa, baik 1 Musim utara menyewa tanah adat maupun perhutani. Petambak 2 Musim timur yang kedua mendapatkan hasil yang sangat 3 Musim barat kecil karena selain biaya operasionalnya besar 4 Musim selatan 5 Kalender juga harus membayar sewa tanah. Petambak ini pengusahaan: Ikan kebanyakan memelihara udang galah dan selama Udang lima sampai tujuh bulan baru bisa dipanen. 6 Kondisi laut bahaya

18 Hurmain dan Puriana: Transformasi Nelayan di Pesisir Kepulauan Bengkalis (Studi Tentang Pergerseran Pola Interaksi Sosial, ...

7 Stok produk tinggi modal dan kebutuhan lainnya. Kebanyakan toke 8 Kondisi paceklik adalah orang-orang kaya yang berasal dari luar 9 Perilaku tenaga kerja Bengkalis dan mereka memberikan kemudahan dalam dari nelayan 10 Perilaku tenaga kerja pemberian modal dan pinjaman kebutuhan lainnya, dari luar nelayan seperti barang-barang kebutuhan primer maupun 11 Pendapatan para sekunder, dan pinjaman dapat dilakukan walaupun nelayan mereka masih memiliki hutang. Cicilan pinjaman bisa 12 Terjadi persaingan 13 Pembayaran uang dilakukan melalui hasil tangkapan mereka sehingga kepada toke terkadang para nelayan setelah melaut pulang ke Sumber: Data Primer diolah rumah tidak membawa hasil apa-apa karena hasil tangkapannya langsung diambil oleh toke. Musim tangkapan menurut informasi yang penulis peroleh adalah musim utara, musim timur Sistem jual beli yang dilakukan oleh toke dan dan musim barat. Pada musim tersebut banyak nelayan tergolong unik, karena transaksi mereka kapal-kapal asing dari luar Bengkalis berdatangan lakukan di atas laut sehingga apabila toke sudah untuk menangkap ikan, sedangkan musim selatan menerima barang dari nelayan dapat langsung dibawa kebanyakan nelayan istirahat karena angin bertiup ke luar daerah, seperti di Kota Bengkalis serta Dumai kencang dan gelombang badai. dan ikan yang segar dan bagus dijual ke luar negeri. Nelayan langsung menerima hasil penjualan di laut. Antara sesama nelayan di sini sering terjadi Berdasarkan hasil wawancara antara penulis dan pembakaran kapal dan terjadi pembunuhan, seperti nelayan, sebagian besar nelayan menyatakan tidak yang terjadi pada tahun 1998 dan bulan April 1999. setuju akan hadirnya toke di kalangan mereka. Namun, Hal ini telah mendapat penyelesaian khusus dari mereka juga tidak menutup mata bahwa kehadiran pihak berwajib, namun tidak ada ketentuan hukum toke juga dapat membantu mereka, khususnya yang pasti, sehingga terjadi kucing-kucingan antara dalam penyediaan modal serta pinjaman kebutuhan- nelayan yang bermodal tinggi dengan nelayan kebutuhan lain. Sikap toke juga tidak berbeda dengan tradisional. para nelayan, mereka menyatakan bahwa kehadiran toke juga membawa malapetaka apabila pinjaman yang mereka dapat tidak mampu terbayarkan. adalah alat tangkap bagi nelayan asing (pemodal tinggi) menggunakan jaring ukuran yang berlapis Pelapisan sosial menunjukkan pada pembagian mencapai dasar laut, sehingga terumbu karang dan suatu komunitas ke dalam lapisan-lapisan yang sangat ikan-ikan kecil terkuras habis dan peralatan yang kontroversi, kesempatan hidup dan pengaruh sosial mereka pergunakan serba canggih, dapat mendeteksi yang tidak sama. Jejaring sosial dalam masyarakat posisi jumlah dan jenis ikan. Dari sini timbul semacam nelayan sangat luas, baik antar komunitas dengan kesepakatan 4 mil dari pantai yang dibolehkan nelayan desa terdekat maupun antar komunitas dengan negara asing menangkap ikan di wilayah ini, bila melanggar tetangga. Hal tersebut didukung oleh pola gotong maka kapal-kapal mereka dibakar. royong yang sudah mendarah daging. Kondisi lainnya yang dapat menggambarkan Etnis di Bengkalis terdiri dari suku Melayu, suku kehidupan nelayan adalah pada hubungan antara Jawa, Bugis, Banjar, Batak, suku terbelakang, dan nelayan dengan toke (penadah hasil perikanan). Toke lain-lain. Perbedaan kedudukan dan peranan masing- pada lingkungan nelayan Bengkalis cukup dominan masing komunitas tidak terlalu ketara. Namun, sistem kegiatannya dalam jual beli hasil tangkapan. Nelayan kekerabatan masih kental terutama dalam memilih di daerah ini cukup tergantung kepada kehadiran kepala desa. toke, karena disebabkan pasaran ikan hasil tangkapan Kepemimpinan adalah kemampuan dari sese- apabila dijual kepada selain toke akan sulit laku. Hal orang mempengaruhi orang lain. Pemimpin formal ini terjadi karena tidak adanya Tempat Pelelangan bersumber dari aspirasi masyarakat, keterbatasan Ikan (TPI). juga kadang kala dominan. Selain pemimpin Kondisi lain yang dapat menggambarkan formal, pemimpin non-formal juga menjadi panutan ketergantungan nelayan kepada toke adalah pinjaman masyarakat, seperti pemuka agama dan tokoh adat.

19 Toleransi, Vol. 5 No. 1 Januari – Juni 2013

Kepatuhan masyarakat nelayan Bengkalis terhadap Para nelayan Bengkalis mengenal dua musim, pimpinannya sangat tinggi, seperti tertuang dalam selain musim di atas, yaitu musim ikan/along dan ketentuan yang tidak tertulis, yaitu norma adat, norma musim paceklik (musim pahit). Musim ikan biasanya agama, dan norma gotong royong. Barang siapa yang terjadi pada musim laut teduh, yakni masa-masa melanggar ketentuan tersebut akan dikenakan sanksi pancaroba (peralihan) dari musim angin barat ke adat. timur dan dari musim angin timur ke barat, sekitar Gambaran di atas dapat terlihat mata rantai bulan April sampai Juli, juga setiap bulan gelap pada setiap musim. Sedangkan musim pahit atau tangkapan hubungan toke, tekong, calo dan nelayan, seperti skema sebagai berikut: kurang terjadi pada setiap bulan purnama, laut sangat terang dan puncaknya pada setiap angin barat. Toke Sebetulnya akhir-akhir ini tangkapan ikan sangat Pemilik modal, Tekong Calo Nelayan menurun, “waktu aku kecil, ikan di laut banyak” pemberi lapangan Juru mudi Penadah pekerjaan (Atan, 15.00 WIB, 25/08/13). “saya sekolah sampai Aliyah itu dari hasil pasangan urang. Ikan itu untuk Kehadiran calo di sini tidak seperti calo TKW ke celengan” (Atan, 08.00 WIB, 05/08/13). Malaysia. Calo di sini tidak serta merta diperlukan “Dengan pakan seadanya, bahkan terkadang bagi nelayan, maupun toke ikan. Karena toke biasanya secara alami, kami bisa mendapatkan hasil banyak dapat melakukan sendiri barter atau beli ikan dengan karena makanan alami dari laut dan tanah tambak itu nelayan. Toke di sini dapat diartikan sebagai juragan. sendiri. Kami tidak memerlukan obat-obatan. Namun Di Bengkalis terdapat ±615 armada motor sekarang, pakan harus diatur, demikian juga obat- penangkap ikan dengan berbagai karakteristik obatan pemusnah hama harus dibeli dengan harga nelayan, yang antara satu dengan yang lain memiliki mahal. Selain itu, patin harus diberi pakan kalau mau ciri dan macam jenis ikan yang ditangkap. Antara hasilnya bagus” (Nurhadi, 09.00 WIB, 27/08/13). lain udang, pengerih, terubuk, tuna, kurau, tenggiri, “Mendingan jadi pegawai, Pak, empang enggak debuk, kelampai, dan lain-lain jenis ikan laut. bisa diandelin, makanya anak-anak saya, saya suruh kuliah biar jadi guru” (Amir, 11.00 WIB, 05/08/13). Penjualan hasil tangkapan dilakukan langsung di tempat depot bakul, yang berada di pinggir Masyarakat Desa Pantai Bengkalis mengatakan sungai tempat mereka mendarat. Penjualan biasanya bahwa semua ini disebabkan oleh rusaknya hutan dilakukan sekitar jam 09.00 WIB hingga jam 12.00 mangrove. Kerusakan hutan mangrove telah WIB. Tetapi biasanya juga tergantung pada waktu menyebabkan ikan berkurang di laut, udang para nelayan mendarat setelah menangkap ikan di menghilang di tambak, dan pakan alami di tambakpun laut. Bakul/tengkulak kapan saja siap karena depotnya jadi berkurang. Hutan mangrove sangat bermanfaat tidak jauh dari rumahnya. Ikan apa saja langsung untuk hunian jentik-jentik ikan kecil, udangpun ditimbang sesuai dengan harga pada saat itu dan berkembang dan terlindungi dari limbah pertamina langsung dibayar, jika ada hutang langsung dipotong. maupun dari crude oil yang terkadang tertumpah di laut. Setelah hasil tangkapan laut terkumpul di depot- depot para bakul, hasil tangkapan itu kemudian Hal ini, selain disebabkan angin topan, terutama didistribusikan ke titik-titik pemasaran, yaitu: 1) ke disebabkan penebangan hutan mangrove yang Bengkalis Kota, Dumai, dan ada yang diekspor ke luar dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung negeri. 2) menjual langsung kepada para pedagang jawab. Kayu hasil penebangan ini kemudian dijual. ikan, yang langsung didistribusikan kembali dengan Faktor ekonomilah yang menjadi alasan utama berkeliling ke rumah-rumah penduduk desa lain. 3) mereka melakukan ini semua. Rustam dan Yanto, menjual kepada para bakul ikan asin, untuk ikan-ikan nelayan tradisional yang jarak melautnya tidak jauh tertentu seperti jenis sriping, teri, tongkol kecil, dan dengan peralatan perahu kecil, termasuk mereka lain-lain. Lamanya pengeringan tergantung cuaca. yang sering menebang pohon bakau, “Kayu-kayunya Bisa setengah hari sampai dua hari, yang kemudian ya dijual, namanya juga usaha, kalau bulan-bulan dikumpulkan dan dikirim ke satu atau dua begini (Agustus) lagi paceklik, pailit, jual ikan minggu sekali. hasilnya sedikit. Daripada enggak dapat uang, kayu juga enggak apa-apa kan bisa dijual untuk nambah-

20 Hurmain dan Puriana: Transformasi Nelayan di Pesisir Kepulauan Bengkalis (Studi Tentang Pergerseran Pola Interaksi Sosial, ... nambah. Daripada nganggur lebih baik tebang kayu cukup besar jika mampu mengelola kekuatan dan bakau/api-api, lumayan untuk nambah penghasilan, peluang serta mampu meminimalisir kelemahan dan kami bisa menjual ini kira-kira Rp.60.000/m2, akan ancaman yang datang dari dalam maupun luar usaha. lebih mahal bila bisa dibawa ke seberang negeri Oleh karena itu, pengelolaan penangkapan rutinan tetangga Malaysia.” sehari-hari harus diubah agar usaha ini menjadi lebih besar lagi karena potensi yang dimiliki masih cukup Rusaknya hutan mangrove tidak hanya mem- pengaruhi hasil tangkapan ikan, tetapi juga besar dan kurang termanfaatkan. menyebabkan abrasi dan banjir. Setiap kali ada rob, Untuk dapat mengembangkan usaha penangkapan air pasti tumpah ke jalan dan rumah penduduk, yang ikan agar menjadi lebih baik lagi, maka perlu menyebabkan jalan rusak dan pemukiman becek dan dilakukan strategi-strategi. Hal ini perlu dikaitkan terlihat kumuh. Inilah gambaran masyarakat nelayan dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh Bengkalis yang sangat menginginkan kehidupan yang nelayan itu sendiri. Strategi yang diterapkan haruslah layak, hasil tangkapan yang melimpah, infrastruktur realistis. Hal lain adalah melakukan kerjasama dengan yang baik, dan kehidupan yang sejahtera seperti dulu. pemerintah atau investor asing untuk menanamkan modalnya di bidang usaha penangkapan ikan, Kesimpulan sehingga permasalahan terbatasnya modal yang Sampai saat ini, wujud perubahan Bengkalis baru seringkali dialami oleh nelayan ini menjadi teratasi. menggeliat di sekitar pusat kota, belum menembus ke masyarakat nelayan. Kalaupun ada perubahan, belum Catatan: (Endnotes) sepenuhnya dapat mereka jelaskan secara terperinci. Ushuluddin UIN SUSKA Riau. Tetapi jika proses-proses ke arah perubahan dapat mereka pertahankan dan kembangkan, maka dan Ilmu Sosial UIN SUSKA Riau. tinggal soal waktu saja untuk mencapai tahap-tahap perubahan tersebut. pulau yang strategis dekat dengan jalur pelayaran Paradigma pembangunan bergeser ke arah internasional yang paling ramai didunia yaitu selat pembangunan yang berpusat rakyat (people Malaka. Dikelilingi laut dan pantai yang berhadapan centered development) yang menghargai dan mem- dekat laut bebas. Ditepi pantai laut Bengkalis inilah yang pertimbangkan prakarsa dan perbedaan lokal. Oleh penulis jadikan lokasi penelitian ini. karena itu, masyarakat lokal harus mampu menggali dan mengembangkan potensi sosial ekonomi serta mengumpulkan, menganalisis, interpretasi data mengenai perubahan interrelasi sosial, alat penangkapan ikan mengelolanya agar dapat berkembang secara mandiri yang mereka pakai dan perubahan ekosistem kelautan dan berkelanjutan melalui pengembangan masyarakat di Bengkalis (secara teknis penulis lakukan observasi, yang berbasis komunitas. Bengkalis memiliki wawancara, dan dokumentasi) lebih lanjut lihat dalam ketersediaan sumber daya alam perikanan yang cukup laporan penelitian ini. melimpah sehingga diperlukan adanya pemanfaatan sumberdaya tersebut dengan baik, karena apabila Daftar Referensi tidak termanfaatkan dengan baik, maka kita akan A.H. Dharmawan. (2002). Pengembangan Komunitas ketinggalan dengan negara lain sehingga produk dan Pedesaan Berkelanjutan. Bogor: Jurusan perikanan kita dapat dijarah oleh pihak-pihak asing. Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Hasil kajian di lapangan memperlihatkan bahwa IPB. arus global dan program pemberdayaan yang selama Afrizal Cik. (2013). Tanah Jantan Yang Melawan. ini dilaksanakan tidak mampu membantu masyarakat Pekanbaru: LAM Meranti & Pusaka Riau nelayan untuk meningkatkan pendapatan mereka sehingga program pemberdayaan yang ada selama B. Mantra. (1991). Partisipasi Masyarakat dalam ini hanya merupakan program yang menghabiskan Pembangunan Kesehatan. Jakarta: Depkes RI. uang tanpa tujuan yang jelas. Hal ini didukung juga BAPPEDA Bengkalis. (2001). Kabupaten Bengkalis dari kegiatan masyarakat yang kurang mengerti dalam Angka. Bengkalis: BPS. akan ketersediaan usaha perikanan mereka, usaha penangkapan ikan di Bengkalis memiliki potensi yang

21 Toleransi, Vol. 5 No. 1 Januari – Juni 2013

------. (2012). Laporan Tahunan Sosial Ekonomi Otok S. Pamuji. (1997). ”Menuju Pendekatan Kabupaten Bengkalis. Bengkalis: BPS. Pembangunan yang Partisipatif”. Dalam Buletin Bina Swadaya. No. II Tahun V, September 1997. Biro Pusat Statistik Kabupaten Bengkalis. (2001). Laporan Nilai Ekspor dan impor Kabupaten R. Bintarto. (1983). Interaksi Desa Kota dan Bengkalis Tahun 2001. Permasalahannya. Jakarta: Galileo Indonesia. Dardjo Sumadjono dan Junuzul Yunus. (1991). S. Adiwibowo. (2002). Ekologi Manusia. Bogor: Pendayagunaan Aparatur Pemerintah Desa dan Magister Profesional Pengembangan Masyarakat. Kelurahan. Jakarta: LP3ES. PPs.IPB. Fredian Tonny. (2002). ”Bahan Kuliah Pengembangan Sandra. (2002). Memberdayakan Industri Kecil Masyarakat”. Tidak Diterbitkan. Bogor: Berbasis Agra Industri di Pedesaan. Bandung: Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Akatiga. Masyarakat. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial-Ekonomi Sumardjo dan Saharuddin. (2002). Metode-metode Pertanian IPB. Partisipatif dalam Pengembangan Masyarakat. G. Soemodiningrat. (1999). Pemberdayaan Bogor: Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Masyarakat dan JPS. Jakarta: Gramedia Pustaka Fakultas Pertanian IPB Utama. Suwignjo. (1986). Administrasi Pembangunan Desa Gun Gun Sambas. (2002). ”Faktor-Faktor Yang dan Sumber-sumber Pendapatan Desa. Jakarta: Berhubungan Dengan Kunjungan Ibu-Ibu Ghalia Indonesia. Posyandu di Kelurahan Bojongherang Kabupaten Syamsurizal. (1999). “Peran Aspek Kelembagaan Cianjur”. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia. dalam Kaitannya dengan Aksebilitas Ekonomi H. Hikmat. (2001). Strategi Pemberdayaan dan Tingkat Pendapatan Nelayan di Kabupaten Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama Press. Bengkalis Riau”. Tesis. Bogor: PPs. IPB. Hermanto, et.al. (1994). T. Ndraha. (1977). Pengertian Desa dan Pembangunan Program/Proyek Penanggulangan Kemiskinan. Desa. Jakarta: IIP. Bogor: Puslit Sosial Ekonomi Pertanian. T. Sumarti dan Tonny. (2002). Sosial Perkembangan Kansil. (1986). Desa Kita. Jakarta: Galileo Indonesia. Komunitas. Bogor: Magister Profesional Pengembangan Masyarakat. PPs. IPB. Lala M. Kolopaking & Fredian Tonny. (2002). Pengembangan Kelembagaan dan Modal Sosial. Tarmizi Omar & Wan Razain. (2012). Sejarah Datuk Bogor: Magister Profesional Pengembangan Laksamana Raja Dilaut. Pekanbaru: Pusaka Masyarakat. PPs. IPB. Riau. M. Tampubolon. (1999). Pendidikan Pola Undang-undang Otonomi Daerah, (2002). Himpunan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Peraturan Pelaksanaan Undang - Undang Nomor Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan 22 Tahun 1999 Pasal 95 Tentang Pemerintahan sesuai Tuntutan Otonomi Daerah. Data internet. http://www. Wordbank.org. V.T. Manurung, Armen, Z dan Erizal J. (1989). Penelitian Potensi dan Pengembangan Desa Metode Penelitian Sosial. Bandung. Pantai Maluku dan Sumatera Utara. Bogor: Puslit Agro Ekonomi. N. Soedarsono. (2000). Pembangunan Berbasis Rakyat (Community Based Development), Yusman Syaukat dan T. Sumarti. (2002). Analisis Jakarta: Yayasan Melati Bhakti Pertiwi. Ekonomi Lokal. Bogor: Magister Profesional Pengembangan Masyarakat. PPs. IPB. Nurmala KH. Pandjaitan dan Ida Yuhana. (2002). Analisis Psikologi Masyarakat. Bogor: Jurusan Y. Syaukat. (2002). Pengembangan Ekonomi Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Berbasis Lokal. Bogor: Magister Profesional IPB. Pengembangan masyarakat. PPs. IPB.

22