MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume III, No. II, Agustus 2020, hlm 65-84 65

KONSTRUKSI RELASI SEKSUAL LAKI-LAKI DI DALAM FILM (STUDI SEMIOTIKA DALAM FILM ARISAN ! (2003) SUTRADARA )

Dwi Susanti1, Moch. Imron Rosyidi2 Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Magelang Email: [email protected],

ABSTRAK

Perkembangan industri film di Indonesia menempatkan perempuan yang pada mulanya berada dalam layar, bergerak hingga ke belakang layar. Perempuan mengambil peran penting sebagai produser, penulis naskah dan sutradara. Nia Dinata merupakan salah satu perempuan yang memulai karirnya di balik layar dan menyutradarai film Arisan ! Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep hegemoni maskulinitas yang selama ini telah dipakai pemerintah dalam mengkonstruksi bentuk-bentuk maskulinitas di Indonesia. Konstruksi maskulinitas tersebut terdapat pada film-film yang diproduksi melalui dengan figur bapak sebagai tokoh sentral dalam keluarga.. Perspektif Women’s Cinema juga digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan penggunaan kacamata perempuan dalam merepresentasikan maskulinitas melalui sebuah film. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan paradigma konstruktivistik. Teknik analisis data yang digunakan yakni semiotika Pierce yang bersumber pada segitiga semiotik yakni, Sign, Interpretant dan Object. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat representasi maskulinitas plural. Ada tiga bentuk maskulinitas yang terdapat dalam film tersebut. Yang pertama, adalah fatherhood. Yang kedua, adalah laki-laki jenis baru, atau new man. Yang terakhir dan menjadi fokus dalam penelitian ini, adalah maskulinitas dan relasi seksual. Film Arisan! merepresentasikan hubungan seksual sesama jenis atau homoseksual ke dalam citra yang positif. Hubungan Nino dan Sakti yang mendapatkan dukungan dari teman-teman serta keluarganya, bahkan Nino dan Sakti berani dan bangga coming out tentang identitas seksual mereka. Kata Kunci: Relasi Seksual, Semiotika, Representasi Maskulinitas

THE CONSTRUCTION OF MALE SEXUAL RELATIONS IN INDONESIA THROUGH FILM (SEMIOTICS STUDY IN ARISAN! FILMS (2003) DIRECTOR NIA DINATA)

ABSTRACT

The development of the film industry in Indonesia places women who were originally on the screen, moving to the back of the screen. Women take on important roles as producers, screenwriters and directors. Nia Dinata is one of the women who started her career behind the scenes and directed the film Arisan!. The theoretical foundation used in this research is the concept of hegemony of masculinity that has been used by the government in constructing forms of masculinity in Indonesia. The construction of masculinity is found in films produced through the figure of the father as a central figure in the family. The perspective of Women’s Cinema is also used in this study relating to the use of women's glasses in representing masculinity through a film. This research uses descriptive qualitative method with constructivist paradigm. The data analysis technique used is Pierce's semiotics derived from semiotic triangles namely, Sign, Interpretant and object. Based on the results of research that has been done, there is a representation of plural masculinity. There are three forms of masculinity found in the film. The first, is fatherhood. The second, is a new type of man, or new man. The last and the focus of this research, is masculinity and sexual relations. Arisan Films! representing same-sex or homosexual sexual relations in a positive image. The relationship between Nino and Sakti that received support from friends and family, even Nino and Sakti were brave and proud coming out about their sexual identity.

Keywords: Sexual Relations, Semiotics, Representations of Masculinity

Submitted: Juni 2020, Accepted: Juli 2020, Published: Agustus 2020 pISSN: 2303-2006, eISNN: 2684-9054

MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume III, No. II, Agustus 2020, hlm 65-84 66

Korespondensi: Dwi Susanti.M.A . Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Magelang. Jl Tidar no 21 56125. 085743702527 : Email: [email protected]

PENDAHULUAN (1930-81) merupakan sutradara Laki-laki tidak dilahirkan begitu saja dengan perempuan pertama yang ada di Indonesia, sifat maskulinnya secara alamiah, akan tetapi selanjutnya Sofia Waldy yang lebih dikenal dengan maskulinitas dibentuk oleh budaya dimana Sofia WD (1925-86) mulai berlajar untuk sekelompok masyarakat berada. Kebudayaan telah menyutradarai film. Selain dua pionir tadi, ada membentuk makna maskulinitas bagi seorang nama Chitra Dewi yang memulai karirnya sebagai lelaki yang dilahirkan ke dunia (Barker, 2003). sutradara pada tahun 1971. (Lücking & Eliyanah, Salah satu bentuk artefak kebudayaan yang turut 2017). Pada akhir tahun 1990an, serta dalam mengkonstruksi maskulinititas adalah mulai memproduksi film yang disutradarai oleh film (Fairclough, 2013). Film memiliki Garin Nugroho dan Nan Achnas. Debut film perkembangan panjang baik dai dalam maupun di pertamanya berjudul Kuldesak yang dia sutradarai luar negeri. Film di Indonesia pun berkembang bersama Mira Lesmana, Riri Riza serta Rizal sejak era kolonial Belanda (Nugroho dan Herlina, Mantovani. Kini, Mira Lesmana dan Nan Achnas 2015). adalah dua filmmaker perempuan yang penting di Industri perfilman merupakan sebuah industri Indonesia. yang erat kaitannya dengan pekerjaan laki-laki. Di awal tahun 2000an, Nia Dinata masuk ke Tidak banyak perempuan yang dekat dengan dalam jajaran filmmaker perempuan yang ada di industri ini, terlebih untuk posisi yang berada di Indonesia. Saat ini, Indonesia sudah memiliki belakang layar film. Perkembangan perempuan banyak filmmaker perempuan, di antaranya yang masuk ke dalam industri ini pun terbilang Marianne Rumantir, Sekar Ayu Asmara, Upi sedikit pada awalnya. Dalam rentang waktu tahun Avianto, Ucu Agustin, Nucke Rahma, Lasja 1920-1990 hanya ada empat sutradara perempuan, Fauzia, Sammaria Simanjuntak, Ratna Sarumpaet, tiga di antaranya aktif pada masa Orde Baru pada Dian W Sasmita, Viva Westi, Lola Amaria, Wendy tahun 1966-1998. Angka tersebut terhitung kecil Widasari, Djenar Maessa Ayu, Mouly Surya, dibandingkan dengan jumlah judul film yang Rayya Makarim, Rahmania Arunita, Dewi diproduksi dan didistribusikan dalam kurun waktu Ummayah, Andi Azis dan Kamila Andini. tersebut di Indonesia yaitu sebanyak 2.000 film. Film arisan sendiri adalah hasil karya satu Dan hanya ada dua puluh satu judul film yang sutradara perempuan yang menjadi pionir disutradari oleh perempuan (Lücking & Eliyanah, kemunculan sutradara perempuan lain, Nia Dinata. 2017). Film-film yang disutradari oleh Nia Dinata merupakan film-film dengan tema yang khusus

Konstruksi Relasi Seksual Laki-laki Di Indonesia dalam Film (Studi Semiotika Dalam Film Arisan ! (2003) Sutradara Nia Dinata)

MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume III, No. II, Agustus 2020, hlm 65-84 67 mengangkat kisah-kisah mengenai perempuan atau memberikan respon negatif berupa cacian dan bertemakan feminis. Beberapa judul film yang hujatan Nia Dinata. Namun pada akhirnya ia dapat disutradari oleh Nia Dinata antara lain : Ca Bau membuktikan kualitas filmnya dengan Kan (2002), Arisan! (2003), Berbagi Suami (2006), mendapatkan penghargaan sebagai film terbaik Chants of Lotus (2007), Arisan! 2 (2011). Film pada Festival Film Indonesia (FFI) pada tahun Arisan! merupakan film yang banyak mendapatkan 2004. perhatian pada kemunculannya pada tahun 2003 Film yang disutradari oleh perempuan yang lalu. banyak disebut sebagai women’s cinema Film Arisan ! menceritakan persahabatan melahirkan berbagai pandangan baru mengenai antara Andien, Meimei dan Sakti. Persahabatan film-film tersebut apakah dalam rangka mereka terjalin sejak mereka duduk di bangku menyetarakan gender dengan membawa perspektif sekolah menengah atas. Meimei, Andien dan Sakti dan isu-isu tentang perempuan ? Apakah kembali bertemu dalam sebuah acara rutin arisan kemunculan sutradara perempuan tersebut yang diadakan oleh Andien bersama teman-teman mewakili pembentukan identitas baru perempuan sosialitanya. Dibalik cerita persahabatan, ternyata atau sebuah gerakan feminis ? pertanyaan tersebut Meimei, Andien dan Sakti mempunyai muncul berkaitan dengan “kemungkinan” permasalahan dengan kehidupan pribadi mereka. sutradara perempuan membuat film perempuan Hingga pada akhirnya mereka bisa menyelesaikan (Mayne, 1990). Dalam sebuah penelitian (Kurnia, masalah yang mereka hadapi, dan kembali 2013) terdapat temuan yaitu ada tiga kelompok menjalin persahabatan mereka. terkait dengan sutradara perempuan dengan Film Arisan! yang dirilis pada tahun 2003 ini ideologi feminis, kelompok pertama melihat tidak mendapatkan banyak apresiasi yaitu meraih adanya hubungan antara posisi mereka sebagai berbagai macam penghargaan dalam beberapa sutradara perempuan dengan sutradara laki-laki. festival film. Selain penghargaan, apresiasi juga Kelompok kedua melihat bahwa identitas banyak diberikan oleh masyarakat dengan perempuan menjadi poin untuk menentukan dan memberikan berbagai macam respon atas film ini. menjadi referensi yang berkaitan dengan tata Film Arisan ! yang juga mengisahkan tentang artistik yang ada dalam film. Sedangkan yang pasangan gay, antara Sakti dan Nino mendapatkan ketiga mengakui adanya perbedaan antara sorotan yang tajam dari masyarakat. Banyak sutradara perempuan dan laki-laki, tapi hanya diantaranya yang memberikan respon positif dalam kaitanya dengan situasi tertentu. Selain itu karena keberanian Nia Dinata dalam menghadirkan terdapat penelitian yang mengkaji bagaimana kisah pasangan sejenis dalam layar sinema yang tradisi dilihat dari sudut pandang perempuan dari notabene adalah hal yang tabu bahkan tidak layak pengambilan gambar (Fischer, 2014). Namun untuk dibicarakan. Namun tidak sedikit pula yang

Konstruksi Relasi Seksual Laki-laki Di Indonesia dalam Film (Studi Semiotika Dalam Film Arisan ! (2003) Sutradara Nia Dinata)

MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume III, No. II, Agustus 2020, hlm 65-84 68 belum ditemukan penelitian yang mengkaji (Neuman, 2013). Pemilihan metode deskriptif yang Women’s Cinema secara semiotika. dipergunakan dalam penelitian ini berdasarkan dengan alasan peneliti untuk menemukan jawaban dalam penelitian, apa dan bagaimana adanya digambarkan dalam objek yang dipilih, yaitu film Arisan ! (2003). Tenik pengumpulan data melalui dokumentasi dan studi pustaka (Smith, 2009). Sedangkan untuk

unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini Gambar 1.1 Poster Film Arisan ! (1) dan (2) merupakan data langsung yang didapat dari Film Arisan ! yang dirilis pada tahun 2003 ini pengamatan mendalam terhadap obyek penelitian, layak untuk diteliti, karena Nia Dinata sebagai yakni film Arisan ! (2003) karya Nia Dinata. Selain salah satu sutradara perempuan yang fokus itu, dalam penelitian ini juga menggunakan data terhadap isu-isu dan permasalahan perempuan pendukung yang diambil melalui sumber lain dalam setiap filmnya. Selain itu film Arisan ! juga seperti buku, majalah, situs yang berhubungan dinilai menggambarkan laki-laki dari perspektif dengan obyek penelitian. Berikut peneliti sajikan yang berbeda. Peneliti juga hanya akan melakukan tabel unit analisis data untuk membantu peneliti penelitian pada film Arisan ! (1) karena peneliti dalam menganalisis maskulinitas dalam film melihat bahwa film Arisan ! (1) sebagai film Arisan ! pertama yang dirilis oleh Nia Dinata memiliki Tabel 1. Unit Analisis Olahan Peneliti orisinalitas dalam ide dasar pembuatan film ini. Unit Analisis Sub Unit Keterangan Selain itu dilihat dari tahun rilisnya, film Arisan ! Analisis (1) dinilai lebih representatif untuk melihat Maksulinitas Simbol-simbol Representasi maskulinitas yang bersamaan dengan berakhirnya yang merujuk maskulinitas pada dalam film rezim Orde Baru yang sarat dengan nilai kebapak- representasi Arisan ! dapat an. Untuk itu, peneliti akan melakukan penelitian maskulinitas dilihat dalam film berdasarkan : pada film Arisan ! (1) untuk melihat Bagaimana Arisan ! 1.Fisik yaitu sebuah kondisi Relasi Seksual Laki-laki digambarkan. yang terlihat dari METODE PENELITIAN tampilan tubuh, tempat tinggal Metode penelitian yang digunakan dalam dan berbagai hal yang dapat penelitian ini adalah penelitian kualitiatif mendukung deskriptif, yaitu sebuah penelitian dengan penampilan fisik. 2.Psikis yang menggunakan data dan menghasilkan hasil meliputi sikap penelitian yang berupa kata-kata dan gambar dan karakter yang dimiliki

Konstruksi Relasi Seksual Laki-laki Di Indonesia dalam Film (Studi Semiotika Dalam Film Arisan ! (2003) Sutradara Nia Dinata)

MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume III, No. II, Agustus 2020, hlm 65-84 69

oleh tokoh dalam heteroseksualitas menjadi daya tarik bagi jenis film Arisan ! termasuk di kelamin yang berbeda. (Endah, 2016: 151). dalamnya luapan Homoseksual atau menjadi gay sebagai sebuah emosi dan orientasi seksual. orientasi seksual yang berbeda dan menyimpang

digambarkan secara negative dan menjadi olokan. Kemudian untuk teknik analisis data yang Bahkan beberapa menganggapnya sebagai sebuah dipakai dalam penelitian ini adalah dengan penyakit menular. Payne dalam Christy (2011: 3) menggunakan metode semiotika, yaitu metode mengatakan bahwa eksklusi terhadap homoseksual yang merupakan suatu pendekatan teoritis merupakan crisis of masculinity yaitu kondisi sekaligus berorientasi kepada kode (sistem) dan dimana laki-laki telah kehilangan maskulinitasnya pesan (tanda-tanda dan maknanya, tanpa (Endah, 2016: 182). Laki-laki gay merupakan laki- mengabaikan konteks dan pihak pembaca laki yang tidak sempurna karena ia memiliki (audiens) (Peirce, 1991). perbedaan dengan gambaran laki-laki ideal yang HASIL DAN PEMBAHASAN memiliki orientasi seksual terhadap lawan jenis. Laki-laki dan Orientasi Seksual Laki-laki gay yang dianggap penyakit oleh Pembagian peran dan identitas seksual telah masyarakat, cenderung menutup dirinya dari dunia ditanamkan bahkan ketika seseorang masih kecil. luar. Banyak dari mereka yang tidak mau mengakui Pembagian peran tersebut diberikan orang tua secara terus terang bahwa mereka adalah gay. kepada anaknya dengan memberitahu bahwa ia Pengakuan mereka akan memberikan dampak laki-laki atau perempuan, diberikan celana atau negatif bagi mereka sendiri, seperti tidak diterima rok, dibelikan mainan berupa mobil-mobilan atau dalam lingkungan keluarganya, hingga dikucilkan. boneka. Kemudian ia mulai dikenalkan dengan Tidak jarang laki-laki gay menyembunyikan lawan jenis. Karena perbedaan itulah, seorang laki- identitas seksualnya dengan berpura-pura normal laki harus memiliki ketertarikan secara seksual mempunyai pacar atau istri seorang wanita. terhadap lawan jenisnya, yaitu perempuan. Laki-laki dan orientasi seksual menjadi salah Conell (1987) menyebutkan bahwa laki-laki satu tema yang mendapatkan highlight dalam film dan perempuan dibedakan sedemikian rupa melalui Arisan !. Dinata secara jujur dan terbuka membuat berbagai praktik sosial yang dinatularkan sehingga penggambaran homoseksualitas yang pada menjadi ideology seksual yang tidak terbantahkan. dasarnya merupakan isu yang sangat sensitif dan Semakin jelasnya kategorisasi maskulinitas dan cenderung mendapatkan stigma buruk di feminitas membuat distingsi jenis kelamin yang masyarakat. Akan tetapi peneliti menemukan berbeda terkesan semakin seksi dan erotis. Kondisi representasi homoseksualitas ke dalam citra yang ini merupakan sebuah mekanisme yang membuat positif. Seperti yang akan peneliti jabarkan melalui pemaparan berikut ini :

Konstruksi Relasi Seksual Laki-laki Di Indonesia dalam Film (Studi Semiotika Dalam Film Arisan ! (2003) Sutradara Nia Dinata)

MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume III, No. II, Agustus 2020, hlm 65-84 70

1. The Positive Gay ahli mengatakan bahwa gay bukanlah penyakit Homoseksual dianggap penyimpangan menular yang harus dijauhi, akan tetapi justru perilaku seksual, karena relasi seksual manusia mereka harus dikasihani. Sebuah artikel berjudul yang normal adalah heteroseksual. Masyarakat “Suratan Takdir Atau Salah Gaul” disebutkan meyakini bahwa laki-laki normal akan mempunyai bahwa menjadi gay bukan berarti tidak berguna. afeksi terhadap lawan jenisnya yaitu perempuan. Yang berbeda hanya persoalan orientasi seksual Sehingga apabila seorang laki-laki mempunyai (p.195). Sementara dalam film Arisan ! Dinata ketertarikan kepada sesama jenis, maka ia akan ingin menghadirkan gay dalam konteks yang masuk kedalam golongan manusia yang abnormal. positif seperti yang terlihat dalam scene-scene Dalam film Arisan ! Sakti sebagai salah seorang berikut ini : homoseksual pada awalnya direpresentasikan Pada scene 42, Dinata menunjukan sebagai perilaku yang abnormal. Sakti menutup- representasi gay yang positif melalui gaya nutupi identitas sesksualnya dari teman-teman dan berpakaian dua tokoh utamanya, yakni Sakti dan keluarganya. Ia takut akan dijauhi oleh teman- Nino. Pakaian yang dikenakan Sakti dan Nino teman dan keluarganya jika mereka tau bahwa merupakan pakaian yang sama yang dikenakan Sakti adalah gay. oleh laki-laki pada umumnya. Sakti dan Nino Sebutan homoseksual sebagai sebuah penyakit memakai kemeja dan celana panjang. mereka tidak identik dengan faktor internal dan eksternal. Faktor mengenakan pakaian atau atribut yang identik internal terkait dengan trauma masa kecil, dengan perempuan, seperti yang biasa dipakai oleh sementara faktor eksternal adalah lingkungan yang laki-laki kemayu yang ada dalam masyarakat. mempengaruhi. Menyinggung trauma masa kecil, Tabel 2 Scene 42. Sakti dan Nino bertemu di sebuah café hal ini berhubungan dengan apa yang orang Visual Tipe Tanda Keterangan tersebut alami pada waktu kecil. Sebagai contoh 01 Represent Dua orang amen (X) laki-laki seorang anak pernah mendapatkan pelecehan = Ikon (Sakti dan seksual oleh laki-laki atau figure ayahnya yang Nino) sedang duduk di dominan bisa menyebabkan seorang anak sebuah café. Mereka mempunyai kecenderungan menjadi homoseksual. mengenakan Setiap orang tidak menginginkan menjadi gay. pakaian kemeja Namun ketika salah satu kondisi tersebut memaksa lengan panjang dan mereka untuk menjadi gay, maka mereka tidak celana kuasa untuk melawan bahkan menolak (Endah, panjang. Audio Indeks Pertemuan 2016: 151). antara Sakti Laki-laki gay di kota besar seperti Percakapan antara dan Nino Sakti dan Nino Simbol Pakaian Sakti mulai mendapatkan tempat di masyarakat. Banyak dalam pertemuan dan Nino

Konstruksi Relasi Seksual Laki-laki Di Indonesia dalam Film (Studi Semiotika Dalam Film Arisan ! (2003) Sutradara Nia Dinata)

MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume III, No. II, Agustus 2020, hlm 65-84 71 mereka yang 02 Objek (Y) Sakti dan medium longshot, untuk memberikan gambaran pertama. Nino Nino menceritakan 03 Interpreta Sakti dan dan pengenalan obyek kepada penonton. tentang proyek n (X=Y) Nino Menjelang runtuhnya Orde Baru dan awal pembuatan merupakan filmnya. dua laki-laki Orde Reformasi adalah fase keterbukaan bagi yang terlihat sama seperti kaum homoseksual. Pada masa inilah homoseksual laki-laki pada mulai berani membuka diri dan tidak mendapatkan umumnya. Tipologi dasar Pierce : stigma buruk dari beberapa kalangan masyarakat. Dicent sinsign Dalam film Arisan ! respon tersebut terlihat dari

beberapa scene berikut ini : Berdasarkan analisis peneliti, gambar di atas merepresentasikan tentang dua orang laki-laki (Sakti dan Nino) yang sedang bertemu di sebuah Tabel 3 café. Sakti mengenakan kemeja lengan panjang dan Scene 26. Ruang psikiater Visual Tipe Tanda Keterangan celana panjang, pakaian formal bekerja. Sementara 01 Representamen Kalimat Nino mengenakan pakaian yang lebih santai, yaitu (X) = Ikon psikiater kepada baju yang juga lengan panjang serta celana Sakti yang menyatakan panjang. Pertemuan mereka adalah untuk bahwa Gay membicarakan masalah pekerjaan. pada saat ini bukan lah Simbol yang terdapat pada gambar di atas sesuatu merujuk pada pakaian yang dikenakan oleh sakti yang dianggap dan Nino. Objeknya adalah Sakti dan Nino. Hasil abnormal. Indeks Merujuk interpretasinya adalah, pakaian yang dikenakan pada kata oleh Sakti dan Nino adalah pakaian yang dipakai gay Audio Simbol Kata oleh laki-laki normal pada umumnya. Sebagai laki- “abnormal” 02 Objek (Y) Gay laki yang memiliki orientasi seksual yang sama, Dokter : 03 Interpretant Bagi Sakti dan Nino terlihat seperti laki-laki normal. Gay sekarang (X=Y) masyarakat sudah nggak pada masa Mereka berdua tidak mengenakan pakaian atau dianggap itu, gay atribut yang keperempuan-perempuanan. Tipologi abnormal lagi merupakan lho. hal yang dasar Piercnya adalah dicent sinsign yang berarti normal/ wajar bagi sebuah tanda yang memberikan informasi tertentu. masyarakat. Yakni pakaian yang dikenakan oleh Sakti dan Tipologi dasar Pierce Dicent symbol Nino, membuat mereka tampak seperti laki-laki normal. Teknik pengambilan gambarnya adalah Berdasarkan analisis peneliti, tanda verbal di atas merepresentasikan kata-kata seorang psikiater

Konstruksi Relasi Seksual Laki-laki Di Indonesia dalam Film (Studi Semiotika Dalam Film Arisan ! (2003) Sutradara Nia Dinata)

MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume III, No. II, Agustus 2020, hlm 65-84 72 tentang gay yang sudah dianggap bukan sesuatu Berdasarkan analisis peneliti, tanda verbal di yang abnormal lagi. Simbol yang terdapat dalam atas merepresentasikan tentang kata-kata Nino tanda verbal itu adalah kata “abnormal”. Objek dari untuk Sakti yang sedang takut jika orang-orang tau tanda verbal di atas adalah “gay”. Dan interpretasi bahwa ia adalah seorang gay. Nino mengatakan yang dihasilkan adalah, pada saat ini, gay bahwa orang-orang tidak akan meninggalkan Sakti merupakan suatu hal yang normal/ wajar di hanya karna ia adalah seorang gay. Sakti adalah masyarakat. Tipologi dasar Piercenya adalah dicent orang yang mempunyai banyak kelebihan yang symbol yaitu tanda yang langsung menghubungkan bisa ia banggakan. dengan objek melalui asosiasi dalam otak Simbol yang terdapat pada tanda verbal di atas seseorang. Jika psikiater itu mengatakan bahwa adalah kalimat “banyak hal yang bisa kamu “gay sekarang sudah tidak dianggap abnormal ” , banggain”. Objek pada tanda verbal di atas maka secara otomatis akan memberikan makna merujuk pada gay. Hasil interpretasinya adalah bahwa gay merupakan suatu perilaku yang sudah bahwa gay hanyalah sebuah orientasi seksual dan dianggap normal. bukan menjadi sesuatu yang bisa dibanggakan. Tabel 4. Scene 78. Obrolan Sakti dan Nino di dalam mobil. Ttipologi dasar Piercenya adalah dicent symbol Visual Tipe Tanda Keterangan yaitu tanda yang langsung menghubungkan dengan 01 Representa Kalimat yang men (X) = diucapkan objek melalui asosiasi dalam otak seseorang. Ikon oleh seroang Ketika Nino mengatakan bahwa Sakti punya laki-laki (Nino) banyak hal yang bisa dibanggakan, maka secara kepada Sakti otomatis akan memberikan makna bahwa orientasi tentang identitas seksual tidak bisa menjadi pride bagi seseroang. seksualnya. Indeks Merujuk pada Anggapan bahwa gay adalah sesuatu normal identitas dan wajar dari masyarakat dipertegas oleh Dinata seksual Audio Simbol Kalimat melalui adegan-adegan mesra antara Sakti dan “kamu punya Nino : banyak hal Nino yang digambarkan secara jelas dalam Dan aku rasa yang bisa berbagai scene berikut ini : kamu gag perlu kamu takut, orang banggain” Tabel 5. ninggalin kamu 02 Objek Gay Scene 59. Sakti dan Nino berciuman karena kamu Visual Tipe Tanda Keterangan gay, karena 03 Interpretan Gay bukanlah 01 Repres Dua orang kamu punya (X=Y) suatu hal entam laki-laki (Sakti banyak hal yang yang bisa en (X) dan Nino) bisa kamu dibanggakan. = Ikon sedang banggain. berciuman. Indeks Sakti dan Nino Tipologi dasar Pierce berpacaran Dicent symbol

Konstruksi Relasi Seksual Laki-laki Di Indonesia dalam Film (Studi Semiotika Dalam Film Arisan ! (2003) Sutradara Nia Dinata)

MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume III, No. II, Agustus 2020, hlm 65-84 73

Simbo Adegan kamar di l ciuman apartemen. Audio 02 Objek Sakti dan Nino Indeks Sakti dan Audio Nino 03 Interpr Sakti dan Nino berpacara (Backsound etan melakukan Suara nyanyian Simbol Adegan musik) (X=Y) adegan ciuman selamat ulang tahun ciuman secara dari Meimei 02 Objek (Y) Sakti dan langsung. Nino Tipologi dasar Pierce 03 Interpretasi Sakti dan Qualisign (X=Y) Nino Berdasarkan analisis peneliti, gambar di atas berciuman merepresentasikan tentang adegan antara Sakti dan secara langsung. Nino yaitu berciuman. Nino mencium Sakti di Tipologi dasar Pierce Qualisign apartemennya, saat Sakti mendadak sakit sewaktu mereka bertemu di café. Simbol yang terdapat pada Berdasarkan analisis peneliti, gambar di atas gambar di atas adalah adegan ciuman. Objek pada merepresentasikan tentang adegan antara sakti dan gambar di atas adalah Sakti dan Nino. Hasil Nino yaitu berciuman. Sakti mencium Nino di interpretasinya adalah bahwa gay bisa menunjukan apartemennya saat Nino berulang tahu. Simbol identitas seksualnya dengan adegan layaknya yang terdapat pada gambar diatas adalah adegan pasangan antara laki-laki dan perempuan . ciuman antara dua laki-laki. Objek dari gambar di Ttipologi dasar Piercenya adalah qualisign yaitu atas adalah Sakti dan Nino. Hasil interpretasinya kualitas sejauh yang dimiliki tanda. Yaitu adegan adalah bahwa gay bisa menunjukan identitas ciuman antar laki-laki dalam layar adalah wajar./ seksualnya dengan berciuman layaknya pasangaan biasa heteroseksual. Tipologi dasar Piercenya adalah Adegan berciuman antara Sakti dan Nino tidak qualisign, yaitu kualitas sejauh yang dimiliki tanda. hanya ditampilkan sekali saja. Namun ada Yakni adegan ciuman antar laki-laki dalam layar beberapa kali adegan ciuman antara Sakti dan Nino sinema adahal hal yang wajar/ biasa. yang ditampilkan Dinata secara jelas. Seperti yang Adegan-adegan seperti berpelukan dan terlihat pada secene 97 yaitu ketika Nino berulang berciuman antar pemeran laki-laki cukup banyak tahun, Sakti memberikan ucapan selamat dan ditampilkan oleh Dinata dalam film Arisan !. mereka berciuman. Dengan menggunakan teknik pengambilan gambar Tabel 6. dengan jarak yang cukup dekat dan tanpa di blur Scene 97. Sakti dan Nino berciuman membuat representasi gay yang berani Visual Tipe Tanda Keterangan 01 Representamen Dua orang menunjukkan keberadaan mereka melalui adegan- (X) = Ikon laki-laki (Sakti dan adegan yang dipertontonkan secara jelas melalui Nino) sedang film ini. Sebagai penggambaran gay yang positif berciuman dalam sebuah juga diperlihatkan Dinata melalui restu yang

Konstruksi Relasi Seksual Laki-laki Di Indonesia dalam Film (Studi Semiotika Dalam Film Arisan ! (2003) Sutradara Nia Dinata)

MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume III, No. II, Agustus 2020, hlm 65-84 74

diberikan oleh keluarga dan teman-teman Sakti. Tipologi dasar Pierce Mereka mendukung dengan apa yang menjadi Argument pilihan Sakti dan Nino. Seperti yang terlihat pada Berdasarkan analisis peneliti, tanda verbal scene berikut ini. di atas menginterpretasikan tentang seorang Scene 94 menceritakan tentang Lita yang perempuan (Lita) yang sedang berbicara dengan sedang memberitahukan Sakti bahwa ia sudah tau Sakti. Ia mengatakan bahwa ia sudah tau bahwa hubungan antara Sakti dan Nino. Sebagai paribaan Sakti adalah gay. Namun ia berkata bahwa ia tidak (jodoh) Sakti, Lita tidak merasa marah dan kecewa, akan memberitahukan ibunya Sakti tentang kondisi akan tetapi Lita justru mendukung dengan apa yang anaknya. Bahkan ia juga memberikan dukungan menjadi pilihan sakti. Bahkan secara tidak pada Sakti dengan mengatakan bahwa teman langsung Lita bermaksud untuk mendukung Sakti kuliahnya juga ada yang gay, bahkan secara tidak “mengumumkan” hubungannya dengan Nino. Lita langsung dia menyarankan Sakti untuk juga menceritakan bahwa teman kuliahnya juga memberitahukan hubungannya dengan Nino ada yang merupakan pasangan homoseksual. supaya dia merasa lega. Tabel 7 Simbol yang terdapat pada tanda verbal di Scene 94. Lita sedang berbicara dengan Sakti atas adalah berupa kata-kata dukungan dari Lita Visual Tipe Tanda Keteranga untuk Sakti. Dan objek dari tanda verbalnya adalah n 01 Represe Seorang hubungan homoseksual. Hasil interpretasinya ntamen perempuan (X) = (Lita) adalah Lita menerima kondisi Sakti dan Ikon sedang mendukungnya. Tipologi dasar Piercenya adalah memberika n saran argument yakni tanda yang merupakan inferrence kepada seseorang terhadap sesuatu berdasarkan alasan laki-laki (Sakti). tertentu. Yaitu dukungan Lita terhadap Sakti Indeks Dukungan untuk Sakti dikarenakan Lita merupakan perempuan yang Simbol Kata-kata berfikiran terbuka. Audio “ketika ada orang tau Dukungan berikutnya datang dari Ibu Sakti soal dia, dia Lita : sendiri, yang juga sudah mengetahui kondisi dan Bang, kawanku yang merasa gay itu bilang, ketika lepas” hubungan antara anaknya dengan Nino. Ia ada orang tau soal 02 Objek Hubungan dia, dia merasa lepas. (Y) homoseksu mengetahui kondisi Sakti bersamaan dengan pada Abang juga begitu ? al saat Lita mengetahuinya. Akan tetapi ibunya sakti 03 Interpret Lita an menerima juga menerima kondisi anaknya dan memberikan (X=Y) kondisi Sakti dan dukungan dengan alasan demi kebahagiaan mendukung anaknya. nya.

Konstruksi Relasi Seksual Laki-laki Di Indonesia dalam Film (Studi Semiotika Dalam Film Arisan ! (2003) Sutradara Nia Dinata)

MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume III, No. II, Agustus 2020, hlm 65-84 75

Visual Tipe Tanda Keteranga Simbol yang terdapat pada tanda verbal di atas n 01 Representa Seorang adalah berupa kata-kata dukungan dari ibu Sakti men (X) = perempuan untuk hubungan antara Sakti dan Nino. Objek dari Ikon (ibu Sakti) sedang tanda verbalnya adalah hubungan homoseksual. berbicara pada Nino Hasil interpretasinya adalah ibu sakti menerima pada saat hubungan antara Sakti dan Nino. Tipologi dasar datang berkunjung Piercenya adalah argument yakni tanda yang ke merupakan inferrence seseorang terhadap sesuatu rumahnya. Indeks Dukungan berdasarkan alasan tertentu. Yaitu dukungan ibu ibu Sakti untuk Sakti Sakti terhadap hubungan sesama jenis yang dijalani Sombol Kata-kata Sakti dan Nino. Audio “aku cuma mau dia Menurut Butler (1990: 22), pelembagaan senang” Mama Sakti : heteroseksualitas yang alamiah mengatur gender Lagi bertengkar 02 Objek (Y) Hubungan kau sama Sakti ? homoseksu menurut relasi biner, laki-laki dan perempuan, Nino : al Oh enggak tante. 03 Interpretan Ibu Sakti dimana istilah “maskulin” dibedakan dengan Mama Sakti : (X=Y) menerima “feminine” (Endah, 2016: 181). Melalui konstruksi Alah, jangan lah kondisi kau tipu-tipu anaknya. seperti itulah, laki-laki harus menunjukan identitas orang tua, aku sudah tau lah kelaki-lakiannya, seperti memiliki hasrat seksual semua. terhadap perempuan kemudian menunjukannya Sakti, anakku satu-satunya, aku (menikahinya). Ketika laki-laki gagal sayang kali sama menunjukkannya maka ia sedang berada dalam dia. Aku cuma mau dia senang. masalah, karena ia tidak sama dengan laki-laki Tipologi dasar Pierce Argument yang lainnya. Akan tetapi Dinata melalui film Berdasarkan hasil analisis peneliti, tanda Arisan ! memberikan gambaran lain bagi gay. Gay verbal di atas merepresentasikan tentang seorang mendapatkan citra positif yang memiliki ciri fisik perempuan (Ibu Sakti) yang sedang berbicara badan kekar dan atletis bukan laki-laki kemayu dengan laki-laki (Nino) ketika ia berkunjung. Pada seperti yang dikonstruksi sebelumnya di era Orde kesempatan itu, ibu Sakti menyatakan bahwa ia Baru melalui istilah waria/ banci. sudah mengetahui hubungan antara Sakti dan Nino. Penggambaran gay secara posistif dalam film Ia juga memberikan respon yang positif dengan Arisan ! juga dikonstruksi melalui citra yang mengatakan bahwa sakti meupakan anak satu- dibangun Sakti dan Nino sebagai anak muda yang satunya yang ia sayangi. Ia hanya ingin melihat memiliki pekerjaan mapan, dan terpelajar. Salah Sakti senang. satu elemen penting adalah tanggapan keluarga dan masyarakat mengenai gay. Gay sebagai yang

Konstruksi Relasi Seksual Laki-laki Di Indonesia dalam Film (Studi Semiotika Dalam Film Arisan ! (2003) Sutradara Nia Dinata)

MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume III, No. II, Agustus 2020, hlm 65-84 76 dianggap perilaku menyimpang, tidak masyarakat yang merasa terancam dengan mendapatkan tempat di masyarakat, bahkan dalam kelompok ini. merujuk pada hasil data dari lingkup yang lebih kecil yaitu keluarga dan teman- International Gay and Lesbian Human Rights temannya. Seperti kasus yang baru saja terjadi, di Commisison (2007), kelompok LGBT di Indonesia Aceh dua orang laki-laki tertangkap basah sedang adalah kelompok yang paling besar mendapatkan melakukan hubungan sesama jenis kemudian kekerasan dan diskriminasi karena orientasi diadili dan dijatuhi hukuman berupa hukum seksual mereka yang dianggap menyimpang. cambuk 85 kali. Hukuman tersebut dilakukan pada Diskriminasi kelompok LGBT hingga kini tanggal 23 Mei 2017 dan dilakukan secara terbuka masih terjadi. Bahkan sejak bulan Januarai hingga di depan masyarakat Aceh. Maret 2016, terdapat 142 kasus penangkapan, Respon positif dari keluarga dan teman-teman penyerangan, diskriminasi, pengusiran dan ujaran Sakti akan hubungannya dengan Nino membuat kebencian yang ditujukan kepada kelompok gay mempunyai bentuk representasi yang positif LGBT. Sementara itu, pada tahun 2013 tercatat dalam film Arisan !. Respon positif yang pertama 89,3% dari seluruh jumlah LGBT yang ada di adalah dari ibu Sakti, yang merestui hubungan indoensia mengalami kekerasan psikis, fisik, dan Sakti dan Nino karena hanya ingin Sakti yang anak budaya. Dengan adanya diskriminasi hingga satu-satunya bisa senang. Dukungan akan kekerasan yang diterima kelompok LGBT, banyak hubungan Sakti dan Nino juga datang dari Lita kelompok-kelompok sosial lain yang membentuk yang notabene adalah paribaannya. Dukungan sebuah lembaga atau komunitas untuk berikutnya berasal dari Meimei dengan memperjuangkan hak-hak yang sama bagi anggota mengatakan bahwa ia bukanlah orang yang kelompok LGBT. berfikiran picik karena Sakti gay lalu Meimei Seiring dengan semakin banyaknya kelompok meninggalkannya. Respon positif juga dirasakan masyarakat yang ikut membantu keseragaman hak Sakti melalui Andien yang mengatakan “sekarang hidup bagi kelompok LGBT, mereka semakin gue percaya kalo diamond is not girl’s best friend, berani menunjukan eksistensinya di masyarakat. but gay guy girl’s best friend”, ungakapan tersebut Bahkan pada tahun 2016, meskipun digelar secara menandakan bahwa menurut Andien Sakti adalah tertutup, mereka mengadakan kontes Miss Waria teman terbaiknya. Indonesia di Jakarta. Keberanian kelompok kaum 2 . The Proud Gay LBGT juga mulai merambah ke dunia sosial. Isu homoseksualitas menjadi salah satu isu Mereka secara sadar dan berani ikut eksis di sosial yang sensitive bagi masyarakat di Indonesia. media dan menajdikan identitas seksual mereka Banyak dari kelompok LGBT (lesbian/gay, menjadi sebuah kebanggaan. Salah satu bisexual,transgender) harus berjuang untuk transgender di Indonesia bahkan secara khusus menerima beberapa perlakuan yang tidak adil dari

Konstruksi Relasi Seksual Laki-laki Di Indonesia dalam Film (Studi Semiotika Dalam Film Arisan ! (2003) Sutradara Nia Dinata)

MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume III, No. II, Agustus 2020, hlm 65-84 77 ditampilkan di berbagai acara televisi swasta Karena tema itu yang paling nasional. saya kuasai. The proud gay menajadi salah satu potret yang I’am gay. Tipologi dasar Pierce representatif dalam film Arisan !. Dinata Qualisign menghadirkan tokoh Nino yang bangga akan Berdasarkan analisis peneliti, tanda verbal di identitas seksualnya sebagai gay karena ia lebih atas merepresentasikan tentang obrolan antara dua dulu menyadari bahwa ia adalah gay dibandingkan orang laki-laki yaitu Sakti dan Nino. Mereka dengan Sakti. Pada saat ia berhubungan dengan bertemu untuk pertama kalinya di sebuah café. Sakti, Nino sering menasehati Sakti untuk terbuka Nino menceritakan tentang pekerjaannya sebagai menganai identitas seksualnya kepada teman dan produser film, yang sedang menggarap film keluarganya agar dia merasa lebih tenang dan tidak bertemakan gay. Lalu ia mengakui bahwa dirinya selalu dihantui perasaan bersalah. Beberapa scene adalah seorang gay. Simbol yang terdapat dalam berikut ini, adalah scene dimana Nino dan Sakti tanda verbal tersebut adalah kata-kata Nino I’m merupakan tokoh representatif seorang gay yang gay. Objek yang terdapat pada tanda verbal di atas bangga dengan identitas seksualnya. adalah Nino. Dan hasil interpretasinya adalah Nino Tabel 9 tidak malu dan bangga memperkenalkan dirinya Scene 46. Nino dan sakti di sebuah café Visual Tipe Tanda Data sebagai seorang gay. argument yakni tanda yang 01 Representa Obrolan dua merupakan inference seseorang terhadap sesuatu men orang laki-laki (X) = Ikon (Sakti dan berdasarkan alasan tertentu. Yaitu rasa bangga Nino) Nino saat memperkenalkan dirinya sebagai seorang disebuah café.

Ini merupakan gay. pertemuan pertama Pengakuan identitas seksual Nino kepada Sakti mereka. bukanlah merupakan sesuatu yang wajar dan bisa Indeks Pengakuan dilakukan oleh semua orang, mengingat bahwa identitas seksual Nino kelompok LGBT mendapat tekanan yang sangat Simbol Kata-kata I’am gay. kuat dari kelompok masyarakat yang lain. Anggota 02 Objek (Y) Nino dari kelompok LGBT yang tidak jarang Audio mendapatkan tindak kekerasan, hingga ancaman Sakti : 03 Interpretan Nino bangga pembunuhan, membuat mereka enggan membuka Kenapa kok (X=Y) memperkenal kayaknya anda kan diri justru menutup-nutupi identitas seksual mereka. sering bikin kepada Sakti film yang sebagai akan tetapi dalam film Arisan ! Nino melakukan bertemakan seorang gay. gerakan perlawanan dengan terus aktif tentang gay ? Nino : memproduksi film bertemakan gay walaupun

Konstruksi Relasi Seksual Laki-laki Di Indonesia dalam Film (Studi Semiotika Dalam Film Arisan ! (2003) Sutradara Nia Dinata)

MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume III, No. II, Agustus 2020, hlm 65-84 78 mendapat protes dan pencekalan. Selain itu Nino Audio (X=Y) Nino bangga juga mengakui bahwa diri nya adalah gay kepada Nino : menjadi Sakti, merupakan salah satu bentuk kebanggaan Aku jadi inget gay, diposisi kamu sehingga ia Nino akan identitas seksualnya. dulu, berat ya ? tidak takut Sakti : ataupun Tidak mudah bagi seseorang bisa mengakui Jadi makasud malu untuk identitas seksual yang dianggap menyimpang oleh kamu, kalau udah membuka diposisi kamu identitas masyarakat pada orang lain. Indonesia yang secara sekarang, udah seksualnya. kultural memiliki budaya dan aturan Negara dan banyak orang Justru ia yang tau jadi merasa lega agama yang berlaku yaitu yang mengesahkan malah gag kerasa ketika berat gitu? orang- pasangan heteroseksual. Untuk itu kelompok Nino : orang LGBT tidak mendapatkan tempat di berbagai Ya, masalah- mengetahui masalah baru akan identitas tatanan masyarakat di indoensia. Mereka bahkan tetep muncul, tapi seksualnya. seenggak- cenderung dijauhi, dikasari dan juga dikucilkan. enggaknya kamu Tabel 10 gak akan Scene 78. Sakti dan Nino di dalam mobil. berurusan sama Verbal Tipe Tanda Data masalah-masalah yang itu aja, takut 01 Representa Pembicaraa ketahuan lah, men n antara negrasa bersalah (X) = Ikon dua orang lah. Tar deh laki-laki setelah kamu (Nino dan lepas dari Sakti) di ketakutan itu, dalam rasanya beban mobil. yang ada di Pembicaraa pundak kamu tu n itu terkait ilang gitu. dengan nasehat Tipologi dasar Pierce : Argument Nino kepada Sakti untuk Berdasarkan analisis peneliti, tanda verbal di membuka identitas atas merepresentasikan tentang pembicaraan dua seksualnya. Indeks Nasehat orang laki-laki yaitu Nino dan Sakti di dalam Nino untuk sebuah mobil. Nino secara tidak langsung Sakti Simbol Nino menyarankan kepada Sakti untuk memberitahukan bangga identitas seksualnya kepada teman dan menjadi gay keluarganya. Nino yang sudah menerima dengan 02 Objek (Y) Nino keadaan dirinya, merasa lebih tenang dan lega ketika orang lain mengetahui identitas seksualnya.

03 Interpretan Simbol yang terdapat dalam tanda verbal di atas

Konstruksi Relasi Seksual Laki-laki Di Indonesia dalam Film (Studi Semiotika Dalam Film Arisan ! (2003) Sutradara Nia Dinata)

MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume III, No. II, Agustus 2020, hlm 65-84 79

adalah bahwa Nino bangga menajadi seorang gay. Sakti : 03 Interpre Nino bangga Mau ngapain ? tan menjadi gay, Objek yang terdapat dalam tanda verbal di atas Nino : (X=Y) sehingga ia berani adalah Nino. Dan hasil interpretasinya adalah Nino Ya nentuin hari mengajak Sakti baik lah, tanggal untuk menikah. bangga menjadi gay. Dia merasa tenang dan lega baik hari baik. Tipologi dasar Pierce ketika orang lain mengetahui identitas seksualnya. Agument Tipologi dasar Pierce nya adalah argument yakni Berdasarkan analisis peneliti, tanda verbal di tanda yang merupakan inferrence seseorang atas merepresentasikan tentang pembicaraan antara terhadap sesuatu berdasarkan alasan tertentu. Yaitu dua laki-laki yakni Sakti dan Nino. Nino dorongan dari Nino kepada Sakti untuk membuka menanyakan kapan kedua orang tua mereka akan identitas seksualnya. bertemu untuk menentukan hari baik. Simbol yang Restu yang diberikan ibu Sakti untuk terdapat pada tanda verbal di atas adalah hari baik. hubungan antara Sakti dan Nino menjadi sebuah Objeknya adalah Nino dan hasil interpretasinya pintu bagi mereka untuk melanjutkan hubungan. adalah. Nino mengajak Sakti untuk menikah. Dalam sebuah kesempatan, ketika Nino berada di Tipologi dasar Piercenya adalah aargument yakni rumah Sakti, mereka sedang mencuci piring, Nino tanda yang merupakan inferrence seseorang menanyakan kelanjutan hubungan mereka. Nino terhadap sesuatu berdasarkan alasan tertentu. Yaitu mengajak Sakti untuk melangkah ke jenjang yang ajakan Nino untuk menikahi Sakti. lebih serius yakni pernikahan. Seperti yang terlihat Proses semiotik pada gambar tersebut pada scene berikut ini : menjelaskan penanda verbal dari Nino yang Tabel 11 Scene 105. Sakti dan Nino sedang mencuci piring menanyakan tentang pertemuan kedua keluarga yang merujuk kepada objek yaitu Sakti. Penanda dan objek tersebut menghasilkan sebuah interpretant bahwa Nino mengajak Sakti untuk berhubungan secara serius dengan mengajak orang Visual Tipe Tanda Data tua mereka bertemu untuk menentukan hari baik, 01 Represe Pembicaraan antara ntamen dua orang laki-laki yang bagi masyarakat Indonesia berarti (X) = (Sakti dan Nino), Ikon tentang kelanjutan menentukan hari pernikahan. hubungan mereka. Problem utama kaum gay yang timbul adalah Indeks Nino mengajak sakti penyebutan identitas mereka kedalam kategori Audio menikah Nino : subyek yaitu pribadi yang bebas yang berhak Jadi, kapan ni Simbol Hari baik menentukan pilihan hidupnya sendiri, terkait mama kamu bisa ketemu mama 02 Objek Nino dengan identitas seksualnya dan memilih menjadi aku ? (Y) gay. Sisi yang kontras jika dikaitkan dengan

Konstruksi Relasi Seksual Laki-laki Di Indonesia dalam Film (Studi Semiotika Dalam Film Arisan ! (2003) Sutradara Nia Dinata)

MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume III, No. II, Agustus 2020, hlm 65-84 80 posisinya sebagai objek yang menyatu dalam sosial gay. Dan objeknya adalah Sakti. Tipologi dasar masyarakat serta mendapatkan kontrol termasuk Piercenya adalah nya adalah argument yakni identitas seksualnya. Sakti kemudian menyadari tanda yang merupakan inferrence seseorang bahwa ia adalah objek yang mampu mengatur terhadap sesuatu berdasarkan alasan tertentu. dirinya sendiri, dan memutuskan untuk membuka Yaitu kebanggaan Sakti atas identitas seksualnya identitasnya. Penyebutan identitas gay oleh Sakti yaitu sebagai gay. kepada masyarakat luas merupakan salah satu Representasi gay dalam film Arisan ! bentuk “perlawanan” dengan cara mengenalkan merupakan representasi yang sangat berbeda identitas seksualnya secara berani dan terbuka dengan apa yang telah digambarkan oleh untuk menuntut sebuah pengakuan serta legalitas pemerintah pada masa Orde Baru. Masyarakat dalam masyarakat. meyakini bahwa gay merupakan salah satu bentuk Tabel 12 penyimpangan seksual yang tidak bisa dimaafkan Scene 109. Sakti memperkenalkan diri sebagai gay. dan dimaklumi kehadirannya. Kemunculan Verbal Tipe Tanda Data 01 Represent Seorang laki- kelompok gay atau LGBT di kalangan amen laki (Sakti) masyarakat menimbulkan resistensi yang (X) = yang sedang Ikon memperkenalk berujung pada tindak kekerasan secara fisik dan an diri kepada psikis terhadap kelompok tersebut. Bentuk teman-teman arisannya. resistensi yang dilakukan masyarakat terhadap

Indeks Pengakuan kaum homoseksual terjadi karena masyarakat Audio identitas masih menjunjung tinggi azas heteronormativitas, seksual Sakti Sakti : dimana adanya keharusan dan kesesuaian antara Aku Sakti, aku identitas gender dan identitas seksual. gay. Simbol Kata-kata “aku Heteronormativitas adalah ideologi yang gay” menyatakan sebuah hubungan seksual yang sah 02 Objek (Y) Sakti 03 Interpreta Sakti bangga dan tidak bisa lagi dipertanyakan (Rubin dalam n menjadi (X=Y) seorang gay. Alimi, 2005: 54). Laki-laki harus memiliki sifat Tipologi dasar Pierce maskulin dan berhubungan dengan perempuan. Argument Sementara perempuan harus memiliki sifat Berdasarkan analisis peneliti, tanda verbal feminine dan menjalin hubungan dengan lawan di atas merepresentasikan tentang seorang laki- jenisnya, yaitu laki-laki. laki (Sakti) yang mengakui bahwa dirinya adalah Istilah gay pada awalnya merupakan gay. Sakti mengakui identitas seksualnya didepan istilah yang dipakai untuk mendeskripsikan teman-teman arisannya. Simbol yang terdapat ketertarikan seksual sesame jenis (perempuan dan pada tanda verbal tersebut adalah kata-kata aku laki-laki), walaupun pada akhirnya hubungan

Konstruksi Relasi Seksual Laki-laki Di Indonesia dalam Film (Studi Semiotika Dalam Film Arisan ! (2003) Sutradara Nia Dinata)

MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume III, No. II, Agustus 2020, hlm 65-84 81

sesame jenis antar perempuan lebih sering disebut menyembunyikan rapat-rapat identitas seksual lesbi. Istilah gay muncul pertama kali pada di mereka. Namun pada kenyataannya, dalam Inggris pada abad 16 untuk aktor yang berperan masyarakat modern melalui film Arisan ! mulai sebagai perempuan. Dan pada abad 19, orang menerima keberadaan gay dalam kelompok mereka Eropa menggunakan istilah tersebut untuk selama mereka tidak memicu atau menimbulkan orientasi seksual. Gay digunakan sebagai istilah masalah di masyarakat. untuk perlawanan atau orientasi seksual yang Representasi dalam Film berlawanan dengan term yang sudah ada . Menurut Hall (1997) dalam bukunya Penyebutan istilah banci/ waria identik dengan Representation : Cultural Representation and identitas seksual mereka sebagai seorang gay. Signifying Practices , “Representation is the Representasi banci di masyarakat yang hadir dalam production of the meaning of the concept in our bentuk laki-laki yang berdandan dan berpkelakuan mind through languange” (Hall, 1997). seperti masyarakat, ikut memperburuk citra gay. Representasi merupakan produksi makna dari Akan tetapi dalam film Arisan !, Dinata konsep yang ada di pikiran manusia dan menghadirkan representasi gay ke dalam citra yang digambarkan kembali melalui bahasa. Melalui lebih positif. Sakti dan Nino sebagai tokoh gay representasi pula, sebuah makna diproduksi dan dalam film Arisan ! hadir dengan penampilan fisik dipertukarkan antar anggota masyarakat. Sistem laki-laki macho, berpostur tubuh tinggi, berbadan representasi terdiri dari dua komponen penting, tegap serta memiliki paras wajah yang ganteng. yaitu makna dan bahasa. Kedua komponen tersebut Selain ciri fisik yang jauh dari kesan kemayu dan saling berkorelasi satu dengan yang lain. Konsep gemulai, Sakti dan Nino juga merupakan orang dari dari suatu hal yang dimiliki manusia dalam kalangan terpelajar. Terlihat dari profesi yang pikirannya, membuatnya mengerti makna dari hal digeluti keduanya yaitu sebagai arsitek dan tersebut. Akan tetapi makna tidak dapat produser film. mereka juga hidup dalam kondisi dikomunikasikan tanpa menggunakan bahasa. Hal finansial yang cukup dibandingan dengan waria- terpenting dalam sistem representasi adalah, bahwa waria kelas bawah yang hidup di jalanan. kelompok yang berproduksi serta bertukar makna Representasi gay berikutnya adalah sebagai dengan baik adalah kelompok tertentu yang the proud gay, bahwa Nino dan Sakti secara sadar memiliki suatu latar belakang pengetahuan yang dan bangga memperkenalkan dirinya dengan sama sehingga dapat menciptakan suatau menyebut “I’am gay”, sebuah hal yang tidak bisa pemahaman yang hampir sama. Pemaknaan dilakukan banyak gay pada masa itu. gay dan terhadap sesuatu dapat sangat berbeda dalam homoseksualitas yang dianggap sebagai perbuatan budaya atau kelompok masyarakat yang berlainan, yang amoral dan dianggap sebagai penyakit karena masing-masing budaya dalam masyarakat masyarakat, membuat gay lebih memilih untuk

Konstruksi Relasi Seksual Laki-laki Di Indonesia dalam Film (Studi Semiotika Dalam Film Arisan ! (2003) Sutradara Nia Dinata)

MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume III, No. II, Agustus 2020, hlm 65-84 82 tersebut ada cara-cara tersendiri dalam memaknai Film digunakan sebagai alat presentasi dan sesuatu. Untuk itu konteks sosial sangat diperlukan distribusi dari tradisi hiburan yang lebih tua, dalam sebuah sistem representasi, ini berkaitan menawarkan berbagai macam cerita yang dengan perbedaan antar kelompok satu masyarakat kemudian dikemas dalam berbagai bentuk genre dengan yang lain, dalam memahami pemaknaan dalam film itu sendiri. Fenomena perkembangan atas satu objek yang sama. Teori representasi film yang sangat cepat dan tidak terprediksi menggunakan pendekatan konstruksionis, yang membuat film kini disadari sebagai sebuah budaya berargumen bahwa makna dikonstruksi melalui yang progresif. bahasa. Menurut Hall, “things don’t mean : we Women’s Cinema construct meaning, using representational system- Konstruksi stereotipe perempuan dalam concept and signs”(Hall, 1997). sinema terutama pada film-film Hollywood Burton (Junaedi, 2007) menyatakan ada melahirkan kritik dari kalangan feminis. Film beberapa unsur dalam representasi yang lahir dari dinilai sebagai media yang dimanfaatkan untuk teks media massa yang meliputi : mengkonstruksi perempuan dalam pandangan a). Stereotipe, adalah pelabelan terhadap sesuatu negative maupun positif. Laura Mulvey (1989) yang sering digambarkan secara negatif. menyatakan bahwa ada tiga sudut pandang yang b). Identitas, meliputi pemahaman kita terhadap digunakan dalam sinema yaitu sudut pandang kelompok yang direpresentasikan. kamera (pembuat film), karakter dan penonton Pemahaman menyangkut siapa mereka, nilai apa (Mulvey, 1989). Melalui sudut pandang kamera yang dianutnya, dan bagaimana mereka dilihat oleh (pembuat film), struktur narasi dalam sinema pada orang laun dari sudut pandang positif maupun awalnya adalah penggambaran laki-laki negatif. mempunyai karakter yang aktif serta powerfull. c). Pembedaan, yaitu mengenai pembedaan antar Sementara perempuan mempunyai karakter yang kelompok sosial, dimana satu kelompok berlawanan yaitu pasif dan powerless. Untuk diposisikan dengan kelompok yang lain. merubah pandangan tersebut, para perempuan d). Naturalisasi, adalah strategi representasi yang merasa perlu untuk melihat “dunia” melalui sudut dirancang untuk mendesain dan menetapkan pandang mereka sendiri. perbedaan serta untuk menjaganya agar kelihatan Istilah women’s cinema mulai dikenal sejak alami selamanya. tahun 70an dan masih mempunyai dua makna, e). Ideologi, representasi merupakan relasinya karena bersamaan dengan hadirnya perempuan dengan ideology yang dianggap sebagai kendaraan dalam gerakan politik. Women’s cinema menjadi untuk mentransfer ideologi dalam rangka bagian dari keikutsertaan perempuan dalam membangun dan memperluas relasi sosial. gerakan formal work dengan bekerja di industri perfilman. Kesuksesan perempuan yang masuk ke

Konstruksi Relasi Seksual Laki-laki Di Indonesia dalam Film (Studi Semiotika Dalam Film Arisan ! (2003) Sutradara Nia Dinata)

MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume III, No. II, Agustus 2020, hlm 65-84 83 dalam industri perfilman dicatat sebagai salah satu laki-laki dengan perempuan. Hubungan seksual usaha untuk merubah stereotipe perempuan yang diluar norma tersebut dianggap sebagai perilaku telah terbentuk selama ini. Film yang dibuat oleh yang tidak normal dan menyimpang. Akan tetapi perempuan adalah untuk menggantikan model film Arisan!, konstruksi gay dan homoseksualitas camera gaze yang selama ini menggunakan male berubah bentuk ke dalam citra yang positif. Tokoh gaze untuk mengeksplorasi tubuh dan estetika gay tidak lagi digambarkan dengan peran yang perempuan, dimana perempuan dipandang dunia kemayu, berpendidikan rendah dan berasal dari melalui mata pandang laki-laki. Sementara dengan kalangan ekonomi menengah kebawah. Tokoh gay masuknya perempuan ke dalam industri perfilman, dalam film ini digambarkan sebagai sosok laki-laki perempuan akan mendapatkan pandangan baru bertubuh atletis yang menjadi symbol maskulinitas, akan dirinya sendiri (De Lauretis, 1985). memiliki karir serta pendapatan yang tinggi. Dalam film Arisan ! tokoh gay diberikan ruang untuk SIMPULAN “coming out” dengan bangga dan berani. Keluarga Berdasarkan analisis yang telah dilakukan oleh dan teman-teman Sakti dan Nino juga mau peneliti untuk menjawab permasalahan dan tujuan menerima keadaan mereka sebagai pasangan gay penelitian, maka peneliti menarik kesimpulan tanpa penolakan dan diskriminasi. Bahkan adegan relasi seksual yang dikonstruksi oleh Nia Dinata ciuman antar pemeran laki-laki dalam film Arisan dalam film Arisan ! merupakan hubungan seksual ! ditampilkan beberapa kali tanpa adanya sensor. sesama jenis atau homoseksualitas. Hal tersebut Nia Dinata sebagai sutradara perempuan terlihat dalam analisis yang dilakukan oleh peneliti mampu mengkonstruksi maskulinitas yang berbeda dalam film Arisan ! bentuk konstruksi relasi dan mempunyai bentuk yang beragam. Film Arisan seksual yang dinamis, digambarkan melalui ! menjadi pembuka kesadaran masyarakat akan bentuk-bentuk baru relasi seksual yang berbeda bentuk-bentuk baru maskulinitas mengingat film dari representasi yang telah terbangun di Indonesia ini dirilis pada tahun 2003 yang baru saja merdeka pada masa Orde Baru. Ada beberapa bentuk dari masa Orde Baru yang membentuk perubahan konstruksi relasi seksual sebagai salah maskulinitas dari satu sisi saja. satu bentuk maskulinitas baru dalam film Arisan ! DAFTAR PUSTAKA yang dibangun oleh Nia Dinata sebagai seorang Barker, C. (2003). Cultural studies: Theory and sutradara. practice. Sage. Fairclough, N. (2013). Critical discourse analysis and Temuan hasil terkait mmaskulinitas dalam critical policy studies. Critical Policy Studies, relasi seksualnya, berbeda dengan representasi 7(2), 177–197. https://doi.org/10.1080/19460171.2013.798239 yang telah ada di dimasyarakat. Masyarakat Fischer, L. (2014). Shot/Countershot: Film Tradition and Women’s Cinema. Princeton University Press. Indonesia setuju dengan norma heteroseksual, Kurnia, N. (2013). To be or not to be feminist: feminism, yaitu hubungan seksual dua jenis kelamin berbeda, subjectivity, and women film directors in post-new order Indonesia.

Konstruksi Relasi Seksual Laki-laki Di Indonesia dalam Film (Studi Semiotika Dalam Film Arisan ! (2003) Sutradara Nia Dinata)

MEDIALOG: Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume III, No. II, Agustus 2020, hlm 65-84 84

Lücking, M., & Eliyanah, E. (2017). Images of authentic Muslim selves: Gendered moralities and constructions of Arab others in contemporary Indonesia. Social Sciences, 6(3), 103. Mayne, J. (1990). The woman at the keyhole: Feminism and women’s cinema. Indiana University Press. Neuman, W. L. (2013). Metodologi penelitian sosial: Pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Jakarta: PT. Indeks. Peirce, C. S. (1991). Peirce on signs: Writings on semiotic. UNC Press Books. Smith, J. A. (2009). Psikologi kualitatif: Panduan praktis metode riset. Terjemahan Dari Qualitative Psychology A Practical Guide to Research Method. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Konstruksi Relasi Seksual Laki-laki Di Indonesia dalam Film (Studi Semiotika Dalam Film Arisan ! (2003) Sutradara Nia Dinata)