Indah Khairunnisah

Total Page:16

File Type:pdf, Size:1020Kb

Indah Khairunnisah HALAMAN PENGESAHAN Karya ini diajukan oleh Nama : Indah Khairunnisah NPM : 1006698805 Program Studi : Arab Fakultas : Ilmu Pengetahuan Budaya Jenis Karya : Makalah Non Seminar Judul Karya Ilmiah : Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Sumatera Thawalib Parabek Bukittinggi: Transformasi Sistem Halaqah menjadi Sistem Klasikal (1908-1926) Telah disetujui oleh pembimbing skripsi untuk diunggah di lib.ui.ac.id/unggah dan dipublikasikan sebagai karya ilmiah sivitas akademika Universitas Indonesia Pembimbing Skripsi : Siti Rohmah Soekarba, S.S., M.Hum./NIP 196402091990032001 ( ) Ditetapkan di : Depok Tanggal : 25 Agustus 2014 Lembaga pendidikan islam..., Indah Khairunnisah, FIB UI, 2014 FORMULIR PERSETUJUAN PUBLIKASI NASKAH RINGKAS Yang bertanda tangan di bawah ini Nama : Siti Rohmah Soekarba, S.S., S.Pd., M.Hum NIP/NUP : 196402091990032001 adalah pembimbing dari mahasiswa s1 Nama : Indah Khairunnisah NPM : 1006698805 Fakultas : Ilmu Pengetahuan Budaya Program Studi : Arab Judul Naskah Ringkas : Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Sumatera Thawalib Parabek Bukittinggi: Transformasi Sistem Halaqah menjadi Sistem Klasikal (1908-1926) menyatakan bahwa naskah ringkas ini telah diperiksa dan disetujui untuk: X Dapat diakses di UIANA (lib.ui.ac.id/unggah) saja. Tidak dapat diakses di UIANA karena: Data yang digunakan berasal dari institusi tertentu yang konfidensial Akan ditunda publikasinya mengingat akan atau sedang dalam proses pengajuan Hak Paten/Hak Cipta hingga tahun ………………………………… Akan dipresentasikan sebagai makalah pada Seminar Nasional yaitu: ………………………………………………………………………………….. yang diprediksi akan dipublikasikan sebagai prosiding pada bulan ..… tahun …. Akan ditulis dalam bahasa Inggris dan dipresentasikan sebagai makalah pada Seminar Internasional yaitu: …..……………………………………………………………………….. yang diprediksi akan dipublikasikan sebagai prosiding pada bulan ..… tahun …. Akan diterbitkan pada jurnal Program Studi/Departemen/Fakultasi di UI yaitu: ………………………………………………………………………………….. Lembaga pendidikan islam..., Indah Khairunnisah, FIB UI, 2014 yang diprediksi akan dipublikasikan sebagai prosiding pada bulan ..… tahun …. Akan diterbitkan pada jurnal Nasional yaitu: ………………………………………………………………………………….. yang diprediksi akan dipublikasikan sebagai prosiding pada bulan ..… tahun …. Akan dituliskan dalam Bahasa Inggris untuk dipersiapkan terbit pada Jurnal Internasional yaitu: ……………………………………………………………... yang diprediksi akan dipublikasikan sebagai prosiding pada bulan ..… tahun …. Depok, 25 Agustus 2014 (Siti Rohmah Soekarba, S.S., S.Pd., M.Hum) Pembimbing Lembaga pendidikan islam..., Indah Khairunnisah, FIB UI, 2014 LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM (LPI) SUMATERA THAWALIB PARABEK BUKITTINGGI: TRANSFORMASI SISTEM HALAQAH MENJADI SISTEM KLASIKAL (1908-1926) Indah Khairunnisah dan Siti Rohmah Soekarba Program Studi Arab, FIB, UI, Depok, 16424, Indonesia Email : [email protected] Abstrak Penelitian ini menjelaskan tentang perubahan sistem halaqah menjadi sistem klasikal di Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Sumatera Thawalib Parabek Bukittinggi, Sumatera Barat. Metode yang digunakan adalah metode penulisan sejarah yang memiliki tahapan heuristik, kritik sumber sejarah, eksplanasi dan kausalitas, serta historiografi. Penemuan-penemuan dalam skripsi ini membuktikan bahwa perubahan sistem pendidikan yang terjadi di Sumatera Thawalib Parabek Bukittinggi merupakan sebuah upaya untuk menghadapi tuntutan zaman. Perubahan sistem tersebut meliputi perubahan dalam kurikulum dan metode pengajaran yang didorong oleh faktor internal berupa ijtihad Syekh Ibrahim Musa dan faktor eksternal berupa munculnya sekolah modern di Sumatera Barat. Kata kunci : surau, Sumatera Thawalib, Syekh Ibrahim Musa, halaqah, klasikal. Abstract This research explains about the transformation from halaqah system to classical system in Sumatera Thawalib Parabek Bukittinggi, West Sumatera. This thesis uses historical writing method with four steps: heuristic, historical source critics, explanation and causality, and also historiography. The results of this thesis proves that the system transformation happened in Sumatera Thawalib Parabek Bukittinggi is an effort to face the ages. The system transformation cover the changes in curriculum and teaching method which are encouraged by internal factor of Syekh Ibrahim Musa’s ijtihad and external factor of the modern school emerging in West Sumatera. Keywords : surau, Sumatera Thawalib, Syekh Ibrahim Musa, halaqah, classical. Pendahuluan Islam telah masuk ke Minangkabau sejak abad pertama hijriah, sekitar abad ke-7 M melalui pesisir Minangkabau.1 Surau, sebuah tempat peribadatan sejak zaman 1 M.D. Mansoer, Sedjarah Minangkabau, Jakarta: Bhratara, 1970, hal. 43. Lembaga pendidikan islam..., Indah Khairunnisah, FIB UI, 2014 Hindu/Budha menjadi sebuah media untuk menyebarkan agama Islam. Surau Islam pertama yang dikenal adalah Surau Ulakan, didirikan oleh Syekh Burhanuddin, yang digunakan untuk melakukan aktivitas pengajaran dan penyebaran agama Islam. Syekh Burhanuddin Ulakan juga mengembangkan ajaran tarekat Syattariah sebagai upaya untuk memperbaiki perilaku masyarakat Minangakabau yang masih jauh dari ajaran agama Islam.2 Keadaan yang memprihatinkan di Minangkabau menimbulkan perpecahan dalam masyarakat Minangkabau, sehingga mereka terbagi menjadi dua, yaitu golongan adat dan golongan tua. Kedua golongan ini mencapai puncak konflik dan menyebabkan pecahnya Perang Paderi selama 17 tahun sebelum akhirnya dapat ditumpaskan. Pembaruan Islam kedua di Minangkabau dimulai oleh salah seorang tokoh yaitu Syekh Ibrahim Musa. Syekh Ibrahim Musa atau Inyiak Parabek lahir di nagari Parabek, Bukittinggi, pada hari Minggu, 12 Syawal 1301 H atau bertepatan dengan 1882 M.3 Setelah menuntut ilmu, ia mendirikan pengajian Al-Quran dan kitab di Surau Parabek. Di suraunya, ia mengajarkan murid-muridnya dengan sistem halaqah yang tidak memiliki batasan waktu dalam belajar pada 1908. Kemudian, ia melakukan perubahan terhadap sistem pendidikan di suraunya, yaitu mengganti sistem halaqah menjadi sistem klasikal pada 1921. Dalam sistem klasikal, murid-murid dibagi ke dalam tingkat-tingkat dan waktu belajarnya dibatasi. Metode pendidikan Sumatera Thawalib Parabek yang dibuat Syekh Ibrahim Musa membawa perubahan yang signifikan pada suraunya. Dari sebuah surau yang menggunakan sistem halaqah menjadi sebuah lembaga pendidikan Islam dengan sistem kelas. Hal ini dianggap sebagai cara Surau Parabek menghadapi perkembangan zaman kolonial Hindia Belanda, yaitu dengan mempertahankan misi pendidikan Islam untuk mempelajari agama namun lulusannya tetap dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman. Dari penjelasan di atas, sistem pendidikan Sumatera Thawalib Parabek, Bukittinggi sejak tahun 1908-1926 menjadi menarik untuk dibahas. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah dengan empat tahapan yaitu: a. Heuristik, yaitu menemukan sumber; 2 Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Mutiara Sumber Widya, 1992, hal. 22. 3 Subhan Afifi, Syekh Ibrahim Musa: Inspirator Kebangkitan, Jakarta: NHF Publishing, 2010, hal. 9. Lembaga pendidikan islam..., Indah Khairunnisah, FIB UI, 2014 b. Kritik sumber sejarah, yaitu penyeleksian sumber; c. Eksplanasi dan kausalitas, yaitu menjelaskan dan merangkai fakta-fakta dalam hubungan sebab-akibat. d. Historiografi, yaitu penulisan kembali hasil rangkaian fakta. Teori Masuknya Islam ke Minangkabau Menurut Mansoer M.D, terdapat dua periode masuknya Islam ke daerah Minangkabau, pertama, periode pengaruh perkembangan agama Islam Sunni (670-730 M), dan kedua, periode perkembangan pengaruh agama Islam Syi’ah (1000-1350 M). Islam masuk ke daerah Minangkabau pertama kali pada abad ke-7 Masehi melalui Minangkabau Timur, yaitu daerah aliran sungai Kampar Kanan dan Kampar Kiri dan lembah aliran sungai Batanghari dan Sungaidareh yang dibawa oleh pedagang- pedagang Arab yang juga bertindak sebagai penyebar agama Islam.4 Periode pertama masuknya Islam ke Minangkabau merupakan hasil pengaruh dua kerajaan yang berkuasa di Asia, yakni (1) negeri Cina di bawah dinasti Tang (607 - 908 M) yang beragama Budha Mahayana yang telah menaklukkan sebagian Asia Tengah; (2) Kekhalifahan Umayyah (661-750 M) yang beragama Islam yang menguasai sebagian wilayah Asia Tengah lainnya, juga Timur Tengah hingga Semenanjung Siberia. Dua kerajaan penguasa Asia tersebut tidak selalu hidup berdampingan secara harmonis, meskipun keduanya satu sama lain saling bergantung akibat perdagangan jalur sutera.5 Khalifah pertama Umayyah, Muawiyyah (661-680 M), berusaha menguasai perdagangan lada, agar kebutuhan bahan dagang yang penting itu tidak harus bergantung pada dinasti Cina Tang. Bandar-bandar dalam kekuasaan kekhalifahan Umayyah di Teluk Persia telah melakukan hubungan dagang dengan Minangkabau Timur. Melalui saudagar-saudagar pelaut dari Teluk Persia, Muawiyyah mengirimkan surat kepada Raja Sriwijaya, Sri Maharaja Lokitawarman. Isi surat tersebut adalah ajakan untuk masuk Islam dan mengadakan hubungan dagang secara langsung dengan Damaskus. Sesudah dia meninggal, politik Muawiyyah dilanjutkan oleh cucunya, Sulaiman Abdul Madjid (715-717 M). Dia memerintahkan angkatan lautnya di Teluk 4 M.D. Mansoer, Sedjarah Minangkabau, Jakarta: Bhratara, 1970, hal. 44. 5 Ibid., hal. 45. Lembaga pendidikan islam..., Indah Khairunnisah, FIB UI, 2014 Persia yang terdiri dari 35 buah kapal untuk menduduki Muara Sabak guna memonopoli perdagangan lada. Pengganti Sri Maharaja Lokitawarman, Sri Maharaja Srindrawarman akhirnya masuk Islam pada tahun 718 M. Korespondensi antara
Recommended publications
  • Peran Hajjah Rangkayo Rasuna Said Dalam Memperjuangkan Hak-Hak Perempuan Indonesia (1926-1965)
    PERAN HAJJAH RANGKAYO RASUNA SAID DALAM MEMPERJUANGKAN HAK-HAK PEREMPUAN INDONESIA (1926-1965) E-JURNAL Oleh: Esti Nurjanah 13406241069 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017 PERAN HAJJAH RANGKAYO RASUNA SAID DALAM MEMPERJUANGKAN HAK-HAK PEREMPUAN INDONESIA (1926-1965) Oleh: Penulis 1 : Esti Nurjanah Penulis 2 : Dr. Dyah Kumalasari, M.Pd. ABSTRAK Hajjah Rangkayo Rasuna Said merupakan tokoh Sumatera Barat sekaligus pahlawan nasional Indonesia yang berperan memperjuangkan hak-hak perempuan Indonesia tahun 1926-1965. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui: (1) latar belakang kehidupan Hajjah Rangkayo Rasuna Said, (2) perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said pada masa kolonial tahun 1926-1945, (3) perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said pasca kemerdekaan Indonesia tahun 1946-1965. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah Kuntowijoyo yang terdiri dari lima tahap. Pertama pemilihan topik. Kedua pengumpulan data (heuristik) yang terdiri dari sumber primer dan sekunder. Ketiga kritik sumber (verifikasi). Keempat penafsiran (interpretasi). Kelima penulisan sejarah (historiografi). Hasil penelitian ini adalah: (1) Hajjah Rangkayo Rasuna Said memiliki latar belakang keluarga yang berasal dari kalangan ulama dan pengusaha terpandang. Faktor lingkungan yang syarat dengan adat Minang dan agama Islam, mempengaruhi kepribadiannya sehingga tumbuh menjadi perempuan berkemauan keras, tegas, dan taat pada syariat Islam, (2) perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said dimulai dengan bergabung dalam Sarekat Rakyat tahun 1926. Pada masa pendudukan Belanda hingga Jepang, dirinya aktif mengikuti berbagai organisasi. Beliau dikenal sebagai orator ulung, pendidik yang tegas serta penulis majalah, (3) perjuangan Hajjah Rangkayo Rasuna Said pasca kemerdekaan Indonesia lebih banyak di bidang politik. Beliau terus mengembangkan karirnya dalam Parlemen mulai tingkat lokal hingga nasional di Jakarta.
    [Show full text]
  • Studi Terhadap Peran Sentral Syekh Burhanuddin Ulakan
    Indonesian Journal of Islamic History and Culture Vol. 1, No. 2 (2020). 122-136 P-ISSN: 2722-8940; E-ISSN: 2722-8934 SEJARAH ISLAMISASI MINANGKABAU: STUDI TERHADAP PERAN SENTRAL SYEKH BURHANUDDIN ULAKAN Ridwan Arif Universitas Paramadina, Jakarta Email: [email protected] Abstract Sheikh Burhanuddin is known as a prominent Minangkabau scholar. The Islamization of Minangkabau is commonly associated with him. He is seen as a scholar succeeded in islamizing the Minang community. This study examines the role of Sheikh Burhanuddin in the process Islamization of Minangkabau. It examined the approaches and methods applied by Sheikh Burhanuddin in his efforts to Islamization. This study is a qualitative research, namely library research using the document analysis method. The results indicate that Syekh Burhanuddin was successful in his efforts to Islamize Minangkabau because he used the Sufism approach in his preaching, namely da'wah bi al-hikmah. This approach is implemented in the da'wah method, namely being tolerant of, and adopting local culture (Minangkabau customs and culture). Even further, Sheikh Burhanuddin succeeded in integrating Minangkabau customs with Islamic teachings. Keywords: Syekh Burhanuddin; da'wah; Islamization of the Minangkabau Abstrak Syekh Burhanuddin dikenal sebagai seorang ulama besar Minangkabau. Islamisasi Minangkabau sering dikaitkan dengan dirinya. Ini karena ia dipandang sebagai ulama yang sukses mengislamkan masyarakat Minang. Studi ini mengkaji peran Syekh Burhanuddin dalam islamisasi menangkabau. Ia meneliti pendekatan dan metode-metode yang digunakan Syekh Burhanuddin dalam upaya islamisasi. Kajian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian kepustakaan yang menggunakan metode dokumen analisis. Hasil kajian ini menunjukkan Syekh Burhanuddin berhasil dalam upaya islamisasi Minangkabau karena menggunakan pendekatan tasawuf dalam dakwahnya yaitu da’wah bi al-hikmah.
    [Show full text]
  • Bab Ii Profil Buya Hamka
    17 BAB II PROFIL BUYA HAMKA A. Latar Belakang Kehidupan dan Pendidikan Buya Hamka Haji Abdul Malik Karim Amrullah merupakan nama asli dari Buya Hamka yang biasa kita kenal, beliau lahir di desa Tanah Sirih kenagarian Sungai Batang ditepi Danau maninjau, pada tanggal 14 Muharam 1326 Hijriah bertepatan pada tanggal 17 februari 19081. Beliau dibesarkan dalam keluarga yang alim dan taat menjunjung tinggi agama.Ayahnya bernama Syekh Abdul Karim Amrullah. Beliau mengawali pendidikannya dengan membaca Al-Qur’an bertempat dirumahnya sendiri ketika beliau pindah dari maninjau ke Padang Panjang pada tahun 19142.Dan setahun kemudian ketika umur 7 tahun beliau dimasukkan oleh ayahnya ke sekolah desa. Pada tahun 1916 beliau menimba ilmu di sekolah Pasar Usang Padang Panjang. Pagi hari beliau pergi ke sekolah dan sore harinya ia berada di surau bersama teman sebayanya. Inilah kebiasaan beliau sehari-hari pada masa kecilnya. Dua tahun kemudian ketika beliau berusia 10 tahun ayahnya mendirikan sebuah pesantren di Padang Panjang dengan nama Sumatera Thawalib. Dengan harapan kelak Hamka menjadi Ulama seperti dirinya, kemudian Hamka kembali menimba ilmu dipesatren ini. Kehausan Hamka dalam menunutut ilmu memang terlihat sangat besar sekali. Ketidak puasannya dengan metode yang ia dapat dari ayahnya menyebabkan 1Hamka (Haji Abdul Karim Amrullah), Kenang-kenangan Hidup, Bulan Bintang, Jakarta, 1979, h 9.s 2Hamka, ibid, h 28 18 beliau berusaha meninggalkan tanah sumatera menuju tanah jawa, beliau mengawali pengembaraannya dari kota Yogyakarta. Dari sinilah kelihatan bahwa kota ini mempunyai makna yang berarti dalam pertumbuhan sebagai pejuang dan pemikir dikemudian hari. Beliau sendiri mengakui bahwa kota inilah ia menemukan islam sebagai sesuatu yang hidup dan menmberikan sebuah pendirian dan perjuangan yang dinamis.3 B.
    [Show full text]
  • Rahmah El Yunusiyyah Kartini Padang Panjang (1900-1969)
    Nafilah Abdullah RAHMAH EL YUNUSIYYAH KARTINI PADANG PANJANG (1900-1969) Nafilah Abdullah Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta [email protected] ABSTRAK Rahmah El- Yunusiyyah adalah Kartini Padang Panjang, seorang Pahlawan tanpa tanda jasa. Tokoh Rahmah El- Yunusiyyah adalah seorang wanita tokoh pembaharuan dari Padang Panjang yang sempat hidup pada tiga zaman yaitu zaman penjajahan kolonial Belanda, zaman penjajahan Jepang, dan zaman Kemerdekaan, namun sampai saat ini pemerintah Indonesia belum memberikan penghargaan sebagai pahlawan Nasional. Mengapa penelitian ini dilakukan? Secara historis, Tokoh Rahmah El-Yunusiyyah pada zaman Belanda telah mendirikan Perguruan Diniyyah Puteri Padang Panjang (1923). Memberikan dukungan pada Kongres Sumpah Pemuda (1928). Memimpin gerakan menentang dua buah peraturan Belanda, yaitu Ordonantie Kawin Bercatat dan Ordonantie Sekolah Liar pada tahun 1932. Pada pendudukan Jepang, mempersiapkan murid- murid Diniyah Puteri mengikuti pelatihan P3K dan Palang Merah sebagai ganti tenaga sukarela dalam pertempuran (1943). Memberikan dukungan penuh dalam pembentukan pasukan Gyugun, yang menurutnya sangat strategis sebagai alat mencapai kemerdekaan Indonesia (1944). Menjadi pengurus ADI (Anggota Daerah Ibu) tingkat Sumatera Tengah yang bertujuan menentang pemerintahan Jepang yang menggunakan gadis remaja untuk dijadikan wanita penghibur, dan menuntut ditutupnya rumah bordil. Menjadi ketua Ha Ha No Kai dari Gyugun Ko En Kai. menjadi anggota Ha Ha No Kai, anggota Peninjau Sumatera Cuo Sang In. Anggota Mahkamah Islam Tinggi Vol. 10, No. 2, Juli-Desember 2016/ISSN: 1978-4457 (p), 2548-477X (o) 51 Rahmah El Yunusiyyah Kartini Padang Panjang (1900-1969) (MIT)Bukit Tinggi. Masa Kemerdekaan bersama beberapa Perwira Gyugun dan Tokoh masyarakat Padang Panjang membentuk tentara Keamanan Rakyat (TKR). Menjadikan Diniyyah Puteri sebagai dapur umum bagi para pejuang seperti Laskar Sabilillah, Sabil Muslimat, dan Hizbullah.
    [Show full text]
  • Quran Manuscript from Kerinci
    Advances in Social Science, Education and Humanities Research (ASSEHR), volume 137 International Conference on Qur'an and Hadith Studies (ICQHS 2017) QURAN MANUSCRIPT FROM KERINCI: THE PROOF THAT THERE IS A CONNECTION BETWEEN HARAMAIN (MEKKAH AND MADINAH AT THAT TIME) AND KERINCI BACK IN THE EIGHTEENTH TO NINETEENTH CENTURY Zarfina Yenti Sulthan Thaha Saifuddin State Islamic Univercity Jambi [email protected] Abstract Qur'an manuscript dated back in 18 to 19th century often written and copied by hand and part of an important cultural heritage in Indonesia and often found in various cities in Indonesia, including Kerinci. There had been lots of attention lately on the old Qur'an manuscript from Indonesia, but most of them are concentrated in big cities in Indonesia, not Kerinci. This old manuscript found in Kerinci belong to Syekh Ahmad Khatib, a very well-known Islamic scholar, who was educated in Makkah and Madinah in the late 19th to early 20th century. According to the watermark found in the paper used in this old manuscript, the manuscript was dated back in the 18th century and written on an old Europen paper. It finds that this old Quran manuscript is written beautifully using nasakh calligraphy that was often used at that time but with no illuminations. Even without illumination, this Qur'an manuscript is written beautifully and was written differently then other Quran manuscript found in the archipelago, making it a very rare finding among other manuscript found in Jambi. It was brought back by Syekh Muhammad Khatib from Mekkah after he had finished his study back in the early 20th century.
    [Show full text]
  • FENOMENA PERGESERAN KONFLIK PEMIKIRAN ISLAM DARI TRADISIONALIS Vs MODERNIS KE FUNDAMENTALIS Vs LIBERALIS
    20 FENOMENA PERGESERAN KONFLIK PEMIKIRAN ISLAM DARI TRADISIONALIS vs MODERNIS KE FUNDAMENTALIS vs LIBERALIS Khoirul Huda* Abstract: A new mode of religious conflict has emerged in Indonesia following the fall of the old regime in the country. The conflict in point is that between the fundamentalists and the liberals, one that means that the nuance of the conflict is no longer organizational any more than it is ideological. We now rarely hear about the conflicts between the traditionalists and the modernists, just as we now rarely are capable of differentiating their basic tenets. The difference between the two has now become to a large extent vague. In the meantime, conflicts are now taking place between the fundamentalists and the liberals on almost regular basis. Hence, we hear the conflict for example between the FUUI and Ulil Abshar Abdalla who received death threat from the afro-mentioned organization. And also the so-called Monas Tragedy, which for some reflects the real tension between the two currents of thought. This paper is designed to analyze this conflictual phenomenon and the implication that may emerge thereof by using the Post- structural theory, which is the continuation of the structuralist theory of Levi-Strauss. What we mean by the Post-structural theory is that which is developed by Michel Foucault (d. 1984) where he speaks of the archeology of knowledge and the genealogy of power. In Foucault’s theory, the former is to do with the organization of documents, their classification, their distribution and management in an orderly manner so as to enable us to differentiate between which are relevant and which are not.
    [Show full text]
  • Perlawanan Ulama Minangkabau Terhadap Kebijakan Kolonial Di Bidang Pendidikan Awal Abad Xx
    PERLAWANAN ULAMA MINANGKABAU TERHADAP KEBIJAKAN KOLONIAL DI BIDANG PENDIDIKAN AWAL ABAD XX Erman (Dosen Fakultas Adab IAIN Imam Bonjol. Email: [email protected]) Abstract The resistance of Minangkabau’s scholars against colonial policy of education in the early of 20th century started from a scientific study has revealed that the pre-conditions that led to the birth of the movement is the penetration of the colonial government against the people in this area and plan the implementation of policies in the field of education, namely Ordinance 1928 and teachers’ Ordinance in 1932. This historical experience was seen by scholars Minangkabau might impede the freedom and the rights to broadcast the Islamic religion. Various reactions appeared and Islamic ideology seems to be the main driving to oppose colonial rule related teachers’ ordinancy and illegal schools. The spirit of nationalism that was born at the beginning of the 20th century were also encouraged scholars to take the fight against the colonial policy. In line with this goal, the scholars utilizing the network that has been built on Islamic educational institutions in the past to build a resource (strength) and then to form a committee as institutional resistance. Resistance itself they did in the form of protests by the general meeting of Minangkabau’s scholars and then proceed with the delivery of vote of no confidence to the colonial government. The resistance impacted the emerging alliance of young and old scholars, the birth of a radical political party in Minangkabau and the pressure of the colonial government Key Words: Resistance, Minangkabau’s Ulema, Colonial, Education PENDAHULUAN oleh Audrey Kahin sebagai refleksi munculnya pergerakan nasionalisme dan anti-kolonial Pada permulaan abad ke-20, Minangkabau pertama di Minangkabau.
    [Show full text]
  • SHEIKH DJAMIL DJAHO and SOCIO-RELIGIOUS CRITICISM of MINANGKABAU MUSLIM: a Study on Taz|Kirat Al-Qulu>B Fi> Mu‘A>Mala>T ‘Alla>M Al-Guyu>B
    Analisa Journal of Social ScienceThe Map and ofReligion SMA/SMK Islamic Education Teachers’ Competencies in Central Java Website Journal :Umi http://blasemarang.kemenag.go.id/journal/index.php/analisa Muzayanah, Siti Muawanah, Nur Laili Noviani, Zakiyah, Setyo Boedi Oetomo, Nugroho Eko Atmanto https://doi.org/10.18784/analisa.v3i02.651 SHEIKH DJAMIL DJAHO AND SOCIO-RELIGIOUS CRITICISM OF MINANGKABAU MUSLIM: A Study on Taz|kirat al-Qulu>b Fi> Mu‘a>mala>t ‘Alla>m al-Guyu>b Saeful Bahri Office of Religious Research and ABSTRACT Development Jakarta [email protected] This article discusses the socio-religious critique of Sheikh Djamil Djaho on the religious and socio-society conditions in Minangkabau. Analysis of the content Paper received: 08 August 2018 and approach of social history-intellectuals was used to dissect the contents of the Paper revised: 06 – 16 November 2018 book Taz|kirat al-Qulu>b associated with social-religious context in the policy at the Paper approved: 15 December 2018 beginning of the 20th century. Based on the analysis of texts it is known that Sheikh Djaho expressed his criticism towards several groups. Among the groups are (1) scholars, (2) worshippers, (3) Sufism experts, and (4) experts of the world. According to Sheikh Djaho, the four groups might include gurur (faction), when they use intelligence in their respective fields as masks, not in honesty. This study shows three points. First, the presence of Sheikh Djaho’s criticism departs from the reality of the life of the clergy and layman at that time. Second, the reality of social life keeps a text alive in society.
    [Show full text]
  • 1 Surau Jembatan Besi
    SURAU JEMBATAN BESI: CIKAL BAKAL LAHIRNYA PENDIDIKAN ISLAM MODERN DI PADANGPANJANG Oleh Witrianto1 Pendidikan adalah usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah tingkah laku manusia ke arah yang diinginkan. Batasan ini berlaku baik untuk pendidikan formal maupun non formal. Kegiatan mendidik atau pendidikan bisa terjadi di tempat-tempat yang memang disediakan untuk itu, seperti sekolah dengan guru sebagai pendidiknya, atau di rumah dengan orangtua yang dengan kata, sikap, dan perilakunya berusaha untuk membentuk sikap, pandangan hidup anak-anaknya. Saudara atau teman dapat juga menjadi pendidik, karena penolakan atau penerimaan mereka terhadap perilaku seseorang menentukan seseorang itu untuk dapat mempertahankan sikap atau mengharuskan mengubah sikap atau perilaku. Dalam masyarakat sederhana, pada awalnya pendidikan dimaksudkan untuk mengajarkan budaya, yaitu mengajar anak untuk mengetahui dan mengamalkan nilai- nilai dan tatacara yang berlaku dalam masyarakat. Proses ini berjalan secara informal, anak belajar melalui pengamatan pada lingkungannya dan orang-orang yang terdekat dengan dia. Sikap yang harus dilakukan dalam menghadapi situasi tertentu diketahui dalam pengamatan atau pengalaman. Jadi dalam masyarakat sederhana, semua orang yang lebih tua dan berpengalaman adalah pendidik, begitu pula alam sekitarnya. Namun, dalam masyarakat yang lebih kompleks, makin banyak yang harus diketahui anak untuk bisa hidup dalam lingkungan masyarakatnya dengan baik, karena itu anak tidak dapat lagi belajar “dengan sendirinya”. Seseorang memerlukan cara yang lebih efisien untuk dapat menerima transmisi budaya dan pengetahuan yang begitu banyak. Untuk itu diperlukan adanya pendidikan yang formal dengan guru sebagai pendidik dan terbagi dalam berbagai jenjang dan kekhususan. 1 Penulis adalah staf pengajar Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Andalas, saat ini sedang menempuh pendidikan di Program S-3 Program Studi Pembangunan Pertanian Universitas Andalas Padang.
    [Show full text]
  • Majalah Soearti Sebagai Media Massa Persatuan Tarbiyah Islamiyah (1937 – 1945)
    ISSN 1411-1764 e-ISSN 2722-3515 Vol. 2 No. 4 Tahun 2020 Majalah Soearti sebagai Media Massa Persatuan Tarbiyah Islamiyah (1937 – 1945) Mira Liswar1(*), Hendra Naldi2 1,2 Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang *[email protected] Abstract This article is a historical study that discusses Soearti magazine as the Perti mass media. This research is a Press History study with the aim of the research to describe Soearti's journey as Perti's mass media, the background of the emergence of Soearti magazine, and the role of Soearti magazine for Perti. This study uses the historical method which relies on four steps of activities namely heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. The conclusion obtained that the Mass Media Modernization Movement is strongly influenced by the differences between the Old and the People who gave birth to Intellectuals in West Sumatra. The presence of criticism from Young Group Clerics was responded with great care by the Old People so that there would be no war like the padri wars that had happened before. In 1935 Perti held a conference which was held in Bukittinggi which gave birth to the Statutes and Bylaws of the Tarbiyah Islamiyah Association. The first Tarbiyah Islayah Association will publish magazines, religious books and general knowledge books. In 1937 Perti as the official media was Soearti Magazine. After becoming the official media of the Tarbiyah Islamiyah Union, Soearti became a response to the differences between the Old and Young. The step taken by the Old Man is essentially an anticipatory step so that the understanding of Sunniyah Shafi'iyah still survive in Minangkabau.
    [Show full text]
  • Print This Article
    20 Rahmawati Baharuddin Islamic Education In West Sumatra: Historical Point Of View By Rahmawati Baharuddin Abstract Paper ini berfokus pada sejarah singkat pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam di Minangkabau sebelum dan sesudah munculnya gerakan pembaharuan Muhammadiyah. Perkembangan pendidikan Islam itu sendiri dimulai berbarengan dengan kedatangan Islam di Sumatera Barat. Gagasan reformis gerakan Muhammadiyah dalam bidang sosial keagamaan pada abad ke-20 memberikan sumbangsih yang besar terhadap perkembangan modemisme Islam di Sumatera Barat dan telah memberikan wama terhadap sistem pendidikan di Indonesia. A. Introduction Many scholars have argued that the rise and growth of Islamic education in one region began with the preaching oflslam which mainly conducted through the medium of education. Mahmud Yunus, 1 a great Indonesian educator, for instance, thought that Aceh, a region located at the northern tip of Sumatra, was the first part of Indonesia whose its inhabitants were converted to Islam. 2 However, scholars do not agree on the exact moment that Islam was introduced into the Indonesian archipelago. This difference of opinion stems from the fact that the factual data on the earliest period of Islam in the archipelago are so scanty. Nevertheless, we can classify their opinions into two categories. The Ulul Albab, Vol. 5 No. 1, 2004 Islamic Education In West Sumatra 21 first group, most of them Dutch scholars, such as Pijnappel, hold the opinion that Islam was first introduced into Indonesia in the twelfth century by Shii.f'f Arabs from Gujarat and Malabar. His opinion was based on the fact that these regions are mentioned so frequently in the early history of the Indonesian archipelago.3 The same holds true for Snouck Hurgronje, who believed that the twelfth century was the most probable date for the lslamization of the Indonesian archipelago.
    [Show full text]
  • BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Merupakan
    BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia, melalui pendidikan dimensi yang dimiliki manusia, seperti dimensi keberagamaan, individual, sosial dan susila dapat digali dan dikembangkan. Pengembangan dimensi-dimensi itu menuntut penyediaan pelayanan pendidikan yang kondusif sesuai dengan tuntutan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemenuhan tuntutan masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan menyebabkan terjadinya perubahan pada penyediaan pelayananan pendidikan yang kondusif, tidak saja pada aspek substansi seperti kurikulum, pendidik dan tenaga kependidikan, pembiayaan, sarana dan prasarana dan hubungan sekolah dengan masyarakat tetapi juga pada aspek manajemen pendidikan. Lembaga pendidikan adalah wadah tempat terjadinya proses pelayanan pendidikan yang terus menerus berupaya untuk melakukan perubahan baik pada aspek substansi maupun manajemen sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, politik, demografi dan globalisasi agar mampu memberikan pelayanan pendidikan yang kondusif dalam rangka optimalisasi pengembangan potensi peserta didik dan pemenuhan tuntutan masyarakat akan pelayanan pendidikan yang baik. Lembaga pendidikan yang tidak mampu memberikan pelayanan pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi diyakini tidak diminati masyarakat atau peserta didik dan secara perlahan-lahan akan mengalami inertia yang pada akhirnya akan mati. 1 2 Perubahan
    [Show full text]