Pengaruh Rezim Ekonomi Politik Terhadap Keamanan Ekonomi Pasca Perang Sipil Di Nepal
Total Page:16
File Type:pdf, Size:1020Kb
https://doi.org/10.26593/jihi.v16i1.3398.51-67 Pengaruh Rezim Ekonomi Politik Terhadap Keamanan Ekonomi Pasca Perang Sipil di Nepal Hidayat Chusnul Chotimah1 1Program Studi Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Teknologi Yogyakarta, [email protected] atau [email protected] ABSTRAK Perang sipil atau yang disebut sebagai People’s War selama sepuluh tahun di Nepal (1996-2006) telah mengakibatkan human insecurity khususnya terkait ancaman keamanan ekonomi dan keamanan individu (person) bagi masyarakat di Nepal. Keberadaan rezim ekonomi politik yang dibawa pasca berakhirnya perang sipil di Nepal telah menimbulkan adanya kekerasan struktural yang dialami oleh masyarakat seperti perampasan hak politik, ekonomi maupun sosial. Tulisan ini akan menjelaskan bagaimana pengaruh sindikat rezim politik dan ekonomi yang dibawa setelah perang sipil di Nepal terhadap keamanan manusia khususnya pada aspek keamanan ekonomi dan bagaimana upaya pemerintah untuk mengatasi hal tersebut. Kajian dalam tulisan ini menggunakan metode penelitian kualitatif melalui studi pustaka yang dikumpulkan dari artikel jurnal maupun laporan penelitian terdahulu. Hasil kajian menunjukkan bahwa keberadaan rezim ekonomi politik di Nepal telah membawa Nepal sebagai salah satu negara termiskin di dunia dalam dimensi kemiskinan moneter dan non- moneter. Dari segi kemiskinan moneter, ada perbedaan pendapatan yang lebar yang dirasakan oleh penduduk di Nepal. Sedangkan dari segi kemiskinan non-moneter dapat dilihat dari kondisi kerawanan pangan yang membawa implikasi terhadap memburuknya kondisi kesehatan dan gizi akibat dari akses yang buruk terhadap pelayanan dasar dan perlindungan sosial. Kata Kunci: Rezim ekonomi politik, Perang Sipil, Keamanan Manusia, Keamanan Ekonomi, Nepal ABSTRACT The ten years People’s war or civil war in Nepal during 1996-2006, has resulted in human insecurity particularly the threat of economic security and personal security. The existence of political and economic regime brought after the end of civil war in Nepal has led to structural violence for communities such as the deprivation of political, economic and social rights. This paper will explain how the influence of political and economic regime syndicate brought after Nepal's civil war to human security, particularly on economic security dimensions and how the efforts of government to overcome it. The study uses qualitative research method through literature study that collected from journal articles and previous research reports. The results show that the existence of political and economic regime in Nepal has brought Nepal as one of the world's poorest countries in the dimensions of monetary and non-monetary poverty. In terms of monetary poverty, there are wide income differences experienced by the population in Nepal. While in terms of non-monetary poverty can be seen from the condition of food insecurity which has implications for deteriorating health and nutrition conditions due to poor access to basic services and social protection. Keywords: Political economic regimes, People’s war, Human Security, Economic Security, Nepal 51 52 Hidayat Chusnul Chotimah | Pengaruh Rezim Ekonomi Politik Terhadap Keamanan Ekonomi Pasca Perang Sipil di Nepal Pendahuluan negara yang melindungi kelompok etnis 3 Nepal merupakan salah satu negara tertentu dan kasta tinggi di Nepal. dengan tingkat keberagaman yang tinggi di Perpaduan antara unsur politik dan mana ada 103 kasta dan etnis kelompok serta ekonomi inilah yang menjadi dasar permulaan 92 bahasa.1 Ketika Nepal memutuskan untuk atas kekecewaan sipil dan konflik bersenjata menganut sistem demokrasi multipartai dari yang telah menelan korban jiwa dan sumber tahun 1990-an yang disertai dengan penerapan daya selama satu dekade di Nepal.4 Langkah ekonomi liberal, sistem ini ternyata dianggap reformasi yang lambat dan dangkal pada paruh tidak bisa mengatasi eksklusi dan kerentanan pertama tahun 1990-an menjadi alasan bagi sosial yang ada. Hal ini menimbulkan Maois (Communist Party of Nepal-Maoist/ ketidaksetaraan dalam distribusi sumber daya CPN-M) yaitu salah satu partai komunis di produktif termasuk tanah, modal dan teknologi Nepal yang ideologinya lebih condong pada (yang diukur dengan tingkat kemiskinan atau ajaran Mao Tse Tung dan dipengaruhi oleh koefisien Gini dari pendapatan atau aset Revolusi Kebudayaan dari China5 untuk sumber daya produktif). Proses pembangunan memulai Perang Sipil atau “People’s War“ di Nepal sendiri telah mengabaikan sektor pada tahun 1996.6 Pada saat melancarkan pertanian. Sementara itu, kemiskinan di perang sipil, anggota Maois yang duduk di pedesaan diperburuk oleh tingginya tingkat Parlemen Nepal hanya ada 4 dari 205 kursi. kepemilikan tanah akibat upaya untuk Maois melancarkan perang tersebut karena melakukan reformasi tanah di tahun 1950-an Perdana Menteri Nepal saat itu (Sher Bahadur dan 1960-an yang telah gagal. 2 Deuba) menolak 40 poin tuntutan yang Selain itu, patronase elit negara di mensyaratkan restrukturisasi negara termasuk Nepal terbentuk berdasarkan permasalahan penyusunan konstitusi baru melalui pemilihan 7 kepemilikan tanah oleh penguasa atau disebut majelis konstituante di Nepal. sebagai “state landlordism” dengan People’s war atau perang sipil yang memberikan imbalan terhadap pegawai negeri, dikembangkan oleh Mao merupakan bentuk bangsawan dan pendeta atas kesetiaan politik perang yang tidak biasa (unusual war) di mana serta layanan kepada negara. Sistem ini perang ini mengintegrasikan antara kemudian menciptakan kelas elit tanah sebagai masyarakat, politik, partai komunis, dan urusan kasta tinggi dan kelas petani sebagai kasta militer. Menurut Mao, perang bukan bawah. Pola elit anggota kasta tinggi masyarakat menunjukkan keengganan untuk 3 Andrew Nelson, Betrayed by the Neoliberal State, bekerja, tetap puas dengan tidak melakukan Neglected by the “Jangali” Company: The apa pun selain mengumpulkan uang sewa dan Anxiety of Autonomy in an Elite Housing Colony in Kathmandu, Nepal, City & Society, Vol. 29, dipuji secara sosial, bahkan mereka mendapat Issue 1. 2017 perlindungan dari paternalisme ekonomi 4 Yuba Raj Khatiwada, Loc. Cit. 5 Arjun Karki dan David Seddon, Chapter 1 People in Historical Context. Dalam Karki, Arjun dan Seddon, David (ed.), The People’s War in Nepal Left Perspectives (pp. 3-48). Delhi: Adroit Publishers. 2003 1 Yuba Raj Khatiwada, Cooperatives, economic 6 Richard A. Mathew dan Bishnu Raj Upreti, democracy and human security: Perspectives from Environmental change and human security in Nepal. Paper presented at 1st National Cooperative Nepal, Dalam Matthew, Richard A. dkk. (Eds.), Congress Kathmandu, Nepal. March 27. 2014. Global environmental change and human Retrieved from security. Cambridge, Massachusetts: MIT Press. https://www.nrb.org.np/ofg/events_ofg/Governor's_ 2010 Speeches-- 7 Basnett, Yurendra. From Politicization of Governor's_Presentation_Paper_at_1st_National_C Grievances to Political Violence: An Analysis of ooperative_Congress_a.pdf the Maoist Movement in Nepal, Working Paper 2 Ibid. Series, March. 2009 53 Hidayat Chusnul Chotimah | Pengaruh Rezim Ekonomi Politik Terhadap Keamanan Ekonomi Pasca Perang Sipil di Nepal merupakan kejahatan moral melainkan sebuah Koirala (Nepali Congress), Madhav Kumar tindakan politik yang dilakukan untuk Nepal (CPN-UML), Sher Bahadur Deuba menghancurkan status quo yang sudah (Nepali Congress-Democratic), Amik mengakar dan untuk memajukan masyarakat Sherchan (People’s Front), Bharat Bimal serta merupakan bentuk perang pembebasan Yadav (NSP), Narayan Man Bijukchhe dari negara semi-kolonial.8 Dengan demikian, (NWPP) dan C.P. Mainali (United Left Front). perang sipil di sini merupakan model perang Sementara dari Maois diwakili oleh Prachanda yang berpusat pada kelas pekerja sebagai (CPN-M).10 Kesepakatan antara SPA dan kekuatan utama dan kaum tani sebagai Maois ini menjadi basis untuk melaksanakan pendukung utama revolusi. Sementara pusat ‘People Movement’ karena Raja Nepal masih gravitasinya berada di pedesaan yang ingin mempertahankan kekuasaannya dengan mengelilingi kota-kota, dan revolusi dilakukan mencari dukungan baik secara internasional melalui Perang Rakyat yang berkepanjangan maupun dari masyarakat Nepal. Gerakan (Protacted People’s War). damai bersama masyarakat yang telah Perang sipil yang dilancarkan Maois di direncanakan tersebut akhirnya memaksa raja Nepal berpusat pada enam distrik yaitu melepaskan kekuasaan eksekutif dan Rukum, Rolpa, Jajarkot, Salyan dan Gorkha di mengembalikannya pada rakyat melalui daerah midwestern dan western Nepal serta di parlemen. Gerakan damai ini berlangsung Sindhuli bagian centre-east Nepal. Empat selama sembilan belas hari hingga tanggal 24 distrik pertama merupakan basis area inti dan April 2006, yang selanjutnya menandai masa dukungan bagi Maois. Serangan Maois mulai transisi sejarah Nepal dengan peresmian dilancarkan yaitu pada hari pertama saat milisi Perjanjian Perdamaian Komprehensif rakyat dan pasukan komando CPN (Maoist) (Comprehensive Peace Agreement/ CPA) pada berhasil menduduki kantor polisi, termasuk pos 16 November 2006. polisi Athbiskot di Distrik Rukum dan pos Perjanjian perdamaian yang telah polisi Holeri di Distrik Rolpa. Pada hari yang disepakati untuk mengakhiri perang sipil sama, di Distrik Gorkha mereka berhasil selama satu dekade sebelumnya dilakukan menduduki Small Farmers' Development dalam upaya transformasi ekonomi dan sosial. Project office dan menyita dokumen Namun, pemerintah masih belum mampu kepemilikan tanah yang disimpan sebagai mencapainya.