KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN POLITEKNIK PALCOMTECH

LAPORAN TUGAS AKHIR

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK SWASTA NASIONAL DAN BANK PEMERINTAH DI BEI DENGAN METODE TOBIN’S Q

Diajukan Oleh:

VINES DUTAVHIRA

041160049P

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

Mencapai Gelar Ahli Madya

PALEMBANG

2020 DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...... i PENGESAHAN PEMBIMBING ...... ii PENGESAHAN PENGUJI ...... iii KATA PENGANTAR ...... iv DAFTAR ISI ...... vi DAFTAR GAMBAR ...... ix DAFTAR TABEL ...... x DAFTAR LAMPIRAN ...... xi ABSTRAK ...... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...... 1 1.2. Rumusan Masalah ...... 6 1.3. Batasan Masalah ...... 6 1.4. Tujuan Penelitian ...... 6 1.5. Manfaat penelitian ...... 6 1.5.1. Manfaat Bagi Penelitian...... 6 1.5.2. Manfaat Bagi Perusahaan ...... 6 1.5.3. Manfaat Bagi Akademik ...... 7 1.6. Sistematika Penulisan ...... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori ...... 9 2.1.1. Teori Keagenan ...... 9 2.1.2. Kinerja Keuangan...... 9 2.1.3. Manfaat Penilaian Kinerja ...... 10 2.1.4. Tujuan Penilaian Kinerja ...... 11

vi 2.1.5. Kinerja Bank ...... 12 2.1.6. Kinerja Keuangan ...... 13 2.1.7. Bank ...... 14 2.1.8. Fungsi Bank ...... 15 2.1.9. Kegiatan Bank Pemerintah & Bank Swasta ...... 16 2.1.10. Profitabilitas ...... 16 2.1.10.1. Loan To Deposit ...... 17 2.1.10.2. Return On Aset ...... 17 2.1.10.3. Return On Equity ...... 18 2.1.10.4. Total Asset ...... 19 2.1.11. Metode Tobin’s Q ...... 20 2.1.12. Laporan Keuangan ...... 22 2.2. Penelitian Terdahulu...... 23 2.3. Kerangka Pemikiran...... 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ...... 26 3.2. Jenis dan Sumber Data...... 26 3.2.1. Jenis Data ...... 26 3.2.2. Sumber Data ...... 26 3.3. Defenisi Operasional Variabel Penelitian ...... 27 3.3.1. Populasi ...... 27 3.3.2. Sampel ...... 28 3.4. Difinisi Operasional Variabel Penelitian ...... 29 3.5. Teknik Pengumpulan Data ...... 31 3.6. Teknik Analisis Data ...... 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ...... 32 4.1.1. Sejarah Umum Bursa Efek Indonesia ...... 32

vii 4.2. Visi dan Misi ...... 33 4.2.1. Struktur Organiasai Bursa Efek Indonesia ...... 33 4.2.2. Sejarah Profil Perusahaan ...... 34 4.3. Hasil ...... 46 4.3.1. Profitabilitas...... 46 4.3.2. Metode Tobin’s Q...... 58 4.4. Analisis ...... 61 4.4.1. Profitabilitas...... 61 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ...... 76 5.2. Saran ...... 76 DAFTAR PUSTAKA ...... 77 HALAMAN LAMPIRAN ...... 78

viii BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan perekonomian suatu negara sangat ditentukan oleh

kondisi perbankan di negara tersebut. Bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank harus

menjaga kepercayaan yang diberikan masyarakat dalam mengelrola dana

mereka. Apabila masyarakat percaya dengan bank untuk mengelola dana

mereka, maka berdampak positif bagi perekonomian.

Industri perbankan sangat penting bagi pembangunan ekonomi,

terutama dalam membiayai aktivitas yang berhubungan dengan uang. Usaha

perbankan sendiri lahir karena pada kenyataannya tidak setiap orang yang

menabung menggunakan tabungannya untuk keperluan sehari-hari,

sedangkan banyak kegiatan usaha lain yang membutuhkan modal lebih

banyak dari kemampuan para pemilik usaha tersebut.

Perusahaan secara periodik selalu mengeluarkan laporan keuangan yang

dibuat oleh bagian akunting dan diberikan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan, misalnya pemerintah, kreditor, pemilik perusahaan dan pihak

manajemen sendiri. Selanjutnya, pihak-pihak tersebut akan melakukan

pengolahan data dengan melakukan perhitungan lebih lanjut untuk

1

2

mengetahui apakah perusahaan telah mencapai standar kinerja yang dipersyaratkan atau belum.

Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Bank

Sumber : tirto.id

Dari laporan tahunan, sembilan bank yang termasuk kategori BUKU 3 dan 4 tersebut, hanya dua bank yang konsisten memiliki rasio BOPO di bawah 70 persen – rasio terbaik sesuai skema OJK - yaitu BRI dan BCA.

Keberhasilan kedua bank tersebut ditunjang dengan kemampuan menjaga pertumbuhan aset secara konsisten. Meningkatnya pertumbuhan aset membuat beban operasional tidak tumbuh terlalu besar per tahunnya. Di sisi lain, pada periode lima tahun terakhir, Bank Permata selalu mencatatkan

BOPO tertinggi, mencapai 150,80 persen pada 2016. Rasionya sendiri selalu di atas rata-rata nasional. Dalam Laporan Tahunannya disebutkan lonjakan

3

rasio BOPO tersebut diakibatkan peningkatan rasio kredit bermasalah atau net non-performing loan (NPL-net) dari 1,4 persen pada 2015 menjadi 2,2 persen pada 2016. Peningkatan NPL Bank Permata juga berdampak pada kerugian setelah pajak yang mencapai Rp6,48 triliun pada 2016. Padahal, tahun sebelumnya mereka berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp247,11 miliar. Setelah mengalami kenaikan tajam pada 2016, bank Permata akhirnya mampu menurunkan rasio BOPO pada 2017 menjadi 94,80 persen. Pada lingkup nasional, rerata rasio BOPO pada periode lima tahun terakhir memang masih berkutat pada 74 persen hingga 82 persen dengan tren yang meningkat. Penurunan baru terjadi pada 2017 menjadi 78,64 persen dari sebelumnya yang tercatat sebesar 82,22 persen.

Kinerja keuangan perusahaan dapat diukur dengan metode Tobin’s Q.

Tobin’s Q merupakan salah satu indikator pengukur kinerja keuangan perusahaan dari perspektif investasi telah diuji diberbagai situasi manajemen puncak dan Tobin’s Q telah dibandingkan dengan Altman Z-score sebagai indikator lain yang layak untuk dijadikan sebagai indikator pengukur ekonomi perusahaan.

Pengukuran kinerja keuangan perusahaan menggunakan metode

Tobin’s Q terlihat sederhana, sehingga menarik banyak perhatian dalam perputaran investasi. Para investor dan analis mencari indikator serupa yang sederhana untuk menjelaskan hubungan bisnis dan ekonomi yang sangat kompleks. Tobin’s Q sebagai indikator pengukur nilai perusahaan telah banyak digunakan dalam penelitian keuangan, khususnya penelitian yang

4

mengambil permasalahan nilai perusahaan. Tobin’s Q adalah indikator untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, khususnya tentang nilai perusahaan, yang menunjukkan suatu proforma manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan.

Kinerja keuangan pada perbankan merupakan suatu alat ukur untuk memperkirakan apakah bank tersebut dinilai baik atau tidak baik, maka dari itu peneliti ingin meniliti bank pemerintah dan bank swasta nasional yang terdaftar di bursa efek Indonesia yang dianggap baik untuk kedepannya berdasarkan kinerja keuangan yamg dikelola oleh bank tersebut menggunakan metode Tobin’s Q.

Penelitian yang dilakukan oleh Nur (2015) tentang Penilaian Kesehatan

Bank dengan Metode RGEC pada PT. . Penelitian ini menggunakan analisis data desktritif kualitatif alinisis rasio : (1) Risk Profile menggunakan rasio keuangan NPL (Non Performing Loan), dan LDR (Loan to Deposit Ratio), (2) Good Corparate Governance, (3) Earnings menggunakan rasio keuangan ROA (Return On Asset), dan NIM (Net Interest

Margin), dan (4) Capital menggunakan rasio keuangan CAR (Capital

Adequacy Ratio). Kinerja PT Bank Rakyat Indonesia harus dipertahankan dengan cara menjaga tingkat kesehatan bank. PT Bank Rakyat Indonesia dapat meningkatkan kemampuan aset, pengelolaan modal, serta pendapatan operasional, sehingga kualitas laba bank dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan.

5

Penelitian yang dilakukan oleh Kusuma dan Musaroh (2014) tentang

Pengaruh Rasio Keuangan terhadap Nilai Perusahaan Perbankan yang

Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel dependen pada penelitian

Kusuma dan Musaroh (2014) adalah Nilai Perusahaan dan variabel independennya adalah ROA, NIM, LDR, RAR, APB dan ROE. Hasil yang didapatkan dari penelitian Kusuma dan Musaroh (2014) menunjukkan bahwa

ROA, NIM, dan LDR berpengaruh positif terhadap Nilai Perusahaan.

Sedangkan RAR berpengaruh negatif, APB dan ROE tidak berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Srihayati (2015) tentang Pengaruh

Kinerja Keuangan Perbankan terhadap Nilai Perusahaan dengan Metode

Tobin’s Q pada Perusahaan Perbankan yang Listing Kompas 100 (Periode

2009-2013). Variabel dependen pada penelitian Srihayati (2015) adalah Nilai

Perusahaan yang diukur dengan metode Tobin’s Q dan variabel independennya adalah Kinerja Keuangan yang diukur dengan rasio CAR,

NPL, BOPO, LDR, dan NIM. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh

Srihayati (2015) yaitu secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Kinerja Keuangan (CAR, NPL, BOPO, LDR, dan NIM) terhadap Nilai

Perusahaan. Sedangkan secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan 12 antara Kinerja Keuangan (CAR, NPL, BOPO, LDR, dan NIM) terhadap Nilai

Perusahaan.

Berdasarkan uraian di atas, penulis menyadari betapa pentingnya pemahaman atas Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan pada Bank Swasta

6

Nasional dan Bank Pemerintah menggunakan metode Tobin Q, sehingga

penulis tertarik untuk mengambil judul Tugas Akhir “Analisis Perbandingan

Kinerja Keuangan Bank Swasta Nasional dan Bank Pemerintah di BEI

dengan Metode Tobin’s Q”.

1.2. Rumus Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka penulis merumuskan

masalah yang ada yaitu Bagaimana perhitungan kinerja keuangan

menggunakan metode Tobin’s Q pada Bank Swasta Nasional dan Bank

Pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?

1.3. Batasan Masalah

Pada penelitian ini penulis membahas tentang Analisis Kinerja

Keuangan pada Bank Swasta Nasional dan Bank Pemerintah yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Periode (2016-2018).

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perhitungan

analisis perhitungan kinerja keuangan menggunakan metode Tobin’s Q

terhadap Bank Swasta Nasional dan Bank Pemerintah yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Manfaat Bagi Penelitian

Sebagai sarana untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai

Analisis Kinerja Keuangan pada Bank Swasta Nasional dan Bank

Pemerintah.

7

1.5.2. Manfaat Bagi Perusahaan

Sebagai bahan masukan untuk mengetahui manfaat mengenai analisis

kinerja keuangan menggunakan metode Tobin’s Q terhadap Bank

Swasta Nasional dan Bank Pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.

1.5.3. Manfaat Bagi Akademik

Sebagai bahan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian

analisis kinerja keuangan pada Bank Swasta Nasional dan Bank

Pemerintah.

1.6. Sistematika Penelitian

Sistematika penelitian Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan mengenai latar belakang, perumusan masalah,

batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini memuat landasan teori, penelitian terdahulu, dan kerangka

pemikiran.

BAB III. METODE PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan lokasi dan waktu penelitian, jenis

penelitian, jenis data, teknik pengumpulan data, populasi dan

sampel, dan definisi operasional variable penelitian.

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

8

Bab ini akan dibahas mengenai data penelitian (data

perusahaan/organisasi), hasil pengujian dan pembahasan.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dari semua uraian – uraian pada bab

sebelumnya dan juga berisi saran – saran yang diharapkan berguna

dalam penelitian.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori Keagenan

Wibowo dan Aisjah (2013) menyatakan bahwa hubungan

keagenan adalah hubungan antara dua pihak yang dinamakan pihak

agen sebagai pihak yang diberi wewenang untuk menjalankan suatu

tugas atau manajer serta pihak prinsipal yaitu pihak yang memberikan

wewenang dan tugas kepada agen atau pemegang saham. Teori

keagenan menekankan adanya pemisahan fungsi kepemillikan

(prinsipal) dengan fungsi manajemen/agen. Pemisahan fungsi tersebut

dapat menimbulkan konflik antara principal dan agen yang disebut

agency problem.

2.1.2. Kinerja Keuangan

Menurut Bastian (Handayani, 2013) Kinerja adalah gambaran

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijaksanaan

dalam mewujudkan sasaran, tujuan misi dan visi organisasi yang

tertuang dalam perumusan skema strategi (strategic planning) suatu

organisasi. Kinerja keuangan merupakan hasil dari pelaporan keuangan

berdasarkan standar keuangan yang telah ditetapkan. Analisis kinerja

keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap review

data, menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi

terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu (Agung,

9

10

2012:6). Mereka yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan

suatu perusahaan sangatlah perlu untuk mengatahui kondisi keuangan

perusahaan tersebut, dan kondisi keuangan suatu perusahaan akan dapat

diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan, yang

terdiri dari neraca, laporan perhitungan rugi laba serta laporan-laporan

keuangan lainnya (Munawir, 2010).

2.1.3. Manfaat Penilaian Kinerja

Menurut Fahmi (2011), manfaat dari penilaian kinerja adalah

sebagai berikut :

1. Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam

suatu periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan

pelaksanaan kegiatannya.

2. Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara

keseluruhan, maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk

menilai kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan

perusahaan secara keseluruhan.

3. Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan

untuk masa yang akan datang.

4. Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan

organisasi pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada

khususnya.

5. Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar

dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.

11

2.1.4. Tujuan Penilaian Kinerja

Tujuan penilaian kinerja perusahaan menurut Munawir (2010) adalah :

1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan

untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang harus segera

dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

keuangannya pada saat ditagih.

2. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila

perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka

pendek maupun jangka panjang.

3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas, yaitu

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba

selama periode tertentu.

4. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan

perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yang diukur

dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk

membayar beban bunga atas hutang-hutangnya termasuk

membayar kembali pokok hutangnya tepat pada waktunya serta

kemampuan membayar deviden secara teratur kepada para

pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.

12

2.1.5. Kinerja Bank

Kinerja bank secara umum merupakan gambaran prestasi yang

dicapai oleh bank dalam operasionalnya. Kinerja keuangan bank

merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode

tertentu baik mencakup aspek penghimpunan dana maupun penyaluran

dananya. Kinerja menunjukkan sesuatu yang berhubungan dengan

kekuatan serta kelemahan suatu perusahaan. Kekuatan tersebut

dipahami agar dapat dimanfaatkan dan kelemahan pun harus diketahui

agar dapat dilakukan langkah-langkah perbaikan.

Kinerja perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan

mengevaluasi laporan keuangan. Informasi posisi keuangan dan kinerja

keuangan di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk

memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan dan hal-hal

lain yang langsung menarik perhatian pemakai seperti pembayaran

dividen, upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan

untuk memenuhi komitmennya ketika jatuh tempo.

Menurut Kurniasari (2014), kinerja keuangan adalah prestasi

kerja di bidang keuangan yang telah dicapai oleh perusahaan dan

tertuang pada laporan keuangan dari perusahaan. Selain itu tujuan

pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam

mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang

13

telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil

yang diharapkan.

Kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau

tidaknya tujuan oraganisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau

manajer sering tidak memperhatikan kecuali sudah amat buruk atau

segala sesuatu jadi serba salah. Terlalu sering manajer tidak mengetahui

betapa buruknya kinerja telah merosot sehingga perusahaan / instasi

menghadapi krisis yang serius. Kesan-kesan buruk organisasi yang

mendalam berakibat dan mengabaikan tanda-tanda peringatan adanya

kinerja yang merosot.

2.1.6. Kinerja Keuangan

Menurut Sutrisno (2009), Kinerja keuangan adalah prestasi yang

dicapai oleh suatu perusahaan pada periode tertentu yang

mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan tersebut. Kinerja keuangan

berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian kinerja perusahaan

sesuai jenis jenis akuntansi keuangan. Pengukuran kinerja (performing

measurement) mencakup kualifikasi, efisiensi dan efektivitas

perusahaan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi.

Penilaian juga terkait efektivitas operasional, organisasi, dan karyawan

berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan

termasuk unsur unsur laporan keuangan. Pengukuran kinerja diperlukan

untuk perbaikan kegiatan operasional agar mampu bersaing dengan

14

perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan berupa pengkajian secara

kritis menghitung, mengukur, menginterprestasi, dan memberi solusi

terhadap keuangan perusahaan pada periode tertentu. Seperti dengan

membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standar dan

ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau GAAP

(General Acepted Accounting Principle).

2.1.7. Bank

Bank badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk

kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak. Menurut Arbi (2010), bank adalah lembaga

keuangan yang usahanya menyerap dana dari kelompok masyarakat

yang berkelebihan dana dan menyalurkannya kepada kelompok

masyarakat yang kekurangan dan membutuhkan dana tersebut serta

memenuhi persyaratan tertentu untuk diberikan bantuan dana tersebut.

Jenis bank diliat dari segi kepemilikannya, yaitu :

1. Bank milik pemerintah, yaitu bank yang baik akte pendirian

maupun modalnya dimiliki pemerintah.

2. Bank swasta nasional, yaitu bank yang seluruh atau sebagian

besarnya dimiliki oleh swasta nasional beserta akte pendiriannya

didirikan oleh swasta, pembagian keuntungan dibagikan kepada

pihak swasta.

15

Bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan

usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan

kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank

lainnya. Sedangkan menurut Undang-Undang Perbankan, pengertian

bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan mengeluarkannya kembali dalam bentuk

kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak.

2.1.8. Fungsi Bank

Asas yang melandasi bank melakukan kegiatannya dijelaskan

bahwa perbankan dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi

ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Tujuan dari

kegiatan perbankan Indonesia untuk menunjang pelaksanaan

pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan,

pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan

kesejahteraan rakyat banyak. Fungsi utama perbankan adalah sebagai

penghimpunan dan penyalur dana dari masyarakat.

Fungsi bank dapat dikategorikan menjadi dua yaitu :

1. Fungsi Perantara, adalah penyediaan kemudahan untuk aliran dana

dari mereka yang mempunyai dana atau kelebihan dana selaku

penabung (saver) atau pemberi pinjaman (lender) kepada mereka

16

yang memerlukan atau kekurangan dana untuk memenuhi berbagai

kepentingan selaku peminjam (borrower).

2. Fungsi Transmisi, berkaitan dengan peranan bank dalam lalu lintas

pembayaran dan peredaran uang dengan menciptakan instrumen

keuangan.

2.1.9. Kegiatan Bank Pemerintah dan Bank Swasta Nasional

Bank Pemerintah dan Bank Swasta Nasional sebenarnya dalam

hal menjalankan usaha atau operasionalnya memiliki kesamaan, seperti

cara menghimpun dana, menyalurkan pinjaman, dan jasa-jasa lainnya.

Perbedaan antara bank pemerintah dan bank swasta nasional hanya

menyangkut aspek kepemilikan, dimana yang dikatakan bank

pemerintah ialah bank yang akte pendiriannya dimiliki oleh pemerintah

pusat dan sahamnya baik seluruh atau sebagian besar juga dimiliki oleh

pemerintah pusat. Sedangkan yang dikatakan bank swasta nasional

ialah bank yang akte pendirian maupun sahamnya baik seluruh atau

sebagian besar dimiliki oleh pihak swasta.

2.1.10. Profitabilitas

Menurut Munawir (2014), definisi profitabilitas adalah sebagai

berikut: Rentabilitas atau profitability adalah menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan

dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan

17

demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut.

2.1.10.1. Loan to Deposit

LDR digunakan untuk menilai likuiditas bank dengan cara

membandingkan total kredit yang diberikan dengan jumlah

dana pihak ketiga. Dengan kata lain LDR menunjukkan

kemampuan bank untuk menyediakan dana pada debitur

dengan modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang

mampu dikumpulkan dari masyarakat. Rumus LDR adalah

sebagai berikut :

Jumlah Kredit yang diberikan 퐿퐷푅 = 푥 100% Dana Pihak ketiga

Tabel 2.1 Standar Kinerja Keuangan LOAN LOAN Predikat ≤ 75% Sangat Baik 75% - 85% Baik 85% - 100% Cukup Baik 100% - 120% Kurang Baik ≥ 120% Buruk Sumber : Surat Edaran No.6/23/DPNP Tahun 2004

18

2.1.10.2. Return on Asset

Return on Assets (ROA) digunakan untuk menunjukkan

kemampuan perus ahaan menghasilkan laba dengan

menggunakan total aset yang dimiliki. Return On Asset

(ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Return On

Asset (ROA) merupakan rasio yang terpenting di antara rasio

profitabilitas yang ada. Dapat dirumuskan sebagai berikut :

Penjualan Bersih 푅푒푡푢푟푛 표푛 퐴푠푠푒푡 = 푥 100% Total Aktiva

Tabel 2.2 Standar Kinerja Keuangan ROA ROA Predikat ≥ 1,5% Sangat Baik 1,25% - 1,5% Baik 0,5% - 1,249% Cukup Baik 0% - 0,49% Kurang Baik ≤ 0% Buruk Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Tahun 2004

2.1.10.3. Return on Equity

Return on equity (ROE) disebut juga laba atas equity. Dalam

beberapa referensi disebut juga dengan rasio total asset

turnover atau perputaran total asset. Rasio ini menilai sejauh

mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang

dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas.

19

Menggambarkan seberapa efisien menejemen perusahaan

memanfaatkan aktivanya dalam memperoses pendapatan.

Adapun rumus return on equity (ROE) adalah

Laba Bersih Setelah Pajak 푅푒푡푢푟푛 표푛 퐸푞푢푖푡푦 = 푥 100% 푇표푡푎푙 푒푘푢푖푡푎푠

Tabel 2.3 Standar Kinerja Keuangan ROE ROE Predikat ≥ 15% Sangat Baik 12,5% - 15% Baik 5% - 12,49% Cukup Baik 0% - 4,9% Kurang Baik ≤ 0% Buruk Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004 2.1.10.4. Total Asset

Total Aset atau Total Asset Turnover Ratio adalah rasio

aktivitas (rasio efisiensi) yang mengukur kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan penjualan dari total asetnya

dengan membandingkan penjualan bersih dengan total aset

rata-rata. Adapun rumus Total Asset sebagai berikut :

Penjualan 푇표푡푎푙 퐴푠푠푒푡 = x 100% Total Asset

Tabel 2.4

20

Standar Kinerja Keuangan TA TA Predikat ≥ 1,5% Sangat Baik 1,25% - 1,5% Baik 0,5% - 1,249% Cukup Baik 0% - 0,49% Kurang Baik ≤ 0% Buruk Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP Tahun 2004

2.1.11. Metode Tobin’s Q

Penilaian kineja keuangan dapat diukur dengan berbagai

penilaian, penilaian kinerja keuangan menurut berbagai penelitian

yang melakukan penelitian terkait dengan kinerja keuangan salah

satunya dapat diukur dengan Tobin’s Q. Secara sederhana, Tobin’s Q

adalah pengukur kinerja dengan membandingkan dua penilaian dari

asset yang sama. Tobin’s Q merupakan rasio dari nilai pasar asset

perusahaan yang diukur oleh nilai pasar dari jumlah saham yang

beredar dan hutang (enterprise value) terhadap replacement cost dari

aktiva perusahaan.

Apabila perusahaan memiliki nilai lebih besar dari nilai dasar

sebelumnya, maka akan memiliki biaya untuk meningkatkan kembali,

dan laba kemungkinan akan didapatkan. Berdasarkan pemikiran

Tobin, bahwa insentif untuk membuat modal investasi baru adalah

tinggi ketika surat berharga (saham) memberikan keuntungan di masa

depan dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi dari biaya

21

investasinya (Fiakas, 2010). Di dalam studi tersebut telah ditemukan bahwa kinerja perusahaan yang tinggi, sebagaimana diukur melalui permainan kinerja sendiri secara rutin, Tobin’s Q yang tertinggi setelah bermain sepuluh putaran.

Berdasarkan hasil pengujian melalui simulasi permainan tersebut, menunjukkan bahwa q secara statistik memiliki keabsahan prediksi dan nilainya harus diselidiki bila diterapkan untuk permainan bisnis yang lain. Tobin’s Q didasarkan pada pandangan bahwa nilai pasar modal merupakan nilai keseluruhan modal terpasang dan insentif yang diinvestasikan. Penelitian terbaru tentang kesalahan pengukuran menunjukkan bahwa ukuran q mungkin tidak dihitung dengan benar jika ada “gelembung” dipenilaian pasar modal yang terus menerus dari waktu ke waktu dan yang berhubungan dengan nilai fundamental (Fiakas, 2010). Walaupun Tobin’s Q biasanya berkorelasi dengan investasi dalam studi empiris, peneliti menemukan bahwa hubungan ini kadang-kadang lemah dan sering didominasi oleh pengaruh langsung aliran kas terhadap investasi.

Penilaian kinerja perusahaan menggunakan Tobin’s Q yang merupakan ukuran penilaian pasar. Tobin’s Q diukur dengan rumus :

Q = (MVS+D) / TA

Keterangan:

22

MVS : nilai pasar ekuitas, yang diperoleh dengan mengalikan jumlah

saham yang beredar dengan harga penutupan saham.

D : Total Hutang

TA : Total Aset

Tabel 2.5 Kriteria Metode Tobin’s Q Metode Tobin’s Q Predikat Q Rasio >1 Overvalued Q Rasio <1 Undervalued Sumber : Investopedia.com

2.1.12. Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah proses akuntansi yang mana dicatat,

digolongkan dan diringkas dari peristiwa dan kejadian-kejadian yang

setidaktidaknya sebagian itu bersifat keuangan atau yang berhubungan

dengan uang. laporan keuangan ini dapat digunakan sebagai alat untuk

berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan

dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas

perusahaan tersebut (Munawir, 2014). Menurut Jumingan (2014)

laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyajikan laporan

kemajuan perusahaan secara periodic. Tujuan umum laporan

keuangan menurut Sadeli (2014) antara lain :

a. Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang kekayaan

dan kewajiban.

23

b. Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang perubahan

kekayaan bersih perusahaan sebagai hasil dari kegiatan usaha.

c. Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang perubahan

kekayaan bersih yang bukan berasal dari kegiatan usaha.

d. Menyajikan informasi yang dapat membantu para pemakai yang

dapat menaksir kemampuan perusahaan memperoleh laba.

e. Menyajikan informasi lain yang sesuai/relevan dengan keperluan

para pemakainya

2.2. Penelitian Terdahulu

Hasil dari penelitian yang dilakukan Anggitasari (2012) menunjukkan

bahwa variabel ROA berpengaruh positif tidak signifikan terhadap Nilai

Perusahan. Penelitian yang dilakukan Niyanti Anggitasari mempunyai

kesamaan dengan penelitian ini yaitu keduanya melakukan penelitian

mengenai pengaruh ROA terhadap Nilai Perusahaan. Hal yang membedakan

keduanya adalah penelitian ini meneliti bank umum periode 2011-2015 dan

tidak menggunakan variabel pemoderasi.

Hasil penelitian Putri (2013) menunjukkan bahwa mengetahui

perbedaan tingkat kesehatan antara bank besar dan bank kecil yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 dan 2012. Penilaian terhadap tingkat

kesehatan bank merupakan penlitian terhadap faktor-faktor RGEC yakni

profil resiko (risk profile), tata kelola perusahaan baik (good corporate

24

governance), rentabilitas (earnings), permodalan (capital). Bank menjadi sampel sebanyak 17 bank dari populasi 32 bank dengan metode purposive sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji MannWhitney.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan tingkat kesehatan antara bank besar dan bank kecil.

Hasil penelitian Srihayati (2015) melakukan penelitian yang berjudul pengaruh Kinerja Keuangan Perbankan terhadap Nilai Perusahaan dengan

Metode Tobin’s Q pada Perusahaan Perbankan yang Listing Kompas 100

(Periode 2009- 2013). Metode penelitian yang digunakan Srihayati adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian diperoleh korelasi secara simultan antara kinerja keuangan perbankan terdiri dari CAR, NPL, BOPO, LDR, dan

NIM secara bersama-sama mempengaruhi Nilai Perusahaan dan secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara kinerja keuangan perbankan (CAR, NPL, BOPO, LDR dan NIM) terhadap Nilai Perusahaan.

Persamaan antara penelitian ini dengan penelitian Srihayati terletak pada variabel dependennya yaitu nilai perusahaan yang diukur dengan menggunakan Tobin’s Q dan variabel independennya yang diukur dengan

CAR, NPL dan LDR. Sedangkan perbedaan antara keduanya adalah penelitian ini meneliti bank pada BEI periode 2011-2015.

Hasil penelitian Respati dan Yandono (2008) menunjukkan bahwa

Variabel ROE, ETA, ROA, NPM, BOPO, NIM, LDR berpengaruh signifikan terhadap laba usaha pada Bank Umum Swasta Nasional sedangkan Variabel

25

CAR, ATM, NPL, PPAP, LEA, RORA, CBSTD, tidak berpengaruh

signifikan terhadap laba usaha pada Bank Umum Swasta Nasional.

Hasil penelitian sebelumnya oleh Saragih (2013) menunjukkan bahwa

ROA, ROE, dan LDR tidak berbeda secara signifikan antara perbankan

syariah dengan perbankan konvensional, hanya variabel CAR yang

menunjukkan perbedaan signifikan antara perbankan syariah dan perbankan

konvensional. Pengujian secara kesuluruhan yang diwakili oleh variabel,

kinerja menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara

perbankan syariah dan perbankan konvensional. Namun secara keseluruhan

kinerja perbankan syariah lebih baik dibanding perbankan perbankan

konvensional pada periode penelitian.

2.3. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran yang dapat dijadikan sebagai tuntutan untuk

memecahkan masalah penelitian dalam ini, diwakili oleh bagan alur. Dasar

penelitian ini dalam melakukan Analisis Kinerja Keuangan Bank Swasta

Nasional dan Bank Pemerintah adalah melalui laporan keuangan perbankan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dari menganalisis laporan keuangan

tersebut penulis selanjutnya menggunakan empat rasio yaitu: Loan to

Deposit, Return On Asset, Return On Equty dan Total Asset.

Gambar 2.6 Kerangka Pemikiran

Bank Bank Swasta Pemerintah Nasional

Laporan Tahunan 26

Sumber : data diolah tahun 2019

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 3

tahun mulai tahun 2016 – 2018. Bursa Efek Indonesia dijadikan sebagai

tempat penelitian karena Bursa Efek Indonesia merupakan bursa pertama di

Indonesia, yang dianggap memiliki data yang lengkap dan telah terorganisasi

dengan baik.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Adapun Jenis dan Sumber data yang dilakukan penulis sebagai berikut :

3.2.1. Jenis Data

Jenis data yang dipakai pada penelitian ini adalah data sekunder,

berupa data – data laporan tahunan bank swasta nasional dan bank

pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 – 2018

dengan mengakses situs BEI, yaitu www.idx.co.id.

3.2.2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah Data Sekunder. Penulis

memperoleh Data Sekunder dari laporan tahunan bank swasta nasional

dan bank pemerintah yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada

tahun 2016-2018 dengan mengakses situs BEI, yaitu www.idx.co.id.

26

27

3.3. Definisi Operasional Variabel Penelitian

3.3.1. Populasi

Menurut Sugiyono (2018), populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang menjadi

populasi adalah perusahaan sektor perbankan periode 2016-2018.

Tabel 3.1 Daftar Bank yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) No. Nama Perusahaan Kode 1 Bank Rakyat Indonesia BBRI 2 BBTN 3 BBNI 4 BMRI 5 BBCA 6 Bank Artha Graha Internasional INPC 7 Bank J Trust BCIC 8 Bank Panin PNBS 9 Bank Nasionalnobu NOBU 10 Bank Permata BNLI 11 Bank Sinarmas BSIM 12 Bank Bukopoin BBKP 13 Bank Mega MEGA 14 BDMN 15 Bank OCBC NISP NISP 16 Bank Yudha Bakti BBYB 17 Bank Mayapada Internasional MAYA 18 BMAS 19 Bank Artos Indonesia ARTO 20 Bank Maybank BNII 21 Bank Capital Indonesia BACA 22 Bank IBK Indonesia AGRS Sumber : Data dioleh tahun 2019

28

3.3.2. Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Pemerintah (BUMN)

dan Bank Swasta Nasional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(BEI). Populasi penelitian ini meliputi perusahaan perbankan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2016 – 2018. Pada purposive

sampling adalah non probability sampling berdasarkan ciri-ciri khusus

yang dimiliki sampel tersebut yang berkaitan dengan ciri-ciri atau sifat-

sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya dan dianggap dapat

mewakili segala lapisan populasi.

Kriteria sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Bank Pemerintah (BUMN) dan Bank Swasta Nasional yang

memiliki total asset diatas 100 triliun.

2. Tersedia laporan keuangan 3 tahun berturut-turut.

3. Memiliki data keuangan yang telah di audit pada periode 2016-

2018.

Tabel 3.2 Bank Pemerintah di Bursa Efek Indonesia No. Nama Perusahaan Kode 1 Bank Rakyat Indonesia BBRI 2 Bank Tabungan Negara BBTN 3 Bank Negara Indonesia BBNI 4 Bank Mandiri BMRI Sumber : data diolah tahun 2019

29

Tabel 3.3 Bank Swasta Nasional di Bursa Efek Indonesia No. Nama Perusahaan Kode 1 Bank Central Asia BBCA 2 Bank Artha Graha Internasional INPC 3 Bank J Trust BCIC 4 Bank Panin PNBS 5 Bank Nasionalnobu NOBU 6 Bank Permata BNLI 7 Bank Sinarmas BSIM 8 Bank Bukopoin BBKP 9 Bank Mega MEGA 10 Bank Danamon BDMN 11 Bank OCBC NISP NISP 12 Bank Yudha Bakti BBYB 13 Bank Mayapada Internasional MAYA 14 Bank Maspion BMAS 15 Bank Artos Indonesia ARTO 16 Bank Maybank BNII 17 Bank Capital Indonesia BACA 18 Bank IBK Indonesia AGRS Sumber : data diolah tahun 2019

3.4. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi Operasional Variabel Penelitian sebagai berikut :

1. Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara besarnya seluruh

volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana

dari berbagai sumber. Pengertian lainnya LDR adalah rasio keuangan

perusahaan perbankan yang berhubungan dengan aspek likuiditas. LDR

adalah suatu pengukuran tradisional yang menunjukkan deposito

berjangka, giro, tabungan, dan lain-lain yang digunakan dalam memenuhi

permohonan pinjaman (loan requests) nasabahnya.

30

Jumlah Kredit yang diberikan 퐿퐷푅 = 푥 100% Dana Pihak ketiga

2. Return on Assets atau dalam bahasa Indonesia sering disebut dengan

Tingkat Pengembalian Aset adalah rasio profitabilitas yang menunjukan

persentase keuntungan (laba bersih) yang diperoleh perusahaan

sehubungan dengan keseluruhan sumber daya atau rata-rata jumlah aset.

Dengan kata lain, Return on Assets atau sering disingkat dengan ROA

adalah rasio yang mengukur seberapa efisien suatu perusahaan dalam

mengelola asetnya untuk menghasilkan laba selama suatu periode.

Penjualan Bersih 푅푒푡푢푟푛 표푛 퐴푠푠푒푡 = 푥 100% Total Aktiva

3. Return on Equity Ratio yang biasanya disingkat dengan ROE adalah

rasio profitabilitas yang mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba dari investasi pemegang saham di perusahaan

tersebut. Dengan kata lain, ROE ini menunjukkan seberapa banyak

keuntungan yang dapat dihasilkan oleh perusahaan dari setiap satu rupiah

yang diinvestasikan oleh para pemegang saham.

Laba Bersih Setelah Pajak 푅푒푡푢푟푛 표푛 퐸푞푢푖푡푦 = 푥 100% 푇표푡푎푙 푒푘푢푖푡푎푠

4. Rasio perputaran Total Aset atau Total Asset Turnover Ratio adalah rasio

aktivitas (rasio efisiensi) yang mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan penjualan dari total asetnya dengan membandingkan

penjualan bersih dengan total aset rata-rata. Sedangkan pengertian

Perputaran Aset menurut Kamus Bank Indonesia adalah rasio untuk

mengukur kemampuan aset perusahaan untuk memperoleh pendapatan;

31

makin cepat aset perusahaan berputar makin besar pendapatan

perusahaan tersebut.

Penjualan 푇표푡푎푙 퐴푠푠푒푡 = x 100% Total Asset

3.5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan

studi pustaka dan dokumentasi. Studi pustaka yang digunakan dalam

penelitian ini dengan pengumpulan data sekunder melalui literatur, jurnal-

jurnal dan penelitian terdahulu yang sesuai dengan penelitian. Studi

dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder yang diperoleh

dari Bursa Efek Indonesia serta dari website resmi Bursa Efek Indonesia

www.idx.co.id.

3.6. Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

kuantitatif, data yang digunakan merupakan data sekunder, yaitu berupa

laporan tahunan masing masing perusahaan yang telah di publikasikan.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode Tobin’s Q dan untuk

mengukur kinerja kuangan bank yang akan diteliti. Penelitian ini hanya

menghitung Loan To Deposite, Return On Asset, Return On Equity, dan Total

Asset karena penelitian menganalisis kinerja keuangan dari bank tersebut.

BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1. Sejarah Umum Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia

merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial

Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika

itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan

pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak

tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan

seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar

modal mengalami kevakuman.

Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia

ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada

pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang

menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana

mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar

modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal

mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi

yang dikeluarkan pemerintah

32

33

4.2. Visi dan Misi

a. Visi

Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.

b. Misi

Menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten melalui

pemberdayaan anggota bursa dan partisipan, penciptaan nilai tambah,

efisiensi biaya serta penerapan good governance.

4.2.1. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia

Sumber : BEI 2019 Gambar 4.1 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia

34

4.2.2. Sejarah dan Profil Perusahaan

Berdasarkan proses purposive sampling, penelitian ini

menunjukan bahwa total perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI) berjumlah 22 perusahaan dan berikut

adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang akan

diteliti :

1. Bank Mandiri

Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari

program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh

pemerintah Indonesia. Juli 1999, empat bank pemerintah yaitu

Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor

Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia -- dilebur menjadi

Bank Mandiri, dimana masing-masing bank tersebut memiliki

peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian

Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan

tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam

dunia perbankan dan perekonomian Indonesia. Pemegang saham

pengendali Bank Mandiri adalah Negara Republik Indonesia,

dengan persentase kepemilikan sebesar 60%.

2. Bank Rakyat Indonesia

Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik

pemerintah yang terbesar di Indonesia. Bank Rakyat Indonesia

(BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria 35

Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en

Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan

Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga

keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia

(pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895,

yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.

3. Bank Tabungan Negara

BTN dimulai dengan didirikannya Postpaarbank di Batavia pada

tahun 1897. Sejak masa pendudukan Jepang di Indonesia, bank ini

dibekukan dan digantikan dengan Tyoki Kyoku atau Chokinkyoku.

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia bank ini diambil alih

oleh pemerintah Indonesia dan diubah menjadi Kantor Tabungan

Pos. nama dan bentuk perusahaan selanjutnya berubah beberapa

kali hingga akhirnya pada tahun 1963 diubah menjadi nama dan

bentuk resmi yang berlaku saat ini. Pemegang saham yang

memiliki 5% atau lebih saham Bank Tabungan Negara (Persero)

Tbk adalah Negara Republik Indonesia, dengan persentase

kepemilikan sebesar 60,03%.

4. Bank Negara Indonesia

PT Bank Negara Indonesia (Persero), didirikan di Indonesia

sebagai Bank sentral dengan nama “Bank Negara Indonesia”

berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No.

2 tahun 1946 tanggal 5 Juli 1946. Selanjutnya, berdasarkan 36

Undang-Undang No. 17 tahun 1968, BNI ditetapkan menjadi

“Bank Negara Indonesia 1946”, dan statusnya menjadi Bank

Umum Milik Negara. Selanjutnya, peran BNI sebagai Bank yang

diberi mandat untuk memperbaiki ekonomi rakyat dan

berpartisipasi dalam pembangunan nasional dikukuhkan oleh UU

No. 17 tahun 1968 tentang Bank Negara Indonesia 1946.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Bank Negara

Indonesia (Persero) Tbk adalah Negara Republik Indonesia, dengan

persentase kepemilikan sebesar 60,00%.

5. Bank Central Asia

Bank Central Asia Tbk, didirikan di Indonesia tanggal 10 Agustus

1955 dengan nama “V.V. Perseroan Dagang dan Industrie

Semarang Knitting Factory” dan mulai beroperasi dibidang

perbankan sejak tanggal 12 Oktober 1956. Kantor pusat Bank BCA

berlokasi di Jalan M.H. Thamrin No.1, Jakarta 10310 dan memiliki

972 kantor cabang di seluruh Indonesia serta 2 kantor perwakilan

luar negeri yang berlokasi di Hong Kong dan Singapura. Pemegang

saham mayoritas dari Bank BCA adalah FarIndo Investment

(Mauritius) Ltd. Gualitate (qq) sdr. Robert Budi Hartono dan sdr.

Bambang Hartono, dengan jumlah kepemilikan sebesar 47,15%.

6. PT. Bank Danamon Indonesia

Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) didirikan 16 Juli 1956

dengan nama PT Bank Kopra Indonesia. Kantor pusat BDMN 37

berlokasi di gedung Menara Bank Danamon, Jalan Prof. Dr.

Satrio Kav. E4 No.6 Mega Kuningan, Jakarta. BDMN memiliki

61 kantor cabang utama domestik, 1.258 kantor cabang pembantu

domestik dan danamon simpan pinjam, 45 kantor cabang utama

dan kantor cabang pembantu syariah. Pemegang saham yang

memiliki 5% atau lebih saham Bank Danamon (30/09/2015), antara

lain: Asia Financial Indonesia Pte. Ltd (induk usaha) (67,37%) dan

JPMCB – Franklin Templeton Investment Funds (6,81%). Dimana

pemegang saham akhir dari Asia Financial Indonesia Pte. Ltd

adalah Temasek Holding Pte. Ltd, sebuah perusahaan investasi

yang berkedudukan di Singapura dan dimiliki oleh Kementerian

Keuangan Singapura.

7. PT. Pan Indonesia Bank

Bank Pan Indonesia Tbk (Bank Panin / Panin Bank) (PNBN) (Bank

Panin) didirikan tanggal 14 Agustus 1971 dan memulai kegiatan

usaha komersialnya pada 18 Agustus 1971. Kantor pusat Bank Pan

Indonesia terletak di Gedung Panin Centre Jl. Jend. Sudirman Kav

1 (Senayan), Jakarta 10270 – Indonesias. Saat ini (30/09/2015),

Bank Panin memiliki 59 kantor cabang di Indonesia, 1 cabang di

Cayman Islands dan 1 kantor perwakilan di Singapura. Pemegang

saham yang memiliki 5% atau lebih saham Bank Pan Indonesia Tb,

antara lain: Panin Financial Tbk (PNLF) (pengendali) (46,04%)

dan Votraint No 1103 Pty Limited-922704000 (38,82%). 38

8. Bank Nobu

Bank Nationalnobu Tbk (Nobu Bank) (NOBU) didirikan tanggal

13 Februari 1990 dengan nama PT Alfindo Sejahtera Bank (PT

Alfindo Bank) dan memulai kegiatan komersial pada tanggal 16

Agustus 1990. Kantor pusat Nobu Bank beralamat di Plaza

Semanggi, Lantai 9, Kawasan Bisnis Granadha, Jalan Jendral

Sudirman Kav 50 – Jakarta Selatan 12930. Nobu Bank merupakan

anak usaha dari PT Kharisma Buana Nusantara, dimana pemegang

saham mayoritas adalah Bp. Mochtar Riady. Pemegang saham

yang memiliki 5% atau lebih saham Bank Nationalnobu Tbk,

antara lain: PT Kharisma Buana Nusantara (pengendali) (22,53%),

OCBC Securities Pte Ltd – Client A/C (22,21%), PT Prima

Cakrawala Sentosa (19,58%), Nio Yantony (9,01%) dan Lippo

General Insurance Tbk (LPGI) (7,60%)

9. Bank ArthaGraha Internasional

Bank ArtaGraha Internasional didirikan dengan nama PT Inter-

Pacific Financial Corporation berdasarkan Akta Nomor 12 tanggal

7 September 1973, dibuat dihadapan Bagijo, S.H., pengganti dari

Eliza Pondaag, S.H., pada waktu itu Notaris di Jakarta, dengan

ruang lingkup usaha sebagai lembaga keuangan bukan bank, yang

telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia 39

dengan Surat Keputusan Nomor Y.A.5/2/12 tanggal 3 Januari

1975, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik

Indonesia Nomor 6 tanggal 21 Januari 1975 Tambahan Nomor 47

10. Bank J Trust

Bank J Trust Indonesia Tbk () (BCIC) didirikan 30

Mei 1989 dengan nama PT Bank Century Intervest Corporation

dan mulai beroperasi secara komersial pada bulan April 1990.

Kantor pusat BCIC berlokasi di Gedung Sahit Sudirman Center, Lt.

33, Jln Jend Sudirman No. 86, Jakarta Pusat 10220. Pemegang

saham yang memiliki 5% atau lebih saham Bank JTrust Indonesia

Tbk, adalah J Trust Co. Ltd dengan persentase kepemilikan sebesar

95,87%

11. Bank Permata

Bank Permata Tbk (dahulu Bank Bali Tbk) (BNLI) didirikan 17

Desember 1954 dengan nama "Bank Persatuan Dagang Indonesia"

dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 5 Januari 1955.

Kantor pusat Bank Permata berlokasi di Gedung World Trade

Center II, Jl. Jend. Sudirman Kav. 29-31, Jakarta 12920 –

Indonesia. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham

Bank Permata, yaitu: Astra International Tbk (ASII) (pengendali)

(44,56%) dan Bank London (pengendali)

(44,56%) (Standard Chartered Bank dimiliki oleh Standard 40

Chartered Holdings Limited, dan pemegang saham Standard

Chartered Holdings Limited adalah Standard Chartered PLC).

12. Bank Sinarmas

PT Bank Sinarmas Tbk. didirikan pada 18 Agustus 1989

berdasarkan Akta No. 52 tanggal 18 Agustus 1989 dari Buniarti

Tjandra, S.H., Notaris di Jakarta, dengan nama PT Bank Shinta

Indonesia dan telah diubah dengan Akta No. 91 tanggal 15

September 1989 dari notaris yang sama. Bank memperoleh status

sebagai Bank Umum Devisa tahun 1995. Tahun 2005, perjalanan

Bank memasuki babak baru setelah PT Sinar Mas Multiartha Tbk.,

perusahaan financial services yang berada di bawah Kelompok

Usaha Sinar Mas mengambil alih 21% saham di PT Bank Shinta

Indonesia. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham

Bank Sinarmas Tbk adalah Sinar Mas Multiartha Tbk (SMMA),

dengan persentase kepemilikan sebesar 52,98%. Sedangkan

pemegang akhir dari Bank Sinarmas adalah Indra Widjaja.

13. Bank Bukopin

Bank Bukopin Tbk (BBKP) didirikan di lndonesia pada tanggal 10

Juli 1970 dengan nama Bank Umum Koperasi Indonesia (disingkat

Bukopin) dan mulai melakukan usaha komersial sebagai bank

umum koperasi di Indonesia sejak tanggal 16 Maret 1971. Kantor

pusat BBKP beralamat di Gedung Bank Bukopin, Jalan M.T.

Haryono Kav. 50-51, Jakarta 12770 – Indonesia. Pemegang saham 41

yang memiliki 5% atau lebih saham Bank Bukopin Tbk, antara

lain: PT Bosowa Corporindo (pengendali) (30%), Koperasi

Pegawai Bulog Seluruh Indonesia (KOPELINDO) (18,09%) dan

Negara Republik Indonesia (11,43%).

14. Bank Mega

Bank Mega Tbk (MEGA) didirikan 15 April 1969 dengan nama PT

Bank Karman dan mulai beroperasi secara komersial pada tahun

1969. Kantor pusat Bank Mega berlokasi di Menara Bank Mega, Jl.

Kapten Tendean 12-14A, Jakarta 12790 – Indonesia. Pemegang

saham yang memiliki 5% atau lebih saham Bank Mega Tbk adalah

PT Mega Corpora (induk usaha), dengan kepemilikan sebesar

57,87%. Induk usaha terakhir Bank Mega adalah CT Corporation

(dahulu Para Group). Saham CT Corporation dimiliki 100% oleh

Chairul Tanjung & Keluarga. Bank Mega memperoleh izin usaha

sebagai bank umum dari Menteri Keuangan Republik Indonesia

pada tanggal 14 Agustus 1969. Tanggal 2 Agustus 2000, Bank

Mega memperoleh izin untuk menyelenggarakan kegiatan usaha

sebagai wali amanat dari BAPEPAM-LK. Kemudian tanggal 31

Januari 2001, memperoleh izin sebagai bank devisa dari Bank

Indonesia

15. Bank OCBS NISP 42

Bank OCBC NISP (sebelumnya dikenal dengan nama Bank NISP)

atau selanjutnya disebut sebagai “Bank”, merupakan Bank tertua

keempat di Indonesia yang didirikan pada tanggal 4 April 1941 di

Bandung dengan nama NV Nederlandsch Indische Spaar En

Deposito Bank. Karmaka Surjaudaja mulai mengelola Bank pada

tahun 1963 dengan jabatan Direktur Operasional. Di tengah kondisi

Indonesia yang sedang bergejolak saat itu, Bank tumbuh dengan

sehat dan berhasil melalui beberapa krisis, salah satunya sanering

pada tahun 1965. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih

saham Bank OCBC NISP Tbk adalah OCBC Overseas Investments

Pte. Ltd., dengan persentase kepemilikan sebesar 85,08%. OCBC

Overseas Investments Pte. Ltd. merupakan anak perusahaan dari

Oversea-Chinese Banking Corporation Limited (OCBC Bank),

yang berkedudukan di singapura.

16. Bank Yudha Bakti

Bank Yudha Bhakti Tbk (BBYB) didirikan pada tanggal 19

September 1989 dan mulai beroperasi secara komersial pada

tanggal 9 Januari 1990. Kantor pusat Bank Yudha Bhakti berlokasi

di Gedung Gozco, Jl. Raya Pasar Minggu Kav. 32, Pancoran,

Jakarta Selatan 12780 – Indonesia. BBYB adalah bergerak dalam

bidang usaha perbankan. Bank Yudha Bhakti memperoleh izin

sebagai bank umum pada tanggal 09 Desember 1989 dari Menteri

Keuangan Republik Indonesia. Tanggal 31 Desember 2014, BBYB 43

memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham BBYB

(IPO) kepada masyarakat sebanyak 300.000.000 dengan nilai

nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran Rp115,- per

saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek

Indonesia (BEI) pada tanggal 13 Januari 2015.

17. Bank Mayapada Internasional

PT. Bank Mayapada International, Tbk dibentuk pada 7 September

1989 di Jakarta, disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik

Indonesia pada 10 Januari 1990, kemudian mulai beroperasi secara

komersial pada tanggal 16 Maret 1990. Sejak 23 Maret 1990

Perusahaan resmi menjadi bank umum, yang diikuti perolehan ijin

dari Bank Indonesia sebagai bank devisa pada tahun 1993. Pada

tahun 1995 Bank berubah nama menjadi PT. Bank Mayapada

Internasional, Tbk, setelah itu tahun 1997 mengambil inisiatif

untuk go public dan hingga sekarang dikenal dengan nama PT.

Bank Mayapada Internasional, Tbk. Pemegang saham yang

memiliki 5% atau lebih saham Bank Mayapada Internasional Tbk,

yaitu: PT Mayapada Karunia (pengendali) (26,42%), JPMCB –

Cathay Life Insurance Co LTD 2157804777 (40,00%), Galasco

Investments Limited (10,00%), dan Unity Rise Limited (7,31%).

Bank Mayapada memperoleh ijin usaha sebagai bank komersial 44

dari Kementerian Keuangan pada tanggal 16 Maret 1990 dan

memperoleh ijin kegiatan usaha sebagai bank devisa dari Bank

Indonesia pada tanggal 3 Juni 1993.

18. Bank Maspion

Bank Maspion Indonesia Tbk (BMAS) didirikan tanggal 06

Nopember 1989 dan memulai kegiatan komersial pada tahun 1990.

Kantor pusat Bank Maspion berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No.

50 – 54, Surabaya 60262 – Indonesia. Pemegang saham yang

memiliki 5% atau lebih saham Bank Maspion Indonesia Tbk,

antara lain: PT Alim Investindo (67,69%), PT Maspion (14,34%)

dan PT Guna Investindo (6,77%).

19. Bank Artos Indonesia

Bank Artos Indonesia Tbk (ARTO) didirikan pada tanggal 1 Mei

1992 dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 12

Desember 1992. Kantor pusat ARTO berlokasi di Gedung Bank

Artos, Jln. Otto Iskandardinata No. 18, Bandung 40171 –

Indonesia. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham

Bank Artos Indonesia Tbk, antara lain: Arto Hardy (32,00%), Rudy

Hartono Iskandar (12,56%), Lanny Miguna (12,00%), Sinatra Arto

Hardy (12,00%), William Arto Hardy (12,00%) dan Lina Arto

Hardy (12,00%). Bank Artos memperoleh izin sebagai bank umum

pada tanggal 10 Juli 1992 dari Menteri Keuangan Republik

Indonesia 45

20. Bank Maybank

Bank Maybank Indonesia Tbk (d/h Bank Internasional Indonesia

Tbk / Bank BII) (BNII) didirikan 15 Mei 1959. Kantor pusat Bank

Maybank beralamat di Sentral Senayan III, Jalan Asia Afrika No.

8, Gelora Bung Karno – Senayan, Jakarta 10270 – Indonesia.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Bank

Maybank Indonesia Tbk, yaitu: Sorak Financial Holdings Pte. Ltd

(45,02%), Maybank Offshore Corporate Service (33,96%) dan

UBS AG London (18,31%).

21. Bank Capital Indonesia

Bank Capital Indonesia Tbk (BACA) didirikan tanggal 20 April

1989 dengan nama PT Bank Credit Lyonnais Indonesia dan telah

beroperasi secara komersial sejak tahun 1989. Pemegang saham

yang memiliki 5% atau lebih saham Bank Capital Indonesia Tbk,

antara lain: PT Inigo Global Capital (PT Kirana Cemerlang

Indonesia) (18,42%), Inigo Investments Ltd (14,32%) dan Danny

Nugroho (12,55%). Persentase kepemilikan Danny Nugroho pada

Inigo Investment Ltd sebesar 100%. Berdasarkan Anggaran Dasar

Bank, maksud dan tujuan serta kegiatan usaha BACA adalah

melakukan usaha di bidang perbankan. Bank Capital merupakan

sebuah bank umum devisa berdasarkan Ijin Menteri Keuangan

Republik Indonesia tanggal 25 Oktober1989 dan Bank Indonesia

tanggal 26 Desember 1989. 46

22. Bank IBK Indonesia

Bank Agris Tbk (AGRS) didirikan tanggal 07 Desember 1970

dengan nama PT Finconesia (bergerak dalam bidang institusi

keuangan). Kantor pusat Bank Agris berlokasi di Wisma GKBI

Suite UG-01 Jl. Jend. Sudirman No. 28 Jakarta 10210 – Indonesia.

Saat ini, Bank Agris memiliki 1 kantor cabang utama, 10 kantor

cabang, 3 kantor cabang pembantu dan 4 kantor kas. nduk usaha

dari Bank Agris adalah PT Dian Intan Perkasa, sedangkan

pemegang saham akhir AGRS adalah Benjamin Jiaravanon.

Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Bank Agris

adalah PT Dian Intan Perkasa (82,59%) dan UOB Kay Hian Pte.

Ltd. (8,49%).

4.3. Hasil

Penelitian ini menggunakan rasio Profitabilitas yang digunakan sebagai

acuan penelitian terhadap Kinerja Keuangan pada Bank Swasta Nasional Dan

Bank Pemerintah yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Rasio Profitabilitas

yang digunakan terdapat 4 rasio.

4.3.1. Profitabilitas

Menurut Munawir (2014), definisi profitabilitas adalah sebagai berikut:

Rentabilitas atau profitability adalah menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Rentabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan 47

dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif, dengan demikian rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut.

1. Loan to Deposit Rasio

Menurut Riyadi (2015), LOAN digunakan untuk

menunjukkan kemampuan bank dalam menyalurkan dananya yang

berasal dari masyarakat. Loan to Deposit (LDR) menunjukkan

kemampuan bank untuk menyediakan dana pada debitur dengan

modal yang dimiliki oleh bank maupun dana yang mampu

dikumpulkan dari masyarakat.

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Loan to Deposit pada Bank Pemerintah Kode 2016 2017 2018 Rata - Kesimpulan Rata BBRI 84,63 83,98 85,22 84,61 Baik BBTN 92,57 101,07 100,48 98,04 Cukup Baik BBNI 94,66 89,56 92,87 92,36 Cukup Baik BMRI 87,84 90,49 100,23 92,85 Cukup Baik Sumber : data diolah tahun 2019

Berdasarkan Tabel 4.1, hasil dari perhitungan rasio Loan to Deposit

dari setiap Bank Pemerintah pada tahun 2016 sampai 2018. Loan to

Deposit tiap perusahaan dihitung menggunakan rumus Jumlah

Kredit yang diberikan dibagi Dana Pihak Ketiga. Rata-rata Loan to

Deposit Bank Rakyak Indonesia (BBRI) adalah 84,61. Rata-rata

Loan to Deposit Bank Tabungan Negara (BBTN) adalah 98,04.

Rata-rata Loan to Deposit Bank Negara Indonesia (BBNI) adalah 48

92,36. Rata-rata Loan to Deposit Bank Mandiri (BMRI) adalah

92,85. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 98,04 dari Bank Tabungan

Negara (BBTN), sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar 84,61 dari Bank Rakyat Indonesia (BBRI).

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Loan to Deposit pada Bank Swasta Nasional Kode 2016 2017 2018 Rata - Kesimpulan Rata BBCA 76,72 78,00 83,10 79,27 Baik INPC 89,24 81,11 73,70 81,35 Baik BCIC 92,13 88,25 76,96 85,78 Cukup Baik PNBS 88,66 89,24 100,79 92,90 Cukup Baik NOBU 86,51 69,77 100,41 85,57 Cukup Baik BNLI 106,60 115,52 120,05 114,06 Kurang Baik BSIM 93,19 87,93 102,46 94,52 Cukup Baik BBKP 84,62 79,56 84,52 82,90 Baik MEGA 57,27 58,09 69,49 61,62 Sangat Baik BDMN 88,42 92,34 94,40 91,72 Cukup Baik NISP 143,80 146,57 142,41 144,78 Buruk BBYB 98,72 107,95 115,49 107,38 Kurang Baik MAYA 106,81 104,68 83,47 98,32 Cukup Baik BMAS 108,40 105,12 108,33 107,29 Kurang Baik ARTO 91,98 82,53 91,38 88,63 Cukup Baik BNII 90,81 92,34 102,86 95,34 Cukup Baik BACA 55,30 50,76 52,51 52,86 Sangat Baik AGRS 87,09 85,51 86,93 86,51 Cukup Baik Sumber : data diolah tahun 2019

Berdasarkan Tabel 4.2, hasil dari perhitungan rasio Loan to Deposit dari setiap Bank Swasta Nasional pada tahun 2016 sampai 2018.

Loan to Deposit tiap perusahaan dihitung menggunakan rumus 49

Jumlah Kredit yang diberikan dibagi Dana Pihak Ketiga. Rata-rata

Loan to Deposit Bank Central Asia (BBCA) adalah 79,27. Rata- rata Loan to Deposit Bank Artha Graha Internasional (INPC) adalah 81,35. Rata-rata Loan to Deposit Bank J Trust (BCIC) adalah 85,78. Rata-rata Loan to Deposit Bank Panin (PNBS) adalah

92,90. Rata-rata Loan to Deposit Bank National Nobu adalah

(NOBU) adalah 85,57.

Rata-rata Loan to Deposit Bank Permata (BNLI) adalah 114,06.

Rata-rata Loan to Deposit Bank Sinarmas (BSIM) adalah 94,52.

Rata-rata Loan to Deposit Bank Bukopin (BBKP) adalah 82,90.

Rata-rata Loan to Deposit Bank Mega (MEGA) adalah 61,62. Rata- rata Loan to Deposit Bank Danamon (BDMN) 91,72. Rata-rata

Loan to Deposit Bank OCBC NISP (NISP) adalah 91,72. Rata-rata

Loan to Deposit Bank Yudha Bakti (BBYB) adalah 107,38. Rata- rata Loan to Deposit Bank Mayapada Internasional (MAYA) adalah 98,32. Rata-rata Loan to Deposit Bank Masipon (BMAS) adalah 107,29. Rata-rata Loan to Deposit Bank Artos Indonesia

(ARTO) adalah 88,63. Rata-rata Loan to Deposit Bank Maybank

(BNII) adalah 95,34. Rata-rata Loan to Deposit Bank Capital

Indonesia (BACA) adalah 52,86. Rata-rata Loan to Deposit Bank

IBK Indonesia (AGRS) adalah 86,51. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 144,78 dari Bank OCBC NISP (NISP), sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar 79,27 dari Bank Central Asia (BBCA). 50

2. Return on Asset

Menurut Kasmir (2017), ROA digunakan untuk

menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan

menggunakan total aset yang dimiliki. Return On Asset (ROA)

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

dari aktiva yang digunakan. Return On Asset (ROA) merupakan

rasio yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada.

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Return On Asset pada Bank Pemerintah Kode 2016 2017 2018 Rata - Kesimpulan Rata BBRI 1,72 1,73 1,88 1,78 Sangat Baik BBTN 4,41 4,19 3,97 4,19 Sangat Baik BBNI 1,87 1,87 1,65 5,39 Sangat Baik BMRI 2,05 2,63 3,05 7,73 Sangat Baik Sumber : data diolah tahun 2019

Berdasarkan Tabel 4.3, hasil dari perhitungan rasio Return On

Asset dari setiap Bank Pemerintah pada tahun 2016 sampai 2018.

Return On Asset tiap perusahaan dihitung menggunakan rumus

Penjualan dibagi Total Aktiva. Rata-rata Return On Asset Bank

Rakyak Indonesia (BBRI) adalah 1,78. Rata-rata Return On Asset

Bank Tabungan Negara (BBTN) adalah 4,19. Rata-rata Return On

Asset Bank Negara Indonesia (BBNI) adalah 5,39. Rata-rata Return

On Asset Bank Mandiri (BMRI) adalah 7,73. Nilai rata-rata

tertinggi sebesar 7,73 dari Bank Mandiri, sedangkan nilai rata-rata

terendah sebesar 1,78 dari Bank Rakyat Indonesia.

51

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Return On Asset pada Bank Swasta Nasional Kode 2016 2017 2018 Rata - Kesimpulan Rata BBCA 9,34 8,98 7,64 8,65 Sangat Baik INPC 4,30 4,59 4,89 4,59 Sangat Baik BCIC 2,94 3,88 2,71 3,18 Sangat Baik PNBS 4,89 4,78 5,49 5,05 Sangat Baik NOBU 3,42 3,52 4,41 3,78 Sangat Baik BNLI 3,64 4,59 3,82 4,02 Sangat Baik BSIM 13,37 14,44 16,25 14,69 Sangat Baik BBKP 4,71 3,66 3,53 3,97 Sangat Baik MEGA 7,40 6,91 6,60 6,97 Sangat Baik BDMN 10,61 10,39 9,60 10,20 Sangat Baik NISP 4,93 4,91 4,49 4,77 Sangat Baik BBYB 6,14 6,48 6,61 6,41 Sangat Baik MAYA 4,04 3,54 3,49 3,69 Sangat Baik BMAS 4,23 4,41 3,97 4,21 Sangat Baik ARTO 5,26 5,05 4,73 5,01 Sangat Baik BNII 5,23 6,02 5,84 5,70 Sangat Baik BACA 3,17 2,70 3,23 3,03 Sangat Baik AGRS 3,42 3,27 3,43 3,38 Sangat Baik Sumber : data diolah tahun 2019

Berdasarkan Tabel 4.4, hasil dari perhitungan rasio Return On

Asset dari setiap Bank Swasta Nasional pada tahun 2016 sampai

2018. Return On Asset tiap perusahaan dihitung menggunakan rumus Penjualan dibagi Total Aktiva. Rata-rata Return On Asset 52

Bank Central Asia (BBCA) adalah 8,65. Rata-rata Return On Asset

Bank Artha Graha Internasional (INPC) adalah 4,59. Rata-rata

Return On Asset Bank J Trust (BCIC) adalah 3,18. Rata-rata Return

On Asset Bank Panin (PNBS) adalah 5,05. Rata-rata Return On

Asset Bank National Nobu adalah (NOBU) adalah 3,78. Rata-rata

Return On Asset Bank Permata (BNLI) adalah 4,02. Rata-rata

Return On Asset Bank Sinarmas (BSIM) adalah 14,69. Rata-rata

Return On Asset Bank Bukopin (BBKP) adalah 3,97. Rata-rata

Return On Asset Bank Mega (MEGA) adalah 6,97. Rata-rata

Return On Asset Bank Danamon (BDMN) 10,20. Rata-rata Return

On Asset Bank OCBC NISP (NISP) adalah 4,77. Rata-rata Return

On Asset Bank Yudha Bakti (BBYB) adalah 6,41. Rata-rata Return

On Asset Bank Mayapada Internasional (MAYA) adalah 3,69.

Rata-rata Return On Asset Bank Masipon (BMAS) adalah 4,21.

Rata-rata Return On Asset Bank Artos Indonesia (ARTO) adalah

5,01. Rata-rata Return On Asset Bank Maybank (BNII) adalah

5,70. Rata-rata Return On Asset Bank Capital Indonesia (BACA)

adalah 3,03. Rata-rata Return On Asset Bank IBK Indonesia

(AGRS) adalah 3,38. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 14,69 dari

Bank Sinarmas (BSIM), sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar

3,03 dari Bank Capital Indonesia (BACA).

3. Return on Equity 53

Menurut (Fahmi, 2015) Return on equity (ROE) disebut juga laba atas equity. Dalam beberapa referensi disebut juga dengan rasio total asset turnover atau perputaran total asset. Rasio ini menilai sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas.

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Return On Equity pada Bank Pemerintah Kode 2016 2017 2018 Rata - Kesimpulan Rata BBRI 18,07 17,60 17,91 17,86 Sangat Baik BBTN 13,69 13,98 11,78 13,15 Baik BBNI 12,78 13,65 13,67 13,37 Baik BMRI 9,55 12,61 14,93 12,37 Cukup Baik Sumber : data diolah tahun 2019

Berdasarkan Tabel 4.5, hasil dari perhitungan rasio Return On

Equity dari setiap Bank Pemerintah pada tahun 2016 sampai 2018.

Return On Equity tiap perusahaan dihitung menggunakan rumus

Laba Bersih setelah Pajak dibagi Total Ekuitas. Rata-rata Return

On Equity Bank Rakyat Indonesia (BBRI) adalah 17,86. Rata-rata

Return On Equity Bank Tabungan Negara (BBTN) adalah 13,15.

Rata-rata Return On Equity Bank Negara Indonesia (BBNI) adalah

13,37. Rata-rata Return On Equity Bank Mandiri (BMRI) adalah

12,37. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 17,86 dari Bank Rakyat 54

Indonesia (BBRI), sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar 12,37

dari Bank Mandiri (BMRI).

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Return On Equity pada Bank Swasta Nasional Kode 2016 2017 2018 Rata - Kesimpulan Rata BBCA 18,30 17,75 17,04 17,70 Sangat Baik INPC 1,65 1,51 1,17 1,44 Kurang Baik BCIC -53,11 8,04 -30,50 -25,19 Buruk PNBS 7,36 5,53 7,82 6,91 Cukup Baik NOBU 2,28 2,51 3,16 2,65 Kurang Baik BNLI -33,61 3,48 4,01 -8,71 Buruk BSIM 8,28 6,58 1,04 5,30 Kurang Baik BBKP 11,43 2,01 2,21 5,22 Kurang Baik MEGA 9,44 9,95 11,60 10,33 Cukup Baik BDMN 7,68 9,77 8,65 8,70 Cukup Baik NISP 9,18 9,99 10,80 9,99 Cukup Baik BBYB 10,57 2,13 -22,82 -3,37 Buruk MAYA 11,63 7,91 4,05 7,86 Cukup Baik BMAS 6,13 5,98 5,91 6,01 Cukup Baik ARTO -22,63 -6,28 -20,15 -16,36 Buruk BNII 10,21 8,96 9,02 9,39 Cukup Baik BACA 7,11 6,12 7,17 6,80 Cukup Baik AGRS 0,59 -1,47 -5,84 -2,24 Buruk Sumber : data diolah tahun 2019

Berdasarkan Tabel 4.6, hasil dari perhitungan rasio Return On

Equity dari setiap Bank Swasta Nasional pada tahun 2016 sampai 55

2018. Return On Equity tiap perusahaan dihitung menggunakan rumus Laba Bersih setelah Pajak dibagi Total Ekuitas. Rata-rata

Return On Equity Bank Central Asia (BBCA) adalah 17,70. Rata- rata Return On Equity Bank Artha Graha Internasional (INPC) adalah 1,44. Rata-rata Return On Equity Bank J Trust (BCIC) adalah -25,19. Rata-rata Return On Equity Bank Panin (PNBS) adalah 6,91. Rata-rata Return On Equity Bank National Nobu adalah (NOBU) adalah 2,65. Rata-rata Return On Equity Bank

Permata (BNLI) adalah -8,71. Rata-rata Return On Equity Bank

Sinarmas (BSIM) adalah 5,30. Rata-rata Return On Equity Bank

Bukopin (BBKP) adalah 5,22. Rata-rata Return On Equity Bank

Mega (MEGA) adalah 10,33. Rata-rata Return On Equity Bank

Danamon (BDMN) adalah 8,70. Rata-rata Return On Equity Bank

OCBC NISP (NISP) adalah 9,99. Rata-rata Return On Equity Bank

Yudha Bakti (BBYB) adalah -3,37. Rata-rata Return On Equity

Bank Mayapada Internasional (MAYA) adalah 7,86. Rata-rata

Return On Equity Bank Masipon (BMAS) adalah 6,01. Rata-rata

Return On Equity Bank Artos Indonesia (ARTO) adalah -16,36.

Rata-rata Return On Equity Bank Maybank (BNII) adalah 9,39.

Rata-rata Return On Equity Bank Capital Indonesia (BACA) adalah

6,80. Rata-rata Return On Equity Bank IBK Indonesia (AGRS) adalah -2,24. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 17,70 dari Bank 56

Central Asia (BBCA), sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar -

25,19 dari Bank J Trust (BCIC).

4. Total Asset

Total Aset adalah rasio aktivitas (rasio efisiensi) yang

mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan penjualan

dari total asetnya dengan membandingkan penjualan bersih dengan

total aset rata-rata.

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Total Aset pada Bank Pemerintah Kode 2016 2017 2018 Rata - Rata Kesimpulan BBRI 2,62 2,58 2,50 2,56 Sangat Baik BBTN 1,22 1,16 0,92 1,10 Baik BBNI 1,89 1,94 1,87 1,90 Sangat Baik BMRI 1,41 1,91 2,15 1,82 Sangat Baik Sumber : data diolah tahun 2019

Berdasarkan Tabel 4.7, hasil dari perhitungan rasio Total Aset dari

setiap Bank Pemerintah pada tahun 2016 sampai 2018. Total Aset

tiap perusahaan dihitung menggunakan rumus Penjualan Bersih

dibagi Total Aset. Rata-rata Total Aset Bank Rakyat Indonesia

(BBRI) adalah 2,56. Rata-rata Total Aset Bank Tabungan Negara

(BBTN) adalah 1,10. Rata-rata Total Aset Bank Negara Indonesia

(BBNI) adalah 1,90. Rata-rata Total Aset Bank Mandiri (BMRI)

adalah 1,82. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 2,56 dari Bank Rakyat 57

Indonesia (BBRI), sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar 1,10 dari Bank Tabungan Negara (BBTN).

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Total Aset pada Bank Swasta Nasional Kode 2016 2017 2018 Rata - Kesimpulan Rata BBCA 3,05 3,11 3,13 3,10 Sangat Baik INPC 0,28 0,25 0,21 0,24 Kurang Baik BCIC -4,47 0,71 -2,25 -2,01 Buruk PNBS 1,26 0,94 1,54 1,25 Baik NOBU 0,34 0,32 0,38 0,80 Cukup Baik BNLI -3,92 0,50 0,59 -0,94 Buruk BSIM 1,19 1,05 0,16 0,80 Cukup Baik BBKP 1,03 0,13 0,20 0,45 Kurang Baik MEGA 1,64 1,58 1,91 1,71 Sangat Baik BDMN 1,60 2,15 1,91 1,89 Sangat Baik NISP 1,30 1,41 1,52 1,41 Baik BBYB 1,64 0,29 -3,02 -0,36 Buruk MAYA 1,35 0,90 0,50 0,92 Cukup Baik BMAS 1,24 1,15 1,06 1,15 Cukup Baik ARTO -4,30 -1,04 -3,50 -2,95 Buruk BNII 1,18 1,07 1,27 1,18 Cukup Baik BACA 0,66 0,53 0,59 0,59 Cukup Baik AGRS 0,08 -0,21 -0,75 -0,29 Buruk Sumber : data diolah tahun 2019 58

Berdasarkan Tabel 4.8, hasil dari perhitungan rasio Total Aset dari setiap Bank Pemerintah pada tahun 2016 sampai 2018. Total Aset tiap perusahaan dihitung menggunakan rumus Penjualan Bersih dibagi Total Aset. Rata-rata Total Aset Bank Central Asia (BBCA) adalah 3,10. Rata-rata Total Aset Bank Artha Graha Internasional

(INPC) adalah 0,24. Rata-rata Total Aset Bank J Trust (BCIC) adalah -2,01. Rata-rata Total Aset Bank Panin (PNBS) adalah 1,25.

Rata-rata Total Aset Bank National Nobu adalah (NOBU) adalah

0,80. Rata-rata Total Aset Bank Permata (BNLI) adalah -0,94.

Rata-rata Total Aset Bank Sinarmas (BSIM) adalah 0,80. Rata-rata

Total Aset Bank Bukopin (BBKP) adalah 0,45. Rata-rata Total

Aset Bank Mega (MEGA) adalah 1,71. Rata-rata Total Aset Bank

Danamon (BDMN) adalah 1,89. Rata-rata Total Aset Bank OCBC

NISP (NISP) adalah 1,41. Rata-rata Total Aset Bank Yudha Bakti

(BBYB) adalah -0,36. Rata-rata Total Aset Bank Mayapada

Internasional (MAYA) adalah 0,92. Rata-rata Total Aset Bank

Masipon (BMAS) adalah 1,15. Rata-rata Total Aset Bank Artos

Indonesia (ARTO) adalah -2,95. Rata-rata Total Aset Bank

Maybank (BNII) adalah 1,18. Rata-rata Total Aset Bank Capital

Indonesia (BACA) adalah 0,59. Rata-rata Total Aset Bank IBK

Indonesia (AGRS) adalah -0,29. Nilai rata-rata tertinggi sebesar

3,10 dari Bank Central Asia (BBCA), sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar -2,95 dari Bank Artos Indonesia (ARTO). 59

4.3.2. Metode Tobin’s Q

Tobin’s Q adalah pengukur kinerja dengan membandingkan dua

penilaian dari asset yang sama. Tobin’s Q merupakan rasio dari nilai

pasar asset perusahaan yang diukur oleh nilai pasar dari jumlah saham

yang beredar dan hutang (enterprise value) terhadap replacement cost

dari aktiva perusahaan.

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Metode Tobin’s Q pada Bank Pemeritah Kode 2016 2017 2018 Rata - Rata Kesimpulan BBRI 0.91 0.93 0.93 0.92 Undervalued BBTN 1.00 1.00 0.95 0.98 Undervalued BBNI 0.99 1.08 1.03 1.03 Overvalued BMRI 0.92 0.96 0.93 0.94 Undervalued Sumber : data diolah tahun 2019

Berdasarkan Tabel 4.9, hasil dari perhitungan rasio Tobin’s Q dari

setiap Bank Pemerintah pada tahun 2016 sampai 2018. Tobin’s Q tiap

perusahaan dihitung menggunakan rumus Penjualan Bersih dibagi

Tobin’s Q. Rata-rata Tobin’s Q Bank Rakyat Indonesia (BBRI) adalah

0.92. Rata-rata Tobin’s Q Bank Tabungan Negara (BBTN) adalah 0.98.

Rata-rata Tobin’s Q Bank Negara Indonesia (BBNI) adalah 1.03. Rata-

rata Tobin’s Q Bank Mandiri (BMRI) adalah 0.94. Nilai rata-rata

tertinggi sebesar 1.03 dari Bank Negara Indonesia (BBNI), sedangkan 60

nilai rata-rata terendah sebesar 0.92 dari Bank Rakyat Indonesia

(BBRI).

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Metode Tobin’s Q pada Bank Swasta Nasional Kode 2016 2017 2018 Rata - Kesimpulan Rata BBCA 1.39 1.54 1.59 1.51 Overvalued INPC 0.87 0.88 0.86 0.87 Undervalued BCIC 1.00 0.99 1.64 1.21 Overvalued PNBS 0.84 0.84 0.81 0.83 Undervalued NOBU 1.23 1.26 1.26 1.25 Overvalued BNLI 0.96 0.97 0.97 0.97 Undervalued BSIM 1.28 1.29 1.04 1.20 Overvalued BBKP 0.96 0.99 0.97 0.97 Undervalued MEGA 1.08 1.12 1.24 1.15 Overvalued BDMN 1.00 1.15 1.17 1.10 Overvalued NISP 0.94 0.93 0.97 0.95 Undervalued BBYB 1.25 1.24 1.19 1.23 Overvalued MAYA 1.08 1.11 1.30 1.16 Overvalued BMAS 1.09 1.06 1.06 1.07 Overvalued ARTO 1.08 1.10 1.16 1.11 Overvalued BNII 0.90 0.89 0.87 0.89 Undervalued BACA 1.01 1.01 1.04 1.02 Overvalued AGRS 0.98 1.17 1.17 1.11 Overvalued 61

Sumber : data diolah tahun 2019

Berdasarkan Tabel 4.10, hasil dari perhitungan Metode Tobin’s Q dari setiap Bank Pemerintah pada tahun 2016 sampai 2018. Tobin’s Q tiap perusahaan dihitung menggunakan rumus total saham beredar ditambah total hutang dan dibagi total aset. Rata-rata Tobin’s Q Bank Central

Asia (BBCA) adalah 1.51. Rata-rata Tobin’s Q Bank Artha Graha

Internasional (INPC) adalah 0.87. Rata-rata Tobin’s Q Bank J Trust

(BCIC) adalah 1.21. Rata-rata Tobin’s Q Bank Panin (PNBS) adalah

0.83. Rata-rata Tobin’s Q Bank National Nobu adalah (NOBU) adalah

1.25. Rata-rata Tobin’s Q Bank Permata (BNLI) adalah 0.97. Rata-rata

Tobin’s Q Bank Sinarmas (BSIM) adalah 1.20. Rata-rata Tobin’s Q

Bank Bukopin (BBKP) adalah 0.97. Rata-rata Tobin’s Q Bank Mega

(MEGA) adalah 1.15. Rata-rata Tobin’s Q Bank Danamon (BDMN) adalah 1.10. Rata-rata Tobin’s Q Bank OCBC NISP (NISP) adalah

0.95. Rata-rata Tobin’s Q Bank Yudha Bakti (BBYB) adalah 1.23.

Rata-rata Tobin’s Q Bank Mayapada Internasional (MAYA) adalah

1.16. Rata-rata Tobin’s Q Bank Masipon (BMAS) adalah 1.07. Rata- rata Tobin’s Q Bank Artos Indonesia (ARTO) adalah 1.11. Rata-rata

Tobin’s Q Bank Maybank (BNII) adalah 0.89. Rata-rata Tobin’s Q

Bank Capital Indonesia (BACA) adalah 1.02. Rata-rata Tobin’s Q Bank

IBK Indonesia (AGRS) adalah -1.11. Nilai rata-rata tertinggi sebesar

1.51 dari Bank Central Asia (BBCA), sedangkan nilai rata-rata terendah sebesar 0.83 dari Bank Panin (PNBS). 62

4.4. Analisis

4.4.1. Profitabilitas

1. Loan to Deposit

Menurut Riyadi (2015), LOAN digunakan untuk menunjukkan

kemampuan bank dalam menyalurkan dananya yang berasal dari

masyarakat. Loan to Deposit (LDR) menunjukkan kemampuan bank

untuk menyediakan dana pada debitur dengan modal yang dimiliki oleh

bank maupun dana yang mampu dikumpulkan dari masyarakat. Berikut

indikator untuk mengukur standar kinerja Loan to Deposit.

Tabel 4.11 Indikator Loan to Deposit pada Bank Pemerintah Kode Rata - Rata Kesimpulan BBRI 84,61 Baik BBTN 98,04 Cukup Baik BBNI 92,36 Cukup Baik BMRI 92,85 Cukup Baik Sumber

: data INDIKATOR LOAN diolah 100 95 tahun 90 2019 85 80

75 BBRI BBTN BBNI BMRI Su mb INDIKATOR LOAN er : 63

data diolah tahun 2019 Gambar 4.2

Grafik Rata-rata Loan to Deposit pada Bank Pemerintah

Berdasarkan Gambar 4.2 mengukur Loan to Deposit untuk membandingkan setiap bank. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 98,04 dari

Bank Tabungan Negara (BBTN), sedangkan nilai rata-rata terendah

84,61 dari Bank Rakyat Indonesia (BBRI). Bisa dilihat bahwa LDR

(Loan to Deposits Ratio) untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek (bisa disebut likuiditas) dengan membagi total kredit terhadap total Dana Pihak Ketiga (DPK). Pada

Bank Tabungan Negara (BBTN) mengalami peningkatan yang berpengharuh terhadap kinerja keuangan, sedangkan Bank Rakyat

Indonesia (BBRI) mengalami penurunan yang berpengaruh pada kinerja keuangan.

Tabel 4.12 Indikator Loan to Deposit pada Bank Swasta Nasional Kode Rata-Rata Kesimpulan BBCA 79,27 Baik INPC 81,35 Baik BCIC 85,78 Cukup Baik PNBS 92,90 Cukup Baik NOBU 85,57 Cukup Baik BNLI 114,06 Kurang Baik BSIM 94,52 Cukup Baik BBKP 82,90 Baik MEGA 61,62 Sangat Baik BDMN 91,72 Cukup Baik NISP 144,78 Buruk BBYB 107,38 Kurang Baik MAYA 98,32 Cukup Baik BMAS 107,29 Kurang Baik ARTO 88,63 Cukup Baik 64

BNII 95,34 Cukup Baik BACA 52,86 Sangat Baik AGRS 86,51 Cukup Baik Sumber : data diolah tahun 2019

S INDIKATOR LOAN u 160 m 140 b 120 e 100 r 80 : 60 d 40 a 20 t 0 a d i INDIKATOR LOAN o lah tahun 2019 Gambar 4.3

Grafik Rata-rata Loan to Deposit pada Bank Swasta Nasional

Berdasarkan Gambar 4.3 mengukur Loan to Deposit untuk

membandingkan setiap bank. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 144.78

dari Bank OCBC NISP (NISP), sedangkan nilai rata-rata terendah 52.86

dari Bank Capital Indonesia (BACA). Bisa dilihat bahwa LDR (Loan to

Deposits Ratio) untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi

kewajiban jangka pendek (bisa disebut likuiditas) dengan membagi

total kredit terhadap total Dana Pihak Ketiga (DPK). Bank OCBC NISP

(NISP) mengalami peningkatan yang berpengharuh terhadap kinerja

keuangan, sedangkan Bank Capital Indonesia (BACA) mengalami

penurunan yang berpengaruh pada kinerja keuangan. 65

2. Return On Asset

Digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan

laba dengan menggunakan total aset yang dimiliki. Return On Asset

(ROA) menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

dari aktiva yang digunakan. Return On Asset (ROA) merupakan rasio

yang terpenting di antara rasio profitabilitas yang ada.

Tabel 4.13 Indikator Return On Asset Kode Rata - Rata Kesimpulan BBRI 1,78 Sangat Baik BBTN 4,19 Sangat Baik BBNI 5,39 Sangat Baik BMRI 7,73 Sangat Baik S u INDIKATOR ROA m 9 8 be 7 6 r : 5 4 3 da 2 1 ta 0 BBRI BBTN BBNI BMRI

INDIKATOR ROA 66

diolah tahun 2019

Sumber : data diolah tahun 2019 Gambar 4.4

Grafik Rata-rata Return On Asset pada Bank Pemerintah

Berdasarkan Gambar 4.4 mengukur Return On Asset untuk membandingkan setiap bank. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 7.73 dari

Bank Mandiri (BMRI), sedangkan nilai rata-rata terendah 1.78 dari

Bank Rakyat Indonesia (BBRI). Bisa dilihat bahwa ROA (Return On

Assets) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perbankan dalam menghasilkan profit atau laba (bisa disebut profitabilitas) dengan cara membandingkan laba bersih dengan sumber daya atau total aset yang dimiliki. Semakin besar nilai ROA artinya semakin baik kemampuan perbankan dalam menghasilkan laba, apabila Bank Mandiri (BMRI) mengalami peningkatan yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan, sedangkan Bank Rakyat Indonesia (BBRI) mengalami penurunan yang berpengaruh pada kinerja keuangan.

Tabel 4.14 Indikator Return On Asset pada Bank Swasta Nasional Kode Rata-Rata Kesimpulan BBCA 8,65 Sangat Baik INPC 4,59 Sangat Baik BCIC 3,18 Sangat Baik PNBS 5,05 Sangat Baik NOBU 3,78 Sangat Baik BNLI 4,02 Sangat Baik BSIM 14,69 Sangat Baik BBKP 3,97 Sangat Baik MEGA 6,97 Sangat Baik BDMN 10,20 Sangat Baik NISP 4,77 Sangat Baik BBYB 6,41 Sangat Baik 67

MAYA 3,69 Sangat Baik BMAS 4,21 Sangat Baik ARTO 5,01 Sangat Baik BNII 5,70 Sangat Baik BACA 3,03 Sangat Baik AGRS 3,38 Sangat Baik Sumber : data diolah tahun 2019

S umber INDIKATOR ROA : data 16 diolah 14 tahun 12 10 2019 8 G 6 a 4 m 2

b 0

BNII

BCIC BNLI

NISP

INPC

BSIM

BBYB

BBKP PNBS

a BBCA

AGRS

BACA

ARTO

BMAS

NOBU

MAYA MEGA r BDMN INDIKATOR ROA 4 .5

Grafik Rata-rata Return On Asset pada Bank Pemerintah

Berdasarkan Gambar 4.5 mengukur Return On Asset untuk

membandingkan setiap bank. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 14,69 dari

Bank Sinarmas (BSIM), sedangkan nilai rata-rata terendah 3,03 dari

Bank Capital Indonesia (BACA). Bisa dilihat bahwa ROA (Return On

Assets) merupakan rasio yang mengukur kemampuan perbankan dalam

menghasilkan profit atau laba (bisa disebut profitabilitas) dengan cara

membandingkan laba bersih dengan sumber daya atau total aset yang

dimiliki. Semakin besar nilai ROA artinya semakin baik kemampuan

perbankan dalam menghasilkan laba, apabila Bank Sinarmas (BSIM)

mengalami peningkatan yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan, 68

sedangkan Bank Capital Indonesia (BACA) mengalami penurunan yang

berpengaruh pada kinerja keuangan.

3. Return On Equity

Return on equity (ROE) disebut juga laba atas equity. Dalam beberapa

referensi disebut juga dengan rasio total asset turnover atau perputaran

total asset. Rasio ini menilai sejauh mana suatu perusahaan

mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan

laba atas ekuitas.

Tabel 4.15 Indikator Return On Equity Kode Rata - Rata Kesimpulan BBRI 17,86 Sangat Baik BBTN 13,15 Baik BBNI 13,37 Baik BMRI 12,37 Cukup Baik Su

m INDIKATOR ROE b 20

e 15

r 10

: 5

d 0 BBRI BBTN BBNI BMRI

INDIKATOR ROE 69

ata diolah tahun 2019

Sumber : data diolah tahun 2019 Gambar 4.6

Grafik Rata-rata Return On Equity pada Bank Pemerintah

Berdasarkan Gambar 4.6 mengukur Return On Equity untuk membandingkan setiap bank. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 17,86 dari

Bank Rakyat Indonesia (BBRI), sedangkan nilai rata-rata terendah

12,37 dari Bank Mandiri (BMRI). Rasio ini menilai sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. Semakin besar nilai artinya semakin baik kemampuan perbankan dalam menghasilkan laba, apabila Bank

Rakyat Indonesia (BBRI) mengalami peningkatan yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan, sedangkan Bank Mandiri (BMRI) mengalami penurunan yang berpengaruh pada kinerja keuangan.

Tabel 4.16 Indikator Return On Equity pada Bank Swasta Nasional Kode Rata-Rata Kesimpulan BBCA 17,70 Sangat Baik INPC 1,44 Kurang Baik BCIC -25,19 Buruk PNBS 6,91 Cukup Baik NOBU 2,65 Kurang Baik BNLI -8,71 Buruk BSIM 5,30 Kurang Baik BBKP 5,22 Kurang Baik MEGA 10,33 Cukup Baik BDMN 8,70 Cukup Baik NISP 9,99 Cukup Baik BBYB -3,37 Buruk MAYA 7,86 Cukup Baik BMAS 6,01 Cukup Baik ARTO -16,36 Buruk 70

BNII 9,39 Cukup Baik BACA 6,80 Cukup Baik AGRS -2,24 Buruk Sumber : data diolah tahun 2019

INDIKATOR ROE S 20 u m 10 b 0 e r -10

: -20 -30 d a INDIKATOR ROE t a diolah tahun 2019 Gambar 4.7

Grafik Rata-rata Return On Equity pada Bank Pemerintah

Berdasarkan Gambar 4.7 mengukur Return On Equity untuk membandingkan setiap bank. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 17,70 dari

Bank Central Asia (BBCA), sedangkan nilai rata-rata terendah -25,19 dari Bank J Trust (BCIC). Rasio ini menilai sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. Semakin besar nilai artinya semakin baik kemampuan perbankan dalam menghasilkan laba, apabila Bank

Central Asia (BBCA) mengalami peningkatan yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan, sedangkan Bank J Trust (BCIC) mengalami penurunan yang berpengaruh pada kinerja keuangan. Dapat simpulkan 71

bahwa semakin tinggi rasio menunjukkan laba bersih bank semakin

meningkat, yang mengakibatkan harga saham meningkat, dan

sebaliknya semakin rendah rasio menunjukkan laba bersih bank

semakin menurun, yang mengakibatkan harga saham rendah.

4. Total Aset

Total Aset adalah rasio aktivitas (rasio efisiensi) yang mengukur

kemampuan perusahaan untuk menghasilkan penjualan dari total

asetnya dengan membandingkan penjualan bersih dengan total aset

rata-rata.

Tabel 4.17 Indikator Total Aset Kode Rata - Rata Kesimpulan BBRI 2,56 Sangat Baik BBTN 1,10 Baik BBNI 1,90 Sangat Baik BMRI 1,82 Sangat Baik Sum ber : INDIKATOR TOTAL ASET data 3 2.5 diol 2 1.5 ah 1 0.5 tahu 0 BBRI BBTN BBNI BMRI

INDIKATOR TOTAL ASET 72

n 2019

Sumber : data diolah tahun 2019 Gambar 4.8

Grafik Rata-rata Total Aset pada Bank Pemerintah

Berdasarkan Gambar 4.8 mengukur Total Aset untuk membandingkan setiap bank. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 2,56 dari Bank Rakyat

Indonesia (BBRI), sedangkan nilai rata-rata terendah 1,10 dari Bank

Tabungan Negara (BBTN). Rasio ini menilai sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atas ekuitas. Semakin besar nilai artinya semakin baik kemampuan perbankan dalam menghasilkan laba, apabila Bank

Rakyat Indonesia (BBRI) mengalami peningkatan yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan, sedangkan Bank Tabungan Negara (BBTN) mengalami penurunan yang berpengaruh pada kinerja keuangan.

Tabel 4.18 Indikator Total Aset pada Bank Swasta Nasional Kode Rata-Rata Kesimpulan BBCA 3,10 Sangat Baik INPC 0,24 Kurang Baik BCIC -2,01 Buruk PNBS 1,25 Baik NOBU 0,80 Cukup Baik BNLI -0,94 Buruk BSIM 0,80 Cukup Baik BBKP 0,45 Kurang Baik MEGA 1,71 Sangat Baik BDMN 1,89 Sangat Baik NISP 1,41 Baik BBYB -0,36 Buruk MAYA 0,92 Cukup Baik BMAS 1,15 Cukup Baik ARTO -2,95 Buruk 73

BNII 1,18 Cukup Baik BACA 0,59 Cukup Baik AGRS -0,29 Buruk Sumber : data diolah tahun 2019

S umbe INDIKATOR TOTAL ASET r : 4 data 3 diola h 2 tahun 1 2019 0 G -1 a -2 m b -3 a -4 r INDIKATOR TOTAL ASET

4.9

Grafik Rata-rata Total Aset pada Bank Pemerintah

Berdasarkan Gambar 4.9 mengukur Total Aset untuk membandingkan

setiap bank. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 3,10 dari Bank Central Asia

(BBCA), sedangkan nilai rata-rata terendah -2,95 dari Bank Artos

Indonesia (ARTO). Rasio ini menilai sejauh mana suatu perusahaan

mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan

laba atas ekuitas. Semakin besar nilai artinya semakin baik kemampuan

perbankan dalam menghasilkan laba, apabila Bank Central Asia

(BBCA) mengalami peningkatan yang berpengaruh terhadap kinerja

keuangan, sedangkan Bank Artos Indonesia (ARTO) mengalami

penurunan yang berpengaruh pada kinerja keuangan. Semakin tinggi

nilai TA ini maka akan semakin baik artinya perusahaan mampu 74

memaksimalkan aset yang ia miliki untuk menghasilkan penjualan yang lebih tinggi dan sebaliknya jika buruk maka perusahaan kurang mampu memaksimalkan aset yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan.

5. Analisis Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah dan Bank

Swasta Nasioal Menggunakan Metode Tobin’s Q

Tobin’s Q adalah pengukur kinerja dengan membandingkan dua penilaian dari asset yang sama. Tobin’s Q merupakan rasio dari nilai pasar asset perusahaan yang diukur oleh nilai pasar dari jumlah saham yang beredar dan hutang (enterprise value) terhadap replacement cost dari aktiva perusahaan.

Tabel 4.19 Perbandingan Kinerja Keuangan Menggunakan Metode Tobin’s Q Bank Rata-Rata Kesimpulan Bank Pemerintah 0.96 Undervalued Bank Swasta Nasional 1.08 Overvalued Sumber : data diolah tahun 2019

Indikator Kinerja Keuangan Bank Su Pemerintah dan Swasta mb 1.1 er : dat 1.05 a dio 1 lah tah 0.95 un 20 0.9 19 Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional Ga m Indikator Kinerja Keuangan Bank Pemerintah dan Swasta ba r 4.10 75

Grafik Rata-rata Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Bank Pemerintah dan Bank Swasta Nasional Menggunakan Metode Tobin’s Q

Berdasarkan Gambar 4.10 mengukur Kinerja Keuangan pada Bank

Pemerintah dan Bank Swasta Nasional menggunakan Metode Tobin’s

Q. Nilai rata-rata tertinggi sebesar 1.08 dari Bank Swasta Nasional, sedangkan nilai rata-rata terendah 0.96 dari Bank Pemerintah. Tobin’s

Q sebagai indikator pengukur nilai perusahaan telah banyak digunakan dalam penelitian keuangan, khususnya penelitian yang mengambil permasalahan nilai perusahaan. Tobin’s Q adalah indikator untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, khususnya tentang nilai perusahaan, yang menunjukkan suatu proforma manajemen dalam mengelola aktiva perusahaan. Hasil menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, Bank

Pemerintah kurang mampu mengelola aktivanya dengan baik sedangkan Bank Swasta Nasional mampu mengelola aktivanya dengan baik. Rasio ini dinilai bisa memberikan informasi paling baik, karena rasio ini bisa menjelaskan berbagai fenomena dalam kegiatan perusahaan perbankan yang terjadi di Indonesia, diantaranya kasus empat saham bank turun di Indeks Harga Saham Gabungan (2019), empat saham itu adalah Bank Negara Indonesia (BBNI), Bank Rakyat

Indonesia (BBRI), Bank Central Asia (BBCA), dan Bank Mandiri

(BMRI). Penurunan tersebut terjadi karena dua hal yaitu terkait 76

Duniatex dan perang dagang. Saham Overvalued suatu nilai atau harga yang berlebihan atau mahal, dan Undervalued suatu nilai atau harga yang bernilai murah. Jadi semakin baik nilai Tobin’s Q menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbungan yang baik dan sebaliknya jika nilai Tobin’s Q buruk maka menunjukkan bahwa perusahaan memiliki prospek pertumbungan yang kurang baik. BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penelitian, pengujian, dan

pembahasan mengenai Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan pada Bank

Swasta Nasional dan Bank Pemerintah Menggunakan Metode Tobin’s Q yang

terdaftar Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini menggunakan 22 Bank Swasta

Nasional dan 4 Bank Pemerintahan untuk diteliti. Berdasarkan hasil

pembahasan dan pengujian yang telah dilakukan, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut :

Hasil penelitian menyatakan bahwa Kinerja Keuangan mendapati hasil

yang signifikan dan tidak signifikan. Berdasarkan hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa Loan to Deposit (LOAN) mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja keuangan, Return on Assets (ROA) mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan, Return on Equity (ROE)

mempunyai pengaruh yang tidak signifikan terhadap kinerja keuangan, Total

Asset mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja keuangan.

5.2. Saran

1. Untuk bank swasta yang mempunyai tingkat ROE yang rendah

dibandingkan bank pemerintah harus efisien dalam memanfaatkan modal

yang dimiliki agar laba yang diperoleh lebih maksimal.

76

77

2. Bank swasta mempunyai tingkat Total Aset yang rendah dibandingkan bank pemerintah harus meningkatkan jumlah aktiva yang dimiliki agar tingkat pengembalian aset yang diperoleh lebih besar.

DAFTAR PUSTAKA

Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP Tahun 2004, Tentang Perbankan.

Bank Indonesia (2011). Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Munawir, S. (2010). Analisis Laporan Keuangan Edisi Keempat. Cetakan Kelima Belas, Yogyakarta : Liberty.

Nur, (2015). Penilaian Kesehatan Bank dengan Metode RGEC pada PT. Bank Rakyat Indonesia. Jurnal Akuntansi : Universitas Negeri Yogyakarta.

Putri, I Dewa Ayu Esti Putri dan I Gusti Ayu Eka Damayanthi. 2013, “Analisis Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan RGEC Pada Perusahaan Perbankan Besar dan Kecil”. Jurnal Akuntansi : Universitas Udayana. 483-496.

Srihayati, 2015, “Pengaruh Kinerja Keuangan Perbankan terhadap Nilai Perusahaan dengan Metode Tobin’s Q pada Perusahaan Perbankan yang Listing di Kompas 100”. Jurnal Akuntansi : Universitas Islam Bandung.

Putri, 2013, “Analisis Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan RGEC pada Perusahaan Perbankan Besar dan Kecil”. Jurnal Akuntansi : Universitas Udayana.

Respati. 2008, “Tinjauan Tentang Variabel-Variabel Camel terhadap Laba Usaha Pada Bank Umum Swasta Nasional. Jurnal Keuangan dan Perbankan : Universitas Merdeka Malang.

Anggitasari. 2012, “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Dan Struktur Good Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi”. Jurnal Akuntansi : Universitas Diponegoro.

Saragih. 2013, “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Bank Syariah Dengan Bank Konvensional”. Jurnal Keuangan : Universitas Sumatera Utara. www.idx.co.id diaskses pada 14 Oktober 2019

77