JURNAL PENDIDIKAN SENDRATASIK

FORM OF SAYO DANCE PRESENTATION AT THE END OF TRADITIONAL CEREMONY THABISAN IN KALUMPANG REGENCY WEST CELEBES

BENTUK PENYAJIAN TARI SAYO PADA UPACARA ADAT THABISAN DI KALUMPANG KABUPATEN MAMUJU SULAWESI BARAT

Muh. Rezha Firmansyah, Sumiani HL, Andi Padalia Pendidikan Sendratasik, Jurusan Seni Pertunjukan, Fakultas Seni Dan Desain Universitas Negeri Makassar. Email: [email protected]

ABSTRACT

Muh. Rezha Firmansyah, 2020. Form of Sayo Dance Presentation at the End of Traditional Ceremony in Kalumpang Mamuju Regency, .

This study aims to provide an overview of the Sayo Dance Presentation Form at the End of Ceremony. The research method used is a qualitative research method conducted in natural conditions (natural setting). The main issues in this research are; (1) Form of Sayo Dance Presentation at the End of Traditional Ceremony in Kalumpang Mamuju Regency, West Sulawesi; (2) the position of the Sayo dance at the Thakhir Traditional Ceremony in Kalumpang Mamuju Regency, West Sulawesi. From the results of the study note that; (1) Sayo dance has an open-air presentation which can be witnessed by the general public. In addition, the Sayo Dance at the Traditional Ceremony is different from other Traditional Ceremonies in Kalumpang wherein the invited guests bring dancers to perform together with the dancers provided by the committee; (2) The Sayo Dance has a high position because the Th-08 Traditional Ceremony opened with the appearance of the Sayo Dance as an expression of happiness in the event.

ABSTRAK

Muh. Rezha Firmansyah, 2020. Bentuk Penyajian Tari Sayo pada Upacara Adat Thabisan di Kalumpang Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat.

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran Bentuk Penyajian Tari Sayo pada Upacara Adat Thabisan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif yang dilakukan dalam kondisi alamiah (natural setting). Adapun pokok permasalahan dalam penelitian ini yakni; (1) Bentuk Penyajian Tari Sayo pada Upacara Adat Thabisan di Kalumpang Kabupaten Mamuju Sulawesi barat; (2) kedudukan Tari Sayo pada Upacara Adat Thabisan di Kalumpang Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat. Dari hasil penelitian diketahui bahwa; (1) Tari Sayo memiliki bentuk penyajian diarena terbuka yang dapat disaksikan oleh masyarakat umum. Selain itu Tari Sayo pada Upacara Adat Thabisan berbeda dengan Upacara Adat lainnya di Kalumpang yaitu dimana tamu undangan membawa penari untuk dipertunjukan bersama dengan penari yang telah disediakan panitia; (2) Tari Sayo memiliki kedudukan yang tinggi karena Upacara Adat Thabisan dibuka dengan penampilan Tari Sayo sebagai Ungkapan kebahagian dalam acara tersebut.

1 JURNAL PENDIDIKAN SENDRATASIK

I. PENDAHULUAN Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat. Karena Pengaruh globalisasi menimbulkan dianggap sangat penting sebagai upaya berbagai masalah terhadap eksistensi kesenian melestarikan seni pertunjukan tradisional tradisional, salah satunya adalah turunnya rasa tersebut. Serta nantinya hasil penelitian ini bisa cinta terhadap kebudayaan serta terjadinya menjadi sumber informasi dan wawasan bagi akulturasi budaya. Salah satu upaya untuk peneliti berikutnya dan seniman yang ada mempertahankan kebudayaan terutama seni khususnya di bidang tari . Agar masyarakat pertunjukan tradisonal adalah dengan juga bisa mengapresiasi sebuah karya seni menanamkan nilai-nilai kecintaan dan rasa pertunjukan tradisional yang memiliki nilai memiliki akan seni budaya daerah sendiri sejak nilai serta filosofi sesuai aturan adat yang dini, karena dengan memahami nilai-nilai berlaku di daerah tersebut . budaya yang sebenarnya maka masuknya Maka dari itu, selain sebagai upaya kebudayaan asing akan dapat disaring secara pelestarian. Peneliti juga berharap dalam baik oleh generasi muda. penelitian ini, peneliti bisa mendapatkan Melalui pemahaman nilai-nilai budaya informasi yang tepat dari sumber yang tepat yang kuat dikemudian hari dapat menjadi dasar agar bisa menjadi sumber acuan informasi dari terbentuknya kebudayaan baru dengan yang akurat bagi peneliti berikutnya. Karena, harapan tidak melupakan kebudayaan asli terkait tari Sayo ini memang kurang diketahui . Dalam hal ini peneliti mengharapkan oleh Masayarakat . sehingga cepat atau lambat hasil dari penelitian ini bisa menambah wawasan seni pertunjukkan tradisional ini bisa punah serta informasi mengenai keragaman kalau tidak adanya data informasi yang tertulis kebudayaan yang ada di Indonesia . khususya, di yang menjadi acuan sebagai upaya pelestarian Kalumpang Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat. kesenian tersebut. Sehingga seni pertunjukan tradisional tersebut Melihat pentingnya pelestarian bisa terekspose di Masyarakat umum yang pada kebudayaan ini yaitu Tari Sayo, peneliti dasarnya, belum mengetahui seni pertunjukan berharap agar nantinya hasil dari penelitian tradisional terebut. Keberadaan tari Sayo yang bisa menjadi data serta infomasi yang tepat ada di Kalumpang Kanupaten Mamuju Sulawesi bagi masyarakat umum dan pemerintah Barat tidak ada yang mengetahui secara tertulis, setempat sabagai dokumen tertulis serta hanya diketahui dari cerita-cerita leluhur dan sebagai arsip bagi pemerintah setempat. Agar diajarkan secara turun-temurun dari generasi nantinya ketika ada peneliti yang ingin kegenerasi. Tujuannya agar budaya Sayo tidak meneliti terkait dengan tari Sayo, mereka tidak punah ditelan waktu. Untuk mengetahui secara susah lagi mendapatkan informasinya. pasti kapan Sayo itu ada pada masyarakat Kalumpang, sampai saat ini belum ada yang II. METODE PENELITIAN dapat memberikan informasi yang tepat. Sebagai 1. Jenis Penelitian akibat pergantian generasi tanpa meninggalkan Jenis penelitian yang digunakan dalam catatan mengenai tari ini. penelitian ini adalah Penelitian Dekriptif Penelitian Deskriptif adalah penelitian Berdasarkan latar belakang diatas yang mengumpulkan data untuk menguji maka peneliti tertarik untuk melakukan hipotesis atau menjawab pertanyaan penelitian penelitian terkait Bentuk Penyajian Tari Sayo mengenai status terakhir dari subyek penelitian. pada Upacara Adat Thabisan di Kalumpang Penelitian deskriptif berusaha untuk

2 JURNAL PENDIDIKAN SENDRATASIK memperoleh deskriptif lengkap dan akurat dari kebudayaan yang berbeda membuat India suatu situasi. Kelemahan utama penelitian memerlukan ketertiban dan diperlukan seorang deskriptif adalah kurangnya tanggapan subyek pemimpin untuk menjalankan ketertiban dan penelitian. peraturan bermasyarakat. Maka dari itu ditunjuklah seseorang yang berprofesi sebagai III. HASIL DAN PEMBAHASAN pemimpin dari kalangan orang terkemuka dalam A. HASIL masyarakat yang disebut Bangsawan. Pemimpin 1. Gambaran Adat Istiadat Masyarakat di ini bergelar Tomakaka. Masyarakat di Kalumpang Kabupaten Mamuju kalumpang memiliki hubungan yang dekat Sulawesi Barat dengan Kerajaan Kutai dikarenakan hanya dipisahkan sebuah sungai yaitu sungai Karama. Dr. P. V. Van Stein Callenfels yang Melihat banyaknya budaya luar yang datang di dijuluki bapak Prasejarah Indonesia pada tahun Kalumpang, peneliti masih melihat bentuk fisik 1933 melakukan penelitian yang sekarang masyarakat Kalumpang sama dengan Bangsa disebut Situs Kamassi Dr.A.ACence 1933. Cina yang memiliki mata sipit dan berkulit Temuannya berupa kapak persegi dan bahan putih. tembikar. Semenjak itu, para Argeologi Ujung Pandang bekerjasama dengan Pusat Penelitian Kerajaan Talondo Kondo merupakan Nasional meneliti Situs Kamassi dan Minanga kerajaan yang yang berada di Kalumpang berdiri Sipakko yang dilakukang secara berulang kali pada abad IV SM. Menurut Prof. Dr. Mattulada pada tahun 1970. Selain itu juga ditemukan Seorang Sejarawan Provinsi Sulawesi Selatan Patung Buddha di Sekendeng dekat muara mengatakan didalam tulisannya bahwa nenek Sampaga, karama. Patung ini telah dianalisa Dr. moyang orang Mandar berasal dari kalumpang. PDK, Bosch pada tahun 1933 (Silas Salamangi, Hasil yang didapatkannya menjelaskan bahwa 2019: 11). dulu Kalumpang merupakan Suku yang disebut Suku Makki yang berada di Kerajaan Talondo Patung tersebut berasal dari india Kondo . Ketika meletusnya gunung Sandapan, selatan. Menurut para Geologi dan Sejarawan, membuat masyarakat Kalumpang terpencar. Ada bahwa peninggalan sejarah berupa artefak di yang pindah ke daerah pesisir dan ada yang zaman Neolitikum di Tonkin, Cina Selatan sama pindah ke daerah pegunungan. Sehingga bisa dengan artefak-artefak yang diungguli oleh diliat sekarang, banyaknya kemiripan serta kapak persegi yang ada di Situs Kamassi dan kesamaan Adat Istiadat serta tradisi dibeberapa Situs Minanga Sipakko. Ini jelas bahwa nenek daerah seperti Bare’e, Duri, Toraja, Luwu’, moyang bangsa Indonesia termasuk Kalumpang Mamasa, Ledo, Mandar (Silas Salamangi, 2019: berasal dari Tonkin, Cina Selatan. Mereka 16) datang menggunakan perahu bercadik. Mereka membawa kebudayaan lain yang berbeda, maka 2. Gambaran Keberadaan Tari Sayo di dari itu mulai berbaur dengan masyarakat dan masyarakat Kalumpang Kabupaten pendatang pada 500 SM (Silas Salamangi, Mamuju Sulawesi Barat 2019: 12). Selain itu, ada juga Pendatang yang masuk di Kalumpang melalui Perdagangan Untuk memperoleh informasi yang bersal dari India Selatan. Kedatangan mengenai keberadaan Tari Sayo di Bangsa India, membuat masyarakat di Kecamatan Kalumpang Kabupaten Kalumpang semakin padat penduduknya. Kedua Mamuju, maka peneliti terlebih dahulu menanyakan mengenai kapan Tari Sayo

3 JURNAL PENDIDIKAN SENDRATASIK tersebut ada di Kecamatan Kalumpang. memiliki keturunan dari langit, maka ia Menurut narasumber, bapak Silas memutuskan untuk kembali kelangit. Salamangi menyatakan bahwa pada Cerita ini menjadi turun temurun dari mulanya ada satu keluarga bangsawan yang nenek moyangnya. tinggal diatas bulan (Nirwana), yang Tari sayo ini dipentaskan pada mempunyai anak perempuan. anak Upacara Adat suka seperti Thabisan bangsawan ini tinggal dibulan bagian depan (masuk rumah baru), Acara kebahagiaan ( Lindo Bulan ), kesukaannya ialah turun atau kesyukuran seperti Ma’bua (pesta dibumi untuk bersenang-senang dan jalan panen) dan Makkendek (tutup tahun). yang dipakai turun ke bumi ialah melalui Upacara Adat tersebut memiliki kegiatan Sarira’/ Pelangi. yang berbeda-beda serta bentuk penyajian Sebagai anak bangsawan, tari sayo tersebut. Tari Sayo memiliki mereka mempunyai pakaian khusus yang peran di setiap Upacara Adat maka dari biasanya mereka pakai bila ada pesta itu selalu dimulai dengan pertunjukan tari besar dan mereka menampilkan tari sayo Sayo. Informasi yang saya dapatkan dari khusus dari anak bangsawan yang diiringi Narasumber ke 2 yaitu ibu Gresh gong yang bertalu-talu. Bila mereka pergi Salamangi bahwa Tari Sayo ditampilkan ke bumi diperjalanannya dia mengenakan diawal setiap Upacara Adat yaitu untuk pakaian kesukaan mereka sambil melatih menyambut dan menghibur tamu dirinya dalam menari sayo.sesampainya di Undangan serta para dewan adat dan bumi para anak bangsawan tersebut tokoh masyarakat di Kalumpang. bermain di danau yang disebut gandang Peneliti bisa menyimpulkan dari dewata, mereka menghabiskan sorenya informasi dan data yang didapat yaitu Tari dibumi hanya bermain air bersama Sayo memiliki kedudukan yang tinggi yang saudaranya. tidak dapat dipisahkan disetiap Upacara Namun, salah satu anak Adat yang dilaksanakan di Kalumpang. bangsawan tersebut ditahan oleh Namun, kini keberadaan Tari Sayo kurang penduduk bumi, mereka ingin anak diminati oleh gadis di Kalumpang bangsawan tersebut tinggal dibumi dikarenakan gengsi atau malu dalam bersamanya . penduduk bumi itu menarikan Tari Sayo sehingga peneliti memohon dan membujuknya agar bisa melihat pada Upacara Adat Thabisan memenuhi permohonannya dan anak tersebut yang diadakan 8 tahun sekali, bangsawan tersebut tinggal dibumi. hanya ibu-ibu berusia tua menarikan Tari Selama itu pula anak bangsawan tersebut Sayo tersebut. banyak mengajarkan kepada Tabulahan Perlunya upaya pelestarian mengenai pengetahuan dan keterampilan, kebudayaan tersebut dari berbagai pihak di kepandaian, tari Sayo, membuat pakaian Kalumpang Kabupaten Mamuju Sulawesi bangsawan, Nyanyian kepada leluhur, Barat. Khususnya kepada Masyarakat serta Maolle,Ma’balian, Ma’dandote. Pemerintah dalam hal upaya melestarikan Semua keahlian yang telah tarian tersebut agar tidak punah dan masih didapatkan Tabulahan, diajarkan kepada bisa disaksikan dalam berbagai Upacara cucunya yaitu Langi’ Rondon, anak Ballo Adat di Kalumpang Kabupaten mamuju Kila’, Tala Binna. Setelah di ajarkan Sulawesi Barat. semuanya, Tabulahan yang masih

4 JURNAL PENDIDIKAN SENDRATASIK

3. Bentuk Penyajian Tari Sayo pada kali ini berjumlah 10 orang yang dimana Upacara Adat Thabisan di panitia pelaksana upacara adat Thabisan kalumpang Kabupaten Mamuju menyediakan 4 penari dan tamu undangan Sulawesi Barat membawa 6 penari.

Tari Sayo pada Upacara Adat b. Ragam Gerak Tari Sayo Thabisan di Kalumpang Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat dipertunjukan di Gerakan dalam Tari Sayo dalam arena terbuka yang tidak memiliki batasan upacara thabisan sama dengan halnya pada antara penonton dan penari. Gerak yang upacara suka dan duka lainnya ditampikan merupakan gerakan yang lincah dikalumpang. Namun, memiliki sedikit sesuai dengan irama iringan tari yang perbedaan yaitu adanya penari yang memiliki tempo musik yang cepat dan dinamis. Penampilan Tari Sayo hanya bisa dibawah oleh tamu undangan untuk ditampilkan pada pagi dan siang hari mulai menghadiri Upacara adat thabisan tersebut. dari pukul 09.00-14.00 WITA karena setiap Gerakan yang menggambarkan seorang upacara adat yang dilaksanakan di gadis bangsawan yang turun dari bulan Kalumpang di mulai pagi atau siang hari menuju bumi menggunakan selendang baik itu upacara adat duka maupun suka sambil memainkan pergelangan tangannya. cita. Sama halnya juga dengan ekspresi Gerakan tarinya mudah dilakukan, karna penari dalam menarikan Tari Sayo, ketika upacara adat suka penari akan terlihat tari ini bersifat kerakyatan. Serta mudah tenang dan bahagia dalam menari. Ketika untuk dipelajari. Tari Sayo juga tidak upacara adat duka, penari akan terlihat memiliki banyak Ragam dan motif gerak sedih dan ada juga penari yang sehingga mudah dalam menyusun setiap menjatuhkan air mata. ragam. 1. Ragam Kembe Tari Sayo menjadi Prosesi awal dalam Upacara Adat Thabisan dalam Penari memulai tarian dengan menyambut tamu undangan . Namun, ada memasuki tempat pertunjukan yang berbeda dari penyajian Tari Sayo menggunakan selendang/Sekomandi. tersebut yaitu dimana tamu undangan Penari memainkan selendang tersebut membawa penari juga sehingga penari yang dengan menggunakan kedua tangannya disiapkan panitia menari bersama penari dan juga memiliki motif gerak kaki yang dibawah oleh tamu undangan. yang digeser dipermukaan tanah a. Penari (membeso). Menurut narasumber, diragam ini penari memaknai peri yang Jumlah penari dalam Tari Sayo yaitu turun menggunakan Sarira’ (pelangi) 4-12 orang yang memiliki usia yang menuju kebumi. berbeda-beda . usia penari dimulai dari 15- 2. Ragam Balluk 39 tahun yang memiliki keahlian dasar dalam menari Tari Sayo dan wanita usia Ragam Balluk merupakan lanjut berumur 40-78 tahun yang memiliki lanjutan ragam setelah ragam Kembe. keahlian serta golongan kebangsawanan Penari mulai melepas selendang yang yang telah diakui oleh Tobara’ Baine dan dipegang dikedua tangannya dan tokoh adat di Kalumpang. Dalam penelitian memainkan pergelangan tangannya ini, jumlah penari dalam Tari Sayo pada dengan cara diputar mengikuti tempo upacara adat Thabisan yang dilaksanakan

5 JURNAL PENDIDIKAN SENDRATASIK

iringan tari. Ragam ini lebih penari d. Busana menggunakan pergelangan tangannya lengan lincah dan bentuk kaki yang Tata Busana adalah segala aturan disebut Membeso atau bergeser dimana atau ketentuan mengenai pada tari ibu jari kaki bertemu. Menurut tradisional bersifat sangat sederhana, narasumber, pada ragam ini memiliki namun desain dan simbolisnya harus tetap makna yaitu peri yang sedang menari dipertahankan (Soedarsono, 1976:5). ketika sampai dibumi serta disaksikan Busana yang dikenakan oleh para penari masyarakat. Tari Sayo pada Upacara Adat Thabisan di 3. Ragam Taradende Kalumpang yaitu busana yang telah digunakan selama turun temurun oleh Pada Ragam ini penari bergerak nenek moyangnya. Balluk/Kembe dan melompat 2x lalu Busana ini terdiri dari : berlari ke kiri dan dilakukan berulang 1) Baju Bei dengan sebaliknya. Ketika hadap Baju Bei adalah pakaian penari ke sebelah kiri otomatis setelah perempuan khusus hanya melompat penari akan berlari kecil ke dipakai oleh keluarga arah kiri dan ketika penari hadap ke bangsawan, To makaka, dan sebelah kanan otomatis setelah dipakai jika ada pesta besar, melompat penari akan berlari kecil ke misalnya pesta perkawinan arah kanan. Makna dalam ragam ini anak-anak bangsawan atau yaitu, peri yang bertemu dengan Ma’bua. Bei adalah bahan dari manusia dibumi dan saling bersapa dan binatang laut ( kerang ) yang berbaur dengan manusia langit dalam didapat dari laut .Menurut para menjalin tali silahturahmi. sejarawan bahwa kapal-kapal c. Tata Rias bangsa india sebelum lanjut ke Rias adalah membentuk atau tiongkok harus singgah dimuara melukis muka agar sesuai dengan tema atau sungai karama baru karakter tari yang dibawakan. Dalam tari menyeberang ke Kalimantan, sayo pada saat Upacara thabisan, rias yang muara sungai mahakam disana digunakan adalah rias cantik menor. Hal ini ada kerajaan kutai pada abad IV dimaksudkan penari tari sayo digambarkan tersohor kemajuannya. Tiap kali bagaikan peri yang sedang menari dalam orang mengatakan bahwa penuh keanggunan. Selain itu untuk pakaian budaya suku Dayak menjadi daya Tarik masyarakat serta mirip dengan pakaian adat penonton yang mengapresiasi penampilan Kalumpang (Makki) karena tersebut. Penari menggunakan alat make up disebabkan pengaruh seperti lipstick, bedak, foundation, brush perdagangan dari india yang on, bulumata palsu, eyeshadow, dan pensil memasukkan bahan-bahan alis yang berwarna terang. Dalam hiasan kedua suku ini. menunjang penampilan tersebut penari 2) Kundai Pamiring ( Rok ) selalu tersenyum sebagai ungkapan ekspresi Kundai Pamiring kebahagiaan dalam upacara adat tersebut. adalah kain hitam dengan panjang 12 meter dililit

6 JURNAL PENDIDIKAN SENDRATASIK dipinggang penari. Kundai Persaudaraan dan Mandi yaitu pamiring telah berubah bentuk Kokoh. Artinya Sekomandi yaitu yaitu sudah tidak berukuran 12 hubungan persaudaraan yang meter lagi. Namun, sudah kokoh . Sekomandi digunakan dikreasikan berbentuk rok penari disetiap acara adat di ukuran diameter 2,5 meter dan kalumpang baik itu upacara adat sudah dihiasi manik dan suka maupun duka. Sekomandi pinggiran rok emas. digunakan oleh penari sebagai 3) Deke’ pandan ( Selendang ) simbol kebangsawanan si Deke pandan merupakan penari. selendang yang disilang pada e. Tempat Pertunjukan pundak kiri dan kanan sebagai Suatu pertunjukan tari tidak simbol semangat yang muncul terlepas dari unsur tempat pertunjukan yaitu dari diri penari. tempat tari itu akan dipertunnjukan 4) Sokko’ sehingga penonton dapat menikmati Sokko’ adalah topi pertunjukan tersebut dengan nyaman dan hiasan pada penari nerbentuk leluasa (Soedarsono,1978:25). Pertunjukan tanduk yang dihiasi dengan tari Sayo pada Upacara Adat Thabisan aksesoris emas serta sokko’ menggunakan panggunng terbuka. disimbolkan sebagai kuatnya Panggung terbuka ialah panggung yang persekutuan bila ada musuh tidak memiliki sekat antar penari dan untuk bersatu melawannya. penonton. Dalam pertunjukannya selain Bentuk dari setiap Sokko penari disaksikan oleh para tamu undangan dan berbeda-beda sesuai dengan tokoh adat, masyarakat umum juga bebas tingkatan kebangsawanannya. menyaksikannya dikarenakan bersifat 5) Gelang (Balusu) dan Anting terbuka. f. Iringan Gelang dan Anting Setiap karya tari sangat digunakan sebagai hiasan pada membutuhkan musik, karena keduanya telinga dan tangan ini terbuat merupakan dua komponen yang tak dapat dari Salu’ ( Tembaga ) sebagai dipisahkan. Musik tari dan gerak tari tanda keturunan Bangsawan si merupakan aspek seni yang menjadi satu penari . kesatuan (Wayan,1983: 5). Maka sebuah 6) Selendang (Sekomandi) karya tari sangat membutuhkan music, karena keduanya merupakan dua komponen Sekomandi adalah yang tak dapat dipisahkan. Fungsi musik selendang atau tenunan ikat dalam suatu garapan tari adalah sebagai yang berasal dari Kalumpang pengiring tari, pemberi suasana atau adanya (Makki) menjadi simbol Filosofi aksentuasi pada suasana yang ditarikan dan kehidupan masyarakat suku sebagai ilustrasi atau sebagai penghantar. makki yang terdapat pada Musik sebagai pengiring tari motifnya. Sekomandi memiliki tidak saja mendikte macam tari, tetapi juga, 12 motif yang berbeda. suasana, gaya, durasi, pembabakan, Sekomandi, Seko yaitu itensitas dan bentuk keseluruhan. Oleh

7 JURNAL PENDIDIKAN SENDRATASIK karena itu, musik memiliki struktur yang tidak termasuk ke dalam kostum dan kerangka kerja untuk tari (Suharto, 1985: perlengkapan panggung, akan tetapi 20). Iringan Musik pada tari Sayo hanya merupakan perlengkapan yang ikut menggunakan Pedaling (Gong) sebagai alat ditarikan oleh penari (Soedarsono, 1976: utama yang berjumlah 5 gong yang 58). Dalam tari Sayo pada Upacara Adat memiliki ukuran yang berbeda serta Thabisan hanya menggunakan tenunan ikat ketukan yang diberi pada setiap gong juga sekomandi sebagai property yang berbeda. digunakan pada ragam kembe’. g. Pola Lantai Desain lantai atau floor B. PEMBAHASAN desaign adalah garis-garis yang dilalui oleh Upacara Adat Thabisan merupakan seorang penari atau garis-garis dilantai yang Kegiatan masyarakat Kalumpang Kabupaten dibuat oleh formasi penari kelompok. mamuju Sulawesi Barat yang telah dilaksanakan Secara garis besar ada dua pola garis dasar secara turun-temurun yang dilakukan nenek pada lantai, yaitu garis lurus yang dapat moyangnya. Kegiatan yang bertujuan dalam memberikan kesan sederhana tetapi kuat merayakan rasa syukur kepada dewata berkat seperti garis horizontal, garis vertikal, dan dilancarkannya proses pembuatan sebuah garis diagonal. Sedangkan pengembangan bangunan atau rumah. Dalam Upacara Adat dari garis lurus dapat dibagi menjadi bentuk Thabisan yang biasa disebut juga Ma’bua itu segitiga, dan garis zig-zag. Untuk garis dilaksanakan selama 3 hari 3 malam dengan lengkung yang memberikan kesan lembut berbagai kegiatan adat. tetapi juga lemah seperti lingkaran, Dalam Upacara Adat Thabisan selain setengah lingkaran, spiral, dan lengkung bersifat sebagai sarana ritual, juga bersifat berganda (Soedarsono, 1976: 21). sebagai sarana hiburan. Dikarenakan fungsi dari Pola lantai yang digunakan dalam Upacara Adat Thabisan tersebut sebagai tari Sayo pada Upacara Adat Thabisan, Ungkapan rasa Syukur kepada dewata dan roh penari tidaklah teratur dan menetap pada nenek moyang yang telah memudahkan dalam setiap titik atau garis yang ditentukan, proses pembangunan tersebut. Maka dari itu melainkan bebas menggunakan titik mana kegiatan pada malam hari nya ada yang disebut serta garis yang penari ingin gunakan dari Ma’ Ole dan Ma’ Balian . Ma’ Ole dan Ma’ segala arah menuju ke panggung terbuka balian merupakan Syair serta doa yang dalam Upacara Adat tersebut. dinyanyikan oleh Tobara’ Baine yang h. Property menyampaikan rasa syukurnya melalu syair dan Property merupakan alat bantu nyanyian tersebut. yang digunakan oleh penari dalam sebuah pertunjukan. Property membantu penari Setelah kegiatan Ma’Ole dan Ma’Balian dalam menggambarkan tokoh yang selesai, Masyarakat melanjutkan rangkaian dibawakan dalam sebuah pertunnjukan. kegiatan Upacara Adat Thabisan selanjutnya Property adalah perlengkapan yang yaitu bersiarah kerumah Tokoh Adat Kalumpang dimainkan pada saat penari membawakan Bapak Silas Salamangi. Keluarga Bapak Silas tarian (Kusnadi, 2009: 66). Salamangi menyambut dengan hangat Property merupakan suatu alat kunjungan yang dilakukan oleh tamu undangan yang digunakan dalam sebuah pertunjukan serta Tobara’ Baine. Kegiatan tersebut menjadi

8 JURNAL PENDIDIKAN SENDRATASIK sangat dinantikan oleh masyarakat kalumpang Tersebut. Menyebabkan yang menari dalam karena setelah 8 tahun Upacara Adat Thabisan Upacara Adat Thabisan kali ini adalah ibu-ibu ini baru dilaksanakan. Serta kegiatan Ma’ Ole yang berusia dari 29-78 Tahun. Gengsi yang ada dan Ma’Balian tersebut baru terdengar dalam diri gadis-gadis yang ada di Kalumpang dikalumpang setelah 15 tahun yang lalu sangat lah tinggi. Membuat peneliti kecewa jika dikarenakan lokasi Upacara Adat dan rumah Tari Sayo ini bisa punah atau tidak ditampilkan penyair yang menyanyikan Syair tersebut susah lagi dikarenakan tidak adanya generasi muda untuk diakses. yang ingin mempelajari dan melestarikannnya.

Dengan adanya Upacara Adat Thabisan Disinilah peran masyarakat serta yang dilaksanakn tersebut, Masyarakat yang pemerintah bisa bersinergi dalam hal upaya tinggal di Kalumpang merasa sangat bahagia pelestarian Tari Sayo kedepannya yang karena bisa dikunjungi oleh sanak keluarga yang menjadi identitas budaya di Kalumpang berdomisi diluar kawasan Kalumpang sehingga Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat.Serta bisa mempererat tali silahturahmi antar anggota menjadi jejak peninggalan serta tradisi yang keluarga. selain itu, setiap rumah menyembelih terbangun selama bertahun-tahun yang lalu. hewan yaitu kerbau atau babi yang di gunakan sebagai persembahan kepada dewata dan roh IV. KESIMPULAN nenek moyang serta dimakan bersama anggota keluarga. Suatu penyajian tari biasanya meliputi sajian, gerak, iringan, tata rias dan busana, Pemotongan kerbau dan babi tempat pertunjukan, dan properti. Istilah dilaksanakan pada pagi hari dihalaman rumah penyajian dalam masyarakat sering di masing-masing. Setelah itu bunyi gong yang ada definisikan cara penyajian, proses, pengaturan di rumah tokoh adat pun berbunyi sebagai tanda dan penampilan suatu pementasan. telah dipenuhi kewajibannya. Gong tidak bisa dibunyikan sembarangan sebelum memotong Uraian tersebut disimpulkan bahwa kerbau. Maka dari itu, untuk bisa membunyikan bentuk penyajian adalah wujud keseluruhan dari Gong harus menyembelih kerbau. Tradisi itu suatu penampilan yang di dalamnya terdapat masih berlangsung sampai sekarang. Kegiatan aspek-aspek atau elemen-elemen pokok yang di selanjutnya yaitu kegiatan inti Upacara Adat tata atau di atur sedemikian rupa sehingga Thabisan dimulai setelah setiap kepala kulaurga memiliki fungsi yang saling mendukung dalam menyelesaikan penyembelihan hewan disetiap sebuah pertunjukkan tari. Bentuk penyajian rumahnya lalu melanjutkan bersiap-siap menuju dalam tari mempunyai pengertian cara penyajian lokasi yang telah disediakan untuk dimulainya atau cara menghidangkan suatu tari secara Upacara Adat Thabisan. menyeluruh meliputi unsur-unsur atau elemen pokok dan pendukung tari. Elemen-elemen itu Tari Sayo merupakan pembuka kegiatan ialah gerak tari, desain lantai, tata rias, kostum, dalam hal menyambut tamu undangan yang tempat pertunjukan, dan musik/iringan. telah datang dari berbagai kampung diluar kawasan Kalumpang. Bentuk penyajian yang 1. Tari Sayo erat kaitannya dengan setiap dipertunjukan dalam Upacara Adat Thabisan Kegiatan /Upacara Adat di Kalumpang baik kali ini sangatlah berbeda dari sebelumnya. itu duka maupun suka. Setiap upacara adat Dikarenakan, kurangnya minat gadis-gadis ikut memiliki perbedaan masing-masing dalam bergabung dan berpartisipasi dalam Tari Sayo hal bentuk penyajiannya. Pada Upacara Adat

9 JURNAL PENDIDIKAN SENDRATASIK

Thabisan di Kalumpang adalah kegiatan yang Pertunjukan Indonesia Bekerja Sama jarang terlaksana karena waktu pelaksanaan dengan Arti. kegiatan tersebut yaitu 8 tahun sekali sehingga peneliti merasa bersyukur meneliti Hadi, Y Sumandiyo. 2007. Kajian Tari Teks dan kegiatan tersebut. Tari Sayo pada Upacara Konteks. Yogyakarta: Pustaka Book Adat Thabisan kali ini memiliki bentuk Publisher. penyajian yang menggunakan panggung terbuka sehingga bukan hanya tamu Hidayat,Robby. 2011. Koreografi dan undangan yang dapat menyaksikan Kreativitas. Yogyakarta: Kendil Media penampilan tersebut melainkan masyarakat Pustaka Seni Indonesia. umum juga bisa melihatnya., Apalagi, tarian Indrawan, Rully. 2014. Metode Penelitian. ini jarang ditarikan dengan konsep tamu Bandung:Refika Aditama. membawa juga penari ke tempat Upacara Adat Thabisan sehingga penari yang Jacqueline Smith. 1985. Komposisi Tari Sebuah disediakan panitia pelaksana Upacara Adat Petunjuk Praktis Bagi Guru. menari bersama penari yang dibawah oleh Yogyakarta: Ikalasti. tamu undangan. Sebagai sarana Upacara, pantia mengharap bahwa setiap kegiatan Jazuli, M, 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. yang dilaksanakan bisa berjalan dengan baik Semarang: IKIP Semarang Press. serta lancar karena menjalankan Upacara Adat sesuai dengan aturan yang telah dibuat ______. 2016. Peta Dunia Seni Tari. oleh pendahulunya . selain itu, tari Sayo Sukoharjo: CV. Farishma Indonesia. menjadi sarana hiburan, yang dimana masyarakat yang antusias dapat melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1997. Bali penampilan tersebut. pustaka. Cetakan ke-III Jakarta. 2. Keberadaan Tari Sayo khususnya pada Rohidi,Tjetjep Rohindi.2011. Metode Peneltian Upacara Adat Thabisan di Kalumpang Seni. Semarang: CV.Cipta Prima Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat sangatlah Nusantara. penting, karena memiliki kedudukan yang tinggi dalam proses Upacara Adat tersebut. Supardjan, 1982. Pengantar Pengetahuan Tari Pada Upacara Adat Thabisan yang memiliki 1. Jakarta: CV. Sandang Mas. rangkaian kegiatan yaitu salah satunya penyambutan tamu undangan dari berbagai Sumaryono. 2016. Tari Tontonan. Jakarta: daerah dengan Tari Sayo. Lembaga Penelitian Seni Nusantara

Sedyawati, Edi. 1986. “. Pengetahuan DAFTAR PUSTAKA Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari. Jakarta: Direktorat Kesenian, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 2005. Proyek Pengembangan Kesenian Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta. Departemen Pendidikan dan Jakarta:Balai Pustaka Kebudayaan.

Djelantik, A. A. M, 2004. Estetika Sebuah Setyobudi. 2007. Seni Budaya untuk SMP Kelas Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni VII. Jakarta: Erlangga.

10 JURNAL PENDIDIKAN SENDRATASIK

Silamangy, Silas. 2019. Suku Makki.Mamuju

Sutopp,Ariesto Hadi & Arif,Adrianus. 2010. Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan NVIVVO. Jakarta: Prenada Media Group.

Tokan, Ratu Lie. 2016. Manajemen Penelitian Guru. Jakarta: Grasindo.

Tasman, A, 2008. Analisa Gerak Dan Karakter. Surakarta: ISI Press Surakarta.

Royce, Anya Peterson. (Terjemahan F.X Widaryanto). 2007. Antropologi Tari.Bandung::Sunan Ambu PRESS STSI.

Yakub, Yenni Patriani. 2010. Mengupas Sendratari Nusantara. Jakarta: Horizon.

Yusuf,Yuswanti. 2010. Makna dan Simbol Kostum Tari Sayo.Skripsi Seni Tari Murni Fakultas Seni dan Desain . Universitas Negeri Makassar.

A. Sumber Tidak Tercetak Desti Kurniawati. (2015). Skripsi Bentuk Penyajian Tari Shilampari Khayangan Tinggi pada Kota Lubuklinggau Sumatera Selatan: Universitas Negeri Yogyakarta.

11